Ceritasilat Novel Online

Son Of Neptune 2

The Heroes Of Olympus 2 Son Of Neptune Bagian 2


Seperti biasa, tiap kali dia melihat Frank, jantung Hazel langsung jumpalitan dan itu membuatnya amat kesal. Memang, Frank teman yang baik satu-satunya orang di perkemahan yang tak memperlakukan Hazel bagai penderita penyakit menular. Namun, Hazel tidak menyukai Frank seperti itu.
Frank tiga tahun lebih tua daripada Hazel, dan dia jelas-jelas tak bisa disejajarkan dengan Pangeran Tampan, berkat kombinasi ganjil wajah kekanak-kanakan dan badan kekar pegulat yang dimilikinya. Frank berpenampilan seperti koala menggemaskan yang berotot. Karena semua orang selalu berusaha menjodohjodohkan mereka dua pecundang terbesar di perkemahan! Kalian berdua betul-betul pasangan serasi Hazel semakin bertekad untuk tak menyukai Frank.
Namun, jantungnya tidak sepakat. Jantung Hazel menggila kapan pun Frank ada di dekatnya. Dia tidak pernah merasa seperti ini sejak ya, sejak Sammy.
Hentikan, pikir Hazel. Kau berada di sini demi menunaikan sebuah tujuan dan tujuan itu bukanlah untuk mencari pacar baru.
Lagi pula, Frank tidak tahu rahasia Hazel. Andai dia tahu, dia takkan memperlakukan Hazel dengan sangat baik.
Frank sampai di kuil. "Hai, Nico ...." "Frank." Nico tersenyum. Dia sepertinya berpendapat bahwa Frank adalah orang yang menarik, barangkali karena di perkemahan hanya Frank seorang yang tidak waswas saat berada di dekat anak-anak Pluto.
"Reyna mengutusku menjemput Percy," kata Frank, "apa Octavian menerimamu"" "Iya," kata Percy, "dia menyembelih pandaku." "Dia .... Oh. Untuk membaca tengara" Iya, boneka beruang pasti bermimpi buruk tentang Octavian. Tapi kau lulus! Kau harus bersih-bersih sebelum jamuan malam."
Hazel menyadari bahwa matahari sudah semakin rendah di atas bukit. Kenapa siang berlalu secepat itu" "Kau benar," kata Hazel, "kita sebaiknya "
"Frank," potong Nico, "bagaimana kalau kau ajak Percy ke bawah" Hazel dan aku akan segera ke sana."
Oh tidak, pikir Hazel. Dia berusaha tak tampak gugup. "Itu itu ide bagus," timpal Hazel, "kalian duluan saja. Nanti kami menyusul."
Percy memandang Nico sekali lagi, seolah sedang berusaha mengingat-ingat sesuatu. "Aku ingin mengobrol lagi denganmu. Aku tak bisa mengenyahkan perasaan "
"Tentu saja." Nico setuju. "Nanti. Aku akan menginap." "Benarkah"" sembur Hazel. Para pekemah bakal kegirangan putra Neptunus dan putra Pluto datang di hari bersamaan. Sekarang mereka hanya perlu kucing hitam dan cermin pecah.
"Silakan duluan, Percy," kata Nico, "anggap saja rumah sendiri." Nico menoleh kepada Hazel, dan Hazel seketika mendapat firasat bahwa yang terburuk di hari itu belum lagi tiba. "Saudariku dan aku perlu bicara."
"Kau kenal dia, ya," kata Hazel.
Mereka duduk di atap kuil Pluto, yang diselimuti tulang dan berlian. Setahu Hazel, tulang sudah ada di sana sejak dulu. Berlian adalah salahnya. Jika dia duduk di mana saja terlalu lama, atau sedang gugup, berlian mulai bermunculan di sekelilingnya seperti jamur sesudah hujan. Batu berharga senilai beberapa juta dolar berkilauan di atas atap, tapi untungnya para pekemah lain takkan sudi menyentuh berlian tersebut. Mereka tahu sebaiknya tidak mencuri dari kuil terutama kuil Pluto dan para Faun tidak pernah naik ke sini.
Hazel bergidik, teringat Don yang nyaris saja memungut berlian sore itu. Andaikan Hazel bergerak kurang cepat dan tidak sempat menyambar berlian itu dari jalan .... Dia tidak mau memikirkannya. Sekarang saja nuraninya sudah cukup merasa terbebani.
Nico mengayun-ayunkan kakinya seperti anak kecil. Pedang besi Stygian-nya tergeletak di sampingnya, di sebelah spatha Hazel.
Nico menatap ke seberang lembah, ke tempat kru konstruksi sedang bekerja di Lapangan Mars, membangun kubu pertahanan untuk permainan malam ini.
"Percy Jackson." Nico mengucapkan nama itu bagaikan sebuah mantra. "Hazel, aku harus berhati-hati dengan perkataanku. Ada campur tangan pihak-pihak penting di sini. Ada rahasia yang harus tetap dirahasiakan. Di antara semua orang, kaulah kaul
ah yang seharusnya paling memahami itu."
Pipi Hazel terasa panas. "Tapi dia tidak tidak seperti aku""
"Tidak," kata Nico, "maaf aku tidak bisa memberitahumu lebih banyak lagi. Aku tidak boleh ikut campur. Percy harus mencari jalan sendiri di perkemahan ini.
"Apakah dia berbahaya"" tanya Hazel.
Nico tersenyum masam. "Sangat. Bagi musuh-musuhnya. Tapi dia bukan ancaman bagi Perkemahan Jupiter. Kau bisa memercayainya."
"Seperti aku memercayaimu," kata Hazel getir.
Nico memutar-mutar cincin tengkoraknya. Di sekitar Nico tulang-tulang mulai bergetar seakan-akan hendak membena kerangka baru. Kapan pun dia sedang tidak enak hati, Nico mengakibatkan dampak seperti itu pada mereka yang sudah mati agak mirip kutukan Hazel. Mereka mewakili dua aspek kekuasaan Pluto: kematian dan kekayaan. Kadang-kadang Hazel berpikir bahwa Nico-lah yang lebih beruntung.
"Dengar, aku tahu ini berat," kata Nico, "tapi kau mendapat kesempatan kedua. Kau bisa memperbaiki yang sudah-sudah."
"Tidak ada satu pun yang bisa kuperbaiki," kata Hazel, "jika mereka sampai tahu yang sebenarnya tentang aku "
"Mereka takkan tahu." Nico menegaskan. "Mereka akan segera menetapkan sebuah misi. Harus. Kau pasti akan membuatku bangga. Percayalah padaku, Bi "
Nico menghentikan ucapannya, tapi Hazel tahu Nico hampir memanggilnya apa: Bianca. Saudari Nico yang asli saudari yang tumbuh besar bersamanya. Nico mungkin memang peduli pada Hazel, tapi Hazel takkan pernah sebanding dengan Bianca. Bagi Nico, Hazel hanyalah pengganti saudari kandungnya hadiah hiburan dari Dunia Bawah.
"Maafkan aku," kata Nico. Mulut Hazel terasa bagaikan logam, seolah-olah biji emas merekah dari bawah lidahnya. "Kalau begitu, soal Maut itu memang benar" Alcyoneus-kah yang patut disalahkan""
"Kurasa begitu," ujar Nico, "keadaan di Dunia Bawah tambah parah. Ayah berusaha mengendalikan segalanya, tapi dia kewalahan. Dari cerita Percy mengenai para Gorgon, sepertinya kondisi di atas sini juga bertambah buruk. Tapi justru itulah sebabnya kau ada di sini. Semua peristiwa di masa lalumu kau bisa mengambil hikmahpositifdarinya. Tempatmu adalah di Perkemahan Jupiter."
Kata-kata itu kedengaran konyol sekali sampai-sampai Hazel nyaris tertawa. Tempat Hazel bukan di sini. Malahan, dia bukan dari abad ini.
Hazel tahu dia sebaiknya tak memfokuskan perhatian ke masa lalu, tapi dia teringat hari itu, ketika kehidupan lamanya hancur berantakan. Hazel tak sadarkan diri mendadak sekali, sampaisampai dia tidak sempat berkata, Ya ampun. Hazel mundur ke masa lalu. Bukan mimpi ataupun penglihatan. Memori yang melanda Hazel sedemikian jernih sehingga dia merasa betul-betul berada di sana.
Ulang tahunnya yang terakhir. Dia baru saja menginjak tiga belas tahun. Namun, bukan Desember lalu 17 Desember 1941, hari terakhir hidupnya di New Orleans.[]
BAB ENAM HAZEL HAZEL BERJALAN PULANG SENDIRIAN dari arena berkuda. alaupun malam itu dingin, sekujur tubuhnya dijalari kehangatan. Sammy baru saja mengecup pipinya.
Hari itu diwarnai peristiwa-peristiwa menyebalkan, juga menyenangkan. Anak-anak di sekolah mengolok-olok ibu Hazel, mengatainya penyihir dan lain-lain. Sudah lama persoalan itu menjadi bahan ejekan mereka, tapi sekarang tambah buruk. Telah tersebar kabar burung mengenai kutukan Hazel. Sekolah tersebut bernama Akademi St. Agnes untuk Anak-anak Kulit Berwarna dan Indian, nama yang sudah seratus tahun belum diubah. Sama seperti namanya, tempat itu menyamarkan kekejian di balik selaput tipis kebaikan hati.
Hazel tidak mengerti, bisa-bisanya anak-anak kulit hitam yang lain bersikap jahat sekali. Mereka semestinya lebih simpatik, sebab mereka sendiri sering dikata-katai. Namun, mereka membentakbentak Hazel dan mencuri makan siangnya, selalu meminta perhiasan yang terkenal itu darinya: "Maria berlian terkutuk itu, Non" Berikan padaku, kalau kau tidak mau kulukai!" Mereka mendorong Hazel agar menyingkir dari keran minuman, dan melemparinya batu jika dia mencoba mendekati mereka di lapangan bermain.
Walaupun mereka kejam, Hazel tak pernah memberi mereka berlian atau emas. Dia tidak sebenci it
u pada mereka. Lagi pula dia punya seorang teman Sammy dan itu saja sudah cukup.
Sammy suka bercanda bahwa dia adalah murid teladan St. Agnes. Sammy orang Amerika keturunan Meksiko. Jadi, dia menganggap dirinya termasuk orang kulit berwarna sekaligus Indian. "Mereka seharusnya memberiku beasiswa ganda," katanya.
Sammy tidak besar ataupun kuat, tapi dia punya senyuman manis dan dia membuat Hazel tertawa.
Siang itu Sammy mengajak Hazel ke istal tempatnya bekerja sebagai tukang kuda. Tentu saja, tempat kerjanya adalah klub berkuda "khusus kulit putih", tapi klub tersebut tutup pada hari kerja, dan karena sedang perang, konon kabarnya klub itu mungkin harus ditutup sepenuhnya sampai Jepang ditaklukkan dan para tentara pulang ke rumah. Sammy biasanya bisa menyelundupkan Hazel ke dalam untuk membantu merawat kuda. Sesekali mereka menunggang kuda juga.
Hazel suka kuda. Sepertinya kuda adalah satu-satunya makhluk hidup yang tak takut padanya. Orang-orang membencinya. Kucing mendesis. Anjing menggeram. Bahkan hamster tolol di ruang kelas Bu Finley memekik ngeri ketika Hazel memberinya wortel. Ketika Hazel naik ke pelana, dia bisa berkuda cepat sekali sampai-sampai batu berharga tidak sempat muncul di belakangnya. Dia hampirhampir merasa bebas dari kutukannya.
Siang itu, Hazel menunggangi kuda jantan elok berkulit cokelat tua dan bersurai hitam. Kudanya berderap ke padang cepat sekali sampai-sampai Sammy tertinggal di belakang. Pada saat
Sammy berhasil menyusul, dia dan kudanya sama-sama tersenggal.
"Kau melarikan diri dari apa"" Sammy tertawa. "Aku tidak sejelek itu, kan""
Hawanya terlalu dingin untuk piknik, tapi mereka toh tetap melakukannya, duduk-duduk di bawah pohon magnolia, sedangkan kedua kuda diikatkan ke pagar kayu. Sammy membawakan Hazel kue mangkuk yang ditempeli lilin ulang tahun. Meski sudah gepeng dalam perjalanan berkuda, kue itu wrap merupakan hal termanis yang pernah Hazel lihat. Mereka memotong kue menjadi dua dan membaginya.
Sammy membicarakan perang. Dia berharap sudah cukup ;Lmur untuk ikut. Sammy bertanya kepada Hazel apakah dia mau menulis surat untuk Sammy jika dia menjadi tentara di luar negeri.
"Tentu saja. Pertanyaanmu konyol, ah," kata Hazel. Sammy menyeringai. Kemudian, seolah-oleh didorong oleh impuls yang datang tiba-tiba, Sammy mencondongkan badan ke depan dan mengecup pipi Hazel. "Selamat ulang tahun, Hazel."
Bukan apa-apa. Cuma satu kecupan. Namun, Hazel merasa seperti di awang-awang. Dia nyaris tidak ingat perjalanan pulang ke istal, atau ucapan selamat tinggal yang disampaikannya kepada Sammy. Anak laki-laki itu berkata, "Sampai besok." Seperti biasa. Namun, Hazel takkan pernah bertemu Sammy lagi.
Pada saat Hazel tiba di French Quarter, hari sudah gelap. Semakin Hazel mendekati rumahnya, perasaan hangat tadi memudar, digantikan oleh rasa ngeri.
Hazel dan ibunya Ratu Mary, begitulah dia suka dipanggil tinggal di apartemen tua di atas sebuah klub jazz. Meski Amerika Serikat baru saja menyatakan perang, suasana terasa meriah. Para anggota tentara baru keluyuran di jalanan, tertawa-tawa dan membicarakan pertarungan melawan Jepang. Mereka masuk ke salon tato untuk minta dirajah atau melamar kekasih mereka trotoar. Sebagian mendatangi ibu Hazel untuk minta diramal atau untuk membeli jimat dari Marie Levesque, ratu gris-gris yang tersohor.
"Kau dengar, tidak"" Seseorang berkata. "Beli satu jimat, dapat dua keuntungan. Aku membawanya ke orang yang kukenal, dan dia bilang ini biji perak asli. Harganya dua puluh dolar! Hebat benar wanita voodoo itu
Untuk sementara, desas-desus macam itu membuat bisnis Ratu Marie laku keras. Kutukan Hazel keluar pelan-pelan.
Mulanya kutukan itu bagaikan berkah. Batu berharga dan emas hanya muncul sesekali, tidak pernah dalam jumlah banyak. Ratu Marie bisa membayar tagihan. Mereka bisa makan steak untuk 1 makan malam seminggu sekali. Hazel bahkan mendapatkan gaun baru. Namun, tersebarlah kisah-kisah seram. Warga lokal mulai menyadari betapa banyak kejadian mengerikan yang telah menimpa orang-orang yang membeli jimat atau dibayar menggunakan ha
rta karun Ratu Marie. Charlie Gasceaux kehilangan satu lengannya karena kena mesin pemotong selagi mengenakan seuntai gelang emas. Pak Henry di toko kelontong mendadak mati kena serangan jantung setelah Ratu Marie membayar utangnya dengan sebutir mirah.
Orang-orang mulai berbisik-bisik tentang Hazel betapa dia bisa menemukan perhiasan terkutuk secara kebetulan saat menyusuri jalan. Dewasa ini hanya orang-orang dari luar kota yang mengunjungi ibu Hazel, dan jumlahnya pun tidak banyak. Ibu Hazel menjadi pemarah. Ditatapnya Hazel dengan jengkel.
Hazel menaiki tangga sepelan mungkin, kalau-kalau ibunya sedang kedatangan pelanggan. Dalam klub di lantai bawah, band sedang menyetem alat musik mereka. Toko roti di sebelah telah mulai memasak beignet roti goreng yang ditaburi gula untuk pagi, menyelimuti tangga dengan aroma mentega leleh. Ketika dia sampai di atas, Hazel mengira dia mendengar dua suara di apartemen. Namun, ketika dia mengintip ke ruang tamu, ibunya duduk sendirian di balik meja seance3, matanya terpejam, seperti sedang kerasukan.
Hazel sudah sering melihat ibunya seperti itu, pura-pura sedang bicara kepada roh untuk pelanggannya tapi tak pernah Saat it sedang sendirian. Ratu Marie selalu mengatakan kepada Hazel bahwa gris-gris-nya cuma "omong kosong". Dia sebenarnya tidak percaya pada jimat, ramalan, atau hantu. Dia hanyalah seorang penampil, seperti penyanyi atau aktris, menghaturkan pagelaran demi uang.
Namun, Hazel tahu bahwa ada sihir yang dipercayai ibunya. Kutukan Hazel bukan omong kosong. Ratu Marie semata-mata tidak mau beranggapan bahwa itu adalah salahnya bahwa dialah yang bertanggung jawab karena Hazel seperti itu.
"Ayahmu yang terkutuklah biang keroknya," gerutu Ratu Marie saat sedang kesal, "datang ke sini sambil memakai setelan perak-hitam yang gaya. Sekali-sekalinya aku betul-betul memanggil roh, dan apa yang kudapat" Mengabulkan keinginanku dan mengacaukan hidupku. Aku seharusnya menjadi ratu sungguhan. Salahnyalah kau menjadi begini."
Dia tak pernah menjelaskan maksudnya, dan Hazel sudah belajar agar tidak bertanya mengenai ayahnya. Menanyakan hal itu malah membuat ibunya makin marah.
3Meja yang digunakan untuk memanggil dan berkomunikasi dengan arwah Sementara Hazel menonton, Ratu Marie menggumamkan sesuatu kepada dirinya sendiri. Wajahnya damai dan tenang
Hazel terpesona menyaksikan betapa cantik ibunya, tanpa mule cemberut dan alis yang dikerutkan. Ibunya memiliki rambut lebat berwarna pirang kecokelatan seperti Hazel, juga memiliki warna kulit yang sama dengannya, secokelat biji kopi panggang. Dia sedang tidak mengenakan jubah indah kuning kunyit atau gelang-gelang emas untuk membuat pelanggan terkesan hanya rok terusan putih sederhana. Namun, pembawaannya anggun, duduk tegak dan penuh harga diri di kursi bersepuh emas, bagaikan ratu sungguhan.
"Kau pasti aman di sana," gumamnya, "jauh dari dewa-dewi:
Hazel menahan jeritan. Suara yang keluar dari mulut Ratu Marie bukanlah suara ibunya. Kedengarannya seperti suara wanita tua. Nadanya lembut dan menenangkan, tapi sekaligus penuh kuasa seperti pakar hipnotis yang sedang melontarkan perintah.
Ratu Marie menegang. Dalam keadaan kerasukan, dia meringis. Kemudian, dia berbicara dengan suara normal: "Letaknya terlalu jauh. Terlalu dingin. Terlalu berbahaya. Dia melarangku.
Suara yang satu lagi merespons: "Apa yang pernah dia perbuat untukmu" Dia memberimu anak beracun! Tapi kita bisa memanfaatkan bakat anak itu. Kita bisa membalas dewa-dewi. Kau akan berada di bawah perlindunganku di utara, di luar wilayah para Dewa. Akan kujadikan putraku pelindungmu. Kau akhirnya akan hidup bagaikan ratu."
Ratu Marie berjengit. "Tapi bagaimana dengan Hazel ...." Lalu wajahnya menampakkan cengiran kejam. Kedua suara bicara serempak, seolah-olah mereka menyepakati sesuatu: "Anak beracun."
Hazel menuruni tangga secepat kilat, denyut nadinya menderu.
Di kaki tangga, dia menabrak seorang pria yang memakai setelan jas berwarna gelap. Pria itu mencengkeram bahu Hazel dengan jemari kuat dan dingin.
"Tenang, Nak," kata pria itu. Hazel memperh
atikan bahwa di jari pria itu ada cincin perak berbentuk tengkorak, kemudian memperhatikan bahan pakaiannya yang aneh. Di keremangan bayang-bayang, wol hitam padat seolah berombak dan menggelegak, membentuk wajah'ajah yang tengah tersiksa, seakan jiwa-jiwa yang tersesat sedang -nencoba meloloskan diri dari lipatan pakaiannya.
Dasi pria itu berwarna hitam bergaris-garis putih platina. Kemejanya kelabu seperti batu nisan. Wajahnya jantung Hazel serasa hampir melompat ke tenggorokan. Wajahnya teramat putih sampai-sampai nyaris tembus pandang, seperti susu dingin. Rambutnya hitam berminyak. Senyumnya lumayan ramah, tapi matanya menyala-nyala marah, dipenuhi kekuatan ganas. Hazel 7.-rnah menyaksikan ekspresi macam itu saat menonton cuplikan Derita di bioskop. Pria ini mirip seperti si jahat Adolf Hitler. Dia tidak berkumis, tapi dia bisa saja dikira kembaran Hitler atau avahnya.
Hazel berusaha menarik diri. Bahkan ketika pria itu melepaskan pegangannya, Hazel tetap tak bisa bergerak. Mata pria itu membekukan Hazel di tempat.
"Hazel Levesque," kata pria itu dengan suara melankolis, "kau sudah besar.),
Hazel mulai gemetaran. Di kaki tangga, semen amblas di bawah kaki pria tersebut. Sebutir batu berkilauan menyembul keluar dari beton, seolah-olah bumi baru saja meludahkan biji semangka. Pria tersebut memandang batu berharga itu, tidak terkejut. Dia membungkuk.
"Jangan!" seru Hazel. "Batu itu terkutuk!"
Sang pria memungut batu itu zamrud berbentuk sempurna "Ya, memang. Tapi untukku tidak. Cantik sekali harganya melebihi bangunan ini, kurasa." Dia menyelipkan zamrud itu ke sakunya. "Aku minta maaf atas nasibmu, Nak. Kurasa kau pasti membenciku."
Hazel tidak mengerti. Pria itu kedengaran sedih, seolaholah dia secara pribadi bertanggung jawab atas kehidupan Hazel
Kemudian Hazel tersadar: roh berbaju perak-hitam, yang mengabulkan keinginan ibunya dan mengacaukan hidupnya.
Mata Hazel membelalak. "Anda" Anda a ...."
Pria itu memegangi dagu Hazel. "Aku Pluto. Hidup pernah mudah bagi anak-anakku, tapi kau harus memanggil beban istimewa. Kini setelah usiamu tiga belas tahun, kita harus mengadakan penyesuaian "
Hazel menepis tangan Pluto.
"Ayah yang berbuat begini padaku"" tuntut Hazel. "Ayah mengutukku dan ibuku" Ayah meninggalkan kami sendirian""
Mata Hazel pedih karena air mata. Laki-laki kulit putih kaya berpakaian bagus ini adalah ayahnya" Kini setelah umur Hazel tiga belas tahun, baru dia muncul untuk pertama kalinya dan minta maaf"
"Ayah jahat!" jerit Hazel. "Ayah mengacaukan hidup kami!
Mata Pluto menyipit. "Apa yang sudah diberitahukan ibumu kepadamu, Hazel" Tak pernahkah dia menjelaskan permohonannya" Tak pernahkah dia menceritakan apa sebabnya kau lahir sambil menanggung kutukan""
Hazel terlalu marah sehingga tidak sanggup bicara, tapi Pluto sepertinya sudah bisa membaca jawaban Hazel di mukanya.
"Tidak ...." Pluto mendesah. "Sepertinya memang tidak mungkin. Lebih mudah menyalahkanku." "Apa maksud Ayah""
tidak bisa melihat masa depanmu dengan jelas, tapi suatu hari kelak kau akan menemukan tempat yang tepat bagimu. Keturunan Neptunus akan menghapus kutukanmu dan memberimu kedamaian. Tapi aku khawatir masih bertahun-tahun lagi sebelum itu terjadi ...."
Hazel sama sekali tidak paham. Sebelum dia sempat menangapi, Pluto mengulurkan tangan. Buku gambar dan sekotak pensil -4ama muncul di telapak tangannya.
"Sepengetahuanku kau menggemari seni dan menunggang kuda," kata Pluto, "ini untuk kegiatan senimu, sedangkan kudanya ...." Matanya berkilat-kilat. "Yang itu harus kau urus sendiri. Sekarang aku harus bicara dengan ibumu. Selamat ulang tahun, Hazel."
Pluto berputar dan menaiki tangga begitu saja, seolaholah dia sudah mencentang Hazel dari daftar tugasnya dan telah melupakan Hazel. Selamat ulang tahun. Menggambar, sana. Sampai ketemu ti ga belas tahun lagi.
Hazel amat tercengang, amat marah, amat bingung, sampaisampai dia hanya berdiri terpaku di kaki tangga. Dia ingin melempar pensil warna dan menginjak-injak benda itu. Dia ingin menyusul Pluto dan menendang Dewa itu. Dia ingin melarikan di
ri, mencari Sammy, mencuri seekor kuda, meninggalkan kota, dan tak pernah kembali lagi. Namun, dia tak melakukan itu semua.
Di atas, pintu aparteman terbuka, dan Pluto pun melangkah masuk.
Hazel masih menggigil karena sentuhan Pluto yang dingin, tapi dia toh tetap mengendap-endap naik untuk melihat apa yang akan dilakukan Dewa itu. Apa yang akan dia katakan kepada Ratu Marie" Siapa yang akan balas berbicara ibu Hazel, atau suara mengerikan itu"
Ketika dia tiba di ambang pintu, Hazel mendengar pertengkaran. Dia mengintip. Ibu Hazel sepertinya sudah kembali normal menjerit-jerit dan marah-marah, melemparkan barang-barang ke sepenjuru ruang tamu, sedangkan Pluto mencoba berlogika dengannya.
"Marie, ini gila," kata Pluto, "kalian akan berada jauh di luar jangkauan kekuasanku. Aku takkan bisa lagi melindungimu."
"Melindungiku"" bentak Ratu Marie. "Kapan kau pernah melindungiku""
Setelan hitam Pluto berdenyar, seolah jiwa-jiwa yang terperangkap di kain makin menggila.
"Kau sama sekali tidak tahu," kata Pluto, "aku menjagamu agar tetap hidup, kau dan anakmu. Musuh-musuhku ada di mana-mana di antara dewa-dewi dan umat manusia. Kini setelah perang berkecamuk, keadaan hanya akan bertambah buruk.Kalian harus tetap tinggal di sini supaya aku bisa "
"Polisi mengira aku ini pembunuh!" teriak Ratu Marie. "Para pelanggan ingin menggantungku sebagai tukang sihir! Dan Hazel kutukannya tambah parah. Perlindunganmu mengikat kami dalam jerat maut."
Pluto merentangkan tangan, seperti sedang memohon. "Marie, kumohon "
"Tidak!" Ratu Marie berputar ke lemari, mengeluarkan tas kulit, dan melemparnya ke atas meja. "Kami akan pergi." Dia mengumumkan. "Simpan saja perlindunganmu. Kami akan pergi ke utara."
"Marie, ini jebakan." Pluto memperingatkan. "Siapa pun yang berbisik ke telingamu, siapa pun yang membuatmu berpaling dariku "
"Kau yang membuatku berpaling darimu!" Ratu Marie memungut vas porselen dan melemparkannya kepada Pluto. Vas itu pecah berkeping-keping di lantai, dan batu-batu berharga kembali Mik pun bertebaran di mana-mana zamrud, mirah, berlian. Koleksi keluaran Hazel.
"Kau takkan selamat," kata Pluto, "andaikan kalian pergi ke utara, kalian berdua akan mati. Aku bisa menerawangnya dengan
"Keluar!" kata Ratu Marie.
Pernah Hazel berharap Pluto mau bertahan dan berdebat. Apa pun yang dibicarakan ibunya, Hazel punya firasat buruk soal itu.
Namun, ayahnya menyabetkan tangan ke udara dan melebur ke dalam bayang-bayang ... seperti roh sungguhan.
Ratu Marie memejamkan mata. Ditariknya napas dalam-dalam. hazel cemas kalau-kalau suara aneh itu bakal merasuki ibunya lagi. Namun, ketika Ratu Marie berbicara, dia sama seperti biasa.
"Hazel!" bentak ibunya, "keluar dari balik pintu itu."
Hazel gemetaran, dia pun menurut dan keluar sambil Dan menaanai buku gambar dan pensil warna erat-erat ke dadanva.
Ibu Hazel mengamat-amatinya, seolah dia adalah sumber kekecewaan mendalam. Anak beracun, kata suara-suara tadi.
"Kemasi tasmu," perintah Ratu Marie, "kita akan pindah."
"Ke ... ke mana"" tanya Hazel.
"Alaska," jawab Ratu Marie, "kau akan melakukan sesuatu yang bermanfaat. Kita akan memulai hidup baru."
Dari cara ibunya mengatakan itu, kedengarannya mereka hendak menciptakan "hidup baru" untuk orang lain atau makhluk lain.
"Apa maksud Pluto"" Tanya Hazel. "Apa dia benar-benar ayahku" Dia bilang Ibu mengajukan permohonan "
"Masuk kamar!" bentak ibunya. "Berkemaslah!"
Hazel kabur, dan mendadak dia terlempar keluar dari masa lalu.
Nico mengguncang-guncangkan bahunya. "Kau kumat lagi.
Hazel berkedip. Mereka masih duduk di atap kuil Pluto
Matahari semakin rendah di langit. Di sekeliling Hazel telah bermunculan semakin banyak berlian, sedangkan matanya perih karena menangis.
"M-maaf," gumam Hazel. "Tidak apa-apa," kata Nico, "dari mana kau"" "Aparteman ibuku. Hari ketika kami pindah."
Nico mengangguk. Dia lebih bisa memahami riwayat hidup
Hazel dibandingkan kebanyakan orang. Dia juga anak dari tahun 1940-an. Dia lahir beberapa tahun sesudah Hazel, telah terkurung dalam sebuah hotel magis sel
ama berdasawarsa-dasawarsa. Namun, masa lalu Hazel jauh lebih buruk daripada masa lalu Nico. Hazel telah menimbulkan begitu banyak musibah dan penderitaan ....
"Kau harus belajar mengontrol memorimu." Nico memperingatkan. "Kalau kilas balik seperti barusan terjadi waktu kau sedang bertarung "
"Aku tahu," kata Hazel, "kucoba."
Nico meremas lengan Hazel. "Tidak apa-apa. Menurutku itu efek samping dari kau tahu, waktu yang kau lewatkan di Dunia Bawah. Moga-moga makin lama makin gampang dikendalikan."
Hazel tidak terlalu yakin. Setelah delapan bulan, dia masih saja pingsan mendadak. Makin parah malah, seolah-olah jiwanya berusaha hidup di dua zaman yang berlainan pada saat bersamaan. Tak seorang pun pernah kembali dari kematian sebelumnya setidaknya, bukan seperti Hazel. Nico sedang mencoba menghiburnya, tapi tak satu pun dari mereka meyakini kata-kata Nico.
"Aku tidak bisa ke utara lagi," kata Hazel, "Nico, jika aku harus kembali ke tempat kejadian itu "
"Kau bakalan baik-baik saja." Nico berjanji. "Kau memiliki teman kali ini. Percy Jackson dia pegang peranan juga. Kau bisa merasakannya, kan" Kau beruntung dia ada di pihakmu."
Hazel teringat ucapan yang disampaikan Pluto kepadanya dulu sekali: Keturunan Neptunus akan menghapus kutukanmu dan memberimu kedamaian.
Percy-kah orangnya" Mungkin, tapi Hazel merasakan bahwa kutukannya takkan terhapuskan semudah itu. Hazel bahkan tidak yakin Percy bisa selamat dari hal menyeramkan yang menanti di utara.
"Dari mana Percy berasal""tanya Hazel. "Kenapa para hantu naemanggilnya orang Yunani""
Sebelum Nicosempat merespons, tiupan trompet berkumandang dari seberang sungai. Para legiunari mulai berkumpul untuk majelis malam.
"Kita sebaiknya turun ke sana," kata Nico, "aku punya firasat Simulasi Perang malam ini bakal menarik."[]
BAB TUJUH HAZEL DALAM PERJALANAN KE BAWAH, HAZEL terantuk emas batangan.
Hazel tahu seharusnya dia tidak lari cepat-cepat, tapi dia takut terlambat datang ke majelis. Kohort V dikepalai CenturionCenturion terbaik di perkemahan. Namun, mereka sekalipun harus
menghukum Hazel jika dia telat. Hukuman ala Romawi bukan main beratnya: menggosok jalan dengan sikat gigi, membersihkan kandang banteng di koloseum, dijahit ke dalam karung berisi cerpelai marah dan dibuang ke Tiberis Kecil pilihan yang tersedia sungguh tidak enak.
Emas batangan menyembul keluar dari tanah tepat waktu sehingga kaki Hazel menabraknya. Nico berusaha memegangi Hazel, tapi dia keburu jatuh sehingga tangannya tergores.
"Kau tidak apa-apa"" Nico berlutut di sebelah Hazel dan menggapai emas batangan.
"Jangan!" Hazel memperingatkan. Nico mematung. "Oh, iya. Sori. Hanya saja ya, ampun. Benda itu sangat besar." Nico mengambil wadah nektar dari jaket
penerbangnya dan menuang sedikit nektar ke tangan Hazel. Sertamerta luka gores mulai sembuh. "Bisakah kau berdiri""
Nico membantu Hazel berdiri. Mereka berdua menatap emas Ukurannya sama dengan seloyang roti, memuat cap berupa nomor seri dan kata-kata BANK SENTRAL A. S.
Nico menggeleng-gelengkan kepala. "Demi Tartarus, bagaimana mungkin ""
"Entahlah," ujar Hazel merana, "mungkin dikubur di sana oleh perampok atau jatuh dari pedati seratus tahun lalu. Mungkin terpindahkan ke sana dari brankas bank terdekat. Apa pun yang ada di tanah, dari mana pun di dekatku benda itu menyembul keluar begitu saja. Dan semakin berharga "
"Maka semakin berbahayalah benda tersebut." Nico mengerutkan kening. "Perlukah kita mengubur ini" Kalau para Faun menemukannya ...."
Hazel membayangkan asap berbentuk jamur membubung dan jalan, sedangkan Faun-Faun gosong terlempar ke segala arah. Memikirkannya saja sudah seram. "Benda ini seharusnya terbenam lagi ke dalam tanah setelah aku pergi, pada akhirnya, tapi untuk gaga-jaga ...."
Hazel sudah pernah mempraktikkan trik ini, tapi tidak pernah menggunakan sesuatu seberat dan sepadat itu. Hazel menunjuk emas batangan dan mencoba berkonsentrasi.
Emas batangan itu terangkat. Hazel pun menyalurkan amarahnya. Itu tidak susah dia memang benci emas itu, dia benci kutukannya, dia benci memikirkan ma
sa lalunya dan segala kesalahannya. Jemari Hazel tergelitik. Emas batangan berpendar karena panas.
Nico menelan ludah. "Eh, Hazel, apa kau yakin ..."" Hazel mengepalkan tangan. Batangan emas membengkok seperti malam. Hazel memelintir gumpalan emas itu sehingga membentuk lingkaran raksasa. Kemudian Hazel menjentikkan tangan ke tanah. Donat sejuta dolar itu menghantam tanah, lalu terbenam dalam sekali sampai-sampai tidak ada yang tersisa selain segaris tanah segar.
Mata Nico membelalak. "Yang barusan itu mengerikan."
Menurut Hazel, yang barusan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuatan seseorang yang mampu membangkitkan kerangka dan menghidupkan orang mati, tapi rasanya menyenangkan juga, sesekali mengagetkan Nico.
Di dalam perkemahan, trompet bertiup lagi. Kohort pasti sudah mulai mengabsen, dan Hazel tidak ingin dijahit ke dalam sekarung cerpelai.
"Cepat!" katanya kepada Nico, lalu mereka pun lari ke gerbang.
Kali pertama Hazel melihat legiun berkumpul, dia merasa amat terintimidasi sampai-sampai dia nyaris undur diri ke barak untuk sembunyi. Sesudah berada di perkemahan selama sembilan bulan sekalipun, Hazel tetap beranggapan bahwa pemandangan tersebut sangat menakj ubkan.
Empat kohort pertama, masing-masing beranggotakan empat puluh anak, berbaris di depan barak mereka di kiri-kanan Via Praetoria. Kohort V berkumpul di paling ujung, di depanprincipia, sebab barak mereka terletak di pojok belakang perkemahan di samping istal dan kamar kecil. Hazel harus lari ke tengah-tengah legiun untuk mencapai tempatnya.
Para pekemah sudah mengenakan pakaian perang. Baju rantai dan pelindung tungkai yang sudah dipoles berkilat-kilat di atas kaus ungu dan celana jin mereka. Desain pedang-dan-tengkorak menghiasi helm mereka. Bahkan sepatu bot tempur dari kulit yang mereka pakai juga terlihat ganas karena dilengkapi pencengkeram -nesi, pas untuk menjejak lumpur atau menendang wajah.
Di depan para legiunari, menyerupai barisan domino raksasa, tegaklah perisai merah-emas seukuran pintu kulkas. Masingmasing legiunari membawa tombak mirip seruit yang disebut pi/um, sebilah gladius, belati, dan perlengkapan lain yang beratnya sekitar lima puluh kilogram. Anak yang masuk legiun dalam keadaan kurang bugar karena jarang olahraga tidak bakalan loyo lama-lama. Jalan-jalan sambil mengenakan baju tempur saja sama artinya dengan melatih seluruh otot tubuh.
Hazel dan Nico lari menyusuri jalan selagi semua orang sedang berdiri siaga. Jadi, kedatangan mereka sangat mencolok. Langkah kaki mereka bergema di batu. Hazel berusaha menghindari kontak mata, tapi dia menangkap bahwa Octavian di baris terdepan Kohort Pertama sedang cengar-cengir kepadanya, kelihatan iombong di balik helm Centurion berjambul dan lusinan medali yang terpasang ke dadanya.
Hazel masih berang gara-gara ancaman Octavian tadi. Augur ::)c.doh dan bakat meramalnya dari semua orang di perkemahan, kenapa harus Octavian yang menemukan rahasia Hazel" Hazel yakin Octavian bisa saja memberitahunya berminggu-minggu hanya saja pemuda itu tahu bahwa rahasia Hazel bakal bernilai jika digunakan untuk menaikkan posisi tawarnya. Andai Hazel masih menyimpan emas batangan tadi, dia pasti menggunakannya untuk menghantam wajah Octavian. Hazel lari melewati Reyna, yang sedang mondar-mandir sambil menunggangi pegasusnya, Scipio dijuluki Skippy karena warnanya seperti selai kacang. Sepasang anjing logam, Aurum dan Argentum, lari-lari kecil di samping Reyna. Jubah perwiranya yang r_berwarna ungu berkibar-kibar di belakang.
"Hazel Levesque," panggil Reyna, "senang sekali kau bisa bergabung dengan kami."
Hazel tahu sebaiknya dia tidak merespons. Hazel tida k membawa sebagian besar perlengkapannya, tapi dia buru-buru menempati posisinya di samping Frank dan berdiri siaga. Certurion pimpinan mereka, pemuda besar tujuh belas tahun. Dakota, baru saja memanggil nama Hazel yang terakhir diabsen
"Hadir!" pekik Hazel.
Puji syukur kepada dewa-dewi. Secara teknis, Hazel belum terlambat.
Nico bergabung dengan Percy Jackson, yang berdiri menepi bersama sepasang pengawal. Rambut Per
cy basah sehabis mandi Percy sudah memakai pakaian baru, tapi dia masih kelihatan tidak nyaman. Hazel tak bisa menyalahkan Percy. Dia akan segera diperkenalkan kepada dua ratus anak bersenjata lengkap.
Yang terakhir masuk adalah para Lar. Saat berebutan tempat sosok ungu mereka berkelip-kelip. Mereka punya kebiasaan menyebalkan yaitu berdiri sambil separuh masuk ke tubuh orang hidup sehingga barisan kelihatan seperti foto buram, tapi para Centurion akhirnya berhasil merapikan mereka.
Octavian berteriak, "Hormat bendera!"
Pembawa panji-panji melangkah maju. Mereka mengenakan jubah kulit singa dan memegang tongkat yang dihiasi embler tiap-tiap kohort. Yang terakhir mengedepankan panji-panjinya
adalah Jacob, pembawa elang legiun tersebut. Dia membawa tiang panjang kosong. Pekerjaan tersebut semestinya merupakan kehormatan besar, tapi Jacob kentara sekali membencinya
Sekalipun Reyna bersikeras agar mereka melestarikan tradisi, tiap kali tiang tanpa elang dinaikkan, Hazel bisa merasakan aib yang melanda seisi legiun.
Reyna menghentikan pegasusnya.
"Bangsa Romawi!" Dia mengumumkan. "Kalian barangkali sudah mendengar tentang kejadian hari ini. Dua Gorgon diempaskan ke sungai oleh si pendatang baru, Percy Jackson. Juno sendirilah yang membimbingnya ke sini, dan menyatakannya sebagai putra Neptunus."
Anak-anak di baris belakang menjulurkan leher untuk melihat Percy. Pemuda itu mengangkat tangan dan berkata, "Hai."
"Dia ingin bergabung ke legiun," lanjut Reyna, "bagaimana tengaranya""
"Aku sudah membaca suratan!" Octavian mengumumkan dengan gagah, seakan-akan dia telah membunuh seekor singa dengan tangan kosong alih-alih merobek bantal panda isi kapuk. tenggaranya bagus. Dia layak mengabdi!"
Para pekemah berteriak: Ave!" Salam! Frank agak terlambat mengucapkan "ave,"sehingga kata itu seperti gema melengking. Para legiunari yang lain cengar-cengir mengejek.
Reyna mengisyaratkan agar perwira senior maju satu dari masing-masing kohort. Octavian, sebagai Centurion paling senior, eh kepada Percy.
ekrut," tanyanya, "apa kau punya pengantar" Surat rekomendasi:
Hazel teringat dia juga ditanya seperti itu waktu baru datang.
anak yang membawa surat dari Demigod berusia lebih tua. dunia luar, orang dewasa yang merupakan alumnus perkemahan.
Sebagian rekrut digadang-gadang oleh penyokong yang kaya serta terkenal. Sebagian merupakan pekemah generasi ketiga atau keempat. Berkat surat yang bagus, seorang anak bisa dimasukkan ke kohort yang lebih baik, kadang-kadang bahkan diberi pekerjaan istimewa seperti kurir legiun, yang dibebaskan dari tugas-tugas kasar seperti menggali parit atau menghafal konjugasi kata kerja bahasa Latin.
Percy mengubah tumpuannya. "Surat" Eh, tidak." Octavian mengernyitkan hidung.
Tidak ada' Hazel ingin berteriak. Percy menggendong Dewi ke dalam perkemahan. Rekomendasi mana yang lebih baik daripada itu"
Namun, keluarga Octavian sudah mengirim anak-anak ke perkemahan selama lebih dari seabad. Octavian paling suka mengingatkan para rekrut bahwa mereka kurang penting dibandingkan dirinya.
"Tidak ada surat," kata Octavian penuh sesal, "apa ada legiunari yang bersedia menjadi penjaminnya""
"Aku bersedia!" Frank melangkah maju. "Dia menyelamatkan nyawaku!"
Seketika terdengar teriakan protes dari kohort-kohort lain. Reyna mengangkat tangan supaya mereka diam dan memelototi Frank.
"Frank Zhang," kata Reyna, "untuk kedua kalinya hari ini, kuingatkan bahwa kau sedang dalam pro batio. Orangtua dewamu bahkan belum mengklaimmu. Kau tidak memenuhi syarat untuk menjadi penjaminnya sampai kau memperoleh setrip pertamamu."
Frank kelihatannya mau mati saking malunya. Hazel tidak bisa membiarkannya begitu saja. Dia melangkah ke luar barisan dan berkata, "Yang dimaksud Frank adalah, Percy menyelamatkan nyawa kami berdua. Aku sudah menjadi anggota penuh legiun. Aku bersedia menjadi penjamin Percy Jackson."
Frank melirik Hazel penuh rasa terima kasih, tapi para pekemah lain mulai menggerutu. Hazel hampir tidak memenuhi syarat. Dia baru memperoleh setrip beberapa minggu lalu, dan itu pun dibuah
kan oleh "tindakan berani" yang sesungguhnya hanya kebetulan. Lagi pula, Hazel adalah putri Pluto, juga anggota
Kohort V yang dirundung aib. Dukungan Hazel sebenarnya tidak membantu Percy.
Reyna mengernyitkan hidung, tapi dia menoleh kepada Octavian. Sang augur tersenyum dan mengangkat bahu, seakanakan hal tersebut membuatnya geli.
Kenapa tidak" Pikir Hazel. Memasukkan Percy ke Kohort V akan mengurangi potensinya sebagai ancaman. Selain itu, Octavian juka memasukkan semua musuhnya ke satu tempat.
"Baiklah." Reyna mengumumkan. "Hazel Levesque, kau boleh menjadi penjamin si rekrut. Apakah kohort-mu menerimanya""
Kohor-kohort lain mulai terbatuk-batuk, berusaha tak tertawa. Hazel tahu apa yang mereka pikirkan: Lagi-lagi Kohort V dapat pecundang.
Frank menggebrakkan tamengnya ke tanah. Anggota Kohort V lainnya mengikuti teladan Frank, meskipun mereka sepertinya tidak terlalu antusias. Centurion mereka, Dakota dan Gwen, bertukar pandang dengan pedih, seolah-olah ingin mengatakan: Lagi-lagi kita apes.
"Kohort-ku telah berbicara," kata Dakota, "kami menerima si rekrut."
Reyna memandang Percy dengan ekspresi kasihan. "Selamat, Percy Jackson. Kau masuk dalam masa probatio. Kau akan diberi keping yang memuat nama dan kohort-mu. Setahun lagi, atau segera sesudah kau menunaikan tindakan berani, kau akan menjadi anggota Legion XII Fulminata. Abdikan dirimu kepada Romawi, patuhi aturan legiun, dan lindungi perkemahan ini sembari senantiasa menjunjung tinggi kehormatannya. Senatus Populusque Romanusf'
Anggota legiun yang lain meningkahi seruan tersebut. Reyna memutar pegasusnya menjauhi Percy, seolah-olah dia senang karena tidak perlu mengurusi Percy lagi. Skippy membentangkan sayapnya yang indah. Hazel mau tak mau merasa iri. Dia rela mengorbankan apa saja supaya bisa memiliki kuda seperti itu, tapi keinginannya takkan terwujud. Kuda hanya diperuntukkan bagi perwira, atau kavaleri kaum barbar, bukan untuk legiunari Romawi.
"Centurion," kata Reyna, "kalian dan pasukan kalian punya waktu satu jam untuk makan malam. Setelah itu, kita akan berkumpul di Lapangan Mars. Kohort I dan II akan bertahan. Kohort Tiga, Empat, dan Lima akan menyerang. Semoga beruntung!"
Sorak sorai meriah berkumandang untuk perang-perangan dan untuk makan malam. Kohort membubarkan diri dan lari ke aula besar.
Hazel melambai kepada Percy, yang berjalan menembus khayalak ramai beserta Nico di sampingnya. Yang mengejutkan Hazel, Nico memandangnya dengan muka berseri-seri.
"Kerja bagus, Kak," kata Nico, "yang tadi itu butuh nyali, menjadi penjamin bagi Percy:'
Nico tidak pernah memanggil Hazel Kak sebelumnya. Dia bertanya-tanya apakah dulu Nico memanggil Bianca seperti itu.
Salah seorang pengawal memberi Percy pelat probatio-nya. Percy mengikatkan kepingan itu ke kalung kulitnya yang sudah diganduli manik-manik aneh.
"Terima kasih, Hazel," katanya, "eh, maksud sebenarnya apa sih kau menjadi penjaminku""
"Aku menjamin bahwa kau pasti berperilaku baik." Hazel menjelaskan. "Aku mengajarimu tata tertib, menjawab pertanyaanmu, memastikan agar kau tidak mempermalukan legiun."
"Lalu kalau aku berbuat salah"" "Kalau begitu, aku ikut mati bersamamu," ujar Hazel, "kau lapar" Ayo, makan. []
BAB DELAPAN HAZEL PALING TIDAK MAKANAN PERKEMAHAN RASANYA enak. Rohroh angin tak kasatmata aurae melayani para pekemah dan sepertinya tahu persis apa yang diinginkan semua orang. Mereka meniup piring dan gelas ke sana-sini cepat sekali sampai-sampai aula kelihatan seperti sedang dilanda badai sedap. Jika ada yang berdiri terlalu cepat, kemungkinan besar dia Bakal kena timpuk buncis atau kena banjur kaldu bistik.
Hazel mendapat gumbo udang semacam semur khas Louisiana yang merupakan favoritnya untuk melipur lara. Makanan itu mengingatkan Hazel pada masa kanak-kanaknya di New Orleans, sebelum kutukan mengemuka dan ibunya menjadi bersikap getir. Percy mendapat burger keju dan soda aneh yang berwarna biru terang. Hazel tidak memahaminya, tapi Percy mencoba minuman tersebut dan menyeringai.
"Minuman ini membuatku bahagia," kata Percy, "aku tidak tahu kenapa
Tapi pokoknya begitu."
Selama sekejap, salah satu aurae menjadi kasatmata seorang perempuan mirip peri yang mengenakan gaun sutra putih. Dia mengisi ulang gelas Percy sambil cekikikan, kemudian menghilang disertai embusan angin.
Ruang makan tampak lebih ribut daripada biasanya pada malam ini. Tawa menggema ke dinding. Panji-panji perang yang digantung ke kasau kayu cedar berdesir saat aurae melesat ke sana kemari, mengisi penuh piring semua orang. Para pekemah makan dengan gaya Romawi, yaitu sambil duduk di sofa yang mengelilingi meja-meja rendah. Anak-anak terus menerus berdiri dan bertukar tempat, menyebarkan rumor tentang siapa yang menyukai siapa dan segala macam gosip lainnya.
Sebagaimana biasa, Kohort V menduduki tempat yang paling tidak terhormat. Meja mereka terletak di bagian belakang ruang makan, di sebelah dapur. Meja Hazel selalu yang paling sepi. Malam ini hanya ada dia dan Frank, seperti biasa, serta Percy dan Nico. Centurion mereka, Dakota, juga duduk di sana, Hazel menduga, karena dia merasa berkewajiban menyambut sang rekrut baru.
Dakota bersandar ke sofa dengan murung, mencampur gula ke minuman dan menenggaknya. Dia adalah pemuda gempal dengan rambut hitam keriting dan mata agak juling. Alhasil, Hazel merasa seolah-olah dunia ini miring kapan pun dia memandang Dakota. Bukan pertanda bagus bahwa Dakota sudah terlalu banyak minum sedini ini malam itu.
"Jadi." Dakota cegukan sambil menggoyang-goyangkan gelas pialanya. "Selamat datang di Percy, pesta." Dia mengerutkan kening. "Pesta, Percy. Apalah itu."
"Hmm, terima kasih." Percy berkata, tapi perhatiannya tertuju pada Nico. "Aku bertanya-tanya apakah kita bisa membicarakan, kau tabu ... di mana aku mungkin pernah bertemu kau sebelumnya."
"Tentu saja," kata Nico, agak terlalu cepat, "masalahnya, aku melewatkan sebagian besar waktuku di Dunia Bawah. Jadi, kecuali aku entah bagaimana bertemu kau di sana "
Dakota bersendawa. "Duta Pluto, begitulah mereka memanggilnya. Reyna tidak pernah yakin harus berbuat apa waktu orang ini berkunjung. Coba kau melihat muka Reyna waktu Nico datang bersama Hazel, meminta Reyna agar menerimanya. Eh, Langan tersinggung, ya."
"Tidak, kok." Nico sepertinya lega karena berkesempatan mengubah topik pembicaraan. "Dakota benar-benar membantu. Dialah yang mengajukan diri untuk menjadi penjamin Hazel."
Dakota merona. "Iya, habisnya Kelihatannya Hazel anak baik. Rupanya aku benar. Bulan lalu, ketika dia menyelamatkanku dari, ya, kau tahu."
"Keren sekali!" Frank mendongak dari ikan dan kentang goreng di depannya. "Percy, kalau saja kau melihat Hazel! Begitulah ceritanya sampai Hazel mendapatkan setrip. Unicorn memutuskan untuk menginjak-injak "
"Itu bukan apa-apa," ujar Hazel. "Bukan apa-apa"" Frank memprotes. "Bisa-bisa Dakota terinjak-injak! Kau berdiri di depan mereka, mengusir mereka, menyelamatkan nyawanya. Aku tak pernah melihat aksi sehebat itu."
Hazel menggigit bibir. Dia tidak suka membicarakannya, dan dia merasa tidak nyaman karena Frank mengesankan seolah-olah dia adalah pahlawan. Kenyataannya, Hazel sesungguhnya takut kalau-kalau para unicorn melukai diri mereka sendiri karena panik. Tanduk mereka terbuat dari logam mulia perak dan emas jadi, dia menggiring para unicorn ke samping semata-mata dengan cara menyetir tanduk hewan-hewan itu dan memandu mereka kembali ke istal. Tindakan tersebut menganugerahinya posisi sebagai anggota penuh legiun, sekaligus menyebarkan desas-desus mengenai kekuatan aneh Hazel desas-desus yang mengingatkan Hazel pada masa lalu menyakitkan.
Percy mengamati Hazel. Mata hijau pirus itu membuat Hazel gelisah.
"Apa kau dan Nico tumbuh besar bersama"" tanya Percy. "Tidak." Nico menjawab mewakili Hazel. "Aku mengetahui bahwa Hazel kakakku baru-baru ini saja. Dia dari New Orleans."
Itu memang benar, tentu saja, tapi bukan kebenaran seutuhnya. Nico membiarkan orang-orang mengira bahwa dia berjumpa Hazel di New Orleans masa kini dan mengajaknya ke perkemahan. Itu lebih mudah daripada mengisahkan riwayat Hazel yang sebenarnya.
Hazel sudah berusaha supaya tampak seperti anak z
aman sekarang. Itu tidaklah gampang. Untungnya, Demigod tidak banyak menggunakan teknologi mutakhir di perkemahan. Kekuatan mereka cenderung mengganggu kerja alat elektronik. Namun, pertama kalinya dia ke Berkeley saat mendapat izin keluar, Hazel hampir kena stroke. Televisi, komputer, iPod, internet Kembali ke dunia hantu, unicorn, dan dewa-dewi hampir-hampir membuatnya lega. Dibandingkan dengan abad dua puluh satu yang bagaikan dunia fantasi, perkemahan sama sekali tidak ada apa-apanya.
Nico masih membicarakan anak-anak Pluto. "Jumlah kami
tidak banyak," katanya, "jadi, kami harus bersatu. Waktu aku menemukan Hazel "


The Heroes Of Olympus 2 Son Of Neptune di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau punya saudari lain"" tanya Percy, nyaris terkesan sudah tahu jawabannya. Hazel bertanya-tanya lagi, kapan kiranya Percy dan Nico pernah bertemu, dan apa sebenarnya yang disembunyikan adik Hazel itu.
"Seorang." Nico mengakui. "Tapi dia sudah meninggal. Aku melihat rohnya beberapa kali di Dunia Bawah, hanya saja terakhir kalinya aku ke bawah sana ...."
Untuk menghidupkannya kembali, pikir Hazel, meskipun Nico tak mengucapkan itu.
"Dia sudah pergi." Suara Nico menjadi serak. "Sebelumnya, ada di Elysium semacam surganya Dunia Bawah tapi ia memilih untuk dilahirkan kembali, ke kehidupan baru. sekarang aku takkan pernah bertemu dia lagi. Aku beruntung
menemukan Hazel ... di New Orleans, maksudku."
Dakota menggeram. "Kecuali kau memercayai desas-desus itu. Bukan berarti aku percaya."
"Desas-desus"" tanya Percy. Dari seberang ruangan, Don si Faun berteriak, "Hazel!" Hazel tidak pernah sesenang itu bertemu dengan si Faun. Dia tidak boleh memasuki perkemahan, tapi tentu saja dia selalu berhasil menyelinap ke dalam. Dia sedang menuju meja mereka samba menyeringai kepada semua orang, mengambil makanan dari
dan menunjuk para pekemah: "Hei! Telepon aku!" Pizza :erbang menampar kepalanya, dan Don pun menghilang ke balik sofa. Kemudian dia menyembul keluar lagi, masih menyeringai, dan akhirnya tiba di dekat Hazel.
"Teman favoritku!" Dia berbau seperti kambing basah yang dibungkus keju basi. Dia menjulurkan badan ke sofa mereka dan mengecek makanan mereka. "Hei, Anak Baru, apa kau mau makan itu""
Percy mengerutkan kening. "Bukannya Faun itu vegetarian"" "Bukan burger kejunya, Bung! Piring!" Don mengendus rambut Percy. "Hei bau apaan tuh""
"Don!" Kata Hazel. "Bersikap sopanlah." "Bukan, Kawan, aku cuma " Dewa Rumah mereka, Vitellius, mendadak mewujud, sosoknya yang berdenyar terbenam separuh di sofa Frank. "Faun
di ruang makan! Apa jadinya kita" Centurion Dakota, kerjakan
tugasmu!" "Aku mengerjakannya," gerutu Dakota ke gelas piala, "aku
sedang makan malam!"
Don masih mengendus-endus. "Bung, kau punya sambungan
empati dengan Faun!"
Percy menjauhkan badan dari si Faun. "Sambungan apa""
"Sambungan empati! Samar-samar sekali, seolah ada yang
menekannya, tapi " "Aku tahu!" Nico berdiri mendadak. "Hazel, bagaimana
kalau kau dan Frank meluangkan waktu untuk memberi Percy
penjelasan" Biar aku dan Dakota yang mendatangi meja Praetor.
Don dan Vitellius, kalian ikut juga. Kita bisa mendiskusikan strategi untuk simulasi perang nanti."
"Strategi untuk kalah"" gerutu Dakota. "Bocah Maut benar!" Kata Vitellius. "Kemampuan tempur legiun ini lebih buruk daripada saat di Judea. Itulah pertama
kalinya kita kehilangan elang kita. Nah, seandainya aku yang pegang kendali "
"Bisakah kita makan piring perak dulu"" tanya Don. "Ayo, pergi!" Nico berdiri dan menyambar kuping Don serta Vitellius, lalu menarik mereka.
Tak seorang pun kecuali Nico bisa menyentuh Lar. Vitellius
mengumpat-umpat gusar saat dia diseret ke meja Praetor.
"Aw!" Protes Don. "Bung, hati-hati rambutku!"
"Ayo, Dakota!" Nico berseru ke balik bahunya. Sang Centurion bangkit dengan enggan. Dia menyeka mulutnya sia-sia saja, sebab mulutnya sudah bernoda merah permanen. "Aku segera kembali." Dia mengguncangkan sekujur tubuh, seperti anjing yang berusaha mengeringkan badan. Kemudian dia pergi sambil terhuyung-huyung, isi gelas pialanya hampir tumpah
"Tadi itu kenapa"" tanya Percy. "Dan Dakota kenapa"" Frank mende
sah. "Dia baik-baik saja. Dia putra Bacchus, Dewa Anggur. Dia peminum."
Mata Percy membelalak. "Kalian membiarkannya minum Jraiggur""
"Demi dewa-dewi, tidak!" Kata Hazel, "bisa-bisa nanti terjadi musibah. Dia kecanduan sirup Kool-Aid merah. Meminumnya dengan kadar gula tiga kali lipat dibandingkan kadar gula normal. Apalagi, dia sudah menderita GPPH kau tahu, gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas. Tidak lama lagi, kepalanya Bakal meledak."
Percy menengok ke meja sang Praetor. Sebagian besar perwira senior sedang berbincang serius dengan Reyna. Nico serta kedua tawanannya, Don dan Vitellius, berdiri di pinggir. Dakota lari mondar-mandir di depan tumpukan tameng, memukul-mukulkan gelas pialanya ke perisai-perisai tersebut seperti sedang main nlofon.
"GPPH," kata Percy, "keren." Hazel berusaha tidak tertawa. "Ya kebanyakan Demigod memang begitu. Atau menderita disleksia. Karena kita Demigod, otak kita diprogram tidak sama dengan orang biasa. Seperti kau katamu kau kesulitan membaca."
"Apa kalian juga begitu"" tanya Percy. "Entahlah." Hazel mengakui. "Mungkin. Di zamanku dulu, mak-anak seperti kita semata-mata dijuluki 'pemalas'."
Percy mengerutkan kening. "Di zamanmu dulu"" Hazel menyumpahi dirinya sendiri. Untung bagi Hazel, Frank angkat bicara: "Kuharap aku menderita GPPH atau disleksia saja. Aku malah tidak bisa mencerna laktosa."
Percy nyengir. "Serius""
Frank mungkin merupakan demigod paling konyol dalam
sejarah, tapi menurut Hazel dia tampak manis saat sedang
cemberut. Bahunya terbungkuk. "Padahal aku suka es krim ...
Percy tertawa. Tidak bisa menahan diri, Hazel juga ikut
tertawa. Senang rasanya, duduk sambil menyantap makan malam
dan merasa benar-benar berada di antara teman-teman.
"Oke, coba beri tahu aku," kata Percy, "kenapa menjadi
anggota Kohort V itu tidak bagus" Padahal kalian asyik."
Pujian itu membuat jari kaki Hazel tergelitik. "Ceritanya rumit. Selain anak Pluto, aku juga ingin menunggang kuda."
"Itukah sebabnya kau menggunakan pedang kavaleri""
Hazel mengangguk. "Bodoh, ya. Cuma angan-angan
kosong. Cuma ada seekor pegasus di perkemahan ini milik Reyna. Unicorn dipelihara hanya untuk dijadikan obat, sebab serutan tanduk mereka dapat menyembuhkan keracunan dan lain sebagainya. Singkat kata, pertarungan ala Romawi selalu dilakukan sambil berjalan kaki tanpa menaiki kuda. Kavaleri dianggap gaya bertarung yang rendah oleh mereka. Jadi, mereka merendahkanku."
"Mereka yang rugi," kata Percy, "kalau kau bagaimana, Frank"" "Memanah," gumam Frank, "mereka juga tidak menyukainya, kecuali kita anak Apollo. Barulah kemudian kita punya alasan. Aku berharap semoga ayahku memang Apollo, tapi entahlah. Aku tidak pintar menggubah puisi. Dan aku tak yakin ingin berkerabat dengan Octavian."
"Aku tak bisa menyalahkanmu," kata Percy, "tapi kau jago menggunakan busur caramu menggasak kedua Gorgon itu" Lupakan saja pendapat orang."
Wajah Frank berubah warna menjadi semerah Kool-Aid Dakota. "Kuharap aku bisa. Mereka semua berpendapat aku seharusnya menjadi petarung pedang karena aku besar dan gempal."
Dia menunduk untuk memandang tubuhnya, seolah-olah tidak percaya bahwa itu memang badannya. "Mereka bilang aku terlalu pendek sehingga tidak cocok menjadi pemanah. Mungkin kalau
ayahku mengklaimku ...."
Mereka makan sambil membisu selama beberapa menit. Seorang ayah yang tidak kunjung mengklaim kita ... Hazel mengetahui perasaan itu. Dia merasakan bahwa Percy juga bisa
berempati. "Kau tadi bertanya tentang Kohort V." Hazel akhirnya berkata. `Tentang alasan kohort ini menjadi yang terburuk. Sebenarnya, iru berawal jauh sebelum masa kami."
Hazel menunjuk ke dinding belakang. Di sanalah panji-panji legiun dipampang. "Lihat tiang kosong di tengah-tengah""
"Elang," kata Percy. Hazel terperangah. "Bagaimana kau tahu"" Percy mengangkat bahu. "Vitellius telah menceritakan tentang bagaimana legiun kehilangan elang dulu sekali kali pertama, katanya. Dia bersikap seolah-olah peristiwa itu adalah aib besar. Menurut tebakanku, elang itulah yang hilang. Dan dari percakapanmu dengan
Reyna tadi, aku menebak bahwa elang kalian hilang untuk kedua kalinya, tidak terlalu lama berselang, dan kejadian itu ada hubungannya dengan Kohort V."
Hazel mengingatkan dirinya agar jangan pernah meremehkan Percy lagi. Ketika Percy pertama kali tiba, Hazel kira dia agak telmi gara-gara pertanyaan yang diajukannya tentang Festival Tuna dan sebagainya tapi Percy jelas lebih pandai daripada kelihatannya.
"Kau benar," ujar Hazel, "itulah persisnya yang terjadi." "Omong-omong, apa sebenarnya elang itu" Apa pentingnya sih""
Frank menengok ke sana kemari untuk memastikan tidak ada yang menguping. "Ia adalah simbol seluruh perkemahan elang
besar dari emas. Elang tersebut konon melindungi kita dari pertempuran dan membuat musuh kita takut. Elang milik masingmasing legiun memiliki kekuatan tertentu, dan elang kita berasal dari Jupiter sendiri. Konon katanya, Julius Caesar menjuluki legiun kita Tulminatd bersenjatakan petir sebab itulah yang bisa dilakukan elang tersebut."
"Aku tidak suka petir," kata Percy.
"Ya," kata Hazel, "petir tidak menjadikan kita tak terkalahkan_Legiun XII kehilangan clang pertama kalinya pada zaman dahulu kala, saat Pemberontakan Bangsa Yahudi."
"Kurasa aku pernah nonton film yang seperti itu," ujar Percy. Hazel mengangkat bahu. "Bisa saja. Banyak sekali buku dan film tentang legiun yang kehilangan elang mereka. Sayangnya, hal itu terjadi beberapa kali. Elang itu benar-benar penting ya, pokoknya arkeolog tidak pernah menemukan satu pun elang peninggalan Romawi kuno. Masing-masing legiun menjaga elang mereka baik-baik sampai ke prajurit terakhir, sebab elang itu diimbuhi kekuatan dari para Dewa. Mereka lebih memilih menyembunyikan atau melebur elang mereka daripada menyerahkanya kepada musuh. Legiun XII beruntung, waktu kali pertama. Kami mendapatkan elang kami kembali. Tapi kedua kalinya ...."
"Kalian ada di sana"" tanya Percy. Mereka berdua menggelengkan kepala. "Aku hampir sama barunya sepertimu." Frank mengetuk pelat probatio-nya. "Baru sampai di sini bulan lalu. Tapi semua orang sudah mendengar ceritanya. Membicarakannya saja dianggap bisa membawa nasib sial. Ada sebuah ekspedisi besar-besaran ke Alaska pada tahun delapan puluhan ...."
"Ramalan yang kau lihat di kuil," lanjut Hazel, "ramalan tentang tujuh demigod dan Pintu Ajal" Praetor senior kami saat
adalah Michael Varus, dari Kohort V. Pada masa itu, Kohort
V adalah yang terbaik di perkemahan. Demi membawa kejayaan
bagi perkemahan, dia ingin memecahkan ramalan tersebut dan newujudkannya menyelamatkan dunia dari badai dan api dan
lainya. Dia bicara kepada augur, dan sang augur mengatakan
jiwabannya ada di Alaska. Tapi dia memperingatkan Michael
bahwa waktunya belum tiba. Ramalan itu tidak ditujukan baginya."
"Tapi dia tetap saja pergi," tebak Percy, "apa yang terjadi""
Frank merendahkan suaranya. "Cerita panjang yang menyenmkan. Hampir seluruh anggota Kohort V menjemput ajal. Sebagian besar pedang emas imperial milik legiun hilang, begitu juga elang tersebut. Orang-orang yang selamat menjadi gila atau menolak membicarakan apa yang menyerang mereka."
Aku tahu, pikir Hazel khidmat. Namun, dia diam saja. "Sejak elang tersebut hilang," lanjut Frank, "perkemahan menjadi semakin lemah. Misi makin berbahaya. Serangan monster di perbatasan makin sering. Semangat juang menurun. Kira-kira sejak sebulan lalu, keadaan semakin cepat bertambah buruk."
"Dan Kohort V yang disalahkan," tebak Percy, "jadi, sekarang semua orang mengira kita dikutuk."
Hazel menyadari bahwagumbo-nya sudah dingin. Disesapnya sesendok kuah, tapi makanan pelipur lara terasa tidak terlalu melipur lara. "Kita sudah menjadi buangan di legiun ini sejak
ya, sejak bencana di Alaska. Reputasi kita membaik ketika Jason menjadi Praetor "
"Anak yang hilang"" tanya Percy. "Iya," ujar Frank, "aku tak pernah bertemu dia. Sebelum masaku. Tapi kudengar dia pemimpin yang baik. Dia praktis rumbuh besar di Kohort V. Dia tidak memedulikan pendapat orang tentang kita. Dia mulai membangun kembali reputasi kita. Kemudian dia menghilang."
"Sehingga kita terpuruk
kembali ke titik nol," kata Hazel getir.
"membuat kita terkesan terkutuk lagi. Aku ikut prihatin, percy
Sekarang kau tahu kau sudah terjerumus ke mana."
Percy menyesap soda birunya dan menatap ke seberang ruang makan dengan ekspresi serius. "Aku bahkan tidak tahu dari mana
aku berasal Tapi aku punya firasat ini bukan pertama kalin\
aku menjadi kuda hitam." Dia memfokuskan perhatian pada Haazel
dan memaksakan seulas senyum. "Lagi pula, bergabung ke legiun
lebih baik daripada dikejar-kejar di alam liar oleh monster.
juga mendapat teman baru. Mungkin bersama-sama kita bisa
membalikkan keadaan di Kohort V, ya kan""
Trompet bertiup di ujung aula. Para perwira di meja Praetor berdiri bahkan Dakota, yang mulutnya semerah vampir karena
kena Kool-Aid. "Permainan dimulai!" Reyna mengumumkan. Para pekemah bersorak dan bergegas mengumpulkan perlengkapan mereka dari
tumpukan yang dirapatkan ke dinding.
"Jadi, kita tim penyerang"" tanya Percy melampaui kegaduhan tersebut. "Apa itu bagus""
Hazel mengangkat bahu. "Kabar bagus: kita dapat gajah. Kabar buruk "
"Biar kutebak," ujar Percy, "Kohort V selalu kalah." Frank menepuk pundak Percy. "Aku suka dia. Ayo, Teman Baru. Mari kita cetak kekalahanku yang ketiga belas kali berturut-turut!" []
BAB SEMBILAN FRANK SELAGI DIA BERDERAP KE LOKASI perang-perangan, Frank memutar ulang hari itu dalam kepalanya. Frank tak percaya betapa dia nyaris menyongsong ajal.
Pagi itu saat bertugas jaga, sebelum Percy muncul, Frank hampir saja memberitahukan rahasianya kepada Hazel. Mereka 'berdua sudah berdiri berjam-jam di tengah dinginnya kabut, memperhatikan lalu lintas komuter di Jalur Tol 24. Hazel mengeluhkan hawa dingin.
"Aku rela memberikan apa saja supaya bisa hangat," kata Hazel, giginya bergemeletuk, "kuharap di sini ada api." Sekalipun mengenakan baju tempur, Hazel kelihatan hebat. Frank suka melihat rambut Hazel yang sewarna roti panggang mengikal di tepi helm, dan lesung pipinya yang muncul ketika sedang mengerutkan wajah. Hazel bertubuh mungil jika dibandingkan dengan Frank, alhasil membuatnya merasa seperti lembu besar kikuk. Frank ingin merangkul Hazel untuk menghangatkannya, tapi dia tak pernah nelakukan itu. Hazel barangkali bakal memukulnya, dan bisa-bisa dia kehilangan satu-satunya teman perkemahan.
Aku bisa membuat api yang cukup mengesankan, pikir Frank
Tentu saja, api itu hanya akan menyala selama beberapa menit dan setelah itu aku bakal mati ....
Mempertimbangkannya saja terasa menyeramkan. Hazel menghasilkan efek seperti itu terhadap dirinya. Kapan pun Hazel menginginkan sesuatu, Frank merasakan hasrat tak tertahan untuk memenuhinya. Dia ingin seperti kesatria zaman dulu yang menunggang kuda demi menyelamatkan Hazel. Khayalan yang bodoh, sebenarnya, sebab Hazel lebih cakap dalam segala hal dibandingkan dengan Frank.
Frank membayangkan apa kiranya yang bakal diucapkan 1 neneknya: Frank Zhang menunggang kuda demi menyelamatkan seorang gadis" Ha! Dia pasti akan jatuh dari kudanya dan menderita patah leher.
Susah dipercaya bahwa baru enam minggu lalu dia meninggalkan rumah neneknya baru enam minggu lalu ibunya dimakamkan.
Semua yang telah terjadi sejak saat itu: serigala tiba di depan pintu rumah neneknya, perjalanan ke Perkemahan Jupiter, pekanpekan yang dia lewatkan di Kohort V sambil berusaha tidak menjadi pecundang total. Sepanjang itu semua, Frank masih menyimpan sepotong kayu yang setengah terbakar dalam balutan kain di saku jaketnya.
Simpan di dekatmu, neneknya memperingatkan. Asalkan kayu itu aman, kau juga aman.
Masalahnya, kayu itu mudah sekali terbakar. Frank ingat perjalanan ke selatan dari Vancouver. Ketika suhu udara merosot hingga mendekati titik beku di dekat Gunung Hood, Frank mengeluarkan sepotong kayu itu dan memegangnya erat-erat, membayangkan betapa nyamannya jika ada api. Serta-merta ujung kayu yang gosong membara, memancarkan lidah api kuning yang melalap-lalap. Kayu bakar tersebut menghangatkan malam dan menghangatkan Frank sampai ke tulang, tapi Frank bisa merasakan hidupnya kian melemah, seakan-akan dialah yang
dilalap, kayu itu. Frank menghunjamkan nyala api ke salju. Selama saat mengerikan, api terus menyala. Ketika api akhirnya padam, rasa panik Frank pun surut. Frank membalutkan kain ke dan mengembalikan benda itu ke saku jaketnya, bertekad mengeluarkan kayu tersebut lagi. Namun, dia tidak bisa melupakan benda itu.
Rasanya seperti ada seseorang yang berkata, "Apa pun yang kau lakukan, jangan pikirkan kayu yang mendadak terbakar itu!"
Jadi, tentu saja, cuma itu yang dia pikirkan. Saat bertugas jaga dengan Hazel, Frank berusaha mengenyahkan pemikiran itu dari benaknya. Dia suka sekali menghabiskan waktu bersama Hazel. Frank menanyakan bagaimana rasanya tumbuh besar di New Orleans, tapi Hazel menjadi tegang saat mendengar pertanyaan Frank. Jadi, akhirnya mereka mengobrol basa-basi saja. Hanya untuk senang-senang, mereka mencoba bercakapcakap dalam bahasa Prancis. Hazel masih berdarah Kreol dari pihak ibunya. Frank pernah mengambil pelajaran bahasa Prancis di sekolah. Mereka sama-sama tidak fasih, dan bahasa Prancis Louisiana berbeda sekali dengan bahasa Prancis Kanada sehingga hampir mustahil berbincang-bincang. Ketika Frank menanyai Hazel bagaimana kabar dagingnya hari ini, dan Hazel menjawab bahwa sepatunya hijau, mereka memutuskan untuk menyerah.
Kemudian, datanglah Percy Jackson. Memang, Frank sudah pernah melihat remaja yang bertarung melawan monster sebelumnya. Dia sendiri sudah bertarung dengan banyak monster dalam perjalanan dari Vancouver. Namun, dia tidak pernah melihat Gorgon. Dia tidak pernah melihat Dewi secara langsung. Dan kelihaian Percy dalam mengontrol Tiberis Kecil wow, Frank berharap kalau saja dia punya kekuatan macam itu.
Frank masih bisa merasakan cakar Gorgon yang menereh lengannya dan membaui napas mereka yang mirip napas ular-bearoma tikus mati dan racun. Kalau bukan karena Percy, monster betina bertampang seram itu pasti sudah membawanya pergi dan Sekarang dia pasti sudah tinggal tulang belulang yang teronggok di belakang Supermarket Supermurah.
Setelah kejadian di sungai, Reyna mengutus Frank ke gudang
Sambil memoles pedang, Frank mengingat-ingat Juno, ya memperingatkan mereka agar membebaskan Maut.
Sayangnya, Frank punya gambaran mengenai apa tepatnya yang dimaksud sang Dewi. Frank berusaha menyembunyikan perasaannya yang terguncang ketika Juno muncul, tapi penampilannya persis seperti yang dipaparkan nenek Frank bahkan sampai ke selempang kulit kambingnya.
Dia memilihkan jalanmu bertahun-tahun lalu, nenek memberitahunya. Dan jalan tersebut takkan mudah.
Frank melirik busurnya di pojok gudang senjata. Dia bakal merasa baikan jika Apollo mengklaimnya sebagai putra. Frank mulai yakin orangtua dewanya bakal angkat bicara pada ulang tahunnya yang keenam belas. Namun, ulang tahunnya sudah dua minggu lalu.
Enam belas adalah batu pijakan yang penting bagi bangsa Romawi. Itulah ulang tahun Frank yang pertama di perkemahan. Namun, tak ada yang terjadi. Kini Frank berharap dirinya bakal diklaim setidaknya saat Festival Fortuna, meskipun dari yang dikatakan Juno, mereka bakal bertarung mempertahankan nyawa pada hari itu.
Ayahnya pasti Apollo. Panahan adalah satu-satunya keahlian Frank. Bertahun-tahun lalu, ibunya memberi tahu Frank bahwa mama keluarga mereka, Zhang, bermakna "empu busur" dalam bahasa China. Itu pasti merupakan petunjuk mengenai ayah Frank.
Frank meletakkan kain lap. Dia menengok ke langit-langit.
`Kumohon, Apollo, kalau kau memang ayahku, beri tahu aku. Aku ingin menjadi pemanah sepertimu."
"Tidak, kau tidak mau," gerutu sebuah suara.
Frank terlompat dari kursinya. Vitellius, Lar Kohort V, berdenyar di belakang Frank. Nama lengkapnya Gaius Vitellius yang Kenculus, tape kohort-kohort lain memanggilnya bitellius si Kese.
"Hazel Levesque mengutusku untuk mengecekmu," kata vitellius sambil menaikkan sabuk pedangnya, -untung saja. Lihat keadaan gudang senjata ini! Vitellius sebetulnya tidak pantas bicara begitu. Toeanya tuniknya yang melar di atas perutnya nyaris tidak cukup, sedangkan sabuk pedangnya terlepas dari sabuk tiap tiga menit menggelikan sekali, tapi F
rank tidak repot-repot menunjukkan itu semua.
"Sedangkan mengenai pemanah," kata si hantu, "mereka itu bakal pengecut! Di zamanku dulu, panahan adalah pekerjaan kaum Frank In barbar. Orang Romawi yang baik seharusnya turut serta dalam ulang bentrokan, memburaikan usus musuh dengan tombak dan pedang dua layaknya pria beradab! Itulah yang kami lakukan dalam Perang Punisia! Jadilah Romawi sejati, Nak!" Frank mendesah. "Kukira kau anggota pasukan Caesar."
"Memang!" Caesar hidup ratusan tahun sesudah Perang Punisia.
yang Kau tidak mungkin hidup selama itu." Mempertanyakan kehormatanku Vitellius kelihatan marah sekali sampai-sampai aura ungunya berpendar. Vitellius menghunus gladius gaibnya dan berteriak, "Rasakan ini!"
Vitellius menghunjamkan pedang, yang sama mematikannya seperti pulpen laser, hingga menembus dada Frank beberapa
"Aduh," kata Frank, semata-mata karena kebaikan hatinya.
Vitellius kelihatan puas dan mengembalikan pedangnya
"Mungkin lain kali kau akan berpikir dua kali sebelum meragukan tetuamu! Nah ..., baru-baru ini kau berulang tahun yang keenam belas, bukan""
Frank mengangguk. Dia tidak tahu pasti bagaimana sampai Vitellius tahu, sebab Frank tidak pernah memberi tahu siapa-siapa selain Hazel, tapi hantu punya cara tersendiri untuk menemukan rahasia tersembunyi. Salah satunya mungkin menguping selagi tak kasatmata.
"Pantas tingkahmu seperti gladiator penggerutu," kata sang Lar, "dapat dipahami. Ulang tahun keenam belas adalah hari ketika kau menjadi lelaki dewasa! Orangtua dewamu semestinya mengklaimmu, tak diragukan lagi, meski hanya lewat pertanda kecil. Barangkali dia kira usiamu lebih muda. Kau memang kelihatan lebih muda, kau tahu, gara-gara wajah montokmu yang kebayi-bayian."
"Terima kasih, sudah mengingatkan," gerutu Frank.
"Ya, aku ingat ulang tahunku yang keenam belas," kata Vitellius riang, "pertanda yang luar biasa! Ayam di pakaian dalamku:
"Maaf"" Vitellius mendengus bangga. "Benar! Aku sedang di sungai, berganti baju untuk merayakan Liberalia. Upacara menyongsong kedewasaan bagi anak laki-laki, kau tahu. Kami menjalankan tradisi secara sepantasnya pada masa itu. Aku melepas toga kanakkanakku dan sedang membasuh diri sebelum mengenakan toga dewasa. Tiba-tiba, seekor ayam putih bersih berlari entah dari mana, terjun ke dalam cawatku, dan membawa kabur pakaian dalamku. Aku sedang tidak memakainya saat itu."
"Untung saja ya," kata Frank, "dan izinkan aku untuk berkata: tidak mau tahu."
Vitellius tidak mendengarkan. "Itu merupakan pertanda bahwa aku ini keturunan Aesculapius, Dewa Pengobatan. aku pun menyandang Reticulus sebagai kognomen, nama igaku, yang artinyapakaian dalam, supaya aku senantiasa ingat hari nan mujur itu, ketika seekor ayam mencuri pakaianku."
"Jadi namamu artinya Tuan Pakaian Dalam"" "Terpujilah dewa-dewi! Aku menjadi juru bedah di legiun, sisanya adalah sejarah." Vitellius merentangkan lengan dengan gaya murah hati. "Jangan menyerah, Bocah. Mungkin ayahmu terlambat. Kebanyakan pertanda tidak sedramatis ayam, tentu saja. Aku kenal seorang lelaki yang pernah kedapatan kotoran kumbang "
"Terima kasih, Vitellius," kata Frank, "tapi aku harus menyelesaikan pekerjaan memoles baju tempur "
"Lalu darah Gorgon itu""
Frank terpaku. Dia belum memberi tahu siapa-siapa tentang Sejauh yang Frank ketahui, hanya Percy yang melihatnya mengantongi vial di sungai, dan mereka belum sempat membicarakannya.
"Ayolah," tegur Vitellius, "aku ini penyembuh. Aku mengetahui Benda tentang darah Gorgon. Tunjukkan vial itu kepadaku." Dengan enggan, Frank mengeluarkan dua Tabung keramik yang dia ambil di Tiberis Kecil. Rampasan perang acap kali tertinggal ketika monster terbuyarkan kadang-kadang berupa gigi, atau senjata, atau bahkan kepala utuh monster. Frank serta-merta mengetahui apa isi kedua vial itu. Berdasarkan tradisi, keduanya adalah milik Percy, yang telah membunuh Gorgon, tapi Frank mau tak mau berpikir, Bagaimana kalau aku bisa memanfaatkannya"
viteilius mengamat-amati vial itu dengan ekspresi penuh persetujuan. "Darah yang diambil dari sebelah kanan tubu
h Gorgon dapat menyembuhkan penyakit apa saja, bahkan menghidupkan orang mati. Dewi Minerva pernah memberi sevial bahan itu kepada leluhur dewataku, Aesculapius. Tapi darah yang diambil dari sisi kiri tubuh Gorgon seketika berdampak fatal. Jadi, mana yang sebelah mana""
Frank memandangi kedua vial tersebut. "Aku tidak tahu. Dua-duanya identik."
"Ha! Tapi kau berharap vial yang tepat dapat memecah masalahmu terkait kayu yang terbakar itu, bukan" Mungkin mematahkan kutukanmu""
Frank tercengang sekali sampai-sampai dia tidak bisa bicara.
"Oh, jangan khawatir, Nak." Si hantu terkekeh-kekeh. takkan bilang siapa-siapa. Aku ini Lar, pelindung kohort! takkkan melakukan apa pun yang dapat membahayakanmu.'
"Kau menikam dadaku dengan pedangmu."
"Percayalah padaku, Nak! Aku bersimpati padamu, karena kutukan Argonaut itu."
"Kutukan ... apa""
Vitellius mengesampingkan pertanyaan tersebut. "Tidak perlu bersikap rendah hati. Cikal bakalmu kuno sekali berdarah Romawi, sekaligus Yunani. Tidak heran Juno " Vitellius menelengkan kepala, seolah sedang mendengarkan suara dari atas wajahnya melemas. Keseluruhan auranya berkilat-kilat hijau
"Tapi sudah cukup yang kukatakan! Pokoknya, akan kubiarkan kau merenungkan siapa yang layak mendapatkan darah Gorgon. Kurasa Percy si pendatang baru juga bisa memanfaatkannya
mengingat dia punya penyakit ingatan."
Frank bertanya-tanya apa yang hendak dikatakan Vitellius apa sebabnya dia takut sekali, tapi Frank punya firasat bahwa sekali ini, Vitellius bakal tutup mulut.
Frank menunduk untuk memandangi kedua vial. Frank bahkan belum mempertimbangkan bahwa Percy mungkin membutuhkannya. Dia merasa bersalah karena berniat menggunakan darah itu untuk dirinya sendiri. "Iya. Tentu saja. Percy harus menyimpan vial ini."
"Ah, tapi jika kau ingin saranku ...." Vitellius lagi-lagi menengok ke atas daengan gugup. jangan pakai darah gorgon itu dulu. Jika sumberku benar, kau akan membutuhkannya dalam misimu.
"Misi"" Pintu gudang senjata menjeblak terbuka. Reyna menerjang masuk beserta Greyhound logamnya.
vitallius menghilang. Dia mungkin suka ayam, tapi dia tidak menyukai anjing Praetor.
"Frank." Reyna kelihatan resah. "Sudah cukup bersih-bersih baju tempurnya. Cari Hazel. Bawa Percy Jackson ke sini. Dia sudah terlalu lama di sana. Aku tidak mau Octavian ...." Dia ragu-ragu. `Pokoknya bawa saja Percy ke sini."
Jadi, Frank harus lari sepanjang jalan hingga ke Bukit Kuil.
Dalam perjalanan kembali, Percy mengajukan runtutan pertanyaan mengenai adik Hazel, Nico, tapi Frank tidak tahu banyak.
"Dia baik," kata Frank, "dia tidak seperti Hazel " "Apa maksudmu"" tanya Percy. "Oh, mmm ...." Frank batuk-batuk. Maksudnya Hazel lebih rupawan dan lebih ramah, tapi Frank memutuskan tak mengatakan itu. "Nico orangnya misterius. Dia membuat orang lain gugup karena dia putra Pluto dan sebagainya."
"Tapi kau tidak""
Frank mengangkat bahu. "Pluto keren kok. Bukan salahnya dia menguasai Dunia Bawah. Dia cuma bernasib sial waktu para Dewa membagi-bagi dunia, iya, kan" Jupiter mendapat langit, Neptunus dapat laut, sedangkan Pluto mendapat ruang bawah tanah."
"Maut tidak membuatmu takut"" Frank hampir saja ingin tertawa. Tidak sama sekali! PuR korek"
Namun, dia justru berkata, "Pada zaman dahulu kala tepatnya sih pada zaman Yunani, ketika Pluto dipanggil Hades dia lebih dianggap sebagai Dewa Kematian. Ketika dia menjadi dewa bangsa Romawi, dia menjadi lebih entahlah, lebih dihormati. Dia menjadi Dewa Kekayaan juga. Segala sesuatu di bawah bur adalah miliknya. Jadi, menurutku dia tidak seram-seram amat."
Percy menggaruk-garuk kepalanya. "Bagaimana mungkin. Dewa berubah menjadi bangsa Romawi" Kalau dia Dewa Yunani bukankah dia Bakal terus menjadi Yunani""
Frank berjalan beberapa langkah sambil berpikir soal itu Vitellius pasti bakal memberi Percy ceramah satu jam penuh mengenai topik tersebut, barangkali dengan presentasi PowerPoint, tapi Frank memutuskan mencoba sebaik mungkin. "Menurut bangsa Romawi, mereka mengadopsi peninggalan Yunani dan menyempurnakannya. Percy memberengutkan wajah. "Menye
mpurnakannya" Memangnya ada yang salah dengan peninggalan Yunani""
Frank teringat perkataan Vitellius tadi: Cikal bakalmu kuno sekali. Kau berdarah Romawi, sekaligus Yunani. Neneknya pernah mengatakan sesuatu yang serupa tidak tahu," Frank mengakui, "Romawi lebih sukses dari Yunani. Mereka menciptakan kekaisaran besar. Dewamenjadi lebih penting di masa Romawi lebih perkasa dan dikenal luas. Itulah sebabnya mereka masih ada sampai hari. Banyak sekali peradaban yang menjadikan Romawi sebagai Dewa-dewi berubah menjadi Romawi karena di sanalah saat berpusat saat itu. Jupiter ..., ya, lebih bertanggung saat menjadi Dewa Romawi, dibandingkan saat dia menjadi Mars menjadi lebih penting dan
"Dan Juno menjadi wanita hippie yang digendong," komentar percy, "jadi, maksudmu dewa-dewi Yunani kuno mereka langsung berubah secara permanen menjadi dewa-dewi Romawi" Tidak yang tersisa dari Yunani""
"Hmm ...." Frank menoleh ke sana kemari untuk memastikan ada pekemah atau Lar di sekitar sana, tapi gerbang utama berjarak sembilan puluh meter lagi. "Itu topik sensitive sebagian orang bilang, pengaruh Yunani masih ada, masih menjadi dari kepribadian dewa-dewi. Aku pernah mendengar cerita kadang demigod meninggalkan Perkemahan Jupiter. mereka menolak latihan gaya Romawi dan berusaha menjalani flava Yunani yang lebih tua misalnya menjadi pahlawan tunggal ahh-alih bekerja dalam tim sebagaimana yang dilakukan legiun. Dan pada zaman kuno dulu, ketika Romawi runtuh, bagian timur kekaisaran tetap bertahan bagian Yunani."
Percy menatapnya. "Aku tidak tahu itu." "Namanya Byzantium." Frank suka mengucapkan kata itu. Kedengarannya keren. "Kekaisaran timur bertahan hingga seribu tahun lagi, tapi dari semula, kekaisaran tersebut lebih dipengaruhi budaya Yunani daripada Romawi. Bagi kita yang mengikuti tradisi Romawi, itu semacam topik tabu. Itulah sebabnya, di negara mana pun kita menetap, Perkemahan Jupiter selalu terletak di barat bagian Romawi di wilayah tersebut. Bagian timur dianggap basil sial."
"Hmm." Percy mengerutkan kening.
Frank tidak bisa menyalahkan Percy kalau dia bingunii Perkara Yunani/Romawi tersebut juga membuat kepalanya
"Akan kuajak kau ke rumah mandi untuk membersihkan diri kata Frank, "tapi pertama-tama ... soal vial yang kutemukan di sungai."
"Darah Gorgon," kata Percy, "satu vial menyembuhhkan,
Satunya lagi racun mematikan."
Mata Frank membelalak. "Kau tahu tentang itu" Dengar, tidak bermaksud menyimpannya. Aku hanya "
"Aku tahu kenapa kau melakukannya, Frank." "Kau tahu""
"Iya." Percy tersenyum. "Kalau aku masuk ke perkemahan sambil membawa vial berisi racun, kesannya bakalan jelek. berusaha melindungiku."
"Oh ..., benar." Frank menyeka keringat dari telapak tangannya. "Tapi kalau kita bisa menebak vial mana yang apa, mungkin memorimu bisa dipulihkan."
Senyum Percy memudar. Dia menatap ke seberang bukit.
"Mungkin saja. Siapa tahu. Namun, untuk saat ini, kau pegang saja vial-vial itu. Akan ada pertempuran. Kita mungkin Bakal membutuhkannya untuk menyelamatkan nyawa."
Frank menatap Percy, agak terkagum-kagum. Percy berkesempatan memperoleh ingatannya kembali, dan dia bersedia menunggu kalau-kalau ada orang lain yang lebih membutuhkan vial tersebut" Bangsa Romawi memang seharusnya tidak egois dan rela membantu rekan-rekan mereka, tapi Frank tidak yakin di perkemahan itu ada orang lain yang bakal membuat pilihan tersebut.
"Jadi, kau tidak ingat apa-apa"" tanya Frank. "Teman,
Percy memain-mainkan manik-manik tanah liat di kalungnya. sekilas. Samar-samar. Pacar kukira dia bakal berada di perKemahan." Percy memandang Frank dengan saksama, seolahtengah membuat keputusan. "Namanya Annabeth. Kau tidak kenal dia, kan""
Frank menggelengkan kepala. "Aku kenal semua orang di perkemahan, tapi tidak ada yang bernama Annabeth. Bagaimana dengan keluargamu" Apakah ibumu manusia biasa""
"Kurasa begitu ... dia barangkali khawatir setengah mati. Apa ibumu sering bertemu denganmu""
Frank berhenti di pintu masuk rumah mandi. Diambilnya beberapa lembar handuk dari gudang perlengkapan. "Ibuku sudah mening
gal." Percy mengerutkan alis. "Bagaimana meninggalnya"" Biasanya Frank berbohong. Dia akan mengatakan kecelakaan dan mengakhiri perbincangan. Kalau tidak begitu, bisa-bisa emosinya menjadi tak terkendali. Dia tidak boleh menangis di Perkemahan Jupiter. Dia tidak boleh menunjukkan kelemahan. N'amun, dengan Percy, Frank merasa lebih mudah bicara.
"Ibuku meninggal dalam perang," kata Frank, "Afghanistan." "Ibumu anggota militer"" "Militer Kanada. Iya." "Kanada" Aku tidak tahu " "Kebanyakan orang Amerika tidak tahu." Frank mendesah. Tapi, iya, Kanada menempatkan pasukan di sana. Ibuku seorang kapten. Dia salah satu wanita pertama yang meninggal dalam pertempuran. Dia menyelamatkan sejumlah prajurit yang dikepung oleh tembakan musuh. Ibuku ibuku tidak berhasil meloloskan diri. Pemakamannya tepat sebelum aku datang ke sini."
Percy mengangguk. Dia tidak menanyakan detail lebih lanjut Frank menghargai sikap Percy. Dia tidak mengucapkanka ta prihatin, atau melontarkan komentar simpati yang selalu didengar Frank: Oh, kasihan kau. Pasti berat sekali bagimu. Kusampaikan belasungkawa yang mendalam.
Kesannya, Percy sudah pernah menghadapi kematiaj sebelumnya, sudah tahu tentang duka. Yang penting adabi mendengarkan. Kita tidak perlu mengatakan ikut berduka cis Satu-satunya yang membantu mengurangi duka adalah tents sail melanjutkan hidup melangkah maju.
"Bagaimana kalau kau antar aku ke kamar mandi sekarang""
Percy mengusulkan. "Badanku kotor."
Frank berhasil tersenyum. "Iya. Memang kau agak kotor:
Selagi mereka berjalan masuk ke ruang uap, Frank memikirkan neneknya, ibunya, dan masa kanak-kanaknya yang dirundung kutukan, berkat Juno dan sepotong kayu bakar itu. Frank hanya berharap semoga dia bisa melupakan masa lalunya, sama seperti Percy. []
BAB SEPULUH FRANK FrANK TIDAK INGAT BANYAK TENTANG pemakaman itu. Namun, dia ingat beberapa jam menjelang pemakaman nenek Frank keluar ke halaman belakang dan mendapati Frank menembakkan panah ke koleksi porselennya.
Rumah nenek Frank berupa griya batu kelabu berukuran yang terletak di lahan seluas lebih dari empat puluh lima meter persegi di Vancouver Utara. Halaman belakangnya wambung langsung ke Lynn Canyon Park. Pagi itu dingin dan diwarnai hujan rintik-rintik, tapi Frank merasakan hawa yang menggigit. Dia mengenakan setelan wol dan mantel panjang hitam yang dulu adalah milik kakeknya. terperanjat dan sedih saat mendapati bahwa pakaian tersebut sekali di badannya. Pakaian tersebut berbau seperti kamfer dan melati. Kainnya membuat gatal, tapi hangat. Dengan dan panahnya, Frank barangkali menyerupai kepala pelayan yang sangat berbahaya.
Frank menaikkan sejumlah porselen milik neneknya ke gerobak dan menarik gerobak itu ke halaman. Di sana, dia meleta sasarannya di atas tiang pagar tua di tepi properti tersebut. sudah memanah lama sekali sampai-sampai jemarinya m terasa kebas. Seiring tiap bidikan panah, Frank membayangkan dia sedang menebas persoalannya.
Penembak jitu Afghanistan.
Kerompyang. Sebuah poci pecah berkeping-keping terkena panah di tengah-tengah.
Medali penghormatan, kepingan perak yang diuntai ke pig merah-hitam, dianugerahkan bagi prajurit yang tewas dalam tug diserahkan kepada Frank layaknya benda penting, benda yang menjadikan semua baik-baik saja. Prak. Cangkir teh melesat dalam hutan.
Perwira yang datang memberi tahu Frank: "Ibumu seorang pahlawan. Kapten Emily Zhang meninggal saat berusaha menyelamatkan rekan-rekannya." Prang. Piring biru-putih remuk berantakan.
Teguran neneknya: tidak boleh menangis. Terutar, laki-laki Zhang. Kau harus bertahan, Fai.
Tak seorang pun memanggilnya Fai kecuali neneknya.
Frank itu nama macam apa" omel neneknya. Itu bukan nar, China.
Aku bukan orang China, pikir Frank, tapi dia tidak berani mengucapkan itu. Ibunya pernah memberitahunya beberapa tahun lalu: Percuma berdebat dengan Nenek. Kau semata-mata akan lebih menderita. Ibunya benar. Dan sekarang Frank tidak punya siapa-siapa kecuali neneknya.
Gedebuk. Panah keempat mengenai tiang pagar dan tertanam di sana, bergetar.
"Fai," kata neneknya.
Frank m enoleh. Nenek sedang membawa peti mahoni seukuran kotak sepatu yang tidak pernah Frank lihat sebelumya. Dengan gaun hitam berkerah tinggi dan rambut beruban yang dikonde ketat, nenek terlihat seperti guru sekolah tahun 1800-an.
Nenek mengamati kehancuran tersebut: porselennya dalam gerobak, pecahan perangkat minum teh favoritnya berserakan di halaman rumput, panah Frank tertancap di tanah, pohon, tiang pagar, dan salah satu di kepala kurcaci kebun yang tersenyum.
Frank mengira neneknya bakal membentak-bentak, atau memukulnya dengan kotak itu. Frank tidak pernah melakukan apa pun yang seburuk ini sebelumnya. Dia tidak pernah merasa se marah ini.
Wajah nenek dipenuhi kegetiran dan ketidaksetujuan. Dia sama sekali tidak mirip ibu Frank. Frank bertanya-tanya, kok bisabisanya ibunya menjadi orang yang sebaik itu selalu tertawa, selalu lembut. Frank tidak bisa membayangkan ibunya tumbuh besar bersama nenek, sama seperti dia tak bisa membayangkan ibunya di medan tempur walaupun kedua situasi tersebut barangkali tidak lain-lain amat.
Frank menunggu nenek mengamuk. Mungkin dia bakal dihukum dan tidak perlu datang ke pemakaman. Frank ingin menyakiti nenek karena bersikap jahat sekali selama ini, karena membiarkan ibunya pergi berperang, karena mengomeli Frank supaya jangan sewot. Yang nenek pedulikan cuma koleksinya yang tidak penting.
"Hentikan perilaku konyol ini," kata nenek. Dia tidak kedengaran terlalu kesal. "Ini tidak pantas bagimu."
Yang membuat Frank kaget, nenek menendang salah satu cangkir teh favoritnya.
"Mobil akan segera tiba di sini," katanya, "kita harus bicara."
Frank terbengong-bengong. Dilihatnya kotak mahoni secara lebih saksama. Selama satu saat mengerikan, Frank bertanya-tanya apakah kotak itu berisi abu ibunya, tapi itu mustahil. Nenek telah memberi tahu Frank bahwa akan ada pemakaman militer jika memang demikian, kenapa nenek memegang kotak itu dan amat takzim, seolah-olah isinya membuat nenek berduka"
"Masuklah," kata nenek. Tanpa menunggu untuk melihat apakah Frank akan mengikuti, nenek berbalik dan berderap menuju rumah.
Di ruang tamu, Frank duduk di sofa beledu, dikelilingi oleh foto antik keluarga, vas porselen yang terlalu besar untuk dimuat dalam gerobak, dan panji-panji kaligrafi China. Frank tidak tahu apa bunyi kaligrafi itu. Dia tidak pernah berminat mempelajarinya. Dia juga tidak mengenal kebanyakan orang dalam foto-foto tersebut.
Kapan pun nenek mulai menceramahi Frank mengenai leluhurnya bagaimana mereka datang dari China dan sukses dalam bisnis impor/ekspor, akhirnya menjadi salah satu keluarga China terkaya di Vancouver ya, Frank semata-mata merasa bosan. Frank adalah warga negara Kanada generasi keempat.
Dia tidak peduli pada China dan semua benda antik berdebu ini. Satu-satunya aksara China yang bisa dia kenali adalah nama keluarganya: Zhang. Empu busur. Itu Baru keren.
Nenek duduk di sebelah Frank, posturnya kaku, tangannya terlipat di atas kotak.
"Ibumu ingin kau menyimpan ini," kata nenek dengan enggan, "dia menjaganya sejak kau masih bayi. Ketika dia pergi berperang, dia memercayakannya kepadaku. Tapi kini dia sudah tiada. Dan sebentar lagi kau akan pergi juga."
Perut Frank menjadi mulas. "Pergi" Ke mana""
"Aku sudah renta," kata nenek, seolah-olah itu adalah mengejutkan, "aku sudah punya janji dengan Maut tak lama lagi. Aku tidak bisa mengajarimu keterampilan yang kau butuhkan, dan aku tidak bisa menyimpan beban ini sesuatu terjadi pada benda ini, aku takkan pernah memaafkan diriku sendiri. Kau akan mati karenanya."


The Heroes Of Olympus 2 Son Of Neptune di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Frank tak yakin dia tidak salah. dengar. Kedengarannya nenek engatakan bahwa nyawanya bergantung pada kotak itu. Frank bertanya-tanya apa sebabnya dia tidak pernah melihat kotak itu sebelumnya. Nenek pasti menyimpannya dalam loteng yang terkunci satu-satunya ruangan yang tidak boleh dijelajahi Frank. Nenek selalu berkata bahwa dia menyimpan harta paling berharganya di atas sana.
Nenek menyerahkan kotak tersebut kepadanya. Frank membuka tutup kotak dengan jemari gemetar. Di dalam, di atas bantalan dari bahan beledu, terdapat benda yang men
akutkan, mengubah hidup, dan teramat penting, yaitu sepotong kayu.
Bentuknya seperti kayu hanyut keras dan mulus, permukaannya bergelombang. Ukurannya kira-kira sebesar pengendali TV jarak jauh. Ujungnya gosong. Frank menyentuh ujung yang terbakar. Rasanya masih hangat. Abu meninggalkan noda hitam di jarinya.
"Ini sepotong kayu," kata Frank. Dia tidak bisa menerka apa sebabnya nenek bersikap tegang dan serius sekali cuma gara-gara benda itu.
Mata nenek berkilat-kilat, "Fai, apa kau tahu tentang ramalan" Apa kau tahu tentang dewa-dewi""
Pertanyaan itu membuat Frank tidak nyaman. Dia teringat patung emas dewa-dewi China konyol milik nenek, takhayul mengenai penempatan perabot di lokasi tertentu dan menghindari angka sial. Ramalan membuat Frank teringat pada kue keberuntungan, yang bahkan bukan dari China aslinya bukan tukang gencet di sekolah menggodanya dengan hal-hal konyol seperti: Konfusius bersabda dan semua omong kosong itu. Frank bahkan tidak pernah ke China. Dia tidak mau berurusan dengan negeri itu berikut tradisinya. Namun, tentu saja, Nenek tidak mau mendengarnya.
"Sedikit, Nenek," kata Frank, "tidak banyak." "Kebanyakan orang pasti menganggap kisah ibumu sebagai angin lalu," kata nenek, "tapi aku tidak. Aku tabu tentang ramalan dan dewa-dewi. Dewa-dewi Yunani, Romawi, China mereka berkaitan dengan keluarga kita. Aku tidak bertanya ketika ibumu bercerita kepadaku tentang ayahmu."
"Tunggu apa"" "Ayahmu dewa," kata nenek lugas.
Andaikan nenek punya selera humor, Frank pasti mengira
dia bercanda. Namun, nenek tidak pernah berkelakar. Apakah
nenek mulai pikun" "Berhentilah memelototiku!" bentak nenek. "Pikiranku masih
jernih. Tak pernahkah kau bertanya-tanya, apa sebabnya ayahmu tidak pernah kembali""
"Dia ...." Frank terbata-bata. Kehilangan ibu sudah cukup menyakitkan. Dia tidak mau memikirkan ayahnya juga. "Dia anggota militer, sama seperti Ibu. Dia hilang dalam tugas. Di Irak."
"Hah. Ayahmu itu dewa. Dia jatuh cinta pada ibumu karena ibumu seorang pendekar alami. Ibumu sama sepertiku perkasa, pemberani, baik hati, cantik."
Perkasa dan pemberani, Frank bisa percaya. Membayangkan nenek sebagai orang yang baik hati dan cantik, itu lebih susah.
Frank masih curiga bahwa nenek mulai hilang akal, tapi dia bertanya, "Dewa macam apa""
"ibumu tidak mau bercerita, atau barangkali dia sendiri tidak tahu. Tidakbh mengherankan bahwa ada Dewa yang jatuh cinta pada ibumu,
mengingat keluarga kita. Sang Dewa pasti tahu ibumu memiliki
cikal bakal kuno." "Tunggu kita kan China. Kenapa Dewa Romawi ingin pacaran dengan orang Kanada keturunan China""
Lubang hidung nenek kembang kempis. "Jika kau pernah menyempatkan untuk belajar riwayat keluarga kita, Fai, kau mungkin mengetahuinya. Orang China dan Romawi tidaklah terlalu berbeda, juga tidak seterpisah yang kau percaya. Keluarga
kita berasal dari Provinsi Gansu, dari sebuah kota yang dahulu
disebut Li-Jien. Dan sebelum itu seperti yang kukatakan, cikal bakal kuno. Bersumber dari pangeran dan pahlawan."
Frank hanya bisa menatap nenek sambil bengong. Nenek mendesah jengkel. "Sia-sia saja kutumpahkan kata-kataku kepada si kerbau muda ini! Kau akan mengetahui kebenarannya ketika kau mendatangi perkemahan. Barangkali ayahmu akan mengklaimmu. Namun, untuk saat ini, aku harus menjelaskan tentang kayu bakar itu."
Nenek menunjuk ke perapian besar dari batu. "Tidak lama sesudah kau dilahirkan, seorang tamu muncul di perapian kita. Ibumu dan aku duduk di sofa ini, tepat di tempat kau dan aku sekarang duduk. Kau masih kecil sekali, terbungkus selimut biru, dan ibumu membuaimu dalam pelukannya."
Kedengarannya seperti kenangan manis, tapi nenek bercerita dengan nada getir, seolah-olah dia sudah tahu, saat itu sekalipun, bahwa Frank bakal menjadi makhluk besar kikuk.
"Seorang wanita muncul di perapian," lanjut nenek, "dia wanita berkulit putih gwai poh yang berpakaian sutra biru dengan selempang aneh dari kulit kambing."
"Kambing," kata Frank, mati rasa.
Nenek cemberut. "Ya, bersihkan telingamu, Fai Zhang!
sudah terlalu tua untuk menceritaka
n semua kisah dua kali! berselempang kulit kambing adalah Dewi. Dan dulu aku bisa tahu
hal-hal semacam ini. Dia tersenyum kepada si bayi kepadamu
dan dia memberi tahu ibumu, dalam bahasa Mandarin yang
sempurna, hebatnya: Dia akan menggenapi pengembaraan.
akan mengembalikan keluargamu ke sumbernya dan membawa
kehormatan besar bagi kalian.'"
Nenek mendengus. "Aku tidak menyanggah sang Dewi, tahu
barangkali yang satu ini tidak melihat masa depanmu dengan jela
Intinya, sang Dewi berkata, Dia akan mendatangi perkemahan
dan memulihkan reputasi kalian di sana. Dia akan membebaskan
Thanatos dari belenggu esnya '"
"Tunggu dulu, siapa""
"Thanatos," kata nenek tak sabaran, "nama Yunani untuk
Maut. Nah, sekarang boleh kulanjutkan tanpa diganggu" Sang
Dewi, berkata, `Darah Pylos sangat kuat dalam diri anak ini, dari
pihak ibunya. Dia akan memiliki anugerah keluarga Zhang, tapi
dia juga akan memiliki kekuatan ayahnya.'"
Tiba-tiba riwayat keluarga Frank jadi tak terkesan membosankan. Dia setengah mati ingin menanyakan apa maksudnya
semua itu kekuatan, anugerah, darah Pylos. Apa sebenarnya perkemahan itu, dan siapa ayahnya" Namun, Frank tidak mau menginterupsi nenek lagi. Frank ingin agar nenek terus berbicara.
"Tiada kekuatan yang dilimpahkan secara cuma-cuma, Fai," kata nenek. "Sebelum sang Dewi menghilang, dia menunjuk api dan berkata, Dia akan menjadi yang terkuat di antara margamu, dan yang terhebat. Tapi Moirae telah menitahkan bahwa dia jugalah yang paling rapuh. Kehidupannya akan menyala terang
pendek. Begitu sepotong kayu itu habis terbakar di tepi itramu ditakdirkan mati.'"
nyaris tak sanggup bernapas. Dia memandang kotak di
pangkuannya, dan noda abu di jarinya. Cerita tadi kedengarannya
tapi mendadak sepotong kayu hanyut itu tampak lebih
Ikan, lebih dingin, dan lebih berat. Ini
"fa, kerbau berotak tumpul," kata nenek, "inilah kayu itu.
Dewi menghilang, dan aku langsung menyambar kayu
itu dari api. Kami telah menyimpannya sejak saat itu."
`Kalau kayu ini habis terbakar, aku mati"" `Kisah ini tidaklah terlalu aneh," kata nenek, "Romawi,
-nasib manusia sering kali dapat diprediksi, dan terkadang
editampik, setidaknya untuk sementara. Kayu bakar tersebut
[ tanggung jawabmu sekarang. Simpan di dekatmu. Asalkan
itu aman, kau juga aman."
Frank menggeleng-gelengkan kepala. Dia ingin memprotes
ini hanya legenda bodoh. Mungkin nenek sedang mencoba
menakuti Frank sebagai semacam pembalasan karena sudah
memecahkan porselennya. Namun, mata nenek teguh. Dia sepertinya tengah menantang
Kalau kau tidak percaya, bakar saja.
Frank menutup kotak. "Kalau memang seberbahaya itu,
tidak segel saja kayu ini dalam benda yang tidak mudah
terbakar, seperti plastik atau baja" Kenapa tidak menyimpannya
brankas penyimpanan di bank""
-Apa yang akan terjadi." nenek bertanya-tanya, "jika kami
nisi kayu itu dengan bahan lain. Akankah kau kesulitan
bernafas juga" Aku tidak tahu. Ibumu tidak mau mengambil
itu. Ibumu tidak sanggup berpisah dengan kayu tersebut,
Dia khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu yang tidak beres. Bank
dirampok. Bangunan bisa terbakar habis. Ketika seseorang
berusaha mengakali takdir, acap kali justru terjadi hal-hal
yang menafikan upayanya. Ibumu berpikir bahwa kayu tersebut
hanya aman jika dia sendiri yang menyimpannya, sampai dia pergi
berperang. Kemudian dia menyerahkannya kepadaku."
Nenek mengembuskan napas dengan muka masam. "Emi
sungguh bodoh, mau-maunya pergi berperang, meskipun kurasa
aku sudah tahu sejak semula bahwa memang itu takdirnya. Dia
berharap dapat bertemu ayahmu lagi."
"Ibu mengira Ibu mengira ayahku akan ada di Afghanistan""
Nenek merentangkan tangan, seolah-olah dia sendiri tidak
paham. "Dia akhirnya pergi juga. Dia meninggal dengan berani.
Dia mengira anugerah keluarga akan melindunginya. Tak
diragukan lagi, begitulah caranya menyelamatkan para prajurit itu. Tapi anugerah tersebut tak pernah menyelamatkan keluarga kita.
Anugerah itu tidak menolong ayahnya, atau kakeknya. Anugerah itu tidak menolo
ngku. Dan sekarang kau sudah menjadi laki-laki
dewasa. Kau harus mengikuti jalan yang sudah ditakdirkan."
"Tapi jalan apa" Apa anugerah keluarga kita panahan""
"Kau dan panahan! Bocah tolol. Kau akan segera mengetahuinya. Malam ini, sesudah pemakaman, kau harus pergi ke selatan. Ibumu berkata, jika dia tidak kembali dari pertempuran, Lupo akan mengirimkan utusan. Mereka akan memandumu ke tempat anak-anak Dewa bisa dilatih untuk menunaikan takdir mereka."
Frank merasa seperti ditembak panah, hatinya pecah berkeping-keping bagaikan porselen. Dia tidak memahami sebagian besar perkataan nenek, tapi satu hal sudah jelas: nenek mengusirnya dari rumah.
"Nenek membiarkanku pergi begitu saja"" tanya Frank.
"Keluarga nenek yang terakhir""
Mulut nenek gemetar. Matanya tampak berkaca-kaca. Frank terguncang saat menyadari bahwa nenek hampir menangis. Nenek
kehilangan suami bertahun-tahun lalu, kemudian putrinya, dan
kini dia hendak menyuruh cucu satu-satunya pergi. Namun, nenek
bangkit dari sofa dan berdiri tegak, posturnya kaku dan sempurna
sebagaimana biasa. -Ketika kau tiba di perkemahan." Nenek menginstruksikan,
"kau harus bicara kepada Praetor secara pribadi. Beri tahukan
adanya bahwa kakek buyutmu adalah Shen Lun. Sudah
bertahun-tahun lamanya sejak peristiwa di San Francisco. Mudahmudahan mereka takkan membunuhmu gara-gara perbuatan kakek
buyuttmu, tapi kau mungkin ingin minta maaf atas tindakannya
Makin lama ceritanya makin menarik saja," gerutu Frank. Sang Dewi mengatakan kau akan menggenapkan pengemkeluarga kita." Sama sekali tidak ada simpati dalam suara
nenek. "Dia sudah memilihkan jalanmu bertahun-tahun lalu, dan
itu takkan mudah. Tapi sekarang sudah waktunya pemakaman. Kita punya kewajiban. Ayo. Mobil pasti sudah menunggu."
Upacara pemakaman mengabur begitu saja: wajah-wajah
duka, tetes-tetes hujan di tenda samping kuburan, salvo prajurit,
peti mati yang diturunkan ke bumi.
Malam itu, para serigala datang. Mereka melolong di beranda depan. Frank keluar untuk menemui mereka. Frank membawa tas perjalanan, pakaiannya yang paling hangat, busur dan wadah anak panahnya. Medali kehormatan ibunya disimpan dalam tas. Kayu gosong yang dibungkus dengan hati-hati dalam tiga lapis train diletakkan di saku jaketnya, di samping jantungnya.
Perjalanan ke selatan dimulai ke Rumah Serigala di Sonoma, dan akhirnya ke Perkemahan Jupiter. Di sana, dia berbicara kepada Reyna secara pribadi seperti yang diinstruksikan nenek. Frank mohon maaf atas nama kakek buyut yang sama sekali tidak dia kenal. Reyna memperkenankan Frank bergabung ke legiun.
Reyna tidak menyampaikan kepada Frank apa yang dilakukan
kakek buyutnya, tapi Reyna jelas tahu. Frank bisa menerka bahwa
perbuatan kakek buyutnya itu buruk.
"Aku menilai orang berdasarkan prestasi mereka masing
masing." Reyna memberi tahu Frank. "Tapi jangan sebut-sebut
nama Shen Lun pada orang lain. Rahasiakan di antara kita berdua
saja, kalau kau tidak mau diperlakukan dengan buruk."
Sayangnya, Frank tidak punya banyak prestasi. Bulan
pertamanya di perkemahan, Frank berkali-kali menjatuh
barisan senjata, merusakkan kereta perang, dan membuat seisi
kohort tersandung selagi melakukan mars. Pekerjaan favoritnya
adalah merawat Hannibal si gajah, tapi dia berhasil mengacaukan
itu juga menyebabkan Hannibal kena gangguan pencernaan karena memberinya makan kacang tanah. Siapa yang tahu gajah tidak bisa mencerna kacang" Frank menduga Reyna menyesali
keputusannya karena sudah memperkenankan Frank bergabung.
Tiap hari, Frank terbangun sambil bertanya-tanya apakah kayu itu entah bagaimana bakal tersulut dan terbakar, sehingga
tamatlah riwayatnya. Semua ini berkelebat dalam kepala Frank selagi dia berjalan bersama
Hazel dan Percy ke lokasi perang-perangan. Frank memikirkan bungkusan berisi kayu di saku jaketnya, dan arti kemunculan Juno di perkemahan. Apa dia akan mati" Mudah-mudahan tidak. Frank
belum membawa kehormatan bagi keluarganya itu sudah pasti. Mungkin Apollo bakal mengklaimnya hari ini dan menjelaskan kekuatan sert
a anugerah Frank. Begitu mereka keluar dari perkemahan, Kohort V membentuk dua baris di belakang Centurion mereka, Dakota dan Gwen. Mereka berderap ke utara, mengitari pinggiran kota, dan menuju
kata Percy, "maksi pangan Mars bagian lembah yang paling besar dan paling
Rumputnya pendek berkat unicorn, banteng, dan Faun
-idangan yang memamah biak di sini. Tanah amblas di sana-sini
karena kena ledakan dan berlekuk-lekuk bekas path dari
iainan terdahulu. Di ujung utara, berdirilah target mereka. insinyur telah membangun benteng batu yang dilengkapi
Api Di Suraloka 2 Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Pendekar Sakti 3

Cari Blog Ini