Tentang pemberkatan dengan gambar orang suci, tak ada hal yang aneh. Stepan Arkadyich, dengan sikap lucu dan khidmat, berdiri di samping istr inya, menyuruh Levin bersujud ke bumi dan memberkatinya disertai senyuman simpatik bercampur mengejek serta menciumnya tiga kali; Darya Aleksandrovna berbuat demikian pula, lalu buru-buru pergi dan kembali tenggelam dalam perencanaan penggunaan kereta.
"Begini baiknya kita bikin: Kamu pergi dengan kereta kita menjemput dia; Sergei Ivanovich, kalau berkenan, bisa pergi, dan mengirim kembali kereta ke sini."
"Baik, dengan senang hati."
"Sebentar saya datang bersama dia. Barang-barangmu sudah dikirim?" kata Stepan Arkadyich.
"Sudah," jawab Levin, lalu menyuruh Kuzma menyediakan pakaiannya.
LEOTOLSTOI III Orang banyak, terutama para perempuan, mengerumuni gereja yang telah diberi penerangan untuk acara perka winan itu. Yang tak bisa masuk ke tengah menggerombol di dekatjendela, sating desak, saling tengkar, dan melongok-longok ke dalam lewat jeruji.
Duapuluh kereta lebih diatur berjajar oleh polisi militer di sepanjang jalan. Perwira polisi, tanpa menghiraukan udara dingin, berdiri dekat pintu-masuk, gemerlap dengan pakaian seragamnya. Tak henti-hentinya kendaraan berdatangan; para perempuan yang berbunga-bunga memasuki gereja dengan gaun panjang diangkat, bergantian dengan para lelaki yang melepas pet atau topi hitamnya. Di dalam gereja sendiri, dua lampu gantung dan semua lilin yang ada di dekat gambar-gambar orang suci setempat dinyalakan. Warna keemasan pada latar belakang ikonostasis, uk iran keemasan pada pigura ikon, bahan perak kandil dan tatakan l i lin, petak-petak lantai, permadani-permadani, panji-panji Kristus di atas tempat berdirinya paduan suara, tangga podium, buku-buku yang menghitam, jubahjubah, dan pakaian diakon semua tenggelam dalam cahaya. Di sisi kanan gereja yang berudara hangat, di tengah lautan baju smoking dan dasi putih, pakaian seragam dan kain damask, kain beledu, kain satin, rambut, bunga, bahu dan tangan terbuka, serta sarung tangan yang tinggi, berkecamuk percakapan tertahan namun hidup yang berkumandang aneh di bawah kubah tinggi itu. Setiap terdengar derit pintu dibuka, percakapan di tengah-tengah orang banyak terhenti, dan semua orang menoleh dengan harapan melihat masuknya pengantin lelaki dan perempuan. Pintu sudah terbuka lebih daripada sepuluh kali, tapi tetap saja yang datang hanya tamu lelak i atau perempuan yang terlambat dan menggabungkan diri dengan kelompok tamu undangan d i sisi kanan, atau tamu perempuan yang mengecoh atau membujuk perwira polisi agar bisa menggabungkan diri dengan kelompok di sisi kiri. Baik sanakkeluarga maupun orang-orang lain sudah tak sabar lagi menanti.
Semula orang menduga bahwa pengantin lelaki dan perempuan akan segera t iba, dan samasekali tak menghiraukan apakah keduanya terlambat atau tidak. Kemudian makin seringlah mereka menoleh
58 ANNA KAR"N!NA ke arah pintu dan bertanya-tanya apakah tidak terjadi sesuatu. Akhirnya keterlambatan itu mulai terasa mengganggu, dan sanakkeluarga serta para tamu pun berusaha pura-pura tak memikirkan calon pengantin dan sibuk dengan percakapan sendiri.
D iakon kepala sengaja batuk-batuk dengan tak sabar, seakan mengingatkan orang akan waktunya yang berharga, sehingga kaca jendela bergetar. Dari tengah paduan suara terdengar suara-suara percobaan, diselingi suara buang ingus para penyanyi yang merasa bosan. Pendeta tak henti-hentinya menyuruh pembaca Kitab Suci atau diakon menanyakan apakah pengantin lelaki sudah datang, sedangkan ia sendiri dengan jubah a lila dan ikat pinggang yang menempel makin sering keluar dari pintu samping menantikan pengantin lelaki. Akhirnya seorang perempuan melihat arlojinya dan mengatakan: "Ini aneh sekali!" dan semua tamu dengan gelisah mulai bicara keras menyatakan rasa heran dan tak puas. Seorang dari pengiring pengantin pergi untuk mengetahui apa yang terjadi. Waktu itu Kitty sedang berdiri di ruangan besar rumah keluarga Shcherbatskii dan memandang ke jendela. Sudah lama i a siap mengenakan gaun putih, kain pual panjang dan karangan bunga jeruk liar, didampingi ibunya yang kini duduk dan kakak perempuannya, Lvova. Sudah Iebih daripada setengah jam ia dengan saksama menunggu berita dari pengiringnya tentang kedatangan calon pengantin lelaki di gereja.
Sementara itu, Levin yang berpantalon tanpa rompi dan baju smoking berjalan mondar-mandir di dalam kamar hotelnya dan tak henti-hentinya melongok ke pintu dan melihat-lihat ke koridor. Tapi d i koridor tak terlihat orang yang ditunggunya. Sambil mengangkat tangan, dengan rasa putusasa ia berkata kepada Stepan Arkadyich yang dengan tenang merokok:
"Barangkali belum pernah ada orang yang berada dalam keadaan begini dungu dan mengerikan!"
"Ya, memang bodoh," kata Stepan Arkadyich membenarkan sambil tersenyum menenteramkan. "Tapi tenanglah, sebentar lagi d iantarkan."
"T idak, tapi bagaimana i ni!" kata Levin dengan kemarahan ditahan. "Dan rompi terbuka goblok i ni pula! Betul-betul tak masuk
LEOTOLSTOI akal!" katanya sambil menatap bagian depan kemejanya yang lusuh. "Jangan-jangan barang-barang itu sudah dibawa ke stasiun!" serunya putusasa.
"Kalau begitu, kamu pakai saja nanti punyaku." "Kalau begitu mestinya sudah dari tadi."
"Tak baik terlihat menggelikan .... Tunggu! Semua akan beres." Apakah gerangan soalnya" Ketika Levin hendak mulai berpakaian, si tua Kuzma, bujang Levin, mengambilkan baju smoking, rompi, dan semua barang lain yang diperlukan.
"Mana kemejanya!" seru Levin.
"Kemeja Anda pakai itu," jawab Kuzma dengan senyum tenang. Kuzma samasekali tak teringat meninggalkan kemeja yang bersih. Ketika i a mendapat perintah untuk menata barang-barang itu dan membawanya ke rumah keluarga Shcherbatskii, ketika semua orang muda dalam keluarga Shcherbatskii akan berangkat ke acara malam itu, i a lakukan seperti diperintahkan, di bungkusnya semua barang itu, termasuk setelan jas. Kemeja yang telah dipakai sejak pagi sudah lusuh dan tak mungkin dipakai bersama rompi mode terbuka itu. Untuk meng irim orang ke rumah keluarga Shcherbatskii terlampau jauh. Maka diperintahkan orang untuk membeli kemeja. Pesuruh pulang, tapi katanya semua toko tutup, hari Minggu. Maka dikirimkan orang ke rumah Stepan Arkadyich, dan dari sana dikirim satu kemeja, tapi ternyata kemeja itu terlalu longgar dan terlalu pendek. Akhi dikirim orang ke rumah keluarga Shcherbatskii untuk membongkar barang-barang itu. Pengantin lelaki dinantikan orang di gere ja, tapi ia sendiri sepert i binatang buas terkunci di dalam kandang, berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya sambil menoleh-noleh ke koridor; dengan rasa ngeri dan putusasa i a pun teringat bagaimana ia telah mengumpat Kitty, dan terbayang olehnya apa yang kira-kira sekarang dipikirkan Kitty.
Akhirnya Kuzma yang bersalah itu berlari masuk ke kamar, membawa kemeja dengan napas terengah-engah.
"Uh, tepat sekali waktunya. Peti sudah dinaikkan kereta," kata Kuzma.
Tiga menit kemudian, tanpa melihat arloji agar tidak lebih mengesalkan dirinya, Levin sudah berlari menyusuri koridor.
6-0 ANNA KAR"N!NA "Tak usah beg itu," kata Stepan Arkadyich tersenyum sambil mengikutinya dengan tenang. "Semua akan beres, semua akan beres . . . kataku juga begitu."
"Datang! Itu dial Yang mana" Apa yang lebih muda itu" Padahal pengantin perempuan sudah setengah mati!" ujar orang-orang di tengah kerumunan ketika Levin menemui calon istrinya di pintumasuk, lalu masuk be a ke gereja.
Stepan Arkadyich menceritakan kepada istrinya penyebab kelambatan itu, dan para tamu sambil tersenyum saling berbisik-bisik. Levin tak melihat apapun dan siapapun; tanpa berkedip ia terus menatap calon istrinya.
Semua orang mengatakan bahwa Kitty menjadi amat jelek hari-hari terakhir itu, dan dengan karangan bunga itu ia jauh dari menarik, tidak seperti biasanya; tapi Levin tak melihat itu. Ia menatap tata rambut Kitty yang tinggi dan kain pual putih panjang serta bunga-bunga putih itu, menatap leher bajunya yang berkerutkerut dan tegak tinggi, yang menutupi leher Kitty yang jenjang dari samping tapi terbuka di bagian depan, sehingga terasa sekali bahwa ia masih gadis, menatap pinggangnya yang ramping benar, dan terasa oleh Levin betapa Kitty lebih menarik daripada sebelumnya; bukan karena bunga itu, kain pual itu, atau gaun yang dipesan dari Paris itu yang menambah kecantikan Kitty, melainkan karena meskipun ia mengenakan pakaian mewah yang sudah disiapkan lebih dulu, ekspresi wajahnya yang jelita, ekspresi mata dan bibirnya, semua merupakan ungkapan khas kejujuran tanpa dosa.
"Aku sampai menyangka kamu hendak melarikan diri," kata Kitty, lalu tersenyum kepada Levin.
"Bodoh sekali yang terjadi denganku tadi, sampai malu membicarakannya!" kata Levin memerah wajahnya, tapi waktu itu ia harus memusatkan perhatian kepada Sergei Ivanovich yang datang mendekat.
"Bagus juga pengalamanmu dengan kemeja itu!" kata Sergei Ivanovich sambil menggelengkan kepala dan tersenyum.
LEOTOLSTOI "Ya, ya," jawab Levin, walaupun sesungguhnya ia tak mengerti apa yang dikatakan orang kepadanya.
"Nah, Kostya, sekarang harus diputuskan," kata StepanArkadyich dengan wajah pura-pura takut. "Soal yang penting. Justru sekarang ini kamu mampu menilai pentingnya soal ini. Aku ditanya: yang akan dipakai lilin yang sudah dinyalakan atau yang belum" Bedanya sepuluh rube!," sambungnya sambil menyiapkan bibir untuk tersenyum. "Aku sendiri sudah punya jawabannya, tapi aku takut kamu tak setuju."
Levin tahu babwa itu kelakar, tapi ia tak bisa tersenyum. "Jadi bagaimana" Yang sudah dinyalakan atau belum" Itu pertanyaannya."
"Ya, ya, yang belum d inyalakan."
"Baiklah, aku senang. Soal sudah terjawab!" kata Stepan Arkadyich tersenyum. "Soalnya, dalam keadaan begini, orang sering jadi bodoh," katanya kepada Ch , ketika Levin dengan bingung menatapnya, lalu mengeserkan badan mendekati calon istrinya.
"Jangan lupa, Kitty, kamu dahulu yang menginjak permadani," kata Nyonya Graf Nordston sambil mendekat. "Anda menarik sekali hari ini!" katanya kepada Levin.
"Bagaimana, tidak merasa ngeri?" kata bibi Kitty yang sudah tua, M Dmitriyevna.
"Apa kamu tak merasa kedinginan" Wajahmu pucat. Tunggu, coba menunduk sedikit!" kata saudara perempuan Kitty, Lvova; ia angkat tangannya yang sintal indah, dan sambil tersenyum d ibetulkannya bunga di atas kepala Kitty.
Dolly juga mendekat, ingin mengatakan sesuatu, tapi tak sanggup mengutarakannya, Ialu menangis dan tertawa tak wajar.
Kitty menatap semua orang dengan tatapan kosong seperti halnya Levin. Terhadap semua kata yang ditujukan kepadanya ia hanya bisa menjawab dengan senyuman bahagia, yang sekarang terasa olehnya tak wajar.
Sementara itu semua pelayan gereja sudah berpakaian, dan pendeta bersama diakon sudah naik ke atas mimbar yang berdiri di serambi. Pendeta mengatakan sesuatu kepada Levin. Levin tak mendengar apa yang dikatakan si pendeta.
62 ANNA KAR"N!NA "Gandenglah tangan calon istrimu, dan ajaklah," kata pengiring pengantin kepada Levin.
Lama Levin tak mengerti apa yang diminta orang kepadanya. Lama orang membetulkannya dan sudah hendak membiarkannya saja, karena ia memegang dengan tangan yang salah atau memegang tangan yang salah, tapi akhirnya ia mengerti bahwa ia harus memegang tangan kanan calon istrinya dengan tangan kanannya tanpa mengubah posisi. Ketika akhirnya Levin sudah memegang tangan sang calon istri seperti diharuskan, pendeta bergerak beberapa langkah ke depan mereka dan berhenti di dekat mimbar. Rombongan sanak-saudara dan para kenalan bergerak mengikuti mereka sambil berbicara dan menggemerisikkan ekor gaun Kitty. Ada seorang yang membungkuk membetulkan ekor pakaian pengantin. Di dalam gereja suasana menjadi senyap sehingga suara tetesan lilin pun bisa didengar.
Pendeta tua yang mengenakan topi pendeta, dengan berkasberkas rambut beruban cemerlang sepert i perak yang tertata di kedua sisi telinga, mengeluarkan kedua tangannya yang kecil tua dari balik jubah misanya yang terbuat dari perak dan bertanda salib emas di bagian punggung, dan meraba-raba sesuatu di dekat mimbar.
Stepan Arkadyich dengan hati-hati mendekatinya, membisikkan sesuatu kepadanya, kemudian mengedip ke arah Levin dan kembali ke tempat semula.
Pendeta menyalakan dua lilin yang berhiaskan bunga-bunga, memegangnya dengan tangan k iri dari samping sehingga cairan lilin tak henti-hentinya menetes pelan, lalu berbalik menghadap kedua pengantin baru. Pendeta itu adalah pendeta yang telah menerima pengakuan dosa Levin. Dengan mata lelah dan sedih ia menatap calon pengantin lelaki dan perempuan, menarik napas, menarik tangan kanan dari balik jubah misanya dan memberkati pengantin lelaki, lalu dengan cara yang sama tapi dengan mesra-lembut ia meletakkan jemar inya ke kepala Kitty yang ditekurkan. Kemudian ia serahkan kepada mereka kedua lilin, d iambilnya pedupaan, dan pergilah ia pelan-pelan meninggalkan mereka.
"Apakah semua ini nyata?" pikir Levin, lalu menoleh kepada
LEOTOLSTOI calon istrinya. Dari tempat yang agak tinggi ia bisa melihat profil Kitty, dan dari gerak bibir dan bulu mata Kitty yang tak kentara tahulah ia bahwa Kitty merasakan tatapan matanya. Kitty t idak menoleh, tapi leher bajunya yang tinggi berkerut-kerut bergetar sedikit, naik ke arah telinganya yang mungil kemerahan. Levin melihat napas d i dalam dada Kitty berhenti, dan bergetarlah tangannya yang mungil mengenakan sarung tangan yang panjang dan memegang itu.
Semua keributan mengena i kemeja, keterlambatan, percakapan dengan kenalan dan sanak-saudara, kekesalan mereka, dan posisinya yang menggelikan semua itu t iba-tiba lenyap, dan ia pun merasa gembira.
Diakon kepala yang tam pan, jangkung, dan mengenakan pakaian perak dengan berkas-berkas rambut ikal yang d isisir ke kanan dan kiri, melangkah tangkas ke depan; dengan gerak yang biasa baginya i a mengangkat semacam syal dengan dua jarinya, dan berhenti di hadapan pendeta.
"Ber-kat-i-lah, ya, Tu-han!" menggema suara khidmat pelan bergantian, menggetarkan gelombang udara di dalam gereja.
"Terpujilah namaNya kini, nanti, dan untuk selama-lamanya," jawab pendeta tua tenang dengan suara mengalun sambil terus meraba-raba sesuatu di mimbar. Suara paduan suara gereja yang tak tampak dan amat selaras membahana rata dan luas, memenuhi gereja mulai dari jendela sampai langit-langit kubah, kemudian kian meninggi, berhenti sesaat, dan kemudian diam sepenuhnya.
Seperti biasa orang berdoa tentang dunia sana dan tentang keselamatan, tentang sinoda, dan tentang baginda; orang berdoa juga tentang kedua hamba Tuhan, Konstantin dan Yekaterina, yang sekarang melangsungkan pe an.
"O, anugrahilah mereka dengan cinta yang sempurna, dan pertolongan, ya Tuhan," demikian seluruh gereja seakan bernapas dengan suara diakon kepala.
Levin mendengarkan kata-kata itu, dan kata-kata itu sungguh memesona dirinya. "Bagaimana bisa mereka menduga bahwa justru pertolongan itu, ya, justru pertolongan itu yang kuperlukan?" pikirnya, teringat kekhawatiran dan keraguan yang belum lama berselang
64 ANNA KAR"N!NA dialaminya. "Apa yang kuketahui" Apa yang bisa kuperbuat dalam urusan yang mengerikan ini," piki , "tanpa pertolongan" Justru pertolongan itu yang kubutuhkan sekarang ini."
Ketika diakon selesai dengan acara litani itu, pendeta menoleh ke arah kedua pengantin sambil memegang kitab.
"Ya, Tuhan, persatukanlah yang tadinya terpisahkan," dibacanya dengan suara pasrah mengalun, "dengan ikatan cinta yang tak tergoyahkan; berkatilah Isak dan Ribka, para ahli waris perjanjianMu; dan berkatilah juga hamba-hambaMu ini, Konstantin dan Yekaterina, tunjukkanlah mereka dengan petunjuk yang baik. Engkaulah Tuhan Yang Maha Penyayang dan Kasih, kepadaMu kami haturkan kemuJiaan, Bapa, Putra dan Roh Kudus, kini, nanti, dan seJama-Jamanya. A-amin," kembali sambut paduan suara yang tak tampak.
"Pe anJah yang tadinya terpisahkan dengan ikatan cinta, alangkah dalam makna kata-kata itu, dan alangkah sesuai dengan yang kami rasakan saat ini!" pikir Levin. "Apakah Kitty juga merasakan ha! yang kurasakan ini?"
Dan ketika ia menoJeh, bertemuJah ia dengan tatapan mata Kitty.
Dari ekspresi tatapan nya itu Levin menyimpuJkan bahwa Kitty pun ya pengertian yang sama dengannya. Padahal itu samasekali tak benar. Kitty hampir tak mengerti samasekali kata-kata yang digunakan dalam upacara itu, ia bahkan tak mendengar kata-kata itu ketika pernikahan berJangsung. Ia tak bisa mendengar maupun mengerti kata-kata itu: demikian hebatnya perasaan yang memenuhi jiwanya saat itu, dan makin Jama makin bertambah hebat. Perasaan itu adaJah perasaan gembira yang sepenuhnya, yang seJama satu setengah bulan itu memenuhi jiwanya, dan seJama enam minggu itu terns menggembirakan dan menyiksanya. Jiwanya hari itu terasa seperti sewaktu ia mengenakan gaun cokelat di ruangan besar rumahnya di Arbat, ketika ia menghampiri Levin dan kemudian tanpa kata-kata menyerahkan dir i kepadanya. DaJam jiwanya hari itu dan jam itu terjadi perpisahan penuh dengan kehidupan sebeJumnya, dan m h kehidupan yang Jain samasekali, baru dan betul-betul tak dikenal, yang dalam kenyataan sebenarnya
LEOTOLSTOI adalah kelanjutan kehidupan yang lama. Enam minggu terakhir itu mernpakan waktu yang paling nikmat dan paling menyiksa baginya. Seluruh hidupnya, semua keinginan dan harapannya hanya terpusat pada satu orang itu saja, yang sementara itu masih belum ia mengerti. Dengan orang itulah ia dihubungkan oleh suatu perasaan yang lebih tak bisa dimengerti lag i daripada orangnya sendiri, suatu perasaan yang kadang mendekatkan dirinya dan kadang menolakkannya, sementara ia terns hidup dalam suasana hidup yang lama. Dengan hidup secara lama itu pun i a merasa ngeri terhadap dirinya sendiri, terhadap sikap masa bodohnya yang luarbi asa dan tak sanggup diatasinya lagi, yaitu sikap masa bodoh terhadap selurnh masa lalunya; terhadap barang-barang, kebiasaan-kebiasaan, orang-orang yang dicintainya dan pernah mencintainya, ibunya yang kecewa atas sikap masa bodohnya itu, ayahnya yang bersikap mani s dan sebelumnya mernpakan orang yang paling mesra dan baik sikapnya. Sekali ia merasa ngeri terhadap sikap masa bodohnya sendiri, sekali pula ia merasa gembira atas hal yang menyebabkannya bersikap masa bodoh. Ia tak bisa berpikir atau mengharapkan sesuatu yang lain kecuali hidup dengan orang itu, padahal hidup yang baru belum lagi ada; bahkan ia tak bisa membayangkan dengan jelas hidupnya yang barn. Hanya satu yang menurut dugaanya akan dirasakan, yaitu rasa khawatir dan gembira terhadap sesuatu yang barn dan belum dikenalnya. Dan sebentar lagi penantian, kegelapan, dan rasa sesal karena berpisah dengan hidup yang lama semua akan berakhir dan mulailah hidup yang barn. Hal yang barn tidak mungkin tidak terasa mengerikan justrn karena tak dikenal; tapi mengerikan atau tidak mengerikan, hal itu sudah terjadi enam minggu yang lalu dalam jiwanya; dan sekarang tinggallah s untuk menjadi terang apa yang sudah lama terjadi dalam jiwanya itu.
Pendeta kembali ke mimbar; dipegangnya cincin Kitty yang kecil dengan susah-payah, lalu dimintanya Levin mengulurkan tangan, dan dikenakannya cincin itu di rnas pertama jari Levin. "Dengan ini hamba Tuhan, Konstantin, dinikahkan dengan hamba Tuhan, Yekaterina." Sesudah itu pendeta mengucapkan kalimat yang sama sewaktu mengenakan cincin besar di jari Kitty yang kemerahan, kecil, dan patut diibakan lemahnya.
ANNA KAR"N!NA Beberapa kali pasangan yang sedang menikah itu menebak apa yang mesti dilakukan selanjutnya, tapi tiap ternyata mereka keliru dan pendeta membetulkan dengan berbisik. Akhirnya pendeta melakukan apa yang harus dilakukan, membuat tanda salib untuk kedua pengantin dengan kedua cincin mereka, kemudian kepada Kitty diber ikan c incin yang besar, sedangkan kepada Levin cincin yang kecil; di sini mereka kembali kacau sehingga dua kali mereka mempertukarkan cincin itu, tapi tetap saja hasilnya tak seperti yang diharapkan.
Dolly, Chirikov, dan Stepan Arkadyich tampil ke depan untuk membetulkan mereka. Terjadilah kekacauan, terdengar bisikbisik, dan terlihat senyuman, namun ekspresi kekhidmatan dan keharuan di wajah kedua pengantin tak berubah; sebaliknya, dengan mengacaukan tangan mereka itu kedua pengantin tampak lebih bersungguh-sungguh dan lebih khidmat daripada sebelumnya, dan senyuman yang menyertai bisikan Stepan Arkadyich agar sekarang masing-masing pengantin mengenakan c incinnya, tanpa dikehendaki, terhenti di bibir. Ia merasa, senyuman apapun sekarang ini bisa menyinggung perasaan mereka.
"Engkau telah menciptakan lelaki dan perempuan," baca pendeta sesudah pertukaran cincin berlangsung. "Dan berkatMulah seorang istri dipersatukan dengan suaminya untuk membantu dan mengembangkan jenis manusia. Ya Tuhan, ajarkanlah kebenaran sebagai warisan dan perjanjian kepada para hambaMu orangorang yang terpilih ini, dan pandanglah hambaMu Konstantin dan hambaMu Yekaterina, dan tetapkanlah pernikahan mereka di dalam iman, kesatuan, kebenaran, dan cinta .... "
Levin makin lama makin merasa betapa seluruh pikirannya mengenai perkawinan dan khayalannya mengenai cara menyusun kehidupan itu kekanak-kanakan; semua itu hal yang sampai sekarang belum ia mengerti, dan sekarang ia lebih tak mengerti lagi, sekalipun hal itu sedang terjadi dengannya; di dalam rongga dadanya ia rasakan gigil yang makin meningkat, dan a irmata liar pun menggerabak d i matanya.
LEOTOLSTOI Di dalam gereja hadir seluruh penduduk Moskwa, sanak-keluarga maupun bukan. Dan selama berlangsung upacara pe an, dengan diterangi lampu gereja yang gilang-gemilang, tak hen t i-hentinya terdengar percakapan lirih sopan di antara para perempuan yang berpakaian megah, di antara para gadis dan lelaki yang mengenakan dasi putih, setelan jas, dan pakaian seragam. Percakapan itu terutama dilakukan para lelaki, sedangkan para perempuan sibuk mengamati hal-hal kecil dalam upacara keagamaan yang memang selalu punya kaitan kepentingan dengan mereka.
Di kalangan yang paling dekat dengan pengantin perempuan ada dua orang saudara perempuan: Dolly dan kakaknya, si cantik Lvova yang tenang, yang barn datang dari luar negeri.
"Kenapa pula si Marie memakai pakaian warna lila hampir hitam dalam acara perkawinan?" kata Korsunskaya.
"Dengan wama wajah seperti itu, satu-satunya kemungkinan ... ," jawab Drubyetskaya. "Saya juga heran, kenapa bikin perkawinan malam hari. Ini kebiasaan kaum pedagang .... "
"Lebih indah. Saya dulu juga kawin malam hari," jawab Korsunskaya sambil menarik napas panjang, teringat betapa manis ia dulu, betapa tergila-gilanya sang suami kepadanya, dan betapa sekarang semua sudah lain keadaannya.
"Kata orang, siapa yang lebih dari sepuluh kali menjadi pengantar pengantin tidak bakal bisa kawin; saya ingin sepuluh kali mengantar pengantin untuk menghindar i perkawinan, tapi temyata tempatnya sudah terisi," kata Pangeran Sinyavin kepada Nona Pangeran Charskaya yang cantik dan menaruh harapan kepadanya.
Charskaya hanya membalas dengan senyuman. Ia memandang Kitty, dan terpikir olehnya betapa dan kapan ia bisa berdiri di samping Pangeran Sinyavin dalam posisi seperti Kitty sekarang ini, dan betapa ia akan mengingatkan pangeran itu nanti akan kelaka sekarang.
Shcherbatskii mengatakan kepada Fraulein Nikolayeva bahwa ia bermaksud mengenakan karangan bunga pada sanggul Kitty agar Kitty merasa bahagia.
68 ANNA KAR"N!NA "Sebetulnya tak perlu mengenakan sanggul palsu itu," jawab Nikolayeva yang sudah lama bertekad bahwa jika duda tua yang coba ia tangkap itu nanti jadi mengawininya, maka perkawinannya akan diadakan dengan amat sederhana. "Saya tak suka dengan kemegahan kosong ini."
Sergei Ivanovich berbicara dengan Darya Dmitryevna, dan sambil berkelakar mencoba meyakinkan Darya Dmitryevna bahwa kebiasaan bepergian sesudah perkawinan makin meluas, karena pengantin baru bi asanya agak merasa malu.
" Anda itu patut merasa bangga. Kitty luarbiasa manis. Saya pikir Anda mengiri."
"Saya sudah mengalami itu, Darya Dmitryevna," jawab Sergei Ivanovich, lalu wajahnya tiba-tiba tampak sedih dan serius.
Stepan Arkadyich bercerita kepada ipar perempuannya dengan permainan kata tentang perceraian.
"Kerangan bunga itu perlu dibetulkan," jawab ipar tak mendengarkannya.
"Sayang sekali Kitty jadi tampak begitu jelek," kata Nyonya Graf Nordston kepada Lvova. "Biar bagaimanapun Levin tak sampai sekuku Kitty. Betul tidak?"
"Ah, tidak, senang dengan Levin. Bukan karena ia akan jadi beau-freres ," jawab Lvova. "Dan ia membawakan diri baik sekali! Amat sukar membawakan diri dengan baik dalam keadaan seperti ini-yakni supaya tak terlihat menggelikan. Levin bisa bersikap benar-benar tak menggelikan, tidak tegang; rupanya ia merasa terharu."
"Rupanya Anda memang menghendaki perkawinan ini?" "Hampir boleh dikatakan demik ian. Kitty memang mencintainya."
"Yah, mari kita lihat siapa di antara mereka yang menginjak permadani lebih
"Kalau saya dengan Vasil
sendiri, melainkan juga kepada semua perempuan yang dekat dengan dia dan dikenalnya; ia teringat kepada mereka di saat paling khidmat bagi mereka berdua, ketika seperti Kitty sekarang mereka berdiri mengenakan karangan bunga dengan cinta, harapan dan kekhawatiran di hati, selagi mereka melepaskan diri dari masa lalu dan memasuki masa depan yang masih belum mereka ketahui. Di antara semua pengantin yang teringat olehnya, terkenanglah Anna sahabatnya yang manis; sayang sekali belum lama ini ia mendengar berita tentang rencana perceraiannya. Anna pun waktu itu berdiri bersih, mengenakan karangan bunga jeruk liar dan kain pual. Tapi apa yang terjadi dengan dia sekarang ini"
"Bukan main anehnya," ujamya.
Bukan hanya saudara-saudara perempuan para sahabat dan sanak-saudara saja yang mengikuti semua rangkaian acara keagamaan itu; para perempuan lain juga mengikuti dengan kegelisahan yang menyendatkan napas; mereka takut melewatkan tiap gerak dan ekspresi wajah pengantin lelaki dan perempuan, dan dengan jengkel tak memberikan jawaban dan sering tak mendengarkan pembicaraan lelaki yang masa bodoh, yang terus saja bicara tentang hal-hal yang bersifat kelakar dan lain samasekali.
"Kenapa sampai menangis begitu" Apa ini bukan kemauan sendiri?"
"Apa pula bukan kemauan sendiri kawin dengan orang yang begitu tampan" Apa Pangeran yang memaksa?"
"Apa itu saudara perempuannya, yang mengenakan kain satin putih itu" Coba dengar itu diakon menggeram: 'Dan takutlah kepada suami.'"
70 ANNA KAR"N!NA "Apa itu koor dari Chudovskii?" "Bukan, dari Sinoda."
"Tadi saya tanya pesuruhnya. Katanya dia akan langsung membawa Kitty ke tanah warisan orangtuanya. Orang kaya sekali kabarnya. Justru karena itu Kitty dikawinkan dengannya." "Ah, tapi ini kan memang pasangan yang serasi?" "Tapi tadi kali an berbantah, Maria Vlasyevna, bahwa mereka mengenakan kain karnalin untuk bepergian. Dan coba lihat yang mengenakan pakaian cokelat kemerahan itu, yang kata orang istri duta. Begitu mencolok. ... Yang , yang kanan."
"Pengantin perempuan memang manis bukan main, macam biri-biri didandani! Tapi bagaimanapun kasihan anak itu."
Demikianlah pembicaraan para perempuan d i tengah para penonton yang berhasil memasuki pintu gereja.
Ketika upacara pe han usai, pekerja gereja menghamparkan kain sutra kemerahan di depan mimbar di tengah-tengah gereja, lalu paduan suara menyanyikan lagu Mazmur yang bagus dan rumit dengan suara bas dan tenor saling bersahutan, dan pendeta membalikkan badan serta menunjukkan lembar kain kemerahan yang telah terhampar itu kepada kedua pengantin. Pengantin sudah sering dan banyak mendengar tentang pertanda bahwa siapa di antara keduanya menginjak permadani lebih dulu dia akan menjadi kepala rumahtangga, namun baik Levin maupun Kitty tak teringat samasekali akan hal itu ketika mereka mengambil beberapa langkah di atas kain itu. Merekajuga tak mendengar ucapan dan perbantahan orang banyak yang begitu keras, bahwa menurut pengamatan sebagian mereka Levin menginjak lebih dulu, sedangkan menurut yang lain lagi mereka berdua menginjak bersamaan.
Sesudah diajukan pertanyaan-pertanyaan yang biasa itu mengenai keinginan kedua pengantin untuk saling menikah dan mengenai apakah mereka tidak berjanji kepada orang lain lagi, mulailah acara barn, yaitu sesudah kedua pengantin memberikan jawaban yang bagi telinga mereka sendiri terdengar aneh. Kitty
LEOTOLSTOI mendengarkan kata-kata yang diucapkan dalam doa, dan ia ingin memahami arti kata-kata itu, tapi tak bisa. Perasaan khidmat, gembira, dan cerah akibat pelaksanaan upacara itu makin memenuhi jiwanya dan tak memungkinkannya memusatkan perhatian.
Mereka berdoa, "Ya Tuhan, berikanlah kepada mereka kemampuan memfaedahkan kesucian hati dan buah kandungan, dan gembirakan mereka dengan anak-anak lelaki dan perempuan." Diingatkan bahwa Tuhan telah menciptakan seorang istri dari tulang rusuk Adam, dan "untuk itu seorang lelaki meninggalkan ayah bundanya dan mengikatkan diri dengan seorang istri, dua orang tapi menjadi satu" dan "ini adalah rahasia yang sungguh besar"; dipohonkan agar Tuhan menganugrahkan kepada mereka kesuburan dan berkat, seperti juga kepada Isak dan Ribka, kepada Yosef, kepada Musa dan Zipora, dan agar mereka beranak dan bercucu. "Semua itu baik sekali," pikir Kitty ketika mendengar kata-kata itu. "Semua itu memang tak mungkin lain dari itu," dan senyuman gembira menguntum di wajahnya yang cerah, dan senyuman itu, tanpa dikehendakinya, merasuki orang-orang yang menatapnya.
"Kenakan sa ja!" terdengar anjuran-anjuran, ketika pendeta mengeluarkan mahkota, dan dengan tangan gemetar bersarung tangan berkancing tiga, Shcherbatskii memegang mahkota itu tinggi-tinggi di atas kepala Kitty.
"Ya, kenakan!" bisik Kitty sambil tersenyum.
Levin menoleh ke arah Kitty, dan terpukaulah ia oleh ekspresi gembira di wajah Kitty; dan perasaan Kitty itu, tanpa dikehendaki, terasa pula olehnya. Sepert i Kitty, ia pun menjadi tampak cerah dan gembira.
Mereka senang mendengarkan pembacaan surat Rasul Paulus dan kumandang suara diakon kepala sewaktu melafalkan ayat terakhir yang telah dinantikan dengan tak sabar oleh khalayak yang bukan sanak-keluarga. Senang sekali mereka minum anggur merah dengan air yang masih hangat dari cangkir pendek, dan suasana menjadi lebih gembira lagi ketika pendeta menyingkapkan jubahnya dan memegang kedua tangan pengantin dan menuntun mereka mengitari mimbar diiringi gemuruh suara bas yang menyanyikan "Bergembiralah bagi Tuhan". Shcherbatskii dan Chirikov menjaga
72 ANNA KAR"N!NA tegaknya mahkota. Asal saja mereka memegang ekor gaun pengantin perempuan, tapi mereka senantiasa tersenyum dan juga gembira entah karena apa; mereka terkadang tertinggal dan terkadang menumbuk kedua pengan t in sewaktu pendeta sesekali berhenti. Letikan kegembiraan yang telah membakar Kitty agaknya menjilati semua orang yang berada di dalam gereja. Levin merasa seakan pendeta dan diakon juga ingin tersenyum seperti dirinya.
Pendeta melepaskan mahkota dari kepala pengantin, kemudian membacakan doa terakhir dan mengucapkan selamat kepada kedua orang muda itu. Levin menoleh ke arah Kitty, dan belum pernah ia melihat Kitty seperti itu sampai saat itu. Kitty terlihat amat manis karena ekspresi bahagia yang baru itu di wajahnya. Levin ingin Levin mengatakan sesuatu kepadanya, tapi ia belum tahu apakah semuanya sudah selesai. Pendeta melepaskan dia dari kesulitan. Pendeta tersenyum, dan berkatalah i a lirih:
"Ciumlah istri Anda, dan Anda, ciumlah suami Anda," kata dia sambil mengambil lilin dari tangan mereka.
Levin menc ium bibir Kitty yang tersenyum dengan lembut, kemudian mengulurkan tangan kepadanya, dan dengan perasaan aneh dan haru karena dekatnya gadis itu, pergilah i a meninggalkan gereja. Ia tak percaya dan sulit percaya bahwa semua itu nyata adanya. Barulah ketika pandangan mereka yang keheranan dan malu-malu itu bertemu, ia bisa percaya, karena ia merasa bahwa mereka kini sudah menjadi satu.
Mereka makan malam, dan malam itu pula kedua orang muda itu berangkat ke desa.
VII Vronskii dan Anna sudah tiga bulan melakukan perjalanan ke Eropa. Mereka menjelajahi Venesia, Roma, Napoli, dan baru saja tiba di kota kecil Italia, di mana mereka ingin tinggal beberapa waktu lamanya.
Pelayan kepala yang tampan, sambil memasukkan tangan ke saku dan mengerutkan kening dengan sikap benci, memberikan jawaban berang kepada seorang tuan yang menginap di hotel itu; rambut pelayan itu lebat berminyak, dengan belahan bermula di
LEOTOLSTOI dahi ; ia mengenakan baju smoking, dengan kemeja yang bagian depannya terbuat dari kain batis lebar, be a putih, dengan sedikit hiasan di bagian perutnya yang membuncit. Mendengar suara langkah kaki menaiki tangga arah pintu-masuk, pelayan itu menoleh, dan ketika dilihatnya pangeran Rusia yang menempati beberapa kamar terbaik hotel itu, dengan hormat i a pun mencabut kedua tangannya, dan sambil membungkuk i a menjelaskan bahwa kurir telah sampai, dan urusan sewa palazzo telah disetujui. Direktur bersedia menandatangani surat kontrak.
"Aa! Saya senang sekali," kata Vronskii. "Nyonya ada di rumah?"
"Tadi pergi jalan-jalan, tapi sekarang sudah kembali, Tuan," jawab pelayan.
Vronskii melepas topinya yang lunak berpinggir lebar, lalu mengusap dahinya yang berkeringat dan rambutnya yang tumbuh sampai setengah telinga dengan saputangan; rambut itu tersisir ke belakang menutupi botaknya. Melihat sepintas lalu si tuan masih berdiri dan menatap ke arahnya, ia bermaksud masuk.
"Tuan itu orang Rusia, Tuan, dan ia menanyakan Tuan," kata pelayan.
Dengan rasajengkel tak menentu karena rupanya di mana saja ia sulit melepaskan diri kenalan dan mendapat sedikit hiburan di tengah hidupnya yang membosankan, sekali lagi Vronskii menoleh ke arah tuan yang telah pergi itu tapi kemudian berhenti lagi; waktu itulah mata keduanya beradu.
"Golenishchev!"
"Vronskii!" Memang orang itu adalah Golenishchev, teman Vronskii di Korps Page. Dalam korps itu Golenishchev termasuk kelompok liberal, tapi i a telah keluar dari korps itu dan beroleh pangkat sipil, tapi sesudah itu tak berdinas di mana pun. Kedua teman itu berpisah sesudah keluar dari korps, dan sesudah itu hanya sekali bertemu kembali.
Vronskii tahu bahwa dalam perjumpaan itu Goleni shchev bermaksud menyatakan punya aktivitas liberal berciri intelek, dan dengan itu ia ingin merendahkan aktivitas dan panggilan hati Vronskii. Karena itu, dalam perjumpaan dengan Golenishchev
7 4 ANNA KAR"N!NA Vronskii memperlihatkan sikap menolak yang dingin angkuh seperti biasa ia perlihatkan kepada orang lain yang maknanya adalah demikian: "Anda boleh senang atau tidak dengan cara hidup saya, karena bagi hal itu sama saja; Anda harus menghormati saya kalau Anda ingin mengenal saya." Adapun Golenishchev sendiri bersikap masa bodoh campur bend kepada sikap Vronskii itu. Perjumpaan itu agaknya akan lebih saling menjauhkan mereka. Namun wajah mereka sekarang berseri-seri, dan mereka pun gembira ketika ternyata mereka saling mengenal. Vronskii samasekali tak menduga bahwa ia bisa menyebabkan Golenishchev begitu gembira, ta.pi ia sendiri agaknya tak sadar beta.pa ia merasa bosan. Ia sudah lupa akan kesan tak menyenangkan mengenai perjumpaannya terakhi r dengan Golenishchev, dan dengan wajah akrab gembira ia pun mengulurkan tangan kepada bekas temannya itu. Ekspresi gembira pula telah menggantikan ekspresi resah yang semula ada di wajah Golenishchev.
"Senang sekali bertemu dengan kamu!" kata Vronskii sambil memperlihatkan deretan giginya yang putih kokoh diiringi senyum lebar penuh persahabatan.
"Aku memang mendengar nama Vronskii, tapi yang mana aku tak tahu. Aku senang, ya, senang sekali!"
"Mari masuk. Lalu apa yang kamu kerjakan sekarang ini?" " Aku sudah dua tahun tinggal di sini. Kerja."
"Aa!" kata Vronskii bersimpati. "Mari masuk."
Dan mulailah ia bicara bahasa Prancis, sesuai kebiasaan orang Rusia yang justru tidak menggunakan bahasa Rusia untuk menyatakan sesuatu yang hendak di sembunyikan dari para pelayan.
"Ka.mu kenal dengan Karenina" Aku melakukan perjalanan i n i bersama dia. Aku mau k e tempatnya ini ta.di," katanya dalam bahasa Prancis sambil menatap wajah Golenishchev dengan saksama.
"Aa! Itu kau tak tahu (walaupun sebetulnya ia tahu)," jawab Golenishchev dengan sikap masa bodoh. "Sudah lama kamu tiba di sini?" tambahnya.
"Aku" Ini hari keempat," jawab Vronskii, sekali lagi menatap wajah temannya.
LEOTOLSTOI "Ya, ia orang yang tahu sopan-santun, dan memang bisa memandang persoalan sebagaimana mestinya," kata Vronskii kepada
sendiri sesudah mengerti makna ekspresi wajah Golenishchev dan perubahan nada bicaranya. "Bolehlah ia kuperkenalkan dengan Anna; tampaknya pantas."
Selama tiga bulan menghabiskan waktu d i luar negeri bersama Anna, dalam berhubungan dengan orang yang baru dikenal, Vronskii selalu mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri bagaimana sikap orang baru itu terhadap hubungannya dengan Anna, dan kebanyakan ia memperoleh pengertian sepantasnya dari para lelaki. Tapi sekiranya ia ditanya, dan orang yang mengerti itu ditanya bagaimana pengertiannya, maka ia maupun orang itu akan menjawab mengalami kesulitan besar.
Pada hakikatnya, menurut pendapat Vronskii, orang yang mengerti "sebagaimana mestinya" itu samasekali tak mengerti masalahnya, tapi mereka membawakan seperti dilakukan orang yang berpendidikan baik dalam menghadapi soal rumit dan tak terpecahkan, yaitu soal yang merundung hidup dari segala penjuru; mereka membawakan diri secara sopan, dengan menghindari isyarat dan pertanyaan yang tak menyenangkan. Mereka pura-pura mengerti sepenuhnya arti dan makna keadaan itu; mereka mengakui dan bahkan membenarkannya, tapi mereka menganggap tidak pada tempatnya dan berlebihan untuk menjelaskan semua itu.
Adapun sekarang, Vronskii menduga bahwa Golenishchev adalah seorang dari orang-orang seperti itu. Karena itu, dua kali lipat ia merasa senang kepadanya. Dan memang, ketika d ibawa berkenalan dengan Anna, Goleni shchev membawakan diri seperti yang diharapkan Vronskii. Jelas sekali betapa Golenishchev dengan mudah menghindari percakapan yang kiranya bisa mengakibatkan kekikukan.
Golenishchev tak mengenal Anna dan ia terpesona oleh kecantikannya, terlebih oleh kesederhanaan Anna dalam menerima keadaannya. Wajah Anna memerah ketika Vronskii membawa Golenishchev, dan rona merah kekanakan yang menyelimuti wajahnya yang akrab dan cantik sangat menyenangkan Golenishchev. Tapi yang terutama menyenangkan dia adalah bahwa Anna menyebut
7 6 ANNA KAR"N!NA Vronskii langsung dengan nama Aleksei saja, seolah dengan sengaja hendak menghindari salah pengertian di hadapan orang yang belum dikenal, dan Anna mengatakan bahwa ia bersama Vronskii akan pindah ke rumah yang akan disewa, yang di sini disebut palazzo itu. Sikap akrab dan sederhana terhadap keadaannya itu sangat menyenangkan Golenishchev. Melihat tingkah-laku Anna yang baik, gembira dan energik itu, dan sebagai orang yang mengenal Aleksei Aleksandrovich dan Vronskii, Golenishchev pun merasa bisa mengerti kedudukan Anna sepenuhnya. Golenishchev merasa bisa mengerti apa yang samasekali tak bisa dimengerti Anna, yaitu bagaimana mungkin dirinya merasa energik, gembira, dan bahagia sesudah membuat suaminya tak bahagia, meninggalkan dia, dan meninggalkan anak lelakinya serta kehilangan kehormatan yang begitu baik.
"Itu ada dalam buku panduan," kata Golenishchev mengenai palazzo yang disewa Vronskii. "Di situ ada karya Tintoretto yang bagus sekali. Dari masa hidupnya yang terakhir."
"Bagaimana kalau begini saja. Udara baik sekali, mari kita pergi ke sana, kita lihat sekali lagi," kata Vronskii kepada Anna.
"Senang sekali, sebentar aku pakai topi dulu. Kalian bilang panas, ya?" katanya sambil berhenti di pintu dan dengan nada bertanya menatap Vronskii. Dan sekali lagi warna cerah menyelimuti wajahnya.
Dari tatapannya itu Vronskii mengerti bahwa Anna tak tahu sikap macam apa yang menurut Vronskii harus ditunjukkan kepada Golenishchev, dan Anna rupanya takut, sudah benarkah ia membawakan diri menurut Vronskii.
Vronskii menatap Anna dengan tatapan mesra berkepan jangan. "Tidak, tidak begitu panas," katanya.
Dan terasa oleh Anna bahwa ia bisa memahami segalanya; yang penting adalah bahwa Vronskii puas dengan dirinya; maka sambil tersenyum kepada Vronskii ia pun cepat keluar dari pintu.
Kedua kawan itu pun saling berpandangan, dan di wajah keduanya terjadi kegalauan. Sepertinya, Golenishchev, yang jelas tertarik kepada Anna, ingin mengatakan sesuatu tentang Anna tapi tak tahu apa yang hendak dikatakan, sedangkan Vronskii
LEOTOLSTOI mengharapkan tapi takut kata-kata itu diucapkan.
"Yah, be h," kata Vronskii, sekadar memulai percakapan. "Jadi kamu sekarang tinggal di sini" Jadi masih melakukan pekerjaan yang dulu itu?" sambungnya, teringat apa yang dikatakan orang kepadanya bahwa Golenishchev menulis sesuatu ....
"Ya, aku sedang menuli s bagian kedua Dua Dasar," kata Golenishchev yang wajahnya menjadi sumringah karena merasa amat senang mendapat pertanyaan itu. "Tapi kalau mau tepat, aku belum lagi menulisnya, baru bersiap, sedang mengumpulkan bahanbahan. Bagian ini akan jauh lebih luas, dan meliputi hampir semua persoalan. Di Rusia orang tak mau mengerti bahwa kita ini ahli waris kebudayaan Bizantium," katanya memulai penjelasan yang panjang bersemangat.
Vronskii semula merasa kikuk juga karena tak kenal dengan bagian pertama Dua Dasar, yang oleh pengarangnya d ibicarakan sebagai sesuatu yang sudah dikenal. Tapi kemudian, ketika Golenishchev mulai menguraikan pikiran-pikirannya dan Vronskii bisa mengikutinya, maka tanpa mengenal Dua Dasar ia pun mendengarkan uraian itu dengan rasa tertarik, karena Golenishchev memang mampu bicara dengan baik. Namun Vronskii merasa heran dan kecewa, karena ketika Golenishchev bicara tentang persoalan yang menarik hatinya ia tampak gelisah bercampur marah. Makin jauh ia bicara, makin menyala-nyala matanya dan makin tergesa-gesa mengajukan keberatan kepada lawan-lawannya yang tak tampak, dan ekspresi wajahnya tampak makin gelisah dan tersinggung. Vronskii samasekali tak bisa memahami penyebab kemarahan Golenishchev itu dan tak menyetujuinya pula, karena menurut ingatannya, Golenishchev dulu anak yang kurus, lincah, baik hati dan mulia, dan di korps selalu menjadi murid nomor satu. Yang terutama tak disenanginya adalah karena Golenishchev, sebagai orang yang berasal dari lingkungan yang baik, menjadi sama derajatnya dengan penulis-penulis picisan yang membuat dia marah, dan ia pun marah kepada mereka. Apakah memang perlu bersi kap demikian" Ini tak menyenangkan hati Vronskii, dan dari semua itu ia bisa merasakan bahwa Golenishchev sedang tak bahagia, dan i a pun merasa kasihan kepadanya. Ketakbahagiaan
78 ANNA KAR"N!NA yang hampir merupakan ketidakwarasan otak itu tampak di wajah Golenishchev yang lincah dan cukup tampan, sehingga kelua Anna pun tak terlihat olehnya, dan terus saja ia dengan tergesa-gesa dan bersemangat mengemukakan pikiran-pikirannya.
Ketika Anna keluar dengan mengenakan topi dan stola, dan dengan gerak tangan yang indah mempermainkan payung serta berhenti di dekatnya, dengan rasa lega Vronskii melepaskan diri dari tatapan mata yang bernada mengadu dan tanpa henti disorotkan kepadanya itu, dan dengan rasa cinta yang baru ia pun menatap kekasihnya yang cantik, penuh gairah hidup, dan kegembiraan itu. Maka lambat-laun sadarlah Golenishchev akan dirinya, dan mulamula ia tampak suram dan murung, tapi Anna yang bersikap lembut terhadap semua orang Guga waktu itu) segera bisa menyegarkannya dengan teguran riang. Dengan menyuguhkan berbagai bahan percakapan, akhirnya i a bisa mendorong Golenishchev untuk berbicara tentang lukisan, dan kebetulan Golenishchev memang bisa bicara baik sekali tentang itu. Maka Anna pun mendengarkannya dengan penuh perhatian. Dengan berjalan kaki sampailah mereka di rumah yang disewa, dan melihat-lihat rumah itu.
"Saya senang sekali karena satu hal," kata Anna kepada Golenischev, ketika mereka telah kembali. "Aleksei akan punya atelir yang baik. Betul-betul kamu ambillah an itu," katanya kepada Vronskii dalam bahasa Rusia dan menggunakan kata kamu, karena ia mengerti bahwa Golenishchev sudah menjadi orang dekat di tengah kehidupan mereka di pengasingan itu, dan tak perlu menyembunyikan sesuatu darinya.
"Jadi kamu melukis?" kata Golenishchev il membalikkan badan cepat ke arah Vronskii.
"Ya, sudah lama aku belajar, dan sekarang aku sudah mulai sedikit," kata Vronskii dengan wajah memerah.
"Bakatnya besar juga," kata Anna disertai senyum gembira. "Tapi bukan saya penilainya. Penilai yang tahu mengatakan demikian pula."
LEOTOLSTOI VIII Masa pertama sesudah memperoleh kebebasan dan kesembuhan dari sakitnya, Anna merasa dirinya bahagia dan penuh kegembiraan hidup, yang sebetulnya keterlaluan. Kenangan tentang suaminya yang malang samasekali tak mengganggu kebahagiaannya. Kenangan itu, di satu pihak, terlampau mengerikan untuk bisa memaksanya memikirkan sang suami. Di pihak lain, kemalangan sang suami memberinya kebahagiaan yang terlampau besar untuk bisa membuatnya menyesali diri. Kenangan tentang semua yang dialami sesudah sakit itu seperti mimpi penuh racauan, dan ketika tersadar ia sudah bersama Vronskii di luar negeri. Kenangan itu adalah kenangan mengenai membaiknya hubungan dengan sang suami, perpecahan, berita tentang terlukanya Vronskii, persiapan untuk bercerai, meninggalkan suami, dan perpisahan dengan sang anak. Adapun kenangan tentang ke jahatan yang ia lakukan terhadap sang suami menimbulkan dalam dirinya perasaan yang mirip dengan perasaan muak, seperti perasaan orang tenggelam yang terlepas dari orang yang bergantung padanya. Orang yang bergantung itu akhirnya tenggelam. Tentu saja itu tak menyenangkan, tapi itulah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri. Karena itu, lebih baik tidak mengingat hal-hal yang mengerikan itu.
Satu saja kenangan yang menenangkan tentang perbuatan yang teringat olehnya saat pertama kali berpisah dengan sang suami, dan ketika sekarang ia teringat semua yang telah terjadi. "Tak bisa disangkal lagi, aku telah menjadi penyebab kemalangan orang itu," pikirnya, "tapi aku tak hendak memanfaatkan kemalangannya itu; aku pun menderita dan akan mender ita: aku kehilangan hal yang paling kuhargai, aku kehilangan nama baik dan anakku. Aku telah berlaku tak baik dan karena itu aku tak menghendaki kebahagiaan, tak menghendaki perceraian, dan aku akan menderita karena aib dan berpisah dengan anak." Namun betapapun jujur niat Anna untuk menderita, tetap saja ia tak menderita. Aib pun samasekali tak ada. Dengan sopan-santun yang cukup mereka miliki, dengan menghindar i para perempuan Rusia di luar negeri, mereka berdua merasa tak pernah memosisi kan diri pada kedudukan yang palsu, 79
80 ANNA KAR"N!NA dan di mana-mana mereka menemukan orang yang bisa berpurapura memahami sepenuhnya hubungan mereka berdua, bahkan jauh lebih baik daripada yang mereka pahami. Perpisahan dengan mereka yang dic intainya, itu pun tak menyiksanya benar. Bayi perempuannya amat manis dan amat memikat perhatian Anna sejak yang tertinggal kepadanya hanya anak itu, sehingga jarang Anna teringat anak lelakinya.
Keinginan untuk hidup meningkat kuat karena i a semakin pulih dari penyakit, dan syarat-syarat hidup begitu baru dan menyenangkan, sehingga Anna merasakan dirinya amat bahagia. Makin ia kenal Vronskii, makin c inta ia kepadanya. Ia mencintai Vronskii karena diri Vronskii dan karena c inta Vronskii kepadanya. Memili k i Vronskii membuat Anna selalu gembira. Berdekatan dengan Vronskii selalu membuatnya bahagia. Watak Vronskii yang makin lama makin ia kenal terasa olehnya amat manis. Penampilan Vronskii yang kini berganti dengan pakaian sipil amat memikat hatinya, seolah ia seorang gadis yang baru pertama jatuh cinta. Dalam segala yang dikatakan, dipikirkan, dan dilakukan Vronskii i a melihat sesuatu yang sangat mulia dan agung. Kekagumannya terhadap Vronskii kadang membuat dirinya takut, karena ia sudah mencar i dan tak bisa menemukan sesuatu yang tak i ndah padanya. Tidak berani i a menunjukkan kepada Vronskii kesadaran akan kekerdilan dirinya di hadapan lelaki itu. Ia merasa, bila Vronskii mengetahui hal itu, ada kemungkinan Vronskii tidak akan menc intainya lag i; dan tidak ada yang lebih ia takuti sekarang ini daripada kehilangan cinta Vronskii, mesk ipun sebetulnya tak ada alasan samasekali baginya untuk itu. Tapi tak bisajuga ia tak merasa berterimakasih kepada Vronskii atas sikap lelaki itu kepadanya, dan tak bisa pula i a tak menunjukkan betapa ia menghargai sikapnya itu. Menurut pendapatnya, Vronskii adalah orang yang punya panggilan terhadap kegiatan pemerintahan, dan di situ ia pasti bisa memainkan peranan yang penting, namun Vronskii telah mengorbankan ambisi itu demi dia, dan untuk itu ia tak pernah menunjukkan sedik it pun penyesalan. Lebih daripada waktu-waktu sebelumnya, Vronskii menunjukkan sikap cinta dan hormat kepadanya, dan tak pernah ia tak mengusahakan agar Anna tidak merasa kikuk dengan kedudukan
LEOTOLSTOI dirinya. Vronskii adalah orang yang gagah-berani, sehingga kepada Anna tak pernah i a menolak, ia bahkan seperti tak punya kehendak sendi r i dan agaknya sibuk dengan usaha memenuhi harapan dan keinginan Anna. Dan Anna tidak dapat tidak menghargai sikap itu, meskipun curahan perhatian dan sikap penuh perhatian yang d itunjukkan Vronskii terhadapnya itu kadang membebaninya.
Sementara itu, walaupun pada Vronskii sudah terwujud sepenuhnya apa yang sudah demikian lama diharapkan, sebenarnya ia tak sepenuhnya merasa bahagia. Dengan segera ia merasa betapa terwujudnya harapan yang dipendamnya hanya memberikan sebutir pasir saja dari gunung kebahagiaan yang diidam-id nnya. Terwujudnya idam-idaman itu menunjukkan kekecewaan abadi yang selalu dilakukan orang-orang yang biasa menganggap terwujudnya harapan hati sebagai kebahagiaan. Awalnya, sesudah ia menyatukan diri dengan Anna dan mengenakan pakaian sipil, ia merasakan indahnya kebebasan pada umumnya, yang sebelumnya tak dikenalnya, juga kebebasan cinta; dan ia merasa puas dengan semua itu, walaupun tidak lama. Segera kemudian ia merasa, dalam jiwanya muncul harapan atas harapan, rasa jemu. Di luar kemauannya, ia mulai membanggakan setiap tingkah yang hanya sepintas-lintas, yang ia anggap sebagai harapan dan tujuannya. Enambelas jam di waktu siang harus diisi dengan sesuatu, karena mereka hidup di luar negeri dengan kebebasan penuh, di luar kebiasaan hidup kemasyarakatan yang mengisi waktu mereka di Petersburg. Tentang kenikmatan yang bisa diperoleh dari hidup sebagai bujangan, yang dalam perjalanan-perjalanan ke luar negeri sebelumnya demikian mengasyikkan Vronskii, tak bisa dibicarakan, karena satu kali saja i a berusaha ke arah itu akan menimbulkan kemurungan tak terduga pada diri Anna, dan makan malam dengan para kenalan pun tak bisa dilakukan. Pergaulan dengan masyarakat setempat dan masyarakat Rusia, tanpa memandang kedudukan mereka, juga tak bisa diperoleh. Melihat tempat-tempat yang patut dilihat pun tak bermakna bagi dirinya sebagai orang Rusia yang cerdas, tak seperti yang biasa dialami orang Inggris; belum lag i bicara bahwa semua itu sudah pernah dilihatnya.
Dan seperti binatang lapar yang menerkam apa saja yang
82 ANNA KAR"N!NA di jumpai dengan harapan bakal menemukan makanan di situ, demi kianlah Vronskii tanpa sadar menerkam ya politik, ya bukubuku baru, ya lukisan.
Karena sejak muda ia punya bakat melukis, dan karena ia sudah mulai mengumpulkan ukiran untuk sekadar mengobati kebingungannya bagaimana menghabiskan uang, maka ia pun mengarahkan perhatian pada seni lukis; dan mulailah ia menekuni seni lukis, dan pada seni lukis ia meletakkan sisa harapan yang belum terisi dan sekarang menuntut pemuasan.
D ia punya bakat memahami lukisan dan bisa dengan tepat dan dengan selera baik meniru karya seni; menurut pendapatnya, ia punya apa yang diperlukan seorang peluk is; beberapa waktu lamanya ia merasa ragu-ragu tentang jenis luk isan yang hendak dipilih: lukisan keagamaan, sejarah, genre, ataukah lukisan realistis untuk ditekuni. Ia memahami semua jenis lukisan itu, dan bisa terilhami oleh masing-masing jenis; i a tak bisa membayangkan bahwa orang bisa saja tak tahu samasekali jenis-jenis lukisan yang ada. Sebab orang bisa memperoleh ilham secara langsung dari yang terasa dalam hati tanpa harus memikirkan apakah yang akan dilukisnya nanti akan masuk dalam jeni s yang sudah dikenal orang atau tidak. Karena ia tak tahu hal itu, dan mendapat ilham bukan secara langsung dari kehidupan, melainkan dengan perantaraan, yaitu ilham dari keh idupan yang sudah dipatrikan dalam suatu karya seni, maka ia mendapat ilham secara amat cepat dan mudah, dan dengan amat cepat dan mudah pula ia bisa mengubah ilhamnya menjadi karya luki s hingga yang d ilukisnya itu mirip sekali dengan jeni s lukisan yang hendak ditirunya.
Di antara semua jenis lukisan yang paling disukainya adalah jenis lukisan Prancis yang anggun dan berefek, dan denganjenis itulah ia mulai melukis potret Anna dalam pakaian Italia, dan potret itu tampak olehnya dan oleh semua orang yang melihat sangat berhasil.
Sesudah mereka pindah ke sana, wujud luar palazzo ikut mendukung gambaran yang keliru namun menguntungkan tentang Vronskii,
LEOTOLSTOI bahwa ia bukan tanah Rusia dan komandan infanteri di luar dinas, tapi pencinta dan pelindung seni yang telah mendapat pencerahan, dan ia sendiri adalah pelukis rendah hati yang telah menjauhkan dari kalangan bangsawan beserta semua hubungan dan ambisinya demi perempuan yang ia c intai. Palazzo itu adalah rumah tua tak terawat dengan langit-langit cetak yang tinggi, berdinding fresko dan berlantai mosaik, dengan tirai tebal dari kain damask wama kuni ng padajendela-jendelanya yang tinggi, denganjambangjambang bunga di atas tiang penyangga maupun perapian, dengan pintu-pintu berukir dan ruangan-ruangan murung berpajangkan lukisan.
Peranan yang dipilih Vronskii dengan kepindahannya ke palazzo itu amat berhasil, dan sesudah berkenalan dengan sejumlah orang yang menarik dengan perantaraan Golenishchev, untuk pertama kalinya ia merasa tenang. Dengan bimbingan seorang profesor Italia ia membuat beberapa etude langsung dari alam dan sekaligus menggarap kehidupan Italia abad pertengahan. Kehidupan Italia abad pertengahan akhir-akhir itu sangat memikat Vronskii, sehingga ia mulai mengenakan pula topi dan menyampirkan kain bahu seperti pada abad pertengahan, dan itu cocok sekali dengannya. "Kita ini hidup, tapi tak tahu apa-apa," Vronskii pada suatu
kepada Golenishchev yang datang pagi-pagi benar. "Kamu pernah lihat tidak lukisan Mikhailov?" katanya sambil menyerahkan kepada Golenishchev koran Rusia yang baru diterimanya pagi itu dan menunjukkan karangan tentang seorang pelukis Rusia yang tinggal d i kota itu juga dan telah menyelesaikan sebuah luk isan yang sudah lama dibicarakan orang dan sudah lebih
"Apa lukisannya itu?" tanya Anna.
"Kristus di hadapan Pilatus. Kristus dilukiskan sebagai orang
84 ANNA KAR"N!NA Yahudi dengan segala realisme aliran barn itu."
Dan mulailah Golenishchev menguraikan isi lukisan yang mengarahkan dia pada salah satu tema yang paling disukainya.
"Aku sungguh tak mengerti, bagaimana mereka bisa berbuat kesalahan demikian besar. Kristus itu sudah punya perwujudan tertentu dalam karya orang-orang lama yang punya nama besar. Jadi kalau mereka hendak melukis bukan-Tuhan, melainkan orang revolusioner atau orang bijak, tentunya mereka mengambil dar i sejarah orang-orang seperti Sokrates, Frankli n, Charlotte Corder, dan samasekali bukan Kristus. Tapi mereka itu mengambil tokoh yang samasekali tak bisa digunakan untuk kesenian, lalu .... "
"Tapi apa betul Mikhailov itu sangat miskin?" tanya Vronskii, yang sementara itu berpikir bahwa sebagai seorang pelindung kesenian ia perlu membantu pelukis itu tanpa memandang apakah lukisannya baik atau buruk.
"Barangkali tidak betul. Dia ahli lukisan potret yang luarbiasa. Pernah Anda melihat lukisan potret Vasilchikov buatan dia" Tapi rupanya ia tak mau lag i membuat lukisan protret. Karena itu barangkali benar diajatuh miskin. Saya katakan .... "
"Apa kita tidak bisa minta dia membuat lukisan potret Anna Arka ?" kata Vronskii.
"Kenapa mesti lukisan potretku?" kata Anna. "Sesudah kamu bikin potretku itu, tak ingin aku yang lain lagi. Lebih baik lukisan potret Annie (begitulah i a memanggil bayinya). Nah, itu dia," tambahnya sambil menoleh ke arah jendela, ke arah tukang menyusui, perempuan Italia yang cantik, yang waktu itu membawa bayinya ke kebun, yang tanpa kentara menoleh ke arah Vronskii. Si cantik tukang menyusui itu, yang dilukis kepalanya oleh Vronskii, merupakan satu-satunya kepedihan terpendam dalam hidup Anna. Sewaktu melukis tukang menyusui itu, Vronskii memang mengagumi kecantikannya dan ciri abad pertengahannya. Maka Anna pun tak bisa mengelak bahwa dirinya merasa cemburu kepada tukang menyusui itu. Karena itu ia bersi kap sangat mesra dan memanjakannya, juga anak lelakinya yang masih kec il.
Vronskii menoleh ke arah jendela dan ke mata Anna, dan katanya sambil berpaling kepada Golenishchev:
LEOTOLSTOI "Dan kamu kenal Mikhailov itu?"
"Pernah aku bertemu dia. Orang yang eksentrik dan tak berpendidikan. Tahu tidak, dia itu satu di antara orang-orang baru yang masih liar, yang sekarang sering kita temukan; tahu tidak, d i a satu di antara orang-orang berpikiran bebas yang d'emblee4 terdidik dalam paham ketidakpercayaan, negasi, dan materiali sme. Oulu," kata Golenishchev yang tak melihat atau tak ingin melihat Anna maupun Vronski i ingin mengatakan sesuatu, "dulu orang yang berpikiran bebas terdidik dalam paham agama, hukum, dan akhlak, dan dengan perjuangan dan kerja sendi r i ia mencapai tingkat pikiran bebas itu; tapi sekarang muncul orang-orang berpikiran bebas tipe baru yang lain samasekali, yang menjadi besar tapi tak pernah mendengar bahwa pe ada yang namanya hukum akhlak dan agama yang merupakan otoritas; mereka itu tumbuh langsung dalam paham yang menegasi segalanya, yang berarti menjadi orangorang liar. Mikhailov rupanya anak pelayan kamar di Moskwa dan tak pernah mendapat pendidikan apapun. Ketika i a masuk Akademi dan mendapat nama baik, sebagai orang yang tak bodoh ia ingin mendidik diri. Dan ia menunjukkan perhatian pada hal yang dianggapnya merupakan sumber pend idikan, yaitu majalah. Tahu tidak, zaman dulu, orang yang ingin mendapat pendidikan, misalnya orang Prancis, ia mulai mempelajari semua tokoh klasik, ya ahli agama, ya penulis tragedi, ya ahli filsafat, dan, ya semua saja karya otak yang mungkin dijumpainya. Tapi sekarang ini i a langsung saja memasuki bacaan yang berisi negasi, dengan sangat cepat ia menguasai seluruh intisari ilmu negasi itu, dan ia pun siap. Bukan hanya itu: kira-kira duapuluh tahun lalu barangkali ia menjumpai dalam bacaan itu tanda-tanda adanya perjuangan melawan orangorang yang merupakan otoritas, melawan pandangan-pandangan yang umurnya sudah berabad-abad, dan dari perjuangan itu barangkali ia menyimpulkan bahwa pernah ada sesuatu yang bahkan tidak menganggap pandangan-pandangan kuno itu pantas diperdebatkan, dan langsung saja mereka mengatakan: tidak ada yang lain kecuali evolution, seleksi alamiah, perjuangan demi
" D'emb/ee (Pr): Langsung.
ANNA KAR"NINA hidup-itu saja. Dalam karangan saya itu, saya .... "
"Begini saja," kata Anna yang sudah lama dengan hati-hati saling berpandangan dengan Vronskii dan tahu bahwa Vronskii tak tertarik pada pendidikan pelukis itu; yang terpikir olehnya hanya bagaimana membantu pelukis itu dan memesan lukisan potret kepadanya. "Beg ini saja," katanya mantap menukas Golenishchev yang sedang berbicara. "Mari kita pergi menemui dia!"
Maka tersadarlah Golenishchev, dan dengan bergairah i a pun menyetujui gagasan itu. Tapi karena pelukis itu tinggal di blok terjauh, maka diputuskan untuk naik kereta.
Sejam kemudian Anna, yang duduk di bagian depan kereta, bersama Golenishcbev dan Vronskii sudah sampai di rumab indab yang baru di blok terjauh itu. Lewat istri tukang kebun yang keluar menemui, mereka mengetahui bahwa Mikhailov bisa menerima mereka di studionya, tapi sekarang ia sedang berada di flatnya, tak jauh dari situ. Maka mereka menyuruh perempuan itu menemui sang pelukis dengan membawa kartu nama mereka, berisi permohonan untuk melihat lukisan-lukisannya.
Seperti biasa, pelukis itu sedang bekerja ketika kepadanya disodorkan kartu nama Pangeran Vronskii dan Golenishchev. Pagi sebelumnya ia bekerja di studio menyelesaikan lukisannya. Sampai di rumah ia marah kepada istrinya karena sang istri tak bisa mengatasi persoalan dengan nyonya pemilik rumah yang menuntut uang.
"Duapuluh kali sudah kubilang, jangan pakai penjelasan. Kamu ini amat bodob, mencoba-coba menjelaskan dengan bahasa Itali, jadinya tiga kali bodoh," katanya kepada sang istri sesudah lama bertengkar.
"Kamujangan marah begitu, aku tak salah. Sekiranya aku punya uang ....
"Aaah, sudah, tinggalkan aku, demi Tuhan!" teriak Mikhailov dengan airmata mencekik leher, dan sambil menyumbat telinga ia pun pergi ke kamar kerjanya di balik sekatan, dan ia kunci pintu di belakangnya. "Perempuan tolol!" katanya kepada diri sendiri, lalu
LEOTOLSTOI duduk menghadap meja; dibukanya map, dan seketika itu dengan semangat menyala ia lanjutkan sketsa yang telah dimulainya.
Tak pernah ia bekerja dengan bersemangat dan berhasil seperti ketika hidupnya dalam keadaan sulit, dan terutama ketika ia bertengkar dengan sang istri. "Oh! Sekiranya aku bisa enyah dari sini!" pikirnya sambil terus bekerja. Ia membuat gambar kepala orang yang sedang meradang. Gambar itu juga sudah dibuat sebelumnya, tapi ia belum puas. "Tidak, yang itu lebih baik. ... Di mana yang itu?" Ditemuinya sang istri, dan sambil mengerutkan alis tanpa memandang orangnya i a bertanya kepada anak perempuannya yang terbesar di mana kertas yang telah ia berikan kepada mereka. Kertas yang sudah mulai digambari itu ketemu, tapi sudah kotor dan kena tetesan lilin. Tapi diambilnya juga gambar itu, diletakkannya di atas meja, lalu sambil menjauhkan diri dan memicing-micingkan mata mulailah ia menatapnya. Tiba-tiba ia tersenyum dan dengan riang membuang tangan.
"Ya, ya!" ujarnya, dan seketika itu pula i a mengambil pensil, dan mulai menggambar dengan cepat. Noda bekas Jilin itu memberikan pose baru pada sosok orang yang digambarnya.
Digambarnya pose baru itu, dan tiba-tiba tampak olehnya wajah energik pedagang cerutu yang biasa mendatanginya dengan dagu menonjol; dan wajah dan dagu itulah yang sekarang ia gambar untuk sosok orang itu. la pun ketawa gembira. Dari tubuh mati dan hanya ada dalam khayal, tiba-tiba muncul tubuh hidup yang bentuknya sedemikian rupa sehingga tak mungkin lagi diubah. Tubuh itu hidup dan jelas, dan tak bisa diragukan lagi sudah tertentu bentuknya. Memang bisa dilakukan pembetulan terhadap gambar itu sesuai tuntutan tubuh itu sendiri, bisa dan bahkan harus secara lain kedua kakinya diletakkan, atau diubah samasekali letak tangan kirinya, di buang rambutnya. Tapi ketika melakukan pembetulan itu ia tak mengubah tubuh itu, hanya sekadar membuang apa yang menutup tubuh itu. Ia seakan hanya membuka selaput yang menyebabkan tubuh beserta seluruh tenaganya yang energik itu tak terlihat, seperti terbayang olehnya dengan tiba-tiba akibat noda Jilin itu. la sedang menyelesaikan tubuh itu dengan hati-hati ketika orang membawa kartu nama itu untuknya.
"Sebentar, sebentar!" D itemuinya sang istri.
ANNA KAR"N!NA "Sudahlah, Sasha, jangan marah!" katanya kepada istrinya sambil tersenyum malu-malu dan mesra. "Kamu salah. Aku juga salah. Nanti aku bereskan." Dan sesudah berdamai dengan sang i stri ia pun mengenakan mantel zaitun berkerah beledu, memakai topi, dan pergi ke studio. Tubuh yang berhasil digambarnya sudah ia lupakan. Sekarang yang menggembirakan dan menggetarkannya adalah kunjungan orang-orang Rusia penting dan datang ke studionya dengan kereta.
Tentang lukisan yang sekarang masih terpasang di kuda-kuda itu, dalam jiwanya hanya ada satu penilaian, yakni belum pernah ada orang membuat lukisan seperti itu. Ia memang ia tak mengatakan bahwa Jukisannya itu Iebih baik daripada semua lukisan Raphael, tapi ia tahu bahwa apa yang hendak ia sampaikan dan sudah ia sampaikan dalam lukisan itu belum pernah disampaikan oleh siapapun juga. Hal itu ia ketahui, dan sudah lama ia ketahui, yaitu sejak ia mulai melukisnya; tapi penilaian orang lain, apapun bentuknya, punya arti amat besar baginya, dan penilaian itu menggetarkannya sampai ke dasar jiwa. Pendapat apapun, bi arpun yang paling tidak berarti, bisa menggetarkannya sampai ke dasar jiwa, asalkan penilaian itu menunjukkan bahwa para penilai itu meli hat biarpun hanya sebagian kecil saja dari apa yang ia sendiri lihat dalam lukisannya itu. Menurut anggapannya, para penilai selalu punya kedalaman pengertian yang lebih daripada yang ia miliki, dan ia selalu menantikan dari mereka sesuatu yang tak ia lihat dalam lukisannya. Dan seringkali dari para penontonnya ia merasa menemukan hal itu.
Dengan langkah cepat i a mendekati pintu studio, dan sekalipun ia sedang tidak tenang, cahaya Jembut yang menerpa tubuh Anna yang sedang berdiri dalam bayangan pintu-masuk itu betul-betul memukaunya. Anna waktu itu sedang mendengarkan Golenishchev yang sedang mengatakan sesuatu kepadanya dengan bersemangat, dan bersamaan dengan itu agaknya ia ingin melihat sang pelukis yang sedang mendekat. Sang pelukis sendiri tak tahu bagaimana ia telah menangkap dan menelan kesan itu ketika mendekati orangLEOTOLSTOI orang tersebut; sama seperti kesan tentang dagu pedagang cerutu yang telah ia semb entah di mana, dan kemudian ketika di butuhkan ia keluarkan. Para pengunjung yang sudah lebi h dulu kecewa karena cerita Golenishchev tentang pelukis itu, lebih lagi melihat pemunculannya. Mikha ilov bersosok sedang, pejal, dan jalannya oleng; dengan topi cokelat, dengan mantel zaitun dan pantalon sempit (padahal sudah lama orang menggunakan pantalon longgar), dan terutama dengan wajah lebar bersahaja serta dengan paduan sikap malu-malu dan keinginan untuk membela harga dirinya, ia telah menimbulkan kesan yang tak menyenangkan.
"Silakan," katanya berusaha menunjukkan sikap masa bodoh, dan sambil masuk ke koridor ia mengambil kunci dari kantongnya dan membuka pintu.
Sambil memasuki studionya pelukis Mikhailov sekali lagi menoleh ke arah para tamu, dan dalam khayalnya i a masih menangkap ekspresi wajah Vronskii, terutama tulang pelipisnya. Sekalipun perasaannya sebagai pelukis tak berhenti bekerja mengumpulkan bahan, dan meskipun ia semakin merasakan ketidaktenangan sehubungan dengan semakin dekatnya saat-saat orang memberikan penilaian mengenai karyanya, ia tetap menyusun pengertian sendiri mengenai kedua wajah itu. Yang satu (Golenishchev) adalah orang Rusia yang tinggal di sini. Mikhailov tak ingat nama keluarganya maupun di mana ia berjumpa, dan apa yang ia bicarakan dengannya. Ia hanya ingat wajahnya, sepert i semua wajah yang pernah ia lihat entah kapan, dan ia pun tak ingat bahwa itu adalah satu dari wajahwajah yang ia tabung dalam khayalnya, dalam kh besar berisi wajah-wajah yang penting-palsu dan miskin ekspresi. Rambutnya yang besar-besar dan dahinya yang sangat lebar hanya memberikan makna fisik pada wajah itu, di mana terdapat sedikit ekspresi tak tenang kekanak-kanakan yang terpusat di atas pangkal hidungnya yang kecil. Menurut pertimbangan Mikhailov, Vronskii dan Kerenina tentu orang Rusia yang berbangsa dan kaya, samasekali tak mengerti seni, seperti semua orang Rusia kaya, tapi berdalih menjadi
ANNA KAR"N!NA penggemar dan penc inta seni. "Mereka ini pasti sudah melihat-lihat semua lukisan kuno, dan sekarang menjelajahi studio orang baru, tukang obat Jerman itu, dan si tolol orang lnggris dari aliran pra- Raphael, dan sekarang datang ke tempatku cuma untuk melengkapi tinjauannya," demikian pikirnya. Ia kenal betul gaya para penggemar itu (makin pintar mereka, makin buruk komentarnya) ketika melihatlihat studio para pelukis kontemporer hanya dengan tujuan agar bisa punya hak mengatakan bahwa kesen ian sekarang sudah merosot, dan bahwa makin banyak kita melihat pelukis-pelukis baru, makin mengertilah kita bahwa seniman-seniman kuno yang besar itu tetap tak te n. Ia sekarang menantikan semua pendapat itu, melihat semua itu pada wajab para tamunya, dari sikap ceroboh bernada masa bodoh sewaktu mereka saling bicara, sewaktu mereka memerhatikan figur-figur bi asa dan patung-patung dada serta berjalan kian-kemari dengan bebas menantikan sang pelukis membuka lukisannya. Waiau demikian, sewaktu i a membalikkan etude-etudenya, menaikkan tirai dan membuka selubung, ia merasa sangat gentar dan lebih gentar lagi, karena meskipun menurut pendapatnya semua orang Rusia yang berbangsa dan kaya adalah binatang-binatang dan orang-orang tolol, ia merasa senang melihat Vronskii, dan terutama Anna.
"Silakan," katanya, dan ia pun menyingkir ke samping dengan jalannya yang oleng, dan menunjuk lukisan itu. "Ini teguran Pilatus. Matius bah I ," katanya, dan ia rasakan bibirnya mulai bergetar karena gentar. Ia pun menyingkir, dan berdiri di belakang para tamu.
Dalam beberapa detik, ketika para pengunjung menatap luk isan dengan , Mikhailov ikut menatap lukisan itu, dan ia menatap dengan tatapan mata orang lain yang masa bodoh. Dalam beberapa detik ia sudah merasa bahwa putusan tertinggi dan teradil akan diucapkan kepadanya justru oleh para pengunjung yang semenit sebelumnya sangat ia benci. Ia sudah melupakan semua yang pernah ia pikirkan mengenai lukisan itu, selama tiga tahun ia membuatnya; i a melupakan semua nilainya, yang baginya tak bisa diragukan lagi; sebaliknya, ia sekarang menatap lukisan itu dengan tatapan mata para pengunjung yang masa bodoh, asing dan baru, dan tak terlihat olehnya apapun yang baik di situ. D i latar depan ia melihat wajah
LEOTOLSTOI Pilatus yang jengkel dan wajah Kristus yang tenang, dan d i latar tengah sosok para bawahan Pilatus dan wajah Yohanna yang sedang memerhatikan ke jadian itu. Semua wajah dalam lukisan itu dalam
Mikhailov telah membentuk watak yang khas melalui pencarian, kekeliruan, dan pembetulan; semua wajah yang telah mendatangkan demikian banyak si ksa dan keriangan kepadanya; semua wajah yang tiap mengalami perubahan karena mengejar tujuan pokok, semua nuansa wama dan nada yang dengan susah-payah berhasil i a ciptakan-ya, semua itu sekarang, selagi ia menatap dengan tatapan mata para tamunya, terasa begitu menjemukan, seribu kali merupakan semata. Tokoh yang baginya paling berharga, yaitu Kristus yang merupakan pusat lukisan dan telah memberinya demik ian banyak kenikmatan sela g i i a menciptakannya, k ini betulbetul tenggelam ketika i a menatap lukisan itu dengan kaca para tamunya. Ia melihat bahwa apa yang sudah dilukisnya dengan baik itu (yang sekarang menjadi jelek karena sekarang ia melihat adanya banyak kekurangan) hanya merupakan pengulangan tokoh-tokoh Kristus ciptaan Titian, Raphael, dan Rubens, dan pengulangan tokoh-tokoh prajurit dan Pilatus mereka itujuga. Semua itu kinijadi menjemukan, miskin dan kuno, bahkan buruk cara melukisnyaterlalu ramai dan lemah. Para tamu akan berkata benar kalau mereka nanti di hadapan pelukisnya mengucapkan kalimat-kalimat yang bersifat pura-pura dan hati-hati, dan sesudah itu menyayangkan dan mengetawakan dia sewaktu mereka sudah pergi.
Sikap diam mereka pun jadi terasa terlalu berat olehnya (mereka d iam tak lebi h daripada satu menit). Untuk memecahkan ked iaman dan untuk menunjukkan bahwa ia tak gentar, ia pun memberanikan berbicara dengan Golenishchev.
Anna Karenina Jilid 2 Karya Leo Tolstol di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau tak salah, saya sudah pemah berjumpa dengan Anda," katanya sambil dengan gelisah menatapAnna dan Vronskii bergantian agar tak kehilangan satu pun kesan ekspresi wajah mereka.
"Tentu saja! Kita berjumpa di Rossi. lngat tidak, dalam acara itu seorang nona It berdeklamasi-Rachelle baru," ujar Golenishchev lepas; tanpa sedikit pun merasa sayang ia berhenti menatap lukisan itu, dan berkata kepada pelukisnya:
"Lukisan Anda maju banyak dibandingkan waktu terakhir kali
92 ANNA KAR"N!NA saya melihatnya. Seperti waktu itu, sekarang pun saya terkesan sekali oleh tokoh Pilatus. Di sini terasa adanya pemahaman yang baik mengenai orang itu, orang yang baik hati, orang yang simpatik, tapi seorang pejabat sampai ke dasar jiwanya, dan tak tahu apa yang sedang dilakukannya. Tapi menurut pendapat saya .... "
Wajah Mikhailov yang terus-menerus berubah rona itu tiba-tiba berseri-seri: matanya menyala. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi tak sanggup mengucapkannya karena rasa gentar, dan ia pun purapura terbatuk. Mikhailov merasa kagum mendengar pendapat itu, betapapun rendah ia menilai kemampuan Golenishchev mengenai ekspresi wajah Pilatus sebagai pe jabat, betapapun menjengkelkan pendapat pertama Golenishchev yang tak berarti itu, yang justru tidak menyinggung hal-hal yang pent ing. Ia sendiri memang punya penilaian yang sama dengan Golenishchev mengenai tokoh Pilatus. Bahwa pendapat Golenishchev itu hanya merupakan satu saja dari berjuta pendapat lain yang dikenal baik oleh Mikhailov dan memang bisa merupakan pendapat yang benar, itu samasekali tak mengurangi penghargannya terhadap pendapat Golenishchev. Justru karena pendapat itu ia pun jatuh sayang kepada Golenishchev, dan dari suasana murung tiba-tiba ia pun berubah menjadi gembira. Dan seketika itu pula seluruh lukisan di hadapan matanya menjadi hidup dengan segala kerumitan yang tak terungkapkan, lebih hidup daripada semua barang yang hidup. Kembali Mikhailov mencoba mengatakan bahwa memang demikian penilaiannya mengenai Pilatus, tapi bibirnya dengan bandel hanya bergetar, dan ia tak bisa mengucapkan sesuatu. Vronskii dan Anna pun mengatakan sesuatu dengan lirih pula, sebagian agar tidak menyinggung perasaan sang pelukis, dan sebagian lagi agar tidak dengan keras mengucapkan hal bodoh yang bisa dikatakan dengan mudah u orang bicara tentang seni, seperti biasa dilakukan orang dalam pameranpameran lukisan. Mikhailov merasa, lukisan itu memberikan kesan baik kepada mereka. Maka ia pun mendekati mereka.
"Mengagumkan sekali ekspresi wajah Kristus!" kata Anna. Dari semua yang dilihat Anna, ekspresi wajah Kristus i tulah yang paling menyenangkan hatinya, dan ia merasa bahwa itulah pusat lukisan, dan karena itu pujian terhadap Kristus akan menyenangkan hati
LEOTOLSTOI sang pelukis. "Tampak bahwa ia kasihan kepada Pilatus."
Sekali lagi, itu adalah satu dari berjuta pendapat yang benar, yang memang sesuai dengan yang ada dalam lukisan dan dalam tokoh Kristus. Anna mengatakan bahwa Kristus merasa kasihan kepada Pilatus. Dalam wajah Kristus itu tentu terdapat ekspresi kasihan, karena d i situ memang ada ekspresi kasih, ketenangan yang tak duniawi, kesiapan untuk mati, dan kesadaran bahwa berbicara adalah sia-si a. Tentu saja terdapat ekspresi wajah pejabat dalam
Pilatus dan ekspresi rasa kasihan dalam Kristus, karena yang pertama adalah perwujudan kehidupan daging, sedangkan yang kedua kehidupan batin. Pikiran itu, dan banyak lagi lain, melintas dalam kepala Mikhailov. Dan kembali wajahnya berseriseri karena senang.
"Ya, tokoh i n i betul-betul hasil karya cipta; dan betapa banyak suasana! Tak bosan-bosannya kita menatap," kata Golenishchev, dan dengan itu ia hendak menunjukkan bahwa ia tak setuju dengan isi dan gagasan tentang tokoh itu.
"Ya, kebolehan yang luarbiasa!" kata Vronskii. "Dan tokob-tokoh di latar belakang itu begitu tegas! Ini baru teknik," katanya kepada Golenishchev, dan dengan itu ia seolah mengingatkan Golenishchev kepada percakapan mereka tentang sulitnya Vronskii menguasai t
"Ya, mengagumkan!" kata Golenishchev dan Anna membenarkan. Walaupun sedang senang, namun pe taan tentang teknik itu terasa menyakiti hati Mikhailov, dan sambil menatap Vronskii dengan marah, tiba-tiba ia pun memberengut. Sering ia mendengar teknik, tapi ia samasekali tak mengerti apa yang dimaksud orang dengan kata itu. Ia tahu makna kata itu adalah kemampuan mekanis untuk melukis dan menggambar, samasekali tak bergantung pada i sinya. Sering ia melihat, seperti dalam pujian yang sekarang di berikan kepadanya, bahwa teknik dipertentangkan dengan nilai batiniah, seakan orang bisa menggambar dengan baik apa yang tad inya jelek. Ia tahu, dibutuhkan banyak pe n dan kehati-hatian agar dalam membuka selubungnya karya seni itu sendir i tak rusak, dan agar seluruh selubung itu bisa d ibuka; tapi di sini seni melukis itu samasekali tak ada, tak ada teknik itu.
94 ANNA KAR"N!NA W aktu seorang anak kecil atau juru masaknya melihat sesuatu yang dilihat oleh anak itu, maka juru masak tentu bisa pula membuka selubung apa yang dilihatnya. Tapi seorang pelukis ahli teknik yang berpengalaman dan mahir pun tak bisa melukis semata-mata dengan kemampuan mekanis jika sebelumnya tak jelas baginya batas-batas i sinya. Selain itu ia pun tahu bahwa jika yang dibicarakan adalah teknik, sudah tak mungkinlah orang memuji dia justru karena i k itu. Dalam semua yang dia lukis dan sudah dia lukis, ia melihat adanya kekurangan-kekurangan yang menggores matanya akibat kurang hati-hati sewaktu ia melepaskan selubung, dan sekarang ia sudah tak bisa membetulkan kekurangan-kekurangan itu tanpa merusak seluruh karyanya. Dan hampir pada semua tokoh dan perorangan yang ia ciptakan, ia masih melihat sisa-sisa selubung yang belum sepenuhnya ia lepaskan, sisa-sisa yang merusak lukisan itu.
"Satu hal bisa saya katakan, kalau Anda mengizinkan saya mengemukakan pendapat saya ... ," ujar Golenishchev.
"O, saya akan merasa senang sekali; saya persilakan," kata Mikhailov sambil tersenyum pura-pura.
"Yaitu bahwa tokoh Anda ini manusia Tuhan, dan bukan Tuhan manusia. Singkatnya, saya tahu bahwa Anda memang menghendaki itu."
"Saya memang tak bisa melukis Kristus yang tidak ada dalam jiwa saya," kata Mikhailov m g.
"Ya, dalam hal ini, kalau Anda me n saya mengemukakan pikiran saya .... Lukisan Anda ini amat baik, sehingga pendapat saya tentangnya tak akan merusaknya, tapi ini adalah pendapat pribadi saya. Pendapat Anda tentu lain. Motifnya sendiri lain. Kita ambil saja Ivanov sebagai contoh. Menurut pendapat saya, kalau Kristus hendak dianggap sebagai tokoh sejarah, akan lebih baik kiranya bagi Ivanov memilih tema sejarah yang lain, yang segar, yang belum pernah digarap orang."
"Tapi bagaimana kalau itu merupakan tema terbesar bagi kesenian?"
"Kalau mau mencari, tentu akan ditemukan tema-tema lain. Ta pi soalnya adalah bahwa kesenian tak bisa menenggang perdebatan dan pembicaraan. Mengenai lukisan Ivanov, pada orang yang
LEOTOLSTOI percaya maupun yang tak percaya bisa timbul pertanyaan: itu Tuhan atau bukan" Dan i n i merusak kesatuan kesan."
"Kenapa begitu" Menurut pendapat saya, bagi orang yang berpendidikan," kata Mikhailov, "perdebatan di sini sudah tidak mungkin ada."
Golenishchev tak setuju dengan itu, dan dengan berpegang pada pikirannya yang pe a, kesatuan kesan yang diperlukan oleh keseni an, ia pun menundukkan Mikhailov.
Mikhailov menjadi gugup, tapi ia tak bisa mengatakan sesuatu untuk membela jalan pikirannya sendiri.
XII Anna dan Vronskii sudah lama saling berpandangan menyesali sahabatnya yang terlalu banyak bicara itu, dan akhirnya Vronskii berpindah ke lukisan lai n yang tak besar tanpa menanti rumah lagi.
"Ha, ini menarik, i n i menarik sekali! Hebat! Menarik sekali!" ujar mereka bersamaan.
"Apa pula yang menyenangkan mereka itu?" pikir Mikhailov. Ia sudah lupa lukisan yang dibuatnya tiga tahun lalu. Ia sudah lupa segala penderitaan dan kenikmatan yang dirasakannya sewaktu membuat lukisan itu, yang selama beberapa bulan tanpa henti, siang-malam, menyita waktunya; i a sudah lupa lukisan itu, seperti biasa ia melupakan lukisan-lukisan yang telah diselesaikannya. Ia bahkan tak suka melihat lukisan itu, dan ia memasangnya hanya karena masih menantikan orang lnggris yang ingin membelinya. "Ah, itu etude yang sudah lama," katanya.
"Ini baik sekali!" kata Golenishchev yang agaknya terus-terang merasa terpikat kepada ke indahan lukisan itu. Dua anak lelaki di bawah bayangan pohon liu sedang memanc ing ikan. Yang satu, yang lebih tua, baru saja melemparkan pancing dan dengan sungguhsungguh sedang berusaha melepaskan pelampungnya dari sangkutan rumpun pohon, dan mengerahkan seluruh tenaganya; yang lain, yang lebih muda, berbaring di rumput sambil menopangkan kepalanya yang berambut pirang kusut pada tangan, menatap air dengan mata
% ANNA KAR"N!NA biru merenung. Apakah yang sedang dipikirkannya"
Rasa kagum terhadap lukisan itu membuat Mikhailov tergugah oleh gelora perasaan masa lalu, tapi ia takut dan tak suka dengan perasaan hampa terhadap masa lalu. Karena itu, meskipun ia merasa senang juga mendapat pujian, dipalingkannya para tamu kepada lukisannya yang ketiga.
Tapi Vronski i bertanya apakah lukisan itu d ijual. Buat Mi khailov yang merasa digairahkan oleh para tamunya, pembicaraan mengenai uang itu sungguh tak mengenakkan.
"Memang ini dipamerkan untuk di jual," jawabnya sambil mengerutkan alis dengan murung.
Ketika para tamu sudah pergi, Mikhailov duduk menghadap lukisan Pilatus dan Kristus, dan dalam angannya ia mengulangi apa-apa yang telah diucapkan orang-orang itu dan apa-apa yang diisyaratkan para tamu tanpa diucapkan. Dan aneh, apa yang tadi terasa demikian berbobot sewaktu para tamu ada di situ dan ketika ia dalam angan meng n diri ke titik pandangan mereka, tibatiba saja semua kehilangan arti samasekali. Mulailah ia menatap lukisan itu dengan sepenuh pandangan seninya sendiri, dan tibalah ia pada keyakinan bahwa lukisan itu sempurna dan karena itu juga penting, dan bahwa memang perlu baginya menyingkirkan kepentingan-kepentingan lain, karena hanya dengan keyakinan seperti itu ia bisa bekerja.
Kaki Kristus yang dilukis dengan perspektif itu, bagaimanapun, belum kena. Maka diambilnya palet, dan mulailah ia bekerja. Sewaktu mengoreksi kaki itu, tak henti-hentinya ia menengok tokoh Yohanna d i latar belakang yang tak dilihat para tamunya tadi, padahal ia tahu tokoh itu lebih daripada sempurna. Selesai dengan kaki itu ia ingin menggarap tokoh tersebut, tapi untuk itu ia merasa terlalu bergairah. Ia memang tak bisa bekerja sewaktu sikapnya sedang dingin atau terlalu lunak, atau sewaktu sedang melihat segalanya. Hanya ada satu tahapan saja dalam peralihan dari suasana dingin ke suasana penuh ilham yang ia butuhkan untuk bekerja. Tapi sekarang ini ia terlalu bergairah. Ia hendak menutup lukisan itu, tapi saat itu juga berhenti, dan sambil memegangi kain selubung dan tersenyum nikmat ia pandangi lama-lama tokoh Yohanna. Akhirnya, seolah
LEOTOLSTOI lepas dari kepedihan, ia turunkan kain selubung itu, dan dengan lelah namun bahagia ia pun pulang.
Selagi pulang, Vronskii, Anna, dan Golenishchev tampak sangat bergairah dan riang. Mereka berbicara tentang Mikhailov dan lukisan-lukisannya. Kata bakat, yang menurut pengertian mereka adalah kemampuan sejak lahir yang nyaris bersifat fisik dan tidak bergantung pada aka! dan hati-dan ini menurut pengertian mereka adalah segala yang dipunyai pelukis-sering sekali terdengar dalam percakapan mereka, karena kata itu memang mereka perlukan untuk menyebut sesuatu yang samasekali tak mereka mengerti namun ingin mereka bicarakan. Mereka katakan bahwa pelukis itu tak bisa disangkal lagi punya bakat, tapi bakatnya tak bisa berkembang karena tak punya pendidikan, dan inilah nasib umum para pelukis Rusia. Tapi lukisan tentang anak-anak itu terpatri dalam ingatan mereka, dan sesekali masih juga mereka teringat kepada lukisan itu.
"Sungguh elok! Ia memang berhasil, dan begitu sederhana! Ia sendiri tak mengerti betapa bagus lukisan itu. Ya, kita tak boleh melepasnya, dan mesti membelinya," kata Vronskii.
XIII Mikhailov jadi menjual lukisan itu kepada Vronskii dan setuju membuat lukisan potret Anna. Pada hari yang sudah d itentukan ia datang dan mulai bekerja.
Mulai pertemuan yang kelima lukisan potret itu sudah memukau semuanya, terutama Vronskii, bukan hanya karena mirip, tapi juga karena kecantikannya yang luarbiasa. Memang aneh, bagaimana Mikhailov bisa menemukan kecantikan Anna yang khas itu. "Ia perlu mengenal dan mencintai Anna seperti aku mencintainya agar bisa menemukan ekspresi jiwanya yang paling manis," pikir Vronskii; pada potret itu ia mengenali ekspresi jiwanya yang paling manis itu. Tapi ekspresi itu amat tepat, sehingga ia dan yang lain-lain merasa sudah lama mengenali ekspresi itu.
"Aku sendiri sudah beberapa lama berusaha tapi tak ada hasilnya," katanya tentang potret yang dibuatnya sendiri. "Tapi ia
98 ANNA KAR"NINA melihat dan melukisnya. Ini dia yang dinamakan teknik."
"Teknik itu akan datang nan ti," kata Golenishchevmenghiburnya; menurut pendapatnya, Vronskii punya bakat pula, dan yang penting lagi ia punya pendidikan yang memberikan wawasan luhur terhadap seni. Keyakinan Golenishchev tentang bakat Vronskii itu diperkuat oleh kebutuhan Golenishchev akan simpati dan puji an Vronskii terhadap karangan-karangan dan pikiran-pikirannya, dan ia merasa bahwa pujian dan dukungan harus bersifat timbal-balik.
D i rumah orang lain, dan terutama di palazzo Vronskii, Mikhailov menjadi orang yang lain samasekali daripada sewaktu ia berada di studionya sendiri. Sikap hormatnya mengandung nada tak bersahabat, seakan ia takut berdekatan dengan orang-orang yang tak di hormatinya itu. Ia menyebut Vronskii dengan Yang Mulia, dan sekalipun mendapat undangan dari Anna dan Vronskii, tak pernah ia tinggal untuk makan siang, dan tak pemah ia datang kecuali untuk melukis. Dibandingkan dengan yang lain-lain, Anna lebih bersikap mesra kepadanya, dan berterimakasih kepadanya atas lukisan potret yang ia buat untuknya. Terhadap dia, Vronskii bersikap lebih daripada saksama, agaknya ia berkepentingan mendapat penilaian dari pelukis itu terhadap lukisannya send iri. Golenishchev tak melewatkan kesempatan untuk memberi Mikhailov pengertianpengertian tentang seni. Tapi Mikhailov tetap saja bersikap dingin terhadap semuanya. Anna merasa, dari pandangannya Mikhailov senang melihat Anna, tapi Mikhailov menghindari percakapan dengan dia. Mendengar percakapan Vronskii mengenai lukisannya i a terns saja diam, dan tetap diam ketika kepadanya ditunjukkan lukisan Vronskii; agaknya ia merasa tak senang dengan percakapan Golenishchev, tapi ia tak mengemukakan keberatannya kepada Golenishchev.
Singkatnya, sikap Mikhailov yang menahan diri dan tak menyenangkan serta seakan bermusuhan itu sangat tak menyenangkan diri mereka, ketika mereka telah mengenalnya lebih dekat. Dan gembiralah mereka ketika akhimya acara melukis itu usai dan di tangan mereka tinggal lukisan yang bagus, dan pelukis itu tak datang-datang lagi.
Golenishchevlah yang pertama kali mengemukakan dugaan
LEOTOLSTOI yang memang ada pada semuanya, bahwa barangkali Mikhailov mengiri kepada Vronskii.
"Taruhlah ia tak mengiri karena ia punya bakat; tapi ia jengkel bahwa seorang bangsawan dan kaya, dan seorang graf pula (bukankah mereka memang membenc i semua itu") tanpa kerja tertentu bisa hidup seperti dia, bahkan barangkali lebih baik dar ipada dirinya, yang untuk itu hams mencurahkan seluruh hidupnya. Tapi yang terpenting adalah pendidikan yang tak dipunyai nya."
Vronskii membela Mi khailov, tapi dalam hati ia percaya pula kepada ucapan Golenishchev, karena menurut pendapatnya orang yang berasal dari golongan lain yang lebih rendah seharusnya memang mengiri.
Potret Anna yang dilukis langsung baik oleh dia sendiri maupun Mikhailov tentu bisa menunjukkan kepada Vronskii perbedaan yang ada antara dirinya dan Mikhailov; tapi temyata ia tak melihat perbedaan itu. Hanya sesudah bertemu dengan Mikhailov ia berhenti melukis potret Anna, karena menurut kesimpulannya, sekarang hal itu tak perlu lagi. Yang dilanjutkannya adalah melukis kehidupan abad pertengahan. Dan ia sendiri maupun Golenishchev, dan terutama Anna, berpendapat bahwa lukisan itu baik sekali, karena jauh lebih mirip dengan lukisan-lukisan terkenal daripada lukisan Mikhailov.
Sementara itu, sekalipun lukisan potret Anna yang ia buat menawan hatinya, Mikhailov lebih gembira lagi ketimbang mereka ketika pada akhirnya acara melukis itu selesai dan ia tak perlu lagi mendengarkan kata-kata Golenishchev tentang seni, dan ia bisa melupakan lukisan Vronskii. Ia tahu, tak mungkin melarang Vronskii memanjakan diri dengan lukisan; ia tahu, semua penggemar lukisan punya hak penuh untuk melukis apa saja, tapi baginya hal itu tak menyenangkan. Tidaklah mungkin melarang seseorang membuat untuk dirinya sendiri boneka lilin dan kemudian menciuminya. Tapi sekiranya si penc ipta boneka itu datang duduk di hadapan seorang yang sedang jatuh cinta dan mulai membelai bonekanya seperti orang jatuh cinta yang membelai gadis yang dicintainya, orang yang jatuh cinta itu tentu merasa tak senang. Perasaan tak senang seperti itulah yang dialami Mikhailov sewaktu melihat lukisan Vronskii; ia
9 9 100 ANNA KAR"NINA merasa lucu, jengkel, kasihan, dan juga tersinggung.
Ketertarikan Vronskii kepada seni lukis dan abad pertengahan itu tak berlangsung lama. Ia begitu terpesona oleh seni lukis sehingga tak bisa menyelesaikan lukisannya sendiri. Terhentilah lukisannya itu. Samar-samar ia merasa, kekurangan lukisannya hanya sedikit terlihat di waktu awal, tapi akan tampak mencolok kalau ia meneruskan lukisan itu. Apa yang terja d i padanya itu sama dengan yang terjadi pada Golenishchev; Golenischev sebetulnya merasa tidak ada yang hendak ia katakan, tapi ia terns saja menipu dir i dengan pendapat bahwa gagasannya belum matang dan bahwa ia sedang mengolah gagasan itu dan menyiapkan bahan-bahan. Hal ini menggusarkan dan menyiksa Golenishchev, sedangkan Vronskii tak bisa menipu dan menyiksa diri, dan terutama tak bisa menggusarkan diri sendiri. Dengan sifat mantap yang dimilikinya ia langsung saja tak lagi mengurusi lukisan itu tanpa memberi penjelasan apapun atau mencoba membela diri.
Tapi tanpa kesibukan, kehidupan Vronskii dan kehidupan Anna yang merasa kaget dengan sikap mutung Vronskii itu terasa membosankan di kota Italia itu; palazzo tiba-tiba tampak sangat tua dan kotor; noda-noda tak menyenangkan muncul pada kain tirai, retak-retak pada lantai, pecah-pecah pada plaster di tepi atap; dan betapa membosankan rasanya hanya dengan orang itu-itu juga, yaitu Golenishchev, profesor Italia, dan musafir Jerman, sehingga hidup ini rasanya perlu diubah. Maka mereka pun memutuskan untuk pergi ke Rusia, ke desa. Di Petersburg Vronskii bermaksud melaksanakan pembagian harta dengan saudara lelakinya, sedangkan Anna ingin bertemu dengan anak lelakinya. Musim panas mereka bermaksud tinggal di tanah luas milik keluarga Vronskii.
XIV Sudah tiga bulan n kawin. Ia bahagia, tapi samasekali tak seperti yang diduganya. Di setiap langkah ia menjumpai kekecewaan terhadap impian-impian masa lalunya dan menemui kekecewan baru yang tak disangka-sangka. Ia bahagia, tapi sesudah memasu k i hidup berkeluarga itu, di setiap langkah i a me l ihat betapa semua tak seperti
LEOTOLSTOI yang pernah dibayangkannya. Di setiap Iangkah ia mengalami apa yang tentunya dialami orang yang sedang mengagumi lajunya perahu yang sedang meluncur di atas permukaan danau dengan lancar dan bahagia, sesudah ia sendiri naik di atas perahu itu. Ia melihat, bukannya ia bisa duduk tenang tak terguncangkan, melainkan harus terus berpik ir bahwa semenit pun ia tak boleh lupa arah jalannya, bahwa di bawah kakinya ada air dan ia harus mendayung, sehingga tangan yang belum terbiasa pun terasa nyeri. Melihatnya sih ringan, sedangkan melakukannya sendiri amat sukar, sekalipun sangat menyenangkan.
Dulu, waktu ia masi h bujangan, melihat kehidupan keluarga orang lain, melihat urusan kec il-kecil, pertengkaran-pertengkaran, kecemburuan, ia hanya bisa tersenyum bend dalam hati. Dalam kehidupan keluarganya mendatang, menurut keyakinannya, bukan hanya tak mungkin ada hal seperti itu, tapi juga semua bentuk luarnya, menurut perasaannya, harus berbeda samasekali dengan kehidupan orang lain. Tapi tiba-tiba, te ta bukan kehidupan seperti itu yang dimilikinya; kehidupan dengan sang istri bukan hanya tak berlangsung khusus, melainkan sebaliknya, seluruhnya terdiri atas tetek-bengek paling sepele yang sebelumnya sangat ia bend, dan, bertentangan dengan kehendaknya sendiri, memperoleh arti yang luarbiasa dan tak bisa ditolaknya lagi. Levin melihat betapa menyusun semua tetek-bengek itu, menurut perasaannya, samasekali tak semudah yang ia bayangkan sebelumnya. Walaupun menurut dugaannya ia punya pengertian yang paling tepat mengenai kehidupan berkeluarga, seperti semua lelaki, Levin, tanpa dikehendaki, menggambarkan kehidupan berkeluarga itu hanya sebagai saat untuk menikmati dnta yang tak boleh terganggu apapun dan tak boleh diselewengkan oleh urusan -kec il. Menurut pengertiannya, ia hanya mesti bekerja dan beristirahat dari kerja dalam kebahag iaan c inta. Dan Kitty harus menjadi orang yang terc inta, itu saja. Tapi seperti semua lelaki, ia lupa bahwa istrinya pun harus bekerja. Dan heranlah ia bagaimana Kitty yang pu itis dan memikat hati itu, pada minggu-minggu pertama, bahkan pada hari
pertama kehidupan bersama mereka, sudah bisa memikirkan, mengingat, dan mengurusi taplak meja, meja-kursi, kasur untuk
101 102 ANNA KAR"NINA para tamu, baki, tukang masak, makan si ang, dan sebagainya. Ketika masih menjadi calon suami dulu ia sudah amat terkesan dengan sikap mantap Kitty ketika menolak melakukan perjalanan ke luar negeri, dan memutuskan untuk pergi ke desa, seakan ia sudah tahu apa yang diperlukan, dan di luar urusan cinta ia masih bisa memikirkan yang lain lagi. Perist iwa tersebut, waktu itu, sudah menyinggung perasaannya, dan sekarang beberapa kali lagi urusan kecil-kecil dan segala tetek-bengek itu menyinggung perasaannya. Tapi ia pun melihat bahwa hal itu perlu buat Kitty. Dan i a , sebagai orang yang mencintai Kitty, tidak bisa tidak mengagumi semua itu, sekalipun tak mengerti untuk apa, dan meskipun ia menertawakan segala macam pekerjaan itu. Ia ketawa saja melihat bagimana Kitty mengatur meja-kursi yang d ibawa dari Moskwa, baga imana ia mengatur kembali kamarnya sendiri dan kamar suaminya, bagaimana ia menggantungkan kain tirai, bagaimana i a membagibagi ruangan untuk para tamu yang akan berkunjung, untuk Dolly, bagaimana ia menyusun ruangan untuk gadis pembantunya yang baru, bagaimana ia memesan makan siang kepada juru masak tua, bagaimana ia sampai adu mulut dengan Agafya Mikhailovna dan menjauhkan perempuan itu dari tempat bahan makanan. Levin melihat betapa juru masak tua itu tersenyum mengagumi Kitty sewaktu mendengar perintah-perintah Kitty yang belum mahir dan tak mungkin dilaksanakan; ia melihat bagaimana Agafya Mikhailovna sambil terpana dan bersikap mesra menggeleng-gelengkan kepala melihat peraturan-peraturan baru nyonya muda itu mengenai gudang; ia melihat betapa Kitty tampak amat manis ketika sambil ketawa dan menangis datang menemuinya dan menyatakan bahwa gadis pesuruh yang be mam a Masha sudah terbiasa menganggapnya sebagai nona, dan karena itu tak seorang pun mendengarkan katakatanya. Semua itu dirasakan Levin memang manis, tapi aneh, dan menurut pendapatnya lebih baik kalau tak ada hal-hal seperti itu.
Levin tak mengenal adanya perubahan perasaan seperti dialami Kitty, yakni ketika dulu, di rumah, kadang-kadang ia ingin kubis atau kvas atau gula-gula, dan tak memperolehnya, maka sekarang ia bisa memesan apa saja yang dimauinya, membeli gula-gula berapapun, membelanjakan uang berapa saja i a mau, dan memesan kue tarcis
LEOTOLSTOI yang dikehendakinya. Kitty sekarang dengan gembira menginginkan datangnya Dolly bersama anak-anak, terutama karena untuk masing-masing anak itu ia ingin memesankan kue tarc is yang mereka sukai dan karena Dolly akan menghargai semua aturannya yang baru. Ia sendiri tak tahu kenapa, tapi urusan rumahtangga itu tanpa bisa ditahan lagi selalu menarik-nariknya. Secara naluriah i a merasakan makin dekatnya musim semi dan tahu bahwa akan datang hari-hari mendung, dan karena itu ia menjalin sarang sebisa mungkin dan dengan tergesagesa menjalin dan belajar membuat sarang itu.
Kegiatan tetek-bengek Kitty yang bertentangan dengan ideal Levin mengenai kebahagiaan agung di masa awal itu merupakan salah satu penyebab kekecewaannya; dan keg iatan manis itu, yang maknanya tak ia mengerti namun tidak bisa tidak i a cintai, merupakan salah satu daya pikat yang baru.
Kekecewaan dan daya pikat yang lain adalah pertengkaran. Levin tak pernah membayangkan bahwa antara dia dan istrinya bisa p hubungan lain kecuali hubungan mesra, saling hormat, dan penuh c inta, tapi tiba-tiba, sejak hari-hari pertama mereka sudah bertengkar, sehingga Kitty mengatakan kepadanya bahwa Levin tak menc intai istrinya, hanya mencintai diri sendiri, lalu i a mulai menangis dan membuang kedua tangannya.
Pertengkaran pertama terjadi karena Levin pergi ke dukuh yang baru dan terlambat pulang setengah jam karena bermaksud menempuh jalan yang lebih dekat, tapi te ta tersesat. Ia pulang sambil terus berpikir tentang istrinya, tentang cinta istrinya, tentang kebahagiaannya, dan makin dekat ke rumah makin terbakar ia oleh perasaan mesra kepada istrinya. Ia berlari masuk ke kamar masih dengan perasaan itu, bahkan perasaan itu lebih kuat lagi dibandingkan sewaktu ia berkunjung ke rumah keluarga Shcherbatskii untuk menyampaikan lamaran. Tapi tiba-tiba ia disambut dengan wajah murung yang belum pernah dijumpainya pada sang istri. Ia hendak mencium istrinya, tapi sang i stri menolak.
"Kenapa kamu ini?"
"Ya, kamu senang ... ," istrinya memulai, ingin bersikap tenang tapi menusuk.
103 104 ANNA KAR"N!NA Dan barn membuka mulut, sudah menyembur celaan yang mengungkapkan kecemburuan yang tak masuk , dan semua yang menyiksanya selama setengah jam ia duduk di jendela tanpa gerak tadi. Di situlah untuk pertama kali n mengerti dengan jelas apa yang tidak ia mengerti, ketika dulu ia menuntun Kitty keluar dari gereja sesudah mendapat mahkota. Mengertilah ia bahwa Kitty merasa dekat dengannya, dan sekarang ia tak mengerti di mana Kitty sudah berada dan di mana ia sendiri mulai beranjak. Ia mengerti hal itu dari rasa mendua yang menyiksanya, yang pada saat itu ia alami. Semula ia merasa tersinggung juga, tapi saat itu pula ia merasa bahwa tidaklah mungkin ia tersinggung oleh Kitty, karena Kitty adalah dirinya sendiri. Pada masa awal ia punya perasaan yang mirip dengan perasaan orang yang tiba-tiba dipukul keras dari belakang, dan dengan perasaan jengkel serta ingin balas dendam ia pun membalikkan badan untuk menangkap si bersalah, tapi menjadi yakinlah ia bahwa ia sendirilah yang tanpa sengaja telah memukul dirinya. Karena itu, ia tak perlu marah kepada siapapun dan ia hanya perlu menghilangkan dan meredakan rasa sakit itu.
Tak pernah kemudian ia merasakan hal tersebut sekuat waktu itu, tapi kali pertama itu lama ia tak sadar. Perasaan wajar menuntut dirinya membela diri dan membuktikan kesalahan istrinya; tapi membuktikan kesalahan sang istri berarti membikin dia lebih naik darah lagi dan makin memperdalam perpecahan yang telah menjadi penyebab semua kepedihan itu. Perasaan yang biasa ada padanya mendorong d i a untuk melepaskan kesalahan itu dari dirinya dan memindahkannya kepada sang istri; tapi perasaan lain yang lebih keras mendorong dia untuk lekas-lekas, ya, selekas-lekasnya melicinkannya tanpa memberi kesempatan bagi perpecahan yang telah terjadi itu untuk membesar. Membiarkan saja tuduhan tak adil seperti itu memang menyiksa, tapi membela diri dan membikin sang istri sakit adalah lebi h buruk. Sepert i orang yang tenggelam dalam rasa pedih di tengah tidur ayam, ia ingin merenggut dan melontarkan bagian badan yang sakit itu dari dirinya, tapi sesudah tersadar mengertilah i a bahwa bagian yang sakit itu adalah dirinya sendiri. Yang diperlukan di sini hanyalah membantu bagian yang sakit itu agar bisa menahan rasa nyeri, dan kini i a mencoba untuk
LEOTOLSTOI melakukan hal itu. Mereka berdua pun berdamai. Kitty menyadari kesalahannya, tapi tak mengucapkannya, dan kini sikapnya menjadi lebih mesra terhadap sang suami, dan mereka dengan demikian merasakan kebahagiaan c inta yang baru dan berlipat dua. Namun itu tak berarti bahwa bentrokan-bentrokan tidak berulang, bahkan sering, dengan alasan yang paling tak terduga dan amat sepele. Bentrokanbentrokan itu juga sering terjadi karena mereka belum lag i tahu bahwa masing-masing mereka punya arti penting buat yang lain, dan karena di masa awal itu keduanya sering berada dalam suasana hati yang buruk. Kalau yang satu sedang baik suasana hatinya, sedangkan yang lain jelek, perdamaian tak terganggu, tapi kalau keduanya kebetulan dalam suasana hati yang buruk, bentrokan-bentrokan pun terjadi hanya karena alasan yang amat sepele, sehingga kemudian mereka tak bisa ingat lagi apa yang mereka pertengkarkan. Memang benar, sewaktu keduanya sedang dalam suasana hati yang baik, kegembiraan hidup mereka berli pat dua. Namun bagaimanapun, masa awal itu adalah masa yang berat bagi mereka.
Tawon Merah Bukit Hengsan 3 Pengemis Binal 28 Rahasia Siluman Raga Kaca Pendekar Pedang Pelangi 4