Ceritasilat Novel Online

Misteri Kamar Tersembunyi 1

Pasukan Mau Tahu - Misteri Kamar Tersembunyi Bagian 1


Misteri Kamar Yang Tersembunyi
By: Enid Blyton Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
1 LIBURAN NATAL Pip menyiapkan alat-alat gambarnya Api pendiangan disodok-sodoknya sebentar, supaya lebih berkobar dan menghangatkan ruangan itu. Kemudian ia mulai menggambar, menyelesaikan kartu-kartu Natal yang dibual sendiri olehnya.
"Bagus sekali gambarmu, Pip," kata Bets. Ia berdiri di belakang abangnya, memperhatikan Pip sibuk membubuhkan warna pada gambarnya. "Aku kepingin bisa mencat serapi itu"
"Kau kan masih kecil," kala Pip, sambil! mulai mencat buah-buahan dalam gambarnya dongan warna marah.
"Tapi aku kan baru saja berulang tahun, dan umurku sekarang sudah sembilan tahun," jawab Bets. "Aku sudah bertambah besar. Sedang kau masih selalu dua belas tahun, Pip. Sekarang aku cuma ketinggalan tiga tahun saja lagi."
Kenapa anak-anak belum dalang"" kata Pip sambil memandang jam. 'Padahal sudah kukatakan agar cepat datang. Senang rasanya kalau beramai-ramai menyiapkan hadiah Natal."
Bets pergi ke jendela ruang main yang lapang itu.
"Nah - itu Larry dan Daisy datang."kalanya. "Aduh, Pip - asyik rasanya, kita bisa berkumpul kembali!"
Dari semua anak-anak Itu hanya Bets saja yang tidak bersekolah di tempat lain. Selama yang lain-lain bersekolah Bets sering kesepian. Ia tidak bisa bermain-main dengan Pip, begitu pula dengan ketiga sahabat mereka, Larry dan Daisy Daykin, serta Fattv Trotteville.
Tapi kini liburan Natal sudah tiba. Anak-anak pulang semua, berlibur di rumah. Bets bahagia sekali. Abangnya ada di rumah lagi, dan sebentar lagi Natal akan tiba!
Larry dan Daisy bergegas gegas naik ke atas, menuju ruang main.
"Halo," sapa Larry, begitu ia masuk bersama adiknya. 'Kalian sudah siap membuat kartu Natal" Aku masih harus membual tiga lagi, sedang Daisy masih harus menyelesaikan satu hadiah. Kami sengaja membawa semuanya ke sini."
"Bagus," kata Pip. Diselipkannya ujung kuas ke dalam mulut, supaya ujungnya runcing. "Di meja ini cukup banyak tempat. Fatty belum datang."
Saat itu terdengar bunyi gonggongan nyaring, Bets bergegas ke jendela.
"Itu Buster - dengan Fatty," katanya "Aduh, bukan main - Fatty kelihatannya semakin bertambah gendut"
Sesaat kemudian Fatty dan Buster sudah berada dalam ruang main. Fatty nampak segar bugar. Sikapnya seperti biasa - puas terhadap dirinya sendiri.
"Halo, Buster!" sapa Bets. " Aduh, Fatty - kau bertambah gendut kelihatannya, sedang Buster menjadi kurus."
"Dan Fatty takkan bisa agak langsing setelah perayaan Natal lewat," kata Larry, sambil duduk menghadap meja. "Kau membawa kartu-kartu Natal yang masih perlu diselesaikan, Fatty" Aku sudah hampir selesai semua."
Larry abang Daisy. Sedang Fatty anak tunggal. Anak itu selalu merasa dirinya paling hebat. Dan Buster seekor anjing, yang setia menemani Fatty.
Fatty meletakkan sebuah buku tebal ke atas meja, serta selembar kartu Natal yang lucu buatannya sendiri. Bets langsung menyambarnya.
"Wah - bagus sekali kartu ini, Fatty," serunya. "Kau sendiri yang membuatnya" Bukan main - pasti tidak kalah dengan kartu yang dijual di toko."
"Yah -" kala Fatty dengan tampang senang, "aku memang berbakat di bidang seni Selama semester yang lalu aku kembali menjadi juara kelas, dan guru gambar kami mengatakan... "
"Tutup mulut," seru Pip, Larry dan Daisy serempak. Fatty senang sekali membangga-banggakan kejagoannya mengenai apa saja. Sedang ketiga- temannya itu selalu berusaha mencegah.
"Ya deh, ya deh," kala Fatty agak cemberut. "Kalian selalu menukas, apabila aku ingin mengatakan sesuatu. Biar, sekarang takkan kukatakan untuk siapa kartu Natal ini."
"Pasti untuk mencari muka pada guru gambarmu," kata Pip, yang sudah sibuk kembali mencat gambar daun dengan warna hijau. Ia bekerja dengan tekun. Fatty diam saja.
"Kaukatakan saja padaku, untuk siapa kartu Natal itu," kata Bets sambil memandang Fatty. "Kartu itu bagus! Aku ingin tahu, pada siapa kau bermaksud mengirimkannya."
"Sebetulnya aku berniat mengirimkan hadiah buku serta kartu Natal ini alas nama kita semua, untuk seorang kawan k
ita bersama,"' kala Fatty. "Tapi karena kelihatannya cuma Bets saja yang mengagumi kartuku, maka aku akan mengirimkannya atas namaku sendiri!"
Kawan-kawannya menoleh dengan perasaan ingin tahu.
"Kau hendak mengirimkannya pada siapa"" tanya Daisy. Diambilnya kartu yang terletak di atas meja. "Bagus sekali gambarmu! Dan kelima anak ini - ini kita, maksudmu" Lalu anjing ini Buster""
"Betul," jawab Fatty. "Kau tidak bisa menebak, kartu itu untuk siapa" Untuk Inspektur Jenks!"
"Wah - bagus sekali idemu itu!" seru Bets. "Dan buku itu, juga untuk dia" Buku mengenai apa itu""
Diambilnya buku itu, lalu dibolak-baliknya halamannya. Ternyala buku mengenai memancing.
"Ide bagus, Fatty," kala Larry, "Pak Inspektur memang gemar sekali memancing. Pasti ia akan senang sekali menerima kartu itu apalagi disertai hadiah buku tentang olahraga kegemarannya Aku setuju kalau kau mengiriminya atas nama kita semua !"
"Maksudku memang begitu," kata Fatty. "Harga pembelian buku kita pikul bersama, lalu kita semua menuliskan nama-nama kita pada kartuku ini. Lihatlah, apa yang kutuliskan di dalamnya ."
Anak-anak mengerubung, semua ingin melihat tulisan dalam kartu Natal yang dipegang oleh Fatty. DI situ tertulis dengan huruf-huruf yang indah dan rapi:
"SELAMAT HARI NATAL! SALAM HANGAT DARI PASUKAN MAU TAHU".
"Ya, bagus," kata Pip. "Kita memang cocok apabila disebut Pasukan Mau Tahu Mudah-mudahan saja ada lagi kejadian misterius yang perlu diselidiki."
"Kita sudah berhasil membongkar misteri pondok terbakar, lalu misteri kucing Siam yang hilang," kata Daisy. "Aku ingin tahu misteri kayak apa yang akan kita hadapi berikutnya. Bagaimana ya - mungkin kita tidak akan menghadapi kejadian misterius lagi dalam liburan ini""
Aku takkan heran apabila hal itu terjadi," kata Fatty. "Ngomong-ngomong, ada tidak di antara kalian yang sudah sempat berjumpa dengan si Ayo Pergi""
Orang yang bernama aneh itu polisi desa itu. Nama sebenarnya Pak Goon. Anak-anak tidak senang pada orang itu. Sedang Pak Goon juga tidak senang pada mereka, apalagi setelah anak-anak dua kali berhasil menduluinya memecahkan persoalan yang misterius. Ternyata dari kelima anak itu, tak seorang pun yang sudah berjumpa dengannya. Mereka juga tidak kepingin. Orangnya tidak menyenangkan. Mukanya selalu kelihatan merah dan tembam, dengan biji mata melotot ke luar.
"Sekarang kita semua menandatangani kartu ini," kata Fatty. Ia mengeluarkan sebatang pena yang sangat indah. Anak itu barang-barangnya selalu serba mahal dan bagus. Uang sakunya juga banyak sekali, jauh lebih banyak daripada kawan-kawannya. Tapi tidak ada yang merasa iri, karena anak itu murah hati. Selalu mau membagi apa saja yang dimilikinya dengan teman.
"Yang paling tua lebih dulu," kata Pip. Karenanya Larry lantas mengambil pena dari tangan Fatty. Larry sudah berumur tiga balas tahun. Ia membubuhkan tanda tangannya dengan tulisan rapi, 'Laurence Daykin'.
"Sekarang, aku," kata Fatty. "Minggu depan aku akan sudah berumur tiga belas. Sedang kau baru tahun depan. Pip."
Fatty membubuhkan nama lengkapnya pada kartu ucapan selamat Natal pada Inspektur Jenks. Frederick Algernon Trotteville.
"Kau pasti tidak pernah membubuhkan singkatan namamu ya, Fatty," kata Pip, sambil mengambil pena, "FAT"
"Memang tidak pernah:' jawab Fatty. "Kau pasti juga takkan mau, jika namamu yang singkatannya begitu dan badanmu gemuk. FAT 'far' - jadi gendut! Sudah berbadan gemuk, nama juga gendut. Itu kan mencari perkara namanya."
Sementara itu Pip sudah membubuhkan namanya pada kartu Natal yang akan dikirimkan pada Inspektur Jenks. Philip Hilton. Setelah itu menyusul Daisy dengan nama aslinya, Margaret Daykin.
"Sekarang kau, Bets," kata Fatty, sambil menyodorkan pena pada anak perempuan itu. "Tapi yang bagus tulisannya, ya!"
Dengan ujung lidah terjulur ke luar, Bets membubuhkan tanda tangannya dengan tulisan yang masih agak bengkok-bengkok. Elsabeth Hilton Lalu di belakangnya ditambahkan, 'Bets'.
"Untuk berjaga-jaga, kalau dia lupa Elisabeth itu aku," katanya menjelaskan.
"Mana mungkin dia lupa," kata Fa
tty. "Kurasa ia tidak pernah melupakan apa pun. Inspektur Jenks pintar sekali orangnya. Tak sembarang orang bisa menjadi inspektur polisi, kalau tidak cerdas. Kita beruntung, bisa berkawan dengan dia."
Memang benar - tapi Pak Inspektur juga senang pada kelima anggota Pasukan Mau Tahu itu. Ia kagum pada kehebatan mereka karena sudah dua kali membantunya mengusut perkara yang sulit.
"Mudah-mudahan kita akan bisa beraksi kembali sebagai Pasukan Mau Tahu," kata Bets.
"Kurasa kita perlu mencari nama yang lebih baik daripada yang itu," kata Fatty sambil menutup penanya kembali. "Pasukan Mau Tau - rasanya agak konyol nama itu. Takkan ada orang yang bisa tahu dengannya bahwa kita ini sebetulnya kawanan detektif yang hebat!"
"Memang kita bukan detektif, walau menurut anggapan kita sendiri begitu," kata Larry. "Menurutku, nama itu sudah cocok. Kita memang anak-anak yang selalu mau tahu apa saja!"
Fatty tidak setuju. "Kita lebih daripada cuma itu saja," katanya sambil ikut duduk di meja. "Bukankah sudah dua kali kita berhasil mengalahkan Pak Goon" Kalaupun kalian ingin tahu, nanti jika sudah dewasa aku ingin menjadi detektif yang terkenal. Menurut pendapatku aku memiliki kecerdasan untuk itu."
"Memiliki lagak maksudmu," kata Pip sambil nyengir. "Padahal sebenarnya tak banyak yang kau ketahui tentang cara kerja detektif, Fatty."
"O yaa"" kata Fatty, yang sementara itu sudah sibuk membungkus buku mengenai olahraga memancing bersama kartu natal buatannya sendiri. "Kalau kau, mungkin memang begitu! Sedang aku - selama ini aku sudah sibuk belajar untuk itu. Di asrama aku selalu membaca buku tentang detektif dan spionase."
"Wah - kalau begitu kau pasti yang paling buruk hasil pelajarannya dalam kelas," kata Larry. " kalau kau terus-menerus membaca tentang detektif dan mata-mata, tak mungkin kau masih sempat belajar lagi."
"Bisa saja," tukas Fatty. "Dalam segala mata pelajaran aku juara kelas. Aku selalu juara kelas. Kalau kukatakan nilai yang kuperoleh untuk matematika, kalian pasti takkan percaya! Aku Cuma kehilangan..."
"Nah, sekarang dia mulai lagi," kata Pip pada Larry. "Kayak piringan hitam yang rusak! Mengulangi cerita yang sama terus."
Fatty terdiam. Ditatapnya Pip dengan mata melotot.
"Baiklah," katanya. "Silakan ngomong seenak perutmu - tapi aku berani bertaruh, kau pasti tak mengenal rahasia tulisan yang tak kelihatan, atau keluar dari kamar yang dikunci dari luar!"
Teman-temannya semua memandang ke arahnya.
"Ala, kau pasti juga tidak tau caranya," tukas Pip.
"Siapa bilang"" kata Fatty. "Justru kedua hal itulah yang sudah aku pelajari. Kecuali itu juga mengenal kode rahasia. Kalian bisa kuajari kalau mau!"
Nah - itu kedengarannya menarik. Bets memandang Fatty dengan mata terbuka lebar.
"Ajari kami, Fatty," pintanya. "Aduh, aku kepingin sekali bisa menulis dengan huruf-huruf yang tidak kelihatan."
"Kau juga bisa belajar caranya menyamar," kata Fatty. Anak itu kelihatan senang karena teman-temannya tertarik mendengar ceritanya.
"Apa itu - menyamar"" tanya Bets.
"Menyamar" Itu suatu seni mengubah tampang, sampai orang lain tidak mengenali lagi," kata Fatty. "Memakai rambut palsu, lalu ditambah dengan misalnya saja kumis atau alis palsu; serta mengenakan pakaian lain. Aku misalnya dengan gampang bisa menjelma menjadi pesuruh tukang daging, apabila aku punya celemek bersetrip-setrip serta pisau pemotong daging untuk diselipkan ke ikat pinggang. Kalian pasti takkan mengenaliku lagi, apabila selain itu aku juga memakai rambut palsu hitam yang acak-acakan."
Teman-temannya semakin tertarik mendengarnya. Mereka semua gemar berdandan, berpura-pura menjadi orang lain. Rupanya detektif pun gemar berdandan. Cuma namanya saja `menyamar'!
"Nanti kalau sudah sekolah lagi, kau akan berlatih menyamar, Fatty"" tanya Bets.
"Wah - jangan di sekolah dong," kata Fatty. Dalam hati ia merasa, guru kelasnya pasti dengan segera akan mengetahui samarannya itu. "Aku sebenarnya berniat melakukannya selama liburan ini."
"Aduh - bolehkah kami juga ikut mencoba"" kata Daisy. "Yuk, kita semua melatih diri menjadi detektif sungguh
kan, karena siapa tahu - mungkin saja akan terjadi lagi peristiwa misterius. Kalau kita sudah mahir menyamar, maka penyelidikan pasti akan lebih lancar."
"Dan kalau tidak terjadi apa-apa, pokoknya kita puas karena bisa berlatih," kata Bets.
"Betul," kata Fatty. "Tapi menurut pendapatku, apabila aku harus mengajari segala hal itu pada kalian, maka seharusnya akulah yang menjadi pemimpin Pasukan Mau Tahu, dan bukan Larry. Aku tahu, Larry yang paling tua di antara kita - tapi pengetahuanku tentang tugas dan teknik detektif sekarang lebih banyak daripada dia."
Anak-anak terdiam sesaat. Larry tidak mau begitu saja mundur dari kedudukannya sebagai pemimpin. Tapi ia harus mengakui, Fatty memang paling hebat dalam menemukan berbagai petunjuk pada saat menghadapi peristiwa yang misterius.
"Nah - bagaimana"" desak Fatty. "Kalau aku tidak kalian angkat menjadi kepala, aku tidak mau mengajarkan segala hal itu."
"Biarkan dia menjadi kepala, Larry," kata Bets. Ia sangat mengagumi Fatty. "Setidak-tidaknya menjadi pemimpin kita, kalau nanti terjadi sesuatu yang aneh dan perlu diselidiki. Kalau nanti ternyata ia tidak secerdik dirimu dalam penyelidikannya, kau akan kami angkat kembali menjadi kepala."
"Baiklah," kata Larry mengalah. "Kurasa Fatty memang cocok sebagai pemimpin. Tapi awas - kalau kau besar kepala karenanya, tau rasa nanti!"
"Jangan khawatir," kata Fatty sambil nyengir. "Jadi beres, mulai saat ini aku pemimpin Pasukan Mau Tahu. Terima kasih Larry! Kau memang jantan. Dan sekarang akan kuajarkan beberapa teknik yang sudah aku ketahui. Karena siapa tahu, mungkin ada saja gunanya bagi kita semua nanti."
"Menulis surat dengan tinta yang tidak kelihatan, kurasa bisa perlu sekali," kata Bets. "Ayo dong, Fatty, ajarkan caranya sekarang juga."
Tapi saat itu ibunya menjengukkan kepala di ambang pintu ruang main.
"Aku sudah menyediakan teh dan roti untuk kalian di bawah. Sekarang cuci tangan dulu, dan setelah itu ikut aku ke bawah. Tapi jangan lama-lama, karena sekarang rotinya masih hangat."
Kelima anak itu bergegas mengikuti ibu Pip dan Bets ke bawah, disusul oleh Buster. Soal teknik menjadi detektif yang hebat, mereka lupakan untuk sementara. Tapi hanya untuk sementara saja!
2 GAGASAN FATTY Hari-hari menjelang natal berlalu dengan cepat. Banyak sekali yang perlu dipersiapkan, sehingga Fatty sama sekali tidak sempat mengajarkan hal-hal yang sudah diketahui pada kawan-kawannya. Pengantar surat setiap hari mampir di rumah anak-anak, mengantarkan kartu ucapan selamat Natal yang semakin lama semakin banyak jumlahnya. Sementara itu seisi rumah juga sibuk menyembunyikan bingkisan hadiah Natal.
"Aku senang pada perayaan Natal," kata Bets, entah untuk ke berapa kalinya dalam sehari. "Aku kepingin tahu, apa yang akan kuperoleh sebagai hadiah nanti. Mudah-mudahan saja boneka! Aku kepingin punya boneka yang matanya bisa membuka dan menutup. Aku memang sudah punya satu, tapi gerakan matanya selalu macet sehingga harus diguncang-guncang dulu sebelum mau bergerak. Pasti bonekaku menyangka aku marah padanya."
"Ah, dasar anak masih ingusan," kata Pip. "Masa masih ingin bermain dengan boneka. Tapi pasti bukan itu yang akan kau peroleh sekali ini!"
"Bets kecewa sekali, ketika ternyata ucapan abangnya benar. Dari sekian banyak hadiah Natal untuknya, tidak ada satu pun boneka. Rupanya semua menyangka Bets pasti tidak menginginkan boneka, karena merasa sudah besar. Ia sendiri selalu mengatakan sekarang ia sudah besar, karena umurnya sudah sembilan tahun. jadi ibunya memilihkan hadiah kota jahit untuknya. Sedang ayahnya memberi hadiah permainan teka-teki yang rumit, menyusun potongan-potongan gambar. Menurut perasaan Bets ketika membuka bungkusan hadiah itu, Pip pasti lebih senang apabila dia yang mendapatkannya!
Jadi Bets agak sedih pada hari natal itu. Tapi kemudian kegembiraannya timbul kembali, ketika Fatty datang. Anak itu membawa sebuah kotak besar, hadiah untuk Bets. Isinya boneka. Tepat seperti yang diinginkan oleh Bets. Mata boneka itu bisa terbuka dan terpejam tanpa perlu diguncang-guncang dulu. Mulutnya tersenyum manis, sehin
gga Bets langsung menyayanginya. Dipeluknya Fatty dengan gembira.
Fatty berseri-seri. Ia senang pada Bets yang kecil itu. Sedang nyonya Hilton kaget melihat hadiah berupa boneka yang indah itu.
"Kau baik hati, Frederick," katanya. "tapi sebetulnya kau tidak perlu mengeluarkan uang sebegitu banyak, untuk Bets."
"Nanti kalau aku berulang tahun, uangku akan banyak lagi," jawab Fatty. "Dan Natal ini pun sudah banyak yang kuperoleh, bu. Sekali ini aku meminta dihadiahi uang saja, dan bukan mainan atau buku seperti biasanya."
"Kurasa uangmu sudah cukup banyak tanpa perlu meminta tambahan lagi," kata Nyonya Hilton. Dalam hatinya ia berpendapat bahwa Fatty terlalu banyak uangnya. Tidak baik apabila anak-anak biasa menghambur-hamburkan uang pikir ibu Pip dan Bets. "untuk apa uang sebanyak itu bagimu""
"Yah - untuk membeli sesuatu," kata Fatty dengan agak kikuk. "Aku tidak mau barang itu kuterima sebagai hadiah. Soalnya, itu rahasia, Bu!"
"O, begitu," kata Nyonya Hilton. " Yah, mudah-mudahan saja barang itu bukan sesuatu yang bisa menimbulkan kesulitan. Aku tidak ingin Pak Goon datang lagi ke sini, mengadukan kalian."
"Ah, tidak, Buu," kata Fatty menenangkan. "Pak Goon sama sekali tidak ada hubungannya dengan soal itu."
Begitu ibunya pergi lagi, Bets cepat-cepat bertanya pada Fatty.
"Rahasia apa itu"" katanya dengan mata bersinar-sinar. "apa yang akan kau beli""
"Alat-alat penyamaran!" kata Fatty. Ia berbicara setengah berbisik. "Rambut palsu! Alis dan gigi palsu!"
"Wah! Gigi palsu!" ujar Bets kagum. "Tapi bagaimana bisa memakai gigi palsu, kalau gigimu sendiri masih ada, fattty""
"Lihat saja nanti," kata Fatty. Sikapnya misterius sekali.
"Nanti setelah perayaan natal, cepat-cepat saja ke sini lagi untuk mengajari kami cara menulis dengan huruf-huruf yang tidak kelihatan serta keluar dari kamar terkunci," kata Bets. "He - barangkali segalanya itu juga sudah diketahui oleh Ayo Pergi!"
"Mana mungkin!" kata Fatty dengan sikap meremehkan. "Lagi pula percuma saja kalau si Ayo Pergi hendak menyamar. Pasti akan selalu ketahuan, dari matanya yang melotot kayak mata kodok, serta hidungnya yang sebesar kentang itu."
Bets terkikik mendengarnya. Ia memuji Fatty yang dianggapnya pintar dan baik hati. Cuping hidung Fatty langsung kembang kempis mendengarnya.
"Yah," katanya bangga, "aku kan..."
Tapi ia tidak melanjutkan perkataannya, karena saat itu Pip datang. Dan Pip tidak senang, apabila Fatty berlagak. Fatty mengobrol sebentar dengan Pip, lalu pergi.
"Setelah natal aku akan datang lagi untuk mengajari kalian siasat penyelidikan," katanya berjanji. "Tolong sampaikan salam pada Daisy dan Larry, apabila kalian berjumpa dengan mereka nanti. Aku harus ikut orang tuaku ke rumah nenek, merayakan Natal di sana."
Kemudian Bets menceritakan rencana Fatty kepada Pip.
"Katanya ia hendak membeli rambut palsu - serta alis dan gigi palsu," kata Bets. "Bagaimana pendapatmu Pip" Betulkah ia hendak membeli alat-alat penyamaran itu" Dijualnya di toko mana" Aku belum pernah melihat toko semacam itu""
"Ah - kurasa barang-barang itu bisa dibeli di toko tempat penjualan peralatan teater," kata Pip. "Kita lihat saja nanti, apa yang akan diperoleh Fatty. Yang jelas, pasti asyik!"
Akhirnya hari-hari raya Natal sudah berlalu. Anak-anak merasa agak lesu, setelah segala kemeriahan yang dialami. Fatty rupanya ditahan menginap di rumah neneknya, karena ia masih belum muncul juga. Hanya ada satu kartu pos saja yang datang dari dia, dengan pesan, `sebentar lagi datang, Fatty'.
"Kenapa dia belum datang-datang juga"" kata Bets mengeluh. "Bayangkan - kalau tahu-tahu terjadi peristiwa misterius dan kita harus beraksi lagi sebagai Pasukan Mau Tahu - sedang pemimpin kita tidak ada di sini!"
"Ah, kan sama sekali tak ada kejadian yang aneh." kata Pip.
"Dari mana kau begitu yakin"" tukas Bets.
"Siapa tahu, mungkin saat ini Ayo Pergi sudah sibuk berusaha menyelidiki suatu kejadian. Hanya kita saja yang tidak tahu-menahu mengenainya!"
"Kalau begitu, tanya saja padanya." tukas Pip dengan kesal. la merasa terganggu oleh adiknya, karena saat itu ia sedang asyik
membaca. Dengan sendirinya ia tidak sungguh-sungguh bermaksud menyuruh Bets pergi bertanya pada polisi desa itu. Tapi Bets merasa. gagasan itu tidak jelek.
"Kalau aku bertanya langsung pada Pak Goon. kita akan bisa mengetahui apakah ada yang bisa kita selidiki selama liburan ini." Pikir anak perempuan itu. "Aku sudah kepingin melacak jejak kembali, serta menyelidiki orang-orang yang dicurigai."
Demikianlah, ketika la berjumpa dengan Pak Goon, langsung didatanginya polisi desa itu.
"Pak Goon," kata Bets, "adakah kejadian misterius yang harus diselidiki selama liburan ini""
Polisi desa itu mengerutkan kening. Langsung terpikir olehnya, jangan-jangan Bets serta kawan-kawan anak itu sudah sibuk lagi menyelidiki suatu kejadian yang sama sekali tidak diketahui olehnya. Karena kalau tidak. untuk ape Bets bertanya apakah ia sedang menyelidiki sesuatu"
"Kalian sudah mulai lagi campur tangan dalam urusan polisi"" tanya Pak Goon. Sikapnya galak. "Kalau betul, hentikan perbuatan itu dengan segara. Mengerti" Aku tak mau ada anak-anak ikut campur tangan dalam urusan yang seharusnya aku yang menangani. Campur tangan dalam urusan hukum!"
"Kami sama sekali tidak campur tangan," kata Bets agak ketakutan.
"Ayo Pergi!" bentak Pak Goon. "Aku tidak mau kalian lagi-lagi merintangi perputaran roda hukum!"
"Lho - roda yang mana. Pak"" tanya Bets bingung. Ia tidak mengerti bahwa Pak Goon berbicara dengan bahasa kiasan. Yang dimaksudkan polisi desa itu anak-anak mengganggu kelancaran usaha penyelidikan polisi.
Pak Goon mendengus dengan gayanya yang khas, lalu pergi. Ia tidak suka pada anak-anak. Tapi yang paling tidak disukainya kelima anggota Pasukan Mau Tahu. Serta Buster, anjing mereka.
Bets memandang polisi itu sambil melongo.
"Yah, ternyata tidak banyak yang bisa kuketahui dari dia." pikir anak itu. "Tapi kenapa ia mengatakan kita merintangi roda berputar" Mana mungkin - karena siapa mau ditubruk kendaraan!"
Akhirnya Fatty kembali juga dari rumah neneknya. Buster tentu saja ikut kembali.
"Dia tidak begitu senang di rumah nenekku," kata Fatty. "Nenek punya kucing yang besar sekali. Kucing itu kerjanya selalu mengejar-ngejar Buster. Lagi pula Nenek selalu memaksa agar Buster dimandikan setiap hari. Ia benar-benar sengsara di sana. Kucing berbulu kuning itu sebenarnya bisa saja disikatnya. Tapi Buster tahu kesopanan. Ia tidak mau mengejar kucing milik nyonya rumah."
"Alat-alat penyamaran itu sudah kaubeli"" tanya Bets. la sudah tidak sabar lagi ingin cepat-cepat melihatnya.
"Aku menunggu sampai berulang tahun dulu," jawab Fatty. "Kan jatuhnya besok. Lalu apabila uangku sudah cukup. aku akan pergi ke London untuk berbelanja."
"Sendiri saja"" tanya Larry.
"Terang dong," kata Fatty. "Mana ada orang dewasa yang mau mengizinkan aku membelanjakan seluruh uangku untuk alat-alat penyamaran" Biar sampai sekarang kita sudah berhasil mengorek rahasia dua kejadian yang sangat misterius, tapi pasti mereka akan beranggapan kita tidak perlu membeli rambut dan alis palsu untuk menyamar. Ya kan" Walau mungkin saja saat berikut kita akan harus menyelidiki suatu misteri lagi."
Dari penjelasan Fatty itu. memang terasa sekali perlunya membeli berbagai alat penyamaran. Dan Fatty memang tidak main-main mengenainya. Bets merasa, pasti sebentar lagi akan terjadi peristiwa yang sangat misterius.
"Fatty - kalau kau sudah membeli alat-alat penyamaran itu, bisakah kita mencoba memakainya"" tanya Bets.
"Tentu saja," jawab Fatty. "Kita memang perlu berlatih menyamar. Pasti asyik nanti!"
Kau membawa tinta rahasiamu sekarang"" tanya Pip. "Aku kepingin sekali melihatnya!"
"Ya, ada dalam kantongku," kata Fatty, "Aku cuma punya sebotol. Harganya mahal sekali."
Fatty mengambil sebuah botol dari kantongnya. Botol itu berukuran kecil. Isinya cairan tak berwarna. Menurut perasaan Bets, kelihatannya seperti air biasa.
Kemudian Fatty mengeluarkan buku catatannya serta sebatang pena dengan mata pena yang masih baru. Diletakkannya botol berisi cairan tak berwarna ke atas meja, lalu dibuka tutupnya.
"Sekarang aku akan menulis surat rahasia," katanya, "dan tulisank
u nanti tidak kelihatan."
Bets mendekat. supaya bisa melihat lebih jelas. Tapi tahu-tahu ia kehilangan keseimbangan, dan menabrak meja. Botol yang berisi cairan tinta rahasia terguling ke tepi. Isinya tumpah ke lantai, di dekat Buster. Anjing itu menggonggong karena kaget, lalu menjilat cairan yang tumpah itu. Hih, rasanya sama-sekali tidak enak!
"Aduh, Buster! Kau meminum tinta yang tidak kelihatan," kata Bets. Ia nyaris menangis. "Apakah Buster nanti tidak bisa dilihat lagi, Fatty""
"Tentu saja tidak, Goblok," tukas Fatty. "Tapi sekarang tintaku habis. Kau mi memang benar-benar kikuk, Bets!"
"Maaf," kata Bets menyesal. "Aku tadi tidak sengaja. Entah kenapa tahu-tahu terpeleset. Aduh, sekarang kita tidak bisa lagi membuat tulisan yang tidak kelihatan."
Daisy mengambil lap, lalu membersihkan cairan yang tumpah di lantai. Anak-anak kecewa. Buster masih berdiri dengan lidah terjulur ke luar. Tampangnya kelihatan muak, karena cairan yang diminum olahnya memang tidak enak rasanya. Larry mengambilkan air minum untuknya, supaya rasa tidak enak itu lenyap.
"Aku masih tahu beberapa cara lagi untuk membuat tulisan yang tidak kelihatan." kata Fatty kemudian. Bets lega mendengarnya. "Ada yang kebetulan memiliki jeruk di sini" Ya - coba berikan padaku. Sekarang aku akan memperagakan permainan sulap!"
3 TEKNIK DETEKTIF Dalam kamar itu kebetulan ada jeruk sepiring. Bets bergegas mengambilkan sebuah. Kemudian diperhatikannya Fatty melubangi kulit jeruk itu, lalu memeras airnya yang berwarna kuning ke dalam sebuah mangkuk.
"Nah, beres." kata Fatty. "Sari jeruk atau limau juga bisa dipakai untuk membuat tulisan yang tak kelihatan."
Teman-temannya semua kagum, karena mereka tidak mengetahui hal itu. Mereka kagum, karena begitu cepat Fatty mendapat akal lain setelah tinta rahasianya ditumpahkan olah Bets.
Fatty mengambil sehelai kertas. Setelah itu dicelupkannya penanya ke dalam cairan sari jeruk, lalu dituliskannya ke atas kertas. Sambil menulis ia membacakannya keras-keras.
"Pak Ayo Pergi, Kausangka kau akan bisa lebih dulu berhasil membongkar perkara misterius yang berikut. Keliru, Pak! Otakmu sudah berkarat, perlu diminyaki dulu, Salam manis dari :
PASUKAN MAU TAHU" Teman-temannya semua cekikikan
"Kau ini memang sinting, Fatty," kata Pip. "Untung saja Ayo Pergi tidak bisa membaca suratmu itu."
"Lho - aku malah bermaksud menyampaikan surat ini padanya," kata Fatty. "tapi karena ditulis dengan tinta rahasia, ia takkan bisa membaca apa yang kutulis di sini!"
Di atas kertas yang baru ditulis dengan 'tinta' air jeruk. memang tidak kelihatan apa-apa. Putih bersih!
"Tapi kalau begitu, bagaimana caranya supaya bisa melihat tulisanmu itu"" tanya Daisy bingung.
"Gampang saja," jawab Fatty. "Akan kutunjukkan bagaimana caranya membaca tulisan rahasia yang seperti ini. Kalian punya setrika listrik""
"Ya, tapi kurasa ibuku pasti takkan mau meminjamkannya." jawab Pip. "Kelihatannya Ibu beranggapan. apa saja yang kita pinjam akhirnya rusak. Lagi pula untuk apa kau memerlukan setrika""
"Lihat saja nanti." kata Fatty. "Begini sajalah - kalau yang listrik tidak bisa, mestinya masih ada setrika yang biasa!"
Alat itu memang ada. di dapur. Pip pergi untuk meminjamnya sebentar dari juru masak.
"Kalian pasti takkan mungkin merusakkan alat sekokoh itu," kata juru masak. Dan ia mengizinkan Pip membawanya ke atas.
"Coba panaskan dulu dasarnya," kata Fatty. Ketika dianggapnya sudah cukup panas, diambilnya setrika itu lalu digosokkannya ke atas kertas.
"Sekarang perhatikan!"
"Itu dia, tulisannya! Kelihatan samar-samar. berwarna kecoklatan," kata Bets bersemangat.
"Lihatlah. 'Pak Ayo Pergi .... ' "
"Kausangka kau akan bisa .... " baca Pip dengan gembira. "Ya. sekarang sudah kelihatan seluruh tulisanmu tadi, Fatty. Wah -aku sama sekali tidak mengira air jeruk bisa dipakai sebagai tinta untuk membuat tulisan yang tidak kelihatan!"
"Ini malah lebih baik daripada tinta yang tadi," kata Larry. "Tinta yang kaubeli itu mahal, Fatty - sedang untuk yang ini kita cuma memerlukan jeruk saja. Hebat, Fatty. Yuk. kita sekarang mencoba menulis surat
rahasia semua!" Mereka mengambil kertas. lalu menulis surat dengan tinta air jeruk Mereka menulis surat ejekan pada orang-orang yang tidak mereka sukai. Semuanya tertawa terpingkal-pingkal ketika tulisan mereka timbul dan bisa dibaca setelah digosok dengan setrika panas.
"Kau tadi sungguh-sungguh bermaksud hendak mengirim surat dengan tulisan yang tidak kelihatan pada Ayo Pergi"" tanya Daisy. "Tapi apa gunanya. apabila ia tidak bisa membaca apa yang kau tulis""
"Justru itu dia yang asyik." kata Fatty. "Dia pasti kesal menerima surat yang tidak bisa dibaca. Karena tulisannya tidak kelihatan. Dan kita takkan menceritakan bagaimana caranya supaya tulisan itu nampak!"
Fatty menulis surat lagi pada Pak Goon. Lalu kertas yang kelihatannya kosong tanpa tulisan itu dimasukkannya ke dalam sampul. Pada sampul itu dituliskannya dengan jelas nama Pak Goon. Tentu saja dengan tinta biasa!
"Ini sebenarnya kekanak-kanakan. tapi biar - pokoknya si Ayo Pergi bingung," kata Fatty sambil merekatkan sampul surat. "Nah. sekarang kalian sudah tahu caranya menulis surat dengan tinta yang tidak kelihatan. Gampang saja, kan""
"Memang," kata Pip, "tapi aku tidak melihat gunanya bagi kita. Fatty."
"Ah, siapa tahu," kata Fatty. "Mungkin saja pada suatu waktu nanti satu di antara kita tertawan ketika sedang menyelidiki sesuatu, dan ingin menyampaikan pesan kepada yang lain-lain. Kalau pesan itu ditulis dengan tinta rahasia, pihakpenawan pasti tidak bisa ikut membaca."
Bets merasa tertarik. walau ia sendiri tidak ingin sampai tertawan. Kemudian timbul pikiran dalam hatinya.
"Kalau begitu apabila kita menghadapi musuh nanti, kita harus selalu membawa-bawa jeruk dong," katanya. "Tapi sebaiknya jangan yang terlalu matang. karena gampang penyek!"
"Dan kita juga memerlukan pena khusus," kata Pip menambahkan. "Ah, itu soal nanti saja - apabila benar-benar sudah ada musuh yang dihadapi!"
"Lebih baik dari sekarang saja bersiap-siap," kata Fatty dengan serius. "Karena siapa tahu kapan kita perlu menulis surat yang tidak bisa dibaca orang lain. Saat ini saja sudah banyak sekali barang-barang yang kukantongi, karena siapa tahu aku memerlukannya!"
Memang - teman-temannya sudah sering heran, kalau melihat apa saja yang dibawa-bawa Fatty dalam kantongnya. Pada umumnya selalu punya benda apa pun yang diperlukan keadaan mendesak. Alat pembuka botol, pisau lipat yang diperlengkapi dengan selusin jenis alat khusus.
"Ibuku setiap malam selalu memeriksa isi kantongku." kata Pip. "Dan setengahnya kemudian disuruh buang olehnya!"
Menurut perasaan anak-anak, ibu Fatty bukan cuma tidak mempedulikan isi kantong anak itu - tapi juga tidak memperhatikan anak itu sendiri. Habis - kelihatannya ia selalu bisa keluyuran sesukanya tidak usah makan kalau tidak mau, pergi tidur seenaknya. Pokoknya, Fatty menurut anggapan mereka bisa berbuat sekehendak hatinya sendiri!
"Fatty, katamu waktu itu kau hendak memperagakan cara keluar dari kamar yang dikunci dari luar," kata Bets kemudian. "Sekarang kan ada waktu. Coba kautunjukkan sekarang caranya!"
"Baiklah," kata Fatty. "Kurung aku dalam salah satu ruang gudang yang ada di loteng, supaya jangan mengganggu orang lain. Kunci pintu kamar itu, lalu kalian kembali lagi ke sini. Beberapa menit kemudian aku pasti akan sudah menyusul kemari."
"Pembual," tukas Pip dan Larry serempak Ucapan mereka beralasan. Soalnya, kata-kata Fatty terasa tidak masuk akal. Mana mungkin dia bisa keluar dari kamar yang dikunci dari luar!
"Yah - pokoknya lihat saja nanti," jawab Fatty. "Aku kan tidak biasa mengatakan hal-hal yang kemudian ternyata tidak bisa kulakukan""
Mereka lantas bergegas-gegas naik ke loteng, menuju ruang gudang yang lapang. Fatty disuruh masuk ke dalam. Pintu ditutup. lalu dikunci dari luar Larry meyakinkan diri, mencoba membuka pintu itu. Tidak bisa! Pintu itu sudah terkunci dengan baik.
"Kau sudah terkurung di dalam sekarang, Fatty." kata Pip. "Dan kami akan kembali ke ruang main. Jika kau benar-benar berhasil keluar dari ruang gudang ini. kau benar-benar hebat! Kalau lewat jendela mustahil- karena letak jendela jauh di at
as tanah. Bisa patah kakimu kalau meloncat!"
Kemudian anak-anak itu pergi. Mereka tidak percaya, Fatty akan berhasil keluar sendiri dari situ. Mustahil Fatty begitu pintar! Kalau ia bisa keluar lewat pintu terkunci - benar-benar ajaib namanya.
Hanya Bets saja yang yakin akan kehebatan Fatty. Perhatiannya terus tertuju ke atas. Sementara itu Pip mengambil sebuah alat permainan.
"Yuk, sambil menunggu kita bermain ini sebentar," katanya. "Fatty pasti takkan mungkin berhasil. Lihat sajalah - sepuluh menit lagi tentu akan terdengar suaranya. berteriak-teriak minta dikeluarkan dari gudang itu!"
Tapi belum sempat mereka bermain, tahu-tahu Fatty sudah masuk ke dalam ruang main. Ia melangkah sambil nyengir. Mukanya yang bulat nampak berseri-seri.
"Astaga! Bagaimana caramu keluar tadi"" tanya Larry. Ia benar-benar tercengang.
"Sudah kukira kau akan berhasil!" seru Bets.
"Bagaimana kau bisa keluar"" tanya Pip dan Daisy ingin tahu. "Ayo - katakan dong!"
"Gampang saja," kata Fatty, sambil melicinkan rambutnya yang sudah rapi. "Malah gampang sekali!"
"Kau ini, bisanya cuma bilang begitu saja," kata Larry kesal. "Yang ingin kami ketahui. Bagaimana caramu tadi. Benar-benar luar biasa!"
"Ikutilah ke atas - nanti kutunjukkan caranya," kata Fatty. "Ngomong-ngomong ini sesuatu perlu diketahui caranya oleh setiap detektif. Ini teknik dasar."
"Apa itu - teknik dasar"" tanya Bets sambil menaiki tangga rumah di belakang Fatty.
"Artinya yang sudah kukatakan tadi - gampang sekali," kata Fatty. "Nah, kita sudah sampai. Larry, sekarang kau mengurung kami di dalam. Kau juga boleh ikut dikurung kalau mau. Buster! Nanti kalian semua bisa memperhatikan apa yang kulakukan berikutnya. Percayalah - tekniknya gamang sekali!"
Ketiga anak yang ikut terkurung bersama Fatty. memperhatikan dengan penuh minat. Mereka melihat pintu ditutup dari luar oleh Larry kemudian terdengar bunyi anak kunci diputar. Jadi sekarang pintu sudah dikunci. Untuk meyakinkan, mereka mencoba membuka pintu. Tidak bisa! Ya - jelas pintu sudah terkunci dari luar sekarang.
"Sekarang perhatikan baik-baik." kata Fatty kemudian diambilnya koran yang terlipat dari kantongnya lalu dibeberkannya. Sementara ketiga kawannya memandang saja dengan heran, lembaran koran itu diselipkannya di bawah daun pintu, sehingga tinggal sepotong saja yang masih kelihatan di dalam.
"Untuk apa kau berbuat begitu" Dengan begitu pintu kan tidak bisa dibuka," kata Bets. Tapi Fatty diam saja.
Ia mengambil sepotong kawat dari kantongnya, lalu memasukkannya ke dalam lubang kunci. Anak kuncinya ditinggalkan oleh Larry terselip di balik pintu. Fatty menggerak-gerakkan kawat yang dipegangnya. Tiba-tiba ia mendorongnya.
Di balik pintu terdengar bunyi benda jatuh.
"Anak kunci sudah terjatuh karena kudorong," kata Fatty. "Kalian mendengar bunyinya kan" Nah. selanjutnya gampang saja! Anak kunci itu jatuh ke atas koran yang sudah kuselipkan sampai jauh ke luar. Sekarang koran itu kutarik masuk kembali dengan hati-hati - dengan hati-hati sekali - dan anak kunci akan ikut tertarik ke dalam!"
Anak-anak memperhatikan sambil menahan napas. Fatty menarik koran yang terselip di bawah daun pintu. Celah itu cukup lebar. Dengan pelan koran ditarik ke dalam. dan bersamanya ikut tertarik pula anak kunci yang jatuh tadi!
Begitu anak kunci sudah masuk dengan segera diambil oleh Fatty lalu dimasukkan ke dalam lubang kunci. Anak kunci diputar dan pintu terbuka!
"Nah! Gampang saja. kan"" katanya. "Bahkan gampang sekali! Begitulah caranya keluar dari kamar terkunci dengan cepat!"
"Kau benar-benar hebat. Fatty"' puji Daisy "Kau sendiri yang menemukan akal itu" Aku takkan pernah berpikir sampai ke situ'"
Fatty ternyata anak yang jujur. Walau sebenarnya senang membiarkan anak-anak menganggapnya luar biasa. tapi ia berterus terang mengakui bahwa ide itu bukan berasal dari dirinya sendiri.
"Aku membaca tentang teknik itu dalam salah satu bukuku mengenai spionase." katanya. "Lalu kucoba mempraktekkannya. ketika dihukum kurungan di asrama pada suatu sore. Wah - guru yang menghukumku kaget sekali ketika itu. Karena tahu-tahu ak
u sudah lewat lagi di depannya setelah ia mengurung aku!"
"Hebat sekali akal itu," kata Bets kagum, "lagipula sangat gampang! Tapi ada satu keburukannya, Fatty."
"Apa itu"" tanya Fatty.
"Cara begitu takkan berhasil, apabila celah di bawah daun pintu terlalu sempit. Misalnya saja apabila dihamparkan permadani," kata Bets.
"Betul, Bets," kata Fatty. "Karena itu juga aku minta dikurung dalam ruang gudang dan bukan dalam ruang main ini."
Anak-anak berebut-rebut. ingin mencoba sendiri teknik membebaskan diri dari ruangan terkunci itu. Nyonya Hilton sampai heran, karena sepanjang siang itu anak-anak tidak lain kerja mereka kecuali keluar masuk gudang di loteng. sambil tertawa cekikikan.
"Hebat. Pasukan Mau Tahu!" kata Fatty, ketika akhirnya bahkan Bets pun bisa dengan gampang keluar dan ruang terkunci itu. "Bagus sekali. Nah - besok aku akan ke London, untuk membeli alat menyamar. Setelah itu kita bisa asyik!"
4 ANAK PERANCIS Keesokan harinya Fatty berulang tahun. Anak itu selalu merasa agak menyesal. kenapa jatuhnya berdekatan dengan hari raya Natal. Sebagai akibatnya. banyak yang sekaligus memberi hadiah Natal sebagai hadiah ulang tahun padanya.
"Kau memang sial, Fatty," kala Daisyl- "Tapi jangan khawatir. kami takkan berbuat begitu. Kami pasti memberi hadiah ulang tahun yang khusus di samping hadiah Natal."
Pagi itu. setelah selesai sarapan, anak pergi beramai-ramai ke rumah Fatty untuk menyampaikan hadiah mereka.
"Sebaiknya pagi-pagi saja kita ke sana. Karena kata Fatty ia hendak ke London hari ini, membeli alat-alat penyamaran." kata Daisy.
"Ya, ia hendak pergi sendiri ke sana." kata Best. "Dia itu sudah besar ya""
"Ah, kurasa dia takkan diperbolehkan pergi sendiri ke London," kata Pip.
Fatty sangat gembira melihat anak-anak datang begitu pula halnya dengan Buster"Syukur kalian datang," kata Fatty, "soalnya aku ingin minta tolong pada kalian untuk menjaga Buster selama aku pergi nanti. Aku akan naik kereta pukul sebelas empat puluh tiga."
Kau sungguh-sungguh akan berangkat "" tanya Pip "Seorang diri""


Pasukan Mau Tahu - Misteri Kamar Tersembunyi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ibuku juga ikut," kata Fatty. "Menurut pendapatnya. karena aku tidak mau diadakan ulang tahun, maka ia ingin mengajak aku nonton salah satu show. Tapi nanti selama pertunjukan sedang berlangsung aku akan menyelinap ke luar. lalu membeli barang-barang yang kuingini."
"Sayang kau tidak ada bersama kami pada hari tahunmu ini. Fatty," kata Bets. "Mudah-mudahan saja kau akan bersenang-senang hari ini. Tapi bagaimana jika kau datang lagi ke tempat kami besok. untuk memamerkan barang-barang sudah kaubeli""
"Kurasa besok mungkin aku tidak bisa datang," kata Fatty. "Mungkin ada beberapa temanku yang kemari. Kalian tidak kenal pada mereka. Tapi begitu sempat, aku pasti akan datang!"
Ia gembira sekali menerima hadiah kawan-kawannya. Terutama hadiah Bets! Bets membuatkan dasi rajutan berwarna merah dan coklat untuknya. Anak perempuan itu bangga membayangkan Fatty ke London dengan dasi buatannya.
"Freddie! Kau sudah siap belum"" seru Ibu Fatty. "Jangan sampai kita ketinggalan kereta api!"
"Aku datang, Bu"' seru Fatty. Diambilnya kotak uangnya lalu cepat-cepat dimasukkan seluruh ke dalam kantong jasnya. Kawan-kawannya melongo melihatnya. Begitu banyak lembaran shilling dan pound yang ada dalam kotak itu!
"Saudara-saudara orang tuaku senang karena aku minta hadiah uang," kata Fatty sambil nyengir. "Dengan begitu mereka tidak perlu repot-repot lagi mencarikan hadiah untukku. Tapi jangan ceritakan pada ibuku, bahwa aku membawa banyak uang. Kalau dia sampai tahu, pasti akan mencak-mencak."
"O ya"" kata Bets. Ia ingin sekali melihat Ibu Fatty mencak-mencak. "Wah, Fatty - kau harus hati-hati, jangan sampai uangmu dicuri orang!"
"Mana ada detektif yang begitu goblok," kata Fatty meremehkan. "Kau tidak perlu khawatir. Satu-satunya orang yang mengambil uang dari kantongku, Cuma aku sendiri! Nah, Buster - jangan nakal ya, selama aku pergi. Nanti malam pulang sendiri ke rumah."
"Guk," gonggong Buster. Kelihatannya ia selalu mengerti kalau diajak bicara.
"Kau sudah mengantarkan suratmu yang tulisannya tidak nampak pada P
ak Goon"" tanya Bets sambil tertawa geli.
"Belum - aku bermaksud hendak menyuruh salah satu temanku mengantarnya ke sana besok," kata Fatty. Ia nyengir bandel. "aku tidak ingin ketahuan oleh Pak Goon. Ya, ya - aku datang. Bu! Ya, ya - tak apa apabila aku harus lari nanti ke sana. Aku pergi dulu, Buster! Tolong pegangi dia, Bets - kalau tidak ia nanti menyusul aku ke stasiun."
Bets memegang Buster erat-erat. Anjing kecil itu menggeliat-geliat hendak membebaskan diri sambil ribut menggonggong. Rupanya tidak senang melihat Fatty pergi tanpa dia. Sedang Fatty bergegas menyusul ibunya. Terdengar langkahnya gedebak-gedebuk. seperti derap anak kuda.
"Mudah-mudahan saja Fatty nanti bisa membeli barang-barang yang diingininya," kata Pip. "Pasti asyik, memakai berbagai penyamaran."
Mereka lantas kembali. Buster diajak serta. Anjing kecil itu mula-mula kelihatan sedih sekali. Ekornya terkulai. Tapi ia langsung bergembira. ketika Bets menghadiahinya sepotong tulang yang besar. Tak apalah. pikir Buster. Ia kan bisa kembali, apabila Fatty sudah ada lagi. Untuk sementara waktu, ia harus menunggu. Dan Buster tidak keberatan menunggu. apabila ditemani sepotong tulang yang lezat. Hmm!
Sayang Fatty tidak bisa datang selama sehari," kata Larry. "Mudah-mudahan saja kawan-kawannya itu tidak terlalu lama ada di sini. Fatty tidak mengatakan, siapa mereka itu."
"Kurasa teman-teman sekolahnya." kata Pip. "Ah, pokoknya dalam waktu dua atau tiga hari lagi dia pasti akan muncul lagi, dan setelah itu kita bisa asyik dengan segala alat penyamarannya."
Malam itu Buster pulang sendiri ke rumah. Tulang yang masih tersisa dibawanya. Ia tidak mau meninggalkannya di rumah Pip karena takut kalau nanti dihabiskan kucing yang ada di situ!
Keesokan harinya Larry dan Daisy datang bermain-main dengan Pip dan Bets. Ruang main di ruang main di rumah keluarga Hilton sangat lapang dan cerah. Cocok dijadikan tempat berkumpul. Bets duduk di bangku dekat jendela. Ia membaca dengan asyik.
Tiba-tiba didengarnya pintu pagar pekarangan rumah dibuka. Ia menunggu siapa yang datang. Mungkin Fatty! Tapi ternyata bukan. Yang muncul di jalan kecil menuju ke rumah seorang anak laki-laki yang kelihatannya aneh. Mukanya pucat tak berseri. Rambutnya ikal, tergerai keluar dari bawah topi pet yang memberikan kesan asing.
Anak itu nampak menggenggam sepucuk surat Menurut perkiraan Bets. surat itu pasti untuk ibunya. Dalam hati ia bertanya-tanya. siapa anak laki-laki itu.
Kemudian terdengar pintu depan di bawah terbuka. Rupanya dibuka oleh pembantu, yang kemudian mengajak anak laki-laki itu masuk ke ruang duduk, di mana Nyonya Hilton berada.
"He - ada seorang anak laki-laki yang kelihatan aneh datang membawa surat." kata Bets pada anak-anak yang lain. "Rupanya ada perlu dengan ibu. Ke sinilah, kalian bisa melihatnya kalau keluar nanti."
Keempat anak itu lantas berdiri di balik jendela siap untuk mengamat-amati anak asing yang sebentar lagi pasti keluar. Tapi tahu-tahu pintu ruang main dibuka dari luar. Nyonya Hilton muncul, diikuti anak laki-laki tadi. Anak itu bersikap malu-malu.
Ia berdiri agak di belakang Nyonya Hilton Kepalanya tertunduk. sementara tangannya memutar-mutar topi petnya. Rambutnya ikal seperti rambut Bets. Tapi mukanya sangat pucat Gigi depannya mencuat ke luar seperti gigi kelinci.
"Anak-anak, ini teman Frederick." kata Nyonya Hilton. "Ia mengantarkan surat dari Nyonya Trotteville untukku. Kalian tentunya mau bermain-main sebentar dengan dia. Pasti ia ingin melihat barang-barang kalian. dan ikut bermain. Ia anak Prancis, dan kelihatannya tidak begitu bisa berbahasa Inggris. Tapi Pip kan juara kelas dalam semester yang baru lalu untuk mata pelajaran bahasa Prancis. Jadi kau tentu bisa mengajaknya mengobrol. Pip!"
Anak asing itu masih saja berdiri dengan sikap malu-malu di belakang Nyonya Hilton. Pip menghampirinya. lalu mengulurkan tangan. Anak menyalaminya. Genggamannya terasa lemas.
"Comment allaz-vous"" katanya.
Itu artinya 'Apa kabar', Bets," kata Larry menerjemahkan.
"Tres bien, merci," jawab Pip. Ia merasa harus mengatakan sesuatu, setelah ibuny
a merasa begitu bangga terhadap kepandaiannya dalam mata pelajaran bahasa Prancis di sekolah. Tapi bicara lain sekali halnya dengan menuliskan kalimat dalam pelajaran di sekolah. Setelah menjawab sapaan perkenalan itu. Pip tidak tahu lagi apa yang harus dikatakan selanjutnya.
Bets merasa kasihan pada anak asing itu. Ia datang menghampiri, lalu memegang tangan anak itu.
"Kau tak usah malu," katanya. "Kenapa Fatty tidak ikut datang""
"Je ne comprends pas. " kata anak itu. Suaranya aneh, melengking tinggi.
"Artinya. ia tidak mengerti." kata Pip pada Bets. "Biar aku saja yang mencoba menanyakannya!" Pip mendehem-dehem sambil berpikir sebentar.
"Ou est Fatty - eh, Frederick, maksudku," katanya kemudian.
"Je ne comprends pas, "kata anak asing itu lagi, sementara topi petnya semakin cepat berputar-putar di tangannya.
"Astaga! Bahasanya sendiri saja dia juga tidak mengerti," kata Pip agak jengkel. "Sekarang aku kepingin tahu. siapa namanya. Untung aku tahu 'Siapa namamu', dalam bahasa Prancis."
"Comment appellez vous"" tanyanya lagi pada anak Prancis itu.
"Ah!" kata anak itu. Rupanya pertanyaan Pip dimengerti olehnya. Ia tersenyum. Memamerkan giginya yang besar-besar dan mencuat ke depan. Tampangnya semakin aneh kelihatannya
"Namaku - Napoleon Bonaparte." Ia berbicara dengan logat Prancis yang kentara sekali.
Setelah itu semua terdiam. Anak-anak yang lain agak kaget mendengar nama yang disebutkan itu. Betulkah anak itu diberi nama menurut Napoleon Bonaparte, pahlawan Prancis yang termasyhur itu" Atau mungkinkah ia hanya hendak membohongi mereka saja"
Sementara itu enak asing itu melangkah masuk ke dalam kamar. Jalannya pincang.
"Kenapa kakimu"" tanya Bets. Ia merasa kasihan melihat keadaan anak asing itu. Bukan main kagetnya Beta, ketika tahu-tahu anak asing itu mengeluarkan selembar sapu tangan yang sudah dekil sekali, lalu menangis tersedu-sedu. Sambil menangis ia menggumamkan serentetan kalimat. yang kedengarannya seperti bahasa Prancis. Pip, Larry. Daisy dan juga Bets cuma bisa melongo saja memandangnya. Hati mereka tidak enak, karena tidak tahu apa yang harus diperbuat.
Saat itu Nyonya Hilton menjengukkan kepala di ambang pintu. Ia ingin mengetahui, apakah anak-anak sudah asyik bermain-main dengan kawan baru mereka Jadi ia kaget sekali, ketika melihat anak Prancis itu sedang menangis tersedu-sedan.
"Ada apa"" tanya Nyonya Hilton. "Kalian apakan dia""
Kami tidak berbuat apa-apa," kata anak-anak tersinggung, karena tidak merasa bersalah. "Aku tadi cuma menanyakan. kenapa kakinya pincang," sambung Bets.
Anak Prancis itu menangis semakin keras. Sambil terpincang-pincang ia menuju ke pintu. Ia keluar, lalu turun ke bawah.
"Ah, ma jambe, ma jambe," tangisnya sambil berjalan.
"Apa itu - jambe"" tanya Bets bingung.
"Tungkai. Ia berseru-seru. 'Aduh. Tungkaiku, tungkaiku'." kata Pip menjelaskan.
"Aku harus menelepon Nyonya Trotteville, untuk menanyakan tentang anak itu," kata Nyonya Hilton "Kasihan - kelihatannya ia sama sekali tidak sehat._ Aku menyesal karena mengajaknya mendatangi kalian tadi. Ia kelihatannya kikuk dan sangat pemalu."
Di bawah terdengar bunyi pintu depan ditutup keras-keras. Anak-anak bergegas ke jendela, untuk memperhatikan anak Prancis tadi terpincang-pincang berjalan menuju ke jalan. Anak itu masih tetap memegang sapu tangan, yang sekali-sekali dipakainya untuk mengusap matanya.
"Kalau dia itu salah satu kawan Fatty yang diceritakannya pada kita kemarin, untung saja ia tidak minta pada kita untuk mengajaknya bermain," kata Larry kesal.
"Akan kutunggu sebentar sampai anak itu mestinya sudah tiba di- rumah Freddie," kata Nyonya Hilton, "lalu akan kutelepon Nyonya Trottevllle apakah ia sudah tiba dengan selama Aku juga hendak meminta maaf karena kalian tadi menyebabkan anak itu menangis." Anak-anak memandangnya dengan kaget.
"Kami tadi tidak berbuat apa-apa," tukas Pip dengan nada tersinggung. "Anak itu saja yang sinting!"
"Aku tidak suka jika kau mengata-ngatai orang," kata Nyonya Hilton. "Kata itu kasar!"
"Ya deh - anak itu edan," kata Pip. Nyonya Hilton memandang anaknya yang palin
g tua dengan mata melotot. Ia tidak suka jika anak-anaknya bersikap kurang sopan.
"Aku sedih melihat kalian tidak bisa menyebabkan seorang anak asing merasa senang di sini." katanya. Selama beberapa menit berikutnya ia menasihati anak-anak. Tentang perlunya bersikap hormat dan sopan pada tamu.
Setelah itu ia menelepon Nyonya Trotteville.
Tapi ternyata yang menerima Fatty. Dengan sopan dikatakannya bahwa ibunya sedang pergi. Barangkali ada pesan yang bisa disampaikan"
"Yah - sebetulnya tidak ada," kata Nyonya Hilton. "Aku agak memprihatinkan kawanmu yang tadi mengantar surat kemari, Frederick. Aku tadi mengajaknya ke tingkat atas, untuk bermain-main sebentar dengan kawan-kawanmu yang sedang berkumpul di sini. Tapi ketika aku datang lagi beberapa menit kemudian, ternyata telah terjadi suatu yang menyinggung perasaannya. Kawanmu itu lari pulang sambil menangis tersedu-sedu. Aku cuma ingin tahu. apakah ia sudah sampai dengan selamat."
"Ya, sudah, Bu," kata Fatty dengan nada riang. "Ia bercerita padaku bahwa anak-anak tadi sangat ramah padanya. la senang bermain-main dengan mereka. Katanya ia ingin minum teh bersama mereka sore ini."
Nyonya Hilton tercengang. Ia terdiam sesaat lalu berpaling dan bicara dengan anak-anak yang ikut mendengarkan pembicaraannya.
"Anu - anak tadi rupanya sudah sampai dengan selamat, serta sudah tenang kembali," kata Nyonya Hilton. "Ia ingin minum teh bersama kalian sore ini."
Sesaat tak ada yang bicara. Semuanya kaget mendengar berita itu. Dan tak ada seorang pun yang bergembira.
"Wah, tidak bisa, Bu," kata Pip berbisik. Ia merasa gelisah. "Anak itu payah. Sungguh, Bu! Bilang saja kami hendak ke tempat Larry, minum teh di sana. Kami bisa datang kan. Larry" Aku tak mau anak konyol itu datang lagi kemari."
Larry mengangguk. Dan untung Nyonya Hilton keliatannya juga sependapat. Ia berbicara lagi pada Fatty.
"Kau masih ada di situ. Frederick" Tolong katakan pada kawanmu itu, sore ini Pip dan Bets akan minum teh bersama Larry dan Daisy di rumah mereka. Jadi anak Prancis itu tidak bisa kemari. Sayang!"
"Terima kasih, Bu," kata Pip, ketika Nyonya meletakkan gagang telepon ke tempatnya kembali. "Hih, bayangkan - harus menemani anak konyol itu berjam-jam di sini. Pasti Fatty yang ingin kita mengajak anak itu minum teh supaya ia sendiri tidak perlu menemaninya. Kurasa bukan anak itu sendiri ingin datang ke sini. Dia tadi kan ketakutan setengah mati menghadapi kita."
"Yah - karena kita sudah mengatakan bahwa kalian akan minum teh di rumah kami sore ini, sebaiknya kalian benar-benar datang," kata Daisy. "Kalau bisa, datang saja segera setelah makan siang. Begitulah, sekitar setengah tiga."
"Beres," jawab Pip. "Kami akan datang. Aduh - bagaimana Fatty sampai bisa tahan bergaul dengan kawan-kawan kayak begitu""
5 PATTY MEMANG HEBAT Sekitar pukul setengah tiga siang. Pip dan Bets berangkat ke rumah Larry. Mereka harus melewati desa. Keduanya kaget sekali ketika melihat anak Prancis kawan Fatty berjalan terpincang-pincang di jalan yang sedang mereka lalui.
"He- itu anak konyol tadi." kata Pip pada Bets. Kalau berpapasan nanti, kita nyengir saja padanya. Tapi berjalan terus! Jangan sekali-sekali henti. Bets - karena mungkin ia akan mengoceh lagi. atau bahkan melolong-lolong seperti tadi."
Prancis itu kemudian membelok masuki pekarangan rumah. Rumah itu tempat kediaman Pak Goon. Anak itu memegang sepucuk surat.
"Lihatlah! Pasti Fatty yang menyuruhnya mengantarkan surat yang tulisannya tidak kelihatan," kata Pip. "Yuk. kita lihat apa yang terjadi selanjutnya. Ia sudah mengetuk pintu. Jadi ada kemungkinan Ayo Pergi sebentar lagi muncul."
Pip dan Bets menunggu dekat pintu pagar pekarangan, agak tersembunyi di balik semak. M reka melihat pintu rumah terbuka. Tampang Pak Goon yang merah muncul di celahnya.
"Saya membawa sesuatu untuk Anda," kata anak Perancis itu dengan logat aneh. "Anda Tuan Goon. kan""
"Betul," jawab Pak Goon. la menatap anak yang berdiri di depannya dengan heran, Rasanya belum pernah berjumpa Anak itu menyodorkan sampul surat sambil membungkukkan badan dengan hormat. Setelah itu
ia menunggu. "Kau menunggu apa lagi"" tanya Pak Goon.
"Saya tidak mengerti," kata anak itu dengan sopan.
Rupanya timbul sangkaan pada diri Pak Goon, mungkin anak yang berdiri di depannya itu tuli. Karenanya ia lantas melantangkan suara "Kataku tadi - KAU MENUNGGU APA LAGI""
"Saya menunggu - eh, apa ya" - o ya jawaban. Betul. saya menunggu jawaban," kata anak itu.
"Hm!" gumam Pak Goon, sambil membuka sampul surat dan mengambil kertas yang terlipat di dalamnya. Detik berikut matanya terbelalak menatap kertas kosong. Seketika itu juga parasnya menjadi merah padam.
"Coba lihat ini!" kata Pak Goon sambil menyodorkan kertas putih bersih itu ke depa mata anak laki-laki yang masih menunggu. "Rupanya ada orang yang ingin berbuat iseng terhadapku. Perbuatan konyol - membuang buang waktu petugas hukum. Siapa yang memberikan surat ini padamu""
"Saya tidak mengerti," kata anak yang ditanya sambil tersenyum sopan. memamerkan semua gigi depannya yang mencuat ke luar. "Misterius ya" Surat tanpa tulisan! Teka-teki yang aneh."
Ucapan kata 'misterius' ternyata menimbulkan kesiagaan di pihak Pak Goon. Sejak Pasukan Mau Tahu berhasil menduluinya dalam memecahkan dua kejadian misterius berturut-turut, Pak Goon menjadi sangat waspada terhadap segala sesuatu yang menyangkut misteri. Ia selalu khawatir sekarang, jangan-jangan anak-anak itu untuk ketiga kalinya mendului dia menemukan kejadian misterius lagi. Surat kosong di tangannya ditatap olehnya.
"Mungkin ini surat rahasia," katanya kemudian Mungkin isinya pesan rahasia. Dari siapa surat ini, Nak""
"Saya tidak mengerti," kata anak itu lagi. "Kalau begitu - akan kuperiksa saja, mungkin ditulis dengan tinta rahasia," kata Pak Goon. Ucapannya itu sama sekali tak disangka-sangka akan keluar. Bets tersentak napasnya.
"Aduh, Pip" bisik anak itu dengan suara gemetar. "Padahal isinya mengata-ngatai Pak Goon!"
Anak Prancis yang masih berdiri di depan polisi desa itu rupanya merasa sudah waktunya ia pergi membuka topi pet, membungkuk dalam-dalam, lalu berjalan pergi terpincang-pincang. Nyaris saja menubruk Pip dan Bets yang masih tersembunyi dekat pintu pagar. "Bon jour," ucapnya dengan sopan santun. Bets tahu, ucapan itu merupakan kata salam dalam bahasa Prancis. Tapi Bets tidak berani menjawab. takut. jangan-jangan anak asing itu nanti menangis lagi. Sedang Pip menganggukkan kepala dengan singkat, lalu bergegas pergi sambil menggandeng Bets.
Tapi tanpa disangka. anak asing itu menyusul. "Bolehkah aku kut minum teh di tempat kawan kalian"" tanya anak itu.
"Tentu saja tidak," jawab Pip agak kesal. "Mana mungkin kau mengundang diri sendiri,"
"Ah, terima kasih. Kau baik hati," kata anak asing itu, lalu berjalan seiring.
"Aku bilang tadi tidak. kami tidak bisa mengajakmu ke sana," tukas Pip "Kau benar-benar benar baik hati'"
"Aduh - harus kita apakan dia ini"" keluh Bets "Pasti Fatty yang menyuruhnya minta pada kita supaya boleh ikut. Rupanya Fatty sudah bosan menemaninya terus. Dia ini memang konyol!" Bets berpaling menatap anak asing itu, lalu mengatakan. "Kau pulang saja! Aduh - rasanya seperti sedang bicara dengan Buster, kalau begini! Ayo. pulang!"
Bets kaget sekah karena tahu-tahu anak itu mengeluarkan sapu tangannya dan menangis tersedu-sedu Tapi bunyi tangisnya aneh! Tiba-tiba Pip mengulurkan tangan menyentakkan sapu tangan yang menutupi muka anak asing itu. Saat itu juga Pip melongo. Mata anak asing itu sama sekali tidak basah! la bukan menangis, tapi tertawa.
"Aduh - kalian ini benar-benar keterlaluan," kata anak aneh itu, "aku tidak sanggup lagi! Aduh, Bets - Pip, sakit perutku menahan tertawa!"
He! Itu kan suara Fatty! Suara Fatty" Bets dan Pip menatap sambil melongo terus. Kenapa anak itu tahu-tahu berbicara dengan suara Fatty" Tiba-tiba anak itu menggerakkan tangannya ke mulut. lalu mencabut deretan gigi depannya yang besar-besar dan mencuat ke luar! Lalu setelah cepat-cepat memandang berkeliling untuk meyakinkan bahwa tidak ada orang lain melihat, ditariknya rambutnya yang ikal sehingga terlepas. Ternyata di bawahnya nampak rambut yang lurus - rambut Fatty!
"Fatty! A duh, Fatty! Rupanya anak Prancis itu sebenarnya kau sendiri!" seru Bets la heran tengah mati.
"Astaga. Fatty! Kau memang benar-benar hebat!" kata Pip kagum. "Kami sungguh-sungguh terpedaya. Bagaimana mukamu sampai bisa pucat begitu" Dan gigimu tadi - benar-benar hebat! Dan suaramu - caramu bicara persis anak Prancis yang pemalu dan konyol! Bayangkan, aku sampai terbata-bata, karena berusaha berbahasa Prancis denganmu."
"Ya aku tahu! Yang paling sulit, menahan diri jangan sampai tertawa kata Fatty. "Tadi pagi sebelum ibu kalian masuk lagi, aku sudah tidak sanggup lagi menahannya. Karena itu aku lantas pura-pura menangis. Kalian semua tertipu olehku, ya!"
"Tapi kenapa kau sampai berani mendatangi Ayo Pergi"" kata Pip. "Nekat sekali!"
"Yah - aku beranggapan jika kalian begitu mudah tertipu olehku. maka takkan mungkin penyamaranku ketahuan oleh si Ayo Pergi," kata Fatty sambil berjalan dengan mereka. "Yuk - kita ke Larry sekarang, dan nanti kaukatakan aku menggabungkan diri dengan kalian di tengah jalan. Pasti akan lucu lagi nanti di sana! Sesudah itu kita perlu berunding tentang si Ayo Pergi, serta suratku yang sekarang ada ditangannya. Moga-moga saja ia tidak tahu bagaimana caranya memeriksa surat bertuliskan rahasia, lsi suratku tidak sopan. sih!"
Mereka memasuki rumah Larry dan Daisy lewat pintu samping, lalu menuju ke kamar Larry. Anak itu ada di situ. bersama Daisy. Keduanya kaget sekali ketika melihat si anak Prancis ikut datang.
"Kami berjumpa dengan dia di tengah jalan." kata Pip. la sudah takut saja, jangan-jangan gelaknya nanti tahu-tahu meledak. "Lalu ia memaksa ingin ikut dengan kami."
"Mereka ramah-ramah sekali," sela Fatty yang sudah menyamar lagi menjadi anak Prancis. Ia membungkuk dalam-dalam, memberi hormat pada Daisy.
Pip cepat-cepat menyikut Bets ketika tertawa adiknya itu tersembur keluar.
"Aduh - aku tidak tahan lagi," kata Bets sambi cekikikan terus. "Jangan kaupelototi aku. Pip sungguh, aku tidak bisa menahannya lagi."
"Apa yang tidak bisa ditahannya lagi"" tanya Larry bingung. "Wah - jangan-jangan Bets juga sudah ikut sinting sekarang."
Tiba-tiba Fatty berbicara dengan suaranya yang biasa.
"Mudah-mudahan saja kalian tidak berkeberatan jika aku ikut minum teh bersama kalian" katanya pada Larry dan Daisy. Kedua anak itu kaget sekali. Mereka tidak menduga akan mendengar suara Fatty keluar dari mulut anak, yang menurut mereka berbangsa Prancis dan agak tidak normal itu. Daisy terpekik.
"Anak iseng! Ternyata selama ini kau yang menyamar! Kau benar-benar hebat, Fatty! Ini salah satu penyamaranmu, ya""
"Betul," jawab Fatty Dilepaskannya rambut palsunya. lalu ditunjukkannya pada teman-temannya. Mereka silih berganti mencobanya. Ajaib - tampang mereka langsung berubah, begitu memakai rambut palsu itu.
"Gigi palsumu juga bagus," kata Larry. "Kita cuci dulu, setelah itu aku ingin mencobanya. Pasti tampangku akan berubah sama sekali!"
Ternyata memang begitu. Larry sama sekali lain kelihatannya, setelah mengenakan gigi palsu yang mencuat ke luar itu. Gigi palsu itu terbuat dari bahan plastik putih, terpasang pada plastik yang warnanya sama dengan warna gusi .
"Belum lagi jalanmu yang terpincang-pincang, serta suaramu! Benar-benar mengagumkan," kata Pip memuji Fatty. "Bahkan ibuku pun sampai terpedaya olehmu Fatty. Bukan cuma karena penyamaranmu. tapi juga tingkah lakumu yang berubah sama sekali."
"Ya - aku memang jago main sandiwara," kata Fatty dengan gaya merendahkan diri. "Di sekolah aku selalu diberi peran utama dalam pertunjukan-pertunjukan drama. Sebelum memutuskan akan menjadi detektif, dulu aku kepingin menjadi aktor."
Sekali ini keempat temannya tidak langsung menyergah menyuruh dia menghentikan ucapannya yang memuji-muji diri itu. Keempat-empatnya memandang dirinya dengan begitu kagum dan penuh perhatian, sehingga akhirnya Fatty merasa kikuk sendiri.
"Kau memang hebat." kata Bets. "Kalau aku - takkan sanggup berpura-pura kayak kau tadi. Bayangkan. begitu berani kau menghadapi Ayo Pergi - lalu menyerahkan surat itu padanya. Kalau aku - pasti sudah setengah mati ketakutan."
Tapi sekar ang kurasa perbuatanku tadi sebenarnya salah," kata Fatty sambil berpikir-pikir. "Jika ia menggosokkan setrika panas di atas kertas kosong itu, pasti ia akan membaca isi suratku - yang bunyinya agak kasar."
"Bukan cuma agak kasar, tapi bahkan sangat kasar," kata Daisy "Mudah-mudahan saja ia tidak menunjukkan surat itu pada orang tua kita. Kalau ini sampai dilakukan olehnya - wah, gawat!"
Pip ketakutan. Orang tuanya selalu bersikap keras mengenai hal serupa itu. Mereka tidak mau jika anak-anak mereka bersikap kasar atau kurang ajar terhadap orang lain.
"Aduh - ini benar-benar payah," kata Pip. "Coba surat itu bisa kita ambil kembali!"
Fatty menatap Pip sesaat. la sudah melepaskan segala samarannya, sehingga tampangnya sudah seperti biasa lagi."
"Ide itu tidak jelek, Pip." katanya. "Kita akan mengambilnya kembali. Sebab kalau tidak, pasti surat itu akan ditunjukkan pada orang tua kita - dan kita semua akan kena marah"
"Tapi bagaimana cara mengambilnya kembali"" kata Larry bingung.
"Bagaimana jika seorang di antara kita menyamar, lalu -" kata Fatty, tapi cepat-cepat dipotong oleh keempat temannya. "Tidak! Aku tidak mau berhadapan dengan Ayo Pergi!"
"Aku tidak berani!"
"Wah - pasti kita akan langsung ditahan olehnya!"
"Kalau aku yang menyamar. pasti langsung ketahuan!"
"Sudahlah - tenang sajalah dulu." kata Fatty. "Biar aku saja yang mendatang si Ayo Pergi itu dengan samaran sebagai anak Prancis lagi, Aku pasti akan berhasil mengambil surat itu kembali!"
"Kau memang hebat, Fatty!" kata anak-anak serempak. Fatty berusaha memamerkan si rendah hati. Tapi tidak berhasil, Lubang hidungnya kembang kempis terus.
6 FATTY DAN PAK GOON "Tapi - bagaimana caramu nanti mengambil surat itu"" tanya Larry, "Maksudku - Pak Ayo Pergi pasti takkan mau dengan sukarela menyerahkannya kembali padamu!"
"Nasib baik berada di pihak orang yang berani," kata Fatty. Jadi aku memilih tindakan berani! Tapi mula-mula aku perlu menulis sepucuk surat lagi dengan tinta yang tak kelihatan. Tolong ambilkan jeruk, Larry."
Larry mengambilkan jeruk. Airnya diperas Fatty, dimasukkan ke dalam cangkir. Kemudian diambilnya penanya yang khusus, begitu pula selembar kertas yang sama dengan yang dipakainya menulis surat yang pertama. Setelah segalanya siap, Fatty menulis.
"Pak Ayo Pergi. Tentunya Anda beranggapan akan berhasil mendului kami memecahkan kejadian misterius yang berikut. Yah - karena Anda berotak cerdas, besar kemungkinannya Anda akan berhasil. Kami mengucapkan selamat bertugas. Dari kelima pengagum Anda, PASUKANMAU TAHU"
Sambil menulis. Fatty membacakan isi surat itu. Teman-temannya tertawa.
"Nah, jika aku nanti berhasil menukar surat tadi dengan yang ini." kata Fatty kemudian, "boleh saja dia memamerkannya pada orang tua kita!."
Gigi palsu diselipkannya kembali ke dalam mulutnya Seketika itu juga tampangnya berubah nampak tolol sekali. Setelah itu menyusul rambut palsu yang ikal.
"Apa lagi yang kaubeli kecuali itu"" tanya Larry.
"Tidak banyak," kata Fatty. "Ternyata alat-alat penyamaran sangat mahal harganya jauh lebih mahal dari perkiraanku semula. Untuk membeli rambut palsu ini saja, nyaris habis uangku. Keseluruhannya yang kubeli gigi palsu ini, beberapa pasang alis, bahan perias muka yang membuat muka menjadi pucat, atau kalau mau juga nampak merah, serta top pet yang mengubah tampang menjadi orang asing. Aku juga membeli rambut palsu yang harganya murahan. Nanti akan kutunjukkan! Rambutnya lurus dan warnanya coklat."
Fatty mengenakan topi pet samarannya lalu dipasang sangat miring Saat itu takkan ada lagi yang menyangka, anak asing itu sebenarnya Fatty. Ia berjalan menuju pintu, sambil terpincang-pincang.
"Adieu!" ucapnya sambil pergi ke luar. "Adieu mes enfants!"
"Artinya, 'Selamat tinggal anak-anakku'," kata Pip pada Bets, yang dengan pandangan kagum memperhatikan Fatty yang melangkah terpincang-pincang menyusur lorong ke tangga.
"Selamat jalan, Napoleon!" balas Bets. Anak-anak yang lain tertawa geli.
Mudah-mudahan saja nanti tidak sampai ketahuan oleh si Ayo Pergi." kata Larry. "Fatty sangat berani, lagi pula jago dalam
hal-hal kayak begini - tapi Ayo Pergi paling tidak suka jika dipermainkan!"
"Aku ingin tahu, sudah berhasil atau tidak dia membaca surat yang tidak kelihatan tulisannya itu," kata Bets. "Kalau sudah. pasti ia marah-marah!"
Memang - Pak Goon marah sekali! Sampai nyaris meledak rasanya, begitu besar kemarahannya saat itu. Sebelumnya ia memanaskan setrika. Karena ia ternyata juga tahu, tulisan yang tidak kelihatan bisa dinampakkan apabila dipanaskan kertasnya. Dan surat itu gosoknya dengan setrika panas.
Bukan main kaget dan marahnya ketika terbaca olehnya tulisan yang kemudian muncul samar-samar berwarna coklat itu. Ia meneguk ludah beberapa kali, sementara matanya yang sudah melotot itu semakin melotot.
"Baiklah! Sekarang aku kepingin tahu. apa kata orang tua kalian tentang surat ini!" sergahnya, seolah anak-anak yang menjengkelkan itu ada di hadapannya. "Ya, dan juga Pak Inspektur! Kalau sudah membaca surat ini, pasti ia akan sadar bagaimana watak kalian sebenarnya! Kodok-kodok cilik yang kurang ajar dan tidak tahu aturan. Tidak menghormati hukum! Hah - sekarang kalian akan tahu rasa! Rupanya kalian mengira aku ini goblok, tidak tahu bagaimana caranya membaca tulisan yang tidak kelihatan, ya""
Tapi hari itu masih banyak tugas lain yang harus dilakukan oleh Pak Goon. Karenanya baru sorenya ia ada waktu untuk menunjukkan surat yang menyakitkan hatinya itu pada orang tua anak-anak.
"Pantas mereka tidak berani datang sendiri mengantar surat ini padaku," katanya dalam hati. Terbayang olehnya anak asing dan aneh, yang membawa surat itu. "Tentunya ia salah seorang kawan mereka. Mungkin menginap di rumah salah seorang dari mereka selama liburan ini."
Pak Goon memutuskan. mula-mula pergi dulu ke rumah keluarga Hilton. Ia tahu, Tuan dan Nyonya Hilton sangat keras mendidik Pip dan Bets menyuruh mereka selalu bersikap sopan.
"Dengan surat ini, akan terbuka mata mereka." pikir Pak Goon sambil berjalan. "He - itu kan anak Prancis yang tadi. Coba kuajak bicara sebentar barangkali bisa kuselidiki di mana ia menginap saat ini."
"He!" seru Pak Goon menyapa Fatty. Anak iti sengaja berjalan dengan santai di sisi seberang jalan, dengan harapan akan dilihat polisi desa itu. "Coba ke sini sebentar."
"Anda memanggil saya"" tanya Fatty dengan sopan. Suaranya ditinggikan sehingga kedengaran bernada seperti orang asing.
"Aku ingin bertanya sebentar," kata Ayo Pergi. "Siapa yang memberikan surat kurang ajar yang kauserahkan padaku tadi pagi""
"Kurang ajar" Ah, non - tidak, masa surat itu kurang ajar'" kata Fatty. Ia pura-pura kagat sedang tangannya digoyang-goyangkan Gayanya menirukan cara guru bahasa Prancisnya berbicara di sekolah. "Itu kan tidak mungkin Tuan Polisi."
"Kau lihat saja sendiri," kata Pak Goon, "mungkin kau bisa mengatakan, tulisan siapa ini!"
Sambil berkata begitu dikeluarkannya sampul surat dari kantong, dan diambilnya lembaran kertas yang terselip di dalamnya.
"Ini - coba kauperhatikan sendiri! Lalu katakan padaku, apakah kau tahu siapa yang menulis surat kurang ajar itu."
Fatty menerima surat yang disodorkan padanya. Dasar ia sedang bernasib baik, saat itu tahu-tahu angin bertiup. Fatty melepaskan kertas yang sedang dipegang, sehingga terbang dibawa angin. Dengan segera Fatty mengejar Ketika ia membungkuk untuk memungut kertas yang letak di jalan, cepat-cepat dikeluarkannya lembaran kertas yang tersimpan di kantong dan dipertukarkan dengan surat yang asli. Surat palsu kemudian diserahkan pada Pak Goon yang cepat-cepat menyambarnya.
"Sialan - nyaris saja hilang," tukas polisi desa "Memang sebaiknya jangan dibiarkan terkibar kena angin. Kumasukkan saja kembali ke sampulnya!"
Sementara Pak Goon memasukkan surat itu ke dalam sampulnya kembali. Fatty nyengir dalam hati. Ternyata semuanya begitu mudah. Jauh lebih mudah dari sangkaannya semula. Untung sekali ada angin bertiup pada saat yang tepat.
"Anda mau kemana sekarang Tuan Polisi"" tanya Fatty dengan lagak Prancisnya.
Aku hendak ke rumah keluarga Hilton, mendatangi Tuan dan Nyonya Hilton," kata Pak Goon.
"Kalau begitu kita berpisah di sini," kata Fatty. "Adie
u, Tuan Polisi." Pak Goon masih berdiri sambil memandangnya, sementara Fatty cepat-cepat menghilang di balik tikungan. Entah apa sebabnya tapi Pak Goon tiba-tiba merasa bingung.
"Anak Prancis itu aneh sekali," pikirnya. Pasti ia akan semakin merasa aneh, apabila bisa melihat apa yang dilakukan Fatty setibanya di balik tikungan jalan.
Fatty membuka rambut palsunya, melepaskan gigi palsu yang mencuat ke depan, serta membuka top pet serta selendang berwarna menyolok yang dililitkan ke lehernya .Kesemuanya disembunyikan dalam semak.
Ketika tampangnya sudah menjelma menjadi Frederick Algernon Trottevlle yang asli, a pun bergegas-gegas menuju ke tempat tinggal Pip dan Bets Pak Goon sudah lebih dulu masuk ke situ. Fatty masuk sambil memanggil-manggil Pip. Padahal ia tahu anak itu sedang tidak ada di rumah.
"Ah. kau rupanya yang datang, Frederick," kata Nyonya Hilton yang menjengukkan kepala dari pintu kamar duduk untuk melihat siapa yang memanggil-manggil di luar. "Kemarilah sebentara Pip dan Bets sedang pergi. Tapi Pak Goon ada di sini, dengan kabar yang luar biasa. Kelihatannya ia beranggapan bahwa kau beserta kawan-kawanmu telah berbuat tidak sopan terhadapnya."
"Astaga!" kata Fatty pura-pura kaget, lalu masuk ke ruang duduk. Dilihatnya ayah Bets dan Pip ada di situ bersama Pak Goon. Pak Goon duduk sambil menopangkan kedua tangannya pada lutut.
"Nah!" katanya ketika melihat Fatty masuk. "Ini dia satu dari mereka, yang menulis surat dengan tinta yang tidak kelihatan itu. Sekarang akan kutunjukkan surat itu pada Anda, Nyonya, supaya bisa membaca sendiri isinya. Bayangkan otakku dikatakan berkarat karena tidak pernah diminyaki!"
Pak Goon mengambil surat yang dikantonginya lalu diletakkan ke atas meja. Kertas surat itu kosong, karena belum dipanaskan. Pak Goon menatap surat itu dengan kesal, Loh - huruf-hurufnya kan ada tadi, ketika aku membacanya!
"Rupanya perlu disetrika lagi," katanya. Nyonya Hilton heran mendengar ucapan itu. "Bolehkah saya meminjam setrika yang panas. Nyonya""
Setelah diberi setrika yang hangat Pak Goon lantas menggosokkannya ke atas kertas kosong itu.
"Nah - itu dia," kata Pak Goon puas, ketika pelan-pelan timbul tulisan samar berwarna coklat.
"Silakan baca sendiri, Tuan dan Nyonya Hilton - saya ingin tahu bagaimana pendapat Anda berdua tentang surat begitu, yang ditujukan pada petugas hukum!"
Nyonya Hilton mengambil surat itu, lalu membacanya keras-keras.
"Pak Ayo Pergi, Tentunya Anda beranggapan akan berhasil mendului kami memecahkan kejadian misterius yang berikut. Yah - karena Anda berotak cerdas, besar kemungkinannya Anda akan berhasil. Kami mengucapkan selamat bertugas Dari kelima pengagum Anda,
PASUKAN MAU TAHU". Mata Pak Goon semakin melotot. Bukan itu isi surat yang dibacanya tadi! Cepat-cepat diambilnya kertas yang dipegang Nyonya Hilton.
"Nah, Pak Goon," kata Tuan Hilton, yang saat itu untuk pertama kalinya mencampuri pembicaraan, "aku sama sekali tidak mengerti, apa sebetulnya yang Anda keluhkan. Menurut perasaanku, isi surat itu ramah. malah mengandung pujian bagi Anda. Sama sekali tidak disinggung-singgung di dalamnya tentang otak Anda yang - eh, berkara dan perlu diminyaki. Saya tidak mengerti, kenapa Anda datang mengadu ke sini."
Pak Goon cepat-cepat membaca isi surat itu sekali lagi. Ia benar-benar heran saat itu.
"Bukan ini suratnya," katanya. "pasti ada suatu permainan licik di sini. Kau yang menulis surat ini, Frederick""
"Betul." jawab Fatty. "Saya tidak mengerti, apa sebabnya Anda tidak setuju kalau kami menyatakan kekaguman terhadap Anda! Atau barangkali otak Anda sebetulnya tidak begitu cerdas""
"Jangan begitu, Frederick." cegah Nyonya Hilton.
Fatty pura-pura tersinggung perasaannya
"Apa yang terjadi dengan surat yang sebenarnya kuterima"" tanya Pak Goon. Ia bertambah bingung sekarang. "Ya - dan yang ingin kuketahui pula, apakah kalian mulai lagi mengutik-utik kejadian yang misterius" Kalau kalian masih saja menyeruduk kesana dan kemari berusaha mencari keterangan tentang hal-hal yang bukan urusan kalian, kalian pasti akan mengalami kesulitan besar nanti!"
D alam hati Fatty timbul gagasan iseng. Ia hendak pura-pura. berbuat seakan-akan ia beserta keempat kawannya sudah mulai lagi berusaha menyelidiki kejadian selanjutnya yang penuh dengan teka-teki. Diaturnya air mukanya sehingga menimbulkan kesan serius "Aku kan tidak bisa membeberkan rahasia, Pak Goon" Kan tidak enak bagi teman-temanku!"
Pak Goon langsung menduga pasti ada lagi kejadian aneh yang sama sekati tidak diketahui olehnya. Air mukanya berubah. menjadi merah padam. Melihat gelagat itu. Fatty merasa lebih baik ia lekas-lekas pergi saja.
Aku mesti pergi lagi," katanya dengan sopan ada Tuan dan Nyonya Hilton. "Permisi!"
Dan sebelum Pak Goon sempat mengatakan sesuatu untuk menahannya, anak gendut itu sudah melesat ke luar! Begitu sampai di luar tertawanya meledak. Setelah itu ia pergi mengambil alat-alat samarannya, yang tadi sembunyikan di dalam semak.
Beberapa menit kemudian. Fatty sudah menyamar kembali menjadi anak Prancis. Pak Goon melihatnya ketika ia hendak masuk ke karangan rumahnya.
"Ah," kata polisi desa itu dalam hati. "rupanya anak asing itu tinggal di rumah Frederick Trotteville! Pasti dia ada sangkut pautnya dengan perbuatan mengubah surat yang ditulis dengan tinta yang tak kelihatan itu - walau aku tidak tahu bagaimana cara yang dipakainya! Sebaiknya aku ke sana saja untuk memeriksa sebentar - sekaligus supaya anak Prancis itu ketakutan!"
Nyonya Trotteville kaget sekali ketika pembantunya mengatakan bahwa Pak Goon, polisi desa, ingin bertemu sebentar dengannya. Dan sesaat kemudian Pak Goon masuk ke ruang duduk.
"Selamat siang. Nyonya," katanya, "saya datang karena ingin mengajukan beberapa pertanyaan pada anak asing yang tinggal di sini."
Nyonya Trotteville memandang Pak Goon seolah-olah menyangka polisi desa itu tidak waras pikirannya.
"Anak mana, maksud Anda"" katanya "Di sini sama sekali tidak ada anak asing. Yang ada cuma anakku yang satu-satunya, Frederick."
Sekarang Pak Goon yang berganti menata Nyonya Trotteville dengan bingung,
"Lho." katanya, "baru saja saya melihat anak itu masuk ke pekarangan rumah ini!"
"O ya"" tanya Nyonya Trotteville. Ia benar-benar tercengang "Coba kulihat sebentar apakah Frederick ada di rumah, Kalau ada, akan kutanyakan padanya." Fatty dipanggil-panggil
"Frederick! Kau ada di rumah" Ah - di situ kau rupanya. Coba ke sini sebentar, Nak."
"Halo, Pak Goon," sapa Fatty sambil masuk "Rupanya siang ini Anda gemar mengikuti aku terus."
"Jangan kurang ajar ya," kata Pak Goon sudah tidak bisa lebih lama menahan diri lagi. "Mana anak laki-laki berpotongan asing tadi, yang kulihat baru saja masuk kemari""
Fatty memandang Pak Goon dengan pura-pura bingung Keningnya berkerut.
"Anak laki-laki berpotongan asing" Aku tak mengerti maksud Anda, Pak. Bu, apakah di rumah ada seseorang yang tampangnya kayak orang asing""
"Tentu saja tidak Frederick," jawab ibunya. "Tadi aku menyangka ada salah seorang kawanmu yang datang."
"Aku sendirian saja di sini, Bu, kata Fatty. Dan ia tidak bohong! "Maksudku. tidak ada anak laki-laki lain, kecuali aku. Jangan-jangan Anda perlu memakai kaca mata, Pak Goon. Tadi ada soal surat. yang menurut Anda kelihatannya lain-dan sekarang Anda mengatakan melihat seorang anak yang potongannya kayak orang asing."
Pak Goon cepat-cepat bangkit dari tempat duknya, ia merasa pasti akan meledak apabila lebih lama duduk di situ dan berbicara dengan Fatty. Ia pergi ke luar. Dalam hati ia bersumpah, apabila anak bertampang Prancis itu dijumpainya sekali lagi ia akan menyeret anak itu langsung ke kantor polisi. Sungguh!
7 NYARIS TERTANGKAP Ketika seluruh anggota Pasukan Mau Tahu berkumpul lagi, semua tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita Fatty. Anak itu sangat panda menceritakannya. Teman-temannya bisa membayangkan dengan jelas, bagaimana tampang Pak Goon pada saat itu.
"Dan sekarang ia menyangka kita sudah sibuk lagi menyelidiki suatu misteri, yang sama sekal belum diketahui olehnya." kata Fatty "Ayo Pergi yang malang - kita benar-benar berhasil membuat dia bingung! Menurut ibuku, polisi desa itu bertanya-tanya pada siapa saja yang dijumpainya unt
uk mengetahui tempat tinggal anak Prancis itu. Tapi tentu saja tidak ada yang bisa memberi keterangan padanya."
"Ah - kepingin sekali rasanya saat ini ada misteri yang bisa kita selidiki," kata Bets, sambil menggelitik Buster. "Kini kita sudah mengetahui berbagai siasat detektif yang hebat-cara menulis yang tidak bisa dibaca orang lain, cara keluar dari kamar terkunci, begitu pula cara menyamar - tapi sama sekali tak ada kejadian aneh yang perlu diselidiki."
"Kita teruskan saja melakukan tindakan-tindakan untuk memperdayai Ayo Pergi," kata Fatty. "Dengan begitu. kita bisa melatih otak kita Pip, bagaimana jika hari ini kau yang menyamar lu mondar-mandir di dekat tempat Ayo Pergi""
"Tentu saja aku mau." kata Pip. Ia sudah mencoba berbagai bentuk penyamaran. Berbagai warna air muka sudah pernah menghiasi tampangnya. "Aku kepingin memakai rambut palsu yang satu lagi, Fatty - itu. yang lurus. Lalu gigi palsu. serta alis yang hitam tebal Dan mukaku kan kupoles menjadi merah. kayak tampang si Ayo Pergi."
Anak-anak senang mendengar gagasan itu. Semua membantu Pip menyamarkan diri.
"Kenapa kau waktu itu tidak sekaligus membeli kumis palsu." kata Pip. Menurut perasaannya, tampangnya pasti hebat kalau memakai kumis palsu.
"Yah - soalnya. suara kita tidak cocok dengan tampang berkumis." kata Fatty. "Untuk itu perlukan suara orang dewasa. Aku mulanya memang berniat membeli kumis palsu, tapi kemudian kusadari bahwa penyamaran begitu tak cocok untuk kita. Kita hanya bisa menjelmakan diri menjadi anak lain. Nah - sekarang tampangmu menyeramkan kelihatannya!"
Saat itu Pip sudah menjelma menjadi seseorang berair muka merah, dengan alis tebal dan hitam, gigi besar-besar yang mencuat ke depan, serta berambut gondrong dan lurus. Ia meminjam syal berwarna merah dari Daisy, sedang mantelnya dipakai terbalik. Menurut perasaan Pip, dengan begitu penyamarannya sudah bagus.
"Pak Goon selalu mengadakan ronda di desa dan melewati tikungan jalan pada pukul setengah dua belas siang," kata Larry. "Cuaca tidak baik hari ini, jadi mestinya tidak banyak orang di jalan. Apalagi kelihatannya tidak lama lagi akan ada kabut. Kau sebaiknya menunggunya di balik tikungan. Lalu kalau ia muncul kau menanyakan sesuatu padanya - misalnya saja pukul berapa."
"Maaf Pak, pukul berapa sekarang"' tanya Pip berlatih Ajaib - tahu-tahu suaranya berubah. Terdengar berat dan serak. Anak-anak tertawa mendengarnya.
"Ya. begitu," kata Larry. "Sekarang pergilah ke sana! Nanti cepat-cepat kembali, dan ceritakan pada kami apa saja yang terjadi."
Pip berangkat. Kabut sudah turun di desa Penglihatan buruk sekali. Lebih jauh sedikit dan semeter. segalanya sudah nampak kabur. Pip menunggu di balik tikungan jalan, sambil memasang telinga. Ia menunggu sampai terdengar bunyi langkah Pak Goon yang berat. Tapi ternyata yang datang orang lain. Orang itu berjalan dengan langkah-langkah ringan.
Pip kaget. Tapi orang yang datang itu lebih kaget lagi! Bu Frost menjerit, ketika tahu-tahu menatap wajah merah beralis hitam dan tebal, serta sederetan gigi mencuat sebesar kapak!
"Aduh Tolong! Siapa ini," teriak wanita itu lalu cepat-cepat berpaling lalu lari sepanjang jalan desa. Tahu-tahu bertubrukan dengan Pak Goon
"Di pojok jalan ada orang menyeramkan," katanya. "Mukanya merah. beralis lebat - serta giginya menyeramkan. Mencuat ke luar dari mulutnya!"
Mendengar keterangan tentang gigi mencuat Pak Goon langsung teringat pada anak Prancis itu. Jangan-jangan dia lagi yang kini ada di balik tikungan. Polisi itu berjingkat-jingkat menghampiri pojok jalan - lalu berbelok dengan cepat!
Pip masih ada di situ. Sebelum ia sempat tergerak, tahu-tahu Pak Goon sudah berdiri di depannya. Polisi desa itu tercengang menatap muka Pip yang merah padam, alisnya yang aneh serta gigi yang mencuat. Dan gigi itu rasanya nah dilihat Pak Goon.
"Apa-apaan ini"" tanya polisi desa itu. Dengan cepat tangannya bergerak, berusaha menangkap Pip. Anak itu merasa mantelnya terpegang. Ia cepat-cepat melepaskan diri dari mantel, supaya bisa lari. Pak Goon ditinggal berdiri sambil memegang mantel Pip. Tapi ia tid
ak lama tertegun. Dengan segera dikejarnya anak yang lari itu.
Pip ketakutan. Ia tidak menyangka Pak Goon akan begitu cepat muncul. Dan sekarang mantelnya ada di tangan polisi desa itu. Sialan! Yah - pokoknya asal bukan ia sendiri yang tertangkap. Sebab kalau itu terjadi, bisa gawat akibatnya. Pasti Pak Goon akan melancarkan pertanyaan bertubi-tubi Sesaat ia menyesal, kenapa tadi pergi dengan penyamaran yang begitu luar biasa, Tapi kemudian Pip mulai menikmati petualangan itu, ketika ternyata Pak Goon tidak mampu mengejarnya.
Keduanya lari menyusur jalan desa - mendaki bukit dan menuruninya lagi. Pip lari menuju ke luar desa. Maksudnya nanti akan bersembunyi di balik salah satu semak, dan membiarkan Pak Goon lewat dalam kabut tanpa melihatnya
Kemudian Pip sampai di depan pintu sebuah pagar. Ia teringat, itu pagar pekarangan sebuah rumah tua yang tidak ditinggali orang lagi. Rupanya pemiliknya sudah lupa bahwa ia punya rumah di situ!
Pip bergegas memasuki pekarangan rumah itu. Diharapkannya Pak Goon akan lewat terus, tanpa melihatnya masuk ke situ. Tapi polisi desa itu tidak gampang diperdayai. Ia pun ikut masuk ke pekarangan.


Pasukan Mau Tahu - Misteri Kamar Tersembunyi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pip lari mengitari rumah. Ia sampai di sebuah kebun yang nampaknya tidak terawat lagi. Banyak pohon yang ada di situ Pip melihat sebatang yang kelihatannya mudah dipanjat. Dengan segera ia sudah memanjatnya. Ternyata tepat pada waktunya, karena sesaat kemudian Pak Goon sudah muncul dari balik rumah. Terdengar napasnya mendengus-dengus, karena kepayahan berlari. Bunyinya seperti kereta api barang yang sedang menarik muatan berat.
Pip duduk diam-diam di atas pohon. Seperti biasanya pada musim dingin, pohon itu sedai tidak berdaun. Jadi apabila Pak Goon mendongak, habislah riwayat anak itu.
Pip memperhatikan Pak Goon yang mencari-cari ke seluruh sudut kebun. Ketika ada kesempatan baik, anak itu lantas memanjat lebih tinggi lagi sehingga semakin banyak dahan dan ranting yang melindunginya dari penglihatan Pak Goon. Akhirnya Pip sudah hampir berada di pucuk pohon. Tempatnya bersembunyi sama tinggi dengan tingkat teratas rumah tua itu. Dari situ ia memperhatikan Pak Goon, sambil menahan napas.
"Untung saja rumah ini tidak ada penghuninya," kata Pip dalam hati. "Kalau ada penghuninya, pasti sudah keluar untuk melihat apa yang terjadi - dan aku pasti akan ketahuan."
Pip merapatkan diri ke batang pohon. Tempatnya itu dekat dengan sebuah jendela. Pip memandang jendela itu. Ia merasa heran, karena pada jendela terpasang terali besi.
"Rupanya dulu itu kamar anak," pikirnya "Tapi teralinya kokoh sekali!"
Ia memandang jendela itu sekali lagi - dan detik berikutnya nyaris saja terjatuh, karena kaget!
Ternyata kamar di balik jendela itu tidak kosong, Melainkan berisi perabot. Pip tidak mengerti. Apabila rumah itu tidak ditinggali orang, lalu apa sebabnya ada kamar di tingkat paling atas yang diisi dengan perabot" Mana mungkin orang pindah, tapi melupakan perabot yang masih ada dalam sebuah kamar!
"Wah - jangan-jangan ini bukan rumah kosong pikirnya lebih lanjut. "Jangan-jangan aku tadi keliru masuk. karena terganggu kabut. Mungkin ini rumah yang masih ditinggali orang. Alangkah baiknya apabila Ayo Pergi benar-benar pergi lagi, supaya aku bisa memperhatikan dengan lebih teliti."
Pak Goon masih mencari terus. Pagar pekarangan rumah itu rapat. Jadi takkan ada yang bisa menyelinap ke luar lewat situ. Tapi kalau begitu, ke mana perginya orang yang aneh tadi" Kejadian itu sangat membingungkan bagi polisi desa itu. Sama sekali tak terpikir olehnya untuk memandang ke atas pohon.
Akhirnya ia putus asa. Orang tadi berhasil meloloskan diri. Tapi lain kali - kalau lain kali dilihatnya ada seseorang dengan gigi mencuat, ia akan langsung menyergap. Ada sesuatu yang tidak beres. menurut perasaannya - masa ada dua orang dengan gigi mencuat yang persis sama!
"Belum pernah kulihat ada gigi yang mencuat sampai begitu," pikirnya sambil berjalan mengitari rumah lalu menuju ke pintu pagar depan. "Mula-mula kulihat pada anak Prancis itu, lalu kini pada orang yang tadi kukejar. Sayang ia tak tertangkap! Aku kepingin sekali
mengajukan beberapa pertanyaan tegas padanya."
Pip merasa lega ketika melihat Pak Goon pergi. Ditunggunya sampai "polisi desa itu sudah menghilang di balik rumah. Setelah itu ia beringsut-ingsut menyusur sebuah dahan mendekati jendela yang tadi. Ia ingin melihat lebih jelas ke dalam kamar itu.
Ya - tidak salah lagi! Banyak perabot terdapat dalam kamar itu. Bangku yang ukurannya cukup besar untuk dijadikan tempat tidur, sebuah kursi dengan sandaran, dua kursi yang ukurannya lebih kecil, sebuah meja, rak buku dengan beberapa buku di dalamnya, serta permadani yang terhampar di lantai. Benar-benar luar biasa!
"Dan ada pula alat listrik untuk memanaskan ruangan," kata Pip pada dirinya sendiri. "Tap tidak ada siapa-siapa di situ. Dan kalau melihat debu yang nampak di mana-mana, kurasa kamar itu sudah lama tidak didatangi orang. Siapa ya, pemilik rumah ini""
Kemudian Pip memperhatikan terali yang terpasang di jendela. Sudah jelas, tidak ada yang bisa masuk atau keluar lewat situ. Batang terali terpasang begitu rapat, seperti biasanya pada jendela kamar anak kecil. Anak kecil pun takkan bisa menyusup di sela batang-batang terali itu.
Dengan hati-hati Pip turun dari pohon. Ia masih berjaga-jaga, siapa tahu Pak Goon mengintai. Tapi polisi desa yang sudah bingung itu ternyata langsung pulang ke desa. Ia menghibur dirinya sendiri. Biar orang aneh bergigi tersembul dan dengan alis tebal tadi berhasil melarikan diri. tapi setidak-tidaknya mantelnya ada di tangan Pak Goon sekarang! Nantilah - akan diperiksanya nama yang tertulis di dalamnya - jika memang ada!
Biang Biang Iblis 3 Pendekar Pulau Neraka 14 Di Balik Caping Bambu Rajawali Lembah Huai 9

Cari Blog Ini