Ceritasilat Novel Online

Cewek Junkies 1

Lupus Cewek Junkies Bagian 1


LUPUS RETURNS - CEWEK JUNKIES
Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
"Kembalinya si Cowok Permen Karet"
Sebetulnya sih kerinduan untuk menulis upus lagi udah lama menggelitik hati, menyelip di antara kesibukan-kesibukan lain yang menyita hampir seluruh waktu dan perhatian.
Kerinduan ini mungkin muncul karena kebosanan saya menulis sinetron kejar tayang, mengurus rumah produksi, dan lain-lain yang malah jadi sebuah rutinitas. Dan saya butuh break, padahal menulis cerita Lupus buat saya adalah sebuah kenikmatan. Seperti nikmatnya menyesap kopi hangat, sambil merenung, di sebuah pagi yang hujan sambil duduk di sofa empuk milik kedai kopi yang kini menjamur di tiap sudut kota. It will lift up your life.
Tapi sekarang ini, menulis Lupus jadi sebuah kemewahan buat saya. Sesuatu yang nggak bisa saya lakukan setiap hari. Buku ini saja sudah mulai saya tulis sejak setahun yang lalu. Belum lagi ketika menulis, tuntutan kelincahan bahasanya yang harus update dengan bahasa anak-anak remaja sekarang memaksa saja jadi harus gaul lagi, mendengar radio remaja, dan membaca buku-buku remaja yang sekarang banyak terbit. Sesekali saya malu juga ketika Vera, editor saya yang memprotes bahwa bahasa yang saya pakai, joke-joke-nya, tebak-tebakannya, kok jadul banget" Ternyata saya memang harus mengasah kepekaan lagi untuk menangkap bahasa anak muda sekarang, setelah 20 tahun yang lalu "pertama kali saya menulis Lupus dengan lancar, mengalir tanpa kendala. Begitu mudah.
Nggak terasa ya, Lupus udah 20 tahun menemani pembaca Indonesia. Kalo diibaratkan anak remaja, usia 20 tahun ya udah nggak remaja lagi. Jadi wajar dong ya, kalo emang agak-agak out of date dikit. Hihihi.
Nah, setelah naskahnya kelar, saya pun kembali menghubungi Mas Wedha, partner lamaku, sahabatku, yang juga dari awal menciptakan karakter logo Lupus-dengan jambul dan permen karetnya-untuk menggambar sampul dan ilustrasi dalamnya. Awalnya saya punya usul ke Mas Wedha, "Gimana kalo penampilan Lupus agak diubah dikit sesuai zaman" Terutama jambulnya, jangan kayak Duran Duran lagi, tapi dibikin spike kayak anak sekarang"" Mas Wedha menolak. Menurutnya, justru siluet Lupus yang asli itu yang udah jadi ciri khas dan nggak boleh diubah-ubah lagi. Yang menurutnya masih relevan dan masih digemari anak-anak sekarang.
Saya pun setuju. Dan maunya saya, kembalinya Lupus ini bukan cuma sekadar nostalgia, tapi juga nantinya ikut meramaikan buku-buku remaja, model teen lit, yang memang lagi membanjiri toko buku. Maunya nggak cuma satu judul ini aja terbit, tapi bisa rutin, hingga Lupus Returns jadi lebih terasa.
Buat saya, ini tantangan sekaligus kenikmatan. Saya tetap ingin Lupus bisa jadi penghibur remaja yang lagi sedih, yang stres sama tugas sekolah, dan manis rasanya seperti permen karet. Tak pernah lupa dari ingatan saya, ketika Ai Takeshita, sahabat saya dari Jepang bercerita tentang seorang anak kecil di sebuah permukiman padat di Lenteng Agung, yang selalu mojok di perpustakaan sederhana yang dibangun oleh Ai dan remaja sekitar situ dengan sukarela. Anak itu selalu membaca buku Lupus, dan ia merasa itulah satu-satunya hiburan yang membuatnya senang, karena kedua orangtuanya selalu berantem di rumah.
Saya ingin banyak menulis cerita Lupus untuk anak-anak seperti itu.
Nggak lupa juga terima kasih saya buat teman-teman di Gramedia Pustaka Utama yang selalu antusias menyambut naskah-naskah saya: Mbak Lis (alhamdulillah, Mbak udah sembuh ya"), Mbak Media, Mbak Ike, Mbak Anas, Vera, dan yang lain-lainnya. Juga makasih buat Gustin Suradji dan Gerry Gutawa yang banyak memberi masukan kreatif untuk cerita ini, Vika yang selalu membanggakan saya di depan guru dan teman-temannya, dan tentunya Nessa yang bikin saya tetap semangat terus.
Selamat membaca ya" Semoga terhibur....
Hilman, 20 Juni 2007 Prolog MOBIL Boim mogok lagi! Dan selalu, di momen yang nggak tepat.
Dan asal tau aja, ini udah yang kelima kalinya dari jarak tempuh yang baru sekitar enam kiloan. Jadi hampir tiap kilometer mobil Boim itu mogok. Capek deeeh...! Padahal waktu udah mepet
banget buat Lupus janjian mau nonton ceweknya ber-cheerleader.
Eh, ceweknya Lupus sekarang siapa sih" Aduh, aduh, itu ntar aja deh diceritain. Yang jelas tadi tuh pas mau berangkat, Lupus sebetulnya udah males banget waktu Boim ngusulin agar mereka naik mobil barunya Boim aja. Sekalian test drive.
Hah" Mobil baru" Kamu semua jangan terjebak deh dengan kata "mobil baru". Itu sama sekali nggak baru! Mobil seken" Masih mending deh kalo masih seken. Ini mah mobil rongsokan yang udah jadi penghuni kuburan bangkai mobil di tepi jalan tol TB Simatupang, yang dibangkitkan kembali arwahnya oleh Boim, dan diderek ke bengkel abangnya di tengah malam buta Jumat Kliwon, dan dimodif abis-abisan supaya keliatan layak pakai lagi. Keliatannya aja loh, bodinya mulus, tapi mesinnya udah soak abis. Ibarat nenek-nenek yang dioperasi plastik dan di-face lift abis-abisan. Bodinya mah mulus, tapi dalemnya ringkih.
Dan Lupus kesel banget ngeliat Boim yang dengan wajah nggak bersalah dan senyum lebarnya memamerkan gusi serta gigi-gigi yang hitam berkarang, nyuruh Lupus dan Gusur ngedorong mobilnya.
"Kenapa lagi sih"" Jeritan Lupus melengking bak suara rem yang diinjek mendadak pas mobil bergerak dalam kecepatan tinggi.
"Biasa... Akinya soak!" jawab Boim kalem.
Lupus langsung memberi lirikan mautnya ke arah cowok item yang hobinya kege-eran dan rambutnya keriting jijai itu. Boim ini kayak bocah Afrika. Sibuk ngeritingin rambut terus.
"Udah tau akinya soak, kenapa nggak diganti-ganti"!" jerit Lupus lagi.
"Calm down... calm down... I am not feeling delicious too kok," ucapan Boim yang kalem makin bikin Lupus kesel setengah mati. Soalnya, anak sok tau bin belagu itu lagi kumat sok-sokan pake bahasa Inggris yang ngaco. Gimana nggak ngaco, native speaker di tempat-tempat kursus Inggris canggih pun bakal garuk-garuk kepala saking pusingnya nerjemahin omongan Boim. I am not feeling delicious too tuh maksudnya aku ngerasa nggak enak juga. Nah, siapa yang nyangka, coba"
"Untuk ganti aki soak kan perlu duit, bro. Gue lagi nggak ada duit!" alasan Boim, lalu menepuk-nepuk kantong celana jins bututnya dengan gaya pedagang kaki lima yang ditagih preman. "Cekak nih, lagi cekak. Wakakakak...!"
"Cekak tapi kok bisa cekakakan gitu""
"Ih, siapa yang cekakakan" Gue kan cekikikan""
"Lagian kalo tau gitu, kenapa tadi maksa naik mobil lo" Gue kan udah nyaranin naik taksi aja biar nggak telat"" suara Lupus masih tinggi.
"Udah deh, daripada ribut nggak selesai-selesai, dorong aja, kali!" ujar Boim santai.
Gusur dengan gaya grasa-grusunya turun, melangkah dengan cuek ke belakang mobil butut Boim, dan siap-siap mendorong dengan jari telunjuknya.
"Tuuuh, Gusur udah siap dorong! Lo bantuin dong!" usir Boim, dengan kejam mendorong Lupus ke luar mobil. Bete setengah mati, Lupus turun dan membanting pintu sampai bikin Boim melonjak saking kagetnya. Lupus siap mendorong di samping Gusur.
"Huh! Dorong bareng Gusur mah ibarat kata mendorong sendirian...," Lupus mengeluhkan Gusur yang emang rada-rada keberatan bodi itu.
"Yeee" masih untung daku bantuin!!!" Bibir Gusur langsung keriting mendengar keluhan Lupus.
"Iya, ih, udah dibantuin bukannya terima kasih malah ngomel-ngomel lo! Cepet dorong!!!" teriak Boim dari belakang setir.
"DIBANTUIN APA""" MASA DORONG MOBIL PAKE TELUNJUK GITU SIH"" Lupus yang dari tadi udah stres abis, kini menjerit.
"Udah! Buruan deh! Nggak sampe-sampe nih!" Gusur langsung pasang ancang-ancang mendorong mobil. Gayanya kayak teko.
Terpaksalah, Lupus sama Gusur ngos-ngosan mendorong mobil Boim. Tapi udah masuk gigi berkali-kali, tuh mesin mobil nggak kunjung hidup juga. Keringet Lupus sampai beleleran.
"Sambil dorong, daku mau menghibur dikau, Pus. Coba tebak. Kebo apa yang bikin capek""
"Elo tuh yang kayak kebo," cetus Lupus. Setelah itu dia terdiam. Bete banget, lagi capek-capek gini disuruh tebak-tebakan segala.
Tak mendapat respons dari Lupus, Gusur cuek aja langsung menjawab, "Ke Bogor jalan kaki. Hehehe. Trus ada satu lagi. Kuda apa yang ngos-ngosan kayak tampang dikau saat ini""
Lupus masih tetap tak menunjukkan minatnya. Dalam
hati ia malah memaki, "Nggak lucu, tau nggak lo!"
Gusur kemudian menjawabnya sendiri, "Kuda...ki gunung sambil jongkok! Huehehehe. Bego amat sih dikau. Gitu aja nggak bisa jawab."
Dikatain bego, Lupus baru bereaksi.
"Lo tuh yang bego! Nih, coba sekarang lo jawab pertanyaan gue. Monyet apa yang paling ngeselin kayak lo""
Gusur tersenyum manis, lalu menjawab kalem, "Monyetel TV nggak bisa. Monyetel radio juga nggak bisa!"
Lupus jadi tambah jengkel setengah mati. Kok pertanyaannya bisa ketebak sih" Gusur cuma tersenyum manis, karena pancingannya untuk main tebak-tebakan mengena.
Dan tanpa sadar, udah lebih dari tiga kilo mereka mendorong. Lupus langsung ngeh dan mulai marah-marah lagi, tapi Boim tetap menyuruh mendorong. Terus dan terus. Sampai di dekat pom bensin, Boim pun berbelok ke arah pom bensin. Lupus jelas bengong.
"Kok masuk ke pom bensin"" ujarnya curiga.
"Iya nih. Ternyata setelah gue analisis, bukan akinya yang soak, tapi bensinnya yang abis," ujar Boim sambil nyengir.
"SETAN LO!!! Jadi lo sengaja nyuruh gue dorong sampe pom bensin"" Ingin rasanya Lupus menjitak kepala Boim. Boim langsung berlari-lari memutari mobil, dikejar Lupus yang mau menelannya hidup-hidup.
Gusur jadi pusing melihat kedua sobatnya itu lari muter-muter.
"Sutraaa...! Sutralaaah! Ayo cepet isi bensin dan kita pergi dari sini!" ujar Gusur.
Dengan dendam kesumat, Lupus menahan diri dan membiarkan Boim ngisi bensin.
Muka Lupus cemberut. Kesel.
Ya jelaslah dia kesel. Karena seperti yang udah dibilang tadi, siang ini dia sebetulnya lagi buru-buru mau ngeliat cewek barunya yang jadi cheerleader di pertandingan basket antarkelas. Siapa sih ceweknya Lupus yang sekarang ini" Nah, sekarang waktunya dibahas.
1 Vera, Si Ratu Tega CINTA tuh bisa mengubah karakter orang. Yang tadinya periang, bisa jadi pemuram. Yang tadinya jaim, bisa jadi sinting banget kelakuannya. Yang tadinya pelit, bisa jadi boros.
Pengaruh cinta emang dahsyat. Dahsyatnya melebihi anggur merah yang dinyanyiin Meggy Z. (Kalo nggak tau lagu itu, tanya Boim deh. Dia hafal banget! Sampe ke cengkok-cengkoknya Meggy Z bisa dia tiru!)
Dan Lupus adalah salah satu korban cinta. Itu kata Boim dan Gusur, yang meski dibenci setengah mati oleh Lupus karena tingkah lakunya yang ajaib, tapi selalu dikangenin kalau sehari nggak ketemu.
Sekarang Lupus tuh lagi jadian sama Vera. Vera emang cantik banget dan seksi abis! Hebat juga Lupus yang wajahnya biasa-biasa aja dan bodinya tipis kayak papan selancar itu bisa ngedapetin cewek berbodi sekel en seksi ala Christina Aguilera. Yang Boim dan Gusur heran, kok bisa-bisanya Lupus jadian sama cewek kayak Vera. Vera itu punya karakter cewek cantik kebanyakan. Egois abis. Susah dibikin seneng dan ditebak maunya. Penuh kejutan. Kalo kita teleponin terus, SMS terus, dia ngomel-ngomel karena ngerasa dibatasi, dan kita dianggap posesif. Tapi kalo kita cuekin seharian aja, dia ngomel-ngomel, "Nggak punya pacar, ya" Ngerasa jomblo, ya" Mau ngelaba, ya""
Maunya nggak jelas. Tapi kayaknya Lupus udah kepincut sama bodi seksi Vera. Jadi meskipun nggak jelas, ya dijalanin aja. Dan yang agak-agak ngebetein, Lupus jadi nggak fun lagi. Suka stres dan ngomel-ngomel. Seperti yang di awal itu, kan"
Tapi pacaran sama Vera, sifat romantis Lupus yang dulu jarang keliatan kini muncul. Buktinya, Lupus bela-belain bikin kalung manik-manik bikinan sendiri yang unik, dan sebaris kalimat, "Dear Vera, seluruh malam dalam hidupku bakal kuhabiskan buat ngimpiin kamu..." Dan mungkin itu yang bikin Vera jatuh cinta. Pas ngedapetin Vera, Lupus jadi percaya sama kata-kata yang pernah ia baca entah di mana. Katanya, jika kau menginginkan cinta dari seseorang, tunjukkan cintamu. Cinta tidak membutuhkan keraguan, tunjukkan saja!"
Tapi ternyata punya cewek cantik dan seksi kayak Vera itu emang bikin stres! Ngedapetin cintanya nggak sesulit mempertahankannya! Mungkin karena merasa dirinya cantik, cewek tuh biasanya jadi belagu. Mau seenak-enaknya sendiri. Segala maunya kudu diturutin. Kalo nggak, ancemannya sederhana: "Gue putusin lo!"
Nah, si cowok biasanya belingsatan kal
o udah diancam begitu. Karena si cewek cantik biasanya ngerasa emang si cowok yang terlalu cinta dan ngebet sama dia, sedangkan si cewek cantik ngerasa biasa-biasa aja. Got nothing to lose.
Kadang, temen-temen Vera udah pada kasihan ngeliat Lupus yang suka dikerjain abis sama Vera, tapi cewek itu dengan entengnya ngomong, "Terima nasib aja deh. Siapa suruh mau jadi cowok gue" Gue nggak maksa kok."
Kalo udah begitu, Lupus cuma bisa nelen ludah. Padahal Boim selalu ngasih nasihat ke Lupus dengan bahasa Inggris yang seenak udel dia, "Makanya, bro. If looking for girl is ordinary-ordinary aja deh, to be not snob (maksudnya, kalo nyari cewek yang biasa-biasa aja deh, jadi nggak belagu).
"Nggak tau deh, siapa yang bego. Cowoknya yang mau-maunya punya cewek egois kayak gitu, atau ceweknya yang mau-maunya pacaran dengan cowok pas-pasan yang mau ditindas.
Nah, inilah yang dialami Lupus sama ceweknya yang cantik itu. Kalo dibandingin sama Vera, Lupus jauh banget. Bukan cuma tampang, tapi kantong juga sering cekak. Sedangkan Vera, hm... setiap kali lewat, cowok-cowok pasti pada noleh ke arahnya. Nggak cuma cowok jomblo, yang lagi gandeng cewek pun suka nyuri-nyuri pandang. Ending-nya, tuh cowok sering kepergok ditampar sama ceweknya. Anehnya, Vera menikmati banget adegan kayak gitu.
Dan siang itu ceritanya Vera udah siap tebar pesona lagi. Dia yang demen nge-dance dengan baju-baju seksi kalo lagi clubbing, langsung deh pamer. Di sekolah Vera emang selalu jadi primadona kalo pas ada pertandingan basket yang menampilkan cheerleader. Vera selalu paling keliatan semangat dan menonjol. Kalo udah gitu, semua mata cowok pada melotot menikmati keseksian tubuh dan kecantikan wajahnya yang emang sengaja lagi di-show off. Gratis.
Vera menikmati banget ngeliat tampang-tampang mupeng para cowok itu. Ada yang nelen ludah, ada yang jakunnya naik-turun kayak bajaj nggak kuat nanjak. Semua cowok serasa ngimpi bisa memilikinya. Kalo udah begitu, Lupus yang belingsatan. Nggak rela ceweknya dinikmati seperti itu.
Makanya pas sampe sekolahan, Lupus langsung melompat turun dari mobil Boim dan berlari. Soalnya acara cheerleader udah dimulai. Udah terdengar suara musik ajep-ajep dari gedung olahraga.
Saat itu Vera dan temen-temennya sesama cheerleader emang udah menggerakkan tubuh ngikutin musik ajep-ajep, dengan senyum ceria, dengan seruan-seruan riang mereka. Di antara semua, Vera emang yang paling menonjol, paling cantik, dan paling seksi. Semua mata-terutama mata cowok-terpaku melihat kelincahan Vera.
Vera emang narsis. Dia sadar banget dirinya jadi pusat perhatian. Dan dia makin berusaha tampil memukau.
Sementara itu Lupus terus berlari, berjuang menuju gedung basket indoor. Di antara jejalan penonton, dia berusaha ke baris paling depan. Tabrak sana, tubruk sini. Lupus cuma say sorry. Sementara di belakangnya, Boim dengan wajah mupeng tapi penampilannya out of date dan nggak menarik untuk dilirik cewek itu mengejar. Dan Gusur, dengan gaya sumo-nya, menyusul di belakang Boim.
"Woiiii...! Tungguin dong!"
Lupus tampak nggak sabaran banget. "Ayo, buruan! Lelet banget sih" Gue mau liat Vera! Ntar keburu kelar cheerleader-nya!"
Gusur jelas ngos-ngosan mengejar Lupus. Boim ngomel-ngomel sambil lari. "Iya, iyaaa...!"
"Aduuuh, napas daku sudah mau putus nih...!" keluh Gusur.
Bener aja, pas sampai di dalam, acara pembukaan udah kelar. Yang ada malah dua tim sedang bertanding basket. Pertandingannya seru banget. Sebagian anak menonton karena memang demen basket, tapi sebagian cuma pengen liat aksi cheerleader-nya aja.
Vera berdiri di tepi lapangan, memelopori cewek-cewek untuk memberi semangat kepada para pemain basket gacoannya. Suaranya yang mengomandani terdengar keras dan agak-agak centil.
Lupus seneng banget begitu ngeliat ceweknya itu. Dia berusaha memanggil Vera dengan tatapan kagum. Disusul kemudian dengan Boim yang menabrak tubuh Lupus, hingga bikin Lupus sewot karena ia jadi nyusruk ke pinggir lapangan.
Boim, seperti biasa, cuma nyengir. Cengirannya baru kuncup setelah Gusur dari belakangan dateng terengah-engah dan menabrak punggung
Boim, hingga Boim terpelanting di depan Lupus.
"Lupus, Boim, dan Gusur jadi bikin kegaduhan sendiri.
Sementara Vera melihat trio kwek-kwek itu dengan ilfil.
Sebaliknya, begitu tau Vera ngeh akan kedatangannya, Lupus langsung teriak-teriak sambil melambaikan tangan, "Vera!! Vera!!!"
Vera hanya tersenyum dikit. Padahal Lupus udah heboh setengah mati.
"Wah, gila cewek lo, Pus. Makin seksi aja!" ujar Boim sambil nelen ludah.
"Awas lo ngecengin Vera! Liat yang lain aja!!!" ujar Lupus.
"Iye... iye..." Tapi wajah Boim masih mupeng. Setelah kena tabok Lupus, baru deh Boim suit-suit nyiulin cewek-cewek cheerleader yang lain.
Herannya, semakin sering Lupus menatap Vera, semakin dia nggak bisa berkedip melihat penampilan Vera yang memukau siang ini. Lupus terus berusaha menarik perhatian cewek itu. Ia merangsek ke depan lagi, melambaikan tangannya ke Vera yang kadang masih joget-joget setiap timnya mencetak angka. Dan Vera terlalu sibuk tebar pesona dengan gayanya yang sangat atraktif, hingga kesannya dia nggak peduli sama Lupus.
Tanpa setau Lupus, sebetulnya Vera tuh lagi ngecengin Restu. Cowok atletis berbodi tegap dan berkulit gelap dengan rambut cepak mengilap itu siang itu emang lagi jadi bintang lapangan. Dan cowok yang saat itu bodinya lagi mengilap karena titik-titik keringat seakan "menanggapi" godaan Vera. Sering ia membalas pandangan Vera dengan penuh arti dan melempar senyum mautnya yang bikin hati cewek ketar-ketir.
Seolah melengkapi hari-hari Restu, pertandingan itu dimenangkan oleh tim Restu, dengan Restu sebagai top scorer. Cowok itu pun dielu-elukan layaknya bintang lapangan. Restu jadi the guy of the day!
Dan pertandingan pun usai.
Lupus langsung didorong-dorong sama Boim dan Gusur untuk menemui Vera.
"Cewek dikau udah kelar tuh. Gih, sana buruan samperin!" pekik Gusur yang malah keliatan lebih semangat daripada Lupus.
"Iya, sana! Lo lap-lapin tuh keringetnya," tambah Boim.
Lupus tampak maju-mundur, ragu. "Nggak usah deh. Nanti juga dia yang ke sini."
Gusur dan Boim tampak sebel. Sementara di kejauhan Vera sedang meneguk air mineral dari botol. Dari cara neguknya dan keringat di lehernya yang jenjang aja udah keliatan seksi banget. Boim sampai nelen ludah. Matanya melotot. Lupus yang sebel langsung menjitak kepala Boim.
""Heh! Punya gue tuh!"
Boim nyengir ke Lupus. "Hehehe. Sori. Abisan lo nggak proaktif sih! Bisa-bisa disambar orang tuh cewek lo!"
Akhirnya karena merasa nggak enak, Lupus memilih nunggu Vera lewat di dekatnya aja. Soalnya cewek itu keliatannya masih menikmati banget bercanda-canda dengan temen-temennya dan cowok-cowok basket.
Lupus udah mulai gelisah.
Setelah agak lama, Vera akhirnya lewat di dekat Lupus. Dan Lupus yang udah siap-siap, langsung menegur lembut.
"Ver... kamu energik banget deh..."
Vera cuma tersenyum tipis ke Lupus. "Oh yeah"" Pujian Lupus kayaknya nggak ngaruh sama sekali.
"Ntar pulang bareng, kan""
Vera agak kaget sebentar, terus buru-buru ngeles, "Aduh, sori, gue nggak bisa, Pus."
Wajah Lupus yang semula cerah ceria, seketika berubah sendu dan kecewa. Lupus melihat ujung mata Vera melirik ke ruang ganti, seperti menunggu seseorang. Vera keliatan gelisah.
"Ng... mm, gue masih ada urusan di dalem! La kalo mau duluan, duluan aja deh!"
Sementara itu anak-anak basket pada hendak masuk ke ruang ganti. Restu yang jadi kapten dan nyetak "skor paling banyak, digotong sama teman-temannya. Saat lewat di depan Lupus yang masih bengang, Restu nggak memandang sebelah mata pun pada Lupus.
Vera yang tampak nggak betah ngobrol sama Lupus, buru-buru pamit dan mengejar rombongan yang menggotong Restu.
Lupus belum sempat menjawab apa-apa. Dia termangu di tempatnya berdiri.
Suasana hati Restu kontras banget dengan suasana hati Lupus. The winner and the loser. Hati Restu yang meluap-luap bangga atas prestasi yang baru ia raih, kerumunan para fans cewek, ucapan selamat sambil sun pipi kiri pipi kanan. Hati Lupus mencelos ditolak pulang bareng sama Vera.
Vera ikut masuk ke ruang ganti. Itu pun maju-mundur mau deketin Restu, soalnya Restu masih dikerumuni penggemar. Vera
cuma bisa berdiri sambil ngeliatin Restu dari jauh. Vera udah mau membalikkan badan meninggalkan tempat itu, ketika Restu yang jangkung melihatnya di antara banyak kepala cewek di depannya. Restu bergegas menerobos para fans cewek itu dan mengejar Vera.
"Vera!" "Vera menghentikan langkah dengan hati berbunga, dan tersenyum semanis mungkin menyambut Restu yang mendekatinya.
""Mau ke mana"" tanya Restu.
"Mau ketemu kamu, tapi nggak jadi. Abis ngantre sih! Hehehe." Vera menunjuk fans Restu yang menggerombol menanti minta foto bareng pake HP.
Restu memegang tangan Vera. "Please, jangan pergi."
"Kenapa" Kan banyak cewek lain tuh," ujar Vera memancing.
"Nggaklah. Lo cantik banget sore ini. Seksi abis. Gue belom pernah ngeliat lo semenarik ini. "
Vera langsung melayang. "Masa sih""
Vera mencubit dada bidang Restu hingga Restu memekik keci!. Keduanya lalu ketawa-tawa akrab. Nggak peduli meski. di sekitar mereka banyak cowok yang mondar-mandir untuk ganti baju.
Restu lalu ngeliatin Vera sampai cewek itu jengah. Vera emang tampak naksir abis pada Restu.
"Kenapa sih" Ngeliatinnya kok gitu amat"" pancing Vera.
"Kalo setiap tanding ada lo terus, gue pasti semangat banget deh."
Vera makin seneng. "Eh, ntar malem clubbing yuk""
Vera kaget, ini ajakan Restu yang pertama kali dan tentu aja nggak bakal ia sia-siakan.
"Ntar malem""
"Iya. Lo ada acara""
Vera menggelengkan kepala dengan cepat. "Kalopun ada, pasti bakalan gue batalin demi elo!"
Gantian Restu yang tersenyum senang karena jeratnya kena. Restu bangkit. "Oke, gue mandi dulu ya" Bau keringet nih."
"Mandiin kutu ya""
"Enak aja, emangnya gue anjing."
Vera ketawa. "Tungguin, ya""
Vera mengangguk. Restu pergi. Ita yang ada di situ menjawil tangan Vera sambil melirik ke Restu. "Nggak salah lo" Lupus mau dikemanain" Wah, wah, wah. Terjadi perselingkuhan nih."
Vera langsung merah padam. "Apaan sih lo, Ta" Cool aja deh!"
*** "Sementara di luar gedung, Lupus masih menunggu Vera dengan setia. Sesekali ia melihat ke jam tangan, lalu kepalanya melongok-longok berharap Vera segera muncul. Suasana di dalam udah sepi. Sebagian anak-anak udah pada pulang. Gusur dan Boim yang dari tadi nungguin Lupus, ngedeketin Lupus dengan wajah bete.
""Balik aja, yuk!"
"Iya, Pus. Daku sudah bosan sejak tadi tiada kerjaan di sini! Mana perut lapar..."
Lupus cuek, tetap melongok-longok ke gedung basket. "Pada duluan deh!"
Gusur dan Boim jadi kasian campur sebel sama Lupus.
"Masih setia nungguin Vera" Ngapain" Emang sih dia makin seksi, makin top abis sejak ikut cheerleader," tiba-tiba suara Boim berubah jadi sarkastis. "Makanya dia tuh makin tebar pesona dan ngelupain elo!"
"Iya, Pus. Mengapa dirimu rela digituin sama cewek" Ke mana Lupus yang dulu" Yang jomblo tapi bahagia. Kenapa sekarang dirimu mau diperbudak oleh cinta" Daku kehilangan Lupus-ku yang dahulu..."
"Zaman udah berubah, Sur. Lo aja yang basi, masih pake bahasa sastra kuno. Dahulu... bahwasanya... diriku."
Boim membela Gusur, "Tapi Gusur bener, Pus. Lo udah nggak asyik lagi sejak kenal Vera."
Lupus menatap Boim tajam, lalu ngomong sambil maju ke arah Boim, hingga Boim mundur-mundur kayak undur-undur dan duggg... kepalanya kejedot tembok. Lupus ngomong sambil telunjuknya menekan-nekan dada Boim, "Eh, gue tuh sayang banget sama dia. Dia juga sayang sama gue. Nggak mungkin dia ngelupain gue. Cinta gue sejati."
"Tapi dia ngerjain lo!" tangkis Boim.
"Dikau dibutakan oleh cinta durjana!" tambah Gusur.
"Gue nggak ngerasa dikerjain. Emang dia masih ada urusan kok di dalem! Dia kan anggota klub basket juga. Jangan fitnah deh. Fitnah lebih kejem daripada Fatimah..."
"Fatimah yang mane" Fatimah jande mude""
"Hhh, ya udah deh, terserah! Yuk, Im, mendingan kita duluan aja! Daaah!" Gusur melambaikan tangannya yang bulet ke arah Lupus, lalu melengos sebal.
Boim jalan sambil menggerundel, "Heran! Udah jelas-jelas dicuekin, masih aja dia mau nungguin!"
Gusur langsung menggamit lengan Boim mesra. Lama-lama dua sobat ini mencurigakan deh. Mentang-mentang nggak dapet-dapet weice, Jangan-jangan jadi berubah orientasi. Hahaha.
Dan yang lebih mencurigakan, Boim malah menyambut mesra gamitan tangan Gusur, sambil bibirnya ikut-ikutan keriting. "Cewek kayak Vera mah tebar pesona mulu!"
Lupus mendengus. Ia nggak mau mendengar kata-kata kedua sobatnya. Ia tetap menunggu Vera. Tapi Vera emang lama banget di dalam. Lupus pun akhirnya jongkok, menunggu sendirian. Wajahnya sama sekali nggak keliatan kesal, padahal sebenarnya dia capek juga.
Tiba-tiba lewat rombongan cewek cheerleader dengan anak-anak basket. Lupus langsung berdiri dan memasang mata. Dia agak kaget ngeliat Vera sama Restu yang tampak akrab banget. Malah entah bercanda apa, Restu sempat mencubit hidung Vera.
Lupus jadi dongkol, dibakar cemburu. Tanduknya mulai keluar. Vera juga kaget mendapati Lupus ternyata masih nungguin. Dia langsung bilang sesuatu ke Restu, lalu mau nyamperin Lupus.
Restu keliatan menahan tangan Vera, tapi Vera membujuk, "Bentaaarr... aja!"
Lupus makin cemburu. Tanduknya jadi merah membara.
Vera pun ngedeketin Lupus yang masih nggak terima melihat keakraban Vera dengan Restu. Tapi Restu yang berjalan melewati Lupus tampak nggak peduli. Cowok itu jalan gitu aja, seolah nggak ada manusia di situ.
"Kok masih di sini" Ngapain sih"" tanya Vera nggak sabar.
"Lho, kan nungguin kamu""
"Siapa yang minta ditungguin""
Lupus kaget Vera ngomong begitu. Dia jadi salah tingkah dan garuk-garuk kepala.
"Buruan deh, elo mau ngomong apaan sih, Pus" Gue nggak ada waktu nih!" Vera melirik ke arah Restu yang udah berjalan menjauh.
"Ver, kamu kenapa sih" Kok kayaknya bete sama aku" Trus, kok kayaknya kamu akrab banget sama Restu""
Vera langsung pasang wajah jutek. "Emangnya nggak boleh""
"Lho, trus kita""
"Emangnya ada apa lagi dengan kita""
"Kok kamu ngomongnya gitu sih, jadi berubah" Kenapa sih" Ada apa, Ver""
"Mau tau kenapa" Karena elo tuh ngebosenin, nggak pernah ngasih kejutan, gampang ketebak, dan basi abis. Jelas""""
Lupus ternganga, shock ditohok dengan telak begitu. Nggak nyangka Vera tega banget ngomong begitu. Dan nggak nyangka juga ada cewek yang sebegitu nggak berperasaannya mempermainkan hati cowok.
"J-jadi... apa artinya hubungan kita selama ini""
Vera tersenyum sinis. "Pus, sebenernya gue udah lama nggak tahan sama elo, tau nggak" Lo tuh udah basi! Udah nggak zaman. Liat aja, hari gini masih pake jambul Duran Duran" Duran Duran aja udah basi, tau nggak lo! Sekarang udah zamannya Justin Timberlake!"
"Lho, Duran Duran mau kerja sama kok sama Justin bikin album"" bela Lupus.
"Whatever! Asal lo tau aja nih, selama ini gue nggak cinta sama lo. Gue cuma kasian aja, karena elo ngotot banget ngejar-ngejar gue. Tapi lo nggak pernah bisa bikin gue bangga jadi pacar lo." Vera lalu balik badan hendak pergi, Lupus lekas mencekal lengannya.
"Ver, tunggu dulu! Jadi kamu maunya apa""
Vera dengan kasar mengibaskan tangannya. "Mau gue, kita putus!"
Bersamaan dengan Vera nyebut kata "putus", kalung manik-manik bikinan tangan Lupus yang selama ini melingkar indah di leher Vera pun putus. Dan Vera tak peduli kalung kenang-kenangan itu putus. Ia pergi begitu aja.
Lupus bengong. Nggak tau harus ngomong apa.
Satu menit... dua menit...
Lupus tersadar dari lamunannya. Dan tau-tau Vera udah pergi. Gedung basket itu udah sepi, dan dia sendirian. Lampu satu per satu mati. Tinggal satu lampu yang menyorot di atas kepala Lupus. Ia jadi merasa seperti Mr. Bean. Sendiri, anomali, dan kesepian...
Lupus perih merasakan kesedihan dan kesepiannya yang paling mencekam untuk pertama kali dalam hidupnya. Lalu langkah-langkahnya menggema meninggalkan gedung basket itu.
"2 Do You Believe in Life After Love"
"LUPUS melangkah sendirian menelusuri jalan. Patah hati, sakit banget. Napasnya sesak. Mau nangis, tapi nggak bisa. Terlalu sakit. Mau ngapain aja rasanya nggak ada semangat lagi. Boro-boro deh main tebak-tebakan! Mendengar lawakan Aming aja rasanya garing banget. Rasanya pengin mati aja.
Kalo udah begini, cinta rasanya pahit banget. Lebih pahit daripada ngegigitin semut yang campur-campur pedes dikit itu. Makanya orang pernah bilang, kalo nggak siap patah hati, jangan berani jatu
h cinta. Dan rasanya sakit hati emang lebih merana daripada sakit gigi. Bener kata lagu dangdut itu.
Lupus jadi murung. Hihihi, karena Lupus murung, dia jadi inget bercandaan si Lulu. Apa bedanya pemurung dengan pemulung"
"Kata Lulu, pemurung tidak pernah merasa gembira, sedangkan pemulung tidak pelnah melasa gembila. Hihihi. Tapi kali ini Lupus nggak bisa ketawa. Cuma penulisnya yang cekikikan.
Rintihan hati Lupus itu pun ia seret sampe ke kamarnya. Lupus bengong aja di kamarnya, sambil menatap malam tanpa bintang. Sayup- sayup terdengar lagu PeterPan yang liriknya menyindir dirinya, dan minta dilempar pake sendal! Gusur dan Boim yang langganan kemping di kamarnya, berusaha menghiburnya. Tapi basi abis. Kayak tayangan komedi siang hari yang rating-nya nol koma sekian dan terima kasih.
Gagal menghibur Lupus, Boim mengobrak-abrik tumpukan DVD koleksi Lupus.
"Im, dikau nyari film apaan sih" Bokep, ya" Vivid Interactive" Dasar maniak," tegur Gusur.
Boim cuma nyengir. "Kayaknya nggak bakalan dapet deh kalo di sini."
Lupus cuma melirik Boim dengan sebal.
"Ya jelas tiada ada; 1m. Lupus kan bukan dikau. Kalo dikau koleksinya sampai menuh-menuhin kamar, kan""
Boim ketawa garing. "Abis, lumayan kan, buat hiburan. Daripada bete kayak Lupus tuh" Ehm, Pus, main game aja, yuk" Mau nggak, Pus" Atau ke biliar. Di sana kan banyak cewek cakep. Yuk, Pus! Udah lama nih nggak ke sana."
"Lupus menggelengkan kepalanya dengan lesu. Pikirannya cuma ke Vera dan hatinya yang patah.
"Lo berdua aja deh."
Boim menepuk-nepuk bahu Lupus. "Jangan gitu dong. Lupain Vera. Ini kan bukan the end of the world. Siapa tau ntar di sana lo ketemu cewek yang lebih cantik dan lebih seksi daripada Vera."
Lupus menggeleng. "Nggak semudah itu gue ngelupain Vera."
"Tapi Vera kok gampang aja tuh ngelepeh elo"" .
Lupus sakit hati. Mereka terdiam sejenak. Sampai kemudian Gusur teringat sesuatu. Ia langsung memecahkan keheningan dengan semangat.
"Heiiii, bentar lagi kan ada acara outbound dan kemping sama geng pencinta alam. Ikutan, yuuuk""
"Oh iya, bener. Ikutan ya, Pus" Udah lama kita nggak pergi bareng kayak dulu, sejak lo jadian sama Vera!"
"Iya, pasti asyik banget deh! Lumayan loh buat ngilangin bete lo!"
Lupus nggak tertarik, malah melompat ke kasur dan membenamkan kepalanya ke bantal.
"Nggak mauuu! Malesss..."
"Payah!" Gusur dan Boim saling tatap, kesal.
"Tiba-tiba pintu kamar dibuka, Lulu masuk sambil membawa nampan berisi nasi goreng dan minuman. Gusur dan Boim langsung menyambut dengan sukacita. '
"Luluuu! Aduuuh, adik kita satu ini emang tau bener kalo kita lagi laper! Lempeng dah tenggorokan gue!"
Gusur dan Boim langsung menyerbu makanan.
"Kalian berdua emang perut gentong, selalu kelaperan," ungkap Lulu, lalu melihat Lupus yang sedang membenamkan kepala ke bantal. "Eh, kenapa dia""
"Biasa. Abang lo ini lagi patah hati. Putus cinta. "
"Hm, pantesan dari tadi diem aja, kayak orang sakit gigi! Selamat menghibur deh. Oh ya, Im, Sur... kenapa sih dinamakan nasi goreng"" tanya Lulu sambil menunjuk nasi goreng yang terhidang.
Boim yang tau betul kalo Lulu maniak tebak-tebakan, berusaha menebak selucu mungkin. "Karena nasinya dikasih minyak goreng. Kalo dikasih air, namanya bubur. Hehehe."
Lulu menggeleng. "Kenapa dina makan nasi goreng" Karena dina lapar... Hehehe."
Lulu berjalan keluar kamar sambil menyenandungkan How Can You Mend A Broken Heart, menyindir Lupus. Sedangkan Boim dan
"Gusur yang telmi bengong, nggak bisa menangkap maksud jawaban Lulu.
*** "Pagi harinya, Lupus masih membenamkan kepalanya di balik bantal. Tiba-tiba Gusur dan Boim udah nongol lagi di jendela, heboh banget ngajakin Lupus ikutan outbound.
"Hoooiii...!! Bangun! Banguuunn dong, Lupuuus! Cepetaaaan!!!"
Lupus kaget melihat jam beker. Baru jam tujuh pagi. Lupus terbangun dan melotot ke jendela. Kesel banget, langsung ngomel-ngomel.
"Aduuuh, apaan sih lo berdua" Rese deh! Gue tuh baru bisa tidur jam enam pagi! Sekarang udah lo bangunin!"
Gusur dan Boim nggak peduli, malah masuk lewat jendela dan mengambil ransel Lupus. Dengan gerak cepat, kedua cowok itu me
mbuka lemari baju Lupus dan mulai memasuk-masukkan baju dan celana Lupus ke ransel. Lupus kontan aja bengong ngeliat mereka menyiapkan baju untuknya.
"Hei, hei, stop!"
Tapi Gusur dan Boim nggak peduli, tetap mengepak baju tanpa ngomong sepatah pun. Lupus nggak berdaya.
"Walhasil, nggak berapa lama kemudian, trio kwek kwek itu udah sampai di sekolah dengan ransel masing-masing. Boim dan Gusur penuh semangat, sedang Lupus berjalan sambil merem. Dia ngantuk banget... dan bete abis. Akibatnya, Lupus jadi protes melulu. Tapi Boim dan Gusur terus menyeret Lupus dan memaksanya ikut.
"Aduh, udah gue bilang gue nggak mood! Males, tau! Ngapain juga sih""
"Udaaah, lo jangan protes mulu! Lo nggak usah ikut outbound deh. Lo jaga tenda aja!" ujar Boim.
"Iya! Sekalian jadi seksi konsumsi, gimana" Udah gue daftarin kok..."
Lupus tambah ngomel, "Ah, yang bener aja dong! Lo ngerjain gue!"
Boim dan Gusur dengan teganya malah mempercepat langkah, dan menyeret Lupus. Boim dan Gusur udah nggak sabar pengin naik ke bus.
Lupus berusaha memberontak, dan berhasil lepas. Boim dan Gusur cuek, terus berjalan cepat ke arah bus. Mereka udah yakin dan tau banget adat Lupus. Pasti tu anak ikut outbound karena udah kadung sampe sekolahan. Mau pulang pasti tanggung banget.


Lupus Cewek Junkies di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lupus yang lagi kesel tetap berjalan. Matanya melek lima watt. Akibatnya dia jadi meleng dan menabrak cewek yang lagi bawa ransel dan kantong kresek gede banget, sampai tu cewek terjatuh. Lupus dan cewek yang bermata indah, bulat, dengan poni ala Jepang dan berkulit putih bersih itu sama-sama kaget.
Tu cewek langsung menjerit, "Adooowww!"
"Ups!! Soriii... Sori ya!"
Cewek itu langsung jongkok karena isi kantong kreseknya keluar semua. Isinya makanan ringan macem Chiki, Taro, gitu deh. Lupus sempet kaget ngeliat bawaan tu cewek. Sambil memunguti makanan, cewek itu ngomel-ngomel galak. Suaranya tajem banget dan melengking.
"Kenapa sih lo jalannya meleng" Bikin susah orang aja, tau nggak"!"
Lupus yang nggak enak hati langsung jongkok, ikut ngebantu mungutin makanan cewek galak itu. Tu cewek akhirnya berhasil mengumpulkan snack-nya kembali dan memasukkannya ke ransel.
Bukannya takut, Lupus malah jadi geli sendiri ngeliat bawaan tu cewek yang banyak banget!
"Makanya kalo jalan liat-liat dong!" tu cewek masih merepet galak.
"Ya kan gue udah bilang sori, nggak sengaja. Lo nggak budek, kan""
Cewek itu kesal dan langsung bangkit, masih dengan wajah galaknya dan lari ke arah bus. Lupus ditinggalin gitu aja dengan keheranannya. Lupus cuma bisa mengernyit sambil ngeliatin cewek itu menjauh.
"Siapa sih tu cewek" Kok nggak pernah liat di sekolah, ya""
*** "Selama perjalanan ke lokasi outbound, Lupus tertidur lelap diapit dua sahabatnya yang setia, Boim dan Gusur. Ada juga Pak Bambang Wijanarko alias Pak Ako, yang sedang tidur di jok paling belakang. Pak Ako ini guru olahraga, mantan atlet nasional yang hobinya ngobrol melulu, membanggakan prestasi masa lalunya. Pokoknya ngebosenin banget deh!
Sementara yang lain pada bercanda, nyanyi-nyanyi pake gitar, main tebak-tebakan, Lupus malah asyik dengan dunianya sendiri. Di alam mimpi.
Gusur asyik ngemil Taro yang gede banget, dan Boim sibuk ngejailin anak cewek di depannya, menarik-narik rambut ekor kudanya. Buntut-buntutnya dia kena gampar! Plak!!!
Lupus makin jauh dari karakternya yang dulu. Ia nggak lagi ceria. Sepertinya dia nggak punya kehidupan setelah cintanya dikandaskan Vera. Tapi nanti dulu, kita nggak pernah tau takqir membawa kita ke mana. Pernah nggak kamu mendengar orang bijak berkata "Bila Tuhan menunda permohonan doa kita, itu artinya Dia sedang mempersiapkan sesuatu yang lebih baik lagi buat kita"" Jadi yang kita butuhkan hanya sabar aja kok.
"3 Cewek Jutek dan Dendamnya
"PEMANDANGAN alam pegunungan itu sangat indah. Sejauh mata memandang, terhampar luas lukisan alam bernuansa hijau asri bergradasi, dari hijau muda ke warna yang lebih gelap. Dan lanskap tanah yang mendaki dan menurun bergelombang menjadi rekreasi yang indah bagi mata yang lelah terbiasa memandang beton-beton kaku gedung kota. Udara segar memenuhi
rongga dada anak-anak yang biasanya terpolusi asap kendaraan dan rokok yang mematikan itu.
Murid-murid SMA Merah Putih riang mendirikan tenda. Semua tampak riang gembira, bernyanyi sambil ketawa-ketiwi. Cuma ada satu anak yang sejak tadi keliatan bete. Ya, si Lupus itu. Ia cuma sekadarnya ngebantuin teman-temannya mendirikan perkampUl1gan tenda di padang rumput yang landai. Tadi pembimbing sudah mengumumkan bahwa mereka akan memulai kegiatan outbound besok pagi. Untuk hari ini free, nggak ada kegiatan dulu. Seluruh peraturan dan tata tertib ditempel di posko.
Selagi anak-anak masih sibuk membangun tenda, Lupus menyelinap pergi, menyendiri, dan melamun memikirkan Vera. Ia ingin menikmati pedihnya cinta. Ingin meresapinya dalam-dalam. Hatinya mencelos setiap terngiang ucapan pedas Vera. Hatinya sakit. Cinta memang kejam. Dia tau di saat kita sangat membutuhkannya, dia pergi begitu saja. Merampas semua keindahan, semua kebahagiaan.
Lupus pun berjalan sendirian menjauh dari keramaian, sambil berdoa, semoga allah menepati janjinya. Memberinya yang lebih baik lagi daripada apa yang hilang sekarang.
Tak sadar, kakinya membawanya sampai ke tepi hutan.
Ternyata pemandangan di dalam hutan itu lebih indah lagi. Subhanallah. Lupus berdecak kagum, betapa indah pemandangan di sini. Lupus sampai tercengang ketika akhirnya ia sampai di tepi sebuah telaga. Telaga yang sunyi. Lupus yang memang lagi mencari kesunyian, makin bisa menghayati kesedihan dan kesepiannya.
Tapi kesunyian itu tiba-tiba diganggu oleh suara gemercik air. Lupus menghentikan langkahnya. Selintas ia berkhayal tentang legenda Jaka Tarub. Apakah dia bisa menemukan seorang bidadari cantik yang sedang mandi di telaga surgawi itu"
Penasaran, Lupus memutar kepala, mencari arah suara. Dan secara nggak sengaja dia melihat salah seorang cewek yang cantik dan seksi abis, lagi mandi di telaga itu.
Dada Lupus berdesir. Ia pun mendekat dan sibuk mengintip. Akankah khayalan Jaka Tarub-nya menjadi kenyataan" Apakah Tuhan langsung menurunkan salah satu bidadarinya di surga, untuk mengobati cinta Lupus yang hilang"
Tapi ketika Lupus menajamkan penglihatannya, khayalannya langsung buyar! Yaelah, ternyata angannya nggak seindah kenyataan. Cewek itu cewek temen sekolahnya yang waktu berangkat tabrakan dengannya di halaman sekolah. Tapi entah kenapa, kali ini Lupus langsung terpukau melihat kecantikan alami tu cewek. Ia baru sadar betapa cantiknya cewek itu... kalo lagi mandi. Hehehe. Maksudnya, ya mandi di telaga itu. Rambutnya yang lebat dan luruh, jatuh menutupi punggung dan dadanya.
Kulitnya yang putih bersih dan basah karena jernihnya telaga itu, berpendar-pendar tertimpa pantulan sinar matahari yang mengintip dari sela-sela pepohonan. Saking terpukaunya, Lupus yang semula mau memalingkan pandangannya, karena tau itu nggak sopan, malah terus terhipnotis menatapnya. Nggak sengaja kakinya menginjak tanah licin di depannya, hingga spontan tubuhnya tergelincir dan jatuh terpeleset ke arah telaga. Lupus kaget dan sontak memekik, "Aaaaah!"
Cewek itu pun kaget, dan seketika menjerit sekencang-kencangnya sambil membenamkan tubuhnya ke air sampai sebatas leher. Ia panik setengah mati.
Tubuh Lupus terus tergelincir, hingga akhirnya jatuh tepat di depan cewek itu. Lupus langsung gugup, malu, nggak enak ati, dan memalingkan mukanya yang merah padam.
"Aduh, sori... sori, nggak sengaja!"
Cewek jutek itu menyipitkan mata dengan menahan geram. "Elo lagi! Awas ya! Gue bilangin Pak Ako lohhh!"
Lupus jengah, panik, buru-buru membalik badan, dan merangkak naik ke darat. Secepat kilat ia berlari pergi.
Tu cewek menatapnya dengan dendam.
Sementara itu Lupus dengan perasaan nggak enak, jengah, dan bersalah terus berlari ketakutan. Ia terus berlari dan berlari sekuat tenaga. Beberapa kali kakinya terkait akar pohon, dan Lupus terjatuh, tapi dia terus bangkit dan berlari lagi.
Sampai akhirnya ia sampai di area perkemahan dan menubruk Gusur dan Boim. Kedua sohibnya itu terkaget-kaget, apalagi melihat Lupus basah-basahan dan ngos-ngosan, kayak tikus kecebur got.
"Astagfirullah! Lo ke mana aja
sih, Pus" Dari tadi dicariin, juga!"
"Baju dikau kok kotor dan basah begitu sih""
Lupus nggak menyahut. Ia malah sibuk mengatur napasnya yang masih naik-turun.
"Lo abis ngeliat setan" Kuntilanak" Makanya, di daerah begini lo kudu ati-ati...!"
Lupus cuma mampu menggelengkan kepalanya.
Gusur lalu melihat jam tangannya. "Pada mau salat Magrib berjamaah di tengah lapangan. Ikutan yuk!"
"Lo berdua duluan deh. Gue bersih-bersih dulu."
Lupus lantas bergegas ke tendanya. Boim dan Gusur yang udah bawa sarung dan peci jadi bengong.
"Tu anak abis ngapain sih""
Gusur mengangkat bahu, sama herannya.
Saat anak-anak salat Magrib berjamaah di tengah lapangan, Lupus masih mengambil wudu dengan pikiran yang masih kacau. Sesekali ia masih bengong, tertegun. Lalu mengulang lagi wudu-nya. Kayak nggak konsen.
"Karena telat berjamaah, Lupus salat sendirian di dalam tenda. Ia beristigfar, berdoa, mohon ampunan. Perasaannya nggak enak, takut dituduh sengaja ngintip cewek mandi.
Gusur dan Boim balik ke tenda, dan langsung manggil-manggil Lupus.
"Pus...! Dicariin tuh sama Pak Ako!"
Deg! Lupus kontan ketakutan setengah mati. Pasti tu cewek mengadu ke guru pembimbing.
"Hah" Serius lo" A-ada apa"! Jangan bercanda ahhh," Lupus jadi cemas.
"Serius. Tapi mana gue tau ada apa" Pokoknya lo ditungguin tuh di depan api unggun."
Lupus langsung pucat pasi. Deg-degan. Ada apa ya"
Lupus jadi takut-takut, tapi terpaksa keluar tenda. Sementara Gusur malah merebahkan diri di dalam tenda.
"Kok tiduran sih lo"" Boim protes ke Gusur.
"Biarin, ngumpulin tenaga! Besok kan jadwalnya padet! Sini yuk, kelonan..."
Boim langsung bete. "Amit-amit! Awas lo ya""
"Kan kayak Brokeback Mountain" Di tenda..."
"AMIT-AMIIIT!"" Boim menjerit. Lengkingannya bak lolongan serigala di tepi hutan.
Di saat yang sama, Lupus sedang menghadap Pak Ako di depan api unggun. Di situ tampak cewek jutek yang tadi mandi di telaga, sedang berbincang dengan Pak Ako. Ketika melihat Lupus, cewek itu menatapnya tajam. Lupus langsung ciut. Dia udah mengira, dirinya pasti bakal kena skors, atau dipulangkan ke Jakarta. Apalagi tu cewek karakternya tegas, keras, dan tatapannya tajam.
Lupus mendekati mereka dan udah siap-siap kena omel.
Tapi ternyata kemudian yang terjadi malah sebaliknya. "Hei, Pus... sini!" panggil Pak Ako.
Semakin Lupus mendekat, tu cewek menatapnya semakin tajam, seperti tatapan dendam. Lupus berusaha menghindari tatapannya, nggak enak ati.
"Pus, kamu kan seksi konsumsi dan perlengkapan" Tolong kamu temani Nessa ke toko di bawah. Ada beberapa keperluan cewek yang harus dibeli."
Lupus melongo, antara kaget dan lega. "K-kok... saya"" S-saya..."
Pak Ako memotong ucapan Lupus dengan nggak peduli, dan ,menyerahkan kunci mobil.
"Udahlah, anterin sana! Mobilnya automatic, kamu bisa bawa, kan" Tapi ati-ati ya, itu mobil teman saya, yang punya tempat outbound ini."
Lupus nyengir asem, sementara cewek yang baru dikenalnya dan ternyata bernama Nessa itu masih terus menatapnya tajam.
Pak Ako lalu menyodorkan selembar kertas ke Lupus. "Sekalian kamu belanja titipan anak-anak nih. Ada yang nitip pembalut segala lho. Kita nggak ada stok."
"P-pembalut" Siapa yang luka, Pak""
Pak Ako bengong. *** "Lupus dan Nessa pun berjalan sampai di sisi mobil tanpa saling berkata-kata. Kesunyian abadi tercipta di antara mereka berdua. Mereka bergelut dengan pikiran masing-masing. Lupus melihat mobil itu, yang ternyata memang mobil automatic, bukan manual. Lupus yang sejak tadi mau ngomong, tapi ragu-ragu terus antara takut dan malu, akhirnya membuat pengakuan.
"Ng... N-nessa.., mmm, sori. Sebenernya... sebenernya..."
Nessa menatapnya tajam, menunggu kata-kata Lupus tanpa suara.
"Sebenernya... gue nggak bisa bawa mobil matico Bisanya yang manual."
Seketika Nessa terbelalak, kaget dan kesel banget. Tapi tanpa ngomong apa-apa, ia langsung merebut kunci mobil dari tangan Lupus.
"Lupus sampai kaget dengan kekasaran Nessa. Tapi ia pasrah aja.
Nessa pun langsung masuk ke mobil dan membanting pintu. Lupus buru-buru ikut naik dan duduk di sebelah Nessa. Sambil nyalain mesin, muka Nes
sa bener-bener dipasang jutek abis. Seolah tak memberikan harapan sedikit pun buat Lupus untuk sekadar berbasa-basi. Padahal dia udah nyiapin satu tebakan garing untuk Nessa, supaya breaking the ice, biar suasana lebih cair.
""Nes..." "Apa""""
"Ada tebakan nih. Kenapa babi bau""
"Nggak tau!" ketus jawabannya.
"Karena keteknya empat, Nes."
Nessa memberikan lirikan mautnya. "Kenapa bisa empat"!"
Lupus gelagapan. "Eng... k-karena... ya kakinya kan empat..."
"Elo tuh tolol apa goblok sih" Itu kan kakinya, kaki mana ada keteknya"!"
Lupus terenyak mendengar ucapan kasar Nessa. Boro-boro deh bikin dia ketawa. Ini malah bikin Nessa tambah bete.
Lupus cuma menghela napas, lalu melirik ke arah Nessa dan membuang pandang ke luar jendela. Ia kaget pas Nessa nginjek gas. Tubuh Lupus tersentak. Lupus mengelus dada, tapi Nessa nggak peduli. Ia membawa ngebut Jeep itu. Meliuk-liuk di jalanan kecil. Lupus sampai terpelanting ke sana kemari, tapi nggak bisa protes.
Pergilah Lupus dan Nessa ke kota terdekat. Sepanjang jalan mereka membisu. Lupus salting terus. Sambil duduk, sesekali ia melirik ke arah Nessa di sebelahnya. Tapi Nessa sama sekali nggak mau memandang Lupus. Seolah Lupus tuh kutu anjing yang harusnya buru-buru dibilas. Nessa cuma diam dan diam terus. Mulutnya dikunci rapat-rapat. Matanya lurus ke depan. Lupus jadi makin merasa bersalah.
"Nes... " ""Sekali lagi lo kasih tebakan, gue bikin lo nyesel udah punya mulut!"
Lupus langsung bungkam. Nessa memang menghukumnya dengan caranya sendiri.
Beberapa saat, sunyi lagi.
Akhirnya karena nggak tahan, Lupus pun buka mulut lagi, "N-nes... ini bukan mau main tebak-tebakan. G-gue... gue minta maaf soal tadi. S-suer! Gue nggak sengaja. Gue minta maaf banget!" Memang ada nada penyesalan dalam suara Lupus, tapi bagi Nessa tetep aja itu sulit dimaafkan.
Nessa nggak jawab apa-apa. Lupus makin merasa bersalah.
"Tiba-tiba Nessa membelokkan mobil itu ke arah jalan setapak. Lupus kaget, dan menoleh dengan wajah bingung. "E-eh!! M-mau ke mana""
Nessa tak menjawab. Wajahnya serius. Sampai akhirnya mereka sampai di tepi danau, dan Nessa menghentikan mobil. Lupus kaget, menatap Nessa keheranan. Nessa ternyata punya rencana jail. Dia emang orangnya jail banget. Tapi mukanya dibuat seserius mungkin.
"Mau ngapain sih"" tanya Lupus lagi.
Nessa melipat tangannya di dada, wajahnya mengeras dan matanya menatap lurus ke depan.
"Gue minta pertanggungjawaban lo," ujarnya penuh penekanan.
Lupus bak disambar petir, langsung panik. "M-maksud lo""
Nessa menunjuk danau di tepi jalan itu. "Lo gantian mandi di danau itu, dan gue liat dari sini. Ini baru fair, biar skor satu-satu!"
Lupus terperanjat dan lekas menggelengkan kepala. "Gilaaaa! Malem-malem begini" Kan dingin""
Nessa menatap Lupus, sorot matanya galak.
"Terserah lo. Kalo lo nggak mau, jangan salahin gue kalo terpaksa gue laporin lo ke Pak Ako soal kelakuan lo tadi sore!"
Lupus tercekat. Langsung panik.
""J-jangan""
"Ya udah, cepetan dooong!"
Lupus takut dan terpaksa menuruti kemauan Nessa. Ia turun dari mobil. Nessa seneng banget bisa ngerjain Lupus.
"Buka tu baju!" suara Nessa dibikin setegas mungkin.
Lupus terpaksa membuka kaus yang dipakainya, hingga dadanya yang kayak papan penggilesan itu telanjang. Nessa menunjuk celana jins, Lupus lalu membukanya dengan wajah memelas. Kini ia tinggal pake celana pendek gambar SpongeBob dan telanjang dada. Nessa setengah mati menahan tawa. Ia tetap sok serius dan jaim.
"Udah, sekarang lo nyebur dulu!"
Sambil bersedekap menahan dingin, Lupus terpaksa nyebur ke danau itu. Begitu tubuhnya bersentuhan dengan air danau yang dingin bagai batu es, ia langsung menggigil kedinginan.
Tapi Nessa nggak peduli. Cewek itu nggak punya hati. Ia turun dari mobil, dan teriak-teriak di tepi danau.
"Sekarang semuanya buka!"
Lupus yang semula udah merasa hukuman selesai, langsung kaget menatap Nessa.
"Aduh, ini kan udah cukup""
Nessa menunjuk bagian bawah. "Nggak bisa! Celana kolor lo yang gambar SpongeBob itu dilepas juga! Buka dan lempar ke sini!!!"
"T-tapi..." "Cepetaaan!!!" Nessa menjerit me
lengking. "Atau gue lapor Pak Ako""
Lupus pasrah. Akhirnya di dalam air, ia melepas celana kolornya. Nessa buru-buru mencari sebilah bambu, dan menjulurkannya ke arah Lupus. Dengan menahan malu dan kedinginan, Lupus membiarkan celana kolornya diambil Nessa pakai batang bambu itu.
Nessa lalu menyampirkan kolor basah itu ke belakang jok mobilnya dengan bilah bambu. Nggak lama kemudian, dengan wajah kemenangan Nessa bergegas mengambil semua baju Lupus. Dengan wajah menahan senyum dan ketawa yang mau meledak, Nessa menaruh semua pakaian Lupus di dalam mobil. Ia sendiri meloncat ke balik setir dan cepet-cepet pergi dengan mobil itu.
Lupus kaget setengah mati melihat mobil bergerak. Apalagi saat ngeliat pakaiannya semua udah raib. Jelas ia nggak mungkin mengejar. Ia panik teriak-teriak, "Hei, lo mau ke manaaa"! Tunggu! Hoiii, jangan ninggalin gue dong!"
Nessa cuek, malah ketawa penuh kemenangan sambil tancap gas.
"Daaah! Gue belanja dulu yaaa!"
Lupus misuh-misuh, "Sialan! Hoooiiii!"
"Tapi teriakan Lupus cuma menggema dan dicuekin Nessa.
Lama banget Lupus terpaksa berendam di danau. Ia menggigil kedinginan, tapi tetep nggak berani naik keluar dari danau karena bajunya dibawa Nessa. Masa mau telanjang"
Suasana di situ makin gelap, makin dingin. Lupus udah ketakutan setengah mati, takut kalo-kalo ada binatang buas atau genderuwo. Ia cuma bisa mendekap dadanya dan berharap Nessa cepat datang.
"Aduh, sial banget sih gue" Ke mana lagi tu cewek" Lama banget. Bisa mati kedinginan gue."
Lupus hampir putus asa dan nyaris membeku menjadi es batu. Tapi kira-kira satu setengah jam kemudian, baru deh mobil yang dibawa Nessa datang. Nessa udah kelar belanja. Lupus girang campur kesal melihatnya.
Nessa melompat turun dan membawa baju-baju Lupus yang tadi dibawanya kabur. Ia melempar pakaian Lupus. "Tuh, pake!" serunya.
Lupus menangkap bajunya satu per satu dengan hati-hati supaya nggak kecebur ke danau. Dan Nessa sengaja melemparnya ke tempat yang berjauhan, hingga bikin Lupus makin panik dan kerepotan.
Nessa puas banget atas penyiksaannya.
"Rese lo, ya" Puas lo"" ujar Lupus dengan gigi gemeletuk menahan dingin, sewaktu berhasil memakai bajunya satu-satu di balik semak-semak.
Nessa hanya tertawa berderai. Dia puas banget.
*** "Boim dan Gusur lagi tidur, dengan posisi Gusur memeluk Boim dari belakang punggungnya. Kesannya manja banget. Sampai kemudian Lupus menerobos masuk ke tenda sambil menggigil kedinginan. Bergegas dan heboh, ia membuka ranselnya. Tapi ternyata nggak ada kolor cadangan. Gusur dan Boim yang mengepak baju-baju Lupus kelupaan membawa kolor cadangan.
Lupus kesal. Ia langsung ngebangunin Gusur dan Boim dengan heboh.
"Hoi, bangun, bangun! Gue pinjem kolor dong!"
Gusur dan Boim tadinya nggak mau bangun, tapi tetes-tetes air dari tubuh Lupus membasahi wajah Gusur dan Boim. Kontan keduanya terbangun kaget, sambil ngucek mata dan ngomel-ngomel.
"Aduuuh! Apa sih, Pus" Eh, kenapa lo basah kuyup gini, Pus" Mandi basah lo""
Lupus cemberut sambil mengambil ransel "Boim dan membongkar isinya. Isinya dikeluarin dan dibuang-buang.
"Aduuh, jangan cerewet deh! Mana kolor lo, manaaa" Lagian, lo berdua bawain gue baju asal banget! Pinjem, cepetan! Punya gue udah abis!"
Gusur pun sigap membuka tasnya dan melemparkan kolornya ke Lupus. Coraknya kinclong abis dan segede kolor anak gajah. Lupus bengong menatap kolor yang ukurannya XXL itu.
"Gilaaa. Mana cukup gue pake kolor anak gajah kayak gini"" Lupus melempar kembali kolor itu ke wajah Gusur.
"Lagian dikau, kenapa sih malam-malam sampai basah kuyup gitu" Ngilmu ya""
"Ceritanya panjang! Im, pinjem kolor lo!"
"Gue sih ada, tapi modelnya G-string semua, Pus," ujar Boim sambil mengeluarkan celana dalamnya yang cuma segaris doang. Lupus melotot.
"Udah pada gila ya lo berdua!!!"
Lupus pun keluar tenda dengan kolorless, alias nggak pake kolor. Cuma pake jins doang.
Gusur dan Boim bengong memandanginya.
Boim dan Gusur bertukar pandang. "Kurang kerjaan banget sih tu anak" Dingin-dingin gini malah mandi." Lalu keduanya menguap.
"Oahemm... enakan juga tidur lagi!"
Mereka berdua pun berpelukan lagi dengan jijainya.
*** "Malam itu Nessa berbaring di tendanya. Wajahnya tersenyum-senyum terus. Lalu ia nggak tahan, tertawa sendirian. Temennya, Olin yang chubby dan tidur di sebelahnya dengan posisi duyungson itu, terbangun. Olin terganggu.
"Sinting lo ya, Nes" Malem-malem ketawa sendirian. .."
Olin membalikkan badan. Nessa masih senyum-senyum membayangkan Lupus. Something about him attract her.
"4 Gigi Lupus Harus Ditambal
"LUPUS lagi duduk sendirian sambil merenungi nasibnya, mikirin ulah Nessa semalam. Ia tadinya sempet kesel, tapi akhirnya senyam-senyum sendiri. Ia merasa lucu aja bila mengingat kejadian itu. Lupus lantas membayangkan wajah Nessa. Ia mulai tertarik sama cewek jutek tapi konyol itu.
Gajahmada 3 Jodoh Rajawali 09 Prasasti Tonggak Keramat Kisah Tiga Kerajaan 21

Cari Blog Ini