Pasukan Mau Tahu - Misteri Kucing Siam Bagian 3
"Wah, Goon," katanya, "kau perlu diberi selamat, karena berhasil menemukan tanda bukti yang begini banyak. Eh - Anak-anak, kalian tidak kebetulan juga menemukan tanda-tanda bukti""
Fatty mengambil sampul surat tempatnya menaruh-kan barang-barang yang sama seperti yang ditemukan Pak Goon. Dibukanya sampul itu dengan serius dan lambat-lambat. Bets sudah kepingin tertawa, tapi tidak berani.
"Aku tidak tahu apakah barang-barang ini bisa disebut bukti, Pak," kata Fatty. "Kurasa tidak bisa. Menurut kami, ini bukan apa-apa."
Pak Goon melongo, ketika dari sampul itu dikeluar-kan benda-benda yang persis seperti barang-barang buktinya.
Mula-mula permen. "Sebutir permen," kata Fatty dengan nada serius. Setelah itu menyusul potongan pita rambut.
"Sepotong pita rambut," kata Fatty. Daisy meletus ketawanya.
"Sepotong tali sepatu coklat," kata Fatty, sambil menarik benda itu keluar. Kemudian sampai giliran pada kancing biru. "Sebuah kancing biru - dan - eh - puntung cerutu dua potong!" "Dua potong!" ujar Pak Goon lemah. "Apa-apaan ini" Ada sesuatu yang aneh di sini." "Memang, bahkan sangat aneh," kata Inspektur Jenks. "Kalian kan sependapat denganku, Anak-anak""
Tapi mereka diam saja, karena tidak tahu apa yang harus dikatakan. Bahkan Fatty pun mernbisu. Padahal dalam hati ia memuji-muji Pak Inspektur, yang tidak membukakan rahasia walau sudah mengetahui segala-galanya!
"Yah - kurasa semua bukti itu bisa kaumasukkan saja kembali ke dalam sampul, Goon," kata Pak Inspektur. "Kurasa tak banyak gunanya bagi penyelidi-kan kita. Ya, kan""
"Betul, Pak," kata Pak Goon. Kasihan, tampangnya ungu karena marah, heran dan kaget. Bayangkan - tanda-tanda buktinya yang begitu bagus ternyata sama dengan yang berada di tangan anak-anak itu! Kenapa bisa jadi begitu" Kasihan sekali - baru lambat-laun ia mengerti, yaitu ketika sudah berbaring di tempat tidurnya malam itu. Tapi ia toh tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tahu, soal tanda-tanda bukti itu tidak bisa diungkit-ungkitnya lagi, karena Pak Inspektur memihak pada anak-anak.
"Dan sekarang," kata Pak Inspektur dengan suara lugas, "Kuusulkan agar kita mendatangi anak yang bernama Luke itu, Goon. Kita suruh dia keluar dari persembunyiannya, dan menghadapi urusannya secara jantan. Dia kan tak bisa bersembunyi terus selama berminggu-minggu."
Entah untuk ketiga atau keempat kalinya sore itu, mulut Pak Goon ternganga kembali. Mendatangi Luke" Pergi ke tempat persembunyiannya" Dari mana lagi Pak Inspektur mengetahui urusan itu" Ia memandang anak-anak sambil melotot. Dasar anak-anak lancang - selalu mencampuri urusan orang lain! Kini, didampingi Pak Inspektur, ia takkan bisa lagi menakut-nakuti Luke apabila anak itu sudah ditemukan. Padahal ia kepingin sekali melakukannya!
"Baiklah, Pak," katanya, lalu bangkit.
"Kalian ikut," kata Inspektur Jenks pada anak-anak. "Kita
akan berbicara dengan Luke yang malang itu - bicara baik-baik!"
16 TAK TERSANGKA-SANGKA Sementara Bets terus menggelantung pada lengan-nya, Pak Inspektur mendului berjalan merintis lapangan, lalu menyusur jalan. Sedang Pak Goon berjalan paling belakang. Buster mengendus-endus mata kaki polisi desa itu. Kelihatannya kepingin sekali menyambar. Tapi Pak Goon sama sekali tidak mengusir anjing kecil itu. Hatinya kecut, setelah mengalami kejadian mengejut-kan tadi.
Anak-anak sama sekali tidak mengira, Pak Inspektur akan berkeras menyuruh Luke supaya jangan bersem-bunyi lagi dan kembali bekerja lagi. Mereka ingin tahu, apa kata Luke nanti mengenainya.
Mereka berjalan terus, menyusur jalan. Fatty berusaha mengajak Pak Goon mengobrol, tapi polisi desa itu cuma merengut terus di belakang Inspektur Jenks.
"Tepi sungai memang cocok sekali dijadikan tempat piknik - ya kan, Pak Goon"" kata Fatty dengan nada riang. "Aku heran, apa sebabnya Anda tidak ke sana
sekali-sekali, kalau Anda sedang bebas tugas! Atau barangkali Anda tidak pernah bebas tugas, hm"" Pak Goon memberikan jawaban yang tak terdengar jelas, sambil melemparkan pandangan ke arah Fatty.
Kalau pandangan itu api, pasti si gendut sudah habis terbakar. Tapi pandangan bukan api. Karenanya Fatty juga tidak apa-apa!
"Aneh - kenapa kami sampai bisa menemukan tanda-tanda bukti yang sama seperti yang ada pada Anda, Pak Goon," kata Fatty lagi, masih dengan nada tidak tahu apa-apa. Daisy tidak bisa menahan gelaknya lagi. Dari mulut Pak Goon terdengar bunyi entah apa, sementara matanya semakin melotot.
"Kalau kau teruskan juga, nanti dia kena serangan jantung. Fatty," kata Larry dengan suara pelan.
Fatty meringis. la tidak mengatakan apa-apa lagi, cuma memandang kesibukan Buster dengan senang. Anjing kecil itu menyusup-nyusup di sela kaki Pak Goon. Benar-benar menjengkelkan!
"Di dalam sini," kata Pip. ketika rombongan itu sampai di depan rumahnya. Mereka lantas masuk ke kebun. Kemudian Pip berhenti berjalan. Dipandangnya Pak Inspektur.
"Apakah tidak sebaiknya aku saja yang masuk terlebih dulu, untuk mengatakan pada Luke bahwa Anda menyuruhnya keluar dan bekerja kembali"" katanya. "Anda tidak bisa membayangkan. betapa takut anak itu."
"Kurasa itu ide baik," kata Inspektur Jenks, "tapi akulah yang akan masuk sendiri dan berbicara dengannya. Kalian tidak perlu khawatir. Aku tahu bagaimana caranya menghadapi anak-anak seperti Luke."
Pak Goon merengut lagi. Dia yang tahu betul, bagaimana caranya memperlakukan anak-anak jahat, seperti Luke. Pak Inspektur terlalu lembut hatinya. Selalu mau memberi kesempatan! Tidak pernah mau langsung percaya, sebelum ada bukti-bukti nyata!
Padahal kan sudah jelas, Luke itulah yang mencuri Dark Queen.
Tapi Pak Goon tidak mengucapkan pendapatnya itu keras-keras. la mengambil tempat duduk di bangku terdekat, lalu mulai menulis dalam buku catatannya. Anak-anak sama sekali tak diacuhkan olehnya. Sementara itu Pak Inspektur masuk ke pondok peranginan, diantar oleh Pip. Tapi ternyata Luke tidak ada di situ.
"Ah - di sana dia rupanya! Itu, di sana," kata Pip, sambil menuding ke arah kebun dapur. Nampak Luke sedang sibuk mengumpulkan sampah. "Katanya, ia tidak bisa duduk-duduk saja, tanpa berbuat apa-apa, Pak. Luke berpendapat kalau ia mencabuti rumput liar untuk kami, maka itu berarti balas jasa sekadarnya atas kebaikan budi."
"Itu pikiran anak baik," gumam Pak Inspektur, sambil memperhatikan Luke bekerja. Dipandangnya anak itu dari kepala sampai ujung kaki. Kemudian ia berkata pada Pip,
"Coba panggil dia kemari. Katakan aku temanmu! Setelah itu tinggalkan kami berdua di sini."
"Hai, Luke!" panggil Pip. "Ini ada kawan baikku yang ingin berjumpa denganmu. Sinilah sebentar, bicara dengan dia."
Luke berpaling - dan melihat seorang laki-laki bertubuh besar, berpakaian seragam biru. Mukanya langsung pucat. Ia berdiri seperti terpaku di tanah.
"Bukan aku yang mencuri kucing," kata Luke setelah beberapa saat, sementara matanya masih tetap menatap Pak Inspektur.
"Kurasa sebaiknya kauceritakan saja segala-galanya padaku," kata Inspektur Jenks. "Kita
duduk saja di dalam pondok."
Dibimbingnya Luke ke dalam pondok peranginan, di mana anak-anak sering berunding mengenai teka-teki hilangnya Dark Queen. Luke gemetar tubuhnya. Pip nyengir sebentar untuk menenangkan perasaan teman-nya itu, lalu menggabungkan diri kembali dengan teman-teman yang menunggu dalam kebun.
Pak Goon berhenti sebentar menulis, lalu mendo-ngak.
"Ah," katanya, "jadi di situ rupanya kalian menyembunyikannya - dalam kebun ini! Lalu kenapa kalian mengatakannya pada Inspektur, dan bukan padaku, hah" Kalian rupanya selalu hendak memojok-kan diriku!"
"Wah, Pak Goon - masakan kami bisa berbuat begitu," kata Fatty. "Tak pernah terlintas dalam pikiranku, Anda mungkin bisa dipojokkan. Polisi pintar kayak Anda, tidak mungkin bisa dibegitukan!"
"Sudah cukup ocehanmu sesore ini," kata Pak Goon dengan nada mengancam. "Selalu bersikap kurang ajar terhadapku. Kau ini memang anak jahat. Kalau aku ayahmu, aku tahu apa yang harus kulakukan terhadapmu!"
"Mau permen, Pak Goon"" tanya Fatty, sambil menyodorkan permen yang diambilnya dari sampul putih. "Kurasa bukti-bukti ini sudah tidak diperlukan lagi. Jadi sebaiknya permen ini dimakan saja."
Pak Goon mendengus jengkel, tapi tak mengatakan apa-apa lagi. Percuma saja berbicara dengan Fatty, karena anak itu selalu tidak mau kalah. Menurut perasaan Larry, pasti para guru di sekolahnya makan hati menghadapi anak gendut itu.
Anak-anak kepingin tahu, bagaimana pembicaraan Luke dengan Pak Inspektur. Rasanya lama sekali mereka berdua di dalam pondok. Tapi akhirnya terdengar langkah-langkah mendekat di atas kerikil.
Pak Goon menutup buku catatannya, lalu berdiri. Anak-anak menoleh, ingin tahu apakah Luke ikut datang bersama Inspektur Jenks.
Ternyata memang - dan tampangnya nampak berseri-seri! Sedang Pak Inspektur tersenyum, dengan kilatan mata lucu seperti biasanya. Bets lari mengham-piri.
"Jadi Luke kini tidak perlu bersembunyi lagi" Apa yang akan dilakukannya sekarang""
"Yah - senang rasanya hatiku bisa mengatakan bahwa Luke sependapat denganku, lebih baik bekerja kembali daripada bersembunyi terus di sini," kata Pak Inspektur.
"Tapi bagaimana dengan ayah tirinya yang galak itu"" tanya Daisy. Hatinya tidak enak, membayangkan Luke dipukul terus.
"Ah - soai itu masih harus kuatur pula," jawab Inspektur Jenks. "Sebetulnya aku ingin bicara sendiri dengan orang itu - tapi aku tak punya waktu lagi." Dipandangnya arlojinya sebentar, "Hm, ya - aku sudah harus kembali sekarang. Goon, kau pergi ke tempat ayah tiri Luke sekarang juga, dan katakan pada orang itu bahwa Luke tidak boleh lagi diperlakukan dengan sewenang-wenang. Kau juga harus mendatangi Pak Tupping, yang kalau tidak salah bekerja sebagai tukang kebun di rumah sebelah. Bilang padanya, Luke harus diterima bekerja kembali, dengan seijin Lady Candling tentunya, dan diperolehkan berkebun lagi di situ."
Pak Goon terperanjat sekali kelihatannya. Tugas yang ditimpakan padanya itu sama sekali tidak mengenakkan hatinya. Karena bukankah sebelum itu ia sendiri yang memanas-manasi ayah tiri Luke dan juga Pak Tupping, agar anak itu diperlakukan dengan keras! Fatty menatap Pak Inspektur dengan tajam.
"Kurasa dia menyuruh Pak Goon melakukannya, sebagai hukuman atas tindakannya menakut-nakuti Luke," pikir Fatty. Sementara itu Pak Inspektur menatap polisi desa itu lama-lama.
"Kau mengerti instruksiku tadi, Goon"" katanya. Nada suaranya masih tetap ramah, tetapi mengandung kegalakan. Pak Goon buru-buru mengangguk.
"Ya, Pak - sangat mengerti, Pak," katanya. "Sekarang juga saya akan mendatangi ayah tiri anak ini, Pak. Namanya Brown. Dan saya pun akan mendatangi Pak Tupping, Pak."
"Tentu saja, apabila aku mendengar keluhan tentang perlakuan kasar, kaulah yang kuanggap bertanggung jawab, Goon," kata Inspektur Jenks. "Tapi aku yakin kau akan menandaskan pada kedua orang itu bahwa ini perintahku, dan salah satu tugasmu adalah menjaga agar perintahku benar-benar ditaati. Kurasa kau sependapat, ya Goon""
"O ya, Pak - tentu saja, Pak," kata Pak Goon. "Dan - anu, Pak, mengenai kucing yang hilang itu. Apakah urusan itu tidak perlu di
lanjutkan lagi" Eh - maksud saya, tidak perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut."
"Yah - kaupelajari saja tanda-tanda petunjuk yang ada padamu, dan pertimbangkan apakah dengannya persoalan itu bisa menjadi agak jelas," kata Pak Inspektur dengan serius, tapi dengan mata berkilat jenaka.
Pak Goon diam saja. Kemudian Pak Inspektur berpaling, lalu bersalaman dengan anak-anak. "Aku senang bisa berjumpa lagi dengan kelima anggota Pasukan Mau Tahu," katanya. "Selamat tinggal, dan terima kasih untuk ajakan berpiknik tadi. Sudah lama aku tidak menikmati makanan seenak itu."
Setelah itu Pak Inspektur masuk ke mobil dinasnya yang hitam berkilat. Sambil melambaikan tangan ke arah anak-anak, dikemudikannya kendaraan itu keluar kebun. Sesaat kemudian sudah tidak kelihatan lagi.
"Aku akan ke Pak Tupping sekarang," kata Pak Goon, sambil menatap Luke serta anak-anak dengan tampang masam. "Tapi jangan dikira urusan ini sudah selesai dan bisa dilupakan. Sama sekali belum! Aku akan masih terus mengadakan penyelidikan, walau Inspektur tadi tidak begitu peduli. Dan akhirnya aku pasti akan berhasil membekuk leher si pencuri - percayalah!"
Sambil berkata begitu ditatapnya Luke dengan galak, sehingga anak itu merasa bahwa ia masih tetap dicurigai. Diperhatikannya Pak Goon berjalan ke luar, untuk mendatangi Pak Tupping.
Anak-anak segera mengerumuni Luke.
"Luke, bagaimana pendapatmu mengenai Pak Inspektur tadi" Apa katanya padamu, Luke" Ayo, ceritakanlah segala-galanya!''
"Dia ramah sekali," kata Luke. "Lain sekali dengan Pak Goon - yang bisanya cuma mengancam dan membentak-bentak. Tapi kenapa aku tadi sampai berjanji akan kembali ke tempat kerjaku - dan tinggal lagi bersama ayah tiriku" Aku menyesal sekarang. Aku takut." "Aku juga sering takut," kata Bets. "Seperti malam itu, ketika bermimpi buruk. Dan hari ini, ketika si Ayo Pergi muncul di tengah jalan dan, berbicara dengan kita."
"Kasihan, Luke juga takut," kata Daisy, sambil memandang anak laki-laki bertubuh kekar itu, yang rambutnya acak-acakan menutup kening. "Bagaimana kita bisa menolong dia, supaya jangan takut lagi""
"Coba kita bisa menemukan kucing yang hilang itu," kata Pip. " Dengan segitu, Luke tidak usah takut lagi. Dia kan takut, hanya karena merasa semua mendakwanya sebagai pencuri binatang itu. Aku pun pasti takut, apabila berperasaan begitu."
Tiba-tiba terdengar bunyi gemerisik. Datangnya dari arah semak di dekat anak-anak. Telinga Buster menegak. Anjing itu menggonggong dengan nyaring, lalu menerjang masuk ke dalam semak itu. Terjadi pergumulan sengit di situ. Lalu nampak sesuatu melesat naik ke atas sebatang pohon. Anak-anak datang menghampiri.
Detik berikutnya semua melongo. Di atas pohon duduk seekor kucing Siam yang indah, memandang ke arah mereka! Tak salah lagi. Mata yang biru cerah, serta bulunya yang belang coklat tua dan kuning susu. Tapi Luke yang kemudian menimbulkan kekagetan paling besar.
"Itu Dark Queen!" serunya. "Kalian tak melihat gelang bulu berwarna kuning susu di ekornya" Sungguh - itu Dark Queen, yang muncul kembali! Benar-benar aneh!"
Saat itu anak-anak juga melihat gelang berwarna terang pada ekor kucing itu yang melambai kian-kemari. Kucing Siam itu menandak-nandak dengan sikap marah, sambil memperhatikan Buster yang melonjak-lonjak di bawah pohon.
"Bawa Buster pergi, Fatty," kata Larry bergairah. "Kurung dia dalam gudang - atau apa saja, pokoknya jauhkan dari sini. Nanti Dark Queen takut lalu lari lagi - dan kembali Luke yang akan dipersalahkan, apabila kejadian ini sampai didengar si Ayo Pergi!" Buster dikurung dalam gudang. Tentu saja anjing kecil itu kesal. Pintu gudang dilabraknya berkali-kali, dalam usaha untuk bisa keluar. Sementara itu Dark Queen menjadi tenang, ketika Buster sudah dibawa pergi oleh Fatty. Kucing itu mendekam di atas dahan, sambil mendengkur-dengkur.
"Badannya kurus," kata Daisy.
"Dan lihatlah betapa kotor bulunya," kata Larry. "Kusut masai! Yuk-kita antarkan dia ke Nona Harmer. Pasti gadis itu kaget nanti!"
17 NASIB LUKE BERUBAH Dark Queen mau saja ketika diangkat oleh Daisy dengan hati-hati, untuk di
turunkan dari atas pohon. Kemudian anak-anak berjalan dengan Luke ke luar, lalu masuk ke pekarangan rumah sebelah.
Mereka langsung menuju ke kandang kucing. Di tengah jalan, bertemu dengan Lady Candling. Nyonya itu berseru kaget, ketika melihat ada kucing dalam gendongan Daisy.
"Kau tidak boleh mengeluarkan kucing-kucingku dari kandang mereka! Apakah diijinkan Nona Harmer""
"Ini Dark Queen!" kata Larry. "Tahu-tahu dia tadi muncul di kebun Pip, Lady Candling! Hebat, ya" Nona Harmer pasti akan senang!"
"Astaga!" kata Lady Candling kaget. la memandang ke arah ekor Dark Queen, dan melihat gelang bulu berwarna terang yang tumbuh di situ. "Ya - ini memang Dark Queen-ku yang cantik. Ke mana saja dia selama ini" Kelihatannya kurus. Pasti kelaparan!"
"Sayang dia tidak bisa bicara - kalau bisa, tentu akan dikatakan olehnya," kata Bets, sambil mengelus-elus tubuh kucing yang mendengkur-dengkur itu. "Dan Lady Candling - ini Luke juga datang lagi. Selama ini kami menyembunyikannya, karena merasa kasihan padanya. Anda kan mau menerimanya kembali bekerja di sini""
"Tentu saja," kata Lady Candling. "Baru saja Inspektur Jenks menelepon. Nah, Luke, sekarang sudah jelas kau bisa kembali dengan bebas - karena Dark Queen sudah kembali dalam keadaan selamat!"
"Kami hendak mengantarnya ke Nona Harmer," kata Larry. "Pasti ia gembira sekali!"
"Aku ikut," kata Lady Candling. "Ah - itu Bu Trimble. Bu Trimble, Anda tahu apa yang baru saja terjadi" Dark Queen sudah kembali!"
"Ampun-ampun-ampun!" kata Bu Trimble, sambil berlari-lari kecil menghampiri, sampai kaca matanya terlepas dari hidung. "Dari mana dia datang! Siapa yang membawanya ke sini""
Anak-anak menceritakan kejadiannya, sementara Bu Trimble mendengarkan dengan heran sambil mema-sang kaca matanya lagi ke hidung. Bets mulai menghitung-hitung, berapa kali saja alat pelihat itu akan terjatuh.
Mereka lantas pergi beramai-ramai ke kandang kucing. Nona Harmer ada di situ. Ia sedang rnembelai-belai seekor kucing. Gadis itu memang sayang sekali pada binatang-binatang asuhannya. Ketika ia melihat Dark Queen dalam gendongan Daisy, ia begitu terkejut sehingga tidak bisa mengatakan apa-apa. Ia hanya mengembangkan kedua lengannya ke depan. Dengan sekali lompat, Dark Queen sudah berpindah ke dalam pelukan gadis itu sambil menggo-sok-gosokkan kepalanya serta mendengkur dengan suara berat dan nyaring.
"Wah!" seru Nona Harmer dengan gembira. "Dari mana kau selama ini, Dark Queen" Aduh, senang sekali hatiku kau kembali dengan selamat!"
Anak-anak lantas ribut bercerita, bagaimana Dark Queen tadi tahu-tahu muncul. Nona Harmer memper-hatikan kucing itu dengan seksama.
"Dia kurus," katanya. "Dan bulunya kusam, penuh duri kecil-kecil. Kurasa dia lari dari orang yang menyekapnya, lalu pulang ke sini lewat padang dan hutan - mungkin dari jauh sekali."
"Kucing memang binatang pintar, ya"" kata Fatty. "Kasihan Dark Queen - pasti kau senang bisa kembali lagi ke kandangmu."
Saat itu Pak Tupping muncul bersama Pak Goon. Rupanya polisi desa itu sudah bercerita tentang Pak Inspektur serta instruksinya, dan karenanya Pak Tupping masam sekali. la memandang Luke sambil merengut. Setelah itu dilihatnya Dark Queen.
"Ini Dark Queen!" kata Bets, "la sudah kembali. Anda tidak senang, Pak Tupping" Sekarang ia tidak dicuri lagi!"
Pak Tupping seakan-akan tidak bisa mempercayai penglihatannya sendiri. Dark Queen ditatapnya terus sambil melongo. Ditariknya ekor kucing itu, untuk meyakinkan di situ ada gelang bulu berwarna kuning susu. Sedang Pak Goon - mulutnya menganga, sedang matanya semakin melotot.
Diambilnya buku catatannya, lalu polisi desa itu mulai menulis lambat-lambat.
"Kembalinya kucing ini harus dilaporkan pada Pak Inspektur," katanya dengan gaya penting. "Untuk itu diperlukan beberapa keterangan. Lady Candling! Anda ada di sini, ketika kucing itu muncul lagi""
Kemudian anak-anak sekali lagi menceritakan bagai-mana Dark Queen tadi muncul dengan tiba-tiba. Pak Goon sibuk menulis dalam buku catatannya. Sedang Pak Tupping" Hanya dia saja yang kelihatannya tidak senang bahwa kucing itu muncul kembali. Dip
elototinya binatang itu, seolah-olah jengkel.
"O ya, Tupping," kata Lady Candling kemudian, "sebelum Anda pergi, perlu kukatakan bahwa aku tadi bicara dengan Inspektur Jenks tentang Luke." Nyonya itu berbicara dengan suaranya yang pelan tapi jelas. "Mulai besok, anak ini bisa bekerja lagi di sini. Itu kemauanku - seperti pasti sudah diceritakan Pak Goon pada Anda. Mudah-mudahan aku tak perlu mencela perlakuanmu terhadap Luke."
"Yah, - Nyonya, apabila Anda dan Inspektur ingin mempekerjakan anak macam itu ...." kata Pak Tupping dengan sikap kasar. Tapi Lady Candling langsung memotongnya.
"Aku tidak mau lama-lama membicarakan soal itu denganmu, Tupping! Sudah kukatakan tadi kemauan-ku. Kurasa ini sudah cukup!"
Lady Candling pergi, diikuti oleh Bu Trimble. Kaca mata wanita setengah umur itu sampai terlepas dari batang hidungnya - begitu senang perasaannya mendengar Pak Tupping kena marah.
"Aku kepingin bisa bersikap begitu pada orang," kata Fatty, sambil melirik Pak Tupping. "Maksudku, tentu saja terhadap orang yang pantas diperlakukan begitu."
"Sekarang pergi!" bentak Pak Goon, karena melihat tampang Pak Tupping mulai berubah menjadi ungu tua.
"Aku masih ingin menyidik jejak di sini," kata Fatty membandel. "Anda tahu kan, siapa tahu masih ada manis-manisan yang tercecer, atau permen coklat. O ya, Pak Goon - permen itu sudah Anda makan atau belum""
Sekarang Pak Goon yang berubah menjadi ungu mukanya. Anak-anak tertawa geli, lalu cepat-cepat lari menuju tembok pagar. Mereka heran - ada-ada saja yang bisa dikatakan oleh Fatty untuk mcngganggu polisi desa itu. Dan terlebih-lebih lagi, bahwa ia berani mengatakannya!
Mereka memanjat tembok, lalu meloncat ke kebun seberang. Fatty pergi ke gudang untuk membebaskan Buster. Anjing itu sudah marah sekali.
Kemudian terdengar lonceng berdering dalam rumah, tanda Bets harus tidur. Anak itu mengeluh. "Sialan! Lonceng itu selalu berdering kalau aku belum kepingin. Asyik sekali pengalaman kita hari ini. ya""
"Memang," kata Pip. "Piknik dengan Pak Inspektur, lalu Luke disuruh keluar dari persembunyiannya, disusul Dark Queen yang muncul kembali - he! Jadi sekarang tidak ada lagi misteri yang perlu kita pecahkan!"
"Kita kan masih tetap belum tahu, siapa sebenarnya yang mencuri Dark Queen," kata Larry. "Aku berpikir-pikir, mungkinkah kucing itu sendiri yang minggat - dan Luke tidak melihat sewaktu ia keluar. Mungkin pintu kandang saat itu tidak dikunci, lalu Dark Queen mendorongnya sampai terbuka sedikit dan menyelinap pergi - pokoknya begitulah!"
"Kurasa itu sama sekali tidak mungkin," kata Fatty. "Tapi kita anggap saja begitu. Pokoknya kita gagal kali ini dalam menyelidiki suatu kejadian misterius-jadi kita anggap saja kejadian itu tidak pernah ada! Dark Queen sendiri yang minggat, lalu kembali ketika sudah bosan keluyuran di luar."
Tapi tak seorang pun di antara kelima anak itu yang benar-benar beranggapan begitu. Mereka kecewa sekali. Pasukan Mau Tahu tak berhasil menyibakkan rahasia kejadian di rumah sebelah!
Malam itu Luke pulang ke rumah ayah tirinya. Ia tidak dipukul, dan juga tidak diomeli. Rupanya Pak Goon berhasil menjelaskan, bahwa Luke sama sekali tidak boleh diapa-apakan. Ayah tiri anak itu sama sekali tidak mengatakan apa-apa. Makanannya ditaruh di depan nya. Dan Luke sehabis makan, lalu mencuci piring.
Keesokan paginya ia kembali bekerja seperti biasa. la masih takut-takut terhadap Pak Tupping. Tapi laki-laki itu tidak mendampratnya, seperti yang biasa terjadi sebelumnya. Ternyata ucapan Pak Inspektur besar pengaruhnya! Begitu pula perintah bady Candling, tidak bisa tidak diacuhkan. Pekerjaan Pak Tupping di situ enak, dan itu juga disadari olehnya. Ia tidak kepingin kehilangan pekerjaan itu.
Luke senang sekali bahwa Dark Queen sudah kembali dengan selamat. Menurut perasaannya, kini semuanya sudah beres lagi. la bekerja dengan rajin. Sekali-sekali Pip serta kawan-kawannya mendengar anak itu bersiul-siul dengan riang, sementara Luke mendorong gerobaknya dalam kebun di sebelah.
Pada suatu ketika anak-anak naik ke atas tembok, untuk melihat dia bekerja. Luke sedang
sibuk menggaruk tanah galangan.
"Hai, Luke," sapa Bets. "Kau senang, bisa bekerja kembali""
Luke mengangguk. "Tentu saja," katanya. "Aku ini paling tidak senang bermalas-malas. Ah, aku belum sempat mengucapkan terima kasih dengan sepatutnya pada kalian, karena mau menyembunyikan diriku serta memberi makan selama itu. Tapi kalian tentu tahu, aku sangat berterima kasih. Cuma aku tidak bisa mengatakannya dengan baik, kayak kalian."
"Itu juga tidak perlu, Luke," kata Larry. "Kami senang, bisa menolongmu." "Kalau kalian mau, bisa kubuatkan peluit," kata Luke lagi. "Peluit yang bagus, bukan yang kecil kayak yang kubikinkan untuk Bets waktu itu. Peluit yang besar - dan kuwarnai dengan cat. Mau""
"Wah - terima kasih banyak," kata Pip senang. "Peluitmu bagus-bagus, Luke. Tapi kau pasti akan sibuk sekali, kalau membuatkan masing-masing satu untuk kami."
Luke memang sibuk sekali membuatnya. Tapi ia merasa bahagia. Senang rasanya bisa membikinkan lima buah peluit untuk teman-temannya yang setia. Ia merasa sayang, untuk Buster tidak bisa dibikinkan peluit pula.
Kehidupannya sudah lebih enak sekarang. Ayah tirinya tidak pernah memukulnya lagi. Pak Tupping juga tidak berani menempeleng, walau kadang-kadang masih juga membentak-bentak. Kadang-kadang ia diajak mengobrol oleh Lady Candling. Majikannya itu ramah. Lagipula kelima temannya selalu mau diajak mengobrol, atau berjalan-jalan dengan dia apabila Luke kebetulan sedang tidak bekerja.
Pokoknya segala-galanya berjalan dengan tenang dan damai. Beberapa hari berlalu. Anak-anak asyik bermain-main dalam kebun, atau berpiknik, pesiar dengan sepeda, atau mandi-mandi di sungai.
"Rasanya sudah lama sekali sejak kita mengira ada misteri lagi yang bisa kita selidiki," kata Fatty pada suatu hari. "Kita konyol waktu itu, menyangka kejadian itu misterius. Padahal yang terjadi cuma seekor kucing menghilang, entah dengan cara bagaimana. Padahal penjelasannya mungkin sangat sederhana."
"Tapi bagaimanapun, aku kepingin ada misteri yang bisa kita pecahkan dalam liburan ini," kata Bets. "Apa gunanya jadi Pasukan Mau Tahu, apabila tidak ada yang bisa diketahui. Coba ada lagi kejadian baru!"
"Kejadian takkan muncul dengan begitu saja, apabila kita menghendakinya," kata Fatty berlagak bijak.
Tapi sekali itu ia keliru. Ternyata ada lagi terjadi sesuatu - sesuatu yang langsung menarik perhatian Pasukan Mau Tahu. Dark Queen sekali lagi lenyap!
18 HILANG UNTUK KEDUA KALINYA
Luke yang menyampaikan kabar itu. Sore itu, sekitar setengah enam anak itu muncul dari balik tembok sebelah. Mukanya pucat pasi. Nampak jelas ia ketakutan, sehingga anak-anak menyangka ia habis dipukul oleh Pak Tupping, atau mengalami musibah seperti itu.
"Ada apa"" tanya Daisy.
"Dark Queen hilang lagi," kata Luke. "Ya, sungguh - dan hilangnya sementara aku ada di dekat kandang. Persis seperti kejadian yang lalu!"
"Apa maksudmu"" tanya Fatty heran. "Duduklah dulu - lalu bercerita dengan tenang. Ini benar-benar luar biasa!"
Luke duduk di rumput, dekat anak-anak, lalu mulai bercerita.
"Kejadiannya begini," katanya. "Aku sedang mena-rik gilingan, meratakan kerikil di lorong kebun sekitar kandang kucing. Kemarin kan hujan - dan sehabis
hujan aku selalu meratakan kerikil. Nah - aku sedang mundur maju, mundur maju menarik gilingan - ternyata ada orang mencuri Dark Queen lagi saat itu. Sementara aku ada di situ - bayangkan! Dan aku tidak melihat siapa-siapa di situ!"
"Dan mana kau tahu kucing itu hilang"" tanya Larry.
"Hari ini Nona Harmer tidak dinas," kata Luke. "Pukul sepuluh pagi tadi ia pergi, dan pulangnya baru sekitar sepuluh menit yang lalu. Begitu ia datang di kandang ia langsung menjerit. Katanya Dark Queen tidak ada dalam kandang!"
"Astaga!" kata anak-anak kaget. "Kau lantas pergi melihat, Luke""
"Tentu saja," kata Luke. "Tapi yang ada cuma kucing-kucing yang lain. Dark Queen tidak ada di situ. Hilang begitu saja - sementara aku ada di dekat situ!"
"Bagaimana kau bisa tahu kucing itu hilang sewaktu kau sedang bekerja di lorong dekat situ"" desak Fatty. "Kan bisa juga sudah hilang sebelum saat itu."
"Tidak m ungkin," jawab Luke. "Soalnya, Lady Candling sekarang selalu datang melihat-lihat sekitar pukul tiga sore, sambil berbicara dengan Nona Harmer. tentang kucing-kucing. Nah tadi pukul tiga Lady Candling datang lagi seperti biasa. Dan waktu itu Dark Queen masih ada."
"Katamu tadi, Nona Harmer hari ini pergi, karena tidak dinas," kata Fatty. "Jadi dia tidak melihat Dark Queen."
"Tentu saja tidak," jawab Luke."Pak Tupping yang mengantar Lady Candling melihat-lihat kucing hari ini. Itu selalu dilakukannya sekarang apabila Nona Harmer sedang tidak ada. Pak Tupping harus ikut, karena mungkin ada hal-hal yang perlu disampaikan pada Nona Harmer. Aku ada di situ ketika Lady Candling dan Pak Tupping sedang melihat ke dalam kandang. Kudengar Pak Tuping berkata, 'Itu Dark Queen, di sebelah belakang, Nyonya - bisa ketahuan karena ekornya yang belang.' Jadi kucing itu masih ada di situ, pukul tiga tadi."
"Dan sejak pukul tiga itu kau selalu berada di dekat kandang" Tidak pernah pergi walau sebentar - sampai Nona Harmer kembali dan melihat bahwa Dark Queen sudah tidak ada lagi"" kata Larry. Luke mengangguk.
"Dan kalian tentu tahu, bagaimana keadaannya sekarang," gumamnya. "Pasti aku lagi yang dituduh. Waktu itu aku sendiri yang ada di situ - dan sekarang juga begitu. Tapi aku sama sekali tak menyentuh Dark Queen."
"Bagaimana Nona Harmer tahu bahwa kucing itu tidak ada lagi"" tanya Fatty. Rupanya segala perkataan Luke diperhatikannya dengan sungguh-sungguh.
"Yah - ketika ia kembali, ia langsung disambut oleh Pak Tupping. Pak Tupping merasa, kelihatannya salah-satu kucing ada yang agak sakit," kata Luke. "Jadi sementara aku memperhatikan, Pak Tupping langsung masuk ke dalam kandang, untuk mengambil kucing yang katanya sakit. Begitu Nona Harmer melihat ke dalam kandang, ia langsung menjerit. Katanya, Dark Queen hilang!"
"Mungkinkah Pak Tupping melepaskannya saat itu"" tanya Larry.
"Tidak," kata Luke. "Aku tidak melihat Pak Tuping ketika ia berada dalam kandang. Tapi pintu kandang nampak jelas dari tempatku berdiri. Dan aku sama sekali tidak melihat ada kucing keluar. Pintu itu bahkan tertutup rapat!"
Anak-anak terdiam sesaat. Benar-benar aneh - Dark Queen sekali lagi hilang - di depan mata Luke. Memang nasibnya malang! Kenapa cuma ia sendiri yang saat itu bekerja dekat kandang!
"Memang maumu sendirikah meratakan kerikil dekat kandang itu"" tanya Fatty.
"Bukan," kata Luke, "aku tidak bisa berbuat semauku sendiri. Pak Tupping yang mengatur tugas-tugasku setiap hari. Dan dia yang menyuruhku meratakan kerikil di lorong dekat kandang kucing siang ini."
"Waktu itu kau juga terus-menerus ada di situ," kata Pip. "Dan sekarang lagi! Waktu itu, Nona Harmer sedang pergi sehari. Sekarang - pergi lagi. Waktu itu Pak Tupping yang masuk ke dalam kandang, seperti yang terjadi lagi sekarang - maksudku, ketika ketahuan bahwa Dark Queen lenyap. Waktu itu dia masuk dengan Pak Goon - dan Sekarang dengan Nona Harmer. Banyak hal yang berulang. Aneh! Benar-benar aneh."
"Pokoknya, waktu itu bukan aku yang mengambil kucing - dan sekarang juga bukan," kata Luke. "Aku tahu, bukan aku yang mengambil. Kalau aku yang melakukan, tentunya aku ingat, kan" Maksudku, aku kan tidak jadi gila sekarang" Mustahil aku yang mengeluarkan Dark Queen, tapi setelah itu tidak ingat lagi""
"Tak pemah terpikir kemungkinan itu oleh kami," kata Daisy. "Itu memang bisa saja terjadi - kadang-kadang. Tapi sedikit pun tak ada sangkaanku, kau berbuat begitu, Luke."
"Kejadian ini semakin misterius saja," kata Fatty, lalu berdiri. "Aku hendak ke sebelah sekarang, untuk menyelidiki sebentar. Kalian ingat apa yang kita temukan dalam kandang waktu itu" Sebuah peluit, buatan Luke. Nah - karena kejadian sekarang sangat mirip seperti yang dulu, aku berani taruhan dalam kandang ada lagi peluit bikinan Luke!"
"Jangan konyol!" kata Daisy. "Kan cuma kebetulan saja kejadian sekarang mirip dengan yang dulu." "Ya deh," kata Fatty. "Tapi kalau aku nanti sampai menemukan peluit bikinan Luke dalam kandang, maka harus kita akui itu bukan kebetulan - tapi disengaja! Yah - kulihat saja sebentar."
Te ntu saja anak-anak ingin berangkat semua. Jadi kelima-limanya memanjat tembok ke sebelah, diikuti oleh Luke. Anak itu takut dan bingung. la tidak mau ditinggalkan sendiri. Tinggal Buster saja yang tidak ikut. Anjing itu dltambatkan pada sebatang pohon, di kebun rumah Pip. la menggonggong-gonggong dan meronta-ronta, hendak membebaskan diri. Nyaris saja lehernya tercekik tali. Tapi ia tidak bisa melepaskan diri dari ikatannya.
Anak-anak mendatangi kandang kucing. Di situ tidak ada orang. Pak Tupping pergi menghadap Lady Candling bersama Nona Harmer, untuk melaporkan kejadian itu. Yang ada dalam kandang cuma kucing-kucing saja. Binatang-binatang itu memandang anak-anak dengan mata mereka yang biru. Bets menghitung jumlah mereka. Ada tujuh ekor.
"Lihatlah - itu kan peluit Luke," kata Fatty, sambil menuding ke dalam kandang.
Memang benar. Sebuah peluit yang bagus buatan Luke, tergeletak di lantai kandang. Luke menatap benda itu sambil melongo. Kemudian didatanginya jasnya yang tersampir pada dahan sebatang pohon yang ada di dekat situ, lalu dirogoh-rogoh kantongnya.
"Rupanya tadi ada yang mengambil dari sini," katanya. "Tadi kukantongi, karena masih ingin kuselesaikan. Aku membuatnya untuk Pip. Pasti ada orang yang mengambilnya tadi."
"Lalu meletakkannya di lantai, supaya kau lagi yang dicurigai!" kata Fatty dengan geram. Ditatapnya peluit yang tergeletak di lantai kandang.
"Tidak bisakah kita mengambilnya lagi, seperti waktu itu"" tanya Daisy. "Kurasa tidak ada waktu," jawab Fatty. "Cepat - periksa kalau-kalau ada petunjuk lain di sini." Anak-anak bergegas mencari. Bets mendekatkan hidungnya ke kandang, sambil mengendus-endus.
"Aku mencium bau yang sama kayak waktu itu," katanya. "Apa katamu bau itu dulu, Fatty" O ya - itu bau terpentin, katamu."
Fatty merapatkan hidung ke kawat pagar kandang, lalu mencium-cium.
"Ya, betul - bau terpentin," katanya heran. "Wah, ini aneh! Semuanya seperti terulang kembali. Peluit yang terletak di lantai. Lalu bau terpentin. Kurasa baru sekali ini aku mengalami kejadian seaneh ini."
"Itu petunjuk atau bukan, Fatty"" tanya Daisy, sambil menuding secercah cat di atas batu yang terdapat di pinggir lorong. Fatty memandang ke arah itu.
"Kurasa bukan," katanya. Dipungutnya batu itu, lalu diperhatikannya bercak warna yang menempel di situ.
"Luke kan mencat peluit-peluit kita," katanya. "Mungkin ini cat yang tercecer sewaktu ia sedang mencat. Kau pernah mencat peluit di sini, Luke""
"Tidak, tidak pernah," kata Luke. "Aku selalu melakukannya dalam gudang, di mana kaleng-kaleng cat disimpan. Lagipula, aku tidak pemah memakai cat coklat muda kayak itu. Aku selalu memilih warna-warna cerah. Merah, atau biru, atau hijau."
"Kurasa ini bukan petunjuk," kata Fatty. Tapi walau begitu batu itu dikantonginya juga.
Saat itu terdengar langkah orang mendekat. Lady Candling datang diiringi Bu Trimble, Pak Tupping dan Nona Harmer. Pak Tupping berlagak sibuk. Sedang yang lainnya kelihatan kaget dan bingung. Kaca mata Bu Trimble selalu terlepas lagi setiap dua detik.
Semuanya langsung memandang ke dalam kandang kucing. Seolah-olah berharap, Dark Queen ternyata ada di dalamnya. Tiba-tiba Nona Harmer berseru kaget.
"Ada apa"" tanya Lady Candling padanya. Nona Harmer menuding ke arah lantai kandang. "Apa itu"" tanyanya. Semua memandang lagi ke dalam kandang.
"Ha!" seru Pak Tupping dengan suara galak. "Itu peluit, seperti yang biasa dibikin Luke. Aku kepingin tahu, kenapa peluit itu sampai bisa ada di situ!"
Nona Harmer mengambil anak kunci pintu kandang, lalu membuka pintu. Pak Tupping memungut peluit yang tergeletak di lantai, dan ditunjukkannya pada Lady Candling.
"Peluit ini bikinanmu, Luke"" tanya Lady Candling.
Luke mengangguk. Tampangnya pucat. la tidak bisa mengerti bagaimana Dark Queen bisa lenyap lagi. Dan ia lebih-lebih lagi tidak mengerti, mengapa peluitnya tahu-tahu ada dalam kandang!
"Luke sedang membuatkan peluit untuk kami semua," kata Fatty. Diambilnya kepunyaannya dari dalam kantong. "Kurasa itu peluit salah seorang di antara kami, Lady Candling! Mungkin saja, kan""
"Tapi kenapa tah u-tahu ada dalam kandang"" tanya nyonya itu dengan heran.
"Persoalannya jelas, Nyonya," sela Pak Tupping. "Anak itu masuk untuk mengambil kucing, persis seperti yang dilakukannya juga waktu itu - tapi kemudian tanpa disadarinya peluit itu terjatuh dari kantongnya. Ia langsung pergi setelah pintu kandang dikunci kembali, sementara Dark Queen dibawa olehnya."
"Aku bahkan sama sekali tidak tahu, di mana anak kunci pintu ini disimpan sekarang," kata Luke membela diri.
"Biasanya kukantongi, kecuali kalau aku harus pergi," kata Nona Harmer. "Kalau aku pergi, anak kunci kuserahkan pada Pak Tupping. Anda menyimpannya di mana, Pak""
"Aku juga selalu mengantonginya," kata Pak Tupping. "Tapi tadi siang jasku kutinggalkan di salah satu tempat. Jadi gampang saja bagi Luke untuk mengambilnya. Percayalah - Dark Queen pasti disembunyikan di dekat-dekat sini, untuk diambil orang lain nantinya. Sudah kusangka Anda pasti akan menyesal, Lady Candling, karena menerima anak jahat ini kembali. Sudah jelas kejadian begini akan terjadi, setelah Anda berbuat begitu. Berulang kali kukatakan pada Pak Goon ...."
"Aku tak mau tahu apa katamu pada Pak Goon," tukas Lady Candling. "Kurasa kali ini kita lewati saja polisi desa itu, dan langsung menghubungi Inspektur Jenks di kota."
Anak-anak sangat gembira mendengarnya. Tapi sayang - saat itu Pak Inspektur sedang tidak ada di kantornya. Jadi terpaksalah Pak Goon diberi tahu. Polisi desa itu datang tidak lama kemudian. Dengan sikap sok aksi seperti biasanya, ia mulai sibuk mencari-cari tanda bukti serta meminta keterangan dari semua yang hadir di situ.
Fatty serta keempat temannya ditatap olehnya dengan sikap curiga. Kemudian dipandangnya kan dang-kandang kucing, seolah-olah menyangka akan kembali menemukan setumpuk tanda bukti di situ. Tapi tak ada yang terlihat, kecuali peluit yang diserahkan Lady Candling padanya.
"Kau menemukan tanda-tanda bukti kali ini"" tanya Pak Goon pada Fatty.
"Kami hanya menemukan bau, serta sebutir batu yang ada cat di atasnya," kata Bets, Teman-temannya semua berpaling dengan cepat dan menatapnya dengan kening berkerut. Bets begitu kaget, sehingga nyaris lari. Aduh, tentu saja - itu kan tidak boleh diceritakan pada Pak Goon! Ke mana lagi pikirannya tadi"
"Bau"" tanya Pak Goon dengan sikap tak percaya. "Dan batu yang ada catnya" Hah! Kausangka aku bisa kautipu lagi, ya - sekali ini dengan macam-macam bau dan batu. Kukatakan saja sekarang-sekali ini aku tidak mau percaya pada permen, tali sepatu, pita rambut, bau atau batu! Simpan saja tanda-tanda bukti itu untukmu sendiri! Dan ingat kataku waktu itu - jika kalian masih juga mencampuri urusan hukum, pada suatu hari nanti kalian pasti akan terjerumus dalam kesulitan besar!"
Setelah itu Pak Goon membelakangi anak-anak, yang langsung pergi ke sebelah lewat tembok, lalu duduk untuk merundingkan kejadian baru itu.
"Bets! Dasar goblok!" tukas Pip marah-marah. "Kau ini - minta dipukul rupanya! Masak petunjuk-petunjuk kita, kauceritakan pada si Ayo Pergi! Sinting kau rupanya ya""
"Kurasa begitu." Bets sudah hampir menangis. "Aku sendiri tidak mengerti, kenapa aku tadi mencerita-kannya."
"Tak apalah, Bets," kata Fatty menghiburnya. "Justru karena kau tadi menceritakan, si Ayo Pergi malah tidak mau percaya! Jadi kalau yang tadi itu memang betul-betul tanda bukti, juga tidak apa-apa. Kau tidak perlu sedih lagi!"
"Kejadian ini sungguh-sungguh misterius," kata Daisy. "Misteri kucing yang hilang! Hilangnya ke mana - dan dengan cara bagaimana" Aku kepingin sekali mengetahuinya!"
19 BUSTER MEMANG CERDAS! "Bagiku, yang paling membingungkan adalah hampir semuanya terjadi persis seperti waktu itu," kata Fatty. "Maksudku, Luke ada di dekat situ, dan hanya Luke seorang diri! Lalu Nona Harmer sedang pergi - dan, dalam kandang ada peluit."
"Kelihatannya seolah-olah itu persyaratannya, supaya kucing itu bisa dicuri," kata Daisy. "Jadi Nona Harmer harus pergi, Luke ada di dekat situ - dan sebagainya."
"Kali ini percuma saja mencurigai orang lain, kecuali Luke," kata Larry. "Pukul tiga sore Dark Queen masih ada, karena Lady Candling
melihatnya bersama Pak Tupping. Dan Luke ada di dekat kandang kucing sejak pukul tiga sampai saat Nona Harmer kembali. Lalu Nona Harmer masuk ke dalam kandang bersama Pak Tupping, dan melihat Dark Queen sudah tidak ada lagi di situ."
"Dan seperti waktu itu juga, kali ini Luke mengatakan bahwa tak ada orang lain kecuali dia yang datang ke dekat kandang selama itu," kata Pip. "Yah - aku sama sekali tak mengerti, bagaimana caranya sampai Dark Queen bisa dicuri."
Anak-anak terdiam semuanya. Sekali lagi dihadapi persoalan misterius, yang sama sekali tidak mungkin dipecahkan - kecuali menuduh Luke pencuri yang sangat tolol dan pendusta. Tapi anak-anak tidak ada yang beranggapan begitu.
Mereka sibuk berunding terus, sampai saatnya tiba bagi Bets untuk tidur. Mereka lantas mengucapkan selamat berpisah, lalu bangkit untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Besok kita berkumpul lagi di sini - walau sebetulnya tidak banyak yang bisa kita lakukan," kata Fatty lesu. "Malam ini kita semua memutar otak, karena siapa tahu barangkali bisa ditemukan penyelesaian soal ini."
"Coba ada beberapa petunjuk baik serta sejumlah orang tersangka, seperti dalam misteri yang kita alami waktu itu," kata Pip. "Tapi bau sesuatu dan secercah cat di atas batu kan tidak bisa disebut petunjuk!"
"Bahkan si Ayo Pergi saja mencemoohkan," kata Fatty sambil berdiri. "Nah - kalau begitu sampai besok! Dan jangan lupa, kita harus berusaha menemukan akal. Kalau tidak, habislah riwayat Luke sekali ini."
Malam ini anak-anak tidak bisa tidur nyenyak. Semua sibuk memikirkan misteri kucing hilang. Dan ketika mereka berkumpul lagi keesokan paginya, tak ada yang berhasil mendapat akal - kecuali Bets. Tapi anak itu segan mengatakannya, karena takut kalau-kalau diter-tawakan.
"Ada yang hendak mengetengahkan sesuatu"" tanya Fatty.
"Yah -" Bets nampak agak segan, "sebetulnya aku ada gagasan, mengenai salah satu petunjuk yang kemarin."
"Gagasan apa"" tanya Fatty. "Kau tahu kan, bau terpentin yang kita cium itu," kata Bets. "Kemarin kita menciumnya dalam kandang
- persis seperti waktu itu. Itu pasti ada artinya. Pasti ada sangkut-pautnya dengan misteri yang kita hadapi. Bau itu pasti merupakan petunjuk bagi kita, jadi perlu kita usut."
"Bagaimana caranya"" tanya Pip, agak menye-pelekan.
"Yah - kita kan bisa mencari ke sebelah, untuk menemukan tempat penyimpanan botol berisi terpen-tin, atau begitu," kata Bets. "Aku tidak mengatakan itu akan ada gunanya. Tapi jika bau itu memang suatu petunjuk, mungkin saja kita nanti akan menemukan jejak tertentu."
"Betul juga katanya," kata Fatty. "Bets benar! Kita memang dua kali mencium bau terpentin. Dan memang kita harus berusaha menyelidiki di mana minyak itu disimpan. Siapa tahu, mungkin nanti kita akan menemukan petunjuk-petunjuk lain!"
"Kalau begitu, sekarang saja kita ke sana!" kata Pip. "Jangan membuang-buang waktu lagi! Tapi hati-hati, jangan sampai ketahuan Pak Tupping. Dia tidak senang melihat kita berkeliaran di situ."
Anak-anak pergi lagi ke sebelah lewat tembok, sementara Buster kembali dikurung dalam gudang. Pip disuruh masuk dulu ke kebun, untuk melihat di mana Pak Tupping berada.
Setelah beberapa saat, Pip kembali dan mengatakan bahwa Pak Tupping sedang sibuk mengikat sesuatu dekat rumah.
"Jadi untuk sementara keadaan aman," katanya. "Yuk - kita ke kandang lagi, untuk memeriksa apakah bau itu masih tercium di sana. Setelah itu kita meneari tempat penyimpanannya."
Anak-anak pergi ke kandang kucing, lalu mengendus-endus. Ternyata masih tercium samar-samar bau minyak terpentin di situ. Ketika mereka sedang asyik mengendus, tiba-tiba Nona Harmer muncul. Gadis itu kelihatannya tidak begitu senang melihat anak-anak ada di situ.
"Aku tidak mau lagi melihat ada orang lain di dekat kandang kucing," katanya. Dua kali kejadian Dark Queen hilang, membuat diriku sangat gelisah sekarang. Lebih baik kalian pergi dari sini, Anak-anak."
"Anda memakai minyak terpentin untuk membersih-kan kandang"" tanya Fatty pada gadis itu. Nona Harmer agak kaget.
"Tentu saja tidak," jawabnya. "Aku memakai cairan pembersih yang biasa. Kucin
g paling tidak senang mencium bau minyak terpentin."
"Kalau begitu, kenapa di sini ada bau terpentin"" kata Larry. "Ciumlah sendiri, Nona Harmer - barangkali Anda juga bisa mencium baunya."
Tapi penciuman Nona Harmer ternyata tidak begitu tajam. Menurut katanya, tidak diciumnya bau terpentin dalam kandang.
"Tapi Anda tidak menciumnya kemarin, ketika Anda masuk ke dalam dan menyadari bahwa Dark Queen hilang"" tanya Larry.
"Hmm - mungkin juga," kata Nona Harmer sambil mengingat-ingat. "Tapi aku tidak tahu pasti. Soalnya saat itu aku terlalu gugup, karena Dark Queen hilang lagi."
Anak-anak mengintip ke dalam kandang, sambil mengendus-endus terus. Tapi Nona Harmer menyuruh mereka pergi.
"Kalian pergi saja sekarang," katanya mendesak. "Aku sekarang gelisah saja, kalau ada orang mendekati kandang."
"Yuk, kita ke gudang - barangkali di situ ada terpentin," kata Fatty. Anak-anak pergi dari kandang kucing, menuju ke dua bangunan gudang yang letaknya saling membelakangi tidak jauh dari rumah kaca. Gudang yang satu penuh berisi peralatan. Sedang yang satu lagi berisi pot-pot bunga, kotak-kotak serta macam-macam lagi.
"Daisy, kau dan Bets pergi memeriksa ke gudang yang itu, sedang kami bertiga melihat-lihat di sini," kata Fatty.
Anak-anak itu lantas memeriksa kedua gudang, mencari-cari botol terpentin. Walau mereka sebetulnya tidak tahu, apa gunanya jika mereka berhasil menemu-kan botol itu.
Tapi walau dicari dengan sangat teliti, namun mereka tidak berhasil menemukan terpentin dalam botol. Saat itu Larry melihat Luke lewat. Tampang anak itu nampak lesu dan sedih. Larry bersiul memanggilnya.
"Hai, Luke! Kau .kelihatannya seperti baru saja kehilangan harta. Bergembiralah sedikit!" "Kau pasti juga takkan bisa gembira, apabila sedang ketakutan kayak aku sekarang," jawab Luke. "Jangan takut," kata Larry sambil nyengir. "Anak yang takut dikejar kucing nantinya."
Pasukan Mau Tahu - Misteri Kucing Siam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi Luke pagi itu sama sekali tidak bisa diajak bercanda. la tidak mampu tersenyum, karena merasa seolah-olah setiap waktu Pak Goon akan muncul, lalu menggiringnya ke kantor polisi.
"Cari apa kalian dalam gudang itu"" tanyanya. "Awas - kalau Pak Tupping datang dan melihat kalian mengacak-acak di situ."
"Kami mencari terpentin," kata Fatty, sambil menjengukkan kepala ke luar. Luke tercengang mendengar katanya.
"Terpentin"" katanya. "Untuk apa" Terpentin disimpan dalam gudang yang satu lagi. Di atas rak Sebentar, kutunjukkan tempatnya. Tapi untuk apa kalian memerlukan terpentin""
Sambil berkata begitu Luke masuk ke gudang yang satu lagi, di mana Daisy dan Bets berada. Sesampai di dalam ia menuding ke atas rak, di mana nampak sejumlah botol dan kaleng berderet-deret.
"Di situlah tempatnya," kata Luke.
Anak-anak lantas mencari. Botol-botol diambil satu per satu, lalu diendus isinya. Tapi tak ada yang berisi terpentin.
"Tadi kami juga sudah mencari di situ," kata Daisy.
Luke nampak heran. "Kemarin aku masih melihatnya ada di situ," katanya "Ke mana barang itu"" Fatty mulai merasa gelisah, walau ia sendiri tidak tahu apa sebabnya. "Misteri botol terpentin yang hilang," gumamnya
Anak-anak tertawa geli mendengarnya.
"Botol itu harus kita cari sampai ketemu," kata Fatty
"Kenapa"" tanya Daisy.
"Aku juga tidak tahu, kenapa," jawab Fatty. "Tapi pokoknya, harus dicari sampai ketemu. Botol itu tidak ada lagi di sini. Barangkali disembunyikan. Kita harus menemukannya!"
"Tapi kita kan tidak bisa mengendus-endus ke segala penjuru kebun, untuk mencari sebotol terpentin," kata Larry. "Kita kan bukan anjing!"
"Tapi Buster anjing!" kata Fatty. "Kurasa Buster pasti bisa menemukan botol itu untuk kita!" "Ya - betul!" kata Bets. "Buster pintar - aku tahu dia akan bisa!"
"Tapi bagaimana caranya"" tanya Larry. "Kan kita tidak bisa mengatakan padanya, 'Carikan kami di mana ada sebotol terpentin yang disembunyikan.' Mungkin saja Buster anjing pintar, tapi takkan begitu pintar sehingga bisa mengerti perintah itu!"
"Itu bisa kuatur," kata Fatty berlagak yakin. "Dalam gudang di kebunmu ada terpentin, Pip""
"Kurasa ada," jawab Pip.
"Kalau begitu, tolong ambilkan," kata Fatty la
gi. "Sedang aku akan menjemput Buster. Yang lain kembali ke tembok, karena siapa tahu Pak Tupping muncul lalu bertanya kita mau apa di sini."
Luke kembali bekerja lagi, dengan tampang yang masih tetap suram. Sedang anak-anak yang lain pergi ke tembok pagar. Pip dan Fatty menuju ke kebun keluarga Hilton. Pip masuk ke gudang yang terletak di ujung kebun. Di situ ditemukannya terpentin, dalam sebuah botol kecil.
Sedang Fatty pergi ke gudang tempat menyimpan sepeda. Dikeluarkannya Buster yang tadi dikurung di situ. Anjing kecil itu langsung berlari-lari mengelilingi tuannya, sambil menggonggong-gonggong dengan gembira. Kelakuannya saat itu, seolah-olah sudah berpisah paling sedikit lima tahun dari Fatty.
"Yuk, Buster," kata Fatty, sambil menggendong anjing itu. "Kau harus bekerja sebentar sekarang. Tunjukkan bahwa otakmu memang cerdas."
Dengan segera anak-anak sudah kembali berada dalam kebun rumah sebelah. "Mana Pak Tupping" Masih sibuk bekerja dekat rumah"" tanya Fatty. "Ya," jawab Larry. "Tadi aku mengintainya sebentar. Saat ini keadaan aman."
"Mau apa Buster sekarang"" tanya Bets bergairah "Dia mau ikut menyelidik""
"Mudah-mudahan saja begitu," jawab Fatty. Ditum pahkannya terpentin sedikit ke sapu tangannya yang agak kumal, lalu diciumkannya ke hidung Buster. "Cium ini, Buster! Cium baik-baik. Ini bau terpentin. Nah - sekarang carilah di seluruh kebun. Can di mana ada bau kayak begini. Kau kan anjing pelacak jejak yang hebat"''
"Dia pelacak bau - bukan jejak!" kata Bets geli "Kau kan anjing pintar, Buster" Ayo, can bau itu!"
Padahal Buster sama sekali tidak senang mencium bau terpentin. Anjing itu menjauhkan hidungnya dari sapu tangan yang kena minyak itu, lalu bersin tiga kali.
"Ayo, Buster - cari! Cari!" kata Fatty, sambil mengibas-ngibaskan sapu tangannya ke arah Buster. Anjing itu memandang tuannya. Ia tahu, apa arti 'cari'. la selalu disuruh mencari oleh Fatty. Karenanya ia pun pergi, dengan lidah terjulur serta ekor terangkat tinggi.
"Kurasa ke mana pun ia pergi, yang tercium pasti cuma bau terpentin sekarang," kata Daisy, sambil memperhatikan anjing itu. "Kau tadi memenuhi rongga hidungnya dengan bau itu Fatty!"
Buster lari ke semak-semak, lalu mengelilingi bangunan-bangunan gudang. Setelah itu menuju kandang-kandang kucing. Kemudian menyusur lorong dalam kebun.
"Dia mencari jejak kelinci - bukan terpentin," kata Larry jengkel. "Lihatlah - ia menemukan liang kelinci. Nah - sekarang dia pasti tidak mau menurut lagi, kalau disuruh apa-apa!"
Buster memang menemukan sebuah liang. Liang itu letaknya dalam sebuah tanggul. Disusupkannya hidung ke dalam liang itu, lalu mendengking. Buster lantas
menggali di situ dengan caranya yang biasa. Tanah berhamburan ke belakang. "Ayo keluar, goblok!" seru Fatty pelan. "Aku tadi tidak bilang kelinci - tapi terpentin."
Fatty datang menghampiri, lalu menarik kaki belakang Buster supaya keluar dari lubang yang digali. Ketika berhasil ditarik, ternyata ada sebuah benda kecil ikut tertarik ke luar. Anak-anak melongo menatap benda itu. Sebuah gabus! Fatty memungutnya, lalu mendekat-kannya ke hidung.
"Bau terpentin!" katanya bersemangat. Anak-anak langsung mengerubung dan ikut mengendusnya. Benarlah - tak salah lagi, gabus itu berbau terpentin!
Secepat kilat Fatty berlutut, lalu merogoh ke dalam lubang. la menarik sebuah botol ke luar. Pada botol itu ada secarik kertas yang direkatkan ke situ. Kertas itu sudah robek separuh. Tapi samar-samar masih terbaca tulisan 'pentin'. Dan dalam botol masih ada minyak itu sedikit.
"Ini dia, yang kita cari!" kata Fatty senang. Ditunjukkannya botol itu pada teman-temannya. Bets membungkuk, dan mengintip ke dalam lubang. la melihat ada sesuatu di situ.
"Di dalam masih ada benda lain, Fatty," seru Bets bersemangat. sambil memasukkan tangannya ke dalam. Ketika ditarik lagi ke luar, ternyata memegang sebuah kaleng. Anak-anak berkerumun lagi karena ingin ikut melihat.
"Apa itu"" tanya Larry. O - kaleng cat. Ini, aku punya pisau. Kubuka saja tutup kaleng itu." Ketika sudah dibuka, nampak bahwa isinya cat berwarna coklat muda. Masih bisa di
bilang penuh! "Aneh!" kata Fatty. "Ini kan sama warnanya dengan bercak cat yang ada pada batu yang kita temukan. Lihatlah!"
Diambilnya batu itu dari kantongnya, lalu dibanding-kannya warna cat yang tumpah di situ dengan warna cat dalam kaleng. Ternyata persis sama. Larry berlutut lalu mengorek-ngorek dalam lubang. Tapi ternyata tidak ada apa-apa lagi di situ.
"Nah -" kata Fatty senang, sambil memperhatikan botol terpentin dan kaleng cat berganti-ganti, "sekarang. siapa yang menaruh kedua barang ini dalam lubang itu" Dan kenapa ditaruh di situ""
20 MENCARI JEJAK BAU Anak-anak sangat bersemangat saat itu. Mereka sudah berhasil menemukan dua tanda bukti penting, walau mereka tidak tahu bagaimana bisa dihubungkan dengan kucing yang hilang.
"Terpentin itu gunanya untuk apa"" tanya Bets.
"Macam-macam!" jawab Larry. "Misalnya untuk membersihkan kuas setelah selesai mencat - pokoknya untuk membersihkan bekas cat. Jelas bahwa antara cat ini serta terpentin, ada sangkut-pautnya. Aneh - kuasnya tidak ada. Maksudku, mencat kan perlu kuas""
"Pasti juga ada dalam lubang itu!" kata Bets. Tapi sebelum anak itu sempat melihat ke dalam, Buster sudah mendului. Anjing itu menyusup kembali ke dalam lubang. Tanah berhamburan kembali, menyiram anak-anak. Akhirnya Buster merangkak mundur, dan keluar sambil menggondol sebatang kuas kecil dalam moncongnya.
"Dia memang pintar sekali!" kata Bets kagum.
"Lebih baik kita periksa saja, barangkali masih ada barang-barang lain dalam lubang," kata Fatty. la berbaring, lalu memasukkan lengannya sampai ke bahu. Tapi tak ada lagi yang bisa ditemukan dalam lubang itu.
"He - itu suara Pak Tupping, berseru-seru pada Luke," kata Fatty. "Yuk, cepat-cepat saja kita lari ke tembok. Larry, tolong aku membenahi tanah di sekitar lubang ini. Jangan sampai orang yang menyembunyi kan barang-barang ini di situ tahu bahwa kita sudah menemukan tempat persembunyiannya. Nanti dia tahu bahwa kita sudah menemukan jejaknya."
Kedua anak itu lantas bergegas membereskan tempat itu, sementara Bets dan Daisy lari menuju tembok. Daisy menolong Bets memanjat ke atas. Beberapa saat kemudian ketiga anak lainnya menyusul, bersama Buster. Untung mereka bergegas memanjat ke sebe rang, karena saat itu Pak Tupping lewat di situ, sambil menggerutu pada diri sendiri.
Anak-anak kembali ke pondok peranginan dengan tanda-tanda bukti yang mereka temukan dalam lubang. Barang-barang itu diperiksa dengan seksama.
"Sebuah botol kecil bekas tempat minyak terpentin, cat coklat muda sekaleng kecil, serta sebatang kuas kecil yang sudah tua," kata Fatty. "Sekarang, jika kita bisa mengetahui untuk apa barang-barang ini dipakai, dan siapa yang memakainya, maka kurasa misteri kucing hilang yang membingungkan itu akan bisa kita pecahkan!"
"Bets memang hebat, karena dia yang mendapat akal untuk mencari terpentin," kata Larry memuji. "Betul," kata Fatty. "Kau tak punya akal baik lagi, Bets""
Bets mulai berpikir-pikir. Dipikirkannya kandang-kandang kucing, serta bau yang diciumnya di situ. Terpikir olehnya kucing-kucing yang ada dalam kandang, dan yang semua tidak suka pada bau terpentin. Dipikirkannya, di mana tepatnya dalam kandang itu minyak terpentin ditaruh, tumpah atau dipergunakan.
"Fatty," katanya setelah beberapa saat, "menurut pendapatmu, adakah gunanya jika kita masuk ke dalam kandang, lalu mengendus-endus di situ untuk mengeta-hui dengan tepat di mana ada bekas minyak terpentin" Maksudku - apakah di bangku-bangku tempat kucing berbaring, atau di lantai, pada langit-langit, atau pada pagar kawat" Terus-terang saja aku tidak melihat gunanya apabila kita berhasil menemukan tempat yang berbau terpentin itu. Tapi siapa tahu, mungkin saja berguna nanti!"
"Menurut perasaanku, itu ide konyol," kata Pip.
"Yah - aku pun tidak melihat gunanya," kata Larry. "Lagipula, bagaimana kita bisa masuk ke dalam kandang" Anak kuncinya kan dipegang Nona Harmer."
"Aku mempunyai firasat, ide Bets itu ada gunanya," kata Fatty. "Memang, seperti kata Larry tadi, aku juga tidak melihat apa gunanya bagi kita jika berhasil mengetahui di mana tepatnya bekas terpe
ntin itu dipakai - tapi aku mempunyai perasaan sebaiknya kita coba saja menemukannya. Bets, kau saat ini sedang hebat dalam mencari akal."
Bets sangat gembira. Anak itu senang menerima pujian, karena ia sering diganggu. Dan kata-kata pujian dari Fatty, menghibur perasaannya.
"Tapi bagaimana kita bisa memperoleh anak kuncinya"" tanya Daisy. "Kan disimpan Nona Harmer dalam kantongnya."
Fatty berpikir sebentar. "Hari ini panas sekali," katanya kemudian. "Kurasa Nona Harmer pasti melepaskan jasnya, dan menyampir-kannya di salah-satu tempat. Saat ini bukan waktunya mengurus kucing. Jadi kurasa ia sedang sibuk bekerja di rumah kaca, karena juga harus membantu di situ. Kurasa dalam ruangan panas itu pasti ia cuma mengenakan pakaian seperlunya saja. Siapa tahu kita bisa meminjam anak kunci itu sebentar - tanpa sepengetahuannya, tentunya!"
"Kurasa pasti ia akan terus mengawasi jasnya, karena sudah dua kali terjadi kucing hilang," kata Larry.
"Coba kita lihat saja," kata Pip, sambil berdiri. Diangkatnya papan dinding yang longgar dalam pondok peranginan, lalu dimasukkannya ketiga barang bukti yang ditemukan tadi ke dalam rongga yang ada di situ. "Nan - sekarang pasti tak ada orang lain yang bisa menemukan barang-barang itu, kecuali kita sendiri. Yuk - kita lihat saja apa yang sedang dilakukan Nona Harmer saat ini."
Mereka kembali memanjat tembok, setelah mengu-rung Buster lagi ke dalam gudang. Mereka tidak berani menanggung risiko anjing itu berlari-lari sekeliling kandang kucing, pada saat mereka sedang ada di dalamnya nanti.
Fatty berangkat dulu, untuk melihat di mana Nona Harmer berada. Ternyata seperti diduganya semula. gadis itu sedang sibuk mengikat ranting-ranting pohon per dalam rumah kaca. Ia hanya memakai celana setinggi lutut yang biasa dipakainya, serta kemeja katun yang tipis. Fatty memandang berkeliling, mencari di mana jas gadis itu diletakkan.
Ternyata jas itu digantungkan pada sebuah paku, dalam rumah kaca tempat gadis itu sedang bekerja. Dalam hati Fatty mengumpat. Takkan ada yang bisa merogoh kantong jas itu untuk mencari anak kunci kandang kucing, tanpa dilihat Nona Harmer. Fatty kembali ke tempat teman-temannya menunggu, untuk melaporkan hal itu.
"Kalau begitu kita harus memancingnya, supaya keluar sebentar dari situ," kata Pip. Anak-anak lantas sibuk mencari akal. Berbagai rencana rumit diajukan dan dibahas. Akhirnya Daisy mengajukan usul. Usul itu begitu sederhana, sehingga bisa dilakukan tanpa ada di antara anak-anak itu yang bisa terlihat.
"Aku tahu akal!" kata Daisy. "Aku akan menyelinap ke sisi rumah kaca itu, yang letaknya paling jauh dari tempat jas tergantung. Setelah menyembunyikan diri dalam semak aku akan memanggil-manggil, 'Nona Harmer! Nona Harmer!' Pasti dia akan keluar untuk melihat siapa yang memanggil. Nah - saat itu salah seorang di antara kalian menyelinap masuk lewat pintu yang satu lagi, lalu mengambil anak kunci itu!"
"Tapi kalau sampai ketahuan, bisa repot kita nanti," kata Larry. "Tapi kita ini kan Pasukan Mau Tahu - dan dalam menjalankan tugas, kita harus berani menang-gung risiko. Ya, kan" Nah - siapa yang akan mengambil anak kunci itu""
"Aku," kata Pip. "Biar aku saja yang mengambilnya. Aku bisa bergerak cepat sekali!"
"Memang betul," kata Fatty. "Baiklah, jadi kau yang mengambilnya, Pip. Sekarang, begini rencana kita. Daisy bersembunyi dalam semak di sebelah luar rumah kaca, pada sisi yang jauh dari tempat jas Nona Harmer digantungkan. Sedang Pip - sebaiknya kau bersembu-nyi itu pula dalam semak, di sisi seberang tempat Daisy. Setelah itu Daisy mulai memanggil-manggil Nona Harmer. Dan begitu ia keluar dari pintu yang satu, Pip cepat-cepat mengambil anak kunci itu dari kantong jasnya. Beres, kan""
"Kedengarannya memang mudah," kata Pip, "tapi kenyataannya kukira takkan begitu! Kalian yang Iain-lain menunggu aku dekat kandang kucing""
"Ya," kata Fatty. "Yuk, kita berangkat saja sekarang, sebelum Nona Harmer mengenakan jasnya lagi!"
Daisy dan Pip berangkat mendului. Keduanya menyusup-nyusup di sela-sela semak, menuju rumah kaca. Nampak Nona Harmer masih bekerja di da
lamnya, di ujung yang satu dari tempat itu. Daisy masuk ke dalam semak lebat yang terdapat di luar, di sisi seberang tempat Nona Harmer. la menunggu dulu, sampai dilihatnya Pip sudah bersembunyi dalam semak dekat pintu yang satu lagi. Jas Nona Harmer tergantung pada paku di balik pintu itu.
Setelah itu dimulailah pelaksanaan rencana tadi! "Nona Harmer! Nona Harmer!" seru Daisy memanggil-manggil. Dan Nona Harmer mendengar panggilannya itu. la berpaling, sambil bersikap seperti mendengarkan. Sekali lagi Daisy memanggilnya. "Nona Harmer!" Nona Harmer membuka pintu rumah kaca, lalu melangkah ke luar. "Siapa itu yang memanggil"" serunya. Tepat pada saat itu muncul Bu Trimble. Wanita itu berjalan lewat lorong kebun. Kaca matanya terpasang miring di puncak hidung. "O, Bu Trimble! Anda yang memanggilku tadi" Ada apa"" tanya Nona Harmer. Daisy terkikik sendiri. Nah - sekarang pasti Nona Harmer akan berbicara sebentar dengan Bu Trimble, pikirnya.
"Tidak, aku tidak memanggil Anda," jawab Bu Trimble. Kaca matanya terlepas. "Tapi tadi memang terdengar suara orang, memanggil-manggil nama Anda. Barangkali Lady Candling."
"Kenapa dia memanggil"" tanya Nona Harmer, sambil melangkah pergi. "Di mana dia sekarang""
"Di taman," jawab Bu Trimble. "Sini, kutunjukkan!"
Keduanya lantas pergi bersama-sama, dan dengan segera tidak nampak lagi dari rumah kaca. Begitu melihat ada kesempatan baik, Pip bergegas masuk lewat pintu yang satu lagi, menghampiri jas Nona Harmer serta merogoh ke dalam kantongnya yang besar. Dengan segera anak kunci kandang sudah ditemukan olehnya!
Bersama Daisy, ia pun cepat-cepat lari menuju kandang kucing, sambil menyelinap di antara semak-semak. Ketiga anak lainnya sudah menunggu di situ, dengan perasaan tidak sabar.
"Ini anak kuncinya," kata Pip bangga. "Sekarang cepat, kita memeriksa ke dalam kandang."
"Aku yang masuk, bersama Bets," kata Fatty. "Yang Iain-lain jangan, nanti kucing-kucing itu berisik. Penciumanku sangat tajam! Sedang menurut pendapat-ku Bets boleh ikut masuk, karena ini kan gagasannya."
Keduanya lantas masuk ke dalam kandang. Pintu ditutup lagi baik-baik. Setelah itu mereka m'ulai mengendus-endus. Tercium bau cairan pembersih. Tapi ada juga bau terpentin, tercium samar-samar di situ.
Bets dan Fatty menciumi bau bangku-bangku tempat kucing-kucing sedang berbaring. Kucing-kucing itu memperhatikan kedua anak itu. Seekor di antaranya menjulurkan kaki depan, dan menepuk Fatty. Rupanya mengajak bermain-main.
"Kayaknya bau itu berasal dari sini," kata Fatty sambil menuding bangku tempat kucing-kucing berbaring. Sebelumnya ia sudah mengendus lantai, langit-langit serta pagar kawat. "Coba kaucium di sini, Bets - bau terpentin, kan""
Di bangku yang dimaksudkannya ada seekor kucing besar yang sedang berbaring. Bets mendorong kucing itu pergi, supaya ia bisa mencium papan bangku.
"Tidak," katanya kemudian, "aku tidak mencium bau terpentin pada bangku ini, Fatty."
Fatty mengendus sekali lagi.
"Eh - bau itu tidak ada lagi sekarang," katanya heran. "Tapi tadi ada!"
Bets menjunjung kucing yang didorongnya pergi tadi.
"Nah, Pus - sekarang kau boleh baring di situ lagi," katanya. "He - sekarang kucium lagi bau itu," kata Fatty, sambil mengernyitkan hidung. "Coba cium, Bets."
"Betul!" kata Bets kaget. "Ternyata bukan bangku-nya yang bau - tetapi mestinya kucing ini! Sekarang aku juga menciumnya, setelah kucing ini kuletakkan kembali ke atas bangku. Padahal tadi aku tidak menciumnya sama sekali!"
Kucing Siam yang besar itu heran tapi juga senang, ketika kedua anak itu lantas mengendus-endus seluruh tubuhnya, dari kepala sampai ke ekor. Kucing itu mendengkur senang. la sudah senang kalau dielus-elus dan dipeluk. Tapi baru sekali ini ia diendus-endus manusia!
"Apakah kucing yang berbau terpentin"" tanya Pip dari luar kandang. Fatty mengangguk. Mukanya merah karena bersemangat.
"Bets," katanya, "pada bagian mana dari kucing ini kau mencium bau terpentin"" "Di sini," kata Bets, sambil mendekatkan hidungnya ke ekor kucing itu.
"Aku juga," kata Fatty. Ia memperhatikan ekor kucing itu dengan seksama, yang sa
at itu mulai bergerak kian-kemari.
"Fatty! Bets! Awas - ada orang datang!" panggil Larry dengan suara pelan. "Cepat - keluar!" Tapi malang bagi kedua anak itu, sebelum mereka sempat meninggalkan kandang, Pak Tupping sudah muncul.
Laki-laki itu menatap ke kandang, seakan-akan tidak bisa percaya pada penglihatannya sendiri. Fatty dan Bets keluar dari kandang. Pintu ditutup lagi, lalu dikunci. Bets gemetar tubuhnya. Fatty pun merasa tidak enak. Sedang anak-anak yang lain sudah menghilang ke dalam semak.
"Apa yang kalian lakukan di situ, hah"" bentak Pak Tupping. "Dari mana kalian mendapat anak kuncinya" Kurasa kalianlah yang berbuat iseng dengan kucing itu, sehingga hilang. Hah! Ya - betul! Rupanya kalian yang mencuri Dark Queen! Sekarang juga aku akan pergi ke Pak Goon dan melaporkan kalian padanya. Kalian pasti akan mengalami kesulitan besar sesudah itu. Hah - biar tahu rasa sekarang!"
21 MISTERI TERBONGKAR Kemudian Pak Tupping pergi. Tampangnya saat itu menyeramkan. Bets sangat ketakutan. Ia berpegang erat pada Fatty, sementara mukanya pucat pasi. Fatty sendiri nampaknya juga gelisah.
Tanpa berkata apa-apa, kelima anak itu kemudian kembali lewat tembok, lalu menuju ke pondok peranginan.
"Aduh - benar-benar sial," kata Larry. Bets mulai menangis. "Kita akan dipenjarakan sekarang"" katanya terisak-isak. "Huuu, aku takut!"
"Takut - kayak Luke"" kata Larry. Ia ingin memancing, supaya Bets tersenyum geli. Tapi saat itu Bets sama sekali tidak bisa tersenyum. "Jangan takut, Bets. Tadi itu tidak apa-apa. Akan kita laporkan pada Inspektur Jenks bagaimana kita sampai bisa mendapat anak kunci itu, lalu kau bersama Fatty mengendus-endus dalam kandang kucing. Setelah itu pasti Pak Inspektur tak mau percaya pada si Ayo Pergi, apabila polisi desa itu melaporkan bahwa ia dan Pak Tupping mencurigai kita sebagai pencuri Dark Queen!"
Fatty diam saja. Anak-anak memandangnya.
"Kau juga takut, Fatty"" tanya Daisy. Bukan kebiasaan Fatty, lama merasa takut. Dan ternyata kali itu ia juga begitu, karena ia menggeleng. Tapi tampangnya masih tetap serius.
"Kita pikirkan sebentar bau terpentin yang tercium pada ekor kucing tadi," katanya. "Itu lebih penting, daripada ketakutan karena ketahuan ketika sedang berada dalam kandang. Itu petunjuk yang aneh - bau terpentin pada ekor kucing! Kenapa di situ yang berbau terpentin" Dan kenapa sewaktu Dark Queen hilang, juga ada di situ""
"Katamu, terpentin biasa dipakai untuk membersih-kan kuas sehabis dipakai, atau untuk menghilangkan bekas-bekas cat," kata Bets sambil menyeka air matanya. "Mungkinkah kucing itu ekornya kena cat basah, lalu dibersihkan dengan terpentin""
Fatty memandangnya sesaat tanpa berkedip. Ke-mudian ia meloncat bangun sambil berteriak, dan memukulkan tangannya keras-keras ke daun meja. Mukanya merah.
"Ada apa"" tanya Larry kaget.''Kau disengat lebah"''
"Dengar," kata Fatty sambil duduk kembali. Sikapnya gelisah sekali. "Ternyata Bets mendapat ilham yang tepat. Terpentin dipakai untuk menyingkirkan cat dari ekor kucing itu. Kenapakah bisa ada cat di situ, dan apa warnanya" Yah - warnanya kita ketahui, karena kita berhasil menemukan kaleng cat yang dipergunakan. Dan pada kita juga ada batu yang terkena cipratan cat yang sama warnanya. Coklat muda, mengarah ke kuning susu!"
Teman-temannya menatap dirinya sambil melongo. Sementara itu Fatty mengambil kaleng cat itu dari balik papan yang longgar, lalu membuka tutupnya. Dicelup-kannya kuas ke dalam kaleng itu, lalu ditotolkannya ke daun meja yang berwarna coklat tua.
"Lihatlah," katanya, "kalian lihat belang yang kuning susu ini" Yah - rupanya inilah cat yang ada pada ekor kucing tadi - di bagian tengahnya. Cat berwama kuning susu! Dan sekarang aku kepingin bertanya - kucing mana yang pada ekornya ada bulu-bulu berwama seperti begini""
"Dark Queen!" kata teman-temannya semua dengan segera. Mata mereka bersinar-sinar, sementara dalam otak masing-masing terbayang makna terpentin serta cat itu.
"Ya," kata Fatty meneruskan perkataannya. "Dan kucing yang ekornya berbau terpentin itu mestinya pernah dicat sebagian dari ekornya y
ang coklat tua dengan warna yang lebih muda, supaya disangka dialah Dark Queen! Kemudian cat itu dibersihkan lagi dengan terpentin. Karena itulah dua kali kandang kucing berbau minyak itu. Perbuatan itu dilakukan dua kali!"
"Astaga!" kata Larry. "Ini benar-benar mengasyik-kan! Rupanya ada yang mengatur rencana yang sangat cerdik. Nanti dulu, coba aku merekanya sebentar - ya, kurasa Dark Queen sudah dicuri pagi-pagi, sedang ekor kucing yang satu lagi dicat dengan warna yang lebih muda berbentuk gelang supaya dikira Dark Queen. Setiap orang tahu, pada ekor Dark Queen ada gelang yang terdiri dari bulu berwama kuning susu, bekas gigitan kucing lain."
"Ya, betul - dan ketika orang-orang datang untuk melihat kucing-kucing dalam kandang - antara lain ibumu, Pip, begitu pula Lady Candling - semua menyangka kucing yang dicat itu Dark Queen. Dan kemudian Pak Tupping sempat menyelinap masuk ke dalam kandang dan menghapus cat itu kembali sebelum ada yang menyadari pemalsuan itu, lalu mengatakan Dark Queen hilang!"
"Pak Tupping!" kata Bets, sementara matanya membundar karena heran. "Pak Tupping, katamu" Tapi kalau dia yang menghapus cat itu - maka mestinya dia juga yang membubuhkan ke situ - jadi mestinya dia sendiri yang mencuri Dark Queen, dan -"
"Tepat. Memang Pak Tupping-lah orangnya. Mesti-nya begitu," kata Fatty. la sudah tidak sanggup lagi menahan kegairahannya. "Aduh, siapa yang akan menyangka begitu" Dan selama ini kesalahan selalu ditimpakannya pada Luke."
"Dan Luke disuruhnya bekerja terus dekat kandang selama kucing yang dicat itu ada di dalamnya, sampai saat dia menghapus cat itu lagi lalu mengatakan Dark Queen hilang!" kata Pip. "Dengan begitu timbul kesan, cuma Luke saja yang mungkin mencurinya. Bukan main! Memang rencana yang sungguh-sungguh cerdik."
"Lalu ketika didengarnya Bets mengatakan pada si Ayo Pergi bahwa kita menemukan tanda-tanda berupa bau sesuatu serta cat secercah, ia pun lantas mengerti dan menyembunyikan botol terpentin dan kaleng cat," kata Fatty. "Mungkin takut pada kedua benda itu ada bekas sidik jarinya. Tapi Buster berhasil menemukan keduanya untuk kita."
"Nanti dulu - sebaiknya kita urus saja dengan jelas," kata Daisy. "Pak Tupping ingin mencuri Dark Queen, sedang kesalahan hendak ditimpakannya pada Luke. Ia menunggu sampai Nona Harmer pergi selama sehari. Kurasa ia sengaja menunggu, karena tahu gadis itu mengenal baik setiap kucing, sehingga takkan bisa ditipu dengan gelang cat yang dibubuhkan pada kucing lain. Nona Harmer pasti akan tahu, kucing itu bukan Dark Queen."
"Betul! Jadi ia menunggu sampai gadis itu pergi, lalu mencuri Dark Queen. Kucing itu diserahkannya pada salah-seorang kawannya. Kemudian ia kembali ke kandang, kucing yang satu lagi dicat kuning susu sebagian ekornya supaya dikira Dark Queen masih ada. Bu Trimble menyangka begitu ketika datang melihat sekitar pukul empat, ketika Dark Queen hilang untuk pertama kalinya. Dan kedua kalinya Lady Candling yang mengira begitu, sekitar pukul tiga." Fatty berhenti sebentar, dan diteruskan oleh Larry.
"Ya - dan pada kejadian yang pertama Pak Tupping memang sangat cerdik. Diajaknya polisi desa untuk melihat kucing-kucing itu - tapi kemudian ia cepat-cepat menghapus gelang yang dicatkan ke ekor kucing yang satu, lalu melaporkan pada polisi desa itu bahwa Dark Queen dicuri orang! Harus kuakui, Pak Tupping memang sungguh cerdik," kata Larry. "Dan riekat, karena berani mengajak polisi itu melihat-lihat ke kandang, setelah paginya mencuri kucing itu."
"Sedang kedua kalinya, Nona Harmer yang berhasil diperdayai olehnya," kata Pip. "Kalian ingat kan, Pak Tupping cepat-cepat masuk ke kandang ketika datang bersama gadis itu, menghapus cat yang ada di ekor kucing Siam lalu mengatakan Dark Queen hilang. Semua menyangka selama itu Dark Queen ada dalam kandang. Juga Luke - ia juga mengira kucing itu ada di situ, selama ia bekerja di dekatnya. Padahal tidak! Kucing itu sudah tidak ada lagi, sejak pagi. Tak mengherankan jika begitu sulit membersihkan diri Luke dari kecurigaan!"
"Kurasa dulu Dark Queen berhasil minggat dari orang yang menyekapny
a, lalu kembali ke sebelah," kata Daisy. "Aku ingin tahu, di mana kucing itu sekarang."
"Pokoknya, banyak yang harus dijelaskan nanri oleh Pak Tupping," kata Fatty. "Wah! Lega perasaanku, karena ternyata dia pencurinya. Tak enak rasanya, selama ada dugaan bahwa pelakunya mungkin Luke. Jahat sekali Pak Tupping, memasukkan peluit buatan anak itu ke dalam kandang, supaya semua menyangka Luke yang mencuri!"
"Apakah sekarang Pak Tupping akan dipenjarakan"" tanya Bets.
"Pasti!" jawab Fatty.
"Wah - kalau begitu, Luke tak perlu lagi bekerja di bawah dia," kata Bets senang.
"Kocak juga kalau diingat, bahwa dia mendatangi Pak Goon untuk melaporkan bahwa aku dan Bets tadi ketahuan ada di dalam kandang," kata Fatty. "Sekarang bagaimana ya, enaknya."
"Yuk, kita menelepon Inspektur Jenks lagi," kata Pip. "Kurasa kita perlu mengatakan padanya bahwa kita sudah berhasil memecahkan teka-teki ini. Lagipula aku tak mau Pak Goon datang lalu menangkap Bets -"
Bets terpekik ngeri. Fatty cepat-cepat merangkul anak itu, sambil tertawa geli.
"Jangan takut, Bets - takkan ada yang bisa mengapa-apakan dirimu. Kau sama sekali tak melaku-kan kesalahan apa-apa. Kurasa ide Pip tadi baik, menelepon Pak Inspektur."
"Lalu bagaimana dengan anak kunci pintu kandang kucing"" kata Larry. "Apakah tidak perlu dikembalikan ke kantong Nona Harmer""
"Ya! Sekarang saja kita kembalikan," kata Fatty. "Aku tidak melihat alasan kenapa kita tidak bisa langsung mengembalikan padanya. Kita katakan saja, tadi kita pinjam sebentar. Pasti ia akan kaget dan marah! Tapi bagaimanapun, akan ketahuan juga bahwa kita mengambilnya. Jadi lebih baik mengaku saja dari sekarang."
Kelima anak itu pergi lagi ke sebelah, lewat tembok seperti biasanya. Tapi sekali ini Buster diajak. Sesampai di sana mereka mencari-cari Nona Harmer. Tapi gadis itu tidak ada.
"Mungkin sedang dalam gudang," kata Fatty. Mereka pergi ke gudang yang terletak dekat rumah kaca, yang belum mereka periksa tadi. Fatty menjengukkan kepala ke dalam.
"He - rupanya gudang ini tempat Pak Tupping menyimpan barang-barangnya!" katanya. "Lihatlah - itu lars karetnya, dan mantel hujannya."
"Uhh - keras sekali bau terpentin di sini," kata Bets sambil mengendus-endus.
"Ya, betul." kata Fatty, lalu ikut mengendus.
Tiba-tiba ia menarik sesuatu yang terselip dalam kantong mantel hujan yang tergantung. Ternyata selembar sapu tangan yang sudah dekil. Pada sapu tangan itu ada tulisan nama Pak Tupping. Tercium bau terpentin, keras sekali.
"Rupanya sapu tangannya ini yang dipakai untuk menghilangkan cat pada ekor kucing itu dengan terpentin," kata Fatty. "Ini satu tanda bukti lagi. Nanti dulu - kemarin malam kan hujan, sampai tadi pagi - jadi karena itu Pak Tupping memakai mantel hujan serta lars karet. Itu, lihat!"
Teman-temannya semua memandang, dan - pada lars nampak beberapa bercak cat berwarna kuning susu! Rupanya Pak Tupping memakai lars, ketika mencat ekor kucing. Jadi rupanya dialah yang meneteskan cat ke batu yang dikantongi oleh Fatty. Mungkin tercecer dari kuas yang masih basah waktu itu.
"Lars dan sepatu tangan ini perlu kita bawa," kata Fatty dengan lagak serius. "Yuk, Buster! Kita sudah punya beberapa petunjuk penting serta sejumlah tanda
bukti sekarang. Pasti Pak Tupping kaget sekali nanti, kalau mendengar keterangan kita!" Mereka keluar lagi dari gudang, dan berjumpa dengan Luke. Anak itu masih tetap lesu tampangnya.
"Kau akan mengalami kesulitan," katanya pada Fatty. "Pak Tupping sekarang sedang pergi mendatangi Pak Goon untuk diajak ke sini. Katanya ia tadi menemukan dirimu dalam kandang kucing. Katanya pula, mestinya kalianlah yang mencuri .kucing itu. Kurasa ia akan mengatakan bahwa kalian melakukan-nya ketika aku ada di dekat situ. Dan aku tidak mau melaporkannya pada dia, karena hendak melindungi kalian. Aduh - sekarang kalian benar-benar akan mengalami kesulitan besar!"
22 AKHIR KEJADIAN Fatty bergegas pergi, untuk menelepon Inspektur Jenks. Untung dia ada di kantor, sehingga bisa langsung bicara.
"Pak Inspektur," kata Fatty, "kami sudah berhasil menyelidiki teka-teki kucing Siam yang hilan
g. Bisakah Anda datang ke sini, supaya kami melaporkannya pada Anda""
"Yah-" kata Inspektur Jenks, "aku memang sedang berpikir-pikir hendak ke sana, karena baru saja kuterima laporan misterius dari Goon. Katanya kalian ketahuan ketika sedang berada di dalam kandang, dan itu ada hubungan dengan hilangnya Dark Queen. Jadi aku tadi memang bermaksud hendak ke sana."
"Bagus!" kata Fatty senang. "Anda langsung ke tempat Lady Candling"" "Ya, sebaiknya memang begitu," kata Inspektur Jenks. "Jumpai aku di sana kira-kira sejam lagi, ya""
Sehabis menelpon, Fatty bergegas kembali untuk menceritakan kabar itu pada teman-temannya. Mereka dijumpainya sedang marah-marah. Ternyata Pak Goon tadi mendatangi orang tua Pip dan Bets. la mengadukan Bets, katanya anak itu ketahuan masuk ke dalam kandang kucing tanpa ijin. Lalu polisi desa itu pergi ke ibu Fatty, untuk melaporkan bahwa Fatty juga ketahuan masuk ke kandang kucing.
"Ibu marah sekali padaku," kata Bets. Matanya basah karena menangis. "Waktu itu kau tidak ada, Fatty! Jadi aku tidak berani mengatakan apa-apa, karena takut kalau terlanjur mengatakan sesuatu yang sebetulnya belum boleh! Aku diam saja karenanya - dan ibu memarahi habis-habisan."
"Sudahlah, Bets," kata Fatty. "Sebentar lagi Inspektur Jenks akan datang ke sini. Begitu ia mendengar laporan kita, pasti segala-galanya akan dibereskan olehnya. Kita disuruhnya menjumpainya di rumah Lady Candling, kira-kira sejam lagi. Semua tanda bukti harus kita bawa."
Sejam kemudian mereka pun berangkat beramai-ramai ke rumah Lady Candling. Semua petunjuk dan tanda bukti dibawa. Botol terpentin. kaleng cat, sebutir batu yang kena tetesan cat, selembar sapu tangan berbau terpentin, serta sepasang sepatu. lars karet dengan bercak-bercak cat pada permukaannya.
"Satu-satunya petunjuk yang tidak bisa kita bawa serta, cuma bau yang menempel pada ekor kucing," kata Bets. "Padahal itu tanda bukti yang paling penting!"
"Ya - dan kau yang mengendusnya," kata Fatty. "Harus kuakui, kau ini detektif hebat, Bets!"
"Lihatlah - itu kan Pak Goon, yang masuk ke dalam rumah," kata Daisy, "la datang bersama Pak Tupping. Dan itu Luke. Hai, Luke - mau ke mana""
"Aku disuruh membersihkan badan, lalu menghadap ke dalam," kata Luke. Anak itu bukan cuma lesu saja tampangnya sekarang - tapi juga ketakutan.
"Kau takut"" tanya Fatty.
"Ya, aku takut," kata Luke.
"Kau tak perlu takut," kata Fatty. "Nanti kan segala-galanya akan beres. Lihat sajalah! Pokoknya, bergembira sajalah!"
Tapi mana mungkin Luke bisa disuruh bergembira saat itu. la pergi mencuci badan, sementara mobil Pak Inspektur yang hitam mengkilat nampak meluncur masuk ke pekarangan lalu berhenti. Inspektur Jenks keluar, sambil tersenyum pada anak-anak yang menunggu. Dilambainya mereka, supaya mendekat. "Nan - siapa ternyata yang bersalah"" katanya.
"Pak Tupping," kata Fatty sambil nyengir. "Kurasa Anda juga sudah menduga begitu, Pak - walau Anda sama sekali tidak memiliki petunjuk apa pun."
"Aku tidak menyangka Luke pelakunya, dan aku juga memang menduga Pak Tupping pantas kalau dicurigai," kata Inspektur Jenks. "Lagipula ada sesuatu yang kuketahui, sesuatu yang tidak kalian ketahui. Begitu pula. Pak Goon tidak mengetahuinya! Sebelum ini Pak Tupping pernah terlibat dalam perkara pencurian lain. Kalau aku tidak salah, pencurian anjing! Nah, kalian masuk saja dulu, aku menyusul."
Orang-orang sudah berkumpul dalam ruang duduk rumah Lady Candling yang luas. Lady Candling sendiri ada di situ, lalu Nona Harmer dan Bu Trimble. Sebentar-sebentar kaca mata wanita setengah tua itu terjatuh dari batang hidungnya. Kalau melihat gerak-geriknya saat itu, orang pasti akan menyangka dialah pencurinya. la begitu gugup. Tangannya menggigil.
"Duduklah, Anak-anak," kata Lady Candling. Sebelum masuk ke situ, Fatty meletakkan beberapa tanda bukti di luar. Menurut perasaannya, Pak Tupping, tidak boleh sampai melihat sepatu lars karetnya, begitu pula kaleng cat serta botol terpentin. la tidak ingin tukang kebun yang pemarah itu sempat berjaga-jaga. Anak-ariak duduk. Fatty memangku Buster, supaya anjing itu jangan m
engendus-endus pergelangan kaki Pak Goon.
Kemudian Inspektur Jenks masuk dan bersalaman dengan Lady Candling. Dianggukkannya kepala ke arah Pak Goon, sambil melemparkan senyuman ke arah anak-anak.
"Sebaiknya kita duduk saja semua," katanya. Semuanya duduk. Pak Goon yang bersikap penting dan galak, memandang Fatty dan Bets sebentar. Panda-ngannya keras. Nah - anak-anak yang selalu ikut-ikut campur itu kini akan menghadapi kesulitan mahabesar! Pak Tupping tadi melaporkan padanya, kedua anak itu berani mengambil anak kunci lalu masuk ke kandang kucing. Tapi untung ketahuan oleh Pak Tupping!
"Nah, Goon," kata Inspektur Jenks, "tadi pagi aku menerima kabar yang agak misterius darimu - sehingga aku merasa perlu datang kemari. Rupanya persoalannya cukup serius."
"Betul, Pak - memang serius, Pak," kata Pak Goon. Dadanya membusung, karena merasa dirinya penting. "Saya mempunyai alasan, Pak, untuk beranggapan bahwa anak-anak yang selalu iseng ini lebih banyak tahu tentang kucing yang lenyap itu, dari sangkaan kita. Menurut perasaan saya, Pak, mereka kini berada dalam kesulitan besar! Kata peringatan serius dari Anda pasti akan berguna sekali bagi mereka. Sungguh, Pak!"
"Begitu, hm" Kurasa sangat mungkin anak-anak ini jauh lebih banyak tahu tentang misteri itu daripada yang kausangka, Goon," kata Inspektur Jenks. "Kita tanyakan saja pada mereka."
la lantas berpaling, memandang Fatty. "Mungkin kau hendak mengatakan sesuatu, Frede-rick Trotteville"" katanya. Itulah yang sedari tadi
ditunggu-tunggu Fatty. Dadanya membusung, hampir sebangga Pak Goon tadi.
"Saya ingin mengatakan, Pak Inspektur, bahwa kami dan Pasukan Mau Tahu telah berhasil menyelidiki siapa yang mencuri Dark Queen," kata Fatty dengan suara lantang dan jelas. Pak Tupping mendengus, diikuti oleh Pak Goon. Luke sudah ketakutan saja mendengarnya. Bets geli melihat kaca mata Bu Trimble terlepas lagi.
"Teruskan, Frederick," kata Inspektur Jenks. "Saya ingin menjelaskan dengan tepat bagaimana pencurian itu dilakukan, Pak," sambung Fatty, sementara teman-teman memandangnya dengan kagum. Fatty memang hebat-selalu pandai memilih kata-kata! "Kami ingin mendengar keteranganmu itu," kata Pak Inspektur dengan serius. Tapi matanya berkilat jenaka. "Pak Inspektur kan tahu, Dark Queen dua kali dicuri orang," kata Fatty. "Pada kedua kejadian itu Nona Harmer sedang pergi, dan Pak Tupping yang diserahi tugas mengurus kucing. Nah, Pak Inspektur, Dark Queen dicuri bukan pada sore hari - tapi paginya."
Semua nampak tercengang, kecuali anak-anak. Mulut Pak Goon ternganga, sementara matanya yang melotot menatap Fatty dengan heran. "Itu kan ...." katanya, tapi langsung dipotong oleh Inspektur Jenks. "Jangan memotong, Goon," katanya. Dan Pak Goon tidak berani membuka mulut lagi.
"Akan saya ceritakan bagaimana pencurian itu dilakukan," kata Fatty lagi. Anak itu asyik sendiri. "Pagi-pagi si pencuri mengambil Dark Queen dari dalam kandang. Tapi orang itu pintar. Seekor kucing lain dicat sebagian ekornya dengan cat berwarna kuning susu, supaya orang-orang yang tidak begitu mengenal kucing-kucing itu menyangka Dark Queen masih ada di dalam kandang!"
Saat itu terdengar suara-suara kaget bercampur baur. Kaca mata Bu Trimble langsung terjatuh untuk kesekian kalinya.
"Nah." kata Fatty melanjutkan penjelasannya, "dengan begitu semua yang datang untuk melihat kucing-kucing itu pada sore hari menyangka bahwa Dark Queen masih ada di dalam kandang - padahal tidak! Kemudian, pada saat yang tepat, si pencuri menyelinap masuk ke kandang. menghapus cat dari ekor kucing dengan lap yang dibasahi dengan terpentin, lalu berseru mengatakan bahwa Dark Queen hilang! Jadi tentu saja semua lantas menyangka baru sore itu Dark Queen dicuri orang. Padahal hilangnya sudah pagi-pagi."
"Dan karena itu semua lantas menyangka akulah yang mengambil," kata Luke menyela. "Karena cuma aku satu-satunya yang ada di dekat kandang pada sore hari. Tak ada orang lain yang datang."
"Betul," kata Fatty membenarkan. "Itu memang termasuk dalam rencana si pencuri. Kesalahan memang hendak ditimpakan pada dirimu. Karena itulah kau
disuruh bekerja di dekat kandang kucing, dan karena itu pula peluit bikinanmu dimasukkan ke situ."
"Siapa orangnya yang melakukan"" tukas Luke, sementara mukanya nampak merah padam karena marah. "Hih - aku kepingin menghajarnya!"
Pak Inspektur meliriknya. Luke cepat-cepat duduk kembali. la tidak mengatakan apa-apa lagi.
"Dari mana segala hal itu kauketahui"" tanya Pak Goon. Tatapan matanya memancarkan berbagai perasaan. Heran, tak percaya dan sikap mencemooh. "Itu kan cuma karangan konyolmu belaka. Kau harus punya bukti-bukti dulu, sebelum bisa mengatakan hal-hal seperti itu."
"Kami punya bukti-buktinya," kata Fatty dengan sikap menang. la merogoh kantong. "Ini, lihatlah! Botol terpentin. Botol ini disembunyikan dalam sebuah liang kelinci, bersama sekaleng cat berwarna coklat muda yang dipakai untuk mencat ekor kucing, serta sebatang kuas yang sudah tua. Larry - ambil barang-barang yang lain! Tadi kuletakkan di depan pintu."
Sementara itu Fatty mengangkat botol terpentin serta kuas tinggi-tinggi, supaya nampak oleh setiap orang yang ada di situ. Kaca mata Bu Trimble terlepas lagi. Tapi wanita itu begitu gugup, sehingga tak mampu memasangnya kembali ke batang hidung. Dengan matanya yang cadok ia berusaha memandang barang-barang bukti itu. Fatty dipandangnya, seolah-olah sedang memandang detektif paling ulung di dunia. Tapi itu mungkin disebabkan karena penglihatannya yang kurang jelas!
Larry membawa sepatu lars serta kaleng cat ke dalam ruangan, lalu ditaruhnya di depan Fatty. Mata Pak Tupping terpelotot ketika melihat sepatu larsnya di situ.
"Nah - inilah cat yang dipakai," kata Fatty, sambil mengambil kaleng cat. "Buster yang menemukan, dalam liang kelinci tempat kaleng ini disembunyikan. Betul kan, Buster""
"Guk," gonggong Buster. Anjing itu senang, karena diajak bicara.
"Sepatu lars ini dipakai si pencuri, yaitu orang yang membubuhkan warna kuning susu pada ekor kucing," kata Fatty sambil menuding bercak-bercak cat yang belepotan pada permukaan sepatu itu. "Dan ini sapu tangan yang dibasahi dengan terpentin, untuk dipakai membersihkan ekor kucing cepat-cepat ketika orang itu masuk lagi ke dalam kandang. Pada kejadian pertama dengan Pak Goon, dan kedua kalinya bersama Nona Harmer."
"Boleh kulihat sapu tangan itu sebentar"" tanya Pak Inspektur penuh minat. Diambilnya sapu tangan itu, lalu diciumnya. Tercium bau terpentin yang masih cukup keras. Sementara itu Fatty mengeluarkan sebutir batu dari kantongnya - batu yang kena tetesan cat coklat muda. Batu itu diserahkannya pula pada Inspektur Jenks.
"Kami menemukannya dekat kandang, Pak," kata-nya. "Itu salah satu petunjuk yang kami temukan. Petunjuk lainnya, bau yang tercium dalam kandang kucing. Bets yang mengendusnya. Anak ini penyelidik yang hebat."
Muka Bets menjadi merah. karena senang. Pak Inspektur memandangnya dengan wajah berseri-seri. Setelah itu ia memperhatikan sapu tangan sekali lagi.
"Di sini tertulis nama seseorang," katanya. "Kurasa ini nama si pencuri, ya""
Fatty mengangguk. Luke mencondongkan tubuhnya ke depan. "Siapa dia"" tanyanya. "Ayo - katakanlah, siapa dia!"
"Ya, siapa orang itu"" tanya Nona Harmer.
Inspektur memandang berkeliling dengan sikap serius. Pak Tupping nampak pucat pasi tampangnya. Berulang kali ia meneguk ludah. Sikapnya yang kurang ajar dan angkuh lenyap sama sekali. Kini ia takut, jauh lebih takut daripada yang dirasakan oleh Luke selama itu. Para hadirin memalingkan muka satu per satu. Semua menatap Pak Tupping. Dan langsung tahu.
dialah pencuri yang dicari. Hanya Pak Goon yang masih memandang Fatty dengan mata melotot.
"Tupping! Apa katamu mengenai kejadian ini"" tanya Pak Inspektur. Suaranya berubah, kini terdengar tajam mengiris.
"Apa" Tupping"" Pak Goon menoleh dengan cepat ke arah kawannya itu. Suaranya seolah-olah tercekik. Matanya melotot, tapi kini menatap tukang kebun dengan sikap benci dan jijik. "Kau! Menempel-nempel, mencari muka padaku. Mengajak aku datang melihat-lihat ke kandang kucing! Melaporkan yang bukan-bukan, sehingga membuat aku malu sekarang!"
"Bets kan pernah mengatakan pada Anda bahwa kami
menemukan dua petunjuk - berupa bau sesuatu serta batu yang ada bekas cat di atasnya," kata Fatty. "Tapi Anda cuma tertawa saja."
"Kau kemanakan kucing itu, Tupping"" tanya Pak Inspektur, dengan nada masih setajam tadi. "Kau tahu sendiri, tuduhan terhadapmu ini tidak mungkin palsu. Masih ada lagi kejadian-kejadian lain yang pernah kaulakukan dulu, cocok sekali dengan peristiwa ini."
Pak Tupping tahu-tahu berubah sama sekali. Dari seorang laki-laki yang keras, kejam dan pemarah, menjelma menjadi seorang penakut yang menangis mengiba-iba. Tidak enak melihat keadaannya saat itu.
"Orang sok galak biasanya memang penakut," bisik Fatty pada Larry. "Sekarang bisa kaulihat, kayak apa sebetulnya orang itu!"
"Kau takut," tukas Luke pada Pak Tupping dengan sikap sangat menghina, "lebih takut daripada yang pernah kurasakan selama ini. Biar tahu rasa kau sekarang!"
Begitu pula perasaan orang-orang yang ada di situ Tiba-tiba Pak Tupping membuka mulut, mengakui segala kesalahannya. Ya, memang dia yang mencuri Dark Queen. Dia berutang uang pada seseorang, dan karenanya lantas timbul pikirannya untuk mencuri Dark Queen. Akan dikatakannya di mana kucing itu sekarang, supaya bisa diambil kembali oleh polisi. Kesalahan hendak ditimpakannya pada Luke. Memang dia yang mencat ekor kucing yang satu lagi, lalu dipakainya terpentin untuk menghapuskannya dengan cepat. Dua kali ia melakukannya, karena pertama kalinya kucing itu berhasil membebaskan diri lalu kembali ke tempat Lady Candling. Ia menyesal sekarang. Ia tak mau berbuat begitu lagi. Ia sudah jera!
"Sudah pasti kau takkan bisa melakukannya, setidak-tidaknya selama waktu agak lama," kata Inspektur Jenks dengan keras. "Kau akan diamankan di suatu tempat - dan kurasa takkan ada orang yang akan merasa kasihan padamu. Goon, bawa dia pergi!"
Pak Goon mencengkeram bahu Pak Tupping, lalu menariknya supaya bangun. Sambil berbuat begitu ditatapnya tahanannya itu dengan jijik.
"Ayo ikut!" katanya galak. Saat itu Inspektur Jenks menyapa Pak Goon lagi dengan suara dingin.
"Kau kelihatan payah dalam kejadian ini, Goon." katanya. "Nampaknya kau justru memusuhi mereka yang benar, sedang pencurinya kaujadikan kawan. Mudah-mudahan lain kali kau mau lebih berhati-hati. Bagaimana, Goon""
"Eh - tentu saja, Pak! Siap, Pak!" kata Pak Goon yang malang. Kelihatannya ia sangat menyesal. "Saya sudah berbuat sebisa saya, Pak."
"Yah, untung saja anak-anak ini lebih berhasil daripada usahamu yang sebisa-bisamu itu, Goon," kata Pak Inspektur lagi. "Kurasa kita perlu berterima kasih pada mereka, untuk jasa memecahkan teka-teki misteri kucing yang hilang ini. Pendapatmu kan begitu juga, Goon""
"O ya, Pak," kata Pak Goon, dengan tampang ungu karena menahan perasaan. "Mereka anak-anak yang pintar, Pak. Senang rasanya kenal dengan mereka, Pak!"
"Ah - untunglah apabila kau sependapat dengan aku," kata Pak Inspektur dengan nada agak lebih ramah. "Sekarang, bawa orang itu pergi!"
Pak Goon menggiring pencuri itu ke luar, sementara anak-anak menghembuskan napas lega. "Ah, pergi juga akhirnya," desah Daisy. "Mudah-mudahan tidak pernah kembali lagi."
"Yang jelas, dia takkan kembali ke sini," kata Lady Candling, yang selama itu mengikuti pembicaraan sambil tercengang. "Sedang mengenai Luke yang malang, aku ikut sedih membayangkan nasibnya selama ini sebagai akibat perbuatan Tupping yang jahat itu."
"Sudahlah, Nyonya," kata Luke dengan tampang berseri-seri. Dengan segera dilupakannya kemarahan-nya tadi pada Pak Tupping, begitu mendengar suara Lady Candling yang ramah. "Jika Anda mau tetap memakai tenagaku, aku berjanji akan bekerja keras sampai Anda memperoleh tukang kebun yang baru. Dan aku takkan pernah bisa melupakan anak-anak yang cerdik. ini! Aku tidak bisa mengerti cara mereka menyelesaikan teka-teki yang membingungkan ini."
"Sebenarnya Bets yang membawa kami pada jejak yang tepat," kata Fatty. "Bets memang hebat!"
"Ah - kita kan melakukannya bersama-sama," kata Bets. "Dan Buster juga. Yah, senang rasanya bahwa kini segala-galanya beres kembali. Kurasa Anda tentunya akan memperoleh kucing Anda kembali, Lady
Cand-ling"" "Biar kami yang mengurusnya," kata Inspektur Jenks sambil bangkit. "Yah, aku harus pergi lagi sekarang. Tapi sebelumnya ingin kukatakan sekali lagi, aku senang sekali mendapat bantuan Pasukan Mau Tahu - dan seekor Anjing! Tentu kalian bersedia membantuku lagi lain kali. Setuju""
"Ya!" seru Pasukan Mau Tahu serempak, lalu pergi ke luar bersama Inspektur Jenks. "Kami akan memberi tahu Anda, apabila ada lagi misteri yang harus dipecahkan!"
Misteri lagi" Ya - rasanya pasti mereka akan menghadapi teka-teki baru, yang perlu diselidiki. Tapi itu cerita lain!
TAMAT tamat Pendekar Pengejar Nyawa 17 Sepasang Pedang Iblis Karya Kho Ping Hoo Mutasi The Mutation 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama