Ceritasilat Novel Online

Membela Teman 2

Sapta Siaga 14 Membela Teman Bagian 2


"Segala-galanya akan kubereskan, sehingga tempat ini nanti kutinggalkan dalam keadaan rapi," pikir Pak Tolly. "Aku akan merasa kehilangan kuda-kuda di sini - tapi majikanku yang baru juga banyak memiliki kuda yang bisa kurawat nanti!"
Malam itu Pak Tolly kembali mendatangi Brownie, yang sudah aman dan nyaman dalam kandangnya yang baru. Sorenya kuda tua itu dikeluarkan ke lapangan, di mana ia sempat berkenalan dengan beberapa ekor kuda yang sedang merumput di situ. Kemudian ia menarik gerobak berisi bit ke rumah. Gerobak itu enteng, sehingga tidak terasa membebani kaki belakangnya sama sekali.
Pak Tolly memandang Brownie dengan puas.
"Kaki belakangmu sudah jauh lebih baik keadaannya, dibandingkan dengan seminggu yang lalu," kata Pak Tolly. "Tapi kau masih perlu berhati-hati dengannya - sebanyak mungkin harus berbaring dalam kandangmu. Jangan berdiri terus - juga apabila kau ingin mengobrol dengan kuda-kuda yang ada di kanan kirimu!"
Brownie meringkik dengan gembira, seolah-olah memahami kata-kata Pak Tolly. Kuda itu merasa bahwa tuannya sedang berbahagia. Dan ia sendiri pun merasa bahagia. Ia agak heran, apa sebabnya ia kini berada di tempat yang asing baginya. Tapi selama masih terdengar Pak Tolly bersiul-siul tak jauh dari tempatnya berada, Brownie sudah puas.
Dan kini Laki-laki tua itu merebahkan diri di atas kasur tua, yang terletak dalam kotak kandang yang kosong di samping tempat Brownie. Kuda itu merasa senang. Ia tidak bisa melihat Pak Tolly berbaring di situ. Tapi ia mencium bau yang sudah dikenal. Ia merasa lega karena Pak Tolly ada di dekatnya.
"Aku sekarang di sini, kudaku - di dekatmu," kata Pak Tolly lirih. "Tidurlah - baringlah di atas jeramimu. Aku ada di sini, di dekatmu. Tempat ini enak dan hangat, ya" Selamat tidur, Brownie. Selama aku ada di dekatmu, kau tidak perlu takut akan ada pencuri kuda datang. Dan Codger juga ada di sini, berbaring di atas jerami. Bilang selamat tidur, Codger!"
Dan anjing kecil itu menggonggong pelan,. seolah-olah mengatakan, "Selamat tidur!" Tentu saja dalam bahasa anjing.
Keesokan paginya, Codger yang paling dulu bangun. Anjing itu menghampiri tuannya, lalu menjilati mukanya.
"Jangan," kata Pak Tolly yang masih setengah tidur. "Sudah berapa kali kukatakan, jangan ...." Sebelum kalimat itu selesai diucapkan, ia sudah pulas kembali.
Codger mendongak, memandang pintu kandang yang tertutup sebelah bawahnya. Menurut taksirannya, ia pasti mampu melompati daun pintu yang tertutup itu.
Codger merunduk, lalu melompat setinggi mungkin. Tapi sayang, ia tak berhasil melampaui tepi atas daun pintu yang tertutup. Ia jatuh kembali, menimpa Pak Tolly. Orang itu kaget, lalu bangun sambil berteriak keras.
""He! Siapa ini" Maling, maling!"
"Guk!" gonggong Codger lirih. Ia ketakutan. Aduh - apa lagi
yang diperbuatnya sekarang" Tuannya terbangun karenanya, dan mengira ada maling masuk ke dalam kandang!
"Kau ini memang goblok, Codger!" kata Pak Tolly jengkel. "Untuk apa kau tadi melompati tubuhku" Sekarang belum waktunya bangun. Lihatlah, kuda-kuda terbangun semua karena perbuatanmu. Dengar saja suara mereka mendengus-dengus. Sekarang aku terpaksa menenangkan mereka!"
Pak Tolly datang dari kotak ke kotak, sambil mengelus-elus kuda-kuda yang ketakutan.
"Nanti orang akan mengira ada maling kuda!"gerutu Pak Tolly. "Kau diam sekarang, Codger, dan jangan berkutik lagi. Aku masih ingin tidur!"
" Bab 8 Keesokan pagi "KETIKA Peter dan Janet bangun, keduanya langsung teringat pada Pak Tolly, serta pada Brownie yang sekarang ada di tempat mereka. Janet masih berbaring-baring sebentar di tempat tidur, sambil mengenang kejadian kemarin. Setelah itu ia keluar dari kamar tidurnya, untuk membangunkan Peter.
Ternyata abangnya tidur nyenyak sekali. Sukar sekali membangunkannya. Janet menggoncang-goncang dan memukul-mukul tubuh Peter. Tapi Peter cuma menggerutu sakit, lalu memutar tubuh.
"Peter! Tak mungkin kau benar-benar tidur senyenyak itu!" kata Janet jengkel. "Baiklah! Ini ada peniti. Aku ingin tahu, apakah dengannya kau bisa bangun."
Seketika itu juga Peter terduduk. Keningnya berkerut, menandakan bahwa ia jengkel.
"Ada apa" Awas - kalau kau berani menusuk tubuhku dengan peniti! Sekarang kan masih sangat pagi. Ada apa""
"Siapa bilang sekarang masih pagi," jawab Janet "Sepuluh menit lagi sudah waktunya sarapan. Ayo bangun! Aku ingin lekas-lekas sarapan, dan sesudah itu membicarakan soal mengadakan rapat Sapta Siaga lagi. Kita perlu memberitahukan pada kawan-kawan mengenai Pak Tolly, Brownie dan Codger. Selama ini kita berdua bertindak sendiri saja. Kita tidak boleh berbuat apa-apa lagi, tanpa setidak-tidaknya memberi tahu kawan-kawan terlebih dulu!"
"Baiklah, kalau begitu kita adakan saja rapat. Sekarang aku ingin tidur lagi," kata Peter sambil membungkus tubuhnya kembali dengan selimut.
"Kau ini dasar pengantuk! kata Janet kesal. Ia berdiri. "Baiklah - kuikuti kata-katamu tadi. Tidurlah sepanjang pagi, jika itu yang kaukehendaki. Aku sendiri akan mengadakan rapat Sapta Siaga! Begitu se1esai sarapan. aku akan langsung berangkat untuk memberi tahu kawan-kawan mengenainya. Akan kukatakan pada mereka. kau agak kurang enak badan. Aku yang akan menjadi ketua rapat, menggantikan dirimu!
"Tidak bisa!" kata Peter sengit. Dicampakkannya selimut dengan kasar, sehingga menyelubungi Janet.
"Ayo pergi, anak jahat! Kalau kau bertingkah begini terus, kau akan kukeluarkan dari Serikat Sapta Siaga!"
Sambil tertawa ge1i, Janet kembali ke kamarnya. Nah - sekarang pasti akan diadakan rapat Sapta Siaga lagi. Janet senang sekali, kalau ada rapat perkumpulan mereka. Lagipula kini banyak yang bisa dilaporkan olehnya bersama Peter. .
Saat itu masih cukup banyak waktu sebelum sarapan. Janet memanfaatkannya untuk menulis surat undangan rapat pada para anggota Sapta Siaga.
"PENTING! Nanti pukul sepuluh tepa! akan diadakan Rapat Sapta Siaga, untuk menyampaikan laporan mengenai kelanjutan pengaduan yang diajukan oleh- Bob Smith dalam rapat kita yang terakhir. Harap datang, "karena banyak sekali yang terjadi setelah itu. Jangan lupa membawa makanan dan minuman, kalau mungkin.
"Janet, Serikat Sapta Siaga
"Pada saat sarapan ternyata Peter masih jengkel padanya. Karena itu Janet tidak mengatakan apa-apa mengenai panggilan rapat. Tapi kemudian Peter menyapanya dengan gaya memerintah.
"Sehabis sarapan, kita akan menulis surat undangan pada kawan-kawan. Ayo cepat, karena tidak banyak lagi waktu tersisa apabila kita hendak mengadakan rapat pukul sepuluh."
"Semua surat itu sudah kutulis, ketika kau masih asyik tidur-tiduran," balas Janet. "Aku tadi khawatir, jangan-jangan pada saat sarapan pun kau masih belum bangun. "
"Jangan konyol," tukas Peter. "Berani-beraninya kau menulis surat pada para anggota Sapta Siaga, tanpa menanyakan kepadaku apa yang harus ditulis."
"Yah - tadi kuanggap takkan ada gunanya bertanya padamu, " kata Janet, "kare
na kau masih begitu nyenyak tidur! Aku tak sampai hati membangunkanmu lagi, melihat kau begitu pulas. Tapi jika kau menghendakinya, bisa saja surat-surat itu kurobek. Mungkin ada baiknya kau sendiri yang menulisnya, dan mendiktekan setiap patah kata yang harus ditulis pada dirimu sendiri."
"Jangan - jangan dirobek!" seru Peter, ketika dilihatnya Janet meraih tumpukan surat yang sudah disiapkan olehnya. Ia kaget, karena ia sama sekali tidak kepingin menulis sendiri surat-surat itu sekali lagi!
""Nah - kalau begitu kau saja yang mengantarkannya ke rumah teman-teman," kata Janet. "Sementara itu aku akan membereskan gudang."
"Baiklah - aku akan berangkat sekarang juga, " kata Peter. "Tapi sebelumnya aku ingin melihat dulu, baga1mana keadaan Pak Tolly, serta Brownie dan Codger. Tadi malam aku mimpi tentang Brownie."
"Apa yang kauimpikan"" tanya Janet berminat. Peter kadang-kadang asyik mimpinya.
Aku bermimpi Brownie minggat bersama Codger, karena ada maling kuda datang," kata Peter. "Tapi jangan ingatkan aku pada mimpi itu, karena aku takut nanti sungguh-sungguh terjadi."
"Masak kau percaya pada mimpi," kata Janet. "Tapi sudahlah, kita harus cepat-cepat selesai sarapan. Setelah itu aku akan membenahi tempat tidur kita."
Peter buru-buru makan, lalu menyambar surat-surat yang sudah disiapkan oleh Janet. Dengan segera ia berangkat untuk mengantarkannya ke tempat teman-teman. Tapi tak seorang pun dijumpainya. Karena itu surat-surat itu dimasukkannya ke dalam kotak surat, lalu "a menekan bel. Tanpa menunggu orang datang, ia pergi lagi ke rumah berikut. Tak lama kemudian ia sudah ada di rumah lagi. Dengan segera ia pergi mencari Pak Tolly. Janet bergegas menyusul.
Pak Tolly sedang sibuk memerah susu. Kelihatannya ia sangat bahagia. Para pekerja yang lain menyambut kedatangannya dengan ramah. Semuanya sangat mengagumi Brownie. Nyaris meledak rasanya dada Pak Tolly, karena bangga.
"Bagaimana kabar Brownie"" tanya Janet, sementara Laki-laki tua itu meletakkan ember susu di bawah seekor sapi betina yang berikut.
"Baik-baik saja!" jawab Pak Tolly sambil mulai memerah. Susu segar memancar dengan deras masuk ke dalam ember. "Brownie senang sekali bisa bergaul dengan kuda-kuda yang lain. Ia semakin bersemangat sekarang, Janet. Kau pergi saja ke tempatnya, untuk mengucapkan selamat pagi. Pasti Brownie akan senang kaudatangi. Nanti tahu-tahu kau sudah diajaknya pesiar berkeliling lapangan!"
Janet pergi mendatangi kuda tua itu. Kepalanya terjulur di atas daun pintu kandang sebelah bawah yang tertutup. Janet membuka pintu kandang itu, lalu masuk ke dalam.
"Enak tidurn1u tadi malam, Brownie" Kau senang di sini" Tidak takut, karena untuk pertama kali tidur di tempat yang belum kaukenal""
Brownie mendengus sambil mengusap-usapkan hidungnya ke bahu Janet. Janet mengelus-elus kuda itu.
"Aku suka padamu, Brownie. Kakimu tak lama lagi pasti akan sembuh, kan" Aku yakin, pasti sembuh lagi!"
Sekarang kuda-kuda yang lain ikut menjulurkan kepala ke luar kandang masing-masing. Mereka semua ingin dielus-elus pula oleh Janet. Kuda-kuda itu semua kenal pada Janet. Mereka tahu, anak perempuan itu sayang pada mereka. Janet selalu bersikap lembut dan sayang pada mereka.
Saat itu terdengar bunyi lonceng.
"Aku dipanggil ke dalam," kata Janet pada kuda-kuda yang ada dalam kandang. "Aku harus bergegas masuk. Pak Tolly tadi malam tidur di sini bersama kalian, ya" Aku tadi baru saja mengucapkan selamat pagi padanya."
Sehabis itu Janet bergegas lagi menuju ke rumah. Rambutnya berkibar di tiup angin. tergerai seperti surai seekor kuda!
" Bab 9 Rapat lagi "DENGAN segera kedua anak itu mengumpulkan barang-barang yang akan dibawa ke tempat rapat.
"Cepatlah sedikit, Peter!" kata Janet. "Aku duluan saja ke gudang. Kawan-kawan sebentar lagi pasti sudah datang. "
"Aku masih hendak membuat catatan sedikit," kata Peter. "Menurut pendapatku, kita perlu memeriksa apakah ada yang punya uang, untuk membantu melunasi rekening dokter hewan. Kita harus ikut membayar sebagian daripadanya, karena sudah berjanji untuk melakukannya."
"Yah - aku punya lima pence,;'
kata Janet. "Tapi bukan dan hasil bekerja, melainkan kutemukan di depan rumah tadi pagi. Mudah-mudahan aku bisa ingat lagi, di mana kutaruh tadi. "
"Dasar mujur!" kata Peter. "Nanti dalam rapat aku akan mengumpulkan sumbangan, jadi kau bisa memberikan uang itu. Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit - kan""
"Aku memang berniat hendak menyumbangkannya," kata Janet. "Dan kotak tabunganku juga sudah kubuka. Kata Ibu, setengah dari yang ada di situ bisa kupakai untuk membantu membayar tagihan dokter hewan itu. Itu jika aku benar-benar mau, kata Ibu. Lalu kukatakan, apa saja mau kulakukan, untuk menolong Pak Tolly yang malang."
"Aku juga begitu," kata Peter, "Aku akan membuka kotak tabunganku pula. Sayang banyak yang sudah kuhabiskan dalam pasar malam waktu itu!"
Pukul sepuluh kurang lima menit, keduanya sudah ada di dalam gudang. Di situ sudah tersedia kertas tulis, sebatang pensil serta pena. Begitu pula karet penghapus. Bahkan penggaris pun ada di situ, walau menurut pendapat Janet, Peter takkan memerlukan alat itu! Kotak tabungan mereka juga dibawa ke situ, lengkap dengan anak kuncinya.
"Wah, kau juga membawa coklat, Janet!" seru Peter dengan gembira. "Sedap! Sekarang cepat - tutup pintu. Kudengar ada orang datang. Jangan-jangan itu Susi, adik Jack yang menjengkelkan! Jangan sampai anak itu masuk ke sini!"
Tok tok tok. "Kata semboyan!" seru Peter dan Janet serempak.
Dari luar terdengar suara memelas.
"Peter! Janet! Masih 'Skippy!', kan" Sebab kalau sudah ada semboyan yang baru, aku tidak ingat lagi!"
"Masuk!" seru Peter. Pintu terbuka. Pam masuk, diikuti oleh Barbara.
"Halo," sapa Pam. "Sudah kukira, semboyan kita belum ditukar lagi. Halo, Skippy! Kau senang, dijadikan semboyan""
Skippy menjilat-jilat kaki Pam, lalu duduk dekat Janet. Skippy senang sekali kalau anak-anak mengadakan rapat, karena pada saat-saat begitu ia selalu kebagian makanan.
Anak-anak berdatangan satu-satu. Akhirnya semua sudah hadir. Bob Smith juga datang. Ia bergairah sekali kelihatannya.
"Ada kabar baru tentang Pak Tolly"" tanya Colin. "Rasanya sudah lama aku tak melihat kalian lagi. Selama ini aku sibuk belajar terus."
"Nah," kata Peter kemudian, "sekarang rapat kubuka. Para anggota - ada yang ingin mengajukan sesuatu" Kalian tentu masih ingat, apa yang kita bicarakan dalam rapat yang lalu, yaitu mengenai niat kita membantu Pak Tolly dengan salah satu cara."
"Kita ceritakan saja pada mereka apa yang terjadi setelah rapat yang lalu itu," sela Janet.
"Ya, ya - ceritakanlah, .. kata Pam, Jack dan George serempak, sementara Colin, Barbara dan Bob mengangguk tanda setuju. "Kami ingin sekali mendengarnya!"
"Yah, memang banyak yang terjadi sejak itu," kata Peter. "Kemarin Pak Tolly membawa Brownie kemari, "dan kini kudanya itu ada dalam kandang kami. Pak Dinneford yang jahat marah-marah pada Pak Tolly. Katanya, Pak Tolly menyebabkan kaki belakang kudanya cedera, dan ...." "Wah - kuda itu ada di sini sekarang"" sela Pam dengan bersemangat. Peter menatapnya sambil mengerutkan kening.
"Kalau aku sedang bicara, kau tidak boleh memotong," katanya. "Aku ini kan ketua Sapta Siaga""
"Wah, maaf, Peter," kata Pam. Mukanya merah, karena malu. "Soalnya, aku kepingin sekali ...."
"Ssst! Diam!" desis anak-anak yang lain. Pam terhenyak duduk. Ia agak merajuk.
"Sampai di mana aku tadi"" kata Peter. "0 ya -lalu ketika dokter hewan kepolisian datang, ia mengatakan bahwa kaki belakang Brownie cedera berat. Dan kuda itu kini sangat penggugup! Tapi dengan perawatan baik dan lemah lembut, ada kemungkinan keadaannya akan pulih seperti biasa, dalam waktu beberapa bulan lagi. Kata dokter itu kaki Brownie harus diurut dengan suatu obat tertentu. Janet lebih tahu tentang hal itu! Ia biasa mengurut, karena tangannya tidak kasar seperti aku. Yah - itu saja kejadian yang kami alami selama ini."
"Tidak, Peter - kau melupakan bagian yang paling penting. Tentang pembelian Brownie, maksudku," kata Janet. "Kan untuk itu kita sekarang perlu uang!"
"Lho - kau menginginkan kuda itu menjadi milik semua anggota Sapta Siaga, dan bukan cuma kita berdua bersama Pak Tol
ly"" kata Peter. "Itu kan aneh!"
"Sama sekali tidak aneh!" tukas Barbara. Ia juga sangat suka pada kuda. "Aku juga ingin merasa ikut memiliki seekor kuda. Dulu aku pernah ikut memiliki s"ekor anjing, bersama seorang saudara sepupuku yang tinggal bersebelahan rumah dengan kami. Menurut
perasaanku, anjing itu senang dimiliki- oleh dua orang. Dan Brownie pasti begitu pula perasaannya. Bayangkan, dimiliki oleh tujuh orang - dan bukan cuma satu orang saja! Bayangkan, Sapta Siaga memilih separoh dari seekor kuda! Pasti takkan ada perkumpulan lain yang begitu."
"Mana kudanya"" tanva Colin. "Ketika aku tadi lewat di dekat kandang, aku sama sekali tak melihatnya. Kelihatannya semua dalam keadaan kosong!"
"Jangan-"jangan dia dicuri orang!" seru Janet sambil bangkit. "Atau pintu lupa ditutup. Kau tadi lupa menutupnya kembali, Peter""
"Tidak! Aku sama sekali tidak datang ke sana!" seru Peter, sambil bangkit pula. "Wah, wah! Lihatlah!" Semua menoleh ke arah jendela gudang. Di situ nampak sesuatu yang menyenangkan. Brownie menjulurkan lehernya yang panjang ke dalam ruangan.
Rupanya entah dengan jalan bagaimana, kuda itu berhasil keluar dari kandangnya, dan ketika mendengar suara anak-anak bercakap-cakap dalam gudang, ia pun datang untuk memeriksa! Bagus sekali kelihatan kuda itu menjenguk dengan malu-malu ke dalam ruangan rapat. Ia mendengus pelan, seperti menanyakan sesuatu.
"Ia minta roti jahe!" kata Pam. Kalau Peter tidak buru-buru mencegahnya, pasti anak itu sudah menyodorkan roti sepiring penuh pada Brownie.
"Rapat ditunda selama setengah jam," kata Peter bingung. "Tak mungkin rapat kita dihadiri oleh Brownie. Sudahlah, Skip - jangan menggonggong terus. Aduh-lihatlah, sekarang keduanya lari seiring, melintasi taman! Lihatlah, jejak kaki Brownie mengacak-acak rumput. Wah, sekarang kita akan mendapat kesulitan karenanya!"
"Agak lama juga baru mereka berhasil menangkap Brownie. Kuda itu menyangka anak-anak mengajak dia main kejar-kejaran. Karena itu ia melesat kian kemari, tanpa mempedulikan tanaman kembang dan sayuran serta rumput yang terawat rapi. Namun Akhirnya Pak Tolly berhasil menangkapnya kembali dengan bantuan tukang kebun. Brownie dituntun masuk lagi ke kandang.
Aku malu karena kelakuanmu, Brownie!" kata Pak Tolly dengan napas tersengal-sengal. "Benar-benar malu! Sekarang aku harus bekerja keras sepanjang hari, memperbaiki tanaman yang rusak kauinjak-injak!"
Kami akan membantu Anda!" kata anak-anak. Dan mereka menepati kata. Pak Tolly merasa lega karenanya. Kebun sudah hampir pulih seperti semula, sebelum ayah Peter muncul!
"Kami tadi sedang sibuk mengadakan rapat," kata Peter pada Pak Tolly. "Anda bisa menghadirinya sekarang, Pak" Kami akan melanjutkannya dengan segera dalam gudang. Ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan pada Anda."
Baiklah," kata Pak Tolly. "Aku punya waktu luang, kira-kira selama seperempat jam. Mengenai apa rapat kalian itu""
"Kami membicarakan soal keuangan," kata Peter, sambil berjalan mendului menuju gudang. "Soalnya, kami kan sudah berjanji akan membayarkan utang pada dokter hewan, dan pagi ini kami harus menyerahkan sebagian dari jumlah itu padanya. Kecuali itu kami juga ingin membicarakan soal pembelian Brownie."
Sementara itu mereka semua sudah duduk dalam gudang. Anak-anak menatap dengan bergairah ke arah Pak Tolly. Orang tua itu nampak tercengang memandang beberapa kotak tabungan terletak di atas meja, di samping beberapa amplop dan dompet.
Itulah yang berhasil kami kumpulkan sampai sekarang untuk membayar ongkos perawatan dokter hewan, " kata Pam. "Ini dompetku. Aku bekerja membersihkan kebun Nenek, dan untuk itu akan diberinya uang lima puluh pence. Uang itu kusumbangkan untuk membayar ongkos dokter."
"Dan aku menjaga anjing-anjing tetangga kami selama dua hari, ketika ia harus bepergian," kata Jack. Anjing-anjingnya menyenangkan sekali. Bukan aku yang mengajak mereka berjalan-jalan, melainkan sebaliknya. Aku yang diajak jalan-jalan oleh mereka. Dan coba terka, berapa yang diberikan Pak Kay sebagai upah untuk pekerjaan itu. Mula-mula aku diberinya dua puluh lima penc
e. Tapi ketika mendengar untuk apa uang itu, yaitu ikut membayar ongkos perawatan dokter hewan, jumlahnya langsung dinaikkan menjadi lipat tiga. Aku diberinya upah tujuh puluh lima pence!
"Wah! Bukan main!" kata teman-temannya kagum.
"Sayang, aku tak semujur nasibmu," kata Colin. Aku juga diserahi tugas mengajak dua ekor anjing berjalan-jalan. Tapi seekor di antaranya terjun ke dalam sungai pada bagian yang dangkal dan kotor. Sebagai akibatnya, ketika anjing itu keluar lagi, tubuhnya hitam berlumur lumpur. Akhirnya aku cuma diberi upah lima belas pence. Kecuali itu aku juga masih harus memandikan anjing itu!
"Ya, memang sial," kata Peter. Kau bagaimana, Barbara""
Aku membawa kotak tabunganku. Isinya sekitar sembilan puluh pence," kata Barbara. Belakangan ini pengeluaranku agak banyak - karena dalam tiga minggu ada tiga kawanku yang berulang tahun. Yang terakhir, dua hari yang lalu. Aku merasa pasti, isi tabunganku sekarang tinggal sembilan puluh pence."
"Apa boleh buat! kata Peter. Tapi tidak apa, lain hari kau bisa menabung lebih banyak. Jadi sekali ini, tidak begitu banyak yang bisa kita angsurkan untuk melunasi utang pada dokter hewan. Kalau kau, bagaimana - George"
"Ha - aku punya kabar hebat!" kata George. Beberapa minggu yang lewat aku mengikuti sayembara karangan mengenai perkumpulan. Hadiah pertama yang disediakan berjumlah sepuluh pound, dan..."
Maksudmu, kau memenangkannya"" seru Peter. Ia bangkit dengan bergairah.
Tidak, tidak - aku tidak memenangkan hadiah pertama. Tapi lumayan, hadiah kedua, sebesar lima pound! kata George dengan wajah berseri-seri. "Aku baru mendengar kabar itu pagi ini. Uangnya belum kuterima. Tapi kata, Ayah, pasti akan datang. Karenanya ia memberiku uang muka sejumlah lima pound itu, supaya aku bisa menyumbangkan semuanya guna membayar tagihan dokter hewan. Nanti kalau uang hadiahku datang, uang muka itu akan kukembalikan pada Ayah.
Anak-anak terdiam semuanya. Bukan main! George memang benar-benar murah hati, mau menyumbang sebanyak itu. Janet merangkulnya, sementara teman-teman yang lain menenepuk-nepuk pundaknya!
"Orang tuamu sudah mengijinkan kau menyerahkan seluruh uang itu untuk membayar rekening dokter hewan" tanya Peter.
Ya - tentu saja sebelumnya aku bilang dulu pada mereka, jawab Georg". Ayahku tadi nyaris saja menambahkan uang lima pound lagi, apabila tidak cepat-cepat dicegah ibuku.
"Sumbangan anak-anak yang lain tidak begitu menarik lagi, setelah iuran George sebanyak lima pound itu! Peter menyerahkan tabungannya yang berjumlah tujuh puluh lima pence. Sedang Janet memberikan seluruh simpanannya, sebanyak empat puluh pence. Dengan malu-malu, Bob menyodorkan uang empat puluh lima pence.
"Sebagian besar hasil disuruh-suruh," katanya.
"Berapa jumlah keseluruhannya"" tanya Pam dengan bersemangat. "Kelihatannya banyak sekali, tergeletak begitu di atas meja. Cukup untuk membayar ongkos selusin dokter hewan!"
Dengan sikap serius, Peter menghitung uang yang terkumpul di atas meja. Tentu saja termasuk lembaran uang lima pound yang masih baru, hasil sumbangan George!
"Kita sekarang punya uang delapan pound sembilan puluh pence,"' katanya setelah selesai menghitung.
Jack tidak bisa menahan diri lagi. Ia meloncat sambil bersorak-sorak. Skippy kaget mendengarnya, lalu lari ke luar dengan ekor dijepitkan di sela paha!
"Hore! Hore!" seru Jack. Kawan-kawannya tidak mau ketinggalan. Pak Tolly juga ikut bersemangat.
"Uang kita sudah cukup untuk melunasi utang pada dokter hewan!" seru Peter dengan gembira. "Aduh, George - kau benar-benar baik hati, mau menyerah'kan uang lima pound itu! Kami takkan pernah melupakannya. Hore! Rapat sekali ini berakhir dengan sangat memuaskan!"
" " Bab 10 Ke Dokter Hewan "PAK Tolly selama itu tidak mengatakan apa-apa. Ia cuma duduk saja sambil melongo. Didengarnya anak-anak ribut bicara dengan bersemangat, sementara matanya tak henti-hentinya menatap uang lima pound yang terletak di atas meja. Seolah-olah baru saat itu ia melihat lembaran uang sebesar itu. Kemudian Perhatiannya beralih pada anak-anak. Dipandangnya mereka
satu per satu dengan perasaan kagum dan berterima kasih.
"Kurasa sebaiknya kita memberikan penjelasan pada Pak Tolly, " kata Peter kemudian. "Kita begini ribut sementara Pak Tolly mungkin bertanya-tanya dalam hati, untuk apa uang sebanyak itu di atas meja. Bahkan Skippv pun ikut-ikut ribut. Duduk. Skip! Ayo duduk!"
"Memang - aku tidak biasa melihat lembaran uang lima pound tergeletak begitu saja," kata Pak Tolly sambil nyengir. "Kelihatannya begitu baru. seperti baru datang dari percetakan uang."
"Itu untuk membayar ongkos perawatan Brownie pada dokter hewan," kata George bangga. "Atau bisa juga untuk mencicil harga pembeliannya."
"Apa maksudmu, hendak membelinya"" tanya Pak Tolly bingung. "Upahku akan dipotong dua pound seminggu selama lima minggu - dan setelah itu Brownie akan sepenuhnya menjadi milikku. Aku sudah "mengatakan, Peter dan Janet boleh ikut memilikinya, karena mereka berdua tinggal di sini dan kapan-kapan bisa ikut" merawatnya. Tapi Brownie kudaku - aku yang melunasi pembayarannya!"
"Menurut kami, apabila kami Anda perbolehkan ikut membayar sebagian dari harga pembeliannya, maka kami akan benar-benar merasa dia juga milik kami - untuk sebagian. Bagian yang mana untuk kami"" Janet memandang Pak Tolly dengan serius. Laki-laki tua itu membalas pandangannya sambil tertawa.
"Jangan suka iseng, Janet," katanya. "Mana mungkin kuda dibagi dua. Seluruh Brownie yang akan kita miliki bersama-sama, dan aku merasa senang apabila kupikirkan bahwa kalian akan ikut kebagian sayangnya. Aku belum pernah melihat kuda yang penuh kasih-sayang seperti Brownie. Kurasa ia mau bekerja sepenuh hati untuk pemiliknya."
"Nanti dulu, Pak, sela Peter. "Kami takkan bisa benar-benar merasa ikut memilikinya, apabila kami tidak ikut membelinya. Setiap anggota kami berpendapat begitu. Kami semua ingin merasa ikut memiliki kuda bagus ini. Tapi kami juga tahu, pemilik sebenarnya Anda! Kami cuma ingin ikut memilikinya sedikit saja!"
"Baiklah," kata Pak Tolly. Akhirnya ia memahami maksud anak-anak itu. Tentu saja! Anak-anak itu tak ada yang pernah mempunyai kuda milik mereka sendiri. Karena itulah mereka sangat ingin ikut memiliki seekor biar cuma sedikit saja. Itu bisa dimengerti oleh Pak Tolly. Ya, ia bisa memahaminya. Pak Tolly mengangguk, sambil menatap anak-anak dengan tersenyum lebar.
"Baiklah kalau begitu, Peter, katanya. "Jadi soal itu beres. Kalian bayar saja lima pence padaku, dan kalian bisa menganggap Brownie juga menjadi milik kalian. Kalau masih ada uang tersisa - dan aku tahu itu ada- tolong bayarkan saja ongkos perawatan dokter hewan. Terima kasih, jika kalian mau melakukannya! Selama beberapa minggu ini keuanganku agak sempit, karena harus mencicil pembayaran Brownie pada majikanku. Aku tak mampu harus menanggung pembayaran cicilan pada dokter hewan pula!"
"Aku tahu akal!" kata George. "Kita bayarkan setengah dari rekening dokter hewan, lalu sisa uang yang masih ada kita serahkan pada Pak Tolly, supaya ia punya uang sedikit. Kita tak memerlukan uang itu. Sapta Siaga sama sekali tak berutang pada siapa pun juga, dan kita kan masih selalu bisa mendapat penghasilan dengan jalan membantu-bantu orang tua kita. Kecuali itu sebentar lagi beberapa di antara kita akan berulang tahun."
"Aku ingin tahu, kapan Brownie berulang tahun," kata Pam. "Jika masih ada uang tersisa, kita bisa membelikannya wortel satu kantong penuh. Anda tahu kapan ulang tahun Brownie, Pak Tolly"
"Kurasa sekitar sepuluh hari lagi," kata Pak Tolly. sambil mengernyitkan keningnya mengingat-ingat. "Aku pernah mencatatnya. Ketika ia baru lahir, tubuhnya kecil sekali - tapi kakinya panjang! Kelihatannya seperti hanya terdiri dari kepala dan kaki saja waktu itu. Tapi lihatlah sekarang - sudah menjadi kuda yang hebat dan bagus!"
"Kurasa hari ini saja kita mendatangi dokter hewan, " kata Janet. "Kita masih bisa menemuinya di rumah, sebelum ia pergi mendatangi pasien-pasiennya. Bagaimana, kita pergi sekarang""
"Ya," kata Peter. "Masih cukup banyak waktu untuk datang ke tempatnya dan berbicara sebentar dengan dia,dan sesudah itu menyelesaikan perundingan ki
ta. Sebaiknya uang kita bawa saja sekarang. Mudah-mudahan saja mencukupi jumlahnya. Yuk, Skip!"
Mereka lantas berangkat ke tempat Pak Whistler, setelah pamit pada Pak Tolly. Skippy ikut dengan mereka. Ternyata mereka sedang bernasib baik. Ketika mereka tiba, nampak dokter hewan itu duduk di atas seekor kuda. Ia hendak ke luar, setelah selesai memeriksa hewan-hewan pasiennya di tempatnya berpraktek.
"Selamat pagi, Pak Whistler," sapa Peter sambil membuka petnya. "Bisakah kami bicara sebentar dengan Anda" Anda tidak perlu turun dari kuda Pak. Wah, bagus sekali kuda ini!"
"Ya - dia memang bagus," jawab Pak Whistler, sambil menepuk-nepuk tengkuk kudanya. "Namanya Lord Lofty. Cocok dengan potongannya yang anggun, ya.
"Betul," kata anak-anak serempak, sambil ikut menepuk-nepuk kuda itu. Pam menambahkan, "Sikapnya memang anggun seperti bangsawan! Lihatlah, betapa tegak sikap kepalanya, dan caranya menggaruk-garuk tanah dengan bangga. Lain kali akan kubawakan gula-gula untuk-mu, Lord Lofty. Aku akan berlutut menyerahkannya, seperti sepantasnya sikap terhadap bangsawan !"
Semua tertawa mendengar lelucon Pam.
"Nah," kata dokter hewan, "sekarang - apa yang bisa kulakukan untuk kalian" Aku cuma ada waktu sedikit, karena harus segera berangkat mendatangi pasien-pasienku di berbagai tempat."
"Kami hanya ingin mengatakan, kami sudah menabung uang untuk membayar ongkos perawatan Anda terhadap kuda yang bernama Brownie," kata Peter menjelaskan. Anda tahu kan, Pak - yang dulu dimiliki Pak Dinneford - seekor kuda belang coklat dengan bentuk kepala yang indah. Kemudian Pak Dinneford menjualnya pada ayahku, dan kini ayahku menjualnya lagi pada Pak Tolly. Pak Tolly sekarang sudah tidak bekerja lagi pada Pak Dinneford. Sudah pindah dan bekerja untuk ayahku. Penjelasan yang agak terlalu panjang, Pak. Maaf!"
"Ya, ya - aku kenai baik pada kuda itu," kata dokter hewan. "Kaki belakangnya cedera ditabrak gerobak bermuatan berat yang sedang dihelanya menuruni bukit. Aku marah pada Dinneford karenanya. Ia selalu memaksa kuda-kudanya bekerja terlalu berat! Memakai dua ekor, apabila yang diperlukan sebenarnya empat. Kuda itu waktu itu sangat menderita. Bagaimana keadaannya sekarang""
"Yah, menurut pendapat kami keadaannya sudah jauh lebih baik, setelah kini dirawat oleh Pak Tolly dan kami bersama-sama," kata Peter. "Pak Tolly juga mengatakan, Anda sangat banyak menolong Brownie, merawat kaki belakangnya yang cedera. Dan kami datang sekarang untuk membayar utang ongkos perawatannya. Anda sudah mengatakan dengan murah hati bahwa Anda memotong setengah dari ongkos itu. Sekarang kami hendak melunasinya. Jadi jika Anda mengatakan berapa tepatnya yang harus dibayar, kami hendak melunasinya sekarang - supaya Pak Tolly tidak perlu lebih lama ge1isah memikirkan soal itu. Kami sudah cukup menabung, Pak - dan George, dia memenangkan hadiah lima pound dalam suatu sayembara mengarang."
"Dan uang hadiah itu disumbangkannya untuk membayar ongkos perawatan, Pak," kata Colin dengan wajah berseri-seri. "Kecuali itu juga untuk mencicil harga pembelian Brownie. Kami semua akan memilikinya bersama-sama. Dengan begitu ia pasti akan terawat baik, Pak!"
"Bukan main! Jadi untuk itu rupanya kalian kemari," kata dokter hewan sambil tersenyum. "Nanti dulu - tagihanku mula-mula lumayan tingginya, lalu kukatakan akan kupotong setengahnya - begini sajalah, bagaimana jika aku juga ikut memiliki kuda itu" Aku juga senang padanya! Jika aku turut memilikinya, aku bisa datang untuk merawatnya dengan cuma-cuma apabila ada sesuatu yang terjadi dengan dirinya, kan""
Sesaat sunyi, sementara anak-anak mencernakan ucapan Pak Whistler. Kemudian Peter berkata lagi.
"Yah - begini, Pak - tentu saja Anda juga bisa ikut memilikinya. Rupanya Anda senang padanya, mengingat Anda sudah merawat kaki belakangnya yang cedera dengan baik. Ya, kurasa pasti Pak Tol1y akan mau mengijinkan Anda ikut memiliki Brownie. Tapi mengenai tagihan itu, Pak - jika Anda mau mengatakan berapa jumlahnya setelah dipotong setengahnya, kami akan ...."
"Astaga! Mana mungkin aku mengenakan pembayaran untuk sesuatu
yang juga merupakan milikku sendiri!" kata dokter hewan dengan sikap kaget.
"Tapi sewaktu Anda merawatnya dulu, Anda kan belum ikut memilikinya, Pak," kata Colin.
"Memang betul. Tapi waktu itu aku kan belum menyadari nasib mujurku, akan bisa ikut memilikinya"" kata dokter hewan. "Tidak! Biar saja seperti kataku tadi dalam hal ini. Beri aku hak untuk ikut memilikinya. dan sebagai imbalannya aku tak perlu dibayar untuk merawat apabila kaki belakang Brownie sakit lagi. Aku tidak mau mendengar apa-apa lagi mengenainya. Nah, sekarang aku harus berangkat. Sampaikan salamku pada Brownie - dan bilang padanya bahwa aku sekarang juga ikut menjadi pemiliknya!"
Setelah itu Pak Whistler pergi sambil menderapkan kudanya.
"Nah!" kata Peter dengan gembira. "Ini benar-benar kejadian yang hebat! Dokter hewan itu baik hati sekali! Bayangkan - apabila Brownie sakit, dia akan mendapat perawatan dengan cuma-cuma. Jadi Pak Tollv tidak perlu gelisah memikirkan tagihan yang besar. lho, Pam - kenapa kau menangis" Ada apa""
"Aku menangis karena merasa bahagia," kata Pam dengan air mata berlinang-linang. "Tahu-tahu air mataku sudah mengalir. Aku terkejut, dan bahagia. Kau tak perlu memandangku dengan kaget, Skip. Sungguh, aku benar-benar merasa bahagia!"
Memang - tidak sedikit orang yang menangis, apabila secara tiba-tiba menghadapi kebaikan budi!
"Bab 11 Semua merasa senang
"ANAK-ANAK bergegas kembali ke rumah Peter. Rasanya sulit sekali membayangkan nasib mujur yang mereka alami. Dokter hewan sangat baik hati. Dan caranya begitu khas!
"Mudah-mudahan jika aku sudah besar nanti, aku akan murah hati pula seperti dia," kata George dengan serius. Ia benar-benar terkesan melihat kebaikan hati Pak Whistler yang begitu sederhana dan tulus. Ternyata bagi sementara orang, uang tidak begitu penting artinya. Syukurlah Bagi Pak Whistler, ternyata kebalkan hati lebih besar maknanya dibandingkan dengan uang beberapa pound. George tidak bisa melupakan peristiwa yang terjadi pagi itu. Ia sudah bertekat akan bersikap demikian pula apabila sudah dewasa nanti!
Pak Tolly juga nyaris tidak bisa percaya, ketika anak-anak datang menceritakan kejadian itu padanya. Saat itu ia sedang istirahat dalam sebuah pondok kecil dekat kandang.
Anak-anak meletakkan uang mereka ke bangku, di sisi Pak Tolly. Lembaran lima pound, serta selebihnya.
"Dokter hew an sama sekali tidak mau dibayar!" kata George. "Satu penny saja pun ia tidak mau menerima. Katanya, yang diinginkannya cuma ikut memiliki Brownie. Ia suka sekali pada kuda itu, dan ia akan datang memeriksanya tanpa memungut bayaran! Sungguh, Pak Tolly!"
"Ah - kalian cuma hendak membohongi aku saja," ujar Pak Tolly tidak percaya. "Ya, kan" Kalian cuma ingin mempermainkan aku. Mengaku sajalah kalian sama sekali tidak pergi ke dokter hewan tadi. Betul kan, Skippy""
Agak sulit juga anak-anak meyakinkan Pak Tolly, bahwa mereka sama sekali tidak berbohong. Akhirnya Laki-laki tua itu bangkit dengan sikap takjub.
"Maksud kalian, dokter hewan itu tidak mau menerima sedikit pun uang pembayaran kalian"" katanya. "Satu penny saja tidak" Wah - kalau begitu dia benar-benar murah hati. Seseorang yang terhormat. Aku akan datang padanya, untuk mengantarkan semua telor hasil ayamku, si Sukey. Pak Dokter suka telor segar - begitu ceritanya pada suatu ketika padaku. Kini ia akan selalu bisa makan telor hasil Sukey. Biar aku sendiri tidak makan telor seumur hidup!"
Anak-anak geli melihat sikap Pak Tolly itu. Tapi juga merasa senang. Kini dokter hewan akan bisa sarapan telor segar setiap pagi. Dan memang sudah selayaknya begitu. Demikian pendapat anak-anak semua.
" Aneh - betapa perbuatan baik terjadi susul menyusul," kata Janet. "Wah, akhir-akhir ini kejadian begitu merangsang, sampai aku nyaris sukar bernapas karenanya. Kurasa keadaan akan menjadi agak tenang sekarang. Tapi harus kuakui, aku sangat menikmati hari-hari yang baru lalu!"
Ucapan Janet ternyata keliru. Keadaan tidak menjadi tenang, malah sebaliknya.
Ketika Peter melaporkan kata-kata dokter hewan pada ayahnya, ayahnya cuma mendengarkan saja tanpa mengatakan apa-apa
. Setelah Peter selesai bercerita, ayahnya mengangguk.
"Jadi dia tidak mau menerima uang kalian," katanya.
"Nah, hendak kalian apakan uang itu sekarang" Jumlahnya lumayan juga banyaknya."
"Kami ingin menyerahkannya pada Ayah sebagai pembayaran untuk Brownie, supaya Pak Tolly bisa sepenuhnya menjadi pemilik kuda itu," jawab Peter.
"Ia sayang sekali padanya. Kan dia sendiri yang nantinya harus mengurus - karena tak lama lagi kami akan bersekolah- kembali, sedang Ayah selalu sibuk. Brownie kan aman di sini, bersama Pak Tolly serta kuda-kuda yang lain""
"Ya, memang," kata Ayah. Dipeluknya Peter, dan juga Janet yang ikut hadir di situ. "Baiklah! Kuterima uang kalian, dan semuanya akan kupakai untuk membiayai kehidupan Brownie. Dan mungkin masih cukup uang yang tersisa untuk membeli pelana yang baik, supaya kalian bisa menungganginya. Brownie pasti mau jika kalian tunggangi."
"Wah - kami pun senang, Yah!" sela Janet dengan mata bersinar-sinar karena gembira. "Aku tahu sekarang! Bagaimana kalau Brownie menjadi kuda Ayah dan Pak Tolly pada saat kami bersekolah - dan pada saat libur, menjadi kuda kami" Itu kan pembagian yang adil""
"Lebih dari adil!" kata Ayah. "Sekarang pergilah bercerita pada Ibu mengenainya, karena aku masih ada pekerjaan di ladang. Nanti aku akan bicara dengan Tolly, untuk menceritakan kompromi kita."
"Nah - soalnya beres sekarang!" kata Peter dan Janet, sementara mereka pergi ke tempat Ibu. "Aku hendak menyerahkan uang tiga pence setiap minggu pada Ibu, untuk pembayar bekal gula-gula untuk Brownie. Ia juga diberi gula oleh Pak Tolly, jadi pasti takkan mengalami kekurangan. Bayangkan - kita akan bisa pesiar setiap hari, menunggangi Brownie!"
Pak Tolly ternyata senang mendengar kompromi Peter dan Janet dengan ayah mereka.
"Baik sekali bagi Brownie apabila ada yang menungganginya setiap hari," katanya. "Kalau tidak sering dilatih, nanti dia akan terlalu gemuk! Kuda sejenis dia cepat sekali menjadi gemuk. Tahukah kalian, bahwa dia juga bisa disuruh melompat" Brownie pandai sekali melompat. Kalian mesti melihatnya kemarin, melompati parit ketika ada anjing datang mengganggunya. Aku berani sumpah, pasti anjing itu mengira Brownie punya sayap! Pokoknya, anjing itu langsung lari pontang-panting. Sedang Brownie cuma berdiri saja memandangnya dari seberang parit, sambil nyengir lebar. Sungguh - dia nyengir! Kelihatan deretan giginya yang putih bersih. Kurasa anjing itu lari, karena menyangka ia akan dimakan oleh Brownie, begitu melihat gigi-gigi itu!"
Peter dan Janet tertawa. Ternyata Pak Tolly jago kalau disuruh mendongeng. Mereka mengikutinya masuk ke kandang, lalu duduk di atas jerami. Harum sekali baunya!
"Ceritakan sekarang, Pak," pinta Janet. "Anda banyak punya cerita tentang binatang-binatang ternak kerja Anda sehari-hari."
"Wah, jangan sekarang," kata Pak Tolly. "Aku sedang sibuk! Kandang-kandang ini masih harus kubersihkan. Peter - coba kauambil garpu itu, dan membantuku membereskan tempat ini. Dan kau, Janet pergilah mengobrol dengan Brownie. Dia ada di sana! Mungkin ia ingin makan apel, yang ada di para. Dan barangkali kau juga ingin satu!"
"Tak lama kemudian Janet sudah duduk dalam kotak kandang Brownie, asyik makan apel bersama kuda itu. Brownie meringkik lembut, sambil mendekatkan ujung hidungnya ke Janet. Anak perempuan itu merangkul leher Brownie.
"Aku senang padamu, Brownie," bisik Janet di telinga Brownie. "Kau kan takkan dicuri orang" Aku sedih apabila hal itu sampai terjadi. Malam ini aku akan memandang ke luar lewat jendela, untuk menjaga jangan sampai ada pencuri datang. Malam ini terang bulan, jauh dari kamar tidurku aku bisa memandang kemari. Kau tidak perlu takut, karena aku akan menjagamu dari atas Jika kulihat ada pencuri, akan kusuruh Skippy mengejar!"
Bab 12 Tengah malam "MALAM itu semua cepat tidur. Ayah Peter sudah capek sekali, karena sepanjang hari ia membantu pekerjaan di ladang. Soalnya salah seorang pekerja hari itu cuti. Ibu selalu cepat capek pada malam hari. Ia senang apabila bisa lekas tidur. Hanya Peter dan Janet saja yang masih ingin menyelesaikan buku yang
sedang mereka baca. Tapi mereka disuruh cepat naik untuk tidur.
"Dan nanti di tempat tidur jangan terlalu lama membaca-baca lagi, ya"" kata Ibu mengingatkan. "Lampu harus sudah dipadamkan sebelum larut malam. Jangan nakal!"
Keduanya naik ke atas sambil menggerutu. Kamar tidur mereka berdampingan letaknya, sehingga mereka bisa dengan mudah bicara dari tempat masing-masing. Keduanya berbaring dengan berbekal buku yang sedang dibaca. Janet sedang asyik dengan kisah mengenai petualangan penyelundup. Karenanya ia lupa waktu. la membaca terus.
"Kau pasti akan kena marah besok pagi, jika kau mengatakan dengan terus terang kapan kau memadamkan lampu malam ini," kata Peter sambil memadamkan lampunya. "Nah - selamat tidur, kutu buku'"
Buku yang sedang dibaca Janet memang sangat mengasyikkan. Sebagai akibatnya, ia lupa waktu. Ia bahkan lupa bahwa saat itu ia sedang berada di tempat tidur. Menurut perasaannya, ia sedang ikut berkeliaran beserta empat orang anak serta seekor anjing bernama Timmy dalam gua penyelundup.
Beberapa waktu kemudian, Janet memasang telinga. Terdengar jam besar yang di bawah berdentang. Astaga - sebelas kali! Ternyata saat itu sudah pukul sebelas malam. Apa kata Ibu besok pagi, jika mendengar bahwa
pukul sebe1as Janet belum tidur" Anak itu merasa bersalah, tidak mengikuti kata ibunya tadi. Cepat-cepat diletakkannya bukunya ke lantai. Lampu dipadamkan, dan tirai jendela dibuka lebar. Dengan segera kamar tidur diterangi cahaya bulan purnama!
"Aduh, indahnya!" bisik Janet pada dirinya sendiri. "Indah sekali. Hampir seterang siang hari, tapi dengan kilauan keperak-perakan." Janet masih berdiri agak lama di depan jendela. Ia memandang ke luar.
Kemudian ia mengambil keputusan. Aku ingin jalan-jalan di luar, di bawah sinar bulan, katanya dalam hati. Aku ingin menari-nari di tengah bulan purnama. Tapi lebih baik niatku ini tak kukatakan pada siapa-siapa, karena nanti aku dikira sinting!
Janet mengenakan baju luar. Sambil berbisik dipanggilnya Skippy yang berada di kamar Peter. Dan bersama anjing itu, kemudian ia turun ke bawah.
Hatinya berdebar-debar. Tapi bukan karena ketakutan, melainkan merasa asyik. Begitu terang sinar bulan di luar!
Janet keluar lewat pintu belakang. Tak lama kemudian ia sudah berdiri di pekarangan. Ia mendongak menatap bulan yang seakan sedang berlayar di tengah samudra awan berarak. Besar sekali kelihatannya bulan saat itu.
Aku takkan bisa tidur, sementara bulan bersinar begitu indah, pikir Janet. Ah - aku tahu! Kulihat saja , apakah Brownie masih bangun. Akan kubisikkan di telinganya bahwa aku datang menjenguknya, karena bulan begitu berseri-seri cahayanya. Pasti ia senang aku datang.
Janet takut berjalan melintasi pekarangan di tempat terang. Ia khawatir ayah atau ibunya kebetulan belum tidur dan saat itu sedang berdiri di belakang jendela sambil menatap bulan. Karena itu ia menyelinap di tempat-tempat yang gelap, diikuti oleh Skippy.
Tapi tiba-tiba anjing itu berhenti. Ia menggeram, lalu menarik-narik pakaian Janet sambil menggeram sekali lagi. Janet tertegun di bawah bayangan sebatang pohon. Ia memasang telinga. Kenapa Skippy. menggeram-geram" Mungkinkah karena mendengar seekor tikus yang melintas" Janet sama sekali tak mendengar apa-apa. Karenanya ia meneruskan langkah, masih dengan memilih tempat-tempat yang agak gelap.
Kemudian terdengar olehnya bunyi sesuatu. Kedengarannya seperti seruan tertahan. Datangnya dari arah kandang. Siapakah yang ada di sana" Yah - tentu saja Pak Tolly. Dia kan selalu tidur di atas jerami dalam kandang. Ia tidak mau terlalu jauh dari kuda-kuda yang disayanginya. Jantung Janet berdebar keras. Dipegangnya kalung leher Skippy, lalu berbisik di telinganya.
"Jangan menggonggong atau menggeram. Berjalanlah dekat padaku. Aku hendak memeriksa apa yang terjadi di sana. Kuintip ke dalam kandang lewat salah satu jendela. Sekarang diam, Skip!"
Mereka menyelinap maju di balik bayangan pohon dan bangunan sampai akhirnya tiba di dekat kandang-kandang yang besar. Kuda-kuda yang ada di dalam terdengar bergerak-gerak dan mendengus dengan gelisah. Seekor di an
taranya meringkik pelan. Tapi sesaat kemudian terjadi ribut-ribut! Setidak-tidaknya, begitulah rasanya bagi Janet, yang merunduk di balik bayangan! Ia mendengar suara orang berteriak-teriak. Ya - itu suara Pak Tolly, terdengar lantang di sela ringkikan kuda. Lalu terdengar derap kaki beberapa orang, disusul teriakan Pak Tolly meminta tolong.
"Tolong! Tolong!"
Janet mengintip'lewat salah satu jendela, memandang ke dalam kandang. Dilihatnya di dalam sedang terjadi pergumulan. Ada tiga orang tak dikenal di situ. Seorang di antaranya memegang Brownie. Seorang lagi memegang seekor kuda lain, sedang yang ketiga berkelahi dengan Pak Tolly. Ramai sekali perkelahian mereka. Tanpa terasa Janet menjerit, karena ketakutan.
Pak Tolly mendengar jeritannya. Tapi ketiga orang tak dikenal itu tidak mendengarnya. Pak Tolly berseru pada Janet, yang nampak mengintip dari balik jendela di dekat tempatnya.
"Cepat - panggil bantuan! Selamatkan kuda-kuda!"
"Percuma saja minta tolong, Pak Tua!" kata salah seorang pencuri dengan kasar. "Di dekat kandang sini sama sekali tak ada siapa-siapa!"
Janet ketakutan setengah mati. Cepat-cepat ia lari kembali ke rumah.
"Ayah! Ibu! Cepat - di sini ada orang-orang yang hendak mencuri kuda-kuda kita! Pak Tolly sedang berkelahi dengan mereka! Ayah! Ayah!"
Seketika itu juga kedua orang tuanya terbangun. Tanpa sempat berganti pakaian, ayahnya bergegas lari menuruni tangga menuju ke bawah. Ketika Janet masuk ke rumah, ibunya sudah sibuk menelepon polisi!
Sambil tersedu-sedu Janet bercerita bahwa Pak Tolly diserang pencuri. Ibunya membujuknya.
""Polisi akan segera datang," kata Ibu. "Kau tunggu saja mereka di Jalan masuk ke mari, lalu kauantarkan ke kandang. Aku harus ke luar untuk melihat, barangkali ayahmu memerlukan bantuan!" Ibu mengambil sebatang besi pengorek arang dapur, dan dengan senjata itu ia bergegas ke luar. Ibu sangat berani, pikir Janet sambil menunggu kedatangan polisi. Aduh - kenapa Peter sama sekali tidak terbangun"
Saat itu polisi datang naik mobil.
"Nak - di mana para pencuri itu" Cepat, katakan pada kami!" seru seseorang. Janet melihat seorang polisi bertubuh kekar turun dari mobil, lalu bergegas menghampirinya.
"Mari, saya antarkan," seru Janet. "Ada beberapa orang hendak mencuri kuda-kuda kami. Aku melihat mereka tadi! Ayah sudah ke sana untuk mencegah perbuatan mereka. Ibu juga ikut!"
Berisik sekali bunyi-bunyi yang ,datang dari arah kandang. Teriakan-teriakan bercampur aduk dengan ringkikan kuda dan gonggongan anjing. Tubuh Janet gemetar. Tapi dengan tabah diikutinya polisi. Bagaimanakah keadaan ayah dan ibunya sekarang" Apa yang terjadi dengan Pak Tolly" Apakah kuda-kuda mengalami cedera - atau mungkin Skippy" .
Janet sebetulnya tidak ingin masuk ke dalam kandang. Tapi ia tidak bisa menahan perasaan ingin tahu yang mendorong. Aduh - bukan main ributnya di tempat itu!
Dilihatnya Ayah menduduki seorang pencuri yang terkapar di tanah. Pak Tolly juga duduk di atas punggung seorang pencuri, sambil melancarkan pukulan demi pukulan. Dan - bukan main! Pencuri ketiga nampak berlutut di depan Ibu, meminta-minta agar dilepaskan!
"Codger dan Skippy kelihatan asyik sekali! Kedua anjing itu berlari-lari dari pencuri yang satu ke pencuri berikutnya, sambil menyambar-nyambar dengan "gigi mereka yang runcing. Ketiga pencuri itu menjadi semakin ketakutan karenanya. Kuda-kuda yang ada dalam kandang semua ribut menyepak-nyepak sambil mendengus dan meringkik-ringkik. Janet tak kuat lagi berdiri. Ia merasa perlu duduk sebentar. Kejadian itu terlalu menegangkan baginya. Ia duduk di atas tembok batu yang terdapat di sebelah luar kandang, menunggu sampai perkelahian selesai. Astaga - bukan main hebatnya kejadian malam itu. Kasihan Peter!. Abangnya itu masih terus lelap di tempat tidurnya, sehingga tidak ikut mengalami kejadian tegang itu. Janet merasa, ia harus membangunkannya!
" Bab 13 Akhir yang menyenangkan
"JANET memutuskan untuk membangunkan Peter, sebelum kejadian asyik itu berakhir. Kalau ia tidak melakukannya, pasti Peter akan marah sekali nanti! Karenanya ia lari secepat mungkin ke
tingkat atas, lalu digoncang-goncangnya abangnya sampai terbangun.
"Peter! Peter! Cepat, bangun! Di kandang ada beberapa pencuri kuda! Pak Tolly berkelahi dengan mereka, dan kini polisi sudah datang! Semua ramai berkelahi dalam kandang - juga Ayah dan Ibu!"
"Jangan konyol! Pasti -kau cuma bermimpi buruk tadi," kata Peter. Ia kaget, dan sekaligus juga jengkel. "Pergilah tidur lagi! Benar-benar keterlaluan - aku dibangunkan dengan kisah konyol seperti itu!" Peter memutar tubuh, maksudnya hendak melanjutkan tidurnya. Tapi Janet menggoncang-goncang bahunya kembali.
"Ayo bangun! Bangun!" serunya. "Kalau kau duduk, pasti akan bisa kaudengar sendiri suara ribut-ribut di luar. Cepatlah - nanti kau tidak kebagian melihat kejadian ramai ini. Masa bodoh! Aku mau memandang dari jendela!"
Sementara itu Peter sudah merasa, jangan-jangan berita yang diseru-serukan Janet itu memang benar. Karenanya ia bergegas meloncat turun dari tempat tidur, lalu menyusul adiknya ke jendela.
"Astaga! Bukan main riuhnya suasana di kandang. Bunyi gedebak-gedebuk, ditingkahi gonggongan Skippy serta ringkikan kuda-kuda.
"Yuk!" ajak Peter. Tanpa berganti pakaian, dan tanpa beralas kaki ia lari ke bawah, melintasi pekarangan menuju ke kandang. .
Ternyata suasana di situ sudah mereda. Tapi perkelahian yang terjadi benar-benar sengit. Pak Tolly menyerang para pencuri dengan garpu jerami, sehingga mereka menandak-nandak kesakitan. Para pencuri itu tadinya hendak menuntun kuda-kuda ke luar dengan diam-diam. Tapi kuda-kuda itu melawan. Brownie meronta-ronta, sambil menendang dan menggigit sekenanya. Para pencuri takut padanya. Brownie menjepit salah seorang dari mereka di pojok kandang. "Orang itu tidak berani berkutik sedikit pun. Ia merasa lega ketika polisi datang untuk menangkapnya.


Sapta Siaga 14 Membela Teman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jauhkan kuda itu dari padaku," kata si pencuri meminta-minta. "Pergelangan kakiku patah ditendangnya - dan aku takkan heran jika telingaku putus digigitnya. "
"Mudah-mudahan saja itu benar," kata polisi yang memborgolnya tanpa merasa kasihan. Didorongnya pencuri itu dengan kasar ke kotak kandang sebelah, di mana kedua temannya sudah berada. Yang satu lengannya cedera kena tendang kuda. Orang itu mengurut-urut lengannya dengan tampang marah. Sedang pencuri yang ketiga jatuh terpelanting karena ditubruk Pak Tolly, sehingga kepalanya berdarah.
"Ada kuda yang cedera"" tanya Janet pada Pak Tolly. Laki-laki tua itu berdiri sambil mencengkeram seorang pencuri. Napasnya terengah-engah, karena habis berkelahi.
"Tidak - tidak ada yang cedera," jawab Pak Tolly. "Si Brownie bahkan menikmati pertarungan tadi. Bukan main - dia menyepak kian-kemari dengan kukunya yang besar-besar itu! Aku sampai agak kasihan melihat ketiga pencuri ini. Sekali aku jatuh kena pukul salah seorang dari mereka. Tapi Brownie langsung datang membantu. Nyaris putus lengan orang yang menyerangku itu digigitnya. Hebat sekali si Brownie! Ia sama sekali tidak merasa takut. Ia juga cerdas - polisi sedikit pun tak diapa-apakan olehnya. Hanya para pencuri yang diamuk!"
Kemudian para pencuri didorong-dorong menuju mobil polisi. Peter merasa lega ketika melihat bahwa setiap pencuri dijaga ketat oleh seorang polisi berbadan kekar. Para penjahat itu sulit sekali dikendalikan. Tapi kini mereka takkan mungkin bisa minggat lagi!
""Wah - sekarang rasanya sunyi sekali, setelah keributan tadi," kata Ibu. "Bukan main kejadian itu! Untung kau belum tidur, Janet- sehingga mendengar para pencuri datang."
"Anu Bu - sebenarnya aku tadi masih membaca," kata Janet berterus terang. "Kemudian aku hendak berjalan-jalan di luar bersama Skippy, karena bulan purnama bersinar begitu cerah. Saat Itulah kudengar bunyi ribut-ribut dalam kandang. Anda cedera, Pak Tolly" Bayangkan, beberapa waktu yang lalu Anda menyangka pencuri kuda pasti akan datang pada suatu malam. Dan kini ternyata sangkaan Anda tepat! Untung Anda tidur bersama kuda-kuda di kandang!"
"Apabila aku tahu ada pencuri "kuda," sedang berkeliaran, aku tak mau tidur di tempat lain! kata Pak Tolly, sambil membersihkan pakaiannya yang kotor kena debu.
Kuda-kuda masih tetap gel
isah. "Apabila Anda mengizinkannya, sebaiknya mereka kuajak saja jalan-jalan sebentar, Pak,". kata Pak Tolly pada ayah Peter. "Dengan begitu mungkin mereka akan bisa tenang."
"Baiklah, Tolly - dan terima kasih untuk bantuanmu tadi," jawab ayah Peter. "Untuk itu aku akan mendapat hadiah. Untung ada pekerja yang baik seperti dirimu."
"Apa sebetulnya yang terjadi tadi, Pak Tolly"" Tanya Janet kepingin tahu. .
"Begini kejadiannya," kata. Pak Tolly. "Tadi aku sudah berbaring dalam kotak di sebelah kotak kandang Brownie. Kuda-kuda semua kelihatannya sudah tidur, karena tidak kudengar bunyi hentakan kaki maupun ringkikan. Tapi beberapa waktu kemudian Brownie meringkik dekat sekali ke telingaku. Rupanya ia menjulurkan kepala ke dalam kotak tempatku berbaring, lalu meringkik. Tapi tidak keras-keras, seperti hendak membisikkan sesuatu.
"Yah - tentu saja aku langsung terbangun. Kulihat Brownie memandangku dengan sikap gelisah. Sinar bulan memancar ke dalam kandang, sehingga tempat ini menjadi terang-benderang. Kemudian kudengar suatu bunyi - yang jelas bukan berasal dari kuda. Aku mendengar seseorang bersin tertahan. Langsung saja timbul pikiranku, "'Nah, ini dia! Aku berani taruhan, itu pasti pencuri kuda!'"
"Lalu"" kata Janet sambil menahan napas.
"Aku segera bangun dan membuka pintu. Aku melihat seorang laki-laki membuka pintu kandang Major. Major mulai bersikap gelisah! Ia mendengus-dengus, meringkik sambil menghentak-hentakkan kaki dengan ribut. Aku tak tahu, bagaimana pencuri itu sampai berhasil menuntun Major keluar dari kandang. Tapi begitu tiba di tempat yang agak lapang, Major langsung mengayunkan kaki belakangnya - dan pencuri itu terpental ke ujung kandang! Setelah itu aku melihat kedua teman pencuri itu. Aku langsung mata gelap! Kuambil garpu jerami yang itu, lalu kuserang mereka. Keduanya sibuk mengelak, karena tidak ingin kutusuk dengan garpu yang runcing-runcing matanya itu. Tapi seorang di antaranya kini pasti tak berani duduk selama beberapa waktu!"
Dan - Pak Tolly tertawa terbahak-bahak, sehingga kuda-kuda semua menoleh ke arahnya.
"Teruskan, Tolly, ceritamu asyik sekali!" kata ayah Peter. Wajahnya galak, tapi sekaligus ia juga tersenyum geli.
"Setelah itu aku tidak ingat lagi apa yang kulakukan," kata Pak Tolly sambil menggaruk-garuk kepalanya. ""Yang kuingat, aku melihat seorang dari mereka sudah hendak lari dengan Brownie. Cepat-cepat kupegang kepala kudaku itu, kuputar tubuhnya lalu kusuruh dia menendang orang-orang. Dan Brownie memang selalu patuh. Bukan main, dua orang pencuri ditendangnya sampai terpental jauh. Yang satu membentur pintu dengan kepalanya, sampai menjerit kesakitan. Lalu kukatakan pada orang itu, "Husy " jangan ribut-ribut! Malu sedikit dong - nanti polisi daerah ini terbangun semuanya!" Eh tahu-tahu polisi muncul, ]alu ikut dalam pergumulan. Aku sampai heran melihat dia tiba-tiba datang, seperti disulap!"
"Yah - malam ini kau sudah bertindak dengan gagah berani," kata ayah Peter. "Mudah-mudahan mulai saat ini kau mau memandang dirimu sebagai pegawai tetap di sini. Kau menjadi kepala kandang - dan mengepalai para pekerja yang masih muda-muda! Aku perlu tenaga yang baik seperti kau di sini. Aku heran, kenapa Dinneford mau melepaskan tenaga seperti dirimu. Baiklah, sekarang kauurus kuda-kuda itu supaya mereka bisa menjadi tenang kembali. Setelah itu kau juga tidur. Selamat malam!"
Ayah mengajak keluarga masuk lagi ke rumah, termasuk Skippy yang nampak masih selalu belum bisa tenang.
"Kurasa malam ini kita takkan bisa tidur lagi," kata Ayah. "Perasaan kita masih tegang karena peristiwa tadi. Yah - besok pagi saja kita lanjutkan mengobrol mengenainya. Sekarang, selamat tidur, Peter. Selamat tidur, Janet!"
Tapi anak-anak tidak ingin tidur lagi. Mereka masih ingin mengobrol dengan panjang lebar, membicarakan peristiwa yang baru saja terjadi. Mereka juga ingin mendatangi kuda-kuda satu per satu, serta bicara dengan Pak Tolly. Pokoknya, segala macam yang hendak mereka lakukan - kecuali tidur!
Tapi Ayah berkeras. "Aku tadi sudah mengatakan kalian harus tidur lagi, dan kataku itu harus
kalian ikuti. Kalau kalian lama-lama berada di luar dengan berpakaian begini tipis, kalian akan terserang pilek. Lagipula kalian nanti kurang tidur. Jika kalian tidak mau masuk tempat tidur saat ini juga, besok kalian tidak boleh datang ke
kandang untuk mengobrol dengan Tolly. Kalian mau begitu ""
"Baiklah, Yah - kami tidur sekarang," kata Peter sambil nyengir. "Bukan main malam ini! Belum pernah kualami kejadian setegang tadi - dan bahkan di rumah kita sendiri. Aku ingin tahu apa kata teman-teman besok, apabila kita menceritakannya pada mereka."
"Untuk terakhir kalinya, ayo tidur!" kata Ayah, sambil mendorong Peter maju. "Itu kaupikir saja di tempat tidur!"
Akhirnya kedua anak itu berbaring juga di tempat tidur masing-masing. Selama beberapa saat mereka masih saling bicara, berseru dari kamar masing-masing. Tapi kemudian tidak terdengar lagi jawaban dari kamar Janet. Ternyata anak itu sudah pulas!
Keesokan paginya keduanya bangun agak lambat. Mereka bahkan tidak mendengar bunyi lonceng yang memanggil mereka sarapan. Ibu membiarkan mereka tidur lebih lama, karena tahu betapa larut mereka kemarin malam tidur. Tapi ketika Peter dan Janet akhirnya bangun juga, keduanya jengkel melihat hari sudah agak siang.
"Aduh, Bu - kami sebenarnya bermaksud hendak memanggil para anggota Sapta Siaga untuk menghadiri rapat!" kata Peter menggerutu. "Mereka perlu diberi tahu tentang kejadian kemarin malam yang begitu ramai."
"Sudah - jangan menggerutu terus," kata Ibu, "selesaikan saja sarapanmu! Kan masih ada waktu sehari penuh untuk mengadakan rapat kalian itu. Dalam waktu sepuluh menit lagi aku akan membenahi meja! Jadi jika kau masih ingin perutmu terisi, cepatlah sedikit makan. "
Begitu selesai sarapan, Peter dan Janet langsung mencari Pak Tolly untuk mengobrol dengan dia. Laki-laki tua itu sedang sibuk menggosok bulu salah seekor kuda, sambil bersiul-siul pelan.. Ia meringis, ketika melihat kedua anak itu datang.
"Hebat sekali pengalaman kita tadi malam, ya"" katanya. "Nyaris saja Brownie-ku dicuri orang! Wah- kalian tidak bisa membayangkan betapa nyaringnya kudaku itu bisa mendengus. Aku langsung terbangun karenanya. "
"Para pencuri itu tidak tahu bahwa Anda tidur dalam kandang bersama kuda-kuda," kata Janet. "Kalau tahu, pasti mereka akan lebih berhati-hati! Wah - Anda galak sekali waktu itu, Pak! Aku sampai ketakutan melihat Anda mengayun-ayunkan garpu jerami itu."
"Kurasa sekarang para pencuri itu juga pasti merasa takut padaku," kata Pak Tolly, sambil memeras lap yang dipakainya untuk mengelap kuda. "Masih tetap terbayang olehku pencuri yang kini takkan bisa duduk enak selama seminggu. Serta yang satu lagi, yang pasti selama dua minggu tidak bisa berjalan!"
"Biar tahu rasa mereka," kata Peter.
"Ya, itu merupakan ganjaran yang sepantasnya bagi pencuri kuda," kata Pak . Tolly. "Aku lantas teringat pada pengalamanku dulu, menghadapi seorang pencuri kuda. Orang itu menyelinap lewat di depan pondokku, menuju ke kandang tempatku bekerja waktu itu Aku melihat bayangannya ketika melintas di depan jendela pondok. Dengan segera aku bangkit bersama Codger. Aku keluar sambil membawa ember. Codger kusuruh mengejar orang itu ke arah sumur pompa. Ketika aku sampai di sana, langsung kuisi emberku dengan air yang dingin kaya" es, lalu kusiramkan ke atas kepala pencuri itu. Orang itu sama sekali tidak bisa melarikan diri karena dijaga oleh Codger. sampai lima ember air yang kusiramkan ke kepalanya. Wah, aku tertawa terpingkal-pingkal karenanya, sehingga akhirnya perutku terasa sakit dan aku terpaksa duduk sebentar."
Pak Tolly pandai sekali bercerita. Anak-anak mau mendengarnya terus. Tapi sayang, masih ada pekerjaan lain yang menunggu.
"Nanti dulu, Pak," kata Peter, ketika Pak Tolly beranjak hendak pergi. "Uang hasil tabungan kami hendak kami pakai untuk merayakan hari ulang tahun Brownie. Semua kami undang untuk menghadirinya, termasuk Anda pula. Kami akan menyediakan makanan istimewa untuk Brownie, begitu pula setengah kilo gula batu dan ...."
"He.- jangan berikan setengah kilo gula batu pada Browme," kata Pak Tolly kaget. "Nant
i dia akan lekas menjadi terlalu gemuk - sehingga semakin berat saja beban yang harus dipikul kaki belakangnya yang masih sakit. Dia ....
"Anda tidak perlu khawatir, Pak. Gula batu itu akan kami serahkan pada Anda, untuk kemudian diberikan sedikit-sedikit pada Brownie!" kata Peter." Atau Anda bisa juga membagi-bagikannya pada kami, untuk diberikan padanya. Kami berjanji, takkan menyebabkan dia menjadi gemuk. Seperti sekarang tubuhnya sudah bagus!"
"Peter dan Janet tidak perlu repot-repot lagi menulis surat untuk mengundang para anggota Sapta Siaga menghadiri rapat. Begitu tersebar berita di desa bahwa rumah Peter dan Janet kedatangan maling kuda, dengan segera kawan-kawan mereka itu bergegas datang.
Mereka ingin tahu, apa yang sebetulnya terjadi! Peter mengajak mereka ke gudang tempat mereka biasanya mengadakan rapat.
Teman-teman duduk dengan penuh minat.
"Aku mendengarnya dari tukang susu," kata Pam, "lalu aku buru-buru berkeliling untuk memberitahu kawan-kawan. Tapi ternyata sebagian besar dari mereka sudah tahu sebelumnya. Apakah yang sebenarnya terjadi, Peter" Bagaimana kuda-kuda sekarang" Selamatkah mereka""
"Ya, semuanya selamat," jawab Peter. "Tapi aku ada kabar baru. Kemarin sebelum para pencuri kemari, pertanian Pak Dinneford juga didatangi pencuri. Tiga ekor kudanya yang terbaik dicuri. Entah di mana mereka sekarang."
"Biar tahu rasa dia sekarang," kata George, sementara kawan-kawan yang lain mengangguk tanda setuju. "Orang jahat! Dia sudah kehilangan Pak Tolly karena sikapnya yang jahil dan pemarah - dan kini ia juga kehilangan tiga ekornya kudanya yang paling baik. Tapi bagaimana keadaan kuda-kuda itu sekarang, ya""
"Kurasa baik-baik saja," kata Pam menduga. "Para pencuri pasti takkan memperlakukan mereka dengan kasar, karena kuda-kuda itu sangat berharga. Paling-paling mereka sangat ketakutan. Tapi entah ke mana mereka dibawa pencuri - atau dijual pada siapa!"
"Yah - aku tidak bisa merasa kasihan pada Pak Dinneford," kata Peter. "Kalau kuingat bagaimana ia menyebabkan kaki belakang Brownie cedera karena disuruh menarik beban terlalu berat, maka timbul perasaan pada diriku yang mengatakan, 'Biar tahu rasa dia sekarang'!"
"Kurasa kita semua berperasaan begitu," kata Barbara. "Kau sudah berhasil mengetahui kapan ulang tahun Brownie, Peter""
"0 ya! Memang tentang itulah aku ingin mengadakan rapat," kata Peter. "Hari Jumat. Aku sudah bicara dengan Ayah mengenainya, dan ia mengatakan ingin ikut menghadirinya pula. Kita akan mengadakan pesta meriah untuk Brownie, dan juga untuk Pak Tolly. Bagaimana pendapat kalian - jika Bob juga kita undang" Kan dia yang memberitahukan pada kita, tentang Brownie dan Pak Tolly.
"Ya! Setuju! Tentu saja dia perlu ikut'diundang!" seru George. Teman-teman juga setuju.
"Kata Ayah, menurut pendapatnya uang kita yang masih tersisa sebaiknya dipakai untuk membelikan pelana yang bagus bagi Brownie," kata Peter lagi. "Dengan begitu Pak Tolly akan bisa menungganginya dengan nyaman. Brownie pasti akan senang! Kata Ayah pula, kita harus membeli pelana yang benar-benar baik mutunya. Karena itu ia juga akan menyumbangkan uang sebagai tambahan. Ayah sangat berhutang budi pada Pak Tolly, yang berhasil menyelamatkan kuda-kuda Ayah kemarin malam."
"Ide bagus! seru anak-anak beramai-ramai, sementara Colin menambahkan, "Ayahmu benar-benar baik hati!"
"Masih cukup banyak uang yang tersisa, untuk mengadakan pesta yang meriah," kata Peter. "Kuusulkan agar kita mengadakannya di depan kandang kuda, supaya mereka bisa melihat kita - dan kita bisa memberikan gula batu pada mereka. Dengan begitu kuda-kuda akan merasa bahwa mereka juga ikut berpesta!"
"Hore!" seru anak-anak bergembira. Hore.
Dan pada hari ulang tahun Brownie, semuanya duduk beramai-ramai di depan kandang-kandang kuda, menghadapi sebuah meja panjang yang ditaruh di "situ.
Kini Brownie berumur tiga belas tahun. Tentu saja ia sendiri tidak mengetahuinya. Ia tidak mengerti, kenapa setiap orang begitu ramah padanya. Ia dika1ungi karangan bunga yang berwarna-warni. Indah sekali kelihatannya.
Di punggungnya digantungkan sebuah pe
lana yang masih baru. Cocok sekali ukurannya untuk Brownie. Itulah yang dibelikan oleh ayah Peter serta anak-anak anggota Sapta Siaga untuk Pak Tolly. Laki-laki tua itu bangga sekali. Ia sudah tidak sabar lagi, ingin buru-buru mencobanya di punggung Brownie. .
Di atas meja nampak sebuah kue tarcis yang besar, dengan tulisan "Selamat Ulang tahun, Brownie."
Brownie mendengus-dengus beberapa kali.
"Ia mengucapkan terima kasih, " kata Janet. Anak-anak tertawa, sementara Brownie mengangguk-angguk dengan sopan. "Menurut pendapatku, kau kuda yang paling manis di dunia, Brownie."
Brownie mendekatkan kepalanya ke telinga Pak Tollv sambil mendengus pelan. Kedengarannya seperti berbisik-bisik.
"Kata Brownie, tidak ada anak lain yang begitu baik budi seperti kalian," kata Pak Tolly. Anak-anak tertawa ramai.
Tapi memang begitulah kenyataannya. Sapta Siaga selalu siap untuk membela teman!
TAMAT tamat Pendekar Guntur 3 Pendekar Perisai Naga 1 Hantu Lereng Lawu Miss Pesimis 3

Cari Blog Ini