Ceritasilat Novel Online

Solmet 1

Solmet Karya Restee Bagian 1


SOLMET Cocok untuk yang pernah Jatuh cinta, sedang jatuh cinta, belum pernah jatuh cinta, atau berencana akan jatuh tinta...
Daan, personel" !*(*""
Fun, realita banget! Ceritanya cerminan anak Sma yano kadang terlibat masalah buatan mereka sendiri.
Didan. 1-,.!"""
Tasya pengin punya soutmate. Syaratnya ada sederet. Tapi yang paling penting, cowok yang bakal dijadikan sou/mate-nya harus suka sama kucing.
Tasya nganggap cowok yang suka kucing biasanya sangat penyayang, romantis, dan penuh perhatian.
Petualangan Tasya mencari soutmate dihiasi beragam kelucuan. Apalagi, Tasya punya dua sahabat paling konyol di dunia, Cindy dan Nana.
Suatu ketika, Tasya bertemu cowok yang suka banget kucing. Tapi, benarkah cowok itu soutmate yang diimpikannya" Gimana kalo bukan"
Yang pasti, Tasya pantang mundur meskipun dua sahabatnya setiap saat selalu teriak, "Ngapain sih, solmat-solmet melulu" Bosen, tau nggak, sih"!"
CTNTA h " "en CINTA Cue saranin baca buku ini, biar C~iy eto pada tau arti persahabatan dibandingSOLMET. Oke!!!
-Candil, vokalis Scuneus ReSTee Katakan saja dengan cinta
SOLMET Penulis: ReSTee Ilustrator: Ade Prihatna Penyunting naskah: Benny Rhamdani Penyunting ilustrasi: anfevi Desain sampul dan isi: anfevi dan Bunga Melati Layout sampul dan seting isi: KemasBuku Hak cipta dilindungi undang-undang All rights reserved Cetakan I, April 2006 Diterbitkan oleh Penerbit Cinta Jin. Cinambo No. 137 Cisaranten Wetan, Bandung 40294 Telp. (022) 7834315-Faks. (022) 7834316 e-mail: penerbitcinta@yahoo.com
r r m t " " cinta Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) ReSTee
Solmet/ReSTeej penyunting, Benny Rhamdani. Cet. 1. Bandung: Cinta, 2006.
176 him.: ilus.; 20 cm. ISBN 979-3800-29-1 I. Judul. II. Rhamdani, Benny.
813 Didistribusikan oleh: Mizan Media Utama (MMU) Jin. Cinambo (Cisaranten Wetan) No. 146
Ujungberung, Bandung 40294 Telp. (022) 7815500-Faks. (022) 7802288 e-mail: mizanmu@bdg.centrin.net.id
ctnta Gue sataaia baca bytu itl. b,ai eto pcao tot arti persahabatan cibandiis SOIMET. Okell!
C a n di I,. uk,\ b Seu>.cu"
ReSTee^ ISI Buku Tujuh Ratus Ribu! ~ 11 SpongeBob ~ 31 Dasar Cowok Brengsek! ~ 57 Tes Paling Sulit ~ 79 Monster Ganas ~ 93 Tukeran Nomor HP ~ 105
Baunya itu, Lhooo...! ~ 123 Inikah si Solmet" ~ 135 Gue Bilang Juga, Apa"! ~ 143 Parfum, Pink, & Mal ~ 161
Ucapan Terima Kasih ALHAMDULILLAH. Puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang udah ngasih semangat, mood yang baik, en segala kekuatan sampe akhirnya selesai juga novel ini. Truz, novel ini juga aku persembahkan khusus buat Aim. Uba-qu yang selalu jadi motivasi untuk bisa nyelesain novel ini. Buat Mama-qu tersayang "Cayo" en juga buat kakak-kakakku, ma-kasih banyak atas support-nya.
Buat "sahabat terbaikku" Zaman Maulana. Ma-kasih banget udah mau jadi pembaca setia plus selalu ngasih kritikan yang ngebangun. Oya, makasih juga udah baek mau nganter-ngater sampe akhirnya novel ini terbit.
Pokoknya, makasih juga buat temen-temen yang udah nga-sih masukan-masukan (lea, Grace, Putu, Boy dan Ami-nya, Baba dan Bunga-nya, Abi dan Putri-nya, Jekwan, Arli, Feni, Farah, Ria, Desta, en semuanya yang nggak mungkin disebut satu per satu).
O iya, yang pasti buat komputerku tersayang ... makasih ba-nget selalu bantu dalam pengetikan. Hahaha ... jayus!
Buat Mas dan Mbak tim Penerbit Cinta, makasih ya ... udah baek banget nerbitin novel ini. En yang terakhir, thanx banget buat kamu-kamu yang udah
mau beli novel pertamaku ini. Moga aja, novel ini bisa ngehibur kamu semua. So, ditunggu kritik dan sarannya lewat e-mail atau Friendster : restee_cutee@yahoo.com MET BACA, YA!
Tujuh Ratus Ribu! ^(Ta, Na, bagus, ya"! Gila ... keren banget!" Cindy
menunjuk salah satu gaun pesta yang dipakai patung di etalase toko.
Gaun pesta yang cantik itu terbuat dari bahan sutera, dan semakin terlihat elegan dengan merah menco-lok. Udah bisa dipastiin harganya pun mahal banget buat ukuran anak 5MA.
"Iya ... masuk, yuk! Liat harganya berapa," a-jak Tasya yang langsung masuk, sebelum mendengar jawaban Nana dan Cindy. Nana yang biasa dapet julukan lemot, dan Cindy yang selalu merhatiin penampilannya,
mengekor Tasya. "Mbak, boleh liat gaun merah yang itu, nggak"" pinta Tasya pada salah seorang pramuniaga toko itu.
"Ooo ... yang itu" Sebentar, ya!" jawab Mbak itu, lalu pergi mengambil baju yang dimaksud.
Nana dan Cindy langsung berpandangan heran.
"Sya, elo nggak serius kan, beli gaun itu" Harganya pasti mahal, tau"!" bisik Cindy, yang langsung diikuti ang-gukan Nana.
"Elo berdua tenang, deh! Liat aja nanti. Udah, kalem aja, oke"" Tasya menjawab dengan santai.
Nana dan Cindy cuma pasrah sama apa yang akan dilakuin temannya, karena mereka yakin, Tasya nggak mungkin sanggup beli gaun pesta yang indah dan mahal itu. Walaupun Tasya berasal dari
keluarga berada, tapi Nana dan Cindy tau persis kalo temannya yang superjail, supergila, bahkan supercantik itu, nggak mungkin beli gaun mahal kalo nggak penting dan perlu-perlu amat.
Mereka tau, Tasya cukup pintar dalam hal memanage diri dan keperluannya. Dan, nggak keting- galan pintar me-manage cowok-cowok yang disu- kainya. Maksudnya, Tasya gampang banget jatuh cinta, tapi gampang juga bosen en ilfeel alias ilang feeling. Nah, kalo udah gitu, dibuang deh, dari daftar cinta Tasya. Bener-bener tragis ya, nasib cowok-cowok itu"!
Nggak lama, pramuniaga itu kembali dengan memba-wa gaun merah yang ingin Tasya liat.
"Ini gaunnya," kata si pramuniaga sambil menyodorkan gaun merah pada Tasya.
Tasya mengambil gaun yang disodorkan. "Mmm ... Mbak, boleh dicoba dulu, kan" Fitting room-nya di mana, ya""
"Boleh, di sana!" Mereka bertiga masuk ke ruang fitting yang cukup luas. Tasya mulai mencoba gaun tadi.
Nana yang meraih label harga di gaun itu, langsung kaget. "GILAAA ... nggak salah nih, harganya" Ini sih, sama kayak duit jajan gue sebulan."
"Berapa, Na" Berapa"" Cindy penasaran meraih bande-rol yang ada di gaun itu "Gila beneeer ... tujuh ratus ribu, booo!!!" Cindy tak kalah terkejutnya.
Tasya yang masih memerhatikan dirinya di kaca dengan gaun mahal di tubuhnya, cuma senyum-senyum dan tetap santai.
"Na, Dy, gimana, bagus nggak" Cocok, kan"" tanya Tasya.
"Ya, kalo soal bagus apa nggak sih, udah nggak perlu elo tanya lagi, Sya! Tapi ... serius nih, elo mau beli"" kata Cindy ragu-ragu.
"Iya Sya, emangnya elo mau ke kondangan siapa, sih" Kok, beli gaun segala" Gue diundang nggak"" tanya Nana dengan polos.
"Aduuuh ...! Ampun deh, elo berdua tuh belom kenal gue juga, ya" Siapa juga yang mau beli. Elo lagi, Na, emang siapa yang mau kondangan" Nana ... Nana ... o'on masih aja dipiara jawab Tasya sambil menggeleng-geleng.
"Trus, elo mau ngapain kalo bukan mau ke kondangan" Ulang taun" Kan, ulang taun elo masih lama, Sya" Bu-kannya ulang taun elo Juli" Sekarang masih Februari, aduuuh ... gue jadi bingung, deh." Nana masih juga polos, dan semakin terlihat o'on dengan gayanya yang kayak anak kecil.
"Aduuuh ampun deh, Na! Otak elo tuh masih Pentium satu, ya" Kok, loading lama amat" Tasya bukannya mau beli, tapi cuma mau numpang nyoba. Iya kan, Sya"" ledek Cindy.
Nana sih, cuek aja dibilang lemot.
"Udah, udah. Nih, fotoin, dong! Cepetan! Gue bukan cuma nyobain, tapi juga ikutan difoto, tau"!" Tasya menyodorkan HP kameranya sama Cindy.
Cindy dan Nana berpandangan heran dan mulai tau maksud Tasya.
"Jadi, elo cuma mau difoto doang" Ya ampuuun ini anak!" timpal Nana sambil menggeleng-geleng.
Tasya cuma tersenyum jail tanpa rasa berdosa.
Setelah puas foto-foto dengan berbagai pose, akhirnya mereka keluar dari fitting room. Tasya menghampiri penjaga toko dan menyerahkan gaun pesta yang dicobanya.
"Ini Mbak, gaunnya nggak pas. Lain kali aja, ya!" Tasya tersenyum manis tanpa dosa, yang dibalas senyum sinis.
Pramuniaga itu udah mengira dari awal. Mana ada sih, anak sekolah punya duit banyak buat beli gaun semahal itu, pikirnya.
Tasya, Cindy, dan Nana kembali berkeliling mal, me-masuki toko satu per satu, tanpa satu kantong belanjaan pun di tangan mereka. Meskipun begitu, mereka enjoy banget. Karena bagi mereka, jalan-jalan ke mal adalah kegiatan rutin dan kewajiban yang dilakuin satu minggu sekali.
"Gue laper, niiih ... makan, yuk!" rengek Nana, yang langsung disambung Cindy. "Iya nih, gue juga laper! Yuk, kit
a cari makan!" Melihat kedua temannya kelaparan, Tasya hanya bisa pasrah sama ajakan teman-temannya. Meskipun siang itu, ia belum merasa lapar. Akhirnya, mereka menuju sebuah food court yang ada di lantai paling atas di gedung itu.
Selesai makan, mereka mulai memasang kedua mata-nya. Siapa tau ada kecengen yang oke. Maklum, mereka kompak banget kalo urusan cowok.
Sekarang aja mereka bertiga kompak ngejomblo. Yaaa ... walaupun mereka nggak jelek-jelek amat.
Di sekolah, mereka cukup populer dan jadi in-ceran cowok-cowok. Apalagi Tasya yang super-cantik, maklum keturunan Arab, Belanda, dan Menado itu udah nggak diragukan lagi kecantikannya. Fans-nya ada di mana-mana. Mulai dari cowok-cowok satu sekolah, anak-anak basket di kompleks rumah, cowok-cowok di tempat bimbel, bahkan sampai si Mamat tukang sayur, terus tukang-tukang ojek di depan jalan perumahan, nama Tasya udah terkenal.
Tasya, Nana, dan Cindy langsung menduduki tempat yang menurut mereka paling strategis buat ngeceng.
"Na, Dy, arah jam dua belas dari gue. Cepet liat, tuh!" Tiba-tiba, Tasya menatap seorang cowok yang lagi makan siang bareng dua temannya.
"Yang mananya" Yang lagi megang HP, bukan"" Cindy bertanya lagi.
Tasya hanya mengangguk-angguk. Tatapannya tetap lurus ke cowok yang ada di seberang mejanya.
"Kayaknya anak kuliahan, deh!" Nana mulai bersuara tapi tetap sambil CCP alias curi-curi pandang sama ketiga cowok itu.
"Mereka lagi ngapain, sih" Kok, pada maenin HP-nya" Mukanya kan, jadi nggak keliatan tuh, nunduk terus!" Tasya sedikit kesal.
"Kayaknya, mereka lagi kirim-kiriman sesuatu deh, lewat bluetooth," jawab Nana sok tau.
Tiba-tiba, Tasya merasa dianugrahi ide cemerlang lagi. Buru-buru, ia ngeluarin HP dari tas. Lalu, Tasya menyalakan bluetooth, dan membuka gambar foto-fotonya yang pake gaun pesta merah dan berbahan sutera itu.
Nana dan Cindy berpandangan lagi, yakin pasti Tasya bakal berulah lagi lewat ide-idenya.
"Na, Dy. Sini, liat, deh!" Tasya ngeliatin sesuatu di layar HP-nya.
"Kira-kira, nama bluetooth cowok itu yang mana, ya" Ada banyak, nih!" Tasya minta bantuan teman-temannya.
Tasya bener-bener mentok dan bingung, mana nama bluetooth cowok itu. Dilihatnya nama-nama Bluetooth yang aktif milik pengunjung.
Ada: "Gimana, nih" Banyak banget ...!" Tasya melirik Nana.
" Meli Cantique " GuE BaNgET " BL4CKY " " Rido_do@nk " SafrUDIN " uDHien PetHot " Didi-Metal "Mmm ... yang mana, ya" Duuuh ... banyak banget, sih!" Nana kebingungan sambil garuk-garuk kepalanya yang nggak gatal.
Tasya menatap ke arah Cindy, tinggal dia yang bisa diharapkannya.
"Mmm kalo diliat-liat, nama Meli Cantique sama Gue Banget udah pasti nggak mungkin. Trus, kalo Safrudin, sama Udin Petot juga kayaknya nggak banget deh! Jadi, kemungkinannya tinggal yang tiga itu," jawab Cindy de-ngan yakin.
"Iya sih, tapi kesimpulannya yang mana, nih" Kalo cuma nganalisis gitu doang sih, gue juga bisa kaleee Tasya masih kebingungan.
"Elo kirim aja tiga-tiganya Sya, gimana" Eh, tapi kayak-nya yang Didi Metal nggak, deh. Abis, tuh cowok sama sekali nggak keliatan metal-metalnya, dandanannya aja rapi banget, iya kan"" kali ini Nana ngasih saran yang cukup cemerlang.
"Wah, bener juga! Tumben, kali ini otak elo loading-nya cepet en berfungsi dengan baik," goda Tasya.
"Sialan!" Nana cemberut.
Tasya langsung ngirim fotonya lewat bluetooth ke nama-nama yang tersisa, lalu mulai merhatiin cowok itu. Moga aja bener ngirimnya, kalo salah bisa berabel harap Tasya dalam hati.
"Wah, Sya! Liat, kayaknya bener, deh. Malah, kayaknya temennya juga dapet. Liat, dia senyum-senyum." Nana bereaksi duluan.
"Iya Sya, liat mereka celingak-celinguk, kayaknya nyariin elo, deh! Nah lho, dia berdiri ... ke sini, Sya! Gimana, nih"" Cindy ikutan bereaksi dan kerepotan sendirian sambil sedikit merapikan rambutnya dengan tangan.
Tasya yang dari tadi senyum-senyum melihat keberhasilannya, cuma tenang-tenang aja.
"Tasya gitu loooh ...! Ssst, diem, pura-pura nggak liat!" Tasya yang menyadari cowok ganteng berkulit putih dan berjenggot tipis dan memiliki badan yang tegap dan atletis itu makin mendekati ke arahnya, langsung buru-bur
u menunduk dan pura-pura mainin HP-nya.
"Ehem, sori!" cowok itu menyapa Tasya sambil tersenyum manis sekali, dan bisa dipastiin, setiap cewek yang ngeliat pasti terpesona.
Tasya yang pura-pura cuek dan nggak tau apa-apa, cuma bilang "Ya""
"Sori, ini foto kamu, kan"" tanya cowok itu sambil ngeluarin HP, dan nunjukin foto cewek dengan gaun yang cantik di HP itu.
Tasya pura-pura melihat foto itu, lalu pura-pura kaget dan bingung. Nana dan Cindy pun ikut-ikutan bingung dan kaget melihat foto Tasya ada di HP cowok itu. Hihihi ... walaupun bingung dan kaget, mereka itu sebenernya cuma akting.
"Hah" Ini kan, foto gue" Kok, bisa ada di elo"" tanya Tasya pura-pura kaget.
"Lho" Justru aku yang mau tanya, kenapa kamu kirim ke HP aku lewat bluetooth"" Cowok itu kebingungan dan coba ngejelasin.
"Kirim ke HP kamu" Kapan"" Tasya malah balik nanya.
"Tadi, kebeneran bluetooth aku sama temenku lagi aktif, trus tiba-tiba ada kiriman foto, ya foto kamu ini!" Cowok itu berusaha ngejelasin.
"Ya, ampuuun." Tasya menepuk jidatnya. "Sori kayak-nya tadi nggak sengaja deh, kekirim ke elo.
Tadinya, gue mau ngirim foto itu buat Nana. Iya kan, Na"" Tasya me-nyenggol tangan Nana.
Untungnya otak Nana loading-nya lagi cepet, Nana pun langsung mengangguk-angguk.
"O ... gitu" Nggak apa-apa, kok. O iya, aku Ri-do!" Cowok itu ngenalin dirinya.
"Tasya." Tasya memberikan senyum termanisnya.
"Nana." Nana ikutan memasang senyum semanis mungkin.
"Cindy." Cindy nggak kelewatan juga pasang aksi senyumnya, siapa tau Rido kali ini kepincut sama se-nyumannya dibanding senyum Tasya dan Nana.
"Ya udah deh, aku ke sana dulu, temen aku nungguin. Oh, iya Sya, boleh tau nomor HP kamu"" tanya Rido sebelum ia balik ke tempat duduknya.
"Ng ... boleh," jawab Tasya yang masih sok cuek sambil nyebutin nomor HP-nya.
Rido pun balik ke mejanya. Tampak Rido dan teman-temannya itu langsung cengar-cengir kegirangan.
"Sya, kok, elo cuek gitu, sih" Kenapa" Jadi nggak selera" Ilfeel" Padahal keren banget, Sya, terus sopan lagi." Nana menatap Tasya heran.
"Aduuuh Na, elo tuh emang bener-bener lemot, ya" Plis deh, barusan loading-nya cepet, kok, sekarang jadi error lagi" Jangan malu-maluin gue, deh! Kayak yang nggak pernah pacaran aja!"
"Sya, Nana kan, emang belom pernah pacaran!" Cindy ngingetin.
"Ups ... sori, emang nggak pernah, ya" Hehehe ... gue bukannya ilfeel, Sayang!" Tasya mulai gemas sama kele-motan Nana.
"Terus, kenapa, dong""
"Gini ya, Na! Kadang jaim itu perlu, lagi! Gue sengaja cuek, biar si Rido makin penasaran sama gue, ngerti"!" jawab Tasya tegas.
Cindy senyum-senyum geli melihat Nana diceramahin Tasya. Nana cuma bisa nge-iyain dan nggak tersinggung sama omongan Tasya.
Nana nggak secantik Tasya, tapi dia cukup menarik. Hanya, Nana polos banget dan belum pernah pacaran. Padahal, banyak cowok yang berusaha PDKT, tapi Nana jutek sama cowok-cowok yang ngedeketinnya. Jadi, ke-banyakan cowok yang ngedeketin pada kabur duluan, deh! Alasannya sih, dia bilang "Kata mama, nggak boleh pacaran dulu sebelum kuliah." Udah gitu, Nana cengeng banget. Untungnya, ada Tasya sama Cindy yang setia jadi bodyguard Nana kalo lagi diisengin temen yang lain.
Pernah suatu kali ada cowok kakak kelas mereka coba godain Nana. Padahal, cowok itu lumayan ganteng, lho! Kepalanya botak, badannya atletis en agak berjenggot dikit. Apalagi dia juga "abas" alias anak basket. Namanya juga keren, Rionaldo, udah kayak pemain sepak bola aja! Hahaha ....
"Nanaaa ... kamu makin manis aja, deh!" goda Naldo.
Nana yang mendengar godaan Naldo si anak basket itu, bukannya seneng dipuji, malah langsung mengeluar-kan jurus mautnya, yaitu memasang
tampang cemberut dan melotot sambil bilang, "Apaan, sih" Sekali lagi ganggu gue, gue jambak jenggot elo!" Jelas aja Naldo langsung kaget dan serasa dapet bogem mentah dari Nana, langsung kapok.
TASYA lagi asyik main sama kucingnya, si Pret-ti. Dengan lembut dan penuh kasih sayang, Tasya mengelus-ngelus Pretti. Malah, Tasya juga jadi curhat waktu dia inget Rido cowok yang tadi siang dikenalnya.
"Pretti kamu tau nggak" Tadi, aku ketemu cowok ganteeeng banget, mirip Nicholas Saputra
gitu, deh! Namanya Rido, bagus ya, namanya" Trus, kamu mau tau lagi, nggak" Rido nanyain nomor HP aku, lho. Kalo kata kamu, kira-kira dia bakal nelepon nggak, ya""
Si Pretti yang nggak ngerti apa-apa sama curhatan ma-jikannya, cuma ngeong-ngeong. "Meooong ... meeeooong," gitu jawab si Pretti.
Nggak lama, HP Tasya bunyi tanda dering SMS masuk. Tasya buru-buru ngambil HP-nya, berharap Rido yang nge-SMS. Tasya langsung memasang tampang lemas wak-tu muncul nama Cindy di layar HP-nya. Ih, Cindy ngapain, sih" Ganggu gue iagi ngeiamun aja, kirain Rido! batinnya.
Dibacanya SMS dari Cindy.
Aduuuh ... Sya, gw mumet bgt nih. Gw pusing mikirin tugas Bu Sulis, bnyk bgt booo ...! elo udh bla"
Damn, Tasya langsung inget ada tugas fisika sepuluh soal. Tasya langsung ngambil buku fisikanya dan membu-ka soal-soal yang diberikan Bu Sulis.
Ya ampuuun susah banget! Gue mana ngerti yang beginian"! Siai, mana ini otak iagi susah diajak kompromi! Kok, inget Rido ... Rido ... iagi!
Tiba-tiba, Tasya ingat Nana. Nana emang le-mot untuk urusan tertentu, tapi kalo soal pelajaran apalagi fisika, Nana jagonya.
Tasya langsung mengambil HP dan menekan nomor HP Nana. Didengarkannya ada nada sambung. Lagunya Tasya, yang berjudul Anak Gembala.
Duuuh ... ini anak belum berubah juga, dasar anak gembala, eh ... anak polos maksudnya, Tasya membatin sendiri sambil menikmati lagu anak gembala itu.
Aku ada/ah anak gembala, selalu riang serta gembira, karena aku rajin bekerja tak pernah malas ataupun lelah ... tralala ... /ala/ala .... lagu itu tiba-tiba berhenti dan digantikan suara Nana yang ngantuk.
"Haaalo, siapa sih, ini" Malem-malem nele-pon"!"
Tasya langsung bingung sendiri dan melirik jam dinding-nya, baru pukul setengah delapan malem. Haaah, udah malem " Yeee ... ini anak masih jam
segini, dibilang udah malem" Dasar anak mami! Yang salah, gue apa dia, sih"
"Na" Woy, bangun, dong! Ini gue, Tasya." Tasya agak merasa bersalah, karena ngeganggu tidur Nana.
"Aduuuh ... Tasya, ngapain sih, ganggu tidur gue aja"!" sewot Nana setengah sadar.
"Sori Na, elo udah ngerjain pe-er fisika belum""
"Udah. Kenapa" Elo pasti belom, ya" Pasti mau nyon-tek, deh!"
"Hehehe ... Nana makin pinter aja. Sambil tidur, trus malah nyawa elo aja belom ngumpul, udah bisa baca pikiran gue. Hehehe ... jadi nggak enak nih, gue!"
"Udah deh, nggak usah basa-basi. Gimana gue nggak bisa baca pikiran elo" Elo kan, emang udah biasa, kalo nelepon gue malem-malem, pasti nyuruh gue dateng pagi-pagi, biar elo bisa nyontek. Iya, kan"" kali ini Nana mulai sadar dari tidurnya.
"Hehehe ... bisa aja elo tuh! Va udah deh, besok jangan lupa ya, jam enam harus udah standby. Oke, Beybeh""
"Iya ... iya, tenang aja! Udah, ya, gue ngantuk niiih!"
"Oke, elo tidur lagi yang puas, gue nggak bakal ganggu lagi, kok. Hehehe ... makasih ya, Na."
O iya, Cindy! Gue lupa ngebales SMS-nya, batin Tasya. Ia langsung lalu memencet tombol-tombol di HP-nya.
^ Dy, bsk dtg j. 6. Nana mo bagi2 contekan! Udah, elo g usah pu-sing lg, ok"!
HP Tasya bunyi lagi, tanda SMS masuk. Kenapa iagi sih, si Cindy" batinnya. H AH ...! Rido"! Masa, sih" Kirain Cindy, batinnya lagi, dan langsung buru-buru membaca pesan itu.
Hi Tasya, ganggu g, nih" Lagi ngapain"
Tasya langsung ngebalesnya sambil senyum-senyum.
Eh, Rido! Gw g lagi ngapa-ngapain, kok Knp"
Nggak lama kemudian, Rido ngebales lagi.
Gpp, kok! Iseng az, g ada ker-ja-an. Gpp kan"
Siai! Apa dia bilang, iseng" Enak aja gue cuma jadi bahan isengan dia! Bodo ah, sebei! Gue nggak bakal ngebaies, batin Tasya kesal.
SMS masuk lagi. Tasya, kok g bales, sih" Knp" Ada yg sih, ya" Atau dah bo2"
Yeee ... ini orang! Masih juga nanya ada yang salah" Dasar! Mau tau jawabannya" Ya salah, tau!
Lagi-lagi, Tasya membatin kesal dan nggak ngebales SMS Rido.
Tiba-tiba, HP-nya bunyi lagi. Kali ini bukan dering SMS, tapi telepon dari Rido. Tasya kebingungan sendiri, batin-nya masih kesal, tapi hati kecilnya pengin banget ngeja-wab telepon dari Rido.
"Halo!" jawab Tasya ketus.
"Halo, Tasya" Ini Rido," suara Rido merdu dan ramah. Namun, tetap saja Tasya ngejawab ketus. "Iya, gue tau! Kenapa""
"Tasya marah, ya" Ma
afin aku! Aku salah, ya" Kenapa, sih"" "Mmmh ...."
Sebenarnya, Tasya udah nggak enak hati dan merasa kasihan juga. Tapi, sekalian ngetes, pikirnya.
"Tasya, kok, ketus gitu, sih" Ntar cantiknya Uang, lho!" Rido menggoda.
Tasya kege-eran dan mulai melunak. "Iya ... iya, udah gue maafin, kok! Jangan diulangi lagi, ya! Seenaknya jadiin gue bahan isengan aja!"
"Oh ... jadi, gara-gara itu" Sori, deh. Iya, Rido janji nggak gitu lagi! Tapi, kamu jangan marah, ya " Senyum, dong! Kan, biar makin cantik!" Tasya senyum-senyum kege-eran.
"Sya, kamu belum ngantuk" Besok sekolah,
kan"" "Belum." "O iya, kamu sekolah di mana" Ngo-mong-ngomong, kita lucu juga ya, baru kenal udah berantem segala, hehehe ...."
"Iya nih, lagian elo ada-ada aja! Hehehe gue sekolah di SMA Plus 05, tau nggak" Kalo elo""
"Ooo ... tau. Aku kuliah di UNPAD, jurusan Kedokteran, sekarang baru tingkat dua. Kalo kamu,
kelas berapa"" "Ooo gue baru kelas dua," jawab Tasya cuek, padahal batinnya berteriak girang. Gilaaa ... anak kedokteran,' Wah ... hebat, udah ganteng, pinter, pasti tajir nih! puji Tasya dalam hati, dia paling anti dan gengsi memuji cowok.
"Rumah kamu di mana, Sya" Boleh nggak, kalo kapan-kapan aku maen" O iya, Nana sama Cindy juga satu seko-lah ya, sama kamu" Tadi temen-temen aku nitip salam buat mereka, sampein, ya!"
"Duileee ... panjang bener Mas, nanyanya" Hehehe rumah gue, ada deeeh ... mau tauuu aja! Trus, kalo soal salam, pokoknya beres deh, pasti besok gue sampein pake kilat khusus!"
"Duuuh ... Tasya, seneng bercanda juga! Lidah nggak bete lagi kan, sama Rido" Hehehe ... Sya, serius, dong! Kamu rumahnya di mana" Besok, aku pengin jemput kamu ke rumah, boleh nggak""
"Mau ngapain""
"Ya .... pengin nganter kamu ke sekolah aja. Boleh, kan" Boleh, ya"! Pliiis."
"Nggak, ah! Baru juga kenal, udah berani-berani jemput gue! Nggak takut kena semprot bokap gue" Bokap gue itu orangnya galak, lho! Ih, pokoknya serem! Udah gitu, badannya gede banget, ototnya gede, wuiiih ... pokoknya preman banget."
"Masa sih, papa kamu kayak gitu" Kok, bisa punya anak secantik kamu" Hehehe ...." Rido malah
becanda. Sepertinya, usaha Tasya menakut-nakuti plus ngetes calon soulmate-nya nggak berhasil. Lagian, sebenernya papa Tasya itu baik dan suka bercanda.
"Jadi, gimana, nih" Boleh kan, aku ngejemput kamu" Pliiis ..! Aku nggak takut kok, sama papa kamu, malah kalo perlu, aku mau minta izin sekalian, pulang sekolah aku mau ngajak kamu jalan-jalan, gimana" Mau, ya""
Aduuuh Rido serius nih, mau jemput gue" Maksa banget nih cowok. Tapi sumpah keren banget! Udah gue takut-takutin juga nggak mempan. Ini dia cowok yang selama ini gue cari, pokoknya gue harus dapetin dia! Gue yakin banget dia yang bakal jadi soulmate gue. Duuuh gimana, ya" Dijemput Rido" Asyik kali, ya.." Lagian, kapan lagi" Hehehe batin Tasya panjang, malah sampe pake ngelamun segala, sampe-sampe si Rido dikacangin.
"Halo" Tasya, masih di situ, kan""
"Eh, iya ... kenapa""
"Kamu lagi ngapain, sih" Ngelamun, ya"" "idiiih ... siapa yang ngelamun, perasaan elo a-ja kaleee."
"So" Jadinya gimana" Boleh kan, besok aku jemput"" tanya Rido lagi.
"Elo tuh, maksa banget, sih" Ya udah, sebagai rasa bersalah elo, besok jemput gue di rumah, terus jemput gue pulang sekolah, oke"" kata Tasya sok cuek, padahal hatinya berteriak girang.
"So, rumah kamu di mana""
"Di perumahan Istana Dago, tau, kan" Besok elo telepon gue aja, kalo udah sampe depan kompleks, ntar gue kasih tau elo lagi, oke""
"Oke deh, siiipp ...!"
"Satu lagi!" "Apa"" "Jangan telat! Kalo nggak, gue ngambek lagi!"
"Jam berapa aku harus jemput""
"Jam enam, nggak pake telat en nawar, titik!"
Obrolan mereka pun berlanjut sampai dua jam. Mereka pun jadi semakin akrab dan ngomongin segala macem, mulai dari temen sekolah Tasya, kuliahnya Rido, sampe masalah keluarga. Malahan, mereka berdua udah buat rencana mau ke mana pulang sekolah besok. Ceritanya, kencan pertama gitu! Kira-kira, sukses nggak ya, Rido jadi soul-mate-nya Tasya"
Dunia Preti #1 Felis stives tris ca tus " P a sti kenal deh, istilah itu. Itulah nama latin hewan berkaki empat yang biasa kita sebut kucing. Kita
semua mengenalnya, karena kucing telah bersahabat dengan manusia paling tidak sejak 3500 tahun yang lalu, ketika orang Mesir kuno menggunakan kucing untuk menjauhkan tikus atau hewan pengerat lain dari hasil panen mereka.
Saat ini, kucing adalah salah satu hewan pe-li-haraan paling populer di dunia. Kucing yang dicatat secara resmi sebagai kucing ras atau keturunan adalah kucing persia, siam, manx, dan sphinx. Kucing seperti ini biasanya dibiakkan di tempat pemeliharaan hewan resmi. Jumlah kucing ketu-runan hanyalah satu persen dari seluruh kucing di dunia. Sisanya adalah kucing dengan keturunan campur-an seperti kucing liar atau kucing kampung.
SpongeBob Pagi-PAGI, Rido udah nelepon Tasya.
"Ya Do, elo di mana" Lima menit lagi, elo telat dari waktu yang udah dijanjiin!" Tasya menjawab telepon dari Rido, sambil melahap roti buatan mamanya.
"Aku udah di depan kompleks kamu, nih! Rumah kamu yang mana""
"Oh ... dari situ, elo lurus aja terus sampe nemuin pos satpam, terus belok kiri sampe mentok, terus abis itu belok kanan, lurus sedikit di sebelah kiri ada rumah gue, nomor 1002 A yang cat pagernya warna item, ntar gue tunggu elo di depan, deh."
"Oke, deh! Aku ke sana ya, sekarang." Rido pun langsung menutup teleponnya dan menuju rumah Tasya.
Rido sampai di depan sebuah rumah yang besar dengan halaman yang amat luas. Di garasinya terlihat beberapa mobil mewah terparkir. Rido mutusin masuk ke rumah itu, karena Tasya belum juga keluar. Rido baru membuka pagar rumah yang tinggi itu, ketika melihat seorang bapak de-ngan setelan kantornya sedang duduk di teras rumah itu.
Siapa, ya" Bokapnya gitu" Masa, sih" Kok, sama sekali nggak sesuai sama apa yang Tasya bilang semalem, ya" Atau sopirnya kali" Gila ... kalo
bener ini sopirnya, keren banget' Setelan sopir aja udah kayak bos, pake dasi segala,' Maklum, namanya juga sopir orang kaya, pikir Rido sambil menghampiri orang yang lagi duduk di teras, sambil membaca koran.
"Permisi, Tasya ada, Pak"" sapa Rido. Bapak itu melirik ke arah Rido, lalu memerhatikannya seksama, dilipatnya koran yang sedang dibacanya, dan terdiam sesaat. Lalu, tersenyum ramah.
"Oh, Non Tasya, toh" Ada, silakan tunggu aja dulu di sini," kata orang itu dengan ramah dan dengan logat Jawa.
"Terima kasih, Pak! Bapak ini siapa, ya""
"Oh, saya" Saya ini sopirnya Non Tasya, kalo Adik siapanya, ya""
"Temannya. Bapak udah lama kerja di sini""
"Oh, udah lama sekali, Mas! Hampir sepuluh tahun saya kerja di rumah ini."
"O iya Pak, kata Tasya, papanya itu serem, ya" Terus katanya badannya gede, ototnya juga gede, malah kata-nya kayak preman, ya" Bener, Pak""
Orang itu tersenyum geli mendengar pertanyaan Rido. Rido jadi bingung sendiri.
"Lho, Bapak kok, malah senyum-senyum gitu" Kenapa, Pak""


Solmet Karya Restee di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ndak, ndak apa-apa, Mas," kata orang itu sambil menahan tawanya.
"Bener nggak, Pak" Masalahnya, saya sempet takut waktu Tasya cerita tentang ciri-ciri papanya.
Huh, ngeba-yanginnya aja udah serem, apalagi kalo ketemu. Ngo-mong-ngomong, papanya ada di dalem""
Orang itu masih menahan tawanya, sementara terdengar suara Tasya dari dalam rumah memanggil-manggil papanya. Nggak lama, Tasya ke luar rumah.
"Pa, Papa, aku pergi dulu," Tasya pamit sama orang yang ada di samping Rido. Tasya nggak lupa mencium pipi kanan dan pipi kiri orang itu.
Muka Rido langsung berubah pucat saat itu
juga. Papa Tasya langsung terbahak-bahak melihat Rido yang masih tertunduk malu.
"Maaf, Om. Saya nggak tau! Maaf ya, Om," ucap Rido hati-hati.
"Hahaha ... nggak apa-apa, kok! Lagian, kamu mau aja dikerjain sama Tasya. Tasya emang jahil, suka iseng," kata papa Tasya yang udah nggak berlogat jawa, sambil menepuk-nepuk pundak Rido.
Tasya yang masih belum ngeh sama apa yang terjadi, cuma cengar-cengir heran.
"Kenapa sih, Pa" Do, kenapa"" tanya Tasya.
"Nggak apa-apa kok. Iya, kan" Ini rahasia kita! Nama kamu Rido, kan" Inget ya, ini rahasia kita!" kata papa Tasya masih geli.
"Iya, Om. Hehehe ... sekali lagi, saya minta maaf, Om!" jawab Rido masih dengan gaya malu-malunya.
"Duuuh ... kenapa sih, semuanya" Aneh banget! Udah ah, aku telat. Yuk Do, cabut sekarang!
Daaagh ... P apa!" Tasya dan Rido pun masuk ke mobil, dan ning-galin rumah besar itu setelah pamit sama papa Tasya. Di mobil, Tasya nanyain apa yang baru terjadi sama Rido dan papa-nya. Tasya nanyain sambil maksa dan agak ngancam. Akhirnya, Rido pun nyeritain apa yang terjadi sama Tasya, karena kalo nggak, Tasya nggak bakalan mau kenal lagi sama Rido. Setelah mendengar penjelasan Rido, Tasya malah tertawa terpingkal-pingkal.
"Hahaha ... Rido, Rido! Kasian banget sih, lo! Hahaha
"Tuh kan, tadi kamu janji nggak bakalan ke-tawa, tapi mana" Sekarang malah ketawa, kenceng lagi!"
"Hahaha ... iya, iya, sori! Abis, lucu banget," kata Tasya yang masih belum bisa menghentikan tawanya.
Pukul setengah tujuh, mereka sampai di depan gerbang sekolah Tasya. Rido hanya nganter sampai depan gerbang, karena dilarang masuk sama satpam berkumis tebal dan berperut buncit! Kalo dipikir-pikir, Pak Satpam itu lebih mirip Mr. Crab yang ada di film kartun SpongeBob. Maklum aja, Pak satpam itu bukan cuma perut buncit dan kumis-nya aja yang mirip, tapi juga kelakuannya yang doyan banget sama uang. Banyak siswa yang nyogok pake uang lima ribuan cuma buat dapet izin kabur keluar gerbang sekolah.
Begitu melewati pintu gerbang, kelihatan banget kalo Tasya lagi gembira. Saking gembiranya,
Tasya sampe lupa tujuannya datang pagi-pagi ke sekolah. Tasya berjalan dengan riang, seolah-seolah setiap langkahnya berirama. Dilihatnya sosok yang sangat ia kenal, sosok yang selama ini selalu bersamanya.
"Dy! Cindy, tunggu!" Tasya memanggil Cindy, sambil berlari-lari kecil menghampiri Cindy.
Kelas Tasya dan Cindy terletak di lantai dua, jadi harus melewati ruang-ruang kelas tiga yang letaknya di lantai satu itu. Sementara cowok-cowok kelas tiga yang sedang kumpul di depan kelas langsung beraksi. Mereka langsung menggoda Tasya dengan berjuta pujian, disertai suit-suitan.
"Tasya makin cantik aja, nih!" Cowok berkulit hitam dan berambut keriting itu menggoda Tasya sambil mena-tapnya "mupeng" alias muka pengin.
Sementara anak-anak lainnya,cuma sibuk bersuit ria. Tasya yang memang pe-de dan cuek itu, sama sekali nggak peduli sama anak-anak kelas tiga yang menggodanya. Bagi Tasya, hal seperti itu udah biasa.
"Duuuh yang fans-nya di mana-mana ... si-rik gue!" Cindy menggoda Tasya yang udah berdiri di sampingnya.
"Gue gitu, loooh!" ungkap Tasya dengan bangga, yang akhirnya sadar sama tujuannya semula.
"Aduuh Dy, gila! Sumpah, gue jatuh cinta!" ungkap Tasya sambil senyum-senyum kegirangan.
"Aduh Sya, semua orang juga tau kalo elo emang gila. Gue percaya, kok!" goda Cindy.
"Ih, sialan!" Tasya menjitak kepala Cindy. "Dy, gue serius, nih! Gue jatuh cinta sama Rido, cowok yang kemaren itu! Inget, kan""
"Hah" Jatuh cinta" Nggak salah denger, gue" Secepet itu, Sya" Udah deh, pagi-pagi ngejayus. Mau ngibulin gue""
"Iya Dy, duuuh ... beneran deh, gue nggak ngibulin elo! Tau, nggak" Semalem Rido nelepon gue, kita ngobrol sampe dua jam, Dy! Terus, tadi gue juga dianterin sama dia, trus ... gue ...."
"Terus, elo jatuh cinta, gitu"" Cindy memotong kata-kata Tasya.
"Lebih dari itu. Gue yakin, Rido soulmate gue, Dy!" Tasya ngejawab penuh perasaan, tatapannya menerawang se-perti menatap Rido-nya, senyum manis mengembang di bibirnya yang merah tanpa lipstik.
Yupl Tasya bukan tipe cewek yang hobi dandan, beda banget sama Cindy yang hobinya ke salon melulu. Ke mana pun Tasya pergi, ia hanya mengoleskan bedak di wajahnya. Walaupun begitu, nggak ngebuat kecantikan-nya berkurang, malahan cowok-cowok semakin kesetrum melihatnya.
Mendengar pernyataan Tasya tadi, langsung membuat Cindy lemes. "Lagi, Sya"" tanyanya lirih. "Ya ampun, Sya! Elo inget, nggak" Dulu, pas elo kenalan sama Ryan, terus juga si Igo ..." Elo juga bilang-bilang kan, kalo mereka soulmate elo" Iya, kan" Sekarang lagi, Sya"" Cindy menepuk
jidatnya. "Ah, elo! Udah deh, yang dulu biarin aja!
Lagian, dulu emang guenya aja yang buta, nyebut-nyebut mereka soulmate gue! Iiih ... gue jadi pengin muntah nih, inget tuh orang! Ya udah Dy, pokoknya elo percaya aja, kali ini gue bener-bener jatuh cinta!" tegas Tasya.
Cindy cuma bisa menghela napas melihat
kelakuan Tasya yang semakin error.
Padahal, semua kata-kata manis yang Tasya bilang, bener-bener jatuh cinta-lah, beda-lah sama yang dulu, dan banyak lagi alasannya. Semua itu selalu diungkapin Tasya setiap tertarik sama seseorang. Nggak tau untuk yang ke berapa kalinya, Tasya selalu merasa bertemu soulmate-nya.
Cindy yang udah tau watak Tasya, cuma bisa pasrah sambil ngelus-elus dada. Sabar, sabar, batin Cindy.
Teng ... teng ... teng! bel tanda masuk berbunyi.
"Nah lho, Sya" Mampus kita. Kita kan, belum nyalin pe-er Fisika Nana" Duuuh ... gimana, nih"" Cindy langsung menatap Tasya kebingungan.
"Ya, ampuuun! Kok, gue sampe lupa kalo mau datang pagi-pagi ke sekolah buat nyalin pe-er Nana" Gimana nih, Dy" Elo kok, nggak ngingetin, sih" " Tasya sama bingungnya.
"Yeee ... kan, elo tadi yang ngajakin ngobrol soal si Rido, gimana, sih" Kok, malah nyalahin gue""
"Gimana, nih" Kita kabur aja, yuk"!" Tasya menarik paksa tangan Cindy, menjauh dari kelas.
"Kita mau ke mana, Sya" Gue nggak mau, ah! Lagian, masih pagi gini, kita mau ke mana" Mal
masih pada tutup!" Cindy ngoceh, namun tetap pasrah tangannya ditarik Tasya dan mengikuti Tasya.
"Yeee ... siapa juga yang mau ke mal"! Elo aja pikirannya mal melulu! Lagian, kita cuma cabut pelajaran Bu Sulis! Gimana" Mau, nggak"" tanya Tasya.
Cindy nggak ngejawab. "Duuuh ... kelamaan deh, mikirnya. Keburu ketauan nanti! Udah deh, pokoknya elo percayain aja sama gue! Oke" Lagian, apa elo rela dimaki-maki sama Bu Sulis, belum lagi hukuman-hukumannya"" Tasya ngingetin lagi Cindy.
"Trus ... kalo ketauan, gimana"" tanya Cindy cemas.
"Udaaah ... nggak bakalan! Gue jamin seratus persen!"
"Gue tuh bingung, Sya! Elo kok, kayaknya nyantai aja, lagi kayak gini aja elo malah bercanda mulu!"
"Justru bagus dong, berarti hidup gue penuh keceriaan, lagian kalo gue seneng, gue jadi nggak cepet tua. Keriput-keriput kayak nenek-nenek, terus ubananlah. Aduh, nggak, deh! Hidup itu harus dibawa santai lagi, itu baru moto hidup gue! Keren, kan"" ceramah Tasya.
"Iya, deh. Apa kata elo aja! Eh, si Nana kasian juga ya, nggak ada kita""
"O iya, kita SMS aja si Nana, kita titip pesen lewat dia, pura-puranya gue sakit, terus elo apa, ya" Mmm ... izin ada keperluan keluarga aja!
Gimana"" Tasya merasa mendapat ide-ide lagi. "Ya, udah. Cepetan!"
Tasya langsung ngeluarin HP-nya dan nulis
SMS. Na, gu sm Cindy di kantin. Qta g berani msk, blm ngerjain PR. Tar, klo gu sm Cindy ditanyain Bu Sulis, lo bilang az gu lg sakit, trus kalo Cindy, lg ada kep. keluarga. Lo ngerti kan, Na" He2 pliz, ya!
Nggak lama, Nana ngebales SMS-nya.
p5- Huh, dasar elo ngejain gu! Gu tadi udh dtg dr j 6, lo kmn az pke telat sgala" Ya ^ udh, gam-pang! Udh, ya! Tkt ketauan nih! Hati2, hr ini guru piketny Bu Nila!
Tasya dan Cindy berpandangan.
"Nah loh, Sya. Bu Nila! Gimana kalo ntar dia keliling ke sini"" Cindy cemas lagi.
"Iya nih gawat, Bu Nila emang rada teliti! Gimana, ya" Mmm ... kita ngumpet di kantin Iwan aja, di dalemnya. Bu Nila nggak mungkin masuk, tuh! Gimana" Kalo urusan Iwan sih, gampang. Dia pasti mau kita ajak kerja sama. Oke nggak, ide gue"" usul Tasya.
Cindy hanya mengangguk-angguk pasrah dan berdoa, semoga hari ini mereka beruntung.
"Wan, kita numpang ya, di dalem" Ntar kalo ada Bu Nila keliling, jangan biarin dia masuk ke
warung elo ya, Wan! Pliiiss ...!" Tasya ngebujuk Iwan, penjaga salah satu kantin.
Iwan, yang emang bisa diajak kompromi, ngebolehin mereka sembunyi.
"Aduuuh ... Iwan, memang baik, deh! Duuuh ... makin ganteng aja!" puji Tasya.
Iwan cuma senyum-senyum ge-er, karena dipuji Tasya sang primadona sekolah. Dan untuk yang pertama kalinya, Tasya memuji seorang cowok.
Setengah jam sudah Tasya dan Cindy duduk di balik etalase warung Iwan, sambil ngemil dan ngegosip. Nggak lama, Iwan langsung berbisik sambil ngasih kode agar Tasya dan Cindy lebih nunduk lagi.
"Neng, cepetan nunduk! Bu Nila lagi jalan ke sini sambil bawa penggaris kayu yang panjang!" bisik Iwan sama Tasya dan Cindy.
Saat itu, jantung Tasya dan Cindy berdetak cepat, takut ketauan.
"Sya, gimana, nih" Gue takut!" Cindy berbisik.
Tasya hanya menjawab, "Ssst ...! T
ahan napas!" Suara ketukan sepatu Bu Nila, semakin terdengar men-dekati. Dilihatnya dari balik etalase, Bu Nila berdiri dan memilih-milih jajanan. Untung aja tinggi badan Bu Nila cuma setinggi etalase warung Iwan. Jadi, Tasya dan Cindy tenang karena Bu Nila nggak mungkin bisa ngeliat mereka yang ada di balik etalase itu. Iwan pun berdiri di sela-sela jalan masuk, supaya Bu Nila nggak masuk ke warung.
"Wan, saya mau itu, dong! Minuman yang ada
di dalam kulkas." Bu Nila menunjuk minuman di kulkas yang ada di dalam warung. Bu Nila yang mencoba masuk dan ingin ngambil sendiri, langsung dicegah Iwan.
"Yang mana, Bu" Yang itu" Biar saya yang ngambil." Iwan mengambil minuman yang Bu Nila inginkan.
"Berapa Wan, semuanya" Oya Wan, ada anak-anak yang ngumpet, nggak" Kasih tau saya ya, kalo ada!"
"Nggak ada Bu, iya nanti saya kasih tau. Semuanya jadi tiga ribu."
Bu Nila pun langsung pergi begitu selesai membayar.
Tasya dan Cindy yang dari tadi nahan napas, langsung lega. Tiba-tiba, Bu Nila menghentikan langkahnya dan terdiam, saat itu pun Tasya dan Cindy kembali sport jantung.
"KALIAN YANG ADA DI DALAM WARUNG, CEPAT KELUAR!" suara Bu Nila menghebohkan setiap penjuru kantin, semua penjaga kantin langsung keluar.
Tasya dan Cindy kaget setengah mati. Kaki-kaki mereka nggak kuat untuk berdiri apalagi melangkah ke dekat Bu Nila. Mereka berdua langsung berkeringat dingin begitu melihat Bu Nila menatap dingin dan penuh amarah. Iwan pun nggak kalah kaget dan takutnya, karena ia ngerasa terlibat.
"KALIAN PUNYA KUPING NGGAK" SAYA BILANG KE SINI! CEPET!" Suara itu seperti ledakan yang
dasyat, mem-buat jantung Tasya dan Cindy serasa mau copot.
Tasya dan Cindy yang dari tadi menunduk, mulai melangkah mendekati Bu Nila. Aduuuh ... ini guru fee\\ng-nya bener-bener kuat, batin Tasya.
"KENAPA KALIAN NGGAK MASUK KELAS" HAH"" Bu Nila sambil menatap penuh amarah.
"Ma ... maaf, Bu!" Tasya terbata-bata meminta maaf sambil menunduk dan nggak berani ngangkat wajahnya, melihat Bu Nila yang masih melotot ke arah mereka berdua.
Cindy masih memilih diam dan menunduk, baginya itu yang paling aman.
"MAAF"! Segampang itu" Sekarang, kalian ikut saya! CEPAT!" Bu Nila berjalan menjauhi kantin dan diikuti Tasya dan Cindy.
Tasya dan Cindy masih bingung sama kata-kata Bu Nila, mereka berpandangan dan sama-sama bingung sambil berbisik-bisik.
Bu Nila adalah satu dari tiga guru yang terkenal kiiier di sekolah. Siapa pun yang berbuat kesalahan, dijamin nggak ada ampun. Guru lainnya yang dikenal galak adalah Bu Sulis, guru Fisika. Sebenarnya, Bu Sulis dan Bu Nila kalo dilihat dari posturnya sama sekali nggak keliatan serem. Soalnya, Bu Sulis dan Bu Nila memiliki postur tu-buh yang mungil, selain itu mereka suka pake baju ngejreng.
Banyak anak yang bilang, Bu Nila dan Bu Sulis galak kare-na tubuh mereka mungil, sehingga dicurigai jadi punya dendam pribadi sama semua orang yang berbadan tinggi.
Nama Tasya dan Cindy langsung dimasukin ke buku kuning. Buku kuning adalah buku peringatan bagi siswa-siswa yang melanggar peraturan sekolah. Dan masuknya nama mereka dalam buku kuning itu adalah untuk perta-ma kalinya.
"Kenapa kalian nggak masuk kelas"" tanya Bu Nila dengan ketus dan sangat menyeramkan.
"Maaf Bu, soalnya kami takut kena hukuman Bu Sulis karena belum ngerjain pe-er-nya," jelas Cindy pelan.
"Ooo ... jadi, gara-gara itu kalian ngumpet di kantin" Iya" Liat aja, akan saya laporkan kelakuan kalian ini ke Bu Sulis, biar kalian kapok!"
"Maaf Bu, jangan diaduin! Nanti kita kena hukuman lagi. Dihukumnya sama Ibu aja, ya!" Cindy merengek.
"Enak aja kamu ngatur-ngatur saya. Berani-beraninya nawar! Pokoknya, sekarang kalian dihukum berdiri di tengah lapangan sambil hormat ke tiang bendera, setelah itu kalian ... bla ... bla ... bla. " Bu Nila mengeluarkan perintahnya.
Tasya dan Cindy pun langsung berjalan menuju tengah lapangan, dan hormat ke tiang bendera sesuai permintaan Bu Nila.
"Wah, bener-bener sial nasib kita!" Tasya mulai berani bersuara setelah Bu Nila pergi.
"Iya nih, mana pake masuk buku kuning segala! Belom lagi diaduin sama Bu Sulis, aduuuh ... makin banyak deh, huku
man kita!" "Elo sih, Sya, pake ngajak cabut segala. Tau gini, hu-kumannya nggak dobel. Tapi, biar aja ya,
itung-itung pengalaman. Ntar gue jadi punya bahan cerita yang seru-seru buat anak cucu gue, hahaha
u "Huh, dasar! Ngekhayal mulu ni anak! Nasib ... nasib! Bete gue. Pasti sebentar lagi, kita bakalan jadi tontonan pas istirahat! Duuuh ... yang bener aja, bisa turun pasaran gue!" sesal Tasya.
"Elo sih, nggak parah-parah banget! Elo kan, nggak punya kecengan di sekolah ini. Nah, gue" Gimana ntar kalo Ciko liat gue" Bisa-bisa, usaha gue selama ini 'gatot' deh, keburu Ciko ilfeel ama gue!"
"Ciko" Masih juga elo ngebet sama dia" Dia kan, udah punya pacar" Anak kelas tiga, kan" Yang anak geng Gulz itu" Mau cari masalah" Parah nih anak!"
"Yeee ... biarin aja! Gue cuma ngecengin, kok. Lagian, nggak ada yang tau ini. Lagian Sya, kalopun gue mau ngerebut, sah-sah aja, kan" Ada pepatah selama janur kuning belum melambai di depan rumahnya, berarti masih milik bersama. Itu baru moto gue, Sya," kata Cindy pe-de.
"Huuuh ... dasar gokil! Eh, Dy, ngomong-ngo-mong kita dijemur begini sampe jam berapa" Sekarang aja udah mau jam sepuluh, paling cuma sampe jam dua belas, kan""
"Jam dua belas kepala elo peang! Emang, tadi elo nggak denger yang dibilang Bu Nila""
Tasya menggeleng. "Nggak, tuh! Pusing gue ngede-ngerin-nya. Emang, sampe jam berapa, sih""
"Kita berdiri sampe jam sebelas, terus ...."
Tasya nyela, "Cuma sampe jam sebelas" Wah,
cepet amat!" "Jam sebelas gigi elo gondrong," kata Cindy lagi ngasal.
"Enak aja gigi gue gondrong. Gigi sebagus ini elo bilang gondrong" Gigi elo tuh d\-rebonding\" balas Tasya.
"Yeee ... bagus dong, d\-rebonding" Daripada gigi elo dikeriting."
"Hahaha ... udah ah, malah jadi maen gigi, sih"! Jadi, gimana" Hukuman kita sampe jam berapa""
"Makanya, jangan maen nyela omongan orang. Gue belom selesai! Gini, ntar dari jam sebelas sampe jam dua belas, kita harus bersihin semua wc yang ada di sekolah ini, terus abis itu kita boleh istirahat selama lima belas menit, udah gitu kita berjemur lagi!
n "Haaah"" Tasya lemas ngebayanginnya.
"Ya, ampun Dy, separah itu" Gila! Tau gini, gue mending milih dihukum Bu Sulis aja!"
"Ember!" Cindy pun memasang tampang lesunya.
Teng ... teng ... teng! Bel istirahat pun berbunyi, semua anak berhamburan keluar kelas. Bisa dibayangin Cindy yang punya kecengan itu, langsung menunduk, tangannya masih hormat. Sementara Tasya, sama sekali cuek, malah sempet-sempetnya menghibur Cindy.
"Udah Dy, cuek aja lagi! anggap aja semuanya peng-gemar kita, dan kita artisnya gitu, loh."
Bener aja, semua anak yang didominasi cowok, lang-sung milih nonton gratis di lapangan,
daripada pergi ke kantin. Semua anak heboh ngo-mongin Tasya dan Cindy. Kebanyakan dari cowok itu malah asyik ngegodain Tasya dan Cindy. Tapi, ada juga Geng Gulz yang personelnya cewek-cewek seksi, sekaligus para modern dancer-yang juga musuh Tasya, Nana, dan Cindy malah asyik ngetawain Tasya dan Cindy.
Tasya, Nana, dan Cindy nggak punya masalah sama Geng Gulz, tapi Geng Gulz-nya yang sering nyari masalah. Sebenernya, masalah sepele. Geng Gulz yang terdiri dari lima cewek kelas tiga itu sirik sama Tasya, Nana, dan Cindy, karena mereka udah narik perhatian para cowok. Cowok-cowok yang tadinya perhatian en ngecengin Geng Gulz-yang seksi-seksi itu- langsung berpaling.
"Ih ... kesyaaan deh, loooo!" Geng Gulz kompak nertawain Tasya dan Cindy dengan puas.
Tasya yang dari tadi kepanasan dijemur, semakin panas dengan ledekan Geng Gulz. "Elo ngomong sama kita" Ih ... nggak level, deh! Ngomong sana, sama tembok!" balas Tasya.
"Kita" Situ kaleee ... sama kebo! Hahaha kata Geng Gulz yang diketuai Meli.
"Iya emang gue sama kebo. Kan, kebonya elo! Nggak nyadar ya, badannya kayak kebo buncit gitu"" balas Tasya.
"Heh! Berani elo, ya"!" Meli semakin panas. "Yeee Bu Lilis Bu Dedeh ... plis, deh!" kata Tasya sambil tersenyum sinis pada geng itu.
Meli dan teman-temannya pun pergi meninggalkan Tasya dan Cindy yang masih berjemur, eh ...
dijemur kali, ya! "Sya, dapet dari mana tuh, kata-kata mutiara" Hehehe ... keren juga, tuh!" puji Cindy
"Tau deh, gue juga bingung, padahal gue juga asal, tapi tetep nyambung, kan" Hehehe ...!" Tasya tertawa dengan tampang polos.
Tiba-tiba, Nana menghampiri Tasya dan Cindy, di tangannya ada kantong berisi camilan. "Nih, buat elo berdua, kasian banget, sih!" Nana malah menggoda Tasya dan Cindy.
"Aduuuh ... Nana, elo emang temen yang paling pengertian, sekaligus nggak solider!" kata Cindy.
"Lho, kok, malah dibilang nggak solider, sih" Buktinya, gue udah ngebela-belain dateng pagi. Elonya aja yang pada ke mana! Trus, sekarang udah gue baek-baekin, gue beliin makanan, masih juga dibilang nggak solider! Emangnya, nggak solider kenapa""
Cindy dan Tasya berpandangan, kemudian tersenyum. Mereka menjawab barengan, "Soalnya, elo nggak nemenin kita berjemur! Hehehe
Nana semakin bingung. "Emang harus, ya"!" tanya Nana polos.
Cindy dan Tasya cuma bisa pasrah melihat Nana yang semakin lemot.
Teng ... teng ... teng. Bel kembali berbunyi, tanda istirahat usai. Semua anak yang semula memenuhi kantin dan lapangan basket, langsung kembali ke kelas masing-masing. Nana pun terpaksa masuk ke kelas lagi.
Nggak terasa, Tasya dan Cindy udah berdiri
selama tiga jam pelajaran. Matahari semakin terik, keringat mereka bercucuran.
"SIAL! Bener-bener apes kita hari ini. Kita yang sengsara, Mang Ucup malah seneng, gara-gara tugasnya kita ambil alih!" kata Tasya kesal.
"Iya nih, seumur hidup gue, baru kali ini disuruh bersihin WC! WC di kamar sendiri aja, boro-boro mau gue bersihin! Bisa-bisa, kulit gue jadi kasar, aduuuh ... pasti muka gue ancur banget! Pokoknya, pulang sekolah gue harus ke salon, gue harus facial, manicure, pedicure, creambath. Aduuuh ... ancur deh, kulit gue!" kata Cindy nggak kalah kesel.
Cindy termasuk cewek yang merhatiin dandanan, ia selalu merawat tubuhnya mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Jelas aja hari ini dia ngerasa sial banget karena harus kehilangan rasa percaya dirinya, gara-gara badannya yang berkeringat itu.
"Sebel!" gerutu Cindy lagi.
"Ya ampun, Dy. Gue gimana, nih" Ntar pulang sekolah, gue bakal dijemput Rido. Waaah ... bisa-bisa Rido ilfeel, nih! Mampus gue. Masa kencan pertama, gue ngasih kesan yang nggak enak buat dia, sih"" Tasya menepuk jidatnya.
Sementara Cindy, malah cekikikan melihat Tasya yang biasanya supercuek, kali ini justru uring-uringan gara-gara penampilan.
Pulang sekolah, tepatnya setelah dijemur untuk kedua kalinya, dan dinyatakan bebas hukuman oleh Bu Nila, Tasya dan Cindy langsung ke WC merapikan dan-danan. Tasya minta bantuan Cindy
buat ngedandaninnya. Kebetulan, Cindy selalu bawa tas make-up ke sekolah.
"Ih, Tasya diem, dong! Jangan gerak-gerak rnulu!" kata Cindy yang lagi molesin bedak di wajah Tasya.
"Iya, tapi jangan tebel-tebel. Gue nggak mau kalo muka gue makin ancur! Terus, lipglos-nya jangan banyak-banyak, satu poles aja!" pinta Tasya yang nggak biasa dandan.
"Udah deh, elo nggak usah cerewet! Percaya aja sama gue," kata Cindy serius.
Nggak lama, Nana dateng ke WC melihat mereka.
"Duileee ... Tasya dandan! Tambah cantik aja kayak ondel-ondel! Hehehe ... mau ke mana Mbak" Mau maen lenong, ya"" Nana menggoda Tasya sambil cekikikan.
Tasya yang nggak terima diledek, langsung menjitak Nana.
"Nana, elo kok, nggak ngedukung gue, sih"! Cindy, gue bilang juga jangan tebel-tebel. Liat tuh si Nana aja sampe bilang gue ondel-ondel! Elo yang bener, dong!" Tasya merengek.
"Udaaah ... percaya aja sama gue! Dijamin si Rido bakalan kesetrum ngeliat elo! Gue jamin, kencan elo suk-ses!" Cindy meyakinkan Tasya.
"Tuh, liat sana ke kaca, baguskan hasil karya gue"" Cindy mendorong Tasya mendekati kaca toilet.
"Ya, ampuuun! Kok, tebel banget" Gue nggak pede, nih!" kata Tasya sambil mengusap-usap
wajahnya dengan tangan. "Duuuh ... Tasya! Jangan dihapus, dong! Percuma bedak gue terbuang sia-sia, gimana sih, elo"!" Cindy kesal hasil karyanya dirusak.
Nana yang dari tadi merhatiin mereka, cuma tertawa geli.
"Udah, pokoknya sekarang elo keluar! Percaya sama gue, oke" Lagian, kasian si Rido nunggunya lama," kata Cindy lagi.
Tasya pun nurut apa yang Cindy bilang. Begitu Tasya keluar dari gerbang sekolah, dilihatnya Rido siang
itu bergaya macho nyandar di mobil Altis-nya.
Tasya melambaikan tangan sama Rido, kemudian berjalan mendekati Rido yang masih berdiri menyandar di mobilnya. Sebenernya, hari ini Tasya kurang pede, gara-gara make-up. Tasya yang biasanya cuek, tiba-tiba jadi salah tingkah berhadapan sama Rido. Entah kenapa, Rido membuatnya kesetrum.
Rido dan Tasya pun pergi ninggalin sekolah, mereka menuju sebuah kafe, yang sering dikunjungi anak-anak muda. Rasa percaya diri Tasya tumbuh lagi sejak Rido memujinya, "Tasya, kamu cantik banget."
Tasya senyum-senyum aja waktu dipuji. Ternyata, kerjaan Cindy ngedandanin gue oke juga! Buktinya, si Rido bilang gue cantik! Hihihi ... belum tau aja dia, kalo tadi liat gue basah kuyup sama keringet, pasti kabur, deh! batin Tasya, geli.
"Sya, kamu mau pesen apa"" tanya Rido.
"Mmm ... apa, ya" Gue mau sirloin steak aja
deh, sama jus stroberi."
"Ih ... kok, sama, sih" Tadinya aku juga mau pesen itu, lho!"
"Yeee ... ge-er! Siapa juga yang nyamain" Emangnya, gue tau elo mau mesen makanan yang sama""
"Iya, jangan sewot gitu! Hobi kamu apa sih, Sya"" tanya Rido.
"Mmm ... apa, ya" Nggak tau, deh! Tapi kalo ditanya suka apa, gue sukanya curhat sama Pretti," jawab Tasya sambil tersenyum manis.
"Pretti" Siapa"" tanya Rido penasaran.
"Pretti itu Kata-kata Tasya terpotong
waktu me-lihat Rido ngusir seekor kucing sambil nendang badan kucing itu.
"Huuus ... husss!" Rido mengusir kucing itu.
Tasya melihat Rido yang tega menendang kucing, lang-sung iffeef saat itu juga.
Ih ... ni cowok! Nggak punya perasaan! Pake nendang-nendang segala, kasian tau! batin Tasya kesel dan marah.
Rido yang nggak sadar sama kesalahannya, masih cuek.
"Eh, Sya, tadi Pretti itu siapa" Kok, nggak diterusin ceritanya" Jangan bete lagi, dong. Sori tadi kepotong, abis gara-gara kucing itu, ya"! Dasar tuh kucing ngeganggu aja! Tau nggak Sya, aku tuh paling benci sama kucing. Bagi aku, kucing itu binatang yang jorok dan pemalas. Ih, mana bulunya suka nempel. Kan, nggak baik buat kesehatan," kata Rido, yang bikin Tasya makin ilfeel.
Sialan.' Kucing dibilang binatang jorok dan pemalas.' Dasar cowok brengsek nggak punya perasaan, gerutu Tasya dalam hati.
"Sya" Kok, bengong" Kok, nggak ngejawab" Pretti itu siapa"" tanya Rido lagi dengan ramah dan lembut.
"Hah" Ngngng ... Pretti itu, temen aku di rumah!"
"Ooo Rido nggak curiga.
Sesudah makan, Tasya langsung diantar pulang sama Rido. Sebenernya, Rido ngajak ke tempat lain, sesuai rencana yang mereka susun semalam, tapi Tasya menolak dengan alasan nggak boleh pulang telat.
Padahal, Tasya bener-bener gondok bersebelahan sama cowok yang nggak punya perasaan itu. Tasya benar-benar benci sama orang yang nggak suka sama kucing, atau lebih tepatnya nggak memperlakukan kucing dengan baik. Bagi Tasya, kucing segala-galanya. Jika harus memilih pun, Tasya lebih milih kucing daripada milih orang yang dicin-tai-nya. Cieee ... segitunya, ya"
Mulai saat itu, Tasya janji dalam hatinya, nggak mau lagi kenal apalagi deket sama mahluk nggak berperasaan yang bernama Rido.
Malamnya, Rido nelepon ke HP Tasya. Tasya sengaja nggak mengangkatnya. Rido pun nggak putus asa, dia coba lagi menelepon, ke rumah Tasya, kali ini katanya Tasya udah tidur, padahal waktu itu masih pukul setengah delapan malem. Tasya sengaja pesen sama orang rumah, kalo ada
telepon atau apa pun yang berhubungan sama Rido, Tasya nggak mau terima.
Dunia Preti #2 Kucing kampung adalah salah satu predator terhebat di dunia karena memangsa tikus. Kucing menyergap dan melumpuhkan mangsa dengan cara mirip singa dan harimau f2 menggigit leher mangsa dengan gigi taring yang tajam sehingga melukai saraf tulang belakang atau menyebabkan mangsa kehabisan napas dengan merusak tenggorokan. Tidak seperti karnivor lain, kucing hampir tidak makan apa pun yang mengandung tumbuhan. Beruang dan anjing kadang memakan buah, akar, atau madu sebagai suplemen, sementara kucing ha-nya memakan daging, biasanya buruan segar.
Meskipun terkenal sebagai hewan penyendiri, kucing liar biasanya dapat membentuk kelompok tetapi tidak menyerang. Setiap kucing memiliki daerah sendiri, sehin
gga mereka akan mengejar kucing a-sing, diawali dengan menatap, mendesis, hingga menggeram, dan bila kucing asing itu tetap tinggal, biasanya akan terjadi perkelahian singkat. Kucing yang sedang berkelahi menegakkan rambut tubuh dan melengkungkan punggung agar mereka tampak lebih besar. Serangan biasanya terdiri dari tamparan di bagian wajah dan tubuh dengan kaki depan yang kadang disertai gigitan. Luka serius pada kucing akibat perkelahian jarang terjadi karena pihak yang kalah biasanya akan lari setelah mengalami beberapa luka di wajah.
Dasar Cowok Brengsek! ESOKAN harinya, saat Tasya, Cindy, dan Nana
istirahat sambil ngobrol-ngobrol.
"Eh, Sya, Dy. Udah pada tau belom ada pendaftaran jadi anggota paskibra yang baru"" tanya Nana.
"Yang bener, Na" Wah, gue mesti ikutan, nih! Elo ikutan daftar juga kan, Na"" tanya Tasya girang.
"Pasti, dong!" jawab Nana.
"Oke, deh! Tos dulu, dong!" kata Tasya sambil beradu "tos" sama Nana.
Tasya dan Nana emang nunggu-nunggu pembukaan anggota paskibra. Tasya dan Nana doyan banget sama yang namanya baris berbaris. Malah, Tasya sama Nana jadi pengibar bendera tetap, kalo kelas mereka dapet giliran upacara.
"Dy, elo nggak ikutan"" tanya Tasya sama Cindy yang dari tadi sibuk dengan kaca kecilnya.
"Aduuuh ... nggak deh, Sya. Ntar kulit gue jadi item gara-gara dijemur terus," jawab Cindy seenaknya.
"Dasar tante salon!" ledek Tasya.
"Udah, ikutan aja, yuk! Kan, asyik Dy, kita bisa bareng-bareng terus. Lagian, setau gue anggota
paskibra yang sekarang ini bakal dicalonin jadi anggota paskibra tingkat nasional juga!" Nana promosi.
"Wah, yang bener, Na" Gimana Dy, minat nggak" Ikutan aja, yuk!" bujuk Tasya.
"Ogah, sekali ogah tetep ogah!"
"Huh, payah!" seru Tasya sambil mengacak-acak rambut Cindy. Kontan aja Cindy langsung ngamuk.
Tiba-tiba, HP Tasya berbunyi. Tasya langsung merogoh kantong roknya, diambil HP-nya lalu d\-reject-nya.
"Sya, kok, teleponnya nggak diangkat, sih"" Nana heran.
"Hah" Ng gue males!" jawab Tasya.
"Lho, kok, gitu" Ah, gue tau, pasti telepon dari mantan elo, ya"!" Cindy menebak.
"Bukan ... ini Rido!" jawab Tasya ogah-ogahan. Cindy dan Nana berpandangan heran, masalahnya mereka aneh sama sikap Tasya yang nggak mau ngangkat telepon dari Rido. Padahal, Cindy dan Nana tau persis, sekarang ini Tasya lagi deket sama Rido yang disebut-sebut sebagai soulmate-nya.
"Elo kenapa, Sya" Kan, Rido ganteng! Lagian, Rido baru kemaren ngajakin elo jalan"!" tanya Nana polos.
"Iya ni anak! Duuuh ... Sya, jangan bilang elo bosen sama Rido! Kan, baru sekali jalan, masa udah bosen lagi, sih" O iya, emang kemaren gimana" Elo diajak ke mana" Bukan gara-gara make-up gue kan, trus bikin si Rido kabur dari elo"" tanya Cindy
penasaran. "Nggak Dy, bukan gara-gara make-up elo, kok! Malahan dia muji gue."
"Jadi ..."" lanjut Cindy.
"Iya nih, gue bete sama dia! Bayangin aja, Rido nggak suka sama kucing! Kemaren pas lagi makan di kafe, Rido nendang kucing yang kebetulan ada di situ! Gila ... nggak punya perasaan banget, kan" Terus, tanpa rasa berdosa, si Rido malah langsung ngomong kucing itu binatang jorok, bulunya nggak sehat, pemales .... Nyebelin banget nggak, tuh"! Makanya, gue jadi ilfeel sama dia!" jelas Tasya panjang lebar.
Cindy dan Nana cuma cekikikan dengerin o-cehan Tasya.
"Kenapa ilfeel, Sya" Bukannya elo suka banget sama dia"! Terus, elo bilang nggak, kalo elo pecinta kucing"" Cindy bertanya lagi sambil nahan tawa, karena ngerasa aneh banget! Cuma gara-gara kucing, cinta pun melayang.
"Iya Sya, sayang tuh, Rido baik banget, ramah, ganteng lagi! Apa coba yang kurang"" Nana ikut-ikutan berko-mentar.
Tasya hanya diam mendengar ocehan teman-teman-nya, sambil menekuk wajahnya yang cantik.
"Oooh ... gini aja, Sya! Gimana kalo elo terapi aja si Rido! Kayak waktu elo terapi si Nana dulu! Gimana" Oke nggak"" Cindy punya ide.
Cindy ingat waktu dia dan Tasya nyembuhin Nana yang dulu takut sama kucing. Nana bukannya
nggak suka sama kucing karena pemalas atau karena jorok dan bulunya, seperti yang Rido bilang. Nana dulu takut sama kucing karena trauma masa kecilnya, pernah digigit dan dicakar kucing. Maka-nya d
ia trauma, tapi setelah diterapi oleh Cindy dan Tasya, akhirnya biasa lagi.
Dulu waktu Nana dan Cindy nginep di rumah Tasya, Nana dikerjain abis-abisan sama Tasya dan Cindy. Nana semaleman dikurung di kamar bareng Pretti, Nana yang saat itu juga langsung jerit-jerit ketakutan, bahkan sampe nangis segala, tapi tetep aja Tasya dan Cindy sama sekali nggak ngerasa kasian. Mereka malah tertawa puas.


Solmet Karya Restee di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Usaha Tasya sama Cindy nggak cuma sampai di situ, pokoknya setiap Nana melangkah, ataupun setiap Nana selalu berusaha sembunyi, malah Tasya semakin getol ngerjain Nana. Akhirnya, Nana pun nyerah dan mulai ber-usaha menyukai kucing.
"Iya, sih! Gue aja ampuh kalian kerjain! Buktinya, sekarang gue nggak takut lagi sama kucing. Iya, kan"" usul Nana bangga, yang disetujui Cindy.
"Iya, tapi kan, ini beda! Nana trauma, bukannya nggak suka kucing kayak Rido! Nggak ah, pokoknya sekali gue //fee/, tetep //fee/! TITIK!" kata Tasya yakin. Kali ini, Cindy dan Nana cuma pasrah sama keyakinan Tasya, karena Tasya keras kepala, apalagi kalo udah bilang "TITIK".
"Aduh Tasya, gue bingung! Emang penting banget ya, kalo cowok yang mau jadi pacar elo itu harus suka kucing"" tanya Nana sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Oh, penting, Na! Itu prinsip bagi gue!" jawab Tasya semanget.
"Tau nih, anak! Emang, elo pengin yang kayak gimana, sih" Cuma yang harus suka kucing aja" Elo pacaran aja sana sama tukang kucing!" ledek Cindy.
"Yeee ... gini, ya"! Elo semua harus tau, prinsip gue ... kalo ada cowok yang mau jadi pacar gue, berarti pertama dan yang terpenting, tuh cowok harus sayang sama kucing!" jelas Tasya.
Nana bertanya, "Emang segitu pentingnya ya, cowok harus sayang sama kucing""
"Penting dong, Na. Makanya, elo dengerin dulu, jangan maen potong aja omongan gue! Gimana, sih"!" Tasya gemas sama Nana, Cindy cuma cengengesan merhatiin Tasya yang lagi semangat memproklamasikan prinsipnya.
"Gini Na, kalo cowok udah sayang sama kucing, itu artinya dia cowok penyayang dan lembut! Terus, berarti juga itu cowok bakalan sayang sama ceweknya atau orang-orang di sekitarnya. Gitu, loooh! Ngerti"" lanjut Tasya.
Nana mengangguk-angguk, walaupun nggak nger- ti apa yang Tasya bilang tentang teori kucingnya itu.
"Terus, yang keduanya apa"" tanya Cindy.
"Yang kedua, ini juga penting! Cowok itu harus bersih dan nggak jorok! Soalnya, kalo cowok bersih dan perhatian sama dirinya, berarti tuh cowok juga bakalan perhatian sama ceweknya. Terus yang ketiga dan sisanya, standar laaah cowok itu harus ganteng, tinggi, sama apa, ya"
Mmm Tasya mikirin syarat terakhirnya.
"Tajir, Sya!" seru Cindy semangat, karena buat Cindy, urusan ini paling penting kalo nyari cowok.
"Naaah! Bener, tuh! Hehehe Tasya
membenarkan sambil tertawa, diikuti Cindy dan Nana.
Teng ... teng ...teng! Bel usai istirahat berbunyi, semua anak mulai masuk kelas masing-masing. Kali ini, jam pelajaran Bu Sulis lagi.
"Yuk, masuk!" ajak Cindy.
"Yuk, ntar kita kena omel lagi gara-gara telat masuk!" ajak Tasya juga. Tasya dan Cindy berdiri dari duduknya, sementara Nana masih terdiam belum beranjak. Nana menatap kedua temannya dengan cemas dan bersalah.
"Na, elo kenapa, sih" Sakit perut" Cepetan, dong! Ini kan, pelajaran favorit elo! Emang, elo nggak mau masuk"" kata Tasya menatap Nana heran.
"Ng ... maaf, ya!" Cuma kata-kata itu yang keluar dari mulut Nana, ia masih terduduk.
"Kenapa sih, elo" Maaf kenapa" Emang, elo bikin salah apa sama Bu Sulis" Kok, minta maafnya ke kita, sih"" Kali ini, Cindy heran sama sikap Nana.
"Ng ... maaf, gue lupa kalo kalian kemaren dapet tugas dari Bu Sulis gara-gara bolos, gue lupa bilang sama kalian!" Nana menjelaskan dengan tatapan memelas.
Tasya dan Cindy langsung kaget dan tiba-tiba jadi lemas lagi.
"Ya ampuuun, Na. Elo tega banget sih, sama
kita" Terus, gimana, dong" Masa harus cabut lagi"! Duuuh ... bener-bener nih, kesialan belom mau pergi dari kita!" Tasya nggak kalah memelasnya.
"Ya ... mau gimana lagi, Sya! Udahlah, pasrah aja. Ma-suk, yuk! Daripada mabal lagi, kalo ketauan bisa berabe!" ajak Cindy dengan berjiwa besar.
Nana masih merasa bersalah pada kedua temannya, mereka pun te
rpaksa masuk kelas dan pasrah pada hukuman yang siap-siap menanti mereka.
"Selamat siang Anak-anak!" Bu Sulis menyapa anak-anak sekelas dengan tegas dan penuh wibawa.
"Selamat siang, Bu," jawab anak-anak serempak.
"Oke, sekarang kalian buka buka tugas halaman seratus lima, kerjakan latihan nomor satu sampai lima. Kerjakan di buku tugas, lalu kumpulkan! Waktunya satu jam. Oh ya, Tasya, Cindy, coba kalian kumpulkan tugas tambahan yang Ibu beri kemarin! Bawa sini!"
Tasya dan Cindy diam, menunduk.
"TASYA, CINDY! KALIAN DENGER, NGGAK" JANGAN BILANG KALO KALIAN NGGAK NGERJAIN TUGAS DARI SAYA!" bentak Bu Sulis yang langsung bikin kaget isi kelas.
Semua anak jadi tegang dan ketakutan. Cindy dan Tasya berdiri sambil menunduk, mereka mendekati meja Bu Sulis.
"Maaf, Bu," kata Tasya dan Cindy kompak. Bu Sulis masih menatap mereka dengan tajam.
"Maaf Bu, kami belum mengerjakan tugasnya,"
jawab Tasya memberanikan diri.
"APA" BELUM NGERJAIN TUGAS" JADI, KERJAAN KALIAN DARI KEMAREN ITU APA" KEMAREN UDAH BOLOS, NGUMPET DI KANTIN, SEKARANG NGGAK MENGERJAKAN TUGAS DARI SAYA. KALIAN INI MAU JADI APA" BELUM KAPOK KEMAREN DIHUKUM" KALIAN MAU DIHUKUM SEPERTI ITU LAGI" IYA"" bentak Bu Sulis lagi.
Tiba-tiba, Nana berdiri. "Maaf Bu, ini salah saya. Kema-ren saya lupa ngasih tau pesan Ibu sama mereka, makanya mereka belum ngerjain tugas dari Ibu. Jadi, saya aja Bu, yang dihukum." Nana yang biasanya polos dan penakut itu, tiba-tiba berani ngebela Cindy dan Tasya.
Cindy dan Tasya bertatapan heran. Gila, ini anak ada angin apa" Kesurupan kali, ya! Tumben banget dia jadi oke gini"! Hehehe batin Tasya geli.
"OH ... JADI, KAMU BIANGNYA"! KALIAN INI KOMPAK BENER! INI NIH, PENGARUH KEBANYAKAN MAEN DAN GAYA, JADI OTAKNYA BEKU! SUDAH, SANA KALIAN LARI DUA PULUH KELILING, DAN TUNGGU DI LUAR SAMPAI PELAJARAN USAI! KALIAN INI BISANYA BIKIN SAYA JANTUNGAN! PENGIN SAYA CEPET MATI, YA"! CEPET SANA KE LUAR!" Bu Sulis semakin marah.
Tasya, Nana, dan Cindy pun pergi ke luar kelas, dan ber-lari seperti yang diperintah Bu Sulis, sebanyak dua puluh keliling lapangan.
Setelah selesai melakukan perintah Bu Sulis, mereka pun duduk-duduk di bawah pohon sambil
melepas lelah. Nana yang punya penyakit asma, terlihat berusaha mati-matian mengatur napasnya.
"Maaf, ya," kata Nana sambil ngatur napas.
"Udahlah, nggak apa-apa, kok! Lagian, elo juga tadi udah nebus dosa lo, jadi ikutan dihukum juga. Hehehe iya nggak, Sya"!" Sahut Cindy sambil menepuk pundak Tasya.
"Iya, kita udah biasa dihukum. Lagian, jadi e-nak nggak perlu pusing-pusing ikutan Fisika, hehehe kata Tasya yang malah merasa beruntung terbebas dari tugas Fisika.
"Ya udah, deh. Berhubung ini salah gue, nanti sore kita jalan yuk ke mal, gue traktir deh, sebagai rasa bersalah gue! Mau, kan"" Nana mencoba nebus kesalahannya.
"Waaah ... oke, tuh! Kapan" Pulang sekolah" Kita ke mana" Asyik kan, udah lama kita nggak jalan ke mal. Siapa tau gue ketemu soulmate gue lagi!" Tasya girang.
"idiiih ... ini anak, yang dipikirin cuma solmat-solmet aja! Eh, tapi jangan pulang sekolah, dong! Mending kita pulang dulu, gue pengin mandi sama ganti ganti baju dulu! Kan, sekalian ngeceng! Pliiis ...!" rengek Cindy.
"Ya udah, gue sih, terserah aja! Tapi, gue dijemput, ya"!" kata Nana.
"Ya udah, Dy. Ntar elo jemput Nana, baru jemput gue. Gimana" Oke"" usul Tasya pada Cindy, yang langsung diiyakan.
"Oke, deh! Hahaha ...." Mereka pun tertawa bareng seakan lupa akan bebannya, dan menikmati
hukumannya PULANG sekolah, Tasya, Nana, dan Cindy pergi ke ruang pendaftaran paskibra. Ternyata Meli dan Sita anggota geng Gulz yang jadi panitia pendaftarannya. Meli dan Sita udah senior, dan merekalah yang akan melatih para calon anggota pakibra.
"Ngapain elo pada ke sini" Mau daftar juga"" tanya Meli dengan sinis pada Tasya, Nana, dan Cindy.
"Iya, gue sama Nana mau daftar. Masih bisa, kan"" tanya Tasya baik-baik.
"Bisa, pasti bisa. Nih, kalian isi formulirnya!" kata Sita sambil nyerahin formulir pada Tasya dan Nana.
"Elo nggak ikutan"" tanya Meli pada Cindy, masih dengan nada dan tatapan yang sinis.
"Nggak deh, makasih. Gue nggak minat, tuh!" jawab Cindy de
ngan gaya centil sambil mengibas-ngibaskan kipasnya.
Meli dan Sita tersenyum sinis. "Duh, gue lupa. Anak kayak elo mana mungkin bisa ikutan paskibra. Iya, nggak, Sit" Oya Na, elo udah yakin daftar ke sini" Anggota paski-bra harus punya mental yang kuat. Jadi, anak cengeng kayaknya mendingan mundur aja dari sekarang. Hahaha kata Meli
seenaknya. Bruuuk! Nana memukul meja pendaftaran dengan keras. "Gue nggak takut!" teriak Nana yang tumben-tumbennya berani. Padahal di dalem hatinya sih, deg-degan juga.
"Udah Na, sabar! Nih, formulirnya. Udah, cabut, yuk! Yuk Mel, Sit, thanks, ya! Daaagh kata Tasya masih baek-baek dan belum mau terpengaruh sama Meli dan Sita.
"Yuk ah, dadah gendut! Oya, sori ketinggalan. Setau gue Mei, semua anggota paskibra badannya sekel en lang-sing-langsing, nggak ada yang melar kayak elo. Kok, bisa, ya"!" ledek Cindy sengaja sebelum ia meninggalkan dua mahluk itu.
"Sialan!" bentak Meli.
"Udah ... elo cari gara-gara aja, deh!" ajak Tasya sambil menarik tangan Cindy.
Cindy dan Nana tertawa cekikikan puas melihat tampang Meli yang gondok.
Mereka pun akhirnya menjauh dari tempat Meli dan Sita. Mereka berjalan menuju parkiran sekolah. Tiba-tiba, langkah mereka terhenti karena mendengar suara sese-orang memanggil-manggil nama Tasya. Berulang kali nama Tasya dipanggil-panggil oleh orang itu. Tapi, Tasya tetap cuek dan pura-pura nggak denger.
"Tasya ...! Tasya ... tunggu, dong!" panggil orang itu sambil berlari mendekati Tasya.
Akhirnya, Tasya nggak bisa mengelak, ia pun menghen-ti-kan langkahnya dan membalikkan badannya ke arah orang yang memanggilnya.
"Kenapa" Mau ngapain elo ke sini"" tanya Tasya jutek.
"Kamu kenapa, sih" Kamu marah ya, sama a-ku" Ada apa sih, Sya"" tanya Rido.
Tasya menarik napasnya panjang. Hanya diam. Nggak menjawab.
"Sya, salah aku apa" Kok, kamu tiba-tiba ngejauhin aku" Jelasin, dong! Kemaren, kamu nggak apa-apa. Pliiis ...!" Rido memohon dengan memasang tampang meme-las, berharap Tasya mau melunak.
"Udah deh, elo jangan ganggu gue lagi. Yuk, Na, Dy, cabut!" bentak Tasya pada Rido dan langsung mengajak Nana dan Cindy pergi sambil menarik tangan mereka.
"Sya, jangan gitu! Udah sana, elo ngomong dulu sama Rido. Jelasin semuanya! Elo tenang aja, gue ama Nana nunggu elo di mobil. Oke"" bujuk Cindy.
"Iya Sya, kasian Rido. Sebenernya, dia nggak salah-salah amat. Udah, ngobrol dulu aja," Nana ikut membujuk.
"Huh, sebel! Kalo bukan karena elo berdua yang minta, ogah gue ngomong sama dia. Ya udah, elo tunggu gue di mobil, ya!" kata Tasya pada Nana dan Cindy. Sementara, mata Tasya masih melotot ke arah Rido.
"Denger ya, Do. Gue bakal jelasin ke elo, asal udah gitu, elo jangan ngehubungin gue lagi, oke"" kata Tasya lagi mem-beri syarat pada Rido saat mereka berdua.
"Kok, gitu" Kenapa emangnya"" Rido kebingungan.
"Denger ya, gue nggak mau kenal elo lagi karena gue nggak suka sama orang kayak elo!" Tasya ngejelasin dengan sedikit membentak dan penuh kesal.
"Oke, tapi kenapa" Orang kayak aku, gimana" Sumpah, aku nggak ngerti maksud kamu." Rido masih sabar ngadepin Tasya.
"Orang kayak elo ini, mustinya ngaca! Pokoknya, elo jangan ngedeketin gue lagi, cari aja cewek laen!" bentak Tasya.
"Elo kenapa, sih" Ngejelasin aja nggak, malah nuduh gue yang nggak-nggak. Lagian, emang salah kalo gue cuma pengin jadi temen elo" Emang, siapa yang pengin pacaran sama elo" Dasar, elo aja kege-eran. Denger ya, nggak usah ngerasa cantik, terus elo bisa seenaknya sama orang. Elo pikir, elo siapa"!" balas Rido membentak Tasya karena mulai kesel. Udah nggak ada "aku" dan "kamu" lagi.
Tasya pun jadi keki sendiri. Sialan nih cowok, bisa-bisanya bikin gue keki. Kok, malah dia yang bikin gue gondok" Mampus, gue bales apa lagi" batin Tasya.
"Terserah gue, pokoknya gue juga nggak mau jadi temen elo. Titik! Dasar cowok resek!" bentak Tasya, langsung ninggalin Rido, dan buru-buru ke parkiran.
Aduuuh ... kok, malah berantem, sih" Dasar cowok resek! umpat Tasya dalam hati.
"Gimana, Sya" Beres"" tanya Cindy saat Tasya masuk ke mobilnya.
"Bete! Dasar cowok brengsek!" teriak Tasya. "Lho, kenapa emangnya, Sya"" tanya Cindy
lagi. "Iya Sy a, ceritain, dong!" pinta Nana.
"Tau nggak sih, tadi tuh, gue sama Rido malah jadi berantem. Dia jadi ngebentak-bentak gue," jelas Tasya.
"Kok, gitu" Rido nggak terima penjelasan dari elo"" tanya Cindy bingung.
"Iya. Kok, Rido gitu, sih" Malah bentak-bentak elo segala"" sambung Nana.
"Salah gue juga sih, abis gue belum ngejelasin apa-apa ke dia, gue malah kepedean nyuruh dia jangan ngedeketin gue lagi. Terang aja, Rido langsung ngebales, katanya lagian, siapa yang mau jadi pacar elo" Elo jangan sok cantik, jadi bisa seenaknya sama orang1 gitu katanya. Gimana gue nggak gondok, coba"" jelas Tasya.
Mendengar penjelasan Tasya, Cindy dan Nana malah cekikikan.
"Kok, elo berdua malah ketawa, sih"" protes Tasya.
"Lagian, salah elo sendiri! Makanya, cari cowok jangan muluk-muluk. Kena deh, karmanya," ledek Cindy.
"Sialan!" seru Tasya sambil menjitak kepala
Cindy. "Udah, Sya, cari aja lagi yang laen! Cowok bukan cuma Rido. Iya, nggak"" kata Nana sok bijak.
CINDY dan Nana datang menjemput Tasya di rumahnya. Cindy dan Nana akrab banget sama keluarga Tasya, cuek bebek masuk ke kamar Tasya.
Cindy dan Nana heran melihat Tasya yang lagi tiduran sambil mengelus-elus Pretti. Tasya sama sekali belum siap-siap pergi, bahkan dia masih pakai seragam sekolah.
"Sya! Kok, belum siap" Gimana, sih"! Jadi nggak, nih"!" Cindy membentak.
Tasya tidak menjawab dan acuh dengan keberadaan mereka.
"Sya, jadi nggak"" Kali ini, Nana bertanya dengan lembut sambil mendekati Tasya. Dilihatnya Tasya sedang menangis, sambil menatap Pretti.
"Pretti sakit, Na. Badannya panas banget. Kata Mbak Jum, Pretti dari pagi nggak mau makan. Gimana, nih" Gue sedih banget! Sori deh, gue nggak jadi ikut. Kalian aja yang pergi. Gue nggak apa-apa, kok!" Tasya menjelaskan sambil terisak.
"Ya ... ampun! Nggak bisa gitu dong, Sya! Kita kan, udah janjian. Lagian, kita tuh sepakat, di mana ada gue, pasti ada elo dan Nana, pokoknya sebaliknya! Jadi, ke mana-mana harus bareng-bareng, dong!" kata Cindy sewot.
"Ya udah, sekarang kita ke dokter hewan aja, yuk! Mau, nggak"" Nana menawarkan.
"Nggak ada, Na. Gue tadi udah ngehubungin dokter hewan yang biasa gue datengin. Katanya lagi ke luar kota, dan gue nggak tau lagi harus cari dokter hewan di mana," isak Tasya.
"Mmm ... di pet shop aja. Gue tau tempatnya,
kebeneran di sana ada dokter hewannya juga yang buka praktik di situ. Vuk, kita ke sana!" ajak Cindy, yang langsung diiyakan Tasya.
Tasya terlihat mulai tenang dan lega. Karena Pretti akan segera ditangani dokter, Tasya buru-buru mandi dan ganti baju.
Mereka pun pergi menuju pet shop yang jaraknya cukup jauh dari rumah Tasya, tapi cuma butuh waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai ke sana.
Pretti yang memiliki bulu lebat putih itu, terlihat sangat lemas. Pretti adalah kucing Persia yang Tasya pelihara sejak dua tahun lalu. Pretti adalah kado ulang tahun dari papa-nya. Tasya sangat sayang sama Pretti, karena Pretti dipeli-ha-ra sejak kecil hingga jadi kucing dewasa seperti sekarang.
Akhirnya, mereka pun sampai di tempat yang dituju, Tasya langsung membawa Pretti untuk diperiksa. Menurut dokter, Pretti kena demam. Oleh karena itu, dokter menyarankan agar Pretti dibiarin di tempat yang hangat untuk sementara, dan diberi vitamin secara teratur.
Setelah Pretti selesai diperiksa dokter dan diberi obat, mereka pun melihat-lihat kucing-kucing yang dijual, berada dalam kandang besi. Kucing-kucing itu bagus, bulunya terawat sekali, badannya pun gemuk-gemuk dan sehat. Tasya terlihat begitu menikmati melihat kucing-kucing itu, sampai ia nggak sadar telah menginjak kaki seseorang di hadapannya yang juga sedang melihat kucing-kucing.
"Aduuuh ...." Orang itu kesakitan.
"Aduh, Mas! Maaf nggak sengaja." Tasya merasa bersalah dan belum berani melihat wajah orang itu.
"Ya udah, nggak apa-apa, kok!" Orang itu meyakinkan Tasya dan tersenyum, Tasya baru berani menatap wajah-nya setelah mendengar bersuara ramah dan lembut.
Gila beneeer, cakep banget! Kulitnya putih, hidungnya mancung. Wow, badannya oke banget, bule lagi! Kayak Ari Wibowo aja, pikir Tasya, dan nggak sadar kalo dirinya begitu lama menatap c
owok itu. Jelas aja cowok yang bergaya hip-hop itu jadi salting ditatap Tasya yang cantik.
Cindy dan Nana nggak kalah terpananya melihat Ari Wibowo, eh salah, melihat cowok itu. Ikut-ikutan nggak sadar kalo mukanya udah nggak kontrol lagi. Tiba-tiba, cowok itu menyadarkan mereka.
"Sori, halooo," kata cowok itu sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan muka Tasya, Cindy, dan Nana.
Tasya langsung tersadar dan kaget, ia pun malu-malu berkata, "Maaf, ya ...!"
"Nggak apa-apa, itu kucing kamu"" tanya cowok itu.
"Iya," jawab Tasya sambil senyum-senyum.
"Baru beli di sini"" tanya cowok itu lagi.
"Oh, nggak, ini kucing aku, dia sakit, makanya aku bawa ke dokter," kata Tasya yang kali ini tumben ber-"aku-kamu" sama cowok yang baru dikenalnya.
"Oh, bagus juga ya, kucing kamu! Namanya siapa"" kata cowok itu sambil mengelus-elus kepala Pretti.
"Tasya," jawab Tasya yang masih menikmati wajah ganteng itu.
"Tasya" Kok, namanya kayak nama penyanyi cilik, sih" Tasya kan, nama orang!" Cowok itu bingung.
"Emang Tasya, emangnya kenapa" Salah""
"Nggak, nggak apa-apa, kok! Jadi, nama kucing kamu ini Tasya, ya""
"Oh, kirain nama aku. Nama kucing aku Pretti," jawab Tasya malu. Damn! Baru kali ini, gue mempermalukan diri di depan cowok! Bisa turun nih, pasaran, pikirnya.
Cindy dan Nana tertawa melihat kebodohan Tasya. "Sya, sejak kapan Pretti ganti jadi nama elo" Hahaha ... kapan bubur merah bubur putihnya"" ledek Cindy.
Tasya langsung menjitak kepala Cindy. "Diem,
ah!" Cindy dan Nana semakin tertawa keras melihat Tasya. Sialnya, cowok itu pun ikut menertawakannya. Tasya benar-benar dibuat malu saat itu.
"Oh ... jadi, nama kamu itu Tasya, ya" Bagus juga namanya, kenalin nama aku Ari!" kata cowok itu sambil mengulurkan tangannya.
Tasya membalasnya dan dilanjutkan dengan perkenal-an dengan Cindy dan Nana.
Gilaaa ... gue punya indera ke enam kali, ya "!
Kok, pikiran gue bisa sama, sih" Kebeneran banget namanya Ari juga. Makin kayak Ari Wibowo aja! Atau ... gue yakin nih, kali ini pasti ini cowok soulmate gue, pikir Tasya lagi.
"Udah ya, aku ke dalem dulu! Yuk, daaagh semua!" pamit Ari pada Tasya, Cindy, dan Nana.
Tasya, Nana, dan Cindy pun pamitan pulang sama Ari. Mereka berpisah tanpa sempat saling tukeran nomor telepon. Sebenernya, Tasya pengin minta sama Ari sebelum berpisah, tapi gengsinya kelewat gede. Akhirnya, mereka pun nggak jadi jalan-jalan ke mal. Setelah dari pet shop, mereka langsung kembali ke rumah Tasya. Soalnya, Pretti harus cepet-cepet istirahat dan minum obat, seperti pesen dokter hewan.
Nyampe rumah, Tasya langsung menempatkan Pretti di tempat yang hangat dan memberinya obat.
Tasya langsung merebahkan diri di kasurnya yang lebar. Nana dan Cindy juga nggak ketinggalan ikut merebahkan diri di kasur Tasya yang bernuansa hijau dan putih. Pernak-pernik yang ada di kamarnya berwarna hijau dan putih yang jadi warna favorit Tasya. Kamar Tasya juga jadi tempat favorit yang "aman" buat curhat mereka.
"Sya, nggak tertarik sama Ari" Kan, dia termasuk kriteria elo"" kata Nana tiba-tiba, memulai obrolan tentang Ari.
"Iya sih, malah gue sempet yakin lagi kalo dia bakal jadi soulmate gue! Tapi, kayaknya sekarang nggak mungkin!" jawab Tasya dengan muka memelas dan penuh penyesalan.
"Huuuh ... solmet lagi, solmet lagi! Dasar nih anak!" sahut Cindy dengan tampang bosannya.
Tasya senyum-senyum nggak perduli sama ocehan Cindy.
"Tuh kan, gue bilang juga apa! Cowok bukan cuma si Rido. Buktinya, hari ini juga elo bisa kenalan sama cowok yang suka kucing lagi, sesuai sama selera elo. Tapi, kenapa tadi elo bilang nggak mungkin, Sya"" Nana penasaran.
"Ya ...jelas nggak mungkin! Tadi, gue sama dia nggak tuker-tukeran nomor telepon. Jadi, mana mungkin deket kalo nggak bisa komunikasi!"
"Lagian, salah sendiri! Makanya, jadi orang jangan sok gengsi!" sindir Cindy.
"Udah, Sya, tenang aja lagi! Kalo emang jodoh pasti nggak akan ke mana, nanti juga ketemu lagi sama Ari. Dy, balik, yuk! Udah malem, nih. Ntar gue diomelin nyokap pulang kemaleman. Lagian, gue udah ngantuk, nih!" Nana ngajak Cindy pulang.
Cindy dan Tasya langsung melihat jam dinding, mereka pun be
rpandangan dan tersenyum aneh karena jam masih menunjukkan pukul tujuh malam.
"DASAR ANAK MAMA!" Tasya dan Cindy kompak.
Cindy dan Nana pun keluar dari rumah Tasya, dan langsung masuk ke mobil merah Cindy. Abis mereka pulang, Tasya pun pergi ke alam mimpi.
Dunia Preti #3 Kucing jantan biasanya sering terlibat banyak perkelahian sepanjang hidupnya. Hal ini tampak pada berbagai luka di bagian wajah, seperti hidung atau telinga. Kucing betina kadang juga terlibat perkelahian untuk melin-dungi anak-anaknya, bahkan kucing steril pun akan mempertahankan daerah kecilnya dengan gigih. Hm, jadi, kalian jangan suka berkelahi, ya! Nanti dikira kucing, lho!
Kucing senang dengan suasana hangat dan sering tidur di bawah hangatnya sinar matahari. Kotorannya biasanya kering dan kucing lebih suka menguburnya di tempat berpasir. Kucing dapat mematung, tidak bergerak cukup lama terutama ketika sedang mengintai mang-sa. Di Afrika Utara masih ditemukan kucing liar yang mungkin ber-ke-rabat dekat dengan nenek moyang kucing peliharaan saat ini.
Karena memiliki kekerabatan yang dekat dengan binatang gurun, ketahanan kucing terhadap panas dan dinginnya iklim daerah subtropis agak terbatas. Kucing tidak tahan terhadap kabut, hujan dan salju,
kipun ada beberapa jenis seperti Norwegian Forest Cat dan Maine Coon yang mampu bertahan; dan berusaha mempertahankan suhu tubuh normalnya, yaitu 39" C, dalam keadaan basah. Kebanyakan kucing tidak suka berendam dalam air, kecuali jenis Turkish Van.
Tes Paling Sulit Keesokan Harinya... T_XsAI jam pelajaran pertama, Tasya dan Nana
harus mengikuti latihan awal paskibra. Mereka dapat dispensasi. Tasya dan Nana berlari menghampiri barisan karena telat.
"Heh, larinya cepetan! Leletbanget, sih!" teriak Sita yang saat itu bertugas melatih anak didiknya.
"Meli sama Sita seneng banget kita masuk perangkap mereka," kata Tasya sambil berlari-lari.
"Iya Sya, kita bakal jadi bulan-bulanan mereka. Apalagi gue. Meli sama Sita pasti lebih ngincer gue dibanding elo!" seru Nana khawatir.
"Tenang, Na. Pasrah aja. Pokoknya, elo harus kuat. Kalopun mereka ngebentak-bentak elo, cuekin aja. Pura-pura nggak denger. Oke"" Tasya memberi semangat pada Nana.
"Oke deh, tapi jiper juga."
"Cayo ... cayo!" Tasya ngasih semangat sama
Nana. Mereka pun mulai berlatih baris-berbaris. Mulai dari jalan di tempat, hadap kanan-hadap kiri, balik kanan, sampai membuat formasi-formasi.
Meli, Sita, dan beberapa senior lain sepertinya serius banget melatih anak-anak baru. Masuknya Tasya dan Nana, sepertinya suatu kebahagiaan buat Meli dan Sita. Karena, pastinya mereka bisa sekalian ngerjain atau bales dendam sama Tasya dan Nana. Sedikit aja kesalahan yang dilakukan Tasya atau Nana, kayaknya jadi suatu kebaha-gia-an buat Meli dan Sita.
"Hormaaat ... grak!" teriak sang komando barisan.
"Kalo hormat, tangannya yang bener!" teriak seorang senior pada salah seorang anggota.
P/aaak. Meli memukul lengan Nana yang lagi hormat. Nana kontan kaget dan ketakutan.
"Heh, kalo hormat itu tangannya yang kuat! Masa anak paskibra lembek gini"!" teriak Meli di kuping Nana. Nana malah menunduk.
"Heh! Siapa suruh nunduk" Kepalanya lurus ke depan, tau"!" teriak Meli lagi.
Nana pun segera membetulkan posisinya. Ingin rasa-nya menangis, tapi ia menahannya. Sabar, sabar, cuekin aja. Jangan dengehn, batin Nana menyemangati diri sendiri.
"Jalan di tempaaaat grak!" teriak sang komando lagi.
"Nana! Elo bisa jalan di tempat nggak, sih" Jalan di tem-pat yang bener, dong! Elo capek" Masa baru segitu aja capek! Kalo yang namanya jalan di tempat, pahanya harus lurus. Jangan semaunya gitu, dong!" bentak Sita sambil memukul kaki Nana dengan penggaris.
Sepertinya, Nana memang jadi "santapan" mereka hari itu. Padahal, Nana yakin banget kalo dia sama sekali nggak bikin kesalahan. Nana udah ngumpulin semangatnya dan bener-bener bertekad latihan sebaik mungkin. Tapi, kayak-nya ada aja kesalahan yang malah bikin suatu kepuasan buat Meli dan Sita.
"Latihan kita sampai sini dulu. Besok, kita terusiri lagi. Tapi, besok latihan olahraga pagi. Jadi, kumpul di sini jam tujuh. Jangan lupa bawa serag
am olahraganya," kata pembina mengakhiri latihan siang itu.
Akhirnya, latihan pun selesai setelah dua jam mereka dijemur di tengah lapangan. Tasya dan Nana pergi ke kantin. Cindy pun menghampiri mereka di kantin.
"Gimana nih, latihannya" Asyik dong, dilatih sama nenek lampir itu"" tanya Cindy sambil melahap bakso yang ada di depannya.
"Gue jadi kesel kalo inget si Meli resek itu. Sebel!" seru Nana gemas inget saat ia tadi dijajah oleh Meli.
"Lho, emangnya elo diapain, Na"" Cindy penasaran.
"Tau ah, gue sebel nyeritainnya," jawab Nana sambil manyun.
"Gini Dy, pas latihan, Nana kena omel mulu sama si Meli en Sita. Pokoknya, ada aja kesalahan, padahal setau gue, Nana nggak bikin salah," jelas Tasya.
"Ya iya lah, Sya. Meli sama Sita pasti nyarinyari kesalahan. Merekanya aja yang mau ngerjain Nana. Kata gue juga apa, ngapain kalian ikutan paskibra segala" Dari awal, gue udah ogah!" kata Cindy.
"Yaaah ... elo, Dy. Ini namanya suatu kepuasan tersendiri. Gue ama Nana seneng ikutan paskibra, laen halnya sama elo yang senengnya ke salon mulu. Hahaha ... iya nggak, Na"" balas Tasya.
"Yang jelas, gue nggak minat, tuh!"
Saat murid-murid istirahat dan memenuhi setiap sudut gedung SMA, mereka dihebohkan seorang cowok yang keluar dari mobil Mercy, diikuti ibunya.
Cowok itu cuek, terlihat dari gayanya yang sok keren emang keren, sih dandanannya yang cuek dengan kemeja dikeluarkan. Dilihat dari aksesori yang dipakainya dan model rambutnya, sudah pasti dia anak gaul. Tapi sayang, cowok ini cool banget, keliatan dari sorot matanya yang tajam dan dingin, pokoknya nggak bersahabat, deh!
Gosip yang cepet banget beredar bilang, kalo cowok itu pindahan dari luar negeri, dan dia masuk di kelas 2-A, kelasnya Tasya, Cindy, dan Nana. Semua cewek yang nge-liat, langsung pada mu-peng. Cewek-cewek kelas tiga yang doyan "bronis" alias berondong manis, ikutan mupeng, padahal udah nggak se-level, yeee ....
Bener aja, anak baru bernama Marshall itu masuk kelas 2-A. Kali ini Cindy beruntung, Marshall duduk di sebelah-nya. Cindy langsung salting en senyum-senyum sendiri saking senengnya, cewek-cewek pun pada sirik sama dia.
Sebentar-sebentar, Cindy ngeluarin kaca kecil dari sakunya, buat mastiin wajahnya baik-baik aja. Udah satu jam pelajaran usai, tapi Marshall belum juga ngajak ngo-mong. Jelas aja, Cindy yang tadinya berpura-pura sok jaim, jadi nggak tahan juga untuk lebih agresif.
"Hei, gue Cindy!" Cindy ngenalin diri tanpa diminta.
Marshall menatap Cindy dengan tajam dan serius, tiba-tiba Cindy dikagetin sikap Marshall yang nggak disangka-sangka.
"Haiii ... gue Marshall, udah tau kan, tadi" Ngomong-ngo-mong, elo cantik juga. Elo seksi juga, terus bibirnya kayak Angelina Jolie," kata Marshall ramah dan agak ngegoda Cindy.
Cindy jadi syok ngeliat perubahan sikap Marshall.
Ih ... ini orang udah nggak waras kali, ya"! Bisa-bisanya ngebohongin semua cewek dengan lagaknya yang sok cool itu! Sialan, gue kena tipu, tapi nggak apa-apa deh, lumayan dapet pujian dari dia.
"Huuuh ... sok cool\ Gue kira, tadi elo cool sama cewek! Nggak taunya, elo ancur juga! Hehehe Cindy sok akrab, sementara Marshall cuma cengar-cengir.
"Eh, Cin, yang itu namanya siapa, sih"" tanya Marshall pelan, takut kedengeran guru, dan nunjuk Nana yang duduk di depannya.
"Oh, itu Nana! Dia sobat gue, kenapa" Cantik, ya" Nah, yang satu lagi Tasya, nggak kalah cantik,
kan"" Cindy mempromosikan teman-temanya, Tasya yang merasa dirinya ditunjuk-tunjuk, langsung ngasih senyum manis-nya sama Marshall.
"Tasya cantik banget, ya" Temen-temen elo emang cantik-cantik!" puji Marshall.
"Iya, dooong ...," ujar Cindy bangga.
"Kayaknya, gue bakalan betah sekolah di sini, apalagi bisa sekelas sama cewek-cewek cantik. Hehehe ... kayaknya gue tinggal nunjuk aja nih, mana yang gue suka!"
"Jayus, ah! Sok kecakepan banget sih! Lagian, pede bener kalo cewek-cewek bakal pada suka sama elo."
"Jelas dong, pede. Ngaku aja deh, pasti elo juga tadi ngecengin gue, kan" Hehehe ... ngaku aja! Nggak usah malu sama gue. Gue asyik kok, orangnya."
Cindy dan Marshall pun jadi akrab, Cindy bener-bener nggak nyangka, karena ngedeket
in anak baru itu gampang banget.
Pulang sekolah, Marshall dikenalin sama Tasya dan Nana. Mereka berempat cepet akrab. Kedekatan mereka bikin cewek-cewek satu sekolah tambah kesal dan iri. Sikap Marshall kembali cool dan cuek waktu ada cewek-cewek yang mulai mendekati.
Marshall yang tajir itu ternyata milih nebeng bareng Cindy, karena dia nggak dijemput. Akhirnya, mereka berempat pulang bareng.
"Eh, gue nggak apa-apa kan, maennya bareng elo semua"" tanya Marshall.
"Ya nggak, lah. Emangnya kenapa"" Cindy na-nya balik.
"Gue nggak enak aja. O iya, elo ngegeng bertiga aja, nih" Ngomong-ngomong, nerima personel baru nggak" Gue pengin gabung nih, kapan lagi bisa deket sama cewek-cewek cantik," kata Marshall.
"idiiih ... genit! Sumpah, kirain gue, elo emang cool. Nggak taunya, gokil abis!" ledek Tasya.
"Iya nih Sya, awalnya nyangka gitu, taunya ... huuuh ...!!! Dasar! Niat ngecengin, udah keburu ilfeel duluan," tambah Cindy.
"Hahaha... kasiaaan deh, elo semua! Eh, gimana kalo kita buat nama geng"" Marshall ngasih ide.
"Nama geng" Emang, siapa yang mau ngegeng bareng elo" Yeee ... dasar cowok pede! Hahaha lagian kalopun elo mau gabung sama kita-kita, itu banyak banget syarat yang harus dilakuin. Gimana"" Tasya mengajukan per-syaratan.
"Aduuh ... Tasya, mau temenan sama elo semua kok, susah banget"! Emang, apa syaratnya, alaaah ... gam-pang-lah." Marshall nyepelein.
Playboy Dari Nanking 12 Pendekar Bayangan Sukma Iblis Berbaju Hijau Cula Naga Pendekar Sakti 1

Cari Blog Ini