Ceritasilat Novel Online

Relections Of Life 4

Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho Bagian 4


Harta, takhta, dan wanita (atau pria), memang kerap kali menjadi jebakan bagi kita. Memang, kita membutuhkan ketiganya, tetapi jangan sampai hal itu membuat kita lupa diri. Sadarlah bahwa dunia yang kita tinggali hanyalah tempat persinggahan sementara, karena tempat tinggal kita yang sesungguhnya adalah surga. Karenanya, ada baiknya jika kita menyadari bahwa sesungguhnya dunia yang kita tinggali bukan milik kita bukan milik Anda. Ya, the world is not yours.
*** J u l i Selalu ada ruang yang kosong dalam batin kita dan hanya Tuhanlah yang mampu mengisinya.
J u l i Arti Hidup Si Manusia Gajah
F ilm tentang John Merrick 2 yang berjudul Elephant Man adalah
salah satu ilm yang menyadarkan saya tentang kekuatan cinta. Manusia Gajah adalah sosok yang cacat sejak lahir. Konon, ketika usia kandungan empat bulan, ibunya diserang oleh seekor gajah di Afrika.
Berdasarkan penelitian dr. Frederick Treves diketahui bahwa John Merrick mengalami pembengkakan pada otak bagian atas, pembengkokan pada tulang belakang, pengenduran kulit, dan tumor menutupi 90% tubuhnya. Selain itu, ia juga menderita bronkitis kronis. Ketika pertama kali bertemu dengannya, dr. Treves tak kuasa menahan tangis. Dan, berkat perjuangan dr. Treves-lah, John Merrick dapat tinggal di rumah sakit. Sebelumnya, untuk mendapatkan uang, ia dijadikan sebagai salah satu tontonan karnaval tepatnya salah satu makhluk aneh oleh Bytes, pemiliknya yang berhati bengis, yang kerap memukul dan mencaci makinya.
Manusia Gajah adalah pribadi yang unik. Ia bisa membaca dan menulis. Bahkan, ia kerap membaca Alkitab dan buku doa kitab kesukaannya adalah Mazmur 23. Setelah tinggal di rumah sakit, ia dikenalkan kepada beberapa orang yang bersikap baik kepadanya, seperti pemilik rumah sakit, suster kepala, dan istri dr. Treves.
Menjelang akhir ilm, John Merrick berkata kepada dr. Treves: Hidupku berarti karena aku tahu bahwa aku dicintai. Nah, itulah kekuatan cinta. Itulah inti dari ilm ini. Manusia yang sedianya disamakan dengan binatang, bahkan dijadikan tontonan umum dan kerap dicaci maki, menjelma menjadi pribadi yang terhormat dan percaya diri di tangan dr. Treves.
*** Kasih sayang yang tulus tak terbatas; Tuhan pun mengalami hal yang
sama dalam kasihNya. 2 Nama Aslinya adalah Joseph Carey Merrick. Nama John Merrick muncul karena dr. Frederick
J u l i Terserah pada Tuhan D alam Sang Alkemis, Paulo Coelho dengan indah menyingkap
bagaimana seorang pengelana mewujudkan takdirnya. Ia dikisahkan melintasi padang gurun untuk mencari harta karun yang ia lihat dalam mimpinya, yang berada di bawah piramida Mesir.
Untuk mencapai Mesir, ia harus melintasi sebuah gurun yang luas dan penuh tantangan. Di awal perjalanannya melintasi gurun, pemandu unta yang memimpin rombongan berkata, Ketika kau menginjakkan kaki di padang pasir, kau tak bisa mundur lagi. Dan, jika kau tak bisa mundur, kau hanya perlu memikirkan cara terbaik untuk maju terus. Selebihnya terserah pada Tuhan, termasuk bahaya yang mengintai.
Jika Anda belum pernah melalui sebuah tantangan untuk mewujudkan apa yang Anda yakini sebagai tujuan Anda, maka kata-kata pemandu unta tersebut seakan-akan tidak memiliki kekuatan apa pun. Namun, jika Anda telah berulang kali mengalami kegagalan dalam mewujudkan sebuah impian namun tetap berjuang, maka kata-kata itu terasa sangat bermakna. Hidup ini tidak indah jika Anda tidak pernah berhadapan kegagalan, jalan buntu, atau penderitaan bak menonton ilm atau membaca cerita tanpa konlik.
Karenanya, jika Anda yakin dengan tujuan Anda dan memiliki tekad yang kuat untuk mewujudkannya, perjuangkanlah hal itu dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Lebih baik salah langkah ketimbang menunggu terlalu lama tanpa berbuat apa pun. Percayalah, Tuhan akan selalu mendampingi kita, terlebih jika kita memperjuangkan sesuatu dengan hati dan niat yang tulus.
*** Ketakutan ada bukan untuk dinikmati, tetapi dihadapi. Anonim
J u l i Tetap Semangat! F ilm Awakenings mengisahkan perjuangan dr. Malcolm Sayer
(yang diperankan oleh Robin Williams) dalam menangani pasien yang mengalami gangguan syaraf akut (post-encephalitic) yang awalnya mirip Parkinson, tetapi lebih parah. Penyakit ini membuat pengidapnya tidak bisa berbuat apa pun. Alhasil, mayoritas dari mereka yang mengidap penyakit ini hanya bisa duduk diam di atas kursi roda.
Akan tetapi, suatu hari, tepatnya ketika musim panas 1969, terjadi sebuah keajaiban. Sebuah ramuan kimia bernama L-Dopa digunakan sebagai percobaan kepada Leonard Lowe (yang diperankan oleh Robert De Niro). Dan, keesokan harinya, ia sembuh! Pasien lainnya menyusul, satu per satu. Untuk merayakan hal ini, mereka mengadakan pesta dansa dan pelesir ke beberapa tempat. Sungguh gembira menyaksikan orang-orang yang sekalipun hidup, tampak seperti orang yang mati tersebut berdansa dan berkomunikasi satu sama lain. Dan, semuanya dilakukan dengan penuh gairah. Sekilas, tampak seperti melihat orang yang bangkit dari mati.
Akan tetapi, khasiat ramuan tersebut hanya berlaku selama musim panas. Setelah itu, satu per satu pasien kembali sakit, dan tidak bisa diajak berkomunikasi.
Di bagian akhir ilm tersebut, dr. Malcolm Sayer menyatakan: Human spirit is more powerful than any drugs, and that was must be nursed. (Semangat hidup manusia lebih kuat daripada obat, dan itulah yang harus dipelihara.)
Mari kita merenung: pernahkan kita berpikir untuk menjaga semangat hidup kita, terlebih ketika kita menyadari bahwa Tuhan telah mengaruniai kita kesehatan"
*** Kebahagian sejati tidak bisa dilihat atau disentuh, tetapi dirasakan dalam hati.
Helen Keller J u l i Kertas Kado yang Murah P engalaman ini terjadi ketika bapak saya merayakan ulang
tahunnya yang ke-57. Ketika itu, saya sedang di toko buku, mencari buku rohani sebagai kado untuk bapak saya. Setelah menemukan buku yang cocok, saya pun membeli kertas kado. Pertimbangan utama saya ketika mencari kertas kado tersebut adalah harga, bukan motifnya. Setelah itu, saya pulang.
Lalu, saya menyadari hal yang menggelikan. Ternyata, motif kertas kado yang saya pilih bergambar para aktor Meteor Garden, Dao Ming Tse dan kawan-kawannya. Dan, parahnya, saya baru mengetahui hal ini ketika sudah berada di rumah, dan, tak lama lagi, acara ulang tahun akan dimulai. Jadi, saya tidak sempat menggantinya. Dan, seketika saya teringat akan kertas-kertas kado yang lain, yang pernah saya beli untuk wanita yang ingin saya dekati: begitu teliti saya memilihnya. Begitu pas motifnya.
Ingatan akan hal itu membuat saya merenung: bagi seseorang yang sejak kecil telah membesarkan kita dengan keringat dan kerja keras, saya tidak mempersembahkan yang terbaik. Saya, dan mungkin juga Anda, kerap memperlakukan orang-orang di sekitar kita dengan cara terbalik. Bagi orang lain yang tidak saya kenal dekat, saya telah mempersembahkan yang terbaik, bahkan dengan teliti. Namun, bagi orang yang seharusnya saya hargai, saya justru melakukannya dengan sembarangan.
Perkara ini memang sesuatu yang kecil, hanya kertas kado. Namun, momen penting yang ada di dalamnya ulang tahun seorang bapak sepantasnya disikapi dengan lebih teliti.
*** Jika di masa kecil kita dibahagiakan orangtua, ketika beranjak dewasa kita perlu memikirkan kebalikannya.
J u l i Bercengkerama di Pasar Hongkong
N ostalgia. Mungkin, itu adalah sesuatu yang dapat menghilangkan stres. Karenanya, tidaklah mengherankan bila pada akhirnya lagu-lagu nostalgia laris manis, dan ilm-ilm lama yang mengesankan diputar berulang kali di televisi, bahkan orangorang mencarinya. Demikian pula halnya dengan teman-teman lama, yang dalam situasi tertentu dapat menjadi obat pengusir penat.
Pada 8 20 Oktober 2007, saya berada di Kalimantan Barat. Selama di sana, saya sempat bertemu dengan beberapa teman lama di Singkawang, kota tempat saya dibesarkan sejak TK hingga SMP. Suatu malam, kami bercengkerama di pasar Hongkong, sebuah tempat nongkrong yang buka dari jam sembilan malam hingga subuh.
Ketika itu, berbagai kenangan lama yang sebelumnya hanya tersimpan dalam ingatan tiba-tiba saja mencuat. Teman yang dulu pernah saya gebuki karena suka mengejek nama bapak saya bisa tertawa lepas, seolah tanpa beban. Teman lain yang mainannya pernah saya curi juga tidak menunjukkan tanda-tanda mendendam. Puji Tuhan, saya meninggalkan Kalimantan Barat tanpa ganjalan atau dendam terhadap teman-teman saya, sehingga kami bisa menikmati nostalgia kami dengan leluasa dan indah.
Setelah derai tawa kami surut dan kopi-kopi yang kami minum habis, saya berpikir tentang hubungan antarmanusia dengan beragam pasang surutnya. Sekalipun kerap berkonlik, kita harus tetap memiliki hubungan yang baik dengan sesama kita. Hal ini penting, karena bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial, dan tidak tertutup kemungkinan jika suatu hari nanti kita akan bertemu kembali dengan kawan lama kita. Dan, ketika hal itu terjadi, Anda tentu mengharapkan sebuah nostalgia yang manis, bukan"
*** Nostalgia yang manis menghilangkan penat, memampukan kita untuk bangkit dan menjalani hidup dengan semangat.
J u l i Hasrat yang Tak Tergantikan
H asrat manusia kerap kali menjadi masalah. Ia bukan hanya
tak pernah terpuaskan, tetapi juga bisa berubah. Inilah yang terjadi dalam hidup Richard Mayhew.
Suatu ketika, Richard Mayhew mendapat pekerjaan di London sebagai sekuritas. Di sana, ia bertemu dengan Jessica, seorang gadis cantik yang lantas menjadi tunangannya. Segalanya tampak berjalan baik untuknya, sempurna. Namun, semuanya berubah ketika ia bertemu Door, seorang gadis asal London Bawah yang nyawanya terancam.
London Bawah adalah dunia rekaan Neil Gaiman dalam Neverwhere. Dikisahkan, di London Bawah terjadi beberapa pertarungan seru. Di sana, Richard turut bertarung dan hampir putus asa karena kengerian yang terjadi. Hidup di London Bawah terkesan mengerikan, busuk, dan remang. Itulah yang membuatnya ingin segera kembali London Atas, London yang sebenarnya.
Ketika kembali ke London Atas, hidup Richard berubah. Ia mengalami kehidupan yang lebih baik. Bahkan, ia mendapat promosi dari pekerjaannya. Tidak hanya itu, Jessica pun kembali ke pelukannya. Namun, Richard bimbang. Ia rindu akan petualangan di London Bawah. Suatu ketika, ia bertanya kepada seseorang: Apakah kau pernah memiliki segala yang kau inginkan, tetapi kemudian kau menyadari bahwa itu bukanlah hal yang sesungguhnya kau inginkan"
Seperti halnya Richard, terkadang kita menginginkan petualangan dalam hidup, terkadang kita menginginkan kedamaian. Keinginan itu datang silih berganti bak musim. Namun, ada baiknya jika kita mendasarkan dan membungkus semua keinginan tersebut dengan sebuah hasrat, yaitu: memuliakan Dia di atas segalanya.
*** Kehidupan kita di bumi semata-mata bukan tentang kita, melainkan tentang Tuhan dan perjalanan untuk menggenapi rencanaNya.
J u l i Mimpi di Siang Bolong M impi di siang bolong kerap kali menjadi bahan ejekan.
Mengapa" Karena dianggap sebagai hal yang tolol, buah kemalasan, atau pikiran yang melantur. Namun, ternyata hal itu tidak selamanya benar. Tahukah Anda bahwa seorang gitaris hebat mendapat inspirasi untuk judul albumnya berdasarkan mimpi di siang bolong"
Joe Satriani, gitaris rock terkemuka, menyatakan bahwa lagu Suring With The Alien , yang terangkum dalam antologinya yang berjudul The Electric Joe Satriani, tercipta setelah ia bermimpi di suatu siang. Ketika itu, ia bermimpi bertemu dengan seorang alien dari dunia lain yang mengajaknya berselancar.
Silly daydream (mimpi yang aneh di siang bolong), tutur Joe, yang tampaknya memiliki kesan yang sama seperti saya tentang mimpi di siang bolong. Namun, tangannya yang mahir memainkan gitar memampukannya untuk mengubah keanehan itu menjadi sesuatu yang menghasilkan. Album Suring With The Alien menggebrak pasar, terjual laris, dan mengukuhkan nama Joe Satriani sebagai gitaris papan atas di blantika musik rock.
Kini, mari kita merenung: pernahkah kita berpikir bahwa sesuatu yang dianggap tolol, tidak berguna, lanturan tanpa makna, ternyata bisa diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat" Ini tak semata-mata tentang tidur siang. Ini mengajarkan kepada kita bahwa sesungguhnya ada begitu banyak momen yang harus kita tanggapi dengan lebih baik. Kesempatan dan peluang bagi sebuah kreativitas ada setiap saat, kapan pun dan di mana pun, tergantung bagaimana kita menyikapinya.
*** Inspirasi bisa datang kapan saja dan di mana saja, tergantung kepekaan dan bagaimana kita menyikapinya.
J u l i Produktivitas dan Publisitas
S uatu ketika, saya mendapati bahwa ternyata Stephen King,
penulis horor yang tenar itu, pernah membahas tentang produktivitas dan publisitas dalam On Writing dan Bag of Bones.
Dalam On Writing, sebuah memoar, Stephen King berkisah bahwa salah satu buah penanya pernah ditolak oleh sebuah majalah besar. Namun, di kemudian hari, setelah namanya dikenal secara luas karena telah berhasil menerbitkan beberapa karyanya, ia mengirimkan kembali buah pena yang pernah ditolak tersebut ke majalah yang sama. Dan, kali ini, majalah itu memuatnya.
Sementara itu, dalam novel Bag of Bones, Stephen King mengisahkan tentang seorang novelis bernama Michael Noonan, tokoh utama dalam novel ini, yang ke limpungan ketika harus menerbitkan karyanya secara berkala di sebuah penerbit, sehingga memutuskan untuk mengirimkan novel usang yang telah mendekam di lacinya selama 12 tahun. Dan, ternyata buah pena itu mendapat pujian dari penerbit yang menaunginya.
Saya yakin, penulis muda mana pun akan merasa stres ketika tulisannya ditolak. Mungkin, hal ini terjadi karena profesi penulis adalah profesi yang penuh dengan tekanan, dan minim dukungan. Alhasil, tidaklah mengherankan bila pada akhirnya banyak penulis muda yang putus asa dan memilih untuk mundur (baca: beralih profesi).
Tetaplah berkarya dan jangan berpikir tentang apakah karyamu akan diterbitkan atau tidak, ujar Pramoedya Ananta Toer, sastrawan yang tenar itu. Kutipan ini mengajarkan kita akan satu hal yang penting, yaitu: produktivitas adalah sesuatu yang lebih penting ketimbang publisitas. Janganlah menghabiskan wak tu dengan berpikir tentang publisitas, karena ia akan datang dengan sendirinya jika Anda memiliki produktivitas yang tinggi.
*** Keberhasilan bukanlah inal, kegagalan bukanlah hal yang fatal. Ketika berhasil, sebaiknya kita tetap rendah hati. Ketika gagal, sebaiknya kita tetap berjuang, tetap mencoba kembali.
J u l i Ketulian Edison A da beragam fakta menarik seputar Thomas Alva Edison,
antara lain: ia senang merenung dan mencari inspirasi sembari memancing tanpa menggunakan umpan; ketika kecil, ia kerap bertanya tentang hal-hal aneh, seperti mengapa buah apel berwarna merah dan buah jeruk berbentuk bundar; ia pernah mengerami telur ayam hingga celananya kotor; ia pernah dikeluarkan dari sekolah; dan sebagainya.
Di kemudian hari, saya menemukan fakta menarik lainnya tentang Thomas Alva Edison yang semakin membuat saya kagum padanya, yaitu: salah satu telinganya tuli sejak kecil. Awalnya, saya mendengar tentang fakta ini dari seorang teman, yang lantas saya cek kebenarannya di internet. Dan, ternyata hal itu benar adanya. Bahkan, salah satu sumber yang saya baca di internet menyatakan bahwa ia tuli setelah menciptakan music box. Sungguh sebuah fakta yang menarik.
Kini, ketika membayangkan hidupnya, saya yakin bahwa Thomas Alva Edison adalah orang yang bersyukur akan ketuliannya. Mengapa" Karena hal itu memudahkannya untuk mengabaikan pendapat orang lain tentang dirinya. Sejak kecil, Thomas Alva Edison dicap sebagai idiot oleh teman-teman dan gurunya. Mereka menganggap pikirannya kacau. Bahkan, ketika mulai bereksperimen pun, orang-orang terdekatnya kerap memintanya untuk melupakan eksperimen yang hendak dilakukannya tersebut yang mana hal itu juga berarti memintanya untuk melupakan cita-citanya.
Ketulian Edison adalah sebuah anugerah. Bagaimana dengan kelemahan isik yang kita miliki" Maukah kita menganggapnya sebagai sebuah anugerah" Banyak orang mengeluh dan menyumpahi Tuhan karena kecacatan, keburukan, atau kekurangan yang dimilikinya. Percayalah, tidak ada yang disebut kebetulan dalam hidup ini, termasuk kekurangan yang kita miliki sekalipun. Karenanya, mari kita tetap bersyukur kepadaNya.
*** J u l i Makna Berjabat Tangan S aya pernah mendengar sebuah kisah tentang seorang ibu
yang tersangkut di kolong sebuah bus. Sebelumnya, ibu itu terlebih dahulu jatuh sehingga membuat bus yang ditumpanginya berhenti. Melihat hal itu, seorang pemuda memutuskan keluar dari bus untuk menolongnya.
Jabat tangan saya! Saya akan menolong Anda, ujar pemuda
itu. Mendengar hal itu, ibu yang tersangkut itu berkata, Nak, setelah sekian lama... kini aku sungguh-sungguh memahami makna berjabat tangan.
Mungkin, selama ini kita kerap berjabat tangan, melakukannya sebagai sebuah kebiasaan, bahkan tak jarang secara asalasalan. Padahal, jika dicermati dengan saksama, jabat tangan mengandung makna yang dalam karena mengandaikan dua orang yang saling mengulurkan tangan dengan maksud menolong atau memberikan ucapan selamat.
Sadarlah, Tuhan selalu menyediakan pertolongan kepada kita. Namun, kerap kali di masa-masa sulit kita ogah memanjatkan doa kepadaNya. Atau, sekalipun rajin berdoa, kita kerap mengeluh dan tidak menyadari bahwa sesungguhnya ketika mengalami masa-masa sulit Tuhan selalu menggenggam tangan kita untuk membantu kita mengatasi masalah yang sedang kita hadapi.
Juga, sadarlah bahwa Tuhan selalu ingin menjabat tangan kita ketika kita berhasil. Ia ingin menyatakan kebanggaanNya kepada kita. Namun, terkadang kita terlalu angkuh untuk mengucap syukur dengan tangan terbuka kepadaNya.
*** Tangan Tuhan selalu terbuka untuk memberikan pertolongan dan bimbingan bagi kita. Nah, yang menjadi permasalahannya sekarang adalah: apakah kita kita meraihNya atau tidak"
J u l i Memaknai Perjuangan D alam Edensor, novel ketiganya, Andrea Hirata menceritakan
tentang pengalamannya menjelajah Eropa dan Afrika. Adapun, salah satu pemicu penjelajahan ini adalah A Ling.
A Ling adalah gadis Tionghoa pujaan Andrea Hirata semasa kecil. Ia kerap membantu orangtuanya berjualan di wa rung kelontong tempat sekolah Andrea Hirata membeli kapur. Kebetulan, Andrea Hirata kerap diberi tugas untuk membeli ka pur warung tersebut. Karenanya, tidaklah mengherankan jika pada akhirnya benih cinta tumbuh dalam dirinya. Namun, karena alasan merantau di negeri impian masing-masing, mereka berpisah.
A Ling pernah menyatakan kepada Andrea Hirata bahwa ia hendak ke Edensor. Perjuangan mencari negeri bernama Edensor inilah yang membawa Andrea Hirata tiba di Zaire, Afrika bagian tengah. Yang menarik adalah fakta bahwa sebelum tiba di Zaire, Andrea Hirata bertemu dengan seorang perempuan yang sangat yakin akan keberadaan Edensor di Zaire. Namun, ketika tiba di sana, ia tak menemukan sebuah desa bernama Edensor. Namun, hal ini tidak membuat Andrea Hirata kecewa. Ia justru menyadari hal penting berikut: bahwa pencarian kita akan hal yang paling kita cintai di dunia ini pada akhirnya berpulang pada hati kita. Jadi, sekalipun tidak ditemukan, Edensor akan selalu ada di hati Andrea Hirata. Dan, ia bahagia akan hal itu.
Kini, mari kita merenung: apakah kita akan berputus asa jika belum berhasil menggapai sesuatu yang selama ini kita caricari"
Semestinya kita memaknai setiap detik perjuangan yang kita jalani dalam hidup, karena tekad dan semangat juang itu tak kalah penting ketimbang mendapatkan apa yang kita per juangkan.
*** Segala sesuatu yang ada di masa lalu dan masa depan adalah hal sepele jika dibandingkan dengan segala sesuatu
yang ada dalam diri kita sendiri. Walt Disney
J u l i Ditolak Koran S ejarah ilm mencatat bahwa Lumiere bersaudara asal Prancis
sebagai dua orang penting dalam dunia ilm. Mereka tercatat sebagai penampil ilm pertama. Namun, saya yakin bahwa Anda pasti tidak akan menganggapnya sebagai ilm menarik, terlebih jika dilihat dari perspektif ilm masa kini. Mengapa" Karena ilm itu berisikan rekaman kereta api yang sedang bergerak mendekati kamera.
Akan tetapi, tahukah Anda apa yang terjadi pada 32 penonton pertama ilm tersebut" Mereka lari tunggang langgang dari gedung pertunjukan ketika kereta yang ada dalam ilm itu mendekati mereka! Bagi mereka, ilm tersebut adalah ilm yang menghebohkan.
Tentu saja, hal ini membuat Lumiere bersaudara tenar dan kaya. Tak kurang dari seribu orang menonton ilm-ilm mereka selanjutnya. Padahal, sebelumnya koran-koran di Prancis menolak untuk mempromosikan ilm pertama mereka.
Fakta ini membuka mata saya. Ternyata, bukan hanya penulis yang ditolak koran. Dan, terkait dengan penolakan, saya yakin bahwa setiap orang di dunia ini apa pun profesinya pasti pernah mengalami penolakan, yang, tentu saja, rasanya menyakitkan.
Akan tetapi, kita tidak boleh menyerah begitu saja. Ingatlah, Tuhan selalu mendampingi kita dalam memperjuangkan hal-hal yang kita yakini sebagai sesuatu yang hebat.
*** Harapkanlah hal-hal yang besar dari Tuhan, lakukanlah hal-hal yang besar bagi Tuhan. William Carey
J u l i Musa dan Masa-masa A ngka 40 adalah sesuatu yang khusus dalam hidup Musa,
seorang nabi yang amat dipercaya Tuhan. Di bagian terakhir kitab Ulangan disebutkan bahwa tidak ada lagi nabi dengan tandatanda yang sehebat dilakukan Tuhan kepadanya. Ia dikenang oleh segenap manusia.
Selama empat puluh tahun pertama dalam hidupnya, Musa bergelimangan harta. Ia adalah putra Firaun. Ia bisa mendapatkan apa pun yang ia inginkan. Ia memiliki segala-galanya. Ia mengalami masa yang bahagia.
Empat puluh tahun berikutnya, Musa tinggal bersama mertua. Ia seolah tak berdaya, bahkan menggembalakan domba. Ia tidak memiliki apa pun. Ia mengalami masa yang sengsara.
Empat puluh tahun berikutnya, Musa diangkat Tuhan sebagai pemimpin. Bersama kemuliaan Tuhan yang menyertainya, ia membebaskan sekitar tiga juta bangsanya dengan modal sebuah tongkat! Kali ini, Tuhan menunjukkan bahwa Ia adalah segalanya. Ia mengalami masa mulia.
Ketika merenung tentang rentang hidupnya, Musa me nyatakan bahwa setiap hari itu penting. Karenanya, ia ingin belajar menghitungnya agar ia bisa menjadi bijaksana. Juga, ia menyatakan bahwa kasih setia Tuhan adalah hal yang paling berharga dalam hidupnya.
Hari-hari yang berlalu, kebijaksanaan yang Musa dapatkan, dan beragam kesulitan, cobaan, dan mukjizat yang ia alami menyadarkan kita bahwa hidup yang kita jalani bukanlah milik diri kita sendiri. Hidup ini adalah milik Tuhan. Mari kita menyadari hal ini dengan sepenuh hati, karena pada akhirnya hidup kita akan berakhir seperti yang dinyatakan oleh Musa: (Tuhan)... akan mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: Kembalilah hai anak-anak manusia!
*** Ketaatan yang mendesak akan mengajar Anda lebih banyak tentang
J u l i Merindukan Damai D apatkah Anda membayangkan bahwa Anda harus mati
dengan cara yang mengerikan tanpa alasan yang jelas. Film The Green Mile mengungkapkan tentang hal ini. John Coffey, pria berkulit hitam, tokoh utama dalam ilm ini, didakwa bersalah karena membunuh dua gadis kecil.
Sesungguhnya, ia adalah orang yang menyelamatkan kedua gadis kecil tersebut. Namun, entah mengapa, ia justru didakwa sebagai pembunuh. Sementara itu, pembunuh yang sebenarnya dibebaskan. Ini bukanlah hal yang asing. Di televisi kita kerap menyaksikan orang yang berkuasa dan memiliki uang banyak luput dari hukuman.
Ketika mengomentari ilm ini, Roger Ebert menyatakan bahwa ilm ini mengingatkan ia akan hukum mati yang terjadi sekitar 2000-an tahun yang lalu di bukit Kalvari. Tentu saja, kita tahu siapa yang dimaksud oleh Roger Ebert.
John Coffey, yang oleh beberapa orang dipersoniikasikan sebagai Yesus dalam ilm ini karena juga berinisial J.C. rela mati karena ia merindukan damai. Ia muak dengan beragam kejahatan yang ada di dunia ini.
Kini, mari kita merenung: kedamaian membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Kedamaian tidak datang dengan sendirinya. Namun, di dunia yang penuh dengan dusta dan nista ini, yang kerap kali muncul justru sebaliknya. Meski demikian, tak ada salahnya jika kita tetap merindukan damai. Perindu damai akan membawa damai, dan biarlah itu menjadi jalan di mana Tuhan menghadirkan sukacitaNya di bumi.
*** Pembawa damai adalah para pahlawan: orang-orang yang menciptakan kedamaian dengan perjuangan bukan sekadar menjaganya.
J u l i Harapan dan Ketenangan Hati
K etika menonton ilm Out of Africa garapan Sydney Pollack,
saya terkesima dengan pemandangan alam Afrika. Ternyata, Afrika tidak selalu panas, hitam, dan gersang seperti yang selama ini ada di benak saya. Ternyata, Afrika juga menyimpan tempattempat yang menarik. Film ini mengangkat latar kehidupan masyarakat di Bukit Ngong, Kenya, pada awal abad ke-20.
Film ini mengisahkan tentang seorang pria bernama Denys (yang diperankan oleh Robert Redford), yang suka bertualang dan berburu, yang jatuh cinta pada seorang janda bernama Karen (yang diperankan oleh Meryl Streep). Benih cinta antara mereka berdua muncul setelah keduanya beberapa kali bertemu. Namun, ketika Karen meminta Denys untuk tinggal bersamanya, Denys menolaknya.
Penolakan tersebut didasarkan pada fakta bahwa Denys adalah sosok penyendiri yang senang bertualang. Alasan lainnya adalah karena Karen mengidap sipilis, yang ditularkan oleh mantan suaminya yang senang menghabiskan waktu bersama pelacur.
Film ini memiliki pesan yang kuat tentang harapan. Denys seolah memberi harapan pada Karen dengan kunjungankunjungannya. Namun, ia enggan berkomitmen. Alhasil, harapan Karen untuk hidup bersamanya pupus.
Setiap manusia memiliki hati yang lemah. Dan, seperti yang dikatakan oleh Agustinus, Hanya Tuhanlah yang mampu menguatkannya. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa se sungguhnya kita harus mengisi hati dan pikiran kita dengan Tuhan, Sang Pencipta. Namun, ingatlah juga bahwa keinginan yang terlalu besar bisa menjelma menjadi sesuatu yang mem bahayakan.
*** Pengharapan yang sejati adalah ketika kita berharap Tuhan dimuliakan dalam tujuan kita, keinginan kita, perbuatan kita segenap keberadaan kita.
J u l i Menghidupi Tujuan dengan Rendah Hati
A da beberapa buku yang membuat pembacanya bertingkah
aneh. Bahkan, ada beberapa buku yang menginspirasi pembacanya untuk membunuh.
Il Principe karangan Machiavelli dibaca oleh beberapa pemimpin negara yang lantas menjelma menjadi seorang diktator dan pembunuh. Demikian pula halnya dengan buku bergenre teenlit, yang ternyata juga mampu menginspirasi beberapa pembacanya untuk membunuh.
Catcher in The Rye karangan J.D. Sallinger juga adalah salah sa tu buku yang mampu menginspirasi pembacanya untuk membunuh. Hal inilah yang terjadi pada diri Mark Chapman, yang terkenal karena membunuh John Lennon, pentolan The Beatles. Suatu pagi, Mark Chapman meminta John Lennon menandatangani buku Catcher in The Rye karangan J.D. Sallinger yang dimilikinya. Dan, tak lama kemudian, Mark Chapman menembak John Lennon, sehingga membuatnya tewas saat itu juga.
Dalam novel ini, Holden digambarkan sebagai seorang remaja pemarah, yang tak pernah menyukai apa pun dalam hidupnya. Baginya, segala sesuatu tampak seperti sampah. Ia dikeluarkan dari sekolah karena dianggap tidak serius belajar, dan mudah berang pada siapa pun yang ditemuinya.
Sebenarnya, novel ini memuat sebuah nasihat penting, yang terungkap melalui apa yang dikatakan oleh guru Holden menjelang akhir kisah. Ia menyatakan bahwa orang yang belum dewasa mau mati demi suatu tujuan, tetapi orang yang sudah dewasa mau hidup dengan rendah hati untuk mencapai tujuan itu. Nasihat inilah yang sesungguhnya menempelak Holden.
Akan tetapi, sayangnya Mark Chapman dan beberapa pembaca lainnya yang membunuh setelah membaca novel tersebut tidak merenungkan hal ini dengan mendalam, atau mungkin juga mereka tidak membacanya hingga selesai. Mereka hanya memfokuskan pembacaannya pada segenap amarah yang tertuang dalam hampir keseluruhan novel tersebut.
J u l i menjalani hidup dengan rendah hati untuk mencapai tujuan yang kita inginkan" Semoga.
*** Marah itu gampang. Namun, kepada siapa kita marah, dengan kadar yang seperti apa kita melampiaskan rasa marah yang kita miliki, berikut dengan waktu, tujuan, dan cara yang benar bukanlah perkara yang mudah. Aristoteles
J u l i Mulailah& . F inding Forrester, sebuah ilm yang mengisahkan tentang kecintaan seseorang pada dunia buku dan tulisan, mengajarkan saya bagaimana memulai sesuatu.
William Forreseter dalam ilm ini adalah seorang peraih penghargaan sastra tertinggi di Amerika: Pulitzer. Namun, setelah memperoleh penghargaan tersebut, ia menghilang (baca: menyendiri), hingga suatu ketika ada seorang pemuda berkulit hitam yang menemuinya. Ternyata, mereka memiliki minat yang sama. Dan, pemuda itu pun berguru padanya.
Bagian yang paling mengesankan dalam ilm ini adalah nasihat sang pemenang Pulitzer. Pertama-tama, tulis konsep tulisan dengan hatimu. Lalu, tulis kembali konsep tersebut dengan kepalamu. Faktor utama dalam menulis adalah menulis, bukan berpikir, ujarnya.
Mulailah menulis. Mulailah dengan halaman pertama. Umumnya irama ketikan datang dari halaman pertama ke halaman kedua. Ketika kau merasakan kata-katamu, mulailah mengetik, lanjut William.
Sebenarnya, jika direnungkan, pesan utama dalam ilm ini juga dapat diterapkan dalam beragam sisi kehidupan kita. Manusia dapat menjadi seorang yang ahli di bidang apa pun yang diinginkannya jika ia mau memulainya. Hal ini penting, karena gagasan sehebat apa pun tidak akan menjadi sesuatu yang hebat jika Anda tidak memulainya.
Mari, mulai detik ini juga, kita membiasakan diri kita untuk memulai& Jangan lagi menunda-nunda!
*** Inspirasi tidak hanya datang dari perenungan, tetapi juga tindakan.
J u l i Dia Ayahku A da begitu banyak kisah tentang Michael Sullivan. Inilah
kalimat pembuka ilm Road to Perdition, sebuah ilm yang membahas tentang maia.
Michael Sullivan adalah sosok yang kontroversial. Ada yang menganggapnya sebagai orang baik, tetapi tak sedikit yang menganggapnya sebagai orang jahat. Namun, terlepas dari kontroversi tersebut, di bagian akhir ilm tersebut ada seorang anak yang berkata, Dia ayahku. Pernyataan ini seolah menempelak beragam kontroversi terkait dengan sosok Michael Sullivan.
Bagaimana dengan penilaian Anda tentang ayah Anda" Atau, jika Anda sudah memiliki anak, bagaimana tanggapan anak Anda tentang Anda" Apakah Anda akan tetap menyatakan, Dia ayahku, meskipun dia bukanlah sosok ayah yang Anda harapkan" Apakah anak Anda juga akan menyatakan bahwa yang sama kepada Anda"
Road to Perdition (jalan menuju kota Perdition) adalah jalan yang akan selalu dikenang oleh putra Michael Sullivan. Mengapa" Karena di jalan inilah ia bisa berinteraksi dengan lebih dalam dengan ayahnya. Ia diajari cara menyetir mobil, merampok bank, bahkan hingga menggunakan senjata bertahan hidup di dunia yang kejam. Momen kebersamaan dengan ayahnya inilah yang dianggap sang anak sebagai momen yang sangat berharga dalam hidupnya bukan tentang apa yang diajarkan sang ayah kepadanya.
Sebagaimana halnya manusia, ayah bukanlah sosok yang sempurna. Namun, tidak sepantasnya hal ini membuat kita mengabaikannya atau, jika Anda telah menjadi seorang Ayah, Anda mengabaikan anak-anak Anda. Bagaimanapun, hubungan antara ayah dan anak adalah hubungan penting, sedemikian pentingnya hingga kelak hal itu akan selalu membekas dalam hati kita.
*** Ayah yang hebat tidak akan dianggap sebagai sosok yang hebat oleh
J u l i Rasa Bersalah yang Kepanjangan
D alam cerpen Matinya Seorang Buruh Kecil, Anton Chekov
menunjukkan betapa berbahayanya rasa hormat dan rasa bersalah yang berlebihan. Inilah yang terjadi pada Ivan Kreepikov.
Suatu ketika, Ivan tak kuasa menahan bersin sewaktu menonton opera musik komedi yang sangat lucu. Yang menjadi masalah dari hal ini adalah fakta bahwa semburan bersin tersebut mengenai jenderal yang duduk di sebelahnya. Tentu saja, hal ini membuat Ivan merasa bersalah. Karenanya, ia memutuskan untuk meminta maaf kepada sang jenderal tersebut. Bahkan, ia berulang kali meminta maaf kepada sang jenderal. Tentu saja, hal ini membuat sang jenderal terganggu, hingga akhirnya ia menembak Ivan. Dan, Ivan pun tewas seketika.
Cerpen-cerpen Anton Chekov memang cenderung satiris media untuk mengkritik para pemegang kekuasaan yang korup dan bengis pada masanya. Namun, dalam kasus Ivan di atas, Anton Chekov hendak menegaskan kepada kita bahwa sesungguhnya kita juga bisa mati karena hal yang bodoh. Apakah kita seperti Ivan yang sangat takut kepada seseorang karena sebuah kesalahan yang pernah kita lakukan" Pernahkah kita merasa bahwa kesalahan yang kita lakukan terhadap seseorang sangat membebani hidup kita"
Marilah kita bangkit dari rasa bersalah yang berke panjangan! *** Kesalahan yang tidak diampuni tidak seharusnya membuat kita gelisah. Percayalah kepadaNya, kuasaNya sanggup mengubah hati yang keras menjadi lembut.
J u l i Kematian Donnie Darko D onnie Darko adalah seorang remaja yang tergila-gila pada
misteri waktu dan dunia lain. Ia sering dikunjungi makhluk aneh berkepala kelinci, yang mengintimidasinya untuk melakukan beragam kerusakan dan kekacauan nyaris tanpa bekas. Makhluk itu seolah-olah mampu membuat Donnie tunduk kepadanya.
Karena tak tahan dengan intimidasi tersebut, Donnie akhirnya memutuskan untuk mati dengan cara bunuh diri. Ia mati untuk menghalau ketakutan dari makhluk berkepala kelinci tersebut. Ia mati karena selaku manusia normal ia merasa bersalah atas semua kerusakan dan kekacauan yang dibuatnya. Namun, yang luar biasa dan mungkin tidak bisa ditiru adalah fakta bahwa ia mati dengan cara memutar kembali waktu yang telah berjalan: ia mati sebelum ia membuat sebuah kerusakan atau kekacauan.
Kini, mari kita merenung: siapakah yang paling kita takuti di dunia ini" Apa atau siapakah yang mengendalikan hidup kita"
Jika Tuhan adalah penguasa hidup kita, maka kita tak perlu memutar waktu dan menghapus semua kekacauan dan kerusakan yang telah kita buat dengan membunuh diri kita sendiri, seperti halnya Donnie Darko.
*** Hidup adalah jalan di waktu tidur, kematian adalah pulang ke rumah. Peribahasa China
J u l i Ponstan P onstan Eko Wahyudie. Itu adalah sebuah nama. Mungkin,
Anda mengira saya bercanda. Namun, percayalah, saya serius. Ponstan adalah seorang teman saya semasa kuliah. Orangnya pintar dan kritis, tetapi juga sangat polos dan lucu.
Salah satu dosen saya suka memanggilnya Paracetamol, obat sakit kepala. Dosen yang lain memanggilnya Potas, racun ikan. Sementara itu, saya dan teman-teman saya kerap memanggilnya Spontan, sesuai dengan nama acara televisi yang digawangi oleh Komeng, yang beberapa tahun lalu cukup digemari.
Sebenarnya, saya agak lupa mengapa ia diberi nama Ponstan oleh orangtuanya. Kalau tidak salah ingat, ibunya pernah sakit gigi ketika mengandungnya. Dan, saya yakin Anda pasti familier dengan nama obat yang kerap digunakan untuk meredakan sakit gigi, bukan"
Sejujurnya, saya tidak tahu apakah Ponstan pernah tersing gung dengan berbagai nama yang diberikan untuknya. Kelihatannya sih tidak, karena ia terlihat sangat santai.
Ketika merenungkan candaan dan olokan yang kerap dialami Ponstan, saya menemukan satu hal yang penting. Memang, nama kita bisa terdengar aneh di telinga orang lain. Namun, ketahuilah bahwa apa pun nama kita, kita tetaplah berharga di mata pencipta kita. Bahkan, di Alkitab tertulis: Aku akan memberikan kepadamu harta benda yang terpendam dan harta kekayaan yang tersembunyi, supaya engkau tahu, bahwa Aku... memanggil engkau dengan namamu. Yakinlah, Ia mengenal kita dengan sangat baik. Bahkan, ia lebih sering memanggil kita dengan nama kita daripada kita menyerukan namaNya.
*** Tuhan tak pernah bosan jika kita berulang kali memanggilNya. Mengapa" Karena Ia tak pernah bosan memanggil nama kita.
J u l i Petaka dari Hati yang Degil
S ean PV, tokoh dalam cerita Mimi Lan Mintuna karangan Remy
Sylado menunjukkan bagaimana proses kedegilan hati itu terjadi. Awalnya, Sean PV adalah seorang Nasrani. Ketika dewasa, ia berbuat dosa dan enggan bertobat. Alhasil, dosa-dosanya menggunung, dan menjadi makanan sehari-hari. Bahkan, & Ia menganggap dosa itu sebagai mata pencaharian.
Karena dosa dianggap sebagai mata pencahariannya, maka tidak mengherankan jika Sean mudah menipu, mudah bersandiwara, mudah menyiksa, mudah marah, bahkan mudah meletupkan senjata di kepala orang lain. Terkait dengan hal ini, salah seorang musuhnya menyatakan kepadanya: ...Saraf kasihan kita sama-sama sudah tidak ada.
Sean PV adalah seorang pedagang gelap wanita yang dijadi kan pelacur kelas atas dan bintang ilm porno di Bangkok, Hongkong, hingga Tokyo. Sedemikian hina pekerjaannya, sehingga ada begitu banyak petaka yang ditimbulkannya di sepanjang cerita.
Memang, dunia tempat kita hidup semakin hari semakin kejam. Dan, dosa menantang kita untuk mencobanya. Dosa memperanakkan dosa, demikian khotbah yang saya dengar beberapa tahun silam. Sejauh saya cermati, pernyataan ini ada benarnya. Ketika kita melakukan sebuah dosa, maka kita tidak akan ragu untuk melakukan dosa lainnya, dan begitu seterusnya.
Alhasil, tumpukan dosa itu akan membuat hati kita tumpul, dan degil. Kita tidak lagi memiliki kepekaan akan dosa, belas kasihan, hingga bahkan tak sanggup lagi mengecap kemuliaan dari welas asih, hidup yang bersahaja, atau kejujuran.
Kini, mari kita merenung: kapan terakhir kalinya kita mengoreksi diri sendiri dan memohon ampun kepada Tuhan"
*** Jika Anda ingin melihat masa lalu, lihatlah keadaan Anda sekarang. Jika Anda ingin mengetahui masa depan,
lihatlah tindakan Anda sekarang.
A g u s t u s Kasih dari Balik Terali Kawat
J ika Anda mencari tontonan untuk keluarga, maka ada baiknya
Anda menonton ilm Radio yang menurut saya adalah salah satu ilm terbaik, yang juga diadaptasi dari peristiwa nyata. Film ini mengisahkan tentang seorang remaja cacat mental yang sulit berkomunikasi. Ia (yang diperankan dengan sangat apik oleh Cuba Gooding, Jr.) selalu mendorong troli yang biasa digunakan untuk berbelanja ke mana pun ia pergi sembari menenteng sebuah radio. Itulah sebabnya, mengapa ia dipanggil Radio.
Meski demikian, pelatih Harold Jones (yang diperankan oleh Ed Harris) pelatih American Football (sejenis olahraga rugbi) di Hanna High School, South Carolina sangat menyayangi Radio sejak pertama kali melihatnya dari balik terali kawat di lapangan tempat ia melatih. Dan, sejak saat itu, persahabatan antar keduanya berlangsung harmonis, meskipun beberapa orang mencibirnya.
Mungkin, Anda bertanya-tanya, mengapa pelatih Jones mau bersahabat dengan Radio" Apakah ia memiliki motif tertentu"
Dan, jawabannya adalah: ketika remaja, pelatih Jones yang saat itu bekerja sebagai loper koran pernah bersahabat dengan seorang anak yang seumur hidupnya dikurung di ruang bawah tanah oleh orangtuanya. Dan, setiap hari, selama dua tahun, ia menemani anak itu, tanpa bisa berbuat apa pun tanpa berupaya untuk menyelamatkannya. Karenanya, ia sangat menyesal, dan berharap bisa melakukan sesuatu untuk Radio.
Lihatlah keadaan sekeliling kita: Apakah ada orang yang kurang beruntung yang semestinya mendapat perlakuan lebih baik" Apakah ada orang yang hidup berkekurangan dan menderita"
Mari kita lebih peduli. Ingatlah, dalam setiap kasih yang kita berikan dan nyatakan melalui perbuatan, kita tidak akan pernah merugi.
*** Kasih akan surga membuat seorang bersikap bak penghuni surga. William Shakespeare
A g u s t u s Balasan yang Tak Sama T ahun lalu, saya hanya menerima sedikit ucapan selamat ulang
tahun. Dan, begitu pula halnya dengan ucapan selamat Natal. Mungkin, ada beberapa orang yang mulai mengurangi kasihnya kepada saya.
Hal ini mengingatkan saya akan beragam ucapan selamat ulang tahun dan selamat Natal yang saya berikan kepada orang-orang yang ada di sektiar saya. Saya bahkan ingat beragam kado selaku kejutan yang saya hadiahkan kepada mereka. Selain itu, saya juga ingat akan beragam sms ucapan selamat hari raya Idul Fitri dan mohon maaf lahir dan batin yang saya berikan kepada saudara-saudara saya yang merayakan, bahkan tak pernah luput dari tahun ke tahun. Saya yakin mereka menyukainya.
Sebagai manusia, tentu saja, kita akan merasa senang jika apa yang kita berikan sebanding dengan apa yang kita terima. Namun, kenyataan itu menjauh dari hidup saya. Bagaimana dengan Anda" Apakah Anda mengalami hal yang sama dengan saya" Saya harap tidak. Pun, jika Anda mengalami hal yang saya sama dengan yang saya alami, saya berharap Anda bisa memetik hikmah dari renungan ini.
Sadarilah bahwa setiap orang, termasuk saya, memiliki kemungkinan untuk menjelma menjadi sosok yang menyebalkan. Mungkin, ketika kita berpikir bahwa orang lain tidak memberikan balasan yang sama dari setiap hal yang telah kita berikan, tanpa kita sadari, di masa lalu kita telah melakukan hal yang sama. Dan, tidak tertutup kemungkinan bahwa kita akan melakukannya kembali di masa depan.
Di dunia ini, tidak ada yang adil dalam hal balas-berbalas. Namun, yakinlah bahwa kita akan menuai apa yang kita tabur, meskipun harus menunggu lama. Karenanya, janganlah bosan untuk memberi kasih dan kebaikan bagi semua orang.
*** Saya belajar bahwa orang yang tidak memberi perhatian seperti yang saya inginkan tidak serta-merta berarti dia tidak mencintai saya.
A g u s t u s Totalitas dan Kreativitas
G ive me two pages from the Bible, and I ll give you a motion picture.
Inilah pernyataan Cecil B. DeMille, seorang sutradara ternama yang kini namanya diabadikan sebagai salah satu jenis penghargaan di ajang Golden Globe bagi sineas yang memiliki karier panjang di dunia ilm yang kerap disebut sebagai penghargaan seumur hidup (lifetime achievement award).


Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

DeMille, yang juga sering disebut deMille (dengan huruf d kecil), adalah seorang sutradara yang memiliki keahlian mum puni dalam dunia ilm. Tak kurang dari 80 judul ilm telah disutradarainya, salah satunya adalah The Ten Commandements (1956). 3 Tidak hanya itu, ia juga mampu mendayagunakan orangorang biasa menjadi aktor dan aktris hebat.
Penghargaan seumur hidup memang pantas diberikan kepada orang-orang yang telah berjuang dengan segenap jiwa dan raga untuk menekuni suatu bidang tertentu seumur hidupnya. Kini, yang menjadi pertanyaannya adalah, bagaimana dengan kita"
Indonesia masih kekurangan orang kreatif, ujar Ir. Ciputra, pengusaha yang terkenal itu. Kreativitas kita kurang, dan tumpul, karena kita tidak memiliki totalitas. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa totalitas melahirkan kreativitas. Jadi, mari kita belajar untuk setia dengan apa pun yang harus kita kerjakan.
*** Saya telah memperhatikan apa yang harus saya lakukan, bukan apa yang orang-orang pikir tentang diri saya.
Ralph Waldo Emerson A g u s t u s Menafsirkan Seenaknya P ria ini menganggap dirinya sebagai Penerus Tugas-tugas
Martin Luther yang Belum Selesai . Ia menebarkan ajaran bahwa semua orang Yahudi perlu dibasmi karena merekalah yang membunuh Yesus.
Ya, ia adalah Adolf Hitler. Ajarannya tersebut memecah gereja menjadi dua; ada yang bersimpati, tetapi tidak sedikit pula yang menentangnya. Salah satu penentang utama Hitler adalah Dietrich Bonhoeffer. Ia menegaskan bahwa gereja yang mendiskriminasi anggota-anggota dan pelayan-pelayannya atas nama ras tidak lagi pantas disebut sebagai gereja Yesus Kristus. Sedemikian agresif ia menentang ajaran Hitler, sehingga memaksa Nazi menutup seminari yang dipimpinnya pada 1937.
Pada 1943, Boenhoffer dipenjara. Ia sempat dipindah ke kamp konsentrasi sebelum dihukum gantung pada 9 April 1945. Salah seorang dokter yang bekerja di kamp konsentrasi bersaksi bahwa ia melihat Boenhoeffer meninggal dengan ekspresi yang sungguh-sungguh berserah kepada Tuhan. Selang tiga minggu kemudian, Hitler bunuh diri.
Hitler adalah diktator yang menafsirkan Alkitab dengan seenaknya. Bahkan, ia tak segan-segan memersoniikasikan dirinya sebagai orang yang mahapenting.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, politik itu ke jam. Dan, orang-orang yang berkecimpung di dalamnya akan memanfaatkan beragam cara untuk menyatakan kebenaran dari dan atas nama dirinya sendiri.
Akan tetapi, perlu juga ditegaskan di sini bahwa se sungguhnya bukan hanya yang politisi yang suka menafsirkan kebenaran dengan seenaknya sendiri. Kita juga berpeluang untuk melakukan hal yang sama. Bukankah kita kerap berdalih dan mempertahankan kebenaran lain ketika Tuhan menuntut kita untuk berubah"
Mari, mulai detik ini, kita mengoreksi diri kita sendiri. ***
A g u s t u s diubah; beri saya ketenangan untuk menerima apa yang tidak dapat diubah; dan beri saya kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya. Kredo Alcoholic Anonymous
A g u s t u s Kok ke Perpus Lagi" K ota Malang memiliki perpustakaan daerah yang cukup
lengkap. Bahkan, kalau tidak salah, perpustakaan daerah kota Malang memiliki koleksi buku terbanyak se-Indonesia. Karenanya, tidaklah mengherankan jika pada akhirnya perpustakaan daerah kota Malang kerap mengadakan beragam kegiatan seputar perbukuan dan kepenulisan.
Suatu ketika, saya mengunjungi perpustakaan tersebut untuk mencari beberapa buku sebagai referensi tulisan. Dan, tanpa se ngaja, saya bertemu dengan adik kelas saya di kampus. Ia terkejut ketika melihat saya.
Kok ke perpus lagi, Mas"
Ya& baca-baca, jawab saya sekenanya.
Ah, untuk apa baca-baca segala. Sudah lulus kan" Skripsi sudah selesai. Kalau aku masih perlu, soalnya masih menggarap skripsi, ujarnya.
Saya tersenyum mendengar hal ini. Mungkin, pernyataan ini mewakili pandangan kaum muda masa kini atau, mungkin juga tidak.
Kini, yang menjadi pertanyaannya adalah: Bagaimana dengan kita" Apakah kita memiliki pandangan serupa"
Membaca adalah salah satu hal yang penting. Mengapa" Karena dengan membaca kita bisa merenung, mendapat inspirasi untuk menjalani hidup yang lebih baik, dan berada di dunia lain yang mengasyikkan yang mampu menghibur penat dan lelah yang kita alami.
Membaca memungkinkan kita untuk belajar. Dan, pembelajaran adalah proses yang berlangsung seumur hidup, bukan hanya ketika kita hendak membuat sebuah karya atau tugas tertentu saja. Namun sayangnya, mayoritas orang enggan belajar ketika tidak ada institusi yang menuntut mereka untuk belajar. Bagaimana dengan Anda"
Ingatlah bahwa orang-orang yang ingin memberi makna dalam kehidupannya tidak akan pernah berhenti belajar.
A g u s t u s sesungguhnya Anda sudah tidak ingin berkembang. Shirley Hufstaedler
A g u s t u s Semangat dan Fasilitas B eberapa tahun yang lalu, sekolah tempat saya mengajar
menggelar lomba futsal. Pesertanya cukup banyak: 26 tim. Tim-tim itu lantas dibagi menjadi tiga kategori sesuai usia peserta TK 1 kategori, SD 2 kategori. Sekalipun tidak suka sepakbola, saya menikmati pertandingan demi pertandingan yang berlangsung.
Hal yang mengesankan bagi saya pada pergelaran tersebut adalah kemenangan yang diraih oleh SD Negeri Punggul 2 di salah satu kategori. Bagi saya, mereka adalah tim yang sangat tangguh. Bahkan, mereka mampu menjadi juara pertama, meskipun tidak memiliki lapangan futsal sendiri.
Ketika mereka menggenggam piala yang mereka raih, sorak-sorai membahana! Bahkan, saya pun turut menyoraki me reka, meskipun mereka bukan murid saya. Bangga rasanya melihat anakanak yang sederhana ini meraih kemenangan yang gemilang.
Pelatih mereka bercerita bahwa kadang kala mereka harus menyewa lapangan untuk berlatih. Dan, fokus utama sang pelatih adalah memompa semangat juang anak-anak itu. Inilah yang akhirnya menjadi kunci utama kemenangan mereka.
Kini, mari kita melihat diri kita masing-masing: apakah kita menyia-siakan fasilitas yang sudah kita miliki untuk menunjang hidup kita" Atau, justru kita kurang bersemangat karena memiliki fasilitas yang tampaknya serba kurang untuk mewujudkan niat kita" Fasilitas, bagi beberapa orang adalah segalanya. Itu keliru. Mari kita buat segalanya lebih baik!
*** Tragedi kehidupan adalah sesuatu yang mati di dalam diri seseorang ketika dia hidup. Albert Einstein
A g u s t u s Tiga Manajemen P ada akhir Desember 2007, saya benar-benar kelimpungan
untuk merampungkan tugas-tugas saya sebagai seorang guru. Ternyata, tugas dan tanggung jawab seorang guru sangat berat. Di tempat saya mengajar, guru harus mahir mengajar, menyusun silabus, hingga bahkan mengoordinir beragam kegiatan ekstra kurikuler.
Alhasil, saya jarang menulis. Dulu, saya masih sempat menulis cerpen, puisi, resensi, hingga novel; sekarang susah.
Saya menceritakan tentang hal ini di sebuah milis (komunitas dalam dunia maya) yang saya ikuti. Seorang teman merespons dengan sangat baik. Ia menilai bahwa kesulitan yang saya alami berakar pada kekurangan saya dalam mengatur hidup. Sebagai seorang pengajar, ia menegaskan bahwa seorang pemimpin yang dalam konteks ini juga saya pahami sebagai orang yang dewasa harus lihai dalam hal manajemen inansial, waktu, dan orang.
Kita hanya hidup sekali. Karenanya, kita membutuhkan efek tivitas dan eisiensi dalam segala hal yang kita kerjakan, apalagi jika kita menggeluti dua bidang atau minat yang berbeda. Dan, terkait dengan hal ini, saya menyadari bahwa saya masih belum mahir dalam hal manajemen waktu. Bagaimana dengan Anda"
Mari kita tata hidup kita dengan lebih baik, sehingga kelak hidup yang kita jalani akan memberikan manfaat yang besar bagi orang lain.
*** Kehidupan yang panjang, sehat, dan bahagia adalah buah dari berkontribusi, terlibat dalam proyek yang menyenangkan, dan menyokong serta memberkahi kehidupan orang lain. Dr. Hans Selye
A g u s t u s Yang Ahli pun Bisa Salah N obel adalah sebuah penghargaan yang sangat bergengsi.
Karenanya, tidaklah mengherankan jika mayoritas penulis di dunia sangat menginginkannya. Pramoedya Ananta Toer telah berkali-kali menjadi kadidat peraih Nobel Sastra, tetapi tidak sekali pun ia meraihnya.
Akan tetapi, tahukah Anda bahwa suatu ketika naskah peraih Nobel Sastra pernah ditolak oleh beberapa editor (dan penerbit). Penasaran" Cermati tulisan teman saya di sebuah milis yang saya ikuti:
Sunday Times, sebuah koran Inggris& membuat percobaan dengan mengirimkan dua naskah pembuka novel yang terkenal dari peraih Nobel. Naskah tersebut dikirim ke 20 penerbit dengan nama palsu. Dan, mayoritas penerbit tersebut menolaknya. Dengan kata lain, para editor kawakan di penerbitan pun, yang kerap dibanjiri naskah, tidak awas dengan naskah-naskah yang bak mutiara. Buktinya, mereka tidak mengetahuinya.
Sumber tulisan ini adalah situs Kafe Sastra di Jerman. Cukup menarik, ya" Kenyataan yang menggelitik sekaligus membahagiakan terungkap di sini: yang ahli pun bisa salah menilai.
Jika direnungkan, menjadi jelas bahwa sesungguhnya Tuhan-lah yang menjadi hakim bagi setiap tindak-tanduk kita. Namun sayangnya, kita kerap beranggapan bahwa Tuhan hanya menghakimi dosa-dosa kita, bukan karya-karya kita. Semua hal yang kita lakukan harus dikembalikan kepadaNya, entah orang lain menerima atau menolaknya. Dialah penilai terbaik atas semua kerja keras yang kita lakukan. Juga, Dialah yang akan memberikan ganjaran yang sesuai bagi setiap tetes keringat kita.
*** Saya tidak tahu fakta lain yang lebih membesarkan hati selain kemampuan manusia yang sudah tak perlu diragukan lagi dalam meningkatkan kehidupannya melalui hal-hal yang disadarinya. Henry David Thoreau
A g u s t u s Iman dan Rasa Aman P ria itu pintar, tampan, dan sangat tenar. Juga, baik hati.
Tampaknya, ia akan berhasil di bidang apa pun yang ia minati, usahakan, dan kerjakan. Kelihatannya, tak ada satu hal pun yang akan membuatnya mudah merasa tertekan.
Pria yang terlihat serba baik dan sempurna ini adalah sosok idaman para pria di seluruh dunia. Namun, siapa yang dapat menjamin bahwa semua yang terjadi dalam hidup pria ini akan selalu berlangsung aman" Tidak ada. Bahkan, dirinya sendiri pun tidak sanggup menjamin.
Sesungguhnya, jika dicermati dengan saksama, ada per bedaan yang sangat tipis antara iman dan rasa aman. Jika segala se suatunya baik dan sempurna, orang bisa tampil dengan percaya diri dan merasa segalanya baik-baik saja.
Akan tetapi, sadarkah kita bahwa di dunia ini tidak ada tempat yang aman" Cepat atau lambat, kita akan dihadapkan kepada persoalan yang menuntut kita untuk mempercayai kekuatan yang lebih tinggi ketimbang kekuatan kita. Di situlah iman dibutuhkan. Namun sayangnya, beberapa dari kita baru menyadari akan pentingnya iman dan Tuhan setelah dihadapkan pada sebuah masalah; sebelumnya, kita cenderung mengabaikan bahkan tak jarang melupakan Tuhan, memburamkan iman.
Kini, mari kita melandasi hidup kita dengan iman, bukan dengan keyakinan akan kehebatan, kemampuan, atau bahkan keadaan kita saat ini. Ya, imanlah landasan hidup kita, bukan rasa aman. Imanlah yang membuat kita tidak lupa akan Tuhan dalam segala situasi.
*** Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya, dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan.
A g u s t u s Dosa dan Penderitaan A pa penyebab penderitaan" Sakit, itu pasti. Kerabat yang
meninggal, itu juga pasti. Dosa" Ya, bagaimana dengan dosa" Bukankah dosa amat nyaman" Mengapa kita harus menderita karena dosa"
Penderitaan adalah salah satu tema sentral dalam ilsafat, ilmu yang mencoba mencari jawaban atas segala sesuatu. Filsafat akan terus berkembang, karena ada beragam pertanyaan tentang penyebab penderitaan manusia yang belum terjawab secara memuaskan, ujar seorang pengkhotbah.
Sebenarnya, jika kita tidak bisa menderita, kita tidak punya rasa sakit. Dan, tahukah Anda bagaimana rasanya hidup tanpa rasa sakit" Lihatlah orang kusta. Ketika tikus menggamit kaki mereka, mereka tidak merasa sakit. Ketika melihat mereka menadahkan gelas plastik air mineral untuk meminta sedekah di jalan, dengan kaki dan tangan terbalut perban berdarah-darah, kita merasa cemas dengan luka-luka mereka. Namun sayangnya, mereka tidak mengeluhkan luka-lukanya!
Kusta adalah simbol kenajisan. Secara rohani, ia juga menjadi lambang orang yang seharusnya menderita, tetapi kebal, sehingga mereka terkesan tidak menderita. Mereka tidak bisa merintih. Tubuh mereka kebal akan derita.
Mari kita merenung: apakah jiwa kita telah kebal akan dosa" Ketika Daud berdosa kepada Tuhan, jiwanya sakit. Ia merintih dan memohon untuk dipulihkan. Ia menderita berhari-hari karena dosanya.
Mari kita bertobat sebelum kusta rohani hinggap dalam diri
kita. *** Keinginan adalah setengah dari kehidupan. Ketidakacuhan adalah setengah dari kematian. Kahlil Gibran
A g u s t u s Itu Juga Disebut Dosa R oy Marten, artis ternama di Indonesia, tertangkap basah
sedang menggunakan narkoba untuk kedua kalinya. Media massa meliputnya dengan gencar. Cercaan dan dukungan mengalir kepadanya. Selebritas yang menggunakan barang haram akan selalu menjadi berita utama! Apalagi, ia adalah sosok yang aktif dalam kampanye dan penyuluhan anti-narkoba.
Dosa yang terungkap dan dibeberkan kepada masyarakat secara luas memiliki pengaruh yang luar biasa. Karenanya, tidaklah mengherankan jika ketika sidang kasus Roy Marten digelar, ruangan pengadilan ramai.
Namun, bagaimana dengan dosa yang tidak terungkap, yang tersembunyi dalam relung hati" Seberapa besar pengaruhnya" Apakah orang yang berbuat dosa juga menyadari bahwa ia berdosa" Pengadilan seperti apakah yang akan membuktikannya sebagai dosa"
Iri hati, ketamakan, kesombongan, pikiran kotor, kebencian, dan sederet dosa lainnya; siapakah yang menjadi hakim atas nya" Tidak ada pengadilan atau negara di muka bumi ini yang mengatur hukuman bagi sebuah iri hati atau kebencian. Kita dapat menyimpan dosa-dosa tersebut dengan rapi sangat rapi sehingga kita bisa tampil dengan dua wajah; wajah yang penuh dosa ketika digeret kuasa dosa dan wajah ramah nan mulia ketika harus beribadah di tempat ibadah.
Tuhanlah yang menjadi hakim bagi setiap dosa kita. Ia menghendaki kita untuk menyucikan diri dari semua dosa sebelum hati mengeras dan membatu; sebelum semua penyakit menggerogoti kita menuju kematian. Marilah kita bertobat untuk dosa-dosa yang tak tampak itu, yang hanya Tuhan dan kita saja yang tahu.
*** Dosa dalam hati memang tidak kelihatan, tetapi juga membahayakan jika tak kunjung ditepis.
A g u s t u s Gaungnya Sampai ke Langit
T he Host adalah sebuah ilm Korea yang sangat satiris, modern
dengan teknologi tinggi, tetapi juga dramatis. Mayoritas ilm monster hanya berfokus pada beragam kejutan yang dimunculkan oleh si monster, yang membuat kita ketakutan merinding dan berteriak. Namun, tidak demikian halnya dengan The Host, yang memiliki pesan yang sangat berharga tentang keluarga, terutama tentang hubungan ayah dan anak.
Film ini mengisahkan tentang seorang anak yang semasa kecilnya kekurangan protein. Awalnya, ia sangat pintar; di usia 2 tahun, ia bisa menunjukkan alamat tetangganya kepada orang asing yang bertanya kepadanya. Namun, karena kekurangan protein, ia menjadi mudah tidur, sehingga membuat kepintarannya menurun.
Kondisi ini membuat sang ayah merasa kehilangan anaknya. Ia menyesal karena pernah meninggalkan sang anak di masa pertumbuhannya, sehingga membuatnya kekurangan gizi. Terkait dengan hal ini, sang ayah berkata, Kesedihan orangtua yang kehilangan anaknya sangatlah mendalam. Bahkan, gaungnya sampai ke langit.
Kini, mari kita merenung: apakah kesibukan kita dalam keseharian membuat kita lalai akan beragam kebutuhan anak"
Mari, sebelum gaung kesedihan kita sampai ke langit, berikanlah yang terbaik bagi anak-anak kita.
*** Kehilangan anak itu menyedihkan. Namun, yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah: apakah kehilangan itu disebabkan oleh keteledoran kita"
A g u s t u s Hati Bak Telaga S aya terkesan akan sebuah ilustrasi yang saya dengar ketika
mengi kuti sebuah seminar.
Seorang pemuda merasa bahwa hidupnya sia-sia. Karenanya, ia ingin mengakhiri hidupnya. Ia mendatangi gurunya, dan mengutarakan niatnya tersebut. Gurunya yang bijak mendengar dan mencermati cerita pemuda itu dengan saksama. Setelah itu, ia berkata, Nak, tolong ambilkan sesendok garam dan segelas air putih di dapur.
Pemuda itu manut. Ia membawa kedua benda tersebut kepada sang guru.
Campurkan garam itu ke dalam air, lalu rasakan, ujar sang
guru. Piuuuh! Pemuda itu menyemburkan air tersebut. Menurutnya, air itu tidak hanya asin, tetapi juga pahit.
Nak, mari kita pergi ke luar. Bawa juga garam tadi. Di samping rumah sang guru ada sebuah telaga yang besar, airnya jernih dan segar. Guru itu lantas meminta pemuda itu untuk melarutkan garamnya ke dalam telaga tersebut. Aduklah dengan bambu yang tergeletak itu, ujar sang guru.
Seperti sebelumnya, guru itu juga meminta pemuda itu untuk meminumnya. Bagaimana rasanya" tanya sang guru.
Air ini segar, Guru. Tidak terasa pahit atau asin, ujar pemuda itu.
Demikian pula halnya dengan hati kita. Jika kau memiliki hati yang sempit, maka setiap persoalan kecil akan membuat hatimu pahit. Alhasil, kau mudah tertekan. Namun, jika hatimu seluas telaga ini, maka, apa pun persoalan yang kau hadapi, kau akan tetap tegar. Kau tidak mudah menyerah. Juga, kau akan menjadi orang yang berjiwa besar, mudah mengampuni orang lain.
Bagaimana dengan hati kita" Apakah hati kita memiliki pengampunan, kesabaran, dan ketabahan dalam menjalani hidup yang bengis dan keras ini"
A g u s t u s Pengampunan bukan hanya memberi, melainkan juga menerima. Kita dimampukan untuk menerima orang lain apa adanya setelah mengampuni.
A g u s t u s Faktor B dalam Depresi T ernyata, buku yang baik tidak harus tebal dan mahal. Barubaru ini saya membaca sebuah buku tipis karangan Lanny W. Baily, judulnya Mengatasi Persoalan Hidup. Buku ini mencoba menguraikan beragam persoalan yang dialami manusia menurut perspektif psikologi populer.
Salah satu hal yang menarik dalam buku ini adalah pembahasan tentang depresi. Dikatakan bahwa porsi terbesar yang membentuk depresi dalam diri seseorang adalah faktor B. Apa itu faktor B"
Faktor A adalah peristiwa yang terjadi, faktor B adalah persepsi, dan faktor C adalah depresi. Seorang istri yang kurang mendapat perhatian dari suaminya (A), dapat memersepsikan dirinya tidak lagi menarik (B), sehingga membuatnya depresi (C). Kira-kira, demikian ilustrasinya.
Jadi, yang salah bukanlah apa yang terjadi, melainkan persepsi, asumsi, pendapat, interpretasi, atau apa pun sebutan kita terhadap apa yang terjadilah yang membuat kita depresi; intinya, depresi adalah sesuatu yang kita buat sendiri, yang diawali atau dipicu oleh sebuah peristiwa dalam hidup kita.
Bagaimana dengan Anda" Apakah selama ini Anda mudah berpikiran negatif " Dengan pertanyaan ini, saya tidak bermaksud mengajak Anda untuk berpikiran positif, karena hal itu tidak banyak membantu Anda jika realitas yang ada memang negatif. Melalui pertanyaan tersebut, saya ingin mengajak Anda untuk berpikir secara objektif dan konstruktif. Ingatlah, jika Anda mudah menafsirkan segala sesuatu yang tampak buruk sebagai sesuatu yang benar-benar buruk, maka benak Anda akan selalu dipenuhi oleh hal-hal buruk. Tuhan itu baik, Ia ada dalam segala sesuatu, Ia turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, bukan keburukan.
*** Yakinlah bahwa kehidupan yang Anda kejar cukup berharga untuk
A g u s t u s Dari Balik Pispot Penjara
P ada 1929, Soekarno ditahan, dan Indonesia belum merdeka.
Ia ditahan oleh Belanda karena pidato-pidatonya dianggap subversif. Memang, sejak mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) Soekarno kerap berpidato, dan pidato-pidatonya tersebut mampu membakar semangat para pendengarnya. Karenanya, tidaklah mengherankan jika ia dijuluki sebagai Singa Podium.
Di tahanan itulah ia mendapat gagasan untuk menyusun pembelaannya. Ia menyusunnya selama satu setengah bulan. Ia membawa pena, kertas, dan meminjam kamus di penjara. Ia menulis dengan menggunakan pispot tempat pembuangan air seni dan tinja sebagai alas kertas! Ia terus menulis dan menulis, hingga akhirnya apa yang ditulisnya tersebut menjadi sesuatu yang monumental yang kini telah dibukukan dengan judul Indonesia Menggugat.
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa sesungguhnya tulisan yang dibuat Soekarno dari balik pispot penjaralah yang menjadi cikal bakal wacana kemerdekaan Indonesia.
Patriot sejati kerap dilahirkan dari penjara, bukan di istana. Pemenang sejati lahir dari belantara gersang, bukan dari kehidupan yang serba menyenangkan. Kita yang tak mampu bertahan menghadapi penderitaan, seharusnya berkaca pada Soekarno: Ia bukan hanya bertahan, melainkan juga mampu melancarkan serangan balasan!
*** Kebijaksanaan dan keberanian itu ibarat dua roda yang ada pada gerobak.
Peribahasa Jepang A g u s t u s Barang-barang yang Berbicara
S uatu ketika, seorang asisten dosen bercerita kepada saya bahwa ia tertarik menjadi mahasiswa jurusan Sejarah karena menonton ilm Indiana Jones yang dibintangi oleh Harrison Ford. Setelah tamat S1 jurusan Pendidikan Sejarah, ia melanjutkan S2 dengan mengambil jurusan Arkeologi.
Akan tetapi, tidak semua arkeolog di Indonesia menonton ilm Indiana Jones. Mungkin, mereka lebih akrab dengan Bernet Kempers, seorang warga negara Belanda, yang pernah menjadi pimpinan Dinas Purbakala pada 1951. Hingga kini, karyakaryanya, seperti Ancient Indonesian Art (1959), Ageless Borobudur (1976), dan Monumental Bali (1978) masih menjadi rujukan studi arkeologi di Indonesia.
Dalam bukunya yang lain, ia menyatakan sesuatu yang penting: Seorang arkeolog yang berkecimpung dalam studi mengenai benda-benda dari masa lalu, apabila ia merenung lebih jauh dan lebih dalam, maka ia (akan) menyadari bahwa dengan manusialah akhirnya ia berurusan: dengan spiritualitasnya, dengan daya ciptanya, dan dengan keterampilannya.
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa bagi arkeolog artefak atau barang-barang peninggalan bersejarah bak berbicara kepadanya. Mereka menyuarakan karya, jerih payah, dan dinamika kehidupan manusia. Inilah yang lantas mempertegas kebenaran slogan historia docet (sejarah mengajar). Ya, sejarah mengajarkan kita sesuatu agar kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik.
Kini, yang menjadi tantangannya bagi kita adalah: karya, perjuangan, dan pengabdian yang seperti apakah yang akan kita wariskan kepada anak dan cucu kita di kemudian hari selaku titik tolaknya dalam belajar"
*** Dengan belajar Anda akan mengajar, dengan mengajar Anda akan belajar.
A g u s t u s Hou gaat het met jou"
D alam Bung Hatta: Pribadinya dalam Kenangan, Meutia Farida
Swasono-Hatta menceritakan tentang pertemuan terakhir kedua proklamator Indonesia. Pertemuan itu terjadi ke tika Soekarno sakit, terbaring tanpa daya. Bung Hatta lantas mengajukan permohonan kepada Presiden Soeharto untuk men jenguknya. Ketika bertemu, Bung Hatta menyapa, Aa No, apa kabar"
Akan tetapi, Bung Karno hanya diam, memandang Bung Hatta selama beberapa waktu. Kemudian, dengan setengah berbisik, ia membalas sapaan Bung Hatta dengan bahasa Belanda, Hou gaat het met jou" (Apa kabar")
Bahasa Indonesia ditanggapi bahasa Belanda. Tampaknya, Bung Karno ingin menyatakan bahwa ia juga ingin menanyakan hal yang sama kepada Bung Hatta, tetapi dengan caranya sendiri, cara yang berbeda.
Bung Karno lantas menitikkan air matanya beberapa kali ke bantal ketika Bung Hatta memijati lengannya. Tidak ada percakapan di antara keduanya. Mungkin, mereka ...mengenang suka duka di masa perjuangan bersama sejak puluhan tahun yang silam, masa-masa pergumulan bersama dan mungkin saling memaafkan, tulis Meutia Farida.
Kedua tokoh ini memiliki banyak perbedaan. Mereka memiliki pola kepemimpinan yang berbeda. Bahkan, sekalipun sama-sama gemar membaca dan menulis, mereka memiliki karakter yang berseberangan. Namun, kerendahan hati untuk saling meng ampuni dan mengulurkan tangan antara keduanya selayaknya menginspirasi kita untuk tetap mengasihi siapa pun yang memiliki cara berpikir yang berbeda dengan kita.
*** Mereka yang berjiwa lemah tidak akan mampu memberi seuntai maaf yang tulus. Pemaaf sejati hanya melekat
di hati mereka yang berjiwa tangguh. Mahatma Gandhi
A g u s t u s Ilmu, Meditasi dan Karya S artono Kartodirdjo, sejarawan terke muka, pernah menyatakan
bahwa beberapa ilmuwan yang ada di Indonesia lahir karena bagi mereka, ...hidup ini tidak ditentukan oleh nasi. Mereka mendalami sejarah karena mereka sungguh-sungguh mencintai sejarah. Ia lantas menceritakan beberapa orang yang hampir abai terhadap uang, mempelajari sejarah dengan ketekunan tinggi, hingga akhirnya ilmu itu menjelma menjadi sebuah jalan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.
Sebenarnya, bukan hanya ilmuwan yang bisa seperti itu. Sejarah membuktikan bahwa para empu pembuat keris atau kitab pusaka juga melakukan hal yang sama. Mereka berpuasa sembari merenung, mendekatkan diri dengan penguasa, bereksperimen, dan berkarya. Hasilnya, karya-karya mereka tahan lama, terusmenerus dipelajari, dan menginspirasi.
Karya yang besar tidak lahir begitu saja. Karya yang besar lahir karena sebuah ilmu sungguh-sungguh digeluti secara total dengan intensitas dan pengorbanan tinggi. Juga, disertai dengan meditasi. Tidak banyak buku motivasi yang mengajarkan hal ini, karena hampir semuanya mengajarkan kesuksesan dengan cara yang mudah, waktu yang cepat, dan sedikit tenaga.
Hakikat hidup adalah berkarya, yang jika dipadu dengan minat dan kemampuan yang memadai akan menghasilkan sesuatu yang bermakna dan berguna. Hasrat yang besar adalah napas dari perpaduan antara kedua hal itu. Dan, hasrat itu akan terus ada dalam diri kita jika kita mau merenung: memaknai setiap langkah dan jejak langkah yang kita tempuh dalam dunia yang fana ini.
*** Kesuksesan bukanlah kunci dari kebahagiaan. Kebahagiaan adalah kunci dari kesuksesan. Jika Anda mencintai apa yang Anda kerjakan, Anda akan sukses. Herman Cain
A g u s t u s Publish or Perish S aat ini, dunia penerbitan dan perbukuan sudah tidak seperti
sedia kala. Lihatlah toko-toko buku; orang-orang mudah menerbitkan buku, meskipun tidak memiliki pengalaman akademis yang relevan dan memadai dalam dunia tulis-menulis. Padahal, zaman dulu, menerbitkan buku itu susah.
Di satu sisi, ini adalah hal yang baik, mengindikasikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang semakin demokratis. Namun, tahukah Anda bahwa jauh sebelum Indonesia mengalami kemajuan ini, di Amerika telah ada tren atau slogan yang berbunyi Publish or Perish (terbitkan atau singkirkan). Saya mengetahui slogan ini ketika membaca buku Pengalaman Menulis Buku Noniksi karangan Wishnubroto Widiarso. Publish or Perish adalah slogan yang beredar di kalangan ilmuwan di Amerika. Seorang ilmuwan bisa menerbitkan buku karena ia sungguh-sungguh menekuni apa yang ia geluti. Hal ini seharusnya menjadi cermin bagi kita (baca: penulis Indonesia), apakah kita sungguh-sungguh menekuni apa yang kita tulis"
Sesungguhnya, ketika orang berlomba-lomba untuk menerbitkan buku tanpa penyaringan yang ketat, tanpa berpikir tentang manfaat buku yang ditulisnya, tanpa memedulikan pengaruh dari buku yang ditulisnya, atau bahkan tanpa penggarapan yang serius adalah indikasi akan hal yang buruk.
Kini, kehidupan telah menjadi serba instan mie instan, minuman instan, dan beragam hal instan lainnya yang sebagaimana kita ketahui bersama tidak sepenuhnya baik, bahkan disebut junk food, makanan sampah, karena memiliki efek samping yang mengkhawatirkan untuk kesehatan. Demikian pula halnya buku-buku instan. Waspadalah akan bacaan Anda; jangan sampai Anda membaca junk book buku-buku sampah.
*** Kekuatan sebuah pohon terletak pada akarnya bukan
pada cabangnya. Peribahasa Belanda
A g u s t u s Antara Hidup dan Mati C ondamn" " mort! (Dihukum mati!)
Siapa yang dapat memetakan pikiran seseorang yang beberapa saat lagi akan mengakhiri hidupnya" Victor Hugo mencoba menuturkan beragam hal yang ada dalam benak seseorang yang akan dihukum mati dalam Le dernier jour d un condamn" (Hari Terakhir Seorang Terpidana Mati).
Dalam buku itu, ia menggambarkan bahwa benak orang yang akan dihukum mati penuh dengan beragam gagasan. Mimpi bak menyatu dengan kenyataan. Kepedihan membaur dengan kengerian. Setiap embusan napas terasa sangat berarti. Bahkan, segala sesuatu yang dilihat, dirasa, dan diraba semuanya dicoba untuk dituangkan dalam kata-kata yang terbatas, juga untuk memaknai hidup dalam waktu yang merambat.
Salah satu renungan terpidana mati yang menyentuh adalah: Semua orang telah dijatuhi hukuman mati dengan penangguhan yang tidak ditentukan. Bukankah hal ini benar adanya" Bukankah suatu saat kita akan mati" Yang menjadi masalahnya adalah: kadang kita lupa bahwa suatu saat kita akan mati.
Kematian memang bukan akhir segalanya. Namun, cara kita menyongsong kematian itu penting. Dan, hal itu sepenuhnya bergantung pada sejauh mana kita mempertahankan apa yang kita percayai selama hidup kita. Jika semasa hidup iman kita goyah, bagaimana kita bisa yakin dengan iman tersebut jika maut menjemput" C.S. Lewis berkata, Engkau tidak akan pernah tahu seberapa besar kepercayaanmu mengenai suatu hal sampai hal itu menjadi masalah antara hidup dan mati. Karenanya, setialah pada iman kita hingga napas terakhir berembus!
*** Ketakutan selalu muncul dari ketidaktahuan. Ralph Waldo Emerson
A g u s t u s Dua Cara Belajar-Berkarya
S eorang teman saya, penulis iksi, memiliki impian untuk
mendapat Booker Prize, sebuah penghargaan yang sangat bergengsi dalam dunia tulis-menulis. Ia bukanlah seorang yang bermimpi besar tanpa melakukan apa pun. Ia sudah mengarang dua buku, dan hingga kini terus berkarya. Terkait dengan hal ini, ia mengungkapkan cara belajar berkarya yang sangat menarik untuk disimak.
Untuk mengasah keterampilannya dalam menulis, ia menyatakan bahwa ia membaca dua jenis buku. Yang pertama adalah buku yang benar-benar bagus. Yang kedua adalah buku yang benar-benar buruk. Mengapa yang kedua harus dibaca" Inilah kuncinya: jika sebuah karya yang buruk bisa diterbitkan, dibaca, dan akhirnya digemari, maka bukankah hal itu berarti bahwa sebenarnya semua karya memiliki peluang untuk diterbitkan"


Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pertanyaan inilah yang membuka pikiran saya. Bayangkan, jika Anda terus-menerus membaca karya-karya yang bagus, maka Anda pasti akan frustrasi, dan mungkin sampai mati pun Anda tidak akan bisa menulis karya sebagus itu!
Di sini, saya tidak mengajak Anda untuk menurunkan standar atau niat pencapaian Anda dengan mempelajari karya atau hasil usaha orang lain yang kita anggap buruk atau biasa-biasa saja. Pada hakikatnya, dua cara belajar berkarya ini menunjukkan bahwa sesungguhnya setiap manusia dikaruniai bakat yang berbeda-beda.
Hakikat hidup adalah berkarya. Dan, sadarlah bahwa karya yang kita hasilkan kerap tidak sempurna. Namun, hal itu tidak seharusnya membuat kita kecewa. Bagaimanapun, kita harus tetap mencoba untuk membuat yang lebih baik dengan merujuk pada karya-karya lain: yang lebih baik dan yang lebih buruk.
*** Seni menjadi bijaksana adalah mengetahui apa yang harus diabaikan.
A g u s t u s Sabune Babu S uatu ketika, dosen saya yang jenaka mengomentari sebuah
merek sabun. Iku sabune babu biyen...(Itu sabunnya babu dulu...), ujarnya. Kalau tidak salah ingat, lelucon ini saya dengar ketika mengikuti mata kuliah Studi Masyarakat Indonesia, sekitar empat atau lima tahun yang lalu.
Ketika itu, merek sabun yang menjadi bahan lelucon tersebut memang sedang bertransformasi; mengubah citra sabune babu menjadi sabun yang elegan, bahkan hingga menggandeng aktris ternama sebagai bintang iklannya, sehingga terkesan glamor. Alhasil, sabune babu tampaknya kian populer, dan mungkin juga kian diminati.
Beberapa bulan yang lalu, saya iseng-iseng membeli sabun tersebut. Dan, ternyata yang berubah hanya luarnya saja, hanya bungkusnya. Perihal sabunnya sendiri, berikut dengan aroma dan bentuknya, tidak berubah; tetap sabune babu.
Kontras dengan hal itu, Paulus, salah satu penulis Alkitab, mensyukuri kelemahan dan kemerosotan yang ada dalam dirinya. Sekalipun kondisi tubuh yang membungkusnya tua, renta, terpenjara, dan menderita, roh yang ada dalam dirinya selalu membara.
Bagaimana dengan kita" Apakah hidup kita mirip dengan iklan sabune babu tersebut" Apakah kita hanya mengutamakan tampilan luar: berupaya agar tampak awet muda, lebih cantik atau tampan, lebih segar dan berseri-seri"
Sadarlah bahwa kelak kita akan meninggalkan tubuh yang hanya merupakan bungkus sementara dari diri kita yang sesungguhnya kita. Karenanya, sudah tiba saatnya bagi kita untuk memberi perhatian pada diri kita yang sesungguhnya.
*** Kebijaksanaan merujuk pada upaya untuk mencapai tujuan yang terbaik dengan cara yang terbaik.
Frances Hutcheson A g u s t u s Siap Menang, Siap Kalah U mumnya, setelah mengajar saya kerap memberi evaluasi dengan mengadakan kuis (tanya jawab). Saya membagi muridmurid menjadi beberapa kelompok, lalu melaksanakan kuis: mulai dari tebak lagu dengan merujuk pada nada-nada yang saya mainkan dengan gitar, tebak gambar yang dibuat oleh seorang siswa di papan tulis, atau cerdas cermat seputar materi yang telah disampaikan.
Sebagaimana halnya orang dewasa, anak-anak pun kerap tidak siap dengan kekalahan. Karenanya, tidaklah mengherankan jika ada beberapa anak yang menangis jika kelompoknya tidak memenangi kuis yang saya adakan. Untuk menyiasati hal ini, suatu ketika, setelah mengajar, saya menulis Siap Menang, Siap Kalah di papan tulis. Lalu, saya meminta murid-murid saya untuk mengucapkan kata-kata itu dengan lantang. Setelah itu, saya bertanya: Siapa yang mau kuis hari ini"
Mendengar pertanyaan tersebut, hampir seluruh murid mengangkat tangan. Namun, setelah itu, saya kembali bertanya: Bagaimana jika ada yang kalah" Mendengar pertanyaan ini, seisi kelas diam. Saya lantas menunjuk kata-kata yang sebelumnya telah saya tulis dan mereka teriakkan dengan lantang di papan tulis. Dan, tak lama kemudian, mereka tersenyum, dan kuis pun berjalan dengan lancar.
Pada dasarnya, manusia entah anak-anak atau dewasa menyukai tantangan. Bahkan, anak yang kerap kalah ketika kuis tampak bersemangat dan tetap mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar. Namun, yang menjadi permasalahannya adalah fakta bahwa kita tidak diajarkan untuk siap kalah. Kita berjuang, melakukan yang terbaik, dan belajar, karena merasa harus menang. Alhasil, kita tidak pernah siap jika harus menerima kekalahan, karena pada kenyataannya kita tidak akan selalu menang. Kita harus siap kalah karena terkadang dunia ini berlaku tidak adil kepada kita.
*** A g u s t u s Sudah Melihat Sebelumnya K etika Disneyland diresmikan, Walt Disney telah meninggal.
Seseorang lantas mendekati istrinya dan berkomentar sembari bertanya, Nyonya, bagaimana perasaan Anda ketika me lihat semua ini menjadi nyata, tetapi suami Anda tidak ada di sini"
Dengan tenang ia menjawab, Sebelum semua ini menjadi nyata, suami saya sudah terlebih dahulu melihatnya.
Mungkin, selain orang yang menderita kegilaan karena sungguh-sungguh mengalami gangguan mental, ada dua jenis orang gila di dunia, yaitu: orang yang hidup di masa lalu dan orang yang hidup di masa depan. Nah, menurut hemat saya, yang termasuk dalam kategori kedua adalah orang-orang gila yang pantas diberi gelar visioner.
Bagaimana dengan kita" Apakah kita juga memiliki visi atas apa yang kita kerjakan"
Orang yang hidup tanpa visi akan mencoba segalanya, menjadi segalanya, dan melakukan segalanya. Mungkin, mereka akan tampak hebat, meskipun sebenarnya konyol dan mudah putus asa. Alhasil, mereka akan kelelahan, dan mati, tanpa meninggalkan apa pun. Namun, tidak demikian halnya dengan orang yang memiliki visi: mereka melakukan sesuatu, terusmenerus, berani mencoba (lagi) meskipun gagal, dan tetap tegar.
Sesungguhnya, orang gila jenis kedualah yang akan membawa perubahan, yang telah setia untuk memperjuangkan apa yang diniatkan, bersandar kepada Tuhan ketika cobaan datang, dan tetap berjuang hingga akhir hayatnya.
*** Alih-alih berpikir tentang keberadaan Anda saat ini, berpikirlah tentang di mana Anda ingin berada; kesuksesan yang terjadi dalam semalam adalah buah kerja keras selama 20 tahun. Diana Rankin
A g u s t u s Gelisah Memaknai Keindahan
P ada 1889, Prancis memperingati seabad revolusinya dengan
meresmikan menara Eiffel. Yang menarik dari hal ini adalah fakta bahwa di kaki menara raksasa tersebut tampak beberapa gong yang terbuat dari perunggu dan gamelan Jawa. Seorang komponis muda berbakat terpana ketika mendengar suaranya, dan di kemudian hari ia berkomentar: Jika Anda mendengar alunan gending Jawa dengan telinga Eropa yang normal, Anda harus mengakui bahwa musik kita tak lebih dari sekadar bunyi-bunyi dasar sirkus keliling. Komponis itu bernama Claude Debussy.
Terlepas dari kemampuan orang Barat yang tampak lebih lihai ketika kita dalam mengajarkan musik melalui partitur, penggolongan irama, hingga bahkan tablatur untuk gitar, Debussy terkesan dengan getaran keindahan suara itu sendiri . Su ara itu beresonansi secara indah, sehingga membuatnya jemu akan harmonisasi nada-nada yang selama ini menjadi kekuatan dan pesona bagi musik Barat.
Debussy lantas memadukan musik Barat dan gamelan, karena menurutnya gamelan adalah sebuah seni yang bernilai tinggi, berbeda dengan kita yang selama ini hidup bersama gamelan sehingga mungkin menganggap musik Barat bernilai lebih tinggi.
Dalam jiwanya yang gelisah, Debussy mencoba menafsirkan apa yang ia gapai dan tangkap dalam kepekaannya melalui karya yang sarat kombinasi. Belajar dari seniman ini, kita seolah diajak untuk melihat bahwa sesungguhnya keindahan itu ada di manamana. Dan, terkait dengan pemaknaan akan keindahan, sadarlah bahwa sesungguhnya jiwa kita yang fana kerap berubah-ubah selera.
Musik adalah seni. Hidup adalah seni. Menghayati hidup sama halnya dengan menghayati seni. Keduanya butuh kepekaan.
*** A g u s t u s bedakan antara baik dan jahat, pelajari berbagai falsafah berbagai seni satu demi satu. Miyamoto Musashi
A g u s t u s Selalu Ada Tempat Lain Perlu ada upaya melihat, upaya melihat dengan menjungkirbalikkan segala makna yang sudah ada, untuk sampai pada yang tak dikenal,
hidup sejati yang berada di tempat lain ...
P enggalan puisi di atas adalah karya Arthur Rimbaud. Pada
1874, tepatnya ketika berusia 20 tahun, ia senang bepergian, hingga akhirnya ia meninggal di Marseille pada 10 Oktober 1891.
Akan tetapi, apakah Anda tahu bahwa ia pernah nyasar ke Indonesia"
Memang, hingga kini yang menyebabkan ia nyasar ke Indonesia masih samar. Diduga, hal itu terjadi karena ia mendengar beragam kisah tentang Hindia-Belanda ketika bekerja sebagai kuli di pelabuhan.
Terlepas dari ketidakjelasan tersebut, faktanya adalah ia tiba di Indonesia pada Juli 1876. Ia sempat berada di Jakarta dan Salatiga. Namun, berada di barak militer membuat jiwanya gundah. Alhasil, diam-diam ia meninggalkan Indonesia dan kembali ke negerinya, Prancis.
Puisi di atas adalah bentuk pemetaan akan realitas-demirealitas yang ia tangkap ketika ia berkelana. Memang, sebuah renungan akan menjadi sesuatu yang luar biasa jika dipadukan dengan pengembaraan; bahwa suka duka kesuksesan dan kega galan yang kita coba gapai akan termaknai secara keliru dan semrawut ketika dihadapkan dengan petualangan
Sebagaimana yang terdapat dalam penggalan puisi Rimbaud di atas, di dunia ini akan selalu ada tempat lain yang harus kita cari guna membentuk makna sebuah kehidupan. Manusia adalah sosok yang tidak pernah puas, dan karenanya selalu mencari, sehingga ada baiknya kita menyadari bahwa saat ini, di sini, ada sesuatu yang penting dan berharga untuk kita raih; bahwa saat ini, di sini, ada sesuatu yang harus kita kerjakan dan beri perhatian
A g u s t u s Aeschylus A g u s t u s Siap Diuji atau Tidak R abu, 23 April 2008, di sebuah SMU Negeri di Sumatera
Utara, beberapa anggota Detasemen Khusus 88 Anti Teror Kepolisian Daerah setempat mendobrak sebuah ruangan yang digunakan guru untuk membetulkan jawaban siswa atas Ujian Nasional (UN) Bahasa Inggris.
Para guru tersebut sadar bahwa mereka telah melakukan kesalahan. Kepala sekolah mengaku kasihan ketika melihat pensil murid-muridnya tidak bergerak ketika soal diberikan. Tidak hanya itu, ia juga mengeluhkan tentang pelaksanaan dan kesenjangan dalam UN. Bagi anak Jakarta, mungkin soal Bahasa Inggris dianggap mudah. Namun, bagi siswa kami, soal-soal itu sangat sulit. UN ini pun terkesan terlalu dipaksakan sehingga kami pun terpaksa membantu siswa, ujarnya.
Belum lagi jika ditambah dengan fakta bahwa mayoritas orangtua siswa SMU tersebut adalah buruh tani, sehingga membuat beban untuk meluluskan siswa-siswanya terasa semakin berat.
Setiap kali mendengar kata ujian , apakah kita sadar bahwa sesungguhnya hidup ini juga merupakan serangkaian ujian"
Sadarlah bahwa setiap saat kita diuji dalam hal kesetiaan, kesabaran, ketekunan, dan sederet hal lainnya. Jadi, sesungguhnya tidak hanya anak Jakarta atau siswa kami saja yang menempuh ujian. Dan, kita semua memiliki buku panduan yang sama untuk selalu siap sedia untuk menghadapi ujian.
Kelak kita pun akan menghadapi UN sebelum hidup dalam sekolah lain. Anggaplah UN tersebut adalah hari penghakiman dan sekolah lain adalah kerajaan surga yang di dalamnya tidak ada kesenjangan. Kini, yang menjadi pertanyaannya adalah: apakah Anda siap diuji atau tidak"
*** Manusia selalu menempuh jalan apa pun untuk menghindari tugas berpikir. Thomas Alva Edison
A g u s t u s Buah Keyakinan dan Keteguhan Hati
K ita kerap melihat sosok K.H. Ahmad Dahlan yang sudah
tua dan berjenggot di buku-buku sejarah atau gambar pahlawan. Sebenarnya, penggambaran itu tidak salah, meskipun pada kenyataannya ia telah memiliki semangat untuk melakukan perubahan sejak berusia 21 tahun, tepatnya setelah menyelesaikan studinya selama 5 tahun di Mekah.
Di sana, ia belajar tentang akurasi mata angin, ilmu falaq, dan beragam hal tentang perkembangan zaman. Karenanya, ia sangat yakin bahwa arah kiblat Masjid Gedhe di Kauman, Yogyakarta, telah bergeser 24" dari arah kiblat yang seharusnya; sementara itu, beberapa kiai lainnya menganggap urusan kiblat sebagai urusan kalbu, dan karenanya tidak harus diposisikan secara akurat.
Alhasil, tidaklah mengherankan jika akhirnya Kiai Dahlan mendapat banyak tantangan. Bahkan, ia disebut sebagai kiai kair dan munaik. Namun, ia tetap tabah, dan terus mengajar muridmuridnya di sebuah langgar kecil miliknya; namanya, Langgar Kidul. Meski demikian, pada 1889, langgar tersebut dibakar oleh beberapa orang yang tidak suka padanya.
Perjuangan Ahmad Dahlan yang dikisahkan dalam ilm dan novel Sang Pencerah menggugah kesadaran untuk berkarya di masa muda; dan melakukan apa yang kita yakini sebagai kebenaran secara konsisten, meskipun terkadang harus berkonfrontasi. Umumnya, orang-orang dengan keteguhan hati seperti ini mampu melihat hal-hal yang tidak dilihat oleh mayoritas orang yang sezaman dengannya; orang-orang ini mampu melihat jauh ke masa depan.
Terkadang, buah dari sebuah perjuangan tidak bisa dinikmati seketika, tetapi mendatangkan hasil yang manis setelah melewati rentang waktu yang panjang.
*** Pada hakikatnya, orang-orang yang melontarkan kritik pada kita adalah pengawal jiwa kita, yang bekerja tanpa bayaran. Corrie Ten Boom
A g u s t u s Memotong Tangan Sendiri F ilm 127 Hours yang diangkat dari kisah nyata mengisahkan
tentang Aaron Ralston, seorang pendaki gunung yang senang bertualang, bergaya santai, dan berani. Namun, suatu ketika ia terjebak di sebuah gurun, dan tidak bisa berkutik. Awalnya, ia hendak menyusuri celah yang ada di gurun tersebut.
Sebelum terjebak, ia menemukan sebuah telaga yang sangat jernih di bawah permukaan gurun tersebut. Bersama dua orang teman yang baru ditemuinya di gurun tersebut, ia menikmati telaga itu dengan terjun bebas, berenang, dan memekik riang. Namun, tak lama kemudian, kondisi tersebut berubah drastis; ia sendirian, tangannya tertindih batu yang sangat besar, tidak ada lagi pekik gembira, semua jadi serba muram.
Selama 127 jam ia bingung, tidak tahu bagaimana membebaskan dirinya; beragam cara dilakukannya, tetapi tak kunjung membuahkan hasil. Ketika perbekalannya sudah habis dan daya tahan tubuhnya sudah semakin lemah, ia pun melakukan satusatunya cara yang bisa membuatnya lepas dari kemelut yang dialaminya, yaitu: memotong tangannya sendiri.
Ada kalanya, dalam kehidupan ini kita harus merelakan beberapa hal. Dan, itu bukanlah dosa, keburukan, atau sesuatu yang memalukan, melainkan sesuatu yang menunjang kehidupan kita. Inilah realitas kehidupan yang harus kita jalani. Inilah realitas kehidupan yang kadang memaksa kita untuk melakukan hal-hal yang ekstrem demi kelangsungan hidup kita sendiri di dunia.
*** Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tidak hidup cukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendirian. Martin Vanbee
A g u s t u s Pentingnya Self-Branding S uatu ketika, Bapak Sunarko, Wakil Pimpinan Redaksi Surya,
menegaskan bahwa seorang penulis pemula perlu memiliki self-branding yang baik. Self-branding adalah proses yang terbentuk melalui proses yang cukup lama karena si penulis terus bertekun dan melakukan penelusuran yang mendalam atas suatu tema, atau bahkan sub-tema yang spesiik. Semakin spesiik tema dan bahasan tulisan Anda, maka Anda akan menjadi penulis yang membentuk self-branding yang baik.
Umumnya, orang akan menekuni sesuatu dengan rasa ingin tahu dan semangat yang menggebu-gebu. Apalagi, jika sesuatu tersebut berkaitan dengan seni atau kreativitas tertentu. Namun, ingatlah, bahwa sejak awal kita perlu memilah dan menetapkan apa yang seharusnya kita bangun. Penulis, misalnya, perlu membuat spesiikasi: mau menjadi penulis buku, artikel, penerjemah, atau apa"
Bahkan, penulis artikel pun beragam perlu dispesiikasi lagi. Indikasi akan hal ini dapat dilihat pada tokoh-tokoh yang kemudian dikenal secara luas karena kerap menulis artikel dengan tema yang sama, seperti Effendi Ghazali (komunikasi-politik), J. Sumardianta (resensi buku), atau Samuel Mulia (parodi dan gaya hidup). Para penulis ini dikenal secara luas karena sejak awal telah membangun dunia atau bidang penulisan yang khusus.
Demikianlah cara penulis merebut hati para pembacanya melalui karya-karyanya; menelurkan dan menguraikan gagasan yang unik. Bagaimana dengan kita yang terpanggil untuk mewarnai dunia dengan beragam pemikiran" Apakah kita telah menetapkan spesiikasi tertentu"
Mari, detik ini juga, kita memfokuskan karya-karya kita!
*** Ciri orang yang beradab ialah dia sangat rajin dan suka belajar, bahkan dia tidak malu belajar dari orang yang
berkedudukan lebih rendah darinya. Confucius
A g u s t u s Puisi yang Ditorehkan dari Kehidupan
M ungkin, tidak banyak orang yang ingin mengetahui halhal yang berhubungan dengan kehidupan laut. Mungkin, penyebab utamanya adalah karena kita bukanlah spesies yang habitatnya berada di laut. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa dua pertiga bagian Bumi ditutupi air laut. Karenanya, tidaklah mengherankan jika ada begitu banyak hal di Bumi yang berasal da ri kehidupan laut. Tampaknyaf inilah yang menjadi obsesi terdalam seorang Jim Lynch ketika menulis novel The Highest Tide.
Novel ini mengisahkan tentang seorang remaja bernama Miles O Mailley yang tergila-gila pada Rachel Carson, seorang ilmuwati yang memutuskan hidup melajang karena jatuh cinta kepada laut. Terkait dengan kecintaannya akan laut, Rachel Carson menyatakan, Jika Anda menemukan puisi (tentang laut) dalam buku-bukuku, maka Anda perlu tahu bahwa aku tidak menulisnya dengan sengaja, karena tak seorang pun yang mampu menulis secara jujur tentang lautan tanpa menorehkan puisi.
Hasrat manusia identik dengan pencarian, penjelajahan, dan penelusuran. Namun sayangnya, hasrat itu pada akhirnya bermuara pada tiga hal, yaitu: keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup. Semuanya dilakukan agar perut terkenyangkan, nafsu terpuaskan, dan status sosial menjadi lebih baik.
Tidak banyak manusia yang mau menelusuri hal-hal yang membawa mereka untuk menghargai nilai-nilai yang bersifat kekal. Padahal, jika hal-hal itu ditelusuri, kita akan mencapai kesimpulan yang sama seperti yang dinyatakan oleh Rachel Carson, bahwa kehidupan ini tidak bisa kita lalui ...tanpa menorehkan puisi.
*** Kebaikan dalam kata-kata menghasilkan kepercayaan diri. Kebaikan dalam berpikir menghasilkan kebesaran. Kebaikan dalam memberi menghasilkan cinta. Lao Tzu
S e p t e m b e r Impian yang Tidak Menyelamatkan
D alam Satu Hari Bersamamu, Mitch Albom men ceritakan kisah
hidup Charley Benetto yang bertemu dengan arwah ibunya selama satu hari. Ia mengalami kecelakaan yang cukup parah, yang membawanya pada dunia antara hidup dan mati.
Kecelakaan ini terjadi ketika Charley hendak bunuh diri. Pernikahannya gagal. Hari-harinya ditemani minuman keras. Dan, puncak penyesalannya adalah ketika ia tidak diundang dalam pernikahan putrinya, karena dianggap akan mengacaukan peristiwa bersejarah tersebut. Karenanya, tidaklah mengherankan jika pada akhirnya Charley menganggap bahwa ia sudah tidak memiliki arti lagi.
Di awal cerita yang menarik ini, Charley menyatakan bahwa orang-orang mungkin tidak akan pernah mengira dia akan mencoba bunuh diri. Dulu, ia sangat terkenal sebagai pemain bisbol yang pernah bertanding di ajang World Series, ajang pertandingan bisbol yang sangat bergengsi yang bagi beberapa orang dianggap sebagai impian yang menjadi kenyataan . Namun, menurut Charley, mimpi itu tidak menyelamatkannya. Penyesalannya tak kunjung berakhir; apa yang membuatnya dikenang di masa lalu telah sirna; ia tertolak, ia dianggap sudah habis.
Kita yang selama ini memiliki impian yang besar, apakah kita sadar bahwa ketika kita berhasil mencapainya, impian itu tidak akan menyelamatkan kita" Memang, kita harus berjuang untuk menggapai mimpi kita yang terbesar. Dan, jika hal itu sudah tergapai, atau bahkan jika mimpi itu tidak pernah dapat kita gapai sekalipun, ada baiknya kita menyadari bahwa sehebat apa pun pencapaian kita, ia tidak dapat menggantikan jati diri kita yang sesungguhnya: bahwa kita adalah manusia yang membutuhkan Tuhan, anugerah, dan kasih terus-menerus.
*** Masa ketika Anda dapat merasakan kehidupan adalah masa ketika Anda merasa dan melakukan segala sesuatu dengan semangat cinta. Anonim
S e p t e m b e r Pereda Kemurungan J ika orang-orang dapat melihat hatiku, aku pasti akan merasa
malu semuanya terasa dingin bagiku, seperti es (yang) beku. Inilah yang dikatakan oleh seorang komponis besar yang meroket pada 1780-an. Ia membeli piano yang mahal, pakaian mahal dan segala sesuatu yang mahal.
Akan tetapi, entah mengapa, komponis yang hebat ini yang sesungguhnya bernama Mozart justru mengalami depresi terbesar dalam hidupnya ketika ia sedang mengalami masa jayanya! Bahkan, hingga akhir hidupnya, Niemetschek, penulis biograinya, menulis bahwa Mozart sering mengalami kemurungan jiwa yang mengenaskan.
Meski demikian, di tengah kekayaan yang melanda hidupnya, dan kemurungan yang menyakiti jiwanya, ada satu sukacita yang membuat Mozart bergairah, yaitu: kerinduan akan belaian istrinya yang sangat keibuan, yang sekaligus juga menggairahkannya, yang bernama Constanze.
Kepada ayahnya, Mozart bercerita bahwa istrinya jauh dari cantik. Kecantikannya terletak pada dua bola matanya yang kecil dan hitam, dan pada kepribadiannya yang indah. Dalam suratsuratnya kepada istrinya, yang ditinggalnya ketika ia harus bermain musik ke tempat yang jauh dari rumahnya, ia kerap memanggil istrinya dengan sebutan istri kecilku tersayang . Tidak hanya itu, ia juga menyebut istrinya sebagai seorang wanita yang memiliki hati yang paling mulia dan sosok ibu yang baik.
Mungkin, dengan ketenaran dan kehebatan yang dimilikinya, Mozart, dan beberapa pria lainnya masa kini, dapat menunjuk wanita mana pun yang paling cantik untuk dijadikan istri. Namun, kecantikan bukanlah sumber kebahagiaan, dan pereda kemurungan.
*** Wanita hidup untuk berbahagia dengan cinta, sedangkan pria mencintai untuk hidup berbahagia.
Anonim S e p t e m b e r Tujuan Nasihat P ernahkah Anda merasa resah, atau bahkan muak, ketika
mendengar sebuah nasihat" Suatu ketika, seorang teman saya bercerita tentang pimpinan di kantornya yang tampaknya peduli, tetapi sebenarnya sok tahu.
Ia selalu memberi komentar terhadap apa pun yang dilihatnya, baik itu hal baik maupun buruk terutama yang buruk. Dan, tanpa diminta, ia selalu memberi nasihat atau mungkin lebih tepatnya mengoceh tanpa henti. Alhasil, lama-kelamaan, semua orang mulai menangkap kesan tertentu di balik semua kepeduliannya itu, yaitu: bahwa porsi terbesar dalam setiap ocehannya adalah uraian tentang pendapatnya, pengetahuannya, dan kesimpulannya. Jadi, ia tidak mendengar; ia hanya berbicara tanpa henti, bahkan keteladanannya nol besar.
Karenanya, tidaklah mengherankan jika pada akhirnya rasa hormat dan khidmat orang lain kepadanya menurun. Bahkan, mayoritas orang tidak lagi menggubris apa yang ia sampaikan.
Terkadang, hal semacam ini juga terjadi dalam keluarga. Apakah anggota keluarga Anda, khususnya anak-anak, pernah mengeluh karena lelah mendengar nasihat Anda" Seorang bijak pernah menyatakan bahwa anak-anak dan pemuda butuh didengar, diperhatikan, dan diberdayakan. Berikanlah nasihat setelah kita mengetahui dan memahami persoalan yang dialami seseorang. Cermatilah para psikolog profesional, yang umumya tidak banyak bicara, tetapi mampu memberikan solusi yang tepat sasaran.
Paulus, salah satu penulis dalam Alkitab, pernah menyatakan kepada Timotius, muridnya, tentang tujuan sebuah nasihat. Nasihat tidak dirancang untuk menggurui, tetapi mengarahkan orang lain untuk menemukan solusi dalam kasih, ketulusan, dan kemurnian.
*** Umumnya, orang yang pandai membuat alasan tidak pandai dalam bidang lainnya.
S e p t e m b e r Seniman yang Disiplin J ika kita mengira bahwa hidup seorang seniman jauh dari
kedisiplinan dan keteraturan, maka bisa jadi kita salah besar. Seniman mana pun, ketika belajar dan berkarya, pasti memiliki ketetapan dan konsistensi di dalamnya, hingga pembelajaran dan karyanya tuntas tergarap. Dan, begitu pula halnya dengan rocker yang sekilas tampak urakan, hedonis, dan semaunya.
Contohnya, Steve Vai, gitaris rock yang mahir memainkan beragam jenis musik. Beberapa karyanya diciptakan setelah ia bertapa selama beberapa waktu untuk mencari ilham sembari memainkan gitar.
Contoh lainnya adalah Yngwie Malmsteen. Ia disebut-sebut sebagai pelopor neo-klasik rock, aliran musik rock yang irama dan nada-nadanya mirip lagu-lagu klasik masa silam karya Mozart, Paganini, atau Bach. Yngwie juga diakui sebagai gitaris yang gerakan jari-jarinya sangat cepat. Sejak usia 5 tahun, ia latihan gitar selama 8 jam sehari, dan baru berhenti jika ada 2 senar gitar yang putus.
Hidup adalah seni ini bukan ungkapan klise. Suka atau tidak, itulah kenyataannya. Salah satu seninya adalah bagaimana kita dapat memberi arti dari karya-karya yang kita buat, dan bagaimana kita menuangkan inspirasi dan aspirasi lewat karyakarya kita tersebut. Arti itu akan kecil dan sepele jika kita menempatkan kedisiplinan, ketekunan, dan keteraturan jauh dari hidup kita yang justru akan menjadikan kita sebagai seniman kelas dua.
*** Kerja keras bukan untuk sukses, melainkan untuk sebuah nilai. Albert Einstein
S e p t e m b e r Kekuatan yang Mengubah Hukum
P eristiwa ini terjadi di Irlandia. Seorang anak harus mendekam
di panti asuhan karena ditinggal ibunya yang kabur dengan seorang pria kaya. Ayahnya, seorang dekorator dan seniman yang kerap mengamen di sebuah kafe, dianggap pemerintah tidak mampu mencukupi biaya hidup anaknya. Dan, karena istrinya tidak memberikan catatan apa pun tentang pengasuhan anaknya kepada suaminya, maka sesuai hukum yang berlaku, anak itu, Evelyn, harus tinggal di panti asuhan.
Beruntung, hanya ada satu suster yang kejam padanya di panti asuhan itu. Namun, bukan inilah yang mendorongnya ayahnya, Desmond Doyle, untuk mengeluarkan Evelyn dari panti asuhan itu. Ia menginginkan kebersamaan bersama anaknya, meskipun dalam kesederhanaan sesederhana apa pun.
Akan tetapi, perjuangan sang ayah untuk mendapatkan kebersamaan itu bukanlah perkara yang mudah. Beragam pengadilan tingkat wilayah yang diikutinya tidak bersedia mem berikan banding kepadanya, hingga akhirnya beberapa orang yang berpengalaman di bidang hukum membantunya dengan mengajukan kasus tersebut ke Mahkamah Agung!
Dan ajaibnya, ia memenangkan kasus ini! Tidak hanya itu, kemenangan ini bahkan mampu mengubah aturan pendidikan bagi anak-anak yatim dan piatu di negara itu. Jadi, tidak hanya Evelyn yang kembali merasakan indahnya kebersamaan bersama keluarganya, tetapi juga anak-anak yatim lainnya yang tinggal di panti asuhan. Alhasil, sukacita menjalar di segenap Irlandia.
Film berjudul Evelyn yang diangkat dari kisah nyata ini menjadi inspirasi bagi setiap orang yang ingin menjadi pejuang kebersamaan. Kebersamaan, yang dilandasi kasih dan ketulusan, itulah kekuatan yang mengubah hukum. Sesederhana apa pun hidup kita, kebersamaan adalah hal yang utama dalam sebuah keluarga.
*** S e p t e m b e r Salah Mengikuti Petunjuk M enjadi guru anak-anak kecil itu membuat kita tidak stres,
ujar seorang teman. Saya rasa itu ada benarnya, terutama jika kita melihat kepolosan dan kelucuan anak-anak yang apa adanya, tidak dibuat-buat.
Suatu hari, tepatnya di awal tahun ajaran baru, saya mengajar mewarnai tentu saja, saat itu, saya belum hafal nama mereka satu per satu. Sebelum diwarnai, saya terlebih dahulu mengajak mereka untuk menempel gambar yang akan diwarnai di sebuah kertas manila yang berukuran lebih besar, sehingga nanti hasilnya akan tampak seperti gambar yang dibingkai.
Setelah ditempel, baru diwarnai dengan warna yang sesuai. Jangan lupa menulis nama di kotak yang disediakan. Saya membuat kotak kecil di ujung kertas yang akan diwarnai. Di sini, ujar saya sembari menunjuk kotak itu. Tulislah nama kalian. Sidik, misalnya. Tak lama kemudian, mereka mulai mewarnai.
Akan tetapi, saya terkejut sekaligus juga geli ketika menilai pekerjaan mereka, karena ada sebuah gambar yang dibuat oleh Sidik! Seingat saya, saat itu, tak ada satu pun anak yang namanya sama dengan saya.
Usut punya usut, ternyata ada seorang anak yang salah mengartikan petunjuk saya. Ia mengira bahwa contoh nama yang saya berikan juga merupakan ketetapan yang harus dibuat sama persis.
Sebenarnya, hubungan kita dengan Tuhan juga bak guru dan murid. Mungkin, kita pernah salah mengikuti petunjukpetunjukNya. Dan, oleh karena itu, Ia ingin agar kita mem perhatikan petunjuk-petunjukNya dengan lebih baik.
Hidup perlu diisi dengan berkarya. Dan, karya-karya yang kita hasilkan harus dibuat sesuai dengan prosedur yang ditentukanNya, agar menjadi indah dan berkenan ketika Ia menilainya.
*** Belajar selalu membuat kita mengenal kesalahan. Lihatlah hasil ulangan
S e p t e m b e r Damai Itu Dekat di Hati F ilm Bridge to Terabithia mengisahkan tentang dua anak yang
sering dianiaya oleh teman-teman sekolahnya. Salah satu dari mereka adalah seorang anak yang berkekurangan. Orangtuanya tidak mampu membelikan sepatu sekolah. Dan, saudari-saudarinya sering berebutan siaran televisi. Sementara itu, yang satunya lagi adalah anak seorang penulis iksi yang jarang mengajak anaknya bicara.
Karena tinggal berdekatan, mereka sering bermain bersama. Tempat mereka bermain adalah hutan yang dekat dengan rumah mereka berdua. Di sana, mereka sama-sama memiliki fantasi tentang sebuah dunia lain yang memiliki pemandangan indah, dan dihuni oleh beragam makhluk yang unik. Mereka sepakat menamainya: Terabithia.
Berbeda dengan fantasi C.S. Lewis tentang negeri Narnia yang berada di luar dunia kita, fantasi mereka tentang Terabithia berada dekat dengan mereka ada di kepala mereka berdua.
Ketika merenungkan hal ini, saya teringat akan sebuah ilus trasi yang menyatakan bahwa kedamaian bukanlah keadaan yang serba biru atau adem ayem. Damai dalam ilustrasi tersebut terungkap dalam wujud keluarga burung yang sedang lelap di dalam batang sebuah pohon ketika keadaan di luar sedang hujan badai.
Saat ini, kondisi bangsa sedang penuh gejolak bencana alam, demonstrasi di mana-mana dan sederet persoalan lain menjadi berita yang kita santap sehari-hari. Di manakah kita akan mendapatkan damai sejahtera" Hanya dalam janji Tuhan yang kita terima dengan iman dan doa. Doa menghadirkan sukacita dan kedamaian di tengah-tengah kita. Mari, kita bersujud kepadaNya, sumber damai sejahtera kita!
*** Kedamaian tidak selalu sama dengan ketenangan, kesejukan, dan kegembiraan. Tuhan memberikan damai ketika kita datang kepadaNya.
S e p t e m b e r Menghentikan Kehancuran Hati
H ukum yang berlaku bagi para tikus adalah tidak boleh bicara sama sekali tidak boleh! dengan manusia. Namun, suatu ketika, seekor tikus kastil melanggar hukum itu. Nama tikus itu adalah Despereaux Tilling. Ia tidak hanya bicara, tetapi juga disentuh oleh seorang putri raja!
Terkait dengan hal itu, dewan tikus memutuskan: Desperaux harus dibuang ke ruang bawah tanah yang gelap, yang dihuni oleh banyak tikus got yang jahat dan kejam. Ini adalah hukuman yang menakutkan bagi tikus kastil mana pun.
Kepergiannya diantar oleh tabuhan gendang. Dan, celakanya, yang menabuh gendang tersebut adalah ayahnya sendiri! Namun, entah bagaimana, ia bisa selamat di tempat tersebut karena bertemu dengan seorang kepala sipir yang suka mendengar cerita.
Suatu ketika, Desperaux berkesempatan untuk kembali ke atas, menemui kaumnya. Para tikus kastil sangat kaget ketika melihat Desperaux, terutama ayahnya. Ketika melihat ayahnya yang tampak menyesal karena tidak menyelamatkan dirinya ketika dihukum, Desperaux berkata, Aku memaafkanmu, Pa.
Kate DiCamillo, pengarang kisah ini, menyampaikan alasan yang sangat menyentuh terkait dengan kata-kata Desperaux terhadap ayahnya tersebut: ...Ia mengucapkan kata-kata tersebut karena merasa itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan hatinya, untuk menghentikan kehancuran hatinya.
Pengkhianatan dari orang yang terdekat sangat sulit diampuni. Namun, apakah kita sadar bahwa sesungguhnya jika kita mengingat beragam khianat yang dilakukan orang lain kepada kita, hal itu akan membuat hati kita kian hancur" Berapa lama kita kuat menjalani kehidupan dengan hati yang hancur"
*** Pemberian maaf memutuskan lingkaran sebab akibat, karena orang yang memaafkan mengambil alih beban konsekuensi dari apa yang telah dilakukan orang lain.
Dag Hammarskjold S e p t e m b e r 52 Bungkus Nasi Bungkus S embilan September 2009, alias 9-9-09. Banyak orang meng

Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

anggapnya sebagai hari baik, hari hoki. Entah benar atau tidak, yang jelas saat itu saya bersukacita, karena hari itu adalah hari ulang tahun ibu saya.
Ketika itu, ibu saya merayakan ulang tahunnya dengan membuat 52 nasi bungkus untuk gelandangan yang ada di sekitar Pasar Besar kota Malang. Sejak dulu, ia selalu menekankan kepada anak-anaknya: kedermawanan tidak ditentukan dari seberapa besar kekayaan seseorang; memberi kepada orang lain bukanlah ajang untuk pamer atau berharap diberkati Tuhan.
Jujur saja, hingga saat ini saya masih bergumul untuk sungguh-sungguh bisa melaksanakan kedua pemahaman itu. Terkadang, saya urung memberi bantuan dengan dalih hidup pas-pasan, padahal uangnya dipakai untuk hal-hal yang tidak perlu. Saya masih susah untuk memberi dengan tulus; masih berharap ada orang yang tahu bahwa saya sedang berbuat baik, lalu dipuji, lalu berharap bahwa Tuhan akan (merasa) senang dan mengganjarnya dengan sesuatu.
Terkait dengan pergumulan tersebut, sampai saat ini, releksi saya berakhir pada kesimpulan: perbuatan baik adalah salah satu bentuk ucapan syukur. Dan, karena tidak ada manusia yang diciptakan dengan sangat baik (baca: sempurna), maka tidaklah mengherankan jika saya dan mungkin juga Anda kesulitan untuk berbuat baik. Tidak hanya itu, jika direnungkan lebih jauh, kita akan menyadari bahwa sesungguhnya dalam hidup yang singkat ini kita lebih banyak melakukan perbuatan jahat ketimbang perbuatan baik.
*** Bilamana ada kesederhanaan dan kegembiraan, maka tidak ada ketamakan dan keserakahan.
St. Fransiskus Assisi S e p t e m b e r Bukan Seperti Pemadam Kebakaran
D alam sebuah ceramah tentang profesi keguruan, saya mendengar sebuah pernyataan yang menarik, Guru bukan seperti pemadam kebakaran.
Kemudian, pemberi materi menguraikan bahwa pemadam kebakaran akan datang jika dan hanya jika kebakaran terjadi. Jadi, jika tidak ada kebakaran, bunyi sirene mobil pemadam kebakaran tidak akan terdengar. Dan, jika tidak ada kebakaran, mungkin kerja para pemadam kebakaran akan santai, ongkangongkang kaki di kantor.
Umumnya, guru (dan orang tua) hanya akan berinteraksi dengan siswa (atau anak) bila terjadi sesuatu. Masalah terjadi, hukuman diberikan. Atau, bisa juga dalam hal positif: prestasi dicapai, hadiah diberikan. Ya, mungkin, hanya sesuatu yang fatal atau fantastis yang terjadi pada diri anak atau dilakukan anak yang menarik minat kita untuk berinteraksi dengannya.
Inilah cara berhubungan yang keliru. Bagaimanapun, setiap anak perlu pendampingan bagi setiap proses memanusia. Hukuman atau hadiah tidak cukup bagi seorang anak. Ketika mereka tidak mencapai sesuatu yang fantastis, mereka akan menganggap diri mereka bukan siapa-siapa. Ketika mereka lebih sering dihukum karena sering berbuat salah, mereka tidak tahu bagaimana melakukan sesuatu dengan benar.
Dengarkan, sekali lagi, dengarkan anak-anak Anda, ujar Robert Schuller. Kita perlu mendengar, berbagi, dan bersama dengan mereka dalam waktu-waktu yang kita miliki bagi keluarga. Itulah jalan bagi terciptanya rasa aman dalam diri anak-anak.
*** Ayah dan ibu yang hebat bukanlah yang kaya dan tenar, tetapi yang penyayang dan mau meluangkan waktu bagi anak-anaknya.
S e p t e m b e r Harapan yang Berujung Amukan
P ria ini sangat memuja ayahnya. Namun sayangnya, di masa
kecil ia jarang bersama ayahnya. Ayahnya adalah seorang artis rodeo (penunggang kuda). Ketika ayahnya kehilangan pekerjaan, kehidupan mereka menjadi susah. Bahkan, ibunya meninggalkan ayah seorang diri.
Akan tetapi, entah bagaimana, pria ini kerap bermimpi bertemu dengan ayahnya, bahkan ia memanggil-manggil na ma nya teman dekatnya bersaksi tentang hal ini. Dan, betapa bahagianya ia ketika suatu waktu, tepatnya ketika dewasa, ia bertemu kembali dengan ayahnya. Mereka lantas membuka bar kecil dengan beberapa meja biliar.
Harapan pria ini untuk hidup bersama ayahnya tergapai sudah. Namun sayangnya, suatu ketika, tepatnya ketika ia sedang mendekor bar yang dimilikinya bersama ayahnya dengan lukisanlukisan buatannya, ayahnya menghampirinya dalam kondisi mabuk, mencercanya sebagai anak yang tak berguna. Ketika itu, bar mereka sedang sepi pengunjung, dan si ayah menganggap bahwa lukisan-lukisan anaknya itulah yang menjadi penyebabnya.
Dewi Karang Samudera 2 Pendekar Gila 14 Misteri Gadis Bisu Maut Merah 2

Cari Blog Ini