Ceritasilat Novel Online

Prodigy 4

Prodigy Karya Marie Lu Bagian 4


Empanada: Sejenis pastel.
Seseorang mencengkeram lenganku. Hei. Kau di sini, Hebring. Pascao berdiri di sampingku, cengiran
kelabu pucatnya penuh ketegangan.
Hei, sahutku, memberinya anggukan singkat sebagai sapaan sebelum kembali mengalihkan perhatian ke layar. Razor sudah mulai memberi arahan umum pada grup ten-tang fase selanjutnya rencana kami, tapi Pascao menarik lengan bajuku lagi.
Kau, aku, dan beberapa Buronan lain akan pergi dalam beberapa jam. Matanya mengerjap cepat ke arah video sebelum kembali terarah padaku. Dengar. Razor ingin aku memberitahukan susunan acara yang lebih khusus pada kruku, berbeda dengan yang sedang dia jelaskan pada yang lain. Aku baru saja menjelaskan secara singkat pada Baxter dan Jordan.
Aku hampir tidak memperhatikan Pascao lagi karena sekarang aku tahu sosok mungil di tempat tidur itu June. Itu pasti dia, dengan caranya mendorong rambut ke belakang bahu dan menganalisis kamar itu dengan pandangan menyeluruh. Dia mengenakan pakaian malam yang kelihatannya sangat nyaman, tapi dia menggigil seolah kamar itu dingin. Benarkah kamar tidur elegan itu sel tahanannya" Kata-kata Tess terngiang kembali.
Day, kau lupa" June membunuh ibumu.
Pascao menarik lenganku lagi dan memaksaku menghadapinya, lalu memimpinku ke bagian belakang kerumunan. Dengar, Day, dia berbisik lagi. Ada muatan yang akan datang ke Lamar malam ini dengan kereta api. Muatan itu akan membawa segerbong penuh senapan, peralatan, makanan, dan entah apa lagi untuk para tentara di medan perang, juga seperangkat perlengkapan lab. Kita akan mencuri beberapa perbekalan dan menghancurkan segerbong penuh granat. Itulah misi kita malam ini.
Sekarang, June bicara pada penjaga yang berdiri di dekat pintu, tapi aku hampir tidak bisa mendengar dia. Razor sudah selesai bicara pada seisi ruangan dan sekarang tenggelam dalam percakapan serius dengan dua anggota Patriot lain. Terkadang, keduanya mengedik ke layar, kemudian menunjukkan sesuatu di telapak tangan mereka.
granat" tanyaku. Misi ini adalah pembunuhan umpan. Tadinya Elector dijadwalkan akan kemari, ke Lamar, setidaknya sebelum June bicara dengannya. Misi kita malam ini akan meyakinkan Elector, kalau dia belum yakin, bahwa June mengatakan yang sebenarnya. Plus, misi itu akan jadi peluang bagus untuk mencuri beberapa granat. Pascao menggosok-gosokkan kedua tangannya dengan keriangan yang hampir seperti maniak. Mmm. Nitrogliserin 7 . Sebelah alisku terangkat. Aku dan tiga Buronan lain akan mengurus keretanya, tapi kami akan butuh Buronan spesial untuk mengalihkan perhatian para tentara dan penjaga.
Nitrogliserin: Senyawa kimia yang digunakan sebagai cairan peledak berat, tak berwarna, beracun, serta berminyak. (sumber: Wikipedia)
Apa maksudmu, spesial"
Maksudku, kata Pascao tajam, inilah kenapa Razor memutuskan untuk merekrutmu, Day. Ini peluang pertama kita untuk menunjukkan pada Republik bahwa kau hidup. Itulah kenapa Kaede menyuruhmu menghilangkan cat rambutmu. Saat beritanya tersebar, bahwa kau terlihat di Lamar sedang membongkar kereta Republik, masyarakat akan menggila. Kriminalis cilik paling terkenal di Republik masih hidup dan berkeliaran, bahkan setelah pemerintah mencoba mengeksekusinya" Kalau itu tidak menyulut rasa memberontak masyarakat, tak ada lagi yang bisa. Itulah tujuan kita kekacauan. Pada waktu kita selesai, publik akan sangat terpancing olehmu sampai mereka akan tergiur melakukan revolusi. Atmosfer yang sempurna untuk pembunuhan Elector.
Semangat Pascao membuatku tersenyum sedikit. Mengacaukan Republik" Itulah kenapa aku dilahirkan. Kasih tahu detailnya lagi, kataku seraya memberi isyarat dengan tangan, memintanya mendekat.
sibuk membicarakan rencana kami dengan yang lain, lalu mengedip padaku. Tim kita akan melepaskan gerbong granat beberapa mil sebelum tiba di stasiun. Pada waktu kita tiba di sana, aku ingin hanya ada sedikit tentara yang menjaga kereta. Berhati-hatilah. Biasanya, di sana tidak banyak pasukan di dekat jalur kereta, tapi malam ini berbeda. Republik akan memburu kita setelah mendengar peringatan June tentang pembunuhan yang palsu. Waspadalah terhadap tentara tambahan. Beri kami waktu yang kami butuhkan, dan pastikan mereka melihatmu.
Oke. Akan kuberikan waktu yang kau minta. Aku menyilangkan lengan dan menunjuk padanya. Beri tahu saja ke mana aku harus pergi.
Pascao nyengir dan menepuk keras punggungku. Hebat. Sejauh ini kau adalah Buronan terbaik di antara kami kau akan bisa melepaskan diri dari mereka tanpa kesulitan sedikit pun. Bergabunglah denganku dua jam lagi di dekat pintu masuk tempat kau datang. Kita akan bergembira ria. Dia menjentikkan jari-jarinya. Oh, dan jangan hiraukan Baxter. Dia cuma jengkel karena kau mendapat perlakuan khusus dariku dan Tess.
Segera setelah dia berlalu, pandanganku terarah kembali ke video di layar dan tetap terpaku pada sosok June. Sementara videonya terus tayang, potonganpotongan percakapan Razor dengan anggota Patriot lain terdengar olehku. cukup mendengar apa yang terjadi, dia sedang berkata begitu. June telah menempatkan Elector dalam posisi.
Di video itu, June tampak tidur-tidur ayam, dengan lutut di bawah dagu. Kali ini tidak ada suara sama sekali, tapi aku tidak terlalu memikirkannya. Kemudian, kulihat seseorang masuk ke sel June, seorang pria muda dengan rambut gelap dan mantel hitam elegan. Itu Elector. Dia membungkuk dan mulai bicara pada June, tapi aku tak mengerti apa yang dia katakan. Saat Elector mendekat padanya, June menegang. Bisa kurasakan darah mengering dari wajahku. Seluruh obrolan dan kesibukan di sekelilingku pudar menjauh.
dan menarik wajah gadis itu mendekati wajahnya sendiri. Dia mengambil sesuatu yang kupikir hanya untukku, dan aku merasakan kehilangan mendadak yang membuatku hancur. Aku ingin mengalihkan pandangan, tapi bahkan dari sudut mataku pun aku masih bisa melihat Elector mencium June. Ciuman itu seolah berlangsung selamanya.
Aku menonton dengan kaku saat akhirnya mereka saling menarik diri dan Elector keluar dari kamar itu, meninggalkan June sendirian bergelung di kasur. Apa yang ada di pikiran June sekarang" Aku tak bisa menonton lebih lama. Aku hampir berbalik, siap mengikuti Pascao keluar dari kerumunan dan menjauh dari pemandangan ini.
Tapi kemudian, sesuatu tertangkap mataku. Aku menengadah ke layar. Dan tepat pada saat itu, kulihat June mengangkat dua jari ke dahi dalam isyarat kami.
Sudah lewat tengah malam waktu Pascao, aku, dan tiga Buronan lain mengecat belang hitam melintangi mata kami dan mengenakan seragam medan perang berwarna gelap, serta topi tentara. Kemudian, untuk pertama kalinya sejak aku datang, kami pergi dari tempat persembunyian bawah tanah Patriot. Beberapa tentara terus-menerus berkeliaran, tapi kami melihat lebih banyak kelompok pasukan saat kami berjalan lebih jauh dari lingkungan ini dan menyeberangi jalur rel kereta.
Langit masih sepenuhnya tertutup awan, dan di bawah keremangan lampu jalan, aku bisa melihat lapisan tipis hujan es turun. Trotoar licin karena gerimis dan lumpur dingin, dan udaranya berbau basi, seperti campuran asap dan jamur. Kutegakkan kerahku yang kaku lebih tinggi, lalu kutelan salah satu pil biru Tess. Sebenarnya aku berharap aku bisa kembali bersamanya di daerah kumuh Los Angeles yang lembap. Kutepuk bom debu yang tersembunyi di dalam jaketku, dua kali memeriksa bom itu tetap kering. Dalam pikiranku, adegan antara June dan Elector terus berputar ulang.
bagian mana rencana ini" Apa dia ingin aku mundur dari rencana Patriot dan kabur" Kalau aku hengkang sekarang, apa yang akan terjadi padanya" Isyarat itu bisa berarti jutaan hal. Bahkan, isyarat itu bisa berarti dia memutuskan untuk tetap bersama Republik. Dengan marah, kuenyahkan pikiran itu dari pikiranku. Tidak, June tidak akan melakukan itu. Bahkan meskipun Elector sendiri menginginkan dia" Apa itu akan membuatnya tetap bersama Republik"
Aku juga ingat bahwa rekaman video yang itu tidak ada suaranya. Setiap video yang kami tonton, suaranya selalu pecah Razor bahkan mendesak untuk memastikan volumenya dibesarkan. Apakah Patriot menghilangkan suara dari video yang tadi" Apa mereka menyembunyikan sesuatu"
Pascao menghentikan kami dalam kegelapan sebuah gang tak jauh dari stasiun kereta. Keretanya akan tiba lima belas menit lagi, katanya, napasnya membentuk uap. Baxter, Iris, kalian berdua ikut denganku. Gadis bernama Iris kurus dan tinggi, matanya tertanam dalam ke tulang dan senantiasa melihat sekeliling tersenyum, tapi sebaliknya Baxter membelalak dan mengeraskan rahang. Kuabaikan dia sambil berusaha tidak memikirkan apa pun tentangku yang dia coba jejalkan ke dalam pikiran Tess. Pascao menunjuk Buronan ketiga, seorang gadis kecil dengan rambut kepang berwarna tembaga yang terus mencuri pandang ke arahku. Jordan, kau akan mencari lokasi gerbong yang tepat untuk kami. Gadis itu memberi Pascao acungan jempol.
Tatapan Pascao bergeser padaku. Day, bisiknya. Kau tahu instruksimu.
Kutarik ujung topiku. Mengerti, Sepupu. Apa pun yang June maksudkan, saat ini tak ada waktu bagiku untuk meninggalkan Patriot. Tess masih di bungker, dan aku sama sekali tak tahu di mana Eden. Tidak mungkin aku membahayakan mereka berdua.
Bikin para tentara itu tetap sibuk, ya" Buat mereka membencimu.
Aku menengadah ke atap miring dan dinding hancur yang menjulang di sekeliling kami. Bagi seorang Buronan, atap itu seperti lereng licin raksasa yang menjadi halus karena es. Dalam hati aku berterima kasih pada Tess pil biru itu sudah menghangatkan aku dari dalam, menyejukkan seperti semangkuk sup hangat pada malam bersalju.
Pascao nyengir lebar padaku. Baiklah kalau begitu. Mari beri mereka waktu yang menyenangkan.
Kusaksikan yang lain berlari cepat di sepanjang jalur rel kereta di bawah selubung hujan es, kemudian aku melangkah lebih jauh ke kegelapan dan mempelajari bangunan-bangunan itu. Masing-masing bangunan sudah tua dan bopengnya bisa dijadikan pijakan kaki dan yang lebih asyik, semua bangunan itu memiliki balok logam berkarat yang silang-menyilang di dindingnya. Beberapa mempunyai lantai atas yang sudah sepenuhnya bolong sehingga terbuka ke langit malam. Yang lainnya memiliki atap bergenting miring. Meski sedang dalam misi berbahaya, mau tak mau aku merasakan denyut ketidaksabaran. Bangunanbangunan ini adalah surganya Buronan.
Aku kembali ke jalan yang menuju stasiun kereta. Ada setidaknya dua kelompok tentara, mungkin ada lagi di sisi yang tidak bisa kulihat. Beberapa berbaris di sepanjang jalur rel seperti yang sudah diduga, senapan mereka terangkat, belang hitam yang melintangi mata mereka berkilat basah di bawah hujan. Kuraba wajahku untuk mengecek belangku sendiri, kemudian kuturunkan topi tentaraku agar lebih rapat di kepala. Waktunya pertunjukan.
Kuperoleh pijakan mantap di salah satu dinding, lalu dengan gemetar aku memanjat ke atap. Setiap kali kutekuk kaki, betisku bersentuhan dengan bagian kakiku yang
artifisial.Logamnyadinginmembekukan,bahkanmenembus pakaian. Beberapa detik kemudian, aku bertengger di belakang cerobong asap hancur di lantai tiga. Dari sini aku bisa melihat, seperti yang sudah kuduga, ada kelompok tentara ketiga di sisi lain stasiun. Aku
suara dari satu bangunan ke bangunan lain sampai aku berada di puncak atap miring. Sekarang, aku cukup dekat untuk melihat ekspresi wajah para tentara. Kuraba jaketku, memastikan sebagian besar bom debu masih kering. Lalu, aku berjongkok di atap itu, menunggu.
Beberapa menit berlalu. Kemudian aku berdiri, mengeluarkan bom debu, dan melemparnya sejauh yang kubisa dari stasiun.
Bum! Bom itu meledak dalam asap raksasa saat menyentuh tanah. Segera saja debu menenggelamkan seluruh blok dan bergulir di sepanjang jalan dalam gelombang yang bergulung-gulung. Kudengar teriakan dari para tentara di dekat stasiun salah satu dari mereka berseru, Di sana! Tiga blok dari sini!
Itu kan sudah jelas, Serdadu. Sekelompok dari mereka bergegas pergi dari stasiun dan mulai berlari ke arah asap debu menyelimuti jalanan.
Aku meluncur turun dari atap miring. Sirap patah di sana-sini, mengirimkan semburan kabut es ke udara. Namun, di antara semua teriakan dan larinya orangorang di bawahku, aku bahkan tidak bisa mendengar diriku sendiri. Atapnya licin seperti kaca basah. Kutingkatkan kecepatan. Hujan es menggores keras pipiku kutopang diriku sementara aku mencapai bagian bawah atap, lalu meluncur ke udara. Mungkin dari tanah sana aku tampak seperti semacam bayangan.
Sepatu botku memijak atap miring bangunan sebelah yang berada tepat di samping stasiun. Perhatian para tentara yang masih di sana teralihkan; mereka menatap ke jalan di tengah-tengah debu. Kulakukan lompatan kecil di bawah atap kedua ini, lalu kucengkeram sisi lampu jalanan dan meluncur menuruni tiang lampu sampai ke tanah. Aku mendarat dengan suara derak cepat teredam di atas lapisan es di trotoar.
Ikuti aku! teriakku pada para tentara. Mereka melihatku untuk pertama kalinya, menganggapku hanya
melintangi mata. Salah satu gudang kita diserang. Mungkin akhirnya Patriot menampakkan diri. Aku memberi isyarat pada kedua pasukan di sebelah kiri. Semuanya. Ini perintah Komandan. Cepat! Lalu, aku mengentakkan tumit dan mulai berlari menjauh dari mereka.
Cukup meyakinkan, suara derap sepatu bot mereka segera terdengar mengikutiku. Mustahil para tentara ini be-rani mengambil risiko tidak mematuhi komandan mereka, bahkan jika itu berarti meninggalkan stasiun tak terjaga untuk sementara. Terkadang, kau akan suka sikap disiplin Republik yang keras.
Aku terus berlari. Saat aku telah memimpin para tentara sejauh empat sampai lima blok, melewati asap debu dan beberapa gudang, mendadak aku menikung tajam di sebuah gang sempit. Sebelum mereka berbelok di sudut, aku berlari lurus di salah satu dinding gang. Dan, saat aku beberapa meter jauhnya dari mereka, aku melompat dan memanjat batu bata. Kujulurkan tangan dan kucengkeram balkon lantai dua. Hanya butuh waktu sebentar untuk meloncat ke atasnya. Kakiku mendarat mapan di balkon.
Pada waktu para tentara sudah berderap cepat ke gang yang sama, aku telah melebur ke dalam celah gelap di jendela lantai dua. Kudengar pasukan pertama berhenti sejenak, disusul seruan-seruan bingung mereka. Sekarang, saat yang tepat untuk melakukannya, pikirku. Kuangkat tangan untuk melepas topi, membiarkan rambut pirang platinaku tergerai jatuh. Salah seorang tentara menengadah cukup cepat untuk melihatku tiba-tiba berlari cepat dari celah jendela dan berputar ke sudut dari balkon lantai dua.
Kalian lihat itu" seseorang berteriak tak percaya. Apa itu Day"
Sementara aku menjepit kakiku di sela-sela batu bata tua dan menarik tubuhku naik ke lantai tiga, atmosfer para tentara berubah dari bingung menjadi
menembakku. Aku hanya menggertakkan gigi dan melompat ke lantai tiga.
Peluru-peluru pertama memantul di dinding. Salah satunya hanya beberapa inci dari tanganku. Aku tidak berhenti alih-alih demikian, aku menerjang ke lantai atas dan berayun ke atap miring dalam satu gerakan. Lebih banyak percikan bunga api menyinari batu bata di bawahku. Aku melihat stasiun di kejauhan keretanya sudah datang, setengah tersembunyi di balik asap, dan diparkir tanpa pengawasan, kecuali oleh beberapa tentara yang telah turun dari kereta itu sendiri.
Aku berlari tergesa di atap dan meluncur menuruni setengah bagiannya, lalu melakukan lompatan terbang lagi ke atap berikutnya. Di bawah sana, beberapa tentara sudah terburu-buru kembali ke dekat kereta. Mungkin akhirnya mereka sadar, ini semua cuma pengalih perhatian. Akhirnya, aku tidak menatap stasiun lagi ketika aku melompat
lagi ke atap lain. Dua blok telah kulewati. Lalu ada ledakan. Asap terang yang dahsyat bergulunggulung jauh di jalur rel kereta, dan bahkan bagian atap yang mantap kupijak ikut bergetar. Efek itu membuatku kehilangan keseimbangan dan jatuh berlutut. Itu ledakan yang Pascao bilang. Sejenak aku merasa berada di neraka.
Aku termenung sejenak. Banyak tentara akan segera ke sana ini berbahaya, tapi jika tugasku adalah membiarkan Republik tahu aku masih hidup, lebih baik kupastikan diriku terlihat oleh sebanyak mungkin orang. Aku kembali menjejak keras dan berlari lebih kencang sembari memasukkan rambutku lagi ke dalam topi. Para tentara di bawah telah terbagi menjadi dua kelompok: satu berderap ke arah ledakan, satunya lagi melanjutkan memburuku.
Mendadak aku tergelincir dan berhenti. Para tentara berlari cepat, tepat melewati bangunan tempatku berada. Aku meluncur turun dari atap dan
botku kini menapak di pijakan kaki di dinding, selangkah demi selangkah. Aku melompat ke trotoar. Mungkin para tentara baru saja sadar mereka kehilangan aku, tapi aku sudah melebur dengan kegelapan jalanan. Sekarang, aku berlari mantap di sepanjang jalan, seolah-olah aku juga tentara. Aku menuju kereta.
Hujan es turun lebih deras. Nyala api yang dihasilkan ledakan tadi menyinari langit malam. Aku cukup dekat dengan kereta untuk bisa mendengar teriakan dan derap langkah kaki. Apa Pascao dan yang lain berhasil keluar dengan selamat" Kupercepat langkahku. Sosok tentaratentara lain menjadi jelas di tengah hujan es, dan dengan halus aku bergabung dalam barisan bersama mereka saat kami berlari pelan di sepanjang sisi kereta. Mereka terburuburu menuju arah api.
Apa yang terjadi" salah satu dari mereka berteriak ke yang lain.
Tidak tahu aku mendengar bunyi ledakan dari arah muatan.
Mustahil! Seluruh gerbong dilindungi
Seseorang, segera hubungi Komandan DeSoto. Kelompok Patriot sudah bergerak beri tahu Elector mereka
Mereka terus berderap; aku melewatkan setengah bagian kalimat itu. Langkahku berangsur-angsur melambat sampai aku berada di belakang barisan, kemudian aku bergerak cepat ke celah di antara dua gerbong. Semua tentara yang bisa kulihat masih menuju arah nyala api. Yang lainnya berada di area tempatku menjatuhkan bom debu, dan yang mengejarku mungkin masih kebingungan menyisir jalanan yang tadi kulewati. Aku menunggu sampai aku yakin tak ada seorang pun di dekatku, lalu aku keluar dari celah antara dua gerbong dan berlari di sepanjang sisi yang berlawanan dengan jalur rel tempat para tentara berada. Kubiarkan rambutku tergerai lagi. Sekarang, aku hanya perlu memilih saat yang tepat untuk menampakkan diri
Ada tanda kecil di setiap gerbong yang kulalui. Batu bara. Senapan yang bisa dilacak. Amunisi. Makanan. Aku tergoda untuk berhenti di gerbong terakhir itu, tapi itu hanya insting diriku yang dulu. Kuingatkan diri bahwa aku tidak lagi mengais sampah di jalanan untuk mendapatkan makanan dan bahwa kelompok Patriot punya dapur penuh makanan di markas besar mereka. Kupaksa diriku jalan terus. Ada lebih banyak tanda. Lebih banyak perbekalan medan perang.
Lalu, aku melewati tanda yang memaksaku berhenti. Tangan dan kakiku gemetar. Segera saja aku berlari kembali untuk melihat gerbong bertanda itu lagi, kalau-kalau aku cuma berkhayal.
Tidak. Tanda itu ada di sana, tercetak timbul di logam. Tanda yang akan selalu kukenali di mana pun.
Tanda X bergaris. Pikiranku berputar aku melihat simbol dari cat semprot yang menghiasi pintu rumah ibuku, patroli wabah berjalan dari rumah ke rumah di Lake, Eden dibawa pergi. Tidak mungkin simbol ini memiliki arti lain selain fakta bahwa adikku, atau sesuatu yang berhubungan dengannya, berada di kereta ini. Seluruh ketertarikanku pada rencana Patriot lenyap dari kepalaku. Eden mungkin di sini.
Bisa kukatakan bahwa dua pintu geser ala mobil di gerbong itu terkunci. Jadi, aku mundur beberapa langkah, lalu berlari ke arahnya. Saat aku cukup dekat, aku melompat, mengambil tiga langkah cepat ke sisi pintu, mencengkeram tepi atasnya, dan menarik tubuhku ke atas.
Ada segel logam berbentuk lingkaran di tengah atap gerbong yang kemungkinan digunakan untuk mengakses bagian dalam. Aku merangkak di atasnya, menyapukan jemariku di sepanjang tepinya, dan menemukan empat gerendel yang menahan segel itu. Buru-buru aku membuka gerendel itu untuk melonggarkan segelnya. Para tentara bisa kembali kapan saja sekarang. Kudorong segel itu dengan seluruh kekuatan yang kupunya. Segel itu bergeser membuka sedikit, hanya cukup bagiku untuk melompat
Aku mendarat dengan bunyi gedebuk pelan. Di sini cukup gelap sehingga mulanya aku tidak bisa melihat apaapa. Aku menjulurkan tangan dan menyentuh apa yang terasa seperti permukaan kaca bundar. Perlahanlahan aku mulai mengenali sekelilingku.
Aku berdiri di depan tabung kaca yang hampir setinggi dan selebar gerbong ini, dengan penutup logam pada bagian atas dan bawahnya. Tabung itu memancarkan cahaya biru yang sangat lemah. Satu sosok mungil berbaring di lantai dalam tabung, dengan pipa terjulur dari salah satu lengannya. Aku langsung tahu dia seorang anak laki-laki. Rambutnya pendek dan bersih, ikal halus berantakan. Dia mengenakan jumpsuit putih yang membuatnya menonjol dalam kegelapan.
Suara dengung keras di telingaku memblokir suara apa pun. Itu Eden. Itu Eden. Itu pasti dia. Aku mendapat kejutan aku tak percaya keberuntunganku. Dia di sini, aku telah menemukannya di tempat yang sangat terpencil ini dari seluruh daratan Republik yang luas, dalam suatu kebetulan gila. Aku bisa membawanya pergi. Kami bisa kabur ke Koloni lebih cepat dari yang kuperkirakan. Kami bisa kabur malam ini.
Aku berlari cepat ke tabung itu dan mengetukkan kepalan tanganku ke kacanya, setengah berharap kaca itu akan pecah meskipun aku tahu setidaknya kaca itu terbuat dari lapisan tebal dan hampir pasti tahan peluru. Sesaat aku tak yakin dia bisa mendengar ketukanku, tapi kemudian matanya terbuka. Mata itu menatap sekeliling dengan cepat dalam tatapan aneh dan tak fokus sebelum terpaku padaku.
Butuh waktu lama bagiku untuk menyadari bahwa anak itu bukan Eden.
Kekecewaan pahit menyengat lidahku. Anak itu sangat mungil, umurnya hampir sebaya dengan adikku sampai aku tak bisa berhenti membayangkan wajah Eden. Ada anak lain yang juga ditandai wabah tidak
satunya di negeri ini. Selama beberapa saat, aku dan anak itu hanya saling tatap. Kupikir dia bisa melihatku, tapi tampaknya dia tak bisa memfokuskan pandangan; dia terus mengerjap dengan cara yang mengingatkanku pada rabun jauh Tess. Eden. Aku teringat betapa iris matanya berdarah gara-gara wabah itu .... Dari cara anak ini berusaha mengira-ngira posisiku, bisa kukatakan dia hampir sepenuhnya buta. Gejala yang mungkin dialami adikku juga.
Mendadak sikapnya berubah total dari keadaan tak sadarnya. Dia merangkak mendekatiku secepat yang dia bisa. Ditekannya kedua tangan ke kaca. Matanya pucat, cokelat buram, bukan hitam menyeramkan seperti Eden waktu terakhir aku melihatnya. Namun, setengah bagian bawah iris mata anak ini berwarna ungu gelap karena darah. Apa itu berarti anak ini bahwa Eden membaik, karena darahnya mengering, atau memburuk, karena darahnya mengalir" Terakhir kali aku melihatnya, iris mata Eden telah sepenuhnya dipenuhi darah.
Siapa di situ" tanya anak itu. Kaca meredam suaranya. Pandangannya masih tidak bisa fokus padaku, bahkan dalam jarak sedekat ini.
Aku pun tersadar. Seorang teman, sahutku serak. Aku akan menolongmu keluar. Mendengar itu, matanya melotot segera saja harapan mekar di wajah mungilnya. Tanganku menyusuri kaca itu, mencari sesuatu apa pun yang bisa membuka tabung sialan ini. Bagaimana mengoperasikan benda ini" Apakah aman"
Dengan panik, anak itu menggedor-gedor kaca. Dia ketakutan. Tolong aku! teriaknya, suaranya bergetar. Keluarkan aku tolong keluarkan aku dari sini!
Kata-katanya meremukkan hatiku. Apa ini yang Eden lakukan, ketakutan dan buta, menungguku di dalam gerbong gelap begini untuk datang menyelamatkannya" Aku harus mengeluarkan anak ini.
Dik. Oke" Jangan panik. Siapa namamu" Keluargamu dari kota mana"
Air mata mulai mengalir di wajah anak itu. Namaku Sam Vatanchi keluargaku di Helena, Montana. Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Mereka tak tahu ke mana aku pergi. Bisakah kau beri tahu mereka aku ingin pulang" Bisakah kau
Tidak, aku tidak bisa. Aku sangat tidak berdaya. Aku ingin meninju dinding logam gerbong ini. Akan kulakukan apa yang kubisa. Bagaimana cara membuka tabung ini" tanyaku lagi. Amankah kalau ini dibuka"
Takut-takut, anak itu menunjuk sisi lain tabung. Bisa kukatakan dia berusaha keras menahan rasa takutnya. Oke oke. Dia berhenti sejenak dalam usaha untuk berpikir. Um, aman, kok. Kurasa. Mereka mengetikkan sesuatu di sana, sahutnya. Aku bisa dengar bunyi bip yang membuat tabung ini terbuka.
Aku bergegas menuju arah yang dia tunjuk. Cuma imajinasiku, atau aku mendengar sayup-sayup suara derap sepatu bot di trotoar"
Ini semacam layar kaca, kataku. Kata TERKUNCI berwarna merah membentang di sana. Aku kembali ke anak itu dan mengetuk kaca. Matanya berputar juling ke arah suara ketukanku. Apa ada kata kuncinya" Bagaimana mereka mengetiknya"
Nggak tahu! Anak itu mengangkat kedua tangannya; kata-katanya berubah menjadi isakan. Tolonglah
Sialan, dia benar-benar mengingatkanku pada Eden. Air matanya membuat mataku sendiri membasah. Ayolah, bujukku, berjuang agar kata-kataku terdengar kuat. Harus tetap terkontrol. Pikirkan. Ada cara lain yang membuat benda ini terbuka di samping tomboltombol huruf itu"
Dia menggeleng. Nggak tahu. Aku nggak tahu! Aku sudah bisa bayangkan apa yang akan Eden katakan jika dia dalam posisi anak ini. Dia akan
layaknya mekanik kecil. Sesuatu seperti, Kau punya mata pisau yang tajam" Coba temukan pemicu manualnya!
Kuatkan dirimu. Kutarik pisau yang selalu ada di ikat pinggangku. Aku telah melihat Eden memisahkan komponen barang-barang elektronik dan menyusun ulang semua kabel di dalamnya, juga papan sirkuitnya. Mungkin aku harus mencoba hal yang sama.
Kutempatkan pisau di celah kecil yang ada di sepanjang pinggiran tombol huruf dan dengan hati-hati kutekan sedikit. Saat tak ada hasilnya, aku menekan lebih keras sampai pisaunya bengkok. Tidak ada gunanya.
Terlalu rapat, gumamku. Seandainya June ada di sini. Mungkin dia bisa mengetahui cara kerja benda ini dalam setengah detik.
Anak itu dan aku menghabiskan beberapa saat singkat dalam keheningan. Dagunya menempel ke dada dan matanya terpejam. Dia tahu, tak ada cara membuka tabung ini.
Aku harus menyelamatkannya. Aku harus menyelamatkan Eden. Pemikiran itu membuatku ingin menjerit.
Ini bukan imajinasiku aku betul-betul mendengar para tentara mendekat. Mereka pasti sedang memeriksa kompartemen. Beri tahu aku, Sam, kataku. Apa kau masih sakit" Apa yang mereka lakukan padamu"
Anak itu mengusap hidungnya. Cahaya harapan telah lenyap dari wajahnya. Siapa kau"
Seseorang yang ingin menolong, bisikku. Semakin banyak yang kau ceritakan padaku, semakin mudah bagiku mengurus hal ini.
Aku tidak sakit lagi, sahut Sam terburu-buru, seolah dia tahu kami kehabisan waktu. Tapi mereka bilang, ada sesuatu dalam darahku. Mereka menyebutnya virus yang tertidur. Dia berhenti untuk berpikir. Mereka memberiku obat agar aku tidak sakit
memohon padaku untuk menyelamatkannya. Tiap kali kereta ini berhenti, mereka mengambil sampel darah dariku.
Kau tahu kota mana saja yang sudah kau singgahi"
Entahlah .... Aku pernah dengar nama Bismarck .... Suaranya menghilang sementara dia berpikir. Dan Yankton"
Keduanya adalah kota medan perang di Dakota. Aku memikirkan kendaraan yang mereka gunakan untuk anak ini. Kemungkinan mereka menggunakan kereta untuk mempertahankan lingkungan yang steril, jadi orang bisa masuk dan mengambil sampel darah, lalu mencampurnya dengan apalah yang mengaktifkan virus tertidur itu. Pipa di lengannya mungkin cuma untuk menyalurkan makanan.
Kemungkinan besar mereka menggunakan dia sebagai senjata biologis untuk melawan Koloni. Dia telah dijadikan kelinci percobaan. Seperti Eden. Pikiran bahwa adikku dikirim seperti paket begini nyaris membuatku terpuruk.
Setelah ini mereka akan membawamu ke mana" Nggak tahu! Aku cuma ... ingin pulang! Pasti ke suatu tempat di medan perang. Aku hanya bisa membayangkan betapa banyak korban lain yang diarak naik turun di garis depan medan perang. Kubayangkan dalam pikiranku, Eden meringkuk di salah satu kereta seperti ini.
Anak itu mulai meratap lagi, tapi kupaksa diriku menyelanya. Dengarkan aku apa kau tahu anak lakilaki bernama Eden" Pernahkah kau dengar nama itu disebutkan di suatu tempat"
Tangisannya semakin keras. Nggak aku nggak tahu siapa !
Aku tak bisa berada di sini lebih lama. Entah bagaimana aku berhasil mengalihkan pandangan dari anak itu dan berlari ke pintu geser gerbong. Sekarang, suara langkah kaki para tentara terdengar lebih keras mereka pasti tidak lebih dari lima atau enam gerbong
Aku harus pergi. Rasanya menyakitkan sekali harus mengatakan itu.
Anak itu mulai menangis lagi. Tangannya menggedorgedor kaca tebal tabung itu. Tidak! Suaranya pecah. Aku telah memberitahumu semua yang aku tahu tolong jangan tinggalkan aku di sini!
Aku tak tahan mendengarkan lebih lama. Kupaksa diriku menaiki gerendel samping salah satu pintu geser dan mendekat ke atap gerbong untuk mencengkeram pinggiran segel lingkaran di atas. Kutarik diriku keluar kembali ke langit malam, kembali ke hujan es yang menyengat mata dan melecutkan es di wajah. Aku berjuang keras untuk mengembalikan ketenanganku. Aku sangat malu pada diriku sendiri. Anak itu telah memberiku semua informasi yang dia punya, dan begini aku membalasnya" Dengan kabur untuk menyelamatkan hidupku"
Para tentara menginspeksi gerbong-gerbong sekitar lima belas meter jauhnya dari sini. Kugeser segel itu kembali ke tempatnya dan merayap sambil tengkurap rapat di atap sampai aku mencapai tepi gerbong. Aku berayun turun dan mendarat di tanah.
Sosok Pascao muncul dari bayang-bayang, mata kelabu pucatnya bercahaya dalam kegelapan. Dia pasti mencaricari aku. Kenapa kau di sini" bisiknya. Seharusnya kau terlihat di dekat ledakan, kan" Habis dari mana kau"
Aku sedang tidak ingin bermanis-manis. Tidak sekarang, bentakku sambil mulai berlari di sebelah Pascao. Saatnya kembali ke terowongan bawah tanah kami. Segalanya berdesing melewati kami dalam kabut yang seperti mimpi.
Pascao membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi dia ragu saat melihat wajahku. Akhirnya, dia tidak jadi bicara.
Errr ..., dia mulai lagi, kali ini lebih tenang, yah, yang kau lakukan cukup bagus. Kemungkinan rumor akan menyebar bahwa kau hidup, bahkan tanpa semua kembang api ekstra itu. Larimu di atap tadi benar-benar mengagumkan. Akan kita lihat besok pagi bagaimana
Saat aku tidak menyahut, dia menggigit bibir dan terdiam.
Aku tak punya pilihan selain menunggu sampai Razor selesai dengan pembunuhannya sebelum mereka bisa menolongku menyelamatkan Eden. Kemarahan pada sang Elector muda mulai bangkit dan membengkak dalam diriku. Aku benci kau. Aku benci kau sampai ke tulang sumsum, dan aku bersumpah aku akan menyarangkan peluru ke tubuhmu begitu aku dapat kesempatan. Untuk pertama kalinya sejak bergabung dengan Patriot, akhirnya aku merasa bersemangat dengan pembunuhan itu. Aku akan melakukan apa pun untuk memastikan Republik tak bisa menyentuh adikku lagi.
Di tengah-tengah kekacauan api yang membara dan teriakan para pasukan, kami menyelinap ke sisi lain kota dan kembali ke pelukan malam.[]
Kurang dari dua hari lagi sebelum pembunuhan Elector yang sesungguhnya. Tiga puluh jam bagiku untuk menghentikan itu.
Matahari baru saja terbenam saat Elector, bersama enam Senator dan setidaknya empat pasukan patroli penjaga (48 tentara), naik kereta api menuju kota medan perang Pierra. Aku ikut bersama mereka. Ini pertama kalinya aku pergi sebagai penumpang, bukan sebagai napi, jadi malam ini aku mengenakan baju ketat hangat untuk musim dingin dan sepatu kulit lembut (tidak berhak dan bagian jempolnya tidak terbuat dari baja, jadi aku tak bisa menggunakannya sebagai senjata) dan jubah wol bertudung yang warnanya merah tua dengan hiasan garis perak. Tidak ada borgol lagi. Anden bahkan memastikan aku punya sarung tangan (dari kulit lembut, berwarna hitam dan merah). Untuk pertama kalinya sejak tiba di Denver, jarijariku tidak terasa dingin. Rambutku seperti biasa, bersih
sudah dibuat senyaman mungkin, kepalaku terasa berat dan otot-ototku sakit.
Semua lampu di sepanjang peron stasiun padam, dan tak ada seorang pun terlihat selain rombongan Elector. Kami naik kereta dalam keheningan total. Kemungkinan, perubahan rute mendadak Anden dari Lamar ke Pierra adalah sesuatu yang kebanyakan Senator tidak tahu.
Para penjagaku menggiring aku ke gerbong pribadi. Gerbong itu sangat mewah sehingga aku tahu aku di sini hanya karena perintah Anden.Panjangnya dua kali gerbong biasa (luasnya 274 meter persegi, dengan enam tirai beledu dan potret Anden digantung di dinding sebelah kanan). Para penjaga memimpinku ke meja di tengah gerbong, lalu menarik kursi untukku duduk. Aneh, aku merasa tidak ada kaitannya dengan semua ini seolah-olah semua ini tidak nyata seolah-olah aku masih berada tepat di tempatku dulu, seorang gadis kaya bagian dari kalangan elite Republik.
Jika kau butuh sesuatu,beri tahu kami, salah satu dari penjaga itu berkata. Dia terdengar sopan, tapi kekakuan di rahangnya menunjukkan betapa gugupnya dia berada di sekitarku.
Tidak ada suara sekarang, kecuali derak halus kereta di rel.Kucoba tidak langsung memusatkan perhatian pada para tentara,tapi dari sudut mataku,aku memperhatikan mereka lekat-lekat.Apa ada anggota Patriot yang menyamar sebagai tentara di kereta ini" Kalau ada, apa mereka mencurigai kesetiaanku yang telah berpindah"
Kami menunggu dalam keheningan pekat. Salju mulai turun lagi,menumpuk di sudut luar jendelaku.Gelung salju putih menghiasi kaca, mengingatkanku pada pemakaman Metias pada gaun putihku, setelan putih Thomas yang mengilap, bunga lili putih dan karpet putih.
Kecepatan kereta bertambah. Kucondongkan tubuh ke jendela sampai pipiku hampir menyentuh kaca dingin, tanpa suara memperhatikan saat kami mendekati dinding menjulang Armor yang mengelilingi Denver.Bahkan,dalam kegelapan aku bisa melihat terowongan-terowongan kereta yang dibangun di Armor. Beberapa di antaranya
lainnya tetap terbuka sehingga angkutan malam bisa melewatinya. Kereta kami meluncur cepat ke salah satu dari terowongan-terowongan itu kutebak kereta yang meninggalkan ibu kota tidak perlu berhenti untuk inspeksi, terutama jika Elector telah memberi izin.Sementara kami meninggalkan dinding raksasa itu, kulihat sebuah kereta yang akan masuk ibu kota melambat untuk diinspeksi di pos pemeriksaan.
Kami terus melaju, melebur dengan malam. Deretan bangunan pencakar langit yang rusak karena hujan di sektor-sektor kumuh berkelebat di jendela,pemandangan yang sekarang familier tentang bagaimana orang-orang tinggal di pinggiran kota. Aku terlalu lelah untuk memperhatikan detail. Pikiranku tertuju pada apa yang Anden katakan padaku semalam, yang menggiringku kembali pada masalah tanpa akhir tentang bagaimana memperingatkan Anden dan menjaga Day tetap aman pada saat bersamaan. Kelompok Patriot akan tahu aku mengkhianati mereka kalau aku terlalu cepat memberi tahu Anden rencana pembunuhan itu. Aku harus mengatur waktu untuk langkah-langkahku sehingga aku bisa membuat beberapa perubahan pada rencana itu tepat sebelum pembunuhannya dilakukan, saat aku dengan mudah bisa berkomunikasi dengan Day.
Kuharap aku bisa memberi tahu Anden sekarang. Menceritakan segalanya padanya,menyelesaikan semuanya. Di dunia tanpa Day, itulah yang akan kulakukan. Di dunia tanpa Day, banyak hal akan berbeda. Kuingat kembali mimpi-mimpi buruk yang kualami,juga bayangan tentang Razor menembak dada Day yang terus menghantuiku.Cincin penjepit kertas terasa berat di jariku. Lagi, kuletakkan dua jari di dahi. Jika Day tidak menangkap isyaratku yang pertama, kuharap dia melihat yang ini. Para penjaga tidak berpikir aku melakukan sesuatu yang tidak biasa; kelihatannya aku hanya mengistirahatkan kepala.
Gerbong berguncang ke satu sisi dan gelombang rasa pusing menyapuku.Mungkin flu yang menyerangku kalau
memengaruhi logikaku. Tetap saja, aku tidak minta obat atau diperiksa dokter. Obat menghalangi sistem imun yang sebenarnya,jadi aku selalu lebih memilih melawan penyakit sendiri (yang membuat Metias sangat gusar).
Kenapa banyak sekali pikiran yang menuntunku kembali pada Metias"
Suara jengkel seorang pria mengalihkanku dari pikiran yang berkelana. Aku menoleh dari jendela, kembali menatap bagian dalam gerbong. Kedengarannya seperti pria tua. Aku duduk lebih tegak di kursiku sehingga dari jendela kecil di pintu gerbong, aku bisa melihat dua sosok berjalan ke arah gerbongku. Salah satunya adalah pria yang baru kudengar, pria pendek gempal dengan janggut kelabu berantakan dan hidung kecil bulat. Yang satunya lagi adalah Anden. Susah payah aku mendengar apa yang mereka bicarakan mulanya, yang berhasil kudengar hanyalah potongan-potongan percakapan mereka,tapi katakata mereka menjadi lebih jelas ketika mereka beranjak mendekat ke gerbongku.
Tolonglah, Elector saya mengatakan ini demi kebaikan Anda sendiri. Aksi pemberontakan harus diberi hukuman keras. Kalau Anda tidak bereaksi dengan tepat, hanya soal waktu sebelum segalanya menjadi pergolakan.
Anden mendengarkan dengan sabar dengan kedua tangan di belakang punggung dan kepala condong ke arah pria itu. Terima kasih atas kepedulian Anda, Senator Kamion, tapi aku sudah memutuskan. Sekarang ini bukan saat yang tepat untuk menangani kerusuhan di Los Angeles dengan pasukan militer.
Kabar itu membuatku senang. Pria yang lebih tua merentangkan tangan dengan bahasa tubuh yang menunjukkan kekesalan. Desak orang-orang itu agar menurut. Anda harus melakukan itu sekarang juga,Elector.Tunjukkan keinginan Anda.
Anden menggeleng. Itu malah akan membuat mereka menggila,Senator.Menggunakan pasukan mematikan sebelum aku punya kesempatan memublikasikan semua perubahan yang ada di pikiranku" Tidak.Aku tak akan mengeluarkan perintah semacam itu. Itulah keinginanku.
meletakkan sebelah tangan di siku Anden. Publik sudah sangat marah pada Anda, dan kemurahan hati Anda akan tampak seperti kelemahan tidak hanya dari luar, tapi juga dari dalam. Pengelola Ujian di LA sudah komplain karena kurangnya respons kita para pengunjuk rasa telah memaksa mereka membatalkan beberapa hari tes yang berharga.
Mulut Anden mengatup menjadi segaris tegas. Kukira Anda tahu apa yang kupikirkan tentang Ujian, Senator.
Saya tahu, sahut Senator,merengut. Itu untuk diskusi lain kali. Tapi, kalau Anda tidak mengeluarkan perintah yang mengizinkan kami menghentikan pemberontakan, saya bisa jamin Anda akan mendapat celaan dari Senat dan dari kelompok-kelompok patroli Los Angeles.
Anden berhenti sejenak untuk mengangkat sebelah alis ke arah pria itu. Begitukah" Maaf. Aku punya kesan bahwa Senat dan militer kita mengerti betul seberapa besar wewenang kata-kataku.
Sang Senator mengusap keringat dari dahinya. Yah, itu tentu saja Senat akan tunduk pada keinginan Anda, Sir, tapi saya hanya bermaksud yah
Bantu aku meyakinkan para Senator lain bahwa ini bukan waktu yang tepat bagi kita untuk menyerang publik. Anden berhenti untuk menghadapi pria itu dan menepuk bahunya. Aku tak ingin punya musuh di Kongres,Senator. Aku ingin rekan Anda sesama anggota Kongres, juga mahkamah nasional, menghormati keputusanku seperti yang mereka lakukan pada keputusankeputusan ayahku.
Menggunakan pasukan mematikan untuk menumpas para pemberontak hanya akan menghasut kemarahan yang lebih besar terhadap negara.
Tapi, Sir Anden berhenti di depan gerbongku. Kita akan menyelesaikan diskusi ini nanti, ujarnya. Aku lelah. Meskipun sahutannya teredam oleh pintu di antara kami, aku bisa mendengar kekuatan tak terbantahkan dalam katakatanya.
Sang Senator menggumamkan sesuatu dan
berbalik dan buru-buru angkat kaki. Anden memperhatikannya pergi, kemudian membuka pintu gerbongku. Para penjaga memberi hormat padanya. Kami saling mengangguk.
Aku datang untuk memberi tahu syarat-syarat pembebasanmu,June. Anden bicara padaku dengan formalitas yang terasa jauh,barangkali gara-gara percakapan dinginnya barusan dengan Senator itu. Ciumannya tadi malam terasa seperti halusinasi. Meskipun begitu, menatapnya memberiku rasa nyaman yang aneh, dan kudapati diriku menjadi rileks di kursiku seolah-olah aku sedang bersama teman la-ma. Semalam kami mendapat kabar,ada serangan di Lamar. Sebuah kereta hancur dalam ledakan kereta yang seharusnya kutumpangi.Aku tak tahu akhirnya siapa yang dianggap bertanggung jawab, dan kami gagal menangkap satu pun penyerangnya, tapi kami berasumsi itu kelompok Patriot. Saat ini kami punya tim untuk memburu mereka.
Senang bisa membantu, Elector, kataku. Kedua tanganku saling menggenggam erat di pangkuan,mengingatkanku pada kelembutan mewah sarung tanganku.Haruskah aku merasa sangat aman dan nyaman di gerbong elite ini, sementara Day mungkin dalam pelarian bersama Patriot"
Kalau kau teringat detail-detail yang lain,Miss Iparis, jangan sungkan memberitahukannya. Sekarang, kau kembali pada Republik; kau salah satu dari kami, dan kujamin kau tidak perlu takut pada apa pun. Saat kita tiba di Pierra, catatan riwayatmu akan dibersihkan. Secara pribadi aku akan mengusahakan kau dikembalikan ke pangkatmu sebelumnya meskipun kau akan ditempatkan di patroli kota yang berbeda. Anden mendekatkan sebelah tangan ke mulut dan berdeham. Aku telah merekomendasikanmu untuk tim Denver.
Terima kasih, sahutku pelan. Anden jatuh tepat ke jebakan Patriot.
Beberapa Senator merasa kami terlalu murah hati padamu, tapi semuanya setuju bahwa kau adalah harapan terbaik kami untuk melacak pemimpin Patriot. Anden
mereka akan berusaha menyerang lagi, dan aku ingin kau memimpin orang-orangku dalam menghalangi seranganserangan lain di masa depan.
Anda terlalu baik, Elector. Saya tersanjung, sahutku, setengah menundukkan kepala. Dan, jika Anda tidak keberatan saya bertanya, apakah anjing saya akan diampuni juga"
Anden tertawa kecil. Saat ini anjingmu dipelihara di ibu kota; dia akan menunggumu saat kau tiba.
Selama beberapa saat, aku menatap mata Anden. Pupilnya membesar dan pipinya memerah sedikit.
Saya bisa lihat kenapa Senat tidak begitu senang dengan kemurahan hati Anda, akhirnya aku berkata. Tapi, memang benar bahwa tak ada seorang pun yang bisa menjaga keamanan Anda sebaik saya. Aku butuh satu menit sendirian bersamanya. Tapi, pasti ada alasan lain kenapa Anda sangat baik pada saya. Benar, kan"
Anden menelan ludah dan menengadah menatap potretnya sendiri. Mataku bergerak cepat ke para tentara yang berdiri di pintu gerbong.Seolah tahu yang kupikirkan, Anden melambaikan sebelah tangan ke para tentara, lalu memberi isyarat ke atas,ke arah kamera di gerbong ini.Para tentara pergi,dan sesaat kemudian,cahaya merah di kamera itu mengedip mati.Untuk pertama kalinya,tak ada seorang pun melihat kami. Kami benar-benar sendirian.
Kenyataannya, Anden melanjutkan, kau sangat populer di masyarakat. Jika rumor tersebar bahwa genius paling berbakat di Republik dihukum karena memberontak atau bahkan diturunkan pangkatnya karena tidak setia yah,kau bisa lihat betapa buruknya hal itu akan menurunkan pamor Republik. Dan aku. Bahkan, Kongres pun tahu itu.
Tanganku mengepal di pangkuan. Senat pendukung ayahmu dan kau punya kode-kode moral yang sedikit berbeda, kataku, memikirkan percakapan yang kucuri dengar antara Anden dan Senator Kamion beberapa saat lalu. Atau begitulah yang kukira.
Diamenggelengkan kepala dan tersenyumpahit. Bisa dibilang begitu.
Anden mengangguk. Dia tidak tampak kaget aku menguping percakapannya. Ujian adalah cara yang ketinggalan zaman untuk memilih yang terbaik dan paling cemerlang di negeri ini.
Sangat aneh mendengar hal itu keluar dari mulut sang Elector sendiri. Kenapa Senat sangat berniat mempertahankan Ujian" Apa investasi mereka di situ"
Anden mengangkat bahu. Ceritanya panjang. Dulu, waktu pertama kali Republik menerapkan Ujian,sistemnya ... agak berbeda.
Aku mencondongkan tubuh. Aku tak pernah dengar cerita apa pun tentang Republik yang tidak disaring untuk disampaikan di sekolah-sekolah negara ini atau di sistem informasi publik dan sekarang Elector sendiri hendak menceritakan salah satunya padaku.
Bagaimana bedanya" tanyaku.
Ayahku ...sangat karismatik. Akhirnya,Anden terdengar agak defensif.
Jawaban yang aneh. Aku yakin beliau punya caracaranya sendiri, kataku, berhati-hati agar tetap netral.
Anden melipat lengan dan kembali bersandar. Aku tak suka Republik jadi begini, katanya, menyusun setiap kata perlahan-lahan dan penuh pertimbangan. Tapi, aku tak bisa bilang aku tidak mengerti kenapa semuanya seperti ini. Ayahku punya alasan untuk melakukan apa yang telah beliau lakukan.
Keningku berkerut. Membingungkan. Bukannya aku baru dengar dia mendebat kata-kata Senator untuk mengambil tindakan keras terhadap para pemberontak" Apa maksudmu"
Anden membuka dan menutup mulutnya seolah dia sedang berusaha menemukan kata-kata yang tepat. Sebelum ayahku menjadi Elector, Ujian bersifat sukarela. Dia berhenti sejenak saat mendengarku menahan napas. Hampir tak ada yang tahu itu sudah lama sekali.
Ujian pernah bersifat sukarela. Gagasan itu sepenuhnya asing bagiku. Kenapa beliau mengubahnya" tanyaku.
Seperti yang sudah kubilang, ceritanya panjang. Kebanyakan orang takkan pernah tahu kebenaran tentang
rambut keritingnya, lalu menopangkan sebelah siku di ambang jendela. Kau ingin tahu"
Pertanyaan yang benar-benar retoris.Di balik kata-kata Anden terdapat rasa kesepian yang jelas. Aku tak pernah memikirkan ini sebelumnya,tapi sekarang aku sadar,mungkin akulah satu-satunya orang yang pernah diajak bicara dengan bebas olehnya. Kucondongkan tubuh ke depan, mengangguk, dan menunggunya melanjutkan.
Awalnya Republik dibentuk di tengah-tengah krisis terburuk yang Amerika Utara dan dunia,sebenarnya pernah saksikan, dia memulai. Banjir telah menghancurkan pesisir timur Amerika, dan jutaan orang dari timur tumpah ruah ke barat terlalu banyak untuk ditampung. Tidak ada pekerjaan, tidak ada makanan, tidak ada tempat berteduh. Negara menjadi gila karena kepanikan dan ketakutan. Pemberontakan tak terkendali. Para pengunjuk rasa menyeret tentara, polisi, dan penjaga perdamaian keluar dari mobil mereka, lalu menghajar mereka sampai mati atau membakar mereka. Setiap toko dijarah, setiap jendela dirusak. Dia menghela napas panjang. Pemerintah federal berusaha sebaik mungkin untuk mempertahankan keteraturan, tapi bencana yang susul-menyusul membuat hal itu menjadi tidak mungkin. Mereka tak punya uang untuk menangani seluruh krisis ini. Semuanya menjadi anarki mutlak.
Ada saat ketika Republik tidak bisa mengendalikan rakyatnya" Mustahil. Sulit bagiku membayangkannya, sampai kusadari bahwa Anden mungkin merujuk kepada pemerintahan Amerika Serikat yang lama alih-alih pemerintahan Republik saat ini.
Lalu, Elector pertama kita merebut kekuasaan. Dia prajurit militer muda, hanya beberapa tahun lebih tua dari umurku sekarang, dan cukup ambisius untuk mendapatkan dukungan dari pasukan tentara di barat yang merasa tidak puas. Dia mendeklarasikan Republik sebagai negara sendiri, melepaskan diri dari Union Amerika Serikat, dan menempatkan daratan bagian barat di bawah hukum perang. Tentara boleh menembak semaunya, dan setelah melihat rekan-rekan mereka disiksa dan dibunuh di
kekuasaan baru tersebut. Keadaan menjadi kami versus mereka militer versus rakyat. Anden menunduk menatap sepatu tanpa talinya yang mengilap, seakan dia merasa malu. Banyak orang terbunuh sebelum para tentara dapat mengendalikan Republik.
Mau tak mau aku bertanya-tanya, apa yang akan Metias, atau orangtuaku, pikirkan tentang hal ini" Akankah mereka setuju" Akankah mereka memaksakan keteraturan atas kekacauan yang ada"
Bagaimana dengan Koloni" tanyaku. Apa mereka memperoleh keuntungan dari semua ini"
Pada saat itu, setengah bagian timur Amerika Utara bahkan lebih buruk lagi.Setengah daratan mereka terendam air.Waktu Elector pertama Republik menyegel perbatasan, rakyat mereka tak punya tempat untuk mengungsi. Karena itulah mereka mendeklarasikan perang terhadap kita. Anden menegakkan tubuh. Setelah semua ini, Elector bersumpah tak akan membiarkan Republik jatuh dengan cara seperti itu lagi, jadi dia dan Senat memberi militer tingkat kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal itu bertahan sampai hari ini.Ayahku dan Elector- Elector sebelum dia telah memastikan segalanya tetap seperti itu.
Dia menggelengkan kepala dan mengusap wajah dengan tangannya sebelum melanjutkan, Seharusnya Ujian diadakan untuk mendorong kerja keras dan fisik yang atletis demi memproduksi lebih banyak orang berkualitas militer dan berhasil. Tapi, Ujian juga digunakan untuk menyingkirkan yang lemah juga yang berjiwa pemberontak. Dan secara berangsur-angsur, Ujian juga digunakan untuk mengendalikan kelebihan populasi.
Yang lemah dan yang berjiwa pemberontak. Aku gemetar. Day masuk kategori kedua. Jadi, kau tahu apa yang terjadi pada anak-anak yang gagal dalam Ujian" tanyaku. Itu dilakukan untuk mengontrol kelebihan populasi"
Ya. Kening Anden berkerut saat dia berusaha menjelaskan. Pada awalnya,tujuan Ujian memang masuk akal. Ujian dimaksudkan untuk menjaring yang terbaik dan
waktu, terjadi perubahan. Ujian ditawarkan ke sekolahsekolah. Tapi, itu belum cukup untuk ayahku ... beliau hanya menginginkan yang terbaik untuk bertahan.Siapa pun,terus terang saja,dianggap menghabiskan ruang dan sumber daya. Ayahku selalu memberitahuku bahwa Ujian mutlak penting agar Republik bisa tumbuh subur. Dan, beliau mendapat banyak dukungan dari Senat karena mencetuskan perintah tersebut, khususnya setelah kita memenangi lebih banyak pertempuran karena hal itu.
Tanganku saling menggenggam sangat kuat di pangkuan sehingga mulai terasa kaku. Yah, apa menurutmu kebijakan-kebijakan ayahmu berhasil" tanyaku pelan.
Anden menundukkan kepala. Dia mencari kata-kata yang tepat. Bagaimana aku bisa menjawab itu" Kebijakankebijakan beliau memang berhasil. Ujian memang membuat pasukan kita lebih kuat. Tapi, apa itu menjadikan segala yang dilakukannya benar" Aku memikirkan itu sepanjang waktu.
Aku menggigit bibir,mendadak mengerti kebingungan yang pasti Anden rasakan. Cintanya pada ayahnya bertentangan dengan visinya untuk Republik.
Apa yang benar itu sifatnya relatif, ya kan" kataku. Anden mengangguk. Dalam beberapa hal, tidak penting kenapa semuanya dimulai,atau apakah hal itu mulanya benar. Intinya adalah: seiring waktu, hukum berkembang dan berubah. Awalnya Ujian bukan untuk anak-anak, juga tidak mengistimewakan yang kaya. Wabah .... Dia bimbang, lalu menghindari topik itu sama sekali. Publik marah, tapi Senat takut mengubah hal-hal yang mungkin bisa menyebabkan mereka kehilangan kendali lagi.Dan bagi mereka, Ujian adalah cara untuk meningkatkan kekuatan Republik.
Ada kesedihan mendalam di wajah Anden. Aku bisa mengerti rasa malu yang dia rasakan karena mewarisi sesuatu seperti itu.
Maaf, kataku dengan suara rendah. Kurasakan dorongan mendadak untuk menyentuh tangannya, menemukan cara untuk menghiburnya.
ragu-ragu. Aku bisa melihat jelas hasratnya kelemahannya yang berbahaya dan bahwa ia menginginkan aku. Kalau sebelumnya aku pernah ragu, sekarang aku tahu pasti. Dengan cepat aku berpaling, setengah berharap menatap pemandangan bersalju mungkin bisa meredakan panas di pipiku.
Beri tahu aku, bisiknya. Apa yang akan kau lakukan kalau kau jadi aku" Apa tindakan pertamamu kalau menjadi Elector Republik"
Aku menjawab tanpa ragu. Mendapatkan hati rakyat, kataku. Senat takkan punya kekuatan atas dirimu kalau publik bisa mengancam mereka dengan revolusi.Kau butuh dukungan rakyat, dan mereka butuh pemimpin.
Anden kembali bersandar di kursinya. Cahaya lampu gerbong yang hangat mengenai mantelnya, membingkai sosoknya dalam warna keemasan.Sesuatu dalam percakapan kami telah memberinya ilham; mungkin itu gagasan yang telah lama dia pikirkan.
Kau akan jadi Senator yang hebat, June, katanya. Kau akan jadi rekan baik untuk Electormu dan publik mencintaimu.
Pikiranku mulai berputar. Aku bisa tetap di sini, di Republik, dan membantu Anden. Menjadi Senator saat aku sudah cukup umur. Memperoleh hidupku kembali. Meninggalkan Day bersama Patriot. Aku tahu betapa egoisnya pikiran ini, tapi aku tidak bisa menghentikannya. Apa salahnya sih jadi egois" Pikirku pahit. Saat ini aku bisa langsung memberi tahu Anden segalanya tentang rencana Patriot tanpa peduli apakah kabar ini akan terdengar oleh Patriot atau apakah mereka akan menyakiti Day karenanya dan kembali ke kehidupan mewah dan aman sebagai pejabat elite pemerintah. Aku bisa menghormati kenangan akan kakakku dengan perlahan-lahan mengubah negeri ini dari dalam. Tidak bisakah"
Mengerikan. Kubuang fantasi gelap itu. Pikiran untuk meninggalkan Day dengan cara seperti itu,atau sepenuhnya mengkhianati dia, takkan pernah memeluknya lagi, takkan pernah melihatnya lagi, membuatku menggertakkan gigi karena merasa terluka. Kupejamkan mata sejenak dan
lembut.Tidak,aku takkan pernah bisa melakukannya. Aku tahu itu dengan keyakinan buta yang membuatku takut. Setelah segala yang kami berdua korbankan, jelas kami berhak untuk hidup atau apalah bersama setelah semua ini usai.Kabur ke Koloni, atau membangun kembali Republik" Anden menginginkan bantuan Day; kami semua bisa bekerja sama. Bagaimana aku bisa tahan berpaling dari cahaya di ujung terowongan" Aku harus kembali padanya. Aku harus memberi tahu Day semuanya.
Kulakukan apa yang pertama kali harus kulakukan. Kucoba merumuskan cara terbaik untuk memperingatkan Anden sekarang, selagi kami akhirnya sendirian. Tidak banyak yang bisa kukatakan saat ini. Terlalu banyak memberitahunya mungkin akan membuatnya melakukan sesuatu yang memberi petunjuk pada Patriot tentang pengkhianatanku.Tetap saja,kuputuskan untuk berusaha melakukan yang terbaik. Setidaknya, dia harus percaya padaku tanpa bertanya-tanya. Aku butuh dia di belakangku saat aku menyabotase perubahan rute kereta yang Patriot rencanakan.
Kau percaya padaku" Kali ini aku mengelus tangannya dengan tanganku.
Anden menegang, tapi tidak menarik diri. Matanya menyelidiki wajahku, barangkali bertanya-tanya apa yang melintas di kepalaku saat aku memejamkan mata. Mungkin aku harus menanyakan pertanyaan yang sama padamu, sahutnya, dengan senyum bimbang di bibirnya.
Kami berdua bicara dalam dua tingkat, merujuk pada rahasia bersama. Aku mengangguk padanya, berharap dia akan menganggap serius kata-kataku. Kalau begitu,lakukan apa yang kukatakan saat kita tiba di Pierra. Janji" Semua yang kukatakan.
Dia memiringkan kepala, alisnya berkerut kebingungan. Lalu, dia mengangkat bahu dan mengangguk setuju. Tampaknya dia mengerti aku sedang berusaha memberitahukan sesuatu tanpa mengatakannya keras-keras. Ketika waktunya tiba bagi kelompok Patriot untuk beraksi,kuharap Anden ingat janjinya ini.[]
A KU , P ASCAO , DAN P ARA BURONAN LAIN
menghabiskan setengah hari penuh di permukaan tanah setelah misi kereta api. Kami berdesakan di gang-gang sempit atau di atas atap rusak, menghindari para tentara yang menyisir jalanan di dekat stasiun. Baru ketika akhirnya matahari mulai terbenam, kami punya kesempatan untuk kembali, satu per satu, ke markas Patriot di bawah tanah. Baik Pascao maupun aku tidak mengungkit apa yang terjadi di kereta. Jordan, Buronan pemalu dengan rambut kepang berwarna tembaga, dua kali menanyaiku apakah aku baikbaik saja. Aku tidak menghiraukannya.
Yeah, memang ada sesuatu yang salah. Bukankah itu kalimat paling menganggap sepele masalah terpopuler"
ke Pierra beberapa menghancurkan dokumen, sementara yang lain menyapu bersih data-data di komputer. Suara Pascao menjadi pengalih perhatian yang menyenangkan.
Kerja bagus, Day, ujarnya. Dia duduk di meja, bersandar pada dinding belakang bungker. Dia membuka bagian samping jaketnya, tempat dia menyimpan lusinan pak granat yang dicuri dari kereta. Dengan hati-hati, dia memasukkan setiap pak itu ke dalam sebuah boks yang penuh tempat telur kosong. Dia mengedik ke layar di bagian kanan jauh dinding belakang. Layar itu sedang menayangkan rekaman sebuah alun-alun kota, di mana sekelompok orang berkerumun mengelilingi sesuatu yang dicat semprot di sisi sebuah bangunan.
Lihat itu. Kubaca apa yang orang-orang itu cat di dinding. Day hidup! tertulis berantakan di sepanjang bangunan, setidaknya ada tiga atau empat. Yang menonton bersorak beberapa di antara mereka bahkan memegang poster buatan tangan dengan tulisan sama.
Kalau saja pikiranku tidak penuh dengan Eden, isyarat tidak jelas June, atau Tess, aku akan senang sekali melihat hasil yang kutimbulkan.
Trims, sahutku, mungkin sedikit terlalu tajam. Senang mereka menyukai pertunjukan kita.
Pascao bersenandung riang perlahan, tidak mengacuhkan intonasi tajamku. Sana, lihat apa kau bisa membantu Jordan.
Saat aku berjalan menuju aula, aku melewati Tess. Baxter berjalan di sampingnya butuh sedetik bagiku untuk sadar, dia berusaha merangkul leher Tess dan membisikkan sesuatu di telinganya. Tess mendorongnya menjauh saat melihatku. Aku hampir mengatakan sesuatu padanya saat Baxter menubruk bahuku keras, cukup keras sampai aku terdorong mundur beberapa langkah dan topiku terlepas dari kepala. Rambutku tergerai jatuh.
masih menggelapkan sebagian besar wajahnya. Minggir! bentaknya. Kau pikir kau yang punya tempat ini"
Aku menggertakkan gigi, tapi mata lebar Tess membuatku menahan diri. Dia tidak berbahaya, kataku pada diri sendiri. Minggir saja dari jalanku, balasku kaku seraya berjalan pergi.
Kudengar Baxter menggumamkan sesuatu di belakangku. Itu cukup untuk membuatku berhenti dan menghadapinya lagi. Mataku menyipit. Apa katamu".
Dia nyengir, memasukkan kedua tangan ke saku celana dan mengangkat dagu. Kubilang, kau cemburu ya, gadismu melacurkan diri pada Elector"
Aku hampir bisa mengabaikan kata-kata itu. Hampir. Tapi pada saat itu, Tess angkat bicara dan mendorong Baxter dengan kedua tangannya. Jangan ganggu dia, oke" Dia mengalami malam yang berat.
Baxter menggumamkan sesuatu dengan kesal, lalu balas mendorong Tess kasar. Kau idiot karena percaya pada pencinta Republik seperti dia, Gadis Kecil.
Kemarahanku meledak. Aku tak pernah suka baku hantam aku selalu berusaha menghindari itu di jalanan Lake. Namun, seluruh kemarahan yang terpendam dalam diriku membanjiri pembuluh darahku saat kulihat tangan Baxter menyentuh Tess.
Aku menerjang ke depan dan meninju rahangnya sekeras yang kubisa.
Dia menabrak salah satu meja dan jatuh ke lantai. Segera saja orang-orang lain yang berada di dekat situ meledak dalam sorak-sorai dan teriakan, membentuk lingkaran sambil mengelilingi kami berdua. Sebelum Baxter bisa berdiri, aku melompat ke arahnya. Dua kali tinjuku mengenai wajahnya.
Dia menggeram. Mendadak, kemujurannya karena memilikitubuhbongsormengambilalih.Diamendorongkucukup keras sampai aku terlempar ke samping meja komputer. Kemudian, dia menarikku bangun, mencengkeram jaketku, dan menghempaskanku ke dinding. Dia mengangkatku hingga kakiku
bogem ke perutku, membuatku terengah.
Kau bukan salah satu dari kami. Kau salah satu dari mereka, desisnya. Kau sengaja, ya, tidak mengikuti rencana kita pada misi kereta api kemarin" Kurasakan sebelah lututnya menghantam pinggangku. Yah, aku akan membunuhmu, kau penipu kotor sialan. Aku akan mengulitimu hidup-hidup.
Aku terlalu marah untuk merasakan sakitnya. Aku berhasil menekuk sebelah kakiku, lalu kutendang dadanya sekeras yang kubisa. Dari sudut mataku, kulihat beberapa anggota Patriot dengan cepat bertukar taruhan. Pertarungan Skiz tanpa persiapan. Sesaat, Baxter mengingatkanku pada Thomas, dan mendadak yang kulihat adalah jalanan lamaku di Lake, dengan Thomas mengacungkan senapan pada ibuku dan para tentara menyeret John ke jip yang sudah menunggu. Mengikat Eden ke ranjang dorong lab. Menangkap June. Menyakiti Tess. Tepi mataku berubah merah. Kuterjang Baxter lagi dan mengayunkan lengan ke arah wajahnya.
Tapi Baxter sudah siap. Dia menangkis lenganku dan melemparkan seluruh bobot tubuhnya padaku. Punggungku terbanting keras ke lantai. Baxter menyeringai, lalu mencekik leherku dan siap menyorongkan tinju ke sisi wajahku.
Tiba-tiba dia melepaskanku. Aku mengembuskan napas ketika berat tubuhnya terangkat dari dadaku, lalu memegangi kepala saat salah satu dari rentetan sakit kepalaku pecah dalam rasa sakit berskala penuh. Dari suatu tempat di atasku, aku bisa dengar suara Tess, juga Pascao yang berteriak pada Baxter untuk mundur. Semua orang bicara bersamaan. Satu & . Dua & . Tiga & . Aku menghitung angka-angka dalam kepalaku, berharap latihan kecil ini mengalihkanku dari rasa sakit. Dulu, jauh lebih mudah menangkal sakit kepala ini. Mungkin Baxter telah memukul kepalaku dan aku bahkan tidak menyadarinya.
Kau tidak apa-apa" Sekarang, tangan Tess berada di lenganku, menarikku berdiri.
kemarahanku sudah lenyap. Tiba-tiba kusadari rasa sakit membakar di pinggangku.
Tidak apa-apa, sahutku serak sambil memeriksa wajah Tess. Apa dia menyakitimu"
Baxter membelalak padaku dari tempat Pascao berusaha membuatnya diam. Orang-orang lain di sekitar kami telah kembali ke urusan masing-masing, kemungkinan kecewa karena pertarungannya tidak berlangsung lebih lama. Aku bertanya-tanya siapa yang mereka putuskan sebagai pemenang.
Aku baik-baik saja, kata Tess. Terburu-buru dia mengusap rambut bobnya. Jangan khawatir.
Tess! Pascao berseru pada kami. Coba periksa apa Day perlu diobati seadanya. Jadwal kita padat, nih.
Tess membimbingku di sepanjang koridor, menjauh dari ruang bersama. Kami masuk ke salah satu kamar di bungker ini yang telah diubah menjadi rumah sakit sementara, lalu menutup pintunya. Kami dikelilingi tumpukan rak-rak dengan berbagai macam botol pil dan boks perban. Sebuah meja berada di tengah kamar, menyisakan hanya sedikit ruang untuk berjalan. Sekarang, aku bersandar ke meja itu, sementara Tess menggulung lengan bajunya.
Ada bagian tubuhmu yang terasa sakit" tanyanya. Tidak, ulangku. Namun, tepat saat aku mengatakannya, dahiku berkerut dan aku langsung memegangi pinggangku. Oke, mungkin sedikit terbentur.
Coba kulihat, kata Tess tegas. Dia menyingkirkan tanganku, lalu membuka kancing kemejaku. Bukan berarti Tess tak pernah melihatku tanpa baju (aku lupa sudah berapa kali dia harus mengobatiku), tapi sekarang ada kecanggungan hebat yang melanda kami. Pipinya merona merah jambu saat dia menyapukan tangan di dada dan perutku, kemudian menekankan jari-jarinya ke pinggangku.


Prodigy Karya Marie Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku menarik napas tajam saat dia menyentuh titik sensitif. Yeah, di situlah lututnya menyodokku. Tess mempelajari wajahku. Merasa mual" Tidak.
sembari bekerja. Katakan ah . Kubuka mulutku. Dia menyentuhkan tisu ke hidungku, memeriksa kedua telingaku, dan terburu-buru pergi sebentar. Dia kembali dengan satu pak es. Ini. Taruh ini di bagian yang sakit.
Kulakukan apa yang disuruhnya. Kau sudah jadi sangat profesional.
Aku belajar banyak dari Patriot, sahut Tess. Saat dia berhenti memeriksa dadaku cukup lama dan menghadapkan wajahnya padaku, tatapanku terkunci padanya. Baxter cuma tidak suka pada & ketertarikanmu pada gadis yang dulunya tentara Republik, gumamnya. Tapi jangan biarkan dia memancingmu, oke" Tak ada gunanya membuat dirimu terbunuh di sini.
Aku teringat lengan Baxter di sekeliling leher Tess. Emosiku membara lagi, dan mendadak aku merasa harus menjaga Tess seperti yang kulakukan waktu di jalanan dulu.
Hei, Sepupu, kataku lembut. Aku benar-benar minta maaf atas apa yang kukatakan padamu. Tentang & kau tahulah.
Pipi Tess semakin memerah.
Aku berjuang mencari kata-kata yang tepat. Kau tidak butuh aku untuk menjagamu, kataku sambil tertawa malu, lalu menjentik hidungnya sekali. Maksudku, mungkin kau sudah ribuan kali dibuat repot olehku. Aku selalu butuh bantuanmu lebih dari kau membutuhkanku.
Tess bergeser mendekat dan menundukkan pandangan malu-malu, bahasa tubuh yang menolongku melupakan masalah-masalahku. Terkadang, aku lupa betapa manisnya kasih sayang Tess yang tak pernah berubah, bagai batu yang selalu bisa kusandari pada saat-saat terburuk. Walaupun hari-hari kami di Lake adalah perjuangan, sekarang hari-hari itu terlihat jauh lebih sederhana. Kudapati diriku berharap kami bisa kembali ke masa itu, berbagi potongan makanan dan apa pun yang bisa kami dapat.
Seandainya June di sini, apa yang akan terjadi"
mungkin dia bisa melakukannya jauh lebih baik dariku, seperti dalam segala hal. Dia takkan butuh aku sama sekali.
Tangan Tess berlama-lama di dadaku, tapi dia tidak memeriksa memarku lagi. Aku tersadar betapa dekatnya dia. Matanya kembali tertuju padaku besar, berwarna cokelat pekat & dan tidak seperti mata June, sangat mudah dibaca. Bayangan June mencium Elector muncul lagi di pikiranku, memori yang melilit perutku layaknya pisau. Sebelum aku bisa berpikir apa-apa lagi, Tess mencondongkan tubuh dan menciumku. Pikiranku kosong, sepenuhnya terguncang. Gelenyar singkat sempat melandaku.
Dalam kekakuanku, aku tidak menepisnya. Kemudian, aku tersentak menjauh. Telapak tanganku berkeringat dingin. Apa itu tadi" Harusnya aku tahu ini akan terjadi dan langsung menghentikan diri. Kuletakkan tangan di bahunya. Saat kulihat ada kilatan luka di matanya, kusadari betapa besarnya kesalahan yang baru saja kulakukan.
Aku tidak bisa, Tess. Tess mengembuskan napas jengkel. Memangnya kau sudah menikah dengan June"
Tidak. Aku cuma & . Kata-kataku lenyap begitu saja, sedih dan tak berdaya. Maaf. Harusnya aku tidak melakukan itu setidaknya, tidak sekarang.
Bagaimana dengan fakta bahwa June mencium Elector" Bagaimana dengan itu" Apa kau benar-benar akan setia pada seseorang yang bahkan bukan milikmu"
June, selalu June. Sesaat aku membencinya, dan bertanya-tanya apakah segalanya akan lebih baik andai kami tak pernah bertemu. Ini bukan tentang June, kataku. June sedang memainkan peran, Tess. Perlahan-lahan aku menjauh dari Tess sampai kami terpisah pada jarak yang aman. Aku belum siap hal seperti ini terjadi di antara kita. Kau sahabat baikku aku tak ingin tanpa sadar menyesatkanmu. Tess mengangkat tangan dalam kemarahan. Kau
panjang. Tapi kau bahkan tidak
Kau bukan sembarang gadis di jalanan, teriakku. Kau Tess.
Tatapannya padaku menyala-nyala. Dia melampiaskan rasa frustrasinya dengan menggigit bibirnya keras-keras sampai berdarah. Aku tidak mengerti kau, Day. Setiap kata menghantamku dengan kekuatan terukur. Aku tidak mengerti kau sama sekali, tapi tetap saja aku akan berusaha menolongmu. Apa kau benar-benar tidak bisa lihat, betapa June-mu yang berharga itu telah mengubah hidupmu"
Kupejamkan mata sambil menekan kedua tangan ke pelipis. Hentikan.
Kau pikir kau bisa jatuh cinta pada gadis yang kau kenal kurang dari sebulan, gadis yang yang bertanggung jawab atas kematian ibumu" Kematian John"
Ia mengulang apa yang dulu dia katakan padaku di kamar bungker. Sialan. Tess, itu bukan salahnya
Bukan" Tess meludah. Day, mereka menembak ibumu gara-gara June! Tapi, kau bersikap seolah kau mencintai-nya" Sementara aku, aku selalu menolongmu aku telah berada di sisimu sejak hari pertama kita bertemu. Kau pikir aku kekanakkanakan" Yah, aku tak peduli. Aku tak pernah bicara apa-apa soal gadis-gadis lain yang pernah bersamamu, tapi aku tak tahan melihatmu memilih gadis yang selalu menyakitimu. Apa June sudah minta maaf padamu atas apa yang terjadi" Perlukah dia memohon untuk mendapatkan maafmu" Ada apa denganmu"
Melihatku tetap diam, dia meletakkan sebelah tangan di lenganku. Kau mencintainya" dia berkata, kali ini lebih lembut. Dia mencintai-mu"
Mencintainya" Aku sudah mengatakan itu padanya di kamar mandi Vegas, dan aku sungguh-sungguh. Tapi, dia tidak membalas pernyataan itu, kan" Mungkin dia tak pernah merasakan hal yang sama mungkin aku
Aku tak tahu, oke" balasku. Kata-kataku terdengar lebih marah daripada yang sebenarnya kurasakan.
Tess gemetar. Sekarang dia mengangguk, tanpa suara mengambil pak es dari pinggangku, dan mengancingkan kembali bajuku. Jurang di antara kami melebar. Aku bertanya-tanya apakah aku akan pernah bisa mencapai sisi seberang lagi.
Kau akan baik-baik saja, ujarnya datar seraya berbalik. Dia berhenti di depan pintu, memunggungiku. Percayalah, Day. Aku mengatakan ini demi kau. June akan mematahkan hatimu. Aku sudah bisa lihat itu. Dia akan menghancurkanmu berkeping-keping. []
Gedung Pengadilan Olan Pierra. Sekitar pukul 09.00.
29" Fahrenheit di Luar.
Akhirnya hari pembunuhan anden tiba, dan aku punya tiga jam sebelum Patriot bergerak.
Malam sebelumnya, aku kembali dikunjungi oleh penjaga yang sama dengan yang pernah memberiku pesan dari Patriot. Kerja bagus, wanita itu berbisik di telingaku sementara aku berbaring di kasur, sepenuhnya terjaga. Besok kau akan diampuni oleh Elector dan para Senatornya, dan mereka akan memvonismu bebas di Gedung Pengadilan Olan Pierra. Sekarang, dengarkan baikbaik. Saat urusan kalian sudah selesai di gedung pengadilan, jip Elector akan menyertai kalian semua kembali ke markas besar militer Pierra. Kelompok Patriot akan menunggu di
Tentara tersebut berhenti sebentar, kalau-kalau aku punya pertanyaan. Tapi, aku hanya menatap lurus ke atas. Aku sudah bisa menebak apa yang Patriot ingin aku lakukan mereka ingin aku memisahkan Anden dengan pengawal-pengawalnya. Kemudian, Patriot akan menyeret Anden keluar dari jipnya dan menembaknya. Mereka akan merekam peristiwa itu, lalu mengumumkannya ke seluruh Republik dengan menggunakan pengeras suara yang kabelnya sudah diutak-atik, juga melalui JumboTrons di Menara Gedung Parlemen Denver.
Saat aku tidak mengatakan apa pun, tentara itu berdeham dan buru-buru melanjutkan, Perhatikan ledakan di jalan itu nanti. Saat kau mendengarnya, minta Anden memerintahkan konvoinya untuk mengambil rute berbeda. Pastikan kau memisahkan Elector dengan para pengawalnya katakan padanya untuk memercayaimu. Kalau kau sudah menyelesaikan tugasmu, dia akan mengikuti kata-katamu. Tentara itu tersenyum singkat padaku. Saat Anden terpisah dari jip lainnya, serahkan sisanya pada kami. Kuhabiskan sisa malam itu dalam keresahan. Sekarang, sementara aku dikawal ke bangunan utama gedung pengadilan, kuperiksa bubungan atap dan ganggang kecil di bangunan-bangunan lain sepanjang jalan. Kuawasi mata Patriot, bertanya-tanya apakah sepasang mata di antaranya berwarna biru terang. Hari ini Day akan berada di antara Patriot di luar sini. Di balik sarung tangan hitamku, tanganku dingin karena keringat. Bahkan,meskipun Day melihat isyaratku, akankah dia mengerti apa yang kumaksud" Akankah dia menghentikan apa yang sedang dilakukannya dan lari"
Saat aku menuju pintu masuk melengkung besar ruang pengadilan, sesuai kebiasaanku,kuhafalkan nama-nama jalan dan lokasi di mana basis militer utama, di mana rumah sakit Pierra yang menjulang di kejauhan. Aku seperti bisa merasakan anggota Patriot bersiap ke posisi masing-masing. Ada keheningan di udara, meskipun bangunan-bangunan di sini padat rapat dan jalanan-jalanannya sempit. Baik tentara maupun warga sipil (kebanyakan dari mereka orang miskin dan bertugas untuk merawat pasukan) berdengung
jalanan menatap kami cukup lama. Dengan hati-hati, kuperhatikan mereka. Itu pasti anggota Patriot yang mengawasi kami.
Bahkan di dalam gedung pun, udaranya cukup dingin untuk membuat napasku beruap dan tubuhku terus menggigil. (Tinggi langit-langitnya paling tidak enam meter, dan lantainya ditinjau dari suara sepatu bot beradu dengannya adalah lantai kayu buatan yang mengilap. Tidak terlalu bagus untuk menahan panas pada musim dingin.)
Acaranya bakal berapa lama" tanyaku pada salah seorang penjaga, saat mereka mengawalku ke kursi di depan ruang pengadilan. Sepatu botku (hangat, terbuat dari kulit tahan air) menimbulkan gema kasar saat beradu dengan lantai. Aku menggigil meskipun aku memakai mantel dengan dua kolom kancing.
Penjaga yang kuajak bicara memberiku anggukan tak nyaman. Tidak lama, Miss Iparis, jawab wanita itu dengan kesopanan terlatih. Elector dan para Senator sedang dalam perundingan final. Kemungkinan akan makan waktu setidaknya setengah jam lagi.
Betul-betul menarik. Karena hari ini Elector sendiri mengampuniku, para penjaga tidak yakin bagaimana harus bersikap. Mengawalku layaknya penjahat" Atau, bersikap khidmat seolah aku Agen berpangkat tinggi di salah satu kelompok patroli ibu kota"
Penantianku terus berlangsung. Aku merasa sedikit pusing. Aku telah diberi obat setelah akhirnya mengatakan keluhanku pada Anden tadi pagi, tapi itu tidak ada efeknya. Kepalaku masih terasa berat, dan aku kesulitan menjaga hitungan waktu di kepalaku.
Akhirnya, setelah aku menghitung 26 menit (kemungkinan salah tiga atau empat detik), Anden muncul dari pintu jauh di ujung ruangan dengan sekelompok pejabat di belakangnya. Jelas sekali tidak semua orang senang. Beberapa Senator tampak menentang, mulut mereka terkatup dalam garis tegas. Kusadari Senator Kamion ada di antara mereka, pria yang berdebat dengan Anden di kereta dalam perjalanan kemari. Rambut
yang kuingat dari berita yang kadangkadang muncul, Senator O Connor seorang wanita gemuk berlemak dengan rambut merah lemas dan mulut seperti kodok. Aku tak kenal yang lainnya.
Di samping para Senator, dua jurnalis mengapit Anden. Yang satu kepalanya menunduk, dengan kecepatan tinggi mencatat kata-kata Anden di papan catatan elektronik. Sementara yang satunya lagi berusaha menjaga perekam suara miliknya cukup dekat dengan Anden.
Aku bangkit saat mereka tiba di tempatku. Para Senator yang sibuk cekcok sendiri kini terdiam. Anden mengangguk pada penjaga-penjagaku.
June Iparis, Kongres telah mengampuni seluruh kejahatanmu melawan Republik dengan syarat kau akan melanjutkan pengabdianmu pada negara dengan segenap kemampuan terbaikmu. Apa kita sudah sepaham, Miss Iparis"
Aku mengangguk. Bahkan,gerakan kecilini membuatku pusing.
Ya, Elector. Juru tulis di samping Anden buru-buru mencatat katakata kami. Layar papan catatannya berkedip di bawah jemarinya yang menari-nari.
Anden menangkap kelesuanku. Dia pasti tahu kondisiku tidak membaik. Kau akan memasuki masa percobaan sebagaimana yang dianjurkan padaku oleh para Senatorku. Selama itu kau akan dipantau lekat-lekat sampai kami semua setuju kau siap kembali bertugas. Kau akan ditempatkan di kelompok patroli ibu kota. Kami akan mendiskusikan kelompok patroli mana yang akan kau masuki setelah kami semua tiba di markas besar Pierra siang ini. Dia mengangkat alis dan menoleh ke kanan kirinya. Senator" Ada komentar"
Mereka tetap diam. Akhirnya, salah satu dari mereka bicara dengan cibiran samar terselubung. Mengertilah bahwa kau belum sepenuhnya bebas, Agen Iparis. Kau akan diawasi sepanjang waktu. Kau harus menganggap keputusan kami ini sebagai tindakan yang sangat murah hati. Terima kasih, Elector, sahutku, menyentuh kepalaku
tentara mana pun lakukan. Terima kasih, Senator.
Terima kasih atas semua bantuanmu, kata Anden seraya membungkuk sedikit. Aku tetap menundukkan kepala sehingga tak perlu menatap matanya dan melihat dua lapis makna dalam kata-katanya dia berterima kasih padaku atas bantuan yang kelihatannya kuberikan untuk melindunginya, juga atas bantuan yang dia inginkan dari Day dan aku.
Di suatu tempat di luar sana, Day siap dalam posisi seperti anggota Patriot yang lain. Pikiran itu membuatku muak sekaligus cemas.
Para tentara mulai mengawal rombongan kami kembali ke depan gedung konferensi menuju kendaraan kami masing-masing. Aku melangkah dengan hati-hati, berusaha keras mempertahankan fokus. Sekarang,bukan saatnya gagal gara-gara sakit. Kujaga pandanganku tetap ke arah pintu masuk gedung. Sejak di kereta waktu itu, ini satu-satunya ide yang kumantapkan karena kupikir akan berhasil. Sesuatu yang mengacaukan semua rancangan waktu Patriot sesuatu yang bisa kulakukan untuk mencegah kami menuju gedung militer utama Pierra.
Kuharap ini berhasil. Aku tidak bisa menoleransi kesalahan.
Tiga meter dari pintu, aku tersandung. Segera saja aku memperbaiki posisi dan melanjutkan berjalan, tapi kemudian aku tersandung lagi. Bisik-bisik di antara Senator mulai terdengar di belakangku. Salah satu dari mereka membentak, Ada apa ini"
Lalu ada Anden, wajahnya melayang-layang di atas wajahku. Dua pengawalnya melompat ke depannya. Elector, Sir, kata salah seorang di antara mereka, tolong mundurlah. Kami akan mengurus ini.
Apa yang terjadi" tanya Anden, mulanya pada para tentara itu, kemudian padaku. Kau terluka"
Tidak sulit bagiku berpura-pura hampir pingsan. Dunia di sekelilingku memudar, lalu menajam kembali. Kepalaku sakit. Aku mengangkat kepala dan berkontak mata dengan Anden, lalu kubiarkan diriku jatuh ke lantai. Seruan-seruan terkejut mendengung di sekitarku. Aku
lain, mengatakan tepat apa yang kuharap akan dia katakan, Bawa dia ke rumah sakit. Segera. Dia ingat potongan terakhir nasihatku padanya, apa yang kukatakan padanya di kereta.
Tapi, Elector pengawal yang sama dengan yang tadi berusaha menghalanginya protes.
Nada suara Anden sekeras baja. Kau mempertanyakanku, Serdadu"
Tangan-tangan kukuh membantuku berdiri. Kami melewati pintu dan kembali ke cahaya pagi yang mendung. Kusipitkan mata ke sekelilingku, masih mencari wajahwajah yang mencurigakan. Mungkinkah para pengawal yang memegangiku adalah anggota Patriot yang menyamar" Aku melempar pandangan sekilas pada mereka, tapi ekspresi mereka sepenuhnya kosong. Adrenalin membanjiriku aku sudah mulai bergerak. Kelompok Patriot tahu aku telah menyimpang dari rencana, tapi mereka tak tahu aku melakukannya dengan sengaja. Yang penting, rumah sakit berada di rute yang berlawanan dengan yang menuju mabes militer Pierra, di mana kelompok Patriot sudah siap dan menunggu. Anden akan mengikutiku. Kelompok Patriot takkan punya waktu untuk mengatur ulang posisi mereka.
Dan, jika anggota Patriot yang lain mendengar ini, berarti Day juga. Kupejamkan mata, berharap dia bisa mengikuti ini semua. Kucoba mengirim pesan tanpa suara padanya. Larilah. Kalau kau dengar aku telah menyimpang dari rencana, larilah secepat yang kau bisa.
Seorang tentara menaikkanku ke jok belakang di salah satu jip yang sudah menunggu. Anden dan para pengawalnya naik ke jip di depan kami. Para Senator, kebingungan dan marah, masuk ke mobil-mobil mereka yang biasa. Kupaksakan seulas senyum di wajahku saat aku duduk terkulai di kursiku, menatap tajam ke luar jendela. Jip itu menggerung saat mesinnya menyala dan melaju. Dari kaca depan mobil, kulihat jip Anden memimpin kami menjauh dari gedung konferensi.
Kemudian, saat aku sedang menyelamati diri sendiri karena rencana cemerlangku, kusadari bahwa jip kami tetap melaju ke mabes militer. Semua jip ini tidak menuju rumah
menggantikannya. Salah satu penjagaku juga menyadari itu. Hei, Sopir, serunya pada tentara yang mengemudi. Salah jalur. Rumah sakit di sisi kiri kota. Dia mengeluh. Seseorang, hubungi sopir Elector. Kita
Si Sopir mengibaskan sebelah tangan, lalu menekan sebelah tangannya yang tebal dan berbonggol ke telinga. Dia berkonsentrasi mendengarkan, kemudian kembali menatap kami dengan kening berkerut. Negatif. Kita dapat perintah untuk tetap pada rute awal, sahutnya. Komandan DeSoto bilang, Elector ingin Miss Iparis dibawa ke rumah sakit setelah dari markas besar, tidak sekarang.
Aku membeku. Razor pasti berbohong pada sopir Anden aku sangat meragukan Anden akan membiarkan Razor memberi perintah seperti itu pada para sopir. Razor tetap pada rencananya; dia akan memaksa kami mengambil rute yang sudah disiapkan dengan segala cara yang dia bisa.
Tidak penting apa alasannya. Kami tetap langsung melaju ke mabes militer Pierra & langsung ke pelukan Patriot yang sudah menunggu.[]
H ARI PEMBUNUHAN E LECTOR AKHIRNYA TIBA .
Hari itu datang bagai badai perubahan yang bergulung mendekat, menjanjikan segala yang kuharapkan dan kutakuti. Yang kuharapkan: kematian Elector. Yang kutakuti: isyarat June.
Atau mungkin sebaliknya. Aku masih tak tahu harus bagaimana menyikapinya. Hal itu membuatku gelisah di saat aku seharusnya tidak merasakan apa pun, kecuali antusiasme yang mulai meningkat. Resah, aku menepuk-nepuk gagang pisauku. Hati-hati, June. Cuma itu satu-satunya pikiran yang saat ini jelas berseliweran di kepalaku. Hati-hati demi dirimu sendiri, juga demi kita berdua.
Aku bertengger dalam posisi berbahaya di tepi birai
bertingkat empat dan tersembunyi dari jalanan, dengan dua granat dan sebuah pistol tersimpan aman di ikat pinggangku. Sebagaimana anggota Patriot yang lain, aku mengenakan jaket hitam Republik, jadi dari kejauhan aku terlihat seperti tentara Republik. Belang hitam kembali melintangi wajahku. Satu-satunya hal yang membedakan kami adalah ban lengan putih di sebelah kiri (bukannya kanan).
Dari sini, aku bisa melihat jalur rel kereta yang membentang di sepanjang jalanan sebelah, membagi Pierra menjadi dua. Di sebelah kananku, di sebuah gang kecil tiga bangunan dari sini, terdapat pintu masuk ke terowongan Pierra milik Patriot. Bungker bawah tanahnya kini kosong. Aku sendirian di bangunan tak terpakai ini, meski aku yakin Pascao dapat melihatku dari tempat strategisnya di atap seberang jalan. Degup jantungku yang sampai ke tulang rusuk mungkin bisa terdengar bermil-mil jauhnya.
Aku mulai berpikir, untuk ratusan kalinya, tentang alasan June ingin menghentikan pembunuhan itu. Apa dia menemukan sesuatu yang dirahasiakan Patriot dariku" Atau, dia melakukan apa yang Tess kira mungkin dia lakukan apa dia mengkhianati kami" Keras kepala, segera kusingkirkan pikiran tersebut.
June takkan pernah melakukan itu. Tidak setelah apa yang Republik lakukan pada kakaknya.
Mungkin June ingin menghentikan pembunuhan itu karena dia jatuh cinta pada Elector. Kupejamkan mata saat bayangan mereka berciuman muncul di pikiranku. Tidak mungkin. Apakah June yang kukenal bisa sesentimental itu"
Seluruh anggota Patriot berada di posisi Buronan di atap, siap dengan bahan peledak; Hacker berada satu gedung jauhnya dari pintu masuk terowongan, siap merekam dan menyiarkan pembunuhan Elector; Petarung ditempatkan di sepanjang jalanan di bawah kami dalam kostum tentara atau warga sipil, siap mengalahkan para pengawal Elector. Tess dan beberapa Paramedis lain tersebar, siap membawa yang
spesifiknya,Tessbersembunyidijalanansempityangmembatasi sisi kiri bangunan tempatku berada. Setelah pembunuhan itu, kami harus siap kabur, dan dialah yang pertama yang akan kutuju.
Dan ada aku. Menurut rencana, June seharusnya menggiring Elector menjauh dari perlindungan para pengawalnya. Saat kami melihat jipnya melaju cepat sendirian, para Buronan akan memotong rute kaburnya dengan ledakan. Kemudian, aku turun ke jalan. Setelah Patriot menyeret Anden keluar dari mobilnya, aku akan menembaknya.
Sekarang tengah hari, tapi awan membuat dunia di sekelilingku dingin dan berwarna kelabu tak menyenangkan. Kuperiksa jam tanganku. Jam itu telah disetel dengan timer pada waktu jip Elector diperkirakan akan tiba, berdesing di sudut jalan. Lima belas menit lagi.
Aku gemetar. Apa Elector benar-benar akan mati di tanganku dalam lima belas menit" Apa rencana ini benarbenar akan berhasil" Setelah semua ini selesai, kapan Patriot akan menolongku menemukan dan menyelamatkan Eden" Saat aku memberi tahu Razor aku melihat anak laki-laki itu naik kereta, dia memberiku respons simpatik dan berkata bahwa dia sudah mulai berusaha melacak keberadaan Eden. Yang bisa kulakukan hanya memercayainya. Kucoba membayangkan Republik menjadi kacau balau setelah pembunuhan Elector disiarkan secara luas di setiap JumboTrons negeri ini. Jika rakyat sudah memberontak, aku tidak tahu bagaimana reaksi mereka saat melihatku menembak Elector. Lalu apa" Akankah Koloni mengambil keuntungan dari situasi ini dan menyerbu masuk ke Republik, melintasi medan perang yang telah memisahkan kedua sisi untuk waktu yang sangat lama"
Pemerintahan baru. Tata tertib baru. Aku gemetar menahan gejolak semangat.
Tentu saja, ini tanpa mempertimbangkan makna dari isyarat June. Kucoba melemaskan jari-jariku
sekali tidak tahu apa yang akan betul-betul terjadi hari ini.
Earpiece-ku bergemerisik, dan aku menangkap beberapa kata terpatah-patah dari Pascao. jalan Echo dan Orange jelas Suaranya menajam. Day" Aku di sini.
Lima belas menit, ujarnya. Sekilas info. Jordan akan meledakkan bom pertama. Saat rombongan jip Elector sampai ke jalan tempat dia berada, dia akan melempar granatnya. June akan memisahkan mobil Elector dengan yang lain. Kulempar granatku, lalu mereka akan belok kanan ke jalanmu. Kau lempar granatmu saat kau lihat rombongannya. Sudutkan jip itu dan turunlah. Mengerti"
Yeah. Mengerti, sahutku. Cepat, bersiaplah di posisimu.
Menunggu di sini memberiku perasaan mual di perut, mengingatkanku pada malam itu ketika aku menunggu patroli wabah sampai ke rumah ibuku. Bahkan, malam itu tampak lebih baik dari hari ini. Waktu itu keluargaku masih hidup, hubungan Tess dan aku masih baik. Berkali-kali aku menarik napas dalamdalam dan mengembuskannya perlahan-lahan. Dalam waktu kurang dari lima belas menit, aku akan melihat rombongan Elector dan June datang ke jalan ini. Jarijariku mengelus pinggiran granat di ikat
pinggangku. Semenit berlalu, dan semenit lagi.
Tiga menit. Empat menit. Lima menit. Setiap menit terasa lebih lama dari sebelumnya. Napasku menjadi lebih cepat. Apa yang akan June lakukan" Apa dia benar" Bagaimana kalau dia salah" Kurasa aku siap membunuh Elector aku terus mengatakan ini pada diriku selama beberapa hari belakangan, bahkan menjadi bersemangat. Apa aku siap menyelamatkan hidupnya, seseorang yang tak bisa kupikirkan tanpa merasa marah" Apa aku siap darahnya menggenangi
dia tahu, yang membuat Elector pantas diselamatkan" Delapan menit.
Lalu, tiba-tiba suara Pascao kembali lagi. Tetap siaga. Ada penundaan.
Aku menegang. Kenapa"
Jeda panjang. Ada yang salah dengan June, kata Pascao dalam bisikan pelan. Dia pingsan saat meninggalkan gedung pengadilan. Tapi jangan panik Razor bilang dia baik-baik saja. Kita atur ulang jamnya mundur dua menit. Oke"
Aku berdiri sedikit dari posisi jongkokku. June sudah bergerak. Aku langsung tahu itu. Sesuatu menggelitik di belakang pikiranku, indra keenam, memperingatkanku bahwa apa pun yang telah kurencanakan untuk kulakukan pada Elector akan berubah, tergantung pada apa yang June lakukan selanjutnya.
Kenapa dia pingsan" tanyaku.
Entahlah. Para Pengintai bilang, kelihatannya dia pusing atau apalah.
Jadi sekarang, dia kembali ke rencana semula" Kedengarannya kita masih jalan terus. Masih jalan terus" Apa rencana June gagal" Aku berdiri, berjalan cepat beberapa langkah, lalu kembali berjongkok. Ada sesuatu yang tidak benar dengan skenario ini. Jika kami tetap menjalankan rencana ini, akankah aku masih melihat June datang dengan jip yang sama seperti yang diharapkan tapi bertentangan dengan keinginannya" Apa kelompok Patriot tahu dia berusaha mengubah rencana" Firasat buruk ini menolak pergi, tak peduli betapa keras aku mengabaikannya. Benar-benar ada yang tidak beres.
Dua menit penuh derita berlalu. Dalam kegelisahanku, aku telah tanpa sadar mengelupas serpihan besar cat dari gagang pisauku. Jempolku penuh dengan serbuk hitam kecil-kecil.
Beberapa jalan dari sini, granat pertama meledak. Tanah bergetar, bangunan-bangunan bergoyang, dan
sudah terlihat. Kutinggalkan tempat nyamanku di birai jendela, lalu pergi ke ruang tangga yang menuju atap. Aku tetap menunduk dan berhati-hati agar tidak tertangkap pandangan. Dari sini, aku bisa memperoleh pemandangan yang lebih baik untuk melihat di mana asap ledakan pertama membubung, dan aku bisa mendengar teriakan terkejut para tentara di dekat situ. Mereka sekitar tiga blok jauhnya dari sini. Kurapatkan diri ke genting rusak di atap saat beberapa tentara bergegas datang ke jalan itu. Mereka meneriakkan sesuatu yang tak dapat dimengerti aku berani bertaruh mereka membawa pasukan bantuan ke area pengeboman itu. Sudah terlambat. Saat pasukan bantuan tiba di sana, jip Elector sudah akan berbelok di sudut yang kami inginkan.
Kukeluarkan salah satu granatku dan kupegang dengan hati-hati. Kuingatkan diri bagaimana cara kerjanya, kuingatkan diri pula kalau aku melemparnya pada saat yang tepat, aku akan menentang peringatan June.
Itu granat dengan dampak ledakan besar, Pascao pernah bilang. Meledak detik itu juga saat menyentuh sasaran. Tekan tuas serangnya, lalu tarik pemicunya. Lempar, dan tahan tubuhmu.
Dari kejauhan, ledakan lain mengguncang jalanan dan awan yang menyertai ledakan itu membubung. Baxter bertanggung jawab atas yang satu itu sekarang dia berada di suatu tempat di bawah sana, bersembunyi di gang.
Dua blok lagi. Elector semakin mendekat. Ledakan ketiga meletus. Yang satu ini lebih dekat jip itu pasti sudah tinggal satu blok lagi. Kumantapkan posisi saat bumi bergetar karena efek ledakan itu. Giliranku segera tiba. June, pikirku. Di mana kau" Kalau dia melakukan gerakan mendadak, apa yang akan aku lakukan"
Di earpiece-ku, suara Pascao terdengar mendesak.
Kemudian, aku melihat sesuatu yang membuatku lupa segala janjiku pada Patriot. Pintu jip kedua mengayun terbuka, dan seorang gadis dengan rambut gelap panjang dikuncir kuda berguling keluar. Selama beberapa saat, dia jatuh berguling-guling, lalu berjuang untuk berdiri. Dia menengadah ke bubungan atap dan dengan panik melambaikan tangannya di udara.
Itu June. Dia di sini. Tak ada keraguan lagi sekarang: dia tidak ingin aku memisahkan Elector dengan para pengawalnya.
Suara Pascao muncul lagi. Tetap pada rencana, desisnya. Abaikan June tetap pada rencana, kau dengar aku"
Aku tak tahu apa yang merasukiku getaran listrik menjalar di punggungku. Tidak June, kau tidak bisa berhenti sekarang, sebagian diriku berkata. Aku ingin Elector mati. Aku ingin mendapatkan Eden kembali.
Tapi di sana ada June, melambaikan tangan di tengah jalanan penuh risiko, membahayakan hidupnya demi memberi peringatan untukku. Apa pun alasannya, pasti sesuatu yang baik. Pasti. Apa yang kulakukan" Percaya padanya, sesuatu di dalam diriku berkata. Aku menekan mata sampai tertutup dan menundukkan kepala.
Setiap detik yang berdetak sekarang adalah jembatan antara hidup dan mati.
Percayalah padanya. Mendadak aku melompat dan lari menyeberangi atap. Dengan marah, Pascao meneriakkan sesuatu padaku lewat earpiece. Kuabaikan dia. Sementara kendaraan-kendaraan melaju ke sebelah bangunan tempatku berada, kutarik pemicu granatku dan kulempar granat itu sejauh yang kubisa ke arah blok. Tepat ke depan tempat yang Patriot hendaki menjadi tujuan rombongan Elector.
Day! suara Pascao panik. Tidak apa yang kau
segera melompat saat ledakan mengguncang bumi. Jipjip itu mendecit berhenti tepat di depan ledakan jip Elector mencoba berbelok memutari reruntuhan, tapi salah satu bannya terbakar sehingga terpaksa berhenti. Aku telah sepenuhnya memblokir jalan yang seharusnya mereka tuju, tempat Patriot menunggu Elector. Dan, jipjip pengawal Elector yang lain masih di sini, seluruh rombongan.
Sekarang, June berlari cepat ke arah kendaraan Elector. Jika dia berusaha menyelamatkan Elector, aku tidak boleh membuang waktu. Aku kembali melompat, berayun ke sisi atap, dan mencengkeram pipa pancuran atap di pinggir bangunan. Lalu aku meluncur. Pipa itu terputus di tengah bangunan dan membuatku terlempar kehilangan keseimbangan, tapi aku melantingkan diri dan mencengkeram tepi birai jendela dekat situ. Kakiku mendarat di birai lantai dua. Aku meloncat turun ke lantai satu dan berguling.
Jalanan benar-benar kacau. Di antara teriakan dan asap, aku bisa melihat para tentara Republik berlari ke arah jip-jip, sementara tentara yang berada di jip-jip lain buruburu keluar untuk mencapai Elector. Beberapa anggota Patriot yang menyamar tampak bimbang, bingung gara-gara ledakanku yang salah waktu. Sekarang sudah terlambat untuk memisahkan jip Elector dari yang lain terlalu banyak tentara. Mereka berbondong-bondong datang ke jalan itu.
Aku merasa kaku, dalam beberapa hal sama bingungnya dengan mereka, masih tak yakin kenapa aku melakukan hal yang berkebalikan dengan yang kurencanakan.
Tess! teriakku. Dia berada tepat di tempat seharusnya dia berada, membeku di balik bayangbayang bangunan tempatku menunggu tadi. Aku berlari mendekatinya dan mencengkeram bahunya.
Apa yang terjadi" dia balas berteriak, tapi aku hanya membalikkan tubuhnya.
Pintu masuk terowongan, oke" Jangan tanya! Kutunjukkan padanya arah menuju bungker Patriot, tempat seharusnya kami bersembunyi setelah
yang tak ditutup-tutupi, tapi dia melakukan apa yang kukatakan. Dia segera berlari menjauh, ditelan ke dalam bayang-bayang aman bangunan dan menghilang dari pandangan.
Ledakan lain mengguncang jalan di belakangku. Granat itu pasti datang dari salah satu Buronan lain. Meskipun mereka takkan bisa membawa Elector ke lokasi yang sudah direncanakan, mereka berusaha memblokir jip-jip itu untuk tetap mencoba. Saat ini Patriot pasti berlarian di mana-mana. Mereka pasti akan membunuhku atas apa yang kulakukan. Aku dan Tess harus mencapai terowongan sebelum mereka menemukan kami.
Aku berlari ke arah June saat dia mencapai jip Elector. Di dalam ada seorang pria dengan rambut keriting gelap, dan June berteriak padanya sembari menekan kedua tangan di jendela. Satu ledakan lain meletus entah di mana, memaksa June berlutut. Kulemparkan diri untuk melindunginya saat puing dan reruntuhan menghujani kami dari segala arah. Sebuah balok semen mengenai bahuku, membuatku gemetar karena sakit. Kelompok Patriot jelas berusaha mengejar waktu mereka yang hilang, tapi penundaan tadi telah sangat merugikan mereka. Seandainya mereka putus asa, aku tahu mereka hanya akan melupakan siaran pembunuhan yang sebenarnya dan langsung meledakkan jip Elector.
Para tentara Republik berhamburan di jalan. Aku yakin mereka juga sudah melihatku sekarang. Kuharap Tess aman di tempat persembunyian.
June! Dia tampak linglung dan bingung, tapi kemudian dia mengenaliku. Saat ini tak ada waktu untuk menyapa.
Sebuah peluru menderu di atas kepala kami. Aku merunduk dan melindungi June lagi; salah satu tentara di dekat kami tertembak kakinya. Tolonglah Tolong biarkan Tess berhasil tiba dengan selamat di pintu masuk terowongan. Aku berbalik dan bertatapan dengan mata besar Elector di jendela. Jadi, inilah pria
dia akan menegakkan semua hukum ayahnya. Dia adalah raja muda yang menjadi simbol Republik: perang dengan Koloni yang menyebabkan penyakit Eden, hukum yang membuat keluargaku tinggal di sektor kumuh dan menyebabkan mereka meninggal, hukum yang mengirimku untuk dieksekusi karena aku gagal dalam beberapa tes bodoh sialan saat aku sepuluh tahun. Pria ini adalah Republik. Seharusnya kubunuh dia sekarang.
Tapi kemudian, aku berpikir tentang June. Jika June tahu alasan kenapa kami harus melindungi pria ini dari Patriot, dan cukup memercayainya sampai rela membahayakan nyawanya dan nyawaku, aku akan percaya padanya. Kalau aku menolak, aku akan memutuskan hubungan dengan June selamanya. Bisakah aku hidup dengan itu" Pikiran tersebut membuatku merasa dingin sampai ke tulang.
Aku menghadap ke jalanan yang diledakkan dan melakukan sesuatu yang tak pernah kukira akan kulakukan seumur hidup. Aku berseru sekeras yang kubisa pada para tentara.
Mundur ke jip! Halangi jalan! Lindungi Elector! Kemudian, saat para tentara mencapai Elector, dengan panik aku berteriak pada mereka, Keluarkan Elector dari mobilnya! Bawa beliau pergi dari sini mereka akan meledakkan jipnya!
June menarik kami menunduk saat peluru lain mengenai tanah di dekat kami. Ayo, seruku. Dia mengikutiku. Di belakang kami, lusinan tentara Republik sudah tiba di lokasi. Kami menyaksikan sekilas saat Elector keluar dari jipnya, lalu terburu-buru pergi di bawah perlindungan tentara-tentaranya. Peluru beterbangan. Apa aku baru saja melihat sebuah peluru mengenai dada Elector" Tidak cuma lengan atasnya. Kemudian Elector lenyap, menghilang di tengah lautan tentara.
Dia selamat. Dia akan berhasil. Aku hampir tidak bisa bernapas gara-gara pikiran itu aku tak tahu harus senang atau marah. Setelah semua rencana yang
gara aku dan June. Apa yang telah kulakukan"
Itu Day! teriak seseorang. Dia hidup! Tapi, aku tidak berani menoleh lagi. Kuremas tangan June lebih kuat dan kami tergesa berlari di antara puing dan asap.
Kami bertabrakan dengan anggota Patriot yang pertama. Baxter. Dia berhenti sejenak saat melihat kami, lalu menangkap tangan June.
Kau! dia meludah. Namun, June terlalu cepat untuknya. Sebelum aku bisa menarik pistol di pinggangku, June melepaskan diri dari cengkeramannya. Dia hendak mencengkeram kami lagi tapi seseorang memukulnya tepat di wajah sebelum kami bisa bergerak lagi. Aku bertatapan dengan mata membara Kaede.
Dengan marah, dia mengibaskan tangan pada kami. Sana, cari aman! serunya. Sebelum yang lain menemukan kalian!
Ada keterkejutan mendalam di wajahnya apa dia kaget karena rencana itu gagal" Apa dia tahu kami yang menggagalkannya" Dia pasti tahu. Kenapa dia juga menyerang Patriot" Kemudian, dia berlari pergi. Sesaat, kubiarkan tatapanku mengikutinya. Cukup meyakinkan, Anden tidak terlihat di mana pun dan para tentara Republik sudah balas menembak ke atap.
Anden tidak terlihat di mana pun, aku berpikir lagi. Apa percobaan pembunuhan itu sudah secara resmi gagal"
Kami terus berlari sampai kami tiba di sisi lain ledakan. Mendadak ada anggota Patriot di mana-mana; beberapa berlari ke arah para tentara sambil mencari cara menembak Elector, dan yang lainnya lari ke terowongan. Mengejar kami.
Satu ledakan lagi mengguncang jalanan seseorang telah berusaha, dengan sia-sia, untuk menghentikan Elector dengan granat lain. Mungkin akhirnya mereka berhasil meledakkan jipnya. Mana Razor" Apa sekarang dia berusaha membunuh kami" Kubayangkan wajahnya
Kami akhirnya tiba di gang sempit yang menuju terowongan, hanya sedikit di depan anggota Patriot yang mengejar kami.
Tess di sana, merunduk dalam bayang-bayang di dekat dinding. Aku ingin teriak. Kenapa dia tidak masuk ke terowongan menuju tempat persembunyian"
Masuk, sekarang, kataku. Seharusnya kau tak perlu menungguku.
Tapi dia tidak bergerak. Dia berdiri di depan kami dengan tangan terkepal, tatapannya bolak-balik antara aku dan June. Aku bergegas mendekatinya dan mencengkeram tangannya, lalu menariknya bersama kami ke salah satu jeruji logam kecil yang berjajar di tempat dinding gang itu bersentuhan dengan tanah. Aku bisa dengar tanda-tanda pertama anggota Patriot di belakang kami. Tolonglah, tan-pa suara aku memohon. Tolong biarkan kami jadi yang pertama tiba di tempat persembunyian.
Because You 4 Gento Guyon 14 Kemelut Iblis Sengketa Tahta Leluhur 3

Cari Blog Ini