Ceritasilat Novel Online

Kincir Angin Para Dewa 5

Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon Bagian 5


Mike mengajak Mary ke depan jendeia. "Kebanyakan orang Yahudi Rumania.
Mereka menanti giliran untuk mendapat surat permohonan visa"
"Tapi di Bucharest kan ada Kedutaan Israel. Mengapa mereka tidak pergi ke sana saja?"
"Ada dua alasan," Mike menerangkan. "Pertama, mereka mengira pemerintah Amerika Serikat punya ke
sempatan lebih besar dibandingkan
dengan pemerintah Israel, dalam membantu mereka kembali ke Israel. Kedua, mereka pikir, dengan pergi ke Kedutaan Amerika, kemungkinan untuk
ketahuan"tujuan kedatangan mereka yang sebenarnya"oleh dinas rahasia
Rumania lebih sedikit. Tentu saja mereka keliru." Dia menunjuk ke luar jendeia. "Di seberang gedung ini ada sebuah apartemen yang penuh berisi agen-agen yang sibuk menggunakan teleskop dan memotret orang-orang,
siapa saja, yang keluar-masuk Kedutaan Amerika."
"Mengerikan!" "Memang begitu cara main mereka. Jika sebuah keluarga Yahudi
mengajukan permohohan visa untuk beremigrasi, mereka akan kehilangan
kartu kerja mereka yang berwarna hijau dan mereka akan segera diusir dari apartemen tempat tinggal mereka. Tetangga-tetangga mereka langsung
diperintahkan untuk memusuhi keluarga itu. Dan tiga atau empat tahun
kemudian barulah pemerintah Rumania memberi jawaban atas permohonan
tersebut, dan biasanya jawabannya adalah 'tidak'."
"Tidak dapatkah kita berbuat sesuatu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
".... dengan orang-orang Yahudi itu. Hanya sedikit sekali yang pernah
diizinkan keluar dari negeri ini."
Mary memandang keluar, memandang wajah-wajah yang tanpa harapan itu.
"Harus ada suatu cara," kata Mary.
"Tak periu membuat hati Anda tersentuh," Mike menasihati.
Perbedaan waktu benar-benar menguji ketahanan saraf. Jika di Washington
siang bolong, maka di Bucharest adalah tengah malam, dan Mary setiap kali terpaksa bangun karena ada telegram atau telepon pada pukul tiga atau
empat pagi. Setiap kali sebuah kawat tengah malam masuk, serdadu marinir
yang sedang bertugas di Kedutaan Amerika akan melaporkannya pada perwira
yang bertugas hari itu, yang lalu akan mengirimkan seorang asisten staf ke kediaman resmi untuk membangunkan Mary. Bila sudah begitu, Mary takkan
bisa tidur lagi. Di sini segalanya luar biasa, Edward. Aku sungguh-sungguh mengira aku
bisa mengadakan perubahan di sini. Pendeknya, aku sudah berusaha.
Seandainya kau ada di sini dan memberiku semangat, 'Kau bisa, kau pasti
berhasil, Kekasih'. Oh, betapa aku kehilangan kau. Dapatkah kau
mendengarku, Edward" Apakah kau di sini tapi tak bisa kulihat" Kadangkadang, kupikir kerinduan ini bisa membuatku gila....
Mereka sedang menikmati kopi pagi, seperti biasa.
"Kita ada masalah," Mike Slade memulai.
"Ya?" "Sebuah delegasi yang terdiri dari selusin pastor Rumania ingin bertemu dengan Anda. Sebuah gereja di Utah telah mengundang mereka untuk
berkunjung"tapi pemerintah Rumania tak bersedia mengeluarkan visa bagi
mereka." "Mengapa?" "Hanya sedikit sekali orang Rumania yang diizinkan meninggalkan negeri ini.
Mereka membuat lelucon pada hari Ionescu mulai berkuasa. Presiden itu
berdiri di sayap timur istananya, pada pagi ketika dia dilantik, dan memberi salam pada matahari yang sedang terbit. 'Selamat pagi, Kamerad Matahari,'
kata Ionescu. 'Selamat pagi, jawab matahari. 'Semua orang gembira karena
kini Andalah Presiden Rumania yang baru.' Sorenya, Ionescu pergi ke sayap barat istananya, memperhatikan matahari yang sedang tenggelam. Katanya,
'Selamat sore, Kamerad Matahari.' Matahari diam saja. 'Tadi pagi kau
menyambut salamku dengan hangat. Mengapa sekarang kau tak mau bicara
padaku"' 'Aku ada di barat sekarang,' kata matahari. 'Kau boleh pergi ke
neraka.' Ionescu khawatir, sekali para pejabat gereja itu diizinkan
meninggalkan negeri ini, mereka akan mencaci-maki pemerintah Rumania di
luar sana." "Saya akan bicara dengan Menteri Luar Negeri dan melihat apa yang bisa saya lakukan nanti."
Mike bangkit. "Anda suka tarian rakyat?" tanyanya.
"Mengapa?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebuah kelompok tari rakyat Rumania yang terkenal memulai pertunjukan mereka malam ini. Kata orang kelompok ini bagus. Maukah Anda pergi
menonton?" Mary terpana. Yang paling tidak pernah diharapkannya dari Mike adalah
undangan untuk mengajaknya keluar malam.
Dan kini, yang lebih tidak masuk akal lagi, tanpa sadar Mary menjawab,
"Ya." "Bagus." Mike memberinya sebuah amplop kecil, "Ada tiga tiket di dalamnya. Anda bisa mengajak Beth dan Tim, sebagai tamu kehormatan
pemerintah Rumania. Kita bisa mendapat tiket hampir untuk pertunjukan
perdana tontonan apa saja."
Mary duduk dengan kaku, wajahnya memerah, dan dia merasa dirinya tolol.
"Terima kasih," katanya datar.
"Saya akan surah Florian menjemput Anda jam delapan."
Beth dan Tim tak tertarik untuk pergi ke teater. Beth telah mengundang
kawannya untuk makan malam.
"Dia si anak Itali itu, Ma," kata Beth. "Boleh ya?"
"Asal Mama tahu, aku tak pernah tertarik nonton tarian rakyat," Tim menambahkan.
Mary tertawa. "Baiklah. Malam ini kalian Mama bebaskan dari pengawasan Mama."
Apakah anak-anaknya sama kesepiannya seperti dirinya" pikir Mary. Siapa
yang dapat diajaknya menemaninya pergi nonton" Mary membuat sebuah
daftar dalam hati Kolonel McKinney, Jerry Davis, Harriet Kruger" Ah, dia tak ingin ditemani siapa pun, Aku akan pergi sendiri, Mary memutuskan.
Florian telah menanti ketika Mary melangkah ke luar lewat pintu depan.
"Selamat malam, Madam Ambasador." Dia membungkuk dan membukakan pintu mobil.
"Kelihatannya kau gembira betul malam ini, Florian."
Sopir itu menyeringai. "Saya selalu gembira, Madam." Dia menutup pintu dan duduk di belakang kemudi. "Kami, orang Rumania, punya pepatah: 'ATss the hand you cannot bite.' "
Mary memutuskan untuk mengambil kesempatan itu. "Kau senang hidup di sini?"
Florian memandang Mary lewat kaca mobil di atasnya. "Apakah saya harus memberikan jawaban resmi seperti yang dianjurkan partai, Madam
Ambasador, ataukah Anda menginginkan jawaban yang jujur?"
"Sejujurnya." "Saya bisa ditembak kalau mengatakan ini, tapi tak ada orang Rumania yang hidup bahagia. Hanya orang-orang asing. Anda boleh datang dan pergi
dengan bebas. Kami ini seperti terpenjara. Tak ada yang cukup tersedia di sini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka melewati antrian panjang di depan toko tukang daging. "Anda
lihatkah itu" Hanya untuk mendapat sepotong-dua potong tulang kambing
mereka harus antri selama tiga-empat jam. Dan lebih dari separuh yang
terlanjur antri nanti terpaksa kecewa "barang habis. Tak ada persediaan
cukup untuk semua barang. Tapi, tahukah. Anda berapa banyak rumah
Ionescu yang "tersembunyi?" Dua belas! Banyak sudah pejabat-pejabat pemerintah yang saya antar ke sana. Semuanya mirip istana. Sementara itu, tiga atau empat keluarga rakyat biasa dipaksa berjejalan di dalam sebuah
apartemen kecil tanpa pemanas."
Tiba-tiba FLorian berhenti bicara, seolah takut dia telah bicara terlalu
banyak. "Anda takkan membocorkan percakapan ini kan, Madam?"
"Tentu saja tidak."
"Terima kasih. Saya tak ingin istri saya menjadi janda. Dia masih muda.
Keturunan Yahudi. Di sini, ada kecenderungan anti-semit."
Mary telah tahu itu. "Ada cerita tentang sebuah toko yang katanya menyediakan telur segar.
Jam lima pagi, antrian di depan toko sudah panjang, padahal udara dingin
beku. Jam delapan, telurnya belum juga dijual, dan antrian sudah bertambah panjang. Si pemilik toko mengumumkan, "Telurnya takkan cukup untuk setiap orang. Jadi, yang Yahudi harus menyingkir." Jam dua siang, telur belum juga dijual, sementara antrian makin panjang. Si pemilik toko mengumumkan,
"Yang bukan anggota partai menyingkir." Sampai tengah malam berikutnya antrian masih setia berdiri di tengah udara malam yang dingin sekali. Tak ada telur. Si pemilik toko mengunci tokonya dan berkata, "Tak ada yang berubah.
Orang Yahudi selalu paling baik nasibnya."
Mary tak tahu, harus tertawa atau menangis mendengar lelucon itu. Tapi
aku harus berbuat sesuatu, dia berjanji pada dirinya sendiri.
Gedung pertunjukan itu terletak di Rapsodia Romana, sebuah jalan yang
sibuk dan penuh dengan kedai-kedai kecil yang menjual bunga, sandal plastik, bius, dan pena. Gedungnya sendiri kecil dengan hiasan interior yang ramai, peninggalan masa lalu. Pertunjukannya membosankan, kostumnya norak, dan
penarinya kikuk. Rasanya seperti takkan selesai, dan ketika akhirnya
pertunjukan benar-benar selesai, Mary merasa lega bisa keluar menghirup
udara segar. Florian telah berdiri di samping Limousine di depan gerbang
teater. "Madam Ambasador, saya khawatir kita mungkin akan terlambat pulang.
Bannya kempes. Ban cadangannya hilang dicuri. Saya sudah memesan satu.
Satu jam lagi pasti diantarkan kemari. Apakah Anda akan menunggu di dalam mobil?"
Mary memandang bulan purnama yang bersinar terang. Malam itu udara
jernih dan segar. Dia sadar, sejak kedatangannya ke Bucharest, belum sekali pun dia sempat berjalan-jalan menyusuri kota itu. Dia mengambil keputusan, tanpa berpikir panjang. "Saya kira, sebaiknya saya berjalan saja kembali ke rumah."
Florian mengangguk. "Malam yang indah untuk berjalan-jalan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary beranjak dan mulai berjalan ke arah Central Square. Bucharest adalah kota eksotis yang mempesona. Di persimpangan-persimpang-an jalan
terpampang papan-papan penunjuk jalan ke tempat-tempat yang misterius:
Tuten... Gospo-dina... Chimice...
Mary menyusuri Avenue Mosiior lalu membelok ke Piata Rosetti, di mana
terdapat kereta angkutan umum berwarna merah yang penuh sesak. Bahkan
di tengah malam pun toko-toko masih buka, dengan antrian panjang di
depannya. Kedai-kedai kopi menyajikan gogoase, kue donat lezat Rumania.
Trotoar penuh dengan orang-orang yang berbelanja di malam hari, sambil
membawa pungas, tas belanja yang terbuat dan anyaman tali. Orang-orang itu nampak begitu diam di mata Mary. Mereka melotot memandangnya, dan
wanita-wanitanya dengan rasa iri memandang gaun yang dikenakannya. Mary
mulai melangkah lebih cepat.
Ketika dia sampai di ujung Jalan Calea Victoria, langkahnya terhenti"ragu-ragu, tak yakin arah mana yang harus diambilnya. Dia bertanya pada orang
yang kebetulan lewat. "Maaf"dapatkah Anda...?"
Orang itu memandangnya dengan kaget, ketakutan, dan cepat-cepat pergi
dari situ. Mereka tak boleh bicara dengan orang asing, Mary teringat itu.
Bagaimana dia bisa pulang" Dicobanya mengingat jalan-jalan yang
dilaluinya bersama Florian tadi. Nampaknya kediaman resminya ada di sebelah timur sana. Mary mulai melangkah ke arah itu. Tiba-tiba dia mendapati dirinya terjebak dalam sebuah lorong sempit yang remang-remang. Di ujung sana
dilihatnya jalan raya yang terang-benderang. Aku bisa memanggil taksi di
sana, pikir Mary lega. Ada detak langkah yang berat mendekat di belakangnya. Secara refleks
Mary menoleh. Seorang lelaki bertubuh besar, mengenakan mantel panjang,
datang mendekat dengan cepat. Mary mempercepat langkahnya.
"Maaf," orang itu berseru dalam bahasa Rumania beraksen kental. "Anda tersesat?"
Mary lega. Orang itu barangkali polisi. Mungkin dia mengikutinya karena
ingin memastikan bahwa Mary tak apa-apa.
"Ya," kata Mary dengan penuh terima kasih. "Saya ingin kembali ke..."
Tiba-tiba terdengar deru mobil yang mendekat dari arah belakang Mary. Si
lelaki bermantel panjang menarik Mary, ketika mobil itu makin dekat dan tiba-tiba berhenti dengan rem mendecit-decit. Mary bisa mencum bau napasnya
yang busuk, dan merasakan jari-jarinya yang gemuk mencengkeram
pinggangnya. Lelaki itu menariknya ke arah pintu mobil yang terbuka. Mary melawan untuk membebaskan diri....
"Masuk ke mobil!" geram orang itu.
"Tidak!" teriak Mary. "Tolong! Tolong!"
Terdengar teriakan dari seberang jalan, lalu sesosok tubuh terlihat berlari ke arah mereka. Sosok itu"seorang pria asing" berhenti, tak tahu apa yang
harus diperbuatnya. Pria itu berseru, "Lepaskan dia!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dicengkeramnya si lelaki bermantel panjang, ditariknya, hingga Mary
terlepas dari pegangannya. Mary tiba-tiba mendapati dirinya bebas. Si
pengemudi mobil turun, untuk membantu kawannya.
Dari kejauhan terdengar suara sirene meraung-raung. Si lelaki bermantel
panjang bicara pada kawannya, mereka berdua segera naik ke mobil, dan
melarikan diri. Sebuah mobil biru-putih dengan kata Militia di bagian samping dan sebuah
lampu biru yang menyala terang di atasnya, berhenti di depan Mary Dua orang pria berseragam bergegas turun.
Dalam bahasa Rumania, salah satu dari mereka bertanya, "Anda tidak apa-apa?" Dan melanjutkan dalam bahasa Inggris yang terpatah-patah, "Apa yang terjadi?"
Mary berusaha menguasai dirinya. "Dua lelaki me-me-mereka mencoba
memaksa saya naik m0bil mereka. Kalau tidak ada"pria ini..." Pria itu telah menghilang.
22 Sepanjang malam Mary berusaha mengenyahkan bayangan dua lelaki itu
dari mimpinya, tapi setiap kali dia terbangun lagi dengan pikiran kalut dan panik. Tidur, bangun, tidur, bangun. Kejadian itu terus terbayang jelas dalam pikirannya bunyi langkah yang tiba-tiba terdengar dan mendekat dengan
cepat, mobil yang direm mendadak, lalu lelaki yang mencoba memaksanya
naik ke mobil mereka. Apakah mereka tahu siapa dia" Ataukah mereka hanya
perampok biasa, yang ingin merampok seorang turis berpakaian Amerika"
Ketika Mary tiba di kantornya pagi itu, Mike Slade telah menunggunya
dengan dua cangkir kopi. Dia duduk di seberang meja Mary dan bertanya,
Bagaimana pertunjukannya semalam?"
"Bagus." Apa yang terjadi sesudahnya bukan urusan pria itu.
"Apakah Anda teriuka?"
Mary menatapnya kaget. "Apa?"
Dengan sabar Mike bertanya, "Ketika mereka berusaha menculik Anda,
apakah Anda terluka?"
"Saya"bagaimana Anda bisa tahu?" Suaranya terdengar penuh ironi.
"Madam Ambasador, Rumania adalah sebuah rahasia besar yang terbuka
dan bisa dibaca siapa saja. Anda tak mungkin mandi tanpa ketahuan oleh
seseorang. Anda telah berbuat tolol dengan memutuskan untuk berjalan-jalan sendirian di tengah malam."
"Saya akan waspada sekarang," kata Mary dingin. "Itu takkan terulang lagi."
"Bagus." Nada suaranya terdengar tajam. "Apakah lelaki itu berhasil mengambil sesuatu dari Anda?"
"Tidak." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mike Slade mengerutkan dahinya. "Tidak masuk akal. Jika mereka
menginginkan mantel Anda atau dompet Anda, mereka dapat merampoknya
saat itu. Mencoba memaksa Anda masuk ke dalam mobil sama artinya dengan
berusaha menculik." "Siapa kira-kira yang ingin menculik saya?"
"Pasti bukan orang-orang Ionescu. Dia berusaha menjaga agar hubungan kita tidak rusak. Pasti dari kelompok-kelompok anti-pemerintah."
"Atau penjahat biasa yang ingin menyandera saya supaya dapat kartu
ransom." "Tak ada penculik yang minta tebusan kartu ransom. Jika seseorang
ketahuan menculik, tak akan diadakan pengadilan"yang datang adalah
sepasukan prajurit penembak tepat." Dihirupnya kopinya. "Bolehkah saya menasihati Anda?"
"Saya akan mendengarkan."
"Pulanglah." "Apa?" Mike Slade meletakkan cangkirnya. "Yang harus Anda lakukan adalah
mengajukan surat pengunduran diri,' membereskan urusan sekolah anakanak, dan terbang kembali ke Kansas. Di sana Anda akan aman."
Mary dapat merasakan wajahnya memerah. "Tuan Slade, saya memang
membuat kesalahan. Ini bukan yang pertama kalinya, dan mungkin bukan pula yang rerakbir. Tapi saya dipilih untuk menduduki jabatan ini oleh Presiden Amerika Serikat, dan sampai beliau sendiri memecat saya, saya tak ingin Anda atau siapa pun menyuruh saya pergi dari sini."
Dia berusaha mengontrol suarariya. "Saya berharap staf kedutaan saya bisa bekerja sama dengan saya, bukan malah menentang. Jika Anda beranggapan
bahwa tugas Anda di sini terlalu berat, mengapa bukan Anda saja yang pulang ke Amerika?" Tubuhnya gemetar karena marahnya.
Mike Slade berdiri. "Saya lihat laporan pagi telah siap di meja Anda, Madam Ambasador."
Usaba pencuiikan itu menjadi topik pembicaraan di Kedutaan pagi itu.
Bagaimana setiap orang bisa tahu" Mary heran. Dan bagaimana Mike Slade
bisa tahu" Seandainya tahu nama penolongnya, Mary pastilah sudah
mengucapkan terima kasih. Dalam waktu sekejap, yang sempat dilihatnya
adaiah seorang pria yang menarik, mungkin usianya sekitar empat puluhan,
dengan sedikit uban di sana-sini. Aksennya asing"barangkali Prancis. Jika dia turis, mungkin orang itu sudah meninggalkan negri ini.
Sebuah gagasan terus mengganggu pikirannya, dan sulit sekali diabaikan.
Satu-satunya orang yang diketahuinya ingin menyingkirkannya dari sini adaiah Mike Slade. Apakah dia yang merancang semua itu untuk menakut-nakutinya"
Dia pula yang memberi tiga karcis teater. Dia pula orang yang tahu persis, akan ada di mana Mary malam itu. Mary tak bisa mengusir pikiran itu.
Mary ragu-ragu untuk menceritakan usaha penculikan itu pada anakanaknya, tapi akhirnya memutuskan untuk merahasiakannya. Dia tak ingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak-anaknya jadi takut. Dia akan menjaga, agar anak-anaknya selalu dalam pengawasan dan pengawalan yang cukup.
Malam itu ada pesta koktil di Kedutaan Prancis, untuk menghormati seorang pianis Prancis yang sedang berkunjung. Mary merasa lelah, gugup, dan
rasanya mau memberi apa saja asalkan jangan disuruh menghadiri pesta itu, tapi dia sadar"dia harus pergi.
Dia mandi dan memilih sebuah gaun malam, dan ketika ingin mengenakan
sepatunya, dilihatnya salah satu tumit sepatunya patah. Dipanggilnya Carmen.
"Ya, Madam Ambasador?"
"Carmen, tolong bawa ini ke tukang sepatu dan suruh dia memperbaikinya."
"Baik, Madam. Ada lagi?"
"Tidak. Itu saja. Terima kasih".
Ketika Mary tiba di Kedutaan Prancis, tamu-tamu sudah memenuhi ruangan.
Di pintu masuk, Mary disambut oleh ajudan Duta Besar Prancis, yang telah
dikenalnya pada kunjungannya ke kedutaan itu sebelumnya. Pria itu
menyambut kedatangannya dan mencium tangannya.
"Selamat malam, Madam Ambasador. Sungguh senang Anda bersedia
datang." "Anda yang telah berbaik hati mengundang saya," kata Mary.
Mereka berdua sama-sama tersenyum, karena basa-basi yang tak ada
artinya itu. "Izinkan saya mengantarkan Anda menemui Duta Besar." Dia mengantarkan Mary menyeberangi ruang dansa yang penuh tamu, dan Mary melihat wajah-wajah yang telah dikenalnya. Mary menyalami Duta Besar Prancis, dan
keduanya saling berbasa-basi.
"Anda akan menikmati permainan Madame Dauphin. Dia pianis yang hebat."
"Saya sudah ingin benar menyaksikan pertun-jukannya," Mary berbohong.
Seorang pelayan lewat sambil membawa nampan penuh gelas-gelas berisi
sampanye. Mary kini telah belajar mencicip seteguk-dua teguk minuman di
berbagai pesta diplomatik. Ketika dia berpaling untuk menyapa Duta Besar


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Australia, matanya menangkap sosok tubuh penolongnya, yang telah
membebaskannya dari para penculik. Pria itu sedang berdiri di sudut, asyik berbincang dengan Duta Besar Italia dan ajudannya.
"Maafkan saya," kata Mary.
Dia melangkah menyeberangi ruangan, ke arah pria Prancis itu.
Dia sedang bicara, "Tentu saja saya merindukan Paris,-tapi saya berharap tahun depan..." Dia berhenti ketika melihat Mary mendekat. "Ah, the lady in distress."Anda berdua sudah saling kenal?" tanya Duta Besar Italia.
"Kami belum pernah diperkenalkan secara resmi," jawab Mary.
"Madam Ambasador, izinkan saya memperkenalkan Dr. Louis Desforges."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ekspresi wajah pria Prancis itu berubah. "Madam Ambasador" Maafkan saya!
Saya tak menyangka." Suaranya terdengar kemalu-maluan. "Seharusnya saya bisa mengenali Anda."
"Anda telah melakukan yang lebih baik dari itu." Mary tersenyum. "Anda telah menyelamatkan saya."
Duta Besar Italia memandang dokter itu dan berkata, "Ah, jadi Andalah orangnya." Dia berpaling pada Mary. "Saya mendengar tentang pengalaman Anda yang tidak menyenangkan."
"Pasti ceritanya akan lain seandainya Dr. Desforges tidak segera datang menolong. Terima kasih"
Louis Desforges tersenyum. "Saya gembira karena berada di tempat yang cepat pada saat yang tepat."
Duta besar dan ajudannya melihat rombongan Inggris datang.
Duta Besar Italia berkata, "Maafkan kami, ada yang harus kami temui."
Kedua orang itu bergegas pergi. Mary tinggal berdua dengan si Dokter.
"Mengapa Anda melarikan diri ketika polisi datang?"
Dipandangnya Mary sejenak sebelum menjawab, "Tak baik dan tak
bijaksana terlibat urusan dengan polisi Rumania. Mereka suka menahan para saksi mata dan memaksa tawanan mereka mengeluarkan berbagai informasi.
Saya adaiah dokter yang ditugaskan di Kedutaan Prancis di sini, dan saya tidak memiliki kekebalan diplomatik. Tentu saja saya tahu cukup banyak tentang
kedutaan kami di sini "pengetahuan yang mungkin berguna bagi pemerintah
Rumania." Dia tersenyum. "Jadi maafkan saya jika saya bersikap seperti itu."
Sikapnya yang terus-terang sangat menarik hati. Sesuatu dalam sikapnya,
yang tak bisa diterangkan oleh Mary, mengingatkannya akan Edward. Mungkin karena Louis Desforges seorang dokter. Tapi, tidak, lebih dari itu. Dia punya keterusterangan yang mirip Edward, senyumnya pun mirip.
"Bila Anda izinkan," Dr. Desforges berkata, "saya harus pergi dan menjadi binatang sosial."
"Anda tak suka pesta?"
Desforges mengedipkan matanya. "Saya membenci pesta."
"Apakah istri Anda suka pesta?"
Dia akan mengatakan sesuatu, tapi ragu-ragu. "Ya... dia suka. Dia suka sekali berpesta."
"Apakah dia ada di sini malam ini?"
"Dia dan dua anak kami telah meninggal dunia."
Wajah Mary menjadi pucat. "Oh, astaga. Maafkan saya. Bagaimana...?"
Wajah Desforges nampak kaku. "Sayalah yang salah. Waktu itu kami tinggal di Aljazair. Saya bergabung dengan kegiatan bawah tanah, menyamar,
memerangi teroris." Kata-katanya menjadi pelan dan terputus-putus. "Mereka berhasil mengetahui identitas saya dan meledakkan rumah kami waktu saya
sedang tidak di rumah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf," kata Mary lagi. Tak kuasa menemukan kata-kata yang tepat.
"Terima kasih. Ada pepatah usang yang mengatakan, waktu menyembuhkan segalanya. Tapi saya tak percaya itu." Suaranya terdengar pahit.
Mary teringat akan Edward dan betapa sampai kini pun ia masih selalu
merindukan almarhum suaminya. Tapi pria ini telah lebih lama hidup dalam
kerinduan yang menyakitkan.
Desforges memandang Mary dan berkata, "Maafkan saya sekarang, Madam
Ambasador...." Dia berpaling dan berjalan menyeberangi ruangan untuk menyambut tamutamu yang baru datang. Dia mengingatkanku akan engkau, Edward. Kau pasti akan menyukainya.
Orangnya sangat tabah. Dia telah lama hidup menderita, dan kupikir, itulah yang membuatku merasa dekat dengannya. Aku juga menderita, Kekasih.
Mungkinkah aku akan pernah berhenti merasa kehilangan dirimu Di sini aku
kesepian. Tak ada seorang pun tempatku mencurahkan isi hati. Aku sangat
ingin berhasii. Mike Slade mencoba menyuruhku kembali ke Amerika. Tapi aku tak mau. Tapi oh, betapa aku merindukan kehadiranmu. Selamat malam,
Sayang. Esok paginya Mary menelepon Stanton Rogers. Senang sekali dia
mendengar suaranya. Rasanya seperti mendengar suara orang rumah,
pikirnya. "Aku mendengar laporan yang bagus tentang kau," kata Stanton Rogers.
"Kasus Hannah Murphy menjadi berita utama di sini. Kau pandai
melaksanakan tugasmu."
"Terima kasih, Stan."
"Mary, ceritakan tentang usaha penculikan itu."
"Aku sudah bicara dengan Perdana Menteri dan kepaia Securitate, tapi mereka tak berhasii menemukan jejak."
"Tidakkah Mike Slade mengingatkanmu agar kau tidak keiuar sendirian ?"
Mike Slade. "Ya, dia memang mengingatkan aku, Stan." Haruskah
kukatakan bahwa Mike Slade telah mencoba menyuruhku mengundurkan diri
Ah, tidak, Mary memutuskan. Akan kutangani Mike Slade dengan caraku
sendiri. "Ingatlah... aku selalu siap di sini untuk membantumu. Kapan saja."
"Aku tahu," kata Mary penuh terima kasih. "Tak dapat kukatakan betapa artinya itu bagiku."
Pembicaraan telepon itu membuat Mary merasa lebih tenang.
"Kita punya masalah. Ada kebocoran di kedutaan ini."
Mary dan Mike Slade sedang minum kopi sebelum pertemuan rutin staf
kedutaan. "Seriuskah?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sangat serius. Konsul Perdagangan, David Victor, mengadakan pertemuan dengan Menteri Perdagangan Rumania."
"Saya tahu. Kita telah membicarakannya minggu lalu."
"Benar," kata Mike. "Dan ketika David kembali ke sana untuk pertemuan kedua, mereka telah mengetahui dan menyiapkan serangan atas kelemahan-kelemahan proposal yang telah kita buat. Mereka tahu persis sampai sejauh mana langkah kita."
"Tidakkah ada kemungkinan bahwa mereka juga baru saja berhasii
memperhitungkannya?"
"Memang mungkin. Ya. Tapi, ketika kita mendiskusikan proposal baru,
mereka juga berhasil mendahului kita."
Mary merenung sejenak. "Anda pikir seseorang di antara staf kita?"
"Bukan hanya seseorang. Pertemuan eksekutif yang terakhir dilakukan di Bubble Room. Ahii elektronika kita telah melacak kebocoran itu sampai ke
sana." Mary memandangnya tak percaya. Hanya ada delapan orang yang diizinkan
mengikuti pertemuan di Bubble Room waktu itu, dan semuanya eksekutif top
di Kedutaan. "Pelakunya adaiah orang yang membawa peralatan elektronik ke Bubble
Room, mungkin sebuah tape recorder. Saya anjurkan agar Anda pagi ini
mengadakan pertemuan sekali lagi di Bubble Room dan mengundang orangorang yang sama. Peralatan kita akan bisa melacak dan menemukan orang
yang bersalah." Delapan orang duduk mengelilingi meja di Bubble Room. Eddie Maltz, Konsul Politik dan orang CIA; Patricia Hatfield, Konsul Ekonomi; Jerry Davis, Konsul Masalah Umum; David Viktor, Konsul Perdagangan; Lucas Janklow, Konsul
Administrasi dan Kolonel William McKinney. Mary duduk di ujung meja, dan Mike Slade duduk di ujung satunya.
Mary bertanya pada David Vktor. "Bagaimana pertemuan Anda dengan
Menteri Perdagangan Rumania?"
Konsul Perdagangan menggelengkan kepalanya. "Tidak seperti yang saya harapkan. Tampaknya mereka tahu segala sesuatu sebelum saya
mengucapkannya. Saya datang membawa proposal baru, dan mereka sudah
siap untuk menunjukkan kelemahan-kelemahannya. Mereka seperti bisa
membaca pikiran saya."
"Mungkin memang begitu," kata Mike Slade.
"Apa maksud Anda?"
"Mereka membaca pikiran seseorang dalam ruangan ini." Diangkatnya telepon merah di depannya. "Bawa masuk dia."
Beberapa saat kemudian, pintu besar itu terbuka dan seorang lelaki dalam
pakaian preman masuk, membawa sebuah kotak hitam berjarum penunjuk.
Eddie Maltz berkata, "Tunggu. Tak seorang pun diizinkan..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak apa-apa," kata Mary. "Kita punya masalah, dan teknisi ini yang akan memecahkan masalah tersebut." Dipandangnya orang yang baru masuk itu.
"Silakan." "Baik. Saya harap Anda semua tetap duduk di kursi masing-masing."
Semua mata tertuju padanya. Dengan tenang lelaki itu berjalan mendekati
Mike Slade dan mengarahkan kotaknya padanya. Jarum penunjuk tetap
menunjuk angka nol. Lalu dia melangkah ke arah Patricia Hatfield. Jarum
penunjuk tetap diam. Kemudian Eddie Maltz mendapat giiiran, lalu Jerry Davis dan Lucas Janklow. Jarum tetap tidak bergovang. Kemudian dia berpindah ke David Victor, dan akhirnya mendekati Kolonel McKinney, tapi jarum penunjuk tetap tidak bergerak. Satu-satunya orang yang belum diperiksa tinggal Mary.
Ketika orang itu mendekatinya, jarum penunjuk langsung bergoyang-goyang
dengan cepat. Mike Slade berseru, "Sialan..." Dia berdiri dan melangkah cepat mendekati Mary. "Kau yakin?" tanyanya pada si teknisi.
Jarum penunjuk masih terus bergerak cepat. "Tes saja dengan alatnya,"
jawab orang itu. Mary berdiri kebingungan.
"Bagaimana kalau kita bubarkan pertemuan ini?" tanya Mike.
Mary menoleh pada yang lain. "Cukup sekian untuk kali ini. Terima kasih."
Mike Slade memerintahkan si teknisi "Kau tetap di tempat."
Ketika yang lain sudah keluar ruangan, Mike bertanya, "Dapatkah kau
menunjukkan, di mana tepatnya alat penyadap itu dipasang?"
"Tentu saja." Pelan-pelan teknisi itu menurunkan kotak hitamnya, sedikit menjauhi Mary. Ketika makin mendekati kakinya, jarum penunjuk bergerak
makin cepat. Kini si teknisi berdiri tegak. "Sepatu Anda."
Mary terbelalak tak percaya. "Kau keliru. Saya membeli sepatu ini di Washington."
Mike berkata, "Maukah Anda mencopot sepati itu?"
"Saya..." Semua itu tak masuk akal. Alat pelacak itu pasti rusak. Atau seseorang telah sengaja menjebaknya. Mungkin justru Mike Slade memakai
cara ini untuk secara halus mengusirnya. Dia akan melaporkan ke Washington bahwa Mary tertangkap sedang memata-matai dan membocorkan informasi ke
pihak musuh. Well, dia takkan berhasii dengan cara ini.
Mary mencopot sepatunya, dan mengulurkannya ke tangan Mike. "Silakan lihat sendiri," katanya marah.
Mike menimang-nimang sepatu itu dan memeriksanya. "Tumitoya baru, ya?"
"Tidak, sudah..." Dan kemudian dia ingat: Carmen, tolong bawa ini ke tukang sepatu dan suruh dia memperbaikinya.
Mike sedang merusak tumit sepatu itu. Di dalamnya tersembunyi sebuah
tape recorder mini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, ini dia mata-matanya," kata Mike datar. Dia mendongak. "Di mana Anda mereparasi sepatu ini?"
"Saya... saya tak tahu. Saya suruh salah satu pelayan di rumah untuk membawanya ke tukang sepatu."
"Bagus," katanya sinis. "Untuk selanjutnya, kami semua akan sangat berterima kasih, Madam Ambasador, jika Anda mengizinkan sekretaris Anda
untuk menangani hal-hal semacam ini."
Ada teleks untuk Mary. "Komisi Masalah-masalah Luar Negeri Senat telah menyetujui permohonan yang kauajukan. Akan diumumkan besok pagi, Selamat. Stanton Rogers."
Mike membaca telek itu. "Kabar baik. Neguiesco pasti akan senang."
Mary tahu bahwa Neguiesco, Menteri Keuangan Rumania, sedang berada
dalam posisi sulit. Persetujuan pemberian pinjaman ini akan membuatnya jadi pahlawan di mata Ionescu.
"Mereka takkan mengumumkannya sebelum besok pagi," kata Mary. Dia duduk, sibuk berpikir. "Saya ingin Anda mengatur pertemuan antara saya dengan Neguiesco pagi ini."
"Anda ingin saya ikut hadir?"
"Tidak. Saya akan menanganinya sendiri."
Dua jam kemudian, Mary telah duduk di ruang tamu kantor Menteri
Keuangan Rumania. Wajah Neguiesco bersinar-sinar. "Anda pasti punya berita baik untuk saya, ya?"
"Saya khawatir, kenyataannya tidak begitu," kata Mary dengan nada kecewa. Dilihatnya senyum Neguiesco menghilang dari wajahnya.
"Apa Setahu saya, pinjaman itu sudah"apa istilahnya?"'ada di tangan'
Mary mendesah. "Setahu saya juga begitu, Pak Menteri."
"Apa yang terjadi" Apa yang keliru?" Wajahnya tiba-tiba berubah jadi kelabu.
Mary mengangkat bahu. "Saya tak tahu."
"Saya telah berjanji pada Presiden..." Kata-katanya terhenti, ketika implikasi berita itu benar-benar mulai disadarinya. Dipandangnya Mary dan dia berkata dengan suara serak, "Presiden Ionescu takkan suka ini. Apakah tak ada sesuatu yang bisa Anda lakukan?"
Mary berkata dengan sungguh-sungguh, "Saya pun sama kecewanya
dengan Anda, Bapak Menteri. Pengambilan suara berjalan lancar sampai salah seorang senator mengemukakan fakta bahwa sejumlah pastor Rumania telah
ditolak permohonan visanya untuk mengunjungi gereja-gereja di Utah.
Senator itu orang Mormon, dan dia merasa sakit hati."
"Sejumlah pastor?" Suara Neguiesco naik satu oktaf. "Maksud Anda pengambilan suara itu gagal hanya karena ada seorang senator dan...?"
"Itu yang saya ketahui."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi, Madam Ambasador, Rumania terkenal karena gereja-gerejanya yang indah. Mereka semua bebas ke gereja di sini!" Suaranya terputus-putus kini.
"Kami mencintai gereja-gereja kami."
Neguiesco pindah duduk ke kursi di dekat Mary. "Madam Ambasador,
seandainya saya bisa mengatur agar para pastor itu diizinkan mengunjungi
negeri Anda, apakah menurut Anda Komite Keuangan Senat akan menyetujui
pinjaman itu?" Mary memandang mata Menteri Keuangan itu tajam-tajam. "Bapak
Menteri"saya berani jamin. Tapi sore ini juga saya sudah harus tahu hasil usaha Anda."
Mary duduk di belakang mejanya, menunggu telepon, dan tepat pukul 14.30
Neguiesco menelepon. "Madam Ambasador, saya punya kabar gembira! Rombongan pastor itu
boleh berangkat kapan saja! Nah, apakah Anda juga punya kabar baik untuk
saya?" Mary menunggu sejam lalu menelepon Neguiesco. "Saya baru saja
menerima teleks dari Departemen Luar Negeri. Permohonan pinjaman Anda
dikabulkan." 23 Mary tak bisa mengusir bayang-bayang Dr. Louis Desforges dari pikirannya.
Pria itu telah menyelamatkan nyawanya, dan kemudian menghilang begitu
saja. Mary senang karena bisa bertemu kembali dengannya. Tanpa berpikir
panjang, Mary pergi ke American Dollar Shop dan membeli sebuah mangkuk
perak yang indah, yang kemudian dikirimkannya ke Kedutaan Prancis. Sebuah tanda ucapan terima kasih yang menurut pertimbangannya cukup memadai,
mengingat apa yang telah dilakukan pria itu.
Sorenya, Dorothy Stone berkata, "Dr. Desforges menelepon. Apakah Anda ingin bicara sendiri dengannya?"
Mary tersenyum. "Ya." Diangkatnya pesawat telepon. "Selamat sore."
"Selamat sore, Madam Ambasador." Suaranya yang beraksen Prancis terdengar riang. "Saya menelepon untuk mengucapkan terima kasih atas hadiah Anda yang amat berharga itu. Sungguhpoun begitu, sebetulnya itu
tidak perlu. Saya cukup senang jika bisa menolong Anda bukan sekadar
menolong," "Seandainya ada suatu cara, sehingga Saya bisa menunjukkan betapa saya sangat berterima kasih...."
Hening sejenak. "Sudikah Anda..." Dia ber-henti.
"Ya?" Mary menukas.
"Ah, tidak, tidak penting." Suranya tiba-tiba terdengar malu.
"Katakan saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah." Tawanya terdengar gugup. "Saya ingin, ingin mengundang Anda makan malam, kapan-kapan, tapi saya tahu betapa sibuknya Anda dan..."
"Saya akan senang sekali," Mary menjawab cepat.
"Sungguh?" Mary bisa menangkap nada senang dalam suara pria itu. "Sungguh."
"Anda tahu Restoran Taru?"
Mary pernah ke sana dua kali. "Tidak."
"Ah, bagus. Jika demikian saya akan mendapat kehormatan untuk
memperkenalkannya pada Anda. Apakah Anda punya waktu luang malam
Minggu nanti?" "Saya harus menghadiri pesta koktil pukul enam sore, tapi kita bisa makan malam sesudahnya."
"Ya. Saya tahu Anda punya dua orang putra. Maukah Anda mengajak
mereka?" "Terima kasih, tapi anak-anak saya sudah punya acara sendiri untuk malam Minggu nanti."
Mary merasa heran dengan dirinya sendiri, betapa mudahnya dia
berbohong. Pesta koktil itu diadakan di Kedutaan Swiss. Jelas merupakan salah satu
pesta koktil kelas "A" karena Presiden Alexandros Ionescu sendiri hadir di sana.
Ketika Presiden melihat Mary, beliau menyambutnya. "Selamat malam,
Madam Ambasador." Dipegangnya tangan Mary, lebih lama dari yang
sepantasnya. "Saya ingin mengucapkan terima kasih karena negara Anda telah mengabulkan permohonan bantuan keuangan kami."
"Dan kami pun berterima kasih karena Anda telah mengizinkan rombongan pastor itu untuk berkunjung ke Amerika Serikat, Yang Mulia."
Ionescu menggoyangkan tangannya. "Rumania bukanlah penjara. Siapa saja boleh datang dan pergi sesuka hati. Negeri saya adalah simbol keadilan sosial dan kebebasan demokrasi."
Mary teringat akan antrian-antrian panjang di depan toko-toko, orang-orang yang menanti giliran untuk membeli bahan pangan yang amat langka, orang-orang yang mengintip dari bank kawat pagar lapangan terbang, dan para
pelarian yang mendambakan saat-saat kebebasan mereka.
"Kekuasaan di Rumania berada di tangan rakyat."
Ada banyak gulag di Rumania, tapi kita tak diizinkan melihatnya.
Mary berkata, "Dengan segala hormat, Bapak Presiden, ada beratus-ratus bahkan beribu-ribu orang Yahudi yang berusaha meninggalkan negeri ini. Tapi, pemerintah Rumania tak bersedia mengeluarkan visa untuk mereka."
Ionescu mendengus. "Pembangkang. Pengacau. Sebetulnya kami ini berbuat demi kebaikan dunia, dengan mengurung mereka di sini, dan mengawasi
mereka." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bapak Presiden..."
"Kebijaksanaan kami terhadap orang-orang Yahudi lebih lunak
dibandingkan dengan Negeri-negeri Tirai Besi lainnya. Di tahun 1967, selama perang Arab-Israel, Uni Soviet dan semua negara Blok Timur, kecuali Rumania, memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel."
"Saya tahu, Bapak Presiden, tapi..."
"Apakah Anda sudah mencicipi kaviar" Ini Beluga segar."
Dr. Louis Desforges telah menawarkan diri untuk menjemput Mary, tapi
Mary telah mengatur agar Florian yang mengantarkannya ke Restoran Taru.
Dia telah menelepon Dr. Louis Desforges, mengabarkan bahwa dia akan
terlambat beberapa menit. Dia harus kembali ke Kedutaan untuk memasukkan
laporan mengenai pembicaraannya dengan Presiden Ionescu ke dalam file.
Gunny sedang bertugas. Serdadu marinir itu memberi hormat dan membuka
pintu. Mary masuk ke kantornya dan menyalakan lampu. Dia berdiri kaku di
ambang pintu. Di dinding, seseorang telah menyemprotkan cat merah dan
menulis, PULANGLAH SEBELUM KAU MATI. Mary mundur. Wajahnya pucatpasi. Dia lari sepanjang lorong, ke arah meja resepsionis.
Gunny berdiri tegak. "Ya, Madam Ambasador?"
"Gunny... oh... si... siapa yang telah masuk ke kantorku?" tanya Mary.
"Mengapa" Tak ada siapa-siapa setahu saya."
"Coba lihat daftarmu." Mary berusaha keras agar suaranya tidak terdengar gemetar.
"Baik, Madam." Gunny mengambil Daftar Tamu dan menyerahkannya pada Mary. Setiap


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nama dibubuhi keterangan waktu ketika masuk ke Kedutaan. Mary mulai dari
pukul 17.30, saat ketika dia meninggalkan kantornya, dan menelusuri daftar itu. Ada selusin nama.
Mary menatap serdadu marinir itu. "Orang-orang dalam daftar ini"apakah mereka dikawal ketika pergi ke kantor-kantor yang mereka tuju?"
"Selalu, Madam Ambasador. Tak seorang pun diizinkan pergi ke lantai dua tanpa pengawalan ketat. Ada sesuatu yang terjadi?"
Ya, sesuatu yang sangat serius. Mary berkata, "Suruh seseorang ke
kantorku, dan membersihkan cat sialan di dinding itu."
Mary segera bergegas keluar, khawatir dirinya akan jatuh sakit. Teleks itu bisa menunggu sampai besok pagi.
Dr. Louis Desforges sudah menanti Mary ketika dia tiba di restoran. Dia
berdiri ketika Mary melangkah ke arah mejanya.
"Maaf, saya terlambat." Mary berusaha agar suaranya terdengar wajar.
Pria itu menarikkan kursi untuknya. "Tak apa-apa. Saya telah menerima pesan Anda. Anda baik sekali bersedia menemani saya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ah, sekarang Mary menyesal karena telah menerima undangannya untuk
makan malam. Dia merasa terlalu gugup dan gelisah. Diremasnya kedua
tangannya, berusaha menyembunyikan bahwa tangannya gemetar.
Dr. Louis Desforges memandanginya. "Anda baik-baik saja, Madam
Ambasador?" "Ya," katanya. "Saya tidak apa-apa." Pulanglah Sebelum Kau Mati.
"Sebaiknya saya minum Scotch." Mary tak suka Scotch, tapi, mungkin minuman itu bisa membuatnya tenang.
Dokter itu memesan minuman, dan berkata, "Pasti tak mudah menjadi
seorang duta besar-terutama duta besar wanita di negeri yang orang-orangnya menganut paham male chauvinism, seperti Rumania ini."
Mary memaksa diri untuk tersenyum. "Ceritakan tentang diri Anda." Apa saja, untuk mengalihkan pikirannya dari ancaman itu.
"Saya pikir, tak ada yang menarik yang bisa saya ceritakan."
"Anda pernah mengatakan, Anda dulu bekerja sebagai agen rahasia di
Aljazair. Pasti itu pengalaman yang sangat menarik."
Pria itu mengangkat bahu. "Kami hidup dalam saat-saat yang sulit. Menurut saya, setiap orang harus berani mengambil risiko dalam hidupnya, sehingga pada akhirnya dia tak perlu mengorbankan segalanya. Hidup dalam situasi
penuh teror benar-benar sulit. Kami harus mengakhiri dan mencari
penyelesaian untuk itu." Suaranya terdengar penuh emosi.
Dia benar-benar mirip Edward, pikir Mary. Edward selalu penuh emosi dan
bersungguh-sungguh bila mengutarakan apa yang dia yakini. Dr. Desforges
bukanlah orang yang mudah digoyahkan. Dia orang yang bersedia
menanggung risiko apa pun demi apa yang diyakininya benar.
Kini dia berkata, "...Seandainya saya tahu, bahwa harga yang harus saya bayar demi itu semua adalah nyawa istri dan anak-anak saya..." Dia terhenti.
Buku-buku tangannya memutih, menekan meja. "Maafkan saya, saya tidak mengundang Anda untuk mendengarkan keluhan-keluhan saya. Izinkan saya
memesan daging kambing. Masakan daging kambing di sini sangat istimewa.'''
"Baiklah," kata Mary.
Mereka memesan hidangan makan malam dan sebotol anggur, dan asyik
mengobrol. Mary mulai santai, dan sedikit-sedikit dia bisa melupakan ancaman yang mengerikan itu, yang ditulis dengan cat merah. Dengan heran Mary
menyadari betapa mudahnva dan asyiknya mengobrol dengan pria Prancis
yang menarik itu. Aneh, seperti mengobrol dengan Edward saja rasanya.
Betapa menakjubkan menemukan kenyataan bahwa dia dan Louis mempunyai
pandangan-pandangan yang sama, dan punya perasaan yang sama tentang
segaia sesuatu. Louis Desforges dilahirkan di sebuah kota kecil di Prancis, dan Mary di sebuah kota kecil di Kansas, terpisah oleh jarak lima ribu mil, tapi latar belakang mereka begitu mirip. Ayah Louis adaiah seorang petani yang pandai berhemat dan berhasil menyekolahkan putranya hingga menjadi dokter di
Paris. "Ayah saya seorang pria yang luar biasa, Madam Ambasador."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebutan Madam Ambasador kedengarannya terlalu formal."
"Nyonya Ashley?"
"Mary." "Terima kasih, Mary"
Mary tersenyum. "Sama-sama, Louis."
Mary menduga-duga, bagaimana kehidupan pribadi dokter itu. Pria itu
tampan dan cerdas. Dia pasti bisa memikat wanita mana pun yang ingin
dipikatnya. Apakah dia tinggal bersama seorang wanita"
"Apakah kau merencanakan akan menikah lagi?"
Hampir tak dipercayanya dirinya sendiri, tapi... kata-kata itu telah teriuncur dari mulutnya.
Desforges menggeleng. "Tidak. Seandainya kau kenal istriku, kau akan mengerti. Dia adaiah wanita yang sangat istimewa. Tak seorang pun akan bisa menggantikannya."
Begitupun perasaanku terhadap Edward, pikir Mary. Tak seorang pun akan
dapat menggantikannya. Edward begitu istimewa. Tapi, setiap orang butuh
kawan. Bukan, bukan berarti menggantikan kedudukan orang yang begitu kita cintai. Ini adalah menemukan seorang kawan baru, pada siapa kita bisa
berbagi rasa. Louis sedang berkata, "...jadi, ketika jabatan itu ditawarkan padaku, kupikir, menarik juga jika aku bisa mengunjungi Rumania." Dia merendahkan
suaranya. "Sebetulnya, aku merasakan adanya suasana jahat di negeri ini."
"Oh, ya?" "Bukan rakyatnya. Bangsa Rumania bangsa yang menyenangkan.
Pemerintahlah yang kubenci. Tak ada kebebasan di sini, untuk siapa pun.
Rakyat Rumania hidup seperti budak. Jika mereka menginginkan makanan
yang layak dan sedikit kemewahan saja, mereka akan dipaksa bekerja untuk
kepentingan Securitate. Orang-orang asing selalu dimata-matai." Dia
memandang berkeliling, untuk memastikan bahwa suaranya tak terdengar
orang lain. "Aku akan lega bila masa tugasku di sini selesai, dan aku bisa kembali ke Prancis."
Tanpa sadar, Mary mendengar dirinya berkata, "Ada orang-orang yang
menginginkan aku mengundurkan diri dan kembali ke Amerika."
"Apa?" Dan tiba-tiba saja Mary menceritakan semuanya, semua yang terjadi di
kantornya. Diceritakannya tentang dinding kantornya yang dikotori dengan cat merah yang menggoreskan ancaman itu.
"Mengerikan!" seru Louis. "Siapa kiranya yang tega melakukannya?"
"Aku tak tahu."
Louis berkata, "Bolehkah aku mengutarakan pengakuanku yang mungkin
kurang sopan" Sejak aku tahu siapa kau sebenarnya, aku lalu bertanya-tanya.
Setiap orang yang mengenalmu benar-benar tertarik padamu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Sepertinya kau telah membawa kemari gambaran tentang citra Amerika
yang cantik, cerdas, dan hangat. Jika kau masih percaya pada apa yang
kaulakukan ini, kau harus berjuang untuk mengalahkan ancaman-ancaman itu.
Kau harus bertahan di sini. Jangan biarkan seorang pun menakut-nakutimu."
Persis seperti itulah yang akan dikatakan Edward.
Mary terbaring di tempat tidurnya, tak bisa tidur, dan memikirkan kata-kata Louis. Pria itu, bersedia mati demi keyakinannya. Mampukah aku" Aku tak
ingin mati, pikir Mary. Tapi tak ada yang akan membunuhku. Dan tak seorang pun akan bisa membuatku gentar.
Dia berbaring nyalang dalam gelap. Ketakutan.
Esok paginya Mike masuk ke kantornya sambil membawa dua cangkir kopi.
Dia menggerakkan kepala ke arah dinding yang sudah dibersihkan.
"Saya dengar ada yang mengecat graffiti di dinding itu."
"Apa mereka sudah menemukan pelakunya?"
Mike mereguk kopinya. "Belum. Saya sudah mengecek Daftar Tamu.
Semuanya orang-orang yang bisa dipercaya."
"Jadi, itu berarti pasti seseorang di dalam kedutaan ini."
"Mungkin begitu, atau seseorang yang berhasil mengelabui penjaga."
"Anda percaya kemungkinan itu?"
Mike meletakkan cangkir kopinya. "Tidak."
"Saya juga tidak."
"Apa sebetulnya yang ditulisnya?"
"Pulanglah sebelum kau mati."
Mike tidak berkomentar. "Siapa yang ingin membunuh saya?"
"Saya tak tahu."
"Tuan Slade, saya menginginkan jawaban sejujurnya. Apakah menurut Anda keselamatan saya benar-benar terancam?"
Mike Slade menatapnya beberapa saat. "Madam Ambasador, mereka telah
membunuh Abraham Lincoln, John Kennedy, Robert Kennedy, Martin Luther
King, dan Marin Groza. Kita semua tidak kebal. Jawaban atas pertanyaan anda adalah 'ya'. Jika kau masih percaya pada apa yg kau lakukan ini harus
berjuang untuk mengalahkan ancaman-ancaman itu. Kau harus bertahan disini Jangan biarkan seorang pun menakut-nakutimu"
24 Pukul delapan lewat empat puluh lima menit keesokan harinya, ketika Mary
sedang memimpin rapat, Dorothy Stone menerjang masuk ke ruangan dan
berseru, "Anak-anak diculik!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary terlompat. "Ya, Tuhan!"
"Alarm Limousine itu baru saja berhenti. Mereka sedang melacak mobil itu sekarang. Penculik itu takkan bisa lolos."
Mary berlari sepanjang lorong, ke Ruang Komunikasi. Ada sekitar enam pria berdiri mengelilingi switchboard. Kolonel McKinney sedang berbicara ke
mikrofon. "Roger," katanya. "Ya, saya mengerti. Akan saya sampaikan pada Duta Besar."
"Apa yang terjadi?" suara Mary serak. Hampir saja dia tak mampu mengeluarkan kata-kata. "Di mana anak-anak saya?"
Kolonel McKinney berkata menenangkan, "Mereka tidak apa-apa, Madam.
Tanpa sengaja, salah satu dari mereka menyentuh tombol tanda bahaya.
Lampu darurat di atas mobil langsung menyaia, juga sinyal pendek SOS, dan sebelum sopir melewati dua blok, empat mobil polisi telah mengepung mereka dengan sirene yang meraung-raung"
Mary terduduk dengan lega. Dia tak sadar, betapa beratnya tekanan yang
dihadapinya tadi. Bisa dimengerti, pikirnya, mengapa orang-orang asing di sini akhirnya berpaling pada obat bius, minuman keras, atau... skandal cinta.
Malam itu Mary menemani anak-anaknya. Dia ingin berada sedekat mungkin
dengan mereka. Memandangi anak-anaknya, Mary berpikir: Apakah mereka
dalam bahaya" Apakah kami semua dalam bahaya" Siapa yang ingin
mencelakakan kami" Mary sendiri tak bisa menjawab.
Tiga malam kemudian Mary makan malam lagi bersama Dr. Louis Desforges.
Pria itu kelihatan lebih santai sekarang, meskipun Mary masih merasakan
betapa kepedihan hatinya belum hilang"betapa pun Louis berusaha melucu
dan tampil menarik. Mary menduga-duga, apakah pria itu juga tertarik
padanya, sama seperti dia tertarik pada pria itu. Bukan sekadar mangkuk
perak yang kukirimkan padanya, Mary mengaku pada dirinya sendiri, tapi
sebuah undangan. Sebutan Madam Ambasador kedengarannya terlalu formal. Panggil saja
Mary. Ya, Tuhan, apakah dia sengaja mengejar-ngejar pria itu" Tapi: Aku
berutang banyak padanya"bahkan berutang nyawa. Aku sekadar bersikap
rasional, pikir Mary. Itu tak ada hubungannya dengan mengapa aku ingin
bertemu lagi dengannya. Mereka makan malam sore-sore di ruang makan di atap Intercontinental
Hotel, dan ketika Louis mengantarkan Mary kembali ke kediamannya, Mary
bertanya, "Maukah kau mampir sejenak?"
"Terima kasih," jawabnya. "Ya."
Anak-anak sedang di ruang belajar, mengerjakan pekerjaan rumah. Mary
memperkenalkan mereka kepada Louis.
Louis membungkuk di depan Beth dan berkata, "Bolehkah saya...?" Dan dipeluknya Beth. Lalu ditegakkannya lagi tubuhnya. "Salah satu putriku tiga tahun lebih muda darimu. Yang lebih tua seusiamu. Aku suka membayangkan,
mereka akan tumbuh secantik kau, Beth."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beth tersenyum. "Terima kasih. Di mana me...?"
Mary bertanya cepat-cepat, "Apa kau mau minum coklat panas?"
Mereka duduk di dapur yang luas, minum coklat dan mengobrol.
Anak-anak begitu tertarik pada Louis, dan Mary berpikir, belum pernah
dilihatnya seorang pria yang begitu mencintai anak-anak. Dia sudah
melupakan kehadiran Mary di situ. Dia memusatkan perhatian pada anakanak, bercerita tentang putri-putrinya, menceritakan anekdot dan leluconlelucon yang membuat anak-anak tertawa gelak-gelak.
Hampir tengah malam ketika Mary melirik jam tangannya. "Oh, tidak! Anak-anak seharusnya sudah tidur tadi-tadi. Ayolah!"
Tim mendekati Louis. "Maukah Anda datang kemari lagi?"
"Aku juga berharap begitu, Tim. Terserah ibumu."
Tim berpaling pada Mary. "Well, Mama?"
Mary menatap Louis dan berkata, "Ya."
Mary mengantarkan Louis sampai ke depan pintu. Pria itu menggenggam
tangannya. "Kata-kata saja tak cukup untuk menyatakan betapa berartinya malam ini bagiku, Mary."
"Aku bersyukur." Mary memandang mata pria itu, dan dirasanya Louis melangkah mendekat. Mary memejamkan matanya, siap menerima ciuman.
"Selamat malam, Mary." Dan Louis pun pergi.
Esok paginya, ketika dia masuk ke kantornya, dilihatnya sisi lain dinding kantornya telah dicat baru. Mike masuk membawa dua cangkir kopi.
"Pagi." Diletakkannya secangkir di meja Mary.
"Ada yang mencoret-coret dinding lagi?"
"Ya." "Apa katanya kali ini?"
"Ah, tak ada artinya."
"Tidak ada artinya!" pekiknya marah. "Itu besar sekali artinya bagi saya.
Bagaimana dengan keamanan di kedutaan ini" Saya tak mau orang
menyelinap ke kantor saya dan mengancam keselamatan saya. Apa katanya?"
"Anda benar-benar ingin tahu?"
"Ya." "Katanya, 'Pergi sekarang atau mati.'"
Mary terduduk di kursinya, marah sekali. "Dapatkah Anda menerangkan, bagaimana mungkin seseorang bisa menyelinap masuk ke kantor saya, tak
terlihat, dan mencoretkan ancamannya di dinding?"
"Saya pun berharap dapat menerangkannya," kata Mike. "Kami telah melakukan apa saja untuk melacaknya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Well, 'melakukan apa saja' jelas belum cukup," sembur Mary. "Saya perintahkan seorang serdadu marinir berjaga di depan pintu kantor saya,
setiap malam. Mengerti?"
"Ya, Madam Ambasador. Akan saya sampaikan pada Kolonel McKinney."
"Tak usah repot-repot. Saya sendiri yang akan menyampaikannya."
Mary memperhatikan Mike Slade ketika pria itu meninggalkan kantornya,
dan tiba-tiba dia punya firasat bahwa Mike Slade sebetulnya tahu siapa orang yang mengancamnya itu. Jangan-jangan justru Mike Slade sendiri.
Kolonel McKinney meminta maaf. "Percayalah, Madam Ambasador, saya pun sama jengkelnya dengan Anda. Saya akan meningkatkan pengawasan di
koridor dan akan saya perintahkan penjaga mengawasi pintu masuk kantor
Anda selama dua puluh empat jam penuh."
Mary tak mau dibujuk. Seseorang di dalam kedutaan itu bertanggung jawab
atas apa yang terjadi. Kolonel McKinney adaiah staf inti Kedutaan Amerika.
Mary mengundang Louis Desforges makan malam di kediamannya, bersama
kira-kira dua belas tamu lainnya. Dan, ketika tamu-tamu lain telah pulang, Louis berkata, "Bolehkah aku naik ke atas sebentar untuk menjenguk anak-anak?"
"Mungkin mereka sudah tidur, Louis."
"Aku takkan membangunkan mereka," janjinya. "Aku cuma ingin melihat mereka."
Mary naik menemaninya dan memperhatikan pria itu dari ambang pintu,
asyik memandangi Tim yang sedang tidur pulas.
Beberapa saat kemudian Mary berbisik, "Kita ke kamar Beth, yuk."
Mary membawa tamunya ke kamar tidur lain di koridor itu, dan membuka
pintunya. Beth tidur meringkuk, dan selimutnya berantakan. Pelan-pelan Louis mendekatinya dan dengan lembut membetulkan selimut itu. Dia berdiri di
sana, matanya terpejam. Akhirnya, cukup lama kemudian, dia berbalik dan
keluar dari kamar itu. "Anak-anak yang manis," bisik Louis. Suaranya serak.
Mereka berdiri berhadapan, dan terasa ada arus kuat di antara mereka. Pria itu kini tak bisa berpura-pura lagi.
Pasti akan terjadi juga, pikir Mary. Kami tak mungkin menghentikannya.
Dan, keduanya berpelukan, dan bibir pria itu menciumnya dengan penuh
nafsu. Akhirnya Louis melepaskan pelukannya. "Seharusnya aku tak datang. Kau tahu apa yang kulakukan, kan" Aku mencoba menghidupkan masa laluku." Dia diam sejenak. "Atau, justru masa depanku. Siapa tahu?"
Mary berkata lembut, "Aku tahu."
David Victor, Konsul Perdagangan, menerobos masuk ke kantor Mary
dengan tergesa-gesa. "Ada kabar buruk. Saya baru saja mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selentingan bahwa Presiden Ionescu akan menyetujui kontrak pembelian satu setengah juta ton jagung dari Argentina, dan setengah ton kedelai dari
Brazilia. Padahal, kontrak itulah yang kita incar."
"Negosiasinya sudah sampai mana?"
"Hampir final. Kita telah ditipu. Saya akan mengirim teleks ke Washington"
dengan persetujuan Anda, tentu saja," tambahnya cepat-cepat.
"Tunggu sebentar," kata Mary. "Saya akan memikirkannya dulu."
"Anda takkan mungkin mengubah pikiran Presiden Ionescu. Saya telah
mempertimbangkan berbagai argumen, dan tak ada yang cocok."
"Jadi, tak ada salahnya jika saya juga berusaha." Dihubuhginya
sekretarisnya. "Dorothy, buatkan janji pertemuan dengan Presiden Ionescu, secepat mungkin."
Alexandras Ionescu mengundang Mary makan siang di istananya. Begitu
masuk, Mary disambut oleh Nicu, putra President yang berusia empat belas
tahun. "Selamat siang, Madam Ambasador," katanya. "Saya Nicu. Selamat datang di istana Ayah."
"Terima kasih."
Anak itu tampan, cukup jangkung untuk usianya, matanya yang hitam indah
sekali dan kulitnya bersih. Penampilannya mirip pemuda dewasa.
"Saya mendengar segala yang baik tentang Anda."
"Saya senang mendengarnya, Nicu."
"Akan saya katakan pada Ayah, Anda telah datang."
Mary dan Ionescu duduk berhadap-hadapan di ruang makan resmi, hanya
mereka berdua, Mary menduga-duga, di mana istrinya. Wanita itu jarang
sekali tampil, bahkan dalam acara-acara resmi sekakpun.
Presiden telah kebanyakan minum dan sikapnya mulai melunak. Dia
menyulut sebatang Snagov, rokok buatan Rumania yang busuk baunya.
"Saya dengar Anda kadang-kadang bertamasya bersama anak-anak Anda."
"Benar, Yang Mulia. Rumania negeri yang sangat indah, dan banyak sekali tempat-tempat yang pantas dikunjungi."
Ionescu tersenyum, senyum merayu maksudnya. "Suatu hari nanti, Anda
harus mengizinkan saya mengantarkan Anda melihat-lihat negeri ini."
Senyumnya makin menggoda. "Saya seorang pemandu wisata yang hebat.
Saya bisa menunjukkan tempat-tempat yang sangat menarik."


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Saya percaya," kata Mary. "Bapak Presiden, hari ini saya amat ingin menemui Anda karena saya ingin mendiskusikan satu hal yang amat penting."
Ionescu tertawa terbahak-bahak. Dia tahu persis, untuk apa Mary datang
menemuinya. Amerika ingin menjual jagung dan kedelai, tapi sudah terlambat.
Duta Besar Amerika kali ini terpaksa pulang dengan tangan kosong. Kasihan.
Dia begitu cantik dan menarik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya?" tanyanya, pura-pura tak tahu.
"Saya ingin mendiskusikan gagasan kota-kota bersaudara."
Ionescu ternganga. "Maaf, apa maksud Anda?"
"Kota-kota yang dianggap punya banyak kemiripan, seperti kota kembar.
Anda tahu"seperti San Fransisco dan Osaka, Los Angeles dan Athena,
Washington dan Beijing...."
"Saya"saya tidak mengerti. Apa hubungannya dengan...?"
"Bapak Presiden, menurut saya, nama Anda akan terpampang di semua
surat kabar penting di dunia, menjadi berita utama, jika Anda bisa
mengangkat sebuah kota biasa di Amerika sebagai 'saudara' kota Bucharest.
Bayangkan betapa hal itu akan mengagetkan dunia. Dunia pasti akan
menyambutnya dengan antusias, seperti gerakan dari-rakyat-ke-rakyat yang
dicanangkan Presiden Elhson. Itu akan menjadi langkah penting ke arah
perdamaian dunia. Anda telah menciptakan titian perdamaian yang
menjembatani jurang pemisah antara negara Anda dan negara saya! Saya
takkan terkejut jika Anda kelak mendapat Hadiah Nobel Perdamaian."
Ionescu duduk terdiam, mencoba mencerna hal itu dengan pikirannya. Dia
berkata hati-hati, "Sebuah kota sebagai kembaran di Amerika Serikat" Sebuah gagasan yang menarik. Apa akibatnya?"
"Publikasi yang luar biasa untuk Anda. Anda akan menjadi pahlawan. Dan itu akan menjadi gagasan Anda pribadi. Anda akan mengunjungi kota yang Anda
pilih, dan sebuah delegasi dari Kansas City akan menghadap Anda."
"Kansas City?" "Ah, itu hanya sebuah saran, tentu saja. Saya rasa Anda takkan memilih kota-kota besar seperti New York atau Chicago"terlalu komersial. Dan Los
Angeles sudah dipilih. Kansas City terletak di jantung Amerika. Penduduknya sebagian besar petani, seperti rakyat Anda. Orang-orang yang punya tradisi kukuh, seperti bangsa Rumania. Langkah itu pasti akan menjadi langkah
penting seorang negarawan besar, Bapak Presiden. Anda akan menjadi buah
bibir di mana-mana. Tak seorang pun di Eropa pernah berpikir untuk bertindak seperti itu."
Ionescu terdiam. "Saya"tentu saja saya harus mempertimbangkannya baik-baik."
"Tentu saja." "Kansas City, Kansas dan Bucharest, Rumania." Dia mengangguk-angguk.
"Tentu saja Rumania jauh lebih besar dan indah."
"Ya. Bucharest yang akan menjadi kakak."
"Saya akui, gagasan ini benar-benar menarik." Sesungguhnya, makin lama Ionescu memikirkannya, makin tertarik dia. Anda akan menjadi buah bibir di mana-mana: Dan itu akan membuat beruang Rusia tak bisa memelukku erat-erat.
"Apakah ada kemungkinan pihak Amerika akan menolak?" tanya Ionescu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sama sekali tidak. Saya berani menjamin."
Ionescu merenungkannya. "Kapan langkah ini bisa kita jalankan?"
"Kapan saja jika Anda sudah siap mengumumkannya. Saya yang akan
menangani pihak Amerika. Anda adaiah negarawan besar, Bapak Presiden, tapi langkah Anda ini akan membuat Anda lebih besar lagi."
Ionescu memikirkan hal lain. "Kita bisa mengatur hubungan dagang dengan kota kembaran kita. Rumania punya banyak komoditi untuk dijual. Katakan..."
"Petani-petani Kansas menanam apa"
"Di antaranya," kata Mary polos, "jagung dan kedelai."
"Anda berhasil mendapatkan kontrak itu" Anda berhasil mengelabuinya?"
David Victor bertanya tak percaya.
"Ya, tapi tidak langsung," kata Mary meyakinkannya. "Ionescu terlalu cerdik untuk pertanyaan langsung. Dia sudah tahu apa yang saya incar. Dia tertarik pada bungkus yang saya tawarkan. Anda boleh ke sana dan menyelesaikan
perjanjian kontrak itu. Ionescu sudah berpidato di televisi."
Ketika Stanton Rogers mendengar berita itu, dia menelepon Mary. "Kau luar biasa, Mary," katanya sambil tertawa. "Kami sudah khawatir kehilangan kontrak itu. Bagaimana kau bisa melakukannya?"
"Ego," kau Mary. "Egonya."
"Presiden secara khusus menyuruh saya menyampaikan bahwa kau sangat
berhasil di situ, Mary."
"Sampaikan terima kasihku, Stan."
"Pasti. Ngomong-ngomong, Presiden dan aku akan berangkat ke Cina
minggu-minggu ini. Jika kau ingin menghubungiku, pakailah saluran lewat
kantorku." "Semoga perjalananmu berhasil."
Hari-hari berlalu tanpa terasa. Angin bulan Maret yang dingin dan kencang membawa datangnya musim semi, dan kemudian musim panas. Mantel-mantel
bulu yang tebal telah diganti dengan gaun-gaun yang ringan dan tipis. Bunga mekar di mana-mana, taman-taman kota penuh kehijauan dan kecerahan
warna bunga. Bulan Juni telah tiba.
*** Di Buenos Aires, saat itu musim dingin. Ketika Neusa Munez kembali ke
apartemennya, hari sudah tengah malam. Teleponnya berdering. Diangkatnya
pesawat itu. Si?" "Miss Munez, Ternyata si gringo dari Amerika Serikat"
"Yeah." "Bolehkah saya bicara dengan Angel."
"Angel tak ada, senor. Apa maumu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Pengawas. merasa kesabarannya mulai habis. Laki-laki macam apa
yang bisa lengket pada perempuan seperti ini" Berdasarkan deskripsi yang
diberikan Harry Lantz sebeium dia terbunuh, perempuan itu tidak saja sinting, tapi juga sama sekali tidak menarik.
"Saya ingin Anda menyampaikan pesan saya pada Angel."
"Tunggu sebentar."
Didengarnya pesawat telepon diletakkan, dan dia terpaksa menunggu.
Akhirnya suara perempuan itu terdengar lagi. "Okay."
"Katakan pada Angel, saya ingin menyewanya untuk suatu kontrak di
Bucharest." "Budapes?" Ya, Tuhanl Perempuan ini benar-benar menghabiskan kesabaran siapa saja.
"Bucharest, Rumania. Katakan, nilai kontraknya lima juta dollar. Dia sudah harus ada di Bucharest selambat-lambatnya akhir bulan ini. Tiga minggu dari sekarang. Anda mengerti?"
"Tunggu. Aku sedang mencatatnya."
Sang Pengawas menunggu dengan sabar.
"Okay. Berapa nyawa yang harus dihabisi Angel untuk upah lima juta
dollar?" "Banyak sekali...."
Antrian orang yang ingin mendapat visa di depan Kedutaan Amerika
membuat Mary mau tak mau memikirkannya. Sekali lagi dia mendiskusikannya
dengan Mike Slade. "Pasti ada cara untuk membantu orang-orang itu keluar dari negeri ini."
"Semua cara telah dicoba," Mike meyakinkannya. "Kita pernah menggunakan cara kekerasan, kita pernah mengumpankan bantuan
keuangan"jawabnya tetap 'tidak'. Ionescu tak sudi tawar-menawar untuk hal ini. Orang-orang malang itu akan terpenjara seumur hidup. Ionescu tak berniat melepaskan mereka. Tirai Besi tidak hanya mengungkung negeri ini"tirai besi itu bahkan ada di dalam negeri ini."
"Saya akan bicara lagi dengan Ionescu."
"Semoga berhasil."
Mary menyuruh Dorothy mengatur pertemuannya dengan sang Diktator.
Beberapa menit kemudian, sekretaris itu masuk ke kantor Mary. "Maaf, Madam Ambasador, tak ada perjanjian."
Mary memandangnya bingung. "Apa maksudnya?"
"Saya sendiri tak tahu. Telah terjadi sesuatu yang aneh di istana. Ionescu menolak bertemu dengan siapa saja. Bahkan, tak seorang pun diizinkan
datang ke istananya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary duduk merenung, menduga-duga apa yang terjadi. Apakah Ionescu
sedang mempersiapkan suatu tindakan politik yang mengejutkan" Apakah ada
usaha kudeta" Pasti telah terjadi sesuatu yang amat penting. Apa pun itu, Mary tahu, dia harus mencari cara untuk mengetahuinya.
"Dorothy," katanya, "kau punya kontak khusus dengan Istana Kepresidenan, bukan?"
Dorothy tersenyum. "Maksud Anda 'itu'" Tentu saja. Kami selalu
berhubungan." "Saya ingin kau mendapat informasi, apa yang terjadi di sana...."
Sejam kemudian, Dorothy melapor kembali. "Saya sudah mendapat apa
yang ingin Anda ketahui," katanya. "Mereka sangat merahasiakannya."
"Merahasiakannya?"
"Putra Ionescu sedang sekarat."
Mary kaget sekali. "Nicu" Apa yang terjadi?"
"Dia keracunan makanan."
Mary bertanya cepat, "Maksudmu di sini sedang terjadi wabah keracunan makanan?"
"Tidak, Madam. Ingatkah Anda, baru-baru ini terjadi wabah keracunan
makanan di Jerman Timur" Rupanya Nicu pergi ke negeri itu, dan seseorang
menghadiahkan makanan kaleng padanya. Kemarin dia makan makanan itu."
"Tapi kan ada anti-serumnya!"
"Tak ada negara Eropa yang punya persediaan. Semua sudah habis untuk melawan wabah itu."
"Oh, Tuhan." Ketika Dorothy telah meninggalkan kantornya, Mary duduk merenung.
Mungkin akan terlambat, tapi... Diingatnya betapa Nicu waktu itu kelihatan riang dan bahagia. Usianya baru empat belas tahun"setahun lebih tua dari
Beth. Ditekannya tombol interkom. "Dorothy, sambungkan saya dengan Pusat
Pengawasan Penyakit-penyakit di Atlanta, Georgia."
Lima menit kemudian dia sudah berbicara dengan Direktur.
"Ya, Madam Ambasador, kami memang punya anti-serum untuk keracunan
makanan, tapi di Amerika Serikat tak ada laporan mengenai kasus keracunan makanan."
"Saya tidak di Amerika Serikat," kata Mary. "Saya ada di Bucharest. Saya membutuhkan serum itu secepat mungkin."
Hening sejenak. "Saya akan senang jika bisa mengirimkannya," kata Direktur, "tapi efek keracunan makanan sangat cepat. Saya ragu-ragu, waktu serum ini tiba di situ..."
"Saya yang akan mengaturnya supaya bisa tiba di sini secepat mungkin,"
kata Mary. "Tolong siapkan saja. Terima kasih."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepuluh menit kemudian, Mary bicara dengan Jenderal Ralph Zukor, Kepala
Staf Angkatan Udara, di Washington.
"Selamat pagi, Madam Ambasador. Well, ini suatu kejutan yang
menyenangkan. Saya dan istri saya adaiah pengagum Anda. Bagaimana...?"
"Jenderal, saya membutuhkan bantuan Anda."
"Katakan saja. Apa pun yang Anda inginkan."
"Saya membutuhkan jet Anda yang paling cepat."
"Maaf?" "Saya membutuhkan sebuah jet untuk menerbangkan sejumlah serum ke
Bucharest. Sekarang juga."
"Oh!" "Bisakah?" "Well, ya. Saya terangkan apa yang harus Anda kerjakan. Anda harus
mendapat izin dari Menteri Pertahanan. Ada sejumlah formulir yang harus
Anda isi. Satu copy Anda kirimkan pada saya, copy satunya disimpan
Departemen Pertahanan. Kami akan meneruskannya ke..."
Mary mendengarkan, tak sabar. "Jenderal... saya akan menerangkan apa yang harus Anda lakukan. Anda harus berhenti bicara dan segera menyiapkan jet itu. Jika..."
"Tak ada cara untuk..."
"Nyawa seorang anak lelaki menjadi taruhannya. Dan anak itu kebetuian adaiah putra Presiden Rumania."
"Maaf, tapi saya tak punya wewenang..."
"Jenderal, jika anak itu mati gara-gara sejumlah formulir yang tidak diisi, saya akan mengadakan jumpa pers yang paling besar yang pernah Anda lihat.
Akan saya beberkan bagaimana Anda telah menyebabkan kematian putra
Ionescu." "Saya tak mungkin memerintahkan pelaksanaan operasi ini tanpa izin dari Gedung Putih. Jika..."
Mary membentak. "Cari izin itu. Serumnya telah siap menunggu di Atlanta Airport. Dan, Jenderal"setiap menit yang terbuang berarti terancamnya
nyawa putra Presiden Rumania."
Mary memutuskan hubungan, dan duduk terhenyak sambil berdoa diamdiam. Ajudan Jenderal Ralph Zukor bertanya, "Ada apa, sir?"
Jenderal Zukor berkata, "Duta Besar menyuruh saya menerbangkan SR-71
untuk membawa serum ke Rumania."
Si ajudan tersenyum. "Saya yakin, dia pasti tak tahu bagaimana rumitnya prosedur untuk itu, Jenderal."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jelas sekali. Tapi kita masih bisa cari jalan lain. Sambungkan dengan Stanton Rogers."
Lima menit kemudian Jenderal Ralph Zukor telah berbicara dengan
Penasihat Presiden untuk Masalah-masalah Luar Negeri. "Saya hanya akan melaporkan bahwa ada permintaan, dan tentu saja permintaan itu telah saya tolak. Jika..."
Stanton Rogers berkata, "Jenderal, berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk menerbangkan SR-71 ?"
"Sepuluh menit, tapi..."
"Kerjakan." Sistem saraf Nicu Ionescu telah terkena. Dia terbaring tak sadarkan diri, pucat dan berkeringat, hidungnya dihubungkan ke alat pernapasan. Tiga
dokter mengerumuninya. Presiden Ionescu masuk ke kamar putranya. "Apa yang terjadi?"
"Yang Mulia, kami sudah menghubungi kolega-kolega kami di seluruh Eropa Timur dan Eropa Barat. Tak ada yang punya persediaan antiserum."
"Bagaimana dengan Amerika Serikat?"
Dokter itu mengangkat bahu. "Waktu kita berhasil mengatur agar seseorang bersedia menerbangkan serum ke sini..." Dia berhenti, lalu melanjutkan dengan nada hati-hati, "...saya khawatir, akan sudah terlambat."
Ionescu berjalan ke tempat tidur dan menggenggam tangan putranya.
Tangan itu lembab dan basah. "Kau takkan mati, Anakku," tangisnya. "Kau tak boleh mati."
Ketika jet itu mendarat di Atlanta International Airport, sebuah Limousine Angkatan Udara telah menunggu dengan serum anti keracunan makanan,
dikemas dalam es. Tiga menit kemudian, jet itu mengudara lagi, ke arah timur laut.
SR-71, jet supersonik milik Angkatan Udara Amerika, terbang dengan
kecepatan tiga kali kecepatan suara. Di atas Atlantik, kecepatannya dikurangi sedikit untuk mengisi bahan bakar. Jarak empat ribu mil ke Bucharest
ditempuhnya dalam waktu dua jam lebih sedikit.
Kolonel McKinney telah menanti di bandara. Pengawal dari satuan millter
melancarkan jalan ke Istana Kepresidenan.
Mary tetap tinggal di kantornya malam itu, mengikuti laporan terakhir dari menit ke menit. Laporan terakhir masuk pukul enam pagi.
Kolonel McKinney menelepon. "Mereka telah menyuntikkan serum itu. Kata dokter, anak itu bisa diselamatkan.
"Terima kasih, ya, Tuhan."
Dua hari kemudian, seuntai kalung bertatahkan berlian dan zamrud
dikirimkan ke kantor Mary dengan sebuah pesan:
"Tak mungkin saya ungkapkan betapa saya sangat berterima kasih pada
Anda. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Alexandros Ionescu" "Astaga!" Seru Dorothy ketika melihat kalung itu. "Harganya paling sedikit setengah juta dollar."
"Ya," kata Mary. "Kembalikan."
Esok paginya, Presiden Ionescu memanggil Mary.
Seorang ajudan Presiden menyambutnya. "Presiden telah menunggu di
kantor beliau." "Bolehkah saya menengok Nicu dulu?"
"Tentu saja." Diantarkannya Mary ke lantai atas.
Nicu berbaring sambil membaca. Dia mendongak ketika Mary masuk.
"Selamat pagi, Madam Ambasador,"
"Selamat pagi, Nicu."
"Ayah menceritakan apa yang telah Anda lakukan. Saya ingin mengucapkan terima kasih pada Anda."
Mary berkata, "Saya tak mungkin membiarkan kau mati. Saya
menyelamatkanmu demi. Beth, suatu saat kelak."
Nicu tertawa. "Ajak dia kemari, supaya kami bisa mengobrol."
Presiden Ionescu telah menunggu Mary di bawah. Dia bicara tanpa basabasi, "Anda mengembalikan hadiah saya."
"Ya, Yang Mulia."
Dia menunjuk sebuah kursi. "Duduklah." Dia memandangi Mary sejenak.
"Apa yang Anda inginkan?"
Mary menjawab, "Saya tidak memperdagangkan nyawa seorang anak."
"Anda telah menyelamatkan nyawa anak saya. Saya harus memberi sesuatu pada Anda."
"Anda tidak berutang apa-apa, Yang Mulia."
Ionescu meninju meja dengan kepalan tangannya. "Saya tak mau berutang pada Anda. Sebut saja berapa yang Anda minta."
Mary berkata, "Yang Mulia, tak ada hubungannya dengan masalah berapa.
Saya sendiri punya dua anak. Saya bisa mengerti bagaimana perasaan Anda."
Ionescu memejamkan matanya. "Oh, ya" Nicu adaiah anak saya satusatunya. Jika sesuatu terjadi atasnya..." Dia terhenti, tak kuasa melanjutkan.
"Saya sempat menjenguknya tadi. Dia sudah kelihatan segar." Mary bangkit.
"Jika tak ada yang lainnya Yang Mulia, saya banyak urusan di Kedutaan." Mary beranjak pergi.
"Tunggu!" Mary berpaling. "Anda tak bersedia menerima hadiah?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak. Saya sudah mencoba menjelaskan..."
Ionescu menggoyang-goyangkan tangannya. "Baiklah, baiklah." Dia merenung sejenak. "Jika Anda boleh memohon, apakah yang akan Anda
minta?" "Tak ada yang..."
"Anda harus! Saya akan memaksa Anda! Satu permintaan saja. Apa saja
yang Anda inginkan."
Mary berdiri, menatap sang Diktator, sambil berpikir. Akhirnya dia berkata,
"Saya berharap agar peraturan ketat yang melarang orang Yahudi
meninggalkan negeri ini bisa dilonggarkan."
Ionescu duduk mendengarkan permintaannya. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk
meja. "Saya tahu." Dia diam beberapa saat lamanya. Akhirnya dia mendongak, memandang Mary. "Saya kabulkan. Tentu saja mereka tetap tak diizinkan meninggalkan negeri ini semaunya, tapi"saya akan membuat prosedurnya
jadi lebih mudah." Ketika hal itu diumumkan dua hari kemudian, Mary menerima telepon
pribadi dari Presiden Ellison.
"Demi Tuhan," katanya, "aku kira aku mengirimkan seorang diplomat ke sana, tapi ternyata kau adaiah orang yang pandai menciptakan keajaiban."
"Saya orang yang beruntung, Bapak Presiden."
"Keberuntungan yang kuharapkan juga dianugerahkan pada semua
diplomatku. Aku ingin mengucapkan selamat, Mary, atas semua yang telah
kaulakukan di sana."


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Terima kasih, Bapak Presiden."
Mary meletakkan pesawat telepon. Hatinya berbunga-bunga.
"Juli sudah hampir tiba," kata Harriet Kruger pada Mary. "Di masa lalu, Duta Besar selalu mengadakan pesta Empat Juli di kediaman resminya untuk orang-orang Amerika yang tinggal di Bucharest. Jika Anda lebih suka tidak..."
"Oh, tidak. Menurut saya itu gagasan yang menarik."
"Baiklah. Saya yang akan mengatur persiapannya. Bendera-bendera, balon-balon, sebuah orkestra"semuanya."
"Kedengarannya hebat sekali. Terima kasih, Harriet."
Pesta itu akan menggerogoti anggaran rumah tangga kediaman resmi Duta
Besar, tapi hasilnya memadai. Sesungguhnya, pikir Mary, itu karena aku rindu pulang.
Florence dan Douglas Schiffer memberi kejutan dengan mengunjungi Mary.
"Kami ada di Roma sekarang," teriak Florence di telepon. "Bolehkah kami datang mengunjungimu?"
Mary senang sekali. "Kapan kalian bisa sampai kemari" Secepatnya, ya?"
"Bagaimana kalau besok pagi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika pasangah Schiffer tiba di Otopeni Airport keesokan harinya, Mary
telah menanti mereka dengan Limousine kedutaan. Mereka saling berpelukan
dengan penuh haru. "Kau nampak fantastis, Mary!" puji Florence.
"Menjadi duta besar sama sekali tak membuatmu berubah."
Kau akan kaget kalau tahu, pikir Mary.
Dalam perjalanan ke kediaman resminya, Mary menunjukkan bangunanbangunan yang mengesankan, sama seperti yang dilihatnya pertama kali
empat bulan yang lalu. Apakah memang baru empat bulan" Rasanya sudah
seabad lamanya. "Kau tinggal di sini?" tanya Florence, ketika mobil memasuki gerbang yang dijaga serdadu marinir. "Aku sangat terkesan."
Mary mengantarkan pasangan Schiffer berkeliling di kediaman resminya.
"Astaga!" seru Florence. "Sebuah kolam renang, sebuah teater, ribuan kamar, dan sebuah taman luas untukmu sendiri!"
Mereka menikmati makan siang di ruang makan yang luas, sambil bergosip
tentang tetangga-tetangga mereka di Junction City.
"Apakah kau benar-benar merindukan kota kita?" Douglas ingin tahu.
"Ya." Dan bahkan ketika mengucapkannya, Mary sadar, betapa jauhnya dia kini dari kota yang dicintainya. Junction City berarti kedamaian dan rasa aman, kehidupan yang santai dan orang-orang yang ramah. Di sini, hidupnya penuh kecemasan, teror, dan ancaman yang dicoretkan di dinding kantornya dengan cat merah. Merah, warna yang melambangkan kekejaman.
"Apa yahg sedang kaupikirkan?" tanya Florence.
"Apa" Oh, tidak. Aku kok jadi melamun. Apa yang kalian lakukan di Eropa sini?"
"Aku harus menghadiri konferensi kedokteran di Roma," jawab Douglas.
"Teruskan"katakan apa adanya," sela Florence.
"Well, alasan sebenarnya adaiah, aku tadinya tak ingin pergi, tapi kami ingin tahu bagaimana keadaanmu di sini. Jadi, kami pun pergi."
"Aku senang mendengarnya."
"Tak pernah kubayangkan aku akan punya kenalan seorang bintang," kata Florence.
Mary tertawa. "Florence, menjadi seorang duta besar tidak membuatku jadi seorang bintang."
"Oh, bukan itu maksudku."
"Apa maksudmu?"
"Tidakkah kau tahu?"
"Tahu apa?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mary, di Time minggu lalu ada artikel panjang-lebar tentang kau, lengkap dengan fotomu dan foto anak-anak. Namamu ada di majalah-majalah di sana.
Ketika Stanton Rogers mengadakan konferensi pers tentang masalah-masalah
luar negeri, dia menyebut-nyebut kau dan menjadikanmu contoh keberhasilan.
Presiden pun suka menyebut-nyebut kau. Pokoknya, namamu menjadi buah
bibir di mana-mana."
"Kurasa aku ketinggalan zaman," kata Mary
Diingatnya apa yang dikatakan Stanton: Presiden sendiri yang
memerintahkan publikasi ini.
"Berapa lama kalian bisa tinggal di sini?" tanya Mary.
"Aku sih mau saja tinggal selamanya di sini, tapi rencana kami cuma tiga hari, lalu kami langsung pulang ke Amerika."
Douglas bertanya, "Bagaimana kabarmu, Mary" Maksudku"kau tahu"tanpa
Edward?" "Baik-baik saja," kata Mary pelan. "Tiap malam aku bicara padanya. Apa itu gila?"
"Tidak, tidak persis begitu."
"Rasanya seperti di neraka. Tapi aku terus berusaha. Aku terus berusaha."
"Apakah kau sudah menemukan"er"seseorang?" Florence bertanya hati-hati.
Mary tersenyum. "Sejujurnya, mungkin sudah. Kalian akan kuperkenalkan padanya nanti malam."
Pasangan Schiffer segera akrab dengan Dr. Louis Desforges. Mereka telah
mendengar bahwa pria Prancis biasanya angkuh dan snobbish, tapi Louis lain"
orangnya hangat, ramah, dan terbuka. Dia dan Douglas asyik berdiskusi
tentang masalah-masalah kedokteran. Malam itu menjadi salah satu malam
yang paling indah bagi Mary, sejak kedatangannya di Bucharest. Sejenak Mary merasa aman dan santai.
Pukul sebelas malam, pasangan Schiffer mengundurkan diri ke kamar yang
telah disiapkan untuk mereka di lantai atas, sementara Mary mengantarkan
Louis sampai ke pintu. Kata pria itu, "Aku suka kawan-kawanmu. Mudah-mudahan kami bisa
bertemu lagi." "Mereka juga menyukaimu. Mereka akan kembali ke Kansas lusa," kata Mary.
Louis memandangnya dalam-dalam. "Mary "kau tidak ikut puiang, kan?"
"Tidak," kata Mary. "Aku tetap di sini."
Pria itu tersenyum. "Bagus." Dia ragu-ragu, kemudian berkata dengan tenang, "Akhir pekan ini aku akan berlibur ke pegunungan. Alangkah
senangnya aku jika kau mau menemaniku."
"Ya." Ternyata hanya sesederhana itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malamnya, Mary berbicara pada Edward. Sayangku, aku akan selalu dan
akan tetap mencintaimu, seperti cintaku selalu padamu, tapi aku tak boleh mengharapkanmu lagi. Sudah waktunya aku memulai hidup baru. Kau akan
tetap menjadi bagian hidupku, tapi akan datang seorang pria lain mengisi
kekosongan ini. Louis bukan kau, tapi Louis. Dia kuat, dia baik, dan dia tabah.
Rasanya aku seperti menemukan pengganti diri-mu. Tolonglah mengerti diriku, Edward. Oh, Edward...
Mary mengantarkan pasangan Schiffer melihat-lihat kota Bucharest, dan
membuat hari-hari mereka di Rumania benar-benar terisi padat. Tiga hari
berlalu cepat sekali, dan ketika mereka meninggalkannya, Mary merasa
kesepian, merasa dirinya tercerabut dari akar keberadaannya, dan sekali lagi terlempar ke tanah yang asing dan penuh bahaya itu.
Mary sedang menikmati kopi pagi bersama Mike Slade, sambil
mendiskusikan acara hari itu.
Akhirnya, Mike berkata, "Saya mendengar desas-desus."
Mary telah mendengar kabar itu pula. "Tentang Ionescu dan simpanannya yang baru" Kelihatannya dia..."
"Tentang Anda."
Tubuhnya menjadi kaku. "Oh, ya" Desas-desus apa?"
"Bahwa Anda sering berkencan dengan Dr. Louis Desforges."
Mary marah sekali. "Dengan siapa saya berkencan bukanlah urusan Anda."
"Saya tak setuju, Madam Ambasador. Itu menjadi urusan setiap orang di Kedutaan. Kita punya aturan ketat, kita tak boleh terlibat dengan orang asing, dan dokter itu orang asing. Dia juga seorang agen musuh."
Mary hampir tak kuasa bicara karena marahnya. "Tidak masuk akal!"
semburnya. "Apa yang Anda ketahui tentang Dr. Louis Desforges?"
"Ingatlah bagaimana Anda bertemu dengannya pertama kali," kata Mike Slade. "Seorang wanita yang malang dan pahlawan yang datang
membebaskannya. Itu tipuan yang paling kuno saya sendiri pernah
mempraktekkannya." "Saya tak peduli apa yang pernah dan belum pernah Anda lakukan," Mary menyela jengkel "Dia jauh lebih baik daripada Anda. Dia pernah bertempur melawan teroris di Aljazair mereka membunuh istri dan kedua anaknya"
Mike berkata ringan, "Menarik sekali. Saya sudah mempelajari file tentang dia. Dokter Anda itu tak pernah punya anak dan istri."
25 Mereka berhenti untuk makan siang di Timisoara dalam perjalanan ke
Pegunungan Carpathia. penginapannya bernama Hunter's Friday, dengan
dekorasi mirip gudang anggur di abad pertengahan.
"Hidangan khas di sini adaiah daging binatang buruan," kata Louis pada Mary. "Saya usulkan kita pilih venison"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Boleh." Dia belum pernah makan venison. Daging rusa itu benar-benar lezat.
Louis memesan sebotol Zghihara, anggur putih buatan lokal. Terasa oleh
Mary, betapa Louis nampak percaya diri, nampak tenang dan bisa dipercaya.
Dan Mary merasa aman di sampingnya.
Dia menjemput Mary di suatu tempat di kota, jauh dari Kedutaan Amerika.
"Lebih baik tak ada yang tahu ke mana kau pergi," katanya, "kalau tidak, kita akan jadi bahan omongan semua diplomat di kota ini."
Terlambat, pikir Mary pahit.
Louis meminjam mobil kawannya di Kedutaan Prancis. Pelatnya berwarna
hitam-putih, berbentuk oval, dan dimulai dengan CD.
Mary tahu bahwa pelat nomor berguna bagi polisi lalu-lintas. Orang-orang
asing diberi pelat nomor yang dimulai dengan angka dua belas. Pelat yang
berwarna kuning hanya untuk mobil pejabat.
Sesudah makan siang, mereka berangkat lagi. Mereka melewati petanipetani yang mengendarai kereta yang masih primitif, terbuat dari cabangcabang pohon yang dianyam, mereka juga melihat karavan-karavan kaum
gipsy. Louis seorang pengemudi yang mahir. Mary memandanginya dari samping,
sambil mengulang-ulang kata-kata Mike Slade dalam hati: Saya sudah
mempelajari file tentang dia. Dokter Anda itu tak pernah punya anak dan istri.
Dia juga seorang agen musuh.
Mary tak mempercayai Mike Slade. Setiap insting dalam tubuhnya
mengatakan pria itu berbohong. Bukan Louis yang menyelinap ke dalam
kantornya dan mencoretkan ancamannya di dinding dengan cat merah. Pasti
orang lain yang mencoba mengancamnya. Mary percaya sepenuhnya pada
Louis. Tak seorang pun bisa berpura-pura, ketika aku melihat betapa emosi yang dalam tergambar di wajahnya waktu dia bermain-main dengan anak-anak. Tak seorang pun bisa berakting sebagus itu. Udara makin sejuk dan
tipis, ladang-ladang sayuran serta pohon-pohon ek berganti peman-dangan
dengan pohon-pohon ash, cemara, dan fir.
"Banyak binatang buruan di daerah ini," kata Louis. "Babi hutan, rusa kerdil, anjing hutan, serigala, dan chamois " rusa hitam yang bulunya lembut
sekali." "Aku belum pernah berburu."
"Suatu hari kelak mungkin aku akan mengajakmu."
Gunung-gunung di depan sana persis seperti yang dilihat Mary di kartu pos-kartu pos bergambar tentang Pegunungan Alpen di Swiss. Puncak-puncak
gunung itu tertutup kabut dan awan. Sepanjang jalan mereka melewati hutan-hutan yang menghijau dan padang-padang rumput yang berhiaskan sapi-sapi
yang asyik merumput. Awan es di atas sana bagaikan baja yang berkilauan,
dan Mary merasa, bila dia mengulurkan tangan meng-gapainya, awan itu akan melekat di ujung jarinya, bagaikan logam dingin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hari sudah gelap ketika mereka sampai ke tujuan, Cioplea, sebuah dusun
yang indah di pegunungan. Penginapan mereka adalah sebuah tiruan kastil
kecil. Mary menunggu di mobil sementara Louis memesan kamar untuk
mereka berdua. Seorang pelayan yang sudah tua mengantar mereka ke suite yang telah
dipesan. Suite itu dilengkapi dengan sebuah kamar tamu yang sedang luasnya, nyaman, dan perabotannya sederhana. Lalu ada kamar tidur, kamar mandi,
dan teras yang membuka ke arah pemandangan pegunungan yang luar biasa
indahnya. "Untuk pertama kalinya dalam hidupku," desah Louis, "aku berharap bisa jadi pelukis."
"Pemandangannya memang indah sekali." Pria itu berjalan mendekatinya.
"Bukan itu. Maksudku, aku ingin melukismu."
Mary mendapati dirinya berkata dalam hati: Aku merasa seperti gadis tujuh belas tahun yang pergi kencan untuk pertama kali. Aku gugup.
Pria itu memeluknya erat-erat. Mary menyembunyikan kepalanya di
dadanya, dan bibir Louis pun melumat bibirnya, dan tangan Louis
mengelusnya, dan membawa tangan Mary ke kejantanannya yang mengeras,
dan Mary pun lupa segalanya, kecuali apa yang sedang terjadi pada dirinya..
Ada dambaan yang meletup-letup dalam dirinya, bukan sekadar gairah
seksual. Kerinduan akan seseorang untuk memeluknya, menghiburnya,
melindunginya, dan meyakinkannya bahwa kini. dia tak sendiri lagi. Mary
mendambakan Louis dalam dirinya, ingin dia bersatu, menjadi satu jiwa dan raga dengannya.
Mereka pindah ke tempat tidur yang besar, dan Mary merasakan bagaimana
lidah pria itu menelusuri tubuhnya yang tanpa busana, makin lama makin ke bawah, sampai akhirnya dirasakannya Louis di dalam tubuhnya. Mary menjerit keras jeritan yang penuh dambaan yang lama terpendam di bawah sadarnya,
dan akhirnya dia mendesah lega ketika mencapai puncak kebahagiaan. Sekali lagi, dan sekali lagi, sampai rasa kebahagiaan itu tak tertahankan lagi.
Louis pandai bercinta. Dia pria yang luar biasa, lembut dan penuh perhatian, tapi bisa juga penuh gairah dan penuh damba. Lama kemudian, akhirnya
keduanya terbaring puas. Mary meringkuk dalam pelukan Louis yang hangat,
dan mereka pun berbincang-bincang.
"Aneh," kata Louis. "Aku merasa diriku utuh lagi. Sejak Renee dan anak-anak terbunuh, aku bagaikan hidup dalam bayang-bayang, mengembara tanpa
arah." Aku juga, pikir Mary. "Aku benar-benar kehilangan dia, dalam segala hal yang penting, tapi juga dalam hal-hal yang sebelumnya tak pernah kubayangkan. Aku merasa tak
berdaya tanpa dia. Yah, hal-hal sepele. Aku tak bisa memasak, tak bisa
mencuci baju, bahkan menata tempat tidur pun aku tak bisa. Laki-laki
memang maunya tahu beres saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Louis, aku juga merasa tak berdaya. Edward adaiah payungku, dan ketika hujan turun dan dia tak ada untuk melindungiku, aku pun rasanya bagai
tenggelam ditelan banjir."
Mereka tidur. Mereka bercinta lagi, pelan dan penuh kelembutan kini. Gairah yang
meledak-ledak telah terpuaskan tadi, yang tinggal adaiah kelembutan dan
kehalusan. Kebahagiaan itu hampir sempurna. Hampir. Karena dalam benak Mary
terngiang-ngiang pertanyaan yang ingin ditanyakannya, tapi tak berani
dikemukakannya: Apakah kau punya anak dan istri, Louis"
Mary sadar, begitu pertanyaan itu diucapkannya, hubungan mereka akan
putus. Louis takkan memaafkan kalau Mary meragukan kesungguhannya.
Persetan Mike Slade, pikirnya. Persetan dengannya.
Louis menatapnya. "Apa yang kaupikirkan?"
"Tak ada, Sayang."
Apa yang sedang kaulakukan di lorong yang gelap itu ketika mereka
mencoba menculikku, Louis"
Mereka makan malam di teras luar, dan Louis memesan Cemurata,
minuman strawberry yang dihasilkan dusun di pegunungan itu.
Hari Sabtu mereka naik kereta gantung ke puncak gunung. Kembali dari
sana keduanya berenang di kolam renang tertutup, bercinta di dalam sauna
yang khusus mereka sewa, dan main bridge dengan pasangan Jerman yang
sedang berbulan madu. Malamnya, mereka bermobil ke Eintrul, sebuah restoran terpencil di
pegunungan. Makan malam disajikan dalam ruangan yang luas, dengan
perapian terbuka, dan potongan-potongan kayu yang menyala menebarkan
kehangatan. Tempat-tempat lilin kuno dari kayu tergantung di langit-langit, dan berbagai kepala binatang menghiasai dinding di atas perapian. Ruangan luas itu hanya diterangi sinar lilin, dan lewat jendela mereka bisa menikmati pemandangan bukit-bukit berselimut salju di luar sana. Suasana yang tepat, tempat yang tepat, dan pasangan yang serasi. Dan akhirnya, tibalah saat
untuk pulang. Terlalu cepat rasanya.
Sudah waktunya kembali ke dunia nyata, pikir Mary. Dan apakah dunia
nyata itu" Sebuah tempat yang penuh ancaman, penculikan, dan graffiti yang mengerikan yang dicoretkan dengan cat merah di dinding kantornya.
Perjalanan pulang amat menyenangkan. Gairah seksual yang tertahan-tahan
waktu berangkat telah terpuaskan. Sebagai gantinya, keduanya merasa santai dan merasa menyatu. Louis adaiah seorang teman yang menyenangkan dan
memberi rasa aman. Mendekati kota Bucharest, mereka melewati padang-padang yang penuh
ditanami bunga matahari. Bunga-bunga itu mekar indah dan mengarahkan
kelopaknya menghadap matahari.
Itulah aku, pikir Mary bahagia. Kini aku pun telah menemukan matahariku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beth dan Tim sudah menanti-nanti kedatangan ibu mereka. "Mama akan
menikah dengan Dr. Louis?" tanya Beth.
Mary terpana. Anak-anaknya telah mengucapkan pertanyaan yang bahkan
dia sendiri pun tak berani memikirkannya. "Well, benarkah, Mama?"
"Mama belum tahu," jawabnya hati-hati. "Apakah kalian akan keberatan?"
"Dia bukan Papa," kata Beth perlahan, "tapi Tim dan aku telah mengambil suara. Kami suka padanya."
"Mama juga," sambut Mary bahagia. "Mama juga."
Mary menerima selusin mawar merah dengan kartu bertuliskan: Terima
kasih untukmu. Mary membacanya. Dan menduga-duga, apakah Louis juga suka
membelikan bunga untuk Renee. Dan bertanya-tanya dalam hati, benarkah
ada Renee dan dua putri mereka" Dan membenci dirinya sendiri karena pikiran itu. Mengapa Mike Slade membohonginya seperti itu" Tak ada cara untuk
mengecek kebenarannya. Tepat pada saat itu, Eddie Maltz, Konsul Politik dan agen CIA, masuk ke kantornya.
"Anda tampak segar, Madam Ambasador. Akhir pekan yang menyenangkan,
pasti." "Ya, terima kasih."
Mereka mendiskusikan seorang kolonel yang mendekati Maltz untuk minta
suaka. "Dia akan menjadi asset yang amat berguna bagi kita. Dia akan memberikan berbagai informasi yang sangat berharga. Saya akan mengirim 'kawat hitam'
malam ini, tapi sebaiknya Anda sudah tahu lebih dulu supaya siap menerima omelan Ionescu."
"Terima kasih, Tuan Maltz." Dia beranjak pergi.
Tanpa pikir panjang Mary berkata, "Tunggu. Saya"saya"bolehkah saya
minta tolong pada Anda?"
"Tentu saja." Tiba-tiba Mary sadar, rasanya kikuk untuk melanjutkannya. "Ini... ini sifatnya pribadi dan rahasia."
"Seperti motto kita, bukan?" Maltz tersenyum.
"Saya membutuhkan informasi mengenai Dr. Louis Desforges. Pernahkah
Anda dengar namanya?"
"Ya, Madam. Dia bertugas di Kedutaan Prancis. Apa yang ingin Anda ketahui tentang dia?"
Lebih sulit dari yang diduganya. Ini seperti sebuah pengkhianatan, rasanya.
"Saya"saya ingin tahu, apakah Dr. Louis Desforges pernah menikah dan punya dua putri. Apakah Anda bisa mendapatkan informasi itu?"
"Apakah dua puluh empat jam terlalu lama?" tanya Maltz.
"Tidak. Terima kasih.''
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Maafkan aku, Louis. Beberapa saat kemudian Mike Slade masuk ke kantornya. "Pagi."
"Selamat pagi."
Diletakkannya secangkir kopi di meja Mary.
Sesuatu dalam sikapnya kelihatan berubah. Mary tak yakin apa itu, tapi dia punya perasaan bahwa Mike Slade tahu persis acara liburannya. Mary
menduga, pria itu mengirim mata-mata untuk membuntutinya dan melaporkan
segala kegiatannya. Dicicipnya kopinya. Enak, seperti biasa. Ini satu-satunya hal yang dUakukan Mike dengan sebaik-baiknya. Dia pintar menyeduh kopi, pikir Mary.
"Ada beberapa masalah yang harus kita tangani," kata Mike.
Dan sepanjang pagi itu mereka mendiskusikan berbagai masalah, termasuk
semakin banyaknya orang Rumania yang ingin beremigrasi ke Amerika, krisis keuangan Rumania, serdadu marinir Amerika yang menghamili gadis Rumania,
dan topik-topik lainnya. Di akhir pertemuan itu, Mary merasa lebih capek dari biasa.
Mike Slade berkata, "Pertunjukan balet dibuka malam ini. Penari utamanya Corina Socoli."
Mary mengenal nama itu. Corina Socoli adaiah salah satu penari balet top di dunia.
"Saya punya beberapa tiket, jika Anda berminat."
"Tidak, terima kasih." Diingatnya waktu terakhir kali Mike memberikan tiket teater, dan apa yang terjadi sesudahnya. Di samping itu, dia akan sibuk sekali.
Dia diundang ke jamuan makan malam di Kedutaan Cina dan sesudahnya
sudah ada janji dengan Louis di kediaman resminya. Tak baik bagi mereka
untuk terlalu sering tampak berduaan di tempat umum. Mary sadar, dia telah melanggar aturan dengan membuat affair dengan pria warga kedutaan lain.
Tapi ini bukan sekadar affair biasa.
Ketika Mary sedang bersiap-siap untuk pergi ke jamuan makan itu, dia
membuka lemari pakaiannya untuk mengambil gaun malam. Ternyata pelayan
telah mencucinya sendiri dan tidak membawanya ke binatu. Gaun itu rusak.
Aku akan memecatnya, umpat Mary dalam hati. Tapi tak mungkin. Sialan
benar peraturan mereka di sini.
Mary tiba-tiba merasa lemah. Dia terduduk di tempat tidur. Seandainya aku tak harus keluar malam ini. Alangkah asyiknya jika bisa berbaring-baring dan tidur sejenak. Tapi Anda harus pergi, Madam Ambasador. Negeri Anda
menaruh harapan besar di pundak Anda.
Mary berbaring dengan pikiran melayang-layang. Dia akan tidur saja dan tak menghadiri jamuan itu. Duta Besar Cina akan menyambut tamu-tamunya
sambil gelisah menantikan kehadirannya. Akhirnya jamuan makan itu terpaksa dimulai. Duta Besar Amerika tidak hadir. Itu berarti suatu penghinaan dengan sengaja. Cina akan kehilangan muka. Duta Besar Cina akan mengirim kawat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hitam, dan bila kawat itu sampai ke tangan Perdana Menteri, dia akan marah sekali. Dia akan menelepon Presiden Amerika Serikat untuk mengajukan
protes. "Anda dan siapa saja tak berhak memaksa duta besar saya untuk menghadiri suatu jamuan makan malam," Presiden Ellison akan berteriak.
Perdana Menteri akan membalas membentak, "Tak seorang pun boieh
menghina saya. Kami sudah punya bom atom sekarang, Tuan Presiden." Dua pemimpin negara itu akan memencet tombol perang nuklir, dan hujan bom
atom akan menghancurkan kedua negara itu.
Mary bangkit dan berpikir dengan enggan: Sebaiknya aku pergi ke pesta
sialan itu. Malam itu segalanya tampak kabur di mata Mary. Wajah-wajah para
diplomat yang telah dikenalnya. Bahkan mereka yang duduk semeja
dengannya pun tak bisa diingatnya dengan jelas. Ingin benar rasanya segera lari pulang.
Ketika Florian mengantarkannya kembali ke kediaman resminya, Mary
tersenyum bagai dalam mimpi: Apakah Presiden Ellison sadar, malam ini aku telah berhasil mencegah meletusnya perang nuklir"
Esok paginya ketika masuk ke kantor, Mary merasa keadaannya makin
memburuk. Kepalanya sakit, dari rasanya seperti mau pingsan. Satu-satunya yang membuatnya gembira adaiah laporan Eddie Maltz. Agen CIA itu
melaporkan, "Saya sudah memperoleh informasi yang Anda minta. Dr. Louis Desforges pernah menikah selama tiga belas tahun. Istrinya bernama Renee.
Anaknya dua, perempuan semua, sepuluh dan dua belas tahun, Pliillipa dan
Genevieve. Mereka terbunuh di Aljazair, di tangan para teroris, mungkin
sebagai balas dendam terhadap dokter itu, yang secara diam-diam ikut aksi pemberantasan teroris. Anda butuh informasi lebih lanjut?"
"Tidak," jawab Mary gembira. "Itu sudah cukup. Terima kasih."
Sambil menikmati kopi pagi, Mary dan Mike Slade mendiskusikan acara
kunjungan rombongan mahasiswa dalam waktu dekat ini.
"Mereka ingin bertemu dengan Presiden Ionescu
"Akan saya bantu semampu saya," kata Mary. Suaranya tak jelas.
"Anda baik-baik saja?"
"Saya hanya terlalu capek."
"Yang Anda butuhkan adaiah secangkir kopi. Akan saya buatkan. Tidak, jangan memprotes."
Menjelang sore, Mary merasa makin tak keruan. Diteleponnya Louis dan
dibatalkannya janji makan malam mereka. Dia merasa tidak sehat dan tidak
siap menerima siapa pun. Ah, seandainya dokter Amerika itu sedang bertugas di Bucharest. Tapi mungkin Louis bisa memeriksa apa penyakitnya. Jika tidak bertambah baik, aku akan menelepon dia.
Dorothy Stone menyuruh perawat mengambilkan Tylenol dari apotek, tapi
tak ada gunanya Sekretaris Mary cemas sekali. "Anda benar-benar sakit, Madam Ambasador.
Anda harus tidur." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya tak apa-apa," gumam Mary.
Hari itu rasanya takkan berakhir. Mary menemui rombongan mahasiswa itu,
beberapa pejabat Rumania, seorang bankir Amerika, dan pejabat USIS"United States Information Service"lalu menghadiri jamuan makan malam yang
rasanya takkan pernah seiesai di Kedutaan Belanda. Begitu tiba di rumah,
Mary langsung tertidur. Tidurnya tak nyenyak. Dirasanya tubuhnya panas dan demam, dan berkalikali mimpi yang mengerikan mengganggunya. Dia berlari sepanjang koridorkoridor yang saling berhubungan, membingungkan, dan setiap kali dia
membelok, dilihatnya seorang pria sedang mencoretkan ancaman dengan
darahnya. Dia hanya bisa melihat bagian belakang kepala pria itu. Kemudian Louis muncul, dan selusin orang mencoba menyeret dokter itu ke dalam
sebuah mobil. Mike Slade datang berlari-lari sambil berteriak, "Bunuh dia. Dia tak punya keluarga."
Mary terbangun. Sekujur tubuhnya bersimbah peluh. Peluh dingin.
Kamarnya terasa panas sekali, panas yang tak tertahankan. Dilemparkannya
selimutnya, tapi tiba-tiba tubuhnya langsung menggigil. Giginya gemeletuk.
Oh, Tuhan, pikirnya, mengapa aku jadi begini"
Sepanjang sisa malam itu dia tak berani tidur, terbaring nyalang, ketakutan akan diganggu mimpi-mimpi buruk lagi.
Mary mengerahkan segenap kemauannya untuk berangkat ke kantor esok
paginya. Mike Slade telah menunggunya.
Dia memandang Mary tajam-tajam dan berkata, "Anda kelihatan tidak
sehat. Mengapa tidak terbang ke Frankfurt agar bisa diperiksa dokter kita di sana?"
"Saya baik-baik saja." Bibirnya kering dan pecah-pecah, dan sekujur tubuhnya bagai kehabisan cairan.
Mike mengulurkan secangkir kopi. "Ada laporan perdagangan terakhir untuk Anda periksa. Orang Rumania ternyata membutuhkan padi-padian lebih
banyak dari dugaan kita. Ini perhitungan yang dapat kita tawarkan...."
Mary mencoba memusatkan pikiran, tapi suara Mike kadang-kadang
terdengar kadang-kadang menghilang.
Anehnya, Mary berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya hari itu. Louis dua
kali menelepon, dan Mary menyuruh sekretarisnya mengatakan bahwa dia
sedang rapat. Dikerahkannya kemauannya untuk terus bekerja.
Ketika naik ke tempat tidur malam itu, Mary merasa tubuhnya makin panas.
Seluruh tubuhnya sakit. Aku benar-benar sakit, pikirnya. Rasanya aku hampir mati. Dengan tenaga yang tersisa, ditariknya tali lonceng. Carmen muncul.
Aiangkah kagetnya dia waktu melihat Mary. "Madam Ambasador!
Apakah...?" Suara Mary serak. "Suruh Sabina menelepon Kedutaan Prancis. Saya
membutuhkan Dr. Desforges...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary membuka- matanya dan mengerjap-ngerjap. Dua Louis nampak kabur
berdiri di samping tempat tidurnya. Bayangan itu berjalan mendekat, lalu
membungkuk dan mengamati wajahnya. "Ya, Tuhan, apa yang terjadi
denganmu?" Dirabanya dahi Mary. Panas sekali. "Sudah kauukur
temperaturmu?" "Aku tak ingin tahu." Sakit sekali untuk bicara.
Louis duduk di pinggir tempat tidur. "Sayangku, sudah berapa lama ini terjadi?"
"Beberapa hari. Mungkin cuma kena virus."
Louis meraba nadinya. Terasa lemah dan jarang-jarang. Ketika dia
membungkuk ke depan, dia mencium bau napas Mary. "Apakah tadi kau
makan masakan yang berbumbu bawang putih?"
Mary menggelengkan kepalanya. "Sudah dua hari aku tidak makan apaapa." Suaranya hanya bisikan.
Louis membungkukkan badan dan dengan lembut menarik kelopak matanya.
"Apa kau merasa haus?"
Mary mengangguk. "Nyeri, otot-otot kejang, muntah-muntah, dan mual?"
Semuanya pikir Mary lemah. Tapi dia berkata, "Apa yang terjadi padaku, Louis?"
"Kau bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanku?"
Mary menelan ludah. "Akan kucoba."
Louis menggenggam tangannya. "Kapan kau mulai merasa seperti ini?"
"Sehari setelah kita pulang dari pegunungan." Suaranya makin lemah.
"Apa kauingat, sakitmu ini setelah makan atau minum sesuatu?"
Mary menggeleng. "Kau hanya merasa kondisimu makin hari makin buruk?"
Mary mengangguk. "Kau sarapan di sini bersama anak-anak?"
"Biasanya, ya."
"Dan anak-anak tidak apa-apa?"
Mary mengangguk. "Bagaimana dengan makan siang" Kau selalu makan siang di tempat yang sama setiap hari?"
"Tidak. Kadang-kadang aku makan siang di Kedutaan, kadang-kadang harus menjamu tamu di restoran." Suaranya makin lirih.
"Apakah ada restoran yang secara teratur kaukunjungi dan kau selalu
memilih makanan yang sama?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary merasa capek sekali untuk melanjutkan percakapan itu. Ingin rasanya
supaya Louis pergi saja. Dipejamkannya matanya.
Dengan lembut Louis mengguncang-guncang tubuhnya. "Mary, tahanlah.
Dengarkan aku." Ada nada mendesak dalam suaranya. "Apakah kau selalu makan dengan seseorang tertentu?"
Mary mengerjap-ngerjap mengusir kantuknya. "Tidak." Mengapa dia menanyakannya" "Virus," gumamnya.
"Pasti virus, bukan?"
Louis menarik napas dalam-dalam. "Bukan. Seseorang telah meracunimu."
Jawaban itu membuat Mary tersentak. Matanya terbelalak lebar-lebar. "Apa"
Aku tak percaya." Pria itu mengerutkan keningnya. "Menurutku ini racun arsenikum, tapi arsenikum tak dijual di Rumania."
Mary tiba-tiba merasa takut sekali. "Siapa"siapa yang telah meracuniku?"
Louis meremas tangannya. "Sayangku, kau harus memeras otakmu. Kau
yakin, kau tak pernah melakukan sesuatu secara rutin, sehingga seseorang
bisa memberi makanan atau minuman yang sama setiap hari?"
"Tentu saja tidak," protes Mary lemah. "Sudah kukatakan, aku..." Kopi. Mike Slade. Kopi seduhanku pasti istimewa. "Oh, Tuhan!"
"Apa?" Mary berdehem, berusaha bicara sebaik-baiknya, "Mike Slade memberiku kopi setiap pagi. Dia selalu sudah menungguku di kantor."
Louis terbelalak memandangnya. "Tidak. Tak mungkin Mike Slade. Apa
alasannya maka dia ingin membunuhmu?"
"Dia... dia ingin menyingkirkan aku."
"Kita bicarakan hal ini nanti saja," kata Louis mendesak. "Yang pertama harus kita lakukan adaiah merawatmu. Sebenarnya aku ingin membawamu ke
rumah sakit di sini, tapi kedutaanmu pasti akan melarang. Aku akan
mengambil sesuatu untukmu. Aku akan segera kembali."
Mary terbaring nyalang, berusaha mencerna arti kata-kata Louis. Arsenikum.
Seseorang mencoba meracuniku dengan arsenikum. Apa yang Anda butuhkan
adaiah secangkir kopi. Akan membat Anda lebih tenang. Saya seduh sendiri.
Mary tak sadarkan diri, dan tersadar karena mendengar suara Louis. "Mary!"
Ia berusaha membuka matanya. Louis berdiri di samping tempat tidurnya,
sedang mengeluarkan jarum suntik dari tasnya.
"Halo, Louis. Aku lega kau bisa ke sini," gumam Mary.
Louis meraba tangannya dan menyuntikkan jarum itu. "Kuberi kau suntikan Bal. Antidot untuk racun arsenikum. Nanti akan kuselang-seling dengan
Penicillamine. Besok pagi kusuntik sekali lagi. Mary?" Mary telah tertidur.
Esok paginya Dr. Louis Desforges menyuntik Mary, dan sekali lagi
malamnya. Efek obat itu luar biasa. Satu per satu gejala keracunan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghilang. Esok harinya lagi, suhu badan Mary serta kerja organ-organnya yang vital sudah kembali normal.
Louis sedang di kamar Mary, memasukkan jarum suntik ke dalam kantung
kertas, supaya tidak terlihat oleh para peiayan yang selalu ingin tahu. Mary merasa tubuhnya lemah dan tenaganya habis terkuras, seperti kalau baru saja sembuh dari sakit parah yang lama. Tapi kini, segala rasa nyeri dan tidak enak itu telah hilang.
"Sudah dua kali kau menyelamatkan nyawaku."
Louis memandanginya dengan murung. "Sebaiknya kita bongkar siapa
pelakunya." "Bagaimana caranya?"
"Aku sudah mengecek ke berbagai kedutaan. Tak ada di antara mereka
yang punya persediaan arsenikum. Tapi aku tak bisa menembus Kedutaan
Amerika. Aku ingin kau yang melakukannya untukku. Apa kau merasa kuat
untuk kembali ke kantor besok pagi?"
"Rasanya bisa."
"Aku ingin kau pergi ke apotek di kedutaanmu. Katakan kau butuh pestisida.
Bilang, kebunmu dirusak serangga. Mintalah Antrol. Obat pembasmi hama itu mengandung arsenikum."
Mary memandangnya bingung. "Apa maksudmu?"
"Dugaanku, racun itu pasti diterbangkan kemari. Jika memang ada di
Bucharest, pastilah terselip di salah satu apotek kedutaan. Siapa pun yang meminta racun harus menandatangani formulir tertentu. Jika kau
menandatangani permintaan untuk Antrol, lihat dalam daftar itu, nama siapa yang tertera di sana...."
Gunny mengawal Mary. Dia berjalan sepanjang koridor, ke arah apotek.
Seorang perawat sedang bertugas di balik kawat pembatas.
Dia berpaling ketika melihat Mary. "Selamat pagi, Madam Ambasador. Anda sudah sembuh?"
"Ya, terima kasih."
"Anda membutuhkan sesuatu?"
Mary menjadi gugup. "Tukang"tukang kebun saya melaporkan, kebun kami dirusak serangga. Apakah Anda punya pembasmi hama Antrol?"
"Tentu saja. Kami punya persediaan cukup," jawab perawat itu. Dia meraih ke rak di belakangnya dan menurunkan sebuah kaleng berlabel racun. "Hama semut yang mengamuk tidak biasa terjadi pada bulan-bulan ini." Dia
meletakkan selembar formulir di depan Mary. "Silakan menandatangani
formulir ini. Dan daftar ini. Antrol mengandung arsenikum.''
Mary terbelalak memandang daftar yang terbuka di depannya. Hanya ada
satu nama di situ. Mike Slade. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
26 Ketika Mary berusaha menelepon Louis Desforges untuk melaporkan
penemuannya, teleponnya sedang sibuk. Dr. Louis Desforges sedang bicara
dengan Mike Slade. Instingnya mengatakan, dia harus melaporkan usaha
pembunuhan itu, tapi dia tak percaya bahwa Mike Slade adaiah pelakunya.
Akhirnya, diputuskannya untuk menelepon Mike dan bicara sendiri dengannya.
"Saya baru saja meninggalkan duta besar Anda," kata Louis Desforges. "Dia akan tetap hidup."
"Well, itu berita gembira, Dokter. Ada apa sebenarnya?"
Louis menjadi hati-hati. "Seseorang sengaja meracuninya."
"Apa maksud Anda?" tanya Mike Slade mendesak.
"Saya kira Anda sudah tahu apa maksud saya."
"Tunggu! Anda hendak mengatakan bahwa sayalah yang bertanggung
jawab" Anda keliru. Anda dan saya sebaiknya bertemu muka. Kita bicara
empat mata, di tempat yang tak seorang pun bisa menguping. Bisakah Anda
menemui saya malam ini?"
"Jam berapa?" "Saya ada acara sampai jam sembilan. Beberapa menit sesudah jam
sembilan di Baneasa Woods" Saya akan menunggu dekat air mancur dan
menjelaskan segalanya."
Louis Desforges ragu-ragu. "Baiklah. Saya akan temui Anda di sana."
Diletakkannya pesawat telepon dan berpikir: Tak mungkin Mike Slade berdiri di belakang ini semua.
Ketika Mary mencoba menelepon Louis lagi, pria itu telah pergi. Tak seorang pun tahu akan ke mana dia.
Mary dan anak-anaknya makan malam di rumah mereka.
"Mama kelihatan segar sekarang," kata Beth. "Kami khawatir sekali."
"Mama sudah sembuh, Sayang," Mary meyakinkan putrinya. Dan memang benar begitu. Untung Tuhan mengirim Louis.
Mary tak bisa mengenyahkan Mike Slade dari pikirannya. Terngiang-ngiang
di telinganya kata-katanya: Ini kopi Anda. Saya seduh sendiri. Membunuhnya pelan-pelan. Mary menggigil.
"Mama kedinginan?" tanya Tim.
"Tidak, Sayang."
Dia tak boleh melibatkan anak-anaknya pada masalah yang dihadapinya.
Apakah sebaiknya mereka kukirim pulang sebentar" pikir Mary. Mereka bisa
tinggal di rumah Florence dan Doug. Kemudian pikirnya lagi: Aku pun bisa
pulang bersama mereka. Tapi itu artinya pengecut dan kemenangan di pihak
Mike Slade dan pada siapa pun yang berdiri di belakangnya. Hanya satu orang yang bisa membantunya. Stanton Rogers. Stanton pasti tahu, bagaimana
caranya menghukum Mike Slade.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi aku tak bisa menuduhnya tanpa bukti, dan bukti apa yang kumliki
Bahwa dia membuatkan aku kopi setiap pagi.
Tim sedang bicara padanya. ".. .jadi kami minta izin, boiehkah kami pergi bersama mereka."
"Maaf, Sayang. Apa katamu?"
"Kubilang, Nikolai mengajak kami ikut berkemah bersama keluarganya akhir pekan ini."
"Jangan!" Terlalu cepat dan kasar, padahal bukan maksudnya begitu. "Mama ingin kalian selalu berada dekat rumah ini."
"Bagaimana kalau ke sekolah?" tanya Beth.
Mary ragu-ragu. Tak mungkin memenjarakan mereka di rumah ini, dan lagi
pula, Mary tak ingin anak-anaknya jadi takut.
"Ke sekolah tak apa-apa. Asalkan Florian yang mengantar dan menjemput kalian. Tak boleh orang lain."
Beth menatapnya. "Mama, apa yang terjadi?"
"Tak ada apa-apa, Sayang," jawab Mary cepat. "Mengapa kautanyakan itu?"
"Entahiah. Pokoknya aku tahu, pasti ada apa-apa."


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kiamat Di Pangandaran 1 Pendekar Naga Geni 23 Arca Ikan Biru Serikat Setan Merah 2

Cari Blog Ini