Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen Bagian 1
Karya: Wo Lung-shen Saduran: Tjan ID Di upload di http://ecersildejavu.wordpress.com/
Ebook by Dewi KZ http://kangzusi.com/ Jilid 1 Angin Utara bertiup menderu deru " salju melayang
memenuhi permukaan tanah laksana bulu angsa.
Pepohonan pada layu dan berdiri terpekur di empat
penjuru. Di atas jalan raya Han Tan terdengar suara putaran
roda kereta yang amat ramai diikuti munculnya
serombongan kereta-kereta berkuda melakukan perjalanan. Kuda-kuda yang menarik kereta-kereta itu merupakan
kuda kuda luar perbatasan yang kekar kosen, kendati
berada di tengah tiupan angin yang kencang serta
curahan hujan salju yang lebat. Mereka tetap
melanjutkan perjalanan dengan gagah.
Rombongan kereta kereta berkuda itu semuanya
berjumlah lima buah, kereta yang pertama berwarna
kuning dengan sebuah bendera biru sepanjang tiga depa
empat coen berkibar tiada hentinya tertiup angin.
1 Di atas bendera tersebut terukirlah seekor Naga Sakti
yang sedang mementangkan cakarnya dengan
bersulamkan benang emas serta di sisinya terukir katakata "Liong Wie Piauw-kiok" dari benang perak.
Sedang kereta yang kedua hingga kereta yang kelima
berwarna hitam, ruangan-ruangan kereta tertutup rapat
sekali sehingga tak ada sedikit anginpun yang bertiup
masuk ke dalam ruangan. Sang Kusir yang berada di depan kereta mengenakan
mantel tebal yang terbuat dari Kulit binatang dengan
sebuah topi berbulu yang menutupi hampir seluruh
wajahnya. Dua orang lelaki kekar berusia tiga puluh tahunan,
masing-masing dengan menunggang seekor kuda
jempolan mengiringi di depan rombongan kereta, pada
punggung masing-masing tersoren sebilah golok yang
amat besar. Di tengah tiupan angin yang amat santar kedua orang
itu hanya memakai pakaian kasar yang amat tipis dengan
celana yang terbuat dari kain biasa, tampak kedua orang
itu tiada hentinya mengebut-ngebutkan salju yang
mengotori pakaiannya. Cukup ditinjau dari keadaan mereka, jelas tenaga
dalam yang dilatihnya sudah berhasil mencapai pada
taraf kesempurnaan. Di belakan rombongan kereta-kereta berkuda itu
tampak pula dua orang penunggang kuda berjalan
mengiring. Orang yang ada di sebelah kiri mempunyai
perawakan tubuh yang tinggi kekar dengan wajah
berwarna hitam pekat, di atas pelananya bergantungkan
sebuah senjata rantai berbandul palu pengejar angin.
2 Kudanya yang tinggi besar di tambah pula
perawakannya yang besar laksana pagoda, hal ini
menambah keseraman serta kegagahannya.
Sedang orang yang ada di sebelah kanan mempunyai
tubuh yang kurus kering kecil, pada punggungnya
tersoren sepasang senjata poan koan pit yang khusus
untuk menotok jalan darah, kepalanya kecil dengan
anggota badan yang kurus kering bagaikan monyet, jika
ditinjau dari seluruh badannya mungkin boleh dikata
cuma bisa mendapatkan daging seberat setengah kati
saja. Cuma saja sepasang matanya memancarkan cahaya
yang berkilat dan menggidikan setiap orang yang
melihat. Kecuali kedua orang penunggang kuda yang
berbadan besar serta berbadan kurus kering itu, terdapat
pula delapan orang pembantu yang menyoren golok
pada pinggang-nya serta menggembol busur dan anak
panah pada punggungnya, mereka bersama sama
memakai topi pelindung telinga yang terbuat dari kulit,
bercelana singsat serta sepatu yang tipis.
Walaupun saat ini adalah bulan dingin yang
menggidikkan setiap orang, tetapi mereka yang baru saja
melakukan perjalanan jauh tampak keringat mengucur
membasahi badannya. Angin Utara meniup semakin kencang, hujan saljupun
beterbangan dan menari semakin menghebat.
Di atas kereta-kereta kuda itu tumpukan salju mulai
menebal, jika dipandang dari tempat kejauhan hanya
tampaklah beberapa titik hitam yang bergerak lambatlambat di tengah permukaan salju yang memantulkan
sinar keperak-perakan. 3 Mendadak ?"?"?"?"?"?"?""..
Sebatang anak panah bersuara dengan menembusi
udara serta menimbulkan suara desiran yang tajam jatuh
menancap di depan kereta pertama kurang lebih dua kaki
jauhnya. Sang kusir kereta tersebut agaknya merupakan
seorang kusir kawakan yang sudah berpengalaman,
tidak menanti sang majikan memberi perintah ia sudah
menghentikan kereta tersebut.
Sembari mengebutkan cambuk di tangannya ke
tengah udara, ia berteriak keras, "Heey ?". saudarasaudara sekalian! Cepat hentikan kereta kalian ?".!"
Terdengar suara ringkikan kuda yang memanjang,
keempat buah kereta berkuda lainnyapun segera
menghentikan perjalanannya.
Dari dalam kereta berkuda pertama yang berwarna
kuning itu, perlahan-lahan muncullah sebuah batok
kepala yang sudah memakai handuk dengan rambut
yang sudah beruban melongok keluar.
"Giok Liong! Coba kau lihat kawan dari aliran mana
yang sudah melepaskan anak panah bersuara itu!"
serunya setelah mendehem beberapa kali. "Kita dari
perusahaan ekspedisi Liong Wie Piauw-kiok tidak takut
menghadapi segala urusan, tetapi tidak ingin pula
menyalahi kawan-kawan lain sehingga melenyapkan
adat istiadat yang berlaku di dalam dunia kang-ouw!"
Si lelaki kekar yang berada di sebelah kiri segera
menyahut dan meloncat turun dari punggung kudanya.
Setelah memungut anak panah tersebut diperiksanya
beberapa waktu ia baru memberi jawaban, "Lapor paman
4 Jie Sio. Tecu tidak kenal dengan tanda yang tertera di
atas anak panah ini!"
"Hmm! Ada peristiwa semacam ini?" kata orang yang
berada di dalam kereta itu. "Coba bawalah kemari!"
Si lelaki kekar yang bernama Giok Liong tadi dengan
sikap yang sangat menghormat segera berjalan ke sisi
kereta tersebut. "Jie Siok, silahkan periksa," ujarnya sambil
mengangsurkan anak panah tersebut ke arah depan.
Dari balik kereta segera muncullah sebuah lengan
yang segera menyambut angsuran anak panah tersebut.
Agaknya si orang tua yang berada di dalam kereta
itupun tidak berhasil mengetahui asal usul dari si
pengirim anak panah itu, setelah suasana kembali
menjadi hening beberapa saat lamanya, mendadak
orang tua itu munculkan dirinya dari balik kereta.
Tampaklah seorang kakek tua yang memakai jubah
berwarna hijau, dengan sepatu terbuat dari kuli
menjangan, wajah merah bersinar, sepasang alis yang
tebal dengan sepasang mata yang tajam serta memiliki
perawakan yang sedang, dengan wajah penuh
kegusaran munculkan dirinya dari kereta tersebut.
Dengan tangan kiri mencekal sang anak panah,
tangan kanan memegang sebuah Huncwee, ia menyapu
sekejap ke sekeliling tempat itu.
"Giok Liong!" serunya kembali, "Coba kau pergilah ke
dalam hutan di depan sana dan tanya siapakah
pemimpin mereka!" "Tecu terima perintah!" sahut lelaki kekar yang ada di
sebelah kiri sambil menjura.
5 Dengan cepat ia meloncat naik ke atas punggung
kudanya, menyentak sang tali les dan melarikan
tunggangannya ke arah depan.
Jarak antara hutan pohon siong tersebut dengan
tempat pemberhentian rombongan kereta itu kurang lebih
ada setengah li jauhnya, di tengah tiupan angin kencang
serta curahan hujan salju yang deras, boleh dikata pada
saat ini, disekitar tempat tersebut hanya tinggal rantingranting pohon yang sudah kering dan salju saja.
Waktu itu dari atas permukaan salju dihadapannya
pada saat yang bersamaan muncul pula seekor kuda
yang berlari mendatang dengan kecepatan tinggi.
Kedua ekor kuda tersebut yang satu berlari
mendatang dan yang lain berlari menyongsong, agaknya
masing-masing penunggang di atas pelana itu ada
maksud untuk berjual lagak. Menanti kedua ekor
kudanya hampir bertumbukan satu dengan yang lain
masing-masing pihak baru bersama-sama menahan tali
les kudanya. Di tengah suara ringkikan kuda yang memanjang,
kedua ekor kuda itu bersama-sama meloncat bangun
kemudian mengitari satu lingkaran di atas permukaan
salju. Kepandaian menunggang kuda dari si lelaki kekar ini
jauh lebih tinggi setingkat dari pihak lawannya, dengan
cepat ia berhasil menenangkan badannya kembali.
"Cayhe adalah Lie Giok Liong dari perusahaan
ekspedisi Liong Wie Piauw-kiok. Harap kawan suka
menerima penghormatanku!" ujarnya sambil merangkap
tangannya menjura. 6 Pihak lawan adalah seorang pemuda yang baru
berusia dua puluh enam, tujuh tahunan, pakaian
singsatnya terbuat dari kulit srigala. Dengan wajah yang
amat cerah tampan sekali.
"Ouuw".kiranya murid tertua dari Liong Wie Piauwkiok, Cong Piauw terbang seratus langkah Lie Giok Liong
adanya, selamat bertemu, selamat bertemu ".!" serunya
keras. "Akh ". mana, mana ?". kesemuanya ini cuma
didasarkan atas pujian dari kawan kawan kang-ouw
saja".." Perlahan lahan ia menghela napas, kemudian
sambungnya, "Tolong tanya siapakah nama besar dari
Heng-thay?"" Orang itu segera menengadah ke atas dan tertawa
terbahak bahak. "Haaa" haaa".. kalau memangnya kami sudah
berani turun tangan terhadap barang kawalan
perusahaan ekspedisi Liong Wie Piauk Kiok, sudah tentu
berani pula meninggalkan nama," katanya keras.
Walaupun usia dari Lie Giok Liong tidak begitu besar,
tetapi berhubung sejak kecil ia sudah sering mengikuti
suhunya berkelana di dalam dunia kang-ouw, maka
pengetahuannya sangat luas sekali, sehingga boleh
dikata dia adalah seorang jago kawakan.
"Aaakh" entah siapakah nama besar dari Heng-thay"
Siauwtee tentu akan pentang telinga lebar-lebar untuk
mendengar", ujarnya cepat sambil tertawa paksa.
"hee. heee. Cayje she Shaw bernama Kiat, disebut
orang sebagai "Leng Cian" atau si Panah Gelap Shaw
Kiat adanya!?" sahut orang itu dingin.
7 "Ooow". kiranya Shaw heng, maaf".. maaf?".!"
Selesai berkata buru-buru Lie Giok Liong menjura ke
arahnya. "Heee" heee" terima kasih terima kasih. Cayhe
tidak terbiasa dengan kata-kata yang halus. Lebih baik
kali ini kita berbicara secara blak-blakan saja. Kami tidak
suka mengikat sengketa dengan pihak perusahaan
ekspedisi Liong Wie Piauw-kiok kalian, asalkan barangbarang yang kalian kawal di dalam kereta itu
ditinggalkan, kami segera akan lepas kami semua untuk
melanjutkan perjalanan!"
"Haa" haaa" Shaw heng! Tentunya kau sedang
bergurau dengan kami!" seru Lie Giok Liong tertawa
tawar, "Ada pepatah mengatakan: Membegal harta orang
lain, musnah mengikuti tanggung jawabnya. Kami orangorang yang mencari sesuap nasi dengan membuka
perusahaan piauw-kiok, bagaimana mungkin boleh
meninggalkan keselamatan orang lain untuk menyelamatkan diri sendiri" Kami perusahaan expedisi
Liong Wie Piau Kiok sudah melakukan tugasnya selama
dua puluh tahun, tetapi selama ini belum pernah
meninggalkan barang kawalannya untuk melarikan diri!"
"Hm?"..! Nama besar dari perusahaan expedisi
Liong Wie Piauw-kiok memang sudah lama kami dengar,
sedang permainan piauw terbang berantai dari Lie-heng
yang amat tepat di dalam seratus tindakpun sudah lama
kami kagumi, cuma he"..he". kalian harus tahu!
Bilamana kami tidak mempunyai beberapa bagian
pegangan, mana berani bermaksud mencabut gigi di
mulut harimau?" ujar si panah gelap Shaw Kiat dingin.
Mendengar perkataan tersebut, dalam hati Lie Giok
Liong segera berpikir. 8 "Bilamana cuma mengandalkan kepandaian silatnya
yang tidak seberapa ini, pasti tidak mungkin berani
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengganggu dan cari gara-gara dengan perusahaan
expedisi Liong Wie Piauw-kiok kami, di belakang
punggung-nya tentu ada otak dari seluruh perbuatannya
ini?"" Berpikir akan hal tersebut, terpaksa ia tertawa
perlahan. "Shaw-heng!" katanya perlahan. "Di dalam pengawalan barang-barang kali ini, cayhe tidak lebih
cuma seorang serdadu tak bernama yang ada di depan
barisan, orang yang melindungi barang barang tersebut
adalah majikan kedua dari perusahaan Liong Wie Piauwkiok kami".."
"Sekalipun Cong Piauw-tauw kalian sendiri yang
mengawal barang-barang tersebut sama saja, kami akan
turun tangan merampoknya" potong Shaw Kiat tidak
menanti ia menyelesaikan kata-katanya.
"Hmm! Aku rasa bilamana cuma mengandalkan
kepandaian kau seorang, tidak mungkin bakal berani
mempunyai pikiran demikian."
"Heee".heee"..
Lie-heng menanyakan pemimpin kami?"
apakah sedang "Sedikitpun tidak salah, harap Shaw-heng suka
memberitahukan hal ini kepada-ku, dengan demikian
cayhe-pun bisa melaporkan hal tersebut kepada
majikanku yang kedua sehingga dia orang tua bisa
mengambil keputusan".
"Tentang soal ini?"..aach?".! Maaf?" maaf
sekali".." Air muka Lie Giok Liong segera berubah hebat.
9 "Kalau memang Shaw-heng tidak suka memberi
penjelasan, maka terpaksa cayhe harus menerjang
masuk ke dalam hutan untuk mengadakan pemeriksaan
sendiri" teriaknya gusar.
Shaw Kiat dengan cepat menjerat tali les kudanya
menghalangi perjalanan dari Lie Giok Liong kemudian
dari dalam sakunya ia mengambil keluar sepucuk sampul
putih. "Kalau memang majikan kedua dari perusahaan
kalianpun sudah datang, mungkin Lie-heng sendiri tidak
bisa mengambil keputusan bukan!" katanya. "Di dalam
sampul surat unu terdapat tulisan tangan dari pemimpin
kami, harap Lie-heng suka membawanya untuk
ditunjukkan kepada majikan kedua kalian. Cayhe menanti
jawaban dari kalian semua!"
Lie Giok Liong segera menyambut sampul surat
tersebut dan dibaca tulisan yang ada di depannya yang
kira-kira berbunyi. "Ditujukan kepada majikan kedua perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok, Si Thian Ciang Kim Huan, Phoa Ceng
Yan!" Lie Giok Liong yang selesai membaca tulisan tersebut,
hatinya kontan jadi melengak dibuatnya.
"Sungguh aneh sekali!" pikirnya di hati. "Keberangkatan kali ini yang dikawal langsung oleh Jie
Siok sama sekali tidak diketahui oleh orang lain kecuali
beberapa orang Piauwsu penting yang ada di dalam
perusahaan Piauw-kiok, tetapi bagaimana mungkin
manusia ini bisa mengetahui dengan begitu jelasnya?"
10 Pikiran tersebut bagaikan putaran roda dengan
cepatnya berkelebat di dalam benak, buru-buru ia
merangkap tangannya menjura.
"Harap kemudian. Shaw-heng tunggu sebentar!" ujarnya Tali les kudanya segera diletakkan dan melarikan
kembali kudanya menuju ke arah rombongan keretakereta berkuda tersebut.
Majikan kedua dari perusahaan expedisi "Lion Wie
Piauw-kiok", Itu si "Thiat Ciang Kiem Huan" atau telapak
besi gelang emas Phoa Ceng Yan sedang duduk di
dalam kereta sambil menikmati huncwenya.
Perasaan hati si orang tua itu membara bagaikan
dibakar, wajahnya yang amat keren dan serius sedang si
lelaki kekar yang berada di sebelah kananpun pada saat
ini sudah turun dari kudanya dan berdiri di sisi sang
kereta. Lie Giok Liong dengan cepatnya telah tiba di depan
rombongan kereta tersebut, sambil meloncat turun dari
kudanya ia lantas menjura.
"Lapor Jie siok!" serunya, "Teecu sudah bertemu
muka dengan mereka, pemimpin pihak lawan ada
sepucuk surat yang disampaikan buat Jie Siok!"
"Hm!coba kau buka surat itu dan bacakan keraskeras" dengus Phoa Ceng Yan dingin. "Aku mau lihat di
atas jalan raya Han Tan ini ada siapa yang sudah begitu
bernyali sehingga berani mengganggu barang kawalan
dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok. Hm! Manusia dari
mana yang sudah makan hati beruang jantung macan
sehingga begitu berani mencari setori dengan kita!"
11 Dengan amat serius Lie Giok Liong berdiri tegak di
hadapan kereta tersebut kemudian membuka sampul
surat dan mulai membaca isinya:
Ditujukan untuk Phoa Ceng?".
Mendadak ia menutup mulutnya kembali.
"Giok Liong! Lanjutkan membaca isi surat itu.
Mengapa kau harus merasa takut" surat tersebut kan
bukan kau yang menulis?" tegur Phoa Ceng Yan sewaktu
dilihatnya sang lelaki kekar itu rada ragu-ragu.
Lie Giok Liong buru-buru mengiakan dan melanjutkan
kembali pembacaan isi surat tersebut.
"Ditujukan kepada Phoa Ceng Yan, Hu Piauw-tauw:
Sudah lama kami dengar kemajuan serta kemakmuran
dari perusahaan ekspedisi kalian di mana dalam sehari
ada pemasukan sebanyak beribu-ribu kati emas
sehingga mengalahkan perusahaan-perusahaan yang
lain. Perusahaan Liong Wie Piauw-kiok berhasil menguasai
seluruh daerah Tionggoan, di mana bendera perusahaan
kalian lewat kawan-kawan kalangan Liok-lim pada
mengalah tiga bagian, sehingga kini sudah ada puluhan
tahun lamanya ?""
"Ehmm"..! Isi surat itu masih kedengarannya
memakai sopan santun!" timbrung Phoa Ceng Yan
sambil mengelus elus jenggotnya yang sudah memutih.
Lie Giok Liong mengebutkan terlebih dulu bungabunga salju yang mengotori bajunya kemudian
sambungnya kembali. "Siaw te sekalian tidak becus, kini dengan
memberanikan diri memberi waktu kepada kalian agar di
12 dalam waktu sepertanak nasi kemudian Phoa-heng serta
seluruh anak buah perusahaan anda segera meletakkan
senjata dan meninggalkan tempat ini dengan tangan
kosong. Bilamana diantara kalian ada yang berani melanggar
dan pergi dengan membawa senjata, maka suatu
bencana yang mengerikan segera akan melanda diri
kalian. Harta kekayaan perusahaan selama puluhan tahun
lamanya masih cukup untuk mengganti kerugian kali ini,
maka dari itu harap kalian suka memikirkan masakmasak!"
Sejak semula Phoa Ceng Yan yang mendengar isi
surat tersebut paras mukanya sudah berubah sangat
hebat, tetapi ia bersabar terus dan dengan tenangnya
mendengar hingga habis. "Heei.. sungguh besar sekali omongannya! Coba lihat
siapakah yang menanda tangani surat ini".
Lie Giok Liong menggeleng.
"Di atas surat ini tak ada tanda tangan sebaliknya
cuma meninggalkan sebuah tanda lukisan" katanya.
"Oouw".. coba bawa kemari!"
Lie Giok Liong mengiakan, dengan cepat ia angsurkan
surat tersebut ke tangan sang orang tua tersebut dengan
sikap yang sangat menghormat.
Phoa Ceng Yan setelah menerima surat tersebut dan
diperiksa sebentar, di atas paras mukanya yang
mengandung rasa gusar mendadak terlintaslah suatu
perasaan keheranan yang segera mencekam seluruh
benaknya. 13 Si lelaki kekar yang ada di sebelah kanan dan pada
waktu itu berdiri di sisi kereta, perlahan-lahan ia berjalan
mengitari sang kereta dan berhenti di sisi tubuh Lie Giok
Liong. "Lie Suheng!" bisiknya dengan suara yang pelan. "Di
atas surat tersebut terdapat tanda lukisan macam apa?""
"Sebuah lukisan Pat Kwa, sebuah kipas serta sebuah
benda yang mirip tali tapi bukan tali.
Mendengar disebutkannya benda-benda tersebut, si
lelaki kekar tersebut segera mengerutkan alisnya rapatrapat.
"Agaknya lukisan tersebut menandakan sebutan
mereka serta senjata yang mereka gunakan" katanya, "Di
daerah Liok-lim di lima keresidenan sebelah utara, orang
yang menggunakan kipas sebagai senjata agaknya tidak
begitu banyak jumlahnya, di samping itu tak ada pula
pentolan bajingan yang menggunakan tameng Pat Kwa
sebagai senjatanya. Sedang mengenai senjata yang
menyerupai tali itu semakin tidak pernah dengar orang
membicarakannya. Beberapa orang ini kemungkinan
besar berasal dari tempat kejauhan."
"Ih Sute! Aku rasa peristiwa ini tidak akan segampang
yang kau pikirkan." bantah Lie Giok Liong sambil
menggeleng. "Paman Jie Siok adalah manusia macam
bagaimana" Bilamana cuma menghadapi beberapa
orang perampok cilik yang tak bernama bagaimana
mungkin dia orang tua suka memandang sebelah mata
terhadap diri mereka itu?"
Kiranya perasaan gusar yang semula menghiasi muka
Phoa Ceng Yan pada saat ini sudah lenyap tak
berbekas, tetapi matanya masih memandang ke atas
surat tersebut dengan terpesona.
14 Waktu itu dari balik kereta berwarna hitam yang kedua
mendadak meloncat keluar seorang kacung buku yang
baru berusia tiga belas, empat belas tahunan, dengan
cepat ia berlari menuju ke depan kereta kuda yang
pertama sambil berseru, "Eee". Majika kedua, Loo ya
kami bertanya kenapa kereta tidak segera berangkat"!"
Perlahan lahan Phoa Ceng Yan menyimpan surat
tersebut ke dalam sakunya lalu meloncat turun dari
dalam kereta. "Laporkan saja kepada Liauw Thayjien bila kita sudah
menemui kesulitan, ada beberapa orang kawanan
perampok dari kalangan Liok-lim sedang menghadang
perjalanan kita," ujarnya.
Si Kacung buku itu menjerit tertahan, buru-buru ia
memutar badannya dan siap berlari balik ke dalam
keretanya. "Beritahukan pula pada Liauw Thayjien agar dia suka
berlega hati," sambung Phoa Ceng Yan kembali. "Merek
emas dari perusahaan expedisi Liong Wie Piauw-kiok
selama dua puluh tahun tidak akan hancur berantakan di
tangan orang lain dengan begitu gampang, harap Siauw
Ko suka beritahukan pada Liauw Thayjien, sebelum
urusan ini diselesaikan lebih baik dia orang jangan turun
dari keretanya, orang-orang yang loohu bawa untuk
melindungi kawalan pada kali ini tidak banyak jumlahnya,
sehingga sulit untuk melindungi setiap orang yang turun
dari dalam kereta." "Baik". baik?". hamba segera akan laporkan
urusan ini kepada Looya kami!" seru si kacung buku itu.
Dengan cepat ia melanjutkan larinya menuju ke dalam
kereta yang kedua. 15 Paras muka Phoa Ceng Yan kelihatan sangat serius
sekali, dengan suara yang keren ujarnya kemudian
kepada si lelaki kekar yang satunya lagi, "Cun Jie! Cepat
undang Thi serta Nyoo Piauw-su untuk datang kemari."
Waktu itu kelima kusir kereta sudah pada
menghentikan keretanya dan meloncat turun. Mereka
bersama-sama menyimpan kembali cambuknya untuk
kemudian mencabut keluar sebuah golok baja yang tebal
masing-masing berdiri menjaga di depan keretanya
sendiri sendiri. Kiranya para kusir kereta tersebut semuanya adalah
penyamaran dari anak buah perusahaan ekspedisi Liong
Wie Piauw-kiok. Bebertapa orang ini sudah terbiasa melakukan
perjalanan jauh untuk mengawal barang kawalan, karena
ia begitu menemui kejadian tanpa disuruh lagi mereka
sudah pada meloloskan senjata tajamnya masing-masing
dan berdiri pada posisi yang menguntungkan.
Perlahan lahan Lie Giok Liong menyapu sekejap ke
sekeliling tempat itu lalu bisiknya kepada si orang tua itu,
"Paman Jie Siok, orang-orang itu apakah sangat lihay
sekali?"
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ehmm "..! Kepandaiannya sangat hebat sekali"
sahut Phoa Ceng Yan menggangguk, "Kita harus
menghadapi dengan sangat berhati-hati, agaknya
halangan kita ini rada sulit untuk ditembusi".
Lie Giok Liong tahu bila paman keduanya ini
mempunyai sifat yang tinggi hati dan tidak pandang
sebelah matapun terhadap orang lain, sudah ada
puluhan tahun lamanya ia melakukan pekerjaan
mengawal barang tetapi selama ini belum pernah
menemui kejadian yang membingungkan dirinya.
16 Para penjahat kalangan Liok-lim yang binasa di bawah
serangan gelang emasnya ini entah sudah seberapa
banyaknya. Kini secara mendadak paras mukanya berubah jadi
begitu tegang dab serius, di dalam ingatan Lie Giok
Liong agaknya peristiwa ini belum pernah terjadi barang
sekalipun, karena itu iapun merasakan akan keseriusan
dari peristiwa ini. Ketika itulah si lelaki kekar yang bernama Cun Jie
sudah berjalan balik sambil memimpin kedua orang tinggi
serta kurus yang bukan lain adalah Thio dan Nyoo dua
orang Piauw-tauw. Si lelaki kekar berwajah hitam pekat di mana di atas
pinggang sebelah kirinya menggembol sebuah senjata
rantai yang berkepala palu mengejar bintang, dengan
langkah lebar lantas merebut maju dua langkah ke
depan. "Majikan kedua, siapakah sebenarnya orang yang
berani mengganggu kepala Thay Swie ya" Biarlah
pertempuran yang pertama kali ini serahkan pada aku
Thio Toa Hauw" serunya sambil menjura.
"Jangan gegabah!" tolak Phoa Ceng Yan sambil
menggeleng, air mukanya berubah semakin serius.
"orang-orang yang mencari gara gara kali ini bukanlah
kawanan Liok-lim biasa?"
Sinar matanya segera dialihkan ke atas tubuh Nyoo
Piauw-tauw yang kurus kering seperti monyet itu,
sambungnya kembali. "Su Jan, sewaktu kau orang berkelana di daerah Kang
Lam tempo hari, apakah kau banyak mengetahui jagoanjagoan Bu-lim?"
17 Kiranya si Thio Toa Hauw yang mempunyai
perawakan tinggi besar itu walaupun kekar dan kosen
tetapi ada tiga bagian rada bebal, sebaliknya Nyoo Su
jan yang berbadan kurus kering, sebenarnya adalah
seorang manusia yang cerdik dan mempunyai banyak
akal. "Lapor Jie Siok!" seru si Piauw-tauw she Nyoo ini
sambil menjura."Aku orang she Nyoo cuma mengetahui
sedikit sekali tentang soal-soal dunia kangouw, tetapi
entah tanda lukisan apakah yang sudah ditinggalkan oleh
orang-orang itu?" "Ehmm! Ada sepucuk surat, nih! Kau lihatlah sendiri."
Nyoo Su Jan segera mengeluarkan sepasang
tangannya yang kurus kering untuk menerima surat
tersebut, agaknya ia sama sekali tak tertarik oleh isi
suratnya, sepasang matanya yang tajam dengan
terpesona memperhatikan ketiga buah tanda lukisan
tersebut, kemudian termenung berpikir keras.
Lama sekali ia baru menjawab dengan suara yang
perlahan, "Menurut apa yang hamba ketahui agaknya
tanda-tanda ini berasal dari Lam Thian Sam Sah atau
tiga orang pengacau dari Lam Thian!"
Sambil mulutnya berbicara, sedang tangannya dengan
sangat hormat mengembalikan sampul surat tersebut ke
arah majikannya. "Ehmm?".! Sedikitpun tidak salah ". sedikitpun
tidak salah," sahut Phoa Ceng Yan mengangguk.
"Memang benar perbuatan dari Lam Thian Sam Sah!
Selama ini mereka hidup di daerah Kang Lam bahkan
selama beberapa tahun mendekat ini tiada kabar
beritanya lagi di dalam dunia kangouw, tidak disangka
ternyata secara mendadak mereka bisa munculkan
18 dirinya di atas jalan raya Han Tan bahkan bermaksud
hendak membegal barang kawalan perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok kita ".."
"Majikan kedua! Ada pepatah yang mengatakan air
bah dapat kita bendung dengan tanah, tentara datang
kita tahan dengan panglima, Aku tidak percaya bila Lam
Thian Sam Sah mempunyai tiga kepala enam lengan,
mari ?" biarlah aku orang she Thio yang pergi
menemui diri mereka terlebih dulu," sambung Thio Toa
Hauw dengan suara yang keras.
Orang ini rada berangasan selesai berbicara dengan
langkah lebar ia lantas melangkah maju ke depan.
"Eeei " tunggu sebentar!" teriak Phoa Ceng Yan
sambil menggeleng. Sifatnya yang keren dan serius apalagi jarang
berbicara serta bergurau membuat semua orang yang
berada di dalam perusahaan ekspedisi "Liong Wie
Piauw-kiok" kebanyakan menaruh tiga bagian rasa jeri
terhadap dirinya. Mendengar suara panggilan tadi, Thio Toa Hauw
benar-benar tidak berani bergerak secara gegabah lagi,
ia menghentikan langkahnya.
Perlahan lahan Phoa Ceng Yan mendehem beberapa
kali. "Menurut apa yang loolap ketahui" ujarnya kemudian.
"Di dalam kalangan Liok-lim Lam Thian Sam Sah
mempunyai nama besar yang mengerikan bagi semua
orang, tetapi mereka bukanlah manusia-manusia yang
suka bertindak secara gegabah, kini secara terangterangan mereka berani melakukan tantangan terhadap
kita untuk membegal barang kawalan dari perusahaan
19 Liong Wie Piauw-kiok kita, menurut Loolap tentulah
mereka sudah mempunyai suatu rencana persiapan yang
matang, hee"..heee".. nama kosong Loolap sebagai si
pukulan besi gelang emas boleh hancur di tangan orang
lain, tetapi tidak akan menghancurkan merek perusahaan
"Liong Wie Piauw-kiok" yang sudah terkenal puluhan
tahun lamanya ini". Perkataan ini diucapkan dengan nada berat dan
meluncur keluar dari dasar hatinya sehingga membuat
Thio Toa Hauw yang rada bebal itupun segera berubah
wajah dan berdiri dengan sikap serius.
Dengan tangan kiri mengelus-elus jenggotnya Phoa
Ceng Yan menengadah ke atas memandang awan yang
berlalu di tengah udara. "Su Jan, kau pernah bertemu dengan Lam Thian Sam
Sah?"" sambungnya.
"Hamba sudah lama mendengar nama meraka, tetapi
belum pernah bertemu muka barang sekalipun."
Kembali Phoa Ceng Yan termenung berpikir keras,
akhirnya ia berseru, " Baiklah! Mari kita pergi menemui
diri mereka." Sinar matanya perlahan lahan menyapu sekejap ke
sekelilingnya, kemudian tambahnya, "Su Jan, Giok Liong!
Kalian ikut aku, Coen Jie serta Thio Piauw-tauw kalian
bertugas mengawasi keselamatan dari kereta-kereta
berkuda ini, suruh tukang panah menyiapkan anak
panahnya siap-siap menghadapi serangan musuh.
Barang kawalan kita kali ini bukan saja mempunyai
kedudukan yang sangat tinggi di dalam pemerintahan
bahkan membawa pula kaum perempuan. Orang-orang
lain sudah mempercayakan dirinya pada perusahaan
"Liong Wie Piauw-kiok" kita, seharusnya kitapun jangan
20 terlalu memandang rendah mereka apalagi orang-orang
itu sudah serahkan keselamatan jiwa serta hartanya
kepada kita, asalkan kita orang-orang masih hidup maka
siapapun di antara kita harus berusaha untuk melindungi
mereka dari gangguan!"
"Majikan kedua jangan kuatir, hamba tentu akan
bertugas sangat berhati-hati" sahit Thio Toa Hauw sambil
menjura. Perlahan-lahan Phoa Ceng Yan mengangguk. "Yang
penting dan harus kalian ingat adalah sebelum
memperoleh perintahku, maka janganlah sekali-kali
meninggalkan kereta kawalan ini"," katanya.
Ia segera mengulapkan tangan kanannya
menyambung, "Giok Liong! Bawa jalan."
dan Lie Giok Liong mengiakan, tubuhnya segera berputar
dan melangkah maju ke depan.
Phoa Ceng Yan serta Nyoo Su Jan mengikuti dari
belakangnya dengan kencang.
Menanti ketiga orang itu sudah berangkat, Thio Toa
Hauw baru memerintahkan ke delapan orang
anakbuahnya untuk mempersiapkan anak panah dan
memilih posisi yang baik untuk menghadapi musuh dan
melindungi kelima buah kereta tersebut.
Walaupun Thio Toa Hauw rada bebal, tetapi
berhubung sudah da puluhan tahun lamanya melakukan
pekerjaan mengawal barang maka pengalamannya pada
saat ini boleh dikata sangat luas sekali.
Beberapa orang anak buah itupun merupakan jagojago kawakan pilihan dari perusahaan ekspedisi "Liong
Wie Piauw-kiok", hanya di dalam sekejap saja mereka
sudah menyebarkan diri untuk berjaga pada posisi-posisi
21 yang menguntungkan terhadap datangnya serangan
musuh. Kita balik pada Lie Giok Liong yang memimpin kedua
orang itu mendekati diri Shaw Kiat.
"Shaw-heng!" serunya kemudia sembari menjura.
"Katakan saja pada pemimpinmu bahwa majikan kedua
dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kita sedang
menantikan kedatangan mereka, bilamana ada urusan
biarlah mereka berdua selesaikan sesudah berhadaphadapan.
Dengan pandangan tajam si pemanah gelap Shaw
Kiat memperhatikan sekejap ke arah si telapak besi
gelang emas yang berdiri kurang lebih beberapa kaki dari
dirinya. Ketika dilihatnya si orang tua itu berdiri dengan wajah
serius di atas permukaan salju sehingga kelihatan sangat
angker sekali, dalam hati lantas berpikir, "Sudah lama
aku mendengar nama besar dari si telapak besi gelang
emas, agaknya dia orang benar-benar luar biasa sekali."
Sebenarnya ia hendak mengutarakan beberapa patah
kata yang mengejek diri Lie Giok Liong, tetapi melihat
sikap si telapak besi gelang emas Phoa Ceng Yan yang
begitu angker tak terasa hatinya dibuat bergidik juga,
akhirnya ia mendehem keras.
"Perkataan dari Lie-heng sudan tentu akan cayhe
sampaikan kepada pemimpin kami" sahutnya. "Majikan
kedua dari Piauw-kiok kalian, cayhe merasa tidak punya
pegangan." "Ooow". asalkan Shaw-heng suka menyampaikan
kata-kata tersebut, hal ini sudah tiada sangkut pautnya
dengan diri Shaw-heng."
22 "Ehmm"..! Bertemu atau tidak, cayhe tentu akan
memberi kabar kepada kalian."
Selesai berkata ia meloncat naik ke atas punggung
kudanya, menyenyak tali les dan kaburkan tunggangannnya ke arah hutan.
"Paman Jie Siok! Apakah kita orang perlu mengikuti
jejaknya dari belakan guna melihat-lihat keadaan mereka
di sana?" seru Lie Giok Liong kemudian sambil menoleh.
"Tidak perlu!" jawab Phoa Ceng Yan menggeleng.
"Lam Thian Sam Sah bukanlah manusia baik-baik, kita
tidak boleh terpelosok kembali ke dalam jebakan yang
sengaja telah mereka pasang."
Lie Giok Liong segera mengiakan berulang kali,
padahal dalam hati pikirnya, "Jahe semakin tua semakin
pedas, paman Jie Siok selamanya tinggi hati, tetapi
melakukan pekerjaan mengapa bisa begitu teliti dan
berhati-hati" sungguh luar biasa sekali."
Tampaklah Shaw Kiat dengan cepatnya sudah masuk
ke dalam hutan pohon siong itu, hanya di dalam
beberapa kali tikungan ia telah lenyap tak berbekas.
Sepeminum teh kemudian, dari balik hutan pohon
siong muncullah empat sosok bayangan manusia yang
berlari mendatang dengan kecepatan bagaikan kilat.
Keempat orang itu sama sekali tidak menunggang
kuda, tetapi kecepatan geraknya tidak di bawah
kecepatan dari larinya seekor kuda.
Hanya di dalam sekejap saja keempat orang itu sudah
berada empat kaki di hadapan mereka bertiga.
Orang yang berada di paling depan adalah si panah
gelap Shaw Kiat, sambil menjura.
23 Lie Siauw Piauw-tauw! Pemimpin kami sudah tiba,
bilamana kalia ada perkataan silahkan maju untuk
berbicara!" Lie Giok Liong segera mendongakkan kepalanya
menyapu sekejap ke arah orang-orang itu.
Tampaklah kurang lebih empat kaki di hadapannya
berdirilah tiga orang yang pertama memakai pakaian
singsat berwarna hitam dengan secarik kain pengikat
kepala, mantelnya terbuat dari kulit harimau sedang pada
lengannya mencekal sebuah senjata aneh yang
bentuknya mirip lengan manusia.
Orang yang ada disebelah kirinya memakai jubah
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berwarna biru dengan dandanan seorang sastrawan,
wajahnya putih tak berkumis sedang di atas tangan
kanannya mencekal sebuah kipas.
Orang yang ada disebelah kanannya adalah seorang
gadis berbaju merah, dengan ikat kepala yang berwarna
merah pula, boleh dikata dari ujung kepala sampai ujung
kakinya berwarna merah darah semua sedikitpun tidak
nampak warna lain. Jaraknya yang terpaut empat kaki ditambah pula salju
yang turun dengan derasnya membuat Lie Giok Liong
tidak sanggup untuk melihat jelas bagaimanakah
wajahnya tetapi cukup dilihat dari pinggangnya yang
ramping, lekukan-lekukan badannya yang menggiurkan
serta wajahnya yang bulat seperti telur itik tentulah dia
orang adalah seorang gadis yang sangat cantik.
Ketiga orang itu berhenti pada jarak empat kaki dan
tidak maju lagi, jelas pihak sana ada maksud hendak
memyembunyikan asal usulnya, dan hal ini kemungkinan
sekali akan membuat Jie sioknya merasa amat gusar.
24 Siapa sangka ternya urusan terjadi di luar dugaannya,
belum sempat Lie Giok Liong putar badan memberi
laporan, dengan langkah lebar Phoa Ceng Yan sudah
maju ke depan. "Ayo jalan, kita temui diri mereka!" serunya.
Lie Giok Liong mengiakan, dengan cepat ia mengikuti
dari belakang tubuh Phoa Ceng Yan.
Pada saat ini di sebelah kiri dari Phoa Ceng Yan ada
Nyoo Su Jan, disebelah kanannya ada Lie Giok Liong,
setelah berjalan sejauh delapan depa mereka baru
berhenti. "Sudah lama aku orang she Phoa mendengar nama
besar dari Lam Thian Sam Sah, ini hari bisa bertemu
boleh dikata sangat beruntung sekali" serunya sambil
menjura. Si orang berbaju hitam yang mempunyai jenggot
panjang, bersenjatakan aneh dan berada diantara dua
orang lainnya segera mendengus dingin.
"Hm! Kami tiga orang kaka beradik selamanya disebut
oleh kawan-kawan kangouw sebagai Lam Thian Sam
Sah, Ih mu itu kami tidak berani menerimanya".
Mendengar perkataan tersebut, air muka Phoa Ceng
Yan berubah sangat hebat, tetapi ia masih berusaha
untuk bersadar diri. "Menurut apa yang cayhe ketahui" ujarnya. "Saudara
bertiga dengan pihak perusahaan ekspedisi Liong Wie
Piauw-kiok kita sama sekali belum pernah mengikat
permusuhan. Sedang dari pihak perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok kamipun belum pernah menyalahi kalian
bertiga. 25 Bilamana kalian bertiga ada membutuhkan sesuatu,
cayhe suka menyampaikan hal ini kepada Cong Piauwtauw kami, cayhe percaya dia orang tentu bisa
memberikan suatu tanggung jawab yang memuaskan
hati bagi kalian bertiga"."
Dengan amat serius Lam Thian Sam Sah berdiri di
tempat semula, tak seorangpun diantara mereka yang
mengucapkan kata-kata. Perlahan-lahan Phoa Ceng Yan mendehem, kemudian
sambungnya kembali, "Apalagi barang kawalan yang aku
orang she Phoa kawal kali ini sama sekali tidak terdapat
intan permata yang mahal harganya?""
Si Sastrawan berwajah putih yang berdiri disebelah kiri
agaknya sudah tidak sabaran lagi, mendadak ia
membentangkan kipasnya lebar-lebar lalu mengebutkan
bunga-bunga salju yang mengotori pakaiannya.
"Kami tiga bersaudara sudah mencari kabar dengan
sangat jelas sekali," katanya cepat. "Barang berharga
apa saja yang mereka bawa tidak usah kau orang Phoa
Hu Piauw-tauw yang banyak urusi, Kita dengan pihak
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kalian tidak pernah
terjadi sengketa, maka dari itu kita menggunakan tata
cara yang selayaknya untuk memberi kabar kepada
kalian kemudian baru mengirim tentara. Bukankah di
dalam surat tersebut sudah diterangkan sejelas jelasnya"
Asalkan orang-orang dari perusahaan Piauw-kiok kalian
suka melepaskan senjata, maka kita orang tidak akan
turun tangan mencelakai kalian."
Di atas wajah Phoa Ceng Yan yang berwarna merah
padam mulai terlintaslah hawa gusar yang sukar ditahan.
26 "Jadi kalian bertiga ada maksud hendak menghancurkan merek perusahaan ekspedisi Liong Wie
Piauw-kiok kami?" serunya dingin.
Mendadak terdengar si gadis berbaju merah yang
disisi lelaki berbaju hitam itu tertawa cekikikan dengan
merdunya. "Haaaa?"..! Phoa Hu Cong Piauw-tauw! Bukankah
kami tidak pernah mengatakan bila kami ada maksud
hendak menghancurkan merek perusahan ekspedisi
Liong Wie Piauw-kiok kalian?" teriaknya keras. "Tetapi
bilamana kalian betul-betul ada maksud menghalangi
usaha kita dengan menggunakan kekerasan, maka hal
ini adalah suatu peristiwa yang ak bisa dipikirkan lagi."
Didalam hati Phoa Ceng Yan sudah mengerti bila
menghadapi situasi semacam ini hari tidak mungkin bisa
diselesaikan dengan bersilat lidah saja! Mendadak ia
menengadah ke atas dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaa"..haaa".. bilamana kalian bertiga tidak suka
menghargai diriku dan melepaskan aku orang she Phoa,
maka seperti apa yang dikatakan oleh nona itu, hal ini
adalah suatu peristiwa yang tidak bisa dipikirkan lagi.
Kami dari pihak perusahaan ekspedisi Liong Wie Piauwkiok selamanya tidak suka mencari gara-gara tanpa
alasan, tetapi kamipun tidak takut menghadapi peristiwa
yang sengaja mencari kami?".."
"hee?"..he" kalau begitu sangat bagus sekali,"
sambung si orang berbaju hitam yang ada di tengah
dengan suaranya yang amat dingin."Bilaman kau Phoa
Hu Cong Piauw-tauw merasa punya kekuatan untuk
menghadapi kami Lam Thian Sam Sah, kitapun tidak
usah banyak cingcong yang tak ada gunanya lagi."
27 Si dara berbaju merah itu mendadak menekuk
pinggangnya dan mencelat ke tengah udara dengan
gaya yang amat gesit, tubuhnya dengan sangat ringan
melayang turun kurang lebih delapan depa di atas
permukaan salju, ujarnya sambil tertawa, "Kami
bersaudara masih mempunyai janji dengan orang lain
sehingga tak dapat membuang banyak waktu lagi, jikalau
memang urusan sudah diputuskan demikian maka siauw
moay ada maksud hendak minta beberapa petunjuk dari
kepandaian silat Phoa Hu Cong Piauw-tauw"..!"
Phoa Ceng Yan segera mengalihkan pandangannya
memandang ke arah dara berbaju merah itu dengan
tajam. Tampaklah wajahnya sangat cantik dengan satu
senyuman menghiasi bibirnya, jika ditinjau dari sikapnya
sama sekali tiada maksud hendak bergebrak melawan
orang lain apalagi tangannya kosong sama sekali tidak
membawa senjata tajam. Sudah lama si telapak besi gelang emas berkelana di
dalam dunia persilatan, pengalamannyapun sangat luas
sekali di dalam menghadapi perubahan-perubahan yang
sering terjadi di dalam Bu-lim. Kini bukannya segera
turun tangan menghadapi gadis tersebut sebaliknya
malah memberi pesan wanti-wanti kepada Nyoo Su Jan
serta Lie Giok Liong untuk jangan bertindak secara
gegabah. "Nona! Kenapa kau tidak mencabut keluar senjata
tajammu?" tanyanya kemudian sambil mendehem.
Senyuman yang semula menghiasi di atas bibir dara
berbaju merah itu mendadak lenyap tak berbekas.
28 "Senjata tajam nonaku ada di dalam badan, bilamana
kau tidak dapat menemukannya hal ini mengerti kau bila
matamu sudah buta" serunya dingin.
Si telapak besi gelang emas Phoa Ceng Yan segera
memperoleh sekejap ke arah Lie Giok Liong, lalu ujarnya,
"Giok Liong! Kau pergilah menemui diri nya tetapi harus
berhati-hati, senjata yang digunakan tentulah semacam
senjata tajam yang berbentuk sangat aneh, lebih baik
setelah melihat dia orang mencabut keluar senjatanya
kau baru turun tangan."
Lie Giok Liong mengangguk, dengan cepat ia
mencabut keluar goloknya dari dalam sarung.
Hawa murninya ditarik panjang-panjang dari pusar
mengelilinginya seluruh tubuh kemudian dengan langkah
yang lambat berjalan kehadapan si dara berbaju merah
itu. "Cayhe Lie Giok Liong, mari biarlah aku orang
menemani nona untuk bergebrak beberapa jurus,
silahkan nona untuk mencabut keluar senjatamu"
katanya. Agaknya si dara berbaju merah itu bersifat sangat
aneh sekali, wajah yang semula dingin kaku mendadak
tersungging kembali satu senyuman.
"Ayoh @ Mulailah turun tangan." ujarnya. "Sudah tentu
aku bisa memperlihatkan senjata tajamku! Hatihatilah"..!"
Baru saja perkataannya selesai diucapkan tubuhnya
sudah menerjang maju kedepan melancarkan satu
pukulan dashyat ke depan.
29 Ternyata ia sama sekali tidak memandang sebelah
matapun terhadap golo baja yang berada di tangan Lie
Giok Liong. Dengan wajah serius Lie Giok LIong segera berkelit ke
samping. "Bilamana nona tidak mencabut keluar senjatamu,
cayhe"." "Bilamana nonamu merasa perlu menggunakan
senjata tajam, aku bisa mencabutnya sendiri!" potong
dara berbaju merah itu dengan cepat.
Sepasang telapak tangannya bersama-sama ditepuk
kedepan dengan menggunakan jurus Siang Hong Cian
Ei" atau sepasang angin menembus telinga.
Lie Giok Liong mengerutkan alisnya rapat-rapat,
goloknya mendadak di babat sejajar dada.
Tampaklah cahaya golok berkilauan menyilaukan
mata, dengan gaya mendatar ia membabat pinggang
lawan. Si dara berbaju merah itu segera tertawa cekikikan,
sepasang telapak tangannya yang didorong kedepan
mendadak menekan ke arah bawah, pinggangnuya yang
menekuk tahu-tahu seluruh badannya sudah mencelat ke
tengah udara menghindarkan diri dari datangnya babatan
golok tersebut. Kemudian tubuhnya yang ada ditengah udara
berkelebat lewat dari atas batok kepala Lie Giok Liong,
sepasang kakinya dengan meminjam gerakan tesebut
melancarkan tendangan kilat menghajar batok kepala
dari lelaki tersebut. 30 Bilamana tendangan in sampai mengenai sasarannya,
sekalipun tidak mati sedikit-dikitnya Lie Giok Liong akan
menderita luka yang amat parah.
Pada saat yang amat kritis itulah?" mendadak
tampak Lie Giok Liong menjatuhkan dirinya ke depan,
golok di tangan kanannya dengan menggunakan jurus
"Hwee So Wang Gwat" atau menoleh ke belakang
memandang rembulan menggulung dari bawah ke atas
mengancam sepasang kaki sang dara berbaju merah
yang mengancam dirinya tadi.
Melihat datangnya babatan golok tersebut si dara
berbaju merah itu segera berjumpalitan di tengah udara,
tubuhnya gesit laksana sehelai daun kering, tahu-tahu ia
sudah melayang ke atas permukaan salju beberapa kaki
jauh dari tempat semula. Lie Giok Liong segera menarik kembali goloknya dan
disilangkan di depan dada, ia tidak melakukan
pengejaran, sebaliknya tertawa dingin tiada hentinya.
"Heee".heee?" bilamana nona tidak mencabut
keluar senjatamu, kemungkinan sekali ?"."
"Kau tidak usah menyombongkan diri" bentak dara
berbaju merah itu dengan nyaring.
Tangan kanannya diayunkan ke depan, serentetan
cahaya merah dengan cepatnya meluncur ke arah lelaki
kekar tersebut. Jarak antara mereka berdua cuma delapan depa saja,
cahaya merah itupun dengan cepatnya sudah meluncur
mendatang. Lie Giok Liong sendiri dapat melihat pula datangnya
cahaya merah tang berbentuk tidak mirip seperti senjata
rahasia, diam-diam pikiran dalam hati.
31 "Senjata aneh macam apakah ini" Bagaimana
mungkin bisa disembunyikan di balik ujung baju dan
diayun ditarik semaunya sendiri?""
Di dalam hal ilmu silat, kebanyakan kelihayan dari
suatu ilmu kepandaian terletak didalam gerakan yang
cepat, siapa cepat dia yang berhasil menguasai pihak
lawannya. Karena itu walaupun di dalam hati Lie Giok Liong
berpikir keras, tetapi gerakan tangannya sama sekali
tidak berhenti. Goloknya dengan menggunakan jurus "Siauw Cu Si
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lie" atau membabat kaki menyambar sepatu menghajar
cahaya merah yang menyambar datang kearahnya itu.
Si dara berbaju merah itu segera menggetarkan
tangan kanannya, cahaya merah yang semula melayang
datang laksana seekor ular berbisa itu mendadak
berbelok lalu menyambar ke arah pergelangan tangan
kanan Lie Giok Liong yang mencekal golok.
Pada saat ini Lie Giok Liong sudah dapat melihat jelas
bila cahaya merah tadi bukan lain adalah sebuah angkin
warna merah yang amat lemas, tetapi di bawah gerakan
perubahan yang sangat lihay dari gadis tersebut ternyata
benda yang lemas itu bisa bergerak dan menyambar
semau hatinya. Tak terasa lagi dalam hati ia merasa amat terperanjat
sekali, buru-buru pergelangan tangannnya ditekan ke
arah bawah kuda kudanya bergeser dan menyingkir
sejauh lima depa dari tempat semula.
"Kena!" bentak dara berbaju merah itu keras.
Angkin merahnya ditekan ke bawah lalu menyambar
dan menggulung ke atas. 32 Buru-buru Lie Giok Liong menarik napas panjangpanjang, dengan menggunakan jurus "Han Tee Pah
COng" atau tanah tandus mencabut bawang tubuhnya
mencelat ke tengah udara setinggi sembilan depa lebih.
Maksud hati dari si dara berbaju merah itu justru
hendak memaksa pihak musuhnya mencelat meninggalkan permukaan tanah, terdengar ia tertawa
cekikikan angkin merahnya dengan cepat mengikuti
gerakan tubuh pihak lawannya meluncur ke atas dan
melibat sepasang kaki Lie Giok Liong.
Si telapak besi gelang emas Phoa Ceng Yan yang
melihat kejadiaan ini segera mengerutkan alisnya rapatrapat, baru saja tubuhnya siap-siap bergerak maju untuk
memberi pertolongan, si dara berbaju merah itu sudah
mengerahkan tenaga dalamnya menyentak angkin
tersebut keatas. Tubuh Lie Giok Liong tidak dapat mempertahankan
dirinya lagi, bersama-sama dengan goloknya ia mencelat
sejauh tiga empat kaki dari tempat semula.
Lie Giok Liong cuma merasakan segulung tenaga
dalam yang maha dashyat membawa tubuhnya ke
tengah udara, belum sempat ia mengambul suatu
tindakan mendadak telinganya terasa sambaran angin
yang kencang menyambar lewat diikuti kepalanya terasa
pening, matanya berkunang-kunang, dengan menimbulkan suara yang amat keras tubuhnya sudah
terbanting keras ke atas permukaan salju.
Si panah gelap Shaw Kiat dengan cepat meloncat
maju ke depan, ditengah berkelebatnya sang jari tangan
tahu-tahu ia sudah menotok jalan darah dari Lie Giok
Liong. 33 Si telapak besi gelang emas Phoa Ceng Yang adalah
seorang yang berpikiran panjang, melihat kesempatan
untuk menolong anak buahnya sudah tidak sempat lagi
dengan cepat pikirannya berubah, ia tidak lagi berusaha
untuk turun tangan menolong anak buahnya sebaiknya
malah berbisik kepada Nyoo Su Jan yang ada disisinya.
"Permainan angkin dari perempuan ini sangat aneh
dan lihay sekali, sebentar lagi biarlah loohu turun tangan
sendiri." Lie Siauw Piauw-tauw sudah tertawan musuh, apakah
majikan kedua tidak ada maksud untuk menolong
orang?" tanya Nyoo Su Jan cepat.
"Melindungi barang kawalan lebih penting asalkan
mereka tidak turun tangan membinasakan Giok Liong
pada saat ini juga, aku rasa dirinya tidak bakal terjadi
suatu peristiwa yang mengerikan, cepat kau kembali ke
kereta untuk melindungi barang kawalan kita itu."
Diam-diam Nyoo Su Jan mulai mempertimbangkan
berat-entengnya urusan ini, akhirnya ia merasa bila
perkataan dari Phoa Ceng Yan sedikitpun tidak salah.
Tujuan dari Lam Thian Sam Sah adalah hendak
membegal barang kawalan, asalkan barang-barang
tersebut tidak sampai lenyap maka merek perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok-pun akan berhasil dilindungi.
Setelah di dalam hatinya mengambil keputusan, iapun
segera berbisik ke arah si orang tua itu, "Jie Tang
Kia!(majikan kedua) walaupun kepandaian silat yang kau
miliki sangat tinggi, tetapi lebih baik jangan bergebrak
terlalu lama, melindungi barang kawalan jauh lebih
penting"." 34 "Aku sudah tahu!" potong si orang tua itu dengan
cepat, "cepat kau mengundurkan diri dari sini dan balik
ke kereta. Toa Hauw rada bebal sedang Cun Jia masih
muda dan tidak banyak mengetahui urusan, mengatur
siasat di dalam musuh masih harus menunggu
kedatanganmu." Nyoo Su Jan tidak dapat berpikir lebih panjang lagi, ia
mengiakan lalu mengundurkan diri dari tempat itu.
Waktu itu si dara berbaju merah tersebut sudah
menarik kembali angkin merahnya dan dengan genit
berjalan mendekat. "Aaach". orang muda jaman sekarang semakin
bergebrak semakin tua tidak bersemangat" serunya
sambil tertawa. "Kelihatannya kau Phoa Hu Cong Piauwtauw harus turun tangan sendiri".
"heee"..heee". Nona! Kau jangan sombong dulu!"
kata Phoa Ceng Yan sambil mendehem perlahan. "Aku
orang she Phoa sudah ada puluhan tahun lamanya
melakukan pekerjaan mengawal barang dan mengalami
pula berbagai badai hujan yang besar maupun kecil,
tetapi ".. loohu ada beberapa patah kata yang hendak
diucapkan terlebih dahulu sebelum kita mulai bergebrak."
"Hii". hii?" bagus sekalu siauw-moay akan pentang
lebar telinga untuk mendengarkan perkataanmu"
"Hmm! Orang-orang kangouw memberi julukan si
telapak besi gelang emas kepada aku orang she Phoa,
gunakan senjata rahasia gelang emas akan memberi
tanda terlebih dulu tetapi nama besar Lam Thian Sam
Sah sangat cemerlang, kepandaian silatnyapun tinggi,
maka dari itu di sini aku tidak akan memberi tanda
sewaktu hendak melancarkan senjata rahasia".
35 "Heee"..heee?" kawan kawan kangouw yang
sering menggunakan senjata rahasiapun sedikit
jumlahnya, hal ini aku rasa tidak patut diherankan" kata si
dara berbaju merah itu tawar."Kau Phoa Hu Cong Piauwtauw ada berapa banyak gelang emas yang kau bawa
boleh dikeluarkan semua, bilamana semisalnya aku
menderita luka, maka hal ini cuma bisa salahkan
kepandaian silatku kurang becus. Kau masih ada
perkataan apa lagi yang hendak diucapkan" Kalau sudah
bergebrak tak ada waktu untuk berbicara lagi lhoo!"
Phoa Ceng Yan sengaja memberi keterangan soal
senjata rahasia gelang emasnya, hal ini sebenarnya tidak
lebih hanya merupakan jebakan yang sedang menjirat
pihak lawannya saja. Walaupun si dara berbaju merah itu binal dan nakal
tetapi ia kena terjirat juga oleh perkataan dari Phoa Ceng
Yan si jago kawakan dari Bulim ini.
Menanti gadis itu telah selesai mengucapkan katakata tersebut, Phoa Ceng Yan baru mengutarakan isi hati
yang sebenarnya. "Bilamana nona berbicara demikian, aku orang she
Phoa malah ingin menanyakan kembali akan satu
persoalan". "Urusan apa?" Tadi cayhe sudah pernah terangkan barang kawalan
dari perusahaan ekspedisi Liong Wie Piauw-kiok kami
kali ini tidak bisa dikatakan barang kawalan sebaliknya
merupakan keselamatan dari satu keluarga rakyat biasa,
ada tua ada muda ada lelaki ada perempuan, aku orang
she Phoa benar-benar merasa tidak paham, dengan
nama besar Lam Thian Sam Sah, kenapa mendadak
36 bisa mengincar nyawa beberapa orang tua yang lemah
tak bertenaga itu". Kendati mereka lemah, tetapi perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok tidak lemah, barang kawalan yang ditangani
sendiri oleh kau Phoa Hu Cong Piauw-tauw tentu
bukannya suatu barang kawalan yang murah
harganya?"" kata si dara berbaju merah itu.
"Justeru yang tidak aku orang pahami adalah dalam
soal ini, sebenarnya kalian tiga bersaudara sengaja
mencari Liauw yang lemah gemulai tak bertenaga itu?"
Ataukah sengaja hendak mencari gara-gara dengan kami
pihak perusahaan ekspedisi Liong Wie Piauw-kiok"
Bilamana kalian sengaja mencari gara-gara dengan
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kami maka urusan
mudah sekali diselesaikan, hari selanjutnya masih
panjang, kita bisa teruskan suatu hari dan bulan untuk
menyelesaikan persoalan ini baik secara damai maupun
diselesaikan dengan mengandalkan kepandaian silat
masing-masing, dengan begitu hal ini tidak sampai
mengikut sertakan keluarga lain yang sama sekali tidak
tahu menahu urusan apalagi bisa melemahkan nama
besar kalian Lam Thian Sam Sah di dalam dunia
kangouw!" Jilid 2 "Heey?" kau orang benar-benar tidak malu disebut
sebagai seorang jago kawakan yang banyak
pengalaman, perkataan-mu benar-benar sangat tajam
sekali!" seru si dara berbaju merah itu keras. "Bilamana
kedatangan kami justeru bertujuan pada keluarga Liuw
itu, lalu kau mau apa?"
"Membuka perusahaan ekspedisi, yang dipentingkan
adalah perdagangan, pemilik barang serta langganan
37 membayar uang, kita lantas melindungi keselamatan
mereka sekeluarga, hal ini boleh dikata sama dengan
menjual nyawa buat mereka, "Sekalipun tidak melihat di
atas wajah emas pandanglah wajah sang Budha. "Kita
sama-sama adalah orang Bu-lim, bilamana saudara
bertiga suka melepaskan diri kami hari ini, bukan saja
cayhe merasa sangat berterima kasih atas kebaikan budi
kalian tiga bersaudara, yang lain lolap tidak berani bicara
sombong. Cong Piauw-tauw kami paling gemar
berkawan dengan jago-jago kangouw, enam karesidenan
di daerah utara tak seorangpun yang tidak tahu bilamana
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kami belum pernah
mengalami pembegalan, yang penting dari kesemuanya
ini sebetulnya tidak lain dikarenakan kawan-kawan
kangouw suka memberi muka kepada kami."
"Ehmm"! Soal ini sejak semula kami sudah berhasil
memperoleh kabar yang sangatt jelas sekali, jangan
dikata Cong Piauw-tauw kalian, cukup kau si telapak besi
gelang emas Pho Hu Cong Piauw-tauw-pun sudah
dipandang tinggi oleh orang-orang yang ada di dalam
enam karesidenan di daerah utara, yang jatuh
kecundang di bawah tanganpun paling sedikit ada tiga
empat puluh orang banyaknya, kalau memangnya kita
berani turun tangan untuk membegal barang kawalan
kalian pada kali ini, terus terang saja sejak semula kami
sudah memperhitungkan pula atas kelihayan-nya,
berhasil atau gagal pokoknya tidak akan merugikan
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kalian"."
"Baiklah!" seru Phoa Ceng Yan kemudian sambil
mengulapkan tangannya. "Bilamana kalian bertiga benarbenar ada maksud untuk turun tangan menahan barang
kawalan kami, aku orang she Phoa pun tidak ingin
menebalkan muka untuk memohon lagi pada kalian Lam
Thian Sam Sah pun merupakan orang yang mempunyai
38 muka di dalam dunia kangouw, aku harap kau suka
bergebrak sesuai dengan peraturan Bu-lim."
"Ooouw". membegal barang kawalanpun masih ada
peraturannya juga" waah"waah" soal ini terpaksa
siauw-moay harus minta petunjuk dari dirimu" goda si
dara berbaju merah itu sambil tertawa cekikikan.
Selama ini si lelaku kasar bersenjata aneh serta si
sastrawan berjubah biru itu tetap berdiri di tempat semula
tanpa bergerak maupun ikut berbicara barang sepatah
katapun, agaknya segala urusan sudah diserahkan
kepada si dara berbaju merah yang paling kecil ini untuk
mengambil keputusan. Diam-diam Phoa Ceng Yan mulai menghitung waktu,
ketika dirasanya waktu sudah cukup bagi Nyoo Su Jan
untuk mengatur siasat penjagaan ia baru tertawa tawar.
"Harap kalian jangan melukai langganan kami, yang
mengawal benda tersebut adalah perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok, maka dari itu kalian boleh langsung mencari
aku orang she Phoa untuk bikin beres urusan ini, hutang
ada pemiliknya, dendam ada penyebabnya, kalian
janganlah sekali-kali mencelakai langganan kami."
"Hiii"..hiii" jika demikian adanya, kau Pho Hu Cong
Piauw-tauw agak sudah tidak mempunyai kepercayaan
lagi untuk mempertahankan barang kawalanmu kali ini
bukan?" goda si dara berbaju merah itu kembali sambil
tertawa cekikikan. "Untuk sementara lebih baik nona jangan menyombongkan diri terlebih dulu, siapakah yang bakal
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menang dan siapa yang bakal angsor siapapun diantara
kita tak bisa menentukan mulai sekarang!"
39 "Heee".heee". kalau begitu kau boleh mulai turun
tangan!" Walaupun di dalam kalangan dunia kangouw nama
Lam Thian Sam Sah sudah terkenal akan telengasnya,
tetapi bilamana membicarakan soal pengalaman di
dalam dunia persilatan sulit untuk menangkan diri si
telapak besi gelang emas.
Phoa Ceng Yan sama sekali tidak dibuat gusar oleh
perbuatan dari si dara berbaju merah itu, sembari diamdiam melakukan persiapan ujarnya dingin, "Perkataan
dari aku orang she Phoa belum selesai".." Tubuh si
dara berbaju merah pada saat itu sudah berada sangat
dekat dengan diri Phoa Ceng Yan, agaknya ia ada
maksud untuk segera turun tangan.
Tetapi sewaktu dilihatnya Phoa Ceng Yan belum ada
maksud untuk turun tangan bahkan berbicara kembali,
terpaksa ia menahan sabar.
"Kalau begitu cepatlah kau katakan!" teriaknya keras.
"Menurut peraturan dunia kangouw, dengan
kecemerlangan nama Lam Thian Sam Sah kalian hendak
membegal barang kawalan orang lain maka perbuatan
kalian tidak lebih seperti pencuri itik, pembegal anjing
yang paling rendah derajatnya, sekalipun ini hari aku
orang she Phoa harus jatuh kecundang di tangan kalian
tiga bersaudara dan rubuh bermandikan darah, hal ini
anggap saja kepandaian ilmu silat aku orang she Phoa
tidak becus dan memang sepatutnya mati, melakukan
perjalanan, di rumahpun ada peraturan rumah, sekalipun
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kita tidak akan
melaporkan peristiwa ini kepada pengadilan, harap kalian
bertiga suka mempertahankan barang-barang kawalan
kami selama tiga bulan, kemudian menyurati Cong
40 Piauw-tauw kami untuk meminta kembali barang-barang
tersebut dalam waktu yang telah ditentukan."
"Bila tiga bulan sudah penuh?"
"Bilamana demikian adanya maka terserah kalian
hendak berbuat apa terhadap barang-barang itu, karena
dengan demikian kematian dari aku orang she Phoa
sama sekali tidak sampai merusak merek perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok kamu, bilamana nona berani
menyanggupi usul ini, maka sekalipun aku orang she
Phoa harus matipun dengan puas, sedang nama dari
kalian tiga bersaudara pun tidak sampai tercemar di mata
kawan-kawan Bu-lim lainnya.
"Tetapi apakah kebaikannya dari syarat tersebut
terhadap kami tiga bersaudara?"
"Membegal ada peraturannya, bilamana kalian Lam
Thian Sam Sah tidak suka mengikuti peraturan ini, maka
kawan-kawan dari golongan Hek-to maupun Pek-to tidak
akan memandang kalian lagi?"
Mendadak ia mendongakkan kepalanya tertawa
terbahak bahak?"" lalu sambungnya kembali,
"Bilamana semisalnya kalian bertiga benar-benar sekali
lagi mengalahkan Cong Piauw-tauw kami dan
mempertahankan barang-barang tersebut tidak sampai
diminta kembali, maka enam kerisidenan di daerah Kiang
Pak serta dua belas perusahaan piauw-kiok beserta
lainnya akan secara rela mendekati kalian, sampai waktu
itu bukan saja nama Lam Thian Sam Sah akan
cemerlang, hidup kalian-pun boleh dikata terjamin
penuh!" "Baiklah! Kita tentukan demikian saja," sahut si dara
berbaju merah itu kemudian setelah termenung sebentar.
"Biarlah nonamu mempertanggung jawabkan soal ini"
41 "Apakah nona sungguh-sungguh bisa mengambil
keputusan di dalam persoalan ini?"
"Hmm! Walaupun aku Ang Nio Cu adalah kaum
perempuan, tetapi perkataan yang sudah diucapkan
keluar selamanya tidak pernah ditarik kembali."
"Baik! Berdasarkan perkataan dari nona itu, loolap
memuji dirimu sebagai seorang pendekar perempuan
yang gagah perkasa."
"Heeee?"heeee?" sudah habis perkataanmu?"
tanya Ang Nio Cu kemudian dengan nada yang amat
dingin. "Perkataan dari loolap sudah selesai!"
"Hiii". hiii". kalau begitu terimalah seranganku ini!"
tiba-tiba teriak Ang Nio Cu sambil tertawa cekikikan.
Tubuhnya dengan cepat meloncat ke depan, telapak
tangannya dengan menimbulkan segulung hawa pukulan
yang maha dashyat menghajar ke atas tubuh pihak
lawannya. "Serangan yang bagus" puji Phoa Ceng Yan keras,
kaki kirinya segera melesat setengah langkah ke
samping, huncwee di tangan kanannya dengan
menggunakan jurus "Hua Liong Thian Cing" atau melukis
Naga menutul mata melancarkan totokan ke arah telapak
tangan Ang Nio CU yang sedang melancarkan serangan.
"Nona! Ayoh gerakkan senjatamu" teriaknya.
Di luar ia berkata demikian, padahal dalam hati diamdiam pikirnya, "Bagus sekali! Ternyata budak amat licik,
karenaya sewaktu hendak melancarkan serangan tadi
sengaja ia memperlihatkan satu senyuman sehingga
pihak lawan merasa datangnya serangan tersebut
berada di luar dugaan."
42 Ang Nio Cu sewaktu melihat ayunan huncwee dari
Phoa Ceng Yan dengan amat tepat sekali berhasil
menemukan jalan darah pada pergelangan tangan
kanannya dalam hati diam-diam merasa amat
terperanjat. "Si tua bangka ini benar-benar merupakan seorang
jagoan lihay" pikirnya dalam hati. "Di dalam sekali
serangan, arah yang dituju serta sangat tepat sekali, aku
tidak boleh bersikap gegabah terhadap dirinya".".
Tergopoh-gopoh tubuhnya berputar mengikuti gerakkan tangan dan melayang sejauh delapan depa ke
samping. Jagoan lihay bergebrak cukup dengan serangan
pertama sudah tau pihak musuhnya berisi atau tidak,
sewaktu Ang Nio Cu memutar badan berkelebat
menyingkir ke samping tadi dalam hati Phoa Ceng Yan
sudah mempunyai perhitungan yang sangat masak.
Ia mengetahui senjata angkin merah dari Ang Nio Cu
yang disembunyikan di balik ujung baju merupakan suatu
serangan yang aneh dan dashyat, apalagi ilmu
meringankan tubuhnya jauh lebih tinggi satu tingkat dari
dirinya. Gerakan tubuhnya yang berkelebat ke samping
ini pasti akan disusul dengan suatu serangan balasan
yang amat lihay. Phoa Ceng Yan, si jago kawakan yang banyak
pengalaman, menghadapi musuh yang sangat tangguh
ini ia bersikap sangat berhati-hati, melihat musuhnya
mundur dia orang sama sekali tidak mengadakan
pengejaran. Ternyata dugaannya sedikitpun tidak salah, begitu
ujung kaki Ang Nipo Cu menginjak permukaan tanah
43 tanpa menoleh lagi ia melancarkan satu serangan
balasan yang sangat hebat.
Serentetan cahaya merah laksana pelangi yang
terbentang di tengah angkasa langsung menyapu datang
dengan gerakan mendatar. Phoa Ceng Yang dengan tenang berdiri tegak di
tempat semula, menanti serangan angkin merah itu
hampir mengenai tubuhnya ia baru mencelat ke tengah
udara, huncwee di tangannya dengan menggunakan
jurus "Koay Coa Jut Hiat" atau Ular aneh keluar dari
sarang menoton ke arah tubuh musuhnya.
Di dalam hal ilmu silat, yang penting adalah
kecermatan pandangan serta kecepatan gerak, siapa
cepat dia yang berhasil merebut posisi menguntungkan.
Tubuh Phoa Ceng Yan yang mencelat ke tengah
udara ini dengan tepat berhasil mengisi kekosongan
ruangan di antara kelebatan angkin merah dari Ang Nio
Cu tersebut. Tidak malu Ang Nio Cu disebut jagoan lihay, melihat
posisinya tidak menguntungkan dan serangan musuh
melanda sangat dashyat, angkin merahnya yang sedang
melancarkan serangan tadi dengan mengikuti gerakan
tubuh berputar satu lingkaran besar, sedang tubuhnya
mengambil kesempatan tersebut mencelat dan bersalto
beberapa kali di tengah udara sejauh satu kaki sehingga
berhasil menghindarkan diri datangnya serangan
tersebut. "Hmmm! Ilmu meringankan tubuh nona sungguh hebat
sekali!" dengus Phoa Ceng Yan dingin.
Ang Nio Cu yang beberapa kali kehilangan posisi yang
menguntungkan, dari perasaan malu ia jadi gusar.
44 Angkin merahnya kembali disentakkan lalu menggulung
ke depan dengan gerakan mendatar.
Di dalam hati Phoa Ceng Yan sudah punya
perhitungan, bilamana di dalam tiga lima gebrakan lagi
dirinya berdasarkan pengalaman yang banyak di dalam
menghadapi beratus-ratus kali pertempuran berhasil
menangkap Ang Nio Cu untuk dijadikan sandaran bukan
saja keselamatan Giok Liong akan terjamin, bahkan
dengan mengandalkan keselamatan perempuan ini ada
kemungkinan sekali barang kawalannya berhasil
melewati rintangan ini dengan selamat.
Tetapi di dalam hati iapun merasa sangat paham, si
orang berbaju hitam serta sang pemuda berjubah biru itu
tidak akan membiarkan Ang Nio Cu kena dia tawan tanpa
turun tangan memberi pertolongan, oleh karena itu satusatunya harapan yang bisa ia pegang untuk memperoleh
kemenangan ini adalah mengandalkan gerakan yang
"Cepat". Cepat sehingga kedua orang itu tidak sempat turun
tangan memberi bantuan, bilamana semisalnya kekuatan
musuh terlalu kuat dan sulit untuk mencapai sesuatu
keadaan sesuai keinginannya maka terpaksa ia harus
mengundurkan diri ke tempat perhentian kereta-kereta
kawalannya kemudia dengan menggunakan tenaga
gabungan dari Nyoo Su Jan serta Thio Toa Hauw
bersama-sama mengandalkan perlawanan sekuat
tenaga. Setelah si orang tua ini merencanakan siasat maju
mundurnya dalam hati, hawa murninya dengan cepat
disalurkan dari pusar mengelilingi seluruh tubuh.
Kuda-kudanya diperkuat, huncwee ditangannya
diangkat menyambut datangnya serangan tersebut.
45 Melihat gerakan dari pihak lawannya, diam-diam Ang
Nio Cu memaki. "Si tua bangka ini benar-benar amat sombong!"
Angkinnya diputar, dengan kecepatan laksana kilat
mengurung huncwee tersebut.
Gerakannya ini dilakukan sangat cepat sekali, tahutahu angkin sudah mengikat sang huncwee erat-erat dan
ditarik, dengan sekuat tenaga ke arah belakang.
Segulung tenaga yang amat besar segera membetot
tubuh si orang tua itu maju ke depan.
Walaupun sejak semula Phoa Ceng Yan sudah
mengadakan persiapan, tidak urung badannya kena
ditarik juga sehingga meninggalkan permukaan tanah
oleh betotan angkin dari Ang Nio Cu itu.
Diam-diam hatinya merasa amat terperanjat pikirnya.
"Aaakh "..! Sungguh tidak kusangka budak ini
mempunyai tenaga dalam yang demikian dashyatnya."
Dengan cepat kaki kirinya maju selangkah ke depan,
sedang tangan kirinya diayun sambil membentak. "Nona!
Lihat serangan." Tiga titik cahaya emas yang menyilaukan mata
dengan cepat laksana kilat menyambar tubuh Ang Nio
Cu. Phoa Ceng Yan terkenal sebagai si telapak besi
gelang emas, kecuali memiliki ilmu pukulan Thiat Sah
Ciang yang amat lihay, senjata rahasia gelang emasnya
boleh dikata merupakan suatu ilmu tunggal yang tiaada
tandingannya. Jarang sekali ada jagoan Bu-lim yang berhasil
meloloskan diri dari serangan senjata rahasia gelang
46 emasnya ini dan jarang pula ada yang berani melihat di
manakah gelang-gelang emas itu disembunyikan.
Tampaklah di antara ayunan tangannya gelang-gelang
emas beterbangan laksana kilat bahkan gelang-gelang
itu disambit sesuai dengan jurus serangan yang
digunakan sehingga boleh dikata kedashyatannya sulit
untuk dicarikan tandingannya.
Dengan mengandalkan angkin merahnya yang lemas
Ang Nio CU dapat menahan serangan golok serta
pedang tajam, kesemuanya ini dikarenakan ia sudah
mengandalkan jurus serangan yang aneh serta
pengerahan tenaga dalam yang tepat pada waktunya.
Tetapi Phoa Ceng Yan sudah mengadakan persiapan
sejak semula, ia mengerahkan ilmu bobot seribu katinya
untuk memantek sepasang kaki di atas tanah, kedua
buah kakinya ini seperti tiang kayu yang tertanam di
tanah saja sedikitpun tak dapat tergeser.
Sewaktu Ang Nio Cu melihat datangnya serangan
Huncwee tadi, ia sudah merasa dirinya bertemu musuh
tangguh sehingga angkinnya buru-buru ditarik kembali,
siapa sangka ketika itulah gelang emas dari Phoa Ceng
Yan dengan menimbulkjan suara desiran tajam sudah
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengancam datang. Jarak antara mereka berdua sangat dekat sekali,
datangnya serangan gelang emas itupun cepatnya luar
biasa memaksa Ang Nio Cu dalam keadaan kepepet
harus mengeluarkan ilmu "Thian Pan Kiauw" atau
jembatan gantung yang merupakan ilmu pantangan bagi
kaum wanita. Tubuhnya menjatuhkan diri ke arah belakang dengan
punggung menempel di atas permukaan salju.
47 Kendati perubahan geraknya dilakukan sangat cepat,
tidak urung pundaknya kena tersambar juga oleh
sebatang gelang emas sehingga pakaian merahnya
robek dan melukai tubuhnya.
Bilamana misalnya pada waktu itu Phoa Ceng Yan
menambahi lagi beberapa batang gelang emas maka
Ang Nio Cu tak dapat terhindar lagi pasti akan menderita
luka yang amat parah. Tetapi hatinya welas kasih dan tidak ingin turun
tangan jahat terhadap gadis itu, ia hanya mengharapkan
bisa menawan Ang Nio Cu hidup-hidup untuk digunakan
sebagai sandera. Tubuhnya dengan cepat menubruk maju ke depan,
Huncwee di tangannya menekan ke arah bawah menotok
tubuh Ang Nio Cu. Di dalam keadaan yang amat kritis ini, gadis berbaju
merah itu sama sekali tidak jadi gugup. Ilmu meringankan
tubuhnya yang sangat sempurna dengan cepat
disalurkan keluar. Tampak tubuhnya berputar menghindar diri dari
totokan huncwee di tangan Phoa Ceng Yan kemudian
mencelat bangun dari atas tanah.
Bayangan merah berkelabat secepat angin berlalu,
tahu-tahu tubuhnya sudah berada satu kaki di tengah
udara, di mana tangannya berkelabat angkin merahnya
laksana seekor ular melibat tangan kiri dari si orang tua
itu. Diam-diam Phoa Ceng Yan berteriak sayang, tangan
kirinya dibalik lima jarinya dipentangkan mencengkeram
angkin tersebut dengan sebatnya.
48 Tetapi gerakan dari Ang Nio Cu jauh lebih cepat dari
dirinyam mengambil kesempatan itu tangannya
menyerok ke depan dengan sepenuh tenaga.
Phoa Ceng Yan kontan merasakan tubuhnya tak
dapat berdiri tegak lagi dan terlempar empat lima depa
ke depan kemudian jatuh terlentang di atas tanah.
Melihat musuhnya jatuh, Ang Nio Cu tidak kasih
banyak kesempatan lagi buat lawannya untuk banyak
berkutik, angkinnya kembali digetarkan mengancam
sepasang kaki si orang tua itu.
Phoa Ceng Yan sejak terjunkan dirinya ke dalam
dunia kangouw pada dua puluh tahun yang lalu, belum
pernah dia orang jatuh kecundang seperti ini hari, dalam
hati sedihnya bukan alang kepalang.
Tetapi pertempuran ini bukanlah suatu pertandingan
pi-bu yang dianggap selesai setelah kena ditutul,
walaupun dalam hati ia merasa amat sedih iapun harus
bangkitkan semangat kembali untuk melawan musuh.
Melihat Angkin merah dari Ang Nio CU kembali
menyambar datang, hatinya merasa berdesir. Ia tahu
bilamana kali ini sepasang kakinya kena tergulung
kembali maka geguyon ini tidak akan kecil.
Tubuhnya bukan saja terlempar sejauh satu kaki saja,
kemungkinana sekali ia akan terpental dan jatuh
terjengkang seperti monyet menubruk katak.
Karena itu buru-buru tangannya diayun ke depan,
empat batang gelang emas dengan menimbulkan suara
desiran tajam menyambar ke arah depan.
Tidak lama berselang Ang Nio Cu sudah merasakan
pahit getir di bawah serangan gelang emas itu karenanya
49 ia tahu lihay dan tak berani melanjutkan serangannya
kembali. Tubuhnya buru-buru berkelit ke samping menghindarkan diri dari datangnya serangan senjata
rahasia, kemudian mencelat ke tengah udara sejauh
enam tujuh depa dari tempat semula.
Sewaktu Ang Nio Cu berkelebat untuk menghindarkan
diri itulah, ditengah permukaan salju kembali terlihat
berkelebatnya sesosok bayangan manusia dengan amat
cepatnya. Dengan kebutan kipas yang membuka menutup, tahutahu keempat batang gelang emas dari Phoa Ceng Yan
sudah kena tersapu lenyap tak berbekas.
Waktu itu Phoa Ceng Yang sudah berhasil bangun
berdiri, ketika ia mengalihkan pandangannya maka
tampaklah di posisi tubuh Ang Nio Cu pada saat itu telah
berdirilah si siaucay berwajah putih berjubah biru itu
dengan amat tenang. Si siucay berbaju biru itu mendadak membentangkan
kipasnya lebar-lebar sehingga keempat gelang emas
yang kena tersapu tadi jatuh ke atas permukaan salju,
kemudian tertawa terbahak-bahak dengan keras.
"Haaa".haaa?". walaupun sam moay berhasil kau
babat pundaknya sehingga terluka tetapi kau sudah seri
dengan menjatuhkan dirinya sehingga tertelentang.
Walaupun tidak bisa dikata memperoleh kemenangan
besar, tetapi kaupun tidak dikalahkan, coba kau berdirilah
di samping untuk menjagakan Jie komu, aku ingin
mencoba=coba dia orang sudah membawa seberapa
banyak gelang emas,"katanya.
50 Phoa Ceng Yan yang melihat dia orang dapat
menyapu keempat batang gelang emasnya di dalam
sekali sambaran tanpa menimbulkan suara sedikitpun,
dalam hati merasa amat terperanjat, pikirnya.
"Orang ini dapat menyapu keempat batang gelang
emasku tanpa menimbulkan sedikit suarapun, hanya
mengandalkan kepandaian ini saja aku sudah merasa
tak berhasil memadahinya."
Dia orang mana tahu bila kipas yang ada ditangan
Loojie dari Lam Thian Sam Sah ini terbuat dari serat
emas, serat perak, serta serat rambut dan merupakan
sebuah senjata yang sangat aneh khusus untuk
menghadapi berbagai senjata rahasia.
Permukaan kipas yang keras tapi halus itu mempunyai
daya pental yang amat besar, sekalipun senjata rahasia
tajamnya bagaimanapun sulit untuk merusak permukaan
kipas tersebut apalagi mengeluarkan suara.
Walaupun dalam hati Phoa Ceng Yan merasa sangat
kaget, tetapi urusan sudah ada di depan mata sudah
tentu ia tak dapat berbuat apa-apa lagi kecuali secara
diam-diam menyalurkan hawa murninya mengelilingi
seluruh tubuh. "Haa?"haa"..kawan!" serunya sambil tertawa
terbahak-bahak. "Kepandaianmu di dalam menyikat
senjata rahasia sangat lihay sekali, aku orang she Phoa
sudah hidup setengah abad lamanya tetapi baru kali ini
dapat melihat kepandaian tersebut untuk pertama
kalinya." "Haaa"..haaa".. bilamana kami Lam Thian Sam Sah
tidak memiliki sedikit andalan, bagaimana mungkin
berani mengganggu barang kawalan dari piauw-kiok
nomor satu pada saat ini?"" seru si siucay berbaju biru
51 itu pula sambil tertawa terbahak-bahak. "Kau si telapak
besi gelang emas saat ini sudah membawa berapa
banyak gelang emas haaaaaa?" Ayo keluarkan semua!
Jika kau belum pernah melihat kepandaian semacam ini,
maka ini hari aku akan pamerkan kepandaian tersebut di
hadapanmu". "Hmm!" dengus Phoa Ceng Yan dingin. "CUkup
berdasarkan perkataan yang baru saja kawan ucapkan
ini seharusnya aku orang she Phoa minta beberapa
petunjuk darimu, cuma ". kali ini aku orang she Phoa
sedang mempertanggung jawabkan nyawa puluhan
orang, biarlah kemangkelan kali ini cayhe tahan sampai
lain waktu, bilamana di kemudian hari kita bertemu muka
lagi maka ganjelan kita kali ini sekalian kita selesaikan".
"Heee?"heee?" bagus sekali ," ujar si siucay
berbaju biru itu sambil tertawa dingin. "Bilamana kita
lewatkan kesempatan yang amat bagus ini kali,
kemungkinan sekali di kemudian hari sudah tak ada
waktu lagi untuk bertemu ?""
Mendadak air mukanya berubah hebat, dengan nada
yang amat dingin sambungnya,"Kau sudah melanggar
pantangan dari Loo toa kami, hal ini berarti pula kau
mencari penyakit dan kemusnahan buat diri sendiri".".
Dengan paksakan diri menahan rasa gusar di dalam
hatinya, Phoa Ceng Yan segera merangkap tangannya
menjura."Tadi aku sudah membicarakan persoalan ini
dengan Sam ku Nio, harap kalian suka menggunakan
peraturan Bu-lim untuk melakukan pekerjaan ini. Lam
Thian Sam Sah bukanlah manusia tak bernama di dalam
dunia kangouw dan kemudian hari masih ingin tancapkan
kaki terus di dalam Bu-lim, maka dari itu bilamana kalian
hendak membegal barang kawalanku maka Loolap
berharap jangan membunuh orang-orang yang tak
52 bertenaga untuk memotong seekor ayampun, sedang
mengenai nyawa dari piauw-su piauw-su piauw-kiok,
bilamana kalian mau bunuh bunuhlah, paling-paling kami
harus kehilangan selembar nyawa!"
Tidak menanti jawaban dari si siucay berbaju biru itu
lagi, tubuhnya segera meloncat keluar dari kalangan dan
mengundurkan diri ke arah pemberhentian kereta-kerata
tersebut. Tindakan dari Hu Cong Piauw-tauw perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok ini benar-benar di luar dugaan si siucay
berbaju biru serta Ang Nio CU, tak terasa lagi mereka
jadi terkesima dibuatnya.
Beberapa saat kemudian dengan langkah yang lambat
Ang Nio Cu berjalan ke sisi si siucay berjubah biru itu
sambil bisiknya, "Jie-ko! Phoa Ceng Yan bukan saja
memiliki kepandaian ilmu silat yang sangat lihay bahkan
mempunyai kecerdikan yang melebihi orang lain,
pengetahuannya di dalam menghadapi musuh-pun
sangat luas, kita tidak boleh terlalu pandang enteng
dirinya. Kini dia orang telah mengundurkan diri ke tempat
pemberhentian kereta-kereta kawalannya, hal ini jelas
memperlihatkan bila ia sedang mengumpulkan seluruh
tenaganya untuk melakukan suatu pertempuran matimatian melawan diri kita ?"!"
"Ilmu menyambit senjata rahasia gelang emas yang
diandalkan oleh Phoa Ceng Yan memang lain daripada
yang lain dan ilmu tersebut benar-benar merupakan
sebuah ilmu yang maha sakti," kata si siucay berbaju biru
itu sambil tertawa. "Tetapi, setelah bertemu dengan aku
orang dikata hari sial baginya sudah tiba. Kipas tulang
bajaku ini memang khusus digunakan untuk menghadapi
serangan-serangan senjata rahasia, di dalam ilmu
kepandaian ini saja Jie-komu sudah ada empat lima
53 belas tahun latihan, aku rasa senjata rahasia yang ada di
dalam kolong langit pada saat ini dapat siau heng hadapi
semua, ayoh jalan! Kita kejar mereka dan lihat keadaan
situasi yang ada, jauh lebih baik bilamana jangan
membiarkan Toa-ko turun tangan sendiri.
Mereka berdua sembari berbicara sembari melanjutkan perjalanannya dengan langkah lebar menuju
ke tempat pemberhentian kereta-kereta kawalan itu.
Lam Thian Sam Sah walaupun belum mempunyai
pengalaman yang sangat banyak di dalam menghadapi
pertempuran, tetapi setelah melihat bentuk posisi dari
kereta-kereta kawalan itu diam-diam dalam hati merasa
terperanjat juga sehingga kedua orang itu sudah
menghentikan langkahnya pada jarak kurang lebih empat
lima kaki dari kereta-kereta itu.
Kiranya, kelima buah kereta tersebut dengan
mengikuti kedudukan Ngo Heng kini sudah diatur sangat
rapi sekali, kuda-kuda jempolan penghela kereta-pun
telah dilepaskan semua. Salju turun dengan derasnya, barisan kereta yang ada
di depan mata serasa semakin menyeramkan bahkan
secara samar-samar tersembunyi hawa membunuh yang
sangat tebal. Terdengar si siucay berbaju biru itu mendehem
perlahan. "Sam-moay, barisan kereta-kereta itu agaknya
mempunyai perubahan yang sangat banyak sekali"
katanya. "Ehmm?" begini saja, biarlah siauw-moay pergi
mencoba terlebih dulu sedang Ji-ko mengawasi dari
54 samping, bilamana sudah menemukan titik kelemahan
kau baru turun tangan" sahut Ang Nio Cu kemudian.
Ia merasa ilmu meringankan tubuhnya sangat
sempurna, maka dari itu dalam hati ada maksud hendak
memancing bergeraknya barisan-barisan itu sehingga
memberi kesempatan buat si siucay berbaju biru itu
untuk memeriksa titik-titik kelemahannya.
"Tidak bisa jadi" seru sastrawan berbaju biru itu
menggeleng tiada hentinya. "Lebih baik aku saja yang
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pergi memeriksa kekuatan dari pihak musuh. Menurut
pikiranku bila kita berjalan mendekat ke arah sana maka
orang-orang di balik barisan kereta-kereta ini tentu akan
mengandal ilmu menyambit senjata rahasia untuk
mengacaukan pikiran musuh, aku percaya kipasku ini
masih merupakan tandingan dari senjata-senjata rahasia
mereka. Sam-moay! Kau awasi saja dari samping
kalangan." Dengan cepat ia bentangkan kipasnya kemudian
dengan lambat-lambat berjalan ke arah barisan kereta
itu. Ang Nio Cu yang mendengar perkataan Jie-konya
sangat cengli, iapun segera mengangguk.
"Jie-k0, kau harus berhati-hati" pesannya.
"Tidak bakal konyol!" sahut si sastrawan berbaju biru
itu sambil tertawa. Walaupun begitu, dalam ati ia tidak berani pula terlalu
memandang enteng pihak musuh, diam-diam hawa
murninya disalurkan mengelilingi seluruh tubuh.
Kurang lebih setelah ia tiba dua kaki dari barisan
kereta, anak panah mulai berdesiran dan menyambar
datang cepat laksana sambaran kilat.
55 Si sastrawan berbaju biru itu segera menggerakkan
kipasnya untuk menangkis, kedua batang anak panah
tersebut kontan saja kena tertahan.
Walaupun sastrawan tersebut berhasil memukul jatuh
senjata rahasia yang datang menyambar tidak urung
iapun merasa bila kekuatan dari sambaran anak panah
tersebut benar-benar luar biasa hebatnya, bahkan lain
keadaannya dengan penyambitan senjata rahasia biasa.
Tak terasa ia sudah menghentikan langkahnya.
"Eeeeei?"" kenapa kau berhenti?" seru Ang Nio Cu
sambil mengejar datang. "Di balik kereta-kereta itu sudah menyembunyikan
jaga-jago memanah yang sangat lihay disamping si
telapak besi serta kedua orang piauwsunya, bilamana
kita menerjang lebih dekat ke arah kereta-kereta itu, di
bawah serangan anak panah serta senjata rahasia yang
gencar, tidak urung pikiran kita akan bercabang pula, bila
demikian adanya maka keadaan kita pada waktu itu
sangat berbahaya, kita tidak bakal sanggup untuk
menahan serangan gabungan dari si telapak besi gelang
emas beserta kedua orang Piauw-tauw-nya.
"Perkataan Jie ko sedikitpun tidak salah," kata Ang Nio
Cu sambil mengerutkan alisnya. "Bilamana kita tidak
berhasil menghadapi mereka dengan saling berhadaphadapan, maka terpaksa Toako harus ikut campur."
"Nanti dulu ".. jangan gugup!"
"Kenapa?" tanya sang dara berbaju merah itu sambil
tertawa. "di dalam cuaca yang sedemikian dinginnya ini,
Siauw moay tidak ingin merasa kedinginan terlalu lama di
atas permukaan salju. 56 "Aku sedang memikirkan suatu cara untuk mendekati
kereta-kereta tersebut, atau paling sedikit harus memberi
sedikit pukulan kepada mereka?"
Sewaktu mereka berdua lagi berbicara itulah,
mendadak terasa sambaran angin tajam memenuhi
angkasa, empat batang anak panah dengan
menimbulkan suara desiran yang santer bersama sama
menerjang datang. Ang Nio CU kerahkan hawa murninya, mendadak
sang tubuh mencelat setinggi beberapa kaki, kedua
batang anak panah itu dengan membawa cahaya
keemas-emasan yang bergemerlapan kontan menyambar lewat dari bawah kakinya.
Sedang si sastrawan berbaju biru itu dengan
menggunakan cara yang lama menyampok jatuh kedua
batang anak panah yang datang dengan dengan
menggunakan sang kipas di tangannya.
Ang Nio Cu setelah berhasil menghindarkan diri dari
datangnya serangan anak panah itu, ia sama sekali tidak
mengundurkan dirinya ke belakang.
Tubuhnya dengan cepat bersalto beberapa kali di
tengah udara kemudian langsung menubruk ke arah
kereta berkuda itu. Melihat kejadian itu si sastrawan berbaju biru jadi
sangat kaget. "Celaka!" teriaknya keras.
Dengan menggunakan senjata kipasnya melindungi
dada, tubuhnya segera bergerak pula menerjang ke arah
barisan kereta tersebut. Pada saat itulah terdengar suara desiran tajam
memekikkan telinga, berpuluh-puluh batang anak panah
57 dengan cepatnya seluruh tubuhnya. menyambar datang mengancam Si sastrawan berbaju biru itu dengan cepat
menggerakkan kipasnya membentuk selapis bayangan
rapat melindungi seluruh tubuh, sedang badannya
melanjutkan terjangan mendekati kereta-kereta itu.
Terdengar suara bentakan yang keras serasa halilintar
yang membelah bumi, sebuah senjata rantai berkepala
martil dengan dahsyatnya menggulung ke depan.
Sang sastrawan berbaju biru yang merasa datangnya
serangan martil tersebut sangat dahsyat dan aneh, ia
tidak berani terlalu memandang enteng musuhnya.
Sambil menarik napas panjang-panjang, tubuhnya
mencelat ke atas dan melayang turun ke atas kereta
yang lain. Thio Toa Hauw yang melihat serangannya tidak
mencapai pada sasaran, tubuhnya segera munculkan diri
dari balik kereta, tangan kanannya disentak menarik
kembali martilnya. Senjata rantai berkepala martil ini sebenarnya
merupakan suatu senjata aneh yang luar biasa
dahsyatnya, apalagi bila dibentangkan di sebuah
lapangan yang luas, tetapi di dalam situasi yang begitu
rapat dan sempit, senjata tersebut malah terasa sangat
merepotkan sekali. Si sastrawan berbaju biru itu setelah berhasil
menghindarkan diri dari datangnya serangan martil,
kipasnya mendadak dibentangkan lebar-lebar. Dua
rentetan cahaya yang gemerlapan segera melesat keluar
menembusi angkasa. 58 Kiranya senjata kipasnya ini bukan saja khusus
digunakan untuk menggagalkan serangan senjata
rahasia, bahkan dibalik tabung besi tersembunyi pula alat
rahasia yang dapat melancarkan serangan senjata
rahasia. Perawakan tubuh Thio Toa Hauw tinggi besar,
sehingga membuat serangannya sudah tidak begitu
gesit, apalagi serangan senjata rahasia dari si sastrawan
berbaju biru itu amat kecil dan sama sekali tak bersuara.
Ia Cuma merasakan sepasang lengannya jadi kaku,
masing-masing bagiannya sudah kena terhajar sebatang
jarum halus. Walaupun dia adalah seorang yang rada bebal, tetapi
pengalamannya selama berpuluh tahun membuat
pengetahuannya-pun sangat luas, setelah terkena
hajaran senjata rahasia jarum halus itu, ia lantas merasa
bila jarum itu sudah dipolesi dengan racun, tak terasa lagi
segera teriaknya keras, "Eeeei?" hati-hati! Jarum Bwe
Hoa Tin dari bangsat cilik ini sudah dipolesi dengan
racun." Sembari berteriak ia tidak berpeluk tangan begitu saja
rantai berkepala martil-nya kembali disapu ke atas tubuh
sastrawan berbaju biru itu dengan gerakan sangat
dashyat. Thio Toa Hauw memang dilahirkan mempunyai tenaga
dalam yang sangat mengejutkan, tetapi penggunaan
tenaga dalamnya sangat terbatas sekali dan tidak
mengerti cara menutup jalan darah, ditambah pula racun
dari sastrawan berbaju biru itu sangat dashyat, daya
bekerjanya amat cepat sekali.
Belum sempat senjata rantai berkepala martilnya
mencapai pada sasaran, tubuhnya sudah tidak ada
59 tenaga lagi. Dengan menimbulkan suara yang amat
keras ia rubuh ke atas tanah.
Tindakan dari si sastrawan berbaju biru itu ternyata
cukup telengas, berkali-kali ia memencet alat rahasianya
melancarkan serangan jarum beracun secara berantai.
Para jagoan yang sedang bersembunyi di balik kereta
dengan cepatnya berhasil ia lukai sebanyak lima-enam
orang. Seluruh kejadian ini berlangsung hanya dalam sekejap
mata, Nyoo Su Jan waktu itu sudah berhasil meloncat
naik ke atas wuwungan kereta, dengan mengandalkan
senjata sepasang Poan-Koan-pit-nya ia menyerang si
sastrawan berbaju biru itu dengan kejarannya sehingga
terdesak turun dari kereta dan melangsungkan suatu
pertempuran yang amat sengit di atas permukaan salju.
Sebaliknya Ang Nio Cu yang mengandalkan ilmu
meringankan tubuh yang amat sempurna berjumpalitan
beberapa kali di tengah udara menghindari datangnya
serangan anak panah, tangan kanannya segera diajukan
ke depan mengeluarkan sang angkin merahnya mengikat
kencang di atas kereta, kemudian dengan meminjam
kekuatan tersebut tubuhnya melayang ke depan pintu
kereta membuka horden dan mencengkeram keluar
seorang wanita yang berusia empat puluh tiga-empat
tahunan. Hujien itu memakai baju berwarna biru dengan celana
biri, sepatunya berwarna merah menyolok dengan tusuk
konde pualam menghiasi rambutnya, tubuhnya yang
kena dicengkeram Ang Nio CU kelihatan gemetar sangat
keras, air mukanya berubah pucat pasi bagaikan mayat.
Pada saat Ang Nio Cu berhasil mencengkeram keluar
wanita perlente itulah, dua batang gelang emas dengan
60 santar dan dashyat-nya sudah menyambar datang
mengancam pelipis kanan dari perempuan tersebut.
Buru-buru Ang Nio CU miringkan kepalanya ke
samping, gelang-gelang emas tadi dengan dashyatnya
menyambar lewat. Walaupun tidak berhasil menghajar pelipisnya, tidak
utung kain pengikat kepalanya kena terhajar putus
sehingga rambutnya yang panjang terurai ke bawah.
Phoa Ceng Yan dengan cepat meloncat datang, di
atas punggungnya terikat sebuah buntalan putih yang
sangat besar. "Ang Nio Cu!" terdengar ia membentak keras,"Liauw
Hujien tidak paham ilmu silat, bukankah kalian sudah
menyanggupi untuk tidak melukai langganan kami heem!
Ayo cepat lepas tangan!"
Ang Nio Cu sudah pernah merasakan kelihayan dari
gelang-gelang emas tersebut, karenanya ia merasa rada
jeri juga terhadap si orang tua itu. Dengan cepat tangan
kirinya menyambar melintangkan tubuh Liauw Hujien ke
depan tubuhnya sendiri. "He".he ". sedikitpun tidak salah, Liauw Hujien
memang tidak bisa ilmu silat" serunya dingin. "Jikalau
kau berani melancarkan sebatang gelang emas lagi
maka benda tersebut akan berubah menjadi benda
pencabut nyawa bagi Liauw Hujien!"
Pada jarak yang sedemikian dekatnya ini bilamana
semisalnya Phoa Ceng Yan benar-benar melancarkan
serangan gelang emas dengan menggunakan gerakan
yang aneh, sekalipun ilmu meringankan tubuh dari Ang
Nio Cu lebih lihaypun jangan harap bisa meloloskan
dengan selamat. 61 Tetapi setelah melihat tindakan dara berbaju merah
itu, karena takut sampai melukai Liauw Hujien maka si
orang tua itu jadi ragu-ragu untuk turun tangan.
Pada saat itulah dari balik kereta sebelah timur
berkumandang keluar suara seseorang yang sangat
berat dan keren, "Phoa Piauw-tauw! Kau tidak usah
mengurusi keselamatan dari istriku lagi, cepat bawa
barang itu untuk berusaha lolos dari sini!"
"Bila Thayjien sudah putuskan demikian cayhe
terpaksa akan mengikuti perintah saja." jawab Phoa
Ceng Yan kemudian sambil mendepakkan kakinya ke
atas tanah. Tubuhnya dengan ringan segera mencelat ke tengah
udara dan melarikan diri ke arah sebelah timur.
Sewaktu tubuhnya sedang melayang ke arah depan
itulah, mendadak kembali tampak sesosok bayangan
manusia menyambut kedatangannya dengan cepat.
Dalam hati si orang tua itu merasa sangat kaget,
dengan cepat ia menggerakkan tangannya melancarkan
satu pukulan ke depan. Orang itupun tidak mau memperhatikan kelemahannya, melihat datangnya serangan tersebut
dengan cepat iapun balas mengirim satu pukulan
menerima datangnya serangan musuh dengan keras
lawan keras. "Braaaaaak"..!"
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan menimbulkan suara bentrokan yang amat keras, tubuh mereka sama-sama
tergetar mundur ke belakang sejauh beberapa langkah.
Bentrokan kali ini ternyata menghasilkan seri, sedang
kedua sosok bayangan manusia itupun bersama-sama
melayang turun ke atas permukaan tanah.
62 Ketika Phoa Ceng Yan mendongakkan kepalanya,
maka tampaklah si orang berbaju hitam yang tangan
kanannya menggembol senjata aneh seperti lengan
bocah itu sudah berdiri di hadapannya dengan angker,
dia bukan lain adalah Loo-toa dari Lam Thian Sam Sah.
Diam-diam hatinya merasa berdesir juga setelah
menghadapi situasi seperti ini, pikirnya, "Senjata aneh
tersebut masih tergembol di tangan kanan, hal ini
mengartikan juga bila pukulanku tadi sudah diterima
dengan tangan kirinya, walaupun bentrokan barusan
belum dapat menentukan siapa yang menang siapa yang
kalah, tetapi orang lain menggunakan tangan kanan,
jelas tenaga dalamnya jauh melebihi Ang Nio CU serta si
sastrawan berbaju biru dan jauh lebih tinggi setingkat dari
tenaga dalamku?""
Belum habis ia berpikir si orang berbaju hitam itu
sudah menegur kembali dengan suaranya yang sangat
dingin. "Heee?".he?" Phoa Ceng Yan, kau tidak bakal
lolos dari tanganku, kau tidak mau mendengarkan
peringatan cayhe dan sengaja berbuat sesuka hatimu,
hal ini menandakan bila kalian memang sengaja mencari
penyakit sendiri. Hmm! Terus terang saja aku
beritahukan, yang aku mau sebenarnya cuma barang itu
saja, tetapi sekarang! Akupun hendan menahan kalian
orang-orang dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok."
Diam-diam Phoa Ceng Yan menarik napas panjangpanjang, ketika sinar matanya berputar menyapu sekejap
ke sekeliling tempat itu, maka tampaklah Ang Nio Cu
sembari mencengkeram tubuh Liauw Hujien, angkin
merah di tangan kirinya berkelebat tiada hentinya ke
sana kemari. 63 Setiap orang yang mendekati dirinya tentu terhajar
pental sehingga jungkir balik halnya di dalam sekejap
mata sudah ada dua tiga orang yang jatuh tidak
sadarkan diri, hal ini membuat si orang tua itu diam-diam
menghela napas panjang. "Heee".. kali ini aku sudah pasti akan jatuh
kecundang ditangan orang lain" pikirnya diam-diam.
"Beberapa orang anak buahku walaupun lihay, tetapi
setelah bertemu dengan beberapa jagoan lihay ini tidak
lain hanya menghantar nyawa sendiri saja, lebih baik aku
suruh mereka berhenti."
Karena itu dengan cepat ia membentak keras,
"Heeeei". kalian bukan tandingan dari Ang Nio Cu, tidak
usah majukan diri untuk menghantar nyawa lagi."
Beberapa orang jagoan dari perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok yang sedang mengurung Ang Nio Cu pun di
dalam hatinya mengerti sangat jelas, jangan dikata
bergebrak dengan orang lain, sekalipun untuk
mendekatipun sudah susah.
Tetapi peraturan perusahaan yang keras membuat
mereka tidak berani mundur, sekalipun jelas mengerti
bila mereka ngotot maju juga maka yang didapat tak ada,
tetapi sebelum menerima perintah dari Piauw-tauw-nya
mereka terpaksa harus mengadu jiwa bergebrak juga.
Kini sesudah Phoa Ceng Yan membentak keras,
beberapa orang itupun segera menghentikan serangannya. Kini di tengah kalangan tinggal Nyoo Su Jan seorang
saja yang masih bergebrak dengan sengitnya melawan si
sastrawan berbaju biru itu.
64 "Heee"heee" Phoa Hu Cong Piauw-tauw ternyata
benar-banar merupakan seorang jago kawakan, dengan
cepatnya bisa mengetahui keadaan sendiri" ejek si orang
berbaju hitam itu sambil tertawa dingin tiada hentinya.
Mendengar ejekan tersebut, air muka Phoa Ceng Yan
segera berubah hebat. "Hmmm! Cayhe masih hendak melangsungkan satu
pertempuran sengit dengan dirimu!" serunya.
"Soal ini sudah tentu akan Cayhe layani" cuma aku
hendak memberitahukan sesuatu kepadamu, orang yang
kau perintahkan untuk melaporkan peristiwa ini kepada
perusahaan cabang sudah berhasil Cayhe tawan
kembali." Kiranya setelah Phoa Ceng Yan mengundurkan diri ke
tempat pemberhentian kereta kawalannya tadi, ia segera
mengirim Ih Coen untuk segera berangkat minta bala
bantuan dari perusahaan-perusahaan cabang yang ada
disekeliling tempat itu sekalian memberi laporan kepada
Cong Piauw-tauw. Walaupun perusahaan Liong Wie Piauw-kiok bukan
sebuah partai atau perkumpulan di dalam dunia
kangouw, tetapi dikarenakan kedudukan Cong Piauwtauw mereka yang sangat tinggi, cabang yang sangat
banyak dan kekuatan yang amat besar, maka di sekitar
daerah utara mempunyai pengaruh yang sangat luas.
Dalam hati Phoa Ceng Yan mengerti, asalkan berita
ini bisa disampaikan ke tangan perusahaan cabang
maka pihak cabang segera akan mengirim laporan ini ke
tangan Cong Piauw-tauw mereka dengan menggunakan
burung merpati. 65 Sedang dirinya dengan Thio Toa Hauw dan Nyoo Su
Jan ditambah dengan delapan orang pemanah-pemanah
jagoan bilamana bertahan dengan sekuat tenaga
sekalipun tidak berhasil menangkan musuh, sedikitdikitnya masih bisa bertahan beberapa saat lamanya.
Siapa sangka Liauw Thayjien ternyata sudah
mengundang ia masuk ke dalam kereta sambil berkata,
"Phoa Hu Cong Piauw-tauw! Aku dengar selama puluhan
tahun ini perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kalian belum
pernah menemui suatu peristiwa-pun di dalam
pengiriman barang, karena itu aku menolak pengawalan
tentara kerajaan sebaliknya minta perusahaan kalian".."
"Peristiwa ini terjadi di luar dugaan" sambung Phoa
Ceng Yan buru-buru. "Orang ini selamanya belum pernah
bergerak di sekeliling daerah utara terutama di dalam
keenam keresiden di sekitar sini, tetapi Liauw Thayjien
jangan kuatir, kami akan mengerahkan seluruh tenaga
yang ada untuk melindungi keselamatan Thayjien
sekeluarga." Liauw Thayjien tertawa tawar.
"Urusan sudah berdiri di depan mata, aku-pun tidak
ingin menyalahkan kalian, walaupun aku sudah menjabat
sebagai pembesar selama setengah abad lamanya,
tetapi percaya belum pernah melakukan suatu pekerjaan
yang memalukan".."
"Jika didengar dari nada pembicaraan mereka,
agaknya kedatangan mereka sama sekali bukan
dikarenakan hendak mencari balas" sambung Phoa Ceng
Yan kembali. "Aku tahu apa tujuan mereka datang kemari"."
66 Dari bawah selimut ia mengambil keluar sebuah
buntalan berwarna putih, lalu sambungnya kembali.
"Kemungkinan sekali kedatangan mereka dikarenakan
benda ini, semisalnya kekuatan perusahaan kalian tidak
sanggup untuk menahan serbuan mereka nanti, aku pikir
harap Phoa Hu Cong Piauw-tauw suka meloloskan diri
dengan membawa barang ini dan serahkan benda
tersebut kepada pembesar Hoo-Lam di bangunan istana
"Tok Ci Hu". Phoa Ceng Yan segera bangun berdiri menerima
buntalan tersebut, ia merasa benda itu sama sekali tidak
berat dan tidak mirip dengan barang-barang berupa
emas, intan maupun permata, tak terasa lagi ia
mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Thayjien! Maaf loohu hendak banyak bertanya,
sebenarnya benda apakah yang terdapat di dalam
buntalan ini" Agaknya sejak semula Thayjien sudah
menduga maksud kedatangan mereka?"" serunya.
"Barang yang berada di dalam buntalan ini paling
sedikit bukanlah barang terlarang yang melanggar
peraturan negara." jawab Liauw Thayjien dengan air
muka keren. "Kalau tidak akupun tidak akn berani
menyuruh kau menghantarkan barang ini ke istana Tok
Ci Hu". Selagi Phoa Ceng Yan hendak bertanya kembali, di
luar kereta sudah terjadi perubahan disusul suara jeritan
ngeri berkumandang saling susul menyusul.
Terpaksa ia mengikat kencang buntalan tersebut ke
punggungnya dan meloncat keluar dari kereta, mulamula ia melancarkan serangan gelang emasnya
memukul mundur Ang Nio CU kemudian membentak
anak buahnya supaya jangan menghantar nyawa dengan
67 sia-sia belaka, menanti ia hendak meloloskan diri
ternyata perjalanannya berhasil dihadang oleh Lo-toa
dari Lam Thian Sam Sah. Kini setelah dia orang menndengar bila Ih Cun kena
tertawan, dalam hati merasa semakin paham bila ini hari
pihaknya bakal menderita kekalahan yang benar-benar
sangat memalukan. Setelah melakukan perjalanan selama puluhan tahun
lamanya, kini untuk pertama kalinya harus menemui
kesulitan tak terasa lagi hatinya terasa sangat sedih, dari
dasar hatinya pun segera timbul maksuda untuk
mengadu jiwa. Dengan cepat ia mengayunkan Huncwee di depan
dada, serunya dengan serius.
"Di antara saudara-saudara kalian Ang Nio Cu sudah
menyanggupi dua persoalan yang cayhe ajukan.
Pertama, tidak melukai langgananku, Kedua, mempertahankan barang tersebut dalam tiga bulan.
Cayhe harap kalian Lam Thian Sam Sah bisa dipercaya
perkataan yang sudah diucapkan."
"Asalkan salah satu dari Lam Thian Sam Sah sudah
menyanggupi syarat-syaraymu, sudah tentu kami akan
pegang teguh perkataan tersebut," kata si orang berbaju
hitam itu dengan dingin. "Tetapi cayhe-pun ada dua buah
syarat yang mengharapkan kau Phoa Hu Cong Piauwtauw suka mengabulkan."
"Aku orang she Phoa akan pentang telinga lebar-lebar
mendengarkan perkataanmu."
"Serahkan buntalan putih di badanmu kepadaku dan
kita buka bersama-sama pada saat ini juga, kami akan
menahan barang tersebut selama tiga bulan untuk
68 menunggu kedatangan Cong Piauw-tauw kalian dengan
membawa orang untuk minta kembali barang tersebut."
Ia merandek sejenak lalu menengadah ke atas dan
tertawa terbahak-bahak, sambungnya.
"Asalkan kau Phoa Hu Cong Piauw-tauw suka
mengaku kalah, melepaskan senjata, membuang senjata
rahasia, maka kami bersaudara akan melepaskan kalian
juga tanpa membikin susah padamu."
"Hmm! Kawan, sungguh enak sekali perkataanmu".."
dengus Phoa Ceng Yan dingin.
"heee?"..he?". bilamana Phoa Hu Cong Piauwtauw benar-benar tidak akan puas sebelum melihat
sungai Huang Hoo dan pasti akan memaksa cayhe untuk
turun tangan sendiri maka akupun merasa keberatan
untuk menahan barang tersebut selama tiga bulan dan
mempertahankan keselamatan dari langgananmu," seru
si orang berbaju hitam itu pula dengan dingin.
Mendengar perkataan tersebut, diam-diam Phoa Ceng
Yan lantas berpikir. "Kawanan perampok dari kalangan Liok-lim memang
paling sulit dipercayai perkataannya. Bilamana aku
berhasil menerjang keluar dari kepungan mereka sambil
membawa barang ini, ada kemungkinan sekali hal ini
bisa memaksa hati mereka bergidik sehingga
membatalkan niatnya untuk membunuh setiap orang
yang ada." Berpikir akan hal itu, Huncwee di tangan-nya segera
dibentangkan ke depan. "Perkataan seorang lelaki sejati berat selaksa gunung,
aku orang she Phoa belum pernah menyanggupi untuk
meninggalkan barang ini secara sukarela, bilamana
69 kawan menginginkan barang ini maka terpaksa kalian
harus meninggalkan dulu selembar nyawa dari aku orang
she Phoa," serunya. Sembari berkata tubuhnya meloncat ke depan.
Si orang berbaju hitam itu tertawa dingin tiada
hentinya, senjata "Thiat Kui Su" yang ada di tangan
kanannya dengan menggunakan jurus "Yauw Cie Lam"
atau jauh menuding langit selatan, tubuh bersama-sama
senjatanya serentak mencelat ke depan melakukan
pengejaran. Phoa Ceng Yan segera membalikkan badannya,
huncwee ditangannya dengan menggunakan jurus "Heng
Sauw Cian Kiem" atau menyapu ludas ribuan tentara
mengadakan pertahanan rapat.
"Braaaaaak?"?"." di tengah suara bentrokan
keras serta percikan bunga api, tubuh mereka berdua
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bersama-sama tergetar mundur ke belakang.
Walaupun kedua orang itu memiliki tenaga dalam
yang amat sempurna tetapi berhubung tubuhnya
bersama-sama ada ditengah udara maka sulit bagi
mereka untuk mengunakan seluruh tenaganya.
Begitu terjadi bentrokan tubuhnya mereka bersamasama tergetar dan jatuh kembali ke atas tanah.
"Lihat serangan," bentak Phoa Ceng Yan kemudian
sambil mengayunkan tangan kanannya ke depan.
Tiga batang gelang emas dengan menggunakan
gerakan "Sam Yen Lian Tie" secara berbareng melesat
ke tengah udara. Sewaktu Phoa Ceng Yan melancarkan serangan
Kemelut Di Cakrabuana 5 Pendekar Gila 13 Kalung Keramat Warisan Iblis Tapak Naga Perkasa 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama