Ceritasilat Novel Online

Salam Terakhir Sherlock 2

Sherlock Holmes - Salam Terakhir Sherlock Holmes Bagian 2


"Pertama-tama, aku benar-benar ingin melihat telinga Miss Sarah, apakah dia mewarisi bentuk
telinga saudaranya. Dia mungkin saja memberikan informasi penting kepada kita, tapi aku tak terlalu
16 optimis dia bersedia melakukannya. Dia pasti sudah mendengar tentang kasus itu sehari sebelumnya,
karena seluruh daerah Croydon membicarakannya. Dia pastilah menyadari kepada siapa sebenarnya
paket itu ditujukan. Kalau dia memang mau membantu menegakkan hukum dia harusnya sudah
menghubungi polisi. Pokoknya aku merasa wajib menemuinya, maka kita berangkat ke sana. Kita
temukan berita tentang datangnya paket itu telah sangat memukulnya sehingga sejak itulah dia jatuh
sakit peradangan otak. Semakin jelaslah bagi kita dia pasti tahu tentang maksud pengiriman paket itu.
Jelas juga kita harus menunggu cukup lama untuk mendapatkan bantuan darinya.
"Ternyata kita sama sekali tak membutuhkan bantuannya. Jawaban atas kasus ini telah
menunggu kita di kantor polisi, yaitu telegram balasan dari Algar yang memang kuminta dialamatkan
ke sana. Sudah lebih dari tiga hari rumah Mrs. Browner tertutup, dan para tetangganya menyangka
wanita itu pergi mengunjungi keluarganya di daerah selatan. Dikonfirmasikan juga dari kantor
perkapalan, bahwa Browner memang telah berangkat bersama May Day, yang menurut perhitunganku
akan mendarat di Sungai Thames besok malam. Kalau dia tiba besok malam, dia akan disambut
Lestrade yang tolol tapi galak itu. Aku yakin, dengan tertangkapnya dia, kita akan mendapatkan
perincian-perincian yang masih kita perlukan."
Apa yang diduga Sherlock Holmes ternyata benar. Dua hari kemudian, dia menerima amplop
tebal dengan tulisan tangan singkat Lestrade dilampiri ketikan beberapa halaman folio.
"Lestrade telah menangkapnya," kata Holmes sambil menoleh ke arahku. "Mungkin kau
berminat mendengar apa yang dikatakannya."
Mr. Holmes yang terhormat,
Sesuai dengan rencana kita mengecek kebenaran teori-teori kita, (tulisan "kita"-nya jelas sekali,
ya, Watson") kemarin pukul enam sore saya pergi ke Albert Dock, lalu naik ke kapal May Day,
milik Perusahaan Pengiriman Paket Laut jalur Liverpool, Dublin, dan London. Ternyata di
kapal itu memang ada pekerja bernama James Browner, yang selama pelayaran tingkahnya
sangat aneh, sehingga kapten kapal membebaskannya dari segala tugasnya. Ketika masuk ke
kamarnya, saya temukan dia sedang duduk di atas peti dengan kepala tertelungkup pada kedua
tangannya, sementara tubuhnya digoyang-goyangkannya ke depan dan ke belakang. Pria itu
berbadan besar dan perkasa. Wajahnya tercukur bersih dan sangat gelap mirip si Aldridge,
17 yang pernah membantu kita dalam kasus binatu gadungan. Dia terlompat ketika tahu untuk apa
saya menemuinya, dan saya pun telah bersia
p-siap dengan peluit di mulut untuk sewaktu-waktu
memanggil dua polisi angkatan laut yang menunggu di dekat situ. Tapi dia tampaknya tak
punya nyali sama sekali, dan dia langsung menyerahkan kedua tangannya untuk diborgol.
Kami membawanya ke sel tahanan bersama petinya, berharap akan menemukan sesuatu yang
berhubungan dengan kejahatannya di dalamnya. Tapi kecuali sebilah pisau besar yang biasa
dimiliki pelaut, tak ada barang lain yang kami dapatkan. Syukurlah bukti lebih lanjut ternyata
tak diperlukan, karena ketika dibawa menghadap Inspektur di kantor polisi, dia malah
mengatakan ingin membuat pengakuan tertulis, yang tentu saja langsung disetujui dan
penulisannya dilaksanakan penulis steno kami. Tiga lembar kopinya terlampir dalam surat ini.
Sebagaimana saya duga sebelumnya, kasus ini ternyata sederhana saja, meski saya tetap
berterima kasih karena Anda telah membantu saya dalam penyelidikannya.
Hormat saya. G. Lestrade 18 "Hm! Penyelidikan kasus ini memang sepele," komentar Holmes, "tapi kurasa dia tak
beranggapan demikian ketika mula-mula menghubungi kita. Nah, mari kita lihat bagaimana
kejadiannya menurut Jim Browner sendiri. Inilah pengakuan tertulisnya yang dibuat di hadapan
Inspektur Montgomery di Kantor Polisi Shadwell."
Ada yang ingin kukatakan" Ya, banyak sekali. Aku harus menjernihkan semuanya. Kau boleh
menghukum gantung aku, atau tak percaya padaku. Aku tak peduli apa pun akan kaulakukan.
Dengar, aku tak bisa tidur barang sekejap pun setelah aku melakukan itu, dan aku yakin tak
akan bisa tidur sampai kapan pun, sampai bayang-bayang itu menghilang. Kadang-kadang yang
datang bayangan wajah si pria, tapi lebih sering bayangan yang wanita. Salah satu dari kedua
bayangan itu selalu menghantuiku. Wajah pria itu memberengut dan kehitam-hitaman, sedang
wajah wanita itu seperti sangat terkejut. Ya, dia pasti terkejut melihat pancaran kematian di
wajah yang biasanya penuh pancaran cinta.
Tapi semua ini gara-gara Sarah, dan semoga kutukan yang berasal dari seorang pria yang hancur
hatinya menimpa dirinya. Terkutuklah dia, dan semoga aliran darahnya membusuk. Bukannya
aku mau membela diri, aku memang kembali mabuk-mabukan. Tapi istriku pasti bisa
memaafkan, dia akan tetap di sampingku, kalau saja wanita sialan itu tidak ikut campur. Sarah
Cushing mencintaiku itulah penyebab utamanya. Dia mencintaiku, dan cintanya berubah
menjadi kebencian yang menggelegak ketika dia tahu jejak istriku di lumpur masih lebih
berharga daripada seluruh jiwa raganya.
Mereka bertiga bersaudara. Yang pertama orang baik, yang kedua jahatnya luar biasa, dan yang
ketiga bagaikan malaikat. Sarah berusia 33, sedangkan Mary 29 ketika kami menikah. Kami
membangun rumah tangga yang bahagia. Tak ada wanita sebaik Mary di seluruh Liverpool.
Lalu kami mengundang Sarah tinggal bersama kami selama seminggu. Berikutnya lagi, dia
tinggal bersama kami sebulan penuh, dan begitulah akhirnya dia seterusnya tinggal bersama
kami. Saat itu aku sedang mujur, dan kami bisa menabung sedikit-sedikit. Pokoknya semuanya baik
baik saja. Ya Tuhan! Siapa mengira akan jadi begini" Siapa pernah memimpikan hal seperti ini"
Biasanya aku berada di rumah pada akhir minggu, tapi kadang-kadang kalau kapal tertunda
19 berangkatnya karena menunggu muatan, aku tinggal di rumah sepanjang minggu. Pada saat-saat
seperti itulah aku banyak bertemu dengan kakak iparku Sarah. Dia wanita yang jangkung dan
cukup menarik, sigap dan galak, kulitnya agak gelap, gaya kepalanya angkuh, dan matanya
bagaikan perak yang berkilauan. Tapi, dibandingkan dengan si mungil Mary, dia sama sekali tak
ada artinya. Aku berani bersumpah sedikit pun aku tak pernah memikirkan dirinya.
Kadang-kadang aku merasa dia sengaja mengambil kesempatan untuk berduaan saja denganku
atau memintaku berjalan-jalan bersamanya, namun sejauh ini tak pernah kutanggapi. Pada suatu
malam, barulah mataku benar-benar terbuka. Aku pulang dari kapal, dan istriku sedang pergi.
Tapi Sarah ada di rumah. "Ke mana Mary"" tanyaku. "Oh, dia pergi membayar beberapa
rekening." Aku jadi gelisah, berjalan mondar-mandir di ruangan itu. "Tak bisaka
h kau tenang sejenak tanpa Mary, Jim"" katanya. "Aku tersinggung, lho, kalau kau tak senang bersamaku."
"Bukan begitu maksudku," kataku sambil
menepuk tangannya untuk menunjukkan
bahwa aku baik-baik saja terhadapnya. Dia
menggenggam tanganku dengan kedua
tangannya yang hangat. Benar, tangannya
terasa hangat sekali. Aku memandang
matanya yang memancarkan gairah yang
menggelegak. Dia tak perlu mengutarakannya
dalam bentuk kata-kata, aku pun demikian.
Aku langsung menghindar dari tatapannya dan
melepaskan tanganku dari genggamannya. Dia
terpaku di sampingku selama beberapa saat,
lalu mengangkat tangannya dan menepuk
pundakku. "Tenang saja, Jim tua!" katanya
sambil tertawa mengejek. Dia keluar dari ruangan itu.
Sejak itu Sarah membenciku. Dia melampiaskan kebenciannya dengan sangat lihai. Bodoh
sekali aku telah mengizinkannya tinggal bersama kami benar-benar bodoh tapi aku tak
pernah mengatakan apa-apa kepada Mary, karena aku tahu dia akan sedih mendengarnya.
20 Kehidupan kami terus berjalan sebagaimana biasanya, namun setelah beberapa saat aku
menyadari sikap Mary agak berubah. Dia jadi aneh dan gampang curiga, selalu bertanya dari
mana saja aku sebelum pulang ke rumah dan apa saja yang telah kulakukan siapa-siapa yang
menulis surat padaku dan ada apa di dalam sakuku. Semakin lama, dia semakin rewel dan
senewen, dan kami sering bertengkar karena hal-hal sepele. Aku sangat bingung. Sarah selalu
menghindari pertemuan denganku, tapi dia sangat dekat dengan Mary. Rupanya dia meracuni
pikiran istriku agar membenci diriku. Waktu itu aku tak menyadarinya, aku malah mulai mabuk
mabukan lagi. Mary menghindar dariku, dan semakin hari hubungan kami semakin renggang.
Lalu muncul pria bernama Alec Fairbairn, dan semuanya jadi serba semrawut.
Ketika pertama kali berkunjung ke rumahku dia sebenarnya mau menemui Sarah, tapi lalu
bersahabat dengan kami semua karena dia pandai sekali bergaul. Pria ini benar-benar menawan,
tampan, dan berambut ikal, pernah mengelilingi hampir separo dunia, dan pandai bercerita
tentang apa-apa yang telah dilihatnya Dia kawan bicara yang mengasyikkan, dan sopan
santunnya sungguh tak biasa bagi seorang pelaut. Selama sebulan dia sering datang ke rumah,
dan aku tak curiga apa-apa. Lalu terjadi sesuatu yang membuatku mencurigainya, dan sejak itu
aku tak pernah merasa damai sedetik pun.
Sebenarnya cuma hal sepele. Aku masuk ke ruang tamu rumahku secara tak disangka-sangka,
dan ketika aku masuk, istriku menyambut dengan wajah yang sangat manis. Tapi ketika dia
menyadari siapa yang masuk, dia memalingkan wajahnya dengan kecewa. Cukuplah bagiku!
Pastilah dia menyangka Alec Fairbairn yang masuk. Kalau saja pria itu ada di situ waktu itu,
aku pasti langsung membunuhnya, karena aku bagaikan orang gila kalau sedang marah. Mary
melihat mataku yang penuh kemarahan, lalu dia berlari maju sambil mencengkeram lengan
bajuku. "Jangan, Jim, jangan!" katanya. "Di mana Sarah"" tanyaku. "Di dapur," jawab istriku.
"Sarah!" teriakku sambil masuk ke dapur. "Si Fairbairn tak boleh kemari lagi!"
"Kenapa"" tanyanya.
"Karena begitulah perintahku!"
"Oh!" katanya. "Kalau teman-temanku tak boleh berkunjung kemari, sebaiknya aku pun tak
tinggal di sini." 21 "Silakan lakukan apa yang kauinginkan," kataku, "tapi kalau si Fairbairn berani muncul lagi,
akan kukirim sebelah telinganya untuk kausimpan sebagai kenang-kenangan!" Kurasa dia
ketakutan melihat ekspresi wajahku, karena dia lalu membisu, dan malam itu juga dia
meninggalkan rumah kami. Aku tak tahu apakah kedengkian semata yang membuatnya melakukan itu, ataukah dia mengira
dapat membuatku membenci istriku dengan mendorongnya berhubungan dengan pria lain.
Pokoknya, dia pindah ke rumah yang jaraknya hanya dua blok dari rumah kami, dan dia
menyewakan kamar-kamar kepada para pelaut. Fairbairn termasuk salah satu yang menyewa
kamar di situ dan Mary jadi sering berkunjung ke sana untuk minum teh bersama kakaknya dan
pria itu. Aku tidak tahu berapa sering istriku pergi ke sana, tapi suatu hari aku menguntitnya,
dan ketika aku menampakkan diriku di pintu rumah itu, Fairbairn langsung kabur dengan
melompati tembok taman belakang. Benar-benar pengecut dia. Aku mengancam istriku bahwa
aku akan membunuhnya kalau kutemukan dia bersama pria itu lagi. Kutarik dia pulang
bersamaku. Dia menangis, wajahnya pucat pasi dan tubuhnya gemetaran. Sudah tak ada cinta
lagi di antara kami. Kusadari dia membenci sekaligus takut sekali padaku. Kalau kemelut ini
memenuhi pikiranku, aku lari ke minuman keras. Lalu giliran istriku yang mengumpatku.
Sarah tak kerasan lagi di Liverpool, dia kembali ke Croydon dan tinggal bersama kakaknya.
Rumah tangga kami berangsur-angsur tenang. Namun minggu lalu, terjadilah bencana yang
menghancurkan hidupku. Begini kejadiannya. Kami berlayar dengan kapal May Day selama serninggu, tapi lalu ada drum
minyak yang tumpah sehingga membakar salah satu anjungan. Kami harus mendarat selama
dua belas jam. Aku meninggalkan kapal dan pulang ke rumah, membayangkan istriku pastilah
terkejut dan gembira menyambut kedatanganku yang lebih awal. Itulah yang memenuhi
pikiranku ketika aku membelok ke jalan tempat rumahku berada. Tepat pada saat itu lewat
sebuah kereta, dan di dalamnya ada istriku, duduk di samping Fairbairn. Keduanya sedang
bersenda gurau dengan asyiknya sehingga tak melihatku yang berdiri memperhatikan mereka
dari pinggir jalan. Sejak itu aku kehilangan kontrol atas diriku, dan kalau aku mengingatnya kejadian itu bagaikan
mimpi saja. Sampai sekarang kepalaku masih sakit, bagaikan dipalu-palu, dan waktu itu
22 sepertinya Air Terjun Niagara menderu-deru di telingaku.
Aku berlari menguntit kereta itu. Aku mengambil tongkat kayu yang berat. Semua di hadapanku
tampak serba merah. Sarnbil berlari aku sempat berpikir, betapa konyolnya aku berlari macam
begitu, padahal mereka tak tahu aku sedang memburu mereka. Jadi aku pun santai saja. Mereka
berhenti di stasiun kereta api. Banyak orang antre membeli karcis, jadi aku menguntit tak jauh
dari mereka. Mereka membeli tiket ke New Brighton. Aku pun melakukan hal yang sama tapi
aku memilih tempat duduk pada gerbong ketiga di belakang mereka. Ketika kami sampai di
tempat tujuan, mereka berjalan melewati daerah Parade, dan aku terus menguntit mereka dalam
jarak tak lebih dari seratus meter. Akhirnya aku melihat mereka menyewa perahu dan mulai
mendayung. Saat itu udara memang panas sekali, tak heran kalau mereka berperahu di sungai.
Sepertinya mereka telah diserahkan ke genggaman tanganku. Cuaca sedikit berkabut, sehingga
orang tak dapat melihat jauh. Aku menyewa perahu dan mengejar mereka. Samar-samar aku
bisa melihat mereka, namun perahu mereka ternyata melaju dengan cepat. Setelah jauh ke
tengah sungai barulah aku bisa mengejar mereka. Kabut memenuhi sekeliling kami bertiga
bagaikan selimut. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat siapa yang berada di perahu yang
sedang mendekati mereka. Istriku
berteriak nyaring; teman kencannya
mulai menyerangku dengan dayung.
Aku berkelit dari pukulannya, dan
berhasil menghantam kepalanya
dengan tongkat yang kubawa. Segila
apa pun keadaanku waktu itu,
sebenarnya aku tak bermaksud
membunuh istriku. Tapi dia lalu
memeluk pria yang tergeletak itu,
meraung-raung sambil menyebut-nyebut, "Alec!" Habislah sudah akal
sehatku. Kuhantam dia, sehingga dia pun terkapar di samping pria itu. Aku seperti binatang
buas yang baru saja mendapatkan kesempatan mencicipi darah segar. Seandainya Sarah ada di
23 situ, dia pun akan jadi mangsa keberingasanku. Aku mengeluarkan pisau belati, dan... yah,
begitulah! Kurasa cukup sudah penuturanku. Aku sempat merasa senang ketika membayangkan
bagaimana perasaan Sarah ketika menerima kirimanku, akibat campur tangannya dalam
keluarga kami. Aku mengikat kedua mayat itu ke perahu mereka, menyalakan sebatang kayu
untuk membakar perahu itu, dan berdiri di pinggir laut sampai perahu yang terbakar itu
tenggelam. Aku yakin pemilik perahu akan menyangka perahunya hilang karena kabut tebal dan
telah hanyut ke lautan luas. Aku lalu membersihkan diri, kembali ke daerahku, dan ikut berlayar
tanpa menimbulkan kecurigaan seorang pun. Malamnya aku mengepak paket yang kualamatkan
ke Sarah Cushing itu, dan keesokan hariny
a kukirimkan dari Belfast.
Nah, kau sudah mendengar semuanya. Silakan kalau mau menggantungku atau apa. Semua
hukuman itu tak seberapa dibandingkan dengan hukuman yang telah kuterima. Aku tak bisa
memicingkan kedua mataku tanpa melihat kedua wajah mereka yang menatap tajam ke arahku
seperti ketika perahuku mendekati mereka setelah menguak kabut tebal itu. Aku membunuh
mereka dengan begitu cepatnya, tapi mereka membunuhku perlahan-lahan. Aku tak mampu
melanjutkan hidupku barang semalam pun. Aku pasti akan menjadi gila atau mati kaku sebelum
fajar tiba. Tolong jangan tempatkan aku di penjara seorang diri, ya" Kasihanilah aku, jangan
sampai aku ditempatkan di kamar tahanan sendirian. Semoga ada orang yang akan menolongmu
kalau kau mengalami kepahitan hidup, sebagaimana kau kini menolongku.
"Untuk apa semua ini, Watson"" kata Holmes dengan serius sambil menaruh lembar ketikan itu
di meja. "Mengapa sampai timbul lingkaran kepahitan hati, kekejaman, dan ketakutan yang demikian"
Pasti ada tujuannya, karena kalau tidak masa dunia kita dikuasai kebetulan-kebetulan yang sama sekali
tak terjangkau pikiran kita" Tapi untuk apa semua ini" Ternyata tetap saja ada misteri besar dalam
hidup ini yang tak bisa dijelaskan nalar manusia."
Salam Terakhir Sherlock Holmes
PETUALANGAN LINGKARAN MERAH 1 "Nah, Mrs. Warren, menurut saya tak ada alasan bagi Anda untuk gelisah dan juga tak ada
alasan bagi saya soalnya waktu saya sangat berharga untuk ikut campur dalam urusan ini. Saya
benar-benar sedang banyak urusan lain," kata Sherlock Holmes sambil kembali memperhatikan buku
catatannya. Dia sedang mengatur dan memberi indeks beberapa bahan kisah petualangannya akhir-akhir ini.
Tapi sang pemilik pondokan tetap berkeras hati sebagaimana wanita pada umumnya. Dia tak
beranjak dari tempatnya berdiri.
"Anda menangani kasus seorang penyewa kami tahun lalu, kan"" katanya. "Namanya Mr.
Fairdale Hobbs." "Ah, ya kasus sepele."
"Tapi dia terus bercerita tentang kasus itu bagaimana baik hatinya Anda, dan cara Anda yang
hebat dalam menguak misteri itu. Selalu terngiang kata-katanya pada saat saya ragu-ragu dan bingung.
Saya tahu Anda pasti bisa kalau Anda mau."
Holmes memang tak tahan kalau disanjung-sanjung. Apalagi kalau kebaikan hatinya disebut-sebut. Kedua hal itu membuatnya menyerah. Dia menarik kursinya.
"Baiklah, baiklah, Mrs. Warren, mari kita dengarkan kisah Anda. Anda tak keberatan kalau saya
merokok, kan" Terima kasih, Watson tolong korek apinya juga! Jadi, Anda gelisah karena penyewa
kamar Anda yang baru senangnya mengunci diri di kamarnya, dan Anda tak pernah melihat batang
hidungnya. Memangnya kenapa, Mrs. Warren" Seandainya saya jadi penyewa kamar Anda, saya pun
akan sering tak kelihatan selama berminggu-minggu."
"Benar, Sir, tapi yang ini lain. Saya ketakutan dibuatnya, Mr. Holmes, sampai tak bisa tidur.
Soalnya saya cuma mendengar langkah-langkah kakinya mondar-mandir di dalam kamar sejak pagi
sampai larut malam, tapi tak sedetik pun saya pernah melihat sosoknya. Saya tak tahan lagi. Bahkan
suami saya menjadi gelisah, tapi dia kan pergi bekerja sepanjang hari, sedangkan saya tinggal di rumah
2 seharian. Jadi sayalah yang harus menghadapinya. Untuk apa dia bersembunyi seperti itu" Apa yang
telah dilakukannya" Saya di rumah sepanjang hari hanya ditemani anak gadis saya, dan saya benar-benar sudah tak tahan lagi."


Sherlock Holmes - Salam Terakhir Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Holmes menggerakkan tubuhnya ke depan, dan menepuk pundak wanita itu. Dia sepertinya
mempunyai kemampuan hipnotis dalam menenangkan orang yang sedang galau. Pandangan ketakutan
yang terpancar dari wajah wanita itu langsung memudar, dan sikapnya yang gelisah berangsur-angsur
mereda. Dia duduk di kursi yang ditunjukkan Holmes.
"Untuk menangani kasus ini, saya harus tahu setiap perinciannya," kata Holmes. "Silakan
dipikirkan sejenak. Hal sepele sekalipun bisa menjadi sesuatu yang sangat penting. Anda mengatakan
pria itu mulai menyewa kamar di rumah Anda sepuluh hari yang lalu, dan membayar lunas untuk dua
minggu, begitukah""
"Dia menanyakan tarif sewanya, Sir, dan saya katakan tarifnya lima puluh shilling seminggu
untuk kamar tidur b erikut kamar tamu di lantai atas, termasuk makan."
"Lalu"" "Dia mengatakan, 'Saya bersedia membayar lima pound seminggu kalau syarat-syarat saya bisa
disetujui.' Saya orang miskin, Sir, dan gaji suami saya tak begitu tinggi, jadi uang sewa yang
ditawarkannya sangat berarti bagi kami. Pria itu mengeluarkan uang kertas sepuluh pound dan
mengibar-ngibarkannya di hadapan saya. 'Anda akan menerima sejumlah ini dua minggu sekali untuk
jangka waktu lama kalau Anda setuju dengan syarat-syarat yang saya inginkan,' katanya. 'Kalau tidak,
saya akan segera pamit.'"
"Apa syarat-syarat yang diajukannya""
"Pertama: dia harus punya kunci rumah sendiri. Itu bukan masalah; memang begitulah biasanya.
Kedua: dia sama sekali tak mau diganggu, apa pun alasannya."
"Itu pun tak aneh, kan""
"Biasanya tidak, Sir, tapi kali ini lain. Dia sudah tinggal di lantai atas rumah kami selama
sepuluh hari, tapi baik saya, suami saya, maupun anak kami tak pernah melihatnya. Kami hanya
mendengarnya mondar-mandir dari pagi hingga malam. Dia hanya pernah keluar rumah sekali, yaitu
3 pada malam pertama dia tinggal bersama kami."
"Oh, jadi pada malam pertama dia keluar rumah""
"Ya, Sir, dan dia kembali larut sekali kami semua sudah tidur. Sebelumnya dia memang sudah
berpesan agar saya jangan memasang palang pintu depan. Saya mendengar ketika dia pulang dan naik
ke lantai atas waktu itu sudah lewat tengah malam."
"Bagaimana dengan makanannya""
"Setiap kali ingin makan, dia akan membunyikan bel, lalu kami membawa makanannya ke
lantai atas dan menaruhnya di kursi di luar kamar tidurnya. Kalau sudah selesai makan, dia akan
membunyikan bel lagi, lalu kami mengambil peralatan makan yang ditaruhnya di kursi yang sama.
Kalau membutuhkan apa-apa, dia akan menuliskannya dengan huruf cetak di secarik kertas yang
ditaruhnya pada peralatan makannya."
"Ditulis dengan huruf cetak""
"Ya, Sir, dengan huruf cetak dan menggunakan pensil. Singkat saja. Ini, saya bawa contohnya
SABUN. Lalu berikutnya GERETAN. Pada hari pertama dia minta ini DAILY GAZETTE. Jadi tiap
hari saya mengantarkan koran itu bersama makan
paginya." "Wah, Watson," kata Holmes sambil dengan
penasaran menatap potongan-potongan kertas yang
diserahkan wanita itu, "ada yang aneh. Mau
menyendiri bisa dimengerti, tapi menulis dengan
huruf cetak" Orang biasanya segan. Kenapa tidak
ditulis biasa saja" Bagaimana menurutmu,
Watson"" "Dia ingin menyembunyikan tulisan
tangannya." "Tapi, kenapa" Apa ruginya kalau induk
semangnya mengetahui tulisan tangannya" Namun,
4 pendapatmu mungkin ada benarnya. Satu pertanyaan lagi, mengapa pesan-pesannya begitu singkat""
"Entahlah." "Ini memberi kita peluang untuk berspekulasi secara cerdik. Hurufnya lebar-lebar, pensilnya
agak keunguan ini tak biasa. Lihat, kertasnya disobek persis di samping huruf terakhir, sehingga
humf S dari kata SABUN hilang sedikit. Ini tentu ada maksudnya, bukan begitu, Watson""
"Dia mau berhati-hati""
"Tepat sekali. Jelas ada bercak ibu jari, mungkin bisa memberikan petunjuk tentang identitas
pria itu. Nah, Mrs. Warren, Anda katakan pria ini bertubuh sedang, kulitnya gelap, dan berjanggut.
Berapa kira-kira umumya""
"Masih muda, Sir belum tiga puluh."
"Baiklah, masih ada hal lain yang ingin Anda sampaikan""
"Bahasa Inggrisnya bagus, Sir, padahal kalau diperhatikan aksennya, dia pastilah orang asing."
"Pakaiannya bagus-bagus""
"Sangat bagus, Sir mirip orang terhormat. Selalu pakai hitam sepanjang pengetahuan kami
tak pernah warna lain."
"Dia tak pernah menyebutkan namanya""
"Tidak, Sir." "Dan tak pernah menerima surat atau tamu""
"Tidak sama sekali."
"Tapi Anda atau putri Anda tepatnya pernah masuk ke kamarnya""
"Tidak, Sir, semuanya dia tangani sendiri."
"Wah! benar-benar luar biasa. Bagaimana dengan koper-kopernya""
"Dia membawa satu tas cokelat besar itu saja."
"Baiklah, tampaknya tak banyak bahan yang bisa membantu kita. Benarkah Anda mengatakan,
tak ada apa-apa yang telah Anda dapatkan dari kamar itu apa pun""
5 Pemilik pondokan itu mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya, lalu menuangkan isinya ke atas
meja dua batang korek api bekas dan sebuah puntung
rokok. "Barang-barang ini saya dapatkan dari baki tempat makannya tadi pagi. Saya membawanya
karena saya mendengar Anda bisa mendapatkan informasi-informasi yang luar biasa dari barang-barang sepele."
Holmes mengangkat bahunya.
"Tapi barang-barang ini tak memberikan informasi apa-apa," katanya. "Dua korek api itu tentu
saja bekas dipakai menyulut rokok. Itu jelas terlihat dari bentuknya. Separo batang korek dipakai untuk
menyalakan pipa atau rokok. Tapi, he! Puntung rokok ini aneh sekali. Bukankah Anda mengatakan pria
itu berkumis dan berjenggot""
"Ya, Sir." "Saya jadi heran. Menurut saya hanya orang yang tak berjenggot yang bisa merokok seperti ini.
Coba, Watson, jenggotmu yang tipis saja pasti akan terbakar."
"Pakai pipa, mungkin"" komentarku.
"Tidak, tidak; puntung rokoknya kusut. Jangan-jangan ada dua orang yang menghuni kamar
sewaan Anda, Mrs. Warren""
"Tidak, Sir. Makannya hanya sedikit sampai saya senng berpikir itu bahkan tak cukup untuk
konsumsi satu orang."
"Baiklah, saya rasa kita perlu menunggu sampai mendapatkan beberapa bahan lain. Toh Anda
tak dirugikan, kan" Anda telah menerima pembayaran sewa kamar, dan sang penyewa tak
menimbulkan masalah bagi Anda, walaupun orangnya jelas nyentrik. Dia telah membayar cukup mahal
untuk kamar itu, jadi kalau dia mau bersembunyi, lebih baik Anda diamkan saja. Kita tak bisa
mengganggunya sampai kita menemukan alasan yang bisa menyatakan tindakannya itu salah. Saya
mau menangani kasus ini, dan saya tak akan menyepelekannya. Silakan melapor kepada saya jika ada
informasi baru, dan kalau diperlukan, saya akan langsung bertindak.
"Ada beberapa hal yang menarik dari kasus ini, Watson," komentarnya ketika wanita itu sudah
pergi. "Memang, bisa saja cuma sepele seorang eksentrik saja. Tapi bisa juga jauh lebih dalam dari
6 apa yang kelihatan. Hal pertama yang menarik ialah kemungkinan besar saat ini yang tinggal di kamar
sewaan itu bukanlah si pria yang telah menemui wanita itu dan membayar biaya sewa."
"Mengapa kau berpikir demikian""
"Dilihat dari bentuk puntung rokok itu, juga dari fakta pria itu hanya pernah keluar rumah
sekali, tak lama setelah dia masuk ke kamar sewanya. Dia kembali atau bisa saja orang lain yang
kembali waktu semua saksi sudah tidur. Kita tak punya bukti apakah orang yang kembali ke situ sama
dengan orang yang keluar dari situ. Bahasa Inggris pria yang menyewa kamar itu bagus, sedang si
penghuni kamar menulis "geretan", bukannya "korek api" yang lebih umum dipakai. Jadi, kuduga dia
mendapatkan kata itu dari kamus yang memang memberikan beberapa alternatif terjemahan dan arti
suatu kata, lalu dia comot salah satu di antaranya. Gaya pesannya yang singkat-singkat itu mungkin
dimaksudkan untuk menyembunyikan kemampuan bahasa Inggrisnya yang terbatas. Ya, Watson, ada
alasan-alasan kuat untuk mencurigai terjadinya pertukaran penghuni."
"Tapi untuk apa mereka berbuat begitu""
"Ah! Di situlah letak masalah kita. Pokoknya aku telah mendapatkan jalur penyelidikan yang
cukup jelas." Dia mengambil buku besar berisi potongan-potongan berita keluarga dari semua koran di
London, lalu meletakkannya di meja.
"Wah!" katanya sambil membalik-balik halaman buku itu. "Isinya rintihan, tangisan, dan
teriakan melulu! Bingung aku jadinya, banyak benar kejadian unik di London! Namun sangat menarik
untuk dipelajari! Penghuni kamar itu sendirian, dan tak bisa dikirimi surat karena dia ingin
merahasiakan keberadaannya. Jadi, bagaimana kalau ada orang yang ingin mengirimkan pesan
kepadanya tanpa mengusik rahasianya" Jelas melalui iklan di surat kabar. Rasanya tak ada jalan lain,
dan untungnya kita hanya perlu memperhatikan iklan-iklan dari satu koran. Ini, potongan-potongan
iklan Daily Gazette selama dua minggu terakhir. 'Wanita dengan mantel bulu hitam di Klub Ski
Prince' itu kita lewatkan saja. 'Jimmy jelas tak akan menyakiti hati ibunya' yang ini tak ada
hubungannya sama sekali. 'Wanita yang pingsan di bus yang menuju ke Brixton' aku tak tertarik.
'Setiap hari hatiku merindukan..,' Bohong, Watson bohong besar! Ah! Yang ini agak lebih mungkin.
Coba dengarkan, 'Bersabarlah. Akan dica
ri cara berkomunikasi yang lebih baik. Sementara ini, lewat
7 kolom ini. G.' Ini dipasang dua hari setelah sang penyewa masuk ke rumah wanita itu.
Kedengarannya masuk akal, kan" Orang lain yang masih menjadi misteri ini pasti mengerti bahasa
Inggris, walaupun mungkin dia tak bisa menulis dalam bahasa Inggris. Coba kita lihat apakah kita bisa
melacak jejak selanjutnya. Ya, ada lagi tiga hari kemudian. 'Sedang mengatur segalanya. Bersabarlah
dan bertindaklah bijaksana. Mendung akan segera berlalu. G.' Sesudah itu tak ada kabar apa-apa
selama seminggu. Lalu muncul berita yang penuh kepastian, 'Jalan mulai mulus. Kalau aku punya
kesempatan, kirim berita via kode yang telah disepakati satu: A, dua: B, dan seterusnya. Jawaban
takkan lama. G." Iklan ini dimuat di koran kemarin, dan hari ini tak ada berita apa-apa. Benar-benar
cocok dengan keadaan penyewa kamar Mrs. Warren. Kalau kita bersedia menunggu sejenak, Watson,
kasus ini pasti akan menjadi lebih jelas."
Apa yang dikatakan Holmes memang terbukti, karena keesokan harinya kudapati sahabatku
berdiri membelakangi perapian sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Bagaimana dengan ini, Watson"" teriaknya sambil mengambil koran dari meja. "'Gedung
tinggi merah dengan tembok bata putih. Lantai tiga. Jendela kedua sebelah kiri. Selewat petang. G.'
Cukup jelas, bukan" Kurasa kita perlu mengamati rumah Mrs. Warren dan sekitarnya setelah makan
siang. Ah, Mrs. Warren datang, ada berita apa pagi-pagi begini""
Klien kami memasuki ruangan dengan tergopoh-gopoh, menandakan telah terjadi
perkembangan bam yang sangat penting.
"Kita harus lapor polisi, Mr. Holmes!" teriaknya. "Saya tak tahan lagi! Dia harus segera enyah
dari rumah saya berikut semua barangnya. Saya tadi berniat lari ke atas untuk mengatakan hal ini, lalu
terpikir untuk minta pendapat Anda terlebih dahulu. Habis sudah kesabaran saya, apalagi kalau sampai
memukul suami saya...."
"Memukul Mr. Warren""
"Pokoknya bertindak kasar terhadapnya."
"Tapi siapa yang bertindak kasar terhadap suami Anda""
"Ah! Justru itu yang ingin kami ketahui! Kejadiannya tadi pagi, Sir. Suami saya bekerja sebagai
pengawas di perusahaan Morton & Waylight, di Tottenham Court Road. Dia harus berangkat kerja
sebelum jam tujuh. Pagi tadi ketika dia baru berjalan beberapa langkah, dua orang mengikutinya.
8 Mereka menyekap muka suami saya dengan jas, lalu mendorongnya masuk ke kereta yang sudah
menunggu di ujung jalan. Mereka membawanya berkeliling selama satu jam, lalu membuka pintu
kereta dan mendorongnya keluar. Suami saya tergeletak di jalanan dalam keadaan sangat ketakutan,
sehingga tak sempat memperhatikan ke mana larinya kereta itu. Ketika sadar, dia segera berdiri dan
ternyata berada di Hampstead Heath. Dia pulang naik bus, dan sampai sekarang masih berbaring di
sofa di rumah kami sementara saya menuju kemari untuk mengabarkan kejadian ini kepada Anda."
"Menarik sekali," kata Holmes.
"Apakah suami Anda mengenali kedua
orang yang membekuknya atau apakah
dia mendengar mereka mengatakan
sesuatu"" "Tidak, dia betul-betul kaget. Yang
dia tahu hanyalah dia telah diculik lalu
dilepaskan lagi seolah-olah oleh kekuatan
gaib. Paling sedikit ada dua orang atau
mungkin tiga di dalam kereta itu selain
dirinya." "Dan Anda menghubungkan penculikan ini dengan penyewa kamar Anda""
"Yah, kami sudah tinggal di rumah im selama lima belas tahun dan tak pernah mengalami hal
seperti ini. Saya sudah tak tahan lagi menghadapi si penyewa. Uang bukanlah segala-galanya. Saya
akan memintanya keluar dari rumah saya hari ini juga."
"Tunggu sebentar, Mrs. Warren. Jangan terburu-buru. Saya mulai berpikir kasus ini mungkin
jauh lebih serius dari apa yang kelihatan pada awalnya. Kini jelas ada bahaya yang sedang mengancam
penyewa kamar di rumah Anda. Juga jelas musuh-musuhnya, yang menantikannya di dekat rumah
Anda, telah salah menangkap orang, yaitu suami Anda, dalam keremangan pagi yang berkabut. Ketika
menyadari mereka telah keliru, mereka membebaskan suami Anda. Apa yang akan mereka lakukan
seandainya mereka tidak salah menangkap orang, kita hanya bisa menduga-duga."
"Apa yang har us saya lakukan, Mr. Holmes""
9 "Saya sangat ingin melihat penyewa kamar di rumah Anda ini, Mrs. Warren."
"Saya tak tahu bagaimana itu bisa dilakukan kecuali dengan mendobrak pintu kamarnya. Begitu
saya menuruni tangga setelah menaruh nampan makannya, saya selalu mendengarnya membuka kunci
pintu." "Dia harus keluar untuk mengambil nampan itu, kan" Nah, kita akan bersembunyi dan
mengintip-nya ketika dia keluar kamar."
Wanita itu berpikir sejenak.
"Baiklah, Sir. Di seberang kamarnya ada kamar lain. Saya bisa menyediakan kaca, dan kalau
Anda bersembunyi di belakang pintu..."
"Bagus sekali!" kata Holmes. "Jam berapa makan siangnya""
"Sekitar jam satu, Sir."
"Saya dan Dr. Watson akan datang sebelumnya. Nah, Mrs. Warren, sampai nanti."
Pada pukul setengah satu siang, kami sudah menaiki tangga rumah Mrs. Warren rumah bata
tinggi dan sempit di Great Orme Street, gang kecil di timur laut British Museum. Letak rumah itu
sendiri hampir di sudut gang, sehingga dari situ bisa terlihat Howe Street yang penuh dengan rumah
mewah. Sambil tergelak Holmes menunjuk ke salah satu flat mewah yang menjulang tinggi sehingga
sangat mencolok mata. "Kaulihat, Watson!" katanya-. "Gedung tinggi merah dengan tembok batu putih. Kita tahu
tempatnya, kita tahu kodenya; jadi tugas kita pastilah sepele saja. Ada tanda 'Disewakan' di jendelanya.
Flat itu pastilah tak berpenghuni dan di situlah rekan si penyewa menunggu. Well, Mrs. Warren,
bagaimana sekarang""
"Saya sudah siapkan ruangannya untuk Anda. Tolong tanggalkan sepatu Anda sebelum naik.
Mari." Kamar yang sudah disiapkan wanita ini bagus sekali untuk tempat persembunyian. Kacanya
diletakkan sedemikian rupa sehingga kami yang duduk di dekatnya dalam gelap dapat melihat pintu
kamar seberang dengan jelas. Mrs. Warren langsung meninggalkan kami karena samar-samar terdengar
suara bel yang dibunyikan penghuni kamar seberang yang misterius ini. Tak lama kemudian Mrs.
10 Warren rauncul membawa baki, menaruhnya di kursi dekat pintu yang terus tertutup itu, lalu
meninggalkan tempat itu dengan langkah-langkah yang sangat keras terdengar. Sambil merunduk-runduk di sudut pintu, kami terus memandang ke arah kaca. Tiba-tiba, ketika langkah-langkah Mrs.
Warren sudah tak terdengar lagi, terdengar suara kunci dibuka, lalu pegangan pintu diputar, dan
tampaklah dua tangan kurus terjulur untuk mengangkat baki berisi makanan itu. Sejenak kemudian,
baki itu sudah dikembalikan, dan sekilas aku melihat bayangan sesosok wajah cantik dan ketakutan
menatap ruangan tempat kami bersembunyi yang sedikit terbuka pintunya. Pintu seberang ditutup lagi,
dikunci, dan keadaan sunyi kembali. Holmes menggapai lengan bajuku, dan kami berdua menyelinap
menuruni tangga. "Saya akan kemari lagi nanti malam," katanya
kepada pemilik rumah yang telah menunggu kami
dengan penuh rasa ingin tahu. "Kurasa, Watson, lebih
baik kita membicarakan kasus ini di rumah."
"Dugaanku benar," katanya sambil membenamkan
diri di kursi goyang. "Yang tinggal di kamar itu ternyata
orang lain. Yang tak kusangka adalah dia wanita
istimewa lagi, Watson."
"Dia sempat melihat kita."
"Well, dia melihat sesuatu yang mengganggunya.
Itu pasti. Rangkaian kejadiannya jelas, bukan" Sepasang
suami-istri melarikan diri ke London. Mereka melarikan
diri dari bahaya yang mengerikan; ini terlihat dari sikap
mereka yang sangat hati-hati. Ada urusan yang harus
diselesaikan sang suami, sementara dia ingin
meninggalkan istrinya di tempat yang aman. Itu jadi masalah rumit baginya, tapi dia bisa mengatasinya
dengan caranya yang unik, dan begitu lihainya dia sampai kehadiran istrinya bahkan tak diketahui


Sherlock Holmes - Salam Terakhir Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemilik rumah. Jelaslah kini pesan-pesan yang ditulis dengan huruf cetak itu dimaksudkan agar rahasia
sang istri tak terbongkar melalui tulisan tangannya yang biasa. Sang suami tak bisa dekat-dekat dengan
istrinya, karena musuh-musuhnya akan mencium tempat persembunyian itu. Karena tak bisa
11 berhubungan dengan istrinya secara langsung, dia memanfaatkan kolom keluarga di surat kabar. Sejauh
ini semuanya jelas."
"Tapi apa yang menyebabkan semua ini""
"Ah, ya, Watson kau sangat praktis,
sebagaimana biasanya! Apa penyebab semua ini" Kasus
Mrs. Warren yang sepele makin berkembang menjadi sesuatu yang rumit. Hanya sejauh inilah bisa kita
katakan: jelas ini bukan kasus kawin lari biasa. Kau sendiri melihat reaksi di wajah wanita itu ketika
dia mencurigai adanya bahaya. Dan kita sudah mendapatkan berita tentang penyerangan yang
dilakukan terhadap suami Mrs. Warner, yang dikira penyewa kamar itu. Kedua hal ini, ditambah
dengan keberadaan mereka yang sangat dirahasiakan menunjukkan bahwa mereka sedang dihadang
masalah yang menyangkut hidup-mati mereka. Penyerangan terhadap Mr. Warren lebih jauh
menunjukkan bahwa pihak musuh, siapa pun mereka, tidak tahu penghuni kamar sewa itu sudah
berganti. Kasus ini sangat unik dan rumit, Watson."
"Untuk apa kau menangani kasus ini" Imbalan apa yang akan kaudapatkan""
"Imbalan apa" Semata-mata demi seni yang kukuasai, Watson. Kurasa, ketika kau memutuskan
untuk menjadi dokter pun, kau pernah mempelajari kasus-kasus penyakit tertentu tanpa memikirkan
apakah itu akan menghasilkan uang atau tidak, ya, kan""
"Itu kan demi pendidikanku, Holmes."
"Pendidikan tak pernah berhenti, Watson. Pendidikan adalah rangkaian pelajaran yang semakin
lama malah semakin tinggi nilainya. Kasus ini juga menjadi pelajaran bagiku. Memang tak
menghasilkan uang atau penghargaan, tapi aku toh ingin menyelesaikannya. Menjelang senja nanti, kita
akan mendapatkan perkembangan dalam penyelidikan kita."
Ketika kami kembali ke rumah Mrs. Warren, nuansa kelabu menyelimuti kota London.
Maklumlah, malam itu musim dingin. Seluruh kota berwarna kelabu, hanya diseling sinar lampu
kuning dari jendela-jendela rumah dan cahaya remang-remang lampu gas. Ketika kami mengintip dari
ruang tamu rumah sewa itu, tampak sinar lampu kecil samar-samar di gedung seberang jalan.
"Ada orang yang sedang mondar-mandir di sana," bisik Holmes sambil mencondongkan
wajahnya ke pinggir jendela. "Ya, aku bisa melihat bayangannya. Nah, kelihatan lagi! Pria itu
membawa lilin. Sekarang dia menatap ke rumah ini. Dia ingin meyakinkan dirinya bahwa istrinya ada
12 di sini. Sekarang dia mulai menyorotkan lilinnya. Tolong kau juga berusaha menangkap pesannya,
Watson, nanti kita bandingkan hasil kita berdua. Satu kali pasti maksudnya A. Berikutnya, berapa
yang bisa kautangkap" Dua puluh. Aku juga. Berarti T. AT cukup jelas" Lalu T lagi. Yang ini pasti
awal kata kedua. Lalu TENTA. Berhenti. Pasti masih ada lagi, Watson! ATTENTA tak ada
maksudnya. Dipecah jadi tiga kata pun AT. TEN. TA tak berarti apa-apa, kecuali kalau T.A.
merupakan singkatan nama orang. Nah, mulai lagi! Bagaimana bunyinya" ATTE lho, pesannya sama
dengan yang tadi. Aneh, Watson, sangat aneh! Sekarang berhenti lagi! AT malah diulangi untuk
ketiga kalinya. ATTENTA tiga kali berturut-turut! Berapa kali lagi dia akan mengulangi pesannya"
Tidak, tampaknya dia sudah selesai. Dia sudah pergi dari jendela. Bagaimana menurutmu, Watson""
"Pesan sandi rahasia, Holmes."
Sahabatku tiba-tiba tergelak karena berhasil mengartikan pesan itu. "Sandinya tak begitu sulit,
Watson," katanya. "Bahasa Italia! A berarti pesan itu ditujukan kepada seorang wanita. 'Waspada!
Waspada! Waspada!' Bagaimana, Watson""
"Aku yakin kau benar."
"Pasti! Pesan yang sangat mendesak karena diulang sampai tiga kali. Waspada terhadap apa"
Tunggu sebentar; pria itu menuju jendela lagi."
Sekilas kami melihat bayangan seorang pria yang merunduk-runduk dan sorot lilin di jendela
seberang, lalu pesannya diperbarui, lebih cepat dari sebelumnya begitu cepatnya sampai kami
kewalahan mengikutinya. "PERICOLO Pericolo Eh, apa maksudnya, Watson" Bahaya, kan" Aduh, dia mengirimkan
tanda bahaya! Lihat, dia mengulanginya lagi! PERI. Wah, apa..."
Sorot lilin im tiba-tiba menghilang, sehingga jendela di lantai tiga itu gelap kembali. Tanda
bahaya yang terakhir tiba-tiba terhenti. Kenapa, dan siapa yang menghentikan" Kami berdua berpikiran
sama. Holmes langsung berlari dari tempatnya mengintip di jendela.
"Ini serius, Watson," teriaknya. "Sedang terjadi tindak kriminal di sana! Mengapa pengiriman
pesan itu bisa berhenti mendadak" Mestinya
aku menghubungi Scotland Yard, tapi waktunya sudah
terlalu mendesak." 13 "Bagaimana kalau aku saja yang memanggil polisi""
"Kita perlu memperjelas situasi dulu. Bisa jadi kenyataannya tak seburuk yang kita duga. Yuk,
Watson, kita pergi ke seberang untuk melihat apa yang terjadi.
2 Ketika kami berjalan dengan tergesa-gesa mehntasi Howe Street, aku menengok ke gedung
yang baru saja kami tinggalkan. Di jendela lantai atas, sekilas aku melihat bayangan kepala kepala
seorang wanita yang sedang menatap ke luar dengan tegang, menunggu kiriman pesan yang tiba-tiba
terpotong itu. Di ujung Howe Street, kami bertemu dengan seseorang yang mengenakan jas panjang
dan syal, bersandar ke pagar. Dia menatap kami ketika kami sudah berada di dekatnya.
"Holmes!" teriaknya.
"Lho, Gregson!" balas temanku sambil menyalami detektif Scotland Yard itu. "Kisah berakhir
dengan bertemunya dua sejoli. Mengapa Anda ada di sini""
"Saya kira alasannya sama dengan Anda," kata Gregson. "Sedangkan bagaimana sampai Anda
terkait dengan kasus ini, itu saya tak mengerti."
"Alur kita tak sama, tapi masalahnya sama. Saya telah mendapatkan pesan-pesan yang
dikirimkan tadi." "Pesan"" "Ya, asalnya dari jendela itu, tapi tiba-tiba terhenti. Kami kemari untuk mencari tahu apa
sebabnya. Tapi karena sudah Anda tangani, sebaiknya saya tak melanjutkannya."
"Tunggu sebentar!" teriak Gregson dengan penasaran. "Terus terang, Mr. Holmes, saya lebih
mantap menangani suatu kasus kalau bersama Anda. Hanya ada satu jalan keluar dari flat ini, jadi kita
pasti bisa mengamankan orang itu."
"Siapa dia""
"Well, well, kali ini kami lebih unggul dari Anda, Mr. Holmes. Anda harus memberi selamat
kepada kami." Dia memukulkan tongkatnya dengan keras ke tanah dan muncullah seorang kusir dari
kereta yang diparkir agak jauh dari tempat kami berdiri. "Boleh saya perkenalkan Anda kepada Mr.
14 Sherlock Holmes"" katanya kepada kusir itu. "Ini Mr. Leverton, dari Agen Amerika Pinkerton."
"Pahlawan dalam kasus Misteri Gua di Long Island"" kata Holmes. "Sir, senang sekali
berkenalan dengan Anda."
Pria Amerika yang pendiam dan formal itu dagunya mulus tercukur, wajahnya tenang. Dia
berkata dengan penuh rasa hormat, "Saya dalam kesulitan, Mr. Holmes," katanya. "Kalau saya bisa
menangkap Gorgiano..."
"Apa" Gorgiano tokoh Geng Lingkaran Merah""
"Oh, dia terkenal di Eropa rupanya, ya" Well, kami sudah mempelajari latar belakangnya di
Amerika. Kami tahu dia terlibat dalam lima puluh kasus pembunuhan, namun kami tak punya bukti
positif untuk menangkapnya. Saya sudah mengejarnya sejak di New York, dan selama seminggu ini
saya sudah amat dekat dengannya, sambil menunggu kesempatan unmk menangkapnya. Saya dan Mr.
Gregson mengejarnya ketika dia masuk ke gedung tinggi ini, dan berhubung hanya ada satu pintu untuk
keluar masuk dia tak mungkin lolos kali ini. Sudah ada tiga orang yang keluar dari gedung ini sejak dia
masuk, tapi jelas bukan dia."
"Mr. Holmes tadi mengatakan tentang pesan," kata Gregson, "saya rasa, sebagaimana biasanya,
dia tahu banyak hal yang tak kita ketahui."
Dengan singkat dan jelas Holmes menceritakan situasinya menurut pengamatan kami. Orang
Amerika itu memukulkan kedua tangannya dengan terkejut.
"Dia berhasil mengelabui kita!" teriaknya.
"Mengapa Anda berpikir demikian""
"Well, kenyataannya begitu, kan" Dia ada di sini, mengirimkan pesan kepada komplotannya
memang ada beberapa anggota gengnya di London. Lalu tiba-tiba, sebagaimana penuturan Anda, dia
memberi tanda bahwa ada bahaya mendekat, sehingga dia langsung berhenti. Tentunya, dari jendela dia
melihat kami di jalanan atau pokoknya dia mencurigai adanya bahaya yang mendekat, dan dia harus
segera bertindak kalau ingin menghindar dari kami. Bagaimana menurut Anda, Mr. Holmes""
"Sebaiknya kita secepatnya naik dan melihat apa yang terjadi."
"Tapi kita tidak mempunyai surat perintah untuk menangkapnya."
15 "Dia berkeliaran di rumah kosong dan tingkah lakunya mencurigakan," kata Gregson. "Itu
sudah cukup untuk sementara. Kalau dia tertangkap, akan kita lihat apakah New York mampu
membantu. Sayalah yang saat ini memegang tanggung jawab
untuk menangkapnya."
Detektif Scotland Yard ini mungkin agak kurang inteligensinya, tapi dia tak pernah kurang
dalam keberanian. Gregson naik untuk menangkap pembunuh yang sudah terperangkap itu, dengan
sikap tenang dan formal seolah-olah dia sedang menaiki tangga di kantornya di Scotland Yard. Agen
Amerika itu mencoba mendahuluinya, tapi Gregson menahannya di belakang. Bahaya yang
mengancam London merupakan tanggung jawab kepolisian London.
Pintu flat lantai ketiga dalam keadaan terbuka. Gregson mendorong pintu itu lebih lebar lagi. Di
dalamnya gelap dan sunyi senyap. Aku menyalakan korek api, dan menyalakan lampu yang dibawa
Gregson. Begitu lampu menerangi ruangan itu, kami semua berteriak tertahan. Pada lantai kayu
terdapat ceceran darah yang masih segar, membelok ke ruangan di bagian dalam yang pintunya
tertutup. Gregson membuka pintu ruangan itu dan menerawangkan lampunya ke depan, sementara
kami semua melongok dengan penasaran lewat bahunya.
Di tengah ruangan kosong itu, tergeletak sesosok tubuh.
Dagunya tercukur rapi, wajahnya yang gemuk menyeringai
mengerikan, dan kepalanya berlumuran darah. Lututnya
terangkat, kedua tangannya terkapar ke samping, dan sebilah
pisau menancap di tenggorokannya. Walaupun tubuhnya besar,
dia ambruk juga oleh tusukan yang begitu telak. Di samping
tangan kanannya terdapat pisau bermata dua yang sangat besar
dan tangkainya terbuat dari tanduk, serta sarung tangan hitam.
"Ya Tuhan! Dia kan Gorgiano sendiri!" teriak si detektif
Amerika. "Seseorang telah mendahului kita."
"Dan ini ada lilin di jendela, Mr. Holmes," kata Gregson.
"Lho, Anda sedang apa""
Holmes telah melangkah menyeberangi ruangan,
menyalakan lilin, lalu mengayun-ayunkannya di dekat daun
16 jendela. Dia mengintip ke seberang, mematikan lilin itu, dan melemparkannya ke lantai.
"Menurut saya, apa yang saya lakukan akan menolong
kita," katanya. Dia bergabung dengan yang lain, dan berdiri
sambil berpikir keras, sementara kedua detektif lainnya
mengamati mayat itu. "Anda mengatakan ada tiga orang
yang keluar dari flat ini ketika Anda menunggu di bawah,"
katanya pada akhirnya. "Apakah Anda mengamati mereka
dengan saksama""
"Ya." "Apakah di antara ketiga orang itu ada seorang pria berusia
sekitar tiga puluh, berjenggot hitam, kulitnya kehitaman,
dan tubuhnya berukuran sedang""
"Ya, dialah yang terakhir lewat."
"Menurut saya, dialah pembunuhnya. Saya bisa
memberikan ciri-cirinya, dan kita memiliki jejak kakinya.
Cukup bagi Anda, kan""
"Tidak, Mr. Holmes, di antara jutaan penduduk London."
"Mungkin memang tidak mudah. Itulah sebabnya saya memanggil wanita ini."
Kami semua berpaling ke pintu mendengar kata-katanya. Di pintu masuk berdiri seorang wanita
cantik dan semampai penghuni kamar sewaan di Bloomsbury. Perlahan-lahan dia melangkah maju,
wajahnya pucat dan ketakutan, matanya menatap tajam mayat yang tergeletak di lantai.
"Kalian telah membunuhnya!" dia berkomat-kamit. "Oh, Dio mio, kalian telah membunuhnya!"
Dia menarik napas panjang, melompat sambil berteriak kegirangan. Dia berputar-putar di ruangan itu
sambil menari-nari, bertepuk tangan, matanya yang gelap bersinar kegirangan, dan rentetan kata dalam
bahasa Italia meluncur deras dari mulutnya. Mengerikan dan mengagetkan sekali melihat seorang
wanita begitu gembiranya atas apa yang dijumpainya di kamar ini. Tiba-tiba dia berhenti dan menatap
kami semua dengan pandangan penuh tanda tanya.
17 "Tapi... kalian polisi, kan" Kalian yang
membunuh Giuseppe Gorgiano, kan""
"Kami memang polisi. Madam."
Wanita itu melihat sekeliling ruangan.
"Kalau begitu, di mana Gennaro"" tanyanya.
"Suami saya, Gennaro Lucca. Nama saya Emilia Lucca,
dan kami berdua dari New York. Di mana Gennaro"
Baru saja dia memanggil saya lewat jendela, sehingga
saya langsung lari kemari."
"Sayalah yang memanggil Anda," kata Holmes.
"Anda" Bagaimana mungkin Anda yang
memanggil saya""
"Kode sandi Anda tak sulit dipahami, Madam.
Kehadiran Anda di sini sangat diperlukan. Saya tahu
hanya perlu mengirim kode 'Vieni' dan Anda pasti
datang." Wanita Italia yang cantik itu menatap sahabatku dengan kagum.
"Saya heran bagai mana Anda bisa tahu hal-hal seperti itu," katanya. "Giuseppe Gorgiano...
bagaimana sampai dia..." Wanita itu tak melanjutkan kata-katanya, wajahnya tiba-tiba bersinar bangga
dan gembira. "Sekarang saya mengerti. Gennaro-ku tersayang! Gennaro-ku yang tampan dan hebat,
yang senantiasa melindungiku dari segala kejahatan, dialah yang melakukannya, dia sendirilah yang
telah membunuh monster ini dengan tangannya yang kuat! Oh, Gennaro, betapa hebatnya engkau!
Betapa bangganya wanita yang menjadi milikmu!"
"Well, Mrs. Lucca," kata Gregson dengan caranya yang menyebalkan, sambil mencengkeram
lengan wanita itu seolah-olah dia pembuat kerusuhan di Stadion Notting Hill. "Belum begitu jelas bagi
saya siapa dan apa kedudukan Anda sebenarnya, tapi dari ucapan-ucapan Anda jelaslah Anda perlu
kami bawa ke Scotland Yard."
18 "Sebentar, Gregson," kata Holmes. "Saya rasa wanita ini ingin memberikan informasi yang kita
butuhkan. Tahukah Anda, Madam, suami Anda akan ditangkap dan diadili atas tuduhan pembunuhan
terhadap orang yang terkapar dihadapan kita ini" Apa yang Anda katakan bisa dijadikan bukti. Tapi jika
Anda merasa suami Anda melakukannya karena motif-motif yang baik, Anda mungkin dapat
menolongnya dengan mengisahkan semuanya kepada kami."
"Berhubung Gorgiano sudah mati, tak ada lagi yang kami takutkan," kata wanita itu. "Dia ini
iblis sekaligus monster, dan takkan ada hakim di bumi ini yang akan menghukum suami saya karena
telah membunuhnya." "Kalau begitu," kata Holmes, "saya sarankan kita tinggalkan saja kamar ini sebagaimana
adanya, lalu kita kunci. Kita pergi ke pondokan wanita ini untuk mendengarkan penuturannya supaya
kita bisa memberikan pendapat kita untuk tindakan selanjutnya."
Setengah jam kemudian kami berempat duduk di ruang tamu Signora Lucca yang sempit. Kami
mendengarkan kisahnya yang luar biasa, yang ber-kaitan dengan peristiwa-peristiwa mengerikan yang
akhirnya malah sempat kami saksikan. Dia berkisah dengan lancar walaupun bahasa Inggrisnya agak
kacau. "Saya dilahirkan di Posilippo, dekat Naples," katanya, "dan ayah saya bernama Augusto Barelli,
pernah menjabat sebagai kepala jaksa. Gennaro bekerja pada ayah saya, lalu saya jatuh cinta
kepadanya. Dia tak punya banyak uang, juga tak punya posisi dia tak punya apa-apa kecuali wajah
tampan, tubuh kuat, dan semangat tinggi. Ayah saya tak menyetujui percintaan kami, maka kami
melarikan diri dan menikah di Bari. Saya menjual semua perhiasan saya untuk mengongkosi perjalanan
kami ke Amerika. Ini terjadi empat tahun yang lalu, dan setelah itu kami menetap di New York.
"Pada awalnya kami cukup beruntung. Gennaro bekerja pada seorang Italia yang pernah
diselamatkannya dari para penjahat di daerah Bowery. Nama pria Italia itu Tito Castalotte dan dia
pemilik perusahaan patungan besar bernama Castalotte & Zamba, pengimpor buah-buahan terbesar di
New York. Signor Zamba penyandang cacat, dan teman baru kami Castalotte-lah yang memegang
kekuasaan penuh di perusahaan yang jumlah pegawainya lebih dari tiga ratus itu. Dia meminta suami
saya bekerja di perusahaannya sebagai kepala bagian, dan senantiasa bersikap baik kepadanya. Signor
Castalotte masih bujangan, dan dia telah menganggap Gennaro seperti anaknya sendiri. Kami berdua
19 pun mengasihinya. Kami berhasil membeli rumah kecil di Brooklyn, dan masa depan kami tampaknya
terjamin, ketika tiba-tiba awan hitam muncut dan langsung mengacaukan hidup kami.
"Pada suatu malam sepulang kerja Gennaro membawa serta seorang teman Namanya Gorgiano,
juga berasal dari Posilippo. Sebagaimana kalian lihat sendiri, dia itu tinggi besar. Bukan hanya
tubuhnya yang raksasa, tingkah polahnya pun persis raksasa dan sangat menakutkan. Suaranya
bagaikan geledek di rumah kami yang kecil. Kalau dia bicara gerakan tangannya saja hampir
merobohkan rumah kami. Pikirannya, perasaannya, kesukaan-kesukaannya, semuanya serba "wah" dan
aneh-aneh. Matanya menghunjam ke arah pendengarnya dan Anda hanya bisa berdoa semoga dia tak
melukai Anda. Dia sungguh mengerikan. Syukurlah dia sudah mati!
"Dia sering datang ke rumah kami, tapi saya menyadari lama kelamaan Gen
naro, sebagaimana saya juga, tak suka akan kehadirannya. Suami saya hanya bisa terduduk lesu, dengan wajah pucat,
mendengarkan ceracau kisah kisah politik dan sosial yang disampaikan tamu kami. Gennaro tak
berkata sepatah pun, tapi saya yang tahu benar tentang dirinya, bisa membaca ekspresi wajahnya.
Pada awalnya, saya mengira itu rasa tidak suka. Tapi lama-kelamaan, saya sadar ini lebih dari
sekadar rasa tak suka. Itu ekspresi rasa takut ketakutan terpendam yang menggerogoti hidupnya.


Sherlock Holmes - Salam Terakhir Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Malam itu saya memeluknya, dan meminta dia menjelaskan mengapa sampai pria raksasa itu
menghantuinya demikian rupa.
"Dia menceritakan apa adanya, dan jantung saya menjadi sedingin es ketika saya mendengarkan
penuturannya Gennaro ternyata memiliki masa lalu yang pahit. Ketika seluruh dunia sepertinya
memusuhinya dan pikirannya menjadi setengah gila karena mengalami perlakuan tidak adil dalam
hidupnya, dia ikut dalam perkumpulan Neapolitan, Geng Lingkaran Merah, yang bersekutu dengan
Geng Carbonari yang terkenal. Sumpah dan rahasia bagi anggota-anggota geng ini sangat menakutkan,
dan kalau seseorang masuk menjadi anggota, dia tak mungkin meloloskan diri. Ketika kami melarikan
diri ke Amerika, Gennaro mengira sudah terlepas dari gengnya untuk selamanya. Itulah sebabnya dia
begitu ketakutan ketika bertemu dengan orang yang membawanya masuk ke geng ini di Naples, sang
raksasa Gorgiano, orang yang terkenal sebagai 'Pembawa Kematian' di Italia Selatan. Dia berada di
New York karena sedang dikejar polisi Italia, dan dia telah membangun jaringan Geng Lingkaran
Merah di tempat tinggalnya yang baru di New York. Begitulah yang dikisahkan Gennaro kepada saya.
Dia lalu menunjukkan kepada saya surat panggilan yang diterimanya hari itu juga, bercapkan
20 Lingkaran Merah di bagian atas kertas suratnya. Akan diadakan pertemuan pada waktu yang telah
ditetapkan, dan mereka memintanya, lebih tepatnya menyuruhnya, hadir.
"Sungguh pertanda buruk, tapi yang lebih buruk pun tengah mengintai. Saya perhatikan ketika
Gorgiano berkunjung ke rumah kami sebagaimana biasa dilakukannya pada malam hari, kalau sedang
berbicara matanya lebih banyak terarah kepada saya. Bahkan kalau kata-katanya ditujukan kepada
suami saya, matanya yang buas dan mengerikan selalu berpaling ke arah saya. Suatu malam,
rahasianya terbongkar. Rupanya saya telah membangkitkan rasa 'cinta' dalam dirinya cinta yang
brutal dan bernafsu binatang. Gennaro belum pulang kerja ketika sang raksasa datang berkunjung. Dia
memaksa masuk, memeluk saya dengan kasar, dan membujuk saya untuk melarikan diri bersamanya.
Saya berontak sambil berteriak-teriak, dan pada saat itulah Gennaro masuk dan langsung memukulnya.
Tapi dia balas menghantam Gennaro hingga tak berdaya, lalu meninggalkan rumah kami. Sejak itu dia
tak pernah muncul lagi, tapi kami telah membuka permusuhan yang mematikan dengannya.
"Beberapa hari kemudian, berlangsung pertemuan geng. Dari ekpresi wajah Gennaro sepulang
dari pertemuan itu, saya langsung bisa menebak telah terjadi sesuatu yang gawat. Keuangan
perkumpulan itu berasal dari pemerasan terhadap orang-orang Italia kaya. Sahabat baik dan penolong
kami Castalotte pun sudah didekati. Dia menolak permintaan mereka dan telah melaporkan pemerasan
itu kepada polisi. Lalu diputuskan untuk memberi pelajaran kepada Castalotte, supaya korban-korban
pemerasan lain tak akan berani menolak permintaan mereka. Pada pertemuan itu diputuskan untuk
meledakkan rumah beserta penghuninya. Pembagian tugas pun sudah dibuat. Gennaro melihat wajah
musuhnya yang kejam tersenyum licik ketika dia memasukkan tangannya ke dalam kantong undian.
Jelas sudah diatur sedemikian rupa sehingga dialah yang mendapatkan tugas itu. Dia ditugaskan
membunuh teman baiknya, atau dia dan saya akan dibasmi anggota-anggota lain geng itu. Begitulah
salah satu cara mereka yang kejam itu, yaitu menghukum anggota yang mereka takuti atau yang
mereka benci dengan cara menyakiti bukan saja orang yang bersangkutan, tapi juga orang-orang yang
sangat dikasihi dan dicintainya. Kesadaran akan kekejaman mereka inilah yang memenuhi pikiran
Gennaro, kep rihatinan dan ketakutannya hampir-hampir tak tertahankan lagi.
"Sepanjang malam itu kami duduk bersama, berpelukan, berusaha saling menguatkan hati
masing-masing terhadap kesulitan yang menghadang di depan kami. Rencana peledakan itu ditetapkan
esok malamnya. Siangnya, saya dan suami melarikan diri ke London setelah memberitahukan rencana
21 peledakan im kepada Castalotte, bahkan juga melaporkannya kepada polisi agar penolong kami itu
mendapatkan perlindungan penuh.
"Selanjutnya, Tuan-tuan, kalian sudah tahu semua. Kami yakin orang-orang yang memusuhi
kami akan mengejar ke mana pun kami pergi. Gorgiano punya alasan pribadi untuk membalas dendam,
dan kami menyadari betapa kejam dan tak kenal ampunnya dia. Kejahatannya telah tersebar di seluruh
Italia dan Amerika. Dan saat ini kejahatannya mencapai puncaknya. Suami saya telah mencarikan
tempat perlindungan yang aman untuk saya selama beberapa hari. Tak ada bahaya apa pun yang
mengancam saya selama saya berlindung. Sedangkan dia sendiri, dia ingin bebas di luar untuk mencari
hubungan dengan kepolisian Amerika dan Italia. Saya sendiri tak tahu di mana dia tinggal dan
bagaimana keadaannya. Saya hanya menunggu berita yang dipasangnya dikolom surat kabar. Tapi
suatu saat, ketika saya menengok dari jendela kamar sewa saya, saya melihat dua orang Italia sedang
mengamati rumah ini, dan saya langsung menyadari Gorgiano telah menemukan tempat perlindungan
saya. Akhirnya Gennaro memberitahu saya, melalui surat kabar juga, bahwa dia akan mengirim pesan
lewat sebuah jendela. Dan ketika pesan itu disampaikannya, semua beritanya adalah peringatan akan
adanya bahaya, yang lalu terpotong secara tiba-tiba. Jelas dia tahu Gorgiano berada tak jauh darinya.
Syukurlah dia sudah siap menghadapinya. Nah, Tuan-tuan, saya ingin bertanya kepada Anda semua,
apakah ada yang patut kami takuti kalaupun kami harus berhadapan dengan hukum, atau apakah ada
hakim di bumi ini yang akan menghukum Gennaro unmk apa yang telah dilakukannya""
"Well, Mr. Gregson," kata detektif Amerika sambil menatap detektif Scotland Yard di depannya,
"saya tak tahu bagaimana hukum di Inggris, tapi saya rasa kalau di New York, apa yang dilakukan
suami wanita ini justru akan mendapat ucapan terima kasih."
"Dia tetap harus ikut saya untuk menghadap Kepala Polisi," jawab Gregson. "Jika apa yang
diucapkannya ternyata benar, saya rasa dia ataupun suaminya tak perlu cemas. Tapi yang tetap tak saya
mengerti adalah bagaimana gerangan Anda bisa terlibat dalam kasus ini, Mr. Holmes""
"Pendidikan, Gregson, pendidikan. Soalnya saya masih mau belajar dan menimba ilmu. Well,
Watson, kau mendapat satu bahan lagi untuk koleksimu. Omong-omong, belum jam delapan, yuk
nonton drama di Covent Garden! Kalau bergegas, kita akan kebagian babak keduanya."
Salam Terakhir Sherlock Holmes
KASUS PENCURIAN RANCANGAN KAPAL SELAM BRUCE PARTINGTON
Pada minggu ketiga November 1895, kabut kuning yang tebal menyelimuti London. Sejak
Senin sampai Kamis, aku bahkan tak bisa melihat atap rumah-rumah seberang dari jendela kamarku di
Baker Street. Pada hari Senin, Holmes seharian membolak-balik indeks buku referensinya yang besar.
Dua hari berikutnya, dia tenggelam dalam hobi barunya tentang musik zaman Abad Pertengahan.
Tapi ketika hari berikutnya, setelah makan pagi, kabut tebal kecokelatan masih berseliweran dan
membasahi kaca jendela, sahabatku yang memang aktif ini jadi tak tahan lagi. Dia mondar-mandir
dengan gelisah di ruang tamu sambil menggigiti kuku jari tangannya, mengetuk-ngetuk perabotan, serta
menggerutu tak tentu arah.
"Tak ada yang menarik di surat kabar, Watson"" tanyanya kepadaku.
Aku tahu yang dimaksudkannya adalah tindak kriminal yang menarik. Ada berita tentang
revolusi, kemungkinan terjadinya peperangan, dan perubahan drastis di pemerintahan, tapi berita-berita
ini tak ada sangkut pautnya dengan bidang sahabatku. Aku tak melihat berita kriminal yang aneh;
semuanya biasa-biasa saja. Holmes mendengus, dan mulai lagi bergerak-gerak dengan gelisah.
"Pelaku kriminal di London benar-benar menjemukan," katanya, suaranya lemas bagaikan atlet
yang kala h bertanding. "Coba lihat ke luar jendela, Watson. Lihatlah bagaimana sosok-sosok itu
kelihatan bagaikan bayangan samar-samar, lalu menjadi satu di bungkahan dalam kabut. Maling atau
pembunuh bisa dengan enaknya menjelajahi London pada hari-hari seperti ini, bagaikan harimau yang
menjelajahi hutan. Baru ketahuan setelah dia menerkam, dan hanya nyata terhadap yang jadi korban."
"Cuma ada berita pencurian kecil-kecilan," kataku.
Holmes mendengus kesal. "Untuk ukuran kota sebesar ini, kejahatan-kejahatan yang terjadi seharusnya lebih dari sekadar
yang kaubaca," katanya. "Untunglah, aku tak jadi penjahat."
"Memang!" jawabku sungguh-sungguh.
"Misalkan saja aku ini penjahat bernama Brooks atau Woodhouse, atau salah satu dari lima
puluh penjahat yang pantas dihukum mati, berapa lamakah aku bisa bertahan kalau aku mengejar diriku
2 sendiri" Perlu pura-pura ada pertemuan, perjanjian, lalu semua berlalu begitu saja. Betapa asyiknya
tinggal di negara-negara Latin yang tak pernah dilanda kabut padahal di sana banyak sekali
pembunuhan terjadi. Nah, akhirnya ada yang memecah kesunyian hari-hari kita!"
Pembantu wanita masuk ke ruangan kami membawa telegram. Holmes menyobeknya, lalu
tertawa terbahak-bahak. "Well, well! Ada urusan apa nih"" katanya. "Kakakku Mycroft akan datang."
"Apa anehnya kalau dia ke sini""
"Anehnya" Itu seperti kereta api listrik yang berhenti di stasiun desa. Mycroft sangat sibuk dan
selalu terburu-buru. Sekejap di tempat tinggalnya di Pall Mall, lalu Klub Diogenes, lalu Whitehall
begitulah alur hidupnya. Suatu kali, ya, cuma sekali itu saja, dia pernah mampir kemari. Apa gerangan
yang telah terjadi sampai dia menyempatkan datang""
"Dia tak menjelaskan dalam telegram itu""
Holmes menyerahkan telegram kakaknya kepadaku.
"Perlu bertemu denganmu tentang Cadogan West. Aku segera berangkat. MYCROFT."
"Cadogan West" Rasanya aku pernah dengar nama itu."
"Aku tak ingat apa-apa tapi pasti soal penting, mengingat Mycroft sampai melanggar
kebiasaannya. Omong-omong, kau tahu apa profesi Mycroft, kan""
Samar-samar aku ingat pernah mendapat penjelasan tentang itu ketika kami menangani kasus
penerjemah bahasa Yunani.
"Kau pernah bilang kakakmu itu punya kantor kecil di bawah Pemerintah Inggris."
Holmes tergelak. "Waktu itu aku belum begitu mengenalmu. Orang kan harus hati-hati kalau berbicara tentang
hal-hal pemerintahan. Kau benar kalau menyangka dia bekerja di bawah Pemerintah Inggris. Kau juga
benar kalau mengatakan kadang-kadang dia sendirilah yang memerintah Inggris."
"Jangan main-main, sobatku Holmes!"
"Aku mengejutkanmu, ya" Mycroft gajinya 450 pound setahun, tetap sederhana hidupnya, tak
3 punya ambisi apa-apa, tak akan menerima penghargaan atau gelar apa pun, tapi dialah orang yang
paling diperlukan di negeri ini."
"Bagaimana mungkin""
"Well, posisinya unik. Itu kemauannya sendiri. Tak pernah ada posisi seperti itu sebelumnya dan
tak akan pernah ada lagi. Dia memiliki otak yang sangat teratur dan rapi, dengan kemampuan
menyimpan fakta yang luar biasa. Tak ada orang lain yang bisa menandinginya di bumi ini. Aku
memang memiliki kemampuan serupa, tapi kupergunakan untuk menyelidiki perkara-perkara kriminal.
Semua kesimpulan dari setiap departemen pemerintahan dilaporkan kepadanya, dan dia merupakan
pusat pengendali, tempat mematangkan sesuatu, yang akan menghasilkan pertimbangan-pertimbangan.
Pejabat-pejabat lain memang ahli, tapi hanya dia yang tahu segala hal. Misalnya saja, ada menteri yang
butuh informasi menyangkut Angkatan Laut, India, Kanada, dan sistem keuangan negara. Dia bisa saja
mendapatkan informasi-informasi ini dari departemen yang bersangkutan dengan masing-masing topik,
tapi hanya Mycroft yang bisa memfokuskan semuanya, dan langsung menjelaskan bagaimana masing-masing topik itu berpengaruh terhadap yang lainnya. Pada awalnya mereka hanya memanfaatkannya
sebagai tempat mencari informasi secara cepat dan efisien, tapi sekarang dia telah menjadi bagian vital
dari pemerintahan. Sudah tak terhitung lagi berapa banyak kali dia memutuskan kebijaksanaan
kebijaksanaan Pemerintah. Dia hidup dalam lingkup seperti
ini. Dia tak memikirkan hal-hal lain
kecuali, sebagai latihan bagi ketajaman otaknya, dia beristirahat sejenak kalau aku datang
mengunjunginya dan meminta pendapatnya tentang masalah kriminal. Tapi Tuan Jupiter turun takhta
hari ini. Untuk apa" Siapa gerangan Cadogan West, dan apa hubungannya dengan Mycroft""
"Aku menemukannya," teriakku sambil mengaduk-aduk tumpukan koran di sofa. "Ya, ya. Ini
dia! Cadogan West adalah pemuda yang ditemukan tewas di jalur kereta api Underground pada Selasa
pagi." Holmes menegakkan duduknya untuk memperhatikan, pipa rokoknya terhenti di udara.
"Pasti sesuatu yang serius, Watson. Kematian yang sampai menyebabkan kakakku
meninggalkan aktivitasnya sehari-hari, pasti sesuatu yang luar biasa. Apa gerangan, ya, hubungannya
dengan kematian pemuda itu" Seingatku, kasus itu sendiri biasa-biasa saja. Dikatakan pemuda itu jelas-jelas melompat dari kereta api, lalu tewas. Tak ada tanda-tanda dia telah dirampok. Juga tak ada
4 kecurigaan ada orang yang telah mendorongnya dengan kekerasan. Begitu, kan""
"Telah dilakukan penyidikan terhadap mayatnya," kataku, "dan ada banyak fakta baru yang
terungkap. Setelah diperiksa dengan lebih teliti, aku berani mengatakan bahwa kasus ini ternyata unik."
"Melihat reaksi kakakku, aku malah merasa kasus ini bukan sekadar unik, tapi sangat luar
biasa." Dia kembali membenamkan diri di kursi malasnya. "Sekarang, Watson, mari kita pelajari fakta-faktanya."
"Nama lengkap pemuda itu Arthur Cadogan West. Umurnya 27, belum menikah, dan bekerja di
Woolwich Arsenal." "Pegawai Pemerintah. Ketemu sudah hubungannya dengan kakakku Mycroft!"
"Pada Senin malam, secara tiba-tiba dia meninggalkan Woolwich. Orang terakhir yang
melihatnya adalah tunangannya, Miss Violet Westbury, yang ditinggalkannya secara terburu-buru pada
jam setengah delapan di malam yang berkabut tebal itu. Tak terjadi pertengkaran di antara mereka, dan
gadis itu sama sekali tak bisa menduga apa yang telah menjadi pemicu tindakannya. Pokoknya gadis itu
tahu-tahu mendengar mayatnya ditemukan seorang tukang bernama Mason, tak jauh dari Stasiun
Aldgate, London." "Kapan tepatnya""
"Selasa jam enam pagi. Terkapar di rel kereta sebelah kiri kalau dari arah timur, dekat stasiun,
tempat kereta ini berangkat setelah melewati terowongan. Kepalanya terbentur dengan sangat keras
mungkin disebabkan jatuhnya dari kereta api yang sedang berjalan. Dia pasti terjatuh dari kereta.
Seandainya mayatnya diangkat orang dari jalanan, kan harus melewati pagar stasiun yang selalu dijaga.
Soal ini tampaknya tak bisa dipungkiri."
"Bagus sekali. Kasusnya cukup jelas. Pemuda itu, dalam keadaan hidup atau mati, telah terjatuh
atau didorong dari kereta api yang sedang berjalan. Sejauh ini jelas sekali bagiku. Lanjutkan."
"Kereta yang melintasi jalur tempat mayat itu ditemukan adalah kereta yang berasal dari barat
menuju ke timur, beberapa di antaranya rute dalam kota dan beberapa lagi berasal dari Willesden dan
daerah-daerah pinggiran lainnya. Bisa dikatakan dengan jelas pemuda ini, ketika menemui ajalnya
sedang menuju ke arah ini larut malam itu, tapi tak diketahui jam berapa dia naik."
5 "Karcisnya, tentu saja, akan menunjukkan hal itu."
"Tak diketemukan karcis di kantong pakaiannya."
"Tanpa karcis! Wah, Watson, ini benar-benar aneh. Menurut pengalamanku, tak mungkin naik
kereta api Metropolitan tanpa menyerahkan karcis. Jadi kemungkinannya pemuda itu sebenarnya punya
karcis. Apakah lalu diambil seseorang agar tak bisa diketahui dari stasiun mana dia berangkat"
Mungkin saja, kan" Atau karcisnya terjatuh ketika dia berada di dalam kereta" Itu juga mungkin. Tapi
hal ini benar-benar menarik perhatian. Setahuku tak ada tanda-tanda perampokan""
"Tampaknya tidak. Di sini disebutkan daftar barang kepunyaannya. Dompetnya berisi uang dua
pound dan lima belas shilling. Ada juga buku cek Bank Capital & Counties cabang Woolwich.
Identitasnya didapatkan dari buku cek ini. Ada dua tiket teater Woolwich, tanggalnya malam itu juga.
Juga beberapa kertas penting yang menyangkut pekerjaannya."
Holmes berteriak puas. "Nah, ketemu juga akhirnya, Watson! Pemerin
tah Inggris Woolwich Arsenal kertas-kertas
penting kakakku Mycroft, hubungannya jelas sekarang. Tapi, kalau tak salah, kakakku sudah datang,
biar dia sendiri yang menjelaskannya."
Sejenak kemudian Mycroft Holmes yang
tinggi besar diantarkan masuk ke kamar kami.
Begitu besar dan tingginya badannya, sampai
terkesan kaku gerak-geriknya. Alisnya amat
tebal, matanya yang dalam dan berwarna abu-abu legam selalu waspada, mulutnya terkatup
erat, namun ekspresinya begitu lembut,
sehingga dalam sekejap orang akan
melupakan sosoknya yang besar, dan langsung
mengingat otaknya yang brilian.
Di belakangnya menyusul teman lama kami
Lestrade dari Kepolisian Pusat Scotland Yard
sosoknya kurus dan formal. Wajah
6 keduanya yang amat serius menunjukkan adanya masalah yang berat. Detektif itu menyalami kami
tanpa berkata sepatah pun. Mycroft Holmes melepaskan mantel panjangnya, lalu menjatuhkan diri ke
kursi malas. "Masalah yang sangat mengganggu, Sherlock," katanya. "Aku sangat tak suka mengganggu
kegiatan-kegiatanku, tapi desakan pihak Pemerintah tak bisa kuabaikan. Dalam kondisi Negeri Siam
seperti sekarang ini, seharusnya aku tak boleh keluar kantor. Tapi ada krisis besar. Tak pernah
sebelumnya kulihat Perdana Menteri sedemikian marahnya. Sedangkan pihak Markas Besar Angkatan
Laut cuma bisa teriak-teriak nyaring seperti sarang tawon. Kau sudah baca kasusnya""
"Kami baru saja membacanya. Kertas-kertas penting apa im""
"Ah, di sinilah masalahnya! Untunglah belum tersebar luas. Pihak pers bisa ngamuk dibuatnya.
Kertas-kertas yang dibawa pemuda im berisi rancangan kapal selam Bruce-Partington."
Mycroft Holmes berbicara dengan sangat hati-hati, menunjukkan betapa pentingnya masalah
itu. Aku dan adiknya duduk mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Kau pasti sudah mendengar tentang itu, kan" Kurasa semua orang sudah mendengarnya."
"Hanya namanya."
"Pentingnya proyek itu tak perlu dibesar-besarkan, karena hal ini telah menjadi rahasia negara
yang sangat dipegang erat. Percaya sajalah kalau kukatakan perang laut tak mungkin terjadi dalam
radius operasi Bruce-Partington. Dua tahun yang lalu dana yang sangat besar sudah disiapkan, dan
dipakai untuk mendapatkan monopoli atas penemuan ini. Pemerintah berusaha keras agar hal itu
dirahasiakan. Berkas rancangan im sangat rumit karena terdiri atas tiga puluh hak paten yang berbeda-beda, masing-masing merupakan bagian terpadu dari pelaksanaan secara keseluruhan. Berkas itu
disimpan di lemari besi di kantor yang dirahasiakan yang letaknya bersebelahan dengan gedung
Arsenal. Pintu dan jendelanya tak mungkin dibobol pencuri. Hanya kalau sangat diperlukan, berkas itu
dikeluarkan dari tempat penyimpanannya. Kalau pimpinan pihak kontraktor utama ingin melihat berkas
itu, dialah yang harus pergi ke kantor Woolwich. Tapi nyatanya berkas itu bisa berada di saku seorang
pegawai junior, di jantung kota London. Dari sudut pandang Pemerintah, ini benar-benar memalukan."
"Tapi berkas itu sudah didapatkan kembali, kan""
7 "Belum, Sherlock, belum! Betapa menyakitkan. Berkas itu belum kembali. Ada sepuluh
halaman yang diambil. Tujuh di antaranya ditemukan di saku Cadogan West. Tiga yang paling penting
hilang dicuri, lenyap tak berbekas. Kau harus mengesampingkan kasus-kasusmu yang lain, Sherlock.
Tak usah peduli dengan pengadilan-pengadilan yang berlangsung. Kau sekarang hanya menangani
masalah internasional yang teramat penting ini. Mengapa Cadogan West mengambil berkas itu, ada di
mana berkas yang hilang itu, bagaimana Cadogan menemui ajalnya, bagaimana sampai mayatnya
ditemukan di tempat itu, dan bagaimana agar kejahatan bisa dibasmi" Temukanlah jawaban atas semua
pertanyaan ini, kau akan sangat berjasa bagi negaramu."
"Kenapa tak kautangani sendiri, Mycroft" Kau bisa menyelidiki sesuatu seandal diriku."
"Mungkin, Sherlock. Tapi masalahnya menyangkut perincian-perincian. Beri aku perincian-perincianmu, dan sambil duduk di kursi malas, akan kuberikan saran-saran yang jitu. Tapi terus terang


Sherlock Holmes - Salam Terakhir Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukan bidangku untuk lari kian-kemari, menanyai penjaga-penjaga stasiun kereta api, dan mengamati
dengan kaca pembesar. Tidak, k
aulah orangnya yang mampu mengungkap masalah ini. Kalau kau
punya angan-angan untuk melihat namamu tercantum pada daftar penghargaan berikutnya..."
Sahabatku tersenyum dan menggeleng.
"Kalau aku melakukan penyelidikan, itu demi penyelidikan itu sendiri," katanya. "Ada hal-hal
yang menarik dari masalah ini, dan dengan senang hati aku akan menanganinya. Adakah fakta-fakta
lain"" "Yang penting-penting sudah kutuliskan di kertas ini, juga beberapa alamat yang akan
kauperlukan. Pejabat yang dipercayai menjaga berkas itu orang yang sudah sangat berpengalaman, Sir
James Walter, yang gelar dan daftar penghargaannya panjang sekali. Dia orang baik, sangat dihormati
di pesta-pesta penting, dan terlebih lagi, dia patriot bangsa yang kesetiaannya pada negara tak perlu
diragukan lagi. Dia salah satu dari dua orang yang memegang kunci lemari besi itu. Perlu kutambahkan
berkas itu masih ada di lemari besi selama jam kerja pada hari Senin, dan Sir James meninggalkan
tempat tugasnya menuju London sekitar jam tiga sambil membawa kunci lemari besi itu. Dia sedang
bertamu di rumah Admiral Sinclair di Barclay Square ketika insiden itu terjadi."
"Apakah fakta ini sudah dicek kebenarannya""
"Sudah, adiknya, Kolonel Valentine Walter, telah menyatakan melihat Sir James meninggalkan
8 Woolwich, dan Admiral Sinclair membenarkan kedatangannya di London. Jadi dia tidak lagi menjadi
tertuduh langsung dalam masalah ini."
"Siapa orang lain yang membawa kunci itu""
"Pegawai senior sekaligus juru gambar, Mr. Sidney Johnson. Dia berasia empat puluh tahun,
sudah berkeluarga, dan mempunyai lima anak. Orangnya pendiam, pemurung, tapi konduitenya bagus.
Dia tak begitu populer di antara teman-teman sekerjanya, tapi dia bekerja keras. Menurut
penuturannya, yang dibenarkan istrinya, dia berada di rumah sepanjang Senin malam setelah pulang
kerja, dan kunci yang dipegangnya, yang digantungkannya pada rantai jamnya, tak pernah lepas dari
tempatnya." "Ceritakan tentang Cadogan West."
"Pemuda itu sudah bekerja di situ selama sepuluh tahun, dan kerjanya bagus. Dia terkenal
gampang marah dan meledak-Iedak, tapi orangnya jujur dan suka berterus terang. Tak ada hal yang
melemahkan posisinya. Meja kerjanya bersebelahan dengan Sidney Johnson di kantor. Tugasnya
menyebabkan dia sering berurusan dengan berkas rancangan itu. Tak ada orang lain yang menangani
berkas itu." "Siapa yang mengembalikan dan mengunci berkas itu pada malam itu""
"Mr. Sidney Johnson, si pegawai senior."
"Well, bukankah jelas sekali siapa pencurinya" Bukankah berkas itu ditemukan pada saku
pegawai junior bernama Cadogan West itu" Tampaknya sudah selesai, kan""
"Memang, Sherlock, namun ada banyak hal yang tak bisa dijelaskan. Pertama, untuk apa dia
mengambil berkas itu""
"Tentunya berkas itu nilainya tinggi sekali, kan""
"Dengan mudah ia bisa menerima beberapa ribu pound dengan menjual berkas itu."
"Apakah kau melihat kemungkinan motif lain di samping menjual berkas itu""
"Tidak." "Maka kita harus memakai itu sebagai hipotesis untuk mengawali penyelidikan. Pemuda West- 9
lah yang mengambil berkas itu. Nah, ini hanya bisa di lakukan dengan kunci palsu...."
"Beberapa kunci palsu. Dia harus membuka pintu depan gedung dan pintu masuk ke ruangan
itu." "Oke, jadi dia memiliki beberapa kunci palsu. Dia membawa berkas itu ke London untuk
menjual informasinya. Dia pasti merencanakan untuk mengembalikan berkas itu ke tempat
penyimpanannya semula keesokan paginya. Ketika dia berada di London untuk melaksanakan misi
pengkhianatannya, dia menemui ajalnya."
"Secara bagaimana""
"Kita memperkirakan dia dalam perjalanan kembali ke Woolwich ketika dia tewas, dan
terlempar keluar dari kompartemennya di kereta api."
"Aldgate, tempat mayatnya ditemukan, sudah jauh melewati London Bridge, yang mestinya
merupakan rute perjalanannya ke Woolwich."
"Banyak dugaan bisa dimunculkan sehubungan dengan hal ini. Ada orang lain di
kompartemennya misalnya, yang mengajaknya berdiskusi serius. Diskusi ini berakhir dengan
kekerasan. Dia mungkin berusaha melompat dari kereta api, tapi terjatuh di rel, dan tewas. Orang lain
ini lalu menutup pintu. Malam itu kabut tebal sekali, sehingga orang tak bisa melihat apa-apa."
"Tak ada penjelasan yang lebih baik yang bisa kita berikan berdasarkan apa yang sekarang kita
ketahui. Namun ingat, Sherlock, masih banyak yang harus kauselidiki. Kita anggap saja pemuda
Cadogan West ini benar-benar mau membawa berkas ini ke London. Tentunya dia ada janji dengan
seseorang dan tak akan membuat rencana lain. Ternyata dia punya dua karcis untuk nonton teater, dan
sedang dalam perjalanan ke sana bersama tunangannya, ketika tiba-tiba dia menghilang."
"Barangkali itu cuma kedok"" kata Lestrade yang sejak tadi duduk mendengarkan dengan sikap
tak sabar. "Pokoknya aneh sekali. Ini keberatan Nomor 1. Keberatan Nomor 2 adalah kalau kita
memperkirakan dia sampai di London dan berhasil menemui seseorang. Dia harus mengembalikan
berkas itu sebelum keesokan harinya atau kehilangan itu akan diketahui. Dia mengambil sepuluh
halaman; hanya ada tujuh di sakunya. Ke mana yang tiga halaman lagi" Dia pasti tak akan
10 meninggalkannya atas kemauannya sendiri. Dan lagi, mana uang hasil pengkhianatannya" Mestinya dia
mengantongi banyak uang."
"Menurut saya, semuanya sangat jelas," kata Lestrade. "Saya tak ragu-ragu sedikit pun tentang
apa yang telah terjadi. Dia mengambil berkas itu untuk menjual informasinya. Dia menemui seseorang.
Mereka bertengkar soal harga. Dia lalu pulang, tapi ada yang membuntutinya. Di kereta api, orang yang
membuntutinya membunuhnya, lalu mengambil bagian-bagian penting dari berkas itu, dan
melemparkan tubuh pemuda itu ke luar. Semuanya jelas, kan""
"Mengapa dia tak punya karcis""
"Karcis itu akan menunjukkan stasiun mana yang terdekat dengan rumah si pembunuh. Maka
dia mengambil karcis itu dari saku korban."
"Bagus, Lestrade, bagus sekali," kata Holmes. "Teori Anda sesuai dengan apa yang kita ketahui.
Tapi kalau benar demikian, kasusnya sudah selesai. Sang pengkhianat sudah mati, sedangkan berkas
kapal selam Bruce-Partington itu mungkin sudah dibawa ke luar negeri. Apa yang harus kita lakukan
sekarang"" "Bertindak, Sherlock... bertindaklah!" teriak Mycroft sambil melompat berdiri. "Hati nuraniku
tak setuju dengan penjelasan ini. Pakailah kemampuanmu! Pergi dan lihat sendiri tempat peristiwa ini
terjadi! Temuilah orang-orang yang ada hubungannya dengan kasus ini! Jangan sampai ada yang
ketinggalan! Sepanjang kariermu belum pernah kau mendapat kesempatan besar seperti ini untuk
berbakti kepada negaramu."
"Well, well!" kata Holmes sambil mengangkat bahu. "Ayo, Watson! Dan Anda juga, Lestrade,
bersediakah Anda menemani kami selama sam-dua jam" Kita akan mulai penyelidikan ini dengan
mengunjungi Stasiun Aldgate. Sampai jumpa lagi, Mycroft. Aku akan mengirim laporan sebelum
malam, tapi kuperingatkan sebelumnya agar kau jangan mengharapkan terlalu banyak."
Satu jam kemudian, aku, Holmes, dan Lestrade sudah berada di jalur kereta api bawah tanah di
bagian setelah melewati terowongan, tak jauh dari Stasiun Aldgate. Seorang petugas yang sudah tua
dan sangat sopan mewakili perusahaan kereta api.
"Di sinilah tubuh pemuda itu terkapar," katanya sambil menunjuk ke suatu tempat kira-kira satu
meter jaraknya dari rel. "Tak mungkin melompat dari atas terowongan, karena ada pagar tembok
11 berkeliling. Kemungkinannya hanyalah terlempar dari kereta api, dan keretanya, setelah kami telusuri,
pastilah yang sudah lewat tengah malam pada hari Senin lalu."
"Apakah semua gerbong sudah diperiksa kalau-kalau ada tanda-tanda telah terjadi kekerasan""
"Tak ada tanda-tanda ke arah itu, dan karcisnya pun tak ditemukan."
"Tak ditemukan pintu gerbong yang terbuka""
"Tidak." "Ada tambahan bukti baru tadi pagi," kata Lestrade. "Seorang penumpang yang melewati
Aldgate dengan kereta api dalam kota pada kira-kira-jam 23.40 Senin lalu, menyatakan mendengar
suara gedebuk keras, sepertinya seseorang telah menghantam badan kereta, tak lama sebelum kereta api
tiba di stasiun. Tapi karena saat itu kabut turun dengan tebalnya, dia tak melihat apa-apa. Dia tidak
segera melaporkan hal itu. Eh, ada apa gerangan dengan Mr. Holmes""
Sahabatku sedang berdiri dengan ekspres
i wajah kaku, sambil menatap rel kereta api di bagian
yang membelok keluar dari terowongan. Aldgate merupakan stasiun persimpangan, dan terlihat angka-angka yang tertera pada dinding. Matanya yang penuh
tanda tanya nyalang menatap ke angka-angka itu dan
wajahnya menjadi tegang, bibirnya terkatup rapat,
lubang hidungnya bergetar, dan kedua alisnya
mengerut "Simpang," gumamnya, "persimpangan."
"Memangnya kenapa" Apa maksud Anda""
"Saya rasa tak ada banyak persimpangan di
stasiun sini"" "Tidak, hanya beberapa."
"Dan juga belokan. Persimpangan dan belokan.
Wah! Kalau saja begitu halnya."
"Ada apa, Mr. Holmes" Anda menemukan
12 petunjuk"" "Ide... cuma ide. Tapi kasus ini makin lama makin menarik. Unik, benar-benar unik, dan kenapa
tidak" Saya tak melihat tanda-tanda darah di rel."
"Memang hampir tak ada."
"Padahal luka korban cukup parah."
"Ada tulang yang patah, tapi luka luarnya tak seberapa."
"Mestinya tetap ada darah, walaupun tak banyak. Bisakah saya memeriksa kereta yang
ditumpangi orang yang mendengar suara gedebuk itu""
"Tampaknya tak bisa, Mr. Holmes. Kereta api itu telah dibongkar dan gerbong-gerbongnya telah
dipasang-pasangkan ke kereta api lain."
"Saya berani menjamin, Mr. Holmes," kata Lestrade, "setiap gerbong telah diperiksa dengan
saksama. Saya sendiri menyaksikannya."
Salah satu kelemahan sahabatku adalah ketidaksabarannya menghadapi orang-orang yang daya
pikirnya tak begitu tajam.
"Mungkin saja demikian," katanya sambil membalikkan badan. "Tapi terus terang, bukan
gerbong-gerbongnya yang mau saya periksa. Watson, urusan kita di sini sudah selesai. Kami tak ingin
merepotkan Anda lagi, Mr. Lestrade. Sekarang, saya rasa sebaiknya kami melanjutkan penyelidikan ke
Woolwich." Di daerah London Bridge, Holmes mengirim telegram ke kakaknya, yang sempat
ditunjukkannya kepadaku sebelum dikirimkannya. Bunyinya demikian:
Terlihat setitik terang dalam kegelapan, tapi bisa juga padam lagi. Sementara
itu, lewat kurir, harap kirim ke Baker Street daftar lengkap semua mata-mata
asing atau agen internasional yang diketahui berada di Inggris, dengan alamat
lengkap. Sherlock. "Daftar im akan sangat menolong, Watson," komentarnya ketika kami sudah duduk di dalam
kereta api yang menuju Woolwich. "Kita berutang budi pada kakakku Mycroft, karena dia telah
memperkenalkan kita kepada kasus yang sungguh-sungguh luar biasa."
13 Wajahnya yang penasaran masih memancarkan ketegangan dan semangat. Ini menunjukkan ada
ide baru yang sedang berkecamuk di benaknya. Bandingkan saja anjing pemburu yang telinga dan
ekornya menggantung ke bawah saat sedang berjalan-jalan santai di kandangnya dengan saat matanya
menyala-nyala, ototnya menegang, dan berlari karena telah mencium sesuatu perubahan semacam
itulah yang telah terjadi pada Holmes sejak pagi tadi. Dia bukan lagi sosok berpiama gelap kusam yang
mondar-mandir dengan gontai dan gelisah beberapa jam yang lalu di dalam kamarnya yang diselimuti
kabut. "Ada kasus untuk diselidiki. Ada pula kesempatan untuk melakukan penyelidikan," katanya.
"Betapa bodohnya aku, tak melihat kemungkinan itu sebelum ini."
"Sampai sekarang pun semuanya masih gelap bagiku."
"Bagian akhirnya memang masih gelap bagiku, tapi aku sudah mendapatkan ide yang mungkin
bisa mengarahkan kita. Korban menemui ajalnya di tempat lain, dan mayatnya ditaruh di atap gerbong
kereta api." "Di atap gerbong""
"Luar biasa, kan" Tapi, coba pertimbangkan beberapa fakta ini. Apakah kebetulan mayatnya
ditemukan di tempat kereta api terguncang-guncang karena membelok" Bukankah bisa direncanakan
itu akan menjatuhkan apa pun yang ditaruh di atap gerbong" Belokan itu tak begitu mempengaruhi
penumpang di dalam gerbong. Hanya ada dua kemungkinan: tubuh itu terjatuh dari atap gerbong, atau
telah terjadi kebetulan yang sangat langka. Nah, sekarang pertimbangkan pertanyaanku tentang tak
ditemukannya bercak darah. Tentu saja tak ditemukan darah di rel kereta api karena darah korban telah
tercecer di tempat lain. Tiap fakta bisa mengarah kepada kesimpulan. Kalau semua fakta itu
digabungkan, ternyata kesimpulan yang didapatkan cukup kuat."
"Dan tentang k arcisnya juga!" teriakku
"Tepat. Sebelum ini, kita tak bisa menjelaskan mengapa dia tak punya karcis, tapi sekarang bisa.
Semua tampaknya cocok."
"Meskipun demikian, misteri kematiannya masih jauh dari jangkauan kita. Bukannya jadi
semakin sepele, tapi malahan semakin memusingkan."
14 "Mungkin saja," kata Holmes dengan serius, "mungkin saja."
Dia tenggelam dalam lamunannya, sementara kereta api yang kami tumpangi berhenti di
Stasiun Woolwich. Dia memanggil kereta sewaan, lalu mengeluarkan kertas yang diterimanya dari
Mycroft. "Kita mau keliling-keliling sebentar siang ini," katanya. "Kurasa Sir James Walter-lah yang
akan kita kunjungi pertama kali."
Rumah pejabat terkenal itu berbentuk vila yang indah, dengan padang rumput yang
menghampar ke arah Sungai Thames. Ketika kami sampai di sana, kabut sudah terangkat, dan seberkas
cahaya matahan menyinari sekeliling tempat itu. Kepala pelayan membukakan pintu.
"Sir James, Sir!" katanya dengan wajah murung. "Sir James meninggal dunia pagi tadi."
"Ya Tuhan!" teriak Holmes. "Kenapa dia meninggal""
"Mungkin Anda sebaiknya masuk, Sir, untuk menemui adiknya Kolonel Valentine."
"Ya, sebaiknya begitu."
Kami diantar masuk ke sebuah ruangan yang penerangannya remang-remang. Sejenak
kemudian seorang pria menemui kami. Wajahnya berjenggot tipis, tubuhnya amat jangkung, tampan,
dan usianya sekitar lima puluh. Dialah adik almarhum Sir James Walter. Matanya yang nyalang,
pipinya yang pucat, dan rambutnya yang awut-awutan menunjukkan keguncangan yang tiba-tiba
melanda penghuni rumah itu. Dengan terbata-bata, dia berkisah.
"Semuanya berawal dari skandal yang mengerikan itu," katanya. "Kakak saya, Sir James, pria
yang sangat terhormat, dan tak bisa menerima kejadian itu. Hatinya sangat hancur. Dia selalu
membanggakan betapa efisiennya departemen yang dipimpinnya, dan kejadian itu benar-benar
memukulnya." "Kami sebenarnya berharap dia bisa memberikan beberapa pengarahan yang akan membantu
kami membereskan masalah itu."
"Saya berani menjamin dia sendiri tak tahu-menahu mengenai hal itu. Dia sudah melaporkan
semua yang diketahuinya kepada polisi. Tentu saja, dia tak ragu Cadogan West-lah yang bersalah. Tapi
selebihnya, dia tak tahu apa-apa."
15 "Anda sendiri, tak dapatkah memberikan sedikit petunjuk tentang kasus ini""
"Saya sendiri tak tahu banyak kecuali dari apa yang pernah saya baca atau dengar. Saya
sebenarnya tak bermaksud tak sopan, Mr. Holmes, tapi kami sedang berkabung, jadi mohon agar
wawancara ini disudahi sampai di sini saja."
"Kita benar-benar tak menyangka akan terjadi perkembangan seperti ini," kata sahabatku ketika
kami sudah berada kembali di kereta. "Aku meragukan apakah kematiannya normal saja, atau dia
bunuh diri! Kalau dia bunuh diri, bukankah itu bisa berarti wujud penyesalan dirinya karena merasa
gagal melaksanakan tugas dengan baik" Kita kesampingkan dulu jawaban atas pertanyaan ini.
Sekarang, kita menuju rumah Cadogan West."
Rumahnya kecil tapi dirawat dengan baik, letaknya di pinggir kota, dan ibunya tinggal di situ.
Wanita tua itu masih sangat berduka, sehingga tak dapat membantu kami sama sekali. Tapi di
sampingnya ada seorang wanita muda berwajah pucat. Dia memperkenalkan diri sebagai Miss Violet
Westbury, tunangan almarhum Cadogan West, dan dialah yang terakhir melihat pemuda itu di malam
yang tragis itu. "Saya tak bisa menjelaskan hal itu, Mr. Holmes," katanya. "Saya tak bisa memejamkan mata
sejak tragedi itu. Saya tak habis-habisnya berpikir, berpikir, dan berpikir, apa maksud sebenarnya dari
kejadian itu. Arthur tak pernah berpikir macam-macam. Dia gagah berani dan sangat patriotik. Dia
lebih suka memotong tangannya daripada menjual rahasia negara yang dipercayakan kepadanya.
Benar-benar tak masuk akal, bagi orang yang mengenalnya dengan baik."
"Tapi fakta-faktanya. Miss Westbury""
"Ya, ya, saya akui saya pun tak bisa menjelaskan hal itu."
"Apakah dia kekurangan uang""
"Tidak, kebutuhannya tak begitu banyak dan gajinya tinggi. Dia bahkan mempunyai tabungan
sejumlah beberapa ratus pound, dan kami merencanakan menikah tepat di Tahun Baru."
"Tak ada tanda-tanda kegel
isahan" Ayolah, Miss Westbury, terus teranglah kepada kami"
Mata sahabatku yang sigap telah menangkap perubahan sikap wanita itu. Wajahnya memerah
dan ragu-ragu. 16 "Ya," katanya pada akhimya. "Saya merasakan ada sesuatu yang mengganggu pikirannya."
"Sudah sejak lama""
"Kira-kira baru seminggu yang lalu. Dia sering merenung dan cemas. Saya pernah menanyakan
hal itu kepadanya. Dia mengakui memang ada sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan di
kantornya. Dia tak dapat membicarakan hal itu, kepada saya sekalipun, begitu katanya. Saya tak bisa
memaksanya, bukan""


Sherlock Holmes - Salam Terakhir Sherlock Holmes di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Holmes kelihatan murung. "Teruskan, Miss Westbury. Bahkan jika Anda harus mengatakan sesuatu yang negatif tentang
dia, teruskan saja. Kami belum bisa mengatakan mengapa dia bersikap begitu."
"Terus terang, tak ada yang bisa saya katakan lagi. Sekali-dua kali saya merasa dia ingin sekali
menceritakan sesuatu kepada saya. Suatu malam dia mengatakan tentang betapa pentingnya sesuatu
yang dirahasiakannya itu, dan saya ingat dia juga pernah mengatakan tak heran jika mata-mata luar
negeri mau membayar mahal untuk mendapatkan rahasia itu."
Wajah sahabatku menjadi semakin murung.
"Ada yang lain lagi""
"Dia bilang pengawasan pemerintah kita kurang ketat... seorang pengkhianat akan dengan
mudahnya mengambil rahasia itu."
"Apakah komentar itu dikatakannya belum lama ini""
"Ya, belum terlalu lama."
"Sekarang, ceritakan tentang malam terakhirnya."
"Sebetulnya kami mau nonton. Kabut begitu tebal sehingga percuma saja kalau kami naik
kereta. Maka kami berjalan kaki, dan kami melewati jalanan dekat kantor tempatnya bekerja. Tiba-tiba,
dia menghilang begitu saja di balik kabut."
"Tanpa mengatakan apa-apa""
"Dia meneriakkan sesuatu, itu saja. Saya menunggu beberapa saat, tapi dia tak kunjung muncul.
Saya lalu berjalan pulang. Keesokan harinya, beberapa saat setelah jam kantor, beberapa orang datang
17 ke rumah untuk menanyai saya. Kira-kira jam dua belas, kami mendapat kabar yang mengerikan itu.
Oh, Mr. Holmes, kalau saja Anda bisa memulihkan nama baiknya! Dia begitu menjunjung tinggi
kehormatannya." Holmes menggeleng dengan sedih.
"Ayo, Watson," katanya, "kita harus pergi ke tempat lain. Tujuan kita selanjutnya kantor tempat
dokumen itu dicuri. "Sebelum ini, tuduhan terhadap pemuda itu sudah cukup berat, tapi apa yang kita dapatkan
malah menambah berat tuduhan itu," komentarnya ketika kereta yang membawa kami melaju.
"Rencana pernikahannya bisa menjadi motif kejahatannya. Dia pasti telah merencanakan pencurian itu,
karena dia sempat menyinggungnya di depan tunangannya. Dia bahkan nyaris melibatkan gadis itu
dengan membeberkan rencana-rencananya."
"Tapi bukankah kepribadian seseorang harus dipertimbangkan juga, Holmes! Lagi pula,
mengapa dia meninggalkan tunangannya di jalanan lalu dia sendiri menghilang untuk melakukan
pencurian"" "Tepat! Ada beberapa hal yang aneh, tapi kasusnya memang memberatkan pemuda ini."
Mr. Sidney Johnson, pegawai senior di kantor itu, menerima kami dengan penuh hormat setelah
membaca kartu nama sahabatku. Mr. Sidney Johnson bertubuh kurus, berkacamata, pipinya cekung,
dan tangannya gemetaran karena ketakutan yang menimpa dirinya.
"Payah, Mr. Holmes, payah sekali! Apakah Anda sudah mendengar tentang meninggalnya
pimpinan kami""
"Kami baru saja berkunjung ke ramahnya."
"Tempat ini jadi kacau-balau. Pimpinan mati, Cadogan West mati, dokumen kami dicuri.
Padahal, Senin malam yang lalu, kantor ini masih baik-baik saja. Ya Tuhan, betapa teganya manusia
bernama West itu melakukan hal tercela seperti itu!"
"Anda yakin dia yang bersalah""
"Saya tak melihat kemungkinan lain. Padahal saya mempercayainya seperti mempercayai diri
sendiri." 18 "Jam berapa kantor ini tutup Senin yang lalu""
"Jam lima." "Andakah yang menutup kantor ini""
"Memang sayalah yang selalu meninggalkan kantor paling akhir."
"Di mana berkas rancangan itu disimpan""
"Di lemari besi itu. Saya sendirilah yang menaruhnya di situ."
"Apakah tak ada satpam yang menjaga kantor ini""
"Ada, tapi pada saat yang bersamaan dia juga bertugas di beberapa kantor departemen lain.
Satpam itu pensiunan tentara,
dan sangat dipercaya. Dia tak melihat apa-apa malam itu, karena kabut
memang sangat tebal."
"Seandainya Cadogan West mau masuk ke gedung ini setelah jam kantor, bukankah dia
memerlukan tiga kunci untuk sampai ke tempat dokumen im disimpan""
"Ya. Kunci pintu depan gedung, kunci pintu kantor ini, dan kunci lemari besi."
"Dan hanya Sir James Walter dan Anda yang memiliki kunci-kunci itu, kan""
"Tidak semuanya, saya hanya memegang kunci lemari besi."
"Apakah kegiatan-kegiatan Sir James sangat teratur waktunya""
"Ya, saya rasa begitu. Sepengetahuan saya, ketiga kunci itu diikatnya menjadi satu. Saya sering
melihatnya." "Dan kunci-kunci itu dibawanya ke London""
"Begitulah pengakuan beliau."
"Dan kunci yang ada pada Anda tak pernah lepas dari genggaman Anda""
"Tak pernah." "Berarti West, kalau memang dia pelakunya, punya kunci duplikat. Tapi tak ditemukan di
tubuhnya Satu hal lagi: kalau ada pegawai di kantor ini yang ingin menjual rancangan itu, bukankah
lebih gampang menyalin saja daripada mengambil aslinya sebagaimana yang terjadi""
19 "Dibutuhkan keterampilan teknis khusus untuk bisa menyalin rancangan itu dengan baik."
"Tapi saya rasa, baik Sir James, Anda sendiri, maupun West, memiliki keterampilan khusus
itu"" "Jelas. Tapi saya mohon Anda tidak melibatkan saya dalam kasus ini, Mr. Holmes. Apa gunanya
berspekulasi kalau rancangan yang asli terbukti dibawa West""
"Well, aneh sekali kenapa dia harus mengambil risiko besar dengan mengambil yang asli,
sedangkan dia bisa menyalinnya."
"Memang aneh tapi nyatanya toh demikian."
"Semua penyelidikan kasus ini menunjukkan sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Saat ini, ada tiga
lembar rancangan yang belum ditemukan. Sepengetahuan saya, ketiga lembar itu justru yang paling
penting." "Begitulah." "Maksud Anda, siapa pun yang
memiliki ketiga lembar rancangan itu,
meskipun tak memiliki tujuh lembar
lainnya, bisa membuat kapal selam
model Bruce-Partington""
"Saya melapor begitu ke Angkatan
Laut. Tapi ketika tadi saya meneliti
rancangannya kembali, saya jadi tak
begitu yakin. Rancangan katup ganda
yang dilengkapi dengan celah otomatis
terdapat pada salah satu lembar yang
kembali. Jika elemen ini tak ditemukan, kapal itu tak mungkin dibuat. Tentu saja, tak dibutuhkan waktu
lama untuk menangani masalah itu."
"Namun ketiga lembar rancangan yang belum kembali itu tetap yang paling penting""
"Jelas sekali."
20 "Saya rasa, atas izin Anda, saya mau jalan-jalan mengelilingi gedung ini. Cukup sekian dulu
pertanyaan-pertanyaan kami."
Sahabatku memeriksa kunci lemari besi, kunci pintu ruangan, dan daun jendela ruangan itu.
Ketika kami berada di halaman, barulah sikapnya menjadi sangat bersemangat. Di luar jendela terdapat
semak-semak, dan beberapa carangnya menunjukkan tanda-tanda telah terputus atau terinjak. Holmes
memeriksa semak-semak itu dengan kaca pembesarnya, lalu diperiksanya juga beberapa jejak samar-samar di tanah di bawah semak-semak. Lalu dia meminta Mr. Johnson menutup daun jendela, dan dia
menunjukkan kepadaku bahwa ternyata daun jendela itu tak menutup secara sempurna, sehingga dari
luar orang bisa saja mengintip.
"Jejak-jejak yang ada sudah rusak karena terlewatkan tiga hari. Jejak-jejak itu bisa mempunyai
makna, bisa juga tidak. Well, Watson, kurasa Woolwich tak bisa membantu kita lebih lanjut. Hanya
sedikit sekali hasil yang kita dapatkan. Coba kita buru informasi di London."
Ternyata kami mendapatkan tambahan informasi sebelum meninggalkan Stasiun Woolwich.
Penjual karcis mengatakan dengan yakin melihat Cadogan West yang sosoknya sangat dikenal pada
Senin malam yang lalu. Dia sendirian, dan membeli satu karcis kelas tiga. Waktu itu dia terkejut
melihat sikap West yang cemas. West begitu gemetaran, sampai-sampai mengalami kesulitan ketika
mengambil uang kembali, lalu dia menolongnya. Berdasarkan jadwal keberangkatan kereta api,
kemungkinan besar West naik kereta pukul 20.15 setelah meninggalkan tunangannya pada pukul 19.30.
"Mari kita mereka-reka, Watson," kata Holmes setelah berdiam diri selama setengah jam. "Aku
tak menyadari kalau penyelidikan ini akan menjadi lebih rumit dari
penyelidikan-penyelidikan lain
yang pernah kita lakukan bersama. Setiap perkembangan baru yang kita dapatkan tak banyak
menguakkan dasar misteri ini. Walaupun demikian, kita sudah mendapatkan perkembangan yang
memadai. "Penyelidikan kita di Woolwich pada intinya mengarah ke pemuda Cadogan West, dialah pelaku
tindak kriminal itu, tapi indikasi yang kita peroleh dari jendela bisa mengarah kepada kemungkinan
yang berbeda. Kita anggap saja West memang didekati seorang agen asing. Dia menolak namun jadi
khawatir soal keselamatan berkas rancangan itu. Dia tak berani mengatakan apa-apa kepada orang lain,
tapi karena masalah itu terus memenuhi pikirannya, akhirnya dia menyinggungnya kepada
21 tunangannya. Sekarang kita memperkirakan ketika dalam perjalanan ke teater bersama tunangannya
dalam cuaca yang berkabut, dia tiba-tiba melihat agen asing itu berjalan menuju kantornya. Dia orang
yang tidak sabaran dan cepat bereaksi. Dia langsung merasa bertanggung jawab. Dia mengikuti orang
itu sampai ke jendela, dan menyaksikan si pencuri beraksi. Teori ini membuat kita bisa memahami
mengapa yang diambil rancangan yang asli. Kalau pencurinya orang asing, dia tentu tak dapat
menyalinnya. Sejauh ini semuanya cocok."
"Apa langkah berikutnya""
"Di sini kita mengalami kesulitan. Tindakan logis yang mestinya diambil West dalam keadaan
seperti itu adalah menangkap si pencuri dan membunyikan tanda bahaya. Mengapa dia tidak
melakukan itu" Mungkinkah yang mencuri rancangan itu atasannya sendiri" Bila ya, tindakan West
bisa dimengerti. Ataukah West kehilangan jejak pencuri itu di jalanan yang berkabut dan langsung
berangkat ke London untuk mendahuluinya" Kita anggap saja West tahu di mana pencuri itu tinggal.
Panggilan tugas itu bagi West pastilah sangat mendesak, sampai dia tega meninggalkan tunangannya
dalam cuaca yang berkabut tanpa mengatakan sesuatu. Langkah kita terhenti di sini, dan bagaimana
sampai mayat West bersama tujuh halaman rancangan yang hilang itu bisa berada di atap gerbong
kereta api Metropolitan, masih harus dicari mata rantainya. Sekarang aku akan melacak kasus ini dari
sudut yang berlawanan. Aku akan memeriksa daftar nama yang diberikan Mycroft dan memutuskan
siapa kira-kira agen yang sedang kita cari itu."
Ketika kami pulang ke Baker Street, daftar itu telah menunggu kami. Holmes
memperhatikannya sebentar lalu melemparkannya kepadaku.
Ada banyak nama yang tak begitu penting, namun hanya sedikit yang mampu menangani kasus
sebesar ini. Mereka yang patut dipertimbangkan adalah Adolph Meyer alamat di Great
George Street 13, Westminster; Louis La Rothiere alamat di Campden Mansions, Notting Hill;
dan Hugo Oberstein alamat di Caulfield Gardens 13, Kensington. Yang disebut paling akhir
ini berada di London pada hari Senin yang lalu, dan berdasarkan laporan yang masuk, kini dia
Penghuni Kuil Emas 1 Pedang Siluman Darah 21 Ratu Maksiat Telaga Warna Pendekar Baju Putih 5

Cari Blog Ini