Si Jenius Dungu Charlie Flowers For Algernon Karya Daniel Keyes Bagian 5
amnesia progresif. Seperti yang kuperlihatkan dalam laporanku, informasi di atas dan sindrom
kemerosotan mental serta jasmani dapat diduga dengan hasil-hasil petunjuk
statistik dengan aplikasi formula baruku. Walau perangsangan operasi yang kita
kemukakan berdua menghasilkan penggiatan dan percepatan segala proses mental,
kekurangannya, yang dengan bebas kusebut "Efek Algernon-Gordon", merupakan
perpanjangan logis dari percepatan kecerdasan secara keseluruhan. Hipotesisnya
di sini membuktikan mungkin bisa dijelaskan dengan cara paling sederhana dengan
kalimat di bawah ini: RANGSANGAN BUATAN PADA KECERDASAN MEMBURUK PADA KECEPATAN WAKTU BERBANDING
LANGSUNG DENGAN JUMLAH PENINGKATANNYA.
Selama aku masih dapat menulis, aku akan terus mencatat pikiran dan gagasanku
dalam laporan kemajuan ini. Itu merupakan salah satu dari sedikit kesenangan
dalam kesendirian, dan pasti penting bagi kelengkapan penelitian ini. Namun,
dengan segala petunjuk itu,
kemunduran mentalku akan terjadi dengan cepat sekali.
Aku telah memeriksa dan melakukan pemeriksaan ulang dataku belasan kali dengan
harapan menemukan kesalahan, tetapi dengan menyesal kukatakan hasil itu tetap
berlaku. Tapi aku bersyukur atas sedikit yang dapat kutambahkan untuk
pengetahuan fungsi pikiran manusiawi dan hukum yang mengatur peningkatan buatan
kecerdasan manusia. Pada malam yang lalu, Dr Strauss mengatakan bahwa kegagalan eksperimental,
sanggahan terhadap sebuah teori, sama pentingnya dengan keberhasilan percobaan
bagi kemajuan pembelajaran. Aku tahu sekarang bahwa pernyataan itu benar. Tapi
aku menyesal sumbanganku sendiri pada bidang ini harus terletak di atas puingpuing pekerjaan staf ini, dan terutama mereka yang telah melakukan begitu banyak
hal padaku. Salam hormat, Charles Gordon Terlampir: laporan Salinan: Dr Strauss Yayasan Welberg
1 September Aku tidak boleh panik. Tidak lama lagi akan ada tanda-tanda
ketidakstabilan dan kepikunan, gejala awal kematian. Apakah aku akan mengenali
tanda-tanda itu sendiri" Yang dapat kulakukan sekarang hanya terus mencatat
keadaan mentalku seobyektif mungkin, mengingat inilah catatan psikologis yang
akan menjadi yang pertama, dan mungkin juga yang terakhir.
Pagi ini Nemur menyuruh Burt membawa laporanku dan data statistik ke Universitas
Hallston untuk meminta orang penting di sana membuktikan hasil yang kuperoleh dan aplikasi formulaformulaku. Di sepanjang akhir minggu mereka menyuruh Burt meneliti eksperimen
dan kartu-kartu metodologisku. Aku seharusnya tidak merasa terganggu karena
tindakan pencegahan mereka. Lagi pula, aku hanya seorang Charlie yang datang
kemudian, dan sulit bagi Nemur menerima kenyataan bahwa pekerjaanku mungkin
melebihi pekerjaannya. Ia mulai percaya pada mitos otoritasnya sendiri, lagi
pula aku orang luar. Aku tidak benar-benar peduli lagi atas apa yang dipikirkannya, atau apa yang
mereka pikirkan tentang masalah itu. Tidak ada waktu lagi. Pekerjaanku sudah
selesai, data sudah masuk, yang belum kulakukan hanyalah melihat apakah aku
telah memproyeksikan dengan benar bungkuknya badan Algernon sebagai perkiraan
yang akan terjadi pada diriku juga.
Alice menangis ketika aku menyampaikan kabar itu. Lalu dia berlari keluar. Aku
harus menekankan pada dirinya bahwa tidak ada alasan baginya untuk merasa
bersalah dalam hal ini. 2 September Belum ada yang pasti. Aku bergerak dalam kesunyian sinar putih
terang. Segalanya di sekelilingku menunggu. Aku bermimpi berada di puncak gunung
sendirian, memandangi tanah di sekitarku, hijau dan kuning serta matahari yang
bersinar langsung dari atasf menekan bayanganku sehingga menjadi bola keras di
sekitar kakiku. Ketika matahari tenggelam di langit sore, bayangan Itu mengurai
sendiri dan meregang ke arah cakrawala, panjang dan pipih, serta jauh di
belakangku____ Di sini aku ingin mengatakan sekali lagi apa yang telah kukatakan kepada Dr
Strauss. Bagaimanapun, tidak seorang pun patut disalahkan atas apa yang terjadi.
Eksperimen ini dipersiapkan dengan hati-hati, diuji secara meluas pada hewan,
dan disahkan secara statistik. Ketika mereka memutuskan untuk menggunakan aku
sebagai uji coba pada manusia pertama, mereka layak yakin bahwa tidak akan ada
bahaya secara jasmani. Tidak ada cara untuk meramal adanya kesulitan psikologis
tersembunyi. Aku tidak mau seorang pun menderita karena apa yang terjadi pada
diriku. Satu-satunya pertanyaan sekarang adalah berapa lama aku bisa bertahan"
15 September Nemur mengatakan hasil-hasilku telah dipastikan. Itu artinya bahwa kecacatan terpusat dan menjadikan seluruh hipotesis
bisa dipertanyakan. Suatu hari kelak, mungkin ada cara untuk mengatasi masalah
ini. Tetapi ketika itu belum terjadi, aku telah menyarankan agar tidak melakukan
pengujian terhadap manusia hingga hal ini terjelaskan dengan penelitian tambahan
pada hewan. Ini perasaanku sendiri bahwa barisan penelitian yang paling berhasil akan diraih
oleh orang yang mempelajari ketakseimbangan enzim. Seperti yang berlaku pada
banyak hal lain, waktu merupakan faktor kunci kecepatan dalam penemuan
ketidaksempurnaan dan kecepatan dalam pengelolaan pengganti hormon. Aku ingin
membantu bidang penelitian, dan dalam penelitian radioisotop yang mungkin
digunakan dalam pengendalian kortikal lokal, tetapi aku tahu sekarang bahwa aku
tidak akan sempat. 27 September Pikiranku menjadi kosong. Ketika aku menyimpan barang-barang di
atas mejaku atau di laci meja lab, kemudian aku tidak dapat menemukannya
kembali, aku kehilangan kesabaranku dan memarahi semua orang. Tanda-tanda awal"
Algernon mati dua hari yang lalu. Aku menemukannya pada pukul empat tiga puluh
pagi ketika aku kembali ke lab setelah berjalan-jalan di pantai terbaring
miring, terbujur di sudut kandangnya. Seolah ia sedang berlari dalam tidurnya.
Pembedahan memperlihatkan bahwa perkiraanku benar. Dibandingkan dengan otak
normal, kepala Algernon telah berkurang beratnya dan ada pelembutan pada
kerumitan otak umum seperti juga pendalaman dan pelebaran pada belahan otak.
Menakutkan memikirkan bahwa hal itu mungkin sedang terjadi pada diriku sekarang.
Melihat hal itu terjadi pada Algernon membuatnya nyata. Untuk pertama kalinya,
aku takut pada masa depanku.
Aku meletakkan tubuh Algernon di sebuah kotak metal kecil dan kubawa pulang. Aku
tidak akan membiarkan mereka membuangnya ke pembakaran. Konyol dan sentimental,
tetapi setidaknya kemarin malam aku menguburnya di halaman belakang. Aku
menangis ketika meletakkan seikat bunga liar di atas kuburannya.
22 September Aku akan pergi ke Jalan Marks untuk mengunjungi ibuku besok. Sebuah
mimpi tadi malam memicu munculnya kenangan lanjutan, menyalakan seluruh potongan
masa lalu, dan yang penting adalah menuliskannya pada selembar kertas dengan
cepat sebelum aku melupakanya. Aku menjadi cepat lupa sekarang. Mimpi itu ada
hubungannya dengan ibuku, dan sekarang lebih dari yang sudah-sudah aku ingin
mengerti dirinya. Aku ingin tahu seperti apa dia dan mengapa dia bersikap
seperti itu. Aku tidak boleh membencinya.
Aku harus mengerti dirinya sebelum aku bertemu dengannya sehingga aku tidak akan
bersikap kasar atau konyol.
27 September Aku seharusnya menuliskan ini segera karena penting melengkapi
catatan ini. Aku pergi menjenguk Rose tiga hari yang lalu. Akhirnya, aku memaksakan diri
untuk meminjam mobil Burt lagi. Aku takut, tapi aku tahu aku harus pergi.
Pada mulanya, ketika aku pergi ke Jalan Marks kupikir aku telah membuat
kesalahan. Ini bukan jalan yang pernah kuingat sama sekali. Jalan ini sangat
kotor. Bidang-bidang tanah kosong tempat rumah-rumah telah diruntuhkan. Di tepi
jalan, sebuah lemari es rusak dengan pintu terlepas, dan di tikungan sebuah
kasur tua dengan per-per bagian dalamnya menjulur keluar seperti usus tumpah
dari perut. Beberapa rumah telah tertutup jendelanya, sedangkan yang lainnya
tampak lebih mirip dengan gubuk tambal sulam daripada rumah. Aku memarkir mobil
satu blok dari rumah, lalu berjalan kaki ke sana.
Tidak ada anak-anak bermain di Jalan Marks sama sekali tidak seperti gambaran
dalam pikiranku tentang anak-anak di mana-mana, dan Charlie mengawasi dari
jendela (anehnya sebagian besar kenanganku akan jalan ini dibingkai oleh
jendela, dengan aku yang selalu berada di dalam mengamati anak-anak bermain).
Sekarang hanya ada orang-orang tua yang berdiri di bawah naungan
serambi reyot. Ketika aku mendekati rumah itu, aku terkejut untuk kedua kalinya. Ibuku ada di
beranda depan, mengenakan baju hangat cokelat, sedang membersihkan jendelajendela di lantai bawah dari luar, padahal cuaca dingin dan berangin. Ibuku
selalu bekerja untuk memperlihatkan kepada para tetangga betapa dia seorang
istri dan ibu yang baik. Yang paling penting baginya adalah pendapat orang lain penampilannya atau
keluarganya. Dan ia memang sepantasnya begitu. Matt pun berkeras bahwa apa yang
dipikirkan orang lain tentang dirimu bukan satu-satunya dalam hidupmu. Tetapi
itu tidak berhasil. Norma harus berpakaian bagus; rumah harus mempunyai
perabotan yang indah; dan Charlie harus dikurung di dalam sehingga orang lain
tidak tahu bahwa ada yang salah padanya.
Di gerbang, aku berhenti, melihat ibuku berdiri tegak menarik napas. Melihat
wajahnya membuatku gemetar, tetapi bukan wajahnya yang kuusahakan dengan keras
untuk mengingat. Rambutnya telah memutih dan berbaur kelabu, dan pipi kurusnya
berkerut. Karena berkeringat keningnya terlihat berkilat. Dia melihatku dan
balas menatap. Aku ingin menghindari tatapannya, dan kembali ke jalan, tetapi aku tidak bisa
tidak karena aku sudah tiba di sini. Aku mungkin bisa pura-pura menanyakan arah,
pura-pura tersesat di lingkungan asing. Melihatnya saja sudah cukup. Tetapi yang
kulakukan hanya berdiri di sana menunggunya melakukan sesuatu lebih dulu. Dan
yang dilakukannya adalah berdiri di sana dan menatapku.
"Kau butuh sesuatu?" Suaranya serak, tidak salah lagi, menggema di lorong
kenanganku. Aku membuka mulutku, tetapi tidak ada suara yang keluar. Mulutku bergerak, aku
tahu, dan aku berjuang untuk berbicara padanya, mengucapkan sesuatu, karena saat
itu aku dapat melihat sinar pengenalan di matanya. Ini sama sekali bukan cara
yang kuinginkan ketika dia melihatku. Tidak berdiri di depannya, dengan dungu,
tidak dapat menjelaskan siapa diriku. Tetapi lidahku terus kelu, seperti sebuah
penghalang berat, sedangkan mulutku terasa kering.
Akhirnya, sesuatu keluar. Bukan yang aku maksudkan (aku sudah merencanakan
sesuatu yang lembut dan berani, untuk mengendalikan keadaan dan menghapus segala
masa lalu serta luka dengan beberapa kata saja) tetapi yang keluar dari
tenggorokanku adalah: "Maaa....11
Dengan segala hal yang telah kupelajari dalam segala bahasa yang aku kuasai yang
hanya dapat kukatakan pada ibuku, yang sedang berdiri di beranda sambil
menatapku adalah, "Maaa." Seperti domba bermulut kering di ambing.
Dia mengusap keningnya dengan punggung lengannya dan mengerutkan kening, seolah
dia tidak dapat melihatku dengan jelas. Aku melangkah ke depan, melewati pintu
gerbang, lalu berjalan ke arah tangga. Dia mundur.
Pada awalnya, aku tidak yakin apakah dia mengenaliku atau tidak, tetapi kemudian
dia mengembuskan namaku: "Charlie...,1" Dia tidak meneriakkan atau membisikkannya.
Dia hanya mengembuskan namaku seperti orang sedang bermimpi.
"Ma...." Aku mulai menaiki tangga. "Ini aku...."
Gerakanku membuatnya terkejut, lalu dia melangkah mundur, hingga menendang ember
berisi air sabun, kemudian busa kotor mengalir ke tangga. "Apa yang kaulakukan
di sini?" "Aku hanya ingin bertemu denganmu... berbicara denganmu...."
Karena lidahku terus menghalangiku, suaraku yang keluar dari tenggorokan
terdengar berbeda, seperti suara rengekan yang berat, seperti caraku bicara di
masa lalu. "Jangan pergi," pintaku. "Jangan lari dariku."
Namun, dia sudah menghilang ke ruang depan dan mengunci pintu. Sesaat kemudian
aku dapat melihatnya mengintai dari jendela pintu, matanya terlihat ketakutan.
Di belakang jendela bibirnya bergerak berbisik. "Pergi! Jangan ganggu aku!"
Mengapa" Siapa dia sehingga menolakku seperti ini" Apa haknya dia menghindar
dariku" "Biarkan aku masuk! Aku mau berbicara denganmu! Biarkan aku masuk!" Aku
menggedor pintu begitu keras pada kacanya sehingga kaca itu retak, lalu jala
retakannya melebar dan menyangkut pada kulitku sebentar dan menempel kuat. Dia
pasti mengira aku sudah gila dan datang untuk melukainya. Dia melepaskan pintu
luar dan berlari ke gang yang menuju ke apartemen.
Aku mendorong lagi. Pengancingnya lepas dan karena aku tidak siap dengan hasil
yang tiba-tiba, aku jatuh ke ruang depan, kehilangan keseimbangan. Tanganku
berdarah terkena kaca yang kupecahkan. Aku tidak tahu harus bagaimana, maka aku
memasukkan tanganku ke dalam saku untuk mencegah darah mengotori lantai yang
baru saja digosok dengan linoleum oleh ibuku.
Aku bergerak ke dalam, melewati tangga yang sering kulihat dalam mimpiku. Aku
sering dikejar-kejar ke atas selama itu, di tangga sempit itu oleh iblis-iblis
yang menangkap tungkaiku dan menarikku ke bawah masuk ke gudang di bawah, sementara
aku mencoba berteriak tanpa suara, tercekik lidahku, dan megap-megap tanpa
suara. Seperti anak-anak lelaki bisu di Warren.
Orang-orang yang tinggal di lantai dua induk semang kami dan istrinya, keluarga
Meyers selalu baik terhadapku. Mereka memberiku permen dan membolehkan aku masuk
dan duduk di dapur mereka serta bermain dengan anjing mereka. Aku ingin bertemu
dengan mereka, tetapi tanpa diberi tahu, aku tahu mereka sudah pergi dan mati,
kemudian orang-orang asing itu tinggal di atas. Jalan itu hingga kini tertutup
untukku selamanya. Di ujung gang, pintu yang dilewati Rose ketika berlari, terkunci. Aku berdiri di
depannya sesaat tidak tahu harus bagaimana.
"Buka pintu." Jawabannya adalah salak anjing kecil bernada tinggi. Aku terkejut.
"Baik," kataku. "Aku tidak berniat melukaimu atau semacamnya, tetapi aku datang
dari jauh, dan aku tidak akan pergi sebelum berbicara denganmu. Jika kau tidak
membuka pintu, aku akan mendobraknya."
Aku mendengarnya berkata: "Ssst, Nappie... sini, masuk ke kamar tidur." Sesaat
kemudian, aku mendengar suara kunci dibuka. Pintu terbuka dan dia berdiri sambil
menatapku. "Ma," aku berbisik, "aku tidak akan melakukan apa pun. Aku hanya ingin berbicara
denganmu. Kau harus mengerti, aku sudah berbeda. Aku sudah berubah. Aku normal
sekarang. Kau mengerti" Aku tidak terbelakang lagi. Aku tidak dungu lagi. Aku
seperti orang lain. Aku normal seperti kau dan Matt atau Norma."
Aku mencoba terus berbicara, berceloteh sehingga dia tidak akan menutup
pintunya. Aku mencoba mengatakan kepadanya seluruhnya sekaligus. "Mereka
mengubahku, mengoperasiku, dan membuatku berbeda. Aku menjadi seperti yang
selalu kauinginkan. Tidakkah kau membacanya di koran" Sebuah eksperimen ilmiah
baru yang mengubah kapasitas untuk kecerdasan, dan aku adalah orang pertama yang
diujicobakan. Mengertikah kau" Mengapa kau melihatku seperti itu" Aku pandai
sekarang, lebih pandai daripada Norma, atau Paman Herman, ataupun Matt. Aku tahu
hal-hal yang bahkan tidak diketahui para profesor di universitas. Bicaralah
padaku! Kau bisa membanggakan aku sekarang dan mengatakan kepada seluruh
tetangga. Kau tidak perlu menyembunyikan aku lagi di gudang ketika ada tamu
datang. Bicaralah padaku. Ceritakan padaku tentang segalanya, seperti apa dulu,
ketika aku masih kecil, itu saja yang kuinginkan. Aku tidak akan melukaimu. Aku
tidak membencimu. Tetapi aku harus tahu tentang diriku, untuk mengerti diriku
sendiri, sebelum terlambat. Tidakkah kau melihat, aku tidak dapat menjadi
sempurna kalau tidak mengerti diriku sendiri. Kau satu-satunya di dunia ini yang
dapat membantuku sekarang. Biarkan aku masuk dan duduk sebentar."
Aku tidak tahu apakah cara bicaraku atau yang kukatakan yang menghipnotisnya.
Dia berdiri di sana di ambang pintu dan menatapku. Tanpa berpikir, aku menarik
tangan berdarahku keluar dari sakuku dan meremasnya saat memohon. Ketika dia
melihatnya, ekspresinya melembut.
"Kau melukai dirimu sendiri...." Dia tidak harus merasa kasihan padaku. Hal itu
pun akan dirasakannya untuk seekor anjing yang terluka kakinya, atau seekor kucing yang terluka karena
berkelahi. Itu bukan karena aku Charlienya, tetapi sebaliknya.
"Ayo masuk dan cucilah. Aku punya perban dan
iodin." Aku mengikutinya ke tempat cuci piring yang reyot dengan papan pengering
bergelombang yang begitu sering digunakannya untuk mencuci wajah dan tanganku
setelah aku bermain di halaman belakang, atau ketika aku siap untuk makan atau
pergi tidur. Dia melihatku menggulung lengan jasku. "Kau seharusnya tidak
memecahkan jendela itu. Induk semangku akan marah, dan aku tidak punya cukup
uang untuk menggantinya." Lalu, seolah menjadi tidak sabar dengan caraku mencuci
tangan, dia mengambil sabun dari tanganku dan membasuh tanganku. Ketika dia
melakukannya, dia berkonsentrasi sangat keras sehingga aku terdiam, takut
merusak mantera pesona itu. Sesekali dia berdecak atau mendesah. "Charlie,
Si Jenius Dungu Charlie Flowers For Algernon Karya Daniel Keyes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Charlie, selalu berantakan. Kapan kau akan belajar mengurus dirimu sendiri?" Dia
kembali ke dua puluh lima tahun yang lalu ketika aku masih Charlie kecil dan dia
mau berkelahi untuk mendapatkan tempat bagiku di dunia ini.
Ketika darah itu sudah tercuci bersih dan dia telah mengeringkan tanganku dengan
kertas handuk, dia menatap wajahku dan matanya terbelalak ketakutan. "Oh,
Tuhanku!" Dia tergagap dan mundur.
Aku mulai bicara lagi, dengan lembut, membujuk untuk meyakinkan dirinya bahwa
tidak ada yang salah dan aku tidak akan melukainya. Tetapi, ketika aku bicara
aku yakin, pikirannya melayang-layang. Dia melihat ke sekelilingnya dengan
samar, meletakkan tangannya di mulutnya dan menggeram ketika melihatku lagi.
"Rumah ini berantakan sekali," katanya. "Aku tidak menduga akan ada tamu. Lihat jendelajendela itu dan perabotan kayu di sana."
"Tidak apa-apa, Ma. Jangan khawatirkan itu."
"Aku harus menggosoknya lagi. Harus bersih." Dia melihat bekas-bekas jemari di
pintu dan mengambil lapnya lalu menggosoknya hingga bersih. Ketika dia melihat
ke atas dan melihatku mengawasinya, dia mengerutkan keningnya. "Kau datang untuk
menagih listrik?" Sebelum aku dapat menjawab tidak, dia menggoyang-goyangkan jarinya, mengomeliku.
"Aku bermaksud mengirimimu cek pada awal bulan, tetapi suamiku keluar kota,
urusan pekerjaan. Aku bilang kepada mereka jangan khawatir soal uang. Sebab,
anak perempuanku akan menerima gajinya minggu ini, sehingga kami dapat membayar
semua tagihan kami. Jadi, jangan menggangguku dengan minta uang."
"Apakah dia anak tunggalmu" Kau punya anak lainnya, bukan?"
Dia terkejut, lalu matanya menatap ke tempat lain. "Aku pernah punya seorang
anak lelaki. Begitu cerdas sehingga ibu-ibu lainnya iri hati kepadanya. Lalu
mereka menyebutnya IQ, tetapi yang dimaksud adalah IQ yang buruk. Ia seharusnya
bisa menjadi orang hebat, jika bukan karena IQ yang buruk itu. Ia sangat cerdas
pengecualian, kata mereka. Ia bisa menjadi seorang jenius...."
Rose memungut sikatnya. "Permisi. Aku harus menyiapkan semuanya. Putriku
mengundang seorang pria muda untuk makan malam di sini, karena itu aku harus
membersihkan rumahku." Dia berlutut dan mulai menggosok lantai yang sudah
bersih. Dia tidak mendongak lagi.
Rose bekerja sambil menggumam sendiri sekarang. Sementara itu, aku duduk di
belakang meja dapur. Aku akan menunggu hingga Rose muncul, hingga dia
mengenaliku dan mengerti siapa aku. Aku tidak bisa pergi hingga dia tahu aku
adalah Charlienya. Harus ada yang tahu.
Rose mulai bersenandung sedih sendiri, tetapi kemudian berhenti. Lap gombalnya
terhenti di tengah antara ember dan lantai, seolah tiba-tiba dia sadar akan
kehadiranku di belakangnya.
Dia berpaling, wajahnya tampak letih dan matanya berkilauan. Lalu dia menegakkan
kepalanya. "Bagaimana mungkin" Aku tidak mengerti. Dulu, mereka mengatakan
padaku bahwa kau tidak bisa diubah."
"Mereka mengoperasiku, itulah yang mengubahku. Aku terkenal sekarang. Mereka
telah mendengar soal aku di seluruh dunia. Aku cerdas sekarang, Ma. Aku dapat
menulis dan membaca, dan aku dapat...."
"Terima kasih, Tuhan," dia berbisik. "Doa-doaku selama bertahun-tahun kupikir Ia
tidak mendengarku, tetapi ternyata Ia selalu mendengarkan aku. Ia hanya menunggu
waktuNya sendiri untuk melakukan keinginan-Nya."
Dia mengusap wajahnya dengan celemeknya. Ketika aku memeluknya, dia menangis
dengan bebas di atas bahuku. Segala luka tercuci bersih, dan aku merasa senang
telah pulang. "Aku harus mengatakan kepada semua orang," katanya sambil tersenyum. "Semua guru
di sekolah. Oh, tunggu hingga kau melihat wajah-wajah mereka ketika aku
mengatakannya. Dan para tetangga. Lalu Paman Herman aku harus mengatakan kepada
Paman Herman. Ia akan sangat senang. Dan tunggu sampai ayahmu pulang.
Aku tidak tahu itu."
Dia memelukku, berbicara dengan bersemangat, membuat rencana hidup baru yang
akan kami miliki bersama. Aku tidak tega untuk mengingatkan dirinya bahwa
sebagian besar guruku sudah pergi dari sekolah itu, bahwa para tetangga telah
lama pindah, bahwa Paman Herman sudah meninggal sejak bertahun-tahun yang lalu,
dan bahwa ayahku telah meninggalkannya. Mimpi buruk selama bertahun-tahun telah
menimbulkan luka. Aku ingin melihatnya tersenyum dan sekarang aku adalah satusatunya yang membuatnya bahagia. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku
membuat bibirnya tersenyum.
Kemudian setelah beberapa saat, dia berhenti dan tercenung seolah ingat akan
sesuatu. Aku punya perasaan pikirannya kembali mengawang. "Tidak!" teriakku,
hingga mengejutkan dirinya dan membuatnya kembali pada kenyataan. "Tunggu, Ma!
Ada yang lain lagi. Sesuatu yang aku ingin kau memilikinya sebelum aku pergi."
"Pergi" Kau tidak boleh pergi sekarang."
"Aku harus pergi, Ma. Aku punya kewajiban. Tetapi aku akan menulis surat padamu,
dan aku akan mengirimimu uang."
"Tetapi kapan kau akan kembali?"
"Aku tidak tahu belum tahu. Tetapi sebelum aku pergi, aku ingin kau memiliki
ini." "Sebuah majalah?"
"Tidak sepenuhnya benar. Ini adalah laporan ilmiah yang kutulis. Sangat teknis.
Lihat, judulnya "Efek Algernon-Gordon". Tentang sesuatu yang kutemukan, dan
judulnya sebagian adalah namaku. Aku ingin kau menyimpan salinan ini sehingga
kau dapat memperlihatkan kepada orang-orang bahwa putramu berubah menjadi orang yang lebih daripada
sekadar dungu." Dia mengambilnya dan melihatnya dengan kagum. "Ini... ini ada namamu. Aku tahu ini
akan terjadi. Aku selalu berkata, ini akan terjadi suatu hari kelak. Aku
berusaha melakukan segala yang kumampu. Kau terlalu muda untuk ingat, tetapi aku
sudah berusaha. Kukatakan kepada mereka bahwa kau akan pergi kuliah dan menjadi
seorang profesional serta mengesankan seluruh dunia. Mereka tertawa, tetapi kau
sudah mengatakan itu kepada mereka."
Dia tersenyum padaku di antara air matanya, sesaat kemudian dia tidak menatapku
lagi. Rose memungut gombalnya dan mulai mencuci barang-barang dari kayu di
sekitar pintu dapur, sambil bersenandung dengan lebih gembira, kupikir seolah
dalam mimpi. Anjing itu mulai menyalak lagi. Pintu depan terbuka dan tertutup kembali, lalu
ada suara memanggil: "Oke, Nappie. Oke, ini aku." Anjing itu melompat-lompat
kegirangan menabraki pintu kamar tidur.
Aku marah karena merasa terjebak di sini. Aku tidak mau bertemu dengan Norma.
Kami masing-masing tidak punya hal untuk dibicarakan, dan aku tidak mau
kunjunganku ini rusak. Tidak ada pintu belakang. Satu-satunya jalan adalah
melompat keluar lewat jendela ke halaman belakang dan melewati pagar. Tetapi
mungkin ada orang yang mengira aku seorang pencuri.
Ketika aku mendengar kuncinya di pintu, aku berbisik pada ibuku aku tidak tahu
mengapa "Norma pulang," aku menyentuh lengannya, tetapi Rose tidak mendengarku.
Dia terlalu sibuk bersenandung sambil membersihkan perkakas kayu.
Pintu terbuka. Norma melihatku dan mengerutkan keningnya. Mula-mula dia tidak
mengenaliku remang-remang, lampu belum dinyalakan. Setelah meletakkan barangbarang belanjaannya, dia menyalakan lampu. "Siapa kau...?" Tetapi sebelum aku
dapat menjawabnya, tangannya bergerak menutup mulutnya, dan dia mundur
menghantam pintu. "Charlie!" Dia menyebutkan namaku seperti ibuku tadi, dengan mengembuskannya.
Norma tampak seperti ibuku ketika muda kurus, berparas tajam, seperti burung,
cantik. "Charlie! Tuhanku, mengejutkan sekali! Kau seharusnya mengabariku dan
memberi tahu aku. Kau bisa meneleponku. Aku tidak tahu apa yang harus
kukatakan...." Dia melihat ibu, yang duduk di lantai di dekat tempat cuci piring.
"Dia tidak apa-apa" Kau tidak mengejutkannya atau...?"
"Dia terkejut sebentar. Kami sudah bercakap-cakap.
ii "Aku senang. Dia tidak banyak ingat lagi akhir-akhir ini. Karena tua pikun. Dr
Portman ingin aku menempatkannya di panti, tetapi aku tidak dapat melakukan itu.
Aku tidak bisa membayangkannya hidup di panti." Dia membuka pintu kamar untuk
mengeluarkan anjingnya. Ketika anjing itu meloncat dan menguik-nguik gembira,
Norma mengangkat dan memeluknya. "Aku hanya tidak dapat melakukan itu pada ibuku
sendiri." Kemudian dia tersenyum padaku, ragu. "Wah, mengejutkan sekali. Coba
aku mau melihatmu. Aku mungkin tidak akan mengenalimu di jalan. Begitu berbeda."
Dia mendesah. "Aku senang bertemu denganmu, Charlie."
"Begitukah" Aku tidak mengira kau mau bertemu denganku lagi."
"Oh, Charlie!" Dia menggenggam tanganku. "Jangan katakan itu. Aku senang bertemu
denganmu. Aku menunggumu. Aku tidak tahu kapan, tetapi aku tahu suatu hari kelak
kau akan pulang. Sejak aku membaca berita tentang dirimu yang melarikan diri di
Chicago." Dia menjauh untuk mengamatiku. "Kau tidak tahu betapa aku
memikirkanmu, bertanya-tanya di mana kau dan apa yang kaulakukan. Hingga
profesor itu datang ke sini kapan, ya" Bulan Maret yang lalu" Baru tujuh bulan
yang lalu" Aku tidak tahu kau masih hidup. Mama mengatakan, kau sudah meninggal
di Warren. Aku mempercayainya selama bertahun-tahun. Ketika mereka mengatakan
bahwa kau masih hidup dan mereka membutuhkanmu untuk eksperimen mereka, aku
tidak tahu apa yang harus kulakukan. Profesor... Nemur... itu namanya, kan" tidak
membiarkan aku menjengukmu. Ia takut membuatmu kesal sebelum operasi itu. Tetapi, ketika aku melihat di koran-koran bahwa operasi itu berhasil dan kau telah
menjadi jenius ya, ampun...! Kau tidak tahu bagaimana rasanya membaca berita
tentang itu. "Aku menceritakan hal itu kepada semua orang di kantorku, dan gadis-gadis di
kelompok main bridge-ku. Aku perlihatkan fotomu di koran, dan aku katakan kepada
mereka bahwa kau akan pulang ke sini lagi untuk bertemu dengan kami suatu hari.
Dan kau sekarang sudah di sini. Kau benar-benar di sini. Kau tidak melupakan
kami." Dia memelukku lagi. "Oh, Charlie. Charlie... senang sekali tiba-tiba mendapatkan
seorang kakak lelaki. Kau tidak tahu. Duduklah akan kubuatkan kau makanan. Kau
harus menceritakan padaku semuanya soal itu. Apa rencanamu. Aku... aku tidak tahu
harus bertanya apa dulu. Aku pastilah terdengar konyol seperti seorang gadis
yang baru saja tahu kakak lelakinya seorang pahlawan atau bintang film atau
apalah." Aku bingung. Aku tidak menduga mendapat sambutan seperti ini dari Norma. Tidak
terpikir olehku bahwa selama bertahun-tahun tinggal bersama ibuku telah mengubah
Norma. Tapi itu bisa saja terjadi. Norma bukan lagi anak manja yang ada dalam
kenanganku. Dia sudah tumbuh menjadi dewasa, berubah menjadi pribadi yang hangat
dan simpatik lagi penuh kasih.
Kami berbincang. Ironisnya, duduk di sana bersama adikku, kami berdua
membicarakan ibu kami yang juga berada di sana, di ruangan itu juga seolah dia
tidak ada di sana. Setiap kali Norma akan membicarakan soal kehidupan mereka,
aku akan menoleh pada Rose untuk melihat apakah dia menyimak. Tetapi, dia sedang
melamun di dunianya sendiri, seolah dia tidak mengerti bahasa kami, seolah tidak
seorang pun memperhatikannya lagi. Dia berjalan-jalan di sekitar dapur seperti
hantu, memunguti barang-barang lalu menyimpannya, tanpa mengganggu. Itu
menakutkan. Aku melihat Norma memberi makan anjingnya. "Jadi kau akhirnya mendapatkannya.
Nappie bsingkatan dari Napoleon, bukan?"
Norma berdiri tegak dan mengerutkan keningnya. "Dari mana kau tahu?"
Aku menjelaskan soal kenanganku: ketika dia membawa pulang kertas tesnya dan
berharap mendapatkan seekor anjing, dan bagaimana Matt melarangnya. Ketika aku
menceritakannya, kerutan di keningnya menjadi semakin dalam.
"Aku tidak ingat itu semua. Oh, Charlie, apakah aku begitu jahat padamu?"
"Ada satu kenangan yang membuatku penasaran. Aku tidak betul-betul yakin apakah
itu sebuah kenangan, atau sebuah mimpi, atau hanya khayalanku. Kenangan itu
ketika terakhir kali kita bermain bersama sebagai teman. Kita di ruang bawah
tanah dan bermain dengan memakai tutup lampu di atas kepala kita, berpura-pura
menjadi kuli Cina meloncat-loncat di atas kasur tua. Kau berusia tujuh atau
delapan tahun, kukira, sedangkan aku kira-kira tiga belas tahun. Aku ingat
ketika itu kau mencelat keluar dari kasur hingga kepalamu menimpa tembok. Tidak
terlalu keras hanya terantuk tetapi Mama dan Ayah datang berlarian ke bawah
karena kau menjerit dan mengatakan aku mencoba membunuhmu.
"Mama menyalahkan Matt karena tidak mengawasiku, meninggalkan kita berdua saja.
Lalu Mama mencambukiku dengan ikat pinggang hingga aku hampir pingsan. Kau ingat
itu" Apakah itu benar-benar terjadi seperti itu?"
Norma tercengang karena penjelasan tentang kenanganku, seolah hal itu
membangkitkan kenangannya yang terpendam. "Semuanya tidak jelas. Kautahu,
kupikir itu adalah mimpiku. Aku ingat kita memakai tutup lampu dan meloncatloncat di atas kasur tua." Norma menatap keluar jendela. "Aku membencimu karena
mereka selalu ribut tentang kau. Mereka tidak pernah memukul pantatmu karena kau
tidak mengerjakan tugas sekolah dengan baik, atau tidak membawa pulang nilai
yang bagus. Kau sering membolos dan bermain-main saja, sedangkan aku harus masuk
ke kelas yang sulit di sekolah. Oh, aku sangat membencimu. Di sekolah anak-anak
lain menggambar di papan tulis, seorang anak lelaki dengan topi anak bodoh di
atas kepalanya, lalu mereka menuliskan: "Kakak Norma" di bawah gambar itu. Dan mereka membuat coratcoret juga di tepi jalan di halaman sekolah "Adik Si Dungu dan Keluarga Gordon
yang Tolol". Dan pada suatu hari ketika aku tidak diundang ke pesta ulang tahun
Emily Raskin, aku tahu, itu karena kau. Lalu ketika kita bermain di gudang bawah
dengan tutup lampu di atas kepala kita, aku merasa harus membalasmu." Norma
mulai menangis. "Jadi ketika itu aku berbohong dan mengatakan kau melukaiku. Oh,
Charlie, aku bodoh sekali aku manja dan menyebalkan. Aku malu sekali...."
"Jangan salahkan dirimu. Pastilah sulit menghadapi anak-anak lain. Bagiku, dapur
inilah duniaku dan ruangan di sana itu. Yang lainnya tidak penting selama di
sini aman. Sementara itu, kau, kau harus menghadapi dunia."
"Mengapa mereka mengirimmu pergi, Charlie" Mengapa kau tidak bisa tinggal saja
di sini dan hidup bersama kami" Aku selalu bertanya-tanya tentang hal itu.
Setiap kali aku bertanya pada Mama, dia selalu berkata itu bagus untuk
kepentinganmu." "Dia ada benarnya juga."
Norma menggelengkan kepalanya. "Dia mengirimmu pergi karena aku, bukan" Oh,
Charlie, mengapa harus begitu" Mengapa semua ini terjadi pada kita?"
Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan kepadanya. Kuharap aku dapat mengatakan
seperti dalam film House of Atreus atau Cadmus, kita menderita karena dosa-dosa
nenek moyang kita, atau memenuhi sebuah ramalan Yunani kuno. Tetapi aku tidak
punya jawaban untuknya, atau untukku sendiri.
"Itu sudah berlalu," kataku. "Aku senang bertemu lagi denganmu. Itu membuat
semuanya lebih ringan."
Tiba-tiba Norma mencengkeram lenganku. "Charlie, kau tidak tahu apa yang terjadi
pada diriku selama tahun-tahun itu bersama Mama. Apartemen ini, jalanan, dan
pekerjaanku. Semuanya seperti mimpi buruk. Aku pulang setiap hari, dengan
bertanya-tanya apakah Mama masih ada di sana, apakah Mama melukai dirinya
sendiri, sehingga aku merasa berdosa karena memikirkan semua itu." '
Aku berdiri dan membiarkannya bersandar di bahuku. Norma menangis. "Oh, Charlie,
aku senang kau pulang sekarang. Kami membutuhkan seseorang. Aku sangat lelah...."
Aku pernah bermimpi tentang saat-saat seperti ini, tetapi sekarang karena hal
itu terjadi, apa gunanya" Aku tidak dapat mengatakan kepadanya apa yang akan
terjadi pada diriku. Namun, dapatkah aku menerima kasih sayangnya dengan kepurapuraan" Mengapa mengecoh diri sendiri" Jika aku masih Charlie yang dulu, yang
lemah otak, yang bergantung pada orang lain, Norma tidak akan berbicara seperti
ini padaku. Jadi apa hakku sekarang untuk menerima kasih sayangnya" Topengku
akan segera terkuak. "Jangan menangis, Norma. Semuanya akan berjalan dengan baik." Aku mendengar
diriku sendiri berbicara dengan kata-kata yang hampa. "Aku akan mencoba menjaga
kalian berdua. Aku punya tabungan sedikit, dan dengan gajiku dari Yayasan, aku
akan dapat mengirimi kalian uang de-ngan teratur walau untuk sementara saja."
"Tetapi kau tidak akan pergi! Kau harus tinggal bersama kami sekarang...."
"Aku harus melakukan perjalanan, penelitian, berpidato, tetapi aku akan mencoba
untuk kembali menjengukmu. Jagalah Mama. Dia sudah mengalami banyak hal. Aku
akan membantumu selama aku mampu."
"Charlie! Jangan, jangan pergi!" Dia menggelayuti aku. "Aku takut!"
Peran yang selalu ingin kumainkan kakak lelaki.
Pada saat itu, aku merasa Rose, yang tadi duduk tenang di sudut, sekarang
menatap kami. Ada yang berubah di wajahnya. Matanya membelalak, dan ia
mencondongkan tubuhnya ke depan dalam posisi duduknya. Yang dapat kupikirkan
adalah seekor elang yang siap menukik ke bawah.
Aku mendorong Norma menjauh dariku, tetapi sebelum aku dapat berkata apa pun,
Rose sudah berdiri. Dia telah mengambil sebilah pisau dapur dari meja dan
sekarang mengacungkannya padaku.
"Apa yang kaulakukan padanya" Jauhi dia! Sudah kukatakan padamu apa yang akan
kulakukan jika aku melihatmu menyentuh adikmu lagi! Otak kotor! Kau tidak
normal!" Kami berdua terlonjak ke belakang. Karena alasan yang tidak masuk akal, aku
Si Jenius Dungu Charlie Flowers For Algernon Karya Daniel Keyes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merasa bersalah, seolah aku tertangkap basah telah melakukan kesalahan. Aku
tahu, Norma merasakan hal yang sama. Seolah tuduhan ibuku telah membuat hal itu
terjadi, bahwa kami memang sedang melakukan sesuatu yang cabul.
Norma menjerit. "Mama! Letakkan pisau itu!"
Melihat Rose berdiri di sana dengan sebilah pisau di tangannya mengingatkan aku
pada gambaran malam itu ketika dia memaksa Matt membawaku pergi. Dia sekarang
menghidupkan kenangan itu lagi. Aku tidak dapat berbicara atau bergerak. Rasa
mual menguasaiku, ketegangan yang mencekik, suara dengung di telingaku,
perutku kejang dan meregang seolah ingin memisahkan diri dari tubuhku.
Rose memegang pisau, Alice memegang pisau, dan ayahku juga memegang pisau, lalu
Dr Strauss memegang pisau....
Untunglah, Norma cepat sadar dan mengambil pisau itu darinya. Tetapi dia tidak
dapat menghapus ketakutan di mata Rose ketika dia meneriaki aku. "Bawa dia
keluar dari sini! Dia tidak punya hak untuk menatap adik perempuannya dengan
seks di otaknya!" Rose menjerit dan terduduk kembali, sambil menangis.
Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan, demikian juga Norma. Kami berdua merasa
malu. Sekarang Norma tahu mengapa aku dikirim pergi dari rumah.
Aku bertanya-tanya apakah aku benar-benar telah melakukan sesuatu yang membuat
ibuku begitu ketakutan. Tidak ada kenangan tentang hal itu. Tetapi, bagaimana
aku bisa yakin bahwa tidak ada pikiran-pikiran mengerikan yang tertekan di balik
penghalang kesadaranku yang tersiksa" Pada gang tertutup, di luar gang buntu,
yang tidak akan pernah kulihat. Mungkin aku juga tidak akan pernah tahu. Apa pun
kebenarannya itu, aku tidak boleh membenci Rose karena melindungi Norma. Aku
harus mengerti cara Rose memandang kejadian itu. Jika aku tidak memaafkannya,
aku tidak akan memiliki apa-apa. Norma gemetar.
"Tenanglah," kataku. "Dia tidak tahu apa yang dilakukannya. Bukan aku yang
dimarahinya. Tetapi Charlie yang dulu. Dia takut pada apa yang mungkin
dilakukannya terhadapmu. Aku tidak dapat menyalahkannya karena dia ingin
melindungimu. Tetapi kita tidak perlu memikirkannya sekarang, karena si Charlie
lama telah pergi selamanya, bukan?"
Dia tidak mendengarkan aku. Ada ekspresi bermimpi di wajahnya. "Aku hanya
mempunyai satu dari pengalaman-pengalaman aneh yang kemudian terjadi. Sementara
itu, kau memiliki perasaan bahwa kau tahu hal itu akan terjadi, seolah semuanya
terjadi sebelumnya, dengan cara yang persis sama, lalu kau melihatnya terjadi
lagi...." "Itu pengalaman yang sangat biasa."
Norma menggelengkan kepalanya. "Baru saja, ketika aku melihat Mama membawa
pisau, itu seperti mimpi yang pernah kualami sudah lama berselang."
Apa gunanya mengatakan kepadanya bahwa jelas malam itu dia yang masih kecil,
tidak sedang tidur, dan telah melihat kejadian itu seluruhnya dari kamarnya
kemudian kenangan itu ditekan dan dipelintir hingga dia membayangkannya sebagai
khayalan saja. Tidak ada alasan untuk membebaninya dengan mengatakan yang
sebenarnya. Dia pastilah sudah cukup sedih dengan ibuku di hari-hari mendatang.
Aku akan senang mengambil beban dan luka itu dari tangannya. Tetapi tidak ada
artinya juga memulai sesuatu yang tidak mungkin kuselesaikan. Aku juga memiliki
penderitaan dalam hidupku. Tidak ada cara untuk menghentikan pasir pengetahuan
yang meluncur melalui gelas waktu pikiranku.
"Aku harus pergi sekarang," kataku. "Jaga dirimu dan Mama." Aku meremas
tangannya. Ketika aku keluar, Napoleon menggonggongi aku.
Aku menahannya selama mungkin, tetapi ketika aku tiba di jalan, tidak mungkin
lagi. Sulit untuk dituliskan, tetapi orang-orang berpaling melihatku ketika aku
berjalan ke mobil sambil menangis seperti anak kecil. Aku tidak dapat menahan diri, dan
aku tidak peduli. Ketika aku berjalan, kata-kata konyol berdentam seperti genderang memasuki
kepalaku berulang-ulang, dengan meninggikan irama mendengung itu.
Tiga tikus buta... tiga tikus buta,
Lihat bagaimana mereka berlari! Lihat bagaimana
mereka berlari! Mereka semua berlari mengejar istri petani,
Dia memotong ekor mereka dengan pisau pengerat,
Kau pernah melihat pemandangan seperti itu dalam
hidupmu, Seperti tiga... tikus... buta"
Aku mencoba menutup telingaku, tetapi aku tak mampu, dan begitu aku memutar
tubuhku untuk melihat kembali rumah itu dan berandanya, aku melihat seraut wajah
seorang anak lelaki, yang sedang menatapku, pipinya menekan kaca jendela.
LAPORAN KEMAJUAN 17 3 Oktober Keadaan bertambah buruk. Aku memikirkan untuk melakukan bunuh diri
sekarang ketika aku masih dapat mengendalikan diri dan masih sadar akan dunia di
sekitarku. Tetapi kemudian aku ingat Charlie yang menunggu di jendela. Aku tidak
punya hak untuk menyia-nyiakan hidupnya. Aku hanya meminjam darinya sebentar,
dan sekarang aku diminta untuk mengembalikannya.
Aku harus ingat, akulah satu-satunya orang yang pernah mengalami ini. Selama aku
bisa, aku harus terus mencatat segala pikiran dan perasaanku. Laporan-laporan kemajuanku ini merupakan
sumbangan Charlie Gordon bagi insan manusia.
Aku menjadi tidak tenang dan lekas marah. Bertengkar dengan penghuni gedung
karena aku memutar hi-ft set pada larut malam. Aku sering melakukan hal itu
sejak aku berhenti bermain piano. Memang tidak benar menyalakan hi-fi itu terusmenerus selama berjam-jam, tetapi aku melakukan itu supaya aku tidak tertidur.
Aku tahu, aku harus tidur, tetapi aku akan menyesalinya terus setiap detik waktu
jagaku. Bukan hanya karena mimpi-mimpi buruk itu; tetapi karena aku takut akan
melepaskan diri. Kukatakan pada diriku sendiri akan ada cukup waktu untuk tidur nanti, ketika
sudah gelap. Pak Vernor di apartemen bawahku pernah mengeluh, tetapi sekarang ia selalu
memukuli pipa-pipa atau langit-langit apartemennya sehingga aku mendengar suara
pukulan itu di bawah kakiku. Awalnya aku mengabaikannya, tetapi tadi malam ia
datang ke atas dengan mengenakan jubah mandinya. Kami bertengkar, dan aku
membanting pintu di depan wajahnya. Satu jam kemudian, ia kembali bersama
seorang polisi yang mengatakan padaku aku tidak boleh menyalakan kaset keraskeras pada pukul 4 pagi. Senyuman di wajah Vernor membuatku begitu marah
sehingga hanya itu yang dapat kulakukan supaya aku tidak memukulnya. Ketika
mereka pergi, aku menghancurkan semua rekaman dan mesinnya. Aku telah mengolok
diriku sendiri juga. Aku tidak terlalu menyukai jenis musik seperti itu lagi.
4 Oktober Sesi terapi paling aneh yang pernah
kualami. Strauss kesal. Kejadian itu juga bukan hal yang diduganya.
Apa yang terjadi aku tidak berani menyebutnya kenangan adalah sebuah pengalaman
jiwa atau halusinasi. Aku tidak berniat menjelaskannya atau menerjemahkannya,
tetapi hanya ingin mencatat apa yang terjadi.
Aku menjadi mudah tersinggung ketika aku datang ke kantornya, tetapi Strauss
berpura-pura tidak melihat keadaanku. Aku langsung berbaring di atas sofanya,
dan ia, seperti biasanya, duduk di satu sisi dan agak ke belakang asal tidak
terlihat olehku dan menungguku memulai ritual mencurahkan semua racun pikiran
yang terkumpul. Aku balas menatapnya dengan tajam sambil berbaring. Ia tampak letih serta
kendur, dan entah bagaimana ia mengingatkan aku pada Matt yang sedang duduk di
kursi pangkas rambutnya sambil menunggu pelanggan. Aku memberi tanda pada
Strauss bahwa aku akan bicara perihal asosiasi, lalu ia mengangguk dan menunggu.
"Kau sedang menunggu pelanggan?" tanyaku. "Kau harus memiliki sofa seperti gaya
kursi pemangkas rambut. Lalu ketika kau menginginkan asosiasi bebas, kau dapat
membaringkan pasienmu seperti pemangkas rambut itu ketika ia sedang memberi busa
pada wajah pelanggannya. Dan saat lima puluh menit berlalu, kau bisa mengungkit
kursi itu kembali hingga tegak lalu memberinya cermin supaya ia dapat melihat
bagaimana rupanya di luar setelah kau cukur egonya."
Strauss tidak mengatakan apa-apa. Aku seharusnya merasa malu karena caraku
meledeknya, tapi aku tidak dapat menghentikan diriku. "Lalu pasienmu dapat masuk
ke setiap sesi dan berkata, 'Tolong cukur sedikit saja di atas kecemasanku.1
Atau, 'Jangan pangkas 'super ego' terlalu pendek, kalau tidak keberatan,' atau
ia mungkin akan masuk untuk minta dicuci rambutnya dengan sampo ego maksudku
sampo egg. Aha! Kau merasa ada keseleo lidah di sini, Dokter" Catat itu, ya. Aku
bilang aku ingin sampo egg, bukan sampo ego. Egg... ego... mirip, bukan" Apakah itu
artinya aku ingin dicuci bersih dosaku" Dilahirkan kembali" Itu simbolisme
pembaptisan" Atau apakah kita mencukur jenggot rapat dengan kulit" Apakah
seorang idiot mempunyai id?"
Aku menunggu reaksi Dr Strauss, tetapi ia hanya bergeser di kursinya.
"Kau bangun?" tanyaku.
"Aku sedang menyimak, Charlie."
"Hanya menyimak" Kau tidak pernah marah?"
"Mengapa kau ingin aku marah padamu?"
Aku mendesah. "Strauss si pendiam... tak tergoyahkan. Begini. Aku muak dan bosan
datang ke sini. Apa artinya terapi ini lagi" Seperti juga aku, kau tahu apa yang
akan terjadi." "Tetapi kupikir kau tidak mau berhenti," sahutnya. "Kau ingin melanjutkannya,
bukan?" "Ini tolol. Pemborosan waktumu dan waktuku."
Aku berbaring dalam sinar temaram dan menatap pola-pola persegi di langitlangit... lapisan kedap suara dengan ribuan lubang kecil menyerap setiap kataku.
Suaraku terkubur hidup-hidup di dalam lubang-lubang kecil di langit-langit.
Aku merasa pening. Pikiranku kosong. Itu tidak biasa karena selama sesi terapi
aku selalu mempunyai bahan untuk diungkapkan dan dibicarakan. Mimpi-mimpi...
kenangan... asosiasi... masalah.... Tetapi sekarang aku merasa terkucil dan kosong.
Hanya Strauss si pendiam yang bernapas di belakangku.
"Aku merasa aneh," kataku.
"Kau mau membicarakannya?"
Oh, pandai sekali, betapa halusnya ia! Apa yang kukerjakan di sini kalau bukan
untuk membicarakannya, lalu asosiasiku terserap oleh lubang-lubang kecil di
langit-langit dan lubang-lubang besar terapisku"
"Aku tidak tahu apakah aku mau membicarakannya," sahutku. "Aku merasa sangat
bermusuhan denganmu hari ini." Kemudian, aku menceritakan kepadanya apa yang
sedang kupikirkan. Tanpa melihat ke arahnya, aku tahu, ia sedang mengangguk pada dirinya sendiri.
"Sulit dijelaskan," kataku. "Sebuah perasaan yang pernah kurasakan satu atau dua
kali sebelumnya, sesaat sebelum aku pingsan. Pening... segalanya terasa
bersemangat... tetapi tubuhku terasa dingin dan mati rasa...."
"Lanjutkan." Suara Strauss terdengar bersemangat. "Apa lagi?"
"Aku tidak dapat merasakan tubuhku lagi. Mati rasa. Aku merasa bahwa Charlie
berada dekat denganku. Mataku terbuka aku yakin itu terbuka, bukan?"
"Ya, terbuka lebar."
"Tapi aku melihat sinar biru-putih dari dinding, sedangkan langit-langitnya
berkumpul menjadi bola gemerlapan. Sekarang bola itu mengambang di udara.
Ringan... memaksakan diri masuk ke dalam mataku... dan otakku.... Segalanya di ruangan
ini berkilauan... aku mempunyai perasaan seperti mengambang... atau memuai ke atas dan keluar... tapi
tanpa melihat ke bawah aku tahu tubuhku masih di sini di atas sofa....11
Apakah ini sebuah halusinasi"
"Charlie, kau tidak apa-apa?"
Atau hal itu terjelaskan oleh mistik"
Aku mendengar suaranya tetapi aku tidak mau
menjawabnya. Kehadirannya menggangguku. Aku harus
mengabaikannya. Jangan berbuat apa-apa dan biarkan ini
apa pun ini mengisiku dengan cahaya dan menyerapku ke
dalamnya. "Apa yang kaulihat, Charlie" Ada apa?"
* Di atas, bergerak, seperti selembar daun di dalam arus atas udara yang hangat.
Bergerak cepat, atom-atom tubuhku menderu saling menjauhi. Aku menjadi semakin
ringan, semakin berkurang kepadatanku, dan membesar... semakin besar... meledak ke
arah matahari. Aku sebuah semesta yang memuai berenang ke atas dalam laut sunyi.
Kecil awalnya, mencakup tubuhku, ruangan, gedung, kota, negara, hingga aku tahu,
jika aku melihat ke bawah, aku akan melihat bayanganku menodai bumi.
Ringan dan tanpa rasa. Hanyut dan meluas melalui waktu dan ruang.
Kemudian, seperti yang kutahu, aku hampir menembus lapisan keberadaan, seperti
seekor ikan terbang melompat keluar dari laut, aku merasakan tarikan dari bawah.
Tarikan itu menggangguku. Aku ingin melepasnya. Di ambang percampuran dengan
semesta aku mendengar bisikan di sekitar area kesadaran. Dan sentakan yang
sangat lembut menahanku di dunia bawah yang terbatas
dan tak abadi. Perlahan seperti ombak menggulung kembali, jiwa memuaikan aku
mengerut kembali menjadi dimensi keduniawian bukan atas kehendakku, karena aku
akan lebih suka menghilang, tetapi aku ditarik dari bawah, kembali menjadi
diriku sendiri, sehingga hanya untuk sesaat aku sudah berada di sofa itu lagi,
menyesuaikan jemari kesadaranku ke dalam sarung tangan dagingku. Aku tahu aku
dapat menggerakkan jemari ini atau mengedipkan mata jika aku mau. Tetapi aku
tidak mau bergerak. Aku tidak akan bergerak!
Aku menunggu dan membiarkan tubuhku terbuka, pasif, terhadap apa pun arti
pengalaman ini. Charlie tidak ingin aku menembus tirai pikiran di atas. Charlie
tidak mau tahu apa yang ada di sana.
Apakah ia takut melihat Tuhan"
Atau tidak melihat apa-apa"
Ketika aku berbaring menunggu, waktu berlalu selama aku sendiri di daiam diriku
sendiri, dan lagi, aku kehilangan semua perasaan atau sensasi tubuhku. Charlie
menarikku turun ke dalam diriku sendiri. Aku menatap ke dalam ke pusat mata tak
melihatku pada titik merah yang mengubah dirinya menjadi bunga berkelopak banyak
bunga yang berkilauan, berputar, dan terang-benderang, yang terletak jauh di
pusat bawah sadarku. Aku mengerut. Bukan berarti atom-atom tubuhku menjadi rapat dan lebih padat,
tetapi sebuah fusi seperti atom-atom dari diriku sendiri membaur menjadi
mikrokosmos. Akan ada panas yang luar biasa dan sinar yang tak tertahankan
neraka di dalam neraka tetapi aku tidak menatap cahaya itu, hanya bunga
tersebut, tak berlipat ganda, tak terbagi sendiri dari yang banyak ke arah yang
satu. Dan dalam sekejap bunga yang
berkilauan itu berubah menjadi cakram emas yang terikat pada seutas tali,
kemudian menjadi gelembung pelangi yang berputar. Akhirnya, aku kembali ke gua
yang segalanya sunyi dan gelap. Aku berenang dalam labirin basah sambil mencaricari seseorang yang akan menerimaku... memelukku... menyerapku... ke dalam dirinya.
Dengan itulah aku mungkin mulai.
Di pusat aku melihat cahaya lagi, sebuah lubang dalam kegelapan gua, sekarang
menjadi kecil dan jauh melalui ujung kebalikan dari sebuah teleskop cemerlang,
menyilaukan, berkilauan, dan sekali lagi bunga berkelopak banyak (teratai yang
berputar yang mengambang di dekat pintu masuk alam bawah sadar). Di jalan masuk
guaaku akan menemukan jawabannya, jika aku berani kembali dan mencebur
menembusnya ke dalam jurang cahaya yang jauh.
Belum! Aku takut. Bukan pada kehidupan, atau kematian, atau kenisbian, tetapi akan
menyia-nyiakannya seolah aku tidak pernah ada. Dan ketika aku beranjak ke arah
jalan masuk, aku merasakan tekanan di sekitarku, memutarku dengan kasar seperti
gelombang ke arah mulut gua.
Terlalu kecil. Aku tidak dapat masuk.
Dan tiba-tiba aku terlempar mengempas ke dinding, lagi dan lagi, lalu dipaksa
melewati mulut gua yang bercahaya menyiksa membakar mataku. Aku tahu aku akan
menembus lapisan itu dan memasuki cahaya suci itu. Lebih dari yang dapat
kutahan. Sakit seperti yang belum pernah kurasakan, dan dingin serta mual, lalu
suara dengung yang keras di atas kepalaku mengepak-ngepak
seperti ribuan sayap. Aku membuka mataku, yang silau
karena cahaya yang menyorot terus. Lalu mencambuk
udara dan gemetar serta menjerit.
* Aku keluar dari situ karena ada tangan yang mengguncangku dengan keras. Dr
Strauss. "Terima kasih, Tuhan," katanya, ketika aku menatap matanya. "Kau membuatku
khawatir." Aku menggelengkan kepalaku. "Aku tidak apa-apa."
"Kurasa mungkin sudah cukup untuk hari ini."
Aku berdiri dan limbung ketika aku mengumpulkan lagi pandanganku. Ruangan itu
terlihat sangat kecil. "Tidak hanya untuk hari ini," kataku. "Kukira aku tidak
perlu lagi menjalani sesi lagi. Aku tidak mau melihatnya lagi."
Strauss kesal, tetapi tidak berusaha berbicara denganku tentang hal itu. Aku
mengambil topi dan jasku lalu pergi.
Si Jenius Dungu Charlie Flowers For Algernon Karya Daniel Keyes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"... orang dari gua itu akan mengatakan bahwa dirinya yang pergi ke atas dan turun
tanpa matanya...." 5 Oktober Aku duduk mengetik laporan ini, ternyata sulit. Aku tidak dapat
berpikir sementara alat perekam menyala. Aku terus menyingkirkannya selama
hampir seharian, tetapi aku tahu betapa pentingnya itu, karena itulah aku harus
melakukannya. Aku telah mengatakan kepada diriku sendiri aku tidak mau makan
malam hingga aku duduk dan menulis sesuatu apa saja.
Profesor Nemur menjemputku lagi. Ia menginginkan aku datang ke lab untuk
menjalani beberapa jenis tes seperti yang sudah pernah kulakukan. Awalnya aku
mengerti, itu memang seharusnya begitu, karena mereka
masih terus membayarku. Ini juga penting sehingga aku harus mencatat dengan
lengkap. Tetapi, ketika aku tiba di Beekman dan menjalani semuanya bersama Burt,
aku tahu tes-tes tersebut akan menjadi tidak ada gunanya lagi bagiku.
Pertama-tama aku menjalani tes labirin kertas dan pensil. Aku masih ingat ketika
aku belajar mengerjakannya dengan cepat dan ketika aku berlomba dengan Algernon.
Aku dapat memastikan kali ini aku membutuhkan waktu yang jauh lebih lama untuk
menyelesaikannya. Burt mengulurkan tangannya untuk mengambil kertasku, tetapi
aku menyobeknya dan membuang sobekan-sobekannya ke keranjang sampah.
"Aku tidak mau lagi. Aku sudah bosan berlari di labirin. Aku sedang berada
dijalan buntu sekarang, titik."
Burt khawatir aku berlari keluar, maka ia menenangkan aku, "Tidak apa-apa,
Charlie. Tenang saja."
"Apa maksudmu 'tenang saja'" Kau tidak tahu seperti apa rasanya."
"Memang tidak, tetapi aku dapat membayangkannya. Kami semua merasa muak perihal
ini." "Simpan saja simpatimu. Tinggalkan saja aku." Ia malu, tapi kemudian aku sadar
bahwa itu bukan salahnya, sedangkan aku telah bersikap tidak menyenangkan
terhadapnya. "Maaf aku mengacaukannya," kataku lagi. "Bagaimana kabarmu" Tesismu
sudah selesai?" Ia mengangguk. "Sedang diketik ulang sekarang. Aku akan meraih PhD pada
Februari." "Anak baik." Aku menepuk bahunya untuk menyatakan kepadanya bahwa aku tidak
marah. "Teruslah menggali ilmu. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada
pendidikan. Begini, lupakan yang tadi kukatakan.
Akan kulakukan apa saja yang kau mau. Tetapi, aku tidak mau menyusuri labirin
lagi itu saja." "Baik, Nemur ingin mengetesmu dengan Rorschach."
"Untuk melihat apa yang terjadi jauh di lubuk hatiku" Temuan apa yang ia
harapkan dariku dengan tes itu?"
Aku pasti telah terlihat kesal, karena Burt mulai menahan diri. "Kita tidak
perlu melakukan itu. Kau di sini secara suka rela. Jika kau tidak ingin
melakukannya...." "Tidak apa-apa. Ayolah. Bagikan kartu-kartu itu. Tetapi jangan katakan apa yang
kautemukan dari jawaban-jawabanku."
Ia tidak perlu melakukan hal itu.
Aku cukup tahu tentang tes Rorschach bahwa bukan apa yang kaulihat di kartukartu itu yang diperhitungkan, melainkan bagaimana reaksimu terhadap kartu-kartu
tersebut. Sebagai keseluruhan, atau sebagian-sebagian, ketika bergerak atau
hanya merupakan gambar-gambar diam, dengan perhatian khusus pada warna bercak
tinta atau mengabaikan warnanya, dengan banyak gagasan atau hanya sedikit
jawaban yang khas. "Itu tidak berlaku lagi," kataku. "Aku tahu apa yang kalian cari. Aku tahu
jawaban apa yang seharusnya aku berikan, untuk menciptakan gambaran tertentu
tentang pikiranku. Yang harus kulakukan hanyalah...."
Namun, kemudian aku merasa terpukul sebuah kepalan tangan di sisi kepalaku. Aku
tidak ingat apa yang harus kulakukan. Seolah aku sudah melihat keseluruhan
jawaban dengan jelas pada sebuah papan tulis di benakku. Tetapi ketika aku
berpaling untuk membacanya, sebagian dari tulisan tersebut telah dihapus,
sedangkan yang masih ada menjadi tidak masuk akal.
Awalnya, aku menolak mempercayainya. Aku
melihat-lihat kartu yang lainnya dengan panik, begitu cepat sehingga aku
tersedak kata-kataku sendiri. Aku ingin merobeki kartu-kartu bebercak tinta itu
sehingga mengungkap sendiri. Di dalam bercak-bercak tinta entah yang mana,
terdapat jawaban-jawaban yang kuketahui beberapa saat yang lalu. Tidak benarbenar dalam bercak-bercak itu, tetapi di bagian benakku yang akan memberi bentuk
dan arti bagi mereka, serta memproyeksikan kesanku terhadap bercak-bercak
tersebut. Aku tidak dapat melakukannya. Aku tidak dapat mengingat apa yang harus
kukatakan. Semua hilang. "Itu seorang perempuan...," kataku, "... sedang berlutut membersihkan lantai.
Maksudku tidak itu seorang lelaki sedang memegang sebilah pisau." Bahkan ketika
aku mengatakannya, aku tahu apa yang kuucapkan tetapi aku mengubahnya lalu
memulai dari arah yang berbeda. "Dua orang sedang menarik-narik sesuatu... seperti
sebuah boneka... dan masing-masing orang itu menariknya dengan kuat sehingga
seperti akan merobeknya dan tidak! maksudku, dua wajah saling menatap melalui
jendela, dan...." Aku menyapu kartu-kartu itu dari meja, lalu berdiri. "Aku tidak mau ada tes
lagi. Aku tidak mau melakukan tes apa-apa lagi."
"Baiklah, Charlie. Kita akan menyudahi untuk hari
ini. "Bukan hanya untuk hari ini. Aku tidak mau datang lagi ke sini. Apa pun yang
masih perlu kalian ketahui dariku, kalian bisa membacanya dari laporan-laporan
kemajuanku. Aku sudah bosan berlari melintasi labirin. Aku bukan kelinci
percobaan lagi. Aku sudah cukup melakukannya. Aku tidak ingin diganggu lagi."
"Baiklah, Charlie, aku mengerti."
"Tidak, kau tidak mengerti karena itu tidak terjadi padamu, dan tidak ada yang
mengerti diriku kecuali aku sendiri. Aku tidak menyalahkanmu. Kau harus
melakukan pekerjaanmu, serta meraih PhDmu, dan oh, ya, jangan katakan padaku,
aku tahu kau mengerjakan ini semua lebih berdasarkan cinta pada umat manusia,
tetapi kau tetap mempunyai kehidupan yang harus kaujalani. Kita tidak berada
dalam tingkatan yang sama. Aku pernah melampaui tingkatanmu ke atas dan sekarang
aku melaluinya lagi ke bawah. Kukira aku tidak akan menaiki lift itu lagi. Jadi,
katakan saja selamat tinggal sejak sekarang."
"Kau tidak mau berbicara dulu pada Dr...."
"Sampaikan selamat tinggalku pada semua orang, kau mau" Aku merasa tidak ingin
bertemu dengan mereka lagi."
Sebelum ia dapat berkata-kata lagi atau mencoba menghentikan diriku, aku sudah
keluar dari lab. Aku masuk ke lift turun dan keluar dari Beekman untuk terakhir
kalinya. 7 Oktober Strauss mencoba untuk bertemu lagi denganku pagi ini, tetapi aku tidak
mau membuka pintu. Aku tidak mau diganggu lagi.
Rasanya aneh sekali ketika mengambil sebuah buku yang sudah kaubaca dan
kaunikmati beberapa bulan yang lalu, dan sekarang kautahu, kau tidak ingat
isinya. Aku ingat betapa hebatnya Milton. Aku mengambil Paradise Lost, aku hanya
ingat pada bagian Adam dan Hawa dan Pohon Pengetahun, tetapi sekarang tidak
mengerti apa makna semua itu.
Aku berdiri dan memejamkan mataku, lalu aku melihat Charlie diriku sendiri
berusia enam atau tujuh tahun, sedang duduk di balik meja makan dengan sebuah
buku sekolah, berlatih membaca, mengucapkan kata-kata berulang kali bersama
ibuku yang duduk di sampingnya, di sampingku....
"Coba lagi." "Lihat Jack. Lihat Jack berlari. Lihat Jack lihat."
"Bukan! Bukan Lihat Jack lihat/ Tetapi Lari Jack lari1." kata ibuku sambil
menunjuk dengan jarinya yang kasar karena disikat.
"Lihat Jack. Lihat Jack berlari. Lari Jack lihat."
"Tidak! Kau tidak berusaha. Lakukan lagi!"
Lakukan lagi... lakukan lagi... lakukan lagi....
"Tinggalkan anak itu sendiri. Kau membuatnya takut."
"Ia harus belajar. Ia terlalu malas berkonsentrasi." Lari Jack lari... lari Jack
lari... lari Jack lari... lari Jack lari....
"Ia memang lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak lain. Beri ia waktu."
"Ia normal. Tidak ada yang salah padanya. Hanya malas. Aku akan memaksanya
hingga ia mau belajar."
Lari Jack lari... lari Jack lari... lari Jack lari... lari Jack
lari.... Lalu menatap ke atas dari meja itu, melalui mata Charlie, aku melihat diriku
sendiri sedang membawa buku Paradise Lost. Aku kemudian sadar aku sudah merusak
jilid buku tersebut karena menekannya dengan kedua tanganku seolah aku ingin
merobeknya menjadi dua. Aku merusak bagian belakangnya, merobek segenggam
halamannya, lalu melemparkannya hingga buku itu menyeberangi ruangan, ke sudut
tempat bertumpuknya kaset rusak. Aku membiarkannya tergeletak di sana dan
lembaran-lembaran putihnya seolah menertawai karena aku tidak mengerti apa yang
dikatakannya. Aku harus mencoba mempertahankan beberapa hal yang telah kupelajari. Kumohon,
Tuhan, jangan ambil semuanya.
10 Oktober Biasanya pada malam hari aku keluar berjalan-jalan, berkeliling kota.
Aku tidak tahu mengapa. Untuk melihat wajah-wajah, ku-kira. Tadi malam aku tidak
dapat mengingat di mana aku tinggal. Seorang polisi mengantarku pulang. Aku
punya perasaan aneh bahwa ini pernah terjadi padaku sudah lama sekali. Aku tidak
mau menuliskannya, tetapi aku terus mengingatkan diriku bahwa aku adalah satusatunya di dunia ini yang dapat menggambarkan apa yang terjadi ketika hal itu
terjadi seperti ini. Kemudian aku ingat betapa bodohnya aku.
22 Oktober Ketika aku tiba di apartemenku pagi ini, aku melihat Alice di sana,
tertidur di sofa. Segalanya sudah dibersihkan, sehingga awalnya kupikir aku
masuk ke apartemen yang salah. Tetapi kemudian aku melihat Alice tidak menyentuh
kaset-kaset hancur atau buku robek atau lembaran partitur di sudut ruangan.
Lantainya berderak sehingga membangunkan Alice. Dia menatapku.
"Hai," sapanya. "Burung hantu."
"Bukan burung hantu. Lebih mirip burung dodo. Dodo yang dungu. Bagaimana kau
bisa masuk ke sini?"
"Melalui tangga darurat. Lewat tempat Fay. Aku
meneleponnya untuk mengetahui keadaanmu. Dia bilang, dia khawatir. Dia
mengatakan kau bersikap aneh menimbulkan gangguan di apartemen. Jadi, aku
memutuskan bahwa inilah waktunya bagiku untuk datang. Aku merapikan tempatmu
sedikit. Kau tidak keberatan, kan?"
"Tentu saja aku keberatan... sangat. Aku tidak mau seorang pun datang ke sini
dengan perasaan kasihan padaku."
Alice beranjak menuju cermin untuk menyisir rambutnya. "Aku tidak datang ke sini
untuk mengasihanimu. Hanya karena aku mengasihani diriku sendiri."
"Apa artinya itu?"
"Tidak ada artinya," sahutnya sambil menggerakkan bahunya. "Hanya... seperti
puisi. Aku ingin bertemu denganmu."
"Mengapa tidak pergi ke kebun binatang?" "Jangan begitu, Charlie. Jangan
bertengkar denganku. Aku sudah cukup lama menunggumu datang dan menjemputku.
Lalu aku memutuskan datang ke rumahmu."
"Mengapa?" "Karena masih ada waktu. Aku ingin melewatkannya bersamamu."
"Itu syair lagu, ya?"
"Charlie, jangan tertawakan aku."
"Aku tidak sedang tertawa. Tetapi aku tidak mampu melewatkan waktuku bersama
siapa pun... waktuku hanya cukup untuk diriku sendiri."
"Aku tidak percaya kau ingin benar-benar sendirian."
"Itulah yang kuinginkan."
"Kita pernah memiliki sedikit waktu bersama sebelum kita tidak berhubungan lagi.
Kita pernah mendiskusikan berbagai hal, dan melakukan berbagai hal bersama.
Memang tidak berjalan terlalu lama, tetapi bearti bagiku. Begini, kita berdua
tahu, itu mungkin saja terjadi. Bukan rahasia. Aku tidak pergi, Charlie. Aku
masih menunggu. Kau sudah setingkat denganku lagi, bukan?"
Aku berjalan cepat ke tengah ruangan. "Tetapi itu gila. Tidak ada yang bisa
ditunggu. Aku sendiri tidak berani berpikir ke depan... hanya ke belakang. Dalam
beberapa bulan lagi, minggu, hari... siapa yang tahu" Aku akan kembali ke Warren.
Kau tidak dapat mengikutiku ke sana."
"Memang tidak," katanya mengakui, "bahkan mungkin aku juga tidak akan
menjengukmu di sana. Begitu kau sudah berada di Warren, aku akan berusaha
sebisaku untuk melupakanmu. Aku tidak akan berpura-pura sebaliknya. Tetapi
sebelum kau pergi, tidak ada alasan bagi kita berdua untuk tidak bersama-sama."
Sebelum aku dapat berkata apa-apa, Alice menciumku. Aku menunggu, ketika Alice
duduk di sampingku di atas sofa, dengan menyandarkan kepalanya di dadaku, tetapi
kepanikan itu tidak muncul. Alice adalah seorang perempuan, tetapi mungkin
Charlie akan mengerti bahwa dia bukan ibunya ataupun adik perempuannya.
Merasa lega karena tahu bahwa aku sudah melewati masa krisis itu, aku mendesah.
Tidak ada satu pun yang menahanku sekarang. Tidak ada waktu untuk menjadi
ketakutan atau berpura-pura, karena perasaanku tidak akan seperti ini dengan
perempuan lain. Segala penghalang sudah hilang. Aku telah mengurai tali yang
diberikan Alice padaku, dan menemukan jalanku di labirin
ke tempat Alice menungguku. Aku mencintainya dengan lebih dari sekadar tubuhku.
Aku tidak berpura-pura mengerti misteri cinta, tetapi kali ini kebutuhanku lebih
dari sekadar seks, lebih dari sekadar memakai tubuh seorang perempuan.
Perasaanku terangkat dari bumi, berada di luar ketakutan dan kesengsaraan, dan
menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dibanding diriku sendiri. Aku
terangkat dari kegelapan sel pikiranku, menjadi bagian dari orang lain persis
seperti yang pernah kualami ketika aku berbaring di sofa saat terapi. Itulah
langkah pertama keluar menuju semesta keluar semesta karena di dalamnya,
dengannya kita bergabung untuk menciptakan kembali dan mengabadikan jiwa
manusia. Meluas dan meledak keluar, lalu meregang dan membentuk ke dalam. Itulah
irama keberadaan dari pernapasan, detak jantung, dari siang dan malam dan irama
dari tubuh kami yang menciptakan gema dalam benakku. Seperti cara kembali ke
belakang ke visi yang aneh. Kabut kelabu terangkat dari benakku, lalu melalui
itu cahaya menembus otakku (betapa anehnya, padahal cahaya seharusnya
menyilaukan!). Lalu tubuhku terserap kembali ke dalam laut besar di angkasa
raya. Tercuci dalam pembaptisan yang aneh. Tubuhku bergetar karena memberi,
sedangkan tubuhnya bergetar karena penerimaan.
Itulah cara kami mencinta, hingga malam menjadi hari yang sunyi. Ketika aku
berbaring di sana bersama Alice aku dapat melihat betapa pentingnya cinta
jasmaniah, betapa perlunya bagi kami untuk berada dalam pelukan masing-masing,
memberi dan menerima. Alam semesta meledak, setiap partikel menjauh dari yang
berikutnya, mengempaskan kami ke kegelapan dan
angkasa sepi, selalu memisahkan kami menjauh satu sama lain anak keluar dari
rahim, teman menjauh dari teman, bergerak saling menjauh, masing-masing
mengikuti jalannya ke arah kotak tujuan kematian yang tersendiri.
Namun, inilah imbangan berat, tindakan pengikatan dan pelekatan. Seperti ketika
manusia menahan agar tidak terseret keluar kapal dalam badai, saling berpegangan
tangan supaya tidak bercerai-berai. Maka tubuh kita bersatu menjadi sebuah
pertalian dalam rantai manusia yang menjaga kita agar tak terseret ke ketiadaan.
Sesaat sebelum aku tertidur, aku ingat apa yang kualami ketika aku bersama Fay.
Aku tersenyum. Tidak aneh jika itu berlangsung dengan mudah. Karena itu hanya
jasmaniah. Bersama Alice merupakan sebuah misteri.
Aku bergerak mendekat padanya dan mencium matanya.
Sekarang Alice tahu segalanya tentang diriku, dan menerima kenyataan bahwa kami
hanya dapat bersama sebentar saja. Alice mau pergi ketika aku menyuruhnya pergi.
Sangat menyakitkan ketika memikirkan itu. Tetapi apa yang kami miliki, kuduga,
lebih dari yang ditemukan orang lain di sepanjang hidup mereka.
24 Oktober Aku terbangun keesokan harinya tanpa tahu di mana aku berada atau apa
yang kulakukan di sini. Lalu melihat Alice di sampingku, maka aku ingat. Alice
merasakan ada yang terjadi pada diriku, lalu dia bergerak tanpa berisik di
sekitar apartemen. Dia menyiapkan makan pagi, membersihkan apartemenku, atau
pergi keluar dan meninggalkan aku sendirian, tanpa bertanya apa pun.
Kami pergi ke sebuah konser malam ini, tetapi aku menjadi bosan sehingga kami
meninggalkannya di tengah-tengah acara. Tampaknya aku tidak dapat memperhatikan sesuatu terlalu
lama lagi. Aku pergi karena aku tahu aku pernah menyukai Stravinsky tetapi entah
mengapa, kini aku tidak memiliki kesabaran lagi untuk menyimaknya.
Satu-satunya hal buruk akibat kehadiran Alice di sisiku adalah sekarang aku
merasa harus melawan kemunduran ini. Aku ingin menghentikan waktu, membekukan
diriku pada tingkat ini saja, dan tidak akan pernah melepaskan Alice.
17 Oktober Mengapa aku tidak dapat mengingat" Aku harus berusaha menolak
kemunduran ini. Alice mengatakan padaku, aku berbaring di atas tempat tidur
selama beberapa hari dan tampaknya tidak tahu siapa dan di mana aku berada.
Kemudian ingatanku kembali, maka aku mengenalinya dan ingat apa yang sedang
Si Jenius Dungu Charlie Flowers For Algernon Karya Daniel Keyes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terjadi. Fuga amnesia. Gejala masa kanak-kanak kedua apa namanya kepikunan" Aku
dapat melihat hal itu datang.
Segalanya begitu logis kejam, hasil percepatan segala proses pikiran. Aku pernah
belajar begitu banyak dan begitu cepat, lalu sekarang pikiranku mundur dengan
cepat juga. Bagaimana jika aku tidak mau membiarkan hal itu terjadi" Bagaimana
jika aku melawan" Pikirkan orang-orang di Warren, senyuman hampa, ekspresi
kosong, semua orang menertawakan mereka.
Charlie Gordon kecil menatapku dari balik jendela menunggu. Kumohon, jangan yang
itu lagi. 18 Oktober Aku mulai melupakan berbagai hal yang telah kupelajari akhir-akhir
ini. Tampaknya mengikuti pola
klasik, yang terakhir kupelajari menjadi yang pertama terlupakan. Atau apakah
itu pola" Lebih baik kucari tahu lagi.
Ketika membaca kembali tulisanku Efek Algernon Gordon aku yakin akulah yang
menulisnya, tetapi aku terus merasa bahwa tulisan ini ditulis oleh orang lain.
Aku tidak mengerti sebagian besar isinya.
Namun, mengapa aku menjadi begitu mudah tersinggung" Terutama ketika Alice
bersikap begitu baik padaku" Alice menjaga kerapian dan kebersihan rumahku,
selalu menyimpan barang-barangku dan mencuci piring serta menggosok lantai.
Seharusnya aku tidak meneriakinya seperti tadi pagi. Alice menangis, aku tidak
mau hal itu terjadi lagi. Tetapi dia seharusnya tidak memunguti kaset-kaset
rusak dan buku serta partitur untuk disimpannya di dalam kotak. Itu membuatku
marah. Aku tidak mau ada orang menyentuh benda-benda itu. Aku ingin melihat
barang-barang itu tetap bertumpukan. Aku ingin barang-barang itu mengingatkan
aku pada apa yang kutinggalkan. Aku menendang kotak itu dan menebar segala
isinya ke lantai. Lalu aku mengatakan padanya agar membiarkan itu semua di
tempatnya. Konyol. Tidak ada alasan untuk itu. Kukira aku menjadi kesal karena aku tahu
Alice menganggap konyol menyimpan barang-barang seperti itu, tetapi dia tidak
mengatakan itu padaku. Alice hanya berpura-pura hal itu biasa saja. Alice hanya
menyenangkan aku. Lalu ketika aku melihat kotak itu, aku ingat anak lelaki di
Warren yang membuat lampu jelek. Aku juga ingat kami menyenangkannya dengan
berpura-pura apa yang dilakukannya itu hebat, padahal tidak.
Itulah yang dilakukan Alice padaku, aku tidak mengerti.
Ketika dia masuk ke kamar tidur dan menangis, aku merasa sedih. Aku katakan
kepadanya itu semua salahku. Aku tidak pantas mendapatkan seorang yang begitu
baik seperti dirinya. Mengapa aku tidak dapat mengendalikan diriku sendiri,
walau hanya secukupnya untuk mencintainya" Secukupnya saja.
19 Oktober Motor aktivitas rusak. Aku terus saja tersandung dan menjatuhkan
barang-barang. Awalnya aku tidak mengira itu salahku. Kukira Alicelah yang
mengubah letak barang-barang itu. Keranjang sampah menghalangi jalanku, juga
kursi-kursi, kupikir Alice telah memindahkan tempatnya.
Sekarang aku sadar keadaanku memburuk. Aku harus bergerak lambat-lambat supaya
tidak tersandung atau jatuh. Lalu aku juga menjadi semakin sulit mengetik.
Mengapa aku terus menyalahkan Alice" Dan mengapa Alice tidak membantah" Itu
lebih membuatku marah karena aku melihat kesan kasihan di wajahnya.
Satu-satunya kesenanganku sekarang hanyalah pesawat TV. Aku menghabiskan
sebagian besar waktuku dengan menonton acara kuis, film-film kuno, opera sabun,
bahkan acara anak-anak dan film kartun. Kemudian aku tidak bisa mematikannya.
Pada larut malam ada tiga film kuno, film horor, pertunjukan malam, dan
pertunjukan sangat malam, bahkan upacara kecil sebelum stasiun itu menyudahi
acaranya juga aku tonton. Lalu lagu Star Spangled Banner terdengar dengan
kibaran bendera di latar belakangnya, dan akhirnya gambar pola saluran percobaan
yang balas menatapku melalui jendela persegi kecil dengan mata tak tertutup....
Mengapa aku selalu melihat kehidupan melalui sebuah jendela"
Dan setelah segalanya berakhir, aku merasa muak pada diriku sendiri karena
waktuku yang sangat sedikit untuk membaca dan menulis serta berpikir. Juga
karena seharusnya aku tahu yang lebih baik daripada meracuni pikiranku dengan
hal-hal tak jujur yang ditujukan bagi seorang anak yang ada di dalam diriku.
Terutama aku, karena anak di dalam diriku itu memanfaatkan pikiranku.
Aku tahu semua itu. Ketika Alice mengatakan padaku bahwa seharusnya aku tidak
membuang-buang waktuku, aku menjadi marah. Kukatakan padanya agar jangan
menggangguku. Aku punya perasaan aku sedang menonton karena itu penting bagiku untuk tidak
berpikir, tidak mengingat pabrik roti itu, ibuku, ayahku, dan Norma. Aku tidak
ingin mengingat-ingat masa lalu.
Hari ini aku sangat terkejut. Ketika aku mengambil sebuah salinan artikel yang
kugunakan dalam penelitianku, karya K rug e r, Uber Psychische Ganzheit, untuk
mengetahui apakah artikel tersebut dapat membantuku mengerti makalah yang
kutulis sendiri dan apa yang telah kulakukan dengannya. Pertama, kupikir ada
yang salah dengan mataku. Kemudian aku sadar aku tidak lagi dapat membaca bahasa
Jerman. Aku menguji diriku sendiri dengan bahasa lainnya. Ternyata semuanya
menghilang. 22 Oktober Alice sudah pergi. Ayo kita lihat apakah aku bisa mengingatnya.
Dimulai ketika Alice mengatakan bahwa kami tidak dapat hidup seperti dalam rumah
yang berantakan dengan buku-buku sobek dan kertas-kertas serta kaset-kaset
bertebaran di seluruh lantai dan tempat.
"Biarkan segalanya ada di tempatnya," aku memperingatkannya.
"Mengapa kau ingin hidup seperti ini?"
"Aku ingin segalanya ada di tempat aku meletakkannya. Aku ingin melihat semuanya
keluar dari sini. Kau tidak tahu seperti apa rasanya saat ada yang terjadi dalam
dirimu. Sesuatu yang tidak dapat kaulihat dan kaukendalikan, tapi tahu bahwa
segalanya meluncur keluar dari sela-sela jemarimu."
"Kau benar. Aku tidak pernah mengatakan aku dapat mengerti hal-hal yang terjadi
pada dirimu. Tidak ketika kau menjadi terlalu cerdas bagiku, dan tidak juga
sekarang. Tetapi akan kukatakan satu hal. Sebelum kau menjalani operasi itu, kau
tidak seperti ini. Kau tidak berkubang di dalam sampahmu sendiri dan mengasihani
diri, kau tidak mengotori pikiranmu sendiri dengan duduk di depan TV sepanjang
siang dan malam. Kau tidak menggeram dan membentak orang lain. Ada sesuatu dalam
dirimu yang membuat kami menghormatimu... ya, walau kau sebagai dirimu ketika itu.
Kau dulu mempunyai sesuatu yang belum pernah kulihat pada seorang yang
terbelakang." "Aku tidak menyesali eksperimen itu."
"Aku juga tidak. Tetapi kau telah kehilangan sesuatu yang pernah kaumiliki. Kau
dulu punya senyuman...."
"Seulas senyuman kosong dan tolol."
"Bukan, melainkan seulas senyuman yang hangat, dan sesungguhnya. Karena kau
menginginkan orang lain menyukaimu."
"Dan mereka memperdayaku dan menertawakan aku."
"Ya, walau begitu kau tidak mengerti mengapa mereka tertawa. Kau merasa jika
mereka dapat menertawakanmu, mereka menyukaimu. Dan memang menginginkan mereka
menyukaimu. Kau berlaku seperti seorang anak kecil, kau bahkan menertawakan
dirimu sendiri bersama mereka."
"Aku tidak merasa ingin menertawakan diriku sendiri sekarang, kalau kau tidak
keberatan." Alice mencoba menahan tangisnya. Kupikir aku ingin membuatnya menangis. "Mungkin
itulah sebabnya begitu pentingnya bagiku belajar. Kupikir itu akan membuat orang
menyukaiku. Kukira aku akan memiliki teman-teman. Ternyata itu hanya untuk
ditertawakan, bukan?"
"Dibutuhkan lebih dari sekadar memiliki IQ tinggi."
Itu membuatku marah. Mungkin karena aku tidak benar-benar mengerti apa
maksudnya. Akhir-akhir ini Alice semakin tidak berterus terang dan mengatakan
apa maksudnya dengan jelas. Dia hanya mengisyaratkan sesuatu. Dia berbicara
berputar-putar di sekitar maksud yang sesungguhnya dan berharap aku dapat
mengerti apa yang sedang dipikirkannya. Aku mendengarkannya, berpura-pura
mengerti, tetapi di dalam hati aku takut dia akan tahu bahwa aku benar-benar
tidak mengerti intinya. "Kukira ini waktunya kau pergi."
Wajahnya memerah. "Belum, Charlie. Belum waktunya. Jangan usir aku."
"Kau membuat keadaan ini menjadi lebih sulit bagiku. Kau terus berpura-pura aku
dapat melakukan sesuatu dan mengerti hal-hal yang sesungguhnya sudah jauh dari
jangkauanku sekarang. Kau mendorongku. Seperti ibuku...."
"Itu tidak benar!"
"Segala yang kaukerjakan membuktikan begitu. Caramu membereskan dan membersihkan
rumah ini. Caramu meletakkan buku-buku di sekitar rumah yang kaupikir mungkin aku akan
tertarik untuk membacanya lagi, caramu berbicara denganku tentang berita-berita
yang membuatku berpikir. Kau bilang, itu tidak penting, tetapi segala yang
kaukerjakan memperlihatkan bahwa semua itu sangat penting. Selalu menjadi guru
sekolah. Aku tidak mau pergi ke konser atau museum atau menonton film asing atau
mengerjakan apa saja yang membuatku berjuang untuk berpikir tentang kehidupan
atau tentang diriku sendiri." "Charlie...."
"Tinggalkan aku sendiri saja. Aku sedang kesal. Aku merasa berantakan, dan aku
tidak mau kau di sini."
Itu membuatnya menangis. Sore ini dia mengemasi barang-barangnya dan pergi.
Apartemenku terasa sepi dan kosong sekarang.
25 Oktober Kemunduran semakin meningkat. Aku telah menyerah tidak menggunakan mesin tik lagi. Koordinasiku terlalu buruk. Mulai saat itu, aku menulis
laporan-laporan ini dengan tulisan tanganku.
Aku banyak memikirkan segala yang dikatakan Alice. Lalu aku mengerti. Jika aku
terus membaca dan mempelajari hal-hal baru, walau aku sudah melupakan hal yang
lama, aku akan dapat mempertahankan beberapa kecerdasanku. Aku seperti sedang
berada di tangga jalan yang turun sekarang. Jika aku berdiri diam, aku akan
langsung tiba di dasar, tetapi jika aku mulai berlari ke atas, setidaknya aku
akan berada di tempat yang sama. Yang penting adalah tetap bergerak ke depan,
tidak peduli apa yang terjadi.
Maka, aku pergi ke perpustakaan dan membawa
pulang banyak buku untuk kubaca. Aku sekarang telah membaca banyak buku.
Sebagian besar buku itu terlalu sulit bagiku, tetapi aku tidak peduli. Selama
aku terus membaca, aku akan belajar hal-hal baru dan tidak akan lupa cara
membaca. Itulah hal yang paling penting. Jika aku terus membaca, mungkin aku
akan dapat menahan diriku.
Dr Strauss datang sehari setelah Alice pergi, jadi kukira dia telah bercerita
kepadanya tentang diriku. Ia berpura-pura hanya menginginkan laporan-laporan
kemajuan, tetapi kukatakan padanya aku akan mengirimkannya. Aku tidak mau ia
datang ke sini. Kukatakan kepadanya ia tidak perlu mengkhawatirkan diriku karena
begitu aku mengira tidak dapat menjaga diriku sendiri lagi, aku akan naik kereta
api pergi ke Warren. Kukatakan kepadanya aku lebih senang pergi sendiri saat waktunya tiba.
Aku berusaha bicara dengan Fay, tetapi aku dapat melihat bahwa dia takut padaku.
Kukira dia membayangkan diriku sudah menjadi gila. Tadi malam dia pulang bersama
seseorang ia tampak sangat muda.
Pagi ini induk semangku, Bu Mooney, datang dengan membawa semangkuk sup ayam
panas dan beberapa potong ayam. Dia mengatakan bahwa dia hanya ingin menengok
untuk mengetahui apakah aku tidak apa-apa. Kukatakan padanya aku punya banyak
makanan untuk dimakan. Dia tetap meninggalkan makanannya dan ternyata enak. Dia
berpura-pura melakukannya atas prakarsanya sendiri, tetapi aku belum bodoh.
Alice atau Strauss pastilah telah memintanya menjengukku dan meyakinkan aku
tidak apa-apa. Ya, itu tidak apa-apa. Bu Mooney perempuan tua yang baik hati
dengan aksen Irlandianya, juga suka membicarakan orang-orang di gedungnya. Ketika ia melihat
kesemrawutan di lantai dalam apartemenku, dia tidak mengatakan apa-apa soal itu.
Kupikir, dia baik. 1 November Seminggu sejak aku berani menulis lagi aku tidak tahu ke mana larinya
waktu. Ini hari Minggu aku tahu karena aku dapat melihat melalui jendelaku
orang-orang pergi ke gereja di seberang jalan. Kupikir aku berbaring di atas
tempat tidur sepanjang minggu itu tetapi aku ingat Bu Mooney membawakan aku
makanan beberapa kali dan bertanya apakah aku sakit.
Apa yang akan kulakukan pada diriku sendiri" Aku takbisa hanya berkeliaran di
sini sendirian dan melihat keluar jendela. Akuharus bertahan. Aku terus
mengatakan itu lagi dan lagi bahwa aku harus melakukan sesuatu tetapi kemudian
aku lupa atau mungkin lebih mudah jika aku tidak melakukan apa yang ingin
kulakukan. Aku masih memiliki beberapa buku dari perpustakaan tetapi kebanyakan terlalu
sulit bagiku. Aku banyak membaca kisah misteri sekarang dan buku-buku tentang
raja dan ratu dari masa silam. Aku membaca buku tentang seorang lelaki yang
menganggap dirinya seorang ksatria dan pergi ke mana-mana menunggangi seekor
kuda tua bersama temannya. Namun tak peduli apa yang dikerjakannya ia selalu
berakhir dengan dipukuli orang dan terluka. Seperti ketika ia mengira kincirkincir angin itu adalah naga. Awalnya kukira ini buku konyol karena jika tidak
gila ia akan dapat melihat bahwa kincir angin itu bukan naga dan akan tahu bahwa
tidak ada penyihir perempuan dan puri-puri yang dikutuk. Tetapi ketika aku ingat
bahwa tentunya ada sesuatu yang lain yang
dimaksudkan penulisnya sesuatu yang tidak dikatakan dalam kisah itu tetapi hanya
diisyaratkan. Seolah ada arti yang lain. Tetapi aku tiddak tahu apa. Itu
membuatku marah karena kupikir aku pernah tahu. Tetapi kuterus membacanya dan
mempelajari hal-hal baru setiap hari dan aku tahu iniakan membantuku.
Aku tahu seharusnya aku menulis beberapa laporan kemajuan sebelum ini sehingga
mereka akan tahu apayang terjadi pada diriku. Tetapi menulis menjadi lebih
sulit. Aku sekarang harus mencari-cari walau itu kata sederhana di kamus dan itu
membuatku marah pada diriku sendiri.
2 November Aku lupa menulis laporan kemarin tentang perempuan dari gedung di
seberang gang satu lantai di bawah. Aku melihatnya dari jendela dapurku minggu
lalu. Aku tidaktahu namanya, atau bahkan bagaimana rupa bagian atasnya tetapi
setiap malam kira-kira pukul sebelas malam dia masuk ke kamar mandinya untuk
mandi. Dia tidak pernah menarik turun tirainya dan dri jendelaku ketika aku
mematikan lampu aku bisa melihatnya dari leher ke bawah ketika dia keluar dan
bak mandi untuk mengeringkan dirinya. Pemandangan itu membuatku senang sekali,
tetapi ketika perempuan itu mematikan lampunya aku merasa kecewa dan sunyi.
Kuharap aku kadang-kadang dapat melihat seperti apa dirinya, apakah dia cantik
atau tidak. Aku tahu tidaklah sopan mengawasi seorang perempuan ketika dia
sedang mandi tetapi aku tidak dapat menahannya. Lagi pula apa bedanya bagi
dirinya jika dia tidak tahu aku mengawasinya.
Hampir pukul sebelas sekarang. Waktu mandi perempuan itu. Jadi aku lebih baik
pergi melihatnya.... 5 Nov Bu Mooney sangat mengkhawatirkan aku. Dia mengatakan caraku berbaring
sepanjang hari dan takmengerjakan apa-apa aku mengingatkan dirinya pada anak
lelakinya sebelum diusirnya keluar dari rumahnya. Dia mengatakan dia taksuka
pemalas. Jika aku sakit itu lain hal tetapi jikaku pemalas lain lagi dan dia
tidak berguna bagiku. Aku katakan padanya kukira aku sakit.
Aku mencoba membaca sedikit setiap hari terutama kisah-kisah tetapi kadangkadang aku harus membaca hal yang sama lagi dan lagi karena aku tidaktahu apa
artinya. Dan sulit untuk menulis. Aku tahu aku harus melihat kata-kata di kamus
tetapi akuterlalu letih setiap waktu.
Kemudian aku mendapat gagasan untuk hanya menggunakan kata-kata mudah, tidak
yang panjang dan sulit. Cara itu menghemat waktu. Di luar sudah mulai dingin
tetapi aku masih terus meletakkan bunga di atas kuburan Algernon. Bu Mooney
mengira aku tolol karena meletakkan bunga-bunga di atas kuburan seekor tikus
tetapi aku katakan padanya bahwa Algernon adalah tikus istimewa.
Aku singgah ke tempat Fay di seberang gang. Tetapi dia mengusirku dan bilang
jangan kembali lagi. Dia memasang kunci baru pada pintunya.
9 Nov Hari Minggu lagi. Aku tidak punya pkerjaan untuk dikerjakan guna
menyibukkan diri sekarang karena TV ku rusak dan aku selalu lupa menyuruh orang
memperbaikinya. Aku kira aku kehilangan cek dari universitas. Akutidak ingat.
Kepalaku sangat sakit sedangkan aspirin tidak banyak menolong. Bu Mooney
sekarang percaya bahwa aku benar-benar sakit sehingga dia merasa kasihan padaku.
Dia seorang perempuan hebat setiap kali ada orang yang sakit. Di luar sudah
menjadi sangat dingin sehingga kuharus mengenakan dua baju hangat.
Perempuan di seberang jalan sekarang menurunkan tirainya, jadi aku tidak dapat
menontonnya lagi. Sial sekali.
20 Nov Bu Mooney memanggil seorang dokter aneh untuk memeriksaku. Dia takut aku
akan mati. Kukatakan kepada dokter itu aku tidak sakit dan aku hanya lupa
kadang-kadang. Ia bertanya padaku aku punya teman atau saudara dan aku katakan
aku tidak punya seorang pun. Kukatakan padanya aku pernah punya teman namanya
Algernon tetapi ia seekor tikus dan kami sering berlomba. Ia menatapku aneh
sepertinya ia pikri aku gila.
Ia tersenyum ketika kukatakan padanya aku pernah menjadi seorang jenius. Ia
bicara padaku seolah aku adalah seorang bayi dan ia mengedipkan matanya kepada
Bu Mooney. Aku jadi marah sekali karena ia mengolokku dan tertawa. Lalu aku
mengusirnya keluar kemudian aku mengunci pintuku.
Kupikir aku tahu mengapa akumengalami kesialan. Karena aku kehilangan kaki
Si Jenius Dungu Charlie Flowers For Algernon Karya Daniel Keyes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kelinciku dan sepatu kudaku. Aku harus mendapatkan gantinya segera.
22 Nov Dr Strauss datang hari ini dan Alicejuga tetapi akutidak membiarkan
mereka masuk. Aku katakan kepada mereka aku tidak mau ada orang mengunjungiku.
Aku ingin dibiarkan sendirian. Kemudian Bu Mooney datang membawa makanan dan dia
mengatakan mereka telah membayar sewa dan meninggalinya uang untuk membeli
makanan dan segala yang kuperlukan. Aku katakan padanya aku tidak mau
menggunakan uang mreka lagi. Katanya uangadalah uang dan seseorang harus
membayar sewa atau aku harus mengeluarkanmu dari sini. Kemudian katanya mengapa
aku tidk mencari pekerjaan ketimbang berkeliaran saja.
Aku tidak tahu pekerjaan apa-apa selain pekerjaan yang pernah kulakukan di
pabrik roti. Aku tidak mau kembali keshana karena mereka semua mengenalku ketika
aku masih pandai dan mungkin merekakan menretawakan aku. Tetapi aku tidak tahu
apa lagi yang bisa kukerjakan untuk mendapatkan uang. Padahal aku ingin membayar
segala keperluanku sendiri. Aku kuat dan dapat bekreja. Jika aku sudah
tidakdapat menjaga diriku sendiri akukan pergi ke Warren. Aku tidakkan menerima
sumbagnan dari siapa pun.
15 Nov Aku sedang melihat-lihat beberapa laporan kemajuanku yang lama dan sangat
aneh karena aku tidakdapat membaca apa yang dulu kutulis. Aku dapat mengerti
beberapa kata tetapi tidak masuk akal. Kupikir akulah yang menulisnya dulu
tetapi akutidak ingat dengan begitu baik. Aku sangat cepat menjadi letih ketika
aku mencoba membaca beberapa buku yang aku beli di toko obat. Kecuali buku yang
ada gambar gadis cantiknya. Aku suka melihat gambar-gambar itu tetapi aku
bermimpi aneh tentang gadis-gadis itu. Mimpi itu tidak sopan. Aku tidakmau
membeli buku seperti itu lagi. Aku melihat dalam salah satu buku tersebut mereka
meletakkan bubuk ajaib yang dapat membuatmu kuat dan pandai melakukan banyak
hal. Kupikir mugking akukan memesan dan mbeli beberapa untukku sendiri.
16 Nov Alice datang lagi tetapi aku menyuruh dia pergi, aku tidak mau bertemu
denganmu. Dia menangis dan akujug menangis tetapi aku tidakkan membiarkannya
masuk karena aku tidak mau dia menretawakan aku. Kukatakan padanya aku tidak
menyukainya lagi dan aku juga tidakmau menjadi pandai lagi. Itu tidak benar
tetapi.... Aku masih mencintainya dan aku masih mau menjadi pandai tapi aku harus
mengatakan itu supaya dia mau pergi. Bu Mooney mengatakan padaku Alice mebawa
uang lagi untuk mengurusku dan membayar sewa. Aku tidak mau itu. Aku harus
mendapat pekerjaan. Kumohon... kumohon... jangan biarkan aku lupa cara mbaca dan metulis____
18 No v Pak Donner sangat baik ketika aku datang kembali ke sana dan mepinta
pekerjaan lamaku di pabrik roti. Awalnya ia sangat cruriga tetapi kukatakan
kepadanya apa yang terjadi padaku kemudian ia tampak sangat sedih. Ia lalu
meletakkan tangannya di bahuku dan berkata Charlie kau sangat berani.
Semua orang menatapku ketika aku turun dan mulai bekerja di kamar mandi
mengepelnya seperti yang pernah kulakukan dulu. Kukatakan pada diriku sendiri
Charlie jika mereka mengolokmu jagnan marah karena kau ingat mreka tidak
sepandai dirimu walau mereka dulu beprikir begitu. Lagi pula mereka pernah
menjadi temnmu dan jika mereka menretawakanmu itu tidak berarti apa-apa karena
mereka menyukaimu jga. Salah satu orang baru yang bekreja di snna setelah aku pergi yang bernama Meyer
Klaus mengolokku. Ia mendekatiku ketika aku sedang mengangkuti karung-karung
tepugn dan berkata hai Charlie kudengar kauorang yang sangat pandai anak yang
sangat cerdas. Katakan sesuatu yang cerdas. Aku merasa sedih karena aku tahu
dari caranya bicara ia sedang mengolokku. Jadi aku terus bekrja. Tetapi kemudian
ia datang lagi dan mencengkeram lenganku sangat keras dan meneriaki aku. Ketika
aku bicara padamu Nak, sebaiknya dengarkan aku. Atau akubisa patahkan lenganmu.
Ia memilin lenganku hingga sakit dan aku menjadi takut ia akan mematahkannya
seperti yang dikatakannya. Lalu ia tretawa dan terus memilinnya, dan aku
tidaktahu apa yang harus kulakukan. Aku menjadi sangat ketakutan aku merasa akan
menangis tetapi akutidak menangis. Kemudian aku merasa harus pergi ke kamar
mandi, itu sesuatu yang tidak menyenangkan. Perutku terpilin-pilin di dalam
seperti aku akan meledak jika tidak segera pergi... karena aku tidak dapat
menahannya. Kukatakan padanya kumohon lepaskan aku karena aku harus pergi ke kamar mandi
tetapi ia hanya menretawakan aku dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.
Aku mulai menangis. Lepaskan aku. Lepaskan aku. Kemudian aku melakukannya. Tinja
mengotori celanaku dan baunya sangat busuk karena itu aku menangis. Ia
melepaskan aku kemudian dan wajahnya mengerut jijik lalu ia tampak ketakutan. Ia
bilang Demi tuhan aku tidak bermaksud apa-apa Charlie.
Tetapi kemudian Joe Carp datang dan mencengkeram kemeja Klaus dan berkata agar
membiarkan Charlie sendiri kau bajingan tengik atau akukan patahkan lehermu.
Charlie anak baik dan tidak seorang pun akan mengusiknya tanpa berurusan
denganku. Aku merasa malu dan aku berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri
dan berganti bauju. Ketika aku kembali Frank ada di sana juga dan Joe sedang menceritakan hal itu
kepadanya kemudian Gimpy masuk dan mereka menceritakan hal itu lalu ia berkata
mereakan mengenyahkan Klaus. Mereka akan mengatakan pada Pak Donner agar memecat
Klaus. Aku mengatakan pada mereka kukira ia tidak perlu dipecat dan ia harus
mencari pekerjaan lain karena ia punya seorang istri dan seorang anak. Lagi pula
ia bilang padaku ia menyesali kelakuannya. Dan aku ingat betapa sedihnya aku
ketika aku dipecat dari pabrik roti ini dan pergi. Aku berkata Klaus hasur
mendapat kesempatan kedua karena sekarang ia tidakakan menggangguku lagi.
Setelah itu Gimpy mendekat terpincang-pincang dengan tungkai cacatnya dan ia
berkata Charlie jika ada orang yang mengganggumu atau mencoba mempermainkanmu
panggil aku atau Joe atau Frank dan kami akan menghajarnya. Kami semua ingin kau
ingat bahwa kau punya tman di sini dan jangan pernah lupakan itu. Aku berkata
terima kasih Gimpy. Itu membuatku senang.
Senang sekali mempunyai teman-teman....
22 nov Aku melakukan tindakan bodoh hari ini aku lupa seharusnya aku tidakmasuk
ke kelas Nona Kinnian di sekolah luar biasa orang dewasa lagi seperti biasanya.
Aku masuk lalu duduk di bangkuku yang lama di belakang ruangan dan dia melihatku
dengan lucu lalu dia berkata Charlie ke mana saja kau. Maka aku berkata halo
Nona Kinnian aku siap untuk blajar hari ini hanya aku kehilangan buku yang kami
pakai. Nona Kinnian mulai menangis dan berlari keluar ruangan lalu semua orang melihat
ke arahku dan aku melihat
banyak dari mereka bukan orang-orang yang sama yang biasanya ada di kelas ini.
Karena itulah aku pergi dari sini selamanya ke sekolah Panti Warren. Aku
tidakmau melakukan hal seperti itu algi. Aku tidak mau Nona Kinnian merasa
kasihan padaku. Aku tahu semua oragn merasa kasihan padaku di pabrik dan aku
tidak mau itujuga jadi aku pergi ke tempat lain yang ada banyak oragn seperti
aku dan tidak ada yang peduli bahwa Charlie Gordon pernah menjadi jenius dan
sekarang ia tidak dapat walau hanya mbaca sebuah buku atau nulis dengan baik.
Aku membawa beberapa buku dan walau aku tidak bisa mebacanya akukan berlatih
keras dan mugking akuakan bisa menjadi agak lebih pandai daripada sebelum
oparasi tanpa harus dioparasi lagi. Aku punya kaki kelinci baru dan uang logam
keberuntungan bahkan sedikit sisa bubuk ajaib dan mugking mereka akan
membantuku. Jika kau mbaca ini Nona Kinnian jagang merasa ksihan padaku. Akusenang mendapat
kesempatan dalam hidup ini seperti yang kaukatakan menjadi pandai karena aku
blajar banyak hal yang aku bahkan tidak pernah tahu hal itu ada di dunia ini dan
aku bersyukur aku melihat semua walau hanyia sedikit. Dan akusenang aku
mengetahui segalanya tentang keluargaku dan diriku. Sebelum itu seolah aku tidak
punya keluarga sampe aku ingat tentang mereka dan melihat mereka. Sekarang aku
tahu aku punya keluarga. Aku adalah seorang pribadi seperti semua orang juga.
Aku tidak tahu mengapa aku dungu algi atau apa yang telah salah kukrejakan.
Mungkin itu karena aku tidak berusaha cukup keras atau hanya karena seseorang
iri padaku. Tetapi jika aku berusaha dan berlatih dengan
sangat keras mugking akuakan menjadi agak lebih pandai dan tau arti semua kata.
Aku ignat sedikit betapa senangnya aku mempunyai buku biru yang kubaca dengan
sampul robek. Ketika aku memejamkan mataku aku memikirkan orang yang telah
merobek buku itu. Ia seperti aku hanya agak berbeda dan ia bicara berbeda tetapi
kupikir itu bukan aku karena ia seperti yang kulihat dari jendela.
Pokoknya karena itulah aku pergi untuk terus berusaha menjadi pandai sehingga
aku dapat perasaan itu algi. Senang karena tau banyak hal dan menjadi pandai
serta kuharap aku tahu segala yang ada di sluruh dunia. Kuharap aku dapat
menjadi pintar lagi sekarang juga. Jika aku bsa akuakan duduk dan baca sepanjang
waktu. Aku yakin aku adalah oragn dungu pertama di dunia yang telah menemukan sesuatu
yang penting bagi ilmu pengetahuan. Aku telah melakukan sesuatu tetapi aku tidak
ignat apa itu. Jadi kukria seperti aku melakukannya untuk semua oragn dungu
seperti aku di Warren dan di seluruh dunia.
Slamat tinggal Nona Kinnian dan dr Strauss serta smua orang....
*** PS tolong smpaikan kepada prof Nemur jangan jadi cepat marah ketika oragn
menretawakannya dan ia kan punya lebih banyak tman. Mudah mendapatkan teman jika
kau membiarkan orang menetrawakan dirimu. Aku akan mempunyai banyak teman ke
mana pun aku pergi. PS tolong jika kau sempat letakkan bunga di atas makam
Algernons di halaman belakang.
Pengelana Rimba Persilatan 14 Pendekar Slebor 30 Peta Rahasia Lembah Kutukan Pedang Kayu Harum 19
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama