Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon Bagian 1
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karya : Shidney Sheldon Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ atau http:// http://dewikz.byethost22.com/
Lara Cameron, seorang taipan muda yang sangat cantik telah bekerja matimatian untuk mencapai sukses kekuasaan, dan kemapanan hidup serta
kehidupan pribadinya. Tapi seorang kekasih yang dicampakkan menyimpan
dendam di hatinya dan melancarkan aksi pembalasan yang dapat
menghancurkan seluruh kerajaan bisnis Lara yang telah dibangunnya
sepanjang hidupnya. Kilau Bintang Menerangi Bumi adalah sebuah novel khas Sidney Sheldon
yang mengetengahkan tokoh ulama wanitanya yang paling mengesankan
dan mendemonstrasikan kemampuan penulisnya menciptakan guncanganguncangan yang mencekam serta titik-titik balik yang lak diduga-duga, yang menjadi dambaan jutaan penggemarnya. Dengan setting Skotlandia dan
Nova Scotia, Chicago New York, London, Roma, dan Reno, Kilau Bintang
Menerangi Bumi menelusuri kebangkitan Lara dari suatu masa lalu yang ingin disembunyikannya menuju ke puncak kemasyhuran dan kejayaan
internasional, menyoroti tokoh-tokoh unik yang dikisahkan dalam trick-trick khas Sheldon yang penuh kejutan. Dimulai dengan masa kanak-kanaknya
yang sangat miskin, Lara dengan cepat belajar memanfaatkan siapa saja
yang bisa banyak membantunya sampai "saat ini telah mencapai semua
ambisinya yang luar biasa itu" semuanya tiba-tiba terancam punah. Sekali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi para pembaca disuguhi dengan keterampilan menulis yang sangat andal, karena Sidney Sheldon, seperti biasa, tidak pernah membiarkan semuanya
terjadi sesuai dengan tebakan pembaca.
Sidney Sheldon KILAU BINTANG MENERANGI BUMI
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2003
Ucapan Terima Kasih Saya sangat berutang budi kepada tokoh-tokoh di bawah ini yang rela
meluangkan waktu mereka yang sangat berharga serta menyumbangkan
pengetahuan mereka di bidang masing-masing.
Larry Russo, yang mengantarkan saya ke dunia yang pelik dan misterius
para penjudi akbar"para developer real estate.
Para maestro musik klasik yang mempersilakan saya memasuki dunia
mereka yang sangat tertutup "Mona Gol abeck, John Lili, Zubin Mehta,
Dudley Moore, Andre Previn, dan Para Anggota Dewan Perwalian Harta
Peninggalan Leonard Bernstein.
Saya juga ingin menyatakan penghargaan saya kepada warga kota Glace
Bay untuk keramah-tamahan mereka. Mudah-mudahan mereka berkenan
memaafkan saya untuk pengungkapan-pengungkapan dramatis yang perlu
saya buat dalam menulis cerita ini.
Data-data teknis yang diungkapkan di dalam buku ini bersumber dari
penjelasan tokoh-tokoh tersebut di atas. Apabila terdapat kekeliruankekeliruan, saya mohon dimaafkan.
Bintang berkilau menerangi bumi Dan menyaksikan kita Menjalani hidup
kita yang remeh Dan menangis buat kita
"MONEFT NODLEHS Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
BAGIAN PERTAMA Kamis, 10 September 1992 Jam 20.00
Pesawat 727 itu lenyap ditelan lautan awan bergumpal-gumpal yang
melempar-lempar pesawat itu bagaikan bulu perak raksasa. Suara genuh
kecemasan sang pilot menggema lewat pengeras suara. "Sabuk pengaman
Anda sudah dipasang, Miss Cameron?"
Tidak ada reaksi. "Miss Cameron... Miss Cameron..."
Dia tergagap, sadar dari lamunan yang menghanyutkan. "Ya." Dari angannya yang mengembara ke masa-masa bahagia, tempat-tempat yang
menyenangkan. "Anda tidak apa-apa" Kita akan segera bebas dari badai ini."
"Aku tidak apa-apa, Roger"
Barangkali kita akan beruntung dan jatuh, demikian pikir Lara Cameron. Itu akan jadi penutup cerita yang sesuai. Entah bagaimana, entah dimana
letaknya, semuanya kacau. Ini yang disebut takdir, pikir Lara. Kita tak
mungkin menentang takdir. Di tahun yang baru lalu ini hidupnya porakporanda. Ia terancam kehilangan segalanya. Paling tidak tak ada yang bisa lebih kacau lagi, pikirnya dengan murung. Tak ada lagi yang tersisa.
Pintu kokpit terbuka dan sang pilot masuk ke kabin. Ia berhenti sejenak
untuk memandang penumpangnya itu dengan kagum. Perempuan itu cantik,
dengan rambut hitam mengilat yang di kat ke atas bagaikan mahkota, kulit
yang halus mulus, mata yang cerdas berwarna hijau-kelabu bagai mata
kucing. Ia telah menukar pakaiannya sejak pesawat itu bertolak dari Reno, dan kini ia mengenakan gaun malam putih rancangan Scaasi yang
memperlihatkan bahunya yang indah dan menonjolkan bentuk tubuhnya
yang langsing dan mengundang minat. Di lehernya yang jenjang tergantung
sebuah kalung berlian bertatahkan mirah. Bagaimana ia bisa nampak begitu tenang padahal seluruh dunianya sedang runtuh" Pilot itu heran. Media
massa telah mendiskreditkan dirinya dengan tak kenal ampun selama
sebulan terakhir ini. "Telepon sudah bisa dipakai, Roger?"
"Nampaknya belum bisa, Miss Cameron. Ada banyak gangguan karena
badai ini. Kita akan terlambat sekitar satu jam ke La Guardia nanti. Maafkan saya."
Aku akan terlambat hadir di pesta ulang tahunku, pikir Lara. Padahal
semua orang akan datang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua ratus tamu, termasuk Wakil Presiden Amerika Serikat, Gubernur New
York, Wali Kota, tokoh tokoh Hol ywood, olahragawan terkenal, dan raja-raja uang dari setengah lusin negara. Ia sendirilah yang mengecek daftar
tamunya. Ia bisa membayangkan Grand Bal room Cameron Plaza, tempat pesta itu
diselenggarakan. Tempat-tempat lilin kristal bacarrat bergantungan dari
langit-langit, cahaya terang benderang bersilangan membentuk prismaprisma bagaikan pancaran sinar berlian. Dua puluh meja ditata apik untuk
menampung dua ratus tamu. Peralatan makan setiap tamu dihias dengan
taplak dari bahan linen yang paling halus, keramik, perak, dan gelas-gelas bertangkai, dan di tengah setiap meja ditaruh rangkaian bunga anggrek putih yang dipadu dengan bunga freesia putih.
Pelayanan bar ditempatkan di kedua ujung aula resepsi itu di bagian
luarnya. Di tengah aula itu terbujur meja buffet panjang berhiaskan angsa putih yang dibentuk dari es, dan di sekitarnya terserak dengan rapi caviar Beluga, gravlax, udang, lobster, dan kepiting. Sementara champagne ditaruh dalam ember-ember yang penuh dengan es. Sebuah cake ulang tahun
bertingkat sepuluh ditempatkan di dapur, menunggu. Pada saat itu, para
pelayan, para kepala pelayan, dan satpam sudah siap di tempat.
Di bal room itu sebuah orkestra sudah siap di panggung musik, siap
menggoda para tamu untuk berdansa semalaman merayakan ulang tahunnya
yang keempat puluh. Semuanya sudah rapi dan beres.
Makan malamnya pasti akan sangat memuaskan ia telah memilih menunya
sendiri. Diawali dengan fore grass, di kuti oleh krim sup jamur dengan roti kering halus, fil et hasil olahan John Dory, dan menu utamanya: daging
domba muda dengan rose-mary dan pomme souffle dengan buncis Prancis
serta salad meselun yang dilumuri minyak kenari. Keju dan anggur
merupakan hidangan berikutnya, dilanjutkan dengan cake ulang tahun dan
kopi. Pestanya akan sangat spektakuler. Ia akan mengangkat dagunya tinggitinggi dan menghadapi tamu-tamunya seakan tak ada yang tidak beres. Ia
adalah Lara Cameron. Ketika jet pribadi itu akhirnya mendarat di La Guardia, ia sudah terlambat satu setengah jam.
Lara menoleh kepada sang pilot. "Kita akan terbang balik ke Reno malam ini nanti, Roger."
"Saya akan siap di sini, Miss Cameron."
Limousine dan pengemudinya sudah menunggu di jalur landai di ujung
tangga pesawat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya sudah mulai kuatir akan Anda, Miss Cameron."
"Cuaca buruk, Max. Ayo kita menuju ke Plaza secepat mungkin."
"Baik, ma'am." Lara meraih telepon mobil dan memutar nomor Jerry Townsend. Dialah
yang mengatur semuanya untuk pesta itu. Lara ingin memastikan bahwa
semua tamunya dilayani dengan baik. Tidak ada jawaban. Barangkali dia ada di ruang dansa, pikir Lara.
"Cepat, Max." "Baik, Miss Cameron."
Plaza yang mulai nampak dari kejauhan itu selalu membuat Lara merasa
puas akan apa yang telah diciptakannya, tapi malam ini ia sedang bergegas dan tak sempat memikirkan itu. Semua orang pasti sedang menunggunya di
Grand Bal -room. Ia mendorong pintu putar dan bergegas melintasi lobby yang sangat
mewah. Carlos, sang asisten manajer, melihatnya dan berlari-lari ke sisinya.
"Miss Cameron..."
"Nanti saja," kata Lara. Ia terus saja melangkah. Ia tiba di pintu tertutup dari Grand Bal room itu dan berhenti sebentar untuk mengatur napasnya.
Aku sudah siap menghadapi mereka, demikian pikir Lara. Ia mendorong pintu itu terbuka, senyum di wajahnya, dan terhenti dengan sangat terkejut.
Ruang itu gelap gulita. Apakah mereka sedang merencanakan sebuah
kejutan" la meraih tombol lampu di belakang pintu itu dan memutarnya.
Ruang yang teramat besar itu menjadi terang benderang. Tidak ada siapasiapa di situ. Tak seorang pun. Lara berdiri di situ, tertegun.
Apa gerangan yang terjadi pada dua ratus tamu itu" Pada undangannya
tertulis jam delapan. Sekarang sudah hampir jam sepuluh. Bagaimana
mungkin orang sebanyak itu lenyap begitu saja" Ini aneh. Ia melihat ke
sekeliling bal room yang kosong itu dan bergidik. Tahun yang lalu, pula hari ulang tahunnya, ruang yang sama ini penuh dengan teman-temannya, ramai
oleh musik dan tawa. Ia masih ingat hari itu dengan sangat jelas....
Bab Dua Setahun sebelumnya jadwal appomtment Lara Cameron sehari-hari
merupakan rutin seperti ini:
10 September, 1991 05.00 Senam dengan pelatih
07.00 Tampil di acara Good Morning America
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
07.45 Pertemuan dengan bankir-bankir Jepang
09.30 Jerry Townsend 10.30 Komite Perencana Eksekutif
11.00 Fax, telepon luar negeri, surat-surat
11.30 Rapat tentang konstruksi
12.30 Rapat S & L 13.00 Lunch"Wawancara majalah Fortune - Hugh Thompson
14.30 Bankir Metropolitan Union
16.00 Komite Perencanaan Kota
17.00 Pertemuan dengan Wali Kota Gracie Mansion
18.15 Pertemuan dengan para arsitek
19.10 Departemen Perumahan
19.30 Cocktail dengan kelompok investoi Dal as
20.00 Pesta ulang tahun di Grand Bal room Cameron Plaza
Ia sudah mengenakan pakaian senamnya dan sedang menanti dengan tak
sabar saat Ken, pelatihnya, tiba.
"Kau terlambat."
"Maaf, Miss Cameron. Weker saya tidak berbunyi dan..."
"Aku sibuk sekali hari ini. Mari kita mulai."
"Baik." Mereka melakukan pemanasan selama setengah jam dan kemudian beralih
ke aerobik yang lebih dinamis.
Ia memiliki tubuh perawan berusia dua puluh satu tahun, demikian pikir
Ken. Pasti menyenangkan di tempat tidur.
Ia senang sekali datang ke situ setiap pagi hanya untuk melihat Lara,
untuk berada dekat dengannya. Orang terus bertanya kepadanya seperti apa
Lara Cameron itu. Jawabannya adalah, "Nilainya sepuluh."
Lara melakukan latihan yang berat itu dengan gampang, tapi pikirannya
tidak di sana pagi ini. Ketika latihan itu akhirnya selesai, Ken berkata, "Saya akan menonton Anda di Good Morning America."
"Apa?" Hampir saja Lara lupa itu. Benaknya dipenuhi dengan acara pertemuan dengan para bankir Jepang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sampai besok, Miss Cameron "
"Jangan terlambat lagi, Ken."
Lara mandi dan sarapan pagi seorang diri di serambi penthouse-nya,
sarapan yang terdiri atas buah anggur, cereal, dan teh hijau. Selesai sarapan, ia menuju ke ruang baca.
Lara menghubungi sekretarisnya lewat interkom. "Telepon luar negeri akan kulakukan di kantor saja," kata Lara. "Aku harus berada di ABC jam tujuh.
Minta Max bawa mobilnya ke sini."
Acara Good Morning America itu berjalan dengan baik. Joan Lunden yang
membawakan wawancaranya, dan seperti biasa, ia sangat luwes.
"Kali terakhir Anda di program ini," kata Joan Lunden, "Anda baru saja meletakkan batu pertama pembangunan gedung pencakar langit tertinggi di
dunia. Itu kira-kira kurang dari empat tahun yang lalu."
Lara mengangguk. "Benar. Cameron Towers akan selesai tahun depan."
"Bagaimana rasanya berada di posisi Anda" yang berhasil mencapai
semua sukses luar biasa itu dan tetap begitu muda dan cantik" Anda sudah
menjadi idola bagi begitu banyak wanita."
"Anda bisa saja," Lara tertawa. "Saya tidak punya waktu untuk menyadari diri saya sebagai idola. Saya terlalu sibuk."
"Anda adalah salah satu developer paling sukses di bidang real estate, suatu bidang yang dianggap sebagai monopoli kaum pria. Bagaimana Anda
mengoperasikannya" Bagaimana Anda memutuskan "misalnya" di mana
mendirikan gedung?" "Saya tidak memilih lokasinya," kata Lara. "Lokasi yang memilih saya. Saya naik mobil dan melewati lahan kosong"tapi bukan itu yang saya lihat. Yang saya lihat adalah sebuah bangunan perkantoran yang bagus atau kompleks
apartemen yang megah yang penuh dengan penghuni yang tinggal dengan
nyaman dalam suasana menyenangkan. Saya bermimpi."
"Dan Anda membuat mimpi-mimpi Anda menjadi nyata. Kita akan kembali
setelah pesan-pesan ini."
Bankir-bankir Jepang itu diharapkan tiba jam tujuh empat puluh lima.
Mereka tiba dari Tokyo malam sebelumnya, dan Lara sengaja mengatur
pertemuan sepagi itu supaya mereka masih belum pulih dari jet-lag setelah terbang selama dua belas jam sepuluh menit. Ketika mereka memprotes,
saat itu Lara berkata, "Maafkan saya, Tuan-tuan, tapi nampaknya itulah satu-satunya waktu yang saya punyai. Saya akan langsung berangkat ke Amerika
Selatan segera setelah pertemuan selesai."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan mereka menyetujuinya dengan berat hati. Mereka datang berempat,
berperawakan kecil dan sangat sopan, tapi dengan otak tajam seperti pedang samurai. Di abad sebelumnya, masyarakat keuangan dunia terlalu
menganggap enteng orang-orang Jepang ini. Kesalahan itu kini sudah
disadari. Pertemuan itu berlangsung di Cameron Center di Avenue of the Americas.
