Anna Karenina Jilid 2 Karya Leo Tolstol Bagian 11
"Baiklah, baiklah, nanti kita lihat sama-sama," ujar Kitty berbisik. "Sekarang pergilah, dia akan tidur."
VII Agafya Mikhailovna keluar dengan bersijingkat; si bibi menurunkan kerai, mengusir lalat dari bawah tirai ranjang yang terbuat dari kain mus l in, mengusir lalat kerbau yang telah menumbuk kaca jendela, kemudian duduk sambil mengipas-ngipaskan ranting pohon birk yang telah layu.
"Bukan main panasnya! Udara begini, hujan baru enak," ujarnya.
"Ya, ya, st-st-st ... ," itu saja jawab Kitty sa.mbil mengayun-ayunkan badan dan memeluk dengan mesra tangan kecil yang seolah
LEOTOLSTOI diikatkan dengan benang ke pergelangan; dengan tangan itu Mitya melambai-lambai lemah sambil mengedap-ngedipkan mata. Tangan kecil itu benar-benar mengharu-biru hati Kitty: ia ingin mencium tangan itu, tapi ia takut melakukannya, jangan-jangan anak itu terbangun. Akhirnya tangan itu berhenti bergerak dan mata itu pun mengatup. Hanya kadang-kadang anak itu, sambil terus melakukan geraknya, menatap sang ibu dengan mengangkat sedikit bulu matanya yang panjang lentik dan dengan mata basah yang dalam cahaya setengah terang tampak hitam. Si bibi berhenti mengipas dan mengantuk. Dari t atas terdengar suara Pangeran Tua dan tawa Katavasov.
"Bisa juga mereka bicara tanpa aku," pikir Kitty. "Tapi bagaimanapun, kesal juga, Kostya tak ada. Ia per g i lagi ke peternakan lebah. Biarpun sedih, ia sering berada di sana, tapi aku senang juga. Pekerjaan itu menghiburnya. Sekarang ia jadi lebih gembira dan lebih baik daripada di musim semi yang lalu."
"Biasanya dia amat murung dan tersiksa, sampai aku merasa ngeri memikirkannya. Bukan main lucunya dia itu!" bisiknya sendiri sambil tersenyum.
Kitty tahu apa yang menyiksa suaminya, yakni bahwa suaminya itu tak beriman. Tapi keadaan itu tak membuatnya kurang bahagia, sekalipun sekiranya orang bertanya kepadanya apakah kalau suaminya tetap tak beriman, menurut perkiraannya, dalam hidup mendatang dia akan tertimpa bencana, ia akan menjawab bahwa suaminya memang akan tertimpa bencana. Dan sebagai orang yang punya keyak inan bahwa tak mungkin ada keselamatan bagi orang yang tak percaya, dan sebagai orang yang terlebih mencinta i jiwa suaminya di dunia ini, ia selalu memikirkan suaminya yang tak percaya itu dengan senyuman, dan selalu mengatakan kepada sendir i bahwa suaminya itu lucu.
"Buat apa sepanjang tahun ia membaca soal-soal filsafat itu?" pikirnya. "Kalau semua soal itu tertulis di dalam buku, berarti ia bisa memahami semuanya itu. Kalau semua itu tak benar, buat apa dia membacanya" Ia sendiri mengatakan bahwa ia berharap bisa percaya. Jadi kenapa pula ia tak percaya" Apa karena ia terlalu banyak berpikir" Dan ia banyak berpikir karena merasa sepi" Selalu
517 518 ANNA KAR"N!NA sendirian, ya, sendirian" Dengan kami, tak bisa ia membicarakan segalanya. Aku pikir, tamu-tamu ini akan menyenangkan dia, terutama Katavasov. Ia senang bersoal-jawab dengan Katavasov," pikirnya, dan seketika itu pun ia beralih memikirkan soal di mana sebaiknya ia akan menempatkan Katavasov. "Terpisah atau bersama dengan Sergei Ivanovich?" Dan tiba-tiba datang pikiran yang membuatnya mengg igil karena gelisah, dan bahkan mengganggu Mitya, seh ingga anak itu menatap kereng kepadanya. "Tukang cuci kalau tak salah belum mengembalikan kain seprai, sedangkan untuk tamu-tamu itu belum ada kain seprai. Kalau tak kuurus, nanti Agafya Mikhailovna memberikan kain seprai bekas kepada Sergei Ivanovich," dan akibat pikiran itu saja darah pun naik ke wajah Kitty.
"Ya, aku harus mengurusnya," pik imya memutuskan, tapi ketika ia tinjau ulang pikiran-pikiran sebelumnya, teringat olehnya sesuatu yang penting, menuntut perhatian, dan belum ia pikirkan sampai tuntas. Maka mulailah ia memikirkannya. "Ya, Kostya orang yang tak beriman," teringat kembali olehnya hal itu sambil tersenyum.
"Ya, tak beriman! Tapi lebih baik biarlah ia tetap demikian daripada seperti Nyonya Stahl atau seperti yang ingin kutiru sewaktu di luar negeri dulu. Tidak, suamiku sudah tak bakal bisa berpurapura lagi."
Dan contoh baik watak suaminya belum lama ini pun terbayang jelas di depan mata. Dua minggu yang lalu diterima surat tobat dari Stepan Arkadyich kepada Dolly. Ia memohon Dolly untuk menyelamatkan kehormatannya dan menjual tanah milik Dolly untuk melunasi utang-utangnya. Dolly jadi amat putusasa, amat membenci suaminya, memandangnya hina, menyesalinya, memutuskan untuk bercerai, dana menolak permintaan itu, tapi akhirnya setuju juga menjual sebagian tanah miliknya. Setelah itu, disertai senyum haru yang tak disengaja, Kitty ingat bagaimana suaminya kebingungan, berkali-kali melakukan pendekatan kaku terhadap persoalan yang sedang dihadapinya itu, tapi akhirnya memutuskan menempuh cara satu-satunya untuk membantu Dolly tanpa harus menyinggung perasaannya dan mengusulkan kepada Kitty untuk memberikan kepada Dolly sebagian tanah milik Kostya, suatu hal yang samasekali tak terpikirkan Kitty sebelumnya.
LEOTOLSTOI "Orang tak beriman macam apa pula dia itu" Ia orang yang punya hati; ia tak mau orang lain patah hati, termasuk anak-anak! Semuanya untuk orang lain, untuk diri send iri tak ada. Sergei Ivanovich pun berpendapat, tugas Kostya seharusnya menjadi pengatur rumahtangganya. Demikian pula pendapat Dolly. Sekarang Dolly dan anak-anaknya berada dalam perlindungannya. Dan kepada petani-petani yang tiap hari datang itu, seakan wajib baginya untuk mengabdi pada mereka."
"Ya, jadilah seperti bapakmu, ya, seperti bapakmu itu saja," ujarnya sambil menyerahkan Mitya kepada si bibi dan menyentuhkan bibirnya ke pipi anak itu.
VIII Sejak menyaksikan kematian abang yang d icintainya, untuk pertama kali Levin memandang persoalan hidup dan mati melalui keyakinan yang disebutnya keyak inan baru yang secara tak kentara, ketika ia berusia antara duapuluh dan tigapuluh empat tahun, telah menggantikan kepercayaannya di masa kanak-kanak dan remaja dulu. Ia pun kagum bukan hanya terhadap kematian, tapi juga terhadap kehidupan, dan ia tak tahu sedikit pun dari mana, untuk apa, mengapa, dan apa sesungguhnya hidup itu. Organisme, kelestarian materi, hukum penyimpanan tenaga, perkembangan-semua itu kata-kata yang telah menggantikan kepercayaannya sebelumnya. Kata-kata itu, serta pengertian-pengertian yang terkait dengannya, sangat baik untuk tujuan berpikir; tapi untuk hidup kata-kata itu tak memberikan apa-apa; dan tiba-tiba saja n merasa seperti orang yang kiranya mau menukar mantel bulunya yang hangat dengan pakaian dari kain muslin; dan untuk pertama kalinya ia pun merasa yakin (bukan dengan berpikir, melainkan dengan seluruh hidupnya) bahwa dengan pakaian seperti itu di tengah padang salju sama saja dengan bertelanjang bulat; dan tidak boleh tidak ia pasti tewas secara menyedihkan.
Semenjak itu, sekalipun tak menyada r i dan terns men jalani hidup seperti sebelumnya, Levin tak henti-hentinya merasa takut,
519 520 ANNA KAR"N!NA justru karena i a tak mengerti.
Selain itu, secara samar-samar ia merasa bahwa yang dinamakan
nan sesungguhnya adalah ketidaktahuan, dan keyakinan itu sesungguhnya hanyalah cara berpikir yang tak memungkinkan dia mengetahui apa yang seharusnya diketahui.
Semula, perkawinan, kegembiraan, dan kewa jiban baru yang baru dikenalnya benar-benar telah menindas pikiran-pikiran itu; tapi waktu terakhir ini, sesudah istrinya melah irkan dan ia tinggal di Moskwa tanpa urusan, Levin makin sering dan makin terpaksa mencari pemecahan atas persoalan tersebut.
Persoalan yang dihadapinya itu demikian: "Kalau aku tak mengakui jawaban-jawaban yang diberikan agama Kristen terhadap persoalan hidupku, lalu jawaban-jawaban apa yang kuakui?" Dan ia samasekali tak bisa menemukan jawaban-jawaban itu di dalam seluruh khazanah keyakinan yang dimilikinya; ia bahkan tak bisa menemukan hal yang sekadar mirip dengan jawaban itu.
Dalam hal ini ia seperti orang yang mencari-cari makanan di toko-toko yang menjual barang mainan atau alat.
Tanpa dikehendaki, dan tanpa sadar, ia sekarang mencari hubungan dirinya dengan persoalan itu beserta pemecahannya di dalam buku apa saja, di dalam percakapan apa saja, dan di dalam diri siapa saja.
Yang paling mengherankan dan mengecewakannya, sebagian besar orang yang sekalangan dan seusia dengannya, dan telah mengubah kepercayaannya yang lama dengan keyakinan baru seperti yang i a punyai ini, tak melihat adanya bencana apapun dan merasa betulbetul puas dan tenang. Dengan demikian, di samping persoalan pokok, Levin masih tersiksa oleh persoalan lainnya: tuluskah orangorang tersebut" Apakah mereka itu tidak pura-pura saja" Ataukah mereka itu lain caranya, atau lebih tegas lagi, bisa memahami jawaban-jawaban yang di berikan ilmu pengetahuan terhadap persoalan yang dihadapinya" Dan dengan penuh kesungguhan ia pun mempelajari pendapat orang-orang itu dan mempelajari buku-buku yang menyampaikan jawaban-jawaban itu.
Ada satu hal yang i a temukan semen jak persoalan itu menarik perhatiannya. la menemukan bahwa ia telah k e l iru menganggap
LEOTOLSTOI agama sudah kuno dan tak diperlukan lagi; begitulah pendapat orang-orang di sekitarnya di masa belajar di universitas. Semua orang yang baik dan akrab dengannya adalah orang yang percaya. Baik Pangeran Tua, Lvovyang begitu dihormatinya, Sergei Ivanovich, maupun semua perempuan itu adalah orang yang percaya; istrinya pun orang yang percaya, seperti dirinya sendiri d i masa kanakkanak; dan sembilanpuluh sembilan persen rakyat Rusia pun orangorang yang percaya; begitu pula seluruh rakyat Rusia yang hidupnya paling menimbulkan rasa hormat dalam dirinya.
Hal yang lain adalah bahwa sesudah membaca banyak buku, ia merasa yakin bahwa orang-orang yang punya pandangan sama dengan dia samasekali tak memahami apa yang dimaksud oleh buku-buku itu; mereka samasekali tak memberikan pen jelasan, melainkan sekadar menilai negatif persoalan tersebut, persoalan yang menurut pendapatnya, kalau tidak diberikan jawabannya tidak mungkin dia hidup; dan mereka itu hanya mencoba memecahkan persoalan-persoalan yang lain samasekali, yang tidak menarik minatnya, seperti misalnya persoalan perkembangan organisme, penjelasan mekanis sekitar nyawa, dsb.
Selain itu, ke istrinya melahirkan, telah terjadi padanya satu peristiwa luarbiasa. Sebagai orang yang tak percaya, waktu itu ia mulai berdoa, dan pada waktu berdoa ia percaya. Tapi beg itu saat itu lewat, sikap batin tadi tak lagi dihiraukannya.
Tak bisa ia mengakui bahwa pada waktu itu ia benar, dan sekarang ia keliru, karena begitu ia mulai memikirkan halitu dengan tenang, segalanya pun pecah berantakan; ia pun tak bisa mengakui bahwa waktu itu ia keliru, karena ia memang menghargai betul sikap batinnya pada waktu itu, sedangkan kalau ia mengakui sikapnya tadi sebagai kelemahan, itu berarti ia mencemarkan detik-detik yang pernah dialaminya. Maka sekarang ini ia sedang mengalami perselisihan besar dengan diri sendiri, dan ia sedang mengerahkan segenap kekuatan jiwanya untuk keluar dari perselisihan tersebut.
Pikiran-pikiran itu melelahkan dan menyiksanya, kadang melemah,
521 522 ANNA KAR"N!NA kadang pula menguat, tapi tak pernah semua itu meninggalkan Levin. Ia terns membaca dan berpikir, dan makin banyak ia membaca dan berpikir, makin jauh ia merasa dirinya dari tujuan yang dikejarnya.
Terakhir di Moskwa dan di desa, ia merasa yakin bahwa dirinya tak mungkin memperoleh jawaban dari kaum materialis, ia pun membaca dan membaca kembali Plato, Spinoza, Kant, Schelling, Hegel, maupun Schopenhauer, filsuf-filsuf yang tidak memberikan penjelasan mengenai hidup ini secara materialistis.
Pikiran-pikiran itu i a rasakan bermanfaat sewaktu membaca atau menyusun sendiri bantahan terhadap ajaran-ajaran lain, terutama terhadap ajaran yang materi s; tapi begitu ia membaca atau memikirkan sendiri pemecahan atas persoalan-persoalan tadi, terulanglah hal yang sama. Ketika ia mendalami definisi kata-kata yang tak jelas artinya seperti semangat, keinginan, kemerdekaan, substansi, dan dengan sengaja memasuki perangkap kata-kata yang memang dipasang baginya oleh para uf, dan i a pasang untuk dirinya sendiri, seakan-akan ada yang mulai i a pahami. Tapi ketika ia melupakan jalan pikiran yang hanya tiruan itu dan kembali menghadapkan kehidupan nyata dengan hal yang tampaknya memuaskan itu, ketika i a berpikir mengikuti jalan pikiran yang sudah ada, maka tiba-tiba bangunan tiruan itu pun runtuh seperti rumah kartu yang disusun dari sebuah pola kata-kata tanpa memedulikan hal yang lebih penting dalam hidup ini daripada akal.
Suatu kali, sewaktu ia membaca Schopenhauer, ia mengganti kata keinginan dengan kata c inta, dan filsafat yang baru itu, untuk sekitar dua hari lamanya, sejauh ia terus memikirkannya, memang memberinya ketenangan; tapi afat itu runtuh juga ketika ia meni n jaunya dari sudut pandang kehidupan nyata, dan temyata filsafat itu hanya seperti pakaian dari muslin dan tidak menghangatkan.
Abangnya Sergei Ivanovich menyarankan dia membaca tulisan tentang ketuhanan karangan Khomyakov. Ia membaca dua jilid tulisan Khomyakov itu; mesk ipun mula-mula nada tulisan yang polemis, simpatik, dan jitu itu membuatnya mual, ia merasa terpukau juga oleh ajaran tentang gereja di dalamnya. Semula ia kagum dengan pikiran yang menyatakan bahwa kemampuan untuk
LEOTOLSTOI memahami kebenaran ketuhanan tidak diberikan kepada seorang manusi a, melainkan kepada umat manusia yang dipe an oleh cinta, yaitu gereja. Maka giranglah ia memikirkan bahwa lebih mudah baginya memercayai gereja yang sudah ada dan hidup, yang merupakan tumpuan kepercayaan banyak orang dan dikepalai oleh Tuhan sendiri, dan karena gereja bersifat suci dan tak mungkin berbuat salah; dari situ ia bisa menerima kepercayaan kepada Tuhan, kepada ciptaanNya, kepada ke jatuban dalam dosa, dan kepada penebusan. Itu lebih mudah daripada ia memulai dari Tuhan yangjauh dan rahasia, kemudian baru menuju ciptaanNya tersebut. Tapi ketika kemudian ia membaca sejarah gereja dari pengarang Katolik dan sejarah gereja dari pengarang gereja Ortodoks, dan melihat bahwa kedua gereja yang sama-sama tak bisa berbuat salah itu saling menyangkal, maka i a pun kecewa pula dengan ajaran gereja karangan Khomyakov, dan bangunan itu pun runtub berantakan seperti halnya bangunan-bangunan afat yang lebih dulu dipakainya.
Sepanjang musim semi itu ia betul-betul tidak sadar akan dirinya dan mengalami saat-saat yang mengerikan.
"Tanpa mengetahui siapa aku ini, dan mengapa aku di sini, tak mungkin aku hidup. Dan mengetahui ha! itu aku tak bisa, jadi kesimpulannya, tak mungkin aku hidup," kata Levin kepada sendiri.
"Dalam rentang waktu yang tak ada akhirnya, dalam materi yang tak ada akhirnya, dan dalam ruang yang tak ada akhirnya, muncul gelembung organisme, dan gelembung itu bertahan sebentar untuk kemudian meletus; dan gelembung itu adalah aku."
I n i adalah ketidakbenaran yang menyiksa, tapi ketidakbenaran itu adalah basil terakhir pikiran manusia selama berabad-abad di bidang ini.
Inilah dogma terakhir manusia, yang menjadi dasar semua sistem pemikiran di hampir semua cabang kehidupan. Ini adalah keyak inan yang dominan, dan dari semua penjelasan yang ada, Levin, tanpa tanpa mengetahui kapan dan bagaimana caranya, justru menerima penjelasan ini, yang bagaimanapun Iebih jelas daripada yang lain.
523 524 ANNA KAR"N!NA Padahal itu adalah ketidakbenaran, dan itu juga mernpakan ejekan kejam kekuatanjahat, kekuatan yang memuakkan dan semacamnya, sehingga tidak mungkin orang kiranya tunduk kepadanya.
Orang barns melepaskan diri dari kekuatan itu. Dan usaha melepaskan diri bisa dilakukan oleh setiap orang. Orang barns menghentikan ketergantungannya pada kejahatan. Dan untuk itu ada satu cara, yaitu mati.
Dan begitulah, sebagai seorang yang berkeluarga bahagia dan sebagai orang yang sehat, Levin beberapa kali sudah begitu dekat dengan keinginan bunuh diri, sehingga ia sendiri terpaksa menyingkirkan tali agar tidak menggantung diri, dan ia takut berjalan membawa senapan, jangan-jangan ia akan menembak diri.
Tapi Levin tidak menembak diri, tidak menggantung diri, dan terns hidup.
Ketika Levin memikirkan soal siapakah dirinya, dan untuk apa ia hidup, ia tak memperoleh jawaban. Akibatnya, ia pun putusasa; tapi ketika berhenti bertanya kepada dirinya tentang hal itu, ia seolah tahu siapakah dirinya, dan untuk apa ia hidup, karena ia bisa bergerak dan hidup dengan mantap dan pasti, bahkan pada waktu terakhir itu ia hidup jauh lebih mantap dan pasti daripada sebelumnya.
Awai bulan Juni, sepulangnya ke desa, ia pun kembali ke pekerjaannya yang biasa. Selama itu ia sibuk dengan pertanian, dengan para petani dan para tetangga, dengan persoalan rnmahtangga, urusan saudara perempuan dan saudara lelaki yang sedang ditanganinya, hubungan dengan istri dan sanak-saudara, macam-macam pekerjaan yang ada hubungannya dengan anak, dan kegiatan mencari lebah barn, yang sejak musim semi itu sangat menyibukkan d ia.
Semua itu ia n bukan dengan tujuan menyesuaikan diri dengan pandangan umum seperti pernah i a lakukan; sebaliknya, sekarang, karena di satu pihak kecewa dengan kegagalan usahausaha sebelumnya untuk kepentingan umum, dan di pihak lain terlalu sibuk dengan pik iran-pikiran sendir i dan dengan berbagai urusan yang banyak jumlahnya dan menimbun dari berbagai penLEOTOLSTOI juru, ia sudah meninggalkan samasekali maksud-maksud yang berkaitan dengan kepentingan umum; sekarang urusan itu ia tangani hanya karena menurut pendapatnya i a harus melakukan apa yang pernah ia lakukan, dan ia memang tak bisa berbuat lain daripada itu.
Dulu (dimulai di masa kanak-kanak dan terus berkembang sampai dewasa), kalau ia mencoba melakukan sesuatu yang kiranya bisa memberikan kebaikan kepada semua orang, kepada umat manusi a, kepada Rusia, kepada seluruh desa, ia melihat bahwa pikiran-pikiran tentang itu terasa menyenangkan, namun kegiatan itu sendiri selalu tak berjalan lancar; tak ada keyakinan penuh bahwa urusan itu memang mutlak diperlukan, dan keg iatan yang semula tampak agung itu makin lama mak in merosot, dan akhimya hilang samasekali; tapi sekarang, sesudah ia kawin dan makin lama makin membatasi diri dengan h idup untuk dir i sendiri, sekalipun i a tak lagi merasa senang memikirkan keg iatannya, ia merasakan adanya keyakinan bahwa urusannya itu mutlak diperlukan, dan ia pun melihat bahwa urusannya itu jauh lebih mudah diperdebatkan daripada dulu, dan makin lama makin luas ruang lingkupnya.
Sekarang, seakan bertentangan dengan kehendaknya sendiri, makin lama i a makin dalam menghunjam bumi, seperti bajak, sehingga tak bisa lagi ia melepaskan diri kalau ia tak membelokkan jalannya bajak.
Hidup berkeluarga seperti dijalani bapak-bapak dan kakekkakek, yang berarti hidup dengan syarat-syarat pendidikan tertentu dan dengan syarat-syarat itu pula mendidik anak, memang mutlak diperlukan. Itu sama saja dengan makan siang ketika orang ingin makan; dan untuk itu di desa Pokrovskoye i a perlu menj n usaha pertanian secara menguntungkan, seperti orang perlu menyiapkan makan siang. Seperti orang perlu membayar utang, demikianlah orang perlu mempertahankan tanah keluarga sedemikian rupa sehingga ketika sang anak menerima tanah sebagai warisan, anak itu akan mengucapkan terimakasih kepada ayahnya, seperti dulu Levin mengucapkan terimakasih kepada kakek atas segala yang telah dibangun dan ditanam oleh kakek. Karena itu, perlu baginya untuk tidak menyewakan tanah itu, melainkan mengelola sendiri,
525 526 ANNA KAR"N!NA memelihara temak sendiri, memupuk ladang yang ada, dan menanam pohon hutan.
Tidaklah mungkin tidak menangani persoalan Sergei Ivanovich, persoalan saudara perempuannya, persoalan para petani yang datang kepadanya untuk minta nasihat dan sudah terbiasa dengan dia; itu sama mustahilnya dengan membuang anak yang ada di dalam gendongan. Perlu juga ia menyiapkan syarat-syarat hidup yang menyenangkan buat sang ipar perempuan yang telah diundangnya bersama anak-anaknya, juga buat sang istri dan anaknya sendiri, dan mustahil untuk tidak menyisihkan sebagian waktu dalam seha r i untuk berada bersama mereka.
Semua itu, ditambah acara berburu burung dan lebah, memenuhi seluruh hidup n, hidup yang kalau ia pik irkan betul-betul terasa tak adanya artinya samasekali.
Tapi, di samping tahu dengan pasti apa yang dilakukannya, Levin tahu dengan pasti pula bagaimana ia mesti melakukan semua itu, dan urusan mana yang lebih penting daripada yang lain.
Ia tahu, menyewa tenaga buruh harus semurah-murahnya, tapi memperbudak mereka dengan memberikan uang persekot yang lebih murah daripada harga yang seharusnya tidak boleh, sekalipun hal itu sangat menguntungkan. Mernin ta bayaran dari petani di masa paceklik untuk jerami yang dijual kepada mereka boleh dilakukan, sekalipun kasihan sekali mereka itu; tapi kedai minum dan tempat penginapan harus dit iadakan, sekalipun memberikan keuntungan. Pencurian kayu hutan harus dihukum dengan sekeras-kerasnya, tapi melepaskan temak seenaknya tidak perlu d ikenai denda; sekalipun ini mengecewakan para penjaga dan meniadakan rasa takut, t idaklah mungkin untuk tidak melepaskan ternak yang telah masuk.
Kepada Pyotr yang sudah membayar bunga sepuluh persen kepada tukang rente itu harus diberikan pinjaman agar ia bisa menebus pinjamannya; tapi Levin tak boleh membatalkan atau memperpanjang jangka waktu pembayaran sewa bagi para petani yang tidak membayar. Tidak boleh pengatur rumahtangga membiarkan perumputan tidak disabit dan rumput dibiarkan sia-sia; tapi tidak boleh pula menyabit delapanpuluh desyatin tanah yang sudah ditanami hutan muda itu. Tidak boleh memaatkan pekerja yang di
LEOTOLSTOI waktu kerja per g i pulang karena ayahnya meninggal, betapapun sayangnya dia kepada si ayah, dan perlu membayarnya lebih murah untuk bulan-bulan yang sangat berharga, karena uangnya telah dihabiskan untuk berfoya-foya; tapi tidak boleh kita tidak memberikan bayaran in natura kepada orang-orang tua dan kepada orang-orang sehat tapi tak cocok untuk pekerjaan apapun. Levin juga tahu bahwa pada waktu pulang pertama-tama ia
menemui istrinya yang sedang tak sehat; sedangkan para petani yang sudah tiga jam menantinya boleh menantinya lagi; dan i a pun tahu bahwa sekalipun ada kenikmatan dalam menempatkan kawanan lebah, ia harus meninggalkan kenikmatan itu, dan sesudah ia tugaskan orang tua itu untuk menempatkan kawanan lebah tadi, pergilah ia berbicara dengan para petani yang menjumpainya di tempat petemakan lebah.
Baikkah atau burukkah tindakan yang diambilnya sekarang, ia tak tahu, dan ia pun tak hendak membuktikannya, bahkan ia menghindari percakapan-percakapan dan pikiran-pikiran tentang bal tersebut.
Pemikiran-pemikiran hanya membuatnya bimbang dan menghalangi dia melihat perbedaan antara apa yang harus dan apa yang tidak harus dilakukan. Sedangkan kalau ia tidak berpikir, melainkan sekadar hidup, dalam hati ia bisa merasakan hadirnya hakim yang tak bisa berbuat salah, hakim yang memutuskan mana di antara dua langkah yang mungkin diambilnya itu lebih baik atau lebih buruk; dan begitu ia mengambil langkah tidak semestinya, maka seketika itu pula i a merasakannya.
Demikianlah i a hidup tanpa mengetahui maupun melihat kemungkinan untuk mengetahui siapakah dia dan untuk apa dia hidup di dunia ini; dan ia pun tersiksa oleh ketidaktahuannya sedemikian rupa sampai ia takut akan melakukan bunuh diri, sekalipun bersamaan itu dengan mantap ia menyiapkan jalan hidupnya sendiri.
Pada hari ketika Sergei Ivanovich datang di Pokrovskoye, Levin sedang berada dalam suasana pi k iran yang paling menyiksanya.
527 528 ANNA KAR"N!NA Waktu itu sedang berlangsung kegiatan pertanian yang paling sibuk. Di tengah orang banyak tampak dengan jelas semangat berkorban yang luarbiasa di dalam kerja, suatu hal yang tidak biasa terjadi. Semangat berkorban itu akan mendapat penghargaan besar sekiranya orang-orangyang memperlihatkannya pun menghargainya, sekiranya semangat itu berulang tiap tahun, dan sek iranya efek semangat itu tidak kecil.
Memotong dan mengikat gandum hitam dan haver serta membereskannya, menyabit perumputan, membajak ulang tanah kosong, menebah gandum bibit, dan menyebarkan gandum musim dingin-semua itu tampak sederhana dan biasa saja; dan agar bisa menyelesaikan semua itu, semua orang desa dari tua sampai muda harus tak hent i-hentinya selama tiga-empat minggu bekerja dua kali lebih banyak daripada biasa dengan hanya minum kvas, makan roti hitam dengan bawang, dan pada malam hari terns menebah dan mengangkuti ikatan-ikatan gandum, sehingga sehari-semalam hanya bisa tidur tak lebih daripada tiga jam saja. Dan tiap tahun semua itu berulang di seluruh Rusia.
Karena sebagian besar hidupnya ia habiskan di desa, dan dalam i katan akrab dengan rakyat, maka sewaktu pekerjaan itu berlangsung Levin selalu merasa betapa suasana kerja yang umum bagi rakyat itu terasa juga olehnya.
Dari pagi ia telah datang ke tempat penyebaran gandum hitam yang pe a, dan ke tempat penimbunan haver sesudah diangkut; ia pulang menjelang sang istri dan ipar perempuannya bangun, dan i a minum kopi bersama mereka, lalu pergi jalan kaki ke ladang, di mana orang akan kembali menjalankan mesin penebah gandum untuk menyiapkan bibit.
Sepanjang hari, ketika sedang bercakap-cakap dengan pengatur rumahtangga dan para petani, dan ketika di rumah berbicara dengan sang istri, Dolly, anak-anak Dolly, dan mertua, Levin terus memikirkan satu hal yang senantiasa mengusiknya, selain keg iatan pertanian itu; ia sedang mencari jawaban atas pertanyaan: "Siapakah aku i ni" Di manakah aku berada" Dan kenapa aku ada di sini?"
Sambil berdiri di tengah lumbung dingin penebah gandum yang telah diperbarui atapnya, Levin, lewat pintu depan, memandang
LEOTOLSTOI ke arah rumput di tempat penebahan yang diterangi matahari panas, dan ke arah jerami segar yang baru saja diangkut keluar dari lumbung, di mana debu penebahan yang kering dan pahit bermain-main. Dalam lumbung itu anyaman kayu hazel yang masih berdaun dan masih semerbak baunya ditempelkan ke kerangka kayu esp yang barn dikelupas kulitnya, di bawah atap. Terkadang Levin menatap b g layang-layang yang berkepala warna-warni dan berdada putih, yang sambil bersiul terbang ke bawah atap dan sambil mengepakkan sayap berhenti terbang di celah pintu depan. Terkadang pula ia memandang orang-orang yang berkerumun di penebahan yang gelap berdebu sambil memikirkan hal-hal aneh:
"Buat apa semua ini?" pikirnya. "Buat apa aku berdiri di sini dan memaksa mereka kerja" Buat apa mereka semua begitu repot dan berusaha menunjukkan ketekunannya padaku" Buat apa nenek tua Matryona kenalanku itu bekerja setengah mati" (Aku memang telah memberikan pertolongan pertama kepadanya ketika sebatang belandar menimpanya dalam kebakaran dulu)" pikirnya sambil menatap perempuan kurus itu, yang dengan sebatang penggaruk tengah memindahkan padi-padian, dan dengan kaki telanjang terbakar matahari menginjak lantai penebahan yang keras dan tidak rata itu. "Ketika itu ia memang sembuh; tapi kalau tidak sekarang, pasti besok, sepuluh tahun lag i, ia dikuburkan orang, dan tak ada satu pun yang akan tertinggal dari dirinya; dan bukan hanya dari dirinya saja tak tertinggal sesuatu, melainkan juga dari diri si perlente yang mengenakan rok merah itu, yang dengan gerak cekatan dan mesra merontokkan sekam dari bulirnya. Dia pun akan dikuburkan orang, juga kuda kebiri belang itu, tidak lama lagi," pikimya sambil menatap kuda yang naik-turun perutnya, bemapas cepat dengan lubang hidung mengembang, dan melangkahi roda yang bergerak miring di bawah badannya. "Kuda itu pun akan dikuburkan orang, juga Fyodor si petugas mesin penebah yang jenggotnya menggelombang penuh sekam dan kemejanya yang sobek di bagian bahunya yang putih. Ia melepas-lepaskan ikatan gandum dan memberikan perintah, meneriaki para perempuan, dan dengan gerak cepat membetulkan letak ikatan roda penerus. Tapi yang penting lagi, bukan hanya mereka itu saja yang akan
529 530 ANNA KAR"N!NA dikuburkan orang, melainkan juga aku sendiri, dan tak ada satu pun akan tertinggal. Untuk apa itu?"
Ia memikirkan hal tersebut, dan bersamaan dengan itu menatap arloji untuk mengetahui berapa banyak mereka bisa menebah dalam sejam. Ia perlu tahu itu agar bisa menetapkan kapasitas tugas dalam sehari.
"Sebentar lagi sudah satu jam, tapi mereka barn sampai pada timbunan ketiga," pikir Levin, lalu menghampiri petugas mesin penebah, dan dengan suara yang mengatasi gemuruh mesin ia berteriak kepada orang tua itu agar lebih jarang memasukkan gandum.
"Kamu masukkan terlalu banyak, Fyodor! Coba lihatmenggumpal, karena itu tak bisa cepat. Usabakan rata!"
Fyodor, dengan wajah hitam oleh debu yang menempel di wajahnya yang berkeringat berteriak menjawab, tapi tak juga ia melakukan yang diminta Levin.
Levin menghampiri silinder mesin penebah, menyuruh Fyodor menyingkir, dan memasukkan sendiri gandum itu ke dalam mesin.
Sesudab bekerja sampai menjelang makan siang untuk para petani, Levin keluar bersama petugas mesin penebab dari tempat penebahan, dan sambil berhenti di dekat tumpukan gandum hitam untuk bibit yang berwarna kuning dan tersusun rapi di atas lantai penebahan, ia mulai mengobrol.
Petugas mesin penebah itu datang dari desa yang jauh, dari desa tempat Levin dahulu menyewakan tanah untuk digarap secara koperasi. Sekarang tanah itu disewakan kepada pemilik rumah penginapan.
Levin sekarang bicara dengan petugas mesin penebah tentang tanah tadi, dan bertanya apakah Platon si petani kaya yang baik dari desa itu juga tidak menyewa tanah tahun depan.
"Sewanya mahal; Platon tak mendapat untung, Konstantin Dmitricb," jawab petani itu sambil mengeluarkan bulir-bulir gandum dari dadanya yang berkeringat.
"Tapi kenapa Kir ill ov bisa untung?"
"Mityukha (demikian petani itu menjuluki pemilik rumah penginapan tadi), Konstantin Dmitrich, bagaimana dia tak untung! Dia sih tega memeras, jadi begitulah, dapat untung. Nggak punya rasa
LEOTOLSTOI kasihan kepada orang Kristen. Kalau Paman Fokanich (demikian ia menyebut si tua Platon) mana mau dia menguliti orang" Tiap orang yang berutang dibebaskan. Begitulah, nggak sampai ke mana-mana. Betul-betul manusia dia itu."
"Kenapa dibebaskan?"
"Ya, beg itulah-orang lain-lain; ada orang yang hidup cuma buat diri sendiri, macam si Mityukha itu, cuma buat mengganjal perut send iri; lain dengan Fokanich-orang tua yang benar itu. Supaya jiwanya hidup, dia ingat sama Tuhan."
"Ingat Tuhan bagaimana" Bagaimana itu, hidup buat jiwanya?" tanya Levin hampir berteriak.
"Jelas itu maksudnya, menurut yang benar, menurut Tuhan. Kan orang itu macam-macam" Kita ambil saja Tuan buat contoh; Tuan kan juga nggak suka menyakiti orang .... "
"Ya, ya, selamat tinggal!" ujar Levin tercekik oleh napasnya sendiri karena resah, dan ia pun membalikkan badan, mengambil tongkatnya dan butru-buru pulang. Mendengar kata-kata petani yang menyatakan bahwa Fokanich hidup buat jiwanya, menurut yang benar, menurut Tuhan, maka pikiran-pikiran yang tak terang tapi sangat bermakna itu pun seakan meloncat keluar be a dari suatu tempat yang terkunci, lalu berputar-putar dalam kepalanya menuju ke satu arah, membutakan Levin dengan cahayanya.
XII Dengan l lebar Levin menempuh jalan besar sambil mendengar-dengarkan suara hatinya sendiri (ia belum bisa menyimpulkannya) dan mendengar-dengarkan suasana jiwa yang sebelumnya tak pernah ia temukan.
Kata-kata yang telah diucapkan petani itu membawa akibat seperti letikan listrik dalamjiwanya; letikan itu membentuk kembali dan menghimpun seluruh pikiran yang tercerai-berai, tak bertenaga, terpisah-pisah, dan tak henti-hentinya menyibukkan otaknya. Pikiran-pikiran tadi, tanpa ia ketahui, sekarang menyibukkan otaknya lagi ketika ia berbicara tentang penyewaan tanah itu. Hidup bukan untuk keperluan diri sendiri, tapi untuk Tuhan.
531 532 ANNA KAR"N!NA yang mana" Adakah yang bisa lebi h tak masuk daripada yang telah dikatakan orang itu. la mengatakan, tidak boleh hidup demi apa yang memang kita mengerti, yang memang menarik hati kita, dan memang kita kehendaki, melainkan harus hidup demi sesuatu yang tak bisa dimengerti, demi Tuhan yang tak seorang pun bisa mengerti maupun memastikannya. Lalu bagaimana" Apakah aku tak cukup memahami kata-kata Fyodor yang tak masuk akal itu" Dan kalau aku memahami kata-kata Fyodor yang tak masuk akal itu" Dan kalau memang aku memahaminya, apakah aku meragukan kebenarannya" Dan apakah menurut pendapatku kata-katanya itu bodoh, tidak jelas, tidak tepat"
"T idak, aku bisa memahaminya, dan aku memahaminya persis seperti yang dikehendakinya; aku bisa memahami sepenuhnya dan dengan lebih jelas daripada apapun dalam hidup ini, dan tak pernah dalam hidup ini aku meragukannya dan bisa meragukannya. Dan bukan hanya aku sendiri; semua orang, seluruh dunia, bisa memahami satu hal itu sepenuhnya, tak meragukannya, dan sependapat dengan dia.
Fyodor mengatakan bahwa Kirillov si pemilik rumah penginapan hidup buat perutnya sendiri. Itu bisa dimengert i dan masuk akal. Kita semua, sebagai makhluk yang berpikir, tidak mungkin kerja selain buat perut. Tapi tiba-tiba Fyodor mengatakan bahwa hidup buat perut itu buruk, dan harus hidup buat kebenaran, buat Tuhan; dan aku langsung bisa memahaminya! Dan aku, bersama berjutajuta orang yang hidup berabad-abad yang lalu dan yang hidup sekarang, para petani yang miskin jiwanya, dan orang-orang bijak yang berpikir dan menulis tentang itu dengan bahasa yang takjelas, mengatakan demikian pula. "Kita semua sependapat tentang satu hal ini: untuk apa kita harus hidup, dan apakah yang dinamakan baik. Aku dan semua orang hanya punya satu saja pengetahuan yang mantap, tak bisa disangsikan dan terang, dan pengetahuan itu tak bisa dijelaskan dengan akal; pengetahuan itu di luar akal dan tak punya alasan apapun dan tak mungkin punya akibat apapun.
Kalau keba jikan punya alasan, maka keba jikan itu bukan lagi kebajikan; kalau kebajikan punya akibat, yaitu hadiah, maka i a juga bukan keba jikan. Jadi, kebajikan itu tanpa rangkaian alasan dan
LEOTOLSTOI akibat. Itulah yang kuketahui dan kita semua mengetahuinya. Aku pernah mencari keajaiban, tapi sayang tak kutemukan keajaiban yang kiranya bisa meyakinkan di riku. Tapi inilah sekarang, keajaiban satu-satunya yang mungkin terjadi, yang tetap ada dan mengitariku dari segala penjuru, dan dulu tak kulihat! Mana ada keajaiban yang lebih besar daripada ini" "Apakah telah kutemukan sekarang pemecahan segala persoalan" Apakah telah berakhir sekarang penderitaanku?" pikir Levin ketika i a melangkah di jalan berdebu tanpa menghiraukan panas matahari atau rasa lelah, dan merasa puas telah terlepas dari penderitaan yang lama ditanggungnya. Perasaan yang diperolehnya itu amat menggembirakannya, sehingga menurut penilaiannya tak masuk akal. Maka sesaklah napasnya oleh rasa resah, dan ia tak kuat lagi berjalan lebih lanjut; ia turun dari jalan itu, masuk ke hutan dan duduk di bawah bayangan pohon esp, di atas rumput yang tak tersabit. Dilepasnya topi dari kepalanya yang berkeringat, lalu berbaring sambil bertelekan sebelah tangan di rumput hutan yang kaya air dan berdaun lebat.
"Ya, aku harus sadar dan berpi k ir," pikirnya tatkala ia menatap rumput di hadapannya yang belum kusut dengan tatapan saksama, dan sambil mengikuti gerak serangga kecil warna hijau, yang waktu itu naik menyusuri sebatang rumput hijau, tapi kemudian terhalang daun rumput snitka. Dari awal lagi," katanya kepada sendiri sambil melipat daun rumput snitka itu agar tak menghalangi jalannya si serangga kecil, dan membengkokkan sedikit rum put yang lain agar serangga kecil itu bisa melangkahinya. "Apakah yang menggembirakan diriku sekarang" Apakah yang telah kutemukan?"
"Dulu aku mengatakan bahwa di dalam tubuhku, di dalam tubuh rumput dan serangga itu (nah, ia tak mau menyusuri rumput itu, ia mengembangkan sayap dan terbang ke tempat lain) berlangsung pertukaran materi menurut hukum-hukum fisika, kimia, dan fisiologi. Dan dalam diri kita semua, juga di dalam pohon esp, di dalam awan-gemawan, dan di dalam bintik-bintik kabut, berlangsung proses perkembangan. Proses perkembangan dari apa" Dan menjadi apa" Proses perkembangan dan perjuangan
533 534 ANNA KAR"NINA yang tak kenal henti" Barangkali seperti aliran dan perjuangan di dalam suatu proses yang tanpa akhir! Dan aku dulu merasa heran bahwa sekalipun dengan mengerahkan pikiran sekeras-kerasnya ketika menempuh jalan itu, tetap saja aku tak menemukan makna hidup, makna dorongan-dorongan hatiku dan kecenderungankecenderunganku. Padahal makna dorongan-dorongan hatiku itu demi kian terang, sehingga sesungguhnya, selamanya aku hidup dengan dorongan-dorongan itu; tapi sekarang aku merasa kagum dan gembira seorang petani mengatakan hal itu padaku: hidup untuk Tuhan, untuk jiwa."
"Sebetulnya aku tak menemukan sesuatu pun. Aku hanya mengenali apa yang sudah kuketahui. Aku kini memahami kekuatan yang di masa lalu tak pernah memberikan hidup padaku, tapi sekarang memberikan hidup itu. Aku telah membebaskan diri dari penipuan, dan aku telah mengenali junjunganku."
Dan secara singkat i a pun merunut seluruh jalan pikirannya selama dua tahun terakhir, dimulai dengan pikiran yang terang dan jelas mengenai maut ketika ia menyaksikan sakitnya sang kakak tercinta yang tak terobati lagi.
Pertama kali, ketika dengan jelas ia memahami bahwa di masa depan tidak akan ada apa-apa bagi si apapun dan dirinya sendiri selain penderitaan, maut, dan kelupaan abadi, ia menyimpulkan bahwa ia tidak boleh hidup dengan cara itu; ia harus membuat jelas hidupnya sedemikian rupa sehingga tidak menjadi ejekan jahat setan, atau ia harus menembak diri sendiri.
Tapi ia tidak melakukan yang pertama maupun yang kedua, melainkan terus saja hidup, berpikir, dan merasa, bahkan ia kawin, memperoleh banyak kesenangan, dan baha g ia ket ika tidak memikirkan makna hidupnya.
Apakah gerangan itu maknanya" Itu berarti ia hidup baik, tapi berpikir buruk.
Dulu ia hidup (tanpa sadar) dengan kebenaran spiritual yang ia serap bersama susu sang ibu, tapi selagi berpikir ia tak mengakui kebenaran itu, bahkan menghindari kebenaran itu.
Sekarang menjadi jelas baginya bahwa ia bisa hidup hanya berkat kepercayaan yang memang menjiwai pendidikannya.
LEOTOLSTOI "Jadi orang macam apa kiranya aku ini, dan bagaimana pula kiranya aku menjalani hidup ini, sekiranya aku tak punya kepercayaan ini, jika sekiranya aku tak tahu bahwa aku harus hidup untuk Tuhan dan bukan untuk kepentingan diri sendiri" Barangkali aku sudah merampok, membohong, membunuh. Barangkali tak satu pun dari hal-hal yang menjadi kegembiraan hidupku yang pokok akan tersedia bagiku." Dan sekalipun ia mencoba sekeras-kerasnya dengan daya khayalnya, tetap saja ia tak bisa membayangkan d irinya sebagai seekor binatang, sekiranya ia tak tahu untuk apa i a hidup.
"Aku sudah menca r i jawaban atas pertanyaanku. Tapi jawaban atas pertanyaan itu tak mungkin bermakna bagiku, karena makna itu tak sebanding dengan pertanyaanku. Jawaban atas pertanyaan itu diberikan oleh hidup itu send iri, ketika aku menyadari apa yang baik dan apa yang buruk. Dan kesadaran itu tak mungkin kuperoleh dengan apapun; kesadaran itu datang bersamaan dengan semua yang lain, ia datang karena aku tak bisa mengambilnya dari mana pun.
"Dari mana aku sudah mengambilnya" Apakah dengan akalku aku sudah sampai pada pemahaman bahwa aku harus mencintai orang terdekat dan bukan mencekiknya" Orang mengatakan itu kepadaku ketika aku masih kanak-kanak, dan dengan gembira aku memercayainya, karena kepadaku dikatakan tentang apa yang memang ada dalam jiwaku. Tapi siapakah yang membukakan hal itu" Bukan akal yang membukakannya. Akal hanya mengungkapkan perjuangan demi hidup, membukakan hukum yang menuntut kita mencekik semua orang yang menghalangi terlaksananya keinginankeinginan kita. Itulah kesimpulan akal. Sedangkan mencintai orang lain tidak bisa diberikan oleh , karena hal seperti itu tidak masuk akal."
"Ya, inilah kesombongan," katanya kepada diri sendiri sambil bergerak menelungkup dan mulai menguraikan simpul batangbatang rumput di hadapannya dengan hati-hati agar batang-batang itu tidak patah.
"Dan bukan hanya kesombongan akal, tapi juta kebodohan akal. Tapi yang terpenting, ini adalah kecurangan, ya, kecurangan akal. Ya, justru penipuan akal itulah," ulangnya.
535 536 ANNA KAR"N!NA XIII Dan terkenanglah oleh Levin peristiwa yang belum lama terjadi dengan Dolly dan anak-anaknya. Pada suatu kali, ketika ditinggal sendiri, anak-anak itu mulai menggoreng buah arbei dengan nyala Jilin dan menuangkan susu ke mulut langsung dari wadahnya. Ketika melihat apa yang mereka lakukan, disaksikan Levin, sang ibu mulai menjelaskan kepada mereka betapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan dibereskan oleh orang dewasa gara-gara ulah mereka. Dan pekerjaan itu justru dem i mereka. Kalau mereka memecahkan cangkir, mereka tidak akan punya alat minum teh, dan kalau mereka menumpahkan susu, mereka tidak akan bisa minum apa-apa, dan mereka akan mati kelaparan.
Dan n pun terpesona oleh sikap tenang dan tak percaya yang diperlihatkan anak-anak itu sewaktu mendengar kata-kata sang ibu. Mereka hanya merasa kecewa bahwa permainan mereka yang mengasyikkan itu terhalang, tapi sepatah pun mereka tak memercayai apa yang dikatakan ibu mereka. Mereka tak percaya karena tak bisa membayangkan seberapa besar kebutuhan mereka, dan karena itu mereka tak bisa membayangkan bahwa yang mereka rusak adalah justru sarana bidup mereka.
"Semua itu baik sekali," pik ir mereka. "Di sini tak ada yang menarik atau penting, karena selamanya beg itu, dan selanjutnya akan begitu pula. Dan selalu terus begitu. Tentang itu tak perlu kami pikirkan; sudah begitu adanya; tapi kami cuma ingin bikin penemuan sendiri, dan menemukan yang baru samasekali. Nab, sekarang kami dapat aka) memasukkan buah arbei ke cangkir dan menggorengnya dengan lilin, dan kami gantian menuangkan susu ke mulut langsung dari wadahnya. Ini kan menyenangkan dan baru, dan samasekali tak lebih buruk daripada minum dengan cangkir."
"Apa itu tak sama dengan yang kita n, yang sudah kulakukan, ketika aku dengan akal bendak mencari makna tenaga alam dan hidup manusia?" pikir Levin selanjutnya.
"Apa bukan ini pula yang dilakukan para filsuf, yang dengan jalan pik iran yang aneh dan tak umum bagi manusia hendak mendorong manusia untuk mengetahui apa yang sudah lama ia
LEOTOLSTOI ketahui, dan ia ketahui dengan tepat, sehingga tanpa itu kiranya tak bisa manusia hidup" Apakah tak sudah jelas, bahwa dalam perkembangan teori setiap uf, si uf sendiri sebelumnya sesungguhnya sudah mengetahui bahwa pengetahuannya hanya bersifat ragu-ragu, seperti petani Fyodor, dan sedikitpun tak lebih terang dar ipada makna hidupnya sendiri yang pokok, dan hanya denganjalan yang ragu-ragu saja ia hendak kembali kepada hal yang sudah diketahui semua orang?"
"Cobalah suruh anak-anak menemukan sendiri, membuat pecah-belah sendiri, memerah susu sendiri, dan sebagainya. Apakah mereka akan berbuat nakal" Mereka akan mati kelaparan kiranya. Cobalah umbar diri kita dengan nafsu-nafsu kita, pikiran-pikiran kita, tanpa pengertian tentang Tuhan dan Pencipta yang tunggal! Atau tanpa pengertian bahwa ada yang d inamakan kebajikan, tanpa penjelasan tentang kejahatan moral."
Cobalah tanpa pengertian-pengertian itu kita membangun sesuatu!
Yang bisa kita lakukan hanyalah merusak, karena secara rohaniah kita sudahjenuh. Kita ini anak-anak itu tadi!
"Dari mana aku memperoleh pengetahuan yang menggembirakan ini, yangjuga dimiliki oleh petani itu, dan yang bisa memberikan keteranganjiwa ini" Dari mana aku mendapatkannya?"
"Sebagai orang yang terdidik dalam pengertian tentang Tuhan, sebagai orang Kristen yang mengisi hidupnya dengan keba jikankebajikan rohaniah yang diberikan agama Kristen, dan sebagai orang yang diresapi kebajikan dan hidup dengan kebajikan itu, aku sebenarnya adalah anak-anak sedang merusak atau lebih tepat ingin merusak sarana hidupku sendiri, justru karena tidak memahami kebajikan-kebajikan tadi. Tapi begitu tiba saat hidup yang penting, maka seperti anak-anak sewaktu kedinginan dan kelaparan, aku pun datang kepadaNya, dan lebih buruk lagi daripada anak-anak yang dimarahi ibunya karena kenakalan mereka, aku merasa bahwa usahaku untuk semua itu tidak dimintakan pertangggungjawaban."
Ya, apa yang kuketahui itu sesungguhnya kuketahui bukan dengan akal; ia datang kepadaku, dibukakan padaku, dan aku mengetahuinya dengan hati, dengan kepercayaan pada hal pokok
537 538 ANNA KAR"NINA yang diungkapkan gereja. "Gereja" Ya, gereja!" ulang Levin sambil menggolekkan diri ke sisi lain; dan sambil bertelekan pada sebelah tangan mulailah ia memandang ke kejauhan, ke arah kawanan ternak yang turun ke kali dari arah sana.
"Tapi bisakah aku memercayai semua yang dibukakan oleh gereja?" pikirnya menguji diri dan mempertimbangkan segala yang mungkin merusak ketenangan yang ada padanya sekarang. Dengan sengaja ia mulai mengingat-ingat ajaran-ajaran gereja yang paling selalu tampak aneh olehnya dan selalu menggodanya. "Penciptaan" Tapi bagaimana aku akan menjelaskan tentang eksistensiku ini" Eksistensi" Tak bisa dijelaskan" Setan dan dosa" Lalu bagaimana aku akan menjelaskan soal kejahatan ... " Penebus dosa ... ?"
"Tapi aku tak tahu apa-apa, ya, tak tahu apa-apa, dan tak bisa aku mengetahui, meski sekadar mengetahui, apa yang dikatakan gereja kepadaku dan kepada orang-orang lain."
Dan sekarang ia merasa bahwa di antara dogma-dogma gereja, tak satu pun yang kiranya menghancurkan hal yang pokok-iman kepada Tuhan, kepada kebajikan, sebagai satu-satunya tujuan eksistensi manusi a.
Setiap dogma gereja bisa d ilandasi kepercayaan untuk mengabdi kepada kebenaran sebagai ganti kebutuhan hidup. Dan masingmasing dogma itu bukan hanya tidak menghancurkan hal yang pokok, melainkan juga amat perlu agar bisa terjadi keajaiban yang terus tampil di bumi, kejaiban yang memungkinkan setiap orang mengerti tanpa ragu-ragu lagi mengenai ha! itu, dan membangun kehidupan jiwa yang pantas mendapat pengorbanan dan menjadi satu-satunya ha! yang kita hargai. Dan keajaiban itu harus bisa dipahami pula oleh berjuta-juta orang , orang-orang bijak dan orang-orang bebal, anak-anak maupun orang tua-semua orang, baik petani, Lvov, Kitty, para pengemis maupun para tsar.
Sambil telentang ia menatap langit yang tak berawan. "Apa aku tak tahu bahwa itu keluasan tanpa batas, dan bukan cakrawala bundar?" Tapi betapapun aku memicingkan mata dan mengerahkan penglihatan, aku tak bisa melihatnya kecuali sebagai barang yang bulat dan terbatas, dan sekalipun aku tahu bahwa itu keluasan tanpa
LEOTOLSTOI batas, aku betul-betul tak salah ketika melihat cakrawala birn itu lebih benar daripada ketika aku mengerahkan tenaga untuk melihat yang lebih jauh di sana. n
Kini Levin sudah berhenti berpikir dan seolah hanya mendengardengarkan saja bunyi-bunyi rahasia yang dengan gembira dan asyik bercakap-cakap d i antara sesamanya.
"Inikah yang dinamakan iman?" pikirnya, takut memercayai keberuntungannya itu. "Ya , terimakasih kuucapkan kepada- Mu!" u jarnya sambil menelan sedu-sedan yang timbul, sambil menghapus airmata yang memenuhi matanya dengan kedua belah tangan.
XIV Levin menatap ke depan, dan terlihat olehnya kawanan ternak, kemudian gerobaknya yang ditarik si Hitam dan kusimya, yang ketika sampai di dekat kawanan temak bicara entah tentang apa dengan penggembala; kemudian ketika gerobak sudah dekat dengan dirinya ia mendengar bunyi roda-roda dan dengus kuda yang kenyang; tapi ia demikian tenggelam dalam pikirannya sendiri sehingga tak terpikir olehnya kenapa kusir datang kepadanya.
Ia barn teringat ketika kusir yang sudah dekat betul dengan dia berseru.
"Nyonya menyuruh kemari. Abang Tuan dan seorang lagi datang!"
Levin naik ke gerobak, lalu memegang kendali.
Seolah barn terbangun dari tidur, Levin lama tak bisa menyadarkan dirinya. Dilihat-lihatnya kuda yang kenyang itu; keringat membusa di antara kedua paha dan di bagian leher yang tergesek tali kekang; dilihat-li hatnya Ivan si kusir yang duduk di dekatnya, dan teringat olehnya bahwa ia memang menantikan kedatangan abangnya; teringat pula olehnya bahwa mungkin istrinya merasa khawatir karena lama ia belum pulang, dan ia pun menduga siapa kiranya tamu yang datang bersama abangnya. Dan abangnya, istrinya, dan tamu yang belum dikenalnya itu pun terbayang olehnya secara lain samasekali daripada sebelumnya. Ia merasa bahwa
539 540 ANNA KAR"N!NA sekarang hubungannya dengan semua orang akan la in samasekali.
"Dengan abang tak bakal lagi adajurangyang selalu memisahkan kami berdua, tak bakal lagi ada perdebatan; dengan Kitty tak bakal lagi ada pertengkaran; kepada tamu itu, siapapun dia, aku akan bersikap mesra dan baik; dengan orang banyak, dengan Ivan, semuanya akan lain samasekali.
Sambil menahan kendali kuda yang mendengus tak sabar dan mendesak untuk jalan, Levin mengamat i Ivan yang duduk d i dekatnya; Ivan waktu itu merasa bingung apa yang hendak dilakukannya dalam keadaan menganggur itu; ia pun meninggikan tali perut kuda dan mencari-cari alasan untuk memulai percakapan dengan Levin. Levin ingin mengatakan, sia-sia saja Ivan meninggikan tali perut kuda itu, tapi hal demikian akan mirip celaan, sedangkan ia waktu itu menginginkan percakapan yang bersahabat. Namun gagasan lain tak juga terpikir olehnya.
"Ke kanan sedikit, Tuan, ada tunggul," kata kusi r itu sambil membenarkan letak kendali di tangan Levin.
"Jangan pegang, dan jangan ajari aku!" kata Levin yang merasa kesal dengan campur tangan kusir. Seperti biasanya, campur tangan membuatnya kesal. Maka seketika itu dengan sedih ia pun merasa betapa dugaannya salah, seolah sikap mental bisa seketika mengubah dirinya dalam menghadapi kenyataan hidup dengan.
Tak sampai seperempat werst lagi dari rumah, Levin melihat Grisha dan Tanya berlari menyongsongnya.
"Paman Kostya! Mama lagi jalan ke sini, juga Kakek, juga Sergei Ivanovich dan seorang lag i," kata mereka sambil naik gerobak. "Siapa orang itu?"
"O, aneh sekali orangnya! Dia bikin gerakan begini dengan tangannya," kata Tanya sambil naik gerobak dan menirukan gerakan Katavasov.
"Orangnya sudah tua a tau masih muda ?"tan y a Levin sambil tertawa; penggambaran Tanya itu mengingatkan dia kepada seseorang.
"Mudah-mudahan saja bukan orang yang tak menyenangkan!" pikir .
Baru saja memasuki jalan membelok dan melihat orangorang yang datang menyongsong, Levin pun sudah mengenali
LEOTOLSTOI Katavasov yang mengenakan topi jerami dan berjalan seakan sambil melambaikan tangan, seperti digambarkan Tanya tadi.
Katavasov senang sekali bicara tentang filsafat, dan tentang filsafat itu ia mendapat pengertian dari para ilmu pengetahuan alam yang justru tak pernah berurusan dengan filsafat, dan di Moskwa saat terakhir itu Levin banyak berdebat dengan d ia.
Dan satu di antara percakapan yang agaknya menyebabkan Katavasov merasa lebih unggul, itulah yang pertama kali diingat Levin, ketika i a telah mengenali Katavasov.
"Tidak, tak akan lagi aku berdebat dan mengemukakan pikiran secara sembarangan," pi ya.
Turun dari gerobak dan bertukar salam dengan abangnya dan Katavasov, Levin bertanya tentang istrinya.
"Dia membawa Mitya ke Kolok (Kolok adalah hutan di dekat rumah.) Katanya, dia ingin mengistirahatkan anaknya di sana karena di rumah panas sekali," kata Dolly.
Levin selalu melarang istrinya membawa anaknya ke hutan, karena menurut pendapatnya itu berbahaya; berita itu baginya tak menyenangkan.
"Ya, begitulah, pindah-pindah saja dari satu tempat ke tempat lain," kata Pangeran tersenyum. "Aku malah menasi untuk membawa anaknya ke padang es."
"Dia mau ke tempat peternakan lebah tadi. Katanya, barangkali kamu ada di sana. Kami juga mau ke sana," kata Dolly.
"Lalu, apa yang kamu kerjakan sekarang?" tanya Sergei Ivanovich yang ketinggalan dari yang lain, dan kini sampai di dekat adiknya.
"Ah, tak ada yang luarbiasa. Seperti biasa, ngurusi pertanian," jawab Levin. "Mau g al lama di sini" Lama sekali kami menunggu." "Ya, barangkali dua minggu. Di Moskwa banyak sekali urusan." Sampai pada kata-kata itu, mata kedua bersaudara itu beradu. Sekalipun Levin selalu menginginkan hubungan bersahabat dengan abangnya, dan yang penting lagi hubungan yang sederhana, dan sekarang pun keinginan itu keras luarbiasa, ia merasa kikuk juga menatap abangnya. Ia menundukkan tatapannya, dan tak tahu apa yang hendak ia katakan.
541 542 ANNA KAR"NINA Setelah mencari-cari bahan pembicaraan yang kiranya bisa menyenangkan hati Sergei Ivanovich dan bisa mencegahnya bicara tentang perang Serbia dan persoalan Slavia yangjustru disinggungnya waktu di Moskwa itu, Levin pun mulai bicara tentang buku Sergei Ivanovich.
"Lalu bagimana resensi tentang bukumu?" tanyanya. Sergei Ivanovich tersenyum mendengar kesenga jaan pertanyaan Levin.
"Tak seorang pun peduli dengan buku itu, lebih-lebih aku sendir i," katanya. "Coba lihat itu, Darya Aleksandrovna, sebentar lagi hujan," tambahnya sambil menunjuk gumpalan-gumpalan awan putih yang muncul di atas puncak pohon esp dengan payungnya.
Dengan d iucapkannya kata-kata itu, pulihlah kembali hubungan antara dua bersaudara yang tidak bermusuhan, namun dingin, dan ingin sekali dihindari oleh Levin itu.
Levin mendekati Katavasov.
"Sungguh baik sekali Anda datang kemari," katanya kepada Katavasov.
"Sudah lama sebetulnya ingin kemari. Sekarang kita bisa ngobrol, menimbang-nimbang. Sudah baca Spencer?"
"Belum, belum selesai," kata Levin. "Tapi kalau mau jawaban terus-terang, Spencer tak saya butuhkan lagi sekarang." "Bagaimana bisa begitu" Ha, ini menarik sekali. Kenapa?" "Alasannya, saya sudah yakin sekali sekarang bahwa pemecahan soal-soal yang menjadi kepentingan saya itu tak bakal bisa saya temukan dalam karya Spencer atau yang sebangsa dia. Sekarang .... "
Tapi ekspresi wajah Katavasov yang tenang dan gembira itu tibatiba memukau Levin, dan ia pun merasa menyesal telah merusak suasana hatinya sendiri dengan kata-kata tadi, sehingga ia berhenti bicara, teringat maksud yang belum lama diinginkannya.
"Baiklah, tentang itu nanti saja kita bicarakan," tambahnya. "Kalau mau ke tempat peternakan lebah, ke sini, lewat jalan setapak ini," katanya kepada semuanya.
Setelah menempuh jalan setapak yang sempit dan sampa i di tempat terbuka yang belum disabit, Levin mempersilakan para tamunya ke tempat teduh di bawah pohon esp muda yang lebat
LEOTOLSTOI segar; mereka dipersilakan duduk di bangku dan batang-batang kayu yang dengan sengaja disiapkan untuk para pengunjung peternakan lebah yang takut lebah, lalu ia sendiri pergi ke pondok untuk mengambil roti, mentimun, dan madu segar untuk anak-anak dan lain-lainnya. Tempat terbuka itu ditumbuhi bunga Ivan dan Marya yang cemerlang rata, dan d i tengah tanaman bunga itu sering tumbuh rumpun chemeritsa yang tinggi dan beiwarna hijau tua.
Dengan sesedikit mungkin membuat gerakan cepat, dan sambil mendengar-dengarkan lebah yang makin lama makin sering terbang melewatinya, sampailah ia di pondok dengan menempuh jalan setapak itu. D i gang pondok itu seekor lebah terbang mendesing, dan tersangkut dalam jenggotnya, tapi ia melepaskannya dengan hati-hati. Begitu masuk gang yang teduh, ia mengambil kerudung yang tergantung di pasak di dinding; ia kenakan kerudung itu, lalu i a masukkan kedua tangannya ke dalam kantong; i a pun masuk ke ruangan peternakan lebah yang disekat-sekat; di tengah-tengah tempat yang sudah dibersihkan terletak sarang-sarang lebah yang lama, berderet-deret, terikat pada pancang dengan tali dari kulit pohon; semuanya ia kenal, dan masing-masing punya riwayatnya sendiri; pada dinding d i seputar tempat itu ada pagar anyaman yang telah dipasang tahun ini. Di depan lubang-lubang kotak Iebah itu, lebah-lebah betina dan jantan bermain-main, berputar-putar dan saling bertumbukan, membuat mata Levin jadi berkunang-kunang. Di antara lebah-lebah itu ada lebah-lebah pekerja yang terbang ke satu arah saja, ke tengah hutan, ke pohon lipa yang sedang berbunga, untuk mengumpulkan madu, dan pulang kembali ke kotak dengan membawa oleh-oleh madu.
Di telinga tak henti-hentinya mendengung berbagai ragam bunyi yang diperdengarkan, kadang oleh lebah pekerja yang sibuk dengan urusannya dan terbang melintas dengan cepat, kadang oleh lebah jantan yang sedang mendenging dan berpesta, kadang oleh lebah-lebah penjaga yang sedang membela miliknya dan siap menancapkan sengatnya. Di sebelah sana sekatan, pak tua sedang menyerut bingkai kotak lebah, tidak melihat kedatangan Levin. Tanpa menegumya Levin berhent i di tengah ruangan. la merasa senang bisa tinggal sendirian dan me n
543 544 ANNA KAR"N!NA dari kenyataan yang sudah sempat menurunkan kegairahannya.
Teringat olehnya bahwa i a sudah sempat marah kepada Ivan, sudah menunjukkan sikap dingin kepada abangnya, dan sudah bicara sembarangan dengan Katavasov.
"Apa semua itu cuma suasana hati selintas yang akan lenyap tanpa meninggalkan jejak apapun?" pik irnya.
Tapi pada saat itu pula, sesudah kembali pada suasana hati sebelumnya, dengan gembira ia pun merasa bahwa sesuatu yang barn dan penting telah terjadi dalam dirinya. Kenyataan itu tadi hanya sementara menyelimuti ketenangan batin yang telah 1a peroleh, dan kini ketenangan itu masih utuh dalam dirinya.
Seperti halnya lebah-lebah yang sekarang mendengung di sekitarnya, mengancam dan menghibumya, dan tak memungkinkan dia memperoleh ketenangan fisik yang sempurna dan memaksanya merunduk menghindari mereka, demikian pula segala macam urusan yang mengerumuninya semenjak ia naik ke gerobak: tak memberinya kemungkinan untuk memperoleh kebebasan batin; tapi ini hanya berlangsung ketika ia berada di tengah orang-orang itu. Seperti halnya tenaga fisik tetap utuh dalam dirinya, demikian pula tenaga batin yang kembali dirasakannya, sekalipun ia sedang sibuk dengan lebah-Iebah tersebut.
"Kamu tahu tidak, Kostya, bersama siapa Sergei Ivanovich waktu ke sini?" tanya Dolly setelah membagikan mentimun dan madu kepada anak-anaknya. "Bersama Vronskii! Vronskii pergi ke Serbia."
"Dan tidak sendirian pula; dia bawa satu skuadron dengan biaya sendiri!" kata Katavasov.
"Itu cocok buat dia," kata Levin. "Tapi, apa memang para sukarelawan masih terns mengalir?" tambahnya sambil menoleh kepada Sergei Ivanovich.
Tanpa memberi jawaban, Sergei Ivanovich dengan hati-hati bernsaha melepaskan lebah hidup yang terjebak lelehan madu dari sarang lebah yang ada di dalam mangkuk dengan punggung pisau. "Itu belum apa-apa! Coba kalau Anda lihat sendiri kemarin
LEOTOLSTOI di stasiun!" kata Katavasov sambil mengunyah mentimun dengan suara keras.
"Lalu, apa pula maksudnya" Demi Kr istus, cob a jelaskan kepada saya, Sergei Ivanovicb, ke mana perginya para sukarelawan itu, dan dengan siapa mereka berperang?" tanya Pangeran Tua, agaknya melanjutkan pembicaraan yang tadi sudah dimulai, ketika Levin belum datang.
"Ya dengan orang Turki," jawab Sergei Ivanovich sambil tersenyum tenang dan melepaskan lebab yang menghitam warnanya karena madu dan sedang menggerak-gerakkan kakinya dengan putusasa dari pisau ke daun esp yang masib utuh.
"Lalu, siapa yang mengurnumkan perang kepada orang Turki" Ivan Ivanich Ragozov dan Nyonya Pangeran Lidiya Ivanovna bersama Madam Stahl?"
"Tak seorang pun mengumumkan perang; orang-orang itu cuma bersimpati kepada penderitaan orang-orang yang dekat dengan mereka, dan mau membantunya," kata Sergei Ivanovicb.
"Tapi Pangeran tidak bicara tentang bantuan," kata Levin mendukung mertuanya, "Pangeran bicara tentang perang. Pangeran mengatakan bahwa orang sipil tak bisa ambil bagian dalam perang tanpa izin pemerintah."
"Kostya, awas, lebah! Kita bisa disengatnya!" kata Dolly sambil mengayun-ayunkan tangan, mengusir seekor tabuhan. "I tu bukan lebab, itu tabuhan," kata Levin.
"Nab, nab, lalu bagaimana teori Anda?" kata Katavasovtersenyum kepada Levin, agaknya menantangnya berdebat. "Kenapa orang sipil tak berhak?"
"Teori saya begini: perang, di satu pihak, adalah pekerjaan yang bersifat kebinatangan, kejam, dan mengerikan, sebingga tak seorang pun, apalagi orang Kristen, bisa secara pribadi dan atas tanggungjawab sendiri memulai perang; yang bisa melakukan itu cuma pemerintab yang mernang terpanggil untuk turun berperang, karena tak terhindarkan. Di pihak lain, baik menurut ilmu pengetahuan maupun akal sehat, dalam urusan negara, terutama dalam urusan peperangan, warganegara tak lagi punya kehendak pribadi."
545 546 ANNA KAR"N!NA Sergei Ivanovich dan Katavasov secara be aan mulai menyampaikan pendapat yang bertentangan dengan pendapat Levin.
"Nab, di sinilah persoalannya, Pak, bahwa bisa saja pemerintah tidak melaksanakan kehendak warganegara, lalu masyarakat menyatakan kehendaknya," kata Katavasov.
Tapi Sergei Ivanovich agaknya tak membenarkan bantahan itu. Ia mengerutkan kening mendengar kata-kata Katavasov itu, lalu menyatakan hal yang lain.
"Sia-sia saja kamu ajukan persoalan itu. D i sini tak ada persoalan pengumuman perang, yang ada cuma luapan perasaan manusia, luapan perasaan orang Kristen. Orang lain sedang membunuh saudara-saudara kita, orang-orang yang sedarah dengan kita dan sekepercayaan dengan kita. Taruhlah, bukan saudara-saudara kita dan bukan orang-orang yang sekepercayaan dengan kita yang dibunuh itu, melainkan semataanak-anak, perempuan dan orang tua; perasaan kita dibikin meluap karenanya, dan orangorang Rusi a pun bergegas datang untuk membantu menghentikan kengerian-kengerian itu. Bayangkan, kamu sedang berjalan dijalanan dan melihat orang-orang mabuk memukuli seorang perempuan atau seorang anak; menurut pendapatku, tentu kamu tidak akan bertanya apakah perang sudah diumumkan atau belum kepada orang-orang itu, tapi barangkali kamu akan segera menyerang dan membela orang yang sedang kena serang tersebut!"
Anna Karenina Jilid 2 Karya Leo Tolstol di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tapi barangkali tak akan membunuhnya," kata Levin. "Tidak, kamu barangkali akan membunuhnya."
"Tak tahulah aku. Sekiranya aku melihatnya, barangkali memang aku akan melampi askan perasaanku saat itu pula; tapi aku tak bisa mengatakan sesuatu sebelum ada ke jadian. Dan lagi, perasaan spontan untuk menindas orang Slavia seperti itu tidak ada, dan tidak mungkin ada."
"Barangkali buatmu tak ada. Tapi buat orang lain ada," kata Sergei Ivanovich sambil mengerutkan kening, tak puas. "Di tengah rakyat sekarang masih hidup cer ita dari mulut ke mulut tentang orang Kristen Ortodoks yang menanggung penindasan 'orang Agaryan yang kotor'. Rakyat mendengar tentang penderitaan saudara-saudaranya itu, dan mulai berbicara tentang itu."
LEOTOLSTOI "Mungkin pula," kata Levin menolak, "tapi aku tak melihat itu; aku sendiri ini rakyat, tapi aku tak merasakan hal itu."
"Saya pun begitu," kata Pangeran. "Saya diam di luar negeri, membaca koran, tapi terus-terang, sebelum kejadian-kejadian yang mengerikan dengan orang Bulgaria itu, saya samasekali tak mengerti mengapa semua orang Rusia tiba-tiba jadi mencintai saudarasaudaranya orang Slavia" Saya sendiri samasekali tak punya rasa sayang kepada mereka itu. Sungguh, saya merasa kecewa, maka saya pikir bahwa saya ini sudah cacat, atau barangkali Karlsbad sudah mengubah diri saya. Tapi sesudah datang ke sini, saya sudah merasa tenang; saya lihat, ternyata di luar saya ada pula orang yang cuma peduli kepada Rusia, dan bukan kepada saudara-saudaranya orang Slavia. Beg itulah, Konstantin."
"Pendapat pribadi dalam hal ini tak penting," kata Sergei Ivanovich, "tidak ada urusan dengan pendapat pribadi ketika seluruh Rusia, rakyat, menyatakan kehendaknya."
"Tapi maafkan saya. Saya tak melihat hal itu. Dan rakyat pun tak tahu perlunya tahu," kata Pangeran.
"Tidak, Papa ... bagaimana rakyat bisa tak tahu" Hari Minggu di gereja itu apa?" kata Dolly yang ikut mendengar-dengarkan percakapan tersebut. "Tolong kasihkan sini handuk itu," katanya lagi kepada orang tua itu, yang sambil tersenyum memerh anakanak. ''Tidak mungkin bahwa semua .... "
"Apa pula hari Minggu di gereja" Pendeta cuma disuruh baca. Dia baca. Rakyat tak mengerti apa-apa, seperti waktu mendengar khotbah itu," sambung Pangeran. "Kemudian kepada mereka dikatakan bahwa mereka di gereja itu buat menyelamatkan jiwa, dan beg itulah mereka keluarkan uang satu kopek, mereka serahkan. Tapi buat apa uang itu, mereka sendiri tak tahu."
"Rakyat tak mungkin tidak tahu; rakyat selalu sadar akan nasibnya, dan di saat-saat seperti ini, kesadaran itu lebih jelas lagi," kata Sergei Ivanovich menguatkan pendapatnya sambil memerhatikan orang tua perawat lebah.
Orang tua yang tampan, berjenggot hitam beruban, dan berambut lebat warna perak itu berdiri tanpa gerak il memegang mangkuk madu. Dari ketinggian dirinya ia menatap tenang dan
547 548 ANNA KAR"N!NA mesra kepada tuan-tuan itu, tapi agaknya ia tak mengerti apa-apa, dan tak ingin mengerti pula.
"Itu memang benar," katanya mengomentari kata-kata Sergei Ivanovich sambil menggeleng-gelengkan kepala penuh .
"Nah, tanyalah dia. Dia tak mengerti apa-apa, dan tak memikirkannya juga," kata Levin. "Kamu dengar perang itu tidak, Mikhailich?" tanyanya kepada orang tua itu. "Yang dibaca di gereja itu apa" Bagaimana pendapatmu" Perlu tidak kita perang membela orang Kristen?"
"Apa pula gunanya kami memikirkan" Tsar kita Aleksandr Nikolayevich sudah biasa berpikir buat kami, dan dia juga berpikir buat kami dalam semua urusan. Dia bisa melihat lebih jelas. Apa tak perlu mengambil roti lagi, Nyonya" Apa tak perlu kasih roti lag i sama pemuda kita ini?" katanya kepada DaryaAleksandrovna sambil menunjuk Grisha yang waktu itu sedang menghabiskan kulit roti.
"Tak perlu kita bertanya," kata Sergei Ivanovich, "kita sudah lihat, dan sekarang pun lihat, beratus orang mengorbankan segalanya agar bisa mengabdi pada kebenaran; mereka datang dari seluruh penjuru Rusia, dan dengan langsung dan jelas menyatakan pikiran dan maksudnya. Mereka menyerahkan uangnya yang tak banyak, atau mereka sendiri berangkat, dan menyatakan sendiri untuk apa. Lalu apa semua itu?"
"Artinya, menurut pendapatku," kata Levin yang ketika itu naik semangatnya, "bahwa di tengah rakyat yang jumlahnya delapanpuluh juta ini selalu bisa ditemukan bukannya beratus orang seperti sekarang ini, tapi berpuluh ribu orang yang sudah kehilangan status sosi alnya, orang-orang sembrono yang selalu siap untuk jadi gerombolan Pugachov, ke Khiva, ke Serbi a .... "
"Perlu kukatakan kepadamu bahwa bukan beratus, dan bukan orang-orang sembrono, tapi wakil-wakil rakyat yang terbaik!" kata Sergei Ivanich marah, seakan ia sedang membela ya yang terakhir. "Lalu, pengorbanan-pengorbanan itu" D i sinilah seluruh rakyat menyatakan kehendaknya."
"Tapi kata 'rakyat' itu belum lagi ada batasannya," kata Levin. "Para juru tulis daerah, para guru, dan satu dari seribu petani barangkali tahu apa yang sedang terjadi sekarang. Yang
LEOTOLSTOI delapanpuluh juta lagi, seperti Mikhailich ini, bukan hanya tidak menyatakan kehendak, tapi bahkan tak punya pengertian sedikit pun buat apa mereka mesti menyatakan kehendak. Dari mana kita punya hak menyatakan bahwa itu kehendak rakyat?"
XVI Sergei Ivanovich yang berpengalaman dalam dialektika seketika itu langsung beralih ke bidang lain lagi tanpa mengemukakan keberatan apa-apa.
"Ya, kalau kamu ingin tahu semangat rakyat lewat ilmu pasti, tentu saja sukar sekali. Dan pemungutan suara tidak diadakan di sini, dan tidak bisa diadakan, karena tak mengungkapkan kehendak rakyat; tapi untuk maksud itu ada cara-cara lain. Hal itu bisa dirasakan dalam udara yang k ita hirup, dan bisa dirasakan dengan hati kita. Belum lagi aku bicara tentang aliran di bawah permukaan yang bergerak di tengah lautan rakyat yang d iam, dan jelas tampak oleh tiap orang yang tak berprasangka; tengoklah masyarakat dalam maknanya yang sempit. Berbagai macam partai di kalangan inteli gensia yang dulu begitu saling bermusuhan sekarang menggalang persatuan. Setiap perpecahan telah berakhir, semua lembaga masyarakat membicarakan satu hal saja, dan semua merasakan kekuatan tersembunyi yang meliputi mereka dan membawa mereka ke satujurusan."
"Ya, di koran-koran cuma satu hal saja yang dibicarakan," kata Pangeran. "Itu betul. Satu saja yang mereka bicarakan, seperti katak menjelang hujan besar. Justru karena mereka itu kita tak bisa mendengar apa-apa."
"Katak atau bukan, saya sendiri tak menerbitkan koran, dan tak hendak membela koran tersebut; tapi saya bicara tentang kesatuan pikiran di kalangan inteligensia," kata Sergei Ivanovich kepada adiknya.
Levin hendak menjawab, tapi Pangeran Tua menukasnya. "Ya, tapi tentang kesatuan pikiran itu bisa dirumuskan lain," kata Pangeran. "Saya punya menantu, Stepan Arkadyich; Anda kenal dia. Sekarang d ia dapat kedudukan sebagai anggota komisi
549 550 ANNA KARENINA entah apa, saya tak ingat. Tapi komisi itu tak ada gunanya. Dolly, ini bukan rahasia, kan! Padahal gajinya delapan ribu. Cobalah tanya dia, bermanfaatkah dinasnya, nanti dia akan membuktikan bahwa dinasnya itu penting sekali. Dan dia orang yangjujur; memang tidak mungkin kita tidak percaya manfaat uang delapan ribu."
"Oya, dia min ta tolong disampaikan kepada Darya Aleksandrovna bahwa dia sudah dapat tempat," kata Sergei Ivanovich tak senang, karena menurut pendapatnya Pangeran bicara tidak pada tempatnya.
"Begitulah memang kesatuan pikiran di antara koran-koran itu. Orang bilang: begitu ada perang, keuntungan mereka berlipat dua. Bagaimana bisa mereka tak menghiraukan bahwa nasib rakyat dan orang Slavia ... dan semua yang lain itu?"
"Saya tak suka banyak koran, tapi pendapat itu tak benar," kata Sergei Ivanovich.
"Saya cuma ingin menyampaikan satu syarat sa ja," sambung Pangeran. "Alphonse Karr menulis bagus sekali tentang itu sebelum terjadi perang dengan Prusia. Anda menganggap bahwa perang perlu" Baik sekali. Barang siapa mempropagandakan perang, majulah lebih dulu dalam pasukan khusus terdepan, dan majulah menyerang!"
"Wah, para redaktur akan tampak menarik sekali nanti!" kata Katavasov sambi l tertawa keras, dan membayangkan redaktur-redaktur yang dikenalnya berada di tengah-tengah pasukan pilihan itu.
"Ah, mereka cuma akan lari," kata Dolly, "cuma akan mengganggu."
"Kalau , dari belakang diberondong saja, atau dicegat dengan tentara Kazak bercambuk," kata Pangeran.
"Ah, tapi ini lelucon, dan lelucon yang tak baik; maafkan saya, Pangeran," kata Sergei Ivanovich.
"Saya kira ini bukan lelucon, ini ... ," kata Levin mulai, tapi Sergei lvanovich segera menukasnya.
"Setiap warga masyarakat terpanggil untuk melakukan hal yang khusus bag inya," katanya. "Dan orang yang bidangnya berpikir melaksanakan tugasnya dengan mengungkapkan pendapat umum. Dan kesatuan dalam mengungkapkan pendapat umum adalah
LEOTOLSTOI berkat jasa besar yang diberikan media massa, dan ini gejala yang menggembirakan. Duapuluh tahun yang lalu kita barangkali akan
saja, tapi sekarang suara rakyat Rusia sudah terdengar, suara yang siap untuk bangkit sebagai satu orang dan siap mengorbankan d iri demi saudara-saudaranya tercinta; ini adalah langkah yang agung dan jaminan bagi terciptanya kekuatan."
"Tapi yang terjadi di sini bukan hanya pengorb , tapi pembunuhan atas orang Turki," kata Levin takut-takut. "Rakyat memang berkorban dan siap berkorban demi jiwanya, tapi tidak demi pembunuhan," tambahnya; sementara itu tanpa sadar ia pun menghubungkan perkataannya itu dengan pikiran-pikiran yang sedang menyibukkan dirinya.
"Apa artinya, demi jiwa" Anda mesti tahu, itu pengertian yang sukar buat seorang ahl i ilmu pengetahuan . Apa itujiwa?" kata Katavasov tersenyum.
"Ah, Anda sudah tahu itu!"
"Demi Tuhan, sedikit pun saya tak punya pengertian tentang itu!" kata Katavasov sambil tertawa keras.
"Aku datang bukan membawa damai, tapi pedang, kata Kristus," kata Sergei Ivanovich singkat untuk mengajukan keberatan, seolah ayat Injil yang paling membingungkan Levin itu justru yang paling mudah dimengerti.
"Itu betul sekali," ulang petani tua yang waktu itu berdiri di dekat mereka sambil membalas pandangan yang kebetulan dilontarkan kepadanya.
"Tidak, Pak, Anda sudah kalah, kalah, betul-betul kalah!" seru Katavasov gembira.
Wajah Levin memerah karena kesal, bukan karena an , tapi karena i a tak bisa menahan diri dan mulai berdebat lagi.
"Tidak, aku tak boleh berdebat dengan mereka," pikirnya, "mereka mengenakan baju zirah yang tak bisa ditembus, sedangkan aku telanjang."
Ia lihat abangnya dan Katavasov tak bisa diyakinkan, dan ia sen d iri sedikit kemungkinannya bersepakat dengan mereka. Apa yang mereka khotbahkan adalah justru kesombongan aka! yang hampir menghancurkan dirinya dulu itu. la tak bisa bersepakat dengan
551 552 ANNA KAR"N!NA pendapat bahwa ada beberapa puluh orang, di antaranya abangnya sendiri, punya hak mengatakan bahwa dengan korannya mereka bisa meng kan kehendak dan pikiran rakyat, dan pikiran itu diungkapkan dalam sikap balas dendam dan pembunuhan; lagi pula, dasar hak itu hanyalah apa yang dinyatakan kepada mereka oleh beberapa ratus sukarelawan Krasnobai yang sudah datang ke ibukota. Ia tak setuju hal itu karena ia tak melihat pemyataan pikiran-pikiran itu di tengah rakyat; ia sendiri hidup di tengah rakyat, dan ia tak menemukan pikiran-pikiran tersebut dalam dir inya sendir i (padahal i a tak bisa menganggap dirinya bukan merupakan dari orang-orang yang membentuk rakyat Rusia), tapi yang lebih penting lagi, ia tak setuju hal itu karena ia dan rakyat tak tahu dan tak bisa tahu apakah yang dinamakan kepentingan umum; ia memang tahu bahwa memahami kepent ingan umum itu hanya mungkin dengan melaksanakan secara ketat hukum kebajikan yang terbuka bagi setiap orang, dan karena itu ia tak menginginkan perang dan mengkhotbahkannya demi tujuan umum apapun. Bersama dengan Mikhailich dan rakyat yang telah mengungkapkan pikirannya lewat cerita dari mulut ke mulut tentang panggilan orang Varyag, ia menyatakan: "Bertakhtalah dan be atas kami. Kami janjikan ketundukan yang sempurna. Seluruh kerja berat, segala penghinaan, dan semua pengorbanan akan kami tanggung di punggung; tapi bukan kami yang harus menilai dan memutuskan." Tapi sekarang, menurut kata-kata Sergei Ivanovich, rakyat sudah kehilangan hak itu karena sudah dibeli dengan harga yang mahal.
Ia ingin mengatakan lagi bahwa kalau pendapat umum adalah hakim yang tak mungkin salah, kenapa revolusi dan komune tidak sama sahnya dengan gerakan demi Slavia" Semua itu jalan pikiran yang tak menyelesaikan apapun. Hanya ada satu hal saja yang tanpa sangsi bisa dilihatnya sekarang, bahwa pada waktu ini perdebatan hanya akan memberangkan Sergei Ivanovich. Karena itu, berdebat pada saat ini tidak tepat waktunya; maka Levin pun diam, lalu menunjukkan kepada para tamu bahwa gumpalan-gumpalan awan telah terbentuk, dan agar tak kehujanan, lebih baik mereka pulang ke rumah.
LEOTOLSTOI XVII Pangeran dan Sergei Ivanovich nail< gerobak, lalu berangkat, sedangkan yang lain-lain pulang berjalan kaki dengan langkah cepat.
Tapi awan yang kadang memutih dan kadang menghitam itu datang begitu cepat, sehingga mereka perlu mempercepat langkah agar mencapai rumah sebelum hujan turun. Awan terdepan, yang rendah hitam seperti asap berjelaga, dengan kecepatan luarbiasa berlayar di langit. Masih sekitar duaratus langkah lag i untuk sampai di rumah, sedangkan angin sudah mulai bertiup, dan setiap detik hujan lebat bisa turun.
Anak-anak berlarian di depan sambil menjeritjer i t takut dan sekaligus gembira. Darya Aleksandrovna dengan susah-payah berusaha menarik rok yang melilit kakinya; ia tak lagi berjalan, tapi berlari, tanpa melepaskan pandangan dari anak-anak. Para lela k i melangkah-langkah panjang sambil memegangi topi. Mereka sudah tiba di beranda ketika titik-titik air besar mulai jatuh di pinggiran talang seng. Anak-anak, sambil berceloteh riuh, berlari ke bawah atap, diikuti orang-orang dewasa.
"Di mana Katerina Aleksandrovna?" tanya Levin kepada Agafya Mikhailovna yang menyongsong mereka di kamar depan dengan memegang kain dan tutup bahu.
"Kami kira bersama Tuan," jawab Agafya Mikhailovna. "Dan Mitya ?"
"D i Kolok tentunya; Bibi bersama mereka juga." Levin segera merebut tutup bahu dan berlari menuju Kolok. Dalam waktu singkat awan sudah demikian dekat dan menutup matahari sehingga suasana jadi gelap, seperti di waktu gerhana. Angin seakan bersikeras menghentikan Levin; dengan menggugurkan daun dan bunga lipa serta menelanjangi ranting pohon birk yang putih h ingga tampakjelek dan aneh, angin melipat segalanya ke satu arah saja, baik pohon akasi a, bunga, tumbuhan burdok, rerumputan, maupun puncak pohon. Gadis-gadis pembantu yang tadi bekerja di kebun kini sambil menjerit berlari ke bawah atap kamar pembantu. Tahir hujan lebat yang berwama putih kini sudah menyelimuti seluruh hutan yang jauh dan setengah ladang yang dekat, dan kin i
553 554 ANNA KAR"N!NA bergerak ke arah Kolok. Air hujan yang mencurah berupa titik-titik kecil bisa dirasakan di udara.
Dengan menyurukkan kepala dan berjuang melawan angin yang mencoba menerbangkan tutup kepalanya, Levin pun sampai di Kolok; ia sudah melihat sesuatu berwarna putih di sebelah sana pohon eik, tapi tiba-tiba suasana jadi terang, seluruh bumi menyala, dan di atas kepalanya cakrawala seakan retak. Levin membuka mata yang seolah sudah buta, lalu menembus tabir hujan lebat yang kini memisahkannya dari hutan Kolok. Dengan rasa ngeri ia melihat puncak pohon eik yang hijau dan dikenalnya dengan baik di tengah hutan itu, yang kini sudah tampak berubah dan tampak aneh. "Apa pohon itu kena petir?" pikir Levin; ketika ia mempercepat langkahnya, puncak pohon eik itu tersembunyi di balik pohonpohon yang lain, dan terdengar olehnya bunyi gemeretak pohon besar sedang tumbang menimpa pepohonan yang lain.
Sinar kilat, bunyi guruh, dan rasa dingin yang sesaat menyelimuti tubuhnya menimbulkan kesan yang sangat mengerikan kepada Levin.
"Ya Tuhan! Ya Tuhan, semoga tak mengenai mereka!" ujarnya. Sekalipun waktu itu i a merasa betapa permohonannya agar mereka tak terbunuh oleh pohon eik yang kin i telah tumbang itu tak masuk , tetap saja ia mengulang-ulang permohonan itu, karena ia tahu tak lebih daripada mengucapkan doa yang tak masuk itu yang bisa ia lakukan.
Dengan berlari sampailah ia di tempat yang biasa mereka datangi, tapi ia tak menemukan mereka.
Mereka berada di tepi hutan yang la in, di bawah pohon lipa tua, dan mereka memanggil-manggilnya. Dua sosok tubuh bergaun gelap (sebelumnya mereka mengenakan gaun warna terang) berdiri membungkuki sesuatu. Mereka adalah Kitty dan si bibi. Hujan sudah berhenti dan keadaan mulai terang ke t ika Levin tiba di tempat mereka. Bagian bawab gaun si bibi masih kering, tapi gaun Kitty sudah basah-kuyup dan menempel ke tubuhnya. Sekalipun hujan sudah reda, mereka terus saja berdiri di tempat itu. Keduanya berdiri saja sambil membungkuk ke arah kereta anak-anak yang berpayung warna hi jau.
LEOTOLSTOI "Hidup" Selamat" Syukurlah!" ujar Levin sewaktu berlari datang, menginjak air tergenang dengan sepatunya yang penuh air.
Wajah Kitty yang basah kemerahan menoleh kepadanya dan tersenyum takut-takut dari balik topinya yang sudah berubah bentuk.
"Kamu ini bagaimana! Sungguh aku tak mengerti, bagaimana kamu bisa begini sembrono!" kata Levin menyerang istrinya dengan kesal.
"Tapi sungguh ini bukan salahku. Baru saja akan pulang, anak ini rewel. Terpaksa mengganti popoknya dulu. Dan baru saja kami ... ," kata Kitty dengan nada minta maaf.
Mitya sendiri waktu itu dalam keadaan aman, kering, dan terus saja tidur.
"Yah, syukur! Tak tahu aku apa yang mesti kukatakan." Mereka kumpulkanlah popok-popok basah itu; si bibi mengeluarkan anak itu dan menggendongnya. Levin berjalan di samping istrinya; ia merasa bersalah karena telah mempelihatkan kekesalannya, dan diam-diam mendekap tangan istrinya agar tak tampak oleh si bibi.
XVIII Sepanjang hari itu, dalam berbagai percakapan yang berlangsung, Levin seakan hanya ambil bagian dengan sisi luar akalnya. Biarpun merasa kecewa dengan perubahan yang terjadi dalam dirinya, tak henti-hentinya ia gembira merasakan kebulatan hatinya.
Sesudah hujan turun, sekeliling terlalu basah untuk berjalanjalan; lagi pula awan hitam tak juga enyah dari kaki langit; hanya di sana-sini awan itu bergerak lewat, menghitam, disertai bunyi guntur di pinggir langit. Semua orang menghabiskan waktu hari itu di rumah sa ja.
Perdebatan tak lagi terjadi, malah sebaliknya, sesudah makan siang, semuanya berada dalam suasana hati yang paling baik.
Katavasov awalnya melucu dengan lelucon-lelucon aslinya kepada para perempuan, dan lelucon-lelucon itu menyenangkan hati mereka, meski baru pertama kali mereka kenal dia; kemudian,
555 556 ANNA KARENINA atas permintaan Sergei Ivanovich, Katavasov bercerita tentang hasil pengamatannya sendiri yang menarik mengenai perbedaan sifat antara lalat jantan dan betina, bahkan juga mengenai fisionomi serangga itu dan kehidupannya. Sergei Ivanovich pun merasa gembira, dan dalam acara m inum teh, atas permintaan adiknya, ia menguraikan pandangannya mengenai masa depan persoalan Timur, dan ia menguraikannya dengan begitu jernih dan baik hingga semua mendengarkannya.
Hanya Kitty yang tak bisa ikut mendengarkan sampai selesai, karena ia dipanggil untuk memandikan Mitya.
Beberapa menit sesudah Kitty pergi, Levin dipanggil untuk menemui Kitty di kamar anak-anak.
Dengan meninggalkan tehnya, dan dengan rasa sesal karena terputusnya percakapan yang menarik, Levin pun pergi ke kamar anak-anak; iajuga merasa gelisah tentang sebab ia dipanggil, karena hal seperti itu hanya terjadi di saat-saat yang penting saja.
Begitu meninggalkan kamar tamu dan sendirian, Levin ter ingat pikiran-pikiran yang menyi bukkannya pagi tadi, meskipun i a ingin tahu dan gelisah pula mengapa ia d ipanggil. Sergei Ivanovich waktu itu meneruskan bicaranya dengan mengemukakan bahwa masyarakat Slavia yang jumlahnya empatpuluh juta dan sudah dibebaskan itu, bersama Rusia, harus memasuk i zaman baru dalam sejarah. Pokok pembicaraan itu sangat menarik bagi Levin dan merupakan hal yang samasekali baru baginya. Namun semua gambaran mengenai makna elemen Slavia dalam sejarah dunia itu terasa tak berarti samasekali baginya dibandingkan dengan apa yang sedang bergolak dalam jiwanya sekarang, sehingga seketika ia lupa semua itu, dan ia pun kembali dalam suasana hati yang meliputinya tadi pagi.
Tak seperti sebelumnya, sekarang ini ia tak bisa mengingat seluruh jalan pikirannya (dan itu pun tak perlu lagi baginya). Seketika dirinya pun terbawa kembali kepada perasaan yang telah membimbingnya, perasaan yang berkaitan dengan jalan pikiran tersebut, dan ia sadari bahwa perasaan itu lebih kokoh dan jelas batasannya daripada sebelumnya. Sekarang keadaannya lain daripada biasanya, keadaan ketika ia harus menemukan jalan untuk
LEOTOLSTOI mem n ketenangan pikirannya dengan menelusuri seluruh jalan pikirannya guna menemukan perasaan tadi. Sekarang, sebaliknya, perasaan gembira dan tenang itu jauh lebih indah daripada sebelumnya, dan pikirannya tak sanggup menyamai perasaannya.
Ia melintasi teras dan melihat dua bintang muncul di lang i t yang kini menggelap, dan tiba-tiba teringat olehnya: "Ya, dulu kalau aku menatap langit aku merasa bahwa cakrawala yang kulihat itu bukanlah tipuan, dan ada yang terasa tak tuntas kupikirkan, ada sesuatu yang kusembunyikan diriku sendiri!" pikirnya. "Tapi bagaimanapun, tak mungkin ada masalah penyangkalan. Aku perlu memikirkannya agar segalanya men jadijelas!"
Ketika ia sudah memasuki kamar anak-anak, teringat olehnya apa yang ia sembunyikan dari diri sendir i itu. Yang ia sembunyikan adalah bahwa kalau pembuktian pokok mengenai eksistensi adalah wahyuNya tentang apa yang dinamakan keba jikan, kenapa wahyu itu hanya terbatas pada gereja Kristen saja" Bagaimana sikap dogma kaum Buddhis atau Islam yang juga mengajarkan dan mempraktikkan kebajikan terhadap wahyu tersebut"
la merasa punya jawaban terhadap pertanyaan itu; tapi belum lagi sempat menyatakan kepada diri sendiri, ia sudah masuk ke kamar anak-anak.
Kitty sedang berdiri dengan lengan baju tergulung d i dekat bak mandi, dan di dalam bak mandi itu anaknya berkecipak. Mendengar langkah suaminya, Kitty menoleh kepadanya, dan il tersenyum ia memanggil Levin datang. Dengan sebelah tangan ia mendukung kepala anak yang sintal itu, yang waktu itu mengambang telentang di airdan menendang-nendangkan kakinya yang mungil; dengan tangan yang lain ia gosokkan sepon ke badannya dengan mengerahkan kekuatan ototnya.
"Nah, coba lihat, coba lihat!" kata Kitty, ketika sang suami menghampirinya. "Agafya Mikhailovna benar. Anak i ni sudah mengenaliku."
Yang ia maksud adalah bahwa Mitya, yang sejak hari itu, tak sangsi lagi sudah mengenali semua orang di rumahnya. Begitu Levin mendekati bak mandi, kepadanya segera
557 558 ANNA KAR"NINA diperlihatkan buktinya, dan bukti itu cukup berhasil. Agafya Mikhailovna waktu itu memang sengaja diundang untuk pembuktian tersebut. Anak itu mengerutkan kening dan menggelengkan kepala. Kemudian Kitty membungkuk kepadanya, dan anak itu berseri tersenyum sambil menekankan tangan ke sepon dan memonyongkan bibirnya; di saat yang sama ia mengeluarkan bunyi aneh dan menyatakan puas, sehingga bukan hanya Kitty, tapi juga Levin kagum luarbiasa.
Kemudian anak itu dikeluarkan dari bak mandi dengan sebelah tangan, disiram dengan air, dibebat dengan kain, diseka, dan sesudah menangis menjerit, baru ia diserahkan kepada ibunya.
"Aku senang sekali kamu mulai mencintainya," kata Kitty kepada suaminya, sesudah ia duduk di tempatnya yang biasa sambil mendekap anak itu. " Aku senang sekali. Tadinya aku mulai merasa kecewa. Kamu pernah bilang tak punya perasaan apa-apa terhadap di " a.
"Ah, apa pernah aku bilang tak punya perasaan" Aku cuma bilang kecewa."
"Kecewa dengan dia?"
"Bukan kecewa dengan dia, tapi dengan perasaanku sendiri; yang kuharapkan sebetulnya lebih daripada itu. Aku menyangka, sebagai kejutan, akan muncul dalam diriku perasaan baru yang menyenangkan. Sedangkan yang ada hanya rasa jijik, rasa k "h " as1 an ....
Kitty dengan saksama mendengarkan kata-kata suaminya sambil mengenakan kembali c incin-cincin ke jari-jarinya yang ramping; cincin-cincin itu tadi dilepasnya sebelum memandikan Mitya.
"Dan yang lebih penting, jauh lebih banyak rasa takut dan kasihan daripada rasa puas. Tapi sekarang, sesudah mengalami rasa takut sewaktu hujan angin itu, aku mengerti betapa aku mencinta inya."
Wajah Kitty berseri oleh senyumnya.
"Kamu takut sekali, ya?" tanya Kitty. "Aku juga, tapi sekarang rasa ngeri sudah lewat. Aku mau lihat pohon eik itu. Tapi sungguh simpatik sikap Katavasov hari ini! Dan memang sepanjang hari ini keadaan sungguh menyenangkan. Sikapmu terhadap Sergei
LEOTOLSTOI Ivanovich pun bisa begitu baik kalau kamu memang mau . .. . Nab pergilah menemui mereka. Habis mandi begin i di sini selalu panas oleh uap .... "
XIX Keluar dari kamar anak-anak dan tinggal sendiri, Levin langsung teringat kembali kepada jalan pikiran yang belum begitu jelas baginya tadi.
Ia bukan pergi ke kamar tamu yang kini memperdengarkan suara-suara orang, melainkan berhenti di teras, dan sambil bertelekan pada susuran tangga ia mulai menatap langit.
H ar i sudah gelap benar, dan di selatan, arah tempat matanya menandng, tidak ada awan. Gumpalan-gumpalan awan mengapung dari arab yang berlawanan. Dari sana merona cabaya kilat, dan terdengar guntur d i kejauhan. Levin mendengar-dengarkan titiktitik air yang jatuh dari pohon-pohon lipa d i kebun, dan menatap rasi bintang segi tiga yang dikenalnya dan rasi bintang Bimasakti yang menyilangi rasi bintang segi tiga beserta percabangannya. Tiap kali kilat menyala, bukan banya rasi bintang Bimasakti yang menghilang, ta pi juga bintang-bintang yang terang; tapi begitu kilat menghilang, bintang-bintang itu muncul kembali di tempatnya semula, seakan dilontarkan oleb tangan yang cekatan.
"Nab, apa pula yang membuatku bingung?" kata Levin kepada diri sendiri; namun lebih dulu ia sudah merasa bahwa pemecahan atas keragu-raguannya itu sudah s i a p dalam jiwanya, sekalipun ia belum lagi mengenalnya.
"Ya, bukti mengenai eksistensi Tuban secara terang dan tak bisa disangsikan lagi adalah hukum-hukum kebajikan yang d iumumkan kepada duni a lewat wahyu, dan aku rasakan sendiri dalam diriku; dengan mengakui hukum-bukum itu aku bukan menyatukan diri, melainkan mau tidak mau tersatukan dengan orang-orang lain menjadi satu masyarakat orang-orang yang percaya pada apa yang namanya gere ja. Lalu, orang-orang Yahudi, Islam, Konghuchu, Buddhis-siapakah mereka itu?" tanyanya kepada diri sendiri, suatu
559 560 ANNA KAR"NINA pertanyaan yang baginya sendiri terasa berbahaya. "Apakah orangorang yang jumlahnya beratus juta itu tak berhak atas kebajikan terbaik, sedangkan tanpa itu hidup ini tak ada artinya"n Ia pun mulai merenung, tapi seketika itu ia mengoreksi dir inya. "Tapi, apakah gerangan yang kutanyakan?" katanya kepada diri sendiri. "Aku bertanya tentang sikap semua dogma umat manusia yang banyak jumlahnya itu terhadap ketuhanan. Aku bertanya tentang wahyu semesta Tuban kepada seluruh alam semesta beserta semua nebulanya. Apa yang kulakukan sekarang" Secara pribadi, tak bisa disangsikan lagi, hatiku terbuka bagi pengetahuan yang tak mungkin bisa dicapai dengan , tapi secara ngotot aku ingin mengungkapkan pengetahuan itu dengan akal dan kata-kata.
"Apa aku tak tahu bahwa bukan bintang-bintang itu yang bergerak"n tanyanya kepada diri sendiri sambil memandang bintang terang yang sudah berubah posisinya terhadap cabang tertinggi pohon birk. "Tapi melihat gerakan bintang-bintang itu, tak bisa aku membayangkan tata bumi ini, dan benarlah aku ketika mengatakan bahwa bintang-bintang itu bergerak."
"Apa para astronom bisa memahami dan menghitung sesuatu, sekiranya mereka harus mengbitung pula berbagai ragam gerak bumi yang rumit itu. Semua kesimpulan mereka yang mengagumkan mengenai jarak, bobot, gerak, dan deviasi benda-benda langit itu hanya berdasarkan gerak yang tampak pada benda-benda langit di seputar bumi yang tak bergerak, berdasarkan gerak yang sekarang ada di hadapanku ini dan yang bagi berjuta-juta orang selama berabad-abad memang demik ian adanya, dan d i masa lalu maupun di masa depan akan selalu sama demikian, dan itu selalu bisa diuji. Kesimpulan-kesimpulan para astronom yang berdasarkan pengamatan atas langit yang tampak dalam hubungan dengan satu garis meridian dan hor izon itu adalah sia-sia dan goyah. Demikian sia-sia dan goyah pula kesimpulan-kesimpulanku yang tak berdasarkan pengertian pada keba jikan, yang untuk semua orang di masa lalu maupun di masa depan akan sama saja, dan khusus kepadaku dibukakan oleh agama Kristen, dan itu dalam jiwaku bisa selalu diuji. Tentang dogma-dogma lain dan hubungannya dengan
LEOTOLSTOI ketuhanan, aku tak punya hak dan tak punya kemungkinan untuk memutuskan.''
"O, jadi kamu belum juga pergi?" tiba-tiba terdengar suara Kitty yang lewat jalan itu juga sedang menuju ke kamar tamu. "Ada apa" Tak ada yang mengecewakanmu, kan?" katanya Iagi sambil dengan saksama memerhatikan wajah Levin dalam terang cahaya bintang.
Kitty tak bakal bisa melihat wajah suaminya sekiranya kilat yang menyembunyikan bintang-bintang tak meneranginya. Dalam cahaya kilat itulah ia bisa melihat seluruh wajah suaminya, dan ketika ia melihat suaminya tenang dan gembira, i a pun tersenyum kepadanya.
"Ia mengert i," pikir Levin. "Ia tahu apa yang sedang kupikirkan sekarang. Akan kukatakan kepadanya atau tidak" Ya, akan kukatakan padanya." Tapi tepat ket ika ia hendak mulai bicara, Kitty sudah mulai bicara juga.
"Dengar, Kostya! Coba tolong," katanya, "pergilah ke kamar sudut itu, dan coba lihat bagaimana keadaan Sergei Ivanovich. Aku merasa tak enakjuga. Apa sudah dipasang wastafel yang barn?"
"Baik, aku akan ke sana sekarang juga," kata Levin sambil bangkit dan menciumnya.
"Tidak, tak usah aku mengatakannya," pikirnya ketika Kitty jalan mendahuluinya. "lni rahasia yang hanya penting bagiku sendiri, perlu, dan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata."
"Perasaan baru itu tidak mengubahku, tidak membuatku bahagia, tidak memberikan sinar terang secara mendadak, seperti pernah kuinginkan, dan itu sama dengan perasaanku terhadap anakku. Tidak ada yang namanya ke jutan. Dan percaya atau tidak percaya, aku tak tahu apa macamnya; tapi perasaan itu, secara tak kentara, juga tertanam melalui berbagai penderitaan dan menetap kuat dalam jiwa.
"Jadi aku tetap akan marah kepada Ivan si kusir, aku tetap akan berdebat, akan mengemukakan pikiran-pi kiran yang tidak pada tempatnya; tetap akan ada dinding pemisah antara tempat keramat jiwaku dan orang-orang lain, bahkan dengan istriku sendiri; aku akan tetap menegurnya karena aku merasa khawatir dan kemudian
561 562 ANNA KAR"NINA menyesalinya; aku tetap tidak akan memahami dengan akal kenapa aku berdoa, dan aku akan tetap berdoa; tapi hidupku sekarang, seluruh hidupku, tidak peduli apa yang mungkin terjadi dengan hidupku, tiap menit dalam hidupku, bukan tanpa seperti dulu, melainkan punya makna kebajikan yang tak perlu disangsikan, dan aku kuasa untuk memasukkan itu dalam hidup inil"
T AMA T laca juja: PENGAKUAN ANTON CHEKHOV ISSN: 979-9 1-0004-6
1 3.5 x 20 cm . " 152 him .. Rp25.000 Kcmu kan. keccndcrungan unwk mcmanipulasl orang lain, serta pnktck penjllata0 korvpsl adalah seb:.gl<'n tema kumpulan cerpen ini.
KEBANGKITAN LEOTOLSTOI ISBN: 979-9 1 -0038-0 1 4 x 2 1 cm, 589 him., Rp65.000 Kebangkitan adalah satu di antara tiga karya puncak T olstoi , selain Anna Karenina dan Perang dan Damai. Novel ini, yang diterje m ahkan langsung dari bahasa Rusia oleh Koesalah S.Toer, bercerita tentang usaha bangsa w an Nekhlyudov menebus dosanya terhadap Katyusha, gad is desa yang dia tinggalkan saat m engandung darah
dagingnya. RUANG INAP N0.6 ANTON CHEKHOV IS8N:979-9 1-00 I 5-1
1 3.S x 20 cm .. 300 him .. Rp35.000 &ku ini bcrisi ccrpcn-cerpcn Anton
Chekhov darl m kcma ny a sebagal sast n. scpettl ?"Rual'\ g I nap N.6", "Manusla dabm KoL1k", ?""nit.1 dengan Anjing" dan "'Riway;n yang Membosankan".
KAMPUS KABELNAYA KOESALAH SO TOER
ISSN: 979-9023-98-x Ii x 2 1 cm,200 hlm .. Rp20.000 O yang sedcrhana Kocsalah Socbagyo T oc r mclukiskan svmna belajar di pergurvan tlnggl dan kehidupan seh:ui-hari di Uni Soviet pada masa perang dingin.
lbu/Bapak yang baik. T erimakasih Anda telah membeli buku kami: Anna Karenina Ji/id 2 karya
Leo T olstoi. Sebagai wujud terimakasih, kami memberikan rabat 1 5 persen kepada
Anda setiap kali membeli buku-buku KPG langsung lewat KPG. Untuk menggunakan kesempatan ini, Anda bisa bergabung dalam komunitas Sains dan Humaniora KPG dengan mengisi formulir di bawah ini dan mengirimnya kembali ke alamat kami.
Nama Alamat L D P D Kot a T elepon Kode Pos: E-mail Profesi Fax: T angga l lahir : __ / _ _ _ _ _ / _ _ _
T andatangan Sebagai anggota Komunitas Sa Ins dan Humaniora KPG, Anda akan memperoleh keuntungan berupa:
1. Rabat minimal 15 persen u ntuk pembelian buku KPG. 2. lnformasi terbaru buku terbitan KPG.
3. lnformast berkala seputar kegiatan KPG seperti pameran, pesta buku,
seminar, dan lain-lain. 4. Rabat 1 O persen biaya pendaftaran acara yang diselenggarakan oleh KPG.
?"?"?"?"?"?"?"?""-?"?"?"-?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"-?"?"?"-?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?""-?"?"?"?" :f..o
Dalam jilid pertama dikisahkan, Anna akhi pisah ranjang dengan sang suami, Karenin. Sang suami pun sudah menghubungi pengacara untuk mengurus perceraian mereka. Dalam jilid dua ini drama percintaan Anna dan kekasihnya, Vronskii, semakin menegangkan. Vronskii menembak diri setelah tahu Anna berniat kembali kepada Karenin tapi selamat dan pasangan kekasih itu pun bersatu lagi. Namun ini bukan kisah bahagia.
Anna ternyata tak punya rasa sayang samasekali kepada anak hasil kumpul kebo"nya dengan Vronskli hal yang mengherankan Yronsldi. Perceraian juga tak kunjung terlaksana, sehingga pasangan kumpul kebo itu disingkirkan oleh kalangan bangsawan. Belum cukup, Yronskii, karena tidak tahan pada sikap Anna yang amat cemburuan, mulai main api dengan bekas kekasihnya. Semua itu membuat batin Anna sangat menderita, dan akhirnya memutuskan untuk menyudahi hidup. Dengan sangat mencekam Tolstoi menggambarkan menit"menit pergolakan batin Anna menuju kematiannya. Bagaimana pula dengan Levin dan Kitty" Apakah mereka bisa membina rumahtangg a bahagia seperti diidamkan Levin" Apakah keluarga Oblonskii berubah menjadi lebih baik" Jilid kedua ini menjawabnya.
Selesai membaca jilid kedua ini, tidak bisa tidak kita akan merenungkan rumusan Tolstoi tentang keluarga, pembuka novel Anna Karenina: "Keluarga bahagia mirip satu dengan lainnya, keluarga tak bahagia tidak bahagia dengan jalannya sendiri"sendiri."
Anna Karenina sampai sekarang masih terus disalin dan diterbitkan dalam berbagai bahasa. Hingga akhir abad ke-20, novel ini telah diterjemahkan dan diterbitkan 625 kali dalam 40 bahasa (tidak termasuk bahasa aslinya). Dalam bahasa lnggris saja, hasil terjemahan yang berbeda pernah dketak 75 kali, Belanda 14 kali, Jerman 67 kali, Prancis dan ltali 36 kali, Cina 15 kali, dan Arab 6 kali. Terjemahan Indonesia ini sendiri dilakukan dua kali oleh penerjemah yang sama, Koesalah Soebagyo Toer, langsung dari bahasa Rusia.
ISBN-13: 978-979-91-0066 -5 ISBN-10: 979-91 -0066-6
Sang Penebus 5 Pendekar Bloon 20 Perintah Dari Alam Gaib Bergaya Sebelum Mati 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama