Paranormal Karya Maria Fransiska Bagian 1
Paranormal karya Maria Fransiska Sumber Image : Awie Dermawan
Pembuat Djvu : Kang Ozan Edit teks dan Pdf : Saiful Bahri Situbondo
Selesai di edit : 15 Juli 2018,Situbondo
Ebook dipersembahkan oleh Group Fb Kolektor E-Book
Selamat Membaca ya !!! ***** Paranormal karya Maria Fransiska sanjaya Agency Jakarta PARANORMAL Karya: Maria Fransiska
Penerbit: SANJAYA Illustrasi sampul: Fan Sardy Hak cipta pengarang & illustrator dilindungi undang-undang. All right reserved.
NO.Reg Pam Was Med: 2055/Dsp.3/9/1992
*** SATU Apa sebenarnya yang di sebut nilai kehidupan" Pertanyaan ini semakin lama semakin menjadi perdebatan di kalangan masyarakat. Apalagi orang yang hidup di dalam dunia yang selalu dilanda peperangan dan kekacauan, kehidupan mereka seakan tidak berarti apa apa. Nyawa mereka bagai sampah yang setiap waktu dapat tercampak begitu saja. Vietnam dan Kamboja menjadi contoh yang paling serasi, orang orang yang hidup disana tidak dapat menentukan usianya sendiri meskipun keadaan tubuhnya sehat wal'aflat. Siapapun tidak dapat memastikan kapan peluru kendali atau bom akan jatuh tepat di atas kepala mereka.
Bagaimana dengan orang yang hidup di kota besar seperti Jakarta ini" Masyarakat di Jakarta tampaknya semakin lama semakin mempercayai apa yang di sebut nasib atau peruntungan. Oleh karena itu, dukun dukun yang mengaku dirinya sakti dan peramal peramal tumbuh bagai jamur. Peramal yang namanya semakin terkenal, tentu pengunjungnya pun semakin banyak.
Mengapa manusia semakin lama semakin mempercayai nasib"
Orang yang mempercayai nasib oleh sebagian di sebut takhyul. Tetapi di dalam kehidupan ini, kadang kadang sering kita temui kejadian yang tidak masuk akal. Dengan demikian, mau tidak mau kita jadi ikut mempercayai apa yang di sebut 'takhyul'.
Meskipun sekarang kita sudah memasuki abad ke 21, era canggih, tetapi masih banyak orang yang percaya dengan ramalan, mungkin apa yang kita sebutkan di atas tadi merupakan salah satu alasannya.
Ada orang yang mengatakan bahwa watak seseorang dapat di lihat dari wajahnya. Orang yang berhati kejam dan jahat dapat mempengaruhi tubuh bagian luar dan perasaannya. Dengan demikian, orang yang demikian biasanya berwajah garang, berprofil kasar atau istilah jaman sekarang, tampang kriminil. Hal ini memang di akui oleh banyak pihak, baik dunia kedokteran maupun ilmu Antropologi budaya. Biasanya orang yang meramal selalu memperhatikan nasib dan wataknya dari tampang orang itu sendiri. Tetapi sekarang ini justru meramal dengan kartu lebih populer daripada cara yang lama.
Akhir akhir ini ada seorang peramal yang konon sangat sakti berasal dari Malaysia. Belum lama dia datang ke Jakarta, namanya sudah terkenal. Menurut cerita yang tersebar di luaran, dengan seperangkat kartu remi saja dia dapat mengatakan masa lalu dan masa depan anda dengan jelas.
Peramal sakti ini bernama Sarah. Menurut desas desus yang tersebar di luaran pula, ramalan orang ini sangat tepat. Apabila anda tidak mengalaminya sendiri, mungkin anda tidak akan percaya. Sayangnya
tarif peramal ini terlalu tinggi. Bagi 'orang biasa", tentu sayang mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk melihat peruntungannya di kemudian hari. Oleh karena itu pula, para langganan Sarah terdiri dari tuan tuan dan nyonya nyonya dari golongan elite.
Kehidupan Sarah sendiri sangat mewah. Dia tinggal di atas sebuah kapal pesiar yang besar serta lux. Usianya mungkin sekitar empatpuluhan tahun. Bentuk tubuhnya indah seperti terawat dengan baik. Di antara sepasang alisnya seakan terkandung kesan misterius. Apalagi sepasang matanya yang lebar dan dalam. Ketika dia memperhatikan anda lekat lekat, anda pasti akan merasakan debaran yang aneh dalam hati. Sinar matanya seakan mengandung Semacam kekuatan yang mempengaruhimu. Sehingga rasanya anda tidak sanggup menolak apapun permintaannya.
Namun setiap manusia memang mempunyai titik kelemahan, demikian pula dengan peramal sakti bernama Sarah ini. Kelemahannya terletak pada pendengarannya. Oleh karena itu, dia harus menggunakan semacam alat bantu agar pendengarannya dapat lebih jelas.
Kapal pesiarnya juga mempunyai nama, bahkan Sebuah nama yang aneh kedengarannya, yakin Misteri Hidup. Mungkin nama ini di ambil karena pemiliknya dapat menyibak misteri dalam kehidupan seseorang.
Di atas kapal ,pesiarnya ada tiga orang laki laki bertubuh kekar. mungkin tukang pukulnya. Selain itu ada dua orang sekretaris yang kerjanya khusus menyambut tamu dan mencatat daftar nama orang yang
ingin meramal. Dari semua ini saja, dapat di bayangkan betapa besar biaya yang harus di keluarkan oleh Sarah setiap bulannya.
Namun di pihak yang lain, kebonafitan Sarah justru menambah kepercayaan para langganannya. Kapal pesiar "Misteri Hidup" berhenti di tengah lautan dan di biarkan terombang-ambing oleh ombak yang bergelombang.
Orang yang ingin meramalkan nasibnya kepada Sarah, harus menumpang sebuah motor boat untuk mencapai kapal pesiar "Misteri Hidup". Setelah sampai di atas kapal pesiar tersebut, sekretaris Sarah akan menyambut tamu itu dan menemaninya masuk ke ruangan pribadi Sarah.
Ruangan pribadi itu sebenarnya sebuah kabin. Tetapi keadaan di dalamnya sudah di dekorasi sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah kantor yang mewah. lantainya di lapisi permadani berbulu tebal. Di tengah ruangan terdapat sebuah meja dengan bentuk oval di kedua sisinya. Sarah duduk di belakang meja tersebut dan meramal nasib anda dengan seperangkat kartu remi.
Dua orang pemuda yang sudah terkenal karena usil dan suka ikut campur dalam urusan orang lain, pasangan yakni R & T atau Ray dan Tony justru mendengar nama besar Sarah malam ini di "Pop Rock' Amusement centre. Mungkin karena penasaran mendengar kehebatan perempuan yang satu ini, Ray dan Tony bertekad untuk naik ke atas 'Misteri Hidup' untuk menguji sampai dimana kehebatan Sarah.
* * * Keesokan harinya Ray dan Tony langsung menuju tepi pantai. Dengan sebuah motor boat, mereka menuju kapal pesiar 'Misteri Hidup' yang terombang ambing di tengah lautan.
"Apakah tuan berdua khusus datang untuk meramal nasib pada nona Sarah?" Tanya si laki laki yang menyewakan motor boatnya.
"Betul." Sahut Tony.
"Apakah kalian sudah mengambil nomor?" Tanya laki laki itu.
"Ambil nomor" Ambil nomor apa?" Tanya Tony bingung.
"Ini kan peraturan nona Sarah. Kalau tuan berdua belum mengambil nomor, lebih baik kembali saja, karena pasti membuang waktu dengan percuma."
"Seperti Dokter spesialis saja, pakai ambil nomor segala." Gerutu Tony.
Ray tahu laki laki pemilik motor boat itu hanya bermaksud memberikan saran kepada mereka. Dia melirik Tony sekilas kemudian berkata....
"Kami toh sudah datang di tempat ini. Lebih baik adu nasib. Tolong antarkan kami ke kapal pesiar itu. Di terima atau tidak, lihat perkembangannya saja. Kalau di terima, ya syukur. Kalau tidak, kita toh bisa kembali lagi."
Laki laki yang menyewakan motor boatnya hanya mengangkat bahunya, akhirnya dia menyalakan mesin motor boat itu dan di lajukannya ke tengah lautan.
Di bagian geladak kapal pesiar itu berdiri dua orang laki laki bertubuh kekar. Ketika motor boat berhenti pada jarak kurang lebih tiga meter dari kapal"
pesiar itu. Laki laki pemilik motor boat itu segera melemparkan seutas tali. Tampaknya mereka sudah biasa bekerja sama. Kedua laki laki itu menyambut tali itu dan membantu orang tadi menarik motor boatnya agak mendekat. Kemudian mereka menurunkan sebuah tangga besi yang di kaitkan pada tubuh kapal dan mempersilahkan Ray dan Tony naik ke atas.
Baru saja mereka berdua naik ke atas kapal pesiar 'Misteri Hidup' itu, seorang perempuan berusia setengah baya yang mengenakan kaca mata berjalan mendatangi dari depan. Tampang wanita ini agak kaku dan berkesan sedikit 'dingin'. Dia menghampiri Tony dan Ray sambil berkata....
"Harap beritahukan daftar nomor kalian."
Ray menyusupkan tangannya ke dalam kantong dan mengeluarkan uang kertas senilai seratus dollar AS. Dia menyodorkannya ke tangan wanita itu.
"Kami datang dengan mendadak karena mendengar nama besar nona Sarah. Oleh karena itu belum sempat mengambil nomor. Harap terima uang ini sebagai biaya pengambilan nomor secara mendadak."
Wanita setengah baya ini adalah salah satu dari sekretaris Sarah. Dia menyambut uang pemberian Ray kemudian membetulkan letak kaca matanya. Entah karena kaca matanya melorot atau ingin melihat lebih jelas berapa nilai uang yang di berikan oleh Ray.
Ray sudah mendengar bahwa Sarah hanya menerima pembayaran dengan uang dollar Amerika. Karena itu, sebelum datang ke kapal pesiar ini, dia sudah menukar uang dulu di Money Changer.
Wanita itu memperhatikan Ray _lekat lekat. Dia merenung sejenak kemudian baru bertanya....
"Siapa ingin di ramal?"
"Saya." Sabut Ray.
"Harap kalian berdua tunggu sebentar. Saya akan melaporkan kedatangan tuan pada nona Sarah." Selesai berkata, dia langsung membalikkan tubuhnya masuk ke dalam ruangan kabin.
Tidak lama kemudian, wanita itu keluar lagi dari ruangan kabin tersebut.
"Tuan, harap kemari sebentar untuk mengisi formulir." Katanya kepada Ray.
Dia mengajak Ray ke depan sebuah meja kecil. Tony tidak dapat menahan perasaan hatinya. Seenaknya saja dia bertanya....
"Apakah harus di catat dulu sekelumit tentang masa lalukami atau rencana masa depan, kemudian baru meramal peruntungan kami?"
Wanita itu melihat sekilas pada Tony.
"Kalau kau merasa curiga, silahkan kembali saja. Sebelumnya nona Sarah tidak pernah meramal orang yang belum mengambil nomor!" Sahutnya ketus.
Ray juga mendelik ke arah Tony. Kemudian dengan bibir mengembangkan senyuman dia duduk di depan meja kecil itu.
Wanita tadi mengeluarkan sebuah buku daftar nama yang tebal. Dia mendongakkan kepalanya menatap Ray sambil bertanya....
"Nama lengkap?"
"Ray Cornelius."
"Atas rekomendasi?"
"'Tidak ada orang yang merekomendasikan kami .Kedatangan kami karena mendengar berita yang tersebar di luaran. Mohon nona memberikan kekecualian kepada saya."
"Baiklah, kali ini kami melanggar peraturan satu kali. Harap ingat, anda mendapat nomor 185. Apabila kelak anda memperkenalkan sanak famili atau relasi anda kemari, tinggal sebutkan saja nomor anda tadi sebagai orang yang merekomendasikan mereka."
Ray menganggukkan kepalanya. Kemudian dia mengeluarkan dompetnya dari saku celana.
"Berapa biayanya?"
"Empat ratus dollar."
Ray mengeluarkan lima lembar uang kertas senilai seratus dollar perlembarnya dan disodorkan kepada wanita tadi.
"Sisa yang seratus dollar adalah pemberian saya sebagai tip anda."
Wanita itu menerima uang yang di sodorkan seraya mengucapkan terima kasih. Tony meleletkan lidahnya.
Wow! Empat ratus dollar sekali meramal" Tidak aneh kalau hidupnya semewah ini!'
Wanita setengah baya itu tidak melayaninya, dia berjalan kembali menuju ruangan kabin tadi dan menyingkapkan tirainya sembari mempersilahkan Ray maSuk ke dalam.
Di dalam ruangan kabin tersebut duduk dua orang wanita. Yang duduk di belakang meja besar sudah pasti Sarah. Sedangkan yang satu lagi duduk di belakang mesin tik, sekretarisnya yang lain, Magdalena.
Magdalena menyapa Ray dan mempersilahkan pemuda itu duduk di hadapan Sarah. Kemudian baru memperkenalkan mereka.
'Apa yang ingin anda ketahui?" Tanya Sarah.
"Saya ingin mengetahui masa lalu, masa depan dan tentu saja cara menghindari bahaya dan bagaimana bisa meraih keuntungan." Sahut Ray.
Setelah mendengar jawaban Ray, tampak Sarah memejamkan matanya, mulutnya berkomat kamit seperti sedang membaca mantera. Tetapi Ray tidak dapat mendengarnya dengan jelas. Sedangkan tangannya terus mengocok kartu remi.
Gerakan tangannya sangat profesional. Bahkan tidak kalah dengan gadis-gadis yang biasa membagi kartu di kasino.
Beberapa saat kemudian, Sarah membuka matanya kembali. Dia meletakkan kartu remi tersebut di tengah tengah meja, kemudian membuat sebuah isyarat dengan gerakan tangannya. Magdalena segera berkata kepada Ray.
"Nona Sarah meminta kau "memotong" kartu itu."
Ray mengambil setengah dari kartu itu dan di letakkannya di samping lalu setengah bagian yang di bawahnya tadi di tumpukannya lagi ke atas kartu yang di samping. Sarah mengambil kartu itu kembali lalu di bukanya selembar demi selembar. Dia mengatur kartu itu ke samping dulu kemudian baru menyusunnya ke bawah. Kalau di lihat dari penampilannya, tampaknya wanita itu serius sekali.
Ray memperhatikan susunan kartu tersebut. Dia melihat Sarah menyusunnya secara mendatar dan menurun. Mendatar tujuh baris, menurun juga tujuh baris. jadi jumlah kartu yang harus disusun ada empatpuluh sembilan lembar. Sedangkan seperangkat kartu remi jumlahnya lima puluh dua lembar. Sisanya yang tiga
lembar memang ada di tangan Sarah .
Seluruh perhatian Sarah terpusat pada kartu yang tersusun di hadapannya. Kurang lebih : sepuluh menit kemudian baru dia mendongakkan wajahnya dan berkata kepada Ray.
Di lihat dari kartu nasib anda ini, masa lalu anda lebih banyak saat saat berbahaya dan menegangkan dari pada adem ayemnya. Anda suka sekali ikut campur dalam kesulitan orang lain, meskipun anda mungkin tidak mendapatkan imbalan apa apa. Watak anda memang senang menolong sesama manusia, tetapi justru watak anda itulah yang sering membuat anda terpaksa menyerempet bahaya. Dan perbuatan anda ini juga sering menimbulkan antipati dalam perasaan sebagian orang. Dengan demikian, tidak semua orang menyukai anda. Bahkan mungkin lebih banyak yang benci Sehingga setiap saat anda bisa menghadapi bahaya yang di timbulkan oleh orang-orang yang di sebut di belakang tadi. Sedangkan mengenai keadaan anda sekarang maupun di masa mendatang, tampaknya tidak ada perubahan apa apa. Satu satunya cara untuk mengurangi bahaya hanya dengan mengurangi kebiasaan anda yang suka usil serta ikut campur dalam urusan orang lain." Sarah menghentikan kata katanya sejenak. Sesaat kemudian dia baru melanjutkan kembali. Sifat anda hanya menerima yang lembut dan sama sekali tidak boleh di hadapi dengan kekerasan. Apabila anda menemukan seorang gadis baik baik dan menikah, mungkin usia anda bisa di perpanjang sampai hari tua."
Ray memandangnya dengan takjub. Hampir saja dia tidak percaya pendengarannya sendiri. Masa hanya dengan melihat susunan kartu, wanita ini bisa menebak dirinya demikian tepat"
Tepat pada saat itu, dari luar kabin tersebut berkumandang suara derap kaki yang riuh. Sarah menoleh kepada sekretarisnya.
"Magda, kau keluar dan katakan kepada Bertha, tamu di dalam masih belum pergi, jangan ijinkan siapapun masuk ke dalam, jangan sampai pekerjaanku jadi terganggu."
Magdalena mengiakan kemudian mengundurkan diri dari ruangan tersebut. Saat itu, seluruh tubuh kapal pesiar itu berguncang sedikit kemudian di susul dengan suara yang bising dari luar.
Sarah tertegun sejenak, kemudian dia berkata kepada Ray.
"Maaf. Saya akan keluar sebentar untuk melihat apa yang telah terjadi." Tanpa menunggu jawaban dari Ray, dia langsung berjalan keluar dari ruangannya.
Ray merasa segan menunggu di dalam ruangan itu seorang diri, dia mengikuti Sarah dari" belakang.
Sesampai di geladak kapal, dia melihat kedua laki laki yang di tafsirnya sebagai tukang pukul Sarah sedang berdebat dengan beberapa orang petugas dari kepolisian. Sarah segera menghampiri mereka dan bertanya.
"Ada urusan apa?"
Salah seorang petugas dari pihak kepolisian langsung menunjukan sehelai kartu identitasnya.
"Kami petugas kepolisian, apakah anda ini Nona Sarah?" Tanya laki laki itu.
"Betul. Aku memang Sarah." Sahut wanita itu sambil menatap polisi tersebut dengan pandangan
dingin, "Kami mendapat tugas untuk membawa Nona Sarah ke kantor kami sebentar." Kata petugas dari kepolisian itu.
Sarah tertegun sejenak. "Apa maksudmu?" Tanyanya kemudian.
"Atasan kami hanya ingin menanyakan beberapa hal sesuai peraturan. Harap nona Sarah sudi bekerja sama. Kita pakai motor boat kami saja."
Tampak Sarah agak bimbang sejenak. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya.
"Baiklah. Aku akan ikut dengan kalian. Tapi tunggu sebentar, aku harus mengganti pakaian dulu."
Petugas dari kepolisian itu menganggukkan kepalanya. Sarah membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan laki laki itu. Sesampainya di depan ruangan kabin, sekretarisnya Magdalena langsung menyongsongnya.
"Sebetulnya ada apa?"
Sarah menggelengkan kepalanya.
"Aku juga kurang paham. Namun, apapun yang terjadi, kita harus tenang. Setelah aku pergi nanti, langsung hubungi pengacara kita."
"Baik." Sahut Magdalena.
Dengan perasaan ingin tahu, Ray menghampiri petugas kepolisian itu.
"Apakah pihak kepolisian mencurigai Sarah menjalankan penipuan?" Tanyanya.
Petugas itu mengangkat bahunya.
"Aku juga tidak tahu. Akukan hanya menjalankan perintah. Kalau ingin mengetahui persoalan yang sebenarnya, tanyakan saja pada pak Jeff. Aku
tahu hubungan kalian cukup baik."
Ray hanya tersenyum. Sementara itu, Sarah sudah keluar lagi dari ruangan kabinnya. Rupanya wanita itu sudah berganti pakaian. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia mengikuti petugas dari kepolisian itu dan naik ke atas motor boat mereka. Sedangkan Ray dan Tony juga permisi pada Magdalena dan Bertha kemudian naik ke atas motor boat yang di sewanya.
Dalam perjalanan, terdengar Ray menggumam seorang diri.
"Kalau tidak mengalami atau melihatnya dengan mata kepala sendiri, sungguh membuat orang sulit mempercayainya. Seandainya pihak kepolisian tidak mencarinya, mungkin aku bisa menanyakan lebih banyak lagi kepadanya "
"Sebetulnya untuk urusan apa polisi mencarinya?" Tanya Tony.
"Mungkin pihak yang berwajib mencurigai Sarah menjalankan penipuan. Tarif yang dikenakannya terlalu tinggi. Hal ini mudah menimbulkan perhatian pihak yang berwajib...."
Tidak lama kemudian, motor boat mereka sudah berhenti di tepi dermaga. Saat itu tampak seorang wanita dengan penampilan anggun dan mewah berlari mendatangi. Laki laki pemilik motor boat segera berkata kepadanya.
"Nona Sarah tidak ada di atas kapal pesiar. Dia sedang menuju kantor polisi untuk menyelesaikan sedikit masalah. Kalau ada apa apa, temui saja dia lain hari.'
"Tidak apa apa." Wanita itu malah menggelengkan kepalanya sambil menyahut. 'Saya akan menemui sekretarisnya saja."
Mungkin motor boat itu memang sudah di kontrak oleh Sarah untuk mengangkut para langganannya. Sebab sikap laki laki itu sangat sopan terhadap setiap tamu yang datang. Ray dan Tony turun dari motor boat tersebut, wanita tadi segera menggantikan mereka. Dalam sekejap mata motor boat itu sudah melaju menuju "Misteri Hidup".
Ray dan Tony berdiri di tepi dermaga dengan tertegun. Mereka melihat di seberang dermaga ada sebuah mobil mewah yang di parkir disana.
. "Eh, Ray.... Mobil itu seperti milik Aldo, wanita tadi...." '
Ray menepuk batok kepalanya sendiri.
"Aku ingat sekarang. Wanita itu nyonya Aldo, dia memang isterinya Aldo!"
"Untuk apa dia menemui Sarah?" Tanya Tony seperti menggumam seorang diri.
"Kau ini aneh aneh saja. Kalau dia menemui Sarah, tidak ada yang perlu di bingungkan. Tujuannya pasti ingin di ramal nasibnya. Yang mengherankan justru dia ingin menemui sekretaris Sarah."
"Mungkin saja mereka itu teman baik." Kata Tony.
Ray menggelengkan kepalanya dengan mimik wajah kurang yakin.
"Sarah datang ke kota ini belum seberapa lama. Meskipun dalam waktu yang singkat dia sudah berhasil mengenal beberapa nyonya nyonya dari kalangan elite, tetapi rasanya sulit di percaya kalau mereka dapat akrab demikian cepat. Ke." Kecuali ramalan nya yang jitu, sebetulnya masih ada apa dari Sarah
yang menarik nyonya nyonya high class ini?"
Tiba tiba Tony teringat akan Sesuatu hal. Dia berkata kepada Ray....
"Aku pernah mendengar cerita seorang teman bahwa orang Malaysia memang banyak yang tertarik dengan hal hal yang berkaitan dengan kegaiban, misalnya meramal, ilmu teluh dan ilmu klenik lainnya. Mungkin nyonya-nyonya itu sudah terpengaruh ilmu gaib Sarah sehingga sulit melepaskan diri darinya."
Ray tidak memberikan komentar apa apa. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, seakan menemukan sesuatu. Cepat-cepat dia berjalan menghampiri_mobil mewah yang di parkir di seberang lalu melongok lewat kaca depan sebelah kiri. Dengan bantuan pantulan sinar matahari, dia melihat ada sebuah gambar tercetak pada bagian dalam mobil tersebut. Tepatnya di atas box batang kemudi. Setelah di perhatikan dengan seksama, dia berhasil melihat bahwa yang tercetak disana adalah gambar sebatang bunga Ros.
Tony menghampiri Ray. "Ada yang aneh?" '
"Sebatang bunga Ros." Kata Roy dengan wajah termangu mangu.
Hampir saja Tony tertawa terpingkal pingkal.
"Ray.... Ray, aku kira ada apa" Sebuah gambar di dalam mobil saja di herankan. Banyak orang yang suka menempelkan gambar yang aneh aneh di dalam mobilnya. Salah seorang temanku juga demikian, dia menempelkan stiker ular cobra yang besar."
"Yang aneh justru sama sama bunga Ros. Tony, apakah kau tidak memperhatikan bahwa di atas ge
lungan rambut Sarah juga di tancapkan sebatang bunga Ros" Bahkan di rambut kedua sekretarisnya juga memakai bunga Ros. Masih ada lagi, isteri Aldo yang kita lihat tadi juga menyematkan sebatang bunga Ros di rambutnya."
"Ini... Apa artinya?" Tawa Tony sirna seketika mendengar keterangan Ray.
Ray merenung sejenak. "Mungkin sebuah lambang. Tapi arti apa yang terkandung di dalamnya, aku tidak tahu."
Mereka segera kembali ke mobil.
"Mungkin kita tidak perlu bersusah payah menguras otak. Pihak kepolisian sudah menghadapinya."
Tiba-tiba Ray berkata....
"Ton, kita ke kantor polisi sekarang juga."
Tony mengiakan, dia mengemudikan mobilnya menuju ke kantor polisi. Hati Tony masih di gelayuti rasa penasaran.
"Ray, mengapa kau sepertinya tertarik pada wanita bernama Sarah?"
' 'Mula mulanya, aku hanya tertarik mendengar kabar selentingan tentang kesaktiannya yang dapat mengetahui masa lalu dan masa depan kita seperti dewa. Selama ini aku paling tidak percaya apa yang di sebut takhyul. Aneh! Sebetulnya apa yang aneh pada kartu ramalan Sarah?"
"Kalau kau ingin mengetahuinya, terpaksa kali ini kau harus ikut campur lagi dalam urusan ini." Sahut Tony sambil tersenyum simpul.
Mobil yang di kendarai Tony berhenti di depan kantor polisi. Ray yang pertama-tama turun dari mobil dan masuk ke dalam. Dari luar pintu gerbang sudah terdengar suara teriakan yang bising. Suara siapa lagi kalau bukan Sarah"
Tampaknya wanita itu marah sekali. Dia berteriak dengan suara keras.
"Apabila kalian tidak melepaskan aku, perut kalian akan sakit."
Kata kata yang di ucapkannya seperti kutukan. Hal ini membuat para polisi di dalam kantor itu tertawa geli. Tentu saja mereka tidak percaya terhadap sumpah serapahnya.
Terdengar seorang petugas kepolisian yang di serahi tugas menginterogasi Sarah berkata.
"Kalian dukun dukun yang mencari uang, memang paling banyak tipu muslihatnya. Sekarang kami hanya memberi peringatan. Apabila kalian tidak meminta ijin resmi sebagai paranormal dan menurunkan tarif yang di kenakan pada para tamu, maka kami akan.... Uh! Kenapa perutku?"
Entah karena kebetulan atau kutukan Sarah benar benar manjur, petugas polisi itu menghentikan kata kata dan menghambur ke toilet. Melihat keadaan itu, Sarah sengaja menambahkan.
"Apabila kalian masih tidak melepaskan aku pergi, maka setiap orang yang ada di kantor ini akan mengalami nasib yang serupa dengan orang tadi."
Tepat pada saat itu, pengacara masuk ke dalam kantor polisi dengan tergesa-gesa. Dia menjamin keluar dari tempat itu.
Setelah wanita itu pergi, terjadi keributan di kantor polisi. Karena selain orang yang mengajukan pertanyaan kepada Sarah tadi, masih ada beberapa rekan lainnya yang berteriak teriak karena perutnya sakit.
Apa sebetulnya yang telah terjadi" Benarkah kutukan Sarah semanjur itu" Mungkin hanya Tuhan yang tahu jawabannya!
Ray berdiri 'di sudut ruangan sembari mendengar dan memperhatikan apa yang berlangsung di hadapannya. Hampir saja dia tidak percaya dengan apa yang di saksikannya. Salah seorang petugas polisi melihat kehadiran Ray. Dia segera menghampiri dan berkata.
"Apakah anda melihat dukun perempuan tadi"
"Hm... Ternyata benar benar hebat!! Sahut Ray. "Tetapi, sebetulnya apa yang membuat kalian membawanya kemari?"
"Ada beberapa orang paranormal yang menghadap kami dan melaporkan bahwa kemunculan dukun perempuan ini membuat usaha mereka sepi. Kemudian kami menyelidikinya, ternyata dia memang tidak mempunyai ijin resmi."
"Dimana Inspektur Jeff?"
"Beliau sedang berlibur, mungkin keiuar kota bersama keluarganya.' Petugas itu malah bertanya kepada Ray. "Apakah anda ada urusan penting ingin menemuinya?"
"Sudahlah. Tidak ada urusan yang khusus."
'Inspektur Jeff terkenal sebagai tokoh yang paling sibuk di kantor ini. Meskipun sedang berlibur. sering dia pulang mendadak karena masalah penting. Untung saja belakangan ini tidak ada kasus yang berat...."
Belum lagi ucapannya selesai, tampak seorang laki laki dengan dandanan perlente melangkah masuk ke dalam kantor polisi dengan tergesa gesa. Baik Ray maupun petugas polisi yang bercakap-cakap dengannya mengenali orang tersebut sebagai peng usaha kaya raya, Aldo.
Aldo ingin menemui Inspektur Jeff, tetapi salah seorang petugas polisi memberitahukan bahwa orang yang di carinya sedang berlibur ke luar kota. Aldo seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya di batalkan. Dia meninggalkan kantor polisi dengan sikap yang sama ketika datang.
Tadi di dermaga Ray melihat nyonya Aldo, tidak di sangka-sangka di tempat ini dia melihat suaminya. Hatinya merasa heran. Oleh karena itu, dengan tergesa-gesa pula dia permisi dengan petugas kepolisian tadi.
Ketika melangkah keluar dari kantor polisi, dia melihat Aldo naik ke dalam mobil sedannya lalu meluncur pergi. Ray langsung masuk ke dalam mobilnya sendiri dan menyuruh Tony mengikuti mobil laki-laki tadi.
"Mungkin dia sedang menghadapi kesulitan, tetapi kecuali Inspektur Jeff, dia tidak ingin orang lain mengetahuinya." Kata Ray.
"Kira-kira kesulitan apa yang di hadapinya sehingga harus di tutupi demikian rapat?" Tanya Tony.
"Aku justru sedang berpikir.....'
Mobil yang di kendarai Aldo membelok di sebuah tikungan. Tony tidak melepaskan kuntitannya. Pokoknya dia tetap menjaga jarak tertentu antara mobil Ray dengan mobil pengusaha kaya itu.
Tiba-tiba mobil Aldo berhenti di jalan raya yang tidak seberapa jauh. kemudian tampak dia turun dengan tergesa-gesa.
Ray menyuruh Tony menghentikan mobilnya, kemudian berpesan agar dia memarkirkan mobil itu agak jauh. Sedangkan dia sendiri turun dengan tergesa-gesa dan menguntit Aldo.
Setelah turun dari mobil, Aldo berjalan dengan tergesa gesa menuju sebuah gedung perkantoran di seberang jalan. Melihat sikapnya yang gugup, mungkin dia sedang menghadapi suatu masalah yang cukup rumit.
Ray yang mengikuti dari belakang, segera menyelinap di balik sebuah tiang besar ketika Alo masuk ke dalam lift. Saat itu mereka memang sudah masuk ke dalam gedung perkantoran tersebut. Ray memperhatikan nomor yang tertera pada atas lift. Lampu nomor tiga menyala. Ray segera mengetahui bahwa Aldo menuju tingkat tiga.
Ray berjalan menuju sebuah papan besar yang tertera nama nama perusahaan di tingkat tiga tersebut. Dia melihat banyak perusahaan yang cukup besar ada dalam gedung ini. namun ada juga ruang praktek seorang detektif swasta.
Ray langsung naik lift menuju tingkat tiga. Dia memilih tempat yang agak tersembunyi tetapi dapat melihat jelas setiap pintu ruang kantor yang ada disana untuk menunggu kemunculan Aldo ;
Ray pernah berkenalan dengan Aldo di sebuh Nite-club, dan dia tahu bahwa perusahaan Aldo sendiri tidak terletak digedung ini.Diam-diam dia berpikir dalam hatinya....
-Melihat dari watak Aldo yang biasanya suka sok gengsi, rasanya aneh apabila hari ini dia mengendarai sebuah mobil sedan yang biasa saja, bahkan tidak ada supir yang menemani. Pertama tama dia pergi menemui Inspektur Jeff yang ternyata sedang berlibur kemudian dengan tergusur gesa dia datang ke tempat rahasia ini. Apa yang terselip dibalik semua ini"-.
Ketika Ray sedang menguras otaknya, tahu tahu Tony sudah sampai di sampingnya. Ternyata rekan Ray ini sudah memarkirkan mobilnya. Dan mengandalkan kecerdasan otaknya tentu tidak sulit baginya untuk menemukan Ray. Apalagi mereka sudah bersahabat sejak lama.
Baru saja Tony ingin membuka mulut, Ray sudah menggerakkan tangannya sebagai isyarat agar dia jangan mengeluarkan suara. Sementara itu, pintu ruang praktek Detektif swasta yang bernama Norman terbuka, dari dalamnya melangkah keluar, tentu saja Aldo.
Ada seorang lagi yang mengikuti dari belakangnya. Dia mengantarkan Aldo sampai depan pintu lift. Terdengar orang itu berkata....
"Tuan Aldo, jangan khawatir. Urusan ini alun kulakukan dengan segenap kemampuan. Percayalah dengan cara kerja kami, tentu tidak lama lagi kami akan mengirimkan kabarnya kepada anda."
"Semuanya kuserahkan di tangan anda. Tuan
Norman." Sahut Aldo. Tiba tiba dia mengerutkan keningnya. "Tapi...."
"Tenang saja. Kami selalu menjaga rahasia klien kami rapat rapat." Kata Norman seakan dapat membaca isi hati Aldo.
Aldo menganggukkan kepalanya dan masuk ke dalam pintu lift yang saat itu sudah terbuka. Setelah mendengarkan pembicaraan antara kedua orang itu, Ray dan Tony juga turun lewat tangga biasa dengan tergesa gesa.
Ketika mereka sudah masuk ke dalam mobil, Ray menyuruh Tony mengemudikan mobil itu menuju dermaga. Dalam perjalanan, Tony bertanya kepada Ray dengan perasaan ingin tahu.
"Ray, menurut pendapatmu, kira kira apa kesulitan yang di hadapi Aldo?"
".... Mungkinkah dia ingin menyelidiki jejak istrinya?"
"Kalau memang benar, asal dia bersedia menanyakannya kepada kita, kan semuanya jadi beres.' Kata Tony.
"Mungkin urusannya tidak sesederhana bayangan kita." Sahut Ray.
Mobil mereka sudah sampai di dermaga yang mereka datangi tadi. Tetapi sedan yang mewah itu sudah tidak kelihatan lagi. Ray turun dari mobilnya dan menghampiri seorang pedagang rokok di Seberang jalan.
"Maaf, pak. Mohon tanya sebentar. Kapan mobil berwarna putih yang tadi di parkir disini pergi?"
"Aku tidak tahu." Sahut pedagang rokok itu sambil mendelik kepada Ray. "Setiap hari mobil yang di parkir disini banyaknya bukan main. Memangnya aku harus mengingatnya satu per satu?"
Dengan perasaan apa boleh buat, Ray meninggalkannya. Dia mengedarkan pandangannya ke tengah lautan. Dia melihat kapal pesiar "Misteri Hidup' masih terombang-ambing di tempat yang sama. Sedangkan motor boat tadi belum kembali ke dermaga. Ray melihat motor boat itu di berhentikan di samping kapal pesiar tersebut.
Justru pada saat itu, tiba-tiba Ray merasa ada sambaran angin di belakang tubuhnya. Tanpa berpikir panjang lagi, dia meloncat tinggi-tinggi. Terdengar suara dor! Sebutir peluru meluncur datang dan menembus ke dalam tanah dimana kaki Ray berpijak tadi.
Secepat kilat Ray menyapukan kakinya ke belakang. Plok! Sesosok bayangan bergulingan di atas tanah. Tampaknya ada seseorang yang terjerembab karena kaitan kaki Ray tadi.
Dari seberang jalan, Tony dapat melihat semuanya dengan jelas. Cepat-cepat dia turun dari mobil, baru saja dia ingin menyeberang, tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju datang. Untung saja Tony cukup sigap. Dia meloncat mundur beberapa langkah.
Ray masih berdiri dengan termangu-mangu."
Mendadak terdengar suara Cuittt!!! Mobil itu di rem dengan tiba-tiba. laki-laki yang tersengkat jatuh oleh Ray langsung bangun dan membuka pintu mobil serta loncat ke dalamnya. Belum sempat Ray dan Tony mengambil tindakan apa-apa, mobil itu sudah melaju pergi. Untung saja Ray sempat mengingat nomor plat mobil tersebut.
Tony berjalan menghampiri dari seberang.
"Apa sih sebetulnya yang terjadi?"
"Pedagang rokok itu rupanya hanya pura-pura berjualan disini." Sabut Ray. "Tapi, aku toh tidak mengenalnya, mengapa dia harus menyerang aku?"
"Mungkin dia merasa kau terlalu usil dengan urusan orang lain."
Ray tertawa getir. Membayangkan saat-saat berbahaya tadi, tubuhnya sampai bergetar. Apabila _telinga dan matanya tidak peka, dan nalurinya kurang tajam, sungguh tidak berani dia membayangkan akibat yang akan di alaminya barusan.
Kedua orang itu segera kembali ke mobil. Tony cepat-cepat menjalankan kendaraan itu.
Begitu masuk ke dalam rumahnya, Ray langsung memutar telepon sebanyak dua kali. Yang pertama di tujukannya ke kantor polisi, dia meminta salah seorang petugas yang di kenalnya untuk melacak siapa yang memiliki mobil dengan nomor plat yang di lihatnya
tadi. Sedangkan yang kedua, di tujukannya kepada Aldo.
Ketika Aldo mengetahui siapa yang meneleponnya, dia merasa terkejut. Apalagi setelah mendengar kata-kata Ray.
"Aku tahu kau sedang mencari istrimu."
Hati Aldo berdebar tidak karuan.
'Bagaimana kau bisa mengetahuinya?"
"Aku hanya menduga duga saja. Tetapi aku bisa memberitahukan suatu hal kepadamu, yaitu belum lama tadi aku pernah melihat istrimu muncul di dermaga nomor tujuh.'
"Dermaga nomor tujuh?"
"Betul. Dermaga yang paling dekat untuk menuju kapal pesiar "Misteri Hidup"."
Aldo terdiam sejenak. Kemudian Ray mendengar dia berkata....
"Tidak! Dugaan anda keliru. Hubungan kami suami istri selama ini baik-baik saja. Istriku juga tidak menghilang, mengapa aku harus mencarinya?"
"Baiklah! Jangan kira aku terlalu usil. Kenyataannya apa yang aku ketahui mungkin lebih banyak dari pada detektif yang kau sewa itu. Apabila anda merasa memerlukan bantuanku, silahkan telepon saja kesini."
Hubungan telepon baru saja di putuskan, tibatiba terdengar lagi dering suara telepon. Ray mengira Aldo yang menelponnya kembali. Tapi masa perbedaan waktunya demikian singkat"
Tapi dia mengangkat juga telepon itu.
"Hallo?" Dari seberang sana terdengar suara yang serak
yang kasar. "Hai! Manusia bernama Ray! Apabila kau ingin hidup tenang dan panjang umur, harap kau tidak terlalu usil dengan urusan orang lain!."
"Siapa anda?" Tanya Ray.
"Anda tidak usah perduli siapapun aku adanya." Bentak orang itu. "Aku nasehati agar lain kali kau lebih berhati-hati. Kalau kau sudah bosan hidup, dengan mudah kami dapat mengirim kau pulang ke rumah nenek moyongmu di alam baka."
Ray tertawa terbahak-bahak.
"Anda benar-benar lucu! Kalau anda memang bukan pengecut, sebutkan namamu."
Tetapi hubungan telepon telah di putuskan. Tony menghampiri Ray sambil bertanya.
"Siapa yang menelpon?"
"Ada orang yang memperingatkan kita agar jangan suka ikut campur urusan orang lain. Tampaknya urusannya semakin rumit saja."
Paranormal Karya Maria Fransiska di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sejak di serang dengan mendadak di jalan besar dekat dermaga nomor tujuh, aku masih bingung, apa sebetulnya yang sedang kita hadapi?"
Ray mengangkat bahunya sambil tertawa getir.
"Aku sendiri tidak mengerti. Mengapa kita bisa mendapat serangan gelap" Mengapa Aldo tidak berani mengakui bahwa dia pergi mencari seorang detektif swasta" Sebetulnya rahasia apa yang terselip di balik semua ini?"
"Sejak pagi entah sudah berapa kali kau mengucapkan kata-kata yang sama." Ejek Tony dengan nada bergurau.
Ray merenung sejenak. !' "Tampaknya kita harus bertemu dengan Niko.'
"Siapa Niko?" "Seorang langganan tetap di 'Pop Rock' Amusement centre. Seperti langganan lainnya, dia percaya sekali terhadap kejituan ramalan Sarah. Orang yang pernah menceritakan soal peramal sakti itu kepadaku, justru Niko yang sering di panggil si Gendut.'
Tony ingat sekarang, Niko pasti yang setiap hari di "Pop Rock" ribut soal diet. Dia juga sering main kartu dengan Ray. Bahkan sudah kalah uang yang cukup banyak.
Malam itu Ray memang bertemu dengan Niko. Si Gendut itu berwatak periang. Setiap kali bertemu dengan Ray, dia selalu mengajaknya main kartu. Boleh di bilang selama ini lebih banyak kalahnya daripada menangnya. Tetapi meskipun sudah kalah cukup banyak, Niko masih juga tertawa-tawa senang. Terakhir pasti dia meminta Ray mentraktirnya minum beberapa botol bir.
Keadaan malam ini juga tidak berbeda dengan sebelumnya. Bintang Niko sedang gelap. Setelah kalah cukup banyak, dia menarik Ray ke bar dan meminta laki-laki itu mentraktirnya minum.
Setelah meneguk tiga gelas besar draft beer, Ray segera mencari kesempatan untuk membuka pembicaan menuju pokok persoalan yang ingin di ketahui
nya. "Nik, Peramal sakti yang kau ceritakan tempo hari ternyata benar benar hebat!"
'Apa" Jadi kau sudah mengunjungi Sarah?" Tanya Niko sambil mendelikkan matanya yang mulai sayu.
"Betul. Tapi aku merasa tarifnya agak mahal." Sahut Ray.
"Tapi pantas kan" Karena dia bisa memberitahukan kepada kita bagaimana caranya menghindari bahaya yang akan kita hadapi."
'Pertama-tama siapa yang mengenalkan engkau pada peramal itu?"
Niko berpikir sejenak sebelum menjawab.
"Seorang teman, pengusaha yang kaya sekali."
'Apa bukan Aldo?" 'Bagaimana kau bisa tahu?"
"Aku hanya menebak sekenanya."
'Be-tul. Memang dia." Niko mengangkat gelasnya dan minum seteguk. Kemudian dia seperti sengaja mengalihkan bahan pembicaraan. "Apakah kau masuk menjadi anggota dalam suatu kegiatan?"
Ray tidak menjawab pertanyaannya. Dia sengaja kembali pada pokok persoalan yang tadi.
'Kau dan Aldo teman baik?"
'Hanya teman bisnis." Sahut Niko.
"Kalau begitu, tahukah kau bahwa dia sedang di landa kesulitan?"
"Ng.... Kesulitan apa?"
"Seharusnya kau lebih jelas daripada aku. Dengar-dengar istrinya...."Ray sengaja menjawab dengan tersendat-sendat.
Niko tertawa getir mendengarnya.
"Ah.... Hubungan suami istri pasti tidak luput dari pertengkaran. Namanya juga manusia. Tidak mungkin sempurna. Bisa saja salah satu pihak berbuat kesalahan lalu timbul perselisihan pendapat. Nah... akhirnya kan jadi pertengkaran. Aku yakin nyonya Aldo akan kembali ke rumahnya segera, untuk apa kau yang ikut pusing?"
Setidaknya Ray sudah mendapatkan sedikit titik terang. Rupanya nyonya Aldo "Melarikan diri dari rumah. Tetapi mengapa perempuan itu harus menemui Sarah" Biasanya kalau seorang istri ngadat, dia akan pulang ke rumah orang tuanya sendiri.
Satu hal lagi yang membuat Ray tidak mengerti. Seperti kata Niko tadi, pertengkaran antara suami istri adalah hal yang lumrah" Tetapi mengapa Aldo tidak berani mengakuinya secara terang-terangan"
Tiba tiba Ray teringat gambar yang tercetak dalam mobil nyonya Aldo.
"Kau suka bunga Ros, Nik?" Tanyanya memancing.
Mendengar kata-kata bunga Ros, Niko jadi tertegun seketika. Kemudian kepalanya menoleh ke kiri dan kanan, seakan takut pembicaraan mereka di dengar oleh orang lain.
Ray langsung tersadar bahwa gambar itu melambangkan sesuatu. Dia sengaja berkata....
"Nik, sebetulnya sejak semula aku sudah tahu, untuk apa kau menutup-nutupi lagi?"
Niko mengangkat gelasnya meminum beberapa tegUk birnya.
"Apakah kau juga menghadiri pertemuan bunga
Ros yang di adakan Sarah?"
"Pertemuan bunga Ros?" Otak Ray yang cerdas segera berputar. "Oh, ya. Tapi aku masih belum begitu mengerti secara keseluruhan, maka.".."
Di wajah Niko langsung terlibat senyum yang misterius.
"Tidak kusangka Ray yang terkenal mempunyai selera demikian. Tidak perlu banyak tanya, malam minggu ini kau pasti akan mengerti semuanya."
"Malam minggu?" Sekali lagi Ray tertegun. "Memangnya ada apa dengan malam minggu ini?"
"Jadi sekretaris Sarah belum memberitahukannya kepadamu" Seharusnya kau di beritahu mengenai nomor telepon rahasia mereka. Pokoknya setiap orang yang akan hadir dalam pertemuan bunga Ros, harus menghubungi mereka lewat telepon rahasia itu."
"Hari ini ada kejadian yang tidak di sangka-sangka, mungkin karena bingung mereka jadi lupa." Untuk memperoleh kepercayaan dari Niko, Ray segera menceritakan apa yang di lihatnya siang tadi.
Tidak di duga duga, setelah mendengar cerita Ray, Niko malah tidak dapat menahan kegelian hatinya sehingga tertawa terbahak bahak.
"Mungkin polisi masih belum menyadari siapa adanya Sarah itu. Mereka hanya mendapat laporan dari pihak ketiga sehingga mengambil tindakan seenaknya. Padahal kalau Sarah mengangkat telepon satu kali saja, pihak polisi itu mau tidak mau harus melepaskannya."
'Kenapa?" "Para anggota perkumpulan bunga Ros, sebagian ' ." ?" --besar terdiri dari orang yang kaya dan berpengaruh pula. Mungkin petugas kepolisian itu tidak tahu keadaan yang sebenarnya, apabila tidak, mungkin mereka tidak berani mengambil tindakan demikian. Seandainya Sarah bermaksud membesarkan persoalan ini, maka mereka akan mendapat kesulitan yang tidak kecil.
Selesai berkata, Niko langsung berdiri dan berpamitan dengan Ray. Sebetulnya Ray masih ingin mengorek keterangan dari laki-laki itu. Tapi apa boleh buat, Niko berkeras ingin pulang ke rumah. Karena masih ada urusan lain yang harus di selesaikan menurutnya. Akhirnya mereka pun berpisah.
Baru saja Niko keluar dari bar, Tony pun muncul dari arah yang berlawanan.
"Ray, aku sudah menyelidikinya. Mobil Niko juga terdapat gambar yang sama." Tony menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan kemudian merendahkan suaranya. "Maksudku, ada gambar bunga Ros."
"Aku sudah tahu Dia juga sudah memberitahukan bahwa dia termasuk anggota perkumpulan bunga Ros."
"Perkumpulan bunga Ros?" Tony tidak mengerti apa maksudnya.
"Kalau di tilik dari keadaan sekarang ini, Sarah mendirikan perkumpulan bunga Ros dengan di dukung oleh nyonya-nyonya kaya. Tetapi apa tujuan yang sebenarnya" Apakah ada sesuatu yang di rahasiakan dalam perkumpulan ini sehingga mengesankan demikian misterius?" Ray menghentikan katakatanya sejenak dan merenung. Kemudian dia bertanya kepada Tony. "Apakah kau sudah menelpon ke
rumah Aldo?" Tony menganggukkan kepalanya.
"Hm, sudah. Menurut pembantu rumah tangganya, Nyonya Aldo tidak pulang, sedangkan tuannya sedang keluar. Tadinya aku bermaksud menyelidiki apakah nyonya Aldo melarikan diri dari rumah, tetapi pembantu itu hanya menjawab dengan samar-samar."
"Tidak perlu sedikit lagi. Nyonya Aldo pasti berselisih dengan suaminya. Niko sendiri yang mengatakannya tadi. Sekarang, yang paling penting justru bagaimana caranya kita dapat hadir dalam pertemuan malam minggu yang di adakan perkumpulan bunga Ros Sarah."
"Kau sudah mendapatkan akal yang baik?" Tanya Tony.
"Ada baiknya kita peralat si Niko. Besok malam kita datang lagi kemari. Aku akan tanyakan kepadanya nomor telepon rahasia yang di katakannya tadi. Kemudian meminta dia memperkenankan kami menghadiri pesta pertemuan itu. Aku yakin tidak akan ada kesulitan apa-apa."
Tony melirik arloji tangannya. Waktu sudah cukup larut. Setelah membayar minuman, merekapun cepat-cepat meninggalkan bar itu.
Saat itu sudah pukul sepuluh lewat, pelataran parkir di depan Amusement centre itu lengang sekali. Tempat ini memang agak jauh dari pusat kota. Di sekitar tempat hiburan itu penuh dengan pohonpohon yang lebat. Hanya ada sebuah jalan besar berhadapan dengan pintu tempat hiburan itu untuk me
nuju ke pusat kota. Tiba-tiba Ray melihat ada sesosok bayangan yang
mengendap-endap di antara mobil-mobil yang di parkir dekat seberang jalan. Tadinya dia tidak begitu memperhatikan, sebab mungkin saja salah satu tempat hiburan yang sedang mencari mobil yang di parkir. Tetapi orang itu mendadak mempercepat langkah kakinya dan berlari secepat kilat meninggalkan tempat itu.
Ingatan Tony segera menduga bahwa orang itu mungkin pencuri yang ingin membongkar mobilmobil yang di parkir di tempat itu. Dia segera mengejarnya. Tetapi bayangan hitam itu dengan cepat menghilang di balik pepohonan yang rindang di belakang tempat hiburan.
Ray segera memeriksa mobilnya. Tetapi dia tidak merasa kehilangan apa-apa. Sementara itu, Tony sudah kembali lagi.
"Mengapa pencuri itu bisa mencari rejeki di daerah ini?" Tanyanya tidak mengerti.
"Aku khawatir dia justru bukan pencuri. Di jalan raya sana lebih banyak lagi mobil yang di parkirkan. Terdiri dari berbagai jenis pula. Mengapa dia harus datang ke tempat sejauh ini yang belum tentu bisa mendapatkan hasil" Aku rasa dia mempunyai maksud tertentu dengan muncul di tempat ini."
Baru saja Tony ingin mengatakan sesuatu, Ray menggerakkan tangannya sebagai isyarat agar dia jangan bersuara. Mereka mendengar suara yang aneh, seperti seseorang yang sedang mengeluh, kemudian terdengar suara Buk!!! Seperti suara seseorang yang terjatuh.
Tony langsung bersiap siaga. Penerangan di pelataran parkir itu tidak banyak. Dengan demikian
keadaan di tempat itu menjadi remang-remang. Ray juga ikut meningkatkan kewaspadaannya.
Mereka berdua mengendap-endap dengan setengah membungkuk dan memutar ke bagian bagasi mobil. Tetapi setelah mendengarkan dengan seksama. Mereka tidak mendengar apa-apa lagi. Suasana di tempat itu sunyi senyap seperti semula. Hanya suara serangga-serangga yang berkumandang dari kejauhan.
Namum Ray masih berhati-hati, mungkin saja seseorang telah mempersiapkan jebakan di sekitar tempat itu. Masih dengan mengendap-endap Ray dan Tony memeriksa sekitar tempat tersebut.
Sejak mendapat serangan gelap di jalan raya dekat dermaga nomor tujuh, Ray selalu mempunyai perasaan bahwa ada bahaya yang mengintai mereka. Tetapi Ray sendiri masih belum mengerti darimana sumber bahaya ini.
Tiba-tiba terdengar suara Akh!!! Tony menjerit kecil. Ray terkejut setengah mati. Dia segera menghambur mendekati rekannya itu. Tony berdiri dengan mata membelalak di samping sebuah mobil. Laki-laki itu sedang memandang ke dalam mobil tersebut. Orangnya sendiri seperti di landa kejutan yang tidak terkirakan.
Ray tidak'sempat bertanya kepadanya. Dia hanya mengikuti pandangan mata Tony. Saat itu juga dia tahu apa yang membuat sahabatnya itu terkejut. Rupanya di dalam mobil tergeletak seseorang.
Karena penerangan di tempat itu kurang tajam. Ray tidak dapat melihat dengan jelas wajah orang itu.
"Hai! Jangan bengong! Punya senter?" Tanya
Ray. Tony tersentak dari rasa kejutnya.
"Ada." Dia segera merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah senter kecil yang kemudian di sodorkannya ke hadapan Ray.
Ray langsung menyalakan senter itu dan di sorotkannya ke arah orang yang tergeletak dalam mobil. Kali ini dia yang merasa terkejut. Orang yang tergcletak di dalam mobil itu bukan orang lain, tapi Niko yang baru saja minum bir bersamanya di bar.
Ray mengedarkan cahaya senternya. Dia melihat ada gambar sekuntum bunga Ros di bagian atas kemudi mobil tersebut.
"Bunga Ros! Ini mobil Niko!"
Ray memcoba membuka pintu mobil tersebut. Ternyata pintu dimana Niko duduk tidak di kunci. Ray menyerahkan lampu senter itu kepada Tony. Dia sendiri langsung menggeledah saku kemeja Niko. Dia mendapatkan sebuah buku notes. Baru saja Ray ingin membalikkan halamannya untuk melihat isi buku itu, tiba-tiba dia merasa ada sesuatu benda yang ikut terjatuh.
Belum sempat Tony mengalihkan cahaya senternya ke atas tanah. pandangan mata Ray sudah menangkap sesuatu yang aneh. Sekuntum bunga Ros tergeletak di atas tanah dengan cahaya berkilauan dan indah.
Setelah Tony menyorotkan cahaya sememya, otomatis bunga Ros itu semakin berkilauan. Ray membungkukkan tubuhnya untuk mengambil benda itu. Ternyata yang di lihatnya itu selembar kartu undangan yang di cetak demikian hidup sehingga persis
seperti sekuntum bunga Ros yang asli.
Di atas kartu undangan itu tercetak gambar sekuntum bunga Ros. Rupanya gambar itu di cetak dengan bahan scott-light yang dapat menyala terang apabila kena sinar. Di bagian belakangnya tertera tanda tangan seseorang. Tetapi hurufnya tidak dapat terbaca jelas.
Hanya dengan melihat sekilas kartu undangan itu, Ray sudah mengetahui apa kegunaannya. Tibatiba pada saat itu juga, pintu tempat hiburan terbuka. Seseorang berjalan keluar dari' dalamnya. Ray cepatcepat memasukkan kembali buku notes tadi ke dalam saku kemeja Niko. Tony juga segera memadamkan lampu senternya. Mereka berdua meringkuk di samping mobil Niko.
Orang itu berjalan setindak demi setindak ke arah mereka. Rupanya dia ingin mengambil mobilnya yang di parkir disana dengan maksud meninggalkan tempat hiburan itu.
Saat itu Tony baru teringat bahwa pintu mobil Nikobelum di rapatkan. Apabila orang itu berjalan ke dekat mobil tersebut dan sempat melongok keadaan di dalamnya....
Ray sudah dapat menduga akibatnya apabila hal itu sampai terjadi. Tetapi dia memberi isyarat kepada Tony agar jangan melakukan gerakan apa apa.
Ternyata mobil orang itu memang berada dekat mobil Niko. Dia melihat pintu mobil itu tidak di rapatkan. Dan seseorang dalam posisi setengah berbaring di dalamnya, namun dia tidak ambil pusing. Di nyalakannya mesin mobilnya sendiri kemudian meninggalkan tempat tersebut.
Setelah orang itu pergi, Tony bertanya kepada Ray.
"Mengapa kau tidak membolehkan aku menutup kembali pintu mobil?"
"Kalau ada sedikit gerakan saja dari kita, pasti timbul kecurigaan orang tadi. Seperti halnya kita melihat laki-laki yang mengendap-endap lalu lari barusan. Kalau di biarkan begini, pasti dia mengira pengemudi mobil ini agak pusing sehingga berbaring sebentar. Toh tidak heran kalau orang yang keluar dari tempat hiburan agak pusing karena terlalu banyak minum." Sahut Ray menjelaskan.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Tony kembali.
'Tidak perlu kita urus dia. Malah bisa timbul masalah. Lebih baik kita pergi saja dari sini."
Mereka langsung naik ke dalam mobilnya sendiri. Tony yang mengemudi, mereka segera meninggalkan pelataran parkir tempat hiburan itu.
Hati Tony terus di gelayuti kebingungan. Dia menoleh kepada Ray dan bertanya.
"Siapa yang membunuh Niko"'
"Aku mana tahu." Sahut Ray sambil menguras otaknya. "Apabila mayatnya di ketemukan malam ini juga, pasti pihak yang berwajib akan datang. Peristiwa ini pasti akan muncul di surat kabar besok pagi. Tetapi sebab kematian yang sesungguhnya. mungkin kita juga yang harus menyelidikinya." _
Tiba-tiba Tony teringat sesuatu hal.
"Mungkinkah orang-orang dari perkumpulan bunga Ros yang membunuhnya?"
"Bisa jadi. Sekarang kita belum dapat memastikan."
"Aku rasa memang orang dari perkumpulan bunga Ros. Mungkin karena Niko membocorkan rahasia mereka sehingga mereka melakukan tindakan ini."
Mendengar kata-kata Tony, Ray langsung teringat akan kutukan Sarah yang ampuh di kantor polisi. Memang betul! Bagaimana Niko menemui kematiannya" Tidak terlihat setetes darahpun di dalam mobil. Tetapi kenyataannya Niko sudah menjadi mayat di dalam mobil itu. Apakah dia terbunuh oleh semacam benda yang aneh" Siapa pula bayangan hitam yang melarikan diri dengan tergesa-gesa"
Tony mengemudikan mobil itu menuju rumah Ray. Tetapi ketika mereka menghentikan mobil di depan pintu rumah dan turun dari mobil, tiba-tiba terdengar teriakan seseorang.
"Tuan Ray! Apakah tuan Ray yang pulang?"
Tony tidak jadi turun dari mobil. Ray meningkatkan kewaspadaannya. Anjing peliharaan Ray, Fortuna terus menyalak-nyalak dengan garang di depan pintu.
"Siapa anda"' Tanya Ray.
"Saya seorang detektif swasta, nama saya NOrman " Sahut orang itu.
Saat ini Ray baru bisa menghembuskan nafas "
lega. "Entah ada keperluan apa sehingga Tuan Norman malam-malam berkunjung ke rumah saya?"
"Saya sudah lama mendengar nama besar anda, jadi kedatangan saya ini khusus mengunjungi anda'
Ray memperhatikan orang itu dari atas kepala sampai ke bawah kaki. Dia ingat memang laki-laki ini yang mengiringi Aldo keluar dari kantornya di tingkat tiga gedung perkantoran.
"Tidak usah sungkan-sungkan. Ada apa silahkan katakan saja."
"Saya tidak bermaksud menutupi. Kedatangan saya memang ingin mencari kabar tentang istri seorang teman." Sahut Norman.
"Maksud anda, nyonya Aldo''
"Betul. Saya dengar anda pernah melihat wanita itu."
"Siapa yang memberitahukan hal ini kepada anda?"
"Tuan Aldo sendiri."
Ray sempat terpana saaat.
"Rupanya Aldo yang menyuruh anda menemui saya."
"Anda tentu maklum, tuan Aldo seorang pengusaha kaya yang cukup berpengaruh di kota ini. Dia tidak ingin urusan ini tersebar luas." Kata Norman.
"Baiklah. Masuk dulu ke dalam rumah. Nanti kita bisa bicara dengan leluasa."
Norman mengucapkan terima kasih, Ray mempersilahkan orang itu masuk ke dalam kemudian mengajaknya ke ruang tamu.
"Silahkan duduk, Tuan Norman."
Norman duduk di tempat yang di tunjuk oleh Ray. Tony sudah ikut masuk ke dalam rumah dan mengambil dua botol bir dari lemari es. Dia menuangkannya ke gelas dan di letakkan di depan Norman.
"Silahkan minum, Tuan Norman."
"Terima kasih.' Sahut Norman sambil mengangkat gelas di hadapannya dan minum seteguk.
Sebetulnya usia Norman masih cukup muda, paling-paling tiga puluh tahun. Tetapi karena profesinya sebagai seorang detektif swasta, terpaksa dia membuat tampangnya agak tua agar mendapat kepercayaan dari kliennya. Kumis dan cambangnya agak lebat. Sebuah kaca mata bertengger di hidungnya. Dengan demikian penampilannya jadi lebih tua kurang lebih sepuluh tahun dari usia yang sebenarnya.
'Mengapa nyonya Aldo melarikan diri dari rumah?" Tanya Ray langsung pada pokok persoalannya.
'Aku juga tidak tahu. Tuan Aldo tidak menjelaskannya. Tuan Aldo memang meminta saya menemukan istrinya, tetapi dia tidak memberitahukan masalahnya dengan jelas. Kami sudah berusaha, tapi tidak mendapatkan hasil apa-apa. Kemudian tuan Aldo menelpon ke kantor. dia memberitahukan nomor telepon anda dan mengatakan bahwa anda mungkin tahu dimana istrinya berada. Dia meminta agar berusaha menghubungi anda."
'Oh! Rupanya begitu. Tetapi mengapa dia harus memungkiri urusan ini ketika berbincang dengan saya di telepon?"
Mungkin dia takut peristiwa ini akan mempengaruhi nama baiknya di kalangan masyarakat. Mak
lumlah, orang kaya kan banyak yang harus di pertimbangkan."
"Anda kenal baik dengan suami istri itu?"
"Tidak. Hanya teman biasa. Tetapi kalau di katakan memang lucu juga. Pertama tama nyonya Aldo yang menemui saya di kantor. Hal ini di lakukan karena dia mencurigai suaminya yang main gila dengan seorang perempuan. Dia meminta saya menguntit suaminya agar dapat mengetahui kemana saja suaminya pergi pada siang hari, juga malam hari. Sebab menurut nyonya Aldo, akhir akhir ini suaminya sering pulang malam. Kami pun membuat kesepakatan, saya menguntit tuan Aldo secara diam-diam. Ternyata suaminya itu tidak menyeleweng dengan siapapun juga. Tetapi karena usahanya semakin besar, maka sering menjamu tamu-tamu dari luar negeri sehingga pulang agak larut. Kemudian dalam sebuah pesta, nyonya Aldo mengenalkan suaminya itu kepada saya. Tidak di sangka-sangka, sekarang malah suaminya yang meminta bantuan saya untuk menemukan istrinya."
Berkata sampai disini, tanpa dapat menahan diri lagi, Ray, Tony dan Norman tertawa geli mendengar kisah yang lucu itu. Setelah beberapa saat, Norman baru bertanya....
"Tuan Ray, bukankah kau pernah mengatakan bahwa kau pernah melihat nyonya Aldo"'
"Betul. Memang aku pernah melihatnya di dermaga nomor tujuh. Dia masih mengendarai Babybenz yang di belikan Aldo. Tetapi ketika kami kembali lagi kesana beberapa saat kemudian, wanita itu sudah menghilang lagi."
'Apa yang anda ketahui hanya sekian saja?" Tam
pang Norman tampaknya agak kecewa mendengar keterangan Ray.
"Betul. Tapi terhadap masalah ini, minat saya jadi tertarik. Bagaimana kalau kita bekerja sama saja?"
"Bagaimana caranya?"
"Kita terus saling berhubungan. Mungkin aku akan membantumu menyelesaikan masalah ini, tetapi sebelumnya saya harus menyatakan terlebih dahulu, ada syaratnya."
"Apa syaratnya"
"Tentu bukan uang, aku hanya minta kau menyelidiki apa sebabnya nyonya Aldo sampai melarikan diri dari rumah. Tentunya bagi anda, hal ini bukan persoalan yang sulit."
"Baiklah. Asal kita sama-sama menjaga rahasia. Tidak sulit aku mendapatkan informasi ini." Norman mengeluarkan sehelai kartu nama dari dompetnya kemudian di sodorkan kepada Ray. "Tuan Ray, ini kartu nama saya. Anda boleh menghubungi saya kapan saja."
Norman langsung berdiri dan berpamitan dengan Ray. Tiba-tiba dia seperti teringat "sesuatu. Dia menoleh kembali ke arah Ray dan berkata:
"Tuan Ray, bila anda ingin mengetahui sedikit tentang masalah ini. Mungkin saya bisa menunjukkan sedikit titik terang." '
Hati Ray agak tegang mendengar kata-katanya.
"Tuan Aldo seorang pengusaha yang ambisius. Sedangkan istrinya hanya suka berfoya-foya dan berpelesiran. Saya rasa, mungkin mereka berbeda pendapat dalam suatu masalah tertentu sehingga nyonya Aldo merasa kesal dan melarikan diri dari rumah."
Kata Norman memberikan pendapatnya.
Ray merenung sejenak. Tanpa dapat menahan rasa ingin tahunya dia bertanya....
"Apakah anda pernah mendengar nama perkumpulan bunga Ros?"
"Perkumpulan bunga Ros?" Norman berpikir sejenak. "Tidak. Aku belum pernah mendengar nama itu."
Ray rada kecewa mendengar jawabannya. Dia berpikir sejenak sebelum berkata....
"Apabila anda mempunyai minat, saya juga bisa memberikan sebuah jalur. Dengan menelusuri jalur ini, mungkin anda bisa menemukan nyonya Aldo." Ray menghentikan kata-katanya sejenak. Setelah merasa Norman tertarik dengan ucapannya, dia baru melanjutkan kembali. "Pernahkah anda mendengar nama Sarah?"
"Apakah Sarah yang peramal sakti dari Malaysia itu?"
"Betul. Memang dia. Terus terang saja, saya pernah melihat nyonya Aldo mengunjungi Sarah. Sedangkan Sarah ini mungkin pemimpin perkumpulan bunga Ros. Oleh karena itu, pertama-tama saya ingin mengetahui apakah nyonya Aldo termasuk anggota perkumpulan itu?"
Norman merenung sejenak. 'Baiklah. Kita berpencar menyelidiki hal ini. Apabila ada kabar. saya akan menghubungi anda lagi."
Norman pun meninggalkan rumah Ray. Sejak tadi Tony tidak ikut terlibat dalam pembicaraan mereka. Dia hanya duduk di sudut ruangan tamu sambil menyaksikan acara teve. Sedangkan Ray sendiri, bo
leh di bilang sepanjang malam dia terus memikirkan masalah Sarah, Aldo dan istrinya serta Niko.
Justru ketika pikirannya sedang ruwet. Anjing peliharaannya, Fortuna terdengar menyalak-nyalak di depan pintu. Dengan perasaan enggan Ray berdiri dan melongok dari jendela. Ternyata ada dua orang laki-laki berseragam polisi Sedang berjalan ke arah pintu rumahnya.
Melihat keadaan itu, Ray sudah dapat menebak sebagian apa keperluan polisi-polisi itu mencarinya. Dia membuka pintu dan menyuruh Fortuna agar diam. Kemudian dia mempersilahkan kedua polisi itu masuk ke dalam rumahnya.
Salah satu polisi itu segera menjelaskan maksud kedatangannya.
"Di "Pop Rock' malam ini telah terjadi pembunuhan. Korban bernama Niko. Menurut pelayan bar tersebut, anda adalah orang terakhir yang kelihatan bersama-sama korban. Oleh karena itu, kami terpaksa kemari mengganggu anda."
Ray pura pura terkejut mendengar berita tersebut.
"Kami hanya mengobrol sebentar kemudian Niko pulang. Orang yang baik-baik kok tiba-tiba bisa mati?"
"Kalau tidak salah keracunan, tetapi hasil yang konkrit tentu harus menunggu laporan dari ahli otopsi dari pihak kepolisian."
Ray tertegun sejenak. Kemudian baru bertanya lagi.
"Lalu. apa yang ingin kalian ketahui?"
"Kami di tugaskan untuk mengajakmu kembali ke kantor. Atasan ingin meminta kesaksian anda me
ngenai hal ini Harap anda bersedia bekerja sama."
"Baiklah." Tanpa keragu-raguan sedikitpun, Ray langsung berdiri dari tempat duduknya.
Sementara itu, Tony menghampirinya dari depan televisi.
"Ray, ada masalah?"
"Tidak. Tidak ada apa-apa. Mereka hanya ingin mengajukan sedikit pertanyaan sebagaimana biasanya?" Ray mengedipkan sebelah mata kepada Tony. 'Istirahatlah. Aku bisa pergi sendiri."
Kemudian, Ray mengikuti petugas itu ke kantor polisi. Dalam perjalanan, Ray terus merenungkan kata-kata polisi tadi yang menyatakan bahwa kematian Niko karena keracunan. Hatinya menjadi agak khawatir. Malam ini memang dia yang mmtraktir Niko minum bir. Apabila hasil otopsi nanti mengatakan bahwa birnya itu mengandung racun, Ray pun tidak bisa terlepas dari kesulitan. ,
Tapi, dimanapun posisinya, Ray harus membuat urusan ini menjadi jelas. Sebab dia memang orang terakhir yang melihat Niko dalam keadaan hidup.
Di dalam kantor polisi, kecuali kedua petugas tadi yang mungkin orang baru, hampir semuanya mengenal Ray. Mereka juga kagum dengan tindak-tanduk Ray selama ini. Apalagi mereka mengetahui bahwa Ray sering memberikan bantuan kepada Inspek
tur Jeff. Mereka memperlakukan Ray dengan hormat.
Kecuali masalah perkumpulan bunga Ros, Ray mengakui semuanya. Tentu saja dia tidak mengatakan bahwa dia sudah melihat mayat Niko tergeletak dalam mobil.
Setelah memberikan kesaksiannya, Ray melihat tengah malam sudah lewat. Bahkan sebentar lagi dapat di sebut menjelang pagi. Salah seorang anak buah andalan pak Jeff, Dicky yang mengantar Ray pulang ke rumah.
'Mengapa kalian tidak menahan aku?" Tanya Ray bergurau ketika dalam perjalanan.
Mendengar kata-katanya, Dicky malah tertegun.
"Mengapa kau berkata demikian?"
"Mungkin saja kalian mencurigai aku yang membunuh Niko."
"Kami toh tidak mempunyai bukti apa apa. Pihak yang berwajib mendapat informasi bahwa kau kemungkinan orang terakhir yang melihat korban dalam keadaan hidup. Jadi kami terpaksa meminta kau datang untuk memberikan kesaksiannya. Sebetulnya, korban mati karena di gigit ular berbisa."
"Ular berbisa?" Hati Ray tercekat mendengarnya.
"Betul. Bagian belakang lehernya terdapat bekas luka gigitan. Jadi kesimpulan kami, mungkin korban di gigit oleh ular berbisa."
"Apakah kalian sudah berhasil menyelidiki latar belakang kehidupan korban?"
"Niko seorang pengusaha. Bisnisnya cukup besar. Pada dasarnya dia memang seorang bujang lapuk"
Dan dia paling sering ke tempat hiburan "Pop Rock'.'
"Memang betul. Dia sering berkunjung ke 'Pop Rock", tentu banyak orang vang bisa menjadi saksinya. Tetapi selama ini aku benar benar tidak tahu latar belakang hidupnya."
"Korban tidak mempunyai sanak saudara. Rumahnya mewah. Usahanya lumayan juga."
"Ular berbisa... kalau benar di gigit ular berbisa mestinya di anggap kecelakaan atau musibah yang tidak lazim."
"Betul. Tetapi berdiri sebagai pihak kepolisian, semua data-data harus kita kumpulkan sampai lengkap. Lagi pula kita masih belum mendapatkan kepastian, hanya dugaan sementara saja. Karena itu, kami juga terpaksa mengganggumu malam-malam untuk di mintai keterangannya."
Tepat pada saat itu, ada sebuah mobil yang melaju secepat kilat melewati mereka. Padahal mobil Dicky sudah terhitung cukup cepat. Tetapi mobil barusan malah dapat melewatinya bagai sambaran angin. Dengan demikian dapat di bayangkan sampai dimana kecepatannya.
Dicky melirik ke arah spedometernya. Perasaannya terkesiap.
"Kurang ajar! Berani-beranian ngebut di tengah kota. Baik! Lihat sampai dimana kau bisa kabur!"
Dicky langsung menancap gas, mobilnya bagai sebatang panah melesat ke depan mengejar mobil yang mengcbut tadi. .
Tiba-tiba saja perasaan Ray menjadi tegang. Bukan karena meragukan keahlian Dicky dalam mengemudi. Tetapi mobil berwarna putih yang melewati
mereka tadi. Tampaknya dia pernah melihat mobil sejenis itu, tetapi untuk Sesaat dia justru tidak dapat mengingatnya kembali.
Kemudian dalam benaknya timbul bayangan sekuntum bunga Ros yang berwarna merah menyala. Dia teringat Baby-Benz putih yang di kendarai nyonya Aldo di dermaga nomor tujuh tempo hari. Sedangkan mobil yang baru saja melewati mereka rasanya mirip sekali dengan mobil wanita itu. Tetapi karena mobil tadi melajunya kelewat cepat, sehingga Ray tidak sempat melihat nomor platnya. Karena itu pula, dia tidak berani memastikan apakah mobil itu memang mobil nyonya Aldo atau bukan.
Dicky menancap gas sampai habis-habisan, tetapi biar bagaimana dia tidak sanggup mengejar mobil putih di depan itu, apalagi melewatinya. Mungkin pengaruh mesinnya juga. Mobil yang di kendarai oleh Dicky adalah jenis sedan yang kecil. Biar dia bermain sekuat tenaga. Di antara kedua mobil itu tetap saja dalam jarak tertentu .
Dicky seorang polisi yang masih muda. Otomatis perasaan egoisnya masih membara. Biar bagaimana dia tidak sudi mengalah begitu saja. Dia terus mengejar mobil putih di depannya.
Bahkan lampu merah pun di terjangnya terus. Sedangkan mobil putih di depan itu seperti sudah merasakan kalau ada yang mengejarnya. Oleh karena itu, pengemudi mobil itu tidak lagi memilih jalan yang lurus. Mobil itu menikung di setiap belokan yang di temuinya. Dalam sekejap mata mobil itu sudah memasuki wilayan tepi pantai. Tentu Dicky tidak sudi melepaskannya begitu saja. '.
Jalan raya di daerah tepi pantai sebetulnya lurus dan lebar. Tetapi anehnya, ketika Dicky mengejar sampai ke tempat itu, tiba-tiba saja mobil putih tadi hilang dari pandangannya.
Dicky melambatkan mobilnya. Dengan kesal dia berkata:
"Kemana mobil itu" Masa tenggelam ke laut?"
Ray memandangi lampu-lampu yang menyorot temaram sekitar daerah itu. Dia ingat tempat ini dermaga nomor tujuh yang pernah di datanginya bersama Tony. Dan di tempat ini pula dia pernah melihat mobil nyonya Aldo di parkir. Tapi dia tidak menceritakan apa-apa kepada Dicky.
Dicky membawa mobilnya berkeliling di sekitar tempat itu. Tapi dia tidak berhasil menemukan apaapa. Dia juga memperhatikan kapal pesiar "Misteri Hidup' yang bergerak-gerak di tengah lautan. Trotoar di tepi jalan juga tidak terlihat seorangpun. Di seberang jalan ada beberapa gedung bertingkat tinggi. Namun tidak ada gerakan yang mencurigakan sedikitpun.
Setelah berkeliling beberapa kali tanpa mendapatkan hasil apa-apa, akhirnya dengan kesal Dicky meninggalkan tempat itu.
Ray menyayangkan sekali hal ini. Seandainya tadi dia membawa mobilnya sendiri yang sudah di ubah sedemikian rupa, pasti dia akan berhasil mengejar mobil putih tadi. Mungkin malah dia akan menemukan jejak nyonya Aldo.
ketika sampai di rumah, waktu sudah menunjuk pukul dua lewat seperempat dini hari.
Tony masih belum tidur. Rupanya dia menunggu Ray dengan gelisah. Dia khawatir kalau Ray akan di tahan oleh pihak yang berwajib. Ketika Ray menceritakan apa yang di dengarnya dari petugas kepolisian tadi, Tony mengerutkan keningnya.
"Aku rasa tidak mungkin kalau kematian Niko hanya kecelakaan biasa. Dia pasti di bunuh dengan cara yang masih belum kita ketahui. Sedangkan bayangan hitam yang melarikan diri itu kemungkinan besar malah pembunuhnya." Kata Tony.
"Mungkin saja. Tetapi besok kita pasti mendapat kepastian dari pihak kepolisian. Aku justru curiga hal ini berkaitan dengan perkumpulan bunga Ros."
"Sebetulnva perkumpulan seperti apa yang di beri nama bunga Ros itu?"
"Besok kita harus menemui penyelidikan dari pihak Sarah. Pokoknya urusan ini harus di bereskan sampai jelas."
Malam itu, boleh di bilang mereka tidak dapat tidur dengan nyenyak. Sarah, perkumpulan bunga Ros, Niko dan lain-lainnya terus menggelayuti pikiran mereka. Bahkan sampai ayam berkokok.
*** DUA Pengusaha kaya Aldo mengkhawatirkan keselamatan istrinya. Karena itu, tengah malam itu pula dia menyenggangkan waktu untuk bertemu dengan Norman, si detektif swasta yang di sewanya.
Norman merasa pekerjaannya kali ini benarbenar tidak memuaskan. Dia menjadi tidak enak. Akhirnya dia menceritakan kisah pertemuannya dengan Ray dan apa yang mereka perbincangkan saat itu.
Tampaknya Aldo tidak begitu terkejut mendengar keterangannya.
'Dermaga nomor tujuh.... Hm, lagi-lagi si dukun perempuan itu yang membuat ulah!"
Demi menjaga nama baik profesinya, serta menambah kepercayaan kliennya yang istimewa ini, maka Norman sengaja berkata.
"Tuan Aldo, terus terang saja, saya curiga menghilangnya istri anda ada hubungannya dengan perkumpulan bunga Ros."
Tapi, sekali lagi sikap Aldo biasa-biasa saja. Wajahnya tidak menyiratkan perasaan terkejut sedikitpun. Hal ini benar benar di luar dugaan Norman.
Pengusaha kaya itu hanya menarik nafas panjang sambil berkata....
"Rasanya sudah waktunya bagiku untuk melaporkan hal ini kepada pihak yang berwajib."
"Lapor polisi?" Norman sampai tertegun mendengarnya.
"Betul. Sebetulnya sejak istriku melarikan diri, seharusnya aku sudah lapor kepada pihak yang berwajib. Tetapi tentunya kau dapat membayangkan akibatnya. Urusan inipasti akan tersebar luas. Apalagi pak Jeff sedang berlibur. Orang lainnya pasti tidak bisa menjaga rahasia. Apabila masalah ini sampai terdengar pihak wartawan, surat-surat kabar di kota ini pasti akan menjadikannya berita utama. Itulah sebabnya, aku memilih mengeluarkan uang sedikit dengan meminta bantuan anda untuk menyelesaikan hal ini. Namun, tampaknya sekarang persoalan ini sudah berubah semakin rumit. Mungkin istriku tidak dapat melepaskan diri lagi dari pengaruh dukun perempuan itu. Maka aku rasa, sebaiknya aku laporkan saja pada pihak yang berwajib."
"Kalau begitu"."
"Mengenai biaya anda yang harus kubayar, jangan khawatir. Aku tetap akan membayar penuh. Untuk sementara, harap anda jangan menyebarkan masalah ini di luaran. Apabila aku memerlukan bantuan anda, setiap waktu aku masih bisa menghubungi kantor anda."
"Baiklah, saya akan menantikan petunjuk dari anda."
Aldo membayar biaya yang harus di keluarkannya
Paranormal Karya Maria Fransiska di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepada Norman. Setelah itu dia meninggalkan rumah detektif itu.
Pada hari kedua, Aldo mengendarai mobil menuju dermaga nomor tujuh. Setelah itu dia naik motor boat menuju kapal pesiar 'Misteri Hidup'.
Saat itu, Sarah masih belum bangun tidur, sekretarisnya Bertha mengajak Aldo ke ruang tamu.
Ruang tamu terletak di kabin yang lain. Di dalam ruangan ini juga terhampar sehelai permadani berwarna merah. Ada bar, ada sofa, dekorasinya mengambil gaya barat. Berbeda jauh dengan ruangan yang di pakainya untuk meramal. Kalau ruangan kabin yang satu itu memberi kesan misterius pada tamutamunya.
Seorang diri Aldo di tinggalkan dalam ruangan tamu itu. Iseng-iseng dia meraih surat kabar yang ada di atas meja. Dan saat itu juga dia membaca berita kematian Niko. Setelah selesai membaca berita yang ada dalam surat kabar itu, perasaan Aldo menjadi tidak enak.
Tepat pada saat itu, dia mendengar suara seseorang di belakangnya. Sarah berjalan menghampirinya dari ruangan yang lain. Wanita itu masih mengenakan sehelai kimono.
"Tuan Aldo, kedatangan anda pada saat seperti ini apa tidak merasa terlalu pagi?" Tegurnya sinis.
Aldo langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Nona Sarah, kita tidak usah berbelit-belit lagi. Langsung saja pada pokok persoalannya, dimana istri saya?"
"Apakah pertanyaan anda itu tidak terlalu menyolok?"
"Nona Sarah, apabila anda terlalu mendesak, terpaksa saya melapor pada pihak yang berwajib!"
"Ha... ha... ha"!" Sarah tertawa terbahak-bahak sambil berjalan beberapa langkah. Wanita itu mengambil sebatang rokok kemudian di nyalakannya.
"Anda jangan keterlaluan." Bentak Aldo marah. "Mula-mulanya saya masih kurang yakin istriku akan datang kemari. Tetapi ada orang yang melihat mobilnya di parkirkan di dermaga nomor tujuh. Saya langsung tahu bahwa dia datang kemari mencarimu!"
"Betul. Memang dia pernah kemari menemuiku. Bahkan di depan petugas kepolisian, aku juga berani mengakuinya."
"Lalu, dimana dia sekarang?"
"Mana aku tahu?" Sahut Sarah seenaknya. "Dia kan hanya datang untuk meramal nasibnya."
"Meramal nasib?"
"Betul. Tuan Aldo, dari kartu ramalanku, dapat terlihat bahwa kehidupan perkawinan kalian mulai retak."
"Kau!" Hampir saja Aldo tidak dapat menahan kemarahan dalam hatinya. "Hei! Kau masih berani memamerkan segala tipuan ramalanmu itu" Padahal semua ini terjadi karena engkau!" Bentak Aldo tanpa sungkan-sungkan lagi.
"Apa yang kau katakan?"
"Apabila kau masih tidak bersedia menyerahkan istriku, terpaksa aku meminta bantuan polisi!"
"Tidak perlu membawa bawa nama polisi untuk menggertakku, polisi juga tidak mempunyai alasan yang kuat untuk menahan aku. Sahut Sarah tenang.
Aldo merasa bahwa wanita ini tidak dapat di hadapi dengan kekerasan, terpaksa dia menggunakan cara yang lembut. Dia berkata dengan nada memohon"
"Nona Sarah, aku mohon kepadamu, janganlah hancurkan kehidupan rumah tangga kami."
Wajah Sarah semakin kelam. dia menghembuskan asap rokoknya ke depan.
Boleh di bilang, begitu banyak orang yang pernah kutemui, hanya engkau yang paling merepotkan. Apabila istrimu tidak memohon kepadaku, tentu sejak semula aku sudah melancarkan ilmu gaibku untuk menghadapimu. Seharusnya kau tahu bahwa kutukanku sangat ampuh."
Aldo hanya meringkuk di tempat tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Terdengar Sarah berkata kembali.
"Scbetulnya, kau harus mengerti, maksudku baik, aku hanya ingin seluruh manusia di dunia ini merasakan kebahagiaan. Bahkan apa yang kudapatkan untuk diriku sendiri, sebetulnya terbatas sekali."
"Aku mengerti. Tapi aku termasuk orang yang berpengaruh di kalangan masyarakat. Aku tidak dapat masuk menjadi anggota perkumpulan kalian."
"Bicara soal pengaruh di kalangan masyarakat, aku dapat memberimu sebuah daftar nama dari anggota-anggota kami, kau boleh lihat sendiri bahwa
orang yang masuk dalam perkumpulan kami banyak yang lebih hebat dan berpengaruh daripadamu." Kata Sarah.
Aldo benar-benar kewalahan menghadapi wanita ini.
"Sekarang aku hanya ingin bertemu dengan istriku. Aku ingin tahu apakah keadaannya baik-baik saja" Soal lainnya dapat kita bicarakan kemudian hari."
"Kau tidak perlu khawatir. Tujuan perkumpulan kami hanya satu, membuat seluruh manusia di dunia ini merasakan kebahagiaan yang tiada tara. Kami tidak berminat membuat manusia jadi susah. Karena itu pula, keselamatannya terjamin penuh." _
Mendengar sampai disini, Aldo teringat ketika pertama kali dia mengajak istrinya menghadiri pesta perkumpulan bunga Ros ini. Memang dalam seumur hidupnya dia belum pernah merasakan kegairahan hidup sedemikian rupa. Hal itu merupakan pengalaman yang tidak terlupakan seumur hidup.
Karena itu pula, dalam keadaan yang bersemangat secara berlebihan, dia mengenalkan sahabat baiknya Niko untuk mengikuti pesta perkumpulan bunga Ros ini. Tidak di sangka-sangka malah Niko terbunuh tadi malam.
"Meskipun aku belum termasuk anggota resmi perkumpulan kalian, tetapi aku pernah mengenalkan beberapa orang teman ikut serta dalam pesta kalian itu. Sekarang yang ingin kuketahui justru mengenai sahabat baikku, Niko. Mengapa dia bisa mati mendadak?"
Sarah terkeiut setengah mati mendengar pertanyaannya.
"Apa yang kau katakan?"
Aldo menganggap Sarah baru saja bangun tidur, tentu dia belum membaca surat kabar pagi ini. Oleh karena itu, dia menceritakan dengan ringkas apa yang di bacanya dalam surat kabar tadi.
Wajah Sarah berubah hebat. Dia menggumam seorang diri....
"Mati keracunan" Di gigit oleh ular berbisa?"
Aldo tidak mengerti apa maksud Sarah, dia hanya berdiam diri saja. Sikap Sarah tiba-tiba berubah. Suaranya tidak sesinis tadi lagi.
"Tuan Aldo, harap kau pulang dulu ke rumah. Aku akan berusaha menasehati istrimu pulang secepatnya. Apabila kau berminat, kami menyambut dengan tangan terbuka kapan saja kau ingin masuk menjadi anggota perkumpulan kami."
Akhirnya Aldo berpamitan dengan wanita itu dengan perasaan apa boleh buat.
*** Ray yang mendapat julukan S.A atau Serba Ahli dari para sahabatnya pagi-pagi sudah mengajak murid kesayangannya, Tony datang ke dermaga nomor tujuh. Tujuannya ingin menunggu seseorang. Sejak tadi mereka duduk di dalam mobil Ray yang berwarna metalic.
Sejak membuktikan sendiri ramalan Sarah yang
jitu dan melihat kehebatannya ketika mengutuk para polisi di kantor polisi tempo hari, apalagi mengetahui adanya perkumpulan bernama bunga Ros serta kematian Niko, dia mulai curiga bahwa Sarah mempunyai rahasia yang tidak boleh di ketahui siapapun juga.
Ray bukan orang yang percaya dengan segala macam takhyul seperti meramal dengan kartu, tapi bagimana menjelaskan apa yang di alaminya tempo hari"
Berdasarkan watak Ray yang keras dan serba ingin tahu, dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk menyelidiki masalah ini sampai tuntas.
Justru ketika pikirannya sedang melayang-layang, sebuah motor boat melaju datang dan berhenti di tepian dermaga nomor tujuh. Seseorang turun dari motor boat tersebut. Orang ini justru Aldo yang memang sedang di tunggu-tunggu oleh Ray.
Ray segera berjalan ke samping mobil orang itu sambil menyapa.
'hai Aldo, pagi-pagi sudah meramal nasib?"
Aldo menatapnya sambil tertawa getir.
"Iya.... Kok kau juga tumben, pagi-pagi sudah disini?"
"Aku bukan datang untuk meramal, tetapi ingin menyodorkan Sedikit bantuan kepadamu untuk menemukan istrimu." Sahut Ray.
Wajah Aldo berubah kelam seketika. Dia tidak tahu apa yang harus di katakannya.
"Sebetulnya jalurmu memang tidak salah. Aku juga yakin istrimu di sembunyikan oleh Sarah. Hm" Seorang istri yang demikian cantik... Aku nasehati
agar kau lebih berhati-hati sedikit. Mengapa kau tidak melaporkan urusan ini kepada pihak yang berwajib saja?"
Aldo sudah lama mendengar tentang watak Ray. Meskipun cara bicaranya kadang-kadang terlalu blakblakan, tetapi dia seorang laki-laki yang berhati mulia. Kenyataannya, siapa yang tidak kenal Ray di kota ini"
Namanya bahkan lebih terkenal dari pengusaha terkaya sekalipun. Bahkan ada sahabatnya yang mengolok-olok bahwa lebih sulit mencari Ray daripada mencari seorang menteri.
Tetapi satu hal yang membuat Aldo ragu, mungkin saat ini Sarah atau anak buahnya sedang mengintai gerak-geriknya. Apabila mereka mengetahui bahwa dia berbicara dengan Ray tentang masalah ini, mungkin mereka malah tidak bersedia melepaskan istrinya.
Karena berpikiran demikian, Aldo tidak melayani Ray lagi. Dia langsung naik ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu dengan tergesa-gesa.
Ray seakan kena batunya, akhirnya dia kembali ke mobilnya sendiri.
"Bagaimana?" Tanya Tony.
Ray menyahut dengan kemalas-malasan.
"Tampaknya dia mempunyai kesulitan tersendiri sehingga tidak berani banyak bicara."
"Membunuh orang dengan ular berbisa, tentu saja semua orang menjadi ngeri. Tapi biar bagaimana aku tetap tidak percaya kalau ini di lakukan dengan ilmu gaib." Kata Tony.
"Aku pasti akan menyelidiki latar belakang kehidupan wanita itu. Ton, kau tunggu disini. Aku akan
naik sekali lagi ke atas 'Misteri' Hidup'."
Tony agak khawatir mendengar kata-katanya.
"Ray, sebaiknya kau berhati-hati. Aku selalu merasa bahwa di sekitar tempat ini telah di pasang perangkap untuk menjebak kita."
"Kalau tidak masuk goa harimau, mana bisa mendapatkan kulitnya" Tony, kau sendiri juga harus berhati-hati. Aku bisa bergerak melihat perkembangannya."
Ray langsung berjalan menuju tepi pantai. Baru saja dia sampai disana, laki-laki pemilik motor boat sudah menegurnya.
"Tuan, mau naik motor boat?"
"Betul. Aku ingin menuju kapal pesiar "Misteri Hidup"."
Saat ini laki-laki itu baru mendongakkan kepalanya. Dia tersentak juga melihat Ray. Bibirnya langsung tertawa getir.
"Rupanya Tuan ini lagi. Jangan bercanda lagi. Hari itu karena kau tidak menepati janji dan membohongi aku, akibatnya aku kena di maki-maki oleh nona Sarah. Kali ini aku tidak akan tertipu lagi." '
Ray tersenyum simpul. "Rupanya kau menurut sekali apa yang di katakan Sarah. Masa demi seorang perempuan, bisnis pun di batalkan?" Sikap Ray seperti sedang mengejek dirinya.
Laki-laki itu tampaknya agak marah mendengar sindiran Ray.
"Jangan main-main. Aku kerja keras juga demi uang .Perlu Tuan ketahui, motor boat ini sudah di kontrak oleh nona Sarah. Setiap bulan dia memberi-."
kan imbalan yang lebih dari semestinya. Tentu saja aku tidak boleh membantah apapun yang. di katakannya."
Di tempat itu hanya ada satu motor boat ini. Dengan perasaan apa boleh buat, Ray kembali ke mobilnya sendiri.
Ketika Tony tahu laki-laki itu menolak mengantarkan Ray ke 'Misteri Hidup', dia segera memberi usul kepada Ray.
"Ray, gunakan saja mobil ini untuk melintasi laut menuju kapal pesiar itu. Kita kan sudah mengubahnya sedemikian rupa sehingga dapat berjalan di atas air."
Ray menggelengkan kepalanya.
'Tidak! Kalau bukan dalam keadaan terpaksa, aku tidak akan menggunakannya di atas air. Hal ini bisa mengejutkan orang-orang di sekitar sini."
Tiba-tiba Tony berkata dengan suara berbisik.
"Ray, di dekat sini ada orang yang sedang memperhatikan kita."
Ray ingat mereka pernah mendapat serangan gelap di tempat ini. Oleh karena itu, dia segera menjulurkan kepalanya dan mengedarkan pandangannya ke sekitar.
"Salah satu jendela di gedung itu, tadi aku melihat tirainya di singkapkan oleh seseorang." Kata Tony sambil menunjuk ke arah salah satu gedung di seberang jalan.
Rupanya ketika Ray bercakap-cakap dengan tukang perahu tadi, secara diam-diam Tony sudah memperhatikan keadaan di sekitar itu Ray segera mendongakkan kepalanya memperhatikan gedung yang "
dt katakan oleh Tony tadi. Tetapi semua jendela tertutup rapat. Tidak terlihat sesuatu yang mencurigakan.
Baru saja Ray menyurutkan kepalanya kembali, tidak di sangka sangka dalam saat yang sekejap mata itu, tiba tiba segurat cahaya merah melintas di depan matanya.
"Ray, hati hati!" Teriak Tony dengan gugup.
Reaksi Ray cepat sekali. Dengan gerakan kilat dia menyurutkan kepalanya ke dalam mobil dan sekaligus menaikkan kaca mobil tersebut.
Tepat pada saat itu terdenger suara Cepp!!, cahaya merah tadi membentur jendela kaca. Sebatang panah berwarna merah sepanjang delapan senti terpental kemudian jatuh dan menancap dengan keras ke dalam tanah. Seandainya mobil Aldo bukan rancangan khusus. Akibatnya sungguh tidak berani di bayangkan.
Ray mendongakkan wajahnya dan menatap lewat kaca mobil. Tony menggeram marah.
"Sungguh perbuatan yang keji. Pasti orang yang di balik tirai berwarna abu-abu itu. Ray, kau lindungi aku, biar aku naik ke atas sana untuk memeriksa."
Ray memperhatikan tirai berwarna abu-abu itu.
"Percuma! Kita toh bukan polisi, kita tidak mempunyai surat resmi, mana boleh menggeledah rumah orang seenaknya. Malah bisa-bisa kita mendapatkan kesulitan. Jangan emosi. Sebaiknya kau jalankan mobil perlahan-lahan. Perhatikan daerah sekitar. Aku ingin mengambil panah kecil itu."
Tony terpaksa menghidupkan mesin mobil dan menjalankannya perlaha lahan. Dia menuju ke tem
pat dimana anak panah kecil tadi menancap di atas tanah. Ray membuka pintu mobil dan membungkukkan tubuhnya untuk mengambil anak panah itu.
Tetapi rupanya anak panah tersebut menancap hampir seluruhnya ke dalam tanah. Apabila Ray memaksa menariknya. pasti ujung panah itu akan patah .Anak panah itu seperti senjata yang biasa di gunakan suku Indian. Ujung atasnya terdapat bulu berwarna merah.
Demi mendapatkan anak panah itu secara utuh. Terpaksa Ray mengeluarkan sebuah pisau kecil dan mengorek tanah di sekelilingnya dengan hati-hati. Sedangkan Tony terus memperhatikan gerak-gerik tirai-tirai di atas gedung tersebut. Tetapi sampai Ray berhasil mencabut keluar seluruh panah itu, tidak ada seorangpun yang menampakkan dirinya.
Ray melihat bagian bawah panah itu berwarna biru kehijau-hijauan. Tajamnya jangan di tanyakan lagi. Tony bermaksud merabanya, tetapi segera di cegah oleh Ray.
"Kau tidak lihat warnanya yang aneh. Mungkin bagian yang runcing dari panah ini telah di lumuri sejenis racun yang keji. Hati-hati. Tadi apabila aku tidak cepat-cepat menghindarinya, sekarang mungkin aku sudah tergeletak mati."
"Entah bagaimana caranya meluncurkan panah seperti ini" Ternyata bisa demikian tepat mencapai sasarannya." Kata Tony sembari termenung lesu.
'Mungkin dengan cara seperti yang biasa di lakukan oleh suku pedalaman. Setahuku, di Afrika dan Philipina masih banyak orang yang mahir menggunakan senjata sejenis ini. Mereka menggunakan sebuah
sempritan kemudian meniupnya keras-keras ke arah lawan."
"Siapa mereka itu?"
"Aku curiga kemungkinan besar orang-orang dari perkumpulan bunga Ros."
Tony menggertakkan giginya erat-erat. Kemarahannya benar-benar menyesakkan dadanya.
"Ray, sebaiknya aku pergi ke gedung itu untuk memeriksanya sampai jelas."
"Ton, berkali-kali aku sudah mengatakan. Jangan mengikuti emosi saja. Sekarang kita tinggalkan dulu tempat ini."
"Pergi dari sini?" Tanya Tony sambil mendelikkan matanya lebar-lebar seakan tidak mengerti apa kemauan Ray sebenarnya.
"Betul. Aku pasti akan menyelidiki masalah ini sampai tuntas. Aku sudah mempunyai gambaran tentang apa yang harus kita lakukan mula-mula. Tetapi sekarang kita harus meninggalkan tempat ini." Kata Ray dengan wajah serius dan tegas.
Tony tidak berani membantah lagi. Dia segera menjalankan mobil itu.
"Kemudikan mobil menuju tikungan jalan yang agak terhalang. Kita harus menemukan tempat yang strategis untuk mengintai daerah sekitar ini." Kata Ray kemudian:
Tony mengiakan. Tapi, tepat pada saat itu, sebuah mobil yang mewah melintas di samping mereka. Nomor plat mobil itu S 444, jenisnya Baby-Benz. Sedangkan di dalam mobil terdapat seorang wanita.
"Ikuti dia!" Teriak Ray merubah rencananya semula.
"Tony menancap gas. Mobil Ray yang sudah di rancang dengan istimewa melesat ke depan bagai terbang. Mereka mengejar mobil Baby-Benz tadi. Tetapi, pada saat itu juga, sebuah mobil berwarna hitam ternyata melebihi kecepatan mereka dan melesat di samping mobil Ray. Mobil hitam itu agaknya juga sedang mengejar Baby-benz putih tadi.
Mobil Ray mengikuti kedua mobil di depan yang warnanya satu hitam, satu putih. Sembari mengemudikan mobil, Tony bertanya....
"Ada apa sebetulnya" Di daerah seperti ini kedua mobil itu ngebut secara gila'gilaan. Aku rasa urusannya agak kurang beres."
"Aku ingat mobil putih yang bernomor plat S 444 itu mobil Aldo. Mungkin juga merupakan mobil yang aku dan Dicky kejar tadi malam. Tetapi tiba-tiba mobil itu menghilang di daerah dermaga nomor tujuh. Sekarang mobil itu muncul lagi dari daerah ini. Aku yakin di sekitar tempat ini ada suatu tempat rahasia untuk menyembunyikan mobil itu. Setelah mengetahui bahwa kita sudah meninggalkan tempat tersebut, dia baru mengeluarkan mobil itu. Sedangkan mobil berwarna hitam itu mungkin milik Norman."
"Norman" Detektif swasta itu?"
"Betul. Norman kan mendapat tugas dari Aldo untuk mencari istrinya. Dia berusaha menemukan jejak wanita itu. Sedangkan aku pernah memberitahukan kepadanya bahwa kita pernah melihat wanita itu di sekitar dermaga nomor tujuh. Mungkin sejak pagi-pagi sekali dia sudah bersembunyi di sekitar tempat ini. Begitu melihat nyonya Aldo muncul dengan mobilnya, dia langsung menguntit dari belakang.
Mungkin dia juga tidak menyangka bahwa masih ada kita yang menguntit ekor mereka."
Tetapi, baru saja Ray menghentikan kata-katanya. Tiba-tiba mobil hitam tadi menambah kecepatannya dan dalam sekejap mata sudah melewati mobil putih di depannya.
Ternyata di dalam Baby-Benz putih memang nyonya Aldo yang mengemudi. Mungkin dia tidak menyangka akan menemui kejadian seperti ini. Sampai saat mobil hitam di depannya berhenti dengan mendadak, dia baru tersentak sadar. Secepat kilat dia menancap rem mobilnya agar jangan sampai terbentur mobil hitam di depannya.
Tony juga menghentikan mobil pada jarak yang agak jauh. Dia dan Ray mengintai apa yang akan di lakukan orang dari mobil hitam yang di duganya Norman itu.
Mereka melihat dua orang laki-laki bertubuh kekar keluar dari mobil hitam itu. Kedua laki-laki itu meloncat masuk ke dalam mobil nyonya Aldo kemudian menodong lehernya dengan sebilah pisau kecil.
Mobil hitam yang menghadang di depan mulai di jalankan. Sedangkan mobil putih yang di belakang mengikuti dengan ketat. Tetapi, yang mengemudi sekarang bukan lagi nyonya Aldo, tetapi salah satu dari lelaki kekar yang menodongnya tadi.
Menyaksikan apa yang terjadi di depan mata mereka, baik Ray maupun Tony jadi terpana.
Kedua mobil berwarna hitam dan putih itu akhirnya masuk ke dalam sebuah gedung tempat parkir mobil yang luas sekali.
Ray dan Tony menghentikan mobilnya di tepi jalan seberang gedung tersebut. Di depan ataupun belakang mobil mereka memang juga termasuk pelataran parkir. Jadi mereka dapat mengintai dengan leluasa.
Tetapi aneh! Dalam sekejap mata saja kedua mobil yang di kemudikan ke dalam gedung itu sudah tidak kelihatan lagi!
Ray merenung sejenak, kemudian dia menyuruh Tony mengemudikan mobilnya mengitari bagian belakang gedung itu, Ternyata di bagian belakang gedung itu terdapat sebuah tanah kosong yang luas. Disana terparkir banyak mobil. Sekelilingnya di tutupi dengan pagar kawat. Mobil putih yang di kendarai nyonya Aldo justru di parkir di tempat itu.
Tony berdiri di samping Ray. Dengan perasaan terkejut dia berkata....
"Rupanya disini merupakan tempat penyimpanan mobil-mobil curian."
Ray menggelengkan kepalanya.
"Aku rasa bukan komplotan pencuri mobil. Di jalan raya terdapat berbagai jenis mobil mewah, mereka tidak mungkin berani mengambil resiko demikian besar dengan menghentikan mobil di tengah jalan dan merampoknya dengan cara demikian."
Tepat pada saat itu, tiba-tiba Ray menarik tangan Tony dan di tariknya agar membungkuk di balik sebuah mobil. Mereka melihat dari sebuah pondok yang terletak di sudut tanah kosong itu, keluar dua orang
laki-laki bertubuh kekar. Tangan mereka masing-masing membawa sebuah kantong. Mereka menghampiri mobil putih yang di kendarai nyonya Aldo lalu secepat kilat mengganti plat nomornya. Setelah itu mengeluarkan cat semprot dari kantong yang mereka bawa serta menyemprot mobil putih tadi. Seluruh tubuh mobil itu di semprot sehingga rata. Mobil putih dalam sekejap saja sudah berubah menjadi hitam warnanya.
Melihat keadaan ini. Ray segera berbisik kepada Tony.
"Kau tetap disini dan perhatikan gerak-gerik mereka. Aku akan menelpon sebentar."
Dengan mengendap-endap, Ray lari ke seberang jalan dimana terdapat sebuah telepon umum. Dia memutar nomor rumah Aldo.
Ternyata Aldo sendiri yang mengangkat teleponn a.
"Tuan Aldo, saya Ray." Kata Ray langsung setelah mengenali suara orang itu.
"Ray?" Nada suara Aldo seperti orang yang terkejut.
"Mengenai istri anda, apa hasil pembicaraan anda dan Sarah?" Tanya Ray to the point.
"Aku tidak mengerti maksud anda."
Ray agak kesal juga melihat sikap laki-laki itu.
"Urusan ini sudah berkembang sampai sedemikian rupa, apa lagi yang hendak anda tutupi" Aku hanya bermaksud baik, apakah Sarah sudah menjanjikan bahwa dia akan melepaskan istrimu?"
"Be... betul...." Sahut Aldo tergagap-gagap
"lstrimu memang dalam perjalanan pulang ke rumah, tetapi sayangnya di tengah jalan dirusak lagi oleh sekelompok orang."
"Betul" Si.... Siapa mereka?"
"Aku juga tidak jelas. Tetapi kami tadi melihat sebuah Baby-Benz putih dengan nomor plat S 444 di cegat oleh orang-orang bermobil hitam. Istri anda di todong dengan pisau dan mobilnya di bawa ke sebuah garasi besar."
"Garasi besar" Dimana itu"'.
"Sebuah tanah kosong. Gedung 'Tiga Naga', tapi di bagian belakangnya. Sedangkan mobil anda itu sudah mereka ganti warnanya menjadi hitam." Sahut Ray menerangkan.
Aldo hanya mengucapkan terima kasih sekali kemudian memutuskan hubungan telepon dengan tergesa gesa.
Ray kembali lagi ke deretan mobil tadi. Baru saja Tony ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba mereka melihat seseorang sudah masuk ke dalam mobil nyonya Aldo yang sudah berganti warna dan pergi dari tempat tersebut.
"Bagaimana sekarang?" Tanya Tony.
"Dimana nyonya Aldo?" Ray malah bertanya kepada Tony.
"Mungkin masih di dalam pondok itu. Sejak tadi masih belum kelihatan."
Mobil putih yang di ganti dengan warna hitam itu sudah di bawa pergi lewat pintu depan gedung.
"Asal nyonya Aldo masih ada di dalam pondok itu, untuk sementara kita tidak usah perdulikan soal mobilnya."
"Siapa yang kau telepon barusan?" Tanya Tony.
"Aldo .Mungkin sebentar lagi akan terlihat tontonan yang menarik. Kita bergerak mengikuti perkembangannya saja."
Tetapi tidak di sangka-sangka, beberapa saat kemudian, ada beberapa mobil polisi yang berhenti di tempat itu. Mobil-mobil itu mengepung sekitar daerah itu, tapi sirinenya tidak di nyalakan.
Dari dalam mobil turun beberapa polisi. Ada beberapa yang mengenakan seragam tentara. Sedangkan yang lainnya seperti polisi preman. Mungkinkah Aldo yang melapor pada pihak yang berwajib"
Ray merasa heran. Mengapa begitu banyak polisi, tetapi tidak ada satupun yang di kenalnya" Apakah mereka merupakan orang orang baru" Ray tidak ingin membiarkan pikirannya menerawang lebih jauh.
Tampak salah seorang dari petugas itu mengeluarkan selembar kertas sebagai ijin menggeledah. Orang-orang yang ada dalam pelataran parkir itu tidak berani membantah. Mereka membiarkan polisi itu berbuat sesuka hatinya.
Tetapi, aneh juga boleh di bilang. setelah menggeledah sekian lama, mereka tidak mendapatkan hasil apa-apa. Mobil yang sudah di ubah tadi memang sudah meninggalkan tempat itu. Tetapi dimana nyonya Aldo"
Ray dan Tony mengintai dari balik deretan mobil. Mereka merasa tercengang melihat peristiwa ini. Terdengar Tony seperti menggumam seorang diri....
"Nyonya Aldo toh belum meninggalkan pondok itu. Tapi para polisi ini..."
Belum lagi ucapan Tony selesai, Ray sudah menukas. Ton. mereka bukan petugas dari kepolisian"
Tony jadi tertegun sesaat.
'Apa yang kau maksudkan?"
"Aku bilang mereka bukan petugas dari kepolisian. Kau perhatikan baik-baik! Mobil polisi biasanya di cetak langsung pada tubuh mobil gambar lambang seperti burung. Tetapi yang mereka gunakan kentara sekali hanya stiker tempelan saja."
Saat itu Tony baru memperhatikan apa yang di katakan Ray.
"Ternyata orang-orang itu menyamar sebagai polisi!" Sahutnya terkejut.
"Kalau di tilik dari keadaannya, mungkin samar. ini ada hubungannya dengan perkumpulan bunga Ros. Mungkin Aldo memberitahukan masalah yang di hadapi istrinya kepada dukun perempuan Sarah itu. Ton, ini merupakan kesempatan yang baik bagi kita untuk menyelidiki latar belakang kehidupan Sarah. Cepat, sebelum orang-orang itu keluar, sembunyilah di dalam bagasi mobil mereka."
Secepat kilat kedua orang itu menyelinap ke dalam bagasi mobil polisi gadungan itu. Komplotan orang-orang itu tidak mendapatkan hasil apa-apa dari gedung 'Tiga Naga', akhirnya mereka naik ke mobil masing-masing dan meninggalkan tempat itu.
Tentu saja mereka tidak tahu bahwa di bagian bagasi dari antara dua mobil itu bersembunyi Ray dan Tony.
Ternyata rombongan mobil itu memang tidak di kemudikan menuju kantor polisi. Arah yang mereka ambil justru daerah tepi pantai dan terakhir berhenti di depan sebuah gudang dekat dermaga nomor tujuh.
Ray dan Tony masing-masing bersembunyi di bagian bagasi mobil yang berlainan. Mereka memang tidak dapat melihat keadaan di luar. Tetapi dapat mendengar jelas suar-a pembicaraan orang-orang itu.
'Bagaimana kalian bisa pulang dengan tangan kosong'" Terdengar suara bentakan yang dapat di pastikan keluar dari mulut Sarah
'Kami sudah menggeledah semuanya. Bukan saja kami tidak berhasil menemukan mobil itu, bahkan bayangan nyonya Aldo pun tidak kelihatan ' Sahut salah seorang laki-laki.
Tapi, terang-terangan Aldo memberitahu kepadaku bahwa tempatnya di belakang gedung 'Tiga Naga' yang terletak di timur jalan."
'Tidak salah. Disana memang ada sebuh gedung yang di sebut gedung 'Tiga Naga'. Sedangkan di bagian belakangnya juga terdapat tanah kosong yang terparkir berbagai jenis mobil. Di sudut tanah kosong itu juga ada sebuah pondok Tetapi di dalamnya hanya terdapat berbagai macam barang yang serabutan. Seperti sebuah gudang penyimpanan barang yang tidak terpakai lagi."
"Mungkinkah nyonya Aldo di sembunyikan dalam gudang itu"'
'Tidak mungkin. Kami sudah memeriksanya dengan teliti."
"Kalau demikian, satu-satunya penjelasan yang dapat kita simpulkan, manusia bernama Ray itu se
ngaja mempermainkan Aldo. Entah apa maksudnya" Apakah dia sudah mencurigai sesuatu hal?" Sarah seperti menggumam seorang diri. Kemudian terdengar dia berkata dengan nada marah. "Hm" Aku akan memberi pelajaran kepadanya, biar tahu gawatnya masalah ini sehingga tidak berani ikut campur lagi."
Mendengar sampai disini, tanpa terasa tubuh Ray bergetar. Dia ingat kejadian yang disaksikannya sendiri di kantor polisi. Benar-benar seorang dukun yang hebat! Pikirnya dalam hati. Tapi, biar bagaimanapun Ray yakin bahwa apa yang terjadi tempo hari pasti bukan ilmu gaib, pasti ada suatu rahasia yang belum dapat di ungkapkannya sekarang.
Sementara itu, Tony merasa dadanya sesak sekali. Hampir saja dia tidak dapat bernafas. Karena itu, perlahan-lahan dia membuka kap mobil itu. Tidak di sangka, perbuatannya ini malah menimbulkan sedikit suara. _
Hati Tony tercekat. Dia tahu jejaknya sudah ketahuan oleh pihak lawan. Terpaksa dengan memberanikan diri dia meloncat turun dari bagasi mobil tersebut.
Salah seorang laki-laki bertubuh kekar segera menudingnya sambil berteriak.
"Dia Tony, hati-hati!"
Beberapa laki-laki segera mengambil sikap mengepungnya. Sarah segera mengeluarkan perintah.
"Tangkap dia!" Beberapa laki-laki kekar itu langsung maju perlahan-lahan menghampirinya. Tony melirik sekilas kepada para laki-laki itu. Dia sadar tidak ada gunanya
melawan orang sebanyak itu. Dia toh bukan Rambo yang dapat melawan ratusan orang tanpa mengalami luka sedikitpun. Karena itu dia berteriak sekeras kerasnya.
" Tunggu dulu!"
Orang orang yang mengepungnya jadi termangu mangu.
"Tujuanku kemari bukan untuk berkelahi. Mengapa kalian mengambil tindakan seperti ini?"
Sarah berteriak lagi.... "Tidak usah dengar ocehannya, yang penting ringkus dulu orang itu!"
lalu-laki yang mengepung Tony tidak berani membantah. Mereka segera mengambil ancang ancang untuk menyerang orang itu. Tony tidak berani bergerak lamban. Tangan dan kakinya langsung melancarkan jurus secara serabutan. Sebetulnya, soal berkelahi, Tony cukup ahli. Pada dasarnya dulu dia memang seorang anak jalanan yang kerjanya berkelahi setiap hari. Kemudian di ajak pulang oleh Ray dan di bimbing menjadi orang baik-baik.
Dalam sekejap mata dia sudah merubuhkan beberapa orang lawannya. Apalagi sekarang dia sudah melepaskan ikat pinggangnya. Dan lambang ikat pinggang yang terbuat dari besi di sapukannya ke kiri dan kanan. Lumayan juga apabila tersampok besi ikat pinggang itu. Hal inilah yang membuat lawan-lawannya bimbang menyerangnya.
Tiba tiba terlihat Sarah merangkapkan tangannya. Sambil berkomat-kamit dengan mata terpejam.
Sementara itu, Ray baru mengintip dari celah bagasi mobil lainnya, dia yakin Tony tidak akan sang
gup melawan orang sebanyak itu dan bermaksud ke luar memberikan bantuan. Tanpa di sengaja dia sempat melihat tingkah Sarah yang aneh itu.
Ray tertegun di dalam bagasi mobil. Belum lagi sempat dia berpikir apa yang harus di lakukannya, tiba tiba dia mendengar Tony menjerit histeris. Kemudian sahabatnya itu rubuh terjungkal di atas tanah.
Meskipun selama ini Ray selalu mencurigai kesaktian Sarah, tetapi dia benar-benar di buat bingung oleh peristiwa yang terjadi di depan matanya ini. Dia sendiri memandang sampai terkesima.
Beberapa anak buah Sarah langsung menghampiri Tony dan mengikatnya erat-erat. Tepat pada saat itu juga, Sarah membuka kembali matanya. Tetapi pandangannya bukan di arahkan kepada Tony. namun bagasi mobil dimana Ray bersemburyi.
Hati Ray berdebar-debar karena ada kemungkinan jejaknya telah di ketahui oleh Sarah. Ternyata memang benar. Terdengar Sarah berkata dengan nada yang sinis.
"Tuan Ray, buat apa mengendap-mudap seperti maling" Keluarlah!"
Para anak buah Sarah segera mengepung bagasi mobil dimana Ray bersembunyi. Dalam keadaan terpaksa. Dengan perasaan apa boleh buat Ray keluar juga dari tempat persembunyiannya.
"Tuan Ray, mengapa kau melakukan semua ini?"
"Karena rasa ingin tahu yang besar." Sahut Ray seenaknya.
"Hanya karena ingin tahu" Mengapa tadi kau harus mempermainkan tuan Aldo"' Sarah mengajukan pertanyaannya.
"Tidak. Meskipun saya ini termasuk orang yang usil. Tapi saya tidak pernah main main. Saya sama sekali tidak membohongi tuan Aldo. Saya bukan manusia seperti itu. Kenyataannya nyonya Aldo memang di culik sekelompok orang dan di bawa ke pondok di dekat gedung "Tiga Naga".
"Tapi, kenyataannya kami tidak menemukannya."
"Anak buahmu semuanya benar-benar gentong nasi. Meskipun mobil Aldo sudah di rubah warnanya dan di bawa pergi, tetapi nyonya Aldo belum pernah meninggalkan tempat itu. Tony yang menjadi saksinya. Sejak awal hingga akhir dia terus mengawasi tempat itu".
Sarah melirik sinis kepada beberapa anak buahnya.
"Tuan Ray, sebetulnya anda berada di pihak yang mana?" Tanyanya kemudian.
Diam-diam Ray berpikir dalam hati.
Ini merupakan kans yang baik untuk memahami dan mengetahui apa sebetulnya perkumpulan bunga Ros. Aku harus menggenggam kesempatan ini baik baik....
Ray menatap Sarah dengan tajam. Ketampanannya sempat membuat Sarah memandangnya dengan terkesima. Dia berdiri di tempatnya dengan termangu-mangu.
Ray masih memperhatikan Sarah dengan sorot mata yang mengandung rahasia.
"Siapa yang memberikan keuntungan kepada saya, dialah yang akan saya bantu."
"Baiklah, kita boleh merundingkannya." Sahut
Sarah tanpa berpikir panjang lagi.
Ray berjalan menghampirinya. Sarah duduk di atas sebuah peti kayu. Sedangkan para anak buahnya mengambil posisi berbaris di belakang seakan melindungi majikannya.
"Bagaimana kau bisa mengetahui bahwa nyonya Aldo di culik oleh sekelompok orang?"
"Tentu saja aku mengikuti mereka".
"Seperti sekarang ini?"
"Tidak. Saya menggunakan mobil sendiri. Ketika saya melihat mereka membawa nyonya Aldo ke bagian belakang gedung 'Tiga Naga" dan mengganti plat nomor serta warna mobilnya, saya segera berlari ke telepon umum terdekat untuk memberitahukan hal ini kepada tuan Aldo."
"Tampaknya anda benar-benar mempunyai sedikit keahlian. Tetapi bagaimana kau bisa bersambunyi di dalam mobil kami?"
"Karena aku menemukan titik kelemahan kalian. Saya yakin mereka bukan polisi yang sebenarnya. Sejak semula saya kan sudah mengatakan bahwa saya melakukan semuanya karena rasa ingin tahu yang besar."
Sarah merenung sejenak. "Mengapa hari ini kau terus mengintai gerakgerik kami?" Tanyanya kemudian.
"Tadi malam ada seseorang yang mengajak kami masuk menjadi anggota perkumpulan bunga Ros kalian."
"Oh ya" Siapa?"
"Niko."
Paranormal Karya Maria Fransiska di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wajah Sarah iadi kelam seketika.
'Kau kenal dengan Niko?"
"Betul. Kami malah termasuk sahabat. Orangnya periang, optimis. Tidak pernah melihatnya gundah atau di landa kesusahan. Saya menyukai orang seperti itu. Hanya saja saya tidak mengerti, mengapa kalian harus membunuhnya?"
"Apa yang kau katakan?"
"Saya tidak mengerti mengapa kalian harus membunuh Niko?" Ray mengulangi pertanyaannya sekali lagi.
Wajah Sarah berubah jadi serius.
"Kami tidak membunuhnya. Tentunya kau juga sudah membaca surat kabar pagi ini, bukan" Dia mati karena di gigit ular berbisa."
"Apa bukan salah satu dari ilmu gaib anda yang melakukannya?" Tanya Ray sengaja.
"Tidak! Aku tidak akan menggunakan cara demikian untuk membunuh seseorang. Lagipula, aku boleh katakan secara terus terang kepadamu. Aku sendiri juga sedang menyelidiki masalah ini. Karena Niko termasuk salah satu agen andalan kami. Maksudku. dia banyak menarik tamu kelas elite untuk masuk menjadi anggota kami."
Tiba-tiba Ray teringat akan sesuatu. Dia mengeluarkan tangannya dan merogoh kantong celananya, tetapi tiba-tiba seorang laki-laki yang berdiri di belakang Sarah membentaknya.
"Jangan bergerak!"
Ray mengembangkan senyuman dengan terpaksa.
'Saya sendiri sudah mempunyai salah paham yang cukup besar kepada kalian. Tidak di sangka kecurigaan kalian lebih dalam lagi terhadap saya."
"Apa maksudmu?" Tanya Sarah.
"Saya hanya ingin menunjukkan sesuatu kepada kalian. Benda ini di serahkan oleh Niko sebelum kematiannya."
"Benda apa?" Ray mengeluarkan selembar kertas karton yang di cetak dengan warna mengkilap.
"Sebelum kematiannya, Niko menyerahkan benda ini kepada saya, dia tidak mengatakan apa-apa. Tetapi saya mempunyai alasan untuk menduga bahwa kematiannya karena di bunuh. Karena itu pula, saya berjanji akan menemukan siapa pembunuhnya."
"Kalau begitu, memang telah terjadi salah paham di antara kita. Dan rupanya kau telah salah sasaran."
Ray menyodorkan kertas itu kepada Bertha yang di sampingnya. Wanita itu menyambutnva dan memeriksanya dengan teliti. Ray tidak tahu bagaimana cara wanita itu membedakan asli atau palsunya benda tersebut. Pokoknya, dia memeriksa dengan cara yang prof, kemudian baru menyerahkannya kepada Sarah.
Sarah melirik sekilas kepada sekretarisnya itu. Bertha menganggukkan kepalanya. Ray tidak mengerti apa maksud isyarat mereka. Dia masih menunggu reaksi mereka. Tetapi, biar bagaimanapun, dia tetap akan masuk ke dalam perkumpulan bunga Ros mereka untuk mengetahui Semua rahasianya. Juga keahlian Sarah. Benarkah dia dapat mengetahui masa lalu maupun masa depan seseorang dari seperangkat kartunya nja" Mencari tahu suatu urusan sampai dasarnya, merupakan watak Ray yang sulit di dihapus .
"Kartu ini memang milik Niko. Berarti kau memang tidak berdusta...." Sarah merenung sejenak. "Namun, apabila kau ingin masuk ke dalam perkumpulan kami, tentu saja tidak begitu mudah."
"Dulu saya sering mendengar Niko menceritakan bahwa perkumpulan bunga Ros dapat memberikan kebahagiaan hidup yang tiada taranya. Aku hanya ingin mencobanya. Tidak ada maksud lain." Sahut Ray.
"Tapi, identitasmu tidak sama dengan orang lainnya. Kami tidak dapat mempercayaimu begitu saja."
"Apakah ini berani kau menolak saya secara terus terang?"
'Belum tentu. Kecuali kalau anda bersedia bekerja sedikit bagi kami. Sebagai bukti ketulusan hatimu. Apabila kau menolak, maaf saja, kami pasti akan menolakmu."
Ketika berbicara dengan Ray, kata-kata Sarah terhitung sopan dan ramah. Tetapi sepasang matanya menatap Ray dengan tajam. Entah hal ini di sengaja atau tidak.
Diam-diam Ray berpikir dalam hati.
Kalau di tilik dari keadaannya, apabila aku ingin menyelusup ke dalam perkumpulan mereka sebetulnya bukan hal yang sulit.
Oleh karena itu, Ray bertanya.
"Apa yang harus saya lakukan bagi kalian?"
"Tentunya kau juga menyadari, bahwa saat ini ada sekelompok orang yang sengaja mencari masalah dengan pihak kami"."
"Maksudmu, orang-orang dari gedung 'Tiga Naga "''
"Betul tapi kami belum tahu asal usul mereka!
"Saya bisa menyelidikinya."
Sarah berpikir sesaat. "Seandainya kau bisa menyelamatkan nyonya Aldo dan mengantarnya kembali kesini dalam keadaan segar bugar. Sudah tentu kepercayaan kami akan bertambah padamu."
"Berikan sedikit waktu kepada saya."
"Kau boleh tinggalkan tempat ini secepatnya. Lakukan tugasmu dengan sebaik baiknya. Tetapi kau harus meninggalkan murid kesayanganmu sebagai jaminan."
Wajah Ray langsung menyiratkan perasaan kurang senang.
"Anda terlalu tidak percaya kepada saya. Sebetulnya, kalau saya bermaksud melarikan diri, sejak tadi saya sudah pergi dari sini. Kalau anda tidak percaya, boleh kita praktekkan sekarang juga!
Baru saja selesai berkata, Ray memungut sebatang kayu yang tergeletak di atas tanah kemudian di kibaskannya ke arah dua orang laki-laki yang berdiri di sampingnya. Karena tidak ada persiapan, kedua laki-laki itu langsung rubuh di atas tanah. Sarah terkejut setengah mati. Dia berteriak.
'Jangan biarkan dia lari'
Tetapi, saat itu tubuh Ray sudah menggelinding di atas tanah menghindar sejauh beberapa meter. Kemudian dia meloncat ke atas tumpukan peti. Ketika dua anak buah Sarah menghambur ke arahnya. Kaki Ray sudah menghentak, bayangan manusia berkelebat dan tahu tahu pemuda itu sudah hilang dari pandangan mereka.
Saat itu, mata Sarah baru terbelalak lebar lebar. Dia seperti menyaksikan pertunjukan akrobat. Dia berdiri dan memandang tumpukan peti tadi dengan terkesima.
Ketika dia tersentak sadar dari terkesimanya, dia baru merasa gawatnya keadaan yang di hadapinya. Cepat-cepat dia menyuruh para anak buahnya untuk menutup setiap jalan keluar. Sekaligus menyuruh dua orang menjaga Tony baik baik. Setelah itu dia baru memeriksa seluruh tempat itu dengan teliti.
Tetapi, kalau di katakan, memang aneh juga. Seluruh gudang itu di periksa dengan seksama. Tetapi mereka tetap tidak menemukan bayangan Ray.
Sarah menyalahkan para anak buahnya yang terlalu memandang remeh pihak lawan. Tetapi sebetulnya dia sendiri juga hampir tidak mempercayai gerakan Ray yang begitu cepat seperti kilat.
Tepat pada saat itu juga, telepon di dalam gudang tersebut berdering. Sarah terkejut sekali. Dengan tergesa-gesa dia mengangkatnya. Tadinya dia mengira Ray yang menelpon. Tidak tahunya dia malah mendengar suara Aldo.
"Ada apa?" Tanya Sarah ketus.
"Tadi aku mendapat telepon dari istriku. Dia mengaku bahwa dia telah di bawa keluar kota oleh sekelompok orang. Keadaannya sekarang baik-baik saja. Tetapi pihak orang-orang itu ingin mengadakan perundingan denganmu." Suara Aldo terdengar memelas. Dia berkata dengan nada memohon. "Nona Sarah. Aku mengharapkan bantuanmu. Dalam keadaan apapun, harap utamakan keselamatan istriku. Tolong usahakan dia kembali dengan selamat. Aku
tidak sanggup kehilangan dia. Tolonglah, nona Sarah!"
"Tuan Aldo." Suara Sarah berubah agak lembut. "Jangan khawatir. lstrimu pasti akan kembali dalam keadaan segar bugar."
Baru saja pembicaraan mereka di putuskan tibatiba telepon berdering kembali. Sikap Sarah agak tegang. Cepat-cepat dia meraih lagi gagang telepon itu. Dia yakin kali ini Ray yang menelpon. Tidak tahunya kali ini dia malah mendengar suara nyonya Aldo.
Baru saja Sarah ingin menanyakan keadaannya, tiba-tiba pihak sana sudah berganti dengan suara orang lain. Kali ini suara seorang laki laki.
"Hei, dukun perempuan! Dengarkan baik-baik! Seandainya kau ingin tahu bagaimana Niko menemui kematiannya dan seandainya kalian ingin melepaskan nyonya Aldo. Sekarang merupakan waktu yang tepat untuk merundingkannya."
"Siapa anda sebenarnya?" Tanya Sarah.
"Kau tidak usah perduli siapa aku, tetapi aku yakin kau pernah mendengar nama perkumpulan 'Tiga Naga', bukan?"
"Perkumpulan 'Tiga Naga'?" Sarah seperti teringat sesuatu hal. "Ular berbisa.... Kalian yang membunuh Niko dengan bisa ular."
"Ha" ha... ha...." Orang itu tertawa terbahakbahak "Kami bisa membunuh Niko dengan cara ini, tentu kami juga dapat membunuh nyonya Aldo dengan cara yang sama."
"Di antara kita tidak ada persengketaan apapun, mengapa kalian menggunakan cara ini menghadapi
kami?" 'Jangan kira kami ini orang bodoh. Kau datang ke negara kami dan mendirikan perkumpulan bunga Ros, memangnya kami tidak tahu apa tujuanmu yang sebenarnya" Biar aku berkata terus terang kepadamu, tadinya Niko adalah angggota perkumpulan "Tiga Naga' kami. Dia seorang penghubung. Pergaulannya luas sekali. Boleh di bilang setiap bulan dia mendatangkan uang yang cukup banyak bagi kami. Sejak kedatanganmu di kota ini, dia langsung mengkhianati kami. Apa yang di dapatkannya sekarang merupakan hasil perbuatannya sendiri."
"Baik apabila kalian menganggap Niko adalah orang kalian, tetapi nyonya Aldo kan bukan. Mengapa kalian tetap melakukan semua ini?"
"Kedudukan nyonya Aldo di dalam perkumpulan kalian cukup penting. Apabila kami bermaksud menguasai kalian, terpaksa kami menahan seorang yang kedudukannya cukup tinggi sebagai sandera. Tentunya sekarang kau sudah mengerti, bukan"'
"Mengapa kalian ingin menguasai kami?"
"Kami sudah menghitungnya dengan seksama. Pemasukan atau omset kalian setiap minggunya paling tidak tiga ratus juta Rupiah. Dengan kata lain, penghasilan kalian setiap bulannya lebih dari satu milyar rupiah."
"Dengan demikian, mata kalian jadi hijau?" Tanya Sarah sinis.
"Tentu saja. Ini kan wilayah kami. Asal kau bersedia mencapaikan diri sedikit, tentu kau akan mengetahui apa saja yang kami lakukan selama ini. Tentu saja kami meminta jatah."
"berapa Jatah yang harus kuberikan?"
"Lima puluh persen."
"Lima puluh persen" Maaf aku tidak bisa mengabulkannya. Usaha yang kujalankan bukan tanpa modal. Lagipula, kecuali balik modal, aku juga cukup menguras otak dan tenaga."
"Aku tahu, tapi modal kalian tidak banyak, cara menguras otak kalian untuk mendapatkan uang banyak lumayan juga. Sedangkan langganan kalian terdiri dari tamu-tamu kalangan atas. Itulah sebabnya penghasilan kalian besar sekali."
Sarah mulai kehabisan sabar menghadapi orang itu.
"Jangan bicara yang tidak penting. Kapan kita bisa bertemu?"
"Bagaimana kalau malam ini juga?"
"Jam berapa?" "Lewat senja ini. Sampai waktunya kami akan memberi kabar lagi kepadamu."
Hubungan telepon pun di putuskan. Untuk beberapa saat Sarah berdiri dengan termangu-mangu sambil memegangi gagang telepon.
Tiba-tiba sesosok bayangan berkelebat turun dari tiang atap. Semua orang yang ada di gedung itu jadi tertegun.
Orang yang turun ini bukan orang lain, tetapi Ray yang di cari-cari tanpa ketemu. Barusan dia bersembunyi di atas tiang penglari'. Sejak tadi dia sudah mendengarkan pembicaraan Sarah. Dia sudah menduga bahwa orang yang menelpon tadi adalah pihak yang menyandera nyonya Aldo.
Saat itu para anak buah Sarah baru tersentak dan
mengambil ancang-ancang untuk mengepungnya kembali. Tetapi Ray berteriak dengan suara keras.
"Tadi saya sudah mengatakan, kalau saya ingin melarikan diri, sejak tadi aku sudah menghilang entah kemana, buat apa aku muncul lagi disini?"
Sarah membentak anak buahnya untuk mengundurkan diri. Dia sendiri menolehkan kepalanya kepada Ray sambil berkata....
"Aku yakin kau memang mempunyai kemampuan berbuat demikian. Telepon yang di tujukan kepadaku tadi, tentu kau sudah mendengarnya dengan jelas dari tempat persembunyianmu?"
"Betul! Gedung 'Tiga Naga". Kenapa aku sampai lupa bahwa di kota ini ada sebuah gang yang menamakan dirinya "Tiga Naga'?"
'Apa yang di lakukan orang-orang komplotan ini?"
"Mereka menamakan diri 'Tiga Naga'. sebetulnya lebih pantas di sebut Tiga Ular. Tentu saja apa yang mereka perdagangkan tidak terlepas dari narkotik, penyelundupan dan pemerasan."
'Oh! Rupanya begitu!" Sarah mulai mengerti. "Kalau begitu. kita tidak boleh memusuhi mereka secara terang-terangan."
"Tapi mengapa mereka justru melakukan tindakan ini?"
"Mungkin telah terjadi kesalahpahaman di antara kami, sayangnya tidak ada orang yang dapat di jadikan penengah."
Mendengar kata-kata Sarah, diam-diam hati Ray jadi girang. Ini benar-benar sebuah kesempatan yang baik.
"Kalau hanya menjadi penengah, saya bersedia melakukannya."
"Apa yang akan kau katakan kepada mereka"
"Aku akan mengatakan kepada mereka bahwa semua ini hanya salah paham. Sebetulnya kalian ada pada jalur yang sama. Kalau bisa, sebaiknya tidak saling mengganggu."
"Aku yakin mereka tidak akan menerimanya begitu saja. Tapi, mengandalkan nama anda yang cukup terkenal di kota ini dan pergaulan anda yang luas, mungkin mereka akan menerima bujukan?"
Dimana dan kapan mereka akan bertemu dengan anda?"
'Malam ini mereka akan menelpon lagi kemari."
Pada saat itu, Ray baru menyadari bahwa entah sejak kapan Tony sudah di bawa pergi oleh anak buah Sarah.
Sarah melihat mata Ray celingak-celinguk ke sana kemari, dia seakan bisa menduga apa yang tersirat dalam hati pemuda itu.
"Tuan Ray, jangan khawatir. Asal kau bekerja dengan kami secara baik-baik. aku akan menyuruh anak buahku memperlakukan Tony secara baik-baik juga."
Perasaan Ray masih cemas saja.
"Adat Tony agak keras kepala. Aku khawatir akan terjadi pertengkaran antara dia dengan anak buah anda. Sebaiknya aku bertemu dengannya sebentar!
'Maaf. Tony tadi terpengaruh oleh ilmu gaibku. sampai sekarang belum menyadarkan diri. Mungkin sekembalinya anda menemui orang-orang dari perkumpulan "Tiga Naga' malam ini, dan sadar kembali dan pada saat itu kalian bisa bertemu muka.' Kata Sarah.
Ray memang mengharapkan dia mengucapkan kata-kata ini. Sebab sejak tadi dia bngung mengapa Tony bisa jatuh secara tiba-tiba. Benarkah perempuan ini mengerti imu gaib"
Hal inilah yang menarik perhatian Ray,juga salah satu alasan mengapa dia ingin menyelidiki hal ini. Dia sudah mengambil keputusan untuk bekerja dengan perkumpulan bunga Ros ini satu kali saja.
Dia juga tidak mengerti mengapa nyonya Aldo demikian penting bagi perkumpulan bunga Ros. Dia berharap setelah bertemu dengan orang dan pihak "Tiga Naga", dia akan berhasil mendapatkan jawabannya.
Malam itu, ternyata orang-orang dari perkumpulan 'Tiga Naga" benar-benar menelpon kembali. Sarah segera mengangkat telepon itu dan mendengarkan sebentar. Setelah hubungan telepon di putuskan, dia berkata kepada Ray".
"Sepuluh menit lagi mereka akan mengendarai sebuah Baby-Benz hitam lewat di depan dermaga nomor tujuh. Harap kau bersiap-siap."
"Apakah mereka bersedia menerima saya sebagai wakil dari perkumpulan bunga Ros?"
"Jangan khawatir. Tadi di telepon aku sudah memberitahukan kepada mereka."
"Tapi, bagaimana kalau mereka mengajukan syarat?"
"Kalau syaratnya tidak terlalu berat, kau boleh menyetujuinya. Pokoknya aku serahkan urusan ini kepadamu. Tujuan kami hanya ingin mereka melepaskan nyonya Aldo dalam keadaan selamat. Asal nyonya Aldo dapat kembali dengan selamat, aku pasti mempunyai jalan untuk menghadapi orang-orang itu." Kata Sarah yakin.
"Maksudmu, pertama-tama kita kabulkan dulu apapun syarat mereka, setelah itu kita mengingkarinya, bukankah begitu?"
"Betul. Menghadapi orang-orang seperti itu, kita tidak usah bicara soal kepercayaan atau keteguhan."
Manusia Srigala 10 Trio Detektif 05 Misteri Kurcaci Gaib Pedang Pembunuh Naga 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama