Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa Karya Unknown Bagian 3
menyalakan alat alat elektronik kecuali HP mati.
All alone.. somewhere far away from home
In a lonely place where no one knows your name
Lost inside a corner of your mind
Looking for a place to hide and none to find
Back in the days when you were just a child
The sun rays dance eternally
And when you least expect it
You hear a voice inside Telling you to begin the life of your dream
You have the power to believe
Take a look inside your heart
A road is waiting for you
The truth is written in the stars
No matter who you are You feel the force of love
Like a wind, blowing high above the cloud
You were moving fast but couldn"t touch the ground
Think of the days when you were just a child
You felt a joy so tenderly
And if you st op to listen to what you feel inside
You can be everything you wanted to be
You have the power to achieve
If you reach inside your heart
Your wish is waiting for you
The truth is written in the stars
No matter where you are All the pain and tears and broken dreams,
Flowing like a river It"s never easy to see
Trust what you feel And just keep your spirit free
You can be all the things you wanted to be
In your dreams You have the power to believe
Make a promise in your heart
Your future"s waiting for you
The secret in the sky above
Like a shooting star It"s written in the stars
( LIA The Force of Love )
Lagu ini kuputar berulang ulang sampai tak terasa kalau pesawat yang kunaiki
akan segera Landing di Bandara Soekarno Hatta. Lagu ini mengingatkan
semuanya, Masa Kecilku, Keluargaku, Aji, Teman temanku dan sesosok makhluk
yang skrg berdiam di rahimku.
Pesawatku Landing dengan mulus. Aku segera bersiap siap untuk turun.
Memakai kacamata hitamku, menyembunyikan raut wajahku yang dapat kupastikan
pasti dah kaya mayat idup a.k.a zombie.
Kuambil Helm VOG hitamku dan kubawa menyusuri lorong keluar dari pesawat
itu. Huuffttt..akhirnya..JAKARTA..
Aku melihat pemandangan yang waktu itu aku lihat sebelum aku pergi ke
Samarinda. Pada saat itu, hatiku masih berwarna. MEJIKUHIBINIU..Merah,
Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila dan Ungu. Tapi sekarang yang ada Cuma hitam
pekat bercampur dengan coklat sebahai bentuk kerisauanku.
Aku mengikuti arus manusia di depanku karena I have no clue, jalannya kemana.
Ini pertama dan terakhir ( I hope... ) aku pergi kemana mana sendiri. Aku
berjalan seakan akan aku sudah tau aku akan menuju kemana, walaupun
sebenarnya aku hanya mengikuti arus yang ada.
Akhirnya aku tau kemana arus manusia ini berjalan, ke area bagasi. Aku lalu
mencari telpon genggamku, menyalakannya dan memberitahu teman teman
Scorpie ku kalau aku sudah sampai Jakarta.
Delivered", hatiku membaca tulisan dilayar telpon genggamku.
Aku menunggu bagasiku keluar, berharap harap cemas tapi tetap tak bisa
berpikir apapun. Tiba tiba ada sms masuk ke HPku. Aini.
Kak, sudah sampai kah" Aini minta maaf karena ceritakan semuanya ke Abang
abang Aini. Mereka nggak mau Kakak pergi ke Jakarta. Kakak jangan marah sama
Aini ya.." Sms dari Aini tak kubalas. Aku mulai berpikir, aku mau tinggal dimana. Aku mulai
memikirkan untuk pulang kerumah, mengecek semua simpanan di bunkerku. Aku
mau mulai membuka diri kepada keluargaku. Aku membuka flip HPku dan
mengetik nomor telpon rumahku. Kutekan tombol Call di Hpku..
"Halooo", sapa suara diujung sana.
"Mas, ini Hanna", jawabku.
"Hanna""!!!...kamu dimana""!!!", tanya suara disana yang kutau adalah suara
Mas Yuli ku. "Bandara", jawabku yang sudah mulai menangis karena rasa kangen.
"Ngapain" Mau kemana""", tanya kakakku.
"Baru pulang dari Samarinda. Nanti Hanna pulang kerumah. Ya"", jawabku.
"Bener""" Mas tunggu!!", jawab kakakku antusias.
"Ya dah, skrg Hanna cari kendaraan dulu kesana", jawabku.
"Mas jemput..Mas Jemput", jawab kakakku.
"Ga usah, Hanna naik taksi aja atau bis. Ya"", jawabku.
"Kamu berubah. Dulu kamu selalu minta dijemput", ujar kakakku.
"Hanna dah gede Mas. Dah ga pantes minta dijemput kalo bisa pulang sendiri",
jawabku. Dalam hatiku, aku mau dijemput kakakku, Cuma aku mau tunjukkin kalau aku
bukan anak kecil lagi. Lucu memang tapi entah, pengalaman yang baru saja
kulewati membuat hatiku seperti beku, seakan akan aku ingin belajar jadi
wanita yang tegar. Aku ga tau kalau kakak kakakku sudah tau keadaanku yang
sebenarnya. Mungkin aku ga akan dianggap adik lagi.
Aku ga perduli. Aku Cuma mau cek amanat dari Ibuku.
Kemudian aku melihat tas hitamku keluar dari bagasi, aku menunggunya berjalan
kearahku. Kuambil, lalu kubergegas keluar dari ruangan itu. Aku tak berharap
teman- teman Scorpie ku akan benar benar menjemputku, tapi aku tiba tiba
melihat sebuah kertas besar bertuliskan sesuatu yang membuat airmataku
berjatuhan lagi dibalik kacamata hitamku.
"WELCOME ABOARD VIEANKACHU"....
Aku terpaku. Melihat semua teman temanku dihadapanku.
Mereka menghampiriku yang hanya terpaku dan kemudian memelukku.
"Ras....jangan nangis dunk", ujar Satria yang memelukku.
"Huuh", hanya itu yang keluar dari bibirku.
Aku lihat wajah mereka satu persatu, mereka masih sama. Mereka berusaha
menenangkanku. Mungkin, orang orang disana heran melihatku dikerubungi cowok
cowok..hehehe..maklum, aku wanita satu satunya di Guild ku...
Mungkin buat orang orang baru di Guild ku, mereka ga tau siapa aku. Tapi
buat orang orang lama, yang pernah berjuang sama sama, aku bukan orang
asing lagi. "Ras, kamu mau kemana skrg"", tanya Panca.
"Pulang kerumah trus mau cari kost, Nca", jawabku.
"Rumah mana"", tanya Jho.
"Tangerang, pada ikut yuk. Trus temenin cari kost. Tapi nanti Ras mau minta
tolong sama Mas Andi aja buat cariin kost di depok", jawabku.
"Ya, dah..kita temenin. Tapi ada makanan kan drumah lo"", tanya Satria.
"Ada", jawabku sambil senyum senyum.
Semuanya tertawa. Aku senang kembali ke Jakarta. Mereka tau semua
kesulitanku, tapi mereka seakan akan tidak mau memperlihatkannya kepadaku.
Sepanjang perjalanan ke rumahku, mereka mempertanyakan keadaanku dan semua
hal yang sudah terjadi di Samarinda. Jho kembali meledak ledak sementara yang
lain berusaha menenangkan.
"Ras, keluarga lo dah tau masalah ini"" tanya Panca.
"Blom. Nanti mau dikasih tau", jawabku.
"Kenapa lo ga tinggal dirumah aja"", tanya Satria.
"Kalau mereka tau keadaan gwe, apa mereka masih mau gwe tinggal dirumah"",
tanyaku. Semua terdiam. Sesampainya aku dirumah, aku kebingungan. Semua keluarga besarku ada disana.
Begitu aku menampakkan diri di depan pintu rumah, Mas Yuliku langsung
berteriak.. "Hanna dah sampe tuh....", ujarnya.
Sontak semua isi rumah keluar menghampiriku. Teman temanku sampai
terkagum kagum melihatnya. Selesai mereka memelukku, menciumku, aku segera
memperkenalkan teman temanku. Keluargaku berubah total, entah kenapa.
"Ras, kenapa lo bisa pergi ninggalin keluarga yang kayak gini" Rumah yang kayak
gini"", tanya Satria.
"Maksudnya"", tanyaku.
"Rumah lo besar, bagus. Keluarga lo ramah. Kenapa"", tanyanya.
"Everybody changing, Sat. Gwe aja masih bingung", jawabku.
Melihat keadaan itu, aku belum berani bicara apapun. Aku terpaksa menginap
dirumah dan membiarkan teman temanku pulang. Aku segera naik ke atas,
masuk ke kamarku. Kamar yang berisi semua kenangan itu.
Menutup pintunya...Melihat sekeliling...
Ahhh..bendera Union Jack ku", dalam hati..
Semuanya masih sama. Tak terasa, airmataku keluar lagi. Kubuka semua laci
kontainerku yang terakhir kuisi dengan komik komikku..dan ternyata, masih
sama.. Pank Ponk, Doraemon, serial serial cantik", hmmm...
Semuanya masih sama. Rasanya semua kenangan itu kembali masuk dibenakku. Kenakalan masa kecilku,
Main layangan, huufftt..aku jadi kangen kedua orangtuaku. Mereka terlalu banyak
memberiku kenangan indah yang dapat membuatku menangis seketika dan sadar
bahwa aku tidak akan mendapatkannya lagi. Semuanya ga akan sama lagi.
Hari itu kupuaskan hatiku mengenang semuanya.
Ketika semua sudah tertidur lelap, aku turun kebawah. Menatap foto foto
waktu kami masih lengkap, berjajar rapi disepanjang dinding tangga. Lukisan cat
minyakku masih terpajang manis ditangga itu. Meja makan bundar berkursi 6 yang
dilengkapi meja putar kecil ditengahnya pun masih sama, walaupun dulu kacanya
sering pecah. Aku menghampiri televisi sharp 21 inch diruang TV. Remotenya dah ilang, alhasil,
untuk ganti channel, biar ga capek, kami pun sering menggantinya dengan kaki.
Jempol kaki kami sudah lihai mengganti channelnya setiap nonton TV.
Aku menuju ruang tamu. Ada lukisan cat air berukuran besar bergambar Ayah dan
Ibuku. Rasanya kangen liat itu. Foto foto kakakku dari yang pertama sampai
aku tergantung disitu. Aku juga melihat sketsa pinsil bergambar wajah ayahku
yang digambar Mas Yudi, kakakku no. 4. Aku menyentuhnya dan seakan akan,
aku menyentuh wajahnya. "Yah, Hanna Kangen!!", ujarku yang spontan keluar dari mulutku.
Aku terduduk di sofa ruang tamuku. Mengambil album foto keluargaku.
Melihatnya. Melihat fotoku ketik
a masih bayi, membuatku berpikir,
Akan seperti apa wajah anakku kelak" Sepertiku atau ayahnya"", hatiku
bertanya. Melihat foto fotoku, membuatku menangis. Benar yang dikatakan Ben...
"Oke..mereka berjuang berdua, lo sendiri..ngerti ga""..
Ya, mereka memang berjuang berdua, tapi aku yakin bisa berjuang sendiri. Entah
harus mulai dari mana. Tapi aku yakin, aku mampu memperjuangkan apa yang
sudah aku dapatkan. Aku juga harus mempertanggung jawabkan apapun yang sudah
kulakukan, karena Hanna bukan pengecut..
Hanna pasti bisa Bu", bisikku dalam hati dan berharap Almh. Ibuku
mendengarnya. Malam itu aku tertidur di sofa dan melupakan semuanya. Berada disekeliling
kenangan itu, membuatku nyaman dan membuatku merasa bahwa aku bisa
melewati semuanya. Tapi apa keluargaku bisa menerimanya""""
'Han....Han..'... Sebuah tangan membelai belai rambutku. Aku terbangun dan kulihat kakak
perempuanku di hadapanku. Wajahnya mengingatkan aku pada wajah ibuku. Wajah
yang teduh, keras tapi lembut sebenarnya.
"Ngapain tidur disini" Dari kapan tidur disini"", tanya kakakku.
"Ga...Ga papa", jawabku dengan setengah mengantuk.
"Dah, cuci muka sana. Ada Nasi Goreng tuh di meja makan, makan!", ujar
kakakku. Aku segera terduduk dan merapikan pakaianku. Tak sadar, aku masih pakai baju
yang sama ketika aku datang. Aku segera menghampiri meja makan itu, meja yang
hampir beberapa tahun tak pernah kulihat.
"Masih suka 'Toto Dahar' ya mba"", tanyaku.
"Masih", jawab Kakakku.
Toto Dahar ( Menyiapkan Makanan ) di meja makan memang sudah jadi tradisi.
Setiap pagi, siang jam 12 dan sore jam 5. Dulu selalu bagianku yang Toto Dahar,
karena memang aku yang masak semua makanan ditemani pembantuku, Mba Iyem.
Aku membuka tudung saji itu, tudung saji yang sudah berada dirumahku sejak aku
kecil mungkin. Terbuat dari rotan yang kuat dan tampak kokoh, banyak
kenanganku dengan benda yang satu ini.
Aku melihat makanan yang tersedia disitu..
"Han, mang nasi gorengnya ga seenak buatan Hanna dulu. Mba ga bisa bikin yang
kayak gitu", ujar kakakku.
"Mang yang kayak gimana" Sama aja kok", jawabku.
"Beda. Coba sekarang kamu bikin sendiri di dapur, pasti beda", suruh kakakku.
"Masa", jawabku.
Aku diajak kakakku ke dapur dan aku meracik beberapa bumbu untuk buat nasi
goreng yang katanya kakakku cuma bisa aku yg buat. Setelah selesai, beserta
pelengkapnya yaitu telor dadar gulung yang dipotong potong, kakakku maksa
nyobain. "Hmmm..beda kan....", ujar kakakku.
"Sama Mba....", jawabku.
"Beda Hanna, buatan Hanna buat Mba aja. Hanna makan yg di meja makan ya!",
suruh Kakakku. "Waduh....ya deh, ga papa", jawabku sambil senyum senyum.
Aku melihat kakakku yang lahap menyantap nasi goreng buatanku dengan perasaan
terharu, sedikit. Udah lama ga liat wajahnya, mukanya agak sedikit tirus, kurus.
"Han, tau ga"", ujar kakakku.
"Apaan Mba", jawabku.
"Mba kangen sama kamu, masakan kamu kayak masakan Ibu. Mba ga bisa bikin
yang kayak gini", jawab kakakku.
"Biasa aja Mba, semuanya sama kok", jawabku.
"Beda. Kamu jangan kemana mana lagi ya Han. Pliss", jawab kakakku.
Aku tersedak. Mendengarnya memohon padaku seakan akan aku benar benar
diharapkan dirumahku tapi kalau mereka tau keadaanku, apa mereka akan
menerimaku" "Hmmm..Mba, Hanna nanti mau ngomong sesuatu. Mas Mas kapan dtg
kesini"", tanyaku.
"Mau ngomong apa"", tanya kakakku.
"Sesuatu yang perlu diselesaikan dan aku butuh solusi", jawabku.
"Penting banget Han"", tanya Kakakku.
"Buat Hanna penting tapi entah buat kalian", jawabku.
"Bentar lagi kok dateng, ada apa siy Han"", tanya kakakku.
"Pokoknya, kalo nanti Mba dah tau, Mba mungkin mikir 2 kali buat nyuruh aku
tinggal lagi dirumah", jawabku.
"Kenapa"" Kamu terlibat utang" Dicari orang"", tanya kakakku.
"Ga, bukan itu. Ini menyangkut nyawa sebenernya", jawabku.
"Kamu bunuh orang"""!!!", tanya kakakku panik.
"Enggak...ampun. Ntar juga Mba tau deh", jawabku sambil bangun membawa
piring ke dapur. Kakakku kubuat bingung setengah mati. Aku pun mulai mempersiapkan diri
menghadapi kakak kakakku. Aku mandi untuk menyegarkan diriku. Aku k
embali ke kamar dan tiba saatku membuka Bunker Rahasiaku.
Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa Karya Unknown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku membukanya perlahan agar suaranya tak terdengar. Perasaanku campur aduk
ketika aku melihat tumpukan benda itu di depanku.
Sebuah amplop coklat dan sebuah kotak kado bertuliskan "Untuk Hanna" masih
berada ditempatnya. Surat surat rumah dan dokumen dokumen penting juga
masih tersimpan rapi disana.
Aku membuka kotak kado bertuliskan "Untuk Hanna" terlebih dahulu. Perlahan
aku membukanya dan aku terpaku setelah melihat apa isinya.
Kotak perhiasan ibuku. Aku membukanya dan munculah seorang balerina yang menari diiringi suara musik
yang sudah lama tak kudengar, dulu kupikir ini lagu apa. Tapi kini kutau, kotak
perhiasan itu memainkan lagu 'Unchained Melody'...terdengar terbata bata tapi
aku masih mampu menyanyikannya..
Lonely rivers flow to the sea, to the sea
To the waiting arms of the sea
Lonely rivers cry, wait for me, wait for me
To the open arms, wait for me
Oh, my love, my darling I've hungered for your touch, a long lonely time
And time goes by, so slowly and time can do so much
Are you, still mine"
I need your love, I need your love
God speed your love to me
Tak terasa, airmataku mengalir, mendengar, menyanyikan lagu itu sambil melihat
si balerina berputar diatas tempatnya.
Aku meraih sesuatu didalamnya. Sebuah kantong kertas kopi mungil dan aku
membuka isinya.. 'Anting antingku waktu SD', ujarku dalam hati kegirangan.
Aku mengembalikan isinya ke dalam kantong itu. Membuka bungkusan yang
lainnya... 'Gelang giok hadiah ulang tahun ke 6 dari ayah', ujarku dalam hati tak kalah
girangnya. Aku mengembalikannya....membuka semuanya. Isinya ada batu batu ruby, intan
yang ibu beli di Martapura dulu, 1 set batu kecubung punyaku, semuanya.
Termasuk cincin cincin Ibuku yang waktu kecil pernah aku komplain karena Ibuku
kok kayak 'Toko Mas Berjalan', sejak itu, ibu tak pernah memakainya lagi.
Aku tak mengerti tentang semua ini.
Aku kemudian membuka amplop coklat itu. Berdebu. Kusobek ujungnya sedikit
dan kubuka perlahan ujungnya. Aku mendapatkan beberapa helai kertas dengan
tulisan khas ibuku. Tulisan sambung miring besar besar khas Ibuku. Belum aku
membacanya, melihat tulisannya sudah membuatku merindukannya. Aku
membacanya perlahan. Hanna, Mungkin berat buat ibu untuk tulis ini buat Hanna karena ibu tau kalau Hanna
sayang sama ibu. Ibu juga sayang Hanna. Satu yang Ibu minta dari Hanna, Jangan
pernah sekali kali tinggalin kakak kakak Hanna. Mereka tidak akan pernah bisa
bertahan tanpa Hanna. Hanna sudah seharusnya jadi penengah, sayang. Ibu tahu
Hanna bisa. Untuk masalah cinta, Ibu kira, Hanna pasti bisa belajar dari pengalaman.
Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur, ketika kita menangis, ketika kita
membayangkan, ketika kita berciuman"
Ini karena hal terindah di dunia TIDAK TERLIHAT.
Jangan percaya bahwa melepaskan SELALU berarti kamu benar - benar mencintai
MELAINKAN.. BERJUANGLAH demi cintamu.
Itulah CINTA SEJATI Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan DARIPADA berjalan bersama orang
yang tersedia". Lebih baik menunggu orang yang kamu cintai DARIPADA orang yang berada di
sekelilingmu. Lebih baik menunggu orang yang tepat karena hidup ini terlalu singkat untuk
dibuang dengan hanya dengan "seseorang".
Kadang kala, orang yang kamu cintai adalah orang yang PALING menyakiti hatimu
dan kadang kala, teman yang membawamu ke dalam pelukannya dan menangis
bersamamu adalah cinta yang tidak kamu sadari.
Kenapa ibu tulis ini semua, karena ibu sadar kalau ibu tidak akan pernah bisa
berbagi semuanya dengan Hanna, Hanna harus belajar sendiri.
Jika saja kehadiran cinta sekedar untuk mengecewakan, lebih baik cinta itu tak
pernah hadir. Tapi itu tidak boleh Hanna ikuti ya. Percaya semua pasti ada
jalannya. Ibu tau anak Ibu pasti bisa.
Hanna, Ibu minta maaf karena ibu ga bisa dampingi Hanna seperti janji Ibu dulu.
Allah siapkan jalan lain buat Ibu dan itu pasti yang terbaik, sayang. Ibu tau
Hanna mampu lewati segalanya. Cobaan itu adalah bukti kalau kita masih
diperhatikan dan diberi kesempatan untuk belajar, sayang. Jangan tak
ut ya, Anak Ibu pasti bisa. Jangan lupa doain Ibu sama Ayah, Sayang. Simpan kotak perhiasan itu untuk
kado pernikahan dari Ayah sama Ibu. Ambil amplop putih di dasar kotaknya.
Cuma itu yang Ayah sama Ibu bisa sisihkan untuk Hanna sebagai permintaan maaf
Ibu sama Ayah. Peluk Cium sayang buat Hanna dari Ibu..
Aku....aku hanya bisa menangis sejadinya. Aku membaca suratnya, dengan tulisan
tangannya, membuatku merasakan kehadirannya dihatiku, disampingku saat itu
sambil memelukku. Aku rindu pelukannya yang dapat menenangkanku kalau APS ku kambuh,
Tangannya yang cekatan ketika darah sudah membasahin bajuku. Rasanya aku
hanya bisa merepotkan beliau dulu. Aku belum sempat membalas apa yang sudah
mereka perjuangkan untukku, tapi mengapa mereka sudah memberikan sesuatu lagi
untukku. Aku segera mencari dimana amplop putih yang ibuku maksud. Sesudah
mengeluarkan semua isi kotak perhiasan ibuku, terlihatlah amplop itu. Kuambil,
kubuka perlahan... Aku terperangah dan tangisku meledak....apa yang mereka pikirkan waktu itu.
Aku menemukan berlembar lembar uang dollar pecahan $100 di dalam amplop
itu, entah berapa lama dan dari mana mereka mendapatkannya, yang jelas, aku
shock. Perutku mendadak kencang, entah kenapa. Terasa sakit yang luar biasa. Aku
memegangi perutku sambil menyandarkan punggungku ke dinding.
'duuhhhh', hatiku mengaduh.
Aku berusaha berjalan berjalan perlahan ke kasurku. Merebahkan diriku diatasnya
dan berusaha tenang. Yang aku pikirkan hanya, aku ingin sesuatu yang ada dalam
perutku aman. Aku tak sanggup jika harus kehilangan dia setelah kehilangan
ayahnya. Setelah lama ku berpikir dan menimbang, aku memutuskan akan mengatakan
segalanya kepada keluargaku, agar mereka tau kalau aku sedang hamil dan bukan
ingin meminta perlindungan, hanya meminta nasihat. Walaupun mungkin, belum
tentu nasihat itu akan aku terapkan.
Aku berusaha meredakan rasa tegang di perutku.
Aku keluar kamar dan berharap semuanya sudah datang. Ternyata feelingku benar,
Kakak kakakku sudah mulai berdatangan dengan berbagai macam tujuan. Ada
yang memang mau praktek, ada juga yang Cuma mau transit aja di rumah.
Mayoritas kakak kakakku dan kakak iparku berprofesi sebagai dokter. Kebetulan
ayahku seorang dokter dan mereka sekarang yang meneruskan.
"Han, dah makan"", tanya Kakakku.
"Hmmm..udah tadi pagi, Hmm..Hanna mau bicara sebentar, boleh"", tanyaku.
"Ada apa"", tanya kakak kakakku hampir bersamaan.
"Ini masalah Hanna sebenarnya. Hanna Cuma ingin Mas Mas sama Mba tau.
Tapi Hanna ga mau minta belas kasihan atau ada yang marah marah disini,
karena Hanna dah terima semuanya dengan ikhlas se-ikhlas ikhlas nya", jelasku.
"Ada apa siy Han""""", tanya Kakakku yang kedua.
Aku mulai menceritakan semuanya. Awal pertemuanku dengan Bho sampai aku
bisa berangkat ke Samarinda. Aku tak melewatkan sedikit pun cerita itu, tidak
melebih lebihkan dan tidak menguranginya. Semuanya jelas. Tanggapan mereka
beragam, ada yang biasa aja ada juga yang antusias mendengarnya.
Ketika aku mulai menjelaskan ada apa denganku dan inti dari pertemuan itu,
mereka mulai curiga kalau ada yang tidak beres denganku.
"Han, To The Point aja deh, ada apa"", tanya kakakku yang ketiga.
"Ok, setelah Hanna kasih tau sebenernya ada apa, Hanna mohon, Hanna minta
maaf. Hanna langsung pergi dari sini", jelasku.
"Eh, kenapa""", tanya kakak perempuanku panik.
"Hmmm...maaf semuanya. Hanna...Hamil!", jawabku.
Serentak, semuanya terdiam...
"Ini, dulu Ibu titipkan ini ke Hanna. Trus ini ada kotak perhiasan ibu juga yang
ibu titip ke Hanna", jelasku.
Aku tak mendapat tanggapan apapun dari kakak kakakku, mereka hanya duduk
terdiam, ada juga yang menutup wajahnya, bingung.
"Ini di suratnya ibu sebenernya buat Kado Pernikahan Hanna, tapi kayaknya
sekarang ga perlu lagi. Lebih baik kalian aja yang pegang, Hanna ga perlu. Ini
surat rumah dan dokumen dokumen lain. Hanna pamit", jelasku lagi.
Aku pun bangkit dari dudukku, menahan tangisku. Aku langsung bergegas menuju
kamarku untuk membereskan semua yang tersisa. Setelah menutup pintunya, aku
tidak dapat menahannya lagi... 'Bu, Yah, Maafin Hanna...', bisikku pada keduanya.
Aku tau kalau akhirnya akan begini...Aku tau..
Love of my life - you've hurt me
You've broken my heart and now you leave me
Love of my life can't you see
Bring it back, bring it back
Don't take it away from me
Because you don't know - What it means to me Love of my life - don't leave me
You've stolen my love and now desert me
Love of my life can't you see
Bring it back, bring it back
Don't take it away from me
Because you don't know - What it means to me You will remember - When this is blown over And everything's all by the way When I grow older I will be there at your side to remind you
How I still love you - I still love you
Ooooo Hurry back - hurry back Dont take it away from me
Because you don't know What it means to me Love of my life Love of my life ... ( Queen Love Of My Life )
Lagu ini mengantarkanku keluar untuk kedua kalinya dari rumah yang selama ini
menaungiku. Melihatnya dari luar untuk kesekian kalinya sudah membuatku hancur
berantakan. Reaksi kakak kakakku ketika aku turun untuk pergi kesekian kalinya beragam.
Ada yang memandang marah padaku, Ada yang menangis dan pergi
meninggalkanku, ada yang diam aja.
Itu memang yang kuharapkan, tidak ada caci maki dan amarah amarah yang
tidak sepantasnya. Mereka sadar bahwa itu semua resiko yang memang harus aku
tanggung sendiri. Aku ingat kata kata kakakku yang terakhir kudengar sebelum
aku keluar rumah untuk kedua kalinya.
"Han, kenapa kamu harus pergi lagi dengan keadaan seperti itu""..
Aku tidak menjawabnya dan langsung pergi keluar rumah. Untuk sementara, aku
kembali ke Depok, ada tempat kosong untukku tinggal disana.
Tempat itu adalah sebuah kontrakan dengan 3 sekat didalamnya. Lantainya
terbuat dari semen saja, atapnya genting tanpa langit langit. Tidak ada tempat
tidur, lemari ataupun meja, wajar jika aku menyewanya Rp. 250.000 / bulan.
Belum lagi kalau hujan datang, kontrakanku biasa terendam air setinggi paha.
Dengan beralaskan selimut yang kupinjam dari Bho lah setiap malam aku tidur.
Makan pun dah ga nafsu lagi karena aku gak tau apa yang harus kulakukan
berikutnya. Uang dollar pemberian orangtuaku, kusimpan, hanya kusimpan. Aku pun rasanya
tak mampu mencairkannya di money changer. Ini dana yang harus kusimpan untuk
anakku nanti. Terkadang, kalau rasa bosan menderaku, aku mulai mencari game centre dan
bermain RF, bertukar cerita dengan teman teman walaupun setiap mereka
menanyakan kabarku, aku selalu membohongi mereka dengan alasan tidak mau
merepotkan mereka lagi. Padahal, kondisiku saat itu mungkin sedang benar
benar drop. Untuk makan, terkadang tak ada makanan apapun yang masuk ke tubuhku.
Pertama karena "Morning Sickness" ku yang semakin menjadi jadi. Kedua,
mungkin karena aku tidur hanya beralaskan selimut itu, kondisi badanku jadi
berantakan. Aku sulit membedakan antara "Morning Sickness" dan "Masuk
Angin", karena aku hampir merasakan mual yang hebat sepanjang hari. Tapi
karena aku tak bisa sendiri, aku selalu menyempatkan diri OL RF demi teman
temanku sampai suatu saat..ketika aku sedang berada di markas karena janjian
mau beli elemental dengan temanku, tiba tiba datang menghampiri char RFku
sesosok Accretia yang tak kukenal..
"Hai Cewek", sapanya.
Kok dia tau ya kalo aku cewe""", hati kecilku bertanya.
"Ya, kok lo tau gwe cewek"", tanyaku spontan.
"Tau dong", jawabnya.
"Tau dari mana"", tanyaku pada char bernama godtohell" itu.
"Tau, karena gwe kenal banget lo, Beb", jawabnya yang membuatku kaget
setengah mati. "Bho"" Sasa""", tanyaku kaget.
"Ya..Pa kabar""", tanyanya.
"Baik....lo gimana kabarnya"", tanyaku.
"Baik...", jawabnya.
"Bikin char baru ya Sa"", tanyaku.
"Ya...lo tumben OL"", tanyanya.
"Iyah, lagi kangen aja. Lagian belum tau kapan bisa OL lagi", jawabku.
"Kenapa" Mau kemana"", tanyanya.
"Ke Aceh kali..", jawabku sekenanya, karena aku dah ga sanggup lagi berbincang
bincang dengannya. "NGAPAIN """!!!!!", tanyanya yang kelihatan hmm..entah bingung..entah heran..
"Ada deh..kenapa mangnya"", tanyaku.
"Kamu dimana siy" K
amu ga balik ke Samarinda ya"", tanyanya.
"Aku di atas bumi di bawah langit. Ke Samarinda lagi kok tapi entah kapan",
jawabku. "Bener"""", tanyanya.
"Mang kenapa Sa"", tanyaku.
"Kan dulu kamu janji bakal balik ke Samarinda lagi. Kamu boong ya"", tanyanya.
"Boong apa"", tanyaku kembali..
"Kamu boong kan" Kamu pasti ga akan balik ke Samarinda. Ya kan"", tanyanya
"Apa untungnya aku balik ke Samarinda Sa"", tanyaku
"Ada..Banyak. Tolong jangan panggil aku Sasa"..", jawabnya.
"Sorry...tapi gwe ga tau kapan kesana Ji", jawabku.
entah lah Saaaa....Entah aku bisa kesana lagi apa ga. Kenanganmu, semua
tentangmu membuatku semakin lemah dan lemah, Sa", jeritku dalam hati
"Hoy..kok diem" Bener ya kamu boong kalo bakal balik ke Samarinda lagi"",
tanyanya lagi "Bukan gitu, gwe lagi sibuk chat ma anak anak guild", alibiku
"Ooo....Kamu Kok beda siy Beb"", tanyanya.
Aku langsung keluar dari RF dan masuk lagi dengan charku yang lain, yang ga
diketahui Bho. Yang tau char itu hanya gerombolan siberatku a.k.a guildku. Kala
itu Bho bukan lagi anggota S.C.O.R.P.I.ON. Nama VieANKaCHu dah terlalu lama
terjun di dunia per-Rfan. Begitu namaku muncul di layar chat, sudah ada yang
whisp aku.
Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa Karya Unknown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ras, kemana tadi"", tanyanya dan itu ternyata Kazuya009
"Relogin, mau mainin char ini. Kenapa"", tanyaku.
"Tadi dicariin Om KoalaDewa tuh", jawabnya.
"Siap, nanti gwe whisp dya", jawabku.
Aku segera membuka daftar buddyku dan meng klik kanan nama KoalaDewa dan
memilih untuk chat 1:1"
"Mas Yud, cari aku tadi"", tanyaku
"Kenapa ganti char"", tanyanya.
"Oia, mau tanya. Bho bikin char baru ya namanya godtohell"""", tanyaku.
"Ya..kenapa"", jawab Yudha.
Aku menceritakan apapun yang tadi terjadi padaku. Pada akhirnya, aku me-non
aktifkan char VieANKaCHu ku dan menggunakan char kecilku. Rasanya aku ga
sanggup untuk liat Bho lagi dalam hidupku tapi entahlah. Aku juga tidak punya
keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya pada Bho.
Akhirnya aku menghentikan ***u dengan Yudha. Aku lebih sering chat dengan
Kazuya009 atau astra46. Aku ga mau terlalu dekat dengan Yudha.
Hari hariku kulalui dengan kegiatan yang sama. Terkadang, anak2 guild
menelponku, menanyakan keadaanku. Dan akhirnya, aku harus berbohong agar
mereka tidak tau tentang apa yang sedang kujalani.
28 April... Hari itu, Hari ulang tahun ku yang entah sudah keberapa aku tak tahu. Yang
kupikirkan hanya, aku ingin merasakan kebahagiaan saat itu. Aku memutuskan
untuk menghabiskan hari dengan begadang sampai pagi.
Aku pergi ke net yang jauh dari kontrakanku.
Menghabiskan uang dan waktu seharian disana tanpa mencari pekerjaan
membuatku berpikir, untuk memulainya sekarang.
Aku menemukan sebuah kantor yang membutuhkan pegawai. Dengan pengalaman
yang aku punya, aku yakin 80% mereka akan mempertimbangkan aku. Mungkin
yang akan jadi masalah adalah apa yang sedang terjadi padaku. Aku tak perduli,
tidak ada salahnya mencoba daripada tidak sama sekali.
Aku segera mengirimkan CV dan semua Referensi yang kupunya ke alamat email
yang tertera disana. Attach semuanya dan..
Done!!", jeritku dalam hati.
Tinggal waktuku berdoa, Aku ga mau manggantungkan hidupku dengan semua
pemberian orangtuaku. Biar itu jadi hak anakku.
Aku bermain RF seharian hari itu. Sampai tiba tiba aku bertemu dengan teman
lamaku di RF, si BandarGanZa.
"Raaaaaaaaaaaassssssssssss!!!!!!!!!", serunya di chat all.
"iyah, Rick", jawabku.
"Kemana aja" Lagi dimana"", tanyanya.
"Kan kemaren di Samarinda. Sekarang di Jakarta", jawabku.
"Weq. Kenapa" Ada apa" Masih sama Bho kan"", tanyanya.
Aku pun menceritakan semuanya dan Erick a.k.a Bandarganza pun marah bukan
main. Dia memaki maki Bho ga jelas di chat RF.
"Ras, lo harus bilang sama dia", ujarnya.
"Ga bisa..gwe ga sanggup", jawabku.
"Ga sanggup apa" Lo kudu bilang..kudu bilang sama dia", suruhnya.
"Gwe dah tau jawabannya Rick, dan gwe kayaknya ga sanggup denger kata kata
itu eluar dari mulut dya lagi", jawabku.
"Lo ga usah telpon dia. Sms aja atau tinggalin pesen di YM kek. Pokoknya harus
bilang Ras", suruh Erick.
Akhirnya, setelah perdebatan panjang den
gan Erick, aku mulai memberanikan diri
mengirimkan sms pada Bho tentang keadaanku, tapi tak ada balasan. Akhirnya
sebelum aku mengakhiri hariku, aku mengirimkan sebuah offline messege via YM
ke YMnya Bho, yang berisi :
Sa, maaf kalo aku harus ngomong ini sama kamu. Ya, aku hamil Sa. Tapi kamu ga
usah takut, aku dah tau jawaban kamu seperti apa. Jadi, aku dah mengambil
keputusan ini dari awal. Aku tetap mempertahankan semuanya tanpa ada kamu.
Kamu ga perlu bertanggung jawab atas ini, aku pasti akan baik baik aja
walaupun kamu tahu resikonya besar. Kirim doa aja ya Sa. Aku juga ga akan
pernah benci sama kamu dan aku juga ga akan pernah buat si kecil benci sama
kamu. Seburuk buruknya kamu tetap ayahnya dan aku ga mau dia jadi ga
hormat sama kamu kalau suatu saat kalian ketemu secara ga sengaja. Kejar
kebahagiaanmu Sa. Aku mengirimkan 2 offline msg padanya..karena ga cukup kalo 1 offline msg.
Aku mengakhiri petualanganku hari itu dengan perasaan tak menentu. Aku pulang
ke kontrakan dengan perasaan yang...haaahh..sedih, karena aku akan benar benar
kehilangan Bho. Entahlah..mungkin memang perasaan ini yang harus kurasakan di hari Ulang
Tahunku. Dulu Aku mengharapkan bisa menghabiskan hari ulang tahunku dengan Bho..tapi
sudahlah... Tinggal saat ini aku menunggu, apa yang akan terjadi padaku
selanjutnya....entahlahh...
Aku..pasrah.... Aku pulang dengan langkah gontai. Kupasang Ear Piece MP3 Playerku dan
tampaknya itu tak membantuku.
Begitu indahnya untuk dikenang
Saat kamu masih mengejar cintaku
Begitu manisnya tangismu untuk
Memohon hadirku kedalam hidupmu
Katamu kau tak akan tinggalkan aku
Sakiti aku lukai aku Tapi kau ternyata tinggalkan aku
Sendiri Katamu kau tak akan pernah duakan
Hatimu cintamu Kemana perginya kamu yang dulu
Yang maunya selalu dekat dengan aku
Kemana perginya cinta yang dulu
Yang pernah kau tikam ke dalam jantungku
( Mulan Jameela Lagu Sedih )
Lagu itu membuatku mataku mengeluarkan airmata untuk kesekian kalinya.
Posisiku yang saat itu sedang di halte pun tak kuhiraukan.
Sesampainya aku di kontrakan, aku langsung membuka selimut kuning bermotif
bunga bunga ungu yang dulu dipinjamkan Bho padaku. Kuhamparkan di lantai
sebagai alas tidurku dan menumpuk numpuk lipatan baju ku untuk kujadikan
bantal. Aku tak ingin bermimpi hari ini. Ga mau..
29 April... Sayup sayup ku dengar HPku berbunyi...
Lagu Chocobo terdengar pelan namun pasti. Aku melihat jam tangan yang masih
melingkar di pergelangan tanganku. Aku terduduk, terpaku, terdiam masih
berusaha menyadarkan diri.
Jam 12 siang, siapa yang telpon siang siang begini"", tanyaku dalam hati.
Aku segera beranjak dari atas selimutku, pelan pelan berjalan kearah ruang
depan rumah kontrakanku yang kosong melompong. Aku terduduk di lantai,
berusaha menenangkan diri dan begitu kuraih HPku, mendadak deringnya berhenti.
Hufff..Cuma miskol kali ya"", tanyaku dalam hati tanpa memperdulikan siapa yg
telpon. Ketika ingin beranjak kembali ke atas selimut itu, HPku berbunyi lagi.
Siapa siy"', tanyaku dalan hati kesekian kali.
Kuraih HPku, kubuka flip nya dan tertera nama seseorang yang saat itu benar
benar tak ingin kutemui atau bicara sekalipun.
BHO"...hati kecilku melonjak kaget.
Aku masih mempertimbangkan, akan menjawab telpon itu atau tidak, tapi
akhirnya aku mengangkatnya juga.
"Halloo", sapa suara diujung sana.
"Ya, Sa. Ada apa"", jawabku ditengah kantukku..
"Aku mau ngomongin masalah itu, yang kamu omongin di sms sama YM",
jawabnya. "Ya kenapa" Dah jelas kan. Ngapain ditanya lagi"", tanyaku.
"Eh, Itu anak gwe kan"", tanyanya dengan suara yg agak tinggi.
"Iyah. Kenapa"", tanyaku.
"Gwe belum siap. Mending lo gugurin aja deh", suruhnya
"Sorry Sa, gwe ga bisa", jawabku.
"Kenapa"", tanyanya.
"Gwe dah terlalu sayang Sa", jawabku.
"Tapi kalo Cuma sayang gimana hidupnya nanti"", tanyanya.
"Setiap anak punya rezeki sendiri sendiri. Dah lah Sa, gwe bisa jalanin ini
sendiri", jawabku "Tapi Gwe belum siap", jawabnya.
"Kalo lo mang belum siap, gak papa. Gwe udah kok Sa", jawabku.
"Tapi gwe ayahnya. Itu anak gwe kan"", ta
nyanya. "Ya, lo ayahnya dan ini anak lo", jawabku ditengah tangisku yang hampir
meledak. "Gwe belum siap. Ngerti ga siy. Lo mending gugurin aja", suruhnya.
"Sa, gwe dah berusaha ya. Gwe tetep belajar naik motor, gwe tetep jalan kesana
kesini, naik pesawat, ngelakuin hal hal yang ga boleh dilakuin ma orang hamil.
Dia tetep ga gugur juga Sa. Lo mau gwe minum obat obatan biar dia keluar"",
tanyaku. "Kalau perlu", jawab Bho.
"Oke..Gwe minum. Tapi kalo dia tetep ga gugur dan dia lahir abnormal, cacad,
jangan salahin gwe", jawabku sambil menahan tangisku.
"Jangan. Jangan lahir cacad. Anak gwe ga boleh cacad. Jangan sampe", jawabnya.
"Lo tuh gimana sih" Tadi nyuruh gugurin. Sekarang kalo ternyata ga gugur, tapi
lahir abnormal, ga mau. Mau lo Apa""""", tanyaku.
"Gwe maunya dia keluar dari rahim lo. Kalaupun dia lahir, gwe ga mau dia cacad.
Kalo dia sampe lahir, gwe mau test DNA. Gwe bukan cowok yang kayak gitu",
jawabnya. "Cowok yang kayak gimana"", tanyaku sinis.
"Cowok yang lepas tanggung jawab. Gwe bukan cwok yang kayak gitu, gwe Cuma
belum siap", jawabnya.
"Kalo emang setelah test DNA, dia anak lo. Lo mau tanggung jawab gimana"
Ngasih makan dia" Nikahin gwe" Hah.."" Sorry Sa, ga perlu", jawabku dengan
nada yang tinggi Aku langsung menutup flip HPku. Emosiku mempengaruhi ku. Tak berapa lama,
HPku berbunyi lagi. Aku mengangkatnya. Bho.
"Apa lagi siy Sa"", tanyaku.
"Jadi gimana"", tanyanya.
"Gimana apanya" Kan dah jelas. Aku ga mau kamu tanggung jawab atas apapun,
My Lord. Kamu tuh Dewa, aku manusia biasa yang punya banyak dosa. Aku ga
mau nambahin dosa lagi dengan menggugurkan apa yang sudah menjadi resiko ku.
Kalau kamu ga mau tanggung jawab, gak papa. Aku lewatin sendiri. Ini tanggung
jawabku", jawabku meluap luap.
"Tapi dia anak gwe. Gwe bukan laki laki yang lepas tanggung jawab. Saat ini
gwe belum siap. Jadi lebih baik digugurin aja", jawabku.
"Ga, Sa. Makasih. Kamu tau, resiko aku melahirkan kan""", tanyaku.
"Ya, kita pernah omongin dulu. Gwe takut. Gwe..", jawabnya
Belum sempat dia meneruskan semuanya, aku langsung memotong ucapannya.
"Gwe ambil semua resiko termasuk kehilangan nyawa gwe Sa !!!! PAHAM""",
jawabku. "Jangan...Jangan..Gwe ga mau. Gwe ga bisa...duuhh..gwe ga sanggup..Pliss apa
susahnya gugurin siy"", tanyanya.
"Sorry, susah buat gwe yang masih punya HATI, My Lord. Gwe pertaruhkan
nyawa gwe buat dia", jawabku.
"Jangan..Pliss..Gwe mau dimutasiin niy ke Sangata. Jangan bikin gwe kepikiran",
jawbanya. "Kenapa lo harus kepikiran"", tanyaku.
"Asal lo tau ya" Lo tuh ganggu gwe banget. Kenapa siy lo harus ada kabarnya"
Kenapa siy kabar lo selalu bisa gwe tau" Kenapa siy" Diotak gwe tuh jadi Cuma
ada lo..lo..lo..dan lo. Sampe semuanya tuh berubah. Bikin gwe ga bisa konsen
maen, bikin semua temen temen gwe Tanya kenapa gwe. Gwe tuh ga abis pikir,
Kenapa siy lo nge ganggu banget"", tanyanya.
"Sorry, kalo gwe ganggu lo. Yang bikin gwe selalu ada dipikiran lo bukan gwe, tapi
ya diri lo sendiri. Otak Otak lo, kok jadi Tanya masalah itu ke gwe"", tanyaku
kembali. "Udah, pokoknya gwe mau lo GUGURIN dia. Kalau pun dia lahir, gwe mau test
DNA. Titik", jawabnya.
"Oke. Termasuk kalo dia abnormal ya Sa", jawabku ketus.
"Ga, ga boleh cacad. Terserah lo mau gugurinnya gimana. Yang jelas, kalau harus
lahir, ga boleh cacad!", jawabnya.
"As YOU WISH MY LORD !!", jawabku meluap luap.
"Ya dah, sekarang gwe mau tidur", jawabnya.
"Oke..", jawabku.
"Ya dah, jangan ganggu gwe..biar gwe yang cari lo", ujarnya.
"As YOU WISH MY LORD", jawabku dengan suara yang datar, berusaha tegar.
I wish u never found me, Sasa", pintaku dalam hati.
"Ya dah...", jawabnya sambil kemudian menutup Hpnya.
Aku menangis sejadi jadinya....
Kata katanya seolah sedang membunuhku secara perlahan tapi pasti.
Membunuhku perlahan dengan semua kenangan itu dan....
Aku mati perlahan lahan....
Sejak hari itu, aku menjalani semuanya sendiri. Cinta pria dan wanita buatku tak
begitu penting lagi. Aku hanya mementingkan si kecil di perutku yang mungkin
sedang berkembang tanpa tahu seberapa besar kehidupan yang akan
dia terima nanti, tanpa ayah. Aku sudah memutuskan menutup seluruh hatiku untuk manusia bernama Aji atau
Bho. Sampai dibulan kedua, aku mendapatkan sesuatu yang benar benar menakjubkan
sekaligus menyedihkan. Hari itu, aku datang ke rumah sakit untuk cek semuanya.
Sejak kepulanganku dari Samarinda, aku belum tahu lagi bagaimana
perkembangannya. Akhirnya kuputuskan mengambil selembar uang pemberian
orangtuaku dan menukarkannya.
Siang itu aku datang dengan hati yang galau....dan akhirnya ketakutanku terbukti
juga. "Siang Mba, saya mau periksa kandungan. Ada dokternya ga ya"", tanyaku.
"Ada Bu. Bisa isi data disini dulu"", ujar Suster itu.
"Ya, Bisa", jawabku.
"Dengan Ibu siapa"", tanyanya.
"Vie", jawabku singkat.
"Baik Bu Vie, saya siapkan kartu periksanya sambil Ibu isi form ini. Untuk data
data pasien apabila nanti dibutuhkan. Silahkan diisi, ini penanya. Silahkan duduk
sampai saya panggil nanti", jelas si Suster.
"Terima kasih", jawabku sambil memberikan senyum ke Suster itu.
Dia memberiku selembar form berisikan data data yang harus aku isi. Aku
mencari tempat yang nyaman untuk mengisinya. Aku mengisinya dengan teliti dan
tibalah di data yang enggan aku isi.
Nama Suami :..", bisikku dalam hati.
Aku bingung. Aku enggan menuliskan nama Bho disitu. Tiba tiba HPku
berbunyi.. No nya ga ada di daftarku. Siapa ya", tanyaku dlm hati. Aku pun
mengangkatnya. "Halo", ujarku.
"Halo Na. Ini Hanna kan"", tanyanya.
"Iyah, ini siapa ya"", tanyaku.
"Ini Wonk", jawabnya.
"Ya ampun, kumaha damang Wonk"", tanyaku.
Wonk itu sahabatku. Aku kenal dia dari Idol street. Memang dari Game Online
juga, tapi Wonk beda. Dia maen Game Online hanya untuk pengisi waktu senggang
kalau libur kerja. Wonk juga maen RF, tapi ga begitu sering. Game for him is just
for fun..ga lebih. Makanya, dia jarang OL, kalo OL pun paling Cuma 1 jam aja.
Hanya Wonk yang tahu kalau namaku bukan Laras. Laras hanya cerminan aja,
Cuma bayang bayang. Cuma Wonk yang tahu namaku Hanna. Karena Wonk
jarang OL, jadi teman temanku tetap memanggilku Ras, ga ada temen OLku
yang manggil aku Hanna selain Wonk.
"Baik..Baik..tapi gwe denger kabar ga enak Na", jawabnya.
"kabar apa"", tanyaku.
Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa Karya Unknown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hmm...kamu hamil Na"", tanyanya.
"Hmmm..Ya. Maaf Wonk", jawabku.
"Cowok lo"", tanyanya.
"Siapa" Yang hamilin gwe"..hmm..di Samarinda. Udah bukan cowok gwe lagi",
jawabku. "Haahhh""" Dia, dia ga mau tanggung jawab Na"", tanyanya.
"Iyah, udah lah Wonk, jangan dibahas lagi. Udah, gwe cukup bias lewatin
semuanya", jawabku. "Lo gila kali ya""" Dimana lo """, tanyanya.
"Di RS ***** di depok. Kenapa"", tanyaku.
"Tunggu disitu, gwe kesana", jawabnya.
"Tapi sebentar lagi gwe masuk ke ruang periksa Wonk", jawabku.
"Sekarang lo lagi apa"", tanyanya.
"Isi data, Cuma lagi stuck aja. Di kolom Nama Suami", gwe mau tulis nama Aji
tapi..", jawabku terputus.
"Tulis nama gwe", jawabnya.
"Hah, nama siapa"", tanyaku.
"Nama gwe. Masih inget kan nama lengkap gwe"", tanyanya.
"Masih tapi..", jawabku terputus.
"Dah tulis aja. Trus tunggu aja disitu sampe gwe datang. Oke"", jawabnya.
"Kalo gwe dah masuk, trus selesai tapi lo belum datang, harus tunggu juga"",
tanyaku. "Sebelum lo selesai, gwe pasti dah sampe. Dah, gwe jalan dulu. Inget, tulis nama
gwe, Na", jawabnya. "Ga papa Wonk"", tanyaku.
"Tulis. Titik. Gwe berangkat. Tunggu disitu", jawabnya.
"Ya", jawabku. Wonk memutuskan sambungan telponnya dan aku hanya bias terdiam, membisu.
"Ibu Vie, Form nya sudah bisa diambil"", Tanya Suster itu menghampiriku.
"Sebentar dikit lagi", jawabku.
Aku segera mengisi data Nama Suami" dengan nama Wonk.
Ridwan N", tulisku di kolom itu.
Aku segera menandatangani form tersebut dan segera menyerahkan form tersebut
ke Suster itu. "Terima kasih, silahkan duduk lagi ya. Sebentar lagi dipanggil", jelasnya.
Tak berapa lama, memang aku dipanggil oleh suster itu untuk masuk ke ruang
periksa. Aku segera memasuki ruangan bernuansa hijau itu, menyenangkan.
"Siang Bu, Dengan Ibu Vie ya"", sapa wanita berjilbab di depanku.
"Iyah", jawabku diiringi senyumanku untuk wanita itu.
"K ok sendiri, suaminya ga anter"", tanyanya.
Aku hanya tersenyum. Ia menanyakan perihal kehamilanku. Aku menjawabnya
seadanya. Kondisiku yang baru saja pulang dari Samarinda, naik pesawat dan
sebagainya. Aku juga menjelaskan kalau aku punya Anti Phospholipid Syndrom.
Beliau agak kaget mendengarnya. Tak berapa lama, terdengar ketukan.
"Silahkan masuk", jawab wanita itu.
Ketika pintunya terbuka, yang kulihat bukannya Suster tapi Wonk.
"Maaf Dokter, saya suaminya", sambil melirik padaku.
"Ooo..silahkan..silahkan masuk Pak", jawab wanita itu.
Beliau lalu melihat buku periksaku dan kemudian bicara..
"Pak Ridwan..", ujarnya.
"Ya...", jawab Wonk.
"Oke..sekarang istrinya saya pinjem dulu ya, mau USG. Kalau Bapak mau ikut,
silahkan. Biar bisa liat si cantik atau si jagoan", ujarnya.
"Boleh", jawab Wonk sambil senyum.
Aku hanya melihat perbincangan ini dengan perasaan tak menentu.
Suami, siapa suami siapa" Siapa istri siapa"", tanyaku dalam hati.
Aku langsung disuruh tiduran. Perutku langsung diolesi oleh gel khusus, dan..
Wieee..geli", pekikku ketika alat itu digesek gesekkan ke perutku.
"Waahh..Pak, Bu, kayaknya isinya ga satu ini", ujar si dokter.
"Maksudnya"", Tanya Wonk.
"Ini ada dua, kembar. Dari gambar yang saya liat, sepertinya kembar identik
karena berasal satu telur. Tapi baru benar benar terlihat kalo sudah masuk
minggu ke 16 nanti", jelasnya.
Aku dan Wonk hanya lihat lihatan. Dia lalu membelai rambutku sambil
tersenyum. Aku hanya merasa, aneh.
Seandainya Bho yang melakukan itu", bisikku dalam hati.
Ketika prose situ selesai, aku hanya bisa terdiam. Wonk yang lebih banyak
bertanya. Setelah selesai, aku diberikan buku periksa beserta hasil foto USG tadi.
Ada rasa senang yang tak terkira, bingung yang berlebihan.
Ketika aku dan Wonk keluar dari ruang periksa, aku langsung membicarakan
semuanya. "Kok lo bisa masuk siy"", tanyaku.
"Bisa lah, tanya dunk sama Mba nya di depan situ", jawabnya sambil memberikan
senyum padaku "Bilang apa"", tanyaku.
"Ya tanya, Mba, Istri saya dah masuk ya"", gitu", jawabnya sambil nyengir.
"Jaaahhh...pantesan. Trs tadi kenapa bilang kalo lo suami gwe"", tanyaku
"Kenapa siy" Biarin aja. Lagian kalo tuh dokter tahu lo belum nikah, ntar nanya
nanya yang aneh aneh atau mikir yang ga ga lagi dia. Jangan sampe deh",
jawabnya. "Tapi...", jawabku.
"Udah, seneng ga mau punya anak kembar"", tanyanya.
"Iyah. Tapi...", jawabku.
"Udah ga usah mikirin dia lagi ya. Pikirin si kecil kecil ini aja", jawabnya.
Setelah kejadian itu, aku semakin tak habis pikir dengan pemikiran Wonk. Dia
bilang padaku suatu saat kalau dia ingin menjadikanku istrinya dan menerima anak
anakku sebagai anakku. Alasannya karena dia sudah terlanjur sayang padaku.
Memang, apa yang sudah dilakukannya membuatku merasa tidak menjalani
semuanya sendiri. Sejak aku mendapat pekerjaan di daerah Grogol, aku selalu naik kereta api
ekonomi Depok Cawang Depok setiap hari dan dari cawang naik bis ke grogol.
Walaupun sedang hamil muda, aku ga perduli. Aku butuh sesuatu untuk
kukerjakan dan kumakan. Tapi ketika Wonk tau hal itu, dia memaksa aku untuk menerima jasa antar
jemputnya setiap hari sebelum aku mendapatkan tempat tinggal baru di dekat
kantorku. Sampai suatu saat, kakak laki lakiku menelponku.
"Han..halo", terdengar suara disana.
"Halo Mas, kenapa"", tanyaku
"Kamu dimana"", tanya kakakku.
"Di kantor, kenapa Mas"", tanyaku.
"Tinggal dimana"", tanyanya.
"Di Depok", jawabku seadanya.
"Kerja dimana kamu"", tanya kakakku.
"Di Grogol, ada apa siy Mas"", tanyaku.
"Mas mau ngomong. Kita semua mau ngomong. Kamu dimana" Mas kesana",
jawab kakakku. "Ga usah, Hanna pulang aja ke rumah. Besok", jawabku.
"Oke, Mas tunggu", jawabnya.
"Oke, Hanna sampe sana sore kali ya", jawabku.
"Ya dah, ga papa", jawab kakakku.
Dari nada suaranya, tak terdengar kemarahan, hanya ada ke khawatiran. Aku
segera bilang pada Wonk melalui sms kalau besok siang, sepulang kerja, aku akan
ke rumah. Dia membalasnya.
Oke..aku anter, jangan nolak. Oke""
Aku segera membalasnya. Aku ga mau menyusahkan seseor
ang yang sudah terlampau baik padaku. Menyisakan semua waktunya untukku yang jelas jelas
belum bisa memberikan apa yang dia mau. Bagiku, memutuskan menikah atau
menjadi seorang istri dari seseorang pada saat keadaan hamil membuatku merasa
bersalah. Mungkin akan sangat merasa bersalah.
Keesokkan harinya, Wonk seperti biasa, menjemputku pagi hari. Kami berangkat
kerja sama sama. Dia selalu mengantarkanku terlebih dahulu. Dia bisa sampai
Depok jam 5 pagi hanya untuk menjemputku dan sampai jam 4 di kantorku
untuk menjemputku. Tak bisa terbayangkan olehku. Dia tetap ingin aku jadi
pendampingnya, tak perduli keadaanku yang dah hancur berkeping keping.
Sore itu, dia mengantarkanku ke rumah, untuk membicarakan semuanya dengan
kakakku ttg apa yang terjadi.
Ternyata setelah dibicarakan, kakak kakakku ga mau kalau aku tinggal diluar
rumah dengan keadaanku yang seperti itu. Pada saat itu pun, Wonk
mengutarakan sesuatu yang membuatku mendadak kalut.
"Hmm..maaf semuanya, saya juga mau bicara disini", ujarnya.
Aku langsung melihatnya. Keheranan.
Ada apa lagi niy"", tanyaku dalam hati.
"Ada apa Wan"", tanya kakak perempuanku.
"Sebenernya saya kesini bukan Cuma mau nganterin Hanna aja tapi ada yg lainnya
juga", jelasnya "Ada apa"", tanyaku.
"Begini, saya mengutarakan kalau saya..ingin Hanna jadi istri saya", jelasnya.
Aku langsung merubah posisi dudukku dan terdiam seribu bahasa.
"Bener Wan" Kenapa kamu punya keinginan seperti itu"", tanya kakakku.
"Saya sudah lama sayang sama Hanna. Dia terlalu baik untuk disakitin kayak gini.
Dia wanita yang benar benar saya kagumi. Terlepas dari apa yang sudah terjadi,
sudah jadi resiko saya. Saya sayang dia berarti saya juga harus sayang sama anak
anaknya. Pada kenyataannya, saya ga sayang sama mereka, tapi saya sudah
terlanjur cinta sama mereka dan bundanya", jelasnya panjang lebar.
"Oke..saya sama keluarga siy ga masalah. Cuma kembali lagi ke Hanna. Gimana
Han"", Tanya kakakku.
Aku Cuma bisa terdiam...terdiam...
Ada apa lagi sssiyyy"""", jeritku dalam hati..gundah
aku mendengar apa yang dibicarakan dengan perasaan tak menentu. Ketika
kakakku menanyakan tentang apa yang Wonk utarakan kepada keluargaku,
membuat otakku berhenti berpikir seketika.
"Han, kok diem siy" Gimana" Tuh Wonk nunggu jawaban", tanya kakakku.
Aku hanya bisa menundukkan wajahku. Entah malu atau aku benar benar tak
kuasa menatapnya. Sampai beberapa kali kakakku menegurku, baru aku berani
menjawab semuanya, sesuai kata hatiku.
"Han....gimana"", tanya kakak laki lakiku.
"Hmmm....maaf ya semuanya. Maaf Wonk. Aku tau niat kamu baik banget. Aku
juga ga tau kalau kamu bisa punya keinginan sebesar ini untuk jadiin
aku...mm...pendamping kamu. Tapi aku..", jawabku tertahan.
"Kenapa Han"", tanya Wonk.
"Ga papa....cuma", jawabku ragu sambil melihat ke sekelilingku.
Tiba tiba entah ada angin apa, kakak perempuanku mengatakan sesuatu.
"Han, Mba sama Mas Mas pamit ke ruang makan ya. Kamu sama Wonk ke
teras atas aja. Kalian bicarakan ini berdua. Kami cuma bisa berharap semuanya
akan berjalan sesuai apa yang kalian kehendaki. Yang terbaik buat kamu Hanna,
terbaik juga buat kami. Kami ingin lihat kamu bahagia, gak kayak gini", ujar kakak
perempuanku. Kemudian kakak laki lakiku dan semua yang ada disitu beranjak pergi ke tempat
tujuannya masing masing dan meninggalkanku dengan Wonk yang terdiam tanpa
suara. "Han, ayo kita ke teras atas. Bicarakan semuanya, mau kan"", tanyanya.
"Iyah....", jawabku.
Aku segera mengajaknya ke teras atas atau lebih tepatnya balkon besar di lantai
2 rumahku. Aku mengajaknya duduk disitu.
"Wonk, tempat ini dah jadi saksi bisu masa kecil, remaja dan dewasaku. Semua
terkubur disini. Entah aku bisa mengaisnya lagi atau ga. Tapi setiap aku kembali
kesini, kenangan akan Ibu, Ayah dan suasana masa kecilku kembali lagi dan aku
merindukan itu Wonk", ujarku membuka pembicaraan diantara kami berdua.
"Tapi itu masa lalu, Hanna. Sekarang kamu sedang dihadapkan dengan satu masa,
dimana masa itu akan jadi masa depan kamu dan aku ga mau kamu lewatin
semuanya sendiri", jawabnya.
"Wonk, sendiri atau ga sendiri, rasanya sama", jawabku.
"Kamu mengharapkan si Bho itu bertanggung jawab atas semuanya" Kamu bilang
kalo kamu dah tau apa jawabannya. Sekarang aku tanya, apa jawaban dia setelah
tau kamu hamil"", tanya Wonk.
Aku hanya bisa terdiam ketika Wonk menanyakan hal itu padaku. Wonk
menghampiriku. "Han, Aku ga pernah sedikit pun punya niat untuk mengambil keuntungan atas
apa yang dah terjadi sama kamu. Aku juga ga bahagia diatas penderitaan siapa
pun. Toh kenyataannya memang laki laki itu ga menderita, justru kamu yang
menderita mikirin dia sepanjang hari tapi apa dia mikirin kamu Han""", tanyanya.
"Memang ga...tapi....", jawabku.
"Kamu tau jawabannya tapi kenapa kamu ga berusaha tunjukkin ke dia kalo kamu
bisa maju selangkah tanpa dia, Han"", jawab Wonk.
"Ada di bagian hatiku yang bilang kalo dia sebenernya masih pengen care sama
aku, Wonk. Tapi karena aku hamil, dia buang jauh jauh semuanya", jawabku.
"kalo memang dia care, paling ga, dia.......susah. Sekarang gini, kamu mau tunggu
sampai kapan si laki laki itu"", tanyanya.
"Ga tau.......tapi kamu...", jawabku.
"Aku""" kamu tanya aku, Han"", tanyanya.
"Iyah, kamu kenapa bilang kayak gitu sama keluargaku" Apa keluarga kamu mau
terima aku"", tanyaku.
"Han, Apa yang terbaik buatku, keluargaku mendukung. Aku melakukan ini juga
atas persetujuan si Mama. Aku sayang kamu dan makhluk makhluk kecil yang
ada di perut kamu, Han. Aku berani lakukan apapun buat mereka. Aku ga mau
mereka disakitin siapa pun, sampai mati aku ga mau liat kamu dan mereka
menderita. Aku mau liat kamu, mereka, kita bahagia, Han. Bangun keluarga kecil
yang bahagia", jawabnya.
"Kenapa kamu bisa sampai se-gila ini siy" Salahku apa sama kamu"", tanyaku.
"Kamu ga punya salah apa pun Sayangku...ga ada. Kamu terlalu baik untuk
diperlakukan seperti ini. Aku tuh bener bener sayang sama kamu, Han. Terlepas
dari apapun yang sudah terjadi, aku akan tetep sama Han, sayang sama kamu",
jawabnya meyakinkanku. Aku menatapnya dengan perasaan yang tidak menentu.
"Terus mau kamu apa sekarang"", tanyaku.
"Keinginanku sama seperti hari ini, kemarin, sebulan lalu..aku mau kamu jadi
pemdampingku", jawabnya.
"Tapi, aku..keadaanku tuh kayak gini Wonk", jawabku.
"Keadaan kamu kayak apa" Sekarang aku Tanya...", tanyanya.
"Iyah, hamil...kamu ga malu apa"", tanyaku.
"Malu kenapa"", tanyanya.
"Ya malu. Apa kata semua keluarga kamu, semua temen temen kamu nanti
tentang aku, Wonk", jawabku setengah menahan tangis.
"Ga. Aku ga malu. Kalau keluarga, kan sudah kubilang kalau mereka menerima
apapun keputusanku. Kalau teman temanku, aku udah ngomong kok. Semuanya
mendukungku karena mereka tau kalau Cuma kamu yang aku mau dan Cuma kamu
yang bisa bikin aku seneng Han", jawabnya.
"Kenapa bisa begitu"", tanyaku
"Ya, karena Cuma kamu satu satunya perempuan yang bisa bikin aku ga pengen
mencari cari lagi. Semua yang aku mau ada di kamu. Cuma 1 stocknya
Han...aku ga mau ke duluan orang. Aku mau jadi laki laki beruntung itu, laki
laki beruntung yang bisa dapet wanita seperti kamu", jawabnya terlihat sungguh
sungguh. "Tapi..ga bisa sekarang Wonk untuk wujudin apa yang kamu mau. Aku belum
mampu, belum mampu lupain semuanya", jawabku.
"Aku paham, tapi pintu itu terbuka untukku kan""" Aku akan buat kamu lupa
semua apa yang dah kamu rasain sekarang", jawabnya
"Hmmm....aku ga mau kamu nyesel", jawabku.
"Ga..sumpah, Aku ga akan nyesel. Ok" Gini deh..mungkin aku juga terlalu
membebani kamu dengan kata istri". Kalo gitu...hmmm..", ujarnya.
"Kenapa"", tanyaku sambil menatapnya.
"Hmmm...klo gitu, kamu mau kan jadi pacarku" Kita jalanin semuanya dari awal.
Aku tau kita terutama kamu bisa lewatin ini semua. Kamu mau kan"", tanyanya.
Aku terdiam cukup lama, memikirkan semuanya. Sepertinya dia pun cukup paham
dengan keadaanku dan sikap diamku saat itu. Aku takut untuk memulai semuanya
tapi apa yang kami bicarakan sebelum ini memang keadaan yang sesungguhnya.
Aku pun memutuskan untuk maju selangkah, setidaknya aku tidak meratapi yang
sudah terjadi, tapi mencoba untuk bangkit.
Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa Karya Unknown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wonk. ...", aku memanggilnya.
"Ya....", jawabnya.
"Hmmm..setelah mempertimbangkan semuanya. Apa yang udah kamu, kita
omongin tadi memang bener. Aku ga mau stuck disitu situ aja. Aku mau maju
selangkah demi selangkah Wonk..", jelasku.
"Iyah..kamu harus semangat Han..terus", jawabnya seperti menantikan sesuatu.
"Terus....aku akan coba jalanin semuanya sama kamu, Wonk", jawabku.
Wonk lama menatapku. Aku melihat kegembiraan di wajahnya tapi aku takut itu
Cuma halusinasiku saja. Tiba tiba Wonk berdiri dan berjongkok setengah jinjit
dihadapanku. "Han, Aku seneng banget kamu bilang kayak gitu. Kamu mempertimbangkan
semuanya, kamu mau bangkit bareng bareng aku. Makasih yaaa...aku pasti akan
jadi laki laki sekaligus calon ayah yang paling bahagia, sumpah !!", jawabnya
sambil meremas jemari tanganku.
"Bokis Loooooo", jawabku.
"Jiaaaahhh..tadi dah serius serius sekarang keluar lagi deh aslinya", jawab
Wonk. Aku hanya bisa tersenyum, senyum paling manis yang kuberikan kepada Wonk hari
itu. Aku dan Wonk turun dan membicarakan tentang keputusan yang sudah kami
bicarakan dan setujui berdua.
Setiap hari, kulalui semuanya bersama Wonk. Jujur saja, aku mulai melupakan
luka yang sudah dibuat oleh Bho di hatiku. Aku mulai melupakannya. Aku merasa
Wonk lah yang ayah dari anak anakku, walaupun setiap aku memikirkan
semuanya, aku tersadar bahwa dia bukan ayah dari anak anakku tapi aku
bahagia kalau seandainya anak anakku memiliki ayah seperti Wonk.
Wonk selalu memanggilku Bunda" dan aku pelan tapi pasti mulai memanggilnya
Ayah". Aku bangga padanya yang mampu menerima keadaanku yang sudah berantakan.
Perutku makin hari makin membesar. Bebanku pun semakin berat. Rasa sakit
akibat APS ku terkadang datang menyiksaku tapi Wonk selalu ada untuk
menenangkanku. Dia pun mulai merasa kalau tempat tinggalku terlampau jauh.
Tanpa sepengetahuanku, ia mencarikanku sebuah kost untuk kutinggali di dekat
tempat kerjaku. Aku terpana dengan semua yang ia lakukan untukku sampai
akhirnya aku merasa malu karena begitu besar yang sudah ia lakukan namun aku
belum merasa yakin bahwa dia serius dengan apa yang dia ucapkan.
Apa yang sudah Bho lakukan membuatku menjadi seorang yang idiot jika harus
merelakan Wonk pergi dari hidupku.
Berbulan bulan berlalu, hari berganti hari. Aku mulai membiarkan Wonk hadir
dalam hidupku dan membiarkan ia keluar masuk pintu hatiku. Sampai tiba saat
yang menentukan semuanya.
14 September ... "Bun, dah makan lom"", Tanya suara itu diujung sana.
"Belum, tau niy. Perutnya mules terus. Kontraksi terus", jawabku.
"Ya dah, Ayah kesana sebentar lagi. Ini dah siap siap", jawabnya.
Ya, itu percakapanku pagi itu dengan Wonk di telpon. Aku kebetulan sudah
tinggal di rumahku karena mengingat kondisiku yang sudah mulai masuk bulan ke
7. Entah mengapa, di minggu ke 28 kehamilanku, aku merasakan ada sesuatu yang
mencurigakan. Sepertinya, baby baby mungilku ini mendesak ingin cepat cepat
melihat dunia yang indah ini.
2 jam kemudian, Wonk sampai dirumahku didampingin oleh kakakknya.
"Bun, yuk berangkat ke rumah sakit, diperiksa, Ayah takut kenapa kenapa si
kecilnya", ajak Wonk.
Aku pun mengikuti apa yang Wonk minta. Kami langsung berangkat ke rumah
sakit dan untungnya, kami tidak perlu menunggu terlalu lama untuk masuk ruang
periksa. Dokter pun memeriksa semuanya, membandingkan kondisiku sebelumnya
berdasarkan Buku Periksa dari Sebuah Rumah Sakit Bersalin di Depok dengan
rumah sakit di daerah rumahku. Beliau mengatakan aku mengalami apa yang
dinamakan Eclampsia atau Gangguan Pada Plasenta. Ini berasal dari Anti
Phospholipid Syndrom yang selama ini ada ditubuhku. Aku beruntung karena aku
tidak mengalami keguguran tanpa sebab. Tapi Eclampsia ini saja sudah membuatku
dan Wonk ketar ketir. Setelah dipertimbangkan, aku akhirnya harus stay di rumah sakit tersebut agar
dapat diawasi segala sesuatunya.
Tapi makin lama, kontraksinya makin hebat. Klimaksnya adalah keluarnya air
ketubanku. It"s mean, ketubannya pecah. Wonk sedang keluar saat itu terjadi.
Wonk keluar untuk membelikanku makanan karena memang belum
ada makanan yang masuk pagi itu. Aku pasrah, aku langsung memanggil susternya dengan menekan tombol panggilan
di samping tempat tidurku.
Mereka langsung bertindak secepatnya. Tapi aku merasa kehilangan sesuatu..Aku
kehilangan Wonk. Saat itu aku sadar kalau hanya dia yang kubutuhkan, aku butuh
dia. Aku gak butuh Bho..Aku butuh Wonk. Dengan kondisi yang seperti ini, aku
hanya bisa menangis. Aku merasakan tubuhku mulai melemah, aku hanya bisa
memanggil manggil Wonk dalam hatiku. Aku mengharapkan dia mendengarku..
Yah..plisss..cepet kesini. Bun ga kuat"....
Satu persatu mulai mempersiapkan semuanya. Mereka mulai menyuntikkan
sesuatu ke tubuh ku dan memerintahkan au untuk melakukan ini dan itu.
Dibenakku saat itu hanya ingin Wonk ada di sampingku.
Saat itu, aku hanya mau dia....
Kondisi tubuhku mulai tidak stabil. Aku bilang ke salah satu suster yang
membantuku untuk memberitahu Wonk atau siapapun kalau memang sudah
waktunya. "Mba..tolong bilang sama keluarga saya, saya minta maaf", pintaku saat itu.
"Bu, Ibu harus kuat. Sabar ya. Keluarganya sudah dikabari kok", jawab suster
itu. Pernyataannya tidak membuatku tenang. Rasa sakit bercampur rasa melilit yang
hebat membuatku tak dapat berpikir apapun. Rasanya aku hari itu sudah berkata
dalam hati berulang ulang kepada Tuhan..
Ya Tuhan, aku Cuma mau mengantarkan makhluk makhluk mungil ini melihat
semua ciptaanmu tapi aku gak mampu.."
Rasanya kalau saat itu nyawaku langsung hilang, pasti rasanya tak akan terasa
seperti ini, tapi melihat semua yang telah lewat, membuatku punya keinginan
untuk tetap bertahan, setidaknya sampai kewajibanku selesai.
Saat itu, entah mengapa, yang bisa menenangkanku untuk sementara adalah
mengenang semuanya. Masa dimana Bho masih ada untukku. Ketika semuanya
masih ada ditempat yang seharusnya. Tapi begitu bayangan ketika aku harus
melewatinya sendiri, rasa sakit itu terasa makin hebat. Lebih hebat dari
sebelumnya. Aku hanya ingin semuanya selesai.
Semuanya tampak lebih sibuk dan aku hanya bisa diam. Keringat sudah
membanjiri tubuhku dan aku hanya berharap, semua yang terbaik. Kalaupun aku
harus pergi saat itu, seperti aku akan ikhlas karena aku percaya, anak anakku
akan berada di tempat yang benar.
Aku mulai merasakan sakit yang lebih hebat dan rasanya, aku ga sanggup lewati
semuanya sampai tiba tiba pintu ruang perawatan itu terbuka dan aku melihat
Wonk disana, tersengal sengal. Dia langsung menghampiriku.
"Bun, maaf. Ayah beli mam nya kejauhan. Sabar ya Sayang, Yang kuat ya",
ujarnya. Aku tampak malu dengan posisiku saat itu tapi tampaknya Wonk tak
memperdulikan hal tersebut. Aku hanya bisa tersenyum dan sepertinya
kekuatanku kembali. "Maaf Sayang..Maaf. Jangan senyum aja, ngomong donk!!", ujarnya lagi sambil
mengusap usap kepalaku.
"Sakit Yah..Bun...ga kuat Yah,....Maaf", jawabku terbata bata.
"Ga..Bun kuat Sayang. Ayah tau kalo Bun kuat", jawabnya.
Tangannya menggenggam tanganku kuat kuat. Dia menatapku dan aku
menatapnya seakan akan ini yang terakhir kalinya aku melihat dia. Sekilas, aku
merasakan Bho hadir disini, diantara aku dan Wonk, rasa sakit itu datang lagi dan
aku tak mampu. Wonk memanggil suster dan beliau pun mengecek kondisiku.Beliau mengatakan
kalau akan segera memberitahukan kepada Dokter yang menanganiku.
Wonk entah kenapa, berinisiatif lebih menenangkanku.
"Bun, Ayah tau Bun tuh lebih kuat dari Ayah, Sayang", ujarnya.
Aku hanya bisa tersenyum sambil merasakan sakit yang entah..tak bisa
diungkapkan dengan kata kata.
"Ayah gak akan mungkin bisa kehilangan wanita kayak Bun", ujarnya lagi.
"Bun bisa lewatin semuanya. Ayah ga habis pikir betapa bodohnya laki laki itu
menelantarkan satu satunya harta yang paling berharga yang dia punya. Sampai
akhirnya, harta itu ga akan jadi miliknya, sepeser pun karena Ayah ga kan pernah
biarin dia ambil Bun dari Ayah", ujarnya lagi.
Aku hanya bisa tersenyum dan tak berapa lama semuanya mulai berdatangan.
Mereka mulai mempersiapkan segalanya. Aku seperti akan dibawa ke suatu
tempat yang membuatku merasakan ketakutan yang besar.
"Ayah....Bun bene r bener ga kuat. Bun minta maaf ya. Tolong, bilang Bho, bun
minta maaf", ujarku "Ga...Bun kuat, Ayah yakin, jadi Bun ga perlu minta maaf sama dia. Dia yang
harusnya minta maaf sama Bun", jawab Wonk.
"Tapi..", jawabku.
Ugghh..rasanya mau mati saat itu juga. Sekujur tubuhku menegang dan kurasakan
sakit yang lebih hebat. Bu, maafin Hanna", bisikku, Cuma itu yang aku mampu.
Detik berlalu, dan aku pun sudah berada di ruang persalinan yang entah seperti
ruang penjagalan buatku. Posisiku sudah diatus sedemikian rupa agar
mempermudah persalinannya dan sungguh, aku ga perduli gimana posisinya, yang
penting aku mau ini segera berakhir.
Oh Tuhan....", bisikku dalam hati.
Kehadiran Wonk di dalam ruang persalinan pun tak membuatku merasa kembali
kuat. Seakan ini hanya urusanku dan Tuhan yang tau akan bagaimana akhirnya.
Entah berapa lama itu berlangsung, tangisku tertahan disana dan aku merasakan
letih yang sangat luar biasa. Terdengar olehku sayup sayup suara Wonk dan
beberapa perintah yang harus kulakukan, aku melakukannya dengan semua sisa
tenagaku. Aku Mendengar sayup sayup suara tangisan dan aku ga bisa konsen dengan
keadaan di sekelilingku. Aku menunggu cukup lama sampai akhirnya mendengar
suara perintah untuk menghabiskan seluruh tenagaku dan aku mendengar tangisan
itu kembali. Ada tangan lembut mengusap pipiku dan aku hanya bisa tersenyum sampai tak
terasa air mataku keluar dari ujung ujung mataku. Tapi ada rasa yang tak bisa
kugambarkan saat itu. Pandanganku tak focus dan...aku masih merasakan tangan
itu di pipiku dan sepertinya seseorang yang menyentuh pipiku meneriakkan
sesuatu, tapi aku tak mampu mendengarnya.
"Maaf....." Hanya kata itu yang mampu aku ucapkan lalu aku merasa semua berubah
menjadi.. Gelap...... Masa itu kini sudah terlewati. Kakakku bercerita tentang semuanya begitu aku
dapat kembali melihat orang orang yang kusayangi.
Aku tersadar dari tidurku dengan wajah orang yang paling kusayangi sedang
memandangiku tersenyum, namun ada airmata disudut mata itu. Dia adalah
Wonk. Kata yang keluar dari bibirnya saat itu hanya,..
Plizzz...jangan pernah tinggalin ayah lagi"...
Aku hanya bisa terdiam, tersenyum namun dilubuk hatiku yang paling dalam, aku
merasakan sesuatu yang belum pernah kurasakan.
Apa benar dia betul betul menyayangiku seperti ini"" Apa benar ini terjadi
padaku"" Ditengah suasana yang mulai terasa haru, semua bayangan terasa blur. Sepertinya
aku hanya terfokus pada Wonk. Dia begitu baik menerima semuanya. Tersadar
oleh pandanganku, dia pun menghampiriku.
"Kenapa dari tadi ngeliatin terus" Ga kenal sama Ayah"", tanyanya.
"Kenal", jawabku.
"Trus kenapa diliatin terus Ayahnya" Kangen"", tanyanya.
"Kangen...kayaknya dah lama ga liat Ayah, ga denger suara Ayah", jawabku.
Wonk hanya tersenyum. Dia menceritakan padaku tentang hari itu. Setelah aku
melahirkan anak anakku, terjadi perdarahan yang hebat. Didukung dengan kondisi
fisikku yang lemah dan ada masalah juga dengan kehamilanku, aku kehilangan
kesadaranku. Wonk berkata, aku tak sadar selama 3 hari.
"Ayah, ngapain selama 3 hari" Disini"", tanyaku.
"Nungguin Bun", jawabnya.
"Nungguin apa" Mang kalo nungguin Bun dapet hadiah apa"", tanyaku
"Nungguin Bun sadar. Bun lama banget bangunnya. Ayah smpe ga sabaran. Hadiah
buat Ayah dah ada, manis manis kayak Bundanya Ayah. Tapi kalo Bundanya ga
bisa sama sama Ayah, Ga akan sama rasanya", jawabnya.
"Kenapa"", tanyaku.
Kemudian wajah Wonk menghampiri wajahku, dan dia membisikkan sesuatu di
telingaku. "Bun tuh segalanya buat Ayah. Ga ada Bun, rasanya ga akan sama. Bun cuma
satu satunya yang Ayah punya selain anak anak. Ayah ga akan pernah mau
kehilangan Bun karena Ayah sayang banget sama Bun", ujarnya di telingaku.
Aku hanya bisa menangis mendengar semuanya. Menangis dan entah mengapa,
bayangan Bho dihatiku mulai menjauh dan menjauh. Melihatku menangis, Wonk
mengusap wajahku dan berusaha menenangkanku.
"Dah ahh..jangan nangis, Jelek. Bun Ayah nanti jelek kalo nangis", ujarnya.
"Mang Bun jelek..", jawabku ditengah tangisku.
"Jangan gitu ah...Bun Ayah tuh c
antik banget. Perduli amat orang bilang Bun
kayak gimana. Buat Ayah, Bun segalanya, ga bisa dituker sama apapun. Kalo
tiba2 si Aji datang minta Bun, minta anak2, ga akan Ayah ijinin", ujarnya.
Mendengar segala penuturannya, mengetahui dia begitu menerima semuanya, aku
rasanya sudah menemukan tujuan hidupku.
Aku, hari itu benar benar bisa melihat buah hatiku yang entah bagaimana,
begitu tampak mengenalku. Matanya yang mungil, yang belum bisa mengenali
keadaan disekitarnya, seakan akan berkata padaku,
Bunda, Aku sayang banget sama Bunda"...
Mereka mungil, Aku melihatnya dari luar ruangan itu. Mereka berada di dalam
inkubator. Entah apa perasaan mereka saat itu, tapi aku merasa bahwa aku
menang. Menang melawan semua rasa cemasku, menang melawan rasa sakitku,
sakit yang entah berapa lama kurasakan.
Tapi kini, melihat Wonk disampingku, melihat anak anak yang kuperjuangkan
dihadapanku, aku merasa menang terhadap Bho. Aku ga akan rela dia ambil
apapun dariku, termasuk anak anakku.
Aku akan berjuang dengan sekuat tenagaku menjaga apa yang sudah Tuhan berikan
untukku, sejak hari itu, aku merasakan ada semangat yang baru, dan aku tahu..
"Yah....", panggilku kepada Wonk ketika melihat mereka.
"Iya sayang...", jawab Wonk sambil memelukku dari belakang kursi rodaku.
"Bun jadi Ibu ya Yah"", tanyaku.
"Iyah..Itu anak anak kita Bun. Bun dah jadi Bunda, Ayah dah jadi Ayah dari
jagoan jagoan Ayah. Kenapa"", tanyanya.
"Bun seneng. Jangan tinggalin Bun lagi", jawabku.
"Ga akan..Ayah bodoh kalo Ayah tinggalin Bun. Bun Nyawa Ayah", jawabnya
sambil mencium pipiku. Hari itu, aku menjadi manusia paling bahagia, mungkin Wanita paling bahagia...
Hari itu, aku dan Wonk sepakat menamakan mereka Rhama Putra Auliansyah
Hakim dan Dewa Putra Auliansyah Hakim. Ada nama Bho di dalam nama anak
anakku dan Wonk menyadari itu. Dia merasa cukup berbesar hati awalnya, tapi
lambat laun, aku merasa bahwa Wonk tidak menginginkan nama itu dan ia
mengatakannya padaku. "Bun, Ayah mau ngomong sesuatu", ujarnya.
"Ya..mau ngomong apa"", tanyaku.
"Bun, kalau suatu saat nanti Bun dah bias terima Ayah, Ayah mau nama anak
anak diganti. Jangan ada Bho lagi dalam hidup kita, Bun. Maaf kalo Ayah egois,
tapi Ayah sama sekali ga mau ada kenangan Bho lagi", ujarnya.
"Iyah..Bun Paham..Ayah yang sabar ya. Maafin Bun", jawabku
Wonk hanya mengangguk dan tersenyum penuh arti.
Hari berganti hari...Minggu berganti minggu dan entah kenapa, semua tampak
sempurna buatku.
Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa Karya Unknown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sampai Wonk harus pergi ke Kuala Lumpur, Malaysia untuk menjalankann
tugasnya. Tapi aku tidak merasa kesepian. Dia tetap selalu ada untukku. Aku pun
mulai menyibukkan diri dengan melakukan apapun untuk mengisi hariku agar
ketiadaan Wonk tak begitu terasa, tapi dia selalu ada dihatiku.
Sampai suatu ketika, Wonk menelponku mengatakan hal yang dulu dia tanyakan
padaku. "Bun, kali ini, Ayah bener bener mau Tanya yang waktu itu pernah Ayah
Tanya sama Bun", ujarnya.
"Tanya apa"", tanyaku.
"Bun mau kan jadi istri ayah" Jadi pendamping Ayah" Temenin Ayah seumur
hidup Ayah" Ayah butuh Bun", tanyanya.
Aku terdiam dan aku hanya bisa menangis. Rasanya, Aku akan merasa sebagai
wanita tolol kalau aku menolak Wonk. Mengetahui apa yang sudah dia lakukan
untukku, anak anakku..dan akhirnya aku berani menjawabnya dengan segala
resikonya. "Ya..Bun mau!", jawabku.
Jawabanku disambut dengan ucapan yang tak kumengerti. Mulai detik itu, Aku
jauh lebih bahagia dari hari hari kemarin.
Hari ini... Hari ini, semua ketakutanku mulai sirna. Ketakutan akan hadirnya Bho kembali
dalam hidupku dan anak2ku mulai benar benar hilang. Wonk akan segera kembali
ke Indonesia dengan perasaan yang luar biasa bahagia" katanya.
Persiapan tentang hari dimana jadi akhir dari penantianku akan segera tiba. Entah
mengapa, aku gelisah. Gelisah namun Bahagia Luar Biasa"..
Menunggu kepulangan Wonk, membuatku berpikir bahwa dia bukan laki laki
biasa, tapi lebih dari itu.
Rasanya aku tidak bisa membandingkan Wonk dengan Bho.
Bho, anak laki laki yang bisa mendapatkan apa saja kalau dia mau. Ayahnya
seorang pegaw ai negeri sipil yang pastinya mempunyai pekerjaan tetap.
Setidaknya, tidak begitu berat untuk menghidupi istri dan anak anaknya. Aku
mungkin belum begitu tahu tentang bagaimana keluarga Bho, tapi Bho masih jauh
lebih beruntung dari Wonk.
Wonk, anak ke 8 dari 9 bersaudara. Dia berasal dari keluarga yang sederhana.
Ayahnya bukan seorang pegawai kantoran. Ayahnya hanya seorang penjual buah
buahan dan dengan hasil berdagang nya itulah, ia memberi nafkah istri dan anak
anaknya. Menyekolahkan anak - anaknya, mendidik mereka, hingga mereka sukses
dan jadi orang orang yang lebih baik. Yang membuatku bahagia, Ayah dan Ibu
Wonk, mampu menyekolahkan semua anak anaknya. Punya 9 orang anak dan
semuanya berhasil sungguh membuatku salut.
Aku tidak malu dengan semua itu, justru aku bahagia dan bangga bahwa Wonk
tidak merasa kecil hati dengan semua itu.
Aku pernah menelpon dia saat dia ingin berangkat ke warung tempat ayahnya
berjualan dan ia tidak malu mengatakan padaku kalau ia ingin membantu ayahnya
disana. "Ayah lagi jalan ke warung mau bantu Bapak", ujarnya.
"Bapak jualan apa"", tanyaku.
"Buah...kenapa"", tanyanya..
"Ga papa...", jawabku.
"Bapak memang jualan buah dari dulu. Ya, kita semua sekolah, makan dari hasil
Bapak jualan buah. Bun ga malu kan"", tanyanya.
"Ga..ga malu. Bun seneng kok. Setidaknya Bapak menafkahi anak anak dan istri
nya dengan cara yang halal", jawabku.
"Ya, makanya..Ayah ga berat kalau harus bantu Bapak, karena Ayah bisa kayak
sekarang juga karena buah buah itu", ujarnya.
"Hmmmm..yang semangat ya jualannya Chayank!!", jawabku.
"Pasti! Maaf ya chayank, kalo Ayah kayak gini..", ujarnya.
"Kenapa" Bun terima Ayah apa adanya. Bun ga liat itu semua. Pokoknya Bapak
hebat. Ntar Bun boleh kan bantu bantu di warung"", tanyaku.
"Banget, boleh banget sayang...makasih ya Chayank", jawabnya.
"Sama sama, kembali kasih", jawabku disambut suara tawanya yang khas.
Aku memang tidak mengharapkan someone yang punya babat, bebet, bobot.
Menurutku itu tidak terlalu penting. Yang penting Cuma isi hati seseorang aja.
Aku ga terlalu memikirkan semuanya sekarang.
Kalau ingat dulu, waktu SMU, kadang kita hanya berpatokan pada fisik seseorang
saja untuk menentukan pantas atau tidaknya orang tersebut jadi orang paling
special dihati. Tapi, makin lama, tampaknya, cara pikir tersebut terlalu picik.
Bho...A Man with a Good Persona....tapi kurang punya pendirian. Entah
pengaruh sifat, zodiac, atau memang trauma masa lalu, tapi aku bersyukur..dia
bukan jodohku. Tak terpikirkan olehku jika memang dia bertanggung jawab atas
apa yang terjadi padaku tetapi masih tetap stuck di rutinitas yang sama, aku
pasti sudah berubah jadi zombie. Tapi aku yakin, dia akan berubah jadi ayah yang
baik untuk anak anaknya nanti dengan seseorang, bukan anak anakku.
Wonk, sudah lebih dari cukup untukku. Dia ayah yang baik untuk anak anakku.
Menerima Rhama dan Dewa ku layaknya darah dagingnya sendiri. Kala
melihatnya bermain dengan anak anak, memanggil mereka dengan sebutan anak
ayah", membuatku merasa aku tak perlu mencari atau pun berharap ayah
kandung" dari anak anakku mencariku untuk mempertanggung jawabkan semua.
Seperti suatu ketika, Wonk sedang menenangkan Dewa ketika menunggu giliran
untuk mandi..aku merasa, Wonk lebih dari segalanya..
"Kenapa anak Ayah nangis""" Sabar sayang, Bunda Cuma punya 2 tangan. Abis
ini giliran Dd ya ( panggilan sayang Wonk untuk si kecil Dewa ). Masa anak Ayah
nangis", ujar Wonk pada Dewa yang masih menangis di pelukannya.
Aku melihat dari jauh..merasa...merasakan perasaan yang sulit kuungkapkan.
Akhirnya Dewa pun tenang di pelukan Wonk.
Ketika Rhama suda selesai mandi, aku mengambil Dewa dari dekapan Wonk.
Seketika Dewa pun menangis. Akhirnya, Wonk lah yang memandikan Dewa. Lama
kelamaan, Rhama dan Dewa sulit terpisahkan dari seorang laki laki bernama
Wonk. Melihatnya bercanda, memberikan makan, bahkan menidurkan mereka..membuatku
berpikir, aku terlalu bodoh jika melepaskan Wonk.
Aku sudah memilih jalanku sendiri dan ini adalah keputusan yang terbaik untukku.
Aku menyayan gi dan mencintai Wonk sepenuh hati. Memikirkan bahwa jodoh kita
sebenarnya selalu ada di depan mata membuatku bersyukur, Tuhan menyadarkanku
ketika aku bertemu Wonk, nobody else.
Rasa ini tumbuh atas namanya, bukan orang lain.
He"s My Savior...He"s The One...My Only One...
Mudah mudahan, buat semua yang dah baca thread saya, cepet bisa ketemu
sama soulmate nya ya.. Coz it"s so...Wonderfull....
Hari penantian itu sudah berlalu dan aku sedang menghadapi sesuatu yang 'luar
biasa bahagia'.... Berada ditengah - tengah keluarga baru yang lambat laun menerimaku membuatku
tak henti - hentinya bersyukur.
Aku mulai menjalin kembali hubungan baik dengan keluargaku, menyatukan kembali
benang - benang yang kusut.
Sedangkan perjalanan hidupku dengan Wonk pun semakin hari
semakin...hmmm...bisa dibilang lebih dari sekedar 'Luar Biasa'.
Aku memutuskan untuk mengikuti kemana Wonk pergi, jadi sekarang aku
berdomisili di Bandung, kota yang selama ini hanya jadi angan - anganku. Memulai
hidupku dari nol bersama Wonk tak sesukar yang aku kira, semua mengalir apa
adanya. Anak-anakku tumbuh menjadi anak - anak yang manis, lucu dan mudah bergaul
dengan siapa saja. Entah apa yang terjadi dikemudian hari, tapi yang jelas, Wonk
lebih dari sekedar Ayah buat mereka, Malaikat mungkin. Tanpa Wonk, aku tak
bisa bayangkan, akan jadi apa hidupku sekarang.
Tentang dia.....Bho... Aku sudah mulai tak ingat siapa dia. Walaupun beberapa minggu yang lalu,
sempat temannya yang juga temanku, memberitahukan bahwa FB Bho kembali
aktif. Aku sontak memberitahukan masalah ini kepada Wonk, aku takut dia mulai
mencariku seperti kejadian di dalam mimpiku.
Aku bermimpi bahwa dia datang padaku dan bilang kalau dia tak suka melihatku
bahagia seperti ini, dia ingin mengambil anak - anakku, toh aku sudah bahagia
dengan Wonk. Aku tak habis pikir apa yang terjadi jika memang itu terjadi
padaku, aku bisa GILA....
Wonk menyikapi masalah itu dengan baik. Dia bersikap bijaksana. Dia berusaha
menenangkanku. Kalau pun Bho mencariku, Wonk yang maju duluan.
"Udah Bun, jangan dipikirin, kalau dia cari bun, biar Ayah duluan yang maju.
Sampai kapan pun, Dia ga boleh ketemu Bun dan Anak - anak", ujar Wonk.
"Tapi......", jawabku ragu..
"Dah, jangan takut sayang. Dia ga akan bisa sentuh apa yang dah jadi milik Ayah
sekarang, ga akan bisa", jawab Wonk.
Mendengar itu semua, aku hanya bisa menangis di pelukannya malam itu. Entah,
Aku merasa, Wonk bukan hanya malaikatku, tapi dia 'Dewa Penyelamat" ku.
Dengan semua kehidupan baruku, Aku tak takut lagi melangkah. Aku sekarang
berada di Roller Coaster yang sama yang selalu kunaiki dari dulu tapi tak
sendirian, ada Wonk disampingku, menemani aku tanpa perlu ini itu.
Aku tak merasa malu harus menjaga kios buah Ayahnya setiap malam, justru Aku
bahagia karena bisa membantu orang yang membuat Wonk ada disini,
mendidiknya, membuatnya menjadi seseorang yang berbeda. Tak ada rasa segan
atau malu untukku...Wonk adalah Dewa untukku, Malaikat untuk anak - anakku
dan Orangtua Wonk adalah Dewa dari segala Dewa untukku..
Aku Bahagia...... Mendapati dia, Bho yang tetap menjadi orang yang sama..membuatku tak henti hentinya bersyukur dan berterima kasih karena dia bukan jodohku. Ya, dia
memang Ayah dari anak - anakku, tapi bukan pendamping hidupku.
Aku...... I'm A Happy Princess Now......
Dengan segala yang sudah terjadi, Wonk, Keluargaku, Keluarga Wonk, Anak anakku, sahabat - sahabat terbaikku, membuatku tak habis pikir, betapa baiknya
Tuhan padaku. Aku tak pernah sendirian lagi. Aku bisa jadi seseorang yang baik,
Ibu yang baik dan istri yang bisa dibanggakan...
Just Keep tryin Guy's....ingat, Tuhan itu gak pernah tidur. Dia selalu ada dimana
pun kita berada, dia tahu apa yang sudah kita kerjakan. Dia memberikan cobaan
kepada hamba Nya karena Dia sayang...dan kita pasti mampu melewatinya...
Aku....Bahagia...karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa..dan dia juga
mencintaiku..apa adanya....
Dia adalah Wonk.....My Beloved Husband....
TAMAT. tamat Betina Dari Neraka 2 Dewa Linglung 27 Raja Penyihir Sinting Si Bungkuk 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama