Ceritasilat Novel Online

Kincir Angin Para Dewa 4

Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon Bagian 4


Alfred Shuttleworth menggeleng-nggeleng. "Ben, aku tahu, kau ini reporter yang hebat, tapi dengan jujur kukatakan ya, kali ini kau telah salah langkah.
Kau telah mengarang sejumlah cerita kebetulan, untuk mendukung skenario
picisan macam karangan Hitchcock. Orang bisa saja mati dalam kecelakaan
lalu lintas. Orang bisa saja mati karena serangan jantung, dan sudah lumrah jika seorang perwira mendapat kenaikan pangkat. Kau menganggap ini semua
ulah sebuah komplotan, padahal nyatanya tak ada apa-apa."
"Al, pernahkah kaudengar sebuah organisasi yang menyebut dirinya Patriots for Freedom?"
"Belum. Sesuatu yang mirip DAR?" Ben Cohn bicara pelan.
"Bukan semacam DAR. Aku selalu dengar desas-desus tentang itu, tapi tak ada sesuatu yang bisa dijadikan pegangan. Tak ada yang bisa dilacak."
"Desas-desus macam apa?"
"Katanya organisasi itu didirikan oleh orang-orang sayap kanan yang
berkedudukan tinggi dan amat berkuasa, bersama orang-orang yang sangat
fanatik dari negara-negara Barat dan Timur. Ideologi mereka memang
bertolak-belakang, tapi yang membuat mereka mau berkomplot adalah
kecemasan mereka. Orang komunis mengira rencana Presiden Ellison itu
adalah tipu-daya kaum kapitalis untuk menghancurkan Blok Timur. Sebaliknya, orang-orang sayap kanan bilang, rencana itu akan membuat orang-orang
komunis berhasil menyusup kemari dan menghancurkan kita dari dalam. Jadi
mereka lalu membentuk komplotan sialan ini."
"Astaga! Aku tak percaya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Masih ada lagi. Di samping orang-orang VIP, kudengar juga bahwa berbagai jabatan penting di badan keamanan negara telah mereka kuasai. Apa kau bisa mengecek itu semua untukku?"
"Aku tak tahu. Tapi akan kucoba."
"Sebaiknya kaulakukan diam-diam. Jika organisasi itu memang ada, mereka takkan membiarkan seseorang mengendus-endus seenaknya."
"Nanti kuhubungi lagi, Ben."
"Terima kasih. Sekarang mari pesan makan siang."
Spaghetti carbonara-nya benar-benar lezat.
Alfred Shuttleworth bersikap skeptis terhadap teori Ben Cohn. Reporter
memang suka membuat cerita-cerita sensasional, pikir Shuttleworth. Dia suka gaya Ben Cohn, tapi Shuttleworth tak tahu bagaimana dia bisa melacak kerja sebuah organisasi yang mungkin hanya desas-desus saja adanya. Jika desas-desus itu benar, pasti sudah ada data komputernya di CIA. Dia sendiri tak punya akses dengan komputer. Tapi aku kenal seseorang yang punya akses
komputer, Alfred Shuttleworth ingat. Akan kutelepon dia.
Alfred Shuttleworth sedang meneguk gelas Martini-nya yang kedua ketika
Pete Connors masuk ke bar.
"Maaf, terlambat," kata Connors. "Ada kekacauan sedikit di kantor."
Pete Connors memesan straight scotch, dan Shutdeworth memesan segelas
Martini lagi. Keduanya saling kenal karena pacar Connors dan istri Shuttleworth bekerja di perusahaan yang sama dan mereka saling berteman. Connors dan
Shuttleworth benar-benar bertolak-belakang; yang seorang kenyang
pengalaman penuh bahaya sebagai seorang agen rahasia, dan yang seorang
menghabiskan waktunya sebagai birokrat di belakang meja. Justru perbedaan inilah yang membuat mereka bisa akrab, dan bila bertemu, mereka selalu
saling tukar informasi. Ketika mula-mula Shutdeworth mengenalnya, Pete
Connors adalah seorang kawan yang menyenangkan. Kemudian terjadi
sesuatu entah apa, dan dia berubah menjadi orang yang selalu bertampang
masam, bersikap pahit, dan reaksioner.
Shuttleworth meneguk Martini-nya. "Pete, aku butuh bantuanmu. Maukah kau mencarikan informasi untukku di komputer CIA" Mungkin tak ada di sana, tapi aku sudah terlanjur berjanji pada seorang teman."
Dalam hati Connors tersenyum. Orang ini mungkin ingin tahu, siapa yang
menggoda istrinya. "Boleh. Aku masih punya utang padamu. Siapa yang ingin kaukorek?"
"Bukan 'siapa' tetapi 'apa'. Dan mungkin saja yang kusebutkan ini bahkan tidak pernah ada. Aku ingin tahu tentang organisasi yang menyebut dirinya Patriots for Freedom. Pernah dengar?"
Dengan hati-hati Pete Connors meletakkan gelasnya. "Rasanya belum Al.
Siapa nama kawanmu itu?"
"Ben Cohn. Reporter Washington Post."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keesokan harinya Ben Cohn mengambil keputusan. Katanya pada Akiko,
"Kalau bukan kejutan abad ini, maka aku takkan dapat apa-apa. Sudah
waktunya untuk mencari kebenaran."
"Syukurlah!" seru Akiko. "Arthur pasti akan senang sekali."
Ben Cohn menelepon Mary Ashley di kantornya. "Selamat pagi, Duta Besar.
Ben Cohn. Masih ingat saya?"
"Ya, Tuan Cohn. Sudah mulai Anda tulis belum?"
"Itulah sebabnya saya menelepon Anda, Duta Besar. Saya pergi ke Junction City dan mendapat beberapa informasi yang mungkin akan menarik perhatian
Anda." "Informasi apa?"
"Sebaiknya tidak saya sampaikan lewat telepon. Bisakah kita bertemu di suatu tempat?"
"Sayang sekali jadwal acara saya sudah penuh. Tapi tunggu... saya punya waktu setengah jam Jumat pagi. Setuju?"
Tiga hari lagi. "Baiklah, saya bisa menunggu."
"Anda ingin datang ke kantor saya?"
"Ada coffee shop di bawah di gedung kantor Anda. Mengapa tidak bertemu di sana saja?"
"Baiklah. Sampai ketemu Jumat nanti."
Mereka mengucapkan salam dan meletakkan pesawat telepon. Sejenak
kemudian terdengar bunyi "klik" yang ketiga.
Tak ada cara untuk langsung menghubungi Sang Pengawas. Dia yang
mengorganisir dan membiayai Patriots for Freedom, tapi dia tak pernah
muncul dalam pertemuan-pertemuan organisasi itu, dia benar-benar
anonim. Dia punya nomor telepon yang tak dapat dilacak (connors pernah
mencobanya) dan sebuah mesin penjawab yang berbunyi, "Anda punya waktu enam puluh detik untuk menyampaikan pesan Anda."
Nomor itu hanya boleh dipakai dalam kasus-kasus darurat. Connors masuk
ke boks telepon umum dan memutar nomor itu. Disampaikannya pesannya
pada mesin penjawab itu. Pesan itu diterima pukul enam sore.
Di Buenos Aires, waktu menunjukkan pukul delapan malam.
Sang Pengawas mendengarkan pesan itu dua kali lalu memutar sebuah
nomor. Dia menunggu selama tiga menit sebelum akhirnya terdengar suara
Neusa Munez. "Si?"
Sang Pengawas berkata, "Saya adalah orang yang pernah menghubungimu
tentang Angel. Saya punya kontrak untuknya. Bisakah Anda menghubunginya
secepat mungkin?" "Entahlah." Suara perempuan itu seperti orang mabuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Pengawas mencoba bersikap sabar. "Kapan Anda akan dapat kabar
darinya?" "Entahlah." Betina sialan. "Dengarkan." Dia berbicara pelan-peian dan dengan hati-hati, seperti bicara pada anak kecii saja. "Katakan pada Angel dia harus
mengerjakan ini segera. Aku ingin dia..."
"Tunggu. Aku mau ke toilet dulu."
Didengarnya perempuan itu menggantungkan gagang telepon. Sang
Pengawas duduk menunggu, frustrasi.
Tiga menit kemudian, perempuan itu kembali ke telepon. "Terlalu banyak bir membuatku kencing melulu," katanya keras-keras.
Digertakkannya giginya. "Ini penting sekali." Sang Pengawas cemas, jangan-jangan perempuan sialan itu takkan bisa mengingat pesannya. "Ambil pensil dan catat pesan saya. Saya akan bicara pelan-pelan."
Malam itu Mary menghadiri jamuan makan malam yang diadakan Kedutaan
Kanada. Ketika dia bersiap-siap pulang untuk berganti pakaian, James Stikley berkata, "Kali ini saya harap Anda hanya akan mencicip sedikit saja toast-toast itu."
James Stickley dan Mike Slade akan jadi pasangan yang hebat.
Kini, di tengah acara makan, dia menyesal karena telah meninggalkan Beth
dan Tim. Wajah-wajah yang duduk semejanya tak dikenalnya. Di sebelah
kanannya raja kapal Yunani. Di sebelah kirinya diplomat Inggris.
Seorang wanita, tokoh masyarakat dari Philadelphia, yang boleh dikatakan
"mandi berlian" bertanya padanya, "Anda menyukai Washington, Madam Ambasador?"
"Ya. Terima kasih."
"Anda pasti lega bisa melarikan diri dari Kansas."
Mary memandangnya, tak mengerti. "Melarikan diri dari Kansas?"
Wanita itu melanjutkan. "Saya belum pernah pergi ke Amerika Tengah, tapi saya bisa membayangkan, di sana segalanya pasti menyedihkan. Petani-petani miskin dan pemandangan yang membosankan"hanya ladang-ladang yang
ditanami jagung dan gandum. Anda sungguh hebat, tahan hidup di tempat
seperti itu." Mary marah sekali, tapi dia berhasil mengendalikan suaranya. "Jagung dan gandum yang Anda cemoohkan itu," katanya sopan, "itulah sumber pangan yang menghidupi dunia."
Wanita itu tak mau kalah. "Mobil kita dijalankan dengan bensin, tapi aku tak suka tinggal di ladang-ladang minyak. Sebagai orang yang berbudaya,
selayaknyalah jika kita tinggal di Timur. Secara jujur saja sekarang"di
Kansas, kalau Anda tidak ke ladang untuk memetik panen, pastilah tak ada
sesuatu yang menarik yang bisa Anda kerjakan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tamu-tamu semejanya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
Benarkah tak ada sesuatu yang menarik yang bisa dikerjakannya di sana".
Mary ingat festival-festival desa di bulan Agustus dan drama-drama klasik yang dipentaskan di teater Universitas. Piknik hari Minggu di Milford Park, turnamen-turnamen, dan memancing ikan di danau yang jernih airnya.
Drumband yang berlatih di padang-padang rumput, pertemuan dewan kota
dan pesta-pesta setempat, dansa para petani dan kegairahan yang selalu
meliputi suasana musim panen... naik kereta luncur di musim salju dan
bagaimana kembang api Empat Juli menggores indah bagai pelangi di langit
Kansas yang lembut. Mary menjawab ketus, "Jika Anda belum pernah ke Amerika Tengah, Anda takkan tahu apa yang Anda bicarakan, ya kan" Sebab begitulah negeri ini.
Amerika bukan hanya Washington, atau Los Angeles, atau New York. Negeri ini menjadi besar karena beribu-ribu kota kecil yang belum pernah Anda lihat, atau bahkan namanya saja belum pernah Anda dengar. Kota tempat tinggal
para petani, para buruh tambang, dan orang-orang pekerja kasar. Dan ya, di Kansas kami punya grup balet dan okres simponi dan gedung teater. Dan,
sebaiknya Anda tahu, kami tidak saja menghasilkan jagung dan gandum, kami menghasilkan"lebih dari semua itu"orang-orang yang jujur dan beriman
teguh kepada Tuhan."
"Tentunya Anda sadar, Anda telah menghina saudara perempuan seorang
senator yang amat berpengaruh." James Stickley menegur Mary keesokan harinya.
"Itu belum cukup," kata Mary keras kepala. "Belum cukup."
Hari Kamis pagi. Angel uring-uringan. Penerbangan dari Buenos Aires ke
Washington, D.C. ditunda karena jaringan telepon diancam akan dibom. Dunia ini sudah tidak aman, pikir Angel dengan marah.
Kamar hotel yang telah dipesan di Washington itu terlalu modern, apa
namanya" Plastik. Ya itu. Di Buenos Aires semuanya serba autentico.
Aku akan menyelesaikan kontrak ini dan langsung pulang. Tugas ini hampirbampir seperti meremehkan bakatku. Tapi upahnya menggiurkan. Aku harus
main cinta malam ini. Herannya, setiap kali akan membunuh aku selalu
merasa penuh gairah untuk bercinta.
Pertama-tama Angel pergi ke toko alat-alat listrik, lalu ke sebuah toko cat, dan akhirnya ke supermarket, di mana dia hanya membeli enam bola lampu
listrik. Alat-alat lainnya sudah menunggu di kamar hotel dalam dua kotak
bersegel yang diberi tulisan 'Mudah Pecah"Hati-hati". Dalam kotak pertama, dengan rapat dikemas empat butir granat militer berwarna hijau. Di kotak
kedua disimpan alat-alat las.
Sangat hati-hati dan dengan sangat teliti, Angel memotong ujung granat
pertama, kemudian mengecatnya hingga jadi mirip bola lampu. Langkah
selanjutnya adalah menyendok bahan peledak dari dalam granat dan
menggantinya dengan bahan peledak seismik. Setelah terisi penuh, Angel
menambahkan sebuah tutup dan pecahan mortir ke atasnya. Angel
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memukulkan sebuah bola lampu ke meja, mengeluarkan kawat-pijar dan
penghantar arusnya. Tak sampai satu menit kawat-pijar itu telah selesai
disolderkan ke sebuah detonator yang disetel secara elektris. Langkah terakhir tinggal mencelupkan kawat-pijar itu ke dalam larutan untuk membuatnya tidak mudah goyah, dan kemudian dengan hati-hati memasangnya di dalam granat
yang telah dicat itu. Setelah Angel selesai, granat itu benar-benar mirip lampu listrik biasa.
Angel lalu mulai mengerjakan bola-bola lampu lainnya. Setelah itu, tak ada yang bisa dilakukan kecuali menanti telepon.
Telepon berdering pukul delapan malam itu. Angel mengangkatnya dan
mendengarkan tanpa bicara. Sejenak kemudian sebuah suara berkata, "Dia telah pergi."
Angel meletakkan pesawatnya. Cermat dan dengan amat hati-hati, bola-bola
lampu itu dimasukkannya ke dalam kotak yang sudah diberi pelapis, lalu kotak itu dimasukkan ke dalam kopor, bersama-sama dengan serpihan-serpihan
yang tak terpakai. Dari hotel naik taksi ke apartemen yang dituju hanya menghabiskan waktu
tujuh belas menit. Tak ada penjaga pintu di lobi, tapi kalaupun ada, Angel telah siap berurusan dengannya. Apartemen yang dituju terletak di lantai lima, di ujung koridor.
Kuncinya model Schlage, mainan kanak-kanak baginya dan amat mudah
diutak-atik. Beberapa detik kemudian dia sudah masuk ke dalam, berdiri diam dan waspada. Tak ada siapa-siapa.
Mengganti enam bola lampu dalam ruang tamu apartemen itu hanya
menghabiskan waktu beberapa menit. Kemudian, Angel pergi ke Dulles
Airport, naik pesawat tengah malam, dan terbang ke Buenos Aires.
Hari itu hari yang melelahkan bagi Ben Cohn. Dia telah meliput acara jumpa pers tadi pagi, yang diadakan oleh Departemen Luar Negeri, makan siang
bersama bekas Menteri Dalam Negeri, dan telah diberi informasi off-the-record oleh. seorang temannya dari Departemen Pertahanan. Dia telah pulang ke
apartemennya untuk mandi dan berganti pakaian, lalu pergi lagi memenuhi
undangan makan malam bersama editor senior Washington Post. Hampir
tengah malam ketika ia tiba kembali di apartemennya. Aku harus menyiapkan bahan pembicaraan dengan Duta Besar Ashley hesok pagi, pikir Ben. Akiko
sedang ke luar kota dan baru pulang besok. Baik juga begini. Aku bisa kerja.
Tapi, oh pikirnya sambil tersenyum sendiri, gadis itu tahu benar bagaimana caranya makan banana split. Dimasukkannya kunci ke lubangnya dan
dibukanya pintu. Apartemen itu gelap-gulita. Diraihnya tombol lampu dan
ditekannya. Tiba-tiba ada pijaran yang terang-benderang, dan ruang itu pun meledak seperti bom atom, melemparkan serpihan-serpihan tubuhnya ke
empat dindingnya. Keesokan harinya istri Alfred Shuttleworth melaporkan bahwa suaminya
hilang. Dia tak pernah ditemukan kembali, hidup atau mati.
17 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita baru saja menerima jawaban resmi," kata Stanton Rogers.
"Pemerintah Rumania telah menyetujui pengangkatanmu sebagai Duta Besar Amerika untuk Rumania."
Itu adalah saat yang paling mendebarkan dalam hidup Mary Ashley. Kakek
pasti akan sangat bangga.
"Aku sengaja menyampaikan kabar gembira ini secara pribadi, Mary.
Presiden ingin berbincang denganmu. Aku sendiri yang akan mengantarkanmu
ke Gedung Putih." "Aku... aku tak tahu bagaimana harus mengucapkan terima kasih padamu atas semua yang telah kaulakukan, Stan."
"Aku tak melakukan apa-apa," protes Rogers. "Presiden sendiri yang memilihmu." Dia tersenyum. "Dan harus kuakui, Presiden membuat pilihan yang tepat."
Mary ingat akan Mike Slade. "Ada juga yang tak suka."
"Mereka keliru. Kau akan bisa berbuat lebih banyak bagi negara kita di sana, dibanding siapa saja."
"Terima kasih," katanya muram. "Akan kucoba"
Mary tergoda untuk menyampaikan masalahnya dengan Mike Slade. Stanton
Rogers sangat berkuasa. Mungkin dia bisa mengatur supaya Mike Slade tetap ditempatkan di posnya di Washington. Tidak, pikir Mary. Aku tak boleh
mendikte Stan. Dia sudah cukup banyak menolongku.
"Aku punya usul. Daripada terbang langsung ke Bucharest, mengapa tidak mampir dulu ke Paris dan Roma untuk tamasya bersama anak-anakmu" Tarom
Airlines punya jalur penerbangan langsung dari Roma ke Bucharest."
Mary memandang pria itu dan berkata, "Oh, Stan... pasti akan asyik sekali!
Tapi... apa aku masih punya waktu?"
Stan mengedipkan matanya. "Aku punya banyak teman di kalangan atas.
Serahkan padaku, biar kuatur nanti."
Secara impulsif, Mary memeluk Stan. Pria itu telah menjadi sahabatnya
yang penuh pengertian. Sesuatu yang selalu ia dan Edward impikan, yang
selalu mereka rencanakan, akan segera menjadi kenyataan. Tapi tanpa
Edward. Pedih, tapi toh menyenangkan.
Mary dan Stanton Rogers dipersilakan masuk ke Ruang Hijau, di mana
Presiden Ellison telah menanti mereka.
"Aku harus minta maaf karena lambat mengerjakan apa yang seharusnya
kukerjakan, Mary. Stanton pasti telah memberi tahu bahwa kau telah disetujui oleh pihak pemerintah Rumania. Inilah surat kepercayaanmu." Presiden mengulurkan sepucuk surat, dan Mary membacanya pelan-pelan:
Nyonya Mary Ashley dengan ini ditunjuk sebagai Wakil Utama Presiden
Amerika Serikat di Rumania, dan semua pegawai pemerintah Amerika Serikat
di negara tersebut harus tunduk pada kebijaksanaannya.
"Ini kelengkapannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Presiden mengulurkan paspor Mary. Sampul depannya hitam, bukan biru
seperti umumnya. Di bagian depan, dalam huruf-huruf emas, tertulis "Paspor Diplomatik".
Mary telah menanti saat-saat itu selama berminggu-minggu, tapi kini,
ketika semua itu menjadi kenyataan, ia hampir-hampir tak bisa mempercayai.
Paris! Roma! Bucharest! Terlalu indah untuk menjadi suatu kenyataan. Dan entah mengapa, sesuatu
yang selalu dikatakan ibunya, tiba-tiba muncul dalam ingatannya: Jika sesuatu itu terlalu indah untuk menjadi suatu kenyataan, Mary, maka mungkin
memang benar begitu. Berita singkat di koran-koran sore menyebutkan bahwa Ben Cohn, reporter
Washington Post, tewas dalam ledakan di apartemennya. Ledakan itu
dilaporkan sebagai akibat bocornya tabung gas.
Mary tak melihat berita itu. Ketika Ben Cohn tidak muncul, Mary
beranggapan bahwa reporter itu telah melupakan janjinya, atau tak tertarik lagi untuk menulis tentang dirinya. Dia kembali ke kantornya dan mulai
mengerjakan tugas-tugasnya.
Hubungannya dengan Mike Slade mulai terasa mengganggu dan
menjengkelkan. Dia pria yang paling angkuh yang pernah kukenal, pikir Mary.
Aku akan laporkan dia pada Stan.
Stanton Rogers mengantarkannya ke Dulles Airport, naik Limousine
Departemen Luar Negeri. Di perjalanan Stanton berkata, "Kedutaan-kedutaan kita di Paris dan Roma telah kuberi tahu tentang kedatanganmu. Mereka siap melayani kalian bertiga di sana."
"erima kasih, Stan. Kau benar-benar luar biasa."
Pria itu tersenyum. "Sebaliknya, justru akulah yang merasa senang
mengerjakan semua ini untukmu."
"Bolehkah aku melihat catacomb di Roma?" tanya Tim
Stanton mengingatkan, "Di bawah sana seram sekali, Tim."
"Justru karena itu, aku ingin melihatnya."
Di airport, Ian Villiers telah menunggu bersama sejumlah juru foto dan
reporter. Mereka mengerumuni Mary, Beth, dan Tim, dan meneriakkan
pertanyaan-pertanyaan yang membosankan. Akhirnya, Stanton Rogers
berkata, "Cukup."
Dua orang petugas dari Departemen Luar Negeri dan wakil dari perusahaan
penerbangan mengantarkan mereka ke ruang tunggu khusus. Anak-anak
langsung berlari ke rak majalah.
Mary berkata, "Stan"sebenarnya aku tak suka membebanimu dengan
masalah ini, tapi James Stickley bilang padaku, Mike Slade yang akan bertugas sebagai Deputy Chief of Mission. Apa ada cara untuk membatalkan


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengangkatannya?" Pria itu memandangnya dengan terkejut. "Kau punya masalah dengan
Slade?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebenarnya, aku tak suka padanya. Dan rasanya aku tak bisa
mempercayainya"entah mengapa. Tak adakah orang yang bisa menggantikan
dia?" Stanton Rogers berkata sambil merenung, "Aku tak kenal baik dengan Mike Slade, tapi setahuku dia bisa diandalkan. Dia menjalankan tugasnya dengan baik sekali di Timur Tengah dan Eropa. Dia bisa memberimu nasihat dan saran seorang ahli yang benar-benar kaubutuhkan."
Mary mengeluh. "Itu pula yang dikatakan James Stickley."
"Kukira aku setuju dengannya, Mary. Slade ini bisa diandalkan jika ada kasus-kasus yang bersifat gawat."
Keliru. Slade sendirilah yang merupakan kasus yang gawat. Seandainya kau
mempunyai kesulitan dengannya, laporkan saja padaku. Pendek kata, jika kau punya masalah dengan seseorang, siapa saja, laporkan padaku. Aku sungguh-sungguh ingin membantumu sejauh yang aku bisa."
"Terima kasih."
"Satu hal lagi. Kau tahu, semua bentuk komunikasi yang kaubuat akan
dicopy dan copy-nya dikirimkan ke berbagai departemen di Washington. Kau
tahu itu, kan?" "Ya." "Nah, jika kau ingin mengirim pesan untukku tapi tidak ingin orang lain membacanya, beri tanda silang tiga di sampulnya. Hanya aku yang boleh
membuka sampul bertanda seperti itu."
"Akan kuingat."
Bagi Mary, masuk ke Charles de Gaulle Airport rasanya seperti terjebak
dalam sebuah tempat aneh yang hanya ada dalam cerita fiksi ilmiah, dengan berpuluh-puluh langit-langit lengkung dan beratus-ratus eskalator yang tak henti-hentinya bergerak. Dan bandar udara itu penuh sesak dengan orang-orang yang datang dan pergi.
"Jangan jauh-jauh dari Mama, Anak-anak!" katanya tegas.
Ketika mereka turun dari eskalator, Mary memandang berkeliling dengan
putus asa. Dia menyapa seorang pria Prancis yang sedang lewat, dan bertanya dalam kalimat Prancis yang terpatah-patah, "Pardon, monsieur, oh sont les bagages?"
Dalam bahasa Inggris yang kental aksen Prancis-nya, pria itu menjawab
dengan ketus, "Sorry, Madame. Saya tak bisa bahasa Inggris." Lalu pergi meninggalkan Mary yang terbelalak menatap punggungnya.
Tepat saat itu, seorang pria Amerika yang mengenakan setelan apik
bergegas menghampirinya. "Madam Ambasador, maafkan saya! Saya
diperintahkan untuk menjemput Anda di tangga pesawat, tapi saya terlambat karena ada kecelakaan lalu-lintas. Nama saya Peter Callas. Saya pegawai
Kedutaan Amerika." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sungguh senang bertemu dengan Anda," kata Mary. "Saya kira saya telah tersesat." Dikenalkannya anak-anaknya. "Di mana kita bisa mengambil bagasi?"
"Tenang saja," Peter Callas meyakinkannya. "Semua sudah ada yang mengurus."
Kata-katanya bisa dipercaya. Lima belas menit kemudian, ketika para
penumpang lainnya antri di depan Bagian Pemeriksaan Paspor, Mary, Beth,
dan Tim sudah berjalan ke arah pintu keluar.
Inspektur Henri Durand dari Direktorat Jenderal Keamanan Warga Asing,
dari Dinas intelijen Prancis, memperhatikan mereka naik ke Limousine. Ketika mobil itu sudah keluar dari lapangan parkir, Inspektur Durand berjalan ke deretan telepon umum, masuk ke dalam boks, mengeluarkan uang logam, dan
memutar sebuah nomor. Ketika sebuah suara menjawabnya, dia bicara dalam bahasa Prancis,
"Veuillez dire a Thor que son paquet est arrive a Paris."
Ketika Limousine memasuki Kedutaan Amerika, sejumlah reporter Prancis
langsung menyerbu. Peter Callas melihat ke luar jendela mobil dan berseru, "Ya, Tuhan! Seperti ada huru-hara saja."
Duta Besar Amerika untuk Prancis, Hugh Simon, telah menantikan mereka
di ruang utama. Dia berasal dari Texas, setengah baya, dengan mata bulat
penuh selidik, wajah bulat, dan rambut ikal berwarna merah.
"Semua orang-sudah amat ingin bertemu dengan Anda, Madam Ambasador.
Reporter-reporter itu membuntuti saya ke mana-mana sejak pagi tadi."
Acara jumpa pers Mary ternyata berlangsung lebih dari satu jam, dan ketika telah selesai, dia benar-henar capek. Mary dan anak-anaknya diamankan di
kantor Duta Besar Simon. "Well," kata Simon, "saya lega acara itu sudah selesai. Waktu saya datang kemari untuk menempati pos ini, saya hanya mendapat jatah satu-dua
paragraf di halaman belakang Le Monde." Dia tersenyum. "Tentu saja saya tak secantik Anda."
Dia ingat sesuatu. "Saya tadi mendapat telepon dari Stanton Rogers. Saya mendapat instruksi dari Gedung Putih, dengan ancaman hidup atau mati
bahwa saya haras membuat Anda, Beth, dan Tim menikrnati liburan Anda di
Paris." "Benar begitukah katanya?" tanya Tim.
Duta Besar Simon mengangguk. "Dia memang bilang begitu. Dia suka sekali pada kalian."
"Kami memang suka padanya," kata Mary.
"Saya sudah memesan suite untuk Anda di Ritz. Sebuah hotel yang indah di Place de la Concorde. Saya yakin, Anda akan senang menginap di sana."
"Terima kasih." Lalu ditambahkannya dengan cemas, "Mahalkah?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya"tapi tidak untuk Anda. Stanton Rogers telah mengatur agar seluruh pengeluaran Anda ditanggung Departemen Luar Negeri."
Mary berkata, "Dia pria yang luar biasa."
"Menurut dia, Andalah yang luar biasa."
Koran sore dan koran malam menjadikan kedatangan Mary"duta besar
pertama yang diangkat Presiden Amerika dalam programnya yang dikenal
sebagai gerakan dari-rakyat-ke-rakyat sebagai berita utama. Peristiwa itu juga ditayangkan oleh televisi, dan dimuat lagi dalam edisi koran pagi.
Inspektur Durand memandangi tumpukan koran itu dan tersenyum. Semua
berjalan sesuai dengan rencana. Bahkan lebih baik dari yang diharapkan. Dia bahkan sudah bisa meramalkan bagaimana keluarga Ashley akan masuk koran
terus selama tiga hari mendatang. Mereka akan mengunjungi semua tempat
yang membosankan itu, yang umumnya ingin dilihat turis Amerika, pikirnya.
Mary dan anak-anaknya makan siang di Restoran Jules Verne di Menara
Eiffel, kemudian mengunjungi Arc de Triomphe.
Esok harinya, sepanjang pagi mereka habiskan untuk mengagumi keindahan
koleksi Museum Louvre, makan siang di dekat Istana Versailles, dan makan
malam di Tour d'Argent. Dari jendela restoran Tim memandang Notre Dame dan bertanya, "Di mana mereka menyembunyikan si Bongkok, Ma?"
Tapi saat yang mereka lewatkan di Paris amat menyenangkan. Mary
mengingatkan dirinya, dan membuat dirinya senantiasa berpikir... seandainya Edward ada di sisinya.
Keesokan harinya, sesudah makan siang, mereka diantar ke airport.
Inspektur Durand memperhatikan mereka, ketika rombongan itu check in
untuk terbang ke Roma. Wanita itu menarik"bahkan cantik. Wajahnya cerdas. Tubuhnya bagus,
kakinya indah, dan pantatnya aduhai. Bagaimana dia di tempat tidur, ya"
Anak-anak itu juga luar biasa. Terlalu sopan bahkan, untuk ukuran anak-anak Amerika.
Ketika pesawat telah tinggal landas, Inspektur Durand pergi ke boks telepon umum. "Veuillez dire a Tbor que son paquet est en route a Rome."
Di Roma para paparazzi telah menanti di Michaelangelo Airport. Ketika Mary dan anak-anaknya muncul di pintu pesawat, Tim berseru, "Lihat, mereka mengikuti kita, Ma!"
Ya, bagi Mary pun nampaknya perbedaannya hanya pada aksen Italia
mereka. Pertanyaan pertama yang diajukan para reporter itu adalah, "Apakah Anda menyukai Italia?"
Duta Besar Oscar Viner sama bingungnya dengan Duta Besar Simon di Paris.
"Frank Sinatra saja takkan mendapat kehormatan sebesar ini. Adakah
sesuatu pada diri Anda, Madam Ambasador, yang tidak saya ketahui?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya kira saya bisa menjelaskannya," jawab Mary. "Bukan saya yang menarik mereka, tetapi gerakan dari-rakyat-ke-rakyat yang dicanangkan
Presiden Ellison yang membuat mereka memburu saya. Kita akan segera
mempunyai utusan atau wakil di setiap negeri Tirai Besi. Suatu langkah besar menuju perdamaian dunia telah dimulai. Itulah yang membuat pers tertarik."
Sesudah terdiam beberapa saat, Duta Besar Viner berkata, "Banyak sekali yang ingin menungganggi Anda, bukan?"
Kapten Caesar Barzini, kepala Polisi Rahasia Italia, juga bisa meramalkan dengan tepat tempat-tempat yang akan dikunjungi Mary dan anak-anaknya.
Inspektur itu menunjuk dua polisi berpakaian preman untuk menguntit
keluarga Ashley, dan setiap bari, apa yang mereka laporkan tepat seperti yang telah diramaikannya.
"Mereka makan es krim di Doney, berjalan-jalan sepanjang Via Veneto, dan mengelilfngi Colosseum."
"Mereka mengunjungi Air Mancur Trevi. Melemparkan uang Jogam."
"Pergi ke Terme di Caracaiia dan kemudian ke Catacombs. Si bocah laki-laki jatuh sakit dan cepat-cepat dibawa kembaii ke hotel."
"Mereka naik kereta kuda di Taman Borghese, dan berjalan-jalan sepanjang Piazza Navona."
Selamat bersenang-senang, pikir Kapten Barzini sinis.
Duta Besar Viner mengantarkan Mary dan anak-anaknya ke bandar udara.
"Saya punya titipan, dokumen diplomatik, yang harus disampaikan ke
Kedutaan Rumania. Maukah Anda membawakannya?"
"Tentu saja," kata Mary.
Kapten Barzini berada di bandara untuk mengawasi sampai keluarga Ashley
masuk ke pesawat Tarom Airlines, penerbangan langsung ke Bucharest.
Ditunggunya sampai pesawat lepas-landas, lalu ia menelepon. "Saya punya pesan untuk Balder. Semua berjalan lancar. Laporan para wartawan sungguh
luar biasa." Barulah ketika pesawat telah benar-benar mengangkasa, kesadaran akan
tugas berat yang sebentar lagi harus dihadapinya benar-benar terasa nyata baginya. Mary Ashley sampai berbicara keras-keras. "Kita dalam perjalanan ke Rumania, tempatku akan bertugas sebagai Duta Besar dari Amerika."
Beth memandanginya dengan pandangan aneh. "Ya, Mama. Kami pun tahu.
Untuk itulah kami di sini."
Tapi bagaimana mungkin Mary bisa menerangkan gairah dan sukacitanya
yang luar biasa itu pada anak-anaknya"
Makin dekat pesawat itu ke Bucharest, makin tidak sabar Mary.
Aku akan menjadi duta besar paling baik yang pernah mereka lihat,
pikirnya. Sebelum masa tugasku selesai, Amerika dan Rumania sudah akan
menjadi sekutu yang saling menghargai dan memahami.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanda DILARANG MEROKOK menyala, dan impian Mary untuk menjadi
negarawan yang hebat memudar.
Oh, kita pasti belum mendarat, pikir Mary panik. Kita baru saja lepas-landas.
Mengapa penerbangan ini singkat benar
Dirasakannya tekanan pada telinganya ketika pesawat mulai menurun, dan
beberapa saat kemudian roda-rodanya menyentuh landasan. Ini benar-benar
terjadi, pikir Mary tak percaya. Aku bukan duta besar. Aku ini palsu, tak tahu apa-apa. Aku akan membuat Amerika terjerumus ke dalam perang. Oh,
Tuhan, tolonglah aku dan aku tidak seharusnya meninggalkan Kansas.
BUKU TIGA 18 Otopeni airport, kira-kira dua puluh lima mil jauhnya dari pusat kota
Bucharest, adalah sebuah bandara yang modern dibangun untuk melayani arus penumpang yang datang dari negeri-negeri Tirai Besi di sekitar Rumania, dan juga untuk para turis Barat"yang sangat sedikit jumlahnya "yang datang
mengunjungi negeri ini. Di dalam terminal, serdadu-serdadu bertampang dingin, berseragam coklat,
dan dilengkapi dengan senapan dan pistol, tegak menjaga.
Di mana-mana di dalam terminal ada serdadu berseragam coklat yang
dipersenjatai pistol dan senapan. Terasa ada suasana dingin di situ, tapi itu tak ada hubungannya dengan cuaca yang membekukan di luar bangunan bandara.
Tanpa sadar Tim dan Beth merapat ke ibunya. Jadi mereka pun
merasakannya, pikir Mary.
Dua orang pria mendekati mereka. Yang satu jangkung, atletis, dan
bertampang khas pria Amerika, dan yang satunya lebih tua, serta mengenakan setelan asing yang kelihatan jelek.
Si Amerika memperkenalkan diri. "Selamat datang di Rumania, Madam
Ambasador. Saya Jerry Davis, Konsul Masalah Umum. Ini Tudor Costache,
Kepala Protokol Kepresidenan."
"Sungguh senang menerima Anda dan putra-putri Anda di negeri kami,"
kata Costache. "Selamat datang di negeri kami."
Dengan satu cara, pikir Mary, ini juga akan menjadi negeriku. "Mulptmesc, domnule," katanya.
"Anda bisa bahasa Rumania!" seru Costache. "Cu placere!"
Mary berharap orang itu tidak menyangkanya hebat. "Sedikit-sedikit," di tarmbahkannya cepat-cepat.
Tim berkata, "Buna diminefeata."
Mary begitu bangga hingga serasa mau meledak dadanya. Dikenalkannya
Tim dan Beth. Jerry Davis berkata, "Limousine Anda telah menunggu Anda, Madam Ambasador. Kolonel McKinney menanti di luar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kolonel McKinney. Kolonel McKinney dan Mike Slade. Mary menduga-duga
kalau-kalau Mike Slade juga ikut menjemputnya, tapi dia tak mau
mempertanyakannya. Antrian di depan Bagian Pemeriksaan Paspor begitu panjang, tapi dalam
beberapa menit saja Mary dan anak-anaknya telah berada di luar. Ada lagi
juru foto dan reporter yang menunggu di luar, tapi mereka tidak berteriak-teriak seenaknya seperti yang telah dialami Mary sebelumnya. Mereka sopan-sopan terkontrol.
Ketika selesai, mereka mengucapkan terima kasih kepada Mary, dan
mengundurkan diri bersama-sama dan dengan sopan.
Kolonei McKinney, dengan seragam lengkap, menunggu di bawah tangga.
Diulurkannya tangannya. "Selamat pagi, Madam Ambasador. Apakah
perjalanan Anda menyenangkan"
"Ya, terima kasih."
"Mike Slade sebenarnya ingin ikut menjemput Anda, tapi ada urusan penting yang harus ditanganinya".
Si Rambut Pirang atau si Rambut Merah pikir Mary.
Sebuah Limousine hitam, panjang, dengan bendera Amerika di ujung kanan,
datang mendekat. Seorang lelaki muda bertampang periang, dengan seragam
sopir, membukakan pintu. "Ini Florian."
Sopir itu tersenyum, memamerkan deretan giginya yang putih dan bagus.
"Selamat datang, Madam Ambasador. Master Tim. Miss Beth. Saya pasti akan senang melayani Anda sekalian."
"Terima kasih," kata Mary.
"Florian akan bertugas melayani Anda dua puluh empat jam penuh sehari.
Sebaiknya Anda segera pergi ke kediaman resmi Duta Besar, jadi Anda Bisa
membongkar koper dan beristirahat. Sore nanti mungkin Anda ingin meihatlihat kota. Besok pagi, Florian akan mengantarkan Anda ke Kedutaan Amerika Serikat."
"Kedengarannya menarik," kata Mary.
Di mana Mike Slade" Mary bertanya-tanya dalam hati
Perjalanan dan bandara ke pusat kota sungguh menakjubkan. Mereka
melewati jalan raya berjalur dua, penuh dengan mobil-mobil dan truk-truk
pengangkut, tapi setiap beberapa mil, kendaraan-kendaraan modern itu
terpaksa mengalah pada kereta-kereta gipsy yang menyusuri jalan pelanpelan. Di kanan-kiri jalan berderet-deret pabrik-pabrik modern yang
berselang-seling dengan pondok-pondok penduduk asli yang sudah kuno.
Kemudian mobil melintasi daerah pertanian, dengan wanita-wanita yang
membungkuk sibuk bekerja, serta mengenakan bandana aneka warna di
kepala mereka. Mereka melewati Baneasa, bandara domestik dekat Bucharest. Tepat
sesudah bandara tersebut, agak jauh dari jalan raya, nampak sebuah
bangunan jelek bertingkat dua, berwarna biru kelabu. Ada kesan seram
terpancar darinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa itu?" tanya Mary. Wajah Florian berkerut seperti orang sakit. "Penjara Ivan Stelian. Tempat orang-orang yang menentang pemerintah Rumania
dijebloskan." Di jalan Kolonei McKinney menunjukkan sebuah tombol merah di dekat
pintu. "Ini alat darurat," dia menerangkan, "Jika Anda dalam bahaya"diserang teroris, misalnya"tekanlah tombol ini. Ini akan menghidupkan sistem
pemancar radio dalam mobil" yang selalu dimonitor di Kedutaan, dan akan
menyalakan iampu merah di atas mobil ini. Dengan demikian kami akan
segera mengetahui posisi Anda dalam beberapa menit."
Mary berkata penuh harap, "Mudah-mudahan saya tak perlu
menggunakannya." "Saya pun punya harapan yang sama, Madam Ambasador."
Pusat kota Bucharest sangat indah. Taman-taman, monumen-monumen,
dan air mancur-air mancur ada di mana-mana. Kakeknya dulu selalu bilang,
"Bucharest itu sama saja dengan miniatur Paris, Mary. Mereka bahkan punya tiruan Menara Eiffel." Itulah dia. Kini Mary berada di negeri leluhurnya.
Jalan-jalan penuh dengan orang-orang, bis-bis, dan trem-trem listrik.
Limousine itu terus-menerus membunyikan klakson mencari jalan di sela-sela padatnya orang yang berjalan kaki. Kini mobil membelok masuk ke sebuah
jalan sempit berjalur tiga.
"Kediaman resmi Duta Besar ada di depan sana," kata Kolonel McKinney.
"Nama jalan ini diambil dari nama seorang jenderai Rusia. Ironis sekali, ya?"
Kediaman resmi Duta Besar adaiah sebuah bangunan bergaya kuno, luas
dan cantik, bertingkat tiga, dan dikelilingi kebun amat luas yang terpelihara baik.
Staf rumah tangga telah menanti mereka di tangga. Menantikan kedatangan
duta besar yang baru. Ketika Mary turun dari mobil, Jerry Davis
memperkenalkan mereka. "Madam Ambasador, perkenalkan, staf Anda. Mihai, kepala pelayan; Sabina, sekretaris sosial Anda; Rosica, pelayan rumah tangga Anda; Cosma
, kepala koki, dan Delia dan Carmen, pelayan pribadi Anda."
Mary berjalan di depan mereka, menerima salam hormat dan sikap hormat
mereka yang membungkuk-bungkuk itu, sambil berpikir, Ya, Tuhan, apa yang
harus kulakukan dengan mereka" Di rumah aku cukup minta tolong Lucinda
seminggu tiga kali, untuk memasak dan membersihkan rumah.
"Kami merasa mendapat kehormatan berkenalan dengan Anda, Madam
Ambasador," kata Sabina, si sekretaris sosial.
Nampak mereka semua memandangnya, menunggunya mengucapkan
sesuatu. Mary mengambil napas dalam-dalam. "Bund ziua. Mutyu-mesc. Nu vorbese..." Semua kata Rumania yang telah dihafalnya hilang dari kepalanya.
Mary memandang mereka dengan tak berdaya.
Mihai, kepaia pelayan, maju ke depan dan membungkuk hormat. "Kami
semua bicara Inggris, Madam. Kami senang Anda datang dan kami siap
melayani Anda." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary mendesah lega. "Terima kasih."
Sebotol sampanye dalam ember berisi es telah menanti, di atas meja yang
penuh dengan kue-kue yang menggiurkan.
"Nampaknya lezat sekali!" seru Mary.
Para pelayan memperhatikannya dengan pandangan nyata mencerminkan
kelaparan. Haruskah aku menawari mereka tanya Mary dalam hati. Apakah
biasa menawari para pelayan" Mary tak ingin mengawali masa tugasnya
dengan membuat kesalahan di hari pertama. Apa kalian dengar apa yang
dilakukan Duta Besar Amerika yang baru" Dia mengundang makan para
pelayan, dan mereka begitu kaget sehingga langsung minta berhenti.
Kau tahu apa yang dilakukan Duta Besar Amerika yang baru" Dia makan


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan rakusnya di depan para pelayan, dan sedikit pun tidak menawari
mereka. "Ah, tapi...," kata Mary, "saya masih kenyang sekarang. Saya... saya pikir lebih baik nanti saja."
"Mari saya antarkan berkeliling," kata Jerry Davis.
Para pelayan mengikutinya dengan penuh ingin tahu.
Kediaman resmi itu adalah sebuah rumah yang indah. Nyaman dan
menyenangkan, meskipun bergaya kuno. Di lantai dasar ada pintu masuk
utama, sebuah perpustakaan yang penuh buku, ruang musik, ruang duduk,
dan sebuah ruang makan yang luas, yang dihubungkan dengan dapur dan
gudang peralatan dapur. Perabotan di setiap ruangan ditata apik dan memberi kesan nyaman. Sebuah teras lebar memanjang di luar ruang makan utama,
menghadap ke kebun yang asri dan luas.
Di belakang rumah ada koJam renang tertutup, lengkap dengan sauna dan
kamar ganti pakaian. "He! Kita punya kolam renang sendiri.'" seru Tim. "Ma, bolehkah aku berenang?"
"Nanti, Sayang. Kita benahi dulu barang-barang kita."
Apa yang disebut piece de resistance adalah ruang dansa, yang dibangun
menghadap taman. Sangat luas. Tempat lilin Baccarat berderet-deret
menempel sepanjang dinding, cantik berkilauan. Dindingnya sendiri dilapisi kertas dinding bermotif halus.
Jerry Davis berkata, "Di sinilah diadakan pesta-pesta kedutaan. Perhatikan."
Ditekannya sebuah tomboi di dinding. Terdengar bunyi mendesir, dan atap
pun terbuka, membelah, makin lama makin lebar, sampai nampak langit di
atas sana. "Ini juga bisa digerakkan secara manual."
"Hei, benar-benar hebat!" seru Tim.
"Inilah yang disebut 'Ambassador's folly' (folly: bangun bangunan yang
dibuat tidak dengan tujuan khusus, sekadar untuk keindahan, atau untuk
"tipuan")" kata Jerry dengan nada meminta maaf. "Di musim panas, terlalu panas jika dibuka, dan terlalu dingin di musim salju. Biasanya kami buka
antara bulan April sampai September."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pokoknya asyik," Tim berkeras. Ketika udara dingin mulai masuk ke ruangan ini, Jerry Davis menekan tombol lagi, dan atap pun perlahan-lahan menutup.
"Izinkan saya memperlihatkan kamar-kamar Anda di lantai atas."
Mereka mengikuti Jerry Davis menaiki tangga, sampai ke lorong yang luas,
yang berbatasan dengan dua kamar tidur yang dipisahkan oleh sebuah kamar
mandi. Di seberang lorong, di sebelah sana, terdapat kamar tidur utama
lengkap dengan kamar duduk pribadi, sebuah boudoir dan kamar mandi lalu
ada kamar tidur yang lebih kecil dengan kamar mandi terpisah; lalu ada kamar jahit dan kamar untuk bekerja. Di atap ada teras yang dihubungkan dengan
sebuah tangga khusus dengan lantai di bawahnya.
Jerry Davis menerangkan, "Kamar-kamar pelayan terletak di lantai tiga, juga kamar binatu dan gudang peralatan. Di ruang bawah tanah disimpan
anggur, di situ juga ada ruang makan dan ruang istirahat untuk para pelayan."
"Luar biasa besarnya," kata Mary.
Anak-anak berlarian keluar-masuk kamar.
"Kamarku yang mana?" tanya Beth.
"Kau dan Tim boleh pilih sendiri."
"Kau boleh pilih yang ini," Tim menawarkan. "Banyak renda-rendanya.
Gadis-gadis biasanya suka renda-renda."
Ruang tidur utama itu benar-benar indah, dengan tempat tidur berukuran
besar, selimut tebal yang diisi bulu angsa, dua kursi santai berbantalan empuk di depan perapian, sebuah kursi malas, meja rias dengan cermin antik, sebuah armoire (lemari pakaian wanita model Prancis), kamar mandi yang mewah,
dan jendela yang membuka ke kebun yang indah.
Delia dan Carmen telah membuka kopor-kopor Mary. Di tempat tidur
tergeletak dokumen diplomatik titipan Duta Besar Viner. Aku harus
membawanya ke Kedutaan besok pagi, pikir Mary. Dia berjalan mendekat, dan mengamati dokumen itu. Kapan terjadinya Segel merah itu telah dirusak, dan dengan teliti dicoba dilekatkan lagi. Di bandara" Di sini" Dan siapa yang melakukannya"
Sabina masuk ke kamar. "Apakah semuanya memuaskan, Madam?"
"Ya. Saya belum pernah punya sekretaris sosial," Mary mengaku. "Saya tak yakin tugas apa yang bisa saya berikan pada Anda."
"Tugas saya adalah mengatur agar segala sesuatunya berjalan lancar,
Madam Ambasador. Saya yang mencatat dan mengatur kegiatan sosial Anda,
acara jamuan makan malam, makan siang, dan sebagainya. Saya juga harus
menjaga agar di rumah ini segalanya beres. Begitu banyak pelayan, pastilah selalu ada saja masalah yang akan timbul."
'Ya, tentu saja, "kata Mary, setengah melamun.
"Adakah yang bisa saya lakukan untuk Anda sore ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kau bisa memberi tahu aku tentang segel yang dirusak itu, pikir Mary. Tapi dengan tegas dia berkata, "Tidak, terima kasih. Saya kira sebaiknya saya beristirahat sejenak." Tiba-tiba dia merasa tubuhnya tak bertenaga.
Sepanjang malam itu dia terbaring nyalang. Segala macam perasaan
campur-aduk dalam hatinya, perasaan kesepian dan tak berdaya, bercampur
dengan gairah dan semangat akan tugasnya yang baru.
Sekarang semua terserah padaku, Sayang. Aku tak punya siapa pun untuk
bergantung. Oh, betapa inginnya aku kau ada di sisiku, memberiku semangat agar aku tak takut, meyakinkanku bahwa aku pasti takkan gagal. Aku tak
boleh gagal. Ketika akhirnya dia jatuh tertidur, dia memimpikan Mike Slade yang
berkata, Aku benci orang amatir. Mengapa kau tidak pulang saja"
Kedutaan Amerika di Bucharest, di Jalan Soseava Kiseieff 21, adalah sebuah bangunan bercat putih, bergaya semi-Gotik, bertingkat dua, dan dikelilingi pagar besi. Pintu gerbangnya juga dari besi, dan dijaga serdadu berseragam yang mengenakan mantel abu-abu dan topi merah. Seorang penjaga lain
duduk di gardu jaga di samping gerbang. Ada porte-cochere khusus untuk
mobil, dan tangga pualam merah jambu yang langsung naik ke lobi.
Di dalam, lobi itu penuh hiasan. Lantainya terbuat dari pualam. Ada dua
teievisi closed circuit yang dijaga serdadu marinir, sebuah perapian dengan tirai bermotif seekor naga sedang menyemburkan api. Koridor-koridornya
dihias dengan dereran potret presiden-presiden Amerika. Di ujung lobi, ada tangga luas yang membelok, menghubungkan lobi dengan lantai dua di mana
terletak ruang konferensi dan kantor-kantor.
Seorang serdadu marinir telah menantikan Mary. "Selamat pagi, Madam
Ambasador," katanya. "Saya Sersan Hughes. Teman-teman memanggil saya Gunny."
"Selamat pagi, Gunny."
"Mereka telah menantikan Anda di kantor Anda. Saya bertugas mengawal Anda ke sana."
"Terima kasih."
Mary mengikuti sersan itu naik ke lantai atas, ke ruang tunggu. Seorang
wanita setengah baya duduk di balik sebuah meja.
wanita itu berdiri. "Selamat pagi, Madam Ambasador. Saya Dorothy Stone, sekretaris Anda."
"Senang berkenalan denganmu."
Dorothy melaporkan, "Banyak yang menunggu Anda di dalam sana."
Dibukanya pintu, dan Mary masuk ke dalam ruangan. Ada sembiian orang
yang duduk mengelilingi meja konferensi. Ketika Mary melangkah masuk,
mereka semua berdiri dan memandangnya tajam. Mary tiba-tiba merasa asing
dan tak berdaya. Orang yang pertama dilihatnya adalah Mike Slade. Dia ingat akan mimpinya semalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untung Anda selamat sampai di sini," Mike berkata. "Mari saya perkenalkan dengan pimpinan-pimpinan staf Anda. Ini Lucas Janklow, Konsul Administrasi; Eddie Maltz, Konsul Politik; Patricia Hatfield, Konsul Ekonomi; David Wallace, Kepala Administrasi; Ted Thompson, Konsul Pertanian. Anda telah bertemu
dengan Jerry Davis, Konsul Masalah Umum; David Victor, Konsul Perdagangan, dan Anda telah kenal pula dengan Kolonel Bill McKinney."
"Silakan duduk," kata Mary. Mary beranjak ke kursi di kepala meja dan mengamati orang-orang itu. Rasa permusuhan bisa muncul dari siapa saja,
dari segala umur, dalam segala ukuran, dan bentuk, pikir Mary.
Patricia Hatfield bertubuh gemuk dan berwajah menarik. Lucas Janklow,
yang paling muda di antara mereka, memakai setelan buatan Ivy League.
Yang lain-lain lebih tua, berambut kelabu, kurus, botak, tapi ada juga yang gemuk. Dibutuhkan waktu untuk menaklukhan mereka semua.
Mike Slade berkata, "Kami semua berada di bawah dan tunduk pada
kebijaksanaan Anda. Anda, bisa mengganti atau memecat kami kapan saja."
Itu bohong, pikir Mary sengit. Aku sudah mencoba menggantimu.
Pertemuan itu berlangsung lima belas menit.
Pembicaraannya hanya bersifat umum. Akhirnya Mike Slade berkata,
"Dorothy akan mengatur agar Anda sekalian bisa bertemu secara terpisah-pisah dengan Duta Besar siang nanti. Terima kasih."
Mary merasa kesal karena Mike mengambil-alih wewenangnya. Ketika
mereka tinggal berdua, Mary bertanya, "Yang mana di antara mereka yang agen CIA" Agen CIA yang ditanam di Kedutaan?"
Mike memandangnya sesaat dan berkata, "Mengapa Anda tidak ikut saya
saja?" Dia berjalan keiuar dari ruang konferensi. Setelah ragu sejenak, Mary
mengambil keputusan untuk mengikutinya. Mereka berjalan sepanjang
koridor, yang di kanan-kirinya berderet pintu kantor"seperti kandang kelinci saja. Dia sampai ke sebuah pintu besar yang dijaga serdadu marinir. Penjaga itu melangkah ke samping, ketika Mike mendorong pintu hingga terbuka. Dia berpaling dan memberi isyarat pada Mary supaya masuk.
Mary melangkah masuk dan memandang sekelilingnya dengan takjub.
Ruangan itu merupakan kombinasi logam dan kaca, di lantai, di seluruh
dindingnya, bahkan juga di atapnya.
Mike Slade menutup pintu berat itu di belakangnya. "Ini yang disebut Bubble Room. Semua kedutaan di negeri Tirai Besi punya ruangan seperti ini. Ini satu-satunya ruangan di Kedutaan amerika yang tak bisa disadap"
Dilihatnya Mary memandangnya tak percaya. "Madam Ambasador, tidak
hanya gedung kedutaan saja yang disadap, berani taruhan, kediaman resmi
Anda juga disadap, dan jika Anda pergi ke restoran untuk makan malam, meja Anda pun akan disadap. Anda berada di daerah musuh."
Mary terduduk di kursi. "Bagaimana Anda bisa menanganinya?" tanyanya.
"Maksud saya, tak mungkin bisa bicara dengan bebas."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setiap pagi kami melakukan apa yang disebut electronic sweeping. Kami menemukan alat penyadap mereka dan mencopotnya. Kemudian mereka akan
memasang yang baru, dan kami akan mencopotnya lagi."
"Mengapa kita mengizinkan orang-orang Rumania bekerja di kedutaan kita?"
"Bagi mereka, gedung ini seperti taman bermain saja. Mereka bermain di kandang sendiri. Kita harus mengikuti aturan mereka, atau balon akan
meletus. Mereka tak bisa memasang mikropon mereka dalam ruangan ini
karena di luar selalu dijaga serdadu marinir selama dua puluh empat jam
penuh. Nah... apa pertanyaan Anda sekarang?"
"Saya hanya menebak-nebak, mana yang orang CIA?"
"Eddie Maltz, Konsul Politik Anda."
Mary mencoba mengingat tampang Eddie Maltz. Rambut kelabu, tubuh
kekar. Bukan, itu pasti Konsul Pertanian. Eddie Maltz... Ah, pasti pria setengah baya itu, kurus-kering, dan tampangnya jahat. Ataukah dia
membayangkannva bertampang jahat karena kini Mary tahu bahwa dia orang
CIA" "Apakah hanya dia orang CIA di staf saya?"
"Ya." Benarkah dia ragu-ragu sebelum mengatakan
Mike Slade melihat jam tangannya. "Setengah jam lagi Anda harus
menyerahkan Surat Kepercayaan Anda. Florian sudah menunggu di luar.
Bawalah Surat Kepercayaan Anda. Yang asli harap diserahkan pada Presiden
Ionescu dan copy-nya harap disimpan di lemari besi Anda."
Mary mendapatkan dirinya sedang menggertakkan gigi. "Saya tahu itu, Tuan Slade."
"Beliau ingin Anda datang bersama anak-anak. Saya telah menyuruh mobil menjemput mereka."
Tanpa konsultasi dulu denganku. "Terima kasih"
Kantor Pusat Pemerintah Rumania terletak dalam sebuah bangunan
berpenampilan seram, terbuat dari batu, di jantung kota Bucharest Bangunan itu dikelilingi dinding baja, dan pintu gerbangnya dijaga serdadu bersenjata. Di bagian dalam, di balik gerbang, lebih banyak lagi serdadu yang menjaga.
Seorang ajudan mengantarkan Mary dan anak-anaknya ke lantai atas,
Presiden Alexandros Ionescu menyambut Mary dan anak-anaknya dalam
ruangan luas berbentuk segi empat di lantai dua. Presiden Rumania itu tampil penuh wibawa. Kulitnya gelap, wajahnya mirip wajah elang, dan rambutnya
hitam ikal. Dia punya hidung paling mancung dan paling angkuh yang pernah dilihat Mary, Matanya mempesona dan menyorot tajam.
Ajudan itu berkata, "Yang Mulia, perkenalkan, inilah Madam Ambasador dari Amerika Serikat."
Presiden menyambut tangan Mary, membungkuk, dan menciumnya sekilas.
"Anda bahkan lebih cantik daripada foto Anda."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, Yang Mulia. Ini Beth, putri saya, dan Tim, putra saya."
"Anak-anak yang tampan dan cantik," kata Ionescu. Dipandangnya Mary seperti menanti sesuatu. "Anda membawa sesuatu untuk saya?"
Mary hampir saja lupa. Cepat-cepat dibukanya dompetnya dan diulurkannya
Surat Kepercayaannya dari Presiden Ellison.
Alexandras Ionescu melirik dokumen itu sekilas, tak peduli. "Terima kasih.
Saya menerimanya atas nama Pemerintah Rumania. Anda telah resmi menjadi
Duta Besar Amerika untuk negeri kami." Kini wajahnya menjadi cerah. Dia tersenyum pada Mary. "Saya telah menyiapkan resepsi untuk Anda malam ini.
Anda akan bertemu dengan orang-orang kami, dengan siapa Anda akan
bekerjarsama selanjutnya."
"Anda baik sekali."
Digenggamnya tangan Mary sekali lagi. "Kami punya ungkapan di sini.
'Seorang duta besar datang dengan air mata berlinang, karena dia tahu, akan bertugas di negara yang sangat asing baginya, jauh dari kawan-kawannya.
Tapi, ketika dia meninggaikan tempat tugasnya, dia pun akan berurai air mata, karena tahu, sebentar lagi akan ditinggalkannya kawan-kawannya yang baru, kawan dari negeri yang mulai dicintainya.' Saya berharap Anda akan jatuh
cinta pada negeri kami, Madam Ambasador." Ia meremas tangan Mary dengan lembut.
"Saya yakin, saya pasti akan jatuh cinta pada negeri ini." Dikiranya aku ini seperti gadis-gadis cantik pada umumnya, pikir Mary muram. Harus
kubuktikan bahwa aku punya kelas tersendiri.
Mary menyuruh anak-anaknya pulang dan menghabiskan waktu sepanjang
siang sampai sore di Kedutaan, di ruang konferensi, mengadakan pertemuan
dengan kepaia-kepalJa staf, KonsulJ Politik, Ekonomi, Pertanian, Administrasi, dan Konsul Perdagangan. Kolonei McKinney diperkenalkan sebagai atase
mihter. Mereka semua duduk mengelilingi meja empat persegi panjang itu. Berderet
menempel di dinding yang dicat hitam, para staf junior dari berbagai bagian.
Konsul Perdagangan sedang bicara. Orangnya pendek, sombong, dan apa
yang dikatakannya hanya terdiri dari fakta-fakta serta angka-angka. Mary
memandang berkeliling, berpikir: Aku harus menghapal nama-nama mereka
semua. Kemudian giliran Ted Thompson, konsul pertanian. "Menteri Pertanian
Rumania menghadapi masalah berat yang tak mungkin dapat ditanganinya.
Panen tahun ini sangat mengecewakan dan kita tak mungkin membiarkan
mereka begitu saja".
Konsul Ekonomi, Patricia Hatfield, memprotes, "Kita sudah cukup membantu mereka, Ted. Pemerintah Rumania dijalankan dengan bantuan negara-negara
yang bersimpati. Termasuk negara GSP." Dia menoleh, memandang Mary
secara sembunyi-sembunyi.
Dia sengaja, pikir Mary, mencoba mempermalukan aku.
Dengan lagak sok Patricia Hatfield berkata, "Negara GSP adalah..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"...negara yang termasuk Generalized System of Preferences," potong Mary.
"Kita memperlakukan Rumania sama seperti perlakuan kita terhadap negara-negara sedang berkembang, sehingga mereka memperoleh untung dari neraca
impor-ekspor mereka."
Ekspresi wajah Patricia Hatfield langsung berubah. "Ya, betul. Dan kita telah dengan sengaja membuang isi gudang kita dan..."
David Victor, Konsul Perdagangan menyela, "Kita tidak membuangnya"kita hanya berusaha agar pasar kita tetap terbuka, sehingga kita pun bisa
berbelanja di sini. Mereka butuh kredit lebih banyak untuk membeli jagung dari kita. Jika kita tidak mau menjual pada mereka, mereka akan membelinya dari Argentina." Dia berpaling pada Mary. "Sepertinya kita akan kehilangan kesempatan untuk kedelai. Brasilia mencoba memotong jalan kita. Saya akan sangat berterima kasih seandainya Anda bersedia merundingkan hal ini
dengan Perdana Menteri, secepat mungkin, sehingga kita bisa mendapat
perjanjian paket-beli, sebelum pasar untuk kita tertutup sama sekali."
Mary memandang Mike Slade, yang duduk di ujung meja sebelah sana,
tepat di seberangnya. Duduknya begitu santai, menekuri catatannya, dan
seolah-olah tak peduli. "Akan saya iakukan apa yang bisa saya lakukan," Mary berjanji.
Mary mencatat bahwa dia akan segera mengirim kawat ke Kantor Pusat
Departemen Perdagangan di Washington, minta izin untuk menawarkan kredit
lebih banyak kepada pemerintah Rumania. Uang akan dikeluarkan oleh bankbank Amerika, tapi mereka hanya akan setuju memberi pinjaman setelah ada
persetujuan dari pemerintah.
Eddie Maltz, Konsul Politik dan agen CIA, bicara, "Saya punya masalah yang sangat mendesak, Madam Ambasador. Seorang pelajar Amerika berusia
sembilan beias tahun semalam ditahan karena kedapatan membawa-bawa
narkotika. Di sini kasus seperti ini bisa jadi masalah serius."
"Narkotika macam apa yang dibawa-bawa pemuda itu?"
"Bukan pemuda, seorang gadis. Mariyuana. Hanya beberapa ons."
"Seperti apa dia?"
"Cerdas, mahasiswi, cukup cantik".
"Apa yang akan mereka lakukan padanya?"
"Biasanya dihukum lima tahun penjara." Ya, Tuhan, pikir Mary. Apa jadinya gadis itu nanti jika keluar dari penjara
"Apa yang bisa kita lakukan?"
Mike Slade berkata dengan suara bosan, "Anda dapat menggunakan daya
tarik Anda untuk mempengaruhi Kepala Securitate. Namanya Istrase. Dia
sangat berkuasa." Eddie Maltz melanjutkan. "Gadis itu bilang dia dijebak, dan mungkin saja memang begitu. Dia cukup goblok untuk mau saja jatuh cinta pada seorang
polisi Rumania. Sesudah polisi itu memperko"membawanya ke tempat tidur,
gadis itu dilaporkannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary kaget sekali. "Bagaimana mungkin polisi itu bisa melakukannya?"
Mike Slade berkata datar, "Madam Ambasador, di sini kita ini musuh
mereka"mereka tak memusuhi bangsa mereka sendiri. Rumania sengaja
bermanis-manis di depan kita, menganggap kita teman mereka, tersenyum
pada kita dan mau bersalaman dengan kita. Kita biarkan mereka menjual
barang-barang mereka pada kita, dan kita jual apa yang kita punya dengan
harga yang rendah sekali, karena kita berusaha menarik mereka agar
berpaling dari Rusia. Tapi jika menyangkut masalah-masalah praktis, mereka tetap saja komunis."
Mary membuat catatan lagi. "Baiklah. Saya akan lakukan apa yang saya bisa lakukan." Dia berpaling pada Jerry Davis, Konsul Masalah Umum. "Apa masalah Anda?"
"Bagian saya mengalami kesulitan untuk mendapatkan izin perbaikan
apartemen tempat tinggal staf kedutaan. Kondisinya sudah amat
mengkhawatirkan." "Tidak bisakah apartemen itu mereka perbaiki sendiri?"
"Sialnya tidak bisa, Madam. Hanya pemerintah Rumania yang berhak
memberikan izin untuk segala macam perbaikan gedung. Beberapa staf kita
tak punya alat pemanas, dan beberapa apartemen bahkan toiletnya mampet
dan airnya tak mengalir"
"Apakah Anda pernah mengadukan hal ini?"
"Sudah, Madam. Setiap hari, selama tiga bulan."
"Lalu mengapa...?"
"Itu yang disebut perang dingin," Mike Slade menerangkan. "Mereka sengaja menguji kekuatan mental kita."
Mary mencatat lagi. "Madam Ambasador, saya punya masalah yang sangat mendesak," Jack Chancelor, Kepala Perpustakaan Amerika, berkata. "Baru kemarin sejumlah buku referensi yang amat penting dicuri dari..."
Duta Besar Ashley mulai pusing.
Sore itu dihabiskannya dengan mendengarkan keluhan-keluhan yang seakan
tak ada habisnya. Semua orang kelihatannya tak puas dan tak bahagia. Belun lagi setumpuk
kertas yang harus dibaca. Tumpukan itu menggunung di mejanya. Itu adalah


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terjemahan bahasa Inggris dari berita-berita yang muncul di koran-koran
Rumania sehari sebelumnya. Juga dari majalah-majalah. Hampir semua berita dalam koran Scinteia Tineretului, koran yang paling populer di Rumania,
memberitakan kegiatan Presiden Ionescu dan di setiap halamannya memuat
tiga atau empat gambarnya. Betapa besarnya ego orang itu, pikir Mary.
Ringkasan-ringkasan yang harus dibacanya antara lain dari: Romania Libera, majalah mingguan Flacara, dan Magafinul. Dan itu belum apa-apa. Setumpuk
berita kawat dan ringkasan laporan terakhir mengenai perkembangan situasi di Amerika Serikat telah menanti. Lalu pidato-pidato pejabat-pejabat penting
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Amerika"bukan ringkasan tapi teks-teks utuh, lalu laporan-laporan tebal
tentang negosiasi perjanjian militer, dan laporan perkembangan ekonomi
Amerika Serikat yang mutakhir.
Yang harus kubaca sehari ini seharusnya cukup untuk membuatku sibuk
setahun penuh, pikir Mary. Padahal aku harus menelan semua ini setiap pagi.
Tapi yang paling merisaukan Mary adalah adanya pertentangan di antara
para stafnya. Inilah yang harus segera ditanganinya.
Dipanggilnya Harriet Kruger, Kepaia Protokol Kedutaan.
"Berapa lama sudah Anda bekerja di Kedutaan?" tanya Mary.
"Empat tahun sebeium hubungan kita dengan Rumania terputus, dan tiga bulan yang luar biasa sampai saat ini." Ada ironi dalam nada suaranya.
"Anda tak suka di sini?"
"Saya ini seperti McDonald, dan saya ini gadis yang dilahirkan di Coney Island. Seperti dalam lagu itu, Tunjukkan Padaku Jalan Pulang ke Rumah."
"Bisakah kita membicarakan sesuatu yang off-the-record"
"Tidak bisa, Madam."
Mary hampir lupa. "Mengapa kita tidak menggunakan Bubble Room saja"
usulnya. Ketika Mary dan Harriet Kruger telah duduk di Bubble Room, dan pintu berat itu telah tertutup rapat, Mary berkata, "Sesuatu baru saja kusadari. Pertemuan kita tadi dilakukan di Ruang Konferensi. Apakah itu disadap?"
"Mungkin saja," Kruger menjawab dengan riang. "Tapi itu tak jadi soal. Mike Slade tak akan membiarkan sesuatu didiskusikan jika hal itu tidak boleh
didengar pemerintah Rumania." Mike Slade lagi.
"Bagaimana pendapat Anda tentang Mike Slade?"
"Dia yang paling baik."
Mary memutuskan untuk tidak mengatakan bagaimana pendapatnya
tentang pria itu. "Saya memanggil Anda karena saya merasa bahwa moral staf kedutaan kita benar-benar jelek. Semua orang mengeluh. Tak ada yang
nampak puas atau senang. Yang ingin saya ketahui, adakah itu karena
kedatangan saya, ataukah memang biasa begitu sejak dulu?"
Harriet Kruger menatapnya beberapa saat. "Anda ingin jawaban yang jujur?"
"Ya." "Kombinasi keduanya. Orang Amerika yang bekerja di sini seperti
dipanggang dalam panci tekan. Kami sering melanggar aturan-aturan umum, dan kami menghadapi masalah besar. Kami takut berkawan dengan orang-orang Rumania, takut kalau-kalau kawan kita tiba-tiba mengaku atau ternyata anggota Securitate, jadi kami hanya bergaul dengan orang Amerika saja.
Karena jumlahnya sedikit, tentu saja kami jadi cepat bosan dan pergaulan
kami menjadi tidak sehat." Dia mengangkat bahu. "Gaji kami kecil, makanan di sini memuakkan, dan cuacanya juga jelek."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia menatap Mary, mengamati reaksinya. "Itu semua bukan kesalahan
Anda, Madam Ambasador. Anda punya dua masalah: yang pertama, Anda
adalah diplomat yang diangkat secara politis, demi kepentingan politik,
padahal Anda harus membawahi staf yang terdiri dari para diplomat karier
yang sudah berpengalaman." Dia berhenti. "Apakah kata-kata saya terlalu kasar?"
"Tidak, teruskan."
"Sebagian besar dari mereka malah sudah menentang Anda sebelum Anda
tiba di sini. Para diplomat karier dalam suatu kedutaan cenderung untuk
membiarkan kapal berlayar dengan tenang. Tapi, diplomat yang dipilih karena alasan politis, biasanya suka mengubah segala-galanya. Bagi mereka, Anda
hanyalah seorang amatir yang mencoba menggurui para profesional. Masalah
kedua adalah kenyataan bahwa Anda seorang wanita. Seharusnya orang
Rumania menambahkan satu simbol lagi pada bendera mereka: babi jantan
yang chauvinis. Staf pria di kedutaan ini takkan suka mendapat perintah dari seorang wanita, dan orang Rumania bahkan lebih buruk"
"Saya mengerti."
Harriet Kruger tersenyum. "Tapi Anda punya agen publikasi yang luar biasa.
Belum pernah saya melihat seseorang yang begitu sering muncul di cover
majalah. Bagaimana Anda melakukannya?"
Mary tak punya jawaban untuk itu.
Harriet Kruger melirik jamnya. "Oh! Anda akan terlambat. Florian siap mengantarkan Anda pulang untuk berganti pakaian."
"Berganti pakaian untuk apa?" tanya Mary.
"Tidakkah Anda melihat jadwal acara Anda yang saya letakkan di meja
Anda?" "Maaf, saya tidak sempat. Jangan katakan bahwa seharusnya saya siap
untuk menghadiri satu acara jamuan makan malam."
"Satu" Ada tiga untuk malam ini. Minggu ini Anda harus menghadiri dua puluh satu undangan makan malam."
Mary terbelalak menatapnya. "Tidak mungkin. Banyak yang harus saya..."
"Sesuai dengan jumlah kedutaan yang ada di sini. Ada tujuh puluh lima kedutaan di Bucharest, dan setiap malam ada saja kedutaan yang merayakan
sesuatu." "Bolehkah saya menolak?"
"Itu berarti Amerika Serikat menolak mereka. Mereka akan merasa terhina."
Mary mengeluh. "Sebaiknya saya cepat pulang dan berganti pakaian."
Pesta koktil senja itu diadakan di Istana Kenegaraan Rumania, untuk
menghormati tamu terhormat dari Jerman Timur.
Begitu Mary tiba, Presiden Ionescu menyambutnya dan mencium tangannya.
Katanya, "Saya sudah menanti-nantikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan Anda."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, Yang Mulia. Saya juga."
Perasaannya mengatakan, pria itu mabuk. Diingatnya dokumen rahasia
tentang Ionescu: Menikah. Satu anak laki-laki, empat belas tahun, pewaris keluarga, dan tiga anak perempuan. Tipe mata keranjang. Peminum.
Berpandangan picik seperti petani. Bisa berpenampilan menarik kalau mau.
Murah hatipada kawan-kawannya. Berbahaya dan kejam pada musubmusuhnya. Mary berpikir: Seorang pria yang harus dihadapi dengan sikap
waspada. Ionescu menggandeng Mary dan mengajaknya ke sebuah sudut yang
terpencil. "Anda akan menemukan bahwa kami, bangsa Rumania, adalah
bangsa yang menarik." Diremasnya tangan Mary. "Kami ini bangsa yang penuh gairah."
Dipandanginya Mary, menantikan bagaimana reaksinya. Ketika Mary tak
menanggapi, dilanjutkannya, "Kami keturunan suku Dacia yang kuno, juga keturunan penakluk mereka, bangsa Rum, yang sejarahnya berawal di tahun
106. Selama berabad-abad, kami ini menjadi pintu gerbang Eropa. Sebuah
negeri dengan batas wilayah yang selalu berubah-ubah. Orang-orang Hun,
Goth, Avar, Slavia, dan. Mongol pernah menjejakkan kaki mereka di tanah
kami, tapi bangsa Rumania selalu berhasil bertahan. Apa sebabnya?"
Kini dicondongkannya tubuhnya ke depan, hingga Mary bisa mencium bau
minuman keras yang keluar dari mulutnya. "Karena rakyat kami mempunyai pemerintah yang kuat dan tegas. Mereka percaya pada saya, dan saya
memerintah mereka dengan baik."
Mary teringat akan cerita-cerita yang didengarnya. Penangkapan di tengah
malam, pengadilan tak resmi yang sewenang-wenang, kekejaman, dan orangorang yang menghilang yang tak dapat ditemukan.
Sementara Ionescu terus bicara, Mary memandang lewat bahunya, ke arah
para tamu yang memenuhi ruangan. Sekurang-kurangnya ada dua ratus, dan
Mary yakin, mereka semua pasti mewakili berbagai kedutaan yang ada di
Rumania. Dia harus segera menemui mereka. Sekilas dia telah mempelajari
jadwal acaranya yang disusun Harriet Kruger dan menemukan satu hal
menarik, yaitu bahwa salah satu tugas pertama yang harus segera
dilaksanakannya adalah mengadakan kunjungan resmi ke kedutaan-kedutaan
lain"tujuh puluh lima kedutaan. Itu masih ditambah undangan koktil dan
jamuan makan malam"bisa tiga dalam semalam"yang penuh menantinya
selama enam malam dalam seminggu.
Kapan aku bisa punya waktu untuk menjadi seorang duta besar Mary
merenung. Bahkan ketika dia memikirkannya, dia pun sadar bahwa itu semua
sebenarnya merupakan bagian tugas seorang duta besar.
Seorang pria datang mendekat dan membisikkan sesuatu ke telinga
Presiden Ionescu. Ekspresi wajah Ionescu langsung berubah jadi dingin. Dia mendesis dan mengatakan sesuatu dalam bahasa Rumania. Pria itu
mengangguk dan cepat-cepat menyingkir. Sang Diktator berpaling pada Mary, mencoba merayunya lagi. "Saya terpaksa meninggalkan Anda sekarang. Tapi, saya berharap kita bisa segera bertemu kembali." Dan Ionescu
meninggalkannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
19 Supaya tidak ketinggalan, Mary mengawali hari-harinya yang sibuk dengan
menyuruh Florian menjemputnya pukul 6.30. Dalam perjalanan menuju
Kedutaan Amerika, dia membaca laporan-laporan dan komunike dari
kedutaan-kedutaan lain yang diantarkan ke kediaman resminya setiap malam.
Ketika Mary melangkah sepanjang koridor dan melewati kantor Mike Slade,
dia berhenti karena kaget. Pria itu telah duduk di belakang mejanya, sedang sibuk bekerja. Dia belum bercukur. Mary menduga, pria itu telah bekerja
sepanjang malam. "Anda pagi sekali," kata Mary.
Mike Slade mendongak. "Pagi. Saya ingin berbicara dengan Anda."
"Baikiah." Mary melangkah masuk.
"Tidak di sini. Di kantor Anda."
Mike mengikuti Mary ke kantornya, lewat pintu penghubung kantor mereka.
Mary memandangnya ketika Mike melangkah ke sudut ruangan dan
menunjukkan suatu alat. "Ini mesin penghancur kertas," katanya memberi tahu Mary.
"Saya tahu." "Oh, ya" Ketika Anda meninggalkan ruangan ini semalam, Anda
meninggalkan beberapa surat di atas meja Anda. Sekarang, kertas-kertas itu telah difoto dan hasilnya dikirim ke Moskow."
"Ya, Tuhan! Saya pasti lupa. Surat-surat apa itu?"
"Daftar kosmetik, bon kertas toilet, dan daftar belanjaan barang-barang yang biasa dibeli kaum wanita. Tapi bukan itu masalahnya. Wanita yang
bertugas membersihkan ruangan adalah agen Securitate. Orang Rumania
selalu mencari informasi apa pun yang bisa mereka peroleh, dan mereka suka sekali merangkai-rangkaikan segala hal. Pelajaran pertama: setiap malam,
semua dokumen berharga harus aman terkunci dalam lemari besi Anda, atau
dihancurkan." "Apa pelajaran kedua?" tanya Mary dingin.
Mike Slade menyeringai. "Duta Besar harus mengawali hari kerjanya dengan minum kopi bersama DCM-nya"Deputy Chief of Mission. Bagaimana kopi Anda
biasanya?" Mary tak pernah ingin minum kopi bersama bajingan tengik yang sombong
itu. "Saya"tanpa gula tanpa campuran."
"Bagus. Anda harus menjaga penampilan Anda di sini. Makanan di sini bisa membuat Anda gemuk." Dia bangkit dan berjalan ke pintu yang
menghubungkan kantor Mary dengan kantornya. "Saya biasa menyeduh
sendiri. Anda pasti akan menyukainya."
Mary tetap duduk, merasa jengkel dan marah pada pria itu. Aku harus batihati menghadapinya, Mary memutuskan. Aku akan segera mendepaknya ke
luar, secepat mungkin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mike Slade kembali sambil membawa dua cangkir kopi yang panas
mengepui. Diletakkannya cangkir-cangkir itu di meja Mary.
"Bagaimana saya bisa mendaftarkan Beth dan Tim untuk masuk ke sekolah Amerika di sini?"
"Sudah saya atur. Florian akan mengantarkan mereka pagi-pagi, dan
sorenya menjemput." Mary tergagap. "Te"terima kasih."
"Anda harus mengunjungi sekolah itu begitu sempat. Sekolah itu tidak besar, muridnya hanya kira-kira seratus. Satu kelas isinya delapan atau
sembilan. Mereka berasal dari seluruh dunia "Kanada, Israel, Nigeria"mana saja. Guru-gurunya hebat."
"Saya akan mampir ke sana."
Mike menghirup kopinya. "Saya dengar Anda semalam asyik mengobrol
dengan pemimpin kita yang mengerikan."
"Presiden Ionescu" Ya. Nampaknya dia cukup menyenangkan."
"Oh, dia memang menyenangkan. Dia pria yang tampan asalkan tidak
dikecewakan oleh seseorang. Orang yang berani membuatnya berang akan
kehilangan kepalanya."
Mary berkata gugup, "Tidakkah sebaiknya kita berbicara di Bubble Room?"
"Tidak perlu. Saya sudah membersihkan kantor Anda dari alat penyadap
pagi ini. Bersih dan aman. Tapi, Anda harus waspada jika tukang sapu dan
para petugas pembersih telah datang. Ngomong-ngomong, jangan biarkan diri Anda terjebak oleh daya tarik Ionescu. Dia itu serigala berbulu domba. Setan yang amat licik. Rakyatnya membencinya, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Polisi rahasia ada di mana-mana. Kejamnya gabungan antara KGB dan polisi rahasia mana pun. Perbandingannya, satu di antara tiga orang di sini bekerja untuk Securitate atau KGB. Orang-orang Rumania dilarang bergaul dengan orang
asing. Jika seorang asing ingin diundang makan oleh orang Rumania, dia harus mendapat izin dari Departemen Luar Negeri."
Mary merinding. "Seorang Rumania bisa ditangkap gara-gara menulis petisi, mengkritik pemerintah, membuat graffiti..."
Mary telah berkali-kali membaca di koran dan di majalah-majalah tentang
kehidupan yang serba terkekang di sebuah negara komunis, tapi benar-benar hidup di tengah keadaan seperti itu, membuatnya merasa bahwa segala
sesuatu itu bukanlah kenyataan yang sebenarnya.
"Mereka kan punya lembaga pengadilan," kata Mary.
"Oh, mereka toh harus mengadakan pengadilan sekali waktu, dengan
mengundang reporter-reporter dari Barat. Pengadilan yang sudah diatur. Tapi, kebanyakan orang yang ditangkap mati atau corat-coret di dinding di tempat-tempat umum menjadi cacat dalam tahanan polisi. Ada banyak gulag di
Rumania, tapi kita takkan diizinkan melihatnya. Ada di daerah Delta, dan di sekitar muara Sungai Donau, di repi Laut Hitam. Saya pernah berbincangTiraikasih Website http://kangzusi.com/
bincang dengan orang-orang yang pernah ke sana. Keadaan di sana sungguh
mengerikan." "Dan mereka takkan bisa melarikan diri," kata Mary sambil berpikir keras.
"Di sebelah timur ada Laut Hitam, di sebelah selatan ada Bulgaria, dan di perbatasan-perbatasan lain ada Yugoslavia, Hungaria, dan Cekoslovakia.
Negeri ini tepat berada di tengah-tengah Tirai Besi."
"Pernahkah Anda mendengar sesuatu yang disebut Typewriter Decree"
"Belum." "Itu gagasan Ionescu yang terbaru. Dia memerintahkan supaya setiap mesin tik dan mesin fotocopy di negeri ini didaftarkan. Begitu didaftarkan, langsung disitanya. Sekarang Ionescu mengontral semua informasi yang disebarluaskan.
Tambah kopinya?" "Tidak, terima kasih."
"Ionescu memeras rakyatnya habis-habisan. Rakyat tak berani mogok
karena mereka tahu akan ditembak bila mogok. Standar hidup di sini adalah yang paling rendah di seluruh Eropa. Semua serba kurang. Jika seseorang
melihat ada antrian panjang di depan sebuah toko, tanpa berpikir dia akan ikut antri juga, dan membeli apa saja yang masih bisa dibeli"
"Bagi saya," kata Mary perlahan, "semua itu justru memberi kesempatan lebih luas kepada kita untuk membantu mereka."
Mike Slade memandangnya. "Ya, tentu," katanya datar. "Anda luar biasa."
Sore itu, ketika Mary sedang meneliti kawat-kawat yang baru masuk dari
Washington, pikirannya melayang pada Mike Slade. Pria itu sungguh aneh.
Angkuh dan kasar, tapi juga: Saya sudah atur sekoiah anak-anak Anda. Florian akan mengantarkan mereka setiap pagi dan menjemput setiap sore. Dan
kelihatannya dia begitu menaruh perhatian pada rakyat Rumania dan
kesulitan-kesulitan mereka. Mungkin pribadinya lebih kompleks daripada yang kuduga, Mary menyimpulkan. Aku tetap tak mempercayainya.
Secara kebetulan Mary tahu tentang rapat yang diadakan tanpa
sepengetahuannya. Dia meninggalkan kantornya untuk makan siang dengan
Menteri Pertanian Rumania. Ketika dia tiba di Departemen Pertanian, Menteri Pertanian ternyata sedang dipanggil Presiden. Mary lalu memutuskan untuk
makan siang sambil bekerja. Dia berkata pada sekretarisnya, "Katakan pada Lucas Janklow, David Wallace, dan Eddie Maltz, saya ingin menemui mereka."
Dorothy Stone ragu-ragu. "Mereka ada di Ruang Konferensi, Madam."
Ada nada mengelak atau menyembunyikan sesuatu dalam suaranva. "Di
Ruang Konferensi dengan siapa?"
Dorothy Stone menghela napas. "Bersama konsul-konsul yang lain."
Sejenak Mary terpana, sebelum menyadari apa artinya itu. "Anda katakan mereka sedang meng-adakan rapat tanpa saya?"
"Ya, Madam Ambasador."
Ini sebuah penghinaan! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya yakin ini pasti bukan yang pertama kali!"
"Benar, Madam."
"Apa lagi yang terjadi di sini yang seharusnya saya ketahui tapi tidak saya ketahui?"
Dorothy Stone mengambil napas dalam-dalam. "Mereka semua mengirimkan kawat tanpa izin Anda, tanpa persetujuan Anda."
Lupakan revolusi yang akan meletus di Rumania, pikir Mary. Di sinilah
revolusi itu terjadi, di Kedutaan Amerika. "Dorothy, siapkan rapat lengkap kepaia staf untuk jam tiga nanti, Semua harus hadir".
"Baik Madam" Mary duduk di kepala meja, memperhatikan stafnya memasuki ruangan satu
persatu. Anggota-anggota senior langsung duduk di depan meja, sedangkan
yang masih junior memilih duduk di deretan kursi sepanjang dinding.
"Selamat sore" kata Mary singkat. "Saya tak akan menyita waktu Anda sekalian yang sangat berharga. Saya tahu betapa sibuknya Anda sekalian.
Telah saya perhatikan bahwa rapat staf senior telah dilangsungkan beberapa kali tanpa sepengetahuan dan tanpa seizin saya. Sejak saat ini, siapa pun yang menghadiri rapat-rapat semacam itu akan langsung dipecat."
Dengan sudut matanya Mary melihat Dorothy sibuk mencatat. "Juga telah saya perhatikan bahwa beberapa di antara Anda ada yang mengirim kawat
tanpa memberi tahu saya. Menurut tatacara Departemen Luar Negeri, setiap
duta besar "pria atau wanita " berhak mengangkat dan memecat stafnya,
sesuai dengan kebijaksanaannya."
Mary berpaling pada Ted Thompson, Konsul Pertanian. "Kemarin Anda
mengirim kawat yang tidak sah ke Departemen Luar Negeri. Saya sudah
memesan tiket pesawat untuk Anda besok siang, langsung ke Washington.
Anda tak lagi menjadi staf Kedutaan Amerika di sini."
Mary memandang berkeliling. "Siapa saja, yang berani mengirim kawat
tanpa sepengetahuan saya atau tanpa memberi keterangan kepada saya, akan
segera diterbangkan ke Amerika Serikat. Cukup sekian, Tuan-tuan sekalian."
Mendadak sunyi. Kemudian, pelan-pelan, mereka bangkit dan meninggalkan
ruangan itu. Mike Slade meninggalkan ruangan dengan ekspresi yang sulit
ditebak. Mary dan Dorothy tinggal berdua dalam ruangan itu. Mary berkata,
"Bagaimana pendapatmu?"
Dorothy menyeringai. "Rapi, tapi tidak terlalu mendetil. Rapat staf yang paling efektif dan singkat yang pernah saya hadiri."
"Bagus. Sekarang kita harus memberi penerangan ke kantor pengiriman
kawat." Semua berita yang dikirim dari kedutaan-kedutaan di Eropa Timur dikirim
dalam bentuk kode. Berita itu diketik dengan mesin tik khusus, dibaca dengan scanner elektronik di ruang kode, dan secara otomatis diberi kode di sana.
Kode-kode tersebut diubah setiap hari, dan punya lima klasiflkasil; Sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rahasia; Rahasia; Konfidensial; Terbatas untuk Keperluan Resmi; dan Tanpa Klasifrkasi. Kantor pengiriman kawat itu diberi terali besi, dilengkapi dengan ruang belakang tanpa jendela yang penuh dengan alat-alat elektronik
mutakhir. Ruangan itu dijaga ketat.
Sandy Palance, pejabat yang sedang bertugas, duduk di ruang pengiriman,


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di balik kawat pemisah. Dia berdiri ketika melihat Mary mendekat. "Selamat sore, Madam Ambasador. Ada yang bisa saya bantu?"
"Tidak, Sayalah yang akan membantu Anda."
Wajah Palance memancarkan kebingungan.
"Anda telah mengirimkan kawat-kawat tanpa tanda-tangan saya. Itu berarti kawat-kawat yang tidak sah."
Tiba-tiba dia membela diri. "Well, konsul-konsul itu bilang..."
"Selanjutnya, jika Anda menerima perintah untuk mengirimkan kawat tanpa tanda-tangan saya, segera kirim kawat itu ke kantor saya. Langsung!
Mengerti?" Suaranya sedingin baja.
Palance berkata dalam hati: Ya, ampun! Mereka telah salah
memperhitungkan wanita ini. "Ya, Madam. Saya mengerti."
"Bagus." Mary berpaling dan pergi. Dia tahu, kantor pengiriman kawat itu sering
digunakan oleh agen-agen CIA untuk mengirim berita lewat apa yang disebut
"saluran hitam". Dalam hal itu, dia tak bisa berbuat apa-apa. Berapa orang stafku yang sesungguhnya agen-agen CIA Mary menduga-duga. Dan Mary
yakin Mike Slade tak mengatakan yang sebenarnya. Dia punya perasaan, pria itu membohonginya.
Malam itu, Mary membuat catatan tentang apa saja yang terjadi hari itu,
dan menandai masalah-masalah yang harus segera ditanganinya.
Diletakkannya catatan itu di samping tempat tidurnya, di atas sebuah meja kecil.
Paginya, dia mandi seperti biasa. Setelah rapi berpakaian, dia mengambil
catatannya. Ternyata sudah digeser. Anda boleh yakin, baik gedung Kedutaan maupun kediaman resmi pasti telah disadap. Mary berdiri sejenak, berpikir.
Waktu sarapan, ketika dia, Tim, dan Beth hanya bertiga di ruang makan,
Mary berkata keras-keras, "Orang Rumania sesungguhnya orang yang hebat.
Tapi Mama punya perasaan, dalam beberapa hal mereka jauh ketinggalan dari Amerika Serikat. Kalian tahu, beberapa apartemen tempat tinggal staf
kedutaan kita tak punya alar pemanas, airnya tak mengalir, dan toiletnya
macet." Beth dan Tim memandangnya bingung.
"Mama kira sebaiknya kita ajarkan pada mereka bagaimana caranya
memperbaiki hal-hal itu."
Esok paginya, Jerry Davis melaporkan, "Saya tak tahu bagaimana Anda
melakukannya, tapi kemarin telah datang pekerja-pekerja untuk memperbaiki apartemen kami."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary tersenyum. "Anda hanya harus bicara sopan pada mereka."
Di akhir sebuah rapat staf, Mike Siade berkata, "Anda harus mengadakan kunjungan resmi ke berbagai kedutaan. Lebih baik Anda mulai hari ini juga."
Mary membenci caranya bicara. Lagi pula itu bukan urusan Mike Slade.
Harriet Kruger-lah yang menjadi kepaia protokoi, dan hari ini dia sedang tugas luar.
Mike melanjutkan. "Sebaiknya Anda urutkan berdasarkan prioritas. Yang paling penting..."
".... adalah Kedutaan Rusia. Saya tahu."
"Saya nasihatkan agar Anda..."
"Tuan Slade... jika saya membutuhkan nasihat Anda akan tugas-tugas saya
di sini, saya akan memanggil anda"
Mike mengembuskan napas. "Baiklah." Dia bangkit. "Terserah Anda, Madam Ambasador."
Setelah kunjungannya ke Kedutaan Rusia, sepanjang hari yang tersisa harus dijalani Mary dengan menjawab beberapa wawancara, seorang senator dari
New York ingin tahu informasi dari dalam tentang orang-orang yang ingin
minta suaka politik, lalu dia harus menemui, Konsul Pertanian yang baru.
Ketika Mary beranjak meninggalkan kantornya, Dorothy meneleponnya.
"Ada telepon penting untuk Anda, Madam Ambasador. James Stickley, dari Washington."
Mary mengangkat telepon. "Halo, Tuan Stickley."
Suara Stickley terdengar galak dan penuh amarah. "Bisakah Anda
menjelaskan apa yang Anda lakukan baru-baru ini?"
"Saya... saya tak mengerti maksud Anda."
"Tentu saja. Menteri Luar Negeri baru saja menerima protes resmi dari Duta Besar Gabon tentang tingkah-laku Anda."
"Tunggu!" jawab Mary. "Pasti ada kekeliruan. Saya bahkan belum pernah bicara dengan Duta Besar Gabon."
"Memang," bentak Stickley. "Tapi Anda telah bicara dengan Duta Besar Rusia."
"Well... ya. Saya mengadakan kunjungan resmi ke sana tadi pagi."
"Tidakkah Anda sadar bahwa kedutaan-kedutaan asing harus menanti giliran sesuai dengan tanggai penyerahan surat kepercayaan duta besar mereka?"
"Ya, tapi..." "Harap Anda ketahui, di Rumania, Kedutaan Gabon selalu dinomor-satukan, dan Kedutaan Estonia yang terakhir, dan di antara keduanya ada sekitar tujuh puluh kedutaan. Ada pertanyaan?"
"Tidak, Tuan Stickley. Maafkan saya kalau saya..."
"Harap hal ini tidak terulang lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Mike Slade mendengar kabar itu, dia datang ke kantor Mary. "Saya sudah mencoba memberi tahu Anda."
"Tuan Slade..."
"Hal-hal seperti ini selalu dianggap masalah serius di lingkungan dunia diplomatik. Pernah, di tahun 1661 pengawal-pengawal Duta Besar Spanyol di London menyerang kereta kuda Duta Besar Prancis, membunuh pengawalnya
yang berkuda, mencederai kusirnya, dan menebas putus lutut dua ekor kuda
penarik kereta tersebut "hanya supaya kereta Duta Besar Spanyol bisa tiba lebih dulu di Istana. Saran saya, kirimkan surat permintaan maaf ke Kedutaan Gabon,"
Mary tahu hidangan apa yang menantinya dalam jamuan makan malam
nanti. Gagak hitam, Mary merasa terganggu oleh komentar-komentar yang dilontarkan
mengenai kemunculannya bersama anak-anak di hampir segala bentuk
terbitan di dunia. "Bahkan Pravda pun memuat artikel tentang Anda."
Tengah malam Mary menelepon Stanton Rogers"dia pasti baru saja datang
ke kantornya. Dia segera mendapat jawaban. "Apa kabar, Duta Besar
favoritku?" "Aku baik-baik saja. Bagaimana kau, Stan?"
"Kecuali jadwal kerja yang empat puluh delapan jam sehari, aku tak layak mengeluh lagi. Pokoknya aku menikmati setiap menit hari-hari kerjaku.
Bagaimana kau" Ada masalah yang bisa kubantu?"
"Sebenarnya tidak bisa disebut masalah. Aku hanya ingin tahu." Mary berhenti, ragu-ragu. Dicobanya mencari kalimat yang tepat, sehingga Stanton tidak akan salah menangkap maksudnya. "Kukira kau juga telah melihat fotoku bersama anak-anak di terbitan Pravda minggu lalu?"
"Ya. Hebat sekali!" seru Stanton Rogers. "Kita akhirnya bisa menembus benteng mereka."
"Apakah duta besar-duta besar lain juga mendapat publisitas sebanyak yang kuperoleh?"
"Tentu saja tidak. Tapi Bos telah memutuskan untuk bekerja habis-habisan demi kau, Mary. Kau sebagai tombol kematian, atau sebagai lambang bahwa
seseorang harus mengakui kesalahannya dengan rendah hati tapi bisa juga
diartikan "gunjingan" atau caci-maki
adalah apa yang kami sebur contoh teladan. Presiden Ellison berharap dapat menampilkan citra Amerika yang bersih, yang menawan, sebagai lawan dari
apa yang selama ini dikenal dengan istilah the ugly American. Kami telah
susah-payah menemukan itu dalam dirimu dan kini kami ingin
menunjukkannya pada dunia. Kami ingin dunia melihat yang terbaik dari
negeri kita." "Saya... saya merasa terbuai."
"Teruslah bekerja sebaik-baiknya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka masih terus mengobrol selama beberapa menit, sebelum hubungan
diputuskan. Jadi Presiden sendiri yang berdiri di balik layar, pikir Mary. Tak heran kalau dia berhasil menggerakkan publikasi yang luar biasa.
Bagian dalam Penjara Ivan Stelion lebih menyeramkan dari bagian luarnya.
Koridor-koridornya amat sempit, dicat kelabu kusam. Di lantai bawah, sel-sel yang berterali besi hitam penuh sesak, dan di atas, di sepanjang "jembatan"
berdiri penjaga-penjaga berseragam yang dipersenjatai dengan senapan
otomatis. Bau busuk memuakkan menguap dari sel-sel yang penuh sesak itu.
Seorang penjaga mengantarkan Mary ke ruang tunggu kecil, di belakang
penjara itu. "Dia ada di dalam. Anda punya waktu sepuluh menit."
"Terima kasih." Mary melangkah masuk dan pintu tertutup di belakangnya.
Hannah Murphy duduk di depan sebuah meja kecil yang sudah kusam dan
penuh goresan. Tangannya diborgol, dan dia mengenakan seragam tahanan.
Eddie Maltz bilang gadis itu cantik, mahasiswi, dan umurnya sembilan belas tahun. Tapi gadis itu nampak sepuluh tahun lebih tua. Wajahnya pucat dan
cekung, dan matanya merah serta bengkak. Rambutnya tak disisir.
"Hai," sapa Mary. "Aku Duta Besar Amerika."
Hannah Murphy memandangnya dan mulai menangis tersedu-sedu"
kehilangan kontrol diri. Mary memeluk gadis itu dan menenangkannva. "Sssh! Semua pasti beres."
"T-tidak," keluh gadis itu. "Hukuman saya akan dijatuhkan minggu depan.
Lebih baik saya mati daripada harus tinggal lima tahun di sini. Lebih baik saya mati saja!"
Mary melepaskan pelukannya. "Nah, katakan bagaimana terjadinya."
Hannah Murphy menarik napas dalam-dalam, dan setelah diam sejenak dia
berkata, "Saya bertemu laki-laki itu"orang Rumania"dan saya sedang
kesepian. Dia sangat baik dan memperlakukan saya dengan manis. Kami
bercinta. Seorang kawan memberi sejumlah mariyuana. Kami"saya dan pria
itu" mengisapnya, lalu kami main cinta lagi. Akhirnya saya tertidur. Ketika saya terbangun, dia sudah pergi, tapi saya telah dikepung polisi. Saya masih telanjang. Polisi-polisi itu menyuruh saya berpakaian di depan mereka, lalu melemparkan saya ke dalam neraka ini."
Digelengkannya kepaianya dengan putus asa. "Kata mereka lima tahun."
"Tidak, kalau aku bisa membantumu."
Mary teringat kata-kata Lucas Janklow ketika dia akan berangkat ke penjara ini tadi. "Tak ada yang dapat Anda lakukan untuknya, Madam Ambasador.
Kami semua telah berusaha keras sebeiumnya. Lima tahun itu standar minimal untuk orang asing. Jika dia gadis Rumania, mungkin hukumannya malah akan
seumur hidup." Kini Mary memandang Hannah Murphy dan berkata, "Akan kulakukan apa
yang bisa kulakukan untuk menolongmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary telah mempelajari laporan resmi dari kepolisian mengenai
penangkapan Hannah Murphy. Laporan itu ditandatangani Kapten Aurel
Istrase, Kepala Securitate. Isinya singkat dan tak menjelaskan apa-apa,
kecuali kenyataan bahwa gadis itulah yang bersalah.
Aku harus menemukan cara lain, pikir Mary. Aurel Istrase. Nama itu seperti pernah dikenalnya. Mary teringat akan dokumen rahasia yang diberikan James Stickley padanya di Washington dulu. Ada sesuatu mengenai Kapten Istrase di sana, Sesuatu tentang... Mary ingat persis itu.
Mary mengatur pertemuan dengan Kapten Istrase keesokan harinya.
"Anda membuang-buang waktu," kata Mike Slade terus-terang. "Istrase itu bagaikan gunung. Kokoh dan tak mungkin digoyahkan,"
Aurel Istrase bertubuh pendek, kulitnya gelap, dan wajahnya penuh parut
bekas luka. Kepaianya botak berkilat dan giginya berkarat. Di awal kariernya, seseorang meninju hidungnya hingga patah, dan tak pernah bisa pulih benar.
Istrase datang ke Kedutaan Amerika memenuhi undangan Mary. Dia ingin
tahu, apa maunya Duta Besar Amerika yang baru itu.
"Anda ingin bicara dengan saya, Madam Ambasador?"
"Ya. Terima kasih karena Anda bersedia datang kemari. Saya ingin
mendiskusikan kasus Hannah Murphy."
"Ah, ya. Si pengedar obat bius. Di Rumania, kami punya hukum yang ketat untuk para pengedar obat bius. Mereka harus masuk penjara."
"Bagus sekali," kata Mary. "Saya senang mendengarnya. Saya berharap, kami, di Amerika, punya hukum yang lebih ketat untuk pengedar obat bius,"
Istrase memandangnya, bingung. "Jadi Anda setuju dengan pendapat saya?"
"Sepenuhnya. Siapa pun yang mengedarkan obat bius harus dimasukkan ke penjara, Hannah Murphy, bagaimanapun, tidak mengedarkan obat bius. Dia
hanya menawarkan sejumlah mariyuana kepada kekasihnya."
"Itu sama saja. Jika..."
"Tidak sama, Kapten. Kekasihnya adalah seorang letnan polisi, polisi Rumania. Dia juga mengisap mariyuana. Apakah dia sudah dihukum?"
"Mengapa dia harus dihukum" Dia hanya ingin mendapatkan bukti untuk
suatu tindakan kriminal."
"Letnan Anda itu punya tiga anak dan satu istri?"
Dahi Kapten Istrase berkerut. "Ya. Gadis Amerika itu yang memancingnya ke tempat tidur."
"Kapten... Hannah Murphy baru sembilan belas, sementara letnan Anda itu sudah empat puluh lima. Jadi, siapa memancing siapa?"
"Umur tak ada hubungannya dengan masalah ini," kata Kapten Istrase keras kepaia.
"Apakah istri letnan itu tahu tentang skandal suaminya?"
Kapten Istrase terbelalak memndangnya. "Mengapa dia harus tahu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebab, bagi saya, kasus ini nampaknya memang sebuah perangkap yang
sengaja disiapkan. Saya kira, sebaiknya kita publikasikan saja. Pers
internasional pasti akan tertarik."
"Tidak mungkin. Itu tidak bisa," katanya.
Mary mengeluarkan kartu as-nya. "Sebab letnan itu adalah menantu Anda?"
"Tentu saja bukan.'" seru Kapten Istrase marah. "Saya hanya ingin hukum dilaksanakan sebaik-baiknya."
"Saya juga," kata Mary meyakinkan pria itu.
Menurut dokumen James Stickley, menantu Kapten Istrase itu punya
keahlian untuk membujuk dan mempengaruhi turis-turis muda"laki-laki atau
perempuan"mengajak mereka tidur, memberi informasi tentang pasar-pasar
gelap tempat obat bius diperdagangkan, dan kemudian menangkap mereka.
Mary menawarkan jalan damai, "Menurut saya, putri Anda sebaiknya tidak usah tahu apa yang diperbuat suaminya. Saya kira lebih baik bagi siapa saja, bagi pihak Anda dan pihak kami, jika Anda keluarkan Hannah Murphy diam-diam dari penjara, dan saya akan langsung menerbangkannya ke Amerika
Serikat. Bagaimana pendapat Anda, Kapten?"
Dia duduk diam, sibuk berpikir. "Anda seorang wanita yang amat menarik, Madam," katanya akhirnya.
"Terima kasih. Anda pun pria yang sangat menarik. Saya harap Miss Murphy bisa diantarkan ke kantor saya sore ini. Dan saya akan mengatur agar dia bisa ikut terbang flight pertama keluar Bucharest."
Istrase mengangkat bahu. "Saya akan gunakan sedikit kekuasaan yang saya punya."
"Saya yakin Anda akan bersedia, Kapten Istrase. Terima kasih."
Keesokan paginya, Hannah Murphy telah terbang ke Amerika Serikat.
"Bagaimana Anda melakukannya?" tanya Mike Slade tidak percaya.
"Saya menuruti nasihat Anda. Saya membuatnya terpesona."
20 Hari pertama ketika Tim dan Beth masuk sekolah, Mary mendapat telepon
pukul lima pagi dari Kedutaan, memberitahukan bahwa NIACT "night action
cable"berita kawat tengah malam telah masuk dan membutuhkan jawaban
segera. Itu adalah awal dari hari yang panjang dan amat sibuk. Ketika Mary sampai di rumah kembali, hari sudah lewat pukul tujuh malam. Tim dan Beth sudah menunggunya.
"Well," kata. Mary, "bagaimana sekoiah kalian?"
"Aku suka," jawab Beth. "Apa Mama tahu, muridnya berasal dari dua puluh dua negara" Ada anak laki-Iaki Itali yang tampan dan dia terus-menerus
memandangku sepanjang jam pelajaran. Sekolah itu benar-benar hebat."
"Laboratoriumnya juga asyik," tambah Tim. "Besok pagi kami akan belajar mencincang katak-katak Rumania."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi aneh juga rasanya," kata Beth. "Mereka semua bicara Inggris dengan aksen yang lucu."
"Ingatlah," Mary menasihati anak-anaknya, "jika ada murid yang bicara Inggris dengan aksen asing, itu berarti dia menguasai sekurang-kurangnya
satu bahasa lain"lebih banyak dari kalian. Well, Mama senang kalian tidak mendapat kesulitan di sekolah."
Beth berkata, "Memang. Mike menjaga kami."
"Siapa?" "Tuan Slade. Dia bilang, kami boleh memanggilnya Mike."
"Apa urusan dia dengan sekoiah kalian?"
"Dia tidak cerita sama Mama" Dia menjemput kami dan mengantar kami ke sekolah. Kami dikenalkannya dengan guru-guru di sana. Dia kenal semua guru di sana."
"Dia juga kenal murid-murid di sana," kata Tim. "Dia kenalkan kami pada mereka. Semua orang senang padanya. Dia laki-laki hebat."
Terlalu, hebat, pikir Mary.
Keesokan harinya, ketika Mike datang ke kantornya, Mary berkata, "Terima kasih, Anda telah mengantarkan Beth dan Tim ke sekolah."
Pria itu mengangguk. "Bagi anak-anak tidak mudah untuk menyesuaikan diri di negeri asing. Mereka anak-anak yang baik."
Apakah pria itu punya anak" Mary tiba-tiba menyadari, betapa sedikitnya
yang diketahuinya tentang kehidupan pribadi Mike Slade. Mungkin lebih baik begini, pikirnya. Dia ingin benar melihatku gagal.
Dan Mary ingin benar berhasil.
Hari Sabtu sore Mary mengajak anak-anaknya ke Diplomatic Club yang
bersifat pribadi, tempat masyarakat dipiomatik berkumpul, mengobrol, dan
tukar-menukar gosip. Ketika Mary memandang ke seberang patio, dilihatnya Mike Slade sedang
minum bersama seorang wanita, dan ketika wanita itu menoleh, Mary terkejut melihat bahwa dia adalah Dorothy Stone. Mary merasa shock. Rasanya seperti sekretarisnya sendiri yang bersekongkol dengan pihak musuh. Sejauh mana
hubungan Dorothy dengan Mike Slade" Aku harus hati-hati. Aku tak boleh
mempercayai Dorothy sepenuhnya, pikir Mary. Atau siapa saja.
Harriet Kruger sedang duduk sendirian. Mary mendekatinya. "Bolehkah saya menemani Anda?"
"Saya akan senang sekali." Harriet mengeluarkan rokok Amerika. "Mau rokok?"
"Terima kasih. Saya tidak merokok."
"Orang tak bisa hidup tanpa rokok di negeri ini," kata Harriet.
"Saya tidak mengerti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Rokok Kent membuat ekonomi berjalan lancar. Maksud saya... secara
harfiah memang begitu. Jika Anda ingin diperiksa dokter"Anda harus
menyogok perawat dengan sebungkus rokok. Jika Anda mau beli daging dari
tukang daging, butuh jasa montir untuk membetulkan mobil Anda, tukang
listrik untuk membetulkan lampu-lampu"Anda harus menyogok mereka
dengan rokok. Saya punya kawan orang Itali yang harus dioperasi. Dia harus menyogok perawat agar mau menyediakan pisau bedah yang baru, lalu juga
perawat-perawat yang lain, supaya dia mendapat perban yang bersih setelah operasi selesai, kalau tidak, lukanya hanya akan dibalut dengan pembalut
kumal dan kotor." "Tapi mengapa...?"
Harriet Kruger berkata, "Negara ini kekurangan pembalut dan alat-alat medis lainnya. Keadaannya sama saja di negeri-negeri Blok Timur. Di Jerman Timur, bulan lalu, terjadi wabah keracunan makanan. Mereka terpaksa
mendatangkan antiserum dari Barat."
"Dan rakyat tak punya saluran untuk menyampaikan keluhan," kata Mary.
"Oh, mereka punya juga. Apakah Anda belum pernah dengar tentang Bula?"
"Belum." "Dia tokoh mistik Rumania yang biasa digunakan untuk menghilangkan
ketegangan. Ada cerita tentang antrian panjang di depan toko tukang daging, dan antrian itu hampir-hampir tidak bergerak maju. Setelah antri lima jam, Bula jadi marah dan berkata, 'Aku mau pergi ke istana dan mencincang
Ionescu!' Dua jam kemudian, dia kembali ke antrian itu dan kawan-kawannya bertanya, 'Apa yang terjadi"kau telah membunuhnya"' Bula menjawab,
'Belum. Yang antri di sana lebih banyak lagi.'"
Mary tertawa. Harriet Kruger berkata, "Anda tahu, apa yang paling laku dijual di pasar gelap di sini" Kaset video kita."
"Mereka suka melihat film-film kita?"
"Tidak"mereka lebih tertarik melihat siaran iklan. Semua barang yang bagi kita sudah biasa "mesin cuci, pengisap debu, mobil, dan televisi" barang-barang yang tak mungkin mereka jangkau. Mereka terpesona melihatnya.
Tapi, begitu filmnya mulai lagi, mereka langsung pergi ke kamar kecil."
Mary menoleh tepat ketika Mike Slade dan Dorothy Stone meninggalkan
ruangan. Mary menebak-nebak, akan ke mana mereka"
Ketika sampai di rumah di tengah malam, setelah menghabiskan satu hari
yang sibuk di Kedutaan, apa yang diinginkan Mary adalah mandi, berganti
pakaian, dan melupakan hari itu. Di Kedutaan setiap menit adalah kesibukan yang bertumpuk-tumpuk, dan dia seperti tak pernah punya waktu untuk
dirinya sendiri. Tapi, kini pun dia sadar, keadaan di kediaman resmi sama saja.
Ke mana pun Mary melangkah, ada saja pembantu atau pelayan yang
memergoki atau membuntutinya. Dan Mary merasa, mereka semua terusmenerus memata-matainya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suatu malam dia turun jam dua dan pergi ke dapur. Ketika Mary membuka
lemari es, didengarnya Suara di belakangnya. Dia berpaling dan lihatnya Mihai, kepaia pelayan, masih dalam piyamanya, dan Rosica, dan Delia dan Carmen
berdiri di sana. "Ada yang bisa saya bantu, Madam?" tanya Mihai.
"Tidak," jawab Mary. "Saya hanya ingin makan sesuatu!"


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cosma, kepala koki, datang dan berkata dengan nada tersinggung, "Madam Ambasador cukup mengatakan apa yang ingin Anda makan dan saya yang
akan menyiapkannya."
Mereka semua memandangnya dengan pandangan mencela.
Mary berkata, "Saya rasa saya tidak terlalu lapar. Terima kasih." Dan berlari kembali ke kamarnya.
Esok paginya diceritakannya pengalamannya itu pada anak-anaknya. "Kalian tahu, Mama merasa seperti seorang istri kedua dalam kisah Rebecca."
"Rebecca apa?" tanya Beth.
"Sebuah buku yang bagus yang harus kaubaca suatu saat kelak."
Ketika Mary masuk ke kantornya, didapatinya Mike Slade telah
menunggunya. "Ada anak sakit yang sebaiknya Anda tengok," katanya.
Diantarkannya Mary ke sebuah kantor sempit di ujung koridor. Di kursi
duduk seorang serdadu marinir yang masih muda. Wajahnya seputih kapas,
dan dia mengerang-erang kesakitan.
"Apa yang terjadi?" tanya Mary. "Dugaan saya, radang usus buntu."
"Kalau begitu sebaiknya segera kita kirim kerumah sakit."
Mike berpaling padanya. "Tidak di sini."
"Apa maksud Anda?"
"Dia harus diterbangkan ke Roma atau ke Zurich."
"Itu tidak masuk akal," bentaknya. Direndahkannya suaranya, supaya serdadu itu tidak bisa mendengar. "Tidakkah Anda lihat betapa parah
sakitnya?" "Masuk akal atau tidak masuk akal, tapi, tak seorang pun dari Kedutaan Amerika boleh dirawat di sebuah rumah sakit di negeri Tirai Besi."
"Tapi, mengapa...?"
"Sebab dengan begitu kita mudah diserang. Kita lalu berada di bawah belas kasihan pemerintah Rumania dan Securitate. Mereka bisa membius kita
dengan ether atau menyuntikkan scopolamine"dan memerah segala macam
informasi dari kita. Ini sudah peraturan Departemen Luar Negeri"kita harus menerbangkannya ke luar."
"Mengapa Kedutaan Amerika tak punya dokter?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebab kita ini termasuk kedutaan yang diberi kategori C. Dengan demikian kita tak punya anggaran khusus untuk menggaji dokter sendiri. Tiga bulan
sekali ada dokter Amerika yang diterbangkan ke sini, tapi untuk kasus-kasus ringan, kita cukup ditangani oleh ahli farmasi." Mike melangkah ke sebuah meja dan mengambil sehelai kertas. "Tandatangani saja, dan dia akan
langsung saya kirim. Saya sudah memesan pesawat khusus untuknya."
"Baiklah." Mary menandatangani surat itu. Dia mendekati serdadu muda itu dan memegang tangannya. "Kau akan segera sembuh," katanya lembut. "Pasti sembuh."
Dua jam kemudian, serdadu marinir itu telah terbang ke Zurich.
Esok paginya ketika Mary bertanya pada Mike bagaimana nasib si serdadu
marinir itu, Mike cuma mengangkat bahu. "Mereka telah mengoperasi dia,"
katanya sambil lalu. "Dia baik-baik saja."
Betapa dinginnya sikapnya, pikir Mary. Pernahkah hatinya tersentuh
21 Tak peduli betapa paginya pun Mary sampai ke kantornya, Mike selalu telah ada di sana menunggunya. Di pesta-pesta diplomatik dia jarang kelihatan, dan Mary merasa bahwa pria itu pandai mencari hiburan sendiri bila malam tiba.
Mike selalu penuh kejutan. Suatu sore Mary mengizinkan Florian
mengantarkan Beth dan Tim untuk main ski di Floreasca Park. Mary
meninggalkan kantornya lebih awal, untuk bergabung dengan mereka, dan
ketika. tiba di sana, dilihatnya Mike Slade sedang asyik main ski bersama anak-anaknya. Mereka bertiga nampaknya menikmati betul acara sore itu.
Dengan telaten Mike mengajarkan bagaimana membuat angka delapan. Aku
harus memperingatkan anak-anak agar hati-hati terhadapnya, pikir Mary. Tapi Mary tak tahu, bagaimana caranya mengingatkan anak-anak itu.
Keesokan harinya ketika Mary tiba di kantornya, Mike masuk lewat pintu
penghubung. "Dua jam lagi datang sebuah codel. Saya kira..."
"Codel?" "Istilah diplomatik untuk delegasi kongres. Empat senator bersama istri dan ajudan masing-masing. Mereka berharap dapat bertemu dengan Anda. Saya
sudah mengatur perjanjian pertemuan dengan Presiden Ionescu dan menyuruh
Harriet agar mengatur acara wisata dan acara belanja para nyonya."
"Terima kasih."
"Mau kopi buatan saya?"
"Ya." Mary memandanginya ketika pria itu pergi ke kantornya sendiri, lewat pintu penghubung. Laki-laki aneh. Kasar dan tak tahu sopan-santun. Tapi, sangat sabar dan telaten meladeni Beth dan Tim.
Ketika pria itu kembali sambil membawa dua cangkir kopi, Mary bertanya,
"Apakah Anda punya anak?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertanyaan itu mengejutkan Mike Slade. "Dua, laki-laki."
"Di mana...?" "Mereka disandera bekas istri saya." Dengan sengaja dia lalu mengalihkan pembicaraan. "Mari kita lihat bagaimana rencana kita mengenai pertemuan dengan Ionescu nanti."
Kopi itu enak. Kelak Mary akan ingat bahwa pada hari itulah dia menyadari bahwa acara minum kopi bersama Mike Slade telah menjadi semacam ritus
yang selalu mereka lakukan setiap pagi.
Angel menjemput gadis itu suatu malam di La Boca, di tepi pantai. Si gadis sedang berdiri bersama puta-puta yang lain, mengenakan blus ketat dan rok jeans yang dipotong pendek-pendek dan memperlihatkan pahanya yang
mulus. Umurnya mungkin belum ada lima belas. Tidak cantik, tapi itu tidak menjadi masalah bagi Angel.
"Va'monos, querida. Kita akan saling menghibur."
Gadis itu tinggal di sebuah apartemen murahan di sekitar situ, terdiri dari satu kamar tidur yang kotor, berisi satu tempat tidur, dua kursi, satu lampu, dan keranjang sampah.
"buka bajumu, estrelita. Aku ingin menikmati tubuh teianjangmu."
Gadis itu ragu-ragu. Sesuatu dalam diri Angel membuatnya takut. Tapi hari itu adalah salah satu hari sialnya, padahal dia harus membawa pulang uang untuk Pepe, kalau tidak dia akan dipukuli. Pelan-pelan dilepasnya pakaiannya satu per satu.
Angel berdiri memperhatikan. Mula-mula blus-nya, lalu jeans itu. Di balik itu, si gadis tak mengenakan apa-apa. Tubuhnya pucat dan kurus.
"Jangan copot sepatumu. Kemari dan berlututlah di sini." Gadis itu menurut.
"Nah, sekarang lakukan apa yang kuperintahkan."
Gadis itu mendengarkan, mendongak dengan mata memancarkan
ketakutan. "Saya belum pernah me..."
Angel menendang kepalanya. Gadis itu terjungkal, mengerang. Angel
menjambak rambutnya dan ke tempat tidur. Ketika gadis itu mulai menjeritjerit, Angel meninju wajahnya keras-keras. Dia mengerang lagi.
"Bagus," kata Angel. "Aku suka mendengar eranganmu."
Sebuah tinju yang keras menghantam hidung gadis itu, dan membuat tulang
hidungnya patah. Tiga puluh menit kemudian, ketika Angel sudah puas, gadis itu terbaring tak sadarkan diri di atas tempat tidur.
Angel tersenyum kejam melihat tubuh yang rusak itu dan melemparkan
beberapa pesos ke atasnya. "Gracias."
Sedapat mungkin Mary selalu menghabiskan waktu luangnya bersama anakanaknya. Mereka suka berjalan-jalan. Banyak museum dan gereja-gereja kuno yang mereka kunjungi, tapi bagi anak-anak yang paling menarik adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tamasya ke Brasov, ke kastil Dracula, di jantung Pegunungan Transylvania, seratus mil dari Bucharest.
"Count Dracula sesungguhnya seorang Pangeran," Florian menerangkan ketika mobil mulai mendaki. "Pangeran Vlad Tepes. Dia pahlawan besar yang berhasil mengusir bangsa Turki."
"Kukira sukanya hanya mengisap darah dan membunuh orang," kata Tim.
Florian mengangguk. "Ya. Sayangnya, sesudah perang kekuasaan Vlad yang besar membuatnya besar kepaia. Dia menjadi diktator dan suka menghukum
musuh-musuhnya dengan menusuk tubuh mereka untuk dipertontonkan
kepada rakyat. Legenda itu terus berkembang. Ada yang bilang dia itu
vampir"suka mengisap darah manusia. Seorang penulis Irlandia, Bram
Stoker, mengarang buku berdasarkan legenda itu, lengkap dengan bumbubumbunya. Buku yang tolol, tapi bagus pengaruhnya untuk turisme."
Kastil dalam kisah karangan Bram terbuat dan batu, tinggi, dan dibangun di puncak gunung. Mereka kecapekan ketika sampai di kastil, sesudah mendaki
tangga batu yang curam. Mereka masuk ke sebuah ruangan berlangit-langit
rendah, tempat menyimpan senapan dan senjata-senjata kuno.
"Di sinilah Count Dracula membunuh korbannya dan mengisap darah
mereka," kata pemandu wisata dengan suara seram seperti berasal dari dalam kubur.
Ruangan itu lembab dan seram. Sarang labah-labah tiba-tiba melekat di
wajah Tim. "Aku tak takut pada apa pun," katanya pada ibunya, "tapi keluar saja, yuk."
Satu minggu sekali sebuah pesawat militer America, Air Force C-130,
mendarat di sebuah lapangan terbang kecil di pinggiran kota Bucharest.
Pesawat itu penuh dengan muatan bahan makanan dan barang-barang yang
tak mungkin bisa diperoleh di Bucharest, yang dipesan oleh pegawai-pegawai Kedutaan Amerika lewat pangkalan militer di Frankfurt.
Suatu pagi, ketika Mary dan Mike Slade sedang menikmati kopi pagi
mereka, Mike berkata, "Pesawat perbekalan kita mendarat hari ini. Maukah Anda pergi ke sana bersama saya?"
Mary hampir saja mengatakan tidak. Banyak tugas yang harus
diselesaikannya dan tawaran itu sepertinya hanya tawaran iseng saja. Namun begitu, Mike Slade bukanlah orang yang suka membuang-buang waktu. Rasa
ingin tahunya membuatnya menjawab, "Baiklah."
Mereka berkendaraan ke lapangan terbang itu, dan sepanjang jalan
mendiskusikan berbagai masalah yang harus ditangani. Percakapan itu
dilaksanakan dalam suasana resmi dan dingin.
Sampai di lapangan terbang, seorang serdadu marinir mengangkat palang
gerbang dan membiarkan Limousine itu lewat. Sepuluh menit kemudian
pesawat C-130 mendarat. Di balik pagar kawat yang membatasi lapangan terbang, beratus-ratus
orang Rumania memperhatikan mereka. Mereka memandang dengan
pandangan kelaparan, ketika awak pesawat mulai menurunkan muatan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa orang-orang itu kemari?"
"Untuk bermimpi. Mereka ingin menonton barang-barang yang tak mungkin mereka miliki. Mereka tahu, kita mendapat kiriman daging dan sabun dan
minyak wangi. Selalu ada saja kerumunan orang Rumania jika pesawat itu
mendarat. Seperti sebuah telegraf bawah tanah yang misterius."
Mary menandang wajah-wajah kelaparan di baiik pagar kawat itu. "Sulit dipercaya."
"Pesawat itu bagaikan simboi bagi mereka. Bukan hanya muatannya"tapi pesawat itu menjadi simbol dari suatu negara yang pemerintahnya memikirkan kepentingan rakyatnya."
Mary berpaling menatap Mike Slade. "Mengapa Anda membawa saya
kemari?" "Sebab saya tak ingin Anda terpesona oleh omongan Presiden Ionescu.
Inilah Rumania yang sebenarnya."
Setiap pagi kalau berangkat ke kantornya, Mary selalu melihat antrian
panjang orang-orang Rumania di depan gerbang kedutaan. Mereka ingin
menghadap ke kantor konsul. Dulu dianggapnya mereka orang-orang yang
punya masalah sepele, yang mengharapkan seorang konsul bisa
menyelesaikannya. Tapi pagi itu, dia pergi ke jendeia untuk bisa lebih
memperhatikan, dan ekspresi yang dilihatnya di wajah orang-orang itu
membuatnya terpana dan langsung pergi ke kantor Mike. "Siapa orang-orang yang antri di luar itu?"
Tikam Samurai 27 Si Badung Jadi Pahlawan Karya Enid Blyton Cintaku Selalu Padamu 1

Cari Blog Ini