Vladd Spaceboy Karya Hilman Hariwijaya Bagian 2
"Nggak peduli! Pokoknya, bikin tart enam belas tingkat dulu, baru yang lain. Mengerti" Saya mau memeriksa yang lain," tandas
Maryati sambil berjalan keluar dapur. Zuleha bersungut-sungut memandang kepergian Maryati yang sok sibuk itu.
Sementara itu di halaman depan, si tukang kebun Narsakip sedang sibuk mengatur letak pot bunga dan sesekali menggunting daun kering. Bajunya genjreng, dengan motif kembang-kembang. Maryati datang dengan sikap sok galak dan tegas.
"Narsakip!" "Aye, Mar. Ada yang bisa dibantu"" tanya Narsakip takzim.
"Mana pot mawar enam belas warna yang harus ditaruh di dekat pintu masuk""
"Baru tiga warna, Bu Mar, susah nyari mawar enam belas warna."
"Lho, taun lalu pas Den Vladd ultah kelima belas kamu bisa dapat mawar dengan lima belas warna!" _
"Iya, tapi dulu itu kan mawar plastik, Mar, warnanya aja saya semprot Pilox."
"Sekarang ini saya minta yang segar, asli, dan harus enam belas warna yang beda!" ujar Maryati tegas, lalu langsung balik badan meninggalkan Narsakip yang garuk-garuk kepala kebingungan.
Pas pelajaran kimia di sekolah, anak-anak sekelas Vladd lagi sibuk di laboratorium kimia yang gede dan bersih. Mereka memakai labjas. Baju putih dengan dua kantong di kiri dan kanan bawah. Semuanya tampak asyik dengan kegiatan praktikum, kecuali James, yang malah asyik merayu Marigold.
"Jika hatiku adalah isi botol ini," ujar James sambil mengambil sebuah botol, "dan hatimu isi botol ini...," ujarnya lagi sambil mengambil botol yang lain, "maka hati kita adalah ini..."
James lalu mencampur kedua cairan itu. Marigold melihat cairan yang berubah jadi kotor itu. "Butek amat!"
Marigold langsung meninggalkan James.
James terpaku, lalu memandang campuran larutan itu. "Iya ya, butek amat...."
Semen tara Su Yin sedang asyik membakar cawan petri berisi larutan. Ia diapit Vladd dan Yudiantara yang juga lagi asyik memperhatikan Su Yin.
Su Yin menaruh kertas tester ke dalam cawan. "Eh, Vladd, ternyata warna kertasnya berubah, lho...."
Yudiantara menyerobot menjawab, "Tandanya sifat larutannya juga berubah dari asam menjadi basa."
"Gue juga tau!" ujar Su Yin ketus.
"Kalo nggak dikasih tau, mana lo tau"" balas Yudiantara.
"Sok pinter lo, gue ngomong sama Vladd malah lo yang jawab."
"Gue emang pinter. Huh, emangnya cuma Vladd yang jenius! Lagian ini kan tandanya gue peduli, nggak kayak Pak Bangke," sungut Yudiantara.
Pak Bangke" Emang kenapa Pak Bangke" Olala,
ternyata guru Vladd itu malah asyik tidur sambil menelungkupkan kepala di meja pengawas. Keterlaluan ya, bukannya ngawasin murid-murid praktikum, malah tidur. Paling-paling semalem nonton VCD sampe pagi.
Marigold yang juga ngeliat Pak Bangke tidur, isengya langsung kumat. "Kita kerjain aja, yuk. Kita udah bayar SPP jutaan perak, eh, gurunya males begini."
"Iya, kerjain aja. Biar kapok," Yudiantara setuju.
"Jangan, kasihan kan...," Su Yin yang paling nggak tegaan mencoba ngelarang.
Vladd sih diem aja. Soalnya sebetulnya dari tadi dia tuh nyari momen buat ngasih undangan ultah ke temen-temennya. Tapi entah kenapa, Vladd males banget ngebagiin tu undangan. Takut bikin heboh. Kan tau sendiri, biang jail kayak Perry cs itu paling seneng bikin malu Vladd. Maka Vladd cuma merogoh setumpuk undangan di saku kanan labjasnya, lalu dimasukkan lagi.
Sementara di pojokan, Pak Bangke mulai ngorok, sampe kedengeran ke mana-mana. Anak-anak bingung nyari akal, gimana cara ngerjain Pak Bangke. Vladd lama-lama jadi nggak tahan, pengen ngejailin juga. Diam-diam ia menyelinap ke balik rak tinggi, lalu mengarahkan remote-nya ke sebuah cairan warna merah. Jari Vladd menekan tombol fly. Maka, larutan merah kental dalam tabung itu pun melayang ke arah Pak Bangke yang asyik ngorok. Tepat di atas kepala Pak Bangke larutan itu siap ditumpahkan. Tetapi mendadak Pak Bangke bangun dan ngulet. Terang aja Vladd kaget. Tangannya gemeter. Tombol stop di remote-nya buru-buru dipencet lagi. Maka, tabung berisi cairan itu pun kaku di atas Pak Bangke. Pak Bangke menoleh ke kiri dan kanan, lalu bertanya pada anak-aak yang praktek.
"Mana piring terbangnya"" Pak Bangke lalu nyengir sendiri. "Eh, sori, saya mimpi ada yang melayang di atas kepala saya."
Vladd terang aja gemeteran. Remote control-nya buru-buru dimasukin ke saku labjasnya. Anak-anak nggak ada yang ngeh, kecuali Perry, yang matanya langsung nyureng, antara percaya dan nggak melihat sebuah tabung berisi cairan melayang di atas kepala Pak Bangke.
Pak Bangke menguap, dan tidur lagi, "Ya sudah, kalian praktek aja lagi. Zzzzz."
Perry buru-buru nunjuk tangan. "Pak, ada..."
Tapi percuma, Pak Bangke sudah keburu terbang ke alam mimpi.
Sementara mata Perry masih tertuju pada tabung berisi cairan merah itu, Vladd diem-diem langsung mengarahkan remote-nya ke tabung sambil menekan tombol drop. Isi tabung itu pun tumpah membasahi kepala Pak Bangke. Perry nyaris berteriak karena kaget, tapi dia nggak tau apa yang mau diomonginnya.
Cairan merah itu mengalir turun dari kepala menuju mulut. Pak Bangke menjilat-jilat hingga merasa tercekik. Akhirnya dia terbangun dengan kaget. Tangannya mengusap wajahnya. Begitu matanya melihat tangannya yang berwarna merah, ia menjerit.
"Tolooong!" Semua anak kaget dan menoleh ke Pak Bangke.
"Siapa yang menggetok kepala saya" Siapa yang memartil kepala saya"" ujar Pak Bangke histeris. "Kalian emang anak-anak kejam. Gurunya tidur, kok kepalanya dihajar.... Kalian... Tolooong!" Anak-anak saling pandang, bingung. Perry yang tau kejadiannya, langsung buka mulut, "Pak, itu bukan..."
"Saya nggak mau denger alasan. Tolooong...! Aduh, sakit sekali. Darahnya banyak banget... Tolooong...!" .
Pak Bangke nggak bisa melanjutkan omongannya, karena ia sudah keburu pingsan. Anak-anak saling pandang.
"Ulah siapa sih" Kasian kan," ujar Nanda.
"Iya, nggak berperikemanusiaan!" tambah Nandi.
"Biarin aja. Lagian bukannya ngajarin kita, eh malah tidur," ungkap Marigold.
"Tapi kalo Pak Bangke keabisan darah gimana" Lo tuh emang kejam. Ayo, bawa dia ke rumah sakit. Heran, siapa sih yang tega memukul kepala guru sendiri"" maki Su Yin.
Perry langsung menenangkan khalayak, "Tenang, tenang, ini bukan darah.... I-i-i-ini cairan dalam tabung. Tadi gue liat ada tabung melayang, terus isinya tumpah ke kepala Pak Bangke."
Semua bengong. "Ah, ngibul lo. Ngibul. Mana bisa tabung melayang!"
"Beneeer. Masa lo nggak percaya sih" Pasti ada orang yang punya tenaga dalem untuk ngegerakin benda-benda sampe melayang."
Perry memandang ke Su Yin, lalu Su Yin menggeleng nggak ngerti. Perry menoleh ke Vladd. Vladd diem, tegang, ta
pi kemudian buru-buru menggeleng.
"Ya udah, lo nggak usah kelewat curiga. Mendingan kita praktek lagi."
Maka, anak-anak pun membiarkan Pak Bangke pingsan.
Herannya, sebentar kemudian acara pingsan Pak Bangke sudah berlanjut jadi tidur nyenyak. Ngorok lagi.
Anak-anak kembali asyik melakukan praktikum. Vladd mulai merogoh saku kanan labjasnya lagi, mau ngasih undangan. Tapi begitu diliatya temen-temen pada serius, dia urungkan niatnya. Perry yang kelihatan mulai bosen berkutat dengan larutan, mulai iseng memperhatikan saku labjas Vladd. Ada benda menyembul dari saku labjas sebelah kiri. Perry mendekati Vladd pelan-pelan dari belakang.
Begitu dekat, tangannya langsung merogoh saku labjas Vladd dan mengambil remote control milik Vladd. Vladd kaget!
"Per, balikin. Itu bukan maenan," ujar Vladd panik.
"Emang bukan maenan! Remote TV lo bawa-bawa ke sini. Eh, temen-temen, Vladd bawa remote TV-nya. Lo emang anak aneh, Vladd!" ledek Perry.
"Wah, bisa-bisa ibunya nggak nonton telenovela tuh!" James cekikikan. "Per, balikin!"
Bukannya ngebalikin, Perry malah mencet-mencet tu remote. "Per, jangan dipencet.... Bahaya," pekik Vladd panik.
"Apa-apaan sih nih anak, cuma remote TV diambil aja, ketakutan! Eh, yang beginian banyak di pasar loakan, tau!"
Dengan sebal Perry langsung membuang remote control itu ke dalam larutan yang terdapat di bejana besar. Vladd melotot. "Peeer, jangaaan...."
Tapi remote control itu sudah masuk ke dalam larutan bejana besar, hingga menghasilkan gelembung seperti layaknya benda tenggelam.
Vladd buru-buru hendak mencelupkan tangan ke bejana itu, tapi dengan sigap Su Yin keburu menahan. "Jangan, Vladd! Itu larutan asam! Tangan kamu bisa luka. Bisa tinggal tulang doang!"
Vladd akhirnya mengurungkan niatnya. Dan dia benar-benar mau nangis melihat remote-nya berada di dalam larutan tersebut. Sesaat kemudian, larutan itu berubah warna. Dan tiba-tiba saja ada aliran listrik menjalari larutan tersebut, keluar dari remote control...
Makin lama percikan listrik itu makin banyak. Semua mata memandang heran dan tegang.
Vladd punya firasat akan terjadi sesuatu. Ia segera bangkit dan menarik Su Yin ke luar.
"Semua, ayo keluar!" teriak Vladd.
Anak-anak masih pada bengong. Sementara dari bejana sebesar akuarium itu sudah mulai keluar asap.
"Ayo, lariii!" Perry dan semua anak langsung lari menerobos pintu lab. Sementara asap sudah kian mengepul dan bunga api listrik mulai mercik dari remote di dalam larutan. Saat itulah Pak Bangke terbangun dari pingsannya. "Lho, kok sepi" Pada ke mana" Huk-huk, kok ada asap""
Anak-anak-yang semuanya masih make labjas-langsung lari ke lapangan. Sampe di lapangan rumput, mereka langsung tiarap. Dan sejenak kemudian, terdengarlah suara ledakan dari dalam laboratorium tersebut.
Setelah ledakan selesai, dari arah laboratorium keluar sesosok makhluk. Wajahnya hitam cemong. Rambutnya j igrik. Bajunya koyak-koyak hangus, kayak korban ledakan pada umumnya. Dialah Pak Bangke.
Pak Bangke berteriak kesal, "Kalian memang keterlaluaaan...." Habis teriak gitu, dia langsung lunglai, pingsan lagi.
Vladd sudah nggak peduli. Ia bangkit dan lari menuju laboratorium, ingin melihat remote control-nya. Perry mengikuti dari belakang Remote ajaib itu ditemukan di lantai laboratorium yang gosong. Remote itu juga gosong. Vladd mencoba memencet tombol-tombolnya. Tetapi remote itu diam nggak bereaksi. Vladd sedih banget. Ia sadar, remote-nya sudah tidak bisa dipakai lagi. Vladd memandang remote-nya dengan gundah. Perry datang mendekat dan memperhatikan sikapnya.
"Vladd, maapin gue, ya" TV di rumah lo mereknya apa sih" Entar deh gue beliin remote-nya, atau mau TV-nya sekalian"" ujar Perry yang merasa bersalah.
Vladd nggak menjawab. Dia bangkit sambil membawa remote itu. Matanya mulai merah. Perry yang semula mau mengekor jadi nggak berani.
"Vladd, apa perlu gue suruh tukang servis ngebetulin remote lo""
Vladd terus melangkah. Hatinya sedih. Ia berjalan menjauh, sendirian, menyusuri koridor. Matanya sudah basah. Ketika melewati tong sampah, ia merogoh kartu-kartu undangan yang masih tersimpan di saku kanan labjas-nya. Kar
tu-kartu itu dipandanginya, lalu dirobek, dan dibuang ke tong sampah.
Mami Smirnov dan Maryati sedang sibuk mengatur ruang tamu untuk tamu-tamu yang bakal datang di ulang tahun Vladd. Lukijo tampak sedang memasang balon-balon.
"Masangnya yang bener dong! Jangan sampe balon-balon itu menghalangi pandangan para tamu!" perintah Smirnov.
"Iya, Nya. Lagian balon ini pan ditaruh di atas. Masa sih ada tamu yang badannya setinggi atep"" ujar Lukijo.
"Mar, kamu sudah kirim undangan ke kurir langganan saya"" tanya Smirnov. Maryati mengangguk.
"Dan kamu cek juga, Jangan sampai ada tamu yang rambutnya sama dengan warna rambut saya!" "Sudah, Nya, mereka rata-rata warnanya item, cuma Nyonya aja yang hijau muda! Sebenernya Nyonya ngundang berapa orang sih""
"Seribu orang! Dan seribu-ribunya harus nerima undangan hari ini!"
Tepat saat itu pintu rumah terbuka. Vladd masuk dengan wajah sedih, nggak bergairah. Smirnov langsung menyambut, "Vladd, kamu sudah pulang, Honey" Kamu harus coba baju yang dibikin Donatela Versace khusus buat kamu...."
"Nggak usah deh, Mi, pasti pas sama badan Vladd," ujar Vladd manyun. Lalu ia melihat sekeliling. "Pada ngapain sih, Mi""
"Ngapain" Ya mendandani rumah. Ingat, besok seribu tamu akan datang ke ulang tahun kamu...."
"Nggak usah deh, Mi, nggak perlu dirayain. Vladd udah gede. Malu." "Kalau tidak dirayakan, justru Mami yang malu."
"Pokoknya, Vladd nggak pengen dirayain gede-gedean. Temen-temen sekolah Vladd juga nggak bakal dateng. Mendingan duitnya disumbangin," ujar Vladd sambil ngeloyor ke kamar. Smirnov bingung melihat sikap anaknya. "Ada apa sih, Vladd" Gorgeous..." Vladd nggak menjawab. Ia sudah keburu naik tangga menuju kamarnya.
Malamnya di kamar, ketika lagi membungkus kado buat Vladd, Smirnov mengadukan sikap Vladd ke Eraisuli.
"Anak itu emang aneh sejak dilahirkan. Tau nggak, tiba-tiba saja dia nggak mau ulang tahunnya dirayakan. Alasannya: malu!" sungut Smirnov.
Dengan sikap tenang, sambil terus ngebantuin istrinya membungkus kado, Pak Eraisuli berujar, "Mungkin dia bosan, sejak ulang tahun pertama sampe kesepuluh, tamu-tamunya nggak kurang dari seribu orang. Jadi, sekarang dia ingin merayakan secara khusus.. .."
"Lho, ini kan sudah tradisi. Tadinya Mami malah mau ngundang dua ribu orang; relasi Mami di Jepang, Singapur, teman-teman kursus bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan bahasa Urdu... bahkan teman senam Mami sudah dikirimin undangan...."
"Banyak bener, Mam," ledek Eraisuli.
"Itu belum seberapa. Teman-teman piknik Mami juga diundang, mereka pasti sudah nyiapin kado buat Vladd."
Eraisuli menatap Smirnov lekat-lekat. "Sebenernya yang ulang tahun itu Mami apa Vladd sih" Yang diundang kok temen Mami semua, dan... yang ngotot juga Mami." "Lho, Mami ini kan ibunya. Tujuan Mami kan biar Vladd bahagia...."
"Kalo dia lebih bahagia tanpa diramein, gimana" Sekali-sekali kita rayakan bertiga pasti asyik. Mami, Papi, dan Vladd makan malam di rumah...." "Tapi undangannya sudah dikirim," kilah Smirnov. "Kan bisa ditelepon satu-satu buat membatalkannya...." Smirnov diam saja. Lalu, mereka melanjutkan membungkus kado.
Sementara di kamarnya, Vladd lagi ngirim e-mail ke Spaceboy. Dia nyeritain problemnya. Nyeritain remote-nya. Cara kerja tu remote, lengkap dengan bahan-bahannya. Vladd merasa sedih, dan nggak mampu memperbaiki remote yang sudah susah payah dia rakit. Dia pikir Spaceboy kan pasti jenius. Siapa tau anak angkasa luar itu bisa menolongnya....
Acara ultah Vladd yang gede-gedean memang nggak jadi diadakan. Smirnov cuma memilih makan malam bertiga sama anak dan suaminya. Mami Smirnov memakai gaun malam dan warna rambutnya dicat oranye. Papi Eraisuli memakai jas engkap, dan Vladd memakai baju yang bagus. Mereka berada di meja makan bulat yang ditata sedemikian mewah dan anggun.
Mereka tampak menikmati makan malam yang ditata dengan lilin di tengah meja, kecuali Vladd yang makan dengan malas-malasan.
"Kamu sakit, ya"" Smirnov menegur anaknya.
Vladd menggeleng. "Kalo makanannya nggak enak, nggak usah dihabiskan."
Eraisuli buru-buru berbisik lembut pada Vladd, "Inget ajaran Papi, jangan biarkan segalanya
mubazir.... Makan pelan-pelan, pasti habis."
Vladd mengangguk. Akhirnya, dia bisa juga menghabiskan makanan tersebut. Tapi wajahnya tetap nggak gembira.
"Saatnya membuka kado! Maryati, bawa kado-kado itu kemari."
Maryati datang dengan nampan berisi kado. Mami Smirnov mengambil sebuah kado Lalu memberikan ke Vladd.
"Ini dari Mami. Ayo, dibuka."
Vladd membuka kado itu tanpa gairah.
Ternyata isinya bola basket.
"Itu bola basket yang ditandatangani khusus oleh Michael Jordan dan Dennis Rodman. Kamu bisa main basket dengan bola itu sepuasmu."
Vladd cuma tersenyum tipis. Wajah Vladd biasa aja. Vladd emang nggak suka basket, jadi mana peduli sama Michael Jordan atau Dennis Rodman" Mami kayak yang nggak tau anaknya aja.
Sementara Papi Eraisuli mengambil sebuah bungkusan dan mengangsurkannya ke Vladd. "Ini dari Papi.... Kamu boleh buka di sini. Ayo, nggak usah malu."
Vladd membuka kado tersebut. Namun ia tetap tidak bergairah. Ternyata isinya sarung tinju. Ada tanda tangannya. "Asli milik Mike Tyson! Ada tanda tangannya, dan itu sarung tinju kesayangannya. Papi beli cuma buat kamu.... Barangkali saja besar nanti kamu bisa jadi petinju...."
Vladd mengernyit. Aneh-aneh aja kado yang diterimanya. Apa mereka nggak tau kalo Vladd nggak seneng olahraga.
Maryati menyerahkan sebuah kado. "Ini dari Bik Mar, Lukijo, Narsakip, sama Zuleha.... Buka dong...."
Vladd membukanya. Tetap nggak bergairah. Ternyata isinya karikatur Vladd yang dibingkai. "Makasih, Bik...," jawab Vladd singkat.
"Narsakip yang ngupahin orang ngegambar tampang Mas Vladd. Mirip, kan"" ujar Maryati bersemangat.
Vladd mengangguk, dan mencoba senyum.
Melihat Vladd yang lagi bad mood begitu, Mami Smirnov cepat mengalihkan suasana. "Nah, sekarang saatnya makan kue tart! Mar, keluarkan tart yang enam belas tingkat itu!" Maryati bengong. "Lho, kan sudah habis, Nya, dimakanin anak-anak kampung belakang...." "Anak-anak kampung"" Smirnov kaget.
"Ho-oh, Mas Vladd yang suruh ngasih ke anak-anak kampung...," ujar Narsakip.
Mami Smirnov dan Papi Eraisuli memandang ke Vladd dalam-dalam. Vladd cuma menunduk saja.
Vladd masuk ke kamarnya dengan wajah sedih. Hadiah di pelukannya dilemparkan ke atas kasur dengan kecewa. Ia melihat komputernya tidak memberikan reaksi apa-apa, tandanya belum ada jawaban dari Spaceboy.
Vladd jalan ke tombol lampu, mau mematikan lampu dan langsung tidur. Saat itulah terdengar suara "You've got mail!" dari komputernya. Vladd buru-buru menuju komputernya. Ternyata ada jawaban dari Spaceboy.
"Selamat ulang tahun keenam belas, Vladd. Maaf, saya nggak bisa datang. Jangan sedih, remote kamu itu bisa dibetulkan....
Besok saya mampir ke kamar kamu. Saya bantu kamu membetulkan remote itu...." Vladd menarik napas lega.
"Thanks, Spaceboy, inilah kado ulang tahun paling nyenengin buat saya." Vladd jadi nggak sabar menunggu kedatangan Spaceboy esok harinya.
5. Kejadian Asyik KEHENINGAN pagi di rumah Vladd dipecahkan oleh jeritan histeris Smirnov. " VLAAAADDD!!!"
Di ruang tamu Smirnov bertolak pinggang dengan angker. Rambutnya kaku, naik ke atas. Kepalanya berasap, tanda dia lagi murka. Smirnov berkali-kali menekan interkom. Meneriakkan nama Vladd. Tapi yang tergopoh datang malah Maryati dan Lukijo.
"Ada apa, Nyonya"" tanya Maryati dan Lukijo kompak.
Bukannya dijawab, mereka malah dapat bentakan. Akhirnya kedua orblak itu malah ngomentarin model rambut terbaru Smirnov yang mirip Don King. Akibatnya Smirnov makin galak ngebentak,
"Diaaam! Ini semua gara-gara kamu, Mar! Gara-gara kamu asal taro cairan pewarna rambut saya di kulkas!" cerocos Smirnov.
"Lha, itu kan Nyonya yang suruh," sahut Maryati polos.
"Iya, saya yang nyuruh. Tapi di kulkas kamar saya. Bukan kulkas dapur!"
Nggak lama Eraisuli muncul juga di ruang tamu. Dia kaget banget liat Smirnov dengan model rambutnya yang ajaib. Belum sempat Eraisuli berkomentar, Smirnov sudah membungkamnya.
"Nggak usah komentar! Ini ulah anakmu, Vladdvanio!" cetus Smirnov lalu kembali jeritan manggil nama Vladd sambil memijit interkom. "Vlaaadd! Vlaaadd! Vlaaaaaaddd!!! Sini kamuu!"
Akhirnya Vladd nongol juga. Dia tersenyum-senyum ban
gga memamerkan rambutnya yang kini berwarna cokelat kemerahan. Keren. Keliatannya funky banget. Cocok buat rambut jigriknya.
Menyaksikan Vladd tampil keren begitu, Smirnov semakin sewot. "Vladdvanio, kamu curi ya pewarna rambut Mami""
Vladd menggeleng cepat. Lalu nyeritain kejadian lengkapnya. Gimana sampe pewarna rambut maminya bisa dia pake. Kisahnya kemaren sore Vladd kesal karena dipaksa ngabisin hidangan tea time-nya oleh Maryati. Menu tea time yang membosankan, susu cokelat.
Diam-diam Vladd mengembalikan cokelatnya susunya ke kulkas. Nah, saat membuka kulkas dia menemukan cairan pewarna rambut milik maminya. Kebetulan warnanya mirip banget dengan susu cokelat. Dengan enaknya Vladd mengambil sebagian pewarna rambut Smirnov. Sedang susu cokelatnya dia tuangkan ke botol pewarna rambut yang masih ada isinya setengah.
"Jadi Vladd nggak nyuri, Mi. Vladd cuma minta pewarna rambut Mami sedikit," jelas Vladd.
Semua yang mendengar kisah Vladd jadi ngakak. Sementara Smirnov ngomel-ngomel sendiri. Abis cairan pewarna rambut kan nggak boleh dicampur susu. Akibatnya rambut bisa ngejigrik kayak tersengat listrik tegangan tinggi.
Dan di hari Minggu pagi itu Vladd kena hukuman kurung. Nggak boleh keluar rumah.
"Ingat ya, Vladd, nanti malam kita makan malam di luar sama Papi!" tegas Smrrnov. Lalu menoleh ke Maryati. "Mar, siapkan wig saya yang biru elektrik!" .
Smirnov berlalu. Vladd tertunduk sedih. Sebetulnya dia nggak bermaksud ngerjan rambut maminya. Dia cuma pengen tampil keren dengan pewarna rambut barunya. Tapi akibatnya malah runyam. Mami marah-marah dan dirinya kena hukuman.
"Jangan sedih, Vladd. Papi seharian juga rumah. Kita bisa main playstation bareng, hibur Eraisuli sambil merangkul pundak Vladd.
Mendadak HP Eraisuli berdering.
"Ya, ada apa, Priska" Apa" Di Batam" Pagi ini" Ya sudah, kamu siapkan tiket pesawat saya," sahut Eraisuli lalu mematikan HP-nya.
Eraisuli menatap Vladd dengan tatapan penuh penyesalan. "Vladd, kayaknya Papi nggak jadi nemenin kamu di rumah. Pagi ini ada rapat pemegang saham di Batam. Tapi Papi janji..."
"It's okay, Papi. Vladd nggak apa-apa kok sendirian. Vladd kan udah gede. Nggak perlu dijagain terus. Papi pergi aja!" sahut Vladd sambil berjalan menuju kamarnya.
"Tapi malam nanti Papi janji sudah ada di rumah, Vladd. Kita makan di luar, kan"" teriak Eraisuli.
Siang itu Vladd gelisah di kamarnya. Dia mulai bosan menjelajah dunia maya dengan komputernya. Rasanya seluruh web site sudah habis dikunjunginya. Vladd mulai suntuk.
Tiba-tiba dia kejatuhan sebuah ide. Dengan semangat Vladd memijit interkom, manggil Maryati. Nggak lama Maryati sudah nongol di depan kamarnya. Bicara pada kamera di sudut pintu kamar Vladd.
"Mas Vladd, I'm coming!"
Vladd buru-buru membuka pintu dengan remote-nya. Maryati melangkah masuk dengan yakinnya.
"Mar, saya udah nonton laser, searching web site sampe belekan, tapi saya masih suntuk. Gimana kalo kamu datengin topeng monyet ke sini"" kata Vladd, bikin kaget Maryati.
"Topeng monyet, Mas" Itu kan pertunjukan kampung. Tapi kalo Mas Vladd pengen nonton, besok deh saya panggilin ke sini."
"Kelamaan! Gimana kalo kamu aja yang main topeng monyet""
Maryati tersentak kaget. Vladd segera mengambil remote-nya lalu mengarahkannya pada Maryati. "Joget!" perintah Vladd.
Maryati kontan joget dengan gaya pulennya. Vladd kegirangan. Dia memukul-mukul meja dengan irama gendang. Mengiringi Maryati joget. "Maryati pergi ke pasar!" perintah Vladd lagi.
Kali ini Maryati mengikuti gaya seekor monyet dalam pertunjukan topeng monyet. Monyet yang berlenggang membawa bakul. Vladd cekikikan geli. Terus mengiringi dengan tabuhannya. "Maryati naik kuda!" perintah Vladd sambil ketawa.
Dan Maryati pun bergaya kayak monyet yang sedang naik kuda. Tampak konyol sekali.
Tiba-tiba telepon di kamar Vladd berdering. Musik tabuhan Vladd berhenti. Tapi Maryati terus saja berjoget sambil naik kuda.
"Iya, Mi" Mami ngecek Vladd, ya" Apa" Maryati emang lagi di sini. Dia lagi joget," jelas Vladd. Lalu kaget sendiri. "Ehh, enggak! Mar lagi... lagi... nggak tau deh, Mi! Nanti deh, Mi, Vladd sampein. Soal dinner nant
i malam, iya, Vladd inget. Bye, Marni!"
Vladd menutup telepon lalu me-remote Maryati.
"Stop!" Maryati normal kembali. Dia tampak terengah-engah kelelahan. Napasnya ngos-ngosan. Kayak abis lari puluhan kilometer.
"Ada apa ya, Mas" Kok mendadak saya ngerasa lemes banget"" tanya Maryati keheranan. Vladd cuma angkat bahu sambil mesem.
"Oya, Mar, tadi Mami telepon. Katanya kamu disuruh nyiapin wig Marni yang warnanya biru elektrik buat dipake dinner nanti malam."
Maryat manggut-manggut, kemudian meninggalkan kamar Vladd dengan langkah lunglai. Vladd mulai kesepian lagi. Dia memandang ke luar jendela. Di luar sana tampak Sarah yang sedang bermain dengan seekor anjing pudel yang lucu.
"Ehh, Sarah punya anjing baru!" gumam Vladd.
Karena penasaran Vladd nekat membuka jendela kamarnya dan turun ke bawah pake tambang yang diikatkan pada kisi jendela. Beberapa menit kemudian Vladd sudah tiba di depan rumah Sarah.
"Anjing baru ya, Sar"" tegur Vladd ramah.
Sarah langsung bersikap judes. Dia merasa acara bermainnya terusik oleh kedatangan Vladd. "Ngapain kamu ke sini" Pake nyengir segala, jelek tau!" sahut Sarah dengan judesnya. Vladd yang berusaha ramah jadi mulai kesal dijudesin Sarah. "Saya nanya baik-baik, kenapa kamu jadi judes begitu""
"Suka-suka, dong! Awas aja kalo kamu deketin Tessa. Biar saya suruh dia gigit kamu!" sahut Sarah makin galak.
"Coba aja kalo berani. Paling nasibnya bakal kayak Felicia, kucing angora kamu," tantang Vladd. Ditantang begitu Sarah jadi naik darah. Dia langsung membuka gerbang rumahnya. Dan membiarkan anjingnya mengejar Vladd.
"Kejar dia, Tess! Gigit dia!" perintah Sarah sadis.
Vladd nyengir sambil berusaha meraih remote di saku bajunya. Betapa kagetnya dia menyadari remote-nya ternyata tertinggal di kamar. Kontan Vladd lari tunggang-langgang. Sementara Sarah cekikikan abis.
Vladd berlari dan terus berlari dengan wajah pucat. Di belakangnya, Tessa, anjingnya Sarah, terus memburunya. Untung sebelum tikungan jalan ada sebuah pohon tinggi. Dengan gaya pemanjat ulung, Vladd naik ke atas pohon tersebut. Nggak berapa lama, Vladd melorot turun. Sementara anjing Sarah sudah semakin dekat. Setelah anjing itu tinggal beberapa meter, akhirnya Vladd berhasil naik ke atas pohon. Dia langsung duduk pada salah satu dahan yang kuat. Di bawah sana, Tessa menyalak ribut banget sambil mondar-mandir mengelilingi pohon. Seakan siap menunggu Vladd turun. Siap menggigitnya.
"Terpaksa deh malam ini kemping di atas pohon," keluh Vladd.
Malam itu Smirnov sudah rapi dengan gaun pestanya yang mewah plus rambut warna biru menyala. Dia agak heran karena Vladd nggak muncul-muncul dari kamarnya. Dengan sebuah lengkingan kencang, Smirnov memanggil Maryati.
Maryati segera muncul. "Mar, Vladd tadi keluar kamar nggak"" tanya Smirnov.
"Enggak, Nyonya. Saya yang disuruh Mas Vladd ke kamarnya. Tapi abis itu saya disuruh keluar lagi...," jawab Maryati. "Tea time-nya""
"Sudah saya anter, Nyonya. Tapi kayaknya nggak diminum."
"Payah, anak itu!" ujar Smirnov sambil mengenakan kalung berliannya. "Tuan tadi nelepon nggak""
"Iya, Nyonya. Kata Tuan pesawatnya berangkat jam lima dari Batam," jawab Maryati. "Tapi kok jam segini Tuan belum datang""
Baru kalimat Maryati berakhir, Eraisuli masuk rumah diiringi Lukijo yang membawakan tas kerjanya. Ternyata jalan tol macet. Biasa, ada demo-demoan. Mau pesen helikopter, udah tanggung. Lagian pake heli saat demo, alamat helinya nggak terbang-terbang. Soalnya banyak yang pengen numpang, hihihi....
Eraisuli dandannya nggak selama Smirnov. Sekejap papi Vladd itu sudah siap dengan jas hitamnya yang keren.
"Mana Vladd" Mar, cepat kamu panggil dia. Bilang kalo kita nggak bisa kelamaan nungguin dia!" perintah Eraisuli kesal.
"Su-sudah, Tuan Er. Saya sudah nggedor pintu kamar Mas Vladd. Tapi nggak ada sahutan," ujar Maryati takut-takut.
Smirnov dan Eraisuli saling tatap, heran. Tiba-tiba terdengar teriakan Lukijo dari luar rumah. "Tidaaakkk!! !"
Seluruh penghuni rumah berhamburan ke luar. Di bawah jendela kamar Vladd, Lukijo tampak pucat pasi. Dia begitu pucat menatap tambang yang menjulur dari jendela kamar Vladd
yang menganga. "Vladd!!!" Smirnov menjerit panik. "Papi, cepat panggil polisi! Telepon rumah sakit! Kerahkan tim sar! Vladd hilang!"
Eraisuli buru-buru menenangkan Smirnov. "Mami tenang dulu dong. Vladd belum tentu hilang," hibur Eraisuli. Lalu menoleh pada Lukijo. "Jo, gimana kamu ini" Bisa-bisanya Vladd keluar rumah nggak ketauan. Apa kamu sudah periksa seluruh ruangan""
"Sudah, Tuan Er, sudah saya periksa semuanya. Tapi Mas Vladd nggak ada...," sahut Lukijo dengan nada penuh penyesalan.
Mendengar penjelasan Lukijo, Smirnov kontan terisak-isak. Eraisuli bergegas membawanya masuk ke rumah.
Saat itu Vladd yang tertidur di atas pohon, terbangun karena kedinginan. Dia melongok ke bawah pohon. Ternyata anjingnya Sarah sudah pergi. Vladd langsung turun dan berlari kencang menuju rumah. .
Sementara itu Mirna masih menangis meraung-raung di sofa ruang tamu. Maryati juga ikut sesenggukan. Eraisuli mondar-mandir dengan, gelisahnya. Sementara Lukijo berdiri dengan kepala menunduk kuyu.
"Apa hukuman Mami terlalu kejam, Pi" Biasanya Vladd kan betah sekali mengurung diri di kamarnya. Ini kok malah kabur! Gimana kalo dia ketemu orang jahat. Dipaksa jadi anak jalanan. Atau, dia terpaksa harus ngamen. Kasian dia, Papi, suaranya kan fales!" ceracau Smirnov di antara tangisnya.
"Sudah dong, Mi. Kapten Iswahyudi sudah menyebar anak buahnya buat nyari Vladd. Munir dari Kontras juga udah janji bakal terus melacak Vladd. Mami tenang aja!" bujuk Eraisuli. Mendadak tangis Maryati jadi kencang.
"Ini semua salah saya! Mas Vladd kan tanggung jawab saya. Tuan sama Nyonya, saya bersedia mundur dari jabatan housekeeper sekarang juga!"
Tiba-tiba pintu terbuka. Vladd muncul dengan berkeringat dan napas ngos-ngosan habis lari. Semua menatap Vladd, kaget.
"Ehh, Mami-Papi udah pada siap, ya" Sebentar ya, Vladd mandi dulu!" ujar Vladd kalem.
Smirnov yang tadi nangis kontan jadi galak. "Dari mana aja kamu, Vladd" Kamu nggak tau kita semua panik cari kamu!"
"Engg, sori, Mi, Vladd ketiduran di atas pohon!" sahut Vladd sambil garuk-garuk kepala.
"Kamu!" Kali ini Eraisuli yang kesel. "Papi udah buru-buru dari Batam. Ehh, kamu enak aja ketiduran di atas pohon!"
"Iya deh iya, Vladd minta maaf. Tapi Vladd jangan dimarahin terus dong. Ntar jadi nggak mandi-mandi nih. Katanya mau dinner di luar"" Vladd membela diri.
Eraisuli memeriksa jam tangannya.
"Percuma, Vladd. Sekarang sudah jam sembilan malam. Begitu nyampe, restorannya udah tutup," keluh Eraisuli.
Smirnov melirik Maryati yang matanya masih berair.
"Mar, bilang Zuleha, siapkan meja makan. Kita makan malam di rumah!"
Eraisuli dan Vladd saling pandang, lalu nyengir.
Pagi ini Sarah asyik bermain dengan anjingnya. Vladd memperhatikan mereka dari balik jendela kamarnya. Dia tersenyum manis, menyambar remote control-nya, lalu berlari keluar rumah. Vladd bersembunyi di balik tembok pembatas rumah. "Kemaren saya, sekarang giliran kamu, Sarah!" gumam Vladd. Kemudian Vladd mengarahkan remote-nya pada Tessa. "Buas!" katanya.
Tiba-tiba saja anjing yang semula jinak dan akrab dengan Sarah itu mendadak menggonggong pemiliknya. Sarah kaget.
"Tessa, kenapa kamu"" tanya Sarah heran.
Dari balik tembok, Vladd kembali mengarahkan remote-nya.
"Kejar!" kata Vladd sambil memijit remote.
Mendadak anjing itu bersiap menerkam Sarah hingga Sarah ketakutan lalu berlari terbirit-birit. Sarah terus berlari hingga berjumpa pohon yang kemarin dinaiki Vladd. Setelah melorot berkali-kali akhirnya Sarah berhasil menaiki pohon tersebut. Dan duduk di dahan yang kemarin diduduki Vladd. Sementara itu di bawah pohon anjing Sarah terus menyalak dengan galaknya. Menunggui Sarah turun.
Vladd muncul dari tempat persembunyiannya lalu cekakakan ngetawain Sarah. . "Ini namanya senjata makan tuan, Sar!" kata Vladd sambil terus ketawa.
Di atas pohon Sarah menatap Vladd dengan geram. Tapi dia nggak bisa berbuat apa-apa. Anjingnya masih menunggu di bawah pohon dengan taringnya yang tajam. Hiii!
6. Terpaksa Bolos SUASANA di rumah Vladd pagi itu cukup heboh. Smirnov sibuk mengaduk-aduk lemari pakaiannya dibantu Maryati dan Lukijo.
"Pilih yang masih bagus ta
pi modelnya sudah kuno! Jangan pilih yang masih saya suka!" perintah Smirnov cerewet.
Maryati mengacungkan sehelai scraft. "Yang ini, Nyonya""
"Hush! Itu oleh-oleh Tuan Er dari Paris!" cetus Mami galak.
"Jadi nggak boleh dilelang"" tanya Maryati lagi.
"Ya jelas nggak boleh!"
Maryati girang. "Kalo gitu buat saya ya, Nyonya" Boleh, kan"" Smirnov merebut scarf di tangan Maryati dengan kasar. "Enak aja!"
Maryati manyun. Lukijo nyengir. "Mar, jatah kamu itu kalo baju Nyonya ada yang nggak laku dilelang," timpal Lukijo.
"Boleh juga tuh!" sahut Maryati.
"Eit, tunggu dulu! Kalo dilelang nggak laku, bajunya diobral ya, Nyonya"" kata Lukijo lagi. Mirna manggut-manggut.
"Kalo diobral ada yang nggak laku..." Omongan Lukijo keburu dipotong Maryati. "Boleh buat saya!" Maryati bersemangat.
"Sembarangan!" sambar Lukijo. "Bukan buat kamu, Mar. Tapi dibagikan langsung buat fakir miskin dan orang jompo!"
Maryati makin manyun. Lukijo cekikikan. .
"Sudah, sudah! Kerjanya jangan sambil ngobrol. Saya hampir terlambat ni!" potong Smirnov galak. Maryati dan Lukijo kontan mingkem. Nggak berani ribut lagi. .
Eraisuli saat itu sedang sarapan sambil membaca koran pagi. Smirnov nongol sambil membawa dua buah tas belanja sarat isi. Di belakangnya Maryati dan Lukijo mengiringi dengan bawaan yang tak kalah hebohnya.
Eraisuli menurunkan koran paginya. "Mau minggat, Mi""
"Sembarangan! Ini pakaian yang dua-tiga kali pakai, Mami sudah bosan. Mau Mami sumbang buat lelang. Hasilnya buat menyantuni anak-anak yatim di Sukabumi," jawab Smirnov sambil meneguk susu di meja makan dengan sekali teguk kemudian berlalu. Eraisuli menatapnya, bengong.
"Nyantunin anak yatim pake jauh-jauh ke Sukabumi!" gerutu Eraisuli, lalu melanjutkan membaca koran.
"Anak yatim dekat sini nggak ada, Tuan," celetuk Maryati. "Betul, Tuan, paling deket di Cinanggrak," timpal Lukijo. "Anak yatim yang deket, ada!" sahut Eraisuli. "Di mana, Tuan"" tanya Maryati dan Lukijo kompak. Eraisuli menepuk dadanya, bangga. "Ini juga anak yatim!"
Maryati dan Lukijo manyun. Lalu bergegas meninggalkan Eraisuli karena Smirnov sudah teriak-teriak di teras depan.
Vladd Spaceboy Karya Hilman Hariwijaya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sementara itu Vladd baru bangun dari tidurnya. Dia melirik weker di meja lalu terlonjak kaget. "Jam tujuh" Gilaa!!"
Vladd me-remote dirinya menjadi segar dan berseragam rapi. Lalu melesat keluar kamar. Dia menyambar sandwich di meja makan. Bik Zuleha makin geleng-geleng kepala. " Terlambat, Mas"" "Iyaa!" sahut Vladd sambil berlari keluar.
Di teras Maryati, Lukijo, dan Narsakip yang baru melepas kepergian majikan mereka bengong melihat Vladd.
"Ya ampun, Mas Vladd!" jerit Maryati panik. "Aduhh, maaf, Mas! Dari subuh saya diminta Nyonya nyeleksi baju buat lelang amal. Saya nggak ingat Mas harus sekolah!"
"Bener, Mas, saya juga diminta ngebantuin. Sampe Narsakip yang saya serahin tugas menjaga tamu," sahut Lukijo.
"Iya, Mas, untung tamunya tukang sayur," timpal Narsakip.
"Terus bis jemputannya"" tanya Vladd kesal.
"Ya mestinya tadi sudah mampir. Lalu pergi lagi. Abis Mas Vladd-nya nggak muncul-muncul," jelas Lukijo.
"Johan"" tanya Vladd lagi.
"Nganter Nyonya ke Sukabumi," jawab Maryati kalem.
Vladd nggak tahan lagi, dia teriak kenceng banget, "Kalian nunggu apa lagi" Cepet cariin taksi! Cepeeet!!!"
Maryati cs berhamburan keluar. Nggak lama kemudian Vladd sudah berada di dalam taksi. Vladd duduk di kursi belakang. Sementara Maryati yang memaksa ikut duduk di sebelah sopir.
"Saya tau Mas Vladd nggak suka saya anter. Tapi ini tugas saya, Mas. Memastikan Mas Vladd selamat tiba di sekolah. Kalo Mas Vladd di jalan kena apa-apa, gimana" Kalo Mas diculik" Atau dirampok" Atau dianiaya" Siapa yang susah" Hayo, Mas, siapa yang susah"" kata Maryati dengan cerewetnya.
Vladd yang lagi panik karena terlambat, me-remote Maryati untuk diam. Kontan housekeeper itu kehilangan suara. Mulutnya termonyong-monyong bicara tanpa suara. Si sopir taksi melirik Maryati dengan heran. Lalu menyeringai.
Belum puas, Vladd me-remote Maryati untuk pulang ke rumah. Vladd minta sopir menepikan taksinya. Bagai dihipnotis Maryati turun dari taksi dan berjalan kaki pulang ke rumah.
Sopir tak si menyeringai makin seram. Vladd tertidur sambil tersenyum lega. Taksi berbelok ke sebuah jalanan sepi. Di sana taksi berhenti. Seorang laki-laki berwajah seram sudah menanti. Si sopir taksi keluar dari taksi dan menghampiri si wajah seram.
"Kali ini kelas kakap, Mon! Anak orang kaya. Minta berapa saja sama orangtuanya pasti diberi!" kata sopir taksi girang.
"Mana anaknya"" tanya si seram mengernyit.
"Kutinggal dia tertidur dalam taksi!"
"Bodoh kali kau! Macam mana pula mangsa kautinggal dalam taksi. Kalau dia kabur, merengek lah kau!" damprat si seram.
Sopir taksi dan temannya yang berwajah seram menghampiri taksi. Sementara itu Vladd yang sudah bangun pura-pura masih tertidur.
Begitu sopir taksi membuka pintu dan berusaha mengggapainya, Vladd kontan me-remote-nya sambil memencat tombol dance.
Sopir taksi kontan joget dangdut tanpa iringan musik. Vladd cekikikan. Si seram jadi marah-marah. "Ngapain kau berjoget" Tugas kau menangkap anak itu. Yang serius lah kalau merampok!" ujarnya lalu berusaha menangkap Vladd. Vladd berkelit. Kemudian meremote si seram, sambil menekan tombol sing. Mendadak si seram berubah jadi pengamen cilik berusia enam tahunan. Dengan
kecimpring dia mengiringi joget si sopir taksi dalam lagu dangdut ceria. Vladd ketawa lalu meloncat turun dari taksi. Tapi lalu dia celingukan,
bingung. Dia tidak mengenali daerah ini. Untung nggak lama kemudian melintas sebuah bajaj. Vladd langsung mencegat bajaj itu dan buru-buru pergi ke sekolah.
Di dalam bajaj Vladd asyik main game hingga tas sekolahnya jatuh. Tas Vladd terbuka hingga lembaran lima puluh ribuan di dalamnya berhamburan dalam bajaj. Vladd memungutinya satu per satu. Tukang bajaj menyaksikan tingkah Vladd. Dia memejamkan matanya. Nggak lama kemudian tukang bajaj menepikan bajajnya.
"Maaf, Dik, sebaiknya Adik turun di sini," kata tukang bajaj.
Vladd bengong. "Kok di sini" Kan belum sampe sekolah saya""
"Saya takut gelap mata, Dik. Uang Adik banyak sekali. Saya tak ingin merampok Adik," jelas tukang bajaj.
"Ngerampok"" Vladd heran. "Kalo mau ngerampok, kenapa saya malah disuruh turun""
"Anak saya sedang demam, Dik. Saya nggak berani bawa dia berobat. Nggak kuat bayar. Kalo Adik di bajaj ini terus, saya bisa ngerampok Adik."
Vladd tereenung sejenak. Lalu membuka suara, " Begini deh, Bang, sekarang kita ke rumah Abang. Jemput anak Abang. Kita ke dokter sekarang juga!" sahut Vladd bersemangat.
"Adik nggak ngerti, ya" Kan saya bilang, saya nggak mampu bawa anak saya berobat," tukas tukang bajaj kesal.
"Saya punya dokter keluarga, Bang. Abang nggak usah khawatir. Jam segini dia praktek di Rumah Sakit Kenanga. Ayo, Bang!"
Meskipun ragu tukang bajaj akhirnya membawa Vladd ke rumahnya. Di sebuah perumahan kumuh bajaj berhenti. Istri tukang bajaj kaget melihat suaminya datang bersama Vladd.
"Silakan masuk, Dik. Maaf, rumahnya kotor. Habis Ucok rewel terus. Nggak bisa ditinggal kerja," kata istri tukang bajaj.
Tukang bajaj dan istrinya masuk kamar.
Vladd me-remote sekeliling ruangan sambil mencet tombol clean. Dalam sekejap rumah itu jadi bersih mengilap. Tukang bajaj dan istrinya muncul kembali bersama seorang anak laki-laki kecil berwajah pucat. Vladd kontan pura-pura nyapu. Semua melotot kaget.
"Ehh, maaf, saya nyapu. Nggak apa, ya"" ujar Vladd buru-buru. .
Tukang bajaj dan istrinya tersenyum penuh haru. Mereka nggak bisa berkata-kata.
"Ya udah. Yuk, Bang, kita ke dokter!" kata Vladd lagi. Nggak lama mereka semua meluncur ke Rumah Sakit Kenanga.
Sementara itu Sapi'i nongol di kantin sekolah Vladd. Saat Sapi'i celingukan, James dan Perry masuk kantin. Yudiantara nggak ikut. Dia sedang ngumpulin bahan untuk makalah. Makalah mereka bertiga. James, Perry, dan Yudiantara.
"Ngapain kamu ke sini"" tegur James sambil mendorong kepala Sapi'i. Dengan gaya bodyguard Perry menatap Sapi'i dengan tatapan melecehkan.
"Saya cari Vladd," sahut Sapi'i antara kesel dan takut.
"Temen kamu itu bolos, tau!" cetus James.
"Gimana, James" Hajar aja"" tawar Perry nggak sabar.
Sapi'i kontan ciut dan menatap Perry dengan khawatir.
"Jangan, Per. Tanpa Vladd, dia nggak berguna," jawab Ja
mes sambil ngeloyor pergi. Perry menguntit setelah sebelumnya mendorong Sapi'i hingga jatuh ngejublak ke belakang. Sapi'i berusaha berdiri sambil ngerutuk, "Di mana sih kamu, Vladd""
Vladd yang ditunggu ternyata sedang berada di kamar periksa Dokter Saragih. Di Rumah Sakit Kenanga. Kalo siang dokter langganan keluarga Vladd ini memang praktek di sana.
Sementara Dokter Saragih sedang menulis resep, Vladd asyik main dokter-dokteran sama Ucok, anak tukang bajaj. Perut Ucok ditempeli stetoskop. "Bunyi kriuk-kriuk, Cok! Kamu lapar ya"" kata Vladd sok tau.
Ucok kecil tersenyum geli. "Abis Ucok belum makan."
"Makanya, makan dong!"
"Nggak mau, Kak Vladd."
"Ntar perut kamu jadi kayak gini lho!" Vladd me-remote perut Ucok jadi gede kayak orang hamil. Ucok bengong kaget sebelum yang lainnya memperhatikannya, Vladd buru-buru menormalkan kembali perut Ucok.
"Makanya Ucok harus makan yang bener. Biar nggak busung lapar kayak tadi," kata Vladd pelan. Ucok memanggil ibunya yang bicara sama Dokter Saragih. "Mak! Ucok mau makan! Ucok pengen sembuh!" teriaknya.
Tukang bajaj dan istrinya menatap Ucok nggak percaya. Soalnya sejak beberapa hari Ucok mogok makan. Maunya cuma minum sama makan kue. Sekarang tiba-tiba saja dia teriak minta makan.
Dokter Saragih yang pertama sadar kalo kejutan ini ulah Vladd. Dokter kocak itu mengacungkan jempol ke arah Vladd. Tukang bajaj dan istrinya serta-merta berterima kasih pada Vladd.
"Saya harus sekolah. Saya duluan, ya"" kata Vladd, langsung ngabur. Tawaran tukang bajaj untuk mengantarnya ditolak. Kata Vladd, lebih baik segera beli obat. Biar Ucok cepat sembuh.
Orangtua Ucok panik ditinggal Vladd. Mereka khawatir harus bayar ongkos periksa yang cukup mahal. Belum lagi menebus obat buat Ucok.
"Maaf, Dok, kami ke sini diajak Dik Vladd. Kami sebetulnya takut datang ke Dokter," istri tukang bajaj berkata pelan.
"Takut sama saya" Jangan khawatir, saya udah jinak kok!"
"Ngg, bukan, Dok, kami, ehh, kami nggak punya biaya. Maklum, Dok , saya cuma...," sambung tukang bajaj.
"O, itu bisa diatur!" potong Dokter Saragih.
"Hari Minggu besok Bapak dinas nggak""
"Dinas" Maksud Dokter narik bajaj" Iya, Dok, saya narik."
"Besok istri saya minta dianter belanja. Padahal mobil saya masih di bengkel. Gimana kalo besok pagi bajajnya saya carter""
Tukang bajaj tersenyum lega. Tapi kemudian dia bicara lagi dengan khawatir. "Tapi, kami nggak sanggup nebus obat, Dok."
Ucok mengeluarkan dua lembar lima puluh ribuan dari saku bajunya. "Ini dari Kak Vladd, Pak. Katanya buat beli obat."
Orangtua Ucok bengong. Saat itu Vladd yang buru-buru nyeberang jalan nyaris ketabrak ojek motor. Untung tukang ojeknya sigap langsung membanting setir ke kiri. Akibatnya dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Beberapa detik sebelum motornya jatuh menimpa si tukang ojek, Vladd me-remote-nya sambil memencet tombol shrunk. Mendadak motor tersebut berubah jadi sepeda balita. Tukang ojek bengong ketimpa sepeda. Setelah dia berdiri, VI add menormalkan motornya ke ukuran semula.
"Nyebrang liat-liat dong! Jangan asal lari!" cetus tukang ojek kesal. Tiba-tiba dia mengernyit. "Ehh, situ anaknya nyonya yang waktu itu naik ojek saya, ya" Yang sore-sore di tempat praktek
dokter. Nyonya cantik tapi cerewetnya minta ampun! Mana helm saya dipake terus! Iya, ya" Situ anaknya dia""
"Iya kali!" sahut Vladd ragu.
"Saya inget banget. Soalnya situ rambutnya jabrik. Nyonya itu kebalikannya. Rapi banget! Mau ke mana" Cepet deh naik!" Vladd bengong.
"Iya, Nyonya itu emang cerewet. Tapi baik banget. Sekarang saya anter situ ke mana aja, terserah situ. Gratis!"
Nggak mikir lagi Vladd kontan nangkring di boncengan motor ojek tersebut. Dan ojek pun segera berlalu.
Di teras rumah Vladd terjadi kepanikan. Sapi'i ngelapor hilangnya Vladd ke Maryati cs. Maryati langsung lapor ke Smirnov. Mami Vladd itu kontan menebar kepanikan pada Eraisuli. Bahkan sukses membubarkan meeting yang diadakan Eraisuli.
Sekarang Sapi'i dan seluruh penghuni rumah Vladd diwawancarai polisi. Terutama Maryati. Sebab dia yang terakhir kali melihat Vladd.
"Pak Polisi, yang terakhir kali liat Mas Vladd bukan
saya. Tapi sopir taksi!" Maryati membela dirinya.
"Jadi kemungkinan besar justru sopir taksi itu yang menculiknya," sahut Pak Polisi tegas.
Smirnov lemes dipeluk Eraisuli. Maryati ikutan nyender ke Bik Zuleha. Lukijo, Narsakip, dan Johan berpelukan sedih. Saat itu Vladd nongol naik ojek. Karena kesiangan dia terpaksa bolos sekolah. Soalnya begitu tiba di sekolah, murid-murid sudah bubaran.
Sapi'i yang pertama melihat kedatangan Vladd. "Kok naik ojek, bukan taksi"" gumam Sapi'i pelan.
Semua menatap Sapi'i heran. Sapi'i menunjuk Vladd yang turun dari ojek dengan wajah tanpa dosa. Smirnov, Eraisuli, dan Maryati cs kontan berhamburan menyongsong Vladd. Vladd dipeluk erat-erat, dijitaki, dicubiti abis oleh seluruh penghuni rumah.
7. Sebuah Kejutan SETIAP menjelang ultah pernikahan, mami Vladd selalu heboh. Pengen bikin pesta kejutan. Tapi saking sering dan rutinnya acara tersebut, Eraisuli malah jadi muak. Boro-boro terkejut. Papi Vladd seringnya malah sebel!
Kayak sekarang ini. Eraisuli bicara dengan nada kesel pada Smirnov di telepon. "Pokoknya, Mi, kali ini nggak ada pesta-pesta kejutan. Papi udah bosen terkejut. No more kejutan!"
Jelas aja maminya Vladd ikutan, kesel. Abis omongannya belum selesai, Eraisuli udah nutup telepon.
"Nggak ngerti disayang!" omel Smirnov manyun sambil mematikan HP-nya. Johan yang saat itu menyopiri Smirnov nyeletuk cuek, "Siapa, Nyonya" Tuan Er, ya""
Lalu Smirnov curhat kekesalannya pada Johan. Dia bilang cuma nanya alamat relasinya aja, Eraisuli malah marah-marah.
"Tapi tahun lalu Nyonya kan sudah punya alamat mereka. Kalo toh ada yang pindah, gampang ngeceknya," kata Johan heran.
"Iya, tapi masalahnya semua alamat itu sudah hilang!"
Johan cuma bisa nyengir aja.
Sementara itu di sekolahnya Vladd baru masuk ke kelas. Seperti biasa di. langsung main game di subnotebook-nya. Tau-tau Sapi'i nongol.
Dengan kalemnya dia mematikan komputer Vladd. "Kagak bolos lagi nih""
Vladd manyun, nyalain lagi komputernya. Ehh, dimatiin lagi sama Sapi'i. Vladd kesel, lalu me-remote Sapi'i.
"Sorry, Pi'i. Ini kamu yang mulai."
Mendadak Sapi'i mengejang kayak orang kesetrum. Vladd kasian juga. Buru-buru dia me-remote Sapi'i jadi normal kembali.
"Sial kamu, Vladd! Awas ya, ntar saya bocorin rahasia remote kamu ke anak-anak. Biar! Biar pada tau kalo..."
Vladd panik, kembali me-remote Sapi'i.
"Lupa!" Tiba-tiba Sapi'i bengong menatap Vladd.
"Kamu tuh siapa" Saya siapa" Ngapain kita di sini""
"I'" Kamu bener-bener nggak inget"" tanya Vladd nggak yakin.
"Nama saya I'" Kalo kamu" A" U" E" O"" tanya Sapi'i polos. Nggak tega liat Sapi'i linglung begitu, Vladd me-remote Sapi'i jadi normal lagi. Sapi'i ngomel-ngomel lagi. "Kamu mau enaknya aja, ya" Kamu nggak tau kemarin saya jatuh ngejublak dikerjain Perry sama James. Mereka bilang saya nggak ada gunanya kalo nggak ada kamu. Saya sebel kamu, Vladd. Sebel! Biar nanti saya bilang ke semua orang rahasia remote kamu. Biar..."
Belum sempat Sapi'i mengakhiri kalimatnya, Vladd udah nge-remote dia jadi lupa lagi. Abis khawatir Sapi'i buka mulut sih. Kalo sampai kejadian begitu, gawat banget, kan"
Bel tanda pelajaran pertama dimulai berbunyi. Tiga jam pertama waktunya olahraga kelas Vladd. Vladd menyeret Sapi'i ke ruang loker. Vladd celingukan sebentar. Memeriksa keadaan. Kalo ada
James, Perry, dan Yudiantara, kehadiran Sapi'i di sini jadi nggak aman. Untung trio sirik itu nggak keliatan batang hidungnya.
Vladd berhenti di depan sebuah loker. Loker milik Perry. Dia menyuruh Sapi'i membukanya. Sapi'i jelas aja nggak nyambung disuruh membuka loker.
"Buka, I'! Ini kan loker kamu. Mana kuncinya"" desak Vladd.
"Emang saya punya kunci"" tanya Sapi'i sambil memegangi pintu loker. Vladd lalu membuka loker itu dengan remote-nya. Sapi'i bengong menyaksikan pintu loker terbuka dengan sendiri. Loker Perry itu dipenuhi oleh barang-barang aneh. Kaus kaki yang ujungnya bolong cuma sebelah. Jam tangan yang bagian tengahnya bolong. Topi pandan yang anyamannya sudah rusak. Foto Mike Tyson yang sedang menggigit kuping lawannya.
Sapi'i mengambil sebuah sarung tinju dengan tulisan nama Perry. "Perry" Kok
Perry" Kata kamu nama saya I'""
"Iya, nama kamu Perry. Panggilannya I'!" jelas Vladd asal.
Pak Wim, sang koordinator olahraga, memasuki ruang loker. "Siapa anak dekil ini, Vladd""
Belum sempat menjawab, Sapi'i sudah berteriak girang, "Bang Muchlis, ya" Aduh, apa kabar, Bang" Masih jualan bakso di Menteng, Bang" Kapan-kapan saya ke sana deh. Udah kangen sama baksonya Bang Muchlis!"
Pak Wim mengernyit, menatap Vladd. "Kenapa dia, Vladd""
"Ohh, ehh, dia lagi sakit, Pak!" sahut Vladd sambil memegangi jidat Sapi'i. "Tuh iya, Pak, rada anget!"
Sambil terheran-heran Pak Wim berlalu. Tapi Sapi'i malah berteriak-teriak heboh memanggil Pak Wim, "Bang! Bang Muchlis! Jangan pergi dulu, Bang! Saya kan masih pengen ngobrol, Bang! Tungggu dulu, Bang!!!"
Kejutan Smirnov pada pesta ultah perkawinan kali ini cukup unik. Dia berencana mendatangkan Lapoliwa, sobat Eraisuli waktu esde. Mereka berdua sudah tiga puluh tahun nggak ketemu. Lama banget, kan" Makanya, mami Vladd pengen banget ultah perkawinan mereka jadi reuni kejutan yang menyenangkan.
Ide mendatangkan Lapoliwa memang menarik. Tapi Vladd yang ketiban sial. Soalnya selama tiga puluh tahun si Lapoliwa ini hilang lenyap nggak tentu rimbanya. Dan Smirnov menugaskan Vladd untuk melacak sekaligus membawa Lapoliwa ke pesta perkawinannya.
Vladd nggak bisa protes atau nyerahin tugas itu pada yang lain. Semua penghuni rumah Vladd sudah punya tugas masing-masing. Bik Zuleha nyeleksi lima belas katering buat makanan pesta. Maryati ngurusin tim cleaning service, tim dekor, dan tim dokumentasi pesta. Lukijo ngurusin keamanan pesta. Narsakip bertanggung jawab dalam urusan kebun dan halaman.
Johan kebagian tugas ngurus perparkiran dan mengkoordinir para sopir. Smirnov sendiri, sudah sibuk ngurusin kostum dan segala pernak-perniknya. Jauh-jauh hari mami Vladd itu sudah menginstruksikan seluruh penghuni untuk berpura-pura lupa hari ulta.h perkawinan itu.
"Semua harus berjalan seperti biasa. Seperti nggak ada yang istimewa. Tapi begitu Tuan Er pergi ke kantor, semua bergerak cepat. Kerjakan tugas masing-masing!" Smirnov membrifing orblak dan Vladd.
"Emang kapan, Mi, ultah perkawinannya"" celetuk Vladd polos.
Smirnov tersenyum puas. "Nah, pinter! Kamu memang jago pura-pura lupa!"
"Tapi, Mi, Vladd bener-bener nggak inget!" sahut Vladd.
Mami Vladd kesel. Anaknya sendiri nggak perhatian dengan ultah perkawinannya.
"Kamu keterlaluan, Vladd! Masa kamu nggak ingat" Tanggal dua belas September!" cetus Smirnov kesal.
Maryati mengacungkan tangannya. "Ehh, maaf, Nyonya, bukannya tanggal tiga belas" Kemaren Nyonya sendiri yang bilang kalo ultah perkawinan Tuan Er sama Nyonya tanggal tiga belas."
Smirnov jadi bingung sendiri. Dia jadi ikut-ikutan ragu-ragu kapan tepatnya ultah perkawinan itu. Dengan cueknya dia berjanji ngecek lagi tanggal yang benar di surat nikah.
Hari H itu telah tiba. Begitu Eraisuli berangkat ke kantor, kesibukan luar biasa melanda rumah Vladd. Semua sibuk mempersiapkan pesta.
Vladd masih belum menemukan alamat Lapoliwa. Hingga sore Vladd dan Sapi'i, yang ingatannya sudah di-remote normal kembali, berjalan menyusuri kompleks perumahan mewah. Mereka berhenti pada sebuah rumah bernomor 17. Vladd mengecek alamat tersebut pada selembar kertas.
"Nomornya bener, I'," kata Vladd.
Tanpa ragu Sapi'i memijit bel di pintu pager. Sekali. Nggak ada yang muncul. Sapi'i mijit sekali lagi. Tetap nggak ada reaksi. Sapi'i kesel. Dia mijit terus bel tersebut tanpa dilepas.
Pintu terbuka. Seorang ibu-ibu bertubuh tinggi gede keluar sambil mengacungkan pukulan softball.
"Pijit lagi kalo kalian pengen jadi bola!" ancam ibu-ibu tadi dengan suara berat.
Vladd dan Sapi'i langsung kabur. Di sebuah rumah lain yang juga bernomor 17 mereka berhenti lagi. Di jalan yang sama ada dua rumah bernomor sama. Kali ini Vladd dan Sapi'i nggak langsung mijit bel. Mereka celingukan di depan rumah sambil mengagumi pohon mangga di halaman rumah yang sedang berbuah lebat.
Dari dalam rumah terdengar teriakan keras.
"Geggy, kejar mereka! Kejar pencuri mangga itu!"
Sekonyong-konyong seekor anjing galak muncul dari balik pintu dan langs
ung menyerbu Vladd dan Sapi'i. Vladd dan Sapi'i kontan lari terbirit-birit.
Sambil berlari Vladd berusaha me-remote anjing galak itu. "Stoop! Stoop! Berhentiii!!!" teriak Vladd.
Bukannya nurut, anjing itu malah membuat salakan khas. Kayak serigala yang melolong. Dalam sekejap bermunculan anjing-anjing lainnya. Mereka bergabung ikut mengejar Vladd dan Sapi'i. Mendadak keduanya jadi pelari supercepat. Ngalahin juara dunia sprint.
Sapi'i menarik Vladd masuk ke gang sempit. Gang tersebut ternyata berakhir di sebuah perkampungan kumuh. Mereka menoleh ke belakang, gerombolan anjing sudah berhenti mengejar mereka. Vladd dan Sapi'i terduduk lemas di atas rumput.
"Kamu bercandanya keterlaluan, Vladd. Nggak liat situasi. Masa dikejar anjing satu aja nggak cukup" Pake nge-remote segala. Bikin anjingnya jadi beranak!" cetus Sapi'i kesal.
"Siapa yang bercanda" Saya kan pengen ngeberentiin anjing itu. Biar nggak ngejar kita lagi. Tap remote saya lagi Low batt. Jadinya malah kacau!" sahut Vladd manyun.
Vladd heran, kenapa para anjing itu berhenti ngejar mereka. Kata Sapi'i, mereka nggak berani masuk perkampungan. Takut nggak bisa balik ke kompleks. Karena perkampungan itu daerah teritorialnya anjing kampung. Jadi anjing-anjing kompleks itu segan berhadapan dengan anjing-anjing kampung.
Setelah gagal menemukan rumah Lapoliwa, Vladd dan Sapi'i pulang ke rumah Vladd. Di ruang tamu sudah penuh orang. Ada tim cleaning service, tim dekorasi, tim sound system yang sibuk bekerja. Semuanya diawasi oleh Maryati.
Sapi'i terbengong-bengong mengagumi dekorasi ruang tamu. Maryati yang melihat kedatangan Vladd langsung main perintah.
"Ayo, Mas Vladd, Sapi'i, kalian bantu masang bunga di taman kecil di pojokan itu!" ujar Maryati belagu.
Vladd malah bergegas menyeret Sapi'i ke kamarnya. Sapi'i rada nggak enak juga. Sebetulnya dia nggak keberatan bantu-bantu. Tapi menurut Vladd mereka masih punya tugas. Yaitu membawa Lapoliwa, sobat esde Eraisuli, ke pesta.
Di kamarnya Vladd sibuk mengetak-ngetik. Klik sana, klik sini. Serius banget. Sementara Sapi'i berdiri di sampingnya dengan wajah nggak sabar. "Masih lama, ya"" tanya Sapi'i.
Vladd nggak menjawab. Sibuk mengetik. Mendadak wajah Vladd berseri-seri. Dia mengklik mouse komputernya. "Liat, I'!" kata Vladd girang. "Alamat Oom Lapoliwa!"
Pada layar monitor tercantum tulisan :
ERWINDA LAPOLIWA, Jl. KESEMEK 29, JAKARTA
Vladd memijit keyboard-nya. Terbaca nomor telepon Lapoliwa. Nggak pake mikir lagi Vladd langsung mengangkat teleponnya. Menghubungi nomor tersebut.
Sapi'i pamit pulang. Dia nggak ikut Vladd menjemput Lapoliwa. Soalnya masih harus mengurus adik-adiknya.
Sementara itu ruang tamu rumah Vladd sudah ramai. Smirnov makan cheese cake dengan gelisah. Maryati dan Zuleha tiap semenit mengintip jendela. Semua menunggu kedatangan Eraisuli yang tak kunjung tiba. Begitu terdengar suara langkah kaki dari luar, Maryati memberi kode pada Smirnov. Smirnov kontan menelan potongan cheese cake-nya yang masih besar. Lalu berteriak nyaring, "Perhatian! Eraisuli datang! Bersembunyiii!!!"
Para tamu langsung berloncatan ngumpet. Ada yang ngumpet di kolong meja, di belakang sofa, di balik pintu, dan lain sebagainya. Pokoknya ngumpet.
Maryati membuka pintu. Sesosok tubuh yang tenggelam oleh kardus besar yang dibawanya, masuk ke dalam ruangan. Seketika Smirnov dan para tamu berteriak kenceng,
"SURPRISE!!!" Dari sisi kardus, menyembul sebuah wajah cengengesan. Bukan wajah Eraisuli! Ternyata dia cuma kurir yang bertugas membawa kado ultah perkawinan Smirnov dan Eraisuli.
Nggak berapa lama kejadian yang sama terulang. Semua tamu sudah berloncatan ngumpet. Ternyata yang nongol cuma Sapi'i yang nyari Vladd. Akibatnya Sapi'i diomelin semua orang. Untung Bik Zuleha berhasil mengevakuasi Sapi'i ke kamar Vladd.
Vladd tiba di depan rumahnya. Dia turun dari taksi bersama Lapoliwa. Vladd sukses membujuk Lapoliwa dengan iming-iming telah memenangkan undian tur keliling Eropa. Namanya diundi dari ribuan nama yang dipilih secara acak dengan komputer.
Saat Vladd dan Lapoliwa memasuki rumah, semua sudah cuek. Tamu-tamu nggak ada yang semb
unyi. Setelah diberitahu Vladd bahwa dia berhasil membawa Lapoliwa, baru Smirnov girang. "Aduh, Vladd! Kamu memang anak Mami yang pinter!" katanya sambil ngesun pipi Vladd.
"Tapi, Mi, tadi Vladd bilang klo Oom Lapoliwa menang undian tur ke Eropa. Jadi jangan nyebutin nama Papi ya, Mi" Jangan bilang kalo ini acara ultah perkawinannya Papi-Mami. Biar bener-bener kejutan!" bisik Vladd.
Smirnov manggut-manggut lalu bergegas menemani Lapoliwa. Sedang asyik-asyiknya Smirnov ngobrol sambil menemani Lapoliwa makan, Eraisuli muncul di pintu dengan wajah suntuk. Smirnov kontan teriak kenceng, "Semua ngumpet!!!" Para tamu berloncatan ngumpet dengan bodohnya. Lalu Smirnov menjerit lagi, "Satu-dua- tiga... SURPRISE!!!" Para tamu nongol sambil berteriak girang. Eraisuli cuma nyengir sedikit. Nggak terkesan sama sekali.
Sementara itu Lapoliwa menatap Eraisuli dengan pucat. Dia keliatan panik sekali menyaksikan kehadiran Eraisuli. "Si-siapa itu, Nyonya Mirna"" tanyanya sambil ngumpet di balik punggung Smirnov.
"Pak Lapoliwa bisa aja! Dia kan Eraisuli, suami saya. Teman esde Pak Lapoliwa!" sahut Smirnov sambil ketawa geli.
Mendengar penjelasan Smirnov, Lapoliwa malah makin panik. Dia berencana kabur lewat pintu belakang. Tapi Smirnov malah menyeretnya menghampiri Eraisuli. Begitu melihat Lapoliwa dari dekat tiba-tiba Eraisuli membentak dengan kasar, "Kamu" Ngapain kamu di sini" Keluar dari rumah ini sekarang juga. Atau saya laporkan kamu ke polisi!"
Dan Lapoliwa pun lari terbirit-birit keluar rumah.
Belakangan Eraisuli cerita kalo Lapoliwa yang diusirnya itu Lapoliwa palsu. Lapoliwa yang asli sudah lama meninggal dunia. Sejak Eraisuli masih kuliah. Lapoliwa palsu ini dulu pernah nipu papi Vladd. Ngaku-ngaku saudaranya Lapoliwa, teman esde Eraisuli. Minta ini-itu. Ngajak kerja sama proyek macam-macam. Nggak taunya cuma proyek fiktif. Dia cuma nguras duit Eraisuli. Belum sempat diajukan ke pengadilan, dia sudah kabur.
Malam itu saat Vladd ngumpul di kamar Smirnov-Eraisuli, kedua orangtuanya menagih kado ultah perkawinan mereka. Mereka nolak dikadoin Lapoliwa palsu sama Vladd.
"Ya udah, ini Vladd kasih kado buat Papi-Mami." Vladd me-remote orangtuanya. "Tidur!"
Smirnov dan Eraisuli kontan tertidur lelap.
Saat Vladd berjingkat-jingkat akan keluar kamar, tawa Smirnov dan Erasuli meledak. Vladd kaget banget. Lalu memeriksa remote controlnya. "Lagi-lagi low batt!" keluh Vladd kesal.
-Selesai- tamat Korban Kitab Leluhur 1 Hantu Wanita Berambut Putih Pek Hoat Mo Lie Karya Liang Ie Shen Mustika Kuburan Tua 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama