Ceritakan Mimpi-mimpimu Tell Me Your Dreams Karya Sidney Sheldon Bagian 4
"Terima kasih." David berkata pada Sandra, "Aku akan segera kembali."
Ia mengikuti kepala pelayan itu ke telepon. "David Singer di sini."
"David?Jesse. Kembali ke kamarmu dan telepon aku. Langit runtuh!"
Bab 17 JESSE??" "David, aku tahu sebetulnya aku tak boleh ikut campur, tapi kurasa sebaiknya kau mengajukan mistrial." Mistrial berarti sidang dihentikan dan dinyatakan gagal sebelum juri memutuskan. "Ada apa sih?"
"Pernahkah kau membuka Internet beberapa hari belakangan ini?"
"Tidak. Aku agak sibuk."
"Nah, sidang itu memenuhi Internet. Cuma itu yang mereka bicarakan di chat room."
"Masuk akal," kata David. "Tapi apa??"
"Semuanya negatif, David. Mereka bilang Ashley bersalah dan dia harus dihukum mati. Dan mereka mengatakannya dengan beraneka cara. Sulit dipercaya betapa kejinya mereka."
David tiba-tiba sadar, "Ya Tuhan! Kalau salah satu juri membuka Internet?"
"Kemungkinan besar beberapa dari mereka membuka Internet dan akan terpengaruh. Kalau jadi
kau, aku akan minta mistrial, atau paling tidak minta agar para juri diasingkan."
"Terima kasih, Jesse. Akan kulakukan." David meletakkan gagang telepon. Ketika ia kembali ke restoran, Sandra yang menunggunya bertanya, "Buruk?" "Buruk."
Sebelum sidang dimulai keesokan paginya, David minta bertemu Hakim Williams. Ia diantar ke kantornya, bersama Mickey Brennan. "Anda minta ketemu saya?" *Ya, Yang Mulia. Saya baru tahu semalam bahwa persidangan ini menjadi topik nomor satu di Internet Semua chat room mendiskusikan ini dan mereka sudah memvonis tertuduh. Ini sangat merugikan. Dan karena saya yakin beberapa juri memiliki komputer dengan akses on-line, atau bicara dengan teman-teman mereka yang punya akses online, ini bisa sangat menyudutkan terdakwa. Karena itu saya mengajukan permohonan mistrial."
Hakim Williams mempertimbangkan beberapa saat "Permohonan ditolak."
David berusaha menahan kejengkelannya. "Kalau begitu saya minta agar para juri segera diasingkan supaya?"
"Mr. Singer, setiap hari pers memenuhi ruang sidang, merajalela. Persidangan ini menjadi topik nomor satu di televisi, radio, dan koran-koran di seluruh dunia. Anda sudah saya peringatkan bahwa ini akan menjadi sirkus, dan Anda tak mau mendengarkan." Ia membungkuk ke depan. "Nah, ini sirkus Anda. Jika Anda menginginkan juri diasingkan, seharusnya permintaan itu Anda ajukan sebelum sidang dimulai. Dan saya mungkin tidak akan mengabulkannya. Ada lagi?"
David duduk diam, perutnya bergolak. "Tidak, Yang Mulia."
"Kalau begitu mari kita
ke ruang sidang." Mickey Brennan menanyai Sherrif Dowling.
"Deputi Sam Blake menelepon memberitahu Anda bahwa dia akan menginap di apartemen terdakwa untuk melindunginya" Terdakwa memberitahunya bahwa ada orang yang mengancam hidupnya?"
"Betul." "Kapan Anda mendengar kabar dari Deputi Blake
lagi?" "Tidak?tidak pernah. Saya menerima telepon pagi harinya bahwa?bahwa mayatnya telah ditemukan di jalan kecil di belakang apartemen Miss
Patterson." "Dan tentu saja Anda segera ke sana?"
"Tentu saja." "Dan apa yang Anda temukan?"
Ia menelan ludah. "Tubuh Sam dibungkus seprai berdarah. Dia telah ditusuk sampai mati dan dikebiri seperti halnya dua korban lainnya."
"Seperti dua korban lainnya. Jadi semua pembunuhan itu dilaksanakan dengan cara yang sama?"
"Ya, Sir." 261 "Sepertinya mereka dibunuh oleh orang yang sama?" 8
David berdiri. "Keberatan!" "Diterima."
"Saya tarik kembali pertanyaan tadi. Apa yang kemudian Anda lakukan. Sheriff?"
"Yah, sampai kejadian itu Ashley Patterson bukanlah orang yang dicurigai. Setelah ini terjadi, kami menangkapnya dan mengambil sidik jarinya."
"Lalu?" "Kami mengirimkannya ke FBI dan mendapat jawaban positif."
"Maukah Anda menjelaskan kepada juri apa yang Anda maksudkan dengan jawaban positif?"
Sheriff Dowling menghadap para juri. "Sidik jarinya cocok dengan sidik-sidik jari lain yang ada di arsip yang sedang mereka coba identifikasi dari pembunuhan-pembunuhan sebelumnya."
"Terima kasih, Sheriff." Brennan menoleh ke David. "Saksi Anda."
David berdiri dan berjalan ke boks juri. "Sheriff, kami pernah mendengar kesaksian di ruang sidang ini bahwa sebilah pisau berdarah ditemukan di dapur Miss Patterson." "Betul."
"Bagaimana pisau itu disembunyikan" Dibungkus sesuatu" Disembunyikan di tempat yang sulit ditemukan?"
"Tidak. Pisau itu tergeletak begitu saja." "Tergeletak begitu saja. Ditinggalkan di sana oleh orang yang tak merasa perlu menyembunyi"
kannya, yang tak punya sesuatu yang harus disembunyikan. Orang yang tak bersalah karena?"
"Keberatan!" "Diterima." "Tak ada pertanyaan lagi." "Saksi dipersilakan meninggalkan tempat." Brennan berkata, "Jika sidang setuju?" Ia memberi isyarat pada seseorang di belakang mang sidang, dan seorang laki-laki memakai overall masuk, membawa cermin dari kotak obat Ashley Patterson. Pada cermin itu tertulis dengan lipstik merah: KAU AKAN MATI. David berdiri. "Apa ini?" Hakim Williams menoleh ke Mickey Brennan. "Mr. Brennan?"
"Ini pancingan yang digunakan terdakwa untuk mendatangkan Deputi Blake ke apartemennya agar dia bisa membunuhnya. Saya ingin ini ditandai sebagai bukti D. Asalnya dari kotak obat terdakwa." "Keberatan, Yang Mulia. Tak ada hubungannya." "Akan saya buktikan bahwa ada hubungannya." "Kita lihat nanti. Sementara itu Anda boleh terus."
Brennan menghadapkan cermin itu kepada para juri. "Cermin ini diambil dari kamar mandi tertuduh." Ia memandang para juri. "Seperti yang Anda sekalian lihat, di cermin ini ada tulisan "Kau Akan Mati". Ini alasan yang digunakan tertuduh untuk memanggil Deputi Blake ke apartemennya untuk melindunginya." Ia menoleh ke Hakim Williams. "Saya ingin memanggil saksi saya berikutnya, Miss Laura Niven."
"Baik, Yang Mulia."
Ashley menoleh kepada Sandra. "Ya Tuhan! Apa yang terjadi?"
Sandra meremas lengannya. "Jangan kuatir. Kau harus mempercayai David."
Sandra menelepon Jesse Quiller.
"Aku sudah dengar," katanya. "Jadi berita di mana-mana, Sandra. Aku tidak menyalahkan David sampai kehilangan kontrol begitu. Hakim itu sudah membuat David jengkel sejak awal. Apa sebetulnya yang dilakukan David sampai Hakim semarah itu?"
"Aku tak tahu, Jesse. Yang jelas mengerikan. Kau harus melihat wajah-wajah para juri itu. Mereka membenci Ashley. Mereka sudah tak sabar ingin memvonisnya. Yah, berikutnya giliran pembela menanggapi tuduhan. David akan mengubah pendapat mereka."
"Mudah-mudahan saja."
"Hakim Williams membenciku, Sandra, dan ini berpengaruh buruk pada Ashley. Jika aku tidak berbuat sesuatu, Ashley akan mati. Mana bisa kubiarkan itu terjadi."
"Apa yang bisa kaulakukan?" tanya Sandra.
David menarik napas dalam-dalam. "Mengundurkan diri dari kasus ini."
Keduanya tahu apa artinya itu. Media akan memberitakan kegagalannya secara besar-besaran. "Seharusnya dari awal aku menolak menangan
kasus ini," kata David getir. "Dr. Patterson mempercayaiku untuk menyelamatkan nyawa anaknya dan aku telah?" Ia tak dapat meneruskan.
Sandra melingkarkan lengannya ke tubuh David dan memeluknya erat-erat. "Jangan kuatir, Sayang. Segalanya akan beres."
Aku sudah mengecewakan semua orang, pikir David. Ashley, Sandra" Aku akan ditendang dari biro hukumku, tak punya pekerjaan, dan bayi kami sebentar lagi lahir. "Segalanya akan beres." Betul
Paginya David minta bertemu dengan Hakim Williams di kantornya. Mickey Brennan ada di sana.
Hakim Williams berkata, "Anda ingin bertemu saya, Mr. Singer?"
"Ya, Yang Mulia. Saya ingin mengundurkan diri
dari kasus ini." Hakim Williams bertanya, "Alasannya apa?"
David menjawab hati-hati, "Saya rasa saya bukan pengacara yang tepat untuk kasus ini. Saya rasa saya merugikan klien saya. Saya minta diganti pengacara lain."
Hakim Williams berkata tenang, "Mr. Singer, kalau Anda pikir saya akan membiarkan Anda meninggalkan kasus ini dan saya harus memulai kasus ini dari awal dan memboroskan lebih banyak lagi waktu dan uang, Anda sungguh keliru. Jawabannya tidak. Anda mengerti maksud saya?"
David memejamkan mata sejenak, memaksa diri
tetap tenang. Ia mendongak dan Mulia. Saya mengerti." Ia terperangkap.
Bab 18 UDAH lebih dari tiga bulan berlalu sejak sidang dimulai, dan Davia tak ingat lagi kapan terakhir kalinya ia tidur nyenyak.
Suatu sore, sekembalinya dari gedung pengadilan, Sandra berkata, "David, kurasa aku harus pulang ke San Francisco."
David tercengang memandangnya. "Kenapa" Kita sedang di tengah?Oh, Tuhan." Dipeluknya Sandra. "Bayi kita. Sudah waktunya lahir?"
Sandra tersenyum. "Bisa setiap waktu. Aku akan merasa lebih aman kalau ada di sana, lebih dekat dengan Dr. Bailey. Ibu bilang dia akan datang dan tinggal menemaniku."
"Tentu saja. Kau harus pulang," kata David. "Aku sampai lupa waktu. Menurut hitungan tiga minggu lagi, ya?"
"Ya," t . ?~ ? Qu,. *aV bisa di sana men"
Ia menyeringai. Dan aJcu ia* u"*
dampingimu." Sandra menggenggam tangannya, jangan cemas, Sayang. Sidang ini akan segera berak "
"Sidang brengsek ini menghancurkan hidup kita."
"David, kita tak akan kenapa-napa. Pekerjaanku < yang lama sudah menantiku. Setelah bayi kita lahir, aku bisa?"
David menukas, "Aku minta maaf, Sandra. Aku menyesal?"
"David, jangan pernah menyesal melakukan sesuatu yang benar-benar kauyakini."
"Aku mencintaimu."
"Aku mencintaimu."
. David membelai perut Sandra. "Aku mencintai kalian berdua." Ia menghela napas. "Baiklah. Aku akan membantumu berkemas. Kuantar kau ke San Francisco malam ini dan?"
"Tidak," kata Sandra tegas. "Kau tak bisa meninggalkan tempat ini. Aku akan minta Emily datang menjemputku."
"Tanya dia kalau-kalau bisa makan malam bersama kita di sini."
"Bafldah." Emily gembira sekali. "Tentu saja aku akan datang menjemputmu." Dan ia tiba di San Jose dua jam kemudian.
Mereka bertiga makan malam di Chai Jane.
"Waktunya sungguh tidak pas," kata Emily. "Aku sedih melihat kalian berdua harus berpisah saat ini."
"Sidang sudah hampir selesai," kata David penuh harap. "Siapa tahu sudah berakhir sebelum bayi kami lahir."
Emily tersenyum. "Kita nanti mengadakan perayaan ganda."
Sudah waktunya berangkat. David memeluk Sandra. "Aku akan meneleponmu setiap malam," katanya.
"Jangan mencemaskanku. Aku tak akan kenapa-napa. Aku sangat mencintaimu." Sandra menatapnya dan berkata, "Jaga dirimu, David. Kau kelihatan lelah."
Setelah Sandra berangkat, barulah David menyadari betapa sendirinya dia.
Sidang sedang berlangsung.
Mickey Brennan berdiri dan berkata kepada sidang, "Saya ingin memanggil Dr. Lawrence Larkin sebagai saksi saya berikutnya."
Seorang pria yang tampak terhormat, rambutnya beruban, diambil sumpahnya dan duduk di kursi saksi.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih atas kehadiran Anda di sini, Dr. Larkin. Saya sadar waktu Anda berharga sekali. Silakan ceritakan sedikit latar belakang Anda kepada kami."
"Saya praktek di Chicago dan praktek saya laris. Saya pernah menjabat ketua Chicago Psychiatric Association."
"Sudah berapa lama Anda praktek, Dokter?"
"Kira-kira tiga puluh tahun."
"Sebagai psikiater, saya bayangkan Anda mestinya sering menjumpai kasus kepribadian ganda?"
"Tidak." Brennan mengernyit. "Anda bilang tidak, maksudnya Anda tidak banyak menjumpainya" Mungkin selusin?"
"Saya belum pernah menjumpai satu pun kasus kepribadian ganda."
Brennan memandang para juri dengan pandangan kecewa yang dibuat-buat, kemudian kembali memandang si dokter. "Selama tiga puluh tahun menangani pasien-pasien bergangguan jiwa, Anda belum pernah melihat satu pun kasus kepribadian ganda?" "Betul."
"Saya heran sekali. Bisa Anda terangkan bagaimana bisa begitu?"
"Sederhana sekali. Menurut saya kasus kepribadian ganda itu tidak ada."
"Wah, saya bingung, Dokter. Bukankah kasus kepribadian ganda sudah beberapa kati dilaporkan?"
Dr. Larkin mendengus. "Dilaporkan tidak berarti kasus itu riil. Begini, yang oleh beberapa dokter dipercaya sebagai MPD, sebetulnya dokter-dokter itu rancu dengan skizofrenia, depresi, dan beberapa jenis gangguan kecemasan lain."
"Sungguh menarik. Jadi menurut pendapat Anda, sebagai psikiater ahli, Anda bahkan tidak percaya kepribadian ganda itu ada?" "Betul."
"Terima kasih, Dokter." Mickey Brennan berpaling ke David. "Saksi Anda."
David berdiri dan berjalan ke boks saksi. "Anda pernah menjadi ketua Chicago Psychiatric Association, Dr. Larkin?"
"Ya." "Anda pasti sudah bertemu dengan banyak
sejawat Anda." "Ya, dan saya bangga karenanya." "Anda kenal Dr. Royce Salem?" "Ya. Saya kenal baik dia." "Apakah dia psikiater ahli?" "Hebat. Salah satu dari yang terbaik." "Pernahkah Anda bertemu Dr. Clyde Donovan?" "Ya. Berkali-kali."
"Apakah Anda akan mengatakan dia psikiater
yang baik?" "Saya akan memakai dia"?berdecak kecil? "kalau saya perlu psikiater." "Dan bagaimana dengan Dr. Ingram" Anda kenal
dia?" "Ray Ingram" Tentu saya kenal. Orang baik." "Psikiater yang kompeten?" "Oh, ya."
"Beritahu saya, apakah semua psikiater punya pendapat sama untuk semua kasus kondisi mental?"
"Tidak. Tentu saja kami punya perbedaan pendapat. Psikiatri bukan ilmu eksakta."
"Menarik sekali, Dokter. Karena Dr. Salem, Dr. Donovan, dan Dr. Ingram akan datang ke sini dan memberi kesaksian bahwa mereka sudah pernah menangani kasus-kasus kepribadian ganda. Mungkin di antara mereka tidak ada yang sekompeten Anda. Cukup sekian."
Hakim Williams menoleh kepada Brennan. "Ada pertanyaan tambahan?"
"Dr. Larkin, apakah menurut Anda, karena dokter-dokter yang lain ini tidak setuju dengan pendapat Anda tentang MPD, itu berarti mereka benar dan Anda keliru?"
"Tidak. Saya bisa menghadirkan selusin psikiater yang tidak percaya pada MPD."
"Terima kasih. Dokter. Tidak ada pertanyaan lain."
Mickey Brennan berkata, "Dr. Upton, kami telah mendengar kesaksian bahwa kadang-kadang apa yang dipercaya sebagai kepribadian ganda itu sebetulnya gangguan kejiwaan lain. Tes apakah yang bisa membuktikan bahwa kepribadian ganda bukanlah gangguan lain itu?" "Tak ada."
Brennan melongo keheranan sambil melirik para juri. "Tak ada" Maksud Anda tak ada cara untuk mengetahui apakah orang yang menyatakan dirinya menderita MPD itu sebetulnya berbohong atau cuma pura-pura atau menggunakan itu sebagai kedok perbuatan pidana untuk mana dia tak mau bertanggung jawab?"
"Seperti yang sudah saya katakan, tak ada tes untuk itu."
"Jadi ini masalah pendapat saja" Beberapa psikiater percaya adanya MPD dan yang lain tidak?" "Betul."
"Izinkan saya menanyakan ini, Dokter. Jika Anda menghipnotis orang, tentunya Anda bisa tahu apakah mereka betul-betul menderita MPD ataukah cuma pura-pura saja?"
Dr. Upton menggeleng. "Sayangnya tidak. Bahkan di bawah pengaruh hipnotis atau dengan sodium amytal, tak ada cara untuk membuktikan apakah orang itu pura-pura atau tidak."
"Menarik sekali. Terima kasih, Dokter. Tidak ada pertanyaan lain." Brennan menoleh kepada David. "Saksi Anda."
David berdiri dan berjalan ke boks saksi. "Dr. Upton, pernahkah Anda didatangi pasien, yang sudah didiagnosis oleh dokter lain sebagai penderita MPD?"
"Pernah. Beberapa kali."
"Dan Anda merawat pasien-pasien itu?"
"Tidak." "Kenapa tidak?"
"Saya tidak mengobati penyakit yang tidak ada. Salah satu pasien saya adalah penggelap uang, yang minta saya memberi pernyataan bahwa dia tidak bertanggung jawab karena alternyalah yang melakukannya. Pasien yang lain seorang ibu rumah tangga yang ditangkap karena memukuli anak-anaknya. Dia bilang orang lain yang ada dalam dirinya yang menyuruhnya memukuli mereka. Ada beberapa kasus lain seperti itu dengan alasan yang berbeda-beda, tetapi mereka semua berusaha bersembunyi dari sesuatu. Dengan kata lain, mereka berpura-pura."
"Kelihatannya Anda punya pendapat yang pasti sekali tentang ini, Dokter." "Memang. Saya tahu saya benar." David bertanya, "Anda tahu Anda benar?" "Well, maksud saya?"
"?orang lain pasti salah" Semua dokter yang percaya pada MPD salah?"
"Bukan begitu, maksud saya?"
"Dan Anda satu-satunya yang benar. Terima kasih, Dokter. Cukup sekian."
Dr. Simon Raleigh duduk di boks saksi. Ia pria pendek, botak, berusia enam puluhan.
Brennan berkata, "Terima kasih atas kesediaan Anda untuk datang ke sini, Dokter. Anda sukses dan terkenal. Anda dokter, profesor, Anda bersekolah di?"
David berdiri. "Pembela akan menentukan apakah latar belakang saksi yang hebat diperlukan atau tidak"
"Terima kasih." Brennan kembali menghadap saksinya. "Dr. Raleigh, apa artinya iatrogenikV
"Itu penyakit atau gangguan fungsional tertentu yang menjadi semakin parah akibat penanganan medis secara psikoterapi."
"Bisa lebih spesifik, Dokter?"
"Begini, di psikoterapi, sering kali si terapis mempengaruhi pasiennya dengan pertanyaan j pertanyaan atau sikapnya. Dia mungkin membuat si pasien merasa harus memenuhi harapan si terapis."
"Bagaimana itu bisa diterapkan ke MPD?" "Jika si psikiater menanyai si pasien tentang kepribadian-kepribadian yang berbeda dalam dirinya, si pasien mungkin saja menciptakan beberapa kepribadian untuk menyenangkan si terapis. Memang ini masalah rumit, mengandung jebakan. Amytal dan hipnotis bisa membuat efek seperti MPD pada pasien-pasien yang sebetulnya normal."
"Jadi, maksud Anda, di bawah pengaruh hipnotis, si psikiater sendiri bisa mengubah kondisi pasien, sehingga si pasien mempercayai sesuatu yang sebetulnya tidak benar?"
"Itu pernah terjadi, ya."
"Terima kasih, Dokter." Ia menatap David. "Saksi Anda."
David berkata, "Terima kasih." Ia berdiri dan berjalan ke boks saksi. David berkata penuh pedaya, "Latar belakang Anda sangat impresif. Anda tidak hanya psikiater, tapi Anda juga memberi kuliah di
sebuah universitas." "Ya."
"Sudah berapa lama Anda mengajar, Dokter?"
"Lebih dari lima belas tahun."
"Luar biasa. Bagaimana Anda membagi waktu Anda" Maksud saya, apakah Anda melewatkan setengah waktu Anda dengan mengajar dan setengahnya lagi dengan praktek?"
"Sekarang saya mengajar penuh."
"Oh" Sudah berapa lama tepatnya Anda berhenti praktek?"
"Kira-kira delapan tahun. Tapi saya mengikuti
perkembangan dengan membaca literatur kedokteran J mutaldur."
"Harus saya katakan, menurut saya itu mengagumkan. Jadi Anda membaca segala macam. Be- ] gitukah caranya Anda jadi kenal dengan iatro- < genik?"
"Ya." "Dan sebelumnya, dulu banyak pasien datang ke Anda, menyatakan mereka menderita MPD?" "Wah, tidak?"
"Tidak banyak" Selama bertahun-tahun Anda berpraktek sebagai dokter, bisakah Anda katakan Anda pernah menangani dua belas pasien yang mengatakan mereka menderita MPD?"
"Tidak." "Enam?" Dr. Raleigh menggeleng. "Empat?" Tak ada jawaban. "Dokter, pernahkah Anda punya pasien yang datang pada Anda dengan keluhan MPD?" "Wah, susah untuk?" "Pernah atau tidak, Dokter?" "Tidak."
"Jadi, segala yang Anda ketahui tentang MPD adalah apa yang telah Anda baca" Tidak ada pertanyaan lain."
Jaksa Penuntut memanggil enam saksi lagi dan masing-masing polanya sama. Mickey Brennan telah mengumpulkan sembilan psikiater top dari seluruh negeri, semua bersatu padu sependapat bahwa MPD tidak ada.
Proses pengajuan saksi-saksi pihak Jaksa Penuntut sudah hampir usai.
Ketika saksi terakhir dari daftar Jaksa sudah dipersilakan kembali ke tempatnya, Hakim Williams menoleh kepada Brennan. "Anda masih punya saksi untuk dipanggil, Mr. Brennan?"
"Tidak, Yang Mulia. Tetapi saya ingin menunjukkan kepada para juri foto-foto polisi yang diambil di tempat kejadian pembunuhan?" David berkata berang, "Jelas tak boleh." Hakim Williams menoleh ke David. "Apa kata Anda, Mr. Singer?"
"Saya katakan"?David mengoreksi diri?"keberatan. Jaksa mencoba memanasi para juri dengan?" "Keberatan ditolak. Dasarnya sudah ditentukan pada pra peradilan." Hakim Williams menoleh ke Brennan. "Anda boleh menunjukkan foto-foto itu." David duduk, berang sekali. Brennan berjalan kembali ke mejanya dan mengambil setumpuk foto yang diserahkannya kepada para juri. "Ini bukan foto-foto yang enak dilihat, Saudara-saudara. Tapi tentang inilah persidangan kita. Bukan tentang kata-kata atau teori atau alasan. Bukan tentang alter ego misterius yang membunuhi orang. Ini tentang tiga orang yang dibunuh secara sadis dan brutal. Menurut hukum, harus ada yang dihukum untuk pembunuhan-pembunuhan itu. Sekarang terserah pada Anda sekalian untuk menesaVu
"_? suitan keadilan. Brennan bisa melihat kengerian di wajah-wajah para juri ketika mereka melihat foto-foto itu.
Ia menoleh kepada Hakim Williams. "Jaksa pe. nuntut Umum selesai."
Hakim Williams memandang arlojinya. "Sekarang sudah pukul empat. Sidang untuk hari ini cukup sekian dan diteruskan lagi hari Senin pukul sepuluh. Sidang ditunda."
Bab 19 ASHLEY PATTERSON sudah siap digantung di tiang gantungan ketika seorang polisi datang berlarian dan berkata, "Tunggu! Tunggu! Dia seharusnya di-kursi-listrik."
Adegan berubah, dan ia duduk di atas kursi listrik. Seorang petugas meraih tombol, dan Hakim Williams datang berlarian, berteriak-teriak, "Jangan. Kita akan membunuhnya dengan suntikan."
David terbangun dan terduduk di tempat tidurnya, jantungnya berdegup kencang. Piamanya basah oleh keringat. Ia mau bangkit, tapi tiba-tiba merasa pusing. Kepalanya berdenyut-denyut, dan ia demam. Disentuhnya daninya. Panas.
Ketika David turun dari tempat tidur, rasa pusing yang luar biasa menyergapnya. "Oh, tidak," keluhnya. "Jangan hari ini. Jangan sekarang. Ini hari yang telah dinanti-nantikannya. Hmn u iwn yang v" dakwaan dan mengaju-pcmbela akan neoi^jjj" ke kamar man-kan saksi-saksinya David flif dingin
4 dan nmwbm^^^^,^ Ditatapnya cermin. "Tampangmu
Ketika David tiba di gedung pengadilan, Hakim Williams sudah duduk di belakang mejanya. Mereka semua menunggunya.
"Saya minta maaf karena terlambat," kata David; Suaranya hanya berupa ku akan parau. "Boleh saya bicara dengan Hakim?" "Sikkan."
David berjalan ke meja hakim, diikuti Mickey Brennan tepat di belakangnya. "Yang Mulia," kata David, "saya ingin meminta penundaan sehari."
"Alasannya?" "Saya?saya sedang tidak enak badan, Yang Mulia. Saya yakin dokter bisa memberikan obat dan besok saya sudah akan baik kembali."
Hakim Williams berkata, "Kenapa Anda tidak minta associate Anda menggantikan Anda?"
David tercengang memandangnya. "Saya tidak punya associate."
"Kenapa tidak, Mr. Singer?"
"Karena?" Hakim Williams mencondongkan tubuhnya ke muka. "Belum pernah saya menyaksikan sidang pembunuhan dilaksanakan seperti ini. Anda rupanya pemain tunggal yang menginginkan semua kemegahan. Nah, Anda tidak akan memperolehnya dalam sidang ini. Saya beritahu satu hal lain. Mungkin Anda berpikir saya harus mengundurkan diri karena saya tidak percaya pembelaan Anda yang intinya setan-yang-menyuruhku-melakukannya, tapi saya tidak mengundurkan diri. Kita akan membiarkan juri yang memutuskan apakah menurut mereka kliea
Anda bersalah atau tidak. Ada yang lain, Mr.
Singer?" David hanya berdiri memandangnya, mangan serasa berputar. Ia ingin mempersetankannya. Ia ingin berlutut dan memohon agar Hakim Williams bersikap adil. Ia ingin pulang dan tidur. Ia menjawab dengan parau, "Tidak ada. Terima kasih, Yang Mulia."
Hakim Williams mengangguk. "Mr. Singer, giliran Anda. Jangan buang-buang waktu lebih lama lagi."
David berjalan ke boks juri, berusaha melupakan pening dan demamnya. Ia bicara pelan-pelan.
"Saudara-saudara, Anda telah mendengarkan Penuntut Umum mencemooh fakta kepribadian ganda. Saya yakin Mr. Brennan tidak bermaksud jahat. Pernyataan-pernyataannya disampaikan karena ketidaktahuannya. Nyata sekali dia tidak tahu apa-apa tentang kepribadian ganda, sama dengan beberapa saksi yang diajukannya. Tetapi saya akan mengundang beberapa orang yang betul-betul tahu tentang kepribadian ganda untuk bicara kepada Anda sekalian. Mereka adalah dokter-dokter yang terhormat, yang ahli dalam bidang ini. Setelah Anda mendengar kesaksian mereka, saya yakin akan ada pandangan lain daripada yang telah disampaikan Mr. Brennan.
"Mr. Brennan telah membicarakan kesalahan klien saya karena telah melakukan kejahatan mengerikan ini Ini poin penting. Bersalak Untuk membuktikan pembunuhan tingkat pertama, yang harus ada bukan
hanya tindakan bersalahnya, tapi juga maksud j tindakan itu. Akan saya perlihatkan bahwa dalam 1 hal ini tidak ada maksud, karena Ashley Patterson tidak berkuasa atas dirinya saat kejahatan itu terjadi. Dia sama sekali tak sadar bahwa peristiwa itu terjadi. Beberapa dokter terkenal akan memberi kesaksian bahwa Ashley Patterson mempunyai dua kepribadian lain, atau alter, salah satunya sangat dominan dan berkuasa."
David memandang wajah-wajah para juri. Mereka seakan berayun-ayun di depannya. Sejenak dipejamkannya matanya rapat-rapat.
"The American Psychiatric Association mengakui adanya kepribadian ganda. Begitu pula dokter-dokter ahli di seluruh dunia yang menangani pasien yang menderita MPD ini. Salah satu kepribadian Ashley melakukan pembunuhan, tetapi dia hanyalah kepribadian?alter?yang sama sekali di luar kendalinya." Suaranya semakin kuat. "Untuk menyimak problem ini dengan lehih jelas, Anda harus tahu bahwa hukum kita tidak menghukum orang yang tak bersalah. Jadi di sini ada paradoks. Bayangkan kembar Siam yang diadili untuk kasus pembunuhan. Hukum menyatakan bahwa kita tidak bisa menghukum yang bersalah, karena dengan menghukum yang bersalah kita terpaksa menghukum yang tidak bersalah." Para juri mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
David mengangguk ke arah Ashley. "Dalam kasus ini kita berhadapan tidak hanya dengan dua kepribadian, tapi dengan tiga sekaligus."
Ia berpaling ke arah Hakim Williams. "Saya ingin memanggil saksi pertama saya, Dr. Joel Ashanti."
"Dr. Ashanti, di mana Anda praktek?" "Di Madison Hospital di New York." "Dan apakah Anda datang ke sini atas pemiinta"
an saya?" "Tidak. Saya membaca tentang persidangan ini, dan saya ingin memberi kesaksian. Saya sudah menangani pasien-pasien dengan kepribadian ganda, dan saya ingin membantu, kalau bisa. MPD lebih umum daripada yang disadari publik, dan saya ingin mencoba menjernihkan kesalahpahaman tentang penyakit ini."
"Saya menghargai itu, Dokter. Dalam kasus seperti ini, umumkah menemukan pasien dengan dua kepribadian atau lebih?"
"Sepanjang pengalaman saya, orang-orang yang menderita MPD biasanya memiliki lebih banyak alter, kadang-kadang malah sampai seratus."
Eleanor Tucker menoleh untuk membisikkan sesuatu pada Mickey Brennan. Brennan tersenyum.
"Sudah berapa lama Anda menangani kasus kepribadian ganda, Dokter Ashanti?"
"Selama lima belas tahun terakhir ini."
"Untuk pasien MPD, apakah biasanya memang ada alter yang dominan?"
"Ya." Beberapa juri membuat catatan. "Dan apakah tuan rumahnya?orang yang memiliki kepribadian-kepribadian itu di dalam dirinya?sadar akan adanya kepribadian yang lafal lain itu?"
"Bisa macam-macam. Kadang-kadang beberapa alter kenal semua alter lainnya, kadang-kadang mereka hanya kenal beberapa saja. Tetapi si tuan rumah biasanya tidak menyadari keberadaan mereka, sampai setelah ditangani psikiater."
"Menarik sekali. Apakah MPD bisa disembuhkan?"
"Sering kali, ya. Dibutuhkan perawatan psikiatris untuk waktu yang lama. Kadang-kadang sampai} enam atau tujuh tahun."
"Pernahkah Anda berhasil menyembuhkan pasien-pasien MPD?" "Oh, ya."
"Terima kasih, Dokter."
David menoleh untuk mengamati para juri sejenak. Tertarik, tapi belum yakin, pikirnya.
Ia menoleh kepada Mickey Brennan. "Saksi Anda."
Brennan berdiri dan berjalan ke boks saksi. "Dr. Ashanti, Anda mengatakan bahwa Anda terbang sejauh ini dari New York karena Anda ingin membantu?".
"Betul." "Kedatangan Anda di sini sama sekali tidak ada hubungannya dengan fakta bahwa ini kasus sangat menghebohkan dan publisitasnya akan menguntungkan?"
David berdiri. "Keberatan. Argumentatif." "Ditolak."
Dr. Ashanti berkata tenang, "Sudah saya jelaskan mengapa saya datang di sini."
"Betul. Sejak Anda praktek, Dokter, berapa banyak pasien gangguan kejiwaan yang telah Anda
tangani"/"
Ceritakan Mimpi-mimpimu Tell Me Your Dreams Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oh, mungkin dua ratus."
"Dan dari jumlah itu, berapa yang menderita kepribadian ganda?"
"Selusin?" Brennan memandangnya pura-pura terkejut. "Dari dua ratus?" "Mmm, ya. Anda mengerti?" "Yang tidak saya mengerti, Dr. Ashanti, adalah bagaimana Anda bisa menganggap diri Anda ahli kalau Anda baru menangani begitu sedikit pasien. Saya akan berterima kasih jika Anda bisa memberikan bukti-bukti yang bisa membuktikan keberadaan penyakit kepribadian ganda." "Kalau yang Anda maksudkan bukti?" "Kita dalam persidangan, Dokter. Juri tidak akan mengambil putusan berdasarkan teori dan "seandainya". Seandainya, misalnya saja, tertuduh membenci pria-pria yang dibunuhnya itu, dan sesudah membunuh mereka, memutuskan untuk memakai alasan alter dalam dirinya supaya dia?" David berdiri. "Keberatan! Itu argumentatif dan mengarahkan saksi." "Ditolak." "Yang Mulia?" "Silakan duduk, Mr. Singer.
David mendelik kepada Hakim Williams dan dengan marah duduk kembali.
"Jadi maksud Anda, Dokter, tidak ada bukti yang bisa membuktikan keberadaan MPD?"
"Yah, memang tidak. Tapi?"
Brennan mengangguk. "Cukup."
Dr. Royce Salem berada di boks saksi.
David bertanya, "Dr. Salem, Anda memeriksa 1 Ashley Patterson?"
"Betul* "Dan apa kesimpulan Anda?"
"Miss Patterson menderita MPD. Dia punya dua alter yang menamakan diri Toni Prescott dan Alette Peters."
"Apakah dia bisa mengendalikan mereka?"
"Tidak. Kalau alter-alter itu sedang menguasainya, dia dalam keadaan amnesia fuga."
"Bisakah Anda menjelaskannya, Dr. Salem?"
"Amnesia fuga adalah pelarian amnesik, kondisi ketika si penderita kehilangan kesadaran tentang di mana dia berada, atau apa yang sedang dia lakukan. Ini bisa berlangsung selama beberapa menit, beberapa hari, atau kadang-kadang bahkan-beberapa minggu."
"Dan selama waktu itu, bisakah dikatakan bahwa orang itu bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya?"
"Tidak." "Terima kasih, Dokter." Ia menoleh kepada Brennan. "Saksi Anda." Brennan berkata, "Dr. Salem, Anda konsultan
-78Q beberapa rumah sakit dan Anda memberi kuliah di
seluruh dunia?" "Ya, Sir."
"Saya perkirakan teman-teman pergaulan Anda adalah dokter-dokter andal dan berbakat?" "Ya, menurut saya memang begitu." "Jadi, mereka semua setuju tentang kepribadian
ganda?" "Tidak."
"Apa maksud Anda, tidak?" "Beberapa dari mereka tidak setuju." "Maksud Anda, mereka tidak percaya kepribadian ganda itu ada?" "Ya."
"Tapi mereka salah dan Anda benar?"
"Saya sudah merawat pasien-pasien, dan saya tahu kasus itu ada. Jika?"
"Izinkan saya menanyakan sesuatu. Jika kasus kepribadian ganda memang ada, apakah satu alter selalu menguasai dan mengatur tuan rumahnya mengenai apa yang harus dilakukan" Si alter berkata, "Bunuh," dar^sf tuan rumah melakukannya?"
"Tergantung. Alter punya tingkat mempengaruhi yang berbeda-beda."
"Jadi bisa si tuan rumah yang menguasai?"
"Kadang-kadang, tentu saja."
"Secara mayoritas waktu?"
"Tidak." "Dokter, mana buktinya bahwa MPD benar-benar ada?" "Saya telah menyaksikan perubahan fisik total
yang dialami pasien-pasien di bawah pengaruh I hipnotis, dan saya tahu?"
"Dan itu menjadi basis kebenaran?"
"Ya." "Dr. Salem, jika saya menghipnotis Anda di ruangan yang. hangat dan mengatakan pada Anda ] bahwa Anda berada di Kutub Utara, telanjang dalam badai salju, apakah suhu badan Anda akan drop?"
"Mmm, ya, tapi?"
"Cukup." David berjalan ke boks saksi. "Dr. Salem, adakah keraguan dalam benak Anda bahwa alter-alter ini memang ada dalam diri Ashley Patterson?"
"Sama sekali tidak. Dan mereka betul-betul mampu mengambil alih dan mendominirnya."
"Dan dia tidak akan menyadarinya?"
"Dia tidak akan menyadarinya."
"Terima kasih."
"Saya ingin memanggil Shane Miller ke, boks saksi." David mengawasinya diambil sumpahnya. "Apa pekerjaan Anda. Mr. Miller?"
"Saya supervisor di Global Computer Graphics Corporation."
?"Dan sudah berapa lama Anda bekerja di sana?"
"Kira-kira tujuh tahun."
"Dan apakah Ashley Patterson bekerja di sana?" "Ya."
"Dan dia bekerja di bawah supervisi Anda?"
"Ya" "Jadi Anda mengenalnya cukup baik?" "Betul."
"Mr. Miller, Anda sudah mendengar dokter-dokter memberi kesaksian bahwa beberapa gejala kepribadian ganda adalah paranoia, kecemasan, sedih. Pernahkah Anda melihat salah satu dari gejala ini pada Miss Patterson?"
"Mmm, saya?" "Bukankah Miss Patterson memberitahu Anda bahwa dia merasa ada orang yang menguntitnya?" "Ya, dia bilang begitu."
"Dan bahwa dia sama sekali tak tahu siapa orang itu atau kenapa orang menguntitnya?" "Betul."
"Bukankah dia pernah berkata bahwa ada orang yang menggunakan komputernya untuk mengancam
dia dengan pisau?" "Ya."
"Dan bukankah keadaan jadi begitu buruknya sehingga akmrnya Anda mengirimnya ke psikolog yang bekerja di perusahaan Anda, Dr. Speakman?"
"Ya." "Jadi Ashley Patterson memang menunjukkan
gejala-gejala yang kita bicarakan?"
"Betul." "Terima kasih, Mr. Miller." David menoleh kepada Mickey Brennan. "Saksi Anda."
"Berapa banyak karyawan yang bekerja di bawah supervisi Anda, Mr. MUler?"
"Tiga puluh." "Dan dari tiga puluh karyawan, Ashley Patterson I satu-satunya yang pernah Anda lihat sedih?" "Yah, tidak?" "Oh, begitu?"
"Semua orang tentu bisa sedih kadang-kadang."
"Maksud Anda karyawan-karyawan lain harus menemui psikolog perusahaan?"
"Oh, tentu. Mereka membuatnya cukup sibuk."
Brennan kelihatan terkesan, "Begitu?"
"Ya. Banyak dari mereka punya masalah. Hei, mereka semua kan manusia."
"Tidak ada pertanyaan lain."
"Pertanyaan tambahan dari pembela."
David mendekati boks saksi. "Mr. Miller, Anda mengatakan bahwa beberapa karyawan di bawah supervisi Anda punya masalah. Masalah macam apa?"
"Yah, bisa pertengkaran dengan pacar atau suami"." "Ya?"
"Atau bisa juga masalah keuangan"." "Ya?"
"Atau anak-anak mereka menjengkelkan"." "Dengan kata lain, masalah-masalah domestik yang biasa dihadapi kita semua?" "Ya."
"Tapi tak seorang pun mendatangi Dr. Speakman karena berpikir mereka sedang dikuntit atau karena berpikir ada orang yang mengancam untuk membunuh mereka?"
"Tidak." "Terima kasih."
Sidang dihentikan untuk makan siang.
David masuk ke mobilnya dan mengendarainya menembus taman, depresi. Sidang ini tidak mulus. Para dokter tidak bisa memutuskan apakah MPD ada atau tidak. Jika mereka tidak bisa sepakat, pikir David, bagaimana aku bisa membuat juri sepakat" Aku tak bisa membiarkan sesuatu terjadi pada Ashley. Tak bisa. Ia sudah hampir tiba di Harold"s Cafe, restoran dekat gedung pengadilan. Diparkirnya mobilnya dan ia masuk. Pelayan tersenyum menyambutnya.
"Selamat sore, Mr. Singer."
Ia terkenal. Dalam konteks negatif"
"Ke sini, silakan." Ia mengikuti pelayan itu ke meja bersekat dan duduk. Pelayan mengangsurkan; menu, tersenyum lagi, dan pergi, pinggulnya bergoyang provokatif. Cipratan ketenaran, pikir David masam.
Ia tidak lapar, tapi terngiang di telinganya suara Sandra, "Kau harus makan agar kuat."
Ada dua laki-laki dan dua wanita duduk di booth di sebelahnya. Salah seorang dari laki-laki itu berkata, "Dia jauh lebih parah dari Lizzie Borden. Borden cuma membunuh dua orang."
Laki-laki yang satunya menambahkan, "Dan dia tidak mengebirinya."
"Menurutmu apa yang akan mereka lakukan terhadapnya?"
"Apa maksudmu" Dia kan pasti akan dihukum mati."
"Sayang sekali jagai perempuan ini tidak bisa dihukum mati tiga kali."
Begitulah pendapat umum, pikir David. Ia menduga kalau berjalan keliling restoran, ia akan mendengar komentar yang sama dalam berbagai variasi. Sungguh membuat stres. Brennan telah membentuk Ashley menjadi monster. Terngiang lagi suara Quiller, "Kalau kau tidak mengajukannya ke boks saksi, itulah kesan yang akan dibawa para juri dalam benak mereka waktu mereka masuk ke ruang juri untuk menentukan vonis."
Aku harus mengambil kesempatan ini. Aku harus membiarkan para juri melihat sendiri bahwa Ashley mengatakan yang sebenarnya.
Pelayan berada di sampingnya lagi. "Anda siap untuk pesan, Mr. Singer?"
"Saya berubah pikiran," kata David. "Saya tidak lapar." Saat bangkit dan berjalan meninggalkan restoran, ia bisa merasakan berpasang-pasang mata sinis, penuh ancaman, mengikutinya. Mudah-mudahan saja mereka tidak membawa senjata, pikir David.
Bab 20 KETIKA kembali ke gedung pengadilan, David mengunjungi Ashley di selnya. Ashley duduk di dipan kecil, menatap kosong ke lantai. "Ashley."
Ia mendongak, sinar matanya putus asa.
David duduk di sampingya. "Kita harus bicara."
Ashley mengawasinya, diam saja.
"Hal-hal mengerikan yang mereka katakan tentang kau" tak satu pun benar. Tapi para juri tidak tahu itu. Mereka tidak mengenalmu. Kita harus membiarkan mereka melihat orang seperti apa sebenarnya kau."
Ashley menatapnya dan bertanya lesu, "Orang seperti apa aku?"
"Kau orang baik yang sakit. Mereka akan bersimpati padamu."
"Kau ingin aku melakukan apa?"
"Aku ingin kau maju ke boks saksi dan memberi kesaksian."
Ashley menatapnya, ngeri. "Aku?aku tak bisa. 1 Aku tak tahu apa-apa. Aku tak bisa cerita apa-apa 1 pada mereka."
"Biar aku yang menanganinya. Yang harus kaulakukan hanyalah menjawab pertanyaan-pertanyaan- \ ku."
Seorang petugas datang ke sel. "Sidang akan J segera dimulai."
David bangkit dan meremas tangan Ashley. "Akan berhasil. Lihat saja nanti."
"Semua berdiri. Sidang sekarang dibuka. Yang Mulia Hakim Tessa Williams memimpin sidang peradilan Rakyat Negara Bagian California Versus Ashley Patterson."
Hakim Williams duduk di kursinya.
David bertanya, "Bolehkah saya menghadap Anda?"
"Boleh." Mickey Brennan ikut maju bersama David. "Ada apa, Mr. Singer?"
"Saya ingin memanggil saksi yang tidak tercantum dalam daftar."
Brennan berkata, "Sudah terlambat sekali untuk mengajukan saksi baru."
"Saya ingin mengajukan Ashley Patterson sebagai saksi saya berikutnya."
Hakim Williams berkata, "Saya kira tidak?"
Mickey Brennan cepat menukas, "Negara tidak berkeberatan, Yang Mulia."
Hakim Williams memandang kedua pengacari
itu. "Baiklah. Anda boleh memanggil saksi Anda, Mr. Singer."
"Terima kasih, Yang Mulia." Ia mendekati Ashley dan mengulurkan tangannya. "Ashley?" Ashley panik.
"Kau harus." WSm
- Ashley bangkit, jantungnya berdegup keras, dan pelan-pelan ia berjalan ke boks saksi.
Mickey Brennan berbisik kepada Eleanor, "Aku sudah berharap sekali Singer memanggilnya." Eleanor mengangguk. "Habis sudah." Ashley Patterson diambil sumpahnya oleh petugas pengadilan. "Anda bersumpah demi Tuhan, untuk mengatakan yang sebenarnya, seluruh kebenaran, dan hanya kebenaran saja?"
"Saya bersumpah." Suaranya hanya berupa bisikan. Ashley duduk di kursinya di boks saksi.
David mendekatinya. Ia berkata lembut, "Aku tahu ini sangat sulit untukmu. Kau telah dituduh melakukan tindak pidana mengerikan yang tidak kaulakukan. Yang kuinginkan adalah, para juri mengetahui yang sebenarnya. Apakah kau ingat pernah melakukan salah satu dari tindak pidana itu?"
Ashley menggeleng. "Tidak."
David melirik para juri, kemudian meneruskan. "Kau kenal Dennis Tibbie?"
"Ya. Kami sama-sama bekerja di Global Computer Graphics Corporation."
"Kau punya alasan untuk membunuh Dennis Tibbie?"
"Tidak." Susah bagi Ashley untuk bicara. "Saya? saya ke apartemennya untuk memberinya nasihat I yang dimintanya dari saya dan itulah terakhir kalinya saya melihatnya."
"Kau kenal Richard Melton?"
"Tidak?" "Dia pelukis. Dia dibunuh di San Francisco. Polisi menemukan bukti DNA dan sidik jarimu di sana."
Ashley menggeleng kuat-kuat. "Saya?saya tidak tahu harus mengatakan apa. Saya tidak mengenalnya!"
"Kau kenal Deputi Sam Blake?" "Ya. Dia membantu saya. Saya tidak membunuh-. nya!"
"Apakah kau sadar bahwa kau punya dua kepribadian lain, atau alter, dalam dirimu, Ashley?" "Ya." Suaranya tegang. "Kapan kau tahu ini?"
"Sebelum sidang. Dr. Salem yang memberitahu saya. Saya tidak bisa mempercayainya. Sampai saat irri pun tidak. Sungguh?sungguh mengerikan."
"Sebelumnya kau tidak tahu tentang alter-alter ini."
"Tidak." "Kau tidak pernah mendengar nama Toni Prescott dan Alette Peters?" "Tidak!"
"Apakah kau sekarang percaya bahwa mereka ada dalam dirimu?" "Ya" saya harus mempercayainya. Mereka
298 pastilah telah melakukan?melakukan perbuatan yang mengerikan itu"."
"Jadi kau sama sekali tak ingat pernah ketemu Richard Melton, kau tak punya alasan untuk membunuh Dennis Tibbie ataupun Deputi Blake, yang berada di apartemenmu untuk melindungimu?"
"Betul." Mata Ashley menyapu ruang pengadilan yang penuh sesak, dan ia merasa panik.
"Pertanyaan terakhir," kata David. "Pernahkah kau berurusan dengan hukum?"
"Belum pernah."
David meletakkan tangannya di atas tangan Ashley. "Cukup sekian dulu." Ia menoleh kepada Mickey Brennan. "Saksi Anda."
Brennan bangkit, senyum lebar menghiasi wajahnya. "Wah, Miss Patterson, kami akhirnya bisa bicara dengan Anda sekalian. Pernahkah Anda, entah kapan, berhubungan seks dengan Dennis Tibbie?"
"Tidak." "Pernahkah Anda berhubungan seks dengan Richard Melton?" "Tidak."
"Pernahkah Anda, entah kapan, berhubungan seks dengan Deputi Samuel Blake?"
"Tidak." "Menarik sekali." Brennan mengerling para juri. "Karena cairan vagina Anda ditemukan di tubuh ketiga laki-laki itu. Tes DNA-nya juga cocok dengan DNA Anda."
"Saya" saya tidak tahu-menahu soal itu."
299 "Mungkin Anda dijebak. Mungkin ada setan yang mengambilnya?" "Keberatan! Itu argumentatif." "Ditolak."
"?dan menaruhnya di tiga tubuh yang ditusuk-tusuk itu. Apakah Anda punya musuh yang bisa melakukan hal semacam itu pada Anda?"
"Saya" tidak tahu."
"Lab sidik jari FBI mengecek sidik jari yang ditemukan polisi di tempat-tempat pembunuhan itu. Dan saya yakin ini akan mengejutkan Anda?"
"Keberatan." "TWterima. Hati-hati, Mr. Brennan." "Ya, Yang Mulia."
Puas, David pelan-pelan duduk lagi. Ashley sudah nyaris histeris. "Alter saya pastilah?"
"Sidik jari di ketiga tempat pembunuhan adalah sidik jari Anda." Ashley diam saja.
Brennan berjalan ke sebuah meja, mengambil pisau daging yang dibungkus kertas kaca dan mengangkatnya. "Anda mengenali ini?"
"Itu?itu bisa saja salah satu" salah satu?"
"Salah satu pisau Anda" Memang. Ini sudah dijadikan barang bukti. Noda di pisau ini diidentifikasi sebagai darah Deputi Blake. Sidik jari Anda ada di senjata pembunuh ini."
Ashley tanpa sadar menggeleng-geleng.
"Belum pernah saya melihat kasus pembunuhan berdarah dingin yang sejelas ini, ataupun pembelaan
J yang selemah ini. Bersembunyi di balik dua karak-I ter imajinatif yang sebenarnya tidak ada merupakan
hal yang sangat?" David berdiri lagi. "Keberatan." "Diterima. Sudah saya peringatkan, Mr. Brennan." "Maaf, Yang Mulia."
Brennan meneruskan. "Saya yakin para juri ingin bertemu dengan karakter-karakter yang Anda sebut-sebut tadi. Anda Ashley Patterson, betul?"
"Ya?" "Baik. Saya ingin bicara dengan Toni Prescott." "Saya" saya tidak bisa memanggilnya." Brennan memandangnya keheranan. "Tidak bisa" Benar"! Yah, kalau begitu, bagaimana kalau Alette
Peters?" Ashley menggeleng putus asa. "Saya" saya tidak menguasai mereka."
"Miss Patterson, saya mencoba membantu Anda," kata Brennan. "Saya ingin menunjukkan kepada para juri alter-alter Anda yang membunuh dan memutilasi tiga laki-laki tak bersalah. Panggil mereka!" "Saya" saya tidak bisa." Ashley terisak-isak. "Anda tak bisa karena mereka tidak ada! Anda bersembunyi di belakang hantu. Anda satu-satunya yang duduk di boks saksi dan Andalah satu-satunya yang bersalah. Mereka tidak ada, tapi Anda ada, dan akan saya katakan apa lagi yang ada? bukti-bukti yang tak bisa dibantah dan tak Bisa disangkal bahwa Anda telah membunuh ketiga laki-laki itu dan dengan darah dingin mengebiri
mereka." Ia berpaling kepada Hakim Williams. j "Yang Mulia, cukup sekian."
David menoleh memandang para juri. Mereka j semua menatap Ashley dan wajah-wajah mereka tampak jijik.
Hakim Williams memandang David. "Mr. Singer?"
David berdiri. "Yang Mulia, saya minta izin agar tertuduh boleh dihipnotis supaya?"
Hakim Williams menukas kaku, "Mr. Singer, sebelumnya Anda sudah saya peringatkan bahwa saya tidak mau sidang ini diubah jadi pertunjukan. Anda tidak boleh menghipnotisnya di ruang sidang saya. Jawabnya tidak."
David berkeras, "Anda harus mengizinkannya. Anda tak tahu betapa pentingnya?"
"Cukup, Mr. Singer." Suaranya sedingin es. "Untuk kedua kalinya saya menyatakan Anda melakukan penghinaan terhadap pengadilan. Anda ingin menanyai ulang saksi atau tidak?"
David frustrasi. "Ya, yang Mulia." Ia berjalan ke boks saksi. "Ashley, kau tahu kau di bawah sumpah?"
"Ya." Ashley berkali-kali menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri.
"Dan semua yang kaukatakan setahumu adalah kebenaran?"
"Ya." "Kau tahu bahwa ada dua alter dalam pikiran dan tubuh dan jiwamu, yang tak bisa kautendaJikan?" "Ya."
"Toni dan Alette?" "Ya."
"Kau tidak melakukan salah satu dari pembunuhan mengerikan itu?" "Tidak."
"Salah satu dari altermu yang melakukannya dan kau tidak bertanggung jawab atas itu."
Eleanor memandang Brennan dengan pandangan penuh tanya, tetapi Brennan tersenyum dan menggeleng. "Biarkan saja dia gantung diri," bisiknya.
"Helen?" David berhenti, wajahnya langsung pucat karena lidahnya terpeleset tadi. "Maksudku, Ashley" aku ingin kau membiarkan Toni muncul."
Ashley memandang David dan menggeleng tak berdaya. "Aku?aku tak bisa," bisiknya.
David berkata, "Bisa, kau bisa. Toni mendengarkan kita sekarang ini. Dia menikmati ini semua, dan kenapa tidak" Dia berhasil lolos dari hukuman setelah membunuh tiga orang." David mengeraskan suaranya. "Kau pintar sekali, Toni. Keluarlah dan sapa kami. Tak seorang pun bisa menyentuhmu karena Ashley tidak bersalah, dan mereka harus menghukumnya kalau mau menghukummu."
Semua orang dalam ruang sidang memandang David. Ashley duduk membeku.
David mendekatinya. "Toni! Toni, bisakah kau mendengarku" Aku ingin kau keluar. Sekarang?"
Ia menunggu sejenak. Tak ada yang terjadi. Di-keraskannya lagi suaranya. "Toni. Alette! Keluar. Kami semua tahu kalian ada d, situ!
Ruang sidang sunyi senyap.
David kehilangan kontrol diri. Ia berteriak-teriak, -"Keluar. Tunjukkan diri kalian". Brengsek! Keluar! Sekarang!"
Air mata Ashley bercucuran.
Hakim Williams berkata marah, "Datang ke meja hakim, Mr. Singer."
Pelan-pelan David berjalan ke meja hakim.
"Sudah selesaikah Anda mendesak klien Anda, Mr. Singer" Saya akan melaporkan sikap Anda pada asosiasi pengacara negara bagian. Sikap Anda sungguh mempermalukan profesi Anda, dan saya akan merekomendasikan agar Anda dipecat."
David tak punya jawaban. "Masih ada saksi yang akan Anda panggil?"
David menggeleng kalah. "Tidak, Yang Mulia."
Usai sudah. Ia sudah kalah. Ashley akan mati.
"Sidang ditunda."
Joseph Kincaid duduk di baris paling belakang ruang sidang, menonton, wajahnya suram. Ia menoleh kepada Harvey Udell. "Singkirkan dia." Kincaid bangkit dan pergi.
Udell menghentikan David ketika meninggalkan mang sidang.
"David?" "Halo, Harvey,"
"Aku ikut prihatin dengan jalannya sidang ini." "Bukan?"
"Mr. Kincaid sebetulnya tidak ingin melakukan
ini, tapi, yah, dia pikir lebih baik jika kau tidak kembali ke biro. Semoga sukses."
Begitu melangkah ke luar ruang sidang, David segera dikerumuni kamera TV dan reporter yang berteriak-teriak. "Anda mau mengeluarkan pernyataan, Mr.
Singer?"" "Kami dengar Hakim Williams mengatakan izin praktek Anda akan dicabut"."
"Hakim Williams mengatakan beliau akan menangkap Anda dengan tuduhan menghina pengadilan. Menurut Anda??"
"Menurut para ahli Anda sudah kalah dalam kasus ini. Apakah Anda merencanakan untuk mengajukan?""
"Ahli-ahli hukum kami mengatakan bahwa klien Anda akan dijatuhi hukuman mati?" "Sudahkah Anda membuat rencana untuk masa
depan?"" David masuk ke mobilnya tanpa mengucapkan
sepatah kata pun dan segera pergi.
Bab 21 DALAM benaknya ia mengubah skenario peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, berkali-kali, tak ada habisnya.
Saya melihat berita pagi, Dr. Patterson. Tak bisa saya katakan, betapa saya ikut prihatin.
Ya. Memang mengejutkan. Aku butuh bantuanmu, David.
Tentu saja. Apa saja yang bisa saya lakukan.
Aku ingin kau membela Ashley.
Tidak bisa. Saya bukan pengacara pidana. Tapi saya bisa merekomendasikan pengacara hebat. Jesse Quiller.
Bagus. Terima kasih, David".
Kau anak muda yang tak sabaran, ya. Pertemuan kita dijadwalkan pukul lima nanti. Nah, aku punya kabar baik bagimu. Kami mengangkatmu menjadi partner.
Kau minta bertemu denganku"
Ya, Yang Mulia. Mereka membicarakan persidangan ini di Internet, dan mereka sudah memvonis terdakwa. Ini prasangka tidak benar, karena itu, saya mengajukan mistrial, memohon sidang dihentikan.
Kurasa ini alasan bagus sekali untuk meng-. hentikan sidang, Mr. Singer. Saya kabulkan".
Permainan getir yang bernama "seandainya?".
Keesokan paginya, sidang dilanjutkan.
"Apakah Jaksa Penuntut siap menyampaikan argumen penutup?"
Brennan bangkit. Ia berjalan ke boks juri dan memandang para juri satu per satu.
"Anda sekalian bisa mengukir sejarah di sini. Jika Anda percaya bahwa terdakwa benar-benar terdiri atas beberapa orang yang berlainan dan dia tidak bertanggung jawab untuk perbuatannya, untuk perbuatan pidana mengerikan yang telah dilakukannya, dan Anda membiarkannya lolos, maka itu sama artinya dengan Anda mengatakan bahwa siapa saja bisa lolos dari hukuman melakukan pembunuhan, hanya dengan menyatakan bahwa mereka tidak melakukannya, bahwa alter ego misterius yang melakukannya. Mereka bisa merampok, memperkosa, dan membunuh, dan apakah mereka bersalah" Tidak. "Saya tidak melakukannya. Alter ego saya yang melakukannya." Ken atau Joe atau Suzy atau siapa pun nama mereka. Nah, saya rasa Anda
sekalian terlalu pintar untuk jatuh ke dalam fantasi seperti itu. Realitasnya ada di foto-foto yang pernah Anda lihat. Orang-orang itu tidak dibunuh oleh alter ego. Mereka semua dengan sengaja, penuh perhitungan, secara keji dibunuh oleh terdakwa yang duduk di meja itu, Ashley Patterson. Para juri yang terhormat, apa yang dicoba lakukan oleh pembela dalam sidang ini pernah dicoba sebelumnya Dalam Mann Versus Teller, putusannya adalah adanya MPD tidaklah per se?dengan sendirinya? berarti terdakwa dibebaskan. Dalam kasus United States Versus Whirley, perawat yang membunuh seorang bayi menyatakan bahwa dia menderita MPD. Pengadilan memvonisnya bersalah.
"Anda tahu, saya hampir merasa kasihan kepada terdakwa. Bayangkan saja, ada karakter-karakter seperti itu dalam dirinya. Saya yakin tak seorang pun dari kita menginginkan serombongan orang asing giia berseliweran dalam diri kita, kan" Berkeliaran membunuh dan mengebiri orang-orang. Saya pasti ketakutan."
Ia menoleh memandang Ashley. "Terdakwa tidak kelihatan takut, ya" Tidak takut, sehingga dia masih bisa memakai gaun bagus, menyisir rambut dengan rapi, dan memakai makeup. Dia sama sekali tidak kelihatan takut. Dia mengira Anda akan mempercayai ceritanya dan membiarkan dia bebas. Tak seorang pun bisa membuktikan apakah kepribadian ganda ini benar-benar ada, jadi kita harus memutuskan sendiri.
Ceritakan Mimpi-mimpimu Tell Me Your Dreams Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Terdakwa menyatakan bahwa karakter-karakter
ini muncul dan menguasainya. Coba kita fihaW ada Toni; dia dilahirkan di Inggris. Dan Alette; dia dilahirkan di Italia. Mereka semua orang yang sama. Cuma saja mereka dilahirkan di negara yang berbeda, pada waktu yang berbeda. Apakah itu membingungkan Anda" Saya tahu itu membingungkan saya. Saya sudah memberi kesempatan kepada terdakwa untuk mengizinkan kita melihat alter-alternya, tapi dia tidak menerima tawaran saya. Saya bertanya-tanya sendiri, kenapa" Mungkinkah karena alter-alter itu sebetulnya tidak ada?" Apakah hukum California mengakui MPD sebagai kondisi mental" Tidak. Hukum Colorado" Tidak. Mississippi" Tidak. Hukum federal" Tidak. Bahkan, tak ada negara bagian yang mengkonfirmasikan MPD sebagai pembelaan yang sah. Kenapa" Karena MPD bukanlah pembelaan. Para juri yang terhormat, MPD adalah alibi fiktif untuk menghindari hukuman".
"Yang diminta terdakwa untuk dipercaya Anda sekalian adalah bahwa ada dua orang yang hidup dalam dirinya, sehingga tak seorang pun bertanggung jawab untuk perbuatan pidana yang telah dilakukannya. Tetapi hanya ada satu terdakwa yang duduk dalam ruang sidang ini?Ashley Patterson. Kita telah membuktikan tanpa keraguan lagi bahwa dia adalah pembunuh. Tetapi dia menyatakan bahwa dia tidak melakukannya. Pembunuhan itu dilakukan oleh orang lain, orang lain yang meminjam tubuh-nva untuk membunuh orang-orang yang tak ber-y . oitprnva. Bukankah menyenangkan
salah?alter-aitemr sekali jika kita semua punya alter, seseorang yang bisa melaksanakan hal-hal yang diam-diam sebetulnya ingin kita lakukan, tetapi tak bisa karena tidak diizinkan masyarakat" Atau mungkin juga tidak: Apakah Anda ingin hidup di dunia di mana orang-orang bisa berkeliaran dan membunuhi orang lain dan berkata, "Anda tak bisa menghukumku, alterku yang melakukannya" dan "Anda tak bisa menghukumaalterku, karena alterku sebetulnya aku sendiri?"
"Tetapi sidang ini bukan tentang tokoh dongeng yang tidak ada. Terdakwa, Ashley Patterson, diajukan ke sidang ini karena telah melakukan tiga pembunuhan sadis dan berdarah dingin, dan negara menuntutnya agar dijatuhi hukuman mati. Terima kasih."
Mickey Brennan kembali ke tempat duduknya. "Apakah pembela sudah siap untuk mengemukakan argumen penutup?"
David berdiri. Ia berjalan ke boks juri dan menatap wajah-wajah para juri, dan yang dilihatnya mematahkan semangat. "Saya tahu ini kasus yang sulit bagi semua. Anda sekalian sudah mendengar ahli-ahli mengatakan mereka telah merawat pasien berkepribadian ganda, dan Anda telah mendengar ahli-ahli lainnya mengatakan bahwa kepribadian ganda itu tidak ada. Anda bukan dokter, jadi tak seorang pun mengharap putusan Anda didasarkan pada pengetahuan medis. Saya ingin minta maaf kepada Anda semua jika sikap saya kemarin kasar dan tidak sopan. Saya berteriak kepada Ashley
Patterson hanya karena saya ingin memaksa alternya menampakkan diri. Saya sudah bicara dengan kedua alter itu. Saya tahu mereka ada. Toni dan Alette benar-benar ada, dan mereka bisa mengontrol Ashley kapan saja mereka mau. Ashley sendiri sama sekali tak tahu soal pembunuhan itu.
"Sudah saya sampaikan pada -awal sidang ini, bahwa untuk menjatuhkan vonis pembunuhan tingkat pertama pada seseorang, harus ada bukti fisik dan motif. Di sini tidak ada motif, para juri yang terhormat. Sama sekali tak ada. Dan hukum mengatakan bahwa pihak penuntut harus membuktikan terdakwa memang bersalah tanpa keraguan sedikit pun. Saya yakin Anda sekalian setuju bahwa dalam kasus ini, ada keraguan yang masuk akal.
"Sejauh menyangkut bukti, pembela tidak mempersoalkannya. Sidik jari dan DNA Ashley Patterson memang ada di semua tempat pembunuhan. Tetapi justru fakta bahwa sidik jari dan DNA itu ditemukan di sana seharusnya membuat kita berpikir. Ashley Patterson adalah wanita muda yang pandai. Jika dia melakukan pembunuhan dan tidak ingin tertangkap, apakah dia akan begitu bodohnya sehingga meninggalkan sidik jarinya di semua tempat" Jawabnya tidak."
David meneruskan sampai sekitar setengah jam lagi. Pada akhir pembelaannya, ia memandang wajah para juri dan ia gelisah. Ia duduk.
Hakim Williams menoleh kepada para juri. "Sekarang saya ingin memberi petunjuk kepada Anda sekalian tentang penerapan hukum untuk kasus
ini. Mohon didengarkan baik-baik." Ia berbicara -selama dua puluh menit, menjelaskan dengan terperinci apa yang dapat diterima dan diperbolehkan secara hukum.
"Jika ada pertanyaan, atau Anda menginginkan bagian mana saja dari kesaksian tadi dibacakan ulang, petugas pengadilan akan melakukannya. Para juri dipersilakan berunding. Sidang ditunda sampai para juri kembali untuk menyerahkan putusan mereka."
David mengawasi para juri berendeng meninggalkan boks juri dan masuk ke ruang juri. Makin lama waktu yang dibutuhkan para juri, kans kami makin bagus, pikir David.
Para juri kembali 45 menit kemudian.
David dan Ashley memandang para juri yang berjalan masuk dan duduk di kursi mereka di kotak juri. Wajah Ashley beku tanpa ekspresi. David sendiri berkeringat dingin.
Hakim Williams memandang ketua juri. "Apakah para juri sudah mengambil putusan?" "Sudah, Yang Mulia." "Silakan diserahkan kepada bailiff" Bailiff membawa secarik kertas itu kepada Hakim. Hakim Williams membuka lipatannya. Ruang sidang sunyi senyap.
Bailiff mengembalikan kertas itu kepada ketua juri.
"Silakan bacakan putusannya."
Dengan perlahan dan mantap, ia membaca, "Dalam kasus Rakyat Negara Bagian California Ver* sus Ashley Patterson, kami, para juri untuk kasus tersebut di atas, berpendapat bahwa terdakwa; Ashley Patterson, bersalah telah membunuh Dennis Tibbie, pelanggaran Penal Code Section 187."
Terdengar desah kaget di ruang sidang. Ashley memejamkan mata rapat-rapat.
"Dalam kasus Rakyat Negara bagian California Versus Ashley Patterson, kami, para juri untuk kasus tersebut di atas, berpendapat bahwa terdakwa, Ashley Patterson, bersalah telah membunuh Deputi Samuel Blake, pelanggaran Penal Code Section 187.
"Dalam kasus Rakyat Negara Bagian California Versus Ashley Patterson, kami, para juri untuk kasus tersebut di atas, berpendapat bahwa terdakwa, Ashley Patterson, bersalah telah membunuh Richard Melton, pelanggaran Penal Code Section 187. Kami, para juri, untuk semua kasus di atas, memutuskan terdakwa bersalah melakukan pembunuhan tingkat pertama."
David sulit bernapas. Ia menoleh ke Ashley, tapi tak bisa berkata apa-apa. Direngkuhnya Ashley ke dalam pelukannya.
Hakim Williams berkata, "Saya akan menanyai para juri."
Satu demi satu para juri berdiri.
"Apakah putusan yang dibacakan merupakan
putusan Anda?" Dan setelah masing-masing mengayakan, Hakim Williams berkata, "Putusan ini akan dicatat." Ia
meneruskan, "Saya mengucapkan terima kasih kepada para juri untuk waktu dan bantuan mereka dalam kasus ini. Tugas Anda selesai. Besok sidang akan membahas soal kewarasan."
David duduk diam, mati rasa, memandang Ashley dibawa pergi.
Hakim Williams bangkit dan berjalan ke ruangannya tanpa menoleh ke arah David. Sikapnya menunjukkan kepada David lebih jelas daripada kata-kata, apa putusannya besok pagi. Ashley akan dijatuhi hukuman mati.
Sandra menelepon dari San Francisco. "Kau baik-baik saja, David?"
Ia berusaha terdengar riang. "Ya. Aku baik. Bagaimana kau?"
"Aku baik. Aku mengikuti berita TV. Hakim tidak adil terhadapmu, seharusnya izin praktekmu tidak dicabut. Kau kan hanya mencoba membantu klienmu."
Ia tak bisa menjawab. "Aku ikut sedih, David. Ingin rasanya aku bersamamu. Aku bisa naik mobil ke sana dan?"
"Jangan," kata David. "Jangan ambil risiko. Kau sudah ke dokter hari ini?"
"Sudah." "Apa katanya?" "Sebentar lagi. Bisa kapan saja." Selamat datang, Jeffrey.
Jesse Quiller menelepon. "Aku ceroboh," kata David. "Siapa bilang. Kau mendapat hakim yang salah. Apa yang kaulakukan, sampai dia sekejam itu
padamu?" David berkata, "Dia menginginkan tawar-me-! nawar. Dia tak mau kasus ini disidangkan. Mungkin i seharusnya aku mendengarkannya."
Semua saluran televisi menyiarkan kejatuhannya. Ia menonton ahli hukum salah satu jaringan televisi mendiskusikan kasus itu.
"Belum pernah saya mendengar pembela yang berteriak-teriak pada kliennya. Harus saya katakan^ semua yang hadir dalam sidang terperangah. Itu salah satu peristiwa paling memalukan?"
David mematikan TV. Di mana salahnya" Hidup ini seharusnya berakhir manis. Karena aku ceroboh, Ashley akan mati, izin praktekku akan dicabut, bayi kami akan lahir setiap saat, dan aku tak punya pekerjaan.
Ia duduk di kamar hotelnya tengah malam itu, menatap kegelapan. Itu saat paling buruk dalam hidupnya. Adegan terakhir di ruang sidang itu muncul lagi dalam benaknya. "Anda tak bisa menghipnotisnya dalam ruang sidang saya. Jawabnya tidak."
Kalau saja dia mengizinkanku menghipnotis Ashley di boks saksi, aku tahu Ashley akan meyakinkan para juri. Terlambat sudah. Semuanya
sudah berakhir. Dan satu suara kecil dalam benaknya terus membantah, Siapa bilang sudah berakhir" Kan pengadilan belum final. Wj&*
Tak ada lagi yang bisa kulakukan.
Klienmu tidak bersalah. Apakah kau akan membiarkannya mati"
Jangan ganggu aku. Kata-kata Hakim William"s terngiang terus dalam kepalanya. "Anda tidak boleh menghipnotisnya dalam ruang sidang saya."
Dan empat kata itu mengiang terus-^dalam ruang sidang saya.
Pukul lima esok paginya, David dua kali menelepon dengan tegang, telepon urgen. Saat ia selesai, matahari muncul di ufuk timur. Pertanda yang baik, pikir David. Kami akan menang.
Tak lama kemudian, David bergegas ke sebuah toko barang antik.
Pegawai toko mendekatinya. "Bisa saya bantu, Sir?" Ia mengenali David. "Mr. Singer?" "Saya mencari layar gulung Cina. Anda punya?" "Ya, kami punya. Kami tidak punya layar yang benar-benar antik, tapi?"
"Coba lihat apa yang Anda punya." "Silakan." Diajaknya David ke bagian di mana ada beberapa layar gulung Cina, Si pegawai menunjuk layar yang pertama. "Nah, yang ini?" "Saya beli," kata David.
"Baik, Sir. Ke mana harus saya kirim?" 3 "Akan saya bawa sendiri."
Perhentian David berikutnya adalah toko peralatan. Di sana ia membeli pisau Swiss Army. Seperempat jam kemudian, ia memasuki lobi gedung pengadilan menenteng layar. Ia berkata pada penjaga, "Saya telah mengatur untuk mewawancarai Ashley Patterson. Saya sudah mendapat izin untuk menggunakan kantor Hakim Goldberg. Beliau hari ini tidak ada."
Penjaga itu berkata, "Ya, Sir. Semuanya sudah siap. Saya akan minta terdakwa dibawa ke atas. Dr. Salem dan satu orang lainnya sudah menunggu di sana."
"Terima kasih."
Penjaga itu mengawasi David menenteng layar gulungnya ke dalam lift. Orang sinting pikirnya.
Ruang kantor Hakim Goldberg adalah ruang nyaman dengan meja menghadap ke jendela, kursi putar, dan di dekat salah satu dinding ada sofa dan beberapa kursi. Dr. Salem dan seorang pria lak sedang berdiri dalam ruangan ketika David masuk.
"Maaf, aku terlambat," kata David.
Dr. Salem berkata, "Ini Hugh Iverson. Dia ahli yang kauminta."
Kedua laki-laki itu berjabat tangan. "Ayo kita segera bersiap," kata David. "Ashley sedang dalam perjalanan kemari."
Ia menoleh kepada Hugh Iverson dan menunjuk
ke salah satu sudut ruangan. "Bagaimana kalau di
situ?" "Baik."
Ia mengawasi Iverson yang mulai bekerja. Beberapa menit kemudian, pintu terbuka dan Ashley masuk bersama seorang penjaga.
"Aku harus berada di ruangan ini," kata si penjaga.
David mengangguk. "Tidak apa-apa." Ia berpaling kepada Ashley. "Duduklah."
Diawasinya Ashley duduk. "Pertama-tama, aku ingin mengatakan padamu, betapa prihatinnya aku akan jalannya sidang."
Ashley mengangguk, nyaris linglung.
"Tapi sidang belum selesai. Kita masih punya kesempatan."
Ashley memandangnya dengan mata tak percaya.
"Ashley, aku ingin Dr. Salem menghipnotismu lagi;"
"Tidak. Untuk apa?"
"Lakukanlah untukku. Maukah kau?"
Ia mengangkat bahu. David mengangguk kepada Dr. Salem.
Dr. Salem berkata kepada Ashley, "Kita sudah melakukan ini sebelumnya, jadi kau tahu yang harus kaulakukan hanyalah memejamkan matamu dan rileks. Santai saja. Rasakan otot-otot tubuhmu mengendur. Yang kauinginkan hanyalah tidur. Kau mengantuk sekali"." Sepuluh menit kemudian, Dr. Salem memandang
David dan berkata, "Dia sudah di bawah pengaruh
hipnotis." David mendekati Ashley, jantungnya berdegup
kencang. "Aku mau bicara dengan Toni." Tak ada reaksi.
David mengeraskan suaranya. "Toni, aku ingin kau keluar. Kau dengar aku" Alette" aku ingin kalian berdua bicara padaku."
Sunyi. David berteriak-teriak sekarang. "Kenapa sih kalian ini" Kalian takut" Itu kan yang terjadi di mang sidang" Kalian sudah dengar apa yang dikatakan juri" Ashley bersalah. Kalian tidak berani muncul. Kau pengecut, Toni!"
Mereka menatap Ashley. Tak ada reaksi. David memandang Dr. Salem dengan putus asa. Tak akan berhasil.
"Sidang dibuka. Dipimpin Yang Mulia Hakim Tessa
Williams." Ashley duduk di meja terdakwa di sebelah David. Tangan David dibebat perban besar. David berdiri. "Bolehkah saya datang ke meja
hakim, Yang Mulia?" "Silakan."
David berjalan ke depan. Brennan mengikutinya David berkata, "Saya ingin mengajukan bukti, baru untuk kasus ini." "Jelas tidak bisa," Brennan berkeberatan. Hakim Williams menoleh kepadanya dan berkata,
319 "Biar saya yang memutuskan, Mr. Brennan." Ia
menghadap David lagi. "Persidangan sudah selesai.
Klien Anda sudah di vonis dan?" "Ini ada kaitannya dengan pernyataan ketidakwarasan," kata David. "Yang saya minta hanyalah sepuluh menit waktu Anda."
Hakim Williams berkata berang, "Waktu tidak banyak berarti bagi Anda rupanya, Mr. Singer" Anda sudah membuang-buang waktu banyak orang." Ia mengambil keputusan. "Baiklah. Saya harap ini permintaan terakhir yang akan bisa Anda ajukan ke dalam persidangan. Sidang ditunda selama sepuluh menit."
David dan Brennan mengikuti Hakim ke kantornya.
Hakim Williams berkata pada David, "Saya beri Anda sepuluh menit. Ada apa, Counselor?"
"Saya ingin menunjukkan sepotong film, Yang Mulia."
Brennan berkata, "Aku tak melihat hubungannya dengan?" jiw^
Hakim Williams berkata kepada Brennan, "Saya juga tidak." Ia menoleh kepada David. "Sekarang Anda cuma tinggal punya waktu sembilan menit."
David bergegas menuju pintu yang ke arah selasar dan membukanya. "Masuklah."
Hugh Iverson berjalan masuk, menenteng proyektor enam belas rnili dan layar portabel. "Saya pasang di mana?" David menunjuk ke sudut ruangan; "Di sana."
Mereka memandang pria itu memasang peralatannya .dan menancapkan steker proyektor.
"Boleh saya tutup tirainya?" tanya David.
Sulit sekali bagi Hakim Williams untuk mengontrol kemarahannya. "Ya, silakan, Mr. Singer." Ia memandang arlojinya. "Waktu Anda tinggal tujuh menit."
Proyektor dinyalakan. Ruangan Hakim Goldberg muncul di layar. David dan Dr. Salem memandang Ashley yang duduk di kursi.
Di layar, Dr. Salem berkata, "Dia sudah di bawah pengaruh hipnotis."
David berjalan mendekati Ashley. "Aku ingin bicara dengan Toni". Toni, aku ingin kau keluar. Kau dengar aku" Alette" Aku ingin kalian berdua bicara padaku."
Sunyi. Hakim Williams duduk dengan wajah tegang, menonton film itu.
David berteriak-teriak sekarang. "Kenapa kalian ini" Apakah kalian ketakutan" Itu kan yang terjadi di ruang sidang" Apakah kalian mendengar apa yang dikatakan juri" Ashley bersalah. Kalian tidak berani keluar. Kau pengecut, Toni!"
Hakim Williams berdiri, "Cukup! Saya sudah pernah melihat pertunjukan memuakkan ini. Waktu Anda habis, Mr. Singer."
"Tunggu," kata David. "Anda belum?"
"Sudah selesai," kata Hakim Williams sambil berjalan menuju pintu.
Tiba-tiba sebuah lagu mengalun memenuhi ruangan.
"A penny for a spool of thread. A penny for a needle. That"s the way the money goes, Pop! goes the weasel."
Tercengang, Hakim Williams menoleh. Ia melihat ke gambar di layar.
Wajah Ashley sudah berubah total. Sudah menjadi Toni.
Toni berkata marah. "Tidak berani muncul di ruang sidang" Kaupikir aku mau keluar hanya karena kausuruh" Pikirmu aku ini apa, kuda poni yang jinak?"
Pelan-pelan Hakim Williams kembali ke dalam ruangan, matanya tak lepas menatap film itu.
"Aku mendengar semua orang bego itu ngoceh ngawur." Ia menirukan salah satu suara mereka, ?"Menurut saya kepribadian ganda itu tidak ada." Idiot. Belum pernah aku?"
Saat mereka mengawasi, wajah Ashley berubah lagi. Ia tampak santai di kursinya, dan wajahnya tampak kemalu-maluan. Dengan aksen Italianya, Alette berkata, "Mr. Singer, saya tahu Anda melakukan yang terbaik yang Anda bisa. Saya ingin muncul di mang sidang dan membantu Anda, tapi dilarang Toni"
Hakim Williams menonton, wajahnya tanpa ekspresi.
Wajah dan suara itu berubah lagi. "Kau betul.
Kularang," kata Toni.
David berkata, "Toni, menurutmu apa yang akan terjadi jika Hakim menjatuhkan vonis hukuman
mati pada Ashley?" "Dia tidak akan menjatuhkan hukuman mati. Ashley bahkan tidak kenal salah satu laki-laki itu.
Ingat?" David berkata, "Tapi Alette kenal semuanya. Kau yang melakukan pembunuhan itu, Alette. Kau berhubungan seks dengan pria-pria itu, dan kemudian kautusuk dan kaukebiri mereka"."
Toni berkata, "Bego benar kau. Kau ini rupanya tidak tahu apa-apa! Alette tak akan pernah punya nyali untuk membunuh. Aku yang melakukannya. Mereka layak mati. Yang mereka inginkan hanyalah seks." Napasnya berat. "Tapi kubuat mereka menerima ganjarannya, kan" Dan tak seorang pun bisa membuktikan aku yang melakukannya. Biar saja Nona Sok Suci itu yang menanggung akibatnya Kami akan pergi ke rumah sakit jiwa yang nyaman dan?"
Di latar belakang, dari balik layar Cina di sudut, terdengar bunyi klik keras. Toni menoleh. "Apa itu?" "Bukan apa-apa," kata David cepat-cepat.
"Cuma?" Toni bangkit dan berlari menuju kamera, sampai wajahnya memenuhi layar. Ia mendorong sesuatu, dan adegan jadi miring; sebagian dan layar Cina
itu muncul di gambar. Di tengahnya telah dibuat sebuah lubang kecil.
"Bangsat Kautaruh kamera di belakang sini," jerit Toni. Ia menoleh ke David. "Brengsek kau, apa yang mau kaulakukan" Kau menjebakku!"
Di atas meja ada pembuka amplop. Toni menyambarnya dan menusukkannya ke arah David, sambil berteriak-teriak, "Kubunuh kau. Kubunuh kau!"
David berusaha menahannya, tapi ia bukan tandingan Toni. Pembuka amplop itu menoreh tangannya
Toni mengangkat tangan untuk menusuk lagi, penjaga berlari kepadanya dan mencoba memeganginya. Toni memukulnya sampai jatuh terjengkang. Pintu terbuka dan seorang petugas berseragam lari masuk. Ketika dilihatnya apa yang terjadi, ia me-" nubruk Toni. Toni menendang selangkangannya dan orang ita jatuh. Dua orang petugas yang lain berlari masuk. Perlu tiga orang untuk mendudukkan Toni di kursinya, dan selama itu ia terus menjerit-jerit memaki-maki mereka.
Darah mengucur dari tangan David. Ia berteriak kepada Dr. Salem, "Demi Tuhan, bangunkan dia."
Dr. Salem berkata, "Ashley" Ashley" dengarkan aku. Kau akan muncul sekarang. Toni sudah pergi. Sudah aman untuk keluar sekarang, Ashley. Aku akan menghitung sampai tiga."
Dan sementara rombongan itu memandang, tubuh Ashley menjadi tenang dan rileks. "Kau bisa mendengarku?" "Ya." Suara Ashley, terdengar seperti dari kejauhan.
"Kau akan bangun pada hitungan ketiga. Satu" dua" tiga" Bagaimana perasaanmu?"
Matanya membuka. "Aku capek sekali. Apa tadi aku mengatakan sesuatu?"
Layar di depan Hakim Williams kosong. David berjalan ke dinding dan menyalakan lampu.
Brennan berkata, "Wah! Pertunjukan yang bukarr main. Kalau ada Oscar untuk?"
Hakim Williams membentaknya, "Diam." _ Brennan memandangnya, kaget.
Sejenak sunyi. Hakim Williams menoleh kepada David. "Counselor."
"Ya?" Sunyi lagi sesaat. "Aku minta maaf pada Anda."
Duduk di kursinya, Hakim Tessa Williams berkata, "Penuntut dan pembela telah sama-sama sepakat akan menerima pendapat psikiater yang sudah memeriksa terdakwa, Dr. Salem. Putusan sidang ini adalah terdakwa tidak bersalah dengan alasan ketidakwarasan. Dia akan dikirim ke tempat perawatan kesehatan mental, agar dapat dirawat. Sidang ditutup."
David berdiri, tenaganya habis. Usai sudah, pikirnya. Akhirnya selesai. Ia dan Sandra bisa memulai hidup mereka lagi.
Ia memandang Hakim Williams dan berkata gembira, "Bayi kami akan segera lahir."
Dr. Salem berkata kepada David, "Aku ingin mengusulkan sesuatu. Aku tak yakin ini dapat dikabulkan, tetapi kalau bisa kauatur, kurasa akan berfaedah bagi Ashley." "Apa itu?"
"Connecticut Psychiatric Hospital sudah menangani lebih banyak kasus MPD daripada tempat mana pun di negara ini. Temanku, Dr. Otto Lewison, kepala rumah sakit itu. Kalau kau bisa mengatur agar pengadilan mengirim Ashley ke sana, kurasa akan sangat menguntungkan."
"Terima kasih," kata David. "Akan kuusahakan sebisa mungkin." 35%^:
Dr.. Steven Patterson berkata kepada David, "Aku-aku tak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih padamu."
David tersenyum. "Tidak perlu. Ini quid pro quo. Ingat?"
"Kau luar biasa. Aku sempat cemas?" "Saya juga."
"Tetapi kead ilan telah ditegakkan. Anakku akan disembuhkan."
"Saya yakin," kata David. "Dr. Salem menyarankan rumah sakit psikiatri di Connecticut. Dokter-dokter mereka terlatih menangani MPD."
Sesaat Dr. Patterson diam. "Kau tahu, Ashley tidak layak mengalami ini. Dia orangnya baik sekali."
"Saya setuju. Saya akan bicara dengan Hakim Williams dan berusaha agar transfer itu dikabulkan."
Hakim Williams berada di kantornya. "Apa yang bisa kulakukan untuk Anda, Mr. Singer?"
"Saya punya satu permohonan."
Hakim Williams tersenyum. "Saya harap bisa saya kabulkan. Apa permohonan Anda?"
David menjelaskan kepada sang hakim apa yang telah disampaikan Dr. Salem kepadanya.
"Yah, itu permohonan yang luar biasa. Kita punya fasilitas psikiatris yang baik di California sini."
David berkata, "Baiklah. Terima kasih, Yang Mulia." Ia berbalik untuk pergi, kecewa.
"Saya belum bilang tidak, Mr. Singer." David berhenti. "Ini permohonan yang luar biasa, tetapi ini juga kasus yang luar biasa."
David menunggu. "Saya rasa saya bisa mengatur agar dia bisa ditransfer." ifer^ftl
"Terima kasih, Yang Mulia. Saya sangat menghargai bantuan Anda."
Di dalam selnya, Ashley berpikir, Mereka sudah menjatuhkan hukuman mati padaku. Hukuman mati yang lama di rumah sakit jiwa penuh dengan orang-orang gila. Lebih baik membunuhku sekarang saja. Ia membayangkan tahun-tahun panjang tanpa harapan, dan mulai terisak.
Pintu sel terbuka, dan ayahnya masuk. Sejenak ia berdiri saja, memandangnya, wajahnya penuh derita.
"Sayang?" Ia duduk di depannya. "Kau akan hidup," katanya.
Ashley menggeleng. "Aku tak mau hidup." "Jangan bilang begitu. Kau punya masalah medis,
tetapi bisa disembuhkan. Dan kau akan disembuhkan. Kalau kau sudah lebih baik, kau akan pulang dan tinggal bersamaku, dan aku akan merawatmu. Tak peduli apa pun yang terjadi, kita akan saling merniliM. Mereka tak bisa merampas itu dari kita."
Ashley duduk diam, tak berkata apa-apa.
"Aku tahu bagaimana perasaanmu sekarang, tapi percayalah padaku, semua itu akan berubah. Gadisku akan kembali kepadaku, sembuh." Pelan-pelan Dr. Patterson bangkit. "Sayang sekali aku harus kembali ke San Francisco." Ia menunggu Ashley mengatakan sesuatu.
Ashley diam saja. "David bilang kau akan dikirim ke pusat psikiatri terbaik di dunia. Aku akan datang mengunjungimu. Kau mauT
Ia mengangguk, tanpa semangat. "Ya."
"Baiklah, Sayang." Diciumnya pipi Ashley dan dipeluknya gadis itu. "Akan kuusahakan agar kau mendapatkan perawatan terbaik di dunia. Aku ingin gadis kecilku kembali."
Ashley memandang ayahnya pergi, dan ia berpikir, Kenapa aku tidak bisa mati sekarang" Kenapa mereka tidak membiarkanku mati"
Sejam kemudian, David datang menemuinya.
"Yah, kita berhasil," katanya. Dipandangnya Ashley dengan cemas. "Kau tak apa-apa?"
"Aku tak mau pergi ke rumah sakit jiwa. Aku ingin mati. Aku tak bisa hidup seperti ini. Tolonglah aku, David. Tolonglah aku." "Ashley, kau akan mendapat pertolongan. Yang
lalu telah berlalu. Kau punya masa depan sekarang. Mimpi burukmu akan segera usai." David menggenggam tangannya. "Ashley, kau telah mempercayaiku sampai sejauh ini. Teruslah mempercayaiku. Kau akan hidup normal lagi." Ia diam saja.
"Katakan "Aku percaya padamu, David.?" Ia menarik napas dalam-dalam. "Aku?aku percaya padamu, David."
David nyengir. "Anak baik. Ini permulaan yang baru untukmu."
Begitu putusan pengadilan disiarkan, media massa gempar. Dalam semalam saja David berubah jadi pahlawan. Ia telah menangani kasus yang mttstaml dan ia menang. David menelepon Sandra. "Sayang, aku?" "Aku tahu, darling. Aku tahu. Aku baru saja melihatnya di TV. Luar biasa, ya. Aku bangga sekali padamu."
"Tak bisa kukatakan betapa leganya aku semua ini sudah selesai. Aku akan pulang malam ini. Aku
sudah tak sabar ingin melihat?" "David?"" "Ya?"
"David" oooh?" "Ya" Ada apa, Sayang?" ?"Oooh" Bayi kita akan lahir"." "Tunggu aku!" teriak David.
Jeffrey Singer lahir dengan berat tubuh firna kilo,
dan dia bayi paling tampan yang pernah dilihajj David.
"Dia persis kau, David."
"Betulkah?" Wajah David berseri-seri.
"Aku senang segalanya berakhir dengan sangat baik," kata Sandra.
David menghela napas. "Ada saat-saat aku tak begitu yakin."
"Aku tak pernah meragukanmu."
David memeluk Sandra dan berkata, "Aku pergi dulu, Sayang. Aku harus membereskan barang-barangku di kantor."
Ketika tiba di kantor Kincaid, Turner, Rose & Ripley, David disambut hangat.
"Selamat, David?"
"Hebat sekali?"
"Kau benar-benar mengalahkan mereka"." David masuk ke ruangannya. Holly sudah tak ada. David mulai membereskan mejanya. "David?"
David menoleh-Joseph Kincaid.
Kincaid mendekatinya dan bertanya, "Apa yang kaulakukan?"
"Aku mengosongkan kantorku. Aku kan sudah dipecat."
Kincaid: tersenyum. "Dipecat" Tentu saja tidak. Tidak, tidak, tidak. Pasti ada kesalahpahaman." Wajah Kincaid berseri "Kami mengangkatmu menjadi partner, Bung. Malah aku sudah mengatur konferensi pers untukmu di sini nanti sore, pukul tiga."
David mendongak menatapnya. "Betulkah?"
Kincaid mengangguk. "Jelas."
David berkata, "Lebih baik batalkan saja. Aku sudah memutuskan untuk kembali ke bidang pidana. Aku sudah ditawari kemitraan oleh Jesse Quiller. Paling tidak kalau kita berhubungan dengan hukum pidana, kita tahu siapa yang sebetulnya penjahat. Jadi, Joey, baby, ambil lagi kemitraan itu dan simpan di tempat matahari tidak bersinar."
Dan David berjalan meninggalkan kantor itu.
Jesse Quiller memandang berkeliling penthouse dan berkata, "Bagus. Rumah ini cocok sekali untuk kalian berdua."
"Terima kasih," kata Sandra. Dari kamar bayi terdengar suara. "Aku tengok Jeffrey dulu." Sandra bergegas ke kamar sebelah.
JessesQuiller mendekat untuk mengagumi pigura perak yang membingkai foto pertama Jeffrey. "Cantik sekali pigura ini. Kau dapat dari mana?"
"Hakim Williams yang kirim."
Jesse berkata, "Aku senang kau kembali, Partner."
"Aku senang kembali bergabung denganmu,
Jesse." "Kau mungkin perlu waktu untuk santai dulu sekarang. Istirahat sebentar?"
"Ya. Kami merencanakan membawa Jeffrey ke Oregon untuk mengunjungi orangtua Sandra dan?"
"Ngomong-ngomong, ada tawaran kasus menarik pagi ini, David. Wanita ini dituduh membunuh dua
. p&a punya perasaan dia tidak bersalah. f^Lnva aku akan ke Washington untuk me-am kasus lain. tapi kupikir kau mungkin bisa btSra dengannya dan kita lihat nanti bagaimana pendapatmu"."
Bab 22 CONNECTICUT PSYCHIATRIC HOSPITAL, 24 kilometer di sebelah utara Westport! dulunya adalah estat Wim Boeker, seorang Belanda kaya raya yang membangun rumah itu tahun 1910. Tanah subur seluas enam belas hektare ini terdiri atas rumah besar, bengkel, kandang, dan kolam renang. Negara membeli properti itu tahun 1925 dan melengkapi rumah itu sehingga bisa mengakomodasi seratus pasien. Pagar tinggi didni-kan mengitari properti itu, dan ada gardu penjaga di gerbang masuk. Semua jendela dipasangi jeruji besi, dan salah satu bagian rumah diperkuat seperti benteng, dijadikan daerah aman untuk menempatkan pasien-pasien berbahaya.
Di kantor Dr. Otto Lewison, direktur klinik psikiatris itu, sedang ada pertemuan. Dr. Gilbert Keller dan Dr. Craig Foster sedang mendiskusikan pasien yang sebentar lagi akan tiba. f]n?^n??
Gilbert Keller berusia empat P^^S . ?f nirane. dan mata tajam sedang, dengan raif "f j3a vang terkenal, kelabu. Ia ahli kepribadian ganda yang
Otto Lewison, pimpinan Connecticut Psychiatric Hospital, berusia tujuh puluhan. Pria kecil, rapi, dengan jenggot lebat dan kacamata jepit.
Dr. Craig Foster sudah bertahun-tahun bekerja sama dengan Dr. Keller dan sekarang sedang menulis buku tentang kepribadian ganda. Mereka bertiga sedang mempelajari catatan tentang Ashley Patterson.
Otto Lewison berkata, "Gadis ini sibuk sekali. Usianya baru 28 dan dia sudah membunuh lima laki-laki." Diliriknya lagi kertasnya. "Dia juga mencoba membunuh pengacaranya."
"Khayalan semua orang," kata Gilbert Keller kering.
Otto Lewison berkata, "Kita akan menempatkan-nya di ruang sekuriti A sampai kita sudah mengevaluasinya secara menyeluruh."
"Kapan dia datang?" tanya Dr. Keller.
Suara sekretaris Dr. Lewison terdengar lewat interkom. "Dr. Lewison, mereka sudah mengantar Ashley Patterson. Apakah Anda ingin dia dibawa ke kantor Anda sekarang?"
"Ya" Lewison mendongak. "Pertanyaanmu terjawab?"
Ceritakan Mimpi-mimpimu Tell Me Your Dreams Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Perjalanan tadi sungguh mengerikan. Setelah sidangnya berakhir, Ashley dibawa kembali ke selnya dan tinggal di sana selama tiga hari, sementara mereka mengatur perjalanannya ke timur.
Bus penjara membawanya ke bandara di Oakland. Di sana sudah ada pesawat yang menunggunya.
Pesawat DC-6 yang sudah diubah, dan merupakan bagian dari jaringan besar Sistem Transportasi Napi Nasional yang dikelola oleh U.S. Marshal Service. Di dalam pesawat itu ada 24 napi, semua dibelenggu tangan dan kakinya.
Ashley diborgol tangannya, dan ketika ia telah duduk, kakinya dibelenggu ke bagian bawah tempat duduknya.
Kenapa mereka melakukan ini padaku" Aku bukan penjahat berbahaya. Aku wanita normal. Dan suara di dalam dirinya berkata, Yang membunuh lima orang tak bersalah.
Para napi di dalam pesawat itu penjahat-penjahat kejam, yang ditahan karena melakukan pembunuhan, perkosaan, perampokan, dan berpuluh tindak kriminal lainnya. Mereka dalam perjalanan ke penjara-penjara top di seluruh negara. Ashley satu-satunya wanita dalam pesawat itu.
Salah satu napi memandangnya dan menyeringai, "Hai, Manis. Sini dong, hangatkan pangkuanku."
"Jangan macam-macam," tegur seorang pengawal.
"Hei! Kau ini sama sekali tak punya jiwa romantis. Cewek ini tidak akan ditiduri untuk? Berapa lama vonismu, Manis?"
Napi lain bertanya, "Kau mau main, Manis" Bagaimana kalau aku pindah ke sebelahmu dan menyelipkan??"
Napi lain lagi membelalak menatap Ashley. "Tunggu!" katanya. "Itu kan cewek yang membunuh lima cowok dan mengebirinya,"
Mereka semua memandang Ashley sekarang.
Itu akhir gangguan mereka.
Dalam perjalanan ke New York, pesawat mendarat dua kali untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Penerbangan yang lama, ada badai, dan manakala mereka mendarat di La Guardia Airport, Ashley mabuk udara.
Dua polisi berseragam sudah menunggunya di landasan ketika pesawat mendarat. Belenggunya dilepas dari kursi pesawat, dan kemudian dia dibelenggu lagi di dalam mobil polisi. Belum pernah Ashley merasa seterhina itu. Karena ia merasa sangat normal, semua itu semakin tak tertahankan. Apakah mereka berpikir ia akan mencoba kabut* atau membunuh orang" Semua itu sudah berakhir, masa lalu. Apa mereka tidak tahu" Ia yakin itu tidak akan pernah terjadi lagi. Ia ingin pergi jauh meninggalkan semua itu. Ke mana saja.
Ia tak tahu kapan dia tertidur dalam perjalanan lama dan membosankan menuju Connecticut itu. Ia terbangun mendengar suara si pengawal. "Kita sudah sampai."
Mereka sudah tiba di gerbang Connecticut Psychiatric Hospital.
Ketika Ashley Patterson dibawa masuk ke ruang Dr. Lewison, dokter itu menyambut, "Selamat datang di Connecticut Psychiatric Hospital, Miss Patterson."
Ashley hanya berdiri, pucat dan diam. Dr. Lewison memperkenalkannya kepada dua
dokter lainnya dan menarik kursi untuknya. "Silakan duduk." Ia memandang si pengawal. "Lepaskan
borgol tangan dan kakinya." Kedua borgol itu dilepas dan Ashley duduk. Dr. Foster berkata, "Saya tahu ini pasti sangat sulit untuk Anda. Kami akan melakukan sebisa kami untuk membuat ini semudah mungkin. Tujuan kami adalah melihat Anda suatu hari nanti meninggalkan tempat ini, sembuh."
Ashley berhasil menemukah suaranya. "Berapa? berapa lama itu?"
Otto Lewison menjawab, "Masih terlalu dini untuk menjawab pertanyaan itu. Jika Anda bisa disembuhkan, bisa butuh waktu lima atau enam tahun."
Setiap kata menyambar Ashley seperti sambaran kilat. "Jika Anda bisa disembuhkan, bisa butuh waktu lima atau enam tahun"."
"Terapinya tidak menakutkan. Terdiri atas sesi kombinasi dengan Dr. Keller?hipnotis, terapi kelompok, terapi seni. Yang penting unmk diingat adalah, kami bukan musuh Anda."
Gilbert Keller mengawasi wajahnya. "Kami di sini untuk membantu Anda, dan kami menginginkan Anda membantu kami melakukan itu." Tak ada lagi yang bisa dikatakan. Otto Lewison mengangguk kepada pengawal. Pengawal itu mendekati Ashley dan memegang
lengannya. "Dia akan mengantar Anda
Craig Post^ ?" ^ ? ke kamar Anda. Kita asm Setelah Ashley meninggalkan ruangan itu, Ott Lewison menoleh kepada Gilbert Keller. "Bagal mana menurutmu?" 1
"Yah, ada keuntungannya. Kita cuma harus menangani dua alter."
Keller mencoba mengingat-ingat. "Paling banyak berapa yang kita punya?"
"Mrs. Beltrand?sembilan puluh alter."
Ashley tak tahu apa yang akan ditemuinya, tapi ia| membayangkan penjara yang gelap dan suram.] Connecticut Psychiatric Hospital ternyata lebih mi A rip klub yang menyenangkan?dengan jeruji besi. "
Sementara si pengawal mengantarnya melewati] lorong-lorong panjang yang cerah, Ashley melihat; para penghuni berjalan-jalan dengan bebas. Mereka dari segala umur, dan mereka semua tampak normal. Kenapa mereka di sini" Beberapa di antara mereka tersenyum padanya dan menyapa, "Selamat pagi," tetapi Ashley terlalu tegang untuk menjawab. Segalanya terasa tak nyata. Ia ada di rumah sakit jiwa. Apakah aku gila"
Mereka tiba di pintu logam besar yang memisahkan sebagian dari bangunan. Penjaga di balik pintu menekan tombol merah dan pintu besar itu terbuka.
"mi Ashley Patterson."
Penjaga itu berkata, "Selamat pagi, Miss Patterson." Mereka membuat segalanya tampak be-"tt.normal. Tapi tak ada lagi yang normal, p*ir Dunia sudah terbalik Uwat 8ini> Miss Patterson." Ia mengantar Ashley
ke pintu lain dan membukanya Ashley melangkah masuk. Alih-alih sel, ia melihat ruang nyaman berauran sedang dengan dinding biru pastel, sofa Icecil, dan tempat tidur yang kelihatan nyaman.
"Di sinilah Anda akan tinggal. Mereka akan membawakan barang-barang Anda sebentar lagi."
Ashley memandang si penjaga meninggalkannya dan menutup pintu di belakangnya Di sinilah Anda
akan tinggal. Ia mulai merasakan klaustrofobia. Bagaimana jika aku tidak ingin tinggal" Bagaimana jika aku ingin keluar dari sini"
Ia berjalan ke pintu. Terkunci. Ashley duduk di sofa, mencoba mengorganisir pikirannya. Ia mencoba berkonsentrasi pada hal-hal positif. Kami akan berusaha menyembuhkan Anda.
Kami akan berusaha menyembuhkan Anda.
Kami akan menyembuhkan Anda.
341 Bab 23 DR. GILBERT KELLER bertanggung jawab atas terapi Ashley. Spesialisasinya adalah menangani kepribadian ganda, dan walaupun ia pernah gagal, tingkat keberhasilannya tinggi sekali. Dalam kasus seperti ini, tak ada jawaban mudah. Tugas pertamanya adalah membuat si pasien j mempercayainya, merasa nyaman bersamanya, dan kemudian-memanggil keluar alter-alternya, satu demi j satu, sampai akhirnya mereka bisa saling berkomunikasi dan mengerti mengapa mereka ada, dan akhirnya, mengapa keberadaan mereka tak ada lagi gunanya. Itulah saat berbaur, saat kepribadian-kepribadian itu bersatu menjadi kesatuan yang nyata. Betapa masih jauhnya saat itu, pikir Dr. Keller.
Keesokan paginya, Dr. Keller meminta Ashley -dibawa ke kantornya. "Selamat pagi, Ashley."
"Selamat pagi, Dr. Keller,"
"Aku ingin kau memanggilku Gilbert saja. Kira i akan jadi teman. Bagaimana perasaanmu?"
Ashley memandangnya dan berkata, "Kata me-reka aku sudah membunuh lima orang. Lalu bagaimana jadinya perasaanku?"
"Apakah kauingat membunuh salah satu dari mereka?" "Tidak."
"Aku membaca transkrip persidanganmu, Ashley. Kau tidak membunuh mereka. Salah satu altermu yang melakukannya. Kita akan berkenalan dengan altermu, dan pada saatnya nanti, dengan bantuanmu, kita akan melenyapkan mereka." "Mudah-mudahan kau?kau bisa?" "Aku bisa. Aku di sini untuk membantumu, dan itulah yang akan kulakukan. Alter-alter ini diciptakan dalam pikiranmu untuk membebaskanmu dari derita yang tak tertahankan. Kita harus mencari tahu apa yang menyebabkan derita itu. Aku perlu tahu kapan alter-alter itu lahir dan kenapa." "Bagaimana?bagaimana kau melakukannya?" "Kita akan bicara. Banyak hal yang akan kauingat. Dari waktu ke waktu, kita akan menggunakan " hipnotis atau sodium amytal. Kau sudah pernah dihipnotis, kan?" "Ya."
"Tak akan ada yang mendesakmu. Kita akan melakukannya dengan santai." Ia menambahkan untuk menenteramkan, "Dan kalau kita selesai, kau akan sembuh."
Mereka bicara selama hampir sejam. Pada akhir pembicaraan, Ashley merasa jauh lebih rileks. Kem343 bali di dalam kamarnya, ia berpikir, Kurasa diJL benar-benar bisa melakukannya. Dan ia berdoa.
Dr. Keller berunding dengan Otto Lewison. "Kami bicara pagi tadi," kata Dr. Keller. "Kabar baiknya, Ashley mengakui bahwa dia punya masalah, dan dia 1 bersedia dibantu."
"Permulaan yang bagus. Beritahu aku perkembangannya."
"Baik, Otto." Dr. Keller siap menghadapi tantangan di hadapannya. Ada sesuatu yang istimewa pada Ashley Patterson. Ia bertekad akan menolongnya.
Mereka mengobrol setiap hari, dan seminggu setelah Ashley tiba, Dr. Keller berkata, "Aku ingin kau nyaman dan rileks. Aku akan menghipnotismu." Ia bergerak mendekati Ashley. "Jangan! Tunggu!"
Dr. Keller memandangnya keheranan. "Kenapa?"
Belasan pikiran mengerikan melintas dalam benak Ashley. Ia akan memanggil keluar alter-alter-nya. Ashley ngeri memikirkan itu. "Jangan," katanya memohon. "Aku?aku tak ingin ketemu mereka."
"Kau tidak akan ketemu mereka," Dr. Keller meyakinkannya. "Belum saatnya." Ashley menelan ludah. "Baiklah." "Kau sudah siap?" Ia mengangguk. "Ya." "Bagus. Kita mulai."
Perlu lima belas menit untuk menghipnotisnya.
Ketika Ashley sudah di bawah pengaruh hipnotis,
Gilbert Keller mengerling pada sehelai kertas di
mejanya Toni Prescott dan Alette Peters. Sudah waktunya untuk switching, proses mengubah kepribadian dominan yang satu ke yang lain.
Ia memandang Ashley, yang tertidur di kursinya, kemudian membungkuk ke dekatnya "Selamat pagi, Toni. Kau bisa mendengarku?"
Dilihatnya wajah Ashley mengalami transformasi, berubah menjadi kepribadian yang sama sekali berbeda. Tiba-tiba semangat dan kegembiraan terpancar dari wajahnya. Ia mulai bernyanyi:
"Half a pound of tupenny rice, Half a pound of treacle, Mix it up and make it nice, Pop! goes the weasel?"
"Bagus sekali, Toni. Aku Gilbert Keller."
"Aku tahu kau siapa," kata Toni.
"Aku senang bertemu denganmu. Pernahkah ada yang bilang bahwa waktu menyanyi suaramu indah sekali?"
"Gombal." "Aku sungguh-sungguh. Pernahkah kau kursus menyanyi" Pasti pernah, ya."
"Tidak. Sebetulnya aku dulu memang ingin kursus,
tapj[ j "_Demi Tuhan, bisa berhenti tidak suara
cempreng itu! Siapa yang bilang kau bisa nyanyi"? "sudahlah."
"Toni, aku ingin membantumu.
345 "Tidak, kau tidak ingin membantu, Dockie baby Kau cuma ingin memduriku."
"Kenapa kau berpikir begitu, Toni?"
"Cuma itu yang dimaui semua pria brengsek Iya, kan?"
"Toni?" Toni?""
Sunyi. Gilbert Keller menatap wajah Ashley lagi. Wajahnya polos. Dr. Keller membungkuk lagi. "Alerter
Tak ada perubahan pada ekspresi Ashley.
"Alette?""
Tak ada apa-apa. "Aku ingin bicara denganmu, Alette." Ashley mulai bergerak dengan gelisah. "Keluarlah, Alette."
Ashley menghela napas dalam-dalam, dan kemudian tiba-tiba saja ada letupan kata-kata dalam bahasa Italia.
"C"e quakuno che paria Italiano" Ada yang bisa ngomong Italia?"
"Alette?" "Nan so dove mi travo. Aku tak tahu aku ada di mana."
"Alette, dengarkan aku. Kau aman. Aku ingin kau rileks."
"Mi sento stanca". Aku lelah."
"Kau telah mengalami peristiwa yang mengerikan, tapi semua itu sudah lewat. Masa depanmu akan penuh kedamaian. Tahukah kau di mana kau
Suaranya putih. "Si. Ini semacam tempat untuk orang-orang yang pazzol" Itulah sebabnya kau di sini, Dokter. Kau sendirilah yang. gila.
"Ini tempat di mana kau akan disembuhkan. Alette, kalau kaupejamkan matamu dan membayangkan tempat ini, apa yang muncul dalam benakmu?" "
"Hogarth. Dia melukis rumah sakit jiwa dan adegan-adegan yang mengerikan." Mana pernah kau dengar tentang dia.
"Aku tak ingin kau menganggap tempat ini mengerikan.- Ceritakan tentang dirimu, Alette. Apa yang kausukai" Apa yang ingin kaulakukan selama kau di sini?"
Gerombolan Setan Merah 2 Olga 05 Backstreet Pewaris Dendam Sesat 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama