Hantu Pegunungan Batu Karya Karl May Bagian 2
Baik kau tanyakan saja sendiri kepada mereka! Nanti kau akan mendengar jawaban yang tepat dari ayah! Kuanggap kau benar-benar keterlaluan dengan kecaman-kecamanmu itu tentang sesuatu yang oleh orang tuaku sendiri sudah direstui. Nah, jika kau ingin tahu juga bolehlah kau dengar, bahwa ayah kenal akan orang yang mengundangku itu dan merasa bangga, bahwa kehormatan itu jatuh pada anaknya sendiri.
Eduard terperanjat mendengar perkataan itu.
Tapi Engeltje, katanya terbata-bata.
Apa, kau tentunya iri hati, karena tak dapat turut dalam pesta itu. Jika kau begitu sayang kepadaku, seperti yang biasa ingin kauperlihatkan, maka dengan rela hati kau membiarkan aku
31 mendapat kesenangan ini! Karena terkejut dan pikirannya sedikit kusut, maka Eduard mengalah sedikit.
sebenarnya saya rela hati juga. Akan tetapi semuanya ini agak aneh juga. Bukan sesuatu yang biasa.
Apakah suatu hal yang luar biasa, kalau seorang gadis dari Hohenthal mendapat undangan ke pesta dansa Casino"
Ya, sebenarnya memang tidak. Dan eh dari itu kurasa.....
Dari itu kaurasa perlu untuk menegurku seperti anak keral layaknya. Aku kurang dapat menghargai perbuatanmu itu. Bukannya turut bersenang hati dengan kebahagiaan kawan, malah jadi marah-marah. Sebenarnya aku merasa bangga sekali dan ingin memperlihatkanmu baju itu.
,Baik! Memang aku hendak ikut dengan kamu untuk mengembalikan kayu api dan batu bara yang telah dipinjam itu.
Tidak, jangan begitu. Berikan saja barang-barang itu kepadaku, akan kubawa sendiri. Hari sudah agak malam dan mungkin ayah akan marah-marah, bila aku membawamu lalu mengenakan baju pesta di hadapanmu.
O, kau, hendak mengenakannya di hadapanku" Aku ingin melihatnya!
Sekarang ia berbaik lagi dengan Eduard. Ia merasa sedikit kemanja-manjaan, karena Eduard ingin tahu, bagaimana nampaknya, bila dikenakannya bajunya itu. Karena itu diajukannya suatu usul yang tidak disangkasangka.
Dengarlah: sekarang pulanglah saja! Ayah tak lama lagi akan tidur. Sudah itu akan kukenakan baju pesta itu, lalu aku datang sebentar lagi ke mari. Ibu tentu, setuju. Jadi tunggu saja !
32 .,Baik, aku akan tunggu. Eduard tidak tahu lagi, harus merasa bahagia atau tidak dengan usul itu. Sekarang ia tak tahu apa-apa lagi. Sampai nanti, Engeltje! la masih berdiri sebentar dan mengikuti gadis itu dengan penglihatannya. Kemudian ia pulang. Ia merasa dimana-mana kehampaan semata-mata. Dengan susah payah ia mengumpulkan pikirannya. Ia merenungkan
nasibnya dan nasib Engeltje.
la kenal Engeltje sejak kecil. Selalu ia menjadi kawannya yang baik. Kemungkinan, bahwa ia akan terpisah hidupnya dari Engeltje, tak pernah timbul dalam pikirannya. Mereka selalu hidup berdampingan. Belum pernah juga terpikir olehnya apa hubungan yang sebenarnya di antara mereka. Baru sekarang ia sadar seperti disambar oleh petir, bahwa ia mencintai gadis itu dengan sepenuh hatinya dan bahwa ia kehilangan gadis, yang dicintainya itu, sebelum cintanya itu berkembang sampai ke ambang kesadaran.
Demikian ia berdiri saja pada malam yang dingin itu. Pelipisnya berdenyut-denyut dan hatinya berdebar-debar, seakan-akan hendak pecah.
Engeltje, keluhnya, alangkah baiknya bila aku mati saja! Ketika Engeltje membuka pintu kamar, orang tuanya masih belum tidur. Ayahnya mulai lagi bicara tentang undangan itu dan tentang kebahagiaan yang akan menjadi bahagian anaknya; ibunya sedang membentangkan baju yang diberi perhiasan daun-daunan emas dan perak itu di hadapannya dan memberi petunjuk-petunjuk seperlunya, bagian-bagian mana yang mas.ih perlu diadakan perubahan.
Angelica mendengarkan dengan separuh telinga. Ia mencoba mengenangkan orang yang tak dikenalnya itu, yang telah mengundangnya. Sudah barang tentu ia seorang dari kalangan
33 atas, lagi pula mungkin orang itu diam-diam mendewa-dewakannya. Apakah hal itu tidak cukup pentingnya untuk dapat mengesampingkan persahabatan sejak masa kecil dengan Eduard Hauser itu " Siapa tahu, kalau-kalau terbuka kemungkinan baginya untuk menjadi isteri orang kaya dan dengan demikian dapat mengangkat derajat orang tuanya bersama dirinya sendiri dari pelimbahan kemiskinan. Akhirnya merasa jemulah penenun Hofmann, karena anaknya tak mau berkata-kata dan isterinya selalu bercakap tentang pita, kancing dan dasi saja. Ia bangkit berdiri, menguap dan menggeliat.
Aku akan tidur saja.. Lanjutkan saja percakapanmu tentang jahitan itu. Tetapi jangan biarkan api menyala lama-lama. Besok masih ada satu hari lagi. Selamat tidur!
Ia masuk ke dalam kamar tidur. Setelah Engeltje dapat memastikan diri, bahwa ayahnya sudah tidur diceriterakannya kepada ibunya, apa yang dijanjikannya kepada Eduard.
Saya akan mengenakan baju pesta itu dan cepat-cepat pergi ke rumah sebelah untuk memperlihatkan baju itu. Bolehkah" Sekarang juga" Apakah tidak terlalu dingin hawanya" Saya dapat memakai kain kerudung. Boleh ya, bu" Saya telah berjanji. Ia ingin sekali melihatnya. Dan saya bangga sekali akan baju ini. Saya ingin juga memperlihatkannya, sedikit-dikitnya pada seorang dalam desa ini.
Ibunya menyetujuinya. Ia pun tidak bebas dari rasa bangga yang bodoh, bangga akan anaknya yang cantik itu. Dalam waktu beberapa menit saja Engeltje sudah berpakaian seperti gadis Itali. Ibunya ingin mengaguminya dengan melihatnya dari berbagai sudut, akan tetapi ia tidak mendapat kesempatan. Angelica mengenakan kain kerudungnya lalu melompat keluar.
Dalam seperempat jam saya sudah kembali lagi.
34 Ia memasuki ruang tinggal keluarga Hauser. Ia hanya melihat-Eduard di situ. Anak-anak sudah disuruh tidur dan orang tuanya pun sudah tidur. Eduard telah mengatakan kepada mereka, bahwa Engeltje akan mengenakan baju baru. Hendak diperlihatkan baju baru itu hanya kepadanya saja, bukan kepada orang lain. Dengan suka hati mereka mengizinkannya, karena melihat, bahwa telah tumbuh persahabatan yang erat antara anaknya dengan gadis itu dan mereka berpendapat, bahwa meskipun mereka menghadapi masa-masa yang sulit, akhirnya ada keanungkinan kedua itu menjadi pasangan yang sempuma.
Eduard menyuruh Engeltje masuk. Mula-mula hanya dilihatnya wajah gadis itu yang berseri-seri dengan kain kerudungnya yang besar itu, yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Akan tetapi segera ditanggalkannya kain kerudung itu dan apa yang sekarang terlihat oleh Eduard menyilaukan matanya, tetapi juga menakutkannya serentak
Engeltje berputar-putar di hadapannya dengan beijingkat-jingkat, sehingga roknya yang pendek itu terangkat-angkat oleh angin. Tentunya Eduard akan terpesona oleh pemandangan itu. Maka dinanti-nantikannya kata-kata pujian yang
akan keluar dari mulut Eduard. Akan tetapi Eduard diam saja. Suasana diam menekan. Engeltje menjadi agak bingung. Kurang pandai ia mengajuk hati Eduard, di mana sedang berkecamuk bermacam-macam perasaan yang menggelisahkan.
Nah, suka kau melihat aku begitu" tanyanya agak ragu-ragu.
Anak muda itu menarik nafas panjang-panjang. Benar-benar susah baginya, mengutarakan pendapatnya secara terus terang.
Tak suka sama sekali! katanya secara sejujurnya. Gadis itu merah-padam mukanya. Mukanya menjadi murung.
35 Kalau begitu sebaiknya jangan aku datang ke mari. Tak dapat kaukatakan mengapa kau tak suka"
Eduard sekali lagi menarik nafas panjang. Tidaklah mudah baginya, mengutarakan pendapatnya. Ia anak orang desa yang biasa, ia hanya mengenal wanita dan gadis-gadis seperti biasa ditihatnya sehari-hari, memakai baju yang tertutup dan rok panjang terbuat dari tenunan kasar. Akan tetapi baju Engeltje ini membiarkan terbuka leher serta lengannya; di punggungnya terdapat belahan yang dalam dan roknya hanya sampai ke lutut saja.
Tak mudah mengatakannya, geramnya malu-malu bercampur kesal.
Kau tentunya sudah memaklumi sendiri maksudku. Tak ada gadis terhormat yang mau berjalan-jalan seperti itu, begitu telanjang, apa lagi di hadapan laki-laki yang belum dikenal. Sekarang baru badai mengamuk sebenar-benarnya. Engeltje merasa demikian tersinggung, bahkan terhina, sehingga hilang lenyap tanpa berbekas segala rasa persahabatan dengan anak muda itu. Kurang ajar benar, berani mengeluarkan perkataan-perkataan seperti itu. Sikapnya langsung berubah menjadi dingin, dingin seperti es. Dengan tajam is menyindir.
Aku tahu, bahwa kurang sekali pengertianmu tentang adat kebiasaan orang dari lapisan-lapisan masyarakat yang lain! Baju seperti ini pakaian biasa gadis Itali. Itu sudah menjadi mode di Itali. Setiap gadis berjalan-jalan berpakaian seperti itu di negeri itu, tetapi sudah tentu pengetahuanmu belum sampai ke situ. Aku hanya menyesali perbuatanku, mengapa sampai aku mau bersusah-susah pergi ke rumahmu.
Engeltje, katanya memotong, gunakanlah akalmu yang sehat dan........................
36 Lebih baik lihat dirimu sendiri. Apakah kamu sekarang memakai akalmu yang sehat, sehingga bukannya berterima kasih, malah memarahiku.
Barangkali karena aku sangat terkejut. Maafkan saja betul-betul aku merasa malu.
Tak tahu malu kau, berkata demikian!
Kalau kubayangkan, kamu memperlihatkan dirimu kepada orang-orang yang belum kaukenal dengan berpakaian demikian, pada rasaku, seakan-akan aku mati lemas. Engeltje, aku mohon kepadamu dengan setulus ikhlas hatiku, janganlah kau pergi ke pesta itu!
Dalam keadaan lain, maka nada peranohonan, yang membayangkan ketulusan hati dan cinta yang murni itu tentu akan mengharukan hati anak gadis itu; karena sesungguhnya sama besar cintanya kepada Eduard dengan cinta Eduard kepadanya, hanya dengan perbedaan ini bahw cintanya itu masih belum sampai ke ambang kesadaran.
Akan tetapi sekarang ia merasa tersinggung, merasa dirinya terhina, yang membuatnya marah-marah. Ia membiarkan dirinya terseret oleh hatinya yang meluap-luap Dengan marah ia mengentakkan kakinya ke atas tanah.
Hentikan segala khotbahmu itu! Memang tepat seperti yang sudah kuduga. Kau tak rela dan iri hati, karena kau tak dapat turut. Kau tak acuh akan keadaanku, aku harus diam saja di rumah dan membiarkan malam gembira itu lalu. Akan tetapi aku tak mau! Lagi pula aku tak kuasa berbuat lain, karena ayahku telah memerintahkanku, untuk menerima undangan itu. Nah, sekarang aku rasa sudah cukup jelas bagimu. Selamat malam! Pintu tertutup di belakangnya, berdebar bunyiny. Eduard masih
37 mau mengatakan sesuatu, tetapi tak daps menemukan kata-katanya. Ia merasa dilumpuhkan, baik secara jasmani maupun rohani. Bermacam-macam pikiran yang aneh-aneh bergumul dalam kepalanya seperti badai yang sedang mengamuk.
Akan tetapi lambat-laun badai itu mereda dan kekusutan pikiran mulai mengurai. Akhirnya tinggal satu pendapat yang berdiri kukuh kuat yaitu: Engeltje tak sadar akan kelakuannya. Ia menempuh bahaya besar dengan membabi-buta. Kau adalah kawannya
sedari kecil, maka menjadi kewajibanmu untuk melindunginya, meskipun perlindungan itu ditentangnya.
Kemudian ia berpikir, apa yang sekarang harus dikerjakannya. Semalam-malaman ia berpikir, tanpa menemukan penyelesaiannya. Keesokan harinya badannya berasa letih lesu dan ia harus memaksakan dirinya berbuat seolah-olah turut bergembira dengan orang tuanya serta adik-adiknya berhubung dengan pertolongan besar, yang telah diterima mereka dalam kesempitan hidupnya.
Aku akan pergi kepada pengawas-kepala untuk minta pekerjaan, katanya kepada ayahnya. Tetapi dalam hatinya pikirnya: dan aku harus berdaya-upaya untuk menolong Engeltje, apa pun yang akan terjadi.
BAB III Serigala Nampak Sebagai Domba
Pada suatu hari Minggu pagi-pagi berhentilah dua pedati di depan rumah keluarga Seidelmann. pekerja-pekerja mengeluarkan beberapa alat penemuan dari dalamnya.
Apa gunanya barang-barang itu" tanya si pelepas uang kepada saudaranya. Semuanya sudah tua, tak ada harganya.
Itu tak dapat kau mengerti. Alat penenun itu kuperoleh dari seseorang yang telah jatuh bangkrut; harganya murah sekali, hanya delapan mark. siapa yang hendak bekerja padaku harus membeli atau menyewa alat penenun daripadaku. Harganya empat puluh mark, dan bila disewa lima belas mark dalam setahun. Segala kerusakan menjadi tanggungan daripada si penyewa. Ia dapat menyuruh bengkel memperbaikinya atau ia mengganti kerugian empat puluh mark.
Pada wajah si pelepas uang dapat dibaca sebagai perasaan: rasa heran bercampur dengan rasa kagum dan ejekan.
Aku benar-benar kagum melihat kepandaianmu mempergunakan bakatmu di bidang perdagangan, katanya.
Dalam pada itu seidelmann-putra duduk di kantor. Ia sedang menulis surat kepada kawannya bernama Strauch. Ia memberi petunjuk-petunjuk untuk malam Rabu, ketika hendak diselenggarakan pesta dansa itu. Segalanya harus diatur sebelumnya, supaya lancar jalannya.
Surat itu pendek saja. Frits memasukannya ke dalam amplop lalu menekan tombol lonceng. seorang anak muda masuk. Ia seorang pesuruh.
Bawalah surat ini kepada saudagar Strauch, Cepat! Jangan
1 lama-lama! Cepat kembali lagi!
Segera anak itu keluar, ini bukanlah tugas yang disukainya. Tadi pagi-pagi ia disuruh pergi ke pertambangan dan sekarang ia harus cepat-cepat pergi ke kota untuk mengantarkan surat dan pulang lagi.
Ia melangkahkan kakinya dengan lesu mengarungi salju. Tetapi dilihatnya ada orang yang hendak pergi ke arah yang sama. Dikenalinya orang yang sedang berjalan itu Eduard Hauser. Lalu ia berusaha mengejarnya.
Hai Eduard, tunggu sebentar! serunya.
Eduard baru saja dari pertambangan. Di sana ia berusaha mendapat pekerjaan dan menyebut pula nama Alder, akan tetapi sia-sia belaka. Pengawas-kepala tidak mau menerimanya. Karena itu ia hendak mencari peruntungannya di kota.
Ketika dipanggil namanya, berhentilah ia. Kedua anak muda itu bersalaman.
Kau mau ke kota juga, tanya Eduard.
Aku harus mengantarkan surat untuk Seidelmann.
Dan aku hendak ke kota untuk mencari pekerjaan.
Anak muda itu melirikkan mata kepada Eduard.
Hendak mencari pekerjaan" Pada hari minggu" Takkan mudah bagimu. Zaman sekarang susah mendapat pekerjaan. Itu pun sebabnya maka aku sampai sekarang masih bekerja pada Seidelmann. Kalau tidak, sudah lama aku tinggalkan. Mereka itu pemeras. Aku tidak mengerti, mengapa mereka begitu berkuasa di sini. Perintah mereka adalah undang-undang. Akan tetapi tak perlu kuterangkan padamu Eduard. Kau telah mengalami sendiri, bagaimana mereka telah mempermainkan nasibmu. Mula-mula mereka melepaskan kamu dari pekerjaanmu, kemudian.... Tadi pagi aku mengantarkan surat ke pertambangan. Ketika aku
2 di kantor, tertangkaplah oleh telingaku beberapa perkataan. Mereka telah berbicara tentang dirimu. Mungkin surat yang kubawa berisi sesuatu tentang dirimu. Engkau akan datang di situ melamar pekerjaan, tetapi mereka jangan mau menerimamu, karena kamu disebut orang yang tak dapat dipercayai. Bagaimana pendapatmu tentang hal itu"
Kini Eduard mengetahui mengapa ia tidak diterima oleh pengawas-kepala.
Benar-benar perbuatan yang keji! kata Eduard dengan marah. Aneh s
ebenarnya, apakah gerangan penyebabnya, maka mereka begitu benci kepadaku"
Pesuruh Seidelmann mengangkat bahunya. Ia tak dapat mengetahui sebab-sebab permusuhan antara majikannya dengan anak penenun yang miskin itu dan Eduard tak dapat menghubungkan persoalan itu dengan Angelica.
Maka kedua orang itu berjalan terus ke kota. Pesuruh Seidelmann menerangkan, bahwa surat yang dibawanya harus diserahkan kepada saudagar Strauch.
Kau kenal dia bukan" tanyanya. Ia dengan Frits Seidelmann sama-sama anggota Casino. Agaknya isi surat itu tentang pesta dansa berkedok yang akan diadakan malam Rabu. Mereka itu senang hidupnya. Kita tak mungkin mendapat hiburan seperti itu. Strauch tentu pergi dengan tunangannya, Marie Tanert. Sepanjang pengetahuanku Frits Seidelmann belum ada pasangannya. Maka siapakah gerangan gadis yang diundangnya untuk menemaninya"
Mereka bercakap-cakap sepanjang jalan, Eduard hanya memberi jawaban yang pendek-pendek saja. Ia hampir-hampir tidak mendengar, apa yang dikatakan kawan seperjalanannya. Ketika mendengar kata pesta itu, pikirannya mulai menjadi kusut
3 lagi, karena ia sangat khawatir akan Engeltje. Ia mendengar samar-samar saja apa yang dikatakan dan sedikit pun tidak disangkanya, bahwa percakapan itu kemudian banyak gunanya.
Sesampai di kota mereka berpisah. Pesuruh Seidelmann pergi ke saudagar Strauch dan Eduard melamar pekerjaan di sana-sini, akan tetapi tidak berhasil. Akhirnya ia merasa jemu selalu mengetuk pintu rumah orang, mengajukan lamarannya dengan sesopan-sopannya untuk mendapat pekerjaan, dan tiap-tiap kali lamaran itu ditolak. Di sudut suatu jalan duduklah ia beristirahat sebentar dan merenungkan tentang nasibnya dan hari depannya.
Dan aneh sekali, betapa besar kekhawatirannya tentang masa depannya dan nasib keluarganya, namun ketakutannya terhadap nasib Engeltje memenuhi segenap hatinya. Terus menerus diikhtiarkan jalan untuk melindungi Engeltje terhadap bahaya besar yang mungkin akan menimpanya.
Maka tiba-tiba ia mendapat akal. Akan tetapi untuk dapat melindunginya, maka ia harus hadir dalam pesta itu. Tetapi bagaimana dapat dilaksanakan" pesta itu hanya untuk orang dalam. Ia dapat masuk dengan menyamar dan dengan demikian tidak dikenali orang, namun jumlah anggota yang masuk dapat bertambah dengan seorang. Itu tidak boleh!
Eduard tidak dapat menemukan akal baru lagi. Akan tetapi biar apa pun yang akan terjadi, ia akan hadir malam Rabu dalam pesta itu. Dalam hal itu sudah tetaplah hatinya. Dengan maksud itu ia mulai mencari kedai yang menyewakan pakaian pesta. Ia mendengar, bahwa hanya ada satu kedai yang menyewakan pakaian demikian. Maka bergegaslah ia ke kedai itu. Sebelum sampai ke kedai itu dirabanya dahulu dalam saku, apakah masih ada sedikit uang. Untunglah masih banyak uang pemberian asing itu kepadanya yang tinggal di dalam sakunya. Tentu saja
4 uang itu tak boleh dihabiskannya, karena orang tuannya masih memerlukan banyak. Akan tetapi sedikit dari jumlah itu akan dikorbankannya untuk dapat menolong Engeltje.
Ia mengetuk pintu kedai. Pintu dibuka oleh orang yang kurus tubuhnya dan memakai kaca mata besar sekali.
Ada keperluan apa" tanyanya.
Saya hendak menyewa pakaian pesta.
Sebenarnya kedai tutup pada hari Minggu, akan tetapi boleh saya tolong anda, asal cepat selesai. Silakan masuk.
Eduard memasuki ruangan yang penuh digantungi pakaian-pakaian lama, yang menyebarkan bau pengap.
Anda perlu pakaian untuk siapa"
Untuk saya sendiri. Hm. Saya rasa hanya tinggal sedikit lagi. Tuan-tuan dari Casino telah menyewa hampir semua pakaian pesta. Bilamana anda perlukan"
Malam Rabu. O, jadi untuk pesta dansa Casino juga" Sayang, kemarin sudah saya janjikan dua pakaian dansa yang terbaik kepada saudagar Strauch dan tunangannya. Ia menyamar sebagai orang Turki dan nona Tannert sebagai wanita Ceko. Tapi mari kita lihat apa yang masih tertinggal untuk anda. Saya rasa masih ada pakaian domino.
Eduard sekali-kali tak tahu apa yang dimaksudkan, akan tetapi ia pura-pura mengerti juga.
Coba perlihatkan saja! Tunggu sebentar. Orang itu pergi mengambilnya. Eduard tinggal seorang di
ri dalam kedai. Ia melihat keluar jendela ke arah taman yang berliku-liku. Besok pesta itu akan kelebihan satu orang. Kalau
5 seandainya orang lain yang tinggal di rumah, maka tempatnya akan dapat ditempati olehnya.
Tiba-tiba ia mendapat akal yang aneh sekali dan nekad, yang hanya dapat timbul dalam pikiran anak muda sederhana, yang terlalu khawatir akan nasib gadis yang dikasihinya. Sedang Eduard sedang memikirkan rencana kembalikan pedagang itu dengan membawa pakaian domino. Ternyata pakaian itu sepotong berwarna hitam terbuat dari bahan murah yang tipis lengkap dengan picinya.
Anda mau kedoknya juga" Ini ada yang terbuat dari sutera yang menutupi seluruh muka. Baju dengan kedok harganya empat mark.
Baik, baik kata Eduard tanpa berpikir lagi.
Dan anda mau membawanya sekarang"
Besok saja saya bawa semuanya.
Baik, tetapi sekarang anda harus membayar uang muka satu mark sebagai jaminan, sebab saya tak dapat menyewakannya lagi.
Eduard membayar, lalu hendak pergi. akan tetapi pedagang itu menahannya.
Tunggu sebentar, tuan! Tiba-tiba saya teringat akan sesuatu. Maukah anda menolong saya"
Menolong apa" Tuan Strauch kemarin datang kemari untuk menyewa baju pesta. Ketika itu diperlihatkannya sebuah lencana kepada saya, lencana yang dipergunakan untuk dapat masuk ke Casino itu. Sekarang lencana itu tertinggal di sini. Maukah anda mengembalikannya kepada tuan Strauch"
Pucuk dicinta ulam tiba, Ini merupakan kesempatan yang baik, pikir Eduard lalu menyatakan, bahwa ia tidak keberatan.
6 Secepatnya Eduard meninggalkan kedai itu.
Dengan penuh harapan, bahwa rencananya akan berhasil ia memasuki rumah makan Lembu Emas yang letaknya tak jauh dari situ. Ia memesan bir segelas, lalu minta dibawakan kertas, pena dan tinta. Sesudah berpikir selama-lama, ditulisnya sepucuk surat dengan tulisan tangan yang diubah-ubahnya. Demikian bunyi surat itu:
Saudagar Strauch! Bahwa maut mengancam anda di pesta Casino. Maka berpura-puralah menjadi sakit dan tinggal saja di rumah! Jangan sebut-sebut surat ini maupun peringatan yang saya berikan. Bahkan Marie Tanert pun tidak boleh diberitahu. Ia harus mengira, bahwa anda akan hadir dalam pesta Casino itu.
Jangan berani melanggar perintah saya ini!
Hantu Hutan. Ia memberi alamat pada surat itu, lalu memasukannya ke dalam bis surat yang terdekat.
Kemudian ia pulang ke rumah.
Keesokan harinya penjaga hutan memasuki hutan bersama tamunya untuk membawanya ke tempat pembunuhan itu terjadi.
Arndt mengamat-amati tempat pembunuhan itu serta ketiga batang pohon cemara di dekatnya.
Apakah tidak ditemukan jejak-jejak, yang menunjukkan bahwa yang terjadi perkelahian sebelum pembunuhan itu, atau bahwa mayat itu telah diseret ke situ"
Dua-duanya tidak. Hm. Ataukah pembunuhan itu datang dengan cara
7 menyelinap. Tetapi itu hampir tak mungkin. Di sini ada tiga pohon cemara, di sebelahnya ada padang terbuka, di sebelah kiri pun tiada sebatang pohon pun. Pohon-pohon yang ada letaknya tersebar, yang satu jauh daripada yang lain, sehingga tak ada tempat bersembunyi.
Mungkin ia berdiri di balik pohon.
Dalam hal itu si pembunuh harus tahu benar, dari mana kurbannya datang dan ke mana ia hendak pergi. Tetapi itu tak mungkin, karena tidak ada jalan. Sampai berapa jauh daerah ini sudah di periksa oleh polisi"
Sampai semak belukar di sana.
Jadi pendapat mereka, pembunuhan ini terjadi dengan cara menyelinap mendatangi si korban. Namun lain pendapat saya. Lihatlah - di batang pohon cemara itu terdapat bekas gores yang dilalui oleh sebuah peluru. Arndt menunjuk kepada pohon yang dimaksudkan. Penjaga hutan memeriksa gores itu.
Benar juga! Kami tidak menemukannya!
Dan selanjutnya. Mayat terletak di situ; di sini peluru menggores sebatang pohon. Kesimpulannya senapan itu ditembakkan dari arah sana. Coba lihat selanjutnya lagi. Penjaga hutan mengikutinya. Arndt berjalan di depan dan memeriksa tiap hal yang luar biasa dan tiap bagian tanah yang tiada rata.
Apa yang anda cari" tanya Adler.
Tak ada yang penting. Ikuti saya saja!
Mereka berjalan beberapa ratus meter menuju satu arah. Tiba-tiba Arndt be
rhenti. Ada sesuatu benda yang menarik perhatiannya. Ia membungkuk lalu memungut benda itu. Benda apa itu" tanya penjaga hutan.
Inilah lihat saja! 8 Arndt memperlihatkan secarik kain putih berbentuk segitiga, yang telah ditemukannya berkat ketajaman pemandangannya, di bawah semak belukar. Mungkin diterbangkan angin ke situ. Kalau tidak begitu kain itu sudah tertimbun oleh salju.
Hanya secarik kain! kata Adler kecewa. Apakah gunanya"
Penemuan yang penting, saya kira. Koyakan dari sehelai kain yang besar, alas meja atau kain sprai. Ada sebuah huruf yang disulam padanya, yaitu huruf T. Bila kita menemukan sehelai saputangan di hutan, itu masih belum merupakan hal yang luar biasa, tetapi lain halnya, bila kita menemukan kain sprai. Bukankah demikian"
Saya tidak pandai menafsirkannya. Saya hanya penjaga hutan dan bukan polisi.
Benarkah tak dapat anda bayangkan, apa yang mungkin diperbuat orang dengan kain sprai dalam musim dingin di hutan ini"
Maaf, tak dapat saya, tuan!
Dengarkanlah! Di mana-mana terdapat lapisan salju yang tebal. Para penyeludup tentu berusaha supaya jangan sampai terlihat orang. Pakaian kehitam-hitaman sangat menyolok dengan latar belakang salju ini. Cara yang sangat mudah untuk mengelabui mata para penjaga perbatasan ialah dengan berkerudung kain sprai yang putih itu. Dengan demikian mereka tidak dapat dibedakan, apalagi pada malam hari, dengan alam sekitarnya.
Kurang ajar! Sekarang, mendengar keterangan anda, segala-galanya menjadi jelas!
Saya juga telah membawa kain sprai yang bila perlu hendak saya pakai, ketika saya mengadakan penyelidikan.
9 Mereka berjalan terus. Dilihatnya ada sebuah tanggul pohon yang tersembul keluar dari lapisan salju. Pada tunggul itu tergantung dua lembar benang putih.
Apa kesimpulan anda" tanya Arndt selanjutnya. Ia makin merasa senang menguji kecerdikan penjaga hutan itu.
Bahwa kain tadi tersangkut pada tunggul pohon ini lalu koyak.
Baik sekali! Hal itu tepat sekali seperti yang saya duga sebelumnya. Penyelundup itu tertangkap basah, lalu melarikan diri, dikejar oleh penjaga perbatasan. Ia berkerudung kain seprai yang tersangkut pada tunggul ini. Ia menyentak pada kain itu, sehingga terlepas, lalu lari lagi. Ujung kain yang bersulamkan huruf T itu koyak, kemudian diterbangkan oleh angin ke bawah semak belukar. Ketika sampai dekat pohon cemara pelarian itu menyadari, bahwa ia tak dapat lepas lagi dari bahaya. Maka ia berhenti, membalikkan badannya, lalu menembak mati si pengejar.
Benar-benar.............. kata penjaga hutan tercengangcengang.
Akan tetapi Arndt tidak membiarkan dia menyelesaikan kalimatnya.
Mula-mula harus didengar dahulu keterangan dari bawahan si terbunuh. Mereka dapat menerangkan, tugas apa yang diberikan kepadanya pada hari itu, selanjutnya apakah termasuk juga tugasnya untuk melalui daerah ini. Dengan demikian dapat kita ketahui, bahwa para penyeludup itu telah menghadang mereka atau tidak. Akan tetapi menurut pendapat saya kemungkinan itu hampir tidak ada. Kelihatannya perkelahian itu terjadi tanpa diatur sebelumnya. Setidak-tidaknya kita sudah menemukan dua keterangan..........
10 Dua" Benar, dua keterangan yang penting. Ada kira mereka akan meminjam kain seprai orang lain untuk keperluan itu"
Tentu tidak. Tentu barang itu milik sendiri!
Dan apakah artinya huruf T itu"
Bahwa nama penyeludup itu dimulai dengan huruf T.
Dan itu keterangan penting yang pertama, tuan penjaga hutan!
Sebenarnya ada dua huruf yang tertulis pada kain putih itu. Huruf yang pertama, yang merupakan kependekan dari nama kecilnya itulah, yang hanya terdapat pada secarik kain koyakan itu. Huruf yang kedua terbawa oleh kain besar itu.
Dan keterangan penting yang kedua"
Baik saya mengajukan pertanyaan: orang yang sedang dikejar itu larinya ke mana"
Tentu ke tempat yang disangkanya aman.
Memang demikian! Maka si pembunuh juga berusaha mencapai tempat yang aman itu. Ia berlari dari pohon-pohon cemara langsung menuju ke mari. Jadi bila kita ikuti arah itu, maka kita akan dapat menemukan tempat persembunyian penyelundup itu!
Sepupu! Sauda ra betul-betul cerdik! Saya tak pandai menarik kesimpulan seperti itu!
Itu hanya soal latihan saja. Dan sekarang, baik kita lanjutkan penyelidikan kita. Mari kita mulai!
Mereka berjalan mengikuti arah yang diambil oleh penyeludup itu melalui hutan, menyeberangi jalan, yang datangnya dari desa menuju ke rumah penjaga hutan itu, lalu masuk lagi ke hutan. Arndt berjalan perlahan sekali dan memperhatikan tiap hal, yang sekecil-kecilnya pun. Seperempat jam sudah lewat.
11 Mereka menghampiri tepi hutan dan sampai pada sebatang pohon eik besar, yang kelihatannya sudah lanjut sekali usianya. Arndt sudah melewati pohon itu. Tiba-tiba berhentilah ia dan mempelajari tanah yang diliputi oleh salju tebal itu.
Ada apa" tanya penjaga hutan, si tua itu.
Lihatlah! ada lubang-lubang dalam salju. Itu bekas tapak-tapak kaki yang sudah mulai ditimbuni oleh salju. Bekas-bekas itu datangnya dari segenap penjuru untuk kemudian berserakan lagi ke segenap penjuru. Hal itu berarti, bahwa beberapa orang telah bertemu di sini, mungkin serentak, mungkin juga satu persatu, sayang hal itu tidak dapat diketahui. Apakah yang dicari mereka di sini" penyeludupkah mereka itu" hm! mungkinkah, bahwa pohon eik itu merupakan tempat pertemuan yang tetap" Baik kita periksa batang pohon itu.
Meskipun diselidiki dengan teliti, mereka berdua tidak dapat menemukan sesuatu yang agak ganjil pada pohon itu.
Saya rasa sudah cukup untuk hari ini! kata Arndt akhirnya. Akan tetapi pohon ini harus selalu dalam perhatian kita. Apa yang telah kita temukan hari ini boleh dikatakan agak memuaskan.
Maksud anda hendak pulang sekarang"
Benar, saya hendak pulang. Tetapi barangkali anda harus pergi ke pengawas-kepala"
Memang. Saya telah berjanji kepada Eduard. Sekarang juga saya akan pergi ke sana. Apa yang akan kita perbuat dengan koyakan kain putih itu"
Itu kita serahkan kepada polisi. Akan tetapi sebaiknya nama saya belum disebut-sebut dahulu. Anda saja ke polisi, pura-pura sudah menemukan sendiri segala keterangan itu. Lalu usulkan supaya pegawai bawahan duane itu ditanyai mereka.
12 Lebih baik jangan dahulu. Jejak ini hendak saya selidiki sendiri. Saya khawatir, kalau-kalau orang lain dapat mengacaukan keadaannya. Inilah kain putihnya. Bawalah saja!
Kemudian mereka berpisah. Arndt kembali ke rumah penjaga hutan dan tiada beberapa lama kemudian pulang jugalah Adler. Adler menceriterakan, bahwa kepergiannya ke pertambangan tiada membawa hasil. Polisi pun tidak dapat ditemuinya. Ia akan mengulangi kunjungannya sesudah makan siang. Tetapi di pertambangan sudah dapat dikatakan dengan pasti, bahwa Eduard tidaklah dapat diterima.
Sesudah makan siang penjaga hutan berangkat lagi. Arndt masuk ke dalam kamarnya dan membaca buku: ketika itu dilihatnya Adler kembali. Langsung ia turun ke bawah.
Penjaga hutan yang sudah tua itu sedang gelisah, itu mudah dapat dilihat. Dilemparkannya topi bulunya ke atas meja, lalu ia menjatuhkan diri ke atas kursi dan mengerang. Barbedtje mengerti alamat itu, bahwa suaminya membawa khabar buruk. Wah! katanya, apa yang telah kau alami"
Banyak, banyak sekali! geramnya. Khabar yang pertama ialah, bahwa di rumah penginapan akan diadakan ceramah oleh Seidelmann, si pelepas uang itu.
Saya akan pergi ke situ. Itu harus saya dengar, kata Arndt. Kalau begitu, selamat makan dan selamat menikmati ceramah itu! Saya sekali-kali tidak ingin mendengarkan obrolan itu. Masih adakah khabar buruk yang lain" tanya isterinya. Suatu kecelakaan.
Lagi-lagi kecelakaan" Coba ceriterakan!
Bayer yang malang itu.......
Penulis di kantor Seidelmann itu"
Benarlah. Sungguh menyedihkan! Seperti kau ketahui
13 isterinya sudah lama mengidap sakit.
Tentu. Dokter yang merawatnya tidak menaruh banyak harapan lagi akan kesembuhannya.
Benarlah pendapat dokter itu, Bayer sudah meninggal. Terperanjat mendengar kabar itu nyonya Adler melipat tangannya.
Tiba-tiba benar! O Tuhan!
Semalam, setelah ia pulang dari pekerjaannya ia pergi berbelanja ke desa untuk isterinya yang sedang sakit. Dalam perjalanan pulangnya ia jatuh lemas, karena badannya sudah
lemas sekali. Tak ada orang yang dapat menemukannya dalam kegelapan. Baru pagi ini ia dapat ditemukan terhantar di tepi jalan, mati kedinginan. Jenazahnya telah diangkut dengan kereta salju.
Dan bagaimana tentang isterinya"
Ya, isterinya. Itulah khabar yang terburuk! Berita tentang kecelakaan itu lekaslah tersebar ke mana-mana, dan sebelum kereta salju itu sampai, maka orang-orang sudah berbondong-bondong pergi ke rumah Bayer. Bukan dengan maksud jahat. Bukan! Mereka datang untuk menghibur hati. O, orang itu baik hari dan ingin membantu! Pendek kata beberapa ratus orang demikian menyerbu masuk ke dalam kamar si sakit, lalu meneriakkan kepadanya, bahwa suaminya telah meninggal, dan bahwa jenazahnya sudah dibawa orang ke rumahnya. Terlalu!
Perempuan malang itu langsung melompat keluar dari tempat tidurnya, lalu memekik keras-keras. Ia memegang dadanya; mukanya mula-mula menjadi merah, kemudian pucat pasi dan meninggallah ia.
Barbertje menutupi mukanya dengan tangannya.
14 Penjaga hutan melompat dari kursinya lalu berjalan mondar-mandir saja dalam kamar. Arndt juga turut merasakan duka cita yang sedalam-dalamnya, yang disebabkan oleh ceritera itu. Orang yang memperhatikan keadaannya, tentu akan merasa heran. Khabar buruk itu tidak ada sangkut-pautnya dengan hidupnya sebagai orang asing di daerah itu. Akan tetapi ia menatap wajah si pembicara itu dengan tiada henti-hentinya. Apakah keluarga Bayer itu orang yang baik" tanyanya. Pertanyaan yang aneh! geram Adler. Untuk apa harus saya perhatikan, kalau mereka bukan orang baik.
Arndt seolah-olah tidak memperhatikan ucapan itu.
Apakah mereka mempunyai anak juga"
Ada empat orang anak, yang menderita kelaparan. Anak-anak itu telah dibawa ke rumah miskin. Di situ mereka hanya dididik untuk meminta-minta. Anda harus tahu, bahwa di rumah keadaannya lebih buruk daripada di tengah-tengah bangsa Kalmuk ataupun bangsa Hotento. Mereka tidur di atas setumpuk jerami. Memang mereka juga mendapat makanan dan minuman, tetapi itu hanya menurut peraturan di atas kertas. Akan tetapi anak-anak yang tidak mau mati kelaparan harus keluar masuk desa untuk mengemis makanan pada petani.
Benarkah masih ada keadaan yang begitu buruk pada zaman sekarang ini"
Memang masih ada. Misalnya di sini juga tinggal wanita tua yang bemama Lofler. Ia seorang pekerjayang rajin. Kerjanya pada keluarga Seidelmann. Pada suatu hari ia mendapat kecelakaan. Sebuah lampu meledak. Minyak tanah yang panas itu tumpah ke mukanya dan membakar juga kedua belah matanya. Sekarang ia menjadi buta. Ia tak dapat bekerja lagi dan mencari nafkah. Dan apa yang diperbuat oleh keluarga Seidelmann"
15 Orang tua itu tertawa masam.
Dia"! Ha! Wanita tua itu disuruh bawa ke rumah miskin. Sekarang ia sudah lebih dari delapan puluh tahun usianya, namun ia terpaksa mengemis dari rumah-ke-rumah untuk mendapatkan sedikit makanan. Bayangkan saja, dengan cuaca seburuk ini! Pada suatu pagi badannya tentu akan dikeluarkan orang dari tumpukan salju, badan yang sudah kaku kedinginan. Dan tiada orang yang kan mencucurkan air mata mengenangkan nasibnya.
Mendengar itu Arndt juga melompat dari tempat duduknya, lalu mondar-mandir terus menerus, karena menahan perasaan terharu. Ceritera penjaga hutan telah membangkitkan badai dalam dirinya. Sebab-sebabnya kuranglah jelas; hal yang membuatnya terharu bukan hanya rasa peri kemanusiaan secara umum.
Akan tetapi ia tidak menyinggung-nyinggung tentang hal itu. Akhirnya pergi ke kamarnya. Dikeluarkannya sebuah benda dari dalam kopornya, lalu ia keluar dari rumah. Ia berjalan cepat-cepat ke desa; akan tetapi tidak menempuh jalan yang biasa, melainkan melalui hutan.
Di suatu tempat yang sunyi ia berhenti dan menoleh ke belakang dengan hati-hati. Setelah diketahuinya, bahwa tak ada orang yang mengawasinya, maka ditanggalkannya baju serta picinya dan dibalikannya kedua potong pakaian itu. Baju yang mula-mula berwarna kehitam-hitaman itu sekarang berubah warna menjadi abu-abu lalu pici bulunya berubah menjadi pici beledu. Kemudian dikeluarkannya sebuah rambut palsu dari dalam sakunya dan seuntai jan
ggut berwarna abu-abu. Setelah dikenakannya pakaian itu, maka kelihatan seperti orang yang sudah berusia lima puluh tahun.
16 Lalu melanjutkan perjalanannya.
Sambil membayangkan masa-masa yang lalu ia menempuh jalan melalui hutan. Sudah berkali-kali ia menempuh jalan ini; bertahun-tahun yang lalu, ketika ia mengembara dalam hutan besama kawan-kawannya. Setiap jengkal dikenalnya tanah ini. Betapa suka hatinya berjalan di hutan ini!
Sambil berjalan ia mengenangkan masa anak-anaknya. Hohenthal, desa miskin yang penduduknya terdiri dari penenun dan pekerja tambang itu adalah tempat kelahirannya.
Tentang ayahnya tak dapat diingatnya lagi. Ayahnya mendapat kecelakaan dalam tambang, ketika ia baru berumur dua tahun. Akan tetapi ibunya hidup sebagai bidadari, meskipun ia memakai pakaian murah dan sederhana seperti wanita-wanita lain di desa. Selalu ia datang mengunjunginya sekali dalam empat belas hari pada hari minggu petang. Kunjungannya hanya berlaku satu jam, akan tetapi ia selalu dipeluki dan diciumi oleh ibunya. Ketika ditinggalkan oleh suaminya ia masih muda dan ia mendapat pekerjaan pada keluarga hartawan Seidelmann sebagai pembantu rumah tangga. Nyonya Seidelmann adalah seorang majikan yang menggunakan peraturan yang keras terhadap bawahannya, sehingga ia tidak diberi waktu yang bebas yang cukup. Bahkan anaknya yang sangat dikasihinya tidak boleh dibawa, ketika sedang bekerja.
Maka anaknya itu dititipkan pada orang tuanya. Yaitu keluarga Bayer. Beyer yang baru meninggal ialah saudaranya.
Anak kecil yang bernama Arndt berumur tujuh tahun, ketika terjadi bencana, yang telah menghancurkan ibunya. Pada suatu pagi ia ditangkap oleh polisi. Ia dituduh mencuri. Ia, ibunya, bidadarinya, dewinya! Ada gelang mahal kepunyaan Seidelmann, yang beru dibelinya untuk isterinya. Janda muda
17 itulah yang dituduh, karena ia yang terakhir yang terlihat di dalam kamar, di mana barang perhiasan itu disimpan. Meskipun baik di rumahnya dan di rumah orang tuanya tidak ditemukan barang perhiasan yang dapat dipakai sebagai barang bukti itu, namun tuduhan tidak ditarik kembali. Ia mendapat tahanan sementara.
Kejadian itu membuat anaknya yang masih kecil itu bingung. Ia mula-mula memukuli pegawai-pegawai polisi itu dengan tinjunya yang kecil itu Akhirnya ia menangis terus-menerus dan dibawa oleh neneknya ke tempat tidur dalam keadaan separuh pingsan.
Ibunya itu tiada dapat hidup lama lagi. Rasa malunya karena dituduh melakukan perbuatan jahat itu dan kekhawatirannya terhadap anaknya yang masih kecil itu terlalu berat baginya untuk ditanggung. Maka sebelum pemeriksaan itu berakhir tubuhnya sudah harus diantarkan ke makam.
Tidak lama kemudian kakek dan neneknya menyusul ibunya, maka Arndt dimasukkan ke rumah miskin. Tetapi kita harus mengetahui keadaan dalam badan-badan sosial seperti ini, bagaimana anak itu hidup seperti dalam neraka. Dalam dua tahun berikutnya ia sama sekali tidak mendapat didikan dan tiada seorang pun yang menghiraukan nasibnya.
Tetapi pada suatu kali terjadilah suatu perubahan yang besar. Sepasang suami isteri hartawan datang ke daerah itu. Suaminya, seorang tuan tanah, melihat anak yang cerdik itu, meskipun ia berpakaian lusuh dan menaruh kasihan padanya. Langsung ia menanyakan latar belakang anak itu dan direktur rumah miskin itu menganggap perlu menceriterakan segala-galanya tentang anak itu. Ia bicara berbisik-bisik, tetapi pendengaran anak yang tajam itu dapat menangkap jugalah isinya.
18 Ibunya telah mencuri dan meninggal dalam penjara, bisiknya.
Dengan mata bersinar-sinar Frans melompat.
Hantu Pegunungan Batu Karya Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bohong! Ibuku tidak mencuri!
Lanjutannya tidak terdengar lagi, karena anak itu menangis tersedu-sedu lalu lari dari situ.
Kelakuan anak itu yang demikian yang bersifat menentukan bagi hidupnya. Ia dibawa oleh suami isteri itu dan diberi didikan yang baik. Dan mereka tidak merasa kecewa. Makin lama makin sayang mereka akan anak itu, sehingga akhirnya diputuskannya untuk mengangkatnya sebagai anak.
Meskipun Frans sudah mendapat nama baru yang tiada tercemar, namun ia tidak melupakan masa silam yang hitam itu. Bekali-kali ia bersumpah
pada dirinya sendiri, bahwa ia akan membersihkan nama baik ibunya dalam kuburnya.
Ketika ia berusia dua puluh tahun, kedua orang tua angkatnya meninggal berturut-turut. Maka ia mewarisi segala harta benda yang dimiliki mereka. Akan tetapi semua kekayaan itu tidak dapat mempengaruhinya, demikian juga kedudukan tinggi yang diperoleh dari masyarakat. Hanya kewajiban terhadap ibunya almarhumah mengisi segenap pikirannya. Segenap hartanya maupun tenaganya hendak diabadikannya kepada tujuan mulia.
Benar, hanya tenaganya sendiri! tak terpikir olehnya untuk menyerahkan perkara itu kepada seorang pengacara yang pandai. Ia ingin menyelesaikan perkara yang diliputi rahasia itu yang telah mencelakakan ibunya. Akan tetapi hal itu tidak dapat dikerjakan tanpa persiapan. Ia sudah tidak begitu biasa lagi dengan daerah sekitar tempat lahirnya itu. Lagi pula penyelidikan itu tak dapat dilaksanakan tanpa pengetahuan hukum.
Akan tetapi Frans berkeras hati. Dengan rajinnya diikutinya
19 pendidikan sebagai detektip. Dan ternyatalah, bahwa ia berbakat untuk menjadi detektip. Sudah beberapa perkara yang sulit-rumit ditanganinya, di mana polisi telah menemui kegagalan. Baru berkat petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Frans, maka penjahatnya dapat ditangkap. Namanya menjadi harum di kalangan polisi, dan ia sangat bangga akan hal itu, karena sebenarnya ia tak termasuk dalam polisi itu. Ketika pertama kali Hantu Hutan itu menjadi persoalan, maka ia menawarkan jasa-jasanya kepada polisi, akan tetapi sia-sia saja. Tetapi ketika gerombolan penyeludup makin mengganas, ketika sampai-sampai seorang pegawai duane terbunuh oleh mereka, maka polisi tanpa ragu-ragu meminta bantuan pada detektip yang kenamaan itu.
Dengan jalan demikian, maka Frans mendapat kesempatan untuk pergi ke daerah itu atas kehendak sendiri, sungguhpun ia juga mendapat tugas resmi dari polisi.
Kini ia berada di Hohenthal untuk membebaskan daerah itu dari rasa takut. Akan tetapi kewajibannya yang dirasakannya terhadap ibunya lebih penting baginya. Mungkinkah ia membersihkan namanya dari segala noda" meskipun berbagai alang-perintang dilihatnya di hadapannya, namun ia mengharap penuh. Dua hari yang lalu ia berkunjung ke makam ibunya dan di sana ia mengulangi sumpahnya hendak membersihkan nama baik ibunya dan tidak akan beristirahat sebelum tugas itu terlaksana.
Arndt tenggelam dalam pikirannya, sehingga ia tidak memperhatikan jalan, maka merasa heranlah ia, ketika tahu, bahwa Hohenthal sudah ada di hadapannya. Jalan raya hampir sama seperti dahulu, delapan belas yang lalu. Ia mengetuk pintu pastori. Ketika ia memasuki ruang kerja pendeta dan memberi
20 salam, dijumpainya di situ pendetanya yang sudah lanjut usianya, berwajah seperti orang suci dan sikapnya menimbulkan rasa hormat.
Apakah kehendak anda" tanya rohaniwan itu sambil meletakkan surat kabar yang sedang dibacanya ke atas meja. Saya ada permohonan, pendeta.
Barang siapa meminta, ia pun akan diberi. Ucapkanlah permohonan anda itu. Saya kira, saya belum pernah berjumpa dengan anda. Kelihatannya anda bukan penduduk daerah ini. Memang saya bukanlah orang sini, pendeta! saya baru saja sampai dan saya mendengar tentang kecelakaan yang baru menimpa Beyer" memang malang benar nasib mereka. Apakah ada kepentingan anda pribadi dalam kecelakaan itu atau hanyalah anda berprihatin atas dorongan perasaan perikemanusiaan umum"
Hanya perasaan peri kemanusiaan umum, jawab Arndt mengelak. Maka ingin saya membantu untuk meringankan penderitaan anak-anak yang miskin itu. Saya dengar mereka dibawa ke rumah miskin!
Akan tetapi saya rasa masih ada keluarga yang mau menampungnnya dengan bayaran. Anda kenal keluarga Hauser" Saya ingin kalau dapat keluarga itu memeliharanya.
Hauser adalah orang yang baik hati dan jujur, ia sangat miskin. Ia juga mempunyai anak, tetapi tiada ayah angkat yang lebih baik daripadanya untuk yatim piatu itu. Lagi pula ia masih ada pertalian keluarga dengan keluarga Beyer.
Sekarang saya mau anda menerima dari saya uang yang sangat diperlukan untuk memperingan penderitaan korban. Ini uang seratus mark untuk bia
ya pemakaman kedua orang yang meninggal dan ini dua ratus mark, yang dapat anda berikan
21 kepada Hauser untuk segala keperluannya. Lalu masih ada bungkusan ini. Isinya lima ratus mark, yang dimaksudkan untuk memperbaiki rumah miskin. Baik saya percayakan segalanya kepada anda.
Pendeta itu mula-mula hanya mendengarkan dengan tercengang-cengang saja.
Akhirnya dapat juga dikatakannya, Apakah tuan begitu kaya, sehingga dapat mengeluarkan jumlah-jumlah uang yang sebesar itu tanpa ragu-ragu"
Saya tidak memerlukan uang itu.
Ya, saya percaya. Maaf saja, tetapi wajah anda . . . .
Tidak sesuai dengan perbuatan saya. Namun ini perkara yang halal. Bolehkah saya mengharap bantuan anda"
Tentu, tentu! Saya sendiri yang akan mengantarkan anak-anak itu kepada Hauser. Dan sekarang masih ada lagi sesuatu, yang ingin saya tanyakan: siapakah nama pemberi, dermawan ini"
Sebaiknya tidak saya jawab pertanyaan itu, sebab saya anggap tidak perlu nama saya disebut. Bila orang bertanya siapa pemberi uang itu, katakan saja pemberinya orang yang tak dikenal. Selamat sore pendeta!
Seketika lagi Arndt sudah ke luar.
Pada ketika itu kakaknya masuk ke dalam.
Apa yang terjadi" tanyanya.
Hal yang ajaib telah terjadi.
Sesuatu yang merugikan" Mau apa orang yang aneh itu" Aku telah membiarkannya masuk, karena ia telah meminta dengan hormat sekali.
Tidak apa-apa. Kau tak usah terkejut. Orang asing itu telah memberikan sesuatu yang bagus. Kelihatannya seperti
22 orang pekerja biasa, tetapi sesungguhnya ia bukan, karena ia memberiku uang banyak sekali.
Banyak uang" Untuk siapa"
Untuk keluarga Beyer dan untuk o, tunggu sebentar! Aku harus mengucapkan terima kasih aku harus lebih mengenal dia dan lebih banyak bicara dengannya! Ia harus mengetahui segala sesuatu, yang diderita orang di sini! Aku harus mengejarnya. Nanti akan aku lanjutkan ceriteraku. Sambil mengucapkan perkataan ini ia bergegas keluar.
Di hadapan rumahnya ia melayangkan pandangannya ke kiri ke kanan, namun tak seorang pun tampak kepadanya. O, ada, ada orang berjanggut hitam baru membelok di ujung jalan menuju langsung kepadanya.
Selamat sore! Salamnya. Kalau tidak salah sore ini kan diadakan ceramah. Dapatkah anda katakan di mana"
Di rumah penginapan, jika anda keluar dari jalan ini, dengan sendirinya anda akan sampai. Sekarang baru pukul empat; ceramah akan dimulai pukul lima. Akan tetapi boleh saya tanya apakah anda tadi tidak berjumpa dengan seseorang, yang baru saja keluar dari sini"
Maaf, saya tidak melihatnya!
Tidak terpikir oleh rohaniwan itu sedikit pun, bahwa orang yang dicarinya berada di hadapannya. Selama pendeta itu bercakap dengan kakaknya, maka Arndt mendapat kesempatan untuk membalik bajunya serta mengganti pici dan janggutnya. Pekerjaan itu dilakukannya di sudut gelap di belakang rumah. Setelah mengucapkan terima kasih karena mendapat penerangan, maka ia melanjutkan perjalanannya. Geli hatinya mengingat, bahwa ia menanyakan jalan kepada pendeta, padahal jalan ke rumah penginapan sebenarnya sudah diketahuinya.
23 Di rumah penginapan orang sudah sibuk, maka kedatangan Arndt tidak menarik perhatian. Di ruang tamu di sekitar meja panjang duduk-duduklah orang yang agak mampu, yang sebelum di adakan ceramah mau memesan bir gelas.
Arndt memasuki bangsal. Di situlah duduk-duduk rakyat yang kurang mampu menantikan kedatangan si pelepas uang. Pada wajah mereka terbayang rasa lapar, kehausan dan kemelaratan, pada yang masih muda maupun yang sudah tua. Semuanya telah datang. Sebahagian karena mengharap penghiburan atau barangkali juga mengharapkan pertolongan, dan sebahagian lagi datang karena merasa tergantung ke pada keluarga Seidelmann. Mereka takut, kalau-kalau keluarga itu akan merasa tersinggung, bila mereka tidak hadir.
Di atas pentas kecil terdapat sebuah piano, di sebelahnya terdapat mimbar buku musik dengan buku nyanyian rohani di atasnya. Di sebelah kiri dan kanan terdapat kursi-kursi berkasur. Kursi-kursi itu tersedia bagi siapa, tiada seorang pun yang tahu.
Di mana-mana di bangsal itu orang hanya berbisik-bisik saja. Tak seorang pun berani berbicar
a keras. Di sini pun Arndt tidak mendapat perhatian orang. Ia mencari tempat duduk di sudut.
Mereka harus menunggu setengahjam lagi. Bangsal makin lama makin penuh. Kemudian tibalah serombongan orang, terdiri dari kira-kira dua belas orang. Di hadapan sekali berjalan si pelepas uang August Seidelmann berpakaian lengkap, diikuti oleh para pemilik perusahaan Seidelmann, ayah dan putera, dengan nyonya Seidelmann; kemudian para pegawainya dan kemudian para pimpinan pertambangan Berkat Tuhan . Tanpa memberi salam mereka melangkahkan kakinya menuju ke pentas lalu langsung duduk di kursi-kursi berkasur yang sudah disediakan.
24 Hanya si pelepas uang berdiri di belakang mimbar buku musik, membuka-buka kitab nyanyian rohani lalu mengumumkan, akan dimulai dahulu dengan menyanyikan nyanyian sebelum ceramah diucapkan. Ia membacakan bait yang hendak dinyanyikan sekali. Frits Seidelmann, keponakannya sudah di depan piano lalu mulai memainkannya. Mula-mula hanya beberapa suara yang terdengar, tetapi makin lama makin banyak yang mengikuti dan akhirnya lagu itu dinyanyikan dengan kuat dan nyaring.
Setelah selesai menyanyi si pelepas uang itu mulai dengan ceramahnya. Temanya ialah: dalam zaman yang susah kita harus memupuk cinta kasih kepada sesama kita.
Harus diakui, bahwa si pelepas uang itu benar-benar berbakat sebagai ahli pidato. Ia mengenali dengan baik para pendengarnya serta keadaan hidup mereka. Ahli benar ia dalam melukiskan kemelaratan hidup mereka dengan kata-kata yang muluk-muluk, yang sedap didengar oleh telinga. Ia dapat tepat mengenai sasarannya, yaitu tentang kemiskinan dan kesengsaraan yang merajalela, akan tetapi ia menjaga baik-baik, supaya jangan menyinggung-nyinggung tentang sebab-musabab yang sebenarnya daripada kemiskinan itu. Lebih suka ia bicara pada kekurangan-kekurangan, yang terdapat pada diri manusia, yakni kekurangan akan cinta kasih terhadap sesamanya dan kekurangan akan rasa wajib akan menolong orang yang dalam kesusahan. Sambil berbicara dan bersilat lidah ia dapat memberi kesan pada pendengar, bahwa ialah manusia teladan, manusia yang selalu memperhatikan nasib buruk orang lain. Padahal sebenarnya sebaliknyalah keadaannya. Ia yang memberi batu kepada mereka yang meminta roti.
Sayang semua itu di luar kemampuan para penenun dan para pekerja tambang miskin itu untuk menilainya dengan
25 sewajarnya. August Seidelmann seorang yang cerdik, licin, penuh tipu muslihat sedangkan para pekerja mempunyai jiwa yang sederhana dan jujur. Mereka merasa heran, bahwa seorang dari golongan hartawan bersikap demikian ramah-tamah serta menganggap mereka seperti saudara-saudaranya sendiri.
Maka mereka dapat dihanyutkan oleh kefasihan lidah penceramah itu, sehingga akhir ceramah disambut dengan tepuk-sorai yang gegap-gempita. Dan ketika sebagai penutup dinyanyikan satu bait lagu dari nyanyian yang tadi, maka orang menyanyikannya dengan penuh semangat.
Kemudian si pelepas uang menerima sebuah tabung dari salah seorang pegawai saudaranya, lalu mulai mengumpulkan uang dengan mengedarkan tabung itu. Mula-mula pada pemiliknya. Mata uang yang berat-berat dijatuhkan ke dalam tabung. Kemudian ia mengedarkan tabung itu pada pegawai saudaranya dan akhirnya pada tiap-tiap baris.
Banyak orang yang tidak membawa uang dan terpaksa meminjam uang dari yang duduk di sebelahnya; pendek kata tak ada seorang yang tak memberi. Betapa miskinnya mereka, namun keinginan mereka untuk memperlihatkan, bahwa mereka tahu kewajibannya, harus menolong sesamanya. Dan banyak pula, yang benar-benar memberikan pfeningnya yang terakhir mereka miliki.
Mereka dapat memberikan uangnya, karena di rumah mereka masih ada sedikit kentang dan garam.
Pendeta pun memasukkan uang ke dalam tabung itu.
Akhirnya diumumkan oleh si pelepas uang, bahwa dia sebagai pendiri dana pengumpulan uang untuk amal itu menunjuk saudaranya, saudagar Seidelmann sebagai bendahara. Di hadapan semua orang diserahkannya tabung uang kepada Seidelmann.
26 Kemudian angota-anggota pengurus itu meninggalkan ruangan itu dengan tinggi hati, sama halnya dengan ketika mereka masuk. Kaum miskin masih
tinggal beberapa lamanya untuk memperbincangkan sedikit tentang yang telah mereka dengar.
Sesampai di rumah, keluarga Seidelmann membuka tabung uang untuk menghitung jumlah uangnya.
Dua puluh enam mark! kata saudagar itu. Benar tidak banyak, akan tetapi kurasa cukup untuk menutupi biaya. Dengan jalan ini kami tak usah menderita karena membantumu dalam menjalankan usaha amalmu itu.
Si pelepas uang memandang kepada saudaranya seolah-olah hendak menegur.
Jangan banyak bicara! Kau ketahui, bahwa ceramahku itu ada banyak faedahnya maupun keuntungannya, khususnya bagi kamu dan perusahaanmu. Orang-orang yang kehidupannya dipenuhi oleh sengsara semata-mata harus juga sedikit diberi hiburan. Kita harus menunjukkan pengertian kita akan kesusahan mereka. Kalau tidak mereka akan merasa tidak puas sehingga ingin memberontak. Dan kalau terjadi hal itu, maka tentu akan terancam juga kedudukan mereka yang sampai sekarang masih merasa aman dan sejahtera seperti kedudukanmu itu. Ingatlah akan hal itu! Maka mari kita akan membuat perhitungan yang seadil-adilnya. Biaya apa yang telah kau keluarkan" Sebenarnya menurut hemat ku tak ada biaya demikian.
Aku telah meminjamkan piano dan mengerahkan pekerja-pekerja untuk mengangkutnya. Itu merupakan dua jenis pengeluaran.
Dan berapa biaya yang kau kenakan untuk itu"
Lima mark tidak terlalu banyak, kukira.
Jangan segan-segan menetapkan harga yang lebih tinggi!
27 Untung masih belum terpikir olehmu, mengenakan biaya juga untuk permainan piano anakmu itu.
Dari belakang terdengar suara keponakannya.
Terima kasih saja, paman yang baik, katanya dengan suara seperti yang berkhotbah.
Apa yang telah saya lakukan adalah semata-mata demi peri kemanusiaan dan kebaktian.
Baik sekali! ejek si pelepas uang, Kau cepat sekali belajar. Kau pandai sekali memainkan peranmu!
Kini dikeluarkan oleh August Seidelmann sepotong kertas dari dalam sakunya. Inilah catatan biaya-biaya yang telah ku keluarkan. Perjalanan naik kerta api dan kereta salju biayanya delapan mark; kemudian biaya makan minum: satu grog, kopi, dua cognac dan satu schitzel pakai kentang goreng. Bila kuberikan lima mark kepadamu, lalu uang itu digeserkannya kepada saudaranya. Maka pembagian kira-kira sudah menjadi rampung. Selanjutnya masih ada pekerjaan lain. Kita harus mengadakan persiapan-persiapan yang seperlunya untuk menerima kedatangan para tamu. Bukankan begitu, bahwa sore ini beberapa orang diundang makan"
Benar, kata tuan rumah dengan mengangguk, pendeta, wali kota, dokter pertambangan dan beberapa besar lainnya dari Hohenthal. Kukira, mereka tak lama lagi datang. Mari kita pergi ke ruang makan saja. Sayang Frits harus pergi dahulu katanya tadi.
Sore ini juga" tanya si pelepas uang keheran-heranan.
Mau tak mau, paman yang baik, Frits Seidelmann sudah berdiri dekat pintu. Paman tahu, bahwa pesta dansa kita sudah di ambang pintu. Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan mengucapkan kata-kata itu ia memberi
28 salam, lalu meninggalkan rumah.
Dalam pada itu para tamu berkumpul di ruang makan di atas. Mereka duduk mengelilingi meja. Makanan yang bermacam-macam dan lezat-lezat terhidangkan diatasnnya.
Martin Seidelmann menyilakan pendeta dan wali kota duduk di sebelah kanan dan kirinya. Si pelepas uang duduk di sebelah dokter, yang di samping pekerjaannya di pertambangan juga bertugas sebagai dokter kaum miskin. Ia habis mengadakan kunjungan kepada orang sakit. Seorang wanita yang sudah tua dan miskin yang dikunjunginya.
Sakit apa wanita itu" tanya August Seidelmann.
Sakit apa" Sakit biasa di daerah ini, yaitu sakit batuk kering.
Tak ada harapan lagi"
Dokter mengangkat bahunya.
Bagaimana si sakit dapat disembuhkan, kalau umat yang harus membayarnya. Saya tidak boleh memberi obat.
Si pelepas uang mengangkat keningnya.
Akan tetapi, andajanganlah berkata demikian! Tahun yang lalu anda mengeluarkan uang banyak sekali untuk pertambangan. Maksud anda uang delapan ratus mark, yang saya dapat itu"
Bukanlah itu. Maksud saya surat rekening dari rumah obat, yang berjumlah seratus empat mark itu! Baya
ngkan, hanya dalam setahun!
Dokter itu membungkuk ke arah pelepas uang itu, supaya tiada terdengar orang lain, apa yang dikatakannya.
Tuan Seidelmann, bisiknya, tahukah tuan, untuk keperluan berapa orang uang itu digunakan"
Itu bukan urusan saya. Saya hanya tahu tentang pengeluaran
29 saja. Saya diberi kuasa oleh baron Wildstein, pemegang saham utama, dan oleh saudara saya. Yang juga mempunyai saham-saham di perusahaan pertambangan itu, maka saya harus bertindak untuk kepentingan mereka.
Tentu saja, tetapi anda juga harus melihat kenyataannya. Seratus empat mark itu dipakai untuk mengobati dua ratus tiga belas orang sakit! Jadi rata-rata lebih dari dua orang sakit mendapatkan biaya hanya satu mark untuk membeli obat. Rata-rata untuk satu orang dalam setahun masih belum ada satu pfening! Saya tidak diizinkan untuk membicarakan hal itu
kepada orang lain, atau.....
Ada-ada saja! Anda bekerja untuk baron. Lagi pula menurut keterangan anda sendiri, hanyalah terdapat penderita sakit ringan
Apakah saya harus mengumumkan kepada khalayak ramai, bahwa kesehatan khususnya daerah saya itu yang terburuk di seluruh negeri ini"
Percakapan mereka itu dipotong oleh tuan rumah, yang hendak mengadakan upacara toast dengan gelas anggur, dipersembahkan kepada saudaranya. Dipuji-pujinya ceramahnya itu berisi pendapat-pendapat yang mulia yang perlu direnungkan itu. Gelas-gelas bersentuhan dengan bunyi nyaring.
Tanpa diketahui oleh seorang pun, maka seorang wanita tua itu telah masuk ke dalam ruangan itu. Dengan kedua belah tangannya ia berpegangan erat-erat pada tiang-tiang pintu, karena ia buta. Rambutnya kusut dan baju yang dipakainya tipistipis saja. Ia menggigil terus menerus kedinginan.
Para tamu yang tadinya berdiri, kembali duduk di tempatnya dan kini perhatian Martin tertarik oleh tamu yang tidak diundang itu.
30 Apa" katanya. Lofler, si tua itu" Apa yang dikehendakinya di sini"
Maaf saja tuan! kata wanita itu, rahangnya yang sudah tidak bergigi itu gemeretak karena kedinginan.
Saya mencari pendeta Seidelmann.
Si pelepas uang merasa dirinya agak tersanjung-sanjung oleh gelar yang diberikan kepadanya. Ia memberi isyarat kepada saudaranya, yang sebenarnya hendak menjawab wanita itu, lalu bangkit berdiri.
Sayalah yang harus mencari ibu. Apakah kehendak ibu" Tadi saya pergi ke rumah penginapan. Saya diantarkan oleh seorang anak. Saya mau
Apa" Ibu telah pergi ke rumah penginapan" demikian hardiknya. Bukankah ibu penghuni rumah miskin"
Memang. Sudah sejak lama.
Dan ibu pergi ke rumah penginapan" Bukankah ibu harus tertib di rumah itu pada waktu-waktu tertentu"
Peraturan itu tidak begitu diperhatikan, karena kami harus mencari nafkah sendiri. Lagi pula saya telah meminta izin kepada bapak rumah miskin. Saya ingin mendengarkan ceramah anda!
O begitu. Kalau begitu, lain halnya. Nah, apa yang anda kehendaki sekarang di sini"
Orang tua berpikir sendiri sejenak untuk mencari kata-kata yang diperlukannya.
Bapak pendeta! kata wanita itu agak ragu-ragu. Bapak telah berbicara tentang kesengsaraan dan juga pertolongan yang perlu diberikan kepada mereka yang menderita. Kesusahan dan kesengsaraan ada di mana-mana, akan tetapi sayalah tergolong mereka yang paling susah hidupnya.
31 Benar. Ibu benar-benar menderita. Menjadi buta itu percobaan yang sangat berat sekali yang datangnya dari langit. Maka kuatkanlah hati dalam doa! Barangkali dengan berbuat demikian, ibu dapat sembuh kembali.
Kini pendeta mendeham keras-keras. Ia seorang abdi Tuhan yang sederhana dan pendiam dan sekali-kali tidak berjiwa penentang; akan tetapi apa yang didengarnya tadi melampaui segala batas.
Saya sudah tidak dapat disembuhkan lagi, jawab wanita tuna netra itu. Saya sudah kehilangan panca indera penglihatan saya, ketika saya masih bekerja. Masih adakah kiranya kemungkinan bagi saya untuk mendapat semacam tunjangan uang dari bekas majikan saya, pendeta"
Apa maksud ibu" Bukankah ibu sudah mendapat gaji dari saudara saya, ketika ibu masih bekerja padanya" Kalau ibu tidak bekerja lagi, maka ibu tidak dapat menuntut bayaran lagi, bukankah
demikian" Maukah bapak membujuk sedikit untuk diri saya" Semenjak kecelakaan itu saya hidup sengsara terus menerus. Yang lain dapat meminta-minta di desa-desa. Di sana masih ada harapan untuk mendapat roti. Akan tetapi hidup saya hanya tergantung pada belas kasihan orang-orang miskin di sini. Ceramah bapak itu indah sekali dan mengharukan.
Ibu anggap ceramah saya baik"
Baik sekali! Tentang persaudaraan dan tolong menolong! Maka dari itu pikir saya: nanti saya pergi ke situ. Siapa yang dapat berbicara begitu baik tentang cinta kasih, tentulah ia seorang baik hati pula.
August Seidelmann mengerutkan dahinya.
Jadi ibu datang untuk mengemis" Tahukah ibu, bahwa itu
32 perbuatan yang tercela"
Wanita tuna netra itu berdiam diri lama-lama, seolah untuk meresapi kesunyian, yang tiba setelah perkataan tadi diucapkan. Suatu emosi yang maha hebat terlukis pada wajahnya, yang sedianya merupakan wajah yang sudah padam akan segala perasaan. Tiba-tiba mukanya itu membayangkan tertawa pahit.
Baik, sekarang sudah jelas bagi saya keadaannya. Bapak pandai mengucapkan kata-kata yang muluk-muluk, akan tetapi bila diperlukan perbuatan, maka ada seribu satu dalih untuk mengelakkannya.
Apa maksud ibu tentang kata-kata itu" kata si pelepas uang tersinggung.
Wanita tua itu masih bersandar pada jenang pintu, lalu berbicara kepada seorang yang berada jauh sekali.
Apa yang saya maksudkan" Mula-mula saya kira, bahwa anda dikirim oleh Tuhan kepada kami, akan tetapi saya sekarang sudah sadar. Betapa kekanak-kanakan sifat saya. Anda tidak lebih dari manusia biasa, bahkan mungkin lebih rendah derajatnya. Setiap orang dalam ruangan itu mengikuti percakapan antara si pelepas uang dengan wanita tua itu dan kata-katanya yang terakhir itu menyebabkan kegemparan.
Kurang ajar benar! Wanita tak tahu adat! terdengar dari segenap pihak.
Enyahkan dia! teriak si pelepas uang, sambil merentangkan tangannya, seakan-akan hendak memerintah.
Pada ketika itu pendeta bangkit berdiri.
Tunggu dahulu, nyonya Lofler! serunya dengan suara yang lantang, sehingga setiap orang dapat mendengarnya.
Saya akan ikut anda. Barang siapa mengusir anda secara demikian, turut pula mengusir saya.
33 Langsung ia sampai ke pintu.
Apa" Masa kan anda hendak meninggalkan kami hanya karena wanita itu" tanya Martin Seidelmann sedikit kecewa.
Bukan karena dia, akan tetapi karena perlakuan buruk terhadap dirinya. Di rumah orang kristen tiada biasa, seorang yang dalam kesusahan dan meminta pertolongan diusir secara demikian. Lagi pula dapat saya beritahukan, bahwa wanita tuna netra ini yang berpendapatan kecil, namun saya dapat memberikan makan dan minuman sekadarnya kepadanya. Anda dengan berbuat kebajikan dapat menjadi pelopor dalam memberantas kemiskinan dan kesengsaraan, kata si pelepas uang.
Kami sekali-kali tidak bertanggung jawab terhadap anda, kata August Seidelmann dengan sombongnya. Anda tidak ditunjuk oleh pemerintah untuk mengawasi keuangan kami. Baik. Akan tetapi apa gunanya pengumpulan uang untuk amal" Bukankah menurut pendapat anda, bahwa dengan berbuat kebajikan kita menjadi pelopor dalam memberantas kemiskinan dan kesengsaraan"
Pucat pasi karena menahan amarahnya, maka si pelepas uang itu berdiri di hadapan pendeta.
Tuan pendeta telah mendengar ceramah saya tadi. Barangkali anda dapat menarik kesimpulan, bahwa saya pun tahu akan arti perkataan cinta kasih selain anda" Saya seorang Kristen, tetapi
Bukan. Anda bukan seorang Kristen sejati, tuan Seidelmann! kata pendeta dengan tajam memotong perkataannya. Anda hanya mengaku sebagai orang kristen dan anda menghamburkan kata-kata yang muluk-muluk tentang cinta kasih, padahal bila diperlukan dengan perbuatan, nanti dulu! Jika tidak demikian,
34 maka akan berbeda sikap anda menghadapi kesengsaraan. Saya sebagai penyelamat jiwa merasa bertanggung jawab terhadap persoalan itu. Kita tidak perlu bertukar fikiran lagi. Akan tetapi wanita itu akan mendapat pertolongan.
Suasana di dalam ruangan itu menjadi tertekan. Oleh karena itu maka saudara pelepas uang itu, yang hendak menyelamatkan nama baik dari rumah
nya itu dan tidak mau bermusuhan dengan pendeta, berusaha menengahi persoalan itu.
Saya kira, bukanlah maksud anda untuk membawa wanita tua itu tinggal serumah dengan anda seumur hidupnya" tanyanya ragu-ragu.
Itu takkan perlu. Akan saya usahakan, supaya penghuni rumah miskin itu tak perlu mengemis dan tidak akan menderita kelaparan lagi.
Kami maklum akan niat anda yang terpuji itu, akan tetapi apakah dapat juga dilaksanakan" Umat kita terlalu miskin dan tidak dapat berbuat sesuatu yang melampaui tenaganya. Pendeta tersenyum puas.
Saya ada banyak uang! jawabnya.
Anda" Anda juga miskin sepanjang pengetahuan kami! Memang demikian; akan tetapi seorang dermawan telah datang pada saya dan menyediakan sejumlah uang yang cukup besarnya guna perbaikan rumah miskin.
Berapa besar jumlah itu, kalau boleh saya tanyakan" tanya August Seidelmann mengejek.
Saya tidak boleh mencampuri urusan keuangan anda, maka sebaiknya anda pun jangan ingin mencampuri keuangan orang lain.
Akan tetapi itu hal yang lain! Itu soal yang berhubungan dengan yayasan sosial dan saudara saya, saudagar Seidelmann,
35 duduk dalam panitianya. Rumah miskin itu pun termasuk dalam daerah kekuasaannya, maka wajiblah anda menyerahkan uang itu kepadanya.
Sayang, anda khilaf dalam hal ini. Penderma itu hanya mau menyerahkan uang itu kepada saya dan menekankan bahwa hanya saya yang diberi kuasa untuk menentukan kegunaannya. Kalau begitu, maka orang asing itu tidak tahu menahu tentang peraturan-peraturan yang berlaku pada umat kita. Lagi pula siapakah gerangan orang itu"
Juga tentang hal itu saya tidak dapat memberi penerangan, karena saya sendiri tidak tahu siapakah dia. Ia tidak menyebut namanya. Saya akan mempertimbangkan soal ini masak-masak untuk mengemukakannya dalam sidang pengurus pertama yang akan diadakan dan saya akan datang dengan berbagai usul. Selamat sore, tuan-tuan semuanya!
Pendeta itu memegang tangan wanita tuna netra itu lalu mengantarkannya ke luar.
Baru saja pintu ditutup, maka ramai mereka mulai memperbincangkan soal itu. Keadaan yang pelik langsung dilupakan, dan sekarang orang asing dermawan itu menjadi pokok pembicaraan baru yang mengasyikkan dan tidak habis-habisnya dibicarakan.
BAB IV Hantu Hutan Eduard Hauser dan ayahnya pun turut hadir dalam ceramah August Seidelmann itu.
Bagaimana pendapat ayah" tanya Eduard dalam perjalanannya pulang.
Tong kosong nyaring bunyinya! Kedengarannya saja hebat, akan tetapi semuanya itu petai hampa.
Saya pun tidak dapat merasa tertarik.
Seorang munafik. Alangkah baiknya bila khotbah-khotbahnya itu langsung ditujukan saja kepada saudara dan keponakannya sendiri, karena sesungguhnya merekalah yang paling banyak memerlukannya. Kau telah memberi juga"
Ya, sepuluh pfennig. Aku juga. Ia terus-menerus mengawasi jariku, sehingga aku terpaksa memberikan dua pfennig. Sebenarnya kita sendiri yang memerlukannya.
Ayah, Tuhan akan menolong kita, juga di masa yang akan datang.
Apa yang kau kerjakan nanti sore" Kau akan ke keluarga Hofmann"
Tidak. Mengapa tidak. Biasanya kamu ke sana sore hari. Hofmann berkeberatan.
Ya. Ia agak kasar. Itu kualami sendiri, ketika aku mengambil kayu api dan batu bara. Aku rasa, aku tahu sebabnya. Mungkin tercium olehnya, bahwa engkau menaruh hati pada puterinya. O, kelakuannya biasa demikian, sesuai dengan tabiatnya.
1 Apakah dugaanku tidak benar"
Tidak. Masa! Angelica itu anak gadis yang baik lagi cerdas. Kami semua menyayanginya dan kami akan setuju sekali, bila kalian berdua sefaham. Atau barangkali telah terjadi sesuatu"
Ayah, saya minta supaya ayah jangan menyinggung-nyinggung lagi soal itu. Tak lama lagi saya pun akan dapat melupakannya.
O begitu! Dia tak mau! Barangkali ia ada kawan yang lain" Aku tidak akan mencampuri urusanmu. Hanya aku merasa sayang, karena sudah begitu akrab persahabatan kalian. Kau ikut masuk"
Mereka sampai ke rumah. Tidak ayah, saya masih mau berjalan-jalan sedikit di hutan. Di hutan" Apa yang kau cari di situ" tanya Hauser keheran-heranan.
Saya lupa, bahwa gerobak salju Adler masih ada di sini. Saya mau m
engembalikannya. Sore ini juga" Besok kan masih ada satu hari"
Biarkan saya, ayah! Bila saya seorang diri saja, maka saya dapat berpikir lebih baik!
Semaumu! Akan tetapi lekaslah kembali! Di dalam hutan itu berbahaya. Ingat Hantu Hutan!
Arndt lekas-lekas pulang setelah mendengarkan ceramah. Ketika makan bersama, penjaga hutan itu menanyakan tentang ceramah itu.
Pidatonya itu hampa belaka, demikian Arndt menerangkan. Menurut hemat saya, pertemuan itu hanyalah diadakan untuk memeras uang dari para hadirin.
Mungkin sekali! Orang-orang semacam itu dapat saja
2 melakukan perbuatan itu. Apakah juga diadakan pengumpulan uang"
Memang. Persetan dengannya! Tega benar, memeras rakyat kecil yang sedang menderita kelaparan itu. Alangkah baiknya, bila ia digantung saja terbalik dengan kaki ke atas dan kepalanya ke dalam sarang semut!
Itu sukar dilaksanakan dalam musim dingin ini, kata tamunya sambil tersenyum.
Tunggu saja sampai musim panas tiba. Akan tetapi tetap ia
harus digantung juga, bila ia..... Ia memotong perkataannya
sendiri. Anda hendak ke mana lagi"
Arndt bangkit dari kursinya.
Ke kamar saya, saudara. Jangan pusing-pusing tentang diri saya. Mungkin saya akan pergi ke hutan dulu.
Di luarArndt menjumpai Eduard, yang hendak memberitahukan kepada penjaga hutan, bahwa ia sudah mengembalikan gerobak salju itu. Arndt membalas salam Eduard, lalu menaiki tangga menuju ke kamarnya di atas.
Di kamarnya ia berjalan, tanpa menyalakan lampu, ke arah jendela, lalu melihat ke luar jendela. Tiba-tiba ia melihat sesuatu; cepat-cepat ia mundur selangkah, supaya jangan kelihatan, lalu mengawasi dengan lebih cermat lagi.
Apa yang dilihatnya di luar itu cukup mendirikan bulu roma orang yang bersifat agak penakut. Di antara ketiga pohon cemara, di mana telah ditemukan mayat penjaga perbatasan itu, dengan tepi hutan, berdirilah sesosok tubuh putih di atas salju, tiada bergerak maupun mengeluarkan suara. Terang bulan membuat bayangannya di atas salju berwarna hitam.
Itulah Hantu Hutan! Terkilat dalam pikiranArndt. Bertindaklah!
3 Cepat-cepat dibukanya kopornya lalu dikeluarkannya dari dalam sehelai kain seprai putih dengan benda lain, lalu bergegaslah ia turun melalui tangga.
Ia berlari cepat-cepat keluar. Diselubunginya tubuhnya dengan kain putih itu, kemudian ia berjalan mengitari rumah penjaga hutan dengan maksud untuk menghampiri hantu hutan itu dari belakang. Setelah sampai ke tempat tujuannya, ditanggalkannya kain putih itu, yang gunanya hanya untuk menyamar di lapangan terbuka saja. Akan tetapi di sini banyak semak belukar, cukup untuk berlindung di belakangnya, sehingga tak perlulah kain itu, yang sekarang hanya dapat menghambat saja.
Arndt membungkuk, lalu melanjutkan perjalanannya dengan merangkak-rangkak. Dan benarlah, di hadapannya berdirilah sosok tubuh berwarna putih itu, seperti tiang salju layaknya, sangat menyeramkan.
Haha, pikir Arndt, begitulah bentuknya Hantu Hutan itu! Rupanya ia menantikan Hauser. Harus setiap waktu kuawasi dia. Jika ia ingin bicara dengan Hauser, maka tentunya tidak di sekitar rumah penjaga hutan. Tentunya ia akan menunggu sampai Eduard keluar dari rumah, kemudian berjalan cepat-cepat di bawah pohon-pohonan untuk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Aku akan berusaha mengikutinya untuk dapat mendengarkan, apa yang ingin dibicarakannya dengan Eduard.
Ternyata benarlah dugaan Arndt itu. Setelah Eduard keluar dari rumah, maka tiang salju itu mulai bergerak. Ia bergerak menyusuri tepi hutan seperti orang yang sedang mengarungi salju. Arndt mengikuti tanpa kelihatan, sambil tiap-tiap kali bersembunyi di balik pohon-pohon.
Tak terduga oleh Eduard, bahwa ia sedang dimata-matai. Ia sedang berjalan sambil memikir-mikirkan sesuatu, ketika tiba4
tiba terdengar olehnya suara yang garang mengatakan Stop! Perkataan Stop ini sudah cukup mengejutkan bagi Eduard yang berjalan seorang diri itu, karena tiadalah biasa seorang dihentikan dengan cara demikian pada malam hari di dalam hutan. Sosok tubuh yang mengejutkan Eduard itu serupa benar dengan yang telah dilukiskan oleh pemangkas rambut tua di rumah
Hauser itu. Sosok itu lebih besar ukurannya dari pada manusia biasa dan bentuknya sebahagian menyerupai manusia dan sebahagian lagi tidak. Keseluruhannya berwarna putih, sampai-sampai kepada mukanya. Di tempat matanya hanya terdapat dua bintik hitam dan suatu garis hitam yang lebar berada di tempat mulutnya.
Eduard berhenti. Rasanya seolah-olah darahnya membeku dalam urat-uratnya. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, akan tetapi tiada berani menggerakkan tubuhnya, apa lagi berkata-kata. Tak berdaya ia menantikan pesan Hantu Hutan itu kepadanya.
Mengapa kau di sini" demikian bunyi pertanyaannya yang pertama.
Saya hendak pulang, jawab Eduard dengan susah.
Dari mana kau" Dari rumah penjaga hutan.
Untunglah bahwa kamu mau berterus terang. Kalau tidak, kau harus menanggung segala akibatnya. Selalu ingat akan perkataanku. Aku ini Hantu Hutan. Dan siapakah kamu" Nama saya Eduard Hauser.
Kau bekerja untuk Seidelmann"
Tadinya saya bekerja di situ, akan tetapi saya telah dipecat. Sayang sekali bagi orang yang semiskin kamu. Aku tahu, kau khawatir akan masa depanmu. Kau telah mencari pekerjaan di mana-mana, akan tetapi tiada berhasil. Maukah kamu mendapat pekerjaan dariku"
5 Percakapan yang aneh ini menjurus ke arah, yang sekali-kali tidak disangka-sangka oleh Eduard. Sepanjang pengetahuannya, dari Hantu Hutan itu tidak dapat diharapkan hal-hal yang baik. Akan tetapi aneh, sekarang malah makhluk itu mau menolongnya dalam kesusahannya!
Pertimbangan ini membuat ketakutannya kepada makhluk itu sedikit berkurang. Dengan nada mengharap dikatakannya. Alangkah baiknya bila itu benar!
Nah. Teruskan saja! Apa lagi"
Bila itu benar, maka saya akan menentang mereka yang berani memburuk-burukkan nama Hantu Hutan. Akan saya sampaikan kepada semua orang, bahwa tidaklah benar Hantu Hutan itu jahat. Sebaliknya ia roh yang baik, yang bertujuan menolong orang miskin dalam kesusahan hidupnya.
Oh begitu, kata makhluk itu dengan nada mengejek.
Maka akan kuuji kesetiaanmu akan janjimu itu, Eduard Hauser! Dengarlah! Kau akan mendapat uang banyak, asal kau mau ikut kami!
Ikutlah kami! Kata-kata itu berkumandang di dalam telinganya, kedengarannya sangat menarik. Tiba-tiba berdebar-debarlah hatinya karena ketakutan. Agak ragu-ragu ia bertanya. Siapakah yang dimaksud dengan kami itu"
Dungu benar kau. Tiada tahukah engkau siapa-siapa yang dilindungi oleh Hantu Hutan itu"
Kata orang, kaum penyelunduplah yang dilindungi olehnya.
Benarlah demikian. Dan sekarang, bagaimana jawabmu kepada usulku"
Eduard tunduk dan terdiam saja. Maka Hantu Hutan mendesak sekali lagi dan sekarang dengan nada keras dan mengancam.
6 Ayo, jawab, laknat!
Hantu Pegunungan Batu Karya Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Eduard membungkuk ketakutan. Jarinya yang menjadi kaku karena hawa dingin dikepalkannya. Anak muda itu memberani-beranikan dirinya untuk menentang hantu Hutan yang maha kuasa itu, karena apa pun yang akan terjadi, tak mau ia menjalani jalan yang sesat, biarpun nyawanya akan dipertaruhkannya.
Tak dapat saya lakukan, katanya terbata-bata.
Tak dapat" Mengapa tidak"
Karena menyelundup itu perbuatan yang bertentangan dengan hukum.
Omong kosong! Apa pedulimu perbuatan itu sesuaikah atau bertentangankah dengan hukum" Engkau tiada menyadari, betapa besar kehormatan yang dilimpahkan kepadamu untuk dimasukkan ke dalam kalangan orang-orang dibawah pimpinan Hantu Hutan. Biarlah orang-orang lain menentukan baik tidaknya pemerintah mengenakan bea cukai yang luar biasa tingginya itu, sehingga mengakibatkan harga barang-barang keperluan sehari-hari membubung setinggi langit. Lagi pula keluargamu begitu hidup dalam kesempitan. Sungguh menyesal kamu kemudian kalau membiarkan kesempatan sebaik ini lalu. Sebab dengarlah baik-baik: bila kau bekerja pada kami, maka kau akan mendapat penghasilan dalam satu hari sama besarnya dengan berminggu-minggu bekerja di tempat lain. Sebagai uang muka kau akan mendapat dua puluh mark. Jangan bodoh, lakukan itu!
Sosok tubuh putih itu menggerakkan tangannya seakan-akan menepuk tangan Eduard sebagai tanda untuk mempererat perjanjian, akan tetapi Eduard mengelak dengan mundur selangk
ah. Tidak, tidak, betul betul saya tak dapat melakukannya! Lebih baik saya mati dari pada menjadi seorang penyelundup; lebih
7 baik mati dari pada kehilangan kehormatan!
Kehilangan kehormatan" Berani kau mengatakan demikian" Dengarkan baik-baik, anak kecil, sikap semacam itu dapat membahayakan kehidupanmu! Atau jika kau benar-benar seorang pemberani seperti yang ingin kau perlihatkan kepada kami, maka masih ada jalan-jalan yang lain untuk menundukkan kepalamu yang sombong itu. Jika berani engkau menolak usulku, maka akibatnya mungkin celaka besar bagi seorang anak gadis, yang sangat kau junjung tinggi.
...Se.....o...rang......gadis"
Memang. Seperti bidadari layaknya dia. Sekali lagi: Aku ini Hantu Hutan yang maha kuasa! Hanya dibutuhkan tindakan remeh saja dari padaku dan si cantik jelita Angelica itu berkat sikap berkepala batumu itu akan berpindah ke alam baka, menjadi bidadari sesungguhnya. Sudah cukup jelas bagimu, apa yang kumaksudkan"
Serangan ini benar-benar mengena. Eduard menjadi kecut. Kini perlawanannya benar-benar patah.
Jangan, jangan berbuat demikian! pohonnya.
Tiada guna merengek-rengek! kata Hantu Hutan dengan pendek.
Rasa takut ketahyulan anak itu sesuai benar dengan kepentingan Hantu Hutan, maka perasaan-perasaan demikian digunakan sebaik-baiknya olehnya. Aku adalah setan dan setan itu tidak mempunyai hati. Aku mau mendengar jawaban yang jelas: ya atau tidak"
Saya......saya tidak dapat!
Baik. Kalau begitu kau rela mengurbankan Engeltje. Engeltje akan mati!
Tiba-tiba melintaslah sebuah pikiran dalam jiwanya yang
8 tumbuh menjadi pokok pegangan yang kuat baginya.
Tidak! Engeltje takkan mati! Tuhan akan melindunginya. Saya tahu Tuhan lebih berkuasa dari pada Hantu Hutan.
Kau benar-benar anak yang cerdik, kata makhluk itu dengan tenang. Makin lama makin jelas bagiku, bahwa kamu mungkin sangat berguna bagi kami. Jadi janganlah kau kira, bahwa kami akan melepaskan kamu begitu saja!
Akan tetapi kuberikan kamu waktu untuk berpikir. Kita masih akan bertemu lagi. Untuk sementara ancamanku masih berlaku; Angelica Hofmann berada dalam bahaya besar, bila pada pertemuan kita yang kedua kalinya kamu tetap menolak. Dan masih ada pesan lagi: kau harus menutup mulut. Boleh kau ceriterakan, bahwa kamu telah bertemu dengan Hantu Hutan. Ada baiknya, bila diketahui orang bahwa aku selalu berada di tempat-tempat di mana aku dibutuhkan. Akan tetapi apa yang telah kita bicarakan tak boleh diketahui orang. Mengerti" Ketahuilah, bila kau berani menceriterakannya kepada seorangpun maka rasakan balasanku terhadap dirimu sendiri maupun terhadap keluargamu.
Tidak, tidak, takkan saya ceriterakan! kata Eduard tergesa-gesa menegaskan.
Adalah kepentinganmu sendiri untuk menutup mulut. Sekarang enyahlah dari sini!
Eduard pergi. Ia melangkahkan kakinya, sekali, dua kali, lalu berlari. Segera ia tidak kelihatan lagi. Akan tetapi Hantu Hutan masih lama berdiri di tempatnya tanpa bergerak, dengan merentangkan tangan seakan-akan untuk memerintah.
Eduard lari sekencang-kencangnya. Ketika ia sampai di Hohenthal, hari masih belum malam benar. Tak tahulah dia, akan langsung pulang ke rumahnya atau tidak, karena ia tahu,
9 bahwa tidak mungkin ia dapat tidur. Pertemuannya dengan Hantu Hutan mengacaukan pikirannya, lebih dari pada yang disadarinya. Perlahan-lahan ia berjalan sepanjang jalan.
Dari arah yang berlawanan datanglah seorang anak gadis, dan ketika gadis itu cepat-cepat hendak melewatinya, dikenalinya gadis itu. Dialah Angelica, yang berkerudung kepalanya karena dinginnya hawa.
Engeltje! serunya agak keras.
Ada apa" tanya gadis itu pendek. Ia berhenti, tetapi tidak memandang kepada Eduard.
Eduard berjalan menghampiri gadis itu.
Tetapkah pendirianmu" Kau pergi juga ke pesta dansa"
Ya, aku pergi. Baik. Kalau begitu, aku juga pergi.
Ke pesta dansa, kata gadis itu dengan tertawa. Kau harus mendapat undangan lebih dahulu.
Bukan itu maksudku. Aku akan menggabungkan diri dengan para penyelundup.
Angelica terkejut. Akan tetapi kemudian pikirnya, Eduard hanya menggertak saja.
Bagaimana kiranya melaksanakan
nya" Mudah sekali. Aku telah mendapat kehormatan untuk berbicara dengan Hantu Hutan.
Ya, Tuhan! Dan kau diapakan"
Tidak diapa-apakan. Bahkan ia berjanji akan memberi banyak uang kepadaku.
Itu........itu tak mungkin!
Semuanya benar. Sebenarnya masih banyak yang dapat kuceriterakan. Akan tetapi, aku telah berjanji, tidak akan berceritera tentang hal itu.
10 Engeltje berpikir sejenak. Aneh benar perkara itu. Akhirnya diangkatnya kepalanya.
Dan kamu" Apa yang hendak kaulakukan"
Aku tetap dapat mengatasi percobaan. Bila kau bijaksana, kau juga dapat berbuat demikian.
Aku" Kau kira aku dapat dihadapkan kepada percobaan untuk menjadi penyelundup"
Bukan itu. Akan tetapi keberanianmu juga kan diuji dalam pesta dansa itu!
Maksud Eduard baik, akan tetapi Engeltje salah mengerti. Dengan marah ia berpaling.
Selamat malam. Ketika Hantu Hutan berdiri dekat jalan untuk menghentikan Eduard, maka Arndt berusaha dengan jalan merangkak-rangkak mendekatinya. Di balik pohon eik yang besar, yang penuh dengan daun-daunan yang sudah mati ia dapat mendekati sosok tubuh putih itu sampai kepada jarak yang sedekat-dekatnya, sehingga ia dapat mendengar percakapan itu kata demi kata. Lagi pula ia berkesempatan untuk mengamat-amati hantu yang diliputi rahasia itu dari dekat.
Sudah dapat dipastikannya, bahwa hantu itu sebenarnya seorang manusia biasa, yang telah menyelubungi tubuhnya dengan kain seprai putih. Arndt dapat melihat dengan jelas, berkat cahaya bulan, yang bersinar dengan terangnya dibantu oleh salju putih yang memantulkan cahaya berkilat-kilat. Perlahan-lahan ia merangkak-rangkak mendekati ujung kain seprai, yang setelah diamatinya ternyata bertuliskan huruf-huruf sulaman M.T.
Setelah percakapan yang aneh itu selesai, maka cepat-cepatlah ia mengundurkan diri. Eduard pergi dan hantu itu mengawasinya
11 beberapa lamanya. Jari Arndt berasa gatal. Sekarang ada kesempatan baginya untuk memegang orang yang menyamar menjadi hantu itu. Akan tetapi apakah keuntungannya" Penjahatnya bukan hanya seorang saja, melainkan satu gerombolan orang. Mereka harus dibasmi sampai ke akar-akarnya. Dan karena itu gerak-gerik mereka harus dimata-matai dahulu. Itu memerlukan waktu dan kesabaran kita, dan lebih dari itu memerlukan pengamatan yang cermat. Ia berkesimpulan, lebih baik membiarkan saja hantu Hutan itu pergi. Kemudian ia diam-diam mengikutinya.
Diikutinya sampai jauh ke dalam hutan. Mereka pergi ke arah pohon eik yang besar itu. Sesampai di situ, Hantu Hutan itu memegang batang pohon itu di tempat yang tertentu, lalu pergi melanjutkan perjalannya.
Arndt cepat-cepat mendekati pohon besar itu, lalu memeriksa batangnya di tempat yang disentuh oleh Hantu Hutan itu. Akan tetapi ia tidak dapat menemukan apa-apa.
Hantu hutan sekarang sudah agak jauh terpisah dari padanya. Ketika Arndt melanjutkan pengejarannya, maka Hantu Hutan itu baru saja meninggalkan hutan dan pergi menuju suatu gedung yang berdiri sendiri, yang dibangun dengan batu bata merah dan karena itu disebut kincir merah. Setelah keluar dari hutan, Arndt mengenakan kain seprainya lagi lalu mengikuti orang yang tidak dikenal itu secepat mungkin.
Baru saja mereka sampai dekat pagar tembok kebun belakang kincir itu, maka tiba-tiba lenyaplah orang yang tak dikenal itu dari pandangannya.
Arndt berusaha sedapat-dapatnya untuk menemukannya kembali, namun sia-sia belaka. Kemudian diusahakannya mengikuti jejak kaki orang itu, akan tetapi begitu banyaknya
12 tapak kaki yang dapat ditemukannya, yang barangkali merupakan tapak kaki orang-orang yang tinggal di kincir itu, sehingga pekerjaan itu tidak membawa hasil apa-apa.
Dengan kesal hati Arndt berjalan menuju ke hutan kecil dekat pagar tembok itu; ditanggalkannya kain seprainya, lalu dimasukkannya ke dalam jaketnya. Kemudian ia pergi ke arah desa. Tempat Hantu Hutan menghilang dari pandangannya itu diingatnya baik-baik.
Lebih dari itu tidak dapat dikerjakannya.
Ketika ia tidak lama kemudian sedang melalui jalan di desa, maka dijumpainya Eduard, yang melalui jalan lain hendak pulang ke rumahnya, sehingga membuat perjalanannya lebih lama. An
ak itu memberi salam dengan hormat kepada Arndt, lalu hendak berjalan terus, akan tetapi Arndt menahannya.
Dan bagaimana keadaan di rumah" Dapatkah anda memegang rahasia, seperti yang anda janjikan kepada saya"
Dapat tuan. Hanya ayah yang tahu, dari mana uang itu.
Dan apakah ia bersuka hati"
Tentu, tuan! Untunglah anda dapat menolak suatu tawaran, yang sepintas lalu kelihatannya sangat menguntungkan, akan tetapi yang sedikit kurang halal.
Eduard tidak mengerti, apa yang dimaksudkan dengan kata-kata itu. Ia memandang kepada orang asing dengan keheran-heranan.
Saya" Bagaimana persoalannya"
Arndt tersenyum. Ia seolah-olah berbicara tentang sesuatu yang kurang penting atau tentang sesuatu yang memang sewajarnya demikian.
Tadi saya lihat anda berbicara dengan seseorang. Ia
13 menawarkan uang muka sebesar dua puluh mark kepada anda, namun anda menolak.
Eduard mundur selangkah terperanjat mendengar kata-kata itu. Diamatinya Arndt dengan rasa takut yang sangat.
Anda tahu semuanya" tanyanya bata-bata.
Tidak, akan tetapi pendengaran saya sangat tajam.
Saya kurang mengerti. Itu mudah sekali. Saya diam-diam telah mendengarkan percakapan anda.
Anda telah diam-diam mendengarkan percakapan saya
dengan........Hantu Hutan"
Benar, percakapan antara anda dengan penjahat, yang berusaha membujuk anda supaya mau menjadi penyelundup. Tuan, kata Eduard tergagap-gagap, sekarang saya tidak
tahu lagi, saya harus merasa takut kepada tuan atau..........
Takut" kata Arndt memotong. Mengapa, nak" Akan saya ceriterakan kepada anda. Saya sengaja datang kemari untuk menangkap Hantu Hutan!
Anda" Ah, anda itu dari polisi"
Tepat! Saya tahu anda dapat menyimpan rahasia, maka anda boleh tahu. Anda tidak mau menerima uang muka dari penjahat itu. Baik, sekarang coba kita lihat, maukah anda menerima tawaran uangjuga, tetapi dari saya" Maukah anda menerima uang lima ratus mark sebagai imbalan terhadap jasa-jasa anda"
Lima.........ratus mark" Jasa-jasa" Apakah sekarang uang
tumbuh di pohon-pohon" Atau desa Hohenthal sudah menjadi gila" Saya kira, saya sedang bermimpi.
Tidak. Anda tidak bermimpi. Seperti saya katakan tadi, saya hendak menangkap Hantu Hutan; akan tetapi bukan hanya si pelindung para penyelundup, melainkan seluruh gerombolan.
14 Bila anda menolong saya dan bila usaha kita berhasil, saya akan membayar anda lima ratus mark.
Eduard menarik nafas dalam-dalam.
Saya mau membantu, akan tetapi saya khawatir, tak mungkin saya memperoleh uang lima ratus mark itu.
Mengapa tidak" Karena lawan kita bukanlah sembarang orang. Siapakah yang dapat mengimbangi Hantu Hutan"
Namanya saja hantu. Hantu yang telah menahan anda di hutan itu sebenarnya manusia biasa seperti anda dan saya. Hantu sebenarnya tidak ada.
Semenjak pertemuan saya dengan Hantu Hutan itu saya pun meragukannya. Apakah ia benar-benar hantu" Namun meskipun ia bukan hantu, tidak akan mudah menangkapnya.
Hal itu akan ternyata kemudian. Pokoknya anda akan membantu saya"
Dengan suka hati. Baik, kita mengikat janji. Saya akan membayar anda tiap pekan tiga puluh mark, supaya anda dapat membebaskan diri dari pekerjaan lain dan setiap waktu dapat membantu saya. Tiga puluh! Setiap pekan"
Memang, tiga puluh mark. Tiga puluh mark" diulang oleh Eduard hampir-hampir tak percaya. Jumlah uang sebesar itu hanya untuk pekerjaan selama tujuh hari terdengar olehnya seperti dalam ceritera dongeng. Apakah pekerjaan saya untuk dapat memperoleh uang itu" Untuk sementara anda tak usah berbuat apa-apa. Pikirkanlah saja dahulu, bagaimana caranya dapat mengetahui lebih banyak tentang Hantu Hutan itu. Pertama-tama harus kita selidiki siapakah orangnya itu. Bila anda mengira telah menemukan
15 sesuatu, maka selekasnyalah beritahukan saya di rumah penjaga hutan.
Bolehkah rahasia itu diketahui oleh penjaga hutan"
Ya, boleh. Selain dia tiada seorang pun yang boleh mengetahuinya. Sementara ini saya hanya ada seorang kepercayaan. Syarat utama yang saya minta supaya dipenuhi ialah dapat menutup mulut. Penjaga hutan akan memberitahukan anda tentang peraturan rahasia ya
ng telah kami sepakati. Saya harus menjaga, supaya selalu tidak dikenali orang, maka kerap kali saya menyamar. Akan tetapi saya harus dikenali oleh pembantu-pembantu saya, meskipun dalam keadaan menyamar. Peraturan itu berlaku juga bagi anda. Masih ada lagi suatu hal. Saya ingin anda menyelidiki, nama siapa yang dimulai dengan huruf-huruf M.T.
Apakah ada sangkut-pautnya dengan Hantu Hutan" Memang ada. Selanjutnya saya mengharap, supaya anda dalam keadaan bagaimana pun harus selalu jujur terhadap saya.
Itu sudah pasti. jawab Eduard dan berkat semangatnya yang menyala-nyala sudah dapatlah ditemukan sesuatu olehnya. Sebagai buktinya dapat saya ceriterakan kepada anda, bahwa
pada hari Selasa saya harus pergi ke.....pesta dansa.
Ke pesta dansa" tanya Arndt keheran-heranan. Dan anda harus ke situ" Mengapa harus"
Untuk menolong.......eh.......seorang gadis.
Haha! Tentunya gadis tetangga anda, Angelica Hofmann" Saya telah mendengar dari penjaga hutan tentang gadis cantik itu dan penjahat di hutan itu telah menyebut juga namanya. Benar. Ia mendapat undangan ke pesta. Perkumpulan Casino dari kota tidak jauh dari sini, lusa akan menyelenggarakan suatu
16 pesta dansa berkedok di rumah penginapan. Seorang anggota dari perkumpulan itu, yang tidak mau disebut namanya, telah mengundang Engeltje, maksud saya Angelica, ke pesta itu dan telah mengiriminya juga sebuah baju pesta.
Saya mengerti. kata Arndt dengan tersenyum. Anda sangat menyayanginya dan anda tidak menyukai hal itu, karena anda tidak hadir dalam pesta itu. Anak muda yang lain itu dapat merebut Engeltje dari tangan anda. Nah, sekarang kita sudah berjanji selalu berterus terang, maka tak perlu lagi kita menyembunyikan sesuatu. Jadi anda hendak menghadiri juga pesta itu dengan berkedok untuk melindungi Engeltje.
Eduard menundukkan kepalanya kemalu-maluan.
Benarlah demikian. Saya tidak mau mencampuri urusan percintaan anda, kata Arndt, ketika dilihatnya, bahwa Eduard mengelakkan pandangannya.
Berlakulah menuruti kata hati anda maupun akal anda....
mengertikah anda" Bukan hanya hati anda, tetapi juga akal anda! Selamat berpesta, mudah-mudahan berhasillah usaha anda!
Ia memberikan uang itu ke dalam tangan Eduard lalu lekas pergi, untuk mencegah Eduard mengucapkan terima kasih.
BAB V Pesta Berkedok Di Rumah Penginapan
Keesokan harinya, sekitar tengah hari, seorang tamu memasuki rumah makan Lembu Emas , yang agak membingungkan pemiliknya yang bernama Binder. Tidaklah mudah untuk memastikan, tamu itu masih muda atau sudah tua. Ia memakai baju dan celana kehitam-hitaman dan kacamata berwarna biru yang membuatnya kelihatan sebagai seorang terpelajar.
Karena tidak ada orang lain di dalam ruang tamu, maka pemiliknya memulai suatu percakapan dengan orang asing itu.
Tuan baru di sini" tanyanya sambil lalu. Apakah barangkali kurang sopan, bila saya tanyakan, dari mana tuan datang"
Dari sana. Orang yang berkacamata biru itu menunjuk dengan ibu jarinya ke suatu arah, yang kira-kira artinya: dari seberang perbatasan.
Pemilik rumah makan mengejapkan matanya.
Urusan dagang" Mungkin! Urusan penting" Orang asing itu mengangkat bahunya.
Tergantung. Maksud tuan urusannya tidak begitu lancar"
Benar. Kedengarannya, seperti tuan mau menyelundupkan barang-barang! kata pemilik rumah makan tertawa.
Dan kedegarannya seolah-olah anda menganggap penyelundupan itu pelanggaran yang berat, demikian dijawab oleh tamu itu dengan tangkasnya.
1 Sekali lagi pemilik rumah makan itu mengejapkan mata kanannya. Kini nampaknya seperti seorang tua yang cerdik, yang hati-hati dengan mengeluarkan perkataannya, yang sudah biasa benar melakukan pekerjaan-pekerjaan yang melanggar hukum. Akan tetapi keadaan sebenarnya adalah justru sebaliknya.
Kemarin telah diterimanya surat tercatat dari saudaranya di kota yang bekerja sebagai polisi. Dalam surat itu tertulis, bahwa seorang detektip akan datang padanya untuk mengadakan penyelidikan tentang Hantu Hutan. Ia diminta supaya mau memberi bantuan seperlunya kepada detektip itu.
Pemilik rumah makan yang tidak biasa dengan pekerjaan d
emikian memusingkan kepalanya dengan memikir-mikirkan, apakah yang hendak diperbuatnya.
Ia menanti-nantikan kedatangan detektip itu, yang sampai sekarang masih belum juga memperlihatkan batang hidungnya. Malah yang datang sekarang adalah seorang yang mungkin sekali ada hubungannya dengan para penyelundup. Akan tetapi Binder bukanlah orang yang bodoh. Setelah diketahuinya maksud-maksud yang dikandung oleh si Kacamata Biru itu, maka lekaslah terbentuk suatu rencana yang licin dalam pikirannya untuk memakai si Kacamata Biru itu sebagai umpan untuk menyeret Hantu Hutan.
Tenang-tenang sajalah, tuan! katanya sambil membujuk. Hati saya tidak mengenal undang-undang yang melarang pekerjaan menyelundup.
Anda nampak pada saya sebagai seorang yang cerdik juga.
Anda tidak usah khawatir. Curahkanlah saja segala isi hati anda.
Nah, beginilah........ kata si Kacamata Biru ragu-ragu.
Mari dengarlah ini, tuan! Mula-mula saya kira, anda adalah
2 seorang terpelajar atau semacam itu. Akan tetapi sekarang saya tahu, siapa anda sebenarnya. Kami penduduk perbatasan
mempunyai pendapat-pendapat kami sendiri tentang .............
tentang hal-hal yang tertentu. Maka anda tak usah khawatir. Orang yang sedang melayani anda adalah orang yang dapat dipercayai!
Akan tetapi orang asing itu kelihatannya masih belum teguh kepercayaannya. Pada mukanya kelihatan ia tidak menyukainya.
Saya tak dapat mengikuti jalan pikiran anda, katanya agak dingin. Saya kira, lebih baik kita bicara tentang hal-hal yang lain saja.
Baik, jika tuan menghendaki demikian. Bagaimana pendapat anda tentang daerah ini, sukakah anda tinggal di sini"
Ya, suka juga. Akan tetapi daerah ini kelihatannya agak kurang aman. Khabar demikian sudah tersiar ke mana-mana. Pada perjalanan saya ke mari kerap kali saya dengar semacam gangguan, yang.......
Oh, maksud anda Hantu Hutan"
Benar, dengan siapa pun kita bicara, selalu disebut-sebut tentang Hantu Hutan itu.
Sudah pernahkah barangkali anda bertemu dengan dia"
Saya" Bagaimana mungkin"
Anda kan seorang saudagar" tanya pemilik rumah makan dengan cerdiknya. Bukankah anda sebagai seorang saudagar sering mundar-mandir melewati perbatasan untuk berjual beli"
Memang saya ingin........berjual beli. katanya agak raguragu.
Akhirnya anda mau berterus terang juga. Mengapa tidak dari tadi saja bersikap demikian" Bila anda bersikap terlalu hati3
hati, maka anda tak akan mendengar berita yang ingin anda ketahui.
Dan apakah berita itu, bila anda tiada berkeberatan memberitahukannya"
Si pemilik rumah makan menggeserkan kursinya ke arah orang asing itu, agar dapat berbicara lebih akrab lagi. Ia melirik ke arah tamunya, mengejapkan mata dan mulai berbicara dengan berbisik-bisik.
Anda ingin mengetahui siapa sebenarnya Hantu Hutan itu dan di mana ia berada. Anda tidak begitu berani mengutarakan pendapat anda, karena anda tidak tahu, apakah saya benar-benar dapat dipercayai. Akan tetapi anda ingin sekali menghubungi Hantu Hutan itu untuk dapat berdagang dengannya. Benar tidak"
Pertanyaan yang terakhir itu diucapkan dengan nada kemenangan, lalu orang asing itu mengambil keputusan untuk bermain dengan kartu terbuka.
Baik, saya menyerah, dugaan anda tentang diri saya dan keinginan saya adalah tepat. Akan tetapi sekarang tibalah giliran anda untuk bermain dengan kartu terbuka juga. Anda harus membuktikan, bahwa anda benar-benar mempunyai hubungan dengan Hantu Hutan itu. Mari saya mendengarkan.
Pemilik rumah makan itu menarik keningnya.
Anda merasa heran, bila mengetahui betapa banyak orang, yang dapat saya hubungi. Anda beruntung sekali telah bertemu dengan saya. Atau anda mempunyai alat pencium yang sangat tajam untuk menemukan orang-orang yang sesuai dengan kepentingan anda, atau ada orang yang menunjukkan kepada anda. Tak usah, tuan! Itu tak usah saya ketahui. Yang penting ialah, bahwa anda sekarang menaruh kepercayaan penuh kepada
4 saya dan bahwa anda boleh berceritera sejujur-jujurnya kepada saya. Saya masih ada beberapa pertanyaan.
Tanyakan saja! seru orang asing itu tanpa ragu-ragu lagi. Tiba-tiba kelihatannya ia ma
kin berani saja. Apa yang ingin anda ketahui"
Barang dagangan itu harus dikirim ke mari atau ke daerah seberang perbatasan"
Ke daerah seberang. Baik. Banyakkah barang yang hendak dikirim itu"
Apa yang dinamakan banyak" Pendek kata barang-barang yang hendak dikirim itu mahal harganya.
Kalau begitu, maka perlulah anda bicara sendiri dengan orang yang kita maksudkan tadi.
Memang itu pun maksud saya. Tinggal anda menyebut saja........
Diam! Jangan terburu-buru! Anda menganggap soal ini
terlalu sederhana. Hantu Hutan itu.......
Bohong! orang asing itu memotong. Janganlah kita saling membohongi lagi. Anak kecil dan perempuan barangkali masih percaya akan adanya hantu, akan tetapi kita sama-sama mengetahui, bahwa di balik permainan wayang ini ada dalangnya, seorang pemimpin yang berani mati, yang melindungi gerombolan penyelundup.
Mungkin juga demikian, kata pemilik rumah makan. Akan tetapi apa yang kita capai dengan itu. Tiada seorang pun yang tahu, siapa orang itu.
Aneh benar. Aneh atau tidak, demikianlah halnya. Tiada seorang pun yang pernah melihat wajahnya.
Itupun bukanlah maksud saya. Saya hanya ingin bicara
5 dengannya. Dapatkah anda membawa saya kepadanya" Maksud anda, benar-benar mau bekerja sama dengan saya" Anda akan mendapat banyak keuntungan, bila mau membantu saya, kata orang asing itu dengan membusungkan dadanya. Nyatalah, bahwa ia sekarang tidak takut-takut lagi. Pemilik rumah makan menggeram, yang dimaksudkan sebagai jawabnya. Kemudian ia duduk tepekur, memikirkan sesuatu.
Bagaimana pendapat anda" tanya si Kacamata Biru mendesak.
Kata anda barang-barang yang harus dikirim itu mahal harganya. Berapakah kira-kira harganya"
Sebagai permulaan lima ribu mark.
Hm. Orang yang memperkenalkan anda, harus berani menjamin anda. Dia harus mengenal anda, jadi harus mengetahui nama anda, atau bila anda tetap mau merahasiakan nama anda, maka anda harus memberi uang jaminan.
Berapakah kiranya uang jaminan itu"
Sepuluh persen dari harga kiriman yang pertama, jadi lima ratus mark.
Saya dengar, bahwa anda tahu tentang segala-galanya. Maukah anda memperkenalkan diri saya"
Anda harus memberitahukan nama anda lebih dahulu! Tidak, lebih baik saya menyerahkan uang jaminan lima ratus mark. Akan tetapi anda harus membuktikan dahulu, bahwa anda itu orang dalam.
Itu hak anda. Maka buktikanlah sekarang juga!
Wah, jangan begitu tergesa-gesa! kata pemilik rumah makan. Saya pun harus mendapat kepastian. Datang sajalah ke gudang di jalan Berg tepat pukul dua belas malam nanti. Setelah anda
6 menyerahkan jumlah uang itu, akan saya bawa anda ke Hantu Hutan.
Maksud anda kepada pemimpin gerombolan penyelundup" Apakah ia ada di daerah sekitarnya"
Saya akan menyampaikan khabar lebih dahulu kepadanya! Dan bilamana dapat saya memperoleh uang jaminan itu kembali"
Setelah kami terima kiriman barang itu.
Si Kacamata Biru itu meminum bir segelas itu sampai habis, lalu bangkit berdiri.
Jadi semuanya sudah diatur beres"
Beres! kata si pemilik rumah makan sambil mengangguk.
Selanjutnya.........tutup mulut!
Saya berjanji. Orang asing itu tersenyum.
Itu adalah untuk kepentingan diri kita sendiri. Kita sudah
saling mengenal dengan baik, dan anda tahu........di hadapan
hakim pencuri dan tukang tadah itu sama beratnya, dan dalam hal kita, dianggap sama-sama penyelundup.
Mereka berjabatan tangan, si Kacamata Biru membayar harga minuman, lalu bangkit berdiri pula. Dengan bersuka hati ia berjalan mundar-mandir saja.
Usahaku telah berjalan lancar benar, katanya dengan tersenyum-senyum. Itu sesuai benar dengan keinginanku.
Ia memetik dengan jarinya, karena merasa puas. Kini dapat pula ia menantikan kedatangan detektip dengan hati yang tenang.
Baru saja ia memikirkan hal itu, maka pintu dibuka lagi. Lagi-lagi seorang asing masuk ke dalam. Ia memakai baju berwarna abu-abu, sebuah kupiah beledu abu-abu di atas rambutnya yang
7 berwarna pirang dan ia meyandang sehelai mantel.
Pemilik rumah makan memberi salam kepadanya, lalu mengajukan pertanyaan seperti biasa.
Anda mau minum apa" Berikan segelas grog" jawab orang asing itu dengan suara besar; baju dan kupiahnya digantungkannya pada sangkutan. Ia membelai-belai janggutnya yang berwarna pirang itu lalu duduk dekat sebuah meja kecil.
Tak lama kemudian Binder menyajikan minuman grognya. Tamu itu meminum seteguk dari minuman yang agak panas itu lalu mengangguk menyatakan puas.
Apakah tadi datang seorang yang berpakaian kehitam-hitaman dan memakai kacamata biru" tanyanya sambil lalu.
Benar, tuan! Ia kira-kira setinggi saya dan kelihatannya seperti seorang maha guru atau seorang sarjana. Bukankah demikian" Apakah yang dikehendakinya"
Pemilik rumah makan kelihatan agak bimbang dan memutuskan untuk bersifat hati-hati.
Ia minum bir segelas. Lain dari pada itu apa lagi yang dikehendakinya"
Tidak ada apa-apa. Anda bohong! Binder terperanjat. Ia mundur selangkah lalu mengawasi orang asing itu dengan rasa curiga. Orang asing itu seolah-olah kurang menaruh perhatian pada ucapannya sendiri dan kini sedang asyik mengaduk-aduk dengan sebuah sendok minuman grog itu.
Berdasarkan apa, maka anda mengeluarkan tuduhan itu" tanya si pemilik rumah makan.
Karena orang yang saya maksudkan tadi telah menceriterakan
8
Hantu Pegunungan Batu Karya Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepada anda, bahwa ia ingin menghubungi Hantu Hutan berhubung dengan usaha perdagangannya yang meliputi jumlah kira-kira lima ribu mark. Benar tidak"
Kini Binder hampir-hampir tak dapat menyembunyikan perasaan terkejutnya.
Bagaimana" Apa" katanya dengan gagap. Saya sekali-kali tidak tahu-menahu tentang hal itu!
Baik. Nanti akan saya tanyakan sendiri kepadanya.
Orang asing berambut pirang itu tiba-tiba menjadi kasar. Dilemparkannya uang bayaran untuk minumannya ke atas meja, akan tetapi minuman grog-nya tidak diminumnya. Diambilnya baju serta kopiahnya, lalu ditinggalkannya ruangan itu tanpa minta diri.
Binder tak dapat berkata apa-apa karena bingungnya. Apakah maksud semuanya ini" Kenalkah tamunya yang kedua itu akan
tamunya yang pertama, atau......."
Pendapat demikian segera dilepaskannya lagi; lebih penting lagi baginya adalah untuk mengetahui, ke mana orang itu telah pergi.
Ia bergegas-gegas ke pintu.
Di situ ia berlanggar dengan seseorang, yang sebagai angin puyuh berlari masuk; dialah saudagar yang berkacamata biru itu.
Oh, andakah" tanya si pemilik rumah makan terheran-heran. Mengapa anda kembali lagi"
Saya telah melupakan sesuatu. Saya lupa memberitahukan, bahwa akan datang seorang tuan yang akan menanyakan tentang diri saya. Ia berambut pirang, memakai baju berwarna abu-abu dan sebuah mantel hitam.
Wah! Tadi orang itu kemari! Baru saja pergi lagi.
9 Kalau begitu, saya harus lekas mengejarnya. Selamat siang!
Nanti dulu tuan, tunggu sebentar! Jangan tergesa-gesa! Kalau orang yang tadi kembali lagi, apa yang harus saya katakan"
Pahlawan Dan Kaisar 2 Lauw Pang Vs Hang Ie Kejatuhan Dinasti Cin Dan Kebangkitan Dinasti Han My Silly Engagement 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama