413 414 ANNA KAR"N!NA sekarang juga. Pesuruh setuju, lalu naik ke atas dan meminta Levin masuk ke kamar tamu.
Terdengar oleh Levin dokter di sebelah sana pintu batuk-batuk, berjalan, membasuh badan dan mengatakan sesuatu. Kira-kira tiga menit lewat; Levin merasa sudah lebih daripada sejam. Tak bisa lag i ia menanti.
"Pyotr Dmitrich, Pyotr Dmitrich!" ujarnya dengan suara memohon ke pin tu yang terbuka. "Demi Tuhan, maafkan saya. Terimalah saya apa adanya. Sudah lebih dar ipada duajam."
"Sebentar, sebentar!" jawab suara itu, dan Levin dengan heran mendengar bahwa dokter mengatakan itu sambil tersenyum. "Sebentar saja .... "
"Sebentar." Dua menit lagi lewat ketika dokter mengenakan sepatu, dan kemudian dua menit lagi ketika dokter mengenakanjas dan menyisir ram but.
"Pyotr Dmitrich!" kembali Levin mulai dengan suara yang patut dikasihani, tapi waktu itu dokter keluar, sudah berpakaian dan bersisir. "Tak punya malu orang-orang ini," pikir Levin. "Mereka bersisir, sedangkan kami di sini sekarat."
"Selamat pagi!" kata dokter kepadanya seperti menggoda dengan ketenangannya, sambil mengulurkan tangan. "Tak usah buru-buru. Jadi, bagaimana?"
Dengan sesaksama mungkin mulailah Levin menceritakan segala sesuatu, yang sebetulnya tak perlu, mengenai keadaan istrinya dan tak henti-hentinya ia menyela ceritanya dengan permintaan agar dokter sekarangjuga pergi bersama dia.
"Anda tak usah buru-buru. Anda tak tahu. Barangkali saya tak diperlukan, tapi saya memang telah berjanji. Karena itu saya akan datang. Meskipun begitu, tak perlu buru-buru. Silakan duduk
"Saya mengerti, Tuan, saya mengerti," kata dokter tersenyum.
LEOTOLSTOI "Saya sendiri punya keluarga; tapi kita kaum Ielaki, dalam saat-saat seperti ini, cuma jadi orang yang tak berguna. Saya punya seorang pasien yang suaminya, di saat seperti ini, selalu lari ke kandang kuda."
"Tapi bagaimana pendapat Anda, Pyotr Dmitrich" Apa menurut Anda akan berakhir baik?"
"Semuanya menunjukkan akhir yang baik."
"Apa sekarang Anda akan datang"'' kata Levin sambil menatap benc i kepada pelayan yang membawa kopi.
"Satujam lagi."
"Tidak, demi Tuhan."
"Tapi izinkan saya minum kopi
"Tidak, saya tak bisa bersabar lagi!" kata Levin sambil bangkit. "Seperempat jam lagi Anda datang tidak?"
"Setengah jam Iagi."
"Betul-betul?" Ketika Levin pulang, ia bertemu dengan Nyonya Pangeran, dan mereka pun bersama mendekati pintu kamar tidur. Mata Nyonya Pangeran basah oleh airmata, dan tangannya gemetar. Melihat Levin, ia memeluknya, dan kemudian mulai menangis.
"Jadi, bagaimana, Lizaveta Petgrovna sayang?" katanya sambil menggenggam tangan Lizaveta Petrovna yang keluar menyongsong mereka dengan wajah berseri, namun prihatin.
"Baik saja," katas ta Petrovna. "Bujuklah dia supaya mau berbaring. Akan lebih enak."
Sejak Levin sadar dan mengerti apa yang sedang terjadi, ia sudah menyiapkan diri untuk bisa menahan segala yang harus ditahannya, tan pa merenung-renung dan tanpa merancang-rancang lagi, sekadar mematikan seluruh pik iran dan perasaan dengan mantap, tanpa membuat sedih hati sang istri, melainkan sebaliknya, menenangkan dan mendorong keberanian sang istri. Dalam angannya Levin bersiap untuk mampu menanggung dan menahan diri selama sekitar
415 416 ANNA KAR"N!NA lima jam-dan itu ia rasakan tak mustahil-tanpa memikirkan apa yang bakal terjadi dan bagaimana akhirnya, sekadar mendengarkan keterangan orang tentang berapa lama biasanya hal itu berlangsung. Tapi ketika ia kembali dari rumah dokter dan melihat penderitaan istrinya, makin sering ia mengulang-ulang: "Ya Tuhan, ampunilah dan tolonglah," makin ser ing ia menarik napas panjang dan mengangkat kepala; dan i a pun merasa ngeri t idak mampu menahan, bahkan akan menangis atau lari. Semua itu amat menyiksa baginya. Padahal baru satu jam berlalu.
Tapi sesudah satu jam itu, lewat lagi satu jam, dua jam, tiga jam, lewat lima jam penuh yang ia anggap sebagai batas kesabaran yang paling lama, keadaan masih tetap demikian juga; namun ia tetap menahan diri, karena tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menahan diri, dan tiap kali i a mengira bahwa ia telah sampai pada batas terakhir kesabarannya dan bahwajantungnya sekarang inijuga akan putus karena rasa kasihan.
Ta pi lewat pula beberapa menit, beberapa jam dan beberapa jam lain lagi, dan derita serta rasa ngeri terasa lebih menegang lagi.
Segala persyaratan hidup yang biasa, yang mutlak adanya itu, bagi Levin sudah tak ada lagi. Ia sudah kehilangan kesadaran waktu. Menit-menit ia rasakan seperti jam, menit-menit ketika istrinya memanggil dia untuk datang mendekat dan ia memegang tangan istrinya yang berkeringat, dan tangan itu kadang-kadang mencengkamnya dengan kekuatan luarbiasa, dan kadang-kadang pula menolakkan dia. Sebaliknya, jam-jam terasa olehnya seperti menit. Heranlah ia ketika Lizaveta Petrovna memintanya menyalakan lilin d i sebelah sana tirai, dan ia melihat hari sudah pukul lima sore. Sekiranya waktu itu orang mengatakan kepadanya bahwa hari baru pukul sepuluh pagi, barangkali ia tak akan heran juga. Di mana ia berada waktu itu, ia pun tak begitu tahu, demikian pula kapan waktu itu. Ia melihat wajah istrinya yang membe yang satu kali tampak bertanya-tanya dan menderita, dan satu kali tersenyum dan menunjukkan ketenangan. Ia lihat pula wajah Nyonya Pangeran yang merah, tegang, dengan berkas-berkas rambut beruban yang menjela ke bawah bercampur airmata, yang d itelannya saja dengan susah-payah sambil menggigit bibir; ia melihat Dolly dan dokteryang
LEOTOLSTOI merokok papiros besar, melihat Lizaveta Petrovna dengan wajah yang mantap, tegas, dan menenangkan, dan melihat pula Pangeran Tua yang berjalan mondar-mandir di dalam ruangan dengan wajah dikerutkan. Tapi bagaimana mereka itu datang dan pergi, dan di mana mereka berada, ia tak tahu. Nyonya Pangeran kadang bersama dokter ada di kamar tidur, kadang di kamar kerja, di mana mejameja sudah siap dengan santapannya; kadang ia tak ada di situ, dan sebagai gantinya ada Dolly. Kemudian Levin ingat bahwa ia disuruh pergi entah ke mana. Sekali ia disuruh memindahkan meja dan dipan. Maka dengan tekun ia lakukan perintah itu, dan menurut anggapannya itu adalah untuk istrinya, dan baru kemudian ia tahu bahwa ia menyiapkan semua itu untuk diri sendiri, sebagai tempat meng inapnya. Kemudian ia disuruh menemui dokter di kamar kerja untuk menanyakan sesuatu. Dokter memberikan jawaban, kemudian mulai bicara ten tang ketidakberesan di duma. Sesudah itu i a disuruh pergi ke kamar tidur menemui Nyonya Pangeran untuk membawa gambar orang suci yang mengenakan jubah perak dan emas, dan bersama pelayan kamar Nyonya Pangeran yang sudah tua itu ia naik ke atas lemari kecil untuk mengambilnya, tapi di situ ia memecahkan pelita ikon; pelayan kamar Nyonya Pangeran mencoba menenangkan hatinya berkaitan dengan Kitty dan pelita ikon itu; maka dibawanya gambar itu dan ia letakkan di dekat kepala Kitty, dengan hati-hati diselipkannya di bawah bantal Kitty. Tapi di mana, kapan, dan mengapa semua itu dilakukan, tak tahulah ia. Ia pun mengert i mengapa Nyonya Pangeran menggandeng tangannya dan meminta dia tenang sambil menatapnya dengan tatapan kasihan, lalu Dolly pun membujuk dia untuk makan dan mengantarkan dia ke luar kamar, bahkan dokter pun dengan sungguh-sungguh dan dengan rasa simpati menatapnya dan menawarkan kepadanya obat tetes.
Ia hanya tahu dan merasa bahwa yang telah terjadi itu serupa dengan yang terjadi satu tahun yang lalu di hotel kota daerah itu, ketika abangnya Nikolai mengalami sakratul maut. Tapi itu adalah peristiwa sedih, sedangkan ini peristiwa gembira. Namun baik kesedihan maupun kegembiraan i ni sama-sama berada di luar syarat-syarat hidup yang biasa, seolah dalam kehidupan yang biasa
417 418 ANNA KAR"NINA ini terdapat lubang-lubang dan dari lubang-lubang itu muncul sesuatu yang lebih tinggi mutunya. Dan yang terjadi itu sama-sama berat dan menyiksa, dan jiwa nail< ke ketinggian tertentu secara tak masuk akal, suatu ketinggian yang belum pernah bisa dipahami Kitty dan akalnya pun tak sanggup mencapainya.
"Ya Tuhan, ampunilah dan tolonglah," tak henti-hentinya ia mengulang untuk dirinya sendiri, sekalipun keterasingannya dari Dia sudah demikian lama dan rasanya sudah begitu sempurna, namun ia merasa sedang menyeru Tuhan dengan sikap percaya yang biasa, sama seperti di masa kanak-kanak dan masa muda dulu.
Selama itu dalam dirinya ada dua macam perasaan yang berbeda. Yang pertama-tanpa kehadiran Kitty dan dokter yang secara berantai merokok papiros besar dan mematikannya di pinggir asbak yang gemuk-i a bersama Dolly dan Pangeran, di mana ia berbicara tentang makan siang, tentang politik, tentang sakitnya Maria Petrovna, di mana secara tiba-tiba untuk sesaat ia lupa terhadap apa yang terjadi dan merasa seperti orang yang baru saja bangun tidur; dan perasaan yang lain-dengan kehadiran Kitty-ketika ia berada di bagian kepala ranjang Kitty, di mana jantungnya terasa hendak putus tapi tak juga putus oleh rasa prihatin dan tak henti-hentinya ia berdoa kepada Tuhan. Dan tiap kali, bila dari detik-detik penuh keterlenaan i a direnggutkan oleh teriakan dari kamar tidur, ia pun jatuh ke tengah kesesatan aneh yang baru pe a kali menimpanya; setiap kali mendengar teriakan itu ia terlompat, berlari datang untuk menyatakan dirinya tak bersalah, dan di situlah ia mengingat-ingat bahwa ia memang tak bersalah, dan ia ingin membela, menolong Kitty. Tapi begitu ia menatap Kitty, kembali ia melihat bahwa tak mungkin ia menolong, dan ia pun merasa ngeri, katanya: "Ya Tuhan, ampunilah dan tolonglah." Makin banyak waktu berlalu, makin menguat pula kedua perasaan itu: makin Kitty tidak hadir, makin tenang ia dan melupakan Kitty samasekali, dan baginya makin menyiksa lagi penderitaan Kitty dan rasa tak berdaya Kitty. la pun melompat-lompat, ingin berlar i entah ke mana, tapi nyatanya berlari mendapatkan Kitty.
Kadang-kadang, kalau Kitty memanggil dan memanggilnya lagi, ia menyalahkan Kitty. Tapi kalau terlihat olehnya wajah Kitty
LEOTOLSTOI yang pasrah dan tersenyum, dan mendengarkan kata-katanya: "Aku sudah menyiksamu," ia pun menyalahkan Tuhan, tapi begitu teringat Tuhan, i a pun memohon diampuni dan dikasihani.
Ia tak tahu apakah hari sudah larut malam atau masih pagi sekali. Lilin-lilin sudah tak lagi menyala. Barusan Dolly berada di kamar kerja dan mempersilakan dokter membaringkan badan. Levin duduk mendengarkan cerita dokter tentang tukang obat dan hipnotis, dan menatap abu papirosnya. Itulah masa istirahat baginya, dan ia berada dalam keadaan setengah sadar. Ia samasekali lupa apa yang sedang terjadi sekarang, walaupun ia mendengar cerita dokter, dan mengerti ceritanya. T iba-tiba berkumandang pekik yang tak mirip dengan apapun. Pekik itu amat mengerikan sampa i Levin bahkan tak melompat lagi, melainkan menatap dokter dengan penuh ketakutan dan dengan nada bertanya, tanpa mengubah napas. Dokter menelengkan kepala mendengar-dengarkan, dan kemudian tersenyum mengiyakan. Segalanya beg itu di luar kebiasaan, sehingga tak ada sesuatu pun yang mengherankan Levin lagi. "Ya, memang demikian mestinya," pikirnya, dan ia terus saja duduk. Pekik siapa itu" Ia pun melompat, berlari masuk ke kamar tidur dengan bersijingkat melewati Lizaveta Petrovna, Nyonya Pangeran, dan duduk di tempatnya semula di bag ian kepala. Pekik berhenti, tapi sekarang ada sesuatu yang berubah. Apa itu-ia tak melihat dan tak mengerti, dan ia tak ingin melihat ataupun mengerti. Tapi ia melihat perubahan itu dari wajah Lizaveta Petrovna: wajah Li zaveta Petrovna tampak kereng dan pucat, namun tetap mantap, sekalipun rahangnya agak bergetar, sedangkan nya tetap terarah kepada Kitty. Wajah Kitty yang bengkak menderita, dengan berkas rambut yang melekat ke dahi oleh keringat, menghadap dia dan mencari tatapan matanya. Kedua tangannya terangkat meminta tangan Levin. D icengkamnya tangan Levin yang dingin dengan tangannya yang berkeringat, dan d itekankan ke wajahnya.
"Jangan pergi, jangan pergi! Aku tak takut, aku tak takut!" kata Kitty cepat. "Mama, tolong copot anting-anting ini. Mengganggu.
419 420 ANNA KAR"N!NA Kamu tak takut" Sebentar lagi, sebentar lagi, Lizaveta Petrovna .... "
Kitty bicara cepat, cepat, dan ia ingin tersenyum. Tapi tiba-tiba wajahnya memerot, ia menolakkan Levin dari dirinya.
"Tidak, ini mengerikan! Mati aku, mati! Pergi, pergi!" teriaknya, dan terdengarlah kembali pekik yang tak mirip dengan apapun itu. Levin mencengkam kepalanya dan berlari keluar dari kamar
itu. "Tidak apa, tidak apa, semuanya akan baik!" ujar Dolly kepadanya.
Tapi apapun yang dikatakan orang, Levin merasa bahwa semuanya sekarang ambruk. Sambil menyandarkan kepala ke ambang pintu, ia berdiri di kamar sebelah mendengarkan raungan yang belum pernah didengarnya, dan ia tahu bahwa yang menjerit itu adalah Kitty yang tadi. Ia sudah tak menghendaki anak lagi. Sekarang ia membenci anak itu. Ia bahkan tak menghendaki lagi Kitty hidup sekarang ini; ia hanya menghendaki berhentinya penderitaan yang mengerikan itu.
"Dokter! Apa pula itu" Apa itu" Ya Tuhan!" katanya sambil mencengkam tangan dokter yang waktu itu masuk ke kamar.
"Selesai," kata dokter. Dan wajah dokter tampak begitu sunguhsungguh waktu itu, hingga Levin menyangka selesai itu berarti mati.
Tanpa ingat akan dirinya lagi, ia pun berlari masuk ke kamar tidur. Yang pertama dilihatnya adalah wajah Lizaveta Petrovna. Wajah itu masih mengerut dan kereng. Wajah Kitty tak tampak. D i bekas tempat wajahnya kini terdapat sesuatu yang mengerikan, baik wujudnya yang tegang maupun bunyi yang keluar dari tempat itu. Maka Levin pun menjatuhkan kepala ke kayu ranjang karena merasa jantungnya putus. Teriakan yang mengerikan itu tak juga berhenti, dan teriakan itu semakin mengerikansampai pada batas kengeriannya yangterakhir. Levin tak percaya kepada pendengarannya sendiri, tapi tak bisa disangsikan lagi: teriakan sudah berhenti, dan terdengarlah suara sibuk dan gemersik pelan serta napas terburu-buru, dan terdengarlah suara Kitty yang terputus-putus, energik, mesra dan bahagia mengucap pelan: "Selesai."
Levin mengangkat kepala. Tanpa tenaga ia menurunkan tangan ke atas selimut; sementara itu Kitty yang cantik dan tenang luarbiasa
LEOTOLSTOI kini tanpa berkata-kata menatap dia; ia ingin tersenyum, tapi tak sanggup.
Dan tiba-tiba, dari dunia aneh yang rahasia dan mengerikan, tempat ia tinggal selama duabelas jam terakhir itu, Levin untuk sesaat merasakan dirinya berpindah ke dunia semula yang biasa, tapi sekarang bersinar dengan cahaya kebahagiaan baru sampai ia tak sanggup menanggungnya. Dawai-dawai yang tadi menegang semua telah putus. Sedu-sedan dan airmata bahagia yang tak mungkin ia saksikan sebelumnya, kini bangkit dalam dirinya dan menggetarkan seluruh tubuhnya dengan kekuatan demikian besar, sehingga menghalanginya untuk berbicara. Ia menjatuhkan diri berlutut di depan ranjang, memegang tangan sang istri di depan bibirnya dan menciumnya, dan tangan itu pun dengan gerak jemari yang lemah memberikan reaksi pada ciumannya. Sementara itu, di bagian kaki ranjang, di dalam pelukan tangan Lizaveta Petrovna yang tangkas, seperti api pada lampu, menggeletar hidup seorang makhluk yang sebelumnya tak pernah ada, yang me hak dan memiliki makna dalam dirinya untuk hidup dan membiakkan makhluk-makhluk yang mirip dengan dirinya.
"Hidup! Hidup! Dan lelaki lagi! Jangan khawatir!" terdengar oleh Levin suara Lizaveta Petrovna yang waktu itu menepuk punggung bayi dengan tangannya yang gemetar.
"Betul, Mama?" tanya suara Kitty.
Hanya isakan Nyonya Pangeran yang memberikan jawaban kepadanya.
Dan di tengah kediaman itu terdengarlah suara yang samasekali lain, yang diperdengarkan dengan ditahan-tahan di dalam kamar itu, sebagai balasan yang meyakinkan atas pertanyaan si ibu tadi. Suara itu adalah suara yang berani, lancang, dan sedikit pun tak hendak menimbang-nimbang. Entah dari mana datangnya makhluk yang baru itu.
Sebelumnya, sekiranya kepada dikatakan bahwa Kitty sudah meninggal, dan ia meninggal bersama dengannya, dan anakanak mereka adalah malaikat, dan Tuhan ada di hadapan mereka, kiranya ia samasekali tak akan heran; tapi sekarang, sesudah ia kembali ke dunia nyata, ia mengerahkan pikiran sekuat-kuatnya
421 422 ANNA KAR"NINA untuk memahami bahwa istrinya hidup, sehat, dan makhluk yang menjerit dengan putusasa itu adalah anaknya. Kitty masih hidup, dan penderitaan telah berakhir. Dan ia bahagia tak terkatakan. D ia kini mengerti itu, dan dengan itu ia merasa bahagia. Tapi bayi itu" Dari mana, untuk apa, dan siapa dia" ... Ia betul-betul tak bisa mengerti. Tak bisa i a membi asakan diri pada pikiran itu. Anak itu terasa olehnya sebaga i sesuatu kelebihan, suatu tambahan, dan lama ia tak bisa membiasakan diri dengannya.
XVI Pukul sepuluh Pangeran Tua, Sergei Ivanovich, dan Stepan Arkadyich duduk di rumah . Sesudah bicara tentang orang yang baru melahirkan, mereka bercakap-cakap tentang hal-hal lain. Levin mendengarkan mereka, dan dalam percakapan itu, tanpa dikehendaki, teringat olehnya apa-apa yang terjadi sebelum pagi hari itu; ia teringat dirinya sendiri malam sebelumnya. Seakan seratus tahun telah lewat semenjak itu. la merasa dirinya berada di atas ketinggian yang tak mungkin tercapai, dan dari ketinggian itu ia berusaha turun agar tidak menyinggung perasaan orang-orang yang berbicara dengan dia. la berbicara, dan tak henti-hentinya mengingat sang i stri, mengingat tetek-bengek keadaan istrinya sekarang dan meng ingat anaknya; ia berusaha membiasakan diri mengingat kehadiran anaknya itu. Dunia perempuan yang baginya telah mendapat makna baru yang belum ia kenal, sesudah ia kawin, sekarang dalam bayangannya telah membubung demikian tinggi hingga tak bisa dirangkum dengan khayalnya. Ia mendengarkan percakapan ten tang makan siang kemarin di klub, ta pi yang ia pikirkan adalah: "Apa yang sekarang terjadi dengan Kitty" Apa ia tertidur" Bagaimana keadaannya" Apa yang dipikirkannya" Menangiskah anakku Dmitrii?" Dan di tengah percakapan itu, di tengah kalimat, ia melompat dan keluar dari kamar.
"Suruh nanti menyampaikan kepada saya apa boleh menjenguk Kitty," kata Pangeran.
"Baik, sebentar," jawab Levin, dan tanpa berhen t i lagi ia segera menemui Kitty.
LEOTOLSTOI Kitty tidak tidur, tapi bercakap-cakap lirih dengan ibunya, menyusun rencana untuk pembaptisan.
Ia berbaring dalam keadaan rapi, bersisir, mengenakan tudung meriah yang ada warna birunya, dan meluruskan kedua tangannya di atas selimut; dengan pandangan matanya ia menyambut Levin, dan dengan pandangan mata pula memeluknya. Pandangan matanya yang cerah itu semakin cerah ketika Levin semakin dekat dengan dia. Di wajahnya tampak perubahan dari nada dunia ke nada bukan dunia, seperti biasa terjadi di wajah orang yang meninggal; tapi kalau pada orang meninggal peristiwa itu merupakan perpisahan, maka di sini yang terjadi adalah pertemuan. Kembali kegelisahan menyerang jantungnya, seperti yang dialaminya ketika Kitty melahirkan. Kitty memegang tangannya dan bertanya apakah ia sudah tidur. Levin tak bisa menjawab dan berpal ing, yakin akan kelemahannya sendiri.
"Aku sudah tidur nyenyak, Kostya," kata Kitty kepadanya. "Dan sekarang sudah enak perasaanku."
Kitty menatapnya, tapi tiba-tiba ekspresi wajahnya berubah. "Mana anakku," katanya ketika didengarnya rengek bayi. "Kasih sini, Lizaveta Petrovna, biar dia Ii hat."
"Ya, ini dia, biar Papa melihat," kata Lizaveta Petrovna sambil mengangkat dan menyodorkan sesuatu berwarna merah, aneh, bergerak-gerak. ''Tunggu, mesti dibenahi dulu," dan Lizaveta Petrovna pun meletakkan sesuatu berwarna merah dan bergerakgerak itu di atas ranjang; dibukanya, kemudian ditutupnya lagi bayi itu, diangkatnya dan dis ingkapnya dengan satujari, dan dibedakinya dengan sesuatu.
Melihat makhluk lemah yang pa tut dikasihani itu, Levin berusaha keras menemukan dalam jiwanya tanda-tanda adanya perasaan seorang ayah terhadapnya. Tapi yang dirasakannya terhadap anak itu hanyalah perasaan jijik. Namun ketika anak itu dibuka, dan tampak sekilas olehnya tangan-tangan mungil, kaki-kaki berwarna kuning kunyit dengan jari-jarinya, bahkan dengan jempol yang lain dengan jari-jari lainnya, dan ketika tampak olehnya Lizaveta Petrovna menekuk tangan-tangan mungil yang terkembang lebar seperti pegas lunak itu, dan membungkusnya dengan pakaian dari kain linen, maka ia pun merasa sangat kasihan kepada makhluk itu,
423 424 ANNA KAR"N!NA dan ia pun khawatir jangan-jangan Lizaveta Petrovna menyakitinya. Karena itu dicegahnya tangan perempuan itu.
L izaveta Petrovna ketawa.
"Jangan takut, jangan takut!"
Ketika anak itu sudah dibenahi dan kembali menjadi boneka yang mantap, Lizaveta Petrovna mengangkat dia seakan membanggakan hasil karyanya, lalu menurunkannya lagi agar Levin bisa melihat anak itu dengan segala keindahannya.
Kitty menatap ke situ pula tanpa mengejapkan mata. "Berikan dia padaku," katanya, bahkan sambil menegakkan badan.
"Apa pula Anda ini, Katerina Aleksandrovna, gerakan seperti itu tak boleh! Tunggu, nanti saya ber ikan. Nab, kepada Papa akan kami tunjukkan bahwa kami betul-betul hebat!"
Dan Lizaveta Petrovna menunjukkan makhluk merah yang aneh, berayun-ayun, dan menyembunyikan kepala di balik tepi bedongan itu kepada Levin dengan sebelah tangan saja (sedangkan tangan yang lain menopang tengkuknya yang berayun-ayun itu hanya dengan jemarinya). Tapi makhluk itu juga punya hidung, sepasang mata yang bisa menjeling, dan bibir yang bisa berkecap.
"Anak yang baik sekali!" kata Lizaveta Petrovna.
Levin menarik napas kecewa. Anak yang baik sekali itu hanya menimbulkan perasaan jijik dan kasihan kepadanya. Dan itu samasekali bukan perasaan yang diharapkannya.
Anak itu berpaling ketika Lizaveta Petrovna mendekatkannya ke dada yang belum bi asa baginya itu.
Tiba-tiba terdengar ketawa yang membuat anak itu mengangkat kepala. Kitty yang ketawa. Anak itu pun menyusu.
"Nah, cukup, cukup!" kata Lizaveta Petrovna, tapi Kitty tidak melepaskannya. Anak itu tertidur dalam pelukannya.
"Sekarang lihat ini," kata Kitty sambil memalingkan anak itu kepada Levin agar dia bisa melihatnya. Wajah yang ketuaan itu tibatiba semakin mengerut lagi, dan anak itu pun bersin.
Sambil tersenyum dan hampir tak bisa menahan airmatanya, Levin menc ium istrinya, lalu keluar dari kamar yang gelap itu. Apa yang dirasakannya terhadap makhluk kecil itu samasekali
LEOTOLSTOI tak seperti yang diharapkannya. Tak ada yang menggembirakan dan meriangkan dalam perasaannya; sebaliknya, yang ada adalah rasa takut yang baru dan menyiksa, yaitu kesadaran akan adanya kerentanan yang baru. Dan kesadaran itu pertama kali amat menyiksa. Kekhawatirannya begitu besar, jangan-jangan makhluk tak berdaya itu akan menderita, sehingga perasaan itu benar-benar menenggelamkan perasaan gembira yang tanpa alasan, bahkan perasaan bangga yang timbul padanya ketika anak itu bersin.
XVII Keadaan keuangan Stepan Arkadyich buruk sekali.
Dua pertiga uang pembayaran hutan yang dijualnya telah habis dipakai, sedangkan sepertiga uang pembayaran terakhir dengan potongan sepuluh persen sudah ia ambil hampir seluruhnya sebelum waktunya. Pedagang itu tidak mau memberikan uang lagi, terutama karena Darya Aleksandrovna untuk pertama kali, pada musim dingin, telah menyatakan haknya atas kekayaan itu dan telah menolak membubuhkan tandatangan dalam kontrak untuk menerima uang pembayaran sepertiga hutan yang terakhir. Seluruh gaji Stepan Arkadyich dihabiskan untuk pengeluaran rumahtangga dan pembayaran utang-utang kecil yang mendesak. Uang samasekali takada.
Semua itu, menurut pendapat Stepan Arkadyich, tidak menyenangkan dan tak boleh berlangsung terus. Sebabnya, menurut dia, adalah karena i a menerima gaji terlalu kecil. Jabatan yang dipegangnya rupanya sangat baik lima tahun yang lalu, tapi sekarang sudah tidak demikian lagi. Petrov, direktur bank, menerima gaji duabelas ribu; Sventitskii, d irektur perusahaan, menerima tujuhbelas ribu; Mitin sebagai pendiri bank menerima limapuluh ribu. "Rupanya aku telah tertidur, dan orang melupakan aku," pikir Stepan Arkadyich tentang dirinya. Dan mulailah ia mendengar-dengarkan, melihatlihat, dan menjelang akhir musim dingin ia pun menemukan jabatan yang sangat baik, dan mulailah ia menggarapnya, mula-mula dari Moskwa, lewat bibi-bibi, paman-paman, sahabat-sahabat, dan ketika persoalannya sudah masak, maka pada musim sem i ia sendiri pergi
425 426 ANNA KAR"NINA ke Petersburg. Jabatan itu adalah satu di antarajabatan dengan gaji bervariasi dari seribu sampai limapuluh ribu setahun yang kini berkembang pesat dibandingkan dengan jabatan-jabatan basah di masa lalu; jabatan itu adalah anggota komisi Dewan Gabungan Neraca Kredit Bersama pada Jalan Keretaapi Selatan dan Kantor-kantor Bank. Jabatan itu, seperti semua jabatan semacam, membutuhkan pengetahuan dan aktivitas yang sangat luas dan sukar diharapkan
satu orang. Dan karena nyaris tak ada orang yang mungkin memiliki kemampuan-kemampuan tersebut, lebih baik kalaujabatan itu dipegang oleh orang yang jujur daripada orang yang tidak jujur. Dan Stepan Arkadyich bukan hanya orang yang jujur (dalam hal biasa), melainkan juga orang yangjujur (dalam hal luarbiasa) dengan makna khusus yang berlaku untuk kata itu di Moskwa, ketika orang mengatakan: pekerja yang jujur, pengarang yang jujur, majalah yang jujur, lembaga yang jujur, aliran yang jujur, dan itu berarti bahwa orang atau lembaga itu bukan hanya tanpa ketidakjujuran, tapi di mana perlu mampu bertindak tegas terhadap pemerintah. D i Moskwa, Stepan Arkadyich bergaul dalam lingkungan orang-orang yang memang melahirkan kata itu; ia dianggap orang jujur, dan karena itu lebih punya hak atas jabatan itu daripada orang .
Jabatan itu memberikan penghasilan dari tujuh sampai sepuluh ribu setahun, dan Oblonskii bisa memegang jabatan itu tanpa meninggalkanjabatan pemerintah yang dipegangnya. Jabatan itu tergantung pada dua kementerian, seorang perempuan, dan dua orang Yahudi; dan semua orang itu harus didatangi Stepan Arkadyich di Petersburg, sekalipun sesungguhnya mereka sudah dihubungi. Selain itu, Stepan Arkadyich telah berjanji kepada saudara perempuannya Anna untuk memperoleh jawaban yang tegas dari Karenin mengenai perceraian. Maka sesudah mendapat uang limapuluh rube) dari Dolly, berangkatlah ia ke Petersburg.
Ketika duduk di kamar kerja Karenin mendengarkan rancangan laporannya mengenai sebab-sebab memburuknya keadaan keuangan Rusia, Stepan Arkadyich hanya menanti-nanti berakhirnya pembicaraan Karenin agar ia bisa segera bicara tentang urusannya sendiri dan tentang Anna.
"Ya, semua itu benar sekali," katanya, ketika Aleksei AlekLEOTOLSTOI sandrovich dengan nada bertanya menatap bekas iparnya itu, sesudah lebih dulu melepaskan pince-nez, karena tanpa pince-nez sekarang ia tak bisa lagi membaca. "Semua itu benar sekali dalam rinc iannya, tapi bagaimanapun prinsip zaman kita sekarang ini adalah kebebasan."
"Ya, tapi aku bisa mengemukakan prinsip lain yang mencakup kebebasan itu," kata Aleksei Aleksandrovich dengan memberikan tekanan khusus pada kata "mencakup" sambil mengenakan kembali pince-nez-nya agar bisa membacakan kembali bagian yang menyebutkan ha! itu untuk pendengarnya.
Dan sesudah membalik-balik naskah yang tertuli s indah dan menggunakan garis pinggir lebar, Aleksei Aleksandrovich kembali membaca bag ian yang meyakinkan itu.
"Aku tak menghendaki sistem proteksi bukan demi keuntungan orang-orang swasta, tapi demi kepentingan umum-sama baiknya untuk kelas rendah maupun kelas tinggi," katanya sambil menatap Oblonskii dari atas pince-nez. "Tapi mereka tak bisa memahami itu; mereka hanya sibuk dengan kepentingan-kepentingan pribadi, dan asyik dengan kalimat-kalimat."
Stepan Arkadyich mengerti bahwa kalau Karenin sudah mula i bicara tentang bagaimana mereka bertindak dan berpikir, yaitu mereka yang tak mau menerima proyek-proyeknya dan mereka yang menjadi penyebab buruknya keadaan di Rusia, maka itu berarti ia sudah mendekati akhir kata-katanya; karena itu, dengan senang hati sekarang ia mau melepaskan prinsipnya tentang kebebasan, dan sepenuhnya sependapat dengan Aleksei Aleksandrovich. Aleksei Aleksandrovich terdiam, membalik-balik naskahnya sambil merenung.
"Ah, ya, kebetulan," kata Stepan Arkadyich, "aku ingin sambil lalu minta tolong: kalau kamu bertemu dengan Pomorskii, tolong katakan kepadanya bahwa aku ada minat pada jabatan yang sekarang terbuka untuk anggota komisi Dewan Gabungan Neraca Kredit Bersama pada Jalan Keretaapi Selatan."
Stepan Arkadyich sudah hafal betul nama jabatan yang sangat diinginkannya itu. Karena itu ia bisa mengucapkannya dengan lancar tanpa kesalahan.
427 428 ANNA KAR"N!NA Aleksei Aleksandrovich mengajukan beberapa pertanyaan tentang kegiatan komisi yang barn itu, lalu berpikir. la bayangkan, apakah kegiatan komisi itu tak ada yang bertentangan dengan proyekproyeknya. Tapi karena keg iatan lembaga barn itu sangat rnmit, dan proyek-proyeknya sendiri mencakup bidang yang sangat luas, maka tidak sekaligus ia bisa memperoleh gambaran tentang lembaga itu, dan sambil melepas pince-nez ia pun berkata:
"Tentu saja aku bisa menyampaikan itu padanya; tapi untuk apa sebetulnya kamu menghendakijabatan itu?"
"Gajinya bagus; sampai sembilan ribu, sedang pemasukanku sekarang .... "
"Sembilan ri bu," ulang Aleksei Aleksandrovich sambil mengerntkan kening. Angka gaji yang t inggi itu menyadarkan dia bahwa kegiatan yang diinginkan Stepan Arkadyich berlawanan dengan maksud utama proyek-proyeknya yang selalu cenderung pada penghematan.
"Menurut pendapatku, dan aku sudah pernah menulis catatan tentang ini, untuk zaman kita, gaji yang besar-besar itu sesungguhnya bukti dari assiette9" ekonomi palsu pemerintah kita."
"Apa yang kamu maksud dengan itu?" tanya Stepan Arkadyich. "T direktur bank terima gaji sepuluh ribu; itu kan memang pantas" Atau misalnya insinyur terima gaji duapuluh ribu. Urnsan yang sangat penting, apa boleh buat!"
"Menurut pendapatku, gaji adalah pembayaran atas barang dagangan. Karena itu ia harus tunduk pada hukum permintaan dan penawaran. Jadi kalau penetapan gaji itu tak mengindahkan hukum tersebut, kesimpulanku adalah bahwa gaji itu tidak ditetapkan menurut hukum permintaan dan penawaran, melainkan sematamata menurnt pertimbangan yang berat sebelah. Contohnya seperti yang kusaksikan sendiri: dua orang insinyur lulus institut, keduanya sama-sama pintar dan mampu kerja, tapi yang seorang terima gaji empatpuluh ribu, sedangkan yang lain cukup dua ribu;
atau ahli hukum dan tentara Husar yang tak punya pengetahuan
92 Assiette (Pr): Arti harfiahnya 'piring'. Tolstoi menggunakan kata ini sebagai kiasan kata 'politik'.
LEOTOLSTOI ke juruan khusus, tapi diangkatjadi direktur bank dengan gaji besarbesar. Di sini jelas terjadi penyalahgunaan; memang penting, tapi menimbulkan kerugian bagi dinas negara. Menurut pendapatku .... " Stepan Arkadyich buru-buru menukas ipa .
"Ya, tapi kamu setuju kan bahwa sekarang dibuka lembaga baru, yang tak sangsi lagi sangat besar faedahnya" Apa boleh buat, urusan yang sangat penting! Yang sekarang harus diusahakan terutama adalah supaya urusan itu berlangsung jujur," Stepan Arkadyich, dengan tekanan pada katajujur.
Tapi makna kata jujur yang berlaku di Moskwa tak dikenal Aleksei Aleksandrovich.
"Kejujuran itu cuma sifat negatif," katanya.
"Tapi bagaimanapun tolonglah aku," kata Stepan Arkadyich, "sampaikan soalku ini kepada Pomorskii. Dan, omong-omong .... "
"Tapi ini kan lebih banyak tergantung pada Bolgarinov, kukira," kata Aleksei Aleksandrovich.
"Tentang Bolgarinov, dia sepenuhnya setu ju," kata Stepan Arkadyich memerah wajahnya.
Wajah Stepan Arkadyich memerah sewaktu menyebut nama Bolgarinov, karena pagi hari itu juga ia telah mendatangi si Yahud i Bolgarinov itu, dan kunjungan itu telah meninggalkan kesan tak menyenangkan baginya. Stepan Arkadyich tahu betul bahwa jabatan yang ingin ia pegang itu adalah jabatan baru, vital, dan menuntut kejujuran; tapi pagi har i itu, ketika Bolgarinov agaknya dengan sengaja memaksanya menanti dua jam bersama para pemohon yang lain di kamar tamu, tiba-tiba ia pun merasa k ikuk.
Apakah ia merasa k i kuk karena sebagai keturunan R sebagai Pangeran Oblonskii, telah menanti dua jam lamanya di kamar tamu seorang Yahudi, ataukah karena untuk pertama kali dalam hidupnya ia tidak mencontoh nenek-moyangnya dengan mengabdi kepada pemerintah, melainkan memasuki bidang yang baru samasekali, tapi ia memang merasa sangat kikuk. Selama dua jam menanti di rumah Bolgarinov itu, Stepan Arkadyich berusaha betul menyembunyikan perasaan dari orang lain maupun diri sendiri, sambil dengan tegap berjalan mondar-mandir di kamar tamu itu, meluruskan cambangnya, dan menjalin percakapan dengan para
429 430 ANNA KAR"NINA pemohon lain serta mengarang permainan kata yang nantinya akan ia ceritakan kepada kawan-kawannya tentang bagaimana ia pernah menanti di rumah seorang Yahudi.
Namun selama waktu itu, tetap saja ia merasa kikuk dan kesal, dan ia sendiri tak tahu kenapa, apakah karena permainan kata itu tidak akan memperoleh sambutan apa-apa (bunyinya: "Soal yang sebenarnya yahud, dan saya menanti Yahudi itu") ataukah karena sesuatu yang lain. Ketika akhirnya Bolgarinov dengan kesopanan yang luarbiasa menerimanya dan agaknya senang sekali telah dapat merendahkan Stepan Arkadyich, dan kiranya praktis telah menolak permintaannya, Stepan Arkadyich pun berusaha segera melupakan peristiwa itu. Dan sekarang, teringat hal itu saja ia sudah memerah wajahnya.
XVIII "Sekarang masih ada satu lagi urusanku, dan kamu sudah tahu apa itu. Tentang Anna," kata Stepan Arkadyich setelah diam sebentar dan membuang kenangan yang tak menyenangkan tadi.
Baru saja Oblonskii mengucapkan nama Anna, wajah Aleksei Aleksandrovich langsung berubah samasekali; sikap bersemangat yang tadi lenyap dari wajahnya, berganti dengan sikap lelah dan menyerah.
"Apa yang sesungguhnya kalian minta dariku?" katanya sambil menggerakkan badan di kursi, dan melipat pince-nez.
"Keputusan, suatu keputusan, Aleksei Aleksandrovich. Aku bicara denganmu sekarang ("bukan sebagai seorang suami yang sudah terhina," demikian ingin dikatakan Stepan Arkadyich, tapi karena takut akan merusak suasana, digantinya kata-kata itu dengan kata-kata:) bukan sebagai seorang pejabat pemerintah (karena itu tidak pada tempatnya), tapi sekadar sebagai manusia, sebagai manusia dan orang Kristen yang baik. Kamu mesti kasihan padanya," katanya.
"Dalam hal apa kalau aku boleh bertanya?" kata Karenin lirih. "Ya, kasihan padanya. Kalau kamu melihatnya seperti aku melihatnya, kamu pasti kasihan padanya. Sepanjang musim dingin
LEOTOLSTOI aku tinggal be a dia. Keadaannya mengerikan, betul-betul mengerikan."
"Menurut pendapatku," jawab Aleksei Aleksandrovich dengan suara lebih kecil, hampir-hampir melengking, "Anna Arkadyevna sekarang memiliki segala yang ia kehendaki."
"Aleksei Aleksandrovich, demi Tuhan, tak perlulah kita saling tuduh! Apa yang sudah lewat biarlah lewat, dan kamu tahu sekarang apa yang ia kehendaki dan nantikan, yaitu perceraian."
"Tapi menurut dugaanku, Anna Ark a bakal menolak perceraian kalau aku menuntut agar anak itu i a tinggalkan. Begitulah dulu aku memberi jawaban, dan aku mengira urusan ini telah selesai. Dan aku pun menganggapnya sudah selesai," lengking Aleksei Aleksandrovich.
"Tapi, demi Tuhan, jangan kamu naik darah," kata Stepan Arkadyich sambil menyentuh lutut ip a. "Urusan ini belum selesai. Kalau kamu mengizinkan aku menguraikan, soalnya begini: ketika kalian berpisah, kamu orang yang agung, dan setidaknya berjiwa besar; kamu berikan semua padanya-kebebasan, bahkan perceraian. Anna sangat menghargai itu, sampai sedemikian rupa hingga pada saat-saat pertama itu, karena rasa bersalah padamu, i a tak memikirkan dan tak bisa memikirkan semua itu. Ia menolak segalanya. Tapi kenyataan dan waktu sekarang menunjukkan, keadaannya begitu menyiksa dan tak mungkin ditahan-tahan lagi."
"Kehidupan Anna Arkadyevna tak mungkin menarik minatku," tukas Aleksei Aleksandrovich sambil mengangkat alis.
"Izinkan aku untuk tidak memercayai itu," tolak Stepan Arkadyich lunak. "Keadaan Anna sekarang sangat menyiksa, dan itu tak memberikan keuntungan kepada siapapun. Barangkali kamu akan mengatakan, sudah pantas ia menerima itu. Ia tahu itu, dan ia memang tak minta padamu; ia mengatakan bahwa ia tak berani minta apapun. Tapi aku, kami, semua sanak-saudara, semua yang mencintainya meminta, memobon padamu. Apa gunanya siksaan itu" Adakah orang yang menjadi lebih baik keadaannya karena itu?"
"Maatkan, tapi kalian rupanya meletakkan diriku sebagai tertuduh dalam hal ini," ujar Aleksei Aleksandrovich. "Ah, bukan beg itu, bukan beg itu, samasekali bukan begitu; aku
431 432 ANNA KAR"N!NA minta kamu bisa mengerti kata-kataku ini," kata Stepan Arkadyich, yang kembali menyentuh tangan Aleksei Aleksandrovich, seakan ia merasa yakin bahwa sentuhan itu bisa melunakkan hati iparnya. " cuma menyatakan satu hal: keadaan Anna sangat menyiksa, dan yang bisa meringankan keadaan itu cuma kamu, dan dalam hal ini kamu tak akan kehilangan apapun. Aku akan mengurus segalanya untuk dirimu, seh ingga kamu tak akan melihat apapun. Kamu sudah menjanjikan, bukan?"
"Janji itu diberikan dulu. Dan menurut pendapatku, persoalan anak itu kunci penyelesaian. Selain itu, aku berharap Anna Aleksandrovna menunjukkan kebesaran hatinya .... ," ucap Aleksei Aleksandrovich yang memucat wajahnya, dan bibirnya gemetar.
"Dia justru menyerahkan segalanya pada kebesaran hatimu. Ia minta, ia mohon satu hal saja-membebaskan dia keadaan yang tak mungkin ditanggung itu, yang sekarang melilitnya. Ia sudah tak meminta anak lagi. Aleksei Aleksandrovich, kamu orang yang baik. Bayangkan sejenak dirimu berada dalam posisinya. Soal perceraian, bagi dia dalam keadaannya sekarang ini, adalah soal hidup dan mati. Sekiranya kamu tak menjanjikannya dulu, ia pasti sudah menerima keadaannya k ini, dan hidup di desa. Tapi kamu menjanjikan, dan ia telah menulis surat kepadamu serta telah datang ke Moskwa. Dan di Moskwa ini, di mana tiap pertemuan baginya seperti hunjaman pisau ke jantung, ia tinggal enam bulan lamanya, dan tiap hari menantinantikan keputusan. Itu kan sama saja dengan membiarkan orang yang dihukum mati berbulan-bulan menanti dengan jerat di leher, denganjanji mungkin mati, mungkin pula mendapat pengampunan. Kasihanilah dia, nanti semuanya aku yang urus. Vos scrupules .... "93
"Aku tak bicara soal itu sekarang, aku tak bicara soal itu ... ," tukas Aleksei Aleksandrovich muak. ''Tapi barangkali aku sudah menjanjikan hal yang sebetulnya aku tak punya hak untuk menjanjikannya."
"Jadi kamu menolak sudah memberikan janji?"
"Tak pernah aku menolak melaksanakan hal yang mungkin dilaksanakan, tapi aku ingin punya waktu buat memikirkan sampai
93 Vosscrupules . ... (Pr): Keengganan Anda ....
LEOTOLSTOI seberapa jauh hal yang kujanjikan itu bisa diterima."
"Tidak, Aleksei Aleksandrovich!" ujar Oblonskii sambil bangkit, "aku tak mau memercayai ucapan ini! Anna demikian malang, dan dalam kemalangannya ini tak ada perempuan lain yang melebihinya; dan kamu tak bisa menolak .... "
"Sampai seberapa jauh hal yang kujanjikan itu bisa diter ima. Vous professez d'etre un libre penseur. 94 Tapi aku sebagai orang yang beragama tak bisa, dalam persoalan yang begini penting, bertindak bertentangan dengan hukum Kristen.
"Tapi di kalangan orang Kristen, dan dalam masyarakat kita pun, sepengetahuanku, perceraian itu dibolehkan," kata Stepan Arkadyich. "Perceraian dibolehkan gereja kita. Dan kita lihat.. .. " "Memang dibolehkan, tapi tidak dalam pengertian itu." "Aleksei Aleksandrovich, aku jadi tak mengenal dirimu," kata Oblonskii sesudah terdiam. "Bukankah kamu (dan apakah kita tak cukup menghargainya ") yang memaafkan segalanya, dan justru karena perasaan sebagai orang Kristen kamu bersedia mengorbankan segalanya" Kamu sendiri pernah mengatakan: berikanjubahmu kalau diminta bajumu, tapi sekarang .... "
"Saya minta," ujar Aleksei Aleksandrovich dengan suara mencicit, dengan wajah pucat dan rahang menggeletar, sambil tiba-tiba bangkit, "saya minta Anda menghentikan, menghentikan ... percakapan ini."
"O, tidak! Tapi, ya, maatkan, maafkan aku kalau aku sudah membuatmu ," ujar Stepan Arkadyich sambil tersenyum bingung dan mengulurkan tangannya. "Tapi sebagai utusan, aku hanya sekadar menyampaikan pesan."
Aleksei Aleksandrovichjuga mengulurkan tangannya, kemudian merenung, dan ucapnya:
" harus memikirkannya dan mencari petunjuk. Lusa saya berikan kepada Anda jawaban yang pasti," katanya sesudah menimbang-nimbang.
94 Vous professez d'etre un fibre penseur (Pr): Kamu menampilkan diri sebagai orang yang berpikiran bebas.
433 434 ANNA KAR"N!NA XIX Stepan Arkadyich sudah hendak pergi ketika Kome i datang melapor:
"Sergei Alekseich!"
"Siapa itu Sergei Alekseich?" demikian Stepan Arkadyich mulai, tapi seketika itu pula ia teringat.
"0, Seryozha!" katanya. "Sergei Alekseich-saya pikir direktur departemen. MemangAnna minta pula aku menjumpainya," demikian teringat olehnya.
Dan teringat olehnya airmuka takut-takut dan patut dikasihani yang diperlihatkan Anna. Sambil melepaskan Stepan Arkadyich Anna mengatakan: "Tapi bagaimanapun cobalah menjumpai dia. Dan coba cari tahu di mana ia berada, dan siapa yang bersamanya. Dan, Stiva ... sekiranya mungkin! Tentunya mungk in, kan?" Stepan Arkadycih mengerti apa yang dimaksud dengan "sekiranya mungkin" itu-sekiranya mungkin mendapat cerai disertai penyerahan .... Sekarang Stepan Arkadyich melihat bahwa sia-sia memikirkan hal itu; tapi biar bagaimanapun, senang juga ia bertemu dengan kemenakannya itu.
Aleksei Aleksandrovich meng ingatkan iparnya bahwa anak itu tak pemah diajak orang bicara tentang ibunya. Karena itu i a meminta iparnya untuk tidak mengingatkan anak itu kepada ibunya.
"Dia sakit keras sesudah bertemu dengan ibunya dulu, dan itu samasekali tak kami duga," kata Aleksei Aleksandrovich. "Waktu itu kami bahkan khawatir dengan hidupnya. Ta pi pengobatan yang masuk akal dan mandi air laut di musim panas memulihkan kesehatannya, dan sekarang, atas nasihat dokter, aku memasukkannya ke sekolah. Rupanya pengaruh teman-teman kepada dia baik sekali, dan sekarang i a betul-betul sehat, dan belajamya baik."
"Sudah besar betul sekarang! Bukan lagi Seryozha, tapi betulbetul Sergei Alekseich!" kata Stepan Arkadyich sambil tersenyum, ketika ia melihat anak lelaki tam pan dan berdada bidang, yang waktu itu dengan tegap dan sikap bebas masuk ke ruangan mengenakan baju biru dan pantalon. Anak lelaki itu tampak sehat dan gembira. Ia membungkukkan badan kepada pamannya seperti kepada orang
LEOTOLSTOI yang tak dikenal, tapi ketika telah d ikenalnya sang paman, wajahnya pun memerah, dan dengan tergesa-gesa memalingkan diri dari pamannya, seolah merasa tersinggung dan marah, entah karena apa. Anak itu mendekati ayahnya, dan menyampaikan kepada ayahnya undangan untuk datang ke bal, yang diterimanya dari sekolah "0, ini baik," kata ayahnya. "Boleh pergi!"
"Ia agak kurus, tapi makin besar; bukan lagi anak kec il, sudah besar; aku senang," kata Stepan Arkadyich. "Ingat tidak sama Paman?"
Anak itu cepat menoleh kepada ayahnya.
"lngat, mon oncle,"9s jawabnya sambil menoleh kepada pamannya, lalu kembali menundukkan kepala.
Sang paman memanggil d i a dan memegang tangannya. "Nab, apa kabar?" katanya; ia ingin bercakap-cakap, tapi tak tahu tentang apa.
Anak itu tak membalas, dan dengan wajah memerah, hati-hati, i a menarik tangannya dari genggaman tangan sang paman. Begitu Stepan Arkadyich melepaskan tangannya, anak itu keluar dari kamar dengan langkah cepat sambil menatap ayahnya dengan nada bertanya, seperti burung d iberi kebebasan.
Setahun sudah berlalu sejak Seryozha melihat ibunya terakhir kali. Sejak itu tak pernah lagi ia mendengar tentang ibunya. Dan tahun itu pula i a dimasukkan sekolah, dan di situ ia mulai mengenal dan mencintai teman-temannya. Angan-angan dan kenangan tentang sang ibu, yang menyebabkan dirinya jatuh sakit, sekarang sudah tak memusingkannya lagi. Kalau angan-angan atau kenangan itu datang kepadanya, dengan sungguh-sungguh d ihalaunya semua dari dirinya. Ia menganggap angan-angan dan kenangan itu memalukan, hanya pantas dimiliki anak perempuan, dan tak pantas bagi anak lelaki yang sudah masuk sekolah. Ia tahu, antara ayah dan ibunya terjadi pertengkaran yang mengakibatkan mereka berpi sah; ia pun tahu bahwa ia terpaksa tinggal bersama ayahnya, dan ia mencoba membiasakan diri dengan pik iran itu.
Melihat sang paman yang mirip ibunya, ia jadi tak senang,
95 Mon oncle (Pr): Pamanku.
435 436 ANNA KAR"N!NA karena hal itu membangkitkan dalam dirinya kenangan yang justru dianggapnya memalukan. Lebih tak senang lagi dia karena dari beberapa patah kata yang didengarnya, ketika ia menanti di pintu dekat kamar kerja, dan terutama dari airmuka ayah dan pamannya, ia menduga bahwa di antara kedua orang itu sedang berbicara tentang ibunya. Karena itu, agar tidak mencela sang ayah yang menjadi panutan dan tempatnya bergantung, dan yang pen ting lagi agar t idak membiarkan dirinya tenggelam dalam perasaan yang dianggapnya sangat menghinakan, Seryozha pun berusaha untuk tidak melihat sang paman yang telah datang mengganggu ketenangannya, dan tidak memikirkan hal yang diingatkan oleh sang paman.
Tapi ketika Stepan Arkadyich yang keluar mengiku t i dia melihatnya d i tangga, ia memanggil dan bertanya bagaimana ia menghabiskan waktu di kala istirahat di sekolah. Maka tanpa kehadiran sang ayah Seryozha pun mulai bercerita kepada pamannya.
"Kami lagi main keretaapi sekarang," katanya menjawab pertanyaan Stepan Arkadyich. "Itu begini: dua orang duduk di bangku kelas yang sama. Keduanya penumpang. Satu orang berdiri di kelas itu juga. Semua yang lain jaga-jaga. Ada yang dengan tangannya, ada yang dengan sabuknya, dan semua jalan lewat gerbong-gerbong. Pintu-pintu sudah dibuka dulu. Ya, memang beratjadi pengawal!" "ltu siapa yang berdiri?" tanya Stepan Arkadyich tersenyum. "Ya, memang harus berani dan cepat, apalagi kalau kereta mendadak berhen t i dan ada yang mau jatuh."
"Ya, memang ini bukan lelucon," kata Stepan Arkadyich sambil dengan sedih menatap mata Seryozha yang berseri mirip mata ibunya, mata yang kini bukan lagi mata anak-anak dan tak lagi tanpa dosa. Meskipun i a sudah berjanji kepada Aleksei Aleksandrovich untuk tidak bicara tentang Anna, tak tahan juga i a untuk tidak bicara tentang saudaranya itu.
"Kamu ingat tidak ibumu?" tanyanya tiba-tiba.
"Tidak, tak ingat," ujar Seryozha cepat, lalu menunduk dengan wajah merah padam. Maka tak satu keterangan pun bisa diperoleh sang paman dari anak itu.
Setengah jam kemudian, si pendidik Slavyanin menjumpai Seryozha di tangga, dan lama ia tak bisa mengerti sedang marahkah
LEOTOLSTOI dia atau sedang menangis.
"Jadi baga imana, betul-betul Iuka sewaktu jatuh?" kata si pendidik. "Saya sudah bilang, itu permainan berbahaya. Dan mesti disampaikan kepada kepala sekolah."
"Biarpun ada Iuka, tak ada orang bisa lihat. Barangkali saja." "Laiu bagaimana?"
"Tinggalkan saya! Ingat atau tak ingat .... Ada urusan apa" Buat apa saya diingatkan" Biarkan saya sendiri!" katanya, kali ini bukan Iagi kepada pendidiknya, tapi kepada seiuruh dunia.
Seperti biasa, Stepan Arkadyich tak s1a-s1a saJa menghabi skan waktunya di Peterseburg. Di Petersburg, seiain menyeiesaikan urusan perceraian saudara perempuanya dan Iowongan kerja itu, ia perlu menyegarkan diri, begituiah dikatakannya, seteiah menderita peiapukan di Moskwa.
Waiaupun Moskwa memiliki c a f es chantans96 dan keretaapinya sendiri, ia tetap merupakan kota udik. lnilah yang selalu dirasakan Stepan Arkadyich. Tinggal di Moskwa, terutama berdekatan dengan keiuarga, ia merasa jatuh semangat. Tinggal di Moskwa, tan pa pergi ke mana-mana, membuat dia muiai berurusan dengan perasaan tak enak dan ceiaan-ceiaan istrinya, dengan pendidikan anak-anak, soal tetek-bengek daiam dinas; bahkan utang menggelisahkan dirinya pula. Tapi begitu ia sampai dan tinggal di Petersburg, di lingkungan yang memang sudah terbiasa baginya, di mana ia hidup, ya, betulbetul hidup dan bukan kedinginan seperti di Moskwa, maka seketika itu puia semua pikiran itu menghilang dan mencair sepert i Iilin terkena lidah api.
Istri" ... Barn saja i a berbicara dengan Pangeran Chechenskii. Pangeran ini punya istri dan keiuarga-anak-anak yang sudah dewasa dan menjadi siswa Korps Page; tapi i a pun punya keluarga lain yang tak sah, dan dari situ ia punya anak-anak. Sekalipun keluarga yang pertama baik, Pangeran Chechenskii merasa lebih babagia berada di
" Cafes chantans (Pr): Kate dengan panggung musik dan nyanyi.
437 438 ANNA KAR"N!NA tengah keluarga yang kedua. Dan ia suka membawa anak lelakinya yang terbesar ke tengah keluarga yang kedua, dan ia mengatakan kepada Stepan Arkadyich bahwa yang dilakukannya itu bennanfaat dan bersifat mendidik anak. 0, apa yang kiranya dikatakan orang tentang itu di Moskwa!
Anak-anak" Di Petersburg anak-anak tidak mengganggu ayahnya. Anak-anak dididik di lembaga-lembaga pendidikan, dan tak ada pengertian-pengertian liar seperti yang menyebar di Moskwapada Lvov, misalnya-bahwa anak-anak membutuhkan kemewahan hidup, sedangkan orangtua hanya butuh kerja dan kerepotan. D i sini orang mengerti bahwa manusia wajib hidup untuk dirinya sendiri, sebagaimana orang berpendidikan.
Dinas" Dinas di sini juga tidak seperti tugas berat yang tak mendatangkan keuntungan seperti di Moskwa; d i sini orang punya minat terhadap dinas. Dari pertemuan yang tak disangka-sangka, bantuan yang diberikan, kalimat jitu yang diucapkan pada waktu yang tepat, atau kemampuan menampilkan berbagai ha! secara lucu, tiba-tiba orang punya karir, seperti Bryantsev yang kemarin dijumpai Stepan Arkadyich dan sekarang menjadi pegawai tinggi tingkat satu. Dinas di sini ada maknanya.
Terutama pandangan orang Petersburg terhadap persoalan yang betul-betul memberikan pengaruh yang mantap kepada Stepan Arkadyich. Bartnyanskii, yang melihat gaya hidupnya setidaktidaknya barns ditopang dengan gaji limabelas ribu, dan dengan train97 seperti itu, kemarin mengucapkan kepadanya perkataan yang amat bagus mengenai ha! itu.
Menjelang makan siang, setelah bercakap-cakap, Stepan Arkadyich mengatakan kepada Bartnyanskii:
"Kamu rupanya dekat dengan Mordvinskii, ya" Kalau begitu, kamu bisa berjasa padaku; tolonglah sampaikan kepadanya persoalanku. Ada satu lowongan yang ingin kuisi. Sebagai anggota dewan direktur .... "
"Ah, biar bagaimanapun aku tak kan ingat itu .... Cu ma, kenapa kamu bemafsu betul dengan urusan keretaapi dengan orang-orang
., Train (Pr): Gaya hidup.
LEOTOLSTOI Yahudi itu" ... Terserahlah mau kamu katakan apa, tapi bagaimanapun itu menji jikkan!"
Stepan Arkadyich tak mengatakan bahwa itu urusan vital; Bartnyanskii tak bakal mengerti itu.
"Aku butuh uang; mau hidup dengan apa?" "Tapi kamu hidup, kan?"
"Memang hidup, tapi utang-utang?"
"Ah, masa" Banyak?" kata Bartnyanskii bersimpati. "Banyak sekali, kira-kira ada duapuluh r ibu." Bartnyanskii terbahak gembira.
"Kamu ini orang yang bahagia!" katanya. "Utangku satu setengh juta, dan secepeng pun aku tak ada uang; tapi seperti kamu lihat, masih bisa aku hidup!"
Dan Stepan Arkadyich membenarkan hal itu, bukan hanya dalam kata-kata, tapi juga dalam kenyataan. Zhivakhov punya utang tigaratus ribu, dan tak satu kopek pun i a pegang, tapi tetap saja ia hidup, dan bagaimana pula hidupnya! Pangeran Kri vtsov, yang kasusnya sudah lama dianggap tak ada harapan, ternyata masih memelihara dua orang gendak. Petrovskii menghabiskan uang limajuta dan hidup tetap seperti biasa, bahkan mengepala i urusan keuangan, dan gajinya duapuluh ribu. Selain itu, Petersburg secara fisi k memberikan pengaruh menyenangkan kepada Stepan Arkadyich. Kota itu membuatnya lebih muda. Di Moskwa kadangkadang ia memerhatikan ubannya, tidur sesudah makan siang, meregangkan badan, mendaki tangga pelan-pelan dan dengan napas berat, bosan dengan perempuan-perempuan muda, dan tidak berdansa di bal. Sedangkan di Petersburg ia selalu merasa sepuluh tahun lebih muda.
Di Petersburg ia rasakan juga hal yang kemarin dikatakan kepadanya oleh Pangeran Oblonskii, Pyotr, yang umurnya enampuluh tahun, dan baru pulang dari luar negeri.
"Kita di sini belum bisa hidup," kata Pyotr Oblonskii. "Kamu barangkali tak percaya, aku sudah tinggal di Baden, dan di sana betul-betul aku merasa seperti pemuda. Lihat perempuan muda, pikiran ini. ... Kita makan si ang, min um sedikit-terasa ada kekuatan, ketegapan. Pulang ke Rusia, kita mesti menemui istri dan ke desa
439 440 ANNA KAR"N!NA lagi. Barangkali kamu tak percaya, dua minggu kemudian sudab pakai kimono lagi, dan tak lagi mengenakan pakaian untuk makan siang. Mana pula bisa memikirkan yang muda-muda! Betul-betul jadi orang tua. Tinggal memikirkan bagaimana menyelamatkanjiwa. Tapi kalau pergi ke Paris, kembali badanjadi sehat."
Sepert i Pyotr Oblonskii, Stepan Arkadyich merasakan perbedaan itu pula. Di Moskwa ia betul-betul tenggelam, sehingga kalau terlalu lama i a tinggal d i sana, i a benar-benar bisa sampai kepada masalab penyelamatan jiwa itu pula; sedangkan di Petersburg ia merasakan dirinya kembali hidup lagi.
Antara Nyonya Pangeran Betsy Tverskaya dan Stepan Arkadyich terjalin hubungan yang sangat aneh dan lama. Stepan Arkadyich selalu mencumbunya dengan kelakar, dan mengucapkan kepadanya, juga dengan berkelakar, kata-kata yang paling tak sopan, karena ia tahu nyonya itu paling senang dengan itu. Sehari sesudah ia melakukan percakapan dengan Karenin, Stepan Arkadyich singgab ke rumah nyonya itu dengan perasaan muda kembali, sehingga dalam cumbuan dan kebohongannya yang bernada kelakar, tanpa disengaja, ia telah bertindak demikianjauh, sehingga ia tak tahu lagi bagaimana harus menarik diri kembali. Gara-garanya, sial benar, temyata nyonya pangeran itu bukan hanya tak menyenangkan dia, melainkan menjijikkannya. Nada nyonya itu menjadi demikian karena ia sangat menyenangi Stepan Arkadyich. Karena itu, senanglab Stepan Arkadyich Nyonya Pangeran Myagkaya datang, dan dengan demikian mereka tak lagi hanya berdua.
"O, jadi Anda di sini juga?" kata Nyonya Pangeran Myagkaya ketika ia melihat Stepan Arkadyich. "Nab, bagaimana kabar saudara kita yang malang itu" Janganlab Anda melihat saya seperti itu," tambahnya. "Ketika semua orang menyerangnya, orang-orang yang seratusribu kali lebih buruk daripada dia, saya melihat bahwa yang dilakukan saudara perempuan Anda itu baik sekali. Sungguh saya tak bisa memaatkan Vronskii, yang tak memberitahu saya bahwa Anna ada di Petersburg. Kalau saya tahu, pasti saya datangi Anna, dan saya akan bersama d ia ke mana-mana. Tolonglab sampaikan salam cinta saya padanya. Nab, sekarang ceritakanlah kepada saya tentang dia."
LEOTOLSTOI "Ya, keadaannya be rat sekarang, i a .. .," demikian Stepan Arkadyich memulai ceritanya. Karena wataknya lugu ia menerima kata-kata Nyonya Pangeran Myagkaya "ceritakanlah kepada saya tentang saudara Anda" itu seperti menerima matauang yang sah. Padahal Nyonya Pangeran Myasgkaya sendiri seketika itu langsung menukasnya, seperti biasa ia lakukan, dan mulai bercerita sendir i.
"Anna hanya melakukan apa yang dilakukan semua orang kecuali , tapi mereka menyembunyikan perbuatan itu; tapi ia tak ingin menipu orang, dan itu baik sekali. Bahkan lebih baik lagi i a melakukan itu, karena ia sudah meninggalkan ipar Anda yang sinting itu. Maatkan kata-kata saya ini. Semua orang bilang bahwa ipar Anda itu pandai, hanya saya seorang yang mengatakan bahwa ia bodoh. Sekarang, sesudah ia berhubungan dengan Lidiya Ivanovna dan Landau, semua orang mengatakan dia sinting, dan walaupun saya tak sependapat dengan mereka, tapi kali ini tidak bisa tidak saya harus setuju dengan orang banyak bahwa iparmu itu memang sinting."
"Saya minta pen jelasan," kata Stepan Arkadyicb, "apa yang Anda maksud itu" Kemarin saya baru mengunjungi dia untuk urusan saudara saya, dan minta dari dia jawaban yang pasti. Ia tak memberikan jawaban kepada saya, dan cuma mengatakan bahwa ia akan berpikir dulu, tapi tadi pagi saya bukannya mendapat balasan, tapi malah menerima undangan untuk datang malam nanti ke rumah Nyonya Pangeran Lidiya Ivanovna."
Anna Karenina Jilid 2 Karya Leo Tolstol di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nah, itu dia!" ujar Nyonya Pangeran Myagkaya girang. "Mereka akan bertanya kepada Landau apa yang harus dikatakan ipar Anda itu kepada Anda."
"Apa maksudnya bertanya kepada Landau itu" Kenapa" Siapa Landau itu?"
"Lo, jadi Anda tak kenal dengan Jules Landau le fameux Jules Landau, le clairvoyant"98 Dia itu orang sinting juga, tapi pada dia tergantung nasib saudara perempuan Anda itu. Inilah yang terjadi. Akibat hidup di daerah, Anda tak tahu apa-apa. Landau itu dulunya
98 Jules Landau le fameux Jules Landau, le clairvoyant" (Pr): Jul es Landau, Jules Landau yang terkenal, si peramal"
441 442 ANNA KAR"N!NA seorang commis99 di sebuah toko di Paris; dia mendatangi seorang dokter, dan di rumah dokter, di kamar tamu, ia tertidur, dan dalam tidurnya ia mulai memberikan nasihat-nasihat kepada orang-orang yang sakit. Dan yang diberikannya itu nasihat-nasihat yang sungguh mengagumkan. Kemudian istri Yurii Meledinskii-Anda tahu Yurii Meledinskii yang sakit itu"-mendengar tentang Landau dan mendatangkan dia untuk mengobati suaminya. Landau mengobati suaminya. Tapi tak ada kesembuhan apapun yang dihasilkan bagi orang yang sakit itu, dan menurut pendapat saya itu karena ia masih lemah; tapi suami-istri itu percaya kepada dia dan membawanya ke sana-kemari. Dan akhirnya dibawa ke Rusia. Di sini semua orang datang padanya, dan ia mulai mengobati semua orang. Nyonya Pangeran Bezzubova disembuhkannya, dan nyonya itu begitu jatuh cinta kepadanya sampai mengangkat dia sebagai anak." "Mengangkat sebagai anak bagaimana?"
"Ya, begitulah, mengangkatnya sebagai anak. Landau sekarang bukan lagi Landau, tapi Pangeran Bezzubov. Tapi persoalannya bukan itu. Lidiya-saya sebetulnya sayang sekali kepadanya, tapi sekarang kepalanya sudah tak ada di tempatnya-Lidiya itu sekarang berpaling kepada Landau, dan tanpa Landau dia maupun Aleksei Aleksandrovich tak bisa mengambil keputusan apa-apa. Karena itu, nasib saudara Anda itu sekarang ada di tangan Landau, atau dengan nama lain Pangeran Bezzubov."
XXI Selesai makan siang yang enak sekali dan minum konyak dalam jumlah banyak di rumah Bartnyanskii, Stepan Arkadich berkunjung ke rumah Nyonya Pangeran Lidiya Ivanovna, sedi k it terlambat dari waktu yang ditentukan.
"Siapa lagi yang bersama Nyonya Pangeran" Orang Prancis?" tanya Stepan Arkadyich kepada penjaga pintu sambil memerhatikan mantel Aleksei Aleksandrovich yang dikenalnya, dan mantel lain yang aneh dan naif, yang menggunakan gesper.
" Commis (Pr): Juru tulis.
LEOTOLSTOI "Aleksei Aleksandrovich Karenin dan Pangeran Bezzubov," jawab penjaga pintu bernada kereng.
"Benar dugaan Nyonya Pangeran M a," pikir Stepan Arkadyich ketika naik ke tangga. "Aneh! Tapi bagaimanapun ada baiknya bergaul dengan dia. Ia punya pengaruh yang luas. Kalau ia mau menyampaikan ke inginanku kepada Pomorsk ii, itu baik sekali."
Di luar rumah cuaca masih amat terang, tapi di dalam kamar tamu Nyonya Pangeran Lidiya Ivan , yang diturunkan kain tirainya, lampu-lampu sudah menyala.
Di sekitar meja bundar, di bawah lampu duduk, Nyonya Pangeran dan Aleksei Aleksandrovich sedang membicarakan sesuatu. Seorang lelaki yang agak kurus dan tak begitu tinggi badannya berdiri di ujung lain meja sedang mengamati dinding yang d igantungi potret-potret. Orang itu berpantat perempuan, kakinya melengkung di bagian lutut, wajahnya pucat dan tampan, matanya berseri, dan rambutnya yang panjang menjela di atas kerah jas. Sesudah mengucapkan salam kepada nyonya rumah dan Aleksei Aleksandrovich, Stepan Arkadyich, tanpa dikehendaki, menoleh sekali lagi ke arah orang yang tak dikenalnya itu.
"Monsieur Landau!" kata Nyonya Pangeran kepada orang Prancis itu dengan lembut dan hati-hati, hal yang betul-betul memukau Oblonskii. Selanjutnya Nyonya Pangeran memperkenalkan kedua orang itu.
Landau lekas-lekas menoleh, mendekat, dan sambil tersenyum meletakkan tangannya yang kaku berkeringat ke tangan Stepan Arkadyich yang terulur kepadanya, tapi seketika itu pula ia kembali menjauhkan dan mulai memerhatikan potret-potret. Nyonya Pangeran dan Aleksei Aleksandrovich saling berpandangan.
"Saya senang sekali bertemu dengan Anda, terutama sekarang ini," kata Nyonya Pangeran Lidiya Ivanovna sambil menunjukkan tempat di dekat Karenin kepada Stepan Arkadyich.
"Saya tadi memperkenalkan Anda dengan dia sebagai Landau," katanya lirih sambil menoleh ke arah orang Prancis itu dan Aleksei Aleksandrovich. "Tapi sesungguhnya i a adalah Pangeran Bezzubov, seperti Anda tentunya sudah tahu pula. Hanya saja ia kurang menyukai gelar itu."
443 444 ANNA KAR"N!NA "Ya, saya mendengar itu," jawab Stepan Arkadyich. "Orang bilang, ia sudah menyembuhkan Nyonya Pangeran Bezzubova."
"Nyonya Pangeran Bezzubova baru saja ada di sini; betul-betul kasihan dia!" ujar Nyonya Pangeran kepada Aleksei Aleksandrovich. "Perpisahan itu baginya mengerikan sekali. Seperti satu pukulan!"
"Apa perjalanan Pangeran Bezzubov berhasil?" tanya Aleksei Aleksandrovich.
"Ya, ia pergi ke Paris. Kemarin ia mendengar suara," kata Nyonya Lldiya Ivanovna sambil menatap Stepan Arkadich.
"O, suara!" ulang Oblonskii yang waktu itu merasa bahwa ia harus berlaku hati-hati di tengah lingkungan terjadinya atau bakal terjadinya sesuatu yang luarbiasa itu, yang belum ia kenal pintumasuknya.
Diam sebentar; tapi sesudah itu Nyonya Pangeran Lldiya Ivanovna berkata kepada Oblonskii disertai senyum tipis, seakan ia beralih ke pokok persoalan yang terpenting.
"Saya sudah lama mengenal Anda, dan saya senang sekali bisa mengenal Anda lebih dekat lagi. Les amis de nos ami s sont nos amis.100 Tapi untuk menjadi seorang sahabat, kita mesti menimbang masak-masak keadaanjiwa sahabat k ita itu; dan saya khawatir Anda belum melakukan hal itu dalam hubungan Aleksei Aleksandrovich. Anda mengerti apa yang saya bicarakan ini?" katanya sambil mengangkat matanya yang indah sayu.
"Sebagian, Nyonya Pangeran, saya mengert i keadaan Aleksei Aleksandrovich ... " kata Oblonskii yang tak mengerti betul apa yang sedang dipersoalkan. Karena itu ia membatasi diri pada soal yang umum saja.
"Perubahan yang terjadi dengan dia bukan keadaan luamya," kata Nyonya Pangeran Lidiya Ivanovna kereng, dan bersamaan dengan itu mengikuti Aleksei Aleksandrovich dengan pandangan sayang; Aleksei Aleksandrovich waktu itu sedang bangkit dari duduknya dan pergi menghampiri Landau. "Hatinya telah berubah; ia sekarang punya hati yang baru; dan saya khawatir Anda belum sepenuhnya
100 Les amis de nos amis sont nos amis (Pr): Sahabatnya sahabat kita adalah sahabat kita.
LEOTOLSTOI mempertimbangkan perubahan yang telah terjadi pada dia."
"Ya, tapi secara umum saya bisa membayangkan perubahan itu. Kami berdua selalu bersahabat, dan sekarang ... ," kata Stepan Arkadyich sambil membalas pandangan mata Nyonya Pangeran dengan pandangan mesra; ia membayang-bayangkan, mana di antara dua kementerian yang punya hubungan dekat dengan Nyonya Pangeran agar i a bisa berhubungan lewat nyonya itu.
"Perubahan yang sudah terjadi dalam dirinya itu tak mungkin melemahkan rasa cintanya kepada orang-orang yang dekat dengan dia-seb , perubahan itu harus meningkatkan rasa cintanya. Tapi saya khawatir Anda belum bisa memahami saya. Apa Anda tak ingin teh?" katanya sambil dengan matanya menunjuk pelayan yang sedang menyuguhkan teh dengan baki.
"Tidak terlalu, Nyonya Pangeran. Tentu saja, kemalangan yang menimpa Alekse i Aleksandrovich itu .... "
"Ya, kemalangan yang berubah jadi kebahagiaan tertinggi, karena hati menjadi baru dan penuh dengan kebahagiaan itu," tukas Nyonya Pangeran Lidiya Ivanovna sambil menatap Stepan Arkadyich dengan tatapan sayang.
"Kukira, aku bisa meminta dia menyampaikan kepada kedua kementerian itu," pikir Stepan Arkadyich.
"Tentu Nyonya Pangeran,"kata StepanArkadyich. "Tapi menurut pendapat , perubahan itu amat bersifat pribadi, sehingga tak seorang pun, bahkan orang yang paling dekat dengan dia, tak suka membicarakannya."
"Sebaliknya! Kita harus membicarakannya, dan saling membantu."
"Ya, tak bisa diragukan lagi, tapi kita sering menjumpai perbedaan nan, dan dalam hal ini...," kata Oblonskii tersenyum lunak.
"Tak mungkin ada perbedaan dalam soal kebenaran ilahi." "Itu tepat sekali, tapi...," tapi sampai di situ Stepan Arkadyich terdiam kebingungan. Ia mengert i bahwa persoalannya kini sampai pada agama.
"Saya kira, sebentar lagi ia akan tertidur," ujar Aleksei Aleksandrovich berbisik penuh , sambil menghampiri Lidiya lvanovna.
445 446 ANNA KAR"N!NA Stepan Arkadyich menoleh. Landau duduk di dekat jendela bertelekan pada tangan dan punggung kursi, dengan kepala ditundukkan. Melihat pandangan ditujukan kepadanya, ia mengangkat kepala dan tersenyum dengan senyum anak-anak yang polos.
"Jangan perbatikan," kata Lidi ya lvanovna, lalu dengan gerak r ingan menyodorkan kursi kepada Aleksei Aleksandrovich. "Saya melihat .. .," katanya hendak mulai membicarakan sesuatu, ta pi waktu itu seorang pelayan masuk ke kamar membawa sepucuk surat. Lidiya Ivanovna membaca cepat surat itu, dan sesudah minta maaf ia pun menulis balasan dengan kecepatan luarbiasa, dan di berikannya surat balasan, lalu kembali ke meja. "Saya melibat," katanya meneruskan kata-kata yang sudah dimulainya, "babwa orang Moskwa, terutama lelakinya, adalah orang-orang yang paling masa bodoh terhadap agama."
"Ah, tidak, Nyonya Pangeran; menurut penglihatan saya, orang Moskwa punya reputasi sebagai orang-orang yang mantap," jawab Stepan Arkadyich.
"Ya, sepanjang pengetabuan saya, sayang sekali Anda termasuk orang yang masa bodoh itu," kata Aleksei Aleksandrovich dengan senyum lelah kepada Stepan Arkadyich.
"Bagaimana mungkin bersikap masa bodoh!" kata Lidiya Ivanovna.
"Dalam hal ini saya bukannya masa bodob, tapi menanti," kata Stepan Arkadyicb dengan senyuman paling melunakkan. "Saya beranggapan bahwa belum waktunya bagi saya menggeluti soal-soal seperti itu."
Aleksei Aleksandrovich dan Lidiya Ivanovna saling pandang. "Kita tak bisa mengetahui apakah sudah tiba waktunya bagi kita atau belum," kata Aleksei Aleksandrovicb kereng. "Kita tak boleb berpikir tentang sudahkah kita siap atau belum; berkab itu tidak dikendalikan pikiran manusia; berkab kadang-kadang tidak turun pada orang-orang yang berusaha keras, tapi turun pada orang-orang yang tidak dalam keadaan siap, sepert i misalnya pada Saul."
"Tidak, rupanya belum wa sekarang," kata Lidiya Ivanovna yang waktu itu mengikuti gerak-gerik orang Prancis itu. Landau berdiri dan menghampiri mereka.
LEOTOLSTOI "Boleh saya mendengarkan percakapan Anda sekalian?" "Tentu, saya sebenarnya tak ingin mengganggu Anda," kata Lidiya Ivanovna sambil menatap mesra, "silakan duduk dengan kami."
"Kita hanya perlu membuka mata agar tidak kehilangan cahaya itu," sambung Aleksei Aleksandrovich.
"0, seandainya Anda mengenal kebahagiaan seperti yang kami rasakan ini, justru karena kebahagiaan itu selalu ada dalam jiwa kami!" kata Nyonya Pangeran Lidiya Ivanovna sambil tersenyum bahagia.
"Tapi manusia kadang-kadang merasakan dirinya tak mampu mendaki sampai ketinggian itu," kata Stepan Arkadyich, yang merasa dirinya bertindak tak jujur dengan mengakui tingginya agama, sedangkan di waktu yang lain ia tak bersedia mengakui berpikiran bebas kepada Pomorskii, orang yang dengan sepatah saja bisa menyerahkan kepadanya lowongan yang ia i nginkan.
"Jadi Anda ingin mengatakan bahwa ia terhalang oleh dosa?" kata Lidiya Ivanovna. "Tapi demikian itu pendapat yang keliru. Pada orang yang beriman tak ada dosa; dosa itu sudah ditebus. Pardon," tambahnya sambil menatap pelayan yang kembali masuk membawa surat lain lagi. Dibacanya surat itu, dan jawabnya: "Katakan, besok di rumah Nyonya Pangeran Besar. Tak ada dosa pada orang yang beriman, n katanya lagi melanjutkan percakapan.
"Ya, tapi iman tanpa ada urusan adalah mati," kata Stepan Arkadyich yang teringat kalimat itu dalam Katekismus, dan dengan senyum ia mempertahankan kebebasannya.
"Itu dia, dari surat kiriman rasul Yakub," kata Aleksei Aleksandrovich dengan nada mencela tertuju kepada Lidiya Ivan , karena agaknya mereka sudah lebih daripada sekali membicarakan soal itu. "Berapa banyak kerugian akibat tafsir yang keliru atas ucapan itu! Memang tak ada hal lain yang lebih mampu menjauhkan orang dari iman daripada tafsiran itu tadi. 'Saya tak ada urusan, karena itu tak bisa saya beriman,' padahal sebetulnya tak ada ucapan seperti itu. Yang ada adalah sebaliknya."
"Bekerja untuk Tuhan dengan kerja keras dan dengan berpuasa menyelamatkan jiwa," kata Nyonya Pangeran Lidiya Ivanovna dengan benci bercampur jijik. "Itulah pengertian liar yang ada pada
44 7 448 ANNA KAR"NINA para rahib kita .... Padahal tak ada ucapan seperti itu. Itu jauh lebih sederhana dan gampang," tambahnya sambil menatap Oblonskii disertai senyum membesarkan hati seperti biasa ia tunjukkan kepada gadis-gadis istana yang bingung oleh situasi baru yang mengitarinya.
"Kita diselamatkan oleh Kristus yang telah menanggung sengsara demi kita. Kita diselamatkan oleh iman kita," tegas Aleksei Aleksandrovich, yang dengan tatapan matanya membenarkan katakata Lldiya Ivanovna.
"Vous comprenez l'anglais?"101 tanya Lidiya Ivanovna, dan sesudah mendapat jawaban mengiyakan, ia berdiri dan mulai mencaricari di rak buku.
"Saya ingin membacakan untuknya buku S a f e and Happy atau Under the Wing?" katanya sambil menoleh kepada Karenin dengan nada bertanya. Dan ketika telah ditemukannya buku itu dan kembali ke tempatnya, ia pun mulai membuka buku tersebut. "Singkat sekali. Di sini dilukiskan jalan untuk memperoleh iman, dan kebahagiaan melebihi segala yang bersifat duniawi dalam jiwa kita. Orang yang beriman tidak mungkin tidak bahagia, karena ia tidak sendiri. Sebentar Anda akan lihat." Ia sudah akan membaca, tapi waktu itu kembali pelayan masuk. "Borozdina" Katakan besok jam dua. Ya," katanya sambil menunjuk halaman dalam buku, lalu sambil menarik napas menatap ke depan dengan matanya yang indah sayu. "Demikianlah pengaruh positif iman yang sejati. Anda kenal Sanina Marie" Anda tahu kemalangan yang menimpanya" Ia telah kehilangan anak satu-satunya. Ia telah berputusasa. Lalu bagaimana" Ia menemukan sahabat ini, dan sekarang ia mengucapkan syukur kepada Tuhan atas kematian anaknya. Itulah kebahagiaan yang diberikan oleh iman!"
"Ya, ya, itu sangat .. . ," kata Stepan Arkadyich yang waktu itu merasa senang, karena sebentar lagi nyonya itu akan membaca, dan itu akan memberinya kesempatan untuk memusatkan perhatian. "Tidak, rupanya lebih baik tak minta apa-apa sekarang ini," pikirnya. "Soalnya sekarang cuma bagaimana pergi dari sini tanpa melakukan
1" 1 Vous comprenez J" ng/ais (Pr): Anda mengerti bahasa lnggris"
LEOTOLSTOI kesalahan." "Anda akan merasa bosan," kata Nyonya Pangeran Lidiya Ivanovna kepada Landau, "karena Anda tak mengenal bahasa Ing; ta pi ini singkat saja."
"O, tapi saya akan bisa mengerti," kata Landau dengan senyum yang tadi juga, lalu memejamkan mata.
Aleksei Aleksandrovich dan Lidiya Ivanovna saling pandang dengan penuh makna, dan pembacaan pun mulai.
XXII Stepan Arkadyich merasa betul-betul tercengang mendengar omongan-omongan yang baru dan aneh baginya itu. Kehidupan di Petersburg secara umum memang memberinya pengaruh lebih baik dan melepaskan dia dari suasana macet dalam kehidupan di Moskwa; t a pi kerumitan-kerumitan itu i a sukai dan pahami hanya dalam lingkungan yang akrab dan ia kenal; sedangkan dalam lingkungan yang asing ini ia dibikin tercengang, dibikin terpukau, dan tak bisa memahaminya. Mendengarkan kata-kata Nyonya Pangeran Lidiya Ivanovna dan merasakan pandangan mata Landau yang indah, naif atau palsu itu-ia sendiri tak tahu mana yang benar-mulailah Stepan Arkadyich merasakan sesuatu yang sangat berat dalam kepalanya.
Pikiran-pikiran yang beranekaragam bersimpang-siur dalam kepalanya. "Marie Sanina gembira bahwa anaknya .. .. Barangkali enak sekarang ini kalau ia merokok .... Untuk memperoleh keselamatan hanya diperlukan iman, dan para rahi b tak tahu caranya, sedangkan Nyonya Pangeran Lidiya lvanovna tahu .... Dan kenapa kepalaku begini berat" Karena konyak atau karena semua ini begitu aneh" Tapi bagaimanapun sampai saat ini aku tak melakukan sesuatu yang tak sopan. Tapi bagaimanapun tak mungkin sekarang ini aku minta tolong kepadanya mengenai soal jabatan itu. Kata orang, di sini kita dipaksa berdoa. Jangan-jangan aku nanti dipaksa berdoa. Akan jadi amat bodoh nantinya. Dan omong-kosong apa pula yang di bacanya itu, biarpun ucapannya bagus" Landau sama dengan Bezzubov. Kenapa dia jadi Bezzubov?" Tiba-tiba Stepan Arkadyich merasakan rahang bawahnya tanpa bisa ditahan lagi
449 450 ANNA KAR"N!NA mulai bergerak dan mulai menguap. Ia pun meratakan cambang untuk menyembunyikan uapannya, lalu mengguncangkan badannya. Tapi sesudah itu ia merasa bakal tidur dan mendengkur. Ia terbangun ketika suara Nyonya Pangeran Lidiya Ivanovna mengatakan: "Ia tidur."
Dengan penuh ketakutan Stepan Arkadyich pun bangun dan merasa dirinya bersalah dan tertangkap basah. Tapi seketika itu pula ia merasa Iega, karena tahu bahwa kata-kata "Ia tidur" itu bukan tertuju kepadanya, melainkan kepada Landau. Orang Prancis itu tertidur seperti Stepan Arkadyich. Tapi kalau tidurnya Stepan Arkadyich, menurut pendapatnya, bisa menyinggung perasaan (ah, tapi barangkali juga ia tak berpendapat demikian, karena semua memang terasa begitu aneh), maka tidur Landaunya amat menyenangkan hati mereka, terutama Nyonya Pangeran Lidiya Ivanovna.
"Mon ami,"102 kata Lidiya Ivan dengan hati-hati agar tidak membuat ribut, sambil memegang lipatan-lipatan gaunnya yang terbuat dari kain sutra; karena perasaannya sedang terangsang, ia menyebut Karenin bukannya Aleksei Aleksandrovich, melain "mon ami", "donnez Jui la main. Vous voyez"103 Sssst!" desisnya kepada pelayan yang kembali masuk. ''Tidak terima tamu."
Orang Prancis itu tertidur atau pura-pura tertidur dengan kepala menggeletak di atas punggung kursi; dan dengan tangan berker ingat ia membuat gerakan-gerakan lemah di atas lututnya, seakan sedang menangkap sesuatu. Aleksei Aleksandrovich berdiri; ia hendak mendekat dengan hati-hati, tapi ternyata tersangkut meja, lalu ia meletakkan tangannya ke tangan orang Prancis itu. Stepan Arkadyich juga bangkit sambil membuka mata Iebar-Iebar untuk membangunkan dirinya agar jangan sampai tertidur, dan bergantiganti ia menatap orang Prancis dan Aleksei Aleksandrovich. Semua itu berlangsung dalam keadaan sadar. Stepan Arkadyich merasa, dalam kepalanya ada yang terasa makin lama makin tak enak. "Que la personne qui est arrivee la derniere, celle qui demande,
102 M on ami (Pr): Sahabatku.
10" Donnez /ui la main. Vous " (Pr): Ulurkan tangan kepadanya. Anda lihat"
LEOTOLSTOI qu'elle sorte! Qu'elle sorte!?" 04 ujar orang Prancis tanpa membuka ma ta.
"Yous m'excuserez, mais vous voyez .... nez vers dix heures, encore mieux demain. "10 s
"Qu'elle sorte!" 10 6 ulang orang Prancis tak sabar. "C'est moi, n'est ce pas?"101
Dan sesudah menerima balasan mengiyakan, Stepan Arkadyich segera keluar bersijingkat, lupa samasekali bahwa ia tadinya i ngin minta tolong kepada Lidiya lvanovna, lupa urusan saudara perempuannya, dan yang diinginkannya sekarang hanya selekas mungkin enyah dari situ; seperti meninggalkan rumah yang sudah ketularan wabah, ia berlari cepat-cepat ke jalan, kemudian lama bercakap-cakap dan berkelakar dengan tukang kereta dengan maksud selekasnya mendapatkan kembali kesadarannya.
Sesudah berkunjung ke teater Prancis, yang sempat ia lihat babak terakhirnya, dan kemudian sesudah minum sampanye dengan pelayan orang Tartar, Stepan Arkadyich merasa agak bisa istirahat di tengah udara yang memang terbiasa baginya. Tapi bagaimanapun malam itu ia betul-betul merasa tak jenak.
Sampai di rumah Pyotr Oblonskii, tempat i a menginap di Petersburg, Stepan Arkadyich menemukan surat dari Betsy. Betsy menulis bahwa ia ingin sekali menyelesaikan percakapan yang telah mereka mulai, dan meminta Stepan Arkadyich untuk datang besok. Belum sempat Stepan Arkadyich membaca surat itu sampai selesai dan mengerutkan kening, terdengar langkah-langkah berat di bawah, langkah-langkah orang mendukung sesuatu yang berat.
Stepan Arkadyich keluar untuk melihat. Ternyata Pyotr Oblonskii, yang katanya telah menjadi lebih muda itu. Ia begitu mabuk sampai tak sanggup lagi naik tangga; tapi melihat Stepan
" 04 Que la personne qui est arrivee la derniere, celle qui dernande, qu'elle sorte! Qu'elle sarte! (Pr): Suruh orang yang datang terakhir itu, yang bertanya itu, keluar. Suruh dia keluar!
" os Vous m'excuse mais vous v . . . . Revenez vers dix heures, encore mieux demain (Pr): Maafkan saya, tapi Anda mengerti. ... Datanglah lagi sekitar jam sepuluh, atau lebih baik lagi besok.
" 06 Qu'elle sorte! (Pr): Suruh dia keluar! 1" 1 C' est moi, n'est ce p as (Pr): Maksudnya saya, ya.
451 452 ANNA KAR"NINA Arkadyich ia meminta d ia menopangnya; dan sambil berpegangan Stepan Arkadyich ia pun masuk ke kamar, dan di sana ia mulai bercerita tentang bagaimana i a menghabiskan waktu malam itu, dan tertidur.
Stepan Arkadyich patah semangat, suatu hal yang jarang terjadi dengan dirinya, dan lama ia tak bisa tertidur. Apapun yang teringat olehnya terasa memuakkan, tapi yang paling menjijikkan dan memalukan adalah acara malam di rumah Nyonya Pangeran Lidiya Ivanovna.
Hari berikutnya ia mendapat penolakan tegas dari Aleksei Aleksandrovich dalam masalah perceraian Anna, dan mengertilah ia bahwa keputusan itu diambil berdasarkan apa yang kemarin dikatakan orang Prancis dalam tidurnya, entah betul tidur, entah pura-pura.
XXIII Untuk mengambil suatu keputusan dalam kehidupan keluarga diperlukan perselisihan yang sesungguhnya antara suami dan istri atau persesuaian cinta. Kalau hubungan suami-istri tak menentu, dan tak ada yang pertama maupun yang kedua tadi, tak mungkin diambil suatu keputusan.
Banyak keluarga selama bertahun-tahun tetap berada di tempat yang memuakkan bagi suami-istri hanya karena tak ada perselisihan sebenar-benarnya maupun persesuaian.
Baik bagi Vronskii maupun Anna, kehidupan di Moskwa yang panas berdebu itu sudah tak tertanggungkan lagi, karena matahari tidak bersinar seperti di musim semi, melainkan seperti di musim panas, dan semua pohon di tepi jalan telah lama tertimbun daun, sedangkan dedaunan itu seluruhnya sudah berselimutkan debu; namun mereka tidak pindah ke Vozdvizhenskoye seperti telah diputuskan, dan terus saja tinggal di Moskwa yang menjemukan bagi keduanya, karena di waktu terakhir tak ada kesepakatan di antara keduanya.
Kemarahan yang meretakkan hubungan mereka sesungguhnya tak punya dasar lahiriah samasekali, dan semua usaha untuk
LEOTOLSTOI membuka hati bukan hanya tidak menyingkirkan kemarahan itu, melainkan sebaliknya, meningkatkannya. Kemarahan itu adalah kemarahan batini ah, yang dasarnya adalah, di pihak Anna, merosotnya c inta Vronskii, sedangkan di pihak Vronskii, rasa sesal karena telab menempatkan diri pada kedudukan yang sulit demi Anna, dan kedudukan itu bukannya diringankan tapi malah diperberat oleh Anna. Baik Vronskii maupun Anna tidak mengungkapkan sebab kemarahan masing-masing, tapi masing-masing dari mereka menganggap yang lain tidak benar, dan dengan alasan apapun mereka berusaha membuktikan hal itu kepada yang lain.
Bagi Anna, seluruh hakikat Vronskii beserta kebiasaan-kebiasaan, pikiran-pikiran, harapan-harapan, dan seluruh nilai mental dan fisiknya hanya satu saja, yaitu cinta kepada perempuan; dan cinta itu menurutnya harus dipusatkan kepada diri Anna seorang, tapi cinta itu sekarang sudah merosot; karena itu, menurut penilaiannya, Vronskii tentu sudah mengalihkan sebagian cintanya kepada seorang perempuan lain atau beberapa perempuan lain, dan ia pun cemburu. la cemburu kepada Vronskii bukan karena c inta Vronskii kepada perempuan lain, melainkan karena merosot c intanya. Dan karena ia belum menemukan penyebab rasa cemburunya, maka i a pun mencarinya. Dari isyarat yang sekecil-kecilnya pun, ia bisa mengalihkan rasa cemburunya dari hal yang satu ke hal yang lain. Kadang ia cemburu karena menurutnya Vronskii telah menci ntai perempuan-perempuan kasar yang memang dengan mudab bisa digaulinya berkat hubungan-hubungannya di masa membujang; kadang ia cemburu karena menurutnya Vronskii telah mencintai perempuan-perempuan bangsawan yang memang bisa selalu dijumpainya; kadang pula ia cemburu karena menurutnya Vronskii telah mencintai seorang gadis yang hanya ada dalam bayangan, dan dengan gadis itulah Vronskii akan kawin, setelah memutuskan bubungan dengan Anna. Dan rasa cemburu yang terakbir itulah yang paling menyiksa Anna, terutama karena Vronskii sendiri tak cukup berhati-hati, dan ketika mereka melakukan pembicaraan terbuka, ia pemah mengatakan kepada Anna bahwa ibunya tak cukup memahami jiwanya dan karena itu berani membujuk dia untuk kawin dengan Nona Pangeran Sorokina.
453 454 ANNA KAR"N!NA Dengan rasa cemburu kepada Vronskii itu Anna pun meradang dan mencari alasan apasaja untuk bisa meradang. la mempersalahkan Vronskii dalam hal apa sa ja, yang menyebabkan keadaannya menjadi berat. la menyalahkan Vronskii dalam semua hal, karena ia harus menanti dalam siksa dan terpaksa d iam di Moskwa di antara langit dan bumi, karena Aleksei Aleksandrovich lambat dan tak menentu, dan juga karena ia k ini dalam keadaan terpencil dari orang banyak. Sekiranya Vronskii mencintainya, pasti Vronskii mengerti betapa berat kedudukannya itu, dan pasti Vronskii melepaskan dia dari keadaan itu. Bahwa ia tinggal di Moskwa, dan bukan di desa, adalah karena kesalahan Vronskii pula. Vronskii tak bisa hidup mengungkung diri di desa, sedangkan ia menghendaki demikian. Vronskii membutuhkan kalangan atas, dan menempatkan dia dalam kedudukan yang mengerikan, yang susahnya Vronskii tak mau mengerti. Dan kembali Vronskii yang bersalah karena ia, untuk selamanya, terpisah dari anak lelakinya.
Bahkan saat-saat mesra di antara keduanya, yangjarang terjadi, tak bisa pula menenangkannya: dalam kemesraan Vronskii sekarang, ia melihat ada nada ketenangan, keyakinan, yang dulu tak ada, dan itu justru membuatnya naik darah.
Hari telah senja. Anna sendirian menantikan kembalinya Vronskii yang mengikuti acara makan siang bagi para lelaki; ia berjalan mondari-mandir di dalam kamar kerja Vronskii (dari kamar itu suara ribut dari jalan paling tak terdengar), mengenangkan kembali segala macam ungkapan yang mereka gunakan dalam pertengkaran kemarin. Dengan menelusuri kembali segala pernyataan yang menyinggung perasaan dan akan terns teringat olehnya itu, dengan maksud mencari sebab utama, sampailah dia pada awal percakapan. Lama ia tak bisa memercayai bahwa perselisihan itu dimulai hanya dari percakapan yang samasekali tak menyakitkan hati dan tidak menjadi kepentingan salah seorang dari mereka. Tapi memang itulah yang terjadi. Peristiwa itu mulai ketika Vronskii menertawakan sekolah gimnasium bagi perempuan dan menganggapnya tidak perlu, sedangkan Anna membelanya. Secara umum Vronskii bersikap tak menghargai pendidikan perempuan, dan mengatakan bahwa Hanna, gadis Inggris yang dilindungi Anna
LEOTOLSTOI itu, sebetulnya samasekali tak membutuhkan pengetahuan fisika.
Sikap itu membuat Anna naik darah. Ia melihat dalam sikap itu isyarat hinaan terhadap keg iatan yang dilakukannya. Dan ia pun mencari-cari, dan akhirnya mengucapkan kalimat yang kiranya bisa menebus rasa sakit hati yang ditimbulkan Vronskii terhadap d irinya.
"Saya tidak minta Anda menimbang diri saya atau perasaanperasaan saya, sebagaimana dilakukan orang yang mencinta, tapi saya hanya mengharapkan sikap sopan," kata Anna.
Dan benar, wajah Vronskii pun memerah karena kesal, lalu mengatakan sesuatu yang tak menyenangkan. Anna tak ingat apa yang diucapkannya kepada Vronskii sebagai balasan, tapi agaknya karena ingin pula melukai hatinya, Vrons k ii waktu itu mengatakan:
"Kesukaan Anda kepada gadis itu tak menarik minat saya, karena menurut penglihatan saya kesenangan itu t idak wa jar."
Kekejaman yang dilakukan Vronskii dengan menghancurkan dunia Anna, yang dengan susah-payah dibangunnya untuk bisa menanggung beban hidup yang berat itu, dan kekeliruan sikap Vronskii yang menuduhnya bersikap pura-pura dan tidak wajar itu, sungguh meledakkan dia.
"Sayang sekali, yang Anda pahami dan yang wajar buat Anda cuma yang kasar dan bersifat material saja," katanya, lalu ia keluar dari kamar.
Ketika kemarin malam Vronskii menemuinya, mereka tidak menyinggung-nyinggu ng pertengkaran yang telah terjadi, tapi keduanya merasa bahwa pertengkaran itu belum lewat dan hanya sekadar mereda.
Sekarang, sepanjang hari Vronskii tak ada di rumah, dan ia pun merasa amat kesepian dan berat karena bertengkar dengan Vronskii, sehingga ia ingin melupakan segalanya, memaatkan Vronskii dan berdamai dengannya, dan ia ingin ia mempersalahkan dirinya dan membenarkan Vronskii.
"Aku sendiri yang salah. Aku begitu gampang marah dan cemburu Iuarbiasa. Aku akan berdamai dengan dia, kita akan pergi ke desa, dan di sana aku akan menjadi tenang," katanya kepada diri sendiri.
455 456 ANNA KAR"NINA "Tidak wa jar," tiba-tiba teringat olehnya kata yang paling menghinakan itu, dan teringat pula maksud Vronskii untuk menyakiti ha tin ya.
"Aku tahu apa yang hendak dikatakannya; ia mau mengatakan: adalah tidak wajar tidak menc intai anak sendiri, dan sebaliknya mencintai anak orang lain. Apa yang dia ketahui tentang cinta kepada anak-anak, tentang c intaku kepada Seryozha, yang telah kukorbankan demi dia" Tapi ia berniat menyakiti diriku! Tidak, ia mencintai perempuan lain; tak mungkin ini lain daripada itu."
Dan ia melihat bahwa ketika mencoba menenangkan diri yang ditemukannya hanyalah lingkaran setan yang telah dikenalnya, dan kembali ia jadi naik darah, ia pun merasa ngeri terhadap dirinya sendiri. "Betulkah ini tak mungkin lagi" Betulkah aku tak bisa mengendalikan diriku lagi?" katanya kepada diri sendiri, dan kembali ia mulai dari awal sekali. "Ia menyukai kebenaran dan tulus, dan ia cinta padaku. Aku pun mencintainya, dan beberapa hari lagi akan ada perceraian. Apa lagi yang kubutuhkan" Aku hanya butuh ketenangan, sikap saling percaya, dan semuanya akan kutanggung. Yah, kalau nanti ia datang, akan kukatakan kepadanya akulah yang salah, meskipun aku tak bersalah, dan kita akan pergi."
Dan agar tak berpikir lagi, dan agar tak membiarkan dirinya naik darah, i a pun membunyikan bel dan memberikan perintah mengambil peti-petinya untuk mengemasi barang-barang yang akan di bawanya ke desa.
Pukul sepuluh Vronskii datang.
XXIV "Bagaimana, cukup gembira?" tanya Anna dengan airmuka bersalah dan menunduk sambil menyongsongnya.
"Seperti biasa saja," jawab Vronskii; dari tatapan selintas saja ia pun segera mengerti bahwa hati Anna sedang dalam keadaan baik. Ia sudah terbiasa dengan perubahan-perubahan seperti itu, dan sekarang ia merasa amat senang, karena ia sendiri juga sedang senang.
"Apa pula yang kulihat ini! Bagus sekal i!" katanya sambil meLEOTOLSTOI nunjuk peti-peti di kamar depan.
"Ya, kita harus pergi. Tadi aku pergi berkereta, dan rasanya enak sekali sampai ingin rasanya pergi ke desa. Tak ada yang menghalangimu, kanr
"Hanya ada satu keinginanku. Sebentar aku datang lagi, nanti kita bicarakan; aku cuma mau gan t i pakaian. Tolong suruh sediakan teh." Dan i a pun pergi ke kamar kerjanya.
Terasa ada yang menghina dalam kata-katanya itu: "Bagus sekali". Seperti ketika orang dewasa mengatakan itu kepada seorang anak, karena anak itu tak lagi kolokan. Tapi yang lebih menghinakan lagi adalah bertolak belakangnya nada bersalah yang ia perlihatkan dengan nada percaya diri Vronskii; dan untuk sesaat terasa olehnya keinginan untuk bertengkar; tapi sesudah memaksakan diri, akh irnya ia bisa menindas keinginan itu dan tetap menyambut Vronskii dengan gembira.
Ketika Vronskii keluar lagi menemuinya, ia pun bercerita kepada Vronskii, sebagian dengan mengulang kata-kata yang sudah disiapkannya, tentang apa yang dikerjakannya hari itu dan rencanarencananya untuk berangkat.
"Percaya t idak, aku hampir dapat ide baru," katanya. "Buat apa kita menanti perceraian itu di si ni" Apa tidak sama dengan bila saya menanti di desa" Aku tak bisa lagi menanti. Aku tak ingin lagi berharap dan tak ingin mendengar apapun tentang perceraian itu. Sudah kuputuskan, tak akan lagi perceraian itu punya pengaruh terhadap hidupku. Kamu setu ju?"
"O, tentu!" kata Vronskii sambil menatap wajah Anna yang gelisah dengan nada khawatir.
"Apa saja yang kalian perbuat di sana tadi" Siapa yang ada di sana?" katanya, sesudah terdiam.
Vronskii menyebutkan nama-nama tamu.
"Makan siang itu enak sekali, dan lomba perahu serta semua yang lain berjalan cukup manis, tapi di Moskwa memang tak bisa orang melakukan sesuatu tanpa ridicule. Muncul seorang perempuan, guru renang Ratu Swedia, dan mempertunjukkan kemampuan seninya."
"Bagaimana" Dengan berenang?" tanya Anna mengerutkan kening.
457 458 ANNA KAR"N!NA "Mengenakan costume de natation" 08 merah, orangnya tua Iagi jelek. Jadi, kapan kita akan pergi?"
"Sungguh aneh pendapatmu itu! Lalu, apa ada cara renangnya yang khusus?" kata Anna tanpa menjawab pertanyaan Vronskii.
"Betul-betul tak ada yang khusus. Aku sudah bilang, betul-betul lucu. Jadi kapan kamu ingin pergi?"
Anna menggelengkan kepala, seakan hendak mengusir pik iran yang tak menyenangkannya.
"Kapan pergi" Makin lekas makin baik. Besok kita tak keburu. Lusa."
"Ya ... , o tidak, tunggu. Lusa itu Minggu, aku mesti menengok Mama," kata Vronskii kebingungan, karena begitu ia menyebut nama ibunya, ia rasakan tatapan mata curiga Anna terhunjam ke arahnya. Sikap bingungnya itu membenarkan kecurigaan Anna. Maka wajah Anna pun memerah dan menjauhkan diri dari Vronskii. Sekarang bukan lagi Ratu Swedia yang terbayang dalam kepala Anna, tapi Nona Pangeran Sorokina yang tinggal di desa di luar Moskwa itu bersama Pangeran Vronskii.
"Besok bisa tidak kamu pergi?" katanya.
"Ah, tidak bisa! Urusan yang mesti kuselesaikan, surat kuasa dan uang itu, belum akan selesai besok," jawab Vronskii. "Kalau begitu, kita samasekali tak akan pergi." "Lo, kenapa?"
" Aku tak akan pergi lebih daripada besok. Besok atau tidak samasekali!"
"Kenapa begitu?" kata Vronskii dengan nada heran. "ltu kan tak ada bedanya!"
"Buat kamu tak ada bedanya, karena kamu samasekali tak memikirkan aku. Kamu tak mau memahami hidupku. Cuma satu yang jadi urusanku di sini, yaitu Hanna. Dan kamu bilang bahwa itu pura-pura saja. Kamu kan bilang kemarin bahwa aku tak mencintai anak sendiri, dan aku pura-pura mencintai anak lnggris itu, dan itu tidak wa jar; coba, aku mau tahu dari kamu, hidup macam apa yang mungkin wajar bagiku di sini?"
" 08 C ostumedenatation (Pr): Pakaian renang.
LEOTOLSTOI Untuk sekejap ia tersadar dan merasa ngeri telah mengubah maksudnya sendiri. Tapi, meski ia tahu telah menyesatkan diri sendiri, tak bisa lagi ia menahan diri; tidak bisa ia tidak menunjukkan kepada Vronskii kekeliruan kekasihnya itu, dan tidak bisa ia menyerah kepada Vronskii.
"Tak pemah aku mengatakan seperti itu; yang kukatakan adalah aku tak bersimpati dengan cinta yang mendadak itu."
"Kenapa kamu yang suka membanggakan keterusterangan tak mau mengatakan hal yang sebenarnya?"
"Tak pemah aku membanggakan diri, dan tak pernah aku mengatakan hal yang tak benar," kata Vronskii lirih dengan menahan keberangan yang kini muncul dalam dirinya. "Sayang sekali kalau kamu tak menghormati.. .. "
"Penghormatan itu diadakan orang untuk menyembunyikan kekosongan yang seharusnya diisi dengan cinta. Tapi kalau kamu tak mencintaiku lagi, lebih baik dengan jujur kamu katakan itu."
"Tidak, ini tak tertahankan lagi!" teriak Vronskii sambil berdiri dari kursi. Dan sambil berhenti di hadapan Anna, ujarnya pelanpelan: "Buat apa kamu ini mencoba kesabaranku?" katanya dengan airmuka yang menyatakan bahwa ia bisa mengatakan lebih banyak Iagi daripada itu, tapi ditahannya. "Kesabaran itu ada batasnya."
"Apa maksudmu mengatakan itu?" teriak Anna dengan tampang mengerikan menatap ekspresi kebencian luarbiasa pada seluruh wajah Vronskii, dan terutama di kedua matanya yang ke jam mengancam.
"Maksudku ... ," kata Vronskii mulai, tapi tak diteruskannya. "Aku i ngin bertanya, maumu apa sebetulnya?"
"Apa yang mungkinjadi kemauanku" Saya cuma bisa menginginkan agar Anda tak meninggalkan saya, seperti yang Anda inginkan," kata Anna, mengerti semua yang tak jadi dikatakan Vronskii. ''Tapi bukan itu yang saya in ; itu soal nomor dua. Saya menginginkan cinta, sedangkan c inta tak ada. Jadi, segalanya berakhir sudah!" Maka ia pun menuju ke pintu.
"Tunggu! Tung ... gu!" kata Vronskii tanpa menghapuskan
"Ya, dan kuulangi lagi, kamu orang yang selalu mengumpat aku, karena kamu sudah mengorbankan segalanya untukku," kata Anna, ingat kata-kata yang diucapkan dalam pertengkaran sebelumnya, "dan itu lebih buruk daripada orang yang tidak jujur; itu manusia tanpa hati."
"Tidak, kesabaran itu ada batasnyal" teriak Vronskii, dan dengan cepat melepaskan tangan Anna.
"Ia membenciku, itu jelas," pikir Anna, lalu tanpa mengatakan apa-apa ia pun keluar dari kamar.
"Ia mencintai perempuan lain, itu lebih jelas lagi sekarang," katanya kepada d iri sendiri seraya masuk ke kamarnya. "Aku menghendaki cinta, sedangkan cinta tak ada. Jadi semua sudah berakhir sekarang," katanya mengulang kata-kata yang sudah diucapkannya sendiri, "dan memang harus diakhiri."
"Tapi bagaimana caranya?" tanyanya kepada diri sendiri, lalu duduk di kursi di depan cermin.
Berbagai macam pikiran meruyak dalam kepalanya. Ke manakah ia akan pergi sekarang, ke rumah bibinya yang dulu mendidiknya, ke rumah Dolly, ataukah sendirian saja pergi ke luar negeri" Dan apakah yang dia lakukan sekarang tanpa orang lain di dalam kamar kerja itu" Sudah sampai batas terakhirkah pertengkaran itu atau masih ada kemungkinan berdamai" Apakah yang sekarang akan dikatakan semua bekas kenalannya di Petersburg" Bagairnana pandangan Aleksei Aleksandrovich tentang itu" Dan banyak lagi pik iran lain memenuh i kepalanya, di antaranya, apa yang akan terjadi sekarang, sesudah terjadi perpecahan" Tapi ia tak hendak membiarkan dirinya terbawa pikiran-pikiran tersebut. Dalam jiwanya muncul satu pikiran yang tak jelas, yang hanya rnenyinggung kepentingannya sendiri, tapi ia belurn bisa rnernaharni apa rnacam pikiran itu. Sekali lagi ia teringat Aleksei Aleksandrovich, dan di situ ia teringat sakitnya sesudah rnelahirkan dulu; juga perasaan yang waktu itu tak juga mau lepas dari dirinya. "Kenapa aku tak mati saja?" demikian teringat olehnya kata-katanya sendiri waktu itu dan perasaannya waktu itu. Dan tiba-tiba mengertilah ia apa yang terkandung
LEOTOLSTOI dalam jiwanya. Yaitu pikiran tentang hal yang bisa menyelesaikan I "Y ti "'
" sega an ya. a, ma ....
Aib dan rasa malu Aleksei Aleksandrovich serta Seryozha, juga rasa maluku sendiri yang luarbiasa, semua itu bisa diselamatkan dengan maut. Mati-dan dia akan menyesali diri, akan menyayangkan, akan mencintai, dan akan menderita karena diriku." Dengan senyum yang mengungkapkan simpati kepada diri sendiri, ia duduk di kursi sambil melepaskan dan memasukkan cincin-cincin di tangan kiri, dan dengan gamblang ia pun membayang-bayangkan perasaan Vronskii sesudah ia mati.
Langkah-langkah yang mendekat memecah perhatiannya, langkah-langkah Vronskii. Ia samasekali tak menghiraukan Vronskii, seakan sedang sibuk membenahi cincin-cincinnya.
Vronskii mendekatinya, dan sambil memegang tangannya mengatakan:
"Anna, ayolah pergi lusa, kalau kamu mau. Aku setuju dengan semua itu."
Anna diam saja. "Bagaimana?" tanya Vronskii.
"Kamu tahu sendiri," katanya, dan saat itu pula, tanpa bisa menahan lagi, i a pun menangis tersedu-sedan.
"Buanglah aku, ya, buanglah aku!" ujarnya di tengah sedu-sedannya. "Aku akan pergi besok. ... Dan lebih banyak lagi yang akan kulakukan. Siapalah aku ini" Hanya perempuan mesum. Seperti batu yang memberati lehermu. Aku tak mau menyiksamu, tak mau! Aku bebaskan kamu. Kamu tak cinta lagi, kamu mencintai yang lain!"
Vronskii memintanya untuk tenang, dan meyakinkan dia bahwa tak ada alasan apapun baginya untuk merasa cemburu. Vronskii juga meyakinkan Anna bahwa ia tak berhenti mencintai Anna dan tak akan berhenti mencintainya sampai kapanpun, bahkan lebih mencintainya lagi dibandingkan sebelumnya.
"Anna, buat apa kamu menyiksa diri sendiri dan diriku?" kata Vronskii sambil mencium tangan Anna. Di wajahnya sekarang tampak kemesraan, dan Anna dengan telinganya seolah merasa mendengar suara tangis dalam suara Vronskii, dan dengan tangannya merasakan lembabnya airmata Vronskii. Dan untuk sesaat, rasa
461 462 ANNA KAR"N!NA cemburu Anna yang sudah tanpa harapan itu berubah menjadi rasa mesra penuh hasrat. Dipeluknya Vronskii, dan dihujaninya kepala, leher, dan tangannya dengan ciuman.
xxv Dengan perasaan bahwa perdamaian penuh telah tercapai, dar i pagi Anna dengan penuh semangat sudah bersiap-siap dengan rencana keberangkatannya. Meski belum diputuskan hari Senin atau Selasa mereka pergi (karena keduanya kemarin telah bersikap saling mengalah), Anna g iat bersiap-si ap untuk berangkat, karena sekarang ia betul-betul sudah merasa masa bodoh apakah mereka akan pergi sehari lebih cepat atau lebih lambat. Ia sedang berdiri di dalam kamar menghadapi petinya yang terbuka sambil memilihi barangbarangnya ketika Vronskii, dalam keadaan sudah berpakaian, masuk ke kamar itu lebih cepat daripada biasanya.
"Sekarang aku mau ke tempat Maman; barangkali ia mengirim uang untukku lewat Yegorov. Dan besok aku siap berangkat," kata Vronskii.
Betapapun baiknya suasana hati Anna waktu itu, begitu Vronskii mengatakan bahwa ia pergi ke bungalo ibunya, ia pun merasa seperti ditikam.
"Tidak, aku sendiri tak akan keburu," katanya, dan seketika itu terpikirlah olehnya: "O, jadi sebetulnya bisa diusahakan agar dia mau melakukan seperti yang kumau. Tidak, berbuatlah seperti yang kau kehendaki. Pergi sana ke kamar makan, sebentar lagi aku datang; aku cuma mau memilihi pakaian yang tak berguna ini," katanya sambil menumpukkan lagi pakaian itu ke tangan Annushka yang sudah penuh dengan onggokan kain.
Vronskii sedang makan bistik ketika Anna masuk ke kamar makan.
"Kamu barangkali tak percaya, bukan main bosanku dengan kamar-kamar ini," kata Anna sambil duduk di dekat Vronskii untuk minum kopi. "Tak ada yang lebih mengerikan daripada chambres garnies109 ini. Tak terlihat wajah, tak ada jiwa. Jam itu, kain garden
109 Chambres garnies (Pr): Kamar dengan meja-kursinya.
LEOTOLSTOI itu, dan lebih-lebih lagi kertas dinding itu-minta ampun! Sekarang aku mengenangkan Vozdvizhenskoye seperti mengenangkan tanah yang di janjikan. Apa kamu belum mengirim kuda-kuda itu?"
"Belum, kuda-kuda itu berangkat sesudah kita nanti. Apa kamu mau pergi?"
"Aku mau pergi ke rumah Nyonya Wilson. Perlu bawa pakai an untuknya. Jad i pasti besok?" katanya dengan suara gembira; tapi tiba-tiba wa jahnya berubah.
Pelayan kamar Vronskii datang menanyakan kuitansi untuk telegram dari Petersburg. Samasekali tak ada yang istimewa bahwa Vronskii menerima telegram itu, tapi Vronskii waktu itu mengatakan, seakan ingin menyembunyikan sesuatu dari Anna, bahwa kuitansi itu ada di dalam kamar kerjanya; sesudah itu ia buru-buru mengatakan kepada Anna:
"Besok pasti semuanya bisa kuselesaikan."
"Dari mana telegram itu?" tanya Anna tak menghiraukan katakata Vronskii.
"Dari Stiva," jawab Vronskii tanpa gairah.
"Kenapa tak kamu tunjukkan padaku" Memangnya ada rahasia antara aku dan Stiva?"
Vronskii menyuruh pelayan kamar pergi mengambil telegram
itu. "Aku tak mau menunjukkan, karena Stiva suka main-main dengan telegram; apa pula gunanya kirim telegram kalau belum ada keputusan apa-apa?"
"Tentang perceraian?"
"Ya, dan ia menulis: belum bisa mencapai apa-apa. Beberapa hari lagi ia berjanji memberi jawaban yang pasti. Nah, bacalah ini sendiri."
Dengan tangan gemetar Anna mengambil telegram itu, dan isinya memang seperti dikatakan Vronskii. Tapi di akhir telegram ada tambahan: harapan sangat tipis, ta pi aku akan melakukan segala yang mungkin dan tak mungkin.
"Aku sudah bilang kemarin, buatku betul-betul tak ada bedanya kapan aku akan terima perceraian, bahkan buatku tak ada bedanya apa betul akan kuterima perceraian," kata Anna memerah wajahnya.
Hijaunya Lembah Hijaunya 20 Satria Lonceng Dewa 3 Pangeran Bunga Bangkai Pendekar Aneh Naga Langit 10