Ceritasilat Novel Online

Misteri Pangeran Asing 2

Pasukan Mau Tahu 09 Misteri Pangeran Asing Bagian 2


"Tapi ini kan benar-benar untuk membantunya, Ern," kata Bets dengan serius.
"Aku sungguh sungguh merasa tidak enak tentang kejadian yang lalu apalagi mengenai ucapanku dalam bahasa Inggris patah patah mengatakan bahwa mukanya seperti kodok!"
Fatty tertawa.
"Wah aku lupa tentang hal itu. Kau berani saat itu, Bets." katanya.
"Aku bukannya berani, tapi kurang ajar," kata Bets.
"Sekarang aku sendiri heran, kenapa aku sampai bisa begitu. Ern kau mau kan, menyampaikan hal hal yang ingin kami katakan pada pamanmu. Kau mau kan?"
Ern sangat mengagumi Bets.
Karena itu ia tidak mampu menolak permintaannya.
Anak itu bingung. Ia mengusap usap rambutnya yang acak acakan, sambil menatap Bets tanpa mengatakan apa apa selama beberapa saat.
"Baiklah," katanya kemudian.
"Akan kulakukan hal itu. Tapi ingat, aku tidak bisa berjanji bahwa ia mau percaya padaku. Dan aku Juga tidak mau datang dekat dekat padanya. Segala yang perlu kusampaikan, akan kukatakan dari seberang pagar atau begitu. Kalian tidak tahu sih -seperti apa pamanku, kalau sudah marah."
"Kami tahu," kata Fatty, sambil mengingat ingat beberapa saat ketika Pak Goon mengamuk.
"Kami tidak ingin membantunya, Ern .tapi di pihak lain kali ini kami harus memperbaiki kesalahan terhadapnya. Biar dia tidak kita sukai, kali ini kita harus berdamai"
"Wah -kalimatmu yang terakhir itu, kedengarannya seperti bantun," kata Ern, lalu mengulangi kata kata Fatty.
"Biar dia tidak kita sukai,
Kali ini kita harus berdamai."
"Ya, kan? Itu kan bantun?" kata Ern lagi.
"Bukan, itu bukan pantun. Hanya kebetulan saja bersajak," kata Fatty.
"Ngomong-ngomong -dulu kau kan sering mengarang pantun eh, maksudku bantun. Ern! Sekarang bagaimana?"
"Sudah tidak sering lagi," kata Ern dengan nada menyesal.
"Aku rasanya seperti tidak bisa mendapat ilham. Saban kali aku mulai, selalu
hanya sampai di awalnya saja. Maksudku, paling-paling satu atau dua baris saja Tapi ada satu, yang sudah hampir tiga baris."
"Coba bacakan, Ern!" bujuk Daisy dengan
asyik. Pantun pantun Ern selalu suram dan sedih.
Itupun selalu serius membacakannya.
Ern mengambil sebuah buku catatan kecil yang nampak dekil dari kantongnya .Sebatang pinsil diikatkan dengan benang ke buku itu. Ern membasahi ibu jarinya, lalu membalik-balik halaman.
"Nah ini dia bantunnya," katanya.
Ia mendehem-dehem sebentar, sambil membetulkan sikap, Setelah itu ia mulai membaca, terbata-bata.
"Seorang petani tua berkata, 'Wahai!
Aku ini sudah hampir mati,
Encok sudah..." .
Ern berhenti membaca, lalu memandang anak-anak dengan pandangan sedih.
"Sampai di situ macet," katanya.
"Selalu saja begitu! Macet padahal bantun itu kurasa bagus sekali. Untuk bisa sampai di situ saja, aku perlu waktu dua jam dua puluh satu menit. Aku tahu pasti, karena aku mengukur waktunya. Tapi aku tidak bisa menyelesaikannya."
"Ya memang benar, bantunmu itu kalau sudah selesai pasti bagus sekali," kata Fatty dengan wajah serius.
"Kelanjutannya begini, Ern."
Fatty mengambil sikap berdeklamasi.
Berdiri dengan kaki terkangkang, tangan dilipat ke belakang. sedang muka ditengadahkan. Ia mulai
bersajak, tanpa sedikit pun berhenti untuk mencari-cari kata.
"Seorang petani tua berkata, Wahai!
Aku ini sudah hampir mati,
Encok sudah menyerang tungkai,
Sehingga aku tidak bisa lagi berlari
Telapak kakiku terserang panu,
Dan hidungku diselubungi daki,
Tanpa kusadari tahu-tahu,
Ketombe sudah hinggap di jari,
Seluruh rambutku berguguran,
Sementara gigiku tumbuh terus,
Badanku kini agak gemukan,
Walau sebetulnya aku terlalu kurus.
Lidahku tuli, telingaku bisu..."
Fatty tidak bisa meneruskan deklamasinya, karena terganggu Larry yang tertawa terpingkal pingkal dan Pip yang berteriak-teriak sambil memukul-mukul punggung anak gendut itu.
Bets dan Daisy bergulingan di lantai, dengan air mata bercucuran karena terlalu banyak tertawa.
"Sudah, sudah! Berhenti, Fatty!" seru Bets di sela tertawanya.
"Aduh, perutku sakit. Kau ini macam macam saja."
Fatty berhenti.
"Lho padahal aku belum selesai," katanya.
"Aku masih hendak mengatakan, 'Lidahku tuli, telingaku bisu, dan perutku selalu terasa pusing..."
"Aduh, jangan teruskan, Fatty!" teriak Bets sambil terkikik.
"Kau ini. bisa saja!"
Hanya Ern saja yang tetap diam. Ia sama sekali tidak tersenyum.
Apalagi tertawa! ia duduk di tepi kursi, dengan mulut ternganga karena takjub.
Pandangannya terpaku pada Fatty.
Berulang kali ia meneguk liur.
Ia merasa heran, mendengar Fatty dengan gampang saja mendeklamasikan 'bantun'. Bahkan tanpa sedikit pun nampak berpikir, mencari-cari kata lanlutan.
'Jangan melongo, Ern nanti ada lalat masuk," kata Fatty geli.
"Bagaimana pendapatmu mengenai kelanjutan bantunmu itu? Sayang kau ini tak menyelesaikannya. Coba selesai, bisa kau yang membacakannya pada kami _ dan bukan aku yang mengucapkannya padamu."
Ern semakin bingung mendengar kata kata itu. Ditatapnya Fatty, lalu dikejap-kejapkannya mata beberapa kali.
"Maksudmu jika bantunmu kuselesaikan, kedengarannya akan seperti yang kauucapkan itu tadi?" tanyanya dengan suara kagum.
"Itu kan bantunmu?" kata Fatty.
"Maksudku aku tadi itu kan cuma meneruskan saja. Menurut pendapatku, kau terlalu banyak berpikir dalam mengarang bantun, Ern. Padahal mestinya santai santai saja. Seperti ini misalnya --"
Fatty mulai berdeklamasi lagi.
"Putri Bongawee yang jelita
Benar-benar teramat mungil,
Putri sejati dari ujung kepala
Sampai ke ujung kaki yang kecil. .
Dan Ern sang Pengiringnya
Seorang pemuda gagan rupawan,
Dengan setia menaunginya
Di bawah..."
"Payung Kerajaan!" seru anak anak serempak kecuali Ern. ia juga tidak ikut dalam keramaian anak-anak berteriak dan tertawa, yang menyusul setelah itu.
Ia masih tetap takjub.
Tak mengerti bagaimana Fatty bisa dengan begitu saja mengarang 'bantun'.
Fatty menepuk bahunya.
"He! Bangun! Tampangmu goblok sekali kelihatannya, duduk melongo seperti begitu!" kata Fatty.
"Ada apa sih?"
"Ada apa? Mau tahu? Kau ini jenius, Fatty," kata Ern.
"Anak-anak ini tidak tahu, karena mereka tidak tahu bagaimana sulitnya mengarang bahtun' Tapi aku tahu. Dan kau dengan begitu saja bisa...'
"Ah. sudahlah," kata Fatty.
"Seperti itu tadi, kan gampang! Aku bukan jenius, Ern. Siapa pun bisa asal mau berusaha dan berpikir."
"Justru itulah persoalannya," kata Ern.
"Kau tadi sama sekali tidak perlu berpikir lagi. Seperti membuka keran saja langsung mengucur Astaganaga! Kalau aku bisa mengarang bantun seperti begitu, kurasa aku akan merasa diriku lebih pintar daripada Raja!"
"Kalau begitu sangkaanmu, kau keliru," kata Fatty.
"Jangan termenung lagi, Ern. Suatu hari nanti, bantunmu pasti akan bisa mengucur juga ke luar. Dan kalau itu terjadi, kau pasti akan menyesal, karena tidak bisa secepat itu menuliskannya."
"Kalau itu terjadi, aku pasti kaget sekali," kata Ern sambil mengantongi buku catatannya kembali.
"Aku bangga bisa berkenalan denganmu. Fatty. Biar anak-anak tidak bisa mengenali wujud orang yang jenius, tapi aku bisa! Aku tidak begitu pintar. tapi aku bisa mengenali siapa pintar dan siapa tidak. memang kau jenius, Fatty!"
Anak-anak yang lain memandang Ern dengan heran, karena belum pernah mendengar ia berbicara begitu.
Jangan-jangan Ern tidak sebodoh
sangkaan mereka.
Bets menggandeng lengan Fatty
'Kau benar, Ern," katanya.
"Aku juga berpendapat bahwa Fatty memang jenius. Bukan dalam urusan pantun saja tapi dalam segala-galanya."
Fatty nampak senang, tapi sekaligus juga sangat kikuk. Ia terbatuk-batuk, menutupi rasa malu. kemudian terbatuk lagi, sementara ia mencari-cari kata.
Tapi ia didului oleh Larry, yang geli mendengar Fatty terbatuk-batuk.
"Karena batuk,
kakinya terantuk
Ia pun tersungkur,
ke dalam lumpur,
" kata Larry berdeklamasi dengan suara berat dan
sedih. Anak-anak tertawa lagi, terpingkal-pingkal.
Ern sangat bergembira.
Ia merasa senang, berteman dengan PASUKAN MAU TAHU yang gemar bercanda itu!
DI TEMPAT BERKEMAH
Siang itu Fatty mulai melakukan penyidikan secara serius.
Mula-mula ditelaahnya dulu berita berita dalam berbagai surat kabar. Tapi tidak banyak petunjuk yang diperolehnya dari situ.
Rupanya pada malam ia lenyap itu. sebelumnya Pangeran Bongawah ikut dalam acara nyanyi yang diadakan di perkemahan.
Sehabis minum susu coklat. ia kembali ke tendanya bersama tiga anak laki-laki yang setenda dengan dia.
Ketiga anak laki-laki itu sama sekali tidak bisa memberi keterangan yang berarti.
Malam itu ketiga tiganya merasa capek sekali.
Mereka langsung pulas begitu masuk ke pembaringan masing-masing
Ketika mereka bangun, tahu-tahu sudah pagi. Dan Pangeran Bongawah tidak ada di pembaringannya.
Hanya itu saja yang dapat mereka sampaikan sebagai keterangan.
"Tidak banyak." pikir Fatty.
"Kurasa ada yang menculik pangeran itu. Aku perlu menanyai Ern Sid dan Perce, walau kurasa mereka tidak tahu apa-apa. Aku Juga perlu berkeliaran di perkemahan sambil membuka telinga kalau terdengar sesuatu yang perlu diketahui."
Siang itu ia pergi naik sepeda ke rumah Pip.
Ternyata Larry dan Daisy juga ada di situ.
"Adakah di antara kalian yang punya saudara, yang saat ini sedang ikut berkemah?" tanya Fatty.
"Saudaraku tidak sebanyak kalian_ Larry .tidak adakah salah seorang sepupumu. yang saat ini kebetulan ikut berkemah di sana?"
'Tidak," jawab Larry.
"Kalau kau, Pip?"
'Sekolah sekolah mana saja yang ikut?" tanya Pip.
"Mana surat kabarnya? Tadi aku melihat ada .Daftar sekolah-sekolah yang ikut"
Surat kabar diambil. lalu mereka meneliti daftar yang tertera.
' Ah ternyata ada anak-anak dari sekolah Lillington-Peterhouse," kata Pip.
"Salah seorang .saudara sepupuku bersekolah di situ. Mungkin ia ikut berkemah."
"Siapa namanya?" tanya Fatty.
"Ronald Hilton," kata Pip.
"Ia lebih tua daripada aku."
"Kita pergi saja ke sana, mendatangi anak anak sekolah itu." kata Fatty,
"lalu kita tanyakan apakah Ronald ikut atau tidak .Kalau ternyata ikut, kau bisa mengajaknya mengobrol. Sementara itu kami berkeliaran di situ untuk mengadakan penyelidikan."
"Aku segan mengobrol dengan Ronald," kata Pip.
"Kan sudah kukatakan, ia lebih tua daripada aku. Nanti aku disangkanya sok aksi."
"Tidak sadarkah kau bahwa kasus ini mungkin merupakan suatu misteri?" kecam Fatty.
"Aku tahu, kita sudah keliru mengawalinya ,tapi mungkin saja kita masih bisa menyelidiki. Jadi merupakan kewajibanmu untuk berusaha sebisa bisamu, Pip!"
"Ya, betul," kata Pip.
Ia merasa tidak enak, dikecam oleh Fatty.
"Kalau begitu, aku akan mengajaknya mengobrol. Tapi jika ia menempelengku nanti, kalian harus menolong, ya! Kalau ini memang misteri, mudah-mudahan saja persoalannya bertambah meriah sedikit .Aku tidak begitu tertarik pada kasus seorang pangeran asing yang hilang diculik orang"
"Aku juga tidak," kata Daisy mengaku.
"Tapi siapa tahu. mungkin persoalannya tidak hanya itu saja. Aku berani bertaruh, takkan banyak keterangan yang bisa dikorek dari Ern serta kedua adik kembarnya.
Mereka takkan mampu mengenali segala sesuatu yang terjadi di depan hidung mereka!"
"Kalian tadi datang dengan sepeda, Larry dan Daisy?" tanya Fatty.
Keduanya mengangguk
"Baiklah, kalau begitu kita langsung berangkat. Kita ke sana jangan menyeberang dengan perahu. Kita mengambil jalan mengitar lewat jembatan. Dengan sepeda, tempat itu tidak begitu jauh."
Anak-anak berangkat dengan sepeda masing masing.
Buster diajak.
Seperti biasa, anjing kecil itu ditaruh dalam keranjang yang terpasang di sepeda Fatty.
BUster duduk di Situ dengan sikap bangga.
Setiap anjing yang berpapasan, dianggap sepi olehnya.
"Kalau kau semakin gendut, aku takkan mampu lagi membawamu dalam keranjang, Buster," kata Fatty dengan terengah engah. sementara ia kepayahan mendaki sebuah bukit
"Guk," gonggong Buster dengan sopan, seolah olah sependapat.
Buster menoleh ke belakang dan mencoba menjilat hidung Fatty, tapi tuannya itu mengelak dengan cepat
Akhirnya mereka sampai di perkemahan.
Tempatnya di suatu lapangan yang sangat luas. Lapangan itu melandai ke arah sungai.
Di sana sini ada pohon bergerombol.
Di mana mana nampak tenda terpasang.
Asap mengepul di tempat tempat memasak. Anak-anak laki bergegas hilir mudik. sambil berseru seru dan tertawa tawa.
Para anggota Pasukan Mau Tahu menyandarkan sepeda mereka ke suatu pagar semak. Fatty menyapa seorang anak yang kebetulan lewat.
"Di mana perkemahan anak anak dari Lillington-Peterhouse'" tanyanya.
Anak yang ditanya menggerakkan kepala ke arah sungai.
"Di sebelah sana kelompok tenda terakhir," jawab anak itu singkat
Fatty beserta kawan kawannya berjalan dengan sikap santai ke arah tenda-tenda yang ditunjukkan.
Pip nampak agak gugup.
Ia merasa segan menemui saudara sepupunya yang dua tahun lebih tua umurnya.
Apalagi tubuh anak itu jauh lebih besar.
Dalam hati Pip berharap, mudah mudahan saja saudara sepupunya tidak berhasil dijumpai.
Tapi sesaat kemudian ia kaget, karena tahu-tahu ada yang menepuk punggungnya dari belakang. Seorang anak laki-laki berwajah periang menyapanya dengan gembira. Anak itu sekitar lima sentimeter lebih tinggi daripada Pip.
"Hai -apa kabar, Philip! Kau kemari mau menjengukku, ya?"
Pip nyengir sambil memandang anak itu.
"Halo, Ronald!" balasnya menyapa.
"Ya, aku memang datang menjengukmu. Mudah-mudahan kau tidak tersinggung kudatangi."
Setelah itu Pip memperkenalkan saudara sepupunya pada Fatty serta Larry dan Daisy.
Ronald menatap Fatty dengan penuh perhatian.
"He! Bukankah kau anak yang tidak henti hentinya diocehkan oleh Philip -yang katanya bekerja sama dengan polisi?"
Fatty berlagak rendah hati.
"Ya aku kadang-kadang memang membantu polisi," katanya.
"Dan sekarang kau juga sedang bertugas?" tanya Ronald lagi dengan bersemangat
"Ayo -ceritakan dong!"
"Wah tidak bisa," kata Fatty.
"Kami ke sini ini hanya untuk menjengukmu -serta karena tertarik mendengar kabar tentang lenyapnya Pangeran muda itu."
"Ah dia!" kata Ronald. sambil mengajak anak-anak masuk ke dalam sebuah tenda besar.
"Jangan buang-buang waktu untuk dia! Syukur dia
tidak ada lagi di sini. Anak itu sangat menjengkelkan!"
Dalam tenda besar itu ada meja panjang, terbuat dari kayu. Di atas meja itu terdapat piring-piring besar berisi tumpukan roti berlapis selai, roti berisi daging asin, roti manis, serta kue buah yang sudah diiris-iris. Sepanjang meja berjejer botol botol limun."
"Wah, kalian hidup mewah benar," kata Larry.
"Ambil saja kalau kepingin," kata Ronald menyilakan.
"Minggu ini aku mendapat giliran tugas dapur dan pelayanan. Sekarang belum waktunya makan sore. Tapi segala galanya sudah siap. Jadi kita ambil saja apa yang kita maui, sebelum gerombolan yang kelaparan masuk menyerbu."
Anak anak itu masing masing mengambil piring dan mengisinya dengan makanan .Sebenarnya belum sampai sejam yang lalu mereka makan siang. Tapi itu tidak menjadi soal, karena mereka semua setiap saat mampu makan dengan lahap.
Setelah semua mendapat bagian, Ronald mengajak keluar lagi.
Mereka pergi ke tepi sungai
"Yuk kita duduk duduk di sini, sambil makan," katanya.
"Wah aku benar-benar senang bisa berkenalan denganmu, Frederick Trottewlle. Philip sudah sering bercerita macam macam mengenai dirimu dan aku meneruskannya pada teman-temanku."
Dengan bangga Fatty mulai bercerita mengenai dirinya.
Asyik sekali kelihatannya. Pip merasa bosan, karena sudah sering mendengar cerita cerita itu. Tapi saudara sepupunya tidak mengacuhkan, karena terlalu asyik mengikuti cerita Fatty.
Setelah selesai menyikat makanannya, Pip bangkit sambil menggamit Larry.
"Yuk kita jalan-jalan sebentar di sekitar sini," ajak Pip.
"Siapa tahu, mungkin kita menemukan sesuatu yang menarik."
Kedua anak itu berjalan-jalan di lapangan perkemahan itu.
Tidak ada yang terlalu memperhatikan mereka di Situ. Larry menyapa seorang anak yang lewat
"Di tenda mana Pangeran Bongawah waktu itu tidur?" tanya Larry.
"Yang di sana itu, kalau kau tertarik melihatnya!" kata anak yang ditanya dengan seenaknya, lalu bergegas pergi.
Pip dan Larry pergi menghampiri tenda yang ditunjuk.
Di depan tenda duduk tiga anak laki-laki yang sedang makan roti. Mereka kelihatannya sebaya dengan Pip.
"Tenda kalian bagus," kata Larry pada anak-anak itu.
Tenda mereka memang nampak bagus, jauh lebih bagus dari tenda lain yang ada di dekat situ.
"Disediakan oleh Yang Mulia Pangeran Bongawah-uah-uah," kata salah seorang anak itu.
Pip tertawa.
"Kenapa kau menamakannya begitu?" tanyanya.
"Kau tidak suka padanya?"
"Tidak," kata ketiga anak laki-laki itu serempak.
Seorang di antara mereka, yang berambut merah, melambaikan tangannya yang memegang roti ke arah Larry
"Anak itu menyebalkan, sok aksi," katanya.
"Kecuali itu konyolnya juga bukan main. Sedikit sedikit berteriak seperti anak berumur tujuh tahun!"
"Itu sebabnya kami menjulukinya Uah-uah." kata temannya.
"Selalu ada saja yang menyebabkan ia menangis."
"Di mana ia bersekolah?" tanya Larry.
"Ia tidak bersekolah, melainkan belajar dengan seorang guru pribadi," kata si Rambut Merah.
"Biar pangeran, tapi joroknya ampun-ampunan .Pakaiannya semua yang paling mahal dan bagus, termasuk piayamanya. Tapi kalian kira ia pernah mandi? Tidak pernah! Lalu kalau dikatakan bahwa ia hendak diceburkan ke sungai supaya agak bersih, ia pasti langsung lari sambil menangis berteriak-teriak!"
"Menurut kalian, mungkinkah ia diculik orang?" tanya Pip.
Ia merasa bergembira, memperoleh keterangan dari orang-orang yang langsung mengetahui.
"Aku tidak tahu, dan aku juga tidak peduli," kata si Rambut Merah.
"Jika ia memang diculik, mudah-mudahan ia diculik untuk seterusnya. Coba kalian lihat kantong tidurnya. Pernahkah kalian melihat yang seperti itu?"
Larry dan Pip menjenguk ke dalam tenda.
Si Rambut Merah menuding sebuah kantong tidur yang tergeletak di satu sisi. Pembaringan itu memang bagus sekali kelihatannya.
Tebal dan dihiasi sulaman indah.
"Kalian coba saja berbaring di dalamnya," kata si Rambut Merah.
"Aku pernah mencobanya sekali .Berbaring di dalamnya, terasa seperti melayang di atas permadani ajaib. Empuknya bukan main!"
Dengan segera Pip menyusup ke dalam kantong tidur Pangeran Bongawah.
Memang, rasanya nikmat dan mewah. Menurut Pip, jika ia memejamkan mata saat itu ia pasti akan langsung tidur pulas.
Ia membenamkan tubuhnya lebih dalam lagi.
Tiba-tiba ia merasa ada sesuatu menyentuh kakinya .Dirabanya benda itu dengan tangannya .
Ternyata benda itu sebuah kancing. Kancing itu sangat indah, berwarna biru dengan pinggiran emas. Pip duduk sambil memperhatikan kancing yang baru ditemukannya itu.
Si Rambut Merah memandang sepintas.
"itu kancing piamanya yang rupanya terlepas," kata anak itu.
"Wah kalian mesti melihatnya! Biru dan kuning emas, dengan kancing yang sewarna."
"Menurutmu. bisakah aku mengambilnya sebagai kenang-kenangan?" kata Pip.
Dalam hati ia berpikir, barangkali saja kancing itu merupakan petunjuk


Pasukan Mau Tahu 09 Misteri Pangeran Asing di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Astaga! Untuk apa kau menginginkan kenang kenangan? Kau sudah sinting. ya?" tukas teman si Rambut Merah.
"Tapi kalau kau ingin mengambilnya, ambil saja! Kurasa Uah-uah takkan peduli. Kalau ada kancing piamanya yang terlepas, ia langsung mendapat piama baru!"
"Apakah ia meninggalkan piamanya di sini?" tanya Larry.
"Tidak, ia menghilang dengan berpakaian piama," kata si Rambut Merah.
"Itu yang menyebabkan semua orang berpendapat bahwa ia diculik .Kalau hendak minggat, pasti ia berpakaian dulu."
Larry dan Pip keluar dari tenda. Tiba tiba terdengar suara lantang menyapa mereka
"Larry! Pip' Apa yang kalian lakukan di situ?"
Kedua anak yang disapa menoleh ke arah semak pagar di dekat situ. Mereka melihat kepala Ern tersembul dan balik semak.
Anak itu memandang mereka sambil nyengir.
"Kemarilah!" seru Ern
"Tenda kami di sebelah sini!"
PENYELIDIKAN
"Halo, Ern!" seru Larry dengan nada kaget.
Ia lupa bahwa Ern berkemah di sebelah lapangan perkemahan yang besar. Sementara itu Sid dan Perce ikut-ikut menyembulkan kepala mereka dari balik pagar. Perce nyengir, sementara Sid kelihatan serius, seperti biasanya.
Setelah minta diri pada ketiga teman baru mereka.
Pip dan Larry menyusup ke seberang lewat pagar semak, ke tempat Ern berkemah.
Pip sudah menyimpan kancing yang ditemukannya tadi dalam kantongnya.
Ia tidak tahu. apakah temuannya itu nanti ada gunanya atau tidak.
Dengan bangga Ern memperlihatkan tendanya pada Pip dan Larry.
Tenda itu sangat kecil dan
sederhana. kalau dibandingkan dengan tenda megah yang baru saja ditinggalkan oleh mereka. Tapi Ern, Sid dan Perce sangat membanggakannya.
Baru sekali itu mereka berkemah, dan mereka sangat menyenanginya.
Di dalam tenda tidak ada kantong tidur, melainkan selimut-selimut tua saja yang dihamparkan di atas sebuah alas.
"Tiga buah mangkuk minum, tiga pisau yang sudah patah ujungnya. tiga sendok dan dua buah garpu Kepunyaan Perce hilang ketika ia sedang mandi," kata Ern, tanpa
lebih menjelaskan duduk perkara), tiga piring kaleng, tiga mantel hujan dan beberapa barang lagi terdapat di situ.
"Asyik, ya?" kata Ern.
"Air kami ambil dari pompa di Lapangan Perkemahan. Kami diijinkan mengambil air di situ, asal tidak berbuat macam macam. Tapi orang-orang yang tinggal dalam caravan tidak diijinkan. Karena itu kami mengambilkan juga untuk mereka. Sebagai upah, kadang kadang mereka memasak untuk kami "
Di sekitar situ terdapat sejumlah caravan, begitu pula beberapa tenda berukuran kecil. Caravan yang terdapat di sebelah tenda Ern kelihatannya tidak berpenghuni. Di sekitarnya berserakan kertas-kertas.
"Penghuninya pergi," kata Ern.
"Seorang wanita dengan dua orang anak yang masih bayi. Kembar seperti Perce dan Sid."
"Eh," gumam Sid, yang terus mengikuti mereka sambil mengunyah-ngunyah.
"Eh."
"Apa maksudnya, mengeh eh seperti begitu?" tukas Pip dengan nada jengkel.
"Tidak bisa bicara dengan normal, ya?!"
"Memang tidak, apabila sedang mengulum permen," kata Ern.
"Kalau di rumah, tentu saja ibu kami tidak mengijinkannya terlalu banyak makan permen. Jadi di sana ia lebih banyak berbicara. Tapi di sini ia bisa makan permen sepanjang hari. Karena itu tidak banyak yang dikatakan olehnya, kecuali 'Eh'. Betul kan. Sid?"
"Eh," jawab Sid.
Nyaris saja ia tercekik, karena ingin cepat-cepat menelan permen sebelum menjawab
"Ia kelihatannya hendak mengatakan sesuatu,?" kata Pip.
Diperhatikannya Sid dengan penuh minat.
"Betul kan, Sid?"
"Eh," gumam Sid dengan gugup.
Mukanya ungu, seperti orang tercekik.
"Ah, kurasa ia hanya ingin bercerita tentang bayi kembar itu," kata Ern.
"Sid senang sekali pada kedua bayi itu. Selama ini ia biasa datang ke caravan itu, lalu berdiri memandang ke dalam kereta bayi sampai berjam-jam. Ia senang sekali pada bayi."
Pip dan Larry menatap Sid dengan perasaan heran.
Ia sama sekali tidak kelihatan seperti anak yang senang pada bayi.
Sid menuding ke tanah, di mana nampak bekas roda roda kereta dorong.
"Nah, apa kataku ia memang ingin bercerita tentang bayi kembar itu," kata Ern.
"Ia biasa berdiri di sisi kereta dorong mereka, dan mengambilkan permainan mereka yang jatuh .Kurasa ia sangat sedih sekarang, karena kedua bayi itu sudah tidak ada lagi di sini. Sid memang aneh anaknya."
"Eh," kata Sid dengan suara tercekik.
"Kau ini menjijikkan, dengan permenmu," kata Ern sebal.
"Sudah sekaleng kauhabiskan, sejak kemarin. Awas, nanti kau kuadukan pada Ibu. Ayo, Ludahkan permenmu itu."
Sid pergi menjauh.
Rupanya merasa sendiri bahwa ia tidak sanggup melakukan percakapan secara normal. Pip menarik napas lega, karena udah tidak tahan lagi melihat Sid yang terus menerus sibuk dengan permennya yang lengket itu.
"Sid tadi pagi panik sekali, ketika kedua bayi kembar itu dibawa pergi," kata Perce yang saat itu datang untuk ikut mengobrol.
"Ia pergi ke sana untuk menggoyang-goyangkan kereta, seperti biasa dilakukannya apabila ibu kedua bayi itu ingin menidurkan mereka. Tapi tadi. tahu tahu wanita itu langsung berteriak teriak mengusir Sid .Teriakannya menyebabkan kedua bayi menjerit-jerit Wah, berisiknya bukan main tadi!"
"Kenapa Sid tahu-tahu diperlakukan sekasar itu?" kata Ern. ia merasa jengkel pada orang yang
mendamprat Sid.
"Padahal ia kan selalu baik pada kedua bayi jorok itu. Ia bisa berjam-jam mendorong-dorong mereka dalam kereta, hilir mudik di lapangan."
Pip dan Larry sebenarnya sudah bosan, terus menerus mendengar cerita tentang Sid dan kedua bayi kembar. Siapa peduli dengan mereka, pikir keduanya.
"Ern kemarin malam kau tidak mendengar apa-apa, ketika Pangeran Bongawah katanya diculik orang?" tanya Larry.
"Atau mungkin Sid, atau Perce?"
"Tidak! kami sama sekali tidak mendengar apa-apa," kata Ern tegas.
"Kami bertiga tidur
nyenyak sekali. Sid kalau tidur, biar ada kilat menggeledek di atas kepala pun takkan terbangun. Kami takkan tahu apa-apa, walau misalnya seluruh isi perkemahan yang diculik. Keluarga Goon memang terkenal nyenyak sekali tidurnya!"
Yah, begitulah keadaannya.
Rupanya tidak ada keterangan sama sekali yang bisa diperoleh dari Ern.
Menjengkelkan sekali rasanya, kenal orang yang tinggal berseberangan pagar dengan pangeran yang hilang, tapi sama sekali tidak ada keterangan yang bisa diperoleh dari orang tua!
"Tapi kalian kan pernah melihatnya sebelum ini?" tanya Larry lagi.
"Ya! Itu sudah pernah kukatakan padamu," kata Ern.
"Anaknya aneh, bertampang sok aksi. Gemar mencibir-crbir."
"Apa maksudmu?" tanya Larry.
"Yah setiap kali salah seorang dari kami mengintip dari balik pagar, ia pasti melihat kami lalu mengernyitkan muka dan mencibirkan bibir," kata Ern.
"Biar dia pangeran, tapi tidak tahu adat. Dia benar benar orang asing. Warna kulitnya coklat sekali."
"Lebih coklat daripada kami?" tanya Pip.
"Kurang lebih sama," kata Ern.
"Kenapa waktu itu kau mengatakan, ia dan Bets mirip sekali, seperti pinang dibelah dua?" tanyi Pip, yang tiba-tiba teringat pada ucapan Ern itu.
Muka Ern berubah, menjadi merah.
Rupanya agak malu.
"Yah, kakak beradik kan mestinya mirip satu sama lain," gumamnya.
Ia menendang nendang batu, untuk menutupi rasa kikuk.
"Huah, aku ingin tahu apa yang terjadi dengan Payung Kerajaannya! Kau harus melihat payung itu, Pip. Waktu itu ada beberapa orang datang, lalu seorang di antara mereka membuka sebuah payung yang besar sekali dan berwarna biru dan kuning emas, lalu pangeran itu dinaungi dengannya. Wah tampangnya langsung cemberut!"
"Ia tidak suka?" tanya Pip.
"Soalnya, anak-anak yang lain langsung ribut berteriak-teriak menertawakan," kata Ern
"Kelihatannya memang agak aneh."
"He!"
Tiba-tiba terdengar suara Fatty menyapa dari balik pagar semak.
"Kenapa kalian tahu-tahu keluyuran ke mana-mana? Aku ditinggal bicara sendiri saja, Pip!"
"Justru itu sebabnya aku pergi," kata Pip.
"Kau kan senang bicara, Fatty!"
"Bisakah kami ke tempat kalian lewat pagar ini?" seru Daisy.
"Lewat mana kami supaya pakaian jangan robek?"
Ern bergegas menyibakkan ranting-ranting berduri ke samping, supaya Daisy dan Bets dapat menyusup lewat pagar semak itu dengan leluasa.
Fatty menyusul sesudah mereka.
"Ronald. saudara sepupumu itu menyenangkan," kata Fatty pada Pip.
"Asyik kami mengobrol tadi."
"Kalau begitu kau pasti banyak melakukan interogasi sakSi," kata Pip menyindir, karena ia teringat pada buku-buku yang asyik dipelajari Fatty beberapa hari sebelumnya
"Ada petunjuk menarik yang kauperoleh mengenai kasus ini?"
"Tidak," jawab Fatty mengelak, karena Ia sebenarnya hanya sibuk menceritakan beberapa pengalamannya yang hebat hebat pada Ronald yang mendengarkan dengan mulut ternganga.
"Tidak! tidak banyak yang berhasil kukumpulkan."
"Kalau kalian bagaimana, Pip?" tanya Bets.
"Apakah kalian sudah menginto_ mengonter maksudku menanyai Ern, Sid dan Perce?"
"Ya, sudah! kami sudah menginterogasi mereka," kata Pip.
"Tapi tidak banyak keterangan yang berhaSil kami kumpulkan. Kemarin malam mereka tidur nyenyak sekali, sehingga tidak mendengar apa apa. Mereka sama sekali tidak tahu, apa sebetulnya yang terjadi dengan Pangeran Bongawah."
"Eh," kata Sid, yang saat itu tiba-tiba datang menggabung .
Rahangnya Sibuk digerak-gerakkan.
Pip memandangnya dengan jijik.
"Sana, pergi!" bentaknya.
"Dan jangan kembali, sebelum kau bisa bicara seperti orang normal. Aku juga bisa seperti kau ehm!"
Pip menggeram dengan keras.
Sid memandangnya dengan kaget, lalu cepat-cepat lari menjauh.
Sementara itu Pip mengambil kancing biru berpinggir emas yang tadi ditemukannya dalam
kantong tidur Pangeran Bongawah, lalu menunjukkannya pada anak anak yang lain.
"Ini satu satunya petunjuk yang kami temukan," katanya.
"Itu pun kalau bisa disebut begitu. Aku menemukannya dalam kantong tidur pangeran yang hilang itu. Kata temannya setenda, kancing ini berasal dari piama pangeran itu, yang juga berwarna sama. Biru dan kuning emas."
"Menurutmu, apa gunanya itu bagi kita?" tanya Fatty.
"Bisakah dipakai untuk mengetahui siapa yang menculiknya, atau kapan dan dengan cara bagaimana? Atau ke mana ia pergi? Petunjukmu itu tidak banyak gunanya, Pip."
"Memang. tadi pun sudah kusangka begitu," kata Pip.
"Tapi kau kan mengatakan, kita harus meneliti dan menyimpan segala galanya yang ditemukan untuk berjaga jaga kalau ternyata penting artinya. Karena itulah kancing ini kusimpan. O, ya, Pangeran Bongawah sewaktu menghilang tidak berganti pakaian dulu, Fatty! Ia pergi dengan piama."
Fatty terkejut mendengarnya.
"Kau tahu pasti, Pip?" tanyanya.
"Siapa yang bilang begitu?"
"Teman temannya setenda," kata Pip.
"Aneh," kata Fatty.
"Kenapa aneh?" kata Daisy.
"Pasti tidak ada waktu lagi baginya untuk berganti pakaian! Lagipula kalau itu dilakukannya, bukankah anak anak yang setenda akan terbangun karenanya?"
"Tidak, apabila ia menyelinap ke luar saat mereka sudah tidur," kata Fatty.
"Dan di luar barulah ia cepat-cepat mengenakan pakaian Kalau ada orang berkeliaran malam-malam di luar dengan piama, pasti akan menyolok."
"Tapi kalau ia benar diculik, mana mungkin ia berganti pakaian dulu," kata Daisy lagi.
"Para penculiknya langsung meringkusnya dalam tenda lalu membawanya pergi, biar masih memakai piama."
"Mana mungkin, Daisy," kata Fatty.
"Kau tidak memakai otakmu. Mana ada penculik yang menyelinap-nyelinap di lapangan yang ramai dengan orang orang yang berkemah. Merangkak tersangkut sangkut tali dan pasak tenda untuk mendatangi satu tenda khusus, lalu menyingkapkan penutupnya, meringkus seorang anak tertentu dalam gelap dan menyeretnya ke luar. Tidak! Anak itu pasti menjerit jerit sehingga seluruh perkemahan terbangun. Anak itu kan dijuluki Bongawah uah-uah. karena sering menangis terpekik jerit."
"Betul juga," kata Daisy.
"Tak terpikir itu tadi olehku. Memang. para penculik tentu tak melakukannya dengan cara begitu. Lalu menurutmu, bagaimana cara mereka menculiknya?"
"Kurasa sebelumnya ada yang membujuknya agar menyelinap dari tenda saat semua lampu sudah dipadamkan," kata Fatty.
"Mungkin ia dibujuk dengan jalan mengatakan bahwa ia akan diajak pergi ke pasar malam yang saat ini sedang ada di kota dekat sini. Pasar malam itu dibuka sampai larut malam. Pokoknya, dengan salah satu .alasan macam begitulah! Sekarang kita tidak bisa mengetahuinya dengan pasti. Dan apabila ia hendak diculik, bagi para penculiknya lebih gampang dengan cara begitu. Si pangeran sudah menunggu mereka di pintu gerbang, berdandan lengkap."
"Ya mereka tinggal membawanya pergi dengan mobil. Beres," kata Pip.
"Ah, sekarang aku mengerti kenapa kau tadi kaget mendengar anak itu hilang dengan mengenakan piama saja," kata Daisy pada Fatty.
"Jika penculikan direncanakan seperti yang kaukatakan, pasti pangeran cilik itu tidak memakai piama "
"Tepat," kata Fatty sambil nyengir.
"Mungkin ia tidak bisa menemukan pakaiannya. karena dalam tenda sudah gelap," kata Ern.
"Ah, ini bukan misteri namanya. tapi teka-teki konyol," kata Bets.
"Tidak ada yang mendengar atau melihat apa-apa. Semua tidak tahu apa-apa. jangan jangan memang tidak ada kejadian apa apa!"
SID MEMBUKA MULUT
"Yuk sudah waktunya kita pergi," kata Fatty, yang mulai merasa bosan di situ.
"Di sini tidak ada yang masih bisa diselidiki. Ke mana pun Pangeran Bongawah pergi, kemungkinannya ia masih dalam piamanya yang biru berpinggir emas. Selamat jalan deh!"
Anak-anak mengambil sepeda mereka lalu pergi.
Mereka melambaikan tangan pada Ern dan Perce.
Sid tidak nampak.
Anak-anak merasa lega karenanya.
"Anak itu tidak henti-hentinya mengunyah permen, seperti sapi memamah biak saja," kata Pip.
"Kurasa ia hidup hanya dari permen saja, lain tidak .Kalian lihat saja, kulitnya belang-belang."
"Aku tidak kepingin ketemu lagi dengan dia," kata Bets.
"Aku mual kalau melihatnya."
"Tidak ada alasan kenapa kita perlu bertemu lagi dengan Sid," kata Fatty.
"Ern kan bisa datang sendiri kalau ingin ketemu dengan kita. Aku tidak berniat mendatangi Sid dan Perce."
Tapi petang itu juga Fatty sudah berjumpa lagi dengan Sid.
Ketika itu ia sedang berada dalam gudang di belakang rumah keluarga Trotteville. Sedang mencoba salah satu samarannya yang terbaru .
Tiba-tiba terdengar pintu diketuk dari luar.
Fatty mengintip lewat lubang yang dibuat pada daun pintu untuk melihat ke luar.
Astaga! Ternyata Ern yang datang bersama Sid!
Menjengkelkan, karena saat itu Fatty sedang berlatih dengan samarannya.
Fatty cepat cepat melihat bayangan dirinya dalam cermin besar, lalu nyengir.
Ia hendak mencobakan samarannya pada Ern, untuk melihat apakah anak itu terkecoh karenanya!
Fatty membuka pintu.
Ern berdiri di luar, sambil tersenyum lebar.
Sid berdiri di sisinya.
Senyuman Ern langsung lenyap ketika yang muncul di ambang pintu bukan Fatty, melainkan seorang laki laki tua yang sudah bungkuk. Orang itu bercambang dan beijenggot acak-acakan.
Alisnya tebal dan sudah putih. begitu pula sisa rambutnya yang beberapa lembar di atas ubun ubun yang nyaris licin.
Pakaiannya jas usang yang nampak terlalu besar baginya, dengan celana kedodoran.
"Eh selamat malam," kata Ern yang masih kaget.
"Anu Tuan Fredenck Trotteville ada, Pak?"
Laki-laki tua itu mengangkat tanganya yang gemetar dan mendekatkannya ke belakang telinga, seolah-olah tidak mendengar dengan jelas.
"Apa katamu?" katanya.
"Kalau bicara jangan menggumam, Nak!"
Suaranya gemetar, seperti tangannya.
Ern melantangkan suaranya.
"TUAN FREDERICK ADA, PAK?" teriaknya.
"Jangan berteriak. aku tidak tuli," tukas laki-laki tua itu dengan suara marah.
"Tuan Frederick itu siapa?"
Ern melongo sesaat.
Kemudian teringat olehnya, Fatty dikenal dengan nama Fatty, bukan Frederick .Dan mungkin laki-laki tua itu hanya mengenal julukannya saja.
"Fatty." kata Ern dengan suara nyaring.
"FATIY!"
"Fatty? Kau ini anak kurang ajar mengata ngatai aku gendut," kata laki-laki tua itu dengan suara meninggi.
'Fatty' artinya memang 'Gendut' sesuai dengan bentuk tubuh Frederick Trotteville alias Fatty.
"Aku tidak mengatai-ngatai Bapak," kata Ern bingung.
"Begini sajalah mana anak laki-laki yang tinggal di sini?"
"Sudah pergi," kata laki-laki tua itu sambil menggelengkan kepala dengan sikap sedih.
"Pindah ke London."
Ern merasa jangan-jangan ia sedang bermimpi saat itu.
Fatty, ke London?
Padahal baru satu jam sebelumnya, ia masih bertemu dengan anak itu.
Ern melirik dengan gelisah ke arah gudang.
Jangan-jangan ia salah masuk tadi!
"Apa sebabnya ia pergi?" tanyanya kemudian.
"Adakah pesan yang ditinggalkannya? Dan apa yang Bapak lakukan di sini?"
"Aku diserahi tugas mewakilinya di sini," kata laki-laki tua itu.
Ia mengambil selembar sapu tangan lebar berwarna merah. lalu membersihkan
hidung dengan bunyi berisik yang menyebabkan Ern mundur selangkah .karena kaget Ern sama sekali tidak tahu bahwa laki-laki tua itu sebenarnya Fatty, yang saat itu menyembunyikan tawanya di balik sapu tangan.
Sid ikut mundur.
Ia sudah hendak lari, tapi Ern
cepat-cepat memegang lengannya.
"Jangan lari, Sid! Kau ikut kemari karena hendak mengatakan sesuatu yang penting. Tadi kaukatakan bahwa kau hendak menyampaikannya sendiri pada Fatty, walau mungkin sepanjang malam kita mencari anak itu. Kalau kau sekarang kembali ke perkemahan, nanti kau jejali lagi mulutmu dengan permen, dan kami tidak bisa menyuruhmu berbicara. Kau satu-satunya dari kita yang mengetahui suatu petunjuk penting, dan Fatty harus mengetahuinya!"
"He! Betul-betulkah ia mengetahui suatu petunjuk?" kata laki-laki tua di depan mereka.
Ern terlonjak kaget, karena orang itu berbicara dengan suara Fatty.
Tapi itu kan mustahil!
Kalau begitu di mana Fatty?
Ern celingukan, mencari-cari.
Laki-laki tua itu menumbuk rusuk Ern sambil tertawa terkakak-kakak, yang kemudian berubah menjadi suara Fatty yang tertawa riang.
Ern memandangnya dengan mulut ternganga.
Sid juga ikut melongo.
"Astaganaga! Dia ini Fatty!" seru Ern dengan gembira bercampur takjub.
"Kau benar-benar berhasil mengecoh diriku. Huah _ tampangmu mirip sekali dengan seorang laki-laki tua. Tapi
bagaimana caramu membuat ubun-ubunmu botak seperti itu?"
"Ah, cuma dengan ubun-ubun palsu saja," kata Fatty sambil menarik benda itu, memperlihatkan rambut aslinya yang lebat.
Fatty meringis.
"Ketika kalian datang tadi, aku sedang berlatih menyamar. Bagus, ya?"
"Kau benar-benar luar biasa, Fatty," kata Ern kagum.
"Tapi suara dan tawamu juga berubah sama sekali. Huahh kau ini pantas menjadi aktor di panggung!"
"Tidak bisa, karena aku ingin jadi detektif," kata Fatty.
"Tapi kepandaian sebagai aktor memang ada gunanya dalam pekerjaan itu. Yuk, kita masuk! Apa maksudmu tadi, tentang Sid punya petunjuk?"
"Begini," kata Ern serius.
"Tadi Sid hendak mengatakan sesuatu pada kita semua, ketika kalian datang ke perkemahan kami. Tapi tidak bisa, karena mulutnya penuh permen yang lengket. Nah sejak itu ia Sibuk mengunyah-ngunyah, sampai semua permennya habis."
"Berat juga pekerjaannya," kata Fatty.
"Lalu sekarang ia sudah bisa bicara lagi, tentunya. Kecuali 'eh', apa lagi yang bisa dikatakan olehnya?"
"Tidak banyak sebetulnya." kata Ern berterus terang.
"Tapi apa yang diceritakannya tadi pada kami aneh sekali, Fatty. Sangat aneh! Karena itu ia kuajak kemari, supaya ia bercerita sendiri padamu. Mungkin saja penting artinya. Ayo, Sid -katakanlah padanya."
Sid mendehem-dehem.
"Eh," katanya
"Eh begini! aku mendengar mereka berteriak-teriak. Heh, sungguh!"
"Siapa yang berteriak-teriak?" tanya Fatty bingung.
"Eh yah," kata Sid, lalu mendehem-dehem lagi,
"mereka berteriak-teriak."
"Ya, ya itu sudah kami dengar tadi," kata Fatty.
"Eh."
Sid bingung.
Dipandangnya Ern, seperti meminta tolong. Tapi Ern hanya membalas tatapannya saja, dengan sikap galak.
"Nah itulah, kalau terlalu suka makan permen," kata Ern.
"Kau bukan saja tidak bisa bicara, tapi juga tidak bisa berpikir lagi. Camkanlah tu, Sid!"
"Apakah dia datang ini hanya untuk menceritakan bahwa ada orang berteriak teriak?" tanya Fatty.
"Tidak ada apa-apa lagi selain itu?"
"Masih ada. Tapi kurasa lebih baik aku saja yang menceritakannya," kata Ern .
Dengan segera air muka Sid yang tadinya keruh, nampak berseri.
"Eh," katanya.
"Dan kau jangan memotong ceritaku," kata Ern dengan galak.
Sid memang sama sekali tidak berniat begitu. Karenanya ia hanya menggeleng gelengkan kepala, tanpa berani mengatakan apa-apa.
Bahkan 'eh' pun tidak.


Pasukan Mau Tahu 09 Misteri Pangeran Asing di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nah, inilah yang diceritakan Sid tadi pada kami." kata Ern.
"Kejadiannya aneh sekali, Fatty.
Sungguh! Pasti kau akan merasa sulit mempercayainya "
"Ayo, sudahlah ceritakan saja, Ern," desak Fatty.
"Mungkin penting artinya. Mulailah dari awal."
"Seperti kuceritakan pada kalian tepatnya pada Larry dan Pip. Sid ini senang sekali pad bayi," kata Ern memulai ceritanya.
"Kegemarannya menggoyang-goyangkan kereta bayi, memungutkan permainan yang jatuh, serta mengajak bayi bayi berbicara. Nah, di sebelah tenda kami ada sebuah caravan. Kalian juga sudah melihatnya. Caravan itu sekarang kosong. Penghuninya pergi hari ini "
Fatty mengangguk, sambil mendengarkan dengan penuh perhatian
"Wanita yang selama ini tinggal di situ mempunyai dua anak kembar, yang masih bayi," kata Ern lagi.
"Sid sangat tertarik pada mereka karena ia dan Perce juga anak kembar. Karenanya ia sering mengajak mereka bermain-main. Ya kan, Sid?"
"Eh," kata Sid sambil mengangguk.
"Nah -pagi itu Sid mendengar kedua bayi itu ribut menjerit-jerit," kata Ern yang semakin asyik bercerita
"Ia lantas datang ke sana, untuk menggoyang-goyangkan kereta mereka supaya keduanya bisa tenang kembali. Saat itu ibu mereka sedang sibuk berkemas dalam caravan. Tapi begitu ia melihat Sid ada di luar, ia langsung lari menghampiri lalu menempelengnya. Huah, keras sekali tamparannya! Sid disuruhnya pergi."
"Kenapa begitu?" tanya Fatty heran.
"Sid kan hanya melakukan sesuatu yang biasa dilakukannya selama ini. Atau pernahkah wanita itu melarangnya?"
"Tidak," kata Ern.
"Ia bahkan pernah mengijinkannya mendorong kereta mereka bolak-balik. Itu bukan pekerjaan enteng, karena keretanya berat sekali. Maklumlah, kereta yang muat untuk dua orang bayi. Yah, setelah ditempeleng. Sid pergi dengan perasaan bingung."
"Tentu saja." kata Fatty.
Dalam hati ia bertanya-tanya, kapan ia akan bisa mendengar bagian penting dari cerita itu.
"Setelah itu, apa lagi yang terjadi?"
"Wanita -itu menyeret kereta bayinya ke belakang caravan," sambung Ern.
"Di situ ia bisa terus mengawasinya. Tapi kedua bayi itu masih saja menangis menjerit-Jerit. Sid sampai tidak tahan mendengarnya. Ia merasa kasihan pada mereka."
"Eh." kata Sid dengan sedih.
"Jadi ketika wanita itu beberapa saat kemudian pergi ke salah satu caravan lain yang ada di dekat situ dengan membawa beberapa barang. Sid
cepat cepat menghampiri kereta bayi itu. untuk melihat kenapa kedua bayi itu masih saja menangis." kata Ern.
"Kedengarannya seperti kesakitan seolah olah tertusuk peniti, atau barang lain yang mengganggu. Pokoknya, Sid mengulurkan tangannya ke dalam kereta. lalu meraba-raba alas tempat kedua bayi itu berbaring.
Tahu-tahu ia meraba seseorang lagi dalam kereta itu, Fatty!"
Kali ini Fatty benar-benar kaget.
Ia meluruskan duduknya.
"Orang lain?" serunya.
"Apa maksudmu?"
"Yah orang lain," jawab Ern.
"Ketika Sid meraba-raba, tiba tiba teraba olehnya tubuh oran lain di bawah alas kereta. Disingkapkannya alas itu sedikit _ dan dilihatnya kepala berambut hitam serta sedikit pipi berkulit coklat. Kemudian salah satu bayi meraih Sid, memutar tubuhnya sehingga orang yang ada dalam kereta itu tertutup olehnya'
Fatty sangat kaget, sehingga selama beberapa saat ia tidak bisa mengatakan apa apa.
Kemudian ia menoleh, memandang Sid.
"Menurut perkiraanmu, siapa orang di dasar kereta bayi itu?" tanya Fatty.
"Pangeran itu," kata Sid.
Ia lupa mengatakan 'eh', karena ingin cepat-cepat menjawab sebelum didului oleh Ern.
"Pangeran itu .ia_ bersembuny di situ .Ia tidak tahu bahwa aku melihatnya, karena ia menelungkup. Eh!"
"Wah!" kata Fatty, sambil menyerapkan segala keterangan yang baru saja didengar.
"Jadi itu rupanya yang terjadi. Pangeran itu menyelinap keluar dari tenda dengan berpakaian piama saja, lalu bersembunyi dalam caravan untuk malam itu. Kemudian paginya wanita itu menaruhnya ke dasar kereta yang besar itu, tersembunyi di bawah kedua bayi! Wah, pasti tidak enak rasanya berada di tempat itu. Ia terpaksa meringkuk. Dan pasti sangat panas di situ!"
"Eh," kata Sid sambil mengangguk
"Lalu tentunya wanita itu menyuruh salah seorang mengambil semua barangnya yang ada dalam caravan. sedang ia sendiri pergi mendorong kereta bayi yang berisi Pangeran Bongawah." sambung Fatty.
"Takkan ada orang yang merasa uiriga. Tapi apa salahnya berbuat begitu? Apa hubungan wanita itu dengan pangeran? Kenapa ia menyelinap malam malam ke caravan? Wah ! ternyata ini memang suatu misteri!"
"Sudah kusangka kau akan senang. Fatty." kata Ern dengan gembira.
"Untung Sid berhasil menyingkirkan permen di mulutnya. ya? Karena inilah yang sejak tadi ingin diceritakannya pada kita. Nyaris saja ia tercekik tadi. karena mencoba cepat-cepat menelan gumpalan permen yang sedang ada dalam mulut."
"Sayang ia tidak cepat-cepat bercerita pada orang lain, begitu ia mengetahui kejadian ini." kata Fatty.
"Ia sudah berusaha." kata Ern.
"Tapi kusangka ia hanya hendak mengatakan ingin berenang atau entah mau apa. ketika ia menuding-nuding caravan. Tanpa permen di mulut pun Sid memang sulit berbicara. Kata Ibu. lidahnya tidak tumbuh normal."
"Sekarang perlu kupikirkan tindakan selanjutnya," kata Fatty.
"Ern. kau harus melaporkan hal ini pada pamanmu. Aku sudah mengatakan
padanya, kita akan melaporkan semua yang berhasil kita ketahui. Sebaiknya kau langsung saja mendatanginya untuk melaporkan."
"Aduh aduh, aku tidak berani," kata Ern berkeluh-keluh.
"Pasti aku ditempelengnya nanti. sampai telingaku tuli sebulan lamanya!"
PAK GOON MENERIMA KABAR
Tapi bagaimana juga, Ern terpaksa pergi.
Fatty tidak ingin menelepon Inspektur Kepala secepat itu setelah diomeli olehnya. Dan jika Pak Goon diberi tahu, ia akan bisa melaporkan persoalan itu pada
atasannya. Karena itu Ern yang malang tetap ia suruh ke pamannya, diikuti dari belakang oleh Sid.
Kedua anak itu tidak bisa dibilang senang mendapat tugas itu.
Saat itu Pak Goon sedang berada di dapur, di bagian belakang rumahnya. Ia seorang diri di situ.
Ia sedang berlatih.
Bukan berlatih menyamar, seperti Fatty melainkan berlatih 'melonggarkan lidah', seperti diusulkan anak itu.
Bisakah ia berbicara 'asing', hanya dengan jalan melonggarIan lidah?
Pak Goon menggerak-gerakkan lidahnya, asal jadi.
"Abla-abla-abla," katanya mengoceh.
Pak Goon berhenti sebentar.
Entah apa sebabnya, hanya 'abla-abla' itu saja yang teringat olehnya. Dicobanya mengingat ingat rentetan kata-kata berbunyi asing yang diucapkan Fatty siang itu.
Tapi ia tidak ingat lagi. Mendengar Fatty mengucapkannya, mestinya gampang saja mengocehkan katakata yang tak menentu artinya!
Tapi ketika dicoba, ternyata sama sekali tidak mudah. Setiap kali ia membuka mulut dan menggerakkan lidah, yang terdengar selalu hanya 'abla-abla-abla' saja.
Lain tidak.
Dan begitu ia berhenti menyebutkan rentetan suku-suku kata itu. lidahnya pun ikut berhenti bergerak .Otaknya tidak mampu membentuk kata-kata lain.
Pak Goon mencoba sekali lagi, diawali dengan mendeklamasikan suatu kalimat.
"Sang jejaka tegak di atas geladak menyala. abla-abla-abla. Aduh -masih saja tidak bisa,' keluh Pak Goon.
Sementara itu Ern dan Sid tiba di sana.
Ern tidak mengetuk pintu, karena takut membangunkan pamannya yang mungkin saat itu sedang tidur. Pak Goon memang biasa tidur siang.
Dicobanya membuka pintu depan dengan hati-hati.
Tidak bisa.
Rupanya dikunci dari dalam
"Yuk, kita lihat saja ke belakang," kata Ern mengajak adiknya.
"Mungkin Paman sedang ada di kebun."
Keduanya berjingkat-jingkat ke belakang.
Mereka lewat di depan jendela dapur yang terbuki lebar.
Dari dalam terdengar suara menggumam
"Ia ada di dalam," bisik Ern pada Sid.
"Rupanya sedang ada tamu. karena itu suara Paman sedang bicara."
Ern dan Sid berdiri sambil mendengarkan.
"Abla-abla-abla," demikian terdengar suara Pak Goon mengoceh di dalam.
"Ablaabla-abla abla!"
Ern memandang Sid dengan perasaan kaget dan
bingung. itu kan suara Paman, katanya dalam hati.
Tapi kenapa bicaranya seperti bayi sedang mengoceh?
Dengan hati-hati Ern mengintip dari sudut jendela, memandang ke dalam dapur.
Ya. betul Pak Goon memang ada di dalam .Paman mereka itu berdiri membelakangi Jendela.
Ia sedang memandang bayangannya sendiri dalam cermin, sambil mengoceh terus.
Ern mulai merasa tidak enak.
Jangan-Jangan Paman sudah terganggu otaknya, pikir anak itu. Mungkin karena terlalu lama berjemur di tempat panas.
"Abla-abla-abla!"
Kata-kata aneh itu terdengar berulang-ulang.
Lalu secara tiba-tiba disusul
dengan, "Sang jejaka tegak di atas geladak menyala."
Kalimat terakhir itu menyebabkan Ern membulatkan sikap .Biarpun ada petunjuk penting yang perlu disampaikan, tapi ia tidak mau mengganggu pamannya yang sedang begitu keadaannya. Ia menyelinap pergi lewat sisi rumah bersama Sid, lalu menuju ke pintu pagar depan.
Tapi malang baginya.
Pak Goon mendengar langkah orang di luar.
Dengan cepat ia sudah membuka pintu depan rumah. Ia masih sempat melihat Ern dan Sid membuka pintu pagar.
"Apa yang kalian lakukan di sini. malam malam begini?" bentak Pak Goon.
"Kenapa kalian sudah pergi lagi, sebelum masuk ke dalam? Apakah kalian tadi menguping di luar Jendela?"
Ern ketakutan mendengar suara pamannya.
Ia berdiri dengan tubuh gemetar di ambang pintu pagar, di samping Sid.
"Kami datang karena ingin menyampaikan sesuatu, Paman." kata Ern dengan suara bergetar
"Suatu petunjuk! Penting sekali."
"Aha!" kata Pak Goon.
"Jadi untuk itu rupanya kalian kemari, Kalau begitu, masuklah! Kenapa tidak dari tadi kaukatakan."
Nyaris saja ia menyambung kalimat itu dengan mengucapkan 'abla abla-abla'. Untung ia masih sempat menahannya.
Gawat juga, suku kata itu kini seakan-akan melekat di ujung lidahnya.
Dengan takut-takut Ern dan Sid masuk ke dalan rumah. Pak Goon mengajak mereka ke ruang duduknya. Sesampai di situ polisi desa itu lantas duduk di kursi besarnya.
Ia menyilangkan kaki. sementara kedua tangannya diletakkan di ata pangkuan.
Dengan sikap begitu ditatapnya kedua keponakannya.
"Jadi kalian mendapat suatu petunjuk." katanya
"Apa itu?"
Sid sama sekali tidak bisa mengatakan apa-apa.
Bahkan 'eh' saja pun tidak!
Sedang Ern keadaannya hampir separah adiknya. Tapi akhirnya ia berhasil juga bicara. Dan begitu membuka mulut. kata-katanya berloncatan ke luar dengan cepat.
"Sid yang menemukan petunjuk itu, Paman," katanya terburu buru.
"Paman kan tahu bahwa Pangeran Bongawah diculik? Nah, kenyataannya
ia sama sekali tidak diculik orang. Ia sendiri masuk ke dalam kereta bayi bersama dua bayi kembar dan pagi tadi ia didorong pergi."
Pak Goon mendengar kata-kata itu dengan perasaan heran bercampur tidak percaya.
Memasukkan diri sendiri ke dalam kereta bayi?
Bersama dua anak kembar?
Lalu ia didorong pergi?
Omong kosong apa lagi itu?
Pak Goon berdiri.
Kedua keponakannya memandang paman mereka yang bertubuh gempal dan bertampang galak itu dengan muka pucat ketakutan.
"Lalu kenapa kalian datang untuk menceritakan omong kosong ini padaku?" bentak Paman Goon.
'Apa sebabnya kalian tidak menceritakannya pada anak laki-laki gendut itu? Biar dia saja mempercayai ocehan kalian Kalau aku, tidak! Cerita omong kosong .Hahh! Kenapa kalian berani datang untuk menceritakannya padaku?"
"Kami disuruh Fatty." kata Ern terbata bata.
Anak itu sudah hampir menangis karena takut
"Kami sudah menceritakannya padanya, dan ia percaya. Lalu katanya kami harus menceritakannya pada Paman. Sungguh. begitulah katanya. Untuk membantu Paman. katanya "
Dada Pak Goon membengkak, sehingga menurut perasaan Ern dan Sid jas dinas paman mereka yang memang sudah sempit itu sebentar lagi pasti akan putus semua kancingnya. Pak Goon berdiri dengan Sikap angker di depan kedua keponakannya yang menunduk ketakutan.
"Kalian katakan saja pada anak sialan itu, aku ini tidak setolol sangkaannya," sergah Pak Goon.
"Bilang pula padanya, ia harus menceritakan kisahnya tentang kereta bayi dan anak-anak kembar itu pada Pak Inspektur Kepala! Kalian disuruhnya kemari untuk mengocehi diriku dengan omong kosong seperti itu. Aku malu punya keponakan seperti kau, Ern! Kepingin rasanya menghajar dirimu. Berani-beraninya!"
Ern dan Sid tidak menunggu lebih lama lagi.
Keduanya langsung lari, menyusur lorong. lewat pintu depan dan langsung menuju ke Jalan.
Sid menangis sambil berlari.
Muka Ern pucat pasi.
Kenapa Fatty tadi menyuruhnya melakukan tugas seperti itu?
Dari tadi ia sudah tahu, pamannya pasti takkan mau mempercayai dirinya.
Dan ternyata memang begitu.
"Kita kembali ke perkemahan," kata Ern dengan napas terengah engah.
"Di sana kita aman. Cepat, Sid lari'"
Sama sekali tidak terpikir oleh Ern untuk kembali ke tempat Fatty, dan menceritakan apa yang baru dialaminya.
Bersama Sid ia lari menyelamatkan diri, sambil berulang kali menoleh ke belakang, takut kalau Pak Goon mengejar mereka.
Perce mengucap syukur bahwa ia tidak ikut, setelah mendengar cerita menyeramkan itu dari kedua saudaranya. Perce juga sangat takut kepada pamannya, sama seperti Ern dan Sid .Ern sering bercerita pada kedua adik kembarnya, tentang pengalamannya yang serba tidak enak ketika ia
pernah tinggal di rumah Pak Goon.
Ia bercerita tentang tempeleng,pukulan dengan rotan serta hentakan-hentakan yang dialaminya waktu itu.
"Tapi aku tidak menyesal," kata Ern saban kali mengakhiri ceritanya
"Karena waktu itu aku juga bisa berkenalan dengan kelima anak itu dan terutama dengan Fatty. Huah -anak itu benar-benar hebat! Huibatt. kataku!"
Sementara itu Fatty yang dikatakan 'anak huibatt' oleh Ern sedang sibuk berpikir mengenai berita mengejutkan yang didengarnya dari Sid -atau tepatnya lewat Ern.
Benar-benar luar biasa.
Mungkinkah Sid benar?
Mungkinkah pangeran cilik itu betul-betul meringkuk dalam kereta besar yang memuat kedua bayi kembar?
Siasat begitu memang pernah dilakukan, untuk menyelundupkan orang secara diam-diam pergi dari suatu tempat.
"Memang, gampang saja." pikir Fatty.
"Tinggal membuka alas tempat duduk, lalu memasukkan orang itu ke dasar kereta dan membaringkan kedua bayi di atasnya. Tapi aku tidak mengerti untuk apa pangeran itu menyelinap ke seberang pagar malam-malam. lalu mau dimasukkan ke dalam kereta bayi keesokan harinya?"
Hal itu merupakan teka-teki bagi Fatty.
Akhirnya ia memutuskan untuk membicarakannya dengan teman-teman besok pagi. Kemudian timbul pertanyaan dalam hatinya, bagaimana pendapat Pak Goon tentang kedatangan Ern serta kabar yang disampaikan anak itu.
Apakah ia kemudian
bertindak?
Apakah ia kemudian menelepon Inspektur Kepala?
Mulanya Fatty sedikit banyak memperkirakan bahwa Pak Goon akan menelepon dirinya. guna menanyakan pendapatnya mengenai berita yang disampaikan oleh Ern. Tapi setelah dipikir lebih lanjut, Fatty berubah pendapat.
Tidak! Pak Goon pasti hendak mengusutnya sendiri lebih lanjut, agar kemudian bisa mengatakan bahwa semua dikerjakan sendiri olehnya
"Biar saja." kata Fatty dalam hati.
"Jika ia bisa lebih cepat dari aku membongkar teka teki ini, syukurlah' Saat ini aku benar benar bingung. Aku sama sekali tidak bisa menemukan jawaban mengenainya. Baik alasan maupun kapan terjadinya!"
Setelah itu Fatty menelepon Larry
"Halo, Larry! Harap datang besok pagi ke tempatku, di belakang rumah. Ya tepat pukul setengah sepuluh pagi. Ada perkembangan yang sangat penting dan misterius. Ern dan Sid baru saja kemari, dengan berita yang mengherankan."
"Wah!"
Suara Larry terdengar bergairah.
"Kabar apa itu?
Coba ceritakan sedikit!"
"Jangan! aku tidak bisa mengatakannya lewat telepon," kata Fatty.
"Pokoknya, penting sekali. Jadi besok pukul setengah sepuluh tepat!"
Larry tegang sekali mendengar kabar itu. sehingga kepingin sekali bergegas datang ke tempat Fatty saat itu Juga!
Malam itu ia dan Daisy
sibuk mencoba menerka berita misterius yang hendak dikatakan oleh Fatty besok.
Tapi tentu saja mereka tidak berhasil.
Sementara itu Fatty menelepon Pip. Ternyata yang menerima Bu Hilton.
"Pip sedang mandi." kata Bu Hilton.
"Ada apa. Frederick? Katakan saja nanti kusampaikan padanya."
Fatty ragu ragu Bu Hilton tidak menyukai hal hal yang berbau misteri. Ia bahkan sudah beberapa kali melarang Pip dan Bets agar Jangan ikut-ikut di dalamnya .Jadi mungkin lebih baik Jika ia tidak terlalu banyak bicara. pikir Fatty. Tapi ia bisa saja mengatakan ingin bicara dengan Bets.
Bets bergegas datang, karena merasa bahwa Fatty pasti hendak menyampaikan suatu berita.
"Halo. Fatty," kata Bets lewat telepon.
"Ada kabar baru?"
"Ya," kata Fatty dengan serius.
"Baru saja kuterima kabar luar biasa dari Ern dan Sid. Tapi aku tidak bisa mengatakannya lewat telepon. Datang saja kemari besok pagi. pukul setengah sepuluh tepat."
"Wah. Fatty!" seru Bets dengan gembira.
"Kau harus bercerita sedikit mengenainya. Cepatlah! di Sini sedang aman, tidak ada Siapa-Siapa kecuali aku sendiri "
"Aku tidak bisa menceritakannya lewat telepon," kata Fatty.
Ia menikmati pentingnya keadaan saat itu.
"Aku cuma bisa mengatakan bahwa urusannya penting sekali, dan banyak memerlukan
perundingan dan perencanaan. Kita mulai memasuki misteri yang sesungguhnya. Bets!"
"Aduh'" seru Bets bergairah
"Baiklah jadi besok. pukul setengah sepuluh. Kukatakan saja sekarang juga pada Pip "
"Tapi jangan kauteriakkan dari balik pintu kamar mandi!" kata Fatty cemas.
"Ah ya -betul juga. ia sedang mandi saat ini." kata Bets.
"Kalau begitu kutunggu saja sampai ia sudah selesai. Tapi ia akan kusuruh cepat sedikit!"
Pip bergembira sekali mendengar kabar itu dari Bets.
Semangatnya berkobar kobar, sehingga ingin saat itu juga bergegas pergi ke tempat Fatty. Tapi ibunya pasti marah, kalau ia keluyuran lagi malam-malam sehabis mandi.Karenanya walau segan, akhirnya ia memutuskan untuk menunggu sampai besok pagi
Sementara itu Fatty pergi ke kamar tidurnya. ia duduk di situ sambil berpikir-pikir.
Dibolak baliknya segala yang diketahuinya tentang Pangeran Bongawah.
Diambilnya buku ensiklopedia dan dibacanya keterangan yang ada di situ mengenai
negara Tetarua.
Setelah itu ditelaahnya buku katalog milik ibunya. yang didapat dari sebuah toko besar yang menjual segala macam barang secara pesanan.
Fatty bernasib mujur.
Dalam katalog itu tertera gambar kereta-kereta bayi.
Bukan yang biasa saja,tapi juga yang untuk bayi kembar -lengkap dengan semua ukurannya.
Setelah meneliti gambar dan ukuran kereta itu.
Fatty menarik kesimpulan bahwa sama sekali tidak
sulit untuk menyembunyikan orang di dasar kereta bayi yang demikian
"Tapi kurasa pasti sama sekali tidak enak berbaring di dalamnya." katanya dalam hati.
"Ah aku ingin tahu bagaimana pendapat Pak Goon mengenai perkembangan baru ini!"
Pak Goon sama sekali tidak percaya, jadi ia sama sekali tidak mempunyai pendapat mengenainya.
"Hahh!"
Hanya itu saja yang dikatakannya. lalu melupakan segala persoalan itu!
MENGATUR RENCANA
Keesokan paginya para anggota Pasukan Mau Tahu sudah berkumpul di gudang tempat Fatty.
Padahal waktu itu masih beberapa saat sebelum pukul setengah sepuluh.
Buster juga ikut hadir.
Anjing itu meloncat-loncat dengan girang, lalu duduk di atas pangkuan Bets.
"Ayolah, Fatty .kami sudah tidak sabar lagi menunggu," kata Larry dengan tegas.
"Ceritakanlah, apa yang terjadi kemarin. Jangan sok serius dan misterius. ah! Ceritakan saja apa adanya!"
Menuruti permintaan itu, Fatty bercerita dengan singkat. sementara teman-temannya mendengar dengan perasaan heran.
"Disembunyikan dalam kereta bayi?" seru Larry tercengang.
"Kalau begitu, Pangeran Bongawah mestinya kenal baik dengan wanita itu. Ia pasti berada dekat perkemahan pangeran itu dengan alasan tertentu"
"Mungkin wanita itu sebenarnya pengasuh Pangeran Bongawah," kata Bets menyatakan dugaannya.
"Mungkin ia tahu bahwa anak asuhannya itu tidak betah di perkemahan. Lalu ia mengatur rencana agar si pangeran bisa pergi secara diam diam."
"Dugaan yang baik sekali, Bets." kata Fatty memuji
"Aku sebelum ini juga sudah menduga ke arah itu. Tapi ada sesuatu yang merepotkan yaitu bayi kembar. Kurasa hampir tidak mungkin pangeran itu bisa menerima pengasuh yang masih mempunyai bayi. kembar dua lagi!"
"Mungkin saja ia bekas pengasuhnya yang kemudian menikah dan melahirkan anak kembar." kata Bets lagi
"Tak ada gunanya kita menyusun teori dan gagasan-gagasan mengenai kejadian ini, sebelum lebih banyak fakta terkumpul." kata Fatty.
"Maksudku. kita perlu menyelidiki dulu siapa wanita itu. Begitu pula apakah caravan itu miliknya. dan apakah ia datang ketika Pangeran Bongawah tiba di perkemahan. Lalu perlu kita ketahui apakah kedua bayi kembar itu betul betul anaknya. atau mungkin dipinjam agar ia bisa datang membawa kereta bayi besar itu. yang diperlukan sebagai tempat menyembunyikan. wah, pokoknya banyak sekali yang perlu kita selidiki!"
"Apakah untuk mengetahui segala hal itu kita harus mengadakan pengintaian ke mana mana?" tanya Daisy.
"Aku senang melakukan tugas begitu."
"Banyak sekali yang perlu kita ketahui." kata Fatty
"Jadi kita harus segera mulai .Kalian tadi ada yang sempat membaca surat kabar?"
"Aku cuma sempat melihat selintas saja karena perasaanku terlalu bergairah, sehingga
tidak bisa memusatkan perhatian untuk membaca apa apa." kata Larry
"Kenapa kau bertanya?"
"Soalnya, hari ini ada berita lagi tentang pangeran itu serta negeri asalnya," kata Fatty.
Ia membentangkan surat kabar di lantai. lalu menunjuk suatu kolom berita.


Pasukan Mau Tahu 09 Misteri Pangeran Asing di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Anak-anak membacanya beramai ramai.
"Seperti kalian baca sendiri. Tetarua bukan negara besar. tapi bagi negara kita penting sekali artinya." kata Fatty.
"Di sana ada pangkalan udara yang penting artinya bagi angkatan udara kita. Karena itu negara kita menjalin persahabatan dengan Tetarua "
"Dan Tetarua menyekolahkan Pangeran Bongawah, putra mahkota. ke Sini." kata Larry sambil membaca.
"Lalu di sini diberitakan pula bahwa saat ini di Tetarua sedang berlangsung persengketaan antara raja yang berkuasa dengan saudara sepupunya. yang merasa bahwa ialah sebenarnya yang berhak menjadi rara Tetarua "
"Betul. Ada kemungkinan saudara sepupu raja itu mengirim orang-orangnya kemari untuk menculik Pangeran Bongawah," kata Fatty.
"Jika pangeran itu lenyap. saudara sepupu itu akan menjadi raja di negaranya. Rupanya Pangeran Bongawah anak tunggal, tidak punya kakak dan adik."
"Itu siasat kuno." kata Larry.
"Mungkinkah nanti dituntut uang tebusan bagi pangeran itu?"
"Tidak." kata Fatty.
"Menurut pendapatku. pangeran cilik itu hendak dilenyapkan untuk selama-lamanya. Dengan begitu tidak ada kemungkinan bahwa ia kemudian hari datang menuntut haknya kembali'"
Setelah itu selama beberapa saat tidak ada yang berbicara .
Semua merasa tidak enak, membayangkan pangeran cilik itu akan 'dilenyapkan untuk selama lamanya'.
Bets bergidik, sementara Daisy mengusap usap keningnya tanda bingung
"Tapi walau ada berita begitu dalam surat kabar
-kita tahu bahwa kenyataannya lain." katanya kemudian.
"Kita tahu bahwa anak itu tidak diculik dengan cara yang dibayangkan pada umumnya. Maksudku. diseret pergi dari dalam tenda. lalu dibawa lari dengan mobil ke tempat yang tidak diketahui. Kita kini tahu bahwa pangeran itu rupanya dengan kemauan sendiri menyelinap pergi dari tendanya tanpa berganti pakaian dulu. Dengan piama saja ia pergi ke balik pagar semak, menuju ke caravan dan kemudian membiarkan dirinya disembunyikan dalam kereta bayi lalu dibawa pergi dengannya! Itu kan bukan penculikan namanya."
"Memang bukan," kata Fatty
"Tapi ada sesuatu yang aneh di sini. Walau begitu. aku percaya pada Sid. Ia tidak cukup pintar sehingga tidak mungkin mampu mengarang ngarang cerita seperti itu "
"Kau sudah menelepon Inspektur Kepala?" tanya Pip
"Dan apa katanya?"
"Aku sama sekali tidak meneleponnya." kata Fatty.
"Kurasa saat ini, ia sedang tidak senang padaku malah pada kita semua! Karenanya aku menyuruh Ern dan Sid pergi ke tempat Pak Goon.
untuk bercerita padanya. Sedang Pak Goon pasti setelah itu menelepon Pak Jenks. untuk meminta instruksi selanjutnya."
"Tapi kalau Pak Inspektur Kepala sudah menerima kabar itu, bukankah ia tentunya meneleponmu?" tanya Pip.
"Kurasa seharusnya memang begitu." kata Fatty.
Ia agak kecil hati. karena sampai saat itu sama sekali belum ada kabar dari Pak Inspektur Kepala
"Tapi kurasa ia masih merasa kesal terhadap diriku. Yah aku tidak ingin mengganggunya. selama belum ada sesuatu yang benar benar penting yang perlu diberitakan. Biar saja Pak Goon sibuk dengan rekaannya sendiri mengenai kasus ini. Sedang kita berusaha terus dengan hasil rekaan kita sendiri. Pokoknya, aku sudah meneruskan keterangan Sid padanya."
Anak anak terdiam lagi selama beberapa saat.
"Misteri ini agak aneh," kata Bets kemudian.
"Rasanya seolah olah tidak ada awal tertentu, di mana kita harus memulai penyelidikan. Apa yang pertama-tama harus kita lakukan?"
"Menurut pertimbanganku, sebaiknya kita mengusut lebih lanjut petunjuk-petunjuk jelas yang sudah kita ketahui," kata Fatty
"Pertama tama kita perlu memperoleh kejelasan mengenai diri wanita itu. Siapakah dia sebenarnya? Cari alamatnya, lalu tanyai dia. Kita perlu menggertaknya supaya ia takut dan mau mengatakan sesuatu. Jika ia ternyata menyembunyikan pangeran itu, kita harus
berusaha mengetahui tempatnya. Dan kenapa ia disembunyikan di situ"
"Ya. kesemuanya itu perlu kita lakukan." kata Larry.
"Tidakkah sebaiknya kita mulai saja sekarang, sebelum didului Pak Goon? Ada kemungkinannya ia melakukan penyelidikan mengikuti garis pemikiran sama seperti kita."
"Ya -kurasa memang begitu," kata Fatty.
Ia bangkit dari duduknya.
"Bagian ini pasti jelas bagi siapa pun juga termasuk Pak Goon. Nah. mudah-mudahan saja kita tidak terbentur dia hari ini. Kalau itu tejadi, pasti ia akan jengkel!"
"Guk!" gonggong Buster dengan gembira.
"Katanya, ia berharap kita akan berjumpa dengan Pak Goon," kata Bets menerjemahkan gonggongan itu.
Ia merangkul anjing kecil berbulu hitam itu dengan sayang.
"Kau kan senang sekali pada pergelangan kaki Pak Goon, ya Buster? Pergelangan kaki yang paling sedap di dunia, kan? Enak digigit dan dicubiti dengan gigimu, ya?"
Anak-anak tertawa mendengar kata-kata Bets.
"Kau ini memang konyol. Bets," kata Pip.
Kemudian ia menoleh pada Fatty.
"Apakah kita sekarang pergi ke perkemahan, Fatty? Kita perlu menyelidiki siapa orangnya yang menyewakan caravan-caravan yang ada di sana itu. Kita juga perlu mengetahui nama serta alamat wanita yang pernah tinggal di salah satu caravan itu, bersama kedua bayi kembar."
"Ya -itulah yang pertama-tama perlu kita lakukan," kata Fatty
"Semua tadi datang dengan sepeda?"
Anak-anak mengangguk.
Buster dimasukkan ke dalam keranjang sepeda Fatty.
Setelah itu mereka berangkat sambil mendering-deringkan bel mereka dengan nyaring. Mereka melakukannya untuk berjaga jaga, kalau Pak Goon tahu-tahu muncul dari arah berlawanan! .
Ern beserta kedua adiknya sangat senang didatangi Pasukan Mau Tahu.
Fatty mendengus jengkel, ketika melihat Sid yang sudah Sibuk lagi mengunyah-ngunyah.
"Percuma saja menanyai Sid hari ini," katanya mengomentari.
"Paling-paling jawabannya cuma eh-eh' saja. Awas, Sid kalau kulitmu semakin banyak belang-belangnya, nanti kau akan diangkut ke rumah sakit, karena dikira sakit campak."
Sid ketakutan mendengar kelakar itu, karena disangkanya Fatty bersungguh sungguh.
"Ayo, ludahkanlah permenmu itu!" tukas Ern dengan suara galak pada adiknya.
"Kau ini memalukan keluarga Goon saja!"
"Eh," gumam Sid dengan tampang memelas.
"Ia tidak bisa meludahkannya," kata Perce.
"Permen yang dikulumnya lengket sekali, tidak bisa diludahkan. Coba saja sendiri Ern."
"Tidak mau," tukas Ern.
"Kalau begitu Jangan sertakan Sid dalam urusan hari ini, Fatty. Dia tidak bisa diharapkan."
"Memang! tapi keterangannya penting bagi kami," kata Fatty.
"Sudah, begini sajalah! Ia cukup mengangguk atau menggeleng. untuk menjawab pertanyaan pertanyaanku."
Fatty menggamit Sid supaya mendekat.
"Kemarilah, Sid. Jangan mengunyah terus dengar baik baik! Aku akan mengajukan beberapa pertanyaan padamu sekarang Mengerti? Kalau hendak menjawab dengan 'ya', kau mengangguk sedang kalau hendak bilang 'tidak'_ kau menggeleng. Mengerti?"
"Eh." kata Sid.
Ia mengangguk anggukkan kepalanya dengan bersemangat, lalu terbatuk batuk. Rupanya ada beberapa potong permen dalam mulutnya yang terlempar masuk ke kerongkongan
Ern memukul mukul punggung Sid, sehingga mata adiknya itu terpelotot ke luar.
Tapi batuknya lenyap. dan Sid sudah siap untuk mendengar kembali.
"Sid tahukah kau, Siapa nama wanita yang selama ini tinggal di caravan sebelah itu?" tanya Fatty
"Eh," gumam Sid sambil menggeleng
"Kau pernah melihatnya bercakap cakap dengan pangeran itu?" tanya Fatty.
"Eh." kata Sid sambil menggeleng lagi.
"Jangan 'eh eh' terus," kata Fatty jengkel.
"Sebal rasanya mendengarmu begitu. Kau cukup mengangguk atau menggeleng saja. Kau sempat melihat ke mana wanita itu menuju. ketika ia pergi mendorong kereta bayinya?"
Sid menggeleng, tanpa mengatakan apa-apa
"Adakah yang kauketahui mengenai wanita itu, kecuali bahwa ia punya dua anak kembar yang masih bayi dan tinggal di caravan itu?" tanya Fatty.
Ia mulai putus asa.
Dan Sid menggeleng geleng lagi, seperti buah kelapa oleng dipermainkan ombak.
Tahu tahu Perce mencampuri pembicaraan sepihak itu.
"Seorang laki laki datang dengan truk, lalu mengangkut barang barang dari caravan." katanya
"Di truk itu ada nama yang tertulis atau tidak?" tanya Fatty dengan segera.
"Tidak ada," jawab Perce.
"Ah kau dan Sid ini tidak banyak gunanya," tukas Fatty dengan perasaan sebal
"Kalian tidak tahu apa-apa bahkan nama wanita itu saja tidak tahu'"
"Blukubluk blukbluk," kata Sid tiba tiba dengan mulut yang maSih penuh permen.
Anak anak menoleh ke arahnya dengan heran.
"Apa lagi yang dikatakannya sekarang?" tanya Fatty.
"Coba katakan lagi. Sid kalau bisa!"
"Blukubluk-blukblukubluk!"
Sid berusaha mengatakan sesuatu dengan susah payah .Mukanya merah padam karena ngotot
"Ah dia bicara dalam bahasa asing'" kata Ern.
Ia tertawa. geli karena leluconnya sendiri.
"Nih. Sid -kautuliskan saja apa yang hendak kaukatakan. Tapi ejaannya yang benar, ya!"
Sid menerima pinsil yang disodorkan Ern padanya.
Selama beberapa saat ia sibuk menulis di secarik kertas. Tulisannya mencong-mencong. Anak-anak berkerumun, ingin membaca tulisannya.
"MARGE dan BURT," demikian kata-kata yang ditulis olehnya.
"Marge dan Burt," kata Larry.
"Apa pula maksudnya?"
Anak-anak memandang Sid.
Dengan segera anak itu merangkumkan kedua lengannya di depan perut. seolah olah sedang menimang sesuatu.
"Kenapa ia begitu?" kata Bets heran.
"Kau sinting, ya -pura-pura menidurkan bayi!"
"Ah, aku tahu," seru Daisy dengan tiba tiba.
"Ia pura-pura sedang menggendong dua orang bayi. Rupanya yang dituliskannya ini nama kedua bayi kembar itu."
Sid mengangguk dengan wajah senang.
"Eh," gumamnya.
"Blub-blub kubbub."
"Yah -aku tidak tahu apakah ada manfaatnya bagi kita. tahu nama kedua bayi kembar itu," kata Fatty.
Kelihatannya ia sangsi.
"Tapi siapa tahu! Terima kasih atas bantuanmu, Sid _ biarpun seadanya saja. Ern. usahakanlah agar adikmu ini berhenti menggemari permen lengket. Sungguh -kelihatannya tidak mengenakkan."
"Apa yang kita kerjakan sekarang?" tanya Pip.
"Kita berusaha mengetahui siapa yang menyewakan caravan caravan itu," kata Fatty. sambil melambaikan tangan ke arah caravan yang ada di
dekat situ.
"Kalau sudah tahu, kita tanyakan nama dan alamat yang menyewa caravan yang itu. Yuk, kita berangkat!"
"Bolehkah aku ikut?" tanya Ern berharap harap.
Tapi Fatty mengatakan tidak bisa. sebab Ern tidak punya sepeda.
Sebetulnya ia tidak ingin Ern, Sid dan Perce ikut ke mana-mana pagi itu. Kalau mereka berkeliaran dalam rombongan besar, nanti terlalu menyolok.
"Baiklah," kata Ern sedih.
"Pablebuat!"
Bets menoleh ke arahnya dengan gembira.
"Wah aku sampai lupa bahwa kau biasa mengatakan begitu Ern! jika kau hendak mengatakan 'apa boleh buat"! Kau masih ingat, Fatty? Ketika kita baru berkenalan dengannya, kita selalu heran mendengar dia menyambung kata katanya!"
"Ya," kata Fatty sambil meloncat ke atas sadel.
"Huibatt! Uasyikah!"
PAGI YANG MENARIK
Setelah itu Pasukan Mau Tahu mulai dengan penyelidikan mereka.
Berlima mereka naik sepeda ke Marlow. Di situ tempat tinggal orang yang menyewakan caravan caravan yang terdapat di lapangan tempat Ern berkemah.
Fatty mencatat alamatnya yang tertera pada papan pengumuman besar yang terpancang di tepi lapangan itu.
"SEWA CARAVAN? HUBUNGl PT CARAVAN, TIP HILL, MARLOW'
Anak-anak menemukan Tip Hill, yang ternyata nama sebuah jalan sempit yang menuju ke atas sebuah bukit.
Setengah perjalanan ke atas mereka melihat sebuah caravan di tengah lapangan. Di sisinya ada tulisan besar besar, berbunyi,
"PT CARAVAN. Di sini tempat menyewa caravan."
"Kita sudah sampai,-" kata Fatty.
"Siapa mau tugas ini?"
"Kau sajalah, Fatty." kata Bets.
"Kau yang paling ahli dalam soal soal begini. Kau bertanya, sedang kami ikut mendengarkan."
"Tidak." bantah Fatty.
"Aku tidak mau ada segerombolan anak cekikikan dan sikut-sikutan di belakangku. Jika aku yang melakukan tugas ini, aku pergi sendiri' "
"Ya deh kerjakan saja sendiri," kata Pip.
Fatty masuk lewat pintu pagar yang sempit, langsung menuju ke caravan. Sampai di situ ia mengetuk pintunya. .
Pintu caravan terbuka, dan seorang pemuda muncul di ambangnya. dengan sebatang rokok terselip di sudut bibir.
"Halo," sapa pemuda itu
"Mau apa?"
"Saya sedang mencari seorang wanita, yang menyawa salah satu caravan yang terdapat di sebelah lapangan perkemahan anak anak sekolah," kata Fatty dengan sopan
"Bolehkah saya mengetahui nama serta alamatnya? Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Anda. Saya perlu sekali mengetahuinya _ karena wanita itu sudah pergi, sebelum saya sempat menanyakan hal yang ingin saya ketahui kepadanya."
"Aduh. aduh aksinya!" kata pemuda itu mengejek.
"Kausangka aku punya waktu untuk mencari-cari nama dan alamat teman-temanmu penghuni caravan. ha?"
Fatty menoleh sekilas ke sisi caravan.
Dilihatnya di situ tertulis dengan huruf keCil-kecil,
"Reg dan Bert Williams".
Nah pasti mereka itulah pemilik perusahaan. sedang pemuda yang sok aksi itu cuma pegawai saja.
"Baiklah! Kalau kau tak punya waktu. kutanyakan saja sendiri pada Pak Reginald Williams." kata Fatty menggertak, lalu berpaling seolah olah hendak pergi.
Pemuda sok aksi tadi bergegas menyusul. sehingga hampir saja ia terjatuh dari tangga.
"He! Kenapa tidak bilang dari tadi bahwa kau kenal dengan Pak Reg?" serunya.
"Kalau kau mau menunggu sebentar. nanti kucarikan alamat yang kauperlukan itu!"
Fatty tertawa dalam hati.
Senang hatinya. berhasil menggertak pemuda malas itu.
"Baiklah." katanya dengan sikap gagah.
"Tapi cepat sedikit!"
Pemuda itu bergegas ke dalam.
Timbul dugaan Fatty bahwa orang yang bernama Pak Reg itu tentunya galak sekali karena dengan menyebut namanya saja pemuda itu sudah gemetar ketakutan!
Sementara itu pemuda tadi Sibuk mencari-cari dalam sebuah kotak besar.
Akhirnya ditemukannya daftar caravan yang ditaruh di sebelah lapangan perkemahan sekolah.
"Ini dia daftarnya." kata pemuda itu sambil ke luar lagi.
"Caravan mana yang kaumaksudkan?"
"Namanya 'River-View'." kata Fatty yang sempat mengingat nama caravan kosong itu.
"Ukurannya tidak besar."
Pemuda itu menelusuri daftar dengan jarinya.
"Ah ini dia!" katanya setelah beberapa saat.
"Bu Storm. dengan alamat Harris Road 24. Maidenbridge. Tempat itu tidak jauh dari sini hanya sekitar dua mil saja jaraknya."
"Terima kasih," kata Fatty, lalu mencatat nama dan alamat itu.
"Kau masih ingin bertemu dengan Pak Reg?" tanya pemuda itu dengan cemas. sementara Fatty berpaling hendak pergi.
"Tidak," jawab Fatty.
Ditinggalkannya pemuda yang menarik napas lega itu, kembali ke tempat teman-temannya yang menunggu di luar.
"Berhasil!" kata Fatty.
Diperlihatkannya catatannya.
"Ini dia! Bu Storm, Harris Road 24. Maidenbridge. Tempat itu sekitar dua mil dari sini. Yuk kita ke sana sekarang."
Dengan penuh semangat anak-anak berangkat menuju Maidenbridge. Benarkah Pangeran Bongawah ada di tempat Bu Storm?
Mungkinkah wanita itu mau membuka mulut nanti?
Sesampai di Maidenbridge. mereka menanyakan di mana Harris Road. Ternyata alamat itu suatu jalan sempit yang agak kotor. Di kiri kanannya berjejer rumah-rumah berteras.
Anak-anak sampai di rumah nomor 24.
Rumah itu masih lebih kotor lagi kelihatannya daripada rumah-rumah lain di jalan itu. Tirai kumal nampak tergantung di balik jendela-jendela, sedang cat pintu depan rumah itu sudah terkelupas di sana sini.
"Biar aku pula yang menangani tugas ini." kata Fatty.
"Kalian menunggu saja di ujung jalan. Aneh kelihatannya, jika kita bergerombol di depan pintu."
Teman-temannya menurut.
Mereka pergi ke ujung jalan, lalu menunggu di situ.
Fatty menyandarkan pedal sepedanya ke tepi trotoar. Ia
menghampiri rumah yang dituju. lalu mengetuk pintu.
Seorang wanita membukakannya.
Potongannya tidak terawat rapi.
Rambutnya terurai sampai ke punggung. Ia tidak mengatakan apa apa .Fatty ditatapnya sambil membisu
"Maaf." kata Fatty.
"Anda yang bernama Bu Storm?"
"Bukan." jawab wanita itu.
"Kau salah alamat. Orang itu tidak tinggal di sini "
Fatty agak kaget.
"Jadi ia sudah pindah?" tanyanya ragu
"Sepanjang pengetahuanku. orang itu belum pernah tinggal di Sini." kata wanita itu.
"Sudah tujuh belas tahun aku hidup di rumah ini. bersama suami dan ibuku yang sudah tua tapi aku tidak kenal orang yang bernama Bu Storm. Bahkan di jalan ini pun tak ada orang yang namanya begitu."
"Aneh." kata Fatty.
Dikeluarkannya kertas di mana tertulis nama dan alamat yang dicatatnya tadi.
"Lihatlah -di sini tertulis Bu Storm, Harris Road 24, Maidenbndge."
"Alamatnya memang tepat _ tapi tidak ada Bu Storm di sini." kata wanita itu lagi.
"Dan ini juga satu satunya Harris Road di Maidenbndge. Tapi kenapa kau tidak pergi saja ke kantor pos? Mereka pasti akan bisa mengatakan. di mana Bu Storm itu bertempat tinggal."
"Baiklah, terima kasih" kata Fatty.
"Maaf, jika saya telah mengganggu kesibukan Ibu."
Setelah meminta diri.
Fatty menggabungkan diri dengan teman temannya yang masih menunggu di
ujung jalan.
Diceritakannya kegagalannya. lalu bersama-sama mereka berangkat ke kantor pos.
"Saya ingin menanyakan alamat seseorang yang tinggal di sini," kata Fatty sesampainya di situ.
Pagi itu ia rupanya bermaksud menangani segala galanya.
"Saya sudah mendapat alamatnya. tapi rupanya ada kekeliruan. Bisakah Anda mengatakan, di mana tempat tinggal Bu Storm?"
Petugas yang ditanyai mengambil buku daftar alamat. lalu menyodorkannya pada Fatty.
Dengan segera Fatty mencari nama Storm di dalamnya.
Ternyata ada tiga yang tinggal di Maidenbridge.
"Lady Louisa Storm," katanya sambil membaca.
"Alamatnya, Old Manor Gate. Wah, kedengarannya itu gedung yang megah. Pasti orang kaya raya. Tidak. tidak mungkin Bu Storm yang ini mau menyewa caravan. Nah yang ini, Miss Ernily Storm."
"Miss itu kan nona tadi. tidak mungkin punya anak," kata Bets.
"Kita mencari seorang ibu. Seorang nyonya."
"Nyonya Rene Storm," ucap Fatty membaca.
"Alamatnya Caldwell House. Nah -ini satu-satunya wanita yang mungkin kita cari."
Mereka keluar lagi.
Fatty menyapa Daisy.
"Sekarang giliranmu, DaiSy." katanya.
"Kau harus menyelidiki, apakah Bu Rene Storm ini punya bayi kembar atau tidak."
"Aduh. aku tidak sanggup," kata Daisy cemas.
"Aku tidak sanggup datang begitu saja lalu
bertanya. 'Ibu punya bayi kembar?" Pasti ia akan menganggap aku ini sudah gila "
"Tentu saya. jika begitu caramu bertanya," kata Fatty
"Kau kan anggota Pasukan Mau Tahu. Kau kurang berlatih akhir-akhir ini. Sekarang pikirkan lah jalan yang baik untuk mencari keterangan yang ingin kita ketahui. Kalau sudah dapat. terapkan! Kami menunggumu di salah satu restoran, sambil makan es krim "
Daisy pusing mencari akal. sementara mereka bersepeda mencari rumah yang bernama 'Caldwell House'.
Ternyata rumah itu kecil saja. terletak di sebuah kebun indah. Di pojok jalan ada toko penjual susu. Di situlah anak anak yang lain menunggunya, sambil menikmati es krim.
"Kalau kau nanti datang kembali dengan membawa berita, kau akan kubelikan es krim dua porsi sekaligus." kata Fatty
"Bahkan rangkap tiga, jika Bu Storm ini memang yang kita cari. Tapi ingat -kita hanya ingin tahu apakah ia mempunyai anak kembar yang masih bayi. atau tidak!"
Daisy berangkat untuk melakukan tugasnya. Beberapa kali ia mengelilingi rumah itu dengan sepedanya. sambil mencari cari jalan yang enak untuk memperoleh keterangan yang ingin diketahui oleh Fatty. Kemudian ia mendapat akal .
Ternyata gampang saja!
Daisy menghampiri rumah itu, lalu menyandarkan sepedanya ke pagar sebelah luar. Ia masuk ke dalam pekarangan. lalu menekan bel pintu rumah .Seorang wanita yang kelihatan sudah sangat tua
membukakan pintu. Rupanya ia pelayan di situ. Umurnya pasti sudah sembilan puluh tahun. kata Daisy dalam hati
"Maaf, jika saya ternyata keliru masuk," katanya sambil tersenyum semanis mungkin.
"Saya mencari seseorang bernama Bu Storm. yang mempunyai bayi kembar. Betulkah ini rumahnya?"
"Aduh, bukan," kata pelayan yang nampak sudah uzur itu.
"Bu Storm majikan saya sudah delapan puluh tiga tahun umurnya. Baik dia maupun anak-anaknya belum pernah melahirkan bayi kembar. Sedang cucu cucunya masih belum punya anak. Maaf."
"Saya yang harus minta maaf." kata Daisy, karena tidak tahu apa yang harus dikatakan selanjutnya.
"Yah kalau begitu terima kaSih. Ternyata bukan Bu Storm ini yang saya cari."
Ia meminta diri dengan sopan, lalu bergegas mendatangi anak anak yang menunggu di balik jalan .Mereka gembira melihatnya datang dengan wajah berseri-seri.
"Betul diakah orangnya" tanya Fatty.


Pasukan Mau Tahu 09 Misteri Pangeran Asing di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Wah sayang bukan," kata Daisy
"Aku gembira hanya karena berhasil melakukan tugasku dengan lancar. Bu Storm yang tinggal di rumah itu. umurnya sudah delapan puluh tiga .Sudah nenek-nenek! Di keluarganya sama sekali tidak ada yang kembar."
"Aduh -kalau begitu penyelidikan kita macet." kata Fatty kecut.
"Wanita sialan yang tinggal di caravan itu rupanya memakai nama dan alamat
palsu. Biar sampai tua kita berkeliaran mencari ke mana-mana. kita tetap takkan bisa menemukan seorang Bu Storm yang mempunyai bayi kembar!"
"Mana es krimku?" tanya Daisy.
"Wah. maaf," kata Fatty
"Ke mana saja pikiranku? Bu tolong es krimnya lagi, ya. Satu dengan dua porSi sekaligus, sedang yang lain masing-masing satu porsi lagi "
Sambil menikmati es krim, mereka rembukan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
"Bagaimana jika kita mencari bayi kembar saja?" tanya Bets.
"Sebetulnya bisa saja. tapi itu akan makan waktu lama," kata Fatty.
"Mestinya tidak sedikit bayi kembar di daerah sini."
"Dan dengan cara bagaimana kau hendak melakukannya, Bets?" tanya Pip menggoda adiknya.
"Kau pasang pengumuman, 'Dicari' bayi kembar. Harap melaporkannya pada Bets Hilton?' "
"Jangan konyol," kata Bets.
"Lalu, kau punya gagasan lebih baik, barangkali? Apa yang bisa kita kerjakan selanjutnya? Satu petunjuk pun tidak ada."
"Yang masih ada tinggal kancingku saja," kata Pip, sambil mengeluarkan kancing berwarna biru dan kuning emas yang ditemukannya dalam kantong tidur Pangeran Bongawah.
Ia meletakkannya di atas meja.
Anak anak memperhatikan kancing indah itu.
"Bagus -tapi sebagai petunjuk sama sekali tak berguna," kata Fatty.
"Tapi simpan saja kalau kau masih mau, Pip. Kalau kau kapan kapan kebetulan melihat ada piama berwarna biru dan kuning emas sedang dijemur dan salah satu kancingnya tidak ada nah, kau boleh mengucap syukur!"
"Ide itu tidak jelek," kata Pip.
"Mulai sekarang akan kuperhatikan setiap tempat jemuran yang kita jumpai. Siapa tahu, kan?"
Sambil berkata begitu dikantonginya lagi kancing itu.
"Bagaimana dengan pameran bayi?" kata Daisy dengan tiba tiba.
"Kalau kita mendatangi pameran seperti itu, ada kemungkinannya kita akan melihat bayi kembar, lalu kita selidiki alamat mereka."
"Pameran bayi huhh!" tukas Pip dengan sebal
"Kalau ada yang mau berkeliaran dalam pameran bayi, pokoknya aku tidak! Biar kau saja, bersama Bets."
Saat itu Bets terpekik pelan.
Ia menuding ke arah selembar kertas pengumuman yang ditempelkan di dinding tempat mereka duduk.
Anak-anak ikut memandang.
Mereka semua kaget!
"PAMERAN BAYI".
Kalimat itulah yang tertulis pada kertas pengumuman itu, disambung dengan keterangan,
"Di Pekan Raya Tiplington, tanggal 4 September. Hadiah khusus untuk BAYI KEMBAR."
"Pukul dua siang," kata Fatty.
"Dan bilang pada Ern. ia harus mandi dulu, menyisir rambut dan memberSihkan kukunya. Dan kalau punya, suruh pula ia mengenakan kemeja bersih .Bilang itu perintahku!"
Ern menyambut perintah itu dengan senang. Ia kelihatannya tak pernah tersinggung, biar apa pun yang dikatakan oleh Fatty
"Ia hebat sekali," katanya pada Pip.
"Jenius' Baiklah aku akan datang ke sana dalam keadaan necis. Untuk apa kita pergi ke pekan raya itu? Ada sesuatu yang akan terjadi. ya?"
"Mungkin." kata Pip.
"Jangan sampai terlambat, Ern.?
"Tidak." jawab Ern.
"Spaibsok!"
Pip harus berpikir sejenak, sebelum menyadari arti kata 'spaibsok' itu.
Ah tentu saja 'sampai besok'!
Dari mana saja Ern belajar menyingkat nyingkat kalimat seperti itu?
Spaibsok! Macam macam saja.
Keesokan siangnya Ern berangkat dengan gembira ke rumah Larry.
Sid dan Perce memaksa ingin ikut.
Ern agak kewalahan mencegah mereka.
"Tidak bisa," katanya untuk kesekian kalinya
"Coba lihat saja rambut kalian _ lalu muka kalian yang dekil! Belum lagi kuku yang hitam. Aduh. kemeja kalian memalukan! Kalian tidak bisa
muncul di tengah orang ramai, dengan tampang seperti begitu!"
"Alaa, kau juga baru sekarang ini menyisir rambut dan membersihkan kuku." kata Perce menggerutu.
Ern tidak mengacuhkannya lagi.
Ia berjalan ke tepi sungai, lalu menyeberang dengan perahu .Dari situ ia berjalan lagi menuju rumah Larry dan Daisy .Tahu-tahu, di tengah jalan ia berjumpa dengan pamannya.
Ern hanya bisa memandang dengan ketakutan, sementara Pak Goon datang menghampiri dengan wajah lebih merah dari biasanya.
Siang itu memang panas sekali.
"Hahh! Lagi-lagi Ern!" tukas Pak Goon.
"Kalau aku boleh bertanya, mau ke mana kau sekarang? Ada lagi dongengmu tentang pangeran-pangeran yang mendekam dalam kereta dorong bersama bayi-bayi kembar?"
"Tidak. Paman. Tidak," kata Ern.
"Maaf. saya tidak punya waktu sekarang .Saya tidak boleh sampai terlambat."
"Terlambat? Mau ke mana?" tanya Pak Goon, sambil mencengkeram bahu keponakannya.
"Ke tempat Larry, Paman," jawab Ern.
Pak Goon memperhatikan keponakannya.
"Kau berdandan necis sampai rambutmu pun tersiSir rapi," katanya.
"Apa yang kauniatkan, hah?"
"Tidak apa-apa, Paman," kata Ern yang malang.
"Kami cuma hendak pergi ke pekan raya di Tiplington hanya itu saja."
"Apa? Ke pekan raya konyol itu?" tanya Pak Goon heran.
"Mau apa kau ke sana? Apakah ada
sesuatu yang direncanakan anak gendut itu?"
"Mungkin," kata Ern.
Tiba-tiba ia menggeliat, sehingga terlepas dari cengkeraman Pak Goon.
"Anak itu panjang akalnya. Dan ia mau mempercayai laporanku -tidak seperti Paman ! Saat ini kami Sibuk melakukan penyelidikan. Dan tahu tahu kami sudah menemukan jejak sesuatu!"
Setelah itu Ern cepat-cepat lari menjauh, meninggalkan Pak Goon yang berdiri terpaku dengan napas memburu.
Apa lagi maksud Ern dengan kata-katanya yang terakhir itu?
Mungkinkah di Tiplington berlangsung sesuatu yang perlu diketahui olehnya?
Kenapa anak gendut itu mengajak seluruh gerombolannya ke sana?
Pak Goon pulang sambil berpikir-pikir.
Tiba-tiba dibulatkannya tekad bahwa ia pun akan berangkat ke Tiplington. Pokoknya, ia perlu mengawasi segala tindak-tanduk anak itu.
Siapa tahu, mungkin ia mencium jejak sesuatu.
Pak Goon mengeluarkan sepedanya.
Sambil mendesah. ia naik ke atas sadel.
Ia sama sekali tidak suka naik sepeda saat cuaca sedang panas. Ia yakin, hal itu tidak baik bagi kesehatannya.
Tapi tugas memanggil.
Karena itu ia berangkat.
Pak Goon berangkat mendului anak-anak, yang masih menunggu Ern. Mereka bahkan masih sempat makan es krim masing-masing satu porsi,sebelum berangkat.
Buster Juga diajak.
Ia dinaikkan ke dalam keranjang sepeda Fatty.
Anjing kecil itu duduk dengan lidah terjulur ke luar.
Ia paling bahagia kalau bisa bersama-sama dengan seluruh Pasukan Mau Tahu.
Ern juga merasa bahagia.
Ia sudah lupa lagi pada perjumpaannya dengan pamannya tadi.
Ia bangga bisa bersama-sama Pasukan Mau Tahu. dan bangga bahwa mereka mau mengajaknya.
Wajahnya yang montok berseri seri.
"Syideh," katanya berulang-ulang
"Syideh "
"Apa maksudmu, mengatakan 'syideh' berulang-ulang?" tanya Daisy, yang bingung mendengarnya
"Ia mengatakan, 'Asyik deh," kata Bets sambil tertawa.
"Tukataku," kata Ern.
Ia bingung, apa sebabnya DaiSy bingung.
"Tukatanya," sambut anak-anak yang lain serempak.
Mereka tertawa geli.
Sementara itu mereka terus mengayuh sepeda. menuju Tiplington.
Satu mil kemudian mereka melihat seseorang bersepeda didepan.
Sibuk sekali nampaknya menginjak pedal. Orang itu mereka kenal baik, berpakaian seragam biru tua.
"Itu Pak Goon!" kata Pip dengan nada heran.
"Jangan-jangan ia juga hendak pergi ke Tiplington, mendatangi Pameran Bayi pula. He, Ern! Kau
bercerita padanya bahwa kita hendak ke pekan raya di sana?"
Muka Ern memerah
"Ya, memang tadi," katanya.
"Tidak bolehkah sebenarnya? Kusangka tidak apa-apa kalau kuceritakan "
"Tentu saya tidak boleh," kata Fatty kesal.
"Sekarang ia pasti akan membayangi kita, ke mana pun kita pergi. Tapi ada kemungkinannya ia tidak mau melakukan hal terpenting, yaitu melihat bayi-bayi kembar di Pameran Bayi! Kalian harus mengayak Ern ke situ. Daisy dan Bets supaya ia bisa mengenali kedua bayi yang kita cari, kalau ada di Situ."
"Astaganaga," kata Ern.
"Jangan suruh aku ikut ke Pameran Bayi! Aku bukan Sid. Kalau ada pameran bayi, lebih baik aku lari menjauh!"
"Tapi kau takkan lari dari pameran yang ini. Ern," kata Daisy tegas.
"Kalau di situ ada bayi kembar yang kira-kiranya kita maksudkan. kau akan kujemput masuk, Ern. Jadi awas kalau kau berani lari."
"Yah," kata Ern dengan sedih.
"Yahdeh!"
"Sudahlah. Jangan terus-menerus mengeluh," kata Fatty
"Nah sekarang kita beramai ramai mendului Pak Goon, sambil mendering-deringkan bel sepeda masing masing. Dan kau harus ribut menggonggong, Buster. Sedang kita semua berseru,
"Selamat siang apa kabar!"
Pak Goon kaget sekali dan juga kaget, ketika tiba-tiba ada enam anak melewatinya dengan berisik, sambil mendering-deringkan bel sepeda mereka.
Buster ribut menggonggong, sementara anak anak itu ramai berteriak teriak
"SELAMAT SIANG, APA KABAR!"
Nyaris saja Pak Goon terpelanting masuk parit.
Dipandangnya punggung anak anak yang bersepeda dengan cepat.
Tampangnya cemberut.
Pak Goon sudah hampir kehabisan tenaga. Tapi Tiplington sudah dekat Karena itu ia harus mengayuh sepedanya dengan tabah.
Ia harus ada di Tiplington, apabila di tempat itu terjadi sesuatu yang perlu diketahui olehnya. Siapa tahu -ada lagi yang direncanakan anak gendut sialan itu.
Maksudnya Fatty, tentu saja!
Pekan raya di Tiplington itu sama sekali tidak meriah. Tempatnya di sebuah lapangan berukuran kecil.
Dalam sebuah tenda besar dilangsungkan pameran bunga. pameran buah buahan, pameran selai dan pameran bayi .Kecuali itu ada pula atraksi-atraksi lain yang biasa dalam pekan raya. seperti komidi putar kecil, ayun-ayunan serta stand lempar gelang.
Seorang peramal naSib duduk dalam sebuah tenda yang kecil sekali ukurannya . Ia meramal nasib pengunjung dengan jalan membaca garis-garis telapak tangan.
Ia selalu meramalkan harta yang akan diperoleh, pelayaran ke negara negara jauh. Pokoknya omong kosong, seperti biasa.
Rupanya pekan raya itu akan berlangsung selama tiga hari. sedang pameran bunga, buah buahan dan bayi untuk peserta hanya diadakan hari itu saja.
"Untung kita melihat pengumuman itu kemarin," kata Bets, sementara anak-anak membayar biaya masuk di gerbang.
Buster diijinkan masuk tanpa membayar.
Untuk berjaga jaga, Fatty memasang tali kekang di leher anjing itu
"Kapan pameran bayi akan dimulai?" kata Daisy;
"He di sana ada pengumuman. Itu, di tenda sebelah sana. Dan bayi-bayi mulai berdatangan. Aduh. mereka kepanasan. Kasihan!"
Anak-anak melihat para ibu berbondong bondong datang, mendorong berbagai Jenis kereta bayi.
Anak-anak segera pergi ke tempat lain.
Tapi Bets dan Daisy memperhatikan bayi-bayi yang didorong masuk dengan penuh minat.
Tiba-tiba Daisy menyenggol Bets.
"Lihatlah itu kereta bayi kembar .Dan itu ada lagi satu." katanya.
"Mana Ern? Kalau dia tidak ada, kita takkan bisa mengetahui apakah bayi yang tinggal di caravan itu ada di sini "
Ern tidak kelihatan lagi.
Sebelumnya ia sudah asyik naik komidi putar, duduk di atas seekor gajah gajahan .Tapi tiba tiba ia melihat pamannya masuk ke lapangan dengan mendorong sepedanya.
Muka pamannya merah padam dan bercucuran keringat.
Napasnya terengah engah.
Ern merasa tidak enak melihat keadaan pamannya saat itu.
Jadi ketika komidi putar berhenti. ia cepat-cepat menyelinap turun dari gajah gaJahan, lalu pergi ke tenda peramal nasib.
Ern bersembunyi di balik tenda, sambil mengintip gerak gerik Pak Goon.
Sedapat-dapatnya, Ern hendak mengelakkan pertemuan dengan pamannya di situ.
Daisy dan Bets masuk ke dalam tenda besar, karena pameran bayi akan dimulai saat itu.
Mereka agak jengkel, karena Ern tahu-tahu menghilang.
Tapi mungkin sebentar lagi ia akan muncul kembali.
"Ada empat pasang bayi kembar!" kata Bets.
"Aduh, montoknya tubuh mereka. Aku tidak begitu suka melihat bayi yang terlalu gemuk .Mereka menderita kelihatannya .Hawa dalam tenda ini pasti terlalu panas bagi mereka."
"Yuk, kita melihat bayi bayi kembar," kata Daisy.
"He! kita sebetulnya sama sekali tidak memerlukan Ern karena kita kan tahu nama kedua bayi kembar itu' Marge dan Bert'"
"Ya, betul." kata Bets
"Kita tanyakan saja nama-nama bayi ini pada ibu ibu mereka. itu gampang!"
Kedua bayi kembar pertama yang mereka tanyai bernama Ron dan Mike.
Tampang keduanya sangat berlainan.
"Bukan ini _ keduanya laki laki," biSik Bets
"Yang kita cari, satu laki laki dan satu perempuan "
Bayi kembar berikut.
kedua-duanya perempuan .Menurut ibu mereka nama mereka Edie dan Glad. Lalu kembar berikutnya keduanya laki-laki yang mirip sekali wajahnya. Mereka bernama Alf dan Reg
"Ini ada yang laki laki dan perempuan," kata Bets,
"Siapa nama mereka, Bu?"
"Yang perempuan Margery. sedang kembarnya yang laki laki Robert." kata ibu bayi kembar itu dengan bangga
"Mereka sudah kelihatan besar"
Menurut Bets dan Daisy, kedua bayi itu terlalu besar. terlalu gemuk dan yang pasti terlalu kepanasan!
Tapi nama mereka cocok atau tepatnya, hampir cocok!
"Margery dan Robert!" bisik Bets pada Daisy.
"Kalau disingkat, menjadi Marge dan Bert. Mana Ern? Kita harus mengajaknya masuk untuk melihat mereka."
Kedua anak itu bergegas keluar dari tenda.
Akhirnya Ern berhasil mereka temukan di belakang tenda peramal nasib, di mana anak itu maSih bersembunyi.
Bets dan Daisy menyeretnya ke tenda besar.
"Kau harus mengatakan apakah kami betul betul berhasil menemukan bayi kembar yang dicari!" kata Bets.
Tahu-tahu ia menjerit, karena punggungnya digebuk Daisy.
"Kenapa kau..." kata Bets.
Detik berikutnya ia melihat sendiri, apa sebabnya Daisy memukulnya.
Rupanya untuk memberi peringatan!
Pak Goon berdiri di tempat masuk ke tenda.
Dan rupanya ia sempat mendengar kata kata Bets tadi.
Matanya yang melotot berkilat-kilat.
Aha! Rupanya Ern diajak ke situ untuk melakukan tugas khusus, pikir Pak Goon.
Ern masuk ke dalam tenda, diikuti oleh Pak Goon.
"Sialan," gumam Bets pelan.
"Itu mereka, Ern -kedua bayi yang di ujung deretan. Pergilah ke sana, lalu beri tahukan pada kami apakah benar
mereka itu yang kita cari. Kalau benar, anggukkan kepalamu. Kalau bukan, kau menggeleng. Dan hati hati terhadap Pak Goon!"
Ern menyusur deretan bayi-bayi yang dipamerkan, sementara Bets dan Daisy memperhatikan dengan perasaan tegang. Apakah Ern nanti akan mengangguk, atau menggeleng?
Aduh menjengkelkan, keduanya tidak dilakukan anak itu!
Dl PAMERAN BAYI
Pak Goon ikut menyusur deretan bayi-bayi itu.
Ternyata tubuh gendutnya yang berpakaian seragam biru tua menakutkan mereka.
Apalagi mukanya yang merah padam.
Bayi-bayi itu mulai menangis.
"Huaaa!" tangis mereka.
"Huaaa! Hueee!"
Pak Goon memandang bayi-bayi itu dengan wajah cemberut.
Ia tidak suka pada bayi.
Kecuali itu, ia juga agak khawatir.
Ia teringat pada cerita yang aneh, tentang Pangeran Bongawah yang diselundupkan pergi dalam kereta berisi bayi kembar. Lalu kini ia menghadapi bayi-bayi kembar berderet-deret.
Mungkinkah cerita Ern benar?
Pak Goon memutuskan saat itu Juga, sebaiknya ia memperhatikan bayi bayi kembar itu. Ia berdiri sambil memperhatikan mereka.
Beberapa kali antaranya disodok-sodok olehnya.
Diperhatikannya Ern berjalan mendatangi bayi bayi itu satu per satu, sambil mengamat-amati mereka dengan seksama.
Setelah itu dilihatnya keponakannya itu keluar lewat belakang.
Pak Goon menyusul ke luar.
Para ibu bayi-bayi itu merasa lega melihat Pak Goon pergi.
"Mau apa ia kemari, menakut-nakuti bayi-bayi kita?" gerutu salah seorang ibu.
"Tentu saja mereka menangis. Habis, tampangnya sudah masam anak anak kita disodok-sodok pula olehnya!"
Sementara itu Ern menghampiri Bets dan Daisy yang menunggu di luar.
"Kenapa kau tadi tidak mengangguk atau menggelengkan kepala, Ern?" tanya Bets dengan kesal.
"Kau kan sudah berjanji. Kita harus tahu dengan pasti apakah kedua bayi kembar itu yang kita cari. Merekakah itu?"
"Aku tidak tahu." kata Ern bingung.
"Bagiku, bayi sama saja kelihatannya. Aku tidak mampu membeda-bedakan mereka. Aduh, maaf. Bets _ tapi tampang mereka semua mirip sekali."
"Aduh, menjengkelkan." kata Daisy.
"Apalagi karena keduanya bernama Margery serta Robert."
"Tapi Bert bisa saja merupakan singkatan dari Albert, atau Hubert," kata Bets
"Kita tidak tahu apakah bayi bernama Bert yang dikenal Sid itu nama lengkapnya Robert."
"Aku tahu akal!" kata Daisy dengan tiba-tiba
'Kita cari saja kereta yang membawa Margery dan Robert tadi. Ern pasti akan mengenalinya, jika kereta itu yang dulu ada di caravan!"
"Ya, betul!" kata Ern yakin.
"Nanti dulu -kereta itu warnanya eh, apa ya? Biru tua. atau hijau tua?"
Bets dan Daisy menatap Ern dengan jengkel
"Kau ini benar-benar payah!" kata Daisy.
"Apa gunanya kau bagi kami --segala galanya kau tidak tahu!"
Ern kelihatan sedih sekali.
Saat itu Pak Goon muncul dari dalam tenda .
Dengan segera Ern mengambil langkah seribu.
Bets dan Daisy memandang dengan kesal.
Sekarang mereka harus mencarinya ke mana mana lagi!
"Ern' Ayo kembali! Kau harus melihat kereta bayi," seru Bets.
Pak Goon langsung tertarik mendengarnya. Kereta bayi?
Rupanya memang ada sesuatu siang ini .
Anak anak itu sedang menyelidiki sesuatu.
Sialan! Bets dan Daisy merasa takkan ada gunanya memanggil manggil Ern. Mereka lantas pergi ketempat kereta-kereta bayi ditaruh berderet deret. sementara bayi bayi dipamerkan di dalam tenda.
Di antara kereta-kereta itu ada dua buah yang sangat besar .Satu lumayan besarnya dan diubah Supaya bisa ditempati dua orang bayi. Sedang yang lain lainnya kereta biasa, untuk seorang bayi.


Pasukan Mau Tahu 09 Misteri Pangeran Asing di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kurasa kita tunggu saja Ern di sini," kata Bets.
"Lambat laun ia pasti kembali Aku ingin tahu, apa yang sedang dilakukan Fatty. Larry dan Pip saat ini. Wah coba lihat Pak Goon itu! Ia juga tertarik pada kereta kereta bayi'"
Pak Goon sibuk meneliti kereta demi kereta .Mungkinkah ia akan menemukan sesuatu dalam salah satu di antaranya, yang kira-kiranya bisa membantunya dalam penyelidikan?
Menurut perasaannya, kemungkinan itu kecil.
Tapi ia tetap meneliti dengan seksama, sehingga menimbulkan keheranan seorang ibu yang saat itu keluar untuk mengambilkan sesuatu bagi bayinya.
"Anda bermaksud membeli kereta bayi?" tanya ibu itu
Pak Goon tidak memberikan jawaban. melainkan langsung pergi.
Ia hendak mencari Ern.
Tidak lama kemudian para ibu ke luar, masing masing membawa bayi mereka ke kereta. Para bayi sudah dinilai oleh para juri.
Di baju Margery dan Robert terpasang tanda penghargaan berupa bunga kertas dengan tulisan "Hadiah Pertama Bayi Kembar'
"Wah _ mereka memenangkan hadiah pertama!" kata Bets sambil datang mendekat.
"Hebat! Biar saya gendongkan seorang, Bu! Saya senang pada bayi."
"Lebih baik tolong bawakan kereta mereka saja kemari," kata ibu kedua bayi itu kepayahan, karena dibebani dua bayi yang gemuk gemuk.
"Tadi kutaruh di sana."
"Yang mana. Bu?" tanya Bets
"Itu, yang di sana," kata wanita itu.
Ia menganggukkan kepala ke arah sebuah kereta bayi yang sudah tidak baru lagi.
Kereta itu ternyata biasa saja wujudnya, untuk seorang bayi.
Bets semula mengira bahwa yang dimaksudkan pasti kereta besar untuk bayi kembar.
Wah itu mengecewakan!
Kalau begitu, Margery dan Robert tidak mungkin bayi kembar yang mereka cari.
Ern dan Sid yakin sekali bahwa kereta kedua bayi yang di caravan waktu itu besar, khusus untuk bayi kembar.
Bets mengambil kereta yang ditunjukkan.
"Sekarang kau masuk dulu, Madge," kata ibu kedua bayi itu, lalu meletakkan bayi yang perempuan ke ujung kereta .Kemudian saudara kembarnya yang laki-laki diletakkan di ujung yang lain.
"Nah, nah, Robbie janganlah berteriak teriak begitu! Bukankah kalian sudah memenangkan hadiah pertama! Ayo. tertawalah."
Daisy memandang Bets.
Kedua bayi itu masing-masing bernama Madge dan Robbie -bukan Marge dan Bert. Kini Jelas bahwa mereka bukan bayi kembar yang dicari. sedang ibu mereka bukan wanita yang tinggal di caravan. Jauh-jauh mereka mendatangi pekan raya itu. tanpa ada gunanya!
"Yuk, Bets kita bersenang-senang sekarang," ajak Daisy.
"Kita sudah melakukan penyelidikan -dan seperti selama ini, tidak ada hasil yang tercapai. Kurasa dalam misteri ini kita takkan berhasil mengetahui apapun Juga!"
Keduanya pergi ke permainan perahu ayunan. Setelah itu mereka mengunjungi kemahiran melempar gelang.
Bets bergembira, karena berhasil melemparkan sebuah gelang sehingga melingkari sebuah vas kecil berwarna merah.
Saat itu Fatty datang menghampiri.
"Bets! Daisy!" sapanya.
"Bagaimana _berhasil atau tidak? Mana kedua bayi kembar itu? Dan apa kata Ern?"
"Wah -benar benar mengecewakan, Fatty! Ada sepasang bayi kembar bernama Margery dan
Robert Kami sudah yakin, keduanya yang kita cari." kata Daisy.
"Tapi kemudian ternyata bukan. Nama panggilan mereka. Madge dan Robbie! Sedang Ern, sama sekali tak ada gunanya. Ia melihat kedua bayi kembar itu. tapi katanya semua bayi sama saja tampangnya. Jadi ia tidak tahu apakah mereka bayi kembar yang dari caravan atau bukan!"
"Lagipula. kereta mereka yang biasa untuk satu anak, bukan untuk bayi kembar," sambung Bets.
"Kita percuma saja kemari."
"Ah tidak," kata Fatty, sambil menarik Bets ke komidi putar.
"Pilihlah binatang binatang yang ingin kaunaiki. Nanti akan kubayar anak penjaga komidi putar ini dua kali lipat, supaya kau bisa naik dua kali lebih lama."
Bets memilih seekor singa.
Kemudian anak yang melayani komidi putar itu mulai menjalankannya dengan kecepatan tinggi .Bets dan anak-anak yang lain asyik menunggangi hewan tunggangan mereka, sambil berseru-seru dengan gembira.
Orang orang di sekeliling heran, karena komidi berputar dua kali lebih lama dari biasanya.
"Asyik!" kata Bets, ketika komidi putar sudah berhenti.
Ia turun dari singa singaan dengan lutut agak goyah.
"Aduh aku rasanya seperti masih berputar-putar terus."
Tiba-tiba Fatty melihat Pak Goon di kejauhan.
Ia meringis, lalu menghampiri anak yang melayani komidi putar. Agak lama Fatty berbicara dengan
anak itu, yang kemudian tertawa dan mengangguk.
Fatty menyelipkan sejumlah uang ke tangan anak itu, lalu pergi.
"Apa lagi yang hendak kaurencanakan, Fatty?" tanya Daisy
"Dari air mukamu aku tahu bahwa kau hendak berbuat iseng "
"Aku tadi cuma mengatur agar Pak Goon bisa asyik, naik komidi putar," kata Fatty.
"Aku hendak mentraktirnya. Lihat saja nanti!"
Saat itu Pak Goon sudah malas mencari keponakannya.
Kalau diteruskan pun takkan ketemu. karena Ern bersembunyi dibawah salah satu caravan milik seorang pengusaha pertunjukan di pekan raya itu .Karenanya Pak Goon lantas pergi mendatangi Fatty. Bets dan Daisy yang dilihatnya di kejauhan.
Sementara itu Pip dan Larry menggabungkan din dengan mereka. Mereka baru saja bermain lempar gelang.
Tapi keduanya sedang Sial, tidak satu pun lemparan mereka mengena.
Sekarang uang mereka habis.
"Sekarang perhatikan," kata Fatty dengan suara pelan.
Teman-temannya memperhatikan. tanpa tahu pasti apa yang harus dilihat.
Sementara itu anak yang melayani komidi putar naik ke atas alat hiburan itu bersama seorang anak lain, ketika Pak Goon sudah dekat.
Kedua anak itu mulai berteriak-teriak. Orang orang dekat tempat itu menoleh ke arah mereka.
"Berikan kemari, kataku'" seru anak yang satu.
"Kalau tidak, kutempeleng nanti!"
"Tidak mau!" balas anak yang lain, sambil menerjang maju.
Anak yang diserang terguling di lantai komidi putar lalu berteriak-teriak.
"Jangan takut, Bets. Mereka cuma pura-pura saja," kata Fatty sambil nyengir.
"Sekarang perhatikan apa yang terjadi selanjutnya!"
Pak Goon juga mendengar dan melihat keributan yang terjadi di atas komidi putar.
Ia membetulkan letak pakaian seragam serta topi dinasnya, lalu mendatangi tempat kejadian itu dengan langkah digagah gagahkan
"He! Ada apa_ini? Ayo berhenti!" seru Pak Goon.
"Tolong! Tolong! Aku dipukuli!" teriak salah seorang dari kedua anak laki-laki itu.
"Tolong! Panggilkan polisi!" '
Pak Goon naik ke atas komidi putar, diperhatikan oleh orang banyak.
Sikapnya benar benar mengesankan saat itu.
"Ada apa ini?" tanyanya.
Saat berikutnya ia cepat-cepat berpegangan pada macan-macanan yang ada di dekatnya.
Ternyata anak yang melayani komidi putar cepat cepat turun lalu menjalankan alat hiburan itu. Komidi putar mulai berputar, diiringi bunyi musik ang memekakkan telinga Pak Goon.
Nyaris saya ia terpental Jatuh.
Untung ia sempat mendekap macan-macanan tunggangan. Ia berpegang erat erat, sambil berteriak-teriak.
"Hentikan! Hentikan. kataku!"
Tapi tak ada yang mendengar teriakannya, karena bunyi musik berisik sekali.
Komidi putar berputar semakin cepat begitu cepat sampai sosok tubuh Pak Goon di atasnya hanya nampak samar saya.
Fatty tertawa, diikuti teman-temannya.
Orang ramai bersorak-sorak.
Ternyata di Tiplington pun, Pak Goon tidak disukai.
Akhirnya komtdi putar berkurang kecepatannya, dan akhirnya berhenti.
Tapi Pak Goon masih tetap memeluk leher macan macanan.
Ia tidak berani melepaskan pegangan. Kasian Pak Goon ! ia merasa dunia sekelilingnya masih tetap berputar cepat.
Dan satu-satunya teman yang bisa dijadikan pegangan. hanya macan tunggangan itu!
PIP MENEMUKAN SESUATU
"Kurasa kita lebih baik cepat cepat saja pergi dari sini," ajak Fatty.
"Mana Ern? Ah -itu dia, di sana! Untung ia juga ikut melihat keasyikan tadi sedikit."
Ern datang menghampiri, sambil nyengir.
"Lihatlah pamanku masih terus memeluk macan-macanan di atas komidi putar .Kebetulankah itu, Fatty?"
"Benar-benar kebetulan sih tidak," kata Fatty terkekeh.
"Ayolah. kita pergi sekarang. Selama beberapa waktu. Pak Goon takkan mampu membuntuti kita dengan sepeda. Pasti ia akan terputar-putar terus di satu tempat saja."
Fatty melambai ke arah anak yang melayani komidi putar.
Bara Maharani 4 Pendekar Naga Putih 13 Penggembala Mayat Dendam Datuk Geni 2

Cari Blog Ini