Bankir-bankir itu datang untuk melakukan investasi seratus juta dolar untuk sebuah kompleks perhotelan yang akan dibangun Lara. Mereka diantarkan ke
sebuah ruang konferensi besar. Masing-masing membawa hadiah. Lara
mengucapkan terima kasih dan balas memberikan hadiah untuk masingmasing dari mereka. Ia telah menginstruksikan kepada sekretarisnya untuk
membungkus hadiah itu dengan kertas coklat atau abu-abu biasa. Putih, bagi orang Jepang, berarti kematian, dan kertas berwarna mencolok kurang dapat diterima.
Asisten Lara. Tricia, menghidangkan teh untuk tamu-tamu Jepang itu dan
kopi untuk Lara. Sebenarnya orang-orang Jepang itu lebih suka kopi, tapi
mereka terlalu sopan untuk mengutarakannya. Ketika mereka selesai minum
teh, Lara cepat-cepat menyuruh isi kembali cangkir mereka.
Howard Kel er, mitra dagang Lara, memasuki ruangan. Ia berumur sekitar
lima puluhan, pucat dan kurus, dengan rambut berwarna kuning pasir,
mengenakan jas kusut dan nampak seakan baru saja bangun tidur. Lara
memperkenalkan mereka. Kel er membagikan proposal investasi itu.
"Seperti yang Anda lihat, Tuan-tuan," kata Lara, "kami sudah memperoleh komitmen hipotek pertama. Kompleks ini akan memiliki tujuh ratus dua puluh unit kamar, sekitar tiga puluh ribu meter persegi ruang pertemuan, dan
tempat parkir untuk seribu mobil...."
Suara Lara terdengar penuh energi. Bankir-bankir Jepang itu mengkaji
proposal investasi sambil berupaya keras untuk menahan kantuk mereka.
Pertemuan itu selesai dalam waktu kurang dari dua jam, dan sangat
sukses. Sudah lama Lara tahu bahwa lebih mudah membuat transaksi seratus
juta dolar daripada mengupayakan kredit lima puluh ribu dolar.
Segera setelah delegasi Jepang itu pergi, Lara berapat dengan Jerry
Townsend. Pria jangkung, eks agen publisitas Hol ywood itu menjabat kepala PR dari Cameron Enterprises.
"Wawancaramu di Good Morning America bagus sekali. Banyak telepon
masuk setelah itu." "Bagaimana dengan Forbes"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Semua beres. People akan memuatmu untuk sampulnya minggu depan.
Kau sudah lihat artikel di New Yorker tentang dirimu" Bagus, kan?"
Lara berjalan menuju meja tulisnya. "Lumayan."
"Wawancara Fortune dijadwalkan sore ini."
"Aku mengubahnya."
Jerry nampak heran. "Mengapa?"
"Aku akan menjumpai reporternya untuk lunch nanti."
"Melunakkan dia sedikit?"
Lara menekan tombol interkomnya. "Kathy, kau di situ?"
Terdengar suara tanpa ragu, "Ya, Miss Cameron."
Lara Cameron mengangkat wajahnya. "Cuma itu, Jerry. Aku mau kau dan
stafmu berkonsentrasi ke Cameron Towers."
"Kami sudah melakukan..."
"Tingkatkan upaya kita. Aku mau gedung itu ditulis di semua koran dan majalah yang ada. Demi Tuhan, ia akan jadi gedung yang tertinggi di dunia.
Di dunia! Aku mau semua orang membicarakannya. Pada saat
pembukaannya nanti, aku mau orang memohon-mohon untuk boleh tinggal
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
di apartemen kita dan berdagang di toko kita."
Jerry Townsend bangkit berdiri. "Baik."
Kathy, asisten eksekutif Lara, memasuki kantor itu. Ia seorang wanita
berkulit hitam yang menarik dan berpakaian rapi, berumur sekitar tiga puluh tahun.
"Kau sudah tahu apa makanan kesukaannya?"
"Orang ini sangat doyan makan, la penggemar masakan Prancis. Saya
sudah menelepon Le Cir-que dan minta Sirio mengirimkan lunch untuk dua
orang ke sini." "Bagus. Kami akan makan di ruang makan pribadiku."
"Anda tahu berapa lama kira-kira wawancara itu" Jam dua tiga puluh ada acara dengan bankir-bankir Metropolitan di kota."
"Undurkan ke jam tiga dan upayakan mereka yang datang ke sini."
Kathy membuat catatan. "Anda mau saya bacakan telepon yang masuk?"
"Bacalah." "The Childrcn Foundation menginginkan Anda untuk jadi tamu kehormatan tanggal dua puluh delapan nanti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
'Tidak bisa. Bilang pada mereka aku sangat senang. Kirimkan cek bual
mereka." "Pertemuan Anda sudah diatur di Tulsa hari Selasa di..."
"Batalkan saja itu."
"Anda diundang makan siang Jumat depan oleh Manhattan Women's
Group." "Tidak. Kalau mereka minta uang, kirimkan cek."
"The Coalition for Literacy ingin Anda memberikan sambutan dalam acara makan siang tanggal empat nanti."
"Coba lihat nanti, apa bisa diatur."
"Ada undangan sebagai tamu kehormatan pada acara pengumpulan dana
untuk penanggulangan dystrophy otot, tapi tanggalnya bentrok. Anda harus
berada di San Fransisco."
"Kirimkan cek."
"Suami-istri Srb mengadakan pesta makan malam Sabtu depan."
"Aku akan coba datang," kata Lara.
Kristian dan Deborah Srb adalah orang-orang yang menyenangkan, dan
teman baiknya, dan ia senang berada bersama mereka.
"Kathy, kaulihat aku ini berapa?"
"Apa?" "Lihat baik-baik."
Kathy menatap dia. "Hanya satu, Miss Cameron."
"Benar. Aku hanya ada satu. Jadi bagaimana kau bisa mengharapkan aku bertemu dengan bankir-bankir Metropolitan jam dua tiga puluh hari ini,
Komite Perencanaan Kota jam empat, lalu bertemu dengan Bapak Wali Kota
jam lima, para arsitek jam enam lima belas, Departemen Perumahan jam
enam tiga puluh, pesta cocktail jam tujuh tiga puluh, dan pesta ulang
tahunku jam delapan" Lain kali kalau membuat jadwal, pakailah otak sedikit."
"Maafkan saya. Anda ingin saya..."
"Aku ingin kau berpikir. Aku tidak memerlukan orang-orang bodoh di
sekitarku. Jadwal ulang janji temu dengan para arsitek dan dengan
Departemen Perumahan itu."
"Baik," kata Kathy dengan kaku.
"Bagaimana kabarnya anakmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertanyaan itu membuat sang sekretaris terheran-heran. "David" Ia... ia sehat."
"Ia pasti sudah mulai besar sekarang."
"Hampir dua tahun."
"Sudahkah kaupikirkan sekolahnya nanti?"
"Belum. Masih terlalu dini untuk..."
"Kau keliru. Kalau kau mau dia belajar di sekolah yang baik di New York, kau harus mulai mempersiapkannya sebelum dia lahir."
Lara membuat catatan di buku memonya. "Aku kenal kepala sekolah di
Dalton. Akan kuatur supaya David bisa didaftar di sana."
"Saya... terima kasih."
Lara bahkan tidak berupaya untuk mengangkat wajahnya. "Cuma itu."
"Ya, ma'am." Kathy keluar dari kantor itu, tak tahu lagi apakah ia harus mencintai bosnya atau membencinya. Ketika Kathy untuk pertama kalinya
masuk bekerja di Cameron Enterprises, ia sudah diperingatkan mengenai
Lara Cameron. "Si Kupu-Kupu Besi itu maniak kerja," begitu didengarnya
"Sekretaris-sekretarisnya tidak bekerja berdasarkan kalender, tapi stopwatch.
Kau akan dimakannya hidup-hidup."
Kathy masih ingat wawancaranya yang pertama dengan Lara. Ia telah
melihat gambar Lara Cameron di setengah lusin majalah, tapi tak satu pun
yang mirip dengan dia. Ternyata orangnya jauh lebih cantik, luar biasa
cantik. Lara Cameron sudah membaca salinan riwayat hidup Kathy. Ia
mengangkat wajahnya dan berkata, "Duduklah, Kathy." Suaranya agak parau dan bergetar. Terasa ada semacam daya dalam diri wanita ini yang sangat
dominan. "Resume ini sangat mengesankan."
"Terima kasih."
"Seberapa banyak yang benar?"
"Maaf?" "Kebanyakan resume yang masuk ke mejaku adalah fiktif. Apakah kau
memang mampu bekerja dengan baik?"
"Saya sangat mampu dalam pekerjaan saya, Miss Cameron."
"Dua sekretarisku baru saja berhenti. Pekerjaan numpuk sekarang. Kau sanggup menangani tekanan pekerjaan?"
"Saya kira saya bisa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ini bukan permainan tebak-tebakan. Kau bisa atau tidak bisa mengatasi tekanan pekerjaan?"
Pada saat itu Kathy mulai tidak yakin apakah ia benar-benar menginginkan
pekerjaan itu. "Ya, saya bisa."
"Bagus. Kau akan dicoba seminggu. Kau harus menandatangani formulir
yang menyatakan kau tidak akan pernah membicarakan aku atau
pekerjaanmu di Cameron Enterprises. Itu artinya, tidak boleh ada
wawancara, buku, semua tidak boleh. Semua yang terjadi di sini sifatnya
konfidensial." "Saya mengerti."
"Bagus." Begitulah mulanya lima tahun yang lalu. Selama masa itu Kathy telah
belajar mencintai, membenci, mengagumi, dan mengutuki bosnya itu. Dulu
ketika baru mulai, suaminya pernah bertanya, "Kayak apa sih sebenarnya tokoh legenda itu?"
Itu pertanyaan yang sulit. "Dia bukan orang biasa," kata Kathy. "ia cantik luar biasa. Ia bekerja lebih keras dari siapa pun yang pernah kukenal. Cuma Tuhan yang tahu kapan ia tidur. Ia perfeksionis, jadi ia membuat semua
orang di sekitarnya sengsara. Dengan caranya sendiri ia adalah seorang
jenius. Ia bisa nyinyir dan mendendam dan sangat pemurah."
Suaminya tersenyum. "Dengan kata lain, ia adalah seorang wanita."
Kathy memandang dia dan berkata, tanpa senyum, "Aku tidak tahu dia itu siapa. Terkadang ia membuatku takut."
"Ayolah, Sayang, kau melebih-lebihkan."
"Tidak. Aku benar-benar percaya bahwa kalau ada orang yang berani
menghalangi Lara Cameron... ia akan membunuhnya."
Setelah Lara selesai menangani fax-fax dan telepon luar negeri, ia
memanggil lewat interkomi Charlie Hunter, seorang anak muda ambisius
mengepalai bagian keuangan. "Masuk, Charlie"
"Ya, Miss Cameron."
Sesaat kemudian ia memasuki kantor Lara. "Ya, Miss Cameron?"
"Aku membaca wawancara yang kauberikan di The New York Times pagi
ini," kata Lara. Wajah Charlie berbinar. "Saya malahan belum melihat. Bagaimana itu?"
"Kau bicara tentang Cameron Enterprises dan tentang beberapa masalah yang sedang kita hadapi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia menyeringai. "Begini, reporternya barangkali salah mengutip beberapa dari per..."
"Kau dipecat." "Apa" Mengapa" Saya..."
"Waktu kau masuk dulu, kau menandatangani perjanjian yang menyatakan setuju untuk tidak memberikan wawancara. Kuharap kau sudah keluar dari
sini pagi ini." "Saya... Anda tidak bisa begitu. Siapa yang akan menggantikan saya?"
"Aku sudah mengaturnya," kata Lara.
Acara lunch sudah hampir selesai. Reporter majalah Fortune itu, Hugh
Thompson, adalah seorang pria cerdas yang nampak sangat tegas dan serius
dengan mata coklat yang menatap tajam di balik kacamata berpinggir tanduk hitam.
"Makanannya sangat lezat," katanya. "Semuanya favorit saya. Terima kasih."
"Saya senang Anda menyukainya."
"Sebenarnya Anda tidak perlu repot-repot begini."
"Sama sekali tidak repot." Lara tersenyum. "Ayah saya selalu mengatakan bahwa jalan menuju hati seorang pria adalah melalui perutnya."
"Dan Anda ingin sampai ke hati saya sebelum kita mulai wawancaranya?"
Lara tersenyum. "Tepat sekali."
"Sebenarnya seberapa jauh kesulitan yang menimpa perusahaan Anda?"
Senyum di wajah Lara meredup. "Maaf?"
"Ayolah. Anda tidak mungkin menutup-nutupinya lagi. Berita yang beredar di luaran adalah bahwa sebagian properti Anda sedang terancam bangkrut
karena angsuran induk yang harus Anda bayar akibat saham-saham Anda
yang jatuh harganya. Selama ini Anda sangat berani berspekulasi, dan
dengan lesunya pasar sekarang, Cameron Enterprises pastilah mengalami
masa-masa sulit karena ekspansi yang terlalu cepat."
Lara tertawa. "Jadi begitu berita di luaran" Percayalah saya, Mr.
Thompson, sebaiknya Anda jangan mendengarkan desas-desus konyol.
Begini saja. Akan saya kirimkan kepada Anda satu copy laporan keuangan
perusahaan saya untuk meluruskan masalahnya. Cukup fair, bukan?"
"Cukup fair. Ngomong-ngomong, saya tidak melihat suami Anda waktu
acara pembukaan hotel Anda yang baru itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara menarik napas panjang. "Philip santai ingin hadir, tapi sayang sekali ia harus bepergian mengadakan konser keliling."
"Saya pernah sekali menonton pertunjukan musiknya sekitar tiga tahun lalu. Ia seorang pemusik hebat. Anda sudah setahun menikah, bukan?"
"Tahun yang paling berbahagia dalam hidup saya. Saya wanita yang
sangat beruntung. Saya banyak bepergian, begitu pula Philip, Tapi kalau saya sedang tidak bersamanya saya dapat mendengarkan rekamannya di mana
pun saya berada." Thompson tersenyum. "Dan ia dapat melihat gedung-gedung Anda di
mana pun ia berada."
Lara tertawa. "Anda terlalu memuji."
"Itu benar, bukan" Anda telah mendirikan gedung-gedung di seluruh
pelosok negeri kita yang indah ini. Anda memiliki gedung apartemen,
perkantoran, rangkaian hotel... Bagaimana Anda melakukan semua itu?"
Lara tersenyum. "Dengan cermin ajaib."
"Anda penuh dengan teka-teki."
"Masa" Mengapa?"
"Saat ini Anda tak pelak lagi adalah developer yang paling sukses di New York. Nama Anda terpampang pada separuh real estate di kota ini. Anda
sedang membangun gedung pencakar langit yang tertinggi di dunia. Pesaingpesaing Anda menamai Anda si Kupu-Kupu Besi. Anda telah meraih sukses
besar dalam bisnis yang biasanya didominasi oleh pria."
"Apakah itu meresahkan Anda, Mr. Thompson?"
"Tidak. Yang meresahkan saya, Miss Cameron, saya tidak bisa menebak
Anda ini siapa. Kalau saya tanya dua orang tentang Anda, saya memperoleh
tiga jawaban yang berbeda. Semua orang berpendapat bahwa Anda seorang
businesswoman yang cemerlang. Maksud saya... Anda tidak begitu saja jatuh dari truk penuh jerami lantas sukses besar. Saya tahu banyak tentang
pekerja bangunan" mereka itu kasar dan keras. Bagaimana wanita seperti
Anda bisa mengendalikan mereka?"
Ia tersenyum. "Saya bukan mitos. Sungguh, yang saya lakukan cuma
mempekerjakan orang-orang yang terbaik di bidangnya, dan saya berani
membayar mereka mahal."
Terlalu gampang, pikir Thompson. Sangat terlalu gampang, Ia pasti tidak
mau mengungkapkan yang sebenarnya. Ia memutuskan untuk mengubah
arah pembicaraan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Semua majalah menulis tentang betapa suksesnya Anda. Saya ingin
menulis artikel yang sedikit lebih pribadi silatnya. Hanya sedikit yang pernah ditulis tentang latar belakang Anda."
"Saya sangat bangga akan latar belakang saya."
"Bagus. Mari kita bicara mengenai itu. Bagaimana Anda memulai bisnis di bidang real estate ini?"
Lara tersenyum, dan Thompson dapat melihat bahwa senyumnya tidak
dibuat-buat. Tiba-tiba ia nampak seperti seorang anak kecil.
"Bibit." "Bibit Anda?" "Ayah saya." Ia menunjuk ke sebuah potret di dinding di belakangnya.
Potret seorang pria tampan dengan bentuk kepala seperti singa dengan,
rambut putih keperakan. "Itu ayah saya" James Hugh Cameron." Suaranya terdengar lembut. "Dialah yang membuat saya sukses. Saya anak tunggal.
Ibu saya meninggal ketika saya masih sangat kecil, dan ayah yang
membesarkan saya. Keluarga saya meninggalkan Skotlandia sudah lama
sekali, Mr. Thompson, dan berimigrasi ke Nova Scotia New Scotland, Glace
Bay." "Glace Bay?" "Sebuah desa nelayan di sebelah timur laut Cape Breton, di pantai
Samudera Atlantik. Tempat itu dinamai oleh para penjelajah Prancis kuno.
Artinya 'ice bay' "teluk es. Kopi lagi?"
"Tidak, terima kasih."
"Kakek saya memiliki tanah yang luas di Skotlandia, dan ayah saya
semakin memperluasnya. Ia sangat kaya. Sampai sekarang kami masih
punya bangunan istana kuno di sana dekat Loch Morlich. Waktu saya
berumur delapan tahun, saya sudah punya kuda sendiri, pakaian-pakaian
saya dibeli di London, kami hidup di rumah yang sangat besar dengan
banyak pelayan. Bagaikan anak kecil yang hidup di negeri dongeng."
Suara Lara seakan hidup oleh gema-gema kenangan masa lalu.
"Kami pergi main ice skating di musim dingin, dan menyaksikan
pertandingan hockey, dan pergi berenang di Big Glace Bay Lake di musim
panas. Dan acara-acara dansa di Forum dan di Venetian Gardens."
Reporter itu sibuk membuat catatan.
"Ayah saya membangun gedung-gedung di Ed-monton, dan Calgary, dan
Ontario. Real estate bagaikan suatu permainan baginya, dan ia menyukainya.
Waktu saya masih sangat muda, ia mengajarkan permainan itu kepada saya,
dan saya belajar untuk menyukainya juga."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara Lara terdengar penuh semangat. "Anda harus paham satu hal, Mr.
Thompson. Yang saya lakukan ini tak ada hubungannya dengan uang atau
batu bata dan baja yang membentuk sebuah gedung. Yang menjadi intinya
adalah orangnya. Saya bisa menciptakan tempat yang nyaman bagi mereka
untuk bekerja atau tinggal, tempat mereka membina keluarga dan menjalani
kehidupan yang pantas. Itulah yang terpenting bagi ayah saya, dan menjadi penting bagi saya juga."
Hugh Thompson mengangkat wajahnya. "Anda masih ingat transaksi real
estate Anda yang pertama?"
Lara mencondongkan tubuhnya ke depan. "Tentu saja. Pada hari ulang
tahun saya yang kedelapan belas, ayah saya bertanya, saya mau hadiah apa.
Banyak pendatang baru memasuki Glace Bay, dan kota itu terasa semakin
sesak. Saya merasa kota itu membutuhkan lebih banyak tempat untuk hidup.
Saya bilang kepada ayah saya, saya ingin membangun sebuah gedung
apartemen kecil. Ia memberi saya hadiah uang tapi dua tahun kemudian saya bisa mengembalikan uang itu. Laiu meminjam uang dari bank untuk
membangun gedung kedua. Ketika saya berumur dua puluh satu saya
memiliki tiga gedung yang semuanya sukses "
"Ayah Anda pastilah sangat bangga akan Anda." Senyum ceria itu merekah lagi.
"Memang. Ia menamai saya Lara. Itu nama Skots kuno yang berasal dari bahasa Latin. Artinya 'terkenal' atau 'masyhur'. Sejak saya masih kecil ayah saya selalu mengatakan bahwa saya akan terkenal kelak." Senyumnya
meredup. "Ia meninggal karena serangan jantung, dalam usia sangat muda."
Bicaranya terhenti. "Saya berkunjung ke Skotlandia setiap tahun menengok makamnya. Saya... saya tidak kerasan lagi tinggal di rumah tanpa dia. Saya memutuskan untuk pindah ke Chicago. Saya punya gagasan membangun
hotel-hotel boutique kecil, dan saya bujuk seorang bankir di sana untuk
mendukung dananya. Hotel-hotel itu ternyata sukses." Ia mengangkat bahu.
"Dan seterusnya, seperti klise "adalah sejarah. Saya rasa psikiater akan mengatakan bahwa saya tidak membangun kerajaan bisnis ini hanya untuk
diri saya sendiri. Dalam satu segi, ini merupakan semacam persembahan
buat ayah saya. James Cameron adalah orang paling mengagumkan yang
pernah saya kenal." "Anda pasti sangat mencintainya."
"Benar. Dan ayah juga sangat mencintai saya. Secercah senyum menghiasi bibirnya. "Saya dengar waktu saya lahir ayah saya mentraktir minum semua pria di Glace Bay."
"Jadi, begitu," kata Thompson, "semuanya bermula di Glace Bay."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar," kata Lara perlahan, "semuanya bermula di Glace Bay. Di sanalah semuanya ini diawali, hampir empat puluh tahun yang lalu...."
Bab Tiga Glace Bay, Nova Scotia 10 September 1952
James cameron sedang berada di rumah bordil dalam keadaan mabuk, di
malam kelahiran putri dan putranya. Ia berada di ranjang, diapit oleh dua perempuan kembar berasal dari Skandinavia, saat Kirstie, "mami" rumah pelacuran itu, mengetuk pintu kamarnya.
"James!" ia berseru. Ia mendorong pintu itu terbuka dan berjalan masuk.
"Oh, kamu si tua brengsek!" James berseru dengan kesal. "Apa aku tidak bisa mendapat sedikit ketenteraman di sini?" lanjutnya dalam logat Skots yang kental.
"Maaf mengganggu kesenanganmu, James. Ini mengenai istrimu."
"Fuck istriku," Cameron memaki.
"Itu sudah kaulakukan memang," Kirstie menukas, "dan karena itu ia sekarang akan melahirkan."
"Jadi" Biar saja ia melahirkan. Kan memang itu tugas kalian wanita?"
"Dokter baru saja menelepon. Ia mencarimu ke mana-mana. Keadaan
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
istrimu gawat. Sebaiknya kau cepat-cepat ke sana."
James Cameron menegakkan badannya dan turun dari tempat tidur, mata
kabur, mencoba untuk menyegarkan benaknya. "Perempuan sialan. Ia tidak pernah bisa lihat aku senang sedikit." Ia menengadah memandang sang
"mami". "Baik, aku pergi." Diliriknya kedua gadis telanjang di ranjang. "Tapi dua ini aku tidak mau bayar."
"Tak jadi masalah. Sebaiknya kau segera pergi ke tempat kosmu."
"Mami" menoleh kepada kedua gadis itu. "Kamu berdua ikut saya."
James Cameron tadinya seorang pria yang tampan, dengan wajah yang
dengan sangat tepat mewakili pengertian "dosa". Orang akan menduga ia berumur lima puluhan. Nyatanya ia baru berumur tiga puluh dan bekerja
sebagai pengurus rumah-rumah kos milik Sean MacAl ister, bankir kota itu.
Selama lima tahun terakhir ini James Cameron dan istrinya, Peggy,
membagi tugas kerja mereka berdua: Peggy mengurus kebersihan dan
konsumsi dari dua lusin penyewa rumah, dan James minum sampai mabuk.
Setiap Jumat ia bertugas menarik sewa dari empat rumah kos lainnya di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Glace Bay yang dimiliki MacAl ister. Dan ini menjadi alasan tambahan baginya untuk keluar dan minum sampai mabuk.
James Cameron adalah orang yang menyesali nasib, yang berfoya-foya
dalam penyesalannva itu. Ia seorang yang gagal, dan merasa yakin bahwa
kecacatannya ini disebabkan kesalahan orang lain. Semakin lama ia semakin menikmati kegagalannya ini. Itu membuatnya merasa seperti martir. Waktu
James berumur setahun, keluarganya berimigrasi ke Glace Bay dari
Skotlandia dengan hampir tidak membawa apa-apa. dan mereka berjuang
untuk bisa bertahan hidup. Ayahnya mengupayakan James bekerja di
tambang batu bara saat anak itu berumur empat belas tahun. James
kemudian mengalami sedikit cedera punggung karena kecelakaan di tambang
waktu ia berumur enam belas, dan itu membuatnya berhenti dari kerja itu.
Setahun kemudian orangtuanya tewas karena musibah kereta api. Beginilah
maka James Cameron meyakinkan dirinya bahwa bukan ia yang bersedih
atas nasib buruknya"takdirlah yang tidak menuntun jalan hidupnya. Tapi ia mempunyai dua kelebihan: Ia sangat tampan, dan kapan saja ia mau ia bisa
membuat orang terkesan. Pada suatu akhir pekan di Sydney, sebuah kota
kecil dekat Glace Bay, ia berjumpa dengan seorang gadis Amerika bernama
Peggy Maxwel , yang sedang berlibur bersama keluarganya di sana. Ia tidak terlalu cantik, tapi keluarga Maxwel sangat kaya, dan James Cameron
sangat miskin. Ia berhasil meluluhkan hati Peggy Maxwel . dan mereka
kemudian menikah walaupun ayah Peggy tidak setuju
"Aku akan memberi Peggy maskawin sebesar lima ribu dol ar," kata ayah
Peggy kepada James. "Uang itu akan memberimu peluang berusaha. Kau
bisa menanam modal di real estate, dan dalam lima tahun nilainya akan
menjadi dua kali lipat. Aku akan membantumu."
Tapi James tidak mau menunggu lima tahun. Tanpa minta persetujuan
siapa pun ia menanamkan uangnya dalam usaha perminyakan berisiko besar
dengan seorang teman, dan enam puluh hari ke mudian ia bangkrut. Ayah
mertuanya yang sangat marah menolak membantunya lagi. "Kau bodoh,
James, dan aku tidak mau membuang uang lagi untuk mengganti itu."
Perkawinan yang dimaksudkan untuk menyelamatkan James Cameron
ternyata malahan jadi musibah, sebab kini ia harus menghidupi istrinya juga, padahal pekerjaan tidak ada.
Sean MacAl isler-lah yang telah menyelamatkan dia. Bankir kota itu
berumur sekitar lima puluh lima, berperawakan sangat gemuk dan bersikap
angkuh, serta gemar mengenakan rompi yang dihias jam emas berantai. Ia
datang ke Glace Bay dua puluh tahun sebelumnya dan dengan cepat melihat
peluang yang ada. Para penambang dan pengusaha kayu berdatangan ke
kota itu dan tidak bisa memperoleh cukup akomodasi. MacAl ister sebenarnya bisa saja memberi mereka kredit untuk membangun rumah, tapi ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempunyai gagasan yang lebih bagus, la beranggapan, lebih murah
menggiring orang-orang itu untuk tinggal di rumah rumah kos. Dalam waktu
dua tahun ia berhasil membangun sebuah hotel dan lima rumah kos dan
semua itu laku keras. Mencari pengurus merupakan hal yang sulit sebab pekerjaannya sangat
melelahkan. Tugas pengurus adalah mengupayakan semua kamar dihuni,
mengawasi dapur, menangani konsumsi, dan menjaga rumah-rumah itu
tetap bersih. Sepanjang menyangkut masalah gaji, Sean MacAl ister bukan
orang yang suka memboroskan uang.
Pengurus rumah-rumah kosnya baru saja berhenti, dan MacAl ister
beranggapan bahwa James Cameron merupakan calon yang pantas.
Cameron dari waktu ke waktu meminjam uang dari banknya, dan waktunya
sudah sampai untuk membayar pinjamannya. MacAl ister memanggil anak
muda itu. "Aku punya pekerjaan untuk kau," kata MacAl ister.
"Ada?" "Kau beruntung. Ada satu jabatan yang baru saja lowong."
"Kerja di bank, kan?" tanya James Cameron. Ia tertarik untuk bekerja di bank. Kalau uang berlimpah seperti itu, pastilah ada sebagian yang bisa
menempel di jarinya. "Bukan di bank," kata MacAl ister. "Kau orang yang luwes, James, dan kurasa kau cocok bekerja di bidang yang banyak menangani orang. Aku ingin kau mengurus rumah-rumah kosku yang di Cablehead Avenue."
"Rumah kos, kata Anda?" Ada nada melecehkan dalam suara pemuda itu.
"Bukankah kau perlu tempat bernaung," kata MacAl ister. "Kau dan istrimu akan mendapat kamar gratis dan gaji kecil."
"Seberapa kecil?"
"Aku akan bermurah hati terhadapmu, James. Dua puluh lima dolar
seminggu." "Dua pu...?" "Tinggal mau atau tidak. Banyak orang lain yang mau."
Pada akhirnya James tak punya pilihan. "Saya mau."
"Bagus. O ya, setiap hari Jumat aku minta kau menarik sewa dari rumah-rumah kosku yang lain dan mengirimkan uangnya kepadaku hari Sabtu."
Waktu James Cameron menceritakan hal itu kepada Peggy, ia nampak
kecewa. "Kita tak tahu apa-apa tentang mengurus rumah kos, James."
"Kita akan belajar. Kita bagi tugas."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan Peggy percaya kepadanya. "Baiklah. Pasti bisa kita atasi," katanya.
Dan memang mereka bisa mengatasinya dengan cara mereka yang khas
itu. Tahun-tahun berjalan, dan selama itu banyak peluang bagi James
Cameron untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik, pekerjaan yang bisa
memberinya kedudukan yang lebih terhormat dan gaji yang lebih besar, tapi ia terlalu menikmati kegagalan hidupnya dan enggan beranjak dari itu.
"Mengapa harus repot-repot?" begitu ia biasa mengomel. "Kalau takdir tidak menghendaki, keberuntungan tidak akan terjadi."
Dan sekarang, di malam bulan September ini ia berpikir, Aku bahkan tak
boleh menikmati perempuan-perempuanku dengan tenang. Sialan istriku
Ketika ia melangkah keluar dari tempat Madam Kirstie itu, angin dingin
September bertiup keras Sebaiknya aku berjaga-jaga kalau-kalau ada masalah nanti, James
Cameron memutuskan. Ia berhenti di Ancient Mariner.
Sejam kemudian ia melangkah menuju ke rumah kos di New Aberdeen,
kawasan termiskin di Glace Bay.
Ketika akhirnya ia sampai, setengah lusin penghuni kos sedang
menunggunya dengan cemas.
"Dokter ada di dalam bersama Peggy," kata salah seorang. "Cepat-cepat, Bung."
James terhuyung-huyung memasuki kamar tidur kecil suram yang
ditinggalinya bersama istrinya. Dari kamar lain ia bisa mendengar rengekan bayi yang baru saja lahir. Peggy terbaring di situ dengan tak bergerak. Dr.
Patrick Duncan sedang mengamatinya dari dekat. Ia menoleh begitu James
masuk. "Ada apa di sini?" tanya James. Dokter itu menegakkan badan dan memandang James dengan kurang senang. "Seharusnya sebelum ini
kaubawa istrimu ke tempatku," katanya.
"Dan memboroskan uangku" Ia hanya akan melahirkan. Kenapa mesti...?"
"Peggy meninggal. Sudah kucoba segalanya. Bayinya kembar. Yang lakilaki tak berhasil kuselamatkan."
"Oh, Yesus," James Cameron mengomel. "Takdir lagi."
"Apa?" "Takdir. Takdirku selalu tidak baik. Sekarang ini lagi yang terjadi atas diriku. Aku tidak..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang juru rawat masuk, menggendong bayi kecil yang terbungkus
selimut. "Ia anak perempuan Anda, Mr. Cameron."
"Anak perempuan" Buat apa anak perempuan?" Bicaranya semakin
terseret dan tidak jelas.
"Kau sungguh menjengkelkan, Bung," kata Dr. Duncan.
Juru rawat itu memandang James. "Saya akan tinggal sampai besok dan
menunjukkan kepada Anda bagaimana merawatnya."
James Cameron melihat sosok kecil keriput yang ada di dalam selimut itu
dan berharap dalam hati, Barangkali ia akan mati juga.
Selama tiga minggu pertama tak ada yang tahu apakah bayi itu akan hidup
atau tidak. Seorang ibu susu datang dengan teratur untuk merawatnya. Dan
akhirnya, sampai harinya dokter sudah bisa memastikan, "Putrimu akan hidup."
Dan" ia memandang James Cameron serta bergumam, "Semoga Tuhan
melindungi anak malang ini."
Ibu susu itu berkata, "Mr. Cameron, Anda harus memberinya nama."
"Aku tidak peduli ia dinamai apa. Kau saja yang memberinya nama."
'Bagaimana kalau Lara. Itu nama yang sungguh...."
"Terserah kau saja."
Demikianlah ia dibaptis dengan nama Lara.
Tak ada orang dalam kehidupan Lara yang memperhatikannya atau
membesarkannya. Rumah kos itu penuh dengan para pria yang begitu sibuk
mengurus hidupnya sendiri sehingga tak sempat lagi memperhatikan bayi itu.
Satu-satunya wanita di sekitar tempat itu hanyalah Bertha, wanita Swedia
berperawakan besar yang dipekerjakan untuk memasak dan disuruh-suruh.
James Cameron menetapkan niatnya untuk tidak mau tahu tentang
putrinya ini. Takdir buruk telah sekali.lagi mengutuknya dengan membiarkan putrinya tetap hidup. Di malam hari ia duduk di ruang keluarga dengan
sebotol whiskey sambil mengomel. "Takdir telah membunuh istri dan
putraku." "Kau tidak boleh berkata begitu, James."
"Wel , memang begitu. Kalau tidak putraku sekarang sudah jadi orang. Ia akan jadi orang pintar dan kaya dan bisa merawat ayahnya di hari tua."
Dan para penghuni itu membiarkannya mengoceh terus.
James Cameron berulang kali mencoba menghubungi Maxwel , ayah
mertuanya, berharap ia akan mau mengambil alih anak itu, tapi orang tua itu tidak bisa ditemukan. Takdirku lagi bahwa orang tua itu sudah mati, pikirnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Glace Bay merupakan permukiman bagi orang-orang yang datang-pergi
yang tinggal di rumah-rumah kos. Mereka datang dari Prancis, Cina dan
Ukraina. Ada orang Italia dan Irlandia dan Yunani, petani dan penjahit dan tukang leding dan tukang sepatu. Mereka berjubel di Main Street bagian hilir.
Bel Street, North Street, dan Water Street, dekat kawasan pantai. Mereka datang untuk bekerja di pertambangan dan untuk memotong kayu dan
memancing ikan di laut. Glace Bay merupakan kota perbatasan, primitif dan keras. Cuacanya keras. Musim dingin sangat beku dengan salju tebal yang
terus turun sampai bulan April, dan karena es yang membeku di pelabuhan,
bahkan April dan Mei pun masih dingin dan berangin, dan hujan terus turun mulai Juli sampai Oktober.
Ada delapan belas rumah kos di kota, beberapa di antaranya memuat
sampai tujuh puluh dua penghuni. Di rumah kos yang diurus James Cameron
terdapat dua puluh empat penghuni yang kebanyakan orang Skots.
Lara haus akan perhatian, tanpa menyadari apa arti "haus" itu. Ia tidak mempunyai mainan atau boneka untuk disayang. Begitu pula teman bermain,
la tidak mempunyai siapa-siapa kecuali ayahnya. Ia membuat hadiah-hadiah
lucu untuk ayahnya itu karena sangat ingin menyenangkan dia, tapi James
mengabaikannya atau melecehkannya.
Ketika Lara berumur lima tahun, ia tidak sengaja mendengar ayahnya
berkata kepada salah seorang penghuni, "Anak yang baik itu malahan mati.
Seharusnya putrakulah yang hidup."
Malam itu Lara menangis sampai ketiduran. Ia begitu mencintai ayahnya.
Dan sekaligus begitu membencinya.
Ketika Lara berumur enam tahun, ia mirip dengan tokoh lukisan Keane"
mata yang sangat besar dan wajah yang ceking dan pucat. Tahun itu masuk
seorang penghuni baru. Namanya Mungo McSween, dan ia adalah pria yang
berperawakan sangat besar bagaikan beruang. Ia langsung merasa iba
melihat gadis kecil itu. "Siapa namamu, Nak?"
"Lara." "Ah. Nama bagus untuk anak pintar. Sudah sekolah?"
"Sekolah" Belum."
"Mengapa belum?"
"Saya tidak tahu."
"Wel , akan kita cari tahu."
Dan ia menjumpai James Cameron. "Saya dengar anak Anda belum
bersekolah." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa perlunya itu" Ia cuma perempuan la tidak perlu sekolah."
"Anda keliru, Bung. Ia harus mendapat pendidikan. Ia harus diberi
kesempatan dalam hidup-nya."
"Ah, sudahlah," kata, James. "Itu akan buang uang saja."
Tapi McSween bersikeras, dan akhirnya, supaya ia tidak ribut terus, James Cameron setuju. Itu akan membuatnya tidak melihat anak sial itu paling tidak beberapa jam sehari.
Lara sangat takut ke sekolah. Sepanjang hidupnya yang pendek itu ia
hanya tinggal dengan orang dewasa, dan hampir-hampir tidak pernah
bergaul dengan anak lain.
Hari Senin berikutnya Bertha mengantarkannya ke St. Anne's Grammar
School, dan Lara dibawa ke kantor kepala sekolah.
"Ini Lara Cameron."
Kepala sekolah itu, Mrs. Cummings, adalah seorang janda setengah baya
dengan rambut beruban yang mempunyai tiga orang anak. Ia mengamati
gadis kecil berpakaian kumal yang berdiri di hadapannya. "Lara. Bagus sekali namamu," katanya tersenyum. "Berapa umurmu, Sayang?"
"Enam." Lara menahan tangisnya.
Anak ini ketakutan, pikir Mrs. Cummings. "Wel , kami gembira kau ada di sini, Lara. Kau akan senang di sini, dan kau akan belajar banyak."
"Saya tidak mau tinggal," kala Lara.
"Oh, mengapa tidak?"
"Kasihan ayah saya." Dengan mengeraskan hati ia berusaha untuk
menahan tangisnya. "Wel , kami hanya akan minta kau ada di sini beberapa jam seharinya."
Lara membiarkan dirinya dibawa masuk ke sebuah kelas yang penuh
dengan anak-anak, dan ia diantar duduk di bagian belakang kelas itu.
Miss Terkel, gurunya, sedang sibuk menuliskan huruf-huruf di papan tulis.
"A untuk 'apple'" katanya. "B untuk "boy" Ada yang tahu C untuk apa?"
Sebuah tangan kecil diacungkan. "Candy"
"Bagus sekali! Dan D'?"
"Dog" "Dan E?" "Eat" "Bagus. Ada yang tahu satu kata yang dimulai dengan huruf F?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara berseru, "Fuck"
Lara yang termuda di kelas itu, tapi ia nampak seperti yang paling tua. Dari dirinya terpancar semacam kedewasaan yang tak terbendung.
"Ia seorang dewasa kecil yang tubuhnya sedang tumbuh," kata gurunya kepada Mrs. Cummings.
Saat makan siang di hari pertama itu, anak-anak yang lain mengeluarkan
kotak-kotak makan kecil berwarna-warni dan mengambil apel dan kue-kue
dan sandwich yang dibungkus kertas lilin.
Tak seorang pun ingat untuk membungkuskan makan siang bagi Lara.
"Mana makan siangmu, Lara?" tanya Miss Terkel.
"Saya tidak lapar," kata Lara mengeraskan hatinya. "Tadi saya sarapan banyak sekali."
Kebanyakan anak perempuan di sekolah itu berpakaian rapi"rok dan blus
bersih. Sedangkan Lara cuma punya rok kotak-kotak dan blus yang sudah
amat usang dan kekecilan. Ia menghadap ayahnya. "Saya perlu pakaian
untuk ke sekolah," kata Lara.
"Begitu" Wel , aku bukan bank. Pergi ke Gereja Bala Keselamatan sana minta pakaian gratis."
"Itu kan berarti minta derma, Papa."
Dan ayahnya langsung menamparnya keras-keras.
Anak-anak di sekolah mengenal banyak permainan yang belum pernah
didengar Lara. Mereka bermain dengan boneka dan mainan lain, dan ada
yang mau bermain dengan Lara, tapi dengan hati sakit Lara menyadari
bahwa ia tidak mempunyai apa-apa. Dan masih ada yang lebih dari itu.
Beberapa tahun kemudian Lara mulai mengenal suatu dunia baru, suatu
dunia di mana anak mempunyai ibu dan ayah yang memberinya hadiah dan
mengadakan pesta ulang tahun untuknya dan mencintainya dan memeluk
serta menciumnya. Dan untuk pertama kalinya Lara mulai sadar ia begitu
banyak kehilangan dalam hidupnya. Dan itu membuatnya merasa sangat
kesepian. Rumah kos itu adalah sekolah juga, yang berbeda sifatnya. Semacam
mikrokosmos mini tempat berbaur berbagai bangsa. Lara belajar
membedakan kebangsaan mereka dari nama-nama mereka.
Mac dari Skotlandia... Hodder dan Pyke dari New-foundland... Chiasson
dan Aucoin dari Prancis... Dudash dan Kosick dari Polandia. Para penghuni itu terdiri atas penebang pohon, nelayan, penambang, dan pedagang. Di pagi
hari mereka semua berkumpul di ruang makan besar untuk sarapan pagi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan di malam hari untuk makan malam, dan percakapan mereka sangat
memikat perhatian Lara. Setiap kelompok seakan mempunyai bahasa
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
misterius masing-masing. Beribu-ribu penebang kayu bermukim di Nova Scotia, tersebar di seluruh
pelosok semenanjung itu. Para penebang kayu di rumah kos itu menebarkan
bau debu gergajian dan kulit kayu, dan mereka berbincang tentang hal-hal
aneh seperti penyerut dan pemulas dan penghalus.
"Tahun ini sudah sekitar dua ratus juta kaki persegi yang kita kerjakan,"
salah seorang menyatakan saat makan malam.
"Bagaimana kaki bisa berbentuk persegi?" tanya Lara.
Semuanya tertawa tergelak-gelak. "Nak, kaki persegi artinya sepotong kayu berukuran satu kaki keliling dengan tebal satu inci. Nanti kalau kau besar dan menikah, kalau kau ingin membuat rumah berkamar lima terbuat
dari kayu seluruhnya, kau akan perlu dua belas ribu kaki persegi kayu."
"Aku tidak akan pernah menikah," Lara bersumpah.
Para nelayan lain lagi ceritanya. Mereka balik ke rumah kos itu dengan
tubuh berbau udara laut, dan mereka berbincang tentang eksperimen baru
ternak kerang di Bras d'Or Lake dan saling membual tentang keberhasilan
mereka menangkap ikan cod dan ikan herring dan mackerel dan haddock.
Tapi penghuni yang paling menarik minat Lara adalah para penambang.
Ada tiga ribu lima ratus penambang di Cape Breton, melayani kapal-kapal
batu bara di Lingan dan Prince dan Phalen. Lara menyukai nama-nama
tambang itu. Ada yang namanya Jubilee dan Last Chance dan Black Diamond
dan Lucky Lady. Ia juga sangat senang mendengar perbincangan mereka tentang pekerjaan
hari itu. "Apa itu yang dibilang tentang Mike?"
"Itu benar. Anak malang itu sedang berangkat gelidik di atas dokar, dan sebuah box lari dari relnya dan menimpa kakinya sampai hancur. Mandor
sialan itu bilang bahwa itu salah Mike sendiri yang kurang cepat menghindar, dan lampunya ditahan."
Lara bingung. "Apa sih artinya itu?"
Salah seorang penambang menjelaskan, "Artinya, Mike sedang akan
berangkat kerja"berangkat gelidik di atas dokar"itu adalah lori yang
mengangkut pekerja ke bagian masing-masing. Sebuah box"artinya lori batu
bara"terlepas dan membenturnya."
"Dan lampunya ditahan?" tanya Lara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Penambang itu tertawa. "Kalau seorang penambang lampunya ditahan, itu artinya ia diskors."
Ketika Lara berumur lima belas tahun, ia mendaftar di St. Michaels High
Sehool. Ia nampak kelaki-lakian dan kurang luwes, dengan tungkai-tungkai
panjang dan mata kelabu yang masih saja nampak terlalu besar di wajahnya
yang kurus pucat. Tak ada yang tahu bagaimana jadinya ia nanti kalau
semakin dewasa. Ia berada di ambang kedewasaan, dan fisiknya sedang
mengalami metamorfosis. Ia bisa jadi buruk atau cantik.
Bagi James Cameron, putrinya itu buruk. "Kau sebaiknya kawin dengan
pria pertama yang cukup bodoh untuk meminangmu," katanya kepada Lara.
"Kau tidak cukup punya modal untuk menawar." Lara berdiri di situ tanpa mengucapkan apa-apa. "Dan bilang pada pria goblok itu jangan
mengharapkan mas kawin dariku."
Mungo McSween kebetulan masuk ke ruang itu. Ia berdiri di sana
menyimak dan sangat marah.
"Sudah, sudah," kata James Cameron "Kembali ke dapur sana."
Lara cepat pergi. "Mengapa kau begitu terhadap anak perempuanmu?" tanya McSween
menuntut. James Cameron mengangkat wajahnya dengan pandangan kabur "Bukan
urusanmu." "Kau mabuk." "Memang Tak ada yang lain, kan'. Kalau bukan perempuan ya whiskey"
McSween menuju ke dapur, di mana Lara sedang mencuci piring di bak
cuci. Matanya terasa panas karena air mata yang menggenang. McSween
merangkulnya. "Tidak apa-apa, Nak," katanya. "la tidak bermaksud begitu."
"Ia membenciku."
"Tidak, ia tidak membencimu."
"Belum pernah ia bicara dengan baik kepadaku. Sekali pun belum!"
Tak ada yang bisa dikatakan McSween lagi.
Di musim panas banyak turis berkunjung ke Glace Bay. Mereka datang naik
mobil-mobil mewah, mengenakan pakaian bagus, berbelanja di sepanjang
Castle Street, bersantap di Cedar House dan di Jasper's, dan mengunjungi
Ingonish Beach dan Cape Smoky dan Bird Islands. Mereka adalah makhlukmakhluk superior dari dunia lain, dan Lara merasa iri pada mereka dan ingin sekali lari bersama mereka saat mereka meninggalkan tempat itu di akhir
liburan musim panas. Tapi bagaimana"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara mendengar cerita-cerita tentang kakeknya Maxwel . "Si brengsek tua itu tidak setuju aku mengawini putri yang disayanginya," demikian James Cameron mengomel kepada penghuni mana saja yang mau mendengarnya.
"Ia kaya sekali, tapi kaupikir ia mempedulikan aku" Tidak. Padahal Peggy kuperlakukan dengan baik...."
Dan Lara berkhayal bahwa satu saat kelak kakeknya akan datang untuk
mengambilnya dan membawanya ke kota kota gemerlap yang sering
dibacanya: London dan Roma dan Paris. Dan aku akan mengenakan
pakaaian-pakaian bagus Ratusan gaun dan sepatu baru.
Tapi dengan berlalunya bulan-bulan dan tahun-tahun, dan tidak ada kabar
apa-apa dari kakeknya akhirnya Lara sadar bahwa ia tidak akan pernah
melihat kakeknya itu. Ia ditakdirkan untuk menghabiskan sisa hidupnya di
Glace Bay. Bab Empat Ada beberapa kegiatan untuk seorang remaja yang sedang tumbuh di
Glace Bay. Ada sepakbola dan hockey, skating dan bowling, dan di musim
panas, berenang dan memancing. Carl's Drug Store merupakan tempat
ngetem para remaja setelah jam sekolah. Ada dua bioskop, dan untuk dansa, Venetian Gardens.
Lara tak pernah berpeluang untuk menikmati semua itu. Ia bangun setiap
pagi jam lima untuk membantu Bertha menyiapkan sarapan bagi para
penghuni kos dan merapikan tempat-tempat tidur sebelum berangkat ke
sekolah. Sore harinya ia bergegas pulang untuk mulai menyiapkan makan
malam. Ia membantu Bertha menghidangkan makanan, dan setelah makan
malam selesai, Lara membersihkan meja dan mencuci serta mengeringkan
piring-piring. Rumah kos itu menghidangkan berbagai masak an Skots fevorit:
howtowdie dan hairst bree, cabbie claw dan skirlie. Black bun ragu yang
dibungkus dengan pasta terbuat dari setengah pon tcpun terigu"juga
disukai. Perbincangan orang-orang Skots itu membuat Lara mengenal kawasan
Dataran Tinggi Skotlandia. Leluhurnya berasal dari dataran tinggi itu, dan kisah-kisah tentang kawasan itu memberinya satu-satunya sense of
belonging yang dimilikinya. Penghuni-penghuni itu berbincang tentang
Great Glen yang menjadi tempat kedudukan Loch Ness, Lochy, dan Linnhe,
dan tentang pulau-pulau perawan tak jauh dari pantai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di ruang duduk ada sebuah piano tua, dan terkadang di malam hari,
setelah makan malam, setengah lusin penghuni kos berkumpul dan bersamasama menyanyikan lagu-lagu kampung halaman seperti Annie Laurie, Comin'
Through the Rye, The Hil s of Home, dan The Bonnie Banks O'Loch Lomond.
Setahun sekali ada pawai di kota, dan semua orang Skots di Glace Bay
dengan bangga mengenakan rok pendek tartan mereka dan berpawai di
sepanjang jalan di ringi tiupan bagpipe yang riuh rendah.
"Mengapa pria mengenakan rok?" Lara bertanya kepada Mungo McSween.
Ia menyeringai. "Itu bukan rok, Nak. Itu namanya kilt Leluhur kita yang menemukan itu dulu sekali. Di Dataran Tinggi, kilt melindungi tubuh pria dari udara dingin yang menggigit, tapi membiarkan kaki-kakinya bebas untuk
dapat lari dengan cepat melintasi rumput liar dan lumut dan menyelamatkan diri dari kejaran musuh. Dan di malam hari, kalau ia berada di udara terbuka, kain yang lebar itu bisa berfungsi sebagai alas dan selimut baginya."
Nama-nama tempat di Skotlandia terdengar bagai puisi di telinga Lara. Ada Breadalbane, Glen-finnan, dan Kilbride, Kilninver, dan Kilmichael. Lara
diberitahu bahwa istilah "kil" mengacu kepada ruang yang dipakai para rahib di abad pertengahan. Kalau ada nama desa yang diawali dengan "inver" atau
"aber", itu artinya desa itu berada di mulut sungai. Kalau mulai dengan
"strath", desa itu terletak di sebuah lembah. "Bad" artinya desa itu berada di daerah belukar.
Setiap malam selalu terjadi perdebatan sengit di meja makan. Orang Skots
suka berdebat tentang apa saja. Leluhur mereka dulu merupakan ras yang
sangat terpandang dan mereka masih sangat bangga akan sejarah mereka.
"Kelompok Bruce hanya terdiri atas pengecut-pengecut. Mereka merendah-rendah terhadap orang Inggris seperti anjing penjilat."
"Oh, kau bodoh, dan kelompokmu berasal dari daftar panjang orang-orang bodoh."
Perdebatan itu menjadi semakin sengit.
"Kau tahu apa yang dibutuhkan Skotlandia" Lebih banyak orang seperti Robert the Second. Nah, dia itu sungguh seorang besar. Dan ia mempunyai
dua puluh satu anak."
"Ya, dan setengah dari mereka adalah bajingan!"
Dan itu berlanjut ke perdebatan lain lagi.
Lara sungguh heran bagaimana mereka bisa berdebat tentang sesuatu
yang terjadi enam ratus tahun yang lalu.
Mungo McSween berkata kepada Lara, "Jangan pikirkan itu, Nak. Seorang Skots bisa saja berkelahi di sebuah rumah kosong."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adalah sebuah syair gubahan Sir Walter Scott yang benar-benar membuat
angan Lara bergelora. Oh, Lochinvar muda datang dari belahan barat: Melewati Perbatasan yang
mahaluas itu kudanya adalah yang terbaik;
Dan tak ada senjata lain yang disandangnya kecuali pedangnya yang sakti:
Ia mengendarai kudanya tanpa senjata dan seorang diri.
Begitu tulus dalam bercinta, dan begitu berani dalam berperang.
Tak ada pendekar seperti pendekar muda Lochinvar.
Dan syair yang indah itu berlanjut dengan mengisahkan bagaimana
Lochinvar mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan kekasihnya, yang
dipaksa menikah dengan pria lain.
Begitu berani dalam bercinta, begitu gagah dalam berperang,
Pernahkah kau mendengar tentang pendekar seperti pendekar muda
Lochinvar" Pada suatu hari, pikir Lara, seorang Lochinvar tampan akan datang
menyelamatkan aku. Pada suatu hari Lara sedang bekerja di dapur ketika ia melihat sebuah
iklan di surat kabar, dan napasnya serasa berhenti. Di situ nampak seorang pria tampan dan jangkung, berambut pirang serta mengenakan jas tesmi dan
dasi putih. Matanya biru dan senyumnya ramah, dan ia sungguh nampak
bagai seorang pangeran. Seperti itulah Lochinvar-ku nanti, pikir Lara. Ia ada di luar sana sedang mencariku. Ia akan datang untuk menyelamatkanku dari
sini. Aku sedang berada di bak cuci mencuci piring, dan ia akan muncul di belakangku, merangkai diriku, dan berbisik, "Boleh kubantu?" Dan aku akan menoleh dan menatap langsung ke matanya. Dan aku akan berkata, "Kau
bisa mengeringkan piring?"
Terdengar suara Bertha, "Bisa apa?"
Lara dengan cepat menoleh ke belakang. Bertha sedang berdiri di
belakangnya. Lara tidak sadar bahwa ia tadi berbicara keras.
"Tidak apa-apa, kok." Lara kemalu-maluan.
Bagi Lara, percakapan di meja makan yang paling memikat adalah segala
sesuatu mengenai pembersihan di Dataran Tinggi yang senantiasa dikenang
orang itu. Ia telah berulang kali mendengar kisahnya, tapi tetap saja itu sangat menarik baginya.
"Ceritakan lagi," begitu selalu dimintanya. Dan Mungo McSween dengan segala senang hati memenuhinya....
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wel , itu dimulai pada tahun 1792, dan berlanjut terus sampai lebih dari enam puluh tahun. Pada mulanya mereka menyebutnya Bliadhna nan Co-arach"Tahun Biri-biri. Para pemilik tanah beranggapan bahwa lebih
menguntungkan kalau tanah mereka dipakai untuk beternak biri-biri daripada disewakan kepada para petani, jadi mereka membawa biri-biri dalam jumlah
besar ke Dataran Tinggi dan mendapati bahwa biri-biri itu ternyata sanggup bertahan hidup selama musim dingin. Itulah saat dimulainya pembersihan.
"Mottonya berubah menjadi Mo thruaighe ort a thir, tha'n caoraich mhor a'
teachd! 'Wahai, tanah tumpah darahku, biri-biri pujaan telah datang.' Pada mulanya hanya ada seratus biri-biri, lalu seribu, dan kemudian sepuluh ribu.
Terjadi invasi berdarah. "Para tuan tanah itu melihat peluang menjadi kaya raya, tapi pertama-tama mereka harus menyingkirkan para petani penyewa, yang bekerja di
petak-petak tanah mereka. Dan Tuhan tahu mereka itu sangat miskin.
Mereka tinggal di rumah-rumah batu sempit tanpa cerobong asap dan tanpa
jendela. Tapi tuan-tuan tanah itu memaksa mereka keluar."
Gadis muda itu terbelalak. "Bagaimana caranya"
"Pasukan-pasukan pemerintah diperintahkan untuk menyerang desa-desa
dan mengusir para penyewa. Serdadu-serdadu itu datang ke sebuah desa
kecil dan memberikan waktu enam jam kepada para penyewa untuk
menggiring ternaknya dan mengangkut perabotannya serta meninggalkan
tempat itu. Orang-orang itu terpaksa meninggalkan hasil panennya. Lalu
serdadu-serdadu itu membakar gubuk-gubuk mereka sampai rata dengan
tanah. Lebih dari seperempat juta pria, wanita, dan anak-anak dipaksa untuk meninggalkan harta miliknya dan digiring ke arah pantai laut."
"Tapi bagaimana mereka bisa menggiring para petani itu dari tanahnya sendiri?"
"Ah, mereka itu tidak pernah memiliki tanah sebenarnya. Mereka
mengerjakan satu atau dua ekar untuk tuan tanahnya, tapi itu tak pernah
menjadi milik mereka. Mereka membayar dengan uang atau tenaga untuk
dapat mengerjakan tanah itu dan menanam gandum serta memelihara
sedikit ternak." "Apa yang terjadi kalau orang-orang itu tidak mau pindah?" tanya Lara sambil menahan napasnya.
"Orang-orang tua yang kurang cepat larinya ikut terbakar bersama gubuk mereka. Pemerintah sangat kejam saat itu. Oh, itu zaman yang sangat
menakutkan. Orang-orang itu tidak punya apa-apa untuk dimakan. Kolera
mewabah, dan penyakit menyebar bagaikan api ganas."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memedihkan sekali." kala lara. "Benar. Nak. Orang-orang kita waktu itu hidup dari gandum, roti. dan bubur "itu pun kalau ada. Tapi ada satu hal
yang tak bisa diambil pemerintah dari penduduk dataran tinggi itu"
kehormatan mereka. Mereka lalu membalas sekuat kemampuannya. Selama
berhari-hari setelah pembumihangusan itu berakhir, orang-orang yang
kehilangan tempat tinggal itu tetap tinggal di lembah, mencoba untuk
menyelamatkan apa yang masih tersisa di antara puing-puing. Mereka
mendirikan tenda-tenda kanvas untuk melindungi diri dan hujan di malam
hari. Kakek buyutku dan nenek buyutku ada di sana dan ikut mengalami
semua penderitaan itu. Itu adalah bagian dari sejarah kita. dan tetap
membekas dalam jiwa kita."
Lara dapat membayangkan ribuan orang yang terantar dan putus asa itu,
yang direnggutkan dari semua yang mereka miliki "dan ia sangat
terguncang memikirkan apa yang telah terjadi itu. la seakan dapat
mendengar ratapan mereka yang berkabung dan jeritan anak-anak yang
ketakutan. "Bagaimana akhirnya nasib orang-orang itu?" tanya Lara.
"Mereka lari menuju negeri lain naik kapal yang sering menjadi jebakan maut bagi mereka Penumpang-penumpang yang berdesakan itu mati karena
demam atau karena disentri. Terkadang kapal dihantam badai sehingga
berminggu-minggu mereka terombang-ambing, sehingga makanan habis.
Hanya yang kuat yang bisa bertahan hidup saat kapal itu mendarat di
Kanada. Dan begitu mereka mendarat mereka bisa memperoleh sesuatu
yang tidak pernah diperolehnya sebelumnya."
"Tanah milik sendiri," kata Lara.
"Benar, Nak." Suatu hari kelak, pikir Lara dengan semangat menggelora, aku akan
memiliki tanah sendiri, dan tak seorang pun tak seorang pun akan bisa
merenggutkannya dariku. Pada suatu petang di bulan Juli, James Cameron berada di tempat tidur
bersama salah seorang pelacur di rumah bordil milik Kirstie ketika ia
mengalami serangan jantung. Ia dalam keadaan mabuk, dan ketika tiba-tiba
terkulai, teman mainnya mengira bahwa ia cuma tertidur saja.
"Oh, tidak, jangan begitu! Ada tamu lain yang menungguku. Bangun,
James! Bangun!" James terengah-engah mencoba bernapas dan menekan dadanya kuatkuat. "Demi Tuhan," ia mengerang, "panggil dokter."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebuah ambulans membawa dia ke rumah sakit kecil di Quarry Street. Dr.
Duncan memanggil Lara. Ia berjalan memasuki rumah sakit itu dengan hati
berdebar-debar. Duncan sedang menunggunya.
"Apa yang terjadi?" tanya Lara dengan cemas. "Apakah ayah saya meninggal?"
"Tidak, Lara, tapi nampaknya ia mendapat serangan jantung."
Lara berdiri di situ, tercekam. "Apakah ia... akan sembuh?"
"Aku tidak tahu. Kami berusaha sekuat untuk dia."
"Boleh saya menengoknya?"
"Lebih baik kalau kau kembali besok pagi-pagi saja. Nak."
Ia pulang ke rumah, kelu karena takut. Jangan biarkan dia mati. Tuhan.
Cuma dia yang Saya miliki.
Ketika Lara tiba di rumah kos itu, Bertha sedang menunggunya.
"Bagaimana?" Lara menceritakan situasinya.
"Oh, Tuhan!" kata Bertha. "Dan hari ini hari Jumat."
"Apa?" "Jumat. Hari pengumpulan sewa kos. Karena aku tahu bagaimana Sean
MacAl ister itu, aku yakin ini akan jadi alasan baginya untuk mengusir kita semua dari sini."
Sebelum itu, sedikitnya selusin kali pada saat James Cameron terlalu
mabuk untuk bisa menangani sendiri, ia menugaskan Lara berkeliling
menagih uang sewa dari rumah-rumah kos lain yang dimiliki Sean
MacAl ister. Lara memberikan uang hasil tagihan itu kepada ayahnya, dan
keesokan harinya ayahnya mengantarkannya ke bankir itu.
"Jadi apa yang harus kita lakukan?" Bertha kebingungan.
Dan tiba-tiba Lara tahu apa yang harus dilakukan. "Jangan kuatir,"
katanya. "Aku akan membereskan itu."
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saat makan malam petang itu, Lara berkata, "Tuan-tuan, mohon
dengarkan saya." Percakapan terhenti. Semuanya memperhatikan dia. "Ayah saya... agak
sakit. Ia di rumah sakit sekarang. Ia harus diobservasi beberapa hari di sana.
Jadi, sebelum ia kembali, sayalah yang akan mengumpulkan uang sewanya.
Setelah makan malam ini saya akan menunggu Anda di ruang duduk."
"Apakah ia akan sembuh kembali?" salah seorang penyewa bertanya.
"Oh, ya," kata Lara, mencoba tersenyum. "Tidak terlalu gawat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah makan malam orang-orang itu menuju ke ruang duduk dan
menyerahkan uang sewa mingguan mereka kepada Lara.
"Kuharap ayahmu lekas sembuh, Nak...."
"Kau anak baik mau melakukan ini untuk ayah-mu....
"Bagaimana dengan rumah-rumah kos lainnya?" tanya Bertha. "Ia biasanya menagih empat rumah lagi."
"Aku tahu," kata Lara. "Kalau kau mau mengurus piring-piring itu, aku akan pergi menagih uang sewa."
Bertha memandangnya dengan tidak menyangka. "Kuharap kau berhasil."
Ternyata semuanya berjalan lebih mudah daripada perkiraan Lara.
Kebanyakan penyewa itu merasa bersimpati dan senang membantu gadis
kecil itu. Keesokan harinya pagi-pagi sekali, Lara membawa amplop-amplop uang
sewa ke tempat Sean MacAl ister. Bankir itu sedang duduk di kantornya
ketika Lara masuk. "Sekretarisku bilang kau mau bertemu denganku."
"Ya. sir." MacAl ister mengamati gadis kerempeng dan lusuh yang berdiri di
hadapannya. "Kau anak James Cameron. kan?"
"Ya, sir." "Sarah." "Lara." "Aku ikut prihatin mendengar tentang ayahmu," kata MacAl ister. Tapi tidak ada simpati dalam suaranya. "Aku harus melakukan perubahan, tentunya, setelah ayahmu sekarang tak bisa menjalankan tugasnya lagi. Aku..."
"Oh, jangan, sir!" kata Lara dengan cepat. "Ia meminta saya menggantikan dia."
"Kamu?" "Ya, sir." "Kurasa itu tidak..."
Lara meletakkan amplop-amplop itu di atas meja. "Ini tagihan sewa
minggu ini." MacAl ister memandangnya dengan keheranan. "Semuanya?"
Lara mengangguk. "Dan kau yang menagihnya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, sir. Dan saya bisa melakukannya setiap minggu sampai Papa sehat kembali."
"Begitu." Ia membuka amplop-amplop itu dan dengan hati-hati
menghitung uangnya. Lara menyaksikan dia mencatat jumlah itu dalam
sebuah buku besar berwarna hijau.
Memang sudah lama MacAl ister bermaksud mengganti James Cameron
karena seringnya ia mabuk dan buruknya kerjanya, dan kini ia melihat
kesempatan untuk menyingkirkan keluarga ini.
Ia merasa yakin gadis kecil di depannya itu tidak akan mampu
menjalankan tugas ayahnya, tapi di pihak lain ia menyadari reaksi orang di kota kalau ia mengusir James Cameron dan putrinya dari rumah kos. Ia
mengambil keputusan. "Aku akan mencobamu selama sebulan," katanya. "Di akhir bulan akan kita lihat nanti bagaimana."
"Terima kasih, Mr. MacAl ister. Terima kasih banyak."
"Tunggu." la memberikan dua puluh lima dolar kepada Lara. "lni buat kamu."
Lara menggenggam uang itu dalam tangannya, dan ia bagaikan mengecap
kebebasan. Itu adalah pertama kalinya ia dibayar untuk apa yang telah
dikerjakannya. Dari bank itu, Lara pergi ke rumah sakit. Dr. Duncan baru saja keluar dari kamar ayahnya. Lara sekonyong-konyong dilanda panik yang mencekam.
"Dia tidak...?"
"Tidak... tidak... dia akan sembuh. Lara." Ia ragu sejenak. "Kalau kubilang
'sembuh", itu artinya ia tidak akan meninggal... belum, sedikitnya... tapi ia harus tinggal di tempat tidur untuk beberapa minggu. Ia membutuhkan
seseorang yang bisa merawatnya."
"Saya akan merawatnya," kata Lara. Dokter itu memandang Lara dan berkata perlahan. "Ayahmu sangat beruntung, Nak, tapi ia tidak
menyadarinya." "Bolehkah saya masuk menengok dia?"
"Ya." Lara memasuki kamar ayahnya dan berdiri di sana memandangi dia. James
Cameron terbaring di ranjang, nampak pucat dan tak berdaya, dan tiba-tiba dia nampak sangat tua. Lara tiba-tiba dikuasai oleh perasaan iba dan kasih sayang. Ia akhirnya dapat melakukan sesuatu untuk ayahnya, sesuatu yang
dapat membuat ayahnya menghargainya serta mencintainya. Ia mendekati
tempat tidur itu. "Papa..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
James mengangkat wajahnya dan bergumam, "Apa-apaan kau ini.
Mengapa ada di sini" Seharusnya kau bekerja di rumah kos."
Lara terperangah. "Saya... saya tahu, Papa. Saya hanya ingin mengatakan bahwa tadi saya sudah menjumpai Mr. MacAl ister. Saya katakan kepadanya
saya akan menagih uang sewa sampai Papa sembuh dan..."
"Kau menagih uang sewa" Jangan bikin aku tertawa." Ia tercekam karena kejang otot yang tiba-tiba. Ketika berbicara lagi, suaranya terdengar lemah.
"Ini takdir," ia mengeluh. "Aku akan diusir dan dilemparkan ke jalan."
Ia bahkan tidak memikirkan apa yang akan terjadi atas diri Lara. Lara
berdiri di sana dan memandangnya lama sekali. Lalu ia berbalik dan
melangkah keluar. James Cameron dibawa pulang tiga hari kemudian, dan dibaringkan di
tempat tidur. "Kau tidak boleh turun dari ranjang selama dua m
inggu," kata Dr. Duncan kepadanya. "Aku akan kembali dan melihat kondisimu sehari atau dua hari lagi."
"Aku tidak bisa tinggal di tempat tidur," James Cameron memprotes. "Aku orang sibuk. Banyak yang harus kulakukan."
Dokter itu memandangnya dan berkata perlahan, "Kau harus memilih.
Tinggal di ranjang dan hidup, atau bangun dari sini dan mati."
Para penyewa rumah kos MacAl ister pada mulanya senang melihat gadis
kecil yang lugu itu datang menagih uang sewa mereka. Tapi ketika semua ini menjadi biasa kembali, mereka menghindar dengan berbagai alasan:
"Minggu ini aku sakit, dan harus membayar biaya pengobatan..."
"Putraku mengirimkan uang padaku setiap minggu, topi kirimannya
rupanya terhambat..."
"Aku harus membeli peralatan..."
"Aku akan menyediakan uangnya minggu depan, pasti..."
Tapi gadis remaja ini sedang berjuang untuk hidupnya. Ia menyimak
dengan sopan dan berkata "Maafkan saya, tapi Mr. MacAl ister mengatakan bahwa uang sewa itu sudah jatuh tempo hari ini, dan kalau Anda tidak bisa membayarnya, Anda harus segera mengosongkan kamar Anda."
Dan dengan segala cara mereka dapat juga mengupayakan uang sewa itu.
Lara tidak mau memberi keringanan. "Lebih mudah berurusan dengan
ayahmu," salah seorang penyewa mengomel. "Ia selalu mau menunggu beberapa hari."
Tapi pada akhirnya mereka semua mengagumi semangat gadis remaja itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau Lara mengira bahwa sakitnya ayahnya itu akan membawa dia lebih
dekat kepadanya, sayang sekali ia keliru. Lara berusaha untuk memenuhi
semua keperluan ayahnya, tapi semakin baik ia melayani ayahnya, semakin
buruk sikap ayahnya. Ia membawakan ayahnya bunga-bunga segar setiap hari, dan makanan
kecil. "Demi Tuhan!" seru ayahnya. 'Jangan terus keluyuran begitu. Kau tidak bekerja?"
"Saya pikir tadi Papa mau..."
"Oot" James memalingkan wajahnya ke dinding.
Aku benci dia, pikir Lara. Aku benci dia.
Pada akhir bulan percobaan, ketika Lara memasuki kantor Sean MacAl ister
dengan membawa amplop-amplop berisi uang sewa, dan bankir itu sudah
selesai menghitungnya, ia berkata, "Aku tidak keberatan untuk mengakui, nona kecil, bahwa aku sungguh tidak menyangka. Kerjamu lebih baik
daripada ayahmu." Ucapan itu sungguh menyenangkan. "Terima kasih."
"Terus terang saja, baru kali ini semua penyewa membayar penuh pada
waktunya." "Kalau begitu Papa dan saya boleh tetap tinggal di rumah kos?" tanya Lara dengan penuh harap.
MacAl ister mengamati dia sejenak. "Kurasa begitu. Kau pasti sangat
mencintai ayahmu, ya?"
"Sampai jumpa Sabtu depan, Mr. MacAl ister."
Bab Lima Di umur tujuh belas, gadis remaja yang kerempeng dan bertungkai
panjang itu telah tumbuh menjadi seorang wanita. Wajahnya menunjukkan
semua ciri orang Skots leluhurnya: kulit bagai pualam, alis lengkung yang halus, mata kelabu yang menyerupai awan petir, rambut hitam yang
bergelombang. Selain semuanya itu, ada semacam nuansa melankolik yang
senantiasa menyertai perilakunya, seakan mencerminkan sejarah berdarah
rasnya di abad silam. Rasanya sulit mengalihkan pandang dari wajah Lara
Cameron. Kebanyakan penyewa rumah itu hidup tanpa wanita, kecuali wanita
penghibur yang mereka bayar di bordil Madam Kirstie dan di rumah-rumah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bordil lainnya, dan gadis remaja yang cantik ini jelas menjadi pusat perhatian mereka. Ada saja pria yang menyudutkannya di dapur atau di kamar tidur
ketika Lara sedang membersihkannya dan berkata, "Kenapa kau tak mau
dengan aku, Lara" Aku bisa berbuat banyak buat kamu."
Atau, "Kau belum punya pacar, kan" Mari kuperlihatkan bagaimana laki-laki itu."
Atau, "Bagaimana kalau kau ikut ke Kansas City" Aku berangkat minggu depan, dan aku senang sekali kalau kau mau ikut."
Setelah salah satu atau lebih dari satu penyewa itu membujuk Lara untuk
mau tidur dengan dia, Lara biasanya lalu masuk ke kamar kecil tempat
ayahnya terbaring tak berdaya, dan berkata, "Kau dulu keliru, Papa. Ternyata semua pria menginginkan aku." Lalu ia keluar dari kamar itu, dan ayahnya menatapnya tanpa mengucapkan apa-apa.
James Cameron meninggal di pagi hari musim semi, dan Lara
memakamkan dia di Greenwood Cemetery di kawasan Passiondale. Satusatunya orang lain yang menghadiri pemakaman adalah Bertha. Tidak ada air mata.
Seorang penyewa baru masuk, seorang Amerika bernama Bil Rogers. Ia
berumur sekitar tujuh puluhan, botak dan gemuk, seorang yang ramah dan
suka ngomong. Setelah makan malam ia sering duduk dan mengobrol
dengan Lara. "Kau terlalu cantik untuk terus menyekap diri di kota udik seperti ini," begitu nasihatnya kepada Lara. "Kau harus pergi ke Chicago atau New York. Mencari peluang besar."
"Kelak pasti," kata Lara.
"Seluruh masa depan terbentang di hadapanmu. Kau tahu apa yang akan
kaulakukan nanti?" "Saya ingin memiliki banyak hal."
"Ah pakaian bagus dan..."
"Bukan. Tanah. Saya ingin memiliki tanah. Ayah saya tidak pernah memiliki apa-apa. Ia harus hidup dengan mengandalkan belas kasihan orang lain
seumur hidupnya." Wajah Bil Rogers berbinar. "Dulu bisnisku real estate."
"Masa?" "Aku punya gedung-gedung di seluruh kawasan Midwest. Aku bahkan
pernah punya serangkaian hotel." Ada kepahitan dalam nada suaranya. "Lalu apa yang terjadi?"
Bil mengangkat bahunya. "Aku jadi serakah. Semuanya ludes. Tapi
sungguh aku menikmatinya waktu semuanya sedang lancar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah itu, mereka terus berbicara tentang real estate hampir setiap
malam. "Aturan pertama dalam bisnis real estate" kata Roger, "adalah OPM.
Jangan pernah lupa itu."
"OPM itu apa?" "Other people's money. Yang membuat real estate bisa jadi bisnis raksasa adalah sikap pemerintah yang membolehkan kita melakukan deduksi atas
bunga dan depresiasi sementara aset kita terus bertumbuh. Tiga hal paling penting dalam bisnis real estate adalah lokasi, lokasi, dan lokasi. Sebuah gedung bagus di atas bukit adalah kartu mati. Sebuah gedung jelek di pusat kota akan membuatmu kaya."
Rogers mengajari Lara tentang mortgage (hipotik hak milik) dan
refinancing (pendanaan ulang) dan pemanfaatan pinjaman bank. Lara
menyimak dan belajar dan mencamkan semuanya itu. Ia seperti karet busa,
menyerap semua informasi dengan cepat dan lahap.
Yang paling berarti dari semua ucapan Rogers adalah, "Tahu kau, Glace Bay sangat kekurangan akomodasi. Ini merupakan peluang hebat untuk siapa
saja. Kalau saja aku lebih muda dua puluh tahun..."
Mulai saat itu Lara memandang Glace Bay dengan kacamata yang lain,
membayangkan gedung-gedung perkantoran dan perumahan di atas tanahtanah yang masih kosong. Sangat mengasyikkan, sangat mengecewakan.
Impiannya sudah terbentuk, tapi ia tidak punya dana untuk mewujudkannya.
Saat Bil Rogers meninggalkan kota itu, ia berkata, "Ingat, other people's money. Semoga sukses, Nak."
Seminggu kemudian, Charles Cohn masuk ke rumah kos itu. Ia seorang
pria berperawakan kecil berumur sekitar enam puluhan, rapi dan ramping,
dan berpakaian bagus. Ia duduk bersama-sama para penyewa lain di meja
saat makan malam, tapi sedikit sekali berbicara. Ia nampaknya mengisolasi diri dalam dunianya sendiri yang sangat pribadi.
Ia mengamati Lara saat Lara mengerjakan berbagai hal di rumah kos itu,
selalu tersenyum, tak pernah mengeluh.
"Berapa lama Anda merencanakan untuk tinggal di sini?" tanya Lara kepada Cohn.
"Saya belum pasti. Bisa seminggu atau sebulan atau dua..."
Charles Cohn ini membuat Lara bingung. Ia sama sekali lain dari para
penyewa lainnya. Lara mencoba mengira-ngira apa profesinya. Ia jelas bukan penambang atau nelayan, dan ia juga tidak nampak seperti pedagang. Ia
nampaknya berstatus lebih tinggi daripada penyewa lain, lebih berpendidikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula. Ia mengatakan kepada Lara bahwa ia telah mencoba booking ke satusatunya hotel di kota itu. tapi penuh. Lara memperhatikan bahwa ketika saat makan tiba, ia hampir tidak makan apa-apa.
"Kalau kau punya sedikit buah," katanya dengan rasa sungkan, "atau sedikit sayur..."
"Apakah Anda sedang menjalani semacam diet?" tanya Lara.
"Kira-kira begitu. Saya hanya makan makanan halal, dan nampaknya itu tidak ada di Glace Bay sini."
Petang berikutnya, ketika Charles Cohn duduk untuk makan malam,
sepiring masakan daging domba telah terhidang di hadapannya Ia
memandang Lara dengan keheranan. "Maafkan saya. Saya tidak bisa makan ini," katanya. "Kalau tak salah saya sudah jelaskan..."
Lara tersenyum. "Benar. Ini halal"
"Apa?" "Saya menemukan penjual daging halal di Sydney. Penjualnya memberi
saya ini. Nikmatilah. Sewa Anda sudah termasuk dua kali makan sehari.
Besok Anda akan mendapat steak."
Mulai saat itu, setiap kali Lara bebas, Cohn mencoba untuk mengajaknya
berbicara. Ia terkesan dengan kecerdasan Lara dan perilakunya yang
mandiri. Pada suatu hari Cohn menyatakan secara diam-diam tentang apa yang
sedang dilakukannya di Glace Bay. "Saya seorang eksekutif dari Continental Supplies." Itu adalah sebuah perusahaan nasional yang sangat terkenal.
"Saya berada di sini untuk mencari lokasi bagi toko kami yang baru."
"Mengasyikkan sekali," kata Lara. Aku sudah tahu ia berada di Glace Bay untuk suatu urusan penting. "Anda bermaksud membangun gedung?"
"Tidak. Kami akan mencari orang yang mau melakukan itu. Kami hanya
menyewa gedung-gedung kami."
Pada jam tiga dini hari, Lara terbangun dari tidurnya yang lelap dan
menegakkan badannya di ranjang, jantungnya berdebar keras. Apakah itu
mimpi" Bukan. Benaknya serasa sedang berpacu. Ia terlalu tegang untuk
dapat kembali tidur. Ketika Charles Cohn keluar dari kamarnya untuk sarapan pagi, Lara sudah
menunggunya. "Mr. Cohn... saya tahu ada lokasi bagus," katanya bersemangat.
Cohn menatapnya dengan bingung. "Apa?"
"Untuk proyek yang Anda maksud."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh" Di mana?"
Lara menghindari pertanyaan itu. "Izinkan saya menanyakan sesuatu.
Seandainya saya punya lokasi yang Anda suka, dan seandainya saya
membangun gedung di situ. Anda mau menyewanya dari saya untuk jangka
waktu lima tahun?" Ia menggelengkan kepala. "Itu pertanyaan dengan terlalu banyak
pengandaian, ya?" "Tapi Anda mau?" Lara mendesak.
"Lara, kau tahu apa tentang membangun gedung?"
"Bukan saya yang akan membangunnya," kata Lara. "Saya akan menyewa arsitek dan perusahaan konstruksi yang baik untuk melakukan itu."
Charles Cohn mengamatinya dengan cermat. "Begitu. Dan di mana tanah
yang kaubilang sangat bagus itu?"
"Akan saya tunjukkan pada Anda," kata Lara. "Percayalah. Anda akan menyukainya. Sangat cocok."
Setelah sarapan pagi Lara membawa Charles Cohn ke pusat kota. Di sudut
Main Street dan Commercial Street di pusat Glace Bay terdapat sebidang
tanah persegi yang masih kosong. Itu adalah lokasi yang sudah ditaksir Cohn dua hari sebelumnya.
"Ini lokasi yang saya maksud," kata Lara. Cohn berdiri di situ, berpura-pura mengamatinya. "Kau memang punya ah" mata yang jeli. Ini lokasi sangat bagus."
Sebenarnya Cohn sudah melakukan penyelidikan dan mendapati bahwa
tanah itu milik seorang bankir bernama Sean MacAl ister. Tugas Cohn adalah mencari lokasi, mengatur orang yang bisa membangun gedung itu, lalu
menyewanya dari dia. Tidak jadi masalah perusahaan mana yang
membangunnya sepanjang spesifikasinya dapat dipenuhi.
Cohn sedang mengamati Lara. Ia masih terlalu muda, pikirnya. Ini gagasan
konyol. Tapi... "Saya menemukan penjual daging halal di Sydney.... Besok Anda akan mendapat steak" Ia sungguh memiliki rachmones"kepekaan
terhadap kebutuhan orang lain.
Lara sedang berbicara dengan penuh semangat, "Kalau saya bisa
memperoleh tanah ini dan membangun gedung yang memenuhi spesifikasi
Anda, maukah Anda memberikan kontrak sewa lima tahun kepada saya?"
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Charles terdiam sebentar, lalu berkata perlahan, "Tidak, Lara. Kontrak sewanya ditentukan sepuluh tahun."
Sore itu Lara pergi menjumpai Sean MacAl ister. Ia mengangkat wajahnya
dan heran melihat Lara memasuki kantornya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau terlalu cepat beberapa hari, Lara. Sekarang baru hari Rabu."
"Saya tahu. Saya ingin minta bantuan, Mr. MacAl ister."
Sean MacAl ister duduk di situ, menatapnya. Ia benar-benar sudah jadi
seorang gadis yang cantik. Bukan gadis lagi"wanita. Ia bisa melihat tonjolan payudaranya yang membayang di blus katun yang dikenakannya.
"Duduklah, my dear. Apa yang bisa kubantu?"
Lara terlalu tegang untuk duduk. "Saya ingin mengambil kredit."
MacAl ister terperanjat. "Apa?".
"Saya ingin meminjam uang."
MacAl ister tersenyum maklum. "Boleh saja. Kalau kau membutuhkan gaun baru atau sesuatu, aku bersedia meminjamkan..."
"Saya ingin meminjam dua ratus ribu dolar."
Senyum MacAl ister langsung lenyap. "Apa ini semacam lelucon?"
"Bukan, sir." Lara memajukan badannya dan berkata dengan serius, "Ada sebidang tanah yang ingin saya beli untuk membangun gedung. Ada orang
penting di rumah kos saya yang bersedia memberikan kontrak sewa sepuluh
tahun. Itu akan merupakan jaminan cukup bagi pembiayaan tanah dan
bangunan itu." MacAl ister sedang mengamati dia, wajahnya cemberut. "Sudahkah
kaubicarakan ini dengan pemilik tanahnya?"
"Saya sedang membicarakannya sekarang," kata Lara.
Perlu sedikit waktu untuk mencernakan ini. "Tunggu dulu. Maksudmu,
yang kaubicarakan itu tanah milikku?"
"Ya. Kavling yang berada di sudut Main Street dan Commercial Street."
"Kau datang kemari meminjam uang dari aku untuk membeli tanah?"
"Tanah itu nilainya tidak lebih dari dua puluh ribu dolar. Sudah saya cek.
Saya tawarkan tiga puluh ribu kepada Anda. Anda akan mendapat laba
sepuluh ribu dari tanah itu ditambah bunga atas dua ratus ribu dolar yang Anda pinjamkan kepada saya untuk membangun gedung."
MacAl ister menggelengkan kepala. "Kau minta aku meminjamkan dua
ratus ribu dolar tanpa agunan. Itu jelas tidak mungkin."
Lara memajukan badannya. "Ada agunan. Anda akan memegang surat
hipotek gedung dan tanah itu. Anda tidak mungkin rugi."
MacAl ister duduk di situ mengamati Lara, menimbang-nimbang usulan
yang baru diajukan itu. Ia tersenyum. "Tahukah kau," katanya, "kau sungguh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat berani. Tapi aku tidak bisa menjelaskan pinjaman macam itu kepada
dewan direksiku." "Anda tidak punya dewan direksi," tukas Lara.
Senyum MacAl ister berubah menjadi seringai. "Benar."
Lara memajukan badannya, dan MacAl sitcr bisa melihat belahan
payudaranya menyentuh pinggiran meja tulisnya.
"Kalau Anda bersedia menyetujuinya, Mr. MacAl ister, Anda tidak akan menyesal. Saya yakin itu."
MacAl ister tak sanggup mengalihkan pandangnya dari payudara Lara. "Kau sama sekali tidak mirip ayahmu, ya?"
'Tidak, sir." Sama sekali tidak, pikir Lara berapi-api.
"Seandainya dalam hal ini," kata MacAl ister hati-hati, "aku berminat, siapa penyewa gedung yang kausebutkan tadi?"
"Namanya Charles Cohn. Ia adalah eksekutif dari Continental Supplics."
"Toko serba ada nasional itu?"
"Ya." MacAl ister dengan serta-merta tertarik minatnya.
Lara melanjutkan lagi, "Mereka bermaksud mengoperasikan toko besar di sini untuk memenuhi kebutuhan peralatan para penambang dan pengusaha
kayu." Bagi MacAl ister ini proyek yang sudah pasti akan langsung sukses.
"Di mana kau berjumpa dengan orang ini?" tanyanya seakan biasa saja.
"Ia tinggal di rumah kos."
"Begitu. Coba kupikirkan dulu, Lara. Kita akan membicarakannya lagi
besok." Lara hampir-hampir gemetar karena sangat senang dan tegang. "Terima
kasih, Mr. MacAl ister. Anda tidak akan menyesal."
Ia tersenyum. "Tidak, kukira aku tak akan menyesal."
Sore itu, Sean MacAl ister mengunjungi rumah kos untuk menjumpai
Charles Cohn. "Saya mampir ke sini untuk mengucapkan selamat datang di Glace Bay,"
kata MacAl ister. "Saya Sean MacAl ister. Saya pemilik bank di kota ini. Saya mendengar Anda berada di kota ini. Tap? seharusnya Anda jangan tinggal di rumah kos saya ini. Anda seharusnya tinggal di hotel saya saja. Jauh lebih nyaman."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hotel itu penuh," Mr. Cohn menjelaskan.
"Itu karena kami tidak tahu Anda siapa."
Mr. Cohn berkata dengan ramah, "Siapa saya?"
Sean MacAl ister tersenyum. "Kita tak perlu saling berpura-pura, Mr. Cohn.
Berita menyebar cepat. Saya tahu bahwa Anda berminat untuk mengontrak
sebuah gedung yang akan dibangun di atas tanah milik saya."
"Tanah milik yang mana itu, ya?"
"Kavling yang di Main Street dan Commercial Street itu. Lokasinya sangat bagus, kan" Saya kira tidak akan ada masalah bagi kita untuk bertransaksi."
"Saya sudah membuat transaksi dengan orang lain."
Sean MacAl ister tertawa. "Lara" Ia seorang gadis yang manis, ya"
Bagaimana kalau Anda ikut ke bank bersama saya dan kita membuat
kontraknya?" "Saya kira Anda tidak paham, Mr. MacAl ister. Saya bilang tadi bahwa saya sudah melakukan transaksi."
"Saya kira Andalah yang tidak paham, Mr. Cohn. Lara bukan pemilik tanah itu. Saya pemiliknya."
"Ia sedang berusaha membelinya dari Anda, kan?"
"Ya. Tapi saya tidak harus menjualnya kepadanya."
"Dan saya juga tidak harus menggunakan tanah itu. Saya sudah mensurvai tiga kavling lain yang sama bagusnya. Terima kasih Anda mau mampir."
Sean MacAl ister menatapnya lama sekali. "Maksud Anda... Anda serius?"
"Sangat serius. Saya tidak pernah melakukan transaksi yang tidak halal, dan saya tidak pernah melanggar janji saya."
"Tapi Lara tidak tahu apa-apa tentang bangunan. Ia..."
"Ia bermaksud untuk mencari pihak-pihak yang tahu. Tentu saja kami
masih harus membuat final approval-nya."
Bankir itu tepekur. "Apakah yang saya dengar benar, bahwa Continental Supplies bersedia menandatangani kontrak sepuluh tahun?"
"Itu benar." "Begitu. Wel , kalau begitu situasinya, saya... biarlah saya memikirkannya dulu."
Ketika Lara tiba di rumah kos, Charles Cohn menceritakan kepadanya
tentang percakapannya dengan bankir itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara sangat gelisah. "Maksud Anda, Mr. MacAl ister melakukan transaksi sendiri tanpa sepengetahuan saya dan...?"
"Jangan kuatir," Cohn meyakinkan dia, "ia akan tetap bertransaksi denganmu."
"Sungguh Anda beranggapan begitu?"
"Ia seorang bankir. Dia pasti mau karena bisnis ini akan menghasilkan laba."
"Bagaimana dengan Anda" Mengapa Anda lakukan ini buat saya?" tanya Lara.
Ia juga telah mengajukan pertanyaan yang sama kepada dirinya sendiri.
Karena kau masih begitu muda, pikirnya. Karena kau tidak pantas terus
tinggal di kota ini. Karena aku ingin sekali punya anak perempuan seperti kau.
Tapi itu semua tidak diucapkannya.
"Buat aku tidak ada ruginya, Lara. Aku menemukan lokasi-lokasi lain yang juga bisa diterima. Kalau kau berhasil memperoleh tanah itu, aku ingin
memberikan ini kepadamu. Buat perusahaanku tak jadi masalah siapa yang
kutunjuk. Kalau kau bisa memperoleh pinjaman itu, dan aku menyetujui
perusahaan konstruksi yang kautunjuk, akan kita laksanakan."
Hati Lara dipenuhi gelora sukacita. "Saya... saya tidak tahu bagaimana harus berterima kasih kepada Anda. Saya akan pergi menjumpai Mr.
MacAl ister dan..." "Kalau aku jadi kau tidak akan kutemui dia," Cohn menasihatinya "Biar dia yang datang kepadamu."
Lara nampak cemas. "Tapi kalau dia tidak...?"
Cohn tersenyum. "Dia pasti datang."
Ia memberikan kepada Lara sebuah kontrak sewa yang tercetak rapi. "Ini kontrak sewa sepuluh tahun yang kita bicarakan itu. Tapi kau mengerti
bahwa itu baru bisa diberikan kalau semua persyaratan mengenai gedung itu sudah dapat dipenuhi." Ia lalu memberikan seberkas gambar konstruksi kepada Lara. "Ini spesifikasi gedung kami."
Lara melewatkan malam itu mempelajari gambar-gambar dan keteranganketerangannya. Keesokan paginya MacAl ister menelepon Lara. "Bisakah kau datang ke
sini, Lara?" Jantungnya berdebar keras. "Saya akan berada di sana lima belas menit lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
MacAl ister sudah menunggu dia.
"Aku berpikir tentang percakapan kita kemarin," kata MacAl ister. "Aku perlu perjanjian tertulis untuk kontrak sewa sepuluh tahun dari Mr. Cohn."
"Sudah ada pada saya," kata Lara. la membuka tasnya dan mengeluarkan kontrak itu.
Sean MacAl ister memeriksanya dengan teliti: "Nampaknya semuanya
sudah benar." "Kalau begitu transaksi disetujui?" tanya Lara. Ia menahan napasnya.
MacAl ister menggelengkan kepala. "Belum."
"Tapi saya pikir..."
Jari-jari MacAl ister dengan nervous mengetuk-ngetuk meja tulisnya.
"Terus terang saja, aku sebenarnya tidak ingin buru-buru menjual tanah itu, Lara. Semakin lama aku menahannya, semakin tinggi nilainya."
Lara menatapnya dengan pandangan kosong. "Tapi Anda..."
"Permohonanmu ini sangat tidak umum. Kau sama sekali tidak punya
pengalaman. Aku memerlukan alasan yang sangat khusus untuk bisa
memberikan kredit ini kepadamu."
"Saya tidak menger... alasan yang bagaimana?"
"Katakan saja... sedikit bonus. Katakan padaku, Lara, kau pernah punya pacar?"
Pertanyaan itu benar-benar membuat Lara terperangah. .
"Saya... tidak." Lara bisa merasakan transaksi itu bakal lepas dari tangannya. "Apa hubungannya itu dengan...?"
MacAl ister memajukan badannya ke depan. "Aku ingin berterus terang, Lara. Aku menganggapmu sangat menarik. Aku ingin kau tidur denganku.
Quid pro quo. Itu artinya..."
"Saya tahu apa artinya itu." Wajah Lara langsung pucat.
"Coba pikirkan ini Ini adalah peluangmu untuk mengubah jalan hidupmu, bukan" Untuk memiliki sesuatu, untuk menjadi orang. Untuk membuktikan
bahwa kau tidak seperti ayahmu."
Benak Lara berputar dengan keras. "Kau barangkali tidak akan pernah
mendapat kesempatan seperti ini lagi, Lara. Barangkali kau perlu sedikit
waktu untuk mempertimbangkannya, dan..."
"Tidak." Suaranya terdengar mengambang di telinganya sendiri. "Saya bisa menjawabnya sekarang juga." Lara menekankan kedua lengannya keras-keras ke tubuhnya untuk menghentikan getaran di tubuhnya. Seluruh masa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depannya, seluruh kehidupannya, tergantung pada kata-kata yang akan
diucapkannya ini. "Saya akan tidur dengan Anda."
Sambil menyeringai, MacAl ister bangkit dan berjalan menghampirinya,
lengan-lengannya yang gemuk itu terentang lebar-lebar.
"Bukan sekarang," kata Lara. "Setelah saya melihat kontraknya nanti."
Hari berikutnya Sean MacAl ister memberikan kontrak untuk kredit bank itu kepada Lara. " "Ini kontrak yang sederhana, my dear. Pinjaman dua ratus ribu dolar selama sepuluh tahun dengan bunga delapan persen." Ia memberi Lara sebuah pena. "Kau bisa menandatanganinya di sini di halaman terakhir."
"Kalau Anda tidak keberatan, saya ingin membacanya dulu," kata Lara. Ia melihat ke arlojinya.. "Tapi sekarang saya tidak punya waktu. Bolehkah saya bawa pulang dulu" Akan saya kembalikan besok pagi."
Sean MacAl ister mengangkat pundak. "Baik." Ia berbicara lebih pelan,
"Tentang kencan kita. Sabtu depan ini aku harus pergi ke Halifax. Kupikir kita bisa pergi ke sana bersama."
Lara melihat ia tersenyum sambil melirik, dan merasa perutnya mual
karena jijik. "Baik," ia berbisik.
"Bagus. Kautandatangani kontrak itu dan bawa kembali ke sini dan
transaksi kita beres." Lalu ia tepekur sesaat. "Kau perlu perusahaan konstruksi yang baik. Apa kau mengenal Nova Scotia Construction
Company?" Wajah Lara berbinar. "Ya. Saya kenal dengan supervisornya, Buzz Steele."
Ia telah membangun sejumlah gedung yang terbesar di Glace Bay.
"Bagus. Kerjanya bagus. Aku bisa merekomendasikan dia..."
"Saya akan berbicara dengan Buzz besok pagi."
Petang harinya Lara menunjukkan kontrak itu kepada Charles Cohn. Ia
tidak berani menceritakan transaksi pribadinya dengan MacAl ister. la sangat malu. Cohn membaca kontrak itu dengan cermat, dan setelah selesai ia
mengembalikannya kepada Lara. "Menurut aku kau jangan
menandatanganinya." Lara nampak keheranan. "Mengapa?"
"Ada pasal yang menetapkan bahwa bangunan harus sudah selesai pada
tanggal tiga puluh satu Desember, kalau tidak, hak atasnya akan beralih ke bank. Dengan kata lain, gedung itu akan menjadi milik MacAl ister, dan
perusahaanku akan menyewa kepada dia. Kau akan kehilangan proyek ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan bahkan masih harus mengembalikan pinjaman itu dengan bunganya.
Minta dia untuk mengubah itu."
Kata-kata MacAl ister mengiang-ngiang di telinga Lara. "Aku sebenarnya tidak ingin buru-buru menjual tanah itu. Semakin lama aku menahannya
semakin tinggi nilainya."
Lara menggelengkan kepala. "Dia tidak akan mau."
"Berarti kau menempuh risiko besar, Lara. Kau bisa saja tidak memperoleh apa-apa, dan menanggung utang dua ratus ribu dolar dengan bunga."
"Tapi kalau saya bisa menyelesaikan gedung itu pada waktunya..."
?"Kalau'-nya itu sangat berisiko tinggi. Pembangunan sebuah gedung
tergantung kepada banyak sekali pihak lain. Kau akan heran kalau tahu nanti berapa banyaknya kendala yang mungkin terjadi."
"Ada sebuah perusahaan konstruksi di Sydney yang sangat bagus. Sudah banyak gedung yang dibangunnya di sini. Saya kenal dengan supervisornya.
Kalau ia menjamin ia bisa menyelesaikan gedung ini pada waktunya, saya
ingin terus." Semangat menggebu-gebu yang terkandung dalam suara Lara itu akhirnya
menghapuskan keraguan dalam diri Cohn. "Baiklah," kata Cohn akhirnya,
"bicaralah kepadanya."
Lara menjumpai Buzz Steele yang sedang berjalan di atas balok penyangga
utama dari gedung bertingkat lima yang sedang dibangunnya di Sydney.
Steele seorang laki-laki beruban dan berkulit coklat karena terbakar matahari, berumur empat puluhan. Ia menyalami Lara dengan hangat. "Ini kejutan yang menyenangkan," katanya. "Bagaimana mereka bisa mengizinkan gadis secantik Anda keluar dari Glace Bay?"
"Saya pergi diam-diam," kata Lara. "Saya punya proyek untuk Anda."
Ia tersenyum. "O ya" Apa yang akan kita bangun"sebuah rumah boneka?"
"Bukan." Lara mengeluarkan gambar konstruksi yang diberikan Charles Cohn. "Seperti ini gedungnya."
Buzz Steele mengkajinya sebentar. Ia mengangkat wajahnya dengan
heran. "Ini proyek yang cukup besar. Di sini Anda bertindak sebagai apa?"
"Saya yang mengatur transaksinya," kata Lara dengan bangga. "Saya yang akan memiliki gedung ini."
Steele bersiul pelan. "Wel , semoga sukses, honey"
"Ada dua hal penting."
"Oh?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gedung ini harus selesai tanggal tiga puluh satu Desember"kalau tidak, akan menjadi milik bank, dan biaya keseluruhannya tidak boleh lebih dari
seratus tujuh puluh ribu dolar. Apa bisa?"
Steele mengamati gambar itu lagi. Lara menyaksikan dia menghitung
dengan cermat. Akhirnya ia berkata. "Bisa"bisa dilaksanakan."
Lara hampir saja berteriak kegirangan.
"Kalau begitu saya berikan proyek ini kepada Anda."
Mereka berjabat tangan. "Anda bos tercantik yang pernah saya punyai,"
kata Buzz Steele. "Terima kasih. Kapan secepatnya Anda bisa mulai?"
"Begini saja. Saya akan ke Glace Bay besok untuk melihat tanah itu. Saya akan bangunkan untuk Anda sebuah gedung yang akan membuat Anda
bangga nanti." Ketika meninggalkan tempat itu, Lara merasa seakan ia mempunyai sayap.
Lara kembali ke Glace Bay dan menceritakan semuanya kepada Charles
Cohn. "Kau yakin perusahaan ini dapat dipere-iw Lara?"
Saya yakin sekali." Lara meyakinkan dia. "Mereka telah membangun gedung-gedung di sini dan di Sydney dan di Halifax dan...
Antusiasme Lara itu membuat Cohn ikut antusias juga.
Cohn tersenyum. "Wel kalau begitu, nampaknya beres proyek kita ini."
"Beres, ya?" Wajah Lara berbinar-binar. Lalu ia teringat akan kencannya dengan MacAl ister, dan senyum di wajahnya memudar. 'Sabtu depan aku
harus pergi ke Hahfax. Kupikir kita bisa ke sana bersama" Sabtu hanya
tinggal dua hari lagi. Lara menandatangani kontrak itu keesokan paginya. Ketika MacAl ister
menyaksikan Lara meninggalkan kantornya, ia merasa sangat puas dengan
dirinya sendiri. Ia tidak pernah bermaksud membiarkan Lara memiliki gedung itu. Dan ia hampir saja tertawa keras melihat keluguan Lara. Ia memang
akan meminjamkan uang itu, tapi itu sebenarnya sama dengan meminjamkan
kepada dirinya sendiri. Ia membayangkan bercinta dengan tubuh perawan
yang molek itu, dan gairahnya bergejolak tak tertahankan
Lara hanya pernah dua kali mengunjungi Halifax Dibandingkan Glace Bay,
Halifax jauh lebih ramai, penuh dengan pejalan kaki dan mobil dan toko-toko yang penuh dengan berbagai barang dagangan. Sean MacAl ister membawa
Lara ke sebuah motel di pinggir kota. Ia membawa mobilnya ke tempat parkir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan menepuk lutut Lara. "Kau tunggu aku di sini dulu sementara aku
booking, honey." Lara sekonyong-konyong merasa napasnya sesak. Jantungnya berdebar
begitu kerasnya seakan hampir terloncat keluar dari dadanya. Aku sedang
mengalami serangan jantung, pikirnya.
"Lara..." MacAl ister memandangnya dengan aneh. "Kau tidak apa-apa?"
Tidak. Aku sedang sekarat. Mereka akan membawaku ke rumah sakit, dan
aku akan mati di sana. Sebagai perawan. "Saya tidak apa-apa," kata Lara.
Ia pelan-pelan keluar dari mobil dan mengikuti MacAl ister ke sebuah
kamar yang suram, di mana terdapat satu ranjang, dua kursi, meja rias yang sudah reyot, dan kamar mandi kecil.
Lara bagaikan dicekam oleh sebuah mimpi buruk.
"Jadi kau baru pertama kali, ya?" kata MacAl ister.
Lara teringat akan teman-teman prianya di sekolah yang suka mencolekcolek dan menciumi dadanya serta meraba-raba sampai ke celah di antara
paha. "Ya," kata Lara.
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wel , kau tidak perlu nervous. Seks adalah hal yang paling alami di dunia ini."
Lara memperhatikan ketika MacAl ister mulai menanggalkan pakaiannya,
rubuhnya gembrot dan pendek.
"Tanggalkan pakaianmu," MacAl ister memerintahkan.
Perlahan Lara membuka blusnya dan rok bawahnya dan sepatunya. Ia
hanya mengenakan bra dan celana dalam saja.
MacAl ister mengamati tubuhnya dan berjalan menghampirinya. "Kau
cantik, kau tahu itu, baby?"
Lara bisa merasakan tonjolan keras di tubuh bandot itu menempel di
tubuhnya. MacAl ister menciumi bibirnya, dan ia merasa jijik.
"Buka semua pakaianmu," katanya tak sabar. Ia berjalan menuju ranjang dan menanggalkan celana dalamnya. Lara melihat sesuatu yang keras dan
merah. Itu tak akan bisa muat di tempatku, pikir Lara. Aku akan mati karenanya.
"Cepat." Perlahan Lara menanggalkan bra-nya dan melangkah keluar dari celana
dalamnya. "Ya, Tuhan," katanya, "kau sungguh fantastis. Kemari, kemari."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara berjalan menghampiri ranjang dan duduk di situ. MacAl ister meremas
payudaranya dengan keras, dan Lara menjerit keras karena kesakitan.
"Enak rasanya, kan" Sudah waktunya kau merasakan seorang pria."
MacAl ister mendorong Lara telentang dan merentangkan kedua pahanya.
Lara sekonyong-konyong merasa panik. "Saya tidak mengenakan apa-apa,"
katanya. "Maksud saya... saya bisa hamil nanti."
"Jangan kuatir," MacAl ister meyakinkan dia, "aku tidak akan melakukan itu."
Sesaat kemudian Lara dapat merasakan MacAl ister mendesakkan sesuatu
ke tubuhnya, yang membuatnya merasa sakit.
"Tunggu!" ia berteriak. "Saya..."
MacAl ister sudah tidak tahan lagi. Ia dengan penuh mendorongkan dirinya
ke Lara, dan rasa sakitnya tak terperikan. Kini ia menumbuk-numbukkan
tubuh Lara, semakin keras dan semakin keras, dan Lara menutup mulutnya
dengan tangan untuk menahan jeritannya. Semenit lagi ini akan selesai,
pikirnya, dan aku akan memiliki sebuah gedung. Dan aku akan membangun
gedung yang kedua. Dan gedung yang lain...
Rasa sakitnya sungguh tak tertahankan.
"Gerakkan tubuhmu," MacAl ister berseru. "Jangan cuma diam saja.
Goyangkan!" Lara mencoba menggerakkannya, tapi tidak mungkin. Terlalu sakit
rasanya. Tiba-tiba MacAl ister nampak tertahan napasnya, dan Lara merasakan
tubuh laki-laki itu bergetar. MacAl ister mengembuskan napas tanda
kepuasan dan terkulai lunglai menimpa tubuh Lara.
Lara kembali panik. "Anda bilang tadi tidak akan..."
MacAl ister mengangkat tubuhnya dan menopangkan sikunya serta berkata
dengan serius, "Darling, aku tidak tahan, kau begitu cantik. Tapi jangan kuatir, kalau kau hamil, aku tahu dokter yang bisa menanganinya."
Lara memalingkan mukanya supaya bankir itu tidak melihat rasa muak
diwajahnya. Ia lalu berjalan terhuyung-huyung ke kamar mandi, nyeri dan
berdarah. Ia berdiri dibawah dus, membiarkan air panas membersihkan
tubuhnya dan ia berpikir. Sudah lewat, Telah kulakukan. Tanah itu milikku.
Aku akan kaya. Sekarang. Kini yang harus kulakukan adalah cuma berpakaian kembali dan pulang ke Glace Bay dan mulai membangun gedungnya.
Ia keluar dari kamar mandi dan Sean MacAl ister berkata, "Itu tadi sangat menyenangkan dan kita harus melakukannya lagi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bab Enam CHARLES cohn telah menyelidiki kelima gedung yang sudah dibangun oleh
Nova Scotia Construction Company. "Benar gedung-gedung itu mutunya
kelas satu", katanya kepada Lara. "Kau tidak akan punya masalah dengan mereka"
Kini Lara, Charles Cohn. dan Buzz Steele sedang memeriksa lokasi untuk
gedung baru itu. "Pas sekali," kata Buzz Steele "Ukuran seluruhnya empat puluh tiga ribu lima ratus enam puluh kaki persegi. Jadi pas sekali untuk gedung Anda yang dua puluh ribu kaki persegi itu"
Charles Cohn berkata, "Bisakah Anda menyelesaikan gedung ini sebelum
tanggal tiga puluh satu Desember?" la ingin melindungi Lara.
"Lebih cepat malahan, kata Steele "Saya bisa menjanjikan itu sebelum hari Natal."
Wajah Lara berseri-seri "Kapan secepatnya Anda bisa memulainya?"
"Saya akan mengirim anak buah saya ke sini pada pertengahan minggu
depan." Menyaksikan pembangunan gedung baru merupakan hal paling
mengasyikkan yang pernah dialami Lara. Ia berada di sana setiap hari. "Saya ingin belajar." katanya kepada Charles Cohn. "Ini hanyalah suatu permulaan bagi saya. Saya akan membangun beratus-ratus lainnya."
Cohn tidak yakin apakah Lara menyadari benar ucapannya itu.
Tim pertama yang datang ke lokasi proyek itu adalah tim survai. Mereka
menentukan batas-batas geometris resmi dari kapling itu dan menanamkan
tiang pancang di tiap sudutnya, dan setiap tiang dicat dengan warna metalik supaya mudah dilihat. Pekerjaan survai itu memakan waktu dua hari, dan
pagi-pagi sekali di hari berikutnya, peralatan berat pengeruk tanah"sebuah truk bermuatan mesin Caterpil ar bermoncong depan"tiba di lokasi proyek.
Lara sudah menunggu di sana. "Sekarang apa?" ia bertanya kepada Buzz Steele.
"Kita akan membersihkan dan membongkar." Lara memandangnya. "Apa artinya itu?" "Caterpil ar itu akan mencungkil akar-akar pohon dan meratakan tanah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Peralatan selanjutnya yang datang adalah cangkul raksasa untuk menggali
parit-parit fondasi, pipa-pipa logam, dan pipa-pipa untuk saluran
pembuangan limbah. Pada saat itu para penyewa rumah kos sudah mendengar apa yang sedang
berlangsung, dan itu jadi topik percakapan utama saat sarapan dan saat
makan malam. Mereka semua mendukung Lara.
"Setelah ini apa?" begitu mereka bertanya.
Lara sudah tahu banyak sekarang. "Pagi ini mereka akan menaruh pipapipa bawah tanah. Besok mereka akan mulai memasang kerangka kayu dan
kerangka betonnya, supaya mereka bisa mengikatkan batang-batang beton
dengan kawat ke kisi-kisi kerangka itu." Lara menyeringai. "Anda mengerti apa yang saya jelaskan?"
Menuangkan adukan beton merupakan tahap berikutnya, dan setelah
fondasi beton itu siap, bertruk-truk balok kayu diturunkan, dan para tukang kayu mulai memasang kerangka kayunya. Suaranya ingar-bingar, tapi bagi
Lara itu terdengar seperti musik. Tempat itu dipenuhi bunyi-bunyi palu yang berirama dan gergaji yang mendesing-desing. Setelah dua minggu, panel-panel dinding yang berhiaskan kusen-kusen pintu dan jendela sudah berdiri seakan-akan gedungnya baru saja ditiup dan menggembung dengan tiba-tiba.
Bagi para pejalan kaki yang lewat, gedung itu hanyalah kumpulan kayu
dan baja, tapi bagi Lara bukan begitu. Itu adalah impiannya yang menjadi
kenyataan. Setiap pagi dan setiap petang ia pergi ke pusat kota dan
mengamati apa yang sedang dibangun. Aku memiliki ini, pikir Lara. Ini adalah kepunyaanku.
Sumpah Palapa 22 Rajawali Emas 27 Misteri Batu Bulan Medali Wasiat 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama