Tapi ada satu keuntungan dari kehidupan di kota, bahwa di kota i ni di antara keduanya tak pemah terjadi pertengkaran. Apakah itu karena syarat-syarat hidup di kota lai n samasekali, ataukah karena keduanya dalam hal ini menjadi lebih hati-hati dan lebih bijak, tapi di Moskwa mereka tak pernah bertengkar karena soal cemburu yang dulu begitu mereka taku t i, sewaktu mereka pindah ke kota.
Dalam hubungan ini telah terjadi suatu perist iwa yang sangat penting bagi mereka berdua, yaitu pertemuan Kitty dengan Vronskii.
Nyonya Pangeran Maria Borisovna yang sudah tua, ibu baptis Kitty yang sangat mencintai Kitty, ingin sekali bertemu dengannya. Kitty, yang karena keadaannya tak pemah pergi ke mana-mana, kini pergi dengan ayahnya menemui orang tua terhormat itu, dan di rumahnya itu ia bertemu Vronskii.
Dalam pertemuan itu Kitty mencela dirinya karena untuk sesaat, ketika sesudah dikenalinya kembali ciri-ciri orang yang mengenakan pakaian resmi itu, napasnya jadi terhenti, darahnya menyerbu ke jantung, dan rona merah cemerlang (ia rasakan benar hal itu) muncul di wajahnya. Tapi hal itu berlangsung hanya beberapa detik. Begitu ayahnya dengan sengaja bicara keras kepada Vronskii, tapi tak meneruskannya, Kitty pun sepenuhnya bisa menatap Vronskii dan bicara dengan dia seperlunya saja, sama seperti ia bicara dengan Nyonya Pangeran Maria Borisovna, yang penting, dengan irama dan senyum yang kiranya bisa dibenarkan sang suami; ia merasa bahwa suaminya di saat itu hadir mengawasi dia.
Kepada Vronskii ia mengucapkan beberapa patah kata, bahkan dengan tenang ia tersenyum mendengarkan kelakar Vronskii tentang pemilihan, yang dinamakannya "parlemen kita". (Memang i a perlu tersenyum untuk menunjukkan bahwa ia mengerti kelakar Vronskii.) Tapi seketika itu ia memb ka n badan dan menghadap Maria
363 364 ANNA KARENINA Borisovna, dan samasekali tak menoleh ke arah Vronskii lagi, ketika Vronskii belum berdiri untuk minta diri; baru ketika Vronskii berdiri ia menatap dia lagi, tapi itu agaknya hanya karena tidak sopan tidak menatap orang yang sedang membungkuk kepadanya.
Kitty sangat berterimakasih kepada ayahnya karena sang ayah samasekali tak membicarakan dengan dia pertemuan dengan Vronskii itu; tapi dari sikap mesra ayahnya yang khusus sesudah kunjungan tersebut, ketika mereka berjalan-jalan seperti biasa, Kitty pun melihat bahwa ayahnya puas dengan dia. Kitty juga puas dengan dirinya sendiri. Ia samasekali tak menyangka bahwa dirinya mampu mengendapkan di dasar jiwanya segala kenangan tentang perasaan yang pernah dimilikinya terhadap Vronskii, dan itu bukan hanya tampaknya, melainkan nyata dalam sikapnya yang cukup masa bodoh dan tenang terhadap Vronskii.
Wajah Levin lebih merah daripada Kitty, ketika istrinya itu menyampaikan kepada dia bahwa ia bertemu dengan Vronskii di rumah Maria Bor isovna. Sangat sukar bagi Kitty mengatakan itu kepada Levin, tapi lebih sukar lagi melanjutkan pembicaraan tentang rincian pertemuan itu, karena Levin tak mengajukan pertanyaan apapun kepadanya, melainkan hanya menatapnya sambil mengerutkan kening.
"Sayang sekali kamu tak ada di sana waktu itu," kata Kitty. "Bukan karena kamu tak ada di ruangan itu ... sekiranya kamu ada, aku tak bakal bisa bersikap begitu wajar .... Sekarang ini wajahku lebih merah, lebih, jauh lebih merah," katanya, sementara wajahnya memerah sampai keluar airmata. "Sayang kamu tak bisa mengintip kami waktu itu."
Mata yang jujur itu menyatakan kepada Levin bahwa Kitty merasa puas dengan dirinya sendiri; meskipun wajah Kitty memerah, Levin bisa tenang dan mulai mengajukan pertanyaan kepada Kitty, suatu hal yang memang sangat diinginkan Kitty. Sesudah Levin tahu segalanya, bahkan sampai pada hal yang sekecil-kec ilnya, bahwa hanya pada detik pertama Kitty tidak bisa tidak memerah wajahnya, tapi kemudian merasa biasa saja dan ringan, seperti bertemu dengan orang yang pertama kali dijumpai, maka pun jadi benar-benar gembira. la katakan bahwa ia merasa senang dengan peristiwa itu,
LEOTOLSTOI dan mengatakan sekarang tak bakal i a berlaku bodoh lagi seperti waktu pemilihan itu; ia akan berusaha dalam pertemuan dengan Vronskii nanti akan bersikap sebisa mungkin lebih bersahabat.
"Betul-betul menyiksa kalau dipikirkan, bahwa di dunia ini ada orang yang hampir-hampir bisa kita sebut musuh, dan bertemu dengannya sangat berat," kata Levin. "Aku betul-betul senang sekarang."
"Singgahlah nanti ke rumah keluarga Bohl," kata Kitty kepada suaminya, ketika Levin pada pukul sebelas datang menemuinya untuk berangkat. " Aku tahu, kamu makan siang di klub, Papa sudah mendaftarkan kamu. Pagi begini apa yang akan kamu lakukan?" "Cuma ke tempat Katavasov," jawab Levin. "Kenapa begini pag i?"
"Dia janji akan mengenalkan aku dengan Matrov. Aku ingin bicara dengannya soal tulisanku; dia sarjana Petersburg terkenal," kata Levin.
"O, apa karangan dia itu kamu puji" Dan sesudah itu?" kata Kitty.
"Lalu barangkali ke pengadilan menyelesaikan urusan saudara perempuan itu."
"Dan ke konser?" tanya Kitty. "Buat apa pergi sendiri?"
"Pergilah ke konser; ada nomor-nomor baru .... Dulu kamu begitu menyukai konser. Aku sendiri mau rasanya ikut."
"Paling tidak, menjelang makan siang aku akan pulang sebentar," kata Levin sambil melihat arloji.
"Pakailah jas panjang supaya bisa langsung singgah ke rumah Nyonya Pangeran Bohl."
"Apa itu perlu?"
"Perlu sekali! Dia pernah ke rumah kita. Apalah susahnya" Kamu singgah ke sana, duduk, bicara sekitar lima menit tentang cuaca, lalu bangkit dan pergi."
"Kamu barangkali tak percaya, aku sudah tak biasa dengan itu,
365 366 ANNA KAR"NINA malu aku melakukannya. Coba bayangkan. Ada tamu datang, duduk, duduk saja tanpa urusan, mengganggu ketenangan mereka, bikin bosan dirinya sendiri, lalu pergi."
Kitty ketawa. "Tapi kamujuga suka berkunjung waktu masih bujangan, kan?" katanya.
"Memang, tapi selalu dengan rasa malu; dan sekarang sudah tak biasa, rasanya lebih baik dua hari tak makan siang daripada bikin kunjungan macam itu. Begitu malu! Aku selalu merasa, orang-orang itu akan tersinggung dan bilang: buat apa kamu datang tanpa ada urusan"
"Tidak, mereka tak bakal tersinggung. Itu tanggungjawabku," kata Kitty sambil menatap wajah Levin sambil ketawa. Dipegangnya tangan . "Nah, selamatjalan .... Berangkatlah."
Levin sudah hendak berangkat, sesudah lebih dulu mencium tangan sang istri, tapi tiba-tiba Kitty menghentikannya. "Kostya, tahu tidak, uangku tinggal limabelas rubel." "Kalau begitu nanti aku mampir bank. Berapa?" kata Levin dengan nada tak puas, nada yang sudah dikenal baik oleh Kitty.
"Coba tunggu dulu." Kittyterus menahan tangan Levin. "Ini mesti kita bicarakan; aku merasa tak tenang. Rasanya aku tak keluarkan uang buat hal berlebihan, tapi uang ini habis saja. Bar ada yang salah."
"Samasekali tidak," kata Levin sambil batuk-batuk, dan menatap Kitty dengan mengernyitkan alis.
Batuk itu dikenal betul oleh Kitty. Itu adalah tanda rasa tak puas yang amat sangat, bukan rasa tak puas terhadap istrinya, tapi terhadap diri sendiri. Levin memang sedang tak puas, tapi bukan karena banyak uang keluar, melainkan karena ia diingatkan kepada hal yang hendak dilupakannya, karena ia tahu bahwa di situ memang ada yang tak beres.
"Aku sudah suruh Sokolov jual gandum dan ambil uang muka dari kilang. Pokoknya uang akan ada."
"Tidak, ta pi aku takut ban yak .... "
"Samasekali tidak, samasekali tidak," ulang Levin. "Nah, aku berangkat, Sayang."
LEOTOLSTOI "Tidak, aku kadang-kadang betul-betul menyesal sudah mendengarkan Mama. Lebih senang rasanya di desa! Dengan begini aku menyiksa kalian semua, dan uang k i t a hamburkan .... "
"Samasekali tidak, samasekali tidak. Sejak aku kawin, tak pernah aku mengatakan, lebih ba ik kiranya yang lain daripada ini." "Betul?" kata Kitty sambil menatap tajam mata Levin. Levin mengucapkan kata-katanya tanpa dipikirkan, hanya sekadar untuk meneduhkan Kitty. Tapi dari tatapan mata Levin Kitty ia me l ihat mata yang jujur manis, menatap d ia dengan pen uh tanda Tanya. Maka diulanginya kata-kata itu lagi, kali ini dengan sepenuh ha ti. "Aku betul-betul sudah melupakan dia," pikirnya. Dan teringat olehnya apa yang bakal segera terjadi dengan mereka.
"Sebentar lagi, ya" Bagaimana perasaanmu?" bisiknya sambil memegang kedua tangan Kitty.
"Sudah banyak aku memikirkannya; sekarang aku samasekali tak memikirkannya, dan aku tak tahu apa-apa."
"Tidak merasa ngeri?"
Kitty menyeringai kesal. "Sedetikpun tidak," katanya.
"Kalau ada apa-apa, pokoknya aku ada di rumah Katavasov." "Ah, tak ada apa-apa, dan jangan pikirkan itu. Aku akan jalanjalan berkereta dengan Papa ke boulevard itu. Kami akan singgah ke tempat Dolly. Kutunggu kamu menjelang makan siang. 0, ya! Tahu tidak, keadaan Dolly makin tak bisa dipertahankan" Utangnya di mana-mana, sedangkan uang tak ada. Kemarin aku bicara dengan Mama dan Arsenii (begitulah ia sebut suami kakaknya, Lvova) dan kami putuskan meminta kamu dan dia bicara dengan Stiva. Ini betulbetul mustahil. Dengan Papa tak mungkin kita bicarakan hal ini ... Ta pi sekiranya kamu dan dia .... "
"Apa pula yang bisa kami lakukan?" kata Levin.
"Bertemulah dengan Arsenii; bicaralah dengan dia; dia akan menyampaikan kepadamu apa yang telah kami putuskan itu."
"0, kalau dengan Arsenii, aku sudah setuju sebelumnya tentang apa saja. Bolehlah, nanti aku mampi r ke rumahnya. Dan tentang ke konser, nanti aku pergi dengan Natalie. Baiklah, selamat tinggal." Di serambi ia dihentikan Kuzma, pesuruh yang sudah tua tapi
367 368 ANNA KAR"N!NA tetap saja membujang, yang biasa mengurusi kebutuhan Levin di kota.
"Si cantik (yang ia maksud adalah kuda pendamping kiri yang telah dibawa dari desa) sudah di beri tapal barn, tapi masih juga pincang," katanya. "Apa perintah Tuan?"
Waktu pertama kali tinggal di Moskwa, Levin disibukkan oleh kuda yang dibawanya dari desa. Ia ingin mengurusnya dengan sebaik-baiknya dan semurah-murahnya, tapi temyata menggunakan kuda sendiri lebih mahal biayanya daripada kuda sewa, padahal kuda sewa mesti digunakan juga.
"Coba panggil tabib kuda; barangkali ada Iuka." "Dan untuk Katerina Aleksandrovna, Tuan?" tanya Kuzma. Levin sudah tak heran lag i sekarang, seperti waktu pertama kali dulu tinggal di Moskwa, bahwa untuk pergi dari Vozdvizhenskoye ke Sivtsev-Vrazhek, yang berjarak hanya seperempat werst, diperlukan pasangan kuda yang kuat untuk kereta yang berat itu, menempuh becekan salju, menunggu di sana empat jam, dan untuk itu perlu dibayar lima rubel. Sekarang hal itu sudah terasa wajar baginya.
"Suruh tukang kereta bawa pasangan buat kereta kita itu," katanya.
"Baik, Tuan." Dan sesudah menyelesaikan masalah itu dengan enteng dan gampang (berkat kehidupan di kota), yang di desa bar i menyita perhatian dan kerja pribadinya, keluarlah Levin ke serambi; dipangya tukang kereta, ia naik dan berangkat ke Nikitskaya. D i jalan ia sudah tak memikirkan uang, melainkan bagaimana akan berkenalan dengan sarjana dari Petersburg yang berkecimpung di bidang sosiolog i itu, dan bagai ia akan berbicara dengan dia tentang bukunya.
Pengeluaran-pengeluaran itu, yang bagi seorang penduduk desa terasa aneh, tak produktif, tapi tak bisa dihindari, dan menuntut dari segala penjuru, hanya di masa awal tinggal di Moskwa saja mengagetkan dia. Sekarang ia sudah terbiasa dengan semua itu. Dalam hubungan ini, yang terjadi dengan dia adalah sepert i yang kata orang terjadi terhadap tukang minum: sloki pertama nempel di tembolok, sloki kedua terbang macam elang, dan sloki ketiga
LEOTOLSTOI terbang macam burung kecil. Ketika Levin menukarkan uang kertas ratusan pertama untuk membeli pakaian dinas pelayan dan penjaga pintu, tanpa dikehendaki, terpikir olehnya bahwa pakaian yang tak diperlukan tapi mutlak perlu itu sama harganya dengan gaji dua pekerja musim panas, yaitu kira-kira tigaratus hari kerja dari Hari Paskah sampai Hari Adven, dan tiap hari bekerja berat dari pagi buta sampai larut malam; sedangkan uang kertas seratus rubel itu barulah di tingkat menempel di tembolok. Pakaian dinas itu memang betulbetul diperlukan, kalau melihat sikap heran Nyonya Pangeran dan Kitty ketika Levin mengisyaratkan bahwa sebetulnya tanpa pakaian dinas pun bisa. Tapi uang ratusan berikutnya, yang ditukarkan untuk membeli bahan makanan menjelang makan siang untuk sanak-saudara, yang harganya duapuluh delapan rubel, sudah terasa lebih ringan, sekalipun juga mendorong Levin untuk ingat bahwa duapuluh delapan rubel itu berarti tigapuluh gantang haver, yang dengan berkeringat dan membanting tulang sudah disabit, diikat, ditebah, ditampi, dikarungkan, dan kemudian ditimbun. Semua itu lebih ringan daripada yang pertama. Tapi sekarang uang kertas yang ditukarkannya itu sudah lama tak mendorong dia untuk berpikir, dan begitu saja terbang macam burung kecil. Sesuaikah kerja yang telah ia kerahkan untuk memperoleh uang itu dengan kenikmatan yang diberikan barang yang dibeli dengan uang itu, pikiran seperti itu sudah lama hilang dari ingatannya. Hitungan pertanian yang mengatakan bahwa ada harga patokan terendah yang tak bisa dilampaui dalam menjual gandum juga sudah ia lupakan. Gandum hita.m yang lama ia pertahankan harganya kini ia jual limapuluh kopek, lebih murah seperempat gantang di bandingkan dengan yang i a jual sebulan sebelumnya. Bahkan perkiraannya bahwa dengan mengeluarkan uang seperti itu tak mungkin ia menempuh waktu setahun tanpa utang, sudah tak punya arti samasekali pula. Hanya satu yang menjadi kebutuhannya; memiliki uang di bank tanpa harus bertanya dari mana asalnya agar ia bisa selalu tahu dengan apa besok ia harus membeli ham. Perhitungan seperti itu, sampai waktu itu, masih di jaganya. Karena itu ia pun selalu punya uang di bank. Tapi sekarang uang di bank sudah habis, dan i a belum tahu pasti dari mana i a mesti mengambil uang. Dan itulah yang telah membingungkan dia
369 370 ANNA KAR"NINA untuk sesaat, ketika Kitty mengingatkan dia tentang uang itu; tapi tak ada sekarang padanya waktu untuk memikirkan itu. la berjalan sambil terus berpikir tentang Katavasov dan perkenalan yang akan dialaminya dengan Metrov.
III Dalam kesempatan berkunjung itu Levin kembali bersinggungan akrab dengan bekas temannya di universitas, Profesor Katavasov, yangtak pernah ditemuinya lagi semenjak ia kawin. Katavasov baginya menyenangkan, karena pandangan hidupnya tegas dan sederhana. Menurut Levin, pandangan hidup Katavasov jelas karena tidak nekoneko, sedangkan menurut pandangan Katavasov,jalan pikiran Levin tidak konsisten karena ia tak punya disiplin mental; tapi pandangan hidup Katavasov itu menyenangkan Levin, sedangkan melimpahnya jalan pikiran Levin yang tanpa disiplin itu menyenangkan Katavasov. Maka senanglah mereka berdua saling bertemu dan berdebat.
Levin telah membacakan untuk Katavasov beberapa bagian karangannya, dan bagian-bagian itu memang menyenangkan Katavasov. Kemarin, ketika ia bertemu dengan Levin dalam acara kuliah umum, Katavasov mengatakan kepada Levin bahwa Metrov yang terkenal dan karangannya sangat menyenangkan Levin sedang berada di Moskwa dan sangat bermi nat kepada karya Levin yang telah diberikan kepadanya oleh Katavasov, dan Metrov akan berkunjung ke rumahnya pada pukul sebelas besok. Karena itu dengan senang hati ia akan memperkenalkan Levin dengan Metrov.
"Dijamin lebih baik, Kawan. Karena itu senang sekali kalau Anda bisa bertemu dengan dia," kata Katavasov ketika menyambut Levin di kamar tamu yang kecil itu. "Ah, terdengar bel; saya pikir tak mungkin tepat pada waktunya .... Jadi, apa Anda bilang tentang orang Montenegro tadi" Pejuang sejati?"
"Kenapa memangnya?" tanya Levin.
Dengan beberapa patah kata, Katavasov pun menyampaikan kepada Levin berita terakhir yang didengarnya, dan sambil masuk ke kamar kerja ia pun memperkenalkan Levin dengan seorang lelaki yang badannya tidak t inggi, pejal, dan menyenangkan sekali
LEOTOLSTOI dilihat dari penampilannya. Orang itu adalah Metrov. Percakapan sebentar berkisar sekitar keadaan politik dan pandangan lapisan atas di Petersburg tentang peristiwa-peristiwa terakhir. Metrov menyampaikan kata-kata dari sumber yang bisa dipercaya, yang katanya telab diucapkan Baginda sendiri dan oleh seorang di antara menterinya. Katavasov pun menganggap benar apa yang pernah didengarnya, babwa Baginda mengucapkan hal yang samasekali lain. Maka terpikirlab oleh Levin bahwa memang bisa terjadi orang mengucapkan kata-kata yang saling bertentangan. Dan percakapan sekitar hal itu pun berhenti.
"Ini dia Tuan yang telah menulis hampir satu buku penuh tentang keadaan nyata kaum pekerja dan sikapnya terhadap tanah," kata Katavasov. "Saya bukan spesialis, tapi sebagai orang dari kalangan ilmu pengetahuan alam, saya senang ia tak menganggap umat manusi a sebagai sesuatu yang berada di luar hukum zoologi, dan sebaliknya me l ihat ketergantungannya pada lingkungan, dan dalam ketergantungan itu ia mencari hukum-hukum perkembangannya." "O, itu menarik sekali," kata Metrov.
"Saya sebetulnya bennaksud menulis buku tentang pertanian, tapi tanpa saya kehendaki, ketika saya membabas masalab alat pertanian yang pokok, yaitu pekerja," kata Levin memerah wajahnya, "saya sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang samasekali tak saya duga."
Dan mulailah Levin dengan hati-hati menguraikan pandangannya, seakan ia sedang meraba-raba tempatnya berpijak. Ia tahu, Metrov telah menulis karangan yang sifatnya menolak ajaran politik ekonomi yang umum diterima orang, tapi sampai seberapa jauh ia bisa mengharapkan simpati Metrov terhadap pandanganpandangannya yang baru, ia tidak tahu dan tidak bisa menerka dari wajah sarjana yang pandai dan tenang itu.
"Tapi apa menurut pandangan Anda ciri-ciri istimewa pekerja Rusia?" kata Metrov. "Ciri-ciri zoologinya, katakanlah begitu, atau ciri-ciri kondisi hidup yang melingkung inya?"
Levin melihat, dalam pertanyaan itu sudah terungkap jalan pikiran yang tak disetujui nya; tapi ia terus saja menguraikan jalan pikirannya, yang isinya adalab bahwa kaum pekerja Rusi a punya
371 372 ANNA KAR"N!NA pandangan yang sangat khas terhadap tanah dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Untuk membuktikan pandangannya itu, buruburu ia tambahkan bahwa menurut pendapatnya, pandangan rakyat Rusia didasarkan pada kesadaran bahwa ia memiliki panggilan untuk mendiami tanah luas di timur yang tak terbatas dan belum ditinggali orang itu.
"Kita gampang sekali tersesat kalau mengambil kesimpulan tentang panggilan umum suatu bangsa," kata Metrov menukas Levin. "Keadaan kaum pekerja akan selalu tergantung pada sikapnya terhadap tanah dan modal."
Dan tanpa memberikan kesempatan lagi kepada Levin untuk membuktikan pikirannya, Metrov mulai menguraikan kepada dia kekhususan ajarannya.
Apa hakikat kekhususan ajarannya, Levin tak mengerti, karena ia memang tak berusaha mengerti; i a melihat, seperti ahli lainnya, sekalipun dalam karangannya ia menolak ajaran para ahli lain itu, Metrov meninjau keadaan kaum pekerja Rusia hanya dari sudut pandang modal, upah, dan bunga. Walaupun ia mengakui bahwa di bagian timur wilayah Rusia yang sangat luas bunga masih terhitung nol, bahwa upah bagi sembilan persepuluh dari delapanpuluh juta penduduk Rusia baru terlihat dari konsumsinya, dan bahwa belum ada perkecualian dalam bentuk alat-alat yang paling primitif, namun melulu dari sudut pandang itulah ia meninjau soal pekerja, sekalipun dalam banyak hal i a tak sejalan dengan para ahli ekonomi lain dan punya teori sendiri tentang upah, yang diuraikannya kepada Levin sekarang.
Levin mendengarkannya tanpa minat, dan mula-mula mengajukan keberatan. Ia ingin menukas Metrov untuk mengemukakan pikirannya sendiri, yang menurut pendapatnya akan membuat penjelasan lebih lanjut tak diperlukan lagi. Tapi ketika kemudian ia merasa yakin bahwa mereka berdua sangat berbeda pandangan terhadap persoalan itu dan tak bakal bisa mencapai saling pengertian, maka ia pun tak mengajukan keberatan dan hanya mendengarkan saja. Walaupun sekarang ia samasekali tak merasa tertarik kepada apa yang dikatakan Metrov, tapi agak menyenangkan juga baginya mendengarkan. Sifat gila ho Levin mendapat kepuasan,
LEOTOLSTOI bahwa orang yang beg itu pandai telah mengemukakan pandanganpandangannya kepada dia dengan amat bersemangat, dengan minat dan sikap percaya bahwa Levin menguasai persoalannya, dan kadang-kadang hanya dengan satu isyarat saja menunjuk segi penting suatu persoalan. Ia menganggap hal itu bermakna bagi harga dirinya tanpa mengetahui bahwa meskipun sudah berulangulang bicara dengan orang-orang yang dekat dengannya, Metrov terutama sangat bersemangat membicarakan soal itu dengan setiap orang baru, bahkan pada umumnya ia memang selalu bersemangat berbicara dengan semua orang tentang suatu persoalan yang menarik minatnya dan belum lagi jelas baginya.
"Tapi kita terlambat ini," kata Katavasov sambil melihat arloji, beg itu Metrov selesai dengan uraiannya.
"Ya, sekarang ada pertemuan Himpunan Pencinta Seni dan Ilmu untuk memperingati ulang tahun kelimapuluh Svintich," kata Katavasov menjawab pertanyaan Levin. "Saya dan Pyotr Ivanich bermaksud pergi sama-sama. Saya sudah berjanji membacakan karyakaryanya di bidang zoologi. Mari pergi dengan kami, menarik sekali."
"Ya, memang sudah waktunya," kata Metrov. "Mari pergi dengan kami, dan dari sana, kalau tak keberatan, singgah ke rumah saya. Ingin juga saya mendengarkan karya Anda itu."
"Ah, tapi pekerjaan itu belum lagi selesai. Kalau tentang pertemuan itu, dengan senang hati saya akan ikut."
"Bagaimana, Ka wan, sudah dengar" Sa ya sudah kirimkan laporan tersendiri," kata Katavasov sambil mengenakan baju smoking di kamar lain.
Dan mulailah percakapan tentang perdebatan di universitas yang merupakan peristiwa sangat penting di musim dingin itu di Moskwa. Ada profesor tua yang tak bisa menerima pendapat orangorang muda, sebab orang-orang muda itu telah mengemukakan pendapatnya sendiri. Pendapat itu, menurut penilaian sebagian orang, keterlaluan, tapi menurut penilaian yang lain merupakan pendapat yang sangat sederhana dan benar, dan para profesor pun terba g i menja d i dua kelompok.
Kelompok pertama, di antaranya Katavasov, melihat bahwa di balik persoalan itu tersembunyi pengaduan dan penipuan yang lic ik;
373 374 ANNA KAR"NINA sedangkan kelompok yang lain menganggap itu sebagai perbuatan kekanak-kanakan dan tidak hormat terhadap orang-orang yang punya nama. Sekalipun tidak tergolong lingkungan universitas, Levin sudah beberapa kali, selama tinggal di Moskwa, mendengar dan berbicara tentang ha! itu, dan punya pandangan pula tentang persoalan itu; ia ambil bagian pula dalam percakapan yang berlangsung dijalan, ketika mereka belum sampa i di gedung universitas yang kuno itu.
Sidang sudah dimulai. Di meja yang tertutup kain laken, tempat duduk Katavasov dan Metrov, duduk seluruhnya enam orang, seorang di antaranya sedang membacakan sesuatu sambil memb menekuni suatu nsakah. Levin duduk di antara kursikursi kosong di sekitar meja, lalu dengan berbisik bertanya kepada seorang mahasiswa yang duduk di situ apa yang sedang dibaca orang itu. Mahasiswa itu mengatakan sambil menoleh dengan kesal kepada Levin:
"Biografi." Walaupun Levin tak tertarik dengan biografi sarjana itu, tanpa dikehendaki, ia mendengarkan dan menangkap hal-hal menarik dan baru dari kehidupan sarjana terkenal itu.
Ketika pembaca selesai membaca, ketua sidang mengucapkan terimakasih dan membacakan sajak-sajak penyair Ment yang telah dikirimkan kepadanya berkenaan dengan ulang tahun itu, dan mengucapkan beberapa patah kata sebagai tanda terimakasih kepada penyair tersebut. Kemudian dengan suaranya yang keras melengking Katavasov membacakan catatan mengenai karya-karya ilimiah sarjana yang diperingati itu.
Ketika Katavasov selesai membaca Levin melihat arlojinya, dan dilihatnya hari sudah pukul dua; maka terpikir olehnya bahwa ia tak bakal sempat membacakan karangannya untuk Metrov sebelum pergi ke konser, dan sekarang pun ia sudah tak ingin melakukan itu. Selama pembacaan berlangsung, terus terpikirkan olehnya percakapan yang telah berlalu. Sekarang ia melihat dengan jelas, bahwa meskipun buah pikiran Metrov itu barangkali ada artinya, buah pikirannya sendiri pun ada artinya; kedua jenis buah pikiran itu bisa menjadi jelas dan memberikan faedah, hanya kalau masingmasing bekerja secara terpisah menurut jalan yang telah dipilih,
LEOTOLSTOI sedangkan kalau disenyawakan, tak suatu basil pun bisa didapat. Maka sesudah memutuskan untuk menolak undangan Metrov, pada akhir pertemuan itu Levin pun datang mendekati Metrov. Metrov memperkenalkan Levin dengan ketua pertemuan yang waktu itu sedang diajaknya bicara tentang berita politik. Dalam kesempatan itu Metrov mengatakan kepada ketua pertemuan bahwa ia telah bercerita kepada Levin, sedangkan menyampaikan beberapa ha! yang juga sudah disampaikannya pagi itu, tapi dem i keragaman dia kemukakan pula pendapatnya yang barn, yang barn saja terpikir olehnya. Sesudah itu mulailah lagi percakapan tentang persoalan universitas. Tapi karena Levin sudah mendengar semua itu, maka ia pun lekas-lekas mengatakan kepada Metrov bahwa ia tak bisa memenuhi undangannya, lalu membungkukkan badan dan pergi menemui Lvov.
Lvov yang kawin dengan Natalie, kakak Kitty itu, sepanjang hidupnya diam di ibukota negara-negara lain, karena memang di sanalah ia mendapat pendidikan dan berdinas sebagai diplomat.
Tahun lalu ia keluar dari d inas diplomatik, tapi bukan karena sesuatu hal yang tak menyenangkan (tak pernah ia mengalami sesuatu yang tak menyenangkan dengan orang lain), lalu pindah berdinas di Departemen lstana Kerajaan di Moskwa agar bisa mendidik kedua anak lelakinya sebaik-baiknya.
Sekalipun antara Lvov dan Levin terdapat perbedaan yang sangat tajam dalam ha! kebiasaan dan pandangan, dan sekalipun Lvov lebih tua daripada Levin, di musim dingin itu mereka bisa saling mendekati dan saling menyayangi.
Lvov waktu itu sedang berada di rumah, dan tanpa melapor lagi Levin masuk menemuinya.
Lvov sedang duduk di kursi besar mengenakan jas rumah bersabuk, memakai sepatu bot dari kulit, dan dengan pince-nez berkaca biru sedang membaca buku yang diletakkan di atas dudukan; sementara itu dengan tangannya yang indah ia pegang jauh-jauh cerutu yang sudah membara sampai separnh.
375 376 ANNA KAR"N!NA Wajahnya yang tampan, halus, dan masih tampak muda itu berseri oleh senyuman ketika melihat Levin. Wajah itu, ditambah rambut peraknya yang berombak cemerlang, lebih mengungkapkan lagi ekspresi kebangsawanannya.
"Bagus sekali! Padahal saya baru saja berniat kirim orang ke tempat Anda. Nah, bagaimana kabar Kitty" Silakan duduk d i sini, lebih tenang .... " Ia bangkit dan menyodorkan kursi goyang. "Anda sudah baca nomor terakhir Journal de St.-Petersbourg" Menurut pendapat saya itu bagus sekali, n katanya dengan irama bahasa Pranci s sedikit.
Levin menceritakan apa yang didengarnya dari Katavasov mengenai omongan orang di Petersburg, dan sesudah bicara tentang politik sebentar, mulailah ia bicara tentang perkenalannya dengan Metrov dan acara pertemuan itu. Lvov sangat tertarik dengan ceritanya itu.
"Sungguh saya iri kepada Anda, bahwa Anda bisa memasuki kalangan sarjana yang menarik itu," katanya. Dan sesudah bi car a beberapa waktu lamanya, seperti biasa, ia pun beralih ke bahasa Prancis yang baginya lebih enak dipakai. "Betul-betul tak ada waktu bagi saya. Pekerjaan dan kesibukan saya mengurusi anak tak memungkinkan saya berkecimpung di situ; lagi pula, tanpa rasa malu saya katakana bahwa pendidikan saya tidak terlalu memadai. n
"O, saya pikir itu tidak benar," kata Levin diiringi senyuman, dan seperti biasa disertai rasa haru mendengar kata-kata Lvov yang merendah mengenai diri sendiri; ia samasekali tak menyombongkan diri atau tampak rendah hati, atau bahkan berniat merendahkan diri, melainkan betul-betul jujur.
"Ini betul! Sekarang saya merasa, alangkah sedikit saya mendapat pendidikan. Untuk mendidik anak-anak saya bahkan terpaksa banyak menyegarkan ingatan dan bahkan menghafal. Untuk menjadi seorang guru, kita perlu menjadi seorang pengamat, seperti dalam pertanian Anda, d iperlukan para pekerja dan pengawas. Nah, ini saya sedang membaca," ia menunjukkan buku tata bahasa karangan Buslayev, yang terletak di atas dudukan itu. "Dan ini harus dipelajari Misha; begini sukar .... Cobalah Anda terangkan pada saya. Di sini ia mengatakan .... "
LEOTOLSTOI Levin hendak menjelaskan kepadanya bahwa memahami hal itu tidaklah mungkin; yang harus dilakukan adalah mempela jarinya; tapi Lvov tak sependapat dengan dia.
"Anda rupanya menertawakan, ya?"
"Sebaliknya, Anda barangkali tak menyangka bahwa kalau saya menatap Anda, saya merasa sedang mempelajari apa yang harus saya pelajari, yaitu cara mendidik anak."
"Ah, di sini tak ada yang mesti dipela jari," kata Lvov. "Yang saya ketahui hanyalah ... ," kata Levin, "bahwa saya tak melihat anak-anak yang lebih terdidik daripada anak-anak Anda, dan tak ingin saya mengharapkan anak-anak yang lebih baik daripada anak-anak Anda."
Lvov agaknya ingin menahan diri agar tidak mengemukakan kegembiraannya, tapi toh wajahnya waktu itu berseri-seri juga oleh senyuman.
"lngin rasanya mereka lebih baik daripada saya. Cuma itulah yang saya harapkan. 0, Anda barangkali belum tahu repotnya," demikian ia memulai, "mengurus anak-anak lelaki, seperti anak-anak saya yang sudah terlantar oleh hidup di luar negeri itu."
"Anda akan bisa mengejar hal itu. Anak-anak itu amat berbakat. Yang penting adalah pendidikan moral. Itulah yang sedang saya pelajari kalau saya menatap anak-anak Anda itu."
"Anda bicara tentang pendidikan moral. 0, tak mungkinlah rasanya membay alangkah sukarnya! Baru saja kita memerangi salah satu seginya, segi-segi yang lain sudah muncul, lalu kembali terjadi perjuangan. Kalan kita tidak bertumpu pada agama-ingat tidak yang kita bicarakan dulu"kiranya tidak ada seorang ayah yang sanggup mendidik dengan kekuatan sendiri."
Percakapan yang memang menarik minat Levin itu terganggu oleh masuknya si cantik Natalya Aleksandrovna yang sudah mengenakan pakaian bepergian.
"O, saya tak tahu Anda ada di sini," katanya, dan ia agaknya bukan hanya tidak menyesal, melainkan merasa senang karena telah menukas pembicaraan yang sudah dikenalnya dan membosankannya itu. "Lalu bagaimana kabar Kitty" Nah, siang ini saya makan di tempat Anda. Dengar, Arsenii," katanya lagi kepada suaminya,
377 378 ANNA KAR"N!NA "kamu ambil kereta .... "
Dan suami-istri itu pun sibuk membicarakan bagaimana mereka akan mengatur waktu hari itu. Karena sang suami harus pergi menjemput seseorang untuk urusan dinas, sedangkan sang istri perlu pergi ke konser dan pertemuan umum Komite Timur Dekat, maka banyaklah yang mesti diputuskan dan dipikirkan. Levin, sebagai saudara, harus ikut serta dalam perencanaan itu. Maka diputuskanlah bahwa Levin per g i dengan Natalie ke konser dan pertemuan umum, dan dari sana mereka mengirimkan kereta ke kantor menjemput Arsenii, lalu Arsenii menjemput Natalie dan membawanya ke rumah Kitty; atau, kalau Arsenii belum selesai dengan urusannya, ia harus mengirimkan keretanya agar Levin bisa pergi dengan Natalie.
"Dia ini bikin aku tak habis pikir," kata Lvov kepada i strinya. "Dia bilang anak-anak kita baik sekali, padahal aku tahu mereka punya banyak keburukan."
"Arsenii memang keterlaluan, itu yang selalu saya katakan," kata istrinya. "Kalau kita menca r i kesempurnaan, tak pernah kita akan merasa puas. Betul yang dikatakan Papa. Di masa pendidikan kami, ada satu yang keterlaluan-kami dikurung di loteng, sedangkan orangtua tinggal di tingkat pertama; sekarang sebaliknya-orangtua di sepen, dan anak-anak di tingkat pertama. Orangtua sekarang i ni tidak boleh hidup, karena semua untuk anak-anak."
"Apa boleh buat, kalau itu lebih menyenangkan?" kata Lvov sambil memperlihatkan senyumnya yang indah, dan menyentuh tangan istrinya. "Siapa yang tak kenal kamu bisa menyangka kamu ini bukan ibu, tapi ibu mertua."
"Tidak, memang hal yang keterlauan itu tak baik," kata Natalie tenang sambil meletakkan pisau kertas suaminya ke meja, ke tempat yang sudah disediakan.
"Nab, ini dia, coba kemari, anak-anak yang sempuma, kata Lvov kepada anak-anak lelakinya yang tampan, yang datang mendekati sang ayah sesudah lebih dulu memberi hormat kepada Levin; mereka agaknya ingin menanyakan sesuatu kepada ayahnya.
Levin ingin bicara dengan mereka dan mendengarkan apa yang akan mereka katakan kepada ayahnya, tapi waktu itu Natalie mulai berbicara dengannya, dan pada saat yang sama masuk ke dalam
LEOTOLSTOI ruangan itu teman dinas Lvov, Makhotin, yang mengenakan seragam istana dan mengajak menjemput seseorang lain; maka mulailah percakapan yang tak henti-hentinya tentang Herzegovina, tentang Nona Pangeran Korzinskaya, tentang duma dan tentang kematian Apraksina yang mendadak.
Maka Levin pun lupa pesan yang telah diberikan kepadanya. Ia barn ingat ketika sudah keluar ke kamar depan.
"O ya, Kitty minta saya bicara dengan Anda tentang Oblonskii," katanya ketika Lvov berhenti di tangga selagi mengiringkan istrinya dan Levin sendiri.
"Ya, ya, Mama ingin agar kita, les beaux-freres82 ini, menyerangnya," kata Lvov dengan wajah memerah dan sambil tersenyum. "Tapi kenapa mesti saya?"
" , kalau begitu, yang akan menyerangnya," kata Lvova sambil tersenyum, yang telah menanti-nantikan ujung percakapan itu; waktu itu ia mengenakanjubah dari kulit anjing, putih warnanya. "Nah, mari berangkat."
Dalam konser siang hari itu ditampilkan dua karya yang sangat menarik.
Yang pertama fantasi a Raja Lear di Padang Rumput, dan yang kedua kuartet, persembahan untuk mengenang Bach. Kedua karya itu merupakan ciptaan barn, dan Levin ingin menyusun pendapat mengenai keduanya. Sesudah mengantarkan sang ipar duduk di kursinya, ia berdiri di dekat pilar dan memutuskan untuk mendengarkan dengan sesaksama dan seteliti mungkin. la berusaha tidak lengah, sekalipun dilihatnya dirigen orkes yang berdasi putih mengayunkan tangannya, atau para perempuan bertopi khusus untuk konser itu mengenakan pita yang menutup telinga mereka; semua pemandangan macam itu selalu mengalihkan perhatiannya terhadap musik. Tampak pula olehnya wajah-wajah yang samasekali tak menunjukkan minat atau sibuk dengan berbagai macam urusan
82 Les beaux-freres (Pr): Para ipar lelaki.
379 380 ANNA KAR"N!NA di luar musi k. Ia berusaha menghi ndari pertemuan dengan para ahli musik dan tukang ngobrol, dan terns berdiri sambil menatap lurus ke bawah serta mendengarkan.
Tapi makin lama mendengarkan fantasia Raja Lear, makin jauh ia merasakan kemungkinan menyusun pendapat sendiri tentang fantasia itu. Seolah tak henti-hentinya terkumpul ekspresi rasa musik dalam dirinya, tapi seketika itu pula semuanya terpecah-belah menjadi keping-keping prinsip baru dalam ekspresi musik, dan kadang bahkan tak menjadi apa-apa samasekali selain sekadar ulah si komponis berupa bunyi-bunyian yang tak saling berhubungan dan rumit luarbiasa. Tapi keping-keping ekspresi musik itu sendiri, yang kadang memang baik, tidak menyenangkan, karena semuanya samasekali tak terduga dan tak disiapkan. Sifat riang, sedih, putusasa, mesra, dan khidmat, begitu saja muncul, tepat seperti perasaan orang gila. Seperti terjadi dengan orang gila, perasaan-perasaan itu meli ntas saja secara tak terduga.
Selama berlangsungnya pertunjukan, Levin merasa seperti orang tuli yang sedang melihat orang-orang menari. Ia betul-betul tak mengerti apa-apa ketika pertunjukan telah berakhir, dan ia rasakan kelelahan yang luarbiasa akibat ketegangan dan pengerahan perhatian yang tanpa ganjaran apapun. Dari segala penjuru terdengar tepuk tangan riuh. Semua orang berdiri, mulai berjalan dan mulai bicara. Untuk memahami gelapnya pikirannya dengan meminjam kesan orang lain, Levin pun berjalan sambil mencar i-cari para ahli, dan senanglah ia ketika akhirnya melihat seorang di antara para ahli yang terkenal itu sedang bicara dengan Pestsov yang d ikenalnya.
"Mengagumkan!" kata Pestsov dengan suara bas. "Selamat siang, Konstantin Dmitrich. Yang terutama indah, dan kalau boleh saya katakan seperti patung, dan kaya dengan a, adalah bagian di mana kita merasakan mendekatnya Kordelia, di mana si perempuan, das ewig Weibliche83 itu, berjuang melawan nasib. Betul tidak?"
"Tapi kenapa pula Kordelia?" tanya Levin takut-tkut; ia samasekali lupa bahwa fantasia itu melukiskan Raja Lear di padang rum put.
" " Das ewig Weibliche (Jm): Keperempuanan yang abadi.
LEOTOLSTOI "Karena Kordelialah yang muncul... ini!" kata Pestsov sambil menebah dengan jemarinya plakat dari kain satin yang waktu itu dipegangnya, dan disampaikannya kepada Levin.
Baru waktu itulah Levin teringat judul fantasia itu, lalu ia pun lekas-lekas membaca terjemahan Rusia dari sajak Shekespeare yang tercetak di balik pakat itu.
"Tan pa ini mana bisa," kata Pestsov kepada Levin, karena kawan bicaranya telah meninggalkan d ia, dan tak ada lagi yang barns diajaknya bicara.
Sewaktu ist irahat, antara Levin dan Pestsov terjadi perdebatan tentang kelebihan dan kekurangan aliran musik Wagner. Levin mencoba membuktikan bahwa kesalahan Wagner dan semua pengikutnya adalah bahwa musik itu hendak memasuki bidang kesenian lain, dan itu sama salahnya dengan puisi yang hendak melukiskan ciriciri wajah yang seharusnya n seni lukis, dan sebagai contoh kesalahan itu ia kemukakan seorang pemahat yang ingin melukiskan dengan marmer bayang-bayang puisi yang timbul di sekitar tubuh penyair di atas lantai. "Bayang-bayang itu betul-betul tak mirip dengan bayang-bayang yang dipikirkan oleh si pemahat, sehingga ia seakan perlu berpegangan pada penyangga," kata Levin. Kalimat itu menyenangkan hatinya, tapi ia tak ingat lagi apakah kalimat itu tidak pernah i a ucapkan, dan justru kepada Pestsov; karena itu sesudah mengucapkan kalimat itu ia pun menjadi bingung.
Adapun Pestsov membuktikan bahwa seni adalah satu, dan seni bisa mencapai manifestasi yang paling agung hanya bila berkaitan dengan jenis seni yang lain.
Levin tak bisa lagi mendengarkan karya kedua dalam konser itu. Pestsov, yang berdiri di dekatnya dan hampir sepanjang waktu bicara dengan dia, mengecam nomor itu karena terlalu sederhana, menjemukan, dan berlebihan, dan membandingkannya dengan kesederhanaan para pelukis sebelum Raphael. Di jalan keluar Levin masih bertemu lagi dengan banyak kenalan, dan dengan mereka ia bicara tentang politik, tentang musik, dan tentang kenalan-kenalan mereka bersama; sementara itu i a bertemu juga dengan Pangeran Bohl, dan ia samasekali sudah lupa pada keharusan berkunjung ke rumahnya.
381 382 ANNA KAR"N!NA "Kalau beg itu, pergi saja sekarang," Lvova kepadanya, sesudah Levin menjelaskan hal itu kepadanya. "Barangkali juga mereka tak ada di rumah, jadi Anda bisa menjemput saya di pertemuan. Anda masih sempat."
"Barangkali mereka tak di rumah?" tanya Levin seraya masuk ke koridor rumah Nyonya Pangeran Bohl.
"Ada, silakan," kata penjaga pintu, yang dengan tangkas membantu Levin melepaskan mantel.
"Mengesalkan juga," pikir Levin yang sambil menarik napas mencopot sebelah sarung tangannya dan meratakan topinya. "Coba, buat apa aku datang ke sini" Coba, apa yang mesti kubicarakan dengan mereka nanti?"
Sewaktu melintasi kamar tamu yang pertama, d i pintu menjumpai Nyonya Pangeran Bohl, yang dengan wajah prihatin dan kereng sedang memberikan perintah kepada pembantunya. Melihat Levin ia tersenyum dan mempersilakan Levin masuk ke dalam kamar tamu berikut yang kec il; dari dalam kamar itu terdengar suara orangorang. Di dalam kamar tamu itu duduk dua orang anak perempuan Nyonya Pangeran dan seorang kolonel dari Moskwa yang dikenal Levin. Levin menghampiri mereka, mengucapkan salam kepada mereka dan duduk di dekat dipan sambil memegangi topi d i atas lututnya.
"Bagaimana kesehatan istri Anda" Anda mendengarkan konser tadi" Kami tak bisa pergi. Mama harus hadir dalam acara pemakaman."
"Ya, saya dengar .... Betul-betul kematian mendadak itu," kata Levin.
Datang Nyonya Pangeran; ia duduk di dipan dan juga bertanya tentang istri Levin, dan tentang konser.
Levin memberikan jawaban dan mengulangi komenta tentang kematian Apraksina yang mendadak.
"Sebetulnya, kesehatannya selalu lemah." "Apakah kemarin Anda melihat opera?"
LEOTOLSTOI "Ya, saya lihat."
"Bagus sekali Lukka itu."
"Ya, baik sekali," kata Levin mulai mengulang apa yang sudah beratus kali didengarnya tentang kekhususan bakat penyanyi perempuan itu. Ia samasekali sudah tak peduli apa kata orang tentang dia. Nyonya Pangeran Bohl pura-pura mendengarkan. Kemudian, ketika Levin sudah cukup bicara dan terdiam, kolonel, yang sampai waktu itu hanya diam, mulai bicara. Kolonel juga bicara tentang opera itu dan tentang penerangan. Akhirnya setelah bicara tentang folle joumee84 yang diusulkan diadakan di rumah , kolonel pun ketawa, dengan ribut mengatakan sesuatu, berdiri, lalu pergi. juga berdiri, tapi melihat wajah Nyonya Pangeran ia pun merasa bahwa baginya belum waktunya pergi. Ia mesti t inggal barang dua menit Iagi. Ia pun duduk kembali.
Tapi karena merasa bahwa apa yang dilakukannya itu perbuatan bodoh, ia tak bisa menemukan pokok pembicaraan, dan hanya saJa.
"Anda tak pergi ke pertemuan um urn" Ka barn y a menarik sekali," kata Nyonya Pangeran mulai.
"Tidak, saya berjanji akan menjemput belle-soeur saya di sana," kata Levin.
Diam. lbu dan anak sekali lagi saling pandang.
"Yah, rupanya sekarang sudah waktunya," pikir Levin, lalu berdiri. Para perempuan menjabat tangannya dan min ta disampaikan mille chosesSs kepada istrinya.
Penjaga pintu bertanya kepada Levin seraya menyampaikan mantel.
"Di mana alamat Tuan?" dan penjaga pintu pun menuliskan alamat itu dalam buku besar yang terjilid ba ik.
"Tentu saja ini bukan apa-apa, tapi biar bagaimanapun ini amat memalukan dan bodoh," pikir Levin menghibur dengan keyakinan bahwa semua orang pun melakukan hal itu, lalu ia pun per g i ke pertemuan umum Komite, di mana ia harus menjemput
84 Foll e journee (Pr): Acara hura-hura.
u Mille choses (Pr): Salam hangat
383 384 ANNA KAR"N!NA i ya dan be a dengan dia pulang.
Dalam pertemuan umum Komite banyak sekali orang hadir, dan hampir semua kalangan atas ada di sana. Levin masih sempat mendengarkan uraian t injauan umum yang menurut pendapat semua orang sangat menarik. Ketika pembacaan tinjauan telah selesai, semua orang berbaur menjadi satu, dan Levin berjumpa dengan Sviyazhskii, yang malam itu juga mengundangnya ke Organisasi Pertanian, tempat akan dibacakannya ceramah yang terkenal, bertemu dengan Stepan Arkadyich yang baru saja pulang dari bermain seluncur es, bertemu dengan banyak kenalan lagi, serta mendengarkan berbagai penilaian tentang pertemuan, tentang pertunjukan yang baru dan tentang proses pengadilan. Tapi karena agaknya otaknya lelah, yang mulai terasa sewaktu ia bicara tentang proses pengadilan, i a pun melakukan kekeliruan. Ia kemudian beberapa kali mengingat kekeliruan itu dengan rasa kecewa. Ketika bicara tentang hukuman yang akan dijatuhkan kepada orang asing yang telah diadili di Rusia dan tentang tidak bena pemberian hukuman kepada orang asing itu dengan mengusirnya ke luar negeri, Levin mengulangi apa yang telah didengarnya dari seorang kenalan kemarin.
"Saya pikir, mengirim orang itu ke luar negeri sama saja dengan menghukum i kan pike dengan menceburkannya ke air," kata Levin. Baru kemudian ia teringat bahwa jalan pikiran yang seakan basil pikirannya sendiri, yang telah didengarnya dari seorang kenalan itu, adalah dari fabel karangan Krilov, sedangkan kenalannya itu telah mengutipnya dari cerita bersambung di suatu koran.
Sesudah pulang bersama iparnya, dan mendapati Kitty dalam keadaan gembi ra tak kurang suatu apa, Levin pun pergi ke klub.
VII Levin tiba di klub tepat waktu. Bersamaan dengan dia tiba pula para tamu dan anggota klub. Lama sekali Levin tidak mengunjungi klub, semenjak ia keluar dari universitas, tinggal di Moskwa, dan sering datang ke pertemuan kaum bangsawan. Ia ingat klub itu, ingat sisi luar bangunannya, tapi ia sudah lupa samasekali kesan yang
LEOTOLSTOI diperolehnya mengenai sisi dalam klub itu. Tapi begitu ia masuk ke pekarangan yang luas berbentuk setengah lingkaran itu, dan turun dari kereta, ia pun sudah sampai di beranda, dan seorang penjaga pintu berselempang menyongsongnya membukakan pintu yang tak berbunyi dan membungkukkan badan. Begitu ia melihat sepatu luar dan mantel anggota klub, yang merasa lebih enteng menanggalkan sepatu luar di bawah daripada memakainya ke atas; begitu ia mendengar bel ajaib yang memberitahukan kedatangannya, dan ketika ia memasuki tangga yang dilambari permadani melihat patung di atas pelataran atas, dan di pintu atas melihat penjaga pintu ketiga yang dikenalnya dan telah menua mengenakan seragam klub segera membukakan pintu dengan tertib sambil memerhatikannya dengan saksama, Levin pun tenggelam dalam kesan suasana klub yang lampau itu, kesan adanya istirah, kepuasan, dan sopan.
"Maaf, , topinya," kata penjaga pintu kepada Levin yang sudah lupa peraturan klub untuk meninggalkan topi di kamar penjaga pintu. "Lama juga Tuan tidak singgah ke sini. Pangeran kemarin mencatatkan nama Tuan. Pangeran Stepan Arkadyich belum lagi datang."
Penjaga pintu itu bukan hanya mengenal Levin, tapijuga semua teman dan kerabat Levin. Karena itu ia pun menyinggung nama orang-orang yang dekat dengannya.
Levin melewati ruangan pertama yang bersekat tabir dan melewati ruangan bersekat di sebelah kanan, di mana terdapat bufet buah-buahan, lalu memasuki ruangan makan yang riuh oleh suara orang banyak, sesudah lebih dulu mendahului seorang tua yang berjalan pelan-pelan.
Ia melewati samping meja-meja yang sudah hampir penuh seluruhnya sambil menoleh ke arah para tamu. Di sana-sini ia berjumpa dengan kenalan dan sahabat dekat yang sangat bermacammacam, tua-muda. Tak ada satu wajah pun yang tampak marah atau prihatin. Semuanya seperti meninggalkan keresahan dan kesulitan bersama topinya di kamar penjaga pin tu, dan berkumpul tanpa buruburu untuk memanfaatkan ke n material dalam hidup ini. Di sana tampak Sviyazhskii, Shcherbatskii, Nevedovskii, Pangeran Tua, Vronskii, maupun Sergei Ivanovich.
385 386 ANNA KAR"N!NA "Aa! Kenapa terlambat?" kata Pangeran tersenyum sambil mengulurkan tangan lewat bahu. "Apa kabar Kitty?" tambahnya sambil membetulkan letak serbet yang telah ia selipkan di belakang kancing rompi.
"Cukup sehat; bertiga mereka makan di rumah."
"Aa, kalau begitu mereka bikin Alini-Nadini. Yah, tak ada tempat buat kita. Per g i ke meja itu, dan lekas ambil tempat," kata Pangeran; ia membalikkan badan, lalu dengan hati-hati menerima piring berisi sop ikan burbot.
"Levin, sini!" teriak suara akrab dari tempat agak jauh. Orang itu adalah Turovtsin. Ia duduk bersama seorang tentara yang masih muda; di dekat mereka ada dua kursi yang masih terbalik. Dengan gembira Levin pun menghampiri mereka. Ia memang senang Turovtsin, tukang foya-foya yang baik hati itu-dengan dia terjalin kenangan tentang pemyataan cinta kepada Kitty-dan sekarang, sesudah mendengarkan segala percakapan yang pandai dan menegangkan, wajah Turovtsin lebih menyenangkan hatinya lagi. "Ini buat Anda dan Oblonskii. Sebentar lagi dia datang." Tentara berbadan tegak, yang matanya selalu gembira dan ketawa itu, adalah Gagin dari Petersburg. Turovtsin memperkenalkan mereka berdua.
"Oblonskii memang selalu terlambat." "Aa, itu dia."
"Kamu baru saja datang, ya" tanya Oblonskii yang segera menghampiri mereka. "Bagus sekali. Sudah minum wodka" Mari ke sana."
Levin berdiri dan berjalan dengannya mendekati meja besar yang penuh dengan berbagi jenis wodka dan penganan kecil yang sangat beranekaragam. Dari duapuluh jenis penganan itu orang bisa memilih sesuai selera, tapi Stepan Arkadyich minta satujenis khusus saja, dan seorang dari para pelayan berseragam yang berdiri di situ langsung membawakan yang dimintanya. Mereka minum sloki seorang, lalu kembali ke meja sendiri.
Sela g i menghadapi sop ikan, kepada Gagin ditawarkan sampanye, dan Gagin minta dituangkan empat gelas. Levin tak menolak anggur yang ditawarkan kepadanya, dan minta satu botol lagi. Ia memang sudah merasa lapar. Maka ia makan dan minum dengan rasa puas,
LEOTOLSTOI dan dengan lebih puas lagi ikut serta dalam percakapan sederhana gembira orang-orang itu. Gagin, dengan suara direndahkan, menyampaikan anekdot Petersburg yang baru; anekdot itu tak sopan dan bodoh, tapi lucu, sampai Levin terbahak-bahak begitu keras dan orang-orang di sekitar menoleh kepadanya.
"Itu sejeni s 'Tak bisa aku dengar itu!' Kamu tahu tidak?" tanya Stepan Arkadyich. "Oh, bukan main bagusnya! Coba kasi h satu botol lagi," katanya kepada pelayan, lalu mulai bercerita.
"Dengan salam dari Pyotr Ilyich Vinovskii," kata pelayan tua menukas Stepan Arkadyich sambil menyodorkan dua gelas ramping isi sampanye yang masih berkilau kepada Stepan Arkadyich dan Levin. Stepan Arkadyich mengambil gelas itu, lalu berpandangan dengan seorang lela k i berkumis, botak, dan berambut pirang tua yang duduk di ujung meja, dan sambil tersenyum ia melambai orang itu dengan kepalanya.
"Si apa itu?" tanya Levin.
"Kamu pernah menjumpainya di rumahku. Ingat" Orang yang simpatik."
Levin melakukan apa yang dilakukan Stepan Arkadyich, mengambil gelas.
Anekdot Stepan Arkadyich juga sangat menarik. Levin menceritakan anekdotnya sendiri, yang juga menyenangkan. Kemudian pembicaraan beralih ke kuda, tentang pacuan hari itu, dan tentang betapa mudah kuda milik Vronskii memenangkan hadiah pertama. Levin tak merasakan bagaimana makan siang itu berlalu.
"Aa! Itu mereka!" kata Stepan Arkadyich ketika makan siang selesai, sambil membungkukkan badan ke punggung kursi dan mengulurkan tangan kepada Vronskii yang baru masuk bersama seorang kolonel pengawal yang berbadan tinggi. Di wajah Vronskii terbayang suasana gembira yang khas suasana klub. Dengan gembira ia bertelekan pada bahu Stepan Arkadyich, lalu membisikkan sesuatu kepadanya, dan dengan senyum gembira pula ia mengulurkan tangan kepada Levin.
"Senang sekali bertemu Anda," katanya. "Waktu itu saya mencari Anda di pemilihan, tapi orang bilang Anda sudah pergi," katanya lagi.
387 388 ANNA KAR"N!NA "Ya, saya perg i itujuga. barn saja membicarakan kuda Anda. Saya ucapkan selamat," kata Levin. "Memang cepat sekali." "Ah, tapi Anda juga ada kuda."
"Tidak, ayah memang ada; saya ingat dan tahu itu." "D i mana tadi kamu makan siang?" tanya Stepan Arkadyich. "Kami di meja kedua, sebelah sana pilar."
"Dia dapat ucapan selamat," kolonel yang berbadan tinggi. "Ini hadiah tsar kedua; semoga aku dapat kebahagiaan dari kartu, seperti dia dari kuda."
"Yah, buat apa kita buang-buang peluang emas ini" Aku ke kamar infernal sekarang," kata kolonel, lalu meninggalkan meja.
"Itu Yashvin," jawab Vronskii kepada Turovtsin, lalu duduk di tern pat yangjadi kosong di dekat mereka itu. Sesudah menghabiskan isi gelas yang ditawarkan kepadanya, ia minta diambilkan satu botol. Apakah akibat kesan suasana klub atau akibat minuman keras yang telah diminumnya, Levin bercakap-cakap dengan Vronskii dengan cukup lancar tentang jenis ternak yang lebih baik, dan ia senang sekali tak merasakan sikap bermusuhan terhadap orang itu. Dalam kesempatan itu ia bahkan mengatakan telah mendengar dari istrinya bahwa istrinya itu telah bertemu dengan Vronskii d i rumah Nyonya Pangeran Maria Borisovna.
"O, Nyonya Pangeran Maria Borisovna itu bukan main!" kata Stepan Arkadyich, lalu mulailah ia menyampaikan anekdot yang menyenangkan semuanya. Terutama Vronskii, ia tertawa terbahakbahak hingga Levin merasa betul-betul sudah berdamai dengannya.
"Jadi bagaimana, sudah selesai?" kata Stepan Arkadyich sambil berdiri dan tersenyum. "Mari!"
VIII Meninggalkan meja itu, Levin merasa jalannya amat enteng dan t nya bisa bergerak dengan mudah; bersama Gagin ia masuk ke kamar bola sodok melalui kamar-kamar yang tinggi langit-la a. Melewati ruangan besar, ia bertumbukan dengan mertuanya.
"Bagaimana" Senang dengan kuil hura-hura kita?" tanya Pangeran sambil menggandeng tangannya. "Ayo kita jalan."
LEOTOLSTOI "Ya i n i saya maujalan, lihat-lihat. Menarik sekali." "Ya, buatmu memang i n i menarik. Tapi yang menarik buat saya lain dengan yang menarik buat kamu. Kalau kamu melihat orangorang tua itu," kata Pangeran sambil menunjuk seorang anggota klub yang berbadan bongkok dan dower, yang berjalan dari arah bertentangan dengan mereka dengan gerak kaki sangat lambat, kak i yang bersepatu lunak, "kamu bisa mengira mereka dilahirkan memang sebagai kocokan."
"Kocokan?" "Nah, kamu tak tahu pula kata itu. Itu istilah klub kita ini. Tahu tidak, seperti telor yang dikocok, begitulah kalau orang terlalu sering dikocok, iajadi kocokan. Begitu pula kawan kita itu: dia datang terus ke klub, dan jadilah dia kocokan. Nah, sekarang kamu ketawa, tapi kami sudah tahu kapan kami sendiri akan jadi kocokan. Kamu kenal tidak Pangeran Chechenskii?" tanya Pangeran, dan dari wajahnya mengertilah Levin bahwa Pangeran akan menceritakan sesuatu yang lucu.
"Tidak, tak kenal."
"Lo, bagaimana bisa" 0, Pangeran Chechenskii itu terkenal. Yah, apa boleh buat. Nah, Pangeran itu selalu main bola sodok. Tiga tahun yang lalu ia masih belumjadi kocokan, dan memberanikan diri main. Di a menyebut orang-orang lain kocokan. Baru sekali datang, penjaga pi n tu kita ... tahu tidak kamu, Vasilii" Ya, yang gemuk itu. Dia memang orang yang pinter ngomong. Nah, Pangeran Chechenskii bertanya kepadanya: 'Nah, Vasilii, siapa saja yang datang" Ada tidak di sini kocokan"' Dan penjaga pintu menjawab: 'Tuan ini yang ketiga.' Ya, ya, begitulah adanya!"
Sambil bercakap-cakap dan memberikan salam kepada para kenalan yang di jumpainya, Levin bersama Pangeran melewati semua kamar: kamar besar di mana sudah berdiri beberapa meja main, dan pasangan-pasangan yang sudah main kec il-kecilan; kamar dipan, di mana orang bermain catur dan Sergei Ivanovich duduk berbicara dengan seseorang; kamar bola sodok, di mana berkerumun rombongan yang gembira-antara lain Gagin-sambil minum sampanye di sudut dekat ruang depan; dan kamar infernal, di mana banyak pemain-antara lain Yashvin-sudah mengerumuni
389 390 ANNA KAR"N!NA meja. Tanpa ribut mereka memasuki kamar baca yang gelap, di mana seorang pemuda berwajah pemarah duduk di bawah lampu berkap. ia sedang membalik-balik halaman beberapa majalah. Di kamaritu duduk pula seorang jenderal botak yang sedang asyik membaca. Mereka masuki pula ruangan yang oleh Pangeran dinamakan kamar pandai. Di dalam kamar itu tiga orang tuan sedang berbicara dengan penuh gairah tentang berita politik terakhir.
"Silakan, Pangeran, sudah siap," kata seorang di antara mitra Pangeran yang menjumpainya di tempat itu, dan Pangeran pun pergi. Levin duduk, mendengarkan, tapi ketika teringat ia semua percakapan pagi itu, tiba-tiba ia merasa amat bosan. Lekas-lekas ia berdiri dan pergi mencari Oblonskii dan Turovtsin, karena dengan merekalah perasaannya bisa jadi gembira.
vtsin sedang duduk dengan kelompok minum d i dipan tinggi kamar bola sodok, sedangkan Stepan Arkadyich bersama Vronskii sedang membicarakan sesuatu di dekat pintu di sudut sana ruangan.
"Anna bukan merasa bosan, tapi ketidakpastian dan ketidakmenentuan itu ... ," demikian terdengar oleh Levin, dan ia pun hendak lekas-lekas pergi, tapi Stepan Arkadyich memanggilnya.
"Levin!" kata Stepan Arkadyich, dan Levin melihat mata Stepan Arkadyich bukannya berairmata, tapi basah, dan ini kebiasaannya kalau ia sudah terlalu banyak minum atau kalau i a sedang sangat terharu. Seka rang ini dua-duanya. "Levin, jangan pergi," katanya, dan ia genggam tangan Levin erat-erat, agaknya ia tak ingin melepaskan Levin samasekali.
Anna Karenina Jilid 2 Karya Leo Tolstol di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dia ini sahabatku yang tulus, kalau bukan yang terbaik," katanya kepada Vronskii. "Kamu juga, untukku sekarang ini lebih akrab dan tersayang. Aku ingin, dan aku tahu, kalian berdua harus bersahabat, karena kalian berdua orang baik."
"Kalau begitu, tinggal sekarang k i t a berciuman," kata Vronskii berkelakar dengan nada bersahabat, sambil menyodorkan tangannya.
Levin cepat menangkap tangan yang diulurkan itu, dan dijabatnya erat-erat.
"Saya senang sekali," kata Levin sambil menjabat tangan Vronskii.
LEOTOLSTOI "Hei, Bung, satu botol sampanye," kata Stepan Arkadyich. "Saya pun sangat senang," kata Vronskii.
Tapi sekalipun Stepan Arkadyich ingin, dan mereka berdua pun ingin, mereka tak bisa bicara apa-apa, dan mereka merasakan hal itu.
"Tahu tidak kamu, dia tak kenal Anna?" kata Stepan Arkadyich kepada Vronskii. "Dan aku ingin betul-betul membawanya berkenalan. Mari kita ke sana, Levin!"
"Masa?" kata Vronskii. "O, Anna akan senang sekali. Mau juga rasanya aku pulang," tambahnya, "tapi Yashvin itu jadi pikiran; aku mau tinggal di sini, sementara dia belum selesai main." "Kenapa memangnya, kalah?"
"Kalah terns, dan cuma aku yang bisa menahannya." "Kalan begitu, k ita main piramid" Levin, mau kamu main" Nab, baik sekali," kata Stepan Arkadyich. "Susun piramid," katanya lagi kepada tukang catat bola sodok.
"Sudah lama siap, Tuan," jawab tukang catat yang sudah menyusun bola-bola itu membentuk tumpukan segi tiga, dan untuk menghibur diri, ia luncur-luncurkan bola merah.
"N h . " a , man. Sesudah satu kali main, Vronskii dan Levin duduk di dekat meja Gagin, dan atas usul Stepan Arkadyich, Levin mulai pegang as. Vronskii sekali duduk di dekat meja yang terus-menerus dikerumuni para kenalan yang menghampirinya, sekali masuk ke ruangan infernal menengok Yashvin. Levin merasakan saat istirahat yang menyenangkan, setelah lelah kerja otak pagi itu. Ia merasa senang dengan berakhirnya permusuban dengan Vronskii, dan kesan tenang, sopan, dan puas pun tak henti-hentinya terbayang di wajahnya.
Ketika permainan selesai, Stepan Arkadyich menggandeng tangannya.
"Nab, jadi kita akan pergi ke Anna. Sekarang" Aa" Dia ada di rumah. Aku lama berjanji kepada dia akan membawa kamu. Ke mana kamu hendak pergi malam ini?"
"Tak ke mana-mana sebetulnya. Akujanji kepada Sviyazhskii ke Perkumpulan Pertanian. Bolehjuga pergi," kata Levin.
"Baik sekali, kita pergi! Coba lihat, keretaku sudah datang belum?" kata Stepan Arkadyich kepada pelayan.
391 392 ANNA KAR"NINA Levin menghampiri meja, membayar kekalahannya main as sebanyak empatpuluh rube!, membayar tagihan klub kepada pesuruh tua yang berdiri di dekat pintu, yang anehnya tahu persis jumlahnya, lalu dengan melenggang ia lewati semua ruangan klub menuju pintu luar.
"Kereta Oblonskii!" seru penjaga pintu dengan suara bas bernada marah. Kereta mendekat dan keduanya pun naik. Hanya di waktu permulaan sesudah keluar dari pintu gerbang klub itu Levin tetap merasakan kesan tenang, puas, dan sopan mengenai orang-orang di dalam klub itu; tapi begitu kereta masuk jalanan, dan ia merasakan guncangan kendaraan di jalan yang tak rata, mendengar teriakan marah tukang kereta yang datang dari arah lain, dan melihat papan nama merah sebuah rumah minum dan sebuah warung dalam cahaya remang-remang, maka kesan itu pun lenyap, dan mulailah ia memikirkan perbuatan-perbuatannya, dan bertanya kepada
sendiri baikkah ia pergi, dan baikkah ia pergi ke tempat Anna. Apa kata Kitty nanti" Tapi Stepan Arkadyicb tak memberinya kesempatan untuk merenung, dan seolah menebak keraguan Levin ia pun mencoba membuyarkannya.
"Aku senang sekali," kata Stepan Arkadyich, "bahwa kamu akan berkenalan dengan dia. Kamu barangkali tak tahu bahwa Dolly sudah lama menginginkan hal itu. Lvov juga pernah mengunjungi dia dan kadang-kadang datang. Meskipun dia saudaraku," sambung Stepan Arkadyich, "dengan berani aku bisa mengatakan bahwa dia adalah perempuan yang luarbiasa. Yah, nanti kamu akan lihat sendiri. Memang keadaannya berat sekali, terutama sekarang." "Kenapa terutama sekarang?"
"Sekarang ini sedang berlangsung perundingan dengan suaminya tentang perceraian. Dan suaminya setuju; tapi di sini timbul kesulitan berkaitan dengan anak, dan begitulah, urusan yang seharusnya sudah lama selesai itu kini sudah tiga bulan terkatungkatung. Begitu perceraian d idapat, ia akan kawin dengan Vronskii. Sungguh bodoh kebiasaan lama untuk berputar-putar, kebiasaan
LEOTOLSTOI yang namanya "Hai bersoraklah, Isaiah!" itu, yang tak seorang pun memercayainya dan cuma menghalangi kebahagiaan manusia!" tambah Stepan Arkadyich. "Dan sesudah itu keadaannya akan mantap, seperti keadaanku, keadaanmu."
"Tapi apa macam kesulitannya itu?" kata Levin.
"0, itu panjang dan membosankan ceritanya! Semua begitu tak menentu. Tapi soalnya, sementara menanti perceraian, ia tinggal di sini, di Moskwa, tiga bulan lamanya, sedangkan di sini semua orang mengenal suaminya dan dia; di sini i a tak pergi ke mana-mana, tak mengunjungi siapapun di antara teman-teman perempuannya kecuali Dolly, karena, kamu tahu, ia tak mau orang datang mengunjunginya hanya karena merasa kasihan; si tolol Nona Pangeran Varvara itu pun sudah pergi, karena menganggap kehidupan macam itu tak sopan. Ya begitulah, dalam keadaan seperti itu, perempuan lain barangkali tak kan bisa menemukan tenaga untuk bertahan. Tapi dia, nantilah kamu lihat sendiri, bagaimana dia membangun hidupnya, betapa tenang dan penuh harga diri. Ke kiri masuk lorong, depan gereja!" seru Stepan Arkadyich sambil melongok ke luar jendela kereta. "Huh, bukan main panasnya!" katanya sambil lebih membuka mantel bulunya yang sudah terbuka, sekalipun suhu waktu itu duabelas derajat di bawah nol.
"Tapi dia punya anak perempuan, kan" Apa dia mengurusi anaknya itu?" kata Levin.
"Kamu ini rupanya membayangkan seorang perempuan cuma sebagai betina, une couveuse, "86 kata Stepan Arkadyich. "Kalau sibuk, mesti dengan anak-anak. Tidak, dia baik sekali mendidik anak itu, tapi tak pernah kita dengar tentang anak itu. Dia sibuk, pertama, dengan tulisannya. Aku lihat kamu tersenyum sinis, tapi itu percuma. Di a menulis buku anak-anak, dan tentang itu dia tak bicara dengan siapa-siapa, tapi dia membacakannya padaku, lalu kuberikan naskah itu kepada Vorkuyev ... kamu tahu, penerbit itu ... dan ia sendiri pengarang agaknya. Ia tahu betul persoalannya dan ia katakan bahwa buku itu baik sekali. Tapi apa kamu pikir Anna itu penulis" Samasekali bukan. Di a pertama-tama adalah seorang perempuan
"' Une couveuse (Pr): Seekor babon.
393 394 ANNA KAR"N!NA yang berhati, nantilah kamu lihat sendiri. Sekarang d ia punya gadis Ing dan satu keluarga pen uh yang menyibukkannya. "Apa itu semacam usaha sosial?"
"N ah, kamu ini maunya lihatjeleknyasaja. Bukan sosial, ta pi amal. Mereka itu, dalam hal ini Vronskii, dulu ada pelatih, orang lnggris, orang yang ahli di bidangnya, tapi dia pemabuk. Ia sudah tak bisa berhenti minum, delirium tremens,37 dan keluarga ditinggalkannya. Anna menjenguk mereka, membantunya, ikut kerja, dan sekarang seluruh keluarga itu ada dalam tangannya; bukan dengan cara macam itu, dari atas, dengan uang, tapi ia sendiri menyiapkan anak-anak lelakinya ala Rusia agar bisa masuk gimnasium, sedangkan gadis itu dibawanya ke rumah. Nantilah, kamu akan lihat sendiri."
Kereta itu masuk ke pekarangan, dan Stepan Arkadyich membunyikan bel di pintu-masuk dengan keras; di pintu-masuk itu berdiri satu kereta sal ju.
Dan tanpa bertanya kepada penjaga yang membukakan pintu apakah Anna ada di rumah, Stepan Arkadyich langsung saja masuk ke koridor. Levin mengikutinya, dan makin bertambahlah keraguannya, baik atau burukkah apa yang ia lakukan itu.
Memerhatikan dirinya di dalam cermin, Levin melihat wajahnya memerah; tapi ia yakin bahwa dirinya tidak mabuk, dan terus berjalan naik tangga berlapis permadani mengikuti Stepan Arkadyich. Di atas, kepada pelayan yang membungkukkan badan ke arah dia sebagai orang dekat, Stepan Arkadyich bertanya siapakah gerangan yang berada di dalam bersama Anna Arkadyevna, dan jawabnya adalah Tuan Vorkuyev.
"Ada di mana mereka?" "Di kamar kerja, Tuan."
Sesudah melewati kamar makan yang tak seberapa besar, dengan dinding kayu berwarna gelap, Stepan Arkadyich dan Levin masuk ke dalam kamar kerja setengah terang berlapis permadani lunak dan berpenerangan lampu dengan kap besar warna gelap. Lampu lain yang menjadi pembias menyala di dinding, menerangi lukisan
87 Delir ium tremens (Lt): Semacam eksitasi mental dan motorik akibat kecanduan alkohol.
LEOTOLSTOI potret seorang perempuan sepenuh badan; tan pa dikehendaki, Levin memerhatikan lukisan itu. Itu adalah lukisan Anna yang dibuat di Italia oleh Mikhailov. Ketika Stepan Arkadyich melintas ke belakang teralis berlilit tanaman jalar, dan suara lelaki yang sedang berbicara itu terdengar berhenti, Levin menatap lukisan itu, yang seolah dalam sinar cemerlang itu tampil dari tengah pigura, dan tak bisalah ia melepaskan nya. Ia bahkan sudah lupa di mana i a berada; dan tanpa mendengarkan apa yang dikatakan orang kepadanya, ia terus saja menatap lukisan yang mengagumkan itu. Itu bukan lukisan, melainkan perempuan hidup yang memikat, dengan rambut hitam menggelombang, dengan bahu dan tangan terbuka, dengan bibir setengah tersenyum penuh renungan tertutup bulu halus lembut, dan dengan mata yang penuh kemenangan dan mesra menatapnya. Tapi lukisan itu tak hidup, justru karena ia lebih cantik daripada perempuan hidup.
"O, saya senang sekali," tiba-tiba terdengar oleh Levin suara di dekatnya yang agaknya tertuju kepada dia, suara perempuan yang ia kagumi di dalam lukisan itu. Anna, yang keluar dari balik teralis, menghampirinya, dan dalam keremangan cahaya di dalam kamar kerja itu Levin melihat dia mengenakan gaun biru anekawarna, bukan dengan posisi dan ekspresi seperti di dalam lukisan, namun tetap dengan mutu kecantikan seperti yang ditangkap oleh si pelukis itu. Memang dalam kenyataan ia kurang cemerlang, tapi sebaliknya, dalam diri perempuan yang hidup itu ada sesuatu lagi yang memikat, sesuatu yang tak ada di dalam lukisan.
Anna berdiri menyambut Levin tanpa menyembunyikan kegembirannya ketika i a melihat Levin. Levin segera melihat cara-cara perempuan yang bergaul Juas, yang selalu tenang dan wajar, yang ia kenal dan menyenangkan, ketika dengan mantap Anna mengulurkan tangannya yang mungil energik kepadanya, memperkenalkan dia dengan Vorkuyev, dan menunjuk gadis manis berambut agak pirang tua itu.
"Saya betul-betul merasa senang," ulangnya, dan bagi Levin,
395 396 ANNA KAR"NINA entah mengapa, kata-kata sederhana itu terasa punya arti khusus. "Sudah lama saya kenal dengan Anda dan menyukai Anda, baik dari persahabatan Anda dengan Stiva maupun karena istri Anda . .. mengenal istri Anda singkat sekali, tapi pada saya ia meninggalkan kesan sebagai sekuntum bunga yang memikat hati, ya, betul-betul sebagai sekuntum bunga. Dan sebentar lagi ia sudah akan menjadi ibu!"
Anna bicara bebas dan tidak terburu-buru, sesekali mengalihkan pandangan matanya kepada Levin dan saudaranya, Stepan Arkadyich, dan Levin pun merasa betapa kesan yang ditimbulkan oleh pandangan itu baik, dan seketika itu kehadiran Anna pun terasa olehnya ringan, sederhana, dan menyenangkan, seolah ia sudah mengenal perempuan itu sejak anak-anak.
"Saya dan Ivan Petrovich duduk di kamar kerja Aleksei ini," katanya menjawab pertanyaan Stepan Arkadyich apakah boleh merokok, "justru agar bisa merokok," dan sambil menoleh kepada Levin, sebagai ganti pertanyaan: 'Apakah i a merokok"' ia pun mendekatkan kepada dirinya tempat rokok dari kulit penyu dan mengeluarkan sebatang papiros.
"Bagaimana kesehatanmu?" tanya saudaranya kepada dia. "Lumayan. Sarafku seperti biasa."
"Betul tidak, bagus sekali?" kata Stepan Arkadyich, ketika dilihatnya Levin menatap lukisan itu.
"Dan mirip sekali; betul tidak?" kata Vorkuyev.
Levin menatap lukisan itu, kemudian aslinya. Rona khusus mewarnai wajah Anna sewaktu ia merasakan jatuhnya pandangan Levin itu. Wajah Levin memerah, dan untuk menyembunyikan kebingungannya i a hendak bertanya apakah baru-baru ini Anna sudah berjumpa dengan Darya Aleksandrovna; tapi saat itu pula Anna berkata:
"Saya dan Ivan Petrovich baru saja bicara tentang lukisan-lukisan Vashchenkov yang terakhir. Anda sudah melihatnya?" "Ya, saya melihatnya," jawab Levin.
"Tapi maaf, saya sudah menukas Anda: tadi Anda hendak mengatakan ... . ''
Levin bertanya kapan Anna terakhir bertemu dengan Dolly."
LEOTOLSTOI "Kemarin dia datang kemari; dia sangat marah kepada gimnasium soal Grisha. Guru bahasa Latin rupanya sudah berlaku tak adil kepada Girsha."
"Ya, saya lihat lukisan-lukisan itu. Saya senang lukisan-lukisan itu," kata Levin mengulang percakapan yang sudah dimulai tadi.
Pembicaraan Levin sekarang samasekali sudah tak seperti pembicaraan seorang tukang, seperti tadi pagi. Setiap patah kata dalam ucapan Anna sekarang memperoleh makna khusus. Dan bicara dengan dia sungguh menyenangkan, dan lebih menyenangkan lagi mendengarkannya.
Anna bukan hanya bicara dengan wajar, pandai, melainkan cerdas dan santai, tanpa mengutamakan pikirannya sendiri, tapi memberikan arti penting kepadajalan pikiran lawan bicaranya.
Percakapan mulai berkisar sekitar aliran seni, tentang ilustrasi yang barn dalam kitab Injil oleh pelukis Prancis. Vorkuyev menuduh si pelukis sebagai seorang is, karena terasa amat kasar. Levin mengatakan bahwa orang Prancis telah mengembangkan simbolisme dalam seni lebih jauh daripada siapapun. Karena itu, usaha mereka untuk kembali kepada realisme mereka nilai sebagai jasa istimewa mereka. Jadi mereka itu sudah tak lagi berbohong; mereka kin i melihat puisi di dalam lukisan.
Belum pernah Levin merangkai kata-kata cerdas yang memberikan kepuasan kepada dirinya seperti sekarang ini. Wajah Anna langsung berseri ketika ia tiba-tiba menyatakan penghargaan bagi jalan pikiran Levin itu. Anna pun mulai ketawa.
"Saya ketawa," kata Anna, sepert i orang ketawa sewaktu melihat lukisan potret yang sangat mirip. Apa yang Anda katakan itu betulbetul merupakan karakterisasi kesenian Prancis sekarang, seni lukisnya, bahkan juga sastranya: Zola, Daudet. Tapi barangkali memang begitulah yang selalu terjadi-seniman menyusun conceptions ketimbang bentuk-bentuk khayalan dan bentuk-bentuk simbolis, dan kemudian ketika semua combinations yang mungkin sudah disusun, mereka bosan dengan bentuk-bentuk khayalan itu, dan mulai menemukan bentuk-bentuk yang lebih natural dan benar."
"Itu betul sekali!" kata Vorkuyev.
397 398 ANNA KAR"N!NA "Apa kalian habis dari klub?" tanya Anna kepada saudaranya. "Ya, ya, ini barn perempuan!" pikir Levin yang itu tenggelam dalam kekaguman dan dengan asyik menatap wajah Anna yang cantik dan lincah, yang kini tiba-tiba berubah samasekali. Levin tak mendengar lagi apa yang dikatakan Anna, melainkan terpesona oleh perubahan ekspresi wajah Anna. Wajah yang tadinya cantik penuh ketenangan tiba-tiba mengungkapkan rasa ingin tahu yang aneh, kemarahan dan keangkuhan. Tapi semua itu hanya berlangsung sekejap saja. Ia memicingkan mata seakan teringat sesuatu.
"Ya, ya, tapi itu tak ada artinya buat siapapun," katanya, lalu sambungnya kepada gadis lnggris itu:
"Please order the tea in the drawing-room." Gadis itu berdiri, lain keluar.
"Lalu, ia lulus ujian atau tidak?" tanya Stepan Arkadyich. "O, bagus . Anak yang sangat berbakat, dan baik wataknya." "Salah-salah kamu nanti lebih mencintainya daripada anak sendiri."
"Itulah kalau lelaki yang bicara. Dalam c inta tak ada yang lebih atau kurang. Anak perempuanku kucintai dengan c inta yang satu, dan dia dengan cinta yang lain."
"Saya sudah bilang kepada Anna Arkadyevna, bahwa kalau dia mau menyisihkan seperseratus energinya untuk kepentingan pendidikan anak-anak Rusia, seperseratus energi yang ia curahkan kepada gadis lnggris itu, Anna Arkadyevna akan membuat jasa yang besar dan bermanfaat."
"Seman Andalah, tapi saya tak bisa melakukan itu. Pangeran Aleksei Kirillich sangat mendorong saya," (sewaktu mengucapkan kata Pangeran Aleksei Kirillich itu ia menoleh ke arah Levin dengan sikap bertanya dan takut-takut, dan Levin pun, tanpa dikehendaki, menjawab dengan pandangan mata hormat dan membenarkan), "mendorong saya mengurus sekolah di desa. Beberapa kali saya mengunjungi sekolah itu. Anak-anak itu sangat baik, tapi saya tak bisa mengikatkan diri pada urusan itu. Anda bicara tentang energi. Energi itu dasamya cinta. Sedangkan cinta tak bisa diambil dari mana-mana. Ia tak bisa diperintah. Begitu saja saya jatuh sayang kepada anak gadis itu, tak tahu kenapa."
LEOTOLSTOI Dan kembali ia menoleh kepada . Dan senyum serta tatapannya pun mengatakan kepada Levin bahwa ia menujukan katakatanya itu hanya untuk Levin, karena ia menghargai pendapatnya dan tahu sebelumnya bahwa mereka berdua punya saling pengertian.
"Saya memahami betul hal itu," jawab Levin. "Memang pada sekolah dan lembaga umumnya, untuk hal sepert i itu tak mungkin kita menyerahkan kita; itulah sebabnya mengapa menurut pendapat saya lembaga-lembaga sosial tersebut selalu memberikan hasil yang tak memuaskan."
Anna terdiam, kemudian tersenyum.
"Ya, ya, "katanya membenarkan. "Saya tak pernah bisa melakukan itu. Je n'est pas le coeur assez large88 untuk mencintai seluruh isi rumah piatu dengan anak-anak perempuannya yang bengal-bengal. Cela ne m'a jamais reussi.89 Betapa banyaknya perempuan yang berhasil memperoleh position sociale9" dari situ. Dan sekarang lebihlebih lagi," katanya dengan nada sedih dan dengan sikap percaya, yang secara fisik tertuju kepada saudaranya, tapi agaknya sebenarnya hanya ditujukan kepada Levin. "Dan sekarang, ketika saya begini membutuhkan suatu kegiatan, saya tak bisa melakukannya." Dan sambil tiba-tiba menge kening (Levin mengerti bahwa Anna mengerutkan kening karena telah berbicara tentang diri sendiri), ia pun mengubah percakapan. "Saya mendengar orang bicara tentang Anda," katanya kepada Levin, "bahwa Anda bukan warganegara yang baik, dan saya selalu membela Anda sebisa mungkin." "Bagaimana Anda membela saya?"
"Tergantung tuduhannya. Tapi, apa Anda tak ingin teh?" Ia pun bangkit berdiri dan menggenggam sebuah buku yang terjilid kulit Maroko.
"Boleh saya melihat, Anna Arkadyevna?" kata Vorkuyev sambil menunjuk buku itu. "Buku itu pantas dibaca."
"0,jangan. Ini belum selesai."
"Aku sudah bilang padanya," kata Stepan Arkadyich kepada
88 Je n?"st pas le r assez large (Pr): Saya tak puny a cukup hati.
89 ne m'a jamais reussi (Pr): Saya tak pernah berhasil dalam hal itu. " Position sociale (Pr): Status sosial.
399 4-00 ANNA KAR"NINA saudaranya, sambil menunjuk Levin.
"Sia-sia kamu lakukan itu. Tulisan ini separti keranjang sisa pahatan, seperti pernah dijual kepada saya oleh Liza Mertsalova dari penjara," katanya kepada Levin. "Dan orang-orang malang itu sudah menciptakan keajaiban dengan kesabarannya."
Dan Levin pun melihat lagi ciri baru dalam diri perempuan yang amat menyenangkan itu. Selain otak, kegemulaian, dan kecantikannya, dalam dirinya ada pula keju juran. Perempuan itu tak berniat menyembunyikan di r i dari Levin, betapapun berat keadaannya. Setelah mengatakan hal itu, perempuan itu menarik napas, dan wajahnya tiba-tiba menunjukkan ekspresi kereng, seakan telah membatu. Dengan ekspresi seperti itu, ia tampak lebih cantik lagi daripada sebelumnya; tapi ekspresi itu merupakan hal yang baru; ekspresi itu berada di luar kumpulan ekspresi yang memancarkan kebahagiaan danjuga melahirkan kebahagiaan seperti telah ditangkap pelukis dalam lukisan protretnya itu. Levin sekali lagi menatap lukisan itu, kemudian sosok Anna, ketika perempuan itu, sambil memegang tangan saudaranya, bersama-sama melewati pintu t inggi, dan Levin menghayati rasa mesra dan iba kepadanya, dan itu sangat mengherankan diri Levin sendiri.
Anna meminta Levin dan Vorkuyev masuk ke kamar tamu, sedangkan ia sendiri tinggal berbicara tentang sesuatu dengan saudaranya. "Tentang perceraian, tentang Vronskii, tentang apa yang dilakukan Stepan Arkadyich di klub, tentang aku?" pikir Levin. Dan karena begitu gelisah dengan persoalan apa yang dibicarakan Anna dengan Stepan Arkadyich itu, hampir-hampir ia tak mendengarkan apa yang diceritakan Vorkuyev kepadanya tentang baiknya roman anak-anak yang telah ditulis Anna Arkadyevna.
Sewaktu minum teh berlangsung pula percakapan yang menyenangkan dan penuh isi. Tak semenit pun lewat tanpa bahan pembicaraan. Sebaliknya, terasa bahwa mereka tak sempat menyatakan apa yang hendak dikatakan dan terpaksa menahan diri ketika mendengarkan apa yang dikatakan orang lain. Dan apa saja yang dikatakan, bukan hanya oleh Anna sendiri, mela inkan juga Vorkuyev dan Stepan Arkadyich, semuanya, menurut perasaan Levin, memiliki makna khusus, dan itu berkat perhatian dan pendapat Anna.
LEOTOLSTOI Sambil mengikuti percakapan yang menarik itu, Levin tak henti-hentinya mengagumi Anna, baik kecantikannya, otaknya, pendidikannya, kesederhanaannya, serta sikap akrabnya. Ia mendengarkan, berbicara, dan terus-menerus memikirkan Anna, memikirkan kehidupan batin perempuan itu seraya mencoba menebak perasaannya. Kalau
"Sampaikan kepada istri Anda bahwa saya menc intainya seperti
"Sungguh perempuan yang mengagumkan, simpatik, dan patut dikasihani," pikir Levin, ketika ia keluar menyambut udara dingin bersama Stepan Arkadyich.
"Bagaimana" Kan sudah kukatakan ta di?" kata Stepan Arkadyich kepadanya, melihat Levin menderita kekalahan.
"Ya," jawab Levin merenung, "sungguh perempuan yang luarbiasa! Bukan hanya pandai, tapi ramah luarbiasa. Betul-betul aku kasihan padanya!"
" Que la gface est rumpue (Pr): Es telah mencair. (Kiasan: merasa sudah hangat.)
401 4-02 ANNA KAR"N!NA "Sekarang semoga segalanya segera membaik. Tapi, yah, tak usah kita mendahului menilai," kata Stepan ch sambil membuka pintu kereta. "Selamat berpisah, kita tak sejalan."
Levin t iba di rumah sambil tak henti-hentinya berpikir tentang Anna, tentang semua percakapan paling sederhana yang telah terjadi dengan dia; sementara itu teringat pula olehnya semua hal kecil dalam ekspresi wajah Anna, dan makin lama ia makin tenggelam dalam kedudukan Anna, dan merasa kasihan kepadanya.
D i rumah, Kuzma menyampaikan kepada Levin bahwa Katerina Aleksandrovna dalam keadaan sehat, dan baru saja saudara-saudaranya meninggalkan dia; ia pun menyampaikan kepada Levin dua pucuk surat. Maka agar tidak berlengah-lengah, Levin segera membaca surat di tempat itu juga, di kamar depan. Sepucuk berasal dari Sokolov, kepada rumahtangga. Sokolov menulis bahwa gandum tak bisa dijual, karena orang hanya bisa memberikan harga lima setengab rubel; sementara itu uang tak bisa diperoleh lagi dari manapun. Surat yang lain berasal dari saudara perempuannya. Saudaranya itu mencela dia karena urusannya masih juga belum diselesaikan.
"Ya jual saja lima setengah kalau mereka tak mau lebih," kata Levin seketika memutuskan persoalan pe a, yang sebelumnya tampak amat sukar baginya. "Mengherankan, betapa di sini semua orang selalu si buk," pikimya tentang surat kedua. Ia merasa bersalah kepada saudara perempuannya, karena sampai sekarang i a belum juga melakukan apa yang diminta saudaranya itu. "Hari ini aku tidak pergi lagi ke pengadilan, tapi hari ini memang tak mungkin." Dan sesudah diputuskannya akan dilakukan besok, ia pun pergi menemui istrinya. Selagi pergi menemui istri itulah Levin mengenangkan dengan cepat apa-apa yang telah ia lakukan hari itu. Seluruh peristiwa hari itu berupa percakapan belaka: percakapan yang dia dengar dan yang dia ikuti. Semua percakapan itu mengenai hal-hal yang sekiranya ia tinggal di desa tak bakal dilakukannya, tapi di sini percakapan-percakapan itu sangat menarik. Dan semua percakapan itu baik; hanya di dua tempat yang tak begitu baik. Yang pertama
LEOTOLSTOI adalah ketika ia bicara tentang ikan pike, dan yang Iain terasa olehnya ada sesuatu yang tak beres dalam rasa kasihannya yang bernada mesra kepada Anna.
Levin mendapati istrinya dalam keadaan sedih dan tertekan. Makan siang ketiga bersaudara itu barangkali berlangsung dengan sangat gembira, tapi kemudian mereka menanti-nanti Levin sampai semua merasa bosan, lalu ketiganya bubar, dan Kitty t inggal send iri.
"Lalu, apa yang sudah kamu lakukan?" tanya Kitty sambil menatap mata Levin yang entah bagaimana tampak berseri mencurigakan. Tapi agar tidak menghalangi suaminya bercerita tentang segalanya, ia sembunyikan minatnya, dan dengan senyuman ia benarkan saja cerita suaminya tentang bagaimana ia menghabiskan waktu petang itu.
"O, aku senang sekali bertemu dengan Vronskii. Sangat ringan dan biasa sekali aku bicara dengannya. Percaya tidak, aku mencoba tidak bertemu dia lagi, tapi aku ingin sikap kikuk ini hilang," kata Levin, tapi ketika teringat olehnya bahwa sesudah mencoba tidak bertemu lagi itu ia lalu pergi ke rumah Anna, merahlah wajahnya. "Nab, kita bisa mengatakan bahwa rakyat kita suka minum; tak tahu aku, siapa yang lebi h banyak minum, rakyat atau golongan kita; rakyat setidak-tidaknya cuma waktu perayaan, tapi.. .. "
Tapi Kitty tak tertarik kepada penilaian tentang bagaimana rakyat minum. la melihat wajah suaminya memerah, karena itu ia pun ingin tahu kenapa.
"Lalu ke mana kamu pergi?"
"Stiva membujukku dengan sangat untuk pergi ke tempat Anna Arkadyevna."
Dan sesudah mengatakan itu, wajah Levin memerah Iebih hebat lagi. Maka keraguan Levin tentang baik-tidaknya apa yang telah i a lakukan dengan pergi ke rumah Anna itu sekarang telah bisa diputuskan dengan tegas. Ia tahu sekarang bahwa perbuatan itu seharusnya tak ia lakukan.
Mata Kitty terbuka lebar dan berkilat-kilat mendengar nama Anna, tapi dengan memaksakan diri ia pun menyembunyikan kege l isahannya dan berbohong kepada suaminya.
"Aa!" hanya itu yang dikatakannya.
403 ANNA KAR"NINA "Aku minta kamu tak marah karena aku telah pergi ke sana. Stiva memintaku, dan Dolly pun menghendakinya," sambung Levin.
"Ah, tidak," kata Kitty; tapi di mata Kitty itu Levin melihat bahwa istrinya memaksakan diri, dan itu tidak bisa lain daripada alamat buruk baginya.
"Dia memang perempuan yang sangat simpatik, amat sangat patut dikasihani, dan baik," kata Levin sewaktu bercerita tentang Anna, kesibukannya dan pesan yang harus disampaikan Levin.
"Ya, ya, tentu saja ia patut dikasihani," kata Kitty ketika Levin selesai bercerita. "Dari mana kamu terima surat?"
Levin menjawab dari mana surat itu, dan karena percaya akan nada tenang istrinya, ia pun pergi melepaskan pakaian.
Tapi ketika i a kembali, didapatinya Kitty masih duduk di kursi tadi. Dan ketika didekatinya, Kitty menatap dia dan menangis tersedu-sedu.
"Ada apa" Ada apa?" tanya Levin, yang sudah tahu sebelumnya, mengapa.
"Kamu sudah jatuh cinta kepada perempuan yang menjijikkan itu; d i a sudah memikat kamu. Aku lihat dari matamu. Ya, ya! Apa pula itu g ya" Kamu di klub minum-minum, main, kemudian pergi... menemui si apa" Tidak, kita mesti per g i dari sini.. .. Besok aku akan perg i."
Lama Levin tak bisa menenangkan istrinya. Tapi akhirnya ia berhasil juga menenangkannya, sesudah ia mengakui bahwa rasa kasihan dan anggur telah membuat dia lupa, dan membuat dia jatuh ke dalam pengaruh Anna, tapi dia berjanji akan menghinda r i perempuan itu. Satu hal yang ia akui dengan penuh kejujuran, bahwa sesudah begitu lama tinggal di Moskwa hanya dengan percakapan, makanan, dan m inuman, akhirnya ia kehilangan tujuan. Demikianlah mereka bercakap-cakap sampai pukul tiga pagi. Baru pada pukul tiga mereka betul-betul sudah berdamai dan bisa tidur.
XII Sesudah mengantarkan para tamu, Anna bukannya duduk, melainkan berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Sekalipun tak
LEOTOLSTOI disadarinya (bagaimana waktu terakhir itu ia membawakan diri di hadapan semua lelaki), tapi sepanjang petang itu ia telah melakukan segala yang mungkin dilakukannya untuk membangkitkan rasa cinta Levin terhadap dirinya; tapi, sekalipun ia tahu telah mencapai maksudnya terhadap orang yang tulus, telah beristri, dan hanya dalam satu petang saja itu, dan sekalipun Levin baginya sangat menyenangkan (meski ditinjau dari sudut pandang lelaki ada perbedaan yang tajam antara Vronskii dan Levin, sebagai perempuan Anna melihat dalam diri kedua orang lelaki itu hal yang sama, yang justru menyebabkan Kitty jatuh cinta kepada Vronskii dan Levin), begitu Levin keluar dari kamar itu Anna sudah tak lagi memikirkannya.
Sa tu pi k iranitusajayangdalam berbagaibentuktakhenti-hentinya menghantui dia. "Kalau aku bisa dengan begitu mudah memengaruhi orang lain, memengaruhi orang yang sudah berkeluarga dan mencintai istrinya, kenapa dia bersikap begitu dingin terhadapku" ... Tapi barangkali pula itu bukan dingin; dia mencintaiku, itu aku tahu. Tapi ada sesuatu yang sekarang memisahkan aku dari dia. Kenapa sepanjang petang ini di a tak ada di sini" Ia kirim pesan lewat Stiva bahwa dia tak bisa meninggalkan Yashvin dan mesti mengawasi permainannya. Anak macam apa pula Yashvin itu" Taruhlah hal itu benar. Dia memang tak pemah membohong padaku. Tapi dalam kebenaran ini ada sesuatu yang . Dia merasa gembira mendapat kesempatan menunjukkan kepadaku bahwa dia punya kewajiban yang lain. Aku tahu itu, dan aku sepakat dengannya. Tapi untuk apa d i a membuktikan itu padaku" Dia hendak menunjukkan kepadaku bahwa cintanya kepadaku tak boleh menghalangi kebebasannya. Tapi aku tak membutuhkan pembuktian, yang kubutuhkan adalah cinta. Dia seharusnya bisa memahami betapa berat hidupku di sini, di Moskwa ini. Apa ini bisa dinamakan hidup" Aku bukannya hidup, melainkan menantikan akhir yang terns saja diulur. Jawaban belum juga datang! Dan Stiva mengatakan bahwa ia tak bisa perg i menemui AlekseiAleksandrovich. Dan aku belum lagi bisa menulis. Aku tak bisa melakukan sesuatu, tak bisa memulai apa-apa, tak bisa mengubah apa-apa; aku hanya menahan diri, menanti, mencari-cari hiburan untuk diri sendiri-keluarga orang Inggris, menulis, membaca; tapi
405 ANNA KARENINA semua itu hanya penipuan, semua itu tak lain daripada morfin. Dia seharusnya mengasihaniku," katanya, dan terasa olehnya betapa airmata kasihan terhadap diri sendiri muncul di matanya.
D idenga bunyi bel Vronskii yang ribut, dan cepat-cepat ia hapus airmatanya; tapi ia bukan hanya menghapus airmata, melainkan lalu duduk di dekat lampu dan membuka buku, berpurapura tenang. Ia perlu menunjukkan kepada Vronski i bahwa ia tak puas dengan Vronskii yang tidak pulang seperti dijan jikannya; hanya sekadar menunjukkan sikap tak puas, dan samasekali tak menunjukkan kesedihan kepada Vronskii; dan yang terpent ing, tak menunjukkan rasa kasihan terhadap diri sendiri. Dia sendiri boleh kasihan kepada diri sendiri, tapi bukan Vronskii yang kasihan kepadanya. Ia tak ingin bertengkar; i a mencela Vronskii karena Vronskii ingin bertengkar, tapi tanpa dikehendaki, ia sendiri jadi ingin bertengkar.
"Bagaimana, apa kamu tak merasa bosan?" kata Vronskii sambil menghampirinya dengan riang gembira. "O, bukan main mengerikan nafsu berjudi itu!"
"Tidak, aku tak merasa bosan, dan sudah lama aku belajar tak merasa bosan. Stiva datang kemari, juga Levin."
"Ya, mereka ingin datang menemuimu. Lalu, apa pendapatmu tentang Levin?" kata Vronskii sambil duduk di dekatnya.
"Aku suka sekali. Mereka belum lama pulang. Apa yang dilakukan Yashvin?"
"Mula-mula menang tujuhbelas ribu. Kupanggil dia. Sebetulnya di a sudah hampir betul-betul pergi. Tapi ia kembali, dan sudah itu kalah."
"Lalu untuk apa kamu tinggal?" tanya Anna, dan tiba-tiba mengarahkan matanya kepada Vronskii. Ekspresi mata itu dingin dan tak bersahabat. "Kamu mengatakan kepada Stiva akan tinggal untuk membawa pergi Yashvin. Kenapa sekarang kamu tinggalkan dia?" Ekspresi siaga untuk ngkar terpancar pula di wajah Vronskii. "Pertama, aku samasekali tak meminta Stiva menyampaikan padamu, kedua, tak pernah aku berbohong. Tapi yang terpenting, aku ingin tinggal, dan aku tinggal," kata Vronskii mengerutkan kening. "Anna, buat apa ini, buat apa ini?" katanya sesudah sejenak diam
LEOTOLSTOI sambil membungkuk kepada Anna dan mengembangkan sebelab tangan dengan harapan Anna akan meletakkan tangannya ke dalam tangan itu.
Anna merasa senang dengan a jakan bermesraan itu. Tapi suatu kekuatan jahat yang aneh tak mengizinkan dia menyerah kepada nafsu berahi, seakan syarat-syarat pertengkaran tak mengizinkannya menyerab.
"Tentu saja kamu ingin tinggal, dan tinggal. Kamu lakukan semua yang kamu kehendaki. Tapi buat apa kamu katakan itu padaku" Buat apa?" kata Anna semakin naik darah. "Apa memang ada yang mempersoalkan hakmu" Tapi kamu ingin berada di pihak yang benar, karena itu silakan berada di pihak yang benar."
Tangan Vronskii jadi mengatup; ia menyingkirkan diri, dan wajahnya memancarkan perasaan yang lebih sengit lagi daripada sebelumnya.
"Untukmu soalnya adalah keras kepala," kata Anna sambil menatap Vronskii dengan mantap; tiba-tiba saja ia temukan nama ekspresi wajah yang membuatnya naik darah itu. "Ya, keras kepala itulah. Buatmu, yang jadi persoalan apakah kamu akan tetap jadi pemenang atas aku, sedangkan untukku .... " Dan ia pun kembali merasa kasihan kepada dirinya sendiri, dan hampir i a menangis. "O, sekiranya kamu tahu macam apa urusan yang kuhadapi ini! Kalau kamu rasakan sekarang ini, babwa kamu bersikap bermusuhan, ya, bermusuhan terhadapku ... oh, sekiranya kamu tabu apa itu artinya! Sekiranya kamu tabu alangkah dekat aku dengan bencana pada detikdetik seperti ini, o, alangkah takut aku, alangkah takut aku pada d iri sendiri!" Dan ia pun memb ka n badan untuk menyembunyikan sedu-sedannya.
"Apa pula yang kita bicarakan ini?" kata Vronskii yang jadi takut menghadapi sikap putusasa Anna, dan ia pun kembali membungkuk kepada Anna, memegang tangannya dan menciumnya. "Buat apa ini" Apa aku cari hiburan di luar rumah" Apa aku tak menjauhi lingkungan perempuan?"
"Tentu!" kata Anna.
"Coba katakan padaku, apa yang harus kulakukan supaya kamu merasa tenang" Aku bersedia melakukan segalanya untuk
407 4-08 ANNA KAR"N!NA membuatmu bahagia," kata Vronskii yang merasa terharu dengan sikap putusasa Anna. "Apa yang tak kan kulakukan untuk melepaskan dirimu dari kesedihan seperti sekarang ini, Anna!" katanya.
"Tak apa, tak apa!" kata Anna. "Aku sendiri tak tahu apakah pada semua orang hid up keadaan ini serupa .... Yah, tak usahlah kita bicara. Lalu bagaimana pacuan itu" Kamu belum cerita padaku," kata Anna, berusaha menyembunyikan pesta kemenangan yang bagaimanapun masih ada di pihaknya.
Vronskii minta makan malam dan mulai bercerita tentang seluk-beluk pacuan, tapi dari nada dan pandangan matanya yang makin lama makin mendingin, Anna melihat bahwa Vronskii tak bisa memaatkan dia atas kemenangannya itu; Anna pun melihat bahwa sikap keras kepala yang diperanginya itu kini muncul dalam diri Vronskii. Sikap Vronskii kepada dia Iebih dingin Iagi, seakan menyesal ia telah menyerah. Dan mengertilah Anna bahwa kata-kata yang memberinya kemenangan, yaitu: "Aku dekat dengan bencana yang mengerikan, dan aku takut kepada diri sendiri" itu merupakan senjata yang berbahaya, dan senjata itu tak boleh digunakannya lagi. Dan ia pun merasa, selain cinta yang mengikat diri mereka berdua, kini muncul di tengah mereka semacam semangat bertengkar yang jahat, yang tak bisa diusi rnya dari Vronskii, dan Iebih-Iebih Iagi dari hatinya sendiri.
XIII Tidak ada keadaan yang tak bisa dibiasakan oleh manusi a, terutama bila manusia itu melihat bahwa semua orang di sekelilingnya hidup dengan cara tertentu. Levin barangkali tak percaya bahwa tiga bulan yang lalu ia bisa tidur tenang dalam keadaan seperti sekarang ini, sesudah menjalani hidup tanpa tujuan dan tak keruan, menjalani hidup yang lebih mahal daripada sarana yang ada, sesudah hidup bermabuk-mabukan (tak bisa ia memberikan nama lain untuk hal yang telah dialaminya di klub itu), sesudah menjalin hubungan persahabatan tak pantas dengan orang yang pernah dicintai istrinya, dan sesudah melakukan kunjungan yang lebih tak pantas lagi ke rumah perempuan yang tak bisa disebut dengan kata lain kecuali
LEOTOLSTOI sesat, dan sesudah ia terpikat oleh perempuan itu, yang menimbulkan kekecewaan kepada istrinya. Tapi akibat lelah, tak tidur semalaman, dan minuman keras yang telah diminumnya, ia pun tertidur lelap dan tenang.
Pukul lima pagi derit pintu yang dibuka membangunkannya. Ia pun melompat dan menoleh ke sekitar. Kitty tak ada di ranjang di sampingnya. Tapi di sebelah sana sekatan memancar cahaya yang bergerak-gerak, dan ia mendengar langkah-langkah Kitty. "Apa" ... apa?" ujarnya setengah tidur. "Kitty! Apa?" "Tak apa-apa," sahut Kitty sambil keluar dari balik sekatan memegang lilin. "Rasanya kurang sehat," katanya sambil tersenyum dengan senyuman manis penuh arti.
"Apa" Mulai, ya" Mulai, ya?" ujar Levin ketakutan. "Kita mesti panggil," dan dengan buru-buru mulailah i a berpakaian.
"Tidak, tidak," kata Kitty tersenyum sambil menahan Levin dengan tangannya. "Barangkali tak apa-apa. Cuma sedikit kurang sehat. Tapi sekarang sudah lewat."
Lalu ia mendekati ranjang, mematikan lilin, berbaring dan diam. Meskipun Levin merasa curiga melihat tenangnya napas Kitty yang ditahan, dan terutama melihat cara Kitty menunjukkan kemesraan dan kegairahan khusus ketika i a keluar dari balik sekatan sambil mengatakan "Tak apa-apa" itu, Levin sudah beg itu mengantuk, sehingga se itu pula ia tertidur lagi. Baru kemudian teringat olehnya ketenangan napas istrinya, dan baru ia bisa memahami segala yang terjadi dalam jiwa istrinya yang tercinta dan tersayang itu, ketika sang istri berbaring d i dekatnya tanpa bergerak-gerak, menantikan peristiwa terbesar dalam hidup seorang perempuan. Pukul tujuh ia terbangun oleh rabaan tangan Kitty di bahunya dan bisikan lirih istrinya itu. Kitty seolah terombang-ambing antara rasa kasihan untuk membangunkan dia dan keinginan untuk bicara dengan dia.
"Kostya, jangan takut, ya. Tak apa-apa. Tapi rupanya .... Kita perlu memanggil Lizaveta Petrovna."
Maka lilin pun kembali dinyalakan. Kitty duduk di ranjang memegang rajutan yang sedang dikerjakannya pada hari-hari terakhir itu.
409 410 ANNA KAR"N!NA "Aku minta kamu tak takut, i ni tak apa-apa. Dan aku tak takut samasekali," kata Kitty sambil menekankan tangan Levin ke dadanya, ketika dilihatnya wajah Levin ketakutan, kemudian ditekankannya tangan itu ke bibirnya.
Dengan seketika Levin pun melompat tanpa sadar dan tanpa melepaskan matanya dari Kitty, kemudian mengenakan khalat dan berhenti sambil terus memandang istrinya. Ia sudah harus pergi, tapi i a tak bisa melepaskan pandangan ke arah istrinya. Apakah ia tak mencintai wajah istrinya, tak mengenal ekspresi wajah i strinya, pandang matanya" Tapi belum pernah ia melihat Kitty dalam keadaan seperti itu. Alangkah menjijikkan dan mengerikan ia bayangkan dirinya sendiri, ketika teringat kekecewaan istrinya kemarin. Wajah istr inya itu, yang kemerahan dilingkari rambut hitam yang menyembul dari balik tudung malamnya, menyiratkan kegembiraan dan tekad.
Betapapun ada sedikit ketidakwajaran dan kondisionalitas dalam watak dasar Kitty, bagaimanapun Levin terpesona oleh apa yang terpampang di hadapannya sekarang, ketika dengan tiba-tiba semua selubung telah dilepaskan dan inti jiwa istrinya bersinar di matanya. Dan dalam kesederhanaan dan ketelanjangannya itu, Kitty, perempuan yang memang dicintainya, tampak lebih jelas lagi baginya. Sambil tersenyum Kitty menatap Levin; tapi tiba-tiba alis Kitty bergetar, ia menegakkan kepala dan cepat mendekati Levin, memegang tangannya dan menghimpitkan seluruh badan kepadanya sambil menyemburkan napasnya yang panas. Kitty sedang menghaya t i rasa nyeri dan seolah sedang mengadu kepada dia tentang rasa nyerinya itu. Dan untuk pertama kali Levin, sesuai kebiasaan saja, merasa bahwa ia telah bersalah. Tapi dalam pandangan mata Kitty tampak kemesraan, dan kemesraan itu menyatakan bahwa ia tidak mencela Levin, bahkan sebaliknya mencintainya, justru karena penderitaan itu. "Kalau bukan aku, siapa yang bersalah dalam hal ini?" pikir Levin tanpa disengaja, sambil mencari-cari si penyebab penderitaan itu untuk dihukum; tapi si penyebab itu tidak ada. Kitty menderita, mengadu, dan bermegah diri dengan penderitaan itu, dan i a gembira dengan penderitaan itu, dan mencintainya pula. Levin melihat, dalam jiwa Kitty berlangsung sesuatu yang amat baik,
LEOTOLSTOI tapi apakah itu" Ia tak bisa me . Soal itu lebih daripada yang bisa dipahaminya.
"Aku sudah menyuruh orang nemui Mama ... Kostya .... Tak apaapa, sudah lewat."
Kitty menjauhi Levin, lalu membunyikan bel. "Nah, pergilah sekarang, Pasha datang. Aku tak apa-apa." Dan dengan rasa kagum pun melihat Kitty mengambil rajutan yang di bawanya tadi malam, dan kembali mulai merajut.
Ketika Levin keluar dari pintu yang satu, didenga gadis pelayan masuk dari pintu yang lain. Ia berhen t i di pintu dan mendengar Kitty memberikan perintah-perintah secara rinci kepada gadis pelayan itu, bahkan bersama dengan gadis itu ia menggeser ranjang.
Levin sudah berpakaian, tapi sementara kuda dipasang-karena kereta sewa masih belum ada sedini itu-ia kembali berlari masuk ke kamar tidur, bukan dengan bersijingkat, melainkan dengan terbang, begitulah terasa olehnya. Dua orang gadis dengan penuh semangat memindah-mindahkan sesuatu di kamar tidur itu. Kitty berjalan mondar-mandir sambil merajut, dengan cepat menggerakkan jarum rajut sambil memberikan perintah-perintah.
"Sebentar aku pergi ke do kt er. Lizaveta Petrovna sudah dipanggil, tapi aku singgahjuga ke sana. Apa kamu tak butuh apa-apa lagi" Misalnya, dengan Dolly?"
Kitty menatapnya, agaknya tak mendengar apa yang dikatakan Levin.
"Ya, ya. Pergilah sana, pergilah," ujar Kitty cepat sambil mengerutkan kening dan mengayunkan tangan ke arah Levin.
Levin sudah masuk ke kamar tamu ketika tiba-tiba terdengar dari kamar tidur keluhan pilu yang seketika itu pula diam. Ia berhenti; lama ia tak bisa mengerti apa itu.
"Ya, dia itu," katanya kepada diri sendiri, dan sambil mencekam kepala ia pun berlari turun tangga.
"Ya Tuhan! Ampunilah dan tolonglah!" tiba-tiba, entah bagaimana, ia mengucapkan kata-kata yang kini meluncur dari mulutnya itu. Walaupun ia bukan orang yang beragama, ia ulangi kata-kata itu, dan bukan hanya dengan kata-kata. Sekarang, pada detik ini,
411 412 ANNA KAR"N!NA ia tahu bahwa semua keraguan dan kemustahilan untuk beriman dengan akal seperti yang dikenalnya itu samasekali tak menghalangi dia untuk berseru kepada Tuhan. Semua itu sekarang seperti abu yang beterbangan dari dalam jiwanya. Kepada siapakah ia harus menujukan kata-kata itu kalau bukan kepada apa yang menurut dia menggenggamjiwa dan c intanya"
Kuda belumjuga siap, tapi karena i a merasakan ketegangan fisi k yang luarbiasa, dan karena tenggelam dalam persoalan tentang apa yang harus dilakukan agar tak membuang waktu semenit pun, maka ia pun tak menanti kuda, keluar saja berjalan kaki dan memerintahkan kepada Kuzma untuk menyusul.
D i sudut jalan ia bertemu dengan kereta malam yang jalan bergegas. Di atas kereta kecil itu duduk Lizaveta Petrovna mengenakan mantel beledu berikatselendang. "Alh amdulillah, alhamdulillah!" u jar Levin gembira ketika melihat Lizaveta Petrovna yang menunjukkan ekspresi sangat serius, bahkan kereng, dengan wajah yang mungil berambut pirang. Levin tidak memerintahkan tukang kereta untuk berhenti, tapi ia berlari balik di samping perempuan itu.
"Jadi kira-kira dua jam yang lalu" Tidak lebih?" tanya Lizaveta Petrovna. "Tuan masih akan menemui Pyotr Dmitrich, tapi saya minta diajangan didesak. Tuan beli juga opium di apotek."
"Jadi menurut Anda bisa berhasil baik" Ya Tuhan, ampunilah dan tolonglah!" ujar Levin ketika dilihatnya kuda keluar dari pintu gerbang. Ia melompat ke kereta di samping Kuzma dan menyuruh Kuzma menuju ke rumah dokter.
XIV Dokter masi h belum bangun dan pesuruh mengatakan bahwa dokter "tidur terlambat dan memerintahkan untuk tidak dibangunkan, tapi sebentar Jagi akan bangun''. Pesuruh itu sedang membersihkan kacakacalampu, dan tampaksangat sibuk dengan pekerjaannya. Keasyikan pesuruh membersihkan kaca dan sikap masa bodohnya terhadap hal yang telah terjadi pada Levin semula mengherankan Levin, tapi sesudah ia merenungkannya, seketika itu pula mengertilah ia bahwa memang tak seorang pun yang mengetahui dan wajib mengetahui
LEOTOLSTOI perasaannya. Karena itu ia harus lebih bertindak tenang, terencana, dan mantap agar bisa menembus dinding sikap masa bodoh itu dan mencapai tujuannya. "Tanpa terburu-buru dan tanpa melewatkan sesuatu," kata Levin kepada diri sendiri, yang makin lama makin merasakan naiknya energi fisik dan perhatian kepada segala yang harus dilakukannya.
Ketika diketahuinya dokter belum juga bangun, maka dari beberapa rencana yang muncul di kep , Levin memilih yang berikut: Kuzma harus pergi menemui dokter lain, sedangkan ia sendiri akan pergi ke apotek untuk membeli opium, dan kalau sesudah ia kembali nanti dokter masih belum juga bangun, maka ia akan menyogok pesuruh atau memaksanya, dan kalau pesuruh tak setuju, ia harus membangunkan dokter bagaimanapun keadaannya.
Di apotek, apoteker yang kurus itu, dengan sikap masa bodoh seperti pesuruh yangmembersihkan kaca, sedangmemasukkanserbuk ke dalam kapsul untuk kusir yang sedang menanti, dan ia menolak memberikan opium. Levin pun mulai mencoba membujuknya dengan sikap tak tergesa dan tenang, dengan menyebutkan nama dokter dan bidan serta menjelaskan untuk apa opium itu diperlukan. Apoteker minta nasihat dalam bahasa Jerman kepada temannya apakah permintaan Levin itu bisa disetujui, dan ketika ia mendapat jawaban setuju dari balik sekatan, i a pun mengambil botol kecil, mengambil corong, dan pelan-pelan menuangkan cairan dari botol besar ke botol kecil, memberikan etiket, menyegelnya, walaupun Levin sudah memintanya agar botol itu tidak disegel, lalu bahkan hendak membungkusnya pula. Levin tak bisa menahan d iri lagi. Dengan tegas direbutnya botol itu dari tangan apoteker, dan be ia masuk ke pintu kaca besar. Dokter masih belum juga bangun, sedangkan pesuruh yang sekarang sibuk menghamparkan permadani menolak membangunkannya. Pelan-pelan Levin mengeluarkan uang kertas sepuluh rubel, lalu diberikannya kepada pesuruh itu sambil bicara pelan-pelan, tanpa membuang-buang waktu; diterangkannya bahwa Pyotr Dmitrich (alangkah besar dan penting dirasakan Levin nama Pyotr Dmitr ich yang tadinya samasekali tak penting itu) sudah berjanji akan datang kapan saja, dan karena itu barangkali ia tak bakal marah kalau dibangunkan; maka pesuruh mesti membangunkannya
Playboy Dari Nanking 15 Bende Mataram Karya Herman Pratikto Enigma 3