Dating With The Dark Karya Shanty Agatha Bagian 5
"Kau menyukainya"" Christopher berbisik serak, merasa puas ketika Andrea menganggukkan kepalanya, "Aku berharap ketika kau melihat lilin berwarna biru itu, kau akan selalu mengingat betapa aku mencintaimu Andrea, betapa aku sangat sangat menyayangimu dan ingin menjagamu selamanya."
Lelaki itu menurunkan gaun putih Andrea yang indah, yang khusus dipesan untuk pernikahan mereka. Kemudian mengecupi pundak Andrea dari belakang, membuat Andrea mendongakkan kepalanya, pasrah dah bersandar kepada Christopher, suaminya.
"Aku sangat ingin memilikimu. Kau membuatku hampir gila karena menahan gairahku, tetapi aku tidak ingin menodaimu, tidak sebelum kau resmi menjadi milikku." Christopher bergumam serak, mendongakkan kepala Andrea dari
belakang, kemudian melumat bibirnya dari sana. Kecupannya lembut, penuh penghargaan, membuat Andrea merasa begitu dihargai, begitu dicintai sebagai seorang perempuan.
Jemari Christopher menyentuh buah dadanya yang hanya terlindung bra berwarna krem berenda yang mungil, karena gaun pengantinnya telah melorot sampai ke pinggang. Christopher membuka bra Andrea dengan lembut, lalu jemarinya menangkup payudara Andrea, memberikan kehangatan di sana sehingga tubuh Andrea menggelinjang atas sensasi pertama yang dirasakannya.
Andrea terkesiap ketika Christopher menggerakkan jemarinya sambil lalu namun penuh keahlian ke putting payudaranya, membuat puting itu menegang, menginginkan sentuhan lebih dan lebih lagi.
Dan Christopher memberikannya, jemarinya memilin putting Andrea dengan lembut, berhati-hati supaya tidak menyakitinya. Menikmati indahnya payudara isterinya yang begitu pas di tangannya.
Kejantanan Christopher menegang dan siap untuk Andrea, dia kemudian merengkuh tubuh mungil isterinya dan membawanya ke ranjang, dibaringkannya tubuh Andrea dengan lembut, lelaki itu setengah menindih Andrea, tangannya bertumpu pada tepi kepala Andrea, kepalanya menunduk dan menatap mata Andrea dengan mata teduhnya,
"Nanti rasanya akan sakit." Gumam Christopher dengan tatapan memperingatkan.
Andrea tersenyum, menatap wajah Christopher di atasnya, jemarinya terulur lembut dan membelai wajah Christopher, membuat lelaki itu menelengkan kepala dan mengecup jemarinya dengan mata terpejam,
"Tidak apa-apa." Andrea bergumam lembut, malahan membuat Christophr mengerutkan keningnya,
"Aku belum pernah bercinta dengan perawan sebelumnya, semua orang bilang rasanya akan sangat sakit bagimu." Christopher menundukkan kepalanya dan mengecup dahi Andrea dengan lembut, "Apapun yang terjadi sayang, kau harus tahu bahwa menyakitimu adalah hal terakhir yang aku pikirkan."
Lelaki itu lalu menunduk dan menghadapkan bibirnya ke bibir Andrea, dia mengecup kehangatan bibir Andrea dengan lembut, kemudian melumatnya, membuat Andrea melingkarkan kepalanya di sekeliling leher Christopher, semakin merapatkan lelaki itu kepadanya.
Bibir Christopher menjelajah, memberikan ciuman yang luar biasa lembut dan menggoda ke seluruh bibir Andrea, lidahnya berpilin dengan lidah Andrea, menggoda di sana, dan kemudian dengan sebelah tangannya, lelaki itu memelorotkan gaun Andrea yang sudah berada di pinggang, menurunkannya hingga menuruni pinggulnya, Andrea membantu dengan melemparkan gaun itu melalui kakinya.
Sekarang dia sudah berbaring, setengah telanjang dengan hanya mengenakan celana dalam krem berenda yang senada dengan branya yang sudah dibuang Christopher ke karpet tadi. Christopher menatap tubuh isterinya dan terpesona akan keindahan warna keemasan seperti zaitun di kulit isterinya. Jemarinya menelusuri di sana, kembali ke buah dadanya dan mencumbunya lembut, tangannya memilin puting payudara Andrea dan membuatnya mengeras kembali.
Lalu lelaki itu mendekatkan bibirnya, meniupkan uap napasnya yang hangat di puting itu, membuat Andrea tanpa sadar melengkungkan punggungnya dan meminta lebih, dan kemudian Christopher menjilatkan lidahnya menggoda di putting payudara Andrea, menimbulkan sensasi seperti tersengat listrik di sana. Andrea mendesah pelan, dan mendorong kepala Christopher makin mendekat, sampai kemudian lelaki itu menenggelamkan payudara Andrea ke mulutnya dan menghisapnya pelan.
Gairah yang luar biasa pekat langsung menyelubungi Andrea, menimbulkan rasa aneh di pangkal pahanya. Tanpa sadar membuatnya mengangkat pinggulnya untuk semakin mendekatkan diri pada Christopher, mendekatkan diri pada kejantanannya yang makin terasa keras, mendesakkan diri ke pangkal paha Andrea.
Christopher lalu membuka dasi dan kemejanya, dan melemparkannya begitu saja ke karpet. Tubuh mereka yang telanjang berpadu, dada mereka bersentuhan, kulit dengan kulit, panas dengan panas, gairah dengan gairah, menimbulkan sensasi aneh yang menyelimuti Andrea, dia menggeliatkan tubuhnya, tidak tahu sensasi itu sebelumnya, hanya tahu bahwa dia ingin dipuaskan, entah dengan cara apa.
Lal u Christopher menurunkan celananya sekaligus, dan membuat Andrea terkesiap melihat kejantanan Christopher yang sudah siap untuk dirinya.Tatapan mata Christopher tajam agak berkabut oleh gairah, dia mengetahui Andrea sedikit ketakutan, dan lelaki itu lalu mengecup ujung hidung Andrea.
"Kau akan bisa menerimaku, Sayang." Ciumannya turun ke leher, ke bahu dan ke payudara Andrea, menghadiahi setiap bagian tubuh Andrea dengan kecupan sayang. Lalu lelaki itu mengecup perutnya dan menyentuhkan lidahnya lembut, menimbulkan rasa panas dan menyengat di sana.
Dengan jemarinya, Christopher lalu menurunkan celana dalam Andrea, hingga bergulung sebelah pahanya dan berdiam di sana. Andrea memekik ketika Christopher membuka pahanya dan mencoba menutup pangkal pahanya, merasa malu luar biasa, tidak pernah sekalipun ada lelaki yang berbuat seintim ini dengannya.
Tetapi Christopher malahan mengecup lembut jemari Andrea yang menutup pangkal pahanya dan menyingkirkan jemari Andrea itu, senyumannya kepada Andrea benar-benar intens dan penuh rasa memiliki.
"Aku suamimu." Hanya satu kata, cukup satu kata untuk menunjukkan betapa Christopher memiliki setiap jengkal tubuh Andrea, membuat tangan Andrea lunglai, pasrah di samping tubuhnya, dan membiarkan Christopher menunduk, lalu mengecup kewanitaannya dengan lembut.
Andrea mengerang, meremas seprei dalam genggaman tangannya ketika kecupan Christopher di kewanitaannya makin intens, lelaki itu benar-benar menikmati seluruh sisi kewanitaan Andrea, mencumbunya, mencecap setiap rasanya dengan lidahnya yang hangat, dan ketika menemukan titik kecil di sana, lelaki ini memberikan seluruh perhatiannya membuat Andrea tidak bisa menahan erangannya, merasakan sensasi melayang akibat cumbuan Christopher di titik paling sensitif tubuhnya, titik yang bahkan tidak diketahuinya sebelumnya.
Andrea sudah basah, panas dan siap. Christopher tahu itu. Dia kemudian menaikkan tubuhnya, setengah ragu apakah Andrea benar-benar siap menerimanya untuk memasukinya. Disentuhkannya kejantanannya di sana, membuat Andrea mengerang, menatap mata Christopher dengan ketakutan yang dalam.
Christopher menatap Andrea dengan tajam, mereka saling bertatapan, dan kemudian Christopher menyatukan tubuh mereka, membuat Andrea mengerang karena rasa sakit yang amat sangat menyengatnya di bawah sana, jemarinya mencengkeram pundak Christopher dengan kuat, hampir mencakarnya.
Merasakan betapa kencangnya kewanitaan Andrea, Christopher mengerang, napasnya terangah dan kepalanya menunduk, hidungnya menempel di hidung Andrea, tatapannya lembut penuh cinta.
"Tahan sayang." Dan kemudian, dengan satu hentakan tanpa ampun, Christopher menyatukan keseluruhan dirinya ke dalam tubuh Andrea, membuat perempuan itu memekik keras, menahan sakit dan perasaan aneh yang menyeruak di dalam dirinya.
Mereka terdiam dengan napas terengah, saling bertatapan. Christopher memberikan kesempatan kepada Andrea untuk menyesuaikan diri dengannya, dan ketika dirasakan betapa tubuh Andrea telah santai menerimanya, Christopher menarik tubuhnya pelan-pelan membuat Andrea mengernyitkan keningnya.
"Sakit ya." Christopher berbisik lembut, mengecup pelipis Andrea, mengecup hidungnya dan kemudian mengecup kernyitan di dahinya, berusaha menghilangkannya.
Andrea mengehela napas panjang, sedikit nyeri dan tidak nyaman di bawah sana, tetapi kesadaran bahwa tubuhnya telah menyatu dengan tubuh Christopher dan dia telah termiliki oleh lelaki itu membuat dadanya mengembang penuh cinta, dia tersenyum kepada Christopher, senyum yang sangat mempengaruhi lelaki itu karena membuatnya tidak bisa menahan diri lebih lama. Tubuhnya bergerak semakin lama semakin cepat, membawa Andrea melewati batas yang tidak pernah berani dilompatinya sebelumnya.Rasa sakit dan pedih itu berbaur dengan kenikmatan, membuat Andrea melayang, tubuhnya mengikuti ritme tubuh Christipher sampai kemudian lelaki itu mengerang dalam-dalam karena kenikmatan tak tertahankan yang menghujani tubuhnya, menyatukan dirinya sedalam mungkin, dan kemudian mencapai puncak pelepasannya, membawa Andrea bersamanya,
Rasanya luar biasa nikmat, seperti dilemparkan ke dalam sumur yang sangat dalam dan nikmat penuh dengan stimulasi di setiap saraf tubuhnya. Darah Andrea berdesir oleh derasnya aliran kenikmatan yang memenuhi setiap pembuluh darahnya, dia mengerang ketika mencapai orgasmenya, mengangkat pinggulnya menerima tubuh Christopher yang menghujamnya sepenuhnya dan merasakan pelepasan lelaki itu yang hangat dan panas jauh di dalam tubuhnya.Christopher rebah di atas Andrea, dengan tetap menahan diri agar tidak menimpakan berat tubuhnya kepada Andrea, matanya menatap Andrea dalam, mereka saling tersenyum penuh cinta, kemudian Christopher bergumam serak,
"Isteriku, aku akan mencintaimu selamanya. Kehidupan mungkin hanyalah sebuah perjamuan dan kematian adalah hidangan penutupnya, tetapi aku berjanji kepadamu, aku akan terus mencintaimu hingga kita menikmati hidangan penutup kita." Sebuah janji yang diwakili oleh sembilan lilin berwarna biru yang menyala redup menerangi ruangan.
Lambang janji cinta Christopher kepada Andrea.
*** [Kembali ke masa sekarang]
Andrea membuka matanya dan terkesiap menatap bingung pada ruangan di sekelilingnya. Bau obat yang kuat dan seluruh dinding bercat putih membuatnya tahu dia sedang berada di mana.
Ada infus di lengannya, dan ketika meraba kepalanya, ada perban di sana, terasa sedikit nyeri ketika disentuh. Jantung Andrea bergolak cepat dan air matanya mengalir dengan derasnya.
Dia sudah ingat semuanya...
Semuanya dari awal sampai akhir, dari pertemuan pertamanya dengan Christopher sampai perpisahannya akibat kecelakaan itu.Dan kemudian Andrea teringat ekspresi sedih Christopher ketika dia menembaknya. Ekspresinya begitu terluka meskipun lelaki itu memanggilnya 'sayang'
Andrea menangis keras-keras penuh penyesalan, menyadari bahwa dia telah menembak suaminya sendiri. Menyadari bahwa dia mungkin telah membunuh suami yang amat sangat dicintainya.
Christopher Agnelli adalah suaminya, belahan jiwanya yang selama ini terpisah jauh karena keadaan.
Dating With The Dark bab 15
"Anda belum boleh berdiri, Tuan." Richard yang memasuki ruangan tempat Christopher dirawat di ruangan ekslusif di pulau dewata itu mengernyitkan keningnya dengan cemas, "Jangan memaksakan diri dulu."
Christopher menghela napas panjang, "Kapan aku diperbolehkan keluar dari sini"" Ini terlalu lama, dia harus merenggut Andrea kembali. Perempuan itu tidak boleh terlalu lama di dekat Eric. Christopher takut segala informasi yang dilimpahkan Eric kepada Andrea akan membuat perempuan itu semakin jauh darinya. Kadangkala dia merasa cemas dan gusar luar biasa karena Andrea bahkan tidak bisa mengingatnya, suaminya sendiri.
"Anda harus sehat dulu, Tuan Christopher, ingat, semua rencana ini membutuhkan kesehatan anda. Apalah artinya anda berhasil nanti kalau anda sakit."
Richard ada benarnya juga. Christopher menghela napas panjang,
"Apakah kau sudah memberi instruksi kepada Katrin""
Richard menganggukkan kepalanya,
"Saat ini nona Andrea masih berada di rumah sakit. Anda tahu insiden dengan Sharon melukai kepalanya, membuatnya tidak sadarkan diri. Segera setelah Andrea sadar, Katrin akan bertindak."
Christopher mengernyitkan keningnya, menyesal karena Andrea harus menghadapi kengerian itu karena kelakuan Sharon yang tidak diduga. Seharusnya Christopher bisa menduganya dari awal, tatapan memuja Sharon kepadanya hampir seperti obsesi terpendam, dan obsesi yang tak terlampiaskan bisa meledak ketika sudah mencapai titik puncaknya, membuat Sharon melakukan hal-hal yang tak terbayangkan. Christopher tidak mau bersikap kejam, tetapi dia tidak bisa menahan rasa leganya karena sekarang Sharon sudah tidak ada lagi untuk mengganggu Andrea.
"Oke. Kabari aku lagi nanti." Gumam Christopher, setengah mengusir Richard dari kamarnya. Pelayan tua itu tentu saja sudah mengerti isyarat tuannya, dia setengah membungkukkan badannya dan pamit mengundurkan diri, keluar dari ruangan.
Lama kelamaan, Christopher merasakan nyeri di dadanya, dia melangkah dan kemudian duduk di atas ranjang, benaknya berkelana membayangkan bagaimana Katrin mungkin harus memaksa Andr
ea atau bahkan menculiknya untuk Christopher. Andrea masih belum mengingatnya, lelaki itu bahkan menembaknya untuk menyelamatkan Eric.
Perasaan cemburu membakarnya mengingat Andrea hampir saja membuka hatinya untuk Eric. Tetapi untunglah dia bisa menahan diri dan mencoba memaklumi semuanya, mengingat Andrea kehilangan ingatannya dan seluruh kenangannya tentang Christopher.
Tetapi bukankah jika cinta itu ada, maka akan selalu ada meskipun ingatan mereka hilang" Christopher telah memegang harapan itu sekian lama, terus menerus percaya bahwa meskipun Andrea tidak bisa mengingatnya, isterinya itu akan bisa mencintainya lagi. Christopher bertekad akan membawa Andrea ke italia, ke rumah mereka tempat mereka menghabiskan masa bulan madu yang indah, sayangnya urusan surat-surat penting menahannya di negara ini, membuat semuanya tertunda sehingga Eric bisa merenggut Andrea kembali.
Eric. Mata Christopher meredup dengan marah, seharusnya Eric tahu bahwa Andrea adalah isterinya, dia yakin bahwa atasan Eric pasti sudah memberitahukan informasi itu kepadanya. Lelaki itu harusnya sadar bahwa tidak ada lagi harapan baginya untuk memiliki Andrea. Andrea masih isterinya yang sah, terikat resmi, miliknya seutuhnya.
Dia terkenang akan masa-masa bahagia itu, masa dimana hanya ada dia dan Andrea dan cinta yang luar biasa besar di antara mereka...
*** [Satu bulan setelah pernikahan]
"Indah sekali." Andrea berseru bahagia melihat pemandangan di depannya, kemudian dia menoleh ke belakang ke arah Christopher yang berdiri di belakangnya dengan senyum lembutnya. Satu bulan dalam pernikahan mereka gunakan untuk menjelajah kota Lucca yang begitu indah, penuh dengan peninggalan bersejarah abad pertengahan. Sebenarnya bisa dikatakan Andrea yang menjelajah sementara Christopher yang menemani. Tidak habis terima kasih Andrea atas kesabaran Christopher menemaninya, meskipun Andrea tahu, Christopher mungkin sudah bosan dengan seluruh tempat wisata di kota ini.
Kota Lucca ini memang sangat indah, alun-alun abad pertengahan, gereja kecil, galeri seni dan jalur berbatu berpadu selaras dengan kedamaian dan keramahan penduduknya. Setiap pagi, Andrea dan Christopher akan menentukan mereka akan kemana, mereka telah mengunjungi beberapa gereja yang dibangun di abad pertengahan, dan merupakan tempat bersejarag bergaya arsitektur Italia yang klasik dengan ciri khas koridor di lantai dasar. Salah satu yang pertama kali mereka kunjungi adalah gereja San Michele dengan Loggia, selain itu Andrea juga telah mengunjungi gereja San Pietro Somaldi, dan tidak lupa gereja San Frediano, atau Duomo yang menjadi rumah bagi patung karya Jacopo della Quercia Tomb of Illaria del Carretto di abad 1410.
Saat ini mereka berdua sedang salah satu sudut terbaik kota Lucca yakni Torre Guinigi di Via Sant'Andrea. Di tempat itu terdapat sebuah menara abad pertengahan dengan ek suci (holly oak) kuno di atasnya. Andrea berdiri di atas dan menatap ke bawah, ke arah atap-atap rumah berwarna merah bata yang tampak sangat indah berpadu dari atas, rambutnya berkibar ditiup angin dan senyumnya mengembang cerah di bawah naungan rindangnya pohon ek yang begitu besar.
"Kau senang"" Christopher begitu bahagia bersama Andrea selama sebulan ini. Pernikahan ini benar-benar membawa kepuasan luar dalam untuknya, Andrea telah mengubah kehidupannya yang kelam dan muram menjadi penuh cahaya. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama seakan tak terpisahkan, Christopher hanya meninggalkan Andrea sebentar untuk mengurus bisnisnya melalui telepon, untunglah dia memiliki pegawai tingkat tinggi yang bisa diandalkan untuk mengurus perkebunan anggur dan zaitunnya yang sangat luas. Biasanya setelah berjalan-jalan, mereka akan pulang dengan tubuh lelah tapi bahagia.
Lalu mereka akan mandi bersama, saling memijat di bawah guyuran air panas yang menyenangkan untuk kemudian bercinta dengan panas di kamar mandi. Malam-malam mereka bersama tidak kalah panasnya, mereka melewatkan hampir setiap malam dengan bercinta, memuaskan gairah yang seakan tidak pernah surut satu sama lain.
Christopher sangat puas dengan iste
rinya di atas ranjang sehingga tidak mungkin mampu melirik wanita lain. Begitupun dia menjadi sangat posesif kepada isterinya, melemparkan tatapan membunuh pada lelaki manapun yang berani melemparkan pandangannya kepada isterinya itu.
Mereka berdua baru sampai di rumah menjelang sore hari, dan memulai ritual yang menyenangkan dengan mandi bersama.
Dengan lembut Christopher melepaskan pakaian Andrea, satu persatu menahankan gairahnya, setelah Andrea telanjang bulat, Christopher melepaskan pakaiannya sendiri dan setelah selesai dia mendorong Andrea ke kamar mandi.
Air pancuran yang hangat langsung menyiram tubuh mereka, melemaskan otot-otot mereka yang kaku setelah petulangan seharian mereka yang menyenangkan.
Christopher mengusapkan sabun cair yang penuh busa ke punggung Andrea, memijitnya lembut, membuat Andrea tersenyum nakal ke arahnya, perempuan itu juga mengusapkan sabun ke dada Christopher yang bidang, mereka saling menyabuni, dalam keheningan yang penuh makna, hanya gemericik air yang menaungi.
Lalu setelah mereka selesai menyabuni dan membiarkan air menyapu busa-busa sabun di sekujur tubuh mereka, Christopher yang menahan diri seharian, langsung mengangkat sebelah paha Andrea, membuat perempuan itu membuka diri ke arahnya, di dorongnya tubuh Andrea dengan lembut supaya bersandar di marmer hitam kamar mandi, ditopangnya tubuh Andrea, dan kemudian kejantanannya yang sudah begitu keras dan siap, meluncur memasuki tubuh Andrea,
Mereka berdua mengerang bersamaan atas penyatuan tubuh mereka, Christopher menunduk dan mencium leher Andrea yang terdongak ke belakang, tangannya menyangga pinggul Andrea, dan sebelahnya lagi mengangkat tungkai Andrea, membuatnya semakin leluasa memasukkan diri dan bergerak dalam ritme teratur yang makin lama makin cepat. Napas mereka terengah, menimbulkan uap di dinding kaca pancuran, tubuh mereka bergerak tanpa henti, mengejar gairah mereka yang ingin memuncak.
Sampai akhirnya dengan isyarat tanpa kata, Christopher mengajak Andrea mencapai puncak kenikmatan itu, ke dalam penyatuan yang luas biasa, penyatuan intim seorang suami dengan isterinya.
Napas Andrea terengah dan tubuh isterinya terkulai dalam pelukannya. Christopher mengecup puncak kepala Andrea dengan puas dan penuh rasa sayang. Kemudian membiarkan air hangat menyiram tubuh mereka, membersihkan semuanya. Setelah dirasa cukup, Christopher mengangkat tubuh Andrea keluar dari pancuran. Dia kemudian menurunkan Andrea dan meraih handuk, lalu menggosok lembut tubuh isterinya untuk mengeringkannya.
Andrea meraih tangan Christopher, dan meletakkannya di pipinya, tatapannya penuh cinta kepada suaminya itu.
"Aku merasa seperti di surga" bisikmya pelan, serak oleh cinta.
Christopher mengecup bibir Andrea dengan lembut, lalu memeluk isterinya erat-erat.
"Aku juga sayang, aku juga."
*** Tetapi pada akhirnya tiba saatnya Christopher harus menghadapinya, keadaan dimana dia harus mengungkapkan kenyataan kepada Andrea.
Suatu malam, setelah percintaan mereka yang hangat dan panas, Andrea bergumam setengah mengantuk.
"Aku ingin pulang dan menengok ayah." Andrea bergumam pelan, "Tadi aku menelepon ayah, dan suara ayah tampak lemah. Aku mencemaskan keadaannya."
Pulang ke rumah hanya akan membahayakan nyawa Andrea, dari laporan Demiris, nyawa ayah Andrea masih terancam, apalagi lelaki itu sudah hampir memenuhi tenggat waktu untuk penyelesaian penelitiaannya. Order yang ditetapkan sudah jelas, bahwa Profesor Adam harus dibunuh setelah penelitian itu selesai. Dan ketika "Sang Pembunuh" gagal melaksanakan tugasnya, maka disewa pembunuh lain untuk melakukannya.
Christopher harus menjelaskan semuanya kepada Andrea, supaya perempuan itu mengerti.
Dan malam itu, mengalirlah seluruh kisahnya, dari kisah masa kecilnya yang kelam selepas dari panti asuhan, hingga tempaan demi tempaan yang diterimanya, yang membentuknya menjadi pembunuh berdarah dingin, sampai dengan pengakuan ayah kandungnya bahwa dia adalah penerus keluarga Agnelli.
Sampai di situ, Christopher menatap Andrea, menanti reaksinya, dia akan siap kalau isterinya itu mungkin akan ke
takutan kepadanya, atau bahkan membencinya, bagaimanapun juga, tangan Christopher sudah pernah berlumuran darah.
Tetapi nyatanya, Andrea malah memeluknya dan menangis, menyatakan simpati yang amat dalam kenapa Christopher harus mengalami semua kesakitan itu, dan begitu bersyukur karena sekarang bisa menjadi isteri Christopher, seseorang yang mungkin bisa meredakan seluruh kesakitan suaminya. Andrea ternyata benar-benar mencintainya, tidak peduli akan masa lalunya yang hitam.
Tetapi kemudian kecemasan Andrea memuncak ketika Christopher menceritakan tentang masalah yang melilit ayahnya, bahwa sekarang nyawa ayah Andrea sedang terancam.
Perempuan itu menangis, merengek, dan begitu bersedih, meminta pulang ke negaranya untuk menengok ayahnya. Semula Christopher bersikeras tidak mengabulkan keinginannya, mengatakan bahwa itu semua bisa membahayakan nyawa Andrea, dan bahwa profesor Adam sendiri yang meminta Christopher membawa Andrea jauh-jauh darinya untuk menyelamatkannya. Christopher tidak mampu mengatakan tentang penyakit kanker yang diidap oleh ayah Andrea, dia tidak mungkin menambah kecemasan isterinya itu, biarlah nanti profesor Adam sendiri yang mengatakan kepada Andrea.
Pada akhirnya, Chrstopher menyerah, seorang lelaki yang begitu mencintai isterinya, hingga tidak mampu menolak keinginan isterinya yang dibarengi dengan kesedihan. Pada akhirnya dia setuju untuk mengantar Andrea pulang ke negaranya, dan kemudian, kalau Andrea berhasil membujuk ayahnya, mereka akan membawa profesor Adam ke Italia.
Sebuah keputusan paling buruk yang pernah dibuat oleh Christopher, karena keputusan itu membuatnya kehilangan Andrea &.
*** Begitu sampai di rumahnya, Andrea langsung menghambur memasukinya, mencari ayahnya. Dia menemukan ayahnya sedang menekuri kertas-kertas di meja kerjanya,
"Ayah!" Andrea berseru, membuat profesor Adam mengangkat kepalanya dan menatap Andrea dengan terkejut. Hal itu wajar karena Christopher dan Andrea tidak memberitahukan kedatangan mereka kepada ayahnya.
"Andrea..." sang ayah bergumam, masih terpana, lelaki tua itu lalu menoleh ke arah Christopher yang berdiri di belakang Andrea dan meletakkan koper-koper mereka, "Kenapa kau ada di sini""
Andrea menatap ayahnya dengan tegas,
"Christopher telah menceritakan kepadaku semuanya, ayah." Tatapannya menyayangkan, "Kenapa kau tidak menceritakan semuanya kepadaku" Mungkin kita akan bisa mengatasinya bersama, dan jangan pernah ayah berpikir aku akan mau-mau saja meninggalkan ayah menghadapi semuanya di sini. Ayah harus ikut denganku ke Italia."
Profesor Adam masih tampak kebingungan, hingga Christopher harus memecahkan suasana.
"Beristirahatlah dulu Andrea, ini sudah larut malam, ayahmu pasti juga ingin beristirahat, kita bicarakan semuanya besok ya."
Andrea tampak ingin membantah, tetapi kemudian dia melirik ke arah ayahnya yang tampak begitu pucat dan lebih kurus. Apakah ayahnya sakit" Ataukah ayahnya terlalu banyak pikiran, dengan segala peristiwa yang mengancam nyawanya ini"
"Baiklah, aku akan istirahat dulu." Andrea tersenyum lembut kepada ayahnya, "Kita bicara lagi besok pagi ya ayah." Dengan lembut Andrea mengecup kedua pipi profesor Adam.
Sepeninggal Andrea, profesor Adam menatap Christopher yang masih berdiri diam di sana.
"Kenapa kau menceritakan semuanya kepada Andrea"" profesor Adam tampak begitu cemas dan kebingungan.
Christopher menghela napas panjang,
"Puterimu itu begitu keras kepala, memaksa pulang ke sini untuk menengokmu, aku tidak bisa menyalahkannya karena memang kau adalah ayahnya, sudah sewajarnya dia begitu menyayangi dan mencemaskanmu." Mata Christopher menelusuri seluruh penampilan profesor Adam, dan kemudian dia teringat akan kata-kata Demiris, matanya meneliti dan menemukan kebenaran pendapat Demiris, Andrea sama sekali tidak mirip dengan ayah kandungnya, tidak ada ciri-ciri latin sama sekali di diri profesor Adam, juga pada mendiang isterinya yang foto besarnya terpampang di ruang tamu, "Aku menceritakan semua kepadanya untuk mencegahnya memaksa pulang. Supaya dia tahu bahaya apa yang akan dihadapinya kalau dia pulang k
e negara ini. Sayangnya aku salah duga, bukannya menahan diri, Andrea malah semakin memaksa untuk pulang karena mencemaskanmu. Kami akan membawamu ke Italia." Suara Christopher tajam, tidak terbantahkan.
Profesor Adam tampak lunglai, menatap Christopher dengan sedih,
"Kau tahu itu tidak akan ada gunanya, kondisiku sudah begitu parah hingga umurkupun sudah bisa diperkirakan akhirnya, belum lagi aku terikat perjanjian dengan organisasi kejam yang akan membunuhku. Dengan membawaku ke italia, itu berarti akan membawa bahaya kepada kalian karena pembunuh yang dikirimkan oleh organisasi itu akan mengejarku."
"Setidaknya Andrea akan berbahagia karena bisa merawatmu di saat terakhirnya." Christopher bergumam tenang, "Dan jangan lupa, aku adalah pembunuh terbaik dari semua pembunuh yang ada, aku tahu semua tekniknya, aku bisa melindungimu. Seharusnya kulakukan ini dari awal, sayangnya kemarin aku begitu fokus untuk menikahi Andrea, hingga melupakannya."
Profesor Adam menghela napas panjang, menyerah atas kekeraskepalaan Christopher,
"Aku lelah, mungkin besok kita bisa bicarakan lagi." Gumamnya, memijit kepalanya yang mulai terasa nyeri.
Christopher menganggukkan kepalanya lalu mengundurkan diri dari ruangan itu tanpa kata.
*** Malam harinya, Christopher demam, dia yang sudah bertahun-tahun tidak pernah sakit parah itu harus tumbang karena demam negara tropis yang aneh.
Tubuhnya panas tinggi dan tenggorokannya terasa sakit, dia kesulitan bangun dari tempat tidurnya keesokan harinya.
Mereka sebenarnya telah menyiapkan sembilan lilin biru yang menyala redup di dalam kamar, untuk mengenang keindahan lamaran yang diberikan oleh Christopher waktu itu, tetapi karena kondisi Christopher kurang baik, mereka tidak bercinta. Semalaman Andrea memeluk Christopher, berusaha meredakan sakitnya dengan kasih sayangnya,dinaungi oleh sembilan lilin biru yang menyala indah, dan mati di pagi hari karena kehabisan sumbunya.
Andrea tampak cemas di pagi harinya ketika Christopher mulai batuk-batuk, suara batuknya kering dan seakan menyakiti tenggorokannya, dia menyuapi Christopher dengan sup ayam yang dibuatnya sendiri, yang segera ditampik Christopher setelah suapan ke tiga karena perutnya terasa mual.
"Kau harus makan dan meminum obat demammu." Andrea memaksa, membuat Christopher mengerutkan keningnya, kepalanya terasa berkunang-kunang dan telinganya berdentam-dentam, menambah rasa sakit di sana.
"Aku sudah cukup makan." Gumamnya keras kepala, dengan suara serak karena tenggorokannya terasa nyeri digunakan untuk batuk dengan begitu kuatnya. "Berikan obatku kepadaku."
Andrea menurutinya, memberikan segelas air putih dan obat yang segera diminum oleh Christopher. Obat batuk dan demam itu tentu saja membuat Christopher mengantuk, lelaki itu mengutuki dirinya yang lengah hingga bisa terserang penyakit ini, kemudian mencengkeram lengan Andrea kuat-kuat,
"Aku akan tidur dan beristirahat, dan ketika bangun aku akan baik-baik saja." Matanya menatap tajam dan dalam, "Jangan keluar dari rumah satu langkahpun ketika aku tidur, aku ingin kau selalu berada dalam jangkauanku sehingga aku bisa menjagamu."
Andrea menganggukkan kepalanya, lalu mengecup dahi Christopher yang panas,
"Tenang saja sayang, aku tidak akan kemana-mana." Diusapnya dahi Christopher dengan lembut sampai lelaki kesayangannya itu akhirnya tertidur pulas dengan napas teratur.
*** Andrea melihat stock obat di kotak obat dan mengernyit, persediaan obat demam di sana sudah habis, sementara Christopher sepertinya masih memerlukan meminum obat dua atau tiga kali lagi, demamnya masih tinggi dan suara batuk keringnya masih begitu kuat.
Andrea melihat ayahnya sedang membaca koran di ruang tengah dan memanggilnya,
"Ayah, bisakah kau mengantarkanku ke apotek di perempatan sana" Obat untuk Christopher habis, dia tidak mau ke dokter jadi aku memberikannya obat generik yang biasa ada di kotak persediaan kita."
Profesor Adam menatap Andrea dengan ragu, Dia bisa saja menyetir mobil dan mengantarkan Andrea ke apotek di depan sana. Tetapi Chrisrtopher sedang lemah dan sakit, apakah bijaksana
membawa Andrea keluar dari rumah sekarang"
"Kita seharusnya tidak keluar rumah tanpa Christopher." Gumam profesor Adam akhirnya, mengingatkan Andrea pada bahaya yang tengah mengintai mereka.
Sejenak Andrea tampak ragu, tetapi kemudian dia mengambil keputusan,
"Kita harus membelikan Christopher obat, lagipula apotek itu berada di depan dekat pintu keluar kompleks perumahan kita, kita bisa langsung membeli obat dan kembali lagi ke rumah, bahkan Christopher mungkin tidak akan menyadari kalau kita pergi."
Profesor Adam menatap Andrea dan menyadari kebenaran kata-kata puteri semata wayangnya itu, dia mengangkat bahunya dan kemudian meraih kunci mobilnya,
"Ayo kalau begitu kita segera berangkat sebelum Christopher bangun."
Mereka mengendarai mobil dengan pelan keluar dari kompleks perumahan, apotek itu sudah ada di depan mata. Sampai kemudian, sebuah truk besar tiba-tiba saja seperti kehilangan kendali, menerjang ke arah mereka berdua tanpa ampun.
Andrea berteriak, merasakan pedihnya ketika serpihan kaca menerpa kulitnya, dia masih meneriakkan nama ayahnya sampai kemudian kesadarannya tertelan oleh kegelapan yang pekat, menelannya mentah-mentah hingga kemudian dia tidak teringat apa-apa lagi.
Semua orang mengira bahwa ini kecelakaan biasa. Tetapi itu bukanlah kecelakaan biasa, kecelakaan ini sudah direncanakan untuk membunuh profesor Adam dan puterinya, karena satu hari sebelumnya profesor Adam telah mengirimkan berkas seluruh penelitiannya kepada organisasi asing tersebut, dan sekaligus menyerahkan nyawanya.
*** Ketika Chistopher terbangun dengan demam yang sudah turun dan batuk yang sudah sedikit ringan, dia menyadari bahwa tidak ada orang di rumah, dia langsung merasakan firasat buruk yang melingkupinya. Dihubunginya beberapa koneksinya di negara ini, yah, Christopher telah menyiapkan diri, dia mempunyai beberapa koneksi yang berguna, yang tersebar di seluruh penjuru kota ini. Seketika itu juga dia mendapatkan kabar tentang kecelakaan itu.
Christopher langsung menuju rumah sakit seperti orang gila. Benaknya meneriakkan nama isterinya, mencemaskan isterinya.
Kalau sampai terjadi sesuatu kepada isterinya, Christopher akan memilih untuk mati saja!
*** Ketika sampai di rumah sakit, Christopher mendapati Andrea terbaring koma dengan luka di seluruh tubuhnya, luka yang paling parah ada di kepalanya, dan profesor Adam tewas seketika dalam kecelakaan itu.
Christopher memandang dengan geram tubuh Andrea yang terbaring lunglai, marah luar biasa kepada pembunuh yang dikirimkan oleh organisasi itu. Benaknya membara, berani-beraninya mereka menyentuh isterinya!
Mereka akan segera mengetahui bahwa "Sang Pembunuh" sedang sangat marah!
Setelah mengecup jemari Andrea, Christopher berkonsultasi pada dokter yang menyatakan bahwa kondisi Andrea sudah stabil dan perempuan itu pada akhirnya akan terbangun dari komanya. Christopher kemudian menelepon Richard dan Demiris untuk mencarikan informasi tentang pembunuh yang disewa untuk melenyapkan profesor Adam, setelah mendapatkan informasi yang cukup, dia menghubungi kepala agen pemerintah yang khusus menangani hubungan luar negeri.
Christopher harus menyelesaikan semua, demi keamanan Andrea. Organisasi itu tidak akan berhenti karena mereka mungkin menduga bahwa Andrea mengetahui tentang penelitian ayahnya. Christopher bisa saja mengamankan Andrea di italia, tetapi sekarang ini, ketika kondisi Andrea masih tidak memungkinkan, Christopher harus menghentikan semua ancaman yang mungkin akan menyerang isterinya. Dia sendiri yang akan masuk ke organisasi itu dan mengancam mereka kalau sampai berani menyentuh isterinya lagi. Dan tentu saja, dia akan menghabisi pembunuh manapun yang sudah membuat isterinya terbaring koma tak sadarkan diri seperti ini.
"Aku tahu kau juga mengincar profesor Adam." Christopher bergumam pelan, "Dan saat ini agen-agenmu sedang berkeliaran di seluruh penjuru rumah sakit, menunggu Andrea sadarkan diri."
Kepala agen itu terdiam, tahu bahwa dia sedang berbicara dengan "Sang Pembunuh" yang sangat berbahaya, dia memutuskan hanya akan berbicara sesedikit mungkin un
tuk menjaga dirinya. "Aku akan membunuh mereka semua yang terlibat dengan kecelakaan yang dialami isteriku, tanpa tersisa." Suara Christopher begitu dingin dan kejam, membuat sang kepala agen merasakan bulu kuduknya meremang.
"Kau ingin aku melakukan apa"" akhirnya Kepala agen itu berani berkata-kata.
"Aku ingin kau menjaga isteriku, aku tahu kau mempunyai agen terbaik untuk menjaganya. Dan dia adalah puteri dari profesor Adam, orang yang aku tahu telah banyak berjasa atas penelitiaannya untuk menjaga pertahanan dan keamanan negara ini. Andrea adalah isteriku, aku akan pergi meninggalkannya untuk membalaskan atas apa yang berani-beraninya mereka lakukan pada Andrea, setelah itu aku akan kembali untuk mengambil Andrea."
Lalu telepon ditutup, membuat Kepala Agen itu ternganga mengetahui informasi bahwa Andrea adalah isteri dari "Sang Pembunuh."
Setelah telepon itu, Kepala agen langsung menyuruh anak buahnya menyebar, mencari informasi tentang lelaki asing yang dinikahi oleh anak profesor Adam itu. Tetapi rupanya "Sang Pembunuh" sangat pandai menyamar. Dia pasti menggunakan nama lain dan berhasil menghindari seluruh kamera intelejen karena identitasnya sangat sulit terungkapkan.Pernikahan itupun entah kapan terjadinya, pasti dilakukan dengan diam-diam. Kepala agen itu menyesal telah mengendorkan pengawasan terhadap profesor Adam selama beberapa bulan terakhir ini karena mereka menganggap tidak ada bukti yang mengarahkan kegiatan profesor Adam yang membahayakan negara ini. Mungkin selama jeda kosongnya pengawasan mereka itulah, "Sang Pembunuh" masuk ke dalam kehidupan profesor Adam dan puterinya.
Sayangnya, kepala agen itu kemudian mengambil keputusan yang melawan Christopher, segera setelah mengetahui kondisi aman, dia menyuruh seluruh Agennya untuk memindahkan Andrea ke tempat tersembunyi dalam pengawasan di program perlindungan saksi. Andrea adalah orang terdekat ayahnya, dan kecemasan kepala Agen itu semakin besar ketika Andrea sadarkan diri dan ternyata mengidap amnesia.
Mungkin saja Andrea menyimpan rahasia besar tentang penelitian ayahnya yang bisa membahayakan keamanan negara ini, dan sampai ingatan Andrea kembali serta mereka bisa memastikan bahwa Andrea tidak menyimpan informasi penting apapun, mereka harus bisa menjaga Andrea di bawah pengawasan mereka dan menjauhkannya dari "Sang Pembunuh". Lelaki yang mengaku sebagai suami Andrea itu memiliki reputasi yang sangat berbahaya, jika Andrea sampai jatuh ketangannya dengan membahwa rahasia penting yang berhubungan dengan penelitian ayahnya, bisa-bisa hal itu akan mengancam keamanan negara mereka!
Selain itu sang Kepala Agen tiba-tiba saja ingin menangkap dan mengetahui identias "Sang Pembunuh", kalau benar lelaki itu ingin menjemput Andrea kembali, maka makin besar kesempatannya untuk menangkap lelaki yang sangat ditakuti di dunia gelap itu. Kalau kepala agen dan anak buahnya bisa menangkapnya, bisa dibayangkan betapa besar prestasi mereka di dunia internasional. Tentu saja mereka kesulitan karena mereka tidak tahu seperti apa sang pembunuh itu, dan darimana asalnya, mereka tidak punya benang merah apapun, selain bahwa "Sang Pembunuh" dan Andrea terikat sebagai suami isteri, karena itulah Andrea akan dijadikan umpan, untuk menangkap dan memancing "Sang Pembunuh" yang sangat terkenal itu.
Maka diperintahkanlah agen-agen khususnya untuk terus mengawasi Andrea, Andrea mengalami hilang ingatan sebagian, dimana dia hanya kehilangan ingatan selama kira-kita setahun sebelum kecelakaan, selebihnya ingatannya baik-baik saja, perempuan itu bisa mengingat masa kecilnya, seluruh pengalamannya, tetapi ketika diminta mengingat tentang masa-masa setahun sebelum kecelakaan, Andrea mengalami pusing di kepalanya akibat trauma, kemudian dicekam oleh serangan panik dan teror yang menyengat, membuatnya harus diterapi oleh psikiater. Kondisi Andrea yang lupa ingatan memudahkan mereka untuk mengawasi Andrea tanpa disadari olehnya, sehingga lebih mudah untuk membangun cerita baru baginya, semua disiapkan untuknya dari rumah barunya, dan kehidupannya yang baru.
Yang perlu dilakukan oleh semua agen itu adalah menjaga Andrea untuk tetap dalam pengawasan mereka, dan kemudian ketika "Sang Pembunuh" datang, mereka harus menggagalkan dia mengambil Andrea dan menangkapnya.
Semua terasa begitu mudah. Kepala Agen itupun menugaskan Eric, anak buahnya yang paling kompeten untuk menjadi kepala team bagi misi mereka ini.
*** Christopher kembali dari luar negeri, setelah membalaskan dendamnya dengan mengabisi setiap orang yang terlibat dalam perintah untuk melukai Andrea, serta memberikan peringatan yang luar biasa menakutkan kepada organisasi asing itu untuk tidak main-main dengan "Sang Pembunuh".
Tetapi dia sudah menyadari bahwa dia berada dalam jebakan dengan Andrea sebagai umpannya. Hal itu membuatnya waspada dan tetap bersembunyi, sambil mencari informasi.
Dari salah satu anak buahnya yang disusupkan di agen pemerintah itu, Christopher mengetahui bahwa dia sudah diincar untuk ditangkap ketika dia menjemput Andrea nanti, bahwa isterinya itu mengalami hilang ingatan dan melupakannya.
Christopher memutuskan menahan diri pelan-pelan dan mengumpulkan kekuatan dia melatih pengawal-pengawalnya yang setia dengan kemampuan penyamaran dan bela diri yang mematikan untuk menjaganya, sebagaian menerima tugas untuk menyusup dan mengawasi Andrea.
Christopher harus mengambil kembali Andrea, bagaimanapun caranya. Semua rencana sudah disusun rapi, tinggal menunggu waktu yang tepat sampai dia bisa mengambil isterinya lagi.
*** [Kembali ke masa sekarang]
Eric menggebrak meja dengan marah, sedikit mengernyit karena luka tusukan dipunggungnya yang sekarang dibalut perban terasa nyeri. Luka itu, meskipun berdarah banyak ternyata tidak parah, mungkin karena tenaga Sharon sebagai perempuan kurang kuat, membuatnya tidak bisa menusukkan pisau itu dengan dalam sampai menyentuh organ vital Eric.
"Apa maksudmu dengan melepaskan Andrea"" matanya membara menatap ke arah atasannya, sang kepala agen.
Atasan Eric mengangkat bahunya, "Ingatannya sudah kembali Eric, dokter kita sudah memeriksanya dengan teliti, semua tes sudah dilakukan, ternyata Andrea sama sekali tidak tahu menahu tentang penelitian yang dilakukan ayahnya. Dia aman untuk dilepas, dan tidak akan membahayakan keamanan negara kita."
"Jadi kita akan melepasnya begitu saja" Seluruh usaha kita untuk menjaga Andrea selama ini sia-sia saja""
Atasan Eric menatap Eric dengan tajam,
"Aku mencemaskanmu, Eric, kau tampaknya terlalu tenggelam dalam misi ini hingga mempengaruhi emosimu. Aku sudah memberikan berkas-berkas itu padamu, kau ingat" Catatan pribadi profesor Adam yang kita sita, yang menyatakan bahwa Andrea adalah isteri dari "Sang Pembunuh, waktu itu aku berharap dengan melihat berkas-berkas itu kau bisa membunuh perasaanmu yang mulai tumbuh terhadap Andrea dan menjalankan tugasmu dengan profesiaonal tetapi rupanya kau malahan terlibat makin dalam."
Atasan Eric menghela napas panjang lalu melanjutkan kalimatnya, "Aku tahu semua ini terjadi karena kesalahanku, terlalu ambisius ingin menangkap "Sang Pembunuh", pada akhirnya aku sadar, dia hanya seorang lelaki yang menginginkan isterinya kembali. Toh sekarang kita sudah tahu bahwa Andrea sama sekali tidak tahu tentang penelitian yang dilakukan ayahnya, negara kita sudah aman, rahasia tetap tersimpan rapi. Kita tidak berhak memisahkan dua orang yang saling mencintai. Lagipula "Sang Pembunuh" tampaknya sudah meninggalkan dunia gelapnya sejak lama. Dia tidak berhubungan dengan pertahanan dan keamanan negara kita, dia bukan ancaman buat kita. Aku sudah melepaskan ambisi pribadiku untuk memperoleh pujian dari dunia internasional dengan menangkapnya dan membuka identitasnya. Kuharap kau melakukan hal yang sama denganku Eric, melepaskan Andrea dan membiarkannya pulang kepada suaminya."
Wajah Eric pucat pasi mendengarkan kata-kata atasannya itu. Dia bisa memahami apa yang ingin disampaikan atasannya itu kepadanya, tetapi benaknya masih tidak bisa menerimanya. Andrea pernah begitu dekat dengannya, mereka pernah bersama dan menumbuhkan rasa. Dia tidak bisa melepaskan Andrea begitu saja!
Apalagi membiarkan Andrea kembali ke
tangan pembunuh kejam dengan ekspresi gelap dan dingin yang mungkin sekarang sudah mati tertembak oleh Andrea itu!
*** Andrea tidak mungkin pergi begitu saja, dia dijaga ketat oleh dua agen yang ada di depan pintu kamar ruangannya di rumah sakit ini. Dia harus pergi dari rumah sakit ini...dia harus mencari tahu tentang Christopher...oh apakah dia membunuh Christopher" Apakah mungkin Christopher masih bisa diselamatkan"
Andrea menangis setiap saat ketika mengingat Christopher, suaminya, pujaan hatinya. Bagaimana perasaan Christopher waktu itu ketika berbicara dengan Andrea dan bahkan Andrea tidak mengingatnya sama sekali" Andrea pasti telah sangat menyakiti hati Christopher.
Dan kemudian yang paling parah, dia menembak Christopher untuk menyelamatkan lelaki lain. Perbuatannya tidak dapat dimaafkan. Christopher pantas membencinya untuk semua hal ini. Tetapi masihkah dia mempunyai kesempatan untuk meminta maaf kepada Christopher" Tuhan...betapa Andrea berharap dia masih punya kesempatan.
Tak berapa lama kemudian, Eric memasuki ruangan itu, menatap Andrea dengan tatapan nanar. Lelaki itu agak tertatih-tatih dan Andrea melihat perban di balik kemejanya yang terbuka, perban itu membungkus punggung sampai ke bahunya, itu bekas luka tusukan Sharon kepadanya. Andrea memejamkan matanya, mengingat Sharon, salah satu agen itu telah memberitahunya bahwa Sharon tewas tertembak...Sharon sahabatnya...Dengan sikap yang sangat bertolak belakang kemarin. Andrea masih belum mampu menerima kenyataan akan diri Sharon yang sebenarnya. Benarkah dia anak buah Christopher" Benarkah dia menyimpan cinta terpendam yang begitu dalam kepada Christopher"
"Bolehkah aku pergi"" Andrea bertanya dengan penuh harap, memohon kebaikan hati Eric,
"Kau akan pergi kemana" Menemui orang jahat itu" Apakah kau pikir dia masih hidup setelah kau menembaknya" tanya Eric dengan dingin.
Mata Andrea langsung menyala, marah atas kata-kata kejam yang digunakan Eric untuk suaminya,
"Dia bukan orang jahat! Dia suamiku! Dan dalam hatiku aku yakin dia belum mati."
"Dia adalah "Sang Pembunuh" yang sangat kejam, dan kalaupun dia belum mati, aku akan menangkapnya. Kau adalah orang yang mengetahui identitas aslinya, aku akan membuatmu bicara, lalu aku akan menangkap "Sang Pembunuh.", desis Eric dengan marah, diluapi oleh perasaan cemburu melihat Andrea, perempuan yang dicintainya begitu membela lelaki lain.
"Aku tidak akan bicara Eric, kau boleh melangkahi mayatku dulu." Andrea setengah menggeram, menatap Eric dengan marah.
Eric mendengus kesal, lalu membalikkan tubuhnya,
"Kita lihat saja nanti." Gumamnya gusar, menatap Andrea kejam "Dan jangan harap kau bisa melarikan diri dari sini, kau dikawal ketat, kalaupun orang jahat itu berusaha mengambilmu dari sini, aku akan memastikan dia ditembak ditempat oleh agen-agenku." Setelah melemparkan ancaman itu, Eric keluar dan membanting pintu, meninggalkan Andrea yang terperangah akan sikap kejam Eric, dan kemudian menangis.
Tangisan putus asa dari seorang perempuan yang dipisahkan dari belahan jiwanya.
Dating With The Dark Bab 16 (END)
Katrin melihat semua adegan itu dalam diamnya ketika dia berjaga di depan pintu kamar rumah sakit Andrea. Eric bahkan melaluinya dan melangkah pergi dengan gusar, tidak menyadari kehadiran Katrin di depan pintu.
Hal itu membuat benak Katrin terasa sakit, ketika ada Andrea, Eric bahkan sama sekali tidak sempat meliriknya.
Dia menoleh kepada seorang agen yang menjadi temannya berjaga. Hanya ada satu orang untuk dicemaskan. Eric tidak bisa memberikan penjagaan penuh kepada Andrea karena atasannya tidak memberikan persetujuan kepadanya untuk terus menahan Andrea, jadi lelaki itu hanya mendapat izin menempatkan dua orang agen di depan kamar Andrea.
Dan tentu saja hal ini mempermudahnya untuk membebaskan Andrea. Instruksi dari Rihard sudah jelas, bahwa begitu Andrea sadar, dia harus mengatur pelarian Andrea.
Ada sebuah kejutan tentunya yang belum sempat dilaporkannya kepada Richard dan tuan Christopher yang sekarang sedang memulihkan diri, bahwa ingatan Andrea sudah kembali. Perempuan itu s
udah mengingat semuanya. Ini berarti semakin mempermudah tugasnya untuk melepaskan Andrea.
Tetapi informasi penting itu harus diberitahukannya lebih dulu, dan dia juga harus membuat pengakuan kepada Christopher, kalau dia benar-benar mencintai Eric, maka Katrin harus mampu meninggalkan semuanya, dia tidak bisa terus bekerja untuk Christopher sekaligus mencintai Eric, itu sama saja dia melakukan pengkhianatan terus-menerus kepada kedua belah pihak.
Katrin meminta izin kepada teman agennya untuk membeli kopi di kantin rumah sakit di lantai bawah, hari sudah beranjak sore dan dia melangkah turun dari lift lalu menyusuri koridor sepi rumah sakit. Setelah yakin situasi aman, Katrin menelepon.
"Ya. Katrin." Suara Christopher menyahut di sana, tenang dan dalam, sama sekali tidak tersirat bahwa lelaki itu sedang sakit karena tertembak.
"Situasi sudah siap untuk pelarian. Saya akan mengaturnya malam ini."
"Bagus." Christopher menggumam singkat, hendak mengakhiri percakapan, ketika Katrin memanggilnya.
"Tuan Christopher, saya rasa saya perlu menyampaikannya kepada anda, ingatan nona Andrea sudah pulih. Mungkin karena benturan yang dialaminya ketika menyelamatkan diri dari Sharon."
Jeda...jeda yang lama, entah kenapa Katrin bisa membayangkan bahwa Christopher tertegun di seberang sana. Lelaki itu sangat memuja isterinya, dan kenyataan bahwa isterinya telah mendapatkan kembali ingatannya pasti merupakan kabar yang sangat menggembirakan.
Christopher berdehem, "Oke. Lakukan secepatnya, jangan sampai gagal, Katrin." Suara Christopher tampak tenang, tapi Katrin bisa menangkap ada luapan emosi yang bergejolak di dalamnya.
"Saya ingin menyampaikan satu hal lagi." Kali ini Katrin meragu, sedikit takut, "Setelah misi ini, mungkin saya tidak akan mampu lagi melakukan pekerjaan untuk anda."
"Kenapa"" Christopher tampak bingung. Dan itu membuat jantung Katrin berdegup ketika mengungkapkan pengakuannya,
"Saya mencintai Eric, Tuan Christopher, maafkan saya telah melibatkan perasaan pribadi dalam misi ini. Saya...Setelah ini saya ingin menjalani hidup sebagai agen yang sebenar-benarnya dan mencoba mendapatkan hati Eric.
Hening lagi, lalu Christopher bergumam,
"Aku mengerti Katrin. Terima kasih atas kesetiaanmu selama ini. Kau bebas setelah misi ini."
Pembicaraan itupun ditutup, dengan Katrin yang merasa lega luar biasa.
*** "Semua baik-baik saja"" Eric menelepon, dia sedang mengantri di ruang tunggu dokter untuk pemeriksaan atas kondisinya. Seharusnya Eric menjalani rawat inap, tetapi dia menolak dan memaksa pulang. Luka ini sebenarnya tidak seberapa, tetapi entah kenapa sehabis pertengkarannya dengan Andrea tadi, Eric merasakan sedikit nyeri di sana, karena itulah dia menunda mengunjungi Andrea dan membuat janji dengan dokter pribadinyadulu di sebuah tempat praktek yang tidak jauh dari lokasi rumah sakit tempat Andrea di rawat, Eric memang sangat mempercayai dokternya ini karena dokter itu telah menangani semua lukanya selama dia bertugas menjadi agen dan menjalankan berbagai misi yang berbahaya. Mungkin tidak apa dia sedikit terlambat mengunjungi Andrea, lagipula Andrea ada dalam pengawasan agen-agen terbaiknya.
Saat ini, sambil menunggu antrian, Eric menelepon Katrin untuk memastikan semua baik-baik saja.
"Semua aman, tidak ada siapapun yang mencurigakan di lorong, Eric. Kapan kau kemari"" Katrin menyahut dengan suara biasa-biasa saja, tampak tenang, membuat Eric lega.
"Mungkin bisa satu atau dua jam lagi. Antrian cukup panjang, aku membuat janji mendadak tadi sore hingga berada di urutan nomor akhir."
Katrin terkekeh, "Yang penting kau memastikan kesehatanmu dulu, Eric. Tenang saja, kami berjaga di sini."
"Oke. Baik-baik di sana ya. Aku akan segera meluncur setelah pemeriksaan untuk menggantikan kalian berjaga malam di sana."
*** Setelah menutup pembicaraan, Katrin menatap ponselnya dan merasakan sekali lagi getaran cemburu di benaknya. Dia tidak mungkin bisa membiarkan Eric berjaga malam, menunggui Andrea semalaman di sini.
Dengan penuh tekad dia menoleh ke arah rekan agennya,
"Malam ini dingin ya...aku ingin sekali
minum kopi lagi, apalagi aku sudah mulai mengantuk." Katrin pura-pura menguap.
Agen rekannya itu tersenyum, "Mau kubelikan kopi""
"Boleh, terima kasih." Gumam Katrin sambil menganggukkan kepalanya.
Baru beberapa langkah agen itu berjalan, Katrin mengejar di belakangnya dengan langkah pelan dan ahli, seperti keahlian membunuh yang telah diajarkan kepadanya, dan kemudian menancapkan suntikan obat bius itu tepat di leher rekannya.
Tanpa sempat menoleh, tubuh Agen rekannya itu langsung rubuh ke lantai. Katrin berdiri menatap rekannya dengan sedikit menyesal, mungkin badan rekannya itu akan sedikit sakit karena terbanting seperti itu, tetapi bagaimanapun juga Katrin harus membuatnya tidur, tidak boleh ada saksi.
Dengan susah payah, Katrin menyeret tubuh rekannya itu dan menyandarkannya ke tembok. Untunglah temboknya dekat dan tubuh rekannya tidak begitu besar, kalau tidak mungkin Katrin akan pingsan karena harus melakukan hal ini. Dia menatap ke arah rekannya, sekarang rekannya tampak seperti penunggu pasien di rumah sakit yang tertidur pulas di lantai. Untunglah di lorong ini tidak terpasang kamera CCTV, jadi Katrin bisa bergerak leluasa,
Dengan langkah pelan Katrin memasuki kamar Andrea, perempuan itu masih duduk dengan mata nyalang, menahan tangisnya, dia mengangkat kepalanya ketika melihat Katrin.
"Stt &" Katrin berbisik lembut, "Saya bukan orang jahat, saya adalah anak buah tuan Christopher yang dikirim kemari untuk menyelamatkan anda."
Andrea terperangah, menatap Katrin dengan bingung. Benarkah" Dia melihat sendiri perempuan ini adalah agen yang dipercaya oleh Eric untuk menjaga pintu kamarnya sepagian tadi, sehebat itukah Christopher hingga bisa menyusupkan orangnya ke agen pemerintah"
"Anda harus mempercayai saya." Katrin melihat keraguan di mata Andrea dan berusaha meyakinkan perempuan itu. Dia lalu mengeluarkan beberapa perlengkapan dari tas ransel yang selalu di bawa-bawanya, "Ini pakailah ini."
Andrea melihatnya, itu baju perawat dan sebuah wig dengan rambut pendek. Perempuan itu tidak main-main rupanya.
Dengan cepat, merasa gugup akan kesempatannya lari yang datang tiba-tiba, Andrea bangkit, sedikit terhuyung karena luka di kepalanya yang masih nyeri, tetapi Katrin membantunya berdiri, perempuan itu membantunya melepaskan infusnya, lalu memberikan pakaian itu pada Andrea. Setelah Andrea melepaskan pakaian rumah sakitnya, dan mengenakan pakaian perawat itu, Katrin berdiri di belakang Andrea, lalu menggulung rambut Andrea dan memasangkan wig dengan potongan rambut pendek itu.
Dia menatap penampilan Andrea yang berbeda, dan tersenyum, "Sempurna." Desahnya puas. Lalu menghela Andrea sampai ke pintu kamarnya, setelah mengintip lorong khusus yang sepi itu, dan memastikan keadaan aman serta agen rekannya masih terkulai pulas sambil duduk di lantai bersandar di tembok, Katrin menatap Andrea,
"Di ujung lorong ini ada litf, yang kiri untuk pasien dan yang kanan khusus untuk dokter dan perawat, gunakan yang kanan. Turun ke basement langsung ke parkiran, di sana sudah menunggu seorang lelaki mengenakan jas hitam, penampilannya sama dengan pengawal Mr. Demiris, ikut dia dan dia akan membawamu menemui Tuan Christopher."
Menemui Christopher. Jantung Andrea langsung berdebar kencang. Menemui suaminya...Berarti Christopher masih hidup, dia selamat dari penembakan itu!
"Sebelum itu..." Katrin mengeluarkan jarum suntik lain dari tasnya, "Gunakan ini kepadaku."
Andrea menatap ngeri ke arah jarum suntik itu, lalu melemparkan pandangan bingung ke arah Katrin, dia tidak pernah menggunakan jarum suntik sebelumnya, bagaimana kalau dia melukai Katrin"
"Tidak apa-apa, aku akan membimbingmu, aku bisa saja menancapkanya di lenganku dan melakukannya sendiri, tetapi itu akan mencurigakan, akan ketahuan kalau aku melakukannya sendiri, bukannya disuntik dan disergap. Kau bisa menyuntikkannya di leherku, di sisi ini." Katrin menujukkan sisi lehernya kepada Andrea, "Ayo lakukanlah, setelah ini aku akan pingsan dan kau harus segera pergi dari sini."
Andrea sejenak ragu, tetapi tatapan Katrin yang penuh tekad menguatkannya, dia me
Dating With The Dark Karya Shanty Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nerima jarum suntik itu, dan mengikuti instruksi-instruksi Katrin.
"Bawa jarum suntiknya setelah ini." Katrin menyerahkan jarum suntik lain yang tadi dipakainya utuk menusuk agen rekannya, "Buang di tempat yang jauh." Sambungnya pelan, dan kemudian Andrea berhasil menyuntikkan obat itu ke leher Katrin, dalam sekejap, tubuh Katrin roboh dan merosot di dinding, tak sadarkan diri di lantai.
Andrea memasukkan jarum suntik itu ke saku pakaian perawatnya yang besar dan melangkah ragu, menundukkan kepalanya ketika menyadari ada cctv di depan pintu lift. Setelah memasuki lift, Andrea menghela napas dalam dan mengikuti instruksi Katrin langsung menuju lantai Basement.
Ketika pintu lift terbuka, sudah menunggu seorang lelaki dengan jas hitam dan wajah datar, seperti yang dikatakan oleh Katrin. Lelaki itu langsung mengangguk hormat padanya, Andrea berjalan di sisinya dan dalam sekejap, sebuah mobil besar berwarna hitam meluncur ke depan mereka.
Orang di sebelahnya membuka pintu dan mempersilahkan Andrea masuk, dengan gugup Andrea masuk di kursi belakang yang luas itu, sementara orang di sebelahnya menutupkan pintu mobil, lalu masuk ke depan, duduk di sebelah sopir.
Mobilpun meluncur pelan, membawa Andrea menemui Christopher.
*** Eric keluar dari ruang pemeriksaan itu dengan lega dokter bilang bahwa sudah biasa mengalami nyeri apalagi di sekitar luka jahitan akibat tusukan, dokter hanya menyarankan meminum obat penghilang nyeri kalau memang sakitnya tidak tertahankan.
Dia lalu melangkah menuju ke depan ruang praktek dokter itu dan men-stop taxi, Eric memang belum bisa membawa mobilnya sendiri, punggung dan lengannya masih nyeri dan berbahaya kalau dipakai menyetir.
Setelah menyebutkan nama rumah sakit tempat Andrea berada, Eric menelpon Katrin lagi, memberi kabar kalau dia sedang dalam perjalanan, dan Katrin bisa bersiap pulang karena dia akan menggantikannya.
Tapi telepon itu tidak diangkat &
Jantung Eric berdebar, dia mencoba beberapa kali dan menemukan kondisi yang sama. Dengan gusar, dia menelepon agen yang lain, yang menemani Katrin berjaga di depan kamar Andrea,
Sama saja, tidak diangkat &
Firasat buruk langsung mencengkeram benak Eric, setengah berteriak, dia menginstruksikan kepada supir taxi supaya menambah kecepatannya.
*** Perjalanannya rupanya panjang, mobil itu membawa Andrea ke bandara, dan kemudian diarahkan ke lorong khusus tempat sebuah jet pribadi menunggu.
Tanpa kata, Andrea menaiki pesawat itu, menunggu dalam menit-menit yang menyiksa sampai pesawat itu akhirnya mendarat di sebuah area landasan pribadi. Mobil sudah menunggu di sana, dan kemudian membawa Andrea melalui jalan-jalan yang sepi.
Malam sudah larut, tetapi kehidupan sepertinya tidak memisahkan diri di malam hari, masih banyak orang yang berkeliaran dan lalu lalang di jalanan, tampak begitu bahagia. Ketika melihat kekhasan yang ada di setiap sudutnya, Andrea sadar bahwa dia ada di pulau Dewata.
Mobil semakin lama semakin kencang, memasuki jalanan yang sepi, melalui persawahan dan kemudian jalanan yang penuh dengan pohon besar di kiri dan kanannya, mereka melaju ke daerah pegunungan yang sepi, lalu berhenti ketika memasuki pagar besar yang tinggi, yang membuka dan menutup secara otomatis ketika mobil mereka memasuki pekarangannya.
Ada sebuah rumah di sana, sebuah rumah besar yang tertutup pepohonan rindang sehingga tidak tampak mencolok berdiri megah di sana. Mobil itu berhenti di lobby dan pintu terbuka, lelaki berjas yang menjemputnya di lift tadi mempersilahkannya turun dengan hormat.
Begitu Andrea turun dan menatap pintu rumah itu, pintu itupun terbuka dan Richard berdiri di sana. Kali ini Andrea mengenalinya, sebagai pelayan Christopher sekaligus sahabat Andrea yang ramah dan penuh kasih sayang, mirip seperti ayahnya.
"Richard!" Andrea berseru tak bisa menahan perasaannya, dia menghambur ke pelukan lelaki tua itu dan Richard balas memeluknya dengan pelukan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya,
"Saya mendengar ingatan anda sudah kembali." Mata Richard tampak berkaca-kaca ketika melepaskan pelukannya dari Andrea.
Andrea meng anggukkan kepalanya, dia ingin mengucapkan banyak kata-kata, mengucapkan semua yang tertahan di benaknya, dia ingi meminta maaf, ingin mencari Christopher, tetapi semua terasa menyesakkan dada dan malah membuat kalimatnya beku di udara.Richard rupanya memaklumi keadaan Andrea, dia tersenyum kebapakan dan menghela Andrea,
"Mari. Tuan Christopher sudah menunggu anda." Richard belum mengatakan kedatangan Andrea ini kepada Christopher. Christopher memang sudah tahu kalau Andrea akan diantarkan kepadanya malam ini, dan sekarang lelaki itu sedang menunggu di dalam kamarnya dengan rasa tidak sabar. Christopher tidak tahu Andrea sudah ada di rumah ini, dan Richard sengaja melakukannya untuk memberikan kejutan yang menyenangkan kepada tuan mudanya itu.
*** Apa yang ditakutkan Eric ternyata terjadi. Dia membeku di lorong yang sepi itu ketika menemukan kedua agennya duduk di lantai dengan kepala bersandar lunglai di tembok.
Setengah berlari tidak mempedulikan nyeri di punggungnya, Eric membuka pintu kamar Andrea dan jantungnya serasa diremas melihat kamar itu kosong. Kabel infus Andrea masih terkulai di sana menjuntai di samping ranjang, seakan mengejeknya.
"Sang Pembunuh" sudah mengambil Andrea kembali.
Bahu Eric lunglai, tahu bahwa dia sudah tidak bisa mendapatkan bantuan apapun untuk mendapatkan Andrea kembali. Atasannya sendiri sudah dengan tegas mengatakan bahwa dia akan melepaskan Andrea berikut sang pembunuh.
Eric benar-benar telah kehilangan Andrea &.
Eric menghantamkan tinjunya ke tembok, melemparkan rasa frustrasinya kesana, dia mengerang karena marah bercampur sedih, tidak dipedulikannya rasa nyeri yang langsung menderanya akibat perbuatannya itu
Dan kemudian, setetes air mata mengalir di sudut mata Eric, air mata dari seorang pria yang patah hati.
*** Christopher membuka matanya dalam sekejap dan langsung waspada, dia rupanya tertidur cukup lama, mungkin karena pengaruh obat yang diminumnya, lalu tiba-tiba saja tanpa peringatan, handle pintunya bergerak dan seseorang masuk. Itu sudah pasti bukan Richard ataupun anak buahnya yang lain, mereka pasti akan mengetuk sebelum masuk.Ruangan itu gelap, dan Christopher masih berbaring miring, berpura-pura tidur meskipun matanya terbuka nyalang. Jemarinya bergerak ke arah pistol yang selalu tersembunyi di bawah bantalnya, menanti dengan penuh antisipasi.
Dan kemudian ketika sosok itu mendekat, Christopher langsung duduk dan menodongkan pistolnya... Mereka bertatapan dalam ruangan yang gelap dan remang itu, dan Christopher terpana
"Andrea"" Suaranya serak, bingung dan terkejut atas kedatangan perempuan ini yang masih mengenakan kostum perawat yang aneh. Richard sama sekali tidak menginformasikan kepadanya hingga Christopher berpikir Andrea akan dibebaskan tengah malam ini dan kemudian diantarkan kepadanya besok pagi. Tanpa sadar dia tersenyum menyadari bahwa Richard sengaja memberikan kejutan kepadanya, dasar lelaki tua itu &.
Andrea berdiri di sana, tampak ragu, menatap Christopher yang telanjang dada dan hanya menganakan celana piyama hitamnya, perban yang tebal mengikat di dadanya. Luka karena Andrea menembaknya...
"Kau sudah ingat semuanya"" Christopher bergumam pelan, suaranya memotong kegelapan dan langsung menyambar tajam ke arah Andrea.
Andrea menelan ludahnya mendengar nada intim dan mendominasi khas suaminya itu.
"Sudah &" suaranya serak tertelan di tenggorokan.
Hening. Hening yang lama. Andrea masih membeku di sana, menunggu reaksi Christopher...lelaki itu pasti marah karena Andrea telah menembaknya, Christopher berhak marah &.
"Kalau begitu, kenapa kau tidak kemari dan memelukku, isteriku""
Kata-kata Christopher itu memecah kebekuan di antara mereka, Andrea langsung berurai air mata, menyerukan nama Christopher dan kemudian menghambur ke pelukannya.
Christopher yang duduk di pinggir ranjang langsung merengkuh tubuh Andrea yang jatuh berlutut di antara kakinya dengan tangan melingkar di pinggangnya dan kepala tenggelam di dadanya, berusaha untuk tidak mengenai perban di dada kirinya.Andrea menangis sejadi-jadinya dan memeluk Christopher erat-erat, seme
ntara Christopher menenggelamkan kepalanya di rambut Andrea, menghirup wangi yang telah lama dirindukannya,
"Akhirnya kau pulang ke pelukanku, Isteriku." Bisiknya serak penuh rasa cinta.
*** Ketika Katrin terbangun, dia mendapati dirinya ada di atas ranjang, dengan Eric duduk di sampingnya, lelaki ini mengamatinya dalam. Sejenak Katrin kehilangan orientasi dimana dirinya dan apa yang sedang terjadi kepadanya, tetapi kemudian dia teringat lagi, dia menatap Eric dan menyadari bahwa mata lelaki itu sembab.
"Hai." Eric bergumam, "Aku mencemaskanmu karena kau sangat lama sadar. Agen rekanmu sudah sadar beberapa saat yang lalu."
Katrin langsung teringat akan perannya, dia langsung duduk dan berpura-pura terperanjat,
"Apa yang terjadi Eric" Kenapa aku ada di sini...bagaimana dengan...Andrea! Bagaimana dengan Andrea"!"
Eric menatapnya dengan sedih, kemudian menggeleng,
"Kita kehilangan Andrea..."
"Oh Astaga &" Katrin menutup mulutnya dengan jemarinya, "Maafkan aku Eric...aku tidak becus menjaganya, ini semua salahku &'
"Sttt &" Eric meletakkan jemarinya di bibir Katrin dan tersenyum lembut, "Bukan salahmu, aku memang lalai dan juga aku tidak punya dukungan kekuatan lagi untuk menjaga Andrea, sehingga hanya bisa menempatkan dua agen. Seharusnya aku tahu, aku tidak akan bisa mempertahankan Andrea, "Sang Pembunuh" pasti akan melakukan segala cara untuk merenggut Andrea kembali &" Mata Eric tampak berkaca-kaca dan suaranya bergetar, lelaki itu kembali menahan tangis yang menyesak di dadanya, "Maafkan aku &." Getaran suaranya semakin dalam, "Aku sudah melihat "Sang Pembunuh" dia lelaki yang sangat tampan dan sempurna, dan cintanya kepada Andrea luar biasa sehingga melakukan semua ini hanya untuk mendapatkan Andrea kembali di sisinya...aku sudah tahu aku tidak sepadan, aku akan selalu kalah jika disandingkan dengan "Sang Pembunuh." Setetes bening mengalir dari sudut mata Eric, membuat Katrin mendesah, dan kemudian tanpa berpikir panjang memeluk Eric.
Sejenak tubuh Eric menegang, tampak seperti akan menolak, tetapi lelaki itu kemudian lunglai dan menyerah. Bahunya terguncang ketika dia menangis di dalam pelukan Katrin, tanpa malu melepaskan rasa sakit dan patah hatinya.
Sementara itu jemari Katrin mengusap rambut tebal Eric dengan penuh rasa sayang. Bibirnya menyimpan senyum penuh makna.
Ketika nanti Eric sudah benar-benar melepaskan Andrea dari hatinya. Katrin sudah pasti akan mudah memasuki hati Eric &sekarang yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu, menunggu supaya Eric menyadari betapa Katrin mencintainya lalu membuka hatinya untuk Katrin.
*** Christopher mendongakkan dagu Andrea yang masih menangis di dalam pelukannya, lalu mengecupnya lembut dan penuh kerinduan, setelah itu bibirnya mengecup air mata Andrea, menghapusnya dengan bibirnya.
"Jangan menangis." Gumamnya parau, menahankan perasaannya sendiri. "Bagaimana luka di kepalamu"" dengan lembut lelaki itu mengecup lembut dahi Andrea yang masih di perban.
"Ini hanya luka kecil, tidak apa-apa." Andrea menatap Christopher dengan sedih, menatap perban di dada Christopher,
"Aku menembakmu..."
"Kau waktu itu belum mendapatkan ingatanmu." Sekali lagi Christopher mengecup dahi Andrea dengan sayang, "Tidak apa-apa."
Mata Andrea berkaca-kaca, masih menatap perban itu,
"Rasanya pasti sakit sekali &."
"Tidak sesakit ketika aku menyadari bahwa kau kehilangan ingatanmu dan melupakan aku Andrea, melupakan semua kenangan dan kisah cinta kita." Christopher menyela, berusaha membuat Andrea menghilangkan rasa bersalahnya, "Tetapi semua ini sepadan, kau sekarang ada dipelukanku, isteriku, milikku."
Bibirnya lalu memagut bibir Andrea, panas dan dalam penuh gairah terpendam dan rasa memiliki yang dalam, pusaran gairah langsung menghantamnya, menyadari bahwa yang ada di pelukannya ini adalah benar-benar isterinya, miliknya. Bukan sosok perempuan asing yang melupakannya, yang harus dipaksa untuk bercinta dengannya.
Andrea merasakannya, kerasnya kejantanan Christopher yang menekannya di sana, di perutnya, dia mendongak dan menatap Christopher dengan malu,
"Kau tidak boleh melakukanny
a, kau sedang sakit."
"Siapa bilang"" Christopher mengecup bibir Andrea dan menjulurkan lidahnya dengan menggoda, membelit lidah Andrea dan memberinya kenikmatan, "Aku ingin memeluk isteriku."
Christopher mundur dan membaringkan tubuhnya di ranjang, menatap isterinya yang masih menatapnya dengan ragu, jemarinya lalu terulur dan menarik Andrea,
"Sini. Naiklah ke atasku."
Andrea menatap Christopher takut-takut. Lelaki itu sudah sangat terangsang, mengingat begitu kerasanya tonjolan di antara pangkal pahanya, begitupun Andrea, gelenyar panas yang mengalir di kewanitaannya, berdenyut meminta diisi oleh suaminya itu tidak dapat ditahankannya, mereka sudah lama tidak berpelukan, melampiaskan kasih sayang mereka sebagai suami isteri. Tetapi kondisi Christopher....Andrea takut menyakiti Christopher.
Lelaki itu tersenyum menyadari keraguan Andrea, suaranya serak tetapi penuh makna,
"Aku tidak akan apa-apa sayang, luka ini tidak seberapa, bahkan tidak menyentuh organ vitalku. Aku pernah mengalami hal yang lebih buruk dari ini, sini, naiklah ke atasku." Gumamnya mengundang, menghapuskan seluruh keraguan Andrea.
Lelaki ini suaminya, kekasihnya. Pujaan hatinya. Mereka akan bisa bertukar kata-kata nanti, menceritakan semua hal yang terenggut dari diri mereka ketika Andrea kehilangan ingatannya, tetapi sekarang...Andrea ingin memuaskan gairah Christopher, menebus kesakitan yang telah dilimpahkannya kepada suaminya, selama dia kehilangan ingatannya.
Dengan berani, Andrea menyentuh karet pinggang celana Christopher dan menurunkannya, membuat kejantanan Christopher yang begitu keras menahankan gairahnya, terbebas.
"Andrea"" Christopher tampak ragu, mengangkat kepalanya,
Tetapi Andrea menatap Christopher dengan penuh tekad, mengecup keindahan milik suaminya itu, membuat Christopher memejamkan matanya dan mengerang.
Belaian lidah Andrea dan panasnya mulutnya kemudian membuat Christopher meremas kain sprei keras-keras, menahan diri untuk tidak menekankan kepala Andrea semakin dalam melingkupi kejantanannya dan mengangkat pinggulnya melengkung ke atas.
Oh astaga, isterinya...gairah di kepala Christopher memuncak, luar biasa, matanya semakin gelap menahankan gairahnya, ketika kenikmatan itu hampir tidak tertahankan lagi, Christopher mengangkat kepala Andrea dengan lembut,
"Naik ke atasku sayang. Biarkan aku masuk."
Dengan lembut, Andrea yang sudah menelanjangi diri naik ke atas Christopher, pelan-pelan, takut menyakiti suaminya yang masih terluka.
Kejantanan Christopher terasa begitu panas, berdenyut kuat, menyentuh pangkal pahanya, menimbulkan rasa menggelenyar yang basah di sana. Jemari Christopher membantunya, sehingga ketika Andrea menurunkan tubuhnya, Christopher meluncur masuk dengan mudah, menyatu dengan Andrea, membuat tubuh mereka berpadu saling mengerang.
Dan kemudian, dua anak manusia itu bergerak, berjalinan dengan indahnya, menuju puncak kepuasan mereka masing-masing. Kepuasan yang manis, nafsu yang didasari oleh cinta sejati.
*** "Ketika aku menatapmu dan kau tidak mengenaliku...seketika itu juga aku ingin merenggutmu paksa." Christopher mengelus Andrea yang bergelung telanjang dengannya di dada kanannya, mengecup puncak kepalanya lembut. "Tetapi kemudian aku menahan diri, kau tidak bersalah &."
"Kenapa ketika kau menemuiku, tidak langsung kau katakan saja bahwa kau adalah suamiku, Christopher" Kenapa kau menunggu begitu lama""
Christopher menghela napas panjang,
"Kau bahkan tidak mengenaliku, aku meminta Demiris untuk mengatur agar perjanjian kontrak perusahaan itu dilakukan di sebuah caf" dan aku berdiri di sana menyamar sebagai salah satu pengawalnya, kau bahkan tidak menyadari kehadiranku, matamu menatapku tetapi tidak ada pengenalan darimu." Jemarinya menelusuri pipi Andrea lembut, "Bagaimana mungkin aku tiba-tiba datang dan mengatakan semuanya" Sebanyak apapun bukti yang kepaparkan, aku yakin kau pasti akan lari ketakutan, tidak percaya kepadaku, sosok lelaki asing yang tidak ada dalam ingatanmu. Dan agen pemerintah waktu itu mengawasimu dengan ketat, mereka memberikan kisah untukmu, kisah yang kau perca
yai mau tidak mau karena kau kehilangan ingatanmu, kisah yang tidak ada aku di dalamnya."
Andrea menatap Christopher pedih, "Maafkan aku Christopher, pasti masa-masa itu sangat menyakitkan untukmu."
"Tetapi semua sepadan." Christopher tersenyum puas, "Pada akhirnya aku mendapatkan kembali isteriku di dalam lenganku." Suaranya tiba-tiba berubah dalam dan sensual, penuh isyarat hingga Andrea melihat ke bawah dan menyadari bahwa suaminya sudah begitu bergairah, mengeras lagi.
"Lagi"" Andrea menatap setengah tak percaya, percintaan mereka sebelumnya begitu intens dan kuat, membuat seluruh tulangnya serasa dilolosi. Tapi bagaimanapun juga, gairah Christopher yang begitu kuat, telah menyulut gairah Andrea, rasa yang khas itu muncul lagi, keinginan untuk saling memuaskan dan dipuaskan,
"Maukah kau menaikiku lagi, Mrs. Agnelli"" Mata Christopher begitu dalam dan penuh hasrat, meminta sekaligus menguasai.
Dan Andreapun memberikan apa yang diminta oleh suaminya itu.
*** Ketika di pagi hari, Christopher memaksakan diri untuk makan malam di bawah meskipun Andrea melarangnya. Lelaki itu mengatakan dirinya sudah kuat, dan pada akhirnya Andrea menyerah atas kekeraskepalaan suaminya. Setelah makan malam, mereka duduk merapat di sofa dengan pencahayaan yang temaram, dari sembilan lilin berwarna biru yang diatur setengah melingkar di sudut kecil yang indah. Andrea menatap lilin itu, dan perasaan hangat membanjiri dirinya, membuatnya menyadari betapa besarnya cinta suaminya kepadanya.
"Entah kenapa dulu ketika melihat lilin itu, ketika aku masih kehilangan ingatanku, aku merasakan hentakan yang luar biasa, membuatku pusing, mual dan ingin pingsan." Andrea menatap Christopher penuh cinta, "Dulu aku mengira itu berhubungan dengan kenangan buruk, tetapi ternyata bukan...reaksiku itu mungkin karena hatiku mengingatnya tetapi otakku tidak mampu mengingat." Andrea bergelung semakin erat, dalam pelukan Christopher mata mereka sama-sama menikmati pemandangan indah itu.
Christopher mengecup pucuk hidung Andrea dengan lembut, "Dan aku memang tidak punya belas kasihan, memasang tanda itu dimana-mana, memaksa kau untuk mengingatnya."
Andrea terkekeh, "Kau memang lelaki pemaksa. Aku ingat setelah makan malam itu kau menciumku dan mengatakan bahwa kau akan memilikiku, seketika itu juga aku tersinggung, mengira kau menganggapku hanyalah sebagai sebuah piala."
Christopher tersenyum, "Kau memang piala, tetapi bukan jenis piala yang kukejar hanya untuk mendapatkan kepuasanku sebagai lelaki. Kau adalah piala terindah, milikku yang berharga, tempat aku menyerahkan seluruh hati dan tubuhku. Kau adalah isteriku, yang amat sangat kucintai." Bibir Christopher menyentuh bibir Andrea dengan lembut, melumatnya penuh gairah, "Dan akan selamanya kucintai, seperti apa yang dilambangkan oleh sembilan lilin berwarna biru itu, Isteriku, yang akan kucintai selamanya."
Andrea mengusap air matanya yang tiba-tiba saja mengalir, air mata bahagia. Semua kenangan di masa itu memang membawa kepahitan sendiri, mereka akan membahasnya nanti, menelaahnya dan mencoba menyembuhkan setiap luka yang tercipta, mengobatinya, bersama-sama dengan kekuatan cinta mereka.
Saat ini, Andrea merasa begitu bahagia, begitu lengkap, dia sudah menyatu dengan suaminya, Christopher Agnellinya, lelakinya, miliknya yang sangat dia cintai.
Mereka memang pernah terpisah, perpisahan yang menyakitkan. Tetapi sekarang mereka sudah dipersatukan kembali, dan Andrea akan berusaha menjaga genggaman tangannya bersama Christopher menyatu, bersama-sama dan tidak akan terpisahkan lagi
*** "Kami akan segera pulang ke Italia." Christopher bergumam di telepon kepada Romeo. Pada waktu Christopher tertembak dulu, Romeo langsung datang ke pulau itu, dan kemudian membawa Christopher ke rumah sakit, dia juga yang membantu pemindahan Christopher dari rumah sakit ke salah satu villa keluarga Marcuss di pulau Dewata. Setelah itu Romeo terpaksa pulang kembali karena urusan pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkannya. Dan juga ada satu hal yang harus dikerjakannya, penyelidikannya yang belum selesai menyangkut And
rea. "Kapan"" Romeo sedikit terkejut, dia mengira bahwa waktunya masih banyak, tidak menyangka bahwa Christopher akan membawa Andrea pulang secepat itu.
"Segera. Surat-surat kami sudah beres besok pagi, kami akan mengatur perjalanan pulang." Christopher sangat menikmati menyebut dirinya dan Andrea dengan istilah kami', seolah-olah mereka satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Romeo tercenung, "Kau tahu kan penyelidikan yang pernah kita bahas itu""
Christopher menganggukkan kepalanya, "Apakah hasil akhirnya sama seperti yang sudah kita duga""
"Semuanya mengarah pada dugaanku. Aku akan menghubungi mereka dulu untuk menjelaskannya dan kemudian menunggu hasil tes dan kemudian aku bisa mengatur pertemuan itu. Kau mau menunggu bukan sebelum berangkat ke Italia""
"Tentu saja. Apapun itu untuk menambah kebahagiaan isteriku." Gumamnya tenang sebelum menutup pembicaraan.
Dia lalu melemparkan tatapannya ke luar, benaknya berkelana. Kenyataan ini mungkin akan mengejutkan Andrea, mungkin akan menimbulkan rasa shock yang tidak tertahankan. Tetapi pada akhirnya nanti, Christopher yakin, Andrea akan sangat bahagia.
Saat itu, Andrea memasuki ruangan dan melihat Christopher sedang melamun sambil menatap ke luar jendela. Dengan lembut, Andrea memeluk Christopher masih berhati-hati agar tidak menyentuh luka tembak suaminya. Christopher sudah pulih seiring berjalannya waktu, tetapi Andrea benar-benar tidak ingin menyakitinya sekecil apapun, tidak setelah dia menembak suaminya dengan tangannya sendiri, meskipun itu tidak sengaja,
"Kenapa melamun"" bisik Andrea sayang, menenggelamkan wajahnya di punggung Christopher, menghirup aroma musk dan kayu-kayuan khas suaminya, aroma yang amat sangat disukainya.
Christopher mengambil jemari Andrea yang melingkari dadanya dan mengecupnya,
"Kita harus mengatur pertemuan Andrea, menyangkut masa lalumu. Aku tidak akan mengatakan apa-apa padamu sekarang, tetapi percayalah kau akan bahagia."
"Pertemuan apa""
"Aku tidak bisa mengatakan sekarang. Nanti." Bisik Christopher serak, lalu membalikkan tubuhnya dan mengecup dahi isterinya. Meskipun Christopher ingin mengungkapkan semuanya kepada Andrea sekarang, tetapi dia merasa bukan haknya untuk mengatakannya. Biarlah mereka yang berhak yang mengungkapkan semuanya kepada Andrea, dalam pertemuan mereka nanti.
Andrea menatap Christopher setengah merajuk, membuat Christopher tertawa, lelaki itu lalu mengecup bibir isterinya dengan gemas,
"Siap untuk ke kamar sekarang""
Pipi Andrea memerah, "Christopher, ini masih pagi. Dan semalam kau melakukannya hampir tiga kali, belum tadi pagi ketika kita bangun dan juga di kamar mandi &."
Christopher terkekeh, "Aku sudah memendam gairahku kepadamu sekian lama Andrea, dan aku ingin menebus semuanya." Dikecupnya leher Andrea menggoda, membuat isterinya itu menggelinjang, dan kemudian dengan penuh gairah dihelanya Andrea masuk ke kamar mereka.
Dua anak manusia yang penuh cinta, dipersatukan oleh cinta, pernah dipisahkan oleh keadaan, dan sekarang menyatu lagi dengan bahagia.
END Dating With The Dark - Epilog
Romeo menceritakan segalanya, dia sengaja datang, menemui Rafael dan Elena, membeberkan semua bukti yang diberikan oleh detektif swasta yang disewa olehnya.
Seketika itu juga Elena menangis tersedu-sedu dalam pelukan Rafael suaminya, yang merengkuhnya dengan tatapan mata berkaca-kaca.
*** Pertemuan misterius yang disiapkan oleh Christopher akan dilakukan malam ini, para pelayan sengaja menghidangkan makanan yang nikmat untuk para tamu yang akan datang. Andrea berkali-kali bertanya kepada Christopher siapakah tamu mereka, tetapi suaminya itu bersikap misterius, mengatakan bahwa ini akan menjadi kejutan untuk Andrea.
Ketika mobil tamu mereka memasuki halaman dan Christopher membuka pintu, Andrea mengintip di belakang Christopher dengan penuh antisipasi. Dia mengerutkan kening melihat siapa yang datang, itu Romeo Marcuss... Christopher memang mengatakan bahwa dia bersahabat dengan Romeo Marcuss hingga Andrea menduga bahwa mungkin waktu itu, ketika Romeo mengatakan pernah melihatnya, Romeo mungkin pernah
melihatnya bersama Christopher.
Dan juga ada tamu lain, sepertinya pasangan suami isteri karena yang lelaki memeluk yang perempuan dengan protektif, Si suami sangat tampan, jelas-jelas berdarah asing dengan mata yang indah dan rambut gelap serta kulit kecoklatan yang eksotis, sementara itu yang perempuan sangat cantik meskipun sudah setengah baya, kecantikannya masih terpatri di sana dengan jelas, dan penampilan keduanya begitu elegan, seperti pasangan bangsawan yang rupawan.
Christopher membuka pintunya, dan kemudian, perempuan setengah baya itu tampaknya tidak bisa menahan diri, dia menghambur dan memeluk Andrea kuat-kuat lalu menangis tersedu,
"Puteriku." Bisiknya dalam isakan keras, memeluk Andrea seakan tidak mau melepaskannya lagi.
Suaminya menyentuh pundak isterinya, mengingatkannya, membuat perempuan itu melepaskan pelukannya dari Andrea yang kebingungan, dan menyusut airmatanya dengan saputangannya,
"Maafkan aku." Suara perempuan itu serak dan lembut, mengamati Andrea dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya, seakan telah merindukannya begitu lama
Romeo segera memecahkan suasana itu dengan berdehem,
"Kurasa kita bisa membahasanya sambil duduk di dalam."
Andrea mengikuti saja ketika Christopher menghelanya ke ruang duduk. Benaknya kebingungan. Perempuan itu jelas-jelas memanggil Andrea puterinya.
Apakah perempuan itu ibunya" Tetapi tidak mungkin bukan" Ibunya meninggal ketika melahirkannya...dan ayahnya meninggal dalam kecelakaan bersamanya &
*** "Ini adalah Paman Rafael Alexander dan isterinya, Elena." Romeo memulai mengenalkan pasangan itu kepada Andrea dan Christopher, ketika mereka duduk di ruang duduk di sebuah sofa yang melingkar lalu matanya menatap Andrea dalam-dalam, "Apapun yang kukatakan ini mungkin akan mengejutkanmu Andrea, tetapi kuharap kau bisa menerimanya dengan baik, karena menurutku ini adalah kabar gembira."
"Kau adalah puteri kandung kami yang hilang." Tiba-tiba saja, lelaki setengah baya yang sangat tampan itu menyahut, seakan-akan tidak sabar dengan penjelasan Romeo yang halus dan lama, "Namamu sebenarnya adalah Helena Alexander."
Andrea membelalakkan matanya bingung, dia menatap Christopher mencari jawaban, dan suaminya itu menganggukkan kepalanya. Menganggukkan kepala! Apakah itu berarti apa yang dikatakan oleh Rafael Alexander benar" Bahwa dia adalah puteri mereka" Tetapi bagaimana mungkin" Bagaimana bisa"
Romeo tampaknya mengerti betapa bingungnya dan betapa kagetnya Andrea, dia berdehem, berusaha memimpin kembali percakapan,
"Kau ingat bukan Andrea" Aku pernah mendatangimu dan mengatakan kau mengingatkanku kepada seseorang" Kau ternyata mengingatkanku pada pasangan Alexander, ada bagian-bagian dari dirimu yang membuatku merasa kau sangat mirip mereka...Itu membuatku curiga, apalagi ketika Christopher mengungkapkan kecurigaannya juga kepadaku."
Andrea menatap pasangan Alexander. Perempuan yang bernama Elena itu mulai terisak lagi, dia menatap Andrea dengan sayang, tetapi...Andrea masih ragu, dia menatap Christopher,
"Kau curiga kepadaku""
Christopher menganggukkan kepalanya, "Semula aku tidak sadar, tetapi kemudian Demiris yang mengatakan kepadaku, bahwa kau tidak cocok menjadi anak profesor Adam, kalian sama sekali tidak mirip, dan aku juga sudah melihat foto isteri profesor Adam, perempuan yang dikatakannya sebagai ibumu yang meninggal ketika melahirkanmu. Apakah kau tidak sadar Andrea bahwa kau lebih mirip perempuan spanyol...Seperti Rafael Alexander""
Andrea melirik ke arah Rafael Alexander. Spanyol. Jadi itulah darah yang mengalir di lelaki itu, membuat penampilannya sangat eksotis meskipun usianya sudah setengah baya.
"Tetapi bagaimana mungkin" Kalau aku anak kalian...kenapa bisa ayahku...maksudku profesor Adam &" suara Andrea tertelan, bingung.
"Biarkan aku menjelaskannya." Suara Rafael dalam dan berwibawa, dia menatap Andrea penuh sayang, "Kau adalah puteri tunggal kami, kesayangan kami, yang diciptakan di saat-saat penuh cinta aku dan isteriku." Lengannya yang kuat memeluk Elena yang terisak di sana, "Ketika kau berusia delapan bulan, aku dan Elena hendak
membawamu berlibur ke pulau kami, kami sedang berkendara menuju bandara, ketika kecelakaan itu terjadi, sebuah mobil dari arah berlawanan yang dikemudikan oleh seorang pengemudi yang mabuk menabrak kami. Aku dan Elena tidak sadarkan diri di tempat kejadian. Kami tidak tahu apa yang terjadi, orang-orang, banyak orang mungkin mengerumuni kami sebelum bantuan paramedis datang..." Suara Rafael berubah pahit, mengenang masa lalu yang menyakitkan, "Tetapi ketika kami berdua sadarkan diri di rumah sakit, kau tidak ada...kau hilang begitu saja."
Suara tangisan Elena di pelukan Rafael mengeras, kenangan akan masa lalu itu rupanya masih membekas di hatinya, menyakitinya ketika dibicarakan lagi.
"Kami berusaha mencarimu tentu saja, polisi mencari ke lokasi kecelakaan, kemana-mana, menanyai semua saksi. Ada seorang saksi yang mengatakan bahwa kau di tolong oleh seorang laki-laki yang mengeluarkanmu dari mobil sebelum paramedis datang, lalu paramedis tiba dan mereka berusaha mengeluarkan kami yang tergencet mobil, semua perhatian teralihkan dan kemudian tidak ada yang memperhatikan laki-laki itu, kami kehilanganmu begitu saja."
Andrea menahankan debaran di dadanya. Benaknya mulai goyah. Benarkah dia adalah puteri Rafael dan Elena Alexander yang hilang" Tetapi apa benang merahnya" Apa buktinya" Apakah mungkin ayahnya selama ini, ayah yang dikiranya sebagai ayah kandungnya, ayah yang menganggapnya sebagai puteri kesayangannya, membohonginya selama ini"
"Dan kami makin terpukul karena kecelakaan itu melukai Elena, isteriku." Rafael mengetatkan pelukannya kepada Elena, mengecup puncak kepala isterinya itu dengan sayang, cintanya tampaknya begitu besar kepada isterinya itu meskipun pernikahan mereka mungkin sudah puluhan tahun, membuat Andrea tiba-tiba kagum, dan ingin seperti mereka bertahun-tahun nanti bersama Christopher, "Elena sedang hamil muda, kecelakaan itu membuatnya terluka parah dan keguguran, tetapi itu juga melukai rahimnya hingga harus menjalani operasi pengangkatan rahim karena dia mengalami pendarahan terus menerus akibat kecelakaan itu...kami tidak bisa mempunyai anak lagi."
Cinta Rafael Alexander kepada isterinya pastilah amat luar biasa. Sungguh beruntung seorang perempuan yang dicintai sampai sedalam itu. Christopher tampaknya mengetahui apa yang ada di benak Andrea, dia meremas jemari isterinya yang duduk disisinya, tatapannya menyiratkan arti yang pasti kalau Andrea mengalami apa yang dialami Andrea, Christopher akan tetap di sisinya dan mencintainya.
"Dan berdasarkan semua itu aku menyewa detektif swasta untuk melakukan penelitian." Romeo bergumam melanjutkan penjelasan Rafael, "Hasil penelitianku sangat signifikan. Bersamaan ketika kau hilang, besoknya Profesor Adam tiba-tiba mengundurkan diri dari universitas tempat dia bekerja, universitas yang bonafit dan memberinya gaji yang luar biasa. Dia menerima pekerjaan di sebuah universitas pemerintah di kota lain, tempat kau tinggal sekarang, dengan gaji yang lebih rendah." Romeo menatap Andrea dalam-dalam, "Dan bukan hanya itu &ketika aku menelusuri masa lalunya, Profesor Adam memang kehilangan isterinya ketika melahirkan puteri semata wayangnya." Romeo menyebutkan tanggal meninggalnya isteri profesor Adam yang tentu saja sama dengan tanggal kelahiran Andrea, lalu Romeo melanjutkan,
"Detektif swastaku berhasil menghubungi beberapa perawat di rumah sakit itu, yang masih hidup dan masih mengingat kejadian di masa lalu itu, Kemudian kami menemukan titik terang, ada seeorang perawat mengingatnya karena itu adalah kejadian yang istimewa, sehari sebelum kecelakaan yang dialami oleh paman Rafael, Profesor Adam datang ke rumah sakit yang sama tempat isterinya meninggal ketika melahirkan puteri mereka, membawa puteri semata wayangnya yang berusia tujuh bulan, yang sudah menjadi mayat dan kemudian didiagnosis karena SIDS, sindrom kematian bayi mendadak. Reaksi profesor Adamlah yang diingat jelas oleh perawat itu, lelaki itu histeris, berteriak-teriak seperti orang gila, menangis dan melolong di sana dan memeluk bayinya, mengguncangnya seperti orang gila karena tidak ter
ima akan kematian bayinya.
Mungkin itu semua memang membuatnya terpukul sampai hampir gila, dia baru kehilangan isterinya ketika melahirkan anaknya, dan kemudian anaknyapun direnggut darinya &" Romeo menatap Andrea hati-hati., "Nama bayi perempuan kecil yang meninggal itu adalah Andrea Aurelia."
Itu namanya! Oh Astaga...bagaimana mungkin...kalau yang dikatakan oleh Romeo benar, berarti ayahnya...profesor Adam telah menculiknya dari kecelakaan itu dan menjadikannya sebagai pengganti Andrea kecil yang telah meninggal. Membuatnya hidup seperti Andrea...
"Tentu saja semua kebetulan itu masih membuatku tidak yakin. Aku akhirnya mengambil inisiatif sendiri. Atas usulan Christopher, aku menghubungi Katrin, dan waktu kau di rumah sakit dan terluka, dia kemudian menyuap perawat untuk membantu mengambil sampel darahmu, aku melakukan test DNA, dan segera setelah menghubungi paman Rafael kami membandingkan hasil sampel kalian berdua, dan hasilnya baru keluar tadi pagi, seminggu setelah kami melakukan test." Romeo menyerahkan amplop itu ke Andrea, "Hasilnya positif Andrea, kau benar-benar puteri kandung Rafael Alexander yang hilang. Kau adalah Helena Alexander."
Mata Andrea berkaca-kaca ketika melihat hasil test DNA itu, dia memang tidak ahli dalam bidang kedokteran- karena dia orang awam biasa, bukan dokter - dan ada beberapa istilah di hasil test itu yang tidak dia mengerti. Tetapi kesimpulan di hasil test itu dapat dimengertinya. Rafael Alexander benar-benar ayah kandungnya.
Andrea menatap Elana yang juga menatapnya dengan berurai air mata, Elena membuka kedua lengannya, terisak-isak, memanggil Andrea,
"Helena...puteriku."
Dan itu sudah cukup untuk mencairkan semuanya, Andrea menghambur ke pelukan Elena, merasakan wangi yang menenangkan dari tubuh ibu kandungnya itu, merasakan lengan-lengan lembut ibunya yang dulu pernah menimangnya ketika bayi, sekarang merengkuhnya erat-erat dalam tangisan haru yang menyesakkan dada, mereka bertangis-tangisan bersama, dan kemudian Rafael Alexanderpun memeluk kedua wanita yang sangat dicintainya itu ke dalam pelukan tangannya.
Christopher dan Romeo berpandangan, merasakan keharuan yang sama atas pertemuan yang mengejutkan setelah bertahun-tahun terpisahkan. Rafael Alexander dan Elena pada akhirnya menemukan kembali puteri mereka yang hilang.
*** "Kami akan menunda kepergian kami ke Italia, Andrea sudah tentu ingin menghabiskan waktu bersama orang tua kandungnya, kalian sudah terpisahkan sejak lama dan berhak mendapatkan waktu bersama." Christopher bergumam, tersenyum menatap isterinya yang masih ada di pelukan Elena. Elena sendiri tampaknya belum mau melepaskan puteri kandungnya itu dari pelukannya.
Elena tersenyum, menatap menantunya yang tampan, membuatnya teringat akan suaminya sendiri di masa mudanya, sungguh beruntung Andrea mendapatkan Christopher yang begitu mencintainya dan menjaganya. Elena yakin cinta Christopher begitu kuat dan setia. Tatapan yang ditujukan Christopher kepada Andrea, atau Helena...sama seperti tatapan yang ditujukan Rafael, bahkan sampai sekarang ini, kepadanya.
"Terima kasih Christopher, kami sangat menghargainya. Apalagi kau sudah setuju untuk tinggal di rumah kami selama beberapa waktu."
Mansion keluarga Alexander cukup besar untuk menampung mereka semua, dan Rafael Alexander akan memastikan bahwa Helena dan Christopher merasa nyaman selama tinggal di sana.
"Apakah kalian akan menginap di sini sekarang"" Andrea bertanya kepada ibunya, ibu kandungnya yang sangat cantik. Meskipun hatinya masih pedih atas kebohongan yang diberikan oleh Profesor Adam selama hidupnya dan meskipun perbuatan profesor Adam tidak bisa dibenarkan karena telah menimbulkan luka yang begitu dalam bagi orang lain, Andrea bisa memaafkan lelaki itu. Profesor Adam, meskipun bukan ayah kandungnya, telah merawatnya dengan penuh kasih sayang dan cinta. Dan sekarang Tuhan rupanya begitu menyayanginya, dengan memberikan orang tua kandungnya yang masih lengkap, menatapnya dengan penuh cinta.
Elena melemparkan pandangan kepada suaminya, "Tentu saja kalau ayahmu tidak keberatan, dan juga sua
mimu." Rafael tersenyum lembut, "Tentu saja tidak, aku juga ingin menghabiskan waktu dengan puteriku."
Christopher menganggukkan kepalanya, "Pelayan sudah menyiapkan kamar untuk kalian, aku harap reuni yang indah ini bisa terus berlanjut." Dengan lembut Christopher menatap isterinya, hatinya ikut bahagia melihat sinar kebahagiaan di mata Andrea...atau Helena...yah siapapun nama sebenarnya Andrea, dia tidak peduli, masalah nama dan segala formalitasnya akan diurusnya nanti, yang penting dia mencintai perempuannya itu, wanitanya, segalanya untuknya.Romeo yang tersenyum senang dengan akhir yang bahagia dan mengharukan itu tiba-tiba beranjak sambil melirik jam tangannya,
"Yah. Karena paman Rafael dan tante Elena akan menginap di sini, kurasa sebaiknya aku pamit pulang, aku agak mengantuk, tetapi besok pagi aku harus sudah ada di kantor pusat untuk sebuah meeting penting perusahaan."
Christopher menatap Romeo dan mengerutkan keningnya,
"Kau tidak menginap saja" Apakah kau menyetir sendiri""
Romeo tertawa, "Aku harus mengejar penerbangan malam ini." Dia mengedipkan sebelah matanya, "Nanti aku akan mengunjungi kalian, aku belum menceritakan hal ini pada papa dan mama, mereka pasti akan bahagia dan terkejut." Papa dan mama Romeo, Damian dan Serena Marcuss adalah sahabat dekat Rafael dan Elena Alexander.
"Sampaikan salamku untuk mereka." Rafael tersenyum lalu menyalami Romeo hangat, "Terima kasih Romeo, semua ini mungkin tidak akan terjadi tanpa bantuanmu."
Romeo menganggukkan kepalanya dengan senyum manisnya, membuat wajahnya berbinar-binar bagaikan malaikat, "Sama-sama paman, senang pada akhirnya melihat semuanya bahagia." Dia kemudian berpamitan dan melangkah pergi.
*** Dalam perjalanannya ke bandara, Romeo benar-benar mengebut karena dia sudah membeli tiket pulang pergi supaya bisa berada di kantor pusat keesokan harinya. Dan kemudian, karena kecepatannya yang luar biasa, Romeo kehilangan kendali. Mobilnya oleng kesamping, dia sempat merasakan sengatan rasa sakit dan kilatan pedih di matanya, masih sempat dia berpikir betapa ironisnya kejadian ini, hampir sama seperti yang dialami Paman Rafael dan Elena,kecelakaan dalam perjalanan ke bandara...di detik terakhir dia membayangkan wajah kedua orangtuanya dan adiknya yang cantik...sebelum kemudian kehilangan kesadarannya.
Mobil Romeo menabrak pohon besar dengan begitu kerasnya sampai bagian depan mobilnya ringsek menekannya. Bunyi keras tabrakan itu membuat orang-orang berkumpul dan datang menolong, sementara Romeo tak sadarkan diri di dalam, terjepit di mobilnya sendiri, berlumuran darah...
PS: Nantikan kisah cinta Romeo di seri #2 The Dark Partner, Romeo's Lover
tamat Boneka Hidup Beraksi 1 Pesan Misterius Di Water Mill The Long Secret Karya Louise Fitzhugh Kelelawar Iblis Merah 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama