Ceritasilat Novel Online

Pangeran Berdarah Campuran 6

Harry Potter Dan Pangeran Berdarah Campuran Karya J.k. Rowling Bagian 6


Hermione meluncur turun dari meja. Lingkaran kecil burung-burung keemasan terus berkicau mengitari kepalanya, sehingga dia tampak seperti model tata surya yang ajaib dan berbulu.
"Jangan biarkan Lavender menunggu di luar," katanya pelan. "Dia akan bertanya-tanya kau ke mana."
Hermione berjalan sangat perlahan dan tegak ke arah pintu. Harry mengerling Ron, yang tampak lega tak ada hal lebih buruk yang terjadi.
"Oppugno!" terdengar teriakan dari pintu.
Harry berputar dan melihat Hermione mengacungkan tongkat sihirnya ke arah Ron, ekspresinya liar.
Kerumunan kecil burung itu meluncur seperti peluru-peluru keemasan gemuk ke arah Ron, yang menjerit dan menutupi wajah dengan tangannya, namun burung-burung itu menyerangnya, mematuki dan mencakar-cakar tiap jengkal daging yang bisa mereka raih.
"Singkirkan burung-burung ini!" teriak Ron, namun dengan pandangan terakhir yang penuh dendam kesumat membara, Hermione membuka pintu dan menghilang. Harry merasa mendengar isakan sebelum pintu terbanting menutup.
15. SUMPAH TAK TERLANGGAR
Salju beterbangan berputar-putar menerpa lagi jendela-jendela sedingin es. Sebentar lagi Natal. Hagrid seorang diri membawa dua belas pohon Natal untuk Aula Besar. Untaian holi dan perada kertas emas dan perak telah dililitkan ke sekeliling pegangan tangga, lilin abadi berpendar dari dalam ketopong baju-baju zirah dan rangkaian besar mistletoe telah digantungkan pada jarak-jarak tertentu sepanjang kori dor-koridor. Anak-anak perempuan cenderung berkeru mun ramai-ramai di bawah rangkaian mistletoe itu setiap kali Harry lewat, menyebabkan kemacetan di koridor-koridor. Untungnya, sering keluyuran di malam hari bisa melewati rute-rute bebas-misletoe untuk pindah kelas di antara pelajaran.
Ron, yang dulu pasti menganggap perlunya mencari jalan memutar ini penyebab kecemburuan bukannya kelucuan, sekarang hanya terbahak menertawakan Harry. Meskipun Harry lebih menyukai Ron baru, yang mudah tertawa dan begurau, daripada Ron yang pemurung dan agresif seperti yang berlangsung selama beberapa minggu terakhir, Ron yang lebih baik ini harus dibayar mahal. Yang pertama, Harry harus
menerima kehadiran terus-menerus Lavender Brown, yang menganggap setiap saat yang tidak digunakannya untuk mencium Ron adalah saat yang tersia-sia; dan yang kedua, sekali lagi Harry menjadi sahabat dua orang yang tampaknya tak akan pernah saling bicara lagi.
Ron, yang pada tangan dan lengannya masih tampak bekas-bekas cakaran dan patukan serangan burung Hermione, bersikap defensif dan marah.
"Dia tak bisa mengeluh," katanya kepada Harry "Dia mencium Krum. Nah, sekarang dia tahu ada orang yang ingin menciumku juga. Ini kan negara bebas. Aku tidak melakukan sesuatu yang salah."
Harry tidak menjawab, melainkan berpura-pura sibuk membaca buku yang ditugaskan untuk mereka baca sebelum pelajaran Mantra keesokan harinya (Saripati: Sebuah Pencarian). Bertekad ingin tetap berteman dengan baik Ron maupun Hermione, Harry melewatkan banyak waktunya dengan menutup mulut rapat-rapat.
"Aku tak pernah berjanji apa-apa kepada Hermione," gumam Ron. "Maksudku, iya sih aku akan pergi ke pesta Natal Slughorn dengannya, tapi dia tak pernah bilang ... hanya sebagai teman ... aku cowok bebas ... "
Harry membalik halaman Saripati, sadar bahwa Ron mengawasinya. Suara. Ron berubah menjadi gumam pelan, nyaris tak terdengar tertimpa retih keras api, meskipun Harry merasa dia mendengar kata-kata "Krum" dan "tak bisa mengeluh" lagi.
Daftar pelajaran Hermione penuh sekali sehingga Harry hanya bisa benar-benar bicara dengannya pada malam hari, ketika Ron berpelukan erat dengan Lavender sehingga dia tidak memperhatikan apa yang dilakuka
n Harry. Hermione menolak duduk di ruang rekreasi kalau Ron ada di sana, maka
Harry biasanya bergabung dengannya di perpustakaan, yang berarti percakapan mereka dilakukan dengan berbisik.
"Dia bebas mau mencium siapa saja yang dia mau," kata Hermione, sementara petugas perpustakaan, Madam Pince, berpatroli menyusur rak-rak di belakang mereka. "Aku tak
peduli." Hermione mengangkat pena-bulunya dan memberi titik pada huruf "i"-nya dengan sangat geram sampai perkamennya berlubang. Harry diam saja. Dia membatin suaranya sebentar lagi mungkin hilang, saking jarangnya digunakan. Dia membungkuk sedikit lebih rendah di atas Pembuatan-Ramuan Tingkat Lanjut dan melanjutkan membuat catatan tentang Eliksir Abadi, kadang-kadang berhenti untuk membaca catatan bermanfaat yang ditambahkan Pangeran pada teks Libatius Borage.
"Dan ngomong-ngomong," Kata Hermione, setelah beberapa saat, "kau perlu berhati-hati."
"Untuk terakhir kalinya," kata Harry, dalam bisikan agak parau setelah tiga per empat jam diam, "aku tidak akan mengembalikan buku ini, aku belajar lebih banyak dari Pangeran Berdarah-Campuran daripada yang telah diajarkan Snape ataupun Slughorn dalam-"
"Aku tidak bicara soal Pangeran-mu yang konyol," kata Hermione, memandang sebal buku Harry, seakan buku itu telah berbuat tidak sopan kepadanya. "Aku bicara tentang apa yang kualami tadi. Aku ke toilet anak perempuan sebelum , ke sini dan ada kira-kira setengah lusin cewek di sana, termasuk si Romilda Vane, sedang merundingkan bagaimana caranya memberimu ramuan cinta. Mereka semua berharap akan bisa membuatmu mengajak mereka ke pesta Slughorn dan mereka semua kelihatannya sudah membeli ramuan cinta Fred dan George, yang aku khawatir kemungkinan manjur"
"Kenapa kau tidak menyitanya, kalau begitu"" tuntut Harry. Aneh, Hermione yang biasanya keranjingan menegakkan peraturan, justru tidak bertindak pada saat yang penting begini.
"Mereka tidak membawa ramuan itu ke toilet," kata Hermione mencela. "Mereka hanya merundingkan taktik. Karena aku ragu apakah bahkan si Pangeran Berdarah-Campuran," kembali dia memandang sebal buku itu, "bisa menciptakan penangkal untuk selusin ramuan cinta sekaligus, mendingan kau mengajak siapa deh, untuk pergi bersamamu -- itu akan menghentikan yang lain mengira mereka masih punya kesempatan. Pestanya besok malam, mereka sudah
nekat tuh." "Tak ada yang ingin kundang" gumam Harry, yang masih berusaha sebisanya tidak memikirkan Ginny, kendati Ginny terus-menerus muncul dalam mimpinya dalam cara-cara yang membuatnya sangat bersyukur Ron tidak menguasai Legilimency.
"Yah, kalau begitu hati-hati saja apa yang kau minum, karena Romilda Vane tampaknya sangat serius," kata Hermione muram.
Dia menyentakkan gulungan panjang perkamen yang sedang dipakainya untuk menulis esai Arithmancy-nya dan meneruskan menulis dengan penabulunya. Harry mengawasinya dengan pikiran melayang jauh.
"Tunggu dulu" kata Harry lambat-lambat. "Bukankah Filch sudah melarang segala sesuatu yang dibeli di Sihir Sakti Weasley""
"Dan sejak kapan ada anak yang mematuhi larangan Filch"" kilah Hermione, masih berkonsentrasi pada esainya.
"Tapi bukankah semua burung hantu diperiksa" Jadi, bagaimana cewek-cewek ini bisa membawa ramuan cinta ke dalam sekolah""
"Fred dan George mengirimnya disamarkan sebagai parfum atau obat batuk," kata Hermione. "Ini bagian dari Layanan Pesanan Burung Hantu mereka."
"Kau tahu banyak tentang itu."
Hermione memberinya pandangan sebal seperti yang telah diberikannya kepada buku Pembuatan-Ramuan Tingkat Lanjut-nya.
"Keterangannya ada di belakang botol-botol yang mereka tunjukkan kepada Ginny dan aku musirn panas lalu," katanya dingin. "Aku tidak memasukkan ramuan ke dalam minuman orang-orang ataupun berpura-pura melakukannya, hal yang sama buruknya ."
"Yeah, yang itu sudahlah," kata Harry cepat-cepat.
"Persoalannya adalah, Filch diperdayai, kan" Cewek-cewek ini memasukkan barang-barang ke sekolah dengan disamarkan menjadi barang lain! Jadi, kenapa Malfoy tidak bisa memasukkan kalung itu ke dalam sekolah""
"Oh, Harry ... jangan itu lagi ..."
"Ayolah, kenapa tidak"" tuntut
Harry. "Dengar," desah Hermione. "Sensor Rahasia mendeteksi jampi-jampi, kutukan, dan mantra penyembunyi, kan" Sensor itu digunakan untuk menemukan Sihir Hitam dan benda-benda ilmu Hitam. Sensor itu akan menangkap kutukan hebat, seperti yang ada pada kalung itu, dalam waktu beberapa detik. Tetapi sesuatu yang dimasukkan dalam botol yang lain tak akan terdeteksi -- lagi pula, ramuan cinta bukan benda Ilmu Hitam dan tidak berbahaya"
"Gampang bagimu ngomong begitu," gumam Harry, teringat Romilda Vane.
"jadi, tergantung pada Filch untuk menyadari bahwa itu bukan obat batuk, dan dia penyihir yang tidak terlalu cakap, aku ragu dia bisa membedakan satu ramuan dari-"
Hermione mendadak berhenti. Harry juga mendengarnya. Ada yang bergerak dekat di belakang mereka di antara rak-rak buku yang gelap. Mereka menunggu dan sejenak kemudian wajah Madam Pince yang mirip burung nasar muncul dari sudut. Pipinya yang cekung, kulitnya yang seperti perkamen, dan hidung bengkoknya yang panjang bertambah seram terkena cahaya lampu yang dibawanya.
"Perpustakaan sekarang tutup," katanya. "Jangan lupa kembalikan apa pun yang telah kalian pinjam ke tempatnya yang ben -- apa yang telah kau lakukan ke buku itu, anak
bejat"" "Ini bukan buku perpustakaan, ini buku saya!" kata Harry buru-buru, menyambar buku Pembuatan-Ramuan Tingkat Lanjut-nya dari meja selagi Madam Pince menyergap buku itu dengan tangannya yang seperti cakar.
"Hancur!" desisnya. "Ternoda! Rusak!"
"Ini cuma buku yang ditulisi!" kata Harry, merebut buku itu dari pegangan Madam Pince.
Madam Pince tampak seperti orang yang akan mendapat serangan jantung. Hermione, yang buru-buru membereskan barang-barangnya, menyambar lengan Harry dan menyeretnya pergi.
"Dia akan melarangmu ke perpus kalau kau tidak berhati-hati. Kenapa sih kau membawa-bawa buku konyol itu""
"Bukan salahku dia marah-marah, Hermione. Atau kau pikir dia mepdengar kau membodoh-bodohkan Filch" Dari dulu aku menduga ada sesuatu di antara mereka ... "
"Oh, ha, ha ... "
Menikmati fakta bahwa mereka bisa bicara normal lagi, mereka menyusur koridor kosong yang diterangi lampu kembali ke ruang rekreasi, memperdebatkan apakah Filch dan Madam Pince diam-diam saling mencintai atau tidak.
"Kepala keledai," kata Harry kepada si Nyonya Gemuk, karena ini kata kunci yang baru dalam suasana pesta Natal.
"Sama, kau juga," kata si Nyonya Gemuk dengan senyum nakal, dan dia mengayun ke depan agar mereka bisa masuk.
"Hai, Harry!" kata Romilda Vane, begitu Harry memanjat masuk dari lubang lukisan. "Mau Gillywater""
Hermione menoleh, memberinya pandangan "apa kubilang
tadi". "Tidak, terima kasih," kata Harry cepat-cepat. "Aku tidak terlalu suka."
"Kalau begitu, ambil ini;" kata Romilda, mengangsurkan sebuah kotak ke tangannya. "Cokelat Kuali, isinya Wiski Api. Nenekku yang kirim, tapi aku tidak suka."
"Oh baiklah terima kasih banyak," kata Harry, yang tak tahu harus berkata apa lagi. "Er aku cuma ke sini dengan ..."
Dia bergegas ke belakang Hermione, suaranya melemah.
"Sudah kubilang, kan"" kata Hermione ringkas. "Lebih cepat ada yang kau ajak, lebih cepat mereka tidak menggerecokimu lagi dan kau bisa-"
Wajah Hermione tiba-tiba hampa. Dia baru saja melihat Ron dan Lavender, yang duduk berpelukan erat dalam satu kursi berlengan.
"Nah, selamat tidur, Harry," kata Hermione, meskipun saat itu baru pukul tujuh malam, dan dia pergi ke kamar anak-anak perempuan tanpa berkata apa-apa lagi.
Harry pergi tidur menghibur diri bahwa hanya tinggal satu hari lagi dia bergulat dengan pelajaran, plus pesta Slughorn, setelah itu dia dan Ron akan berangkat bersama-sama ke The Burrow. Sekarang tampaknya tak mungkin Ron dan Hermione akan berbaikan sebelum liburan mulai, tetapi barangkali, entah bagaimana, perpisahan ini akan memberi mereka waktu untuk menenangkan diri, memikirkan dengan lebih baik sikap mereka ...
Namun harapannya tidak terlalu tinggi, dan harapan itu malah merosot setelah ikut pelajaran Transfigurasi dalam suasana tak nyaman dengan mereka berdua hari berikutnya. Mereka baru saja membahas topik yang bukan main sulitnya tentang transfigurasi manusia,
berlatih di depan cermin. Mereka ditugasi mengubah warna alis mereka sendiri. Hermione menertawakan usaha pertama Ron tanpa kasihan. Ron entah bagaimana malah berhasil membuat wajahnya berhias kumis baplang yang spektakuler. Ron membalas dengan sadis, menirukan dengan persis Hermione yang melompat-lompat di tempat duduknya setiap kali Profesor McGonagall mengajukan pertanyaan, yang dianggap sangat lucu oleh Lavender dan Parvati dan yang membuat Hermione nyaris menangis lagi. Dia berlari keluar kelas begitu bel berbunyi, meninggalkan separo barang-barangnya. Harry memutuskan saat itu Hermione lebih membutuhkannya daripada Ron. Dia mengambil barang-barang Hermione yang ketinggalan dan mengikutinya.
Dia akhirnya berhasil menemukannya, ketika Hermione keluar dari toilet perempuan di lantai bawah. Hermione ditemani Luna Lovegood, yang membelai-belai punggungnya sambil melamun.
"Oh, halo, Harry," kata Luna. "Apakah kau tahu salah satu alismu berwarna kuning cerah""
"Hai, Luna. Hermione, barang-barangmu ketinggalan ... "
Harry mengulurkan buku-bukunya.
"Oh, ya," kata Hermione dengan suara tersekat, mengambil buku-bukunya dan cepat-cepat berpaling untuk menyembunyikan fakta bahwa dia mengusap matanya dengan tempat pensilnya. "Terima kasih, Harry. Sebaiknya aku pergi
" Dan dia bergegas pergi, tanpa memberi Harry kesempatan untuk menyampaikan kata-kata penghiburan, meskipun terus terang Harry tak bisa memikirkan mau bicara apa.
"Dia agak sedih," kata Luna. "Tadinya kupikir si Myrtle Merana di dalam situ, tapi ternyata Hermione. Dia ngomong sesuatu tentang si Ron Weasley ... "
"Yeah, mereka bertengkar," kata Harry.
"Ron kadang-kadang ngomong sangat lucu, ya"" kata Luna, ketika mereka menyusuri koridor bersamasama. "Tapi dia bisa agak kejam. Aku perhatikan itu tahun lalu."
"Kurasa begitu," kata Harry. Luna memperlihatkan kemampuannya yang khas untuk mengatakan fakta yang membuat salah tingkah. Harry belum pernah bertemu orang lain seperti Luna. "Nah, semester ini menyenangkan bagimu""
"Oh, cukup oke" kata Luna. "Agak kesepian tanpa LD. Tapi Ginny baik. Dia menghentikan dua cowok di kelas Transfigurasi kami memanggilku 'Loony' kemarin dulu"
"Maukah kau datang di pesta Slughorn denganku malam
ini"" Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Harry sebelum dia bisa mencegahnya. Harry mendengar dirinya mengatakan itu seolah orang asing yang bicara.
Luna memandangnya keheranan dengan matanya yang menonjol.
"Pesta Slughorn" Denganmu""
"Yeah," kata Harry. "Kami boleh mengajak teman, jadi kupikir kau mau ... maksudku ..." Harry ingin intensinya jelas sejelas-jelasnya. "Maksudku, hanya sebagai teman, kau tahu, kan" Tapi kalau kau tak mau ... "
Dia sudah setengah berharap Luna tak mau.
"Oh, mau. Aku akan senang sekali pergi denganmu sebagai teman" kata Luna, sangat berseri-seri. Belum pernah Harry melihatnya berseri-seri seperti itu. "Tak pernah ada yang mengajakku ke pesta sebelumnya, sebagai teman! Itukah sebabnya kau mengecat alismu, Untuk pesta" Apakah sebaiknya aku mengecat alisku juga""
"Tidak" kata Harry tegas, "ini kekeliruan, aku akan meminta tolong Hermione membetulkannya. Jadi, kita bertemu di Aula Depan jam delapan, kalau begitu."
"AHA!" jerit suara dari atas dan keduanya terlonjak kaget. Tanpa mereka sadari, mereka baru saja lewat di bawah Peeves, yang bergantung terbalik dari kandelar dan menyeringai jahat kepada mereka.
"Potty mengajak Loony ke pesta! Potty cinta Loony! Potty ciiiiinta Looooooony!"
Dan Peeves melayang pergi, terkekeh dan berteriak-teriak, "Potty cinta Loony!"
"Tak ada yang bisa dirahasiakan di sini," kata Harry.
Dan benar saja, dalam sekejap seluruh sekolah tampaknya tahu bahwa Harry Potter mengajak Luna Lovegood ke pesta Slughorn.
"Kau bisa mengajak siapa saja!" kata Ron tak percaya waktu mereka makan malam. "Siapa saja! Dan kau memilih Loony Lovegood""
"Jangan memanggilnya begitu, Ron," bentak Ginny, berhenti di belakang Harry dalam perjalanannya bergabung
dengan teman-temannya. "Aku benar-benar senang kau mengajaknya, Harry, dia gembira sekali."
Dan Ginny pergi duduk dengan Dean. Harry berusaha merasa
gembira Ginny senang dia mengajak Luna ke pesta, namun tak berhasil. Di ujung meja Hermione duduk sendirian, mengaduk-aduk kuah kaldunya. Harry memperhatikan Ron mencuri-curi pandang ke arahnya.
"Kau bisa bilang maaf," Harry menyarankan terus terang.
"Apa" Dan diserang serombongan kenari lagi"" gumam Ron.
"Kenapa kau harus menirukan dia""
"Dia menertawakan kumisku!"
"Aku juga, itu hal paling konyol yang pernah kulihat."
Namun Ron tampaknya tidak mendengar. Lavender baru saja tiba dengan Parvati. Mendesakkan diri di antara Harry dan Ron, Lavender langsung mengalungkan lengan ke leher Ron.
"Hai, Harry," kata Parvati, yang seperti Harry, tampaknya agak malu dan bosan melihat kelakuan kedua teman mereka.
"Hai," kata Harry. "Apa kabar" Kau tetap di Hogwarts kalau begitu" Kudengar orangtuamu ingin kau pulang."
"Aku berhasil membujuk mereka untuk sementara ini" kata Parvati. "Musibah yang menimpa Katie betul-betul membuat mereka panik, tetapi karena tak ada kejadian lain lagi setelah ... oh, hai, Hermione!"
Parvati tersenyum ramah. Harry menduga dia merasa bersalah meriertawakan Hermione di kelas Transfigurasi. Dia menoleh dan melihat Hermione membalas tersenyum, bahkan lebih ramah lagi. Cewek-cewek memang kadang sangat aneh.
"Hai, Parvati!" kata Hermione, sama sekali tidak memedulikan Ron dan Lavender. "Kau ke pesta Slughorn malam ini""
"Tidak diundang," kata Parvati muram. "Kepingin sih, kedengarannya pestanya bakal seru ... kau pergi, kan""
"Ya, aku janjian dengan Cormac jam delapan dan kami"
Ada suara seperti sumbat wastafel yang dicabut dan Ron muncul. Hermione bersikap seolah dia tidak melihat atau mendengar apa-apa.
"-kami akan ke pesta bersama-sama."
"Cormac"" kata Parvati. "Cormac McLaggen, maksudmu""
"Betul," kata Hermione manis. "Cowok yang hampir, dia memberi tekanan khusus pada kata itu, "menjadi Keeper Gryffindor."
"Kau jadian dengannya, kalau begitu"" tanya Parvati, matanya terbelalak.
"Oh-ya-kau tidak tahu"" kata Hermione, dengan kikik yang sama sekali tidak-seperti-Hermione.
"Tidak!" kata Parvati, yang sangat bergairah mendengar gosip seru ini. "Wow, kau suka pemain Quidditch, ya" Dulu Krum, sekarang McLaggen ... "
"Aku suka pemain Quidditch yang benar-benar hebat,"
Hermione mengoreksinya, masih tersenyum. "Nah, sampai ketemu lagi ... aku harus bersiap-siap untuk pesta ..."
Hermione pergi. Segera saja Lavender dan Parvati saling mendekatkan kepala untuk membicarakan perkembangan baru ini, dengan segala sesuatu yang pernah mereka dengar tentang McLaggen, dan segala sesuatu yang pernah mereka tebak-tebak tentang Hermione. Ron anehnya tampak hampa dan tidak berkata apa-apa. Tinggal Harry sendiri yang
merenungkan dalam diam betapa jauhnya cewek bersedia merendah demi balas dendam.
Ketika Harry tiba di Aula Depan pada pukul delapan malam itu, tidak seperti biasanya, ada banyak sekali cewek berkerumun di sana, semuanya tampak memandangnya dengan sebal ketika dia mendekati Luna. Luna memakai jubah perak berkelip-kelip yang memancing kikik dari para penontonnya, namun lepas dari itu dia tampak manis. Bagaimanapun juga Harry senang dia melepas anting-anting wortelnya, kalung gabus Butterbeer, dan kacamata hantunya.
"Hai" sapanya. "Kita pergi sekarang""
"Oh, ya," kata Luna senang. "Di mana pestanya"" Kantor Slughorn," kata Harry, mengajaknya menaiki tangga pualam, menjauhi segala tatapan dan bisik-bisik. "Apakah kau mendengar, katanya ada vampir yang akan datang""
"Rufus Scrimgeour"" tanya Luna.
"Aku-apa"" kata Harry, bingung. "Maksudmu Menteri Sihir""
"Ya, dia kan vampir," kata Luna tanpa berbelit-belit. "Ayah menulis artikel panjang tentang itu ketika Scrimgeour baru menggantikan Cornelius Fudge, tapi dia dilarang menerbitkannya oleh orang Kementerian. Jelas mereka tak ingin kebenaran ini bocor!"
Harry, yang berpendapat sangatlah tidak mungkin Rufus Scrimgeour adalah vampir, namun terbiasa mendengar Luna mengulangi pandangan-pandangan ayahnya yang ajaib seolah semua itu fakta, tidak menanggapi. Mereka sudah hampir tiba di kantor Slughorn dan semakin dekat, suara tawa, musik, dan obrolan semakin keras terdengar.
Entah apakah memang demikian, ataukah karena dia memakai trik sihir, kantor Slughorn tampak lebih besar daripada kantor guru yang biasanya. Langit-langit dan dinding-dindingnya didekorasi dengan hiasan gantung hijauzamrud, merah, dan emas, sehingga kesannya mereka berada di dalam tenda yang sangat luas. Ruangan itu padat dan pengap dan bermandi cahaya merah yang dipancarkan oleh lampu emas berhias yang tergantung di tengah langit-langit. Di dalam lampu itu peri-peri sungguhan mengepakkan sayap, masing-masing merupakan bola cahaya cemerlang. Nyanyian keras diiringi musik yang kedengarannya mandolin terdengar dari sudut yang jauh; kepulan asap pipa menggantung di atas beberapa penyihir berusia lanjut yang sedang asyik mengobrol, dan sejumlah peri-rumah berjalan menyelip-nyelip dengan bising di antara hutan lutut, tersembunyi oleh piringpiring perak berat berisi makanan yang mereka bawa, sehingga mereka tampak seperti meja berjalan.
"Harry, anakku!" dentum Slughorn, segera setelah Harry dan Luna menyeruak masuk. "Masuk, masuk, banyak orang yang aku ingin kautemui!"
Slughorn memakai topi beludru berjambul yang serasi dengan jasnya. Mencengkeram lengan Harry kuat-kuat seolah akan ber-Disapparate dengannya, Slughorn dengan sengaja membawanya ke tengah pesta. Harry menyambar tangan Luna dan menyeretnya ikut.
"Harry, aku ingin kau bertemu Eldred Worple, mantan muridku, pengarang buku Saudara Sedarah: Hidupku di Tengah Para Vampir-dan, tentu slaja, temannya Sanguini." Nama yang cocok untuk vampir, karena kata Latin "sanguinis" berarti "darah".
Worple, seorang laki-laki kecil, berkacamata, menyambar tangan Harry dan menjabatnya dengan antusias. Si vampir Sanguini, yang jangkung dan kurus kerempeng dengan lingkaran hitam di bawah matanya, hanya mengangguk. Dia tampak agak bosan. Sekelompok gadis berdiri di dekatnya, tampak ingin tahu dan bergairah.
"Harry Potter, aku senang sekali!" kata Worple, memandang wajah Harry dengan matanya yang minus. "Aku
baru berkata kepada Profesor Slughorn kemarin dulu, Mana biografi Harry Potter yang sudah ditunggu-tunggu kita semua""
"Er," kata Harry, "begitukah""
"Sungguh rendah hati seperti dikatakan Horace!" kata Worple. "Tapi serius nih-" sikapnya berubah, mendadak menjadi seperti sedang bertransaksi, "aku senang sekali kalau bisa menulisnya orang-orang ingin sekali tahu tentang, kau, Nak, ingin sekali! Jika kau bersedia memberiku beberapa kali wawancara, katakanlah setiap kali pertemuan empat atau lima jam, nah, kita bisa menyelesaikan bukunya dalam hitungan bulan. Dan kau sama sekali tak perlu bersusah payah, kupastikan itu tanyalah Sanguini ini kalau itu tidak Sanguini, tetap di sini!" Worple menambahkan, mendadak galak, karena si vampir sudah bergeser mendekati kelompok gadis-gadis yang ada di dekat situ, ada pancaran agak kelaparan di matanya.
"Ini, makan pai saja," kata Worple, menyambar sebuah pai dari peri-rumah yang lewat dan menjejalkannya ke tangan Sanguini sebelum kembali mencurahkan perhatiannya ke Harry.
"Nak, emas yang bisa kau hasilkan, tak bisa kaubayangkan"
"Saya sama sekali tidak tertarik," kata Harry tegas, "dan saya baru saja melihat teman saya, maaf."
Dia menyeret Luna mengikutinya ke dalam kerumunan, dia memang baru saja melihat rambut cokelat panjang menghilang di antara dua orang yang kelihatannya anggota Weird Sisters.
"Hermione! Hermione!"
"Harry! Untung kau datang! Hai, Luna!"
"Kau kenapa"" tanya Harry, karena Hermione kentara sekali berantakan, sepertinya dia baru berhasil meloloskan diri dari belitan Jerat Setan.
"Oh, aku baru kabur -- maksudku, aku baru meninggalkan Cormac," katanya. "Di bawah mistletoe," dia menambahkan keterangan, ketika Harry terus menatapnya dengan pandang bertanya.
"Rasain kau, pergi dengannya sih," tegur Harry keras.
"Kupikir dia yang akan membuat Ron paling sakit hati," kata Hermione datar. "Aku sempat mau mengajak Zacharias Smith, tapi kupikir, secara keseluruhan"
"Kau mempertimbangkan Smith"" kata Harry, muak.
"Ya, dan aku menyesal tidak memilihnya. Grawp saja lebih sopan daripada McLaggen. Yuk kita ke sana, kita akan bisa melihat kalau dia
datang, dia jangkung sekali ... "
Mereka bertiga menuju ke sisi lain ruangan, mengambil piala berisi mead sembari berjalan, terlambat menyadari bahwa Profesor Trelawney berdiri di sana sendirian.
"Halo," Luna menyapa sopan Profesor Trelawney., "Selamat malam, Nak," kata Profesor Trelawney, sedikit kesulitan memandang Luna dengan jelas. Harry bisa membaui sherry lagi. "Aku tidak melihatmu di kelasku belakangan ini ... "
"Tidak, saya mendapat Firenze tahun ini;" kata Luna.
"Oh, tentu saja," kata Profesor Trelawney dengan kekeh marah dan mabuk. "Atau si kuda beban, aku lebih suka menganggapnya begitu. Pastinya kalian mengira sekarang setelah aku kembali ke sekolah, Profesor Dumbledore akan menyingkirkan kuda itu, kan" Tapi tidak ... kami berbagi kelas ... ini penghinaan, betul-betul penghinaan. Tahukah kau ... "
Profesor Trelawney tampaknya terlalu mabuk untuk mengenali Harry. Selagi dia gencar mengritik Firenze, Harry
mendekat ke Hermione dan berkata, "Ada yang perlu kita luruskan. Apakah kau berencana memberitahu Ron bahwa kau campur tangan dalam uji coba Keeper""
Hermione mengangkat alisnya.
"Apakah kau mengira aku akan serendah itu""
Harry menatapnya tajam. "Hermione, kalau kau bisa mengajak McLaggen-"
"Itu beda," kata Hermione gengsi. "Aku tak punya rencana memberitahu Ron apa yang mungkin terjadi, atau tidak terjadi, pada saat uji coba Keeper."
"Bagus," kata Harry sungguh-sungguh. "Karena dia akan terpukul dan hancur lagi dan kita akan kalah dalam pertandingan berikutnya"
"Quidditch!" kata Hermione berang. "Cuma itukah yang dipedulikan cowok" Cormac tidak mengajukan satu pertanyaan pun mengenai diriku, tidak, aku disuguhi Seratus Tangkapan Hebat oleh Cormac McLaggen non-stop, dari-oh tidak, dia datang!"
Hermione bergerak cepat sekali sehingga sepertinya dia ber-Disapparate. Satu saat dia masih di sana, dan saat berikutnya dia menyelinap di antara dua penyihir wanita yang sedang terbahak-bahak dan menghilang.
"Lihat Hermione"" tanya McLaggen, menyeruak di
antara kerumunan tamu sekejap kemudian.
"Tidak, sori," kata Harry, dan dia cepat-cepat berpaling untuk ikut mengobrol bersama Luna, selama sepersekian detik lupa kepada siapa Luna sedang bicara.
"Harry Potter!" kata Profesor Trelawney dengan suara dalam bergetar, baru saat itu menyadari ada Harry.
"Oh, halo," kata Harry tidak antusias.
"Anakku!" katanya dalam bisikan yang bisa terdengar ke mana-mana. "Desas-desus yang beredar! Macam-macam cerita! Sang Terpilih! Tentu saja, aku sudah lama sekali tahu ... pertanda-pertandanya tidak pernah bagus, Harry ... tapi kenapa kau tidak ikut , Ramalan lagi" Untukmu, terutama, pelajaran ini sangatlah penting!"
"Ah, Sybill, kami semua menganggap pelajaran kitalah yang paling penting!" kata suara keras, dan Slughorn muncul di sisi lain Profesor Trelawney, wajahnya merah padam, topi beludrunya agak miring, segelas mead di satu tangan dan sepotong besar pai daging di tangan yang lain. "Tapi menurutku belum pernah aku mendapat murid seberbakat dia di kelas Ramuan!" kata Slughorn, memandang Harry dengan sayang, kendatipun matanya merah. "Instingtif, kau tahu seperti ibunya! Aku hanya pernah mengajar sedikit murid saja yang punya kemampuan seperti kuberitahu kau, Sybill-betul, bahkan Severus"
Dan betapa ngerinya Harry, Slughorn menjulurkan tangan dan seolah menyambar Snape dari udara kosong ke arah mereka.
"Berhenti bersungut-sungut dan bergabunglah dengan kami, Severus!" Slughorn cegukan dengan senang. "Aku baru saja membicarakan kemampuan luar biasa Harry dalam membuat ramuan! Sebagian pujian harus diberikan kepadamu, tentu, kau mengajarnya selama lima tahun!"
Terperangkap, dengan lengan Slughorn melingkari bahunya, Snape menunduk memandang Harry melalui hidungnya yang bengkok, mata hitamnya menyipit.
"Aneh, aku tak pernah mendapat kesan aku berhasil mengajar Potter apa pun."
"Wah, kalau begitu, itu bakat alam!" seru Slughorn. "Coba kalau kau melihat apa yang diberikannya kepadaku, pelajaran pertama, Tegukan Hidup Bagai Mati -- belum pernah ada
murid yang menghasilkan ramuan yang lebih baik pada percobaan pertama. Bahkan kau pun ku
rasa tidak, Severus"
"Betulkah"" kata Snape pelan, matanya masih mengebor mata Harry, yang merasa gelisah. Hal terakhir yang diinginkannya adalah Snape mulai menginvestigasi sumber kecemerlangannya dalam pelajaran Ramuan.
"Ingatkan aku pelajaran apa lagi yang kauambil, Harry"" tanya Slughorn.
"Pertahanan terhadap Ilmu Hitam, Mantra, Transfigurasi, Herbologi ... "
"Semua pelajaran yang menjadi persyaratan untuk menjadi Auror, singkatnya," kata Snape dengan cemooh samar.
"Yeah, saya memang ingin menjadi Auror," kata Harry menantang.
"Dan kau akan jadi Auror yang hebat!" dentum lughorn.
"Kurasa sebaiknya kau jangan jadi Auror, Harry" kata Luna tanpa terduga. Semua orang memandang Luna. "Auror adalah bagian dari Konspirasi Rotfang, kupikir semua orang tahu itu. Mereka bekerja dari alam untuk menjatuhkan Kementerian Sihir, mengunakan kombinasi Ilmu Hitam dan penyakit gusi."
Harry tak sengaja menghirup separo mead-nya ke hidung ketika dia mulai tertawa. Bukan main, betul-betul layak mengajak Luna hanya untuk ini. Muncul dari balik pialanya, basah kuyup, namun masih nyegir, dia melihat sesuatu yang menaikkan semangatnya lebih tinggi lagi: Draco Malfoy diseret pada telinganya oleh Argus Filch.
"Profesor Slughorn," desis Filch, rahangnya bergetar dan kilat maniak deteksi pelanggaran di matanya yang menonjol, "saya menemukan anak ini bersembunyi di koridor di atas. Dia ngotot katanya diundang ke pesta Anda dan terlambat datang. Apakah Anda mengirim undangan kepadanya""
Malfoy menarik diri lepas dari pegangan Filch, tampangnya murka.
"Baiklah, aku tidak diundang!" katanya marah. "Aku mencoba nyelonong masuk, senang""
"Tidak, aku tidak senang!" kata Filch, pernyataan yang betul-betul berkebalikan dengan kegembiraan pada wajahnya. "Kau dalam kesulitan! Bukankah Kepala Sekolah melarang berkeliaran di malam hari, kecuali kau mendapat izin, eh""
"Sudahlah, Argus, tak apa-apa," kata Slughorn, melambaikan tangan. "Ini Hari Natal, dan ingin datang ke pesta bukanlah kejahatan. Hanya untuk sekali ini, kita akan melupakan hukuman, kau boleh tinggal, Draco."
Ekspresi kecewa dan marah Filch sudah bisa diduga, namun kenapa, Harry bertanya dalam hati, mengawasinya, Malfoy tampak hampir sama tak senangnya" Dan kenapa Snape memandang Malfoy seperti marah dan sekaligus ... mungkinkah ini" ... agak takut"
Namun hampir sebelum Harry sempat mencerna apa yang dilihatnya, Filch sudah berbalik dan berjalan pergi dengan kaki terseret, mengomel pelan; Malfoy sudah memasang senyum pada wajahnya dan berterima kasih kepada Slughorn atas kebaikannya, dan wajah Snape sudah mulus tak dapat ditebak lagi.
"Tak masalah, tak masalah," kata Slughorn, melambai menolak ucapan terima kasih Malfoy. "Aku toh memang kenal kakekmu ... "
"Beliau selalu memuji-muji Anda, Sir," kata Malfoy cepat-cepat. "Katanya Anda ahli-ramuan paling hebat yang pernah dikenalnya ... "
Harry menatap tajam Malfoy. Bukan caranya menjilat yang membuatnya tertarik; dia sudah lama melihat Malfoy melakukan itu kepada Snape. Yang menggugah minatnya
adalah fakta bahwa Malfoy benar-benar tampak agak sakit ini pertama kalinya dia melihat Malfoy dari dekat setelah waktu yang lama, sekarang dilihatnya ada lingkaran-lingkaran hitam di bawah mata Malfoy dan kulitnya kentara sekali pucat agak kelabu.
"Aku mau bicara denganmu, Draco," kata Snape tiba-tiba.
"Oh, sudahlah, Severus," kata Slughorn, cegukan lagi, "ini Hari Natal, jangan terlalu keras"
"Aku kepala asramanya, dan aku yang akan menentukan sekeras apa, atau tidak perlu keras terhadapnya;" kata Snape kaku. "Ikut aku, Draco."
Mereka pergi, Snape di depan, Malfoy tampak kesal. Harry berdiri di sana selama beberapa saat, ragu-ragu, kemudian berkata, "Aku akan kembali sebentar lagi, Luna -er- toilet."
"Baiklah," kata Luna ceria, dan ketika Harry bergegas menyeruak di antara kerumunan tamu, didengarnya Luna melanjutkan topik Konspirasi Rotfang dengan Profesor Trelawney, yang tampaknya benar-benar tertarik.
Begitu keluar dari pesta, mudah bagi Harry untuk mengeluarkan Jubah Gaib dari sakunya dan mengerudungkannya di atas tubuhnya, karena koridor kosong. Ya
ng lebih sulit adalah menemukan Snape dan Malfoy. Harry berlari sepanjang koridor, bunyi langkah kakinya tersamar oleh musik dan obrolan keras yang masih terdengar dari kantor Slughorn di belakangnya. Barangkali Snape membawa Malfoy ke kantornya di bawah tanah ... atau barangkali dia mengantarnya kembali ke ruang rekreasi Slytherin ... namun Harry menempelkan telinganya dari pintu ke pintu ketika dia berlari sepanjang koridor sampai dengan sentakan kegembiraan besar, dia berjongkok di depan lubang kunci kelas terakhir di koridor itu dan mendengar suara-suara.
"... berbahaya sekali membuat kesalahan, Draco, karena kalau kau sampai dikeluarkan-"
"Saya tak ada hubungannya dengan itu, oke""
"Kuharap kau mengatakan yang sebenarnya, karena itu sungguh konyol dan bodoh. Kau malah sudah dicurigai berperan dalam peristiwa itu."
"Siapa yang mencurigai saya"" kata Malfoy marah. "Untuk terakhir kalinya, saya tidak melakukannya, oke" Si Katie Bell itu pastilah punya musuh yang tak diketahui orang lain jangan memandang saya seperti itu! Saya tahu apa yang Anda lakukan, saya tidak bodoh, tapi percuma saja -- saya bisa menghentikan Anda!"
Hening sejenak, kemudian Snape berkata pelan, "Ah ... Bibi Bellatrix sudah mengajarimu Ocdumency, rupanya. Pikiran-pikiran apa yang kau coba sembunyikan dari tuanmu, Draco""
"Saya tidak berusaha menyembunyikan apa pun dari dia, saya hanya tak ingin Anda mengganggu!"
Harry lebih merapatkan telinganya ke lubang kunci ... apa yang telah terjadi yang membuat Malfoy berbicara seperti itu kepada Snape" Padahal selama ini Malfoy selalu menunjukkan rasa hormat, bahkan suka, terhadap Snape!
"Jadi, itukah sebabnya kau menghindariku semester ini" Kau takut aku akan ikut campur" Kau tentunya sadar bahwa, kalau orang lain yang tidak datang ke kantorku setelah beberapa kali kusuruh, Draco-"
"Kalau begitu beri saya detensi. Laporkan saya kepada Dumbledore!" cemooh Malfoy.
Hening lagi. Kemudian Snape berkata, "Kau tahu betul aku tak ingin melakukan kedua hal itu."
"Kalau begitu jangan menyuruh saya datang ke kantor
Anda lagi!" "Dengarkan aku," kata Snape, suaranya pelan sekali sekarang, sehingga Harry harus menekankan telinganya rapatrapat ke lubang kunci agar bisa mendengarnya. "Aku berusaha membantumu. Aku bersumpah kepada ibumu akan melindungimu. Aku membuat sumpah Tak-Terlanggar, Draco-"
"Kelihatannya Anda harus melanggarnya, kalau begitu karena saya tak memerlukan perlindungan Anda! Ini pekerjaan saya, dia memberikannya kepada saya dan saya sedang melakukannya. Saya sudah punya rencana dan rencana itu akan berhasil, hanya saja memerlukan waktu lebih lama daripada yang saya kira!"
"Apakah rencanamu""
"Bukan urusan Anda!"
"Kalau kauberitahu aku apa yang sedang kau coba lakukan, aku bisa membantumu"
"Saya sudah mendapatkan semua bantuan yang saya butuhkan, terima kasih, saya tidak sendirian!"
"Kau jelas sendirian malam ini, dan ini tindakan yang bodoh bukan kepalang, berkeliaran di koridor tanpa ada yang membantu mengawasi ataupun pendukung. Ini kesalahan mendasar"
"Crabbe dan Goyle akan bersama saya jika Anda tidk mendetensi mereka!"
"Pelankan suaramu!" bentak pelan Snape, karena suara Malfoy sudah meninggi marah. "Kalau temanmu Crabbe dan Goyle ingin lulus OWL Pertahanan terhadap Ilmu Hitam mereka kali ini, mereka perlu bekerja lebih keras daripada yang mereka lakukan seka-"
"Apa gunanya"" kata Malfoy. "Pertahanan terhadap Ilmu Hitam ini cuma lelucon, kan, cuma akting" Memangnya ada di antara kita yang perlu perlindungan terhadap Ilmu Hitam"
"Itu bukan akting, itu hal penting untuk sukses, Draco!" kata Snape. "Di mana kau pikir aku akan berada selama
bertahun-tahun ini, jika aku tak bisa berakting" Sekarang dengarkan aku! Kau ceroboh, berkeliaran di malam hari, membiarkan dirimu tertangkap, dan jika kau mengandalkan bantuan dari asisten seperti Crabbe dan Goyle-"
"Bukan hanya mereka berdua, saya punya orang lain yang membantu saya, orang-orang yang lebih baik!"
"Kalau begitu kenapa tidak memercayaiku, dan aku akan
bisa" "Saya tahu apa yang Anda inginkan! Anda ingin mencuri kejayaan saya!"
Hening lagi, kemudia n Snape berkata dingin, "Kau bicara seperti anak kecil. Aku cukup mengerti bahwa penangkapan dan penahanan ayahmu telah membuatmu guncang, tetapi-"
Harry cuma punya waktu sedetik; dia mendengar langkah-langkah Malfoy di balik pintu dan melompat menyingkir tepat ketika pintu menjeblak terbuka.
Malfoy melangkah sepanjang koridor, melewati pintu kantor Slughorn yang terbuka, membelok di tikungan yang jauh dan menghilang dari pandangan.
Nyaris tak berani bernapas, Harry tetap berjongkok ketika Snape keluar perlahan dari ruang kelas itu. Dengan ekspresi tak bisa diduga, Snape kembali ke pesta. Harry tetap tinggal di tempatnya, tersembunyi di bawah Jubah, pikirannya sibuk bekerja.
16. NATAL YANG SANGAT DINGIN
"Jadi Snape menawarkan diri mau membantunya" Dia benar-benar menawarkan diri mau membantunya""
"Kalau kau tanyakan itu sekali lagi," kata Harry, "kujejalkan taoge ini-"


Harry Potter Dan Pangeran Berdarah Campuran Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku cuma ngecek!" kata Ron. Mereka berdiri hanya berdua di depan tempat cuci piring di dapur The Burrow, menguliti segunung taoge untuk Mrs Weasley. Salju beterbangan melewati jendela di depan mereka.
"Ya, Snape menawarkan diri mau membantunya!" kata
Harry. "Dia bilang dia sudah berjanji kepada ibu Malfoy akan
melindunginya, bahwa dia sudah melakukan Janji Tak-Terlanggar atau apa-"
"Sumpah Tak-Terlanggar"" kata Ron, terperangah. "Ah, mana mungkin ... kau yakin""
"Ya, aku yakin," kata Harry. "Kenapa, apa maksudnya itu""
"Yah, kau tak bisa melanggar Sumpah Tak-Terlanggar ... "
"Yee, itu sih sudah kutebak sendiri. Heran ya, aku bisa tahu. Apa yang terjadi kalau kau melanggarnya""
"Kau mati" kata Ron sederhana. "Fred dan George mencoba menyuruhku melakukan Sumpah Tak-Terlanggar waktu aku berumur lima tahun. Aku nyaris melakukannya, aku sudah berpegangan tangan dengan Fred, sudah siap, ketika Dad menemukan kami. Dia marah sekali," kata Ron, matanya berkilat teringat saat itu. "Itu sekali-sekalinya aku pernah melihat Dad semarah Mum. Kata Fred pantat kirinya tak pernah sama lagi sejak saat itu."
"Yeah, nah, kita lupakan pantat kiri Fredw-" "Maaf"" terdengar suara Fred ketika si kembar memasuki dapur.
"Aaah, George, lihat ini. Mereka menggunakan pisau dan segala macam. Hebat sekali."
"Aku akan tujuh belas tahun dua bulan lagi lebih sedikit," kata Ron menggerutu, "dan kemudian aku akan bisa melakukannya dengan sihir!"
"Tetapi sementara itu," kata George, duduk di depan meja dan meletakkan kaki di atasnya, "kami bisa menikmati menonton kau mendemonstrasikan whuups keahlianmu."
"Gara-gara kau nih!" kata Ron berang, mengisap ibu jarinya yang teriris. "Tunggu saja, kalau aku sudah tujuh belas tahun"
"Aku yakin kau akan memesona kami semua dengan kemampuan sihir yang sampai sekarang tak terduga" Fred menguap.
"Dan ngomong-ngomong soal kemampuan yang sampai sekarang tak terduga, Ronald," kata George, "berita apa ini yang kami dengar dari Ginny tentang kau dan seorang gadis bernama kalau informasi kami tidak keliru Lavender Brown""
Wajah Ron merona merah, tetapi dia tidak tampak tidak senang ketika kembali menghadapi taogenya.
"Urus saja urusanmu sendiri."
"Judes betul jawabannya," kata Fred. "Aku sih sebenarnya tidak tahu bagaimana pendapatmu tentang kemampuanmu itu. Tidak, yang kami ingin tahu adalah ... bagaimana terjadinya""
"Apa maksudmu""
"Apa cewek itu kecelakaan atau kenapa""
"Apa"" "Yah, bagaimana dia bisa menderita kerusakan otak yang begitu parah" Eh, hati-hati!"
Mrs Weasley memasuki dapur tepat pada saat Ron
melempar pisau taoge kepada Fred, yang mengubahnya
menjadi pesawat kertas dengan sentilan malasmalasan pada tongkat sihirnya.
"Ron!" tegur ibunya gusar. "Jangan sampai aku pernah melihatmu melempar-lempar pisau lagi!"
"Tidak," kata Ron, "Mum tak akan lihat" dia menambahkan pelan, seraya berbalik menghadapi gunungan taoge lagi.
"Fred, George, sori, Nak, tapi Remus datang malam ini, jadi Bill terpaksa tidur bersama kalian berdua!"
"Tak masalah," kata George.
"Lalu, karena Charlie tidak pulang, berarti tinggal Harry dan Ron di loteng, dan jika Fleur tidur bersama Ginny"
"ini akan jadi pesta Natal menyenangkan bagi Ginny" gumam Fred.
"semua orang akan ny
aman. Yah, paling tidak mereka punya tempat tidur" kata Mrs Weasley, kedengarannya sedikit cemas.
"Percy sudah jelas tidak setor mukanya yang jelek, kalau begitu"" tanya Fred.
Mrs Weasley memalingkan muka dari mereka sebelum menjawab.
"Tidak, dia sibuk, kukira, di Kementerian."
"Atau dia cowok paling bego di seluruh dunia," kata Fred, ketika Mrs Weasley meninggalkan dapur. "Salah satu dari dua itu. Nah, yuk kita berangkat, George."
"Kalian berdua mau ngapain"" tanya Ron. "Tidak bisakah kalian membantu kami mengupas taoge ini" Kalian tinggal menggunakan tongkat sihir kalian, dan kami akan bebas
juga!" "Tidak, kurasa kami tak boleh begitu," kata Fred berlagak serius. "Belajar mengupas taoge tanpa menggunakan sihir sangat membentuk karakter, membuat kalian menghargai betapa sulitnya bagi para Muggle dan Squib"
"dan jika kau ingin orang membantumu, Ron," George menambahkan, melempar pesawat kertas kepadanya, "jangan
"Mereka tidak mendengarnya," kata Harry datar.
"Tak ada aktor yang sepiawai itu, bahkan Snape pun tidak."
"Yeah ... aku sih cuma bilang saja," kata Ron.
Harry berpaling menghadap Ron, mengernyit.
melempar pisau ke orang itu. Ini cuma sedikit nasihat. Kami mau ke desa, ada cewek cantik banget bekerja di toko kertas, yang menganggap permainan kartuku luar biasa ... hampir seperti sihir betulan ..."
"Brengsek" sungut Ron sebal, mengawasi Fred dan George menyeberangi halaman bersalju. "Mereka paling cuma perlu sepuluh detik dan kemudian kita juga bisa pergi."
"Aku tak bisa," kata Harry. "Aku sudah berjanji pada Dumbledore tidak akan pergi-pergi selama tinggal di sini."
"Oh, yeah," kata Ron. Dia mengupas beberapa taoge lagi dan kemudian berkata, "Apakah kau akan memberitahu Dumbledore apa yang kau dengar dikatakan Snape dan Malfoy""
"Yep," kata Harry. "Aku akan memberitahu siapa saja yang bisa menghentikan itu dan Dumbledore paling atas dalam daftarku. Aku mungkin akan bicara lagi dengan ayahmu juga."
"Sayang kau tidak mendengar apa yang sebetulnya sedang dikerjakan Malfoy."
"Tak mungkin, kan" Justru itulah masalahnya, dia menolak memberitahu Snape."
Sunyi sejenak, kemudian Ron berkata, "Tentunya kau tahu apa yang akan mereka semua katakan" Dad dan Dumbledore dan yang lain" Mereka akan bilang Snape tidak betul-betul mau membantu Malfoy, dia cuma berusaha mencari tahu apa yang sedang dilakukan Malfoy."
"Kau berpendapat aku benar, tapi""
"Yeah!" kata Ron buru-buru. "Serius, aku berpendapat kau benar! Tapi mereka semua yakin Snape berpihak pada Orde,
kan"" Harry tidak berkata apa-apa. Sudah terpikir olehnya bahwa ini akan menjadi keberatan paling utama bagi bukti barunya. Sekarang saja bisa didengarnya Hermione berkata.
"Sudah jelas, kan, Harry, dia berpura-pura menawarkan bantuan supaya Malfoy teperdaya dan bersedia memberitahunya apa yang sedang dilakukannya ...
Namun, ini sepenuhnya hanya imajinasi, karena dia tak punya kesempatan memberitahu Hermione apa yang didengarnya. Hermione sudah menghilang dari pesta Slughorn sebelum Harry kembali ke sana, atau begitulah yang diinformasikan kepadanya oleh McLaggen yang marah, dan Hermione sudah pergi tidur ketika Harry kembali ke ruang rekreasi. Ketika dia dan Ron akan berangkat ke The Burrow keesokan harinya, dia hanya sempat mengucapkan Selamat Natal kepadanya dan memberitahunya bahwa dia punya berita sangat penting sepulang mereka dari liburan. Namun dia tidak sepenuhnya yakin Hermione mendengarnya; Ron dan Lavender sedang saling mengucapkan selamat tinggal non-verbal tepat di belakang Harry waktu itu.
Meskipun demikian, bahkan Hermione tak akan bisa menyangkal satu hal. Malfoy jelas sedang melakukan sesuatu, dan Snape tahu itu, maka Harry merasa berhak mengatakan "Sudah kubilang, kan", yang sudah diucapkannya kepada Ron beberapa kali.
Harry tidak mendapat kesempatan bicara kepada Mr Weasley, yang setiap hari lembur di Kementerian, sampai Malam Natal. Keluarga Weasley dan tamutamu mereka duduk di ruang keluarga, yang sudah didekorasi Ginny secara berlebihan, sehingga rasanya seperti duduk di antara ledakan
untaian kertas-hias. Hanya Fred, George, Harry, dan Ron yang tah
u bahwa malaikat di puncak pohon Natal itu sebetulnya jembalang kebun yang telah menggigit pergelangan kaki Fred ketika dia sedang mencabuti wortel untuk santapan Natal. Dikenai Mantra Bius, dicat emas, dan dijejalkan dalam tutu mini, dengan sayap kecil direkatkan pada punggungnya, dia mendelik marah kepada mereka semua, malaikat paling jelek yang pernah dilihat Harry, dengan kepala besar botak seperti kentang dan kaki agak berbulu.
Mereka semua sedang mendengarkan siaran khusus Natal oleh penyanyi favorit Mrs Weasley, Celestina Warbeck, yang suaranya mendayu-dayu dari radio kayu besar. Fleur, yang tampaknya menganggap Celestina sangat membosankan, bicara keras sekali di sudut sehingga Mrs Weasley yang jengkel berkali-kali mengacungkan tongkat sihirnya ke tombol volume, sehingga Celestina makin lama makin keras. Selagi Celestina mendendangkan lagu berirama jazz, Sekuali Penuh Cinta Panas dan Pekat, Fred dan George memulai permainan kartu Exploding Snap dengan Ginny. Ron berulangkali mencuri pandang ke arah Bill dan Fleur, seolah berharap bisa mendapatkan tips. Sementara itu Remus Lupin, yang semakin kurus dan lebih lusuh daripada biasanya, duduk di sebelah perapian, menatap apinya seakan dia tidak bisa mendengar suara Celestina,
"Oh, datanglah kepadaku,
Dan aduklah kualiku ini Akan kurebuskan cinta yang panas dan pekat
Untuk menghangatkanmu malam ini."
"Kami berdansa diiringi lagu ini waktu berusia delapan belas tahun!" kata Mrs Weasley, mengusap mata pada rajutannya. "Kau ingat, Arthur""
"Mph"" kata Mr Weasley, yang kepalanya terangguk-angguk di atas jeruk satsuma yang sedang dikupasnya. "Oh ya ... lagu yang bagus ... "
Dengan susah payah dia duduk sedikit lebih tegak dan berpaling kepada Harry, yang duduk di sebelahnya.
"Sori soal ini," katanya, mengedikkan kepalanya ke arah radio ketika Celestina menyanyikan refrein. "Sebentar lagi selesai."
"Tidak apa-apa," kata Harry, nyengir. "Sibukkah di Kementerian""
"Sangat," kata Mr Weasley. "Aku tak keberatan kalau ada kemajuan, tapi dari tiga penangkapan yang telah kami lakukan dalam dua bulan terakhir ini, aku meragukan bahwa di antara mereka ada yang benarbenar Pelahap Maut tapi jangan bilang siapa-siapa, Harry," dia cepat-cepat menambahkan, kantuknya seperti tiba-tiba saja menghilang.
"Mereka sudah tidak menahan Stan Shunpike, kan"" tanya Harry.
"Sayangnya masih," kata Mr Weasley. "Aku tahu Dumbledore sudah mencoba bicara langsung dengan Scrimgeour tentang Stan ... Maksudku, siapa saja yang telah benar-benar mewawancarainya setuju tak mungkin dia Pelahap Maut, sama tak mungkinnya dengan satsuma ini ... tapi orang-orang di atas ingin mereka tampak sudah membuat kemajuan, dan 'tiga penangkapan' kedengarannya jauh lebih baik daripada 'tiga penangkapan' yang keliru dan pelepasan kembali ... tapi sekali lagi, semua ini top secret ... "
"Saya tak akan bilang siapa-siapa," kata Harry. Dia ragu-ragu sejenak, bertanya dalam hati bagaimana sebaiknya memulai apa yang ingin disampaikannya. Selagi dia menyusun pikirannya, Celestina Warbeck mulai menyenandungkan balada berjudul Kaucuri Hatiku dengan Mantra.
"Mr Weasley, Anda ingat apa yang saya sampaikan kepada Anda di stasiun ketika kami akan berangkat ke sekolah""
"Aku sudah mengeceknya, Harry," kata Mr Weasley segera. "Aku ke rumah Malfoy dan menggeledahnya. Tak ada apa-apa, baik yang rusak maupun yang utuh, yang seharusnya tak ada di sana."
"Yeah, saya tahu, saya melihat di Prophet bahwa Anda memeriksa ... tapi ini lain ... yah, ini lebih ..."
Dan dia menyampaikan kepada Mr Weasley segalanya yang telah dia dengar, di antara Malfoy dan Snape. Ketika Harry bicara, dia melihat kepala Lupin sedikit menoleh ke arahnya, menyerap setiap kata. Setelah Harry selesai, suasana hening, yang terdengar hanyalah ratapan Celestina.
"Oh, hatiku yang malang, ke mana perginya" Dia meninggalkanku karena mantra ... "
"Pernahkah terpikir olehmu, Harry," kata Mr Weasley, "bahwa Snape hanya berpura-pura"
"Berpura-pura mau membantu, sehingga dia bisa tahu apa yang dikerjakan Malfoy"" kata Harry cepatcepat. "Yeah, saya sudah menduga Anda akan berkata begit
u. Tapi bagaimana kita bisa tahu""
"Bukan urusan kita untuk tahu," kata Lupin tanpa diduga. Dia sudah memunggungi api sekarang, dan menghadap ke Harry di seberang Mr Weasley. "Itu urusan Dumbledore. Dumbledore memercayai Severus, dan itu seharusnya sudah cukup untuk kita semua."
"Tapi," kata Harry, "misalnya saja -- misalnya saja Dumbledore keliru tentang Snape-- "
"Banyak orang berkata begitu, acap kali. Persoalannya adalah, kau memercayai keputusan Dumbledore atau tidak. Aku memercayainya; karena itu aku memercayai Severus."
"Tapi Dumbledore bisa saja keliru," bantah Harry. "Dia sendiri bilang begitu. Dan kau-"
Dia memandang tajam Lupin.
"apakah kau sejujurnya menyukai Snape""
"Aku bukannya tidak suka ataupun suka kepada Severus," kata Lupin. "Benar, Harry, aku mengatakan yang sebenarnya, dia menambahkan ketika ekspresi Harry menunjukkan keraguan. "Kami tak akan pernah menjadi sahabat, barangkali; setelah apa yang terjadi di antara James dan Sirius dan Severus, ada banyak sakit hati di sana. Tapi aku tidak melupakan bahwa selama setahun aku mengajar di Hogwarts, Severus membuatkanku Ramuan Kutukan-Serigala setiap bulan, membuatnya dengan sempurna, sehingga aku tak perlu menderita seperti biasanya pada waktu bulan purnama."
"Tapi dia 'tak sengaja' kelepasan omong bahwa kau manusia serigala, jadi kau terpaksa pergi!" kata Harry berang.
Lupin mengangkat bahu. "Kabar itu toh pasti akan bocor. Kita berdua tahu dia menginginkan pekerjaanku, tapi dia bisa membuatku celaka lebih parah dengan memasukkan sesuatu pada Ramuan-nya. Dia menjagaku tetap sehat. Aku seharusnya berterima kasih."
"Mungkin dia tidak berani main-main dengan Ramuan-nya karena Dumbledore mengawasinya!" kata Harry.
"Kau bertekad mau membencinya, Harry," kata Lupin dengan senyum samar. "Dan aku paham; dengan James sebagai ayahmu, dengan Sirius sebagai walimu, kau sudah mewarisi prasangka lama. Silakan saja menceritakan kepada Dumbledore apa yang telah kau ceritakan kepada Arthur dan aku, tapi jangan mengharap dia terkejut mendengar ceritamu. Barangkali malah Severus menginterogasi Draco atas perintah Dumbledore."
"... dan kini setelah kau cabik-cabik hatiku kumohon kembalikanlah dia kepadaku!"
Celestina mengakhiri lagunya dengan nada panjang melengking, disambut aplaus meriah dari radio. Mrs Weasley dengan antusias ikut bertepuk tangan.
"Sudah selesai"" kata Fleur keras. "Syukurlah, lagu-lagunya par-"
"Bagaimana kalau kita minum sebelum tidur"" tanya Mr Weasley keras-keras, seraya melompat bangun. "Siapa yang mau egg-nog"" Egg-nog adalah minuman mirip milkshake yang terbuat dari campuran susu, telur, gula, plus sedikit brendi, dan secara tradisi diminum saat Natal.
"Apa yang kau lakukan akhir-akhir ini"" Harry menanyai Lupin, ketika Mr Weasley pergi mengambil eggnog dan yang lain menggeliat dan mulai mengobrol.
"Oh, aku bekerja di bawah tanah," kata Lupin. "Nyaris harfiah. Itulah sebabnya aku tak bisa menulis, Harry mengirim surat kepadamu sama saja dengan membuka rahasia."
"Apa maksudmu""
"Aku hidup di tengah kawan-kawanku, sesamaku" kata Lupin. "Manusia serigala," dia menambahkan, melihat Harry tampak tak paham. "Hampir semua di antara mereka berpihak kepada Voldemort. Dumbledore menginginkan mata-mata dan inilah aku ... siap pakai."
Lupin kedengarannya agak getir, dan barangkali menyadarinya, karena dia tersenyum lebih hangat ketika meneruskan, "Aku tidak mengeluh; ini pekerjaan yang perlu dilakukan dan siapa yang bisa melakukannya lebih baik daripadaku" Meskipun demikian, sulit untuk mendapatkan kepercayaan mereka. Aku memiliki tanda-tanda jelas sudah pernah berusaha hidup di antara para penyihir, soalnya, sementara mereka menghindari masyarakat normal dan hidup
sulit, mencuri-dan kadang-kadang membunuh untuk bisa makan."
"Bagaimana mereka bisa menyukai Voldemort""
"Mereka menganggap bahwa, di bawah pemerintahan Voldemort, mereka akan memiliki kehidupan yang lebih baik," kata Lupin. "Dan sulit dibantah dengan Greyback di luar sana
ll "Siapakah Greyback"" Nama Greyback berarti "punggung
kelabu". "Kau belum pernah mendengar tentang dia"" tangan Lupin terk
epal mengejang di pangkuannya. "Fenrir Greyback barangkali adalah manusia serigala paling buas yang hidup saat ini. Dia menganggap menggigit dan mengontaminasi sebanyak mungkin orang sebagai misi hidupnya; dia ingin menciptakan cukup manusia serigala untuk menguasai penyihir. Voldemort telah menjanjikan akan memberinya mangsa sebagai imbalan atas pelayanannya. Greyback mengkhususkan diri pada anak-anak ... gigitlah selagi mereka muda, katanya, dan besarkan mereka jauh dari orang tua mereka, besarkan mereka untuk membenci para penyihir yang normal. Voldemort telah mengancam akan melepas Greyback kepada anak orang-orang. Ancaman yang biasanya membuahkan hasil yang baik."
Lupin diam sesaat dan kemudian berkata, "Greybacklah yang menggigitku."
"Apa"" kata Harry, kaget. "Waktu-waktu kau masih kecil, maksudmu""
"Ya. Ayahku telah membuatnya marah. Aku tidak tahu, sampai lama sekali, identitas manusia serigala yang menyerangku. Aku bahkan kasihan kepadanya, mengira dia tak bisa mengontrol diri, karena waktu itu aku sudah tahu bagaimana rasanya bertransformasi. Tetapi Greyback tidak seperti itu. Pada waktu bulan purnama dia memposisikan diri
dekat dengan korbannya, memastikan bahwa dia cukup dekat untuk menyerang. Semuanya direncanakannya. Dan inilah orang yang digunakan Voldemort untuk menyatukan kekuatan para manusia serigala. Aku tak bisa berpurapura bahwa argumenku, yang sebetulnya masuk akal, memperoleh kemajuan melawan kampanye Greyback yang bertubi-tubi bahwa kami para manusia serigala layak memperoleh darah, bahwa kami harus membalas dendam kepada orang-orang yang normal."
"Tapi kau normal!" kata Harry tegas. "Kau cuma punya-punya masalah-"
Lupin meledak tertawa. "Kadang-kadang kau sangat mengingatkanku akan James. Dia menyebut itu 'masalah bulu kecil'-ku kalau ada orang lain. Banyak orang mengira aku punya kelinci yang sangat nakal."
Dia menerima segelas egg-nog dari Mr Weasley sambil mengucapkan terima kasih, tampak sedikit lebih riang. Harry, sementara itu, merasa dialiri kegairahan: ayahnya yang disebut-sebut membuatnya teringat bahwa ada sesuatu yang ingin sekali ditanyakannya kepada Lupin.
"Pernahkah kau mendengar ada orang yang dijuluki pangeran Berdarah-Campuran""
"Apa yang Berdarah-Campuran""
"Pangeran," kata Harry, mengawasinya dengan tajam untuk mencari tanda-tanda pengenalan.
"Tak ada pangeran sihir, kata Lupin, sekarang tersenyum. "Apakah ini gelar yang akan kau pakai" Kupikir menjadi 'Sang Terpilih' sudah cukup."
"Tak ada hubungannya denganku!" kata Harry jengkel. Pangeran Berdarah-Campuran adalah orang yang dulunya bersekolah di Hogwarts. Buku Ramuan-nya sekarang ada
padaku. Dia menulis macam-macam mantra di buku itu, mantra-mantra ciptaannya. Salah satunya adalah Levicorpus-"
"Oh, mantra itu populer sekali waktu aku di Hogwarts," kata Lupin mengenang. "Ada beberapa bulan di tahun kelimaku ketika kau tak bisa bergerak karena digantung terbalik di udara pada pergelangan kakimu."
"Ayahku menggunakannya," kata Harry. "Aku melihatnya di Pensieve, dia menggunakannya terhadap Snape."
Harry berusaha terdengar biasa, seolah ini sekadar komentar yang tak punya makna penting, namun dia tak yakin dia berhasil mendapatkan efek yang benar; senyum Lupin agak terlalu penuh pengertian.
"Ya," katanya, "tapi dia bukan satu-satunya. Seperti yang kukatakan, mantra itu sangat populer ... kau tahu sendiri bagaimana mantra-mantra ini datang dan pergi ... "
"Tapi kedengarannya mantra itu diciptakan ketika kau di Hogwarts," Harry bertahan.
"Tidak harus begitu," kata Lupin. "Mantra dan kutukan menjadi mode dan ketinggalan mode seperti semua hal lain." Dia menatap wajah Harry dan kemudian berkata tenang, "James berdarah murni, Harry, dan kupastikan, dia tak pernah meminta kami memanggilnya 'Pangeran'."
Menanggalkan kepura-puraan, Harry berkata, "Dan itu bukan Sirius" Atau kau sendiri"" "Pasti bukan."
"Oh." Harry menatap api. "Aku cuma mengira -- yah, dia telah banyak membantuku di kelas Ramuan, si Pangeran itu."
"Sudah berapa tuanya buku ini, Harry""
"Entahlah, aku tak pernah mengeceknya."
"Nah, barangkali itu bisa memberimu petunj
uk kapan kira-kira si Pangeran berada di Hogwarts," kata Lupin.
Tak lama setelah itu, Fleur memutuskan untuk menirukan Celestina menyanyikan Sekuali Penuh Cinta yang Panas dan Pekat. Semua orang, begitu melihat ekspresi Mrs Weasley, menganggap ini sebagai tanda untuk pergi tidur. Harry dan Ron naik ke kamar Ron di loteng. Sebuah tempat tidur lipat telah ditambahkan di kamar itu. untuk Harry.
Ron langsung tertidur, namun Harry mengaduk isi kopernya dan mengeluarkan buku Pembuatan-Ramuan Tingkat Lanjutnya sebelum ke tempat tidurnya. Di sana dia membuka-buka halamannya, mencari-cari, sampai akhirnya ditemukannya, di bagian depan buku, tahun buku itu diterbitkan. Hampir lima puluh tahun yang lalu. Baik ayahnya maupun teman-teman ayahnya belum di Hogwarts lima puluh tahun lalu. Kecewa, Harry melempar kembali buku itu ke dalam kopernya, mematikan lampu, dan berguling menyamping, memikirkan manusia serigala dan Snape, Stan Shunpike dan Pangeran Berdarah-Campuran, dan akhirnya tertidur. Tidurnya gelisah, penuh bayang-bayang yang merayap mendekat dan jeritan anakanak yang digigit manusia serigala ...
"Dia pasti bercanda ... "
Harry terbangun kaget. Sebuah stocking penuh berisi hadiah tergeletak di ujung tempat tidurnya. Dia memakai kacamatanya dan memandang ke sekitarnya; jendela kecil di kamar itu nyaris tertutup salju dan di depan jendela itu Ron duduk tegak di tempat tidurnya, sedang mengamati sesuatu yang tampaknya seperti kalung emas tebal.
"Apa itu"" tanya Harry
"Ini dari Lavender," kata Ron, kedengaran jijik. "Masa dia mengira aku mau memakai ... "
Harry memandang lebih teliti dan meledak tertawa. Tergantung pada rantai itu huruf-huruf emas yang membentuk tulisan "My Sweetheart".
"Bagus," katanya. "Berkelas. Kau jelas harus memakainya di depan Fred dan George."
"Kalau kau beritahu mereka," ancam Ron, menjejalkan kalung itu ke bawah bantalnya, "aku-aku-aku-akan-"
"Ngomong gagap kepadaku"" kata Harry, nyengir. "Yang benar saja, masa aku mau melapor ke mereka""
"Tapi bagaimana dia bisa mengira aku akan suka sesuatu seperti itu"" Ron bertanya pada udara kosong, tampak agak shock.
"Coba pikir kembali," kata Harry. "Apa kau pernah kelepasan omong bahwa kau senang tampil di muka umum dengan kata-kata 'My Sweetheart' tergantung di lehermu""
"Yah ... kami tidak begitu banyak bicara sih," kata Ron. "Kebanyakan hanya ... "
"Ciuman," kata Harry.
"Yeah, memang," kata Ron. Dia bimbang sejenak, kemudian berkata, "Apakah Hermione betul-betul jadian dengan McLaggen""
"Aku tak tahu," kata Harry. "Mereka datang berdua di pesta Slughorn, tapi kurasa akhirnya tidak begitu oke."
Ron tampak sedikit lebih ceria ketika dia merogoh lebih dalam ke dalam stocking-nya.
Hadiah Harry di antaranya adalah sebuah sweter dengan gambar Golden Snitch besar pada bagian depannya, dirajut sendiri oleh Mrs Weasley, satu kotak besar berisi produk-produk Sihir Sakti Weasley dari si kembar, dan sebuah bungkusan agak lembap berbau apak yang ada labelnya dengan tulisan "Untuk Tuan, dari Kreacher".
Harry menatap bungkusan itu. "Menurutmu ini aman untuk dibuka"" dia bertanya.
"Mestinya bukan sesuatu yang berbahaya, semua kiriman kita masih diperiksa di Kementerian," jawab Ron, kendati dia mengawasi bungkusan itu dengan curiga.
"Tak terpikir olehku akan memberi Kreacher sesuatu! Apakah orang biasanya memberi hadiah Natal kepada peri-rumah mereka"" tanya Harry, menusuk-nusuk bungkusan itu dengan hati-hati.
"Kalau Hermione sih iya," kata Ron. "Tapi kita tunggu dulu dan lihat apa isinya sebelum kau merasa bersalah."
Beberapa saat kemudian, Harry berteriak keras dan melompat turun dari tempat tidur lipatnya. Bungkusannya berisi belatung banyak sekali.
"Menyenangkan," kata Ron, terbahak-bahak. "Sangat penuh perhatian."
"Aku lebih suka dapat belatung daripada kalung," kata Harry. Ron langsung terdiam.
Semua orang memakai sweter baru ketika mereka duduk untuk makan siang Natal, semua kecuali Fleur (rupanya Mrs Weasley tak ingin membuang-buang sweter untuk Fleur) dan Mrs Weasley sendiri. Mrs Weasley memakai topi penyihir baru berwarna biru-malam dengan hiasan kelap-kelip yang
kelihatannya berlian-berlian kecil seperti bintang, dan kalung emas spektakuler.
"Fred dan George yang menghadiahkan ini kepadaku! Bagus, kan""
"Soalnya kami makin lama makin menghargai Mom, sekarang setelah kami mencuci kaus kaki kami sendiri" kata George, melambaikan tangan dengan enteng. "Parsnip, Remus"" dia menawarkan sayur semacam wortel kepada Lupin.
"Harry, ada belatung di rambutmu," kata Ginny riang, mencondongkan tubuh di atas meja untuk mengambil
belatung itu. Harry merasa bulu kuduknya langsung meremang, yang tak ada hubungannya dengan belatung.
"Ih, jijik," kata Fleur, dengan bahu sedikit bergidik.
"Ya, memang," kata Ron. "Saus, Fleur""
Saking bersemangatnya mau membantu Fleur, Ron membuat mangkuk saus melayang. Bill melambaikan tongkat sihirnya dan saus yang melompat ke udara masuk lagi dengan patuh ke dalam mangkuknya.
"Kau sama parahnya dengan Tonks," kata Fleur kepada Ron, setelah dia mencium Bill sebagai ucapan terima kasih. "Dia selalu menabrak-nabrak-"
"Aku mengundang Tonks yang baik untuk datang hari ini;" kata Mrs Weasley, menaruh wortel dengap kekuatan berlebihan dan mendelik pada Fleur. "Tapi dia tak mau datang. Kau sudah bicara dengannya belakangan ini, Remus""
"Belum, aku tidak banyak mengontak teman," kata Lupin. "Tapi Tonks punya keluarga sendiri yang bisa dia datangi,
kan"" "Hmmm," kata Mrs Weasley. "Barangkali. Aku mendapat kesan dia berencana melewatkan Natal sendirian, sebetulnya."
Dia memandang kesal pada Lupin, seolah salah Lupin-lah dia mendapatkan Fleur sebagai menantu alih-alih Tonks, namun Harry, mengerling Fleur yang sedang menyuapkan potongan-potongan kalkun kepada Bill dengan garpunya, berpikir bahwa Mrs Weasley sudah kalah perang. Meskipun demikian dia jadi ingat satu pertanyaan yang ada hubungannya dengan Tonks, dan siapa lagi yang paling tepat ditanya selain Lupin, orang yang tahu segalanya tentang Patronus"
"Patronus Tonks berubah bentuk," dia memberitahu Lupin. "Begitulah kata Snape, paling tidak. Aku tak tahu itu bisa terjadi. Kenapa Patronus kita berubah""
Lupin mengambil waktu mengunyah kalkunnya dan menelannya sebelum berkata lambat-lambat, "Kadang-kadang ... shock yang hebat ... guncangan emosional ... "
"Kelihatan besar dan punya empat kaki," kata Harry, mendadak sebuah pikiran melintas di benaknya dan dia merendahkan suaranya, "Hei ... mungkinkah""
"Arthur!" kata Mrs Weasley tiba-tiba. Dia telah bangkit dari kursinya, tangannya menekan jantungnya dan dia menatap ke luar jendela dapur. "Arthur-Percy datang!"
"Apa"" Mr Weasley menoleh ke belakang. Semua orang cepat-cepat melihat ke jendela. Ginny berdiri agar bisa melihat lebih baik. Betul juga, tampak Percy Weasley berjalan di halaman bersalju, kacamatanya yang berbingkai-tulang berkilat tertimpa cahaya matahari. Namun dia tidak sendirian.
"Arthur, dia-dia bersama Menteri!"
Dan betul saja, laki-laki yang pernah Harry lihat di Daily Prophet berjalan di belakang Percy, agak timpang, rambut lebatnya yang kelabu dan mantel hitamnya tertempel salju di sana-sini. Sebelum salah satu dari mereka bisa mengatakan apa-apa, sebelum Mr dan Mrs Weasley bisa melakukan sesuatu selain bertukar pandang, pintu belakang terbuka dan Percy berdiri di sana.
Keheningan yang menyusul menyakitkan. Kemudian Percy berkata agak kaku, "Selamat Natal, Ibu."
"Oh, Percy!" kata Mrs Weasley, dan dia melempar dirinya ke dalam pelukan Percy.
Rufus Scrimgeour berhenti di ambang pintu, bertumpu pada tongkatnya dan tersenyum mengawasi adegan penuh kasih-sayang ini.
"Kalian harus memaafkan gangguan ini," katanya, ketika Mrs Weasley menoleh memandangnya, tersenyum dan menyeka matanya. "Percy dan aku berada di dekat sini bekerja, kalian tahu dan dia tak tahan tidak mampir dan bertemu kalian semua."
Namun Percy tidak menunjukkan tanda-tanda ingin menyalami anggota keluarganya yang lain. Dia berdiri tegak dan tampak kikuk, dan memandang di atas kepala semua orang. Mr Weasley, Fred, dan George mengawasinya, dengan pandangan dingin.
"Silakan, silakan masuk, silakan duduk, Pak Menteri!" kata Mrs Weasley gugup, merapikan rambutnya. "Silakan mencicipi palkun, atau
kuding ... maksud saya-"
"Tak usah, tak usah, Molly," kata Scrimgeour. Harry menduga dia sudah menanyakan nama Mrs Weasley kepada Percy sebelum mereka masuk rumah. "Aku tak mau mengganggu, tak akan berada di sini kalau Percy tidak ingin sekali bertemu kalian semua ... "
"Oh, Perce!" kata Mrs Weasley bercucuran air mata, berjingkat untuk menciumnya.
"... kami cuma mampir lima menit, jadi aku akan berjalan-jalan di halaman selama kalian melepas rindu dengan Percy. Tidak, tidak, aku betul-betul tak mau mengganggu! Nah, kalau ada yang bersedia mengantarku melihat kebun kalian yang indah ... ah, pemuda itu sudah selesai, bagaimana kalau dia berjalan-jalan bersamaku""
Suasana di sekeliling meja makan kentara sekali berubah. Semua orang memandang Scrimgeour dan Harry bergantian. Tak seorang pun menganggap kepura-puraan Scrimgeour tidak tahu nama Harry meyakinkan, atau menganggap wajar bahwa Harry-lah yang dipilih menemani Menteri berkeliling kebun, sementara piring Ginny, Fleur, dan George juga sudah bersih.
"Yeah, baiklah," kata Harry ke dalam kesunyian.
Harry tidak teperdaya. Walaupun Scrimgeour mengatakan mereka kebetulan ada di daerah itu, bahwa Percy ingin bertemu keluarganya, ini pastilah alasan sebenarnya kenapa mereka datang, supaya Scrimgeour bisa bicara berdua saja dengan Harry.
"Tak apa-apa," katanya pelan, ketika dia melewati Lupin, yang sudah setengah bangkit dari kursinya. "Tak apa-apa," dia menambahkan, ketika Mr Weasley membuka mulut untuk bicara.
"Bagus sekali!" kata Scrimgeour, mundur untuk membiarkan Harry melewati pintu, mendahuluinya. "Kami akan berkeliling kebun sekali, dan kemudian Percy dan aku pergi. Silakan melanjutkan makan kalian!"
Harry berjalan menyeberangi kebun keluarga Weasley yang tanamannya sudah perlu dipangkas dan berselimut salju. Scrimgeour berjalan agak pincang di sebelahnya. Harry tahu dia sebelumnya menjabat Kepala kantor Auror. Penampilannya tegar dan banyak bekas luka pertempurannya, sangat berbeda dengan si gendut Fudge dengan topi bowler-nya.
"Indah," kata Scrimgeour, berhenti di pagar halaman dan memandang ke padang rumput bersalju dan tanam-tanaman yang tak bisa dikenali. "Indah."
Harry diam saja. Dia merasa Scrimgeour mengawasinya.
"Aku sudah lama sekali ingin bertemu denganmu," kata Scrimgeour, selewat beberapa saat. "Kau tahu itu""
"Tidak," kata Harry jujur.
"Oh ya, sudah lama sekali. Tapi Dumbledore sangat protektif terhadapmu," kata Scrimgeour. "Wajar, tentu saja, wajar, setelah apa yang kau alami ... teristimewa apa yang terjadi di Kementerian ... "
Dia menunggu Harry mengatakan sesuatu, namun Harry diam saja, maka dia melanjutkan, "Aku sudah berharap mendapat kesempatan bicara denganmu sejak aku menjabat, tapi Dumbledore-sangat bisa di pahami, seperti kataku-mencegahnya."
Harry tetap belum berkata apa-apa, menunggu.
"Desas-desus yang beredar!" kata Scrimgeour. "Yah, tentu saja kita berdua tahu bagaimana cerita-cerita ini dibumbui ... semua bisik-bisik tentang ramalan ... tentang kau yang adalah 'Sang Terpilih' ..."
Mereka sudah dekat ke pokok masalah sekarang, Harry membatin, alasan Scrimgeour berada di sini.
"... kukira Dumbledore telah membicarakan hal-hal ini denganmu"" Harry berbohong atau tidak. Dia memandang jejak-jejak jembalang pada petak-petak bunga, dan bagian tanah yang licin tempat Fred menangkap jembalang yang sekarang memakai tutu di puncak pohon Natal. Akhirnya dia memutuskan mengatakan yang sebenarnya ... atau sebagian kecil dari kebenaran.
"Yeah, kami telah membicarakannya."
"Ah, kalian telah membicarakannya ... " kata Scrimgeour. Harry bisa melihat, dari sudut matanya, Scrimgeour menyipitkan mata memandangnya, maka dia berpura-pura sangat tertarik pada jembalang yang baru saja memunculkan kepalanya dari bawah rumpun bunga rhododendron yang membeku. "Dan apa yang dikatakan Dumbledore kepadamu,
Harry"" "Maaf, tapi itu antara kami berdua," kata Harry.
Diusahakannya suaranya semenyenangkan mungkin, dan nada Scrimgeour juga ringan dan ramah ketika dia berkata, "Oh, tentu saja, jika itu masalah kepercayaan, aku tak ingin
kau membuka rahasia ... oh, tidak ...
dan lagi pula, apakah betul-betul penting kau ini Sang Terpilih atau bukan""
Harry harus memikirkan kalimat terakhir itu selama beberapa detik sebelum menanggapi.
"Saya sungguh tidak tahu apa yang Anda maksudkan, Pak Menteri."
"Yah, tentu saja, bagimu itu sangat berarti," kata Scrimgeour sambil tertawa. "Tapi untuk komunitas sihir secara umum ... itu semua hanya persepsi, kan" Yang penting adalah apa yang dipercaya orang."
Harry tidak berkata apa-apa. Dia mengira dia melihat, samar-samar, ke mana arah pembicaraan mereka, namun dia tak akan membantu Scrimgeogur tiba di sana. Jembalang di bawah rhododendron sekarang menggali cacing di akarnya dan Harry menancapkan pandangannya ke jembalang itu.
"Orang-orang mengira kaulah Sang Terpilih," kata Scrimgeour. "Mereka menganggapmu sebagai pahlawan tentu saja kau pahlawan, Harry, terpilih ataupun tidak! Berapa kali sudah kau menghadapi Dia yang Namanya Tak Boleh Disebut" Yah, bagaimanapun juga," dia melanjutkan, tanpa menunggu jawaban, "poinnya adalah, kau simbol harapan bagi banyak orang, Harry. Ide bahwa ada orang yang mungkin bisa, yang mungkin sudah ditakdirkan, untuk membinasakan Dia yang Namanya Tak Boleh Disebutyah, wajar saja itu membuat orang-orang bersemangat. Dan mau tak mau aku merasa bahwa, begitu kau menyadari ini, kau akan menganggap bahwa, yah, sudah menjadi kewajibanmulah, untuk berdiri berdampingan dengan Kementerian, dan memberi semangat kepada semua orang."
Si jembalang baru saja berhasil memegang cacing. Sekarang dia menarik cacing itu kuat-kuat, berusaha mencabutnya dari tanah beku. Harry lama diam saja sehingga Scrimgeour berkata, memandang Harry dan si jembalang
bergantian, "Makhluk aneh, ya" Tapi bagaimana menurutmu,
Harry"" "Saya tidak sepenuhnya mengerti apa yang Anda inginkan," kata Harry lambat-lambat. "Berdiri berdampingan dengan Kementerian ... apa maksudnya itu""
"Oh, sama sekali bukan sesuatu yang membebani, kupastikan," kata Scrimgeour. "Jika kau terlihat masuk dan keluar Kementerian dari waktu ke waktu, misalnya, itu akan memberi kesan yang benar. Dan tentu saja, sementara kau di sana, kau akan punya banyak kesempatan untuk bicara kepada Gadwain Robards, penggantiku sebagai Kepala Kantor Auror. Dolores Umbridge memberitahuku bahwa kau bercita-cita menjadi Auror. Yah, itu bisa diatur dengan sangat mudah
" Harry merasa kemarahan bergolak di dasar perutnya. Jadi, Dolores Umbridge masih di Kementerian rupanya.
"Jadi, pada dasarnya," kata Harry, seolah dia ingin mengklarifikasi beberapa poin, "Anda ingin memberi kesan bahwa saya bekerja untuk Kementerian""
"Akan membangkitkan semangat semua orang jika mereka berpikir kau lebih terlibat, Harry," kata Scrimgeour, kedengarannya lega bahwa Harry begitu cepat menyukai idenya. Sang Terpilih, kau tahu ... ini memberi harapan pada orang-orang, perasaan bahwa hal-hal menggairahkan sedang
terjadi ... " "Tetapi kalau saya terus-menerus masuk-keluar Kementerian, kata Harry, masih berusaha menjaga suaranya tetap ramah, "bukankah itu sepertinya saya menyetujui apa yang dilakukan Kementerian""
"Yah," kata Scrimgeour, sedikit mengernyit, "ya, itulah sebagian alasan kenapa kami ingin-"
"Tidak, saya rasa itu tidak akan berhasil," kata Harry ramah. "Soalnya, saya tidak menyukai beberapa hal yang dilakukan Kementerian. Mengurung Stan Shunpike, misalnya."
Scrimgeour tidak bicara selama beberapa saat, namun ekspresinya langsung mengeras.
"Aku tidak mengharap kau memahaminya," katanya, dan dia tidak sesukses Harry dalam menyembunyikan kemarahan dalam suaranya. "Ini masa-masa berbahaya dan tindakan-tindakan tertentu harus dilakukan. Kau baru enam belas tahun"
"Dumbledore jauh lebih tua daripada enam belas, dan dia juga tidak berpendapat Stan harus dikurung di Azkaban," kata Harry. "Anda menjadikan Stan kambing hitam, seperti Anda ingin menjadikan saya maskot."
Mereka saling pandang, lama dan tajam. Akhirnya Scrimgeour berkata, tak lagi berpura-pura hangat, "Rupanya kau lebih suka seperti pahlawanmu Dumbledore untuk tidak berhubungan dengan Kementerian""
"Saya tidak ingin digunakan," kata Harry.
"Beberapa orang akan mengat
akan, kewajibanmulah untuk digunakan oleh Kementerian!"
"Yeah, dan yang lain barangkali akan berkata, kewajiban Anda-lah untuk mengecek apakah orang-orang itu benar-benar Pelahap Maut sebelum menjebloskan mereka ke penjara," kata Harry, mulai naik darah sekarang. "Anda melakukan apa yang dilakukan Barty Zrouch. Kalian tidak pernah melakukan yang benar, kan" Tadinya Fudge, berpura-pura segalanya baik-baik saja, sementara orang-orang dibunuh di depan hidungnya. Sekarang Anda, menjebloskan orang-orang yang tak bersalah ke penjara. dan berusaha berpura-pura Sang Terpilih bekerja untuk Anda!"
"Jadi, kau bukan Sang Terpilih"" tanya Scrimgeour.
"Bukankah tadi Anda bilang itu tidak penting"" kata Harry, dengan tawa getir. "Tidak penting bagi Anda, paling tidak."


Harry Potter Dan Pangeran Berdarah Campuran Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mestinya aku tak berkata begitu," kata Scrimgeour cepat-cepat. "Aku tidak bijaksana"
"Tidak, itu jujur," kata Harry. "Satu-satunya hal jujur yang Anda sampaikan kepada saya. Anda tidak peduli apakah saya hidup atau mati, tapi Anda peduli saya membantu Anda meyakinkan semua orang Anda memenangkan perang melawan Voldemort. Saya belum lupa, Pak Menteri ..."
Harry mengangkat kepalan tangan kanannya. Di tangan
yang dingin itu, tampak putih berkilau bekas luka yang
dipaksakan Dolores Umbridge ditorehkan pada dagingnya sendiri: Saya tak boleh berbohong.
"Saya tak ingat Anda tergopoh-gopoh membela saya ketika saya berusaha memberitahu semua orang bahwa Voldemort sudah kembali. Kementerian tidak ingin berteman dengan saya tahun lalu."
Mereka berdiri diam, sama dinginnya dengan tanah di bawah kaki mereka. Si jembalang akhirnya berhasil mencabut cacingnya dan sekarang mengisap-isapnya dengan gembira, bersandar pada dahan-dahan paling bawah rumpun rhododendron.
"Apa yang sedang dilakukan Dumbledore"" tanya Slughorn kasar. "Ke mana dia pergi, kalau dia absen dari Hogwarts""
"Saya tak tahu," jawab Harry.
"Dan kau tak akan memberitahuku kalau kau tahu," kata Scrimgeour, "iya, kan""
"Ya, saya tidak akan memberitahu Anda," kata Harry.
"Yah, kalau begitu aku harus mencoba apakah aku berhasil tahu dengan cara lain." "Anda bisa mencoba," kata Harry tak acuh. "Tapi Anda kelihatannya lebih pintar daripada Fudge,
jadi saya kira Anda sudah belajar dari kesalahannya. Dia mencoba ikut campur di Hogwarts. Anda tentunya sadar sekarang dia bukan lagi Menteri, tetapi Dumbledore masih tetap Kepala Sekolah. Kalau saya jadi Anda, saya tidak akan mengganggu Dumbledore." Sunyi lama.
"Yah, nyata sekali bagiku dia berhasil mendidikmu dengan sangat baik," kata Scrimgeour, matanya dingin dan keras di balik kacamatanya yang bergagang kawat. "Orang Dumbledore luar-dalam ya, kau, Potter""
"Yeah, memang," kata Harry. "Senang itu sudah luruskan."
Dan berbalik membelakangi Menteri Sihir, Harry berjalan kembali menuju rumah.
17. KENANGAN YANG DIMODIFIKASI
Suatu senja menjelang malam, beberapa hari setelah Tahun Baru, Harry, Ron, dan Gnny berderet di sebelah perapian di dapur untuk kembali ke Hogwarts. Kementerian telah mengatur koneksi sekali pakai ke Jaringan Floo untuk memulangkan anak-anak dengan cepat dan aman ke sekolah. Hanya Mrs Weasley yang ada untuk mengucapkan selamat tinggal, karena Mr Weasley, Fred, George, Bill, dan Fleur semua bekerja. Air mata Mrs Weasley bercucuran ketika tiba saat perpisahan. Harus diakui, belakangan ini dia mudah sekali menangis. Dia menangis dari waktu ke waktu sejak Percy kabur dari rumah pada Hari Natal dengan kacamata penuh cipratan parsnip (Fred, George, dan Ginny semua mengaku mengambil bagian dalam pelemparan parsnip itu).
"Jangan menangis, Mum" kata Ginny, membelai punggung Mrs Weasley ketika ibunya terisak di bahunya. "Kami tidak apa-apa ... "
"Yeah, jangan mencemaskan kami," kata Ron, mengizinkan ibunya memberinya ciuman sangat basah pada pipinya, "ataupun Percy. Dia bego sekali, tidak begitu rugi kehilangan
dia, kan"" Mrs Weasley terisak makin keras ketika dia merengkuh Harry ke dalam pelukannya.
"Berjanjilah kau akan menjaga dirimu ... jangan bikin masalah ... "
"Pasti, Mrs Weasley," kata Harry. "Saya suka hidup tenang, Anda kan kenal saya."
Mrs Weasley terkekeh te rsedu dan mundur. "Baik-baiklah, kalau begitu, kalian bertiga ... "
Harry melangkah ke dalam api hijau-zamrud dan berseru, "Hogdwarts!" Sekilas masih dilihatnya dapur keluarga Weasley dan wajah Mrs Weasley yang bersimbah air mata sebelum lidah-lidah api menelannya; berpusing sangat cepat, dia melihat kilasan-kilasan ruangan keluarga penyihir yang lain, yang langsung menghilang dari pandangan sebelum dia sempat melihatnya dengan benar; kemudian dia mulai melambat, akhirnya berhenti di dalam perapian di kantor Profesor McGonagall. Dia hampir-hampir tak mengangkat muka dari pekerjaannya ketika Harry melangkah keluar dari perapian.
"Malam, Potter. Usahakan jangan terlalu banyak mengotori karpet dengan abu."
"Ya, Profesor."
Harry meluruskan kacamatanya dan merapikan rambutnya ketika Ron muncul dalam pusingan. Setelah Ginny tiba,
ketiganya meninggalkan kantor McGonagall dan berjalan ke Menara Gryffindor. Harry melihat ke luar dari jendela-jendela koridor yang mereka lewati; matahari sudah terbenam di atas tanah yang berselimut karpet salju yang lebih tebal daripada yang terhampar di halaman The Burrow. Di kejauhan dia bisa melihat Hagrid sedang memberi makan Buckbeak di depan pondoknya.
"Kepala keledai," kata Ron mantap, ketika mereka tiba di depan Nyonya Gemuk, yang tampak lebih pucat daripada biasanya, dan berjengit mendengar suara keras Ron.
"Bukan," katanya.
"Apa maksudmu, bukan""
"Ada kata kunci baru," katanya. "Dan tolong jangan teriak-teriak."
"Tapi kami kan habis liburan, bagaimana mungkin kami""
"Harry! Ginny!"
Hermione bergegas ke arah mereka, pipinya sangat kemerahan dan dia memakai mantel, topi, dan sarung tangan.
"Aku tiba beberapa jam lalu, aku baru saja mengunjungi Hagrid dan Buck maksudku Witherwings," katanya terengah. "Apakah Natal kalian menyenangkan""
"Yeah," kata Ron segera, "cukup seru, Rufus Scrim-"
"Ada sesuatu untukmu, Harry," kata Hermione, tanpa memandang Ron ataupun menunjukkan tanda-tanda bahwa dia mendengarnya. "Oh, tunggu-kata kunci. Pantang."
"Tepat," kata si Nyonya Gemuk dengan suara lemah, dan mengayun ke depan memperlihatkan lubang lukisannya.
"Kenapa sih dia"" tanya Harry.
"Terlalu banyak minum selama Natal, rupanya" kata Hermione, memutar matanya sambil masuk lebih dulu ke
ruang rekreasi yang penuh. "Dia dan temannya Violet meminum semua anggur dalam lukisan para rahib mabuk di koridor kelas Mantra. Ini ..."
Dia mencari-cari di dalam sakunya sebentar, kemudian menarik keluar gulungan perkamen dengan tulisan Dumbledore di atasnya.
"Bagus," kata Harry, yang langsung membuka gulungannya dan ternyata pelajaran berikutnya dengan Dumbledore dijadwalkan esok malamnya. "Banyak yang mau kusampaikan kepadanya dan kepadamu. Yuk, kita duduk"
Namun saat itu terdengar pekik keras "Won-Won!" dan Lavender Brown tiba-tiba saja muncul dan melempar dirinya ke dalam pelukan Ron. Beberapa anak yang melihat cekikikan. Hermione tertawa nyaring dan berkata, "Ada meja di sana ... ikut, Ginny""
"Tidak, terima kasih, aku sudah janji mau ketemu Dean," kata Ginny, meskipun Harry mau tak mau memperhatikan bahwa dia kedengarannya tidak terlalu antusias. Meninggalkan Ron dan Lavender berkutat dalam semacam adu gulat vertikal, Harry mengajak Hermione ke meja yang kosong.
"Bagaimana Natal-mu""
"Oh, baik," Hermione mengangkat bahu. "Tak ada yang istimewa. Bagaimana di rumah Won-Won"" "Akan kuceritakan sebentar lagi," kata Harry. "Dengar, Hermione, tidak bisakah
kau"" "Tidak, tidak bisa," katanya tegas. "Jadi, jangan minta."
"Kupikir barangkali, kau tahu, setelah Natal-"
"Nyonya Gemuk yang minum satu tong anggur berusia lima-ratus-tahun, Harry, bukan aku. Jadi, berita penting apa yang ingin kau sampaikan kepadaku""
Hermione tampak terlalu galak untuk dibantah saat itu, maka Harry melepas topik tentang Ron dan menceritakan semua yang telah didengarnya dalam pembicaraan antara Malfoy dan Snape.
Setelah dia selesai, Hermione berpikir sejenak dan kemudian berkata, "Tidakkah kau berpikir""
"dia hanya berpura-pura menawarkan bantuan supaya Malfoy teperdaya mau memberitahunya apa yang sedang dilakukannya""
"Ya," kata Hermione.
"A yah Ron dan Lupin juga berpendapat begitu," kata Harry enggan. "Tapi ini jelas membuktikan Malfoy sedang merencanakan sesuatu, kau tak bisa membantah itu."
"Memang," kata Hermione lambat-lambat.
"Dan dia bertindak atas perintah Voldemort, seperti yang kukatakan!"
"Hmmm ... apakah salah satu dari mereka betul-betul menyebut nama Voldemort"" Harry mengernyit, berusaha mengingat-ingat.
"Aku tak yakin ... Snape jelas mengatakan 'tuanmu' dan siapa lagi itu""
"Aku tak tahu," kata Hermione, menggigit bibirnya, "Mungkin ayahnya""
Dia menatap ke seberang ruangan, sibuk berpikir, bahkan tidak menyadari Lavender menggelitik Ron. "Bagaimana kabarnya Lupin""
"Tidak baik," kata Harry, dan dia menceritakan kepada Hermione segalanya tentang misi Lupin di antara para manusia serigala dan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. "Apakah kau pernah dengar tentang Fenrir Greyback ini""
"Ya, pernah!" kata Hermione, kedengarannya kaget. "Dan kau juga pernah, Harry!"
"Kapan, Sejarah Sihir" Kau tahu benar aku tak pernah mendengarkan ... "
"Bukan, bukan, bukan Sejarah Sihir Malfoy mengancam Borgin dengannya!" kata Hermione. "Waktu di Knockturn Alley, kau tidak ingat" Dia bilang kepada Borgin bahwa Greyback adalah teman lama keluarga mereka dan bahwa dia akan mengecek progres Borgin!"
Harry melongo menatapnya. "Aku lupa! Tapi ini membuktikan Malfoy adalah Pelahap Maut, kalau tidak bagaimana dia bisa berhubungan dengan Greyback dan memberitahunya apa yang harus dilakukan""
"Memang cukup mencurigakan," desah Hermione. "Kecuali
" "Oh, ayolah," kata Harry kesal, "kau tak bisa mengingkari yang satu ini!"
"Yah ... ada kemungkinan itu cuma ancaman kosong."
"Kau ini keterlaluan, kata Harry, menggelengkan kepala. "Kita akan lihat siapa yang benar ... kau akan menjilat ludahmu sendiri, Hermione, sama seperti Kementerian. Oh yeah, aku bertengkar dengan Rufus Scrimgeour juga ... "
Dan sisa malam itu berlalu damai, dengan keduanya memaki-maki Menteri Sihir, karena Hermione, seperti Ron, menganggap bahwa setelah semua kesulitan yang mereka timpakan kepada Harry sepanjang tahun lalu, nekat sekali mereka meminta Harry membantu sekarang.
Semester baru mulai esok paginya dengan kejutan menyenangkan untuk anak-anak kelas enam: sebuah pengumuman besar telah ditempelkan di papan pengumuman di ruang rekreasi semalam.
KURSUS APPARITION Jika kau berusia tujuh belas tahun, atau akan menjadi tujuh belas pada atau sebelum tanggal 31 Agustus, kau memenuhi syarat untuk ikut kursus Apparition selama dua-belas-minggu dari Instruktur Apparition Kementerian Sihir.
Silakan mencatatkan nama di bawah jika kau ingin ikut.
Biaya: 12 Galleon. Harry dan Ron bergabung dengan kerumunan yang berdesakan di sekeliling pengumuman dan bergiliran menuliskan nama mereka di bawahnya. Ron baru mengeluarkan pena-bulunya untuk mendaftar setelah Hermione ketika Lavender mengendap-endap di belakangnya, menutup mata Ron dengan tangannya, dan bertanya manja, "Coba tebak siapa, Won-Won"" Harry berpaling dan melihat Hermione pergi. Dia menyusulnya, karena tak ingin tinggal bersama Ron dan Lavender, namun dia heran karena belum jauh dari lubang lukisan Ron sudah menyusul mereka, telinganya merah padam dan ekspresinya jengkel. Tanpa kata, Hermione mempercepat langkah untuk berjalan bersama Neville.
"Jadi Apparition," kata Ron, nadanya menyiratkan dengan jelas bahwa Harry dilarang menyebut-nyebut apa yang baru saja terjadi. "Pasti asyik, eh""
"Entahlah," kata Harry. "Mungkin lebih baik kalau kau mencobanya sendiri. Aku tidak begitu menikmatinya ketika Dumbledore membawaku ber-Apparate."
"Aku lupa kau pernah melakukannya ... sebaiknya aku langsung lulus pada ujian pertama," kata Ron, tampak cemas. "Fred dan George langsung lulus."
"Tapi Charlie tidak lulus, kan""
"Yeah, tapi Charlie lebih besar daripadaku," Ron menjulurkan lengannya dari tubuhnya seolah dia gorila, "jadi
Fred dan George tidak begitu mengolokoloknya ... tidak di depannya, paling tidak ... "
"Kapan kita ikut ujian yang sebenarnya""
"Begitu umur kita tujuh belas tahun. Baru bulan Maret untukku!"
"Yeah, tapi kau tak akan bisa ber-Apparate di sini
, tidak di dalam kastil ... "
"Bukan itu masalahnya, kan" Semua orang akan tahu aku bisa ber-Apparate kalau aku mau."
Ron bukan satu-satunya yang bersemangat menyambut kursus Apparition. Sepanjang hari itu banyak pembicaraan tentang kursus itu; mereka menganggap hebat kemampuan menghilang dan muncul lagi kapan saja mereka mau.
"Cool banget kalau kita bisa" Seamus menjentikkan jari-jarinya untuk mengisyaratkan menghilang. "Sepupuku Fergus melakukannya hanya untuk membuatku kesal, tunggu sampai aku bisa membalasnya ... hidupnya tak akan bisa tenang lagi
" Saking asyiknya membayangkan prospek menyenangkan ini, dia menjentikkan tongkat sihirnya agak terlalu antusias, sehingga alih-alih menghasilkan air mancur, yang merupakan objek pelajaran Mantra hari itu, dia menghasilkan semburan keras air seperti dari slang, yang memantul dari langit-langit dan menghantam wajah Profesor Flitwick.
"Harry sudah pernah ber-Apparate," Ron memberitahu Seamus yang agak malu, setelah Profesor Flitwick mengeringkan diri dengan lambaian tongkat sihirnya dan menghukum Seamus dengan tugas menulis ("Saya penyihir, bukan babon yang mengacung-acungkan tongkat").
"Dum-er-ada yang mengajaknya ikut ber-Apparate."
"Whoa!" bisik Seamus, dan dia, Dean, dan Neville saling mendekatkan kepala untuk mendengar bagaimana rasanya Apparition. Selama sisa hari itu Harry diserbu permintaan dari anak-anak kelas enam lainnya untuk mendeskripsikan sensasi Apparition. Semuanya tampak terpesona, bukan malah ketakutan, ketika dia memberitahu mereka betapa tidak nyaman rasanya, dan dia masih menjawab pertanyaan terperinci pada pukul delapan kurang sepuluh malam itu. Terpaksa dia berbohong dan mengatakan dia harus mengembalikan buku ke perpustakaan, supaya bisa kabur pada waktunya untuk ikut pelajaran dengan Dumbledore.
Lampu-lampu di kantor Dumbledore sudah dinyalakan, lukisan para mantan kepala sekolah mendengkur halus di dalam pigura mereka, dan Pensieve sudah siap di atas meja sekali lagi. Tangan Dumbledore terletak di kanan-kirinya. Tangan kanannya sama hitam dan terbakarnya seperti sebelumnya, sama sekali tak ada tanda-tanda kesembuhan dan Harry bertanya-tanya dalam hati, mungkin untuk keseratus kalinya, apa yang telah menyebabkan luka begitu parah, namun tidak bertanya. Dumbledore sudah mengatakan bahwa dia nantinya akan tahu dan, lagi pula, ada topik lain yang ingin dibicarakannya. Namun sebelum Harry bisa mengatakan apa-apa tentang Snape dan Malfoy, Dumbledore berbicara.
"Kudengar kau bertemu Menteri Sihir Natal yang lalu""
"Ya," kata Harry. "Dia tidak begitu senang dengan saya."
"Ya," Dumbledore menghela napas. "Dia juga tidak begitu senang denganku. Kita harus berusaha tidak tenggelam dalam kesedihan kita, Harry, melainkan terus berjuang."
Harry nyengir. "Dia ingin saya memberitahu komunitas sihir bahwa Kementerian melakukan hal yang luar biasa." Dumbledore tersenyum.
"Itu sebetulnya ide Fudge, kau tahu. Dalam hari-hari terakhirnya menjabat, ketika dia berusaha keras mempertahankan kedudukannya, dia meminta bertemu denganmu, berharap kau mau memberinya dukungan"
"Setelah semua yang Fudge lakukan tahun lalu"" kata Harry berang. "Setelah Umbridge""
"Kuberitahu Cornelius tak ada kans untuk itu, tetapi ide ini tidak mati setelah dia pergi. Beberapa jam setelah Scrimgeour diangkat kami bertemu dan dia menuntut agar aku mengatur pertemuan denganmu-"
"Jadi, itulah sebabnya Anda berdua bertengkar!" celetuk Harry. "Ada di Daily Prophet."
"Prophet kadang-kadang melaporkan hal yang benar," kata Dumbledore, "kalaupun hanya secara kebetulan. Ya, itulah sebabnya kami bertengkar. Nah, tampaknya Rufus menemukan jalan untuk menyudutkanmu akhirnya."
"Dia menuduh saya 'orang Dumbledore luar-dalam'."
"Sungguh sangat tidak sopan."
"Saya katakan kepadanya memang begitu."
Dumbledore membuka mulut untuk bicara dan kemudian menutupnya lagi. Di belakang Harry, Fawkes si burung phoenix mengeluarkan jeritan pelan, lembut, merdu. Harry menjadi sangat salah tingkah ketika tiba-tiba menyadari bahwa mata biru cerah Dumbledore tampak agak berair dan buru-buru memandang lututnya sendiri. Namun k
etika Dumbledore bicara, suaranya cukup mantap.
"Aku sangat terharu, Harry."
"Scrimgeour ingin tahu ke mana Anda pergi ketika Anda tidak berada di Hogwarts," kata Harry, masih terus memandang lututnya.
"Ya, dia penasaran sekali soal itu," kata Dumbledore, sekarang kedengaran ceria, dan Harry menganggap sudah aman untuk mengangkat mukanya lagi. "Dia bahkan berusaha menyuruh orang membuntutiku. Menggelikan, sebetulnya. Dia menyuruh Dawlish membuntutiku. Kasihan Dawlish. Aku pernah terpaksa memantrai Dawlish, sekali lagi aku memantrainya dengan sangat menyesal."
"Jadi, mereka masih belum tahu ke mana Anda pergi"" tanya Harry, berharap mendapat lebih banyak informasi tentang topik yang menarik ini, namun Dumbledore hanya tersenyum dari atas kacamata bulan-separonya.
"Belum, mereka belum tahu, dan waktunya juga belum tepat bagimu untuk tahu. Nah, sekarang kusarankan kita melanjutkan pelajaran kita, kecuali ada sesuatu yang lain""
"Ada, sebetulnya, Sir," kata Harry. "Tentang Malfoy dan Snape."
"Profesor Snape, Harry."
"Ya, Sir. Saya mendengar pembicaraan mereka waktu ke pesta Profesor Slughorn ... yah, saya sengaja membuntuti mereka, sebetulnya ... "
Dumbledore mendengarkan cerita Harry dengan wajah tenang. Setelah Harry selesai dia tidak bicara selama beberapa saat, kemudian berkata, "Terima kasih telah memberitahuku semua ini, Harry, tapi kusarankan kau melupakannya. Kurasa itu, tidak terlalu penting."
"Tidak terlalu penting"" ulang Harry tak percaya. "Profesor, apakah Anda mengerti""
"Ya, Harry, dianugerahi kemampuan otak yang luar biasa seperti ini, aku mengerti semua yang kau ceritakan kepadaku, kata Dumbledore, agak tajam. "Kurasa kau bahkan bisa mempertimbangkan kemungkinan bahwa aku mengerti lebih daripada kau. Sekali lagi, aku senang kau memercayakan
rahasia ini kepadaku, tetapi izinkan aku menenteramkanmu bahwa kau tidak menceritakan sesuatu yang membuatku gelisah."
Harry marah dalam diam, menatap tajam Dumbledore. Apa yang sedang terjadi" Apakah ini berarti bahwa Dumbledore benar-benar memerintahkan Snape untuk mencari tahu apa yang sedang dikerjakan Malfoy, sehingga dalam hal ini dia sudah mendengar segalanya yang baru saja diceritakan Harry kepadanya dari Snape" Atau apakah dia sebetulnya cemas mendengar semua itu namun berpura-pura tidak cemas"
"Jadi Sir" kata Harry, dalam suara yang diharapkannya terdengar sopan dan kalem, "Anda pasti masih memercayai""
"Aku sudah cukup toleran untuk menjawab pertanyaan itu," kata Dumbledore, namun dia tidak lagi terdengar sangat toleran. "Jawabanku belum berubah."
"Mestinya memang begitu," kata suara menyindir. Phineas Nigellus jelas hanya berpura-pura tertidur. Dumbledore tidak menghiraukannya.
"Dan sekarang, Harry, aku harus mendesak kita melanjutkan pelajaran kita. Aku punya hal-hal yang lebih penting untuk dibicarakan denganmu malam ini."
Ingin rasanya Harry memberontak. Bagaimana jika dia menolak mengganti topik, jika dia berkeras mengajak berdebat soal Malfoy" Seakan telah memikiran Harry, Dumbledore menggelengkan kepala.
"Ah, Harry, betapa seringnya ini terjadi, bahkan di antara sahabat yang paling karib! Kita masing-masing yakin bahwa apa yang ingin dikatakan jauh lebih penting daripada apa pun yang akan disampaikan yang lain!"
"Saya tidak menganggap apa yang akan Anda sampaikan tidak penting, Sir!" kata Harry kaku.
"Yah, kau betul, karena yang akan kusampaikan memang penting," kata Dumbledore tajam. "Ada dua kenangan yang akan kutunjukkan kepadamu malam ini. Keduanya didapatkan dengan kesulitan luar biasa, dan yang kedua adalah, kurasa, yang paling penting yang sudah kukumpulkan."
Harry tidak berkomentar apa-apa. Dia masih merasa marah atas tanggapan yang diterimanya terhadap ceritanya, namun tak melihat apa untungnya kalau dia terus berargumentasi.
"Jadi," kata Dumbledore, dengan suara nyaring, "kita bertemu malam ini untuk melanjutkan kisah Tom Riddle, yang kita tinggalkan dalam pelajaran yang lalu siap memasuki Hogwarts. Kau pasti ingat betapa bersemangatnya dia mendengar bahwa dia adalah penyihir, bahwa dia menolak kutemani ke Diagon Alley dan bahwa aku, sebalik
nya, memperingatkannya agar tidak terus melakukan pencurian ketika dia sudah tiba di sekolah."
"Nah, awal tahun ajaran baru tiba dan bersama itu tiba jugalah Tom Riddle, seorang anak laki-laki pendiam memakai jubah bekas, yang antre bersama anak-anak kelas satu lainnya untuk diseleksi. Dia ditempatkan di Asrama Slytherin nyaris langsung setelah Topi Seleksi menyentuh kepalanya, Dumbledore melanjutkan, melambaikan tangannya yang hitam ke arah rak di atas kepalanya, tempat Topi Seleksi berada, kuno dan tak bergerak. "Seberapa cepat Riddle tahu bahwa pendiri asramanya yang tersohor bisa bicara dengan ular, aku tidak tahu barangkali malam itu juga. Pengetahuan ini hanya bisa menambah semangatnya dan memperbesar perasaan bahwa dirinya penting."
"Meskipun demikian, jika dia menakut-nakuti atau membuat teman-teman Slytherin-nya terkesan dengan memperlihatkan kemampuannya berbicara Parseltongue di ruang rekreasi, tak ada petunjuk tentang itu yang sampai ke ruang guru. Dia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda keangkuhan ataupun agresi. Sebagai anak yatim-piatu yang berbakat luar
biasa dan sangat tampan, wajar kalau dia menarik perhatian dan simpati dari para guru, hampir dari saat kedatangannya. Dia tampak sopan, pendiam, dan haus pengetahuan. Hampir semua sangat terkesan olehnya."
"Apakah Anda tidak memberitahu mereka, Sir, seperti apa dia waktu Anda menemuinya di panti asuhan"" tanya Harry.
"Tidak. Meskipun dia tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan, mungkin saja dia menyesali sikapnya sebelumnya dan memutuskan untuk memulai hidup baru. Aku memilih memberinya kesempatan itu."
Dumbledore berhenti dan memandang ingin tahu Harry, yang sudah membuka mulut siap bicara. Di sini, sekali lagi, tampak kecenderungan Dumbledore untuk memercayai orang, meskipun sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang itu tak layak dipercaya! Namun kemudian Harry teringat sesuatu ...
"Tetapi Anda tidak betul-betul memercayainya, kan, Sir" Dia memberitahu saya ... si Riddle yang keluar dari buku harian mengatakan 'Dumbledore tak pernah menyukaiku, tidak seperti guru-guru lainnya'."
"Kita katakan saja aku tidak begitu saja menganggap bahwa dia bisa dipercaya," kata Dumbledore. "Aku sudah memutuskan, seperti yang sudah kutunjukkan, untuk mengawasinya dengan ketat, dan itu kulakukan. Aku tak bisa berpura-pura mengatakan banyak yang kudapatkan dari pengamatanku awalnya. Dia sangat menjaga diri terhadapku; dia merasa, aku yakin, bahwa dalam kegembiraannya mengetahui identitasnya yang sebenarnya dia telah memberitahuku terlalu banyak. Dia berhati-hati agar tak pernah lagi membuka diri sebanyak itu, tetapi dia tak dapat menarik kembali apa yang telah telanjur dibukanya dalam kegembiraannya, ataupun apa yang telah disampaikan Mrs Cole kepadaku. Meskipun demikian, dia cukup bijaksana untuk
tak pernah mencoba memikatku seperti dia memikat begitu banyak rekan guruku."
"Setelah naik ke kelas yang lebih tinggi, dia mengumpulkan sekelompok teman yang berdedikasi kepadanya. Aku menyebutnya begitu, karena tak ada istilah yang lebih baik, meskipun seperti yang telah kutunjukkan, Riddle tak diragukan lagi tidak memiliki perasaan sayang kepada satu pun dan mereka. Grup ini memiliki semacam glamor gelap di dalam kastil. Mereka bervariasi; campuran orang-orang lemah yang mencari perlindungan, orang-orang ambisius yang mencari cipratan kebesaran, dan orang-orang kejam yang tertarik kepada pemimpin yang bisa menunjukkan kepada mereka bentuk-bentuk kekejaman yang lebih canggih. Dengan kata lain, mereka adalah pelopor Pelahap Maut, dan memang beberapa di antaranya menjadi para Pelahap Maut pertama setelah meninggalkan Hogwarts."
Cintai Gue Kalo Berani 1 Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Pendekar Setia 13

Cari Blog Ini