Fazahra Akmila Karya Naima Adida Bagian 4
Zahra Kamilah, maukah kamu jadi kekasihku untuk hari ini, esok dan selamanya}
Aku masih ingat itu, kak. Kenangan malam itu... Kini, terulang kembali.
{Gue seruis dengan ucapan gue tadi. Aku sayang kamu. Entah sejak kapan" Akupun tidak tau. Aku tidak akan memintamu menjadi pacarku. Aku hanya memintamu
menjadi kekasihku} Sekarang, bukan hanya sekedar kekasih. Lebih dari itu aku adalah istrimu.
{Tatap mataku 10 detik dan katakan kau tidak mencintaiku}
Aku tidak bisa melakukan itu karena matamu selalu membuatku jatuh cinta di 10 detik pertama.
{Dengan cara yang sama, aku akan membuat mila jatuh cinta lagi dengan akmal}
Malam ini... Kau pun telah membuktikan, kamu bisa membuatku jatuh cinta lagi.
Tes... Satu buliran halus air mata membasahi pipinya. Tangan kokoh itu mengusapnya lembut.
"Dear.... Jangan nangis." ucap faiz dengan sangat lembut tepat saat ia sudah berada didepan gadis itu. Pria itu tersenyum ke arahnya.
Nisa pun ikut tersenyum. "Ayo... Tiup lilinnya" suruh pria itu. Nisa mengembangkan senyumnya tipis.
"Emang, sejak kapan dalam islam ada budaya tiup lilin?" ujar nisa dengan datar membuat para mahasiswa lain tertawa.
Faiz hanya terkekeh ringan mendengar perkataan polos istrinya.
"Gak pernah ada sih. Tapi, kamu seneng kan?" ujar faiz menggodanya.
Nisa membalasnya dengan senyuman ringan. Lantas, meniup lilinnya. Lalu, menatap kembali ke arah suaminya.
"Makasih" ujar nisa pelan. Bahkan nyaris tidak terdengar. Tangannya lantas memotong kue itu menjadi beberapa bagian kecil.
"Baiklah.. Potongan pertama akan diberikan pada.... " ujar MC terpotong karena nisa sudah terlebih dulu memberikan potongan kue pertama pada pria didepannya.
Faiz mengangkat tangannya, membaca doa untuk istrinya. Lalu, mencium keningnya singkat.
"Barakallahu fii umrik, dear... Semoga Allah selalu melimpahkan ridho dan rahmatNya padamu" ucap faiz sangat lembut pada istrinya.
Tidak ada lagi, sikap dingin. Wajah datar. Apalagi perkataan otoriter. Sosok pria didepannya ini merupakan sisi lain dari seorang faiz akmal.
Sedingin-dinginnya seseorang. Orang itu pasti memiliki sisi lembut. Sisi halus yang tak bisa dijangkau orang sembarang orang. Hanya orang-orang tertentu
saja yang dapat melihat itu, orang yang dia sayangi misalnya.
"Wow... Pemandangan yang romantis. Nisa memberikan potongan kue pertamanya pada Faiz. Seorang ketua BEM yang mau repot-repot merombak semua kegiatan Ospek
demi kejutan ini. Beri tepuk tangan semuanya" ucap MC itu dengan mendramantisir.
Semua orang bertepuk tangan riuh. Banyak orang yang berbisik iri melihat kebahagiaan mereka.
"Mereka cocok dan sangat serasi. Yang satu cantik. Yang satu ganteng"
"Yakin... Beruntung banget nisa, bisa dapetin cintanya si Ketua BEM yang cool abis itu"
"Gue iri nih... Kapan gue di perlakuin istimewa kayak gitu"
"Romantis bingits... Gue envy... Faiz ... Aku padamu "
Begitulah sekelumit pendapat mereka mengenai 2 pasangan itu.
"Lalu, kue kedua akan diberikan pada?" tanya MC pada gadis itu.
Ia menolehkan kepalanya kesamping. Terlihat 2 orang gadis tengah tersenyum lebar ke arahnya.
Nisa tersenyum tipis. Tangannya terulur menyuapi 2 sahabatnya bergantian.
"Barakallah, nisa. Semiga bisa jadi istri sholehah dan sukses selalu" ujar zizi setelah disuapi kue oleh sahabatnya.
"Happy birthday... My friends. I wish you all the best. I hope, God bless you." ucap rikha ketika nisa menyuapinya sepotong kue.
Nisa hanya membalasnya dengan senyuman tulus.
"Thanks ya" "Wah... Sahabat yang baik ya guys... Oke, acara selanjutnya... Katanya, faiz akan memberikan sesuatu pada nisa" Apakah itu?" ucap MC itu membuat pria jangkung
itu menjadi sorotan. Faiz memberikan kue tart yang masih di tangannya pada zizi yang ada di samping nisa.
Lantas, pria itu langsung setengah jongkok dihadapan nisa. Gadis itu sangat kaget dengan apa yang dilakukan suaminya itu.
Pria jangkung itu mengembangkan senyumnya. Senyum termanis yang ia miliki.
"Kak... Apaan sih. Ayo bangun. Mau ngapain?" tanya nisa dengan pelan supaya orang lain tak mendengar apa yang ia ucapkan.
Pria itu justru meraih tangan nisa. Gadis itu membiarkannya saja. Ia akan melihat apa yang akan dilakukan suaminya.
Faiz perlahan mencium punggung telapak tangan nisa. Sedikit lama lalu ia melepasnya. Hal itu membuat para penonton berteriak histeris.
"Dear... My wife. Seorang gadis paling cuek dihadapanku ini adalah istriku. Dia dengan kecantikannya mampu menarik perhatian banyak mahasiswa diberbagai
jurusan dihari pertamaya menjalani Ospek.
Hari ini... aku ingin mengatakan sesuatu padamu, dear. So, please listen to me. I'will not repaet it again twice in my life." ujar faiz menganggantung.
Mendadak semua terdiam. Mendengarkan apa yang akan disampaikan pria tampan itu.
Pria itu mengambil nafas sekali. Lalu, melanjutkan perkataannya.
"Kamu adalah wanita yang paling berharga dalam hidupku setelah ibuku tentunya. Kamu, gadis cuek yang tangan dengan semua sifat otoriterku. Kamu, satu-satunya
gadis yang bisa mengalahkanku di area judo.
Kamu, istriku tercinta. Adikku tersayang. Aku mencintaimu. Jangan tanya seberapa besar cintaku untukmu. Karena dalsm cinta tidak ada istilah over dosis.
Tidak ada asalan untukku bisa mencintaimu. Sebab, aku percaya... Cinta ada karena Sang kholiq yang menghendakinya. Dan cinta tidak akan pernah salah.
Aku adalah pria bodoh tentang arti cinta. Aku hanya pria dingin yang tak mengenal cinta. Namun, hadirmu membuatku merasa manis dan indahnya jatuh cinta.
Pahit dan sakitnya pengorbanan.
Ketika aku bisa bertemu denganmu lagi itu adalah anugrah untuku yang selalu aku syukuri.
Maaf... Aku bukanlah pria yang terbaik, yang bisa menundukan pandangannya pada semua wanita. Maaf... Telah meninggalkanmu dulu. Sungguh, bukan hanya kamu
yang menderita. Akupun sama.
Maaf untuk apa yang kamu alami selama ini.
Terimakasih telah menjadi kekasihku hari ini, esok dan selamanya" ujarnya dengan tulud. Tak ada kebohongan dimata elangnya.
Tangannya perlahan mengambil sebuah kotak bening kecil dari sakunya. Membukanya perlahan dihadapan semua orang.
3 buah benda mengkilap memenuhi kotak itu. 1 kalung dan 2 buah cincin.
Nisa tak kuasa menahan air matanya untuk turun. Gadis itu terlalu hanyut dalam suasana.
Pria itu tersenyum. Nisa membalasnya dengan senyum termanis. Walau, rinai hujan terus mengalir dari matanya.
"Kamu ngelamar aku, kak?" tanya nisa dengsn suara serak. Matanya fokus pada benda-benda mengkilap itu. Faiz hanya terkekeh pelan.
"Yah... Anggap aja seperti itu. Belum terlambatkan?" ujar faiz seraya saat memakaikan cincin perak berukir kata Faza dalam tulisan latin.
Pria itu lantas berdiri. Ia menggenggam sebuah kalung.
"Dan kalung itu" Bukankah itu miliku yang pernah aku jatuhkan di kolam pesantren" Gimana bisa sampai ditangan kakak?" tanya nisa dengan hati-hati.
Matanya mengarah pada sebuah kalung. Kalung berbandul kata 'Faza76' miliknya. Sebuah kalung pemberian faiz dulu yang sempat ia jatuhkan ke kolam.
Bukannya menjawab, pria itu justru memakaikan kalung itu langsung ke leher nisa.
part 35 Ide jahil Tepat pukul 10 malam, pesta kejutan untuk nisa telah selesai. Semua perlengkapan telah dibereskan. Orang-orang pun telah berangsur pulang kerumah masing-masing.
Tak terkecuali dengan sepasang kekasih yang mengebohkan malam ini.
Mereka kini telah sampai dirumah. Kedua orang itu hanya cengo melihat pemandangan yang ada didepannya. Terlihat setumpukan kado memenuhi ruang tamu.
"Dari mana asal semua kado ini?" tanya nisa sambil menyerngitkan dahinya.
"Dari fans kamu mungkin" balas faiz dengan asal. Lantas, pria bertubuh jangkung itu duduk disofa sebelahnya.
Tangan mungil gadis itu meraih salah satu kado dari tumpukan kado tersebut. Pilihanya jatuh pada kado berwarna navi yang dibungkus sangat elegan.
Faiz membiarkannya saja. Matanya memperhatikan tumpukan kado itu. Terdapat 2 amplop surat diatasnya. Pria itu membukanya.
Pria itu mengangguk-anggukan kepalanya setelah membaca surat itu. Kado-kado ini adalah hadiah ulang tahun untuk istrinya dari beberapa temn juga karyawannya
yang bekerja dikantor nisa.
Ini membuktikan bahwa nisa adalah gadis yang baik hanya saja sifatnya yang terlalu dingin dan cuek pada sekitar. Hanya orang terdekatnyalah yang tau bahwa
gadis itu tak sedingin yang orang kira.
Faiz menatap istri tercintanya dengan lekat. Gadis itu sedang membuka sebuah kado. Matanya sangat berbinar melihat isinya. Senyum terukir diwajah cantiknya.
Faiz menyerngitkan dahinya, heran. Kenap istrinya terlihat sangat senang" Apa isi kado itu".
Nisa mengambil sebuah benda dari dalam kotak kado itu.
Kamera DSLR terbaru. Itulah isi kadonya. Nisa langsung menghidupkan kamera itu. Memeriksa apakah kamera ini sudah ada isinya".
Ternyata, dugaannya benar. Kamera ini sudah ada isinya. Gadis itu tau siapa pemberi kado ini.
Nisa tersenyum miris. Ia meras senang juga miris. Senang karena kamera ini berisi semua kenangannya di SMA.
Ia miris karena tau siapa pemberi kado ini. Gadis itu merasa menjadi gadis yang tidak punya hati. Padahal, ia sama sekali tidak ingin menyakiti orang yang
sudah sangat baik padanya. Namun, orang itu terus saja mendekatinya. Walau sudah ia tolak berkali-kali. Harus bagaimana lagi ia menolak orang itu" Ia tidak
tau. Ah... Sudahlah. Lebih baik ia melihat semua foto itu dilaptopnya. Lagi pula, bukankah rikha berpesan untuk membuka e-mailnya. Kira-kira, hadiah apa yang
diberikan 2 sahabatnya itu hingga harus dibuka lewat e-mail. Ada-ada saja mereka.
Nisa membalikkan badannya sambil membawa kamera. Kakinya melangkah menuju kamarnya yang berada dilantai 2. Ia meninggalkan faiz tanpa sepatah katapun.
Pria itu hanya mendecak sekali. Kadang, istrinya itu lebih dingin dari dirinya. Buktinya, nisa meninggalkan faiz sendiri diruang tamu sendirian dengan
setumpuk kado itu. Faiz menghel nafas panjang. Ia mencoba bersabar. Bukankah ia juga selalu dingin dan cuek pada istrinya" Ini setimpal bukan".
Pria itu mengalihkan pandangannya. Manik matanya menangkap kotak kado berwarna navi yang dibuka istrinya tadi.
Ia penasaran, siapa yang memberi nisa sebuah kamera" Karyawannya" Tidak. Teman SMAnya" Tidak. Apa sahabatnya" Mungkin, sih. Tapi, tidak.
Bukannya tadi rikha berkata.
"Jangan lupa buka e-mail loe. Hadiahnya, dikirim lewat e-mail."
Jadi, siapa yang mengirim kado itu". Faiz semakin penasaran saja.
Tangannya menarik kotak kado itu. Terdapat secarik kertas didalamnya.
"Assalamualaikum... Baby imut. Barakallahu fii umrik. Maaf ya gak bisa kasih apa-apa. Hanya doa yang selalu aku panjatkan untukmu. Semoga Ridlo dan Rahmat
Allah selalu menyertaimu"
- Zaki El Rasyad - Begitulah bunyi tulisan diatas secarik kertas itu.
Faiz menggertakkan giginya. Ia sangat geram dengan orang yang satu ini. Apa pria ini sudah gila". Apa otaknya sudah bergeser". Atau urat malunya sudah
putus". Ia sudah tau bahwa nisa telah menikah. Tapi, justru pria ini masih mendekatinya. Apa populasi wanita didunia ini sudah menurun" Hingga istri orangpun
jadi sasarannya. Faiz mengusap wajahnya kasar. Mengacak-ngacak rambutnya sendiri.
"Argh... Istighfar, faiz. Loe harus percaya sama istri loe sendiri. Dia pasti bisa jaga diri" gumam faiz pada dirinya sendiri.
Pria itu lantas menaiki tangga. Berjalan menuju kamarnya.
**** Didalam kamar, terlihat seorang gadis dengan piyama tidurnya sedang duduk bersila diatas ranjang. Matanya fokus pad layar didepannya. Rambutnya yang panjang,
digerai kesamping. Ia terlihat cantik.
Gadis itu tak menyadari keberadaan seorang pria yang sudah memasuki kamarnya. Pria itu melewatinya begitu saja.
Pria itu memilih mencuci muka dan ganti baju di kamr mandi.
Setelah merasa lebih segar, pria itu mendekati istrinya. Ikut duduk bersila dibelakangnya. Namun, lagi-lagi gadis itu belum menyadari kedatangannya.
"Dear..." ujar faiz dengan suara seraknya. Pria itu cukup lelah hari ini. Entah kenapa rasanya ia ingin bermanja dengan istrinya malam ini. Namun, istrinya
justru mengacuhkannnya dari tadi. Padahal, ia sudah bekerja keras untuk memberi kejutan pada istrinya.
Faiz mendecak sekali. Ia geram dengan istrinya. Terlintas ide jahil di otaknya.
Fyyyyuuuuh.... Pria itu meniup bagian belakang tengkuk istrinya. Seketika, tubuh gadis itu menegang. Bulu-bulunga berdiri.
Senyum miring muncul di wajah tampan faiz. Rencananya menjahili istrinya berhasil.
Gadis itu memegang tengkuknya dengan tangan kanan. Lantas, berbalik dan menatap tajam orang yang mencari gara-gara dengannya ditengah malam seperti ini.
Gadia itu mendecak sekali. Menatap tajam pria didepanya.
"Kakak apaan sih" Geli. Merinding... " ujarnya sambil menggidikkan bahunya. Raut mukanya sangat lucu, antara kesal dan geli.
Faiz mengangkat sebelah alisnya. Sedetik kemudian, ia tertawa ringan. Ekspresi wajah istrinya sangat lucu saat ini.
Gadis itu semakin kesal saja melihat suaminya tertawa diatas penderitaannya.
Ia mengerucutkan bibirnya dan membalikan badannya. Ia kembali membelakangi faiz.
Tiba-tiba... Tangan kokoh itu melingkari perutnya. Menariknya dengan sekali hentakan. Membuat tubuh gadis itu berada dipankuannya saat ini.
Nisa berusaha berontak. Tubuhnya sudah merasakan geli luar biasa. Bagian-bagian tubuhnya yang tidak pernah disentuh orang lain merespon dengan cepat.
"Kak... Geli... Lepasin" ujat nisa dengan kesal.
Bukannya dilepaskan, faiz justru menyenderkan punggung nisa pada dada bidangnya. Menumpukan dagunya sendiri di bahu kanan nisa.
Gadis itu terus-menerus minta dilepaskan. Namun, faiz seolah tak peduli. Tangan kirinya masih setia melingkar diperut nisa. Sedang, tangan kanannya berusaha
meraih laptop yang ada dihadapan nisa.
Cuuppp Satu kecupan mendarat dipipi kanan gadis itu. Bahkan, hampir menyentuh bibirnya.
Tubuh nisa menegang seketika. Ia terdiam. Desiran aneh menjalar keseluruh tubuhnya.
"Ginikan tenang" ujar faiz dengan santai.
Ia membenahkan duduk istrinya agar nyaman dipangkuannya. Faiz terkekeh pelan. Ia baru sadar, istrinya diam dari tadi. Tubuhnya juga menegang. Segitu sensitifkah
tubuh istrinya terhadap sentuhan".
"Padahal, aku hanya nyentuh kamu biasa, dear... Tapi, reaksi tubuhmu udah berlebihan gini. Gimana ya kalau lailatul zifaf?" ucap faiz dengan asal.
Sebenarnya, ia tak benar-benar serius dengan ucapannya. Ia hanya ingin menggoda istrinya.
Nisa mencerna baik-baik perkataan suaminya.
Lailatul Zifaf" Tamatlah riwayatmu nisa!.
"Ka... Ka.. Kakak... Mau... Ki... Kita... Ngela...kuin... Lai...lai..lailatul zifaf?" tanya nisa dengan terbata-bata. Perkataannya terdengar bergetar.
Bukan hanya tubuhnya, namun juga wajahnya terlihat tegang sekali.
"Kalo iya kenapa" Itu hak ku kan sebagai suami. Ingat! Nolak suami itu dosa loh" ujar faiz dengan sedatar mungkin.
Pria itu menahan tawanya sendiri melihat wajah istrinya yang sangat lucu ketika tegang. Ia memasang wajah datar, agar istrinya tidak curiga padanya karena
ia hanya mengerjainya. "Kakak bener mau lakuin itu sekarang?" tanya nisa dengan setwnang mungkin. Padahal, sangat jelas ia sangat gelisah.
Faiz terlihat sedang berfikir.
"Gimanya" Malam ini malam ap ya" Oh ... Malam kamis. Malam ini juga boleh. Tapi, baiknya malam jum'at sih, sunnah rasul" jawab faiz dengan datar.
Nisa hanya diam saja. Ia meneguk ludahnya dalam. Pikirannya melaya kemana-mana. Ia tidak bisa berfikir jernih.
Perlahan, faiz membalikkan tubuh nisa. Membuat gadis itu menghadap kearahnya.
Gadis itu menunduk, tak berani melihat suaminya. Takut faiz benar-benar akan menghabisinya malam ini.
Tangan faiz menarik dagunya agar gadis itu menatap kearahnya.
"Dear... Please, look at me" ujar faiz dengan lembut. Mau tak mau, nisa menatap ke arahnya.
Faiz menatap istrinya lekat. Mulai dari kening, hidung, pipi, dan terakhir.... Bibirnya yang selalu menggoda imannya.
"Kamu maukan jika kita lakuin malam ini" Inget! Nolak suami dosa loh" ucao faiz dengan lembut dan sangat serius.
Nisa tak bisa menjawab apapun. Ia hanya bisa menatap mata elang suaminya yang selalu bisa membuatnya terhipnotis.
"Diamnya seorang gadis... Berarti 'iya' "ujar faiz dengan mantap.
Perlahan pria itu menutup matanya. Memiringkan wajahnya, menghapus jarak diantara mereka berdua.
Nisa pasrah saja dan ikut memejamkan matanya.
Deruan nafas mereka terasa semakin dekat... Semakin dekat... Semakin dekat... Dan...
Bwuahahaha.... Seketika tawa faiz meledak. Menggema di seluruh ruangan ini.
Nisa membuka matanya sempurna. Menatap tajam ke arah suaminya. Ia baru sadar jika dirinya hanya dikerjai oleh faiz.
"Rese banget sih loe, kak... Gue udah nervous setengah hidup. Eh... Loe malah ketawa-ketiwi kayak mbak kunti" ucap nisa dengan datar. Ia membelakangi faiz.
Gadis itu kembali fokus pada laptopnya.
Faiz masih tertawa. Bahkan, sampai terpingka-pingkal. Ia memegangi perutnya yang terasa keram karena banyak tertawa.
Pria itu mendudukkan tubuhnya. Kembali duduk bersila. Ia tau nisa sedang marah. Walau, raut mukanya tenang. Ia sadar, ia sedikit keterlaluan malam ini.
Tapi, ia juga senang mengerjai gadis ini.
Raut mukanya yang menggemaskan ketika tegang, nervous, marah, ngambek. Sangat lucu menurutnya. Membuat dia ketagihan untuk mengerjainya lagi dan lagi.
Tangan pria itu kembali merengkuh tubuh istrinya. Gadis itu diam saja. Ia terlalu kesal dengan pria ini.
"Dear... I'm sorry. Jangan ngambek ya. Aku tadi cuma mau ngerjain kamu kok" ucap faiz dengan sangat santai.
Gadis itu memasang wajah datar dan dinginnya.
"Yah... Kamu udah berhasil kok. Bahkan sangat berhasil malah" balas nisa dengan lebih santai.
Faiz mendadak diam. Tak biasanya gadis ini menjawabnya dengan santai. Padahal, biasanya dia akan marah-marah melampiaskan kemarahannya.
"Udah jangan marah. Aku minta maaf. Aku cuma sebel aja kamu cuekin aku dari tadi." ucap faiz dengan lembut sambil menoel hidung mancung istrinya.
Gadis itu melengos saja. "Bukannya juga kamu tiap hari, tiap detik nyuekin aku ya?" balas nisa dengan datar.
Faiz terdiam. Apa yang dikatakan nisa benar adanya. Tapi, gak papalah sekali-kali ngerjain istri sendiri, biar tambah romantis gitu.
Faiz mengembangakan senyumnya. Mencoba untuk tidak tersulut amarah juga.
Jika salah satu dari sepasang suami istri tersulut api. Maka yang satunya harus menjadi air. Bukan dua-duanya menjadi api yang bisa membakar habis seluruh
rumah tangga mereka. "Itu karakter, dear. Aku gak bisa rubah. Terus kamu ngarepnya gimana" Aku serius sama yang tadi. Atau kita lakuin aja sekarang?" tanya faiz lembut dengan
senyum merekah di bibirnya.
"Terserahlah... "Jawab nisa dengan singkat.
Faiz menghela nafas panjang.
Senyum kembali ia kembangkan diwajahnya. Ia merapatkan badannya pada nisa
"Hubby... Adikku tersayang... Istriku tercinta... Maaf... Aku gak akan ngelakuin itu malam ini kok. Tenang aja. Mungkin, besok juga bisa. Malah besok lebih afdhol. Malam jum'at cocok tuh sunnah rosul. Gimana"
Setuju gak" Aku pengen nanti kita punya anaknya kembar aja kayak rahma rahmi" ujar faiz dengan santai, ia kembali menggoda istrinya.
Satu nafas legah berhembus keluar dari paru-paru gadis itu. Setidaknya, mereka tidak akan melakukan itu malam ini.
Jtakkk... Satu jitakan mulus mendarat didahi faiz. Gadis itu menjitaknya.
"Makin malam... Ucapan kakak makin ngelantur" balas nisa dengan datar. Sedetik kemudian ia terkekeh pelan. Membayangkan dirinya mempunyai anak kembar membuatnya
geli sendiri. Pria itu memang bisa membuatnya tertawa dengan caranya sendiri. Melenyapkan rasa kesalnya dengan cepat.
Faiz menumpukan dagunya dibahu nisa. Mereka berdua lama terdiam. Terjaga di larut malam. Entah ini sudah jam berapa" Mereka tidak peduli. Yang mereka inginkan
hanya menikmati setiap detik yang bisa mereka lalui bersama untuk saat ini.
Bukankah takdir tidak ada yang tau. Mungkin, hari ini mereka masih bisa bersama dan bersenda gurau. Namun, siapa yang tau apa yang akan terjadi hari esok".
"Kamera DSLR itu dari zaki" Apa isinya?" tanya faiz tiba-tiba setelah lama mereka terdiam. Nisa hanya menyerngitkan dahinya. Dari mana suaminya tau jika
kamera ini dari zaki".
"Mungkin. Gak tertulis nama pengirimnya tadi." jawab nisa jujur. Ia memang tidak menemukan nama pengirimnya. Ia hanya menduganya saja.
"Dari mana kakak bisa tau?" tanya balik nisa.
"Ada suratnya tadi" jawab faiz dengan datar. Tangannya meraih laptop yang masih ada didepan nisa. Nisa hanya mengangguk mengerti.
Jari-jari faiz menggeser-geser touch screen laptop itu. Mengamati foto-foto yang dirangkai slide dilayar laptop itu.
"Wah... Zaki ngefans berat sama kamu tuhh. Buktinya, dia stalker kamu dari SMA sampai hari ini" ujar faiz dengan santai.
Namun, perkataannya terdengar seperti sindiran ditelinga nisa.
"Gak usah mulai deh, kak" balas nisa dengan datar. Ia tak suka suasana menjadi tegang kembali.
"Ngapain aja kamu di sekolah setelah aku lulus" Pdkt sama zaki?" tanya faiz dengan datar tanpa menoleh ke arah nisa.
Nisa menyerngitkan dahinya. Perkataan suaminya ini seolah mencurigainya.
Nisa mendecak sekali. "Lalu, apa yang kakak sendiri lakuin setelah lulus" Tunangan sama cewek lain?" balas nisa dengan sengit.
Kini, giliran faiz yang kicep. Gadis itu selalu mampu membalik perkataannya.
"Kak... Dasar hubungan adalah kepercayaan. Kepeceryaan itu ada didalam hati. Cahaya hati selalu menuntunmu pulang" ucap nisa dengan datar.
Faiz mencerna kata-kata nisa dengan baik. Benar apa kata istrinya.
Dasar hubungan adalah kepercayaan. Ibarat rumah, kepercayaan adalah pondasinya. Sekali ia roboh, rumah itu tidak akan kokoh seperti sebelumnya.
Kepercayaan itu juga datanganya dari hati yang tulis. Semua prasangka datang dari hati.
Cahaya hati selalu menuntun untuk pulang. Pulang kerumah. Tempat dimana semuanya kembali. Dan pondasi rumah adalah kepercayaaan.
"I believe you, dear... " ujar faiz dengan lembut sambil mencium pipinya.
"Thanks. I believe you too" balas nisa.
Mereka berdua mengamati gambar-gambar masa SMA dulu. Semua foto ini hanya berisi gambar nisa.
Sesekali faiz tertawa ketika ada foto nisa dengan pose yang sangat hancur. Sedang nisa hanya mengkerucutkan bibirnya. Lantas, faiz menggodanya dan mereka
tertawa bersama. "Yakin... Perut aku sakit, dear karena kebanyakan ketawa. Posenya ancur-ancur, gak banger dan sangat absurd" ujar faiz setelah melihat keseluruhan gambar
itu. "Ketawa aja, kak. Keselek baru tau rasa kamu" ujar nisa dengan kesal sambil melipat wajahnya.
"Kalo keselek ya minum air aja." balas faiz dengan enteng. Nisa semakin menekuk mukanya
"Senyum... Cantiknya luntur nanti. Jelek banget tau gak" Tadi, katanya suruh buka email" Udah dibuka?" tanya faiz mengalihkan topik pembicaraan.
Raut nisa langsung berubah. Ia baru ingat rikha berpesan untuk membuka e-mailnya. Ia segera meraih laptopnya. Membuka emailnya. Banyak kotak masuk didalamnya,
karena memang beberapa hari ini ia tak membuka email.
Ia membuka kotak masuk. Satu notifikasi paling atas menyita perhatiannya.
Gadis itu lantas membuka email itu.
Satu file audio dirikim. Nisa mengunduhnya. Setelah terunduh, ia memutar vidio itu.
Faiz dan nisa menatap vidio itu lekat-lekat. Terdengar lagu sahabat dari sheila on7 selama slide itu berjalan sama.
Slide itu diawal dengan kata-kata dan fotonya bersama sahabtnya.
Everlasting friends... Friends for now, tomorrow, and forever.
Barakallahu Annisa Kamilah.
Fazahra Akmila Karya Naima Adida di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Slide kedua dan seterusnya berisi foto-fotonya dari kecil hingga sekarang.
Slide ketiga tentang mereka bertiga. Tentang bagaimana mereka membangun dan menjaga persahabatan mereka. Mulai dari awal mereka bertemu. Jatuh bangun nisa
dalam membangun perusahaan hingga sampai sekarang perusahaan itu sudah sukses. Semua ini tidak akan berhasil jika bukan karena bantuan dari keduanya serta
atas izin dari Allah tentunya.
Dan slide terakhir berisi ucapan selamat ulang tahun dan harapan-harapan dari kedua sahabatnya.
Hadiah sebenarnya dari rikha dan zizi, ada di slide paling akhir.
Sebuah grafik yang menunjukan peningkatan order design baju juga foto butik- butik miliknya yang dibanjiri laut manusia.
"Lihat... Nis. Usaha kita 3 tahun sudah maju sekarang ya"
" Sekarang kamu udah terkenal. Perusahaanmu juga udah maju pesat"
"Pokoknya, sukses selalu. Kita berjuang tahun ini untuk nyenengin kamu buat ini. Untuk buat bisnis kita melaju pesat seperti sekarang ini. Bahkan, sekarang
udah bercabang-cabang sampai kemana-mana"
"Happy birthday, nisa... Wish you all the best. I always be with you".
"Barakallahu fii umrik, nisa. Semoga Allah selalu melimpahkan ridloNya padamu"
"Kita gak bisa kasih apapun. Hanya ini. Semoga kita akan selalu bisa bersahabat selamanya. Everlasting friens.... Friends eternally"
Begitukah ucapan terakhir yang ada dividio itu. Nisa mengembangkan senyumnya. Tanpa disuruh satu tetes rinai hujan keluar dari mata indahnya.
"Bersyukurlah... Dear, banyak orang yang menyayangimu. Di hari bahagiamu berdoalah. Semoga Allah selalu melindungi dan merahmatiMu" ujar faiz menasehati.
Pria itu mencium kening nisa lama.
Gadis itu memejamkan mata dan berdoa dalam hati.
"Ya Allah... Ya Rahman, Ya Rohim.
Tidak ada hal yang ku inginkan lagi kecuali ampunanmu. Maka ampunilah aku dan semua keluargaku. Limpahkanlah Ridlo dan RahmatMu pada kita semua"
Faiz melepas kecupannya. Nisa berbalik, mengahadap kearah suaminya. Gadis itu memeluknya. Faiz membalas pelukannya.
"Kak... Kamu tau, aku punya perusahaan sendiri. Aku juga masih kuliah. Tentunya aku akan sibuk. Apa kakak keberatan akan hal itu?" tanya nisa dengan hati-hati
saat melepas pelukannya. "Insya Allah .. Aku tidak keberatan. Kamu bebas menuntut ilmu sesukamu. Kamu bebas mengurus perusahaanmu. Tapi, jangan pernah kamu melupakan hak dan kewajibanmu
sendiri, mengerti?" ujar faiz dengan mantap.
Sebuah senyum terukir diwajah manis nisa. Ia mengangguk mengerti dan....
Cuuuppp Satu kecupan singkat mendarat dibibir faiz. Untuk pertama kalinya, nisa melakukan hal itu. Ia sedikit syok dengan apa yang dilakukan istrinya.
"Makasih..." ujar nisa lantas membereskan laptopnya dan mengembalikannya ketempat semula.
Semenit kemudian faiz sadar. Ia terkekeh pelan nyaris tak mengeluarkan suara.
Satu lengkungan tercipta dibibirnya. Ia tidak bisa untuk tidak tersenyum kali ini.
Semua tindakan nisa terlihat lucu, menggemaskan dan sangat tidak terduga.
"Tadi apa maksudnya" Kamu lagi ngerangsang aku?" tany faiz dengan sarkatis seraya menarik tangan nisa agar mereka saling berhadapan.
Nisa menyerngitkan dahinya. Perkataan faiz kadang tidak ada filternya. Langsung nyeplos aja.
"Apaan" Gak ada tuh. Itu bayaran" balas nisa dengan kesal
"Bayaran?" tanya faiz dengan datar.
"Yah... Bayaran buat pesta kejutan tadi" jawab nisa dengan singkat.
Senyum miring tercipta diwajah faiz. Ide jahil melintas lagi diotaknya. Sepertinya malam ini ia punya banyak ide jahil untuk mengerjai istrinya.
"Bayaran apa kayak gitu" Aku minta lebih" ujar faiz tak terima
"Just one deep kiss again" lanjutnya sambil mengetuk bibirnya sendiri dengan telunjuknya.
Nisa meneguk lidah dalam. Tak bisa membayangkan itu akan terjadi.
Badanya mulai panas-dingin. Jantungnya sudah berdegub kencang. Namun, ia memasang wajah sangat datar. Menutupi semua ke-nervous-annya.
"Tadi kan udah. Gak ada deep kiss. Aku mau tidur"
"C'mon my wife... Just once. Setelah wudlu, langsung tidur" ujar faiz mencoba bernegosiasi.
" Tadikan ud..." ucapan nisa terpotong karena bibirnya sudah terlebih dulu terkunci dengan bibir faiz.
Pria itu benar-benar menciumnya. Menghabisi bibirnya. Menyalurkan apa yang ia tahan dari tadi karena nisa terus mengacuhkannya dari tadi.
Perlahan tangannya membuka satu persatu kancing baju nisa. Ciumannya turun pada leher jenjang istrinya. Menimbulkan beberapa kiss mark disana. Tangan faiz
sudah menggerayainya. Akal sehat nisa masih berjalan. Ia tak bisa meneruskannya. Bisa berbahaya karena suasan dan waktu sangat mendukung saat ini.
Bukannya menolak atau bagaimana, ia hanya belum siap.
"Kak... Just... Once... Not more" ujar nisa dengan susah payah.
Setiap sentuhan faiz membuatnya terasa melayang. Membuat bibirnya susah untuk berkata.
Mendengar ucapan nisa, faiz menghentikan ucapannya.
Mereka berdua terdiam. Mengatur nafas yang masih memburu diantara keduanya.
Faiz menatap nisa datar. Ia langsung membopong tubuh nisa ke kamar mandi. Gadis itu tak bertanya maupun protes. Ia hanya ikut saja.
"Wudlu dulu... Langsung kita tidur"
**** Senda gurau dalam rumah tangga memang diperlukan untuk menjaga hubungan agar tetap harmonis.
Pertengkaran kecilpun tak bisa dihindari karena itulah bumbu penyedap pernikahan. Adanya pertikaian kecil membuat hubungan menjadi semakin erat dan mempunyai
warna. Sudah seharusnya dalam membina bahtera rumah tangga, sepasang suami istri saling menegur, menasehati dan mengajak dalam kebaikan dari hal sekecil apapun.
Seseorang yang telah menikah hakikatnya telah menyempurnakan sebagian agamanya. Dan sebagian lagi bisa diraih dengan membina rumah tangga sesuai ajaran
Rasulullah. Membina keluarga agar senantiasa dekat dengan Allah hingga menjadi keluarga yang mampu menghasilkan generasi umat yang sholih dan sholihah.
**** part 36 Lailatul Zifaf **** Semilir angin menerpa wajah kedua pasangan ini. Mereka saat ini berada di depan gerbang sebuah tempat yang biasa disebut sebagai penjara suci.
Senyum kebahagiaan mengembang di wajah manis gadis itu. Sedangkan, sang pria tetap setia dengan wajah tenang penuh kharismatiknya.
Nuansa islami menyambut mereka. Suansa damai menyeruak dalam diri mereka. Alunan ayat-ayat Al-Qur'an menggema diseluruh sudut wilayah ini. Para santri
berlalu lalang tak jauh dari mereka. Sebagian dari santri itu ada yang bersantai sambil mutholaah kitab di masjid. Ada yang belajar dibawah pohon dekat
masjid. Begitulah aktifitas para santri disore hari. Mereka dibebaskan setelah mengaji ba'da ashar.
Kedua pasangan itu berjalan beriringan menuju ndalem (rumah) kyai. Namun, manik mata gadis itu menatap ke arah santri-santri itu. Hatinya merasa senang
melihat mereka. Dari dulu, dirinya memang ingin sekali tinggal di pesantren.
Namun, keinginan itu pupus sudah ketika takdir berkata lain. Ia justru dinikahkan dengan gus disini. Yang tak lain dan tak bukan adalah mantan kekasihnya
sendiri. Takdir memang tidak bisa duga. Itu adalah rahasia Allah. Yakinlah, skenario Tuhan adalah naskah kehidupan yang paling baik.1
Gadis itu tersenyum tipis. Perlahan langkahnya terhenti. Matanya masih menatap beberapa santri yang ada di teras masjid.
Seorang pria didepannya ikut menghentikan langkahnya. Ia sadar, gadisnya itu tidak berjalan di sampingnya lagi.
Pria itu berbalik. Berjalan menghampiri gadisnya yang sedang menatap kosong ke arah masjid yang di kelilingi kolam ikan dengan beberapa santri yang duduk
di teras. Pria itu ikut menatap ke arah masjid. Ia paham, apa yang sedang dipikirkan gadisnya itu".
"Dear... Salam dulu sama abah dan umi. Nanti kamu bisa liat santri-santri itu sepuasmu." tegur faiz yang sukses membuat nisa menoleh ke arahnya.
"Apa aku gak bisa jadi santri lagi disini?" tanya nisa dengan pelan. Bahkan, terdengar lirih. Tersirat sebuah harapan disana. Namun, tersiarat pula ketakutan
didalamnya. Faiz tersenyum tipis. Membelai pelan pipi istrinya.
"Kenapa harus jadi santri" Bukannya sekarang kamu udah jadi bagian dari keluarga?" balas faiz dengan datar.
Gadis itu sedikit berfikir. Seulas senyum mengembang diwajahnya.
"Iya juga sih. Tapi, tujuan utamaku kesinikan mau jadi santri. Memperdalam ilmu agama" balas nisa tak mau kalah.
"Maaf..." ucap faiz dengan pelan. Senyumnya hilang seketika.
"Hei... Tuan zidan. Pria sedingin es kutub utara. Kakakku tersayang. Suamiku tercinta. Kenapa harus minta maaf" Gak ada yang salah. Aku gak nyesel. Aku
bahagia kok. Bodoh, jika aku nyesel menikah dengan gus tampan lagi tajir kayak kamu" jawab nisa sambil terkekeh pelan.
Faiz ikut tertawa ringan. Istrinya ini bisa saja untuk membuatnya tersenyum.
"Masa' sih... Terus kenapa dulu.. Sok nolak-nolak nikah sama aku?" tanya balik faiz dengan kalimat dibuat-buat.
Gadis itu justru tertawa. Mengingat kembali perjalan mereka sampai bisa menikah saat ini lucu juga. Banyak ujian, pengorbanan, dan air mata.
"Dulu ya dulu... Sekarang ya sekarang. Ayo ah... Ke ndalem. Aku kangen nih sama wejangan umi" ujar nisa sambil berlalu didepan suaminya.
Faiz tersenyum tipis melihat kelakuan istrinya. Pintar sekali istrinya menghindari pertanyaan.
Mereka berdua memasuki ndalem dengan senyum terukir di wajah mereka.
Banyak kenangan yang terjadi disini. Pria itu bersyukur. Dapat dipertemukan kembali dengan gadis itu merupakan anugrah untuknya.
Ditempat ini, mereka bertemu kembali setelah 2 tahun berpisah. Disini pula mereka disatukan dalam ikatan pernikahan.
Sebuah takdir yang tak pernah mereka duga sebelumnya. Sebuah skenario Tuhan yang sudah di atur rapi untuk mereka tanpa mereka ketahui.
Alhamdulillah... Tidak ada yang lebih membahagiakan selain melihat kamu bahagia saat ini, hubby. Aku bersyukur dapat mengikatmu dalam pernikahan suci ini.
Aku hanya mampu berusaha membuatmu bahagia. Walau, aku merasa setelah ini akan ada badai yang menerpa pernikahan kita. Semoga, semuanya akan selalu baik-baik
saja. **** Di kediaman kyai. Terlihat Abah dan umi sedang berbincang-bincang diruang tengah.
"Assalamualaikum... Abah, umi" sapa gus faiz pada mereka. Keduanya menoleh, senyum mengembang di wajah mereka.
"Waalaikum salam" jawab mereka serempak.
Gus faiz dan nisa menghampiri keduanya lalu menyalaminya.
"Tumben kesini... kalian ndak kuliah toh, iz?" tanya umi dengan logat jawanya yang khas.
"Nembe (sedang) libur umi... Katanya nisa juga kangen sama wejangane njenengan (kamu)" jawab faiz dengan sopan.2
Memang, beginilah jika di pesantren. Untuk lebih menghormati abah dan umi. Semua anggota keluarga juga para santri menggunakan basa krama ketika bercengkrama
dengan mereka. "Walah... Gitu toh. Kangen wejangannya umi tah kangen kegiatan pesantren?" ujar umi lembut sambil tersenyum.
"Nggeh sedaya (ya... semuanya) umi. Nisa seneng pernah jadi santri disini" jawab nisa sesopan mungkin.
Abah dan umi tersenyum mendengar jawaban nisa. Mereka pikir, nisa adalah gadis yang tepat untuk faiz. Bahkan, lebih baik dari syifa.
"Kalian boleh sering main ke pesantren. Abah sama umi senang kalian berkunjung". Sahut abah dengan suara beratnya yang khas.
"Insya Allah, kita bakal sering berkunjung kesini" jawab faiz dengan sopan.
"Yah... Begitu lebih baik. Bagaimana keadaan rumah tangga kalian?" tanya umi dengan serius.
Faiz dan nisa tersenyum. "Alhamdulillah... Sae (baik)" jawab mereka serempak.
"Alhamdulillah, jika seperti itu. Kalian nanti nginep atau langsung pulang?" tanya abah.
"Kita disini 2 hari, abah. Senin subuh langsung pulang" jawab faiz seadanya. Nisa mengangguk setuju.
"Yah, kok cepet banget sih kak. Padahal, aku pengen disini lama" ujar nisa dengan sedikit kecewa.
"2 hari lama loh neng. Apalagi sambil dengerin wejangannya umi" ujar umi sambil tersenyum. Nisa hanya membalasnya dengan senyum kikuk.
"Umi bisa aja. Oh ya... Dimana zahra" Kok nisa belum lihat. Biasanya dia yang paling heboh disini" ujar nisa mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Dia ada dikamarnya. Lagi belajar sama azizah. Neng nisa kalau mau ketemu, bisa kekamarnya. Ayo, umi antar. Umi mau kedapur. Kebetulan dapurnya dekat dengan
kamarnya zahra". Ujar umi sambil berdiri.
"Kamu bisa ngobrol sama zahra dan azizah di kamar. Umi mau ambil minum buat abah" ujar umi dengan lembut. Nisa hanya mengangguk. Lantas, ia masuk kedalam
kamar berdominasi warna ungu muda ini.
Ceklek... Suara pintu terbuka.
Terlihat 2 orang gadis pada kitab didepannya.
Mereka tak menyadari kedatangan nisa.
"Hidup kalian serius amat. Lagi apa sih" ujar nisa dengan datar membuat kedua orang itu terlonjak kaget, lantas menolehkan kepalanya kearah nisa.
"Nisa... " ucap mereka berdua serempak.
"Iya... Assalamualaikum" ucap nisa dengan tenang, lalu ikut duduk diatas tikar disamping kasur zahra.
"Waalaikum salam... "
"Ngapain loe disini?" tanya zahra dengan sarkatis.
"Duduk" jawab nisa dengan singkat. Tangannya meraih kitab yang menjadi titik fokus kedua orang itu.
Mereka bertiga mengamati nisa. Tak percaya, gadis itu ada didepannya sekarang.
"Oh... Bab warisan. Pantesan serius." ucap nisa. Ia mengembalikan kitab ke tempatnya semula.
Ia menatap ke arah 3 orang yang sedang menatapnya intens.
"Kenapa sih kalian bertiga natap aku kayak gitu" Ngefans" Bilang aja... Mas, mbak" ucap nisa dengan asal.
Jtaalkk... Satu jitakan mulus mendarat indah didahinya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan sepupunya sendiri, lifa.
"PD amat sih, loe. Mentang-mentang udah nikah aja". Ucap lifa dengan sarkatis.
"Apa gitu hubungannya sama nikah" balas nisa tak mau kalah.
"Udah, gak usah ribut. Baru ketemu aja ribut. Kemarin aja pada bilangnya kangen sama nisa." sahut gus fatir dengan santainya.
Nisa menyerngitkan dahinya. Kenapa gus fatir ada disini" Ia tau bahwa gus fatir adalah anggota keluarga. Namun, disini ada wanita bukan mahramnya ada disini.
Bukankah ini bisa menimbulkan fitnah".
"Ngapain gus fatir ada disini" Nyari kesempatan nih ceritanya" Gak takut fitnah?" tanya nisa dengan skiptis membuat gus fatir membulatkan matanya sempurna.
"Ya enggaklah, gue mau pinjem laptopnya zahra. Belum aja dapet. Loe dateng langsung su'udzan aja" balas gus fatir dengan tidak terima.
"Maaf... Gak bermaksud kok."
"Alesan. Faiz mana" Dia kesini jugakan?"
"Iyalah.. Masa iya aku kesini sendirian. Dia lagi bicara sama abah diruang tengah" jawab nisa.
Gus fatir hanya menjawabnya dengan ber"O"ria. Ia kembali mencari laptop adiknya seperti tujuan awalnya datang kesini. Namun, yang dicari tidak kunjung
ketemu. "Laptop loe dimana si, zah?" tanya gus fatir dengan geram.
"Aku tinggal diruang tengah tadi pagi" jawabnya sambil nyengir tak jelas.
Gus fatir hanya menepuk jidatnya sendiri. Pantas saja, dicari dari tadi gak ketemu-ketemu.
"Kenapa gak bilang dari tadi sih, dek?" ujar gus fatir dengan sedikit kesal.
"Salah sendiri gak nanya" balas zahra dengan enteng.
Gus fatir langsung keluar dari kamar adiknya. Lantas, berjalan ke ruang tamu
Keadaan di kamar zahra hening. 2 orang gadis mengamati nisa dengan lekat.
"Jangan tatap gue kayak gitu" ujar nisa dengan datar.
Lifa langsung memeluk nisa dengan erat. Hampir-hampir gadis itu kehabisan nafas karena lifa memeluknya dengan sangat erat.
"Lepasin kak lifa. Gue sesak nafas" ucap nisa dengan terbata-bata. Lifa langsung melepas pelukannya.
Gadis berpipi chubby itu tersenyum tanpa dosa kearah nisa yang sedang menarik nafas dalam-dalam.
"Sorry ya... Efek terlalu kangen. 3 bulan gue gak ketemu sama loe" ucapnya tanpa merasa bersalah.
"Lebay. Biasanya aja sampai 6 bulan gak ketemu karena loe stay di pesantren, biasa aja. Segalak bilang kangen. Kangen sih kangen. Tapi gak kyak gitu juga
kali. Pembunuhan berencana itu namanya" balas nisa dengan sengit.
"Kak nisa kapan dateng" Disini berapa hari?" tanya zahra mengalihkan pembicaraan.
"Barusan. Disini 2 hari"
"Yah... Kok cepet banget sih" Gak bisa gitu lebih lama disini?" ujar lifa sedikit kecewa.
"Gak bisa. Besok senin udah masuk kuliah" balas nisa dengan datar.
"Yaudah... Kita manfaatin waktu 2 hari yang singkat ini. Sekarang, ceritain ke kita gimana rasanya udah nikah?" ujar lifa dengan semangat 45.
Nisa menyerngitkan dahinya. Ucapan lifa terdengar ambigu di telinganya.
"Rasanya ya biasa aja" jawab nisa singkat. Ia berpikir, itu jawaban yang paling tepat.
Kedua gadis didepannya hanya bisa cengo mendengar jawaban nisa. Bukan itu jawaban yang mereka inginkan.
"Biasa aja" Loe bisa betah tinggal dengan pria super dingin sekutub utara itu?" pekik zahra, ia tak menyangka nisa bisa bersikap biasa saja menghadapi
kakak sepupunya itu. "Dia gak sedingin itu" balas nisa dengan tersenyum. Memang, suaminya itu sangat dingin bahkan kepada dirinya. Kadang, ia sendiri dibuat keki oleh faiz.
Namun, sifat dinginnya sudah semakin berkurang saat ini.
Ia juga tidak mungkin menjawab. Bukan hanya sekutub utara, bahkan berlipat-lipat lebih dingin dari itu. Masa' ia suami sendiri dijelek-jelekan" Istri macam
apa itu". "Emang sedingin apa sih gus faiz?" tanya nisa pada zahra.
"Gue kasih tah ya, kak. Cuek dan dingin itu karakter aslinya sejak kecil. Dan tingkat kedinginannya itu bertambah setelah lulus SMA.
Apalagi, setelah abah menjodohkannya dengan kak syifa. Sifat dinginnya bertambah-tambah. Gue aja selalu dicuekin tiap hari, tiap menit, tiap detik.
Pernah sekali gue minta dia ajarin gue gimana caranya bisa baca kitab gundul (kitab tanpa ada harakat dan maknanya) pakai kitab alfiyah. Dia langsung jawab
'minta ajarin gus fatir aja'.
Padahal, gue udah sampai mohon-mohon di depan kamarnya selama hampir setengah jam. Kejam memang dia. Tapi, akhirnya dia mau juga hehe...
Yah, gue juga akuin... Tingkat kegantengan gus itu diatas standar. Selain ganteng, dia juga pinter. Apalagi, baca kitab gundulnya lancar banget. Lebih
lancar dari gus fatir malah.
Dia juga gus kesayangan abah sama umi. Gus fatir aja diabaikan. Sayangnya hanya satu... Dia bukan hafidz. Kalah satu point sama gus fatir. Makanya, kalo
ditanya pilih gus fatir atau gus faiz". Yah, teteplah pilih kakaku sendiri secara dia udah hafidz dari kecil." cerita zahra panjang lebar.
Lifa tersenyum lebar. Entahlah, ia hanya senang zahra memuji kakaknya seperti itu.
'Gus fatir... Calom imam idamanku tuh. Eh... Entahlah'.
Lifa hanya menggaruk tengkuknya sendiri. Merasa ada yang aneh dengan dirinya sendiri.
Sedangkan, nisa hanya memasang wajah datar. Namun, dalam hati ia membenarkan ucapan zahra.
"Loe niat muji atau ngejatuhin, sih?" tanya nisa dengan datar.
Zahra hanya nyengir. Memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Dua-duanya sih, hehe" ujarnya.
"Oh ya... Gue mau tanya apa loe udah pernah ngelakuin itu sama gua faiz?" lanjut zahra.
Nisa hanya menyerngitkan dahinya. Ia gagal paham dengan pertanyaan adik iparnya itu.
"Pertanyaan loe ambigu banget sih. Gitu-gitu apaan?" tanya nisa dengan heran.
"Gk usah sok polos deh, nis. Udah khatam kutab qurrotul uyun dua kali aja masih sok polos" celetuk lifa mengingat bahwa adik sepupunya itu sudah khatam
kitab itu sampai dua kali. Wow... Fakta menakjubkan dari seorang nisa.
"Tau dari mana loe, kak?" tanya nisa dengan sarkatis.
Bukannya menjawab lifa justru tertawa.
"Gak usah ngeles lagi. Saat loe masih disini. Gue pernah minjem kitab itu. Karena hanya dikelas aliyah, kitab itu diajarkan. Nah, kalo loe disinikan masih
kelas tsanawi. Kok udah punya" Ada maknaninya (arti kitab mengugunakan huruf arab) lengkap lagi. Aku bolak-bakik lagi sekali lagi. Eh, ada tulisan disampul
belakang kitab itu. 'Udah khatam 2 kali'". Ujar lifa dengan masih tertawa.
"Loe beneran udah khatam kitab itu dua kali" Wah... Lancar dong kemarin lailatul zifafnya?" tanya zahra menggoda nisa.
Gadis itu hanya menatap kedua gadis didepannya dengan malas.
"Apanya yang lancar" Gue aja geli setengah hidup kalo disentuh" ujar nisa dengan datar membuat kedua gadis itu semakin keras tertawa.
"Wah... Parah loe. Jadi, loe belum pernah ngapa-ngapain sama gus faiz" Malangnya nasib kakakku yang satu itu" ucap zahra sambil mengusap air matanya yang
keluar karena tertawa. "Tahan juga imannya gus faiz. Secara fisik loe lebih dari cantik. Apa dia gak pernah memintanya?" tanya lifa dengan sedikit serius.
Nisa sedikit berfikir. Ia mengingat-ngingat kejadian kemarin.
"Pernah sih. Tapi, itu cuma bercanda. Dia cuma ngerjain gue" ujar nisa seadanya.
"Menurutmu itu cuma bercanda. Tapi, gue yakin didasar hatinya sebenernya dia itu pengen. Dosa loh, nis... Nolak suami" ujar lifa dengan serius.
Nisa menggigit bibir bawahnya. Benar juga apa kata kakak sepupunya itu. Mungkin, gus faiz serius dengan ucapannya kemarin. Mungkin, dia menginginkannya.
Jika benar, ia sudah bersalah karena melalaikan kewajiban utamaya sebagai seorang istri.
"Gimana ya" Gue gelian orangnya. Disentuh dikit aja geli. Gak bisa bayangin gue." ucap nisa dengan hati-hati.
"Ya ampun, nis. Jika loe biasa disentuh, entar juga gak geli lagi. Dicoba dulu aja. Nanti malam, malam jum'at loh, nis. Sunnah Rasul tuh" ujar lifa kembali
menggodanya.+ Ceklek... Suara pintu terbuka.
Terlihat seorang wanita paruh baya dengan gamis panjang tersenyum kearah ketiga gadis itu.
"Umi?" ucap nisa ketika wanita paruh baya itu mendekat kearah mereka.
"Wah... Rame-rame lagi diskusi masalah apa, neng?" tanya umi dengan tersenyum.
"Ah, ndak (tidak) umi. Kita hanya diskusi masalah bab warisan. Besok aku ada ulangan bab itu. Ada apa umi kesini?" tanya zahra dengan sopan.
"Umi mau minta tolong sama neng nisa buat ngisi pelajaran buat anak-anak yatim yang ngaji bil ghaib disini, gantiin umi. Umi gak bisa ngisi karena ada
tamu penting. Neng nisa bisakan" Nanti biar zahra yang tunjukin dimana tempatnya" ujar umi.
"Baiklah, umi. Nanti diisi pelajaran apa?" tanya nisa dengan sopan.
"Biasanya kalau hari kamis. Umi isi cerita-cerita Nabi dan sahbatnya. Mereka masih anak-anak suka sama cerita" ujar umi kembali.
"Baiklah, umi. Aku kesana sekarang. Zahra, ayo tunjukin dimana tempatnya?" ajak nisa seraya berdiri.
"Umi, kenapa gak udstadzah syifa aja sih" ucap zahra.
"Syifa masih dirumah. Kemarin, dia izin pulang. Neng nisa juga udah mau. Kenapa kamu yang keberatan" Atau kamu aja yang ngantiin umi?" tanya balik umi.
Zahra diam seketika. Ia tidak bisa membalas pertanyaan uminya.
"Yaudah deh. Kak nisa aja" ucap zahra pasrah. Ia segera mengantar nisa ketempat yang dimaksudkan oleh uminya.
**** Ditempat lain. Tepatnya, diruang tengah kediaman kyai.
"What's up man" ucap pria bertubuh jangkung dengan kacamata yang menggantung dihidung mancungnya.
Pria itu lantas duduk disamping saudaranya dan menepuk bahu pria disampingnya.
Seorang pria paruh baya menggelengkan kepalanya dengan khidmat.
"Anak muda zaman sekarang. Dateng bukannya mengucap salam. Malah, man men man men... Budaya barat telah menjajah budaya timur" sindir abah padanya.
Pria itu menoleh ke arah abahnya. Menunjukan dereran gigi putihnya.
"Assalamualaikum, abah" ucapnya dengan tanpa dosa.
"Waalaikum salam" jawab abah dengan singkat.
"Jadi, kembali ke pembicaraan tadi. Apa kamu sudah pernah melakukan lailatul zifaf dengan istrimu?" tanya abah kembali.
Fazahra Akmila Karya Naima Adida di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pria yang ditanya, mematung ditempat. Kenapa abahnya bertanya seperti itu didepan gua fatir. Mau ditaruh mana mukanya nanti.
"Belum abah" jawab gus faiz seadanya. Abahnya hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Yakin. Gak bohong kamu, iz" Wah... Kuat juga imanmu" ujar gus fatir dengan tidak percaya.
Sudah dapat faiz duga. Kakaknya itu akan bertanya seperti itu.
"Gimana mau ngelakuinnya" Nisa itu orangnya gelian. Nyentuh dia dikit aja butuh banyak perjuangan" balas faiz dengan datar dan terdengar sangat dingin
membuat gus fatir tak bisa menahan tawanya.
"Malang sekali, nasib seorang gus faiz. Sudah menikah 3 bulan lebih bahkan hampir 4 bulan tapi sama sekali belum pernah melakukan lailatul zifaf" ujar
gua fatir mendramantisir ucapannya.
Gus faiz hanya menatap tajam kakak sepupunya itu.
"Yang belum nikah dilarang komentar" balas gus faiz dengan sengit. Tapi, kakaknya itu tetap saja tertawa. Tak menghiraukan ucapanya.
Sedangkan abah hanya tersenyum tipis melihat mereka. Beliau tidak menyangka kedua anaknya ini sudah besar sekarang. Bahkan, anak angkat kesayanganya kini
telah menikah. "Lakukanlah malam ini, bulan ini bulan yang baik. Malam ini juga malam jum'at. Malam yang disunnahkan bagi pasangan suami-istri untuk melakukannya. Melakukan
lailatul zifaf bisa meningkatkan keharmonisan rumah tangga kalian. Jangan lupa, lakukanlah dengan cara sesuai yang ada dikitab yang pernah kamu pelajari"
ucap abah dengan serius membuat gus fatir berhenti tertawa.
Gus faiz hanya mendengarkan. Mencermati nasehat abahnya. Apakah ia harus melakukannya malam ini" Haruskah" Apa nisa akan mau" Apa dia juga akan siap".
**** Ditaman belakang pesantren. Terlihat ada 15 santri dan santriwati yang duduk diatas tikar. Mereka semua memandang dengan kagum seorang yang tengah ada
dihadapan mereka saat ini.
Mereka semua terlihat sangat rapi dan lucu. Rata-rata usia mereka diperkirakan masih 10 tahunan kebawah.
"Assalamualaikum... Adek-adek. Selamat sore. Gimana kabarnya?" ujar seorang gadis berwajah tirus itu dengan ramah pada mereka.
"Waalikum salam... Alhamdulillah, baik" ujar mereka serempak.
Satu santriwati berpipi chubby mengangkat tangannya.
"Afwan, kak. Kakak ini siapa" Dimana umi" Biasanya umi yang mengisi kelas kita" ucap santriwati itu dengan pelan.
Nisa tersenyum padanya. "Baiklah, sebelumnya... Perkenalkan. Nama kakak, annisa zahra kamilah. Hari ini kakak yang akan gantiin umi. Beliau sedang ada tamu penting. Jadi, salam
kenal untuk kalian." ujar nisa dengan lembut.
Sifat aslinya muncul jika berhadapan dengan anak-anak.
"Sekarang, kakak mau tanya. Kalian ngaji bil ghaib disini" Hafalannya sudah sampai juz berapa?" lanjutnya lagi.
"Itu rahasia kak. Katanya, kalo hafalan di beri tau orang lain. Nanti gak khatam-khatam" celetuk salah seorang santri membuat nisa terkekeh pelan.
"Oh, begitu ya". Baiklah, kakak mau tanya lagi. Kalian semua nak yatim?" tanya nisa sambil tersenyum.
Semua santri itu justru tertunduk. Tidak ada yang menjawab.
Nisa tersenyum tipis. Ia tau ini akan terjadi. Tapi, bukan ini tujuannya. Ia justru akan memberi motivasi untuk mereka.
"Adek-adek... Kenapa nunduk" Angkat kepala kalian. Lihat kakak. Kalian gak perlu berkecil hati. Justru kalian harus berbesar hati. Anak seperti kalianlah
yang bisa melihat Rasulullah di surga" ucap nisa yang sukses membuat mereka menatap kearahnya.
Kini, bukan lagi wajah murung. Melainkan, wajah yang penuh binar.
"Benarkah itu, kak?"
"Yah, benar. Kalian cinta dengan Rasulullahkan?"
"Iya... Dialah suri tauladan bagi kami"
"Apa kalian sudah pernah mendengar riwayat hidup Rasulullah"
"Sudah" "Apakah Beliau seorang yatim?"
"Benar. Beliau juga seorang yatim piatu"
Nisa tersenyum lebar mendengar jawaban-jawaban santri itu.
"Yah, Baginda Nabi Muhammad SAW juga seorang yatim piatu. Beliau ditinggl mati ayahnya saat masih dikandungan serta ditinggal mati ibunya saat masih balita.
Apakah beliau rendah diri" Tidak. Bahkan, beliau selau berbesar hati, tidak pernah putus asa, pantang menyerah dan orang yang taat dalam ibadah sehingga
dakwahnya kini telah menyebar keseluruh dunia.
Beliau juga seorang yang ummi, tidak bisa membaca dan menulis. Tapi, atas mukjizat dari Allah... Rasullah bisa menghafal Al-Qur'an hanya dengan sekali
mendengarkan malaikat jibril.+
Jadi, kalian sebagai umat Rasulullah... Tidak boleh berkecil hati karena kalian anak yatim. Tapi, buktikanlah... Seorang anak yatim juga bisa sukses dunia
akhirat. Kalian ingin bertemu Rasullullah bukan?"
"Iya... Kami sangat ingin"
"Kalau begitu... Jangan malas hafalan Al-Qur'annya. Siapa tau nanti kaliah bisa dapat beasiswa bersekolah di kota madinah"
"Apa hubungan kota madinah dengan bertemu Rasulullah?"
"Yah... Pertanyaan yang bagus. Kota madinah, kota pilihan Rasulullah untuk berhijrah. Kota dengan penduduk yang menyambut baik kedatangan rasulullah. Kota
yang pertama kali didirikan masjid oleh Rasulullah. Dan kota dimana Rasulullah dimakamkan.
Jika kita ke kota madinah, seolah kita bisa melihat Rasulullah. Kita juga bisa bertemu Rasulullah dengan mengunjungi makamnya.
Kakak dari dulu ingin selali ke madinah. Ingin pergi ke kota Rasulullah. Bahkan, bermimpi bisa menikah di masjid nabawi. Tapi, belum terwujud sampai sekarang.
Mungkin, juga tidak akan terwujud" ujar nisa dengan panjang lebar.
Para santri mendengarkannya dengan seksama.
"Kenapa tidak bisa terwujud kak?"
"Karena kakak sudah menikah. Suami kakak disini. Dan kakak sangat bahagia bersamanya"
"Disini" Siapa, kak?"
"Kalian liat seorang pria berbaju koko putih bersarung hitam di teras masjid itu" Dia itu suami kakak" ujar nisa sambil menunjuk pria yang sedang melihat
kearah mereka. "Gus faiz" Kakak istrinya gus faiz?"
"Benar sekali. Dia adalah suami yang terbaik untukku."
"Baik, kembali ke topik awal. Jadi, jangan pernah putus asa dan rendah diri. Semua manusia itu sama yang derajatnya. Hanya tingkat ketaqwaannya yang membedakan
di hadapan Allah." "Jadi, tertarik untuk ke madinah?"
"Iya... Sangat, kami sangat ingin"
"Bagus. Ingat! Man jadda wajadda. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Baik, kakak kira cukup untuk hari ini. Mari kita mengucap sholawat
sebagai tanda cinta kita terhadap baginda Rasulullah.
?"?"?"" ?"?"" ?" ?"" ?"?""
?"?"?" ?" ?"?"..... ?" ?"?" ?"" ?"?"....x "
?"?"" ?"" ?" ?"" ?"" ?"?"" ?"?"" ?"" ?"?"?"?"" ?"?"?"?"" ?" ?"?"?"?"
"Illa liqo' maas salamah... Wasaaalamualikum"
"Waalikum salam".
**** Waktu cepat berlalu. Tak terasa adzan maghrib telah berkumandang. Kedua pasangan suami-istri ini baru selesai wudlu.
Faiz memperhatikan wajah istrinya setelah wudlu. Mukanya terlihat sangat segar seperti ada cahaya yang bersinar.
Tiba-tiba ide jahil kembali terlintas di otaknya. Ia melirik jam yangan ditangannya.
'Belum iqomahkan" Kerjain dulu gak papa ya... Nanti wudlu lagi di masjid' ucap faiz dalam hati.
Ia berdiri dibelakang nisa.
"Dear..." panggil faiz pada istrinya.
Gadis berwajah tirus itu berbalik.
Cuuuuppp... Satu kecupan singkat mendarat tepat dibibirnya. Gadis itu mematung. Mengerjap-ngerjapkan matanya. Syok dengan yang dilakukan faiz padanya.
Pria didepannya hanya tersenyum tanpa dosa.
Nisa menatapnya tajam. "Kak faiz batalin wudlu ku" ucap nisa dengan dingin. Ia mengerucutkan bibirnya.
"Gak usah manyun gitu. Wudlu lagi dimasjid kan bisa" ucap faiz dengan enteng.
Nisa hanya menjawabnya dengan deheman. Lantas, membalikan badannya. Namun, tangannya segera ditarik oleh faiz. Alhasil, ia dipeluk faiz dari belakang.
Pria itu menumpukan dagunya dibahu nisa.
"Kak, udah adzan dari tadi. Nanti ketinggalan jamaah lagi" ucar nisa dengan datar.
"Enggak. Belum iqomah juga. Sebentar aja ya." ucap faiz bernegosiasi.
"Dear... Kalau nanti malam kita ngelakuin lailatul zifaf gimana" Kamu maukan" Ini malam yang baik." ujar faiz dengan hati-hati. Ia sudah menyiapkan mental
jika nisa akan menolaknya.
Gadis itu terdiam cukup lama. Badanya menegang. Namun, wajahnya sangat tenang.
"Apa kakak benar-benar menginginkanku malam ini?" tanya balik nisa.
Pria itu tidak menjawab. Ia justru membenamkan wajahnya dibahu nisa.
Perlahan, gadis itu berbalik.
"Aku tidak bodoh, kak. Dosa bila seorang istri menolak ajakan suami" balas nisa dengan tersenyum tipis. Ia yakin, keputusannya ini benar. Walaupun, ia
tak tau ia bisa atau tidak.
"Ayo ke masjid. Ada acara pembacaan dziba'an (al-barzanji) malam ini" ujar nisa melepas rengkuhan suaminya
" Hampiri aku di kolam ikan dekat masjid setelah kegiatan itu selesai" lanjut nisa dengan nada datarnya.
Faiz hanya tersenyum tipis melihat tubuh nisa hilang dibalik pintu.
Wanita memang susah ditebak. Dan laki-laki dituntut untuk selalu mengerti. Dan wanita yang satu ini benar-benar susah ditebak. Dasar kristal dingin!.
**** Masjid bercat putih bergaya arabik yang dikelilingi kolam ikan ini sangat ramai oleh lantunan lagu-lagu variasi dalam pembacaan al-barzanji.
Iringan tabuhan rebana membuat kegiatan ini makin meriah. Nuansa islami sangat kentara disini. Namun, begitulah waktu. Jika dalam kebahagiaan, ia akan
berlalu dengan sangat singkat.
Tak terasa jam 10 malam acara ini telah selesai. Para santri sudah berhamburan keluar masjid. Kembali memasuki kamar masing-masing.
Namun, tidak dengan gadis berwajah tirua dengan hidung mancung ini. Ia sedang duduk diteras masjid dekat kolam ikan.
Sebuah kegiatan yang sangat ia sukai ketika masih menjadi santri disini.
Bugh... Sebuah jaket jatuh kepangkuannya. Jaket itu adalah jaket yang sama seperti tempo hari. Ia tau siapa pemilik jaket ini.
"Pakai... Aku masih disini sedikit lama. Tunggulah dikamar. Ambil wudlu. Jangan lupa pakai celak untuk menghiasi matamu dan pacar dikuku" ucap pria yang
memberi jaket itu dengan datar. Lantas, pergi meninggalkannya.
Gadis itu memakai jaketnya. Berdiri, melangkahkan kaki menuru ndalem. Tepatnya, berjalan kekamarnya.
**** Didalam kamar, seorang gadis sedang menatap pantulan dirinya di cermin.
Ia sudah mencuci mukanya. Mengganti bajunya dengan kemeja dan rok navi.
Ia menggambil celak. Menghias matanya dengan celak itu. Mengoles tubuhnya dengan body lotion. Menabur bedak tipis dimukanya. Dan terakhir menyemprotkan
minyak keseluruh badannya. Rambutnya digerai begitu saja.
Ia tidak pernah berdandan seperti ini sebelumnya. Ia sangay gugup kali ini. Detak jantungnya berdenyut lebih cepat dari biasanya.
Gadis itu menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Ia menatap dirinya dicermin.
Apa yang ku lakukan ini benar" Ya Allah... Jika ini kehendakMu, tenangkanlah hatiku. Jadikanlah malam ini, malam penuh keberkahan bagi kami.
Ceklek... Suara pintu terbuka. Degub jantung gadis itu seakan berhenti. Ia meneguk ludahnya susah. Tenggorokannya seakan kering saat ini.
'Bismillah... Tenangkanlah hatiku Ya Allah... Semoga Engkau meridhoi kami'
"Assalamualaikum..." ujar pria itu dengan lembut ketika memasuki kamar ini.
{Mulailah dengan mengucap salam pada istri. Namun, sebelum itu ambil lah wudlu. Karena melakukan ini hendaknya dalam keadaan suci}
"Waalaikum salam" jawab gadis itu pelan. Namun, cukup terdengar oleh suaminya.
Pria itu mendekat. Gadis itu masih berada di depan meja rias. Sama sekali tidak bergeming.
Tangan kokoh laki-laki itu menyentuh bahu istrinya. Mengecup puncak kepalanya singkat. Gadis itu menutup matanya.
Suaminya akan melakukannya malam ini. Dilihat caranya memasuki kamar dan pesannya untuk memakai celak. Itu sudah cukup membuatnya mengerti. Seperti yang
terdapat dalam kitab qurrotul uyun yang ia pelajari, ini adalah tata cara dalam melakukan jima'.
"Bissmillahi wal hamdulillah" ucap pria itu menatap ke cermin. Pandangan kedua nya menyatu di cermin.
{Hendaknya ucapkanlah bissmillah wal hamdulillah sebelum melakukannya karena malaikat akan menulis kebaikan atas kalian dari awal sampai akhir kegiatan
ini} Perlahan tangan kokoh itu membalikkan badan istrinya. Pria itu menunjukan senyum paling menawan yang ia miliki.
Tangannya menangkup kedua pipi istrinya. Membuat mereka berdua saling bertatapan. Manik mata pria itu menelusuri seluruh wajah istrinya. Mulai dari dahi,
mata, pipi, hidung, dagu dan terakhir bibirnya.
"Kamu tau, dear. Aku tidak pandai berkata-kata. Tapi, malam ini kamu sangat cantik." ujarnya dengan begitu lembut.
{Mulailah dengan mukaddimah/perantara. Seperti: pujian, kata-kata indah dan juga berciuman}
"Annisa zahra kamilah... Aku bersyukur bisa mengikatmu dalam pernikahan ini. Aku sungguh mencintaimu. Aku mencintai karena Allah" ujarnya dengan sangat
lembut, jelas, dan sangat menyentuh hati istrinya.
"Semoga malam ini menjadi malam penuh berkah bagi kita" ujarnya lagi.
Istrinya hanya mampu tersenyum. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi.
BISMILLAHI ALLOHUMMA JANNIBNAS SYAITHONA WAJANNIBISYAITHONA MAA ROZAQTANA " ucap mereka bersamaan.
{Dengan menyebut asma Allah , jauhkanlah diri kami dari setan, dan jauhkan setan dari sesuatu yg telah engkau rizqikan kepada kami . maka apabila dalam
senggama itu Allah mentaqdirkan menjadi anak ,maka setan tidak akan mampu membuat bahaya}
Perlahan faiz menutup matanya, mencium kening istrinya. Lalu, turun di hidungnya, kedua pipinya dan melumat bibirnya.
{Jangan pernah mencium kedua mata istri. Itu bisa menyebabkan perpisahan}.1
Faiz memperdalam ciumannya. Tanpa disadari nisa, tangan kokoh faiz telah membuka semua kancing bajunya dan membuang kesambarang arah kemejanya sendiri.
{Hendaknya, jangan berpakaian dan menyatulah dibawah satu selimut}.
Ia membopong tubuh istrinya ke atas ranjang. Membuat dirinya berada diatas tubuh istrinya.
{Hendaknya sang istri berada dibawah suami. Dan jangan sekali-kali berada diatasnya. Itu dapat menimbulkan penyakit}
Perlahan ciuman faiz menurun ke leher jenjang istrinya. Menurun lagi ke dada polosnya. Meninggakkan banyak kiss mark ditubuh putih istrinya.Ia melakukanya
dengan sangat lembut dan pelan.
{BISMILLAHIL ALIYYIL ADHIM , ALLOHUMMAJ ALHA DZURRIYYATAN THOYYIBATAN IN KUNTA QODDARTA AN TAKHRUJA DZALIKA MIN SHULBY (dengan menyebut nama Allah
yang maha besar lagi maha agung , yaa Allah jadikanlah istriku yg menjadi adanya keturunanku yang baik , bila engkau memastikan keturunan itu keluar
dari tulang rusukku)} Malam ini mereka benar-benar melakukannya. Menjemput lailatul zifaf yang selalu tertunda. Dan mereka telah seutuhnya bersatu.
**** Kurang lebih 2 jam mereka selesai. Keduanya berbaring di atas ranjang sejenak. Setengah jam kira-kira mereka beristirahat.
Faiz beranjak dari tempat tidur. Mengambil handuk dan memakainya.
Ia membopong tubuh polosnya nisa dengan melilitkannya selimut. Gadis itu membenamkan wajahnya didada bidang faiz. Senyum merekah diwajahnya. Ia merasa
telah seutuhnya menjadi seorang istri.
Mereka berdua mandi jinabat bersama. Setelah itu berganti pakaian dan kembali ke tempat tidur.
{Dianjurkan segera mandi. Mandi bersama setelah melakukannya. Dan jangan sampai tidur dalam keadaan junub. Maka, tidurlah dengan keadaan suci}
Kedua pasangan suami-istri itu sedikit canggung setelah melakukannya.
"Dear... Jangan jauh-jauh. Sini" ujar faiz dengan manja pada istrinya.
Gadia itu tersenyum. Tiba-tiba semburat merah muncul dikedua pipinya. Ia perlahan mendekat.
Perlahan suaminya itu memeluknya.
"Makasih untuk semuanya. Aku menyayangimu"
"Sama-sama. Aku juga"
Mereka berdua akhirnya terlelap dengan saling berpelukan.
**** part 37 sekian kalinya Terlihat seorang gadis berwajah tirus berjalan malas ke kelasnya. Ia berjalan sendiri dikorikor kampus. Setelah kejadian malam itu. Pagi harinya, faiz
mendapatkan telfon penting yang harus membuatnya pergi keluar negri selama 3 hari. Ia pergi untuk memperebutkan tender yang sangat berpengaruh bagi perusahaannya.
Mau tidak mau, ia harus pergi hari itu juga. Alhasil, gadis ini harua berangkat ke kampus sendirian.
Sebenarnya, ia tidak sendirian. Tadi pagi ia berangkat bersama kedua sahabatnya. Namun, mereka semua berbeda jurusan. Jadilah, mereka berpisah didepan
ruang rektor yang ada dibagian tengah kampus ini.
Gadis itu adalah nisa. Ia berjalan dengan tatapan kosong. Ia tak menyadari lantai didepannya basah karena habis di pel. 2
Kaki gadis itu sudah hampir menginjak lantai itu. Namun, seseorang tiba-tiba menariknya. Membuat tubuhnya menubruk badan orang itu.
Nisa dengan cepat menjauhkan diri darinya. Ia menatap orang itu dengan tajam.
"Apaan sih, loe. Narik-narik orang sembarangan. Nyari kesempatan dalam kesempitan" ujar nisa dengan kesal. Ia menjaga jarak dengan orang itu.
Pria itu tersenyum remeh.
"Harusnya loe itu berterimakasih sama gue. Lihat! Lantainya basah. Loe bisa jatuh, bisa-bisa loe kena stroke lagi. Sayangkan, cantik-cantik kok stroke"
ucap pria itu meremehkan.
Nisa hanya menatap lantai itu sekilas. Ia memutar bola matanya malas. Lantas, ia berbalik. Hendak meneruskn langkahnya. Ia tidak ingin meledeni pria sableng
ini. Namun, dengan cepat pria itu menahan tangan nisa.
Gadis itu mendengus kesal. Manik matanya menatap pria itu tajam. Kentara sekali rasa tidak suka nisa padanya.
Pria itu justru tersenyum pada nisa. Menunjukan senyum menawannya yang bisa melelehkan semua gadis mungkin, terkecuali nisa.
"Mau loe apa sih, Arkan" Lepasin tangan gue. 5 menit lagi kelas gue dimulai" bentak nisa padanya. Membuat mahasiswa lain disekitarnya menatap kearah mereka.
"Jangan marah. Kalo loe marah. Loe makin cantik... Gue cuma mau bilang gak ada gitu 'thanks' buat gue?" ujarnya dengan tanpa dosa.
Nisa memutar bola matanya malas. Anggapan bahwa pria didepannya ini sableng, semakin tertanam di pikirannya.
'Dasar! Pria aneh' ucap nisa dalam hati.
"Thanks... Udahkan" Sekarang, lepasin tangan gue" ucap nisa penuh penekan.
Bukannya melepaskan, pria bernama arkan itu justru memiringkan wajahnya dan mendekatkannya pada nisa.
Refleks. Nisa menghentakkan tangan kanannya dari cengkraman arkan dan melayangkannya.
Plaakkk.... Satu tamparan keras membuat mereka menjadi pusat perhatian.
"HEH... TUAN ARKAN YANG TERHORMAT. YANG SOPAN YA SAMA CEWEK" bentak nisa pada arkan.
Pria itu hanya meringis. Memegangi pipinya yang terasa nyeri. Ia menunjukan smirk khasnya. Terlihat sangat mengerikan.
"Loe udah permaluin gue. Jadi cewek jangan sok suci loe. Inget! Gue akan buat loe nyesel karena udah berurusan dengan Arkan Fredy. Catat itu!" ujar pria
itu dengan pelan namun penuh penekanan.
Tersirat amarah yang sangat besar di setiap ucapannya. Namun, nisa sama sekali tidak takut.
"Pria aneh. Pantes, banyak kejahatan yang terjadi" gumam nisa pelan.
Gadis itu mencoba melupakan kejadian tadi. Bersikap tidak terjadi apapun padanya.
Ia berjalan menuju kelasnya dengan santai. Tak sadar, sudah ada seseorang yang mengamatinya dari tadi.
**** Waktu telah menunjukan pukul 10 siang. Para mahasiswa sedang beristirahat di kantin. Tak terkecuali ketiga gadis ini.
Mereka sedang menikmati hidangan di depannya dalan diam.
Tiba-tiba, segerombolan cewek berpakaian mini mengarah ke meja mereka.
Salah satu diantaranya langsung menggebrak meja mereka.
Braaakkk... "Heh... Loe cewek kegatelan, sok cantik dan keganjenan. Apa gak cukup loe punya suami yang kegantengannya gak ketulungan kayak faiz" Loe gak tau diuntung
emang. Loe khianatin suami loe sendiri. Loe selingkuh sama Arkan. Pacar gue!" bentak cewek itu dengan sangat keras sambil menunjuk kearah nisa.
Mereka semua menjadi pusat perhatian pengunjung kantin
Rikha dan zizi sampai terpelonjak kaget. Matanya membulat sempurna. Tidak mengerti dengan perkataan cewek itu.
"Heh... Jangan sembarang ngomong loe ya. Apa maksud loe bilang kayak gitu?" ujar rikha denan sengit pada cewek itu. Ia tak terima jika sahabatnya di tuduh
seperti itu. "Udahlah, rik... Ngapain juga ngeladenin cewek kurang di ajar ini" ucap nisa dengan datar dan dingin.
Cewek itu mengepalkan tangannya kuat-kuat. Menahan emosinya. Nisa telah merendahkan dirinya.
Plaaakkk... "Heh... Dasar cewek sombong. Loe bilang gue kurang di ajar. Lalu, loe apa" Udah punya suami masih godain pacar orang" bentak cewek itu lagi.
Rikha membukatkan matanya sempurna. Ia mengangkat tangan kanannya. Namun, segera dicegah oleh nisa.
Gadis itu memberi kode agar tidak membalas perlakuan cewek itu .
"Apa maksud loe" Gue gak ngerti" balas nisa dengan tenang. Ia memasang wajah datarnya.
"Jangan sok polos loe! Foto loe sama arkan di mading utama udah buktiin semuanya kalo loe itu cewek MURAHAN" ujar cewek itu dengan nada tinggi.
Nisa masih tetap dengan wajah tenangnya. Ia tidak merasa takut sedikitpun karena ia merasa tidak melakukan kesalahan.
Cewek itu menarik tangan nisa dengan kasar. Mencengkramnya dengan kuat. Matanya mengobarkan api kemarahan.
Nisa hanya menatap cewek itu tajam. Sedangakan, rikha dan zizi sudah menahan amarahnya dari tadi.
"Hei... Lepasin tangan temen kita, lexa. Loe bisa ngelukain pergelangan tangganya" ujar zizi dengan nada setenang mungkin. Ia tidak ingin memperkeruh suasana.
"Alah... Kelamaan. Gue tunjukin buktinya dihadapan loe. Kalo loe udah selingkuh sama pacar gue" ujarnya lebih keras dari sebelumnya. Ia menarik tangan
nusa dengan kasar. Baru 2 langkah ia menariknya. Namun, nisa menghentakan tangannya dengan kasar.
"Gue bisa jalan sendiri" balas nisa dengan datar.
"Oke" balas cewek itu dengan sengit.
Mereka berjalan dengan cepat menuju mading utama kampus ini.
Didepan mading, banyak mahasiswa yang mengerubungi mading itu.
Satu tepukan dari lexa membuat kerumunan itu menyingkir. Memberi jalan untuk mereka.
Seorang cewek berbaju ketat yang berdiri didekat mading tersenyum miring melihat nisa.
Namun, nisa tak beraksi sedikitpun. Ia masih tetap dengan wajah tenangnya.
Prok... Prok... Prok...
Fazahra Akmila Karya Naima Adida di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bravo... Ini nih cewek yang katanya paling cantik sekampus. Barbie wanna be nya univ.Exford... Marvelous. Jadi, begini kelakukannya yang asli. WANITA
MURAHAN. Dia udah punya suami yang sangat mencintainya. Tapi, dia masih selingkuh sama Arkan. Ckckck... FUCK YOU" ujar cewek itu dengan nada tinggi.
Cewek itu adalah cewek yang sama yang akan menghukum nisa dihari pertama OSPEK.
"Hei.. Jaga mulut loe ya. Minta gue robek-robek tuh mulut" ujar rikha dengan bersungut-sungut.
Nisa menatap rikha tajam. Seolah berkata 'biarkan saja. Ini urusanku'.
"Mungkin, loe bisa ngomong gitu karena loe gak liat buktinya pakai mata kepala loe sendiri. Foto ini jelas-jelas itu foto temen loe lagi pelukan sama arkan"
balas cewek itu dengan sengit.
Rikha dan zizi tidak percaya. Tapi, foto yang terpampang jelas dimading itu memang foto nisa dan arkan.
Nisa menyerngitkan dahinya. Mengamati foto itu. Itu memang dirinya. Ia baru ngeh kalo foto itu diambil tadi pagi saat arkan menariknya agar tidak terpeleset.
"Gak mungkin. Ini pasti editan" ujar rikha dengan keukeh.
Lexa maju satu langkah. Ia menarik jilbab nisa dari belakang.
"Loe masih mau nyangkal iti bukan loe sama arkan" Itu foto asli. Bukan editan. Dasar wanita gak tau malu" bentak lexa padanya.
"Lepasin jilbab gue" ujar nisa dengan nada tinggi. Ia menyentak kasar tangan lexa yang menarik jilbabnya.
Lexa menatap tajam kearah nisa. Sedang, gadis itu memasang wajah datarnya.
Bukannya tidak ingin membela diri. Hanya saja, mau berkata apapun, itu tidak akan berpengaruh pada lexa. Karena gadis itu sedang diliputi kemarahan.
Plakk.. Plakkk... Plaaakkk... Tiga tamparan langsung menghujani pipi nisa. Yah... Lexa menamparnya.
Semua orang yang ada disana sangat kaget dengan apa yang dilakukan lexa.
Rikha dan zizi menganga tak percaya melihat kelakuan lexa.
Zizi mempunyai firasat buruk. Hati kecilnya mengatakan akan ada sesuatu yang lebih buruk dari ini.
Tangannya berusaha meraih ponsel dan menelfon seseorang.
"Ya Allah... Semoga bisa terhubung. Ayo kak... Angkat" ujar zizi sambil menunggu panggilannya dijawab. Tak lama kemudian sambungan itu diangkat.
"Kak... Please, ke kampus sekarang. Ini darurat! Nisa kak... Nisa dia..."
"Gue kesana sekarang"
Begitulah percakapan singkat mereka. Dalam hati, zizi berharap semuanya akan baik-baik saja.
Semuanya berwajah tenang. Suasana disini memanas. Tapi, tidak dengan seorang cewek yang berdiri dekat mading. Ia justru tersenyum puas. Rencana sukses
berat. Tanpa harus mengotori tangannya sendiri.
"Wanita seperti dia hanya bisa menggoda pria-pria tampan disini. Sekali lagi loe godain pacar gue, arkan. Loe akan tau akibatnya" ujar lexa dengan nada
tinggi. Ia hendak melayangkan tangannya kembali. Namun, berhasil di cegah oleh seseorang.
"Lexa... Gue bukan pacar loe. Kita udah putus. Dan yah... Jangan sekali-sekali loe berani nyakitin dia" ujar seorang pria tampan berwajah blasteran itu.
Siapa lagi kalau bukan arkan.
"Gue gak mau putus sama loe, arkan. Gue cinta sama loe. Apa loe putusin gue gara-gara cewek ini" ujar lexa dengan manja pada arkan.
" Dasar cewek penggoda" lanjut lexa dengan nada tinggi sambil melirik tajam ke arah nisa.
Arkan menatap lexa tajam. Ia menarik kasar tangan lexa untuk keluar dari kerumunan itu.
Keadaan menjadi sunyi sejenak.
Nisa memegangi pipinya yang nyeri. Untuk sekian kalinya ia ditampar oleh cewek kurang kerjaan seperti lexa.
Dulu, karyawan faiz yang menamparnya tanpa ampun. Sekarang, lexa menamparnya didepan umum dan menuduhnya selingkuh dengan arkan.
"Loe gak papa kan, nis?" tanya zizi terdengar sangat khawatir.
Nisa tersenyum tipis. "Woy... Temen-temen, apa loe akan biarin cewek macem dia berkeliaran di kampus kita. Mungkin, hari ini arkan yang digoda. Tapi, besok-besok mungkin pacar
kalian" teriak cewek berbaju ketat itu.
Rikha, zizi juga nisa kaget dengan ucapan cewek itu.
"Ayo... Kita beri gadis itu pelajaran" teriak salah satu mahasiswi yang sedari tadi menonton pertunjukan ini.
Beberapa mahasiswi semakin merapat kearah nisa. Mereka semua membawa kantong yang berisi sampah juga air comberan.
Entah, sejak kapan mereka membawanya. Tapi, nisa yakin... Kejadian ini sudah direncakan dengan matang.
Manik mata nisa mengarah kearah cewek berbaju ketat itu.
Cewek itu mendekat lebih dulu kearah nisa.
Plaakkk... Satu tamparan keras mengenai pipi nisa.
"Itu buat loe. Karena loe udah berani rebut faiz dari gue" ujarnya sambil tersenyum puas.
Rikha sudah akan menampar cewek itu. Namun, lagi-lagi... Nisa mencegahnya.
Lemparan kantong plastik berisi sampah dan air comberan mengenai nisa. Bukan hanya nisa. Namun, rikha dan zizi yang didekat nisapun terkena imbasnya.
"Hei... Hentikan. Kalian itu mahasiswa. Berperilakulah seperti orang berpendidikan. Kalian tidak tau kebenarannya. Tapi, langsung main hakim sendiri. Berpikirlah
seperti mahasiswa. Bukan anak SD yang sukanya main keroyokan. Atau... Kalian akan kita bawa ke jalur hukum." ujar rikha dengan keras. Namun, sama sekali
tidak diindahkan oleh mereka.1
Zizi berusaha menutupi nisa dengan badannya. Dalam hati ia berharap, faiz cepat datang kesini.
"HENTIKAN... " suara barithon khas seorang pria menghentikan semuanya.
Terlihat seorang pria dengan kemeja biru digulung sesiku. Berjalan dengan mata elang tajamnya menatap semua orang yang ada disitu.
Matanya menyimpan amarah besar. Ia mendekati istrinya. Mendekapnya dalam pelukan.
"Kelakuan kalian memalukan. Sama sekali tidak mencerminkan prilaku seorang mahasiswa. Kalian mau saya bawa kejalur hukum atas dasar penganiayaan" ucap
faiz dengan datar. Semua yang ada disitu terdiam.
Seorang cewek berbaju ketat itu mendekat kearah faiz. Ia tersenyum sinis.
"Loe gak perlu belain istri loe. Dia itu udah khinatin loe. Dia selingkuh sama arkan" ucap cewek itu penuh penekanan.
Ia menyodorkan satu foto kearah faiz. Pria itu melihatnya sekilas saja. Ia mendekap nisa lebih erat lagi.
"Kak... Percayalah. Kadang, apa yang kita lihat dan kita dengar bukanlah sebuah kenyataan yang sebenarnya" ujar nisa pelan tapi mampu didengar oleh faiz.
Faiz mengelus pelan punggung istrinya. Dia menatap tajam ke arah cewek didepannya.
"Cara loe murahan. Gue gak nyangka loe serendah itu. Sekali lagi loe bikin istri gue kayak gini. Gue pastiin loe bakal di depak dari kampus ini. Loe itu
wanita. Tapi, kenapa loe tega dengan wanita lain" Menjijikan" ujar faiz dengan tajam dan sangat menusuk.
Cewek didepannya terdiam. Berusaha meredam amarahnya yang sudah diubun-ubun.
"Tapi, gue lakuin ini karena gue sebenernya cinta sama loe" ucap cewek itu tanpa tau malu.
Faiz hanya mendecak sekali.
"Cinta loe itu palsu. Hanya ada ambisi dalam diri loe" balas faiz dengan tajam.
"Oke. Jika loe nolak gue. Liat aja akibatnya nanti" ujar cewek itu lantas berlalu dari hadapan mereka.
"Bubar kalian semua. Ini bukan tontonan" teriak faiz yang terdengar seperti aungan singa.
Mahasiswa yang ada disitu meneguk ludahnya dalam. Memilih untuk pergi dan menyelamatkan diri masinh-masing.
Kini... tinggal faiz, nisa, rikha dan zizi yang ada disana. Mereka berempat terdiam sampai salah satu diantara mereka membuka suara.
"Alhamdulillah... Untung loe dateng tepat waktu kak" ucap rikha penuh kelegaan.
"Tapi, loe katanya loe ada diluar negri. Kok loe bisa sampai disini?" lanjutnya lagi dengan penuh keheranan.
"Gue tadi yang nelfon kak faiz. Firasat gue udah gak enak pas lexa nampar nisa. Satu-satunya diotak gue hanya kak faiz yang bisa menolong nisa" jelas zizi.
"Tumben loe pinter" balas rikha dengan mantap.
Jtakk... Zizi menjitaknya.
"Dari dulu emang gue udah pinter. Loe sih orasi gak penting mulu" balas zizi dengan gaya dibuat-buat.
"Asem loe. Gue kayak gitu juga karena gue gak terima nisa dituduh wanita yang gak bener" bela rikha pada dirinya.
Mendengar perkataan rikha dan zizi, mengingatkan faiz pada kejadian beberapa bulan lalu.
Untuk sekian kalinya, nisa mengalami hal serupa. Bahkan, ini lebih parah dari kejadian tempo hari. Ini semua karena dirinya.
"Dear... Kamu gak papakan?" tanya faiz dengan lembut.
Nisa mendongakkan kepalanya. Menunjukan senyum manisnya pada suaminya.
"Emang aku kenapa" Aku gak papa kok" jawab nisa dengan nada datarnya. Lantas, melepas pelukan suaminya.
Faiz tersenyum mendengar jawaban nisa. Istrinya ini memang berbeda dari kebanyakan gadis lainnya.
"Maaf ya..." ucap faiz sambil membelai pipi istrinya. Bekas itu terlihat lagi. Rasa bersalah menggerayai hatinya. Ia merasa menjadi suami yang tidak becus
menjaga istrinya. "Ngapain minta maaf" Gak ada yang salah" ucap nisa dengan datar. Lantas, kembali memeluk suaminya.
"Kak, hari ini aku bolos kuliah ya. Sehari aja. Aku kangen" ucap nisa dengan manja padanya.
Faiz menyerngitkan dahinya. Tak biasanya istrinya berucap manja padanya. Ada apakah gerangan" Apa ini efek kejadian malam itu" Entahlah...
Kalo sudah begini" Faiz bisa apa selain menuruti keinginan istrinya" Sebuh hal langka, nisa ingin dimanja olehnya.
"Baiklah..." jawab faiz singkat.
Rikha dan zizi hanya mendecak berkali-kali. Kedua pasangan ini bermesraan tidak tau tempat.
"Hei... Inget sikon. Ini masih dikampus" tegur rikha pada mereka. Refleks, nisa menjaga jarak dengan faiz.
"Bilang aja syirik" balas nisa sambil terkekeh pelan.
"Thanks ya rik, zi... Udah jagain nisa. Kalian boleh pulang setelah ini. Nisa juga akan pulang bersamaku. Soal dosen. Nanti aku yang urus" ucap faiz dengan
datar. Rikha dan zizi mengembangkan senyumnya.
"Seriusan nih, kak" Wah ... Makasih. Asyiik... Gue mau bolos" ujar rikha kegirangan.
"Huuu... Bolas-bolos, contoh yang gak bener. Gimana kalau nanti loe ikut gue ke toko buku terus mampir bioskop" ujar zizi dengan santai.
Rikha hanya bisa melongo pasrah. Sahabatnya ini memang rada-rada gimana gituh.
"Yyyyeee... Sama aja zi. Tapi, boleh juga tuh." balas rikha.
"Yah, terserahlah. Tapi, bawain tas gue ya. Gue tinggal di kelas soalnya" ucap nisa.
"Oke. No problem... Let's go. Bioskop... We're coming" ucap rikha semangat.
Nisa hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan sahabatnya.
Faiz menghampirinya dan menggandeng tangannya menuju mobil. Faiz mengajaknya pulang.
**** Selama perjalanan tidak ada yang bicara hingga sampai dirumah.
Setibanya di rumah. Tepatnya, diruang tengah. Nisa menghentikan langkahnya. Berbalik menatap suaminya.
Faiz menatap nisa datar. Wajahnya sangat tenang.
"Kakak percayakan sama aku?" tanya nisa dengan hati-hati.
"Percaya itu sama Allah, dear" balas faiz dengan datar.
Nisa terkekeh pelan. Faiz membalikkan kata-kata yang pernah ia lontarkan pada faiz.
"Itu mah pasti. Maksudnya, soal foto tadi" ucap nisa kembali.
"Kenapa" Bukannya, kasus foto kayak gitu juga terjadi pada kita. Untungnya, kamu udah nikah sama aku. Kalau belum, bisa dinikahin kamu sama arkan" ujar
faiz dengan datar. Namun, mampu membuat nisa tertawa.
Faiz mendekati nisa. Memeluknya dari belalang
"Kesalah pahaman foto dalam hidup kita merupakan sejarah kecil bagi fazahra akmila" ucap faiz dengan pelan tepat ditelingan nisa.
Gadis itu tersenyum lebar.
"Fazahra Akmila... " gumam nisa pelan. Faiz menaruh dagunya diatas bahu nisa.
"Kak, bajuku kotor. Jangan senderan dibahuku" ucap nisa menggerakan bahunya.
Refleks, faiz melepas pelukannya. Melihat kemejanya sendiri yang ikut kotor.
"Yaudah... Mandi sana. Dandan yang baik. Setelah itu kita jalan-jalan" ujar faiz datar.
Nisa menyerngitkan dahinya.
"Jalan-jalan" Kakak gak balik ke prancis" Bukannya kakak ada bisnis penting?" tanya nisa dengan datar pula.
"Ditunda. Kakak ke air port lagi nanti malam" jawab faiz singkat.
Tanpa disadari, bibir nisa tertarik keatas. Membuat lengkungan manis diwajahnya.
Cuuuppp... Cuuuppp... Nisa mencium pipi faiz bergantian. Lantas, segera kabur dari hadapan faiz.
"Obat kangen, kak. Jangan lupa kakak mandi juga" teriak nisa dari atas tangga tanpa memandang ke arahnya.
Faiz mengembangkan senyumnya. Menyentuh pipinya sendiri. Istrinya itu selalu bisa membuatnya tersenyum. Selalu bisa membuat dirinya menjadi pria yang baik
bagi istrinya. Padahal, dalam kenyataannya. Sampai hari inipun... Faiz ragu pada dirinya sendiri. Apa dia bisa untuk membahagiakan nisa.
Entah kenapa sampai sekarang, aku merasa belum bisa membahagiakanmu. Aku ragu... Ragu dengan diriku. Tiap-tiap sujud malamku selalu berdo'a agar senantiasa
kamu mendapat Ridlo dan RahmatNya agar kamu selalu bahagia.
part 38 kabar baik Berita mengenai pembullyan terhadap Nisa telah menyebar keseluruh penjuru kampus. Bahkan, berita ini telah sampai ditelinga Tuan besar Zidan.
Mendengar berita tersrbut, Mr. Zidan marah besar. Bagaimana bisa menantu kesayangannya diperlakukan seperti itu di daerah kekuasaannya sendiri.
Yah, Mr. Zidan adalah pemilik yayasan dari Universitas Exford. Namun, banyak orang yang tidak mengetahui akan hal itu.
Sehari setelah kejadian itu, Mr. Zidan melakukan pidato dihadapan perwakilan mahasiswa dari semua jurusan dan mengklarisifasi semuanya. Ia harus turun
tangan karena faiz sedang ada diluar negri untuk mengurusi bisnisnya.
Pria paruh baya itu mengancam dalam pidatonya. Apabila kejadian ini terulang lagi ia akan membawa perkara ini keranah hukum. Tak peduli siapapun pelakunya.
Kini, tidak ada lagi mahasiswa kampus yang berani menyakitinya. Hampir semua mahasiswa menyapanya dengan ramah tiap hari. Mereka juga bersikap baik pada
nisa. Beberapa mahasiswa yang terlibat dalam perkara itupun sudah meminta maaf pada nisa.
Lexa dan cewek tempo haripun tak berani menyakitinya jika masih dalam wilayah kampus.
Faiz pun menjadi lebih possesive padanya. Ia tidak akan membiarkan nisa berkeliaran sendiri di kampus lagi. Ia takut kejadian itu akan terulang lagi.
Sudah cukup ia melihat istrinya menderita. Ia tak bisa lagi jika harus melihat untuk ketiga kalinya.
Hampir satu bulan ini, kehidupan rumah tangga mereka pun berjalan dengan damai. Sikap dingin keduanya mulai meleleh. Walau, pertengkaran kecil tak bisa
mereka hindari. Seperti pagi ini, hanya masalah sarapan saja. Mereka jadi kejar-kejaran mengelilingi rumah.
"Aku gak suka sayur. Dan aku gak mau sayur" ujar nisa sambil berlari dan menjulurkan lidahnya.
"Dear ... Jangan lari. Kayak tom and jerry aja" balas faiz dengan datar sambil melangkah cepat menyusul istrinya.
"Gak mau. Nanti kakak nyuruh aku makan sayur lagi" teriak nisa dengan berlari. Ia berlari ke kolam renang.
Hosh.. Hosh... Nafas Nisa tersenggal-senggal karena habis berlari. Ia berdiri disebrang kolam.
Gadis itu memutar kepalanya. Mencari keberadaan suaminya.
But, nothing... Tidak ada siapapun disini. Kemana pria itu" Bukankah tadi ia mengejarnya.
Tiba-tiba sebuah tangan mekar memeluknya dari belakang. Tubuh nisa mendadak tegang. Ia hanya mampu meneguk ludahnya dalam. Ia sudah tertangkap saat ini.
Dan mustahil ia mampu untuk melepaskan diri.
"Jangan lari-lari lagi. Katanya, tadi pusing kepalanya. Suruh minum obat. Ditolak mentah-mentah. Disuruh makan sayuran. Malah kabur. Mau casting jadi bintang
bolliwood yang adegan film indianya main kejar-kejaran?" ujar faiz dengan datar sambil masih memeluk istrinya dari belakang.
Nisa membalikkan badannya. Ia menatap ke arah suaminya dengan tatapan datar. Tangan kokoh itu masih setia bertengger manis dipinggangnya.
Lantas, mengerjap-ngerjapkan matanya pelan. Memperlihatkan puppy eyes- miliknya.
"Aku sehat. Aku udah gak pusing lagi kok" balas nisa sambil mengetuk-mengetukkan jarinya didada bidang suaminya.
"Yakin... udah gak pusing lagi?" tanya faiz dengan serius.
Nisa hanya menggeleg. Ia perlahan memutar. Membuat posisi mereka terbalik tanpa faiz sadari.
Kini, posisi menjadi membelakangi kolam. Tangan nisa bermain-main didada bidang faiz. Seolah, tangan itu menggoda suaminya. Nisa berusaha menahan senyumnya.
Ia tau, Faiz mulai tergoda dan sama sekali tidak fokus. Badannya pun sudah tegang.
"Aku gak suka sayur" ujar Nisa sambil maju kedepan sedikit demi sedikit. Mendorong pelan tubuh suami untuk mundur tanpa Faiz sadari.
"Jangan paksa aku makan sayur. Sayur itu rasanya gak enak. Aku gak mau. Daaannnn...." ujar Nisa menggantung. Ia memperlihatkan senyuman termanis untuk
suaminya. Rencananya akan berhasil sebentar lagi.
Nisa mencium singkat bibir faiz. Lantas, mendorong pelan tubuh Faiz yang sudah berada di tepi kolam.
"Aku sayang kakak" lanjut nisa.
Byyyuuuurrr.... Tubuh faiz sudah basah oleh air kolam.
Nisa tertawa, ia tak tau kalau rencana dadakannya akan berhasil. Suaminya itu mudah sekali blank saat dihadapkan dengannya. Ternyata, tidak sulit juga
mengerjai suaminya. 'Pria setangguh apapun. Ia pasti akan takluk dihadapan wanita'
Faiz mengusap wajahnya kasar diatas kolam. Ia baru sadar. Istrinya sedang mrngerjainya.
"Ya ampun kak... Aku pikir sulit ngerjain kamu. Ternyata gampang banget ya" ujar nisa sambil terus tertawa.
Gadis itu mengambil nafas panjang. Ia mengontrol tawanya. Lantas, berjongkok di tepi kolam.
"Happy birthday 19th, my husban. Barakallahu fii umrik" ucap nisa dengan tulus.
Faiz menatap nisa dengan tidak percaya. Benarkah hari ini ulang tahunnya" Dia sendiri lupa.
Pria itu lantas tersenyum ke arah nisa. Rasa kesal karena di kerjai istrinya langsung lenyap begitu saja.
Faiz berfikir, istrinya itu punya cara tersendiri untuk menunjukan rasa kasih sayang terhadapnya.
"Makasih... Jadi, mana hadiah untukku?" tanya faiz dengan datar. Ia sebenarnya, tidak bermaksud meminta. Hanya saja, pertanyaan itu keluar begitu saja
dari mulutnya. Terlihat nisa sedang berfikir.
Faiz hanya mendecak sekali. Lantas, alah satu tangan faiz terulur. Memberi kode pada istrinya agar mengulurkan tangannya. Pria itu ingin nisa membantunya
naik ke atas. Namun, gadis itu menggeleng keras dan menjauh dari kolam.
"Gak mau, nanti kakak tarik aku lagi kekolam" tolak nisa mentah-mentah.
"Gak akan dear. Kamu mau aku sakit karena pagi-pagi udah berendam dikolam renang?" tanya faiz dengan sarkatis.
Lagi-lagi nisa menggeleng. Ia berasa serba salah saat ini. Dengan berat hati ia mengulurkan tangannya. Membantu faiz naik keatas.
Pria itu berkata benar. Ia tidak menarik istriny dalam kolam renang. Namun, saat sudah sampai diatas. Faiz langsung meraih pundak dan kak nisa.
"Aaaaa... Kak faiz" pekik nisa kaget dengan apa yang dilakukan suaminya. Faiz membopong tubuh dirinya.
Faiz berhenti dan duduk di kursi yang tersedia di dekat kolam. Ia menduduki kursi yang landai. Lalu, menegakkan tubuh nisa diatas pangkuannya. Mengunci
dirinya agar tidak bisa kemana-mana.
"Kak... Lepasin. Geli tau" protes nisa dengan keras.
Bukannya melepaskan, faiz justru merebahkan dirinya di kursi landai itu yang memabg bisa dibuat untuk rebahan. Alias duduk setengah tidur. Ia memposisikan
nisa diatasnya. Gadis itu memberontak. Berusaha melepaskan diri dari suaminya. Namun, sama sekali tidak bisa.
"Relaks aja. Kamu udan bikin aku basah. Aku butuh kehangatan sekarang" ujar faiz tepat di telinga nisa. Membuat gadis itu merinding dan geli dengan ucapan
suaminya. Ia pasrah saja berada diposisi seperti ini. Berada di atas pangkuan faiz dikursi yang landai. Tubuh nisa dapat merasakan dingin dari baju basah faiz menyentuh
kulitnya. Nisa membiarkannya saja. Tangan faiz mulai berpindah dari melingkari perutnya, mulai menelungsup ke dalam baju nisa. Mengelus-enlus perut darat istrinya.
"Kakak... Tangannya jangan nakal dong. Geli tau gak?" protes nisa dengan keras. Ia ingin meleaskan dirinya tapi tidak bisa.
Tenaga faiz berlipat-lipat lebih besar di bandingkan nisa.
"Relaks, dear. Entar... Gelinya juga ilang. Aku lagi pengen mengelus-elus perut kamu. Disini hangat.... Tempat, malaikat-malaikat kecil menjalani hidupnya
selama 9 bulan dengan diselimuti hangatnya kasih sayang dari kedua orang tuanya " ujar faiz dengan tangan yang masih setia mengelus perut nisa.
Gadis itu memejamkan matanya. Meminimalisir kegeliannya. Namun, rasa pusing kembali menyerang kepalanya.
"Kapan disini ada malaikat kecil buah dari cinta kita?" gumam faiz pelan. Namun, sangat jelas di telinga nisa.
"Mungkin, sebentar lagi... Banyak berdo'a aja. Semoga di permudah" balas nisa seadanya.
Mereka terdiam dalam posisi tersebut dalam waktu lama.
Sampai suara orang berlari terdengar ke arah mereka.
Dua orang gadis yang berlari kearah mereka hanya mampi cengo melihat pemandangan didepannya.
Refleks, nisa langsung bangkit dari atas pangkuan faiz.
"Wah... Wah... Pasangan muda satu ini. Masih pagi tapi udah mesra-mesraan aja" decak rikha sambil mengelurkan sesuatu pesanan nisa dari tas bag yang ia
pegang. "Ia nih... Dia yang romantis-romantisan. Kita yang disuruh cari kue black forest full chocolate. Loe nyidam ya nis" Pagi-pagi minta dibeliin ini?" tanya
zizi dengan spontan. Namun, sama sekali tidak diindahkan oleh nisa. Gadis itu justru berjalan kearah mereka.
Kue black forest ukuran medium dengan taburan coklat diatasnya sangat menggoda bagi nisa.
Nisa menghampiri kedua sahabatnya. Menyulut lilin angka 19 diatasnya. Kemudin, ia berjalan kembali ke arah faiz.
"Happy birtday, sayang... Tiup lilinnya" ucap nisa dengan tulus.
Faiz tak menahan senyumnya. Ada rasa senang dan desiran aneh dihatinya saat mendengar nisa memanggilnya dengan sebutan 'sayang'.
Tanpa berkata lagi, faiz segera meniup lilinnya. Lantas, memotong sedikit kue itu dan akan menyuapkannya pada nisa.
Baru saja gadis itu membuka mulutnya, rasa mual mengaduk-ngaduk perutnya. Tanpa babibu ia meletakan kue itu disamping faiz. Ia memegangi mulutnya sendiri.
Lantas, berlari kedalam rumah.
Gadis itu memasuki toilet ruang tengah yang letaknya tak jauh dari kolam renang itu.
Faiz menyerngitkan dahinya. Kenapa tiba-tiba istrinya mual. Bukannya tadi pagi ia mengeluh pusing" Atau hanya masuk angin"
"Kak... Nisa lagi sakit ya" Kok sampai mual kayak gitu" ujar zizi dengan polosnya.
"Apa nisa sedang hamil, kak?" celetuk rikha dengan hebohnya.
Faiz tertegun. Benarkah apa yang dikatakan oleh rikha. Apa istrinya itu hamil". Memang akhir-akhir ini sifatnya berubah sedikit manja padanya. Tapi, apa
nisa memang hamil" .
Pria itu berdiri dan menyusul istrinya.
Terlihat, nisa sedang berpegang pada wastafel. Rasa pusing dikepalnya menjadi-jadi. Ia tak tau dirinya kenapa" Yang ia tau saat ini, tubuhnya sangat lemas
karena tidak memuntahkan apapun. Sebab, ia tadi juga belum sempat sarapan karena berdebat dengan faiz.
Pandangan nisa mulai kabur. Ia memegangi kepalya sendiri. Perlahan semuanya gelap.
Bruuukkk.... Tubuhnya ambruk seketika. Beruntung faiz menahannya tepat waktu. Bila tidak, pasti badan nisa sudah menyentuh lantai.
Fazahra Akmila Karya Naima Adida di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia membopong istrinya menuju kamar. Rikha dan zizi yang melihatnya hanya bisa cengo.
"Nisa kenap kak" Apa dia beneran sakit?" tanya rikha dengan heboh. Namun, tidak ditanggapi oleh faiz.
"Zi... Telfon dokter keluarga. Liat nomornya, dibuku telpon di ruang tamu" teriak faiz ketika baru menginjak tangga, hendak membawa nisa ke kamar.
Zizi hanya mengangguk. Lantas, melakukan apa yang diminta faiz.
**** 15 menit, seorang dokter muda datang. Ia segera diminta memeriksa kedaan nisa.
"Kenapa loe gak dateng ke rumah sakit aja sih?" tanya dokter muda itu dengan sedikit kesal karenaia harus meninggalkan pasiennya yang lain demi untuk saudaranya
ini. "Buat apa ke rumah sakit. Kalau loe masih bisa dateng kesini" ujar faiz dengan datar. Dokter muda itu mendecak sekali.
"Dia istri gue, rik. Tokong periksa keadaannya. Dia tadi pagi mengeluh pusing, tiba-tiba mual dan langsung pingsan" ucap faiz menjelaskan.
"Apa ada masalah dengan pencernaannya" Soalnya, dia punya maag?" ujar faiz kembali pada dokter muda itu.
Dokter mud itu hanya mengangguk mengerti. Lantas, menekan sedikit perut nisa.
"Dia gak papa kok. Sebenarnya, tidak ada masalah apapun dengan pencernaannya. Gue belum yakin sih. Tapi, selamat ya bro... Loe bakal jadi seorang ayah.
Kandungannya baru berusia 4 minggu sepertinya. Buat mastiin itu, coba test dengan taspack" ujar dokter erik pada faiz sambil menjabat tangannya.3
Faiz masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Loe lagi gak bohongin gue kan, rik?" tanya faiz sekali lagi.
"Buat apa gue bohong sama sepupu sendiri sih, iz" Lagi pula kalau loe seneng gue juga senengkan" Kalau belum yakin, loe boleh test pakai testpack. Inget
pesen gue. Jangan biarin istri loe lelah. Apalagi ngerjain yang berat-berat. Jangan bikin dia stres. Atur pola makannya. Gue mau balik kerumah sakit, banyak
pasien disana" ujar dokter itu berpamitan.
"Thanks ya, rik" ujar faiz pada dokter itu sambil menjabat tangannya.
"Yah, sama-sama... Keadaan hamil kayak gini, jangan sering-sering ngunjungi dedek. Kasihan dedeknya" ujar erik menggoda faiz ketika sampi dipintu utama
rumah. Yang digoda justru menampakan wajah datarnya.
"Ya... Sana balik kerumah sakit" usir faiz dengan datar pada dokter erik.
Dokter erik mendecak sekali. Saudaranya itu memang terkenal dingin dan cuek.
"Yaudah, gue pergi... Wassalamuaikum" ucap dokter itu.
"Waalaikum salam" jawab faiz lantas kembali masuk ke dalam kamarnya.
**** Didalam kamar nisa. Rikha dan zizi sudah duduk disampingnya. Gadis itu sudah sadar. Senyum mengembang diwajahnya.
"Selamat ya, nis. Semoga nantinya menjadi anak yang baik. Jangan lupa makan dan jaga kesehatan. Kita mau balik. Lalu, pergi kekantor dan butik" ucap rikha
dengan pelan. "Iya makasih atas doanya. Maaf.. Aku jarang pergi kekantor sekarang. Makasih juga telah membantu mengelolah kantor dan butikku" jawab nisa pelan.
"Ngomong apa sih loe, nis" Kita itu sahabat loe. Wajar kalo kita bantuin loe. Yaudah... Kita pamit dulu... Wassalamualaikum" ujar zizi padanya.
"Waalikum salam" jawab nisa.
Mereka berdua berjalan keluar kamar.
"Selamat ulang tahun, kak. Selamat juga atas kabar gembira ini. Semoga kalian langgeng terus."ujar rikha dengan semangat.
"Iya.. HBD ya kak... Maaf gk bisa kasih apa-apa. Tolong, jagain nisa dengan baik. Sekarang dia enggak sendirian lagi. Tapi, berdua dengan your baby" ujar
zizi sambil mengusap perutnya sendiri.
"Thanks ya" balas faiz singkat.
Kedua gadis itu bercedak secara bersamaan. Faiz itu emang pria paling dingin yang pernah mereka temui.
Rikha dan zizi segara pergi dari sana. Lantas, menghampiri istrinya yang kini sudah duduk persender pada palang tempat tidur dengan bersender bantal.
Pria itu lalu duduk disamping nisa. Mereka berdua saling bertatapan lama. Kemudian, faiz mencium kening nisa lama. Gadis itu diam saja. Menikmati kasih
sayang yang diberikan suaminya untuknya.
"Makasih... Ini adalah hadiah terinsah untukku. I dear you" ucap faiz saat melepas ciumannya.
Lantas, nisa memeluk suaminya dengan erat.
"Maaf... Aku tidak bisa ngasih apapun di hari spesialmu" ucap nisa lantas melepas pelukannya.
Faiz membelai pipi nisa lembut.
"Masih pusing atau mual?" tanya faiz dengan lembut.
"Pusingnya masih. Mualnya enggak" jawab nisa sedanya.
"Apa ada yang hal yang kamu inginkan" Sebutkab satu, aku akan mengabulkannya hari ini" tawar faiz pada istriny.
Nisa sedikit berfikir. "Aku pengen jalan-jalan hari ini. Lagi pula kuliah kita hari ini liburkan?" ucap nisa dengan datar.
"Baiklah... Siap-siap. Mandi dan sarapan dulu. Nanti kita jalan-jalan sesukamu" jawab faiz membuat nisa tersenyum.
"Siap... Aku mandi dulu ya" ujar nisa lantas menuju kekamar mandi.
Faiz hanya menatap nisa datar. Ia bersyukur mendapat kabar gembira ini. Semoga, tidak ada kejadian aneh-aneh pada keluarganya.
Alhamduluillah, buah hati kita kini ada didalam perutmu saat ini. Tujuan asli dan utama sebuah pernikahan hampir kita capai yaitu meneruskan garis keturunan.
Semoga kelak, menjadi orang yang baik, sholeh, dan sukses dunia akhirat.
**** Satu setengah jam berlalu. Namum, belum sampai pada tempat yang mereka tuju.
Entah, faiz akan membawanya kemana" Ia juga tidak tau.
Mendadak, mobil faiz berhenti didepan supermarket. Faiz akan membeli beberapa minuman dan makanan.
Hanya faiz yang masuk dalan super market. Sedangakan, nisa menunggu didalam mobil.
Tiba-tiba, ada anak kecil yang mengetuk kaca depan mobil nya.
"Ada apa adik?" tanya nisa dengan lembut.
"Itu kak. Adikku menangis dari tadi. Tolong, tenangin dia. Kalau dia masih nangis, nanti aku dimarahin mama" ucap anak kecil itu dengan wajah melas. Ia
menunjuk seorang balita yabg duduk diatas trotoar sambil menangis.
Nisa tidak tega melihat anak kecil memohon padanya. Mau tidak mau, ia harus keluar dari mobil. Ia melaanggar larangan dari suaminya.
"Hei... Anak manis. Jangan nangis ya. Tuh, kakak kamu disana. Udah, jangan nangis" ujar nisa sambil berjongkok.
Tiba-tiba ada tangan yang membungkam mulut nisa dengan sapu tangan yang diberi obar tidur. Nisa ingin berontak. Namun, reaksi obat tidur itu lebih cepat.
Nisa tak tau siapa yang melakukannya. Ia juga tak tau akan dibawa kemana. Ia tidak sadarkan diri.
part 39 beginikah akhirnya"
Seorang pria bertubuh jangkung melangkah keluar dari supermarket. Ia menenteng 2 kresek berisi makanan dan minuman.
Ia menatap kearah mobilnya. Dahinya mengkerut, firasatnya tidak enak. Kaca mobil depannya terbuka. Namun, wanita yang bersamanya tadi tidak ada disana.
Ia cepat-cepat berlari kearah mobilnya. Pria itu membuka pintu mobil dengan tidak sabar.
Dia mematung. Dua kresek yang ia bawa, jatuh begitu saja. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Rasa resah menggerayanginya.
Istrinya tidak ada. Kemana dia" Bukankah tadi ia sudah melarangnya untuk tidak keluar dari mobil"
Pria itu mengedarkan pandangannya keseluruh sudut tempat ini. Namun, tetap saja. Ia tidak melihat keberadaan istrinya.
Tiba-tiba, seorang pria berlari kearahnya. Pria itu berhenti tepat di depannya.
"Loe tadi kemana aja sih" Istri loe di culik bodoh" ujar pria itu dengan nafas tersenggal-senggal.1
"Bercanda loe gak lucu zaki" balas pria itu dengan datar.
Plaaakkk... "Loe kira gue bercanda" Apa lebam di wajah gue belum cukup buat buktiin itu" Gue tadi gak sengaja lewat sini. Gue liat Istri loe dibawa orang berbaju hitam.
Gue ngejar mereka. Tapi... terlambat. Nisa udah dimasukin ke mobil. 2 preman langsung ngehajar gue. Lalu, mereka pergi. Loe jadi cowok bego banget. Jagain
istri aja gak bisa" balas zaki dengan geram. 1
Faiz hanya diam mencerna perkaataan zaki. Tiba-tiba, Sesuatu di sakunya bergetar. Ia segera mengambilnya.
Satu panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Tanpa ragu, ia menggeser layar ke tombol hijau.
"Hallo, tuan muda zidan yang terhormat"
"Anda siapa?" "Hahaha... Apa anda tidak mengenali saya" Bravo. Padahal, saya mengenal istri cantik anda"
"Jangan pernah sentuh istri saya! Atau anda akan habis ditangan saya"
"Hahaha... Dengarlah, cantik. Suamimu sedang mengancamku. Bicaralah dengannya"
"Bicaralah" Plaaaakkk "Aaawww..." "Jangan sentuh dia! Apa yang anda inginkan?"
"Datang ke dermaga Pattinson sekarang. Jika dalam 10 menit, anda belum datang kesini. Jangan harap anda bisa bertemu dengan istri anda lagi"
"Anda..." Beep... Sambungan telfon diputuskan secara sepihak. Faiz meremas ponselnya. Membantingnya dengan kasar.
Perasaanya gelisah. Istrinya dalam bahaya sekarang. Tidak! Bukan hanya istrinya. Tapi, calon anaknya juga dalam bahaya.
"Loe marah gak ada gunanya bodoh" ucap zaki dengan nada tinggi.
"Gue minta tolong sama loe. Bawa polisi ke dermaga pattinson sekarang. Tapi, hati-hati. Gue gak mau nisa celaka. Gue akan kesana sendirian sekarang"
"Loe gila. Gimana loe bisa nyelametin nisa tanpa bawa apapun. Gue akan ikut sama loe"
"Gak. Gue gak mau ambil resiko. Bawa aja polisi ke sana. Tapi, hati-hati" ujar faiz seraya masuk mobil.
"Oke. Gue kekantor polisi sekarang" balas zaki dengan mantap.
Mereka berdua berpisah dalam keadaan resah dan gelisah. Dalam hati mereka berdoa semoga wanita yang mereka cintai baik-baik saja
**** Nisa mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan. Ia merasakan ada yang membelai pipinya. Kepalanya juga terasa berat dan sngat pusing. Sayup-sayup ia mendengar
suara berat khas pria. Namun, ia tak jelas mendengarnya.
"Loe emang cantik. Paras loe sangat sempurna. Pantas jika banyak pria tergila-gila sama loe. Termasuk gue" ujar pria itu sambil terus membelai wajah cantik
wanita didepannya. "Hai, cantik... Sudah bangun?" ujar pria itu ketika nisa membuka matanya.
Wanita itu membulatkan matanya sempurna melihat siapa yang kini telah menyentuh wajahnya.
"Arkan... Ngapain loe bawa gue kesini?" tanya nisa mengeraskan suaranya sebisa mungkin. Ia berusaha bangkit dari duduknya. Namun, tidak bisa. Tangan dan
kakinya telah diikat dengan kuat.
"Hei, santai saja... Manis. Gue gak akan macam-macam sama loe. Paling juga satu macam aja" ujar arkan sambil mengerlingkan sebelah matanya. Kemudian, menjauhkan
dirinya dari nisa. "Apa yang loe mau dari gue" Gue gak punya apa-apa" balas nisa dengan ketus.
Tawa arkan menggema diseluruh tempat ini. Tawa itu terdengar sangat mengerikan ditelinganya.
"Salah. Loe punya sesuatu yang berharga buat gue. Baiklah, akan gue tunjukin" ujar arkan kembali. Ia berbalik, berjalan ke arah nisa.
Pria itu mengeluarkan ponselnya. Menghubungi seseorang.
"Gimana ya reaksi pemilik Zidan's crop jika tau istri cantiknya ini gue sandra" ujar arkan sambil mengelus pelan pipi nisa.
Wanita itu memalingkan mukanya. Ia sangat tidak rela, wajahnya disentuh pria itu.
"Jangan sentuh gue" bentak nisa padanya.
"Oke. Oke. Baiklah... Telfonnya sudah tersambung " ujar arkan dengan cepat. Ia menekn tombol laudspeakersnya.
"Hallo, tuan muda zidan yang terhormat"
"Anda siapa?" "Hahaha... Apa anda tidak mengenali saya" Bravo. Padahal, saya mengenal istri cantik anda"
"Jangan pernah sentuh istri saya! Atau anda akan habis ditangan saya"
"Hahaha... Dengarlah, cantik. Suamimu sedang mengancamku. Bicaralah dengannya"
"Bicaralah" Plaaaakkk "Aaawww..." "Jangan sentuh dia! Apa yang anda inginkan?"
"Datang ke dermaga Pattinson sekarang. Jika dalam 10 menit, anda belum datang kesini. Jangan harap anda bisa bertemu dengan istri anda lagi"
Arkan langsung mematikan telfonnya. Pria itu tersenyum miring ke arahnya. Menyentuh pipi nisa yang tadi ditamparnya.
"Pasti sakit... Maaf ya cantik. Habisnya loe gak mau bicara sih" ucap arkan dengan sok manis.
Nisa hanya mendecak kesal. Perkataan arkan terdengar menjijikan di telinganya.
Cuuuppp... Nisa membulatkan matanya sempurna. Pria gila itu mencium pipinya tanpa izin.
"ARKAN... JANGAN KURANG AJAR YA LOE. JIJIK GUE DISENTUH SAMA LOE" bentak nisa dengan suara sekeras mungkin. Tapi, arkan justru tertawa.
"Jika dalam 10 menit suami loe gak dateng kesini, bukan hanya pipi loe. Tapi, setiap inchi tubuh sexy loe akan gue sentuh" ucap arkan dengan penuh penekanan.
"Loe emang gila arkan. Apa salah suami gue sama loe?" tanya nisa dengan keras.
Arkan menarik kursi nisa ke tepian kapal. Semilir angin laut dapat dirasakan kulit nisa. Air laut yang tenang, terlihat jelas dimatanya.
"Salah dia cuma satu. Menangin tender dari Dannis coorporation yang harusnya jadi milik bokap gue. Sekarang, bokap gue bangkrut. Nyokap gue marah-marah
kerjaannya tiap hari. Mereka udah cerai sekarang. Keluarga gue hancur. Ini semua terjadi karena suami loe" ujar arkan tanpa menatap ke arah nisa.
Matanya memandang lautan yang ada di depannya. Nisa baru sadar, bahwa ia berada di atas yatch (kapal).
Nisa menatap ke arah air laut yang bergerak-gerak. Keringat dingin muncul di pelipisnya. Jantungnya berdetak kencang. Rasa resah, gelisah dan takut menyusup
kedalam dirinya. Ia seperti mengalami dejavu.
Ingatan masa kecilnya kembali berputar. Ketika dulu umurnya masih 7 tahun. Keluarga mengajaknya berlibur dan menaiki yatch seperti ini.
Ketika asik bermain. Nisa kecil terpeleset dan jatuh ke laut. Beruntung, ia masih selamat. Sejak itu, ia sangat takut dengan laut.
"Ya Allah... Selamatkanlah aku dan calon anakku dari segala marabahaya"
**** Faiz melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Bahkan, hampir mencapai 200 km perjam.
Letak dermaga itu berada di ujung kota. Cukup jauh dari tempatnya tadi. Ia tidak peduli dengan keselamatannya. Yang terpenting sekarang adalah istrinya.
Ia harus cepat sampai ke dermaga itu bagaimanapun caranya.
Setelah sampai disana. Ia segera turun. Beberapa orang berbaju hitam menyambut ke datangannya.
"Anda sudah ditunggu tuan fredy di dalam" ujar salah seorang berbaju hitam itu. Mereka berdua akan memegang lengan faiz. Dengan cepat pria itu menyentaknya.
"Saya bisa jalan sendiri" ucap faiz dengan datar. Dia digiring menuju jembatan yang mengarah langsung pada sebuah yacth yang terlihat mewah. Yatch itu
berada diatas laut. Dermaga ini terlihat sepi. Namun, dijaga ketat oleh orang berbaju hitam. Sepertinya, ini sudah direncanakan oleh orang itu.
Di atas yatch, faiz bisa melihat orang itu membelakanginya. Pria itu berbalik, menarik kursi yang ada didepannya untuk dihadapkan pada faiz.
Faiz membulatkan matanya sempurna. Ia melihat istrinya diikat di atas kursi.
"Hei, cantik... Lihatlah! Suamimu sudah datang tepat waktu" ujar pria itu dengan nada sok manis.
"Apa mau loe, arkan" Gue gak ada urusan sama loe" balas faiz dengan datar.
Arkan tertawa dengan keras mendengar ucapan faiz.
"Hahaha... Loe bodoh. Gue punya banyak urusan sama loe. Loe gak tau siapa gue" Nama gue ARKAN FREDY. ANAK PERTAMA DARI FREDY PATTINSON. Gara-gara loe.
Bokap gue bangkrut. Nyokap gue minta cerai. Keluarga gue hancur. Itu semua karena loe" ujar arkan meluapkan kemarahannya.
Faiz hanya diam dan berfikir. Ia baru tau, jika arkan... teman sekampusnya adalah anak dari tuan fredy. Pemilik perusahaan fredy's crop yang merebutkan
tender dari dannis's crop beberapa minggu lalu.
Arkan berjalan ke depan. Dua orang berbaju hitam mendekat ke arah nisa. Mereka berdiri disamping kursinya.
"Apa mau loe sekarang?" tanya faiz tanpa basa-basi.
"Tanda tangani berkas ini dan istri loe akan gue bebasin" ucap arkan dengan santai sambil menyodorkan map itu ke arah faiz.
Faiz menyentak map itu dengan kasar hingga berkas-berkas didalamnya terjatuh.
"Gue gak akan tanda tangan berkas apapun" balas faiz dengan datar.
Nisa yang melihatnya hanya tersenyum miring. Ia tau, suaminya tidak akan bertindak sebodoh itu untuk menghancurkan perusahaannya.
"Oke. Jadi, loe lebih milih perusahhan loe dari pada istri loe sendiri?" ujar arkan sambil memungut kembali berkas-berkas itu.
"Wah... Kamu dengar cantik" Suami loe itu lebih milih perusahaannya dari pada loe. Hahaha.... Dia gak cinta sama loe" ujar arkan kembali dengan suara yang
lebih keras. Nisa hanya diam dan berfikir tentang apa yang dia dengar dan ia lihat sekarang. Ia yakin, faiz mencintainya. Buktinya, dia sudah datang kesini untuk menyelamatkannya.
Faiz geram dengan perkataan arkan. Tanpa fikir panjang ia meraih kerah baju arkan.
"Jaga ucapan loe arkan! Atau loe akan gue habisin" ujar faiz dengan penuh penekanan.
Arkan hanya tersenyum miring. Memberikan kode pada anak buahnya untuk memegangi faiz.
Dua orang berbaju hitam langsung memeganginya.
"Kalau loe emang cinta sama istri loe. Cepat tanda tangani berkas ini" ujar arkan dengan nada tinggi.
"Jangan lakukan apapun kak" ujar nisa dengan keras.
Baik arkan ataupun faiz, mereka berdua menatap ke arah nisa. Senyum miring tercetak di wajah arkan.
"Kalian berdua mau main-main sama gue. Oke, kita liat telenova sebentar. Seberapa besar sih cinta kalian?" ujar arkan meremehkan.
Pria itu memberi kode pada anak buahnya. Beberapa orang berbaju hitam mendekati faiz dan nisa.
2 orang berbaju hitam itu melepas ikatan nisa dan memegangi dirinya dengan kuat. Nisa digiring mendekati arkan.
Sedangkan, 2 orang lagi yang sudah memegangi faiz tadi, menggiringnya ketepian kapal.
"Oke kita mulai" ujar arkan dengan senyum licik di wajahnya.
"Bagaimana jika faiz akmal melihat pipi mulus istrinya ini di..." ucap arkan digantung. Tangannya menyentuh pelan pipi nisa.
PLAAAkkkkkk "Aaawww...." Satu tamparan keras mengenai pipinya. Rasanya begitu panas dan nyeri.
"Jangan sentuh istri gue!" teriak faiz dengan keras. Ia ingin berontak. Namun, pegangan orang itu terlalu kuat.
Arkan meledakkan tawanya.
"Itu hanya permulaan tuan zidan. Gimana kalau pipi indah ini gue...."
Cuuuppp ... Arkan mencium pipi nisa yang tadi di tamparnya. Nisa ingin berontak dan lari sekarang juga. Namun, tidak bisa. Tenaganya lebih kecil dari orang yang memegangnya
saat ini. "Jangan sentuh gue ARKAN" bentak nisa pada arkan. Namun, sama sekali tidak diindahkannya.
"Gue bilang jangan sentuh istri gue" teriak faiz dengan geram. Ia berusaha berontak. Ia tidak tahan lagi. Bisa-bisanya, arkan mencium istrinya didepan
matanya sendiri. Faiz berontak dan akhirnya bisa lepas dari orang itu. Namun, sayang... Orang berbaju hitam itu kembali memegangnya. Bahkan, beberapa orang berbaju hitam
lainya memukul dirinya tanpa ampun.
"Hentikan! Hentikan arkan! Gue mohon hentikan! Loe bisa bunuh dia bodoh!" teriak nisa dengan histeris saat suaminya dipukuli tanpa ampun hingga ia jatuh
tersungkur. Ia tau, suaminya itu jago dalam urusan bela diri. Tapi, bagaimana bisa dia melawan orang-orang itu kalau tangannya di tahan seperti itu".
Tes... Tanpa sadar, hujan jatuh di matanya begitu saja.
"Arkan gue mohon hentikan. Dia suami gue. Gue cinta sama dia" ujar nisa sangat memohon pada arkan.
Pria itu tersenyum licik.
"Baiklah, hentikan sekarang" ujar arkan membuat anak buah arkan menghentikan aksinya.
"Loe lihat faiz. Istri loe nangis. Dia nangisin cowok brengsek kayak loe yang lebih milih perusahaan loe dari pada dia" ujar arkan dengan sinis.
"Cukup. Loe gak berhak mengatakan suami gue brengsek. Loe lebih brengsek daripada dia" bentak nisa padanya.
"Uhuuukkk... Uhuuukkk..."
Faiz mencoba bangkit. Tangan kirinya memegang perutnya yang terasa sakit. Sedang, tangan kanannya menyeka darah yang keluar dari bibirnya.
"Loe gak papa, kak?" tanya nisa penuh ke khawatiran.
Faiz berusaha tersenyum dihadapan nisa. Istrinya itu memang sangat luar biasa. Nyawanya sendiri dalam bahaya. Tapi, justru istrinya mengkhawaritirkan dirinya.
"Gue gak papa" ujar faiz dengan pelan.
"Mana berkasnya. Gue akan tanda tangani sekarang" ujarnya kembali sambil menatap arkan.
Pria itu tersenyum puas. "Jangan! Jangan tanda tangan berkas apapun!" ujar nisa bersikeras.
Arkan merasa geram sekali dengan kedua pasangan ini. Ia meraba sakunya. Namun, nihil... Tidak ada apapun disana. Ia mendecak sekali. Ia lupa memasukkan
pistol kedalamnya. "Lebih baik, gue bunuh loe aja faiz. Semuanya akan terasa impas" ujar arkan dengan sinis.
Nisa membulatkan matanya sempurna. Ia menatap ke arah arkan dengan tajam. Sedangkan, faiz masih diam saja ditepian kapal.
"Lakukan rencana B" teriak arkan seraya memberi kode pada anak buahnya yang ada di sudut kanan kapal tak jauh darinya.
Nisa mengikuti arah pandangan arkan. Ia melihat seorang berbaju hitam mengeluarkan pistol dari dalam sakunya dan mengarahkannya pada faiz.
"AKMALLL....." Doooorrr.... "MILAaaa... " Byuuurrr.... Pembantai Raksasa 1 Gajahmada Karya Langit Kresna Hariadi Cheng Hoa Kiam 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama