Ceritasilat Novel Online

Ceritakan Mimpi Mimpimu 5

Ceritakan Mimpi-mimpimu Tell Me Your Dreams Karya Sidney Sheldon Bagian 5


"Aku suka melukis."
"Kami akan menyediakan cat bagimu."
"Tidak!" "Kenapa?" "Aku tak mau melukis." "Kau bilang itu gambar apa, Nak" Kok kelihatannya cuma seperti cat ber-lepotan. Jelek benar."
Jangan ganggu aku. "Alette?" Gilbert Keller melihat wajah Ashley berubah lagi.
Alette sudah pergi. Dr. Keller membangunkan Ashley.
Ia membuka matanya dan mengerjap. "Kau sudah
mulai?" "Kita sudah selesai.1" "Bagaimana aku?"
347 "Toni dan Alette bicara padaku. Kita memoir permulaan yang bagus, Ashley."
Surat David Singer berbunyi demikian: Dear Ashley.
Ini sekadar surat pendek untuk memberitahumu bahwa aku memikirkanmu dan berharap kau mendapat kemajuan. Sebetulnya, aku sering sekali memikirkanmu. Aku merasa kita telah maju perang bersama-sama. Perjuangan kita berat, tetapi kita menang. Dan aku pu-aya berita baik. Sudah kudapat kepastian bahwa tuduhan pembunuhan terhadapmu di Bedford dan Quebec akan didrop.
Salam hangat. David Esok paginya, Dr Keller bicara dengan Toni ketika Ashley sedang di bawah pengaruh hipnotis.
"Apa lagi sekarang, Dockie?"
"Aku cuma mau ngobrol sedikit denganmu. Aku ingin membantumu."
"Aku tak butuh bantuanmu. Aku baik-baik saja"
"Yah, aku butuh bantuanmu, Toni. Aku ingin tanya sesuatu padamu. Bagaimana pendapatmu tentang Ashley?"
"Nona Sok Suci" Jangan memancingku."
"Kau tidak suka padanya?"
"Benci banget."
"Apanya yang tidak kausukai?" Sunyi sejenak. "Dia selalu melarang orang bersenang-senang. Kalau aku tidak mengambil j
kadang-kadang, hidup kami akan membosankan. Membosankan. Dia tak suka ke pesta atau bepergian
atau melakukan hal menyenangkan apa saja." "Tapi kau suka?"
"Jelas suka. Hidup untuk bersenang-senang kan, luvT
"Kau lahir di London kan, Toni" Kau ingin bercerita padaku tentang itu?"
"Aku cuma mau bilang satu hal. Aku ingin sekali berada di sana sekarang ini." Sunyi.
"Toni?" Toni?"" Ia sudah pergi.
Gilbert Keller berkata kepada Ashley, "Aku mau bicara dengan Alette." Dilihatnya ekspresi di wajah Ashley berubah. Ia membungkuk dan berkata pelan, "Alette."
"Si." "Kau tadi mendengar obrolanku dengan Toni?" "Ya."
"Apakah kau dan Toni saling kenal?" "Ya." Tentu saja kenal, bego. "Tapi Ashley tidak kenal kalian?" "Tidak."
"Kau suka pada Ashley?" "Dia oke juga." Kenapa kau menanyakan hal-hal bloon begini" "Kenapa kau tidak bicara dengannya?" "Dilarang Toni."
"Apakah Toni selalu mengatur apa yang kaulakukan?"
349 Toni temanku." Bukan urusanmu. "Aku ingin jadi temanmu, Alette. Ceritakan tentang dirimu. Di mana kau dilahirkan?" "Aku dilahirkan di Roma." "Kau suka Roma?"
Gilbert Keller mengamati ekspresi wajah Ashley berubah, dan ia mulai menangis.
Kenapa" Dr. Keller membungkuk dan berkata menenangkan. "Tak apa-apa. Kau akan bangun \ sekarang, Ashley"." Ia membuka matanya.
"Aku bicara dengan Toni dan Alette. Mereka] berteman. Aku ingin kalian bertiga berteman."
Ketika Ashley sedang makan siang, seorang perawat pria masuk ke kamarnya dan melihat sebuah lukisan pemandangan di lantai. Dipandangnya lukisan itu sesaat, kemudian dibawanya ke kantor Dr. Keller.
Ada rapat di kantor Dr. Lewison. "Bagaimana, Gilbert?"
Dr. Keller menjawab sambil berpikir, "Aku sudah bicara dengan kedua alter itu. Yang dominan adalah Toni. Latar belakangnya Inggris dan dia tak mau bicara tentang itu. Yang satu lagi, Alette, lahir di Roma, dan dia juga tidak mau bicara tentang itu. Jadi di poin itulah aku akan berkonsentrasi. Di situlah traumanya muncul. Toni lebih agresif. Alette sensitif dan pendiam. Dia suka melukis, tapi dia tidak berani melakukannya. Aku harus mencari
"Jadi kaupikir Toni menguasai Ashley?"
"Ya. Toni yang mengontrol. Ashley tidak tahu-menahu soal keberadaan Toni, juga keberadaan Alette. Tapi Toni dan Alette saling kenal. Menarik. Toni kalau menyanyi suaranya bagus sekali, dan Alette pelukis yang berbakat." Ia mengangkat lukisan yang dibawakan si perawat pria. "Kurasa bakat-bakat mereka bisa jadi kunci untuk menembus mereka."
Ashley menerima surat dari ayahnya seminggu sekali. Setelah membacanya, ia duduk diam-diam di kamarnya, tidak mau bicara dengan siapa pun.
"Surat-surat itu satu-satunya mata rantai dengan rumah," kata Dr. Keller kepada Otto Lewinson. "Kurasa itu menguatkan keinginannya untuk meninggalkan tempat ini dan menjalani hidup normal. Segalanya membantu, sekecil apa pun"."
Ashley sudah terbiasa dengan lingkungannya. Pasien-pasien tampaknya berjalan-jalan berkeliling, walaupun ada penjaga di semua pintu dan lorong. Gerbang ke halaman selalu terkunci. Ada ruang rekreasi, tempat mereka bisa berkumpul dan menonton TV, ruang olahraga tempat pasien-pasien berolahraga, dan ruang makan bersama. Ada bermacam-macam orang di sana: Jepang, Cina, Prancis, Amerika". Segala usaha telah dilakukan untuk membuat rumah sakit itu kelihatan seperti rumah biasa, tetapi kalau Ashley masuk ke kamarnya, pintu-pintu selalu diluari di"belakangnya.
"Ini bukan rumah sakit," Toni mengeluh kepaua Alette. "Ini penjara sialan."
"Tapi Dr. Keller berpendapat dia bisa menyembuhkan Ashley. Jadi nanti kita bisa keluar dari sini."
"Jangan bodoh, Alette. Kau tak sadar, ya" Satu-satunya cara dia bisa menyembuhkan Ashley adalah dengan mengusir kita, membuat kita lenyap. Dengan kata lain, untuk menyembuhkannya, kita harus mati. Nah, aku tak akan membiarkan itu terjadi."
"Apa yang akan kaulakukan?"*
"Aku akan cari jalan bagi kita untuk kabur."
Bab 24 KEESOKAN paginya, seorang perawat pria mengawal Ashley kembali ke kamarnya. Ia _ berkata, "Hari ini kau kelihatan lain." "Betulkah, Bill?" "Ya. Hampir seperti orang lain." Toni berkata lembut, "Itu karena kau." "Apa maksudmu?"
"Kau membuatku merasa lain." Toni menyentuh lengannya dan menatap matanya. "Kau membuatku merasa luar biasa."
"Ah, ngaco." "Sungguh. Kau seksi sekali. Tahukah kau?" "Tidak."
"Betul, kau seksi sekali. Kau sudah menikah, Bill?"
"Pernah, sekali." .__.
"Istrimu gila, melepasmu. Sudah berapa lama kau
kerja di sini, Bill?"
"Lima tahun." " rasa ingin
l". "Wah, sudah lama. Pernahkah Kau m
keluar dari sini?" 353 "Kadang-kadang, tentu."
Toni merendahkan suaranya. "Kau tahu, sebetulnya aku tak apa-apa. Kuakui aku memang punyai sedikit masalah waktu baru datang, tapi sekarang aku sudah sembuh. Aku juga ingin keluar dari sini. Pasti kau bisa membantuku. Kita berdua bisa pergi bersama-sama. Kita pasti akan senang." A Perawat itu memandangnya sejenak. "Aku tak tahu harus bilang apa."
"Tentu tahu. Kan sederhana sekali. Kau tinggal mengeluarkanku dari sini ketika orang lain sedang tidur, dan kita-bisa berangkat." Toni memandangnya dan berkata lembut, "Takkan sia-sia deh, kujarnin." \ Ia mengangguk. "Akan kupikirkan dulu." "Ya, pikirkanlah," kata Toni yakin. Ketika sudah berada kembali di kamarnya>Toni berkata kepada Alette, "Kita akan meninggalkan tempat ini."
Keesokan paginya, Ashley diantar ke kantor Dr. Keller.
"Selamat pagi* Ashley."
"Selamat pagi, Gilbert." HL
"Kita akan mencoba sodium amytal pagi ini. Kau pernah memakai sodium amytaP."
"Belum." "Nah, nanti kau akan tahu, ini bisa membuatmu sangat rileks."
Ashley mengangguk. "Baiklah. Aku siap."
Lima menit kemudian, Dr. Keller bicara kepada Toni, "Selamat pagi, Toni."
"Hai, Docld&" "Kau senang di sini, Toni?"
"Aneh juga kau tanya. Terus terang saja, aku benar-benar mulai menyukai tempat ini. Aku merasa di rumah sendiri di sini;" "Kalau begitu kenapa kau ingin kabur?" Suara Toni mengeras. "Apa?" "Bill memberitahuku bahwa kau memintanya membantumu kabur dari sini;"
"Cowok sialan!" Ada kemarahan besar dalam suaranya. Ia meloncat bangun dari kursinya, berlari ke meja, mengambil pemberat kertas, dan menyambit-kannya ke kepala Dr. Keller. Dr. Keller membungkuk. "Kubunuh kau, dan kubunuh dia!" Dr. Keller menangkapnya. "Toni?" Dilihatnya ekspresi wajah Ashley berubah. Toni telah pergi. Dr. Keller merasa jantungnya berdebar kencang. "Ashley!"
Ketika terbangun, Ashley membuka matanya dan melihat berkeliling dengan bingung, serta bertanya, "Semua baik-baik saja?"
"Toni tadi menyerangku. Dia marah karena ketahuan akan kabur."
"Ma?maaf. Aku merasa sesuatu yang buruk sedang terjadi."
"Tak apa-apa. Aku ingin mempertemukan kau, -Toni, dan Alette." < "Tidak!"
"Kenapa tidak?"
"Aku takut. Aku?aku tak ingin ketemu mereka, i Tidakkah kau mengerti" Mereka tidak riil. Mereka j cuma imajinasiku."
"Cepat atau lambat, kau harus bertemu dengan |
mereka, Ashley. Kalian harus berkenalan. Itu satu-satunya cara kau bisa disembuhkan." Ashley bangkit- "Aku ingin kembali ke kamarku."
Setelah dikembalikan ke kamarnya, Ashley memandang pengawalnya meninggalkannya. Ia sangat putusl asa. Ia berpikir, Aku tak akan pernah meninggalkan* tempat mL Mereka berbohong padaku. Mereka tak dapat menyembuhkanku. Ia tak bisa menghadapi! kenyataan bahwa ada kepribadian-kepribadian lain" yang tinggal dalam dirinya". Gara-gara kepribadian lain itu, orang-orang telah dibunuh, keluarga dihancurkan. Kenapa aku, Tuhan" Ia mulai terisak. Apa yang telah kulakukan pada-Mu" Ia duduk di tempat tidurnya dan berpikir, Aku tak bisa terus-menerus begini Hanya ada satu cara untuk mengakhirinya. Aku harus melakukannya sekarang.
Ia bangkit dan berjalan berkeliling kamarnya yang sempit, mencari sesuatu yang tajam. Tak ada. Kamar-kamar di situ didesain dengan teliti, agar tak ada sesuatu di dalamnya yang bisa digunakan si pasien untuk melukai dirinya.
Saat matanya mencari-cari, dilihatnya cat, kanvas, dan kuas, dan ia berjalan mendekatinya. Gagang kuas itu terbuat dari kayu. Ashley mematahkan salah satu di antaranya. Kedua ujung patahannya bergerigi dan tajam. Pelan-pelan diletakkannya
ujung tajam itu di atas pergelangan tangannya.. Dengan gerakan cepat dan tekanan yang dalam, ditorehkannya kayu tajam itu ke nadinya dan darahnya mengucur. Ashley meletakkan ujung tajam itu ke pergelangan tangan satunya dan mengulangi gerakannya. Ia berdiri memandang darahnya membasahi karpet. Ia mulai merasa dingin, la jatuh ke lantai dan melingkar dalam posisi fetus. Dan kemudian ruangan menjadi gelap.
Ketika Dr. Gilbert Keller mendengar berita ini, ia shock. Dikunjunginya Ashley di rumah sakit. Kedua pergelangan tangannya diperban tebal. Memandang gadis yang terbaring itu, Dr. Keller berpikir, Tak bisa kubiarkan hal ini terjadi lagi.
"Kami hampir kehilangan kau," katanya. "Kalau sampai terjadi tentu aku yang disalahkan."
Ashley tersenyum lemah. "Maaf. Tapi segalanya kelihatan tanpa?tanpa harapan."
"Di situlah kau keliru," Dr. Keller meyakinkannya. "Kau ingin ditolong, Ashley?" "Ya."
"Kalau begitu kau harus mempercayaiku. Kau harus bekerja sama denganku. Aku tak bisa melakukannya sendiri. Bagaimana?"
Sunyi lama. "Kau ingin aku melakukan apa?" "Yang pertama, aku ingin kau berjanji tidak akan mencelakai dirimu lagi." "Baiklah. Aku berjanji." <"Aku akan meminta janji yang sama dan Tom dan Alette. Aku akan membuatmu tidur sekarang."
Beberapa menit kemudian, Dr. Keller bicara "i pada Toni.
"?ewek egois itu mau membunuh kami semua. J Dia cuma memikirkan dirinya sendiri. Kau mengerti j maksudku?"
"Nah, aku tidak bisa terima. Aku?" "Bisakah kau diam dan mendengarkanku?" "Aku mendengarkan."
"Aku ingin kau berjanji kau tidak akan mencelakai Ashley."
"Kenapa aku harus berjanji?"
"Kuberitahu kau kenapa. Karena kau adalah I bagian darinya. Kau dilahirkan karena deritanya, i Aku belum tahu apa yang telah kaualami, Toni, tapi aku tahu itu pastilah amat mengerikan. Tapi harus \ kausadari bahwa dia juga mengalami hal yang sama, dan Alette dilahirkan karena alasan yang sama denganmu. Kalian bertiga banyak persamaannya. Kalian harus saling membantu, bukannya saling membenci. Maukah kau berjanji?"- Diam. Toni?" - "Baiklah," sahutnya enggan. "Terima kasih. Kau ingin bicara tentang Inggris sekarang?" "Tidak."
"Alette" Kau ada di situ?"
"Ya" Kaupikir aku ada di mana, bego"
"Aku ingin kau menjanjikan hal yang sama
seperti yang dijanjikan Toni. Berjanjilah untuk tidak mencelakai Ashleyf
Kau cuma peduli padanya saja, kan" Ashley, Ashley, Ashley. Bagaimana dengan kami" "Alette?"
"Ya. Aku berjanji."
Bulan demi bulan berlalu, dan tak ada tanda-tanda kemajuan. Dr. Keller duduk di belakang mejanya, mempelajari catatan-catatan, mengingat-ingat sesi terapi, mencoba mencari petunjuk apa yang salah. Ia menangani enam pasien lain, tapi ia menyadari Ashley-lah yang paling berarti baginya. Ada jurang luar biasa antara kepolosan dan kerapuhannya dengan kekuatan-kekuatan gelap yang berhasil menguasai hidupnya. Setiap kali bicara dengan Ashley, ia selalu diterpa keinginan besar untuk melindunginya. Dia sudah seperti anakku sendiri, pikirnya. Siapa yang kubohongi" Aku jatuh cinta padanya.
Dr. Keller menemui Otto Lewison. "Aku punya masalah, Otto."
"Kupikir yang punya masalah itu pasien-pasien kita."
"Ini menyangkut salah satu pasien kita, Ashley Patterson." "Oh?"
"Kusadari bahwa aku?aku sangat tertarik padanya." ? "Reverse transference.
Rev "Itu bisa sangat berbahaya bagi kalian berdua Gilbert." "Aku tahu."
"Yah, asal kau sadar saja" Hari-hari." "Ya."
NOVEMBER Ani memberi Ashley buku harian tadi pagi. j
"Aku ingin kau, Toni, dan Alette menggunakan ini, Ashley. Kau boleh menyimpannya di kamarmu.] Setiap saat salah satu dari kalian punya pikiran atau ide yang lebih suka kalian tuliskan ketimbang disampaikan kepadaku, tulis saja di sini."
"Baiklah, Gilbert."
Sebulan kemudian, Dr. Keller menulis dalam buku hariannya.
DESEMBER Perawatan macet Toni dan Alette menolak mendiskusikan masa lalu. Makin lama makin sulit membujuk Ashley agar mau dihipnotis.
MARET Buku hariannya masih kosong. Aku tak tahu penolakan yang lebih besar datang dari Ashley atau Toni. Kalau aku menghipnotis Ashley, Toni dan Alette cuma muncul sebentar. Mereka berdua bertahan tak mau mendiskusikan masa lalu.
JUNI Aku bertemu Ashley secara teratur, tapi aku merasa tak ada kemajuan. Buku hariannya masih belum disentuh. Kuberi
Ashley kuda-kuda dan satu set cat. Kuharap jika dia mulai melukis nanti, mungkin akan ada terobosan.
JULI Terjadi sesuatu, tapi aku belum tahu apakah ini pertanda kemajuan. Alette melukis rumah sakit ini indah sekali. Ketika kupuji, dia kelihatannya senang. Malamnya lukisan itu dicabik-cabik.
Dr. Keller dan Otto Lewison minum kopi bersama.
"Kurasa aku akan mencoba terapi kelompok kecil," kata Dr. Keller. "Yang lain kehhatannya tidak mempan."
"Berapa pasien rencanamu?"
"Tidak lebih dari enam. Aku ingin dia mulai berinteraksi dengan orang lain. Sekarang ini dia hidup di dunianya sendiri. Aku ingin dia keluar dari situ."
"Ide bagus. Layak dicoba."
Dr. Keller membawa Ashley ke ruang pertemuan kecil. Ada enam orang di ruangan itu.
"Aku ingin kau berkenalan dengan beberapa teman," kata Dr. Keller.
Ia membawa Ashley berkeliling ruangan, memperkenalkan mereka. Tetapi Ashley terlalu tegang untuk bisa mendengar nama-nama mereka. Satu nama tak jelas berbaur dengan nama berikutnya. Ada Perempuan Gendut, Pria Kurus, Perempuan Botak, Pria Pincang, Perempuan Cina, dan Pria Lembut. Mereka semua kelihatannya menyenangkan.
"Duduklah," Perempuan Botak mempersilakan. "Kau mau kopi?"
Ashley duduk. "Terima kasih." "Kami sudah mendengar tentang kau," Pria Lembut berkata. "Sungguh berat yang kaualami." Ashley mengangguk.
Pria Kurus berkata, "Kurasa kita semua mengalami hal-hal berat tapi kita di sini dibantu. Tempat ini luar biasa."
"Dokter-dokternya paling top di dunia," kata Perempuan Cina.
Mereka semua kelihatannya normal, pikir Ashley.
Dr. Keller duduk di pinggir, memonitor percakapan mereka. Ia bangkit 45 menit kemudian. "Kurasa sudah waktunya kita pergi, Ashley."
Ashley berdiri. "Senang sekali bertemu kalian semua."
Pria Pincang berjalan mendekatinya dan berbisik, "Jangan minum air dari sini. Sudah diracuni. Mereka mau membunuh kita dan tetap mengeruk uang negara."
Ashley menelan ludah. "Terima kasih. Akan? akan kuingat".
Berjalan berdua menyusuri lorong, Ashley bertanya kepada Dr. Keller, "Apa masalah mereka?"
"Paranoia, skizofrenia, MPD, kelainan kompulsif. Tapi, Ashley, kemajuan mereka sejak mereka datang ke sini besar sekali. Kau ingin rutin bertemu mereka?"
"Tidak." Dr. Keller masuk ke kantor Otto Lewison.
"Aku mentok," ia mengaku. "Terapi grup tidak
berhasil, dan sesi hipnotis malah sama sekali tak jalan. Aku ingin mencoba sesuatu yang lain." "Apa?"
"Aku perlu izinmu untuk membawa Ashley makan malam di luar kompleks."
"Kurasa itu bukan ide bagus, Gilbert. Bisa berbahaya. Dia sudah?"
"Aku tahu. Tapi saat ini aku dianggapnya musuh. Aku ingin jadi teman."
"Alternya, Toni, pernah mencoba membunuhmu. Bagaimana jika dia mencoba lagi?"
"Akan kutanga"."
Dr. Lewison berpikir. "Baiklah. Kau ingin ada yang menemanimu?" "Tidak. Aku takkan apa-apa, Otto." | "Kapan kau mau mulai?" "Malam ira."
"Kau ingin mengajakku keluar makan malam?"
"Ya, kurasa akan baik bagimu pergi dari tempat ini sebentar. Bagaimana?"
"Ya." Ashley heran sendiri betapa gembiranya ia akan keluar makan malam bersama Gilbert Keller. Menyenangkan keluar dari sini untuk satu malam, pikir Ashley. Tapi ia tahu bahwa sebenarnya lebih dari itu. Kenyataan bahwa ia akan kencan dengan Gilbert Keller sungguh menggembirakan.
- maiom di restoran Jepang Otani Mereka makan malam oi "=
Gardens, kira-kira delapan kilometer dari rumah sakit. Dr Keller tahu bahwa ia mengambil risiko. Setiap saat, Toni atau Alette bisa mengambil alih: Ia sudah diperingatkan. Lebih penting Ashley
belajar mempercayaiku supaya aku bisa membantunya
"Aneh ya, Gilbert," kata Ashley, memandang berkeliling restoran yang ramai. "Apa yang aneh?"
"Orang-orang ini tak kelihatan berbeda dari orang-orang di rumah sakit."
"Mereka sebetulnya memang tak berbeda, Ashley. Aku yakin mereka semua punya masalah. Satu-satunya perbedaan adalah orang-orang di rumah sakit tidak bisa menangani masalah-masalah mereka sebaik orang-orang ini, jadi kami membantu mereka."
"Aku tak tahu aku punya masalah sampai? Yah, kau tahu."
"Kau tahu kenapa, Ashley" Karena kau menguburnya. Kau tidak bisa menghadapi apa yang terjadi, jadi kau membangun pagar dalam pikiranmu dan menyingkirkan hal-hal buruk jauh-jauh. Dalam tingkat yang berbeda-beda, banyak orang melakukan hal yang sama." Dengan Sengaja dia mengubah pembicaraan. "Bagaimana steak-muV
"Enak, terima kasih."
Sejak saat itu, Ashley, dan Dr. Keller keluar makan sekali seminggu. Mereka makan siang di restoran "aha kecil yang masakannya enak bernama
Banducci"s serta makan malam di The Palm, Eveleene"s, dan The Gumbo Pot. Baik Toni maupun Alette tidak muncul.
Suatu malam, Dr. Keller membawa Ashley berdansa. Di sebuah kelab malam kecil dengan band bagus.
"Kau senang?" tanyanya.
"Sangat. Terima kasih." Ashley memandangnya dan berkata, "Kau tidak seperti dokter-dokter yang lain."
"Mereka tidak dansa?" "Kau tahu apa maksudku."
Ia memeluk erat Ashley, dan keduanya merasakan betapa berartinya saat itu.
"Itu bisa sangat berbahaya bagi kalian berdua,
Gilbert"." Bab 25 KU tahu apa yang sedang kaucoba lakukan, DocMe. Kau mencoba membuat Ashley berpikir kau temannya."
"Aku temannya, Toni, dan temanmu juga."
"Bukan, kau bukan temanku. Menurutmu dia hebat, dan aku bukan apa-apa."
"Kau keliru. Aku menghormatimu dan Alette sama seperti aku menghormati Ashley. Kalian semua sama pentingnya bagiku."
"Betulkah itu?"
"Ya. Toni, waktu aku bilang suaramu merdu waktu menyanyi, aku serius. Kau main alat musik tertentu?"
"Piano." "Kalau aku bisa mengatur agar kau boleh menggunakan piano di ruang rekreasi, kau mau?"
"Mungkin." la terdengar bersemangat.
Dr. Keller tersenyum. "Kalau begitu dengan senang hati akan kulakukan. Kau nanti boleh menggunakan piano itu."
"Terima kasih."
Dr. Keller mengatur agar Toni punya akses pribadi untuk masuk ke ruang rekreasi selama sejam setiap sore. Awalnya, pintu-pintu ditutup, tetapi ketika pasien-pasien lain mendengar denting piano dan lagu dari dalam, mereka membuka pintu untuk mendengarkan. Segera saja Toni menghibur belasan pasien lain.
Dr. Keller mempelajari catatannya bersama Dr. Lewison.
Dr. Lewison berkata, "Bagaimana dengan yang satunya?Alette?"
"Aku sudah mengatur agar dia melukis di kebun setiap sore. Dia akan diawasi, tentu saja; Kurasa ini akan jadi terapi yang baik."
Tetapi Alette menolak. Dalam salah satu sesi dengannya, Dr. Keller berkata, "Kau tidak menggunakan cat yang kuberikan padamu, Alette. Sayang kan kalau sia-sia. Lagi pula kau sangat berbakat."
Bagaimana kau tahu" "Apakah kau tidak senang melukis?"
"Senang." "Kalau begitu kenapa tidak mau?"
"Karena lukisanku tidak bagus." Jangan menggangguku terus.
"Siapa yang bilang begitu?"
"Ibu?ibuku." ii"TCita belum pernah bicara tentang ibumu. Kau ingin cerita padaku tentang ibumu?"
367 "Tak ada yang bisa diceritakan." "Dia meninggal dalam kecelakaan, kan?" -Diam lama. "Ya. Dia meninggal dalam kecelakaan."
Hari berikutnya. Alette mulai melukis. Ia senang berada di kebun dengan kanvas dan kuas. Saat melukis, ia bisa melupakan segalanya. Beberapa pasien lain akan berkerumun di sekitarnya dan menonton. Mereka bicara dengan suara warna-warni.
"Lukisanmu seharusnya dipajang di galeri." Hitam.
"Kau betul-betul berbakat" Kuning. "Di mana kau belajar melukis?" Hitam. "Bisakah kau sekali waktu nanti. melukisku?" Jingga.
"Sayang sekali aku tak bisa melukis." Hitam. Alette selalu kecewa jika waktunya habis dan ia harus kembali ke dalam bangunan besar itu.
"Aku ingin kau berkenalan dengan seseorang, Ashley. Ini Lisa Garrett." Wanita itu berusia lima puluhan, mungil dan halus. "Lisa akan pulang hari ini."
Wanita itu tersenyum cerah. "Menyenangkan sekali. Dan aku berutang budi pada Dr. Keller."
Gilbert Keller memandang Ashley dan berkata, "Lisa menderita MPD dan dia punya tiga puluh alter."
"Betul. Dan mereka semua sudah pergi." Dr. Keller berkata jelas, "Dia pasien MPD ketiga yang pulang meninggalkan kita tahun ini."
Dan Ashley merasakan harapannya timbul
Alette berkata, "Dr. Keller simpatik. Dia kelihatannya benar-benar menyukai kita."
"Kau bego benar sih," Toni mencemooh. "Kau tidak sadar apa yang sedang terjadi" Aku kan pernah bilang padamu. Dia cuma pura-pura suka pada kita supaya kita melakukan apa yang diinginkannya. Dan tahukah kau apa itu" Dia mau mempertemukan kita bertiga, luv, dan kemudian meyakinkan Ashley bahwa dia tidak memerlukan kita. Dan tahukah kau apa yang terjadi kemudian" Kau dan aku mati. Itukah yang kau mau" Aku sih tidak."
"Yah, tidak sih."
"Kalau begitu dengarkan aku. Kita turuti saja si dokter. Kita buat dia percaya bahwa kita berdua benar-benar berusaha membantunya. Kita perdaya dia. Kita tidak perlu buru-buru. Dan aku berjanji padamu, suatu hari nanti aku akan membawamu keluar dari sini."
"Terserah padamu, Toni."
"Bagus. Jadi kita biarkan si Dockie bego itu mengira dia berhasil."
Sepucuk surat dari David tiba. Di dalam amplopnya ada foto seorang bocah laki-laki kecil. Surat itu berbunyi demikian:
Dear Ashley, " Kuharap kau baik-baik saja dan terapimu mendapa c " haik di sini. Aku sibuk sekati, tapi I kemajuan. "mut Kukirimkan foto anak kami aku suka kerja ncg?"369 Jeffrey, yang sekarang berusia dua tahun. Dengan kecepatan tumbuhnya yang begini pesat, dalam beberapa menit saja, dia sudah akan menikah deh. Tak ada kabar seru yang bisa dilaporkan. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku memikirkanmu. Sandra kirim salam hangat
Salam hangat kami berdua.
David Ashley mengamari foto itu. Anak yang tampan, pikirnya. Mudah-mudahan hidupnya bahagia.
Ashley pergi makan siang, dan ketika ia kembali, foto itu terserak di lantai, kamarnya, tercabik menjadi serpihan-serpihan kecil.
15 Juni 13.30 Pasien: Ashley Patterson. Sesi terapi menggunakan sodium amytal. Alter, Alette Peters.
"Ceritakan padaku tentang Roma, Alette."
"Roma kota paling indah di dunia. Dipenuhi museum-museum hebat. Aku mengunjungi semua museum itu." Tahu apa kau tentang museum"
"Dan kau ingin jadi pelukis?"
"Ya." Kaupikir aku mau jadi apa, pemadam kebakaran"
"Kau belajar melukis?"
"Tidak." Tak bisakah kau mengganggu orang lain saja"
"Kenapa tidak" Karena ibumu melarangmu?" "Oh, tidak. Kuputuskan sendiri aku tak cukup berbakat" Toni, usir dia dari akui "Kau mengalami trauma selama di Roma"
Apakah kau ingat pernah terjadi hal-hal mengerikan padamu?"


Ceritakan Mimpi-mimpimu Tell Me Your Dreams Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak. Aku sangat bahagia di sana." Toni!
15 Agustus, 09.00 Pasien: Ashley Patterson. Sesi hipnotis dengan alter, Toni Prescott.
"Kau mau bicara tentang London, Toni?"
"Ya. Aku senang di sana. London sangat berbudaya. Banyak yang bisa dilakukan di sana."
"Kau punya masalah?"
"Masalah" Aku sangat senang di London."
"Sama sekali tak terjadi hal-hal buruk vang bisa kauingat?"
"Tentu saja tidak." Nah, rasain kau, pusing sendiri.
Masing-masing sesi membawa kenangan tersendiri bagi Ashley. Saat tidur malam, ia bermimpi berada di Global Computer Graphics. Shane Miller ada di sana, sedang memuji Ashley untuk pekerjaan yang telah diselesaikannya. "Kita takkan bisa jalan tanpa kau, Ashley. Kami akan mempertahankanmu di sini selamanya." Kemudian adegan pindah ke sel penjara dan Shane Miller berkata, "Yah, aku terpaksa melakukan ini, tapi mengingat situasinya, perusahaan memutuskan hubungan kerja denganmu. Wajar kan kalau kami tak bisa dihubung-hubungkan dengan kejadian seperti ini. Kau mengerti, kan" Tak ada sentimen pribadi."
371 Paginya, ketika Ashley terbangun, bantalnya basah dengan air mata.
Alette sedih. Terapi-terapi ini mengingatkannya betapa ia merindukan Roma dan betapa bahagianya ia waktu masih bersama Richard Melton. Kami bisa hidup bahagia berdua, tapi sekarang sudah terlambat. Terlambat.
Tom benci sesi-sesi terapi itu karena baginya juga mengingatkannya pada banyak kenangan buruk. Segala yang pernah dilakukannya adalah untuk melindungi Ashley dan Alette. Tapi apakah ada yang menghargainya" Tidak. Ia malah dipenjara seakan ia ini penjahat saja. Tapi aku akan keluar dari sini, Toni berjanji pada dirinya sendiri. Aku akan keluar dari sini.
Halaman demi halaman kalender telah disobek bersamaan dengan berlalunya waktu, setahun lagi telah tiba dan lewat Dr. Keller semakin frustrasi.
"Aku sudah membaca laporanmu yang terakhir," Dr. Lewison memberitahu Gilbert Keller. "Menurutmu apakah benar-benar terjadi lacuna" Benarkah dia kehilangan ingatan sementara, atau mereka cuma pura-pura?"
"Mereka pura-pura, Otto. Seakan-akan mereka tahu apa yang sedang kucoba lakukan, dan mereka tidak mengizinkannya. Kurasa Ashley benar-benar ingin membantu, tapi mereka melarangnya. Biasanya, di bawah hipnotis, kita bisa menembusnya, tapi Toni kuat sekali. Dia menguasai sepenuhnya, dan dia berbahaya." "Berbahaya?"
"Ya. Bayangkan betapa besar kebencian yang dipendamnya sampai dia membunuh dan mengebiri lima laki-laki."
Sisa tahun ini tidak lebih baik.
Dr. Keller sukses menangani pasien-pasiennya yang lain, tetapi Ashley, yang paling berarti baginya, tidak mengalami kemajuan. Dr. Keller punya perasaan bahwa Toni menikmati bermain-main dengannya. Toni bertekad bahwa ia tak boleh berhasil. Namun kemudian, di luar dugaan, ada terobosan.
Terobosan itu dimulai dengan surat lain dari Dr. Patterson.
5 Juni Dear Ashley, Aku akan ke New York untuk mengurus bisnis, dan aku ingin sekali mampir dan menengokmu. Aku akan menelepon Dr. Lewison, dan jika tak ada keberatan, kau bisa mengharapkan kedatanganku sekitar tanggal 25.
Salam penuh cinta, . Ayah
Tiga minggu kemudian, Dr. Patterson tiba dengan wanita menarik berambut hitam berusia awal empat
373 puluhan dan anak perempuannya yang berusia tiga tahun, Katrina.
Mereka diantar ke kantor Dr. Lewison. Dokter itu bangkit ketika mereka masuk. "Dr. Patterson, senang sekali saya bertemu Anda."
"Terima kasih. Ini Miss Victoria Aniston dan anaknya, Katrina" K&:
"Apa kabar, Miss Aniston" Katrina."
"Kuajak mereka untuk berkenalan dengan Ashley."
. "Bagus. Dia sedang bersama Dr. Keller sekarang, tapi sebentar lagi mereka selesai"
Dr. Patterson bertanya, "Bagaimana kabarnya Ashley?"
Otto Lewison ragu-ragu. "Bisakah saya bicara berdua saja dengan Anda sebentar?" Tentu."
Dr. Patterson menoleh kepada Victoria dan Katrina "Di luar sana ada kebun yang indah. Bagaimana kalau kalian menungguku di sana" Nanti aku menyusul dengan Ashley."
Victoria Aniston tersenyum. "Baiklah." Ia memandang Otto Lewison. "Senang berkenalan dengan Anda, Dokter,"
Terima kasih, Miss Anniston."
Dr. Patterson mengawasi keduanya meninggalkan ruangan. Ia menoleh kepada Dr. Lewison. "Apakah ada masalah?"
"Saya akan berterus terang pada Anda, Dr. Patterson. Kemajuan kami tidak sepesat yang kami harapkan. Ashley mengatakan ingin dibantu, tapi
dia tidak mau bekerja sama dengan kami. Dia malah melawan perawatannya" Dr. Patterson memandangnya, bingung. "Kenapa?" "Sebenarnya ini tak aneh. Pada tahap tertentu, pasien-pasien MPD tidak berani bertemu alter mereka. Mereka ngeri. Mernikirkan ada pribadi-pribadi lain yang hidup dalam pikiran dan tubuh mereka dan bisa menguasai kapan saja?Yah, Anda bisa membayangkan, betapa itu mematahkan semangat." Dr. Patterson mengangguk. "Tentu saja." i "Ada sesuatu yang membingungkan kami tentang problem Ashley. Hampir selalu, problem ini dimulai dengan kisah penganiayaan ketika si pasien masih sangat kecil. Kami tak punya catatan tentang sesuatu yang semacam itu dalam kasus Ashley, jadi kami sama sekali tak punya gambaran bagaimana atau kenapa traumanya ini bisa timbul."
Dr. Patterson duduk diam beberapa saat. Kala dia bicara, suaranya berat. "Saya bisa membantu Anda." Ditariknya napas dalam-dalam. "Saya sendiri yang salah."
Otto Lewison mengawasinya dengan penuh perhatian.
"Terjadinya waktu Ashley berusia enam tahun. Saya harus pergi ke Inggris. Istri saya tidak dapat ikut. Saya mengajak Ashley. Istri saya punya sepupu yang sudah agak berumur di sana. Namanya John. Saya tidak menyadarinya waktu itu, tapi John ternyata punya" problem emosional. Saya harus pergi untuk memberi kuliah suatu hari, dan John menawarkan diri untuk menjaga Ashley. Waktu saya
375 pulang sorenya, John sudah rak ada. Ashley histeris total. Perlu waktu lama sekali untuk menenangkannya Setelah itu, dia tidak mau kalau ada orang dekat-dekat dengannya. Dia menjadi pemalu dan pendiam. Seminggu kemudian, John ditangkap dengan tuduhan telah melakukan perundungan seksual terhadap sejumlah anak." Wajah Dr. Patterson dipenuhi kepedihan. "Saya tak pernah memaafkan diri saya. Tak pernah lagi saya tinggalkan Ashley bersama orang lain setelah peristiwa itu."
Sunyi lama. Otto Lewison berkata, "Saya ikut prihatin. Tetapi saya rasa Anda telah memberikan jawaban yang selama ini kami cari-cari, Dr. Patterson. Sekarang Dr. Keller jadi punya sesuatu yang spesifik yang bisa dijadikan landasan terapinya."
"Selama ini saya tidak pernah membicarakan ini, karena terlalu menyakitkan bagi-saya."
"Saya mengerti." Otto Lewison melihat arlojinya. "Ashley baru akan selesai beberapa lama lagi. Bagaimana jika Anda menemani Miss Aniston dulu di kebun" Saya akan meminta Ashley menyusul jika dia datang nanti."
Dr. Patterson berdiri. "Terima kasih. Saya keluar duhi"
Otto Lewison memandangnya keluar. Ia sudah tak sabar ingin memberitahu Dr. Keller apa yang baru diketahuinya.
Victoria Aniston dan Katrina sedang menunggunya. "Kau sudah ketemu Ashley?" tanya Victoria. "Mereka akan mengirimnya ke sini sebentar
lagi," kata Dr. Patterson. Ia memandang lahan yang luas"itu. "Indah, ya?"
Katrina berlari mendekatinya. "Aku mau terbang ke langit lagi."
Dr. Patterson tersenyum. "Baiklah." Diangkatnya anak itu, dilambungkannya, dan ditangkapnya kembali.
"Lebih tinggi lagi!"
"Tunggu. Nah, kita terbang." Dilambungkannya lagi anak itu dan ditangkapnya. Anak itu menjerit-jerit kegirangan.
"Lagi!" Dr. Patterson memunggungi bangunan utama, jadi ia tidak melihat Ashley dan Dr. Keller keluar. "Lebih tinggi lagi!" teriak Katrina ? Ashley terhenti di tengah pintu, membeku. Ia mengawasi ayahnya yang bermain-main dengan gadis kecil itu, dan waktu seakan berhenti. Segalanya setelah itu terjadi dengan gerak pelan.
Terlintas bayangan seorang gadis kecil dilambungkan . ke udara". "Lebih tinggi lagi, Papai"
"Sebentar. Nah, kita terbang." Dan kemudian anak itu dilemparkan ke tempat tidur"
Ada suara berkata, "Kau akan suka ini?" v Si pria naik ke tempel tidur, berbaring di sebelahnya. Si gadis kecil menjerit, "Berhenti. Jangan. Jangan."
; Si ?ria berada dalam bayangan. Ia menekan
m gadis kecil itu ke tempat tidur, dan membelai-belai tubuhnya. "Enak, kan?"
Dan tiba-tiba saja bayangan terangkat, dan Ashley bisa melihat wajah pria itu. Ternyata wajah ayahnya.
Memandangnya sekarang, di kebun, bermain-] main dengan gadis kecil itu, Ashley membuka mulurnya dan mulai menjerit, dan tak bisa berhenti.
Dr. Patterson, Victoria Aniston, dan Katrina menoleh, kaget.
Dr. Keller berkata cepat, "Maaf. Ini bukan saat yang baik. Bisakah Anda kembali lain kali?" Dan dibawanya Ashley masuk kembali.
Mereka memeriksanya di salah satu ruang darurat.
"Denyutnya kelewat cepat," kata Dr. Keller. "Dia dalam keadaan fuga." Fuga adalah suatu pelarian amnesik. Dr. Keller mendekatinya dan berkata, "Ashley, kau tak perlu takut. Kau aman di sini. Tak ada yang akan menyakitimu. Dengarkan saja suaraku dan rileks" rileks" rileks"."
Perlu waktu setengah jam. "Ashley, ceritakan padaku apa yang terjadi. Apa yang membuatmu -begitu cemas?"
"Papa dan anak perempuan tadi?"
"Kenapa mereka?"
Tonitlah yang menjawab, "Dia tak bisa menghadapinya Dia takut Papa akan melakukan terhadap gadis kecil .itu seperti apa yang pernah dilakukannya kepadanya."
Sejenak Dr. Keller menatapnya "Apa?apa yang dilakukan ayahnya kepadanya?"
Saat itu di London. Ia ada di tempat tidur. Ayahnya duduk di sebelahnya dan berkata, "Aku akan membuatmu sangat senang, baby," dan
mulai menggelitikinya, dan ia tertawa. Dan kemudian" ayahnya membuka piamanya, dan mulai bermain-main dengannya. "Enak kan rasanya tanganku?" Ashley mulai berteriak, "Jangan. Jangan begitu." Tapi ia tak mau berhenti la malah menekan Ashley ke tempat tidur dan terus saja bermain dengannya".
Dr. Keller bertanya, "Itukah pertama kalinya terjadi, Toni?" "Ya."
"Berapa umur Ashley waktu"itu?"
"Enam tahun." "Dan saat itukah kau lahir?"
"Ya. Ashley terlalu ketakutan untuk menghadapi kenyataan ini."
"Apa yang terjadi sesudah itu?"
"Papa mendatanginya setiap malam dan tidur bersamanya." Kata-katanya mengalir lancar sekarang. "Ashley tak bisa menghentikannya. Ketika mereka pulang, Ashley memberitahu Ibu apa yang terjadi dan Ibu mengatarnya tukang bohong.
"Ashley takut tidur malam hari, karena dia tahu Papa akan datang ke kamarnya. Papa menyuruhnya menyentuhnya dan kemudian bermain sendiri. Dan
379 dia bilang kepada Ashley, "Jangan bilang siapa-siapa tentang ini. Kalau bilang aku tak akan mencintaimu lagi." Dia memang tidak bisa bilang siapa-siapa. Mama dan Papa bertengkar sepanjang waktu, dan Ashley mengira itu karena kesalahannya. Dia tahu dia telah melakukan sesuatu yang salah, tapi dia tak tahu apa. Mama membencinya."
"Berapa lama ini berlangsung?" Dr. Keller bertanya
"Waktu aku berusia delapan tahun?" Toni berhenti. Teruskan, Toni."
Wajah Ashley berubah, dan sekarang Alette-lah yang duduk di kursinya. Ia berkata, "Kami pindah ke Roma Papa melakukan riset di Policlinico Umberto Primo."
"Dan saat itukah -kau lahir?"
"Ya Ashley tak tahan menghadapi apa yang terjadi suatu malam, jadi aku datang untuk melindunginya,"
"Apa yang terjadi, Alette?" m*.
"Tapa masuk ke kamarnya waktu dia sedang tidur, dan Papa telanjang. Papa merangkak ke atas tempat tidurnya, dan kali ini memaksakan kehendaknya. Ashley berusaha mencegahnya, tapi tak bisa. Dia memohon agar Papa tidak melakukannya lagi, tapi Papa mendatanginya tiap malam. Dan dia selalu berkata, "Beginilah caranya pria menyatakan cintanya kepada wanita, dan kau gadisku, dan aku mencintaimu. Kau tak boleh bilang
siapa-siapa tentang ini." Dan Ashley memang tak bisa bercerita pada siapa pun."
Ashley terisak-isak, air mata mengalir membasahi pipinya.
Susah payah Dr. Keller menahan diri untuk tidak merengkuh Ashley ke dalam pelukannya dan memberitahunya bahwa ia mencintainya, dan bahwa segalanya akan baik-baik saja. Tapi tentu saja itu tidak mungkin. Aku dokternya.
Ketika Dr. Keller kembali ke kantor Dr. Lewison, Dr. Patterson, Victoria Aniston, dan Katrina sudah pergi.
"Yah, inilah yang sudah lama kita tunggu-tunggu," Dr. Keller memberitahu Dr. Lewison. "Kita akhirnya mendapat terobosan. Aku tahu kapan Toni dan Alette dilahirkan dan kenapa. Kita akan melihat perubahan besar mulai sekarang."
Dr. Keller benar. Keadaan mulai berubah.
Bab 26 SESI hipnoterapi sudah dimulai. Begitu Ashley sudah di bawah pengaruh hipnotis, Dr. Keller berkata, "Ashley, ceritakan padaku tentang Jim Cleary."
"Aku mencintai Jim. Kami akan kawin lari." "Ya"r
"Pada malam perpisahan sekolah, Jim bertanya padaku apakah aku mau ikut dia ke rumahnya, dan aku" aku bilang tidak. Ketika dia mengantarku pulang, ayahku sudah menunggu kami. Dia marah sekali. Dia mengusir Jim dan melarangnya mendekatiku lagi."
"Lalu apa yang terjadi?"
"Aku memutuskan untuk ke rumah Jim. Aku mengepak koper dan berjalan ke rumahnya." Ia ragu-ragu. "Setengah jalan, aku berubah pikiran dan pulang lagi. Aku?"
Ekspresi wajah Ashley mulai berubah. Ia mulai rileks di kursinya, dan Toni-lah yang sekarang duduk di sana.
"Pulang apaan. Dia ke rumahnya, Dockie."
-Ketika dia tiba di sana, rumah Jim Cleary sudah gelap. "Orangtuaku tak ada di rumah akhir pekan ini." Ashley memencet bel. Beberapa menit kemudian, Jim Cleary membuka pintu. Dia sudah memakai piama.
"Ashley." Ia tersenyum, wajahnya cerah. "Kau memutuskan untuk datang." Ditariknya Ashley masuk.
"Aku datang karena?"
"Aku tak peduli alasanmu. Yang penting kau di sini." Dipeluknya Ashley dan diciumnya. "Mau minum?"
"Air saja." Ashley tiba-tiba takut.
"Baiklah. Yuk." Dipegangnya tangan Ashley dan diajaknya ke dapur. Dituangnya segelas air dan dipandanginya Ashley meminumnya. "Kau kelihatan gelisah."
"Me?memang." "Tak ada yang perlu dicemaskan. Orangtuaku tak mungkin pulang. Yuk kita ke atas."
"Jim, kurasa sebaiknya tidak "
Jim mendekatinya dari belakang, tangannya menjangkau payudaranya. Ashley menoleh. "Jim?"
Bibirnya menekan bibir Ashley, dan tubuhnya menekannya sehingga Ashley terpaksa bersandar ke konter dapur.
"Aku akan membuatmu senang, Sayang." Itu
383 suara ayahnya yang berkata, "Aku akan membuatmu senang, Sayang."
Ashley membeku. Dirasanya Jim membuka pakaiannya dan menggagahinya sementara Ashley berdiri telanjang di sana, menjerit dalam diam
Dan kemarahan brutal menguasainya.
Dilihatnya pisau daging besar di tancapan kayu. Dicabutnya pisau itu dan ditusuk-tusuk-kannya ke dada Jim sambil berteriak-teriak, "Berhenti, Ayak", Berhenti" Berhenti" Berhenti"."
la memandang ke bawah. Jim tergeletak di lantai, darah menyembur dari tubuhnya.
"Kau binatang," jeritnya. "Kau takkan melakukan ini pada siapa pun lagi." Ia membungkuk dan menghunjamkan pisau itu ke buah zakarnya.
Pukul enam paginya, Ashley ke stasiun menunggu Jim. Jim tak kelihatan batang hidungnya.
Ia mulai panik. Apa yang terjadi" Didengarnya peluit kereta di kejauhan. Dipandangnya arlojinya: 07.00. Kereta memasuki stasiun. Ashley bangkit dan memandang berkeliling dengan kalut. Sesuatu yang mengerikan telah terjadi pada Jim. Beberapa menit kemudian, ia memandang kereta meninggalkan stasiun, membawa mimpinya bersamanya.
Ia masih menunggu setengah jam lagi dan kemudian pelan-pelan berjalan pulang. Siang itu
Ashley dan ayahnya berada dalam pesawat ke London".
Sesi hipnoterapi sudah berakhir.
Dr. Keller menghitung, ?"empat" lima. Kau bangun sekarang."
Ashley membuka matanya. "Apa yang terjadi?"
"Toni menceritakan bagaimana dia membunuh Jim" Cleary. Jim menyerangmu."
Wajah Ashley memucat. "Aku mau ke kamarku."
Dr. Keller melaporkan kepada Otto Lewison. "Kita benar-benar mendapat kemajuan, Otto. Sebelum hari ini, semua macet, masing-masing dari mereka takut mengambil langkah pertama. Tapi sekarang mereka lebih santai. Kita menuju ke arah yang benar, tapi Ashley masih takut menghadapi kenyataan."
Dr. Lewison bertanya, "Dia tak tahu bagaimana pembunuhan-pembunuhan ini terjadi?"
"Sama sekali tidak. Dia memblokirnya sepenuhnya. Toni yang mengambil alih."
Dua hari kemudian. "Kau nyaman, Ashley?"
"Ya." Suaranya terdengar datang dari jauh.
"Aku mau kita bicara tentang Dermis Tibbie. Apakah dia temanmu?"
"Dennis dan aku bekerja di perusahaan yang sama. Kami sebetulnya tidak berteman."
"Laporan polisi mengatakan sidik jarimu ditemukan di apartemennya."
"Betul. Aku ke sana karena dia ingin aku memberinya nasihat"
"Dan apa yang terjadi?"
"Kami bicara selama beberapa menit, dan dia memberiku segelas anggur yang sudah diberi obat."
"Apa yang berikutnya kauingat?"
"Aku?aku terbangun di Chicago."
Ekspresi wajah Ashley mulai berubah.
Sekejap saja sudah Toni yang berbicara padanya. "Kau ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi?""
"Ceritakan padaku, Toni."
Dennis Tibbie mengambil botol anggur dan berkata, "Yuk, cari tempat yang lebih enak." Ia mengajak Ashley ke kamar tidur.
"Dennis, aku tak mau?"
Dan mereka berada di kamar, dan ia melepas pakaian Ashley.
"Aku tahu apa yang kau mau, baby. Kau ingin aku mencumbumu. Itulah sebabnya kau datang."
la memberontak "Berhenti, Dennis!"
"Tidak sebelum aku memberimu apa yang kauinginkan. Kau akan senang, baby."
Didorongnya Ashley ke tempat tidur, dipe-ganginya erat-erat, tangannya bergerak ke bagian bawah perut Ashley. Suara ayahnyalah yang terdengar. "Kau akan menyukainya, baby." Dan laki-laki itu memaksa menggagahinya,
berkali-kali, dan Ashley menjerit dalam diam, "Jangan, Ayah. Berhenti!" Dan kemarahan
yang luar biasa menguasainya, Dilihatnya botol anggur itu. Dijangkaunya, dihantamkannya ke tepi meja, dan dihunjamkannya ujungnya yang tajam ke punggung Dennis. Dennis berteriak dan berusaha bangun, tapi ia memeganginya erat-erat, sementara ia terus menghunjamkan pecahan botol tajam itu ke tubuhnya. Dipandangnya Dennis berguling ke lantai.
"Jangan," Dennis merintih.
"Kau-berjanji tidak akan melakukan itu lagi" Yah, lebih baik kita pastikan." Diambilnya lagi pecahan botol itu dan diarahkannya ke selangkangan Dennis.
Dr. Keller membiarkan waktu berlalu sesaat. "Apa yang kaulakukan setelah itu, Toni?"
"Kuputuskan aku lebih baik keluar dari situ sebelum polisi datang. Harus kuakui aku cukup bersemangat. Aku kan ingin meninggalkan kehidupan Ashley yang membosankan sesaat, dan aku punya teman cowok di Chicago. Jadi kuputuskan untuk ke sana. Ternyata dia tidak di rumah, jadi aku pergi shopping, mengunjungi beberapa bar, dan bersenang-senang."
"Dan apa yang terjadi kemudian?"
"Aku ke hotel dan tidur." Ia mengangkat bahu. "Sesudah itu, bagian Ashley deh."
Ashley terbangun pelan-pelan, sadar bahwa ada
387 yang tidak beres. Sangat tidak beres. Ia merasa seakan habis diminumi obat terlarang. Ashley memandang berkeliling ruangan dan mulai panik la terbaring di tempat tidur, telanjang, di hotel murahan. la sama sekali tak tahu ia ada di mana atau bagaimana ia bisa sampai ke sana. la berhasil duduk, dan kepalanya mulai berdenyut sakit.
la turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi yang superkecil, dan melangkah ke bawah dus. Dibiarkannya kucuran air menerpa tubuhnya, mencoba membasuh kejadian kotor mengerikan entah apa yang telah menimpanya. Bagaimana kalau ia sampai hamil" Membayangkan punya anak dari laki-laki itu-sungguh memuakkan. Ashley melangkah keluar dari bawah dus, mengeringkan tubuhnya, dan berjalan ke lemari. Pakaiannya tak ada. Satu-satunya yang ada di lemari itu adalah rok mini dari kulit hitam, tube top murahan, dan sepasang sepatu berhak runcing tinggi, la jijik harus memakai pakaian seperti itu, tapi tak punya pilihan. Cepat-cepat ia mengenakan pakaian itu dan melirik sekilas ke cermin, la kelihatan seperti pelacur. "Ayah, aku?" "Ada apa?"
"Aku di Chicago dan?"
"Apa yang kaulakukan di. Chicago?"
"Aku tak bisa menjelaskannya sekarang. Aku butuh tiket pesawat ke San Jose. Aku tak punya uang. Bisakah Ayah membantu?"
"Tentu saja. Tunggu". Ada pesawat American Airlines berangkat dari O"Hare pukul 10.40, Penerbangan 407. Tiket pesawat sudah disiapkan untukmu di konter tiket."
"Alette, kau bisa mendengarku, Alette?"
"Aku di sini, Dr. Keller."
"Aku ingin kita bicara tentang Richard Melton. Dia temanmu, kan?"
"Ya. Dia sangat" simpdtico. Aku mencintainya."
"Apakah dia mencmtaimu?"
"Kurasa begitu, ya. Dia pelukis. Kami pergi ke museum bersama dan menikmati lukisan-lukisan luar biasa itu. Saat bersama Richard aku merasa" hidup. Kurasa jika dia tidak dibunuh orang, suatu hari nanti kami akan menikah."
"Ceritakan tentang saat terakriir kalian bersama."
"Waktu kami keluar dari museum, Richard berkata, "Teman sekamarku ke pesta malam ini. Bagaimana kalau kita mampir ke tempatku" Aku punya beberapa lukisan yang ingin kutunjukkan padamu.?"
?"Jangan sekarang, Richard.?"
"Terserah padamu deh. Kita ketemu lagi akhir minggu depan?""
?"Ya.?" "Aku pulang," kata .Alette. "Dan itulah terakhir
kalinya aku?" Dr. Keller melihat wajahnya berubah menjadi
T?"Dia maunya begitu," kata Toni. "Yang terjadi bukan begitu."
389 -Apa yang terjadi?" tanya Dr. Keller.
Dia ikut ke apartemen Richard di Fell Street. Apartemen itu kecil, tapi lukisan-lukisan Richard membuatnya kelihatan indah.
"Lukisan-lukisanmu membuat ruangan ini hidup, Richard "
"Terima kasih, Alette." Richard memeluknya. "Aku ingin bercinta denganmu. Kau cantik."
"Kau cantik," kata ayahnya. Dan ia membeku. Karena ia tahu hal mengerikan yang sebentar lagi akan terjadi la terbaring di tempat tidur, telanjang, merasakan sengatan kesakitan yang sudah dikenalnya saat Richard menggagahinya, mervbek-robeknya.
Dan ia menjerit-jerit, "Jangan! Berhenti, Ayah! Berhenti!" Dan kemudian kemarahan manik-depresif menguasainya, la tak ingat lagi dari mana ia mendapatkan pisau itu, tapi ia menusuk tubuh Richard berkali-kali, sambil menjerit-jerit, "Aku sudah bilang jangan! Berhenti!"
Ashley menggeliat di kursinya, menjerit-jerit.
"Tidak apa-apa, Ashley," kata Dr. Keller. "Kau aman. Kau akan bangun sekarang, pada hitungan kelima."
Ashley bangun, gemetar. "Apakah semua baik-baik saja?"
"Toni bercerita padaku tentang Richard Melton. ZZ"^t"*?m- "- "nganggapnya
Ashley menutupi telinganya. "Aku tak mau dengar lagit"
Dr. Keller menemui Otto Lewison.
"Kurasa akhirnya kita benar-benar melakukan terobosan. Sangat traumatis bagi Ashley, tapi kami sudah hampir selesai. Masih ada dua pembunuhan lagi yang harus kami gali."
"Dan kemudian?"
"Aku akan mempertemukan Ashley, Toni, dan Alette."
101 Bab 27 ONI" Toni, bisakah kau mendengarku?" Dr. Keller memandang ekspresi Ashley berubah. "Aku mendengarmu, Dockie."
"Mari kita bicara tentang Jean Claude Parent." "Aku seharusnya tahu tak ada laki-laki seideal itu."
"Apa maksudmu?"
"Pada awalnya, dia kelihatannya betul-betul gentleman. Dia mengajakku keluar setiap hari, dan kami benar-benar senang. Kupikir dia lain, tapi ternyata sama saja dengan yang lain. Yang dimauinya cuma seks."
"Begitu." "Dia menghadiahiku cincin yang bagus, dan kurasa dia berpikir dia memilikiku. Aku ikut dia ke ramahnya."
Rumahnya dari batu bata merah cantik bertingkat dua, penuh barang antik. "Bagus sekali."
"Ada sesuatu yang istimewa yang ingin kutunjukkan padamu di atas di kamar tidur." Jean mengajaknya ke atas, dan ia tak kuasa mencegahnya. Mereka berada di kamar, dan Jean memeluknya sambil berbisik, "Buka bajumu. "
"Aku tak mau?" "Pasti kau mau. Kita berdua menginginkannya. " Ia cepat-cepat melepas pakaian Toni, kemudian membaringkannya di tempat tidur dan naik ke atasnya. Toni merintih, "Jangan. Jangan, Ayah!"
Tapi laki-laki itu tidak peduli. Ia terus saja bergerak-gerak memuaskan nafsunya sampai akhirnya ia melenguh, "Ah," dan kemudian berhenti. "Kau hebat," katanya.
Dan Toni meledak sengit. Disambarnya pembuka surat tajam dari meja dan dihunjamkannya ke dada pria itu, naik-turun, naik-turun.
"Kau takkan melakukan itu lagi pada siapa pun juga." Ia mengincar selangkangan si pria
Sesudah itu, ia mandi di bawah dus dengan santai, berpakaian, dan kembali ke hotel
"Ashley?" Wajah Ashley mulai berubah. "Bangunlah sekarang."
Pelan-pelan Ashley bangun. Dia memandang Dr. Keller dan bertanya, "Ioni lagi?"
"Ya Dia bertemu Jean Claude di Internet. Ashley, waktu kau di Quebec, apakah ada saat-saat yang rasanya kau kehilangan waktu" Ketika tiba-tiba
sudah lewat beberapa jam atau sudah hari berikutnya, dan kau tidak tahu ke mana perginya sang waktu?"
Pelan ia mengangguk. "Ya. Itu?itu sering terjadi."
"Saat-saat itulah Toni mengambil alih."
"Dan saat itulah" dia??"
"Ya." Beberapa bulan, berikutnya berlalu tenang. Sore hari Dr. Keller mendengarkan Toni bermain piano dan bernyanyi, dan mengawasinya melukis di kebun. Masih ada satu pembunuhan lagi yang belum dibicarakan, tetapi ia ingin Ashley rileks sebelum ia mulai membicarakannya.
Sudah lima tahun berlalu sejak pertama kali Ashley datang ke rumah sakit. Dia sudah hampir sembuh, pikir Dr. Keller.
Suatu Senin pagi, ia memanggil Ashley dan memandangnya mema
suki ruangannya. Wajahnya pucat, seakan ia tahu apa yang akan dihadapinya.
"Selamat pagi, Ashley."
"Selamat pagi, Gilbert."
"Bagaimana perasaanmu?"
"Gugup. Ini yang terakhir, kan?"
"Ya. Mari kita bicara tentang Deputi Sam Blake. Apa yang dilakukannya di apartemenmu?"
"Aku memintanya datang. Ada orang menulis di cermin di kamar mandiku, "Kau Akan Mati". Aku panik. Kupikir ada orang yang mau mencoba membunuhku. Aku menelepon polisi, dan Deputi Blake datang. Dia sangat simpatik."
"Apakah kau memintanya untuk menemanimu?"
"Ya. Aku takut sendirian. Dia bilang akan menginap, dan paginya dia akan mengatur perlindungan 24 jam untukku. Aku menawarkan diri untuk tidur di sofa dan menawarinya tidur di kamarku. Tapi dia bilang akan tidur di sofa saja. Aku ingat dia mengecek jendela-jendela untuk meyakinkan apakah sudah dikunci, dan kemudian dia menyelot gerendel-ganda pintu. Pistolnya di atas meja di sebelah sofa. Aku mengucapkan selamat tidur, lalu masuk kamar dan menutup pintu."
"Lalu apa yang terjadi?"
"Aku?Hal berikutnya yang kuingat adalah terbangun mendengar ada orang menjerit di jalanan. Kemudian Sheriff datang memberitahuku bahwa Deputi Blake ditemukan meninggal." Ia berhenti. Wajahnya pucat.
"Baiklah. Aku akan membuatmu tertidur sekarang. Santai saja" Pejamkan matamu dan rileks"." Perlu waktu "sepuluh menit. Dr. Keller memanggil, "Toni?"
"Aku di sini. Kau ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, kan" Ashley bego benar meminta Sam menginap di apartemennya. Aku sebetulnya bisa memberi t ah u dia apa yang akan dilakukan Sam."
Sam mendengar teriakan dari dalam kamar. Cepat-cepat ia meloncat bangun dari sofa dm menyambar pistolnya, la bergegas ke pintu ka-1 mar dan sejenak mendengarkan. Sunyi. Mung-1 kin ia tadi cuma membayangkannya. Tepat saat
ia berbalik dari pintu, didengarnya lagi teriakan itu. Didorongnya pintu terbuka, pistolnya siap di tangan. Ashley terbaring di tempat tidur, telanjang, dan tidur. Tak ada orang lain di kamar itu. Ashley mengerang-erang. Ia bergerak ke tepi tempat tidur. Ashley kelihatan cantik rne-lingkar dalam posisi fetus, la mengerang lagi, terperangkap dalam mimpi mengerikan. Semula Sam hanya bermaksud menghibur Ashley, memeluk dan mendekapnya la membaringkan diri di sebelah Ashley dan dengan lembut menariknya ke dalam pelukannya, dan ia merasakan kehangatan tubuh Ashley dan mulai terangsang.


Ceritakan Mimpi-mimpimu Tell Me Your Dreams Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ashley terbangun karena mendengarnya berkata, "Tidak apa-apa sekarang. Kau aman." Dan bibirnya mengecupnya, lalu ia merenggangkan kakinya dan menggagahinya. Dan Ashley menjerit, "Jangan, Ayah!" Dan gerakannya makin lama makin cepat, didorong desakan kebutuhannya, dan kemudian kemarahan ganas menguasai Ashley. Disambarnya pisau dari meja di sebelah tempat tidurnya dan dihunjamkannya berkali-kali ke tubuh Sam.
"Apa yang terjadi setelah kau membunuhnya?"
"Dia membungkus mayatnya dengan seprai dan menyeretnya ke dalam lift, kemudian lewat garasi ke jalan kecil di belakang."
?"dan kemudian," Dr. Keller memberitahu Ashley, "Toni membungkus mayatnya dengan seprai dan
menyeretnya ke lift dan lewat garasi ke jalan kecil di belakang."
Ashley duduk diam, wajahnya pucat pasi. "Dia mon?aku monster."
Gilbert Keller berkata, "Tidak. Ashley, kau hams ingat bahwa Toni dilahirkan dari deritamu, untuk melindungimu. Sama dengan Alette. Sudah waktunya untuk menutup semua ini. Aku ingin kau menemui mereka. Ini langkah berikutnya untuk menuju kesembuhanmu."
Mata Ashley terpejam rapat-rapat. "Baiklah. Kapan kita" melakukannya?" "Besok pagi."
Ashley berada sepenuhnya di bawah pengaruh hipnotis. Dr. Keller mulai dengan Toni.
"Toni, aku ingin kau dan Alette bicara pada Ashley."
"Apa yang membuatmu berpikir dia bisa menangani kami?"
"Kurasa dia bisa."
"Baiklah, Dockie. Terserah kau saja."
"Alette, kau siap bertemu Ashley?"
"Kalau kata Toni boleh."
"Tentu, Alette. Sudah waktunya."
Dr. Keller menarik napas dalam dan berkata, "Ashley, aku ingin kau menyapa Toni."
Sunyi lama. Kemudian terdengar suara malu-malu, "Halo, Toni?"
"Halo." "Ashley, sapalah Alette."
397 "Halo, Alette?" "Halo, Ashley?"
Dr. Keller mengembuskan napas lega. "Aku ingin kalian bertiga saling kenal. Kalian telah menderita bersama-sama, mengalami trauma yang sama. Trauma itu memisahkan kalian satu sama lain. Tapi sekarang tak ada lagi alasan untuk berpisah. Kalian akan menjadi satu orang utuh yang sehat. Memang ini perjalanan panjang, tapi kalian telah memulainya. Dan percayalah, bagian tersulit sudah dilalui."
Sejak saat itu, kemajuan Ashley pesat sekali. Ashley dan dua altemya bercakap-cakap setiap hari.
"Aku harus melindungimu," Toni menjelaskan. "Kupikir setiap kali aku membunuh salah satu dari laki-laki itu, aku membunuh Ayah untuk apa yang telah dilakukannya terhadapmu."
"Aku juga mencoba melindungimu," kata Alette.
"Aku?aku menghargai itu. Aku berterima kasih kepada kalian berdua."
Ashley menoleh kepada Dr. Keller dan berkata masam, "Itu semua sebetulnya aku sendiri, kan" Aku bicara pada diriku sendiri."
"Kau bicara pada dua bagian lain dirimu," ia mengoreksi halus. "Sudah saatnya kalian bertiga bergabung menjadi satu lagi."
Ashley memandangnya dan tersenyum. "Aku siap."
Sore itu, Dr. Keller menemui Otto Lewison.
Dr. Lewison berkata, "Aku mendengar laporan-laporan menggembirakan, Gilbert."
Dr. Keller mengangguk. "Kemajuan Ashley luar biasa. Beberapa bulan lagi kurasa dia sudah bisa pulang dan berobat jalan saja."
"Bagus sekali. Selamat."
Aku akan kehilangan dia, pikir Dr. Keller. Aku akan sangat kehilangan dia.
"Dr. Salem di line dua untuk Anda, Mr. Singer."
"Baik." David menjangkau telepon, heran. Kenapa Dr. Salem meneleponnya" Sudah bertahun-tahun mereka berdua tidak kontak. "Royce?"
"Selamat pagi, David. Aku punya informasi menarik bagimu. Tentang Ashley Patterson."
David tiba-tiba merasa panik. "Kenapa dia?"
"Ingatkah kau betapa kita berusaha mencari tahu trauma yang membuat kondisinya begitu, dan kita gagal?"
David ingat benar. Itu jadi kelemahan besar untuk kasus mereka. "Ya."
"Nah, aku baru tahu jawabnya. Kawanku, Dr. Lewison, kepala Connecticut Psychiatric Hospital, baru saja meneleponku. Potongan teka-teki yang hilang ini adalah Dr. Steven Patterson. Dialah yang melakukan perundungan pada Ashley waktu dia masih kecil."
David bertanya kaget, "Apa?"
"Dr. Lewison baru saja tahu."
David mendengarkan Dr. Salem menjelaskan, tetapi pikirannya di tempat lain. Ia ingat kata-kata
399 Dr. Patterson. "Kaulah satu-satunya yang kupercaya, David. Anakku sangat berarti bagiku. Kau akan menyelamatkan hidupnya". Aku ingin kau menjadi, pembela Ashley, dan aku tak mau ada orang lain terlibat dalam kasus ini"."
Dan David tiba-tiba menyadari kenapa Dr. Patterson begitu ngotot ia harus membela Ashley sendirian. Dokter itu yakin bahwa seandainya David sampai tahu apa yang telah dilakukannya, David akan melindunginya. Dr. Patterson harus memilih antara anaknya atau reputasinya, dan ia telah memilih reputasinya. Bangsat! "Terima kasih, Royce."
Sore itu, ketika melewati ruang rekreasi, Ashley melihat Westport News yang ditinggalkan orang di sana. Di halaman depan surat kabar itu terpampang foto ayahnya dengan Victoria Aniston dan Katrina. Awal berita itu berbunyi, "Dr. Steven Patterson akan menikah dengan tokoh terkemuka Victoria Aniston, yang memiliki putri berusia tiga tahun dari perkawinannya sebelumnya. Dr. Patterson akan bergabung dengan staf St. John"s Hospital di Manhattan, ia dan calon istrinya telah membeli rumah di Long Island"."
Ashley berhenti membaca, wajahnya bagai diselubungi topeng kemarahan. "Kubunuh bajingan itu," Toni menjerit. "Kubunuh dia!"
Ia sama sekali tak bisa dikendalikan. Mereka harus menyekapnya di ruangan berlapis pengaman lunak agar ia tak bisa melukai dirinya, tangan dan
m kakinya dirantai. Ketika petugas datang untuk memberinya makan, ia mencoba mencengkeram mereka, dan mereka harus berhati-hati untuk tidak terlalu mendekat. Toni sudah sepenuhnya menguasai Ashley.
Ketika melihat Dr. Keller, ia berteriak, "Keluarkan aku dari sini, bangsat. Sekarang!"
"Kami akan mengeluarkanmu dari sini," kata Dr. Keller menenangkan, "tapi kau harus tenang dulu."
"Aku tenang," Toni meraung. "Lepaskan aku!"
Dr. Keller duduk di lantai di sebelahnya dan berkata, "Toni, waktu kau melihat foto ayahmu, kau bilang akan melukainya, dan?"
"Tukang bohong! Aku bilang mau membunuhnyal"
"Sudah cukup banyak terjadi pembunuhan. Kau tidak ingin menusuk orang lain lagi."
"Aku tidak akan menusuknya. Pernahkah kau mendengar tentang air keras" Zat itu akan memakan segalanya, termasuk kulit. Tunggu sampai aku?"
"Aku tak ingin kau berpikir demikian."
"Kau betul. Bakar saja rumahnya! Ini lebih baik. Dia tak perlu menunggu sampai api neraka meng-hanguskannya. Aku bisa melakukannya sedemikian rupa supaya mereka tidak bisa menangkapku jika?"
"Toni, lupakan ini." ?" "Baik. Aku bisa memikirkan cara-cara lain yang
lebih baik lagi." Dr Keller memandangnya sejenak, frustrasi. "Kenapa kau begitu marah?"
401 "Tidak tahukah kau" Kupikir kau ini dokter hebat. Dia akan menikah dengan wanita dengan anak perempuan berumur tiga tahun. Apa yang akan terjadi pada anak itu, Dokter Ngetop" Kuberitahu kau. Hal yang sama seperti yang terjadi pada kami. Nah, aku akan mencegahnya!"
"Tadinya kuharap semua kebencian itu sudah lenyap." ro$$i
"Kebencian" Kau ingin dengar tentang kebencian?"
Saat itu hujan, butir-butir air menimpa atap mobil yang melaju. Ia memandang ibunya yang memegang setir, menyipitkan mata memandang jalan di depannya, dan ia tersenyum. Ia sedang senang. Ia mulai bernyanyi:
"AU around the mulberry bush, The monkey chased?"
Ibunya menoleh dan berteriak, "Diam. Aku sudah bilang aku benci lagu itu. Kau membuatku muak anak tak tahu diuntung?"
Sesudah itu, segalanya terjadi dalam gerakan lambat. Belokan di depan, mobil yang selip ke tepi jalan, pohon. Tabrakan itu melontarkannya keluar dari mobil, la kaget, tapi tidak luka. la berdiri. Didengarnya ibunya yang terperangkap di dalam mobil menjerit-jerit, "Keluarkan aku dari sini. Tolong aku! Tolong aku!"
402 Dan ia berdiri saja menonton sampai mobil itu akhirnya meledak.
"Kebencian" Kau masih mau dengar lagi?"
Walter Manning berkata, "Keputusan ini harus anonim. Anak saya pelukis profesional, bukan pemula. Dia melakukan ini sebagai sumbangan. Kita tidak bisa menolaknya". Keputusan ini harus anonim. Kita menghadiahkan lukisan anak saya atau tidak memberi hadiah sama sekali."
Mobilnya diparkir di tepi jalan, mesinnya hidup. Dipandangnya Walter Manning menyeberang jalan, menuju ke garasi tempat mobilnya diparkir. Ditariknya persneling dan kakinya menginjak gas kuat-kuat. Pada saat terakhir Walter Manning mendengar deru mobil yang melaju ke arahnya, dan menoleh. Ia melihat ekspresi wajah pria itu ketika mobil menghantamnya dan kemudian melontarkan tubuhnya ke pinggir. Ia terus saja menjalankan mobilnya. Tak ada saksi. Tuhan ada di pihaknya.
"Itu baru namanya benci, Dockie! Itu baru kebencian!"
Gilbert Keller ngeri dan terguncang mendengar cerita kekejian sesadis itu. Ia membatalkan semua janjinya untuk hari itu. Ia butuh sendirian.
Keesokan paginya ketika Dr. Keller memasuki sel berlapis pengaman itu, Alette sudah ganti menguasai.
403 "Kenapa kau melakukan ini padaku, Dr. Keller?" tanya Alette. "Keluarkan aku dari sini."
"Kau pasti akan kukeluarkan," Dr. Keller meyakinkannya. "Ceritakan padaku tentang Toni. Apa yang sudah diceritakannya padamu?"
"Dia bilang dia harus kabur dari sini dan membunuh Ayah."
Toni mengambil alih. "Pagi, Dockie. Kami sudah baik sekarang. Kenapa kau tidak melepaskan kami?"
Dr. Keller menatap ke dalam matanya. Ada pembunuhan sadis di sana.
Dr. Otto Lewison menghela napas. "Aku menyesal sekali mendengar apa yang terjadi, Gilbert. Segalanya berjalan baik sekali."
"Sekarang ini, aku bahkan tak bisa bicara dengan Ashley."
"Kurasa ini berarti kita harus mulai perawatan dari awal lagi."
Dr. Keller berpikir. "Tidak, Otto. Kita sudah tiba pada titik ketika ketiga alter ini sudah saling kenal. Ini terobosan besar. Tahap berikutnya adalah mengintegrasikan mereka. Aku harus mencari jalan untuk itu."
"Artikel sialan itu?" "Kita beruntung Toni melihat artikel itu." Otto Lewison memandangnya keheranan. "Beruntung?"
"Ya. Karena masih ada sisa kebencian dalam diri Toni. Sekarang setelah tahu kebencian itu ada, kita bisa menanganinya. Aku ingin mencoba eksperimen.
Kalau berhasil, masalah terpecahkan. Kalau tidak," ia berhenti sejenak, kemudian menambahkan pelan, "kurasa Ashley mungkin hams dikurung di sini seumur hidup."
"Apa yang ingin kaulakukan?"
"Kurasa tak baik efeknya jika Ashley bertemu ayahnya lagi, tapi aku ingin menyewa jasa kliping nasional, dan aku ingin mereka mengirim semua artikel yang muncul tentang Dr. Patterson."
Mata Otto Lewison mengejap. "Apa rajuannya?"
"Aku akan menunjukkan semua artikel itu kepada Toni. Pada aldiirnya, kebenciannya harus terbakar habis. Dengan cara itu aku bisa memonitornya dan berusaha mengontrolnya."
"Bisa perlu waktu lama, Gilbert."
"Paling sedikit setahun, mungkin juga lebih. Tapi itu satu-satunya kesempatan yang dimiliki Ashley."
Lima hari kemudian Ashley sudah menguasai.
Ketika Dr. Keller masuk ke sel berlapis pengaman, Ashley berkata, "Selamat pagi, Gilbert. Aku minta maaf semua ini terjadi."
"Aku senang itu terjadi, Ashley. Kita akan mengeluarkan semua perasaan kita." Ia mengangguk kepada si pengawal untuk membuka belenggu tangan dan kaki Ashley.
Ashley berdiri dan menggosok-gosok pergelangan tangannya. "Borgol tidak begitu nyaman," katanya Mereka berjalan keluar ke koridor. "Toni marah sekali."
AnAda tiga atau empat artikel tentang Dr. Patterson setiap bulan. Salah satu berbunyi: "Dr. Steven Patterson akan menikah dengan Victoria Aniston dalam upacara perkawinan mewah di Long Island Jumat ini. Rekan-rekan sejawat Dr. Patterson akan menghadiri perkawinan ini?"
Toni histeris ketika Dr. Keller memperlihatkan berita itu kepadanya.
"Perkawinan itu tidak akan berlangsung lama."
"Kenapa kau bilang begitu, Toni?"
"Karena dia akan mati!"
"Dr. Steven Patterson mengundurkan diri dari St. John"s Hospital dan akan mengepalai staf jantung di Manhattan Methodist Hospital"."
"Supaya dia bisa memperkosa semua anak perempuan kecil di sana," Toni menjerit.
"Dr. Patterson menerima Lasker Award untuk sumbangannya di bidang kedokteran dan penerimaan penghargaan ini akan dilakukan di Gedung Putih"."
"Mereka seharusnya menggantung bajingan itu!" Toni berteriak.
Gilbert Keller mengatur agar Toni menerima semua artikel yang ditulis tentang ayahnya. Dan dengan berlalunya waktu, dengan datangnya artikel baru,
kemarahan Toni tampaknya berkurang. Seakan
emosinya sudah lelah. Ia beralih dari kebencian ke kemarahan dan, akhirnya, ke penerimaan pasrah.
Ada berita di kolom real estat. "Dr. Steven Patterson dan istri barunya telah pindah ke sebuah rumah di Manhattan, tetapi mereka merencanakan membeli rumah kedua di Hamptons dan akan melewatkan musim panas mereka di sana dengan putri mereka, Katrina."
Toni mulai terisak. "Bagaimana mungkin dia melakukan itu kepada kami?"
"Apakah kau merasa gadis kecil itu telah menggeser tempatmu, Toni?"
"Aku tak tahu. Aku?aku bingung."
Setahun lagi telah berlalu. Ashley menjalani sesi terapi tiga kali dalam seminggu. Alette melukis hampir setiap hari, tetapi Toni menolak baik menyanyi maupun main piano.
Pada Hari Natal, Dr. Keller memperlihatkan kliping baru pada Toni. Ada foto ayahnya bersama Victoria dan Katrina. Teksnya berbunyi: KELUARGA PATTERSON MERAYAKAN NATAL DI THE HAMPTONS.
Toni berkata muram, "Kami dulu biasa merayakan Natal bersama. Ayah selalu memberiku hadiah-hadiah indah." Ia memandang Dr. Keller. "Dia tidak sepenuhnya jelek. Lepas dari?kau tahu? dia ayah yang baik. Kurasa dia betul-betul men-Lcintaiku."
Ini pertanda pertama terobosan baru.
Suatu hari, saat Dr. Keller lewat di depan ruang rekreasi, didengarnya Toni bernyanyi dan bermain piano. Heran, ia masuk ke ruangan itu dan mengawasinya. Toni tenggelam sepenuhnya dalam musiknya.
Hari berikutnya, Dr. Keller bicara dengan Toni.
"Ayahmu sudah semakin tua, Toni. Menurutmu, bagaimana perasaanmu jika dia mati?"
"Aku?aku tak ingin dia mati. Aku tahu aku ngoceh yang bukan-bukan, tapi aku bilang begitu karena marah padanya."
"Sekarang kau tidak marah lagi?"
Ashley berpikir. "Aku tidak marah, aku sakit hati. Kurasa kau betul. Aku merasa bahwa gadis kecil itu merebut ternpatku." Ia mendongak menatap Dr. Keller dan berkata, "Aku bingung. Tapi ayahku punya hak untuk meneruskan hidupnya, dan Ashley juga punya hak untuk meneruskan hidupnya."
Dr. Keller tersenyum Kami kembali berada di jalar yang benar. j^D^
Ketiganya bicara dengan bebas sekarang.
Dr. Keller berkata, "Ashley, sebelum ini kau membutuhkan Toni dan Alette karena kau tak tahan menghadapi deritamu. Bagaimana perasaanmu terhadap ayahmu sekarang?"
Sesaat sunyi. Ia berkata pelan, "Aku tak akan pernah bisa melupakan apa yang dilakukannya terhadapku, tapi aku bisa memaafkannya. Aku ingin
408 meninggalkan masa laluku dan memulai masa depanku."
"Untuk bisa begitu, kita harus membuatmu utuh lagi. Bagaimana pendapatmu, Alette?" - Alette berkata, "Kalau aku Ashley, masih bisakah aku melukis?"
"Tentu saja bisa."
"Yah, kalau begitu baiklah."
"Toni?" "Apakah aku masih bisa menyanyi dan bermain piano?"
"Ya," jawab Dr. Keller. "Kalau begitu, kenapa tidak?" "Ashley?"
"Aku siap jika kami bertiga disatukan. Aku-aku ingin berterima kasih kepada mereka karena Iblah membantuku waktu aku membutuhkan mereka"
"Sama-sama. Aku senang membantumu, luv." "Miniera anche. Terima kasih kembali," kata Alette.
Sudah tiba saatnya untuk tahap terakhir: integrasi.
"Baiklah. Aku akan menghipnotismu sekarang, Ashley. Aku ingin kau mengucapkan selamat tinggal pada Toni dan Alette."
Ashley menarik napas dalam-dalam. "Selamat tinggal, Toni. Selamat tinggal, Alette." i "Selamat tinggal, Ashley." I "Jaga dirimu baik-baik, Ashley."
Sepuluh menit kemudian, Ashley sepenuhnya di
409 bawah pengaruh hipnotis. "Ashley, tak ada yang perlu kautakutkan. Semua masalahmu sudah lewat. Kau tak memerlukan orang lain untuk melindungimu lagi. Kau sanggup menjalani hidupmu tanpa bantuan, tanpa menutup pengalaman-pengalaman burukmu. Kau sanggup menghadapi apa pun yang terjadi. Kau sependapat denganku?"
"Ya. Aku siap menghadapi masa depanku."
"Baik. Toni?" Tak ada jawaban. isfp";
"Alette?" Sunyi. "Alette?" Sunyi.
"Mereka sudah pergi, Ashley. Kau sudah utuh dan kau sudah sembuh."
Dilihatnya wajah Ashley berseri.
"Kau akan terbangun pada hitungan ketiga. Satu" dua" tiga?"
Ashley membuka matanya dan senyum teramat indah membuat wajahnya bercahaya. "Benar?benar terjadi,- ya?"
Dr. Keller mengangguk. "Ya."
Ashley bahagia sekati. "Aku bebas. Oh, terima kasih, Gilbert! Aku merasa?aku merasa seakan tirai gelap mengerikan telah disingkirkan."
Dr. Keller menggenggam tangannya. "Tak bisa kukatakan betapa senangnya aku. Kita masih akan melakukan beberapa tes di bulan-bulan mendatang ini, tapi kalau hasil tesnya ternyata seperti yang kuduga, nah, kami akan mengirimmu pulang. Aku
p"nfS.^EObaa"Jata"-?^a?a
Bab 28 DALAM beberapa bulan berikutnya, Otto Lewison meminta tiga psikiater memeriksa Ashley. Mereka menggunakan hipnoterapi dan sodium amytal.
"Halo, Ashley. Aku Dr. Montford, dan aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan padamu. Bagaimana perasaanmu tentang dirimu sendiri?"
"Aku merasa nyaman sekali, Dokter. Seakan aku baru sembuh dari penyakit yang lama kuderita." "Apakah menurutmu kau ini orang jahat?" "Tidak. Aku tahu beberapa peristiwa buruk terjadi, tapi kurasa aku tidak bertanggung jawab untuk itu"
"Kau benci pada seseorang?" Tidak."
"Bagaimana dengan ayahmu" Bencikah kau padanya?"
"Dulunya ya. Sekarang tidak lagi. Kurasa yang dia lakukan itu di luar kontrolnya. Dia tak dapat
berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Aku cuma berharap dia baik-baik saja."
"Kau ingin bertemu dengannya lagi?"
"Kurasa lebih baik tidak. Dia menjalani hidupnya. Aku sendiri ingin memulai hidupku yang baru."
"Ashley?" "Ya."
"Aku Dr. Vaughn. Aku ingin ngobrol sebentar denganmu." "Baiklah."
"Kau masih ingat Toni dan Alette?"
"Tentu saja. Tapi mereka sudah pergi."
"Bagaimana perasaanmu terhadap mereka?"
"Tadinya aku takut, tapi sekarang aku tahu aku membutuhkan mereka. Aku berterima kasih kepada mereka."
"Apakah kau tidur nyenyak malam hari?"
"Sekarang ya." "Ceritakan mimpi-mimpimu."
"Dulu aku biasa mimpi mengerikan; selalu ada yang mengejar-ngejarku. Kupikir aku akan dibunuh."
"Kau masih mimpi semacam itu sekarang?"
"Tidak lagi. Sekarang mimpi-mimpiku sangat damai. Aku melihat warna-warni cerah dan orang-orang yang tersenyum. Semalam aku bermimpi berada di tempat main ski, meluncuri lereng yang landai. Menyenangkan sekali. Aku sama sekali tak takut hawa dingin lagi."
"Bagaimana perasaanmu terhadap ayahmu?"
413 "Aku ingin dia bahagia, dan aku sendiri juga ingin bahagia."
"Ashley?" Wa." "Aku Dr. Hoelterhoff." "Apa kabar, Dokter?"
"Mereka tidak bilang kau cantik sekali. Apakah menurutmu kau cantik?"
"Kurasa aku menarik:?"
"Kudengar suaramu bagus. Kaupikir begitu?"
"Bukan suara terlatih sih, tapi, ya"?ia tertawa? "aku bisa menyanyi tanpa fals."
"Dan mereka juga bilang kau melukis. Baguskah lukisanmu?"
"Untuk amatir, kurasa cukup bagus. Ya."
Dokter Hoelterhoff memandangnya sambil merenung. "Apakah kau punya masalah yang ingin kaubicarakan denganku?"
"Rasanya tidak. Aku diperlakukan sangat baik di sini."
"Bagaimana perasaanmu jika kau boleh meninggalkan tempat ini dan kembali ke dunia luar?"
"Aku sudah sering memikirkannya. Mengerikan, tapi sekaligus juga menyenangkan."
"Apakah menurutmu kau akan takut di luar sana?"
"Tidak. Aku Ingin membangun hidup baru. Aku andal menangani komputer. Aku tidak bisa kembali ke perusahaanku yang dulu, tapi aku yakin bisa mendapat pekerjaan di perusahaan lain."
Dr. Hoelterhoff mengangguk. "Terima kasih Ashle$ Senang sekali ngobrol denganmu."
Dr. Montfort, Dr. Vaughn, Dr. Hoelterhoff, dan Dr. Keller berkumpul di kantor Otto Lewison. Ia sedang mempelajari laporan mereka. Begitu selesai, ia mengangkat muka ke Dr. Keller dan tersenyum."
"Selamat," katanya. "Semua laporan positif. Kau telah menyelesaikan tugas yang luar biasa."
"Dia wanita yang luar biasa. Sangat istimewa, Otto. Aku senang dia akan memiliki hidupnya lagi."
"Apakah dia sudah setuju untuk berobat jalan setelah keluar dari sini?"
"Sepenuhnya." Otto Lewison mengangguk. "Baiklah. Aku akan menyiapkan surat pelepasannya." Ia menoleh kepada dokter-dokter yang lain. "Terima kasih, gentlemen. Aku menghargai bantuan kalian."
Bab 29 DUA hari kemudian, Ashley dipanggil ke kantor Dr. Lewison. Dr. Keller ada di sana. Ashley sudah boleh pulang dan akan kembali ke rumahnya di Cupertino. Di sana terapi reguler dan sesi evaluasi sudah diatur dengan psikiater yang disetujui pengadilan.
Dr. Lewison berkata, "Nah, hari ini harinya. Kau senang?"
Ashley menjawab, "Aku senang, aku takut, aku? aku tak tahu. Aku merasa seperti burung yang baru dilepaskan. Aku merasa ingin terbang." Wajahnya berbinar.
"Aku senang kau pulang, tapi aku?aku akan kehilangan kau," kata Dr. Keller.
Ashley menggenggam tangannya dan berkata hangat, "Aku juga akan kehilangan kau. Aku tak tahu bagaimana" bagaimana aku bisa berterima kasih padamu." Air matanya berlinang. "Kau telah mengembalikan hidupku."
Ia menoleh kepada Dr. Lewison. "Kalau sudah
kembali di California, aku akan bekerja di salah
satu pabrik komputer di sana. Kalian akan kukabari bagaimana pekerjaanku nanti dan bagaimana perkembangan terapi luarku. Aku ingin yakin apa yang pernah terjadi tidak akan terjadi lagi padaku."
"Kurasa tak ada yang perlu kaukhawatirkan," Dr. Lewison meyakinkannya.
Setelah ia pergi, Dr. Lewison menoleh kepada Gilbert Keller, "Yang satu ini menebus kasus-kasus lain yang tidak berhasil kita tangani kan, Gilbert?"
Hari itu suatu hari cerah di bulan Juni dan manakala ia berjalan di sepanjang Madison Avenue di New York City, senyumnya yang cerah membuat orang-orang menoleh menatapnya. Belum pernah ia sebahagia itu. Ia membayangkan hidup menyenangkan yang terbentang di hadapannya, dan segala yang akan dilakukannya. Peristiwa yang dialaminya bisa saja berakhir buruk, pikirnya, tetapi ini akhir menyenangkan yang dimohonnya dalam doanya.
Ia berjalan memasuki Pennsylvania Station. Itu ?stasiun paling sibuk di Amerika, jaringan ruang-ruang dan lorong-lorong pengap. Stasiun itu penuh sesak. Dan masing-masing orang punya kisah menarik, pikirnya Mereka semua akan pergi ke tempat-tempat yang berlainan, menjalani hidup mereka, dan sekarang, aku juga akan menjalani hidupku.
Ia membeli tiket dari salah satu mesin. Keretanya baru saja memasuki stasiun. Kebetulan sekali, pikirnya.la naik ke kereta dan duduk. Dirinya dipenuhi kegembiraan memikirkan apa yang akan terjadi. Kereta mengentak dan kemudian mulai meluncur cepat. Aku berangkat akhirnya. Dan sementara kereta api meluncur menuju Hamptons, ia mulai bernyanyi pelan:
"AU around the mulberry bush. The monkey chased the weasel. The monkey thought "twas ail in Jim, Pop! goes the weasel?"
418 Catatan Pengarang SELAMA dua puluh tahun terakhir, ada puluhan pengadilan pidana yang terdakwanya menyatakan menderita kepribadian ganda. Tuduhan kepada mereka mencakup banyak hal, termasuk pembunuhan, penculikan, perkosaan, dan pembakaran rumah dengan sengaja.
Kepribadian ganda atau multiple personality disorder (MPD), juga dikenal sebagai dissociative identity disorder (DID), merupakan topik kontroversial di antara para psikiater. Beberapa psikiater beranggapan kelainan ini tidak ada. Sebaliknya, selama bertahun-tahun telah banyak dokter, rumah sakit, dan organisasi sosial yang telah merawat pasien-pasien penderita MPD. Beberapa penelitian memperkirakan bahwa antara 5 sampai 15 persen pasien psikiater menderita kepribadian ganda.
Statistik mutakhir dari OepumKOuk^ (Amerika Serikat-W>.") ^"^k anak sepertiga
dialami anak-anak berusia di bawah enam
dan bahwa satu dari tiga gadis biasanya diperkosa sebelum usia delapan belas tahun.
Sebagian kasus inses yang dilaporkan terjadi antara ayah dan anak perempuannya.
Proyek riset di tiga negara menunjukkan bahwa MPD menjangkiti satu persen dari populasi umum.
Penyimpangan kepribadian sering kali salah didiagnosis, dan penelitian menunjukkan bahwa, rata-rata, para penderita MPD telah menghabiskan waktu tujuh tahun mencari-cari perawatan, sebelum mendapat diagnosis akurat.
Dua pertiga kasus-kasus kelainan kepribadian bisa disembuhkan. Berikut ini daftar beberapa organisasi yang didedikasikan untuk membantu dan merawat pasien-pasien MPD. Sebagai tambahan, saya telah memasukkan daftar buku dan artikel yang bisa membantu. .
AMERIKA SERIKAT B.E.A.M. (Being Energetic About Multiplicity) P.O. Box 20428 Louisville, KY 40250-0428 (502) 493-8975 (fax)
The Center for Post-Traumatic & Dissociative Disorders Program The Psychiatric Institute of Washington 4228 Wisconsin Avenue, N.W. Washington, DC. 20016 (800) 369-2273
420 The Forest View Trauma Program 1055 Medical Drive, S.E. Grand Rapids, MI 49546-3671 (800) 949-8437
International Society for the Study of Dissociation 60 Revere Drive, Suite 500 Northbrook, IL 60062 (847) 480-0899 (847) 480-9282 (fax)
Justus Urdimited P.O. Box 1221 Parker, CO 80134 (303) 643-8698
.Masters and Johnson"s Trauma and Dissociative Disorders Programs lTwo Rivers Psychiatric Hospital 5121 Raytown Road Kansas City, MO 64133 "(800) 225-8577
Mothers Against Sexual Abuse (MASA) 503V2 South Myrtle Avenue, No. 9 Monrovia, CA 91016 (626) 305-1986 (626) 5035190 (fax)
The Sanctuary Unit

Ceritakan Mimpi-mimpimu Tell Me Your Dreams Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Friends Hospital 4641 Roosevelt Boulevard Philadelphia, PA 19124 (215) 831-4600
The Sidran Foundation 2328 West Joppa Road, Suite 15
LutherviUe, MD 21093 (410) 825-8888 The Tirnberlawn Trauma Program 4600 Samuell Boulevard Dallas, TX 75228 (800) 426-4944
ARGENTINA Grupo de Estudio de Trastornos de disociacion y trauma de Argentina
Dra. Graciela Rodriguez Federico Lacroze 1820 7mo. A
(1426) Buenos Aires Argentina TelTFax 541-775-2792 AUSTRALIA Australian Association for Trauma and Dissociation (AATD) P.O. Box 85 Brunswick
Melbourne, Victoria 3056 Australia
Tel. (03) 9663 6225 Beyond Survival: A Magazine on Abuse, Trauma
and Dissociation P.O. Box 85 Annandale, NSW 2038 Australia Tel. (02) 9566 2045 CANADA
Canadian Mental Health Association
Metro Toronto Branch 970 Lawrence Avenue West, Suite 205
Toronto, Ontario Canada M6A 3B6 Tel. (416) 789-7957 Fax (416) 789-9079 Canadian Society for the Study of Dissociation
c/o John O"Neil, MD, FRCPC
4064 Wilson Avenue Montreal, Quebec Canada H4A 2T9 Tel. (514) 485-9529 ISRAEL Maytal-Israel Institute for Treatment & Research
on Stress P*"^* Eli Somer, PhD., Clinical Director
3 Manyan Street Haifa 34484, Israel Tel. +972-4-8381999 Fax+972-4-8386369 BELANDA Nederlands-Vlaamse Vereniging voor de bestudering van Dissociatieve Stoornissen (NVVDS) (Netherlands-Flemish Society for the Study of Dissociative Disorders)
do Stichting RBC, location P.C. Bloemendaal
Kliniek voor Intensieve Behandeling Atlantis
Fenny ten Boschstraat 23 2555 PT Den Haag The Netherlands Tel. +31 (070) 391-6117 Fax +31 (070) 391-6115 Praktijk voor psychotherapie en hypnose
Els Grimminck, M.D. Wielewaal 17 1902 KE Castricum The Netherlands Tel. (+31-0) 251650264 Fax (+31-0) 251653306 INGGRIS British Dissociative Disorders Professional Study Group
c/o Jeanie Mclntee, MSo Chester Therapy Centre Weldon House 20 Walpole Street Chester CHI 4HG England
Tel. 1244-390121 BUKU Calof, David L., dengan Mary Leloo. Multiple Personality and Dissociation: Understanding Incest, Abuse, and MPD. Park Ridge, IL: Prakside Publishing, 1993.
Putnam, Frank. Diagnosis and Treatment of Multiple Personality Disorder. New York: Guilford Press, 1989.
-. Dissociation in Children and Adolescents:
A Developmental Perspective. New York: Guilford Press, 1997.
Roseman, Mark, Gini Scott, dan William Craig. You"the Jury. Santa Ana, CA: Seven Locks Press,
AOS Saks, Elyn R., dengan Stephen H. Behnke. Jekyll on Trial New York: New York University Press, 1997.
Schreiber, Flora Rheta. Sybil. New York: Warner Books, 1995.
Thigpen, Corbett H., dan Hervey M. Cleckley. Three Faces of Eve. Rev. ed. Augusta, GA: Three Faces of Eve, 1992.
ARTIKEL Abrams, S. "The Multiple Personality: A Legal Defense." American Journal of Clinical Hypnosis 25 (1983): 225-31.
Allison, R.B. "Multiple Personality and Criminal Behavior."
American Journal of Forensic Psychiatry 2 (1981-82): 32?38.
INTERNET The Sidran Foundation Online
http://www.sidran.org Pat McClendon"s Home Page http://www.users.mis.net/~patmc/
International Society for the Study of Dissociation E-mail: into@issd.org
JUDUL LENGKAP KARYA SIDNEY SHELDON The Naked Face (Wajah sang Pembunuh) The Qther Side of Midnight (Lewat Tengah Malam) Rage of Angels (Malaikat Keadilan) If Tomorrow Comes (Bila Esok Tiba) Windmills of the Gods (Kincir Angin Para Dewa) Master of the Game (Ratu Berlian) The Sands of Time (Butir-butir Waktu) Bloodline (Garis Darah) Memories of Midnight (Padang Bayang Kelabu) The Doomsday Conspiracy (Konspirasi Hari Kiamat) The Stars Shine Down (Kilau Bintang Menerangi Bumi) A Stranger in the Mirror (Sosok Asing dalam Cermin) Nothing Lasts Forever (Tiada yang Abadi) Morning, Noon & Night (Pagi, Siang, dan Malam) The Best Laid Plans (Rencana Paling Sempurna) Tell Me Your Dreams (Ceritakan Mimpi-mimpimu)
Ya, catat nama saya sebagai anggota GRAMEDIA BOOK CLUB dan kirimi saya informasi setiap kali ada buku baru karya pengarang favorit saya yang terbit. Terlampir prangko balasan Rp 1000,Naraa No. Anggota Usia Jabatan Alamat ?"?"?"?""(Isikan jika Anda pernah terdaftar)
?"?"?"?""tahun Pria/wanita*
Pelajar/mahasiswa/kaiyawan/wiraswastawan/ ibu rumah tangga*
Kode pos:?"?"..
* Coret yang tidak perlu Tandai pengarang yang Anda pilih
John Grisham Sidney Sheldon Alistair MacLean Jack Higgins Jeffry Archer Michael Crichton Sir Arthur Conan Doyle Sandra Brown Steve Martini Irving Wallace Stephen King Barbara Delinsky Barbara Taylor Bradford firich Segal
"Telp.:?"?"?"?"?"".
(Ceritakan Mimpi-mimpimu)
( ) Pearl S. Buck (. ) Jackie Collins
( ) ( ) ( ) ( } ( ( ( ( Rosamunde Pitcher Agatha Christie Danielle Steel Mary Higgins Clark ) James Patterson ) Harold Robbins ) Ken Follet ) Mario Puzo ) Joseph Finder ) Carl Sagan ) R,L.Stine ) Thomas Harris
PT Gramedia Pustaka Utama
Bagian Promosi jl Palmerah Selatan 24-26, Lt.6 Jakarta 10270
NOTHING LASTS FOREVER (TIADA YANG ABADI)
Sidney Sheldon Kisah tiga dokter wanita?cinta dan impian mereka, dan nasib yang datang tak terduga.
Dr. Paige Taylor" Ketika ia mewarisi sejuta dolar dari seorang pasiennya yang meninggal, Jaksa Penuntut menuduhnya telah melakukan pembunuhan.
Dr. Kat Hunter" Ia telah bertekad takkan pernah menjalin hubungan lagi dengan pria, namun kemudian terjebak dalam taruhan maut dengan rekannya yang memesona.
Dr. Honey Taft" Agar berhasil menjadi dokter, ia tahu takkan bisa mengandalkan otaknya. Jadi" harus ada jalan lain.
MORNING, NOON & NIGHT (PAGI, SIANG, DAN MALAM)
Sidney Sheldon Harry Stanford, salah satu orang terkaya di dunia, tenggelam secara misterius saat berlayar dengan kapal pesiarnya di lepas pantai Corsica, dan kemati-annya memicu serangkaian kejadian yang bergema ke seluruh dunia. Pertemuan keluarga seusai upacara pemakaman di Boston diusik oleh kemunculan seorang wanita muda yang luar biasa cantik. Ia mengaku putri Harry Stanford yang menuntut bagian dari warisan yang bernilai miliaran dolar. Betulkah ia putri sang pengusaha terkemuka, ataukah ia hanya penipu yang mencoba meraih keuntungan" Keluarga Stanford termasuk keluarga paling terpandang di Amerika Serikat, tapi di balik tameng kemasyhuran dan kemewahan tersembunyi jaringan pemerasan, narkotika, dan pembunuhan.
6
Tikam Samurai 31 Pendekar Mabuk 016 Mustika Serat Iblis Midnight Sun 1

Cari Blog Ini