Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon Bagian 3
merepotkan Anda." "Tidak apa-apa." Martin menyaksikan Lara keluar dari kantornya.
Sesaat kemudian sekretarisnya masuk ke dalam. "Mrs Cameron
meninggalkan bungkusan ini buat Anda, Mr. Martin."
Bungkusan itu kecil dan di kat dengan pita berwarna cerah. Karena ingin
tahu, ia membukanya, di dalam didapatinya sebuah patung pendekar dengan
pakaian perang dari logam, siap untuk bertempur. Semacam permintaan
maaf. Apa sebutan gadis itu untuknya" Dinosaurus" Ia masih bisa mendengar suara kakeknya. Itu zaman yang penuh bahaya, Paul. Para pemuda berniat
mengalahkan Mafia, menyingkirkan kaum tua yang kolot, Petes si Kumis,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sang dinosaurus. Pertarungan itu makan banyak korban. Tapi mereka
akhirnya berhasil. Tapi semua itu terjadinya sudah lama sekali, di tanah leluhur. Sisilia.
Bab Tiga Belas Gibel ina, Sisilia"1879
Keluarga Martini merupakan kaum stranieri" kaum pendatang"di desa
kecil Sisilia bernama Gibel ina. Kawasan pedesaan itu merupakan tanah
gersang yang bermandikan cahaya matahari yang panas dan menusuk,
dengan pemandangan alam yang seakan hasil lukisan seorang seniman sadis.
Di kawasan di mana lahan-lahan yang luas dimiliki oleh para gabel oti "para tuan tanah kaya" keluarga Martini membeli sepetak ladang dan berupaya
menggarapnya sendiri. Suatu hari sang soprintendente datang ke rumah Giuseppe Martini.
"Mengenai ladangmu ini," katanya, "tanahnya berbatu-batu. Kau tidak akan bisa hidup dengan mengandalkan itu"zaitun dan anggur tidak bisa tumbuh."
"Jangan kuatirkan saya," kata Martini. "Saya sudah bertani seumur hidup saya."
"Kami semua menguatirkan dirimu," soprintendente itu bersikeras. "Don Vito punya ladang baru yang subur yang boleh kausewa."
"Saya sudah tahu tentang Don Vito dan tanahnya," Giuseppe Martini
menukas. "Kalau saya menandatangani mezzadria untuk mengerjakan
tanahnya, ia akan mengambil tiga perempat dari hasil panenan dan minta
saya membayar bunga seratus persen untuk bibitnya. Jadi akhirnya saya
tidak mendapat apa-apa, sama seperti orang-orang tolol lainnya yang bekerja padanya. Katakan padanya saya bilang tidak, terima kasih."
"Kau membuat kekeliruan besar, signore. Ini negeri yang berbahaya. Bisa terjadi kecelakaan-kecelakaan parah di sini."
"Anda mengancam saya?"
"Tentu tidak, signore. Saya cuma ingin menunjukkan..."
"Keluar dari tanah saya," kata Giuseppe Martini.
Mandor suruhan itu memandangnya lama sekali, lalu menggelengkan
kepalanya dengan sedih. "Anda seorang yang keras kepala."
Putra Giuseppe Martini yang masih kecil berkata, "Tadi itu siapa, Papa?"
"Ia seorang mandor yang bekerja pada salah satu tuan tanah besar di
sini." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya tidak suka dia," kata anak itu.
"Aku juga tidak suka dia, Ivo."
Malam hari berikutnya hasil panen Giuseppe Martini dibakar habis dan
ternaknya yang tidak banyak jumlahnya itu lenyap.
Saat itulah Giuseppe Martini membuat kekeliruan yang kedua. Ia pergi ke
guardia polisi desa itu. "Saya minta perlindungan." katanya.
Kepala polisi itu mengamatinya dengan acuh tak acuh. "Itu memang tugas kami di sini," katanya. "Anda punya masalah apa. signore?"
"Tadi malam anak buah Don Vito membakar hasil panen saya dan mencuri ternak saya."
"Itu tuduhan berat. Anda bisa membuktikannya?"
"Soprintendente-nya datang ke tempat saya dan mengancam saya."
"Apakah ia mengatakan akan membakar hasil panen Anda dan mencuri
ternak Anda" Tentu saja tidak," kata Giuseppe Martini.
"Jadi apa yang dikatakannya kepada Anda?"
"Katanya saya harus menghentikan bertani di ladang saya sendiri dan
menyewa tanah dari Don Vito."
"Dan Anda menolak?"
"Tentu saja." "Signore, Don Vito itu orang yang sangat penting. Apa Anda ingin saya menangkap dia hanya karena dia menawarkan tanahnya yang subur itu
kepada Anda?" "Saya ingin Anda melindungi saya," Giuseppe Martini mendesak "Saya tidak ingin mereka mengusir saya keluar dari tanah saya."
"Signore, saya sangat bersimpati. Saya pasti akan berusaha sebaikbaiknya.? "Saya akan sangat menghargai itu."
"Tenangkan hati Anda."
Sore hari berikutnya, ketika Ivo kecil seda dalam perjalanan pulang dari
kota, ia melihat setengah lusin laki-laki naik kuda menuju ladang ayahnya.
Mereka turun dari kuda dan masuk ke dalam rumah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa menit kemudian Ivo melihat ayahnya diseret ke tengah
lapangan. Salah seorang pria itu menarik keluar pistolnya. "Kami akan memberimu peluang untuk meloloskan diri. Larilah."
"Tidak! Ini tanahku! Aku..."
Ivo menyaksikan ketakutan, sementara orang itu menembak ke tanah
dekat kaki ayahnya. "Lari!" Giuseppe Martini mulai berlari.
Para campieri itu menaiki kuda mereka dan mulai mengitari Martini sambil
berteriak-teriak. Ivo bersembunyi, menyaksikan dengan ngeri pemandangan di depan
matanya itu. Orang-orang di atas kuda itu menyaksikan Martini lari melintasi lapangan, mencoba meloloskan diri. Setiap kali ia sampai di tepi jalan, salah seorang memacu kudanya untuk memotongnya dan menabraknya jatuh ke tanah.
Petani itu berdarah dan kelelahan. Gerakannya semakin lamban.
Para campieri itu merasa sudah cukup bermain-main. Salah satu dari
mereka melingkarkan tali di leher petani itu dan menyeretnya ke dekat
sumur. "Kenapa?" Martini terengah. "Apa salahku?"
"Kau pergi ke guardia. Kau seharusnya jangan berbuat begitu."
Para campieri itu menarik turun celana korbannya, dan salah satu
mengeluarkan pisau, sementara yang lainnya memegangi petani itu di tanah.
"Biar ini jadi pelajaran buat kau."
Petani itu menjerit, "Jangan! Kumohon! Aku minta maaf."
Campiero itu tersenyum. "Katakan itu pada istrimu saja."
Ia menggapai ke bawah, menggenggam alat vital petani itu, dan
menyayatnya putus dengan pisaunya.
Ia lalu memungut "barang" itu dan menjejalkannya ke mulut si petani.
Martini tersedak dan meludahkannya keluar.
Sang kapten memandang campieri lainnya. "Ia tidak suka rasanya."
"Uccidi quelfiglio di puttana!"
Salah seorang dari para campieri itu turun dari kudanya dan memunguti
sejumlah batu besar dari lapangan. Ia menarik ke atas kembali celana korban yang berdarah itu dan mengisi saku-sakunya dengan batu-batu itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayo, bangun kau." Mereka mengangkat petani itu dan membawa dia ke mulut sumur. "Selamat jalan."
"Airnya akan terasa seperti kencing" kata salah seseorang.
Seorang rekannya tertawa. "Orang desa tidak akan tahu bedanya."
Mereka tinggal beberapa saat, menyimak suara yang semakin menghilang
itu yang kemudian diam, lalu naik lagi ke kuda mereka dan menuju ke rumah petani itu.
Ivo Martini tetap berada di kejauhan, menyaksikan dengan rasa ngeri,
bersembunyi di balik belukar. Kemudian anak berumur sepuluh tahun itu
berlari cepat ke sumur itu.
Ia melihat ke bawah dan berbisik, "Papa..."
Tapi sumur itu sangat dalam, dan ia tidak mendengar apa-apa.
Setelah para campieri itu membereskan Giuseppe Martini, mereka pergi
mencari istrinya, Maria. Ia sedang berada di dapur saat mereka masuk.
"Di mana suamiku?" ia menuntut.
Salah seorang menyeringai. "Sedang cari minum."
Dua di antara mereka mendekatinya. Salah satu berkata, "Kau terlalu
cantik untuk kawin dengan laki-laki jelek seperti itu."
"Keluar dari rumahku," Maria memerintahkan.
"Begitukah caranya memperlakukan tamu?"
Salah seorang dari mereka meraih dan mengoyakkan gaunnya. "Kau akan
mengenakan pakaian berkabung, jadi kau tidak perlu ini lagi."
"Binatang!" Di atas tungku ada satu panci air mendidih Maria meraihnya dan
menyiramkannya ke wajah orang itu.
Ia menjerit kesakitan, "Fical". Ia menarik keluar pistolnya dan menembak.
Maria tewas sebelum tubuhnya jatuh membentur lantai.
Sang kapten berteriak, "Goblok! Pertama"perkosa lebih dahulu, baru
kemudian boleh kaubunuh. Ayo, kita harus melapor ke Don Vito."
Setengah jam kemudian mereka sudah kembali ke markas Don Vito.
"Kami sudah membereskan suami-istri itu," sang kapten melaporkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana dengan putranya?"
Sang kapten memandang Don Vito dengan heran. "Anda dulu tidak
mengatakan apa-apa tentang putranya."
"Cretino! Aku bilang bereskan seluruh keluarga itu."
"Tapi dia cuma seorang anak kecil, Don Vito."
"Anak kecil akan jadi dewasa. Dia akan membalas dendam kelak. Bunuh
dia." "Baik." Dua di antara mereka naik kuda balik ke ladang Martini.
Ivo sedang dalam keadaan amat terguncang. Ia telah menyaksikan kedua
orangtuanya dibunuh. Kini dia seorang diri di dunia ini tanpa tahu harus
kemana dan menemui siapa. Tunggu! Ada satu orang yang bisa dijumpainya:
saudara laki-laki ayahnya, Nunzio Martini, di Palermo.
Ivo tahu bahwa ia harus bertindak cepat Orang-orang Don Vito akan
kembali untuk membunuhnya. Ia heran mengapa mereka belum juga
melakukannya. Anak laki-laki kecil itu memasukkan sedikit makanan ke dalam kantong, menyangkutkannya di pundaknya, dan bergegas meninggalkan
ladang itu. Ivo berusaha mencapai jalan setapak yang menuju ke luar desa itu, dan
menyusurinya. Setiap kali ia mendengar bunyi mobil datang, ia menyingkir
dari jalan dan bersembunyi di balik pepohonan.
Satu jam setelah ia memulai pelariannya, ia melihat sekelompok campieri
sedang naik kuda menyusuri jalan mencarinya. Ivo bersembunyi, tak
bergerak sama sekali sampai mereka sudah lama lewat. Lalu ia mulai
berjalan lagi. Di malam hari ia tidur di kebun buah-buahan dan ia bertahan hidup dengan memetik buah-buahan dari pohon dan makan sayur-sayuran.
Ia berjalan selama tiga hari.
Setelah ia merasa aman dari kejaran Don Vito, ia menghampiri sebuah
desa kecil. Satu jam kemudian ia sudah berada di dalam bak truk yang
menuju ke Palermo. Ivo tiba di rumah pamannya di tengah malam. Nunzio Martini tinggal di
sebuah rumah yang besar dan nampak mewah, di pinggiran kota. Ada balkon
dan serambi besar serta halaman depan vang luas. Ivo mengetuk pintu
depannya. Lama sekali tidak ada reaksi, lalu terdengar sebuah Suara yang
berat, "Siapa itu. ya?"
"Ini Ivo, Paman Nunzio."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, Nunzio Martini membuka pintu. Paman Ivo itu
seorang pria setengah baya berperawakan besar dengan hidung Romawi
yang lebar dan rambut putih yang lemas dan berombak. Ia mengenakan
jubah tidur. Ia memandang anak kecil itu dengan heran. "Ivo! Kau sedang apa di sini di tengah malam buta begini" Di mana ibu dan ayahmu?"
"Mereka sudah mati," Ivo terisak.
"Mati" Masuk, masuk." Ivo melangkah masuk ke dalam rumah.
"Itu berita yang sangat menyedihkan. Apakah kecelakaan?"
Ivo menggelengkan kepala. "Don Vito menyuruh orang membunuh
mereka." "Dibunuh" Tapi mengapa?"
"Ayah saya menolak menyewa tanah dari dia."
"Ah." "Mengapa Don Vito menyuruh orang membunuh mereka" Mereka belum
pernah berbuat salah kepadanya."
"Ini bukan masalah pribadi," kata Nunzio Martini.
Ivo menatapnya. "Bukan masalah pribadi" Saya kurang mengerti."
"Semua orang mengenal Don Vito. Dia uomo rispettato-seorang yang
disegani dan punya kekuasaan. Kalau ia membiarkan ayahmu menentangnya,
yang lain-lainnya akan mencoba menentangnya juga, dan ia akan kehilangan
kekuasaannya. Tidak ada yang bisa kita lakukan."
Anak kecil itu memandangnya dengan terperangah. "Tidak ada?"
"Bukan sekarang, Ivo. Bukan sekarang. Sekarang ini, nampaknya kau
sangat membutuhkan tidur."
Keesokan paginya saat sarapan pagi, mereka berbincang.
"Bagaimana kalau kau tinggal di rumah yang bagus ini dan bekerja
padaku?" Nunzio Martini adalah seorang duda.
"Saya kira saya suka itu," kata Ivo.
"Aku bisa menggunakan anak laki-laki pintar seperti kau. Dan kau nampak kuat."
"Saya memang kuat," kata Ivo.
"Bagus." "Bisnis Anda apa, Paman?" tanya Ivo.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nunzio Martini tersenyum. "Aku memberikan perlindungan bagi orangorang." Mafia saat itu sudah merambah ke seluruh pelosok Sisilia dan daerahdaerah miskin lainnya di Italia untuk melindungi masyarakat dari kediktatoran dan kekejaman pemerintah. Mafia membela ketidakadilan serta menghukum
yang salah, dan akhirnya menjadi sebuah organisasi yang begitu berkuasa
sampai pemerintah sendiri pun takut kepadanya. Dan para pedagang dan
petani membayar upeti kepadanya.
Nunzio Martini adalah capo Mafla di Palermo. Ia harus mengatur supava
semua membayar upeti yang pantas dan menghukum semua yang tidak mau
membayar. Hukuman bisa berupa lengan atau kaki yang patah sampai
kepada kematian yang lama dan menyakitkan.
Selama lima belas tahun sejak saat itu, Palermo merupakan sekolah bagi
Ivo, dan pamannya Nunzio adalah gurunya. Ivo mulai sebagai pembantu
umum, lalu naik pangkat menjadi tukang tagih, dan akhirnya menjadi staf
kepercayaan pamannya. Ketika Ivo berumur dua puluh lima tahun, ia menikah dengan Carmela,
seorang gadis Sisilia yang cantik dan montok, dan setahun kemudian mereka memperoleh seorang putra, Gian Carlo. Ivo pindah dengan keluarganya ke
rumah miliknya sendiri. Ketika pamannya meninggal, Ivo menggantikan
kedudukannya dan menjadi semakin sukses dan semakin kaya. Tapi ia harus
menyelesaikan satu urusan yang menggantung.
Suatu hari ia berkata kepada Carmela, "Mulailah mengemasi barangbarang. Kita akan pindah ke Amerika."
Carmela memandangnya dengan heran. "Mengapa kita pergi ke Amerika?"
Ivo tidak biasa untuk ditanyai seperti itu. "Lakukan saja apa Yang kubilang.
Aku pergi dulu sekarang. Aku akan kembali dua atau tiga hari lagi"
"Ivo...." "Kemasi barang-barang."
Tiga macchine hitam diparkir di depan markas guardia di Gibel ina.
Sang kapten, yang kini lima belas kilogram lebih berat, sedang duduk di
kursinya ketika pintu terbuka dan setengah lusin pria masuk ke dalam.
Mereka berpakaian bagus dan nampak seperti orang-orang kaya.
"Selamat pagi, Tuan-tuan. Bisa saya bantu?"
"Kami datang untuk membantu Anda," kata Ivo. "Anda masih ingat saya"
Saya putra Giuseppe Martini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kapten polisi itu terbelalak. "Kau," katanya. "Apa yang kaulakukan di sini"
Sangat berbahaya untukmu di sini."
"Saya datang karena gigi Anda."
"Gigi saya?" "Ya." Dua di antara anak buah Ivo merapat ke kapten itu dan menekan lengan-lengan kapten itu. "Anda memerlukan perawatan gigi. Biar saya menggarapnya."
Ivo menjejalkan pistolnya ke dalam mulut pak kepala itu dan menarik
pelatuknya. Ivo menoleh ke anak buahnya. "Ayo kita pergi."
Lima belas menit kemudian ketiga mobil itu menuju ke rumah Don Vito. Di
luar nampak dua orang penjaga. Mereka mengamati iring-iringan mobil itu
dengan rasa ingin tahu. Mobil-mobil ilu berhenti dan Ivo turun.
"Selamat pagi. Don Vito menunggu kedatangan kami" katanya.
Salah seorang penjaga mengernyitkan kening. "Beliau tidak pesan apa
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
apa..." Penjaga itu langsung ditembak mati. Senapan para penyerangnya di si
dengan lupare, peluru bermuatan butir-butir timah"akal-akalan pemburu
untuk membuat peluru pecah berhamburan jika mengenai sasaran. Kedua
penjaga itu hancur berantakan tubuhnya.
Dari dalam rumah, Don Vito mendengar bunyi tembakan itu. Ketika ia
melongok ke luar dan melihat apa yang terjadi, ia dengan cepat berlari
menghampiri laci meja dan mengeluarkan sebuah senapan. "Franco!" ia berseru. "Antonio! Cepat!"
Di luar terdengar tembakan-tembakan lagi.
Terdengar suara, "Don Vito..." Ia berbalik.
Ivo berdiri di sana dengan tangan menggenggam pistol. "Jatuhkan
senapanmu." "Aku..." "Jatuhkan." Don Vito membiarkan senapannya jatuh ke lantai-"Ambil semua yang
kaumaui dan keluarlah."
"Aku tidak mau apa-apa," kata Ivo. "Aku ke sini karena aku pernah utang padamu."
Don Vito berkata, "Apa pun itu, aku bersedia melupakannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak. Kau tahu aku ini siapa?"
"Tidak." "Ivo Martini." Laki-laki tua itu mengernyitkan dahinya, mencoba mengingat-ingat. "Aku sama sekali tidak ingat."
"Lebih dari lima belas tahun yang lalu. Anak buahmu membunuh ibu dan ayahku."
"Itu sangat menyedihkan," kata Don Vito. "Aku akan suruh mereka itu dihukum, aku..."
Ivo melangkah ke depan dan memukul wajah Don Vito dengan pistolnya.
Darah bercucuran. "Ini tidak perlu," Don Vito terengah. "Aku..."
Ivo menarik keluar sebuah pisau. "Turunkan celanamu."
"Mengapa" Kau tidak..."
Ivo mengangkat pistolnya. "Turunkan celanamu."
"Tidak!" ia menjerit. "Pikirkan apa yang kaulakukan ini. Aku punya anak dan saudara-saudara. Kalau kau menyakiti aku, mereka akan memburumu
dan membunuhmu seperti anjing."
"Itu kalau mereka bisa menemukan aku nanti," kata Ivo. "Celanamu."
"Tidak." Ivo menembak salah satu tempurung lututnya. Orang tua itu menjerit
kesakitan. "Mari kubantu kau," kata Ivo.
Ia melangkah maju dan menarik turun celana orang tua itu, lalu celana
dalamnya juga. "Wah, sudah tinggal sisa-sisa saja, ya" Wel , terpaksa kita terima seadanya."
Ia menyambar alat vital Don Vito dan menyayatnya putus dengan
pisaunya. Don Vito pingsan. Ivo memungut "barang itu dan menjejalkannya ke dalam mulut laki-laki itu. "Maaf, tidak ada sumur di sekitar sini," kata Ivo.
Sebagai tanda perpisahan, ia menembak kepala korbannya, ia lalu berbalik
dan berjalan keluar dan rumah itu menuju ke mobilnya.
Rekan-rekannya sudah menunggunya. "Ayo jalan."
"Ia punya keluarga besar, Ivo. Mereka akan memburumu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biar saja." Dua hari kemudian, Ivo beserta istri dan anaknya, Gian Carlo, sudah
berada di atas kapal yang menuju ke New York.
Di akhir abad kesembilan belas, Dunia Baru merupakan kawasan yang
menjanjikan segudang peluang. Jumlah penduduk asal Italia sangat besar di New York. Banyak teman Ivo yang telah beremigrasi ke kota yang besar itu
dan memutuskan untuk menggunakan keahlian dalam bidang yang paling
mereka kuasai: jasa perlindungan. Kelompok Mafia mulai menyebarkan
pengaruhnya di mana-mana. Ivo mengubah nama marganya dari Martini
menjadi Martin dan menikmati kesuksesan materi tanpa gangguan yang
berarti. Gian Carlo adalah putra yang sangat mengecewakan ayahnya. Ia tidak
suka bekerja. Ketika ia berumur dua puluh tujuh tahun, ia menghamili
seorang gadis Italia, mengawininya dengan upacara sederhana yang
dilakukan diam-diam dan tergesa-gesa dan tiga bulan kemudian lahirlah
putra mereka, Paul. Ivo mempunyai rencana besar untuk cucunya itu. Ahli hukum merupakan
profesi yang amat bergengsi di Amerika, dan Ivo bertekad untuk menjadikan cucunya itu pengacara. Anak muda itu sangat ambisius dan cerdas, dan pada saat ia berumur dua puluh dua tahun, ia diterima di Harvard Law School.
Pada saat Paul lulus, Ivo telah mengatur supaya ia bisa bergabung ke
sebuah kantor pengacara yang ternama, dan dalam waktu singkat ia telah
memperoleh status sebagai partner. Lima tahun kemudian, Paul membuka
kantor pengacara sendiri. Pada saat itu, Ivo telah banyak menanamkan
modal di bidang-bidang bisnis yang halal, tapi ia masih menjaga hubungan
dengan kelompok Mafia, dan cucunya itulah yang menangani permasalahanpermasalahan di usaha-usaha bisnisnya. Pada tahun 1967, tahun
meninggalnya Ivo, Paul menikah dengan seorang gadis Italia, Nina, dan
setahun kemudian istrinya melahirkan anak kembar.
Di tahun-tahun tujuh puluhan Paul sangat sibuk. Klien-klien utamanya
adalah serikat-serikat buruh, dan karena itulah ia mempunyai kekuasaan
yang besar. Pimpinan-pimpinan perusahaan dagang dan industri tunduk
kepadanya. Suatu hari Paul sedang lunch dengan salah seorang kliennya, Bil Rohan,
seorang bankir terkemuka yang tidak tahu apa-apa mengenai latar belakang
keluarga Paul. "Kau seharusnya masuk Sunnyvale, klub golf ku " kata Bil Rohan. "Kau main golf, kan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kadang-kadang," kata Paul. "Kalau ada waklu senggang."
"Bagus. Aku anggota dewan penerimaan. Kau mau kudaftarkan sebagai
anggota?" "Aku senang sekali."
Minggu berikutnya, dewan berapat untuk memperbincangkan penerimaan
anggota baru. Nama Paul Martin disebut-sebut.
"Aku bisa merekomendasikan dia," kata Bil Rohan. "Dia orang baik."
John Hammond, anggota dewan yang lain, berkata, "Ia orang Italia, kan"
Kita tidak memerlukan orang kampungan di klub ini, Bil ."
Bankir itu memandang dia. "Jadi kau akan menolaknya?"
"Kau benar sekali, aku akan menolaknya.
"Oke, kalau begitu dia ditolak. Selanjutnya..." Rapat itu dilanjutkan.
Dua minggu kemudian, Paul Martin lunch lagi dengan bankir itu. "Aku
sudah mulai latihan golf, lho," Paul bercanda.
Bil Rohan merasa malu. "Ada sedikit masalah, Paul."
"Masalah?" "Aku telah mencoba mengusulkan keanggotaanmu, tapi salah seorang
anggota dewan menolakmu"
"Oh" Mengapa?"
"Jangan diambil hati. Dia itu fanatik. Dia tidak suka orang Italia."
Paul tersenyum. "Tidak apa-apa, Bil . Banyak yang tidak suka orang Italia.
Orang ini... Mr...."
"Hammond. John Hammond."
"Pengusaha daging itu?"
"Ya. Dia akan berubah nanti. Aku akan bicara lagi padanya."
Paul menggelengkan kepala. "Jangan repot-repot. Terus terang saja,
sebenarnya aku kurang getol main golf."
Enam bulan kemudian, di pertengahan bulan Juli, empat truk peti es milik
Hammond Meat Packing Company yang penuh dengan muatan daging babi,
daging sapi, berupa potongan dan sayatan, yang bertolak dari gudang
pengepakan di Minnesota menuju ke supermarket-supermarket di Buffalo dan
New Jersey, menuju ke pinggir jalan dan berhenti. Para pengemudinya
membuka pintu-pintu belakang truk-truk itu dan berjalan pergi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika John Hammond diberitahu tentang kejadian itu, ia marah besar. Ia
memanggil manajernya. "Gila, ini ada apa?" ia membentak. "Satu setengah juta dolar daging akan membusuk di jalan. Bagaimana bisa begitu?"
"Serikat Buruh melancarkan pemogokan," kata sang mandor.
"Tanpa memberitahu kita" Mengapa mereka mogok" Minta upah naik?"
Mandor itu mengangkat pundak. "Saya tidak tahu. Mereka tidak
mengatakan apa-apa kepada saya. Mereka langsung saja ngeloyor pergi."
"Minta kepala buruh setempat datang ke sini menemui aku. Akan
kubereskan," kata Hammond.
Sore itu wakil Serikat Buruh itu diantarkan ke kantor Hammond.
"Mengapa aku tidak diberitahu bahwa akan ada pemogokan?" Hammond menuntut.
Wakil Serikat Buruh itu dengan nada meminta maaf berkata, "Saya sendiri pun tidak tahu, Mr. Hammond. Orang-orang itu marah dan pergi begitu saja.
Terjadinya sangat tiba-tiba."
"Kau kan tahu, aku ini orangnya cukup fair dan bisa diajak berunding. Apa yang mereka maui" Kenaikan upah?"
"Bukan, Tuan. Masalahnya menyangkut sabun."
Hammond menatapnya. "Apa kaubhilang tadi... sabun?"
"Benar. Mereka tidak suka sabun yang Anda pakai di kamar-kamar mandi mereka. Terlalu keras!"
Hammond seakan tak percaya akan apa yang baru saja didengarnya.
"Sabunnya terlalu keras" Dan itulah sebabnya aku rugi satu setengah juta dolar?"
"Jangan salahkan saya," kata mandor itu. "Orang-orang itu penyebabnya."
"Astaga!" kata Hammond. "Aku tidak percaya ini sabun macam apa yang mereka maui-sabun peri?" Ia menghantamkan kepalannya ke meja tulisnya.
"Lain kali kalau orang-orang itu punya masalah, kau datang menemuiku dulu.
Kau dengar?" "Ya, Mr. Hammond."
"Kaubilang pada mereka untuk kembali bekerja. Akan kusediakan sabun
yang paling mahal di kamar-kamar mandi itu jam enam sore ini. Jelas?"
"Saya akan bilang pada mereka, Mr. Hammond."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
John Hammond duduk di sana lama sekali dengan hati kesal. Tidak heran
negeri ini jadi rusak begini, pikirnya. Sabun!
Dua minggu kemudian, di sore hari yang panas di bulan Agustus, lima truk
milik Hammond Meat Packing yang sedang dalam perjalanan mengantar
daging ke Syracuse dan Boston menuju ke pinggir jalan dan berhenti. Para
pengemudinya membuka pintu-pintu belakang truk-truk itu dan berjalan
pergi. John Hammond mendengar berita itu pada jam enam petang itu.
"Kau ini bicara apa?" ia berteriak. "Apa sabunnya belum kausediakan?"
"Sudah," kata manajernya, "di hari itu juga waktu Anda menyuruh saya."
"Jadi ini apa-apaan lagi?"
Manajer itu berkata dengan lemas, "Saya tidak tahu. Tidak ada keluhan apa-apa. Sepatah kata pun tak ada yang diucapkan."
"Panggil wakil Serikat Buruh itu kemari."
Pada jam tujuh petang itu Hammond berbicara dengan wakil Serikat
Buruh. "Muatan daging senilai dua juta dolar hancur sore ini karena ulah anak buahmu" Hammond berteriak. "Apa mereka sudah gila?"
"Anda mau saya menyampaikan pertanyaan Anda itu kepada presiden
serikat buruh, Mr. Hammond?"
"Tidak, tidak," kata Hammond cepat. "Begini, sebelum ini aku tidak pernah punya masalah dengan kalian. Kalau orang-orang itu minta kenaikan upah,
datang saja padaku dan kita bisa berunding baik-baik. Berapa yang mereka
minta?" "Tidak ada." "Apa maksudmu?"
"Ini bukan soal uang, Mr. Hammond"
"Oh" Jadi apa?"
"Lampu." "Lampu?" Hammond mengira ia salah menangkap maksudnya.
"Ya. Orang-orang itu mengeluh bahwa lampu-lampu di kamar mandi
kurang terang." John Hammond duduk terenyak di kursinya, terdiam dengan tiba-tiba.
"Sebenarnya ini ada apa?" tanyanya perlahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah saya bilang tadi. Orang-orang itu berpendapat bahwa..."
"Sudah, jangan berpura-pura. Sebenarnya ada apa?"
Wakil Serikat Buruh itu berkata, "Kalau saya tahu saya akan
mengatakannya kepada Anda."
"Apa ada orang yang bermaksud membuatku bangkrut" Begitukah?"
Wakil Serikat Buruh itu terdiam.
"Baiklah," kata John Hammond. "Kasih aku satu nama. Dengan siapa aku bisa bicara?"
"Ada seorang pengacara yang mungkin akan bisa menolong Anda.
Namanya Paul Martin."
"Paul?"" Dan John Hammond tiba-tiba teringat. "Oh, bajingan tengik pemeras itu. Keluar dari sini," ia membentak. "Keluar!"
Hammond duduk di situ"darahnya mendidih. Tak ada seorang pun yang
boleh memerasku. Tak seorang pun.
Seminggu kemudian lagi-lagi enam truknya ditinggalkan di tepi jalan.
John Hammond lalu mengundang Bil Rohan untuk lunch bersama. "Aku
akhir-akhir ini berpikir tentang temanmu, Paul Martin," kata Hammond. "Dulu aku terlalu terburu-buru menolak dia jadi anggota."
"Wah, kau, sangat baik mau bilang begitu, John."
"Begini. Kauajukan lagi pengusulan keanggotaannya itu minggu depan,
dan aku akan memberikan suara setuju."
Minggu berikutnya, saat nama Paul Martin muncul lagi dalam rapat, ia
langsung diterima secara bulat oleh komite keanggotaan.
John Hammond secara pribadi menelepon Paul Martin. "Saya ucapkan
selamat, Mr. Martin," katanya. "Anda baru saja diterima menjadi anggota Sunnyvale. Kami sangat senang Anda bergabung dengan kami."
"Terima kasih," kata Paul. "Anda baik sekali menelepon."
Telepon John Hammond berikutnya adalah ke kantor Jaksa Wilayah. Ia
membuat appoinment untuk menemui jaksa itu pada minggu berikutnya.
Pada hari Minggunya. John Hammond dan Bil Rohan bermain golf di klub
mereka. "Kau belum pernah bertemu dengan Paul Martin, ya?" tanya Bil Rohan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
John Hammond menggelengkan kepala. "Belum. Kurasa ia tidak akan
sempat main golf. Grand Jury akan membuat temanmu itu sibuk."
"Kau ini bicara apa?"
"Aku akan memberikan informasi tentang dia kepada Jaksa Wilayah yang pasti akan menarik minat Grand Jury."
Bil Rohan sangat terkejut. "Kau sadar apa yang sedang kaulakukan ini?"
"Tentu aku sadar. Dia itu bajingan, John. Aku akan membuatnya susah."
Hari Senin berikutnya, dalam perjalanan menuju kantor Jaksa Wilayah,
John Hammond tewas dalam suatu kecelakaan tabrak-lari. Tidak ada saksi.
Polisi tidak pernah menemukan penabraknya.
Sesudah itu, setiap hari Minggu Paul Martin membawa istri dan anakanaknya ke Sunnyvale Club untuk makan siang. Buffet-nya sangat lezat di
sana. Paul Martin sangat serius dengan janji-janji perkawinannya. Misalnya ia
tidak pernah membawa istrinya dan kekasih gelapnya ke restoran yang sama, karena itu akan merendahkan kehormatan istrinya. Ia menganggap
perkawinannya itu satu bagian dari kehidupannya, dan affair-affair-nya satu bagian lagi. Semua teman Paul Martin punya kekasih gelap. Itu suatu cara
hidup yang sudah jamak bagi mereka. Tapi Martin kurang senang kalau
melihat seorang laki-laki tua menggandeng gadis-gadis remaja. Menurutnya
itu tidak pantas, dan bagi Paul Martin kepantasan adalah sesuatu yang
teramat penting. Ia memutuskan bahwa kalau umurnya mencapai enam
puluh tahun, ia tidak akan mau mempunyai kekasih gelap lagi. Dan pada hari ulang tahunnya yang keenam puluh, dua tahun yang lalu ia sudah
menghentikan kebiasaannya itu. Istrinya, Nina, merupakan teman hidup yang sangat baik baginya. Itu sudah cukup. Kepantasan.
Kepada pria inilah Lara Cameron datang untuk minta tolong. Martin sudah
pernah mendengar nama Lara Cameron, tapi ia tertegun melihat betapa
muda dan cantiknya dia. Ia sangat ambisius dan sangat mandiri, tapi toh
sangat feminin juga. Martin mendapati dirinya sangat terpikat kepadanya.
Tidak, pikirnya, ia masih sangat muda. Aku sudah tua. Terlalu tua.
Waktu Lara menghambur keluar dari kantornya dengan marah, Paul Martin
lama duduk di situ tepekur memikirkan gadis itu. Lalu ia mengangkat
teleponnya dan menghubungi seseorang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bab Empat Belas Pembangunan gedung baru itu berjalan lancar sesuai dengan jadwal. Lara
mengunjungi lokasi proyek setiap pagi dan setiap sore, dan para pekerja itu mulai menaruh rasa hormat kepadanya. Lara bisa merasakan itu saat melihat cara mereka memandangnya, berbicara kepadanya, dan bekerja untuknya. Ia
tahu semuanya itu karena Paul Martin, dan lama-kelamaan ia merasa kuatir
juga mendapati dirinya semakin memikirkan pria buruk rupa yang sangat
memikat itu, yang suaranya berat dan aneh tapi berwibawa. Lara menelepon
dia lagi. "Bagaimana kalau kita lunch bersama, Mr. Martin?"
"Anda punya masalah lagi?"
"Tidak. Saya hanya berpikir akan sangat baik kalau kita bisa lebih saling mengenal."
"Maafkan saya, Miss Cameron. Saya tidak pernah lunch."
"Bagaimana kalau dinner saja kapan-kapan?"
"Saya sudah menikah, Miss Cameron. Saya biasanya dinner dengan istri
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan anak-anak saya."
"Begitu. Kalau..." Teleponnya ditutup.
Ada apa dengan dia" Lara bertanya dalam hati. Aku kan tidak bermaksud
mengajak dia tidur. Aku cuma mencari jalan untuk menyatakan rasa terima
kasihku. Lara mencoba menghapuskan Martin dari angannya.
Paul Martin merasa kuatir memikirkan kenapa ia begitu senang mendengar
suara Lara Cameron. Ia mengatakan kepada sekretarisnya, "Kalau Miss
Cameron menelepon lagi, katakan padanya aku tidak ada di tempat."
Ia tidak ingin tergoda, dan Lara Cameron adalah godaan.
Howard Kel er merasa senang melihat betapa lancarnya proyek itu
berjalan. "Harus kuakui, waktu itu aku agak kuatir juga sebentar," katanya. "Waktu itu seolah-olah kita sudah akan tamat. Kau membuat keajaiban."
Keajaiban itu bukan dari aku, pikir Lara. Itu perbuatan Paul Martin.
Barangkali Paul marah kepadanya karena ia belum membayar jasanya.
Terlintas gagasan di benak Lara"dikirimkannya kepada Paul cek senilai
lima puluh ribu dolar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keesokan harinya cek itu dikembalikan kepadanya tanpa pesan apa-apa.
Lara menelepon Martin lagi. Sekretarisnya yang menjawab, "Maaf, Mr.
Martin tidak ada di tempat."
Lagi-lagi ia dihindari. Nampak seakan Martin tak mau diganggu olehnya.
Tapi kalau ia tak mau diganggu, pikir Lara, mengapa ia mau merepotkan diri menolongku"
Lara bermimpi tentang Paul Martin malam itu.
Howard Kel er memasuki kantor Lara.
"Aku punya dua tiket untuk pertunjukan musik Andrew Lloyd Webber, Song
& Dance. Aku harus pergi ke Chicago. Kau mau memakainya?"
"Tidak, aku... tunggu." Lara terdiam sebentar. "Ya, kukira aku bisa memakainya. Terima kasih, Howard."
Sore itu Lara memasukkan salah satu tiket itu ke dalam amplop dan
mengirimkannya ke alamat Paul Martin di kantornya.
Ketika Martin menerima tiket itu keesokan harinya, ia menatapnya dengan
heran. Orang yang bagaimana yang akan mengirimkan satu tiket kepadanya
untuk nonton pertunjukan di teater" Gadis Cameron itu. Aku harus
menghentikan semua ini, pikirnya.
"Apakah aku bebas Jumat petang ini?" ia bertanya kepada sekretarisnya.
"Anda punya acara dinner dengan ipar Anda, Mr. Martin."
"Batalkan itu."
Lara duduk di sana sampai babak pertama selesai dimainkan, dan tempat
duduk di sebelahnya masih tetap kosong. Jadi dia tidak datang, pikir Lara.
Wel , persetan dengan dia. Aku sudah berupaya maksimal.
Pada saat tirai turun mengakhiri babak pertama, Lara bergumul dengan diri sendiri menentukan apakah ia akan tinggal untuk babak kedua atau pulang.
Sebuah sosok muncul di tempat duduk di sebelahnya.
"Mari kita keluar dari sini," Paul Martin memerintahkan.
Mereka dinner bersama di sebuah bistro di East Side. Paul duduk di
seberang meja berhadapan dengan Lara, mengamati Lara dengan diam dan
waspada. Waiter datang untuk mencatat pesanan mereka.
"Saya minta scotch dan soda," kata Lara.
"Saya tidak usah."
Lara memandangnya dengan heran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya tidak minum alkohol."
Setelah mereka memesan dinner, Paul Martin berkata, "Miss Cameron, apa yang Anda inginkan dari saya?"
"Saya tidak mau berutang apa pun kepada siapa pun," kala Lara. "Saya utang kepada Anda sesuatu, dan Anda tidak membolehkan saya
membayarnya. Itu membuat saya tidak enak."
"Sudah saya bilang sebelumnya... Anda tidak berutang apa-apa."
"Tapi saya..." "Saya mendengar proyek Anda berjalan lancar".
Ya." Lara sudah akan mengucapkan, "itu kan jasa Anda," tapi ia kemudian mengurungkan niatnya.
"Anda sangat mahir dalam bidang Anda, ya?"
Lara mengangguk. "Saya ingin menjadi seperti itu. Hal yang paling mengasyikkan di dunia adalah kalau kita punya gagasan dan kemudian melihatnya tumbuh dalam
bentuk beton dan baja, dan menjadi bangunan tempat orang bekerja dan
tinggal. Dari satu segi, itu menjadi semacam monumen, ya?"
Wajah Lara nampak cerah dan berbinar-binar.
"Saya kira begitu. Dan apakah satu monumen akan di kuti monumen yang lain?"
"Itu sudah pasti," kata Lara dengan antusias. "Saya ingin menjadi developer real estate yang paling terkemuka di kota ini."
Ada semacam sensualitas yang teramat memikat dalam diri perempuan ini.
Paul Martin tersenyum. "Kalau itu terjadi saya tidak akan heran."
"Mengapa Anda memutuskan untuk datang ke teater malam ini?" tanya Lara.
Martin datang untuk memberitahu Lara supaya jangan mengganggunya
lagi, tapi sekarang setelah berada bersamanya, dekat dengannya, ia tidak
sanggup mengungkapkannya. "Saya mendengar banyak pujian tentang
pertunjukan itu." Lara tersenyum. "Barangkali kita bisa pergi lagi dan menontonnya
bersama, Paul " Paul menggelengkan kepala. "Miss Cameron, saya bukan cuma sudah
menikah, saya sangat bahagia dalam pernikahan saya. Saya mencintai istri
saya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya sangat menghargai itu," kata Lara. "Gedung itu akan selesai pada tanggal lima belas Maret. Kami akan mengadakan pesta untuk
merayakannya. Maukah Anda hadir?"
Paul ragu lama sekali, mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk
menyatakan penolakannya sehalus mungkin. Ketika akhirnya ia berbicara,
yang terdengar adalah, "Ya, saya akan datang."
Pesta pembukaan gedung baru itu berlangsung biasa-biasa saja. Nama
Lara Cameron belum cukup terkenal untuk menarik banyak wartawan atau
tokoh terkemuka dari kota itu. Tapi salah satu pembantu wali kota ikut hadir, dan juga seorang reporter dari Post.
"Gedung ini sudah hampir sepenuhnya disewa,", kata Kel er kepada Lara.
"Dan masih banyak sekali yang minta informasi."
"Bagus," kata Lara tanpa berkonsentrasi.
Pikirannya terpusat kepada hal lain. Ia sedang memikirkan Paul Martin dan bertanya dalam hati apakah ia akan muncul. Entah mengapa, hal itu menjadi teramat penting baginya. Paul adalah suatu misteri yang menggelitik. Ia
menyangkal bahwa ia telah menolong Lara, padahal... Lara sadar ia sedang
mendambakan seseorang yang cukup tua untuk menjadi ayahnya. Lara
mencoba menghilangkan pikiran tentang hubungan hal itu dengan ayahnya.
Lara menyalami tamu-tamunya. Makanan dan minuman dihidangkan, dan
semua orang nampak cukup bergembira. Di tengah-tengah hiruk-pikuk pesta
itu. Paul Martin tiba, dan suasana pesta itu langsung berubah. Para pekerja menyalaminya seakan dia itu seorang raja. Nampak jelas bahwa mereka
sangat menghormatinya. Saya seorang pengacara perseroan niaga... saya tidak menangani masalahmasalah perburuhan. Martin berjabat tangan dengan asisten wali kota dan beberapa pejabat
serikat perburuhan yang ada di situ, lalu berjalan ke arah Lara.
"Saya senang Anda bisa hadir," kata Lara.
Paul Martin melihat ke sekeliling gedung yang amat luas itu dan berkata,
"Selamat. Anda telah menjalankan pekerjaan Anda dengan baik."
"Terima kasih." Lara berkata lebih perlahan, "Maksud saya, benar-benar terima kasih"
Paul sedang menatap Lara, tertegun melihat betapa cantiknya Lara saat itu dan betapa itu membuat perasaannya bergelora.
"Pestanya sudah hampir selesai," kata Lara. "Tadinya saya berharap Anda mau membawa saya dinner bersama."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya sudah bilang, saya selalu dinner dengan Istri dan anak-anak saya."
Paul menitip mata Lara. "Saya akan membelikan Anda minuman."
Lara tersenyum. "Itu akan sangat menyenangkan.
Mereka berhenti di depan sebuah bar kecil di Third Avenue. Mereka
berbicara, tapi setelah itu masing-masing tidak ada lagi yang ingat apa saja yang baru dibicarakan. Kata-kata hanyalah sekadar basa-basi untuk menutupi saling ketertarikan sensual yang semakin membara di antara keduanya.
"Coba ceritakan tentang diri Anda," kata Paul Martin. "Anda ini siapa"
Datang dari mana" Bagaimana asal mulanya Anda bisa terjun di bidang ini?"
Lara teringat akan Sean MacAl ister dan tubuhnya yang gembrot dan
menjijikkan itu menindih tubuhnya. "Itu tadi sangat menyenangkan, kita harus melakukannya lagi."
"Saya berasal dari sebuah kota kecil di Nova Scotia," kata Lara. "Glace Bay.
Ayah saya penagih uang sewa beberapa rumah kos di sana. Setelah ia
meninggal, saya mengambil alih pekerjaannya. Salah seorang penyewa
rumah itu membantu saya membeli sebidang tanah, dan saya mendirikan
gedung di atasnya. Begitulah asal mulanya."
Paul menyimak dengan penuh perhatian.
"Setelah itu, saya pergi ke Chicago dan membangun beberapa gedung di sana. Saya cukup sukses di sana, lalu pergi ke New York." Lara tersenyum.
"Begitu sebenarnya seluruh ceritanya."
Kecuali penderitaan yang dialaminya sewaktu hidup bersama ayah yang
membencinya, sakitnya menjadi orang miskin, menjadi orang yang tidak
pernah punya apa apa, keperawanannya yang diserahkannya kepada Sean
MacAl ister. Seakan bisa membaca pikirannya, Paul Martin berkata, "Tapi pasti
semuanya tidak semudah itu ya?"
"Saya tidak mengeluh."
"Proyek Anda berikutnya apa?"
Lara mengangkat pundak. "Saya belum pasti. Saya telah meninjau
beberapa kemungkinan, tapi belum ada satu pun yang benar-benar menarik
minat saya." Paul tidak kuasa mengalihkan matanya dari Lara.
"Apa yang sedang Anda pikirkan?" tanya Lara.
Paul menarik napas dalam-dalam. "Sejujurnya" Saya baru saja berpikir seandainya saya belum menikah, akan saya katakan pada Anda bahwa Anda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah salah satu wanita paling memikat yang pernah saya jumpai. Tapi saya sudah menikah, jadi Anda dan saya akan berteman saja. Apakah cukup jelas
bicara saya?" "Sangat jelas."
Paul melihat ke arlojinya. "Sudah waktunya pergi." Ia menoleh ke waiter-nya. "Tolong bonnya." Ia bangkit berdiri.
"Bisakah kita lunch bersama minggu depan?" tanya Lara.
"Tidak. Barangkali saya akan bertemu dengan Anda lagi kalau gedung
Anda yang berikutnya selesai dibangun."
Dan ia menghilang. Malam iru dia bermimpi mereka berdua bercinta. Paul Martin berada di atas tubuhnya, membelai tubuhnya dengan tangannya dan berbisik di telinganya,
"You ken, I maun hae ye, and onie ye... Gude forgie me, my bonnie darlin', for I've niver tauld you how mickle I love ye, love ye, love ye...."
Lalu tubuh Paul bersatu dengan tubuhnya dan ia merasa seluruh tubuhnya
meleleh. Ia mengerang dan itu membuatnya terjaga. Ia duduk di ranjang
dengan gemetar. Dua hari kemudian Paul Martin menelepon. "Saya kira saya punya lokasi yang akan menarik minat Anda," katanya dengan singkat dan langsung.
"Letaknya di West Side, Sixty-ninth Street. Properti itu belum dipasarkan.
Pemiliknya klien saya dan ia bermaksud menjualnya."
Lara dan Howard Kel er meninjau lokasi itu pagi itu. Memang benar itu
sebuah properti kelas satu.
"Dari mana kau tahu ini?" tanya Kel er.
"Paul Martin." "Oh, begitu." Ada nada kurang senang dalam suaranya.
"Maksudmu apa?"
"Lara... aku sudah menyelidiki Martin. Dia itu Mafia. Jauhi dia."
Lara berkata dengan marah, "Ia tidak mempunyai hubungan apa-apa
dengan Mafia. Ia teman yang baik. Apa kaitannya dengan lokasi ini" Kau
suka?" "Kukira ini properti hebat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu mari kita beli."
Sepuluh hari kemudian mereka menutup transaksinya...
Lara mengirimkan sebuah karangan bunga yang besar kepada Paul Martin,
dengan sebuah pesan yang berbunyi, "Paul"aku mohon jangan kirim ini
kembali. Mereka sangat sensitif."
Lara menerima telepon dari dia sore itu.
"Terima kasih bunganya. Saya tidak biasa menerima bunga dari wanita
cantik." Suaranya terdengar lebih kasar daripada biasanya.
"Kau tahu masalahmu apa?" tanya Lara. "Tak ada orang yang
memanjakanmu dengan cukup."
"Itukah yang ingin kaulakukan, memanjakan aku?"
"Brengsek." Paul tertawa.
"Aku serius." "Aku tahu itu."
"Bagaimana kalau kita bicarakan sambil lunch?" tanya Lara.
Paul Martin belum juga bisa menghapuskan Lara dari pikirannya. Ia tahu ia dengan mudah bisa jatuh cinta kepada Lara. Ia begitu feminin, polos, dan, sekaligus juga sangat liar dan sensual. Paul tahu bahwa sebenarnya lebih
bijaksana kalau dia tidak menemui Lara lagi, tapi ia tidak mampu
mengendalikan diri sendiri. Ia ditarik oleh suatu daya dalam diri Lara yang lebih kuat daripada kekuatan kehendaknya.
Mereka berdua lunch di Club "21".
"Kalau kau ingin menyembunyikan sesuatu," Paul Martin menasihati,
"selalu lakukan di tempat terbuka. Dengan begitu takkan ada orang yang percaya kau melakukan sesuatu yang kurang baik."
"Apakah kita sedang mencoba menyembunyikan sesuatu?" tanya Lara pelan.
Paul menatapnya dan menetapkan niatnya. Ia cantik dan cerdas, tapi
banyak wanita lain yang begitu juga. Akan mudah bagiku untuk melupakan
dia nanti. Aku akan tidur dengan dia sekali saja, dan sesudah itu tidak ada pertemuan lagi.
Tapi ternyata ia keliru. Ketika mereka berdua tiba di apartemen Lara, entah mengapa, Paul
merasa nervous. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku merasa seperti seorang anak sekolah saja," kata Paul. '"Sudah lama aku tidak melakukannya."
"Ini seperti mengendarai sepeda," Lara bergumam. "Kau akan segera terbiasa lagi. Mari kubantu melepaskan pakaianmu."
Lara membuka jas Paul dan dasinya dan mulai melepaskan kancing
kemejanya. "Kau tahu bahwa hubungan kita ini tidak akan pernah menjadi serius,
Lara." "Aku tahu itu."
"Umurku enam puluh dua. Aku pantas menjadi ayahmu."
Lara terdiam, sesaat, mengingat-ingat mimpinya. "Aku tahu."
Ia telah selesai melepaskan semua pakaian Paul. "Aku memiliki tubuh yang bagus"
"Terima kasih." Istrinya belum pernah berkata begitu.
Lara mengusapkan tangannya ke paha paul "Kau sangat kuat, ya?"
Paul mendapati hasratnya tergugah. "Aku main bola basket waktu masih di..."
Bibir Lara mengecup bibirnya dan mereka sudah berada di tempat tidur
sekarang, dan Paul mengalami sesuatu yang belum pernah terjadi dalam
hidupnya. Ia merasa seakan seluruh tubuhnya sedang terbakar. Mereka
bercinta, dan itu terasa bagaikan tak berawal dan tak berakhir. Ia seakan hanyut dalam arus sungai yang semakin lama semakin deras, dan sebuah
gelombang terasa menariknya ke atas lalu menyedotnya ke bawah dan terus
ke bawah, semakin dalam dan semakin dalam lagi, masuk ke dalam
kegelapan lembut dan nyaman yang pada akhirnya meledak menjadi jutaan
bintang. Yang lebih hebat adalah bahwa itu terjadi lagi, dan sekali lagi, sampai akhirnya ia tergolek di situ kehabisan napas dan kehabisan tenaga.
"Aku tak percaya ini," kata Paul.
Dengan istrinya ia hanya merasakan sesuatu yang konvensional dan rutin
saja. Tapi bercinta dengan Lara merupakan pengalaman sensual yang
teramat luar biasa. Paul Martin banyak bergaul dengan wanita lain
sebelumnya, tapi Lara tidak sama dengan siapa pun yang pernah
dikencaninya. Lara memberikan kepadanya sesuatu yang belum pernah diberikan wanita
lain: Lara membuatnya merasa muda kembali.
Setelah Paul selesai berpakaian kembali, Lara bertanya, "Apakah aku akan bertemu denganmu lagi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya." Semoga Tuhan melindungi. "Ya."
Tahun 1980-an merupakan era yang penuh perubahan. Ronald Reagan
terpilih menjadi presiden Amerika Serikat dan Wal Street mengalami hari
yang paling sibuk di sepanjang sejarahnya. Shah Iran meninggal dalam
pengasingan, dan Anwar Sadat tewas dibunuh. Utang masyarakat mencapai
angka satu triliun dolar, dan para sandera Amerika di Iran dibebaskan.
Sandra Day O'Connor menjadi wanita pertama yang menduduki jabatan
puncak di Mahkamah Agung.
Lara berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat. Bisnis real estate sedang mengalami boom. Uang mudah diperoleh, dan bank-bank bersedia
memberikan dana baik bagi proyek-proyek yang mengandung risiko maupun
yang berjaminan cukup. Lembaga-lembaga keuangan simpan-pinjam merupakan sumber dana
utama. Saham-saham high-yield dan high-risk"saham-saham yang dijuluki
saham junk"dipopulerkan oleh seorang jenius di bidang keuangan bernama
Mike Milken, dan saiam-saham itu merupakan makanan pokok bagi industri
real estate. Dana selalu ada berapa yang diminta.
"Aku akan mendirikan sebuah hotel di properti Sixty-ninth Street itu, dan bukan gedung perkantoran."
"Mengapa?" tanya Howard Kel er. "Lokasi itu sangat cocok untuk gedung perkantoran. Hotel harus diurus dua puluh empat jam sehari. Penyewa
datang dan pergi seperti semut. Kalau gedung perkantoran, kita hanya repot mengurus sewanya lima atau sepuluh tahun sekali saja."
"Aku tahu, tapi memiliki hotel berarti memiliki kekuasaan mutlak, Howard.
Kau bisa memberikan kamar suite pada orang-orang penting dan
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengentertain mereka di restoranmu sendiri. Aku suka gagasan itu. Properti itu harus jadi hotel. Aku ingin kauatur pertemuan dengan para arsitek top di New York: Skidmore, Owings dan Merril , Peter Eisenman, dan Philip
Johnson." Pertemuan itu dilangsungkan dua minggu kemudian. Beberapa dari arsitekarsitek itu agak memandang rendah. Mereka belum pernah bekerja untuk
seorang developer wanita sebelum itu.
Salah seorang di antaranya berkata, "Kalau sekiranya Anda ingin kami meng-copy..."
"Tidak. Kita akan membangun sebuah hotel yang nantinya akan di-copy
oleh developer lain. Kalau Anda memerlukan tema sentral, coba tema
elegance. Saya membayangkan jalan masuk yang diapit oleh air mancur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembar, lobby yang terbuat dari marmer Italia. Bersebelahan dengan lobbynya ada ruang konferensi yang nyaman tempat..."
Di akhir pertemuan itu mereka semua terkesan.
Lara membentuk sebuah tim. Ia mempekerjakan seorang pengacara
bernama Terry Hil , seorang asisten bernama Jim Belon, seorang manajer
proyek bernama Tom Chriton, dan sebuah biro iklan yang dipimpin oleh Tom
Scott. Ia menyewa biro arsitek Higgins, Almont & Clark, dan proyeknya mulai digarap.
"Kita akan bertemu seminggu sekali," kata Lara kepada tim itu, "tapi saya minta laporan harian dari Anda masing-masing. Saya mau pembangunan
hotel ini berjalan sesuai dengan jadwal dan anggaran yang telah ditetapkan.
Saya memilih Anda semua sebab Andalah yang terbaik di bidang Anda
masing-masing. Jangan kecewakan saya. Ada pertanyaan?"
Dua jam berikutnya digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
itu. Setelah semua itu selesai, Lara bertanya kepada Kel er, "Bagaimana
pendapatmu mengenai pertemuan tadi?"
"Bagus sekali, Bos."
Itulah pertama kalinya ia dipanggil begitu oleh Kel er. Dan Lara
menyukainya. Charles Cohn menelepon. "Aku ada di New York. Bisa kita lunch bersama?"
"Sudah pasti bisa!" kata Lara.
Mereka berdua lunch di Sardi's.
"Kau tampak sangat segar," kata Cohn. Kau memang cocok jadi orang
sukses, Lara." "Ini cuma permulaan saja," kata Lara. "Charles bagaimana kalau kau bergabung dengan Cameron Enterprises" Aku akan beri kau saham"
Ia menggelengkan kepala. "Terima kasih, tapi jangan. Kau baru saja
memulai perjalananmu. Aku sudah hampir tiba di akhir perjalananku. Musim
panas mendatang ini aku akan pensiun."
"Sebaiknya kita tetap saling berhubungan," kata Lara. "Aku tak mau kehilangan dirimu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kali berikutnya Paul Martin datang ke apartemen Lara, Lara berkata, "Aku punya surprise buat kau, darling."
Lara memberikan setengah lusin bungkusan pada Paul.
"Hei! Hari ini bukan ulang tahunku."
"Bukalah." Di dalamnya terdapat selusin kemeja merek Bergdorf Goodman dan selusin
dasi merek Pucci. "Aku sudah punya kemeja dan dasi," Paul tertawa.
"Tidak sama dengan ini," kata Lara. "Ini akan membuatmu merasa lebih muda. Aku juga menemukan tailor yang cocok untukmu."
Minggu berikutnya, Lara meminta seorang barber baru menata rambut
Paul. Paul Martin melihat dirinya sendiri melalui cermin dan berpikir, Aku benar-benar nampak lebih muda. Kehidupan menjadi lebih bergairah. Dan semua
ini karena Lara, pikirnya.
Istri Paul berusaha untuk tidak memperhatikan perubahan dalam diri
suaminya. Mereka semua ada di sana untuk berapat: Kel er, Tom Chriton, Jim
Belon, dan Terry Hil . "Kita akan mempercepat pembangunan hotel ini," Lara mengemukakan.
Para pria itu saling berpandangan. "Itu berbahaya," kata Kel er.
"Tidak, kalau kita melakukannya dengan benar."
Tom Chriton berbicara, "Miss Cameron, cara yang aman adalah
menyelesaikan tahap-tahapnya satu per satu Pertama melakukan
pengukuran, dan kalau itu sudah, barulah kita menggali parit-parit untuk
fondasi. Setelah itu baru kita pasang saluran-saluran utility-nya dan pipa-pipa drainasenya. Lalu..."
Lara menyela bicaranya, "Kita pasang bekisting untuk beton cornya dan kerangka tingkat-tingkat-nya. Aku sudah tahu semua itu."
"Jadi mengapa...?"
"Karena semuanya itu makan waktu dua tahun. Aku tidak mau menunggu
dua tahun." Jim Belon berkata, "Kalau kita mempercepat jangka waktu
pembangunannya, itu artinya melakukan kesemua aspek yang berbeda-beda
itu sekaligus bersama-sama. Kalau ada yang salah sedikit saja, seluruhnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan kacau. Bisa saja gedung itu miring dan jaringan listriknv dipasang
keliru" "Justru kitalah yang harus mengupayakan tidak ada yang salah, bukan?",
kata Lara "Kalau kita bisa menempuh cara ini, gedung ini akan selesai dalam waktu setahun dan bukan dua tahun dan kita akan bisa menghemat hampir
dua puluh juta dolar."
"Benar, tapi risikonya besar."
"Aku suka menempuh risiko."
Bab Lima Belas Lara menceritakan kepada Paul Martin tentang Keputusannya
mempercepat pembangunan hotel itu dan perbincangannya dengan timnya.
"Mungkin mereka benar," kata Paul. "Apa yang kaulakukan ini bisa berbahaya."
"Trump menempuh cara itu. Uris juga."
"Baby, kau kan bukan Trump atau Uris?"
"Aku akan jadi lebih besar dari mereka, Paul. Aku akan mendirikan gedung lebih banyak daripada yang pernah didirikan orang di New York. Kota ini akan menjadi kotaku."
Paul menatapnya lama sekali. "Aku percaya itu."
Lara mempunyai satu pesawat telepon yang tidak terdaftar di kantornya.
Hanya Paul Martin yang tahu nomornya. Paul juga memasang satu pesawat
di kantornya khusus untuk Lara. Mereka berbicara beberapa kali setiap
harinya. Setiap ada waktu senggang, mereka berdua pergi ke apartemen Lara. Paul
Martin sangat merindukan kencan-kencan itu dan ia sangat heran mengapa ia bisa jadi begitu. Lara telah menjadi semacam obsesi baginya.
Ketika Kel er akhirnya menyadari apa yang sedang terjadi, ia merasa
kuatir. "Lara," katanya, "kurasa kau keliru. Dia itu berbahaya."
"Kau tidak kenal dia. Dia orang baik."
"Apakah kau jatuh cinta kepadanya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara tepekur mendengar pertanyaan itu. Paul Martin memang memenuhi
salah satu kebutuhan dalam hidupnya. Tapi adakah ia jatuh cinta kepadanya"
"Tidak." "Ia jatuh cinta kepadamu?"
"Kukira begitu."
"Kau harus hati-hati. Sangat hati-hati."
Lara tersenyum. Dengan serta-merta, ia mencium pipi Kel er. "Aku senang kau begitu memperhatikan aku, Howard."
Lara sedang berada di lokasi proyek mempelajari sebuah laporan.
"Kulihat banyak sekali kita keluarkan biaya untuk kayu," kata Lara. Ia berbicara kepada Pete Reese, manajer proyeknya yang baru.
"Saya memang tidak melaporkan ini, Miss Cameron"
Lara mendongak menatapnya. "Maksudmu, ada yang mencurinya?"
"Nampaknya begitu."
"Kau tahu kira-kira siapa?"
"Tidak." "Kita kan punya penjaga malam?"
"Satu penjaga malam."
"Dan apakah ia pernah melihat sesuatu?"
"Tidak. Tapi bisa saja terjadinya siang hari di tengah-tengah semua
kesibukan ini. Bisa siapa saja."
Lara tepekur. "Begitu. Terima kasih aku diberi-tahu, Pete. Aku akan
menanganinya." Sore itu, Lara menyewa jasa seorang detektif swasta, Steve Kane.
"Bagaimana seseorang lolos di siang hari dengan mengangkut kayu begitu banyak?" tanya Kane.
"Anda harus bisa menjawab itu."
"Anda bilang tadi ada penjaga malam di lokasi proyek?"
"Ya." "Barangkali dia terlibat."
"Saya tidak ingin mendengar kata 'barangkali'," kata Lara. "Temukan siapa yang mendalanginya dan lapor kepada saya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bisakah. Anda upayakan supaya saya dipekerjakan di situ sebagai pekerja biasa?"
"Akan saya urus itu."
Steve Kane mulai bekerja di lokasi itu keesokan harinya.
Ketika Lara menceritakan kepada Kel er apa yang terjadi, ia berkata,
"Sebenarnya kau tak perlu menanganinya sendiri. Aku kan bisa menangani itu?"
"Aku senang mencoba menangani sendiri," kata Lara
Dan pembicaraan itu terhenti sampai di situ. Lima hari kemudian, Kane
muncul di kantor Lara. "Sudah Anda temukan sesuatu?"
"Semuanya," katanya.
"Apa benar pelakunya si penjaga malam?"
"Bukan. Kayu itu tidak dicuri dari lokasi proyek."
"Maksud Anda?" "Maksud saya kayu itu tidak pernah sampai ke sana, tapi dikirim ke lokasi proyek lain di Jersey dan ditagih dua kali. Invoice-nya dipalsu "
"Siapa dalangnya?" tanya Lara.
Kane memberitahu dia. Sore hari berikutnya diadakan rapat staf. Terry Hil , pengacara Lara, ada di sana. Howard Kel er, Jim Belon, manajer proyek itu, dan Pete Reese. Dan ada lagi seorang tak dikenal yang duduk di meja rapat itu. Lara memperkenalkan dia sebagai Mr. Conroy.
"Mari kita mulai dengan laporan," kata Lara.
Pete Reese berkata, "Kita berjalan tepat sesuai dengan jadwal. Kami
perkirakan empat bulan lagi selesai. Anda benar mengenai percepatan
konstruksi itu. Semuanya berjalan lancar sekali. Kami sudah mulai dengan
tahap jaringan listrik dan saluran air".
"Bagus," kata Lara.
"Bagaimana mengenai kayu yang dicuri itu?" Kel er bertanya.
"Tidak ada perkembangan baru," kata Pete Reese. "Kami sangat berhati-hati sekarang."
"Kukira kita tidak perlu lagi kuatir tentang itu," Lara menyatakan. "Sudah kita temukan siapa pencurinya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara mengangguk ke arah pria tak dikenal itu. "Mr. Conroy ini anggota Korps Penanggulangan Kejahatan. Beliau adalah Detektif Conroy."
"Mengapa dia ada di sini?" tanya Pete Reese.
"Ia datang untuk menjemputmu."
Reese mendongak dengan terkejut. "Apa?"
Lara berbicara kepada yang hadir. "Mr. Reese ini menjual kayu kita ke lokasi proyek yang lain. Ketika ia tahu bahwa aku memeriksa laporannya, ia mengatakan bahwa memang ada masalah."
"Tunggu dulu," kata Pete Reese. "Saya... saya... Anda keliru."
Lara menoleh kepada Conroy. "Bisa tolong keluarkan dia dari sini?"
Ia lalu berbicara lagi kepada yang hadir. "Nah, mari kita bicarakan acara pembukaan hotel nanti."
Pada saat hotel itu semakin dekat dengan tahap akhir pembangunannya,
semua sektor menjadi semakin sibuk. Lara menjadi orang yang sangat
nyinyir. Ia terus memacu semua orang. Ia menelepon di malam hari.
"Howard, kau tahu kiriman wal paper belum juga sampai?"
"Demi Tuhan, Lara, ini jam empat pagi."
"Pembukaan hotel tinggal sembilan puluh hari lagi. Kita tidak bisa
membuka hotel yang belum ada wal paper-nya."
"Aku akan mengeceknya esok pagi-pagi."
"Ini sudah pagi. Cek sekarang saja."
Ketegangan Lara semakin memuncak dengan semakin dekatnya deadline.
Ia memanggil Tom Scott, pimpinan biro iklan yang disewanya. "Anda
punya anak kecil, Mr. Scott?"
Scott memandang Lara dengan heran. "Tidak. Mengapa?"
"Karena saya baru saja melihat kampanye iklan yang akan Anda
lemparkan, dan itu nampak seperti dibuat oleh anak kecil yang terbelakang.
Sulit dibayangkan iklan itu dirancang oleh orang dewasa yang normal."
Scott mengernyitkan keningnya. "Kalau ada sesuatu yang kurang
memuaskan..." "Semuanya kurang memuaskan," kata Lara. "Iklan itu tidak punya gereget.
Kering. Sembarang hotel bisa cocok dengan iklan itu. Ini bukan sembarang
hotel, Mr. Scott. Ini adalah hotel yang paling bagus, paling modern di New York. Tapi iklan Anda itu membuatnya seperti sebuah bangunan yang dingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan tak berkepribadian. Hotel ini merupakan rumah tinggal yang ramah dan
memikat. Mar, kita sebarkan kepada semua orang. Anda bisa menangani itu"
"Saya yakin kami bisa menanganinya. Kami akan mengubah isi kampanye
itu dalam dua minggu ini"
"Senin," kata Lara tandas. "Saya mau melihat kampanye iklan yang baru itu Senin ini."
Iklan yang baru itu terpampang di surat kabar, majalah, dan baliho di
seluruh negeri. "Saya kira kampanye iklan itu jadi bagus sekarang," kata Tom Scott. "Anda ternyata benar."
Lara memandangnya dan berkata pelan, "Saya tidak ingin saya yang
benar. Saya ingin Anda yang benar. Untuk itulah Anda saya bayar."
Lara lalu menoleh ke Jerry Townsend yang menangani publikasi.
"Undangan sudah dikirimkan semuanya?"
"Ya. Sebagian besar sudah mengirimkan jawaban. Semua orang akan
datang ke pesta pembukaan. Pestanya akan sangat meriah nanti."
"Seharusnya begitu," Kel er mengomel, "sudah banyak biaya yang dikeluarkan untuk itu."
Lara menyeringai. "Jangan terus bersikap seperti bankir. Kita akan
memperoleh publisitas bernilai jutaan dolar. Puluhan tokoh masyarakat akan hadir dan..."
Kel er mengangkat tangannya. "Baik, baik."
Dua minggu sebelum tanggal pembukaan, semuanya seakan terjadi
sekaligus. Wal paper sudah datang dan karpet sedang dipasang; koridorkoridor sedang dicat dan lukisan-lukisan sedang dipasang. Lara memeriksa
setiap suite, ditemani lima orang stafnya.
Ia masuk ke dalam salah satu suite dan berkata, "gorden-gordennya tidak
cocok. Tukar dengan yang ada di suite sebelah."
Di dalam suite yang lain lagi. ia mencoba pianonya. "Nadanya tidak benar.
Suruh betulkan segera."
Di suite yang ketiga, perapian listriknya tidak bekerja. "Betulkan."
Stafnya merasa bahwa Lara mencoba melakukan semuanya sendiri. Ia ada
di dapur dan di ruang laundry dan di ruang logistik. Ia ada di mana-mana, menuntut, mengeluh, membetulkan sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang digajinya untuk mengelola hotelnya itu berkata, "Jangan
terlalu cemas, Miss Cameron. Pada pembukaan semua hotel, selalu saja ada
hal-hal Kecil yang kurang benar."
"Tidak di hotel saya," kata Lara. "Tidak di hotel saya."
Pada hari pembukaan, Lara sudah terbangun pada jam empat pagi karena
terlalu nervous untuk bisa tidur. Ia sangat ingin berbicara dengan Paul
Martin, tapi di jam seperti itu tak mungkin ia bisa menghubunginya. Ia
mengenakan pakaian dan pergi berjalan-jalan.
Semuanya akan beres, katanya pada diri sendiri. Komputer untuk pesanan
kamar itu akan diperbaiki. Oven yang ketiga akan direparasi. Kunci di Suite Tujuh akan direparasi. Kita akan menemukan pengganti pelayan-pelayan
yang minta berhenti kemarin. AC di kamar penthouse itu akan segera
dibereskan... Pada jam enam petang itu tamu-tamu undangan sudah mulai berdatangan.
Penjaga berseragam di setiap pintu masuk memeriksa kartu undangan
mereka sebelum mempersilakan mereka masuk. Tamu terdiri atas berbagai
tokoh masyarakat, olahragawan terkenal, dan eksekutif perusahaan. Lara
telah menyeleksi sendiri daftar tamu dengan cermat dan menyingkirkan
nama-nama para tukang bonceng.
Ia berdiri di lobby yang amat luas itu menyalami tamu-tamu yang baru
tiba. "Saya Lara Cameron. Senang sekali Anda mau datang.... Silakan
melihat-lihat." Lara menarik Kel er ke samping. "Mengapa Bapak Wali kota tidak datang?"
"Ia sangat sibuk, dan..."
"Maksudmu ia tidak menganggap aku cukup penting."
"Suatu hari nanti sikapnya akan berubah."
Salah seorang wakil Wali Kota datang.
"Terima kasih atas kedatangan Anda," kata Lara. "Ini merupakan kehormatan bagi hotel kami."
Lara dengan harap-harap cemas terus melihat apakah Todd Grayson,
kritikus arsitektur terkemuka untuk The New York Times, sudah datang.
Kalau ia menyukainya, pikir Lara, gedung ini akan sukses besar.
Paul Martin dalang bersama istrinya. Itulah untuk pertama kalinya Lara
melihat Mrs. Martin. Ia seorang wanita yang menarik dan anggun. Di luar
dugaannva sendiri, Lara tiba-tiba dihinggapi rasa bersalah.....
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paul berjalan menghampiri Lara. "Miss Cameron, saya Paul Martin. Ini istri saya. Nina. Terima kasih Anda telah mengundang kami."
Lara menggenggam tangan Paul sedetik lebih lama daripada yang biasa.
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Saya senang sekali Anda datang Silakan melihat-lihat dengan santai."
Paul melihat ke sekeliling lobby itu. Ia sudah sering melihatnya
sebelumnya. "Bagus sekali," ia berkomentar. "Saya kira Anda akan sangat sukses dengan ini."
Nina Martin sedang mengamati Lara. "Aku yakin ia akan sukses."
Dan Lara bertanya dalam hati apakah Nina tahu hubungannya dengan
Paul. Para tamu semakin banyak berdatang.
Sejam kemudian Lara masih berdiri di lobby ketika Kel er bergegas
menghampirinya. "Demi Tuhan," katanya, "semua orang mencarimu. Mereka semua berada di ruang dansa sekarang, makan. Mengapa kau tidak pergi ke
sana"' "Todd Grayson belum juga datang. Aku sedang menunggu dia."
"Kritikus arsitektur dari Times itu" Aku melihatnya satu jam yang lalu "
"Apa?" "Ya. Ia pergi berkeliling melihat-lihat hotel dengan yang lain."
"Mengapa tidak kaubilang dari tadi?"
"Kusangka kau sudah tahu."
"Ia bilang apa?" Lara bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. "Bagaimana dia" Apa dia nampak terkesan?"
"Ia tidak mengatakan apa-apa. Ia biasa-biasa saja. Dan aku tidak tahu dia terkesan atau tidak."
"Dia tidak bilang apa-apa?"
"Tidak." Lara mengerutkan dahi. "Dia pasti mengatakan sesuatu kalau dia suka. Ini pertanda buruk, Howard."
Pesta sangat sukses. Para tamu makan dan minum dan mengangkat toast
untuk hotel itu. Pada saat petang berlalu, Lara dihujani dengan pujian.
"Sungguh sebuah hotel yang cantik, Miss Cameron..."
"Saya pasti akan tinggal di sini kalau saya ke New York lagi nanti..."
"Gagasan yang bagus sekali, menaruh piano di setiap ruang keluarga..."
"Saya suka perapiannya..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya pasti akan merekomendasikannya pada semua teman saya..."
Wel , pikir Lara, walaupun seandainya The New York Times tidak
menyukainya, hotel ini tetap saja akan sukses.
Lara melihat Paul Martin dan istrinya saat mereka sudah akan pulang.
"Saya kita hotel Anda ini benar benar istimewa, Miss Cameron. Akan jadi buah bibir di New York."
"Anda sungguh baik, Mr. Martin," kata "Terima kasih atas kedatangannya."
Nina Martin berkata pelan, "Selamat malam Miss Cameron."
"Selamat malam."
Ketika mereka berjalan keluar lewat pintu lobby itu, Lara mendengar Nina
berkata, "Ia sangat cantik. ya, Paul?"
Hari Kamis keesokan harinya saat edisi pertama The New York Times
keluar, Lara sudah berada di kios koran di Forty-second Street dan Broadway pada jam empat pagi untuk membeli satu eksemplar. Ia buru-buru membalik
halaman yang memuat Home Section. Ulasan Todd Grayson dimulai dengan:
Manhattan sudah lama memerlukan sebuah hotel yang tidak membuat
orang yang bepergian merasa mereka tinggal di hotel. Kamar suite di
Cameron Plaza sangat luas dan bagus, dan ditata dengan selera tinggi. Lara Cameron akhirnya telah memberikan kepada New York...
Lara berteriak kegirangan. Ia menelepon Kel er dan membangunkan dia
dari tidurnya. "Kita berhasil!" katanya. "The Times suka kita."
Kel er duduk di ranjangnya, masih belum sadar benar. "Bagus. Apa
katanya?" Lara membacakan ulasan itu untuknya.
"Baiklah," kata Kel er. "sekarang kau bisa tidur."
"Tidur" Kau bercanda" Aku baru saja menemukan lokasi baru. Begitu bank
buka pagi ini, aku ingin kau mulai merundingkan pinjaman..."
The New York Cameron Plaza merupakan sukses besar. Hotel itu sudah ful
book, dan ada daftar tunggu.
"Ini baru permulaan," kata Lara kepada Kel er. "Ada sepuluh ribu kontraktor di kawasan metropolitan ini, tapi cuma sedikit sekali yang
berkapasitas besar"keluarga Tisch, Rudin, Rockefel er, Stern. Wel , tak
peduli mereka suka atau tidak, kita akan ikut bermain di arena mereka. Kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan ikut mengubah garis langit kota ini. Kita akan ikut menentukan masa
depan kota ini." Lara mulai mendapatkan telepon dari bank-bank yang menawarkan kredit
kepadanya. Ia membina hubungan dengan broker-broker real estate
terkemuka, membawa mereka dinner dan ke teater. Ia menyelenggarakan
power breakfast di Regency dan mendapatkan informasi mengenai propertiproperti yang akan segera muncul di pasar. Ia memperoleh dua lokasi lagi di pusat kota dan sudah mulai membangunnya.
Paul Martin menelepon Lara di kantornya. "Kau sudah lihat Business
Weekly. Kau benar-benar dicari orang sekarang," katanya. "Berita tersebar bahwa kau seorang pembuat gelombang. Kau mampu menyelesaikan
pekerjaan besar." "Aku selalu berusaha."
"Kau bebas untuk dinner?"
"Akan kubuat diriku bebas."
Lara sedang berbincang dengan seorang partner dari biro arsitek
terkemuka. Ia sedang menelaah blue-print dan gambar gedung yang mereka
bawa. "Anda akan menyukai ini," arsitek kepala itu berkata. "Gedung ini memiliki keluwesan dan simetri dan scope yang Anda minta. Mari saya jelaskan
detailnya sedikit..."
"Tidak perlu," kata Lara. "Saya sudah paham." Ia mendongak. "Saya ingin Anda berikan rancangan ini kepada seorang artis."
"Apa?" "Saya mau gedung itu digambar dalam warna-warni. Saya mau lobby-nya
dilukis, koridor-koridornya, dan kantor-kantornya. Bankir-bankir tidak punya imajinasi. Saya akan tunjukkan pada mereka gedung ini akan nampak seperti apa nanti."
"Itu gagasan yang bagus."
Sekretaris Lara muncul. "Maaf, saya terlambat."
"Pertemuan ini dijadwalkan jam sembilan, Kathy. Sekarang jam sembilan seperempat."
"Maafkan saya, Miss Cameron, weker saya tadi tidak bunyi dan..."
"Kita bicara nanti."
Lara menghadapi para arsitek itu lagi. "Saya ingin ada beberapa
perubahan. " Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua Jam kemudian Lara selesai mengemukakan semua perubahan yang
dikehendakinya. Setelah pertemuan itu selesai, ia berkata kepada Kathy,
"Jangan pergi dulu. Duduklah."
Kathy duduk. "Kau menyukai pekerjaanmu?"
"Ya, Miss Cameron."
"Ini adalah yang ketiga kalinya kau terlambat dalam minggu ini. Aku tidak akan bisa mentolerir itu lagi."
"Saya sangat menyesal, saya... saya kurang enak badan akhir-akhir ini."
"Ada apa?" "Saya kurang tidur akhir-akhir ini. Terus terang saja, saya... saya takut."
"Takut apa?" tanya Lara dengan kurang sabar.
"Ada... benjolan di tubuh saya."
"Oh." Lara terdiam untuk beberapa saat. "Wel , apa kata dokter?"
Kathy menelan ludah. "Saya belum pergi ke dokter."
"Belum pergi!" Lara meledak. "Demi Tuhan, apa kau berasal dari keluarga burung unta" Tentu saja kau harus pergi ke dokter."
Lara mengangkat telepon. "Tolong sambungkan dengan Dr. Peters."
Ia meletakkan gagang telepon itu. "Mungkin saja tidak apa-apa, tapi tak boleh dibiarkan saja."
"Ibu dan saudara laki-laki saya meninggal karena kanker," kata Kathy dengan sedih. "Saya tidak ingin dokter memberitahu bahwa saya mengidap kanker."
Telepon berdering. Lara mengangkatnya. "Halo"
"Dia apa". Saya tidak peduli dia lagi apa. Bilang padanya saya ingin bicara dengan dia sekarang." Ia meletakkan gagang telepon.
Beberapa saat kemudian telepon itu berdering kembali. Lara
mengangkatnya. "Halo, Alan... bukan, aku tidak apa-apa. Aku akan mengirim sekretarisku ke tempatmu. Namanva Kathy Turner. Ia akan sampai di sana
setengah jam lagi. Aku ingin ia diperiksa pagi ini, dan aku ingin kau benar-benar membantunya" aku tahu kau bisa... sangat kuhargai itu... terima
kasih." Lara meletakkan gagang telepon. "Cepat pergi ke Sloan-Kettering Hospital.
Dr. Peters menunggumu di sana."
"Saya tidak tahu harus bilang apa, Miss Cameron."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bilang bahwa kau tidak akan terlambat besok pagi."
Howard Kel er datang ke kantor. "Kita punya masalah, Bos."
"Katakan" "Properti yang di Fourteenth Street. Kita sudah mengeluarkan para
penghuni seluruh blok itu kecuali satu rumah apartemen. Dorchester
Apartments. Enam di antara para penghuninya menolak untuk pergi, dan
Dewan Kota tidak setuju kalau kita mengusir mereka."
"Tawari mereka lebih banyak uang."
"Bukan masalah uang. Orang-orang itu sudah lama sekali tinggal di situ.
Mereka tidak mau pindah. Mereka merasa nyaman di sana."
"Kalau begitu bikin supaya mereka tidak nyaman".
"Apa maksudmu?"
Lara bangkit berdiri. "Mari kita lihat bangunan itu."
Dalam perjalanan mereka melihat perempuan-perempuan tua miskin
membawa karung dan para tuna wisma berkeliaran di jalan-jalan, mengemis.
"Di negeri yang sekaya ini," kata Lara, "itu sangat memalukan."
Dorchester Apartments adalah gedung bertingkat enam terbuat dari batu
bata di tengah blok yang penuh dengan bangunan-bangunan tua yang
menunggu dibuldoser. Lara berdiri di depannya, mengamatinya. "Ada berapa penghuni di dalam sana?"
"Sudah enam belas yang bisa kita keluarkan dari situ. Cuma tinggal yang enam ini."
"Itu artinya kita punya enam belas apartemen yang sekarang kosong."
Kel er memandangnya dengan heran. "Benar. Mengapa?"
"Mari kita isi saja apartemen-apartemen itu."
"Maksudmu, disewakan" Apa gunanya..."
"Kita tidak akan menyewakannya. Kita akan menyumbangkannya kepada
para tuna wisma. Ada ribuan tuna wisma di New York. Kita akan merawat
sebagian dari mereka. Masukkan mereka ke apartemen-apartemen itu
sebanyak mungkin. Atur supaya mereka diberi makan."
Kel er mengerutkan dahinya. "Apa yang membuatmu beranggapan bahwa
ini adalah gagasan yang baik?"
"Howard. kita akan bergerak di bidang sosial. Kita akan me
lakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan kota ini"memberikan tempat berteduh kepada
para tuna wisma." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara mengamati gedung itu dengan lebih saksama, memandang ke
jendela-jendelanya. "Dan aku ingin jendela-jendela ini ditutup mati."
"Apa?" "Kita akan membuat gedung ini nampak seperti sudah lama tidak dihuni.
Apakah apartemen di lantai paling atas itu masih dihuni"yang ada taman di atap itu?"
"Ya." "Pasang satu papan reklame besar di atas atap untuk menghalangi
pandangan." "Tapi..." "Kerjakan itu segera."
Ketika Lara kembali ke kantornya, ada pesan untuknya. "Dr. Peters minta Anda menelepon dia," kata Tricia.
"Sambungkan." Dokter itu langsung bicara di telepon. "Lara, aku sudah memeriksa
sekretarismu." "Ia mengidap tumor. Dan rupanya tumor ganas. Kuanjurkan untuk segera dilakukan mastectomy."
"Aku ingin pendapat kedua," kata Lara.
"Tentu saja, kalau itu yang kaumaui, tapi aku kepala departemennya
dan..." "Aku tetap ingin pendapat kedua. Tolong minta satu dokter lagi untuk
memeriksanya. Lalu tolong segera aku diberitahu lagi. Di mana Kathy
sekarang?" "Ia sedang dalam perjalanan kembali ke kantormu."
"Terima kasih, Alan."
Lara meletakkan gagang telepon. Ia lalu menekan tombol inierkom. "Kalau Kathy datang, suruh dia masuk ke sini."
Lara menelaah kalender di meja tulisnya. Ia hanya punya tiga puluh hari
untuk mengosongkan Dorchester Apartments itu sebelum pekerjaan
konstruksi dimulai sesuai dengan jadwal.
Enam penghuni kepala batu. Baiklah, pikir Lara, kita lihat saja sampai
berapa jauh mereka bisa tahan.
Kathy memasuki kantor Lara. Wajahnya sembap dan matanya nampak
merah. "Aku sudah mendengar," kala Lara. "Aku ikut prihatin, Kathy."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya akan mati," kata Kathy.
Lara bangkit dan memeluknya. "Itu tidak akan terjadi pada dirimu.
Pengobatan untuk kanker sudah sangat maju. Kau akan dioperasi, dan akan
pulih kembali." "Miss Cameron, saya tidak akan sanggup membayar"
"Semuanya akan diatur Dr Peters akan mengatur supaya kau diperiksa
sekali lagi. Kalau itu ternyata menguatkan diagnosisnya, kau sebaiknya
langsung menjalani operasi itu. Sekarang pulanglah saja dan beristirahatlah"
Mata Kathv tergenang air mata. "Saya... terima kasih "
Ketika Kathy berjalan keluar dan ka ntornya, ia berpikir, Tidak ada yang
tahu bagaimana dia yang sebenarnya.
Bab Enam Belas Hari Senin berikutnya Lara kedatangan seorang tamu.
"Ada seorang bernama Mr. O'Brian dari kantor Komite Perencanaan Kota ingin bertemu dengan Anda, Miss Cameron."
"Tentang apa?" "Ia tidak mau menjelaskan"
Lara menghubungi Kel er via interkom. "Bisa kau ke sini sebentar,
Howard?" Lara berkata kepada sekretarisnya, "Minta Mr. O'Brian masuk ke sini."
Andy O'Brian adalah seorang Irlandia berbadan besar dan tegap seila
berwajah kemerah-merahan. Masih ada sedikit logat Irlandia dalam
bicaranya. "Miss Cameron?"
Lara tetap saja duduk di belakang meja tulisnya. "Ya. Apa yang bisa sava bantu. Mr. O'Brian?"
"Saya kuatir Anda telah melakukan pclanggaran hukum, Miss Cameron"
"O ya" Sebenarnya ada masalah apa ini?"
"Anda pemilik Dorchester Apartments di Four-teenth Street Timu?"
"Ya." "Kami dilapori bahwa sekitar seratus tuna wisma berjubel masuk ke dalam
apartemen-apartemen Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh, itu" Lara tersenyum. "Ya, karena saya pikir Dewan Kota tidak berbuat apa-apa untuk membantu para tuna wisma itu, saya ingin membantu. Saya
memberi mereka tempat berteduh."
Howard Kel er memasuki ruangan. "Ini Mr. Kel er. Mr. O'Brian."
Kedua pria itu berjabat tangan.
Lara menoleh kepada Kel er. "Baru saja kujelaskan tadi bagaimana kita membantu Dewan Kota menyediakan perumahan."
"Anda mengundang mereka masuk ke sana, Miss Cameron?"
"Benar." "Anda punya surat izin dari Dewan Kota?"
"Surat izin untuk apa?"
"Kalau Anda menyelenggarakan tempat penampungan, itu perlu
persetujuan dari Dewan Kota. Ada ketentuan-ketentuan ketat yang mengatur
hal itu." "Maafkan saya. Saya tidak tahu itu. Saya akan segera mengurus surat
izinnya." "Saya rasa itu tidak perlu."
"Apa maksudnya itu?"
"Kami menerima keluhan dari para penghuni gedung itu. Kata mereka
Anda sedang mencoba memaksa mereka keluar "
"Nonsens." "Miss Cameron, pihak Dewan Kota memberi Anda waktu empat puluh
delapan jam untuk memindahkan para tuna wisma itu dari sana. Dan setelah
mereka keluar, kami punya surat perintah supaya Anda menurunkan papanpapan yang dipasang untuk menutup jendela-jendela itu."
Lara sangat marah. "Sudah, cuma itu?"
"Belum, ma'am. Penghuni yang memiliki taman di atas atap itu melaporkan bahwa Anda menaruh papan reklame yang menghalangi pandangan. Anda
harus menurunkan itu juga."
"Bagaimana kalau saya tidak mau?"
"Saya kira Anda pasti mau. Semua yang Anda lakukan ini dapat disebut sebagai mengusik ketenteraman orang lain. Jangan sampai kami terpaksa
mengajukan Anda ke pengadilan. Dan itu akan menyulitkan Anda dan
merupakan publisitas yang kurang baik." Ia mengangguk dan berkata, "Have a nice day."
Mereka menyaksikan dia keluar dari kantor itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kel er menoleh kepada Lara. "Kita harus mengeluarkan orang-orang itu dari sana."
"Tidak." Lara duduk di situ sambil tepekur.
"Apa maksudmu dengan 'tidak'" Orang itu tadi bilang..."
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku tahu dia bilang apa. Aku ingin kaubawa lebih banyak lagi tuna wisma.
Aku mau bangunan itu dipenuhi kaum gelandangan. Kita akan mengulur
waktu. Panggil Terry Hil . Jelaskan permasalahannya. Minta dia
mengusahakan ijin tinggal atau apa. Kita harus bisa mengeluarkan keenam
penghuni itu paling lambat akhir bulan atau kita akan rugi tiga juta dolar."
Interkom berbunyi. "Dr. Peters ada di telepon."
Lara mengangkat gagang telepon. "Halo, Alan."
"Aku hanya ingin memberitahukan bahwa kami baru saja selesai
melakukan operasi. Nampaknya seluruhnya bisa dikeluarkan. Kathy akan
sehat kembali." "Bagus sekali. Kapan aku bisa menengoknya?"
"Kau bisa datang sore ini."
"Aku akan datang. Terima kasih, Alan. Atur supaya semua tagihan
diberikan kepadaku, ya?"
"Beres." "Dan kau bisa mengatakan kepada pihak rumah sakit bahwa akan ada
sumbangan. Lima puluh ribu dolar."
Lara memberitahu Tricia, "Penuhi kamarnya dengan bunga."
Lara mengecek jadwalnya. "Aku akan ke sana menengoknya jam empat
nanti." Terry Hil tiba di kantor. "Ada surat perintah penahananmu."
"Apa?" "Apa kau sudah diperingatkan untuk mengeluarkan para tuna wisma itu
dari bangunan itu?" "Ya, tapi..." "Kau tak bisa menghindar. Ada peribahasa kuno mengatakan "jangan
melawan Balai Kota, kau takkan menang.'"
"Mereka benar-benar akan menahanku?"
"Benar sekali. Kau sebelumnya sudah diperingatkan untuk mengeluarkan orang-orang itu dari sana."
"Baiklah," kata Lara. "Kita keluarkan saja orang-orang itu sekarang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara menoleh kepada Kel er. "Pindahkan mereka, tapi jangan kembalikan mereka ke jalanan. Itu tidak benar.... Kita kan punya rumah-rumah kos di
West Twenties yang sedang diproses statusnya itu. Tempatkan mereka di
sana. Bawalah staf yang kauperlukan. Aku mau mereka keluar dalam satu
jam." Ia lalu menoleh kepada Terry Hil . "Aku akan keluar dari sini, supaya mereka tidak bisa menahan aku. Pada saat mereka datang nanti, masalahnya
sudah selesai." lnterkom berbunyi. "Di sini ada dua orang pria dari kantor Jaksa Wilayah."
Lara memberi isyarat kepada Howard Kel er. Ia menghampiri interkom itu
dan berkata, "Miss Cameron tidak ada di tempat."
Terdiam sebentar. "Kapan ia kira-kira kembali ke sini?"
Kel er memandang Lara. Lara menggelengkan kepala.
Kel er menjawab via interkom, "Kami kurang tahu." Ia mematikan
interkom itu. "Aku akan keluar lewat belakang," kata Lara.
Lara membenci rumah sakit. Baginya rumah sakit berarti ayahnya yang
terbaring di ranjang, pucat dan tua. Apa-apaan kau ini Mengapa ada di sini"
Seharusnya kau bekerja di rumah kos.
Lara memasuki kamar perawatan Kathy. Kamar itu penuh dengan
karangan bunga. Kathy sedang duduk di atas ranjang. "Bagaimana
keadaanmu?" tanya Lara. Kathy tersenyum. "Dokter bilang saya akan sehat kembali."
"Sebaiknya begitu. Pekerjaanmu numpuk. Aku perlu kau."
"Saya... saya tidak tahu bagaimana harus berterima kasih untuk semua ini."
"Jangan." Lara mengangkat telepon di sebelah tempat tidur dan meghubungi
kantornya. Ia berbicara dengan Terry Hil . "Mereka masih di sana?"
"Mereka masih di sini. Mereka bermaksud menunggu sampai kau kembali."
"Coba cek ke Howard. Begitu dia selesai memindahkan para tuna wisma
dari bangunan itu, aku kembali."
Lara meletakkan gagang telepon. "Kalau kau perlu apa saja, kasih tahu aku," kata Lara. "Aku akan ke sini lagi besok."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tempat berikutnya yang dikunjungi Lara adalah kantor biro arsitek Higgins, Almont & Clark. Ia diantar masuk ke dalam untuk menjumpai Mr. Clark.
Clark berdiri pada saat Lara memasuki kantornya.
"Sungguh surprise menyenangkan. Apa yang bisa saya bantu, Miss
Cameron?" "Anda punya rancangan untuk proyek yang di Fourteenth Street itu?"
"Ada, ada di sini."
Clark berjalan ke meja gambarnya. "Ini dia."
Nampak sketsa sebuah gedung bertingkat yang cantik lengkap dengan
bangunan-bangunan apartemen dan kompleks pertokoan di sekitarnya.
"Saya ingin Anda menggambarnya ulang," kata Lara.
"Apa?" Lara menunjuk sebidang lokasi di tengah-tengah blok itu. "Di sini masih ada bangunan yang berdiri. Saya ingin Anda menggambar konsep yang
sama, tapi buatlah konstruksinya mengitari bangunan itu."
"Maksud Anda, Anda akan membangun kompleks ini dengan salah satu
bangunan tua itu masih berdiri di situ" Tidak akan bisa. Pertama, itu akan memberikan citra yang sangat buruk dan..."
"Lakukan saja, saya minta. Kirimkan itu ke kantor saya sore ini."
Dan Lara langsung pergi. Dari mobilnya ia menelepon Terry Hil . "Kau sudah menghubungi Howard?"
"Ya. Para tuna wisma itu sudah diangkut semuanya."
"Bagus. Sekarang telepon jaksa wilayah itu. Bilang padanya bahwa aku telah menyuruh para tuna wisma itu pergi dua hari yang lalu tapi ada
kesulitan komunikasi. Begitu aku tahu mereka belum pergi hari ini, aku
langsung mengatur supaya mereka pergi- Aku dalam perjalanan menuju ke
kantor sekarang. Coba kita lihat apakah ia masih tetap akan menahan aku."
Lara berkata kepada sopirnya, "Mutar lewat taman kota. Pelan-pelan saja."
Tiga puluh menit kemudian, ketika Lara tiba di kantornya, orang-orang
yang membawa surat perintah penahanan itu sudah pergi.
Lara sedang berapat dengan Howard Kel er dan Terry Hil .
"Para penghuni itu masih saja tidak mau beranjak dari situ," kata Kel er.
"Padahal sudah kutawari uang tambahan. Mereka tidak mau pindah. Kita cuma punya waktu lima hari lagi sebelum tahap pembersihan dengan
buldoser dimulai." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara berkata, "Aku tadi minta Mr. Clark menggambar blue-print yang baru untuk proyek kita."
"Sudah kulihat," kata Kel er. "Tidak rmsuk akal. Kita tidak bisa membiarkan bangunan tua itu tetap berdiri di tengah-tengah kompleks bangunan raksasa yang modern. Sebaiknya kita menghubungi pihak bank dan minta mereka
mengundurkan tanggal dimulainya pembangunan."
"Jangan," kata Lara. "Aku malahan akan memajukan tanggalnya."
"Apa?" "Hubungi kontraktornya. Bilang kita mulai membersihkan dengan buldozer besok pagi."
"Besok pagi?" "Pagi-pagi sekali. Dan bawa blue-print itu dan berikan pada mandor dari pekerja konstruksi itu."
"Apa manfaatnya melakukan itu?" tanya Kel er.
"Kita lihat saja nanti."
Keesokan paginya sisa penghuni Dorchester Apartments terbangun karena
bunyi buldoser yang mengaum-aum. Mereka melihat ke luar jendela.
Setengah jalan dari ujung blok nampak mesin besar bagaikan binatang
raksasa bergerak ke arah mereka, melindas rata semua yang menghadang
jalannya. Para penghuni itu terkesima.
Mr. Hershey, yang tinggal di lantai paling atas, menghambur keluar dan
bergegas menghampiri sang mandor. "Anda ini apa-apaan?" ia berteriak.
"Anda tidak boleh melanjutkan itu."
"Siapa bilang begitu?"
"Dewan Kota." Hershey menunjuk ke bangunan tempat ia tinggal. "Anda tidak di zinkan menyentuh bangunan itu."
Sang mandor melihat ke blue-print yang ada di hadapannya. "Benar itu,"
katanya. "Kami di nstruksikan untuk membiarkan gedung itu tetap berdiri."
Hershey mengerutkan dahi. "Apa" Coba saya lihat."
Ia melihat gambar itu dan napasnya tersengal. "Mereka akan membangun plaza dan membiarkan gedung itu tetap berdiri?"
"Benar sekali, mister."
"Tapi mereka tidak bisa melakukan ini! Bunyi bising dan debu ini!"
"Itu bukan urusan saya. Nah, saya minta Anda menyingkir dari sini, saya harus kembali bekerja"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga puluh menit kemudian, sekretaris Lara berkata, "Ada seorang
bernama Mr. Hershey di saluran dua, Miss Cameron."
"Bilang padanya aku tidak ada."
Ketika Hershey menelepon untuk ketiga kalinya sore itu, Lara akhirnya
mengangkat telepon dan berbicara kepadanya.
"Ya, Mr. Hershey. Apa yang bisa saya bantu?"
"Saya ingin datang ke sana menjumpai Anda, Miss Cameron."
"Saya kira saya agak sibuk. Apa pun yang ingin Anda katakan bisa Anda sampaikan lewat telepon saja."
"Wel , Anda akan senang mendengar bahwa saya telah berbicara dengan
penghuni-penghuni yang lain dan kami setuju bahwa sebaiknya kami
menerima tawaran Anda dan mengosongkan apartemen kami."
"Tawaran itu sudah tidak berlaku, Mr. Hershey. Anda bisa tetap tinggal di tempat Anda sekarang."
"Kalau Anda membangun di sekeliling kami, kami tak akan pernah bisa
tidur!" "Siapa bilang kami akan membangun di sekeliling tempat Anda?" Lara menuntut. "Di mana Anda mendapat informasi itu?"
"Mandor di lokasi Proyek tadi menunjukkan blue-print-nya dan..."
"Wel , dia akan dipecat" Terdengar suara Lara penuh kemarahan. "Itu adalah informasi yang tidak boleh dibocorkan."
"Tunggu dulu. Mari kita bicarakan baik-baik, ya" Akan lebih baik bagi proyek Anda kalau kami keluar dari sini, dan saya kira akan lebih baik bagi kami kalau kami pindah. Saya tidak ingin tinggal di tengah gedung-gedung
bertingkat." Lara berkata, "Tak jadi masalah bagi saya apakah Anda akan tinggal atau pindah, Mr. Hershey." Lalu nada suaranya melunak. "Begini saja. Kalau gedung itu dikosongkan bulan depan, saya bersedia kembali ke tawaran kami yang pertama."
Hershey menyatakan akan berpikir sebentar. Akhirnya ia dengan enggan
berkata, "Oke. Saya akan bicara dengan mereka, tapi saya yakin mereka akan setuju. Saya sungguh menghargai ini, Miss Cameron."
Lara berkata, "Saya juga senang, Mr. Hershey."
Bulan berikutnya, proyek baru itu mulai dikerjakan dengan serius.
Reputasi Lara semakin bagus. Cameron Enterprises sedang membangun
gedung bertingkat di Brooklyn, pusat perbelanjaan di Westchester, sebuah
mal di Washington, D.C. Ada lagi proyek permukiman biaya-rendah yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang dibangun di Dal as dan satu blok condominium di Los Angeles. Dana
mengalir dari bank-bank, lembaga-lembaga simpan-pinjam, dan dari para
investor pribadi yang berminat. Lara telah menjadi sebuah nama.
Kathy telah kembali bekerja. "Saya sudah kembali."
Lara mengamatinya sebentar. "Bagaimana rasanya?"
Kathy tersenyum. "Hebat. Berkat..."
"Kau merasa tenagamu sudah pulih?"
Ia heran ditanya begitu. "Ya. Saya..."
"Bagus. Kau akan memerlukan itu. Aku akan membuatmu jadi asisten
eksekutifku. Kau akan mendapat kenaikan gaji."
"Saya tidak tahu harus mengatakan apa. Saya..."
"Kau pantas mendapatkannya." Lara melihat memo di tangan Kathy. "Itu apa?"
"Majalah Gowmet ingin memuat resep favorit Anda. Anda berminat?"
"Tidak. Katakan kepada mereka aku terlalu... tunggu dulu." Lara duduk di sana beberapa saat lamanya, terhanyut dalam permenungannya. Lalu ia
berkata pelan, "Ya. Aku akan memberikan sebuah resep kepada mereka."
Resep itu muncul di majalah itu tiga bulan kemudian.
Begini bunyinya: Black Bun"kue tradisional Skotlandia. Ragu yang dibungkus adonan pasta
yang terbuat dari setengah pon tepUng terigu, seperempat pon mentega,
sepercik air dingin, dan setengah sendok teh baking powder. Ragunya
terbuat dari dua pon kismis, setengah pon cacahan almond, tiga perempat
pon tepung terigu, setengah pon gula, dua sendok teh campuran rempahrempah, satu sendok teh bubuk jahe, satu sendok teh kayu manis, setengah
sendok teh baking powder, dan sepercik brendi...
Lara lama sekali mengamati artikel itu, dan ia seakan bisa merasakan
kembali semuanya itu, bau dapur rumah kos, riuh rendah para penghuni saat makan malam. Ayahnya yang tidak berdaya di tempat tidur. Lara menyimpan
majalah itu. Orang-orang mengenali Lara di jalanan, dan kalau ia memasuki sebuah
restoran, selalu terdengar bisik-bisik di belakangnya. Ia selalu berganti-ganti dikawal ke mana-mana oleh pria-pria yang menginginkan dirinya, dan telah
berkali-kali dilamar oleh pria-pria berkedudukan tinggi, tapi ia tidak pernah tertarik. Dan ini membuat Lara merasa aneh dan hampir-hampir takut,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena ia masih saja mencari seseorang. Seseorang yang seakan sudah
dikenalnya, tapi belum pernah dijumpainya.
Lara selalu bangun jam lima setiap pagi dan menyuruh sopirnya, Max,
mengantarkannya ke salah satu proyek yang sedang dibangun. Ia berdiri di
sana, menatap apa yang sedang diciptakannya itu, dan ia berpikir, Kau keliru, Ayah. Aku mampu mengumpulkan uang-uang sewa itu.
Bagi Lara, setiap hari dibuka dengan bunyi suara palu auman buldoser,
gemerincing yang beradu. Ia lalu naik lift proyek yang reyot ke puncak
gedung dan berdiri di atas kerangka baja dengan angin menerpa wajahnya,
dan ia berpikir, aku pemilik kota ini
Paul Martin dan Lara sedang berada di tempat tidur.
"Kudengar kau tadi mencaci habis dua pekerja di proyekmu."
"Mereka pantas mendapat itu," kata Lara. "Kerjanya tidak becus."
Paul menyeringai. "Paling tidak kau sudah belajar untuk tidak menampar mereka lagi."
"Coba lihat apa yang terjadi saat aku dulu menampar satu." Lara merapat manja kepadanya. "Aku jumpa kau."
"Aku harus pergi ke L.A.," kata Paul. "Aku ingin kau ikut denganku. Bisakah kau pergi untuk beberapa hari?"
"Aku sangat ingin, Paul, tapi sungguh tidak mungkin. Jadwalku disusun berdasarkan stopwatch."
Paul bangkit dan duduk di tempat tidur serta memandang Lara. "Barangkali kau bekerja terlalu keras, baby. Jangan sampai kau terlalu sibuk sampai tak ada waktu buatku."
Lara tersenyum dan mulai membelai tubuh Paul. "Jangan kuatrkan itu. Itu tak akan pernah terjadi."
Sebenarnya itu ada tlepat di hadapannya setiap saat, tapi Lara tidak
menyadarinya. Sebuah properti tepi pantai yang teramat luas di kawasan
Wal Street, dekat World Trade Center. Dan properti itu dijual. Lara telah melewatinya selusin kali, tapi sekarang ia benar-benar mengamatinya dan
melihat apa yang seharusnya sudah lama berada di sana. Di dalam
benaknya, ia bisa melihat bangunan yang tertinggi di dunia. Ia tahu Howard akan mengatakan, "Kau terlalu hanyut di dalam anganmu, Lara. Tak mungkin kau bisa melakukan ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Lara tahu bahwa tak ada apa pun yang bisa menghalanginya.
Setelah tiba di kantornya, ia mengadakan rapat staf.
"Properti Wal Street di tepi pantai itu," kata Lara. "Kita akan membelinya.
Kita akan membangun pencakar langit yang tertinggi di dunia."
"Lara..." "Sebelum kau mengatakan apa-apa, Howard, biarkan aku menunjukkan
beberapa hal. Lokasinya sempurna. Letaknya di jantung kawasan bisnis. Para penyewa akan berebut untuk memperoleh ruang kantor di situ. Dan ingat, ini akan menjadi pencakar langit yang tertinggi di dunia. Itu akan merupakan
rangsangan tersendiri. Gedung itu akan jadi gedung pembawa bendera kita.
Akan kita namakan Cameron Towers."
"Dari mana dananya?"
Lara memberikan secarik kertas kepada Kel er.
Kel er menelaah angka-angka itu. "Kau optimis."
"Aku realistis. Kita bukan bicara mengenai sembarang gedung. Kita bicara mengenai sebuah permata, Howard."
Kel er berpikir keras. "Kau akan menguras habis seluruh asetmu."
Lara tersenyum. "Kita sudah pernah begitu, kan?"
Kel er berkata sambil tepekur, "Pencakar langit yang tertinggi di dunia..."
"Benar. Dan bank-bank akan menelepon kita setiap hari, menawarkan
dana kepada kita. Mereka akan berebut"
"Barangkali mereka akan begitu," kata Kel er. Ia memandang Lara. "Kau benar-benar menginginkan ini, ya?"
"Ya." Kel er menghela napas. Ia memandang ke sekelilingnya kepada yang hadir.
"Baiklah. Langkah pertama adalah mengajukan tawaran atas properti itu."
Lara tersenyum. "Sudah kulakukan itu Dan aku punya berita lain untuk kalian. Steve Murchison juga sedang menawar properti itu."
"Aku ingat dia. Kita dulu merebut kavling hotel itu darinya di Chicago."
"Aku mengalah kali ini, bitch, karena kukira kau tidak sadar akan apa yang kaulakukan. Tapi setelah ini, jangan pernah lagi menghalangiku" kau bisa
terluka." "Benar." Murchison telah menjadi salah satu developer real estate yang paling kejam dan paling sukses di New York"
Kel er berkata, "Lara, dia itu berbahaya. Dia senang menghancurkan orang lain."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau terlalu kuatir."
Pendanaan Cameron Towers berjalan dengan lancar. Ternyata Lara benar.
Para bankir merasa bahwa pencakar langit yang tertinggi di dunia akan
mempunyai daya tarik tersendiri. Dan nama Cameron merupakan tambahan
jaminan. Mereka semua ingin bekerja sama dengan Lara.
Lara kini sudah menjadi tokoh glamor. Ia merupakan panutan bagi kaum
wanita sedunia, menjadi idola. Kalau Lara bisa melakukannya, mengapa saya tidak" Suatu produk parfum memakai namanya sebagai merek. Ia diundang
ke semua acara sosial yang penting, dan para penyelenggara pesta
menginginkan kehadirannya di pesta mereka. Gedung yang menyandang
namanya dijamin akan sukses.
"Kita akan membentuk perusahaan konstruksi sendiri," Lara memutuskan pada suatu hari. "Kita punya kru. Kita akan menyewakan kru kita kepada kontraktor lain."
"Itu bukan gagasan yang buruk," kata Kel er.
"Mari kita lakukan segera. Berapa lama lagi kita akan melakukan peletakan batu pertama Cameron Towers?"
"Transaksinya sudah beres. Kurasa sekitar tiga bulan lagi."
Ia duduk menyandar di kursinya. "Bisa kau bayangkan, Howard" Gedung
pencakar langit yang tertinggi di dunia"
Kel er bertanya dalam hati bagaimana kira-kira pendapat Freud seandainya
ia masih hidup
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suasana upacara peletakan batu pertama Cameron Towers bagaikan
suasana di dalam sirkus berarena tiga. Princess Amerika, Lara Cameron,
adalah bintangnya. Acara itu telah dipublikasikan besar-besaran sebelumnya oleh surat kabar dan televisi, dan para undangan yang jumlahnva lebih dari dua ratus orang telah berkumpul, menunggu kedatangan Lara. Pada saat
limousine putihnya berhenti di depan lokasi proyek, semua yang hadir
bersorak. "Itu dia!"
Pada saat Lara turun dari mobilnya dan menghampiri lokasi proyek untuk
menyalami Wali Kota, polisi dan para petugas keamanan menahan massa
yang berdesakan. Massa bersorak dan menyerukan nama Lara, dan udara
penuh lengan kilatan-kilatan cahaya yang dibuat para pemotret.
Di suatu sektor khusus yang dibatasi dengan tambang nampak para bankir,
pimpinan biro iklan, direktur perusahaan, kontraktor, manajer proyek, wakil masyarakat, dan arsitek. Seratus kaki jauhnya dari situ, buldoser-buldoser
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan traktor pengeruk raksasa menunggu instruksi untuk dijalankan. Lima
puluh truk disiapkan untuk mengangkut puing dan tanah.
Lara berdiri di sebelah Bapak Wali Kota dan Kepala Distrik Manhattan.
Hujan gerimis mulai turun. Jerry Townsend, kepala PR Cameron Enterprises, berlari-lari menghampiri Lara dengan membawa sebuah payung. Lara
tersenyum dan melambaikan tangan mengisyaratkan supaya Jerry
meninggalkannya. Bapak Wali Kota berbicara dengan kerumunan kamera di sekitarnya. "Hari ini adalah hari yang penting bagi Manhattan. Upacara peletakan batu
pertama Cameron Towers ini menandai salah satu proyek real estate terbesar dalam sejarah Manhattan. Enam blok kawasan Manhattan akan diubah
menjadi komunitas modern yang terdiri atas gedung-gedung apartemen, dua
pusat perbelanjaan, satu ruang konferensi, dan gedung pencakar langit yang tertinggi di dunia."
Yang hadir memberikan tepuk Uingan. "Ke mana pun pandangan mata
Anda terarah," Bapak Wali Kota melanjutkan, "Anda bisa melihat sumbangan Lara Cameron dalam bentuk beton." Ia menunjuk "Di pusat kota ada Cameron Center. Dan di sebelahnya, Cameron Plaza ditambah sejumlah
proyek perumahan. Dan di kota-kota besar di seluruh negeri tersebar
rangkaian Cameron Hotel."
Bapak Wali Kota menoleh kepada Lara dan tersenyum. "Dan dia bukan saja pintar, tapi juga cantik."
Hadirin tertawa dan bertepuk tangan lagi. "Lara Cameron, Bapak-bapak dan Ibu-ibu."
Lara melihat ke arah kamera televisi dan tersenyum. "Terima kasih. Bapak Wali Kota. Saya senang sekali telah bisa memberikan sedikit sumbangan
kepada kota kita yang sangat indah ini. Ayah saya selalu mengatakan bahwa tujuan kita dilahirkan ke bumi ini..." Ia nampak ragu. Dari sudut matanya Lara melihat sebuah sosok yang tak asing baginya di tengah kerumunan
massa. Steve Murchison. Lara pernah melihat fotonya di surat kabar....
Mengapa ia berada di sini" Lara melanjutkan..., "adalah untuk membuatnya menjadi tempat yang lebih baik daripada saat kita memasukinya. Wel , saya berharap bahwa dengan cara saya ini saya sudah bisa sedikit melaksanakan
hal itu." Hadirin kembali bertepuk tangan. Seseorang memberikan sebuah topi
proyek secara simbolis dan sebuah sekop yang sudah dilapis dengan krom
mengkilat. "Sudah waktunya bekerja, Miss Cameron."
Lampu-lampu blitz kamera berbinar-binar menangkap momentum itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara mendorongkan sekop itu ke dalam tanah dan menyekop gumpalan
tanah yang pertama. Di penghujung upacara itu, makanan dan minuman dihidangkan,
sementara kamera-kamera televisi terus mengabadikan event itu. Ketika Lara melihat berkeliling, Murchison sudah tidak nampak lagi.
Tiga puluh menit kemudian, Lara Cameron sudah balik ke limousine yang
membawanya ke kantornya. Jerry Townsend duduk di sebelahnya.
"Kurasa semuanya berjalan memuaskan," katanya.
"Sangat memuaskan."
"Tidak mengecewakan," Lara menyeringai. "Terima kasih, Jerry."
Executive suite Cameron Enterprises menempati seluruh lantai lima puluh
dari Cameron Center. Lara turun dari lift di lantai lima puluh, dan mereka yang ada di situ
diberitahu bahwa ia sudah tiba. Para sekretaris dan staf sibuk bekerja.
Lara menoleh ke Jerry Townsend. "Mari ikut ke kantorku."
Ruang kantor itu adalah sebuah suite yang sangat luas yang menghadap
ke arah pusat kota. Lara melihat sekilas kertas-kertas di atas meja tulisnya dan mendongak
memandang Jerry. "Bagaimana ayahmu" Apakah sudah membaik?"
Tahu apa dia tentang ayahnya"
"Ia... ia kurang sehat."
"Aku tahu. Ia mengidap Huntington's chorea, kan, Jerry?"
"Ya." Itu adalah penyakit yang cukup serius, yang bersifat progresif dan
degeneratif, yang ditandai dengan gerakan-gerakan otot yang tak terkendali di wajah dan di ujung-ujung anggota badan, disertai dengan mundurnya
fungsi-fungsi mental. "Bagaimana kau bisa tahu tentang ayahku?"
"Aku anggota dewan penyantun rumah sakit tempat ayahmu dirawat. Aku
mendengar beberapa dokter membicarakan kasusnya."
Jerry berkata dengan tegang, "Penyakit itu tidak bisa disembuhkan."
"Semua penyakit tidak bisa disembuhkan sebelum ditemukan
penyembuhnya," kata Lara. "Telah kuupayakan. Ada seorang dokter di Swiss
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang saat ini sedang melakukan penelitian tingkat lanjut atas penyakit ini. Ia bersedia menangani kasus ayahmu. Aku yang akan menanggung biayanya."
Jerry berdiri di sana, tercengang.
"Oke?" Jerry merasa sulit untuk berbicara. "Oke." Aku tidak tahu dia itu orang macam apa, pikir Jerry Townsend. Tak seorang pun tahu.
Sejarah sedang diukir, tapi Lara terlalu sibuk untuk menyadarinya. Ronald Reagan terpilih untuk kedua kalinya, dan seorang bernama Mikhail
Gorbachev baru saja menggantikan Chernenko sebagai pemimpin Uni Soviet.
Lara membangun kompleks permukiman untuk penduduk berpenghasilan
rendah di Detroit. Dalam tahun 1986, Ivan Boesky didenda seratus juta dolar karena
melakukan insider trading dan dijatuhi hukuman penjara tiga tahun.
Lara mulai membangun kompleks condominium di kawasan Queens. Para
investor sangat berminat ikut bergabung sebagai bagian dari nama Lara yang mengandung daya tarik magis itu. Sekelompok bankir investasi terbang ke
New York untuk bertemu dengan Lara. Lara mengatur supaya pembicaraan
diadakan segera setelah pesawat mereka mendarat. Mereka memprotes itu,
tapi Lara berkata, "Maafkan saya, Tuan-tuan. Ini satu-satunya waktu yang saya punyai. Saya harus langsung terbang ke Hong Kong."
Bankir-bankir Jerman itu diberi kopi, sedangkan Lara teh. Salah seorang
Jerman itu mengeluh tentang rasa kopinya yang kurang enak. "Ini kopi dengan merek khusus untuk saya," Lara menjelaskan. "Lambat laun Anda akan terbiasa dengan rasanya. Silakan tambah lagi."
Di akhir pertemuan itu, Lara memenangkan semua point yang
diusulkannya. Kehidupan merupakan suatu rangkaian keberuntungan yang tidak
disengaja, kecuali satu peristiwa yang tidak mengenakkan. Lara beberapa kali bersilang jalan dengan Steve Murchison dalam berburu lokasi properti, dan ia selalu berhasil mengalahkan Murchison.
"Kukira kita sebaiknya mengalah," Kel er memperingatkan.
"Biar dia yang mengalah."
Dan pada suatu pagi sebuah bingkisan yang dibalut dengan kertas mawar
yang cantik dikirim ke kantor dari agen ekspedisi Bendel's. Kathy
meletakkannya di meja tulis Lara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berat sekali ini," kata Kathy. "Kalau isinya topi, payah Anda mengenakannya."
Dengan penuh rasa ingin tahu, Lara membuka pembungkusnya dan
membuka tutupnya. Ternyata kotak itu berisi kotoran. Di dalamnya
ditemukan sebuah kartu yang dicetak dengan tulisan: "Kapel Pemakaman Frank E. Campbel ".
Proyek-proyek bangunan semuanya berjalan lancar. Ketika Lara membaca
tentang sebuah usulan proyek taman ria di dalam kota yang terhambat oleh
pita merah birokrasi, ia memutuskan untuk mengambil alih, mengatur supaya perusahaannya yang membangunnya, dan kemudian menyumbangkannya
kepada Dewan Kota. Publisitas yang diperolehnya karena tindakannya ini
sangat luar biasa. Salah satu headline berbunyi, NAMA LARA CAMERON
MEWAKILI PENGERTIAN "SEMUA BERES".
Lara bertemu dengan Paul sekali atau dua kali setiap minggu, dan ia
berbicara dengannya setiap hari.
Lara membeli sebuah rumah di Southampton dan hidup dalam dunia
fantasi yang dimanjakan oleh permata mutu manikam dan mantel bulu serta
limousine-limousine mengilap. Lemari-lemari pakaiannya penuh dengan gaun
ciptaan para designer ternama. "Saya perlu pakaian untuk ke sekolah." "Wel , aku bukan bank. Pergi ke Gereja Bala Keselamatan sana minta pakaian
gratis." Dan Lara memesan lagi sejumlah gaun mewah.
Para karyawannya merupakan keluarganya. Lara sangat memikirkan
mereka dan sangat murah hati. Mereka miliknya satu-satunya di dunia ini. Ia ingat semua tanggal ulang tahun dan tanggal penting lainnya yang
menyangkut para karyawannya. Ia membantu anak-anak mereka
memperoleh sekolah yang baik dan memberikan beasiswa untuk anak-anak
itu. Kalau mereka mencoba mengungkapkan rasa terima kasih mereka, Lara
merasa malu. Sulit baginya mengungkapkan perasaannya. Ayahnya selalu
mencemoohkannya setiap kali ia mencoba mengungkapkan perasaannya.
Lara tanpa sadar telah membangun tembok pelindung di sekitar dirinya. Tak ada orang yang boleh menyakiti aku lagi, ia bersumpah. Tak seorang pun.
BAGIAN KETIGA Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bab Tujuh Belas "Aku akan berangkat ke London pagi-pagi besok, Howard."
"Ada urusan apa?" tanya Kel er.
"Lord Macintosh mengundangku untuk datang dan melihat properti yang
diminatinya. Ia ingin bermitra dengan kita."
Brian Macintosh adalah salah satu developer real estate yang paling kaya
di Inggris. "Jam berapa kita berangkat?" tanya Kel er.
"Aku memutuskan untuk pergi sendiri."
"Oh?" "Aku minta kauawasi semuanya di sini." Kel er mengangguk.
"Baik. Akan kulakukan itu."
"Aku tahu kau pasti mau. Aku selalu bisa mengandalkanmu."
Tak ada kejadian penting dalam perjalanan ke London itu. Pesawat pribadi
727 yang baru saja dibeli Lara take off pagi-pagi dan mendarat di Terminal Magec di Bandara Luton di luar kota London. Lara tidak sadar akan ada
sesuatu yang mengubah jalan hidupnya.
Ketika Lara tiba di lobby Claridges Hotel, Ronald Jones, manajernya, sudah ada di sana untuk menyambutnya. "Saya senang Anda kembali lagi, Miss Cameron. Akan saya antarkan Anda ke suite Anda. Oh, ya, ada pesan-pesan
untuk Anda." Ternyata ada lebih dari dua lusin pesan.
Suite-nya sangat bagus. Ada karangan-karangan bunga dari Brian
Macintosh dan dari Paul Martin, dan champagne serta makanan kecil dari
direksi hotel. Telepon berdering segera setelah Lara memasuki kamarnya.
Berita-berita itu datang dari seluruh penjuru Amerika.
"Arsiteknya ingin membuat beberapa perubahan atas rancangannya. Itu
perlu biaya yang tidak main-main..."
"Kiriman semen terhambat..."
"The First National Savings and Loans ingin ikut dalam transaksi kita berikutnya..."
"Bapak Wali Kota ingin tahu apakah Anda bisa berada di L.A. untuk acara pembukaan. Ia ingin merancang upacara pembukaan yang mewah dan..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kiriman toilet belum juga tiba..."
"Cuaca buruk menghambat pekerjaan konstruksi. Kita mulai terlambat dari jadwal..."
Setiap masalah memerlukan keputusan, dan setelah Lara selesai
membereskan berbagai masalah itu, ia merasa sangat letih. Ia makan malam
sendirian di kamarnya dan duduk memandang ke luar jendela, ke mobil-mobil Rol s Royce dan Bentley yang berhenti di mulut Brook Street, dan ia
merasakan gelora sukacita memenuhi seluruh inderanya. Banyak sekali yang
sudah dilakukan oleh gadis kecil dari Glace Bay ini, Daddy.
Keesokan paginya, Lara pergi dengan Brian Macintosh meninjau lokasi
yang diusulkan itu. Amat sangat luas"suatu dataran sepanjang dua mil
menyusuri tepi sungai yang dipenuhi bangunan-bangunan tua dan gudanggudang lapuk. "Pemerintah Inggris akan memberikan banyak keringanan pajak untuk
proyek ini," Brian Macintosh menjelaskan, "karena kita akan meningkatkan penampilan seluruh kawasan di sektor kota ini."
"Akan saya pikirkan dulu," kata Lara. Padahal ia sudah membuat
keputusan di dalam hatinya.
"Oh, ya, saya punya tiket untuk konser nanti malam," kata Brian Macintosh. "Istri saya akan pergi menghadiri pertemuan klub. Anda suka musik klasik?"
Lara tidak punya minat dalam musik klasik. "Ya."
"Philip Adler akan memainkan karya Rachmaninoff." Ia memandang Lara seakan berharap Lara akan berkomentar. Lara belum pernah mendengar
tentang Philip Adler. "Kedengarannya asyik," kata Lara.
"Bagus. Setelah nonton kita akan makan malam di Scotts. Saya akan
menjemput Anda jam tujuh nanti."
Mengapa kubilang aku suka musik klasik" Lara menyalahkan diri sendiri. Ia pasti akan bosan petang nanti. Sebenarnya ia lebih suka mandi air panas lalu tidur OK wel , tidak jadi masalah membuang satu petang Aku akan terbang
balik ke New York esok paginya.
Festival Hal telah penuh sesak dengan para pecandu musik. Para prianya
mengenakan setelan jas resmi dan para wanitanya mengenakan gaun malam
yang indah. Malam itu malam gala, dan di udara aula yang luas itu
menggantung suasana penuh harap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Brian Macintosh membeli dua buku acara dari penerima tamu, dan mereka
diantarkan ke tempat duduk mereka. Brian memberikan sebuah buku acara
kepada Lara. Lara hampir-hampir tidak membacanya sama sekali. London
Philharmonic Orchestra... Philip Adler memainkan Concerto Piano
Rachmaninoff No. 3 dalam D Minor, Opus 30.
Aku harus menghubungi Howard dan mengingatkan dia tentang estimasi
yang diperbaiki untuk lokasi di Fifth Avenue itu.
Dirigen sudah naik ke panggung, dan para hadirin bertepuk tangan. Lara
tidak memperhatikan. Kontraktor yang di Boston itu lambat kerjanya. Perlu diberi perangsang. Akan kuminta Howard untuk menjanjikan bonus
kepadanya. Terdengar serangkaian tepuk tangan lagi dari hadirin. Seorang laki-laki
muda menempatkan dirinya di depan piano di panggung utama. Dirigen
memberikan aba-aba, dan musik mulai mengalun.
Jari-jemari Philip Adler menari-nari di atas tuts-tuts piano.
Seorang wanita yang duduk di belakang Lara berkata dengan logat Texas
yang kental, "Bukankah hebat dia itu" Apa kubilang padamu, Agnes!"
Lara mencoba berkonsentrasi lagi. Transaksi London ini sudah pasti batal.
Daerahnya kurang strategis, pikir Lara. Orang tidak akan mau tinggal di situ.
Lokasi. Lokasi. Lokasi. Ia teringat akan sebuah kavling yang ditawarkan
Jabang Bayi Dalam Guci 2 Wanita Iblis Karya S D Liong Rahasia 180 Patung Mas 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama