Ceritasilat Novel Online

Misteri Kamar Tersembunyi 2

Pasukan Mau Tahu - Misteri Kamar Tersembunyi Bagian 2


Pip kedinginan karena mantelnya tidak ada lagi. Ia agak bingung, bagaimana caranya menjelaskan kejadian itu pada ibunya. Tapi mungkin saja ibu tak menyadari bahwa mantelnya tidak ada lagi, pikir Pip. Cuma biasanya ibu-ibu selalu langsung tahu, kalau terjadi hal-hal seperti begitu.
Kabut semakin tebal. Pip sebetulnya masih ingin tinggal agak lebih lama di rumah itu. Ia ingin memeriksa lebih jauh. Tapi ia khawatir, jangan-jangan nanti tersesat apabila kabut. sudah tebal kali. Jadi ia cuma meyakinkan diri saja, bahwa itu memang rumah kosong yang dikenalnya.
Ia memang tidak keliru. Tak ada keragu-raguan lagi mengenainya Kamar-kamar tingkat bawah kosong semuanya. Dan pada gerbang masuk terpasang papan nama yang pernah dibaca Pip sebelumnya. Milton House.
"Ini misterius," kata Pip pada dirinya sendiri, sambil berjalan merintis kabut. "Benar-benar misterius." Ia tertegun. Tiba-tiba ia merasa gembira sekali. "Mungkin saja ini akan menjadi misteri yang ketiga bagi Pasukan Mau Tahu!
Pokoknya, kita harus mengetahui apa yang terdapat di balik misteri ini. Ada sesuatu yang aneh dalam rumah tua yang kosong itu!"
8 MENYUSUN RENCANA Pip menuju ke rumah Fatty. di mana teman-temannya menunggu kedatangannya. Mereka gin mengetahui apa yang terjadi. Kamar Fatty hangat menyenangkan, walau penuh sesak. Di situ nyak sekali buku. berbagai alat permainan dan olahraga, serta sebuah keranjang tempat Buster tidur.
Pip kedinginan sekali, karena kabut yang menyelubungi. Ia menggigil, ketika akhirnya masuk ke rumah Fatty lewat pintu samping. Didengarkannya dulu untuk meyakinkan bahwa di tidak ada orang. Ia tidak ingin tepergok pembantu rumah tangga atau Nyonya Trotteville, karena saat itu ia masih memakai penyamarannya yang tadi.
Setelah yakin bahwa di situ tidak ada orang, ia pun lantas bergegas menaiki tangga rumah menuju ke tingkat atas. Anak-anak yang lain sedang asyik main kartu di lantai. Semua menoleh, ketika Pip muncul di ambang pintu.
"Nah - ini dia. Pip datang!" kata Bets. Buster menyambut Pip seakan-akan sudah berminggu-minggu tidak berjumpa. "Ada pengalamanmu yang asyik tadi, Pip"" tanya Bets.
"Wah - yang kualami tadi bukan asyik lagi namanya." kata Pip. Matanya bersinar-sinar. Ia menghampiri api pediangan, untuk mengusir rasa dingin. "Dan bukan itu saja - kurasa aku tadi menemukan misteri lagi, yang bisa kita selidiki!"
Teman-temannya menatap dirinya. Mereka kaget. tapi sekaligus juga senang. Bets cepat-cepat berdiri.
"Cepat. ceritakan pada kami" katanya. "Apa maksudmu" Misteri ap
a itu"" "Sebaiknya kuceritakan dan awal mulanya," kata Pip. "Hih, aku kedinginan sekali!"
"Mana mantelmu"" tanya Daisy. Dilihatnya Pip menggigil karena kedinginan.
"Ada di tangan si Ayo Pergi," jawab Pip. "Gawat. deh!"
"Ayo Pergi" Kenapa sampai ada di tangannya"" kata Fatty kaget. "Lalu, namamu tertulis di dalam mantel itu""
"Bagaimana. Bets"" tanya Pip sambil memandang adiknya. "Ada tidak namaku tertulis di situ""
'Tidak," jawab Bets. "Jadi Pak Goon takkan bisa tahu siapa pemiliknya! Kecuali jika ia mendatangi orang tua kita masing-masing, dan menanyakan apakah ada di antara kita yang kehilangan mantel!"
"Jangan khawatir tentang soal itu," kata Fatty "Mantelku yang lama mirip sekali dengan kepunyaan Pip. Ia bisa memakai mantelku yang itu. Karena aku sudah punya yang baru sekara. Jadi apabila si Ayo Pergi mendatangi rumah-rumah kita untuk menanyakan apakah ada antara kita yang kehilangan mantel. Pip bisa menunjukkan mantel itu sebagai kepunyaannya!"
"Terima kasih Fatty," kata Pip. Ia merasa lega sekarang. "Kau selalu bisa menyelamatkan keadaan yang gawat. Nah - sekarang aku mulai saja dengan ceritaku."
Pip mulai bercerita. Anak-anak tertawa geli mendengar Bu Frost ketakutan ketika tiba-tiba menatap tampang seseorang yang air mukanya merah sekali, dengan alis tebal serta gigi besar-besar yang mencuat ke depan. Mereka makin geli, ketika Pip sampai pada bagian ketika berkejar-kejaran dengan Pak Goon di tengah kabut.
"Bayangkan tololnya - kenapa tidak memandang ke atas pohon," kata Fatty mengomentari. "Dia takkan bisa menjadi detektif yang hebat! Tapi kau belum menyebutkan misteri yang kau katakan tadi, Pip! Misteri apa itu""
"Yah - kalian semua kan tahu, rumah besar yang bernama Milton House sudah lama sekali tak didiami orang lagi," kata Pip. Anak-anak yang lain mengangguk. Semuanya mengenal baik rumah yang dimaksudkan Pip.
"Nah - sekarang dengarkan baik-baik," sambung anak itu. "Salah satu kamar yang terdapat di tingkat atas rumah itu, masih lengkap perabotannya!" Anak-anak menatapnya dengan heran.
"Berperabotan lengkap"" kata Fatty. "Luar biasa! Kalau begitu, apakah ternyata tempat itu sebenarnya masih didiami orang" Dan kalau begitu, apa sebabnya tingkat atas yang didiami" Ini benar-benar aneh, Pip!"
"Betul kan"" kata Pip. Ia merasa senang, karena ternyata anak-anak juga tertarik pada kejadian itu. "Bagaimana tidakkah ini bisa merupakan misteri yang ketiga bagi kita" Aku yakin sekali. ada sesuatu yang aneh di sini!"
"Ya, rasanya memang aneh sekali," kata Fatty "Betul, ini memang merupakan kejadian misterius."
"Hore!" seru Bets bersorak gembira. "Ternyata dalam liburan ini kita bisa menyelidiki misteri lagi. Tapi bagaimana cara memulainya""
"Ini bukan misteri seperti yang pernah kita hadapi selama ini," kata Fatty sambil merenung. "Maksudku, dalam kejadian-kejadian yang lampau selalu ada petunjuk dan sejumlah orang yang menjadi tersangka. Sekali ini kita menghadapi sebuah kamar yang lengkap perabotannya. tingkat teratas dari sebuah rumah kosong. Kita bahkan sama sekali tidak tahu apakah itu sebetulnya tidak apa-apa. Cuma yang jelas cukup aneh dan luar biasa. sehingga ada alasan bagi kita untuk menyelidikinya."
"Setuju!" seru Bets. "Aku memang kepingi sekali menyelidiki misteri dalam liburan ini. Apalagi karena sekarang kita sudah mengetahui berbagai siasat detektif yang bagus-bagus."
"Yah, Pip," kata Larry, "ternyata kau bisa puas sore ini. Sekarang tanggalkan saja penyamaranmu itu! Tak enak rasanya melihat mukamu yang kayak begitu. Gigi palsu itu yang menyebabkannya kelihatan jelek sekali."
"Aku tahu," kata Pip. Ia mencopot gigi palsu yang terpasang di mulutnya, lalu mencucinya bersih-bersih di bak tempat cuci tangan. "Gigi ini hebat sekali! Si Ayo Pergi kaget bukan main ketika melihatnya mencuat di depan matanya tadi. Soalnya, ia kan pernah melihat gigi ini mencuat di mulut Fatty yang disangkanya anak Prancisl"
Anak-anak tertawa geli, membayangkan tampang Pak Goon ketika kaget tadi. Tapi tiba-tiba tampang Fatty berubah menjadi serius.
"Mudah-mudahan saja polisi desa itu tidak lantas mengintip-inti
p, mengintai gerak-gerik kita sekarang." katanya. "Aku tahu, memang menyenangkan selama ini untuk membuat dia mengira kita sedang sibuk menyelidiki suatu misteri yang sama sekali tidak diketahui olehnya. Tapi setelah sekarang secara kebetulan saja kita menemukan sesuatu yang misterius pasti tidak enak rasanya apabila ia terus-menerus mengintai gerak-gerik kita. Takkan bisa bebas kita jadinya'"
"Sialan!" umpat Larry. "Dan kita tidak bisa beraksi sendiri menyelidiki misteri itu, apabila sudah tercium baunya oleh si Ayo Pergi. Menurut perasaanku, misteri kali ini benar-benar hebat! Bisa kubayangkan diriku, sibuk mengajukan berbagai pertanyaan ke sana dan kemari. Siapakah yang tinggal dalam kamar itu" Kenapa memilih rumah kosong" Tahukah pemiliknya, bahwa salah satu kamarnya didiami orang" Dan kapan orang yang tinggal dalam kamar itu datang dan pergi""
"Ya, bermacam-macam pertanyaan yang akan bisa kita ajukan." kata Fatty. "Urusan ini pasti menarik - tapi juga sulit. Menurut pendapatku, sebaiknya kita berusaha masuk ke kamar itu dulu."
"Jangan!" seru teman-temannya dengan segera.
"Kita kan tidak bisa seenaknya saja masuk ke rumah orang lain - juga apabila rumah itu kosong," kata Larry. "Kau kan tahu juga, itu tidak boleh kita lakukan!"
"Kita tidak perlu masuk dengan seenaknya ke situ," kata Fatty "Kenapa tidak kita datangi saja orang yang diserahi mengurus rumah itu. dan minta kunci rumah padanya" Dengan begitu kita kan akan masuk dengan sah!"
Teman-temannya belum berpikir sampai ke situ. Tapi Daisy kelihatannya masih bimbang.
"Mana mungkin mereka mau memberikan kunci rumah itu pada anak-anak." katanya membantah.
"Kalau aku yang minta, pasti diberikan," kata Fatty. Menurut perasaannya, apa saja bisa dilakukan olehnya. "Setidak-tidaknya. kan bisa kucoba! Sewaktu kau masih ke situ tadi. kau tidak melihat papan pengumuman. Pip" Maksud bahwa rumah itu akan dijual""
"Tidak - sepanjang ingatanku aku tadi sama sekali tidak melihat ada papan pengumuman situ," jawab Pip. "Tapi tadi kabut tebal sekali. Kita periksa saja lain kali."
"Sekarang saja," kata Bets bersemangat. Tapi anak-anak yang lain menggeleng.
"Kabut saat ini sangat tebal, Bets," kata Larry. "Kita takkan bisa melihat apa-apa. Untung saja kita semua hafal jalan pulang ke rumah masing-masing. Kalau tidak, pasti tersesat nanti."
Kabut saat itu memang sangat tebal. Anak-anak tidak bisa berbuat apa-apa di luar. Mereka sudah tidak sabar lagi, karena ingin segera mulai menyelidiki misteri baru itu.
"Kita harus berhati-hati, jangan sampai Ayo Pergi tahu apa yang sedang kita lakukan," kata Larry, "Sebaiknya kita tipu dia, supaya bergerak ke arah yang keliru - apabila kita merasa bahwa polisi itu sedang mengikuti jejak kita."
"O ya - setuju, kata Bets. "Kita menciptakan misteri yang lain, untuk memperdayainya. Bagaimana jika kita atur sedemikian rupa. Supaya mengira ada perampokan besar yang sedang kita selidiki""
"Bagus juga ide itu," kata Larry. "Jika kita berhasil membuat si Ayo Pergi beraksi mengusut suatu misteri yang palsu, maka ia takkan punya waktu lagi untuk menyelidiki misteri yang sebenarnya. Jadi apabila ia ternyata mengikuti gerak-gerik kita dan bertanya-tanya ke sana dan kemari, kita akan menciptakan suatu misteri untuknya. Misteri yang hebat!"
Semuanya menyetujui gagasan itu. Tak seorang pun yang saat itu terpikir agar lebih baik berterus terang saja pada Pak Goon, lalu bekerja sama dengan dia. Pak Goon sendiri yang salah. Ia sangat tidak senang pada kelima anak itu. Lagipula tindak-tanduknya belum ada yang beres. Karenanya anak-anak merasa apabila ada sesuatu yang perlu dilaporkan, lebih baik langsung saja kepada sahabat mereka, Inspektur Jenks! Pak Inspektur selalu bersedia mendengarkan laporan mereka dengan penuh perhatian, dan tidak mengaku-aku hasil yang sebenarnya dicapai oleh Pasukan Mau Tahu. Anak-anak tahu, si Ayo Pergi pasti akan meremehkan apa saja yang berhasil mereka lakukan, serta berpura-pura dialah yang memecahkan segala teka-teki yang timbul berkat otaknya yang cerdas.
Tapi polisi desa itu sangat curiga orangnya. Apabila ia merasa a
nak-anak kembali sibuk menyelidiki suatu misteri baru, pasti ia akan campur tangan lagi!
"Kurasa kita harus memulai penyelidikan kita dengan cara begini," kata Fatty setelah berpikir sebentar. "Kita selidiki dulu siapa yang dititipi tugas mengurus persoalan rumah itu, seperti sudah kukatakan tadi. Kalau sudah tahu orangnya kita berusaha memperoleh anak kunci rumah itu dari dia. Kita setelah itu akan bisa memeriksa kamar yang kaulihat tadi, Pip. Kalau bisa, harus kita selidiki kegunaannya, dan apa sebabnya diperlengkapi dengan perabotan lengkap."
"Betul," kata Larry. "Kau saja yang menangani urusan penjaga rumah itu besok, Fatty. Kau jago mengenai soal-soal begitu. Tapi terus terang saja aku akan benar-benar heran apabila ternyata kau berhasil memperoleh kunci dari dia!"
"Lihat sajalah nanti," kata Fatty. Sementara itu ia sudah menganggap dirinya begitu hebat sehingga dikiranya apa pun pasti bisa dilakukan olehnya. Sudah dibayangkan dirinya menjadi kepala polisi seluruh Inggris, penyelidik termasyhur yang berhasil membongkar misteri apa pun juga yang terjadi!
Saat itu tidak ada lagi yang masih kepingin main kartu. Semua merasa gelisah, karena membayang-bayangkan misteri baru yang kini dihadapi.
"Tapi berbahaya atau tidak"" tanya Bets agak cemas. "Kedua misteri yang pernah kita hadap sama sekali tidak berbahaya. Aku tidak ingin berhadapan dengan petualangan yang berbahaya."
"Kalau ternyata berbahaya, kami bertiga yang laki-laki yang akan menangani," kata Fatty dengan lagak berani. "Sedang kalian berdua, jangan ikut-ikut!"
"Mana bisa!" tukas Daisy tersinggung. "Bets boleh berbuat semaunya - tapi aku harus ikut dalam misteri ini, Fatty - dari awal sampai akhirnya! Kemampuanku tak kalah dibandingkan dengan kalian bertiga."
"Ya deh, ya deh," kata Fatty menyabarkan. "Jangan langsung mengamuk! Nah - itu bunyi lonceng, memanggil kita makan sore. Syukurlah, perutku sudah lapar sekali rasanya."
"Kau selalu lapar," tukas Daisy, yang masih agak marah. Tapi kemarahan itu segera lenyap, ketika sudah menghadapi hidangan yang disajikan Nyonya Trotteville untuk mereka berlima. Sekarang makan enak - dan kecuali itu ada misteri hebat yang perlu diselidiki. Nah, masih kurang apa lagi"
9 AYO PERGI MEREPOTKAN Anak-anak memutuskan akan berkumpul lagi keesokan harinya, lalu setelah itu pergi ke Milton House untuk melihai apakah di sana terpasang papan pengumuman atau tidak.
"Selain itu kita juga bisa melihat-lihat sebentar," kata Daisy. "Yang jelas, aku kepingin memanjat pohon yang dinaiki Pip!"
"Tapi jangan sampai terlihat oleh si Ayo Pergi," kata Pip. "Soalnya, nanti rahasia ketahuan!"
"Begitu kita sudah mengetahui nama orang yang mengurus rumah itu, biar Fatty berangkat untuk melakukan tugasnya." kata Larry. "Kita menunggunya di rumah itu. Kalau ia kembali membawa anak kunci, kita akan bisa masuk secara sah,"
Itu rencana yang baik. Anak-anak semu berharap semoga besok kabut sudah lenyap lagi Sebab kalau belum, ada kemungkinan merek tidak akan diizinkan orang tua mereka per melewati jalan-jalan yang tidak begitu mereka kenal. Sedang Milton House terletak di balik bukit di tempat yang agak terasing. Setelah rumah itu terdapat lapangan tandus yang luas sekali.
Ternyata keesokan harinya cuaca sangat cerah. Anak-anak bergembira karenanya. Kini mereka pasti boleh pergi ke Milton House. Segera setelah sarapan pagi mereka berangkat. Buster tentu saja ikut. seperti biasanya.
Mereka menyusur jalan yang agak terpencil, menuju Milton House. Rumah itu yang paling akhir di jalan itu, Letaknya agak ke belakang, di tengah kebun yang penuh semak. Nampak jelas, kebun itu sudah sejak bertahun-tahun tidak pernah dirawat lagi. Sedang bangunan rumah yang ada di situ besar dan luas. dengan beberapa menara kecil yang kelihatan konyol pada bangunan sebesar itu.
"Nah, itulah dia - 'Rumah Misteri' kita," kata Pip, ketika anak-anak sudah sampai di depan pekarangan. "Kalau dilihat begini, bukankah siapa pun akan beranggapan bahwa rumah ini kosong dan tidak didiami orang" Tapi walau begitu di tingkat paling atas ada sebuah kamar yang berperabotan lengkap
yang pasti kadang-kadang masih didiami seseorang!"
Anak-anak merinding. Mereka merasa asyik. Mungkin hanya mereka saja yang mengetahui rahasia itu. Mereka - serta orang yang menaruh perabotan di dalam kamar itu!
"Nah - ada yang melihat papan pengumuman bahwa rumah ini akan dijual"" tanya Fatty. "Kalau aku hendak melihat alamat orang yang mengurus penjualannya!"
Ternyata di tempat itu tidak terpasang papan pengumuman demikian. Padahal di depan rumah-rumah kosong lainnya yang mereka lewati tadi, terpasang paling sedikit satu papan pengumuman yang ada tulisannya 'Akan dijual. Harap berhubungan dengan -'. Kadang-kadang bahkan terpasang dua papan pengumuman.
"Tapi rumah ini tentunya juga hendak dijual kan"" tanya Larry agak bingung. setelah mereka meyakinkan bahwa di situ tidak terpasang papa pengumuman sama sekali. "Rumah yang kosong tentunya hendak dijual atau disewakan! Masa dibiarkan kosong terus oleh pemiliknya sehingga lambat-laun menjadi bobrok."
"Ya - memang aneh," kata Fatty. "Aku juga tidak mengerti."
"Kalau begitu kita tidak bisa meminjam kunci pada siapa-siapa sekarang," kata Daisy. "Kalau rumah ini bukan hendak dijual, dengan sendirinya kuncinya juga tidak akan dipinjamkan."
"Sialan!" umpat Fatty. Ia merasa jengkel karena rencananya terhalang. Ia berpikir-pikir sebenta "Yah - aku tahu apa yang bisa kukerjakan sekarang. Kudatangi saja perusahaan terbesar desa yang biasa menjadi perantara dalam urusan jual beli dan sewa menyewa rumah. Di sana aku kutanyakan tentang rumah-rumah yang hendak dijual. Lalu kusebutkan Milton House. Kulihat saja nanti, mungkin bisa kuperoleh keterangan ya menarik."
"Ya, betul" kata Daisy. "Dan sebaiknya memang kau saja yang ke sana. Soalnya, kau ya paling nekat di antara kita semua. Dan juga bisa bersikap lebih dewasa! Kau bisa pura-pura bertanya atas suruhan ibu atau bibimu."
"Ya, kurasa aku bisa melakukannya tanpa menimbulkan kecurigaan agen penjualan itu," kata Fatty. "Tapi sebelum aku pergi, kita melihat-lihat sebentar di sini yuk! Aku juga ingin memanjat pohon itu, untuk melihat ke dalam kamar ya dilihat Pip."
"Tapi tidakkah sebaiknya kita menempatkan seseorang untuk berjaga-jaga apabila ada orang datang"" kata Pip. "Jangan sampai kita ketahuan, pada saat sedang berada di tanah milik orang lain. Kau saja yang menjaga, Bets!"
'Tidak mau!" kata Bets. Ia juga ingin ikut memeriksa di situ. "Kau sendiri saja yang berjaga. Pip."
"Biar Buster sajalah," kata Fatty menengahi "Sini, Buster! Kau berdiri dekat gerbang, ya. Nanti kalau ada orang datang, kau harus menggonggong!''
Buster pergi ke dekat gerbang. Anjing itu berdiri di situ sambil memandang Fatty, seakan-akan ia tadi memahami segala perintah tuannya.
"Nah, beres," kata Fatty senang. "Kalau kita suruh, ia akan menjaga di situ sampai pagi."
Tapi ketika anak-anak menuju ke rumah lagi, ternyata Buster langsung ikut! Ia tidak mau disuruh berdiri dekat gerbang, jika anak-anak pergi semua.
"Ternyata Buster tidak sepintar sangkaan kita," kata Pip. "Kau takkan berhasil menyuruh dia tetap sana, Fatty."
"Bisa saja!" tukas Fatty. Digiringnya Buster kembali ke dekat gerbang. Sesampai di situ Fatty membuka mantel, lalu melepaskan pullovernya. Pullover itu diletakkannya ke tanah, di sebelah dalam gerbang.
"Jaga ya, Buster! Jaga!" kata Fatty memerintah. "Ya. betul - duduklah di atasnya. Itu pulloverku yang paling bagus. Tolong jagakan, ya!"
Buster sudah biasa disuruh menjaga barang-barang. Begitu barang jagaan itu sudah diduduki olehnya, ia akan tetap ada di situ sampai Fatty datang kembali dan memanggilnya. Kini ia telah duduk di atas pullover ketika anak-anak melangkah menuju ke rumah kosong itu. Buster duduk dengan tampang sedih.
"Buster yang malang! Padahal ia ingin sekali ikut. Kurasa ia tahu bahwa kau menipunya, Fatty," kata Pip. "Lihatlah. kupingnya terkulai ke bawah dan ekornya sama sekali tidak dikibas-kibaskan seperti biasanya."
"Tapi setidak-tidaknya. dengan begitu ia akan memberi isyarat pada kita apabila ada orang datang," jawab Fatty. "Bukannya aku menduga ada yang akan muncul - tapi siapa tahu! Detektif harus sela
lu siap siaga." "Enak rasanya. bisa kembali menjadi Pasukan Mau Tahu." kata Bets. "Pip - inikah pohon yang kaupanjat kemarin""
Memang itulah pohonnya. Pohon itu bisa dipanjat dengan mudah saja. sehingga bahkan Bets pun- dengan bantuan Fatty-bisa bergerak dengan cekatan dari dahan ke dahan. Akhirnya sampai di dahan. dari mana ia bisa melihat dalam kamar yang terletak di tingkat paling atas.
Keadaannya masih persis seperti yang dilihat Pip sehari sebelumnya. Berperabot lengkap tapi sangat berdebu Anak-anak silih berganti memandang ke dalam. Mendengar cerita Pip mengenainya sudah mengasyikkan. Tapi lebih mengasyikkan lagi bisa melihat sendiri keadaannya. Untuk apa kamar itu diperlengkapi dengan perabotan selengkap itu"
"Sekarang aku pergi ke tempat perantara itu," kata Fatty. Ia turun dari pohon. "Kau yang memimpin sekarang, Larry Periksa keadaan keliling rumah. Perhatikan kalau ada jejak kaki, bekas kertas. puntung rokok dan sebagainya. Pokoknya, segala sesuatu yang bisa merupakan tunjuk." Setelah itu ia pergi.
Anak-anak turun dari pohon, lalu mulai mencari-cari sekitar rumah.
"Kamar-kamar yang lain semuanya kosong," kata Larry. "Coba ada salah satu jendela yang tidak terkunci, kita akan bisa masuk lewat situ."
Tapi tak satu pun yang tidak terkunci. Semua jendela tertutup rapat. Bukan itu saja - semua bahkan dikunci dan digerendel!
"Orang yang dulu tinggal di sini. rupanya takut sekali kemalingan," kata Daisy. "Orang takkan bisa masuk ke dalam rumah, apabila bukan dengan jalan memecahkan kaca dulu. Atau mendobrak pintu."
Anak-anak memeriksa dengan cermat, mencari jejak kaki. Tapi tidak ada yang ditemukan. Puntung rokok pun tidak ada di situ. Bahkan sobekan kertas sama sekali tidak nampak.
"Tak ada petunjuk sama sekali," kata Bets kecewa.
"Tapi coba lihat jejak kaki kita!" seru Daisy. Ia menuding ke tanah yang becek di mana nampak bekas tapak sepatu mereka "Banyak sekali yang nampak di sini - bukti bahwa kita pernah datang kemari! Sebetulnya kita harus lebih berhati-hati tadi."
"Yah, apa boleh buat - sudah terlanjur sekarang," kata Pip. Tiba-tiba ia kaget. "He - bukankah itu gonggongan Buster""
Kata-katanya benar. Terdengar suara Buster ribut menggonggong. Keempat anak itu gelisah mendengarnya. Fatty sudah pergi ke desa. Jadi tidak ada yang bisa mengambil keputusan cepat.
Pip, Daisy dan Bets memandang Larry.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang"" tanya Bets "Kudengar langkah orang datang kemari!"
"Sembunyi!" kata Larry. "Cepat, sembunyi ke balik semak-semak."
Anak-anak bergegas memencar. Bets bersembunyi di balik semak yang tidak begitu rimbun. Hatinya berdebar-debar, takut ketahuan.
Ketakutannya semakin bertambah, ketika ia lihat orang yang tiba-tiba muncul dan balik rumah sambil menuntun sepeda! Orang itu mengenakan pakaian seragam biru tua. Bets mengenal baik pakaian seragam itu. Itu pakaian seragam polisi desa!
Anak-anak memang sedang sial saat itu. Kebetulan sekali Pak Goon lewat di situ pada pagi itu. Padahal jarang sekali ia bersepeda melalui yang menuju ke Milton House. Tapi pagi itu ia s pergi ke suatu pertanian yang letaknya agak untuk berbicara dengan petani di situ tentang sapi yang sering berkeliaran ke tempat lain. Kebetulan jalan ladang yang biasa dilalui hari itu tergenang air. Jadi Pak Goon terpaksa mengambil jalan mengitar. Dan karena itulah ia lewat di depan rumah kosong itu.
Ketika ia bersepeda lewat di situ, pikirannya sedang melayang ke rumah. Ia membayangkan makan siang yang sedap nanti. Ia sama sekali tak melihat Buster, yang masih duduk dengan sabar di pullover yang digeletakkan Fatty di tanah dekat gerbang. Tapi Buster bukan cuma melihat dan mendengar ia datang. Anjing itu juga mengendus baunya. Dan Buster tidak menyukai bau Pak Goon.
Pak Goon musuhnya. Pak Goon memang memusuhi setiap anjing kecil, Tapi anjing yang besar-besar, selalu diajaknya berteman. Karena ketika melihai Pak Goon yang gendut itu lewat dengan sepedanya, Buster tidak bisa menahan diri. Ia menggonggong keras-keras. Polisi desa kaget, ketika tiba-tiba digonggongi dari pinggir jalan. Ia menoleh, mencari-cari d
ari mana asal gonggongan itu datang. Ia kaget sekali ke melihat Buster menggonggong sambil duduk atas tumpukan pakaian.
"Nah!" seru Pak Goon sambil turun dari sepeda dengan segera. "Kau kan anjing milik anak gendut itu" Dan kalau kau ada di sini, anak itu pasti ada sini pula! Pasti sedang berbuat iseng lagi!"
Pak Goon masuk ke pekarangan Milton House Buster menggonggong semakin nyaring. Tapi tidak mau meninggalkan pullover Buster. ditugaskan menjaga pakaian itu. Kalau perlu, akan mempertaruhkan nyawa untuk mempertahankannya!
Pak Goon senang ketika ternyata bahwa Bus tidak langsung menyambar pergelangan kaki seperti biasa dilakukannya Tapi di pihak lain ingin tahu, apa yang diduduki anjing itu membungkuk lalu menyentakkan pullover itu.
Buster marah sekali, Nyaris saja salah satu tangan Pak Goon berhasil disambarnya. Untung polisi desa itu cepat-cepat menarik tangannya kembali.
"Anjing jahat! Kau ini sepantasnya dibinasakan saja," kata Pak Goon dengan galak. "Kau kepingin dihajar rupanya, ya""
Buster mengata-ngatai Pak Goon. Tentu saja dalam bahasa anjing, jadi kedengarannya berupa gonggongan ribut. Polisi desa itu berjalan melewatinya. Sepedanya dituntun sebagai pemisah antara dirinya dengan anjing itu. Pak Goon merasa yakin, sebentar lagi Fatty pasti akan dilihatnya.
Rumah besar itu dikitarinya. Ia sampai dalam kebun luas yang terdapat di belakang. Tapi ia tidak tidak lihat siapa-siapa di situ. Walau demikian, dilihatnya banyak sekali bekas tapak sepatu di tanah yang berlumpur. Pak Goon menyandarkan sepedanya ke tembok rumah, lalu mulai mengamat-amati jejak kaki itu dengan seksama. Tiba-tiba dilihatnya ujung atas topi baret yang dipakai Bets. Topi berwarna merah itu nampak sembul dari balik semak tempatnya bersembunyi. Pak Goon menegakkan diri, lalu berseru memanggil-manggil.
"He - aku melihatmu! Ayo keluar dari balik semak itu!"
Bets muncul dari balik semak. Tubuhnya gemetar. Pak Goon memandangnya dengan galak, dari ujung kepala sampai ke sepatu.
"Ah - ini dia, salah satu anak keluarga Hilton lagi," katanya. "Kalian rupanya tidak bisa kalau tidak iseng. ya" Mana yang lain-lainnya" Mana anak gendut itu - dan apakah anak Prancis itu juga ada bersama kalian" Aku ingin bicara sebentar dengan dia!"
Sementara itu anak-anak yang lain muncul setelah Bets menampakkan diri. Mereka tidak mau membiarkan Bets seorang diri diomeli si Ayo Pergi. Polisi desa itu tercengang. ketika den tiba-tiba muncul begitu banyak anak dari balik semak-semak.
"Kalian sedang berbuat apa" Main sembunyi-sembunyian ya, di pekarangan rumah orang lain tukasnya. "Kurasa mentang-mentang kalian berteman dengan Inspektur Jenks, lantas mengira bisa berbuat seenak hati saja Tapi jangan salah sangka! Aku yang berwenang di desa sini. Kalau kalian berbuat iseng. akan langsung kulapor pada orang tua kalian!"
"Aduh, Pak Goon - rupanya tidak boleh main sembunyi-sembunyian di pekarangan rumah kosong," kata Larry berlagak tolol. "Maaf kalau begitu. Kami benar-benar tidak tahu, karena tidak ada yang mengatakan pada kami."
Pak Goon memperdengarkan dengusan yang terkenal.
"Kurasa pasti kalian sedang berbuat iseng lagi," katanya curiga "Kenapa kalian kemari" Ayo bilang! Kalau ada sesuatu, lambat laun aku akan tahu juga."
Larry tahu, si Ayo Pergi curiga bahwa mereka ada di situ sehubungan dengan salah kejadian misterius yang baru. Anak itu kesal sekali. Kenapa polisi desa itu harus secara kebetulan datang tepat ke tempat di mana misteri terdapat" Larry mengambil keputusan cepat Sebaiknya mereka segera pergi dari tempat supaya Pak Goon menyangka bahwa mereka sungguh-sungguh cuma main sembunyi-sembunyian saja di situ.
"Yuk kita main sembunyi-sembunyian di tempat lain saja," kata Larry mengajak anak-anak.
"Ya, pergilah dari sinii!" kata Pak Goon dengan sikap gagah. Menurut perasaannya, sekali itu ia menang. Anak-anak yang suka campur tangan itu berhasil diusirnya. "Ayo pergi!"
10 FATTY MENYELIDIK Anak-anak berjalan menuju ke gerbang pekarangan Mereka berdiri di situ, memperhatikan Pak Goon naik ke sepedanya lalu pergi. Setelah itu mereka pun pergi, menyusul F
atty. Buster tidak mau ikut. ketika diajak. Ia tidak bisa meninggalkan pullover milik Fatty, selama tuannya itu belum memerintahkannya.
"Aku ingin tahu bagaimana usaha Fatty," kata Pip. "Kurasa ia takkan berhasil meminjam kunci itu!"
Sementara anak-anak mengalami keributan dengan Pak Goon, Fatty pergi ke desa. Di situ ada dua agen perantara jual beli rumah dan tanah. Ia mendatangi kantor agen yang paling besar. Di dilihatnya seseorang yang sudah agak tua, duduk di belakang meja. Orang itu mendongak dengan sikap tidak sabar ketika Fatty masuk.
"Ya - mau apa"" tanya orang itu.
"Anda punya rumah yang tenang, yang letak cukup jauh dan jalan"" tanya Fatty. Gayanya saat itu seperti orang yang sudah dewasa. "Bibi saya yang menanyakan. Ia mencari rumah yang besar yang ada kebunnya. Kalau bisa. di pinggir desa."
"Bilang saja pada bibimu supaya menulis surat padaku. Kalau tidak, menelepon," kata laki-laki yang sudah agak tua itu. Ia melirik Fatty dengan sikap curiga. Kepalanya agak ditundukkan, dan ia menatap anak itu dan sisi atas kaca matanya yang besar. "Atau berikan saja alamatnya - nanti aku yang menulis surat padanya."
"Wah! Itu sama sekali tidak sesuai dengan maksud kedatangan Fatty.
"Tapi Bibi minta padaku agar mengumpulkan beberapa keterangan hari ini." kata Fatty. "Anu - rumah seperti yang bernama Milton House itu, cocok dengan seleranya."
"Bibimu mencari rumah yang harganya berapa"" tanya agen itu. Ia masih terus memandang Fatty dengan sikap curiga. Orang itu tidak suka pada anak-anak.
Fatty tidak tahu apa yang harus dijawabnya, pengetahuan umumnya cukup luas. tapi tidak masuk persoalan harga rumah. Fatty ragu-ragu sejenak.
"Yah, begitulah - sekitar lima ratus pound," katanya dengan nekat. Menurut perasaannya, uang sebanyak itu pasti cukup untuk membeli rumah seperti Milton House.
Tapi ternyata agen itu malah tertawa mengejek.
"Sana - pergi!" katanya. "Kau hendak mempermainkan aku rupanya. Lima ratus pound - Hah! Untuk membeli rumah kecil saja sudah tidak mencukupi! Bilang pada bibimu, lebih baik uang itu dipakainya untuk membeli rumah-rumahan untuk boneka. Coba berikan alamat bibimu itu padaku!"
Kalau cuma itu saja, soal sepele bagi Fatty. dengan segera ia menyebutkan suatu alamat yang kedengarannya mentereng. Agen perantara menuliskannya, walau dengan sikap agak ragu
"Eh - coba katakan pula nomor teleponnya. katanya, dengan harapan akan bisa menjebak Fatty.
"Boleh saja, Pak," kata Fatty. "Nol nol nol!"
Agen perantara tercengang. Tapi sebelum sempat mengatakan sesuatu. Fatty sudah cepat-cepat minta diri lalu keluar.
"Huh," kata Fatty pada dirinya sendiri. sambil lari menjauh. "Curiga sekali orang itu! Yah - aku tak berhasil mengorek keterangan apa-apa dari dia, tentang Milton House. Sekarang kudatangi agen yang satu lagi. Tapi sekali ini bibiku terpaksa mengeluarkan lima ribu Pound!"
Dengan segera dimasukinya kantor agen perantara yang satu lagi. Dilihatnya seorang anak laki-laki duduk di belakang meja Fatty merasa tega, karena kelihatannya anak itu tidak jauh lebih tua dari dirinya. Anak itu pucat mukanya, serta berjerawat. Dalam keadaan biasa, Fatty pasti akan menyapanya dengan sebutan. "Halo, Jerawat!" Tapi menurut perasaannya, cara sapaan begitu tidak cocok untuk kali ini.
"Selamat pagi," kata Fatty. Ia berbicara dengan suara diberat-beratkan. Ia berlagak seperti orang dewasa.
"Pagi," jawab si Jerawat. "Ada perlu apa""
"Yah - sebetulnya yang perlu bukan aku, tapi Bibi Alicia." kata Fatty. "Beliau ingin mengadakan transaksi pembelian sebidang tanah dengan sebuah rumah yang letaknya di daerah tenang, dengan harga - eh, sekitar lima ribu pound!"
"Aduh, aduh - aksinya." kata si Jerawat "Bibimu itu siapa""
"Istri pamanku," jawab Fatty sambil nyengir. Ia mengeluarkan permen sekantong, lalu menawarkannya pada anak laki-laki yang duduk di depannya. Si Jerawat nyengir. sambil mengambil sebuah.
"Kami tidak biasa berhadapan dengan orang yang begitu masuk, langsung mengatakan hendak membeli rumah senilai lima ribu pound di daerah sekitar sini," kata si Jerawat. Ia masih tetap nyengir. "Tapi jika bibimu
itu ingin memilih, cukup banyak rumah kosong yang bisa kami tawarkan."
Ia menyebutkan nama beberapa rumah. Di Inggris, gedung-gedung yang tergolong mahal biasa diberi nama.
"Ada yang terletak di Chestnut Lane"" tanya Fatty sambil mengulum permen. Chestnut Lane itu nama jalan di mana Milton House terletak.
"Ya, ada Sebuah rumah bernama Fairways," kata anak yang menghadapinya. sambil meneliti daftar pada sebuah buku besar.
"Bagaimana dengan Milton House'" tanya Fatty "Itu kan juga kosong."
"Betul - tapi tidak ditawarkan untuk dijual," jawab si Jerawat.
"Lho! Kenapa tidak"" tanya Fatty heran.
"Karena sudah dibeli orang. Goblok," tukas si jerawat. "Selama empat tahun rumah itu ditawarkan, dan akhirnya dibeli orang setahun yang lalu."
"O, begitu," kata Fatty. Padahal ia bertambah bingung, "Lalu kenapa pembelinya tidak pindah ke situ"'
"Aku juga tidak tahu, kenapa," kata si Jerawat, sambil mengunyah permennya. "He, dari mana kau peroleh permen ini" Enak sekali rasanya!"
"Kubeli di London beberapa hari yang lalu," jawab Fatty. "Nih - mau lagi" Kau tahu, kapan pemiliknya yang baru akan pindah ke situ""
"Entah," kata si Jerawat. "Sebuah rumah apabila sudah berhasil kami jual, tidak menarik perhatian Tuan Richards lagi. Ia majikanku di sini. Wah, rupanya bibimu itu jatuh cinta pada rumah tua yang terpencil letaknya itu, ya" Payah'"
"Yah - mungkin saja rumah itu yang diinginkannya," kata Fatty. "Aku ingin tahu mungkin saja pembelinya kemudian merasa tidak cocok dengan rumah itu - dan karenanya mau menjualnya lagi pada Bibi Alicia. Kau tahu nama dan alamatnya""
"Bukan main - rupanya kau ingin sekali bibimu membeli rumah itu." kata si Jerawat. "Tunggu sebentar Mungkin aku bisa menemukan nama pembeli itu. Kurasa tertulis dalam buku ini."
Fatty menunggu, sementara si Jerawat membalik-balik halaman buku yang dipegang dengan jari-jari tangannya yang dekil. Fatty ingin sekali mengetahui nama dan alamat orang membeli Milton House. Menurut perasaannya ia harus berhasil mencapai sesuatu. Ia tidak ingin Pasukan Mau Tahu menganggap dirinya ternyata tidak begitu cerdik.
"Ya, ini dia," kata si Jerawat setelah beber saat. "Nama orang itu Crump. Miss Crump Hillways, Little Minton. Itu tidak begitu jauh sini. Yah, ternyata wanita yang bernama Crump itu yang membeli. Tapi kenapa ia tidak tinggal di situ, aku juga tidak tahu. Harga yang dibayarnya, tiga ribu pound."
0h." kata Fatty. "Yah, terima kasih banyak! Kalau begitu kukatakan saja pada bibiku, agar menghubungi wanita yang bernama Miss Crump itu. Mungkin ia mau menjual Milton House pada bibi Alicia, apabila ia sendiri tidak ingin tinggal di situ."
"Boleh coba," kata si Jerawat, sementara Fatty berranjak hendak pergi, "Kirim salam pada Bibi Alicia! Tolong bilang padanya, aku takkan menolak apabila dibagi sedikit uangnya yang lima ribu pound itu."
Fatty pergi sambil berpikir-pikir. Ia agak bingung. Miss Crump. Namanya sama sekali tidak menimbulkan kesan misterius. Fatty merasa bisa membayangkan seperti apa orang itu. Seorang wanita tua bertubuh kecil dan rapi, dengan sanggul kecil di belakang kepala serta gaun berkerah tinggi tepi bawah menyapu tanah. Dan mungkin memelihara satu atau dua ekor kucing.
Fatty mengambil jalan yang menuju ke Milton House. Tapi di tengah jalan ia sudah bertemu dengan para anggota Pasukan Mau Tahu yang memang menyongsongnya. Tampang mereka tampak lesu.
"Itu Fatty datang!" seru Bets. "Bagaimana hasil penyelidikanmu. Fatty" Fatty, kami tadi ketahuan oleh si Ayo Pergi, lalu kami diusir!"
"Astaga!" kata Fatty kaget. "Sial! Padahal kita tidak ingin sampai dia ikut campur tangan dalam misteri kita kali ini. Jika ia sampai menyangka kita sedang menyelidiki sesuatu, pasti rumah itu akan diamat-amati olehnya. Dan kita juga! Kalau terjadi begitu, payah! Siapa yang begitu tolol tadi, sampai bisa ketahuan oleh si Ayo Pergi""
"Sebetulnya Buster yang membuka rahasia," kata Larry. "Idemu tadi, menyuruh dia menjaga dekat gerbang, ternyata tidak menguntungkan bagi kita, Fatty! Soalnya Buster lantas ribut menggonggong. ketika si Ayo Pergi kebetul lewat naik sepeda. T
entu saja polisi desa langsung menoleh ke arahnya. Dan ia kan tahu Buster anjingmu. Jadi ia lantas masuk, untuk memeriksa apa yang sedang kaukerjakan di situ. Tapi yang dijumpainya kami, bukan kau!"
"Sialan!" kata Fatty. "Sama sekali tak terpikir olehku tadi, Buster akan menimbulkan kecurigaan Ayo Pergi apabila ia kebetulan cuma lewat. Maksudku tadi sebetulnya, Buster hanya memperingatkan kalian kalau ada bahaya. mana dia sekarang""
"Masih duduk di atas pullovermu Kalau tidak kaujemput sekarang, sampai besok pagi pun ia pasti masih akan menjaganya terus," kata Larry "Saat ini cuma satu saja yang dipikirkannya, yaitu menjaga pullovermu itu."
"Kalau begitu kujemput saja dia sebentar," kata Fatty. "Kalian duluan saja pelan-pelan - nanti kususul."
Fatty lari menuju Milton House Buster langsung menggonggong dengan gembira, begitu melihat tuannya datang.
"Anjing pintar," kata Fatty sambil menepuk-nepuk Buster. "Kau tidak perlu menjaga pulloverku lagi sekarang."
Setelah mengenakan baju hangat itu, lantas masuk ke pekarangan rumah. Ia sempat memeriksa tempat itu dengan seksama seperti teman-temannya tadi. Siapa tahu mungkin ia bisa menemukan sesuatu yang tidak nampak oleh mereka tadi. Karenanya ia lantas berjalan mengelilingi rumah, sambil memandang ke dalam setiap jendela yang ada di situ.
Fatty kaget setengah mati, ketika tiba-tiba terdengar suara yang galak dari seberang kebun.
"He! Apa lagi yang kaulakukan di sini" Bukankah kalian baru saja sudah kuusir""
Astaga - si Ayo Pergi datang lagi." kata Fatty dalam hati. Ia jengkel, karena tertangkap basah di situ. "Sialan!"
Ayo Pergi bersepeda menghampirinya.
"Ayo bilang, apa yang kaulakukan di sini," tanya galak.
Fatty memandang berkeliling, seperti sedang mencari-cari sesuatu.
"Tadi aku pergi sebentar, sementara teman-temanku menunggu si sini." katanya. "Tahu-tahu mereka sudah tidak ada!"
"Lalu kau mengintip dari jendela-jendela ke dalam rumah, untuk melihat barangkali saja mereka menyelinap ke dalam lewat salah satu celah." tukas Ayo Pergi.
"Aduh, Anda memang cerdas sekali, Pak Goon,"kata Fatty. "Pendapat Anda selalu hebat! Anda tahu di mana kawan-kawanku sekarang""
"Mungkin sudah kutahan semua, karena bermain-main di pekarangan milik orang lain," Pak Goon menakut-nakuti. "Kaukatakan padaku apa yang menarik minat kalian di sini - nanti akan kukatakan di mana teman-temanmu itu sekarang."
"Betul, Pak Goon"" kata Fatty. Ia beringsut-ingsut. berusaha menjauhkan diri. "Anda akan membebaskan mereka lagi dari penjara, jika aku mau bercerita" Anda sudah memberi tahu orang tua mereka, bahwa anak-anak itu Anda tangkap. Lalu, apa kata mereka""
"Kau jangan berani kurang ajar terhadapku," bentak Ayo Pergi, "Sekarang katakan, apa yang menyebabkan kau berkeliaran terus di sini" Rumah ini kosong dan anak-anak tidak diperbolehkan masuk kemar!"
Fatty beringsut-ingsut terus. berusaha menjauhi. Dan Pak Goon beringsut-ingsut pula menyusulnya. Muka polisi desa itu makin lama semakin merah, karena marah. Dari kelima anggota Pasukan Mau Tahu, Fatty yang paling tidak disenanginya. Untung bagi Fatty, saat itu Buster ada di dekatnya. Anjing itu menggeram-geram karena menganggap sudah waktunya beraksi.
Ia menghampiri Pak Goon, lalu mengendus-endus pergelangan kaki orang itu. Pak Goon mengayunkan kaki, menendang Buster.
"Jangan ditendang, Pak Goon - nanti Anda digigit," kata Fatty. Ia marah ketika mendengar Buster mendengking kesakitan karena kena tendang. "Jika Buster menyerang Anda karenanya aku takkan menyuruhnya mundur kalau begitu. Sudah sepantasnya Anda diserang." Tapi Pak Goon malah menendang Buster sekali lagi. Anjing itu marah. Diserangnya Pak Goon sambil menggeram-geram terus. Begitu melihat dua deret gigi yang runcing-runcing Pak Goon bergegas naik ke sadel sepedanya lalu mengayuh kendaraannya itu cepat-cepat menjauh. Buster mengejar sambil menggonggong-gonggong.
"Jangan sangka urusan ini sudah selesai!" seru polisi desa itu pada Fatty, ketika ia membelok ke jalan. "Tunggu saja, aku pasti akan menelusurinya terus, sampai ke dasar-dasarnya!"
"Selamat jalan - dan kalau sud
ah sampai di dasar, kirim kartu pos padaku." balas Fatty. "Sini Buster!"
11 KABAR DARI MISS CRUMP Kawan-kawannya kecewa, ketika mendengar bahwa Fatty tidak berhasil memperoleh kunci rumah Milton House Tapi mereka tidak heran karena dari semula sudah menyangka begitu.
"Aneh - untuk apa Miss Crump itu membeli rumah, kalau tidak didiami kemudian," kata Larry "Untuk apa cuma satu kamar di tingkat paling yang diperlengkapi dengan perabotan, dan tidak bercerita pada siapa-siapa mengenainya" Masa soal kayak begitu dirahasiakan! Untuk apa""
"Tapi kita tidak bisa menanyakan padanya, apa sebabnya ia memperlengkapi satu kamar di tingkat paling atas," kata Daisy. "Ia pasti akan marah sekali, karena kita memanjat pohon dan mengintip ke dalam."
"Tentu saja kita tidak bisa bertanya secara langsung," kata Fatty. "Tapi kita bisa mendatangi dia - dengan salah satu alasan yang perlu kita pikirkan nanti - lalu mengorek keterangan dari dia."
"Apa yang bisa kita katakan padanya sebagai alasan mendatanginya di tengah musim dingin begini"" tanya Daisy.
"Ah - nanti pasti ada saja akal," kata Fatty. "Detektif yang cekatan, selalu bisa menemukan jalan agar bisa bicara dengan orang-orang."
"Alamatnya di mana"" tanya Pip. Fatty menyebutkan alamat Miss Crump.
"Ah - kalau cuma di sana, kita kan bisa pergi bersepeda," kata Larry. "Kuusulkan agar kita mendatanginya. Aku kepingin melanjutkan penyelidikan kita, sebisa-bisa kita."
"Ya, tapi apa alasan kita untuk mendatanginya"" tanya Daisy lagi. Ia merasa tidak enak dengan begitu saja mengganggu ketenangan seorang wanita tua, apabila tidak disertai alasan yang sudah dipikirkan baik-baik.
"Ah - kau ini rewel sekali, Daisy!" kata Fatty, yang saat itu sama sekali belum memikirkan alasan apa pun. "Serahkan saja urusan itu padaku! Pokoknya kita ke sana dan melihat-lihat keadaan dulu. Setelah itu akan kita tentukan, bagaimana sebaiknya mengajak Miss Crumpet berbicara."
"Miss Crump, maksudmu," kata Bets sambil tertawa terkikik. "Namanya kan Crump, bukan Crumpet."
"Kita tidak bisa semuanya datang ke sana," kata Daisy. "Nanti Miss Crump langsung curiga apabila tahu-tahu muncul lima orang anak, yang ingin bicara dengan dia tentang Milton House."
"Aku tadi sudah mendatangi dua agen rumah, sedang Pip yang menemukan misteri ini." Kata Fatty bermurah hati. "Jadi sekarang giliranmu, atau Larry, atau Bets, untuk berbuat sesuatu."
Sebetulnya Fatty sendiri ingin ke sana. Tapi pemimpin yang baik selalu memberi kesempatan pada orang lain-dan Fatty pemimpin yang baik
"Aduh," kata Daisy yang tidak begitu senang apabila ia sendiri yang harus berangkat. "Baiklah- tapi menurut pendapatku, kau lebih bisa melakukannya daripada yang lainnya. Fatty."
"Ya. memang benar," kata Fatty, tanpa merasa perlu merendahkan diri. "Soalnya selama semester yang lalu aku sudah melatih diri untuk melakukan tugas begini. Pokoknya. pasti gampang bagiku!"
Mereka kemudian memutuskan untuk naik sepeda mengunjungi Miss Crump siang itu juga. Jarak yang harus ditempuh tidak begitu jauh, jadi Buster bisa ikut. Ia akan dibawa dalam keranjang yang terpasang di sepeda Fatty.
"Tapi jangan meloncat lagi dari keranjang, ya," kata Fatty pada anjingnya itu. "Dulu kau pernah melakukannya, karena melihat kelinci, atau entah apa waktu itu. Nyaris saja terjadi kecelakaan karena perbuatanmu itu."
Buster menggonggong. Ia memamerkan tampang bersalah.
"Anjing manis," kata anak-anak dengan segera sambil menepuk-nepuk Buster. Mereka selalu merasa tidak enak, apabila anjing itu kelihatan sedih.
Sehabis makan siang, anak-anak langsung mengambil sepeda masing-masing, lalu berangkat menuju tempat berkumpul di tikungan jalan rumah Pip. Setelah semua berkumpul, mereka lantas berangkat sambil membunyikan lonceng sepeda beramai-ramai Buster duduk dengan sikap tegak dalam keranjang sepeda Fatty. Lidahnya terjulur keasyikan.
Dalam waktu tak sampai dua puluh menit mereka sudah tiba di Little Minton. lalu mulai mencari-cari rumah yang bernama Hillways. Seorang anak menunjukkan tempat itu.
Hillways ternyata sebuah rumah yang sudah tua. Indah kelihatannya, dengan cer
obong asap yang menjulang tinggi serta jendela bersekat-sekat dengan bingkai timah tipis. Kebun rumah itu i rawat rapi.
"Ah, sekarang aku mengerti kenapa Miss Cumpet lebih senang tinggal di sini, daripada di rumah tua yang jelek dan sunyi itu," kata Fatty sambil turun dari sepedanya "Sekarang - bagaimana rencana kita""
Ternyata belum ada yang mempunyai rencana. tiba-tiba terasa sulit sekali menemukan cara agar bisa berbicara dengan Miss Crump mengenai Milton House.
Fatty mengangkat Buster dari keranjang tempatnya duduk selama itu. Dengan segera anjing itu lari masuk ke dalam kebun. Ia merasa lega bisa bergerak dengan leluasa, setelah harus duduk diam terus dalam keranjang.
Tapi tiba-tiba nampak seekor anjing besar lari mendekat, langsung menerjang Buster. Buster kaget, lalu berpaling sambil menggeram. Anjing besar itu juga menggeram. Bulu tengkuknya tegak. .
"Mereka akan berkelahi!" jerit Bets. "Cepat, Fatty - ambil Buster!"
Tapi sebelum Fatty sempat bertindak, kedua anjing itu sudah berkelahi. Bets menangis ketakutan. Anak-anak yang lain ribut memanggil-manggil Buster.
"Buster! Buster! Sini, Buster! Ayo, ke sini!"
Tapi Buster tidak mau disuruh mundur, kalau udah mulai berkelahi. Anjing itu paling senang berkelahi sedang kesempatan untuk itu jarang datang. Ia tidak peduli bahwa anjing lawannya lebih besar dari dirinya. Yang penting, gigitannya tidak kalah kuatnya! Saat itu pintu depan rumah terbuka. Seorang wanita setengah umur muncul dengan wajah cemas. Tubuhnya gemuk Parasnya nampak ramah. Ia berlarian menghampiri "Aduh, Aduh! Apakah Thomas tadi menyerang anjing kalian"" katanya. "Thomas - berhenti!"
Tapi anjing besar yang ternyata bernama Thomas itu juga tidak mau mendengar perintah saat itu. Seperti Buster juga, ia sedang menikmati perkelahian yang asyik itu.
Bets menangis tersedu-sedu Ia takut, jangan-jangan Buster nanti mati digigit. Wanita gemuk itu cemas mendengar Bets menangis.
"Tunggu sebentar, Nak - aku tahu bagaimana menyuruh mereka berhenti berkelahi," katanya pada Bets. "Janganlah menangis lagi!"
Wanita itu bergegas masuk ke rumah, lalu datang lagi sambil membawa air dingin seember besar. Disiramkannya air itu ke tubuh kedua ekor anjing yang sedang berkelahi.
Keduanya langsung meloncat karena kaget, ketika tubuh mereka dengan tiba-tiba saja diguyur air dingin. Dengan segera wanita gemuk itu memegang Thomas, sedang Fatty menyambar Buster.


Pasukan Mau Tahu - Misteri Kamar Tersembunyi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau anjing nakal, Thomas!" kata wanita tua itu marah-marah pada anjingnya. "Sebagai hukuman. sepantasnya kau dikurung sehari penuh dalam kandangmu!"
Setelah itu ia menoleh ke arah anak-anak
"Tunggu sebentar, sementara dia ini kukurung dalam kandangnya," katanya. "Nanti aku kembali."
Wanita itu berjalan ke balik rumah. sambil menyeret Thomas yang kelihatannya jengkel dan kecewa.
"Itukah Miss Crump"" bisik Larry, Fatty mengangguk.
"Kurasa itulah dia. Aduh - coba lihat Buster. Kakinya berdarah. Rupanya kena gigit tadi," kata Fatty.
Bets menangis. karena kaget dan sedih. Ia tidak tahan melihat Buster berdarah. Cuma Buster sendiri yang nampaknya tidak mempedulikan lukanya itu. Ia menjilat-jilat kakinya, sementara ekornya mengibas kian kemari. Seolah-olah hendak mengatakan 'Hebat perkelahian tadi! Sayang berhentinya terlalu cepat'.
"Bukan salahmu, Buster," kata Daisy. "Anjing besar yang jahat itu menyerang lebih dulu."
Kemudian wanita tua tadi muncul lagi. Kelihatannya ia merasa menyesal karena terjadi perkelahian antara kedua anjing itu. Bets masih menangis. Wanita tua itu merangkulnya
"Sudahlah - jangan menangis terus, Nak," bujuknya "Thomas, anjing jahat itu tidak menggigit anjingmu yang kecil itu sampai luka parah. Thomas memang gemar sekali berkelahi. Ia milik abangku. Kalau ada kucing atau anjing menginjakkan kaki ke dalam kebun ini ia langsung marah dan menerjang."
"Kasihan B-Buster d-dia berdarah." tangis Bets, yang tidak tahan melihat darah mengalir.
"Kita bawa saja dia masuk ke dalam," kata wanita itu yang menurut perkiraan Fatty pasti Miss Crump "Kita bersihkan dulu lukanya dan setelah itu kita balut. Nah bagaimana""
"Ya baiklah," kata Bet
s. Ia mengeringkan air matanya. Menurut perasaannya Buster pasti nampak pantas apabila kakinya dibalut.
Kalau begitu ikut saja sekarang," kata wanita 'Tinggalkan saja sepeda kalian dekat pintu pagar. Ya, di situ. Namaku Miss Crump. Aku tinggal di sini bersama abangku."
Daisy mewakili anak-anak. menyebutkan nama mereka satu per satu Tak lama kemudian mereka sudah berada dalam ruang duduk yang lapang Miss Crump mencuci kaki Buster yang luka, lalu membalutnya dengan cermat. Buster senang kali karena banyak mendapat perhatian.
"Kalau tidak salah, juru masak kami tadi membuat roti manis," kata Miss Crump, sambil memandang anak-anak dengan wajah berseri-seri. Ia sudah selesai membalut luka Buster. "Kalian tentunya mau makan roti manis, kan""
Tentu saa tidak ada yang menolak tawaran itu. Menurut perasaan mereka, Miss Crump ramah orangnya. Ketika wanita itu pergi ke dapur untuk mengambil roti manis, Fatty cepat-cepat menyenggol Daisy.
"Sebaiknya kau saja yang mulai mengajukan pertanyaan,' katanya "Ini kesempatan baik bagi kita."
Daisy sudah bingung saja. tidak tahu bagaimana caranya membuka pertanyaan. Tapi kemudian ternyata persoalan itu mudah sekali.
Miss Crump kembali dengan piring berisi roti manis. yang langsung dibagi-bagikannya pada anak-anak.
"Kalian ini naik sepeda dari mana" Jauh perjalanan kalian tadi"" tanyanya.
"Ah tidak - kami datang dari Peterswood," jawab Daisy. "Kami tinggal di desa itu."
"O ya"" kata Miss Crump, sambil menyodorkan roti manis sepotong pada Buster. Anjing itu kaget karena tidak mengira akan ditawari. Tapi dengan cepat roti manis itu dimakannya. "Aku sendiri hampir saja tinggal di sana, sekitar setahun ya lalu. Kalian tahu tidak Milton House""
"Ya, kami mengenal tempat itu." kata anak-anak serempak. Miss Crump tercengang, karena tidak menyangka rumah itu begitu terkenal.
"Rumah itu kubeli setahun yang lalu," katanya kemudian. "Waktu itu abangku berniat tinggal daerah sini, dan kelihatannya ia merasa cocok dengan Milton House."
"O," kata Daisy, setelah disikut oleh Fatty untuk menyuruhnya meneruskan pembicaraan. "Jadi lalu kenapa Anda tidak jadi tinggal di sana. Maksudku - anu, kelihatannya Anda sekarang tinggal di sini "
Ucapannya itu bukan siasat yang terlalu cerdik untuk memancing keterangan Tapi Miss Crump kelihatannya tidak sadar bahwa ia sedang dikorek keterangannya.
"Yah, setelah rumah itu kubeli, tahu-tahu kemudian terjadi suatu hal yang aneh," katanya melanjutkan cerita.
Anak-anak langsung menajamkan pendengarannya. Nah - ini dia, sebentar lagi mungkin mereka akan mendengarkan keterangan yang menarik. Bahkan Buster pun ikut-ikutan menajamkan telinga.
"Kejadian aneh" Apakah yang terjadi"" tanya Bets.
Ada seorang laki-laki datang, lalu meminta-minta padaku agar mau menjual rumah itu padanya," kata Miss Crump. "Katanya ia ingin membeli rumah itu, karena dulunya milik ibunya yang tercinta, dan ia sendiri dibesarkan di situ. Lalu ia ingin tinggal lagi di situ, bersama anak-anak dan istrinya. Karena pembayaan yang ditawarkannya jauh lebih tinggi dari harga pembelianku sebelumnya, sebanyak - eh, nanti dulu -"
"Tiga ribu pound," sela Pip, Jumlah itu didengarnya dari cerita Fatty. Detik berikutnya Pip mengernyitkan muka, karena rusuknya disikut dari kiri dan kanan oleh Fatty dan Larry. Sementara itu Miss Crump memandangnya sambil melongo.
He - dari mana kau mengetahuinya"" kata wanita itu. "Luar biasa. Memang itulah jumlah uang yang kubayarkan, untuk membeli rumah itu. Tapi dari mana kalian mengetahuinya""
Muka Pip merah padam. Ia tidak tahu, bagaimana harus menjawab pertanyaan itu. Untung Fatty datang membantu, seperti biasanya.
"Pip ini memang paling jago kalau disuruh menebak!" katanya dengan tampang serius. "Rupanya itu sudah bakat sedari lahir. Ya, kan"" tambahnya sambil berpaling dan memandang anak-anak yang lain dengan mata melotot hendak memaksa mereka mengiakan keterangannya itu. Dan mereka mengiakan.
"O ya - Pip memang paling hebat dalam sekali menebak," kata mereka serempak.
Untung saja Miss Crump kelihatannya puas mendengar jawaban yang begitu.
"Aku sendiri tida k mengerti kenapa menceritakan segala hal ini pada kalian," katanya "Tentunya kalian bosan mendengarnya - tapi kalian tadi menyebut Peterswood aku langsung teringat pada Milton House. Tentu saja sekarang aku senang bahwa kami tidak jadi pindah ke sana. Soalnya segera setelah itu aku menemukan rumah ini, yang jauh lebih menyenangkan untuk didiami."
"Ya, memang!" sambut Fatty. "Rumah bagus sekali! Bayangkan, laki-laki itu ingin tinggal di Milton House hanya karena ia dibesarkan tempat itu, Miss Crump! Siapa kata Anda nama tadi""
"Eh - aku kan sama sekali tidak menyebut namanya"" kata Miss Crump heran. "Tapi mungkin kalian kenal padanya. Kurasa tentunya ia tinggal di sana sekarang, dan mungkin kalian kenal dengan anak-anaknya."
Anak-anak tidak mengatakan bahwa rumah itu kini berada dalam keadaan kosong. Mereka tidak mengatakan. di Milton House sama sekali tidak ada anak-anak. Mereka tidak mau mengatakan apa-apa, yang bisa merusak penyelidikan mereka. Wah - kelihatannya misteri itu menjadi semakin misterius sekarang!
"Nanti dulu, bukankah nama orang itu Popps"" kata Fatty. la asal menyebutkan nama yang paling dulu diingat olehnya, dengan maksud mendorong agar Miss Crump teringat lagi pada nama pembeli Milton House.
"Bukan - bukan Popps." kata Miss Crump. "Nanti dulu - kalau tidak salah, aku menyimpan sepucuk surat dari dia di salah satu tempat. Aku biasa menyimpan surat-surat bisnis selama dua tahun, dan setelah itu barulah kumusnahkan. Ah - ini dia suratnya Aduh, mana kaca mataku sekarang""
Ternyata wanita tua itu tidak bisa membaca dengan jelas, apabila tidak memakai kaca mata. Ia berdiri dekat meja tulisnya. sambil memandang berkeliling mencari kaca matanya, Surat tadi masih selalu dipegangnya.
Saat itu Pip menunjukkan bahwa ia sebenarnya berotak cerdas pula. Ia melihat kaca mata yang ari terletak di atas meja, di dekat tempatnya duduk. Dengan cepat diambilnya kaca mata yang tersimpan dalam kotaknya lalu diselipkannya ke kursi tempat duduk. Kemudian ia berdiri, dan menghampiri Miss Crump.
"Bolehkah saya membantu"" katanya menawarkan diri. "Saya bacakan saja namanya untuk Anda."
"Tapi kaca mataku di mana"" tanya Miss Crump bigung. "Aku harus menemukannya dulu."
Tentu saja ia tidak berhasil menemukan, karena telah disembunyikan Pip. Akhirnya ia menyerahkan surat itu pada Pip, supaya dibacakan.
"John Henry Smith," kata Pip sambil membaca. Tapi sementara itu matanya sempat melihat alamat yang tertulis di sisi atas surat Ya- membuktikan bahwa ia pun bisa bertindak cerdas karena sebelumnya ia jengkel sekali sebab terlanjur menyebutkan jumlah tiga ribu pound
"Ya, betul," kata Miss Crump. "Nama itu begitu biasa. sehingga aku lupa lagi. Nah - kalian kenal dengan anak-anak keluarga Smith itu""
"Wah - tidak," kata Daisy. "Selama ini kami belum pernah berjumpa dengan mereka. Wah kurasa kita harus kembali sekarang, supaya jangan sampai kemalaman di jalan. Terima kasih, Miss Crump, atas kebaikan hati Anda terhadap kami dan Buster."
Anak-anak minta diri. Miss Crump mengatakan agar kapan-kapan mereka mampir lagi. Anak-anak berangkat. Tapi pada tikungan berikut mereka turun lagi dari sepeda masing-masing. Mereka hendak berunding sebentar.
12 GILIRAN LARRY BERAKSI "Wah - ternyata kita berhasil mengetahui sesuatu yang baru!" kata Fatty. "Kau tadi sempat melihat alamat John Henry Smith itu. Pip""
"Tentu saja," jawab Pip dengan bangga "Tidakkah kau tahu, itu sebabnya aku tadi menawarkan diri untuk membaca nama pembeli itu""
"Aku melihatmu menyelipkan kotak kaca mata Miss Crump ke sisi kursimu," kata Daisy.
"Betul - tapi kemudian kukembalikan lagi ke tempat semula, sebelum kita pergi dari sana." kata Pip. "Alamat itu Causeway nomor 6, Limmering Sedang nomor teleponnya, Limmering 021."
"Bagus, Pip." kata Fatty memuji. "Kau memang -membuat kesalahan besar ketika terlanjur menyebutkan jumlah tiga ribu pound tadi. tapi setelah itu kau pintar sekali! Aku sendiri pun sukar bisa berbuat lebih baik lagi."
"Memang, tak mungkin," kata Bets. Ia merasa bangga terhadap abangnya. "Tapi urusan ini aneh, ya" Apabila Tuan Smith itu ingin
sekali memiliki Milton House karena ibunya dulu pernah tinggal di situ dan karena ia sendiri dibesarkan di situ, lalu kenapa cuma satu kamar saja yang diperlengkapi dengan perabotan""
"Kamar itu berterali jendelanya," kata Fatty sambil berpikir. "Mungkin itu kamar anak-anak ketika Tuan Smith masih kecil! Dan mungkin itu sebabnya kenapa cuma kamar itu saja yang diberi perabotan - rupanya ia senang mengenangkan masa lalu. Cuma menurut perasaanku, penjelasan itu tidak begitu enak. Tapi walau bagaimana detektif harus memikirkan segala penjelasan yang mungkin."
Teman-temannya sependapat. Penjelasan itu sukar diterima.
"Sebaiknya kita selidiki saja, apakah dulu pernah ada wanita bernama Smith tinggal di situ," kata Larry setelah berpikir sesaat. "Dan apakah salah seorang anaknya bernama John. Lalu apakah kamar yang berterali itu dulunya kamar anak-anak."
"Ya! Itu bisa kita lakukan," kata Fatty. "Dan bisa pula kita selidiki. Apakah John Henry masih ada Limmering."
"Tapi Limmering kan jauh sekali dari desa kita!" kata Larry. "Kita pasti takkan diijinkan pergi sana."
"Tapi kita kan mengetahui nomor telepon orang itu. Kita menelepon ke sana Tolol," tukas Fatty.
Setelah itu anak-anak bergegas pulang naik sepeda karena hari mulai gelap.
"Sekarang giliran siapa untuk melakukan penyelidikan selanjutnya"" tanya Daisy. "Aku sudah! Kurasa sekarang giliran Larry, atau Bets."
"Bagaimana" cara kita menyelidiki siapa yang dulu tinggal di Milton House"" tanya Larry. "Takkan ada orang yang mengetahuinya!"
"Pakai otakmu. Tolol." tukas Fatty. "Banyak cara untuk mengetahui hal itu! Aku bisa saja mengatakannya-tapi kau harus berusaha sendiri. Detektif yang baik, takkan bisa bingung hanya karena menghadapi persoalan sepele kayak begitu. Huh - kalau aku, dalam sepuluh menit saja akan sudah kuketahui."
"Ah, kau memang selalu hebat," tukas Larry dengan kesal.
"Aku memang begitu, mau apa," kata Faity. "Bahkan ketika aku masih bayi pun, aku sudah bisa - "
"Tutup mulut!" kata Pip dan Larry serempak. Mereka tidak ingin mendengar kisah mengenai kehebatan Fatty sewaktu masih bayi.
Fatty agak tersinggung kelihatannya.
"Nah," katanya kemudian, ketika anak-anak berpisah di tikungan jalan menuju ke rumah Pip, "kalau begitu, sampai besok! Larry, kauusahakan agar mendapat keterangan yang kita perlukan. Kalau sudah dapat, laporkan pada kami!"
Gaya Fatty persis seperti detektif sejati. Bets menarik napas puas.
"Ah -" katanya, "senang sekali rasanya bisa sibuk menyelidiki misteri yang misterius, ya""
"Tapi hasil yang kita capai belum banyak," kata Fatty. Dipandangnya Bets sambil tersenyum. "Dan apabila Buster tadi tidak berkelahi dengan anjing besar itu, kurasa belum tentu bisa banyak yang kita korek dari Miss Crump."
"Buster yang malang," kata Bets sambil memandang anjing kecil itu, yang duduk dengan sabar dalam keranjang sepeda tuannya "Kakimu masih sakit, hm""
Sebetulnya kaki anjing itu sudah tidak lagi terasa sakit. Tapi Buster langsung menyodorkan kakinya yang dibalut. sambil memandang dengan sedih paling senang kalau diperhatikan!
"Ah, cuma aksinya saja, pura-pura masih sakit," kata Fatty sambil menepuk-nepuk kepala anjingnya "Kau memang pintar berpura-pura kan Buster" Padahal kau tadi senang bisa berkelahi kan" Kurasa kau tadi juga sempat menggigit dua sampai tiga kali! Sekarang karena kakimu dibalut begitu, pasti dalam beberapa hari ini kau ingin dimanjakan terus!"
"Biarlah - aku mau memanjakannya," kata Bets sambil mencium kepala anjing itu. "Aku tadi ketakutan sekali ketika melihat dia berkelahi dengan anjing yang lebih besar itu."
"Kasihan," kata Fatty pada Bets. "Tapi karena geraman Buster dan tangisanmu, akhirnya kita berhasil masuk ke rumah Miss Crump kemudian memperoleh segala keterangan yang kita perlukan! Ya - bahkan lebih banyak d harapan kita semula!
Setelah itu mereka berpisah. Mereka datang tepat pada waktunya di rumah masing-masing untuk minum teh dan makan sore. Sementara itu hari semakin gelap. Dalam petang musim dingin di bulan Desember itu, anak-anak merasa senang membayangkan akan bisa menghangatkan tubuh di depan
pediangan, sambil minum teh pan panas.
Di rumah, Larry dan Daisy sibuk berunding. Mereka mencari akal, bagaimana caranya melakukan penyelidikan tentang John Henry Smith serta tentang ibunya. Dengan segera sudah cukup banyak gagasan terkumpul.
"Kita bisa mendatangi rumah sebelah, lalu menanyakan apakah di situ tinggal seorang wanita bernama Nyonya Smith." kata Daisy "Pasti orang yang tinggal di situ akan mengatakan `Tidak. Nyonya Smith dulu pernah tinggal di Milton House' - atau jawaban semacam begitu."
"Atau kita mendatangi pemilik toko serba ada di desa," kata Larry. "Semua orang di sini langganannya, jadi kurasa ia pasti masih ingat pada Nyonya Smith. Pak tua itu kan seumur hidupnya tinggal di sini."
"Atau bisa pula kita tanyakan pada Ibu," kata Daisy.
"Wah, jangan!" kata Larry. "Nanti Ibu curiga, apa sebabnya kita dengan tiba-tiba ingin tahu mengenainya."
"Kita juga bisa bertanya ke kantor pos" kata Daisy lagi. "Orang-orang di sana mengenal setiap orang, karena tukang pos kerjanya kan mengantar surat."
"Ya, betul - kita tanyakan saja pada tukang pos," kata Larry dengan gembira. "Ya, tentu saja! Tukang pos kita sudah sedari dulu berdinas di sini. Pasti ia tahu, siapa yang dulu tinggal di Milton House."
"Ya, itu gagasan baik." kata Daisy. "Tapi bagaimana caranya" Kan tidak bisa langsung saja bertanya tentang hal itu. Maksudku kan aneh apabila kita langsung mengatakan, `Apakah pernah ada seorang John Henry Smith yang tinggal di Milton House bersama ibunya"' Kedengarannya kan konyol""
"Memang," kata Larry. "Tapi malam ini pasti aku akan menemukan cara yang baik. Besok pukul sebelas pagi, apabila ia datang mengantar surat, aku akan mengajaknya bicara."
Keesokan harinya Larry dan Daisy bermain ayun-ayunan di pintu pagar depan rumah mereka. Keduanya menunggu kedatangan tukang pos. Saat itu hampir pukul sebelas.
Petugas itu muncul seperti biasanya, keluar-masuk rumah untuk mengantarkan surat. Ketika ia sudah dekat. Larry menyapanya.
"Halo, Sini! Ada surat untukku""
"Tidak, Larry" Kenapa kau bertanya" Apakah hari ini kau berulang tahun"" tanya Sims, tukang pos itu.
"Bukan begitu," kata Larry mengetak. "Aduh, banyaknya surat yang harus kauantarkan ke alamat masing-masing! Semuanya harus kau serahkan saat ini juga" Kalau kau kembali lagi k kantor pos nanti, kantong suratmu harus sudah kosong sama sekali""
"Tentu saja - kecuali kalau ada surat yang salah alamat." kata Sims. "Jika ada surat yang tidak bisa kusampaikan pada penerimanya, surat itu harus kubawa kembali. Tapi kebanyakan orang di sini kuketahui alamatnya!"
"Tapi kau tentunya tidak bisa ingat lagi nama semua orang yang pernah tinggal di Peterswood sejak kau menjadi tukang pos!" kata Larrry memancing. Ternyata ia juga pintar bersiasat.
"Hahl Siapa bilang," kata Sini, sambil menyandar ke pintu pagar. "Justru itu yang bisa kulakukan! Istriku selalu mengatakan, aku ini belum pernah melupakan satu nama pun. Aku bisa mengatakan, siapa yang dulu tinggal di rumah kalian ini, sebelum kalian pindah ke sini. Ya, ia seorang wanita. Namanya Nyonya Hampden! Dulu aku selalu takut kemari, karena wanita itu memelihara dua ekor anjing yang galak. Lalu sebelum dia, yang tinggal di sini Captain Lacy. Ia seorang laki-laki yang sudah tua. Ia selalu ramah terhadapku. Dan sebelum itu -"
Larry merasa sudah cukup mendengar nama orang-orang yang pernah tinggal di rumahnya sendiri. Karenanya ia memotong cerita Sims.
"Ingatanmu ternyata memang hebat, Sims. Sungguh! Nah - sekarang aku ingin mengujimu. Siapa saja yang pernah tinggal di Milton House""
"Di Milton House" Ala, itu kan gampang," kata Sims dengan wajah berseri-seri, "Di rumah itu dulu pernah tinggal tiga wanita yang bersaudara. Nama mereka Duncan. Aku masih ingat sekali pada mereka."
"Duncan"" kata Larry heran. "Kau tidak keliru" Kusangka di rumah itu dulu tinggal keluarga Smith."
"Tidak. Tak pernah ada orang bernama Smith tinggal di sana," kata Sims sambil mengernyitka kening. "Aku bahkan masih ingat, ketika rumah itu bangun oleh Kolonel Duncan untuk ditinggalinya sendiri bersama ketiga anak perempuannya. Siapa lagi
nama mereka masing-masing" Nanti dulu - ah ya betul, Miss Lucy. Mss Hannah dan Miss Sarah. Mereka baik-baik! Tapi tidak pernah menikah."
Lamakah mereka tinggal di sana"" tanya Larry.
"O ya - mereka selalu tinggal di sana, sampai enam tahun yang lalu," kata Sims. "Mula-mula Kolonel Duncan meninggal dunia. lalu ketika dua dari ketiga wanita itu menyusul, saudara mereka yang masih tinggal kemudian pindah dan tinggal bersama seorang kawannya, karena ia merasa kesepian di rumah tua itu."
Saat itu Larry teringat pada jendela kamar yang berterali.
"Apakah di Milton House pernah ada kamar yang khusus untuk anak-anak"" tanyanya. "Pernahkah ada anak-anak tinggal di sana""
"Tidak pernah. Ketika pindah ke situ, ketiga anak Kolonel Duncan sudah sekitar dua puluhan umurnya." kata Sims. "Di rumah itu belum pernah ada anak-anak kecil."
"Setelah keluarga Duncan, siapa lagi yang kemudian tinggal di situ"" tanya Daisy. Menurut perkiraannya. mungkin setelah itu keluarga Smith tinggal di situ.
"Rumah itu kemudian dibeli seorang wanita yang bernama Nyonya Kennedy, dan dijadikannya semacam penginapan." kata Sims. Tap usaha itu gagal. Cuma dua tahun saja bisa bertahan. Sejak itu Milton House kosong terus. Aku pernah mendengar kabar bahwa kemudian ada yang membeli - tapi orang itu tidak pernah pindah situ. Sudah sejak lama aku tidak pernah lagi mengantarkan surat ke sana."
"Dan belum pernah ada orang bernama Smith tinggal di sana"" kata Daisy. Ia merasa bingung
"Kelihatannya kalian ini terus-terusan memikirkan Smith," kata Sims. Ia beranjak, hendak pergi lagi. "Mungkin yang kalian maksudkan itu laki-laki tua yang bernama Jendral Smith. Kalau dia tinggalnya di Clinton House!"
"Ya, betul!" kata Larry. "Yah, Sims - harus kuakui. ingatanmu memang benar-benar hebat. Ceritakan saja pada istrimu, kami berusaha menjebakmu tapi ternyata tidak berhasil!"
Sims nyengir senang, lalu meneruskan tugasnya ke atas bukit. Larry dan Daisy saling berpandang-pandangan.
"Nah - apa katamu sekarang!" kata Larry "Ternyata Tuan John Henry Smith berbohong setengah mati, supaya bisa membeli Milton House! Tapi siapa dia sebenarnya - dan apa maksudnya dengan siasat itu""
13 SIAPAKAH JOHN HENRY SMITH"
Anak-anak sangat tercengang. ketika Larry pergi ke rumah Pip dan menceritakan hasil penyelidikannya pada Pasukan Mau Tahu.
"Siasatmu bagus, menanyai Sims," kata Fatty. "Ide yang bagus sekali. Cocok apabila dilakukan oleh detektif ulung, kayak Sherlock Holmes."
Kata-kata pujian Fatty itu sangat menyenangkan. Tapi Larry anak yang jujur. Ia berterus terang, sebenarnya gagasan itu didapatnya dari Daisy.
"Tapi pokoknya, kemudian dilaksanakan. dengan baik," kata Fatty. "Sekarang persoalannya menjadi bertambah aneh! Ketika pertama kali kudengar nama John Henry Smith, aku sudah merasa nama itu terlalu biasa saja - maksudku orang biasa memakai nama yang begitu, jika sedang menyembunyikan sesuatu hal."
"Bayangkan. semua ceritanya mengenai ibunya yang pernah tinggal di situ, ternyata cuma karangannya saja." kata Bets. "Aku ingin tahu, apa sebabnya ia begitu menginginkan rumah itu. Mungkinkah dia yang memakai kamar tersembunyi itu""
"Entah." kata Fatty. "Ternyata kita kini menghadapi suatu misteri yang aneh. Kita harus menyelidiki, siapa John Henry Smith itu sebenarnya."
Anak-anak menatapnya. Bets merasa tubuhnya merinding. Baginya, John Henry Smith itu rasanya seseorang yang aneh dan menyeramkan. Ia tidak kepingin berjumpa dengan dia.
"Tapi - tapi kita kan tidak bisa pergi ke Limmering," katanya dengan suara lirih.
"Memang tidak. Sudah kukatakan, kita bisa menelepon." jawab Fatty. "Bagaimana nomor teleponnya, Pip" Limmering 021""
"Ya, betul," kata Pip. "Kau saja yang menelepon. Fatty. Ini soal penting. Jadi sebaiknya kau yang bicara dengan John Henry Smith itu."
"Baiklah," kata Fatty. Ia berlagak seperti orang penting "Aku akan ke telepon umum, dan menelepon dari situ. Jika aku menelepon dari sini dan ibumu kebetulan mendengar ada kemungkinan ia lantas ingin tahu macam-macam, Pip."
"Ya, memang," kata Pip. "Kau pergi saja ke telepon umum. Buster biar di sini, karen
a kakinya masih sakit."
"Guk," gonggong Buster dengan sikap sedih. Anjing itu konyol sekali. karena setiap kali ia minta disayang, ia selalu berjalan terpincang-pincang. Dan anak-anak langsung merasa kasihan padanya. Padahal kakinya yang luka sudah bisa dibilang sembuh, dan sebenarnya tidak perlu lagi dibalut. Tapi Buster ingin menikmati keadaan itu selama mungkin.
Tapi walau begitu, ia ikut juga dengan Fatty. Ia tidak mau ditinggal, apabila tuannya itu pergi ke tempat lain. Karena itu sambil berjalan pincang, ia membuntuti Fatty yang pergi ke telepon umum.
Fatty merasa bergairah saat itu. John Henry Smith itu kunci persoalan yang misterius itu - dan sebentar lagi Fatty akan berbicara dengan dia!
Setelah ada sambungan, didengarnya suara seseorang berbicara pada alat pendengar.
"Halo"" "O - halo!" kata Fatty. "Apakah di situ tempai tinggal Tuan John Henry Smith""
Sesaat ia tidak mendengar apa-apa Kemudian suara orang yang tadi berbicara lagi padanya.
"Kau ingin bicara dengan sambungan nomor berapa"" tanya orang itu. Fatty menyebutkan nomor telepon yang ingin dihubunginya.
"Siapa mengatakan padamu, Tuan Smith bis dihubungi pada nomor ini"" kata orang itu. "Dan kau siapa""
Fatty cepat-cepat mengarang nama - asal saja!
"Di sini Donald Bebek," katanya.
Sesaat teman bicaranya terdiam. Rupanya karena tercengang mendengar nama aneh itu.
"Siapa - katamu tadi"" tanya orang itu kemudian.
"Bisakah Anda mengatakan, apakah Tuan Smith masih tinggal di Limmering atau sudah pindah ke Peterswood"" tanya Fatty Ia memutuskan, lebih baik nekat saja bertanya. Padahal itu tahu. John Henry Smith tidak pindah ke Peterswood. Walau demikian. biar saja orang itu kaget.
Kesunyian berikutnya agak lama. sehingga Fatty buru-buru berkata, "Halo! Halo!"
Tapi ia tidak mendengar jawaban lagi. Ternyata teman bicaranya sudah memutuskan hubungan. Sambil berpikir-pikir, Fatty mengembalikan gagang telepon ke tempatnya.
Penyelidikannya sekali itu. ternyata tidak banyak membawa hasil. Ia bahkan tidak tahu. Apakah orang yang berbicara dengannya tadi John Henry Smith atau bukan. Usahanya tidak bisa dibilang memuaskan. Fatty sebetulnya tidak tahu keterangan apa yang akan diperolehnya dari pembicaraan telepon tadi. Tapi setidak-tidaknya, harus ada suatu yang lebih nyata daripada sekarang.
Ia keluar dari bilik telepon umum - dan langsung berdiri di depan Pak Goon Ternyata polisi desa itu sedari tadi sudah mengamat-amatinya dari balik kaca! Pantas Buster menggeram-geram terus.
Pak Goon sangat curiga. Siapakah yang ditelepon anak itu" Bukankah di rumahnya sendiri ada pesawat telepon" Tapi mungkin ia tidak mau orang tuanya mendengar apa yang hendak dikatakan olehnya. Karena itulah ia menelepon dari telepon umum. Jadi Fatty tentunya sedang bicara tentang misteri, yang menurut perasaan Pak Goon pasti sedang diutak-utik oleh anak-anak.
"Kau menelepon pada siapa"" tanya polisi desa itu.
"Kurasa itu kan bukan urusan Anda"" jawab Fatty dengan gaya sopan. yang selalu menimbulkan kejengkelan Pak Goon.
"Kau pernah datang lagi ke Milton House"" tukas Pak Goon. Ia berkeyakinan, rumah itu pasti ia sangkut-pautnya dengan misteri yang diketahuinya itu.
"Milton House" Di mana itu"" tanya Fatty pura-pura tidak tahu.
Air muka Pak Goon berubah menjadi ungu
"Jangan kurang ajar. Ya!" tukasnya. "Kau tahu betul di mana letak Milton House'"
"O - maksud Anda rumah tua di mana kami waktu itu main sembunyi-sembunyian," kata Fatty. Ia berbuat seolah-olah baru saat itu teringat kembali "Kenapa Anda tidak datang dan ikut bermain dengan kami kapan-kapan. Pak Goon""
Sementara itu Buster menggeram-geram lagi Pak Goon cepat-cepat beringsut menjauh. Itulah yang paling tidak enak kalau bicara dengan Fatty. Buster selalu ada di dekatnya. Dan Buster selalu bisa menghentikan pembicaraan dengan cepat. Buster menyambar pergelangan kaki Pak Goon. Polisi desa itu langsung membalas dengan tendangan.
"Jangan lukai kakinya yang satu lagi!" sergah Fatty Pak Goon mengira kaki Buster yang dibalut itu luka karena tendangannya waktu itu.
"Kalau begitu suruh dia pergi," katanya, "Dan kau juga
, pergi dan sini! Kalian ini kerjanya cuma luntang-lantung saja, iseng mencampuri urusan orang lain!"
Setelah itu ia pergi. Fatty nyengir. Ayo Pergi yang malang. Ia selalu kalah, kalau menghadapi Fatty yang jago bicara itu. Fatty melenggang dengan santai, kembali rumah Pip.
Anak-anak tertarik mendengar hasil pembicaraannya lewat telepon. Mereka geli ketika tahu bahwa Ayo Pergi timbul lagi kecurigaannya.
"Tapi, Fatty - aku tidak begitu yakin apakah perlu mengatakan sesuatu mengenai Peterswood sewaktu menelepon tadi." kata Larry, setelah berpikir-pikir sebentar. "Jangan-jangan dia lantas berjaga-jaga karenanya. Maksudku, apabila Tuan Smith melakukan sesuatu yang kurang beres Milton House, pasti ia kaget sekali ketika mendengar bahwa rupa-rupanya ada orang yang mengetahui tentang dirinya di Peterswood - di mana rumahnya terdapat'"
"Sialan! Benar juga katamu," kata Fatty. Terbayang kembali olehnya, betapa cepat orang yang dihubungi di telepon tadi memutuskan hubungan ketika Fatty menyebutkan Peterswood. Milton House letaknya di pinggir desa itu. Ya - ada kemungkinan ia telah menyebabkan Tuan John Henry Smith menjadi waspada sekarang!
"Yah - jika ternyata begitu, ada kemungkinan ia akan cepat-cepat datang ke Peterswood, untuk memeriksa apakah kamar rahasianya itu masih utuh," kata Fatty. "Jadi mungkin perbuatanku itu ada gunanya juga. Mulai sekarang kita akan mengadakan pengamatan ketat terhadap Milton House. Jika Tuan Smith ternyata benar-benar datang kita akan bisa mengetahui kayak apa orang itu."
"Tapi kita kan tidak bisa menjaga pada malam hari," kata Larrya agak sangsi.
"Aku bisa saja." kata Fatty. "Ibuku takkan pernah tahu apakah aku ada di tempat tidur atau tidak."
"Aduh. Fatty! Jangan berani-berani pergi ke Milton House pada tengah malam," kata Bets ketakutan. "Kan seram! Mana gelap gulita, dan dingin lagi!"
"Kalau gelap sih tidak," kata Fatty. "Saat sekarang ini bulan sudah hampir purnama. Dan aku takkan kedinginan. Aku sempat melihat sebuah pondok bobrok dalam kebun di sana. Aku pasti nyaman di dalamnya, dengan beberapa lembar selimut tebal."
Teman-temannya memandang dia dengan kagum Mereka tak seorang pun yang ingin pergi sendiri malam-malam ke Milton Mouse.
"Aku sama sekali tidak mengenal takut," kata Fatty. Ia senang, karena dikagumi teman-temannya. "Dulu, ketika umurku baru dua tahun aku pernah-"
"Tutup mulut!" kata Larry dan Pip. "Kau itu selalu merusak suasana dengan ocehanmu ya meninggi begitu."
"Buster akan kaubawa serta"" tanya Bets.
"Entah, aku belum tahu," jawab Fatty. "Kalau ia ikut memang enak karena ada teman. Tapi jangan-jangan ia menggonggong nanti, kalau ada yang datang."
"He - ada salju," kata Daisy tiba-tiba.
Betullah - salju turun tanpa bunyi, bergumpal-gumpal seperti kapas Anak-anak memandang luar jendela.
"Ini berarti aku harus berhati-hati sekali, jangan sampai ketahuan karena jejak kakiku," kata Fatty "Aku harus berusaha masuk ke sana lewat pagar kebun. Tapi pokoknya. aku akan bisa tahu apakah ada orang datang ke rumah itu karena jejak kakinya pasti akan kelihatan!"
"Bagaimana jika kita ke Milton House sebentar sekarang"" usul Pip. "Untuk melihat, barangkali saja ada salah satu perubahan yang terjadi sana'"
"Jangan - besok saja kita ke sana," kata Fatty "Kurasa kecil sekali kemungkinannya Tuan John Henry Smith itu akan bergegas-gegas datang hari ini juga! Kurasa baru besok ia datang, dan saat itu mungkin kita akan bisa melihatnya. Sekarang kita bermain saja!"
"Kurasa tabir yang menutupi misteri kita, sekarang sudah mulai terangkat sedikit," kata Fatty kemudian. ketika anak-anak bubar. "Aku takkan heran apabila sebentar lagi terjadi berbagai hal!"
14 KE MILTON HOUSE LAGI Keesokan paginya anak-anak berangkat ke Milton House. Salju tebal terhampar di tanah. Tapak kaki anak-anak yang berjalan nampak jelas. Sewaktu berangkat untuk berkumpul, Pip dan Bets harus lewat di depan rumah Pak Goon. Polisi desa itu melihat mereka. Dalam hati ia bertanya-tanya, jangan-jangan anak-anak sudah mulai lagi berbuat sesuatu yang perlu diketahuinya. Ia merasa pasti anak-anak sedang melacak je
jak suatu kejadian misterius. Dan Pak Goon merasa tidak enak membayangkan dirinya kembali dikalahkan segerombolan anak-anak.
Karenanya ia memutuskan untuk mengikuti dari belakang. Ia tidak bisa naik sepeda di tengah salju yang begitu tebal. Karena itu ia terpaksa berjalan kaki. Ia bergerak menyelinap, sambil memperhatikan anak-anak yang berjalan di depannya
Tapi ketika Pip dan Bets sudah berkumpul dengan ketiga teman mereka, Buster yang menyertai Fatty langsung tahu bahwa kedua anak itu diikuti orang dari belakang. Anjing itu berhenti berjalan. Ia menoleh ke belakang, sambil menggeram-geram. Anak-anak berpaling dengan cepat. Mereka sempat melihat pakaian seragam biru sekelebatan, yang cepat-cepat menyelinap masuk ke pekarangan orang.
"Si Ayo Pergi membuntuti kita," kata Fatty. Ia merasa kesal "Menjengkelkan sekali orang itu! Kalau ia membuntuti terus, kita takkan bisa pergi ke Milton House. Sekarang bagaimana""
"Rumahku tidak jauh lagi." kata Larry. "Bagaimana jika aku masuk sebentar lalu menulis surat yang membuat dia beranggapan bahwa kita memang sedang melacak suatu misteri - tapi itu kan yang benar-benar kita selidiki saat ini" Jadi misteri karangan kita sendiri!"
Anak-anak tertawa cekikikan.
"Ya - lalu kita jatuhkan di jalan. supaya nanti di pungut olehnya." kata Fatty. "Pasti surat itu akan dibaca olehnya - sehingga terperdaya lalu mengikuti jejak palsu! Mungkin dengan begitu, kita akan terbebas dari rongrongannya."
Larry bergegas pulang. lalu cepat-cepat menulis urat dengan pensil.
"Fatty, Aku cuma ingin mengatakan, saat ini aku sudah menemukan jejak perampokan yang mencuri permata itu. Jumpai aku di Felling Hill. Nanti aku tunjukkan di mana permata itu disembunyikan, sebelum diambil lagi oleh perampok itu.
Larry" Sambil nyengir, Larry memasukkan surat itu ke alam sampul. Setelah itu ia menyusul teman-temannya yang sementara itu berjalan terus. Mudah-mudahan saja Pak Goon masih membuntuti mereka.
Fatty tertawa, ketika mendengar apa yang ditulis Larry tadi.
"Bagus!" katanya. "Kini si Ayo Pergi pasti akan mengira kita sedang melacak jejak pencuri permata. Tentunya ia akan bergegas-gegas pergi ke Felling Hill, lalu mencari-cari permata itu sana. Kita akan bebas dari gangguannya untuk sementara waktu!"
"Itu dia - bersembunyi di balik pohon," kata Bets. "Tapi jangan semuanya langsung menoleh Larry - kau dan Fatty nanti pura-pura main dorong-dorongan, kemudian jatuhkan suratmu itu. Biar Pak Goon menyangka jatuh tanpa disengaja!"
"Betul, Bets," kata Fatty. "Pelan-pelan, kau bertambah pintar sebagai detektif."
Anak-anak berjalan lagi. Ketika mereka merasa sudah diamat-amati lagi dengan seksama oleh Pak Goon, mereka lantas pura-pura bercanda.
Larry dan Fatty saling dorong-mendorong. Saat itu Larry menjatuhkan surat dari kantongnya. Setelah itu anak-anak meneruskan langkah. Tapi tahu-tahu Buster lari kembali menghampiri surat yang tergeletak di atas salju dan mengendus-endusinya!
"Buster! Ke sini, goblok! Biarkan surat itu situ," desis Fatty pada anjingnya.
Buster kaget. Tapi ia menurut. Dibiarkannya surat Larry tergeletak di tanah. Ia menyusul anak-anak, sambil berjalan terpincang-pincang. Ia merasa tersinggung, karena Fatty memarahinya.
"Bisakah kita mengamat-amati apakah surat itu benar-benar dipungut Ayo Pergi"" tanya Larry bergairah. "Mudah-mudahan saja ia mengambilnya."
"Aku masuk saja ke toko kue-kue itu dan mengamat-amat dari situ. sementara kalian berjalan terus," kata Fatty.
Anak-anak lantas meneruskan langkah, sementara Fatty masuk ke toko lalu mengintip dan situ. Nyaris saja ia bersorak dengan gembira. ketika dilihatnya Pak Goon membungkuk lalu memungut surat yang tergeletak di salju.
"Pasti nanti akan dibacanya - karena ia selalu ingin tahu," pikir Fatty dengan senang.
Pak Goon mengantongi surat itu. Ia memang bermaksud hendak membacanya. Sesaat ia bimbang. Apakah lebih baik terus membuntuti anak-anak. atau pulang ke rumah untuk membaca surat itu dulu" Mungkin isinya sesuatu yang ingin diketahui olehnya!
Akhirnya ia memutuskan untuk pulang sebentar Sesampai di rumah, dibacanya surat Lar
ry. Pak Goon mendengus. "Hah! Sudah kuduga, mereka sudah iseng lagi! Kini mereka melacak jejak pencuri! Pasti Perampokan Sparling yang sedang mereka utak-atik sekarang! Bukan main - siapa menyangka perampok itu ternyata lari ke arah sini" Di sini tertulis, Felling Hill. Nah - kapan-kapan aku akan ke situ, dan aku bukan Theophilus Goon apabila tidak berhasil menemukan apa-apa di situ'"
Pak Goon merasa senang. "Anak-anak itu menyangka diri mereka cerdik - tapi rahasia mereka terbongkar karena surat begini tercecer di tengah jalan," pikir polisi desa itu. "Sekarang aku tahu, apa yang sedang mereka cari. Aku tahu sekarang, mereka kembali campur tangan dalam sesuatu perkara. Anak-anak itu tidak bisa tidak iseng rupanya!"
Ia duduk untuk berpikir sebentar.
"Nanti dulu, sebaiknya kupikirkan dulu," katanya dalam hati. "Anak yang bernama Larry ini menulis di sini, si perampok menyembunyikan barang hasil perampokannya di Felling Hill. dan kemudian akan diambil lagi. Kalau sudah diambil lagi. lalu dibawa ke mana" Apa sebabnya anak-anak itu nampak begitu tertarik pada Milton House" Ah - sekarang aku mengerti! Rupanya perampok menyembunyikan barang hasil perampokannya dalam rumah itu!"
Ternyata rencana Larry meleset. Pak Goon menarik kesimpulan lain dari yang diharapkannya. Sedang Pak Goon bergembira sekali. Menurut perasaannya, sekarang segala-galanya sudah jelas. Entah dengan cara bagaimana, tapi rupanya anak-anak mencium adanya misteri perampokan Sparling. Lalu mereka berhasil melacak jejak perampokan itu, serta mengetahui tempat ia mula-mula menyembunyikan barang hasil perampokannya, yang kemudian dipindahkan olehnya. Kini anak-anak itu kembali berhasil melacak tempat penyembunyiannya yang baru Dan mungkin kunci misteri itu terdapat di Milton House!
"Ah, kalau begitu sebaiknya kuamat-amati terus rumah itu," pikir Pak Goon. "Kalau di situ ada permata yang disembunyikan, akulah yang akan menemukan-dan bukan anak gendut itu. Kuakui, anak itu cerdas - tapi aku lebih pintar lagi. Hah! Akan kubalas dia karena mengatakan bahwa otakku berkarat, perlu diberi minyaki."
Sementara itu anak-anak berjalan terus menuju Milton House sambil berjaga-jaga kalau Pak Goon masih tetap membuntuti. Mereka tidak tahu bahwa polisi desa itu sudah menarik kesimpulan yang sama sekali tidak mereka inginkan.
"Kurasa ia tidak ada lagi di belakang kita," kata Fatty setelah beberapa saat. "Mungkin sekarang sudah bergegas-gegas pergi ke Felling Hill!"
Akhirnya mereka sampai di Milton House. Saat itu juga Fatty berteriak pelan.
"Coba lihat itu!" katanya kaget. "Ada jejak kaki menuju ke pintu depan'"
Anak-anak menatap jejak di salju itu. Nampak bekas tapak sepatu berukuran sangat besar langsung menuju dari gerbang pekarangan pintu depan rumah. Dan dari situ kembali lagi jalan, menyilang jejak pertama!
"Ada orang kemari," kata Fatty gelisah.
"Ya, kurasa kau menyebabkan John Henry Smith merasa curiga, lalu ia kemari malam-malam," kata Larry.
"Bagaimana ia ke sini"" tanya Pip.
"Pasti naik mobil," kata Daisy. "Aku melihat jejak ban mobil di luar tadi, tapi tidak begitu kuperhatikan. Lihat saja sendiri!"
Anak-anak keluar lagi untuk melihat. Ternyata kata Daisy benar. Nampak bahwa malam sebelumnya ada mobil lewat di Chestnut Pan, lalu berhenti di depan Milton House. Mobil itu diputar di situ lalu kembali ke arah semula karena pada sisi seberang jalan nampak jejak ban mobil yang sama.
"Sekarang misteri mulai terungkap." kata Pip. "Kini kita tahu bahwa orang yang ditelepon oleh Fatty ternyata tahu tentang Milton House. Orang itu merasa cemas ketika mendengar ada orang bicara mengenainya, lalu datang ke sini untuk memeriksa. Siapakah orang itu" John Henry Smith" Dan siapa dia. John Henry Smith" Aku ingin sekali tahu!"
"Yuk, kita panjat pohon itu - untuk melihat. barangkali ada yang berubah dalam kamar tersembunyi," ajak Larry.
Anak-anak memanjat pohon itu, lalu silih berganti menjenguk ke dalam kamar. Di situ mereka melihat beberapa hal yang menarik perhatian!
"Rupanya ada yang menaruh ceret di atas tungku listrik," kata Daisy.
"Dan di atas rak di sebera
ngnya kini ada beberapa kaleng makanan," kata Pip.
"Di ambang jendela ada beberapa buku - yang waktu itu belum ada," kata Larry. "Buku-buku berbahasa asing. yang tidak kumengerti."
"Dan debu sudah dibersihkan," kata Bets. Kamar kelihatan bersih sekarang. Di atas bangku ada dua helai selimut tebal. Apa arti kesemuanya ini""
"Artinya, kamar ini sengaja disiapkan untuk seorang tamu." kata Fatty. "Ya - pasti itulah sebabnya kenapa kamar ini dirapikan. Tapi siapa tamu itu" Kurasa, sudah pasti bukan Tuan John Henry Smith. Ada seseorang yang kadang-kadang memakai kamar ini, apabila ia ingin menyembunyikan diri. Ini benar-benar aneh!"
"Ingin rasanya bisa masuk ke dalam, untuk memeriksa seluruh rumah ini," kata Pip. "Tapi sama sekali tak ada jalan masuk untuk kita."
"Nanti dulu," kata Fatty sambil berpikir-pikir "Mungkin ada satu jalan! Aku baru saja teringat pada kemungkinan itu. Yaitu apabila di sebelah luar rumah ini ada lubang batu bara."
"Apa maksudmu"" tanya teman-temannya. Mereka tidak mengerti
"Ikut sajalah," kata Fatty.
Kelima anak itu turun dari pohon. Fatty mendului berjalan, mengitari rumah dan menuju ke pintu dapur. Sementara itu salju sudah turun lagi.
"Salju ini akan menutupi jejak kaki kita," kata Fatty senang. "Tadi aku sudah khawatir saja karenanya. Ah, itu dia yang ingin kutemukan sini!"
Fatty menuding ke suatu tempat di tanah yang sudah dibebaskan dari salju dengan kakinya Anak-anak melihat sebuah tutup dari besi berbentuk bundar. Celah sebelah tepi tutup menghitam karena debu batu bara.
"Lubang untuk memasukkan batu bara ke kolong" kata Fatty menjelaskan. "Dan kalian tentunya juga tahu, dari kolong tempa menyimpan batu bara selalu ada tangga yang menuju ke dapur. Dan kalau kita bisa memasuki lubang ini, nanti bisa menyelinap masuk rumah!"


Pasukan Mau Tahu - Misteri Kamar Tersembunyi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hebat, Fatty!" kata teman-temannya kagum "Tapi apakah kita akan turun dengan pakaian begini"" kata Pip kemudian. "Pasti kotor nanti dan aku tahu pasti, ibuku akan langsung mengajukan pertanyaan bertubi-tubi kenapa pakaianku begitu kotor!"
"Ya - kita tidak bisa masuk dalam keadaan begini," kata Fatty. "Biar aku saja sendiri - nanti malam!"
Anak-anak menatapnya dengan kagum. Bayangkan, pergi seorang diri malam-malam ke Milton House yang misterius itu, lalu menyusup masuk ke dalam lubang batu bara! Menurut mereka semua, itu perbuatan yang sangat berani!
"Aku akan menyamar ke sana - untuk berjaga-jaga kata Fatty lagi.
"Berjaga-jaga untuk apa"" tanya Bets.
"Pokoknya berjaga-jaga saja," kata Fatty. "Jangan sampai ada yang mengenalku."
"O, maksudmu Pak Goon." kata Bets.
Padahal bukan itu maksud Fatty. Ia hendak menyamarkan diri, karena ia kepingin melakukannya. Apa gunanya membeli alat-alat menyamar, apabila kemudian tidak dipakai"
Fatty merasa senang dan puas. Seperti sudah dikatakannya sehari sebelumnya, urusan misterius itu jelas mulai tersingkap sekarang. Pasti tak lama lagi Pasukan Mau Tahu akan sudah berhasil membongkarnya. Lalu melaporkan segala-galanya pada Inspektur Jenks. "Kita jangan mengatakan apa-apa dulu pada Pak Inspektur tentang ini, sebelum berhasil mengusut seluruh perkara misterius ini dan bisa menceritakan segala-galanya pada dia," kata Fatty lagi. "Nanti kalau ternyata perlu ada penangkapan., biar dia yang melakukannya!"
Mendung Dilangit Kepatihan 3 Pendekar Slebor 01 Lembah Kutukan Tenaga Inti Bumi 1

Cari Blog Ini