Ceritasilat Novel Online

Northanger Abbey 1

Northanger Abbey Karya Jane Austen Bagian 1


Northanger Abbey Diterjemahkan dari Northanger Abbey, karya Jane Austen
Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Shinta Dewi ? Noura Books, 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang
All rights reserved Penyelaras aksara: Naufal
Penata aksara: CDDC Perancang sampul: Fahmi llmansyah
Tim digitalisasi: Aida Kania lugina
ISBN: 978-602-0989-92-1 Diterbitkan oleh Penerbit Noura Books
{PT Mizan Publika) Anggota IKAPI
Jin. Jagakarsa No. 40 RT 007/RW 04
Jagakarsa, Jakarta Selatan
Telp: 021-78880556, Faks: 021-78880563
E-mail: redaksi@noura.mizan.com
www.nourabooks.co.id E-book ini dldistribusikan oleh:
Mizan Digital Publishing JI. Jagakarsa Raya No. 40, Jakarta Selatan - 12620
Phone.: +62-21-7864547 (Hunting)
Fax.: +62-21-7864272 email: mizandigitalpublishing@mizan.com
Bandung: Telp.: 022-7802288-Jakarta: 021-7874455, 021-78891213,
Faks.: 021-7864272 -Surabaya: Telp.: 031-8281857, 031-60050079,
Faks.: 031-8289318-Pekanbaru: Telp.: 0761-20716, 076129811,
Faks.: 0761-20716- Medan: Telp./Faks.: 061-7360841- Makassar:
Telp./Faks.: 0411-440158 -Yogyakarta: Telp.: 0274-889249, Faks.:
0274-889250- Banjarmasin: Telp.: 0511-3252374
Layanan SMS: Jakarta: 021-92016229, Bandung: 08888280556
FB: Mizan Media Utama I Twitter: @mizanmediautama
,/ u&.I" pun yang pernah melihat Catherine Morland
pada masa kecilnya akan mengira dirinya terlahir untuk menjadi
seorang tokoh utama. Kondisi hidupnya, sifat ayah dan ibunya,
pribadinya dan pembawaan dirinya sendiri, tidak mendukung
semua itu. Ayahnya adalah pendeta, yang tidak miskin, seorang
pria yang sangat dihormati, meskipun namanya Richard
(nama yang cukup pasaran di lnggris-peny.) dan parasnya
tidak tampan. Dia memiliki kekayaan yang besar selain dua
pekerjaan pelayanan yang bagus. Dia bukanlah tipe ayah yang
suka melarang putri-putrinya keluar rumah. Ibu Catherine
adalah wanita bijaksana, yang memiliki sifat baik dan, yang
paling mengagumkan, kesehatan prima. Wanita itu memiliki
tiga putra sebelum Catherine lahir, dan alih-alih meninggal
dunia saat melahirkan Catherine, seperti yang disangkakan
orang lain, wanita itu malah mampu bertahan hidup. Dia tetap
hidup clan melahirkan enam anak lagi, serca melihat mereka
tumbuh berkembang. Wanita itu sendiri tampak sehat-sehat
saia. Keluarga dengan sepuluh anak bisa disebut keluarga
sempurna, jika anak-anak mereka terlihat istimewa. Namun
bagi keluarga Morland, tidak demikian halnya, karena anak?
anak mereka berpenampilan sangat biasa, clan Catherine,
selama ini, terlihat sangat tidak menarik. Tubuhnya kurus,
kulitnya pucat, rambutnya gelap lurus, clan bentuk wajahnya
keras. Tidak ada yang bisa diandalkan dari penampilannya,
clan tidak ada yang istimewa dari cara berpikirnya. Dia sangat
suka semua permainan anak laki-laki, clan jauh lebih menyukai
kriket daripada boneka serca kesenangan masa kecil yang lebih
heroik, misalnya merawat binacang pengerat, memberi makan
burung kenari, atau menyirami bunga mawar. Dia tidak suka
kebun; clan kalaupun dia terlihat memetiki bunga-bunga, ha!
itu lebih karena kenakalannya saja.
Catherine cenderung suka melakukan sesuatu yang justru
dilarang. Kecangkasannya pun terbilang agak aneh. Dia tidak
pernah bisa belajar atau memahami apa pun sebelum diajari.
Sering kali dia kurang memperhatikan, clan kadang bodoh.
Ibunya butuh waktu tiga bulan mengajarinya hanya untuk
mengulang puisi berjudul "Petisi Pengemis", meski akhirnya
adiknya, Sally, yang bisa mengulangi puisi itu lebih baik dari
Catherine. Namun, bukan berarti Catherine selalu bodoh.
Dia mengingat cerita fabel "Si Kelinci clan Teman-temannya"
sama cepatnya dengan anak gadis mana pun di Inggris.
lbunya menginginkan agar putrinya itu belajar musik,
" Jane Austen clan Catherine merasa yakin dirinya
akan menyukainya karena dia sangat suka mendengar bunyi dentingan tuts piano kecil
yang berusia tua. Maka, pada usia delapan tahun mulailah dia
belajar bermain piano. Tapi, setelah belajar selama setahun, dia
tidak sanggup lagi. Mrs. Morland membolehkan Catherine
untuk berhenti belajar bermain piano. Putri-putrinya tidak
dipaksa agar berhasil memainkan musik meskipun hal itu
disebabkan ketidakmampuan atau ketidaksukaan mereka. Hari
ketika guru musiknya pergi menjadi salah satu hari yang paling
membahagiakan dalam hidup Catherine. Kemampuannya
menggambar pun biasa-biasa saja. Setiap kali mendapat sisi
luar surat dari ibunya atau mengambil selembar kertas, dia
menggambar sebisanya, rumah dan pohon, ayam betina dan
anak-anaknya, yang semuanya tampak mirip. Dia diajari
menulis dan berhitung oleh ayahnya,
dan bahasa Prancis oleh ibunya. Kecakapannya di setiap bidang itu tidaklah luar
biasa, dan kapan pun ada kesempatan dia akan melalaikan
pelajarannya. Catherine memiliki karakcer yang benar-benar aneh dan
sulit dipahami. Karena meskipun berperilaku gegabah di usia
sepuluh tahun, Catherine adalah anak yang baik hati, jarang
keras kepala, hampir tidak pernah bertengkar, dan bersikap
baik terhadap adik-adiknya, serta jarang suka memerintah
seenaknya. Selain itu, dia anak yang berisik dan tidak rapi,
yang bend bila dilarang-larang dan tidak suka sesuatu yang
bersih. Tidak ada hal lain yang bisa mengalahkan kecintaannya
berguling-guling di lereng hijau yang terletak di belakang
rumah. Northanger Abbey 1tti. ltulah gambaran sosok Catherine di usia sepuluh tahun.
Saat berusia lima belas, penampilannya membaik. Rambutnya
mulai digulung, dan dia sangat ingin pergi ke pesta dansa.
Corak kulitnya pun berubah membaik. Bentuk wajahnya jadi
lebih lembut dengan pipinya yang berisi dan terlihat lebih
cerah. Pancaran matanya lebih hidup, dan bentuk tubuhnya
jauh lebih baik. Kesukaannya pada sesuatu yang kotor diganti
dengan kegemarannya berdandan. Dia menjadi lebih bersih
dan lebih cerdas. Sekarang dia merasa senang bila mendengar
ayah ibunya memuji perubahan dirinya.
"Catherine tumbuh menjadi gadis yang rupawan. Dia
hampir cantik sekarang." Kata-kata itulah yang kadang
terdengar olehnya, dan kedengarannya sangat menyenangkan!
Bagi seorang gadis yang tampak biasa-biasa saja selama lima
belas tahun pertama dalam hidupnya, terlihat hampir cantik
adalah hal yang lebih menggembirakan daripada pujian yang
diterimanya saat masih bayi.
Mrs. Morland adalah wanita yang sangat baik, dan ingin
melihat anak-anaknya tumbuh besar sebagaimana mestinya.
Tapi, waktunya lebih banyak digunakan untuk melahirkan dan
beristirahat pasca melahirkan serta mengajari anak-anaknya
yang lebih kecil, sehingga putri-putrinya yang lebih besar
dibiarkan berkembang dengan sendirinya. Maka, tidaklah begitu
mengherankan jika Catherine, yang tidak memiliki sesuatu
keistlmewaan pada dirinya sejak lahir, lebih menyukai kriket,
baseball, berkuda, dan berlari mengelilingi desa saat berusia
empat belas tahun ketimbang buku-atau setidaknya buku eeks.
Meski, jika buku-buku itu tidak berisikan pengetahuan yang
" Jane Austen bermanfaat, clan hanya berisi cerita, Catherine sama sekali
tidak pernah menolak membacanya. Namun mulai usia lima
belas sampai tujuh belas tahun, dia dalam proses menjadi
seorang tokoh utama. Semua buku yang perlu dibaca oleh
tokoh utama dibacanya untuk memenuhi memorinya dengan
kutipan-kutipan yang sangat berguna dan amat menenangkan
di kala hidup mereka mengalami perubahan-perubahan yang
pen ting. Dari Pope, dia belajar mencela mereka yang
"membiarkan kesengsaraan. "
Dari Gary, belajar bahwa "Banyak wanita cantik dan berbakatyang tidak akanpernah
dikenal karena tidak ada yang memperhatikannya. "
Dari Thompson, belajar bahwa
"Sangat baik mengajarkan orang-orang muda
untuk menggapai cita-cita setinggi mungkin. "
Dan dari Shakespeare, dia mendapat banyak sekali
pengetahuan, di antaranya, bahwa "Hal-ha/yang tidak penting bagi-mu,
adalah hal-halyang membuat orang lain iri hati,
karena menjadi bukti bahwa kau diberkati Tuhan. "
Northanger Abbey 1tti. Bahwa, "Kematian bukanlah ha!yang sepele.
]ika kau membunuh binatang sekecil serangga sekalipun,
kau sendiri akan merasakan sakitnya. "
Dan bahwa seorang wanita muda yang sedang jatuh cinta
selalu terlihat- "Seperti sebuah simbol Ketabahan
Tersenyum dalam derita."
Sejauh ini perubahan yang dialami Catherine sudah cukup.
Dalam beberapa hal justru perkembangannya sangaclah baik.
Meskipun tidak bisa menulis soneta, dia berusaha membacanya.
Walaupun kelihatannya tidak ada kesempatan baginya untuk
memeriahkan suasana pesta dengan permainan piano hasil
gubahannya sendiri, dia bisa mendengarkan penampilan orang
lain tanpa merasa lelah. Kekurangan terbesarnnya adalah kemampuannya meng?
gunakan pensil. Dia tidak berminat untuk menggambar,
bahkan mencoba membuat sketsa raut wajah kekasihnya
pun tidak. Di situlah kekurangannya untuk menjadi seorang
tokoh utama yang sesungguhnya. Saat ini Catherine belum
mengetahui kekurangannya itu karena dirinya tidak punya
kekasih untuk dilukis. Usianya sudah mencapai tujuh belas,
tapi tidak pernah bertemu dengan seorang pemuda baik yang
mampu membangkitkan kepekaannya, tidak pernah merasa
6 " Jane Austen bersemangat karena jatuh cinta, tidak pernah merasa gembira
karena kagum akan sesuatu.
Aneh sebenarnya! Tapi, hal-hal aneh biasanya bisa dijelaskan jika sebabnya
diketahui. Di lingkungan sekitarnya tidak ada bangsawan,
apalagi seorang baronet. Tidak ada satu keluarga pun di antara
kenalan mereka yang membesarkan dan mengasuh seorang
anak laki-laki yang kebetulan ditemukan di depan pintu rumah
mereka, karena tak pernah ada seorang pemuda pun yang
asal-usulnya tidak diketahui di sekitarnya. Ayah Catherine
tidak punya daerah yang dipimpin, dan tuan tanah di wilayah
sekitar tidak punya anak.
Namun, jika seorang gadis ditakdirkan menjadi tokoh
utama, keadaan tidak mendukung yang menyelimuti keluarga
tidak dapat menghalanginya. Sesuatu pasti dan akan terjadi
untuk mendatangkan seorang pasangan baginya.
Mr. Allen, pemilik tanah di Fullerton, desa di Wiltshire
yang menjadi tern pat tinggal keluarga Morland, diminta pergi
ke Bath untuk mengobati penyakit rematiknya. lstrinya, seorang
wanita yang periang, menyukai Miss Morland. Mungkin
karena menyadari bahwa jika gadis itu tidak akan merasakan
petualangan di desanya, dia harus mencarinya di luar desanya,
maka Mrs. Allen mengajaknya untuk pergi bersama mereka ke
Bath. Mr. dan Mrs. Morland mengizinkannya, dan Catherine
merasa sangat bahagia.[] Northanger Abbey 1tti. .?"?" atas penjelasan sebelumnya tentang
keadaan fisik dan mental Catherine Morland, ketika akan
menghadapi segala kesukaran dan bahaya selama enam
minggu tinggal di Bath, perlu disebutkan kalau-kalau halaman
selanjutnya tidak menjelaskan bagaimana karakter Catherine
yang sesungguhnya, bahwa hatinya penuh kasih sayang.
Sifatnya periang dan terbuka, canpa bersikap sombong acau
dibuat-buat. Sikapnya tidak lagi canggung dan malu-malu.
Pribadinya menyenangkan, dan parasnya cantik. Sebagaimana
gadis tujuh belas tahun pada umumnya, dia lugu dan tidak
tahu banyak hal. Ketika waktu keberangkatan kian dekat, rasa cemas
keibuan Mrs. Morland seharusnya meluap. Firasat buruk
tentang apa yang akan dialami Catherine tercincanya selama
masa perpisahan ini seharusnya membebani hatinya dengan
kesedihan, sehingga membuatnya menangis dalam satu atau
dua hari terakhir kebersamaan mereka. Nasihat yang paling
penting dan praktis tentu harus keluar dari mulut bijak Mrs.
Morland dalarn pertemuan perpisahan mereka di kamar
Catherine. Peringatan terhadap kekerasan para bangsawan
dan baronet yang senang memaksa gadis-gadis muda pergi
ke beberapa rumah petani yang letaknya terpencil, saat itu pasti
sedikit melegakan hatinya yang penuh kekhawatiran. Siapa
yang tidak akan berpikir demikian" Namun, Mrs. Morland
tidak banyak tahu tentang bangsawan dan baronet, sehingga
dia tidak terpikir akan kegemaran mereka bertindak nakal,
dan sama sekali tidak curiga akan bahaya yang mungkin
dihadapi putrinya akibat persekongkolan mereka. Peringatan
yang diberikan Mrs. Morland hanya sebatas pada hal-hal
berikut. "Kumohon, Catherine, selalu tutupi lehermu agar
tetap hangat sewaktu kau keluar dari ruang dansa saat malam.
Dan kuharap kau berusaha tetap mencatat uang yang kau
belanjakan, makanya aku memberimu buku kecil ini."
Sa!Jy, atau yang lebih suka dipanggil Sarah (mengapa gadis
biasa yang akan berumur enam belas tahun tidak mengubah


Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

namanya sebisanya"), pada situasi seperti ini tentu menjadi
teman dekat dan andalan bagi kakak perempuannya. Namun
luar biasanya, dia tidak memaksa Catherine agar menulis surat
setiap waktu atau menuntutnya supaya berjanji menceritakan
sifat teman-teman barunya, atau detail percakapan menarik
yang mungkin muncul di Bath. Dari sisi keluarga Morland,
segala hal terkait perjalanan penting ini dihadapi dengan sikap
Northanger Abbey 1tti. tenang dan tidak berlebihan, yang agak sesuai dengan perasaan
dalam kehidupan biasa, alih-alih perasaan peka yang lemah
lembut, penuh kasih sayang yang mungkin selalu terlihat
ketika seorang tokoh utama berpisah dari keluarganya untuk
kali pertama. Sang ayah sendiri tidak memberikan Catherine
izin untuk mengambil uang berapa pun dari bankirnya, atau
bahkan menyelipkan wesel senilai seratus pound ke tangannya.
Dia hanya memberikan uang saku sepuluh keping guinea dan
berjanji akan menambahkannya jika Catherine memerlukan.
Dengan dukungan seadanya ini, mereka pun berpisah dan
perjalanan dimulai. Perjalanan itu dilalui dengan tenang dan
aman, tanpa ban yak peristiwa. Tidak ada perampok atau angin
ribut yang menyertai mereka, juga tidak ada kejadian yang
membuat kereta mereka terjungkir sehingga mereka bertemu
dengan pria yang menjadi sosok penyelamat. Kekhawatiran
yang muncul hanya sebatas ketakutan Mrs. Allen yang pernah
meninggalkan sepatu kayunya di sebuah losmen, dan unrunglah
hal itu tidak beralasan. Mereka tiba di Bath. Catherine amat gembira. Matanya
diarahkan ke sana kemari, ke sekeliling, begitu mereka
mendekati daerah sekitarnya yang sangat bagus dan menarik
perhatian. Lalu, kereta mereka bergerak menyusuri jalanan
yang mengarahkan mereka ke hotel. Catherine datang ke
tempat ini untuk merasakan kebahagiaan, dan dia bahkan
sudah merasa bahagia. Mereka pun bermalam di tempat penginapan yang
nyaman di Pulteney Street. 10 " Jane Austen Kini acla baiknya memberikan sedikit gambaran ten tang
Mrs. Allen, sehingga pembaca dapat menilai dengan sikap
bagaimana tindakannya kelak cenderung meningkatkan
kesukaran. Dan, bagaimana dia mungkin akan turut menyebabkan Catherine yang malang mengalami penderitaan
menyedihkan yang mengisi bagian-bagian terakhir buku ini?
apakah dengan ketidaksopanan Mrs. Allen, kekasarannya, atau
kecemburuannya-apakah dengan menahan surat-surat yang
tertuju untuk Catherine, merusak karakter gadis itu, atau
mengus1rnya. Mrs. Allen adalah salah satu dari banyak golongan wanita,
yang hanya dapat membuat masyarakat terkejut bila ada pria
yang menyukai mereka sehingga bersedia menikahinya. Dia
tidak cancik, tidak cerdas, tidak berprescasi, ataupun taca krama.
Penampilan yang menampilkan kesan wanica lemah lembuc
dengan sifat yang sangat pendiam dan amat baik hati, serta cara
berpikirnya yang remeh adalah hal-hal yang dapat menjelaskan
mengapa dirinya menjadi pilihan seorang laki-laki cerdas dan
bijaksana, seperti Mr. Allen. Namun di satu sisi, dia menyiapkan
dengan sangat baik ketika akan memperkenalkan seorang gadis
muda kepada publik. Dia senang sekali mengunjungi semua
tempat dan melihat segalanya seperti setiap gadis muda. Dia
sangat tertarik dengan mode. Dia paling senang berdandan
mengesankan; clan cokoh utama kica baru bisa diperkenalkan
kepada masyarakat setelah tiga atau empat
hari dilewatkan dengan mempelajari apa yang umumnya clikenakan, clan
Mrs. Allen dibekali dengan baju mode cerbaru. Catherine
juga membeli barang. Kerika semua urusan ini telah disiapkan,
Northanger Abbey 1tti. tibalah malam penting untuk mengantarkan Catherine ke
dalam Upper Rooms. Rambut Catherine dipotong dan ditata
oleh ahlinya, pakaiannya dipilihkan dengan hati-hati, dan
Mrs. Allen serta pelayannya memastikan penampilan gadis
itu sudah cantik seperti seharusnya. Dengan penuh semangat,
Catherine berharap setidaknya dirinya dapat diterima dengan
baik oleh para tamu pesta. Jika mendapat pujian, dia tentu
akan menerimanya dengan gembira, tapi hal itu tidak terlalu
diharapkannya. Mrs. Allen berdandan sangat lama, sehingga membuat
mereka datang terlambat di ruangan dansa. Pesta dansa kala
iru ramai, dan ruangannya penuh sesak. Kedua wanita itu
berusaha menyelip masuk ke dalam sebisanya. Sementara
Mr. Allen segera pergi ke ruang bermain kartu, membiarkan
mereka menikmati desakan orang banyak. Dengan lebih
memperhatikan keselamatan gaun barunya ketimbang kenyamanan gadis yang berada di bawah lindungannya, Mrs.
Allen melewati kerumunan pria di depan pintu secepatnya
seraya bersikap hati-hati. Namun, Catherine tetap berada
dekat di sisinya dan mengapitkan tangannya terlalu kuat
di bawah tangan Mrs. Allen seolah takut terpisahkan. Yang
sangat mengherankan bagi Catherine, dia melihat bahwa
dengan berjalan masuk ke ruangan sama sekali tidak berarti
mereka terbebas dari kerumunan orang. Kelihatannya justru
keadaannya semakin sesak ketika mereka terus berjalan
masuk; padahal dia sudah membayangkan begiru melewati
pintu, mereka akan mudah menemukan tempat duduk dan
dapat menyaksikan orang-orang yang berdansa dengan sangat
12 " Jane Austen nyaman. Namun, kondisinya sangadah berbeda, dan meskipun
mereka berhasil mencapai lantai atas dengan ketekunan yang
tidak kenal lelah, situasi mereka masih sama. Mereka belum
bisa melihat orang-orang yang berdansa, melainkan hanya
hiasan bulu di kepala beberapa wanita.
Mereka terus berjalan, tapi pemandangan yang didapat
belumlah lebih baik. Dengan terus mengerahkan segenap
tenaga dan kecerdikan, mereka akhirnya sampai di lorong di
belakang bangku tertinggi. Di sini kondisinya tidak sepenuh
di bawah, karenanya Miss Morland dapat melihat dengan jelas
seluruh tamu yang berada di bawahnya, dan semua bahaya
yang tadi ditempuhnya saat melewati mereka. Pemandangannya
sangat indah, clan untuk kali pertama pada malam itu dia
mulai merasa dirinya hadir di sebuah pesta dansa.
Catherine ingin sekali berdansa, tapi tidak ada yang
dikenalnya di ruangan itu. Mrs. Allen berbuat sebisanya dalam
situasi itu dengan mengatakan dalam suara tenang, "Kuharap
kau bisa berdansa, Sayangku. Kuharap kau bisa mendapat
pasangan." Awalnya teman mudanya itu merasa berterima kasih
kepadanya atas harapan-harapan itu, tapi ucapan itu diulang
terus-menerus dan terbukti sama sekali tidak berguna, sehingga
Catherine akhirnya mulai bosan dan tidak lagi menyatakan
terima kasih. Namun, mereka tidak bisa berlama-lama menikmati
kenyamanan yang mereka peroleh dengan susah payah. Semua
orang segera beranjak uncuk menikmati sajian teh, dan mereka
pun harus menyelinap keluar seperti yang lainnya. Catherine
mulai merasa kecewa. Dia lelah terus-menerus berada di tengah
Northanger Abbey 1tti. kerumunan orang, yang secara urnum wajah-wajahnya tidak
rnenunjukkan rasa ketertarikan. Dan, dia sarna sekali tidak
kena1 dengan sernua orang itu, sehingga tidak bisa rnengurangi
kejengkelannya karena tertahan di antara desakan banyak orang
yang saling bercakap dengan orang yang senasib.
Ketika akhirnya sarnpai di ruang minum teh, dia merasakan
situasi yang lebih canggung karena tidak ada kelornpok tarnu
yang bisa didekati, tidak ada kenalan yang bisa rnereka akui,
tidak ada pria yang bisa rnernbantu rnereka. Mereka sarna
sekali tidak rnelihat Mr. Allen; dan setelah rnencari-cari situasi
yang lebih rnenyenangkan di sekitar rnereka dengan sia-sia,
rnereka bersyukur bisa duduk di ujung sebuah rneja, yang
kebanyakan tarnunya sudah rnendapat sajian teh. Tidak ada
yang bisa dilakukan di sana, atau tidak ada orang lain yang
bisa diajak berbincang, kecuali rnereka sendiri.
Begitu mereka duduk, Mrs. Allen rnenyelarnati dirinya
sendiri karena berhasil menjaga gaunnya dari kerusakan. "Kalau
sarnpai gaunnya robek, bukankah itu sangat buruk?" ucapnya.
"Gaun ini berbahan katun yang lembut. Percayalah, aku belum
rnelihat sesuatu yang sangat kusukai di seluruh ruangan."
"Becapa tidak rnenyenangkan," bisik Catherine, "tidak
ada seorang kenalan pun di sini!"
"Ya, Sayang," jawab Mrs. Allen dengan sangat tenang,
"rnernang sangat tidak rnenyenangkan."
"Apa yang harus kita lakukan" Para tarnu di rneja ini
rnelihat seolah rnereka bertanya rnengapa kita ada di sini. Kita
seakan memaksakan diri bergabung dalarn kumpulan rnereka."
14 " Jane Austen "Benar, begitulah. Sangat tidak mengenakkan. Kuharap
kita punya banyak kenalan di sini."
"Andai kita punya kenalan, kita akan mendekatinya."
"Becul sekali, Sayang. Dan jika kica mengenal seseorang,
kita akan segera bergabung dengan mereka. Keluarga Skinner
datang tahun lalu. Andai saja mereka ada di sini sekarang."
"Bukankah lebih baik kica pergi dari sini" Seperci Anda
lihat, di sini tidak ada sajian teh untuk kita."
"Betul, tidak ada lagi. Benar-benar menjengkelkan! Tapi,
kupikir sebaiknya kica cetap duduk karena seseorang bisa
terjatuh dalam kerumunan seperti itu! Bagaimana rambutku,
Sayang" Tadi ada yang mendorongku dan aku khawacir
rambutku berancakan karenanya."
"Tidak, masih terlihat sangat rapi. Tapi, Mrs. Allen yang
baik, Anda yakin tidak ada seorang pun yang Anda kenal di
ancara semua orang ini" Kurasa Anda pasti mengenal seseorang."
"Tidak ada, percayalah. Aku juga berharap begitu. Aku
sangat berharap ada banyak kenalan di sini, clan lalu aku akan
mencarikanmu pasangan. Aku akan senang sekali jika kau bisa
berdansa. Wanita di sana itu terlihat aneh! Aneh sekali gaun
yang dipakainya! Kuno! Lihat bagian belakangnya."
Secelah beberapa lama mereka mendapat tawaran teh
dari salah satu orang yang duduk dekat mereka. Tawaran
itu diterima dengan rasa terima kasih, clan ini mengawali
percakapan basa basi mereka dengan pria yang menawarkan
teh. ltulah satu-satunya saat mereka berbicara dengan orang
Northanger Abbey 1tti. lain selama malam itu, sampai Mr. Allen menghampiri mereka
ketika penampilan dansa berakhir.
"Nah, Miss Morland," kata Mr. Allen. "Kuharap kau
menikmati pesta dansa yang menyenangkan."
"Ya, sangat menyenangkan," jawab Catherine, yang sulit
menyembunyikan kuapan besarnya.
"Kuharap dia bisa berdansa," ucap Mrs. Allen. "Kuharap
kita bisa mendapatkan seorang pasangan untuknya. Tadi
kukatakan aku akan senang kalau keluarga Skinner ada di
sini musim dingin ini dan bukannya musim dingin yang lalu;
atau kalau keluarga Parry hadir, seperti yang pernah mereka
katakan, Catherine mungkin bisa berdansa dengan George
Parry. Sayang sekali dia tidak punya pasangan!"
"Semoga malam berikumya
akan lebih baik," kata Mr.
Allen menghibur. Para tamu mulai membubarkan diri ketika penampilan
dansa berakhir, sehingga ruangannya terasa cukup lengang
bagi tamu yang masih tinggal untuk berjalan dengan sedikit
nyaman. Dan kini saatnya bagi sang tokoh utama, yang belum
memainkan peran pentingnya di
acara malam itu, untuk diperhatikan dan dipuji-puji. Setiap lima menit, dengan
berpindahnya posisi para tamu, makin terbuka kesempatan
bagi orang lain untuk melihat pesonanya. Sekarang Catherine
diperhatikan oleh banyak pemuda yang sebelumnya tidak
berada di dekamya. Meskipun begitu, tidak ada satu pria pun
yang merasa sangat takjub saat melihamya, tidak terdengar
bisikan karena rasa ingin tahu yang besar di ruangan itu,
16 " Jane Austen acau tidak ada yang sekali pun menyebutnya seorang dewi.
Namun, Catherine terlihat sangat cantik. Seandainya para
tamu melihatnya tiga tahun sebelumnya, mereka kini pasti
akan menganggap dia jauh lebih rupawan.
Memang ada yang memperhatikan Catherine dengan
kekaguman; karena dia sendiri yang mendengar ketika dua
pria menyebutnya gadis cantik. Kaca-kata itu langsung memberi
dampak. Catherine seketika berpendapat malam itu lebih
menyenangkan daripada yang dirasakan sebelumnya karena
keangkuhannya yang sederhana terpuaskan. Rasa terima kasih
Catherine pada kedua pemuda itu aras pujian sederhananya ini
lebih besar ketimbang rasa terima kasih seorang cokoh utama
dengan sifat-sifatnya yang sesuai atas lima belas soneta yang
diterimanya sebagai pujian terhadap pesonanya, lalu Catherine
berjalan ke kerecanya dengan perasaan senang, clan sangat puas
dengan perhatian orang-orang kepadanya.[]
Northanger Abbey 1tei. f\:;;u,; " " diisi
mengunjungi toko-toko; dengan kegiatan-kegiatan rutin:
melihac-lihat kota yang baru; dan mendatangi
beberapa bagian pump-room (baca: tempat bersosialisasi), tempat mereka berjalan-jalan selama satu jam,
memperhatikan semua orang di sana tapi tidak berbincang
dengan siapa pun. Mrs. Allen masih sangat berharap punya
banyak kenalan di Bath. Dia terus-menerus mengulanginya


Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setiap kali terbukti, setiap hari, bahwa tidak ada seorang pun
yang dikenalinya. Mereka menghadiri pesta dansa di Lower Rooms, dan di
sini keberuntungan lebih berpihak pada tokoh kita. Pranatacara
memperkenalkan Catherine kepada seorang pemuda yang sangat
santun sebagai pasangannya. Namanya Tilney. Kelihatannya
dia berusia sekitar dua puluh empat atau dua puluh lima
cahun, perawakannya agak tinggi, sikapnya menyenangkan,
pancaran matanya hidup dan tampak sangat cerdas, dan
kalaupun tidak sangat tampan, parasnya terbilang hampir
mendekati sempurna. Cara berbicaranya baik, dan Catherine
merasa sangatlah beruncung. Saat mereka berdansa, tidak ada
kesempatan uncuk berbincang-bincang; tapi ketika mereka
duduk untuk menikmati sajian teh, Catherine menganggap
pria itu menyenangkan seperti yang sudah diduganya. Pria itu
fasih berbicara dan dengan semangat. Terselip kenakalan dan
lelucon menyenangkan dalam caranya yang memikat, meskipun
ha! icu sulit dipaharni oleh Catherine. Secelah berbincang
beberapa lama tencang berbagai topik ringan yang timbul dari
objek-objek di sekitar mereka, pria icu tiba-tiba berbicara pada
Catherine demikian: "Sampai sekarang saya sudah sangat lalai,
Madam, dalam bersikap sopan sebagai pasangan. Saya belum
menanyakan sudah berapa lama Anda berada di Bath; apakah
Anda pernah ke sini sebelumnya; pernahkah Anda pergi ke
Upper Rooms, tearer, dan konser; dan apakah Anda menyukai
semua cempat itu. Saya sudah bersikap sangat tidak sopan.
Tapi, apakah Anda sekarang punya waktu untuk memberikan
kecerangan-keterangan ini" Jika ada wakcu, saya akan langsung
memulainya." "Anda tidak perlu repot-repot, Sir."
"Tidak masalah, percayalah,
Madam." Raut wajahnya diatur hingga memunculkan senyuman, dan suaranya dibuat?
buat agar terdengar lembut. Lalu, dia berkata lagi seraya
tersenyum simpul, "Sudah berapa lama Anda berada di Bath,
Madam?" Northanger Abbey 1tti. "Sekitar semmggu, Sir," jawab Catherine, berusaha
menahan tawa. "Oh ya"!" dengan suara sok terkejut.
"Mengapa Anda harus kaget, Sir?"
"Benar sekali!" katanya, dengan nada suara biasa. "Tapi,
sedikit emosi harus muncul sebagai reaksi dari jawabanmu,
clan terkejut lebih mudah dilakukan serta
sepeni jenis emosi lainnya.
sama pantasnya Nah, ayo kita lanjutkan. Anda
pernah datang ke sini sebelumnya, Madam?"
"Tidak pernah, Sir."
"Sungguh! Sudahkah Anda mendapat kehormatan
menikmati Upper Rooms?"
"Ya, Sir. Saya ke sana Senin lalu."
"Sudahkah pergi ke tearer?"
"Sudah, Sir. Saya menonton pertunjukan teater pada hari
Selasa." "Ke konser?" "Sudah, Sir, pada hari Rabu."
"Dan, apakah Anda sangat senang berada di Bath?"
"Ya, saya sangat menyukainya."
"Sekarang aku harus memberimu senyuman angkuh,
clan setelahnya kita bisa bersikap rasional lagi." Catherine
memalingkan wajahnya, tidak rahu apakah dia berani tertawa.
"Alcu cahu apa pendapatmu tentang diriku," ucap pria itu
dengan nada serius. "Gambaran diriku pasti tidak baik di
dalam buku harianmu besok."
20 " Jane Austen "Buku harianku!"
"Ya, aku tahu betul apa yang akan kau tulis: Hari Jumat,
pergi ke Lower Rooms; mengenakan jubah katunku yang berpola
ranting dengan hiasan biru, dan sepatu hitam terang, tampak
sangat memikat. Tapi, aku digoda oleh seorang pria bodoh
yang aneh. Dia mengajakku berdansa, dan menggangguku
dengan omong kosongnya."
"Sungguh, aku tidak akan menulls seperti itu."
"Bolehkah aku memberitahumu apa yang seharusnya
kau tulis"'' an." "S"J ''Aku berdansa dengan seorang pria muda yang sangat baik,
diperkenalkan oleh Mr. King; aku berbincang lama dengannya,
tampaknya dia sangat genius. Semoga aku bisa mengenalnya
lebih jauh lagi. Begitulah, Madam, yang kuingin agar kau tulis."
"Tapi, bisa jadi, aku tidak punya buku harian."
"Bisa jadi, kau tidak duduk di ruangan ini, dan aku tidak
duduk di sisimu. Kedua ha! ini sama-sama diragukan. Tidak
punya buku harian! Bagaimana sepupumu yang tidak hadir bisa
mengetahui situasi hidupmu di Bath tanpa ada cacacan di buku
harian" Bagaimana tata krama
dan pujian dalam keseharian
diceritakan sebagaimana mestinya, jika tidak dicatat setiap
malam dalam sebuah buku harian" Bagaimana berbagai bajumu
yang kau kenakan diingat, dan riasan wajahmu serta gulungan
rambutmu yang berbeda-beda digambarkan, tanpa adanya
catatan di buku harian" Madam yang baik, aku tidak begitu
bodoh mengenai kebiasaan para gadis muda seperti yang kau
Northanger Abbey 1tti. yakini. Kebiasaan menulis buku harian yang menyenangkan
inilah yang berkontribusi besar dalam membentuk gaya
tulisan santai yang umumnya para wanita dipuji. Semua orang
membenarkan bahwa bakat menulis surat yang baik dimiliki
oleh kaum wanita. Bisa jadi bakat itu alami, tapi kuyakin
bakat itu terutama harus didukung dengan latihan menulis
buku harian." "Aku kadang berpikir," kata Catherine, agak ragu,
"benarkah wanita menulis surat jauh lebih baik daripada pria!
Maksudnya, aku tidak berpendapat bahwa kaum wanita selalu
unggu. "Sejauh penilaianku selama ini, tampaknya gaya menulis
surat yang lazim di antara kaum wanita tidak ada cacatnya,
kecuali dalam tiga ha!."
"Apa saja itu?"
"Kurangnya topik yang umum, sama sekali tidak
memperhatikan tanda baca titik, dan sangat sering mengabaikan
tata bahasa." "Benar-benar! Aku rasanya tidak perlu khawatir menolak
pujian itu. Kau berarti tidak terlalu menghargai kaum wanita."
"Seharusnya aku tidak perlu lagi menyatakan bahwa
pada umumnya wanita menulis surat lebih baik daripada pria,
ketimbang kemampuan mereka menyanyi duet atau melukis
pemandangan yang memang lebih baik. Di setiap kemampuan,
di mana selera menjadi patokannya, pria dan wanita sama?
sama punya keunggulan."
22 " Jane Austen Percakapan mereka disela oleh Mrs. Allen. "Catherine
Sayang," ujarnya, "coba tolong keluarkan peniti ini dari
lenganku. Aku khawatir peniti itu sudah membuat bajuku
berlubang. Aku akan sangat menyesal kalau benar begitu,
karena ini gaun favorit, meski harganya hanya sembilan shilling
semeter. "Tepat seperti dugaan saya,
Madam," kata Mr. Tilney, seraya memperhatikan baju katunnya.
"Kau mengerti katun,
Sir?" "Sangat baik. Saya selalu membeli dasi saya sendiri, dan
terlatih menjadi penilai yang baik. Adik perempuan saya
sering memercayakan saya dalam memilih sebuah gaun. Saya
membelikannya satu gaun lusa kemarin, dan rupanya harganya
terbilang sangat murah menurut setiap wanita yang melihatnya.
Saya membelinya hanya lima shilling per meter, dan bahannya
benar-benar katun India."
Mrs. Allen sangat terkejut dengan bakatnya. "Pria biasanya
sangat tidak memperhatikan hal-hal semacam itu," katanya.
"Aku tidak pernah bisa meminta Mr. Allen untuk membedakan
gaun-gaunku. Kau pasti sangat membantu adik perempuanmu,
. ,, Szr. "Saya harap begitu, "Dan katakan, Sir, Madam." bagaimana menurutmu gaun yang
dipakai Miss Morland?"
"Sangat indah, Madam," ucapnya, sambil mengamati
dengan serius. "Tapi, saya pikir tidak akan tercuci dengan
baik. Khawatirnya nanti akan jadi berjumbai."
Northanger Abbey 1tti. 23
"Kau memang," kata Catherine, tertawa, "sangat-" Dia
nyaris saja berkata "aneh".
"Aku sependapat denganmu, Sir," jawab Mrs. Allen. "Dan,
aku sudah berkata begitu pada Miss Morland sewaktu dia
membelinya." "Tapi, seperci Anda kecahui,
Madam, kacun selaJu ada manfaatnya. Miss Morland akan mendapat cukup bahan untuk
membuat sapucangan, atau topi, atau maneel. Katun cidak akan
pernah terbuang percuma. Saya mendengar adik saya berkata
begitu empat puluh kali, sewakcu dia sedang boros-borosnya
membeli barang lebih dari yang diinginkannya, atau cidak
peduli saac memotong-mocongnya."
"Bath adalah tempat yang mengagumkan, Sir. Ada begitu
banyak coko yang bagus di sini. Sayangnya kami cinggaJ
jauh di pedesaan. Di Salisbury memang ada coko-coko yang
sangat bagus, capi lecaknya jauh sekali. Dua betas kilometer
itu jarak yang panjang. Menurut Mr. AJlen jaraknya empat
belas kilometer, tepat empat belas. Tapi kuyakin jauhnya cidak
lebih dari dua belas kilometer, dan itu sangat melelahkan.
Aku pasti pulang dengan kelelahan. Sementara, di sini jarak
cokonya dekat dan bisa membeli barang daJam Hrna menit."
Mr. Tilney bersikap cukup sopan untuk cerlihat tercarik
dengan ucapan Mrs. Allen, dan mereka tetap membahas
tentang bahan katun sampai dansa berikutnya dimuJai. Kecika
mendengarkan percakapan mereka, Catherine khawatir pria itu
agak terlalu menikmati kelemahan orang lain. "Apa yang kau
pikirkan begitu daJam?" tanya Mr. Tilney, saat mereka berjalan
kembali ke ruang dansa. "Tidak memikirkan pasanganmu,
24 " Jane Austen kuharap, karena dengan menggeleng-gelengkan kepala,
perenunganmu itu tidaklah memuaskan.?
Pipi Catherine merona, dan berkata, "Aku tadi tidak
berpikir apa-apa." "Jelas sekali kau sedang berpikir, tapi aku lebih baik segera
diberi tahu bahwa kau tidak akan menceritakannya."
"Kalau begitu, aku tidak akan menceritakannya."
"Tetima kasih; sejak sekarang kita akan segera berteman
karena aku berhak mengusikmu dengan masalah ini setiap
kali kita bertemu. Dan hal semacam ini akan mendekatkan
hubungan." Mereka berdansa lagi. Dan ketika pertemuan itu berakhir,
mereka berpisah dengan, dari pihak Catherine setidaknya,
keinginan kuat untuk melanjutkan perkenalan itu. Tidak bisa
dipastikan apakah Catherine begitu memikirkan pria itu, selagi
dia meminum anggur hangat dan air mineralnya, ketika dia
bersiap hendak tidur, ataukah dia memimpikan pria itu. Tapi
kuharap mimpi itu hanya muncul sekejap dalarn tidurnya, atau
paling tidak sewaktu tidur-tidur ayam di pagi hari. Karena
sebagaimana dipertahankan seorang penulis terkenal, bahwa
gadis muda mana pun tidak dibenarkan jatuh cinta sebelum
sang pria menyatakan cinta kepadanya; maka jika Catherine
memimpikannya, hal itu sangatlah tidak pantas karena seorang
gadis muda tidak seharusnya memimpikan seorang pria sebelum
pria itu diketahui memimpikan si wanita. Seberapa pantasnya
Mr. Tilney sebagai pengkhayal atau kekasih mungkin belum
terpikir di benak Mr. Allen, tapi dia merasa puas karena Mr.
Northanger Abbey 1tti. 25
Tilney bisa diterima sebagai kenalan biasa bagi gadis muda
yang menjadi tanggung jawabnya. Malam tadi Mr. Allen
sempat berusaha mencari tahu siapa pasangan Catherine, dan
memastikan bahwa Mr. Ttlney adalah seorang pendeta dari
keluarga yang sangat terhormat di Gloucestershire. 0
26 " Jane Austen tZJ?"enggebu-gebu Catherine buru-buru pergi
ke pump-room keesokan harinya, merasa yakin akan bertemu
dengan Mr. Tilney di sana sebelum menjelang siang. Dia siap
menemuinya dengan senyuman, tapi ternyaca senyuman tidak
diperlukan karena Mr. Tilney tidak muncul. Semua orang di
Bath, kecuali Mr. Tilney, terlihat
di ruangan itu pada setiap
waktu kunjungan yang umum disukai. Orang banyak keluar
masuk setiap waktu, menaiki dan menuruni tangga. Orang?
orang yang tidak dipedulikan dan tidak ingin dijumpai siapa
pun. Namun, Mr. Tilney tetap tidak tampak. "Bath tempat
yang sangat menyenangkan," kata Mrs. Allen sewaktu mereka
duduk di dekat jam besar, setelah mereka berjalan-jalan di
ruangan itu sampai kelelahan. "Dan, becapa gembiranya jika
kita punya kenalan di sini."
Perasaan ini diungkapkan begitu seringnya dengan sia?
sia sehingga Mrs. Allen tidak bisa berharap kali ini dia bisa
lebih beruntung. Namun, ada pepatah yang menyatakan, "Kita
akan meraih apa yang dikehendaki jika tidak pernah berputus
asa," seperti halnya "kecekunan yang tiada kenal lelah akan


Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memampukan kita mencapai tujuan kita." Dan, ketekunan Mrs.
Allen yang tidak kenal lelah dalam mengucapkan harapannya
atas satu haJ yang sama setiap hari akhirnya membuahkan hasiJ.
Karena belum sampai sepuluh menit Mrs. A!Jen duduk, seorang
wanita sebayanya yang duduk di sampingnya dan sedari tadi
melihatnya dengan penuh perhatian selama beberapa menit,
menyapanya dengan sikap sangat sopan.
"Sepertinya, Madam, saya tidak salah lagi. Sudah lama
saya tidak melihat Anda, bukankah nama Anda Allen?"
Pertanyaan yang sarna dijawab dengan sigap, dan orang
tak dikenal itu menyebutkan namanya Thorpe; dan Mrs.
Allen segera mengenaU wajah mantan teman karib semasa
sekolah, yang hanya dijumpainya sekaJi sejak mereka sama-sama
menikah, dan itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Mereka
gembira sekali dengan pertemuan ini karena selama lima belas
tahun terakhir, mereka tidak tahu sama sekali tentang kabar
masing-masing. Pujian atas penampilan yang cantik telah
lewat; dan, setelah mengomentari berapa lama waktu telah
ber1a1u sejak terakhir mereka bersarna, betapa mereka tidak
terpikirkan akan bercemu di Bath,
dan betapa senangnya bisa
berjumpa seorang teman lama, mereka mulai menanyakan
dan menceritakan tentang keluarga, saudara perempuan,
dan sepupu. Mereka berbicara secara bersamaan, jauh lebih siap
28 " Jane Austen untuk bercerita daripada mendengarkan, dan masing-masing
tidak menyimak apa yang disampaikan yang lain. Namun,
Mrs. Thorpe punya satu keunggulan sebagai pembicara
dibandingkan Mrs. Allen, yaitu dalam hal anak-anak. Dan
ketika Mrs. Thorpe menguraikan panjang-lebar mengenai bakat
putra-putranya, dan kecantikan putri-putrinya, sewaktu dia
menceritakan situasi dan gambaran mereka yang berbeda?
beda-bahwa John kuliah di Oxford, Edward sekolah di
Merchant Taylors', dan William sedang berlayar--dan mereka
semua lebih disukai dan dihormati di tempatnya masing-masing
daripada di tempat lain, Mrs. Allen tidak punya informasi
yang sama untuk diceritakan, tidak punya keberhasilan serupa
untuk memaksa agar temannya yang seakan tidak percaya
itu mau mendengarkan. Dia terpaksa diam dan kelihatan
menyimak semua curahan hati seorang ibu. Namun, dirinya
terhibur saat mengecahui, dari hasil pengamatan mata tajamnya,
bahwa renda pada jas Mrs. Thorpe tidak seindah renda yang
dikenakannya. "lni mereka putri-putri tersayangku," ucap Mrs. Thorpe
dengan suara keras, seraya menunjuk ke arah tiga wanita yang
terlihat cerdas. Ketiganya bergerak mendekati mereka sambil
bergandengan tangan. "Mrs. Allen yang baik, aku sudah lama
ingin memperkenalkan mereka. Putri-putriku akan senang
sekali bisa bertemu denganmu. Yang perawakannya paling
tinggi adalah Isabella, anak sulungku. Dia gadis yang cantik,
bukan" Putriku yang lain juga sangat mengagumkan, tapi
kuyakin Isabella yang paling cantik."
Northanger Abbey 1tti. 29
Demikianlah ketiga Miss Thorpe diperkenalkan; dan
Miss Morland, yang selama sesaat sempat terlupakan, juga
diperkenalkan. Nama itu tampaknya membuat mereka semua
tercengang, dan setelah berbicara padanya dengan sangat sopan,
gadis tertua berkomentar dengan suara
keras sehingga yang lainnya terdiam, "Betapa miripnya Miss Morland dengan kakak
laki-lakinya!" "Memang sangat mirip!" jerit Mrs. Thorpe--dan ucapan,
"Aku seharusnya segera mengenalinya!" diulangi mereka semua,
sampai dua atau tiga kali. Sejenak Catherine merasa terkejut.
Mrs. Thorpe dan putri-putrinya hampir tidak menceritakan
riwayat pertemuan mereka dengan Mr. James Morland, hingga
akhirnya Catherine teringat bahwa kakak sulungnya baru-baru
ini berhubungan dekat dengan seorang pemuda di sekolahnya,
yang bernama keluargaThorpe; dan bahwa kakaknya itu sempat
menghabiskan minggu terakhir liburan Natal dengan keluarga
Thorpe, di dekat London. Semuanya menjadi jelas. Banyak ucapan ramah disampaikan oleh ketiga Miss Thorpe tentang keinginan
mereka agar bisa mengenal Catherine lebih baik lagi, merasa
sudah menjadi teman melalui hubungan pertemanan kakak?
kakak mereka, dan lain-lain. Catherine mendengarkannya
dengan senang hati, dan menjawabnya dengan semua
ungkapan manis yang bisa diberikan. Dan sebagai bukti
pertama persahabatan, dia segera diminta menerima uluran
tangan si sulung Miss Thorpe, dan berjalan-jalan sebentar
mengitari ruangan bersamanya. Catherine senang kenalannya
di Bath bertambah, dan hampir melupakan Mr. Tilney saat
30 " Jane Austen dia berbincang dengan Miss Thorpe. Persahabacan memang
merupakan obat manjur untuk mengobati pedihnya kisah
cinta yang mengecewakan. Percakapan mereka berkisar tentang topik-topik seperti
baju, pesta dansa, rayu-merayu, dan orang berpenampilan
aneh. Diskusi bebas semacam ini umumnya sangat berguna
dalam menyempurnakan hubungan dekat yang terjalin tiba?
tiba antara dua wanita muda. Namun, Miss Thorpe, karena
usianya lebih tua empat tahun dari Miss Morland dan
setidaknya berpengetahuan lebih baik selama empat tahun,
mampu membahas hal-hal tertentu. Da
i bisa membandingkan pesta dansa di Bath dengan pesta dansa di Tunbridge, mode
di Bath dengan mode di London; dapat membetulkan opini
teman barunya dengan merujuk ke banyak arcikel tentang
pakaian berselera bagus, mampu mengetahui tanda-tanda saling
merayu antara pria dan wanita yang hanya saling tersenyum,
dan menunjukkan satu keanehan di tengah orang banyak.
Kemampuan-kemampuan ini dikagumi oleh Catherine, yang
baginya hal-hal semacam ini sama sekali baru. Rasa hormat
yang dengan sendirinya muncul mungkin akan terlalu besar
untuk hubungan yang akrab, jika bukan karena sikap ceria
Miss Thorpe dan ekspresi senangnya yang sering terlihat akibat
pertemuan ini, melembutkan setiap perasaan kagum sehingga
hanya menyisakan rasa kasih sayang. Hubungan mereka yang
makin dekat tidak cukup diperkuat dengan enam kali berjalan
berputar di dalam pump-room, tapi menuntut, saat mereka
hendak berpisah, agar Miss Thorpe menemani Miss Morland
hingga tiba di depan pintu rumah Mr. Allen. Mereka berpisah
Northanger Abbey 1tei. di sana dengan jabacan tangan yang lama dan penuh kasih
sayang, secelah mengecahui bahwa mereka akan saling bercemu
lagi di ceater malam icu, dan beribadah di kapel yang sama esok
paginya. Catherine kemudian langsung berlari ke lancai acas,
dan memperhacikan langkah Miss Thorpe menyusuri jalanan
dari jendela ruang camu. Dia mengagumi anggunnya cara
berjalan Miss Thorpe, modisnya penampilan dan pakaiannya,
dan merasa bersyukur karena bisa mendapat seorang teman
seperti itu. Mrs. Thorpe adalah seorang janda yang sangat tidak kaya.
i seorang wanita yang periang dan baik hati, serta ibu yang
cerlalu memanjakan. Putri sulungnya sangac cancik dan putri?
putri yang lebih muda, dengan menganggap diri sama cantiknya
dengan kakak perempuan mereka, menirukan sikapnya dan
menyamai gaya berpakaiannya, juga menjadi cerlihac elok.
Keterangan singkat tentang keluarga itu dimaksudkan
sebagai pengganti penjelasan panjang lebar dan terperinci dari
Mrs. Thorpe sendiri, mengenai pengalaman dan penderitaannya
di masa lalu, yang mungkin bisa mengisi tiga atau empat
bab berikutnya. Pada bab-bab itu mungkin juga diceritakan
becapa cidak bergunanya para bangsawan clan pengacara, serca
percakapan-percakapan yang celah berlalu dua puluh tahun,
diulang secara detail.[] 32 " Jane Austen ?"terlalu menyimak jalannya pertunjukan teater
malam itu, karena membalas anggukan dan senyuman Miss
Thorpe. Dan matanya sibuk mencari-cari sosok Mr. Tilney di
setiap ruang duduk VIP sejauh yang bisa dilihacnya, tapi dia
tidak menemukannya. Rupanya Mr. Tilney tidak menyukai
pertunjukan teater apalagi pump-room. Catherine berharap
bisa lebih beruntung keesokan hari. Saat melihat cuaca pagi
hari cerah sesuai dengan harapannya, dia merasa yakin akan
bercemu dengan Mr. Tilney. Karena Minggu yang cerah di
Bath membuat semua penghuninya keluar rumah, dan mereka
terlihat berjalan-jalan dan setiap kali bertemu kenalan mereka
saling mensyukuri betapa indahnya cuaca hari itu.
Begitu kebaktian di gereja selesai, keluarga Thorpe
dan Allen saling bertemu. Setelah cukup lama berada di pumproom hingga merasa makin banyak orang yang datang clan
tidak ada wajah-wajah yang terlihat ramah, mereka pun buru?
buru pergi ke Crescent, untuk menghirup udara segar. Di sini
Catherine dan Isabella, seraya saling bergandengan tangan,
lagi-lagi menikmati manisnya persahabatan dalam percakapan
yang tanpa arah. Mereka berbincang tentang banyak ha! clan
sangat menikmatinya, tapi Catherine merasa kecewa karena
harapannya untuk kembali bertemu pasangannya tidak
terwujud. Sosok Mr. Tilney tidak terlihat
di mana-mana. Upaya menemukannya tidak berbuah hasil, di ruang santai
di pagi hari atau di acara kumpul-kumpul di malam hari.
Dia pun tidak muncul di Upper Room atau Lower Room,
di pesta dansa berkostum mewah atau berkostum biasa. Juga
tidak ada di antara pejalan kaki, penunggang kuda, atau
pengendara kereta beroda dua di pagi hari. Namanya tidak
tercantum di buku tamu pump-room, clan tidak tahu lagi mau
cari ke mana. Dia pasti sudah meninggalkan Bath. Namun,
dia cidak menyebuckan kunjungannya di Bath hanya sebencar!
Kondisi serba misterius ini, yang selalu memikat dalam diri
seorang tokoh utama pria, membuat sosok clan sikap Mr.
Tilney semakin menarik di imajinasi Catherine. Keinginan
Catherine untuk mengenalnya lebih jauh pun semakin besar.
Dari keluarga Thorpe dia tidak bisa mengorek informasi apa
pun, karena mereka baru dua hari berada di Bach sebelum
mereka bertemu dengan Mrs. Allen. Persoalan ini sering dia
ucarakan dengan sahabacnya, clan darinya Catherine mendapat
dukungan penuh uncuk cerus memikirkannya, karenanya kesan
Mr. Tilney dalam khayalan Catherine cidak melemah. Isabella
34 " Jane Austen yakin becul bahwa Mr. Tilney adalah pemuda yang memesona,
dan juga yakin bahwa pria itu pasti merasa senang dengan
Catherine sehingga akan kembali dalam waktu dekat. Dia
makin menyukai pria itu karena berprofesi sebagai pendeta,
"sebab dia harus mengakui dirinya sangat menyukai pekerjaan
itu"; tapi saat dia mengatakannya sempat terdengar suara
keluhan. Mungkin Catherine salah karena tidak mendesak
alasan sahabatnya mengeluh-tapi Catherine memang tidak
cukup berpengalaman dalam urusan cinta, atau hal-hal yang
wajib dalam persahabatan, sehingga tidak mengetahui kapan
bujukan yang halus diperlukan, atau kapan sebuah rahasia
harus dicari tahu dengan paksaan.
Mrs. Allen sekarang merasa sangat bahagia, merasa puas
dengan Bath. Dia sudah menemukan beberapa kenalan, juga
sangat beruntung berjumpa dengan keluarga dari seorang
kawan lama; dan sebagai keberuntungan terakhirnya, dia
melihat mereka sama sekali tidak berpakaian semewah dirinya.
Ucapan yang setiap hari diutarakannya tidak lagi, "Kuharap
kita punya kenalan di Bath!" Tapi berubah menjadi, "Betapa
senangnya aku bisa bertemu dengan Mrs. Thorpe!" Mrs. Allen
ingin sekali mempererat hubungan kedua keluarga ini, seperti
halnya hubungan Catherine dan Isabella. Dia tidak pernah puas
jika harinya tidak banyak dilewatkan bersama Mrs. Thorpe,
dengan cara yang mereka sebut bercakap-cakap. Namun, dalam
percakapan itu jarang sekali terjadi pertukaran pendapat, dan
tidak sering ada kesamaan topik, karena Mrs. Thorpe lebih
banyak bercerita tentang anak-anaknya, sedangkan Mrs. Allen
bicara tentang gaun-gaunnya.
Northanger Abbey 1tti. 35
Persahabatan erat antara Catherine clan Isabella terbilang
cepat seperti awal pertemanan mereka yang sudah terasa hangat.
Dengan cepatnya mereka bersikap begitu perhatian terhadap
satu sama lain, sehingga tidak jelas lagi apakah perhatian itu
diberikan kepada sahabatnya atau dirinya sendiri. Mereka saling
memanggil dengan nama baptis mereka, selalu bergandengan
tangan saat berjalan, saling memenitikan ekor gaun saat hendak
berdansa, clan mengambil posisi bersebelahan di kelompok
dansa. Jika hujan yang turun
di pagi hari menghilangkan
kesempatan mereka untuk bersenang-senang, mereka masih
bisa bertemu tanpa perlu berbasah-basahan clan menjadi
kotor. Mereka diam di rumah clan membaca novel bersama.
Ya, novel. Aku tidak akan menyetujui kebiasaan tidak baik
clan tidak layak yang sangat umum dilakukan oleh kalangan
penulis novel. Mereka meremehkan jenis karya ini dengan
celaan-celaan yang menghina, padahal mereka sendiri terus
memperbanyak jumlah novel yang ada. Mereka bersama musuh
terbesar mereka memberikan julukan yang tidak enak didengar
pada karya-karya semacam ini, clan jarang sekali membiarkan
novel dibaca oleh tokoh utama dalam novel mereka sendiri. Jika
tokoh utama wanita mereka tanpa sengaja mengambil sebuah
novel, mereka pasti membalik-balik halamannya yang tidak
bermutu dengan rasa jijik. Astaga! Apabila tokoh utama wanita
di satu novel tidak didukung oleh tokoh utama wanita di novel
lain, dari siapakah dia dapat mengharapkan perlindungan clan
rasa hormat" Aku tidak bisa menyetujuinya. Abaikan saja para
pengkritik yang mencaci-maki bentuk fantasi semacam itu,
clan setiap novel baru dengan cara penulisan usang yang kini


Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

36 " Jane Austen dikeluhkan banyak orang. Marilah kita saling mendukung
satu sama lain. Kita adalah makhluk yang tidak sempurna.
Meskipun hasil karya kita telah memberikan kesenangan yang
lebih besar dan nyata ketimbang kesenangan yang diberikan
karya sastra lainnya, tidak
ada jenis karangan yang dicela
habis-habisan. Karena harga diri, kurangnya pengetahuan,
atau kebiasaan, musuh kita hampir sebanyak pembaca kita.
Dan sementara kemampuan penulis sadur dalam meringkas
sembilan ratus halaman buku Sejarah lnggris, atau seseorang
yang mengumpulkan dan menerbitkan dalam satu jilid
beberapa lusin kalimat Milton, Pope, dan Prior, dengan s
i i satu edisi dari majalah Spectator, dan satu bab dari Sterne, dipuji?
puji oleh banyak penulis-kelihatannya ada kehendak umum
untuk mencela kapasitas dan merendahkan kerja keras novelis,
serta menghina hasil karya yang hanya punya kejenakaan dan
gaya sebagai ha! yang patut dipuji. "Aku tidak gemar membaca
novel-Aku jarang membuka-buka novel-Jangan kira aku
sering membaca novel-Hal itu sangadah bagus untuk sebuah
novel." Demikianlah ungkapan yang umum diutarakan. "Apa
yang sedang kau baca, Miss-?" "Oh! Hanya novel!" jawab
seorang wanita muda, seraya meletakkan bukunya dengan
sikap acuh tak acuh, atau rasa malu. "Hanya
Camilla, Cecilia, atau atau Belinda"; atau, pendeknya, hanya ada sedikit
karya tulis yang di dalamnya diperlihatkan kekuatan pikiran
yang terbesar, yang di dalamnya pengetahuan paling terperinci
tentang sifat manusia, berbagai penggambaran yang paling
menggembirakan, kejenakaan dan kelucuan yang paling
kreatif, disampaikan ke dunia dalam bahasa terbaik. Nah,
Northanger Abbey 1tti. 37
jika wanita muda yang sama asyik membaca s
i i Spectator, betapa bangganya jika dia membuat buku itu, dan disebutkan
namanya. Meskipun sangat sedikit kemungkinannya wanita
itu sibuk membaca setiap bagian terbitan yang jumlahnya
sangat banyak itu, yang isi dan gaya penulisannya tidak akan
menjijikkan selera seorang muda: setiap edisinya sering kali
berisikan situasi-situasi yang mustahil, karakter-karakter yang
tidak wajar, dan topik percakapan yang tidak lagi penting
bagi manusia. Bahasanya juga sering sangat kasar dalam artian
tidak memberikan ide-ide yang sangat baik unruk masanya. D
38 " Jane Austen tlJ" 4"a,, yang berlangsung antara kedua
sahabat itu di dalam pump-room pada suatu pagi, setelah mereka
berkenalan selama delapan atau sembilan hari, ditampilkan
sebagai contoh dari kasih sayang mereka yang sangat besar, dan
dari kesesuaian, penilaian, orisinalitas pemikiran, dan selera
kesusastraan yang menandai logisnya rasa kasih sayang itu.
Mereka sudah berjanji untuk bertemu. Ketika Isabella
tiba lebih dulu hanya lima menit sebelum kawannya itu,
ucapan pertamanya tentu saja, "Kawanku tersayang, apa yang
membuatmu begi tu terlambat" Aku sudah menunggumu lama
.,,, sekal1. "Sungguh"! Maafsekali, tapi kukira aku sudah datang tepat
waktu. lni baru pukul satu. Semoga kau belum menunggu
lama di sini." "Oh! Lama sekali. Kuyakin aku sudah di sini selama
setengah jam. Tapi sekarang, ayo kita duduk di pojok ruangan,
dan bersenang-senang. Ada banyak hal yang ingin kusampaikan
padamu. Pertama, aku sangat khawatir pagi ini akan turun
hujan, saat tadi hendak pergi. Kelihatannya akan hujan lebat,
dan iru akan membuatku kesusahan! Tahu tidak, aku melihat
topi paling indah yang bisa kau bayangkan, di etalase toko
di Milsom Street. Bentuknya mirip punyamu, hanya saja
pitanya berwarna merah cerah bukannya hijau. Aku sangat
menginginkannya. Tapi, Catherine Sayang, kau sibuk apa
sepagian ini" Kau sudah meneruskan membaca
Udolpho?" "Ya, aku terus membacanya sejak aku bangun, dan aku
sudah sampai di bagian selubung hitam."
"Masa" Senangnya! Oh! Aku tidak akan memberitahumu
apa yang ada di balik selubung hitam itu. Kau tidak penasaran?"
"Oh! Ya, sangat penasaran. Kira-kira apa, ya" Tapi jangan
cerita-Aku sama sekali tidak mau diberi tahu. Aku cahu itu
pasti tengkorak. Kuyakin itu tengkorak Laurentina. Oh! Aku
suka sekali dengan buku ini! Aku akan menghabiskan waktuku
untuk membacanya. Percayalah, kalau tidak harus bertemu
denganmu, aku tidak akan berhenti membacanya."
"Gadis yang baik! Betapa aku sangat berterima kasih
padamu. Dan begitu kau selesai membaca Udalpho, kita akan
sama-sama baca The Italian. Aku juga sudah membuat daftar
sepuluh atau dua belas lebih novel sejenis untukmu."
"Sungguh"! Senangnya! Apa saja judulnya?"
40 " Jane Austen ''.Aku akan membacakan judul-judulnya. lni dia, ada di
Castle ofWolfenbach, Clermont, Mysterious Wttrnings,
Necromancer ofthe Black Forest, Midnight Bell, Orphan ofthe
Rhine, dan Horrid Mysteries. Buku-buku ini akan membuat
dompetku. kita sibuk." "Ya, pastinya. Tapi, apakah semua novel itu mengerikan"
Kau yakin semua itu menyeramkan?"
"Ya, sangac yakin, karena seorang temanku, Miss Andrews,
gadis yang manis, salah satu gadis termanis di dunia, sudah
membaca semuanya. Kuharap kau mengenal Miss Andrews,
kau akan senang dengannya. Dia merajut sendiri mantel
terbagus yang bisa kau bayangkan. Menurutku dia cantik
seperti malaikat, dan aku sangat jengkel dengan pria-pria yang
tidak mengaguminya! Aku memarahi mereka."
"Memarahi mereka! Kau memarahi mereka karena tidak
mengagumi Miss Andrews?"
"Ya, benar. Aku akan berbuat apa pun untuk ceman-teman
sejatiku. Aku tidak bisa menyayangi orang dengan setengah
hati. ltu bukan sifatku. Kasih sayangku selalu sangat kuat. Aku
berkata pada Kapten Hunt di salah satu pertemuan kami di
musim dingin ini kalau dia menggangguku semalaman, aku
tidak akan berdansa dengannya, kecuali dia mengakui Miss
Andrews secantik malaikat. Kaum pria berpendapat kita tidak
mampu menjalin pertemanan sejati, dan aku berketetapan
uncuk menunjukkan kalau mereka salah. Nah, kalau aku sampai
mendengar ada yang berkata negatiftentang dirimu, aku akan
langsung marah. Tapi sepertinya itu tidak mungkin terjadi,
karena kau termasuk gadis yang sangat disukai laki-laki."
Northanger Abbey 1tti. "Oh, yang benar saja!" kata Catherine, menjadi malu.
"Mengapa kau berkata begitu?"
"Aku sangat mengenalmu. Kau punya semangat yang
begitu besar. ltulah yang sangat diinginkan Miss
Andrews, karena aku harus akui dia sangat menjemukan. Oh! Aku harus
memberitahumu, sewaktu kita berpisah kemarin, aku melihat
seorang pemuda memperhatikanmu dengan begitu serius.
Kuyakin dia jatuh hati padamu." Catherine menjadi malu, dan
dia membantahnya lagi. Isabella tertawa. "Sungguh, tapi aku
tahu kau acuh tak acuh dengan orang lain yang mengagumimu,
kecuali satu pria, yang tidak perlu disebutkan namanya. Yah,
aku tidak bisa menyalahkanmu." Lalu, melanjutkan dengan
nada suara yang lebih serius, "Perasaanmu mudah dipahami.
Jika hati sudah benar-benar terpikat, aku tahu betul betapa
keci l nya kemungkinan dia bisa merasa senang dengan perhatian
dari orang lain. Segalanya sangat menjemukan, begitu tidak
menarik, jika tidak berhubungan dengan orang yang terkasih!
Aku sangat bisa memahami perasaanmu."
"Tapi, kau seharusnya tidak membujukku agar aku
memikirkan Mr. Tilney, karena mungkin aku tidak pernah
bisa bertemu dengannya lagi."
"Tidak bertemu dengannya lagi! Sahabatku tersayang,
jangan berkata begitu. Kuyakin kau akan sedih jika berpikir
demikian." "Ya, benar, seharusnya tidak. Aku tidak berpura-pura
berkata kalau aku tidak merasa sangat senang dengannya. Tapi
sewaktu aku sibuk membaca Udolpho, aku merasa seolah tidak
42 " Jane Austen ada yang bisa membuatku sedih. Oh! Selubung hicam yang
sangat mengerikan itu! Isabella yang baik, kuyakin
di balik selubung itu tersimpan tengkorak Laurentina."
"Aku heran sekali, kau belum pernah membaca
Udolpho. Tapi, kukira Mrs. Morland tidak suka novel."
"Ibuku suka novel. Dia sangat sering membaca Sir Charles
Grandison, tapi kami tidak pernah mendapat buku-buku baru."
"Sir Charles Grandison!
Buku itu sangat menyeramkan,
bukan" Aku ingat Miss Andrews tidak bisa selesai membaca
jilid pertamanya." "Sama sekali tidak seperti
Udolpho, tapi menurutku sangat
menghibur." "Benarkah" Ascaga, kukira buku itu sulit dibaca. Tapi,
Catherine Sayang, sudahkah kau menentukan apa yang akan
kau kenakan pada kepalamu untuk acara malam nanti" Aku
pucuskan untuk berpakaian mirip denganmu di semua acara.
Kaum pria kadang memperhatikan hal semacarn itu."
"Tapi, itu tidak penting jika mereka memang memperhatikan," ucap Catherine dengan sangat lugunya.
"Penting! Ya ampun! Aku membuat acuran untuk tidak
pernah memikirkan pendapat mereka. Mereka sering kali sangat
tidak sopan jika kau tidak memperlakukan mereka dengan
hangat, clan membuat mereka menjauh."
"Masa" Aku tidak pernah mengamati hal itu. Mereka
selalu bersikap sangat baik padaku."
"Oh! Mereka memang bersikap seolah-olah baik. Kaum
pria adalah makhluk paling angkuh di dunia, dan menganggap
Northanger Abbey 1tti. 43
diri mereka begitu penting! Omong-omong, meski aku sudah
terpikir ratusan kali, aku selalu saja lupa menanyakanmu
pria bercorak kulit bagaimana yang kau suka. Kau suka yang
bercorak terang acau gelap?"
"Tidak tahu. Aku tidak pernah terlalu memikirkannya.
Mungkin di antara keduanya. Cokelat-tidak terang, dan?
dan tidak begitu gelap."
"Baiklah, Catherine. Begitulah gambaran pria itu. Aku
tidak lupa deskripsimu tentang Mr. Tilney. 'Berkulit cokelat,
dengan mata gelap, clan rambut agak gelap.' Nah, seleraku
berbeda. Aku lebih suka yang bermata terang. Kalau soal corak
kulit, kau tahulah, aku jauh lebih suka yang pucat. Kau tidak
boleh membohongiku, kalau kau bercemu salah satu kenalanmu
dengan gambaran seperti itu."
"Membohongimu! Apa maksudmu?"
"Tidak, jangan membuatku sedih. Sepertinya aku sudah
bicara terlalu banyak. Kita lupakan saja."
Catherine, yang merasa agak heran, menurut. Setelah
diam sesaat, ketika dia hendak mengubah arah pembicaraan
ke topik yang lebih membuatnya tertarik saat itu, yaitu
tengkorak Laurentina, temannya itu mencegahnya dengan
berkata, "Astagal Ayo kita pergi dari pojok ruangan ini. Tahu
tidak, ada dua pemuda menjijikkan yang menatapku selama
setengah jam ini. Mereka membuatku sangat tidak nyaman.
Ayo, kita pergi clan melihat daftar camu yang baru dacang.
Mereka tidak akan mengikuti kita ke sana."
44 " Jane Austen Maka, berjalanlah mereka menuju buku tamu. Sementara
Isabella memeriksa nama-nama yang tertulis di buku, Catherine
bertugas mengamati tindak tanduk kedua pemuda yang
meresahkan ini. "Mereka tidak mendekat, kan" Kuharap mereka tidak
bersikap sangat tidak sopan karena mengikuti kita. Ayo, katakan
jika mereka mendekat. Aku bertekad tidak akan melihat."
Sesaat kemudian Catherine, dengan perasaan senang,
meyakinkan bahwa Isabella tidak perlu gelisah lagi, karena
pemuda-pemuda itu baru saja meninggalkan pump-room.
"Dan ke mana arah mereka pergi?" tanya Isabella, buru?
buru berpaling. "Ada satu pemuda yang sangat tampan."
"Mereka menuju halaman gereja."
"Yah, aku sangat senang sudah membuat mereka pergi!
Nah, bagaimana kalau kau pergi ke Edgar's Building bersamaku,
dan melihat topi baruku" Katamu kau ingin melihatnya."
Catherine langsung menyetujuinya. "Tapi," tambahnya,
"mungkin kita bisa menyusul kedua pemuda tadi."
"Oh! Tidak masalah. Jika kita buru-buru, kita akan segera
melewati mereka, dan aku benar-benar ingin menunjukkan
topiku padamu." "Tapi, kalau kita menunggu beberapa menit lagi, kita akan
terhindar dari peluang berpapasan dengan mereka."
"Percayalah, aku tidak akan memberikan mereka pujian
seperti itu. Aku tidak berniat bersikap hormat pada mereka.
Cara itu akan memanjakan mereka."
Northanger Abbey 1tti. 45
Catherine tidak membantah alasan itu, dan untuk
menunjukkan kebebasan Miss Thorpe dan ketetapan hatinya
untuk merendahkan kaum pria, mereka segera pergi secepat
mungkin, demi mengejar kedua pemuda tadi.[]


Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

46 " Jane Austen ?"ereka berjalan melewati halaman pump
menuju jalan masuk yang melengkung, di seberang Union
Passage. Tapi, di sini langkah mereka terhenti. Siapa pun yang
mengenali Bath barangkaU teringat sulltnya menyeberangi
Cheap Street di tempat itu. Jalan ini memang sangat ramai,
yang terhubung dengan jalan-jalan besar London dan Oxford,
dan tempat penginapan utama di kota itu, sehingga setiap
harinya rombongan para wanita, betapapun pentingnya urusan
mereka, entah itu mencari kue-kue kering, topi, atau bahkan
(dalam kasus sekarang ini) pemuda, selalu saja tertahan di salah
satu sisi jalan karena kereta kuda beroda empat, penunggang
kuda, atau kereta kuda beroda dua berlalu lalang. Keadaan
buruk ini telah dirasakan dan dikeluhkan, sedikitnya tiga kali
sehari, oleh Isabella sejak tinggal di Bath. Dan, dia sekarang
ditakdirkan untuk merasakan dan mengeluhkannya sekali lagi,
karena begitu tiba di seberang Union Passage, dengan dua
pria tadi terlihat sedang berjalan menerobos kerumunan, dan
berhati-hati melewati selokan di jalan-jalan kecil itu, Isabella
dan Catherine terhalang uncuk menyeberang oleh sebuah kereta
kuda beroda dua yang datang mendekat. Kereta itu dikendarai
di trotoar yang rusak oleh seorang pengendara dengan penuh
semangat sehingga nyaris sekali dapat membahayakan nyawanya
sendiri, kawannya, dan kudanya.
"Oh, kereta-kereta menjijikkan ini!" sengit Isabella, seraya
mendongak. "Betapa aku membenci mereka." Tapi kebencian
ini, hanya berlangsung sejenak, karena ketika diperhatikannya
lagi, dia berseru, "Betapa senangnya! Mr. Morland dan
kakakku!" "Astaga! James!" diucapkan bersarnaan oleh Catherine.
Begitu pemuda-pemuda itu melihat mereka,
kudanya sekonyong-konyong dikendalikan dengan kasar sehingga
membuatnya meringkik dan nyaris berdiri di kaki belakangnya.
Si pengurus kuda sudah menuruni kereta dengan gesitnya,
sementara pemuda-pemuda itu melompat turun, dan menyerahkan keretanya untuk dijaga oleh si pengurus.
Catherine, yang sama sekali tidak menyangka pertemuan
ini bisa terjadi, menyambut kakaknya dengan penuh gembira.
Mr. Morland, dengan sifatnya yang sangat ramah dan rasa
sayangnya yang tulus pada adiknya, juga memancarkan rasa
senang yang sama. Mata cemerlang Miss Thorpe tiada henti
menarik perhatiannya, dan pada gadis inilah dia dengan cepat
memberi hormat, disertai rasa gembira bercampur sikap malu?
malu yang seharusnya disadari Catherine jika saja dia lebih
48 " Jane Austen pandai dalam membaca perkembangan perasaan orang, dan
tidak terlalu asyik dengan perasaannya sendiri, bahwa kakaknya
menganggap kawannya itu sangat cantik seperti pendapatnya
sendiri. John Thorpe, yang saat itu sedang memberi perintah
terkait kudanya, segera bergabung dengan mereka. Darinya
Catherine langsung menerima permincaan maafyang memang
pantas diterimanya. Mr. Thorpe menyentuh tangan Isabella
dengan acuh tak acuh, seraya setengah menunduk sebentar
dan menekuk lututnya. Dia adalah pemuda gemuk dengan
postur sedang. Wajahnya biasa dan terlihat kaku. Tampaknya
dia takut menjadi terlalu tampan kecuali mengenakan baju
pengantin pria, dan terlalu seperti pria santun kecuali dia
bersikap santai di tempat seharusnya dia berperilaku sopan,
serta bertindak lancang di tempat
dia dibolehkan bersikap santai. Dia mengeluarkan arlojinya. "Berapa lama menurutmu
kami berkendara dari Tetbury, Miss Morland?"
"A.ku tidak tahu jaraknya."
Kakaknya memberi tahu jaraknya tiga puluh enam kilometer.
"Tiga puluh enam!" seru Thorpe. "Yang benar, empac
puluh." Morland membantah, dengan menyebutkan sumber
informasinya dari peta, pengurus restoran, dan tonggak batu
penunjuk jarak. Tapi temannya tidak menghiraukan semua
itu, dia merasa sangat yakin dengan ukuran jaraknya. "Aku
tahu jaraknya pasti empat puluh," ujarnya, "pada waktu kita
berkendara tadi. Sekarang sudah pukul setengah dua. Kita tadi
berangkat dari halaman tempat penginapan di Tetbury tepat
ketika jam kota menunjuk angka sebelas, dan aku menantang
Northanger Abbey 1tti. 49
pria mana pun di Inggris yang memperkirakan kudaku berderap
kurang dari enam belas kilometer per jam. Karena itulah
jaraknya persis empat puluh kilometer."
"Perhitunganmu kurang satu jam," kata Morland. "Kita
berangkat dari Tetbury pukul sepuluh."
"Pukul sepuluh! Kuyakin , pukul sebelas! Aku menghitung
lonceng jam berbunyi sebelas kali. Kakakmu ini
akan membuatku yak.in kalau aku mengigau, Miss Morland. Coba
perhatikan kudaku. Pernahkah kau melihat hewan secepat
ini?" (Si pengurus kuda baru saja menaiki kereta dan pergi
menjauh.) "Kuda pacu beras murni! Tiga setengah jam hanya
berderap sejauh tiga puluh enam kilometer! Lihatlah hewan
ini, dia bisa menempuh lebih jauh lagi."
"Kudanya memang terlihat sangat kelelahan."
"Lelah! Dia baru kehabisan tenaga kalau kami pergi ke
Gereja Walc ot. Tapi, lihadah badan depannya, perhatikan
bagian tubuhnya dari pinggul. Amati saat dia bergerak. Kuda
ini tidak bisa berpacu kurang dari enam belas kilometer per
jam. Kalau kau ikat kaki-kakinya, dia
akan tetap bergerak. Bagaimana pendapatmu tentang keretaku, Miss Morland"
Bagus, bukan" Dirancang sangat bagus. Dibuat di kota. Bel um
ada sebulan aku memilikinya. Kereta ini dibuat untuk seorang
pria di Christchurch, temanku, laki-laki yang sangat baik. Dia
mengendarainya beberapa minggu, mungkin sampai dirasanya
cukup. Kebetulan saat itu aku sedang mencari kereta berbobot
ringan, meski aku juga memutuskan memilih kereta beroda
dua yang bisa melaju cepat. Tapi, aku kebetulan bertemu dia
di Magdalen Bridge, sewaktu dia berkendara menuju Oxford,
50 " Jane Austen semester lalu. "! Thorpe,' sapanya, 'apakah kau kebetulan
menginginkan kereta seperti ini" Kereta ini kuat, tapi sayangnya
aku sudah bosan.' 'Oh! S-,' jawabku; 'Memang benar. Kau
minta berapa"' Dan, menurutmu berapa harga yang dia minta,
Miss Morland?" "Tentu aku sama sekali tidak bisa menebak."
"Lihat, seperti kereta beroda dua kan. Tempat duduknya,
tempat barang, kotak penyimpan pedang, sepatbor, lampu,
berlapis perak, semuanya lengkap. Berbahan besi yang masih
dalam kondisi baik. Dia meminta lima puluh guinea. Aku
langsung setuju, dan begitu kuserahkan uangnya, kereta ini
jadi milikku." "Dan pastinya," ucap Catherine, "aku sama sekali tidak
tahu soal kereta sehingga tidak bisa menilai apakah harga itu
murah atau mahal." "Tidak murah, tapi juga tidak mahal. Aku pasti bisa
mendapat harga yang lebih murah. Tapi, aku tidak suka tawar?
menawar. Lagi pula, Freeman malang itu sedang butuh uang."
"Kau baik sekali," kata Catherine, merasa sangat senang.
"Oh! $-, jika kita punya uang untuk berbuat baik demi
seorang teman, aku benci merasa kasihan."
Sebuah pertanyaan kini diajukan untuk mengetahui apa
yang hendak dilakukan kedua gadis muda itu. Dan ketika
diketahui ke mana mereka akan pergi, diputuskanlah bahwa
kedua pemuda itu akan menemani mereka ke Edgar's Buildings,
dan bertemu dengan Mrs. Thorpe. James dan Isabella berjalan
lebih dulu. Isabella merasa sangat senang dengan nasibnya.
Northanger Abbey 1tti. Sangat puas dengan usahanya untuk bisa berjalan bersama James
yang merupakan teman kakaknya sekaligus kakak temannya.
Perasaannya begitu tulus dan bersih, meskipun saat mereka
disusul dan dilewati kedua pemuda yang mengganggu cadi
di Milsom Street, Isabella tidak mencoba menarik perhatian
mereka, dan menengok ke arah mereka hanya tiga kali.
John Thorpe tentunya bersama Catherine. Dan setelah
diam beberapa menit, dia kembali berbicara tentang keretanya.
"Tapi, kau akan tahu, Miss Morland, kereta ini dianggap murah
oleh beberapa orang, karena aku mungkin bisa menjualnya
seharga sepuluh guinea lebih banyak besok. Jackson, dari Oriel,
langsung menawariku enam puluh. Morland ada bersamaku
waktu itu." "Ya," kata Morland, yang mendengarnya tanpa sengaja.
"Tapi, kau lupa kudamu juga ikut dijual."
"Kudaku! Oh, 5-! Aku tidak akan menjual kudaku meski
dihargai seratus. Kau suka kereta terbuka, Miss Morland?"
"Ya, sangat suka. Aku tidak pernah berkesempatan
menaikinya, tapi aku suka sekali."
"Aku gembira mendengarnya. Aku akan mengantarmu
dengan keretaku setiap hari."
"Terima kasih," jawab Catherine, dengan sedikit rasa
cemas, karena merasa tidak yakin tawaran semacam itu patut
diterima. "Aku akan mengantarmu ke Lansdown Hill besok."
"Terima kasih, tapi ridakkah kudamu butuh istirahat?"
52 " Jane Austen "lstirahat! Dia baru menempuh tiga puluh enam kilometer
hari ini. Omong kosong, istirahat tidak baik untuk kuda. Tidak
ada yang membuat mereka lelah begitu cepat. Tidak, tidak,
aku akan menggunakan kudaku rata-rata empat jam setiap
hari selama aku di sini."
"Sungguh"!" ucap Catherine dengan sangat serius.
"Jaraknya berarti enam puluh empat kilometer sehari."
"Enam puluh empat! Ya, aku inginnya delapan puluh.
Nah, aku akan mengantarmu ke Lansdown besok. Jadwalku
sudah tetap." "Betapa senangnya!" seru Isabella, seraya menoleh.
"Catherine Sayang, aku sangat iri padamu Tapi, Kak, sepertinya
tidak akan ada sisa tempat untuk orang ketiga."
"Orang ketiga! Tidak, tidak. Aku tidak datang ke Bath
untuk mengantar adik-adikku. ltu akan sangat memalukan!
Morland harus mengantarmu."
Masalah ini mengalihkan percakapan ke soal sopan-santun
di antara John dan Catherine, tapi Catherine tidak mendengar
penjelasannya ataupun kesimpulannya. Yang terdengar dari
percakapan ini kini tidak lebih dari kalimat-kalimat pujian
atau celaan singkat terkait wajah setiap wanita yang mereka
jumpai. Setelah mendengarkan
dan mengangguk setuju sebisa mungkin, disertai sikap sopan
dan hormat dari gadis muda, dan tidak berani mengungkapkan pendapatnya sendiri
yang bertentangan dengan opini pria yang percaya diri itu,
terutama jika terkait kecantikan kaumnya sendiri, Catherine
akhirnya, demi mengubah topik pembicaraan, mengajukan
Northanger Abbey 1tti. 53
satu pertanyaan yang sudah terpikir sedari tadi, yaitu, "Kau
pernah membaca Udolpho, Mr. Thorpe?"
"Udolpho! Oh, Astaga! Tentu tidak. Aku tidak pernah
membaca novel. Ada hal lain yang harus kukerjakan."
Catherine, yang merasa malu, hendak meminta maaf
atas pertanyaannya, tapi John mencegahnya dengan berkata,
"Semua novel penuh dengan omong kosong. Tidak ada satu
novel pun yang lumayan bagus setelah terbitnya
kecuali Tom Jones, TheMonk. Aku membacanya lusa kemarin, tapi novel?
novel lainnya merupakan karya cipta yang paling konyol."
"Kurasa kau pasti menyukai
Udolpho, kalau kau membacanya. Ceritanya sangat menarik."
"Percayalah, aku tidak akan suka! Tidak, kalaupun aku
baca novel, itu pasti karyanya Mrs. Radcliffe. Novel-novelnya
cukup menghibur. Karyanya layak dibaca dan menyenangkan."
" Udolpho ditulis oleh Mrs. Radcliffe," ucap Catherine,
dengan sedikit ragu-ragu, karena takut membuatnya malu.
"Masa" Ah ya, aku ingat, itu benar. Aku memikirkan novel
bodoh lainnya, ditulis oleh wanita yang menjadi pembicaraan
banyak orang, wanita yang menikahi imigran Prancis."
"Kurasa maksudmu Camilla!" "Ya, itu dia. Novel yang sangat aneh! Seorang pria tua
memainkan mainan jungkat-jungkit. Aku pernah mengambil
jilid pertama dan membuka-bukanya, tapi aku segera
menyadari kalau aku tidak sanggup. Aku mengira-ngira isi
novel ini sebelum membacanya. Begitu aku tahu penulisnya
54 " Jane Austen menikahi seorang imigran, aku yakin aku cidak akan pernah
bisa membacanya." "Aku belum pernah membacanya."
"Kau tidak akan rugi, percayalah. Novel yang sangar tidak
berguna. lsinya hanya menceritakan seorang pria renta yang
bermain jungkac-jungkit dan belajar bahasa Latin. Percayalah,
tidak ada cerita lain di dalamnya."
Kritikan ini, kebenaran tentangnya yang sayangnya
tidak diketahui oleh Catherine yang malang, mengancarkan
mereka ke pintu penginapan Mrs. Thorpe. Perasaan pembaca
Camilla yang tajam dan jujur digantikan dengan
perasaan anak laki-laki yang patuh dan pengasih, sewaktu mereka
berremu Mrs. Thorpe, yang sudah melihac mereka dari atas,
di lorong. "Ah, lbu! Bagaimana kabarnya?" canya John, seraya
menjabat tangannya dengan sungguh-sungguh. "Dari mana
lbu membeli topi jelek icu" lbu jadi cerlihat seperti penyihir
cua. Morland dan aku dacang untuk tinggal bersarnamu selama
beberapa hari, jadi ibu harus mencarikan dua ranjang bagus di
dekat sini." Dan ucapan ini campaknya memuaskan seluruh
harapan kasih sayang dari haci sang ibu, karena dia menyambuc


Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

putranya dengan rasa cinta yang paling besar. Kepada dua adik
perempuannya, John lalu mencurahkan kebaikan yang sama
besar sebagai saudara, karena dia menanyakan kabar mereka
masing-masing, dan melihat bahwa kedua adiknya cerlihac
sangat jelek. Kelakuan ini tidak menyenangkan Catherine, tapi John
adalah kawan James dan kakak Isabella. Penilaiannya ini
kemudian diabaikan karena Isabella meyakinkannya, ketika
Northanger Abbey 1tti. 55
rnereka pergi rnelihac copi baru, bahwa John rnenganggap
Catherine sebagai gadis paling rnernesona di dunia, dan karena
sebelurn mereka berpisah John sempat meminta Catherine
agar berdansa dengannya malarn itu. Andaikan Catherine
lebih tua usianya atau lebih angkuh, serbuan semacam ini
mungkin tidak berdarnpak apa-apa. Namun, ketika semangat
muda dan sifat malu-malu menyatu, dibutuhkan alasan yang
luar biasa kuat untuk menolak daya pikac menjadi seseorang
yang disebut gadis paling memesona di dunia, dan yang sejak
awal sudah diminta untuk menjadi pasangan dansa. Dan
demikianlah akibacnya. Secelah duduk selarna sejarn bersarna
keluarga Thorpe, kedua Morland bersaudara hendak berjalan
kaki menuju penginapan Mr. Allen. Ketika pintu tertutup di
depan mereka, James pun berkata, "Nah, Catherine, apakah
kau rnenyukai temanku Thorpe?" Alih-alih menjawab begini,
seperci yang mungkin akan dia lakukan, jika tidak ada ikatan
pertemanan dan bujukan yang manis, "Aku sama sekali tidak
menyukainya," Catherine juscru segera membalas, "Aku sangat
menyukainya. Kelihatannya dia sangat menyenangkan."
"Dia pria yang baik hati, agak suka mengoceh, tapi
kuyakin banyak gadis sangac menyukainya. Dan, kau menyukai
keluarganya yang lain?"
"Sangat, sangat suka. Terutama Isabella."
"Aku sangat senang mendengar kau berkata begitu. Dia
wanita muda yang kuharap bisa dekat denganmu. Dia sangat
bijak, dan sikapnya cidak dibuac-buac serta rarnah. Aku selalu
ingin agar kau mengenalnya. Dan kelihatannya
dia sangat suka padarnu. Dia memuji-mujirnu, dan pujian semacarn itu
56 " Jane Austen pastinya membuat gadis seperti Miss Thorpe dan bahkan kau,
Catherine," seraya memegang tangannya dengan rasa sayang,
merasa bangga." "Ya, memang," jawab Catherine. "Aku sangat mencintainya,
dan senang rasanya ternyata kau juga menyukainya. Kau sama
sekaJi tidak menyebutkan tentang Isabella waktu kau menulis
surat padaku setelah kunjunganmu ke sana."
"Karena kupikir aku harus segera menemuimu secara
langsung. Kuharap kaJian bisa bersama-sama selama kau
berada di Bath. Dia gadis yang amat baik, sangat pintar! Betapa
seluruh keluarganya sayang padanya. Dia jelas menjadi anak
yang paling disukai. Dan, betapa dia pastinya dikagumi di
tempat semacam ini-benar, bukan?"
"Ya, kukira dia sangat dikagumi. Mr. Allen menganggapnya
gadis paling cantik di Bath."
"Dia pasti berkata begitu,
dan tidak ada pria lain yang
kutahu yang menilai kecantikan sebaik Mr. Allen. Aku tidak
perlu bertanya apakah kau merasa bahagia di sini, Catherine
Sayang. Dengan adanya teman seperti Isabella Thorpe, rasanya
mustahil kau tidak merasa bahagia. Dan suami-istri Allen,
kuyakin, sangat baik padamu?"
"Ya, amat baik. Aku tidak pernah sebahagia ini. Terlebih
lagi sekarang kau datang, rasanya akan lebih menyenangkan.
Betapa baiknya kau datang jauh-jauh demi mengunjungiku."
James menerima ucapan terima kasih ini; dan demi
mengurangi rasa bersalahnya karena menerimanya, dia berkata
dengan tulus hati, "Ya, Catherine. Aku sangat mencintaimu."
Northanger Abbey 1tti. 57
Pertanyaan clan percakapan mengenai kakak-beradik,
keadaan mereka, perkembangan anggota keluarga lain,
dan masalah keluarga lainnya kini berlangsung di antara Catherine
dan James. Dilanjutkan dengan pujian terhadap Miss Thorpe,
tapi pujian dari sisi James sedikit berbeda. Mereka akhirnya
tiba di Pulteney Street. James disambut dengan sangac hangar
oleh Mr. dan Mrs. Allen. Dia diundang Mr. Allen untuk makan
malam bersama mereka, dan dipanggil oleh Mrs. Allen uncuk
memperkirakan harga dan mempertimbangkan mutu sarung
tangan dan syal panjang yang baru. Janji makan malam di
Edgar's Buildings membuat James menolak undangan Mr.
Allen, dan mengharuskannya untuk segera pergi setelah
dia memuaskan permintaan Mrs. Allen. Waktu percemuan
rombongan kedua keluarga di Octagon Room celah diatur
dengan baik. Catherine kemudian berlalu uncuk menikmati
mewahnya imajinasi mengerikan dan menggelisahkan yang
dicawarkan halaman-halaman Udolpho.
Dia lupa akan semua urusan duniawi terkait pakaian dan makan malam,
tidak mampu menenangkan kekhawatiran Mrs. Allen akan
terlambatnya penjahit yang dinanti-nantikan, dan hanya
memiliki sisa satu menit untuk merasakan kebahagiaannya
sendiri karena telah diminta berdansa malam itu. 0
58 " Jane Austen /11" sempat disibukkan dengan Udolpho dan diresahkan
karena keterlambatan si penjahit, rombongan dari Pulteney
Street tiba di Upper Rooms tepat waktu. Keluarga Thorpe
dan James Morland baru saja sampai dua menit sebelum
mereka. Sesudah Isabella melakukan ritual bertemu kawannya
dengan sikap tergesa-gesa yang disertai senyuman lebar dan
penuh kasih sayang, mengagumi gaunnya, dan mengirikan
gulungan rambutnya, mereka mengikuti wali mereka, sambil
bergandengan tangan, memasuki ruang dansa. Mereka saling
berbisik setiap kali terpikir sesuatu, dan mengungkapkan
banyak ide tentang tempat itu dengan dekapan tangan yang
lembut dan senyuman sayang.
Acara dansa dimulai dalam beberapa menit setelah mereka
duduk. James terus-menerus meminta Isabella untuk berdansa,
tapi John pergi ke ruang bermain kartu untuk berbincang
dengan seorang teman. Isabella menegaskan bahwa tidak ada
yang bisa membujuknya berdansa sebelum Catherine juga
bisa ikut bergabung. "Percayalah," katanya, "aku
tidak akan berdiri tanpa adikmu, karena jika aku berdansa kami tentu
akan terpisah sepanjang malam ini." Catherine menerima
kebaikan ini dengan rasa terima kasih, dan mereka pun tetap
berada di ternpat selama tiga menit kemudian. Namun, Isabella,
yang sedari tadi bercakap dengan James, berpaling lagi kepada
adiknya dan berbisik, "Sahabatku yang baik, sepertinya aku
harus meninggalkanmu. Kakakmu sangat tidak sabar untuk
berdansa. Aku tahu kau tidak akan keberatan bila aku berdansa,
dan John pasti akan kembali sebentar lagi, dengan begitu kau
bisa menemukanku dengan mudah." Meskipun agak kecewa,
Catherine terlalu baik untuk menentangnya. Saat pasangan
lainnya mulai berdiri, Isabella hanya sempat membelai tangan
temannya seraya berkata, "Sampai nanti, Sayangku," sebelum
mereka buru-buru pergi. Sementara Miss Thorpe yang lebih
muda juga berdansa, Catherine ditinggal sendirian bersama
Mrs. Thorpe dan Mrs. Allen. Dia mau tak mau merasa kesal
atas ketidakmunculan Mr. Thorpe karena dia tidak hanya
sangat ingin berdansa, tapi juga menyadari bahwa, dirinya
senasib dengan banyak gadis lainnya yang masih duduk dan
mendambakan seorang pasangan. Dipermalukan di hadapan
orang banyak, terlihat buruk meski hatinya sangat suci,
tindakannya tiada bercacat,
dan kelakuan buruk orang lain
menyebabkan harga dirinya turun, adalah salah satu keadaan
yang khususnya dialarni dalam hidup seorang tokoh utama.
60 " Jane Austen Ketabahan sang tokoh utama clalam menghadapi semua itulah
yang terutama menjadikan sifatnya istimewa. Catherine juga
bersikap tabah. Dia menderita, tapi tidak ada keluhan keluar
clari bibirnya. Selepas sepuluh menit berlalu, perasaan malu yang
dirasakan Catherine berubah menjadi perasaan yang lebih
menggembirakan karena melihat,
bukan Mr. Thorpe, melainkan Mr. Tilney dalam jarak tiga meter dari tempat
mereka duduk. Pria itu tampaknya berjalan ke arahnya, tapi
dia tidak melihat Catherine. Dengan begitu, senyuman clan
rona merah di pipi Catherine yang timbul karena kemunculan
kembali Mr. Tilney yang tiba-tiba berlalu begitu saja tanpa
mencemari harga dirinya. Pria itu terlihat tampan clan ceria
seperti biasanya. Dia asyik bercakap-cakap dengan seorang
wanita muda yang berpenampilan cantik dan modis, yang
menggandeng tangannya. Catherine segera menduga wanita
itu adalah adik perempuan Mr. Tilney. Dugaan ini serta?
merta menghapuskan pemikiran bahwa Catherine tidak
berkesempatan mendapatkan laki-laki iru karena sudah
berstatus menikah. Namun dengan hanya dipandu oleh
pemikiran yang sederhana dan memungkinkan, tidak pernah
terlintas di benak Catherine bahwa Mr. Ttlney sudah menikah.
Pria iru tidak bersikap, tidak berbicara seperti layaknya laki?
laki sudah menikah yang biasa dikenali Catherine. Pria itu
tidak pernah menyebutkan seorang s
i tri, meskipun mengakui dirinya memiliki seorang adik perempuan. Dari kondisi inilah
disimpulkan bahwa wanita yang berada di sisinya adalah adik
perempuannya. Karena itu, alih-alih berpaling dengan wajah
Northanger Abbey 1tti. 61
pucat pasi dan bersembunyi di balik dada Mrs. Allen, Catherine
duduk tegak dan bersikap sewajarnya. Pipinya hanya sedikit
lebih merona dari biasanya.
Mr. Tilney dan adik perempuannya, yang terus berjalan
mendekat dengan perlahan, tiba-tiba didahului oleh seorang
wanita, kenalan Mrs. Thorpe. Wanita ini berbicara dengan sang
adik perempuan, sehingga membuat mereka juga berhenti.
Catherine, yang bersitatap dengan Mr. Tilney, segera mendapat
senyuman dari pria itu. Dia membalas senyumannya dengan
senang hati. Setelah berjalan mendekat, pria itu berbicara
dengannya dan Mrs. Allen, yang menyambutnya dengan
sangat santun. "Aku sangat senang meliharmu lagi,
Sir. Aku khawatir kau sudah meninggalkan Bath." Pria itu berterima
kasih atas kecemasannya, dan berkata bahwa dirinya memang
sempat meninggalkan Bath selama sepekan, tepat keesokan
hari setelah pertemuan pertama mereka.
"Kalau begitu, Sir, kuyakin kau tidak menyesal karena
telah kembali. Tempat ini cocok untuk orang-orang muda?
dan tentunya bagi yang lainnya juga. Aku berkata pada Mr.
Allen, sewaktu dia menyatakan rasa bosannya pada tempat
ini, bahwa dia tidak seharusnya mengeluh karena tempat
ini sungguh amat menyenangkan. Jauh lebih baik berada di
sini daripada di rumah saat musim dingin seperti ini. Aku
berkata dirinya sangat beruntung diminta datang ke sini demi
kesehatannya." "Dan semoga saja, Madam, Mr. Allen akan menyukai tempat ini karena menemukan manfaat berada di sini."
62 " Jane Austen "Terima kasih, Sir, aku yakin dia akan mendapatkan
manfaatnya. Tetangga kami, Dr. Skinner, datang ke sini musim
dingin lalu untuk memulihkan kesehatannya, clan pulang
kembali dengan kondisi sangat baik."
"Hal itu tentu memberi semangat yang besar."
"Ya, Sir, clan Dr. Skinner beserta keluarganya tinggal di
sini selama tiga bulan, jadi aku meminta agar Mr. Allen tidak
terburu-buru meninggalkan tempat ini."
Saat itu percakapan mereka disela oleh permintaan
Mrs. Thorpe kepada Mrs. Allen, agar dia bersedia bergeser
sedikit supaya Mrs. Hughes dan Miss Tilney dapat duduk
karena kedua wanita itu bersedia berkumpul dengan mereka.
Demikianlah yang terjadi, clan Mr. Tilney masih terus berdiri
di depan mereka. Setelah menimbang-nimbang sebentar, pria
itu mengajak Catherine berdansa dengannya. Pujian ini, yang
terasa menyenangkan sebagaimana mestinya, memunculkan
rasa malu yang teramat sangat dalam diri Catherine. Dan
saat menolak ajakan itu, Catherine memperlihatkan penyesalannya yang mendalam. Dia merasa andaikan Thorpe,
yang menghampirinya tak lama kemudian, datang setengah
menit lebih awal, pria itu mungkin berpendapat kesedihannya
agak terlalu besar. Sikap Thorpe yang sangat tenang ketika
memberi tahu Catherine alasan dirinya membuat gad.is
itu menunggu tidak serta-merca meredakan kekesalannya.
Demikian pula penjelasan yang diberikan pria itu saat mereka
bangkit berdiri, tentang kuda clan anjing milik kawan yang
tadi ditemuinya serta mengenai rencana pertukaran anjing
terrier di antara mereka, tidak begitu menarik perhatian
Northanger Abbey 1tti. 63
Catherine sehingga mencegahnya menoleh rerlalu sering ke
arah tempat dia meninggalkan Mr. Tilney tadi. Dia tidak bisa
melihat Isabella, padahal dia ingin sekali menunjukkan Mr.
Tilney kepada kawannya itu. Mereka berada di kelompok
dansa yang berbeda. Dia terpisah dari rombongannya,
dan

Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jauh dari semua kenalannya. Rasa malu muncul silih berganti.
Dari situasi ini, dia menarik pelajaran berharga ini bahwa pergi
ke pesta dansa dengan sudah memiliki pasangan dansa tidak
berarti meningkatkan harga diri atau kesenangan seorang gadis.
Dari kelelahan moral seperti ini, dia tiba-tiba disadarkan oleh
sentuhan di pundaknya. Saat menoleh, dilihatnya Mrs. Hughes
sudah berdiri tepat di belakangnya, ditemani Miss Tilney dan
seorang pria. "Maaf, Miss Morland," ujarnya, "atas kelancangan
ini-tapi aku tidak dapat menemukan Miss Thorpe, dan Mrs.
Thorpe berkata dia yakin kau tidak akan keberatan menemani
wanita muda ini." Mrs. Hughes cidak bisa menemukan orang
lain di ruangan itu yang merasa lebih bahagia untuk memenuhi
permintaannya daripada Catherine. Wanita-wanita muda
ini pun saling diperkenalkan. Miss Tilney memperlihatkan
kebaikan hati, dan Miss Morland yang murah hati menerima
kewajiban ini dengan gembira. Mrs. Hughes, yang puas karena
celah mengurus wanita muda tanggungannya dengan sangat
baik, akhirnya kembali ke kelompoknya.
Miss Tilney memiliki perawakan yang bagus, wajah cancik,
dan sikap yang sangat ramah. Meskipun sama sekali tidak
seperti penampilan Miss Thorpe yang angkuh dan penuh gaya,
penampilannya terlihac lebih elegan. Perilakunya bijak dan baik.
Sikapnya tidak malu juga tidak sok terbuka. Tampaknya dia
64 " Jane Austen mampu menjadi wanita muda menarik, dan yang menghadiri
sebuah pesta dansa ranpa ingin memikar perhatian setiap pria
di dekatnya, serta tanpa merasakan kegembiraan berlebihan
arau kekesa1an rak tertahankan terhadap tiap kejadian sepele.
Catherine, yang langsung tertarik dengan penampilan dan
hubungannya dengan Mr. Tilney, sangat ingin berteman dengan
Miss Tilney. Karenanya, dia dengan cepat berbicara tentang apa
pun yang terpikir olehnya, dan memiliki keberanian dan waktu
luang untuk mengatakannya. Namun, ada ha1angan da1am
hubungan akrab yang terjalin begitu cepat karena kurangnya
syarat yang dibutuhkan untuk hubungan semacam ini, sehingga
membuat mereka harus melewati tahap awa1 sebuah perkenalan,
dengan mengatakan betapa senangnya Miss Tilney dengan
Bath, betapa Catherine sangat mengagumi bangunannya dan
pedesaan di sekitarnya, apakah dia suka menggambar, atau
memainkan a1at musik, atau bernyanyi, dan apakah dia gemar
berkuda. Musik dansa kedua belum juga berakhir ketika Catherine
merasakan lengannya ditarik dengan lembut oleh Isabella, yang
begitu bersemangatnya berseru, "Akhirnya aku menemukanmu.
Sahabatku sayang, selama sejam ini aku mencarimu. Apa yang
membuatmu masuk ke kelompok dansa ini, jika kau tahu aku
ada di kelompok dansa yang lain" Aku merasa sangat sedih
tanpa dirimu." "Isabella yang baik, bagaimana mungkin aku menemukanmu" Aku bahkan tidak bisa melihat kau berada
di mana. Northanger Abbey 1tti. 65
"ltulah yang sedari cadi kukacakan pada kakakmu-capi
dia tidak percaya padaku. Tolong cari Catherine, Mr. Morland,
kataku-tapi percuma saja. Dia tidak bergerak sedikit pun.
Bukankah begitu, Mr. Morland" Tapi, kalian kaum pria
memang sangat malas! Aku sudah memarahinya, Catherine
Sayang, kau akan merasa sangat heran. Kau tahu aku tidak
pernah bersikap terlalu sopan dengan orang semacam itu."
"Lihatlah wanita muda itu dengan manik-manik putih
menghiasi kepalanya," bisik Catherine, mengalihkan perhatian
temannya dari James. "Dia adik Mr. Tilney."
"Oh! Astaga! Masa! Coba kuperhatikan sebentar. Gadis
yang sangat menyenangkan! Aku tidak pernah melihat gadis
secantik itu. Tapi, di mana kakaknya sang penakluk itu" Dia ada
di ruangan ini" Jika ya, segera tunjukkan padaku. Aku sangat
ingin melihatnya. Mr. Morland, kau tidak boleh mendengar.
Kami tidak sedang membicarakanmu."
"Tapi, mengapa harus berbisik-bisik" Ada apa?"
"Nah kan, aku cahu akan begini jadinya. Kaum pria punya
rasa ingin cahu yang sangat besar! Rasa ingin cahu wanita tidak
ada apa-apanya! lni tidak penting. Tapi, kau bisa merasa senang
karena kau sama sekali tidak tahu masalah ini."
"Dan, kau pikir hal itu bisa membuatku senang?"
"Yah, kutegaskan aku tidak pernah mengenal orang
sepertimu. Apa yang kami bicarakan tidak penting bagimu.
Mungkin saja kami bicara tentang dirimu, karenanya
aku sarankan agar kau tidak mendengarkan, kalau tidak
66 " Jane Austen kau mungkin akan mendengar sesuatu yang sangat tidak
menyenangkan." Dalam obrolan yang biasa ini, yang berlangsung beberapa
lama, topik pembicaraan awal kelihatannya sudah dilupakan
sama sekali. Meskipun merasa sangat senang percakapan soal
ini berakhir sejenak, Catherine mau tak mau merasa agak curiga
akan cepat menghilangnya rasa penasaran Isabella untuk melihat
sosok Mr. Tilney. Sewaktu orkes memainkan musik dansa yang
baru, James seharusnya menuntun pasangan cantiknya untuk
berdansa, tapi Isabella menolak. "Kukatakan, Mr. Morland,"
serunya, "Aku tidak akan melakukannya. Mengapa kau begitu
mengganggu. Coba pahamilah, Catherine Sayang, apa yang
diinginkan kakakmu agar aku lakukan. Dia ingin aku berdansa
dengannya lagi, meski aku memberitahunya bahwa hal itu
sangat tidak pantas, dan sama sekali melanggar aturan. Kita
nanti akan jadi bahan omongan semua orang, jika kita tidak
berganti pasangan." "Percayalah," ujar James, "di tempat pertemuan umum
seperti ini, aturan itu tidak begitu sering dipatuhi."
"Omong kosong, bagaimana kau bisa berkata begitu" Tapi,
kalau pria punya satu tujuan, dia takkan pernah menyerah.
Catherine Sayang, tolong bantu aku. Bujuklah kakakmu kalau
aku tidak mungkin berdansa dengannya. Katakan padanya
kalau kau akan sangat terkejut jika melihat aku melakukannya;
benar, kan)" "Tidak, sama sekali tidak. Tapi, jika kau merasa itu salah,
kau lebih baik berganti pasangan.''
Northanger Abbey 1tti. 67
"Nah," seru Isabella, "kau dengar apa yang
dikatakan adikmu, tapi kau pasti akan menghiraukannya. Yah, ingatlah
bukan salahku jika kita membuat semua wanita tua
di Bath berkasak-kusuk. Cepatlah, Catherine Sayang, berdirilah di
sampingku." Mereka pun pergi, menempati kembali tempatnya
semula. Sementara itu, John Thorpe berjalan menjauh;
clan Catherine, yang ingin memberikan Mr. Tilney kesempatan
mengulang perminraannya yang telah membuat dirinya senang,
buru-buru mendekati Mrs. Allen clan Mrs. Thorpe, dengan
harapan menemukan pria itu masih bersama mereka. Harapan
itu, yang setelah terbukti sia-sia saja, dirasakannya sangat tidak
masuk akal. "Nah, Sayang," ucap Mrs. Thorpe yang sudah tidak
sabar untuk menyanjung putranya, "kuharap kau mendapat
pasangan yang menyenangkan."
"Sangat menyenangkan, Madam."
"Aku senang mendengarnya. John memang punya jiwa
yang memesona, bukan?"
"Apakah kau bertemu Mr. Tilney, sayang?" tanya Mrs.
Allen. "Tidak, di mana dia?"
"Dia baru saja bersama kami, clan katanya dia sangat
bosan duduk-duduk, sehingga dia putuskan untuk pergi dan
berdansa. Jadi, kukira mungkin
dia akan mengajakmu, jika
dia bertemu denganmu."
"Di mana dia kira-kira?" kata Catherine, seraya melihat
ke sekeliling. Namun, belum lama mencari-cari ke sekitar
68 " Jane Austen dilihamya pria itu sedang menggandeng seorang wanica muda
uncuk berdansa. "Ah! Dia sudah punya pasangan. Aku berharap dia
mengajakmu," kaca Mrs. Allen. Dan setelah diam sejenak,
dia menambahkan, "dia pemuda yang sangac baik."
"Benar, Mrs. Allen," ujar Mrs. Thorpe, cersenyum dengan
puas. "Aku harus mengatakannya, meski aku ini ibunya, kalau
tidak ada pemuda lain yang lebih baik di dunia."
Jawaban sia-sia ini mungkin sulit dimengerti oleh orang
lain, tapi hal ini tidak membingungkan Mrs. Allen karena
sesudah berpikir sebentar, dia berbisik pada Catherine, "Dia
pasti mengira aku sedang membicarakan putranya."
Catherine merasa kecewa dan jengkel. Dia tampaknya
telah kehilangan kesempatan berdansa. Bujukan untuk berdansa
tidak membuatnya memberikan jawaban yang sangat ramah,
ketika John Thorpe mendekacinya dan berkata, "Nah, Miss
Morland, kukira kau dan aku akan berdansa lagi."
"Oh, tidak. Aku sangac berterima kasih padamu, tapi dua
kesempatan dansa kica sudah berakhir. Lagi pula, aku lelah,
dan tidak berniat untuk berdansa lagi."
"Begitu, ya" Kalau begitu, ayo kita berjalan-jalan dan
mengolok-olok orang. lkutlah denganku, akan kucunjukkan
empat orang teraneh di ruangan ini, dua adik perempuanku
dan pasangan mereka. Aku sudah menercawai mereka setengah
. . Jaffi tnl. Sekali lagi Catherine meminta maaf, sehingga akhirnya
pria itu pergi untuk mengolok-olok adiknya sendirian. Sisa
Northanger Abbey 1tti. 69
jalannya pesta malam itu terasa sangat membosankan bagi
Catherine. Mr. Tilney menjauh
dari kelompoknya saat acara
minum teh, dan mendekati kelompok pasangan dansanya.
Miss Tilney tidak duduk di dekatnya. Sementara James
dan Isabella sangat asyik bercakap-cakap, sehingga Isabella tidak
punya waktu luang untuk memberikan temannya sekadar
senyuman, dekapan tangan, atau sapaan "Catherine, Sayang". 0
70 " Jane Austen CZJ" ketidakbahagiaan Catherine karena kejadian
malam itu berjalan sebagai berikut: awalnya muncul dalam
dirinya rasa tidak puas dengan semua orang, saat dia tetap ada
di ruangan dansa, yang dengan cepat menyebabkan kelelahan
dan keinginan kuat untuk pulang. Setibanya di Pulteney
Street, perasaan ini berubah menjadi rasa lapar yang luar biasa.
Dan ketika rasa laparnya sudah terpenuhi, beralih menjadi
keinginan yang teramat sangat untuk tidur. ltulah puncak
kesedihannya karena setelah langsung terlelap selama sembilan
jam, dia bangun dengan kondisi tubuh segar, semangat tinggi,
disertai harapan dan rencana baru. Keinginan pertamanya
adalah mengenal Miss Tilney lebih baik, dan hampir menjadi
ketetapan hatinya untuk mencari wanita itu dipump-room siang
nanti demi mencapai tujuannya. Seseorang yang baru datang
di Bath pasti bisa dijumpai dipump-room. Bangunan itu sudah
dianggap Catherine sangat baik sebagai tempat untuk mengenal
kebaikan teman wanita dan mempererat keakraban di antara
sesama wanita, sangat cocok sebagai tempat bercukar rahasia,
sehingga dia begitu bersemangat untuk berharap memperoleh
sahabat lain dari tempat itu.
Rencananya pagi itu sudah ditetapkan, dan dia pun duduk
tenang sambil membaca bukunya sesudah sarapan, bertekad
tetap berada di tempat yang sama dan melakukan kegiatan yang
sama sampai jarum jam menunjuk angka satu. Karena terbiasa
asyik membaca, dia tidak merasa terganggu dengan ucapan
dan seruan Mrs. Allen. Kebodohan dan ketidakmampuan
Mrs. Allen uncuk berpikir rumit membuacnya tidak pernah
berbicara hal-hal penting, sehingga dia hampir tidak pernah
bisa diam. Karenanya selagi duduk melakukan kegiatannya,
jika dia kehilangan jarum jahic acau benangnya cerpucus, kalau
dia mendengar kereta di jalan, atau melihat setitik noda di
gaunnya, dia pasti mengomencarinya dengan suara keras, canpa
peduli apakah ada orang lain yang bersedia menanggapinya
atau tidak. Sekitar pukul setengah satu, kecukan pintu yang
terdengar sangat keras membuatnya cepat-cepat menghampiri
jendela. Dia nyaris tidak sempat memberi tahu Catherine akan
kedatangan dua kereta cerbuka di depan pintu-di kereca
pertama hanya ada seorang pengurus kuda, sedangkan kakak
Catherine mengantar Miss Thorpe dengan kereta kedua?
sebelum John Thorpe berlari ke acas, seraya berteriak, "Miss
Morland, aku datang. Kau sudah menunggu lama" Kami tidak
bisa dacang lebih awal. Si cua pembuat kereta sialan itu butuh
waktu lama sekali uncuk menemukan kereca yang cocok untuk
72 " Jane Austen dinaiki, dan sekarang kemungkinan besar kerecanya akan rusak
sebelum kita keluar ke jalan. Bagaimana kabar Anda, Mrs.
Allen" Pesta yang meriah semalam, bukan" Ayo, Miss Morland,
cepadah, karena yang lainnya sangat ingin bergegas pergi.
Mereka ingin memacu keretanya sampai jatuh terguling."
"Apa maksudmu?" kata Catherine. "Kalian mau pergi
ke mana?" "Pergi ke mana" Kau tidak lupa janji kita, kan! Bukankah
kita sudah sepakat untuk jalan-jalan naik kereta pagi ini! Kau
pelupa sekali! Kita akan pergi ke Claverton Down."
"Aku ingat ada yang menyebuc-nyebut soal itu," ucap
Catherine, seraya memandang Mrs. Allen untuk meminta
pendapatnya, "capi aku sama sekali tidak menyangka kau akan
datang." "Tidak menyangka aku datang! ltu alasan yang bagus!
Dan memangnya kau akan sibuk apa, kalau aku tidak datang."
Tatapan memohon Catherine yang diarahkan pada Mrs.
Allen sama sekali sia-sia karena Mrs. Allen, yang dia sendiri
juga tidak terbiasa menyampaikan perasaan apa pun hanya
dengan pandangan, tidak menyadari arti sikap gadis itu yang
ditujukan padanya. Dan Catherine, yang sangat ingin bertemu
Miss Tilney lagi, saat itu bisa menoleransi sedikit tertundanya
rencana itu untuk perjalanan kereta ini. Meskipun dirasa sopan?


Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sopan saja bila dirinya pergi dengan Mr. Thorpe karena Isabella
juga ikut pergi bersama James, Catherine merasa perlu untuk
berkata lebih jelas lagi, "Nah,
Ma'am, bagaimana pendapat
Northanger Abbey 1tti. 73
Anda" Bisakah Anda memberiku waktu satu atau dua jam"
Haruskah aku pergi?"
"Lakukan saja sesukamu, Sayang," jawab Mrs. Allen,
dengan sikap acuh tak acuh. Catherine mematuhinya,
dan berlalu untuk bersiap-siap. Sesaat kemudian dia muncul
kembali. Belum sempat kedua orang lainnya menyampaikan
sepatah-dua patah kata pujian kepadanya, setelah Mrs. Allen
mengungkapkan kekagumannya terhadap kereta Thorpe,
dan lalu Mrs. Allen mengucapkan selamat jalan, Catherine
dan Thorpe bergegas menuruni tangga. "Sahabatku sayang,"
seru Isabella, rasa tanggung jawabnya sebagai teman segera
terpanggil sebelum Catherine dapat naik ke kereta, "kau sudah
tiga jam bersiap-siap. Aku khawatir kau sakit. Betapa sangat
menyenangkan pesta dansa semalam. Ada banyak
hal yang perlu kukatakan padamu. Tapi, cepat!ah naik karena aku ingin
sekali segera pergi."
Catherine menuruti perintahnya dan memalingkan muka,
tapi saat itu juga dia mendengar temannya berseru keras pada
James, "Dia gadis yang manis! Aku sangat menyukainya."
"Kau tidak perlu takut, Miss Morland," kata Thorpe
saat dia menuntun Catherine naik ke kereta, "jika kudaku
akan bergoyang sedikit waktu kali pertama bergerak. Ia suka
meloncat, dan mungkin akan begitu terus selama semenit.
Tapi, ia akan segera mengenal tuannya. Dia sangat energik,
suka bermain-main, tapi dia tidak punya sifat buruk."
Catherine berpikir gambaran itu sangat tidak menarik,
tapi sekarang sudah terlalu terlambat untuk mundur. Lagi
pula dia terlalu muda untuk mengakui dirinya merasa takut.
74 " Jane Austen Dengan terpaksa menenma nasibnya,
clan percaya pada penjelasan sang pemilik yang berlebihan centang binatang
itu, Catherine duduk dengan tenang, clan melihat Thorpe
duduk di sampingnya. Semuanya sudah siap, si pengurus kuda
yang berdiri di dekat kepala kuda mengeluarkan suara untuk
"membuat kudanya bergerak", dan mereka pun berangkat
dengan cara paling tenang yang bisa terbayangkan, tanpa ada
Pedang Berkarat Pena Beraksara 5 Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng Kemelut Di Majapahit 5

Cari Blog Ini