Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot Bagian 1
Seandainya Mereka Bisa Bicara - If Only They Could Talk - http://ceritasilat.mywapblog.com James Herriot SEANDAINYA MEREKA BISA BICARA
Penerbit PT Gramedia Jakarta, 1978
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
Judul asli: "IF ONLY THEY COULD TALK"
by James Herriot ? James Herriot 1970 "SEANDAINYA MEREKA BISA BICARA"
Alihbahasa: Ny. Suwarni A.S. GM 78.145
Hak cipta terjemahan Indonesia PT Gramedia, Jakarta Hak cipta
dilindungi oleh Undang-undang AU rights reserved Diterbitkan pertama
kali oleh Penerbit PT Gramedia, Jakarta 1978 Anggota IKAPI
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia Jakarta
untuk EDDIE STRAITON disertai rasa terima kasih dan persahabatan
BAB 1 AKU tak mengenakan baju. Kandang itu tak berpintu. Angin meniup
keras. Salju masuk ke dalam, dan bertengger di punggungku. Kurasa, hal
seperti ini tak terdapat dalam buku.
Aku tertelungkup di lantai, yang terbuat dari batu-batu bulat. Wajahku
berbantalkan tahi lembu, yang baunya tak dapat dilukiskan dengan katakata.
Lenganku kumasukkan dalam-dalam ke liang peranakan. Kakiku
meraba-raba di antara batu mencari tumpuan, karena lembu itu terusmenerus
menggeliat. Tubuhku penuh salju yang bercampur kotoran
serta darah kering, karena aku hanya memakai celana. Di luar lingkaran
nyala lampu, aku tidak dapat melihat sesuatu. Lampu minyak itu dipegang
oleh petani pemilik lembu. Nyalanya tidak begitu terang dan berasap.
Hal berikut ini juga tak terdapat dalam buku. Misalnya tentang mencari
tali dan alat-alat di dalam gelap. Tentang berusaha tetap bersih dengan
air kotor setengah ember. Tentang batu-batu bulat yang menekan dada.
Tentang lengan yang lambat laun membeku. Tentang otot-otot yang
sedikit demi sedikit menjadi lumpuh, waktu jariku berusaha keras
melawan dorongan kuat dari dalam lembu.
Tentang rasa lelah dan rasa putus asa yang makin lama makin berat.
Tentang suara panik yang melengking-lengking jauh di dalam hatiku. Ini pun tak disebut-sebut
dalam buku! Aku teringat sebuah gambar dalam buku ilmu kebidanan. Seekor lembu
sedang berdiri di tengah-tengah lantai yang mengkilat. Dokter hewan
mengenakan mantel bidan yang putih bersih. Ia memasukkan tangannya
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ke dalam lembu, dari jarak yang cukup sopan. Ia tampak santai dan
tersenyum. Petani dan pembantunya juga tersenyum. Bahkan lembunya
juga tersenyum. Tak ada kotoran, darah, atau keringat.
Dokter dalam gambar itu baru saja selesai makan hidangan yang lezat.
Kemudian ia pergi ke rumah sebelah, untuk menolong lembu beranak.
Tugas ini dikerjakan dengan senang hati, seolah-olah suatu hiburan
belaka. Ia tak perlu meninggalkan tempat tidur pada pukul dua malam,
sambil merangkak-rangkak kedinginan. Ia tak perlu naik mobil sejauh
dua belas mil, terbanting-banting di jalan penuh salju. Ia tak perlu
meregang-regangkan matanya yang mengantuk, untuk mencari-cari
rumah petani di tempat yang terpencil. Ia tak perlu memanjat lereng
bukit yang tertutup salju sejauh setengah mil, untuk mencapai
tujuannya, ialah kandang tak berpintu, tempat pasiennya berbaring.
Aku berusaha menggerak-gerakkan tanganku, supaya masuk lebih dalam.
Kepala anak lembu itu tak terjangkau. Dengan susah payah aku
memasukkan tali kecil berbentuk kait, untuk mengait rahang bawahnya
dengan ujung jariku. Lenganku terus-menerus terhimpit di antara tubuh
anak lembu dan tulang pinggul induknya. Setiap kali lembu menggeliat,
tekanan pada lengan hampir tak terderita. Bila lembu berhenti
menegang, aku mendorong tali lebih dalam lagi. Aku tidak tahu, berapa
lama hal ini akan berlangsung, dan apakah aku akan tahan. Jika aku tak
berhasil mengait rahang bawahnya, anak lembu itu takkan dapat
dikeluarkan. Aku menghela nafas, menggertakkan gigi, dan meraih ke
depan lagi. Gumpalan salju tertiup angin ke dalam lagi. Suaranya mendesis-desis di
punggungku yang berkeringat. Dahiku berkeringat juga. Setiap kali aku
mendesak maju, keringat itu masuk ke dalam mata.
Pada saat sial seperti ini, kita kerap kali jadi sangsi, apakah usaha kita
akan berhasil. Aku sudah mencapai tingkat ini.
Komentar-komentar aneh mulai menyelinap ke dalam hati. 'Mungkin
lebih baik lembu ini dipotong saja. Rongga pinggulnya terlalu sempit dan
kecil, sehingga tak mungkin anaknya dapat dikeluarkan,' atau, 'lembu ini
terlalu gemuk dan termasuk jenis lembu potong, jadi lebih baik
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
memanggil tukang jagal, bukan dokter hewan!' atau barangkali, 'ini
lembu sial. Rongga pinggulnya terlalu sempit. Pada lembu yang rongga
pinggulnya lebar, anaknya dapat lahir dengan mudah. Tapi pada lembu
ini, hampir tidak mungkin!'
Tentu saja aku dapat mengeluarkan anaknya dengan embriotomi. Ialah
mengait lehernya dengan kawat, dan menggergaji kepalanya. Dengan
cara begini, jerih payahku akan berakhir dengan potongan-potongan
kepala, kaki, dan onggokan isi perut. Banyak buku tebal yang
membicarakan hal ini. Ada bermacam-macam cara untuk memotongmotong anak lembu.
Tapi di sini, semua cara itu tak ada gunanya, karena anaknya masih
hidup. Aku meraih ke dalam sejauh-jauhnya. Aku berhasil menyentuh
ujung mulutnya. Aku terkejut, karena lidah anak lembu itu masih
bergerak. Hal ini sungguh di luar dugaan, karena anak lembu dalam posisi
ini biasanya mati. Tak dapat bernafas, karena lehernya terlipat dan
dadanya tertekan kontraksi liang peranakan. Tapi
anak lembu ini masih menunjukkan tanda-tanda hidup, jadi harus
dikeluarkan utuh. Aku bangkit untuk mengambil air ember. Air itu sekarang dingin dan
bercampur darah. Tanpa bicara sepatah kata pun. aku membersihkan
tangan dengan sabun. Kemudian aku berbaring lagi. Batu-batu bulat itu
terasa makin menekan dada. Aku menjejak-jejakkan ibu jari kaki di
sela-sela batu, sambil menggeleng-gelengkan kepala, supaya keringat
jangan masuk ke dalam mata. Untuk seratus kalinya, aku memasukkan
tanganku ke dalam perut lembu. Mungkin bagi lembu, lenganku rasanya
sudah seperti spageti. Kulit lenganku terasa pedih, karena tersayat kaki
anak lembu, yang kering dan tajam seperti kertas pasir. Kemudian
tanganku sampai di lehernya, telinganya, dan dengan susah payah sampai
di kepalanya. Tujuanku yang terakhir adalah mencapai rahang bawahnya.
Sungguh tak masuk akal, bahwa aku tahan dalam keadaan begini selama
hampir dua jam! Aku tetap berjuang, meskipun tenagaku makin habis,
hanya untuk mengait rahang bawah anak lembu dengan tali! Segala usaha
telah kukerjakan, antara lain menahan kakinya, menarik lekuk matanya
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dengan hati-hati sekali. Tapi akhirnya aku terpaksa menggunakan kait
tali lagi! Seluruh pertemuan ini sungguh menyedihkan. Pak Dinsdale, pemilik
lembu ini, adalah seorang pria yang bertubuh tinggi. Ia mudah bersedih
hati, dan sedikit bicara. Ia selalu mengharapkan nasib sial. Anaknya lakilaki,
juga bertubuh tinggi dan berwajah sedih. Seperti ayahnya, ia juga
pendiam. Kedua orang ini memperhatikan jerih payahku dengan hati yang
murung. Tapi yang paling menyakitkan hati adalah sang paman, ialah adik Pak
Dinsdale. Waktu mobilku merayapi lereng bukit, aku terkejut karena
melihat seorang tua duduk dengan enaknya di atas tumpukan jerami.
Matanya sempit menyala-nyala. Topinya jelek seperti pastel daging babi.
Ia sedang mengisi pipanya, dan jelas ia sedang mengharapkan tontonan
yang mengasyikkan. "Ha, selamat datang, Anak muda!" serunya. Suaranya sengau seperti
nada bahasa penduduk sebelah barat. "Kenalkan, aku adik Dinsdale.
Rumahku di Listondale."
"Terima kasih! Nama saya Herriot," jawabku, sambil menganggukkan
kepala dan meletakkan alat-alat.
Kemudian orang itu memandangku dengan tajam, sambil berkata, "Nama
dokterku Pak Broom-field. Kukira kau sudah pernah mendengar
namanya. Tiap hidung kenal dia, karena dia orang hebat. Apalagi di
bidang menolong lembu beranak. Kau belum tahu" Dia tidak pernah
gagal!" Aku hanya tersenyum kecut. Di lain kesempatan, aku pasti merasa
gembira mendengar teman sepro-fesiku dipuji. Tapi hendaknya jangan
sekarang! Dan jangan pada saat sial ini! Kata-kata itu sungguh
menghancurkan semangatku!
"Maaf, saya tidak kenal Pak Broomfield," jawabku, sambil melepaskan
jaket. Lebih menyegankan lagi adalah menanggalkan baju. "Tapi saya
belum lama mengenal daerah ini."
Paman itu terkejut. "Apa" Kau belum kenal dia" Ya, ampuuun! Tentu
hanya kau yang belum mengenalnya. Di Listondale dia terkenal sekali,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kalau kau mau tahu!" Kemudian ia diam, karena sedang menyulut pipanya.
"Pak Broomfield tubuhnya kuat seperti petinju. Aku belum pernah
melihat orang berotot sekekar itu!"
Aku merasa lemah-lunglai. Kakiku tiba-tiba terasa berat seperti
dibebani timah dan tak berdaya.
Waktu aku mulai meletakkan tali dan alat-alat di atas handuk yang
bersih, orang tua itu bicara lagi,
"Kalau aku boleh bertanya, sudah berapa lama kau praktek?"
"Belum lama, baru tujuh bulan."
"Baru tujuh bulan"!" seru Paman sambil tersenyum mengejek. Ia
menjejalkan tembakau ke dalam pipa dan meniupkan asapnya yang biru
dan berbau tak sedap. "Itu belum dapat dikatakan pengalaman. Pak
Broomfield telah berpengalaman sepuluh tahun, dan benar-benar ahli!
Mungkin kau lebih pandai menghafalkan buku. Tapi tentang pengalaman,
kau kalah!" Aku menuangkan beberapa tetes antiseptik ke dalam ember dan
menyabun lenganku dengan cermat. Kemudian aku berlutut di belakang
lembu. "Pak Broomfield lebih dulu selalu melumas lengannya dengan minyak
khusus. Katanya, kalau hanya sabun dan air, akan menimbulkan infeksi,"
kata Paman, sambil mengisap pipanya sepuas-puasnya.
Aku mulai memeriksa. Pada saat seperti ini semua dokter hewan merasa
berat. Yang paling me-nyegankan adalah waktu pertama kali
memasukkan tangan ke dalam lembu. Dalam waktu beberapa detik saja
bisa diketahui, apakah pekerjaan ini akan segera selesai, ataukah akan
memakan waktu berjam-jam lamanya.
Kali ini nasibku sungguh sial. Kelahiran anak lembu ini sungguh sulit.
Kepala anaknya terbalik, dan liang peranakan sempit sekali. Lebih
menyerupai lembu yang salah tumbuh. Dan lembu ini terasa kering
sekali, seperti kehabisan air beberapa jam yang lalu. Rupanya ia baru
saja disuruh bekerja berat di ladang, dan melahirkan anaknya seminggu
sebelum waktunya. Itulah sebabnya ia dibawa ke kandang yang hampir
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
roboh ini. Namun, bagaimanapun juga, aku takkan dapat segera kembali
ke tempat tidurku. "Nah, Anak muda, sekarang apa yang telah kautemukan?" tanya paman
itu. Suaranya lantang memecahkan kesunyian malam. "Kepalanya di
belakang, eh" Terbalik atau melintang" Itu soal mudah! Aku sudah
pernah melihat Pak Broomfield mengatasi soal seperti itu. Sama sekali
tak ada kesukaran. Anak lembu diputar, kemudian kaki depannya ditarik
paling dulu!" Aku sudah pernah mendengar omong kosong seperti ini. Meskipun aku
belum begitu berpengalaman, aku mengerti bahwa semua petani merasa
lebih tahu tentang lembu orang lain. Tapi jika lembunya sendiri dalam
kesulitan, mereka terburu-buru menelepon dokter. Tapi jika lembu
orang lain mendapat kesukaran, mereka sok tahu, merasa lebih pandai,
lebih berpengalaman, dan murah memberikan nasihat. Dan fenomen lain
yang kuamati ialah, nasihat mereka lebih dihargai daripada pendapat
dokter hewan. Seperti sekarang misalnya. Paman dianggap dewa, dan
Dinsdale serta anaknya dengan hormat mendengarkan semua yang
dikatakannya. "Cara lain untuk mengatasi kesulitan seperti ini ialah dengan
menggunakan salep pelebar, dan tali untuk menarik kepalanya dan
seluruh tubuhnya!" sambung Paman.
Aku terengah-engah waktu aku meraba-raba sekitarnya. "Dalam ruang
sesempit ini, tak mungkin dapat memutar kepala anak lembu ini. Dan
menarik badannya tanpa memutar kepalanya lebih dulu akan
mematahkan tulang pinggul induknya."
Dinsdale dan anaknya menyempitkan matanya. Jelas mereka
berpendapat, bahwa aku sedang berusaha menangkis serangan Paman,
yang dianggap lebih berpengalaman.
Dan sekarang, dua jam kemudian, aku sudah di ambang kekalahan. Aku
betul-betul akan terpukul. Aku sudah berguling-guling dan merendahkan
diri di atas batu-batu bulat yang kotor, sementara Dins- -dale dan
anaknya menonton dengan wajah muram, tanpa mengucapkan sepatah
kata pun. Sedang paman itu tak henti-hentinya memberi komentar yang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menyakitkan hati. Wajah Paman jadi merah berseri-seri karena
gembira. Matanya yang sipit bersinar-sinar, karena selama bertahuntahun baru
malam ini ia merasa sangat bahagia. Jerih payahnya mendaki
bukit sungguh tak sia-sia, bahkan mendapat ganti rugi seratus kali. Ia
tampak makin lama makin bahagia!
Sementara aku tertelungkup di situ, mata tertutup, wajah terasa kaku
karena kena kotoran, dan mulut ternganga, Paman duduk di atas
onggokan jerami, sambil memegang pipanya. Ia mencondongkan badannya
dan berkata, "Sebentar lagi kau menyerah, Anak muda!" katanya dengan
nada sangat puas. "Padahal aku belum pernah melihat Pak Broomfield
kalah. Tapi karena dia memang berpengalaman. Dan lagi ia kuat,
tubuhnya sungguh kuat. Ia manusia yang tak kenal lelah!"
Mendengar kata-kata itu, aku marah bukan main. Aku merasa seperti
baru saja disiram dengan air keras. Sebenarnya aku ingin bangkit,
melemparkan ember berisi air bercampur darah ke kepala orang tua itu,
lalu melompat ke dalam mobil dan melarikan secepat-cepatnya menuruni
lereng bukit, menjauhi Yorkshire, Paman keparat, Dinsdale dan anaknya,
dan lembu sialan ini! Tapi itu tidak kulakukan. Bahkan aku menggertakkan gigi, menjejakkan
kaki, dan menjangkau ke depan sejauh-jauhnya. Di luar dugaan sama
sekali, taliku berhasil mengait gigi seri anak lembu dan masuk ke dalam
mulutnya. Dengan hati-hati sekali, sambil berdoa, aku menarik tali itu
dengan tangan kiri. Aku merasa, ikatannya makin erat. Aku telah
berhasil mengait rahang bawahnya!
Akhirnya aku bisa memulai sesuatu.' "Sekarang pegang tali ini, Pak
Dinsdale. Tarik hati-hati, jangan sampai kendur. Aku akan menahan
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tubuhnya. Jika Bapak menarik dengan tetap, kepalanya pasti terputar."
"Bagaimana kalau talinya putus?" tanya Paman penuh harap.
Aku tidak menjawab. Tanganku menahan bahu anak lembu dan mulai
mendorong kontraksi induknya. Aku merasa tubuh anaknya mulai
menjauhiku. "Terus, Pak Dinsdale, tarik perlahan-lahan, jangan
disentak-sentak." Dan kepada diriku sendiri,-"O Tuhan, tolonglah,
jangan sampai kait ini terlepas!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Kepala anak lembu mulai berputar. Aku merasa lehernya mulai lurus dan
sejajar dengan lenganku. Kemudian telinganya menyentuh sikuku.
Bahunya kulepaskan, dan dengan cepat aku memegang mulutnya yang
mungil. Sambil menjaga jangan sampai giginya menyentuh dinding liang
peranakan, aku mengarahkan kepala supaya terletak di atas kaki
depannya. Dengan cepat aku melebarkan kait itu hingga mencapai belakang telinga.
"Sekarang tarik kepalanya, jika induknya menggeliat!"
"Salah! Yang harus kautarik adalah kakinya!" teriak Paman.
"Tarik ujung talinya, tahu! Jangan hiraukan dia!" bentakku sekeraskerasnya. Aku
merasa lega, ketika kemudian Paman mundur dan duduk
kembali ke jerami, karena kalah gertak.
Dengan hati-hati kepalanya kutarik ke luar dan seluruh tubuhnya
mengikutinya dengan mudah. Anak lembu itu terletak di lantai, tak
bergerak, matanya berkaca-kaca tapi tak memandang sesuatu, lidahnya
biru dan sangat bengkak. "Sebentar lagi mati! Pasti mati!" seru Paman, menyerang kembali.
Aku membersihkan lendir pada mulutnya, kemudian membuat pernafasan
buatan. Tenggorokannya kutiup keras, tulang rusuknya kutekan
beberapa kali. Anak lembu itu terengah, kelopak matanya berkedip.
Kemudian ia mulai menarik nafas yang menjejakkan kakinya.
Paman melepaskan topinya dan menggaruk-garuk kepala. Ia tercengang.
Ia tak percaya apa yang dilihatnya. "Ajaib, ia hidup! Padahal aku yakin,
ia pasti mati, karena telah kaulumatkan selama itu!" Api pipanya telah
padam, dan pipa itu tergantung pada bibirnya. Tembakaunya sudah
habis. "Aku tahu apa yang diinginkan bayi mungil ini," jawabku. Kaki depannya
kupegang dan anak lembu itu kudekatkan kepala induknya. Lembu itu
terbaring di lantai yang kasar, kepalanya terkulai lemah. Tulang
rusuknya terangkat, matanya hampir tertutup. Perhatiannya tampak
lenyap sama sekali. Tapi waktu kepalanya tersentuh tubuh anaknya,
terjadi perubahan besar. Matanya terbuka lebar, hidungnya mendengusdengus
mencari makhluk baru. Perhatiannya timbul dan minatnya makin
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
lama makin besar. Ia berusaha bangkit dan mengangkat kepalanya. Ia
menderam-deram sambil meraba seluruh tubuh anaknya dengan
moncongnya. Kemudian ia mulai menjilati anaknya dengan teratur. Pada
saat seperti ini, alam telah menyediakan tukang pijat yang ahli. Dan anak
lembu itu melengkungkan punggungnya, waktu kulitnya didorong-dorong
papil lidah yang kasar itu. Sebentar kemudian anak lembu itu
menggeleng-gelengkan kepalanya dan berusaha berdiri.
Aku tersenyum lebar. Itulah yang kuharapkan: mukjizat kecil. Aku tak
akan merasa jemu menyaksikan peristiwa semacam ini, betapapun sering
terjadinya. Aku lalu membersihkan tubuhku yang penuh kotoran dan
darah kering. Tapi tak bisa. Kotoran itu telah jadi kerak, bahkan dengan
kuku pun tak dapat disingkirkan. Aku terpaksa harus menunggu sampai
di rumah. Kotoran itu harus dihilangkan dengan air panas. Waktu aku
mengenakan baju, seluruh tubuhku terasa seperti baru saja dipukuli
dengan tongkat besar. Semua otot terasa sakit. Mulutku kering. Bibirku
hampir lekat. Tiba-tiba Dinsdale yang bertubuh tinggi dan berwajah murung itu
terhuyung-huyung mendekat dan bertanya, "Bagaimana kalau saya beri
minum?" Aku terpaksa tersenyum, meskipun mukaku terasa kaku karena kotoran
yang mengering itu. Dalam benakku terbayang teh panas yang
bercampur wiski. "Terima kasih, Pak Dinsdale. Memang aku haus,
sesudah berjuang selama dua jam!"
"Bukan itu maksud saya! Yang saya maksud, apakah lembu saya boleh
diberi minum?" tanyanya, sambil menatapku.
Karena kecele, mulutku lalu berkicau semaunya, "O ya, begitu, betul
memang, berilah ia minum. Ia tentu haus. Itu perlu, memang perlu, ya ya
betul, berilah ia minum....."
Aku mengumpulkan alat-alatku dan berjalan terhuyung-huyung ke luar
kandang. Di luar masih gelap dan angin meniup keras memedihkan mata.
Waktu aku berjalan terseok-seok menuruni lereng bukit, Paman
menyerang lagi. Nadanya melengking, tak mau kalapi dan merupakan
pukulan terakhir. Serunya,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Pak Broomfield tak pernah memberi minum lembu beranak! Itu akan
membuat perutnya kedinginan!"
BAB 2 WAKTU itu bulan Juli, sinar matahari sangat panas. Aku naik bis kecil
yang sudah reyot. Aku duduk di tempat yang keliru, di dekat jendela.
Aku mengenakan pakaian yang terbaik. Pakaian itu kugerak-gerakkan
dan jariku kumasukkan ke dalam kerah, untuk mengurangi rasa panas.
Sebetulnya pakaian ini kurang tepat dalam cuaca semacam ini. Tapi aku
sedang dalam perjalanan untuk bertemu dengan calon majikanku. Jadi
aku harus membuat kesan yang baik.
Banyak yang akan dibicarakan. Tahun 1937 adalah tahun sial bagi
pencari kerja. Sebagai dokter hewan, yang baru saja lulus, aku harus
menghadapi keadaan ini. Pertanian terlantar, karena selama sepuluh
tahun pemerintah tidak menghiraukannya. Kuda tarik, yang merupakan
mata pencaharian utama, mulai menghilang. Sungguh mudah jadi nabi
yang meramalkan kesuraman masa depan, pada waktu pemuda-pemuda
yang baru lulus dari perguruan tinggi harus berhadapan dengan dunia
yang dingin. Dunia yang acuh tak acuh. Dunia yang tak menghiraukan
semangat dan pengetahuan mereka yang hampir meledak. Di harian
Record seminggu-nya ada dua atau tiga iklan lowongan kerja. Tapi yang
melamar biasanya sampai delapan puluh orang.
Sungguh tak kuduga sama sekali, waktu suratku mendapat jawaban dari
Darrowby di Yorkshire Dales. Pak Siegfried Farnon MRCVS ingin
bertemu denganku pada hari Jum'at siang. Aku disuruh datang untuk
diwawancarai, sambil minum teh. Jika kedua pihak setuju, aku akan
diangkat jadi asistennya. Tentu saja tawaran ini kusambut dengan
gembira sekali, karena banyak teman yang lulus bersamaku sekarang
menganggur. Ada yang jadi pelayan toko atau kuli pelabuhan. Dan aku
sebenarnya telah putus asa menghadapi masa depanku sendiri.
Waktu bis menanjak dan berbelok, sopir memindahkan persneling lagi.
Sudah lima belas mil bis yang kutumpangi naik terus, makin lama makin
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mendekati Pegunungan Pennines, yang tampak megah, biru, dan sayupsayup. Baru
sekali ini aku pergi ke Yorkshire. Nama itu selalu
menimbulkan gambaran yang keliru. Menurut bayanganku, Yorkshire
adalah daerah yang tak menyenangkan, tak enak seperti pudingnya.
Daerah itu kaku, membosankan, dan sama sekali tak menarik. Tapi waktu
bis men-deru-deru makin ke atas, aku mulai merasa kagum. Pegunungan
yang tinggi dan tak berbentuk itu mulai terurai jadi bukit-bukit hijau
dan lembah-lembah luas. Di dasar lembah tampak sungai yang berlikuliku di antara
pepohonan. Rumah-rumah petani yang terbuat dari batu
yang kokoh dan berwarna kelabu, tampak seperti pulau di tengah ladang
yang diusahakan. Ladang itu terbentang ke atas seperti tanjung yang
hijau cerah di lerang bukit.
Aku mulai melihat pagar kayu dan pagar tanaman yang berselang-seling
dengan dinding batu, membatasi jalan raya, menyekat ladang, dan
menanjak ke atas tak habis-habisnya di lereng-lereng bukit sekitarnya.
Di mana-mana tampak pagar batu, bermil-mil panjangnya, membuat polapola batik
hingga ke puncak-puncak bukit.
Tapi waktu aku hampir sampai di tempat tujuan, ceritera-ceritera yang
mengerikan menghantui diriku. Ceritera itu berasal dari kakak kelasku
yang marah dan kecewa sesudah menyelesaikan masa prakteknya. Bagi
majikan, seorang asisten tak ada harganya. Ia disuruh bekerja keras
dan tidak diberi makan cukup. Sebab majikan itu kebanyakan kejam dan
tak punya peri kemanusiaan. Temanku yang bernama Dave Stevens
misalnya, sambil menyulut rokok dan tangan gemetar, berkata, "Aku tak
boleh istirahat, baik siang maupun malam. Aku disuruh mencuci mobil,
mencangkul di kebun, mencukur rumput, dan berbelanja ke pasar! Tapi
waktu aku disuruh membersihkan cerobong asap, aku minggat!" Willie
Johnstone lain lagi ceriteranya. "Tugas pertama yang harus kukerjakan
ialah memasukkan selang pompa ke dalam lambung lembu. Tapi selang itu
salah jalan. Tidak masuk ke dalam lambung, tapi ke dalam paru-paru.
Baru dipompa beberapa kali saja, lembu itu roboh dan mati seketika!
Itulah pengalamanku yang pertama!" Yang paling mengerikan adalah
pengalaman Fred Pringle. Fred harus mengempiskan perut lembu yang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kembung. Waktu udara yang tertekan lama dalam perut menyembur ke
luar, petani pemilik lembu begitu terkesan oleh keahlian Fred, hingga ia
menyulutkan korek apinya yang menyala ke mulut pipa udara. Api yang
tersembur itu menyambar tumpukan jerami dan membakar seluruh
kandang hingga menjadi abu. Tak lama kemudian Fred dijatuhi hukuman
buang ke daerah jajahan - ke Kepulauan Leeward.
Oh, ceritera brengsek! Mudah-mudahan ini semua bohong belaka! Aku
memaki-maki khayalanku yang melantur-lantur dan berusaha
memadamkan api neraka yang berkobar-kobar, ialah ternak yang
menjerit-jerit ketakutan waktu sedang ku-sembuhkan penyakitnya.
Tidak, pasti tidak seburuk itu keadaannya. Aku menggosok-gosokkan
telapak tanganku yang berkeringat ke atas lutut. Aku berusaha
memusatkan pikiranku pada calon majikan yang akan kukunjungi.
Siegfried Farnon. Sebuah nama yang aneh bagi dokter hewan di
Yorkshire Dales. Mungkin ia seorang Jerman, yang baru latihan di
daerah ini dan lalu membuka praktek. Tapi kalau dia orang Jerman, nama
pertamanya tentu bukan Farnon. Seharusnya Farrenen. Ya, Siegfried
Farrenen. Orangnya mulai terbayang: tubuhnya pendek, gemuk, bulat,
dan gendut. Matanya riang, ketawanya ramah. Tapi pada saat itu juga
khayalanku terdesak oleh gambaran lain: tubuhnya tinggi besar, matanya
dingin, rambutnya kaku seperti sikat, bertengkorak suku Teuton.
Pendek kata punya bentuk yang tidak menyenangkan, tidak seperti
kebanyakan ketua praktek.
Sekarang bis berderak-derak melalui jalan sempit yang menuju ke
sebuah lapangan kota. Inilah terminalnya. Di atas jendela toko
sederhana terbaca tulisan "Koperasi Darrowby'. Aku sudah sampai di
tempat tujuan. Aku turun dari bis dan berdiri di samping koperku yang peyot. Sambil
memandang sekitarnya. Ada yang mengherankan, hingga aku tak bisa
meraih koper. Tanganku terhenti. Kemudian aku sadar, bahwa
kelinglunganku ini disebabkan oleh..... kesunyian! Betapa sunyinya!
Penumpang lain telah lenyap. Sopir telah mematikan mesin. Tak ada
suara, bunyi, atau orang bergerak. Satu-satunya tanda kehidupan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
hanyalah sekelompok orang tua yang se-dang duduk mengelilingi menara
jam di tengah lapangan. Itu pun agaknya patung-patung belaka!
Dalam buku pariwisata, Darrowby tidak banyak disebut-sebut. Tempat
ini hanya dilukiskan sebagai kota kecil tak penting, yang terletak di tepi
Sungai Darrow. Pasarnya juga tak begitu penting, dan lantainya terbuat
dari batu-batu bulat. Tak ada yang menarik, kecuali dua buah jembatan
kuno. Tapi jika diperhatikan dengan teliti, kota ini sesungguhnya indah.
Tepi sungainya berbatu-batu kerikil. Rumah-rumah berdesak-desakkan,
berderet-deret tak teratur di lereng Bukit Herne. Di mana-mana, di
jalan-jalan, melalui jendela-jendela rumah, kita dapat melihat bukit itu
melatarbelakangi deretan rumah. Bukit itu tampak besar dan megah,
setinggi dua ribu kaki lebih di atas atap-atap rumah yang berdesakan.
Udaranya bersih dan segar. Aku merasa lega sehabis melalui jalan
sepanjang dua puluh mil. Kesesakan kotaku, asap beserta debunya,
terasa telah lenyap dari dalam dada.
Dari lapangan aku masuk ke Jalan Trengate yang lengang. Di ujung jalan
tampak Rumah Skeldale. Betul, itu tempat yang akan kukunjungi. Dari
jauh telah tampak tulisan 'S. Farno MRCVS' pada papan kuningan model
kuno, yang tergantung agak miring pada pagar besi. Dari tumbuhan
menjalar yang memanjat pada batu-batu yang lunak hingga ke jendela
paling atas, aku tahu inilah rumah yang kucari. Sebab dalam surat
disebutkan 'satu-satunya rumah yang ditumbuhi tanaman menjalar'.
Inilah tempat kerjaku yang pertama, sebagai dokter hewan.
Waktu aku sampai di tangga pintu, aku terengah-engah, seperti orang
habis lari. Jika la-maranku diterima, inilah tempat untuk menunjukkan
kemampuan dan kwalitasku.
Bentuk rumah itu menyenangkan. Bergaya Georgia, gangnya dicat putih
dan bagus. Jendela-jendela di tingkat bawah lebar, putih, dan sedap
dipandang mata. Tapi jendela di bawah atap kecil-kecil, persegi, dan
menjorok ke luar. Cat temboknya telah pudar dan semen di antara batu
bata telah keropos. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Namun ada keindahan pada seluruh bangunan itu, meskipun tak ada
kebun depannya. Rumah ini hanya dipisahkan dua meter dari jalan oleh
pagar besi. Aku membunyikan bel. Seketika itu juga kesunyian siang itu jadi
berantakan. Dari dalam rumah, agak jauh, terdengar salak dan raung
sekawan anjing, seperti lolongan serigala yang sedang marah. Pintu
bagian atas tertutup kaca. Waktu aku menjenguk ke dalam, sekawanan
anjing berbondong-bondong melalui tikungan sebuah gang yang panjang,
menyerbu dengan geramnya ke arah pintu. Salaknya melengking-lengking
memekakkan telinga. Seandainya aku tidak biasa bergaul dengan
binatang, aku pasti sudah lari terbirit-birit untuk menyelamatkan diri.
Meskipun begitu aku melangkah mundur dengan waspada, sambil
memperhatikan anjing-anjing itu waktu tampak di kaca pintu. Kadangkadang dua
ekor bersama-sama melompat ke kaca. Matanya berapi-api,
rahangnya ternganga, air liurnya menetes. Beberapa saat kemudian aku
baru tahu jumlah sebenarnya. Ternyata aku salah hitung, dan terlalu
melebih-lebihkan. Bukan empat belas seperti yang kuduga, tapi hanya
lima ekor! Yang paling sering tampak pada kaca adalah seekor anjing
greyhound yang sangat besar. Karena ia tak perlu melompat tinggi
seperti teman-temannya. Yang kedua anjing cocker spaniel, anjing kecil
yang berbulu panjang. Yang ketiga anjing scottie, yang keempat whippet.
Yang terakhir terrier, anjing pemburu yang bertubuh kecil dan berkaki
pendek. Terrier ini jarang tampak pada kaca, karena kaca terlalu tinggi.
Tapi waktu ia berhasil melompat ke kaca, sebelum menghilang kembali,
ia menyalak begitu keras dan mengerikan.
Aku mau mengebel lagi waktu aku melihat seorang wanita bertubuh
besar berjalan di gang panjang itu. Ia mengucapkan sepatah kata, dan
anjing-anjing itu diam seketika, seperti kena sihir. Waktu wanita itu
membuka pintu, kawanan anjing itu menyelinap di sekitar kakinya,
seperti tingkah laku para penjilat. Matanya tampak putih minta dibelaskasihani
dan ekornya melengkung ke bawah di antara kakinya, sambil
dikibas-kibaskan. Baru kali ini aku melihat binatang piara begitu patuh
dan setia. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Selamat siang," kataku dengan tersenyum seramah mungkin. "Nama
saya Herriot." Waktu pintu terbuka, wanita itu tampak jauh lebih besar. Umur sekitar
enam puluhan, tapi rambutnya yang ditarik ke belakang, masih hitam
legam. Sehelai uban pun tak tampak. Ia mengangguk, dan memandangku
dengan ramah. Tapi rupanya ia menunggu orang lain, karena namaku tak
menimbulkan reaksi apa pun.
"Aku disuruh ke mari oleh Pak Farnon dengan surat. Aku disuruh datang
hari ini." "Herriot?" tanyanya, sambil mengingat sesuatu. "Operasi antara pukul
enam hingga pukul tujuh. Kalau Anda membawa anjing, itulah waktunya
yang tepat." "Tidak, tidak," jawabku, sambil memperlama senyumku. "Saya melamar
pekerjaan asisten. Pak Farnon menyuruh saya datang tepat pada waktu
minum teh." "Asisten" Wah, ya, itu bagus!" Ketegangan garis-garis wajahnya mulai
berkurang. "Kenalkan, nama saya Hall. Saya yang mengurus rumah ini,
karena Pak Farnon belum beristri. Mari masuk, nanti saya ambilkan teh.
Pak Farnon tentu lekas pulang."
Aku mengikutinya di antara dinding yang dikapur putih. Sepatuku
berdecit-decit di atas tegel. Di ujung gang kami membelok ke kanan
masuk gang lain. Aku mulai bertanya dalam hati, berapa panjang rumah
ini. Akhirnya kami sampai di kamar yang langsung mendapat sinar
matahari. Kamar itu besar dan luas, langit-langitnya tinggi. Perapiannya besar, di
dalam ruangan yang melengkung seperti gapura. Ujung kamar itu
berakhir pada jendela besar, yang menghadap ke kebun yang dikelilingi
tembok tinggi dan panjang. Dari sini aku dapat melihat halaman rumput
yang tak terpelihara, beberapa onggok batu karang, dan pohon buahbuahan. Jauh di
ujung kebun ada semak-semak bunga yang kena sinar
matahari yang panas. Beberapa burung gagak berkaok-kaok di cabangcabang pohon
elm yang tinggi. Jauh di sebelah sana tampak bukit-bukit
hijau yang dijalari dinding-dinding batu.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Di lantai ada permadani tua dan perabot rumah yang sederhana. Di
tembok tergantung gambar-gambar orang berburu. Buku-buku
berserakan di mana-mana. Sebagian di atas rak, sebagian tertumpuk di
lantai di sudut kamar. Sebuah jambang-an timah terletak di atas rak
tungku api. jambangan ini menarik perhatianku, karena isinya cek dan
surat-surat bank yang berjejal-jejal hingga terhambur ke luar dan
jatuh di lantai. Aku sedang terpesona oleh kertas-kertas berharga ini,
waktu Bu Hall masuk sambil membawa minuman.
"Mungkin Pak Farnon sedang dipanggil orang," kataku.
"Tidak. Dia pergi ke Brawton untuk menengok ibunya. Saya tidak tahu
kapan kembalinya," jawabnya sambil meletakkan teh.
Anjing-anjing itu lalu mencari tempat sendiri-sendiri dan duduk di kursi
dengan tenang. Hanya Scottie dan cocker spaniel bertengkar sebentar
memperebutkan kursi cekung. Kebuasannya lenyap sama sekali. Mereka
memandangiku dengan keramahan yang membosankan, dan berusaha
menahan rasa kantuknya. Sebentar kemudian mereka menganggukanggukkan kepalanya,
dan mendengkur bersama-sama. Suaranya riuh
memenuhi kamar, seperti paduan suara.
Tapi aku tak bisa setenang mereka. Aku gelisah dan kecewa. Aku sudah
berusaha datang dengan tepat untuk diwawancarai, tapi ternyata
ditinggal pergi. Ini sungguh menjengkelkan. Mengapa ia menulis surat,
mencari asisten, menentukan waktu, tapi pergi mengunjungi ibunya"!
Kecuali itu, aku disuruh tinggal di sini, tapi pengurus rumah tak tahumenahu,
dan tidak menyiapkan kamarku. Bahkan belum pernah
mendengar namaku. Renunganku terganggu oleh bunyi bel, dan anjing-anjing itu, seperti
ditusuk kawat menyala, melompat sambil melolong-lolong dan lari
berebutan menyerbu pintu. Aku berharap mereka tidak bersungguhsungguh dalam
menjalankan tugasnya. Karena Bu Hall tak tampak, aku
pergi ke luar ke pintu depan. Anjing-anjing itu dengan ganasnya sedang
melakukan serangannya. "Diam!" bentakku. Anjing-anjing itu tenang seketika. Kelimanya
merangkak-rangkak di sekeliling tumitku, hampir berjalan di atas
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
lututnya. Yang paling patuh adalah greyhound. Ia berhenti
memperlihatkan taringnya dan meringis minta maaf.
Aku membuka pintu dan tampak wajah bulat yang penuh harap. Orang
itu bertubuh gemuk dan mengenakan sepatu bot. Sambil bersandar pada
pagar besi dengan santai, ia bertanya,
"Halo, hai, Pak Farnon ada?"
"Pada saat ini: tidak! Ada perlu apa?"
"Ayaa, sampaikan pesan jika ia pulang. Katakan, bahwa saya, Bert
Sharpe dari Barrow Hills, punya lembu yang bocor!"
"Bocor?" "Ya, betul. Ia sudah ngowos tiga kaleng!" "Tiga kaleng?"
"Aiyaa, jika tidak segera ditolong, pentilnya terlanjur nyenyeh, bukan?"
"Kemungkinan besar." "Dibedel?" "Tentu."
"Baik, kalau begitu. Beritahu dia. Tatata."
Aku kembali ke kamar tadi sambil berpikir. Aku malu dan bingung,
karena aku telah berhadapan dengan suatu kasus dalam tugasku yang
pertama di sini, tanpa mengerti sepatah kata pun, apa yang dia katakan.
Aku baru saja duduk, bel berbunyi lagi. Seketika itu juga aku
membentak sekeras-kerasnya, hingga anjing-anjing yang sudah di
tengah perjalanan, karena ketakutan, berhenti mendadak, dan kembali
ke kursinya, sambil malu tersipu-sipu.
Kali ini tamunya seorang bapak berpakaian rapi, yang memakai topi
hingga sampai ke telinganya, mengenakan kain leher yang lipatannya
menutupi jakunnya, dan mengulum pipa tanah liat tepat di tengah
mulutnya. Ia mencabut pipanya dan bicara. Kata-katanya penuh tekanan
yang aneh. "Nama saya Mulligan. Saya ingin bertemu Pak Farnon dan minta obat
anjing." "Anjing Bapak sakit apa?"
Ia mengangkat alisnya, karena ingin tahu apa yang kukatakan, sambil
menunjuk telinganya. Aku lalu berteriak sekeras-kerasnya,
"Anjing Bapak sakit apa?"
Dengan sangsi ia memandang kepadaku sesaat, lalu menjawab,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Anjing saya muntah-muntah, Nak. Muntah berat!"
Sekarang aku mengerti, dia tuli, dan otakku mulai meramu diagnose.
"Sesudah makan, sudah berapa lama dia muntah?"
Tangannya menunjuk ke telinga lagi. "Ap-phfaa?"
Mulutku kutempelkan telinganya. Sesudah menarik nafas, aku berteriak
sekuat-kuatnya, "Kapan dia muntah, - maksudku muntah" Mengerti?"
Lambat laun Pak Mulligan mengerti apa yang kukatakan. Ia tersenyum
lembut. "O ya, dia muntah. Muntah hebat, Nak!"
Aku tidak ingin berteriak-teriak lagi. Oleh karena itu kukatakan
kepadanya, bahwa aku akan mengurusnya dan dia akan kupanggil lagi
nanti. Rupanya dia bisa membaca bibirku, karena dia tampak puas dan
pergi. Aku kembali ke kamar tamu dan menjatuhkan diriku di atas kursi. Aku
menuang teh dan meminumnya sedikit. Bel berdering lagi. Kali ini mataku
melotot seketika, melototi anjing-anjing itu. Untunglah mereka tahu
maksudku dan dengan cepat melingkar kembali di kursinya.
Di luar pintu depan berdiri seorang gadis cantik yang berambut merah.
Ia tersenyum, memamerkan rentetan giginya yang putih bersih.
"Selamat siang!" sapanya dengan suara keras dan sopan. "Saya Diana
Brompton. Saya diundang minum teh oleh Pak Farnon."
Sambil memegang handel pintu, mulutku ternganga. "Apa" Dia
mengundang ANDA untuk minum teh?"
Senyumnya jadi tegas. "Ya, betul begitu," jawabnya, sambil mengeja
kata-katanya dengan cermat, "Dia mengundang saya untuk minum teh."
"Sayang, Pak Farnon sedang pergi. Saya tidak tahu kapan dia kembali."
Senyumnya lenyap seketika. "Oh," katanya, dan dia mencari-cari obat
kecewa, "tapi, saya boleh masuk, bukan?"
"Oh, maaf, tentu saja boleh. Mari masuk, silakan!" Jawabku tak karuan,
karena aku tiba-tiba sadar bahwa mataku terbelalak dan mulutku
ternganga. Pintu kubuka dan kupegangi. Ia masuk dan berjalan di mukaku tanpa
mengucapkan sepatah kata pun. Ia tahu liku-liku rumah ini, karena waktu
aku sampai di tikungan pertama, dia telah menghilang di dalam kamar
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tamu. Aku berjingkat-jingkat melewati pintunya, kemudian lari secepatcepatnya
sejauh tiga puluh meter sepanjang gang yang berliku-liku, dan
masuk ke dalam dapur batu yang sangat besar. Di situ Bu Hall sedang
menaruh panci di atas kompor dan aku menghampirinya.
"Bu, ada gadis ke sini, namanya Brompton. Katanya, dia diundang minum
teh juga!" kataku, sambil memberanikan diri menarik lengan baju Bu
Hall. Wajah Bu Hall tidak berubah. Kukira ia akan mengayunkan lengannya.
Tapi ternyata tak ada reaksinya sama sekali.
"Ajak saja dia bicara, nanti saya ambilkan kue lagi," jawabnya.
"Tapi apa yang akan saya bicarakan" Kapan Pak Farnon pulang?"
"Mungkin sebentar lagi. Tapi ajaklah dia omong-omong dulu," jawabnya
dengan tenang. Perlahan-lahan aku berjalan kembali ke kamar tamu. Waktu aku
membuka pintu, dengan segera gadis itu menengok dan tersenyum
selebar-lebarnya. Waktu yang datang ternyata hanya saya, dengan
terangan-terangan ia menunjukkan rasa jijiknya.
"Kata Bu Hall, Pak Farnon akan segera pulang. Sementara itu Anda
dapat minum teh bersama saya."
Ia memandangku dengan cepat. Kilasan pandang itu mencakup seluruh
tubuhku, mulai dari rambutku yang kusut hingga sepatuku yang tua dan
lecet. Sekejap mata aku sadar betapa kotor dan berkeringat tubuhku
sehabis perjalanan jauh. Kemudian dia mengangkat bahunya dan
memalingkan kepalanya. Anjing-anjing itu memandangnya dengan acuh
tak acuh. Suasana kamar itu sunyi-se-nyap.
Aku menuang teh dan menawarkannya kepadanya. Ia pura-pura tidak
tahu dan menyulut rokoknya. Keadaannya sungguh gawat, tapi aku
berusaha mengatasinya. Aku batuk-batuk membersihkan tenggorokanku dan bicara dengan
lembut. "Saya baru saja datang. Saya ingin jadi asistennya."
Kali ini dia tidak mau menengok. Dia hanya menjawab 'Oh' dan
pertanyaanku selanjutnya hanya dijawab dengan satu kata saja.
"Daerah ini menyenangkan, bukan?" kataku, menyerang kembali.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ya." "Aku baru pertama kali ke Yorkshire. Tapi pemandangannya bagus."
"Oh." "Anda sudah kenal Pak Farnon lama?" "Ya."
"Mungkin ia masih muda, sekitar tiga puluhan, bukan?" "Ya."
"Di sini udaranya segar."
"Ya." Dengan tabah dan berani, selama lima menit, aku berperang mulut
seperti ini, sambil mencari bahan pembicaraan yang kena dan lucu. Tapi
akhirnya Miss Brompton mencabut rokok dari mulutnya, berpaling
padaku, terus-menerus menatapku, tanpa memberi jawaban satu huruf
pun. Aku tahu, pertempuran telah berakhir dengan perdamaian, dan aku
diam. Setelah itu, dia memandang ke jendela besar, sambil menghisap
rokoknya dalam-dalam. Waktu menghembuskan asap dari bibirnya,
matanya di-pincingkannya. Aku dianggap hantu, atau dianggap tidak ada
di situ. Sekarang aku dapat mengamat-amatinya dengan tenang. Memang dia
cukup menarik hati. Aku mengamatinya seperti sedang mengamati
gambar gadis pada sampul majalah sosial. Roknya dari linen yang sejuk,
kainnya cardigan yang mahal, kakinya cantik, rambutnya yang merah
indah tergerai di bahunya.
Kemudian timbullah pikiranku yang menarik. Ia duduk di sini tentu
karena sedang dirundung rindu atau sedang tergila-gila kepada dokter
Jerman yang gemuk kecil itu. Pak Farnon tentu cukup mempesonakannya.
Sandiwara bisu ini akhirnya bubar, karena Miss Brompton tiba-tiba
berdiri. Rokoknya dicampak-kannya tanpa ampun sedikit pun ke dalam
tungku. Kemudian dia angkat kaki dari kamar.
Dengan lemah lunglai aku bangkit dari kursi. Kepalaku mulai berdenyutdenyut
karena pusing. Aku berjalan ke jendela besar dan masuk ke
kebun. Aku menjatuhkan diri di antara rumput yang tingginya mencapai
lutut, dan menyandarkan punggungku pada pohon akasia yang sangat
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tinggi. Di mana Farnon sialan ini" Betulkah dia memanggilku ke mari,
atau aku dipermainkan orang" Tiba-tiba aku merasa kedinginan. Aku
sudah kehabisan uang, dan jika aku salah alamat, aku bisa celaka.
Tapi waktu aku memperhatikan sekitarnya, hatiku mulai tenang. Sinar
matahari terpantul pada dinding tua yang tinggi itu. Lebah berdengungde-ngung di
antara untaian bunga yang berwarna cerah. Angin sepoisepoi berembus dan
menggerak-gerakkan rangkaian bunga layu di pohon
wistaria yang megah, yang hampir menutupi bagian belakang rumah. Aku
merasa tenteram di sini. Aku menyandarkan kepalaku pada kulit pohon dan menutup mataku.
Dalam bayanganku aku dapat melihat Herr Farrenen, berdiri di dekatku.
Ia terkejut dan menghujankan tuduhan yang bukan-bukan.
"Apa yang baru saja kaukerjakan?" tanyanya. Daging dagunya yang
gemuk bergetar karena marah. "Kau datang ke rumahku dengan alasan
yang dicari-cari! Kau menghina calon istriku! Kau minum tehku! Kau
makan kueku! Apa lagi yang kaukerjakan" Mungkin kau mencuri sendok,
cangkir, dan rokokku! Kau bicara soal asisten, padahal aku tak
membutuhkannya!. Aku terpaksa harus memanggil polisi!"
Dengan tangannya yang gemuk itu Herr Farrenen menyambar telepon.
Bahkan dalam mimpiku itu dia dapat bicara dengan tekanan kata yang
ringan. Aku mendengar suaranya yang berat itu memanggil-manggil,
"Helo, helo!" Aku membuka mataku. Memang betul ada orang mengatakan 'Halo', tapi
bukan Herr Ferrenen. Orang itu tinggi, kurus, bersandar pada dinding,
tangannya dimasukkan ke dalam saku. Ia tampak gembira. Waktu aku
berusaha berdiri, dia meninggalkan dinding dan mengulurkan tangannya,
sambil berkata, "Maaf, Anda terpaksa menunggu. Nama saya Siegfried
Farnon." Tak ada tanda-tanda sedikit pun yang menyatakan bahwa ia orang
Jerman. Ia betul-betul Inggris tulen. Wajahnya panjang, lucu, dan
berahang kuat. Kumisnya kecil, dipangkas pendek. Rambutnya tak
teratur, berwarna pirang pasir. Ia mengenakan jas wol yang agak lusuh
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dan celana flanel yang tak ada bentuknya. Kerah bajunya berjumbai dan
simpul dasinya tak rapi. Jelas, ia tak begitu suka berkaca.
Setelah mengamat-amati dia, aku merasa sedikit terhibur, meskipun
leherku terasa sakit, karena tadi kusandarkan pada batang pohon. Aku
menggeleng-gelengkan kepala, supaya mataku betul-betul terbuka.
Rumput-rumput kering berjatuhan dari kepalaku. "Tadi ada tamu.
Namanya Miss Brompton," jawabku semampuku. "Katanya ia diundang
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
minum teh. Saya katakan kepadanya, bahwa Bapak sedang pergi."
Farnon termenung, tapi tampak riang. Ia menggosok dagunya perlahanlahan. "Mm, ya
- ya, betul, memang. Tapi saya ingin minta maaf sebesarbesarnya, karena waktu
Anda datang, saya tidak ada di rumah. Saya
memang sudah jadi juara pelupa. Hal itu memang hanya karena saya
lupa." Bahasa Inggris-nya juga bahasa Inggris tulen.
Farnon lama mengamat-amatiku, kemudian tersenyum. "Mari masuk dan
melihat-lihat rumahku."
BAB 3 BAGIAN rumah di sebelah belakang ini panjang, dan dulu bekas kamar
pelayan. Di sini segalanya tampak sempit dan gelap, tampaknya seperti
disengaja, supaya ada kontras dengan bangunan depan.
Farnon mengantarkan aku melalui beberapa pintu, yang menuju sebuah
gang, yang penuh bau eter dan karbol. "Ini," katanya, matanya berkedip
penuh rahasia, seolah-olah akan membuka tabir misteri gua Aladin, "Ini
adalah kamar obat." Apotik atau kamar obat itu adalah ruangan yang penting sebelum
penicilan dan sulphonamides ditemukan orang. Deretan botol
Winchester yang mengkilat, berjajar di dinding putih mulai dari lantai
hingga langit-langit. Aku sudah kenal nama-nama obat itu: Sweet Spirits
of Nitre, Tincture of Camphor, Chlorodyne, Formalin, Salammoniac, Hexamine,
Sugar of Lead, Linimentum Album, Per-chloride of Mercury,
Red Blister. Deretan etiketnya cukup memuaskan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Aku adalah anggota baru di antara teman-teman tua. Dengan susah
payah aku telah mengumpulkan adat dan pengetahuan mereka, memburu
rahasia mereka selama bertahun-tahun. Aku tahu dari mana obat-obat
ini, kemanjurannya, pemakaiannya, dan dosisnya. Mempelajari dosis ini
mau jadi gila rasanya. Suara pengujiku masih terngiang-ngiang di
telingaku, "Beberapa dosis untuk kuda" - dan untuk lembu" - dan untuk
biri-biri" - dan untuk babi" - dan untuk anjing" - dan untuk kucing?"
Rak ini merupakan gudang senjata melawan penyakit. Di bangku bawah
jendela ada alat-alat untuk mencampurnya: bejana bersusun dan tabung
kimia, alas menumbuk dan penumbuknya, lesung dan alunya. Di sebelah
bawah ada lemari terbuka. Isinya: botol obat, onggokan gabus segala
macam ukuran, peti pil, dan kertas pembungkus obat.
Waktu kami berjalan terus, tingkah laku Farnon makin lama makin
bersemangat. Matanya bersinar-sinar dan bicaranya cepat. Kerap kali ia
meraih botol dan membelai-belainya. Kadang-kadang ia mengambil pil
kuda atau electuary dari dalam kotak. Ia menepuk-nepuknya dengan
ramah dan mengembalikannya dengan lemah lembut.
"Lihat bahan ini, Herriot," teriaknya dengan tiba-tiba. "Ini namanya
Adrevan! Obat ini sangat manjur untuk membunuh cacing kuda. Tapi,
ingat, harganya sedikit mahal - satu bungkus sepuluh dolar. Dan spiral
ternak ini. Jika benda ini dimasukkan ke dalam rahim lembu, warna
kotoran yang dikeluarkannya jadi sangat bagus. Sungguh-sungguh punya
pengaruh baik. Kau telah melihat kecerdikan ini?"
Ia menaruh beberapa' kristal yodium yang telah diperhalus ke dalam
mangkuk kaca dan menambahkannya setetes terpentin. Sesaat tidak
terjadi sesuatu. Tapi kemudian asap ungu yang padat bergelung-gelung
dengan lamban ke langit-langit. Ia lalu tertawa terbahak-bahak karena
melihat wajahku tercengang-cengang.
"Seperti sihir, bukan" Ini untuk mengobati kaki kuda yang luka. Reaksi
kimianya menyebabkan yodium itu menyerap dalam-dalam ke jaringan."
"Betul begitu?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ya, menurut teori, tapi aku sendiri tidak tahu dengan pasti. Namun,
bagaimanapun juga, kecerdikan ini tampak mengagumkan. Langganan
yang paling rewel pun dapat terkesan atau terpengaruh!"
Beberapa botol di rak tidak memenuhi standar yang saya pelajari
semasa kuliah. Misalnya sebuah etiket yang berbunyi 'Obat Perut',
dengan gambar kuda berguling-guling kesakitan. Wajah kuda itu
menengadah ke atas, seperti orang yang sangat menderita. Etiket lain
berbunyi 'Obat Segala Ternak' dengan huruf-huruf yang dihiasi.
Tampaknya seperti obat ajaib dalam dongeng. 'Obat mujarab untuk
batuk, pilek, masuk angin, pneumonia, demam susu, mencret dan segala
gangguan pencernaan'. Di bagian bawah etiket, dengan huruf-huruf
hitam mengkilat, ada tulisan yang meyakinkan, 'Sangat Manjur'.
Tiap obat, tiap botol, dipuji kemanjurannya. Masing-masing punya
peranan selama masa prakteknya lima tahun. Masing-masing mengandung
keampuhan dan kesaktian. Kebanyakan botol itu indah bentuknya,
dengan tutup gelas yang berat. Dengan nama-nama Latin yang dipahat
dalam. Nama itu sudah terkenal di kalangan para dokter selama
berabad-abad, seperti obat-obat dalam dongeng jaman dulu.
Kami berdua berdiri, sambil memandang ke deretan botol yang
mengkilat, tanpa menduga sedikit pun, bahwa benda-benda itu sebentar
lagi tak berguna, dan bahwa masa kejayaan obat-obat kuno hampir
berakhir, karena terdesak oleh arus penemuan obat baru. Obat-obat
kuno itu akan segera dilupakan orang, dan tak akan muncul kembali.
"Ini tempat penyimpanan alat-alat," kata Farnon waktu memperlihatkan
kepadaku kamar sempit lain. Peralatan binatang kecil terletak di rak
hijau yang sangat rapi. Kerapiannya sungguh mengesankan. Suntikan,
forcep, skala gigi, alat pemeriksa, dan yang menduduki tempat utama
adalah ophtalmoscope, alat pemeriksa mata.
Dengan kasih sayang, alat itu diangkatnya dari kotaknya yang hitam. "Ini
baru saja kubeli," gumamnya, sambil membelai-belai batangnya.
"Menakjubkan. Coba tolong, periksa mata saya."
Aku menyalakan lampunya dan dengan penuh perhatian mengamati mata
Farnon. Di bagian mata yang terdalam terlihat gambar permadani
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
berwarna yang berkilau-kilauan. "Mata Bapak masih sangat bagus. Saya
dapat membuat surat keterangan dokter, yang menyatakan mata Bapak
sangat sehat." Ia tertawa dan menepuk-nepuk bahuku. "Hebat! Saya gembira
mendengar komentar Anda. Saya selalu mengira, mata sebelah ini agak
bular." Ia lalu memperlihatkan alat-alat binatang besar yang tergantung pada
dinding. Besi pemotong, alat pengebiri, tali pengikat kaki, tali pengait
anak lembu dan kait. Alat embriotomi baru yang terbuat dari perak,
terletak di tempat yang terhormat. Tapi kebanyakan alat-alat itu,
seperti obat-obatnya, adalah benda-benda museum. Lebih-lebih alat
penyalur darah, merupakan benda peninggalan jaman pertengahan. Tapi
masih dipergunakan untuk menuangkan darah ke dalam ember.
"Tanpa benda ini kita tak dapat menyembuhkan laminitis," katanya
dengan sungguh-sungguh. Akhirnya aku dibawa ke kamar operasi yang dindingnya putih bersih. Di
sini ada meja tinggi, gas asam, alat pembiusan dan alat penstiliran.
"Di daerah ini pengobatan binatang kecil jarang terjadi," kata Farnon,
sambil melicinkan meja dengan telapak tangannya. "Tapi saya berusaha
menganjurkannya. Ini merupakan selingan yang menyenangkan sehabis
tertelungkup di kandang lembu. Yang penting kita dapat bertindak
tepat. Ajaran tentang minyak kastor dan asam prusik tak ada gunanya
sama sekali. Anda mungkin tahu, bahwa banyak dokter tua tidak mau
memeriksa anjing atau kucing. Kebiasaan ini harus kita ubah."
Ia lalu menghampiri lemari di sudut dan membuka pintunya. Di atas rak
kaca tampak beberapa pisau bedah, gunting pembuluh nadi, jarum
penjahit luka, botol-botol berisi spiritus dan benang usus kucing. Ia
mengambil sapu tangannya. Sebelum menutup pintu ia menjentik
auroscope. "Ya, bagaimana pendapat Anda tentang ini semua?" tanyanya waktu
keluar dari kamar dan masuk ke dalam gang.
"Hebat," jawabku. "Perlengkapan Bapak sangat lengkap. Saya sungguh
terkesan." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Jelas ia sangat bangga. Pipinya yang tipis jadi merah dan ia
bersenandung perlahan-lahan. Kemudian tiba-tiba menyanyi keras
dengan nada bariton yang bergetar. Iramanya sesuai dengan langkah
kakinya. Waktu kami berdua tiba di kamar tamu lagi, aku bicara tentang Bert
Sharpe. "Lembunya bocor dan telah mengeluarkan tiga kaleng. Ia bicara
tentang pentil, nyenyeh, dan dibedel. Saya tidak bisa menangkap yang
dimaksud." Farnon tertawa. "Kukira, aku tahu maksudnya. Pentil artinya ambing, dan
nyenyah adalah istilah setempat. Artinya radang buah dada. Ia minta
supaya lembunya dioperasi, karena putingsusunya tersumbat."
"O begitu. Kemudian ada orang Irlandia, namanya Mulligan, ia tuli....."
"Sebentar," kata Farnon sambil mengangkat tangannya. "Kalau tak salah,
anjingnya muntah, bukan?"
"Ya, muntah hebat."
"Memang. Dia harus kuberi bismuth carb lagi. Aku suka mengobati
anjing ini. Ia serupa dengan anjing terrier tapi sifatnya murung.
Mulligan sudah beberapa kali datang ke mari, dan mengutarakan
keluhannya. Ia sungguh sedih jika anjingnya tidak sembuh, karena ia
mencintainya." "Mengapa anjing itu muntah?"
"Biasa saja. Karena salah makan atau akibat makan sembarang kotoran.
Lebih baik kita pergi ke rumah Sharpe. Kemudian mengunjungi satu dua
orang lagi. Lebih baik Anda ikut dan melihat-lihat daerah ini."
Setiba di luar rumah, Farnon mengajakku ke sebuah mobil yang sudah
peot. Waktu aku berputar ke tempat duduk aku heran, karena benangbenang pada ban
sudah habis, body-nya telah berkarat, kaca depannya
yang hampir persegi itu retak-retak seperti jala. Yang tidak
kuperhatikan adalah tempat duduknya. Tempat duduk ini tidak terpaku
pada lantai seperti mobil pada umumnya. Tapi terlepas dan bisa
meluncur seperti kereta ski. Waktu aku duduk, aku terpelanting ke
belakang. Kepalaku terbentur pada kursi belakang, dan kakiku menyepak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
atap mobil. Farnon mengangkatku, sambil minta maaf dengan hormatnya.
Lalu kami berdua berangkat.
Sesudah meninggalkan pasar, jalan turun dengan curam, dan aku bisa
melihat seluruh Dale, yang jauh terbentang dalam sinar matahari petang
itu. Tapi bukit-bukit besar tampak lunak dalam sinar yang lembut, dan garis
perak yang terputus-putus menunjukkan Sungai Darrow yang
mengembara di dasar lembah.
Farnon adalah sopir yang luar biasa. Mungkin karena terpesona oleh
pemandangan, mobilnya dijalankan perlahan-lahan, sikunya disandarkan
pada setir, dan dagunya bertumpu pada tangannya. Di dasar bukit dia
bangun dari mimpinya. Mobilnya dilarikan dengan kecepatan 100 km
sejam. Mobil tua ini meronta-ronta dengan gilanya di atas jalan yang
sempit, dan tempat dudukku meluncur ke sana ke mari, sementara aku
menjejakkan kakiku kuat-kuat pada lantai papan.
Kemudian dia tiba-tiba menginjak remnya, menunjuk ke seekor kuda di
tengah ladang, lalu melarikan mobilnya lagi. Ia tidak pernah melihat ke
depan. Yang diperhatikannya adalah pemandangan di sekitarnya dan di
belakang mobil. Ini sungguh mencemaskan, karena mobilnya meluncur
cepat, dan ia kerap kali menengok ke belakang.
Kami meninggalkan jalan raya dan berbelok masuk jalan kecil yang
mendaki. Jalan itu melalui beberapa buah pintu pekarangan. Waktu aku
masih jadi mahasiswa, selama tahun-tahun praktek, aku sudah biasa
keluar-masuk mobil dengan tangkas, karena tugas utama mahasiswa
adalah seperti monyet pembuka pintu yang ahli. Namun, Farnon setiap
kali mengucapkan terima kasih dengan sungguh-sungguh. Tentu saja
mula-mula aku heran, tapi kemudian aku merasa hal itu memang
menyegarkan hati. Kami masuk ke pekarangan seorang petani. "Di sini ada kuda pincang,"
kata Farnon. Seekor kuda Clydesdale yang sudah dikebiri dan bertubuh
kuat dibimbing ke luar. Petani pemiliknya melarikannya mondar-mandir,
sementara kami menyaksikannya dengan penuh perhatian.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kaki mana yang pincang?" tanya Farnon. "Yang depan sebelah sini" Ya,
saya kira itu. Ingin memeriksanya?"
Aku memegang kaki itu. Kaki itu terasa lebih panas daripada lainnya.
Aku minta palu dan mengetuk-ngetuk dinding kukunya. Kuda itu
menyentak, mengangkat kakinya dan tergantung beberapa detik dengan
gemetar, sebelum meletakkannya kembali di atas tanah. "Rupanya ada
nanah di dalam kakinya."
"Saya berani bertaruh, Anda betul," kata Farnon. "Tapi orang di daerah
sini menyebutkan kerikil. Apa yang akan Anda lakukan?"
"Melubangi tapak kukunya dan mengeluarkan nanahnya."
"Betul," katanya, sambil mengulurkan pisau pe-lubang kuku. "Saya ingin
melihat cara Anda bekerja."
Aku merasa tidak enak, karena sedang diuji. Aku menerima pisau itu,
mengangkat kaki kuda dan mengapitnya di antara lututku. Aku tahu apa
yang harus kulakukan. Ialah mencari bintik hitam pada tapak kuku.
Bintik hitam itu adalah lubang tempat masuknya infeksi. Aku harus
mengikuti lubang itu, hingga mencapai tempat nanah. Aku menggores
kotoran yang sudah mengerak, dan tidak hanya menemukan satu lubang,
tapi beberapa buah. Sesudah mengetuk sana-sini untuk mencari tempat
yang sakit, aku memilih sebuah yang mungkin merupakan jalan infeksi,
dan mulai mengiris kuku. Kuku ini terasa sekeras batu marmar. Aku hanya dapat mengirisnya
sedikit demi sedikit. Rupanya kuda itu tahu menghargai jasa orang yang
akan menyembuhkan kakinya yang sakit. Buktinya, untuk menyatakan
terima kasihnya, dia bersandar penuh pada punggungku. Mungkin dia
menganggap punggungku sejenis kasur atau bantal yang maha-empuk.
Atau mungkin dia sepanjang hari belum sempat beristirahat senikmat
sekarang. Aku mengaduh, dan menyodok tulang rusuknya dengan siku.
Meskipun akibat sodokan ini dia mengubah posisinya, tapi sebentar
kemudian dia bersandar lagi.
Bintik hitam makin lama makin kabur. Waktu aku mencungkil terakhir
kalinya, bintik itu lenyap. Dalam hati aku memaki-maki, dan mulai
mencungkil bintik yang lain. Punggungku terasa hampir patah, dan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
keringatku menitik ke dalam mataku. Jika bintik ini berakhir pada jalan
buntu lagi, kukira aku harus melepaskan kaki kuda ini dan beristirahat.
Tapi karena mata Farnon mengawasiku terus, aku tidak berani berbuat
begitu. Sambil mendukung daging kuda, aku mencungkil terus. Waktu lubang
makin dalam, lututku mulai bergetar dan tak terkuasai lagi. Kuda itu
dengan santainya menempelkan tubuhnya yang beratnya dua kwintal ke
atas punggungku. Aku bertanya-tanya dalam hati, bagaimana kalau aku
tidak kuat, dan jatuh tertelungkup, serta wajahku terbentur lantai.
Waktu aku sedang melamun demikian, tiba-tiba di ujung pisau, aku
melihat nanah menyemprot dan kemudian menetes dengan teratur.
"Itu penyakitnya, "gumam petani. "Ia akan merasa lega."
Lubang kulebarkan dan kaki kuda kulepaskan. Dengan susah payah aku
bangkit. Waktu aku melangkah mundur, ternyata bajuku melekat pada
punggungku. "Bagus, Herriot!" serunya, sambil mengambil pisau dan memasukkannya
ke dalam saku. "Memang tidak lucu, kalau kukunya sekeras itu."
Ia menyuntik kuda itu dengan antitoksin tetanus dan berpaling kepada
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
petani. "Tolong angkat kakinya sebentar. Lubangnya akan
kuhapushamakan." Petani yang kecil gemuk itu mengapit kaki kuda di
antara lututnya, sambil memperhatikan Farnon dengan penuh minat,
waktu Farnon memasukkan kristal yodium dan terpentin ke dalam lubang
kuku kuda. Kemudian dia hilang tertelan oleh gumpalan asap ungu yang
bergelung-gelung. Aku terpesona waktu melihat asap tebal ini membubung ke atas dan
tersebar ke sana ke mari. Aku hanya bisa mendengar petani kecil itu
dari bicaranya yang tak menentu.
Waktu asap mulai menipis, aku melihat dua butir mata yang terbelalak.
"Hebat, Pak Farnon! Saya kagum akan apa yang baru terjadi ini tadi!"
seru petani itu sambil batuk-batuk. Ia mengamat-amati lagi lubang kuku
yang hitam sambil berkata kehe-ran-heranan, "Sungguh mengagumkan
apa yang telah dicapai oleh ilmu pengetahuan jaman sekarang!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Kemudian kami berkunjung ke tempat lain. Yang pertama menjahit kaki
anak lembu yang luka, mengobati dan membalutnya. Yang kedua ke lembu
yang ambingnya tersumbat.
Pak Sharpe sudah menunggu dengan penuh harapan. Ia mengantar kami
ke kandang dan Farnon menunjuk ke lembu, sambil berkata, "Coba
periksa, apa yang bisa Anda lakukan."
Aku berjongkok dan memijit-mijit ambing. Jaringan ambing itu makin ke
atas makin terasa menebal. Ini harus dioperasi. Aku mulai memasukkan
spiral logam ke dalam ambing (puting susu). Sebentar kemudian aku
terduduk sambil terengah-engah di saluran tahi lembu. Lembu itu
menyepakkan kakinya dan bekas kukunya mencap pada baju depan.
Ini memalukan, tapi apa boleh buat. Aku terpaksa duduk sambil megapmegap,
mulutku terbuka tertutup seperti ikan yang terdampar.
Pak Sharpe mengangkat tangannya untuk menutupi mulutnya. Ia
berusaha keras menahan keta-wanya. Ia ingin bersikap sopan, meskipun
di dalam hati ia merasa sangat geli, karena dokternya dalam kesulitan.
"Maaf, Anak muda, sebetulnya Anda harus saya beritahu sebelumnya,
bahwa lembu saya lembu yang sangat ramah. Mungkin dia ingin berjabat
tangan dengan Anda." Kemudian, setelah memberikan penjelasan itu, ia
membaringkan dahinya di punggung lembu, sambil diam seribu bahasa,
padahal dalam hati gembiranya bukan main.
Aku mengerahkan tenaga dan bangkit dengan sopan dari saluran tahi
lembu. Pak Sharpe memegang hidungnya dan Farnon mengangkat
ekornya. Dengan bantuan mereka aku dapat memasukkan alat itu lewat
jaringan yang berserabut. Setelah alat itu kutarik ke bawah beberapa
kali, sumbatnya tercabut. Lembu itu mungkin merasa geli atau sakit. Ia
menyepak lengan dan kakiku beberapa kali.
Setelah operasi selesai, Pak Sharpe dengan cepat memegang ambing,
yang menyemprotkan buih putih ke lantai. "Hebat! Ia bocor empat
kaleng sekarang!" BAB 4 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
KITA akan pulang melalui jalan lain," kata Farnon sambil bersandar pada
setir dan menghapus kaca depan dengan lengan bajunya. "Kita lewat
Brenkstone Pass dan turun ke Sildale. Tidak begitu jauh, supaya Anda
mengenal daerah itu."
Kami melalui jalan yang berbelok-belok dan menanjak makin lama makin
tinggi. Jalan itu mendaki terus, dan lereng bukit seperti terlempar ke
bawah dan jatuh di jurang yang gelap. Di sini ada sungai yang deras
airnya dan bergegas ke dataran rendah. Setiba di puncak, kami keluar
dari mobil. Waktu itu musim panas. Matahari baru saja terbenam.
Lereng-lerang bukit yang tidak teratur tampak seperti berjatuhan,
puncaknya seperti berguling-guling tertelan oleh langit sebelah barat,
yang bentuknya seperti beberapa pita kuning, dan merah tua. Di sebelah
timur ada pegunungan hitam yang menjulang tinggi. Pegunungan batu
yang sangat besar, yang bentuknya persegi, didukung oleh lerenglerangnya.
Seperti hantu raksasa yang mengancam dan menyeramkan.
Aku bersiul perlahan-lahan waktu melihat sekelilingnya. Daerah ini tidak
seramah daerah perbukitan yang telah kulalui waktu aku menuju Darrowby.
Farnon berpaling kepadaku, dan berkata, "Ya, daerah ini daerah yang
paling menakutkan di Inggris. Apalagi di musim dingin. Aku pernah
melihat jalan ini tertutup salju selama berminggu-minggu."
Aku menghirup udara bersih ini dalam-dalam, supaya memenuhi paruparuku. Di
daerah yang seluas ini tak ada yang bergerak. Hanya
terdengar burung trinil berteriak lemah. Di kejauhan terdengar pula
suara gemuruh yang disebabkan oleh arus sungai yang mengalir dengan
deras seribu kaki di bawahku.
Waktu aku masuk ke dalam mobil lagi, hari sudah gelap. Kemudian kami
menuruni bukit ke Sil-dale. Lembah ini hanya tampak samar-samar, tapi
di beberapa tempat tampak cahaya lampu. Lampu-lampu itu menunjukkan
pusat-pusat pertanian yang terpencil di lereng bukit.
Kami sampai di sebuah desa yang sunyi dan Farnon dengan keras
menginjak remnya. Aku meluncur tak berdaya di atas tempat dudukku
dan kepalaku membentur kaca depan mobil dengan suara gemeretak.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tapi Farnon pura-pura tidak tahu, dan berkata, "Di sini ada warung.
Mari singgah dan memesan bir."
Aku baru pertama kali melihat warung seperti itu. Karena memang bukan
warung, tapi dapur sederhana yang luas, berbentuk persegi dan
berdinding batu. Di bagian ujung ada perapian yang sangat besar dan
tungku kuno yang hitam. Di atas api ada ketel, di dalam tungku hanya
ada sebuah balok kayu yang besar, yang mendesis-desis dan gemeretak.
Baunya yang seperti bau damar memenuhi seluruh ruangan.
Kira-kira ada dua belas orang duduk di bangku panjang. Bangku itu
bersandaran tinggi sejajar dengan dinding. Di depan mereka ada
mangkuk-mangkuk kecil yang terletak di atas meja kayu.
Meja itu telah retak-retak dan kisut karena dimakan waktu.
Waktu kami berdua masuk, semua diam. Kemudian ada yang bicara, "Oh,
Dokter Farnon," katanya dengan sopan, tapi bukan merupakan sambutan
hangat. Kata-kata ini diikuti oleh gumam dan anggukan kepala yang
ramah dari teman-temannya. Mereka kebanyakan petani atau buruh tani
yang sedang menghibur diri tanpa ribut-ribut atau rame-rame.
Kebanyakan kulit tubuhnya berwarna merah karena terbakar sinar
matahari. Yang lebih muda, bajunya terbuka, tak memakai dasi, dada
dan lehernya yang berotot kelihatan. Di sudut ada beberapa orang
sedang bermain domino dengan tenang. Yang terdengar hanya gerutu
dan suara kartu dibanting di meja.
Farnon mengjakku duduk, memesan dua bir, memandangku sambil
berkata, "Anda saya terima jadi asisten saya, jika Anda suka. Gajinya
empat pound seminggu. Makan dan indekos gratis. Setuju?"
Seketika itu juga aku terdiam. Aku diterima! Dengan gaji empat pound
seminggu! Itu banyak sekali! Aku teringat ada orang mencari kerja di
iklan harian Record. Menyedihkan sekali keadaannya. 'Dokter hewan,
sangat berpengalaman, mau bekerja asal diberi makan.' BVMA terpaksa
mendesak redaksi harian itu, supaya jangan mencetak jeritan hati
seorang dokter hewan. Aku bisa lon-tang-lantung kalau ada teman
seprofesi yang menawarkan keahliannya dengan cuma-cuma. Empat
pound seminggu, aku bisa kaya!
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Terima kasih," jawabku, sambil berusaha keras menyembunyikan
kegembiraanku. "Saya setuju, Pak Farnon."
"Bagus," kata Farnon, sambil terburu-buru meneguk birnya. "Mulai saat
ini kau kuanggap temanku, tak perlu memanggilku bapak. Sekarang
kuberitahu sejarah praktekku. Rumah itu kubeli dari seorang dokter tua
setahun yang lalu. Dokter itu sudah berumur delapan puluh tahun, tapi
masih bekerja. Sungguh pribadi yang ulet. Tapi pada suatu malam ia
meninggal dunia. Hal ini tidak mengherankan, karena ia sudah tua. Tentu
saja barang-barangnya ditinggalkan begitu saja. Barang-barang yang
sudah ketinggalan jaman. Sebagian alat-alat kuno itu bekas miliknya.
Boleh dikatakan sudah tidak ada langganan atau pasien lagi. Tapi aku
sekarang berusaha mencari langganan baru. Sebegitu jauh,
keuntungannya hanya sedikit. Tapi jika kita selama beberapa tahun
tetap tekun, aku yakin usaha kita akan maju. Petani-petani itu senang
melihat dokter muda membuka praktek. Dan mereka menyambut
gembira operasi dan pengobatan baru. Tapi aku harus mendidik mereka.
Mereka biasa membayar tiga puluh enam pence kepada dokter tua itu,
untuk tiap pengobatan. Ini kebiasaan yang cukup sukar untuk diubah.
Penduduk Dale ini ramah dan menyenangkan. Tapi mereka tidak mau
keluar uang tanpa imbalan. Artinya kau harus membuktikan, bahwa
mereka akan menerima keuntungan yang setimpal."
Dengan penuh semangat, Farnon bicara terus terang rencana masa
depannya. Minuman mengalir terus dan suasana dalam warung makin
meriah. Ruangan itu makin lama makin penuh orang, karena datang
langganan baru dari desa. Suasananya makin gaduh dan udaranya makin
panas. Beberapa saat sebelum warung ditutup, aku terpisah dari Farnon.
Aku duduk di tengah sekelompok orang yang tertawa-tawa, seolah-olah
aku sudah mengenalnya bertahun-tahun.
Tapi ada seorang yang tingkah lakunya aneh. Orang itu berkali-kali
berusaha memandangku. Seorang tua yang bertubuh kecil, mengenakan
topi panama yang berwarna putih tapi sudah kotor. Wajahnya licin,
cokelat, dan lusuh seperti sepatu tua. Ia mondar-mandir mencari selaKoleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sela orang yang berkerumun itu, sambil mengerdip-ngerdipkan matanya,
untuk memberi isyarat kepadaku.
Aku tahu maksudnya. Ia tentu ingin mengatakan sesuatu. Oleh karena
itu aku meninggalkan kelompokku dan mengikuti orang aneh itu ke sudut
warung. Orang tua ini duduk di depanku, menyandarkan tangan dan
dagunya pada tongkatnya, dan memandangku dari bawah kelopak
matanya yang mengantuk. "Nah, Anak muda, sekarang aku akan mengatakan sesuatu. Selama
hidupku aku bergaul dengan binatang. Aku punya sebuah rahasia!"
Ibu jari kakiku mulai melengkung. Aku pernah tertangkap basah seperti
ini. Pada masa praktekku yang pertama semasa masih kuliah, aku
menemukan, bahwa petani-petani tua mengira mempunyai pengalaman
yang tak ternilai harganya. Pengalaman ini harus diceriterakan kepada
orang lain. Dan ini biasanya berjam-jam lamanya. Aku melihat
sekelilingnya dengan cemas, karena aku merasa terperangkap. Orang tua
ini menggeser kursinya ke depan, dan mulai berbisik-bisik seperti orang
yang mengajak berkhianat. Nafasnya yang berbau bir menusuk-nusuk
wajahku dari jarak lima belas senti.
Tidak ada barang baru dalam ceritera orang tua itu. Hanya ceritera
khayal tentang pengobatan dan penyembuhan ajaib. Tentang obat-obat
manjur yang hanya dia ketahui sendiri. Tentang usaha beberapa orang
jahat yang ingin mengetahui rahasia pengalamannya. Dan tentang usaha
mereka yang gagal. Ia hanya berhenti bicara untuk meneguk
minumannya. Tubuhnya yang kecil itu sungguh mengagumkan, karena bisa
menyerap bir begitu banyak.
Ia tampak sangat gembira dan kubiarkan bicara melantur-lantur. Bahkan
aku memberinya semangat, dengan jalan menyatakan kekagumanku dan
keherananku atas prestasinya.
Orang bertubuh kecil ini belum pernah mendapat perhatian sedemikian
besar. Dulu ia pernah jadi orang yang agak terhormat, karena memiliki
sebidang ladang, dan bukan jadi petani penyewa tanah. Tapi itu
bertahun-tahun yang lalu. Kepalanya dimiringkan, matanya dipicingkan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sebelah. Mata itu beranjak-anjak lincah dengan ramah. Tapi tiba-tiba ia
jadi serius dan duduk dengan tegak.
"Nah, sebelum kau pergi, Anak muda, aku akan mengatakan sesuatu,
yang tak diketahui orang lain, kecuali aku sendiri. Aku sebenarnya bisa
kaya karena ini. Bertahun-tahun lamanya orang memburu rahasia ini,
tapi usaha mereka sia-sia belaka."
Ia minum beberapa teguk lagi, memicingkan matanya, sambil berkata,
"Ini obat eksim lutut lembu."
Aku terkejut dan bangkit seperti orang takut kejatuhan atap runtuh.
"Tentu bukan itu maksudmu!" jawabku terengah-engah. "Bukan eksim
lutut lembu." Orang tua itu tampak puas. "Betul, memang itu yang kumaksud. Yang
perlu kaukerjakan hanyalah menggosokkan salepku, dan lembu sehat
seketika. Bahkan lebih sehat dari semula!" Suaranya melengking kecil
dan tangannya menampar gelas yang hampir kosong hingga jatuh ke
lantai. Dengan ragu-ragu dan perlahan-lahan aku bersiul dan memesan minuman
lagi. "Betul, kau akan memberi tahu aku nama salep itu?" bisikku.
"Betul, Anak muda! Tapi dengan syarat. Kau tidak boleh mengatakannya
kepada orang lain. Hanya kau dan aku saja yang boleh tahu!" Ia meneguk
lagi minumannya. Bir itu meluncur ke dalam kerongkongannya dengan
mudah. Isi gelas itu tinggal separo. "Ingat, hanya kau dan aku boleh
tahu!" "Baik, aku berjanji tidak akan mengatakannya kepada orang lain. Apa
nama obat ajaib itu?"
Orang tua itu dengan curiga melihat ke sekelilingnya, karena ruangan
penuh orang. Kemudian ia menghela nafas dalam-dalam, meletakkan
tangannya di atas bahuku, dan mendekatkan bibirnya di telingaku. Ia
mendehem sekali, dengan khidmat, dan berbisik, dengan suara parau,
"Minyak, Marshmallow!"
Aku menjabat tangannya dengan hangat tanpa bicara sepatah kata pun.
Orang tua itu, karena sangat terharu, menumpahkan separo isi gelas
sisanya, dan mengguyur dagunya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tapi Farnon memberi isyarat dari pintu. Sekarang waktunya pulang.
Kami berbondong-bondong keluar bersama teman-teman baru,
memecahkan kesunyian dan kegelapan malam di jalan desa yang sunyi
itu. Seorang pemuda yang berambut pirang dan tak mengenakan jas
membuka pintu mobil dengan sopan. Waktu dia mengucapkan selamat
malam dengan melambaikan tangannya, aku melompat ke dalam mobil.
Kali ini tempat duduk meluncur lebih cepat dari biasanya. Aku
terpelanting ke belakang. Kepalaku mendarat di atas sepatu, dan daguku
terjepit lututku sendiri.
Sederet wajah yang tercengang mengintai dari jendela belakang. Tapi
dengan segera orang-orang yang ringan tangan menolongku bangkit lagi.
Dan kursi sialan itu diletakkan di tempatnya semula. Dalam hati aku
bertanya, sudah berapa lama hal ini berlangsung dan apakah sang
majikan tidak punya niat memperbaikinya.
Mobil menderu masuk ke kegelapan malam dan aku menengok
kebelakang. Sekelompok orang melambai-lambaikan tangannya. Aku
dapat melihat orang tua bertubuh kecil itu. Topi panamanya tampak
berkilau-kilau seperti topi baru, karena kena sinar dari pintu warung. Ia
meletakkan jarinya di atas bibir.
BAB 5 LIMA tahun aku kuliah, sambil menunggu suatu saat. Tapi saat yang
kutunggu ini belum tiba. Aku sudah ada di Darrowby selama dua puluh
empat jam, tapi belum sempat mengadakan kunjungan sendiri.
Hari berikutnya aku juga masih dikawal Farnon. Ini sungguh aneh. Sebab
Farnon tampaknya orang yang sembrono, pelupa dan ada beberapa
kelemahan lainnya. Tapi ia sangat hati-hati dalam melepaskan asistennya
yang baru. Hari ini aku dan Farnon berkeliling di Lidderdale dan menjumpai
beberapa langganan. Mereka adalah petani yang ramah, sopan,
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyambutku dengan gembira, dan mengharapkan tugasku berhasil. Tapi
bekerja di bawah pengawasan Farnon adalah seperti kembali ke bangku
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kuliah dan diawasi mata sang profesor. Aku merasa dengan jelas, bahwa
karirku yang profesionil tidak akan mulai, sebelum aku, James Herriot,
pergi ke luar dan mengobati binatang sakit, tanpa ditolong dan diawasi.
Namun, waktu yang kutunggu-tunggu itu segera tiba, karena Farnon
pergi ke Brawton untuk mengunjungi ibunya lagi. Sungguh sayang
terhadap ibunya, pikirku keheran-heranan. Dan katanya, dia baru pulang
malam. Jadi Bu Hall terpaksa harus jaga malam. Tapi itu tak perlu
dipusingkan. Yang penting, aku mendapat tugas.
Aku duduk di kursi malas, yang alasnya telah kendur dan berjumbai. Aku
memandang jendela besar di depan kebun, sambil memperhatikan
bayang-bayang pohon yang disebabkan oleh sinar matahari sore itu, dan
jatuh di dalam rumput yang tak terurus. Aku merasa bahwa akan ada
banyak pekerjaan. Dengan santai aku bertanya-tanya dalam hati, tugas apa kiranya yang
akan kuterima. Mungkin suatu antiklimaks sesudah menunggu bertahuntahun. Anak
lembu yang batuk atau babi yang sembelit misalnya.
Mungkin tidak begitu mengecewakan seandainya aku mulai dengan
pengobatan yang mudah. Waktu aku sedang di tengah lamunan yang
menggembirakan ini, tiba-tiba telepon di gang berdering keras sekali.
Deringnya melengking-lengking luar biasa, karena rumah ini sedang
kosong. Pesawat penerimanya kuangkat.
"Apakah itu Mr Farnon?" suaranya dalam agak parau. Tekanan katanya
agak lunak. Mungkin sedikit terpengaruh bahasa daerah tenggara.
"Maaf, bukan, dia sedang keluar. Ini asistennya.
"Kapan dia pulang?"
"Nanti malam katanya. Apa Anda perlu bantuan?"
"Saya tidak tahu, apakah Saudara bisa membantu atau tidak," jawab
suara itu, dengan nada angkuh. "Saya Mr. Soames, menejer peternakan
Lord Hulton. Kuda saya yang sangat berharga sakit perut. Padahal itu
kuda untuk berburu. Apakah Anda tahu tentang penyakit perut?"
Aku mulai marah dan menjawab, "Saya dokter hewan. Oleh karena itu
saya kira, saya tahu tentang penyakit semacam itu."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Lama dia tidak menjawab, kemudian dia menyalak lagi. "Baik, kalau
begitu Anda bisa menyembuhkannya. Namun saya tahu injeksi yang
dibutuhkan kuda itu. Bawalah arecoline. Mr. Farnon biasa memakainya.
Dan demi Tuhan, jangan terlalu malam pergi ke sini. Kapan berangkat?"
"Sekarang juga." "Baik."
Aku mendengar pesawat penerimanya diletakkan dengan kasar. Wajahku
terasa panas waktu aku meninggalkan telepon. Jadi kasusku yang
pertama bukan sekedar formalitas. Sakit perut adalah sukar
ditentukan. Dan aku harus berhadapan dengan orang yang sifatnya
keras yang bernama Soames sebagai batu ujian.
Sambil menempuh jarak sejauh delapan mil, aku membaca kembali dalam
ingatanku buku klasik yang tebal, berjudul Penyakit Perut Kuda. Dalam
tahun kuliahku yang terakhir, aku sudah berkali-kali membacanya,
sehingga aku dapat menceritera-kannya kembali, seperti
mendeklamasikan beberapa halaman syair. Sambil melarikan mobilku,
lembaran-lembaran kertas yang telah lusuh itu melayang-layang di
depanku, seperti hantu. Sakit perut kuda itu mungkin disebabkan oleh urat yang terjepit atau
kejang. Mungkin juga disebabkan pergantian makanan atau terlalu
banyak makan rumput. Ya, itu mungkin. Kebanyakan sakit perut seperti
itu. Obatnya suntikan arecoline atau mungkin chlorodyne, untuk
mengurangi rasa sakit. Dan kemudian segalanya akan beres. Ingatanku
kembali ke kasus-kasus yang pernah kualami sementara kuliah
praktekku. Kuda itu berdiri dengan tenang, hanya kadang-kadang
merentangkan kaki belakangnya atau memandang ke samping.
Sesungguhnya tak ada yang berarti.
Waktu sudah sampai, aku sedang membayangkan peristiwa yang
menyenangkan ini. Aku masuk ke dalam sebuah halaman berbatu-batu
kecil yang bersih. Di ketiga sisinya dikelilingi oleh petak-petak luas yang
kokoh. Ada orang lelaki berdiri di situ. Dadanya bidang, tubuhnya Besar,
jaket dan topinya sangat rapi, potongan celananya bagus, tepinya
mengkilat. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mobilku berhenti tiga yar jauhnya dari orang itu. Waktu aku turun,
perlahan-lahan tapi dengan sengaja, orang itu memutar punggungnya
untuk mem-belakangiku. Aku berjalan menyeberangi halaman itu, dengan
tenang-tenang saja, sambil menunggu orang itu, memutar kembali
punggungnya. Tapi dia bahkan berdiri tak bergerak, tangannya
dimasukkan ke dalam saku, sambil melihat ke arah lain.
Aku berhenti dalam" jarak satu dua meter. Tapi orang itu tetap tidak
mau berpaling. Setelah cukup lama, karena aku sudah jemu melihat
punggungnya, aku berkata,
"Mr. Soames?" Mula-mula orang itu tidak bergerak, kemudian ia berpaling perlahanlahan.
Lehernya merah dan tebal. Wajahnya yang kecil juga merah.
Matanya berapi-api. Ia tidak menjawab, tapi mengamat-amati diriku
dengan teliti, mulai dari ubun-ubun hingga ke telapak kaki, termasuk jas
hujanku yang lusuh, usiaku yang masih muda, dan sikapku yang kurang
pengalaman. Waktu penyelidikannya telah selesai, ia berpaling lagi ke
arah lain. "Ya, saya Mr. Soames," jawabnya, sambil menekankan kata 'MR' seolaholah itu yang
paling penting. "Saya sahabat karib Mr. Farnon."
"Kenalkan, nama saya Herriot."
Rupanya Soames tidak mendengar, sebab ia berkata, "Ya, betul, memang
Mr. Farnon pandai. Ia sahabat saya."
"Saya mengerti, kuda Anda sakit perut," jawabku, sambil berusaha
jangan sampai nada suaraku terlalu tinggi dan gemetar.
Soames masih memandang ke langit. Ia bersiul perlahan-lahan sebelum
menyahut. "Di dalam sana!" katanya, sambil menyentakkan kepalanya ke
arah sebuah petak. "Seekor kuda pemburu yang hebat. Saya kira, perlu
ditangani oleh orang yang ahli." Ia agak menekankan kata 'ahli'.
Pintu kubuka dan aku masuk. Kemudian aku berhenti, karena rasanya aku
menabrak tembok. Petak ini sangat besar, di alasi lumut bahan bakar
yang tebal. Seekor kuda pemburu yang berjalan terhuyung-huyung
mengelilingi batas pinggiran, dan menimbulkan bekas-bekas kaki yang
dalam pada alas lumut itu. Dari ujung hidung hingga ujung ekornya,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
badannya basah kuyup karena berkeringat. Lubang hidungnya melebar
dan matanya menatap ke depan tanpa melihat sesuatu. Setiap
melangkahkan kaki, kepalanya diputar-putarkan-nya. Dari celah-celah
giginya yang digertakkan, gumpalan buih jatuh ke lantai. Tubuhnya
menguapkan bau yang tak sedap seperti kuda yang baru saja lari cepat.
Mulutku terasa kering dan sukar untuk bicara. Waktu aku bicara,
kedengarannya hanya seperti berbisik. "Sudah berapa lama kuda ini
dalam keadaan begini?"
"Oh, sejak tadi pagi. Tapi tadi pagi sakitnya agak ringan. Sepanjang hari
telah kuberi minuman pahit, atau sekurang-kurangnya oleh orang itu.
Tak mengherankan kalau keadaannya semakin buruk, memang sifat dia
begitu." Di sebuah sudut, di bagian yang kena bayang-bayang, aku melihat orang
gemuk bertubuh besar sedang berdiri sambil memegang ban kepala.
"Oh, sudah cukup banyak kuberi minum kuda itu, Mr. Soames. Tapi
keadaannya tidak semakin baik," jawab orang itu, ketakutan.
"Katamu kau pemelihara kuda! Pemelihara ku-dan macam apa!" ejek
Soames. "Seandainya aku tahu akibatnya jadi begini, kuda itu pasti
kuberi minum sendiri! Dan dia sekarang pasti sudah sembuh!"
"Ini bukan sakit perut biasa," bantahku. "Tidak cukup hanya diberi
minuman pahit." "Kalau bukan sakit perut biasa, lalu sakit apa?"
"Saya belum bisa mengatakannya, sebelum saya memeriksanya. Tapi
kesakitan terus-menerus seperti itu menunjukkan bahwa ususnya
terpilin." "Apa" Usus terpilin" Itu sakit perut ringan, habis perkara! Sehari
penuh dia belum mengerjakan sesuatu. Dia menginginkan selingan. Apa
Saudara membawa arecoline?"
"Jika ini usus terpilin, arecoline tak ada gunanya. Bahkan akan
membuatnya makin parah. Ia kesakitan sekarang. Arecoline akan
menyebabkan dia gila, karena obat itu menyusutkan otot usus."
"Brengsek!" bentak Soames. "Jangan memberi kuliah. Saudara mau
mengobati atau tidak?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Aku berpaling ke orang bertubuh besar itu dan berkata, "Kalungkan ban
itu. Saya akan memeriksanya."
Sesudah ban leher dipasang, kuda itu berhenti. Ia berdiri di tempat,
sambil mengerang dan gemetar. Aku meraba-raba di antara tulang rusuk
dan sikunya, mencari urat nadi. Ternyata nadinya berdenyut cepat tapi
lemah. Pelupuk matanya kubalikkan. Tampak ada selaput lendir yang
berwarna merah gelap. Termometer menunjukkan suhu seratus tiga
derajat. Aku memandang ke arah Soames. "Saya minta seember air panas, sabun,
dan handuk." "Untuk apa" Belum apa-apa sudah mau cuci tangan!"
"Saya akan memeriksa duburnya. Apakah saya boleh minta air?"
"Minta ampun! Baru kali ini ada dokter minta macam-macam!"
Dengan malas Soames mengusap alis matanya, lalu bergerak mendekati
orang itu. Katanya, "Cepat, jangan bengong saja! Ambilkan air, biar
cepat selesai!" Sesudah air datang, aku menyabun lenganku. Kemudian dengan hati-hati
lengan itu kumasukkan ke dalam dubur kuda. Dengan mudah dapat
kuraba, bahwa usus halusnya berpindah tempat ke sebelah kiri. Di situ
ada selaput pekat yang seharusnya tidak ada. Waktu aku menyentuhnya,
kuda itu menyentak dan mengerang lagi.
Ketika aku mencuci dan mengeringkan lenganku, jantungku berdebardebar. Apa yang
harus kukerjakan" Apa yang harus kukatakan"
Soames menghentak-hentakkan kakinya keluar-masuk petak, sambil
menggerutu. Sedang kuda yang kesakitan bukan main itu terus-menerus
meliuk dan menggeliat. "Pegang benda itu!" teriaknya kepada orang itu, yang sedang memegangi
ban leher. "Apa yang sedang kaukerjakan?"
Orang itu diam saja. Ia merasa tidak bersalah. Oleh karena itu dia
hanya membalas tatapan Soames tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu berkata, "Semua gejala
membuktikan satu hal. Saya yakin, kuda itu ususnya terpilin."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Terserah apa yang kaukatakan. Usus terpilin atau usus terlipat. Tapi
demi Tuhan, kerjakan sesuatu. Apakah saya harus berdiri di sini
semalam suntuk?" "Tak ada yang bisa dikerjakan. Tak ada obatnya. Yang paling penting
ialah menghilangkan rasa sakitnya secepat mungkin."
Wajah Soames seketika berubah. "Apa" Tak ada obatnya"
Menghilangkan rasa sakit" Ocehan macam apa ini" Katakan, apa maksud
Saudara!" Aku berusaha bicara dengan tegas. "Saya sarankan Anda mengijinkan
saya menenangkan kuda ini."
"Apa maksud Saudara?" tanya Soames. Mulutnya ternganga.
"Maksud saya, kuda ini harus ditembak sekarang juga. Saya membawa
pembunuh manusia di mobil."
Soames tampak seolah-olah akan meledak. "Apa" Ditembak" Apakah
Saudara sudah gila" Kuda ini sangat mahal harganya!"
"Peduli apa dengan harga, Mr. Soames! Sepanjang hari ia sudah tersiksa
dan sebentar lagi ia akan mati. Seharusnya Anda memanggil saya lama
sebelumnya. Memang ia masih bisa hidup beberapa jam lagi. Tapi
akhirnya akan sama juga. Dan dia dalam kesakitan hebat, kesakitan
terus-menerus." Soames tertunduk, dan menelungkupkan kepalanya di atas tangannya.
"Oh Tuhan, mengapa hal ini terjadi padaku" Majikan sedang pergi atau
beliau harus kupanggil, supaya menyembuhkan sakit gila Saudara"
Camkan ini, seandainya Mr. Farnon, bos Saudara ada di sini, dia hanya
akan menyuntik kuda ini, dan setengah jam kemudian, kuda ini sehat
kembali. Apakah saya tak boleh menunggu sampai Mr. Farnon pulang
nanti malam, dan menyuruh dia memeriksanya?"
Usul itu menggembirakan hatiku. Lebih baik kuda ini kusuntik morfin lalu
aku pulang. Tanggung jawab biar ditanggung orang lain. Ini mudah. Aku
melihat kuda lagi. Kuda itu mulai berputar-putar di dalam petak.
Tersandung-sandung dan terhuyung-huyung. Ia tampak sudah putus asa.
Namun demikian ia berusaha membuang rasa sakitnya. Waktu
kuperhatikan, ia mengangkat kepalanya yang sudah lunglai dan mengaduh
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
perlahan-lahan. Suaranya memilukan, tak bisa dipahami, tapi bernada
ketakutan. Aku tak tahan lagi.
Dengan cepat aku lari ke mobil mengambil pistol. "Pegang kepalanya,
jangan sampai bergerak," kataku kepada orang itu, sambil mengarahkan
moncong pistol di antara matanya yang berkaca-kaca. Sesaat kemudian
terdengar letusan tembakan dan kuda itu roboh. Suaranya berdebuk di
atas lumut dan mati seketika.
Aku berpaling ke Soames yang memandang tubuh kuda itu dengan rasa
tidak percaya. "Besok pagi Mr. Farnon akan ke sini untuk memeriksa
bangkainya. Mudah-mudahan Tuan Hulton membenarkan diagnosa saya."
Aku mengenakan jaket dan keluar menghampiri mobil. Waktu mesin
kuhidupkan, Soames membuka pintunya dan menjenguk ke dalam mobil.
Ia bicara dengan tenang, tapi nadanya sangat marah. Katanya, "Saudara
akan saya laporkan majikan saya. Juga kepada Mr. Farnon! Akan saya
tunjukkan kepadanya, betapa rendah mutu asistennya! Dan camkan apa
yang kukatakan ini. Saudara akan terbukti bersalah pada pemeriksaan
bangkai besok! Kemudian Saudara akan saya tuntut!" Ia menutup pintu
mobil dengan kasar sekali dan berjalan pergi.
Setelah sampai di rumah, aku memutuskan untuk menunggu Farnon. Aku
duduk sambil berusaha menghindarkan perasaan bersalah, karena aku
telah menghancurkan karirku pada waktu baru saja mulai. Tapi kalau
kupertimbangkan kembali, aku tahu tak bisa berbuat lain. Berapa kali
pun aku mengulanginya, kongklusinya selalu sama.
Pukul satu malam Farnon baru pulang. Rupanya perjumpaan dengan
ibunya sangat menggembirakan hatinya. Pipinya yang tipis kemerahmerahan dan
nafasnya berbau jenewer. Aku heran ia memakai jas
malam. Jaket itu sudah ketinggalan jaman dan terlalu longgar karena
tubuhnya kurus, namun begitu dia tampak seperti duta besar.
Waktu aku menceriterakan kuda itu, ia mendengarkannya tanpa
menjawab sepatah kata pun. Waktu ia akan memberikan komentar,
telepon berdering. "Tengah malam begini," bisiknya, kemudian, "Oh,
Anda, Mr. Soames!" Ia menganggukkan kepala kepadaku lalu duduk di
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kursi. Lama ia menjawab 'Ya', 'Tidak', dan 'O begitu'. Kemudian ia
duduk tegak dan mulai bicara,
"Terima kasih, Mr. Soames, karena Anda menelepon saya. Memang itu
satu-satu tindakan yang mungkin bisa dilakukan Mr. Herriot dalam
keadaan seperti itu. Tidak, saya tidak setuju. Itu hanya akan menyiksa.
Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sedangkan tugas kami adalah mencegah penderitaan. Sayang, Anda
merasa demikian. Tapi menurut pertimbangan saya, Mr. Herriot adalah
seorang dokter hewan yang sungguh-sungguh cakap. Seandainya waktu
itu saya juga ada di situ, saya kira saya juga akan melakukan hal yang
sama. Selamat malam, Mr. Soames, besok kita bertemu."
Aku merasa begitu lega, hingga aku ingin membuat pidato terima kasih.
Tapi akhirnya, aku hanya berkata 'Terima kasih'.
Farnon meraih ke dalam lemari bertutup kaca di atas perapian dan
mengambil sebotol wiski. Dengan sembrono ia menuangkan isinya separo
ke sebuah gelas, hingga penuh dan melimpah, lalu me-nyorongkannya ke
arah saya. Ia berbuat sama untuk dirinya sendiri dan menjatuhkan diri
lagi ke dalam kursi malas.
Ia meneguk banyak-banyak, menatap beberapa saat pada benda cair
yang kekuning-kuningan warnanya di dalam gelas itu, lalu mengangkat
wajahnya dengan tersenyum. "Yah, tentunya kau di tengah malam sial ini
merasa terpukul atau tak dihargai orang. Padahal kasus pertama! Dan
harus berhadapan dengan Soames!"
"Kau sudah lama mengenalnya, Farnon?"
"Oh, banyak yang sudah kuketahui tentang dia. Perkara kecil yang
kurang beres saja, sudah cukup menjerakan siapa saja! Percayalah, dia
bukan temanku. Sebenarnya, kata orang sedikit banyak ia seorang
bajingan, karena dengan diam-diam mempergunakan kekayaan
majikannya untuk menggendutkan kantongnya sendiri. Mudah-mudahan,
pada suatu hari kecurangannya akan terbongkar."
Wiski yang jernih itu terasa membakar jalan makanan sampai ke
perutku. Tapi aku memang membutuhkannya. "Aku jarang mengalami
peristiwa seperti malam ini. Saya kira praktek dokter hewan tidak akan
seperti itu selamanya."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kukira tidak," jawab Farnon. "Tapi kita tidak pernah tahu apa yang
akan menimpa kita. Kau tahu, jabatan kita adalah jabatan yang aneh.
Jabatan ini memberikan kesempatan yang terbilang banyaknya untuk
memperlihatkan ketololan kita sendiri."
"Tapi saya kira itu banyak tergantung pada kecakapan kita juga."
"Ya, sampai batas tertentu. Tentu saja, ini merupakan pekerjaan yang
akan membuat kita jadi ahli. Namun, betapa hebatnya keahlian kita,
penghinaan dan ejekan bisa terjadi di sembarang tempat. Saya pernah
menyuruh seorang spesialis-kuda yang kenamaan, untuk melakukan
operasi tulang rusuk. Tapi kudanya mati, sebelum operasi selesai. Orang
itu gemetar ketakutan di atas tulang rusuk pasiennya. Pengalaman ini
memberikan pelajaran berharga bagi saya. Ialah bahwa selama jadi
dokter hewan, pada suatu saat, saya akan tampak mahatolol seperti
dia." Aku tertawa. "Kalau begitu, paling baik aku mengundurkan diri saja,
sebelum karirku mulai!"
"Ya, itu hanya sebuah gambaran saja. Binatang adalah makhluk yang
tidak dapat diramalkan. Demikian pula seluruh hidup kita ini. Hidup kita
merupakan sebuah' kisah yang panjang, kisah mengenai kemenangankemenangan kita
yang kecil, dan kisah tentang bencana yang menimpa
kita. Supaya dapat bertahan, kita harus betul-betul menyukainya.
Malam ini dengan Soames, tapi malam berikutnya mungkin dengan orang
lain. Yang jelas, kau tak akan merasa jemu. Ini wiskinya, silakan
menambahnya lagi!" Aku minum seteguk, kemudian minum lebih banyak lagi, sambil bercakapcakap. Tak
terasa waktu merayap dengan cepat. Pohon akasia yang
besar dan gelap itu mulai tampak di fajar pagi yang kelabu di depan
jendela. Seekor burung hitam mulai bersiul-siul. Farnon dengan kecewa
menggoncang-goncangkan sisa wiski di dalam botol dan menuangkannya
ke dalam gelasnya. Ia menguap, menarik simpul dasinya yang berwarna hitam dan
memandang arlojinya. "Wah, sudah pukul lima! Cepat benar! Tapi saya
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
gembira, karena kita bisa minum bersama, untuk merayakan. Kasusmu
yang pertama! Dan tindakanmu tepat bukan"!"
BAB 6 TIDUR dua setengah jam sebetulnya kurang. Tapi aku ingin bangun
pukul setengah delapan, lalu turun, mencukur kumis, dan pukul delapan
menyisir rambut. Tapi aku makan pagi sendirian. Bu Hall, dengan tenang meletakkan telor
dadar di depanku, sambil memberi tahu, bahwa bos beberapa saat yang
lalu telah berangkat ke peternakan Lord Hulton, untuk memeriksa
bangkai kuda yang kutembak itu. Aku bertanya dalam hati, apakah
Farnon tadi sudah pergi tidur. Mungkin dia tidak tidur sama sekali.
Waktu aku sedang sibuk makan roti panggang, pada suap yang terakhir,
Farnon tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Aku sudah biasa melihat dia
masuk dengan mendadak, dan tidak heran kalau dia memutar handel
pintu, lalu melompat ke tengah permadani. Ia tampak berseri-seri dan
sangat gembira. "Apakah ceret itu masih ada kopinya" Saya ingin minum bersama lagi!"
Ia menghempaskan diri pada kursi yang keras. "Nah, kau tak perlu
bersedih hati. Pemeriksaan bangkai, menunjukkan dengan pasti bahwa
kuda itu ususnya terpilin. Beberapa bagian usus penuh dengan selaput
berwarna hitam. Saya gembira kau segera membunuh kuda itu."
"Apakah kau bertemu dengan Soames?"
"Ya. tentu saja. Ia sudah siap di situ. Ia berusaha mencari-cari
kesalahan untuk menjatuhkan namamu. Tapi mulutnya kubungkam.
Bahkan kutegaskan, bahwa dialah yang bersalah, sebab tidak segera
meneleponmu. Kutekankan juga, bahwa Lord Hulton pasti akan marah,
karena kudanya dibiarkan menderita. Kemudian saya pulang, sambil
membiarkan dia memamah biak kata-kataku itu."
Berita ini sungguh melegakan hati. Aku pergi ke bangku untuk mengambil
buku harian. "Ini ada beberapa panggilan. Aku akan kausuruh apa?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Farnon menentukan tempat-tempat yang harus kukunjungi,
menuliskannya pada secarik kertas dan memberikannya kepadaku. "Ini,"
katanya, "beberapa kasus yang menyenangkan dan mudah. Kau boleh
mengerjakannya sendiri."
Waktu aku akan berangkat, dia memanggilku. "Herriot, ada lagi yang
perlu kaukerjakan. Hari ini adikku akan numpang kendaraan dari
Edinburgh. Ia juga mahasiswa kedokteran hewan, dan kemarin kuliahnya
berakhir. Jika ia sudah sampai di dekat sini, mungkin ia akan menelepon
kita. Bagaimana kalau kau keluar dan menjemputnya?"
"Ya, lebih baik kujemput." "Tapi namanya Tristan." "Tristan?"
"Ya, seharusnya ini saya katakan kemarin. Kau tentu heran kalau
mendengar nama saya. Sebenarnya itu nama ayah saya. Wagnerian
Agung! Nama itu hampir menguasai hidupnya. Seluruh hidupnya hanyalah
musik, terutama Wagner."
"Aku sendiri juga sedikit suka."
"Ya, ya. ya. tapi kan tidak seperti kami. Pagi, siang, dan malam! Dan
kemudian lalu terlekat dengan nama seperti Siegfried. Tapi masih ada
yang lebih buruk. Wotan, misalnya.
"Atau Pogner." Farnon tampak kaget. "Ya, kau benar! Saya sudah melupakan Pogner tua
itu. Saya kira, saya banyak berhutang budi kepadanya."
Baru sekitar pukul empat siang telepon yang kutunggu berdering. Suara
di ujung yang lain seperti suara yang sudah lama kukenal.
"Ini Tristan Farnon."
"Wah, suaramu seperti suara kakakmu!"
Lalu terdengar suara tertawa riang. "Tiap orang bilang begitu. Terima
kasih, kau mau menjemputku" Aku di warung Holly Tree di jalan raya
utara." Di belakang suara itu aku mengharap akan bertemu dengan kembaran
Farnon. Tapi Tristan ternyata hanyalah seorang pemuda kecil berwajah
kanak-kanak, yang sedang duduk di atas ransel, dan sama sekali tidak
serupa dengan Farnon. Ia bangkit, mengusap rambutnya yang hitam ke
belakang dan mengulurkan tangannya. Senyumnya ramah.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Sudah berjalan berapa jauh?" tanyaku.
"Sedikit jauh, karena aku membutuhkan gerak badan. Tadi malam ada
pesta perpisahan yang melelahkan." Ia membuka pintu mobil dan
melemparkan ranselnya ke belakang. Waktu mesin kuhidupkan, ia duduk
Golok Naga Kembar 5 Empat Serangkai - Rahasia Lorong Spiggy The Secret Of Spiggy Holes Naga Sakti Sungai Kuning 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama