Ceritasilat Novel Online

Pertempuran Terakhir 3

The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle Bagian 3


berikutnya mereka semua bertarung
mati-matian. Dalam satu sisi, keadaan tidaklah seburuk seperti yang
mungkin kaubayangkan. Ketika kau
menggunakan setiap otot semaksimal
mungkin-menunduk menghindari 240
tusukan ujung tombak di sini,
melompat ayunannya di sana,
menerkam ke depan, mundur,
berputar-kau tidak punya banyak
waktu untuk merasa takut ataupun
sedih. Titian tahu dia tidak bisa
melakukan apa-apa untuk yang lain
saat ini, mereka semua akan
menjelang kematian bersama. Samarsamar dia melihat Babi Hutan
terjatuh di salah satu sisinya, dan
jewel bertarung ganas di sisi
lainnya. Dari sisi salah satu
matanya dia melihat, tapi hanya
bisa melihat, prajurit Calormen besar menarik Jill pergi dengan
menjambak rambutnya. Tapi dia
nyaris tidak memikirkan semua itu.
Pikirannya kini hanyalah terfokus
pada bagaimana menjual nyawanya
semahal mungkin. Kondisi terburuknya adalah dia tidak bisa
mempertahankan posisi awal
pertempuran, yaitu di bawah batu
putih. Seseorang yang bertempur
dengan selusin musuh 241 sekaligus harus mengambil
kesempatan di mana pun dia bisa,
harus menyerang cepat setiap kali
dia melihat dada atau leher musuh
tidak terjaga. Setelah beberapa
ayunan pedang, tindakan ini mungkin
akan cukup menjauhkan posisimu dari
tempat pertama kau berada. Tak
lama kemudian Tirian mendapati
dirinya semakin jauh ke kanan,
semakin dekat ke istal. Di dalam
benaknya, dia memiliki bayangan
samar bahwa ada alasan bagus yang
membuatnya menjauhi tempat itu.
Tapi kini dia tidak bisa mengingat
apa alasan itu. Lagi pula, dia
tidak bisa menghindari situasi.
Mendadak segalanya menjadi
sangat jelas. Dia mendapati
dirinya melawan sang Tarkaan itu
sendiri. Api unggun (setidaknya
yang tersisa) berada lurus di
depan. Bahkan dia sedang bertarung
tepat di depan pintu istal, karena
pintu itu kini terbuka dan dua
Calormen memegangi daunnya, siap
segera menutupnya begitu 242
Tirian berada di dalam. Dia
mengingat segalanya sekarang, dan
dia menyadari bahwa musuh telah
memojokkannya ke istal dengan
sengaja sejak pertempuran dimulai.
Dan sementara memikirkan ini dia
masih berkelahi melawan sang
Tarkaan se keras yang dia bisa. Ide baru tebersit di dalam benak
Tirian. Dia menjatuhkan pedangnya, berlari ke depan,
menghindari ayunan pedang lengkung
sang Tarkaan, menangkap sabuk
musuh dengan kedua tangannya, lalu
melompat ke dalam istal sambil
berteriak: "Mari masuk dan temui sendiri
Tash!" Terdengar bunyi yang memekakkan
telinga. Seperti ketika si kera
dilemparkan ke dalam, bumi bergetar
dan tampak cahaya membutakan.
Para prajurit Calormen di luar
berteriak, "Tash! Tash!" dan
menggebrak-gebrak pintu. Kalau
Tash menginginkan kapten mereka
sendiri, Tash harus 243 mendapatkannya. Mereka, apa pun
yang terjadi, tidak ingin bertemu
Tash. Selama sedetik atau dua detik,
Tirian tidak tahu di mana dirinya
berada atau bahkan siapa dirinya.
Kemudian dia berdiri dan menunggu
hingga tubuhnya seimbang,
mengerdipkan mata, dan melihat ke
sekelilingnya. Di dalam istal
ternyata tidak gelap, seperti yang
tadi diduganya. Dia berada dalam cahaya yang sangat terang: itulah
sebabnya dia mengedip-ngedip.
Dia berbalik untuk melihat
Rishda Tarkaan, tapi Rishda
tidak sedang menatapnya. Rishda
menyuarakan erangan keras dan
menunjuk, kemudian dia menutupi
wajah dengan kedua tangan dan
terjatuh terkapar, tubuh menelungkup, ke tanah. Tirian
melihat ke arah kemana sang
Tarkaan tadi menunjuk. Kemudian
dia mengerti. Sosok mengerikan datang 244
menghampiri mereka. Sosok itu
lebih kecil daripada rupa yang
mereka lihat dari menara, walaupun
masih lebih besar daripada manusia,
dan bentuknya sama. Sosok itu
berkepala burung pemangsa dan empat
lengan. Paruhnya terbuka dan
matanya bersinar. Suara kaokan
keluar dari paruhnya. "Kau telah memanggilku ke
Narnia, Rishda Tarkaan. Inilah
aku. Apa yang akan kaukatakan"
Tapi sang Tarkaan tidak mengangkat kepalanya dari tanah
maupun mengatakan apa pun.
Tubuhnya gemetaran seperti
seseorang yang sedang diserang
cegukan parah. Dia cukup berani
dalam pertempuran: tapi separo
keberaniannya telah meninggalkannya
di awal malam tersebut ketika dia
mulai mencurigai bahwa mungkin ada
Tash sungguhan. Sisa keberanian
kini telah meninggalkannya
sekarang. Bersamaan dengan entakan 245
tiba-tiba-seperti ayam betina
mematuk untuk menangkap cacingTash melompat ke Rishda yang
malang dan meletakkannya di bawah
bagian atas dua lengan kanannya.
Kemudian Tash memutar kepalanya
ke samping untuk memandangi Tirian
dengan salah satu matanya yang
mengerikan: karena tentu saja,
berhubung dia berkepala burung, dia
tidak bisa melihatmu lurus-lurus.
Tapi segera, dari belakang
Tash, sekuat dan setenang lautan
musim panas, sebuah suara berkata:
"Pergilah, monster, dan bawa
mangsa yang menjadi hakmu ke tempatmu sendiri: dengan nama
Aslan dan Ayah Agung Aslan,
Kaisar Seberang Lautan."
Makhluk mengerikan itu menghilang, dengan sang Tarkaan
masih di bawah lengannya. Dan
Tirian berbalik untuk melihat
siapa yang telah berbicara.
Kemudian yang dia lihat membuat
jantungnya berdetak lebih keras
daripada dentumannya dalam 246
pertempuran mana pun. Tujuh sosok, Raja dan Ratu,
berdiri di hadapannya, semua dengan
mahkota di kepala dan pakaian
berkilauan, namun para Raja juga
mengenakan baju rantai besi dengan
memegang pedang yang terhunus di
tangan. Tirian membungkuk penuh hormat
dan baru akan berbicara ketika
Ratu yang termuda tertawa. Tirian
menatap lekat wajahnya, kemudian
terperangah takjub, karena dia
mengenalinya. Ratu itu Jill: tapi
bukan Jill dengan penampilan yang
terakhir kali dilihatnya, dengan
wajah penuh lumpur dan air mata,
serta gaun katun kasar tua yang
menjuntai turun di salah satu bahu.
Kini anak perempuan itu tampak
sejuk dan segar, sesegar bila dia
baru saja datang sehabis mandi.
Dan awalnya, Tirian mengira Jill
tampak lebih dewasa, tapi kemudian
tidak, lalu dia tidak pernah bisa
memutuskan pendapatnya tentang hal
itu. Lalu dia melihat Raja 247
yang paling muda adalah Eustace:
tapi anak lelaki itu juga berubah
seperti Jill. Mendadak Tirian merasa canggung
karena berada bersama orang-orang
ini dengan darah, debu, dan
keringat pertempuran masih
mengotorinya. Detik berikutnya dia
menyadari bahwa di rinya sama sekali tidak dalam keadaan demikian. Dia
segar, merasa sejuk, dan bersih,
serta mengenakan pakaian sangat
indah seperti yang dia kenakan
dalam pesta besar di Cair
Paravel. (Tapi di Narnia pakaian
terbaikmu bukanlah pakaian yang
tidak nyaman. Mereka tahu
bagaimana membuat benda-benda yang
terasa nyaman sekaligus tampak
indah di Narnia: dan tidak ada
benda-benda seperti kanji, flanel, atau bahan elastis bisa ditemukan
dari ujung satu negeri ke negeri
lain.) "Sire," kata Jill, melangkah
maju dan membungkuk hormat dengan
anggun, "mari kuperkenalkan 248
dengan Peter, Raja Agung seluruh
Raja di Narnia." Tirian tidak perlu bertanya yang
manakah sang Raja Agung, karena
dia mengingat wajahnya (walaupun di
sini dia tampak lebih mulia) dari
mimpinya. Tirian melangkah maju,
berlutut dengan satu kaki dan
mencium tangan Peter. "Raja Agung," dia berkata.
"Kau selalu mendapat kesetiaanku."
Lalu Raja Agung mengangkatnya
dan mencium kedua belah pipinya
seperti yang seharusnya dilakukan
seorang Raja Agung. Kemudian dia
membimbingnya menemui Ratu yang
tertua-tapi bahkan dia, tidaklah
berumur, tidak ada rambut uban di
kepalanya dan tidak ada kerutan
pada pipinya-dan berkata, "Sir,
ini Lady Polly yang datang ke
Narnia, pada Hari Pertama,
ketika Aslan membuat pepohonan
tumbuh dan para Hewan berbicara."
Selanjutnya Peter membimbing
Tirian menghampiri pria yang
janggut keemasannya 249 menjuntai hingga ke dada dan


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajahnya dipenuhi kebijakan. "Dan
ini," dia berkata, "Lord Digory
yang datang bersamanya di hari itu.
Dan ini adik laki-lakiku, Raja
Edmund, dan ini adik perempuanku,
Ratu Lucy." "Sire," kata Tirian, ketika dia
telah menyapa semuanya, "kalau aku
telah membaca kisah riwayat dengan
benar, seharusnya ada seorang lagi.
Bukankah Yang Mulia memiliki dua
adik perempuan" Di mana Ratu
Susan"" "Adikku Susan," jawab Peter
singkat dan muram, "bukan lagi
teman Narnia." "Benar," kata Eustace, "dan
setiap kali kau berusaha mengundangnya datang untuk
berbincang-bincang tentang Narnia,
dia akan berkata, 'Betapa hebatnya
ingatanmu! Tak kusangka kau masih
mengingat permainan-permainan aneh
yang dulu kita mainkan saat kanakkanak."
"Oh, Susan!" kata Jill. 250
"Akhir-akhir ini dia hanya tertarik pada bahan nilon, lipstik,
dan undangan. Sejak dulu dia
selalu tak sabar menjadi dewasa."
"Dewasa!" kata Lady Polly.
"Aku berharap dia benar-benar
menjadi dewasa. Dia menghabiskan
sepanjang masa sekolahnya dengan
berharap mencapai usianya sekarang,
dan dia membuang seluruh sisa
hidupnya berusaha tetap berada
dalam usia itu. Seluruh benaknya
dipenuhi keinginan berlomba menuju
masa terbodoh dalam kehidupan
manusia secepat yang dia bisa
kemudian berhenti di sana selama
yang dia bisa." "Yah, lebih baik kita tidak
membicarakan ini sekarang," kata
Peter. "Lihat! Di sana ada
pohon-pohon buah yang lezat. Marl
kita cicipi buah-buahnya."
Kemudian, untuk kali pertama,
Tirian melihat ke sekelilingnya
dan menyadari betapa teramat anehnya petualangan ini.
BAB TIGA BELAS Ketika Bangsa Dwarf Menolak
Bergabung Tirian mengira-atau dia akan
mengira bila dia punya waktu bahkan
untuk berpiker- mereka berada di
dalam istal kecil beratap rumbia,
panjangnya sekitar tiga setengah
meter dan lebar kira-kira dua
meter. Kenyataannya mereka kini
berdiri di atas rerumputan, langit
biru tua di atas kepala mereka, dan
udara yang berembus lembut di wajah
mereka seperti angin awal musim
panas. Tidak jauh dari mereka tumbuh
sekelompok pohon, berdaun lebat,
tapi di bawah setiap daun di sana
mengintip buah-buahan keemasan,
kuning pucat, ungu, atau merah
manyala yang belum pernah dilihat
siapa pun di dunia kita. Buahbuahan membuat Tirian merasa saat
itu pastinya musim gugur, tapi ada
suatu perasaan dalam udara yang
memberitahunya saat itu tidak
mungkin lewat bulan Juni. 252
Mereka semua bergerak menghampiri
pepohonan. Semua orang mengangkat tangan
untuk memetik buah yang paling
disukainya, kemudian semua orang
berhenti sesaat. Buah ini begitu indah sehingga setiap orang merasa,
"Tidak mungkin buah ini untukku'''
pasti sebenarnya kami tidak
diperbolehk an memetiknya." "Tidak apa-apa," kata Peter.
"Aku tahu apa yang dipikirkan kita
semua. Tapi aku yakin, sangat
yakin, kita tidak perlu cemas. Aku
punya firasat kita semua tiba di
negeri di mana segalanya diizinkan." "Kalau begitu, selamat
menikmati!" kata Eustace.
Kemudian semua orang mulai makan.
Bagaimana rasa buah-buah itu"
Sayangnya tidak seorang pun bisa
menjelaskannya. Aku hanya bisa
berkata, dibandingkan buah-buah
itu, grapefruit paling segar yang
pernah kau makan bakal terasa
hambar, dan jeruk paling 253
berair terasa kering, dan pir yang
paling mudah meleleh di mulut
terasa keras dan liat, lalu
stroberi liar yang paling manis
terasa masam. Lalu di dalamnya
tidak ada biji, batu, atau lebah.
Kalau kau pernah memakan buah itu
barang sekali saja, sesudahnya
segala hal menyenangkan di dunia
ini akan terasa seperti obat pahit.
Tapi aku tidak bisa menggambarkannya. Kau tidak bisa
mengetahui bagaimana rasanya
kecuali kau bisa datang ke negeri
itu dan merasakannya sendiri.
Ketika mereka telah cukup makan,
Eustace berkata kepada Raja
Peter, "Kau masih belum
menceritakan kepada kami bagaimana
kalian bisa sampai di sini" Kau
baru saja akan melakukannya, ketika Raja Tirian muncul."
"Tidak banyak yang bisa
diceritakan," jawab Peter.
"Edmund dan aku sedang berdiri di
peron dan kami melihat kereta
kalian mendekat. Aku ingat 254
berpikir bahwa kereta kalian
bergerak terlalu cepat di tikungan
itu. Lalu aku ingat berpikir
betapa anehnya bahwa mungkin
kerabat kami berada di kereta yang
sama walaupun Lucy tidak tahu soal
itu-" "Kerabat kalian, Raja Agung""
tanya Tirian. "Maksudku ayah dan ibuku-Ayahibu Edmund, Lucy, dan aku."
"Kenapa mereka ada di kereta
itu"" tanya Jill. "Maksudmu
mereka tahu tentang Narnia""
"Oh tidak, ini tidak ada
hubungannya dengan Narnia. Mereka
dalam perjalanan menuju Bristol.
Aku baru saja mendengar bahwa
mereka akan berangkat pagi itu.
Tapi Edmund berkata mereka pasti
akan menggunakan kereta kalian."
(Edmund adalah sejenis orang yang
tahu banyak soal lalu lintas kereta
api.) "Lalu apa yang terjadi
selanjutnya"" tanya Jill.
"Yah, tidak terlalu mudah 255
menceritakannya, ya kan, Edmund""
kata Raja Agung. "Tidak terlalu," kata Edmund.
"Kejadiannya seperti di waktu lain
ketika kita ditarik dari dunia kita
sendiri dengan sihir. Ada raungan mengerikan dan sesuatu menghantamku
dengan entakan, tapi tidak terasa
sakit. Dan aku tidak merasa
terlalu takut-yah, lebih seperti
antusias. Oh-inilah anehnya.
Lututku sebenarnya masih terasa
agak nyeri, karena terkena hantaman
saat bermain rugby. Aku menyadari
rasa sakit itu mendadak hilang.
Dan aku merasa sangat ringan.
Kemudian-di sinilah kami."
"Kejadiannya nyaris persis sama
dengan kami di gerbong kereta api,"
kata Lord Digory, mengelap sisa
terakhir buah dari janggut
keemasannya. "Hanya saja menurutku
kau dan aku, Polly, secara umum
merasa dibugarkan. Kalian orangorang muda tidak akan mengerti.
Tapi kami berhenti merasa tua."
"Orang-orang muda"" kata 256
Jill. "Kurasa kalian tidak benarbenar lebih tua daripada kami di
sini." "Yah, kalaupun tidak begitu di
sini, dulu kami memang tua," kata
Lady Polly. "Dan apa saja yang terjadi sejak
kalian sampai di sini"" tanya
Eustace. "Yah," kata Peter, "untuk waktu
yang lama (setidaknya menurutku
lama) tidak terjadi apa-apa.
Kemudian pintu terbuka-"
"Pintu"" tanya Tirian.
"Ya," jawab Peter. "Pintu yang
kaulewati saat masuk-atau keluar.
Apakah kau lupa""
"Tapi di mana pintu itu""
"Lihat," kata Peter sambil
menunjuk. Tirian mengikuti arah yang
ditunjuk dan melihat hal yang
paling aneh dan konyol yang bisa kaubayangkan. Hanya beberapa meter
dari mereka, terlihat jelas di
bawah sinar matahari, berdirilah
pintu kayu kasar dan, di 257
sekelilingnya, bingkai pintu itu:
hanya itu, tidak ada dinding, tidak
ada atap. Dia berjalan menghampirinya, kebingungan, dan
yang lain mengikuti, memerhatikan
apa yang akan dia lakukan. Tirian
berjalan memutari pintu menuju sisi
lainnya. Tapi pintu itu tampak
sama dari sisi sebaliknya: dia
masih berada di udara terbuka, pada
pagi musim panas. Pintu hanya berdiri sendiri seolah tumbuh di sana seperti pohon.
"Tuan Yang Mulia," kata
Tirian kepada Raja Agung, "ini
keajaiban yang luar biasa."
"Itulah pintu yang kaulewati
bersama orang Calormen itu lima
menit lalu," kata Peter,
tersenyum. "Tapi bukankah aku masuk dari
hutan menuju bagian dalam istal"
Sedangkan pintu ini tampak seperti
pintu yang membuka entah dari mana
dan ke mana." "Memang tampak seperti 258
itu kalau kau berjalan mengelilinginya," kata Peter.
"Tapi coba letakkan matamu ke
celah di antara dua papan di pintu
dan lihatlah ada apa di baliknya."
Tirian meletakkan matanya ke lubang. Awalnya dia tidak bisa
melihat apa pun kecuali kegelapan.
Kemudian, ketika matanya sudah
terbiasa, dia melihat cahaya samar
kemerahan api unggun yang nyaris
padam, lalu di atasnya, pada langit
hitam, bintang-bintang. Kemudian
dia bisa melihat sosok-sosok gelap
bergerakgerak atau berdiri di


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

antara dirinya dan api unggun: dia
bisa mendengar mereka berbicara dan
suara mereka seperti suara orang
Calormen. Jadi dia tahu dia
sedang melihat keluar melalui pintu
istal menuju kegelapan Lantern
Waste tempat dia berperang dalam
pertempuran terakhirnya. Orangorang itu mendiskusikan apakah
sebaiknya mereka masuk dan mencari
Rishda Tarkaan (tapi tidak satu
pun dari mereka mau 259 melakukan itu) atau untuk membakar
istal tersebut. Dia berputar dan melihat ke
belakang pintu lagi lalu nyaris
tidak bisa memercayai matanya.
Tampak langit biru di atas, dan
daerah berumput yang terhampar
sejauh mata memandang di segala
arah, dan semua temannya ada di
sekelilingnya, tertawa. "Kalau begitu sepertinya," kata
Tirian, dia pun tersenyum, "istal
yang dilihat dari dalam dan istal
yang dilihat dari luar merupakan
dua tempat yang berbeda."
"Benar," kata Lord Digory.
"Bagian dalamnya lebih luas
daripada luarnya." "Ya," kata Ratu Lucy. "Di dunia kami dulu juga ada istal yang
memiliki sesuatu di dalamnya yang
lebih besar daripada seluruh dunia
kami." Ini kali pertama Lucy berbicara, dan dari keceriaan dalam
suaranya, Tirian kini tahu kenapa.
Dia menikmati seluruh 260
situasi ini lebih dalam daripada
yang lain. Tadinya dia terlalu
bahagia untuk berbicara. Tirian
ingin Lucy berbicara lagi, maka
dia berkata: "Bila kau bersedia, Madam,
lanjutkan. Ceritakan kepadamu
seluruh petualanganmu."
"Setelah kejutan dan suara
keras," kata Lucy, "kami mendapati
diri kami di sini. Dan kami bertanya-tanya tentang pintu itu,
seperti dirimu tadi. Kemudian
pintu tersebut terbuka untuk
pertama kalinya (kami melihat
kegelapan dari ambang pintu ketika
ini terjadi) dan dari sana keluar
pria besar dengan pedang terhunus.
Dari lengannya kami tahu dia orang
Calormen. "Dia mengambil posisi di samping
pintu dengan pedang teracung,
pundaknya datar, siap menyerang
siapa pun yang masuk dari pintu.
Kami menghampirinya dan berbicara
padanya, tapi kami merasa dia tidak
melihat maupun mendengar 261
kami. Dan dia tidak pernah melihat ke sekitarnya, ke langit, sinar
matahari, dan rerumputan: kurasa
dia juga tidak bisa melihat semua
itu. Maka selanjutnya kami
menunggu lama. Lalu kami mendengar
palang dibuka dari sisi lain pintu.
Tapi pria tadi tidak bersiapsiap
menyerang dengan pedangnya sampai
dia bisa melihat siapa yang masuk.
Jadi kami menduga dia telah
diperintahkan untuk menyerang
beberapa dan membiarkan yang lain.
Namun pada saat itu ketika pintu
terbuka, mendadak Tash ada di
sana, di sisi pintu yang sini,
tidak seorang pun di antara kami
yang melihat dari mana dia datang.
Dan melalui pintu datanglah
Kucing besar. Kucing itu hanya
melihat Tash satu kali kemudian
lari menyelamatkan diri: tepat pada
waktunya, karena Tash menerkamnya dan pintu menghantam paruhnya
ketika kembali tertutup. Pria di
dalam bisa melihat Tash. Dia
menjadi sangat pucat dan 262
membungkuk di depan monster itu:
tapi Tash menghilang. "Kemudian kami menunggu lama
lagi. Akhirnya pintu terbuka untuk
kali ketiga dan dari sana datanglah
pemuda Calormen. Aku menyukainya.
Prajurit di pintu agak terlompat
karena terkejut, wajahnya tampak
terpana, ketika dia melihat
si pemuda. Kurasa dia menyangka akan
melihat seseorang yang sangat
berbeda-" "Aku mengerti semuanya
sekarang," kata Eustace (dia punya kebiasaan buruk memotong cerita
orang lain). "Kucing itu memang
direncanakan masuk duluan dan si
prajurit diperintah untuk tidak
menyakitinya. Kemudian si kucing
harus keluar dan berkata dia telah
melihat Tashlan mereka yang
mengerikan dan berpura-pura takut
untuk menakut-nakuti Hewan lain.
Tapi yang tidak pernah diduga
Shift adalah ternyata Tash yang
asli akan muncul, jadi Ginger
keluar benar-benar 263 ketakutan. Dan setelah itu, Shift
akan mengirimkan siapa saja yang
ingin disingkirkannya dan si
prajurit akan membunuhnya. Lalu-"
"Teman," kata Tirian lembut,
"kau mengganggu lady ini menyelesaikan kisahnya."
"Nah," kata Lucy, "si prajurit
terkejut. Ini memberi pemuda itu
waktu yang cukup untuk mengambil
kuda-kuda. Mereka bertarung.
Pemuda itu membunuh si prajurit
dan melemparkannya ke luar pintu.
Kemudian dia berjalan maju
perlahan ke arah kami. Dia bisa
melihat kami, dan segalanya. Kami
berusaha berbicara dengannya tapi
dia lebih seperti dalam keadaan
setengah sadar. Dia terus-menerus
berkata, Tash, Tash, di mana
Tash" Aku pergi ke Tash. Jadi
kami menyerah dan dia bergerak
pergi ke suatu tempat-di sana. Aku
menyukainya. Dan setelah itu''',
ugh!" Lucy cemberut.
"Setelah itu," kata 264
Edmund, "seseorang melemparkan
kera melalui pintu. Dan Tash ada
di sana lagi. Adikku begitu
berhati lembut sehingga dia tidak
suka memberitahumu bahwa Tash
hanya mematuk satu kali kemudian
monyet itu raib!" "Dia pantas mendapatkannya!"
kata Eustace. "Bagaimanapun, aku
berharap dia juga membuat Tash
sakit perut." "Dan setelah itu," kata Edmund,
"datanglah sekitar selusin dwarf:
kemudian Jill, Eustace, dan
akhirnya dirimu sendiri."
"Aku berharap Tash juga memakan
para dwarf," kata Eustace.
"Makhluk-makhluk kecil jahat itu."
"Tidak, dia tidak melakukan
itu," kata Lucy. "Dan jangan
berpikir kejam begitu. Mereka
masih ada di sini. Bahkan kau bisa melihat mereka dari sini. Dan aku
sudah berusaha dan berusaha lagi
berteman dengan mereka, tapi tidak
ada gunanya." "Berteman dengan mereka!" 265
teriak Eustace. "Kalau kau tahu
bagaimana kelakuan dwarfdwarf itu!"
"Oh, hentikan, Eustace," kata
Lucy. "Mari ikut menghampiri
mereka. Raja Tirian, mungkin kau
bisa melakukan sesuatu pada
mereka." "Aku tidak bisa merasakan kasih
sayang yang besar pada bangsa dwarf
saat ini," kata Tirian. "Meskipun
begitu, bila kau meminta, Lady, aku akan melakukan tindakan yang
lebih berat daripada ini."
Lucy memimpin jalan dan tak lama
kemudian mereka semua bisa melihat
para dwarf. Ekspresi wajah mereka
tampak sangat aneh. Mereka tidak
berjalan-jalan atau menikmati
suasana (walaupun tali yang
mengikat mereka tampaknya telah
menghilang), maupun berbaring
beristirahat. Mereka duduk
berdekatan dalam lingkaran kecil
menghadap satu sama lain. Mereka
tidak pernah melihat ke sekeliling
atau menyadari keberadaan para
manusia sampai Lucy dan 266
Tirian hampir cukup dekat untuk
menyentuh mereka. Kemudian semua
dwarf memiringkan kepala seolah
mereka tidak bisa melihat siapa pun
tapi sedang mempertajam telinga dan
berusaha menebak apa yang sedang
terjadi dari suaranya. "Awas!" kata salah satu dwarf
dengan suara membentak. "Lihatlihat kalau berjalan. Jangan
menabrak kami!" "Tentu saja!" kata Eustace
sebal. "Kami tidak buta. Kami
punya mata di kepala."
"Matamu pasti mata yang hebat
kalau bisa melihat di dalam sini,"
kata dwarf yang sama yang bernama
Diggle. "Di dalam mana"" tanya Edmund.
"Astaga, kau bodoh sekali, di
sini tentu saja," jawab Diggle.
"Dalam lubang istal yang sempit,
gelap gulita, sesak, dan bau ini."
"Apakah kau buta"" tanya
Tirian. "Bukankah kita semua buta 267
di dalam kegelapan"" kata Diggle.
"Tapi di sini tidak gelap, dwarf
bodoh yang malang," kata Lucy.
"Tidak bisakah kau melihatnya"
Lihat ke atas! Lihat ke sekelilingmu! Tidak bisakah kau
melihat langit, pepohonan, dan
bunga-bunga" Tidak bisakah kau
melihat diriku""
"Demi semua omong kosong,
bagaimana aku bisa melihat sesu
atu yang tidak ada di sini" Dan
bagaimana aku bisa melihatmu lebih
baik daripada kau melihatku dalam
gelap gulita seperti ini""
"Tapi aku bisa melihatmu," kata
Lucy. "Aku akan membuktikan aku bisa melihatmu. Ada pipa di
mulutmu." "Semua orang yang mengenal bau
tembakau bisa mengatakan itu," kata
Diggle. "Oh, kalian makhluk yang malang!
Ini mengerikan," kata Lucy.
Kemudian dia mendapatkan ide. Dia


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berhenti dan memetik beberapa
batang bunga violet liar. 268
"Dengar, Dwarf," dia berkata.
"Bahkan kalau matamu salah,
mungkin hidungmu benar: bisakah kau
mencium ini"" Dia mencondongkan
tubuh dan mendekatkan bunga-bunga
segar dan lembap itu ke hidung
jelek Diggle. Tapi dia harus segera melompat untuk menghindari
serangan tinju kecil kerasnya.
"Singkirkan itu!" dia berteriak.
"Beraninya kau! Apa maksudmu
menjejalkan begitu banyak kotoran
istal yang menjijikkan ke wajahku"
Ada tumbuhan thistle-nya pula.
Benar-benar tidak sopan! Lagi
pula siapa sebenarnya kau""
"Makhluk-bumi," kata Tirian,
"dia Ratu Lucy, dikirim kemari
oleh Aslan dari masa lampau yang
teramat silam. Dan hanya karena
aku menghormatinyalah, aku Tirian
rajamu yang sah, tidak memisahkan
kepala kalian semua dari bahu,
walaupun telah terbukti dua kali
bahwa kalian pengkhianat."
"Wah, ini dia juaranya!" seru
Diggle. "Bagaimana kau 269
bisa terus membicarakan semua
sampah itu" Singamu yang tersayang
tidak datang menolongmu, ya kan"
Tentu saja tidak. Dan sekarangbahkan sekarang-ketika kau telah
dipukuli dan dilempar ke dalam
lubang hitam ini, seperti kami
semua, kau masih melakukan
permainan lamamu. Memulai
kebohongan baru! Berusaha membuat
kami percaya ketika tidak seorang
pun di antara kami mau berhenti
memprotes, bahwa di sini tidak
gelap, dan langit tahu tentang yang
lain-lain juga." "Tidak ada lubang hitam, kau
terjebak dalam khayalanmu sendiri,
bodoh," teriak Tirian.
"Sadarlah." Lalu dia
mencondongkan tubuh ke depan,
meraih sabuk dan kerudung Diggle
kemudian mengayunkannya keluar dari
lingkaran para dwarf. Tapi begitu
Tirian menurunkannya kembali,
Diggle berlari kembali ke
posisinya di antara bangsanya,
menggosok-gosok hidungnya 270
dan melolong: "Auw! Auw! Kenapa kaulakukan
itu" Menubrukkan wajahku ke
tembok. Kau nyaris mematahkan
hidungku." "Aduh!" kata Lucy. "Apa yang
harus kita lakukan untuk mereka""
"Biarkan saja mereka," kata
Eustace: tapi saat dia berbicara,
tanah bergetar. Udara yang manis
mendadak menjadi lebih manis.
Cahaya terang berkelebat di
belakang mereka. Semua berbalik.
Tirian berbalik paling terakhir
karena dia takut. Di sana berdirilah kekasih hatinya, besar
dan nyata, sang singa keemasan,
Aslan sendiri, dan yang lain sudah
langsung berlutut di sekeliling
cakar depannya dan membenamkan
tangan juga muka dalam surai Aslan
ketika sang singa menurunkan kepala
besarnya untuk menyentuh mereka
dengan lidahnya. Kemudian mata
Aslan terpaku pada Tirian, dan
Tirian mendekatinya, dengan tubuh
gemetar, dan melemparkan 271
tubuhnya ke kaki sang singa, lalu
singa itu menciumnya dan berkata,
"Bagus, Raja terakhir Narnia
yang teguh pada pendirian pada masa
tergelap ini." "Aslan," kata Lucy di antara
derai air mata, "bisakah-maukah-kau
melakukan sesuatu untuk para dwarf
yang malang ini""
"Anakku tersayang," kata Aslan,
"aku akan menunjukkan kepadamu apa
yang aku bisa sekaligus tidak bisa
lakukan." Dia mendekati para dwarf
dan menggeram pelan: pelan, tapi
membuat seluruh udara gemetar.
Tapi para dwarf berkata kepada
satu sama lain, "Kau dengar itu"
Itu kelompok yang berada di ujung
lain istal. Berusaha menakutnakuti kita. Mereka melakukan itu
dengan menggunakan mesin atau
sejenisnya. Jangan diacuhkan.
Mereka tidak akan mengelabui kita
lagi!" Aslan mengangkat kepala dan
mengibaskan surai. Mendadak jamuan
besar muncul di lutut para 272
dwarf: pai, lidah, burung dara,
trifle (hidangan pencuci mulut
dingin), dan es. Setiap dwarf
mendapatkan segelas anggur lezat di
tangan kanan mereka. Tapi tidak
ada banyak gunanya. Mereka mulai
makan dan minum dengan cukup rakus,
tapi tampak jelas mereka tidak bisa
benar-benar menikma ti rasanya. Mereka mengira mereka sedang
memakan dan meminum benda-benda
yang biasanya kita temukan di
istal. Satu dwarf berkata dia
sedang berusaha menyantap jerami,
sedangkan yang lain berkata dia
memperoleh sepotong lobak tua, dan
dwarf yang ketiga berkata dia
menemukan daun kubis mentah.
Kemudian mereka mengangkat gelas
berisi anggur merah yang kental ke
mulut mereka dan berkata, "Ugh!
Bayangkan meminum air kotor dari
palung hewan yang pernah digunakan
keledai! Tidak pernah menyangka
kita akan mengalami ini."
Tapi tak lama kemudian 273
setiap dwarf mulai curiga bahwa
setiap dwarf yang lain telah
menemukan sesuatu yang lebih enak
daripada yang mereka miliki, dan
mereka mulai merebut dan merampas,
lalu mulai bertengkar, hingga
akhirnya setelah beberapa menit
berlangsunglah perkelahian di
antara mereka, semua makanan lezat tercorengkan pada wajah dan pakaian
mereka atau terinjak. Tapi ketika akhirnya mereka
duduk untuk merawat mata hitam dan
hidung berdarah, mereka semua
berkata, "Yah, setidaknya tidak
ada omong kosong di sini. Kita
tidak membiarkan siapa pun menjebak
kita. Bangsa dwarf adalah untuk
bangsa dwarf." "Kalian lihat," kata Aslan.
"Mereka tidak akan membiarkan kita
menolong mereka. Mereka telah
memilih kecurangan daripada
kepercayaan. Penjara mereka berada
dalam benak mereka sendiri,
walaupun begitu mereka memang
berada dalam penjara itu, 274
dan begitu takut terjebak di dalam
sehingga tidak bisa dikeluarkan.
Tapi marilah, anak-anakku. Aku
punya tugas lain." Aslan pergi menghampiri pintu
dan mereka semua mengikutinya. Dia
mengangkat kepala dan mengaum,
"Kini tiba waktunya!" kemudian
lebih keras lagi, "Waktu!"; lalu
begitu keras sehingga suaranya bisa
mengguncangkan bintang-bintang,
"WAKTU". Pintu pun mengayun
terbuka. BAB EMPAT BELAS Malam Tiba di Narnia Mereka semua berdiri di samping
Aslan, di sebelah kanannya, dan
memandang melalui ambang pintu yang
terbuka. Api unggun telah padam. Seluruh
bumi diselimuti kegelapan: bahkan
kau tidak bisa menyadari kau sedang
melihat hutan bila tidak melihat
ujung akhir sosok gelap pepohonan
dan ujung awal bintang-bintang.
Tapi ketika Aslan kembali
mengaum, di sebelah kiri, mereka
melihat sosok hitam lain. Lebih
tepatnya, mereka melihat bidang
lain di mana tidak ada bintang: dan
bidang itu menjulang tinggi dan
kian tinggi lalu menjadi sosok
manusia, lebih besar daripada
raksasa mana pun. Mereka semua
cukup mengenali Narnia untuk tahu
di mana raksasa itu Pastinya
berdiri. Dia pasti berada di
daerah tinggi bersemakan liar yang
terhampar jauh ke Utara melewati
Sungai Shribble. 276 Kemudian Jill dan Eustace
ingat dulu sekali, di gua-gua dalam
di bawah daerah liar itu, mereka
telah melihat raksasa besar
tertidur dan diberitahu bahwa
namanya Bapak Waktu, dan bahwa
dia akan terbangun pada hari ketika
dunia berakhir. "Ya," kata Aslan, walaupun
mereka tidak be rbicara. "Sementara dia berbaring dan
bermimpi, namanya Waktu. Kini
ketika dia terbangun dia akan
memiliki nama lain."
Kemudian raksasa besar itu
mendekatkan terompet waktu ke
mulutnya. Mereka bisa melihat ini
karena perubahan sosok hitam yang
dia buat di antara bintang-bintang.
Setelah ituagak lama kemudian,
karena suara mengalir begitu
lambat-mereka mendengar suara
terompet tersebut: bernada tinggi
dan mengerikan, walau terasa indah
secara aneh dan mematikan.
Mendadak langit dipenuhi bintang
jatuh. Satu bintang jatuh 277
saja begitu indah dilihat, tapi
kini lusinan, kemudian sekelompok
besar, lalu ratusan, sampai seolah
ada hujan perak di langit: dan ini
berlangsung terus-menerus. Dan
ketika hujan bintang berlangsung cukup lama, satu atau dua orang di
antara mereka mulal menduga ada
sosok gelap lain di langit seperti
raksasa tadi. Sosok itu berada di
tempat lain, kanan atas, kau bisa
mengatakannya tinggi tepat di atap
langit. Mungkin itu awan, pikir
Edmund. Bagaimanapun, tidak ada
bintang di sana: hanya kegelapan.
Tapi di sekelilingnya, hujan
bintang terus berlanjut. Kemudian
bidang tanpa bintang itu mulai
meluas, membentang semakin jauh dan
lebih jauh dari bagian tengah
langit. Kini s

The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

eperempat dari keseluruhan langit hitam, kemudian
menjadi separo, dan akhirnya hujan
bintang jatuh hanya terjadi rendah
di bagian bawah dekat horison.
Dengan rasa bahagia 278 karena menyaksikan keajaiban (ada
juga rasa takut di dalamnya) mereka
semua mendadak menyadari apa yang
sedang terjadi. Kegelapan yang
menyebar sama sekali bukanlah awan:
itu hanya kehampaan. Bagian hitam
di langit merupakan bagian di mana
tidak ada lagi bintang yang
tersisa. Semua bintang telah
jatuh: Aslan telah memanggil
mereka pulang. Detik-detik terakhir sebelum
hujan bintang benar-benar berakhir
sangatlah menarik. Bintang mulai
berjatuhan di sekeliling mereka.
Tapi bintang di negeri itu
bukanlah bola gas terbakar seperti
yang ada di dunia kita. Mereka
makhluk seperti manusia (Edmund
dan Lucy pernah bertemu salah
satunya). Jadi sekarang mereka mendapati hujan orang-orang
berkilauan, semuanya berambut
panjang seperti perak yang bersinar
terang, dan membawa tombak yang
seperti logam putih panas, turun
bergegas keluar dari udara 279
hitam, lebih gesit daripada batu
yang jatuh. Mereka menimbulkan
bunyi berdesis saat mendarat dan
membakar rerumputan. Lalu semua
bintang itu melayang melewati
mereka dan berdiri di suatu tempat
di belakang, sedikit ke kanan.
Ini keuntungan besar, karena
kalau tidak, kini setelah tidak ada
bintang di langit, segalanya akan
menjadi gelap total dan kau tidak
akan bisa melihat apa-apa. Dengan
begini, kerumunan bintang di
belakang mereka membiaskan cahaya
putih menyilaukan dari balik bahu
mereka. Mereka bisa melihat mil
demi mil hutan Narnia terhampar di
depan mereka, tampak seolah
dibanjiri cahaya lampu. Bayangan
hitam setiap semak dan hampir
setiap lembar rumput berada di
belakang. Garis tepi setiap daun
terlukis begitu tajam sehingga kau
bakal berpikir jarimu bisa
terpotong karenanya. Pada rerumputan di 280 hadapan mereka terbaring bayangan
mereka sendiri. Tapi yang menakjubkan adalah bayangan Aslan.
Bayangan itu membanjir ke sebelah
kiri mereka, begitu besar dan
mengerikan. Dan semua ini ada di
bawah langit yang kini akan menjadi
tak berbintang selamanya.
Cahaya dari belakang (dan agak
ke kanan) mereka begitu kuat
sehingga menerangi bahkan lerenglereng Western Wild. Ada sesuatu
yang bergerak di sana. Hewan-hewan
raksasa merayap dan meluncur turun
ke Narnia: naga besar, kadal
raksasa, dan burung tanpa bulu
dengan sayap seperti sayap
kelelawar. Mereka menghilang ke
dalam hutan dan selama beberapa
menit keheningan merebak.
Kemudian terdengar-awalnya dari
jauh sekali-suara-suara erangan
lalu, dari setiap arah, gemeresik,
entakan pelan, dan kepakan sayap.
Suara itu kian mendekat. Tak lama
kemudian dari suara kaki-kaki kecil
yang berlarian hingga 281
entakan cakar-cakar besar bisa
dikenali, begitu juga tik-tak tapak
kaki kecil yang ringan hingga
gemuruh tapak-tapak besar.
Kemudian kita bisa melihat ribuan
pasang mata yang berkilauan. Dan
akhirnya, keluar dari baying-bayang
pepohonan, berlari menaiki bukit
demi menyelamatkan nyawa, dalam
jumlah ribuan dan jutaan, keluar
segala macam makhluk-Hewan yang
Bisa Berbicara, dwarf, satyr,
faun, raksasa, bangsa Calormen,
orang-orang dari Archenland,
Monopod, dan benda-benda aneh
tidak wajar dari pulau-pulau terasing atau daerah-daerah tidak
dikenal negeri Barat. Dan semua
berlari menuju ambang pintu tempat
Aslan berdiri. Bagian petualangan ini merupakan
satu-satunya peristiwa yang terasa
seperti mimpi pada saat itu dan
agak sulit benar-benar diingat
setelahnya. Terutama, tidak ada
yang bisa mengatakan berapa lama
kejadian ini berlangsung. 282
Terkadang terasa hanya berlangsung
selama beberapa menit, tapi di lain
waktu rasanya kejadian itu
berlangsung bertahun-tahun. Yang
pasti, entah apakah pintu itu telah
menjadi teramat besar atau para
makhluk mendadak menjadi sekecil
agas, karena kerumunan sebesar itu
tidak mungkin bisa berusaha masuk
melewatinya. Tapi tidak ada yang
memikirkan soal seperti itu pada
saat itu. Makhluk-makhluk bergegas berdatangan, mata mereka kian
berkilauan dan kian terang ketika
mereka semakin dekat dengan
bintang-bin tang yang berdiri di sisi lain pintu. Tapi ketika
mereka tepat sampai di dekat
Aslan, salah satu dari dua hal ini
terjadi pada masingmasing makhluk.
Mereka semua menatap lurus ke
wajah Aslan, kurasa mereka tidak
punya pilihan lain soal ini. Dan
ketika beberapa memandang, ekspresi
di wajah mereka berubah menakutkan
ekspresi ketakutan dan 283
kebencian: hanya saja, pada wajah
para Hewan yang Bisa Berbicara,
ketakutan dan kebencian itu hanya
berlangsung selama sepersekian
detik. Kau bisa melihat mereka
mendadak tidak lagi menjadi Hewan
yang Bisa Berbicara. Mereka
hanya seperti hewan biasa. Dan
semua makhluk yang memandang Aslan
dengan cara itu langsung mengubah
arah gerakan ke sebelah kanan
mereka, ke kiri Aslan, dan
menghilang ke dalam bayangan hitam
raksasanya, yang (seperti yang
sudah kau dengar) membanjir hingga
jauh ke sebelah kiri ambang pintu.
Anak-anak tidak pernah melihat
mereka lagi. Aku tidak tahu apa yang terjadi
pada mereka. Tapi makhluk yang lain memandang wajah Aslan
kemudian mencintainya, walaupun
beberapa di antara mereka juga
tampak teramat ketakutan di saat
yang sama. Dan semua makhluk itu
masuk melewati pintu, menuju
sebelah kanan Aslan. Ada 284
beberapa jenis makhluk yang aneh di
antara mereka. Eustace bahkan
mengenali salah satu dwarf yang
membantu memanah para Kuda. Tapi
dia tidak punya waktu untuk
bertanya-tanya tentang hal seperti
itu (lagi pula itu bukan urusannya)
karena kegembiraan besar menyingkirkan semua hat lain keluar
kepalanya. Di antara makhlukmakhluk bahagia yang kini mengerumuni Tirian dan temantemannya adalah mereka yang
disangka telah mati. Ada Roonwit
si centaurus, Jewel si unicorn,
Babi Hutan yang baik, Beruang
yang baik, Farsight sang elang,
serta para Anjing tersayang dan
para Kuda, begitu juga Poggin si
dwarf. "Pergi jauh lebih dalam dan naik
lebih tinggi!" teriak Roonwit
kemudian berpacu cepat ke arah
barat. Dan walaupun mereka tidak
mengerti apa maksudnya, kata-kata
itu entah bagaimana membuat seluruh
tubuh mereka tergelitik. 285
Babi Hutan mendengus ceria ke arah mereka. Beruang baru saja
akan bergumam bahwa dia masih saja
tidak mengerti, ketika pandangannya
menangkap pepohonan buah dl
belakang mereka. Dia berjalan
tergopoh-gopoh ke pepohonan itu
secepat yang dia bisa dan di sana,
pastinya, dia menemukan sesuatu
yang sangat dimengertinya. Tapi
para Anjing tidak berpindah,
mengibas-ngibaskan ekor mereka,
begitu juga Poggin, menyalami
tangan semua orang dan senyum lebar
merekah di wajah jujurnya. Dan
Jewel menyandarkan kepalanya yang
seputih salju ke bahu Raja dan
sang raja berbisik ke telinga
jewel. Kemudian semua orang
mengalirkan perhatian kembali ke
sesuatu yang bisa dilihat melalui
ambang pintu. Para naga dan kadal raksasa kini menguasai Narnia. Mereka
berkeliaran menarik pohonpohon dari
akarnya dan meremuk pepohonan itu
seolah hanya batang-batang 286
lidi. Menit demi menit hutan
akhirnya lenyap. Seluruh negeri
menjadi kosong dan kau bisa melihat
berbagai hal pada bentuknya-semua
tonjolan atau lubang kecilnya-yang
tidak pernah kau perhatikan
sebelumnya. Rerumputan kering.
Tak lama kemudian Tirian mendapati dirinya melihat dunia
yang terdiri atas batu dan tanah
telanjang. Kau bakal sulit percaya
pernah ada yang hidup di sana.
Para monster itu sendiri menjadi
tua, berbaring, kemudian mati.
Daging mereka mengerut dan tulangbelulang mereka tampak: tak lama
kemudian mereka tinggal kerangka
besar yang berbaring di sana-sini
pada batu mati, tampak seolah
mereka telah mati ribuan tahun
lalu. Untuk waktu lama segalanya
bergeming. Akhirnya sesuatu yang putihgaris datar panjang putih yang
bercahaya saat terkena sinar para
bintang yang berdiri-datang
bergerak menghampiri mereka 287
dari ujung timur dunia. Suara yang
merebak luas memecahkan keheningan:
pertama gumaman, kemudian gemuruh,
lalu erangan. Dan kini mereka bisa melihat
sesuatu itu datang, dan betapa
cepatnya dia bergerak. Sesuatu
tersebut tembok air berbuih.
Lautan meninggi. Di dunia tanpa


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pohon itu kau bisa melihatnya
sangat jelas. Kau bisa melihat
semua sungai menjadi lebih lebar
dan danau menjadi lebih luas, lalu
danau-danau yang terpisah bergabung
menjadi satu, lalu lembah-lembah
menjelma menjadi danau-danau baru,
bukit-bukit berubah menjadi pulau,
kemudian pulau-pulau itu menghilang. Dan daerah liar yang
tinggi di sebelah kiri mereka dan
pegunungan yang lebih tinggi di
sebelah kanan mereka hancur dan
runtuh bersama suara gemuruh dan
ceburan ke dalam air yang meninggi.
Dan air berputar hingga naik tepat
ke bagian bawah ambang pintu (tapi
tidak pernah melewatinya) 288
sehingga buih bercipratan di kaki
depart Aslan. Segalanya kini
menjadi air yang datar dari tempat
mereka berdiri hingga di mana air
bertemu langit. Dan keluar dari sana mulai
muncul cahaya. Garis fajar suram
dan muram membentang disepanjang
horison, lalu melebar dan menjadi
lebih terang, hingga akhirnya
mereka nyaris tidak memerhatikan
cahaya bintang-bintang yang berdiri
di belakang mereka. Matahari
akhirnya muncul. Ketika ini
terjadi, Lord Digory dan Lady
Polly berpandangan dan saling
mengangguk kecil. Kedua orang itu,
di dunia yang lain, sudah pernah
melihat matahari yang sekarat, jadi
mereka segera tahu matahari yang
ini juga sekarat. Matahari tampak tiga kali-dua puluh kali-lebih
besar daripada yang seharusnya, dan
berwarna merah sangat gelap.
Ketika bias sinarnya menyinari
raksasa Waktu, raksasa itu juga
berubah menjadi merah: dan 289
bayangan matahari itu juga membuat
seluruh permukaan air tak berujung
itu tampak seperti darah.
Kemudian bulan muncul, posisinya
sangat aneh, sangat dekat dengan
matahari, dan tampak merah juga.
Dan ketika bulan tampak, matahari
mulai menembakkan lidah-lidah api
tinggi, seperti kumis atau ular api
merah, ke arahnya. Seolah matahari
merupakan gurita yang berusaha menarik bulan mendekat dengan
tentakel-tentakelnya. Dan mungkin
matahari memang menarik bulan.
Bagaimanapun bulan datang
mendekatinya, awalnya perlahan,
tapi kemudian semakin lama semakin
cepat, sampai akhirnya lidah-lidah
api matahari yang panjang melibat
bulan, menarik keduanya hingga
menyatu, dan menjadi bola raksasa
seperti batu bara yang terbakar.
Bongkahan-bongkahan besar api
berjatuhan dari bola raksasa itu ke
dalam lautan, dan awan uap
membumbung naik. Kemudian Aslan berkata, 290
"Sekarang buatlah akhir."
Sang raksasa melemparkan terompet tanduknya ke lautan.
Kemudian dia merentangkan salah
satu tangan-tampak sangat gelap dan
panjangnya ribuan mil-melintasi
angkasa hingga tangannya mencapai
matahari. Dia mengambil matahari
dan meremasnya dengan tangannya
seperti kau meremas jeruk. Dan
mendadak kegelapan total datang.
Semua orang kecuali Aslan
melompat ke belakang menghindari
udara sedingin es yang kini bertiup
dari ambang pintu. Ujung-ujungnya
sudah mulai tertutup es. "Peter, Raja Agung Narnia,"
kata Aslan. "tutuplah pintunya."
Peter, sambil gemetaran karena
kedinginan, mencondongkan tubuh ke
dalam kegelapan dan menarik daun
pintu tertutup. Daun pintu itu
menggesek es saat dia menariknya.
Kemudian, dengan gerakan agak kaku
(karena bahkan pada saat itu
tangannya telah mati rasa dan
membiru) dia mengeluarkan 291
kunci emas dan menguncinya.
Mereka telah cukup banyak
melihat hal-hal aneh dari ambang
pintu itu. Tapi jauh lebih aneh
ketika mereka melihat ke sekitar
dan mendapati diri mereka sendiri
dalam kehangatan siang hari, langit
biru di atas mereka, bunga-bunga di
kaki mereka, dan tawa di mata
Aslan. Aslan berbalik cepat, merunduk
lebih rendah, memecut dirinya
sendiri dengan ekornya, lalu
melesat pergi seperti panah
keemasan. "Pergi jauh lebih dalam! Naik
lebih tinggi!" dia berteriak ke
balik bahunya. Tapi siapa yang
bisa mengikutinya dengan kecepatan
seperti itu" Mereka mulai berjalan ke arah barat untuk mengikutinya.
"Jadi," kata Peter, "malam
turun di Narnia. Apa ini, Lucy"
Kau menangis" Dengan Aslan di
depan, dan kita semua di sini""
"Jangan berusaha 292
menghentikanku, Peter," kata
Lucy. "Aku yakin Aslan juga
tidak akan melakukan itu. Aku
yakin tidaklah salah untuk berduka
demi Narnia. Bayangkan semua yang
terbaring mati dan membeku di
belakang pintu itu."
"Benar dan aku sempat ber
harap," kata Jill, "negeri itu akan
berlangsung selamanya. Aku tahu
dunia kita tidak akan begitu. Aku
benarbenar mengira Narnia akan abadi."
"Aku melihatnya dimulai," kata
Lord Digory. "Aku tidak
menyangka aku akan masih hidup
untuk menyaksikannya berakhir."
"Tuan sekalian," kata Tirian.
"Para lady berhak untuk menangis.
Lihatlah, aku sendiri melakukannya. Aku telah melihat
kematian ibuku. Dunia mana lagi
yang kuketahui selain Narnia"
Bukanlah nilai baik, melainkan
tindakan tidak hormat, bila kita
tidak berkabung." Mereka berjalan menjauhi 293
pintu dan meninggalkan para dwarf
yang masih duduk berdesakan dalam
istal khayalan mereka. Dan sambil
berjalan mereka berbincang-bincang
tentang perang tua dan kedamaian
tua, juga rajaraja kuno dan semua
kemenangan Narnia. Para Anjing masih bersama
mereka. Mereka menggabungkan diri
dalam percakapan tapi tidak terlalu
sering karena mereka terlalu sibuk
berlari ke depan dan ke belakang,
dan bergegas mengendusi wangi
rerumputan sampai membuat diri
mereka sendiri bersin. Mendadak
mereka mengendus bau yang
sepertinya membuat mereka sangat
bersemangat. Mereka semua mulai
berdebat tentang bau itu-"Ya,
memang benar-Bukan, ini bukan bau
itu-Itu yang baru saja kukatakanSiapa saja bisa mencium ball apa
ini-Singkirkan hidung besarmu dari
sana dan biarkan yang lain mencoba
mengendus." "Ada apa, sepupu-sepupuku""
tanya Peter. 294 "Orang Calormen, Sire," kata
beberapa Anjing bersamaan.
"Bawa aku kepadanya kalau
begitu," kata Peter. "Entah dia
akan menemui kita dalam damai atau
perang, meski begitu dia akan tetap
disambut." Para Anjing berlari duluan dan
kembali beberapa saat kemudian,
berlari seolah demi menyelamatkan
nyawa, dan menggonggong keras untuk
mengatakan bahwa memang ada orang
Calormen. (Para Anjing yang
Bisa Berbicara, seperti anjing
biasa, bertingkah seolah mereka
berpikir apa pun yang sedang mereka
lakukan pada saat itu teramat
sangat penting.) Yang lain mengikuti ke tempat
yang ditunjukkan para Anjing dan mendapati pemuda
Calormen duduk di bawah pohon
chestnut disamping sungai kecil
yang berair jernih. Dia Emeth.
Dia langsung bangkit dan membungkuk anggun. "Sir," dia berkata kepada 295
Peter, "aku tidak tahu apakah kau
teman atau lawan, tapi aku akan
menganggapnya sebagai kehormatan
bila bisa menyebutmu salah satunya.
Bukankah salah satu pujangga
pernah berkata teman bijak
merupakan hadiah terbaik dan musuh
bijak terbaik kedua""
"Sir," kata Peter, "aku tidak
melihat ada alasan perlunya ada
perang antara dirimu dan kami."
"Katakanlah siapa dirimu dan apa
yang telah terjadi padamu," kata
Jill. "Bila akan ada cerita, marilah
kita semua minum dan duduk,"
gonggong para Anjing. "Kami
sangat lelah." "Yah, tentu saja kalian akan
lelah kalau terus-menerus mondarmandir seperti yang telah kalian
lakukan," kata Eustace.
Jadi para manusia duduk di
rumput. Dan ketika para Anjing
telah minum dengan sangat lahap dan
berisik dari sungai kecil, mereka semua duduk, dengan punggung
sangat tegak, terengah-engah,
dengan lidah terjulur keluar dari
kepala mereka sedikit ke salah satu
sisi untuk mendengarkan kisahnya.
Tapi jewel tetap berdiri,
menggosok tanduk ke sisi tubuhnya.
BAB LIMA BELAS Naik Lebih Tinggi dan Pergi
Jauh Lebih Dalam Ketahuilah, O Para Raja Kesatria," kata Emeth, "dan
kalian, O Para lady yang kecantikannya menyinari jagat raya,
aku Emeth putra ketujuh Harpha
Tarkaan dari kota Tehishbaan, di
sebelah barat padang pasir. Aku
datang belakangan ke Narnia dengan
dua puluh sembilan kesatria lain di
bawah pimpinan Rishda Tarkaan.
Nah, ketika aku pertama mendengar


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa kami harus bergerak ke
Narnia aku berbahagia, karena aku
telah mendengar banyak cerita
tentang negeri kalian dan sangat
ingin bertemu kalian dalam
pertempuran. Tapi ketika aku
mengetahui kami akan pergi dengan
menyamar sebagai pedagang (yang
pakaiannya memalukan bagi kesatria
dan putra Tarkaan) dan untuk
bergerak dalam kebohongan dan
kelicikan, rasa bahagia meninggalkanku. Dan yang 298
paling buruk adalah ketika aku
mendapati kami harus melayani
seekor monyet, kemudian ketika
mulai ada pernyataan bahwa Tash
dan Aslan adalah satu, dunia
menjadi gelap di mataku. Karena
selalu sejak aku masih kanak-kanak
aku mengabdi kepada Tash dan
keinginan terbesarku adalah
mengenalnya lebih jauh, dan, bila
memang mungkin, melihat wajahnya.
Sedangkan nama Aslan selalu
membawa kebencian kepadaku.
"Lalu, seperti yang kalian telah
lihat, kita semua dipanggil untuk
berkumpul di depan gubuk beratap
rumbia, malam demi malam, dan api
unggun dinyalakan, lalu si kera
membawa keluar dari gubuk itu
sesuatu berkaki empat yang tidak
bisa kulihat jelas. Dan berbagai
kaum juga Hewan membungkuk dan
menghormatinya. Tapi aku berpikir,
sang Tarkaan telah ditipu si kera:
karena sesuatu yang keluar dari
istal itu bukanlah Tash ataupun
dewa lain. Tapi ketika aku 299
memandang wajah sang Tarkaan, dan
memerhatikan setiap kata yang
dikatakannya kepada si kera,
kemudian aku berubah pikiran:
karena aku melihat sang Tarkaan
sendiri tidak memercayai ini.
Kemudian aku mengerti dia bahkan
sama sekali tidak percaya pada Tash: karena bila percaya,
bagaimana mungkin dia berani
melecehkannya" "Ketika aku memahami ini,
kemarahan besar datang kepadaku dan
aku bertanya-tanya apakah Tash
yang sesungguhnya tidak akan
menyambar si kera maupun sang
Tarkaan dengan api dari langit.
Walaupun begitu aku menyembunyikan
kemarahan dan menahan lidah, lalu
menunggu untuk melihat bagaimana
akhir kisah ini. Tapi kemarin
malam, seperti yang telah diketahui
sebagian dari kalian, si kera tidak
membawa benda kuning itu melainkan
berkata bahwa semua yang ingin
melihat Tashlan karena mereka
telah menggabungkan dua kata 300
itu untuk mengelabui bahwa keduanya
adalah satu-harus masuk satu demi
satu ke gubuk itu. Maka aku
berkata kepada diriku sendiri,
pastinya ini tipuan lagi. Tapi
ketika si kucing masuk lalu keluar
lagi tampak gila karena ketakutan,
aku berkata pada diriku sendiri,
pastinya Tash yang asli yang
mereka panggil tanpa pengetahuan
atau keyakinan, kini telah berada
di antara kami, dan akan menghukum
musuhnya. Dan walaupun hatiku
mencair di dalam karena kemuliaan
dan teror Tash, hasratku lebih
kuat daripada rasa takutku, dan aku
mengerahkan kekuatan ke lututku
agar keduanya berhenti gemetar, dan
ke gigiku agar tidak bergemeletuk,
dan memutuskan akan menatap wajah
Tash walaupun dia bakal memusnahkanku. Jadi aku
rnenawarkan diriku sendiri untuk
masuk ke gubuk tersebut, lalu sang
Tarkaan, walaupun tidak rela,
membiarkanku pergi. "Segera setelah aku masuk 301
melewati pintu itu, keheranan
pertama adalah ketika aku mendapati
diriku sendiri berada dalam
limpahan sinar matahari yang sangat
terang (seperti yang kita alarm
sekarang) walaupun bagian dalam
gubuk tampak gelap dari luar. Tapi
aku tidak punya waktu untuk
mengagumi ini karena mendadak aku
terpaksa bertarung menyelamatkan
leher melawan salah satu bangsaku
sendiri. Segera setelah melihatnya, aku mengerti bahwa si
kera dan sang Tarkaan telah
menempatkannya di sana untuk
membunuh siapa pun yang masuk kalau
orang itu tidak tahu soal rahasia
mereka: jadi prajurit itu juga
pembohong, penghujat, dan bukan
abdi setia Tash. Aku menjadi
lebih yakin untuk melawannya, dan
setelah mengatasi penjahat itu, aku
melemparkannya keluar lewat pintu.
"Kemudian aku mengawasi keadaan
sekitarku dan melihat langit juga
dataran-dataran luas, serta mencium
wangi manis. Lalu aku 302
berkata, demi dewa-dewa, ini tempat
yang indah: mungkin aku telah
datang ke negeri Tash. Jadi aku
mulai menjelajahi daerah asing ini
dan mencarinya. "Aku pun melintasi banyak rumput
dan bunga juga segala macam pohon
lebat dan indah hingga akhirnya
rendah di tempat sempit di antara
dua batu di sana datang Singa
Agung menemuiku. Kecepatan
gerakannya seperti burung unta, dan
ukurannya sebesar gajah, rambutnya
seperti emas murni, dan kilau di
matanya seperti emas cair dalam
kuali. Dia lebih mengerikan
daripada Gunung Berapi Lagour,
dan dalam hal kecantikan dia
melebihi segalanya yang ada di
dunia seperti keindahan mawar mekar
mengalahkan debu di padang pasir.
"Lalu kakiku lemas dan aku
terjatuh di dekat kakinya dan
berpikir, pasti ini saatnya mati, karena sang singa (yang layak
mendapatkan segela penghormatan)
akan tahu selama hidupku aku 303
mengabdi Tash dan bukan dia.
Walaupun begitu, lebih baik
melihat sang singa lalu mati daripada menjadi Tisroc bagi
seluruh dunia dan hidup namun tidak
pernah melihatnya. Tapi Yang
Agung dan Mulia menundukkan
kepala keemasannya dan menyentuh
dahiku dengan lidahnya kemudian
berkata, 'Anakku, selamat datang.'
Tapi aku berkata, 'Sayangnya,
Lord, aku bukanlah anakmu
melainkan abdi Tash.' Dia
menjawab, 'Nak, semua pelayanan
yang kaulakukan demi Tash, aku
anggap sebagai pelayanan yang
dilakukan demi aku.' Kemudian
karena keinginan besarku untuk
mendapatkan kebijakan dan
pemahaman, aku menekan rasa takut
dan bertanya kepada Yang Agung
dan Mulia, 'Lord, jadi apakah
memang benar, seperti yang
dikatakan si kera, bahwa kau dan
Tash adalah satu"' Sang singa
menggeram sehingga bumi berguncang
(tapi kemarahannya bukanlah 304
terhadapku) dan berkata, 'Itu
tidak benar. Bukan karena aku dan
dia adalah satu, tapi karena kami
berlawananaku mengambil untukku
pelayanan yang kaulakukan untuknya.
Karena aku dan dia merupakan jenis
yang berbeda sehingga tidak ada
pelayanan yang jahat bisa dilakukan
untukku, dan tidak ada yang tidak
jahat bisa dilakukan untuknya.
Karena itulah, bila ada yang
bersumpah demi nama Tash lalu
menjaga dan menepati sumpahnya itu,
sebenarnya dia telah bersumpah atas
namaku, walaupun dia tidak
mengetahuinya, dan akulah yang
memberinya imbalan. Dan kalau ada
yang melakukan kekejaman atas namaku, maka, meskipun dia
mengucapkan nama Aslan, adalah
Tash yang dia puaskan dan Tashlah yang akan menerima tindakannya.
Apakah kau mengerti, anakku"' Aku
berkata, 'Lord, kaulah yang paling
tahu seberapa banyak yang telah
kupahami.' Tapi aku juga berkata
(karena kebenaran 305 mendesakku), 'Walaupun begitu, aku
telah mencari Tash dalam seluruh
hariku.' 'Kekasih,' kata Yang
Agung dan Mulia, 'kecuali
hasratmu adalah untukku kau tidak
akan perlu mencari begitu lama dan
susah payah. Karena semua akan
menemukan apa yang mereka
sebenarnya cari.' "Kemudian dia mengembuskan napas
kepadaku dan mengusir pergi gemetar
dari tungkai-tungkaiku dan membuatku berdiri. Lalu setelah
itu, dia tidak banyak berkata-kata,
kecuali bahwa kami akan bertemu
lagi, dan aku harus pergi jauh
lebih dalam dan naik lebih tinggi.
Kemudian dia menjelma menjadi
pusaran angin keras laksana badai
keemasan dan mendadak hilang.
"Dan sejak saat itu, O Para
Raja dan Lady, aku telah berjalan-jalan untuk menemukannya
dan kebahagiaanku begitu besar
sehingga rasa itu bahkan melemahkanku seperti luka. Dan
merupakan mukjizat di antara 306
segala mukjizat, bahwa dia
menyebutku Kekasih, aku yang tak
lain adalah anjing-"
"Hah" Apa katamu"" tanya salah satu Anjing.
"Sir," kata Emeth. "Itu hanya
merupakan gaya bicara yang kami
miliki di Calormen."
"Yah, aku tidak bisa berkata aku
menyukal gaya bicara seperti itu,"
kata Anjing. "Dia tidak bermaksud jahat,"
kata Anjing yang lebih tua. "Lagi
pula, kita memanggil anak anjing
kita Buyung ketika mereka tidak
bersikap sopan." "Benar juga," kata Anjing
pertama. "Atau upik."
"S-s-stt!" kata Anjing Tua.
"Itu bukan kata yang sopan untuk
digunakan. Ingat di mana kau
berada sekarang." "Lihat!" kata Jill tiba-tiba.


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seseorang mendekat, agak takuttakut, untuk menemui mereka:
makhluk anggun dengan keempat
kakinya, tubuhnya berwarna 307
abu-abu keperakan. Dan mereka
memandangnya selama sepuluh detik
penuh sebelum lima atau enam suara
berkata bersamaan, "Ya ampun, itu
Puzzle tua!" mereka belum pernah
melihatnya di siang hari tanpa
kulit singa, dan ini membuat
perbedaan luar biasa. Kini dia
dirinya sendiri: keledai cantik
dengan bulu yang begitu halus dan
kelabu juga wajah yang begitu
lembut dan jujur sehingga kalau kau
benar-benar melihatnya kau akan
melakukan hal yang sama dengan yang
dilakukan Jill dan Lucy-berlari
ke arahnya dan melingkarkan lengan
ke lehernya lalu mencium hidungnya
dan membelai telinganya. Ketika mereka bertanya kepadanya
di mana dia selama ini, dia berkata
dia memasuki pintu bersa ma makhlukmakhluk lain tapi dia-yah,
sejujurnya, dia berusaha sebisa
mungkin menghindari mereka, begitu
juga Aslan. Karena melihat sang
singa yang sesungguhnya telah
membuatnya begitu malu atas 308
segala omong kosong mengenakan
kulit singa sehingga dia tidak tahu
bagaimana menatap wajah siapa pun
secara langsung. Tapi ketika dia
melihat semua temannya pergi ke
arah barat, dan setelah dia
menyantap satu atau lebih suap
rumput ("Dan aku belum pernah
merasakan rumput yang begitu lezat
selama hidupku," kata Puzzle), dia
mengumpulkan keberanian dan
mengikuti. "Tapi apa yang akan kulakukan bila aku benar-benar
bertemu Aslan, aku yakin aku tidak
tahu," dia menambahkan.
"Kau akan mendapatinya bukan
masalah ketika sungguh-sungguh
bertemu dengannya," kata Ratu
Lucy. Kemudian mereka pergi melangkah
bersama, selalu ke arah barat,
karena arah itulah yang tampaknya
ditunjukkan Aslan ketika berteriak, "Naik lebih tinggi dan
pergi lebih jauh ke dalam." Banyak
di antara makhluk lain yang
bergerak ke arah sama dengan 309
perlahan, tapi daerah berumput itu
begitu lebar sehingga tidak ada kerumunan.
Hari masih begitu pagi, dan
kesegaran pagi hari mengisi udara.
Mereka bolak-balik berhenti untuk
melihat ke sekeliling atau ke
belakang, sebagian karena tempat
itu begitu indah dan sebagian
karena ada sesuatu pada tempat itu
yang tidak bisa mereka pahami.
"Peter," kata Lucy, "menurutmu,
tempat apa ini""
"Entahlah," jawab sang Raja
Agung. "Ternpat ini mengingatkanku akan suatu tempat
tapi aku tidak bisa memberimu
namanya. Mungkinkah kita pernah
tinggal di sini saat liburan ketika
kita masih teramat sangat kecil""
"Pastinya itu liburan yang
sangat menyenangkan," kata
Eustace. "Aku berani bertaruh
tidak ada negeri seperti ini di
mana pun di dunia kita. Lihatlah
warna-warninya! Kau tidak akan
bisa melihat biru seperti 310
biru pada pegunungan itu di dunia
kita." "Bukankah ini negeri Aslan""
kata Tirian. "Tidak seperti negeri Aslan di
puncak gunung di ujung akhir timur
dunia," kata Jill. "Aku sudah
pernah kesana." "Kalau ada yang tanya
pendapatku," kata Edmund, "tempat
ini seperti di suatu tempat dalam
dunia Narnia. Lihat saja pegunungan di depan-dan pegunungan
es besar di belakang daerah itu.
Pastinya agak seperti pegunungan
yang biasa kita lihat di Narnia,
gunung-gunung yang berada di
sebelah barat di belakang air
terjun"" "Benar, memang mirip," kata
Peter. "Tapi yang ini tampak
lebih besar." "Menurutku gunung-gunung itu
tidak seperti apa pun yang ada di
Narnia," kata Lucy. "Tapi lihat
di sana." Dia menunjuk ke arah
selatan di sebelah kiri 311
mereka, dan semua orang berhenti
dan menoleh untuk melihat.
"Perbukitan itu," kata Lucy,
"bukit-bukit yang berhutan indah
dan bukit-bukit biru di belakangbukankah daerah itu sangat mirip
perbatasan selatan Narnia""
"Mirip!" teriak Edmund setelah
terdiam sesaat. "Malah tepat sama.
Lihat, itu Gunung Fire dengan
puncak bercabang duanya, dan itu
jalan perbukitan menuju Archenland dan lainnya!"
"Namun walaupun begitu tetap
saja tidak sama," kata Lucy.
"Semuanya berbeda. Daerah itu
lebih berwarna dan lebih'''
lebih''' oh, entahlah'''"
"Lebih seperti hal yang
sesungguhnya," kata Lord Digory
lembut. Tiba-tiba Farsight si elang
melebarkan sayapnya, membumbung
tinggi sekitar sepuluh atau lima
belas meter ke udara, berputarputar kemudian mendarat di tanah.
"Para raja dan ratu," dia 312
berteriak, "kita semua telah buta.
Kita hanya baru mulai melihat
dimana kita berada. Dari atas sana
aku telah melihat semuanyaEttinsmuir, Beaversdam, Sungai
Besar, dan Cair Paravel masih
berkilauan di tepi lautan timur.
Narnia belum mati. Inilah
Narnia." "Tapi bagaimana bisa"" tanya
Peter. "Karena Aslan telah
memberitahu kami yang lebih tua
bahwa kami tidak akan pernah
kembali ke Narnia lagi, namun di
sinilah kami." "Benar," kata Eustace. "Dan
kita melihat segalanya hancur dan
matahari padam." "Dan segalanya di sini begitu
berbeda," kata Lucy.
"Si elang benar," kata Lord
Digory. "Dengar, Peter. Ketika
Aslan berkata kau tidak akan
pernah bisa lagi kembali ke
Narnia, dia mengacu pada Narnia yang kaupikirkan. Tapi itu bukan
Narnia yang sesungguhnya. 313
Yang memiliki awal dan akhir.
Dunia itu hanya bayangan atau
tiruan Narnia asli yang sejak dulu
telah ada di sini dan akan selalu
ada di sini: seperti juga dunia
kita, Inggris dan semuanya,
hanyalah bayangan atau tiruan
sesuatu dalam dunia nyata Aslan.
Kau tidak perlu berduka karena
Narnia, Lucy. Seluruh Narnia
lamalah yang penting, semua makhluk
tersayangnya, telah ditarik ke
dalam Narnia asli melalui Pintu.
Dan tentu saja dunia ini berbeda,
sama berbedanya antara benda asli
dengan bayangan atau hidup nyata
dengan mimpi." Suaranya membangkitkan semangat
semua orang seperti terompet ketika
dia mengucapkan kata-kata itu: tapi
ketika dia menambahkan dengan suara
pelan, "Semua ada dalam Plato,
ada dalam Plato: astaga, apa
sebenarnya yang mereka ajarkan
kepada anak-anak di sekolah-sekolah
itu"" Anak-anak yang lebih tua
tertawa. Ini tepat seperti 314
hal-hal yang pernah mereka dengar
dikatakan Lord Digory dulu sekali
di dunia lain tempat janggutnya
beruban bukannya berwarna keemasan.
Dia tahu kenapa mereka tertawa dan
ikut tertawa juga. Tapi dengan
sangat segera mereka semua kembali
muram: karena, seperti yang
kauketahui, ada semacam kebahagiaan dan keajaiban yang membuatmu merasa
serius. Waktu ini terlalu berharga
untuk dibuang-buang dengan lelucon.
Adalah sulit untuk menjelaskan
bagaimana tanah bermandikan sinar
matahari ini berbeda dengan Narnia
lama, sama seperti memberitahuku
bagaimana rasa buah di negeri itu.
Mungkin kau akan memiliki beberapa
bayangan kalau kau berpikir seperti
ini. Anggaplah kau berada di
ruangan dengan jendela menghadap ke
teluk lautan indah atau lembah
hijau yang membelah pegunungan.
Dan di dinding ruangan tersebut
yang berseberangan dengan jendela,
bayangkan ada cermin. Dan ketika
kau berbalik menjauhi 315
jendela mendadak kau menangkap
penampakan laut atau lembah itu, dari awal lagi, melalui cermin.
Dan lautan di dalam cermin, atau
lembah di dalam cermin, dalam satu
sisi bisa dibilang sama dengan
aslinya: walaupun begitu di saat
yang sama laut atau lembah itu
entah bagaimana berbeda-lebih
dalam, lebih indah, lebih seperti
tempat-tempat dalam cerita-dalam
cerita yang belum pernah kaudengar
tapi sangat ingin kauketahui.
Perbedaan antara Narnia tua
dengan Narnia baru seperti itu.
Yang baru merupakan negeri yang
lebih dalam: setiap batu, bunga,
dan helai daun rumput tampak seolah
punya arti lebih. Aku tidak bisa
menggambarkannya lebih baik
daripada itu: kalau punya
kesempatan kesana, kau akan tahu
bagaimana maksudku. Si unicorn-lah yang merangkum
perasaan semua orang. Dia
menjejakkan tapak depan kanannya di
tanah dan meringkik, 316 kemudian berteriak: "Aku telah tiba di rumah
akhirnya! Inilah negeriku yang
sebenarnya. Aku berasal dari sini.
Inilah tanah yang kucari sepanjang
hidupku, walaupun aku belum


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengetahuinya hingga kini. Alasan
kenapa aku mencintai Narnia lama
adalah karena negeri itu terkadang
tampak agak mirip dengan negeri
ini. Brii-hii-hii! Naik lebih
tinggi dan pergi lebih jauh ke
dalam!" Dia mengibaskan surainya dan
melompat ke depan kemudian mulai
berpacu kencanglangkah-langkah
unicorn yang, di dunia kita, akan
segera membawanya lenyap dari
pandangan dalam hitungan detik.
Tapi kini hal yang paling aneh
terjadi. Semua orang mulai
berlari, dan mereka mendapati,
dengan terperangah heran, bahwa
mereka bisa menyamai langkah kaki
jewel: bukan hanya para anjing dan
manusia, tapi bahkan Puzzle kecil
yang gemuk dan Poggin si dwarf dengan kaki pendeknya. Udara
menerpa wajah mereka seolah mereka
sedang mengendara cepat dengan
mobil tanpa kaca depan. Daerah
sekitar berkelebat melewati mereka
seolah mereka sedang melihatnya
dari jendela kereta ekspres. Semakin cepat dan terus semakin
cepat mereka berlari, tapi tidak
seorang pun dari mereka yang
kepanasan, lelah, ataupun kehabisan
napas. BAB ENAM BELAS Perpisahan dengan Tanah Bayangbayang
Kalau seseorang bisa berlari tanpa merasa lelah, kurasa orang
tidak akan terlalu sering ingin
melakukan tindakan lain. Tapi
mungkin akan ada alasan khusus
u ntuk berhenti berlari, dan alasan
khusus inilah yang membuat Eustace
kini berteriak: "Astaga! Berhenti! Lihat apa
yang sedang kita datangi!"
Dan dia memang pantas berbuat
begitu. Karena kini di depan
mereka tampak Caldron Pool, dan
di belakang kolam tersebut tebingtebing tinggi yang tak terjamah,
lalu, menuangkan air ke tebingtebing, beribu-ribu ton air setiap
detiknya, berkilauan seperti
berlian di beberapa tempat dan
tampak gelap, hijau, seperti kaca
di tempat-tempat lain, Air Terjun
Besar. Kim kejutan akan pemandangan ini bahkan telah tampak
di mata mereka. 320 "Jangan berhenti! Naik lebih
tinggi dan pergi lebih jauh ke
dalam," teriak Farsight,
membelokkan penerbangannya lebih ke
atas. "Semuanya bukan masalah
baginya," kata Eustace, tapi jewel
juga berteriak: "Jangan berhenti. Naik lebih
tinggi dan pergi lebih jauh ke
dalam! Hayati dalam setiap
langkahmu." Suaranya masih bisa terdengar di
atas raungan air tapi detik
berikutnya semua orang melihat
bahwa dia telah melompat ke dalam
air lalu dengan tergesa-gesa juga
penuh kehebohan di belakangnya,
bersama cipratan demi cipratan,
yang lain mengikutinya. Airnya
tidaklah dingin menggigit seperti
yang mereka semua (terutama Puzzle) sangka, tapi terasa sejuk
penuh buih nyaman. Mereka
mendapati diri mereka berenang
langsung menuju air terjun itu
sendiri. 321 "Ini benar-benar gila," kata
Eustace kepada Edmund. "Aku tahu. Walaupun begitu-"
kata Edmund. "Ini bagus sekali, ya"" kata
Lucy. "Apakah kalian menyadari
kita tidak bisa merasa takut,
bahkan bila kita ingin" Coba
saja." "Ya ampun, memang tidak bisa,"
kata Eustace setelah mencobanya.
Jewel yang pertama mencapai kaki
air terjun, tapi Tirian tepat
berada di belakangnya. Jill terakhir tiba, jadi dia bisa
melihat seluruh kejadian lebih
lengkap daripada yang lain. Dia
melihat sesuatu yang putih bergerak
naik dengan kecepatan tetap di
permukaan air terjun. Sesuatu yang
putih itu si unicorn. Kau tidak
bisa memastikan apakah dia berenang
atau memanjat, tapi dia terus
bergerak, semakin tinggi dan terus
semakin tinggi. Puncak tanduknya
membelah air tepat di atas
kepalanya, dan air mengucur 322
deras dalam dua aliran berwarna
pelangi di sekeliling bahunya.
Tepat di belakangnya tampak Raja
Tirian. Dia menggerakkan kaki dan
lengannya seolah sedang berenang
tapi dia bergerak naik lurus:
seolah kita bisa berenang menaiki
dinding rumah. Yang tampak paling aneh adalah
para anjing. Saar berlari menuju
air terjun, mereka sama sekali
tidak terengah-engah, tapi kini,
ketika mereka bergerak menggeliat
bersama-sama ke atas, beberapa di
antara mereka sering kali tersedak
dan bersin, ini dikarenakan mereka
tidak berhenti menggonggong, dan
setiap kali mereka melakukan itu
mulut dan hidung mereka dipenuhi
air. Tapi sebelum Jill mendapat
kesempatan untuk menyadari semua
hal secara keseluruhan, dia pun
mulai menaiki air terjun. Kejadian
ini sejenis yang mustahil terjadi
di dunia kita. Bahkan kalaupun kau
belum tenggelam, kau bakal dihantam
babak belur oleh berat air 323
yang mengerikan menuju gerigi
bebatuan yang tak terhitung
banyaknya. Tapi di dunia itu kau
bisa melakukannya. Kau bergerak
naik dan terus naik, dengan
berbagai pantulan cahaya berkilauan
ke arahmu dari air dan berbagai
jenis bebatuan berwarna berkilauan
di baliknya, sampai seolah kau
sedang menaiki cahaya itu sendirilalu terus tinggi dan meninggi
sampai kesadaran akan tinggi akan
membuatmu ngeri kalau kau bisa
ketakutan, tapi di sini ketinggian
itu hanya terasa luar biasa
menyenangkan. Kemudian akhirnya
kita akan sampai ke kelokan hijau
yang indah dan halus di mana air
tertuang dari atas dan mendapati diri kita kini berada di sungai
datar di atas air terjun. Arus air
berpacu melewatimu, tapi kau
perenang andal sehingga bisa
bergerak maju melawannya. Tak lama
kemudian mereka berada di tepi
sungai, air menetes-netes dari
tubuh mereka tapi mereka 324
bahagia. Lembah panjang terbuka di
hadapan dan pegunungan salju, kini
jauh lebih dekat, menjulang ke
langit. "Naik lebih tinggi dan pergi
lebih jauh ke dalam," teriak jewel
dan mereka s egera bergerak lagi. Mereka kini sudah keluar dari
Narnia dan mendaki ke Western
Wild yang belum pernah dilihat
bahkan oleh Tirian, Peter, maupun
si elang. Tapi Lord Digory dan
Lady Polly pernah. "Kau ingat"
Kau ingat"" mereka berkata-dan
mengucapkannya dengan suara mantap
pula, tanpa terengah-engah,
walaupun kelompok itu kini berlari
lebih cepat daripada anak apanah.
"Apa maksudmu, Lord"" Tanya
Tirian. "Jadi adalah benar,
seperti yang dikisahkan dalam
cerita, bahwa kalian berdua
melakukan perjalanan hingga kesini
pada hari dunia diciptakan""
"Benar," jawab Digory, 325
"dan terasa bagiku hari itu baru
terjadi kemarin." "Dan dengan kuda terbang"" tanya
Tirian. "Apakah bagian itu
benar"" "Tentu saja," jawab Digory.
Tapi para Anjing menggonggong,
"Lebih cepat, lebih cepat."
Jadi mereka berlari lebih cepat
dan terus lebih cepat sampai
rasanya lebih seperti terbang
daripada berlari, dan bahkan si
elang di atas bergerak tidak lebih
cepat daripada mereka. Kemudian
mereka melewati lembah berliku demi
lembah berliku dan mendaki sisisisi curam perbukitan dan, lebih
cepat daripada kapan pun, menuruni
sisi-sisi yang lain, mengikuti
sungai dan terkadang menyeberanginya dan berjalan
melintasi danau-danau gunung seolah
mereka perahu boat hidup,
sampaiakhirnya di ujung jauh sebuah
danau panjang yang tampak sebiru
batu turkois, mereka melihat bukit
hijau bepermukaan rata. 326
Sisi-sisinya securam sisi pyramid
dan disekeliling puncaknya tampak
dinding hijau: tapi di atas dinding
itu muncul cabang-cabang pepohonan
yang daun-daunnya tampak seperti
perak dan buahnya seperti emas.
"Naik lebih tinggi dan pergi
lebih jauh ke dalam!" raung si
unicorn, dan tidak ada yang menahan
diri. Mereka berlari lurus menuju
kaki bukit kemudian mendapati diri
mereka berlari menaikinya hampir
seperti air dari ombak yang pecah
merambah batu pada ujung suatu
teluk. Walaupun lerengnya nyaris
securam atap rumah dan rerumputannya selicin rumput lapangan bowls, tidak ada yang
tergelincir. Barulah ketika mencapai puncak
bukit mereka memperlambat langkah,
itu karena mereka mendapati diri
mereka menghadap gerbang emas
besar. Dan untuk sesaat tidak ada
diantara mereka yang cukup berani
untuk memeriksa apakah pintu
gerbang bisa dibuka. Mereka 327
semua merasakan perasaan yang sama
seperti dengan buah-buahan negeri
itu-"Beranikah kita" Apakah ini
diperbolehkan" Apakah ini memang
untuk kita"" Tapi sementara mereka berdiri
terdengarlah suara keras terompet tanduk, jelas dan manis


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyenangkan, ditiup dari suatu
tempat di dalam taman berdinding
itu. Kemudian gerbang terayun
terbuka. Tirian berdiri menahan napas dan
bertanyatanya siapakah yang akan
keluar. Lalu yang keluar adalah
makhluk terakhir yang disangkanya:
Tikus yang Bisa Berbicara yang
kecil, langsing, dan bermata
berkilauan dengan bulu merah
terpasang di pita yang mengelilingi
kepalanya, cakar kirinya beristirahat pada pedang panjang.
Tikus itu membungkuk, bungkukan
yang paling anggun, dan berkata
dengan suara cicitannya: "Selamat datang, atas 328
nama sang singa. Naiklah lebih
tinggi dan pergilah lebih jauh ke
dalam." Kemudian Tirian melihat Raja
Peter, Raja Edmund, dan Ratu
Lucy berlari ke depan untuk
berlutut dan menyapa Tikus itu,
mereka semua berteriak, "Reepicheep!" Dan napas Tirian
menjadi cepat hanya karena sekadar
rasa takjub, karena kini dia tahu
dia sedang melihat salah satu
pahlawan terbesar di Narnia,
Reepicheep si Tikus yang pernah
bertarung dalam Perang Beruna dan
setelah itu berlayar ke Ujung
Dunia bersama Raja Caspian sang
Penjelajah Lautan. Tapi sebelum
dia memiliki banyak waktu untuk
memikirkan ini, dia merasakan dua
lengan kuat menekan dirinya dan
ciuman wajah berjanggut di kedua
pipinya lalu mendengar suara yang
sangat diingatnya berkata:
"Apa kabar, Nak" Kau lebih
kekar dan tinggi sejak terakhir aku
menyentuhmu!" 329 Orang itu ayahnya sendiri, Raja
Erlian yang baik: tapi tidak
seperti yang Tirian lihat terakhir
kali ketika mereka membawanya
pulang dalam keadaan pucat dan
terluka akibat pertarungannya
dengan bangsa raksasa, juga tidak
sep erti yang diingatnya tahun-tahun
berikutnya ketika dia telah menjadi
pejuang dengan kepala beruban.
Pria ini ayahnya, muda dan ceria,
tepat seperti yang diingatnya dari masa-masa awal ketika dia sendiri
masih kanak-kanak yang senang
bermain dengan ayahnya di taman
istana Cair Paravel, tepat
sebelum waktunya tidur pada malam
musim panas. Aroma roti dan susu
yang biasa dia dapat saat kudapan
malam kembali kepadanya. Jewel berkata dalam hati, aku
akan membiarkan mereka berbicara
sebentar berdua, barulah aku akan
pergi kesana dan menyapa Raja
Erlian yang baik. Dia memberiku
banyak apel merah ketika aku masih
kecil. Tapi detik 330 berikutnya ada hal lain yang
mengalihkan pikirannya, karena kini keluar dari gerbang, kuda yang
begitu gagah dan mulia sehingga
bahkan seekor unicorn pun akan
merasa malu bila tampil bersamanya:
kuda bersayap yang agung. Kuda itu
memandang sebentar Lord Digory
dan Lady Polly, lalu meringkuk,
"Apa kabar, sepupu-sepupuku"" dan
mereka berdua berteriak, "Fledge!
Fledge tua yang baik!" dan
bergegas menghampiri untuk
menciumnya. Namun kini si tikus kembali
mengajak mereka masuk. Jadi mereka
semua melintasi pintu gerbang,
masuk ke udara wangi lezat yang
berembus melewati mereka keluar
taman, juga masuk ke campuran sinar
mentari yang sejuk dan bayangan di
bawah pepohonan, berjalan di atas
rumput tebal dengan bunga putih di
sana-sini. Hal paling pertama yang
disadari semua orang dengan rasa
terkejut adalah betapa tempat itu
jauh lebih luas daripada 331
tampilannya dari luar. Tapi tidak
ada yang punya kesempatan untuk
memikirkan ini karena orang-orang
kini berdatangan dari segala arah
untuk menemui para pendatang baru.
Semua orang yang pernah kau
dengar keberadaannya (kalau kau
mengetahui sejarah negeri ini)
tampaknya ada di sana. Ada
Glimfeather si burung hantu dan
Puddlegum si Marshwiggle, lalu
Raja Rilian yang telah terbebas
dari sihir dan ibunya, putri sang
bintang dan ayah Rilian yang agung
Caspian sendiri. Dan dekat
dibelakangnya tampak Lord
Drinian, Lord Berne, Trumpkin
si dwarf dan Trufflehunter si luak
baik dengan Glenstorm si centaurus, dan ratusan pahlawan
lain dari Perang Pembebasan.
Kemudian dari sisi lain datanglah
Cor Raja Archenland dengan Raja
Lune ayahnya dan istrinya Ratu
Aravis, juga pangeran pemberani
Corin si Tinju Petir, adiknya,
serta Bree si Kuda dan 332
Hwin si Kuda Betina. Kemudianyang adalah keajaiban di atas
segala keajaiban bagi Tirian-di
sana datang lebih jauh dari masa
lampau, dua berang-berang yang baik
dan Tumnus si faun. Lalu ada
sapaan, kecupan, jabat tangan, dan
lelucon-lelucon lama yang kembali
diutarakan (kau tidak akan bisa
membayangkan betapa terdengar
lucunya lelucon lama ketika kau
mengutarakannya lagi setelah
beristirahat selama lima atau enam
ratus tahun) dan seluruh kelompok
bergerak maju menuju tengah-tengah
kebun buah tempat sang phoenix
duduk di pohon dan menatap ke bawah
kepada mereka semua, dan di kaki
pohon itu ada dua singgasana, dan
di dua singgasana itu duduk Raja
dan Ratu yang begitu agung dan
cantik sehingga semua orang
membungkuk di hadapan mereka. Dan
mereka memang pantas melakukan itu,
karena dua orang itu adalah Raja
Frank dan Ratu Helen yang dari
keduanyalah para raja 333
Narnia dan Archenland yang paling
tua diturunkan. Lalu Tirian
merasa seperti yang akan kaurasakan
bila dipertemukan dengan Adam dan
Hawa dengan segala kemuliaan
mereka. Sekitar setengah jam kemudianatau mungkin saja setengah ratus
tahun kemudian, karena waktu di
sana tidak seperti waktu di siniLucy berdiri bersana teman
tersayangnya, teman Narnia
terlamanya, Tumnus si faun,
melihat ke bawah dari atas dinding
taman, dan melihat seluruh Narnia
terbentang di bawah. Tapi ketika
kau melihat ke bawah kau mendapati
bahwa bukit ini lebih tinggi
daripada perkiraanmu: bukit menukik
ke bawah dengan tebing-tebing
bercahaya, beribu-ribu meter di bawah mereka dan pepohonan di
bagian lebih bawah dunia itu tampak
tidak lebih besar daripada butir
garam berwarna hijau. Kemudian
Lucy menghadap ke dalam taman lagi
dan berdiri dengan punggung 334
bersandar ke dindin g dan memandangi tempat tersebut. "Aku mengerti," katanya
akhirnya setelah berpikir lama.
"Aku mengerti sekarang. Taman ini
seperti istal itu. Lebih luas di
dalam daripada di luarnya."
"Tentu saja, Putri Hawa," kata
si faun. "Bila kau pergi semakin tinggi
dan jauh ke dalam, segalanya akan
tampak makin besar. Bagian dalam
lebih besar daripada bagian luar."
Lucy memandang lekat taman itu
dan melihat tempat tersebut bukan
benar-benar taman, melainkan dunia
tersendiri, dengan sungai, hutan,
lautan, dan pegunungan tersendiri.
Tapi semua itu tidak asing: Lucy
mengenali semuanya. "Jadi begitu," katanya. "Ini
masih Narnia, dan lebih nyata
serta lebih indah daripada Narnia
di bawah, seperti juga lebih nyata
dan lebih indah daripada Narnia di
luar pintu istal! Aku mengerti'''
dunia di dalam dunia, 335
Narnia di dalam Narnia'''"
"Benar," kata Mr Tumnus,
"seperti bawang bombai: kecuali di
sini setiap kali kau masuk lebih
dalam, setiap lingkaran lebih besar daripada yang terakhir."
Dan Lucy memandang kesini dan
kesana lalu tak lama kemudian
mendapati bahwa sesuatu yang baru
dan indah telah terjadi padanya.
Setiap kali dia melihat sesuatu,
betapapun jauhnya, sekali dia sudah
memusatkan pandangan kesana,
sesuatu itu menjadi sangat jelas
dan dekat seolah dia sedang melihat
dengan teleskop. Dia bisa melihat
seluruh padang pasir selatan dan
lebih jauh lagi di belakangnya kota
besar Tashbaan: ke arah timur dia
bisa melihat Cair Paravel di tepi
laut dan jendela kamar yang dulu
miliknya. Dan jauh di lautan dia bisa
menemukan pulau-pulau, pulau demi
pulau ke Ujung Akhir Dunia, dan,
lebih jauh di belakang ujung akhir,
gunung raksasa yang mereka 336
sebut negeri Aslan. Tapi kini dia
melihat gunung itu merupakan bagian
dari rangkaian pegunungan yang
mengelilingi seluruh dunia. Di
depannya semua tampak sangat dekat.
Kemudian dia melihat ke kiri dan
melihat yang dia duga adalah
sekelompok besar awan berwarna
cerah, dengan jurang memisahkan
mereka. Tapi ketika dia mengamati
dengan lebih saksama dan melihat
ternyata itu bukan awan melainkan
tanah sungguhan. Dan saat dia
memasang mata pada satu titik
tertentu di sana, dia langsung
berteriak, "Peter! Edmund!


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemari dan lihat! Cepat ke sini!" Lalu mereka datang dan melihat
yang ditunjuk Lucy, karena mata
mereka juga telah memiliki
kemampuan yang sama dengan adik
mereka itu. "Wah!" seru Peter. "Itu
Inggris. Dan rumah itu-rumah lama
Profesor Kirke di desa tempat
semua petualangan kita dimulai!"
"Kukira rumah itu sudah 337
dirobohkan," kata Edmund.
"Memang sudah," kata si faun.
"Tapi kau kini sedang melihat
Inggris di dalam Inggris,
Inggris sungguhan seperti juga
tempat ini Narnia sungguhan. Dan
di dalam Inggris bagian dalam itu
tidak ada benda yang baik
dihancurkan." Mendadak mereka memindahkan
pandangan ke tempat lain, kemudian
Peter, Edmund, dan Lucy terperangah kagum lalu berteriak
dan mulai melambaikan tangan:
karena mereka melihat ayah dan ibu
mereka, membalas lambaian ke arah
mereka di seberang lembah luas dan
dalam. Situasinya sepertinya
ketika kau melihat orang-orang
melambaikan tangan kepadamu dari
dek kapal besar ketika kau menunggu
di dermaga untuk menemui mereka.
"Bagaimana kami bisa mendekati
mereka"" kata Lucy.
"Itu mudah," kata Mr Tumnus.
"Negeri itu dan negeri ini-semua
negeri sungguhan hanyalah 338
roda-roda bergerigi membentang
dalam pegunungan raksasa Aslan.
Kita hanya perlu berjalan
disepanjang punggung gunung, lebih
naik dan lebih masuk ke dalam,
sampai kedua negeri bertemu. Dan
dengar! Itu terompet tanduk Raja
Frank: kita semua harus naik."
Dan tak lama kemudian mereka
mendapati diri mereka semua
berjalan bersama-dan betapa agung
juga cerianya barisan itu-mendaki
menuju pegunungan yang lebih tinggi
daripada yang bisa kaulihat di
dunia ini bahkan bila memang ada.
Tapi tidak ada salju pada
pegunungan tersebut: namun ada
hutan, lereng hijau, kebun buah
manis, dan air terjun yang
berkilauan, satu setelah yang lain,
begitu terus-menerus seolah tidak
berakhir. Dan tanah yang mereka pijaki kian lama kian menyempit,
dengan lembah dalam di se
tiap sisinya: dan di seberang lembah itu
tanah yang adalah Inggris asli
kian dekat dan terus 339 mendekat. Cahaya di depan menguat. Lucy
melihat kelompok besar tebing
berbagai warna menjulang di depan
mereka seperti tangga bangsa
raksasa. Kemudian dia melupakan
segalanya, karena Aslan sendiri
kini datang, melompat turun dari
tebing ke tebing seperti air terjun
besar kekuatan dan keindahan yang
hidup. Dan orang pertama yang dipanggil
mendekatinya adalah Puzzle si
keledai. Kau tidak pernah melihat
keledai tampak lebih lunglai dan
konyol daripada Puzzle ketika dia
berjalan naik ke Aslan, lalu dia
tampak, di samping Aslan, sekecil
anak kucing di samping anjing St
Bernard. Sang singa menundukkan
kepala dan membisikkan sesuatu
kepada Puzzle sehingga telinga
panjangnya turun lemas, tapi
kemudian Aslan mengatakan sesuatu
yang lain sehingga telinga Puzzle
berdiri tegak lagi. Para manusia
tidak bisa mendengar apa 340
yang dikatakannya sepanjang waktu
itu. Kemudian Aslan menoleh ke arah mereka dan berkata, "Kalian tidak
tampak sebahagia seperti yang
kuinginkan." Lucy berkata, "Kami khawatir
akan disuruh pergi, Aslan. Dan
kau telah begitu sering memulangkan
kami ke dunia kami sendiri."
"Tidak perlu khawatir soal itu,"
kata Aslan. "Apakah kalian belum
menduganya"" Hati mereka melompat, dan
harapan liar bangkit di dalam diri
mereka. "Kecelakaan kereta api memang
telah terjadi," kata Aslan lembut.
"Ayah dan ibu kalian juga kalian
semua telah-seperti yang biasa
kalian sebut di Tanah Bayangbayang-mati. Semester pembelajaran
telah berakhir: liburan sudah
dimulai. Mimpi telah berakhir: ini
adalah pagi hari." Dan ketika berbicara, 341
Dia tidak lagi tampak di mata
mereka seperti singa, tapi hal-hal
yang mulai terjadi setelah itu yang
begitu luar biasa dan indah
sehingga aku tidak bisa menuliskannya. Dan bagi kita ini
akhir semua kisah, dan kita bisa
dengan yakin berkata mereka hidup
bahagia selamanya. Tapi bagi
mereka ini hanyalah permulaan kisah
sebenarnya. Sepanjang hidup mereka
di dunia ini dan segala petualangan
mereka di Narnia hanyalah sampul
dan halaman judul: kini akhirnya
mereka memulai Bab Satu Kisah
Agung yang belum pernah dibaca
siapa pun di bumi, yang berlangsung abadi, dimana dalam setiap bab
lebih menyenangkan daripada
sebelumnya. ~~~SELESAI~~~ Edited by. Echi https://desyrindah.blogspot.com
Suling Naga 9 Ilusi Scorpio Karya Robert Ludlum Maling Romantis 6

Cari Blog Ini