Anak Kos Dodol Karya Dewi Dedew Rieka Bagian 1
Anak Kos Dodol Penulis: Dewi "dedew" Rieka
Penata letak: Tka Desain sampul: Ellina Wu
Penerbit Gradien Mediatama Komplek Baciro Baru Jl. Wora Wari A-86 Yogyakarta
Telp/fax: (0274)556117 E-mail: gradienmediatama@gmail.com
Website: gradienmediatama.com
Distributor Tunggal: TransMedia Pustaka Jl. Kelapa Hijau No. 22, Jagakarsa
Jakarta Selatan 12620 Telp: (021)7888 1850 Faks: (021)786 3112 Email: pemasaran@transmediapustaka.com Cetakan pertama, 2008 Cetakan kelima, 2008
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
Menu Anak Kos-an Dedew Matur TengKyu 7 Kulonuwun... 9 Ngeliat Lebih DeKat 22
2. Di sini Ada setan!" 17
2. ulang Tahun Ke-20 23 3. Kisah VCD Bajakan 30 4. Business Woman*Katanya seeeh... 36
5. Balada Beasiswa Kita n
6. Maafkan Aku Nisa! 46 7. Horee Naik Gunung! 50 8. Bak Burung Lepas dari Sangkar 55
9. Interview With The Bule 62 20. Tersenyumlah Serena Sayang 67 22. Bi Iyung 72
22. Hura-Hura Syalalala 74
23. Be Em We 78 it. Cewek Ajaib! 84
25. Mbah Dukun" Nyai Peramal" 89
26. Buruan Gotoong! 95 27. Toloong Copeeet! 100 28. Gara-Gara Hobi Begadang 103
29. Monyet Jantan! 106 20. Arrrgh Awas Kau Sin! 111 22. Backstreet Gitu Dyehh! 119
22. si Tukang Pamer! 125 23. "Ratu pemalas 129
24. Konser Tunggal Mamaku 134
25. Mendadak Detektif 138
26. Sobat Bangeet! 145 27. Perang Sodara! 150 28. E-mail Kejam Bin Tega 156 29. Nenek-nenek Muda 159
30. Duh, Cinta Lokasi! 165
31. Baju Sumbangan 172 32. Skripsi Keroyokan" 180
33. Di Sebatang Pohon Harapan 186
About Me 190 Yang Comotan 191
Dedew matur tengkyu - Pemilik segalanya, Allah SWT
- Djokdja, Djokdja... cinta selalu memanggilku kembali...
- Mas Khun en Gradien Mediatama, Djokdja.
- Bhai Benny Rhamdani, Bandung... Pak guru pembuka jalanku, arigatou!
- Belahan hati, Kakek Hanapi & Nenek Juwariyah di Sukabumi
- Si Ayah, Bagus Priyanbada.
- Dedek dalam peyut, lahirlah dengan sehat dan selamat ya, nak... we love u sooo much.
- Sumber tawaku, Abah Denny & Bunda Ati, Nyunyun dan Adek di Bogor.
- My Nu Family, Bapak & Ibu Rais Hadi, Mbah Slamet en Hendi di Ungaran.
- Keluarga Besar Haji Makkalu di Makassar, Jakarta, dan di mana-mana... we are one!
- Keluarga Besar Haji Hanapi di Sukabumi *Ayo, Afni, en sepupu-sepupuku pada promoin ni buku yee...
- Penjaga kos, Mbak warung, en makhluk cantik kos putri PC Yogya, 1998-2003, kopdar yook...
- My sista... Noviana MI, Rosita Faryani, Narti Sarasak, Rosmartina, Shofiyah Ikha, Indah Lestari, lis Imas, Destiyana Endah, Festiana Dini, Rini Puji Hastuti, Muzdalifah, Yetti Ardiani, Sugiarti, Eliningsih, Ikha Mardiana, Yuriko, Novi Sagitta, Devi Gristina, Anggia Putri... hiks, kangen kalian...
- Para kompor... Asma Nadia, Pipiet Senja, Rini Nurul, Dewi Cendika, Ryu Tri, Nunik Utami, Ida Az, Fytha Cakra, Aan Wulandari, Dani Ardiansyah, Erdi Kurniawan, Iwok Abqary.
- Endorser yang rela daku uber... Boim Lebon, Adhika Putra, Dek Fathin, Afny Yuniandari, Anna Christy, Ken Terate, Arie Ardiansyah, Arham Kendari.
- Teman-teman sekolah TK-Kuliah, Geng Taiyo Sinar en alumni, Makhluk Manajemen E 98, Himmatana, Chicers, Mpers Indonesia, Eskaers, Milis Anadia, Milis PBA, Blogfammers... thanks for the big hug en support.
- Sobat-sobat pembaca buku ini, give me ur nano-nano ya, kutunggu banget di dedew_cheesecake@yahoo.com ya! Mmuaah!
Kulonuwun. Halo, piye kabare Dab! Namaku Dedew, Sekarang tinggal di indekosan cewek persis di belakang kampus. Puri Cantika II namanya. Nama sih boleh puri, tapi suasananya, bo... pasar! Rame tuenaan! Ada tiga puluh cewek beda karakter, agama, suku, tinggal satu atap tanpa ibu kos.
Terhubung pintu kecil, ada bangunan Puri Cantika I di sebelah. Penghuninya kira-kira tiga puluh cewek juga, kebanyakan mbak-mbak judes gitu deh, hihihi... Ups ampun, mbaak! Dan kami terpaksa berbagi telpon dengan mereka "rebutan lebih tepatnya heuhehe. Denger-denger gosip siy, coming soon, bakal dibangun Puri Cantika III yang isinya tentu saja cewek angkatan baru yang lebih kinyis-kinyis dibanding kami hehe "gila, sudah kayak cineplex saja nih kos-kosan...
Rumah kos dua lantai bercat pink ini hanya puny
a satu penjaga. Seorang lelaki tua namun sangat perkasa, Pak Sayuti Margodiputro a.k.a Pak Say.. Say... mmuahh "apaan sehh" Bayangin, ia berjibaku sendirian beberes kos, nyuci,
dan nyetrika baju seluruh penghuni kos-an! Jadi penasaran, dopingnya apa yak" "Anak-anak kos berdaster minim!" Celetuk si dodol Alisha ngikik dari balik jendela. Hush., hush... maaf ada gangguan teknis dari makhluk antik sebelah kamar, teman-teman!
Hmm, urusan lain seperti beli gas dan iuran keamanan kampung menjadi tanggung jawab bersama penghuni kos. Selain berbagi telpon, kami juga berbagi dapur dan ruang tamu. Aturannya nih, tamu cowok nggak boleh ngamar *ya iyalah, ndro! So ruang tamu 4 x 4 m jadi primadona. Jadi bahan rebutan tiap malam minggu, jadi... tempat pacaran massal "sambil lirik-lirikan dengan pacar teman xixixixi...
Karena suasana kayak penampungan, tak heran kalau pertengkaran sering meletus karena hal sepele. Misal nih karena rumpie di telpon kelamaan, lupa cuci panci milik umum, nyuri air kulkas tanpa izin, musik yang berisik, dan macam-macam lagi. Setiap hari ada saja keributan. Bosan juga, apalagi kalau musim ujian atau sedang banyak tugas kayak gini. Pusiiing. Kalau sudah begitu, rasanya ingin pindah kos saja atau mengontrak rumah dengan segelintir manusia. Biar damai dan tentram hidup ini.
Tapi kalau dipikir-pikir sih banyak senangnya juga ngekos dengan pasukan seabrek begini. Seru. Tak pernah kesepian, 24 jam selalu ada teman.
Banyak acara heboh bisa dilakukan bareng-bareng. Di kos, tiap hari Minggu ada acara perawatan tubuh rame-rame *luluran dan maskeran sambil berjemur kayak pindang di
depan teras kamar masing-masing. Serasa turis di Kuta.
Kami sering malam mingguan bareng, belajar dan bikin tugas sama-sama. Oh ya, teman rumpie tersedia selalu. Lengkap banget dah. Kalau lagi iseng, patungan deh nyewa DVD pendidikan malam pertama heuhehehe *hom-pim-pah dulu nentuin sapa yang pergi nyewa xixixi.. terus deg-deg plashh nonton di kamar rame-rame sambil nyeletuk ajaib sana-sini!
Soal tolong-menolong, sudah pasti. Maklum, jauh dari orangtua dan saudara. Teman kos adalah makhluk pertama kita mintai tolong "terutama soal duit ;D. Pernah nih, teman sakit tengah malam buta, langsung deh kami gotong ramai-ramai dari tingkat dua ke taksi yang langsung meluncur ke RSU. What a tough girls. Saat sedih dan patah hati banyak yang sukarela memberi pelukan dan hiburan. Anak sekos adalah 'the bond of Sisterhood' deh pokoknya. Hehe. Senasib sepenanggungan.
Di "kampus" ini, aku belajar hidup bermasyarakat dalam skala kecil. Belajar bagaimana membawa diri dengan baik. Bagaimana bertoleransi dengan orang lain, menahan mulut usil dan emosi tinggi. Kita jadi lebih memahami sifat seseorang. Di sini, seorang cewek jadi mandiri, bisa menyelesaikan masalah dengan cerdas. Kita belajar menjadi dewasa tanpa jadi sok tua "ceileee... dahsyat bo! Di Puri Cantika, kami jadi lebih kaya pengalaman batin dan saudara sehati.
Hmm, berani mencoba"
ngeliat lebih dekat Hyukk... Lebih dekat dengan makhluk-makhluk antik penghuni kos...
-dedew mahasiswi salah jurusan, phobia statistik, suka plin-plan, ciri utama: rambut kribo, alis trondol, bodi kerempeng tapi ngerasa manis en sok banyak yang naksir "huehehe...
-tere a.k.a baby huey. Ndut, anak tunggal, cewek teladan, pantang bangun siang, tukang ngambek en cengeng, paling heboh ngerawat muka "ratusan ribu per bulan bo...
-alisha anak agro, wajah cantik oriental, rambut panjang, tinggi kurus, pelupa, impian utama punya bodi montok, cuek mampus.
-sofia cantik, bodi maut, kulit putih mulus, rambut kriting mengembang, hobi ketawa ala mbak kunti, hobi bertingkah sok polos membahayakan.
-sarah jutek, muka mirip artis pemeran sharmila "lebih canting, ding, punya TV legendaris: ditabok br nyala, sering bokek, banyak cowok ngejer *ini br bener kikikik, impian punya dada lebih berisi, hobi jailin orang sampe nangis.
-sasha a.k.a lady pink, hobi ngomong Inggris logat jawa timuran, rambut ikal, dada montok, pinggang kecil, pinggul j-lo, bawel, posesif, hobi nyanyi di kamar mandi penuh penjiwaan.
-rasti anak TI, bodi m ungil, rambut gelombang ala Marimar *bikin sirik! tampang manis bertahi lalat, drama queen, sering pingsan kl banyak pikirin, bawel, keras kepala tapi perhatian banget sama teman.
-leslie lembut keibuan, pinter, nggak tega nolak cowok jd punya banyak pacar, rambut panjang ala gadis sunsilk, ngoleksi lingerie tapi ngga suka pake CD di kos *hihi masuk angin!
-pak sayuti penjaga kos-an. tua-tua keladi alias perkasa banget ngurus kos dewean, bawel dan agak matre, kalo lagi banyak duit hobinya senyum-senyum dan nyapa anak kos.
-ugie pengen kurus, pembalap kawakan, cinta banget sama akuntansi, sabar banget ngajar murid lemot *aku hehe, setia kawan en perhatian tapi rada tertutup.
-mbak nem pelayan tunggal di warung bu kos. sabar banget, sering pusing diutangi anak-anak, suara cempreng, bodi kecil tapi lincah banget!
di sini ada setan"! Rumah kosku bentuknya modern dan bercat merah muda. Cewek banget. Penghuninya juga terkenal cantik-cantik "ehem.. ehem. Tapi entah kenapa, di sini sering beredar cerita-cerita penampakan cowok ganteng, eh setan cakep, eh setan aja. Suatu pagi, kami dikejutkan oleh cerita adik kos. Semalam hujan deras, ia tidur sendiri karena teman sekamarnya pergi kemping. Tengah malam, ia terbangun. Seseorang berdiri di depan jendelanya yang menghadap teras. Awalnya, ia cuek dart siap-siap bobok lagi. "Ah, paling orang numpang berteduh!" pikirnya.
Ups, Lama-lama tuh anak nyadar 'maklum, koneksinya lelet , kalau pagar kos kami tinggi mana digembok pula! Jadi nggak mungkin dong ada yang berteduh di teras malam-malam, lewat mana" Ngacirlah dia menyelamatkan diri ke kamar sebelah!
So, gemparlah seisi kos tapi pada berusaha tetap cool. Eh, dua hari kemudian, Sarah dapat giliran 'seleranya oke punya tuh Mas Etan nyamperin yang cantik-cantik aja! Hihihi. ia dan dua temannya pulang dugem dini hari. Dasar dodol, mereka ngerumpi berisik banget.
Pas ketiganya mulai pulas, eh... aje gile, tempat tidur bergetar keras! Dikira ada gempa, pada lari keluar. Tahunya, hanya ranjang yang goyang! Sumprit! Perabotan lain anteng di tempat masing-masing! Hiiy! Kamar mandi Sarah yang wangi tiba-tiba berbau pesing. Hingga pagi tiba, ketiganya tak berani gerak-gerak dan hanya komat-kamit berdoa di pojok kamar! Hiyy, sumpah seram banget!
Kejadian demi kejadian bikin penghuni makin tak nyaman. Apalagi setelah itu, muncul sederetan cerita penampakan lain yang tak kalah seram dari mulut anak-anak sendiri. Gimana nggak makin parno coba" *dasar dodol! Dan seperti biasa, dimulailah ritual kami yaitu tidur ramai-ramai!
Perlu dijelaskan, acara tidur berjamaah ini selalu berulang tiap kali ada cerita seram anyar beredar heuhehe, sumpah! Ya, hantu gentayangan di kos kami itu sifatnya musiman kayak musim duren atau mangga. Ujug-ujug beredar eh terus menghilang. Prosedur tidur bersama ini *apaan seen! selalu sama tiap season. Jika waktu tidur tiba, sekitar pukul 22.30, cewek-cewek yang tadinya beraktivitas normal tiba-tiba hiruk pikuk.
Semua berbondong-bondong keluar kamar masing-masing menuju kamar Tere yang paling besar. Akibatnya, tuh kamar jadi over load, dihuni delapan sampai sepuluh orang cewek penakut! Seolah belum cukup heboh, berbagai peralatan perang kayak kasur, bantal, buku, tape, kipas
angin, boneka, selimut diangkut pula! "gilaaa...
Bayangin aja, betapa sumpek dan panas tuh kamar! Untuk bisa tidur pulas dalam suasana seperti itu, dibutuhkan keahlian khusus. Belum lagi bila ada tak tahan *sori ya kikikik.. buang angin waa... kacau! Sering juga terjadi adu mulut karena dada or bagian vital lainnya tersenggol si teman tidur hihihi. Keluhan dan omelan kepanasan terdengar di mana-mana, tapi anehnya para cewek dodol teteup keukeuh stay tune di posisi masing-masing! "tabah banget!
Cewek-cewek antik ini tidur acakadut di atas ranjang dan lantai beralas karpet. Persis suasana posko bencana, padahal sepuluh kamar lain dibiarkan kosong dan dihuni makhluk-makhluk halus tengah partyl Hiiy! Esoknya, tentu saja bangun kesiangan. Di mana-mana terlihat tampang kusut memegang mug kopi dan teh panas. "Ugh, Mendadak lieur," celetuk Teh Nita lesu.
Ka rena nggak tahan kepanasan dan bau ketek di penampungan biasanya aku dan Alisha hanya semalam saja ikut ritual kos-an. Kami nekad tidur di kamar masing-masing daripada tidur ala pindang gitu. Padahal asli, kami berdua penakut banget! Sebagai senjata, aku en Alisha nggak lupa merapal doa-doa andalan dan menaruh Al Quran di dekat kepala!
Anehnya, cita-cita luhurku dan Alisha "halahh, untuk tidur nyaman jadi bahan cemooh penghuni lain. "Huu... kalian payah, tidak kompak!Nggak mau berbagi ketakutan!" Idih,
ketakutan kok kayak jatah raskin, dibagi-bagi!
Biasanya, anak kos tidur bersama seminggu penuh dan berakhir jika suasana ayem kembali alias cerita penampakan mulai membosankan *hihihi. Kalau ada yang nekad cerita serem, pasti langsung dipelototin berjamaah! "Teman-temanku tersayang, daripada cerita seram, mending kalian cerita porno saja!" itu motto teranyar si dudul Sofia *hahaha...
Paling heboh ketika cerita penampakan hantu pocong melanda Djokdja. Entah dari mana sumbernya. Dari mulut ke mulut, akhirnya jadi topik hot berminggu-minggu. Alkisah, seorang anak UGM sedang begadang bikin tugas ehhh.. tiba-tiba ada Mas pocong duduk manis di sampingnya! Hii..! Terus, ada juga cerita sekumpulan mahasiswa yang sedang ngerumpi dini hati ehh.. ada pocong iseng nimbrung! Bermacam cerita seram beredar entah benar atau bualan, bikin kami stres.
Gosip terparah, si pocong bakal beredar di daerah sini! Huehehue.. hebat ya bisa tahu mas pocong mo nongol di mana! Jangan-jangan pada punya radar pelacak makhluk halus. Dasar cewek dodol, mau aja dibegoin, penghuni kos pada panik, acara tidur bareng jadi tiga minggu! Bener-bener, cape dyeeeh!
Payah juga, jaman internet begini, mahasiswi pula, masih saja percaya hal begituan. Bahkan karena capek ketakutan, dipilih jalan keluar lebih nggak banget lagi yaitu anak-anak berinisiatif memanggil tiga paranormal mumpuni *atas rekomendasi ibu kos secara dia yang mendanai misi hunting hantu ini hehehe.
Dan diagnosa ketiganya beda-beda. Ada yang bilang hantu kos kami tipe standar film Indonesia alias cewek berambut panjang berbaju putih, paranormal satunya yakin kalau si pengganggu di kos berwujud genderuwo bertubuh sebesar rumah! Paranormal terakhir malah keukeuh, kalau hantunya kakek-kakek mesum tukang ngintip. Huaaaa... tidaaak! Duh, mana yang benar nih cenayangnya" Jangan-jangan semua makhluk halus tadi sepakat hang out di sini karena hepi melihat tingkah dodol kami"
"Apa perlu panggil tim Pemburu Hantu"" usul Elsa langsung disambut jitakan bertubi-tubi. Idih, ngebayangin kita-kita masuk tivi gara-gara acara itu... bisa-bisa diledekin sampai bangkotan! Nggak ada acara reality show lain apa" Bedah kamar atau bedah tivi jaman jebot di kamar Sarah, misalnya" *Hihi ampun Sari
Alhamdulillah, sampai sekarang aku belum pernah tuh ngeliat penampakan mas Genderuwo en the gank *amiit-amiit jangan sampel Tapi yang pasti sih, isu "Di Sini Ada Setan" bikin kegiatan anak kos berantakan, tidur tak nyenyak, tugas kuliah terbengkalai, dan pastinya capeeek lahir batin! Anak-anak pada parno en depresi terutama kalau malam tiba. Suasana sunyi senyap. Hanya terdengar lolongan... arghhh.. apaan sih!
Seperti malam ini. Planning-nya sih, aku pengen bangun malam bikin tugas MSDM yang dikumpul besok *lagi-lagi
SKS! Don't this at home! Karena punya kebiasaan buruk matiin weker dan tidur lagi, akhirnya ting! Aku punya ide cemerlang menaruh weker Hello Kitty di luar kamar. Di atas tempat sampah.
Sayang, taktik gagal total. Aku ketiduran dan terpaksa shalat subuh jam enam, hiks. Pas mo berangkat, Firdi, Alya, Sarah, dan lainnya dan nongkrong dengan wajah tegang di depan ruang tengah. Ada apa ya" Ya, aku nggak mau ketinggalan info dong, langsung nimbrung sambil menggigiti roti coklatku.
Setelah denger-denger, Huaaaa... nyesel deh ikutan rumpi! Ternyata, ada penampakan baru lagi! Oh, tidaak! Tadi malam, semua penghuni tak bisa tidur sampai subuh. Mereka terbangun mendengar suara piano klasik berdenting pukul 02.00 pagi! Piano klasik" Jam dua pagi" Glek. Bwahahaha, pasti dering weker antikku yang super nyaring, itulah penampaka
n terbarunya! Plis... plis... jangan bilang-bilang, ya! Kaburrrrrrrrr......
Ulang tahun Ke-20 Setiap kos-an punya tradisi sendiri. Kosku punya satu tradisi nggak banget yang dilaksanakan turun-temurun. Apalagi buat anak baru yang masih norak-norak bergembira. Tradisi itu bernama nightmare birthday... hihihih.. ekh.. glekk! *backsound suara kuntilanak keselek. Setiap penghuni kos yang berulang tahun, tanpa terkecuali, akan dikerjai oleh anak-anak satu kos-an. Caranya pun beda-beda tiap event. Tergantung ide dan kreativitas yang nongol di otak saat itu.
Biasanya sih, kunci kamar korban "dicuri" dan saat ia pergi, kami menyusup masuk kamar dan mengacak-acak isinya bak hooligans Inggris. Pakaian rapi jali dikeluarkan dari lemari. Kasur dan seprei diacak-acak, pajangan, buku-buku diobrak-abrik, boneka beruang tiba-tiba berbeha pink, celana dalam kotor *yuck! terpajang manis di kap lampu. Bahkan kamar mandi pun tak luput dari serbuan cewek-cewek barbar. Bak mandi mungil diisi tanah dan bahan-bahan asing lain.
Kamar rapi jali tiba-tiba jadi Titanic. Sebagai sentuhan
terakhir, tulisan "Happy Birthday' dengan coretan lipstik *dipilih yang paling mahal milik korban, di cermin. Hiks.. hiks... Bayangin, gimana nggak pengen menangis semalam" Mendadak pengen berdoa ultah di 29 Februari aja deh!
Oh ya, peraturan utama hajatan: Yang berulang tahun tak boleh menangis apalagi marah-marah. Pasrah saja. Nrimo, kata wong Jowo. Pada hari H, si korban tidak boleh kabur dan menginap di rumah teman, karena hal itu akan berakibat 'siksaan' akan lebih kejam dan lamaaa.
Setelah si korban pulang dan melihat hasil karya kami, tentu saja bakal shock dan depresi. Dengan penuh kesadaran, kami akan meninggalkan korban untuk kerja bakti hehe. Setelah kamar kinclong 'Biasanya baru lewat tengah malam baru beres hehe, baru kami kembali untuk sungkeman minta ampun dan ngucapin selamat ulang tahun. Bercipika-cipiki tanpa dendam.
Esok harinya nih yang paling seru, anak-anak sumringah karena mendapat perbaikan gizi. Entah ditraktir makan atau makan nasi kuning berame-rame di ruang tengah sambil foto-foto dengan gaya nggak banget. Seruuu banget! "terutama bagi yang ultah terpaksa harus manggil tukang pijat karena kerja bakti xixixi...
Selain mengobrak-abrik kamar, keisengan lain adalah mengguyur yang ultah dengan adonan nggak banget, berisi berbagai jenis bahan kadaluwarsa dari kulkas umum. Entah makanan dan minuman basi, telur mentah, kecap,
obat lama. Hiiiy... jijay! Prosesi itu dilakukan dengan gembira dan puas hati. Seru rasanya. Walaupun setelah pesta kami wajib membersihkan hasil kerusuhan atau dipelototi Pak Say. Ah, tak mengapa.
Ya, tradisi kos-an sering diejek sama teman-teman kampus: basi, kuno, norak, pemborosan, dan mengada-ada. Pantasnya untuk anak ingusan. Sedangkan kami" Para perempuan dewasa yang berpendidikan tinggi *duilee! Tapi apa mau dikata, sudah tradisi dan sangat menyenangkan ya., tetap dilakukan hehehe...
Mau distop, bakal sulit karena pasti bakalan ada demo besar-besaran dari anak-anak kos yang sudah pernah mengalami peristiwa mengguncangkan syaraf penciuman itu. Mereka kan ingin balas dendam. Hehehe, jadi lingkaran setan gitu yak.
Ada kepuasan tersendiri hingga "event" ini ditunggu dengan hati berdebar. Kami merancangnya sekreatif mungkin agar seru dan menghibur. Demikianlah, tradisi kami berlanjut bertahun-tahun. Hingga suatu hari kebiasaan itu dihentikan untuk selamanya. Bahkan jadi kenangan buruk di benak masing-masing.
Hari Sabtu ini, Kayla ulang tahun ke-20. Suasana kos lengang karena minggu tenang. Oh ya, minggu tenang adalah sebutan untuk libur sebelum Ujian Akhir Semester (UAS) dimulai. Penghuni kos mengurung diri di kamar untuk belajar sebisanya.
Tak disangka, beberapa anak ngotot mengadakan nightmare birthday. Ada yang tak mau ikut karena sibuk belajar, tapi lebih banyak lagi setuju dengan alasan refreshing *oh, plis! sebelum berkutat dengan gundukan bahan ujian yang menyeramkan.
Setelah ramai berdebat, rencana jadi dilaksanakan. Kayla yang sedang berkutat dengan buku Kalkulus di kamar dipanggil oleh Tere. Si centil itu p
ura-pura menanyakan soal-soal Kalkulus dari dosen *anak ekonomi kok nanya kalkulus! Ketahuan ngibul! Hihihi. Seluruh penghuni kos bersembunyi di balik tembok. Tanpa curiga, calon korban membahas Kalkulus dengan Tere.
Kami menanti dengan perasaan tegang dan gembira. "Wah bakal seru nih!" pikirku excited. Sesuai rencana, di hitungan ke-3, Julia dan Disti yang membawa ember berisi adonan berbau busuk meloncat dari persembunyian.
Splashhh... Julia menyiramkan ember ke tubuh Kay, Tere langsung menyingkir sambil tertawa-tawa. Eitts... meleset. Kena dinding. Mampus! Bersihinnya bakal susah nih! Anak-anak mengepung sambil tertawa-tawa ganas.
Tere melempar telur busuk. Meleset lagi. Kami menjerit seru dan berlari kocar-kacir ke segala arah. Ups, aku nyaris terpeleset tapi cepat-cepat memeluk tiang. Kayla ngacir ke garasi menyelamatkan diri. Semua terbahak-bahak melihatnya pontang-panting menghindari serbuan benda asing.
Kejadiannya begitu cepat. Tiba-tiba, gadis itu menginjak pecahan telur dan... gubrakk! Terpeleset! ia jatuh, pinggulnya mencium lantai dan pingsan seketika! Sorak sorai dan tawa langsung lenyap. Berganti kepanikan. Anti mengambil ponsel dan menelpon rumah sakit. Ambulans datang tak lama kemudian.
Kayla segera dibawa ke RSU. Hura-hura siang itu berubah jadi tangisan. Sesal. Takut. Sedih. Duh, bagaimana nasib Kayla" Bagaimana kalau ternyata parah" Mana Senin besok ia ujian! Kami semua berangkat ke rumah sakit dalam senyap. Disti menelpon orangtua Kayla di Rangkasbitung. Tangis ibunya pecah dan mereka berjanji akan segera datang.
Kami semua duduk di ruang tunggu tanpa berkata-kata. Peristiwa mengerikan itu berkelebat terus di benak. Duh, seandainya kejadian tadi bisa diputar ulang bak film. Ingin rasanya membatalkan acara konyol itu*. Aku menatap wajah teman-teman. Sepucat kapas.
Disti dan Julia keluar dari ruang dokter. Kami berlari mengerubungi mereka. "Kata dokter, mereka lihat kondisinya malam ini. Jika pinggul dan kakinya tetap mati rasa, mungkin ia harus dioperasi atau lumpuh selamanya..." ujar Disti menangis tersedu-sedu.
Degg. Kakiku lemas. Kami langsung berpelukan. Tangisan penuh sesal memenuhi ruang tunggu. Apa yang telah kami lakukan pada Kayla" Bagaimana masa depannya" Kayla, maafkan kami! Kami tak bermaksud jahat! Kay, bangun dong cantik!
Semalaman kami menunggui Kayla di depan kamarnya. Orangtuanya belum datang juga. Djokdja-Rangkasbitung bukan jarak yang dekat untuk ditempuh. Kami merasa sangat bersalah pada cewek itu dan keluarganya. Beberapa anak mengeluarkan Al-Quran dan buku doa dan duduk melingkar.
Ya Allah, apa yang telah kami lakukan" Jangan biarkan ia lumpuh ya Allah! Kami takkan bisa menanggung dosa itu! Begitu doa kami beribu kali membayangkan wajah manis Kayla. Semua mata nampak sembab dan kelelahan.
Esoknya, Kayla siuman. Kami mengelilingi tempat tidurnya. Pak dokter setengah baya nampak serius memeriksa kondisi gadis itu. ia mencubiti pinggul dan paha Kay berkali-kali dan menanyakan respons gadis itu. Kay menggeleng, tanda ia tak merasakan apa-apa. Pak dokter tak menyerah, ia cubit lagi lebih keras. Kay menggeleng. Begitu berulang kali. ia tetap mati rasa. Lututku lemas. Semua wajah memucat. Ya Allah... tolonglah Kayla, bisik anak-anak. Terdengar doa dan zikir memenuhi ruangan.
Tapi Pak dokter tak menyerah. Tiba-tiba, Kayla mengangguk dan tersenyum. Ya, ia merasakan cubitan itu! Kami berpelukan dengan mata membanjir. Alhamdulillah! ia tak perlu operasi, Kayla tak lumpuh! Benar-benar tak terungkap syukur kami. Perasaaan lega melingkupi. Kami memeluk Kayla beramai-ramai dan membisikkan maaf di telinganya. Gadis itu mengangguk dan tersenyum. Orangtua Kay tiba-tiba muncul. Kami memeluk bapak dan ibu Kayla dan minta maaf atas kekonyolan kami.
Gadis itu dirawat di rumah sakit selama tiga hari. Setelah itu, orangtuanya membawanya pulang untuk proses penyembuhan, ia terpaksa tak bisa ikut ujian akhir. Selama ujian, kami tak dapat konsentrasi sama sekali. Rasa bersalah sangat kental di hati. Kami nyaris membuat seorang teman kehilangan masa depannya. Tapi kami bersyukur, Kayla akan segera puli
h seperti sedia kala. Sejak itu, tradisi merayakan ultah gila-gilaan berakhir selamanya. Tapi kengeriannya masih terbayang sampai sekarang. Ya, Peristiwa buruk harus terjadi dulu, barulah kami menyadari ketololan ini. Terlalu mahal harga sebuah pelajaran.
Kisah vcd bajakan Seperti anak muda lain, aku hobi dengar musik. Jenis apa saja. Pop, rock, nasyid, pop jazz, hingga instrumentalia aku suka. Tapi biar ngaku maniak gitu, aku jarang sekali beli kaset atau CD lagu hehehe. Habis harganya mahal bo. Harga kaset Rp20.000,- - Rp25.000,- per buah, CD yang kualitas suaranya lebih jernih, lebih tak terjangkau lagi... Rp50.000,- RplOO.OOO-an! Nggak banget dehh...
Tahu sendiri kan kondisi keuangan anak kos. Asal ada duit buat makan dua kali sehari *nggak makan malam pura-puranya diet padahal ngirit! Hihihi saja sudah hepi syalala. Boro-boro mikir beli macam-macam. Namanya jauh dari orangtua bo! Ah, lebih seru dengar lagu dari radio, nonton klip musik MTV atau pinjam kaset koleksi teman kos. Pokoknya, apa saja dijabanin deh supaya bisa dengar musik tanpa keluar modal hihihi...
Sebenarnya, bisa juga sih mengkopi lagu dari CD MP3 dan dimasukkan ke kompie. Jadi sambil bikin tugas atau nulis puisi *duile, syahdunya! kita bisa dengar lagu-lagu terbaru. Kan asyik tuh nggak bakal ngantuk dan kesepian lagi.
So, beli atau nyewa CD MP3 jadi pilihan paling masuk akal buat anak kos.
Apalagi di Djokdja, kini tempat persewaan DVD menjamur. CD MP3 juga ada. Dengan biaya sewa Rp2.500 - Rp3.000, kita sudah bisa menikmati ratusan lagu terbaru dari penyanyi dan band terkenal. Coba bandingkan dengan kaset dan CD yang paling banyak berisi 20 lagu. Jauh banget!
Kualitas suara pun katanya lebih jernih program MP3. Tapii... mengopi lagu dari MP3 kan termasuk kejahatan! Di Indonesia yang sarang pembajakan, grup musik religius Bimbo saja sampai bertekad puasa berkarya hingga pembajakan bisa dibasmi. Hmm... kapan ya"
So, aku sebagai warga negara yang baik "hueek! rasanya nggak tega tuh sama pemusik Indonesia kalau ikut-ikutan membeli MP3 and the gank yang palsu-palsu *kecuali alis palsu ya, ini kudu ada atau berisiko liat tuyul jejing-krakan! hihihi.
Cek., cek., penjualan kaset dan lainnya itu kan sumber nafkah mereka" Kalau dibajak terus, bagaimana mereka bisa cari makan dan tetap semangat berkarya" Kita juga yang rugi jika semua pemusik melakukan mogok berkarya seperti Bimbo. Kita tidak bisa dengar musik asyik lagi dong! "pidato calon ketua senat nih kikikikik...
Akhirnya, aku bertekad untuk tidak ikut-ikutan membeli lagu-lagu bajakan. Lagipula, biarpun murah yang namanya
bajakan kan kualitasnya jelek dan gosipnya bisa merusak player!. Rugi kaan!
Tapiii, hari ini aku ngidam berat pengen dengar lagu terbaru milik grup kesayanganku, Padi. Setelah lama tidak launching album, akhirnya mereka nongol lagi! Huaa... senangnyaaa! Lagu barunya pun langsung mencuri hatiku yang sobat Padi sejati.
Sayang, lagunya masih sangat jarang nongol di radio dan televisi. Yah, tidak sesering yang aku pengen. Namanya lagi demen-demennya. Menurutku, liriknya dalam dan penuh perenungan. Gue banget, kalo kata anak Jakarta sih. Hehe Padi gitu lho! Biar pun Yoyok dan Rosa lagi gonjang-ganjing, aku tetap cinta! *halah!
Mau pinjam teman, belum ada yang punya. Pinjam ke Julia, si juragan kaset di kos" Yahh.. dia lagi ikut KKN. Ngg.. beli kasetnya" Waduh, akhir bulan, dab! Buat makan saja diirit-irit, beli lauk sate alias sayur tempe terus. Hehe. Makan di warung tegai saja terpaksa pakai trik: sayur yang dibanyakin, soalnya sebanyak apa pun kita ambil harganya tetap lima ratus perak. Hehe maaf ya ibu warung!
Sore-sore pulang kuliah, aku lewat di depan lapak pedagang VCD dan MP3 bajakan. Terdengar suara khas Fadli mengalun indah. Deg. Itu kan lagu kebangsaanku! Aku berusaha beranjak dari situ.
Jangan., jangan., kuatkan hatimu, bisik suara hatiku.
Kubayangkan malaikatku membujukku untuk bertahan dengan pendirianku.
Ayo., ayo., sekali ini saja., kamu nggak pernah beli bajakan kan, Padi gitu lhoo! rayu suara lain. Kali ini mungkin si Setan Merah yang bicara.
Aku mengangguk yakin. "Siip..
baru sekali ini beli bajakan, pertama dan terakhir!" janjiku menyetop langkah. Sambil menoleh kiri-kanan, aku mengendap-endap mendekati lapak. Duhh, kenapa jadi bertingkah bak maling in action begini"
Hihi... soalnya di kos, aku sering sok-sokan jadi aktivis anti pembajakan. Berkoar-koar soal efek jeleknya membeli barang bajakan. Mengkritik teman yang sering beli kaset dan buku kuliah bajakan dengan pedas. Tapi, sekarang" Makan tuh!
Aduh, ampuni aku teman-teman. Ini keadaan darurat banget, pikirku cengengesan. Aku membeli VCD Padi terbaru tanpa menawar harga lagi. Tanpa meminta si penjual mencobanya. Aku takut banget kepergok anak-anak. Aku pun berlalu dengan hati puas dan bahagia. Rasanya tak sabar ingin sampai di kos dan leyeh-leyeh sambil mendengar Fadli. "Asyik., asyik.. Padi is the best... Fadli is my maaan!" Senandungku sepanjang jalan. Untung tidak sampai melompat-lompat kayak anak cowok ketemu Julia Perez hihi.
Sesampai di kos, celingak-celinguk kiri-kanan. Lihat
situasi. Yes, kos-an sepi. Anak-anak belum pulang. Aku masuk kamar. Segera menutup jendela dan mengunci pintu. Biar si jail Alisha tak menerobos masuk tiba-tiba.
Tanpa ganti baju dan cuci muka, aku langsung memutar VCD tadi di player bututku. Klip terbaru Padi mengalun memenuhi ruangan, membuatku ikut bernyanyi. Perasaan lega dan bahagia memenuhi kalbu. Ya, aku cinta Padi sejak album pertamanya keluar.
Tak peduli Samson, Ungu, Kangen Band kini merajai panggung musik Indonesia, aku tetap cinta Padi! Hahaha. "Daeng, kalau dapat kiriman nanti, aku janji beli kaset aslinya!" bisikku mesra seolah sang vokalis sedang bersamaku di kamar ini. Aku mengecup poster Padi hingga belepotan lipstik di tembok penuh rasa cinta *buset dahh!
Lagu berikutnya mengalun dengan gambar potongan klip penyanyi dan grup musik lain. Iya-lah, Padi kan belum membuat klip lagu jagoan kedua. Pembajak yang kreatif bin kurang ajar memadukan beberapa klip lagu. Campur aduk mulai dari Trio Macan hingga Slank. Ngaco. Tapi ah, peduli amat aku hanya ingin dengar lagunya!
Bunyi kresek-kresek dari player mengganggu kenik-matanku. Aku berdiri. Apa yang terjadi, saudara-saudara" Lagu ketiga memperdengarkan intro. Tapi bukan itu yang bikin aku kaget. Waduuuuh... video klipnya itu! Terpampang di layar dua insan berlawanan jenis sedang berasyik masyuk di tempat tidur. Yup, potongan adegan film biru dengan soundtrack lagu Padi! Asli! Dasar sableng!
Dengan gemas kumatikan player. Perutku bergolak. Segera kukeluarkan dan kupatahkan VCD gres itu hingga hancur berkeping. Kesal. Gemas. Kecewa. Sekaligus geli menjadi satu. Maaak... melayang deh duit makan malamku buat beli film biru! Hahaha.. gila aja, jangan sampe ketahuan anak-anak!
business woman *Katanya seehh...
Tengah bulan adalah masa-masa kritis bagi anak kos. Tak ada lagi acara bela-beli atau cuci mata di minimarket dekat kos, it's very dangerous*. Bahkan untuk bisa makan tiga kali sehari, kudu pintar putar otak hehe. Nah, kalau begini, baru deh ilmu manajemen kepake! Biasanya sihh hanya jadi pajangan di buku catatan!
Selain nongkrong ramai-ramai di kucingan, ngebon di Mbak Nem jadi pilihan paling rasional, hehe... gizi tetap terjaga bahkan di masa sulit. Tapi, kalau muka si mbak udah sepet-sepet gimanaa.. gitu melihat kita, mending tahu diri! Berarti bulan ini kita dah di-banned sama dia!
Meminjam sebungkus mie instan pada Sasha *tuh anak jiwa pengungsinya tinggi, nyetok Indomie goreng sate berkardus-kardus xixixi, jadi salah satu cara cepat anak kos menuntaskan lapar. Hehe.. pada nggak nyangka, dandanan sih tak kalah modis sama model ibukota tapi... sebungkus mie saja ngutang!
Keadaaan bokek berlarut-larut itu bikin anak-anak memutar otak. "Tak bisa begini terus, jeng! Kita kudu kreatif
dan cerdas, masa mahasiswi nunggu kiriman ortu mulu"" Julia berdiplomasi eh berorasi di depan konstituennya yang kuyu *kelaparan xixixi. Anak-anak mengangguk-angguk sambil terus ngegeratak biskuit kaleng Julia, lumayan ngeganjel perut. "Aku mau dagang!" tambahnya lantang.
"Dagang apa, Bu" Buka butik""
"Ihh... nggak segitunya kalee... engkong loe mo modalin""
Julia sewot. "Nggak masalah, kalo lo mau jadi nenek tiri gue!"
Tere diusir dari kamar Julia tanpa basa-basi hihihi...
"Jij nggak maksud jual diri, kan"" celetuk Sofia mengamati tubuh montok Julia dengan pandangan om-om mesum.
"Sialan! Belum ada ide sih, kudu mandi kembang dulu! Sekarang keluar gihh.. huaaa.. abis deh makan malamku!" Julia menjerit menatap kaleng biskuit kosong xixixi...
Rapat pun bubar. Esoknya, Julia menempelkan kertas bertuliskan: Warung Jeung Julia, Sedia Roti Bakar Coklat dan Keju, di jendela kamarnya. Lengkap dengan daftar harga. Anak-anak merubungi pengumuman itu. "Dah ijin Pak Say""
Julia mengangguk semangat lalu menggamit lengan Erin. "Perkenalkan, asisten baruku!" senyumnya merekah. Erin mengangguk pasrah. Hihi... kok nggak rela gitu diangkat jadi partner in crime-nya Julia.
"Ayo... pada pesan dong! Harga perkenalan, diskon 15% untuk anak kos!" teriak Julia ala mbok-mbok di Bering-harjo.
"Dijamin enak kan" Boleh deh... satu rasa coklat!" "Aku keju!"
"Roti isi apa saja asal bayarnya boleh dicicil!"
"Kok nggak ada roti isi tuna pedas"" ujar Sasha sok. Cape dyehhh, Julia menempelkan tangan di jidat. Fiuhh... jadi business woman memang tidak mudah, apalagi pelanggannya anak-anak dodol macam begini...
Setelah mencatat semua pesanan, Julia dan Erin menutup pintu kamar sambil tersenyum rahasia. "Maaf, mohon tunggu sebentar ya..." pamitnya lalu menutup gorden kamar. Bahkan lampu kamar pun dimatikan. Anak-anak melongo. Apa-apaan siyy"
Sepuluh menit, lima belas, setengah jam... warung Jeung Julia tetap senyap. Anak kos yang biru-biru bibirnya karena ngobrol, mulai gelisah. Mana pesanannya nih" Wah, kudu komplen sama manajernya!
"Juul... sudah belom""
"Ngapain aja sih berdua di kamar" Ihh... yakin hanya bikin roti""
"Sabar doong! Namanya juga pemula!" teriak Erin ngosngosan. Nah, lho! "Kalian manggang roti, kan" Bukannya bercocok tanam kedele"" teriak Alisha yang anak Agronomi.
Sebelum terjadi kerusuhan, Erin dan Julia muncul dari dalam kamar dengan senampan roti bakar berbau wangi. Pintu kamar cepat-cepat ditutup Erin. Ciee.. ciee.. nggak mau nih rahasia dapurnya terbongkar" Takut dicontek pesaing" Halahh. Anak-anak merubungi bakul roti. Blukk! Aku tak sengaja menyikut dada Mbak Nunuk. "Adawww... eh., eh.. to***ku besar sebelah deh!" jeritnya latah. Hihi.. sensor ahhh...
"Mana punyaku... roti keju setengah matang!"
"Ihh... Karen! Itu kan rotiku!" teriak Lintang merebut roti yang tergigit dari mulut Karen.
"Pesananku mana, Rin" Roti triple coklat!" jerit Kayla "kurus gitu porsinya jumbo., xixixi.. pasti cacingan!
"Eits.. sorii, bayar duluu! Warungku kan ala kentaki ciken! Bayar dimuka, ayo., ayo., duitnya mana!" jerit Julia lima oktaf.
RUSUH! Kedua bakul pemula menatap puas. Semua pelanggan bergeletakan di depan kamarnya menyantap roti bakar. "Enak... nyam.. nyam..." komentar Sasha nyaris keselek. "Panggangan roti punya siapa, Jul" Bukannya kamu nggak punya""
Julia dan Sasha memang tetanggaan kamar gitu. Si pemilik warung gelagapan ditembak gitu. "Eh... ah., punya Mama aku embat pas pulang ke Cilacap..."
"Pas pulang kapan" Bukannya mudik terakhir pas kamu kerepotan menjarah kompie masmu"" Sasha santai menggigit rotinya. Biar kadang tulalit kalau ditanya dosen, lady pink satu ini cukup bisa diandalkan ingatannya hihihi. Anak-anak memandang Julia, menunggu jawaban. Yang pasti sih, tak mungkin dia beli baru hehehe... fakir miskin gini.
"Jul, numpang ke kamar mandi ya, aku kebelet!" Sofia berlari masuk kamar Julia tanpa sempat dicegah. Brakk! Pintu kamar mandi dibanting keras sama cewek keriting itu. Hihihi.. anak itu nahan pipis *atau beol" Yuck! berapa lama sih" Kebiasaan buruk!
Kamar Julia terekspos. Berantakan. Bau roti bercampur asap menggantung di langit-langit kamar. Anak-anak melongok takjub. "Mana panggangahnya, Jul""
Buset dah, bukannya ngejawab, Erin dan Julia malah berpandangan sambil nyengir kuda. "Gawat bos, mending jelaskan sebelum massa mengamuk!" bisik Erin ala anak buah penjahat kambuhan. Buset dahh, segerombolan anak kos cekak lebih berbahaya daripada demonstrasi buruh pabrik!
Ah, ketahua n juga kejahatan gue! Julia mendesah lalu tersenyum sok manis ala mbak-mbak peraga barang elektronik di mal. ia berdiri di depan meja setrika memperagakan roti bakar ala warung Jeung Julia.
Beberapa roti tawar ditaruh di meja setrika beralaskan kantong kresek, lalu bagian atas roti diberi alas selembar kertas entah bekas apa, barulah panggangan... alias SETRIKA BUTUT. Julia menekan roti sampai matang!
Gubrak! "Hueeeeeeek..." Kayla dan Tere langsung terhuyung, soalnya mereka makan paling banyak.
Hiyyy... Anak-anak berpandangan bergidik dan meringis jijik.
"Waduh, jadi kita makan roti bakar rasa celana dalam Julia dong!" komentar Sasha sepuluh menit kemudian. Hihihi telmi amat, dasar celerooon....
"Tapi, enak kaan"" balas Julia dengan ^nuka innocent. "Mahasiswi kan kudu krea..."
Arrgghh... aku siap-siap mencakar muka tuh anak.
Anak Kos Dodol Karya Dewi Dedew Rieka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Serbuuuuuuuuu... bakarrrrrrrrr....
Aduuuuuh... ampuuun... mamaaa, toloong....
BAKK.. BUKKK.. ADAWWW... DUGH! "sensor
tak ada ibu-ibu warung yang terluka dalam adegan ini... xixixixi...
Balada beasiswa Kita "Deeew, aku dapat beasiswa lho! Hebat, kaan!" jeritan cempreng Tere menyambutku pulang kuliah. Gila, Tuh anak otaknya emang cair banget *beda denganku... bwahaha. IPK saja dah cum laude. Tere dan aku sama-sama anak Ekonomi tapi beda jurusan. Saat tahu pihak kampus membuka pendaftaran beasiswa, ia semangat sekali untuk menyiapkan segala persyaratan.
Aku terkaget-kaget saat diajak tuh anak melihat pengumuman beasiswa di Audit kampus. Nggak rabun kan nih anak" Soalnya, beasiswa itu hanya untuk mahasiswa kurang mampu tapi berprestasi bagus di bidang akademik (kalau tidak salah IPK minimal 3.30) dan ekskul (aktif di kegiatan kampus). Kok dia mau daftar" Tere itu jauuh banget dari predikat tak mampu! *nggak mampu beli Mercy sih iya hihi...
Ayahnya kepala cabang perusahaan di daerah, sedangkan ibunya guru. ia mampu kuliah di Djokdja, tinggal di kos yang fasilitasnya lengkap, uang saku yang lebih dari cukup setiap bulan. Lalu, buat apa daftar" Jawaban Tere yang
santai bikin miris. "Aku hanya ingin merasakan uang hasil keringat sendiri,"
"Kenapa sih tidak mendaftar beasiswa lain, jangan yang untuk orang miskin." Protesku sok aktivis. Tere nyengir.
"Lebih berat saingannya!"
"Dasar..." aku menjitak kepalanya gemas.
Dan hari ini, ia menyambutku dengan sukacita, ia berhasil meraih beasiswa! Pas dana keluar, langsung ia habiskan untuk mentraktir anak kos Yogya Chicken, KFC lokal gitu. Juga buat beli celana jins merek terkenal yang diincarnya sejak lama. Jadi miris deh, dana bantuan kampus dipakai senang-senang.
"Kok bisa dapat sih, bukannya mesti melampirkan surat keterangan tak mampu""
"Gampang, lurahnya kan sahabat bapakku!" jawabnya tersipu.
Dasar dodol, ia rela ngaku jadi fakir miskin demi beasiswa" Aku masih geleng-geleng tak puas.
Keesokan harinya, Tere menyeretku melihat pengumuman penerima beasiswa di mading fakultas. Selain Tere, ada Irwan yang anak seorang kolonel AD, ada Andhika yang kutahu sering wara-wiri di kampus dengan mobil mahal. Lho, lho... anak miskinnya nyempil di mana"
Irwan sekelas denganku pas kuliah MKL, jadi aku lumayan
akrab. Anak Surabaya ini selain ngganteng, juga lumayan pintar. Pas aku duduk di sebelahnya, ia dengan bangga memamerkan jam tangan barunya yang keren.
"Dasar rejeki ya, aku bingung tabunganku tidak cukup juga untuk beli arloji idaman, eh dana beasiswaku turun jadi bisa buat nambah!" cerita Irwan polos. Tak tahu dia, aku pengen mencakar-cakar mukanya!
Selesai kuliah, aku duduk-duduk sebentar di depan kelas. Ada dua orang mahasiswi duduk tak jauh dariku. Kalau tak salah, mereka kakak tingkat. Gadis berjilbab itu sedikit sembab matanya. Yang seorang lagi, nampak berusaha menghibur si jilbab.
"Aku sudah berusaha keras, Ret... mencari surat keterangan tak mampu itu, aku sampai direndahkan petugas. Kulengkapi semua persyaratan. Masya Allah, aku tak mendapat beasiswa itu, Ret... padahal aku butuh sekali untuk kuliah lapangan," isaknya pilu.
Cewek yang dipanggil Retno hanya bisa menggeleng prihatin sambil memeluk temannya. "Sabar ya, istighfar... belum rejeki kamu... jan
gan nangis ya." kata Retno berulang-ulang.
Deg. Aku buru-buru pulang. Pengen cepat-cepat sampai di kos untuk cerita sama Tere. Di dekat mesjid kampus, aku ketemu Irwan, mukanya tak seceria tadi pagi.
"Kenapa, Wan" Datang bulan ya""
"Nggak pa-pa, Dew... jam tanganku mati nih... tak sengaja kena air pas aku wudhu."
"Wah itu kan jam barumu yang super canggih" Bawa ke tukang reparasi saja!"
"Mahal, Dew... ugh katanya dijamin anti air, kena air segayung saja mati," omel Irwan sambil berlalu.
Sampai di kos, aku ketemu Tere di ruang tengah. Hmm, kebetulan! Baru saja aku mau cerita, eh dia nyerocos duluan. Ternyata, jins barunya hilang pas dijemur di rumah saudaranya. "Padahal belum sempat kupakai," omelnya panjang-lebar. "Dasar maling kurang ajaaar!"
Aku terbahak-bahak. Dia marah-marah. Lalu kuceritakan semuanya. Mulai dari obrolan kakak tingkat sampai soal Irwan dan jam tangan barunya. Tere bengong. "Jangan-jangan, aku kena karma karena merampas hak orang lain, ya"" tanyanya. Aduh. Aku yang bawel kini terdiam. Tak bisa menjawab pertanyaan Tere.
maafkan aku, Nisa Anak seribu pulau. Ingat kan, film dokumenter terkenal karya Garin Nugroho jaman dulu banget" Itu jadi julukan anak sekos-an karena aku hidup nomaden. Mulai bayi merah hingga kini kuliah, banyak daerah telah kujelajahi. Bapakku itu tak bisa jauh-jauh dari istri dan ketiga anaknya yang kiyut "hehe. Jadi setiap beliau pindah, kami ikut boyongan ke mana pun itu.
Susahnya, mesti nyesuain diri dengan tingkat pendidikan dan lingkungan baru, jadinya nilai raportku ikutan naek-turun mengikuti proses adapatasi *halah, alasan! Enaknya, aku jadi punya banyak sahabat di berbagai daerah. Ada Rosita di Palembang, Sri di Makassar, Rosnia di Papua, dan banyak lagi. Tapi, ada seorang sahabat yang nggak mungkin terlupakan.
Annisa namanya. Kami satu sekolah di SMPN I Abepura, Papua, belasan tahun lalu. Waktu itu aku baru saja naik kelas dua dan dia anak baru dari Nganjuk, Jawa Timur. Awalnya, aku menganggap dia sombong. Mukanya itu lho, jutek abis. Tipe wajah yang mengajak perang dan mudah mengundang musuh hihi. Buktinya, dia beberapa kali nyaris dikeroyok cewek-cewek sekelas karena cemburu *eh, aku kok nggak pernah dicemburui, ya" Xixixi...
Tapi setelah berkali-kali 'terpaksa' pulang bareng, ternyata kami cocok. Kami bisa ngobrol berjam-jam tanpa kehabisan bahan. Mulai dari cowok, musik, film, apa saja. Kami jadi lengket tak terpisahkan. Klop banget. Pernah nggak merasakan hal itu dengan seseorang"
Kami tak sekelas tapi ke mana-mana selalu berdua. Belajar di perpus, nonton bioskop *satu-satunya di Jayapura, piknik, berendam di sungai hingga naik bukit yang mengelilingi Kotaraja Dalam *anak dusun bangeet!, adalah sebagian dari kegiatan harian kami.
Waktu tiga SMP, aku dan Nisa pengen banget meniru upacara ritual ala Indian seperti di film-film. Menjadi saudara sedarah gitu lho. Kami bahkan sudah menyiapkan sebatang jarum baru. Rencananya, tuh jarum bakal ditusukkan ke jari telunjuk masing-masing. Seperti cek darah di rumah sakit. Lalu kami akan menempelkan jari yang luka hingga darahnya bercampur. Sesudah itu, resmilah kami sebagai saudara sedarah! Sukses" Hmm. Nggak hehe. Sebelum Nisa menusukkan, aku kabur sekencangnya. Hehehe. Aku suntik, bo!
Hari-hariku makin ceria karena Annis" kenaikan kelas dua SMA, ayahku pind bang. Kami mesti berpisah. Sakit rasa
menangis di gerbang kompleks perumahanku. Sekali lagi mengikrarkan janji kami. "Janji ya, kuliah nanti kamu mesti di Djokdja, kita ketemu dan kos bareng... pegang ya janji kita!" katanya memelukku erat. Aku mengangguk. Djokdja tiga tahun lagi. Bukan waktu yang singkat. Aku bakal kangen banget sama dia.
Janji itu terus kuingat dan berusaha kupenuhi. Tiga tahun kemudian, aku dan Nisa ketemu di Djokdja! Dia makin cantik! Rasanya kayak mimpi! Aku bahagia sekali dan memeluknya di tengah keramaian Malioboro *dah kayak syuting sinetron! Kembali pulang saudaraku yang hilang! Hiks, sayangnya, kami beda kampus dan letaknya berjauhan pula. Tak mungkin kami memaksakan kos bareng seperti janji dulu.
Awalnya, kami rutin ketemuan seminggu sekali kay
ak orang pacaran. Tapi lama-lama, karena kuliah yang padat, teman dan kegiatan baru yang seru, jadwal ketemu makin langka. Sering sekali aku dan Nisa janjian ketemu tapi di saat-saat terakhir, aku batalin. Tak tahu ya, tiba-tiba malas siang-siang ngebis, capek dyehh. Kadang bahkan dengan alasan yang dibuat-buat.
Setelah berkali-kali tertipu, Nisa marah besar, ia tak mau bertemu lagi, tak mau membalas telpon dan SMSku. Berkali-kali aku minta maaf, tak digubris, ia terlanjur kecewa. Bertahun-tahun tinggal di kota yang sama kami tak bertegur sapa. Huhuhuhu.. aku nyesal banget, sumpah!
Hari ini, aku membeli setangkai bunga Bakung untuk si keras kepala itu. Rasanya bunga cantik ini pas sekali untuk menggambarkan penyesalanku. Hari ini, aku ingin datang dan mengetuk hati Annisa lagi. Sungguh, ketika kata-kata menjadi basi, mungkin lewat bakung ungu ini, ia akan memberiku sebaris maaf.
"Untuk sahabatku sepanjang masa, Annisa Agustine, kembalilah bersinar, cantik... aku ada di sini untukmu...
Horee naik gunung! Aku suka nyoba hal-hal baru. Seperti yang kulakukan saat ini. Bergaul dengan anak Mapala alias Pencinta Alam di kampus. Sebenarnya sih, gaya mereka bukan gaya gue banget *duh, soknyaa! Mereka terlalu urakan bahkan jorok. Hihi sebenarnya aku juga jorok sih. Aku penganut gerakan sayang lingkungan. Hematlah air bersih. Makanya, aku mempraktekkan kebiasaan mandi sekali sehari. Pagi tok hihihi...
Hebatnya, anak-anak ini ternyata lebih jorok berkali lipat dariku. Ada lho yang waterproof kayak maskara mahal, alias tahan tak mandi berhari-hari. Kebayang kan aromanya. Hihi. Ada juga yang rambutnya jadi gimbal saking betah sebulan tak keramas. Ya ampun, itu kulit sampai menghitam karena daki.
Tapi, ada beberapa hal yang kusukai dari anak-anak Mapala. Solidaritas yang tinggi serta pembawaan santai dan supel itulah kelebihan mereka. Selain kuliahnya yang memecahkan rekor paling lama juga hehe *0m Kumis ketua gengnya, malah kuliahya sudah nyaris sepuluh tahun lho!
Pas libur semester, anak Mapala mengadakan wisata naik gunung "hihi wisata kok mendaki, cape dyeeh! ke Gunung Sindoro di Jawa Tengah, cukup tinggi juga lho. Penasaran dengan serunya cerita mereka, aku nekat ikutan. Padahal aku punya track record buruk soal naik apa pun yang tinggi-tinggi. Makanya, Dufan nggak termasuk tempat hip buatku hehe, kecian yak!
Badanku ringkih dan tak tahan dengan ketinggian, suka pusing. Tanya saja teman-teman pramukaku di Palembang. Tapi, bukan Dewi namanya kalau menyerah. Itu kan masa lalu. Sekarang aku mahasiswi, tubuh pun lebih kuat dan berisi ya setidaknya tidak mudah terbawa lagi kalau angin kencang.
Maka, aku bertekad menghadapi tantangan ini. Melengkapi diri dengan ransel gunung pinjaman yang besar dan beratnya melebihi bodiku. Rajin minum susu dan lari pagi keliling daerah kos-an bersama Ine si tomboy perkasa.
Hari H, aku dan Ine naik truk tentara dari Djokdja melewati jalanan berbatu selama berjam-jam hingga badan jumpalitan kayak menari hip-hop. Hiks, hiks. Penuh penderitaan. Rasanya, pulang nanti aku perlu turun mesin deh rontok semua. Sampai di kaki gunung, Kami pun menginap semalam di sebuah dusun untuk beristirahat, mengumpulkan tenaga untuk pendakian besok.
Subhanallah, rrruuuarr biasaa... pemandangan dusun!
segar sekali menghirup udara nan bebas polusi. Juga mata dimanjakan dengan hijaunya perkebunan teh yang terhampar mengelilingi kami. Kabut turun perlahan menambah suasana syahdu.
Belum lagi penduduk dusun sangat ramah dan bersahaja membuat kami betah ngobrol dalam bahasa jawa *sebenarnya sih aku sok manggut-manggut tapi nggak ngerti! Ah, tak menyesal deh ikutan acara ini! Pikirku ceria. Hehehe, aku terlalu cepat senang.
Begitu malam tiba, siksaan sesungguhnya datang. Dingin tak tertahankan. Kantung tidur, beberapa lapis baju, celana, sarung, dan selimut tak mampu mengusir hawa dingin menggigit. Aku menggigil dan susah tidur. Tadinya, grup cewek susah berbaur dan tidur berkelompok menurut geng masing-masing. Kini semua tak sadar tidur bertumpukan bak sarden di lantai semen untuk berbagi kehangatan. Bahkan saking dinginnya, pe
rang kentut (maaf) terdengar gencar sepanjang malam. Hiiy...
Esoknya pendakian dimulai. Aku berada di kelompok paling depan dan tentu saja yang pertama berangkat. Wah, semangat deh menikmati suasana asri sepanjang pendakian. Sambil jalan sempat juga kepikiran. Asyik juga ya kalau ada tukang jualan, sambil mendaki sambil menyantap batagor atau soto kudus. Nyam-nyam. Hmm, di puncak nanti ada tukang bakso mangkal nggak ya" hihi.
Tetapi setelah melewati beberapa base, jalanan semakin curam dan menanjak. Aku mulai kepayahan dan berpegangan pada Ine. Anak Wonogiri itu puas sekali dapat bahan ledekan sepanjang jalan. "Katanya kuat... katanya..." Hiks! Mataku berkunang-kunang. Untuk melangkahkan kaki rasanya berat sekali. Sempat juga misuh-misuh dalam hati "Duuh biyuuung... ngapain juga sih gue ikutan! Kayak kurang kerjaan aja naik-naik gini di puncak juga nggak ada apa-apa, kapook..."
Terbayang kasurku yang empuk di kos-an. Juga Mbak Nem tersenyum membawakan sepiring lotek dan jus alpukat. Aku mulai berhalusinasi. Aku jatuh sempoyongan dan disambut pekikan teman-teman sekelompokku. "Aku bisa kok... tenang aja," bisikku berusaha bangkit. Gengsi dong sama Ine dan cewek-cewek lain! Mereka masih segar bugar dan ceria! Tas ransel dan perlengkapan perang lain akhirnya dibawakan oleh kakak pemandu. Aku hanya membawa selembar badan tipis tapi seksi ini
Ketika aku koleps untuk kedua kalinya, semuanya heboh. "Barangnya aku bawain aja! Terlalu berat kali!" sela seorang kakak tingkat. Aku berusaha menoleh untuk melihat wajah cowok yang penuh kasih sayang itu. Oh, my hero, apakah aku ada di surga" Marry me!
"Barang bawaan yang mana" Dari tadi juga tasnya aku yang gendong!" balas seseorang dengan sewot. Hehe... ampuni aku, Kak!
Setelah berjam-jam perjalanan yang penuh derita, akhirnya sampai juga di puncak. Ya, aku tiba terakhir sambil "diseret" anak Mapala di tim penyapu! Asli! Aku malu banget! Harga diriku habis ditelan ledekan dan tawa penuh celaan seluruh rombongan. Sialaaaaaan!
Alhamdulillah, melihat pemandangan dari puncak gunung, pepohonan nan rimbun, danau kawah warna-warni di kejauhan, belum lagi menghirup udara yang murni dan bebas polusi, hilang semua rasa sebal, pusing, mual, capek, sesal, dan teman-temannya. Seluruh penderitaanku tadi terbayar.
Perasaan kagum akan kebesaran Tuhan membuncah. Hati jadi tenteram, tenang, dan... sentimental. Duiile, tiba-tiba pengen memeluk seseorang dehh! Tak sadar aku merangkul bahu orang di sebelahku. Dia balas merangkulku lebih erat. Aku menoleh. Cowok gondrong dekil bergigi kuning menatapku sambil senyum mesra. Huaaaaaa, si Udin daki! Aku buru-buru ngacir. Pliis deh...
Bak burung lepas dari sangkar
Mendadak merdeka dari ortu bikin anak-anak kos kena euforia. Yang tadinya anak rumahan kayak Sarah, Elsa, dan Anti, berubah sangar. Dulu, boro-boro keluar malam, pulang telat saja nyokap bisa nyap-nyap tiga hari tiga malam. Tiba-tiba saja, ketiganya punya hobi baru yang happening saat ini, yaitu doyan ajeb-ajeb alias dugem di diskotik.
Pas wiken, jangan tanya ke mana! Pasti pada ke party lengkap dengan dandanan super keren. Tiba-tiba saja tuh anak pada fasih menyebut jenis cocktail dan minuman keras yang asing di telinga. "Jangan nge-judge dulu dong, tapi buktikan sendiri asyiknya dugem!" protes Sarah sok bule. Aku mengerutkan hidung. Penasaran juga sih, tapi ngebayangin musik berisik dan asap rokok di mana-mana, kok mendadak bengek ya hehehe...
Sofia dan Alisha beda lagi virusnya. Mereka pada punya pacar baru, teman sekampus juga. Sebaaaal. Tingkahnya kayak baru lepas kerangkeng deh. Norak. Nyebelin. Everyday is Saturday night! Ke mana-mana selalu dengan sang pacar. Benar juga jargon lama, dunia jadi milik berdua. Cuihh. Huekk. Grlmmmbsrz, omel Smurf eh Dedew gerutu. Ups... maaf, bro! Bukannya iri mereka jadian sih. Nggak sama sekali. Jujur, Aku terharu akhirnya sobatku laku juga setelah capek tepe-tepe ke mana-mana... xixixi...
Hiks... sejujurnya, aku kesepian ditinggal anak-anak sableng itu! Huaaaaaa, kejam! Aku kan jadi nggak punya partner in crime lagi! Biasanya, kami kan bareng melulu. Nah, s
ekarang" Boro-boro. Mereka nggak punya waktu lagi buat ngerumpi dan gila-gilaan kayak biasa. Kalaupun sempat rumpi, yang dibahas pasti cowok atau kecengan-nya melulu. Si Togap super romantis-lah. Si Andung panuan eh tatoan-lah. Kayak nggak ada topik lain saja. Shia Lebouf kek. Kiki Farrel kek "sinetron bangeet deh. O Beteee aku! Habis manis sepah dibuang!
Anak-anak yang tadinya selalu ada, tiba-tiba asyik sendiri. Mendadak kembar siam gitu dengan makhluk cowok antah berantah. Tiba-tiba hobi ke bengkel dan baca tabloid otomotif. Huekk. Tak terpisahkan. Janjian jalan dengan teman kampus atau anak kos bisa tiba-tiba batal, dikalahkan dengan ajakan dadakan pacarnya. Hiks, pilu "ungkapan terdalam jomblo sejati. "Makanya cari pacar juga dong biar tidak ditinggal melulu," olok Sofia kejam. Dzigg!
Kalo iseng dihitung-hitung, pergaulan penuh hura-hura butuh biaya nggak sedikit lho makanya anak-anak punya satu hobi baru lagi: berkeluh kesah sambil ngitung-ngitung pengeluaran hihihi. Hitung saja: Biaya clubbing, kencan sama pacar, beli-beli outifit bermerek, gonta-ganti gadget, ke salon untuk meng-kinclong-kan tampilan, dan banyak lagi kan menguras kantong mana masih pada nadah ke ortu, kan...
So, banyak cara dilakukan si badung buat dapat tambahan duit. Trik klasik bin tega sih, berbohong dan minta tambahan pada orangtua. Pura-puranya butuh uang untuk kursus bahasa Inggris atau membeli buku teks kuliah. Jurus ini yang paling digemari anak-anak.
Sofia tuh paling hapal. Bukan karena ia pelaku. Tapi 'coz dia punya part time job jadi penjaga wartel gitu. Eh... nggak ding, berhubung letak kamarnya persis di depan telpon massal. Itu tuh yang nggak berhenti berdering dari pagi sampai pagi lagi. Makanya tuh anak suka jadi relawan gitu ngangkat dan teriak-teriak manggil anak kos "menyalurkan hobi tarzanwati hehe.
Dia juga sering ngecengin penelpon cowok bersuara merdu atau... ups, nggak sengaja menguping obrolan anak kos hehe. Menurut survei anak sableng itu, rata-rata percakapan anak kos dengan ortu topiknya hanya satu: Ngebo'ong segala cara demi uang tambahan! "Gila, kualat sama ortu baru tahu!" kata penjaga wartel eh Sofia prihatin.
Ya, gimana nggak, anak merengek, orangtua pun berjibaku mencari dana tambahan. Kalau sedang bokek, terpaksa deh ngutang ke kantor atau malah pegadaian jadi jalan keluar. Ternyata, uangnya bukan buat les Inggris tapi rebonding di salon! Cape dyeeh! Kata bokap memegang jidatnya.
Kalau ortu mulai curiga, tentu saja jurus mengiba-ngiba itu gak bisa dilancarkan lagi. Anak-anak mulai melirik pujaan baru hehe, si gedung ijo a.k.a. pegadaian. Selain mal, kami akrab dengan gedung satu itu hehe. Nggak masalah sih, kalau kepepet butuh dana cepat bayar kos-an atau kuliah "daripada didepak" Tapi... dah error kalau punya hobi baru menggadai barang di kamar hanya buat beli sepatu dan blus incaran di mal! Sableng!
Satu-persatu, barang berharga disekolahkan di sana. "Ah, nanti juga ditebus lagi kalau dapat kiriman!" kata si pelaku dengan santai. Hihi.. memecahkan masalah pake masalah dung namanya yak! Pernah nih, Elsa si ratu dugem panik ketika ibunya tiba-tiba menelpon dan bilang sebentar lagi sampai di kos. Inspeksi dadakan gitu deh. Dia langsung kelimpungan. Gimana nggak" Kamarnya kosong melompong! Hampir semua barang elektroniknya sedang sekolah di Pegadaian! Ya, laptop, televisi, DVD player, dkk.
Dasar otak kriminal, ia mengangkut barang anak-anak satu persatu untuk mengisi kamarnya! Televisi dari kamar Sarah, radio milik Julia, player pinjam punya Firdi, dll. Kebagian semua dah kayak iuran erte. Hahaha. Berhasilkah" Banget! Kebetulan mamanya tak bawa kaca mata dan begitu senang ketemu si buah hati tercinta "yang bandelnya ampun-ampunan hehe, hingga beliau tidak memperhatikan keganjilan sekelilingnya. Televisi anakku kok mendadak jadul" 'hahaha ampuni daku, Sarah!
Aku pernah jadi korban pecandu hura-hura nih. Pagi-pagi buta, tumben-tumbenan Mbak Andien main ke kamarku. Dengan muka kuyu, ia cerita bakal tak bisa ikut ujian karena belum bayar SPP. "Mamaku sakit, jadi Papa tak bisa mengirimkan duit bulan ini," katanya samb
il tersedu. Duh, jadi tak tega. "Terus, aku bisa bantu apa, Mbak""
Glek. Ternyata, ia pengen minjam duit cukup besar. Satu jeti. "Aku janji, Wi... aku bakal ganti dalam dua minggu!" katanya meyakinkan. Hiks, Berat juga sih... tapi kasihan kan kalau sampai tak bisa ikut ujian! Rugi banget! Akhirnya, aku pun setuju dan pergi dengan Andien ke ATM.
Malamnya, Alisha dan anak-anak menanyaiku karena melihat si mbak kos bertandang ke kamar pagi-pagi. Aku pun cerita apa adanya. Dan cewek Kalimantan itu terbelalak. "Berani banget kamu kasih dia segitu, Wi!" kata Alisha. "Iya, nih anak lugu banget dikadalin Andien!" ceplos Sasha. Dziggg!
Ternyata... oh ternyata, Andien tuh punya banyak utang sama anak kos dan sampai sekarang belum dibayar kecuali janji-janji melulu. Nggak hanya itu, tiap hari ada saja temannya menagih ke kos-an. Aku melongo. Gila, akting Mbak Andien bisa menggondol piala Oscar... Lawalata! Hiks, aku kok bisa nggak tau gosip sihhh" Ini gara-gara sok sibuk di kampus nih! Bodoh!
Cara dia meminjam pada anak-anak pun banyak versi tapi tetap saja selalu menguras air mata, mulai dari sahabatnya sakit parah, neneknya jatuh di kamar mandi, ibunya stroke, dll. Kejam banget deh. Drama queen sejati. "Uangnya padahal hanya buat dugem dan pacaran lho!" geram Julia. Duh, lemas gilaaa. Sejuta rupiah kan gede bangeet! Dan kini uang itu melambai perpisahan padaku. Bye., bye.. Dedew... hiks! Huaaa........
Huaa... nggak mau! Nggak boleh pasrah gitu aja! Tuh duit kudu kembali je! Fiuhh... Untungnya, anak-anak mo nge-bantu. Suatu malam, Kami berhasil mencegat Mbak Andien di dapur dan memaksanya berunding. Aku bilang, aku butuh duit dan minta segera dikembalikan. Tentu saja, ia berkelit dengan lincahnya. Tapi, aku mengancam akan melapor pada ortunya di Surabaya. Mbak Andien ketakutan.
Akhirnya, setelah perundingan yang alot, dapat juga satu kesepakatan, ia bakal mencicil duitku tiap minggu sesuai kemampuan! Yaahh, mau gimana lagi" Masa aku mesti nodongin pisau ke muka dia dan maksa bayar" Emangnya centeng Beringharjo" Akhirnya, setiap minggu aku harus menagih uang sepeser demi sepeser sama Mbak Andien. Kadang duapuluh ribu, cepek, bahkan pernah lima ribu! Hiks... itu pun susah payah karena ia sering ngilang dari kos. Rugi bandaar! Huhuhuhu.
Hampir setahun kemudian, utang sejeti akhirnya lunas dan bikin aku kapok minjemin duit sama orang. Pait banget dah. Terus, Mbak Andien langsung pindah kos-an. Dengar-dengar sih, dia dikejar-kejar debt collector dari bank....
Interview with the bule Menguasai bahasa Inggris di era globalisasi adalah suatu keharusan. Lowongan kerja di berbagai media umumnya mensyaratkan kemampuan berbahasa Inggris. Karena itu, aku dan Mbak Leslie kompak mendaftar kursus percakapan bahasa Inggris di salah satu lembaga bahasa terkenal di Djokdja.
Namanya saja kelas percakapan, kegiatan setiap kursus tentu saja melatih kemampuan bahasa Inggris secara oral. Baik ngobrol berdua, diskusi kelompok, pidato, ataupun kegiatan lain agar tidak membosankan. Setiap pertemuan berdurasi dua jam. Kursus diadakan tiga kali seminggu selama tiga bulan. Selama kursus, kami kudu berbicara dalam bahasa Inggris.
Tentu saja kami jadi terbiasa dan pede berbicara bahasa bule itu. Tidak seperti saat awal-awal kursus. Mulut rasanya kaku sehingga sebelum belajar, tentor mewajibkan kami senam mulut dulu. Pakai monyong-monyong segala lho. Hehe.
Sebagai tugas akhir, pak tentor mewajibkan kami berburu bule dan mewawancarai mereka. Jalannya wawancara harus kami rekam untuk dinilai oleh pak tentor yang bertubuh imut-imut ini. Topik obrolan bebas, yang penting kami mengobrol dengan bule asli hehe. Bukan bule celup.
Karena pengalaman di kelas-kelas sebelumnya, ada saja anak kursus yang mencoba menipu pak tentor. Mereka mewawancarai teman sendiri yang berlogat ala bule. Tahu kan, film perang Indonesia jaman dulu yang ada tentara Belanda gadungannya" Atau, gaya ngomong si bintang sinetron Cinta Laura" Nah seperti itu! Hahahaha... Dasar bandel!
Pak tentor yang imut-imut dan ceriwis itu mewanti-wanti peserta kursus agar percaya diri. Tidak terlalu memusingka
n grammar alias tata bahasa, yang penting "They Dong!" Apaan tuh" Dong dalam bahasa jawa gaul artinya mengerti alias paham.
Kata pak tentor, yang penting si bule bisa nyambung apa yang kita katakan, ya tancap saja. "Nggak apa-apa bele-potan, kan masih taraf belajar. Orang asing pasti maklum kok," kata pak tentor menyemangati.
Ehm, mendengar wejangan beliau "hihi kami jadi percaya diri. Sebelumnya nyali agak ciut, maklumlah kita mau ngobrol langsung dengan si empunya bahasa. Kalau salah kan ketahuan banget! Beda kalau ngobrol dengan teman sendiri, cuek saja!
Hari minggu, kami naik mobil teman kursus rame-rame berburu bule. Kami menyusuri Malioboro dan Purawisata, tempat mangkal turis asing di Djokdja. Sebenarnya aku dan Mbak Leslie sudah membuat daftar pertanyaan, tapi cuma sedikit. Pikirku, "Ahh, apa susahnya sih ngobrol dengan bule" yang penting pede." Sambil membawa notes dan tape kecil, kami bergerombol di depan hotel berbintang.
Seorang teman cowok, mencoba menyapa turis yang wara-wiri. Ehh, mereka malah menjauh, mengibaskan tangan dengan wajah keruh. Kami ngakak. "Tampang kamu kayak teroris, Win," goda teman-teman.
Gagal di depan hotel, kami pindah ke Mal Malioboro, Alhamdulillah, setelah sekian lama nongkrong. Kami ketemu rombongan bule cowok masih muda dan cakep! "Hari ini cerah sekali, ya." Rani bersiul-siul hepi.
Mbak Leslie yang bahasa Inggrisnya paling oke, menyapa mereka dan menjelaskan tujuan kami. Mereka langsung mau tuh kami ajak ngobrol!
"Tapi khusus cewek ya," kata si bule dengan muka serius. Kami berpandangan. Teman-teman cowokku misuh-misuh dan pergi. "Dasar bule gila!" gerutu Andi sebal. Kami senyum-senyum geli. Nih bule pake milih-milih segala!
Jadilah, di keramaian orang lalu lalang, kami bikin sesi tanya jawab dengan mereka. Oh My God, teman yang lain ngobrol bertiga, eh aku hanya berduaan saja dengan si bule!
Dengan gugup, aku memperkenalkan diri. Namanya Dave, cowok ramah dari Norwegia. Sambil mengacungkan tape tinggi-tinggi karena badannya jangkung sekali dan aku kate, aku mencoba mengingat-ingat apa yang akan kutanyakan.
Waduuh, otak aku blank sama sekali! Kosong! susunan pertanyaan yang dilatih di kos dengan Mbak Leslie buyar semua. Mana aku tak bawa daftar pertanyaan lagi karena over pede.
Kita tahu etika barat, menatap mata lawan bicara ketika berbicara adalah kesopanan. Dave terus memandang aku dengan tatapannya yang tajam. Dan aku tidak terbiasa begitu! Setelah lama salah tingkah, akhirnya aku bertanya tapi hiks.. suara yang keluar terbata-bata dan lirih.
Dave terus-terusan berkata "I beg your pardon"" dengan wajah bingung. Kacau sekali! Mukaku sampai panas karena malu. Cowok bule itu sih tampak maklum dan berusaha menenangkan aku.
Tapi karena sudah terlanjur kacau, ketika teman-teman menyudahi percakapan dengan bule lain, aku mengucapkan "Thank you very much" "yang ini sih lancar hehe secepat kilat dan langsung kabur! Maluuu niaan...
Bukan cuma itu, di mobil, teman-teman memutar kaset rekaman wawancara aku dengan Dave. Aduuuh... suaraku terbata-bata persis orang gagap diselingi suara Dave yang terus-terusan bertanya "Are you okay"" dengan nada khawatir, seolah aku akan pingsan di hadapannya.
Meledaklah tawa mereka. "Si Dave terlalu ganteng sih kayak Aston Kutcher, Dewi jadi gak kontrol!" celetuk teman aku. Hik hik.
"Ini nih akibatnya kalau gampangin sesuatu." Aku misuh-misuh dalam hati, berusaha tabah menerima serbuan ledekan teman-teman. Karena rekaman kacau ini tak mungkin dikumpulkan, terpaksa aku berburu turis lagi keesokan harinya.
Thanks God. Dengan persiapan lebih matang, aku sukses mewawancarai turis asal Belanda, seorang ibu dan anak gadisnya. Tapi malunya itu lhoo nggak hilang-hilang... hiks.. hiks.
Tersenyumlah Serena sayang
Namanya Serena. Teman sekampusku. Pertama kali kenalan, saat acara reuni alumni jurusan kami. Aku dan gadis itu diajak Pak Dosen jadi penerima tamu. ia berkulit hitam manis dan ramah pada siapa saja. Siapa pun bisa langsung akrab dengannya.
Serena punya pacar sejak SMA. Pacarnya pun kuliah di kampus yang sama. Alex bad boy. Begitu gosip yang kudengar, ia
jarang kuliah. Dugem tiap malam tak pernah absen. Gemar balapan liar dengan motor kebanggaannya.
Serena kerap bercerita ia dikasari Alex. Betapa marahnya aku mendengar penuturan gadis itu. Pengecut macam apa yang berani menyakiti perempuan" Baru juga pacaran sudah sok jagoan! Berulangkali, teman-temannya membujuknya agar meninggalkan Alex.
"Biarpun kasar, aku yakin dia sayang padaku," katanya yakin. Memukul hingga tubuh biru lebam dinamakan cinta" Ah, itu hal baru untukku. Hari berganti, Alex makin menjadi-jadi. Dari sekadar mabuk minuman keras di klub malam, ia menjadi pecandu narkoba.
Alex semakin jarang terlihat di kampus. IPK-nya satu koma. Uang kiriman orangtua ia pakai untuk membeli barang haram. Apakah Serena menyerah" Tidak sama sekali! ia tetap berada di sisi cowok itu. Mendukungnya agar lepas dari jeratan narkoba. Duh, rasanya kok terlalu sok pahlawan. Tapi, itu pilihan Serena.
Berhasilkah" Tidak sama sekali. Alex semakin terperosok. Suatu hari kudengar berita mengejutkan. Keduanya menikah di kampung. Aku dan teman-teman menangis. Rasanya tak rela teman sebaik Serena masuk ke dalam perangkap.
Beberapa bulan kemudian, barulah aku mengetahui cerita sebenarnya. Mereka menikah karena temanku itu telah mengandung empat bulan, ia diusir orangtuanya yang malu atas kelakuan putri mereka. Mereka terpaksa mengontrak bedeng reyot di Djokdja dengan tabungan yang ada.
Begitulah, Serena dan Alex berumah tangga di usia yang masih sangat muda. Tanpa persiapan apa-apa. Bahkan Serena terpaksa cuti kuliah ketika kehamilannya semakin tua. Alex wara-wiri mencari kerja yang tak memerlukan ijasah. "Aku sudah berdosa, setidaknya aku berusaha merawat anakku."
Aku speechles. "Alex janji akan berubah kok, dia sampai menangis memohon-mohon agar aku memaafkan dia. Dia akan cari kerja dan nerusin kuliahnya," Serena mengelus perutnya yang buncit. "Aku percaya sama dia, apalagi hanya Alex dan bayi ini yang kupunya sekarang."
Aku mengangguk dan berusaha menghiburnya. Aku hanya bisa mendoakan semoga Alex benar-benar insyaf dan kehidupan mereka membaik. Dengan bantuan dari tantenya, temanku melahirkan putri pertama. Seorang bayi yang cantik. Dan Alex tidak berubah. Janji dan tangisannya hanya sandiwara belaka, ia semakin terjerumus dalam lingkaran setan itu.
Temanku berjuang sendiri, ia merawat anak, bekerja paruh waktu, dan meneruskan kuliahnya yang terbengkalai. Untunglah, ada tantenya yang sangat mendukung gadis itu. Si tante membantu menjaga anak Serena ketika ibunya kuliah atau kerja.
ia perempuan tegar. Senyuman tetap menghiasi wajahnya. Candaannya tetap mewarnai hari-hari kuliah kami. Tak banyak orang yang tahu penderitaan seorang Serena, ia begitu pandai menyembunyikan luka hati.
Waktu berlalu, putri pertama Serena kini sudah berusia setahun, ia lincah dan suka berceloteh menggemaskan, ia menjadi penghibur dan penyemangat mamanya. Kudengar, Serena sedang mengandung anak kedua.
Tak ada yang berubah dari Alex selain ia akan menjadi ayah dua anak. ia tetap kasar. Pengangguran, ia kerap kali merampas uang hasil kerja istrinya untuk berjudi. Tubuhnya semakin kurus dan tak terurus. Penampilan Alex jauuh lebih tua dari usianya yang masih 21 tahun! Pas kami bertemu di kampus, Serena bilang kalau suaminya sakit.
Karena sibuk, Kami jarang bertukar kabar. Hingga suatu hari, Ifa datang ke kos membawa berita mengejutkan. "Kamu sudah tahu belum kabar Serena, Wi"" tanyanya.
Aku menggeleng. "Kenapa, Fa""
"Minggu lalu, Alex meninggal, OD... kasihan sekali Serena," kata Ifa pedih.
Duh, terbayang Serena yang sedang hamil juga putri kecilnya. Bahkan setelah Alex meninggal, orangtua Serena tetap berhati batu. Mereka tak kunjung memaafkan putrinya. Kejam sekali! Kini, gadis itu tinggal dengan Tantenya, ia berjuang sendiri untuk menghidupi keluarga kecilnya. Kata teman-teman, ia semakin taat beribadah. Serenaku sayang memang perempuan tegar.
Bi iyung bi Yung, adik Papa yang tinggal di Sukabumi, berkunjung ke rumah mertuanya di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, ia sangat menikmati liburannya ke daerah sejuk itu. Selain karena ia mengunjungi banyak tempat ind
ah, ia juga punya pengalaman berkesan di sana.
Hari itu, rumah mertuanya lengang. Semua orang pergi ke rumah saudara yang akan hajatan. Bi Iyung tidak ikut karena sedang tidak enak badan. Karena rumah sepi, ia pun duduk-duduk di wartel mertuanya yang terletak persis di sebelah rumah.
Saat itu wartel sepi. ia ngobrol dengan Uli dan Ira, penjaga wartel. Masuklah seorang ibu muda yang sedang hamil besar, ia tampak kepayahan. Ira menunjuk salah satu boks telpon di pojok. Ibu itu berbicara di telpon dengan suaminya dengan panik. Tiba-tiba listrik mati. Telpon putus. Ibu itu kebingungan.
Uli minta maaf dan mempersilakan si ibu duduk. Lalu sekonyong-konyong, ibu itu menjerit kesakitan! Bi Iyung dan penjaga wartel berlari menghampirinya. Ada air mengalir di kaki ibu itu. Masya Allah, air ketubannya pecah. Ibu itu akan segera melahirkan! "Ahhh... aduhh.. aduhh.. tolong bu... hubungi suami saya... aduhhh sakitttt..." jeritnya.
Mereka kebingungan tak menyangka akan menghadapi kejadian seperti itu. Bi Iyung berusaha tenang. "Ra, ambilkan handuk dan air hangat," perintahnya tabah. Padahal dalam hati ia jejerkan bingung. Ira bengong. "Cepat, ibu ini akan melahirkan sebentar lagi" desaknya. Ira lari ke dalam, ia keluar membawa sebaskom air hangat dan handuk besar,
Mereka memapah ibu itu ke dipan di belakang wartel. Listrik masih mati. Bi Iyung juga tak punya ponsel. "Li, tahu rumah ibu bidan" Suruh ke sini ya! Cepat!" kata bi Yung pada penjaga wartel satunya. Ira mengangguk lari secepat kilat...
"Duh.. sakit., kayaknya sudah mo keluar, buuu... tolong... sakitt," si ibu muda menangis mencengkeram seprei. Ya Tuhan tolonglah hambamu, bi Yung mengusap keringat dingin.
"Duh, Ulli ke mana ya, Bu" kok lama sekali..." Ira gelisah. Bi Yung mengusap keringat di dahi si ibu dengan lap basah.
"Ibu tenang... tarik napas pelan-pelaan.. hembuskan... yaah bagus... suami ibu di kantor."" tanyanya. Wanita muda itu mengangguk kepayahan. Berusaha mengikuti instruksi tanteku. Keringatnya mengucur deras.
Ya ampun... nggak bakal sempat menunggu bu bidan datang nih. Bi Yung membuka kaki ibu itu lebar-lebar. Melepas celananya. "Ayoo kita lakukan, yah... tenang ya., tarik napas Bu... yaa.. dorong., jangan terlalu keras yaa.." kata bi Yung menyemangati. Kata Ira, gayanya persis bidan betulan.
Tanteku melihat sesuatu nongol. Masya Allah, ternyata ujung kepala bayi itu. Bi yung tersenyum. "Tuh, kepalanya keliatan Bu, ayo semangat... yaaa dorong... sedikit lagi., sekali lagi yakkk!" Ibu itu mendorong sekali lagi dan... oeeeekkkkkkk... bayi merah itu keluar dengan selamat.
Bi Iyung membungkus bayi lelaki itu dengan handuk. Saat itu barulah Uli datang dengan ibu Bidan. Ibu bidan mengambil alih perawatan ibu muda itu. Menggunting ari-ari dan membersihkan bayinya. Bi Yung terduduk lemas. Ira memberi bi Iyung minum.
"Ibu hebat sekali! Ibu kerja di RS"" tanya bu bidan. Bi Yung menggeleng lemah.
"Hah! Kok ibu bisa membantu persalinan dengan lancar begini"" tanya bu Bidan terkagum-kagum.
"Di rumah, saya sering menolong kucing saya melahirkan dok..." jawab bi Yung polos.
hura-hura syalalala. Kota Djokdja punya daya tarik tersendiri bagi aku dan teman-teman SMA-ku di Palembang. Satu hari setelah ujian irasional, aku dan teman-temanku nekad berangkat naik bis ke Djokdja. Pengen jadi anak rantau, ceritanya. Kami bahkan rela melewatkan acara perpisahan sekolah yang gosipnya happening banget.
Di Djokdja, anak-anak berpencar ke universitas incaran masing-masing. Kampusnya berjauhan pula. Acara kumpul-kumpul jadi hal langka. Suatu hari, seorang teman SMA bikin acara kangen-kangenan di Pantai Baron.
Ya, kapan lagi bisa seru-seruan bareng" Setelah beberapa kali acara diundur karena berbagai sebab nggak penting: batuk pilek, sakit datang bulan, bentrok dengan acara kampus, kencan buta, dll, akhirnya jadi juga piknik bareng. Anak-anak setuju menyewa mobil kijang tua. Untuk konsumsi, aku berbaik hati bo *tumbeen!, jadi juragan dan membeli nasi bungkus buat rombongan, itung-itung sekalian merayakan ultah.
Pikniknya seru banget! Si Indah yang khusus beli outfit kuning terang buat acar
a itu diledek habis-habisan. Namanya sahabat berbulan-bulan nggak ketemu, sekalinya ketemu ya... cela-celaan menyakitkan hati deh hehe. Kami berjemur dengan rapi di tepi pantai sambil mengobrol lepas rindu.
Bahasa Plembang prokem bertebaran di udara. Duh, serasa lagi di tepi Sungai Musi. Padahal dari jauh sih penampakan kami dah persis ikan pindang dijemur! Kurus kering mengenaskan gitu, hihihi.
Belum lagi tingkah si kriwil Iyus, Luthfi, dan Isban ndut yang kocak menambah heboh. Suasana makin ramai karena ada Harris dan Arya, teman SMA yang kuliah di Bandung. Jadi pada heboh deh membandingkan cewek-cewek Djokdja a.k.a aku, Indah, dan Nia dengan cewek-cewek Bandung yang geulis dan putih. "Wuihh... jauhh!" komentar Isban serius. Sialan, itu sih pelecehaan!
Kami menghabiskan waktu seharian di pantai, berenang, mencari kerang, berjemur, makan siang, dan foto-foto, asyik banget! Tingkah norak makhluk-makhluk ini bikin aku curiga, jangan-jangan baru sekali ini liat pantai hahaha! Ada insiden juga sih pas Nia tertusuk duri babi yang bertebaran di tepi pantai. Oh, seraam! Kami shalat Dhuhur dan Ashar berjamaah di musholla dekat pantai. Ah, hari jadi terasa cepat berlalu.
Pukul setengah enam sore, pantai sudah mulai gelap. Anak-anak terlihat lelah dan mengantuk. Kami tinggalkan pantai. Di perjalanan pulang, kami masih tetap bersenda gurau. Padahal jalanan yang dilalui berkelok-kelok. Jurang menganga di sebelah kiri jalan bikin pening. Hiyy, Aku nggak punya nyali buat mengintip lewat jendela. Seram. Perjalanan juga agak tersendat karena pengunjung pantai pulang bersamaan. Tapi, anak-anak teteupp saja bercanda dan tertawa terbahak-bahak.
Harris memutar lagu disko berbeat kencang dengan volume maksimal di tape mobil. Semuanya mulai meracau dan bergoyang gila-gilaan seperti orang mabuk. Isban menyetir dengan hati-hati walaupun kami sangat berisik di jok belakang. Ketika adzan maghrib berkumandang, indah usul agar mobil berhenti di mesjid.
Tapi yang lain menampik. Alasannya capeklah, badan kotor dan berkeringat, tanggung, de-el-el. Akhirnya batal deh mampir. Kami melanjutkan acara saling ledek. Bergosip. Berteriak-teriak. Jalanan masih macet tapi nggak ada yang bete tuh.
Saat mobil di tanjakan, tiba-tiba bis besar di depan kami mundur karena tak kuat menahan beban penumpang. Kami kompakan jejeritan karena nyaris tertabrak. Menghindari tabrakan, Isban refleks memundurkan mobil. Tapi apa yang terjadi" Masya Allah, rem kijang tiba-tiba blong! Mobil Kijang tua berpenumpang sebelas orang pun mundur dengan mulus. Mampus!
Suasana kacau balau. Isban berusaha keras menghentikan laju mobil tapi sia-sia. Anak-anak cowok yang duduk di jok belakang tanpa sadar berlompatan ke jok tengah. Kami berimpitan di tengah sambil tak sadar berteriak histeris. Huaa... jurang menganga siap menyambut!
Kalau kijang ini mundur terus, sedan ungu di belakang bakal tertabrak dan masuk jurang! Di sebelah kanan mobil ada tebing cadas. Suasana penuh canda tiba-tiba jadi mengerikan. Semua menangis dan meneriakkan nama Allah. Isban berkeringat dingin tapi berusaha tenang.
Isban menabrakkan mobil ke tebing di sebelah kanan jalan. Brakk! Guncangan keras saat mobil mencium tebing batu, menyentakkan kami. Badanku menggigil keras. Ya Tuhan, Hampir saja kami terlempar ke jurang! Semua turun dengan lutut lemas. Si supir andalan melongok bemper mobil. Hancur. Biarlah, yang penting semua selamat.
Perjalanan dilanjutkan kembali. Kali ini suasannya beda. Senyap. Kami membisu. Saat melihat musholla di tepi jatan, Isban menghentikan mobil dan kami bergegas Shalat Maghrib berjamaah di sana.
Alhamdulillah, kami masih dilindungi oleh-Nya. Kami pulang dengan penuh rasa syukur. Karena kejadian itu, anak-anak terpaksa patungan uang yang jumlahnya cukup besar untuk mengganti kerusakan. Kami juga dimarahi habis-habisan oleh orangtua dan saudara. Duh, Gara-gara terlalu happy 'n fun neeh. Nyaris saja kami celaka.
be em we Kayaknya semua kendaraan bermotor kompak musuhan denganku. Biarpun dibeta-belain les privat, tetap saja nggak bisa-bisa naik motor dan mobil. Jangan-jangan, aku ditakdirkan
jadi penebeng setia kali ya huehehe. Pas liburan kuliah, Mama memaksaku belajar menyetir, ia bahkan membayar seorang supir angkot kawakan untuk mengajariku. Om Ading namanya, ia bertubuh tinggi besar dan berambut cepak ala tentara. Gagah deh pokoknya.
Duuh, sebenarnya aku tuh tengsin berat. Gimana nggak, kami belajar nyetir pakai mobil oplet butut kayak punya si Doel keliling kompleks! Disorakin bocah-bocah badung dan cowok-cowok ngganteng pula. Gilaa, mestinya tadi pakai topeng atau cadar dulu ya!
Sukses" Hehehe. Di hari ketiga, Om Ading nan macho mengiba-iba pada Mama. ia minta berhenti. Om Ading bahkan sukarela mengembalikan uang les utuh! Selama tiga hari kursus, aku mencatat rekor fantastis. Satu kali hampir menabrak pohon, dua kali menyeruduk trotoar hingga temboknya berantakan, terus satu kali kepala Om Ading sampai terbentur atap mobil. "Teteh bawa mobilnya rock en roll, Bu!" keluhnya mengusap keringat dingin membanjir di tengkuknya.
Hmm, rekor belajar motor apalagi. Alisha nekad mengajariku naik motor di tepi selokan Mataram *guru gila! ia yakin dan percaya bahwa sesungguhnya aku mampu menaklukkan motor bebek nan modis ini. Hehe belum tahu diaaa. Apa yang terjadi" Hampir jadi tragedi. Aku membawa motor dengan Alisha di belakangku.
Tiba-tiba, ada seorang bapak menuntun kudanya menyeberangi jalan. Aku kaget dan motor jadi berjalan zig-zag. Aku dan Alisha menjerit-jerit dan terjatuh tak jauh dari si kuda sialan itu. Eh, kudanya kaget, pegangan si bapak terlepas dan menghentakkan kaki belakangnya menyerang kami! Ya Tuhaan, hampir saja kami kena! Kapook!
Semua kejadian nggak banget itu sih berawal dari jaman SMA kayaknya. Waktu SMA kelas satu di Papua, aku punya resolusi tahun baru, yaitu mesti bisa naik motor. Kayaknya seru dan keren kelihatannya. Ke mana-mana nggak perlu capek-capek naik sepeda atau taksi--sebutan penduduk Papua untuk angkot. Bedanya dengan angkot biasa, kursi penumpang tetap menghadap ke depan dan full music lho. House music yang berdentum-dentum bikin kepala penumpang ajeb-ajeb asyik...
Suatu hari, tetanggaku di kompleks, Cici, membeli motor baru. Keren. Bebek merah mengkilat keluaran tahun terbaru. Aku terkagum-kagum dibuatnya. Dan hebatnya, Cici tak butuh waktu lama untuk jago mengendarainya. Dalam waktu seminggu, ia sudah wara-wiri Kotaraja dalam-Abepura. Jenius. Excellent.
Hehehe... Aku jadi nekad merengek pada Mama ingin be em we juga. Permintaan ditolak mentah-mentah. Selain mahal, aku pun belum cukup umur untuk punya SIM. Umurku baru lima belas deh kayaknya. Sangat belia dan segar *halah.
"Ah, Cici boleh kok, padahal dia baru kelas 3 SMP," kataku keukeuh.
Mama tak kalah teguh. "Ya sudah, kamu jadi anaknya pak Ketut saja kalau begitu." Huhuhu. Pak Ketut tuh papanya Cici.
Suatu sore, aku dan Cici baru pulang dari supermarket di Abe. Tentu saja ia memboncengku. Mungkin karena dilihatnya aku hampir ngeces melihat tuh motor, *ehh jangan-jangan dia melihatku mengelus-ngelus motornya sembunyi-sembunyi" hihi. Cici pun menawari aku belajar.
"Gampang kok Mbak, Mbak bisa naik sepeda kan"" Aku mengangguk bersemangat. Kalau naik sepeda mah aku jagonya. Aku sering naik sepeda kalau pergi les Fisika di rumah bu Ina di Kotaraja luar. Jauh juga tuh jaraknya. Sampe ngos-ngosan dan betis jumbo dibuatnya. Belum lagi disuitin anak-anak STM. "Ceweek... CD-nya item bintik-bintik yaa..." teriak mereka jahil. Aku pernah hampir nyusruk di got karena kaget mendengar tebakan mereka.
Ihh... kok benar sihh! "Mbak di depan, aku membonceng, oke"" Cici menunjukkan rem, gas, dan perseneling motornya. "Inget-inget, jangan sampai ketukar ya!" katanya duduk di belakangku. Aku mengangguk sambil menghapal letak tombol-tombolnya. Maklum, kadang aku suka lemot hehe.
Aku deg-degan karena senang dan takut. Ah, akhirnya bisa naik motor juga. "Pelan-pelan...." Bismillah. Kami pun perlahan keluar kompleks menuju lapangan bola. Kata Cici, di sana lebih leluasa latihan karena bisa putar-putar.
Asyik! Aku bisa! Aku jadi lebih percaya diri. Menambah kecepatan motor. Tiba-tiba, tanpa kulonuwun, satu kompi bebek centil menyeberang! Aku k
aget. Cici teriak-teriak, "Mbak... aayoo di rem... jangan ditabrak bebeknya!"
Diteriakin begitu, aku panik hingga jadi bingung yang mana rem dan gas. Kutekan saja salah satunya dan... wusshh... motor itu melesat kencang! Barisan bebeknya kocar-kacir. Bahkan ada yang melompat ke arahku dan Cici. Aku dan Cici menjerit histeris. Cici mengusir bebek dengan gerakan seru hingga motornya oleng.
"Reeem..." jeritnya memelukku erat. Dengan panik, aku tekan sekali lagi dan wushh... makin kencang! Waaa... aku refleks menutup mata pasrah dan brukk...! kami terjungkal dan jatuh di rumput.
Motornya rebah. Kubuka mata. Masya Allah, mengerikan. Pot bunganya berantakan Aku menabrak sebaris pot rumah orang! Aku berdiri. Cici juga. Melongo.
Ternyata ini rumah dua orangtua penduduk asli situ. Si tete yang sedang duduk santai di teras melongo juga. Tiba-tiba, istrinya si nene keluar dari dapur. Berteriak-teriak murka sambil mengacungkan pisau daging yang besar berlumuran darah! Waaa... aku dan Cici langsung menjerit.
"Eh... Anak-anak kurang ajar ko pu motor tabrak bungaku, hah awas to kulapor ke to pu bapak biar dihajar!" ia terus memaki dalam bahasa daerah. Makiannya tak seberapa *toh kami nggak nyambung, tapi pisaunya itu lhoo... berdarahhh, mungkin habis memotong babi atau sapi, hii horor.
Lututku lemas. Cici sesenggukan. Kami betul-betul mengira bakal digorok. Untunglah Rusli lewat situ. ia tetangga pasangan itu juga teman sekolahku. "Nene, kenapa marah-marah" nanti cepat keriput... tidak cantik lagi..." candanya. Si Nene bercerita sambil terus memelototi kami.
"Jangan marah, nanti mereka pu orangtua ganti semua bunganya... sudah nene... pisaunya jangan diacung begitu bikin mereka takut, kasihan..." bujuk Rusli sambil mengedipkan matanya padaku.
Syukurlah, akhirnya si nene jinak juga. Aku dan Cici, si terdakwa dilepas dengan tampang nggak rela gitu. Kami lari tunggang-langgang hingga Rusli yang mengantarkan
motor Cici. Thanks God, motornya hanya tergores sedikit sehingga ia tak dimarahi ortunya. Aku bangkrut karena mesti mengganti selusin pot bunga Nene. Tak itu saja, Mama mengomel dan menjewer kupingku kayak anak kecil! Hiks... kejaaam... aku kan cuma pengen be em weee... Maaa....
*Tete: Kakek (Bahasa Papua)
*Nene: Nenek (Bahasa Papua)
Cewek ajaib" Punya teman serumah seabrek gitu, nggak mudah lho. Kayak tantangan fear factor, hehe. Tiap orang punya karakter dan pembawaan masing-masing. Kita mesti siap-siap menghadapi tingkah laku ajaib seseorang. Salah satunya yang paling antik, tentu saja partner in crimeku ... Sofia. Dia sekelas denganku di Manajemen. Cewek Boyolali ini penampilannya keren. Tubuhnya seksi, kulit putih, dan berambut kriwil berantakan ala Rachel Maryam belum kenal rebonding. Cowok-cowok pasti ngiler deh.
Tapii, tingkah ajaibnya bikin banyak cowok batal naksir hehe. Gara-gara dulu anak-anak kos hobi begadang, dia kena insomnia. Sialnya, dia sendiri yang kena hihi. Sofia hanya bisa tidur di atas jam tiga dini hari. Sampai bolak-balik kontrol ke dokter dan minum obat lho. Tak heran, ia jadi kayak kalong betina. Malam haha-hihi kayak Mbak Kunti, siangnya molor. Kalau ada kuliah pagi, kami ketam-bahan tugas membangunkan si raden ayu ini. Bunyi weker sih sudah tidak mempan. Ajaib kaan, nggak pelihara bunga tapi tiap hari kudu menyiapkan segayung air! Hehe... puas... puas....
Kami tuh sehati. Penyakit malasnya sama akut denganku. IPK pun nggak jauh beda, jongkok mengenaskan . Kompak. Pernah, cowok-cowok teman SMA-nya datang ke kos-an dan minta minuman yang paling enak. "Duh, ganggu tidur siang aja!" keluh Sofia. Aku nyengir. Dia celingak-celinguk di kulkas mau mencuri air anak-anak eh kosong. Persediaan air umum di dandang besar masih panas. Warung Mbak Nem tutup.
Dia cari akal gimana memuaskan dahaga anak-anak rese itu. Ya, Ampuun! Aku terkikik. Yup, dia mengambil botol kosong, buka keran dapur dan mengalirlah air bening memenuhi botol! Serasa tinggal di Amrik kali ya, air keran bisa langsung diminum. Tak lupa ia mencomot sirup melon punyaku dan es batu entah punya siapa dari kulkas. Nggak modal! Hihi... untung rombongan s
irkus itu punya perut baja. Nggak ada yang sakit perut, sodara-sodara!
Sofia kalau ketawa kayak Mbak Kunti, terkikik-kikik geli. Mukanya yang putih seperti sapi Boyolali jadi semerah tomat. Yang dengar tawanya jadi ingin ngikik bareng. Menular! Parahnya, ia sama sekali tak bisa mengerem tawa atau celetukan sok polosnya. Di mana saja tanpa melihat situasi aman atau genting.
Kayak hari ini, kami lagi menunggu dosen wali di depan ruangannya. Eh, ada Cynthia, si waria anak seangkatanku lagi duduk bengong sendirian di lantai. Nah, tuh anak kan suka pakai kaus ketat mini yang ukurannya pas buat balita. So, pusarnya ke mana-mana dong. Mana bodong lagi. Aku sih berusaha pura-pura nggak liat dan sibuk nyerocos soal sinetron tadi malam. Tapi, Sofia tak memperhatikanku. Kacang... kacang! Lihat apa sih" Cowok keren" Aku memperhatikan arah arah pandangannya.
Oh my God! Cewek kriting ini asik ngeliatin pusar bodong Cynthia! Oo.. oo... aku hapal gaya dia. Sebentar lagi pasti dia nyeplos sembarangan! Tidaaak! Aku buru-buru menariknya keluar tapi kalah cepat. Sofia tiba-tiba ngakak kencaang banget. Gila, nih anak sarapan apaan ya" Aku lancarkan sikutan mautku ke pinggang Sofia dengan panik.
Ssst... sst. Eh, si sableng tidak ngeh.
Sofia dengan polosnya menunjuk-nunjuk Cynthia sambil ngikik, "Hihi.. hihi... bodong! Aneh bangett... sumpah, aneh... pusar kok bisa gitu ya bentuknya"" Mampus! Jalan dengan ni anak emang berisiko tinggi! Perlu asuransi jiwa! Cynthia melirik kami dengan pandangan ganas bin buas. Ups! Tawa Sofi berhenti. Aku dan Sofia langsung meng-keret di pojokan.
Mampus... habis kami dikepret rasa nanas, rasa stroberi... jambu... buah apalagi tuh, batinku. Aku memejamkan mata pasrah menanti eksekusi Cynthia sambil komat-kamit berdoa... Cynthia terkenal galak sama anak cewek. Gosipnya, sudah berkali-kali ia menampar cewek di kampus dengan tangan raksasanya yang berbulu. Hiiy!
Lho... mana tamparannya" Aku membuka mata. Eh, Cynthia melengos dan berjalan menuju parkiran! Alhamdulillah, ia sedang tidak mood memukul orang rupanya! Thanks God!
Sofia langsung menyeret lenganku menjauh dari situ. Takut Cynthia balik lagi!
Pernah juga kejadian nggak banget; aku, Sofia, dan anak-anak kelas lagi duduk-duduk di luar menunggu dosen datang. Serombongan brondong berkepala plontos melirik sambil menggoda kami. Kebetulan waktu itu kita lagi hobi pake lipstik merah seperti orang habis digampar! Aku sih sok cuek padahal tepe-tepe juga siyy, kali di angkatan baru ada barang bagus! Ehh... Sofia malah melirik tajam dan bilang, "Ihh... anak kecil berani-beraninya godain kita!"
Tuh cowok-cowok langsung berhenti dan duduk tak jauh dari kita! Mukanya pada tersinggung gitu! Aku menyikut lengan Sofia. "Eh, Mbak Mul-mu tuh ya!" bisikku kesal. *Mbak Mul itu istilah kami buat mulut yang asbun hehe. Untung, Pak dosen cepat datang dan kami dengan lega masuk kelas.
Sejam kemudian, kuliah selesai. Begitu kami keluar kelas eh rombongan brondong tadi masih nongkrong di depan kelas! Mereka senyum-senyum puas melihat kami kaget dan panik. Aku dan Sofia bergandengan erat latu berusaha menyelinap di antara teman-teman. Benar saja, mereka membuntuti kami! Serasa lagi main film eksyen! Duh, gi-mana kalau mereka berhasil menangkap dan mengerubungi kami" Pikirku parno membayangkan adegan pelecehan dan perkosaan di film-film Indonesia jaman dulu *halah! Dasar dodol, tinggal teriak saja! Memangnya mereka berani ngapain di kampus seramai ini"
Sofia pucat pasi. Dengan menyelinap di antara anak-anak, kami jalan memutar lewat auditorium. Eh, mereka ikut! Persis di belakang kami! Wah, nggak boleh lewat Audit nih! Pasti ntar papasan di lapangan bola!
Suasana mulai sepi. Mana anak-anak sekelas dah pada bubar ke mana-mana. Tak ada tameng bisa nafas lagi. Aku bergegas menarik tangan Sofia berbalik ke mesjid kampus. Kami mengendap-endap di bagian putri. Yes, berhasil! Tuh cowok pada celingak-celinguk kehilangan buruan! Mukanya pada gemas.
Aku ngos-ngosan duduk berselonjor di karpet mesjid. Muka dan bajuku banjir keringat. Make up lenyap sudah. Sofia tak kalah kacau. Rambutnya mengem
bang karena berlari maraton. Cukup lama kami bersembunyi di mesjid sambil mengintip-intip kayak maling ayam. Aku menoleh pada Sofia dan memasang tampang tersangarku.
"Sofiaaa..." jeritku berusaha mencekik leher cewek itu. Sofia menghindar sambil terkikik dengan suara khas kunti-nya. Siaaaal.
mbah dukun" nyai peramal"
Peramal, Dukun, Paranormal, atau Cenayang, berbagai macam sebutannya kini jadi profesi laris dan mendatangkan banyak uang. Di jaman serba tak pasti kayak begini, orang makin gamang dan bingung mencari pegangan hidup. Bukannya berdoa pada Tuhan, malah peramal dan cenayang laris diburu.
Anak kos juga begitu. Nggak sanggup menyewa Mama Lauren, Ki Joko Bodo, dll yang wara-wiri di televisi nggak bikin kami kehilangan akal. Yang paling mudah didapat, tentu saja ramalan bintang di majalah remaja. Aku ingat, kalau ada yang punya majalah baru, halaman pertama dipantengi adalah zodiak atau ramalan bintang.
Bahkan, salah satu majalah remaja laris diburu anak muda lho. Kok bisa" Ya, soalnya majalah itu komplit membahas ramalan bintang seseorang. Mulai dari masalah sekolah, keluarga, keuangan, hingga asmara. Bahkan warna dan angka keberuntungan untuk minggu itu pun ada. Kalau ramalannya bagus, senanglah hati. Tapi kalau sebaliknya" Wah... ada perasaan harap-harap cemas. Kacau, ya! Di kos, ada anak baru yang katanya punya indra keenam, ia mempunyai keahlian meramal dengan medium kartu remi. Maka, beberapa bulan belakangan ini acara anak-anak kos sehabis makan malam bukan lagi bikin tugas atau nonton DVD baru, tapi meramal masa depan, karier, dan percintaan! Saking percayanya, si Erin bahkan bela-belain bolos kuliah lho karena diramal bakal sial hari ini! Cek... cek....
Ketika kos-an dilanda isu setan, Ibu kos dan anak-anak langsung bernisiatif memanggil "orang pintar" untuk mendeteksi keberadaan makhluk halus. Bahkan saat Disti kehilangan perhiasan emasnya, lagi-lagi semua ngusulin agar ke peramal untuk mengintip si pencuri melalui medium bayangan di air!
Ternyata, begitu lekat ya peramal dan ramalannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Hmm... kenapa ya pada berbondong-bondong ke peramal, apakah dengan datang pada mereka menimbulkan rasa aman" Memuaskan keingintahuan kita" Padahal Tuhan adalah sang pemilik kebenaran dan semua bermuara kepada kehendak Dia.
Hiiy... soal cenayang, aku pernah punya bad story nih. Seorang teman kampus, Tania, punya masalah cinta dan nggak tahu mesti bagaimana. Bukannya curhat sama sodara atau teman, dia malah ingin ke peramal. Anna, sahabatku yang lain segera mencarikan alamat peramal beken yang kerap didatangi anak-anak kuliahan "waduh, katanya ramalannya cukup jitu dan ongkos konsultasi terjangkau.
Pulang kuliah, kami berempat mencari alamat peramal yang dimaksud. Sebenarnya hanya aku, Tania, dan Anna semangat 45. Libby sudah keukeuh nggak mau ikut. Tapi kami tahu kelemahan tuh cewek dan mengiming-iminginya dengan semangkuk Soto Kudus dan es teler, ia menyerah.
Rumah si peramal sulit dicapai, letaknya di perkampungan padat penduduk gitu deh. Kami berputar-putar sampai Ashar hingga akhirnya ketemu juga. Sebuah rumah panggung yang nampak reyot, kotor tak terurus. Lidya mengetuk pintu. Dan keluarlah seorang nenek bertubuh renta berbaju gelap memandang curiga. Hiiy...
"Ada perlu apa"" tanyanya ketus.
"Katanya Nyai bisa meramal masa depan, temanku ingin diramal," jawab Anna takut-takut. Nenek itu mengangguk dengan gaya misterius, mempersilakan kami masuk ke dalam. Sebuah ruang tamu yang tak kalah reyot dengan beranda rumahya. Jendela tertutup rapat. Pengap.
Kami duduk di lantai kayu mengelilingi dia. Ada dupa dan pembakaran kemenyan di situ. ia mulai membakar kemenyan dan bunga-bungaannya. Melantunkan mantra-mantra aneh yang mendirikan bulu kuduk. Hiii. Asap membubung di ruangan. Sesak rasanya. Baunya bikin perut bergolak.
Lututku gemetar, asli. Nyesel rasanya dah datang ke situ. Hehe, aku tuh cuma ingin diramal untuk seru-seruan, bukan seperti Mbah Dukun di lagu fenomenalnya Alam, atau dukun film-film horor model begini! Duuuh...
Tania diramal panjang lebar yang intinya dia akan baikan kemba
li dengan pacarnya, ia hepi banget. Mukanya yang berhari-hari kusut jadi ceria lagi. Dasar. Nenek itu menunjukku. Aku menggeleng. "Aku nggak usah, Nyai!" tolakku sambil mengkeret di pojokan. Eh, Anna malah antusias. Gadis Ambon itu menyodorkan telapak tangannya. "Kamu akan kawin dengan lelaki lebih dari setengah umurmu kelak!"
Tweew! Aki-aki dong! Anna shock mendengar 'masa depannya'. Aku dan Tania berpandangan menahan tawa. Tuh anak memang suka daun alot kok. Kecengannya saja dosen Manajemen Strategi hahaha. Gila, jago juga Nenek seram ini! Nyai memelototi aku dan Tania. Glek. ia lalu menunjuk hidung Libby. Tapi, cewek bertubuh subur itu menggeleng. Mukanya pucat.
"Pulang, yok!" bisiknya.
"Aku kan belum selesai diramal!" protes Anna. Kayaknya, dia penasaran pengen tahu ciri-ciri lelaki bangkotan bakal suaminya ntar, hehe.
Tapi Libby malah bertambah pucat. Aku kira, ia takut melihat tampang si nenek. Libby kan paling penakut di antara kami. Kulirik arloji! Haah pukul lima! Aku belum shalat! Aku memberi kode ke teman-teman untuk segera pamit. "Nyai, maaf sudah sore kami harus pulang, lain kali kami ke sini lagi, terima kasih," Tania berpamitan menggenggamkan uang ke tangan Nyai.
Aku dan Libby langsung bangkit secepat kilat. Kami memakai sepatu dengan kecepatan mengagumkan, pamitan sama empunya rumah lalu kabur dari rumah horor itu. Ya ampuun, bulu kudukku merinding semua! Ini sih syuting uji nyali! Kalau Mama di Palembang sampai tahu aku ke dukun, bisa langsung disuruh pulang dan dikawinkan paksa!
"Dedew... Libby... kalian kenapa sih" Pelan-pelan dong!" Tania dan Anna sampai berlari-lari berusaha mengimbangi kecepatan kami. Sampai di jalan besar, rasanya benar-benar bebas. Rasa takutku hilang. Juga sesak napas dan pusing tak lagi terasa. Bau dupa dan kemenyan yang dipasang si nenek benar-benar nendang.
Aku lega. Tapi tidak dengan Libby, ia langsung menunduk di bawah pohon dan... hueekk.... Muntah berkali-kali! Muka gadis itu sampai pucat kehijauan. Anna sigap menyodorkan sebotol air mineral dan memijat tengkuk Libby.
"Aku nggak tahan bau kemenyannya," bisiknya lirih lalu muntah lagi. Kami memberinya minum dan memapahnya pulang. Azan Maghrib berkumandang. Ampun deh, aku kelewat shalat Dhuhur dan Ashar gara-gara berkunjung ke rumah dukun. Hebat Dew, benar-benar prestasi mengagumkan. Dan Libby, ternyata cewek itu sakit cukup serius dan dan hampir seminggu tak kuliah.
"Gara-gara kita ke peramal, Libby jadi sakit, " sesal Anna.
"Ibuku marah-marah pas tahu, katanya kalau kita mendatangi peramal, ibadah kita tak diterima!" ujar Tania hampir menangis. Duh, Keisengan ternyata bikin banyak bahaya ya...
Anak Kos Dodol Karya Dewi Dedew Rieka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Buruan gotong! Musim ujian tengah semester tiba. Waktunya untuk bertapa dan cari wangsit 'bagaimana meraih nilai apik' di kamar masing-masing. Dasar badung, penghuni kos malah kompak belajar ramai-ramai di ruang tengah dengan televisi nyala. Cewek-cewek berkumpul tentu saja kejadiannya bukan belajar, tapi ngemil dan ngerumpi abis!
Itulah yang terjadi. Aku, Alisha, Tere sibuk ngerumpi tentang cowok ganteng kenalan baru Tere. Sofia asyik baca novel percintaan. Katanya sih buat pemanasan lima menit sebelum belajar Statistik, tapi kayaknya dia sudah baca novel lebih setengah jam! Tika dan Firdi ngemil kacang goreng sambil membolak-balik buku Komunikasinya. Ehm, banyakan kacang masuk mulut daripada bahan ujian ke otak hehe. Sarah sibuk ngobrol di ponsel dengan gebetan barunya.
"Setengah jam lagi aku bakal ngamar dan belajar!" Mbak Leslie pengumuman tiap setengah jam sekali dan tidak ada tanda-tanda ia akan menggeser pantatnya. Lagi sibuk-sibuknya belajar, eh Julia lari-lari masuk ruang TV.
"Eh... tolong, tolongin! Rasti pingsan! Asmanya kumat!" jeritnya. Huaa...hebohlah penghuni kos. Kami rame-rame naik ke kamar tuh anak. Di tempat tidurnya, Rasti terkulai. Wajahnya pucat. "Duh, gimana nih Elsa belum pulang!" kata Erin panik.
Elsa satu-satunya anak kos yang bawa mobil. Pak Say tersayang selalu keluyuran kalau jam segini. Di kos hanya ada motor anak-anak. Tere berlari ke persewaan PS di sebelah, tapi pemiliknya sedang pergi. "Panggil t
aksi! Panggil taksi!" kata Alisha mengipasi wajah Rasti.
Seorang anak menelpon pool taksi dan tak lama kemudian taksinya datang. Kami beramai-ramai mengangkat Rasti ke mobil. Semua ikut menggotong. Mending kalau diam dan konsentrasi penuh. Nggak. Dasar cewek, berisiik banget. Tuh mulut ikutan aktif!
Parahnya nih, kamar Rasti di kamar atas! Mana tangganya melingkar lagi! Penjaga PS kami panggil untuk bantu mengangkat. Aku kebagian bagian kepala karena badanku ceking. Ya ampuun, ternyata kecil-kecil begini nih anak berat juga, ya!
Wadaw, gimana kalau Sasha yang pingsan" Tinggal diseret aja kali! Seksi montok gitu! Semua mengangkat Rasti dengan panduan dari Julia yang mendebarkan plus berisiko tinggi! Coba, kepala Rasti hampir terbentur pintu kamar gara-gara aba-aba dia! "Kiri..', kiri eh salah kanan maksudku! Aduuh!" Teriak cewek Cilacap itu panik! Duhh... Mesti ikut les privat sama tukang parkir tuh anak!
Huaa... benar-benar perjuangan berat menggotongnya sampai taksi. Semuanya ngos-ngosan. "Lain kali, Rasti disuruh pingsan di lantai bawah saja." celetuk Erin memeras kaosnya yang basah keringat "berlebihan dehh. Semuanya ngikik. Hihi... pingsan kok diatur-atur kayak lagi syuting!
"Eh... jangan aku yang anter Rasti ke rumah sakit. Aku besok ujian pagi!" teriakku berulangkali. "Iya., iya., aku saja! Aku ujian sore kok!" kata Anti. Pak supir terkejut melihat pemandangan langka ini. Rombongan cewek berdaster minim menggotong cewek pingsan yang pakaiannya lebih minim lagi!
Pak supir dengan sigap membukakan pintu, aku yang memegang bagian kepala naik duluan. Alisha membawa dompet dan baju si korban dalam kantong kresek. Lalu naik Sofia di tengah dan Tere di depan. "Woiii... Aku jangan ikut... aku pagiii..." teriakku panik.
"Wah... susah dew., kamu nggak bisa keluar lagi..."
Ya, aku memegang kepala Rasti dan pintu kanan taksi susah dibuka. "Maaf Mbak, pintu kanannya memang nggak bisa dibuka!" kata pak supir cengengesan. Sialan, bilang kek dari tadi! "eh perempuan kok mengumpat! Sentil nenekku galak.
"Udah ikut saja... sebentar ini ya., ya..." kata Lia. "Jangan lupa, telepon ortu Rasti ya, Dew!"
"Pak, ke Sarjito pak!" "Hati-hati ya...!"
Sampai di rumah sakit, Rasti dibawa ke Unit Gawat Darurat dan langsung ditangani dokter jaga. Aku dan ketiga temanku terduduk kelelahan dan cemas di ruang tunggu. Duh, mudah-mudahan Rasti baik-baik saja, kasihan kan orangtuanya jauh. Dia nggak punya saudara di sini. Lalu kusadari, orang-orang di ruang tunggu menatap kami dengan pandangan aneh.
Ada apa sih" Nggak pernah liat orang cantik, ya" aku sewot* Ingin rasanya mencakar-cakar orang, habisnya besok ujian dan aku sama sekali belum buka buku! Ancur minah! Orang-orang masih memperhatikan kami berempat. Duh, Beda ya kalau seleb, banyak yang perhatiiin, pikirku ge-er.
Tere memanggilku. Aku menoleh dan memperhatikan penampilan si Baby Huey itu: wajahnya penuh totol-totol obat jerawat, rambut dijepit jepitan plastik merah norak serta daster butut! Persis emak-emak lagi depresi! Penampilan Sofia tak kalah ancur. Rambut kritingnya mengembang seru plus daster batik yang model u can see all my kelek! Belum lagi dia tak pakai kacamata jadi dari tadi melihat sekeliling sambil memicingkan mata persis Nini-nini! Hanya Alisha yang bajunya paling normal karena ia tadi baru pulang dari rumah neneknya.
Bwahahaha... "Untung penampilanku oke-oke saja," kataku menunduk memperhatikan penampilanku. Huaaaa... tidaaaak! Aku hanya pakai kostum tidur: Celana pendek super lusuh, kaos buluk, sendai jepit beda warna kiri dan kanan, dan aduhhh... boneka beruang ini kok bisa kebawa sehhhh" Ampuuun!
Aku berbisik pada ketiga temanku. Kami saling pandang lalu terbahak-bahak keras sekali hingga semua orang kaget. Untung di sini nggak ada paparazzi! Kalau ada... wah tamat dahh karier keartisan kami! Kikikikikik...
Tolong, copeeet! Pulang kuliah, aku dan Ine pergi ke Malioboro. Bukan mau borong-borong ihik.. ihik... gaya banget, hehe. Kami cuma pengen cuci mata sejenak melupakan akhir bulan mengenaskan ini. Bokek berat. Normalnya sih, pengidap bokek akut harus stay aja di kamar.
Aman sentosa. Tapi menurut Ine, mengurung diri bikin penderita makin depresi.
So, jadilah sekarang kami di atas bis yang jalannya bak siput menuju Malioboro. Aku cuma bawa duit ngepas buat ongkos bis dan beli teh botol di emperan seperti saran Ine. Di atas bis yang sesak, Ine beruntung dapat tempat duduk di belakang, sedangkan aku berdiri dekat pintu. Lumayan juga, bebas bau ketek, hehehe. Di tengah keramaian seperti itu mestinya aku mendekap ransel dan bukan membiarkannya tetap di punggung, "menantang mas copet memamerkan keahlian hehe.
Di depan toko Merah Gejayan, naik beberapa cowok bergaya mahasiswa. Mereka berdiri berdesakan "or mendesakkan diri di dekat pintu bis. Aku sampai kesal. Wong masih lowong kok iseng mendesakkan diri. Kurang kerjaan, omelku. Hihi... maaf ya, penderita bokek akut biasanya emang jadi sensi. Sedang asyik-asyiknya melamun, seseorang mencolek bahu, aku menoleh dan ternyata salah seorang mahasiswa tadi mengangsurkan dompet merah, milikku!
"Dompet adik jatuh nih tadi..." katanya senyum-senyum kecut, lalu buru-buru turun di bunderan UGM. Saking kagetnya, aku hanya bisa bilang terima kasih dengan bingung. Aku buru-buru memeriksa ransel dan benar saja! Ritsletingnya terbuka! Ada suara gaduh di belakang. Seorang ibu menjerit karena dompetnya raib. Penumpang pun heboh.
Aku memberi kode pada Ine untuk turun biarpun masih jauh dari Malioboro. Aku langsung terduduk di pinggir jalan. Shock. Ine menatapku bingung. "Ada apa, sih""
Duh, nih kaki rasanya lunglai. Ibu tadi kecopetan, berarti... ya ampuun! Aku juga tadi kecopetan dong! Pemuda tadi pasti salah satu pencopet dan dengan lihai berhasil merogoh ranselku tanpa ketahuan. Tetapi sial baginya, dompetku kosong melompong tak ada uang sepeser pun! Miskin! Sedikit uang yang kubawa pun kutaruh di saku celana.
Duh, betapa baik hatinya si pencopet tadi! ia kembalikan dompet hasil perburuannya! Biarpun kosong, surat-surat penting seperti KTP, kartu ujian, kartu mahasiswa, kartu perpustakaan, dan ATM semua ada di situ. Aku nggak bisa bayangin kalau mas copet tadi jengkel dan membuang dompet merahku keluar jendela! Amblaslah semua kartu berharga milikku! Coba, betapa repot mengurusnya lagi! Duhai, terima kasih mas pencopet atas kebaikanmu hari ini!
Misteri Pondok Terbakar 1 Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto Hantu Wanita Berambut Putih 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama