Ceritasilat Novel Online

Jaka Dan Dara 1

Jaka Dan Dara Karya Bois Bagian 1


Jaka & Dara Sebuah cerita fiksi yang ditulis oleh Bois, penulis copo yang masih harus banyak belajar. Cerita ini hanyalah sarana untuk mengilustrasikan makna di balik kehidupan semu yang begitu penuh misteri. Perlu anda ketahui, orang yang bijak itu adalah orang yang tidak akan menilai kandungan sebuah cerita sebelum ia tuntas membacanya.
e-book ini gratis, siapa saja dipersilakan untuk menyebarluaskannya, dengan catatan tidak sedikitpun mengubah bentuk aslinya.
Jika anda ingin membaca/mengunduh cerita lainnya silakan kunjungi : www.banqbois.bloqspot.com www.banqbois.co.cc
Salurkan donasi anda melalui:
Bank BCA, AN: ATIKAH, REC: 1281625336
Satu Malam minggu pas ivent valentine, cuaca sangat cerah, bintang-bintang terlihat indah menghiasi angkasa. Di sebuah kamar, seorang cewek remaja sedang asyik berdandan di depan cermin yang berbentuk oval. Rambutnya yang sebahu tampak dikepang banyak kecil-kecil dan diikat dengan karet warna-warni. Kini dia tengah menghias wajahnya yang cantik. Setelah terlihat oke, cewek itu pun mengambil botol minyak wanginya. SSS.. SSS... minyak wangi tampak disemprotkan hampir ke sekujur tubuh.
"Nah, ini baru wangi," katanya sambil tersenyum manis.
Tiba-tiba cewek itu merasa ada sesuatu yang kurang, lalu dengan serta-merta dia kembali bercermin-memperhatikan bagian dadanya yang tampak rata. Menyadari itu, si Cewek pun enggak
2 kehabisan akal, kemudian dengan dua bongkah spoons-dia membuatnya menjadi lebih oke.
Kini pakaian ketat yang dikenakannya terlihat benar-benar seksi. Rok mini yang dikenakannya pun tampak seksi, serasi banget dengan pahanya yang putih mulus. Maklumlah dia itu mau ke Valentine Party. Pokoknya Kali ini dia harus dandan funky abis. Soalnya, selain kepingin dapat gebetan, dia juga enggak mau kalah funky dengan teman-temannya. Kini dia melihat ke arah jam dinding yang ada di kamar.
"Wah, udah jam delapan lewat. Tapi, kenapa anak-anak belum nongol juga"" tanyanya dalam hati.
Dalam kegundahan itu, tiba-tiba kedua telinganya mendengar klakson mobil yang sengaja dibunyikan dengan irama khusus. TIN TIN... TIN TIN TIN...
"Nah... akhirnya itu anak-anak nongol juga," katanya dengan wajah ceria.
Lalu dengan semangat empat lima, cewek itu segera meninggalkan kamar dan bergegas menuruni
3 tangga. Namun baru saja dia menuruni anak tangga terakhir, tiba-tiba...
"Dara! Mau ke mana kamu"" tahan ibunya yang sejak tadi memperhatikannya ketika sedang menuruni anak tangga.
"Ma-mau pergi, Bu."
"Iya. tapi mau pergi ke mana"" tanya ibunya. "Ke pesta ulang tahun teman, Bu," jawab Dara bohong.
"Kalau begitu, sekarang juga ganti pakaianmu! Selama ini Ibu sudah memberimu kebebasan berbusana, dan sekarang sepertinya sudah keterlaluan. Ibu benar-benar tidak suka jika melihatmu berpenampilan seperti ini. Kalau saja ayahmu tahu, pasti Ibu yang kena getahnya," pinta sang Ibu seraya memperhatikan dada Dara sambil geleng-geleng kepala.
"Ya... Ibu. Sekali ini boleh ya! Soalnya teman-teman udah pada nunggu. Kalo kelamaan, nanti Dara bisa ditinggal mereka."
4 Sang ibu terlihat berpikir keras, "Hmm... baiklah, kali ini Ibu izinkan. Pokoknya lain kali tidak boleh. Dan ingat, kamu jangan pulang terlalu malam!" katanya kemudian.
"Iya, Bu... " Dara berjanji.
Kemudian cewek itu terlihat berlari ke muka rumah dan bergegas menemui teman-temannya. Pada saat itu, teman-temannya yang udah kesal menunggu tampak menyambutnya dengan senyum ceria.
"Gila! Keren juga tu dada, diapain sih"" tanya temannya yang bernama Wita.
"Pokoknya ada deh," jawab Dara merahasiakan.
"Wah, si Dara benar-benar seksi bo," komentar Seli kagum melihat dada Dara tampak seksi.
"Gue juga mau dong kayak gitu," kata Dita iri.
"Mau tahu rahasianya" Nanti aja ya," kata Dara seraya masuk ke mobil. "Yuk, jalan!" ajaknya kemudian.
Tanpa buang waktu, temannya yang bernama Wita segera menginjak pedal gas dan ngebut seenak
5 kakinya. Dalam tempo yang enggak begitu lama, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Kini mereka udah turun dan sedang menuju ke ruang pesta.
Dengan gaya yang dibuat-buat, mereka tampak melangkah masuk. Beberapa cowok yang melihat langsung
terpana. Ada yang geleng-geleng kepala karena kagum, dan ada juga yang melotot karena melihat dada Dara tampak seksi.
Keempat cewek itu terus melangkah dengan anggunnya. Suasana di dalam ruangan tampak meriah, ada yang lagi berduaan di pojok ruangan, ada yang lagi haha-hihi, ketawa-ketiwi, dan ada juga yang lagi pada berantem. Pokoknya ramai banget deh. Apa lagi pada saat itu suara musik yang minta ampun kerasnya mengalun menghentak-hentak. Di dalam kehingar-bingaran itu, tiba-tiba seorang cowok terlihat datang menghampiri Dara. "Hallo manis! Elo seksi banget. Mau enggak turun sama gue"" tanyanya kepada cewek itu.
Dengan gaya malu-malu mau, Dara pun langsung mengulurkan tangannya. Melihat itu, si Cowok pun
6 cepat-cepat menyambar uluran tangan Dara. Dan enggak lama kemudian, keduanya udah nge-dance mengikuti irama lagu yang kini terdengar begitu melankolis. Dara memandang cowok itu dengan tatapan genit. Mengetahui itu, si Cowok pun makin merapatkan pelukannya. Kini keduanya tampak udah begitu terlena menikmati lagu yang terus mengalun merdu.
Wita, Seli, dan Dita tampak memperhatikan mereka berdua. Enggak lama kemudian, Wita pun mengikuti jejak Dara, dia turun bersama seorang cowok yang mengajaknya nge-dance. Sementara itu Seli dan Dita belum juga turun. Bukannya enggak ada yang mau mengajak nge-dance, tapi karena mereka masih malu-malu. Maklumlah, kedua cewek itu emang baru pertama kali mengikuti pesta seperti itu.
Sebuah lagu telah berlalu, beberapa menit kemudian dua buah lagu telah terlewati, kini sebuah lagu ceria baru saja berkumandang. Seorang cowok yang sejak tadi memperhatikan Seli tampak mulai berdiri, dia melangkah mendekati Seli dan
7 mengajaknya nge-dance. Entah kenapa tiba-tiba Seli mau saja diajak nge-dance sama cowok yang satu itu. Apa mungkin karena cowok itu keren, atau karena musiknya yang kebetulan menggugah, atau... udahlah..., pokoknya Seli mau saja tuh diajak nge-dance sama cowok yang satu itu.
Sekarang kita lihat si Dita yang lagi duduk sendirian. Dia benar-benar seorang cewek yang pemalu banget. Seorang cowok mengajaknya turun, namun dia menolaknya dengan senyuman manis. Cowok berikutnya pun ditolak. Tampaknya Dita lebih senang duduk sendiri sambil memperhatikan teman-temannya yang lagi asyik bergoyang mengikuti irama yang membuai sukma. Sebenarnya dalam hati, Dita berkeinginan juga untuk nge-dance seperti yang dilakukan teman-temannya. Namun apa daya, kalo diri merasa kurang PD. Entah kenapa bisa demikian. Padahal kalo dilihat, enggak ada sesuatu pun yang kurang. Dia kece, manis, dan body-nya pun oke. Sudahlah, sebaiknya kita enggak perlu ngebahas cewek itu lebih jauh, sebaiknya sekarang kita lihat
8 suasana pesta yang tampak makin meriah. Sekelompok cowok keren baru memasuki ruangan. Gayanya benar-benar membuat para cewek-cewek pada jelalatan.
"Gila tu cowok-cowok, keren abis bo," komentar salah seorang cewek yang lagi ngobrol di sudut ruangan.
"Mana, mana"" tanya cewek yang lain sambil celingukan.
"Itu tu," tunjuk cewek yang satunya.
Semua mata cewek yang lagi enggak ada kegiatan terus memandangi cowok-cowok itu. Sementara itu, Dara yang udah capek nge-dance, kini terlihat sedang mojok berdua dengan cowok yang nge-dance bersamanya tadi.
"Ngomong-ngomong, elo tinggal di mana"" tanya cowok itu.
"Di bilangan Menteng," jawab Dara bohong. Padahal Dara tinggal di daerah dekat perkampungan kumuh, yang kalo sore-sore dia suka ikut nongkrong
9 dengan cowok-cowok sekitar yang emang pada bengal.
"O ya, siapa nama loe tadi"" tanya cowok itu. "Dara Putri Amanah Ananda Cindy Atika," jawab Dara.
"O ya, itu... Habis panjang banget sih, susah ngingatnya," kata cowok itu.
"Makanya jangan diingat semua! Dasar bego!" komentar Dara Asal.
Dara emang suka asal, padahal namanya cuma 'Dara Putri Amanah' kalo 'Cindy Atika' itu nama ibunya. Maksud Dara sih biar jelas, kalo dia itu anaknya Cindy Atika. Sementara itu di rumah Dara, Ayah dan ibunya terlihat sedang berbincang-bincang di ruang tengah.
"Dara pergi ke mana, Bu"" tanya sang suami.
"Katanya sih, ke pesta ulang tahun temannya, Yah."
"O ya, Bu. Hari ini, Dara tidak
berbuat aneh-aneh kan""
10 "Hanya sedikit, Yah. Tapi, aku sudah memberinya nasihat."
"Apa yang dilakukannya kali ini, Bu""
"Sama dengan kemarin-kemarin. Sore tadi dia mengganggu anjing tetangga hingga menyalak tidak karuan. Dan satu lagi, Yah. Sepertinya dia sudah mulai konsen dengan penampilan dirinya."
"Maksudmu""
"Sepertinya dia mulai mencoba untuk menarik perhatian lawan jenis, Yah."
"Benarkah" Rupanya anak kita itu sudah mulai dewasa rupanya. O ya, Bu. Kau selalu mengarahkannya untuk selalu berpenampilan sopan, kan""
"Iya, Yah. Aku tidak lupa dengan pesanmu untuk selalu mengarahkannya."
"Terima kasih, Bu! Aku sangat senang karena kau tidak lupa dengan pesan-pesanku."
Si istri tampak tersenyum saja, walaupun dalam hati dia merasa berdosa karena enggak memberitahukan hal yang sebenarnya. Kalau saja dia
11 cerita, tentu sang Suami akan marah besar. Dia tahu betul siapa suaminya itu, seorang yang tegas dan tidak main-main dalam menerapkan pendidikan kepada putrinya.
"O ya, Bu. Ngomong-ngomong, kapan ya putri kita itu mau sadar mengenakan busana muslim" Selama ini aku sangat mendambakan dia mau berbusana muslim."
"Aku juga, Yah. Aku ingin sekali dia sadar untuk segera mengenakannya. Padahal selama ini aku sering menganjurkan, namun sepertinya dia masih juga tidak mau peduli."
"Sabar saja, Bu! Kita emang tidak bisa terlalu memaksa. Yang terpenting buat kita adalah terus berusaha dan berdoa agar dia bisa mencintai busana itu. Semoga Tuhan memberikannya rahmat dan hidayah-Nya sehingga putri kita mau mengenakannya.
M "Betul, Yah. Kalau dipaksa pun tentu tidak baik akibatnya. Aku tahu betul siapa putri kita itu, tabiatnya sama sepertimu. Setiap apa yang diyakininya benar
12 pasti akan dipertahankan mati-matian. Dia tidak seperti gadis kebanyakan yang selalu patuh dengan nasihat kedua orang tuanya, dia selalu berontak jika nasihat orang tuanya dianggap tidak sesuai dengan pandangannya. Aku terkadang tidak habis pikir, Yah. Padahal sejak kecil dia sudah dibiasakan mengenakannya, bahkan hingga duduk di bangku SMP. Tapi, kenapa setelah duduk di bangku SMA dia malah melepasnya."
"Mungkin itu karena pengaruh lingkungan, Bu. Bukankah kau dulu juga pernah seperti dia. Kau kan juga sempat melepaskan busana muslim karena suatu keadaan yang kau anggap tidak memungkinkan."
"Ah, Ayah. Itu kan masa lalu. Saat itu kan aku emang masih belum bisa mempunyai keyakinan yang teguh."
"Mungkin saat ini Dara juga begitu, Bu. Waktu itu saja aku sempat dibilang kolot sama Dara. Dan dia mengungkapkan pendapatnya yang membuatku sempat dibuat khawatir. Katanya sekarang sudah
13 tidak jamannya lagi wanita dikrubungi kayak belimbing. Katanya lagi, yang terpenting itu prilaku, bukannya kedok yang berkesan menutupi kemunafikan. Aku heran, dari mana dia mendapat pelajaran yang membuatnya mempunyai pola pikir seperti itu."
"Ya, maklum saja, Yah. Kita kan hidup di negara demokrasi, yang mana nilai-nilai agama sering dipandang sebelah mata karena dianggap tidak relefan. Orang-orang lebih mengutamakan nilai kebebasan individu atas nama HAM, kebebasan berkreasi misalnya. Selama suara mayoritas menganggap tidak merugikan orang lain, dan tidak merusak kehidupan berbangsa tentu akan sangat didukung. Walaupun sebenarnya hal itu bertolak belakang dari nilai-nilai agama dan tanpa disadari telah menggerogoti sendi-sendi kehidupan berbangsa."
"Benar, Bu. Aku sangat sedih begitu tahu kalau orang-orang yang mengaku beragama tapi tidak mau mengutamakan nilai-nilai agama yang dianutnya.
14 Seakan nilai agama mereka nomor dua kan, tentunya karena alasan yang kau kemukakan itu. Kalau Ayah pikir-pikir, dunia ini emang sudah edan. Banyak sekali orang yang bicara soal demokrasi, tapi mereka sendiri tidak tahu apa itu demokrasi. Mau berdemokrasi tapi selera mayoritas masih belum mendukung. Dan akibatnya seperti hukum rimba. Yang kuat dia menang, dan yang lemah tentu akan tersingkirkan. Hukum sudah menjadi abu-abu. Segala persoalan yang hitam-putih sudah sulit untuk dibedakan. Mana yang hitam dan mana yang putih. Mereka seenaknya saja menghitamkan yang putih dan memputihkan yang hi
tam. Selama hal itu tidak merugikan suara mayoritas tentu akan dianggap putih, mereka tidak peduli bahwa hal itu sebenarnya hitam untuk sebagian orang yang justru mengikuti ajaran agamanya. Salah satu contohnya adalah perhelatan akbar olah raga yang dengan bangganya di gelar dengan mengumbar aurat."
Sementara itu di pesta, Dara cs masih asyik menikmati suasana kehingar-bingaran yang kayaknya
15 enggak mau berhenti, dan makin lama makin bertambah hot. Beberapa cewek udah nge-dance di luar batas ketimuran. Mereka udah berani buka-bukaan. Bahkan beberapa pasangan udah bukan lagi nge-dance, melainkan melakukan aktivitas esek-esek.
"Wah, kok pestanya jadi kayak gini sih"" tanya Dita risih, cewek itu merasa enggak nyaman melihat beberapa muda-mudi tengah asyik esek-esek.
"Ya... namanya juga Valentine party, Ta. Maklumin aja deh, soalnya emang begitu caranya agar bisa saling ngebagi kasih sayang."
"O, gitu ya. Wah, liat tuh! Wita malah ikut-ikutan buka-bukaan segala. Kita pulang aja yuk, Ra!""
"Bentar lagi, Ta. Baru juga jam setengah satu."
"Ya ampun! Apa gue enggak salah liat... " Dita terperanjat melihat Seli yang dikenalnya sama-sama pemalu kini lagi asyik esek-esek di pojok ruangan. Dita benar-benar enggak menyangka, ternyata pesta itu udah merubah temannya hingga 180 derajat.
"Ra, apa elo juga mau seperti mereka""
16 "Amit-amit deh, Ta. Gue kemari kan cuma mau having fun. Bukannya mau cari-cari masalah."
Sementara itu, Wita dan Seli masih asyik dengan pasangannya masing-masing. Di bawah kelap-kelip lampu disco yang berwarna-warni, mereka berdua nge-dance sambil esek-esek. Pada saat itu, beberapa pasangan terlihat udah meninggalkan ruangan, mereka mau melanjutkan aktivitas di tempat tidur.
Pesta masih terus berlanjut, hingga enggak terasa waktu udah menunjukkan pukul satu. Mengetahui itu, Dara CS pun buru-buru meninggalkan ruangan yang kini udah kayak kapal pecah, kemudian mereka segera memasuki mobil dan langsung pergi meninggalkan tempat itu. Namun, mereka bukannya langsung pulang, eh malah nongkrong dulu di warung tempat anak-anak gaul pada begadang.
"Hallo Dara, Wita, Seli, Dita" Apa kabar"" sapa seorang cowok sambil berusaha membuka matanya lebar-lebar.
"Hallo juga, Ver. Wah, tu mata udah turun banget," balas Dara seraya menoyor kepala cowok itu.
17 Cowok yang bernama Verdi itu pun langsung terjengkang dan enggak bangkit lagi, rupanya dia emang lagi mabuk berat. Sementara itu, Dara cs yang masih cekikikan karena kejadian barusan terus melangkah, hingga akhirnya mereka duduk di atas sebuah bangku panjang.
"Mas, roti bakar keju dan jus jeruknya empat," pesan Dara kepada pelayan yang menghampirinya.
Rupanya cewek itu sengaja memesan jus jeruk buat mengurangi pengaruh alkohol yang tanpa sengaja udah masuk ke lambungnya.
Sambil menunggu pesanan, mereka tampak membicarakan keempat cowok yang kini lagi duduk di meja sebelah. Keempat cowok itu kayaknya BD (Banyak Duit). Dara cs yang emang suka dengan cowok-cowok seperti mereka langsung memanfaatkan situasi.
Kini Dara memandang ke arah seorang cowok yang kelihatan pendiam, kemudian mengerlingkan matanya dan tersenyum gedit. Cowok yang pendiam itu pun terlihat malu-malu. Melihat itu, Dara makin
18 enjoy. Dia senang banget menggoda cowok yang demikian. Sekali lagi Dara mengerlingkan matanya, dan lagi-lagi si cowok tampak tersipu malu. Lalu tanpa takut dikatakan cewek gatel, Dara pun segera mendatangi mereka.
"Hai, kalian... boleh enggak ikutan gabung"" tanya Dara sambil tersenyum genit.
Keempat cowok itu tampaknya enggak bisa menolak, soalnya mereka udah betul-betul terpikat oleh kecantikan Dara yang tiada duanya.
"Boleh aja, kenapa enggak," jawab seorang cowok.
"Wooiy! Ayo ke sini semua!" teriak Dara memanggil teman-temannya seraya duduk di sebelah cowok yang terlihat pendiam.
Pada saat itu, keempat cowok tadi cuma terpaku melihat ketiga teman Dara datang menghampiri. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Begitulah kata mereka dalam hati, membayangkan masing-masing mendapat satu cewek.
19 "O ya, kenalin! Gue Dara. Dan ini teman-teman gue," kata Dara memperkenalkan diri dan teman-temannya
. Kemudian mereka pun tampak saling berkenalan.
"Ngomong-ngomong, kalian pada mau ke mana"" tanya Dara.
"O... kami baru aja pulang main billiard, setelah ini kami mau langsung pulang," kata salah seorang cowok yang bernama Hengky.
"Lain kali, kita jalan bareng ya!" ajak Dara.
Kini keempat cowok itu tampak saling berpandangan sesama mereka. Pada saat itu Dara sempat melirik ke arah cowok yang terlihat pendiam sambil tersenyum genit. Enggak lama kemudian, si cowok yang pemalu tampak menganggukkan kepalanya, dan seorang cowok yang bernama Berry langsung angkat kaki, eh enggak deng. angkat bicara, "Iya deh, lain kali kita jalan bareng," katanya berjanji.
Rupanya cowok yang pemalu itu adalah bos di antara mereka, dia bernama Boy.
20 "Hey, Mas! Sebelah sini!" teriak Dara kepada pelayan warung yang membawa pesanan mereka.
Enggak lama kemudian, mereka udah makan bareng dalam satu meja sambil ngobrol ngalor-ngidul. Enggak tahu ngobrolin apa, yang jelas mereka terlihat begitu senang. Setelah puas makan dan ngobrol bersama, akhirnya Dara cs pamit untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Eh Wit, cepetan dong dibayar!" kata Dara basa-basi.
"O... biar kami aja yang bayar," kata Boy sungguh-sungguh.
"O ya, kalo begitu terima kasih banyak ya! Yuk teman-teman kita pergi sekarang!" ajak Dara bersemangat. Emang itulah yang diharapkan Dara cs, makan dan minum gratis.
"Dag." ucap cewek-cewek itu kepada keempat cowok yang masih duduk di kursinya masing-masing.
Tau-tau Dara cs udah ada di mobil lagi, kini mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Semula Wita sempat mengajak
21 teman-temannya itu untuk nongkrong dulu di tempat kost temannya. Tapi saat itu Dara keberatan, dia enggak mau kepergok disaat pulang ke rumah. Soalnya sang Ibu emang biasa bangun pukul empat pagi, dan kalo udah marah bisa membuatnya benar-benar menderita-dikurung dalam kamar tanpa fasilitas.
Setelah lumayan lama menempuh perjalanan, akhirnya mereka pun tiba di depan rumah Dara.
"Ati-ati di jendela ya, Ra!" pesan Wita.
"Dag. teman-teman, mmmuuaaah!" pamit Dara seraya keluar dari mobil dan berdiri memperhatikan mobil yang ditumpangi oleh teman-temannya tampak melaju menjauhi tempat itu.
Kini Dara sedang berusaha untuk melompati pagar rumahnya. Setelah berhasil melompati pagar dengan sukses, cewek itu pun langsung menyelinap ke samping rumah dan memanjat pohon belimbing yang tumbuh di samping kamar.
Maklumlah, kamar Dara emang terletak di lantai atas, dan pohon belimbing itu mempunyai dahan yang
22 mengarah mendekati balkon kamarnya. Hingga akhirnya dia tiba di balkon dengan selamat, dan sekarang dia mulai membuka jendela yang sengaja enggak dikunci. Kemudian masuk dengan sangat hati-hati seperti pesan temannya Wita.
Nah, pembaca! Tau-tau hari udah pagi lagi nih. Yuk kita lihat, udah jam berapa sih! O. pukul sembilan pagi. Pantesss udah enggak kedengaran lagi suara burung-burung yang berkicau merdu. Lihat tuh, Dara yang lagi tidur pulas, idiiih ngiler lagi. Pasti semalam dia lupa gosok gigi. ^_^
Tiba-tiba saja, pintu kamar Dara sudah digedor nyokap. "Dara! Ayo lekas bangun dan cepat buka pintunya!" teriak sang ibu dari balik pintu, dan jika dilihat dari raut wajahnya beliau tampak begitu geram.
"Wah, gawat! Kena lagi deh," ucap Dara dalam hati." Ya, Bu! Sebentar...!" sahut Dara.
23 Enggak lama kemudian, Dara membuka pintu kamar, "Ada apa sih, Bu"" tanyanya pura-pura bego seraya mengucek kedua matanya yang masih penuh belek.
"Ke mana kamu semalam" Kan Ibu sudah pesan jangan pulang malam-malam," tanya ibunya mengintrogasi.
"Kan. ke pesta ulang tahun, Bu," kelit Dara.
"Jangan bohong, kamu! Ayo mengaku, semalam kamu pulang jam berapa"" tanya sang Ibu dengan wajah makin geram.
"Benar kok, Bu. Dara cuma ke pesta ulang tahun dan pulangnya jam 10.00," katanya masih juga berkelit.
"Ya sudah, hari ini kamu tidak mendapat uang saku. Dan hari ini kamu tidak boleh ke luar rumah. Sini. berikan HP-mu ke Ibu!" pinta ibunya memberi hukuman.
"Ya. Ibuuu, hari Minggu ini kan, Dara mau jalan-jalan ke Mal," kata Dara kecewa.
24 "Pokoknya kamu tidak boleh keluar rumah, titik!" k
ata ibunya seraya melangkah pergi.
Lantas dengan kecewa, Dara pun segera menutup pintu kamar dan kembali ke tempat tidur. Dalam hati, cewek itu terus memaki. Katanya, sang ibu adalah orang yang jahat dan enggak berkeperimanusiaan. Masa cuma gara-gara pulang kemaleman, dia enggak boleh keluar. Emangnya menyita HP dan enggak memberi uang saku, masih belum cukup buat menghukumnya. Sungguh hari itu merupakan hari yang paling enggak mengenakkan buat Dara. Baginya, hukuman kali ini udah sangat kelewatan dan membuatnya benar-benar bete. Pokoknya Dara udah dibuat kesal karena enggak bisa CMDM alias cuci mata di Mal.
Dara terus termenung bersama kegundahannya, hingga enggak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas pagi. Pada saat itulah, teman-temannya yang semalam udah janjian tampak datang menjemput. TIN TIN. TIN TIN TIN... terdengar bunyi irama klakson ciri khas mereka. "Aduh, gimana nih.
25 Ibu emang tega," keluh Dara seraya memandang ke luar jendela.
Di dalam mobil, teman-teman Dara tampak kesal menunggu. "Gimana sih itu anak, mana HP-nya pakai dimatiin segala," kata Wita sewot.
"Mungkin dia ketahuan, Wit," duga Seli.
"Iya, Wit. Pasti Dara lagi dihukum," timpal Dita.
"Cucian deh, Dara. Ya udah, kalo gitu kita cabut aja!" usul Wita seraya menginjak pedal gas dalam-dalam.
Mobil blazer biru langsung ngacir meninggalkan rumah Dara. Sementara itu Dara terlihat sedang melamun sambil terlentang di tempat tidurnya, sedang kedua matanya tampak memandang ke langit-langit.
"Huh, Ibu emang tega dan enggak berkeperimanusiaan. Kan bete kalo seharian kudu di kamar terus. Mana sekarang TV gue dibawa pergi juga, padahal kemarin-kemarin cuma stereo set gue aja yang dibawa pergi. Kali Ibu emang udah sangat kelewatan. Hari minggu ini kan seharusnya gue having fun sama anak-anak, eh sekarang malah dikurung di
26 kamar tanpa bisa melakukan kegiatan yang menyenangkan. Hmm... teman-teman gue sedang melakukan apa ya" Mungkin saat ini mereka lagi senang-senang."
Dara membayangkan teman-temannya yang sedang bersenang-senang, dan menurutnya mereka sangat beruntung karena enggak mempunyai orang tua seketat ibunya.
"Hmm... sekarang enaknya melakukan apa ya""
Dara pun berpikir keras untuk mencari kegiatan yang sekiranya bisa menghibur hatinya yang kini lagi benar-benar bete. Lantas cewek itu pun segera melangkah untuk melihat-lihat tumpukan komik yang ada di atas meja belajarnya. "Aduh, bosen... yang ini udah sepuluh kali gue baca, dan ini malah udah keseringan. Nah ini aja, cerita 'Candy-Candy' ini udah lama banget enggak gue baca. Tiba-tiba Dara teringat pada masa lalunya, ketika setumpuk komik itu dihadiahkan oleh pamannya disaat dia juara satu ketika masih SMP.
27 "Hmm... dulu paman gue menghadiahkan komik ini karena beliau menginginkan agar gue menjadi cewek baik seperti si Candy-Candy itu. Hihihi...! Beliau pasti kecewa banget kalo tahu gue enggak seperti yang diharapkannya. Maaf Paman! Kayaknya aku emang enggak bakat menjadi cewek lugu seperti dia."
Seketika Dara kembali teringat ketika masih SMP, saat itu dia masih menjadi cewek seperti yang ada di komik itu, dimana setiap hari dia harus menjadi makanan empuk teman-temannya yang usil. Hingga akhirnya dia menjadi tertekan dan memutuskan untuk balas dendam. Saat itu, Dara yang udah tertekan berbalik menjadi 180 derajat. Dengan segala ketidakpeduliannya, dia balik mengusili teman-temannya yang dulu pernah mengusilinya. Sayangnya hal itu terbawa terus hingga sekarang, dimana perbuatan itu dirasakannya sangat menyenangkan. Di alam bawah sadarnya, Dara udah mengkondisikan dirinya untuk menjadi cewek yang difensif, dengan demikian dia merasa enggak akan diusili oleh orang-orang yang berniat mengusilinya. Selama ini dia
28 merasa hukum di sekolah adalah hukum rimba, siapa yang kuat dialah yang akan berkuasa dan siapa yang lemah maka akan tertindas. Menurutnya para pendidik dan wali murid sama sekali enggak menyadari betapa enggak enaknya menjadi orang-orang yang tertindas itu. Andaipun ada yang berani mengadu, pelakunya enggak diberikan sangsi yang sesuai. Akibatnya, korban pun akan makin menderita ka
rena mendapat perlakuan enggak mengenakkan dua kali lebih berat dari sebelumnya. Intinya adalah karena enggak adanya perlindungan yang benar-benar menjamin si korban buat enggak disakiti lagi.
Kini Dara tampak membaca komik yang pernah membuatnya bercita-cita menjadi cewek baik. Namun sekarang komik itu udah enggak mempunyai kekuatan lagi untuk menggugah hatinya, alam bawah sadarnya yang udah terkondisikan seperti itu telah menutup hati nuraninya untuk bisa menerima apapun pesan moral yang disampaikan. Kini komik itu hanyalah sebagai hiburan saja, yang mana dia
29 menganggap si karakter utama adalah orang bodoh yang enggak patut ditiru.
30 Dua Dara tampak begitu senang, soalnya pagi ini dia akan kembali bertemu dengan teman-teman sekelasnya. Dan seperti biasa, dia akan mengusili mereka. ^_^
"Nah itu dia, seorang target sedang asyik duduk melamun," ucap Dara dalam hati.
Riko teman sebangkunya itu enggak menyadari kedatangan Dara yang dengan perlahan banget udah berhasil berada di belakangnya. Dan...
"Hayo!!! Lagi ngelamun jorok ya"" tanya Dara tiba-tiba seraya menutup kedua mata cowok itu.
Si Riko pun langsung kaget bukan kepalang, "Astaga naga... makan nasi pakai garam enak juga. Aduh, siapa sih ini"" tanyanya dengan kedua mata yang masih tertutup.
"Coba tebak, kalo betul dapat seratus!" kata Dara dengan suara yang sengaja udah diubah sejak awal.
31 "Siapa sih" Wati ya"" "Teeet... salah." "Mirna..."
"Teeet... masih salah."
"Hmm... pasti si Linglung yang suka usil. Dara binti Bobo eh Bobby."
"Kasar!!!" kata Dara seraya menjitak kepala cowok itu dan memberinya nilai seratus.
"Kok marah"" tanya Riko kesal.
"Habis pakai bawa-bawa nama orang tua segala. Emangnya sederet kata-kata sebelumnya belum cukup apa"" tanya Dara membela diri.
Belum sempat Riko berkata-kata, tiba-tiba bel masuk terdengar meraung-raung. Lalu dengan segera kedua muda-mudi itu masuk kelas dan bersiap-siap untuk berjuang, menuntut ilmu untuk meraih masa depan yang gemilang. Begitu semua udah duduk manis di tempatnya masing-masing, ternyata sang Guru belum juga muncul. Tak ayal, Dara dan teman-teman langsung ribut di kelas. Katanya, daripada bete, lebih baik haha-hihi alias cekakan sambil becanda32 becindi. Namun suasana yang semula begitu riuh bak pasar kaget, tiba-tiba menjadi sunyi-senyap bak kuburan. Dan itu semua lantaran sang Ibu Guru yang masuk kelas enggak bilang-bilang.
"Selamat pagi semua!" ucap sang Ibu guru yang masih saja berdiri di ambang pintu.
"Pagi Buuuuuu..." jawab anak-anak kompak.
"Maaf anak-anak, hari ini Ibu datang agak terlambat karena ada sedikit urusan," kata Ibu guru lagi seraya melangkah masuk. "O ya, anak-anak. Sekali lagi Ibu minta maaf, pada jam pertama ini Ibu tidak bisa mengajar kalian karena ada keperluan lain. Jadi, pelajaran Bahasa Indonesia terpaksa diundur dan digantikan dengan pelajaran kimia," lanjut sang Ibu guru lagi.
Setelah memberitahukan hal itu, Ibu guru langsung pamit. Sementara itu di luar kelas, Pak Gahar sang Guru Kimia tampak udah siap menggantikannya. Sial banget buat Dara, jam pelajaran pertama adalah pelajaran kimia. Padahal pelajaran itu yang paling dibencinya, dan dia selalu
33 mendapat nilai jelek dengan pelajaran yang selalu membuatnya pusiiiiiing. Pokoknya cewek itu selalu dibuat bete oleh pelajaran yang satu itu. Selain harus memikirkan rumus yang membuatnya pusing, dia juga harus menghafalkan berbagai macam molekul.
Seperti biasa, Pak Gahar memasuki ruangan dengan tampangnya yang gahar alias galak dan mengerikan. Kini beliau sedang di depan kelas, bersiap-siap mau mengajarkan mereka soal ilmu kimia. Berbagai rumus yang membuat bete, satu per satu diajarkan. #@z.... ~%&... Pusiiiiiing... enggak satu pun yang Dara mengerti, semuanya emang sulit dan membuat kepala cewek itu makin mau pecah. Sejenak Dara melirik Riko yang duduk di sebelahnya, dan kayaknya cowok itu juga mengalami hal serupa. Tampangnya yang lumayan ganteng terlihat agak kusut lantaran enggak bisa mikir. Sebentar-sebentar dia garuk-garuk kepala, lalu mencoba corat-coret sedikit, terus gigit-gigit ballpoint, dan akhirnya dia memandang
Dara dengan penuh curiga.
34 "Ada apa sih, Ra" Kok dari tadi elo ngeliatin gue terus."
"Eng... enggak kok, gue cuma... "
Belum sempat cewek itu bicara lebih lanjut, tiba-tiba sepotong kapur tulis mengenai keningnya, kemudian disusul dengan suara berat yang memarahinya.
"Dara!!! Kamu sedang apa. Kenapa kamu belum juga menjawab pertanyaan yang Bapak ajukan""
"Ba-Bapak. Be-bertanya padaku... ka-kapan"" tanya Dara memastikan, soalnya dia benar-benar enggak nyadar kalo Pak Gahar udah mengajukan pertanyaan.
"Makanya, kalau Bapak lagi mengajar pikiranmu jangan ke mana-mana. Ayo, sekarang kamu maju ke depan kelas dan berdiri dengan satu kaki!"
"Teng... ! Ala mak. Kenapa jadi begini," kata Dara membatin.
Setelah pegal berdiri, akhirnya Dara diizinkan untuk duduk kembali. Itu pun karena Pak Gahar udah pergi lantaran udah saatnya ganti mata pelajaran. Dan
35 setelah bel istirahat berbunyi, cewek itu siap menjahili orang sebagai pelampiasan atas kekesalannya setelah dihukum tadi.
"Kurang ajar!" maki Dara dalam hati.
Sial betul dia hari ini, mau mengusili orang, eh malah diusilin duluan.
"Dasar Retty tempayan dapur!", maki Dara lagi.
Soalnya, si Retty yang gendut itu berhasil mempermalukannya di tengah teman-teman. Saat itu, wajah Dara pun langsung merah karena malu. Apa lagi pada saat itu ada si Yosi yang sempat memperhatikan wajahnya yang merona.
"Aduh, aku malu banget," ucap Dara dalam hati ketika melihat Yosi tampak senyam-senyum memperhatikannya.
Padahal, Yosi itu kan cowok yang selama ini lagi diincernya. "Dasar tempayan dapur, gendut, jelek... " maki Dara berkali-kali. Soalnya dia sebel banget dengan cewek yang bernama Retty itu, jadi wajar dong kalo dia memaki melulu-soalnya itu manusiawi banget. Betul enggak" Enggakkkkk...!
36 Pulang sekolah emang waktu yang paling mengasyikkan, apa lagi kalo lagi berkumpul dengan teman-teman, sambil ngeceng di Mal. Becanda and ketawa-ketiwi, terus sesekali mengusili para Cowok biar pada GR. Pokoknya asyik banget deh. Begitulah kata Dara mengungkapkan rasa senangnya. Selama ini cewek yang bernama Dara itu emang paling suka membuat GR mahluk yang bernama cowok, dan hal itu makin membuatnya percaya diri. Kalau dia itu emang cantik dan manis. Soalnya setiap cowok yang diperhatikan olehnya pasti langsung GR, bahkan sampai tidak berkedip ketika melihat kecantikannya yang tiada duanya. Tapi sayang... kali ini Wita, Seli dan Dita enggak bisa ikut. Soalnya mereka ada acara keluarga yang enggak mungkin ditinggalin, mereka pun terpaksa pulang buru-buru lantaran orang tua mereka udah mewanti-wanti, alias udah memberi peringatan keras, bahwa siapa yang melanggar bisa kena hukum. Sebenarnya kurang asyik juga, jika mereka enggak ikut menebar pesona bersama Dara. Tapi bagi Dara hal itu enggak mengapa, biarpun dia
37 seorang diri, dia PD saja tuh dengan yang namanya cowok.
Nah, benar kan. Kini cewek itu sedang mengincar seorang cowok yang lagi jalan sendirian. "Wow! Tampangnya oke dan body-nya bagus juga, lumayan atletis-lah. Cowok yang seperti itu tu yang paling asyik dibikin GR, kalo dia suka padaku tentunya bisa dimanfaatkan," kata Dara dalam hati.
"Alo cowok, sendirian aja nih"" tanyanya sambil cengar-cengir.
"Eng... eh iya, ada apa ya"" tanya cowok itu salah tingkah.
"Elo Hari kan"" tanya Dara pura-pura kenal. "Maaf! Gue Rino. Eng.. elo siapa ya"" "Kenalin, nama gue Leni," kata Dara menyamar.
"Gue Rino""
"Iya, gue udah tahu. Kan tadi elo udah bilang."
Cowok itu tampak tersenyum, lalu garuk-garuk kepala, kemudian loncat-loncat. Enggak deh, cowok itu cuma terlihat salah tingkah aja, enggak pakai loncat-loncat.
38 "Maaf ya! Sekarang gue lagi buru-buru, lain kali kita bisa ngobrol bareng," kata cowok itu mencari alasan karena udah gronggenk banget bo.
Mendengar itu, Dara pun cuma bisa tersenyum. Kini cowok itu udah bergegas pergi. Sepeninggal cowok itu, Dara kembali melanjutkan petualangannya. Kini cewek itu tampak sedang melangkah di koridor sebuah Mal, dan entah kenapa tiba-tiba ada seorang cowok yang terlihat memperhatikan gerak-geriknya. Cowok itu mengikuti dia semenjak memasuki pintu Mal hingga akhirn
ya Dara berada di lantai tiga. Entah mau apa dia sebenarnya, yang jelas hal itu udah membuat Dara jadi bertanya-tanya. Sejenak Dara melirik cowok itu, dan dia melihat cowok itu tampak memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Hmm... kayaknya cowok itu naksir sama gue. Mau apa lagi seorang cowok ngikutin cewek, kalo bukan mau kenalan. Tapi anehnya, dari tadi kok dia cuma ngikutin doang, layaknya seperti seorang detektif yang lagi menguntit buruan," duga Dara dalam hati.
39 Kemudian Dara sengaja memperlambat langkahnya, dan dia melihat cowok itu juga demikian. Akhirnya Dara berhenti di sebuah counter pakaian untuk melihat-lihat sejenak, dan lagi-lagi dia melihat cowok itu juga demikian. Kini cowok itu terlihat berhenti di counter sebelah sambil pura-pura melihat-lihat pakaian wanita. Walah, dia kepaksa banget ngelakuin itu lantaran di situ enggak ada counter pakaian cowok.
"Enggak salah lagi, dia emang ngikutin gue. Tapi, kenapa dia masih belum juga mendekat" Tampangnya emang keren, dan hal itu membuat gue kepingin juga kenalan. Tapi... Entah kenapa, kok sama cowok yang satu ini sikap gue jadi begini" Gue kok bisa jadi kurang PD begini" Hmm... apa mungkin ini karena cinta pada pandangan pertama, soalnya tu cowok emang lebih keren ketimbang Yosi," kata Dara lagi dalam hati.
Setelah sekian lama menunggu, ternyata cowok itu masih belum mendekat, dan hal itu benar-benar membuat Dara penasaran. Setiap kali dia menatap
40

Jaka Dan Dara Karya Bois di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajahnya, cowok itu selalu berpaling. Akhirnya Dara pun mencoba mendekatinya, dan ketika udah berada di dekatnya, eh cowok itu malah pura-pura enggak peduli.
"Hmm... apa mungkin dia seorang cowok yang pemalu dan enggak berani ngajak kenalan. Atau. dia seorang yang akan menculik gue dan akan memperkosa gue di suatu tempat. Ah, kayaknya enggak mungkin. Gue liat tampangnya tampak begitu baik, enggak ada sedikit pun tampang kriminal ada padanya. Aduh, kenapa sih ada Cowok yang seperti itu, kalo mau kenalan kenapa enggak langsung aja. Kenapa pake main detektif-detektifan segala. Masa mesti gue juga ngajak dia kenalan. Bisa-bisa... Ah, udalah. Sebaiknya gue biarin aja, mungkin nanti dia juga bakal mau kenalan," kata Dara dalam hati.
Setelah sekian lama berkeliling, akhirnya kaki Dara pun mulai terasa pegal. Sementara itu di kejauhan, cowok yang mengikutinya masih tetap seperti tadi. Akhirnya dengan sedikit kesal, Dara pun enggak mempedulikannya. "Huh, udah cukup gue
41 memberi kesempatan, salah sendiri kalo dia enggak mau memanfaatkannya. Ya udah kalo begitu, mending sekarang gue pulang," katanya lagi dalam hati seraya melangkah pulang.
Malam minggu berikutnya di puncak pas, empat orang cewek dan empat orang cowok tampak sedang ngobrol bareng. Mereka adalah Dara cs dan Boy cs, rupanya mereka sedang menikmati malam di puncak yang berudara dingin. Enggak lama kemudian, Boy terlihat menyendiri, dia duduk di dalam mobil sambil menikmati segelas bir. Dara yang melihat Boy lagi sendirian langsung menghampiri. "Kok sendirian aja, boy"" tanyanya seraya duduk di samping cowok itu.
"Iya, Ra. Soalnya udara di luar dingin banget."
"Iya, Boy. Di luar emang dingin."
"Kalo gitu, minum aja bir ini," tawar Boy seraya menyodorkan gelas yang sedang dipegangnya.
42 "Enggak ah, gue enggak suka minum bir," tolak Dara.
Boy kembali menghirup birnya, sedang kedua matanya tampak memperhatikan wajah Dara. Saat ini dia begitu senang lantaran Dara mau menemaninya. Namun sayang, enggak lama kemudian Dara udah di panggil oleh teman-teman yang lain.
"Tuh, elo dicariin sama mereka," kata Boy memberitahu.
"Ok, Boy... Kalo gitu, gue tinggal dulu ya."
"Yoi, deh." Kini Boy kembali sendirian di dalam mobil. Setelah malam makin larut dan udara makin dingin, akhirnya mereka kembali ke Jakarta untuk pulang ke rumah masing-masing. Lagi-lagi Dara pulang larut malam. Kali ini si Ibu tampak udah menantinya di dekat jendela.
"Dara!!!" "Ups...!" "Kamu emang tidak pernah kapok ya!"
"Maaf, Bu! Soalnya... "
43 "Diam kamu!! Mulai saat ini kamu tidak boleh keluar kamar!" kata sang Ibu seraya menyita semua fasilitas yang ada di kamarmya.
Sungguh sial si dara, lagi-lagi dia
harus dikurung dalam kamar, tanpa HP, radio, dan TV tentunya. Sementara itu di ruang tengah, sang Ayah yang baru aja selesai tadarusan tampak sedang duduk santai. Dan enggak beberapa lama, sang Istri terlihat datang menghampiri. "Aduh, Yah. Aku sudah capek dengan kelakuan Dara. Makin hari anak itu makin berani saja," keluh sang Istri seraya duduk di sebelah suaminya.
"Jadi aku mesti bagaimana, Bu"" tanya sang suami
"Tidak tahu, Yah" Pokoknya aku mau Dara bisa berubah. Selama ini aku sudah berusaha dengan cara yang Ayah anjurkan. Tapi, makin diberi hati anak itu malah makin membangkang."
"Apa iya, Dara seperti itu, Bu""
"Tentu saja, Yah. Selama ini kan aku yang sering mengawasi dia, dan dia tidak pernah kapok dengan hukuman yang kuberikan."
44 "Apakah kau memberikan hukuman yang terlalu keras padanya""
"Tidak, Yah. Aku selalu memberi hukuman seperti yang Ayah anjurkan. Itu Yah, dikurung dalam kamar tanpa fasilitas. Sekarang pun anak itu sedang menjalani hukumannya."
"Baiklah. kalau begitu, aku akan coba bicara dengannya," kata sang suami seraya melangkah ke kamar Dara yang ada di lantai atas.
Enggak lama kemudian, "Dara! Ayah mau bicara denganmu, Nak. Boleh Ayah masuk"" tanya sang Ayah yang tampak berdiri di muka pintu.
"Masuk aja, Yah! Dara juga mau bicara sama Ayah."
Setelah mendengar perkataan itu, sang Ayah pun langsung bergegas masuk.
"Sayang... Ayah dengar, kamu sedang dihukum""
"Iya, Yah. Ibu emang tega... masa Dara mesti diam di kamar tanpa fasilitas. Kan bete, Yah. Coba, kalo Ayah yang dikurung di kamar tanpa fasilitas, apa Ayah enggak ngerasa Bete."
45 "Dara... Dara... namanya juga sedang menjalani hukuman. Kalau menjalani hukuman dengan diberi fasilitas, rasanya kok enak juga ya. Dihukum tanpa fasilitas saja, kamu tidak pernah jera. Apalagi dengan fasilitas, kamu mungkin akan menganggapnya dengan sebelah mata."
"Terus apa bedanya, Yah! Kan hukuman yang selama ini diberikan enggak pernah bikin Dara Jera, lalu kenapa masih juga diberlakukan. Ayah pikir setelah menjalani hukuman itu, Dara lantas berubah. Enggak juga, Yah. Dara malah jadi makin kepingin berontak karena selama ini Dara ngerasa enggak dipercaya. Kalo Ayah mau tahu. Biarpun selama ini Dara pulang larut malam, Dara tu enggak pernah melakukan hal yang di luar batas. Lagi pula, Dara kan pulang larut cuma malam minggu aja. Itu pun karena Dara ngerasa bete karena selama satu pekan harus belajar menuntut ilmu. Masa sih, Dara enggak boleh refreshing untuk menghilangkan semua kepenatan itu."
46 "Bukan apa-apa, Sayang... kami bukannya tidak percaya, tapi kami khawatir kalau kamu sampai terjebak dengan hal-hal yang merugikan. Terus terang, gadis seusiamu itu masih rentan dengan yang namanya pengaruh lingkungan. Biarpun kamu sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak, tapi kamu itu belum bisa konsisten. Kamu itu bisa dengan mudah tergelincir dengan hal-hal yang Ayah dan ibumu khawatirkan itu."
"Dara konsisten kok, Yah. Buktinya, hingga saat ini Dara masih memegang teguh kata-kata Ayah untuk enggak berbuat macam-macam. Hingga saat ini, Dara tu enggak pernah bergaul dengan yang namanya narkoba. Dan Dara tu enggak pernah bergaul dengan cowok sampai di luar batas. Dara tu masih bisa ngebedain mana yang pantas Dara lakukan dan yang enggak."
"Iya, Ayah percaya kalau anak Ayah masih memegang teguh pesan-pesan orang tua. Tapi bukan itu yang Ayah khawatirkan. Yang ayah khawatirkan, kamu itu akan dijebak oleh orang-orang yang tidak
47 bertanggung jawab. Mungkin hingga hari ini kamu masih beruntung karena bertemu orang-orang yang baik. Coba, bagaimana jika kamu bertemu dengan orang jahat yang ingin menghancurkan masa depanmu, apa kamu tidak akan menyesal nantinya."
"Tapi, Yah. Aku tu masih bisa ngebedain mana orang yang mau berbuat jahat dan yang enggak."
"Sudahlah, Sayang... kamu memang masih belum bisa mengerti dengan hal-hal semacam itu. Kamu itu masih labil dan segala tindakanmu masih penuh dengan emosi. Egomu masih dominan ketimbang nurani, jadi kamu akan sangat mudah untuk tergelincir."
"Ya udah, kalo Ayah pikir Dara emang seperti itu. Soalnya, Ayah ema
ng enggak pernah tahu, atau mungkin enggak mau tahu soal kehidupan Dara yang seperti itu. Andai aja Ayah mau mengerti, tentu Ayah akan lebih bijaksana."
Sang Ayah cuma geleng-geleng kepala menanggapi perkataan itu. Walaupun dalam hati dia paham betul apa yang dikatakan Dara, soalnya kan
48 dia dulu juga pernah muda dan melakukan itu semua. Baginya, Dara emang belum bisa memahami kata-kata 'lebih baik mencegah dari pada mengobati' atau 'sepandai-pandai bajing meloncat pasti akan jatuh juga.' Walaupun Dara mengerti tentang hal-hal yang membahayakan jiwanya, namun selama setan masih berkeliaran kemungkinan tergelincir akan sangat mungkin terjadi.
Kini sang Ayah sedang menuruni anak tangga sambil berpikir keras. Dalam benaknya dia kepingin menempatkan putrinya itu pada sebuah tempat yang aman dari hal-hal yang mengkhawatirkan dirinya. Apalagi kalo bukan di sebuah institusi yang ketat dan selalu menanamkan nilai-nilai agama kepada anak didiknya. Hingga akhirnya, hal itu pun mulai dibicarakan kepada sang Istri.
"Bu, bagaimana kalau Dara aku masukkan ke Pesantren saja."
"Ke Pesantren, Yah."
49 "Iya, Bu. Mungkin dengan lingkungan yang mendukung dan teman-teman yang baik, dia bisa berubah."
"Kalau itu emang yang terbaik, aku sih setuju saja. Tapi, bukankah Ayah tahu kalau watak anak kita itu keras sekali. Bagaimana kalau dia memberontak dan menjadi makin brutal."
"Itu sudah aku pertimbangkan, Bu. Dan ini adalah salah satu upaya kita agar dia bisa menjadi seperti yang kita harapkan. Kalau pun tidak, kita kan sudah berusaha. Apapun yang akan terjadi kemudian kita cuma bisa pasrah, menyerahkan semuanya kepada Sang Pengatur Segalanya. Dialah Tuhan yang Maha Esa-Sang Pembolak-Balik Hati, yang berhak menentukan baik tidaknya seseorang. Kita ini hanya manusia yang cuma bisa berusaha sesuai kemampuan, dan kita pun harus banyak berdoa agar putri kita itu mendapatkan hidayah-Nya."
50 Tiga Seminggu berada di Pesantren, Dara mulai enggak betah. Padahal institusi itu sangat baik dan bisa dipastikan membuat siapa saja yang menuntut ilmu di tempat itu bisa menjadi orang-orang yang baik. Tapi itu bukan buat Dara, institusi yang baik itu emang bukan tempat yang cocok buat cewek seperti dia, segala peraturan dan kedisiplinan yang diterapkan benar-benar membuatnya seperti hidup dalam penjara. Maklumlah, sebagai cewek megapolitan yang modern dan hidup di era demokrasi yang kebablasan membuatnya merasa teraniaya dan enggak merdeka. Ini enggak boleh, itu enggak boleh. Baginya di tempat itu dia sulit mengekspresikan diri, yang menurut pandangannya terlalu mengekang dan memenjarakan hak-haknya sebagai orang merdeka. Bagaimana enggak, di tempat itu dia harus mengenakan busana muslim yang menurut
51 pandangannya membuat dia enggak bisa bergerak bebas, panas, dan masih banyak lagi alasan yang dikemukakan. Enggak bisa pergi ke tempat-tempat yang ia sukai buat bersenang-senang. Enggak bisa bebas bergaul dengan lawan jenis sehingga membuat hidupnya terasa benar-benar hampa, dan masih banyak lagi.
Kini cewek itu tengah berbincang-bincang kepada seorang seniornya yang dilihatnya selalu riang di dalam kesehariannya. "Kak Sifa, kok kamu betah sih tinggal di sini"" tanyanya heran.
"Kenapa enggak, di tempat ini kan aku bisa mengekspresikan diri dengan bebas. Aku bisa menulis puisi atau cerpen yang makin membuatku lebih mencintai Tuhan, melantunkan salawat yang indah sehingga hatiku terasa sejuk, membaca Al-Quran dengan hikmat sehingga segala yang terkandung di dalamnya benar-benar bisa aku pahami, Sholat dengan khusuk sehingga makin membuatku merasa bukan apa-apa, berorganisasi dengan cara Islami sehingga membuatku menjadi
52 orang yang makin bertanggung jawab, dan masih banyak lagi hal-hal yang menyenangkan yang bisa aku lakukan. Jadi, enggak ada alasan buatku untuk enggak betah. Bahkan aku kepingin selamanya berada di tempat ini. Setelah lulus nanti, aku malah kepingin untuk mengabdi di sini."
"Apa"" Semua yang Kakak sebutin itu menyenangkan, apa aku enggak salah dengar" Bukankah semua itu cuma bikin bete" "
"Kamu benar, Ra. Jika hati seseorang masih belum bersi
h, tentu hal-hal semacam itu emang enggak menyenangkan. Baginya akan sulit untuk bisa merasakan suatu kenikmatan yang sebetulnya bisa dia rasakan. Dan itu emang enggak gampang, semua harus melalui proses dan kesungguhan yang luar biasa. Beruntung sejak kecil aku sudah berada di tempat ini, sehingga aku belum sempat tercemar oleh hal-hal yang merugikan. Dan karenanyalah aku merasa bersyukur karena sudah diberi kesempatan buat merasakan kenikmatan itu, terus terang walau belum seperti yang kuharapkan."
53 "Hmm... apa aku bisa seperti itu"" tanya Dara.
"Kenapa enggak, jika kamu mau sungguh-sungguh berusaha, Tuhan pasti akan memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga apa yang kita cita-citakan menjadi tercapai."
"Tapi rasanya kok sulit, ya."
"Emang sulit. Tapi, kamu kan bisa melakukannya perlahan-lahan, setahap demi setahap. Untuk sementara lakukan saja yang bisa kamu lakukan, dan terus berusaha untuk enggak mengulangi setiap kesalahan yang pernah kamu lakukan."
"Setahap demi setahap" Tapi bukankah di tempat ini kita wajib ngelakuin hal-hal yang udah menjadi ketetapan institusi."
"Emm... emangnya, kamu benar-benar merasa berat buat melakukan apa yang sudah menjadi ketetapan di sini"" tanya seniornya yang bernama Sifa itu dengan lembut.
Dara menganggukkan kepalanya.
Sifa pun tersenyum. "Apa kalau bukan di tempat ini, kamu bisa melakukannya setahap demi setahap."
54 Dara terdiam, dalam hati dia merasa enggak yakin apakah dia bisa melakukannya atau enggak. "Aku enggak tau," jawabnya kemudian.
"Dara... kalau kamu mau tahu. Sebenarnya di mana pun kita berada, kita bisa saja mewujudkan itu. Yang terpenting adalah kita 'mau'. Selama kita belum mau, di mana pun kita berada tentu enggak ada gunanya. Tapi terkadang kemauan itu ada setelah adanya tekanan yang kita terima, semula hal itu kira rasakan seperti paksaan yang membuat kita ingin berontak, namun lama-kelaman kita akan menyadarinya kalau hal itu justru membuat kita makin lebih baik. Semisal, seorang cowok yang begitu lemah dan enggak berotot kepingin memiliki tubuh yang atletis. Karena keinginannya itulah akhirnya dia memasuki sebuah tempat fitness yang terbaik, namun ternyata dia sama sekali enggak mendapatkan apa yang dia inginkan. Tentu saja hal itu terjadi karena dia enggak mau konsisten melakukan apa yang sudah menjadi ketetapan tempat itu. Soalnya, tempat-tempat seperti itu emang kurang ketat dalam soal
55 kedisiplinan. Makanya, cowok itu pun dengan seenaknya bisa melanggar apa yang sudah menjadi ketetapan. Alhasil, semua enggak ada gunanya. Tapi, ketika dia masuk militer, dia enggak bisa seenaknya melanggar peraturan, semuanya ada sangsi yang berat. Akhirnya, karena merasa terpaksa-dari pada kena hukuman, maka mau enggak mau dia harus melaksanakan peraturan yang udah ditetapkan itu. Segala bentuk latihan terpaksa dia lakukan, walaupun dia merasa begitu tersiksa. Alhasil setelah dia lulus pendidikan, maka enggak diragukan lagi-dia akan menjadi cowok yang gagah, dan dia akan menyadari kalau tanpa itu semua mungkin dia enggak akan menjadi cowok gagah seperti yang diharapkannya."
Dara tampak mengangguk-angguk karena apa yang dikatakan temannya itu emang benar. Tapi sekali lagi, cewek yang bernama Dara itu tetap saja pada pendiriannya semula. "Kak, kayaknya aku emang belum siap, atau mungkin aku emang belum mau. Entahlah, yang jelas semua itu masih terasa berat buatku."
56 "Kalo kamu emang belum bisa. Coba deh, memohon kepada sang Pembolak-balik Hati buat mengganti hatimu itu. Insya Allah, dengan sifat penyayang-Nya, Beliau bisa memberikanmu hati yang
baik." Tiga minggu kemudian, di sebuah institusi pendidikan yang nyaman. Langit terlihat cerah-dihiasi oleh bintang-bintang yang indah bertaburan. Cahaya rembulan pun cukup terang, membias di antara rimbunnya pepohonan liar. Saat itu, Dara tampak sedang mengendap-endap mendekati pagar setinggi dua meter yang mengelilingi Pesantren. Kemudian dengan begitu cekatan, cewek itu segera menaiki sebuah pohon yang salah satu cabangnya tampak melewati pagar. Dan dengan bergelantungan di cabang itulah dia berhasil naik ke atas pagar dan
melompat turun menjauhi Pesantren.
57 Kini Dara mulai melangkah perlahan di bawah terangnya sinar rembulan. Sementara itu di kejauhan, terdengar lolongan anjing yang membuat bulu kuduknya sempat berdiri. Namun begitu, cewek manis itu terus nekad melangkah. Memasuki hutan lebat yang menurut orang-orang dihuni oleh berbagai macam mahluk halus.
Cewek itu terus melangkah dan melangkah, melewati semak berduri dan lebatnya pepohonan liar. Beberapa kali duri telah melukai kulitnya yang mulus, membuat goresan-goresan merah agak memanjang. "Ach...!" Dara terpekik. Lagi-lagi duri telah melukai kulitnya. Sungguh dia seorang cewek yang betul-betul nekad. Walaupun disetiap langkah ada bahaya mengancam, tampaknya dia enggak takut sedikitpun. Cewek itu terus melangkah dan melangkah, kedua matanya terus fokus mencari jalan yang bisa dilalui. Dan ketika matanya menatap ke suatu tempat, tiba-tiba dilihatnya sesosok bayangan hitam tampak berdiri di samping sebuah pohon. Tak ayal, saat itu juga Dara
58 langsung menjerit histeris. Lantas tanpa buang waktu, cewek itu pun segera ambil langkah seribu.
Dara terus berlari dan berlari tanpa berani menengok ke belakang sedikit pun, hingga akhirnya dia tiba di tepi sebuah telaga yang enggak terlalu besar. Kini cewek itu tampak tertunduk dengan kedua tangan yang bertumpu di lutut, sedangkan nafasnya tampak begitu tersengal-sengal.
"Sedang apa kamu di tempat seperti ini"" tanya seorang tiba-tiba.
Saat itu juga Dara langsung terkejut dan berniat kembali ambil langkah seribu. Namun belum sempat dia berlari, tiba-tiba... "Hey, tunggu...!!! Aku tidak akan menyakitimu!" seru orang yang bertanya tadi menahannya.
Dara pun segera membatalkan niatnya, kemudian cewek itu tampak memperhatikan sosok pemuda yang kini tengah menghampirinya.
"Kenapa kamu lari" Aku kan cuma mau bertanya," tanya orang itu lagi.
59 "A-apakah kamu bu-bukan hantu"" Dara balik bertanya.
"Ha ha ha...! Rupanya kamu habis melihat
hantu." "Kenapa kamu malah ketawa"" tanya Dara heran.
"Gimana aku enggak ketawa. Cewek yang takut hantu kok bisa-bisanya berada di tempat seperti ini."
"Terus terang, sebenarnya aku enggak suka berada di tempat seperti ini. Namun karena suatu sebab, aku terpaksa melakukannya."
"Hmm. kamu pasti lari dari Pesantren itu ya""
"Gimana kamu bisa tahu""
"Soalnya enggak mungkin ada cewek setempat yang berani keluar malam-malam begini. Mereka tahu benar, kalo di sini banyak hantunya."
"Mmm. kamu sendiri, bukan pemuda dari sini
kan"" "O ya, kenalkan. Aku Handy dari Jakarta." "Eng, aku Dara. Juga dari Jakarta." Setelah saling mengenal. Kedua muda-mudi itu melanjutkan obrolan mereka di tepi telaga itu hingga
60 pagi hari. Sementara itu di Jakarta, orang tua Dara yang baru selesai menunaikan sholat Subuh tampak sedang berbincang-bincang di beranda. Mereka membicarakan Dara yang sudah satu bulan berada di Pesantren.
"Yah, saat ini Dara sedang apa ya"" tanya sang Istri.
"Mungkin saja dia sedang membaca Al-Quran. Soalnya di tempat itu, jam segini semua anak didik biasa diwajibkan membaca Al-Quran agar jiwa mereka senantiasa tentram."
"Syukurlah, Yah. Jika di sini, dia kan masih tidur dan baru bangun kalau matahari sudah mulai bersinar."
"O ya , Bu. Bukankah hari ini kita mau menjenguknya""
"Betul, Yah. Aku sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengannya. Terus terang, selama ini aku sangat merindukannya."
"Aku juga, Bu. Aku sudah begitu merindukannya. Seperti apa ya putriku itu sekarang."
61 Kedua orang tua Dara terus berbincang-bincang hingga enggak terasa sinar mentari tampak makin terang menyinari halaman depan. Sementara itu di tepi sebuah telaga, pantulan sinar mentari tampak indah memantul di air telaga yang begitu jernih. Saat itu Dara masih berbincang-bincang dengan pemuda tampan yang bersamanya. Tampaknya dia sudah semakin akrab dan tak canggung lagi berbicara dengannya.
"Han, apa selama berpetualang menjelajahi tempat-tempat angker, elo sering menjumpai makhluk halus."
"Sering banget, Ra. Bahkan hampir di setiap tempat yang gue singgahi selalu ada penampakan."
"Apakah mereka pernah ngelukain elo""
"Ya, kadang-kadang aja.
Itu pun karena gue menantang mereka. Namun selama ini mereka enggak pernah bisa ngelukain sampai begitu parah, itu semua karena gue mempunyai bekal ilmu yang cukup, dan tentu aja atas seizin Tuhan."
"Kenapa elo menantang mereka"'
62 "Habis, gue kesal banget kalo mereka mencoba menyesatkan orang-orang setempat dengan segala tipu daya mereka. Sehingga orang-orang setempat begitu menghormati mereka dengan cara memberikan persembahan yang sebenarnya enggak pantas dilakuin. Bahkan ada dari orang-orang itu yang sampai menjadikannya Tuhan dan menyembah padanya. Padahal, cuma Allah-lah sebaik-baiknya Tuhan yang patut disembah."
"O ya, Han. Mau enggak elo tunjukin gue di mana jalan raya berada""
"Tentu aja, Ra. Gimana kalo elo gue antar sampai ke sana."
"Wah, Han. Sebelumnya gue ucapin terima kasih banyak ya!"
Pemuda itu pun tampak tersenyum, dan enggak lama kemudian dia udah melangkah bersama Dara menuju ke jalan raya. Setibanya di tempat itu, Dara dan pemuda yang bersamanya tampak menunggu angkot yang biasa melewati tempat itu. Dan ketika sebuah angkot lewat, Dara pun segera menaikinya.
63 Sementara itu, pemuda yang tadi bersamanya tampak melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan. Dara pun membalas lambaian tangan pemuda itu sambil tersenyum manis.
Kini cewek yang bernama Dara itu sedang berpikir keras, mencari alasan, agar niatnya pergi ke rumah neneknya yang berada di antara Pesantren dan Jakarta bisa berjalan dengan lancar.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya Dara tiba di tempat tujuan. Saat ini dia tengah berbicara dengan sang Nenek di ruang tamu.
"O... jadi kamu mau liburan di sini. Tapi... kenapa ayah dan ibumu tidak mengantar""
"Mereka terlalu sibuk, Nek."
"Ya, paling tidak. nitip pesan begitu."
"O ya, ada Nek." Dara segera mengeluarkan sepucuk surat dengan tanda tangan yang dipalsukan.
Sang Nenek pun segera membacanya. Enggak lama kemudian, "Hmm. kini Nenek mengerti," katanya seraya memperhatikan Dara dengan dahi sedikit berkerut. "Dara, kenapa wajahmu tampak
64 pucat, dan kenapa pula dengan kulitmu itu"" tanyanya kemudian.
"Eng. mungkin ini karena aku kurang tidur, Nek. Dan goresan di kulitku ini karena kecerobohanku yang ketika bermain di kebun tetangga enggak memperhatikan semak berduri."
"O... begitu rupanya. O ya, Cu. Apa kamu sudah lapar"" tanya sang nenek ketika menyadari waktu sudah menunjukkan pukul 11. 45 WIB.
"Iya, Nek. Aku udah lapar banget."
"Kalau begitu, ayo kita makan! Kebetulan, tadi pagi Nenek sudah menumis jamur. Bukankah itu makanan kesukaanmu."
"Lho, kok Nenek masih ingat aja makanan kesukaanku," kata Dara enggak percaya.
"Bagaimana Nenek tidak selalu ingat. Waktu itu, ketika kamu berusia 8 tahun, di saat nenek menginap di rumahmu. Kamu selalu menangis jika Nenek mencoba mengambil jamur yang disediakan oleh ibumu. Sepertinya jamur itu hanya untuk dirimu saja."
65 "Ah, Nenek. Aku sendiri udah lupa dengan kejadian itu. Saat itu kan aku emang belum mengerti tentang arti serakah."
"Iya. Nenek mengerti. Tapi, bagi Nenek hal itu sangat berarti. Terus terang, jika Nenek bertindak serakah, maka Nenek selalu teringat akan hal itu. Dan Nenek pun akhirnya sadar, kalau perbuatan itu tidak sepantasnya nenek lakukan, karena jika Nenek melakukannya berarti nenek sama saja dengan kamu yang waktu itu masih anak-anak."
"O ya, Nek. Kita jadi makan enggak""
"Aduh, kenapa Nenek jadi lupa. Kalau begitu, kamu tunggu di sini sebentar! Nenek mau menghangatkannya dulu," kata sang Nenek seraya melangkah ke dapur.
Saat itu Dara tampak menunggu di ruang tamu sambil memperhatikan goresan-goresan di kulitnya yang mulus. Sementara itu di Pesantren, orang tua Dara yang baru saja tiba tampak panik. Mereka benar-benar khawatir dengan Dara yang enggak diketahui keberadaannya. Kini mereka tengah bercakap-cakap
66 dengan Pengurus Pesantren untuk menyelesaikan masalah itu.
"Bagaimana ini, Pak" Putri saya itu memang suka nekad. Terus terang, saya benar-benar khawatir jika sesuatu yang buruk menimpanya," tanya ayah Dara kepada Pengurus Pesantren itu.
"Tenang Pak Bobby! Beberapa santri sudah saya kerahkan untuk mencar
inya. Insya Allah dalam waktu dekat Dara sudah bisa ditemukan."
"Bukan apa-apa, Pak. Tempat ini kan dikelilingi oleh bukit dan hutan lebat, karenanyalah aku benar-benar khawatir."
"Kalau begitu, sebaiknya Bapak terus berdoa agar yang Bapak khawatirkan itu tidak terjadi."
"Tentu saja, Pak. Saya pasti akan terus berdoa. Namun begitu, kita juga perlu untuk melakukan usaha yang maksimal."
"Kalau begitu baiklah, sekarang saya akan memerintahkan kepada beberapa santri lagi untuk menyisir semua penjuru."
67 "Terima kasih, Pak. Sekarang saya sudah agak lega. Jika kita sudah berusaha semaksimal mungkin, dan ternyata apa yang kita harapkan tidak terjadi maka itu sudah pasti karena kehendak-Nya."
"Kalau begitu, mari kita mulai sekarang!" ajak sang Pengurus Pesantren itu.
"Mari, Pak." Akhirnya mereka dan beberapa santri yang diikutsertakan mulai bergerak menyisiri hutan, mereka berpencar ke segala penjuru untuk menemukan Dara. Setelah lama melakukan pencarian, akhirnya Pak Bobby dan Pengurus Pesantren berjumpa dengan seorang pemuda yang tampak tergesa-gesa menghampiri mereka. Pemuda itu ternyata Handy, pemuda yang waktu itu bertemu dengan Dara.
"Permisi, Pak. Apakah Bapak-Bapak sedang mencari seorang gadis."
"Betul, Nak. Apa kau melihatnya"" tanya Ayah Dara menggebu-gebu.
68 "Betul, Pak. Bahkan aku sempat berbincang-bincang padanya. Sebenarnya, aku pun sedang menuju ke Pesantren untuk memberitahukan hal ini."
"Syukurlah kalau begitu. Nah, sekarang tolong katakan! Di mana putriku itu kini berada"" tanya Ayah Dara lagi.
"Hmm... jadi Bapak, ayahnya Dara"" tanya pemuda itu. "Betul, Nak."
"Kebetulan, banyak sekali yang ingin kubicarakan pada Bapak."
"Eng.. kalau begitu baiklah. O ya, ngomong-ngomong. bagaimana dengan keadaan Dara" Apa dia baik-baik saja""
"Tenang, Pak. Insya Allah, saat ini Dara sedang baik-baik saja di rumah neneknya."
"Be-benarkah yang kau katakan itu""
"Betul, Pak. Itulah yang Dara katakan pada saya."
"Pak, Bobby. Bagaimana kalau sekarang kita kembali ke Pesantren untuk membicarakan masalah ini," ajak Pak Pengurus Pesantren.
69 "Baiklah, Pak. Kalau begitu, Mari..."
Akhirnya mereka kembali ke Pesantren untuk membicarakan perihal Dara. Sementara itu di rumah neneknya, Dara sedang termenung di atas tempat tidur. Sepertinya cewek itu sedang memikirkan sesuatu, "Maafin Dara, Nek! Dara udah berbohong sama nenek. Soalnya kalo enggak begitu, nenek pasti akan memberitahukan pada ayah dan ibu. Sekarang pun Dara lagi bingung, gimana jika ayah dan ibu sampai tahu Dara lari dari Pesantren. Mereka tentu akan murka banget."
Cewek itu terus merenung, namun karena kantuk dan rasa lelah yang dirasakan, akhirnya cewek itu pun tertidur. Dan dia baru terbangun ketika waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.
Kini cewek itu baru selesai mencuci muka dan sedang menuju ke ruang tamu. Ketika dia tengah membuka pintu depan untuk menuju teras, tiba-tiba.
"Dara! Sini, Cu!" panggil sang Nenek yang kini dilihatnya tengah duduk di sofa yang semula luput dari pandangannya.
70 "Iya, Nek!" sahut Dara seraya bergegas menghampiri beliau dan duduk di sebelahnya. "Ada apa, Nek," tanyanya kemudian.
"Coba lihat ini!"
"Apa itu, Nek"" tanya Dara seraya duduk dan terus memperhatikan sebuah benda yang sedang dipegang oleh neneknya.
"Ini adalah kotak teka-teki peninggalan kakekmu. Waktu itu kakekmu pernah berpesan, jikalau kamu sudah berusia tujuh belas tahun maka kotak ini harus diserahkan padamu. Bukankah sekarang usiamu sudah tujuh belas tahun""
"Benar, Nek" "Nah, sekarang terimalah kotak ini."
Dara pun segera menyambut kotak itu dan memperhatikannya dengan seksama. Kotak yang terbuat dari kuningan itu berbentuk kubus dengan beberapa tombol yang juga terbuat dari kuningan. Pada setiap sisinya terdapat beberapa bagian yang bisa digeser dengan menekan salah satu tombol tersebut. Jumlah tombol di semua sisinya berjumlah
71 27 tombol, sedang bagian yang bisa digeser berjumlah 16 buah. Semua itu adalah kunci kombinasi yang bisa membuka kotak tersebut.
"Dara. di dalam kotak itu ada kalimat ajaib yang akan membuatmu hidup bahagia."
"Tapi, Nek. Kayaknya aku enggak mu
ngkin bisa membuka kotak ini. Liat aja, kombinasinya begitu banyak!"
"Insya Allah kamu bisa. Asal saja kamu mau berusaha memecahkan teka-tekinya dengan hati yang bersih."
"Kenapa harus begitu, Nek."
"Karena dengan hati yang bersihlah, akalmu bisa digunakan dengan maksimal."
Nenek dan cucunya itu terlihat terus berbincang-bincang hingga akhirnya, "Assalamu'alaikum!" seru seseorang di luar rumah.
"Wa'allaikum Salam...!" jawab sang Nenek seraya menemui orang tersebut.
72 "Bobby, Cindy." ucap sang Nenek gembira seraya menyambut peluk cium dari putra dan menantunya.
"Aduh... Aduh... Aku benar-benar tidak menduga kalau kalian akan datang kemari. Padahal di surat yang kalian titipkan pada Dara menyebutkan kalau kalian itu sibuk sekali."
Pak Bobby dan Istrinya tampak saling berpandangan.
"Surat... surat apa maksud Ibu"" tanya Pak Bobby heran.
"Lho. emangnya kalian tidak merasa menulis surat untukku" Hmm... kini aku mengerti," kata sang Ibu seraya mempersilakan keduanya masuk.
Pada saat yang sama, Dara tampak tertunduk di tempat duduknya. Pada saat itu juga kedua orang tuanya langsung memeluk dan menciuminya berkali-kali. Dara yang semula merasa akan dimarahi menjadi heran, dia benar-benar enggak menduga kalo kedua orang tuanya akan bersikap demikian.
73 "Maafkan Ayah, Sayang...! Mulai saat ini ayah tidak akan memaksakan kehendak Ayah lagi. Kamu memang tidak seperti gadis kebanyakan, kamu mempunyai tabiat yang keras namun belum bisa berpikir panjang. Kini ayah sadar, karena sudah tidak ada gunanya lagi jika terus memaksamu menjadi seperti apa yang Ayah inginkan. Mulai sekarang, lakukanlah segala keinginanmu yang kamu anggap benar. Terus terang, Ayah tidak akan melarangnya. Tapi ingat, kamu harus selalu berdoa pada Tuhan agar senantiasa selalu melindungimu. Ayah dan Ibu juga akan senantiasa berdoa agar kamu senantiasa mendapat perlindungan-Nya."
"Iya Sayang. Ibu juga tidak akan menghukummu lagi. Tapi ingat, kamu jangan menyalahgunakan semua kebebasan ini. Sekarang kan kamu sudah dewasa, cobalah untuk mulai berpikir panjang untuk menyaring segala pengaruh lingkungan."
Dara tampak mengangguk-angguk saja. Dalam hati dia merasa telah menang dengan mendapat kebebasan seperti yang diharapkannya. Kini kedua
74 orang tuanya yang sudah pasrah itu hanya bisa memohon perlindungan Tuhan agar senantiasa melindungi putri mereka, bukankah selama ini mereka udah berusaha untuk membimbing putri mereka agar senantiasa berada di jalan yang lurus. Namun karena hidayah emang belum sampai kepadanya, jalan yang terbaik emang hanya mempasrahkan kepada Sang Pembolak-Balik Hati dengan terus berdoa dan berdoa. Karena doa adalah pengakuan kita akan kekuasaan Tuhan. Kita sebagai manusia yang lemah dan tak berdaya mutlak membutuhkan bantuan-Nya. Karenanyalah kita dianjurkan untuk selalu berdoa dan memohon bantuan hanya kepada-Nya.
Jika kita menghadapi segala masalah, maka berdoalah. Mohon kepada-Nya untuk memberi petunjuk dalam menyeselaikan masalah itu. Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Nabi s.a.w selalu memohon perlindungan dari suratan takdir yang buruk, dari ditimpa kecelakaan, dari keghairahan musuh dan dari terkena bala.
75 Tuhan itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, jika kita percaya akan keberadaan-Nya janganlah meragukan segala pertolongan-Nya. Bagaimanapun caranya Tuhan pasti akan menolong dengan caraNya, dan pada waktu yang dikehendaki-Nya.
Itulah kenapa kita selalu dianjurkan untuk berdoa, dan dengan doa itulah kita akan terselamatkan. Doa itu membutuhkan keyakinan, yaitu keyakinan bahwa Tuhan pasti akan mengabulkannya. Jika kita tidak yakin, maka doa itu pun akan menjadi sia-sia. Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila kamu berdoa, janganlah berkata: Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau kehendaki. Tetapi hendaklah dia serahkan permohonannya dengan senang hati, kerana Allah tidak pernah segan untuk memberikan sesuatu kepadanya.
(Inti Hadis ini, kita harus yakin dan tidak boleh ragu-ragu. Kalimat "Jika engkau kehendaki" adalah sebuah keragu-raguan, sepertinya Allah belum tentu
76 mengabulkan p ermohonannya itu, karena itu janganlah ragu-ragu.)
Diriwayatkan daripada Anas r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila kamu berdoa, maka hendaklah kamu berazam serta benar-benar memohon kepada Allah s.w.t dan janganlah berkata: Ya Allah, jika Engkau kehendaki maka perkenankanlah kepada aku, karena sesungguhnya Allah itu bukanlah kedekut (kikir).
(Inti Hadis ini sama dengan hadis di sebelumnya, yaitu kita harus yakin dan tidak boleh ragu-ragu. Kita harus yakin kalau setiap permintaan kita akan dikabulkan, karena Allah itu tidaklah kikir. Allah itu Maha Pemurah.)
Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Doa seseorang itu akan dikabulkan selagi dia tidak terburu-buru (minta segera dikabulkan) menyebabkan dia berkata: Aku berdoa tetapi tidak dimakbulkan.
(Inti hadis ini, kita tidak boleh berputus asa akan doa yang belum juga dikabulkan. Kita dianjurkan
77 untuk terus berdoa, sampai akhirnya Tuhan mengabulkannya. Tuhan lebih mengetahui apa yang terbaik buat kita, dan kapan hal itu akan dikabulkan. Karenanya selalu berprasangka baiklah kepada Tuhan. Andai saja doa kita tidak juga dikabulkan, itu tandanya doa kita bisa berdampak buruk buat kita, karenanyalah doa kita itu akan di simpan agar menjadi tabungan kebaikan untuk bekal kita di akhirat kelak.)
Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Allah s.w.t berfirman: Aku adalah berdasarkan kepada sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingatKu. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, niscaya Aku juga akan mengingatinya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu kaum, niscaya Aku juga akan mengingatinya dalam suatu kaum yang lebih baik daripada mereka. Apabila dia mendekati-Ku dalam jarak sejengkal, niscaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, niscaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sedepa. Apabila dia
78 datang kepada-Ku dalam keadaan berjalan seperti biasa, niscaya Aku akan datang kepadanya dalam keadaan berlari-lari kecil
Jika kita mencermati hadist itu kita akan menyadari betapa Tuhan sangat mencintai kita dan karenanyalah enggak sepantasnya kita berprasangka buruk kepada-Nya.
(Maaf kalo ada yang ngerasa bete, penulis bukannya bermaksud menceramahi pembaca yang mungkin sudah paham betul. Namun dikarenakan, enggak semua orang mengerti maka penulis merasa berkewajiban untuk memberikan keterangan yang sekiranya bisa bermanfaat. O ya, gimana kalo sekarang kita pindah bab aja" )
79 Empat Pada minggu yang cerah di depan sebuah Mal, Dara cs lagi pada nongkrong sambil haha-hihi. Saat ini mereka sedang merayakan hari kebebasan Dara yang Kini udah makin enggak bisa dikontrol. Kini cewek itu udah merasa menang karena ayah dan ibunya enggak akan berani lagi macam-macam padanya. Setelah peristiwa itu, kedua orang tuanya emang udah pasrah dan enggak berani menanggung risiko kehilangan anak yang mereka cintai.
"Liat tu, cowok ganteng begitu eh ceweknya malah kayak tempayan dapur," komentar Dara pada sepasang muda-mudi yang lagi jalan sambil bergandengan tangan.
Saat itu juga Dara langsung mengeluarkan secarik kertas dan menuliskan sebaris kata, kemudian dengan serta-merta dia melangkah ke belakang cewek itu dan menepuk punggungnya seraya
80 menempelkan secarik kertas yang udah dilumuri permen karet dan bertuliskan 'aku cewek gila'.
"Ira! Ups... Sorry ya!, aku kira si Ira. Habis dari belakang mirip banget sih," ucap dara ketika si cewek menoleh ke arahnya.


Jaka Dan Dara Karya Bois di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian sepasang muda-mudi tadi kembali melanjutkan langkahnya, Dara pun ketawa kecil sambil menutup mulutnya dan segera kembali bergabung dengan teman-temannya.
"Gila loe, Ra. Usil banget sih," komentar Dita.
"Kalo enggak usil, bukan 'Dara' namanya," kata Dara bangga.
"Elo ngiri ya, ngeliat tu cewek digandeng sama cowok ganteng," komentar Wita.
"Eh. sorry ya, gue enggak ngiri tu. Gue bisa dapatin yang sepuluh kali lipat lebih ganteng dari pada cowok tadi," ucap Dara PD.
"Eh, kita ke atas yuk!" ajak Seli.
Mereka pun setuju dengan ajakan Seli. Kemudian dengan segera mereka melangkah menuju ke l
antai atas-ke bioskop 21.
81 Sementara itu di sebuah kafetaria, empat orang cowok tampak asyik menikmati makan dan minum sambil becanda-becindi. Mereka itu adalah Jaka cs yang sedang santap siang di sebuah kafetaria. Sambil menikmati makanannya, cowok yang bernama Jaka tampak melirik sana-sini-mencari pemandangan bagus. Kini mata Jaka melihat ke arah sebuah meja yang ditempati oleh dua orang cewek cantik yang mengenakan rok mini.
"Nah itu baru seksi, nunduk dikit pasti keliatan deh," kata Jaka dalam hati seraya memandang ke arah cewek-cewek itu, kemudian dia menjatuhkan bungkus rokoknya. "Lho mana segitiganya, sial. pake hot-pant lagi," umpat Jaka dalam hati seraya kembali duduk tegap.
Teman-temannya yang melihat kelakuan Jaka cuma pada cengengesan, mereka tau benar si Jaka- mata keranjangnya lagi kumat.
"Jangan cengar-cengir kalian!" kata Jaka kesal.
"Pink, yellow apa totol-totol"" tanya Jekky.
82 "Elo liat aja sendiri! Sial gue ketipu," umpatnya
lagi. "Hehehe... hot-pant ya," komentar Randy menebak sambil cengengesan.
"Yup! Mana ijo lagi. Pokoknya sial banget deh, padahal gue udah ngebayangin pink kalo enggak white," kata Jaka sambil garuk-garuk kepala.
Mereka pun melanjutkan obrolan sambil terus menikmati pizza dan es teler. Seusai menikmati makan dan minum Jaka cs tampak asyik ngeceng sambil menggoda setiap cewek yang lewat.
"Dewi" Ratna" Silvi"" panggil Jaka kepada cewek manis yang lewat di depannya. "Sayang.! Manis-manis tapi budeg," sindirnya kemudian.
Teman-teman Jaka cuma cengar-cengir melihat aksi si Jaka, soalnya mereka selalu lihat-lihat dulu jika mau menggoda cewek. Enggak seperti si Jaka, di mana saja, kapan saja, kalo ada cewek yang ditaksir pasti langsung digoda.
"Hallo manisss! Kalo enggak nengok janda," kata Jaka asal.
83 Lantaran enggak mau dibilang Janda, cewek itu pun menengok, kemudian menghampiri Jaka yang lagi senyam-senyum sendirian.
"Eh! Kalo mau kenalan yang sopan dong! Jangan begitu caranya," kata si cewek kesal.
"Jalan-jalan nyari kedondong, kenalan dong!" ajak Jaka seraya mengulurkan tangan sambil cengengesan.
"Sorry ya! Gue enggak minat punya teman kayak loe," kata cewek itu dengan wajah yang terlihat kesal. "Huh, bukannya minta maaf. Malah cengengesan kayak enggak ngerasa bersalah," umpatnya dalam hati.
"Lho tadi salah, begini juga salah. Mau loe kenalan yang seperti apa sih"" tanya Jaka pura-pura bego.
"Huh, dasar." kata cewek itu seraya melangkah pergi.
"Mantaaap! Eh, Neng" Kok marah"" Kita kan belum kenalan!" teriak Jaka.
Tampaknya cewek tadi enggak mempedulikannya, dia terus saja menjauh.
84 Di ruang tunggu bioskop 21, Dara cs lagi duduk-duduk menunggu pintuuu... teatre satuuu... telaaah dibukaaa... bagi anda yang tidak memiliki karciiis... pasti cuma mau ngeceng doaaang...! (Lho kok jadi ngelantur.)
"Ra, si Tom Cruise dalam film ini, pokoknya oke banget deh," komentar Seli.
"Sok tahu loe, Sel! Kayak yang udah nonton aja," kata Dara.
"Gue kan udah liat cuplikannya di televisi," kata Seli meyakinkan.
"Kalo gue sih enggak peduli tu sama cowok yang satu itu, yang gue mau liat cuma aktingnya si Alicia Silverstone. Itu loh, cewek penampilannya selalu oke di setiap film yang dibintanginya. Kalo aja gue jadi dia, akan gue uber-uber si Leonardo Decaprio," kata Dara berandai-andai seraya menyimpan kotak teka-teki yang baru diutak-atiknya.
"Elo mau pacarin, Ra," tanya Wita.
85 "Enggak. Gue mau getok kepalanya pake penggorengan. Ya. dipacarin dong, bego amat sih loe," kata Dara ketus.
Kedua temannya yang lain langsung ketawa cekikikan, sedangkan si Wita sedikit kesal lantaran jawaban Dara yang kedengarannya mengejek. Ketika sedang asyik-asyiknya membicarakan bintang-bintang film itu, tiba-tiba terdengar "Perhatian-perhatiaaan. pintu teatre satuuu. telah dibukaaa. bagi anda yang telah memiliki karcis. dipersilakan masuuuk.!"
Dengan segera Dara cs bangkit dari tempat duduk dan melangkah menuju ke penjual popcorn, setelah membeli popcorn dan cola mereka pun memasuki ruang bioskop.
Sementara itu di tempat lain, seorang cowok tampak sedang berhadapan dengan seorang cewek. Kata orang, hidup emang perlu
perjuangan. Seperti yang dilakukan Jaka saat ini, ketika dia kepingin banget mendapatkan hati seorang cewek yang ditaksirnya. Dengan sikap cuek dan sedikit usil, cowok itu berusaha dengan gigih untuk mendapatkan
86 cintanya. Akibatnya kini cewek itu sedang marah-marah di hadapannya.
"Eh elo pikir, elo itu siapa. Seenaknya berbuat begitu. Itu namanya pelecehan seksual, melanggar HAM tau!" kata cewek itu dengan mata melotot.
Jaka yang dimarahi bukannya minta maaf eh malah cengengesan, sambil garuk-garuk kepala cowok itu mulai angkat bicara. "Eh, Neng. Kalau enggak mau digoda kenapa memakai pakaian yang mengundang begitu. Enggak salah kan, kalo naluri gue sebagai cowok tiba-tiba jadi bernafsu lantaran ngeliat body loe yang seksi," kata Jaka terus terang.
Dengan memasang wajah kesal, si cewek lantas pergi dari hadapan Jaka-dia benar-benar telah dibuat jengkel.
"Sial. brengsek.," umpat Jaka seraya menendang sebuah tempat sampah.
"Sudah, Ka! Jangan marah begitu," kata Randy menenangkan.
"Sialan enggak" Baru segitu aja, udah dibilang melanggar HAM. Apa dia pikir sehabis ngeliat body87 nya yang seksi pikiran gue jadi biasa aja, enggak juga tu. Gue malah jadi penasaran. Entar juga di rumah, gue mau main sabun-biar enggak penasaran."
Teman-temannya pun langsung pada cengengesan melihat kepolosan Jaka, yang dengan terus terang akan melakukan, maaf... 'Onani' setiap habis melihat cewek cantik dengan body seksi.
"Emang betul, apa yang dibilang Jaka. Di jalanan emang banyak cewek yang sengaja mengundang perhatian para Cowok. Kalo mereka digoda dan dilecehin katanya melanggar HAM. Tapi kalo mereka bikin hati para Cowok jadi dag-dig-dug enggak dipermasalahin," kata Randy mendukung.
Akhirnya mereka pun segera meninggalkan tempat itu dengan diiringi lagu Tipe-X yang berjudul 'biar enggak penasaran' yang terdengar mengalun berapi-api.
Hari ini pikiran lagi enggak karuan Nyesel tapi sengaja nonton film begituan Otak penuh hayalan juga bayang-bayang
88 Ingin cepat lepaskan bingung cari saluran Lalu cari solusi yang sehat dan alami Bukan enggak punya uang sumpah haram jajan Biar sedikit bandel utamakan kesehatan Belum sempat pikir panjang setan langsung kasih jalan Sebentar meditasi lalu segera beraksi Pasang kuda-kuda enggak lupa ambil posisi Semua berinteraksi timbulkan tegangan tinggi Saat gelombang datang terdengar burung kecil bernyanyi kini semua lancar aman dan terkendali hilang segala peluh otakpun segar kembali emang yang mengganggu perlu cepat lepaskan bisa jadi bahaya kalau lama disimpan Makanya buang... makanya buang...
jangan ragu-ragu Makanya buang. makanya buang.
bisa mengganggu Makanya buang. makanya buang. jangan ragu-ragu
89 Makanya buang... makanya buang... tapi awas jangan sampai ada yang tau
Selama ini Jaka emang dikenal oleh teman-temannya sebagai seorang cowok yang mata keranjang dan agak usil, dia emang enggak seperti temannya-temannya yang lain. Kalau enggak bisa menghilangkan rasa penasarannya dia selalu melakukan... Lagi-lagi maaf... 'Onani'. Enggak seperti Randy yang selalu melakukan puasa Senin-kamis, atau juga teman-temannya yang lain yang emang suka pada jajan, pada nyari pekcun atau anak-anak burespang yang lagi pada bete.
90 Lima Esok harinya, di sebuah warung yang terlihat nyaman dengan dinding yang terbuat dari anyaman bambu, dan semua dekorasinya yang menggunakan bambu, terlihat beberapa muda-mudi tampak menikmati santap siangnya.
Di sudut ruangan, terlihat Jaka cs sedang menikmati ayam goreng. Sedangkan di sudut yang lain, Dara cs lagi menikmati siomay dan mie ayam. Sambil makan, si Dara tampak mencoba membuka kotak teka-tekinya. Sungguh cewek itu masih dibuat penasaran oleh kotak teka-teki itu. Padahal, dia sendiri tidak yakin kalau bisa membukanya.
"Eh, bukankah mereka ketiga cowok yang waktu itu di valentine party," kata Wita tiba-tiba.
Seketika semua mata tertuju ke arah ketiga cowok
itu. 91 "Benar, Wit! Itu emang mereka," timpal Dara seraya menyimpan kotak teka-tekinya.
Dara cs terus memperhatikan ketiga cowok itu. Sedangkan Jaka cs masih belum sadar kalo lagi diperhatiin, soalnya mereka itu lagi
rakus-rakusnya menyantap ayam goreng.
"Habis ini kita ke mana lagi, Ka"" tanya Randy seraya menggarot ayam yang dipegangnya.
"Mmm... gimana kalo kita main Billiard," saran Jaka dengan mulut penuh makanan.
"Kita main cekian atau main biasa aja"" tanya Jepri seraya meneguk minumannya.
"Main biasa aja deh, soalnya gue lagi enggak punya modal," jawab Jaka seraya mencaplok sepotong mentimun yang diiris kecil-kecil.
"Payah loe, Ka. Kenapa sih belakangan ini elo bokek melulu"" tanya Jekky.
"Habis, ortu gue belum pulang juga, Jek. Padahal kan, duit simpenan gue udah habis. Selama ini aja, gue kepaksa minjem sama adik gue," kata Jaka terus terang.
92 "Makanya, elo sih kelewat boros. Masa, duit buat sebulan udah habis dalam seminggu," komentar Randy.
"Emangnya ortu loe ke mana sih"" tanya Jepri.
"O... mereka lagi di Amrik, katanya sih mau meng-upgrade nyokap gue," jelas Jaka.
"Gile nyokap loe, Ka. Pake di-upgrade segala. Gue kira, cuma komputer doang yang di-upgrade. Emangnya, apaannya sih yang di-upgrade"" tanya Jekky.
"Enggak tau, tu. Mulanya sih nyokap gue enggak mau, tapi karena bokap gue maksa terus, kepaksa deh nyokap gue menurut," jawab Jaka polos.
"Eh, ngomong-ngomong. kayaknya dari tadi kita ada yang merhatiin deh," kata Randy tiba-tiba.
"Siapa, Ran"" tanya Jaka celingukan.
"Itu tu, cewek-cewek yang ada di pojok sana," jawab Randy.
Seketika semua mata memandang melihat ke arah Dara cs. Saat itu, di pojok warung, Dara cs
93 tampak senyam-senyum genit sambil ketawa cekikikan.
"Loh, bukankah mereka yang waktu itu di valentine party," komentar Jepri.
"Benar, Jep. Enggak salah lagi, itu emang mereka," sambung Jekky.
"Valentine Party! Kapan kalian ke pesta itu, kok enggak ngajak-ngajak gue sih"" tanya Randy.
"Wah, kalo itu sih udah lama banget, Ran," jawab Jekky.
"Sorry, Ran! Waktu itu kan elo mau menghadiri acara penting yang diisi oleh ustad kondang. Masa sih kita tega mengajak orang yang lagi mau berbuat baik," jelas Jaka. "O ya, kalo gitu. kita samperin mereka yuk!" ajaknya kemudian.
Mereka pun serentak berdiri dari tempat duduknya sambil membawa makanan masing-masing. Kemudian meletakkannya di meja yang bersebelahan dengan meja Dara cs. Setelah itu, mereka segera mengangkat meja tersebut dan mendempetkannya di
94 meja Dara cs. Saat itu, para pelayan cuma geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka.
"Boleh kan kita-kita gabung"" tanya Jaka sambil tersenyum.
"Kalian tu seharusnya nanya dulu, baru gabung. Kalo udah kayak gini, mau bilang apa. Ya udah, kalo emang mau gabung," kata Dara ketus.
"O ya, kenalin! Gue Jaka dan mereka teman-teman gue," ucap Jaka.
"Lah iya, tentu aja mereka teman-teman elo. Masa badan kurus-kurus kaya begitu bodyguard-loe. Enggak mungkin kan. Tapi... ada sih satu yang bisa dibilang bodyguard," kata Dara sambil mengerlingkan matanya kepada Randy. "Hmm... kayaknya gue udah enggak asing ngeliat tampangnya. Kalo enggak salah, gue pernah ngeliat dia. Tapi... di mana ya"" tanyanya kemudian.
"Oh ini si Randy, dia emang seorang karateka," kata Jaka memperkenalkan.
95 Pada saat yang sama, Randy tampak senyam-senyum. "Alamak... ternyata emang dia, cewek yang pernah gue ikutin di Mal," kata Randy dalam hati.
Kemudian Jaka cs dan Dara cs tampak saling berkenalan. Lalu dalam tempo sekejap, mereka sudah ngobrol ngalor-ngidul.
"Eh, malam itu kan. Elo keliatan seksi banget. Tapi, sekarang kayaknya ada yang kurang deh. Apa ya." kata Jaka mengomentari penampilan Dara yang saat itu lagi enggak menggunakan tipuan.
"Eh, ayo cepetan ngomong! Apanya yang kurang"" desak Dara.
Jaka bukannya menjawab malah ketawa cekakakan, teman-temannya juga pada ikut cekakakan. Saat itu Wajah Dara tampak bersemu merah dibuatnya. Hingga akhirnya mereka menjadi makin akrab dan berani saling mencandai. Mereka terus berada di warung itu hingga waktu menunjukkan pukul empat sore.
96 "Eh, ngomong-ngomong. kami pergi dulu ya, kami mau main billiard nih," pamit Jaka. "O ya, kalian mau ikut enggak"" tanyanya kemudian.
"Sorry, deh! Kalo main bowling kita mau," tolak Dara.
"Ya udah, kalo gitu kita pergi duluan," kata Jaka seraya mengajak teman-temann
ya pergi. '"Woiiiy, makanan kalian kan belum dibayar!" seru Dara.
"Kalian aja yang bayar," kata Jaka seraya berlalu dari ruangan itu.
Pada saat yang sama, keenam cewek itu cuma saling berpandangan sesama mereka. Sepertinya mereka benar-benar bingung dengan tingkah Jaka cs.
"Gila banget, baru tumben gue ketemu cowok-cowok yang kayak begitu," komentar Wita.
"Kalo tau begini, mendingan tadi di usir aja," timpal Dita.
"Elo sih, Ra. Mau aja diajak gabung," komentar
Seli. 97 "Lho, bukankah mereka yang udah gabung duluan," bela Dara.
"Udah-udah...! Jangan ribut! Terpaksa kita yang harus bayar makanan mereka. Habis mau gimana lagi," ujar Wita bijak.
Sementara itu di dalam mobil Kijang, Jaka cs lagi cekakan. Mereka benar-benar puas bisa ngerjain cewek-cewek tadi.
"Cucian deh mereka," komentar Jepri.
"Hahaha... ! Emang enaaak"" timpal Jekky.
"Emang, sekali-sekali cewek-cewek genit and mata duitan kayak mereka perlu juga dikerjain," kata Jaka seraya melihat keluar jendela. SUIT.. SUIIIT...!!! Suit Jaka letika melihat cewek kece dengan body seksi tengah berdiri di tepi jalan.
Saat itu, semua mata langsung tertuju ke arah Jaka memandang, kecuali Randy yang lagi nyetir dia cuma sekilas melihat. Kalau dia melihat terus, bisa-bisa tu Kijang nyebur di kali yang ada di kiri jalan.
"Itu baru namanya, cewek... Eh, Ran! Putar lagi yuk!" pinta Jaka.
98 "Enggak ah, entar juga ada lagi yang kayak begitu," tolak Randy.
"Huuuh! Payah loe," kata Jaka menggerutu.
Kedua temannya yang lain cuma cengengesan, mereka terus melaju dengan Kijang yang udah penyok di sana-sini. Sementara itu di tempat lain, Dara cs terlihat lagi asyik ngeceng di Mall! Mereka berempat yang bak bidadari baru turun dari Khayangan tampak berdiri sambil bersandar di langkan. Dengan gaya yang genit mereka mengoda para cowok-cowok yang terlihat culun. Mereka senang banget kalo cowok-cowok culun itu merasa GR.
"GR ni jrenk." begitulah kata mereka begitu melihat si cowok salah tingkah.
Kini mereka mulai melangkah dengan gaya yang dibuat-buat, melenggak-lenggok memancing mata para cowok yang emang lagi pada CMDM. Sesekali mereka tampak tersenyum genit kepada para cowok yang kebetulan lagi pada nongkrong itu.
SUIT... SUIIIT...!!! Para cowok merespon senyum dan lenggokkan mereka.
99 Namun mereka terus melangkah tanpa mempedulikan cowok-cowok itu. Pada saat yang sama, di Mal terdengar lagu Tipe-X mengalun mengiringi perjalanan mereka.
Lihat senyum manis di atas bibir bergincu Kedip mata merayu jelas coba menggangu Tawanya terpasang bukan tanpa tujuan Satu korban terjerat itulah harapan... Wangi farfum semerbak membius pusat saraf Hadirkan bayangan tuk lepas keresahan Bergejolak, semua coba berontak Ketika tak kuasa ku langsung lari mengelak...
Sementara itu di tempat Billiard Jaka cs tampak sedang bermain cekian. (Lho katanya tadi cuma mau main biasa" - Tadinya sih emang main biasa, namun karena Jaka merasa tertantang oleh ajakan Jekky, akhirnya Jaka pun terpaksa meminjam duit pada Jepri dan akhirnya, jadi deh mereka main cekian. Oke deh dilanjut ...)
100 Kini giliran Jaka membidik sebuah bola dengan nomor 8, sesuai dengan kartu yang sedang dipegangnya. STACK SERRR... Bola putih menggelinding menuju ke bola 8 dengan kencang, dan TRACKKKK. Bola putih menerjang bola 8 dengan keras, kini bola 8 mengarah ke lubang yang ada di sudut. Dan... dan... TEK TEK... TEK TOK... Ternyata pukulan tadi godek, bola 8 gagal memasuki lubang.
"Sial... pake godek lagi," umpat Jaka. "Hehehe, minggir...!" kata Rino dengan wajah senang.
Mereka terus bermain cekian sampai lupa waktu, pokoknya kalo udah main cekian mereka lupa segala-galanya. Termasuk lupa kalo udah menang. Yang kalo di tanya. "Elo menang berapa"" Terus dijawab "Enggak kok, gue kalah." Nah kan lupa, padahal yang ditanya udah menang banyak.
Kini Jaka tengah berusaha membidik bola yang diincarnya. Dan setelah dipukul, lagi-lagi bola itu godek dan enggak berhasil memasuki lubang. Jaka
101 pun tampak kesal dan duduk sejenak sambil menyedot minumannya. Ketika baru menaruh minuman itu kembali, tiba-tiba HP-nya berbunyi. "Hallo.!" sapanya.
"Heh! Elo l agi ngapain"" tanya orang yang menelepon.
"O. lagi main cekian," jawab Jaka. "Eh, elo siapa ya""
"Ini gue, Dara. Huh dasar! Kalau main judi aja. mau deh ngeluarin duit. Tapi, kalo buat makan. cewek deh di suruh bayar. Dasar kampret loe."
"Sorry, sorry. begitu aja kok ngambek, lain kali kami deh yang bayar."
"Eh, ngomong-ngomong. malam itu elo merhatiin itu-gue ya"" tanya Dara malu-malu.
"Itu-loe'" Apaan sih..."" tanya Jaka bingung.
"Itu. Yang tadi elo bilang di warung."
"O... itu, hehehe emang... sialan loe. Gue ketipu, tau... " kata Jaka.
"Eh, Ka. Gimana kalo minggu depan kita ketemu lagi"" ajak Dara.
102 "Mmm... gimana ya. nanti deh gue hubungi loe
lagi." "Ya udah, kalo gitu sampai nanti, bye." pamit Dara.
"Bye..." balas Jaka seraya mematikan HP-nya dan memasukannya ke dalam saku. "Siapa, Ka"" tanya Randy. "Dara." jawab Jaka
"Kenapa, Ka" Dia ngamuk-ngamuk ya"" tanya Randy.
"Mulanya sih iya, tapi kemudian dia malah ngajak kita untuk ketemu lagi."
Usai main cekian, mereka pun segera membahas masalah itu sambil menikmati minuman dingin. Sementara itu di sebuah cafetaria, Dara cs lagi asyik ngobrol bareng.
"Gimana, Ra. Apa mereka mau"" tanya Wita.
"Tenang... Mereka pasti mau. Soalnya nanti Jaka mau menghubungi gue lagi," jelas Dara
"Kalo mereka mau, kita bisa membalas perbuatan mereka kepada kita," kata Wita.
103 "Iya, Wit. Jika kita menjalankan rencana A, pasti mereka tau rasa," kata Seli.
Dita cuma terdiam mendengarkan pembicaraan mereka sambil menyedot colanya. Sedangkan Dara, Wita, Seli terus berbicara sambil sesekali menikmati cola dan kentang gorengnya masing-masing.
104 Enam Seminggu kemudian, di sebuah fast food restaurant. Dara cs tampak lagi ngobrol sambil menikmati ayam goreng masing-masing. Sesekali Dara tampak mengeluarkan kotak teka-teki dan mencoba membukanya, namun lagi-lagi dia mengalami kegagalan. Enggak lama kemudian, Jaka cs muncul di tempat itu, rupanya mereka memenuhi ajakan Dara waktu itu.
"Hallo semua! Sorry ya, kalo lama menunggu!" sapa Jaka seraya duduk di situ.
"Wah, gue kira kalian enggak jadi datang," kata Dara seraya menyimpan kotak teka-tekinya.
Sedang asyik-asiknya ngobrol, tiba-tiba beberapa orang datang ke tempat itu.
"Apa-apaan nih, Ra. Kenapa kalian mengundang orang lain juga"" tanya Boy.
105 "Enggak kok, Boy. Kami enggak mengundang mereka, mereka aja yang tau-tau udah duduk di sini dan ngajakin kita-kita ngobrol. Padahal, sebelumnya kita-kita udah bilang kalo lagi nungguin teman. Eh mereka malah cuek aja, mereka bilang 'Siapa peduli'"
"Eh, Ra! Ngomong apaan loe. Hmm... jadi, ini jebakan," kata Jaka sewot.
"Eh, kalian semua. Emangnya kalian belum kenal sama kita-kita ya"" tanya Berry, orang yang paling dijagokan di Boy cs karena dia juga seorang karateka.
"Sorry, Bang! Ini cuma salah paham."
"Alaaah... diam loe! Jangan banyak bacot!!"
Tiba-tiba BAK-BUK-BAK-BUK seketika itu juga terjadi perkelahian yang seru, mereka semua pada adu jotos. Pada saat itu, Dara cs tampak asyik memberi semangat kepada Boy cs. Namun, enggak lama kemudian para security segera datang mengamankan tempat itu. Pada saat yang sama, Dara cs segera menghilang dengan menggunakan asap ninja (Enggak denk, mereka cuma buru-buru kabur, soalnya takut ditanyai sama para petugas).
106 Beberapa menit kemudian, Jaka cs dan Boy cs udah berada di ruang security untuk di periksa. Mereka benar-benar udah pada babak-belur.
"O... jadi begitu ceritanya, rupanya kalian baru saja dikerjain sama cewek-cewek."
"Benar, Pak. Mereka emang udah sangat keterlaluan."
Tak lama kemudian, Jaka cs dan Boy cs saling berjabatan tangan, mereka berdamai dan saling kenalan.
Kini Boy cs sudah pergi dari tempat itu, sedangkan Jaka cs langsung berangkat menuju ke sebuah taman untuk membicarakan soal Dara cs.
"Enaknya diapain ya mereka"" tanya Jaka.
"Kita perkosa aja rame-rame!" usul Jepri.
"Gila loe, bisa-bisa kita masuk penjara," tolak Randy.
"Eng... gimana kalo kita culik, terus kita tinggalin di tengah hutan!" usul Jekky.
"Itu sama juga, Jek. Kita bakalan masuk penjara," tolak Randy lagi.
107 "Hmm... gimana kalo kita pacarin aja," celetuk Jaka.
"Ngaco l oe, Ka. Masa pacaran sama cewek yang udah bikin kita jadi babak belur begini," komentar Jekky.
"Maksud gue, kita pacarin. Terus kalo udah puas, kita putusin," jelas Jaka.
"Wah, boleh juga tu, Ka." Jepri setuju.
"Tapi, apa mereka mau pacaran sama kita"" tanya Jekky.
"Kita kan cowok, Jek. Kita punya 1001 cara buat naklukin mereka," jelas Jaka.
"Gimana kalo nantinya malah kita yang cinta berat, terus kita yang diputusin"" tanya Jekky.
"Itu enggak mungkin, Jek. Masa kita bisa jatuh cinta sama cewek-cewek begitu," jelas Jaka.
"Udahlah, gimana kalo kita lupain aja! Lagi pula, semua itu kan emang karena perbuatan kita juga," usul Randy.
Mereka terus ngobrol soal Dara cs. Sementara itu di sebuah cafetaria, Dara cs lagi asyik merayakan
108 kesuksesan besar karena telah berhasil membalas perbuatan Jaka cs. Mereka ketawa haha-hihi sambil makan kentang goreng, dan tiba-tiba UHUK-UHUK EHEK-EHEK. Dara keselek kentang goreng, habis dia makan sambil ketawa sih.
"Nah, sekarang gimana"" tanya Wita yang baru saja menepuk-nepuk punggung Dara.
"Ah, lega sekarang. Sialan banget, baru aja senang sedikit, udah sial." Dara menggerutu.
"Kualat lue, Ra," komentar Seli.
"Iya, kasihan juga kan tu cowok-cowok. Biarpun mereka udah bikin kita kesal, tapi enggak seharusnya kan kita berbuat begitu," timpal Dita.
"Alaaah... cowok kayak mereka enggak perlu dikasianin. Biar aja, itu menjadi pelajaran buat mereka agar jangan semena-mena sama cewek. Kalo enggak digituin, mereka pasti akan mengulangi lagi sama cewek-cewek lain. Emangnya, mereka pikir kaum cewek itu lemah apa"" jelas Dara.
Akhirnya, ketiga teman Dara bisa mengerti kenapa mereka harus berbuat begitu, hingga akhirnya mereka
109 malah bangga karena telah berhasil melakukan perlawanan kepada cowok-cowok yang udah menganggap mereka lemah.
Malam harinya, dengan wajah yang masih babak belur Jaka cs tampak memasuki sebuah diskotik. Mereka sengaja pergi ke tempat itu untuk menghibur diri lantaran sakit hati plus sakit karena udah dibuat babak-belur. Agar enggak terlalu sakit, mereka pun mabuk-mabukan sehingga lupa diri. Hanya Randy saja yang enggak ikutan mabuk, dia tampak duduk termenung sambil mengusap-usap wajahnya yang dirasakan sakit. Begitulah Randy, pemuda baik yang salah memilih teman. Akibatnya, dia pun harus ikut menderita karena ulah teman-temannya. Benar apa kata Ustad Sanusi, kalo dekat tukang minyak wangi maka kita akan ikut wangi namun bila dekat pandai besi maka kita akan terkena percikan api.
110 Ketika waktu udah menunjukkan sekitar pukul 01.30 WIB pagi. Jaka cs bukannya langsung pulang tapi malah memasuki jalan Melawai untuk mencari Burespang (bubaran restoran jepang) istilah mereka untuk para cewek yang baru pulang kerja dari restoran jepang. Kini Kijang biru yang mereka tumpangi tampak berputar-putar-mencari sasaran, sialnya enggak seorang Burespang pun terlihat. Tiba-tiba Jaka melihat dua orang cewek yang cukup manis, tapi sayang mereka bukan Burespang. Mereka abal-abal yang lagi menunggu untuk diangkut.
"Manis... " godanya.
Kedua cewek itu cuek aja, mereka terus melangkah menuju ke sebuah mobil sedan yang cukup mewah. Kijang biru terus melaju, dan tiba-tiba Randy menghentikan mobilnya di dekat cewek-cewek yang lagi pada nongkrong di depan Restoran.
Pendekar Baja 6 Bintang Dini Hari Karya Maria A. Sardjono Bangau Sakti 20

Cari Blog Ini