Ceritasilat Novel Online

Kilau Bintang Menerangi Bumi 2

Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon Bagian 2


Setelah peristiwa dengan MacAl ister itu, Lara selalu cemas memikirkan
apakah ia akan hamil. Setiap kali teringat akan hal itu perutnya terasa mual.
Ketika ia akhirnya mengalami menstruasi, ia merasa sangat lega. Sekarang
yang perlu kupikir kan hanya gedung ini saja.
Ia masih terus menjadi penagih uang sewa untuk Sean MacAl ister, karena
ia perlu tempat tinggal, tapi ia harus mengeraskan hati sendiri setiap kali pergi ke kantor dan menghadapi MacAl ister "Kita senang sekali waktu di Halifax dulu, ya honeyl Bagaimana kalau kita pergi lagi?"
"Saya sangat sibuk dengan gedung saya," kata Lara dengan tegas.
Tingkat kesibukan memuncak saat para pekerja pemasang seng,
pemasang atap, dan tukang kayu bekerja secara simultan"sehingga jumlah
pekerja material, dan truk menjadi tiga kali lipat.
Charles Cohn sudah meninggalkan Glace Bay, tapi ia menelepon Lara
setiap minggu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana dengan pembangunannya?" begitu ia bertanya ketika terakhir menelepon.
"Lancar sekali!" kata Lara dengan antusias.
"Apakah semua tahap berjalan sesuai dengan jadwal?"
"Malahan lebih cepat dari jadwal."
"Itu bagus sekali. Sekarang aku bisa bilang bahwa tadinya aku kurang yakin apakah kau bisa melaksanakannya."
"Tapi kau tetap saja memberikan peluang itu kepadaku. Terima kasih,
Charles." "Suatu kebajikan pasti akan mendatangkan kebajikan lain. Ingat, kalau bukan karena kau, barangkali waktu itu aku sudah mati kelaparan."
Dari waktu ke waktu, Sean MacAl ister menemani Lara di lokasi proyek.
"Nampaknya cukup lancar, ya?"
"Ya," kata Lara.
MacAl ister nampaknya sungguh-sungguh senang. Lara berpikir, Mr. Cohn
ternyata keliru tentang dia. Ia tidak bermaksud memanfaatkan aku.
Pada akhir bulan November pembangunan gedung itu semakin lancar.
Jendela-jendela dan pintu-pintunya sudah terpasang, dan dinding luarnya
sudah berdiri. Bangunan itu sudah siap dipasangi jaringan kabel listrik dan jaringan lainnya.
Pada hari Minggu, di minggu pertama bulan Desember, pembangunan
gedung itu mulai lambat. Lara meninjau lokasi paginya, dan di sana hanya
ada dua pekerja, dan hanya sedikit sekali yang dapat dikerjakan mereka.
"Di mana semua pekerja lainnya?" tanya Lara.
"Mereka sedang dipakai untuk proyek lain," salah seorang pekerja itu menjelaskan. "Mereka akan datang lagi besok."
Besoknya malahan tak ada pekerja yang datang sama sekali.
Lara naik bis ke Halifax untuk menjumpai Buzz Steele. "Apa yang terjadi?"
tanya Lara. "Pekerjaan terhenti sama sekali."
"Tidak ada yang perlu dikuatirkan," Steele meyakinkan dia. "Kami mengalami sedikit kemacetan di proyek lain. dan aku terpaksa menarik anak buahku sementara."
"Kapan mereka akan kembali bekerja?"
"Minggu depan. Kita tidak akan terlambat dari jadwal."
"Buzz, kau tahu betapa besar artinya ini bagiku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu, Lara." "Kalau gedung ini tidak selesai pada waktunya, aku tidak akan bisa
memilikinya. Aku akan kehilangan segalanya."
"Jangan kuatir, Nak. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."
Ketika Lara pergi dari situ, ada rasa tidak enak dalam dirinya.
Minggu berikutnya, pekerja-pekerja itu masih saja belum muncul. Lara
sekali lagi pergi ke Halifax menemui Steele.
"Maafkan saya," kata sekretarisnya, "Mr. Steele tidak ada di tempat"
"Saya harus bicara dengan dia. Kapan dia kembali?"
"Ia sedang di luar kota mengurus proyek. Saya tidak tahu kapan ia
kembali." Lara mulai merasa panik. "Ini sangat penting," Lara mendesak. "Dia membangun gedung untuk saya. Dan harus selesai dalam tiga minggu ini."
Kalau menurut saya Anda tidak perlu cemas, Miss Cameron. Kalau Mr.
Steele mengatakan akan selesai, pasti akan selesai."
"Tapi proyek ini macet total sekarang" Lara berseru. "Tak ada pekerja
sama sekali." "Maukah Anda berbicara dengan Mr. Ericksen, asistennya?"
"Ya, tolong." Ericksen berperawakan raksasa, berbahu lebar, dan sikapnya ramah. Ia
mencerminkan citra percaya diri.
"Saya tahu mengapa Anda di sini," katanya, "tapi Buzz bilang kepada saya untuk meyakinkan Anda bahwa Anda tidak perlu kuatir. Kami sedikit
terhambat dengan proyek Anda karena ada sedikit masalah dengan beberapa
proyek konstruksi besar yang sedang kami tangani, tapi gedung Anda tiga
minggu lagi sudah akan selesai."
"Masih banyak sekali yang belum dikerjakan...."
"Tidak perlu kuatir. Akan kami kirimkan pekerja hari Senin pagi-pagi sekali."
"Terima kasih," kati Lara dengan lega. "Maaf, saya merepotkan Anda, tapi saya agak nervous. Proyek ini sangat berarti bagi saya."
"Tidak ada masalah," Ericksen tersenyum. "Anda pulang saja dan tenangkan diri. Kami perusahaan yang bonafide."
Senin pagi ternyata tak ada seorang pekerja pun yang muncul di lokasi.
Lara benar-benar panik sekarang. Ia menelepon Charles Cohn.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak ada pekerja yang datang," kata Lara, "dan aku tidak tahu mengapa.
Mereka terus saja membuat janji-janji, tapi tak pernah ditepati."
"Apa nama perusahaan itu"Nova Scotia Construction?"
"Benar." "Aku akan menelepon balik," kata Cohn.
Dua jam kemudian, Charles Cohn menelepon "Siapa yang
merekomendasikan Nova Scotia Construction Company kepadamu dulu?"
Lara mencoba mengingat-ingat. "Sean MacAl ister."
"Aku tidak heran. Dialah pemilik perusahaan itu, Lara."
Lara hampir pingsan mendengar ini. "Dan dia juga yang mencegah para
pekerja itu menyelesaikannya pada waktunya...?"
"Nampaknya memang begitu."
"Oh, Tuhanku." "Ia memang nahash tzefa"ular berbisa." Cohn tidak tega mengingatkan Lara bahwa ia dulu sudah mencoba memperingatkan dia. Yang bisa
dikatakannya hanyalah, "Barangkali... barangkali akan terjadi sesuatu."
Ia mengagumi semangat dan ambisi gadis muda itu, dan ia membenci
Sean MacAl ister. Tapi ia tak berdaya. Ia tidak bisa melakukan apa-apa.
Lara tidak bisa tidur sepanjang malam merenungkan kebodohannya.
Gedung yang didirikannya itu akan menjadi milik Sean MacAl ister, dan ia
akan tinggal menanggung utang yang sangat besar itu, yang bisa
menghabiskan seluruh hidupnya untuk membayarnya kembali.
Membayangkan bagaimana MacAl ister akan memaksa ia untuk membayar
membuatnya bergidik. Pagi-pagi benar Lara pergi menjumpai Sean MacAl ister.
"Selamat pagi, my dear. Kau nampak cantik hari ini."
Lara langsung ke pokok persoalan. "Saya minta perpanjangan waktu.
Gedung itu belum akan selesai pada tanggal tiga puluh satu."
MacAl ister menyandar di kursinya dengan wajah cemberut "Oh, ya" Itu kabar buruk, Lara."
"Saya perlu sebulan lagi."
MacAl ister menarik napas panjang. "Aku kuatir itu tidak mungkin. Oh, dear, tidak bisa. Kau telah menandatangani kontrak. Bisnis adalah bisnis."
"Tapi..." "Maaf, Lara. Pada tanggal tiga puluh satu proyek itu akan menjadi milik bank."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika para penyewa di rumah kos itu mendengar apa yang terjadi, mereka
semua sangat marah. "Bajingan dia itu!" salah seorang berteriak. "Tak bisa dia berbuat begitu padamu."
"Itu sudah dilakukan," kata Lara dengan putus asa. "Habis sudah saya."
"Apakah akan kita biarkan saja dia melakukan itu?"
"Hel , tidak. Berapa sisa waktumu"tiga minggu?"
Lara menggelengkan kepala. "Kurang dari itu. Dua setengah minggu."
Pria itu berkata kepada para penyewa lainnya. "Mari kita turun ke kota dan meninjau gedung itu."
"Apa gunanya...?"
"Kita lihat saja nanti."
Tak lama kemudian setengah lusin penyewa sudah berada di lokasi proyek
dan mengamatinya dengan cermat.
"Saluran air belum ditanam," salah seorang berkata.
"Jaringan listriknya juga belum." Mereka berdiri di situ, gemetaran diterpa angin Desember yang beku, memperbincangkan tentang apa yang masih
harus dikerjakan. Salah seorang berkata kepada Lara, "Bankirmu itu seorang yang sangat licik. Ia membiarkan dulu pembangunan gedung ini sampai hampir selesai,
supaya tak banyak lagi yang harus dikerjakannya kalau kontrakmu habis
nanti." Ia lalu berkata kepada rekan-rekannya yang lain, "Menurutku, ini bisa diselesaikan dalam dua setengah minggu."
Mereka serentak menyatakan setuju. Lara kebingungan. "Anda tidak
mengerti. Pekerja-pekerjanya tidak mau datang."
"Begini, Nak, di rumah kosmu itu ada banyak tukang leding dan tukang kayu dan tukang listrik, dan kami juga punya banyak teman di kota yang bisa menangani bagian-bagian lain."
"Saya tidak punya uang untuk membayar kalian," kata Lara. "Mr.
MacAl ister tidak akan mau memberi saya..."
"Anggap saja itu hadiah Natal kami untukmu."
Yang terjadi setelah itu sungguh luar biasa. Berita itu tersebar di seluruh Glace Bay. Para pekerja bangunan di proyek-proyek lain berdatangan untuk
meninjau proyek Lara. Separuh dari mereka datang karena mereka menyukai
Lara, dan separuhnya lagi karena mereka pernah diperlakukan tak adil oleh MacAl ister.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari kita kerjai bajingan itu," kata mereka.
Mereka singgah di situ untuk ikut membantu sepulang kerja, bekerja
sampai lewat tengah malam dan pada hari Sabtu dan Minggu, dan bunyibunyi pembangunan mulai lagi, memenuhi udara dengan kebisingan yang
enak didengar. Menyelesaikan sebelum deadline menjadi tantangan bagi
mereka, dan proyek itu langsung penuh dengan para tukang kayu dan
tukang listrik dan tukang leding, semuanya ingin menyumbangkan
tenaganya. Ketika MacAl ister mendengar apa yang terjadi, ia bergegas
menuju ke lokasi. Ia berdiri di situ, tertegun. "Apa yang sedang terjadi?" ia menuntut.
"Mereka bukan orang-orangku."
"Mereka orang-orangku," kata Lara menantang. "Dalam kontrak tidak disebutkan bahwa aku tidak boleh memakai pekerja sendiri."
"Wel , aku..." MacAl ister menggerutu. "Gedung itu harus memenuhi spesifikasinya."
"Itu pasti," kata Lara meyakinkan dia.
Gedung itu selesai sehari sebelum malam Tahun Baru. Ia berdiri dengan
megah menembus angkasa, kuat dan tegar, dan ia merupakan benda
terindah yang pernah dilihat Lara. Ia berdiri di situ menatap gedung itu, terpana.
"Kami serahkan kepadamu," salah seorang pekerja berkata dengan
bangga. "Apakah kita akan merayakannya?"
Malam itu seluruh Glace Bay seakan berpesta merayakan gedung Lara
Cameron yang pertama. Begitulah awal mulanya.
Setelah itu Lara tak bisa dibendung lagi. Benaknya penuh dengan gagasangagasan. "Karyawan-karyawan barumu akan perlu tempat tinggal di Glace Bay,"
katanya kepada Charles Cohn. "Aku ingin membangun rumah-rumah untuk
mereka. Kau tertarik?"
Cohn mengangguk. "Aku sangat tertarik."
Lara pergi menjumpai seorang bankir di Sydney dan meminjam cukup
banyak uang untuk pendanaan proyek barunya.
Setelah rumah-rumah itu selesai dibangun, Lara berkata kepada Charles
Cohn, "Tahukah kau, apa lagi yang dibutuhkan kota ini, Charles" Akomodasi untuk menampung para turis yang datang di musim panas untuk memancing.
Aku tahu lokasi bagus dekat teluk di mana bisa kubangun..."
Charles Cohn menjadi penasihat keuangan tak resmi Lara, dan selama tiga
tahun berikutnya, Lara membangun sebuah gedung perkantoran, setengah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lusin cottage pantai, dan sebuah kompleks pertokoan. Bank-bank di Sydney
dan Halifax dengan senang hati meminjamkan uang kepadanya.
Dua tahun kemudian, ketika Lara menjual seluruh saham real estate-nya,
ia memegang cek senilai tiga juta dolar. Dan ia baru berumur dua puluh satu tahun.
Hari berikutnya, ia mengucapkan selamat tinggal pada Glace Bay dan
bertolak ke Chicago. Bab Tujuh Chicago bagaikan semacam wahyu bagi Lara. Halifax adalah kota terbesar
yang pernah dilihat Lara, tapi ia hanyalah seperti dusun kecil dibandingkan raksasa kawasan Midwest ini. Chicago adalah kota yang ramai dan bising,
sibuk dan penuh dinamika, dan setiap orang seakan sedang bergegas
menuju ke suatu tujuan penting.
Lara check-in di Stevens Hotel. Sekilas ia melihat wanita-wanita yang
sedang berjalan melintasi lobby, dan merasa malu dengan pakaian yang
sedang dikenakannya. Untuk Glace Bay oke, pikir Lara. Untuk Chicago, tidak oke. Keesokan paginya, Lara beraksi, la pergi ke Kane's dan Ultimo untuk gaun-gaun rancangan designer, Joseph's untuk sepatu, Saks Fifth Avenue
dan Marshal Field's untuk pakaian dalam, Trabert dan Hoeffer untuk
perhiasan, dan Ware untuk mantel bulu. Dan setiap kali ia membeli sesuatu, terngiang suara ayahnya, "Aku bukan bank. Pergi saja ke Gereja Bala
Keselamatan sana minta pakaian gratis." Sebelum acara belanjanya itu selesai, lemari-lemari hotelnya sudah penuh dengan pakaian mewah.
Langkah Lara selanjutnya adalah memeriksa buku telepon yel ow pages di
bawah sektor "Real Estate Brokers". Ia memilih salah satu, yaitu yang iklannya paling besar"Parker & Associates. Lara menelepon dan minta
berbicara dengan Mr. Parker.
"Boleh saya tahu siapa yang menelepon?"
"Lara Cameron."
Sesaat kemudian terdengar suara, "Bruce Parker di sini. Apa yang bisa saya bantu?"
"Saya mencari lokasi di mana saya bisa mendirikan sebuah hotel baru yang bagus," kata Lara.
Suara di ujung sana berubah jadi lebih ramah. "Wel , kami ahli di bidang itu, Mrs. Cameron."
"Miss Cameion."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik. Apa ada kawasan khusus yang Anda minati?"
"Belum. Terus terang saja, saya belum mengenal kota Chicago."
"Itu tidak menjadi masalah. Kami yakin kami bisa menunjukkan sejumlah lokasi yang menarik untuk Anda. Supaya kami punya sedikit gambaran
mengenai lokasi yang Anda cari, berapa equity yang Anda punyai?"
Lara berkata dengan bangga, "Tiga juta dolar."
Lama sekali tak ada tanggapan dari ujung sana. "Tiga juta dolar?"
"Ya." "Dan Anda ingin membangun sebuah hotel baru yang bagus?"
"Ya." Diam lagi. "Apakah Anda tertarik untuk membangun atau membeli sesuatu di
kawasan pinggiran kota, Miss Cameron?"
"Tentu saja tidak," kata Lara. "Yang saya inginkan adalah sebaliknya. Saya ingin membangun sebuah hotel boutigue yang eksklusif di suatu kawasan
bagus yang..." "Dengan equity sebesar tiga juta dolar?" Parker tergelak. "Saya rasa kami tidak dapat membantu Anda."
"Terima kasih," kata Lara. Ia meletakkan gagang telepon. Jelas ia telah menelepon broker yang salah.
Ia kembali memeriksa yel ow pages dan menelepon setengah lusin broker
lagi. Di penghujung sore itu, Lara dipaksa untuk menghadapi kenyataan.
Tidak ada broker yang mau mencoba mencarikan lokasi bagus tempat ia bisa
membangun hotel dengan down payment sebesar tiga juta dolar. Mereka
memberikan berbagai usulan kepada Lara, dan mereka semua sampai
kepada pemecahan yang sama: sebuah hotel murah di kawasan pinggiran
kota. Tidak akan pernah, pikir Lara. Lebih baik aku kembali ke Glace Bay.
Berbulan-bulan ia telah membayangkan hotel yang akan dibangunnya, dan di
dalam angannya hotel itu nampak begitu jelas" sangat elok, gemerlap, tiga dimensi. Rencananya itu mengubah hotel menjadi rumah yang jauh dari
rumah. Jadi hotel itu kamar-kamarnya kebanyakan berupa suite, dan setiap
suite akan mempunyai ruang keluarga dan ruang perpustakaan dengan
perapian di setiap kamarnya, dan dilengkapi dengan sofa-sofa yang nyaman, kursi-kursi empuk, dan sebuah grand piano. Akan ada dua ranjang besar dan serambi luar yang membujur di sepanjang apartemen itu. Harus ada jacuzzi
dan mini-bar. Lara tahu benar apa yang di nginkannya. Masalahnya adalah
bagaimana caranya memperoleh itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara berjalan menuju sebuah percetakan di Lake Street. "Tolong buatkan saya seratus kartu nama."
"Baik. Bagaimana kata-katanya?"
"Miss Lara Cameron', dan di bawahnya, 'Real Estate Developer'."
"Baik, Miss Cameron. Waktunya dua hari."
"Jangan. Tolong selesaikan sore ini juga."
Langkah selanjutnya adalah membiasakan diri dengan kota ini.
Lara berjalan di sepanjang Michigan Avenue dan State Street dan La Sal e, melewati Lake Shore Drive dan melewati Lincoln Park dengan kebun binatang dan lapangan golf serta danaunya. Ia mengunjungi Merchandise Mart dan
pergi ke Kroch-Brentano's dan membeli buku-buku tentang Chicago. Ia
membaca tentang orang-orang terkenal yang pernah tinggal di Chicago: Carl Sandburg, Frank Llyod Wright, Louis Sul ivan, Saul Below. Ia membaca
tentang keluarga-keluarga perintis Chicago"keluarga John Baird dan Gaylord Donnel ey, Marshal Field dan Potter Palmer, dan Walgreen"dan ia berjalan melewati rumah-rumah mereka di Lake Shore Drive dan tanah mereka yang
luas di daerah pinggir kota Lake Forest. Lara mengunjungi South Side, dan merasa bagaikan di rumah, karena di sana nampak berbagai kelompok etnis:
Swedia, Polandia, Irlandia, Lithuania. Itu mengingatkannya pada Glace Bay.
Ia berjalan-jalan lagi, mengamati gedung-gedung yang bertanda For Sale,
kemudian menghubungi brokernya. "Berapa harga gedung itu?"
"Delapan puluh juta dolar...."
"Enam puluh juta dolar...."
"Seratus juta dolar...."
Tiga juta dolarnya itu semakin menjadi kurang berarti. Lara duduk di dalam kamar hotelnya merenungkan apa saja pilihan yang ada baginya. Ia bisa
meninjau salah satu kawasan pinggiran di kota itu dan membangun sebuah
hotel kecil di sana, atau ia bisa juga pulang ke kampung halaman. Kedua
pilihan itu tidak disukainya.


Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sudah terlalu banyak yang kupertaruhkan untuk menyerah sekarang, pikir
Lara. paginya, Lara berhenti di sebuah bank di La Sal e Street. Ia menghampiri
seorang petugas administrasi di balik counter. "Saya ingin berbicara dengan Vice-President."
Ia memberikan kartunya kepada petugas itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lima menit kemudian ia sudah berada di dalam kantor Tom Peterson,
seorang pria setengah baya yang agak lembek perilakunya serta nampak
agak nervous. Ia mengamati kartu nama Lara.
"Apa yang bisa saya bantu, Miss Cameron?"
"Saya punya rencana membangun hotel di Chicago. Saya perlu dana untuk itu."
Pria itu tersenyum ramah. "Memang itulah tugas kami di sini. Hotel seperti apa yang Anda rencanakan untuk dibangun?"
"Sebuah hotel boutique yang bagus di lokasi yang bagus."
"Kedengarannya menarik."
"Harus saya jelaskan kepada Anda," kata Lara, "bahwa saya hanya punya tiga juta dolar untuk down payment, dan..."
Ia tersenyum. "Tidak jadi masalah."
Lara tergetar karena senang. "Benar?"
"Tiga juta bisa sangat berarti kalau Anda tahu bagaimana
memanfaatkannya." Ia melihat ke arlojinya. "Saya punya appointment lain sekarang. Bagaimana kalau kita bertemu lagi saat makan malam nanti dan
membicarakan ini?" "Tentu," kata Lara. "Saya setuju."
"Di mana Anda tinggal?"
"Di Palmer House."
"Bagaimana kalau saya jemput Anda jam delapan nanti?"
Lara bangkit berdiri. "Terima kasih banyak tidak bisa saya ungkapkan betapa senangnya saya. Terus terang saja. saya sudah mulai putus asa
tadinya" "Tidak perlu," katanya. "Saya akan memperhatikan kepentingan Anda."
Pada jam delapan, Tom Peterson menjemput Lara dan membawa dia ke
Henrici's untuk makan malam. Setelah mereka berdua duduk, Peterson
berkata, "Tahukah Anda, saya senang Anda datang kepada saya. Kita bisa saling membantu."
"Kita bisa?" "Ya. Ada banyak wanita cantik di kota ini, tapi tak ada yang secantik kau, honey. Kau bisa membuka sebuah bordil mewah dan memasok golongan
eksklusif..." Lara tertegun. "Maaf?"
"Kalau kau bisa mengumpulkan setengah lusin cewek saja, kita..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara sudah tak ada di situ.
Keesokan harinya, Lara mengunjungi tiga bank lagi. Ketika ia menjelaskan
rencananya kepada manajer bank yang pertama, orang itu mengatakan,
"Saya akan memberikan nasihat yang terbaik yang pernah Anda dapat:
Lupakan saja itu. Bisnis membangun real estate adalah bisnis kaum pria.
Tidak ada tempat bagi wanita di sana."
"Mengapa begitu?" tanya Lara datar.
"Karena Anda akan berhubungan dengan sekelompok laki-laki macho yang kasar dan keras, mereka akan memakan Anda hidup-hidup."
"Mereka tidak memakan saya hidup-hidup di Glace Bay," kata Lara.
Lelaki itu memajukan badannya ke depan. "Akan saya beritahukan kepada Anda satu rahasia kecil. Chicago bukan Glace Bay."
Di bank berikutnya, manajernya berkata kepada Lara, "Kami senang sekali kalau bisa membantu Anda, Miss Cameron. Tentu saja, rencana Anda itu tak
mungkin bisa dilaksanakan. Yang ingin saya usulkan adalah bagaimana kalau kami mengurus uang Anda dan menanamnya..."
Lara sudah keluar dari kantor itu sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.
Di bank ketiga, Lara diantarkan ke kantor Bob Vance, seorang pria beruban yang menyenangkan yang berpenampilan ideal sebagai presiden sebuah
bank. Di kantornya ia ditemani oleh seorang pria kurus dan pucat berambut kuning pasir serta berumur awal tiga puluhan, mengenakan jas lusuh dan
kelihatan sama sekali kurang bonafide.
"Ini Howard Kel er, Miss Cameron, salah satu vice-president kami."
"Apa kabar?" "Apa yang bisa saya bantu pagi ini?" Bob Vance bertanya.
"Saya bermaksud membangun sebuah hotel di Chicago," kata Lara, "dan saya sedang mencari dana."
Bob Vance tersenyum. "Anda telah datang ke tempat yang benar. Apa
Anda sudah menemukan lokasinya?"
"Secara garis besar saya sudah tahu lokasi yang saya inginkan. Dekat dengan Loop, tapi tidak terlalu jauh dari Michigan Avenue...."
"Bagus sekali."
Lara memberitahukan kepadanya tentang gagasan hotel boutique itu.
"Itu kedengarannya menarik," kata Vance. "Dan berapa besar nilai equity Anda?"
"Tiga juta dolar. Saya ingin meminjam kekurangannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia terdiam cukup lama. "Nampaknya saya tidak bisa membantu Anda.
Masalah Anda adalah Anda punya gagasan besar tapi dompet kecil. Begini,
kalau Anda ingin kami menanamkan uang Anda itu..."
"Tidak, terima kasih," kata Lara. "Terima kasih untuk waktu yang diberikan. Selamat sore, Tuan-tuan." Ia berbalik dan meninggalkan kantor itu sambil menggerutu.
Di Glace Bay, tiga juta dolar itu sangat banyak. Di sini nampaknya orang
menganggap itu bukan apa-apa.
Saat Lara sampai di jalanan terdengar suara, "Miss Cameron!"
Lara menoleh. Ternyata ia laki-laki yang telah diperkenalkan kepadanya
sebelumnya"Howard Kel er. "Ya?"
"Saya ingin berbicara dengan Anda," katanya.
"Apa bisa kita minum kopi bersama sebentar?"
Lara tertegun. Apa semua orang di Chicago ini seks maniak"
"Ada coffee shop yang baik di sudut jalan ini belok sedikit."
Lara mengangkat bahu. "Baik."
Setelah mereka memesan, Howard Kel er berkata, "Kalau Anda tidak
keberatan saya ikut campur, saya ingin memberikan sedikit advis kepada
Anda." Lara sedang menatapnya dengan waspada. "Silakan."
"Yang pertama, cara Anda menangani ini keliru."
"Menurut Anda, gagasan saya tidak akan bisa terwujud?" tanya Lara dengan kaku.
"Malahan sebaliknya. Saya kira hotel boutique itu gagasan yang bagus sekali."
Lara heran. "Kalau begitu, mengapa...?"
"Chicago perlu hotel seperti itu, tapi menurut saya sebaiknya jangan Anda bangun."
"Apa maksud Anda?"
"Saya usulkan sebaiknya Anda mencari sebuah hotel tua yang berlokasi bagus dan merenovasinya. Banyak hotel usang yang bisa dibeli dengan
murah. Dana Anda yang tiga juta itu sudah cukup untuk down payment-nya.
Lalu sisanya bisa Anda Pinjam dari bank untuk memperbaruinya dan
mengubahnya jadi hotel boutique gagasan Anda itu."
Lara duduk di situ tepekur. Benar juga dia. ]tu merupakan pendekatan
yang lebih baik. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Satu hal lagi, tak ada bank yang mau menyandang dananya kecuali Anda datang dengan biro arsitek dan perusahaan konstruksi yang bonafide. Mereka hanya mau menangani satu paket lengkap."
Lara teringat pada Buzz Steele. "Saya mengerti. Anda tahu arsitek dan perusahaan konstruksi yang baik?"
Howard Kel er tersenyum. "Cukup banyak."
"Terima kasih untuk advis Anda," kata Lara. "Kalau nanti saya sudah menemukan lokasi yang tepat, bolehkah saya berbicara lagi dengan Anda
mengenai ini?" "Kapan saja. Semoga sukses."
Lara menunggu dia mengatakan sesuatu yang lain, seperti "Bagaimana
kalau kita membicarakannya di apartemen saya?"
Tapi yang dikatakan Howard Kel er hanya, "Anda mau tambah kopinya,
Miss Cameron?" Lara menjelajahi lagi jalan-jalan di pusat kota, tapi kali ini ia mencari sesuatu yang lain. Beberapa blok jauhnya dari Michigan Avenue, di Dela-ware Street, Lara melewati sebuah hotel usang peninggalan sebelum perang. Di
papan mereknya tertulis, CONG ESSI NAL HOTEL. Lara baru saja akan
melewatinya, dan ia menghentikan langkahnya. Ia mengamatinya lebih
dekat. Dinding depannya yang terbuat dari batu bata begitu kotor sehingga sulit menentukan warna asalnya. Hotel itu bertingkat delapan. Lara berbelok dan memasuki lobby hotel itu. Interiornya malahan lebih parah daripada
eksteriornya. Seorang petugas yang mengenakan jeans dan sweater lusuh
sedang mendorong seorang tuna wisma keluar dari pintu. Front desk
nampak lebih mirip dengan loket karcis daripada reception area. Di salah satu sudut lobhy itu nampak undakan yang menuju ke ruang-ruang yang uidinya
ruang-ruang rapat, dan yang sekarang berubah menjadi kantor-kantor yang
disewakan. Di loteng tengahnya Lara melihat biro perjalanan, agen tiket
bioskop, dan agen tenaga kerja.
Petugas itu kembali ke front desk. "Anda perlu kamar?"
"Tidak. Saya hanya ingin tahu..." Bicaranya disela oleh seorang wanita bermake-up tebal mengenakan rok ketat. "Minta kunci, Mike." Ada seorang pria yang sudah agak berumur di sebelahnya.
Petugas itu memberinya kunci kamar.
Lara menyaksikan keduanya berjalan menuju lift.
"Apa yang bisa saya bantu?" tanya petugas itu.
"Saya tertarik pada hotel ini," kata Lara. "Apakah hotel ini dijual?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya kira semua barang adalah untuk dijual. Apakah ayah Anda bergerak
di bidang real estate?"
"Tidak," kata Lara, "saya."
Ia memandang Lara dengan heran. "Oh. Wel , orang yang harus Anda
temui adalah salah satu dari Diamond bersaudara. Merekalah yang miliki
kelompok hotel murahan ini."
"Di mana kiranya bisa saya temui mereka?" tanya Lara.
Petugas itu memberinya sebuah alamat di state street.
"Apa sekiranya boleh saya melihat-lihat sedikit?"
Ia mengangkat bahu. "Silakan saja." Ia menyeringai. "Siapa tahu, mungkin Anda akan menjadi bos saya nanti."
Kalau bisa lebih baik jangan, pikir Lara.
Ia mengelilingi lobby itu, mengamatinya dengan cermat. Di pintu
masuknya nampak berderet pilar-pilar yang terbuat dari marmer. Nalurinya
mendorong Lara menyingkap pinggiran karpet usang di lantai, dan di
bawahnya ternyata nampak lantai marmer yang kusam. Ia terus berjalan ke
arah loteng tengah. Wal paper berwarna mustard itu sudah mengelupas di
sana-sini. Ia menarik lepas salah satu pinggirannya yang mengelupas dan
lagi-lagi ia melihat marmer di dalamnya. Lara menjadi semakin bersemangat.
Pegangan tangan undakan itu dicat hitam. Lara menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memastikan bahwa petugas itu tidak sedang mengawasinya, lalu
mengeluarkan kunci Stevens Hotel dari sakunya dan mengguratkannya ke
pegangan itu. Ia menemukan apa yang diharapkannya"railing yang terbuat
dari kuningan kelas satu. Ia menghampiri lift-lift yang juga dicat hitam, mengguratnya sedikit, dan melihat kuningan juga.
Lara berjalan balik ke petugas itu, mencoba menyembunyikan rasa
senangnya. "Apa sekiranya boleh saya melihat salah satu kamar di sini?"
Ia mengangkat bahu. "Mengapa tidak?" Ia memberikan sebuah kunci.
"Empat sepuluh."
"Terima kasih."
Lara masuk ke lift itu. Kuno dan pelan sekali jalannya. Aku akan
merombaknya, pikir Lara. Dan akan kupasang lukisan di dindingnya.
Dalam benaknya seakan ia sudah mulai mendekorasi hotel itu.
Kamar 410 kelihatan seperti bencana alam, tapi kemungkinankemungkinannya langsung bisa dilihat. Di luar dugaan, kamar itu sangat
besar dan dilengkapi dengan fasilitas antik serta perabot yang kurang sedap dipandang. Lara merasa jantungnya berdebar lebih keras. Sempurna,
pikirnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia menuruni undakan. Undakan itu sudah tua dan berbau apak. Karpetnya
sudah usang, tapi di bawahnya ditemuinya marmer yang sama.
Lara mengembalikan kunci kepada petugas front desk itu.
"Anda dapatkan yang Anda cari?"
"Ya," kata Lara. "Terima kasih."
Ia menyeringai kepada Lara. "Anda sungguh bermaksud membeli gedung
ini?" 'Ya," kata Lara. "Saya sungguh bermaksud membeli gedung ini."
"Bagus," katanya.
Lift terbuka, dan pelacur muda usia dan pasangannya yang lebih tua itu
muncul. Ia memberikan kunci dan sejumlah uang kepada petugas itu "Terima
kasih, Mike." "Have a nice day," Mike berseru. Ia menoleh kepada Lara. "Anda akan kembali?"
"Oh. ya." Lara meyakinkan dia "saya akan kembali"
Tujuan Lara berikutnya adalah City Hal Of Records. Ia minta izin untuk
melihat data-data properti yang ingin dibelinya. Dengan membayar sepuluh
dolar, ia diperbolehkan membaca arsip tentang Congressional Hotel itu. Hotel itu telah dijual kepada Diamond bersaudara lima tahun sebelum itu dengan
harga enam juta dolar. Kantor Diamond bersaudara terletak di sebuah gedung tua di sudut State
Street. Seorang resepsionis berdarah Asia yang mengenakan skirt merah
ketat menyalami Lara saat ia memasuki gedung itu.
"Bisa saya bantu?"
"Saya ingin bertemu dengan Mr. Diamond."
"Mr. Diamond yang mana?"
"Yang mana saja boleh." "Kalau begitu John saja." Ia mengangkat telepon dan berbicara. "Di sini ada seorang nyonya yang ingin bertemu dengan John." Ia menyimak sebentar, lalu menoleh tepada Lara. "Ada urusan apa, ya?"
"Saya ingin membeli salah satu hotelnya." Ia berbicara lagi melalui telepon itu. "Katanya ia ingin membeli salah satu hotelmu. Baik." Ia meletakkan gagang telepon. "Silakan langsung masuk saja."
John Diamond seorang pria berperawakan besar, setengah baya, dan
tubuhnya penuh bulu, dan wajahnya agak melesak ke dalam seperti
umumnya orang yang terlalu banyak main footbal . Ia mengenakan kemeja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlengan pendek dan sedang mengisap cerutu besar. Ia mendongakkan
wajahnya saat Lara masuk ke kantornya.
"Sekretaris saya bilang Anda bermaksud membeli salah satu gedung saya."
Ia mengamati Lara sesaat. "Nampaknya Anda belum cukup umur untuk
memberikan suara dalam pemilihan umum."
"Oh, saya sudah cukup umur untuk memberikan suara," Lara meyakinkan dia. "Saya juga sudah cukup umur untuk membeli salah satu gedung Anda."
"Yeah" Yang mana itu?"
"The Cong essi nal Hotel."
"The apa?" "Begitulah yang tertulis di papan mereknya. Saya rasa maksudnya
'Congressional'." "Oh. Yeah." "Apakah itu dijual?"
la menggelengkan kepala. "Wah, saya tidak tahu. Itu adalah salah satu yang paling menghasilkan bagi kami. Saya tidak pasti apakah saya akan
melepaskannya." "Anda sudah melepaskannya," kata Lara.
"Huh?" "Keadaannya payah sekali. Gedung itu hampir ambruk."
"Yeah" Kalau begitu apa perlunya Anda ke sini?"
"Saya ingin membelinya dan memperbaikinya sedikit. Tentu saja, harus diserahkan kepada saya dalam keadaan kosong."
"Tidak ada masalah dengan itu. Penyewa-penyewa kami membayar secara
mingguan." "Berapa jumlah kamarnya?"
"Seratus dua puluh lima. Luas bruto bangunannya seratus ribu kaki
persegi." Terlalu banyak kamar, pikir Lara. Tapi kalau kugabung-gabung untuk
membentuk suite, kira-kira jadinya sekitar enam puluh sampai tujuh puluh
lima kunci. Cocok. Saatnya berbicara tentang harga "Seandainya saya memutuskan membeli
gedung itu, berapa harga yang Anda minta?"
Diamond berkata, "Seandainya saya memutuskan untuk menjual gedung
itu, harganya sepuluh juta dolar, dengan enam juta dolar sebagai down
payment tunai..." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara menggelengkan kepala. "Saya tawarkan..."
"...titik. Tidak ada tawar-menawar."
Lara duduk di situ, menghitung dalam benaknya biaya renovasinya. Sekitar
delapan puluh dolar per kaki persegi, atau delapan juta dolar, ditambah
furniture, aksesori-aksesori kecil lainnya, dan peralatan.
Otak Lara berpacu menghitung semuanya. Ia merasa yakin bisa
mendapatkan bank yang mau menyandang dananya. Masalahnya adalah ia
memerlukan enam juta sebagai modal, dan ia hanya mempunyai tiga juta.
Diamond memasang harga terlalu tinggi, tapi ia sangat menginginkan hotel
itu. Ia menginginkannya lebih dari apa pun yang pernah di nginkannya dalam hidupnya.
"Begini, saya usulkan satu kompromi," kata Lara.
Diamond menyimak. "Yeah?"
"Saya akan memenuhi penawaran Anda..."
Ia tersenyum. "Baik, lalu...?"
"Dan saya akan memberikan down payment tunai tiga juta dolar "
Ia menggelengkan kepala. "Tidak bisa. Saya harus mendapat enam juta
dolar di muka." "Anda akan mendapatkannya."
"Yeah" Dari mana yang tiga juta dolar lagi?"
"Dari Anda." "Apa?" "Anda akan memberikan kepada saya kredit kedua dengan jaminan tiga
juta itu." "Anda akan meminjam uang dari saya untuk membeli gedung saya
sendiri?" Itu sama dengan yang ditanyakan MacAl ister kepadanya di Glace Bay dulu.
"Coba lihat persoalannya dari segi ini," Lara berkata. "Sebenarnya Anda meminjam uang itu dari Anda sendiri. Anda akan memiliki gedung sampai
saya bisa membayar Anda. Anda tidak akan rugi apa-apa."
Ia merenungkan itu dan menyeringai. "Anda baru saja membeli sebuah


Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hotel." Kantor Howard Kel er di bank itu adalah sebuah ruang kecil yang
bertuliskan namanya di pintunya. Ketika Lara masuk, ia nampak lebih kusut daripada sebelumnya. "Begitu cepat kembali?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anda bilang saya boleh datang menjumpai Anda kalau sudah saya
temukan hotelnya. Saya sudah menemukannya."
Kel er menyandar ke belakang di kursinya. "Ceritakan pada saya."
"Saya menemukan hotel tua bernama Congressional. Di Delaware Street.
Beberapa blok dari Michigan Avenue. Hotelnya kumuh dan usang, dan saya
ingin membelinya dan mengubahnya jadi hotel terbagus di Chicago."
"Ceritakan tentang transaksinya." Lara menceritakan semuanya. Kel er duduk di situ, tepekur. "Mari kita sampaikan kepada Bob Vance."
Bob Vance menyimak dan membuat beberapa catatan. "Bisa saja jalan,"
katanya, "tapi..." Ia memandang Lara. "Pernahkah Anda mengelola sebuah hotel sebelumnya, Miss Cameron?"
Lara teringat akan tahun-tahun ia mengurus rumah kos di Glace Bay itu,
membenahi tempat, mengepel lantai, dan mengurus cucian dan piring-piring
kotor mencoba menyenangkan orang-orang dengan kepribadian yang
beraneka ragam itu, menjaga ketenteraman.
"Saya pernah mengurus rumah kos yang penuh dengan penambang dan
penebang kayu. Mengurus hotel pasti lebih gampang."
Howard Kel er berkata, "Aku ingin meninjau tempat itu, Bob."
Antusiasme Lara benar-benar tak terbendung. Howard Kel er mengamati
wajah Lara saat mereka berjalan melewati kamar-kamar hotel yang kumuh
itu, dan Howard melihat kamar-kamar itu melalui mata Lara.
"Ini akan jadi suite mewah dengan sauna," kata Lara penuh semangat.
"Perapiannya di sebelah sini, dan grand piano di sudut sana."
Lara mulai berjalan mondar-mandir. "Kalau tamu-tamu penting berkunjung ke Chicago, mereka pasti tinggal di hotel-hotel terbaik, tapi hotel-hotel itu semuanya sama"kamar-kamar membosankan yang tidak punya kepribadian.
Kalau kita bisa memberikan sesuatu yang seperti ini, walaupun harganya
sedikit lebih mahal, mereka pasti memilih ini. Ini akan benar-benar menjadi rumah yang jauh dari rumah."
"Saya terkesan," kata Howard Kel er.
Lara menoleh kepadanya dengan penuh semangat. "Menurut Anda, bank
akan mau memberikan kredit?"
"Coba kita cari tahu."
Tiga puluh menit kemudian, Howard Kel er sudah berbincang dengan
Vance. "Bagaimana pendapatmu?" Vance bertanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kukira nona itu tidak salah. Aku suka gagasannya tentang hotel boutique
itu." "Aku juga. Satu-satunya masalah adalah ia begitu muda dan kurang
pengalaman. Kita berjudi."
Lalu setengah ja m berikutnya dipakai untuk menghitung-hitung
pembiayaan dan perkiraan pemasukan.
"Kukira kita harus melanjutkan proyek ini" akhirnya Kel er berkata. "Kita tidak mungkin rugi". Ia menveringai. "Kalau terjadi kemungkinan yang terburuk, paling-paling kau dan aku pindah dan tinggal di hotel itu"
"Bank baru saja menyetujui permintaan kredit Anda".
Lara menjerit kecil. "Sungguh" Bukan main! Oh, terima kasih, terima kasih"
"Kita perlu membicarakan beberapa hal", kata Howard Kel er. "Anda punya waktu untuk dinner petang ini?"
"Ya." "Bagus. Saya jemput Anda jam tujuh tiga puluh."
Mereka makan malam di Imperial House. Lara begitu tegang sehingga ia
hampir-hampir tidak makan sama sekali
"Tak bisa saya ungkapkan betapa senangnya saya" kata Lara. "Itu akan jadi hotel yang paling bagus di Chicago".
"Sabar," Kel er mengingatkan, "Masih banyak yang harus dilakukan." Ia nampak ragu. "Boleh saya berterus terang, Miss Cameron?"
"Lara." "Lara. Kau adalah kuda hitam. Reputasimu tidak jelas."
"Di Glace Bay..."
"Ini bukan Glace Bay. Memakai bahasa metafor, Chicago adalah
gelanggang permainan yang berbeda."
"Jadi mengapa bank setuju dengan ini?" tanya Lara.
"Jangan keliru. Kami bukan organisasi sosial. Kemungkinan terburuk bagi kami adalah bank kami akan break even. Tapi aku punya firasat mengenai
kau. Aku percaya kau akan berhasil. Kurasa kau akan sukses besar. Kau kan tidak bermaksud untuk berhenti dengan satu hotel saja?"
"Tentu saja tidak," kata Lara.
"Aku tahu. Yang ingin kukatakan adalah bahwa biasanya kalau kami
memberikan kredit kami tidak terlibat secara pribadi dengan proyeknya. Tapi dalam hal ini aku ingin membantumu dengan apa saja yang kauperlukan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan Howard Kel er ingin terlibat secara pribadi dengan Lara. Ia sudah
tertarik pada Lara sejak pertama ia melihatnya. Ia terpikat oleh antusiasme dan keteguhan niatnya. Lara adalah wanita remaja yang sangat cantik. Ia
sangat ingin membuat Lara terkesan. Barangkali, pikir Kel er. kelak akan
kuceritakan kepadanya betapa aku sudah dekat sekali dengan
kemasyhuran... Bab Delapan Pertandingan terakhir Turnamen Bisbol Dunia sedang berlangsung, dan
Wrigley Field dipadati 38.710 penonton yang berteriak-teriak. "Sekarang tahap sembilan akhir, dengan skor Cubs satu, Yankees kosong. Yankees
sedang memukul bola, dua bola keluar. Base dijaga oleh Tony Kubek di pos
satu, Whitey Ford di pos dua, dan Yogi Berra di pos tiga."
Saat Mickey Mantle melangkah ke landasan, penonton bersorak. "The
Mick" telah mengumpulkan angka 304 dalam musim kompetisi ini dan telah mengantongi empat puluh dua home run untuk tahun ini.
Jack Brickhouse, komentator Wrigley Field, berkata dengan tegang, "Oh, oh... nampaknya mereka akan mengganti pelempar bolanya. Mereka
mengeluarkan Moe Drabowsky.... Manajer Cub Bob Scheffing sedang
berbicara dengan wasit... kita lihat siapa yang masuk.... Howard Kel er! Kel er menghampiri pos pelempar, dan penonton bersorak! Seluruh beban
Turnamen Bisbol Dunia berada di pundak anak muda ini. Mampukah ia
menahan pukulan Mickey Mantle sang juara itu" Akan kita buktikan sebentar lagi! Kel er sudah menginjak gundukan sekarang... ia memandang base-base
yang terjaga ketat... menarik napas dalam-dalam, dan melakukan gerak
berputar, ini dia lemparannya... Mantle mengayunkan tongkatnya ke
belakang... memukul keras, dan meleset! Strike one!"
Penonton diam. Mantle bergerak ke depan sedikit, wajahnya muram,
tongkat pemukulnya siap untuk diayun. Howard Kel er mengamati para
pelari. Suasana sangat tegang, tapi ia nampak tenang dan mantap. Ia
menghadapi penangkap bola sekarang, menunggu aba-aba, dan berputar
untuk melempar lagi. "Itulah gerak putarnya dan lemparannya!" komentator itu berseru. "Bola lengkung Kel er yang terkenal itu.... Mantle mengayun tongkatnya dan
meleset lagi! Strike two! Kalau Kel er bisa mengalahkan The Mick, Chicago Cubs akan memenangkan Turnamen Bisbol Dunia ini! Kita sedang
menyaksikan David dan Goliath, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya! Kel er yang
masih muda ini baru setahun bermain di liga utama, tapi ia telah
menciptakan reputasi yang membuat banyak orang iri. Mickey Mantle adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sang Goliath... bisakah si anak bawang Kel er mengalahkan dia" Semuanya
ditentukan oleh lemparan berikutnya.
Kel er mengamati para pelari lagi.... Ini dia... Bola lengkung lagi..."
Mantle terloncat keluar saat bola itu melengkung tepat di atas pusat
landasan.... Strike three!" Komentator itu berteriak-teriak sekarang. "Mantle terperangah! Si raksasa Mantle meleset, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya!
Pemuda Howard Kel er baru saja mengalahkan Mickey Mantle! Permainan
usai "Turnamen Bisbol Dunia dimenangkan oleh Chicago Cubs! Para
penonton berdiri dan bersorak sorai dengan histeris!"
Di lapangan rekan-rekan seregu Howard Kel er menghambur kepadanya
dan mengangkatnya di atas bahu mereka dan membawanya berlari
melintasi.. "Howard, kau ini sedang apa?"
"Mengerjakan PR, Mom." Dengan perasaan bersalah, Howard Kel er yang berusia lima belas tahun itu mematikan televisi. Toh, pertandingan bisbol itu sudah hampir usai.
Bisbol merupakan obsesi dan alasan hidup Howard Kel er. Ia tahu bahwa
satu saat nanti ia pasti akan bermain di liga utama. Ketika berumur enam
tahun, ia sudah bertanding melawan anak-anak yang dua kali umurnya
dalam permainan stickbal , dan ketika berumur dua belas tahun, ia sudah
mulai melempar untuk suatu tim American Legion. Ketika Howard berumur
lima belas tahun, seorang pencari bakat untuk Chicago Cubs mendengar
tentang anak muda ini. "Belum pernah kulihat yang seperti dia," kata sang informan. "Anak itu punya bola lengkung yang luar biasa, sliding hebat, dan change-up yang sulit dipercaya!"
Pencari bakat itu bersikap skeptis pada mulanya sambil menggerutu, ia
berkata, "Baiklah. Akan kulihat anak itu."
Ia pergi menonton pertandingan American Legion berikutnya di mana
Howard Kel er ikut bermain, dan ia langsung jadi fanatik. Ia mencari anak itu setelah pertandingan usai. "Apa yang ingin kaulakukan dalam hidupmu, Nak?"
"Main bisbol," kata Kel er langsung.
"Aku senang mendengarnya. Kita akan menandatangani kontrak supaya
kau bisa main di liga minor kami."
Howard serasa tak sabar lagi ingin memberitahukan berita hebat ini
kepada orangtuanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keluarga Kel er adalah keluarga Katolik yang sangat dekat satu sama lain.
Mereka mengikuti misa setiap hari Minggu, dan mereka mewajibkan putranya
selalu pergi ke gereja. Howard Kel er, Sr., adalah seorang salesman mesin tik, dan ia banyak
berada di jalan. Kalau ia sedang berada di rumah, ia melewatkan waktu
sebanyak mungkin dengan putranya. Hubungan Howard dengan kedua
orangtuanya sangat dekat. Ibunya selalu berusaha selalu hadir pada setiap pertandingan bisbol di mana putranya ikut bermain. Howard memperoleh
sarung tangan dan seragamnya yang pertama ketika berumur enam tahun.
Howard adalah penggemar bisbol yang fanatik. Ingatannya seperti
ensiklopedi jika menyangkut data-data pertandingan bisbol yang dimainkan
bahkan sebrlum ia lahir. Semua lemparan"pukulan, berapa kali out, jumlah save dan shutout. Ia
menang bertaruh di sekolah karena ia bisa menyebutkan semua pelempar
pertama dari setiap pertandingan.
"Sembilan belas empat puluh sembilan."
"Itu gampang," kata Howard. "Newcombe, Roe, Hatten, dan Branca untuk Dodgers. Reynolds, Raschi, Byrne, dan Lopat untuk Yankees."
"Baiklah," salah satu rekan seregunya menantangnya. "Siapa yang main paling banyak secara berturut-turut di liga utama sepanjang sejarah?"
Penantangnya itu memegang Guinness Book of Records di tangannya.
Howard Kel er bahkan tidak butuh waktu untuk berpikir. "Lou Gehrig"dua ribu seratus tiga puluh."
"Siapa pemegang rekor tertinggi untuk shutout?"
"Walter Johnson"seratus tiga belas."
"Siapa yang paling banyak membuat home run sepanjang kariernya?"
"Babe Ruth"tujuh ratus empat belas."
Berita tentang pemain muda ini mulai menyebar, dan para pencari bakat
profesional datang untuk melihat bintang baru yang kini main untuk team
liga minor Chicago Cubs. Mereka terpana. Ketika Kel er berumur tujuh belas tahun, ia dihubungi oleh pencari bakat dari St. Louis Cardinals, Baltimore Orioles, dan New York Yankees.
Ayah Howard sangat bangga akan dia. "Ia mewarisi bakatku," katanya membual. "Aku dulu sudah main bisbol waktu masih sangat muda."
Selama musim panas waktu belajar di sekolah lanjutan atas, Howard Kel er
bekerja sebagai petugas administrasi yunior di sebuah bank milik salah satu sponsor regu bisbol American Legion.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Howard berpacaran serius dengan teman sekolahnya yang cantik bernama
Betty Quinlan. Sudah direncanakan bahwa setelah lulus universitas, mereka akan menikah. Howard sering berbicara tentang bisbol dengan Betty selama
berjam-jam, dan karena gadis itu mencintai Howard, ia menyimak dengan
sabar. Howard menyukai anekdot-anekdot tentang pemain-pemain bisbol
idolanya, dan setiap kali ia mendengar anekdot itu, ia langsung lari ke Betty untuk menceritakannya.
"Casey Stengel berkata, 'Rahasia manajemen adalah menjauhkan lima
orang yang membencimu dari lima orang yang tidak tahu harus bersikap
bagaimana.'" "Seseorang bertanya kepada Yogi Berra jam berapa, dan ia berkata,
'Maksud Anda sekarang ini?"
"Dan waktu seorang pemain pundaknya terkena bola yang sedang
dilempar, rekan seregunya berkata, 'Pundaknya tidak apa-apa cuma sedikit
sakit "dan sakit kan tidak apa-apa?"
Pemuda Kel er tahu bahwa tak lama lagi ia akan bergabung di jajaran
pemain besar. Tapi para dewa mempunyai rencana lain untuknya.
Hari Howard pulang dari sekolah bersama sahabatnya, Jesse, yang
bermain sebagai shortstopper di dalam timnya. Ada dua surat menantinya di rumah. Yang satu menawarkan beasiswa bisbol di princeton, dan satunya lagi beasiswa bisbol juga di Harvard.
"Wah, hebat nih!" kata Jesse. "Selamat!" Dan itu diucapkannya dengan setulusnya. Howard Kel er adalah idolanya.
"Yang mana yang akan kauambil?" ayah Howard bertanya.
"Apa perlu aku masuk universitas?" Howard bertanya dengan ragu. "Aku sudah bisa langsung masuk ke tim liga utama sekarang juga."
Ibunya berkata dengan tegas, "Masih banyak waktu untuk itu, Nak. Kau harus menyelesaikan pendidikan dulu. Jadi kalau nanti kau sudah tidak main bisbol lagi, kau akan bisa melakukan apa saja yang kau mau."
"Baiklah," kata Howard. "Harvard. Betty akan sekolah di Wel esley dan aku bisa dekat dengan dia."
Betty Quinlan sangat senang ketika Howard memberitahukan tentang
keputusannya itu. "Kita akan bisa bertemu setiap akhir pekan!" katanya.
Sahabatnya, Jesse, berkata, "Aku pasti akan merasa kehilangan kau."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hari sebelum Howard berangkat untuk belajar di universitas, ayahnya lari
dengan sekretaris dan salah satu pelanggannya.
Pemuda itu sangat heran. "Teganya ia berbuat begitu."
Ibunya sangat terpukul. "Ia... ia pasti sedang mengalami perubahan
dalam dirinya" Ia tergagap. "Ayah... ayahmu sangat mencintaiku. Ia... ia
pasti akan kembali. Kau lihat nanti...."
Hari berikutnya, ibu Howard menerima sepucuk surat dari seorang
pengacara yang menyatakan bahwa kliennya, Howard Kel er, Sr.,
menghendaki perceraian dan karena ia tidak mempunyai uang untuk
membayar tunjangan, ia bersedia memberikan rumah mereka yang kecil itu
kepada istrinya. Howard memeluk ibunya. "Jangan kuatir, Mom. Aku akan tinggal di sini dan menjagamu."
"Tidak. Aku tidak mau kau melepaskan studimu buat aku. Sejak kau lahir, ayahmu dan aku sudah merencanakan bahwa kau harus belajar di
universitas." Lalu, setelah beberapa saat, ia berkata perlahan, "Kita bicarakan esok pagi saja. Aku letih sekali."
Howard tak bisa tidur sepanjang malam, menimbang-nimbang pilihanpilihannya. Ia bisa ke Harvard dengan beasiswa itu atau menerima salah satu tawaran liga utama itu. Kedua-duanya mengharuskan dia meninggalkan
ibunya sendiri. Sulit baginya membuat keputusan seperti itu.
Ketika ibunya tidak muncul untuk sarapan pagi keesokan paginya, Howard
pergi menengoknya di kamarnya. Ia sedang duduk tegak di tempat tidur
dengan tidak bergerak, wajahnya berpaling ke satu sisi. Ia mengalami stroke.
Karena tidak mempunyai uang untuk membayar biaya rumah sakit dan
dokter, Howard kembali bekerja di bank ful -time. Ia selesai kerja jam empat sore, dan setiap sore ia bergegas pulang untuk merawat
Stroke yang dialami ibunya ringan, dan dokter meyakinkan Howard bahwa
ibunya akan sembuh secara berangsur-angsur. "Ia mengalami guncangan
batin yang berat, tapi ia akan pulih kembali."
Howard masih terus menerima telepon-telepon dari para pencari bakat dari
liga-liga utama, tapi ia tahu bahwa ia tidak mungkin bisa meninggalkan
ibunya. Aku akan pergi kalau Ibu sudah sembuh, katanya pada diri sendiri.
Rekening pengobatan semakin membengkak.
Pada mulanya ia masih menelepon Betty Quinland sekali seminggu, tapi
setelah beberapa bulan ia semakin jarang berbicara dengan Betty.
Ibu Howard tak kunjung sembuh dari sakitnya. Howard berbicara kepada
dokter. "Kapan ia akan sembuh sepenuhnya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dalam kasus seperti ini, sulit untuk ditentukan, Nak. Ia bisa saja terus begini selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Maaf, saya tidak bisa mengatakan dengan pasti."
Satu tahun berakhir dan tahun selanjutnya datang, dan Howard masih juga
tinggal dengan ibunya dan bekerja di bank. Suatu hari ia menerima surat dari Betty Quinlan yang menyatakan bahwa ia telah jatuh cinta kepada orang lain dan mengharapkan bahwa ibunya lekas sembuh. Telepon dari para pencari
bakat juga semakin jarang dan akhirnya berhenti sama sekali. Hidup Howard sekarang hanya terpusat pada merawat ibunya. Ia pergi berbelanja dan
memasak dan melanjutkan kerjanya di bank. la tidak lagi memikirkan bisbol.
Untuk bertahan hidup setiap hari saja sudah sulit baginya.
Ketika ibunya akhirnya meninggal empat tahun kemudian, Howard Kel er
sudah tidak tertarik lagi pada bisbol. Ia sekarang seorang bankir.
Peluangnya untuk menjadi terkenal sudah lenyap.
Bab Sembilan Howard kel er dan Lara sedang makan malam bersama.
"Bagaimana kita akan mulai?" tanya Lara.
"Pertama-tama, kita akan mencarikan untukmu tim terbaik yang ada. Kita akan mulai dengan pengacara khusus real estate untuk merancang kontrak
dengan Diamond bersaudara. Setelah itu kita akan mencari arsitek top
untukmu. Aku sudah punya calon. Setelah itu, kita akan memakai jasa
perusahaan konstruksi kelas satu. Aku sudah menghitung-hitung. Soft cost
proyek ini sekitar tiga ratus ribu dolar per kamar. Total biaya renovasi hotel ini sekitar tujuh juta dolar. Kalau kita merencanakannya dengan benar, kita bisa untung."
Nama arsiteknya Ted Tuttle, dan ketika ia mendengar rencana Lara, ia
menyeringai dan berkata, "Anda hebat. Sudah lama saya menunggu orang
yang punya gagasan seperti ini."
Sepuluh hari kerja sejak saat itu, Ted menyerahkan gambarnya. Gambar
itu seluruhnya tepat dengan yang diangankan Lara.
"Tadinya hotel ini mempunyai seratus dua puluh lima kamar," kata arsitek itu. "Seperti yang Anda lihat di sini, saya telah memperkecil jumlahnya menjadi tujuh puluh lima kunci, seperti yang minta."
Dalam gambar itu nampak lima puluh suite dan dua puluh lima kamar
deluxe. "Sempurna," kata Lara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara menunjukkan gambar rencana itu kepada Howard Kel er. Ia juga
menunjukkan antusiasme yang sama.
"Mari kita kerja sekarang. Aku sudah mengatur pertemuan dengan seorang kontraktor. Namanya Steve Rice."
Steve Rice adalah salah satu kontraktor top di Chicago. Lara langsung
menyukainya. Steve orangnya tidak suka berbasa-basi, serius, dan selalu
berbicara dengan fakta. Lara berkata, "Saya mendengar dari Howard Kel er bahwa Anda yang


Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terbaik." "Dia benar," kata Rice. "Motto kami adalah 'Kami membangun untuk generasi penerus.'"
"Itu motto yang bagus."
Rice menyeringai "Itu sebenarnya bohong."
Langkah pertama adalah menjabarkan setiap unsur menjadi serangkaian
gambar. Gambar-gambar kemudian dikirimkan ke para subkontraktor terkait:
pembuat kerangka baja, penyusun bata, perusahaan kusen, anemer listrik.
Totalnya, ada enam puluh sub kontraktor yang terlibat.
Pada hari kontrak escrow itu ditandatangani, Howard Kel er meliburkan diri untuk merayakannya bersama Lara.
"Apakah bank tidak keberatan kau meninggalkan kantor sore ini?" tanya Lara.
"Tidak," Kel er berdusta. "Ini masih termasuk dinas."
Kenyataannya adalah bahwa ia sangat menikmati ini lebih daripada apa
saja selama bertahun-tahun. Ia senang berada di dekat Lara. Ia senang
berbicara dengannya, memandangnya. Ia bertanya dalam hati bagaimana
pendapat Lara tentang pernikahan.
Lara berkata, "Pagi ini kubaca mereka sudah hampir selesai membangun Sears Tower. Seratus sepuluh lantai"gedung yang tertinggi di dunia."
"Benar," kata Kel er.
Lara berkata dengan serius, "Satu hari nanti aku akan membangun yang lebih tinggi, Howard."
Howard percaya itu. Mereka sedang lunch dengan Steve Rice di Whitehal . "Katakan padaku
selanjutnya apa," Lara meminta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wel ," kata Rice, "pertama kita akan membersihkan interiornya.
Marmernya kita pertahankan. Kita copot semua jendelanya dan kita
keluarkan isi kamar-kamar mandinya. Kita singkirkan semua jaringan listrik yang ada untuk memasang instalasi baru dan kita perbarui semua saluran
airnya. Kalau perusahaan demolition itu sudah selesai dengan tugasnya, kami sudah bisa mulai membangun hotel Anda."
"Berapa orang yang akan mengerjakannya?"
Rice tertawa. "Sebatalion, Miss Cameron. Akan ada tim pembuat jendela, pembuat kamar mandi, pembuat koridor. Tim-tim ini akan mengerjakan lantai per lantai, biasanya mulai dari lantai teratas terus menuju ke bawah. Hotel ini direncanakan mempunyai dua restoran, dan ada room service-nya."
"Berapa lama diperlukan untuk menyelesaikan seluruhnya?"
"Perkiraan saya "lengkap dengan aksesori dan perabotannya" delapan
belas bulan." "Saya akan memberi Anda bonus kalau bisa selesai dalam setahun," kata Lara. "Bagus. Congressional akan.."
"Namanya saya ganti. Hotel itu akan disebut Cameron Palace." Lara tergetar ketika mengucapkan kata-kata itu. Terasa seperti sesuatu yang
sensual. Namanya akan terpampang di atas untuk dilihat seluruh dunia.
Pada jam enam pagi di bulan September saat hujan turun rintik-rintik,
rekonstruksi hotel itu dimulai. Lara berada di lokasi menyaksikan dengan
penuh rasa ingin tahu saat para pekerja memasuki lobby dan mulai
mengobrak-abrik hotel itu.
Di luar dugaan Lara, Howard Kel er muncul "Kau bangun pagi benar," kata Lara
"Aku tak bisa tidur," Kel er menyeringai. "Perasaanku mengatakan ini adalah awal sesuatu yang besar."
Dua belas bulan kemudian, Cameron Palace dibuka dan mendapat ulasan
hangat di semua media massa.
Seorang kritikus arsitektur untuk Chicago Tribune menulis, "Chicago
akhirnya memiliki hotel yang sanggup membuktikan mottonya 'Rumah Anda
tatkala berada jauh dari rumah!' Lara Cameron adalah seorang yang perlu
diwaspadai...." Di akhir bulan pertama hotel itu sudah penuh dan mempunyai daftar
tunggu yang panjang. Howard Kel er sangat antusias. "Dengan tingkat hunian seperti sekarang ini," katanya, "hotel ini akan terbayar lunas dalam dua belas tahun. Itu bagus sekali. Kita..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurang bagus," kata Lara. "Aku akan menaikkan tarifnya." Ia melihat ekspresi wajah Kel er. "Jangan kuatir. Mereka akan mau membayar itu. Apa ada tempat lain yang menyediakan dua perapian, satu sauna, dan grand
piano?" Dua minggu setelah Cameron Palace dibuka, Lara mengadakan pertemuan
dengan Bob Vance dan Howard Kel er.
"Aku menemukan satu lagi lokasi bagus untuk hotel," kata Lara. "Akan jadi seperti Palace, hanya lebih besar dan lebih bagus"
Lokasinya memang sempurna, tapi ada sedikit masalah.
"Anda terlambat," kata brokernya kepada Lara "Seorang developer bernama Steve Murchison kemari pagi ini. dan ia mengajukan tawaran. Ia
ingin membelinya." "Berapa tawarannya?"
"Tiga juta." "Kubayar empat. Siapkan surat-suratnya."
Broker itu hanya sekali saja mengejapkan matanya. "Baik."
Lara menerima telepon sore hari berikutnya.
"Lara Cameron?"
"Ya." "Ini Steve Murchison. Kali ini aku mengalah, bitch, karena kurasa kau belum sadar berhadapan dengan siapa. Tapi setelah ini jangan pernah lagi
menghalangi langkahku"kau bisa sakit nanti." Dan telepon ditutup.
Saat itu tahun 1974, dan kejadian-kejadian penting mewarnai pentas
kehidupan dunia. Presiden Nixon baru saja meletakkan jabatan untuk
menghindari peradilan, dan Gerald Ford melangkah masuk ke Gedung Putih.
OPEC mengakhiri embargo minyaknya, dan Isabel Peron diangkat menjadi
presiden Argentina. Dan di Chicago, Lara mengawali konstruksi hotelnya
yang kedua, Chicago Cameron Plaza. Hotel itu selesai dibangun delapan belas bulan kemudian, dan meraih sukses yang lebih besar daripada Cameron
Palace. Setelah itu Lara seakan tak terbendung lagi. Seperti yang kemudian ditulis oleh majalah Forbes, "Lara Cameron adalah sebuah tanda zaman.
Inovasi-inovasinya telah mengubah konsep perhotelan. Miss Cameron telah
menerobos dominasi kaum pria di bidang real estate dan membuktikan
bahwa wanita bisa mengalahkan mereka semua."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara menerima telepon dari Charles Cohn. "Selamat," katanya. "Aku bangga akan dirimu. Aku belum pernah punya anak asuh sebelum ini."
"Aku belum pernah punya mentor sebelumnya. Tanpa kau, semua ini tak
mungkin terjadi." "Kau pasti bisa saja menemukan jalannya," kata Cohn.
Di tahun 1975 film berjudul Jaws melanda seluruh negeri, dan orang jadi
takut bermain di laut. Populasi dunia melewati angka empat miliar, dikurangi satu"yaitu dengan lenyapnya Presiden Persatuan Pengemudi Truk James
Foffa. Ketika Lara mendengar tentang angka empat miliar itu, ia berkata
kepada Kel er, "Apa bisa kauperkirakan berapa banyak permukiman yang diperlukan untuk menampungnya?"
Kel er tidak yakin apakah Lara hanya bercanda saja.
Tiga tahun kemudian, dua bangunan apartemen dan sebuah condominium
selesai dibangun, "aku ingin membangun bangunan perkantoran setelah ini,"
kata Lara kepada Kel er, "tepat di jantung kawasan Loop."
"Ada kavling bagus yang baru saja muncul di pasar," kata Kel er. "Kalau kau menyukainya, kami akan menyandang dananya."
Sore itu mereka berdua pergi meninjau lokasi itu. Ternyata letaknya di tepi pantai di kawasan elite.
"Berapa perkiraan dananya?" tanya Lara.
"Aku telah membuat kalkulasi. Seluruhnya sekitar seratus dua puluh juta dolar."
Lara menelan ludah. "Ngeri aku."
"Lara, di bisnis real estate nama permainannya adalah 'meminjam'."
Other people's money, pikir Lara. Itu yang dikatakan Bil Rogers di rumah kos dulu. Semuanya itu nampak sudah lama benar, dan sudah banyak sekali
yang terjadi sejak itu. Dan ini hanyalah permulaannya saja, pikir Lara Hanya permulaannya saja.
"Ada developer yang mendirikan bangunan tanpa modal sama sekali."
"Oh, terus?" "Idenya yaitu menyewakan atau menjual kembali gedungnya untuk
mendapatkan cukup uang untuk melunasi utang, dan masih ada sisa uang
untuk membeli lagi properti selanjutnya, dan meminjam lebih banyak uang
untuk membeli properti selanjutnya. Seperti piramide yang terbalik"piramide real estate"yang bisa dibangun dengan investasi tunai pertama yang sangat kecil."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku mengerti," kata Lara.
"Tentu saja kau harus hati-hati. Piramide itu dibangun di atas kertas"
surat-surat hipotek itu. Kalau ada yang keliru, kalau laba suatu investasi tidak cukup untuk menutup utang berikutnya, piramide itu akan runtuh dan
menguburmu hidup-hidup."
"Baik. Bagaimana bisa kuperoleh properti di tepi pantai itu?"
"Kami akan membentuk joint venture untukmu. Aku akan berbicara dengan Vance mengenai ini. Kalau sekiranya ini terlalu besar untuk ditangani bank kami, kami akan menghubungi perusahaan asuransi atau lembaga simpan-pinjam. Kau akan mengambil pinjaman hipotek sebesar lima puluh juta dolar.
Kau akan mendapatkan tarif kupon hipotek mereka"yaitu lima juta, sepuluh
persen, ditambah amortisasi untuk hipoteknya"dan mereka akan menjadi
partnermu. Mereka akan memungut sepuluh persen dari penghasilanmu, tapi
propertimu itu akan mendapat pendanaan penuh. Investasi tunaimu akan
terbayar balik dan nilai penyusutan bisa kaunikmati seratus persen, karena lembaga keuangan tidak mau tahu dengan faktor kerugian seperti itu."
Lara menyimak, menyerap setiap kata.
"Kau mengerti sampai di sini?"
"Aku mengerti."
"Dalam waktu lima atau enam tahun, setelah gedung itu disewakan,
kaujual. Kalau properti itu laku tujuh puluh lima juta, setelah hipoteknya kau lunasi, kau akan untung dua belas setengah juta dolar. Di samping itu, kau akan memperoleh penghasilan tidak kena pajak, yaitu rangkaian penyusutan
sebesar delapan juta yang bisa kaupakai untuk mengurangi pajak pada
penghasilanmu yang lain. Semua ini berasal dari investasi yang hanya
sepuluh juta." "Sungguh fantastis!" kata Lara. Kel er menyeringai.
"Pemerintah menginginkan kau mencetak uang."
"Bagaimana kalau kau juga mencetak uang, Howard" Dalam jumlah
besar?" "Maaf?" "Aku ingin kau bekerja di tempatku."
Kel er langsung terdiam, la tahu ia sedang menghadapi salah satu
keputusan terpenting dalam hidupnya, dan itu tidak ada hubungannya
dengan uang. Itu menyangkut Lara. Ia telah jatuh cinta kepadanya. Pernah
satu saat ia mencoba menyatakan cintanya kepada Lara. Semalaman ia
berlatih mengucapkan lamarannya untuk menikahi Lara, dan keesokan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harinya ia menghampiri Lara dan berkata dengan gagap, "Lara, aku
mencintaimu" Dan sebelum ia sempat mengatakan apa-apa lagi. Lara mencium pipinya
dan berkala, "Aku juga mencintaimu, Howard. Tolong periksa jadwal produksi yang baru ini."
Dan sejak itu ia tidak pernah berani mencoba lagi.
Sekarang Lara memintanya untuk menjadi mitra dagangnya. Itu berarti ia
akan bisa bekerja dekat dengannya setiap hari, tapi tak bisa menyentuhnya, tak bisa...
"Kau percaya padaku, Howard?"
"Aku gila kalau tidak mempercayaimu, kan?"
"Kubayar kau dua kali jumlah yang kauterima sekarang, ditambah lima
persen dari total nilai perusahaan."
"Bisakah aku... bisakah aku memikirkannya dulu?"
"Sebenarnya tak ada yang perlu dipikirkan, bukan?"
Ia mengambil keputusan. "Kurasa tidak... partner."
Lara langsung memeluknya. "Bagus sekali! Kau dan aku akan membangun
gedung-gedung yang indah. Begitu banyak gedung jelek di sekitar sini. Tidak ada tempat untuk gedung seperti itu. Setiap gedung harus merupakan
penghormatan bagi kota ini."
Kel er meletakkan tangannya di lengan Lara. "Jangan pernah berubah,
Lara." Lara menatapnya dengan tegar. "Tidak akan." '
Bab Sepuluh Penghujung dekade 1970-an merupakan tahun tahun pertumbuhan dan
perubahan dan gejolak. Di tahun 1976 Israel dipuji dunia karena suksesnya di Entebbe, dan Mao Zedong wafat, dan James Earl Carter, Jr. dipilih menjadi presiden Amerika Serikat.
Lara membangun lagi sebuah gedung perkantoran.
Di tahun 1977 Charlie Chaplin meninggal, dan Elvis Presley menghilang
dari peredaran. Lara membangun kompleks pertokoan terbesar di Chicago.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di tahun 1978, Pendeta Jim Jones bersama 911 pengikutnya melakukan
bunuh diri massal di Guyana. Amerika Serikat mengakui eksistensi Cina
Komunis, dan perjanjian mengenai Terusan Panama ditandatangani.
Lara membangun serangkaian condominium bertingkat banyak di Rogers
Park. Di tahun 1979, Israel dan Mesir menandatangani perjanjian perdamaian di
Camp David, ada musibah nuklir di Three-Mile Island, dan sebagian rakyat
Iran menduduki Kedutaan Amerika di Iran.
Lara membangun sebuah gedung pencakar langit, sebuah tempat rekreasi
mewah, dan sebuah Country club di Deerfield, sebelah utara Chicago.
Lara jarang pergi keluar untuk bersantai, dan kalau keluar biasanya ia
pergi ke klub yang menyajikan musik jazz. Ia senang pergi ke Andy's, sebuah klub tempat artis-artis jazz top mengadakan pertunjukan. Ia menonton Von
Freeman, pemain saxofon termasyhur itu, dan Eric Schneider, dan pemain
seruling Anthony Braxton, dan pemain piano Art Hodes.
Lara tidak punya waktu untuk merasa kesepian. Ia melewatkan hariharinya bersama keluarganya: para arsitek dan kru konstruksi, para tukang kayu, tukang listrik, tim survai, dan tukang air. Ia terobsesi oleh gedung-gedung yang sedang dibangunnya. Panggungnya adalah Chicago, dan ia
adalah bintangnya. Kehidupan kariernya melaju lebih cepat dari mimpi-mimpinya yang paling
hebat, tapi ia tidak mempunyai kehidupan pribadi. Pengalamannya dengan
Sean MacAl ister telah menyebabkan dia membenci hubungan seksual, dan ia
tidak pernah bertemu dengan seseorang yang membuatnya tertarik lebih dari satu atau dua hari. Di sudut angannya Lara sering menangkap suatu citra
yang sulit dipahami, seseorang yang pernah dijumpainya dan yang ingin
dijumpainya lagi. Tapi ia tidak pernah berhasil melihatnya dengan jelas.
Terkadang ia melihat citra itu sekejap, kemudian lenyap lagi. Banyak pria yang berminat terhadapnya. Mulai dari eksekutif perusahaan sampai
pengusaha minyak dan sastrawan, dan bahkan beberapa karyawannya juga.
Lara bersikap ramah terhadap mereka semua tapi tak pernah membolehkan
hubungan itu berlanjut sampai lebih dari jabat tangan hangat di depan pintu apartemennya. Tapi kemudian Lara mendapati dirinya tertarik pada Pete
Ryan, supervisor kepala pada salah satu proyek gedungnya. Seorang pemuda
tampan berperawakan kekar dengan logat Irlandia yang kental serta senyum
vang selalu mengembang, dan Lara semakin lama semakin sering
mengunjungi lokasi di tempat Ryan bekerja. Mereka membicarakan masalahmasalah konstruksi, tapi di lubuk hati mereka tahu bahwa sebenarnya
mereka sedang membicarakan sesuatu yang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa kau mau dinner denganku" tanya Ryan. Kata "dinner" itu diucapkan
dengan tertahan. Lara merasa seakan jantungnya terlompat sedikit. "Ya"
Ryan menjemput Lara di apartemennya, tapi mereka akhirnya tidak jadi
makan. "Ya tuhan, tubuhmu sungguh indah" kata Ryan. Lengan-lengannya
yang kuat memeluk Lara. Lara sudah siap menerima Ryan. Foreplay nya sudah berlangsung
berbulan-bulan. Ryan memondong dan membawanya ke tempat tidur.
Mereka lalu menanggalkan pakaian mereka bersama-sama dengan cepat,
dengan tak sabar. Tubuh Ryan keras dan liat dan Lara membayangkan MacAl ister yang
gembrot dan berat. Sesaat kemudian Lara sudah berada di tempat tidur dan
Ryan berada di atas tubuhnya, tangan dan lidahnya menjelajahi seluruh
tubuhnya, dan Lara berteriak keras merasakan nikmat yang menggetarkan
seluruh inderanya. Ketika tenaga mereka sudah sama terkuras, mereka terbaring di situ
dengan saling berpelukan. "Ya Tuhan," kata Ryan perlahan, "kau sungguh sebuah keajaiban."
"Kau juga," Lara berbisik.
Ia tidak ingat kapan ia pernah merasa sebahagia itu. Ryan adalah segala
yang diangankannya. Ia cerdas dan hangat, dan mereka bisa saling mengerti, mereka berbicara dalam bahasa yang sama.
Ryan menekan lengan Lara. "Aku kelaparan."
"Aku juga. Akan kubuat sandwich untuk kita berdua."
"Besok malam," Ryan berjanji, "aku akan membawamu untuk menikmati dinner beneran."
Lara memeluknya erat-erat. "Setuju sekali."
Keesokan paginya lara mengunjungi Ryan di lokasi proyek, la bisa melihat
Ryan sedang berada di atas kerangka baja jauh di atas sana, memberi
instruksi kepada anak buahnya.
Ketika Lara berjalan menghampiri lift proyek, salah satu pekerja
menyeringai kepadanya. "Pagi, Miss Cameron " Nada suaranya terasa ganjil.
Seorang pekerja lain melewatinya dan menyeringai. "Pagi, Miss Cameron."
Dua pekerja lain lagi meliriknya. "Pagi, Bos."
Lara melihat ke sekelilingnya. Pekerja-pekerja lain juga sedang
menatapnya, semuanya menyandang senyum aneh. Wajah Lara jadi merah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
la melangkah ke lift proyek itu dan naik ke atas ke tingkat tempat Ryan
berada. Ketika ia melangkah keluar, Ryan melihatnya dan tersenyum.
"Pagi, sweetheart," kata Ryan. "Dinner-nya jam berapa nanti?"
"Kau akan mati kelaparan dulu sebelumnya," kata Lara berapi-api. "Kau dipecat."
Setiap gedung yang dibangun Lara adalah sebuah tantangan. Ia
mendirikan gedung-gedung perkantoran kecil dengan kapasitas lantai lima
ribu kaki persegi, gedung-gedung perkantoran besar, dan hotel-hotel. Tapi apa pun jenis gedungnya, yang terpenting bagi Lara adalah lokasinya.
Ternyata Bil Rogers dulu benar sekali. Lokasi, lokasi, lokasi.
Kerajaan bisnis Lara terus bertumbuh. Ia mulai mendapat perhatian dari
para perintis kota itu dan dari pers dan masyarakat. Ia seorang tokoh penuh glamor, dan setiap kali ia hadir pada acara sosial atau di opera atau di
museum, para fotografer selalu ingin mengambil gambarnya. Ia mulai
semakin sering muncul di media massa. Semua gedungnya sukses besar dan
ia masih belum puas. Seakan-akan ada sesuatu yang hebat yang masih
ditunggunya, sebuah pintu yang akan terbuka untuknya, suatu keajaiban
yang akan menyentuhnya. Kel er bingung. "Apa yang kaumaui, Lara?".
"Aku mau lebih."
Cuma itu jawaban yang diperoleh Kel er.


Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suatu hari, Lara berkata kepada Kel er, "Howard, kau tahu berapa uang yang kita bayarkan kepada para penjaga gedung dan jasa pelayanan cucian
dan jasa pembersih jendela setiap bulannya?"
"Itu semua dipasok oleh wilayah yang bersangkutan," kata Kel er.
"Kalau begitu, akan kita beli wilayah itu."
"Apa maksudmu?"
"Kita akan mendirikan anak perusahaan. Kita akan memasok jasa-jasa itu kepada perusahaan kita sendiri dan untuk perusahaan konstruksi yang lain."
Gagasan itu langsung saja sukses besar sejak pertama dilaksanakan.
Keuntungan terus mengucur dengan deras.
Kel er merasa bahwa Lara selama ini membangun tembok yang tinggi di
sekitar dirinya. Dibandingkan dengan orang lain, hubungan Kel er adalah
yang paling dekat, tapi toh Lara tidak pernah mengungkapkan tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluarganya atau masa lalunya. Seakan Lara begitu saja menjelma dari suatu negeri antah heranlah yang penuh misteri.
Pada mulanya Kel er adalah pembimbing Lara, mengajar serta
mengarahkannya, tapi kini ia sudah bisa membuat keputusan-keputusan
sendiri. Sang murid telah melampaui kepandaian sang guru.
Lara tidak pernah membiarkan apa pun menghadang langkahnya. Ia telah
menjadi semacam kekuatan yang tidak bisa dibendung. Ia seorang
perfeksionis. Ia tahu persis apa yang dimauinya dan bertekad keras untuk
memperolehnya. Pada mulanya ada di antara pekerjanya yang mencoba main-main dengan
dia. Mereka belum pernah bekerja untuk seorang wanita sebelumnya dan itu
sangat mengasyikkan bagi mereka. Ternyata mereka salah duga. Setiap kali
Lara menangkap basah seorang mandor yang mencoba main kayu"
meloloskan suatu tahap pekerjaan yang belum tuntas dilaksanakan"ia akan
memanggil orang itu di hadapan anak buahnya dan langsung memecatnya.
Lara hadir di lokasi proyek setiap pagi. Kru bangunan tiba di lokasi pada jam enam pagi dan mendapati Lara sudah di sana menunggu mereka. Mereka
mencoba melecehkan kenyataan bahwa bos mereka hanyalah seorang
wanita. Mereka menunggu sampai Lara agak jauh, kemudian membuat
lelucon-lelucon yang mencemoohkan Lara.
"Pernah dengar cerita tentang kucing betina di peternakan". Ia jatuh cinta kepada ayam jantan dan..."
"Dan gadis kecil itu berkata, 'Apakah kita bisa hamil kalau tertelan benih pria"' Dan mamanya menjawab, "Tidak. Benih itu akan tumbuh jadi berlian, Nak..."
Kemudian mereka membuat isyarat-isyarat rahasia dengan tangan.
Terkadang salah seorang pekerja berjalan melewati Lara dan dengan "tidak sengaja" menyentuh payudara Lara atau menyerempet pantatnya.
"Uuups, maaf." "Tidak apa-apa," kata Lara. "Ambil cekmu dan keluar dari tempat ini."
Sikap mereka yang melecehkan ini lama-kelamaan berubah menjadi rasa
hormat. Suatu hari, saat Lara sedang melaju dengan mobil bersama Howard Kel er
melewati Kedzie Avenue, ia melihat sebuah blok yang dipadati toko-toko
kecil. Ia menghentikan mobilnya.
"Blok ini terbuang percuma," kata Lara. "Seharusnya ada gedung bertingkat di sini. Toko-toko ini kurang menghasilkan laba."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yeah, tapi masalahnya, kau harus bisa membujuk setiap pemilik toko
untuk mau menjual milik mereka," kata Kel er. "Mungkin ada yang tidak mau."
"Kita bisa membayar harga yang mereka minta," Lara menegaskan.
"Lara, kalau ada satu saja penghuni yang menolak untuk menjual, kita bisa payah. Kita sudah telanjur membayar mahal untuk toko-toko kecil yang tidak kita minati dan kita tidak bisa membangun gedung kita. Dan kalau para
penghuni itu sampai tahu akan ada gedung bertingkat di situ, mereka akan
memeras kita." "Tak akan kita biarkan mereka sampai tahu", kata Lara. Ia mulai semakin terpikat. "Kita akan menyuruh orang yang berbeda-beda untuk mendatangi para pemilik toko itu."
"Aku sudah pernah mengalami ini," Kel er memperingatkan. "Kalau sampai bocor, mereka akan memeras kita habis-habisan."
"Kalau begitu kita harus hati-hati. Coba kita hitung pendanaannya dulu."
Blok di Kedzie Avenue itu terdiri atas lebih dari selusin toko kecil. Ada satu bakery, toko besi, barbershop, toko busana, toko daging, tailor, apotek, toko alat-alat tulis, coffee shop, dan berbagai jenis usaha lain.
"Jangan lupa risikonya," Kel er mengingatkan Lara. "Kalau ada satu saja yang membangkang, kau akan kehilangan seluruh modal yang kau anam
untuk membeli toko-toko itu."
"Jangan kuatir," kata Lara. "Aku akan menanganinya."
Seminggu kemudian seorang yang tak dikenal masuk ke barbershop
berkapasitas dua orang itu. Barber-nya sedang membaca majalah. Ketika
pintu terbuka, ia mendongak dan mengangguk. "Bisa saya bantu" Potong rambut?"
Orang itu tersenyum. "Tidak," katanya. "Saya baru saja datang di kota ini.
Saya punya barbershop di New Jersey, tapi istri saya ingin pindah ke sini supaya dekat dengan ibunya. Saya sedang mencari barbershop yang akan
saya beli." "Ini adalah barbershop satu-satunya di kawasan ini," kata barber itu. "Tapi ini tidak dijual."
Orang tak dikenal itu tersenyum. "Kalau boleh saya katakan, sebenarnya tidak ada barang yang tidak dijual, bukan" Kalau harganya cocok, tentu saja.
Berapa nilai shop ini"sekitar lima puluh, enam puluh ribu dolar?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekitar itu," barber itu mengakui.
"Saya benar-benar ingin sekali membuka usaha lagi. Begini. Saya akan membayar tujuh puluh lima ribu dolar untuk tempat ini."
"Tidak, saya tidak bermaksud menjualnya."
"Seratus." "Sungguh, Tuan, saya tidak..."
"Dan Anda boleh membawa semua peralatan Anda."
"Bolehkah saya minta waktu dulu" Saya harus berunding dengan istri
saya." "Tentu. Saya akan mampir lagi besok."
Dua hari kemudian barbershop itu berhasil dibeli.
"Satu sudah jatuh," kata Lara.
Berikutnya adalah bakery, toko roti kecil milik sepasang suami-istri. Oven-oven di ruang belakang memenuhi udara toko itu dengan aroma roti segar.
Seorang wanita sedang berbicara kepada salah satu pemilik.
"Suami saya meninggal dan saya mewarisi uang asuransinya. Kami
mempunyai sebuah bakery di Florida. Sudah lama saya mencari tempat
seperti ini. Saya ingin membelinya."
"Kami hidup tenteram dengan usaha ini" kata pemilik itu. "Istri saya dan saya tidak pernah bermaksud menjualnya."
"Seandainya saja Anda mau menjualnya, berap harga yang Anda minta?"
Pemilik itu mengangkat bahu. "Saya tidak tahu."
"Menurut Anda apakah nilainya sekitar enam puluh ribu dolar?"
"Oh, paling sedikit tujuh puluh lima," kata pemiliknya.
"Begini," kata wanita itu. "Saya berani membayar seratus ribu dolar untuk ini."
Pemilik itu menatapnya. "Anda serius?"
"Belum pernah saya seserius ini dalam hidup saya."
Keesokan paginya Lara berkata, "Jadi sudah dua yang jatuh."
Upaya pembelian toko-toko yang lain berjalan sama lancarnya. Mereka
menggunakan selusin pria dan wanita yang mengunjungi toko-toko itu
dengan menyamar sebagai penjahit, pengusaha bakery, ahli farmasi, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengusaha daging. Selama jangka waktu enam bulan berikutnya Lara
berhasil membeli toko-toko itu, kemudian menggaji orang-orang untuk
menjalankan berbagai usaha itu. Sementara itu para arsitek sudah mulai
membuat rancangan konstruksi untuk gedung bertingkat banyak yang akan
dibangunnya. Lara sedang mempelajari laporan-laporan terakhir. "Nampaknya sudah
beres semuanya," katanya kepada Kel er.
"Nampaknya kita punya masalah."
"Mengapa". Cuma tinggal satu yang belum" coffee shop itu."
"Justru itulah masalahnya. Dia menyewa tempat itu untuk jangka waktu lima tahun, tapi dia tidak mau melepaskan sewanya itu."
"Beri dia lebih banyak uang..."
"Dia bilang tidak akan melepaskannya meski ditawari berapa pun."
Lara sedang menatapnya. "Apa dia tahu bahwa akan dibangun gedung
bertingkat?" "Tidak." "Baik. Nanti aku yang bicara dengan dia. Jangan kuatir, dia akan keluar dari sana. Cari tahu siapa yang memiliki tempat yang disewanya itu."
Keesokan paginya Lara mengunjungi lokasi itu. Haley's Coffee Shop
terletak di paling ujung dari sudut barat laut blok itu. Shop itu kecil, dengan enam bangku tinggi mengitari counter-nya dan empat bilik. Seorang pria
yang diduga Lara adalah pemiliknya nampak di balik counter. Umurnya
sekitar hampir tujuh puluh.
Lara duduk di dalam salah satu bilik.
"Pagi," kata pria itu dengan ramah.
"Anda pesan apa?"
"Orange juice dan kopi saja".
"Baik." Lara menyaksikan dia memeras orange juice segar.
"Waitress saya tidak masuk hari ini. Sulit mencari pegawai yang baik zaman sekarang ini." ia menuangkan kopinya dan muncul dari balik counter.
Ia berada di atas kursi roda. Nampak bahwa ia tidak mempunyai kaki.
Lara menyaksikan dengan berdiam diri ketika ia membawa masuk kopi dan
orange juice itu ke meja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih," kata Lara. Ia melihat ke sekelilingnya. "Tempat Anda ini enak sekali."
"Yap. Saya suka tempat ini."
"Berapa lama Anda sudah menempatinya?"
"Sepuluh tahun."
"Anda pernah memikirkan untuk pensiun?"
Ia menggelengkan kepalanya. "Anda orang kedua yang bertanya begitu
kepada saya minggu ini. Tidak, saya tidak akan pernah pensiun."
"Barangkali mereka tidak menawarkan cukup banyak uang," Lara
mengomentari. "Ini tidak ada hubungannya dengan uang, Nona. Sebelum saya datang ke sini, dua tahun saya mendekam di rumah sakit veteran. Tidak ada teman.
Tidak ada tujuan hidup. Lalu seseorang menganjurkan kepada saya untuk
menyewa tempat ini." Ia tersenyum. "Ini mengubah seluruh kehidupan saya.
semua yang tinggal di sekitar sini sering mampir. Mereka semua menjadi
teman Saya, hampir seperti keluarga sendiri, Saya jadi merasa punya alasan untuk hidup". Ia mengalengkan kepalanya. "Tidak. Uang tidak ada
hubungannya dengan ini. Boleh saya tambah kopi Anda?"
Lara sedang berapat dengan Howard Kel er dan arsiteknya.
Kel er berkata, "Kita bahkan tidak perlu mengambil alih sewanya. Aku baru saja bicara dengan pemilik tempat itu. Ada pasal yang memuat sanksi apabila coffee shop itu gagal menghasilkan jumlah tertentu setiap bulannya. Selama beberapa bulan terakhir ini Haley berada di bawah jumlah itu, jadi kita bisa saja mengeluarkan dia dari situ."
Lara menoleh kepada arsiteknya. "Aku punya pertanyaan."
Lara melihat ke bawah ke gambar rancangan yang terpampang di atas
meja dan menunjuk ke sudut barat daya gambar itu. "Bagaimana kalau kita bangun sebuah cekungan di sini, mengurangi sedikit bagian ini dan
membiarkan coffee shop itu tetap di sana" Apakah gedung ini akan tetap bisa dibangun?"
Arsitek itu mempelajari rancangan itu. "Saya rasa bisa. Saya bisa
memiringkan sisi bangunan yang ini dan mengimbanginya di sisi lain. Tentu saja akan nampak lebih bagus kalau kita tidak usah melakukannya..."
"Tapi begitu bisa, kan?" Lara mendesak.
"Ya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kel er berkala, "Lara, kubilang tadi kita bisa saja memaksanya keluar dari situ."
Lara menggelengkan kepala. "Bukankah kita telah membeli semua toko
lainnya?" Kel er mengangguk. "Benar. Kau sekarang pemilik toko busana, tailor, toko alat-alat tulis, apotek, bakery..."
"Bagus," kata Lara. "Para penyewa gedung bertingkat ini akan punya tempat mampir nantinya. Begitu juga kita. Haley akan kita biarkan tetap di situ."
Pada hari ulang tahun ayahnya, Lara berkata kepada Kel er, "Howard, aku ingin minta bantuanmu."
"Baik." "Aku ingin kau pergi ke Skotlandia untukku."
"Apa kita akan membangun sesuatu di Skotlandia?"
"Kita akan membeli sebuah istana." Ia berdiri di sana, menyimak. "Ada suatu tempat di Dataran Tinggi yang disebut Loch Morlich. Letaknya di jalan yang menuju ke Glenmore dekat Aviemore. Ada sejumlah istana di sekitar
tempat itu. Beli satu."
"Semacam rumah musim panas?"
"Aku bukannya mau tinggal di situ. Aku ingin menguburkan ayahku di
sana." Kel er berkata perlahan, "Kau mau membeli sebuah istana di Skotlandia untuk menguburkan ayahmu di dalamnya?"
"Benar. Aku tidak punya waktu ke sana sendiri. Kau satu-satunya orang yang bisa kupercaya untuk melakukannya. Sekarang ayahku ada di
Greenwood-cemetery di Glace Bay "
Itulah untuk pertama kalinya Kel er mengetahui sedikit perasaan Lara yang menyangkut keluarganya.
"Kau pasti sangat mencintai ayahmu."
"Kau mau melakukannya untuk aku?"
"Pasti." "Setelah ia dikuburkan, atur supaya ada orang yang mengurus makamnya secara tetap."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga minggu kemudian, Kel er kembali dari Skotlandia dan berkata,
"Semuanya sudah diurus. Kau sekarang memiliki sebuah istana. Ayahmu
telah dimakamkan di dalamnya. Istana itu sangat bagus dan terletak di
perbukitan dekat danau kecil. Kau akan menyukainya. Kapan kau akan
meninjaunya?" Lara mendongak dengan heran. "Aku" Tidak akan," katanya.
BAGIAN KEDUA Bab Sebelas Di tahun 1984 Lara Cameron memutuskan bahwa waktunya sudah tiba
untuk menaklukkan New York. Ketika niatnya itu disampaikannya pada Kel er, ia sangat terkejut.
"Aku tidak setuju dengan gagasan itu," katanya langsung. "Kau tidak kenal New York. Aku juga tidak. New York kotanya lain, Lara. Kita..."
"Begitu jugalah kata mereka padaku saat aku pindah dari Glace Bay ke Chicago," Lara mengingatkan. "Bangunan itu sama saja, apakah didirikan di Glace Bay, Chicago, New York, atau Tokyo. Kita semua bermain dengan
aturan yang sama." "Tapi kau sangat sukses di sini," Kel er memprotes. "Sebenarnya apa yang kauinginkan?"
"Sudah kubilang tadi. Aku mau lebih. Aku ingin namaku terpampang di
garis langit New York. Aku akan membangun Cameron Plaza lagi di sana, dan Cameron Center. Dan suatu hari nanti, Howard, aku akan membangun
gedung pencakar langit yang tertinggi di dunia, itulah yang kuinginkan.
Cameron Enterprises akan pindah ke New York"
New York sedang mengalami boom di bidang konstruksi, dan di balik boom
itu ditemukan raksasa-raksasa real estate "keluarga Zeckendorf, Harry
Helmsley, Donald Trump, pasangan Urise, dan keluarga Rudin".
"Kita akan bergabung dengan mereka," kata Lara kepada Kel er.
Mereka lalu check-in di Regency Hotel dan mulai menjelajahi kota itu. Lara terpana menyaksikan besarnya kota itu dan dinamika metropolis yang hiruk-pikuk. New York mirip sebuah rimba pencakar langit, dengan deretan mobil
di jalan-jalan yang nampak bagai sungai-sungai kecil dari atas.
"New York membuat Chicago nampak seperti Glace Bay!" kata Lara. Ia tidak sabar untuk segera mulai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang harus kita lakukan pertama-tama adalah membentuk tim. Kita akan mencari pengacara real estate yang terbaik di New York. Lalu tim manajemen yang andal. Coba cari tahu siapa yang dipakai keluarga Rudin. Barangkali kita bisa membujuknya untuk bergabung dengan kita."
"Baik." Lara berkata, "Ini daftar gedung yang kusukai rancang bangunnya. Coba cari tahu siapa saja arsiteknya. Aku ingin jumpa dengan mereka."
Kel er mulai bisa ikut merasakan gairah yang menggebu dalam diri Lara.
"Aku akan mencari satu paket kredit bank. Dengan aset yang kita miliki di Chicago, itu pasti bisa. Aku akan menghubungi sejumlah lembaga keuangan
simpan-pinjam dan sejumlah broker real estate."
"Bagus." "Lara, sebelum kita mulai menerjunkan diri ke semua ini, apakah tidak sebaiknya kita tentukan dulu proyek kita selanjutnya apa?"
Lara mengangkat wajahnya dan bertanya dengan lugu, "Apa belum
kukatakan padamu" Kita akan membeli Manhattan Central Hospital."
Beberapa hari sebelumnya Lara pergi ke salon di Madison Avenue. Ketika
rambutnya sedang ditata, ia kebetulan mendengar percakapan di bilik
sebelahnya. "Kami akan merasa kehilangan Anda, Mrs. Walker."
"Sama-sama, Darlene. Sudah berapa lama aku jadi langganan di sini?"
"Hampir lima belas tahun."
"Waktu berjalan begitu cepat, ya" Aku akan rindu pada New York."
"Kapan Anda berangkat?"
"Segera. Tadi pagi baru saja kami menerima pemberitahuan ditutupnya
usaha. Bayangkan"rumah sakit seperti Manhattan Central ditutup karena
kesulitan dana. Aku sudah hampir dua puluh tahun jadi supervisor di situ, dan mereka mengirimkan memo yang menyatakan bahwa aku diberhentikan!
Mengapa mereka tidak menemuiku sendiri untuk menyatakan hal itu" Aku tak
tahu akan bagaimana dunia kita ini."
Kini Lara menyimak dengan konsentrasi penuh.
"Saya belum melihat berita penutupan itu di surat kabar."
"Tidak akan. Mereka melakukannya dengan diam-diam. Mereka ingin
mengungkapkan itu kepada para karyawan terlebih dahulu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rambut Lara sedang di-blow-dry. Lara bergerak untuk bangkit dari
duduknya. "Saya belum selesai, Miss Cameron."
"Tidak apa-apa," kata Lara, "saya tergesa-gesa."
Manhattan Central Hospital adalah sebuah bangunan yang bentuknya
buruk dan tak terawat yang terletak di East Side serta memenuhi satu blok penuh. Lara menatapnya berlama-lama, dan yang terbayang dalam angannya
adalah sebuah gedung pencakar langit baru yang megah dengan toko-toko
pengecer yang bagus-bagus di lantai dasar dan apartemen-apartemen
mewah di lantai-lantai di atasnya.
Lara masuk ke dalam rumah sakit itu dan menanyakan nama perusahaan
yang memilikinya. Ia diberitahu untuk menghubungi kantor seorang bernama
Roger Burnham di Wal Street.
"Apa yang bisa saya bantu, Miss Cameron?"
"Saya mendengar bahwa Manhattan Central Hospital akan dijual."
Ia nampak terheran-heran. "Dari mana Anda mendengarnya?"
"Benarkah itu?"
Ia berusaha mengelak. "Barangkali begitu."
"Saya mungkin tertarik untuk membelinya," kata Lara. "Berapa harga yang Anda minta?"
"Begini, Nona... saya tidak mengenal Anda. Anda tidak bisa begitu saja muncul dan minta saya membicarakan transaksi sembilan puluh juta dolar
dengan Anda. Saya..."


Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sembilan puluh juta?" Lara merasa harga itu terlalu tinggi, tapi ia menginginkan lokasi itu. Itu akan jadi permulaan yang mengasyikkan. "Kita bisa berbicara mengenai itu?"
"Kita belum akan berbicara tentang apa-apa."
Lara memberikan selembar uang seratus dolar kepada Roger Burnham.
"Untuk apa ini?"
"Saya minta waktu empat puluh delapan jam untuk menutup transaksinya.
Bukankah Anda juga belum mau mengumumkan bahwa bangunan itu akan
dijual" Anda rugi apa" Kalau saya bisa memenuhi permintaan harga Anda,
kemauan Anda terpenuhi."
"Saya sama sekali belum mengenal Anda."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Telepon saja Mercantile Bank di Chicago. Minta bicara dengan Bob Vance.
Dia presidennya." Ia menatap Lara lama sekali, menggelengkan kepalanya, dan
menggumamkan sesuatu yang menggunakan kata "gila".
Ia mencari sendiri nomor telepon bank itu telepon. Lara duduk di sana
sementara sekretaris menghubungkan bosnya itu dengan Bob Vance.
"Mr. Vance" Ini Roger Burnham dari New York. Di sini ada seorang
bernama Miss...." Ia mengangkat wajahnya menatap Lara.
"Lara Cameron."
"Lara Cameron ada di sini. Ia berminat membeli properti kami di sini dan katanya ia kenal dengan Anda."
Roger menyimak. "Ia adalah..." Begitu.... O ya..." Tidak, saya tidak menyadari itu.... Baik...
Baik." Setelah cukup lama, ia berkata, "Terima kasih banyak."
Roger meletakkan gagang telepon dan menatap Lara. "Anda rupanya telah membuat kesan yang sangat baik di Chicago."
"Saya bermaksud untuk membuat kesan yang sangat baik juga di New
York." Burnham memandang lembaran seratus dolar itu. "Harus saya apakan
uang ini?" "Beli saja cerutu Kuba. Jadi bisa Anda berikan pilihan itu kalau saya setuju dengan harga yang Anda minta?"
Roger duduk di situ mengamatinya. "Saya belum Pernah begini... tapi
baiklah. Saya beri Anda empat puluh delapan jam."
"Kita harus gerak cepat'" kata Lara kepada Kel er. "Kita punya empat puluh delapan jam untuk mengusahakan pendanaannya.
"Kau sudah tahu kira-kira berapa?"
"Garis besarnya saja. Sembilan puluh juta untuk propertinya, dan
kuperkirakan dua ratus juta lagi untuk merobohkan rumah sakit itu dan
mendirikan bangunannya."
Kel er sedang menatapnya. "Berarti dua ratus sembilan puluh juta dolar."
"Kau selalu cepat kalau menyangkut angka-angka."
Kel er tidak menanggapi itu. "Lara, dari mana kita mendapat uang
sebanyak itu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita akan meminjamnya," kata Lara. "Seluruh jaminan asetku di Chicago akan cukup untuk properti baru ini, tak akan ada masalah."
"Risikonya besar sekali. Ada seratus kemungkinan kesalahan. Dan kau
akan mempertaruhkan semua yang kaumiliki..."
"Justru itu yang membuatnya menarik," kata Lara, "pertaruhannya itu. Dan rasa puasnya kalau menang."
Mengupayakan pendanaan di New York ternyata malahan lebih mudah
daripada di Chicago. Wali Kota Koch belum lama mengumumkan sebuah
Program Perpajakan yang dikenal dengan sebutan 421-A, yang menyatakan
bahwa developer yang mengganti bangunan yang sudah tak berfungsi dapat
minta beberapa jenis fasilitas pembebasan pajak, ditambah dengan dua
tahun pertama bebas pajak.
Ketika bank-bank serta lembaga-lembaga keuangan mengecek status
keuangan Lara, merek bersedia untuk bertransaksi dengan dia.
Sebelum jangka waktu empat puluh delapan jam itu berakhir. Lara
memasuki kantor Burnham dan memberikan kepadanya sebuah cek senilai
tiga juta dolar. "Ini down payment untuk transaksi kita" kata Lara. "Saya terima permintaan harga Anda. Ngomong-ngomong. yang seratus dolar kemarin
untuk Anda saja." Selama enam bulan berikutnya, Kel er berurusan dengan bank-bank untuk
pendanaan, dan Lara bekerja dengan para arsitek untuk perencanaan
bangunan itu. Semua berjalan dengan lancar. Para arsitek dan kontraktor dan staf
pemasaran bekerja tepat dengan jadwal. Proyek diawali dengan merobohkan
bangunan lama itu, sedangkan pembangunan gedung barunya akan dimulai
bulan April. Lara diliputi rasa tegang. Setiap pagi jam enam ia sudah berada di lokasi proyek menyaksikan proses konstruksi gedung itu. Ia frustrasi karena pada tahapan ini bangunan itu ada di tangan para pekerja. Tak ada apa-apa yang bisa dilakukannya, Padahal ia sudah terbiasa untuk aktif. Ia lebih senang seandainya harus menangani setengah lusin proyek sekaligus.
"Bagaimana kalau kita mencari satu proyek lagi?" tanya Lara kepada Kel er
"Proyek ini saja sudah membebanimu sampai di telingamu. Kalau kau
bernapas terlalu keras sedikit saja. semuanya akan berantakan. Tahukah kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa setiap sen yang kaumiliki sudah kaupertaruhkan untuk membangun
proyek ini" Kalau ada sedikit saja yang salah..."
"Tidak akan ada yang salah." Lara mengamati ekpresi wajah Kel er. "Apa yang kaukuatirkan?"
"Transaksi yang kaubuat dengan lembaga keuangan simpan-pinjam itu..."
"Memangnya kenapa" Kita sudah memperoleh pendanaannya, kan?"
"Aku tidak suka pasal tentang tanggal penyelesaian proyek. Kalau gedung itu tidak selesai tanggal lima belas Maret, mereka akan mengambil alih, dan kau akan kehilangan semua yang kaumiliki."
Lara teringat akan gedung yang dibangunnya di Glace Bay dulu dan
bagaimana teman-temannya membantunya serta menyelesaikannya untuk
dia. Tapi ini lain lagi. "Jangan kuatir," katanya kepada Kel er. "Gedung itu akan selesai pada waktunya. Apa benar kita tidak bisa mencari satu proyek lagi?"
Lara sedang berbicara dengan staf markeling.
"Toko-toko eceran di lantai dasar sudah ditandatangani kontrak sewanya,"
kata marketing manajernya kepada Lara. "Dan lebih dari separuh total apartemennya sudah dipesan. Kami memperkirakan bahwa kami akan dapat
menjual tiga perempat dari seluruh kapasitas sebelum gedung selesai
dibangun, dan sisanya segera setelah gedung dibangun."
"Aku mau semua terjual sebelum gedung selesai dibangun," kata Lara.
"Tingkatkan iklannya."
"Baik." Kel er memasuki ruang kantor itu. "Aku harus memberikan pujian padamu, Lara. Ternyata kau benar. Gedung itu akan selesai sesuai dengan jadwal."
"Gedung itu akan jadi mesin uang."
Pada tanggal 15 Januari, enam puluh hari sebelum tanggal penyelesaian,
tingkat-tingkat kerangka dan dinding-dinding raksasa itu telah selesai, dan para pekerja sudah mulai memasang jaringan kabel listrik serta saluran air.
Lara berdiri di sana mengawasi para pekerja itu di suatu tingkat jauh di
atas. Salah seorang pekerja berhenti sebentar untuk mengeluarkan
sebungkus rokok dari sakunya, dan saat melakukan itu sebuah kunci Inggris lepas dari genggaman tangannya dan jatuh ke tanah jauh di bawah sana.
Lara memandang ke atas seakan tak percaya saat kunci Inggris itu melayang ke arah dia berdiri. Ia melompat ke samping menghindarinya dengan jantung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdebar keras. Pekerja itu nampak melongok ke bawah. Ia melambaikan
isyarat "maaf" dengan tangannya.
Dengan wajah muram, Lara naik ke lift konstruksi dan menuju ke tingkat
tempat pekerja itu berada. Dengan mengabaikan pemandangan di bawah
yang membuat kepala pening ia melangkah keluar dari lift menghampiri
pekerja itu. "Kau yang menjatuhkan kunci Inggris itu?"
"Yeah, maaf." Lara menampar pipinya dengan keras. "Kau dipecat. Sekarang turun kau dari sini."
"Hei," katanya, "itu kan tidak disengaja. Saya..."
"Keluar dari sini."
Pekerja itu menatap Lara untuk beberapa saat, lalu berjalan pergi dan
turun melalui lift itu. Lara menarik napas dalam-dalam untuk mengendalikan dirinya. Para
pekerja yang lain sedang memandangnya.
"Semuanya kembali bekerja," ia memerintahkan.
Lara sedang lunch bersama dengan Sam Gosden, pengacara New York
yang menangani kontrak-kontrak bisnisnya.
"Saya mendengar semuanya berjalan lancar," kata Gosden.
Lara tersenyum. "Lebih dari sekadar berjalan lancar. Kami tinggal beberapa minggu lagi dari tahap akhir."
"Boleh saya membuat sedikit pengakuan?"
"Ya, tapi hati-hati jangan sampai memberatkan dirimu sendiri."
Sam tertawa. "Saya bertaruh bahwa Anda tidak akan mampu
menyelesaikannya." "Oh, ya" Mengapa?"
"Bisnis real estate pada tingkat yang Anda terjuni sekarang ini adalah permainan laki-laki. Wanita yang bisa terjun dalam bisnis real estate
hanyalah wanita ubanan yang menjual rumah susun."
"Jadi kau bertaruh melawanku," kata Lara.
Sam Gosden tersenyum. "Yeah."
Lara memajukan tubuhnya. "Sam..."
"Ya?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak seorang pun dalam timku boleh bertaruh melawanku. Kau dipecat."
Sam duduk di situ dengan mulut ternganga saat Lara bangkit dan berjalan
keluar restoran. Pada hari Senin pagi berikutnya, ketika Lara naik mobil menuju lokasi
proyeknya, nalurinya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Dan
sekonyong-konyong ia tahu apa itu. Suasana sepi itu. Tidak ada bunyi-bunyi palu atau bor. Ketika Lara tiba di lokasi proyek, ia menatap seakan tak
percaya. Para pekerja sedang mengumpulkan peralatannya dan
meninggalkan tempat itu. Mandornya juga sedang mengemasi barangbarangnya. Lara bergegas menghampiri dia.
"Ada apa ini?" Lara mendesak. "Ini baru jam tujuh."
"Saya menarik anak buah saya."
"Kau ini bicara apa?"
"Ada keluhan, Miss Cameron."
"Keluhan bagaimana?"
"Benarkah Anda menampar salah seorang pekerja?"
"Apa?" Lara sudah lupa itu. "Ya. Ia memang pantas mendapatkan itu. Aku pecat dia"
"Apakah Dewan Kota memberikan hak kepada Anda untuk dengan
seenaknya saja menampar orang yang bekerja pada Anda?"
"Tunggu dulu," kata Lara. "Bukan begitu masalahnya. Ia menjatuhkan kunci Inggris. Aku hampir saja mati tertimpa itu. Kukira aku agak lupa diri.
Maafkan aku, tapi aku tidak mau dia kembali lagi ke sini."
"Dia tidak akan kembali ke sini," kata mandor itu. "Kami semua tidak akan kembali ke sini."
Lara menatapnya. "Apa ini semacam lelucon?""Serikat buruh saya tidak menganggapnya lelucon," kata mandor itu kepada Lara. "Mereka menginstruksikan kami untuk mundur. Jadi kami
mundur." "Kau masih di bawah kontrak."
"Anda sendiri yang melanggar kontrak itu," kata mandor itu kepadanya.
"Kalau Anda punya keluhan, bicara saja kepada serikat buruh."
Ia mulai melangkah pergi.
"Tunggu sebentar. Aku sudah bilang aku minta maaf. Begini saja. Aku...
aku bersedia minta maaf kepada orang itu, dan ia boleh bekerja lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Miss Cameron, rupanya Anda belum juga paham. Ia tidak menginginkan
pekerjaannya lagi. Kami semua punya pekerjaan lain yang menunggu kami.
Ini kota yang sibuk. Dan saya ingin memberitahu Anda satu hal lagi. Kami
sangat terlalu sibuk untuk membiarkan bos-bos kami menampari kami."
Lara berdiri di sana menyaksikan dia melangkah pergi. Itu adalah mimpi
buruknya yang paling menakutkan.
Lara bergegas kembali ke kantornya untuk menceritakan hal itu pada
Kel er. Sebelum ia sempat berbicara, Kel er berkata "Aku sudah dengar. Aku baru saja ditelepon serikat buruh."
"Apa kata mereka?" Lara bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.
"Mereka akan menyelenggarakan dengar pendapat bulan depan."
Wajah Lara nampak cemas. "Bulan depan! Kita cuma punya waktu kurang
dari dua bulan untuk menyelesaikan gedung ini."
"Aku juga sudah bilang begitu."
"Dan apa kata mereka?"
"Kata mereka itu bukan urusan mereka." Lara duduk terenyak di sofa. "Oh, Tuhan. Sekarang kita harus bagaimana?"
"Aku tidak tahu."
"Barangkali kita bisa membujuk bank untuk..." Lara melihat ekspresi di wajah Kel er, dan berkata, "Kurasa tidak akan bisa."
Tiba-tiba wajah Lara berbinar. "Aku tahu. Kita akan menyewa tim pekerja konstruksi yang lain dan..."
"Lara, tak ada satu pun pekerja anggota serikat yang mau menyentuh
gedung kita itu." "Seharusnya kubunuh saja bajingan itu."
"Benar. Itu akan sangat membantu situasinya," kata Kel er dengan datar.
Lara bangkit dan mulai berjalan mondar-mandir. Aku bisa minta Sam
Gosden untuk..." Lara tiba-tiba ingat. "Tidak, dia sudah kupecat."
"Mengapa?" "Tidak apa-apa."
Kel er berkata sambil tepekur. "Barangkali kalau kita bisa memperoleh seorang pengacara perburuhan yang baik... seseorang yang punya
pengaruh." "Itu gagasan bagus. Seseorang yang bisa bertindak cepat. Ada yang
kaukenal?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak. Tapi Sam Gosden menyebut nama seseorang dalam salah satu
rapat kita. Seorang bernama Martin. Paul Martin."
"Siapa dia?" "Aku tidak yakin, tapi waktu itu kita sedang memperbincangkan masalah perburuhan, dan namanya disinggung-singgung."
"Kau tahu nama perusahaannya?"
"Tidak." Lara berbicara dengan sekretarisnya via interkom. "Kathy, ada pengacara di Manhattan bernama Paul Martin. Cari tahu di mana alamatnya."
Kel er berkala, "Tidakkah kau perlu nomor teleponnya saja supaya kau bisa membuat appointment?"
"Tidak ada waktu lagi. Aku tidak bisa duduk menunggu appointment. Aku akan menemuinya hari ini. Kalau dia bisa membantu kita, bagus. Kalau tidak, kita harus mencari jalan lain."
Tapi Lara berkata kepada dirinya sendiri, Tidak ada jalan lain lagi
Bab Dua Belas Kantor Paul Martin terletak di tingkat dua puluh lima sebuah gedung
perkantoran di Wal Street. Di kaca pintu depan yang berembun itu tertulis, PAUL MARTIN, PENGACARA.
Lara menarik napas panjang dan melangkah masuk. Ruang reception-nya
ternyata lebih sempit daripada yang diperkirakannya. Hanya ada satu meja
yang tidak sangat baru, dengan seorang sekretaris berambut pirang di
belakangnya. "Selamat pagi. Bisa saya bantu?"
"Saya datang untuk menemui Mr. Martin," kata Lara.
"Apakah sudah ada janji temu?"
"Sudah." Tidak ada waktu untuk menjelaskan.
"Dan nama Anda?"
"Cameron. Lara Cameron."
Sekretaris itu menatapnya dengan pandangan aneh. "Sebentar. Saya cek dulu apakah Mr. Martin bisa menemui Anda."
Sekretaris itu bangkit dari belakang meja dan menghilang ke ruang kantor
di bagian dalam. Dia harus mau bertemu denganku, pikir Lara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesaat kemudian sekretaris itu muncul. "Ya, Mr. Martin bisa menjumpai Anda."
Lara menarik napas lega. "Terima kasih."
Ia melangkah masuk ke kantor yang di bagian dalam itu. Kantor itu kecil
dengan perabotan sederhana. Sebuah meja tulis, dua sofa, sebuah meja
kopi, dan beberapa kursi. Tidak mencerminkan suatu markas kekuasaan, pikir Lara.
Laki-laki yang berada di balik meja tulis nampak berumur sekitar enam
puluh. Wajahnya dihiasi guratan-guratan dalam, hidungnya agak lengkung
bagai paruh elang dan rambutnya yang putih agak gondrong. Ia nampak
bersemangat dan liar bagai binatang yang belum dijinakkan. Ia mengenakan
jas ganda berwarna kelabu bergaris-garis model kuno dan kemeja putih
dengan kerah kecil. Waktu berbicara, suaranya terdengar serak dan berat
serta berwibawa. "Sekretaris saya mengatakan bahwa Anda sudah ada janji temu dengan
saya." "Maafkan saya," kata Lara. "Saya perlu sekali menemui Anda. Ini keadaan darurat."
"Duduk, Miss..."
"Cameron. Lara Cameron." Lara duduk di salah satu kursi.
"Apa yang bisa saya bantu?"
Lara menarik napas dalam-dalam. "Saya punya sedikit masalah. Sebuah
kerangka baja bangunan beton bertingkat dua puluh empat yang belum
selesai dibangun dan tak ada yang mau melanjutkannya. Ini mengenai
proyek bangunan." "Ada masalah apa dengan itu?"
"Saya developer real estate, Mr. Martin. Saya sedang mendirikan sebuah
gedung perkantoran di East Side, dan saya punya masalah dengan serikat
buruh." Ia menyimak tanpa memberikan tanggapan. Lara buru-buru melanjutkan,
"Saya waktu itu lupa diri dan menampar salah satu pekerja, dan serikat itu lalu melakukan pemogokan."
Martin mengamatinya dengan terheran-heran. "Miss Cameron... apa
hubungannya semua ini dengan saya?"


Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Saya mendengar bahwa Anda mungkin bisa membantu saya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya kira Anda salah dengar. Saya pengacara perseroan dagang. Saya
tidak menangani proyek bangunan, dan saya tidak berurusan dengan serikat
buruh." Lara merasa lemas. "Oh, saya tadinya mengira... Anda tidak bisa
membantu sama sekali?"
Martin meletakkan kedua telapak tangannya di atas meja, seperti orang
yang bermaksud bangkit dari duduknya. "Saya bisa memberi Anda dua
nasihat Carilah pengacara perburuhan. Minta dia tuntut serikat buruh itu ke pengadilan dan..."
"Tidak ada waktu lagi. Deadline-nya sudah dekat. Saya... apa nasihat Anda yang kedua?"
"Keluar saja dari bisnis bangunan." Matanya terus menatap ke payudara Lara. "Anda tidak cocok terjun ke bisnis seperti itu "
"Apa?" "Itu bukan tempat yang baik buat wanita."
"Lalu tempat apa yang cocok untuk wanita?" tanya Lara dengan marah.
"Bertelanjang kaki, hamil, dan di dapur?"
"Kira-kira begitu. Yeah."
Lara bangkit berdiri. Tak sanggup lagi ia mengendalikan dirinya lebih jauh.
"Anda pasti salah satu keturunan dinosaurus. Barangkali Anda belum
mendengar beritanya. Wanita sudah bebas sekarang."
Paul Martin menggelengkan kepala. "Tidak. Itu cuma desas-desus."
"Selamat tinggal, Mr. Martin. Maaf, saya sudah menyita waktu Anda yang berharga."
Lara berbalik dan melangkah keluar kantor itu, membanting pintu di
belakangnya. Ia berhenti di lorong dan menarik napas dalam-dalam. Ini
benar-benar suatu kegagalan, pikirnya. Ia akhirnya tiba di jalan buntu. Ia telah mempertaruhkan semua yang telah diperjuangkannya selama bertahun-tahun, dan ia akan kehilangan semua itu dalam sekejap saja. Ia tak tahu lagi harus minta tolong kepada siapa. Atau harus ke mana.
Semuanya sudah berakhir. Lara berjalan menyusuri jalanan yang dingin dan basah. Ia sama sekali
tidak merasakan angin beku yang menerpanya serta keadaan di sekitarnya.
Benaknya dipenuhi pikiran tentang musibah mengerikan yang baru saja
menimpanya. Peringatan Howard Kel er terngiang-ngiang di telinganya, Kau
membangun gedung dengan dana pinjama Bisnis ini seperti piramide. tapi
kalau kau kuran hati-hati, piramide itu bisa runtuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan sudah runtuh sekarang. Bank-bank Chicago akan menyita semua
propertinya di sana, dan ia akan kehilangan semua uangnya yang
ditanamkan dalam gedung baru ini. Dia harus mulai lagi semuanya dari nol.
Kasihan Howard, pikirnya. Ia mempercayai impianku, dan aku telah
mengecewakannya. Hujan sudah berhenti, dan langit mulai menjadi cerah kembali. Matahari
yang kepucatan sedang berupaya menembus awan-awan kelabu. Lara tibatiba sadar bahwa hari sudah subuh. Ia telah berjalan semalaman. Lara
melihat ke sekelilingnya dan menyadari untuk pertama kalinya di mana ia
berada. Ia hanya dua blok jauhnya dari propertinya yang terkutuk itu. Aku akan menengoknya untuk terakhir kalinya, pikir Lara dengan murung.
Ketika tinggal satu blok lagi ia mendengar sesuatu. Ia mendengar bunyi
bor listrik dan palu-palu dan raungan mesin pencampur semen yang riuh
rendah. Lara berdiri di sana, menyimak sebentar, lalu mulai lari menuju ke lokasi proyek itu. Waktu tiba di sana ia terhenti, menatap dengan tak percaya.
Seluruh tim pekerja ada di sana, semuanya bekerja keras.
Mandornya datang menghampirinya sambil tersenyum, "Selamat pagi miss
Cameron" Lara akhirnya bisa juga berbicara. "Apa... apa yang terjadi" Aku... kukira tadinya kau menarik semua pekerja dari proyek ini."
Ia berkata dengan malu, "Waktu itu ada sedikit salah paham, Miss
Cameron. Hampir saja Bruno menewaskan Anda saat ia menjatuhkan kunci
Inggris itu." Lara menelan ludah. "Tapi ia..."
"Jangan kuatir. Ia sudah tidak ada. Tidak akan terulang lagi yang seperti itu. Kita sudah kembali ke jadwal semula."
Lara seakan mimpi. Ia berdiri di sana menyaksikan para pekerja
berkerumun di sekeliling kerangka gedung itu dan ia berpikir, Sudah kudapat semuanya kembali. Semuanya. Paul Martin.
Lara menelepon Martin begitu tiba di kantornya. Sekretarisnya berkata,
"Maaf, Mr. Martin tidak ada di tempat."
"Maukah Anda minta dia untuk menghubungi saya?" Lara memberikan nomor teleponnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sampai jam tiga sore ia masih saja belum dihubungi oleh Martin. Lara
meneleponnya lagi. "Maafkan saya. Mr. Martin tidak ada di tempat."
Martin tidak menelepon balik.
Pada jam lima sore Lara pergi ke kantor Paul Martin.
Ia berkata kepada sekretaris berambut pirang itu, "Tolong sampaikan
kepada Mr. Martin bahwa Lara Cameron datang untuk menemuinya."
Sekretaris itu nampak ragu. "Wel , saya... Sebentar."
Ia lenyap ke dalam ruang kantor bagian dalam itu dan muncul lagi semenit
kemudian. "Silakan langsung masuk saja."
Paul Martin mendongakkan wajahnya saat Lara melangkah masuk. "Ya"
Miss Cameron?" Suaranya acuh tak acuh tidak ramah tapi juga tidak
bermusuhan. "Apa yang bisa saya bantu?"
"Saya datang untuk mengucapkan terima kasih
." "Terima kasih untuk apa?"
"Untuk... meluruskan persoalan dengan serikat buruh."
Ia mengernyitkan alisnya. "Saya tidak tahu Anda bicara apa."
"Semua pekerja sudah balik pagi ini, dan semuanya berjalan lancar.
Bangunan sudah kembali ke jadwal semula."
"Wel , saya ucapkan selamat."
"Tolong Anda kirimkan faktur penagihan untuk biaya..."
"Miss Cameron, saya kira Anda sedikit bingung. Kalau masalah Anda
memang sudah diatasi, saya ikut senang. Tapi saya sama sekali tidak tahumenahu." Lara memandangnya lama sekali. "Baiklah. Maaf... maafkan saya telah
Misteri Bayangan Ungu 1 Animorphs - 46 The Deception Pembunuhan Di Lorong 2

Cari Blog Ini