Ceritasilat Novel Online

Salam Terakhir Sherlock 1

Sherlock Holmes - Salam Terakhir Sherlock Holmes Bagian 1


Salam Terakhir Sherlock Holmes
Sir Arthur Conan Doyle Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
Salam Terakhir Sherlock Holmes
PETUALANGAN DI WISTERIA LODGE I. Pengalaman unik Mr. John Scott Eccles
Berikut ini adalah sebuah kisah sebagaimana tertulis dalam buku catatanku. Pada suatu hari di
akhir bulan Maret tahun 1892, cuaca di luar sangat muram dan angin bertiup dengan kencangnya.
Holmes menerima sebuah telegram, dan langsung membalasnya. Namun, ketika kami berdua duduk
bersama unruk makan siang, dia tak menyinggung-nyinggung telegram itu, meski jelas terlihat bahwa
pikirannya dipenuhi isi telegram tadi. Setelah makan siang, dia berdiri di depan perapian dengan
ekpresi wajah berpikir keras, sambil mengisap pipa rokoknya dan sebentar-sebentar menatap telegram
yang dipegangnya. Tiba-tiba, dia menoleh ke arahku sambil mengedipkan kedua matanya yang penuh
tipu muslihat. "Kau ini, Watson, ahli dalam bahasa surat-menyurat," katanya. "Coba jelaskan apa arti kata
'fantastis'." "Aneh luar biasa," jawabku.
Dia menggeleng setelah menderigar jawabanku.
"Pasti lebih seru dari itu," katanya, "karena dihubungkan dengan suatu peristiwa yang tragis dan
mengerikan. Coba kauingat-ingat kisah-kisah kita yang telah mengguncangkan hati banyak orang,
maka kau akan menemukan banyak tindak kriminal yang fantastis. Ingat kasus orang-orang berambut
merah" Fantastis, bukan" Buntutnya ternyata usaha perampokan habis-habisan. Atau, yang ini! Kasus
lima butir biji jeruk, yang ternyata merupakan rentetan pembunuhan yang amat keji. Kata 'fantastis'
benar-benar membuatku harus waspada penuh."
"Memangnya kata itu tertera di telegram yang kaupegang""tanyaku.
Dia membaca isi telegram itu dengan keras
"'Baru tertimpa peristiwa yang luar biasa dan fantastis. Bisa konsultasi
dengan Anda" Scott Eccles, Kantor Pos, Charing Cross.'"
"Pengirimnya wanita atau pria"" tanyaku.
2 "Oh, tentu saja pria! Mana ada wanita mengirim telegram sambil menyertakan lembar balasan
yang sudah dibayar penuh" Wanita lebih suka langsung datang kemari kalau membutuhkan konsultasi."
"Kau bersedia menemui pengirim telegram itu""
"Sobatku Watson, kau tahu betapa bosannya aku tinggal di rumah melulu setelah menyelesaikan
kasus Kolonel Carruthers. Pikiranku terus berpacu bagaikan mesin yang sedang ikut perlombaan, lalu
pecah berkeping-keping karena tak dimanfaatkan untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya mampu
dilakukannya. Kehidupan kita cuma begini saja" Kertas-kertas catatan menumpuk, bersih, tak ada
tulisan apa-apa; masalah-masalah yang berani dan seru telah lewat dari sejarah tindak kriminal. Dan
kau masih bertanya kepadaku apakah aku bersedia menangani kasus baru" Kasus yang sepele pun akan
kutangani saat ini. Nah kalau tak salah, klien kita sudah tiba."
Langkah yang sangat berhati-hati terdengar di tangga, dan sejenak kemudian seorang lelaki
tinggi besar berjanggut putih diantar masuk ke ruangan kami. Latar belakang hidupnya terpancar
melalui raut wajahnya yang kokoh dan sikapnya yang angkuh. Kalau melihat gaya pakaiannya sampai
kacamatanya yang berlapis emas, dia pastilah pengikut Partai Konservatif, anggota gereja, warga
negara yang baik, pokoknya sangat ortodoks dan konvensional. Tetapi ada sesuatu yang telah
mengganggu ketenangannya, dan itu terlihat dari rambutnya yang awut-awutan, pipinya yang memerah
karena menahan amarah, dan sikapnya yang bingung dan penasaran. Dia langsung menyatakan maksud
kedatangannya. "Saya telah mengalami suatu peristiwa yang sangat aneh dan tak menyenangkan," katanya. "Tak
pernah sebelumnya saya berada dalam situasi seperti ini. Benar-benar tak senonoh... memalukan. Saya
minta dengan sangat agar ada penjelasan tentang hal itu." Dia berteriak dengan terengah-engah dan
dengan amarah yang meledak.
"Silakan duduk Mr. Scott Eccles," kata Holmes sambil berusaha menenangkan orang itu.
"Bolehkah saya tahu terlebih dahulu untuk apa Anda sebenarnya menemui saya""
"Well, Sir, saya punya kasus yang tampaknya tak bisa diurus polisi, namun kalau nanti Anda
sudah mendengar fakta-faktanya, Anda pasti akan menyatakan saya tak
bisa mendiamkan kasus ini
begitu saja. Saya sebetulnya tak begitu bersimpati terhadap detektif-detektif swasta, tapi begitu
mendengar nama Anda..."
3 "Oh, begitu, ya" Lalu pertanyaan selanjutnya, mengapa Anda tidak langsung datang""
"Apa maksud Anda""
Holmes menengok ke jam tangannya.
"Sekarang jam dua lewat seperempat," katanya. "Telegram Anda dikirim sekitar jam satu. Tapi,
dari penampilan dan pakaian Anda, setiap orang pasti akan tahu betapa Anda telah mengalami kesulitan
sejak Anda bangun tidur tadi pagi."
Klien kami menyisir rambutnya yang awut-awutan dengan tangannya dan mengusap dagunya
yang belum dicukur. "Anda benar, Mr. Holmes. Saya sampai tak sempat
merapikan diri. Saya ingin segera keluar dari rumah
itu. Sebelum datang kemari saya sibuk mengadakan
penyelidikan. Tahukah Anda, saya tadi pergi ke
agen penyewaan rumah dan mereka mengatakan
uang sewa rumah Mr. Garcia telah dibayar lunas
dan semuanya beres di Wisteria Lodge."
"Ayo, ayolah, Sir," kata Holmes sambil tertawa.
"Anda ini tak ubahnya rekan saya Dr. Watson, yang
punya kebiasaan menceritakan sesuatu dari arah
yang sama sekali keliru. Silakan mengatur pikiran
Anda dulu, barulah nanti bercerita kepada saya,
dengan urutan yang baik, peristiwa apa yang telah
menyebabkan Anda berkunjung kemari untuk berkonsultasi tanpa sempat menyisir rambut dan
merapikan pakaian." Klien kami menundukkan wajahnya dengan malu karena menyadari penampilannya yang
"baru". "Maafkan penampilan saya yang acak acakan, Mr. Holmes. Saya sendiri tak bisa percaya telah
mengalami hal seperti itu. Baiklah akan saya ceritakan semuanya; saya yakin Anda akan mengerti,
mengapa saya sampai jadi begini."
4 Tetapi kisah tamu kami yang baru saja dimulai itu terpaksa terputus oleh suara gaduh di luar.
Mrs. Hudson membuka pintu ruangan kami dan mempersilakan masuk dua pria tegap yang
penampilannya sangat resmi. Salah satunya kami kenal, Inspektur Gregson dari Kepolisian Pusat
Scotland Yard. Dia polisi yang penuh semangat, sopan, dan cukup cakap. Dia menjabat tangan Holmes,
lalu memperkenalkan temannya yang bernama Inspektur Baynes dari Kepolisian Wilayah Surrey.
"Kami berdua sedang melakukan pelacakan bersama, Mr. Holmes, dan jejak kami mengarah
kepadanya." Dia memalingkan pandangannya yang tajam ke arah tamu kami. "Anda Mr. John Scott
Eccles, penghuni Popham House, di daerah Lee, kan""
"Ya." "Kami telah mengikuti jejak Anda sepanjang pagi ini."
"Tentunya kalian melacaknya dari telegram yang dikirimkannya"" tanya Holmes.
"Tepat, Mr. Holmes. Kami berhasil mengetahui dia tadi pergi ke kantor pos Charing Cross, lalu
kemari." "Tapi, untuk apa Anda mengikuti saya" Apa yang Anda inginkan dari saya""
"Kami menginginkan pernyataan, Mr. Scott Eccles, sehubungan dengan hal-hal yang
mengakibatkan tewasnya Mr. Aloysius Garcia, penghuni Wisteria Lodge, dekat daerah Esher,
semalam." Klien kami bangkit dari duduknya dengan mata nyalang, wajahnya yang memancarkan rasa
terkejut menjadi sangat pucat.
"Tewas" Anda mengatakan dia tewas""
"Ya, Sir, dia tewas."
"Tapi, secara bagaimana" Kecelakaan""
"Pembunuhan, itulah satu-satunya kemungkinan."
"Ya Tuhan! Mengerikan! Anda tentunya... tentunya tak mencurigai saya, kan""
"Kami menemukan surat Anda di saku celana korban. Dari situ kami tahu Anda merencanakan
untuk mampir ke rumahnya tadi malam."
5 "Memang demikianlah adanya."
"Jadi Anda betul-betul mampir""
Inspektur polisi itu mengeluarkan buku
catatannya. "Tunggu sebentar, Gregson," kata Sherlock
Holmes. "Anda cuma mau mendapatkan pernyataan,
kan"" "Dan saya wajib memperingatkan Mr. Scott
Eccles bahwa pernyataan itu kelak dapat digunakan untuk
menuntutnya." "Mr. Eccles baru saja mau mengisahkan sesuatu
kepada kami ketika Anda tadi memasuki ruangan ini.
Kurasa, Watson, dia memerlukan segelas brendi campur
soda. Sekarang, Sir, semoga Anda tak keberatan dengan bertambahnya jumlah pendengar Anda, silakan
menceritakan kisah Anda. Tak usah terpengaruh oleh adanya interupsi ini."
Tamu kami telah menenggak brendi, dan wajahnya sudah tak begitu pucat lagi. Sambil sekilas
melirik dengan ragu-ragu ke buku catatan Inspektur Gregs
on, dia mulai menuturkan kisahnya.
"Saya masih bujangan," katanya, "dan karena banyak bergaul, saya punya banyak teman, di
antaranya keluarga Melville, pembuat bir yang sudah pensiun. Mereka tinggal di Albemarle Mansion,
Kensington. Di rumah mereka itulah, beberapa minggu yang lalu, saya bertemu dengan pemuda
bernama Garcia. Setahu saya, pemuda ini keturunan Spanyol dan ada hubungannya dengan kedutaan
negara asalnya itu. Bahasa Inggrisnya bagus sekali, sikapnya menyenangkan, dan orangnya sangat
tampan. "Kami, saya dan pemuda itu, lalu berteman. Sejak awal dia memang sudah mendekati saya, dan
dua hari setelah pertemuan kami yang pertama, dia mampir ke tempat saya di Lee. Kunjungan ini
diikuti dengan kunjungan-kunjungan berikutnya, dan akhirnya dia pun mengundang saya untuk
menginap selama beberapa hari di rumahnya, Wisteria Lodge, yang terletak di antara Esher dan
Oxshott. Kemarin malam, saya pergi ke Esher untuk memenuhi undangannya.
6 "Sebelum saya berangkat, dia telah menjelaskan keadaan di rumahnya kepada saya. Dia tinggal
bersama seorang pelayan yang setia orang Spanyol juga yang menyediakan semua kebutuhannya
dan merawat rumahnya. Pelayannya itu bisa berbahasa Inggris. Lalu dia juga mempunyai seorang
tukang masak yang hebat, begitu katanya, yang berdarah campuran dan dijumpainya ketika dia sedang
melakukan perjalanan ke luar negeri. Rumah tangga seperti ini memang agak jarang dijumpai di
jantung daerah Surrey, dia berkomentar, dan saya pun sependapat. Tapi ternyata keadaannya jauh lebih
aneh daripada yang saya duga.
"Saya naik kereta ke rumah itu letaknya sekitar dua mil di sebelah selatan Esher. Rumahnya
berukuran sedang, dengan jalanan membelok di hajamannya yang dipenuhi semak belukar pada kedua
sisinya. Bangunannya sudah tua, reyot dan sangat tak terawat. Ketika kereta yang saya tumpangi sudah
berhenti di depan pintu rumah yang kusam dan coreng-moreng itu, saya mulai ragu-ragu, untuk apa
gerangan saya mengunjungi seseorang yang belum lama saya kenal. Tapi, dia sendirilah yang
membukakan pintu dan menyambut saya dengan sangat hangat. Seorang pelayan pria berkulit gelap
dimintanya untuk melayani saya. Pelayan itu mempersilakan saya menuju ke kamar tidur yang telah
disediakan sambil menenteng koper saya. Tempat itu benar-benar memuakkan. Tak lama kemudian
kami duduk bersama untuk makan malam, dan walaupun teman saya berupaya keras untuk
menyenangkan hati saya, saya tahu pikirannya sedang berkelana ke tempat lain. Bicaranya juga tak
menentu, sehingga saya jadi bingung. Dia terus-menerus memukul-mukul meja, lalu menggigiti
kukunya, dan melakukan gerakan-gerakan yang menunjukkan dia sedang kalut dan cemas. Menunya
sendiri tak istimewa, dan kehadiran pelayannya yang bermuka masam itu memperburuk suasana.
Percayalah, sepanjang malam itu saya berharap menemukan alasan supaya bisa kembali ke Lee.
"Ada satu hal lain yang saya ingat yang mungkin ada sangkut pautnya dengan apa yang sedang
Anda lacak. Waktu itu saya tak mengindahkannya. Ketika kami hampir selesai makan malam,
pelayannya menyerahkan sepucuk surat kepadanya. Saya perhatikan, setelah membaca surat itu, tuan
rumah jadi semakin aneh. Dia tak bisa berpura-pura hangat lagi kepada saya, lalu dia duduk termenung
sambil terus-menerus mengisap rokoknya, tapi dia tak mengatakan apa-apa kepada saya. Kira-kira jam
sebelas malam, dengan lega saya berpamitan tidur. Beberapa waktu kemudian Garcia menengok dari
pintu kamar lampu sudah saya matikan dan bertanya apakah saya membunyikan bel. Saya
menjawab, bukan saya yang melakukannya. Dia minta maaf karena telah mengganggu malam-malam
7 begitu, sambil mengatakan saat itu hampir jam satu malam. Saya langsung kembali merebahkan diri di
tempat tidur, dan saya tertidur dengan sangat pulas sepanjang malam.
"Sekarang saya sampai ke bagian kisah saya yang paling mengherankan. Ketika saya terbangun,
hari sudah agak siang. Saya melihat jam, ternyata sudah hampir jam sembilan. Semalam saya berpesan
agar dibangunkan pada jam delapan, jadi saya heran kenapa tak dibangunkan. Saya segera melompat
dari tempat tidur dan membunyikan bel untu
k memanggil pelayan. Tak ada jawaban. Bel saya bunyikan
lagi, dan lagi, hasilnya sama saja. Maka saya lalu berpikir mungkin belnya rusak. Saya cepat-cepat
berpakaian dan bergegas turun ke lantai bawah, dan bayangkan betapa terkejutnya saya karena tak ada
seorang pun di sana. Saya berteriak-teriak di ruang depan, lalu melongok ke kamar demi kamar.
Kosong semua. Tadi malam tuan rumah sempat menunjukkan letak kamarnya, maka saya lalu
mengetuk pintunya. Tak ada jawaban. Saya membuka pintunya dan masuk. Kamarnya kosong, dan
tempat tidurnya rapi sekali. Dia telah pergi bersama yang lainnya. Tuan rumah yang tak begitu saya
kenal, pelayannya, tukang masaknya, semua telah menghilang! Saya pun segera angkat kaki dari
Wisteria Lodge." Sherlock Holmes tak bisa menahan gelaknya. Dia menggosok-gosokkan kedua tangannya
dengan riang, karena koleksi kasus uniknya bertambah satu.
"Sejauh yang saya ketahui, pengalaman Anda ini benar-benar unik," katanya. "Boleh saya tanya,
Sir, sesudah itu apa yang Anda lakukan""
"Saya sangat marah, saya langsung merasa telah dipermainkan. Saya membereskan barang-barang saya, membanting pintu depan rumah itu, lalu menuju ke Esher sambil menenteng koper. Saya
pergi ke kantor Allan Brothers, agen rumah terbesar di kota kecil itu, dan diberitahu bahwa vila
Wisteria Lodge memang disewa dari mereka. Setelah menimbang-nimbang, saya menyimpulkan tak
mungkin rumah itu disewa hanya untuk mempermainkan saya. Kemungkinan besar Garcia justru
memanfaatkan saya untuk mengelak dari tagihan. Sekarang akhir bulan Maret, waktu membayar sewa.
Namun pemikiran saya ini ternyata keliru. Pihak agen perumahan berterima kasih atas peringatan saya,
tapi uang sewa rumah itu telah dilunasi. Saya lalu menuju ke kota dan mampir ke Kedutaan Spanyol.
Ternyata tak ada yang kenal dengan Garcia. Saya pergi ke rumah Melville, tempat saya bertemu Garcia
untuk pertama kali, tapi dia pun belum mengenal pemuda itu dengan baik. Akhirnya, ketika saya
menerima balasan telegram dari Anda, saya menuju kemari, karena saya tahu Anda biasanya
8 menangani kasus yang sulit-sulit. Nah, sekarang, inspektur, dari apa yang Anda katakan ketika masuk
tadi, saya yakin Anda bisa melanjutkan kisah ini dengan terjadinya musibah itu. Percayalah, semua
yang saya katakan benar adanya, dan saya tak tahu apa-apa lagi mengenai nasib korban. Saya hanya
ingin menolong menegakkan hukum semampu saya."
"Saya yakin akan hal itu, Mr. Scott Eccles saya yakin akan hal itu," kata Inspektur Gregson
dengan nada ramah. "Perlu saya katakan bahwa semua yang Anda katakan cocok dengan fakta-fakta
yang kami dapatkan. Misalnya, tentang datangnya surat ketika Anda berdua sedang makan malam.
Apakah Anda sempat memperhatikan diapakan surat itu oleh tuan rumah Anda""
"Ya. Garcia meremas-remas surat itu, lalu melemparkannya ke perapian."
"Bagaimana menurut Anda, Mr. Baynes""
Detektif desa itu gemuk sekali, wajahnya kemerahan dan menggelembung oleh timbunan
lemak, namun matanya yang hampir tersembunyi oleh dahi dan pipinya sangat cemerlang. Sambil
tersenyum ringan dia mengeluarkan secarik kertas yang terlipat dan lusuh dari saku celananya.
"Ada pemanggang di perapian itu, Mr.
Holmes, dan Garcia melemparkan surat itu
terlalu jauh. Saya mengambilnya dari bagian
belakang, dan ternyata surat ini tidak terbakar."
Holmes tersenyum untuk menunjukkan
penghargaannya. "Anda pasti telah memeriksa rumah itu
dengan sangat saksama, sampai berhasil
menemukan gulungan kertas ini."
"Benar, Mr. Holmes. Begitulah cara kerja
saya. Saya bacakan surat ini, Mr. Gregson""
Detektif London itu mengangguk.
"Surat ini ditulis di kertas biasa berwarna dasar krem tanpa stempel. Kertasnya dipotong
menjadi dua dengan memakai gunting tajam. Sudah dilipat-lipat sebanyak tiga kali, dilem dengan
9 semacam lilin ungu, lalu dipres dengan tergesa-gesa menggunakan benda datar yang bentuknya oval.
Dialamatkan kepada Mr. Garcia, Wisteria Lodge. Bunyinya, 'Warna-warna kita sendiri, hijau dan putih.
Hijau artinya buka, putih artinya tutup. Tangga utama koridor pertama, ketujuh sebelah kanan kain
hijau. Demi Tuhan, cepat. D.' Penulisny
a seorang wanita, ujung pulpennya tajam sekali, tapi alamatnya
ditulis dengan pulpen lain atau oleh orang lain. Lihatlah, lebih tebal."
"Wah, surat yang luar biasa," kata Holmes sambil melirik kertas. "Selamat untuk Anda, Mr.
Baynes, karena hasil pemeriksaan Anda yang begitu terperinci. Mungkin ada beberapa hal sepele yang
perlu ditambahkan. Bentuk alat pres yang oval itu jelas kancing baju jelas dari bentuknya, kan"
Gunting yang dipakai adalah gunting bengkok yang biasa dipakai untuk menggunting kuku. Anda bisa
melihat dengan jelas adanya sedikit lekukan pada bekas guntingannya."
Detektif desa itu tergelak.


Sherlock Holmes - Salam Terakhir Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Saya pikir sudah saya tuangkan keluar semuanya. Ternyata masih ada yang ketinggalan,"
katanya. "Harus saya akui saya tak mendapatkan petunjuk apa-apa dari surat itu kecuali bahwa ada
sesuatu yang sebagaimana biasanya didalangi seorang wanita."
Mr. Scott Eccles duduk dengan gelisah selama pembicaraan ini.
"Bagus sekali Anda menemukan surat itu, karena ternyata cocok dengan kisah saya," katanya.
"Tetapi, bolehkah saya tahu apa gerangan yang telah terjadi pada Mr. Garcia dan penghuni rumahnya
yang lain"" "Tentang nasib Garcia," kata Gregson, "bisa dijawab dengan mudah. Dia ditemukan tewas pagi
tadi di Oxshott Common, sekitar satu mil dari rumahnya. Kepalanya hancur karena pukulan benda
keras semacam sarung tinju, sehingga lebih tepat dikatakan kalau kepalanya langsung hancur,
bukannya cuma terluka. Tempat di sudut itu memang sepi, dan rumah yang terdekat jaraknya sekitar
seperempat mil dari situ. Jelas dia telah dihantam dari belakang, tapi orang yang menyerangnya tetap
memukulinya walaupun dia sudah mati. Benar-benar serangan yang dansyat dan dilakukan dengan
amarah yang membara. Tak ditemukan jejak kaki atau petunjuk lain untuk melacak pelaku kejahatan
itu." "Perampokan""
"Tidak, tak ada upaya perampokan."
10 "Wah, rumit, ya" Sangat rumit dan mengerikan," kata Mr. Scott Eccles bersungut-sungut,
"khususnya bagi saya. Saya tak tahu-menahu tentang kepergian tuan rumah saya pada malam buta
begitu sehingga menemui ajalnya. Bagaimana saya bisa dikaitkan dengan kasus ini""
"Sederhana sekali, Sir," jawab Inspektur Baynes. "Satu-satunya dokumen yang ditemukan di
saku celana korban adalah surat Anda yang mengabarkan Anda akan mengunjunginya pada malam
kematiannya. Amplop surat inilah yang membuat kami mengetahui nama dan alamatnya. Kami pergi
ke rumahnya pada jam sembilan lewat pagi tadi, dan kami tak menemukan siapa-siapa di rumah itu,
termasuk Anda. Saya menelepon Mr. Gregson untuk melacak Anda di London sementara saya
memeriksa Wisteria Lodge. Lalu saya ke London menemui Mr. Gregson, dan di sinilah kami
sekarang." "Saya rasa," kata Gregson sambil bangkit berdiri, "sebaiknya kita tuntaskan masalah ini. Man,
Mr. Scott Eccles, Anda ikut kami ke kantor polisi agar pernyataan Anda bisa dibuat secara tertulis."
"Baiklah, mari berangkat sekarang juga. Tapi saya tetap meminta jasa Anda, Mr. Holmes. Saya
ingin Anda sungguh-sungguh berupaya keras mengungkapkan kasus ini."
Sahabatku menoleh ke arah sang inspektur desa.
"Tentunya Anda tak keberatan bekerja sama dengan saya, Mr. Baynes""
"Saya malah merasa mendapat kehormatan, Sir, pasti itu."
"Anda tampaknya sangat cekatan dan praktis dalam bertindak. Boleh saya tanya, apakah Anda
sudah mendapatkan petunjuk sehubungan dengan jam berapa tepatnya korban menemui ajalnya""
"Dia berada di tempat itu sejak jam satu malam. Pada jam itu hujan turun, dan jelas dia tewas
sebelum hujan turun."
"Tapi itu benar-benar tak mungkin, Mr. Baynes," teriak klien kami. "Saya tak mungkin salah
dengar. Saya berani bersumpah dialah yang menyapa saya di kamar tidur saya pada jam yang Anda
sebutkan." "Luar biasa, namun bukannya tak mungkin," kata Holmes sambil tersenyum.
"Anda punya petunjuk"" tanya Gregson
11 "Dilihat dari luar, kasus ini tidak terlalu rumit, walaupun mengandung hal-hal yang menarik dan
unik. Dibutuhkan informasi dan fakta lebih banyak lagi sebelum saya memberikan kesimpulan yang
pasti. Omong-omong, Mr. Baynes, apakah Anda menemukan hal lain yang luar biasa di samping surat
ini ketika meme riksa rumah itu""
Detektif itu menatap sahabatku dengan pandangan yang aneh sekali.
"Memang ada," katanya, "satu atau dua hal yang sangat luar biasa. Mungkin setelah selesai
urusan di kantor polisi, Anda bersedia melihatnya dan memberikan pendapat Anda."
"Dengan senang hati," kata Sherlock Holmes sambil membunyikan bel. "Tolong antar tuan-tuan
ini, Mrs. Hudson, dan minta pesuruh Anda mengirimkan telegram ini. Tolong minta dia sekalian
membayarkan balasannya seharga lima shilling."
Kami duduk diam selama beberapa saat setelah para tamu pergi. Holmes merokok terus, alisnya
turun sampai ke matanya yang penasaran, dan kepalanya tertekuk ke depan sebagaimana biasanya.
"Well, Watson," tanyanya tiba-tiba sambil menoleh ke arahku, "bagaimana pendapatmu""
"Aku tak punya pendapat apa-apa tentang pengalaman Mr. Scott Eccles yang aneh itu."
"Tapi tentang pembunuhannya""
"Well, berhubung yang menghilang termasuk orang-orang korban, menurutku mereka ada
sangkut pautnya dengan pembunuhan itu lalu melarikan diri."
"Bisa saja begitu. Namun, dilihat dari permukaannya, kau pasti setuju bahwa aneh sekali kalau
kedua pelayan itu berkomplot untuk melawan korban apalagi saat mereka sedang kedatangan tamu.
Kalau memang mereka berencana begitu, bukankah lebih pada saat-saat lain ketika tuannya sendirian
di rumah"" "Lalu, mengapa mereka melarikan diri""
"Itulah! Mengapa mereka melarikan diri" Di sini terletak fakta yang sangat penting. Fakta
lainnya yang tak kalah penting ialah apa yang dialami klien kita, Scott Eccles. Nah, sobatku Watson,
apakah akal manusia tak mampu menjelaskan kedua fakta penting itu" Seandainya salah satu dari
kedua fakta itu ada hubungannya dengan surat misterius yang menerbitkan rasa penasaran itu, wah, itu
sudah akan menghasilkan perkiraan sementara. Kalau nanti ada tambahan fakta lagi yang cocok dengan
12 apa yang sudah kita punyai, perkiraan kita itu bisa berubah menjadi kesimpulan."
"Tapi, perkiraan apa yang kita miliki""
Holmes menjatuhkan punggungnya ke tempat duduknya dengan mata separo terkatup.
"Harus kauakui, sobatku Watson, kasus ini tak mungkin sekadar gurauan. Ada peristiwa
mengerikan yang telah teriadi, sebagaimana telah kita dengar, dan diundangnya Scott Eccles ke
Wisteria Lodge ada hubungannya dengan kejadian itu."
"Hubungan yang bagaimana""
"Mari kita melacaknya setapak demi setapak. Sepintas, ada yang tak beres sehubungan dengan
persahabatan antara Scott Eccles dan pemuda Spanyol itu, yang begitu unik dan tiba-tiba. Pemuda
Spanyol itulah yang jelas berinisiatif sehingga persahabatan mereka berkembang pesat. Dia langsung
berkunjung ke rumah Eccles yang letaknya di ujung kota London dua hari setelah mereka berkenalan,
dan dia terus mengunjunginya sampai akhirnya dia berhasil membujuknya untuk berkunjung ke
rumahnya di Esher. Nah, apa yang diinginkannya dari Eccles" Apa yang bisa didapatnya dari Eccles"
Menurutku, Eccles bukan tipe orang yang menyenangkan. Dia bukan orang yang sangat cerdas dan
tak mirip orang Latin yang gampang bergaul. Jadi mengapa justru dia yang dipilih Garcia dan dianggap
cocok untuk sesuatu yang direncanakannya" Apakah dia orang terpandang" Memang. Tipe
konvensional seperti itu dapat menjadi saksi yang meyakinkan. Kau lihat sendiri bagaimana kedua
inspektur polisi tadi sama sekali tak mempermasalahkan pernyataannya, padahal apa yang
dikisahkannya begitu luar biasa."
"Tapi, dia mau diminta bersaksi tentang apa""
"Tentang sesuatu yang ternyata tak terjadi. Begitulah penilaianku."
"Aku tahu sekarang, dia mau dijadikan alibi."
"Tepat sekali, sobatku Watson. Kita misalkan saja semua penghuni Wisteria Lodge adalah
komplotan dengan suatu tujuan tertentu. Niat mereka, apa pun itu, misalnya akan dilaksanakan sebelum
jam satu malam. Dengan mengacaukan jam-jam yang ada di rumah itu, bisa saja terjadi Scott Eccles
masuk tidur pada saat yang jauh lebih awal dari perkiraannya. Dan ketika Garcia menengok ke
kamarnya dan mengatakan saat itu jam satu, pastilah sebenalnya baru tak lebih dari jam dua belas.
13 Kalau Garcia pergi melaksanakan apa yang ditugaskan kepadanya, lalu kembali lagi pada jam
yang disebutkan tadi, dia sudah punya alibi. Orang Inggris yang tak berdosa itu akan siap bersaksi di depan
pengadilan bahwa Garcia memang berada di rumahnya sepanjang malam. Bukankah itu akan menjadi
jaminan sehingga dia tak mungkin dituduh macam-macam""
"Ya, ya, aku tahu. Tapi bagaimana dengan menghilangnya penghuni yang lain""
"Fakta-fakta yang kumiliki belum lengkap, tapi untuk mendapatkannya tak akan terlalu sulit.
Hanya, salah besar kalau kita bersitegang berdasarkan data-data yang kita miliki. Kita akan berputar-putar agar data-data itu cocok dengan pemikiran kita."
"Bagaimana dengan isi surat itu""
"Bagaimana tadi bunyinya" 'Warna-warna kita sendiri, hijau dan putih.' Seperti pacuan ya"
'Hijau artinya buka, putih artinya tutup.' Ini jelas suatu tanda 'Tangga utama, koridor pertama, ketujuh
sebelah kanan, kain hijau.' Ini tempat pertemuan. Kita mungkin akan berurusan dengan seorang suami
yang dibakar cemburu nantinya. Jelas sesuatu yang berbahaya, karena si pengirim mengatakan, 'Demi
Tuhan, cepatlah.' 'D' ini pasti ada artinya."
"Pemuda itu orang Spanyol. Kukira 'D' singkatan dari Dolores, nama wanita yang sangat
populer di Spanyol."
"Bagus, Watson, bagus sekali... tapi ada yang kurang bisa diterima. Orang Spanyol akan
berbahasa Spanyol dengan orang sebangsanya. Penulis surat ini jelas orang Inggris. Well, kita hanya
perlu bersabar sampai inspektur polisi tadi kembali kemari. Sementara itu, kita patut mensyukuri
keberuntungan kita karena ada sesuatu yang mengurangi masa menganggur kita yang amat
membosankan." Holmes menerima balasan atas telegram yang dikirimnya sebelum inspektur polisi dari Surrey
kembali ke tempat kami. Holmes membacanya, dan baru saja mau menyelipkannya ke buku catatannya
ketika dia melihat wajahku yang sangat ingin tahu. Dia memberikan telegram itu kepadaku sambil
tertawa. "Kita bergerak di lingkungan terhormat," katanya.
Telegram itu berisi daftar nama dan alamat: "Lord Harringby, The Dingle; Sir George Ffolliott,
14 Oxshott Towers; Mr. Hynes Hynes, J.P., Purdey Place; Mr. James Baker Williams, Forton Old Hall; Mr.
Henderson, High Gable; Rev. Joshua Stone, Nether Walsling."
"Inilah cara yang jelas untuk membatasi
wilayah operasi kita," kata Holmes. "Jelas Baynes,
dengan otaknya yang metodis, sudah mengambil
langkah serupa." "Aku tak mengerti."
"Well, sobatku, kita bisa menyimpulkan
surat yang diterima Garcia pada saat makan malam
merupakan janji untuk suatu pertemuan. Nah, kalau
benar demikian, untuk mencapai tempat pertemuan
itu, dia harus naik tangga utama dan menemukan
pintu ketujuh pada suatu koridor, jadi rumah itu
pastilah besar sekali. Juga jelas rumah itu letaknya
hanya satu-dua mil dari Oxshott, karena Garcia menuju ke tempat itu dengan betjalan kaki, dengan
harapan akan tiba kembali di Wisteria Lodge pada waktu yang telah diaturnya untuk mendapatkan
alibi, yaitu tak lebih dari jam satu malam. Tak banyak terdapat rumah besar di dekat Oxshott, maka aku
meminta daftar nama dari agen rumah yang tadi disebutkan Scott Eccles. Nih, tertera di telegram ini.
Maka, penyelesaian kasus kita yang ruwet ini pastilah ada di dalam daftar ini."
Waktu menunjukkan hampir pukul enam ketika kami, ditemani Inspektur Baynes, sampai di
desa Surrey yang indah pemandangannya.
Aku dan Holmes membawa barang-barang keperluan untuk bermalam, dan kami menyewa
tempat yang nyaman di daerah Bull. Kemudian kami berangkat ke Wisteria Lodge bersama Inspektur.
Malam di bulan Maret itu dingin dan gelap. Angin bertiup dengan kencangnya, dan hujan turun rintik-rintik memukul-mukul wajah kami. Cuacanya cocok sekali dengan jalanan yang sedang kami lewati
dan dengan maksud kami untuk menguakkan tragedi ini.
II. Harimau San Pedro Setelah berjalan dalam diam dan cuaca dingin sejauh beberapa mil, kami tiba di jembatan kayu
15 tinggi, yang membawa kami ke jalanan yang sepi, sekelilingnya dipenuhi tumbuhan kastanye. Lalu
kami melewati jalanan berkelok di halaman, dan sampailah kami ke sebuah rumah yang pendek, gelap,
hitam pekat dengan latar belakang langit yang juga sudah gelap. Di sebelah kiri pintu ada jendela. Dari
arah je ndela itu terbersit sinar samar-samar.
"Ada polisi yang jaga," kata Baynes. "Biar saya ketuk jendela itu." Dia melompati rerumputan
lalu mengetuk kaca jendela. Melalui kaca yang tertutup kabut itu aku samar-samar melihat seorang pria
terbangun dari duduknya di kursi di samping perapian, diikuti jeritan melengking dari dalam ruangan.
Sejenak kemudian, seorang polisi yang pucat pasi dengan napas tersengal-sengal membukakan pintu.
Lilin yang dibawanya bergoyang-goyang karena tangannya gemetaran.
"Ada apa, Walters"" tanya Baynes dengan tajam.
Polisi itu mengusap dahinya dengan saputangan, dan mengembuskan napas lega.
"Betapa senang hati saya karena kedatangan Anda, Sir. Malam ini waktu merayap dengan
perlahan sekali, dan rasanya saraf saya tak tahan lagi menanggung siksaan ketegangan seperti ini."
"Sarafmu tegang, Walters" Rasanya sarafmu tak pernah terganggu selama ini."
"Well, Sir. Di sini sunyi senyap, lalu ada sesuatu yang aneh di dapur. Maka ketika Anda tadi
mengetuk jendela, saya pikir suara aneh itu datang lagi."
"Suara aneh apa""
"Setan, Sir, begitulah menurut saya. Suara itu memang asalnya dari jendela."
"Apa yang kaulihat di jendela" Dan kapan itu terjadi""
"Kira-kira dua jam yang lalu, ketika cuaca mulai gelap. Saya sedang duduk membaca di kursi
ini. Secara tak sengaja saya menengok, lalu melihat seseorang melongok ke arah saya melalui kaca
jendela bagian bawah. Demi Tuhan, Sir, betapa mengerikan wajahnya! Pasti akan terus terbawa-bawa
dalam mimpi." "Wah, wah, Walters! Polisi kok bicara macam begitu!"
"Saya tahu, Sir, saya tahu; tapi saya sangat terguncang, Sir, dan saya yakin akan apa yang saya
lihat tadi. Wajahnya tidak hitam, Sir, tidak juga putih, pokoknya warnanya aneh sekali, seperti tanah
16 liat yang kecipratan susu. Lalu besarnya wajah itu dua kali ukuran wajah Anda, Sir. Dan ekspresinya
mata monster itu menghunjam ke arah saya, dan barisan giginya yang putih menyeringai bagaikan
binatang buas yang sedang lapar. Percayalah, Sir, saya terdiam kaku, napas saya terhenti, sampai wajah
itu menghilang. Saya langsung berlari ke luar dan memperhatikan semak belukar di halaman, tapi
syukurlah, tak ada apa-apa di sana."
"Seandainya aku tak mengenalmu dengan
baik, Walters, pasti aku akan menandai namamu
dengan tinta hitam. Kalau memang yang kaulihat
itu setan, seorang polisi tak boleh bersyukur
karena tak berhasil menangkapnya. Kurasa,
semua ini bukan cuma penglihatan jadi-jadian dan
saraf yang tegang, begitukah, Mr. Holmes""
"Paling tidak, hal itu bisa dijelaskan dengan
mudah," kata Holmes sambil menyalakan senter
saku mungilnya. "Ya," lanjutnya setelah
mengawasi rerumputan sejenak, "menurut saya,
ukuran sepatunya nomor dua belas. Kalau
badannya sesuai dengan ukuran kakinya, dia
memang raksasa." "Lalu apa yang terjadi dengannya""
"Dia menyeberangi semak belukar, menuju ke jalan raya."
"Well," kata Inspektur dengan wajah serius, "siapa pun makhluk itu, dan apa pun yang
diinginkannya, dia sudah tak ada lagi di sini, sedangkan kita punya urusan yang perlu dibereskan. Nah,
Mr. Holmes, kalau Anda tak keberatan, saya akan mengantar Anda menjelajahi rumah ini."
Kamar-kamar tidur dan ruang-ruang duduk tak menghasilkan apa-apa dalam peninjauan itu.
Jelas ketika melarikan diri, para penghuni rumah itu tak membawa apa-apa. Tak banyak perabotan
dalam rumah itu. Penghuni sebelumnya pasti membawa semuanya ketika mereka pindah. Ada pakaian
dengan merek Marx & Co., High Holborn, yang tertinggal. Setelah dilacak ke produsen itu ternyata dia
17 tak tahu-menahu tentang pembeli produknya, kecuali bahwa orang itu tak pernah menunggak. Terdapat
pula macam-macam barang kecil, beberapa pipa rokok, buku-buku novel dua di antaranya dalam
bahasa Spanyol pistol mini kuno, dan gitar.
"Tak ada apa-apa di sini," kata Baynes sambil mengikuti kami memasuki ruangan demi
ruangan, dengan membawa lilin. "Mari, Mr. Holmes, kita perhatikan dapurnya."
Dapur yang terletak di bagian belakang rumah itu lengang, atapnya tinggi, ada seonggok jerami
di salah satu ujungnya, yang ternyata berfungsi sebagai alas tempat tidur tukang masak. Meja di dapur
itu p enuh tumpukan piring dan mangkuk yang belum dicuci, pastilah bekas makan malam semalam.
"Coba lihat ini," kata Baynes. "Apa pendapat Anda tentang ini""
Dia mengangkat lilinnya di depan sesuatu yang terletak di belakang lemari dapur. Benda itu
bentuknya semrawut dan lecek sehingga sulit mengatakan apa itu sebenarnya. Hitam dan terbuat dari
kulit, bentuknya mirip manusia cebol dalam kisah dongeng. Setelah mengamatinya sejenak, aku
mengira itu mayat bayi negro yang diawetkan, lalu
perkiraanku berubah menjadi mayat monyet kuno
yang sudah rusak. Akhirnya, aku tak bisa
memutuskan apakah benda itu binatang atau
manusia. Ada dua baris plester putih yang mengikat
bagian tengahnya. "Sangat menarik... sungguh sangat menarik!"
kata Holmes sambil menatap benda aneh itu. "Ada
yang lain lagi""
Tanpa berkata sepatah pun, Baynes mengajak
kami ke bak cuci tangan, lalu diangkatnya lilin yang
dipegangnya. Terlihat bangkai burung putih besar
yang terkoyak-koyak. Bulu burung itu masih
melekat di badannya. Holmes menunjuk ke leher
binatang malang itu. 18 "Ayam jago putih," katanya, "menarik sekali! Kasus ini benar-benar membuat saya penasaran."
Tapi, ternyata masih ada sesuatu yang lebih
menjijikkan yang ingin diperlihatkan Mr. Baynes
kepada kami. Dari bawah bak cuci tangan, dia
menarik ember seng yang berlumuran darah. Lalu
diambilnya sebuah mangkuk besar berisi tulang


Sherlock Holmes - Salam Terakhir Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang terpotong-potong. "Ada yang dibunuh dan ada yang dibakar.
Kami mendapatkan ini semua dari perapian. Kami
memanggil seorang dokter tadi pagi. Dia
mengatakan yang dibunuh dan dibakar ini bukan
manusia." Holmes tersenyum dan menggosok-gosokkan kedua tangannya.
"Saya perlu mengucapkan selamat kepada
Anda, Inspektur, atas cara Anda menangani kasus yang luar biasa dan mengerikan ini. Kemampuan
Anda maaf, saya tak bermaksud negatif sebenarnya melebihi kesempatan-kesempatan yang
diberikan kepada Anda."
Mata Inspektur Baynes yang sipit berbinar-binar karena pujian itu.
"Anda benar, Mr. Holmes. Kami tersudut sampai ke batas provinsi saja. Kasus seperti ini
sebenarnya membuka peluang bagi pengembangan karier seseorang. Saya sungguh berharap akan bisa
menangani kasus ini. Apa pendapat Anda tentang tulang-tulang ini""
"Tulang kambing, menurut saya, atau anak kambing."
"Lalu tentang ayam jago putih tadi""
"Penasaran, Mr. Baynes, saya sungguh penasaran. Unik sekali."
"Ya, Sir, penghuni rumah ini pastilah orang-orang yang aneh dengan gaya hidup yang aneh
pula. Salah satu dari mereka ditemukan tewas. Apakah penghuni lain yang membunuhnya" Kalau benar
19 demikian, kita harus menangkapnya. Semua pelabuhan sudah diawasi. Tapi, saya sendiri mempunyai
pandangan yang lain. Ya, Sir, saya mempunyai pandangan yang sangat berbeda."
"Maksudnya, Anda punya teori""
"Ya, dan saya berniat menjalankan teori saya sendiri, Mr. Holmes. Ini sangat berkaitan dengan
prestasi saya. Nama Anda sudah dikenal orang, tapi nama saya masih harus diorbitkan. Nanti kalau
saya sudah berhasil menangani kasus ini tanpa pertolongan Anda, saya akan melapor kepada Anda."
Holmes tertawa lucu. "Well, well, Inspektur," katanya. "Silakan mengikuti jalan Anda, dan saya akan mengikuti jalan
saya. Dengan senang hati saya selalu terbuka untuk menceritakan hasil-hasil penyelidikan saya. Saya
rasa sudah cukup banyak saya melihat-lihat di rumah ini. Sampai jumpa lagi dan semoga sukses!"
Dari gerakan-gerakan yang dilakukan Holmes secara sangat tak kentara, aku yakin dia sedang
mengendus sesuatu. Walaupun dia tampaknya tenang-tenang saja, aku tahu dia menyembunyikan
antusiasme dan ketegangannya. Itu terlihat di matanya yang menjadi semakin cerah dan gayanya yang
lebih cekatan. Sebagaimana biasanya, dia tak mengatakan apa-apa. Dan sebagaimana biasanya pula,
aku tak bertanya apa-apa. Cukuplah bila aku bisa ikut dalam perjalanannya, sambil sesekali
melaksanakan pertolongan medis sewaktu diperlukan. Tak perlu aku memotong otaknya yang sedang
bekerja keras. Kalau sudah saatnya, toh dia akan mengisahkan semuanya kepadaku.
Maka aku pun menunggu tapi aku kecewa juga karena penantianku ternyata sia-sia. Hari
berganti hari, dan sahabatku tak men
unjukkan kemajuan apa-apa. Suatu pagi, dia pergi ke kota, dan aku
sempat mendapatkan informasi bahwa dia pergi ke British Museum. Cuma sekali ini saja dia
melakukan perjalanan. Selebihnya, dia hanya jalan-jalan sendirian, ngobrol sana-sini dengan orang-orang desa yang sudah menjalin hubungan akrab dengannya.
"Aku yakin, Watson, libur seminggu di pedesa-an baik untuk kita," komentarnya.
"Menyenangkan sekali menikmati kembali pagar-pagar rumah yang menghijau dan rangkaian bunga
liar di pepohonan hazel yang tinggi. Kita bawa alat dongkel tanaman, kotak timah, dan buku tentang
botani, maka hari-hari kita betul-betul bermanfaat." Dia sibuk menyiapkan peralatannya dan berkelana
sebagai "ahli botani", tapi hasilnya hanyalah tanaman-tanaman jelek yang dibawanya pulang.
Selama berpetualang di Esher, kadang-kadang kami bertemu dengan Inspektur Baynes. Wajah
20 gemuknya yang kemerahan tersenyum dan matanya bersinar-sinar ketika dia menyapa sahabatku.
Dia tak banyak menyinggung soal kasus yang sedang ditanganinya tapi kami tahu dia cukup
puas dengan kemajuan yang didapatkannya. Namun kuakui, aku agak terkejut ketika membaca berita
yang dicetak dengan huruf-huruf besar di koran pagi, lima hari setelah pembunuhan itu:
MISTERI OXSHOTT BERHASIL TERUNGKAP TERSANGKA PEMBUNUH SUDAH
DITANGKAP Holmes terlonjak dari duduknya bagaikan disengat lebah ketika aku membacakan judul berita
itu. "Ya Tuhan!" teriaknya. "Tentunya bukan Baynes yang telah berhasil menangkapnya, kan""
"Begitulah tampaknya," kataku, lalu aku membaca laporan berikut:
Penduduk Esher dan sekitarnya merasa gembira setelah semalam dilakukan
penangkapan sehubungan dengan pembunuhan yang terjadi di Oxshott. Kita ingat
bahwa Mr. Garcia, penghuni Wisteria Lodge, ditemukan dalam keadaan tewas di
daerah Oxshott Common, dengan tubuh hancur akibat tindak kekerasan, dan pada
malam itu juga, pelayan dan tukang masaknya melarikan diri, yang justru
menunjukkan bahwa mereka mempunyai hubungan dengan pembunuhan ini.
Diperkirakan, tapi belum terbukti, bahwa korban mungkin menyimpan barang-barang berharga di rumahnya, dan upaya perampokan terhadap barang-barang
itulah yang menjadi motif pembunuhan itu. Inspektur Baynes yang menangani
kasus ini telah bekerja sekuat tenaga dalam upaya melacak tempat
persembunyian para pelarian itu, dan dia punya alasan kuat untuk mengatakan
bahwa mereka masih berada dekat-dekat situ. Mereka bersembunyi di suatu
tempat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sejak awal sudah jelas bahwa
mereka akan terlacak, karena tukang masak itu, menurut beberapa pedagang yang
sempat mengintipnya dari jendela, adalah seseorang yang berpenampilan luar
biasa badannya besar sekali dan keturunan negro berkulit putih. Ada orang
yang sudah melihatnya sejak pembunuhan itu terjadi, karena Opsir Polisi
Walters sempat melihat dan mengejarnya pada malam itu juga, ketika dia nekat
mengunjungi Wisteria Lodge kembali. Inspektur Baynes menganggap kunjungannya
itu ada maksudnya, dan pasti akan diulanginya lagi. Maka rumah itu sengaja
dikosongkan, sementara para petugas mengintai dari semak belukar di halaman.
Dan benarlah, orang itu masuk perangkap, dan berhasil ditangkap tadi malam
21 melalui perlawanan sengit yang mengakibatkan polisi Downing terluka parah.
Kami tahu, kalau tawanan itu dihadapkan ke pengadilan lokal, pihak kepolisian
akan mengambil alih masalah itu, dan diharapkan perkembangan-perkembangan
baru akan segera didapatkan setelah penangkapan ini.
"Kita harus menemui Baynes saat ini juga," teriak
Holmes sambil menyambar topinya. "Kita akan
menciduknya sebelum dia bertindak macam-macam."
Kami bergegas menyusuri jalanan pedesaan, dan
sebagaimana yang kami harapkan, kami menjumpai
inspektur itu tepat pada saat dia akan meninggalkan
penginapannya. "Anda sudah membaca koran, Mr. Holmes""
tanyanya sambil mengacungkan koran kepada kami.
"Sudah, Baynes, saya sudah membacanya. Harap
jangan berpikir saya lancang kalau memperingatkan
Anda." "Memperingatkan, Mr. Holmes""
"Saya telah memikirkan kasus ini dengan sangat saksama, dan saya yakin Anda berada di jalur
yang salah. Saya tak ingin And
a semakin hanyut dalam jalur yang salah ini, kecuali jika Anda yakin
benar akan apa yang sedang Anda lakukan."
"Anda sangat baik hati, Mr. Holmes."
"Yakinlah, saya mengatakan ini demi kebaikan Anda."
Tampak olehku salah satu mata Mr. Baynes yang sipit mengejap sepintas.
"Kita sudah setuju bahwa kita akan bekerja menurut jalan masing-masing, Mr. Holmes. Itulah
yang sekarang saya lakukan."
"Oh, baiklah," kata Holmes. "Jangan salahkan saya."
"Tidak, Sir; saya yakin maksud Anda baik. Tapi masing-masing orang kan punya cara sendiri- 22
sendiri. Anda punya cara sendiri, dan saya pun mungkin punya cara sendiri."
"Sebaiknya tak usah menyinggung-nyinggung soal itu lebih lanjut."
"Silakan dengarkan tambahan informasi dari saya. Orang ini benar-benar buas, sekuat kuda
penarik kereta, dan sejahat setan. Dia menggigit ibu jari Downing sampai hampir putus. Untung
mereka berhasil menjinakkannya. Dia nyaris tak bisa berbahasa Inggris sepatah kata pun, dan kami tak
mendapatkan informasi apa-apa darinya kecuali suara dengkurannya."
"Dan menurut Anda, ada bukti yang menyatakan dialah yang membunuh mantan tuannya""
"Saya tak mengatakan demikian, Mr. Holmes; saya tak mengatakan demikian. Kita masing-masing punya cara kerja sendiri. Silakan Anda mengupayakan cara Anda, dan saya dengan cara saya.
Begitu, kan, perjanjiannya""
Holmes mengangkat bahu sambil berjalan meninggalkan inspektur itu. Aku mengikutinya.
"Aku tak berhasil menyadarkan orang itu. Dia tampaknya sedang menuju kejatuhannya. Well,
sebagaimana yang dikatakannya, kita masing-masing harus mengupayakan cara kita sendiri dan nanti
kita lihat bagaimana hasilnya. Tapi ada sesuatu dalam diri Inspektur Baynes yang tak kumengerti."
"Duduklah, Watson," katanya ketika kami sudah tiba di penginapan kami di Bull. "Aku ingin
kau tahu situasi kasus ini, karena aku mungkin membutuhkan bantuanmu nanti malam. Mari kujelaskan
perkembangannya, sebatas yang aku mampu mengikutinya. Walaupun fakta-fakta utamanya tampaknya
sederhana, kasus ini mengandung hal-hal rumit yang tak terduga semula sehubungan dengan
ditangkapnya seseorang. Ada beberapa bagian yang belum kita ketahui yang perlu segera kita tangani.
"Kita kembali ke surat yang diterima Garcia pada malam naasnya. Kita kesampingkan teori
Baynes bahwa pelayan-pelayan Garcia-lah yang terlibat dalam pembunuhan ini. Ingat, korban
sendirilah yang telah mengatur supaya Scott Eccles berada di rumah itu, dan ini dilakukannya untuk
mendapatkan alibi. Garcia-lah yang malam itu punya tugas, tugas yang berbau kriminal, dan dalam
rangka menjalankan tugasnya itulah dia menemui ajalnya. Kukatakan berbau kriminal karena hanya
perbuatan kriminal yang memerlukan alibi. Lalu, siapa kira-kira yang membunuhnya" Pasti orang yang
menjadi objek rencana jahatnya. Sampai sejauh ini, kurasa penjelasan kita masuk akal, ya.
"Sekarang kita bisa mengerti mengapa kedua pelayannya menghilang. Mereka kaki tangan
23 Garcia dalam melaksanakan rencana jahatnya. Menyadari tugas itu berbahaya, mereka telah membuat
kesepakatan. Jika Garcia ternyata belum pulang pada jam tertentu, itu mungkin berarti dia sendirilah
yang telah terbunuh. Maka, kedua kaki tangannya harus bersembunyi untuk menghindari pelacakan dan
beberapa waktu kemudian, merekalah yang akan melanjutkan tugas kriminal itu. Dengan demikian
semua fakta yang kita ketahui bisa dijelaskan, betul tidak""
Keruwetan yang membingungkan diriku mulai tampak lurus di hadapanku. Aku bertanya-tanya
kepada diriku sendiri, sebagaimana biasanya, bagaimana mungkin aku tak tahu akan semua ini
sebelumnya. "Tapi, mengapa salah satu kaki tangan itu kembali ke rumah itu""
"Bisa kita bayangkan ketika mereka terburu-buru melarikan diri, ada sesuatu yang sangat
berharga sesuatu yang harus dimilikinya yang ternyata ketinggalan. Masuk akal, kan, kalau dia
nekat berupaya mengambilnya."
"Well, apa langkah berikutnya""
"Langkah berikutnya masih ada sangkut pautnya dengan surat yang diterima Garcia. Sang
pengirim pastilah komplotannya di tempat lain. Nah, di mana gerangan tempat itu" Aku sudah
menunjukkan kepadamu tempatnya adalah rumah besar, dan han
ya ada sedikit rumah besar di sekitar
sini. Sejak berada di desa ini, aku sering jalan-jalan. Di samping menjalankan riset botaniku, aku
mengamati semua rumah besar yang ada, serta mencari informasi tentang penghuni-penghuninya. Ada
satu yang menarik perhatianku, yaitu gedung kuno High Gable. Letaknya sekitar satu mil dari Oxshott,
dan tak ada satu mil dari lokasi pembunuhan. Pemilik gedung-gedung besar lainnya semuanya orang
baik-baik dan terhormat yang tak tertembus petualangan asmara. Tapi Mr. Henderson yang tinggal di
High Gable orang yang meragukan, sehingga mungkin saja dia melakukan hal-hal yang meragukan.
Maka aku pun memusatkan perhatianku kepadanya dan penghuni lain rumahnya.
"Penghuninya aneh-aneh, Watson dan pria itu sendiri malah yang paling aneh. Aku berhasil
menemuinya dengan berpura-pura sebagaimana biasa kulakukan, tapi matanya yang gelap, cekung, dan
galak tampaknya mengendus maksudku yang sebenarnya. Dia berumur kira-kira lima puluh tahun,
kekar, aktif, rambutnya berwarna abu-abu pekat, alisnya hitam tebal, langkahnya cekatan, dan
penampilannya bak seorang kaisar. Dia pastilah orang asing atau pernah tinggal lama di negara tropis,
24 karena kulitnya kekuningan dan kering, liat seperti tali cemeti. Kolega sekaligus sekretarisnya, Mr.
Lucas, jelas-jelas orang asing. Dia cerdik, sopan, dan selalu waspada, kata-katanya yang lembut sangat
menghunjam perasaan. Kaulihat, Watson, kita sudah mendapatkan dua kelompok orang asing satu
kelompok yang tinggal di Wisteria Lodge dan satu lagi yang di High Gable jadi bagian yang kita cari
akan segera kita temukan.
"Kedua pria yang bersahabat erat ini penghuni inti rumah itu, tapi ada seorang lagi yang lebih
penting artinya bagi kita. Henderson punya dua anak gadis masing-masing berusia sebelas dan tiga
belas tahun. Pengasuh mereka Miss Burnet, wanita Inggris berusia empat puluhan. Lalu ada lagi
seorang pelayan pria kepercayaan Henderson. Demikianlah penghuni lengkap rumah itu. Mereka selalu
bepergian bersama-sama, dan Henderson sering sekali bepergian. Baru beberapa minggu yang lalu
Henderson kembali ke High Gable setelah bepergian selama setahun. Perlu kutambahkan bahwa dia itu
kaya sekali, dan apa pun yang ingin dia lakukan, dengan gampang akan dilaksanakannya. Pelayan-pelayannya yang lain hanyalah embel-embel, yang kerjanya lebih banyak makan dan tidur saja.
"Begitulah yang kuketahui dari omongan orang-orang di sekitar sini, juga dari pengamatanku
sendiri. Kalau butuh informasi tentang keluarga, kita akan banyak mendapatkannya dari bekas pelayan
yang terpukul karena telah dikeluarkan dari rumah itu. Dan aku. beruntung telah bertemu dengan orang
seperti itu. Kukatakan beruntung karena waktu itu kebetulan aku memang ingin mencari tahu tentang
keluarga itu. Sebagaimana dikatakan Baynes, kita masing-masing mempunyai cara kerja yang berbeda.
Dan melalui cara kerjaku ini, aku berhasil bertemu dengan John Warner, mantan tukang kebun High
Gable. Dia punya hubungan dekat dengan pelayan-pelayan lain yang sama-sama takut dan tak
menyukai tuan mereka. Begitulah akhirnya aku berhasil mendapatkan rahasia-rahasia rumah tangga itu.
"Mereka semua betul-betul aneh, Watson! Aku belum berhasil mengerti mereka, pokoknya
mereka sangat aneh. Rumah itu bersayap dua, dan para pelayan tinggal di salah satu sayap, sementara
keluarga tuan rumah tinggal di sayap satunya. Keluarga tuan rumah tak pernah berhubungan dengan
para pelayan, kecuali dengan pelayan khusus yang melayani kebutuhan makan keluarga itu. Semua
keperluan diantarkan sampai ke pintu tertentu yang merupakan satu-satunya penghubung. Pengasuh
anak dan anak-anak yang diasuhnya hampir tak pernah keluar rumah sama sekali, kecuali ke taman.
Henderson tak pernah terlihat sendirian. Sekretarisnya yang berkulit hitam itu selalu berada di
dekatnya, bagaikan bayangan yang mengikutinya ke mana saja dia pergi. Menurut omongan para
25 pelayan, tuannya itu ketakutan. 'Dia telah menjual jiwanya kepada iblis sebagai ganti kekayaan,' kata
Warner, 'dan dia selalu berjaga-jaga kalau kalau pemberi kekayaannya itu mendatanginya untuk
mengambil nya wanya.' Tak ada yang tahu dari mana asalnya keluarga ini, dan siapa sebenarnya mereka
itu. Mereka sangat kejam. Dua kali Henderson pernah mencambuk orang dengan cambuk anjingnya,
dan berhubung mampu membayar uang kompensasi bebaslah dia dari hukuman.
"Sekarang, Watson, mari kita pelajari situasi yang kita dapatkan dari informasi baru ini. Kita
anggap saja surat itu berasal dari salah satu penghuni yang aneh-aneh itu, dan isinya pesan agar Garcia
segera datang untuk menjalankan misi yang telah direncanakan. Siapa yang menulis surat itu" Siapa
lagi kalau bukan Miss Burnet, sang pengasuh anak. Seluruh pertimbangan kita tampaknya mengarah ke
sana. Bagaimanapun nantinya, kita bisa menjadikan pertimbangan itu sebuah hipotesis, dan coba kita
lihat apa yang terjadi. Perlu kutambahkan, melihat figur dan usia Miss Burnet, aku jadi yakin ide
pertamaku tentang kemungkinan petualangan cinta dalam kasus kita ini tampaknya salah sama sekali.
"Seandainya benar dialah penulis surat itu, dia mungkin teman atau kaki tangan Garcia. Lalu,
apa yang dia lakukan kalau mendengar tentang tewasnya Garcia" Kalau benar tewasnya Garcia secara
keji itu dalam rangka menjalankan perintahnya, Miss Burnet pasti akan tutup mulut. Namun, dalam
hatinya pasti ada rasa terpukul dan benci terhadap orang-orang yang telah membunuh Henderson, dan
dia akan berupaya semampunya untuk membalas dendam. Bisakah kita menemukannya dan mencoba
memanfaatkannya" Begitulah pikiranku yang pertama. Tapi sekarang kita mendapatkan kenyataan
pahit bahwa Miss Burnet telah lenyap sejak malam terjadinya pembunuhan. Ya, dia telah lenyap begitu
saja sejak malam itu. Masih hidupkah dia" Apakah mungkin dia juga telah tewas pada malam yang
sama" Atau dia diculik" Itulah yang perlu kita ketahui sekarang.
"Kau perlu menyadari sulitnya situasi ini, Watson. Kita tak punya alasan untuk meminta surat
penggeledahan. Rencana kita mungkin akan dianggap tak masuk akal kalau digelar di muka hakim.
Lenyapnya wanita itu tak punya arti apa-apa, karena siapa pun di rumah itu bisa saja secara tiba-tiba
menghilang selama seminggu. Namun aku yakin wanita itu kini dalam bahaya. Yang dapat kulakukan
hanyalah mengamati rumah itu, dan meminta agenku, Warner, untuk berjaga di pintu gerbang. Tapi kita
tak bisa membiarkan situasi ini. Kalau hukum tak mampu berbuat apa-apa, kita harus berani
mengambil risiko." "Apa rencanamu""
26 "Aku tahu kamar wanita itu. Kita bisa masuk dari atap rumah tetangga. Rencanaku kau dan aku
masuk ke sana malam ini dengan harapan akan mendapatkan jawaban bagi misteri ini."
Kuakui aku tak begitu senang dengan idenya. Rumah kuno yang berbau pembunuhan, dengan
penghuninya yang aneh, lalu kemungkinan-kemungkinan bahaya yang bisa saja menghadang kami, dan
rencana kami yang jelas melanggar hukum semua ini benar-benar membuat hatiku ciut.
Tapi ada sesuatu pada pertimbangan Holmes yang nekat ini yang membuatku tak mungkin
undur dari petualangan yang direncanakannya. Setiap orang tahu, hanya dengan cara seperti inilah, ya,
hanya dengan cara seperti inilah, biasanya didapatkan jawaban atas suatu kasus. Tanpa berkata sepatah
pun, kujabat tangannya, dan keputusan kami tak dapat ditarik kembali.
Namun ternyata penyelidikan kami itu tidak berakhir sebagai petualangan besar. Sekitar pukul
lima sore, seorang lelaki desa berlari dengan tergesa-gesa menuju ke kamar kami.
"Mereka semua telah pergi, Mr. Holmes. Mereka berangkat dengan kereta api terakhir. Wanita
itu memisahkan diri dari rombongan, dan saya berhasil menangkapnya. Kini dia ada di kereta di bawah
sana." "Bagus sekali, Warner!" teriak Holmes sambil berdiri. "Watson, celahnya hampir tertutup
dengan sangat cepat."
Kami menemukan seorang wanita di dalam kereta. Dia hampir pingsan karena kecapekan.
Wajahnya yang cekung dan tirus memancarkan bekas-bekas peristiwa mengerikan yang baru saja
dialaminya. Kepalanya terkulai ke depan, tapi ketika kepala itu terangkat dan matanya yang suram
menatap ke arah kami, aku melihat bintik-bintik hitam di tengah bola matanya yang berwarna abu-abu.
Dia terbius opium. "Saya berjaga di pintu gerbang rumah itu seba
gaimana Anda perintahkan, Mr. Holmes," kata


Sherlock Holmes - Salam Terakhir Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mantan tukang kebun itu. "Ketika ada kereta berpacu ke luar, saya mengikutinya sampai ke stasiun.
Wanita ini bagaikan berjalan dalam tidur, namun ketika mereka mencoba menaikkannya ke kereta api,
dia meronta-ronta. Mereka lalu mendorongnya agar masuk ke kereta lagi. Tapi dia kabur. Saya ganti
mengejarnya, membimbingnya naik ke kereta sewaan, dan membawanya kemari. Saya tak akan
melupakan wajah yang saya lihat di jendela kereta ketika saya menarik wanita ini. Mungkin saya sudah
mati, seandainya saja dia bisa menangkap saya si iblis kuning bermata gelap yang menyeringai itu."
27 Kami membawa wanita itu ke lantai atas dan
membaringkannya di sofa. Setelah meminum
beberapa cangkir kopi kental, dia mulai tersadar dari
pengaruh obat bius. Holmes telah memanggil Baynes
dan menjelaskan apa yang terjadi.
"Wah, Sir, Anda telah mendapatkan saksi yang
sangat saya inginkan," kata inspektur itu dengan
hangat sambil menjabat tangan sahabatku. "Saya
memang berada pada jalur yang sama dengan Anda
sejak awal." "Apa" Anda juga mengejar Henderson""
"Lho! Mr. Holmes, ketika Anda merangkak di
semak-semak High Gable, waktu itu saya ada di atas
pohon dan saya dapat melihat Anda. Masalahnya
hanyalah siapa di antara kita yang lebih dulu berhasil menangkap saksi itu."
"Lalu untuk apa Anda menangkap si blasteran negro""
Baynes tergelak. "Saya yakin si Henderson merasa dicurigai, dan dia akan tinggal diam selama merasa dalam
bahaya. Saya menangkap orang lain agar dia yakin kita tak lagi mengawasinya. Saya tahu dia akan
keluar dari persembunyiannya tak lama kemudian, dan dengan demikian kita bisa menemukan Miss
Burnet." Holmes merangkulkan lengannya ke pundak inspektur itu
"Karier Anda akan melonjak tinggi. Insting dan intuisi Anda bagus sekali," pujinya.
Wajah Baynes memerah. "Saya menempatkan seorang polisi berpakaian preman di stasiun sepanjang minggu ini. Kalau
ada penghuni High Gable yang bepergian, dia akan mengikutinya. Tapi dia pasti mengalami kesulitan
ketika Miss Burnet memisahkan diri dari rombongan. Untunglah orang Anda berhasil mengamankan
28 wanita ini dan semuanya berakhir dengan baik. Kita tak bisa melakukan penangkapan tanpa saksi mata,
itu jelas, jadi mari kita secepatnya mendengarkan pengakuannya."
"Secepataya setelah dia mampu berbicara," kata Holmes sambil menoleh ke arah wanita
pengasuh itu. "Tapi, coba jelaskan, Baynes, siapa sebenarnya Henderson""
"Henderson," jawab Inspektur, "sebenarnya bernama Don Murillo, yang dulu pemah dijuluki
Harimau San Pedro." Harimau San Pedro! Aku berusaha mengingat-ingat kisah orang itu. Dia terkenal sebagai
penguasa yang paling keji dan haus darah yang pernah memerintah suatu negara di bumi ini. Dia
melakukan semua kekejiannya itu dengan kedok memajukan peradaban bangsanya. Sang pemimpin ini
kuat sekali kedudukannya, tak kenal rasa takut, dan sangat bersemangat. Dengan gampang dia
menjebloskan orang-orang yang memusuhinya ke dalam penjara selama sepuluh atau dua belas tahun.
Namanya ditakuti semua orang di Amerika Tengah. Akhirnya, ada kelompok-kelompok yang
bergabung untuk menyerangnya. Tapi, di samping keji, dia sangat licik. Dia berhasil mendapatkan
informasi mengenai rencana penyerangan terhadap dirinya dan langsung mengangkut harta bendanya
dengan kapal dikawal orang-orang yang setia ke padanya. Keesokan harinya, ketika penyerangan
dilakukan, mereka menemukan istananya dalam keadaan kosong. Sang diktator bersama kedua
anaknya, sekretarisnya, dan kekayaannya telah melarikan diri. Sejak saat itu, dia menghilang bagaikan
ditelan bumi, dan namanya menjadi bahan pergunjingan di surat-surat kabar di seluruh Eropa.
"Ya, Sir, dialah si Don Murillo, Harimau San Pedro," kata Baynes. "Kalau Anda mempelajari
kisahnya, akan Anda temukan warna identitas San Pedro adalah hijau dan putih, sama seperti yang
disebutkan di surat itu, Mr. Holmes. Dia mengganti namanya menjadi Henderson, tapi saya berhasil
mencium jejaknya, yaitu antara Paris, Roma, Madrid, dan Barcelona. Di tempat-tempat itulah kapalnya
singgah pada tahun 1886. Orang-orang yang menyerbu ke istanany
a terus berusaha mencarinya untuk
membalas dendam, tapi baru sekarang mereka berhasil mencium jejaknya."
"Mereka telah mencium jejaknya setahun yang lalu," kata Miss Burnet yang kini telah duduk
dan mengikuti pembicaraan kami. "Sebelum ini, nyawanya sudah pernah terancam, tapi kuasa setan
masih melindunginya. Sekarang, justru Garcia bangsawan yang gagah berani menjadi korban,
sedangkan sang monster selamat. Tapi lain kali, atau lain kali lagi, keadilan pasti akan terwujud."
29 Tangannya yang kurus dikepalkannya, dan wajahnya yang keriput dipenuhi dendam membara.
"Tapi, bagaimana gerangan Anda terlibat dalam kasus ini, Miss Burnet"" tanya Holmes.
"Bagaimana gerangan seorang wanita Inggris bisa terlibat dalam kasus pembunuhan seperti ini""
"Saya terlibat karena inilah satu-satunya cara bagi saya untuk mendapatkan keadilan. Peduli apa
hukum Inggris terhadap darah yang dicurahkan beberapa tahun yang lalu di San Pedro" Atau harta
benda sekapal penuh yang dirampok diktator itu dari rakyat San Pedro" Bukankah bagi kalian, masalah
itu bagaikan kejahatan yang telah dilakukan di suatu planet asing di luar angkasa" Tapi kami lain,
karena kami merasakan dan melihat dengan mata kepala kami sendiri. Kami telah mengalami banyak
kepedihan dan penderitaan. Bagi kami, bahkan isi neraka lebih baik dibandingkan dengan Juan Murillo,
dan kami tak akan tenang sepanjang hidup kami karena korban-korban kekejiannya tak henti-hentinya
meneriakkan jeritan pembalasan terhadap dirinya."
"Jelas sekali," kata Holmes, "berdasarkan apa yang Anda katakan, dia pantas menerima
ganjaran. Saya juga mendengar bahwa dia kurang ajar sekali. Tapi, bagaimana sampai Anda terlibat""
"Saya akan mengisahkan semuanya. Bajingan ini dengan begitu mudahnya membunuh
seseorang hanya karena alasan yang dicari-cari, khususnya orang yang menurutnya akan bisa
menyaingi kekuasaannya. Suami saya nama saya sebenarnya Signora Victor Durando dulunya duta
besar San Pedro yang ditugaskan di London. Kami bertemu, lalu menikah. Suami saya orang yang
berhati mulia dan sungguh luar biasa. Celakanya, Murillo mendengar tentang kehebatan karier suami
saya. Victor dipanggil lalu ditembak mati. Tampaknya dia sudah punya firasat jelek sebelum berangkat
menemui Murillo, sehingga dia tak mengizinkan saya ikut. Tempat tinggal kami tentu saja disita
diktator itu, dan tinggallah saya seorang diri tanpa harta secuil pun dan dengan hati yang sangat hancur.
"Lalu diktator itu tumbang. Dia melarikan diri sebagaimana Anda kisahkan tadi. Tapi banyak
orang yang telah hancur hidupnya atau yang anggota keluarganya telah mengalami penderitaan dan
penganiayaan bahkan tak terhitung yang mati akibat ulah sang diktator ini, tak bisa tinggal diam.
Mereka bergabung dalam perkumpulan yang bertujuan melaksanakan suatu misi sampai benar-benar
berhasil. Saya mendapat giliran berperan dengan menyusup ke tempat tinggal Henderson yang sangat
rahasia itu, pura-pura mencari pekerjaan, sambil terus memberikan informasi tentang tindak-tanduknya
kepada teman-teman saya. Ini bisa saya jalankan karena saya diterima bekerja sebagai pengasuh
30 anaknya. Dia tak sadar bahwa wanita yang melayani makannya adalah istri pria yang telah dengan
begitu cepat diantarnya ke alam baka. Saya memasang muka ramah terhadapnya, melakukan tugas saya
dengan baik, sambil menunggu saat yang tepat untuk bertindak. Suatu upaya pembunuhan terhadapnya
pernah dilakukan di Paris, tapi gagal. Agar pemburunya kehilangan jejak, Murillo bersama
rombongannya, termasuk saya, kabur kesana-kemari di seantero Eropa. Akhirnya, kami kembali ke
High Gable. Rumah itu disewanya ketika dia pertama kali tiba di Inggris.
"Tapi di sini pun utusan-utusan keadilan tetap mengintai. Ketika tahu Murillo akan kembali ke
sini, Garcia putra mantan pejabat tinggi di San Pedro sudah menunggu bersama dua orang
kepercayaannya. Ketiganya mempunyai niat yang sama menuntut balas. Garcia tak dapat berbuat
apa-apa pada siang hari, karena Murillo sangat berhati-hati dan tak pemah keluar rumah kecuali
bersama Lucas atau Lopez, orang-orang kepercayaannya. Tapi kalau malam, dia tidur sendi
rian dan ini bisa menjadi peluang bagi Garcia. Itulah sebabnya pada suatu malam yang telah saya atur, saya
mengirim petunjuk terakhir kepada teman saya, berhubung sang diktator senantiasa waspada dan
tidurnya pun selalu berpindah kamar. Saya bertugas membuka kunci pintu dan memberikan sinyal dari
jendela melalui lampu hijau yartg berarti semuanya
beres, atau lampu putih jika rencana sebaiknya
ditunda dulu. "Tapi rencana itu jadi kacau-balau.
Mungkin saja perilaku saya telah menimbulkan
kecurigaan si Lopez, sekretarisnya. Tanpa
sepengetahuan saya, dia membuntuti saya ketika
saya menyelinap ke lantai atas. Dia menyergap
saya ketika saya baru saja selesai menulis surat itu.
Bersama tuannya, mereka menarik saya masuk ke
kamar tidur saya, lalu menghakimi saya
sebagaimana layaknya pengkhianat yang
tertangkap basah. Saat di dalam kamar saya itulah
mereka sebenarnya berniat menusuk saya dengan
pisau, tapi lalu terbersit pikiran akan konsekuensi
31 tindakan mereka. Akhirnya, setelah berdebat lama, mereka sepakat bahwa terlalu bahaya membunuh
saya. Tapi mereka ingin menyingkirkan Garcia. Mereka menyumbat mulut saya, dan Murillo
memelintir kedua tangan saya dalam upayanya memaksa saya menunjukkan alamat Garcia. Kalau saja
waktu itu saya tahu mereka bermaksud menghabisi Garcia, biarpun tangan saya dipelintir sampai putus,
takkan saya berikan alamatnya. Lopez lalu menuliskan alamat itu pada surat yang telah saya tulis,
merekatnya, dan menyuruh pelayan bernama Jose mengantarkannya. Saya tak tahu bagaimana Garcia
terbunuh, yang jelas Murillo pelakunya, karena Lopez ditugaskan menjaga saya. Menurut saya, Murillo
bersembunyi di semak-semak di pinggir belokan jalan yang akan dilalui Garcia, lalu ketika Garcia
lewat, dia menghantamnya sampai mati. Mulanya mereka berniat membiarkan Garcia masuk ke rumah
dulu, lalu membunuhnya dengan alasan telah tertangkap basah merampok rumah. Tapi bila demikian
halnya, rumah mereka nanti akan diselidiki, dan identitas mereka akan terbuka, lalu penyelidikan lebih
lanjut pasti dilakukan. Dengan kematian Garcia, para pemburu Murillo akan menghilang, karena
mereka pasti ketakutan. "Harusnya saya yang menjadi ganjalan bagi mereka, sebab saya mengetahui semua itu. Karena
itulah hidup saya berada di ujung tanduk. Saya disandera di dalam kamar saya, ditakut-takuti dengan
berbagai ancaman mengerikan yang sengaja dimaksudkan untuk mematahkan mental saya. Saya juga
disiksa secara fisik coba lihat memar di punggung saya dan parut-parut di sekujur lengan saya. Mulut
saya disumbat ketika saya berusaha menjerit dari jendela. Saya dipenjara selama lima hari dan hanya
diberi sedikit makanan. Tadi siang, saya dikirimi makan siang yang lumayan, namun begitu selesai
menyantapnya, saya langsung menyadari makanan itu mengandung obat bius. Dalam keadaan setengah
sadar, saya masih ingat ada yang membimbing dan menopang tubuh saya untuk masuk ke kereta; dan
masih dalam keadaan seperti itulah, saya naik ke kereta api. Tapi, ketika roda kereta mulai bergerak,
saya tiba-tiba sadar harus membebaskan diri. Saya melompat, dan mereka sempat menghalang-halangi
saya. Entah bagaimana nasib saya seandainya tak ditolong pria yang baik hati ini. Saya sungguh
bersyukur telah terlepas dari cengkeraman mereka."
Kami semua terpaku mendengar kisahnya yang luar biasa. Holmes lalu memecah kesunyian.
"Masalah kita belum selesai," komentarnya sambil menggeleng. "Tugas kepolisian sudah
selesai, tapi tugas hukum justru baru saja mulai."
"Tepat sekali," kataku. "Seorang pengacara yang andal bisa saja berargumentasi bahwa Murillo
32 melakukan pembunuhan itu sebagai upaya mempertahankan diri. Murillo mungkin melakukan ratusan
tindak kriminal, tapi hanya kasus ini yang dapat diadili."
"Ayolah, ayolah," ka'ta Baynes dengan gembira, "saya yakin hukum lebih bijaksana dari itu.
Mempertahankan diri bisa saja dipakai sebagai alasan, tapi memancing orang dengan niat
membunuhnya kan soal lain. Tak perlu khawatir. Kita akan melihat keadilan ditegakkan pada waktu
para penghuni High Gable dihadapkan ke pengadilan."
Namun sejarah ternyata berbicara lain. Harimau Sa
n Pedro tak langsung menerima ganjaran.
Karena kelihaian dan kenekatannya, dia dan rekannya berhasil menghilangkan jejak dengan
menyelinap ke sebuah rumah penginapan di Edmonton Street, lalu melarikan diri lewat jalan belakang
menuju Curzon Square. Sejak itu, mereka tak pernah terlihat lagi di Inggris. Kira-kira enam bulan
kemudian, Marquess Montalva dan Signor Rulli, sekretarisnya, terbunuh di kamar mereka di Hotel
Escurial, Madrid. Kasus pembunuhan mereka dinyatakan tak pernah ada, dan para pembunuhnya tak
pernah tertangkap. Inspekmr Baynes mengunjungi kami di Baker Street dengan membawa salinan
gambar si sekretaris yang berwajah gelap, dan wajah tuannya yang kokoh, bermata hitam magnetis, dan
beralis lebat. Walaupun tertunda, kami yakin keadilan akhirnya ditegakkan.
"Kasus yang kacau-balau, sobatku Watson," kata Holmes sambil mengisap pipanya pada suatu
malam. "Kau tak akan bisa menceritakannya secara utuh sebagaimana biasa kaulakukan. Kejadiannya
melibatkan dua benua, dua kelompok manusia yang misterius, dan tambah runyam dengan adanya
teman kita Scott Eccles yang sangat terhormat ini, yang keterlibatannya menunjukkan bahwa almarhum
Garcia waktu itu punya niat tertentu dan insting penyelamatan diri yang amat baik. Hebatnya, di tengah
banyaknya kemungkinan yang ada, kita dan Inspektur Baynes telah melacak hal-hal penting, yang
membawa kita ke arah yang berkelok-kelok. Apakah masih ada hal yang belum jelas bagimu""
"Untuk apa tukang masak blasteran negro itu kembali ke rumah""
"Menurutku, karena mahkluk aneh di dapur itu. Orang itu berasal dari suku primitif di
pedalaman San Pedro, dan mahkluk itu jimatnya. Ketika dia melarikan diri bersama rekannya ke
tempat persembunyian yang telah dipersiapkan, rekannya membujuknya agar meninggalkan saja
barang itu. Tapi si tukang masak tak dapat berpisah dengan jimatnya, maka kembalilah ia keesokan
harinya. Ketika mengintip lewat jendela, dia melihat Walters yang berjaga di dalam. Dia menunggu
33 sampai tiga hari kemudian, lalu mencoba kembali lagi. Inspektur Baynes yang memang cerdik, sengaja
menganggap remeh kejadian ini di hadapanku padahal dia tahu benar betapa pentingnya itu. Dia lalu
memasang jerat untuk menangkap orang itu. Masih ada hal lain, Watson""
"Ayam yang tercabik-cabik, darah di ember, tulang-tulang yang hancur, pokoknya semua hal
aneh yang ditemui di dapur""
Holmes tersenyum sambil membuka buku catatannya.
"Aku sempat menghabiskan sepagian waktuku di British Museum untuk membaca keterangan
tentang hal itu. Ini, kutipan dari buku Voodooism and the Negrois Religions karangan Eckermann:
Pengikut Voodoo yang sungguh-sungguh tak berani melakukan apa pun, bahkan hal-hal sepele,
tanpa mempersembahkan kurban untuk menyukakan hati dewa-dewa yang disembahnya. Pada
kasus-kasus yang ekstrem, ritual mereka malah sampai mengurbankan manusia, yang lalu
ramai-ramai mereka santap benar-benar kanibal. Biasanya mereka mengurbankan ayam
putih, yang dibantai hidup-hidup, atau bisa juga kambing hitam yang ditusuk tusuk lehernya
lalu badannya dibakar. "Jadi, teman kita yang buas itu ternyata pengikut Voodoo yang fanatik. Fantastis, ya, Watson""
Holmes menambahkan sambil menutup buku catatannya dengan perlahan. "Tapi kalau aku boleh
berkomentar, apa yang fantastis itu kok gampang sekali jadi mengerikan."
Salam Terakhir Sherlock Holmes
MISTERI KOTAK KARDUS Kalau aku sedang memilah-milah kasus yang bisa menunjukkan kehebatan daya pikir
sahabatku, Sherlock Holmes, aku selalu berusaha memilih semaksimal mungkin kisah-kisah yang
tak menimbulkan sensasi namun menonjolkan kemahiran sahabatku. Sayangnya, perkara kriminal tak
selalu bisa terlepas dari sensasi. Dan wartawan yang melaporkan berita semacam aku ini lalu
menghadapi dilema: apakah aku sebaiknya menghilangkan beberapa perincian penting dari kisah yang
akan kulaporkan dengan kemungkinan memberikan gambaran yang salah tentang kasus itu, ataukah
aku harus mengambil kesempatan tanpa perlu memikir-mikir melaporkan semuanya apa adanya.
Setelah kata pembukaan yang singkat ini, aku ingin mengisahkan suatu rangkaian peristiwa yang unik
dan mengerikan. Pada suatu siang di bulan Agustus, cuaca panas sekali. Baker Street bagaikan oven, dan
pantulan sinar matahari pada dinding gedung di seberang sangat menyilaukan mata. Hampir tak bisa
dipercaya bahwa dinding yang sama itulah yang berwama abu-abu kusam kalau tersapu kabut di musim
dingin. Kerai jendela ruangan kami tertutup setengahnya, dan Holmes meringkuk di sofa sambil
berulang kali membaca sepucuk surat yang diterimanya tadi pagi. Aku sendiri tak begitu terganggu
cuaca panas ini, karena tugasku di India dulu telah membuatku lebih tahan panas daripada dingin.
Namun koran pagi yang kubaca tak menarik perhatianku. Parlemen bergolak. Orang-orang banyak
bepergian ke luar kota, dan ingin sekali rasanya aku berada di daerah New Forrest atau Southsea.
Karena simpanan bankku menipis, aku harus menunda liburanku, sedangkan sahabatku ini tak pernah
tertarik berlibur ke pedesaan maupun ke pantai. Dia lebih suka berada di jantung kota yang
berpenduduk lima juta ini, mengendus-endus misteri yang belum terpecahkan. Baginya keindahan alam
tak ada artinya, dan kalau sekali-sekali dia mau turun ke desa, ini hanya untuk memburu pelaku tindak
kriminal. Karena Holmes sedang tak ingin ngobrol denganku, aku menaruh koran yang menjemukan itu,
lalu duduk menjulurkan kaki sambil membiarkan pikiranku melayang-layang tak tentu tujuan. Tiba-tiba
suara sahabatku memotong lamunanku.
"Kau benar, Watson," katanya, "memang sangat tak masuk akal cara melerai pertikaian itu."
2 "Sangat tak masuk akal!" teriakku,
dan dalam sekejap aku menyadari bahwa
dia telah mengutarkan apa yang ada dalam
benakku. Aku tersentak dan menatapnya
dengan terheran-heran. "Apa-apaan ini, Holmes"" teriakku.
"Sungguh tak terbayangkan olehku."
Dia tertawa melihat keherananku
"Kau ingat, kan," katanya, "beberapa
saat yang lalu ketika kubacakan artikel karangan Poe yang menyatakan bahwa seorang pemikir ulung
bisa mengikuti pemikiran temannya walaupun tak diucapkan" Bagimu ini cuma bualan penulis,
padahal aku sudah sering membuktikannya, dan selalu saja kau terheran-heran."
"Oh, tidak!" "Kau mengatakan tidak, sobatku Watson, tapi alismu mengatakan itu benar. Maka, ketika tadi
aku melihatmu menaruh koran dan melamun aku senang karena mendapat kesempatan membaca isi
pikiranmu, dan akhirnya memotong lamunanmu, untuk membuktikan aku sedang mengadakan kontak
dengan pikiranmu."

Sherlock Holmes - Salam Terakhir Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku belum puas. "Pada contoh yang ditulis di buku itu," kataku, "sang pemikir menarik
kesimpulan-kesimpulan berdasarkan tingkah laku orang yang diamatinya. Kalau aku tak salah ingat,
orang itu menabrak setumpuk batu, menatap bintang-bintang di langit, dan lain-lain. Aku cuma duduk
termenung; petunjuk apa yang telah kaudapatkan dariku""
"Kau berlaku tak adil kepada dirimu sendiri. Mimik wajah seseorang adalah gambaran nyata
dari keadaan perasaannya. dan mimik wajahmu itu sungguh luar biasa."
"Maksudmu kau bisa membaca isi pikiranku berdasarkan mimik wajahku""
"Mimik wajahmu, terutama matamu. Mungkin kau sendiri tak ingat dari mana lamunanmu
berawal"" "Tidak." 3 "Nah, aku akan mengingatkanmu. Setelah menaruh koran kau duduk terdiam selama setengah
menit dengan ekspresi wajah hampa. Lalu, matamu tertuju ke foto Jenderal Gordon yang bingkainya
baru itu, dan aku melihat perubahan di wajahmu. Itu tandanya kau mulai melamun. Tapi itu tak
berlangsung lama. Matamu ganti menatap foto Henry Ward Beecher yang belum sempat diberi bingkai,
yang kautaruh di atas tumpukan bukumu. Kemudian kau menatap dinding, dan tentu saja tindakanmu
ini jelas sekali maksudnya. Kau sedang membayangkan betapa bagusnya kalau foto itu segera diberi
bingkai, sehingga bisa dipasang di dinding yang masih kosong sejajar dengan foto Gordon di sebelah
sana." "Kau bisa mengikuti pikiranku dengan sangat mengagumkan!" teriakku.
"Sejauh ini memang semuanya sesuai. Tapi pikiranmu lalu kembali ke Beecher, dan kau
menatapnya begitu rupa bagaikan sedang mempelajari karakternya melalui mimik wajah dalam foto
itu. Lalu tatapanmu menjadi tak begitu tajam lagi, walau kau tetap menatap foto itu. Wajahmu serius.
Kau pasti sedang mengingat kembali penstiw
a-peristiwa yang terjadi sepanjang karier Beecher. Aku
tahu kau pasti membayangkan misi yang diembannya demi rakyat Utara selama Perang Saudara. Aku
ingat kau pernah menyatakan kejengkelanmu karena rakyat kita yang sedang bergolak tak begitu
menghargainya ketika dia berkunjung ke sini. Kau begitu marahnya tentang hal itu, sehingga aku tahu
kalau kau menatap foto Beecher, kau pasti akan mengingat insiden itu. Sejenak kemudian kulihat
matamu berpaling dari foto itu. Aku menduga, pikiranmu beralih ke Perang Saudara. Kau mengatupkan
bibirmu rapat-rapat, matamu berbinar, dan kedua tanganmu terkepal. Aku yakin kau sedang
membayangkan keberanian yang ditunjukkan kedua belah pihak yang sedang bertikai. Lalu, wajahmu
menjadi sedih kembali; kau menggeleng-gelengkan kepalamu. Kau sedang memikirkan kepedihan dan
kengerian karena banyaknya korban jiwa dalam peperangan itu. Tanganmu menyentuh luka di
tubuhmu, lalu kau tersenyum. Ini menunjukkan betapa menggelikannya cara yang telah dipakai untuk
memecahkan masalah internasional itu, menurut anggapanmu tentunya. Pada saat itulah kukatakan aku
setuju cara itu tak masuk akal, dan aku senang karena ternyata kesimpulanku benar."
"Tepat sekali," kataku, "meski aku masih tak habis pikir setelah kaujelaskan."
"Ah, bukan sesuatu yang luar biasa, sobatku Watson, betul. Sebenarnya aku tak berniat menarik
perhatianmu lagi tentang hal ini, kalau saja waktu itu kau percaya. Tapi ini, surat yang mengabarkan
adanya masalah kecil yang penanganannya bisa jadi lebih rumit daripada sekadar membaca pikiran
4 orang. Apakah kau sudah membaca berita singkat tentang paket pos aneh yang dialamatkan kepada
Miss Cushing di Cross Street, Croydon""
"Tidak, aku tak melihat berita itu."
"Ah! Berita ini pasti terlewat olehmu. Coba, bawa kemari surat kabar itu. Nih, di sini, di bawah
kolom keuangan. Mungkin ada baiknya kalau kaubacakan keras-keras."
Aku menerima surat kabar ini dari Holmes, lalu membaca berita yang dimaksudkannya.
Judulnya, "Paket Mengerikan".
Miss Susan Cushing yang tinggal di Cross Street, Croydon, telah menjadi
korban lelucon yang keterlaluan atau amat jahat terselubung. Pada pukul dua
kemarin siang, tukang pos menyerahkan paket kecil yang terbungkus kertas
cokelat. Di dalamnya terdapat kotak karton berisi garam yang masih kasar.
Ketika menuangkan garam itu keluar dari kotaknya, Miss Cushing terperanjat
karena menemukan dua telinga manusia yang jelas baru dipotong dari tempatnya.
Paket itu dikirim dari Belfast pagi hari sebelumnya. Tak ada nama pengirim,
dan yang lebih aneh lagi ada ah kenyataan bahwa Miss Cushing itu wanita
lajang berusia lima puluh tahun, dan praktis sudah pensiun. Dia tak punya
banyak kenalan atau sahabat pena, jadi dia tak sering menerima surat apalagi
paket via pos. Tapi beberapa tahun yang lalu, ketika tinggal di Penge, dia
menyewakan kamar-kamar di bagian paviliun kepada tiga mahasiswa kedokteran.
Dia terpaksa mengusir mereka karena mereka suka gaduh dan melakukan hal yang
aneh-aneh. Polisi berpendapat pengirim paket ini mungkin saja para pemuda
itu. Karena marah telah diusir wanita itu, mereka ingin menakut-nakutinya
dengan mengirimkan benda mengerikan yang mereka dapat dari kamar bedah. Teori
itu didasarkan pada kenyataan bahwa salah satu dari ketiga mahasiswa itu
memang berasal dari Irlandia Utara, tepatnya Belfast begitu menurut Miss
Cushing. Sementara itu, penyelidikan kasus ini dipercayakan kepada Mr.
Lestrade, salah satu detektif terbaik yang dimiliki kepolisian kita.
"Ini yang dilaporkan Daily Chronicle," kata Holmes ketika aku selesai membaca berita itu.
"Sekarang mengenai teman kita Lestrade. Tadi pagi aku menerima surat darinya yang isinya: 'Saya kira
kasus ini sangat cocok untuk Anda. Kami punya harapan untuk menyelesaikan kasus ini, tapi kami
menemui sedikit kesulitan untuk melakukan pelacakan. Tentu saja kami sudah menelepon ke kantor pos
Belfast, tapi hari itu ada banyak sekali paket yang dikirim dan mereka tak bisa mengidentifikasi paket
5 yang satu itu. Mereka juga tak ingat siapa yang telah mengirimkannya. Kotak informasi itu bekas
kotak tembakau ukuran s eperempat kilogram hanya itulah yang bisa kami dapatkan. Teori yang
mengarah kepada mahasiswa kedokteran itu tetap saya perhatikan, tapi kalau Anda ada waktu, saya
akan sangat senang kalau kita bisa bertemu. Sepanjang hari ini, kalau tidak di rumah berarti saya di
kantor polisi.' Bagaimana, Watson" Tahankah kau menghadapi cuaca yang panas membara seperti ini,
karena kita akan segera berangkat ke Croydon untuk menangani kasus langka itu""
"Aku memang ingin sekali melakukan sesuatu."
"Kalau begitu, baiklah. Tolong tekan bel dan minta pelayan memesan kereta. Aku akan segera
siap setelah ganti pakaian dan mengisi kotak rokok."
Hujan turun ketika kami sudah berada di kereta api, dan hawa tak begitu panas di Croydon
dibandingkan dengan di pusat kota. Holmes telah mengirim telegram sebelum berangkat, sehingga
Lestrade yang kurus tubuhnya, necis pakaiannya, dan waspada gerak-geriknya menjemput kami di
stasiun. Kami berjalan kaki selama lima menit, menuju tempat tinggal Miss Cushing di Cross Street.
Jalan itu panjang sekali. Pada kedua sisinya berjajar rapi rumah-rumah bata berlantai dua yang
berdekatan. Tangga rumah-rumah itu terbuat dari baru yang telah memutih, dan ada beberapa wanita
mengenakan celemek sedang bergosip di depan pintu rumah. Setelah melewati jalan itu kira-kira
separonya, Lestrade berhenti dan mengetuk pintu sebuah rumah. Seorang gadis kecil pelayan
membukakan pintu. Miss Cushing sedang duduk di ruang depan, dan ke situlah kami diantar masuk.
Wanita itu berwajah tenang, matanya besar dan lembut, dan rambut ikalnya yang sudah memutih
memenuhi kedua pelipisnya. Sebuah bantalan kursi yang sudah selesai dikerjakan tergeletak di
pangkuannya, dan sekeranjang sutra warna-warni berada di kursi pendek di sampingnya.
"Isi paket yang mengerikan itu ada di paviliun," kata wanita itu ketika Lestrade memasuki
ruangan. "Saya harap Anda segera membawanya pergi."
"Memang, Miss Cushing. Saya meninggalkannya di sini hanya sampai teman saya, Mr. Holmes,
melihatnya di hadapan Anda."
"Mengapa harus di hadapan saya, Sir""
"Kalau-kalau dia ingin menanyakan sesuatu."
6 "Untuk apa bertanya-tanya
kepada saya" Bukankah telah saya
katakan saya tak tahu apa-apa tentang
paket itu"" "Saya mengerti, Madam," kata
Holmes dengan lembut, "tentunya
Anda telah sangat terganggu dengan
peristiwa ini""
"Itu jelas, Sir. Saya suka
ketenangan dan sudah pensiun. Saya
benar-benar merasa aneh melihat
nama saya masuk surat kabar dan polisi lalu lalang di rumah saya. Saya tak mau menyimpan benda itu
di sini, Mr. Lestrade. Kalau kalian mau melihatnya, silakan menuju ke paviliun."
Paviliun kecil itu terletak di taman sempit di belakang rumah. Lestrade masuk, lalu keluar lagi
membawa kotak karton kuning, secarik kertas cokelat, dan seutas tali. Ada bangku di ujung jalanan
taman, dan kami semua duduk di situ sementara Holmes mengamati benda-benda itu satu per satu.
"Tali ini amat menarik," komentarnya sambil mengangkat tali itu ke arah lampu dan
menatapnya dengan saksama. "Apa komentarmu, Lestrade""
"Tali itu dilumuri ter."
"Tepat sekali. Anda juga sudah menyatakan Miss Cushing telah memotong tali ini dengan
gunting, sebagaimana terlihat pada bekas di kedua ujungnya. Ini penting sekali."
"Penting bagaimana"" tanya Lestrade.
"Kenyataan simpulnya ternyata masih utuh, dan bentuk simpul ini unik sekali."
"Ikatannya memang rapi, sebagaimana saya laporkan," kata Lestrade puas.
"Kalau begitu, cukuplah sudah dengan talinya," kata Holmes sambil tersenyum. "Sekarang
kertas pembungkus kotak kardus itu. Warnanya cokelat dan agak bau kopi. Apa Anda tak
memperhatikannya" Saya yakin akan hal ini. Penulisan alamatnya agak semrawut: 'Miss S. Cushing,
7 Cross Street, Croydon.' Penulis memakai pena yang ujungnya lebar, mungkin jenis J, dan tintanya
murahan. Kata Croydon sebelumnya ditulis Croidon, lalu i nya diganti dengan y. Paket ini pasti dikirim
seorang pria bentuk tulisannya jenis tulisan pria yang tak berpendidikan, dan tak tahu-menahu
tentang Croydon. Sampai di sini, bagus sekali! Kotaknya kuning, bekas kotak tembakau ukuran
seperempat kilo, tanpa tanda apa-apa kecuali beka
s dua jempol tangah di sudut kiri bawah. Isinya
garam kasar yang biasa dipakai untuk mengawetkan kulit binatang atau semacam itu. Dan di antara
garam itu terdapat benda unik ini."
Sambil mengatakan ini, Holmes
mengeluarkan kedua potongan telinga itu,
dan menaruhnya di depan lututnya. Dia
mengamatinya dengan saksama,
sementara aku dan Lestrade membungkuk
di samping kiri dan kanannya. Kami tak
henti-hentinya berpaling dari benda yang
mengerikan ini ke wajah sahabatku yang
serius dan penasaran, dan sebaliknya.
Akhirnya dia mengembalikan benda itu ke
dalam kotak kardus, lalu terduduk diam
sambil berpikir keras. "Tentunya kalian memperhatikan," katanya pada akhirnya, "kedua telinga itu tidak
berpasangan." "Ya, saya lihat itu. Tapi, kalau ini memang lelucon gila para mahasiswa kedokteran, bukankah
tak sulit bagi mereka mencuri dua telinga yang tak berpasangan""
"Tepat sekali. Namun ini bukan lelucon gila."
"Anda yakin""
"Dugaan saya demikian. Mayat-mayat di kamar bedah biasanya diberi suntikan cairan
pengawet. Telinga-telinga ini tidak, bahkan masih baru. Dipotong dengan alat tumpul, dan ini tak
mungkin dilakukan mahasiswa kedokteran. Lagi pula, mereka pasti akan memakai cairan pengawet
8 yang mengandung karbol atau alkohol, bukannya garam kasar. Saya ulangi, ini bukan sekadar lelucon
gila, tapi tindak kejahatan yang serius."
Tubuhku agak bergetar ketika aku mendengar ucapan sahabatku, karena aku melihat wajahnya
yang mengeras dan memancarkan kecemasan. Penjelasan awal yang tajam ini tampaknya
dilatarbelakangi sesuatu yang menakutkan aneh, dan tak mudah dipahami. Namun Lestrade hanya
menggeleng lemah sebagai ungkapan keraguannya.
"Tak diragukan lagi, ini memang bukan sekadar lelucon gila," katanya, "tapi yang diutarakan
Mr. Holmes pun tak beralasan. Kita tahu hidup wanita yang cukup terhormat ini tenang-tenang saja di
Penge, dan dia sudah menetap di sini selama dua puluh tahun. Jadi, untuk apa gerangan seorang
penjahat mengirim sesuatu yang bisa menjadi bukti kejahatannya kepada wanita ini" Sama seperti kita,
saya rasa Miss Cushing memang tak tahu-menahu tentang kasus ini, kecuali kalau dengan lihainya dia
bersandiwara kepada kita."
"Masalah itulah yang harus kita pecahkan," jawab Holmes, "dan bagi saya pribadi, saya akan
memulainya dengan menganggap dugaan saya benar, dan telah terjadi pembunuhan terhadap dua
orang. Salah satu telinga ini milik seorang wanita, bentuknya bagus, dan ada bekas lubang untuk
memakai giwang. Yang satunya lagi milik seorang pria, sering berjemur di panas matahari, warnanya
agak pudar, tapi juga berlubang bekas giwang. Kedua orang ini tentunya sudah mati, karena jika tidak,
berita tentang hilangnya telinga mereka pasti sudah dimuat di surat kabar. Sekarang hari Jumat; paket
ini dikirim pada Kamis pagi. Jadi, pembunuhan terjadi pada hari Rabu, Selasa, atau bahkan
sebelumnya. Seandainya kedua orang itu dibunuh, pasti sang pembunuh itu yang telah mengirimkan
hasil pembunuhannya ini ke Miss Cushing. Kita bisa menduga pengirim paket ini memang pembunuh
yang kita cari. Tapi kita harus mendapatkan alasan yang kuat mengapa paket ini dikirimkan ke Miss
Cushing. Apa, ya, alasan yang masuk akal" Dengan mengirimkan barang ini, tentunya sang pengirim
ingin memberitahukan dia benar-benar telah melakukan pembunuhan; atau mungkin untuk
mengganggu ketenteraman wanita itu. Kalau dugaan ini benar, berarti Miss Cushing tahu-menahu soal
ini. Apakah dia tahu" Saya meragukan hal itu. Seandainya memang tahu, mengapa dia melaporkan hal
itu kepada polisi" Dia kan bisa saja langsung mengubur kedua telinga itu. Itulah yang seharusnya
dilakukannya kalau dia ingin melindungi si pelaku. Tapi seandainya dia tak bermaksud merahasiakan
pelaku tindak kejahatan ini, dia tentunya akan mengatakan siapa orangnya. Ada sedikit keruwetan di
9 sini yang perlu segera diluruskan."
Holmes mengutarakan semua ini dengan cepat dan volume suara meninggi sambil menatap
kosong ke arah pagar halaman. Namun, tiba-tiba dia berdiri dengan sigap dan berjalan menuju ke
rumah. "Saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada Miss Cushing," katanya.
"Kalau begitu, saya pamit dulu," kata Lestrade, "karena ada urusan lain yang harus saya
kerjakan. Saya rasa saya sudah cukup mendapatkan infor-masi dari Miss Cushing. Sampai jumpa di
kantor polisi." "Kami akan mampir ke sana sebelum pulang naik kereta api," jawab Holmes.
Sejenak kemudian kami berdua telah berada di ruang depan Miss Cushing, tempat wanita yang
tenang itu masih juga mengerjakan bantalan kursinya. Ketika melihat kami masuk, dia meletakkan
pekerjaannya di pangkuannya, dan matanya yang biru menatap kami dengan pandangan polos namun
penuh tanda tanya. "Saya yakin, Sir," katanya, "semua ini hanya masalah salah kirim, dan paket itu sebenarnya
bukan untuk saya. Saya sudah mengatakan ini berkali-kali kepada polisi dari Scotland Yard itu, tapi dia
cuma tertawa. Sejauh pengetahuan saya, saya tak punya seorang musuh pun di dunia. Jadi, untuk apa
sang pengirim mempermainkan saya""
"Saya juga hampir berpendapat demikian, Miss Cushing," kata Holmes sambil mengambil
tempat duduk di samping wanita itu. "Saya rasa, apakah mungkin..." Dia tak melanjutkan kata-katanya.
Aku terkejut ketika menoleh ke arah sahabatku, karena dia sedang menatap wanita itu dengan sangat
tajam. Tak biasanya dia menatap seseorang demikian rupa. Lalu wajahnya yang penasaran sekejap
memancarkan rasa terkejut dan rasa puas secara bergantian. Ketika wanita itu menoleh ke arah Holmes
karena dia tiba-tiba berhenti berbicara, wajah Holmes telah kembali tenang. Aku mencoba mengamati
rambut putih Miss Cushing, topi tipis yang dikenakannya, giwang mungilnya yang agak miring,
profilnya yang tenang, tapi aku tak berhasil menemukan sesuatu yang aneh.
"Saya ingin mengajukan satu-dua pertanyaan...."
"Oh, saya sudah muak dengan pertanyaan!" teriak Miss Cushing kesal.
10 "Saya rasa Anda punya dua saudara wanita."
"Bagaimana Anda tahu itu""
"Begitu masuk ke sini, saya langsung melihat foto kalian bertiga di atas perapian. Salah satu
wanita di foto itu jelas Anda sendiri, sedangkan dua lainnya sangat mirip dengan Anda. Jadi mereka
pasti saudara kandung Anda."
"Ya, Anda benar. Mereka adik-adik saya, Sarah dan Mary."
"Dan di dekat saya ada foto lain yang diambil di Liverpool. Itu foto adik Anda bersama seorang
pria berseragam kelasi. Menurut pengamatan saya, adik Anda belum menikah waktu foto itu diambil."
"Anda ahli sekali dalam mengamati sesuatu."
"Memang demikianlah pekerjaan saya."
"Pengamatan Anda benar, tapi adik saya menikah dengan Mr. Browner tak lama setelah itu.
Mula-mula dia bekerja di kapal yang berlayar ke Amerika Selatan, tapi karena cintanya kepada adik
saya, dia lalu pindah kerja ke kapal-kapal di Liverpool dan London."
"Ah, maksud Anda Conqueror""
"Bukan, May Day, begitulah kabar terakhir yang saya dapatkan. Jim pernah mampir kemari
sekali, tapi itu sebelum dia melanggar janjinya untuk tidak menyentuh minuman keras lagi. Sesudahnya
dia terus minum-minum bila tidak berlayar, padahal kalau minum sedikit saja dia jadi seperti orang
gila. Ah, sayang sekali dia kembali pada kebiasaan lamanya itu! Dia tak lagi mengacuhkan saya,
kemudian bertengkar dengan Sarah. Kini Mary pun tak pernah menulis surat kepada saya, sehingga
saya tak tahu bagaimana keadaan mereka berdua."
Jelas sekali Miss Cushing telah mengutarakan sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya.
Sebagaimana orang-orang yang kesepian pada umumnya, pada awalnya dia enggan berbicara, namun
lama-kelamaan dia menjadi sangat bersemangat. Dia banyak bercerita tentang adik iparnya, lalu tiba-tiba ceritanya melantur sampai ke mahasiswa-mahasiswa kedokteran yang menyewa paviliunnya. Dia
menyebutkan nama-nama mereka, juga rumah-rumah sakit tempat mereka melakukan kuliah praktek.
Holmes mendengarkan semuanya dengan saksama, sambil sekali-sekali mengajukan pertanyaan.
"Tentang adik Anda, Sarah," katanya. "Saya hanya ingin tahu, berhubung Anda berdua sama- 11
sama tidak menikah, mengapa Anda tidak tinggal bersama saja""
"Ah! Anda tak tahu watak Sarah! Kalau tahu, Anda tak akan menanyakan hal itu lagi. Saya
pernah mencoba tinggal bersamanya ketika saya baru tiba di Croydon, dan bertahan sampai kira-kira


Sherlock Holmes - Salam Terakhir Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dua bulan yang lalu. Saya tak ingin menjelek-jelekkan adik sendiri, tapi Sarah senantiasa ingin
mencampuri urusan orang lain dan sangat menjengkelkan."
"Menurut Anda, dia pernah bertengkar dengan keluarga adik Anda yang di Liverpool."
"Ya, padahal mereka dulunya bersahabat dekat. Entahlah dia malah pindah ke kota itu agar bisa
dekat dengan mereka. Kini dia selalu mengomel tentang Jim Browner. Selama enam bulan terakhir ini
dia terus mengoceh tentang kebiasaan Jim bermabuk-mabukan dan cara hidupnya yang kurang beres.
Menurut saya, Jim sempat mendengar omelannya, menegurnya, lalu sejak itulah mereka jadi
bermusuhan." "Terima kasih, Miss Cushing," kata Holmes sambil bangkit dan membungkukkan badan. "Kalau
tak salah, Anda tadi mengatakan adik Anda Sarah tinggal di New Street, Wallington" Sampai jumpa
lagi, dan saya minta maaf telah mengganggu Anda dengan kasus yang, seperti Anda katakan, tak ada
hubungannya dengan Anda."
Ketika kami keluar dari rumah wanita itu, sebuah kereta sewaan melintas di jalan raya. Holmes
memanggil kereta itu. "Berapa jauhnya Wallington dari
sini"" tanyanya.
"Kira-kira satu mil, Sir."
"Bagus sekali. Ayo naik, Watson.
Kita harus bertindak sementara hangat-hangatnya. Kasus ini tampaknya
sederhana, namun mengandung pelajaran-pelajaran penting. Tolong mampir sebentar
ke kantor telegram dalam perjalanan kita,
Pak Kusir!" 12 Holmes mengirim telegram singkat, lalu duduk tepekur selama perjalanan selanjutnya. Kereta
berhenti di depan sebuah rumah yang sangat berbeda dengan rumah yang baru saja kami tinggalkan.
Sahabatku meminta si kusir menunggu. Ketika dia baru saja hendak mengetuk, pintu rumah itu telah
dibukakan oleh pria muda berpakaian hitam yang wajahnya murung. Topinya sangat mengilat.
"Miss Cushing ada"" tanya Holmes.
"Miss Sarah Cushing sakit parah," jawabnya.
"Sejak kemarin dia menderita radang otak. Sebagai dokternya, saya tak berani mengizinkan
seorang pun menemuinya. Saya anjurkan Anda kembali kemari sepuluh hari lagi." Pria itu mengenakan
sarung tangannya menutup pintu, lalu meninggalkan rumah itu.
"Well, kalau kita tak bisa menemui wanita itu, ya sudahlah," kata Holmes dengan gembira.
"Kalaupun kita berhasil menemuinya, belum tentu dia bisa atau mau bercerita banyak."
"Aku memang tak bermaksud menanyainya. Aku hanya ingin melihat keadaannya. Tapi kurasa
aku sudah mendapatkan semua yang kuinginkan. Tolong antar kami ke hotel yang bagus, Pak Kusir.
Kita makan siang, lalu menemui teman kita, Lestrade, di kantor polisi."
Kami makan siang dengan nikmat. Holmes dengan menggebu-gebu mengoceh tentang biola
merek Stradivarius, yang harga aslinya pasti mahal sekali, namun dibelinya dengan harga hanya 55
shilling di toko loak di Tottenham Court Road. Lalu dia bercerita tentang Paganini. Kami duduk selama
satu jam sambil menikmati sebotol anggur merah Prancis. Hari sudah hampir sore, dan sinar matahari
tak begitu menyengat lagi ketika kami sampai di kantor polisi. Lestrade menunggu kami di pintu masuk
"Ada telegram untuk Anda, Mr. Holmes," katanya.
"Ha! Sudah ada jawabannya!" Dia merobek telegram itu, membacanya sekilas, lalu
memasukkannya ke saku celananya. "Baik," katanya.
"Anda sudah menemukan sesuatu""
"Saya sudah menemukan semuanya!"
"Apa"" Lestrade menatapnya dengan amat heran. "Anda pasti bergurau."
"Saya serius. Telah terjadi pembunuhan yang mengerikan, dan saya hanya membutuhkan
13 beberapa perinciannya."
"Dan pembunuhnya""
Holmes menuliskan sesuatu di balik kartu namanya, dan melemparkannya ke Lestrade.
"Itulah orangnya," katanya. "Anda baru bisa menangkapnya paling cepat besok malam. Saya
lebih suka kalau nama saya sama sekali tak disebut-sebut dalam kaitannya dengan kasus ini. Saya lebih
suka nama saya dikaitkan dengan kasus-kasus kejahatan yang lebih rumit penanganannya. Yuk,
Watson." Kami berdua menuju stasiun, meninggalkan Lestrade yang masih dengan gembira menatap
kartu nama yang dilemparkan Holmes kepadanya.
"Kasus ini," kata Sherlock Holmes ketika malamnya kami ngobrol berdua sambil mengisap
rokok di kamar kami di Baker Street, "merupakan kasus yang mengharuskan kita melangkah mundur,
menelusuri mul ai dari akibatnya sampai ke penyebabnya. Sudah kuminta Lestrade menyiapkan
beberapa perincian yang kita butuhkan, yang akan didapatkannya setelah dia menangkap si pembunuh.
Aku percaya Lestrade mampu melakukannya, karena walaupun kadang-kadang akalnya tidak jalan, dia
gigih dalam menjalankan tugas. Kupikir kegigihannyalah yang mengantar Lestrade ke posisi puncak di
Scotland Yard." "Kalau begitu kasusnya belum tuntas"" tanyaku.
"Secara garis besar, sudah. Kita sudah tahu siapa di balik semua urusan yang menjijikkan ini,
walaupun salah satu korbannya belum kita ketahui. Tentnya kau sendiri bisa menyimpulkan sesuatu""
"Kurasa, orang yang kaucurigai Jim Browner, kelasi kapal Liverpool""
"Oh! Bukan cuma kecurigaan."
"Semuanya masih kabur bagiku."
"Sebaliknya, bagiku semuanya begitu jelas. Mari kujelaskan tahap-tahapnya yang penting. Kau
masih ingat, kan, kita memulai kasus ini dari nol. Yang begini malah menguntungkan; kita tak
cenderung membuat teori-teori terlebih dahulu. Kita lalu melakukan pengamatan dan menarik
kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan kita. Apa yang kita lihat untuk pertama kali" Seorang wanita
terhormat yang tenang, yang tampaknya tak tahu apa-apa, dan foto yang menunjukkan dia punya dua
14 adik perempuan. Langsung terbersit dalam pikiranku, jangan-jangan paket itu dimaksudkan untuk salah
satu adiknya. Kusisihkan pikiran itu untuk dipertimbangkan kemudian. Kita menuju ke taman, melihat
isi paket kuning yang aneh itu.
"Kualitas talinya seperti yang biasa dipakai pembuat layar di kapal-kapal, dan mengandung bau
lautan yang khas. Ketika kulihat simpulnya pun model pelaut, dan paket itu dikirim dari kota pelabuhan
aku merasa cukup yakin pelaku kejahatan ini dari golongan pelaut. Lebih-lebih pada potongan telinga
si pria ada lubang bekas anting-anting gaya para pelaut.
"Melihat alamatnya, paket itu ditujukan kepada Miss S. Cushing. Yang tertua dari ketiga
bersaudara itu tentunya dapat disebut Miss Cushing, dan singkatan nama depannya memang 'S'. Tapi
nama Miss S. Cushing bisa saja menunjuk ke adiknya. Bila benar demikian, kita harus memulai
penyelidikan dari nol lagi. Aku kembali ke rumah induk dengan maksud menjelaskan hal itu. Baru saja
aku hendak mengatakan kepada Miss Cushing bahwa aku pun yakin telah terjadi kekeliruan dalam
pengiriman paket itu, ketika aku tiba-tiba dikejutkan sesuatu. Aku melihat sesuatu yang langsung
menyempitkan lingkup penelitian kita.
"Sebagai dokter kau pasti menyadari, Watson, telinga manusia berbeda-beda. Dalam
Anthropological Journal edisi tahun lalu, kau bisa menemukan dua artikel singkat yang kutulis tentang
hal ini. Dengan saksama aku memeriksa kedua telinga yang ada di kotak itu, dan kuteliti ciri-cirinya.
Bisa kaubayangkan betapa terkejutnya aku ketika bertemu lagi dengan Miss Cushing, dan melihat
bentuk telinganya persis dengan telinga wanita yang baru saja kuteliti. Itu tak mungkin kebetulan saja.
Daun telinganya agak kusut, lubang bagian luarnya berlekuk lebar, dan tulang rawannya agak bengkok.
Persis semua, pokoknya. "Pengamatanku itu sangat besar artinya. Jelas korban wanitanya ada hubungan darah dengan
Miss Cushing, bahkan sangat dekat. Kami lalu berbincang-bincang mengenai keluarganya, dan dia
langsung ngomong dengan gencarnya, sehingga kita mendapatkan perincian-perincian yang sangat
berharga. "Pertama-tama, adik wanitanya bernama Sarah, dan mereka pernah tinggal serumah. Baru dua
bulan yang lalu Sarah keluar dari rumah kakaknya. Lalu kita mendengar tentang kelasi itu, yang
menikah dengan si bungsu dari ketiga bersaudara. Pria itu pernah berhubungan akrab dengan Miss
15 Sarah, sampai wanita itu pindah ke Liverpool agar bisa berdekatan dengannya. Tapi mereka lalu
bertengkar dan berpisah. Pertengkaran ini menyebabkan hubungan terputus sama sekali selama
beberapa bulan, sehingga kalau Browner kebetulan ingin mengirim paket ke Miss Sarah, dia pasti akan
mengalamatkannya ke tempat tinggalnya terdahulu.
"Dan sekarang kasus ini dengan sendirinya mulai terurai secara
menakjubkan. Kita tahu sang kelasi orangnya meledak-ledak,
gampang dikuasai nafsu kau ingat bagaimana dia
meninggalkan pekerjaannya yang baik supaya bisa berdekatan dengan istrinya
juga kecenderungannya untuk mabuk-mabukan. Kita punya alasan
untuk mengatakan telah terjadi pembunuhan terhadap istrinya dan
pria lain yang kemungkinan besar pelaut juga, pada saat yang
bersamaan. Jelas kecemburuanlah yang menjadi motif pembunuhan
ganda itu. Dan mengapa bukti pembunuhan ini perlu dikirimkan ke
Miss Sarah Cushing" Mungkin karena selama tinggal di Liverpool,
dia punya andil atas terjadinya hal-hal yang membawa tragedi ini.
Kapal-kapal biasanya berhenti di Belfast, Dublin, dan Waterford;
maka, dengan asumsi Browner-lah yang melakukan pembunuhan,
dan dia langsung berangkat dengan May Day, Belfast merupakan
tempat pertama yang disinggahinya, tempat dia mengirimkan paket
mengerikan itu. "Sampai di sini memang ada satu kemungkinan lain, dan
walaupun menurutku kemungkinan ini sangat tak masuk akal, aku harus mendapatkan penjelasannya
sebelum melangkah lebih jauh. Seorang pria yang ditolak cintanya mungkin saja telah membunuh
Browner dan istrinya, jadi telinga yang satunya milik sang suami. Itulah sebabnya aku lalu mengirim
telegram ke temanku Algar, yang bekerja di Angkatan Laut Liverpool. Aku memintanya mengecek
apakah Mrs. Browner ada di rumah, dan apakah Browner telah berangkat bersama May Day. Lalu kita
melanjutkan perjalanan ke Wallington mengunjungi Miss Sarah.
Legenda Bunga Persik 4 Pendekar Naga Putih 42 Terjebak Di Perut Bumi Seribu Musim Mengejar 4

Cari Blog Ini