Pasukan Mau Tahu 13 Misteri Penyamar Ulung Bagian 2
Itu merupakan berita yang benar benar menarik. Nampaknya pengecekan para hadirin akan bisa dilakukannya dengan mudah. Fatty menerima daftar nama yang disodorkan Pak Telling dengan ucapan terima kasih
"Saya pasti akan menghadiri beberapa rapat kongres itu, Pak,
" kata Fatty.
Orang tuanya tercengang mendengar ucapannya
"Koleoptera itu sangat menarik .benar benar menarik! Masih ingat tidak, Bu -kedua kumbang tanduk yang pernah kupelihara sewaktu aku masih di taman kanak kanak? Itu, yang selalu saja bertarung?"
Pak Tolling mengernyitkan muka. sementara Bu Trotteville menatap anaknya dengan kening berkerut.
Nampak jelas bahwa ia merasa tidak enak.
Ia tidak mengerti. apa sebabnya Fatty tidak henti hentinya mengganggu Pak Tolling.
Fatty melihat kening ibunya yang berkerut. lalu cepat cepat mengalihkan pembicaraan dengan gayanya yang santai.
"Siang ini kami akan beramai ramai pergi menonton Pasar Malam'" katanya.
"Anda ikut ya. Pak Tolling -sebagai selingan dari kesibukan mengurus kumbang melulu. Ikutlah bersama kami, naik korsel."
"Yah kurasa ajakanmu itu boleh juga," kata Pak Tolling dengan tidak disangka sangka.
"Selama bertahun tahun aku tidak pernah ke mana mana lagi kecuali menghadiri rapat! Ya, Frederick dengan senang hati kuterima undanganmu itu!"
Kini Fatty yang melongo.
***** BERSENANG-SENANG DI PASAR MALAM
ANAK-ANAK heran sekali melihat Fatty datang di Pasar Malam bersama Pak Tolling.
Eunice ikut saja sudah tidak menyenangkan apalagi ditambah dengan ayahnya!
Bagaimana sih. Fatty?
"Apa boleh buat." kata Fatty pada Larry, ketika keduanya bisa menyendiri sesaat.
"Aku tadi iseng iseng mengajaknya -maksudku hanya karena ingin menggoda. Eh, tahu tahu ia mau! Aku benar benar kaget dibuatnya. Maaf deh!"
"Kau ini memang benar benar konyol," tukas Larry dengan sebal.
"Sekarang kita terpaksa menerima keduanya ikut terus dengan kita ke mana-mana. Dan haruskah Pak Tolling pergi bersenang-senang ke Pasar Malam dengan pakaian seperti itu -dengan setelan seperti mau pergi ke kantor, bahkan lengkap dengan mantel serta syal tebal. Seakan-akan sekarang ini masih musim dingin! Tanpa berpakaian begitu pun. ia sudah kelihatan aneh, dengan jenggot serta kaca matanya yang tebal. Sungguh kita nanti pasti ditertawakan orang di mana mana!"
"Aku kan sudah bilang maaf tadi." kata Fatty agak jengkel
"Aku kan tidak menyangka bahwa ia
akan menerima ajakanku? Jadi' jangan kita bicarakan lagi urusan ini. Kita berkeliling saja sekarang. melihat lihat Dan ingat -buka mata' baik baik!"
Pasar Malam itu tidak ada keistimewaannya.
Ada korsel, ayunan,berbagai permainan adu ketangkasan seperti lempar gelang dan menembak .kios kios yang menjual kue-kue dan manisan. serta berbagai tempat pertunjukan kecil. Rombongan Fatty berjalan jalan dengan santai menelusurinya, Mereka mencoba keterampilan sebentar pada permainan lempar gelang.
Eunice ternyata memang benar tidak ada yang berhasil melemparkan gelang sampai benar benar lolos pada hadiah yang disediakan.
Selalu tersangkut sedikit.
"Apa kataku." kata Eunice pada Fatty yang langsung mencoba sekali lagi untuk membuktikan bahwa anak itu keliru.
Tentu saja ia harus membayar lagi untuk lemparannya itu .Ternyata gelang yang dilemparkannya tersangkut kembali
"Nah sudah kubilang dari semula. gelang gelang ini semuanya terlalu kecil!" tukas Eunice
"He, he jangan begitu dong!" kata remaja yang menjaga tempat itu.
"Kalianlah yang sebenarnya tidak pandai melempar. Coba perhatikan aku sekarang!"
Remaja itu keluar dari dalam kios tempat adu ketangkasan itu. Diambilnya beberapa bua gelang. Gelang gelang itu dilemparkannya susul menyusul -semua lolos melewati berbagai hadiah yang terletak di atas meja Rokok. jam meja. dan sekotak coklat .Anak itu memandang tampang unice yang kecut sambil nyengir
"Gampang. kalau tahu tekniknya." kata remaja itu
"Ada yang ingin mencoba lagi?"
Tidak ada yang mau Pak Tolling kelihatannya senang sekali.
Ia ikut mencoba ketangkasan melempar gelang.Ia membelikan manisan untuk anak anak dan bahkan ikut mengulumnya pula. Kemudian ia naik mobil tabrak tabrakan bersama Eunice. Dengan tabah diikutinya saja kemauan anaknya itu. yang ingin sekali menabrak setiap mobil-mobilan yang 'mendekat
"Wah tidak bisa kita membebaskan diri dari dia " keluh Fatty pada Daisy.
"Kaulihat orang yang nampaknya menarik? Kau tahu kan. maksudku?"
"Ya. tapi sama sekali tidak ada yang begitu begitu"
jawab Daisy
"Eh _ kita ke sana yuk! Itu. di mana ada badut yang berseru seru tentang adu tinju Jika untuk pertunjukan badut. pasti kocak!"
Tapi itu bukan pertunjukan lawak melainkan 'pertandingan adu tinju dengan hadiah. Penonton yang berminat -dan merasa diri jago tinju.
Dipersilakan naik ke gelanggang, untuk mengadu kekuatan dengan'seorang pemuda bertubuh kekar, yang dibangga banggakan dengan julukan Champ Charlie.
Daisy sama sekali tidak tertarik pada olahraga adu tinju. Karenanya Fatty mengajaknya keluar lagi. Fatty tertawa tawa melihat tingkah badut yang masih terus berteriak teriak memancing
penonton agar mau masuk ke dalam tendanya.
Tapi tiba tiba air muka Fatty berubah.
Matanya menatap dengan waspada.
Daisy heran melihat perubahan sikap Fatty, lalu ikut memperhatikan badut yang mukanya coreng moreng serta memakai sarung tangan putih itu.
Fatty menarik Daisy ke belakang sebuah tenda.
"Badut itu tadi kau kan juga memperhatikan mukanya yang coreng-moreng," katanya.
"Bibirnya dipolas dengan cat merah yang lebar sekali, sampai menutupi kulit di antara hidung dan bibir atasnya. Dan bukankah penjahat yang minggat itu bekas lukanya ada di tempat itu?"
"Ya. betul!" kata Daisy.
"Dan ia memakai sarung tangan. Mungkin untuk menyembunyikan tangannya yang bertonjolan tulang tulangnya."
"Dan kauperhatikan tidak tatapan matanya tajam, bergerak gerak terus." kata Fatty lagi.
"Sayang kita tidak bisa melihat bagaimana rambutnya, karena ditutupi tudung badut yang rapat ke kepala. Sedang tingginya sedang Hmm -siapa tahu..."
"Kalau begitu sekarang sudah ada tersangka nomor satu," kata Daisy.
"Mungkin nanti masih ada dua atau tiga lagi. Yuk _ kita perhatikan badut itu lagi lalu pergi ke tempat lain. Aku tidak tahu di mana yang lain lain saat ini. tapi biar saja. Yuk!"
Keduanya pergi memperhatikan badut yang tadi sekali lagi, yang sibuk berteriak teriak memancing penonton.
"Ayo, ayo. silakan masuk. Jangan malu malu! Pertandingan tinju kelas dunia. Cuma enam penny sekali masuk! Saksikan bagaimana Champ Charlie merobohkan semua penantangnya. Enam penny satu kali!"
Ya cat tebal yang dipoleskan di sekeliling mulutnya memang bisa saja menutupi bekas luka yang ada di atas bibirnya. Dan matanya dengan tajam bergerak-gerak terus meneliti penonton, mencari-cari orang yang mungkin bisa dibujuk untuk naik ke atas gelanggang.
Fatty menarik Daisy ke tempat penjualan minuman teh yang terdapat di seberang
"Mau secangkir teh. Nak?" kata laki laki yang menunggui tempat itu.
Fatty mengangguk.
Kemudian ia mengajak orang itu bercakap-cakap.
"Saya rasanya seperti pernah melihat badut itu." katanya.
"Siapa namanya? Mungkin Anda kebetulan tahu."
"Kalau nama lengkapnya. tidak." jawab laki laki itu sambil menyodorkan dua cangkir betis: teh
"Baru sekarang ini aku melihatnya. Ia dikenal dengan panggilan Bert. Cuma itu saja yang kuketahui."
"Apakah ia ikut dengan rombongan Pasar Malam ini ke mana mana?" tanya Fatty lagi.
"Entah." jawab laki laki itu dengan singkat karena sementara itu ada orang lain meminta teh.
"Tanya saja sendiri padanya."
Itu tidak ingin dilakukan oleh Fatty.
Ia memutuskan untuk datang lagi keesokan paginya
saat di situ tidak banyak orang.
Lalu akan dicobanya mengajak badut itu mengobrol. jika ia tidak begitu sibuk. Barangkali saja ia bisa dijumpai tanpa kostum dan hiasan badut
"Yuk. Daisy! Buang sajalah." kata Fatty. ketika melihat bahwa Daisy segan meminum tehnya
"Aku tadi memintanya hanya agar ada alasan untuk bertanya tentang badut itu."
"Aku tahu," kata Daisy
"Yuk kita ke tempat adu ketangkasan menembak. lalu melihat lihat di situ."
Mereka mendatangi tempat itu.
Mereka melewati seorang perempuan tua yang menawar nawarkan karcis. Di tempat adu ketangkasan menembak itu mereka memperhatikan beberapa orang pemuda yang sedang berusaha mengenai bola-bola pingpong yang terlambung lambung di atas pancuran air.
Daisy menyenggol Fatty sambil menggerakkan kepalanya ke arah seorang laki laki yang baru saja masuk .Orang itu menggantikan anak yang selama itu bertugas membagi bagikan senapan.
Fatty terkesiap, karena sepintas lalu orang itu mirip sekali tampangnya dengan foto penjahat yang minggat.
Tatapan mata tajam, alis tebal rambut gondrong berwarna gelap. Kulitnya sawo matang.
Fatty mendorong Daisy keluar dari tenda itu.
"Ia bukan orang yang kita cari" katanya dengan nada agak menyesal.
"Di atas bibirnya tidak ada
bekas luka .Tadinya kusangka warna kulitnya yang
sawo matang itu riasan untuk menyembunyikan _tapi ternyata tidak"
"Dan tangannya juga tidak benjol benjol." kata Daisy.
"Kuperhatikan sungguh sungguh. kelihatannya halus sekali -hampir seperti tangan wanita."
"Lagi pula -jika ia orang yang kita cari. takkan mungkin ia berkeliaran secara terang terangan begitu, tanpa penyamaran." kata Fatty.
"Hanya kebetulan saja penampilannya mirip. Ia bisa kita coret dari daftar kita."
"Yuk kita melihat ke dalam sekali lagi," kata Daisy tiba-tiba.
Mereka kembali memasuki tenda tempat menembak itu melewati wanita tua yang duduk di luar. Wanita itu menyapa mereka dengan suara serak
"Belilah karcis, Anak muda coba ketangkasanmu menembak!"
"Tidak, terima kasih," kata Fatty sambil menjenguk ke dalam tenda.
Tidak ! laki laki itu pasti bukan narapidana yang minggat, karena kelihatannya jauh lebih muda. Dan seperti telah dikatakan oleh DaiSy. tangannya terlalu halus. Fatty tahu dari pengalaman bahwa tangan sulit sekali bisa diubah wujudnya _ berlawanan dengan wajah, yang dengan gampang saja bisa disamarkan.
"Kasihan, Nak," wanita tua penjual karcis dengan suaranya yang serak itu berkata pada Daisy, meminta uang.
Daisy memandang wanita itu.
Ia merasa kasihan padanya .Mukanya keriput dan banyak kerutnya. walau matanya masih tampak bersinar. Kepalanya ditutupi selendang yang dekil sekali.
Tangannya yang kurus dengan tulang tulang menonjol, menggenggam seberkas karcis.
Sambil berjalan lewat, Daisy menyenggol Fatty.
"Sayang tangan laki laki yang baru masuk tadi itu tidak benjol benjol seperti tangan perempuan tua itu," katanya.
"Coba begitu, pasti kita akan beranggapan bahwa dialah penjahat yang kita cari itu!"
"Kalau begini terus. otak kita bisa benjol benjol pula nanti," kata Fatty.
"Yuk. sekarang kita cari anak anak."
Tiba tiba ia tertegun. lalu menyenggol Daisy.
"Lihatlah, Daisy! Itu cepat, lihatlah!"
Daisy menengok ke arah gerak anggukan kepala Fatty. Dilihatnya seorang laki laki gendut. Orang itu sedang berdiri dekat tempat ayunan.
Ia berkumis serta berjenggot. Warnanya merah.
Air mukanya pun merah.
Lehernya dibalut syal tebal berwarna biru yang nampak dekil. Ia memakai topi pet berwarna biru, yang ditarik ke depan menutupi kening. Jasnya tampak kekecilan untuknya, sedang celana panjangnya agak kependekan.
Potongan orang itu sangat menggelikan. Orang-orang yang lewat tertawa melihatnya.
"Kau tahu siapa orang itu?" tanya Fatty dengan suara pelan pada Daisy.
Daisy menggeleng
"Aduh kau takkan mungkin bisa menjadi detektif yang baik, Daisy," kata Fatty kecewa.
Tapi saat itu juga Daisy memekik pelan, lalu memandang Fatty dengan tatapan geli.
"Sssst!" desis Fatty memperingatkan, lalu cepat cepat menarik Daisy ke tempat yang agak jauh.
Sesampainya di situ tertawa Daisy meledak.
Ia tertawa sepuas puasnya.
"Aduh, Fatty itu kan Pak Goon yang menyamar," katanya di sela sela tawanya.
"Yuk, kita cari teman teman, untuk melihat apakah mereka juga sudah melihatnya. Aduh kenapa ia menyamar dengan cara yang begitu menyolok! Bayangkan, membuntuti orang dengan penampilan seperti itu ia pasti akan langsung ketahuan! Pakai kumis merah lagi!"
Keduanya melihat anak anak yang lain di kejauhan, lalu berlari menghampiri mereka.
Begitu sudah dekat, Larry langsung berseru,
"Kalian sudah melihat Pak Goon? Kami tadi sampai sakit perut karena tertawa!"
"Ya. kami sudah melihatnya," kara Fatty.
"Bukan main tampangnya! He kita datangi, yuk -lalu pura pura menanyakan waktu, atau apa saja! Jangan kita perlihatkan bahwa kita tahu siapa dia sebenarnya. Pasti ia nanti senang sekali. karena menyangka penyamarannya begitu baik sampai kita tidak mengenali!"
"Ya _ cepat, mumpung dia masih ada di situ!" kata Pip.
"Mula mula aku dulu yang menyapa untuk menanyakan waktu. Lalu kau bertanya tentang soal lain lagi, Bets. Kemudian Larry. Ayo!"
Anak anak berjalan dengan sikap santai, menghampiri Pak Goon yang sementara itu sudah berpindah menonton di tempat mobil tabrak
tabrakan .Ia memperhatikan dengan penuh minat. sementara matanya nyaris tidak kelihatan karena tertutup ujung pet.
Pip menyapanya.
"Maaf, Pak! pukul berapa sekarang" tanyanya.
Pak Goon kelihatan kaget ketika melihat bahwa anak yang menyapa itu Pip.
"Kira kira pukul empat.' kata Pak Goon kemudian dengan suara diberat-beratkan, sehingga Pip terkejut dibuatnya.
"Terima kasih." kata Pip lalu kembali ke tempat teman temannya. sambil tertawa tawa.
Kelihatan sekali bahwa Pak Goon merasa senang, karena menyangka samarannya sangat baik. Kemudian ia bahkan pergi menghampiri anak anak yang sedang menonton komidi putar.
Hah! Anak anak itu ternyata tidak tahu bahwa ia. Pak Goon. sedang mengawasi mereka!
Ia berjalan di dekat mereka sambil bersiul siul.
Bets lari menyusul
"Maaf, Pak. tahukah Anda pukul berapa Pasar Malam ini nanti ditutup?" tanyanya.
Pak Goon mendehem lalu menjawab dengan suara diberat beratkan lagi.
"Sekitar setengah sebelas," jawabnya .
Saat itu ia merasa kumis palsunya mulai lepas lalu buru buru ditekannya lagi kuat kuat ke atas bibirnya.
Bets tercekikik lalu cepat-cepat lari.
Setelah itu giliran Larry.
Ia menghampiri Pak Goon sampai dekat sekali, lalu pura pura memungut sesuatu dari tanah.
Diperhatikannya benda itu.
Kemudian berpaling dan menyapa Pak Goon.
"Ini kancing Anda. Pak? ' tanya Larry .
Padahal sudah jelas itu tidak mungkin kepunyaan Pak Goon. karena berasal dari gaun Daisy yang tadi cepat-cepat direnggutkan olehnya.
Pak Goon mendehem dehem lagi.
"Bukan, itu bukan kancingku." jawab polisi desa yang sedang menyamar itu
"Nah kau senang di sini?"
"0 ya, Pak!" jawab Larry .
Setelah itu Fatty yang datang menghampiri.
"Maaf. Pak. saya ingin tahu dari mana Anda memperoleh sepatu polisi yang Anda pakai itu." katanya dengan nada galak.
"Maksud saya mudah mudahan bukan barang curian."
"Anak setan!" kata Pak Goon, dengan suaranya yang asli.
"Cuma kau saja yang berani bilang begitu. Ayo, pergi!"
"Astaga ini Anda rupanya, Pak Goon!" kata Fatty, pura pura terkejut.
"Wah siapa yang akan mengira!"
"Pergi, kataku!" bentak Pak Goon dengan marah, sampai orang-orang yang ada di dekat situ terkejut mendengarnya.
Fatty cepat-cepat pergi sambil tertawa terpingkal pingkal
Pak Goon yang malang!
***** PAK TOLLING TERSESAT
"MANA Eunice?" tanya Fatty, ketika mereka semua sudah tidak tertawa lagi
"Sudah pulang?"
"Belum_ Ia tadi ingin naik ayunan bersama ayahnya, jadi kami tinggalkan dia di tempat itu," kata Larry.
"Wah Pak Tolling itu benar benar luar biasa. Segala-galanya ingin dicoba olehnya!"
"Di mana ia sekarang?" tanya Fatty.
"Kurasa mereka ada di komidi putar, sebab aku mendengar Pak Tolling tadi mengatakan ingin naik korsel. Jangan jangan ia besok tidak sanggup menghadapi kumbang-kumbang, karena kepalanya pusing!"
"Itu mereka," kata Pip, sementara ia bersama teman teman yang lain berjalan mendekati korsel yang berputar entah untuk keberapa ribu kalinya. diiringi irama musik.
"Tidak banyak yang naik kali ini," kata Fatty sambil memperhatikan.
"Hanya sekitar tujuh atau delapan orang. Bagaimana jika kita ikut naik? Saat putarannya sudah melambat."
Semua turun, kecuali seseorang.
Orang itu Pak Tolling.
"Turun, Ayah_ kan sudah berhenti!" seru Eunice memanggilnya.
"Aku masih ingin sekali lagi," kata Pak Tolling .
Ia kelihatan aneh sekali, dengan pakaian resminya yang berwarna gelap duduk di atas tunggangan jerapah jerapahan.
Ia merangkul leher tunggangannya yang panjang erat erat
"Baiklah, tapi Ayah sendiri saja. aku pusing,
" kata Eunice.
Saat itu barulah ia melihat anak anak yang lain.
"Kalian hendak naik juga, Frederick?"
"Begitulah niat kami," kata Fatty.
Ia membelikan karcis untuk dirinya sendiri serta teman temannya.
"Kau benar benar tidak mau ikut. Eunice? Baiklah. Yuk, kita naik .Pilihlah tunggangan yang kalian sukai!"
Pak Goon berjalan menghampiri komidi putar.
Ia memperhatikan anak yang menjaga di situ dengan seksama, seolah-olah menganggap mungkin anak itulah narapidana yang dicari-cari. Kemudian dengan tajam ditatapnya seorang laki laki yang lewat sambil mendorong gerobak
"Ia merasa dirinya sangat penting _mengamat amati setiap orang sambil menyamar," kata Larry pada Daisy.
"Menurutku, samarannya tidak bisa dibilang baik. Ia kelihatannya seperti kenyataan yang sebenarnya. yaitu polisi yang menyamar!"
Anak anak memperhatikan Pak Goon.
Tahu tahu mereka melihat polisi desa itu tertegun,
seakan-akan kaget. Saat itu ia sedang memandang ke arah komidi putar, menatap Pak Tolling
"Kenapa ia memandang ayah Eunice dengan cara yang begitu?" kata DaiSy dengan heran, sambil mendekatkan kepalanya ke arah Fatty yang duduk di atas tunggangan bebek besar. yang langsung bergerak naik turun begitu korsel mulai berputar
"He. Fatty! Coba kaulihat Pak Goon -ia memandang Pak Tolling. seperti melihat hantu "
Fatty memandang Pak Goon, lalu setelah itu Pak Tolling.
"Yah, rupanya karena ia belum pernah melihat Pak Tolling dengan pakaian rapinya," katanya.
"dan kelihatannya memang agak aneh! Jangan jangan Pak Goon menyangka dialah narapidana yang melarikan diri itu'"
"Kurasa memang begitulah sangkaannya, Fat ty'" kata Daisy sambil tercekikik.
"Lihatlah _tidak lepas lepas ia menatap Pak Tolling!"
Fatty memperhatikan Pak Tolling lagi.
Tiba tiba ia melihat apa sebabnya Pak Goon mungkin menyangka ayah Eunice adalah penjahat yang dicari-cari. Yah ukuran tubuhnya cocok berkumis dan berjenggot -tatapan mata cerdas dan tangan dengan tulang-tulang yang menonjol
Astaga. jangan jangan memang dia narapidana yang minggat itu!
Fatty mengumpat dirinya sendiri dalam hati.
"'Jangan konyol," pikirnya.
"Kau kan tahu bahwa ia teman ayahmu serta ayah Eunice. Tapi coba aku tidak mengetahui hal itu, bisa saja aku berpikiran seperti Pak Goon!"
Sementara itu korsel sudah berputar kembali. diiringi musik ribut yang terdengar di seluruh Pasar Malam itu.
Pak Goon memandang dengan mata melotot. setiap kali Pak Tolling lewat sambil duduk di atas jerapah jerapahan yang menjadi tunggangannya.
Fatty tertawa geli '
"Apakah yang akan dilakukan Pak Goon nanti.Menangkap Pak Tolling yang malang? Aduh jangan sampai hal itu terjadi. Eunice pasti akan sangat terkejut karenanya ."
Putaran korsel mulai melambat. dan akhirnya berhenti sama sekali.
Tempat Pak Tolling berhenti berseberangan letaknya dengan tempat Pak Goon berdiri. Pak Tolling turun dari korsel. lalu memanggil Eunice yang menunggunya tidak jauh dari situ
"Aku akan pulang sekarang. karena kulihat hari sudah cukup sore . Aku tadi mengatakan pada Bu Trotteville bahwa aku akan sudah ada di rumah saat minum teh. Kau bergabung saja lagi dengan teman temanmu. Eunice."
Dengan segera Eunice mendatangi anak anak yang saat itu juga turun dari korsel. Fatty memandang berkeliling, mencari Pak Goon yang tidak kelihatan lagi.
Kemudian ia melihatnya. Polisi desa itu membuntuti Pak Tolling, yang berjalan menuju pintu gerbang keluar.
Wah rupanya Pak
Goon benar benar menyangka Pak Tolling itulah penjahat yang dicari cari!
"He!" kata Fatty sambil menarik Larry dan
Daisy, mengajak mereka agak menjauh dari Eunice
serta yang lain lainnya.
"Kurasa Pak Goon mengira bahwa Pak Tolling itulah orang yang kita cari! Aku hendak mengikutinya sekarang. untuk melihat apa yang akan terjadi. Kalian berdua tinggal di sini_ bersama yang lain lain. Kalau kita bertiga membuntuti bersama sama. ada kemungkinan Pak Goon akan melihat. Kalau aku sendiri. akan kuusahakan bahwa itu tidak akan terjadi. Mungkin aku nanti terpaksa menyelamatkan Pak Tolling dari cengkeraman hukum!"
"Baiklah. kalau begitu ikuti saja mereka." kata Daisy sambil tertawa.
"Kami akan kembali ke tempat teman teman. Tapi kami takkan mengatakan apa apa pada Eunice, karena kalau itu kami lakukan, pasti ia akan langsung menyusulmu."
Dengan segera Fatty menyusul.
Tidak lama kemudian dilihatnya sosok tubuh Pak Goon. tidak begitu jauh di depannya. Sangat kecil kemungkinannya bahwa polisi yang menyamar itu akan berpaling dan melihat Fatty, karena ia begitu tekun membuntuti mangsanya. Sedang Pak Tolling berjalan bergegas gegas.
Rupanya ia sudah lapar. kata Fatty dalam hati.
Tapi kemudian Pak Tolling salah jalan!
Ia keliru membelok. sehingga menuju ke Maidenhead, dan bukan ke Peterswood. Fatty sangat jengkel ketika menyadari kekeliruan itu.
Kini ia terpaksa ikut tersesat!
Kemudian Pak Tolling berhenti.
Rupanya ia menyadari bahwa ia tersesat.
Ia celingukan memandang kian kemari, seakan akan berharap
akan melihat seseorang yang bisa ditanyai jalan. Ia memandang dengan matanya yang rabun. Sesaat kemudian air mukanya menjadi cerah. karena melihat seseorang datang mendekat .
Orang itu tentu saja Pak Goon, yang memang sedang membuntuti ?
"Maaf -saya ingin bertanya, manakah jalan yang benar menuju ke Peterswood?" tanya Pak Tolling dengan sopan.
"Saya tadi rupanya salah membelok."
Ia memandang Pak Goon dengan sikap heran.
Aneh benar penampilan orang itu!
Pak Goon menatap pria yang lebih kecil daripadanya itu dengan sikap garang dan menyelidik.
Adakah bekas luka di bawah kumis tebal itu?
"Akan saya antarkan Anda sampai ke jalan yang benar." katanya kemudian.
Pasukan Mau Tahu 13 Misteri Penyamar Ulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sambil berjalan kita bisa _ yah, bisa mengobrol sedikit."
"Ah, Anda tidak perlu repot repot, sampai mengantar segala." kata Pak Tolling.
Ia merasa ngeri ditatap dengan pandangan segalak itu.
"Anda bilang saja, jalan mana yang harus saya ambil"
"Lewat sini," kata Pak Goon dengan nada seolah olah hendak menggiring ke penjara.
Dipegangnya lengan Pak Tolling.
Tapi Pak Tolling mengibaskannya dengan marah.
"Saya adukan Anda nanti, karena mengganggu saya!" katanya.
"Anda pasti salah seorang berandalan dari Pasar Malam itu."
"He. he jangan seenaknya saja. ya!" tukas Pak Goon
'Baiklah berjalan sendirilah. jika itu yang Anda ingini. Anda harus mengambil jalan yang itu'"
Pak Tolling meneruskan langkahnya seorang diri. Berulang kali ia menoleh ke belakang sebentar untuk melihat apakah Pak Goon mengikutinya.
Ia merasa jengkel. ketika ternyata bahwa memang demikianlah halnya.
Huh orang menyebalkan dengan kumis dan jenggot merahnya yang konyol!
Jangan jangan orang itu berniat merampoknya!
Pak Goon berjalan dekat sekali di belakangnya. Pak Tolling mulai bergegas, karena ingin menghindar
dari orang yang membuntuti itu. Dengan segera Pak Goon ikut mempercepat langkah .
Fatty yang
mengikuti mereka dengan sembunyi sembunyi_ tertawa nyengir melihat adegan itu.
Kasihan Pak Tolling, ia pasti sudah sebal sekali. karena terus
menerus dibuntuti oleh Pak Goon .Fatty
memutuskan untuk bertindak menolong Pak Tolling.
Ia muncul dari balik semak bersama Buster. tepat saat Pak Tolling lewat di situ.
"Wah --sedang mengapa Anda di sini. Pak? sapanya
"Kami sangka Anda sudah langsung pulang tadi."
"Eh. Frederick -lega hatiku melihatmu." kata Pak Tolling dengan senang.
"Aku tadi tersesat. karena salah jalan. Lantas kutanyakan jalan yang benar pada orang yang di belakang itu. Sikapnya benar benar tidak menyenangkan Aku sampai
khawatir. jangan jangan ia berniat merampok aku!"
"Anda tidak perlu khawatir tentang itu." kata Fatty menenangkan lalu membimbing Pak Tolling. Pak Goon melongo melihatnya.
Ia masih tetap belum tahu bahwa laki laki yang di depannya itu Pak Tolling. Jadi ia tidak bisa mengerti. apa sebabnya Fatty begitu ramah terhadapnya.
Kemudian terlintas pikiran yang tidak mengenakkan hatinya.
Ya. tentu saja -Fatty pasti berpikiran seperti dia.
Pak Goon' Ia pasti juga beranggapan bahwa laki laki itu mungkin penjahat yang sedang dicari cari Pak Komisaris rupanya bercerita tentang orang itu pada Fatty, ketika atasannya itu bertanya pada anak yang menyebalkan itu tentang kejadian yang menyangkut gelandangan waktu itu.
Pak Goon membuntuti mereka berdua.
Ia merasa jengkel melihat Fatty nampaknya begitu ramah dengan laki laki tak dikenal itu.
Apakah ia sedang menanyainya melakukan penyelidikan seperti dirinya.
Pak Goon mendekati mereka
Ia khawatir, jangan jangan Fatty berhasil mengetahui segala hal yang sebetulnya harus diketahui olehnya. selaku polisi yang berwenang untuk itu.
Hendak ke mana 'sebenarnya mereka berdua?
Apakah Fatty menggiring orang itu ke tempat persembunyiannya, jika ternyata ia memang penjahat yang melarikan diri itu?
Kalau betul begitu, hebat sekali!
Tapi Pak Goon tidak menghendaki hal itu terjadi. Ia sama sekali tidak suka kalau Fatty ikut campur .
Pak Goon benar-benar tercengang. ketika kemudian Fatty membelok memasuki jalan yang menuju ke rumahnya!
Anak itu tampaknya sudah akrab sekali dengan laki laki yang berjalan seiring dengannya.
Pak Goon buru buru menyusul. lalu berjalan bersama sama.
Pak Tolling memandangnya dengan sikap tidak senang.
"Kau mau apa sebenarnya?" tukasnya.
"Kenapa kau membuntuti kami terus dari tadi? Kuadukan kau nanti, jika masih tetap tidak tahu diri!"
Fatty terkekeh.
Pak Goon memandangnya dengan mata melotot.
"Hendak ke mana kalian?" tanyanya.
"Pulang," jawab Fatty.
Ia memandang Pak Goon dengan sikap agak heran.
"Anda sendiri, mau ke mana?"
"Siapa orang ini?" tanya Pak Tolling dengan bingung bercampur jengkel.
"Aku sudah bosan melihatnya."
"Saya juga begitu," kata Fatty, sambil membimbing lengan Pak Tolling lagi
"Kita terus saja sebentar lagi sudah sampai di rumah."
Pak Goon mengikuti dengan kening berkerut.
Fatty kan tak bermaksud membawa orang itu ke rumahnya?
Anak sialan!
Selalu saja ia dipermainkan.
Sesampainya di depan rumah, Fatty membukakan pintu pekarangan, dan dengan sopan dipersilakannya Pak Tolling masuk lebih dulu.
Pak Goon memandang sambil melongo.
Nah -apa apaan lagi ini? _
"Daya ingat Anda tidak baik, Pak Goon," kata Fatty sambil menutup pintu pagar.
"Masa tidak ingat lagi pada Pak Tolling.Anda kan sudah berjumpa dengannya kemarin, sewaktu Anda datang untuk mengurus soal orang yang Anda sangka gelandangan itu, yang di dalam gudangku. Anda pasti juga tidak mengenali orang itu_ kan?"
Fatty berjalan bersama Pak Telling menuju pintu depan rumah.
Pak Goon mengikutinya dengan pandangan.
Pikiran polisi desa itu kacau balau.
Astaga! Betul juga _ laki laki itu memang orang yang dilihatnya bersama Pak Trotteville kemarin -cuma sekarang kelihatannya begitu lain. dengan pakaiannya yang necis.
Dan apa maksud Fatty tadi, dengan kata katanya mengenai gelandangan itu? Apa sebabnya ia. Pak Goon, harus mengenali laki laki tua berpenampilan dekil itu?
Tiba tiba Pak Goon yang malang itu menyadari bahwa ia seharusnya memang mengenali gelandangan itu!
Pasti orang itu Fatty sendiri, yang menyamar!
Padahal ia sudah memberi laporan macam-macam mengenai gelandangan itu pada Pak Komisaris.
Betapa kuat dan galaknya orang itu -serta bagaimana Buster menyerang lalu menggigit pergelangan kakinya -lalu -lalu..
Pak Goon mengeluh, lalu kembali ke rumahnya sendiri dengan langkah gontai, itu rupanya yang menyebabkan Pak Komisaris Ingin mendatangi Fatty dan meminta keterangan padanya tentang gelandangan itu.
Rupanya atasannya itu sudah
sejak semula berhasil menebak bahwa orang itu pasti Fatty.
"Anak sialan!" gumam Pak Goon, sambil memasuki rumahnya lewat pintu depan
"Dan ia juga tahu tentang penjahat yang minggat itu. Jika aku tidak waspada, jangan jangan ia nanti lebih dulu menemukan orang itu. Untuk itu rupanya mereka beramai ramai pergi ke Pasar Malam!"
Pak Goon begitu kesal, sampai tidak bisa menikmati hidangan tehnya sore itu.
Ia jengkel sekali pada Fatty!
*** KESULlTAN FATTY DENGAN EUNICE
KETIKA Fatty masuk bersama Pak Tolling. hidangan teh sudah dibereskan.
Mereka sangat terlambat pulang.
Pak Tolling meminta maaf secara panjang lebar atas keterlambatannya. Jane membawakan teh untuknya bersama Fatty. disertai dengan hidangan roti mentega yang masih hangat serta kue coklat
Kini Fatty merasa senang karena mengantarkan Pak Tolling pulang. Sebab takkan mungkin ada yang menyiapkan hidangan teh bagi Fatty bila ia datang setelah meja dibereskan.
Tapi sekarang ia menghadapi hidangan yang benar benar sedap. karena Pak Tolling dan sikapnya yang meminta minta maaf sebab datang terlambat itu.
Sambil minum teh. Pak Tolling bercerita tentang pengalamannya di Pasar Malam, begitu pula bagaimana ia dalam perjalanan pulang diikuti oleh seseorang yang menurutnya 'agak sinting dan bertampang tidak enak, serta sama sekali tidak tahu aturan'.
Fatty nyengir.
Coba Pak Goon bisa mendengar kata kata Pak Tolling itu. katanya dalam hati.
Eunice baru kemudian pulang.
Ia minum teh di Pasar Malam, ditraktir Larry. Eunice kesal, karena Fatty pulang tanpa mengajaknya.
"Yah soalnya aku tadi melihat ayahmu dalam kesulitan," kata Fatty.
"Aku terpaksa mengantarnya pulang, karena ia tersesat."
"Aduh. Ayah." kata Eunice.
"Jangan jangan suatu waktu nanti Ayah bahkan tersesat saat hendak pergi ke tempat tidur!"
"Bagaimana jika kau mengajak Eunice main catur?" kata Bu Trotterville pada Fatty.
Sebelum ia sempat menemukan alasan untuk menolak, Eunice telah menyiapkan segala galanya dengan cepat.
"Nah, ini dia dua juara sekolah saling berhadapan," kata Pak Trotteville.
Diletakkannya surat kabar yang sedang dibaca, karena ia ingin menonton permainan itu. Tapi dengan segera ia sudah bosan, karena sebelum melakukan suatu langkah, Eunice selalu berpikir dulu selama paling kurang dua puluh menit.
Fatty biasa bermain cepat.
Karenanya ia pun dengan segera merasa bosan.
Pikirannya mulai melayang, mengingat kembali segala kejadian di Pasar Malam siang itu.
"Badut tadi itu." katanya dalam hati.
"ia perlu diselidiki itu sudah jelas. Dan pemuda dalam tenda tempat menembak, yang tampangnya mirip sekali dengan foto penjahat yang minggat. Ah. kurasa ia tak ada hubungannya dengan urusan ini. Yah, pokoknya besok pagi aku akan ke Pasar Malam lagi untuk berbicara dengan badut itu lalu
siangnya aku akan menghadiri rapat koleopteris, melihat lihat di situ."
"Giliranmu, Frederick," kata Eunice dengan tidak sabar
"Pikiranmu melantur."
Dengan segera Fatty melakukan langkahnya, dan Eunice kembali tepekur sambil menatap bidak bidak catur.
Kasihan Fatty, ia semakin bosan.
Permainan catur memang tidak cepat -tapi ini sudah keterlaluan! _
Sementara itu Pak Tolling bercerita lagi tentang Pasar Malam serta keasyikannya di situ.
"Tapi ada yang lupa kulihat tadi." katanya.
"yaitu Sirkus Kutu. Aku benar benar tidak bisa mengerti. bagaimana ada orang bisa sampai begitu senang pada kutu. sehingga bisa mengajarnya melakukan berbagai pertunjukan!"
"Ihh kalau saya mendingan disuruh jalan kaki bermil mil. daripada menonton pertunjukan kutu," kata ibu Fatty sambil bergidik.
"Apakah kutu memang cukup cerdas sehingga bisa dilatih, Pak Tolling? Dan apakah orang juga pernah melatih kumbang?"
"Kutu itu makhluk yang sangat cerdas." kata Pak Tolling.
"Kalau kumbang, tergantung jenisnya. Kumbang paling cerdas yang dikenal orang terdapat di pegunungan Atlas, di ketinggian dua ribu kaki. Mereka bisa menjahit daun daunan untuk dijadikan..."
Fatty tidak mendengar lagi untuk apa kumbang menjahit daun karena saat itu tahu tahu ada pikiran melintas dalam benaknya.
"Sirkus kutu' pikirnya
"Tentu saja orang yang dicari itu menyukai serangga. Mungkin ia mengelola pertunjukan kutu! Wah. aku tidak tahu bahwa di Pasar Malam ada pertunjukan Sirkus Kutu. Aku harus ke situ besok untuk melihatnya. Anak anak sudah tahu mengenainya atau belum. ya' Sebaiknya kutelepon saja Larry. Nanti. sehabis aku melakukan langkah yang berikut'
Begitu Eunice melangkahkan salah satu buah caturnya.Fatty dengan segera melakukan langkahnya. Kening Eunice berkerut
'Kau seharusnya lebih lama sedikit berpikir." katanya mengecam
"Tidak ada pemain catur bermutu yang bermain cepat"
"Selama kau memikirkan langkahmu. sudah cukup banyak waktu bagiku untuk memikirkan langkahku." kata Fatty.
"Waktu sebanyak itu sudah lebih dari cukup. Eunice! Dan jika kau mengatakan aku ini bukan pemain bermutu, tunggu saja sampai kau terpaksa menyerah nanti _ baru kau tahu Siapa pemain bermutu dan siapa yang tidak. Sebentar ya aku harus menelepon seseorang."
Eunice kembali menekuni papan catur. Ia bertekad mengalahkan Fatty, yang sementara itu pergi ke serambi.
Di situ ia celingukan sebentar.
Tidak ada orang di dekat situ, yang bisa mendengarkan pembicaraannya.
Sesaat kemudian ia sudah berbicara dengan Larry
"Eh, Larry -terima kasih ya. atas kebaikanmu mentraktir Eunice minum teh tadi." katanya
"Aku asyik tadi. mengikuti Pak Tolling. Sekarang dengar baik baik. karena aku tidak bisa bicara terlalu keras."
Fatty bercerita pada Larry tentang Pak Goon sang terus membuntuti Pak Tolling sampai ayah Eunice itu ketakutan. lalu betapa bingung dan kesalnya Pak Goon ketika ia, Fatty. kemudian membimbing Pak Toiling pulang. sampai ke rumah.
Larry terbahak bahak
"Kau selalu saja mengalami kejadian yang asyik. Fatty," katanya.
"Sekarang --bagaimana dengan besok? Jadikah kita pergi lagi ke Pasar Malam. untuk mendatangi badut yang itu?"
"Ya, jadi! Eh, ngomong ngomong, kau tahu di Situ juga ada Sirkus Kutu?" tanya Fatty.
"Aku tidak tahu"
"Ya, aku tahu --karena melihat reklamenya," kata Larry.
"Wah, Fatty kau kan tidak berniat mendatangi Sirkus Kutu! Bahkan Buster pun tidak
suka pada kutu."
"Coba kauingat kembali catatan tentang si Itu," kata Fatty sambil memelankan suaranya
"Kau ingat, apa yang disukainya?"
"Ya -kucing." kata Larry.
"Tapi sama sekali tidak disebut sebut tentang kutu. Itu aku tahu pasti."
"Memang tapi ada dikatakan bahwa ia tertarik pada serangga." kata Fatty mengingatkan.
"Wah. betul juga!" kata Larry.
"Ya. tentu saja! Soalnya, kata serangga hanya mengingatkan aku pada kupu kupu. ngengat. kumbang. dan lebah tapi tidak pada kutu. Yah. kalau begitu sebaiknya kita datangi saja Sirkus Kutu itu besok. Siapa tahu, mungkin kita akan menemukan salah satu petunjuk di sana."
"Betul. Kita berkumpul pukul sepuluh di persimpangan. dekat halte bis," kata Fatty.
'Tolong sampaikan pada Pip dan Bets, ya. Aku saat ini sedang main catur dengan Eunice. Kalau melihat lambannya bermain, ada kemungkinan aku takkan bisa datang tepat pada waktunya besok. Yuk sampai besok!"
Fatty kembali ke permainan caturnya.
Saat itu Eunice baru saja melakukan langkahnya. Fatty kaget sekali ketika menyadari bahwa langkah itu bagus sekali. Bahkan bisa dibilang langkah ulung .
Jika ia tidak berpikir baik baik sekarang, ada kemungkinan rajanya akan sekakmat.
Karenanya selama sepuluh menit berikutnya ia melupakan segala urusan yang berhubungan dengan badut, Sirkus Kutu, dan Pasar Malam.
Ia menghadapi papan catur. Keningnya berkerut, karena sibuk berpikir. Tapi Fatty sama sekali tidak perlu merasa cemas, karena Buster kemudian mengakhiri permainan itu dengan tiba tiba.
Anjing kecil berbulu hitam itu sedang berbaring di bawah meja catur. Tahu tahu ia merasa seperti mendengar bunyi tikus mengerat di balik kayu pelapis dinding di dekat situ .Telinga Buster
langsung berdiri. sementara kepalanya dipalingkan ke arah asal bunyi itu .Alangkah gembiranya Buster ketika ternyata memang ada seekor tikus kecil keluar dari sebuah lubang, lalu lari melintasi kamar.
Buster langsung melompat .
Maksudnya hendak mengejar.
Tapi gerakannya yang tiba tiba itu menyebabkan ia membentur meja catur. Bidak bidak bertebaran ke mana mana Eunice berteriak jengkel.
"Kenapa ia berbuat begitu? Padahal kau sudah terjepit, Frederick. Dua langkah lagi, kau pasti sekakmat!"
"Tidak mungkin," kata Fatty.
"Jangan menggonggong genggong terus, Buster! Anjing goblok! Nanti Ibu marah."
"Kuatur saja lagi bidak bidak kita," kata Eunice dengan tegas.
"Aku masih ingat posisi masing masing jadi kita bisa melanjutkan permainan."
Fatty mengeluh.
Belum pernah ia begitu bosan bermain catur seperti saat itu.
"Kenapa Buster tadi dengan tiba tiba saja membentur meja?" tukas Eunice sambil memungut buah catur yang berserakan.
"Kau tidak melihat tikus yang lari melintas tadi?" tanya Fatty.
"Binatang itu lewat dekat sekali dengan kursi tempat kau duduk. Buster melihat nya, lalu"
Kalimatnya terputus oleh pekikan Eunice
"Apa? Tikus? Aku jijik pada tikus! Mana dia? Masih ada di sini?"
"Mestinya masih,
" kata Fatty.
Ia Senang melihat Eunice yang biasanya serba tegas itu kali ini gemetar.
Wah siapa yang mengira bahwa ia takut pada tikus. Bahkan Bets jeng masih kecil saja pun tidak takut
"Tikus tadi itu lumayan juga besarnya nah, nah, Buster mulai mengendus endus lagi. dekat kursimu'
Sekali lagi Eunice terpekik, lalu melesat lari ke luar.
Fatty menarik napas lega sambil buru-buru membereskan permainan caturnya.
Kotaknya disembunyikan olehnya di belakang lemari tempat perlengkapan jahit ibunya.
"Dan biar di situ terus sampai Eunice sudah pergi nanti," katanya pada diri sendiri.
"Jangan kauapa apakan tikus itu, Buster, karena tadi menyelamatkan diriku!"
Malam itu berlalu dengan tenang, karena setelah makan malam dibereskan, Pak Tolling mengajak main bridge
"Eunice baik sekali permainannya." katanya pada Bu Trotteville.
"Saya dan dia bermain lawan Anda dan suami Anda. Bu Trotteville. Saya rasa Frederick takkan keberatan kalau ia tidak ikut."
Fatty bahkan senang sekali!
Ia ingin mengatur rencana untuk keesokan harinya .Keputusannya sudah hampir bulat, bahwa ia akan pergi ke Pasar Malam dengan menyamar.
Dengan begitu akan lebih mudah baginya untuk mencampurkan diri dengan orang orang situ, bertanya tanya sambil memasang mata dan telinga.
Ia cepat cepat menyelinap pergi ke gudangnya. begitu orang
tuanya sudah duduk di meja bridge bersama Pak Trotteville serta anaknya. Seperti biasa. Eunice sibuk mengatur .
Pintu gudang dikunci Fatty dari dalam. Tirai tirai ditarik menutupi jendela. dan lampu minyak dinyalakan.
Nah samaran mana yang enaknya dipergunakan besok?
"Aku akan berdandan sebagai remaja yang sedang mencari kerja di sana." kata Fatty dalam hati.
"Mukaku akan kurias sehingga kelihatan cocok terbakar sinar matahari. Akan kupakai gigi palsu yang tersembul ke luar !ya, dan aku akan berjalan agak pincang. Aku berani bertaruh, takkan ada orang Pasar Malam yang menduga bahwa aku ada hubungannya dengan rombongan anak-anak yang datang ke sana sore tadi!"
Selama satu jam Fatty asyik memilih milih pakaian yang akan dikenakannya besok. Celana panjang flanel yang sudah sangat lusuh dan kotor_ jas bekas milik seorang tukang kebun yang dibeli oleh Fatty dengan harga dua shiling, sepasang sepatu usang. kaus kaki berwarna kuning telur serta kemeja yang dekil sekali, bersetrip setrip, yang warnanya sewaktu masih baru menyolok sekali.
"Ya, ini cocok sekali," kata Fatty sambil memperhatikan pakaian yang dipilihnya itu
"Dan sebaiknya kuku tanganku juga kukotori dengan tanah. Aku pernah lupa melakukannya, sehingga samaranku ketahuan! Dan mana sapu tangan usang yang dekil itu? Akan kuselipkan besok dalam kantung atas jasku."
Ia berniat membujuk Ibu'nya agar Eunice diberi tugas keesokan harinya. agar anak perempuan itu sibuk.
Fatty merasa sudah tidak sanggup lagi menghadapi Eunice.
Jika anak itu ada, sulit sekali bagi Fatty untuk bisa membebaskan diri dan menyelinap pergi ke gudangnya untuk mempersiapkan samarannya.
Malam itu juga Fatty mendekati ibunya.
"Bu," katanya,
"bisakah Ibu memberi salah satu tugas pada Eunice besok pagi? Aku punya rencana khusus dengan teman teman, dan rasanya tidak enak bagiku jika Eunice ikut lagi sepanjang waktu. Mereka tadi siang sudah begitu baik. menemaninya terus"
Bu Trotteville bisa merasakan keseganan Fatty membawa bawa Eunice, karena ia pun sudah sebal sekali menghadapi Eunice dalam permainan bridge malam itu. Kartu kartu yang dipegang Eunice selalu bagus, sehingga setiap permainan dimenangkan olehnya. Setelah itu ia menguliahi yang lain lainnya tentang cara bermain bridge yang baik.
Bu Trotteville rasanya sudah ingin menempeleng anak itu. karena kelancangan mulutnya.
Karena itu dapat diterimanya alasan Fatty yang menghendaki agar Eunice diberi kesibukan sendiri keesokan harinya.
"Ya, tentu saja bisa, Frederick," kata Bu Trotteville.
"Akan kuminta dia agar membantuku mengedarkan majalah jemaah gereja kita. Aku yakin ia pasti akan merasa asyik, berkeliling desa
sambil menguliahi orang orang tentang cara mengatur kebun dan mengajar anjing!"
Fatty tertawa, lalu merangkul ibunya.
"Terima kasih, Bu." katanya dengan perasaan lega.
"Tapi aku takkan heran apabila Eunice besok mengedarkan majalah majalah itu dengan secepat cepatnya, lalu menyusul kami untuk mengetahui apa yang hendak kami lakukan!"
"Sebaiknya kau mengantungi seekor tikus." kata ibunya,
"Dengan begitu kalian pasti aman!"
Fatty terkekeh geli.
***** FATTY DAN BERT __SI BADUT
Keesokan paginya.
Fatty asyik sekali seorang diri di gudang. Ditunggunya dulu sampai Eunice sudah berangkat membawa setumpuk majalah gereja. Setelah itu barulah ia mulai dengan penyamarannya, sambil bersiul siul
Mukanya dirias sampai warna kulitnya menjadi sawo matang.
'Mukaku sekarang secoklat anak yang menjaga tempat menembak." katanya pada diri sendiri.
Kemudian dipasangnya alis palsu yang tebal. Tampangnya kini tampak agak galak .
Rambutnya diacak acak.
Tangannya dicengkeramkannya ke tanah hitam di luar pondok. sehingga kelihatan dekil. Kukunya pun kini menjadi hitam. Setelah itu dikenakannya perangkat pakaian usang. dan akhirnya diselipkan nya gigi palsu, menutupi giginya yang asli.
Dipandangnya bayangannya dalam cermin sambil tertawa nyegir.
Ia sendiri sampai agak kaget melihat tampangnya saat itu. dengan gigi palsu besar besar tersembul ke depan.
"Kurasa begini sudah cukup baik." katanya pada diri sendiri.
"Enaknya nama mana yang kupakai
sekarang, ya? Bert? Sid? Alf? Ya _ kurasa Alf yang cocok dengan tampangku yang begini. Nah, Alf _sudah waktunya kau mengadakan penyelidikan di Pasar Malam."
Ia menyelinap dari gudang, lalu keluar lewat gerbang kecil yang menghadap ke jalan yang melintas di belakang kebun. Ia melihat ke kanan dan ke kiri sebentar.
Tidak ada siapa-siapa di situ.
Jadi ia bisa pergi dengan aman .
Tangannya dimasukkan ke dalam kantung, lalu ia berjalan dengan langkah seenaknya menyusuri jalan.
Ia bersiul siul, walau itu tidak gampang karena terganggu gigi palsu. Buster terpaksa tidak diajak.
Karena kalau anjing kecil itu ikut, pasti orang akan tahu siapa dia sebenarnya!
Ketika Fatty lewat di depan pintu pagar sebuah rumah yang letaknya tidak jauh dari rumahnya sendiri, tahu tahu ia bertabrakan dengan seseorang yang bergegas-gega keluar dari situ. Fatty nyaris saja mengangkat topi petnya sambil minta maaf. Untung ia cepat sadar bahwa saat itu ia bukan Frederick Trotteville yang mengenal adat sopan santun pergaulan, tapi Alf yang tidak tahu aturan.
Ketika dilihatnya siapa orang yang bertabrakan dengannya itu, ia kaget sekali karena orang Itu ternyata Eunice!
Beberapa majalah yang dibawa anak itu terjatuh ke tanah.
"Paling Sedikit kau kan bisa mengatakan maaf. Anak muda!" tukas Eunice dengan kesal.
"Dan tidak bisakah kau memungutkan majalah majalah itu untukku?"
"Pungut saja sendiri." gumam Fatty sambil berjalan terus.
Ia tertawa dalam hati melihat tampang Eunice. Anak itu ternyata sama sekali tidak tahu siapa dia sebenarnya!
Itu berarti samarannya benar-benar sempurna!
Eunice memandang remaja yang berjalan pergi dengan sikap tak acuh itu.
"Anak dekil, tidak tahu adat." tukasnya sambil memungut majalah majalah yang terserak di tanah.
"Huh -kepingin menempeleng rasanya!"
Pasukan Mau Tahu 13 Misteri Penyamar Ulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Fatty berjalan menuju ke persimpangan, di mana menurut janji kemarin malam ia akan bertemu dengan anak anak yang lain.
Nah itu mereka sudah menunggu di situ.
Keempat temannya itu celingukan, memandang ke kanan dan ke kiri.
Rupanya sedang mencari-cari dirinya.
Tapi tak seorang pun dari mereka yang mengenalinya ketika ia datang menghampiri dengan sikap santai, dengan tangan terbenam dalam kantung .
Fatty berjalan terus melewati mereka sambil tertawa geli dalam hati.
Ia menuju ke halte bis, lalu duduk di bangku yang ada di situ.
"He, pukul berapa sekarang?" serunya pada Larry.
"Hampir pukul sepuluh," kata Larry
Tidak lama kemudian keempat temannya mulai bercakap-cakap sesama mereka.
"Mudah mudahan saja ia berhasil melepaskan diri dari Eunice," kata Larry.
Fatty mendengarnya. lalu berseru lagi pada anak itu.
"He -kau punya rokok? "
"Tidak," jawab Larry Singkat
"Bis yang berikut. kapan datangnya?" tanya Fatty lagi.
"Setengah sebelas. kan?"
"Itu ada jadwal waktu kedatangan bis." kata Pip sambil menuding.
Ia bersama anak anak yang lain memandang remaja yang duduk di bangku itu dengan sebal .
'Ih anak tidak tahu adat'
"Mungkin ia termasuk rombongan Pasar Malam." kata Daisy .
Fatty tertawa dalam hati.
Kemudian terdengar bunyi mesin bis yang datang dari balik tikungan.
Fatty berdiri, sementara teman temannya mencari cari dengan sikap gelisah.
"Fatty terlambat." kata Bets dengan murung.
"Apa yang kita perbuat sekarang? Menunggu bis yang berikut dan berharap sampai saat itu Fatty sudah muncul?"
"Tidak perlu,
" kata Fatty dengan suaranya yang biasa.
"Kita naik yang ini saja. Yuk!"
Ia terbahak bahak melihat tampang teman temannya.
Semua menatapnya sambil melongo.
Mereka begitu tercengang, sampai nyaris saja ketinggalan bis.
Fatty terpaksa mendorong-dorong. agar mereka naik ke dalam kendaraan umum itu
"Kalian jangan bicara denganku dalam bis," desisnya.
"Nanti akan kupikirkan jalan untuk berbicara dengan kalian, kalau kita sudah sampai di Pasar Malam."
Karena itu keempat temannya duduk sambil membisu terus selama di dalam bis.
Masih belum
pulih rasa kaget mereka melihat penampilan Fatty yang tidak mereka sangka sangka itu .
Berulang kali Bets melirik ke arah Fatty.
Kalau tidak diberi tahu tadi; ia takkan menyangka sama sekali bahwa remaja yang duduk di sebelahnya itu sebenarnya Fatty.
Betulkah dia itu Fatty?
Mestinya begitulah. karena tadi itu suaranya
Pandai sekali Fatty menyamar!
Mereka turun di depan Pasar Malam lalu masuk lewat pintu gerbang.
"Kalian boleh mengikuti aku. " kata Fatty dengan suara pelan.
"Buka mata dan telinga baik baik. Mula-mula aku hendak mendatangi badut yang kemarin itu."
Setelah itu ia berjalan sendiri diikuti oleh teman temannya. Sesampai di tenda tempat adu tinju dicari-carinya badut yang kemarin .Tapi tidak ada siapa siapa di situ.
Tenda itu kosong
Yang ada cuma gelanggang adu tinju
"Kau mencari siapa?" tanya seorang anak yang lewat, membawa ember berisi air.
"Bert," kata Fatty.
Ia ingat bahwa badut itu bernama demikian.
"Itu badut yang bekerja di Sini."
"Ia sedang ke dokter, untuk cabut giginya." kata anak itu.
"Sebentar lagi pasti sudah pulang. Kemarin malam ia mengaduh-aduh terus, karena giginya itu."
"Baiklah, kutunggu saja dia di sini." kata Fatty, lalu duduk di rumput.
Keempat temannya mendengar ucapannya itu, lalu agak menjauh
sedikit. Tapi mereka tetap waspada, melihat kalau kalau Bert sudah kembali
Tidak ada yang mengenali orang itu ketika ia datang, karena ia saat itu tidak memakai kostum badut. Rambutnya tebal dan berwarna coklat gelap.
Mukanya tertutup syal yang dekil.
Hanya matanya yang tajam saja yang masih kelihatan.
Ia mendatangi tenda tempat adu tinju dan sudah hendak masuk, ketika Fatty menyapanya.
"He -Anda ini Bert, badut yang bekerja di sini?"
"Betul," jawab orang yang disapa.
Suaranya tidak begitu jelas, karena ia berbicara dari balik syal
"Ada apa? Kau menunggu aku?"
"Betul," kata Fatty.
"Aku..."
"Ah -' kalau begitu kau pasti anak yang kata Dicky akan disuruhnya datang untuk membantu aku," kata Bert.
"Betul," kata Fatty.
Ia merasa lega.
Nasibnya ternyata sedang baik
"Apa yang harus kulakukan?"
"Kau pandai berhitung?" tanya Bert, yang mukanya masih tetap ditutupi dengan syal.
"lni _kutunjukkan apa yang harus kaukerjakan .Aku tidak sanggup kalau disuruh menghitung-hitung"
Orang itu masuk ke dalam tenda lalu keluar lagi dengan sebuah buku kecil. Rupanya itu buku catatan uang masuk setiap hari.
Fatty memandang sekilas ke arah tangan yang menyodorkan buku itu.
Wah -tulang tulangnya nampak bertonjolan. Fatty merinding karena bersemangat.
"Jika sekarang bisa kulihat mukanya dalam keadaan tidak dinas, akan bisa kuketahui apakah di atas bibirnya ada bekas luka atau tidak," pikir Fatty. sambil pura pura meneliti angka angka yang tertulis dalam buku catatan.
"Rambutnya sudah cocok _begitu pula mata dan alisnya Tingginya juga sudah benar. Dengan cara bagaimana aku bisa membuatnya melepaskan Syal itu dari mukanya?"
Disodorkannya buku catatan uang masuk itu kembali pada Bert.
"Kurasa aku mampu mengerjakan itu untuk Anda," katanya.
"Kapan kau bisa mulai?" tanya Bert, si badut.
"Nantilah kukatakan," jawab Fatty
"Sekarang aku masih harus mendatangi seseorang. tentang pekerjaan lain. Bagaimana, bisa tidak?"
"Boleh saja," jawab Bert.
"Pokoknya hari ini aku sudah mendapat kepastian "
Ia berpaling hendak masuk ke dalam tenda.
Tapi Fatty menyapanya lagi.
"Kenapa muka Anda? "tanyanya
"Sedang pilek, ya?"
"Tidak," jawab Bert
"Cuma gigiku baru saja dicabut, dan menurut dokter gigi tadi mukaku harus terus ditutupi agar tidak sakit kena angin dingin yang sedang bertiup sekarang"
"Sudah parah sekali ya. gigi yang sakit itu?" tanya Fatty dengan suara yang menunjukkan rasa ikut prihatin.
"O ya." kata Bert
"Mana yang sebelah depan lagi' Untung gigi-gigiku tidak tersembul seperti
gigimu. Coba begitu. pasti lubang bekas cabutan akan nampak menyolok sekali!"
"Coba kulihat .kurasa takkan begitu kentara." kata Fatty
Ben menarik syal yang menutupi mukanya ke bawah, lalu membuka mulutnya.
Ia menuding lubang yang ada di antara gigi gigi depannya.
"Nih. lihat! Ini bekas gigi yang dicabut tadi! Wah, akarnya panjang sekali nyaris sepanjang akar pohOn!"
Tapi Fatty tidak memandang lubang bekas gigi yang ditunjukkan.
Ia mencari garis melengkung. bekas luka yang tampak di atas bibir orang itu.
Ia menatap dengan seksama.
Tapi pada kulit di antara ujung hidung dan bibir atas sama sekali tidak ada bekas luka!
Kulit pada bagian itu licin.
Fatty sangat kecewa, karena semula ia sudah yakin sekali bahwa badut itulah orang yang dicari.
"Wah, tidak enak ada luka di situ,
" katanya mengomentari.
"Tapi kurasa sebentar lagi tentu sudah sembuh. Nah _aku pergi saja sekarang'"
Fatty melihat teman temannya berada tidak jauh dan situ.
Semua ikut memandang dengan seksama. ketika badut tadi melepaskan syal yang menutupi mukanya.
Fatty lewat di dekat mereka.
"Keliru." gumamnya sambil lewat.
"Bukan dia orang yang kita cari. Semua cocok, kecuali bekas luka yang tidak ada!"
"Yuk kita ke Sirkus Kutu sekarang," kata Larry pada teman temannya yang lain. ia berbicara
dengan suara yang sengaja dilantangkan. karena maksudnya hendak memberi tahu Fatty .Keempat anak itu lantas berjalan lagi melewati Fatty. Mereka menuju ke arah yang ditunjukkan oleh sebuah papan petunjuk berbentuk tangan.
Di situ tertera tulisan. 'Sirkus Kutu'
Tapi sirkus kecil itu belum dibuka saat itu. Di atas tenda yang lumayan besarnya berkibar bendera. Pada bendera itu tertera.
"Kutu kutu Termashur Asuhan Fangio"
Fatty mengintip sebentar ke dalam tenda itu.
Di dalam hanya ada seorang wanita tua .Wanita itulah yang sehari sebelumnya duduk di kursi di luar tenda tempat adu ketepatan menembak.
Kini ia duduk di dekat sebuah meja.
Di atas meja itu ada beberapa kotak kaca yang besar.
Ia memandang dengan penuh perhatian ke dalam kotak kotak itu.
"Selamat siang. Bu." kata Fatty.
Wanita tua itu kaget mendengar Fatty menyapanya
Ia berpaling. sambil merapatkan selendang dekil yang membungkus kepalanya.
"Sirkus kutunya sudah buka. Bu?" tanya Fatty.
"Ini ada beberapa anak yang ingin menonton "
"Anak perempuanku belum datang," jawab wanita tua berwajah keriput itu dengan suaranya yang parau
"O jadi dia yang mengadakan pertunjukan ini?" tanya Fatty.
"Kalau begitu. Fangio itu siapa?"
"Ayahnya," jawab wanita tua itu.
"Tapi ia sudah mati. Jadi Lucita sekarang mengurus pertunjukan ini seorang diri saja. Kutu kutu ini pandai sekali.
bisa disuruh melakukan apa saja. Dan mereka kuat kuat! Kau harus melihat apa saja yang mampu mereka tarik dengan gerobak kecil ini!"
"Wah! Menarik gerobak? Mana mungkin. kutu bisa menarik gerobak!" kata Larry sambil masuk ke dalam tenda.
"Bolehkah kami melihat gerobaknya?"
"Ya, masuk saja," kata wanita itu.
Ia menyeringai.
Menurut dugaan Fatty maksud wanita itu pasti hendak memamerkan senyuman.
Itu tidak mengherankan, karena wajah wanita itu sudah keriput sekali .Bisa saja ia sudah berumur seratus tahun. Rambut acak acakan yang keluar dari bawah selendangnya sudah putih semua.
Putih dekil!
Tapi kalau bersih, pasti warnanya seputih salju '
"Anda Bu Fangio?" tanya Daisy
"Betul." jawab wanita tua itu
"Aku di sini membantu kedua anakku. Kecuali Lucita, aku masih punya anak laki laki di sini. Kerjanya di tenda tempat adu ketangkasan menembak."
Fatty tahu, yang mana anak Bu Fangio itu. Anak-anak yang lain juga tahu.
Dialah yang tampangnya sangat mirip dengan foto narapidana yang minggat tapi di atas bibirnya tidak ada bekas luka, dan tulang tulang tangannya juga tidak bertonjolan ke luar.
"Nah -ini. lihat,
" kata wanita tua itu bersemangat.
"ini gerobaknya dan ini derek yang diputar oleh kutu kutu itu .Mereka bisa menggelindingkan tong ini "
"Luar biasa!" kata Daisy takjub.
"Tapi mana kutu kutunya? Aku sebenarnya tidak suka pada kutu tapi ingin juga rasanya melihat kutu kutu yang begitu hebat!"
"Baiklah, akan kutunjukkan pada kalian," kata wanita tua itu .
Tapi sebelum ia sempat membuka tutup salah satu kotak kecil tempat kutu kutu disimpan. tahu tahu terdengar suara seseorang berseru dengan lantang dan bernada marah.
"Bukankah sudah kukatakan, jangan sentuh kutu kutu itu?"
***** FATTY BERTANYA
SEMUA yang ada di dalam tenda berpaling dengan cepat.
Seorang gadis berdiri di ambang tempat masuk.
Dari raut mukanya kelihatan bahwa ia termasuk kaum kelana.
Bermata tajam dan berambut hitam.
Ia menatap anak anak dengan masam.
Bibirnya tipis.
"Aku rasanya seperti pernah melihatnya Tapi di mana?" pikir Fatty saat itu juga.
"Tampangnya mirip seseorang yang pernah kulihat. Di mana kulihat orang yang seperti dia tampangnya?"
Sementara itu gadis tadi masuk sambil cemberut
"Ayo, keluar," tukasnya pada anak anak.
Kemudian ia berpaling memandang Fatty. Rupanya ia mengira Fatty orang Pasar Malam juga.
"Suruh anak anak ini keluar! Tidak ada yang boleh masuk ke dalam tenda. jika sedang tidak ada pertunjukan. Kutu kutu itu mahal harganya."
Kemudian ia melabrak wanita tua itu.
"Bukankah kau sudah berjanji tidak akan mengusik kutu-kutu itu?" tukasnya.
"Kau pasti mau ikut ikut campur lagi. Jangan ganggu mereka karena itu milikku!" _
"Kau tidak boleh berbicara dengan cara begitu pada ibumu." balas wanita tua itu sambil menatap gadis tadi dengan galak.
Gadis itu membuka mulut. seakan-akan hendak menukas.
Tapi tidak jadi, setelah melihat anak anak yang masih berdiri dekat tempat masuk.
"Kau perlu pembantu di Sini?" tanya Fatty yang masih berusaha mengingat ingat. mirip siapakah gadis yang berdiri di depannya itu
"Yah _.sebetulnya dia ini bertugas menjaga kebersihan di sini." kata gadis itu sambil melayangkan pandangan marah ke arah wanita tua itu.
"Tapi kalau kau mau, bisa saja kau menyapu di sini. Nanti kubayar satu Shilling."
"Tapi apakah ibumu tidak marah?" tanya Fatty
"Aku tidak ingin merebut pekerjaannya."
"Besok aku sudah punya pekerjaan lain," kata wanita tua itu sambil terkekeh.
"Boleh kauambil pekerjaan ini, Anak muda! Mudah mudahan saja kau tidak begitu sering disemprot anak ini, seperti yang kualami selama ini! Kutu -huh, aku sudah jauh lebih pandai mengasuh kutu daripada dia. ketika ia belum lahir!"
"Ah sana -keluar!" kata gadis itu
"Dan jangan kaudekati Josef, karena hari ini ia marah marah terus!"
"Ramah sekali keluarga ini," pikir Fatty.
Ia mengambil sapu dari belakang tenda, lalu mulai
menyapu lantai tanah yang dikotori sampah
"Josef itu siapa?" tanyanya.
"Saudaraku. Dia di tenda tembak," kata gadis yang ditanya.
"Kami kembar "
Fatty berhenti menyapu.
Ditatapnya gadis itu.
Ya -tentu saja!
Sekarang ia tahu, mirip siapa gadis itu! Pemuda yang ada di tenda tempat adu ketangkasan menembak yang tampangnya mirip sekali dengan penjahat yang minggat dari penjara.
Tatapan mata yang tajam, alis tebal dan hitam, rambut ikal dan tebal. bibir tipis, serta penampilan masam.
Rupanya mereka berdua kembar.
Pantas mirip sekali!
"Masih ada lagi saudara saudaramu yang lain?" tanya Fatty lagi.
Siapa tahu, mungkin saja ada saudara laki-laki yang lain _dan barangkali saudaranya yang itulah yang dicari-cari polisi!
"Tidak ada. Tinggal aku dan Josef saja yang tersisa dari keluarga kami," kata gadis itu.
"Dan ibumu," kata Fatty sambil sibuk menyapu
"O ya dan dia juga." kata gadis itu, yang nampak jelas tidak menyukai wanita tua itu.
"Kau tidur dalam tenda ini?" tanya Fatty.
Ia tidak melihat pembaringan di tempat itu
"Tidak. Kami punya karavan -kami taruh di Lapangan Barker." jawab gadis itu.
"Karavan karavan kami semua ditaruh di sana. Banyak sekali yang ingin kauketahui! Kau orang baru di sini. ya?"
"Betul," kata Fatty.
"Aku suka pada Pasar Malam, karena itu aku lantas datang mencari pekerjaan di sini. Aku juga suka jika bisa bekerja disirkus apalagi yang ada hubungannya dengan binatang."
"Tapi jangan kaucoba coba mendekati singa dan harimau," kata gadis itu
"Kalau kau lewat terlalu dekat, tahu tahu mereka mencakar --nah, seumur hidupmu bekas lukanya akan tetap kelihatan!"
"Ngomong ngomong tentang bekas luka." kata Fatty,
"pernahkah kau berjumpa dengan seseorang yang ada bekas luka di mukanya di atas bibir?"
"Apa maksudmu bertanya begitu?" balas gadis itu sambil menatap Fatty dengan mata melotot sampai Fatty_heran melihatnya.
"Ayo. bilang kenapa kau bertanya begitu?"
"Cuma begitu saja," jawab Fatty yang tidak mengerti apa sebabnya gadis itu tahu tahu bersikap begitu sengit
"Keluar!" bentak gadis itu sambil menyodorkan uang satu Shilling pada Fatty.
"Dan jangan kembali lagi kemari!"
"Tapi kenapa -apa kata kataku tadi yang menyebabkan kau marah?" tanya _Fatty.
"Aku tidak bermaksud..."
"Ayo, keluar! Kalau tidak mau juga. nanti kusuruh Josef mengusirmu!" tukas gadis itu.
Fatty merasa lebih baik ia cepat cepat saja pegi dari situ. Karenanya ia lantas meninggalkan tenda itu .Di luar ia memandang ke kanan dan ke kiri sebentar mencari teman temannya. Setelah melihat mereka. ia memberi isyarat dengan anggukan kepala yang hampir-hampir tidak kelihatan.
Kemudian ia berjalan menuju pintu gerbang. dan langsung
keluar. Di luar ia menunggu teman temannya yang
menyusul. "Aku sebenarnya pingin menonton pertunjukan Sirkus Kutu itu." kata Bets sambil datang menghampiri Fatty
"Halo. Fat '
"Ssst!" desis Fatty.
Muka Bets langsung menjadi merah.
Ia ingat bahwa saat itu Fatty sedang menyamar.
" Kita masih sempat naik bis yang berikut." kata Larry.
Anak anak pergi menuju halte bis.
Fatty berjalan sendiri agak di belakang mereka. seolah olah tidak kenal dengan anak anak itu.
Bis yang datang kemudian tingkat atasnya kosong. Karenanya anak anak lantas beramai ramai naik ke atas. termasuk Fatty.
"Ada yang menarik tadi. Fatty?" tanya Larry ketika semua sudah duduk.
"Entahlah. Kalau menurut perasaanku. ada" jawab Fatty.
"Tapi Jangan di sini kita berbicara. Kalian datang saja nanti ke gudangku. Ada sesuatu yang perlu kita rundingkan."
Fatty langsung meloncat turun begitu bis berhenti. Lalu bergegas menuju jalan kecil yang lewat di belakang kebun rumahnya. Sesampainya di situ ia menyelinap masuk lewat pintu pagar lalu bergerak mengendap-endap menuju gudang yang ada di dekat situ.
Matanya berkeliaran melihat kalau kalau Eunice ada di sekitar tempat itu. Tapi anak perempuan itu tak kelihatan.
Syukurlah'
Tidak lama kemudian anak anak yang lain sudah datang .
Fatty menutup pintu gudang lalu menguncinya dari dalam.
"Ada apa. Fatty?" tanya Larry
"Aduh itu suara Buster di luar! Rupanya ia mendengar suara kita. Kubukakan saja pintu. supaya ia bisa masuk."
Setelah itu anak-anak duduk lagi.
Semua memandang Fatty dengan penuh perhatian.
"Ada sesuatu yang dikatakan gadis tadi. gadis pemilik kutu kutu sirkus itu." kata Fatty.
"Tapi sebelumnya perlu kuceritakan dulu bahwa ia bersaudara kembar dengan pemuda yang ada di tenda tembak -itu. yang menurut kita mirip sekali tampangnya dengan narapidana yang melarikan dri."
"Pantas! Dari tadi aku merasa bahwa gadis itu mirip seseorang." kata Bets.
Pasukan Mau Tahu 13 Misteri Penyamar Ulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya. tentu saja!"
"Teruskan. Fatty."
"Nah aku tadi sempat mengobrol sebentar dengan gadis itu. sementara aku sibuk menyapu lantai." kata Fatty.
"Aku kemudian sambil lalu mengatakan bahwa aku ingin bekerja di sirkus dengan binatang binatang -lalu ia mengatakan begini. 'Tapi jangan kaucoba coba mendekati singa dan harimau. Kalau kau lewat terlalu dekat. tahu tahu mereka' mencakar nah, seumur hidupmu bekas lukanya akan tetap kelihatan!' Aku berkata.
"Ngomong ngomong tentang bekas luka
pernahkah kau berjumpa dengan seseorang yang ada bekas luka di mukanya. di atas bibir?" "
"Lalu apa katanya?" tanya Pip.
"Gadis itu mengatakan. 'Apa maksudmu bertanya begitu? kata Fatty.
"Ia bertanya itu sambil melotot. Lalu ia menyambung, 'Keluar! Dan jangan kembali lagi kemari" Langsung saja aku diusirnya saat itu."
Sesaat semuanya berdiam diri.
"Apa maksudnya?" tanya Daisy kemudian dengan nada heran.
"Itulah yang ingin kuketahui." kata Fatty.
"Jelas sekali bahwa pertanyaan ku itu tidak enak baginya bahkan mungkin menyebabkan ia ketakutan. Tapi kenapa?"
"Karena ia memang tahu seseorang yang di atas bibirnya ada bekas luka!" kata Larry
"Itulah sebabnya!"
"Tepat!" kata Fatty.
"Nah sekarang kalian sudah tahu. apa sebabnya aku mengajak berunding tadi."
"Ya. memang _kita perlu menyelidiki soal itu sampai ke dasar dasarnya," kata Larry bersemangat.
"Jika gadis itu tahu seseorang dengan bekas luka seperti itu, rupanya orang itu penjahat yang minggat. Tapi pokoknya orang itu tidak ada di Pasar Malam. Kita sudah meneliti setiap orang yang ada di sana dengan cermat .Di manakah dia sekarang?"
"Di manakah gadis itu tidur kalau malam?" tanya Pip.
"Di Pasar Malam?"
"Tidak." jaWab Fatty
"Di sebuah karavan yang ditaruh di Lapangan Barker, bersama karavan
karavan lain kepunyaan orang-orang Pasar Malam."
"Mungkinkah ia menyembunyikan orang itu. menurut pendapatmu?" tanya Larry.
"Mungkin di dalam karavannya? Mungkinkah orang itu juga saudaranya? "
"Kalau itu, pasti tidak! Ia tadi mengatakan bahwa keluarganya tinggal dia sendiri serta saudara kembarnya," kata Fatty.
"Dan tentu saja ibu mereka yang bertampang jelek itu. Tapi gadis itu serta saudara kembarnya. bertampang minp sekali dengan foto penjahat yang minggat itu. ya? Aku ingin tahu, apakah Pak Komisaris tahu ada tidaknya saudara yang lain."
"Itu bisa kauketahui dengan gampang." kata Pip.
"Eh. nanti dulu! Apakah keterangan tentang itu tidak ada di dalam catatan yang diberikan padamu?"
Fatty mengeluarkan kertas kertas catatan laci. lalu disimaknya bersama anak-anak yang lain
"Ya -ini dia! Keluarga tidak bersaudara. Orang tua sudah meninggal dunia. Seorang paman. sudah meninggal. Tidak punya anak."
"Nah kalau begitu gadis tadi serta saudara kembarnya pasti bukan adik penjahat itu." kata Larry.
"Tapi walau begitu kurasa tidak ada salahnya jika kau menyelidiki ke karavan mereka. Fatty!"
"itu memang niatku." kata Fatty.
"tapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Maksudku. karavan gadis itu terletak di tengah sekian banyak karavan
lainnya. Jadi jika aku mengintip-intip di situ saat siang hari, pasti akan cepat dilihat orang. Sedang saat malam hari mereka tentunya ada di dalam karavan -dan aku tidak berani dengan begitu saja datang lalu mengetuk pintu!"
Saat itu perundingan terganggu, karena terdengar suara orang memanggil manggil di luar itu suara Eunice!
"Frederick! Kau ada di dalam gudang? Tidak tahukah kau bahwa sekarang sudah saat makan siang. Kau tidak boleh terlambat, jika masih ingin ikut menghadiri rapat pertama siang nanti!"
"Uhh, benar benar sialan anak itu!" tukas Fatty dengan sebal.
"Tapi benarkah saat ini sudah sesiang itu? Wah, memang benar! Yah tampaknya kita menghadapi jalan buntu dalam
penyelidikan kita. Kalian ikut memikirkannya, ya lalu kalau ada yang menemukan jalan keluar. cepat cepat telepon aku! YA, AKU DATANG.
EUNICE!"
Anak-anak keluar sambil mengendap endap supaya jangan sampai dilihat oleh Eunice.
Mereka pergi lewat jalan belakang, sementara Fatty buru buru melepaskan samarannya.
Ia datang lima menit terlambat di meja makan.
Ia buru buru duduk.
"Maaf, Bu aku tadi tidak memperhatikan waktu," katanya meminta maaf pada ibunya, yang kemudian menawarkan daging asap padanya.
Saat mengambil pisau dan garpu, barulah Fatty melihat bahwa ia lupa membersihkan kuku .
Ujung ujungnya hitam sekali penuh tanah yang sewaktu menyamar tadi dicengkeramnya .Ia mencoba memegang alat alat makan itu dengan jari jari dibengkokkan. supaya kukunya yang kotor tidak nampak. Tapi sikap yang aneh itu malah menarik perhatian Bu Trotteville. .
"Kenapa kau begitu. Fredenck? Cederakah tanganmu?'
Semua yang ada di meja makan memandang jari jari tangan Fatty yang menggenggam pisau dan garpu dalam keadaan dibengkokkan
'Ah. tidak apa apa. Bu," jawab Fatty
"Cuma agak kejang sedikit "
Tahu tahu Eunice memegang tangan kanan Fatty lalu meluruskan jari-jarinya.
"Kalau jari jari kejang. paling baik jika di.
" kata anak itu.
Fatty cepat cepat menyentakkan tangannya.
Tapi ibunya sudah sempat melihat kuku kukunya yang kotor sekali.
Bu Trotteville menatap Fatty dengan marah.
"Bersihkan dulu kuku kukumu. Frederick," katanya.
Fatty bergegas meninggalkan meja makan.
Ia merasa kikuk, karena tahu bahwa Pak Tolling, ibunya, dan juga Eunice mengikuti kepergiannya dengan pandangan kaget.
Untung saja Ayah sudah kembali ke tempat kerjanya. kata Fatty dalam hati.
'Aduh. pasti kita terlambat nanti," kata Pak Tolling dengan gelisah ketika Fatty sudah kembali dan melanjutkan makannya dengan santai.
"Frederick. kau yakin bisa siap bersamaan dengan
Eunice nanti? Karcismu sudah kausiapkan? Kita benar benar harus segera berangkat. Mudah mudahan saja kau akan merasa senang di sana nanti!"
Fatty meyakini kebalikannya.
Ia pasti takkan merasa-senang menghadiri rapat koleopteris --karena penjahat yang minggat itu takkan dijumpai nya di situ. Tidak lebih besar kemungkinannya _orang itu bersembunyi dalam sebuah karavan, yang ditaruh di Lapangan Barker.
Uhh, menyebalkan sekali kenapa ia harus ikut menghadiri rapat yang begitu membosankan!
Apalagi bersama Eunice!
***** SIANG YANG SANGAT MENARIK
Perjalanan ke Balai Kota hanya memakan waktu sekitar tujuh menit saja. Pak Tolling berjalan bergegas-gegas, diikuti oleh Eunice dan Fatty. Kecuali mereka. cukup banyak juga orang lain yang bergegas gegas menuju ke Balai Kota!
Fatty heran karena tidak mengira begitu banyak penggemar kumbang yang tinggal di Peterswood.
Ia juga tercengang melihat bahwa para penggemar kumbang itu banyak yang berkumis dan berjenggot.
"Apakah rambut yang menutUpi muka itu merupakan semacam pakaian seragam dari kaum koleopteris?" tanya Fatty pada Eunice.
"Jangan konyol!" tukas Eunice
"Eh -lihat. itu Maria Janizena' Dia itulah wanita hebat, yang menetaskan seluruh telur kumbang dari Tibet yang berjumlah delapan puluh empat itu."
"Ya, ya aku ingat, kumbang kumbang kembar yang berjumlah seratus enam puluh delapan ekor," kata Fatty.
Dipandangnya wanita yang bernama Maria Janizena. lalu bergidik.
"Tampangnya sendiri juga mirip kumbang," katanya dengan suara pelan pada Eunice.
"Dan itu
_yang mencuat di topinya, kelihatannya seperti tanduk kumbang rusa yang pernah kupelihara dulu."
Fatty mengira Eunice pasti marah mendengar komentar yang seenaknya itu. Tapi tahu tahu anak perempuan itu malah tercekikik
"Husy. jangan begitu." kata Eunice.
"nanti didengar Ayah."
Mereka menaiki jenjang Balai Kota di belakang Pak Tolling. Ayah Eunice sudah hampir sampai di atas. ketika Fatty melihat sesuatu yang menyebabkan dia terkejut.
Pak Goon berdiri di situ, di samping seoiang laki laki yang memegang kertas daftar yang panjang. Rupanya Pak Goon membantu orang itu mengecek para anggota yang datang.
"Rupanya Pak Goon beranggapan bahwa orang yang dicari itu akan datang kemari." pikir Fatty saat itu juga.
"Siapa yang bilang begitu padanya? Pak Komisaris? Atau ia sendiri yang sampai pada kesimpulan itu, seperti aku -karena orang yang dicari itu tertarik pada kehidupan serangga. mungkin ia akan menghadiri rapat ini dan bahkan mungkin pula ia juga anggota'"
Kalau Fatty kaget melihat Pak Goon, polisi desa itu lebih terkejut lagi melihat Fatty.
Ia merengut. lalu cepat-cepat meneliti daftar yang dipegang orang yang berdiri di sampingnya. Pak Tolling menyodor kan karcis tanda masuknya, begitu pula Eunice Tapi ketika Fatty maju, Pak Goon menghadangnya.
'Hanya yang punya karcis saja yang diperboleh kan masuk." tukasnya.
'Saya yang mengundangnya untuk menghadiri rapat ini. Saya anggota." kata Pak Tolling.
Pak Goon jengkel mendengar keterangan itu .Ia agak menepi, memberi jalan pada Fatty.
Tapi ia melakukannya sambil melotot.
Huhh -anak ini! Selalu saja muncul pada saat-saat kehadirannya tidak disukai.
Apakah ia juga beranggapan bahwa narapidana yang minggat itu barangkali akan datang menghadiri rapat yang macam macam ini?
Pak Goon sibuk dengan pikirannya. sementara Fatty masuk bersama Pak Tolling serta Eunice.
ia duduk di sebelah mereka berdua lalu mulai meneliti orang orang yang duduk di sekitar tempatnya. Mereka semua bertampang serius sekali .Beberapa wanita yang hadir di situ, bahkan nampak lebih serius lagi.
Maria Janizena yang termasyhur duduk di podium bersama tokoh tokoh lainnya .Ia sibuk bercakap cakap dengan para pria yang duduk di kiri kanannya. Batang batang tegak yang tertancap di topinya _yang menurut Fatty kelihatan seperti tanduk kumbang rusa _ bergerak terangguk angguk
"Apakah di sini tidak dipamerkan koleksi kumbang kumbang?" tanya Fatty.
"Apakah sepanjang waktu mereka akan berbicara terus?"
"Kalau aku tidak keliru, ada juga pameran koleksi kumbang di sini di ruang sebelah," balas Eunice sambil berbisik.
"Biasanya begitu! Kumbang kumbang yang dipamerkan itu sangat
berharga dan jumlahnya banyak, dari berbagai koleksi! Nanti kita melihat lihat ke situ. Akan kutunjukkan koleksi ayahku. Semuanya sangat langka." .
Fatty menarik kesimpulan bahwa penampilan para penggemar kumbang boleh dibilang serupa semua. Kalau tidak botak dan berewok, pasti gondrong dan berewok. Beberapa di antara mereka yang berwajah licin nampak menyolok di tengah tengah kumpulan Orang orang berjenggot itu.
Dengan cepat sudah dapat dilihat bahwa mereka yang berwajah licin tidak ada yang mempunyai bekas luka di atas bibirnya
"Aku memang tidak memperkirakan akan menemukannya di sini." kata Fatty dalam hati.
"Wah -coba aku tadi menyamar, dan membuat bekas luka di atas bibirku sebelum kemari. Pak Goon pasti akan langsung bersemangat!"
Fatty meneliti daftar nama para anggota yang dipinjamkan Eunice. Di antaranya terdapat sejumlah nama yang asing dan aneh -tak ada gunanya sama sekali bagi Fatty ia mulai merasa bahwa kehadirannya di rapat itu cuma membuang buang waktu saja. Satu-satunya yang ada gunanya baginya adalah jika ia bisa menarik sejumlah kumis para anggota Perkumpulan Koleopteris yang hadir untuk melihat apakah itu kumis palsu yang menutupi bekas luka!
Tapi sayangnya, itu takkan bisa dilakukannya.
Rapat itu ternyata lebih membosankan danpada yang dikhawatirkan Fatty.
Tapi Pak Tolling
kelihatannya sangat asyik .Dengan tekun ia mengikuti setiap patah kata yang diucapkan para pembicara di podium. Fatty menguap, walau sudah ditahan tahannya. Pak Tolling menoleh ke arahnya dengan pandangan mengecam.
Tapi itu malah menyebabkan Fatty menguap lebih lebar .
Fatty menoleh ke arah pintu, untuk melihat apakah Pak Goon masih ada di situ.
Ya -polisi desa itu masih tetap berada di tempat semula. Rupanya ia bertugas menahan setiap orang yang tidak berhak masuk. Sementara Fatty memandang ke arahnya, Pak Goon menguap lebar lebar.
Melihat itu Fatty ikut ikut menguap .Pak Goon melihatnya, lalu melotot .Anak bengal menirukan perbuatannya yang tak disengaja!
Selama beberapa saat Pak Goon menikmati pikirannya. membayangkan apa saja yang akan dikatakannya pada Fatty, jika ada kesempatan untuk itu.
Akhirnya rapat selesai, ketika Fatty sudah hampir hampir tertidur karena bosan.
"Sekarang kita ke ruang sebelah, melihat lihat koleksi yang dipamerkan." bisik Eunice.
"Pameran itu menarik sekali. Nanti kutunjukkan koleksi Ayah."
Pak Goon sudah berada di ruangan itu, ketika para anggota berbondong-bondong masuk .Di sekeliling ruangan itu diatur meja meja panjang. Di atas meja-meja itu terdapat kotak kotak besar berdinding kaca Kotak kotak itu berisi koleksi koleksi kumbang dari beraneka ragam jenis
"Ada jugakah kumbang yang mash hidup di sini?" tanya Fatty pada Pak Tolling, yang dengan mata bersinar sinar sudah aSyik menekuri sebuah kotak berisi kumbang kumbang aneh yang bertanduk.
"0 ya mestinya ada," kata Pak Tolllng.
Ia menyapa seorang laki laki yang berdiri di sampingnya. Fatty sudah melihat orang itu tadi, duduk di atas podium.
"Selamat siang, Sir Victor! Saya ingin mengucapkan selamat atas pidato Anda tadi. Tahukah Anda apakah di sini juga dipamerkan koleksi kumbang hidup? Ini anak muda ini ingin tahu."
"O ya. ada," jawab laki laki yang bernama Sir Victor, yang jenggotnya panjang sekali hampir mencapai sisi bawah jas pendeknya.
"Tapi kemarin kami mengalami kesialan ketika sedang mengatur kotak kotak koleksi itu. Karena kesembronoan para pekerja, dua kotak terjatuh sehingga pecah. Untung saja kami berhasil menangkap kembali kumbang kumbang itu kecuali seekor."
"Kalau begitu kolelsi koleksi itu tidak jadi dipamerkan?" tanya Pak Tolling kecewa.
"Kita bisa memamerkannya! Kebetulan wanita tua yang bertugas membersihkan di sini selama seminggu ini punya seorang anak perempuan yang
menyelenggarakan pertunjukkan -kalau tidak salah disebut Sirkus Kutu di suatu Pasar Malam' Dan karena penyelenggara sirkus seperti itu memiliki kotak kotak peragaan yang baik buatannya di mana kutu kutu asuhan mereka memamerkan kepintaran. kami berhasil meminjam dua buah. Benar benar mujur! Lihatlah -itu kotak kotak yang dipinjamkan! Untuk keperluan peragaan, buatannya bahkan lebih baik dan kepunyaan kita."
Fatty tertarik mendengar keterangan itu. karena ia sudah melihat kotak kotak tempat kutu itu tadi pagi di Pasar Malam.
Siapa ya, nama pemiliknya -gadis pemarah itu?
Lucita, kalau tidak salah .Fatty memperhatikan kotak kotak peragaan yang berjejer jejer. Dua di antaranya dikenali olehnya. Kotak kotak itulah yang ditunjukkan wanita tua tadi pagi padanya. Kini di dalamnya terdapat kumbang kumbang yang berkeliaran.
Dan di belakang kedua kotak itu berdiri wanita tua dari Pasar Malam itu.
Ia memegang lap.
Rupanya itulah "pekerjaan lain' yang dikatakannya pada Lucita.
Ia diterima sebagai petugas kebersihan di Balai Kota, selama kongres penggemar kumbang berlangsung. Fatty mengamat amati wanita tua itu .Dalam hati ia bertanya tanya mungkinkah wanita itu mengenal seseorang dengan bekas luka melengkung di atas bibir.
Akhirnya Fatty mengambil keputusan .
Akan diajaknya wanita itu bercakap-cakap sebentar.
Ia takkan mengenali dirinya lagi, karena Fatty kini bukan remaja kampungan yang mencari pekerjaan di Pasar Malam, melainkan sudah kembali menjelma Frederick Trotteville.
Fatty menyapa Pak Tolling, sementara mereka berdiri sambil memperhatikan kumbang kumbang yang berkeliaran dalam kotak kotak kaca
"Saya yakin bahwa saya melihat kotak kotak seperti ini di Pasar Malam Peterswood," katanya.
Wanita tua yang berdiri di dekat mereka mendengar kata katanya Dan memang itulah maksud Fatty.
"Mereka meminjamnya dari sana." kata wanita itu dengan suaranya yang sember.
"Ini memang kotak kotak kutu dari Sirkus Kutu. Anak muda."
Tahu tahu Pak Goon sudah datang menghampiri.
"Teruskan kerjamu." tukasnya .
Polisi desa itu kaget melihat wanita tua itu begitu berani berbicara dengan peserta rapat. Wanita tua itu menatap tajam ke arah Pak Goon dengan mata terpicing, lalu bergeser pergi sambil mengibas ngibaskan lapnya
"Kumbang merupakan makhluk yang sangat menarik, Pak Goon." kata Fatty ia berbicara dengan suara sangat sopan_ yang selalu menyebabkan Pak Goon merasa jengkel dan curiga
' Anda sudah melihat Kumbang Helm Berbintik Tujuh dari Ollaby Oon. di Grootenburgenstein'
"Hahh!" dengus Pak Goon.
Ditatapnya Fatty dengan pandangan yang luar biasa sengit. Setelah itu ia pergi menjauh. dengan langkah langkah berat.
Huhh -anak itu! Macam macam saja, Kumbang Helm!
Pasti anak itu menyindir dirinya. karena ia memakai helm!
Pak Tolling tercengang mendengar Fatty berbicara tentang Kumbang Helm Berbintik Tujuh, dari Ollaby Oon di Grootenburgenstein.
Grootenbur genstein?
Di mana itu?
"Eh _ aku belum pernah mendengar kumbang jenis itu." kata Pak Tolling
"Kau pasti tidak keliru mengenal namanya, Frederick?"
"Yah, mungkin juga seharusnya Berbintik Lima," kata Fatty
"Nantilah saya lihat dalam kotak kotak ini Mungkin ada kumbang yang saya maksudkan."
Mustahil ia akan menemukan kumbang yang disebutkannya itu di situ. karena ia sendiri yang menciptakan jenis tersebut saat itu juga.
Ia memang tidak berniat mencari. karena dengan tiba tiba ia memperoleh gagasan baru.
Ia meninggalkan Pak Tolling yang menekuri kotak demi kotak, untuk melihat apakah jenis kumbang yang disebutkan Fatty tadi juga ikut dipamerkan.
Sementara itu wanita tua tadi sudah sibuk membersihkan debu di belakang tempat Pak Goon berdiri menjaga. Fatty menghampiri mereka karena ia ingin menanyakan sesuatu pada Pak Goon.
Dan menurut dugaannya pertanyaan itu mungkin juga akan menarik bagi wanita tua itu. Bu Fangio
"Maaf. Pak Goon," sapa Fatty dengan sopan.
"saya ingin menanyakan sesuatu, jika Anda tidak berkeberatan."
Pak Goon menoleh ke arahnya dengan sikap curiga.
Mau apa lagi anak ini, katanya dalam hati
"Apa pertanyaanmu itu?" tanyanya
'Yah -saya ingin tahu apakah Anda melihat seorang laki laki di sini, yang ada bekas luka melengkung di atas bibirnya," kata Fatty.
Ia bertanya dengan suara cukup lantang, sehingga pasti bisa didengar Bu Fangio yang masih sibuk mengelap di belakang'Pak Goon.
Pak Goon terkejut -karena ia pun sepanjang sore itu mencari-cari apa yang ditanyakan oleh Fatty. Jadi ternyata anak itu sedang melakukan hal yang sama seperti dia _ yaitu mencari penjahat yang minggat dari penjara!
Apa sebabnya Pak Komisaris mengatakan apa-apa tentang kasus itu pada Fatty?
Pak Goon mulai marah.
Mukanya berubah warna, menjadi ungu.
Tapi Fatty sama sekali tidak mengacuhkannya.
Tidak! Ia memperhatikan wanita tua yang berdiri dekat sekali di belakang polisi desa itu .Bu Fangio membelakangi mereka ketika Fatty mengajukan pertanyaan itu -dan selama beberapa detik wanita tua itu berdiri terpaku. Kemudian ia berpaling dengan cepat lalu memandang Fatty .Tatapannya nampak heran bercampur bingung, yang kemudian dengan cepat berubah menjadi pandangan sengit.
Fatty kaget ketika ditatap seperti itu.
Kemudian Bu Fangio berpaling kembali dan meneruskan pekerjaannya.
Fatty mendengar nada suara Pak Goon yang mengatakan sesuatu dengan jengkel padanya.
Tapi Fatty tidak menangkap maknanya.
Ia sudah berhasil mengetahui hal yang ingin diketahuinya yaitu bahwa Bu Fangio tahu apa maksud pertanyaannya, sama seperti anaknya, Lucita, tadi
pagi. Ya _ kedua duanya mengenal laki laki yang berbekas luka di atas bibir!
Tahu jugakah mereka di mana laki-laki itu bersembunyi?
Adakah ia di Peterswood?
Mungkin di perkampungan karavan?
Nah itulah yang kini hendak diselidiki Fatty!
***** PERJAMUAN MINUM TEH
DENGAN segera Fatty sudah merasa bosan di situ.
Ia ingin cepat cepat pulang untuk mereka reka apa yang bisa dilakukan selanjutnya.
Ia gembira sekali ketika mengetahui bahwa Eunice pun sudah bosan.
"Kusangka kau gemar pada kumbang." kata Fatty.
"Sama sekali tidak." kata Eunice.
"Kau pun akan begitu. jika sudah sesering aku mendatargi pameran kumbang Tapi aku harus ikut dengan ayahku. agar tidak mengecewakan perasaannya. Tapi bagaimana jika kita sekarang pergi saja untuk minum teh di salah satu tempat?" '
Fatty kini mulai beranggapan bahwa Eunice sebenarnya tidak begitu payah .
Bisa dibilang lumayan!
"Tapi apa kata ayahmu nanti?" tanyanya.
"Ah kukatakan saja padanya bahwa kau mengundang kami berdua minum teh, dan aku tidak ingin mengecewakan dirimu," kata Eunice
"Tapi aku kan tidak mengajak ayahmu," bantah Fatty.
"Haruskah kita mengajaknya? Aku tidak ingin mendengar apa apa lagi tentang kumbang. Baik sekarang maupun kapan saja"
"Jangan khawatir, Ia takkan mau ikut," kata Eunice.
"Tidak ada yang bisa memaksanya pergi meninggalkan rapat serta koleksi kumbang kumbang ini, sampai ia disuruh keluar. Lihat sajalah, kalau tidak percaya'"
Ternyata ucapan Eunice itu benar.
Fatty berjalan meninggalkan ruangan itu bersama Eunice.
Ia menganggukkan kepala dengan sikap atasan pada bawahannya, ketika melewati Pak Goon.
"He," kata Pak Goon, yang masih bingung memikirkan pertanyaan yang diajukan Fatty padanya tadi.
"He aku ingin bicara sebentar denganmu. Frederick. Tentang orang itu tadi.. "
"Lain kali saja. Pak Goon," kata Fatty dengan sikap tidak acuh. lalu bergegas menuruni jenjang Balai Kota.
"Apa maksud polisi itu?" tanya Eunice ingin tahu.
"Kenapa kau bersikap begitu ketus terhadapnya. Orang itu kan ramah! Ialah yang membantuku mengusir gelandangan brengsek waktu itu. Itu yang ada dalam gudangmu sambil mengisap pipa lalu bersikap galak ketika disuruh keluar."
"Ya, ya aku tahu,
" kata Fatty.
"Gelandangan itu kukenal baik. Bahkan sebaik aku mengenal diriku sendiri. Dan ia sama sekali tidak galak. Ia pun tidak sedang mengisap pipa."
"Kau sama sekali tidak tahu apa apa tentang orang itu!" tukas Eunice.
"Kau tidak ada di situ waktu itu kau baru kemudian muncul." _
"Maaf, jika kau kubantah -tapi kenyataannya .Selama itu aku terus ada di situ." kata Fatty.
",Uh kau ini -kenapa sih, kalau berbicara seperti berteka teki terus." kata Eunice dengan sengit
"Katanya kau ini cerdas, tapi terus terang saja ya -kadang kadang hal itu sama sekali tidak tampak. Menurutku, aku waktu itu tabah sekali, berani menghadapi gelandangan itu. Kau mengatakan ia tidak galak, hanya karena secara tidak langsung hendak mengatakan bahwa aku sama sekali tidak bersikap berani."
"Sudahlah. kita bicara tentang soal lain saja,
" kata Fatty.
Ia merasa pasti akan terpaksa mengatakan hal yang sebenarnya pada Eunice, kalau pertengkaran itu masih diteruskan.
"Nah -ini ada restoran. Bagaimana, Nona Besar. sudikah Anda mampir di tempat ini?"
"Aku tidak mau minum teh bersamamu. jika kau masih saja berbicara dengan cara begitu," kata Eunice.
Menurut perasaannya, akhirnya dijumpainya juga orang yang bisa begitu menjengkelkan hatinya, sehingga ada kemungkinan ia akhirnya menangis.
"Baiklah," kata Fatty dengan nada sangat sopan.
"Kalau begitu aku masuk dan minum teh di sini, sementara kau minum teh di tempat lain. Nanti kalau kau sudah selesai, aku akan datang untuk membayar rekeningmu. Setuju kalau begitu?"
Eunice menatapnya dengan mata melotot.
Tapi akhirnya ia menyerah.
Diikutinya Fatty masuk ke restoran kecil itu, lalu duduk
"Aku minta roti panggang dengan mentega serta beberapa potong kue krem yang itu." katanya
"Pilihan yang baik." kata Fatty lalu memesan pada pelayan yang tidak lama kemudian datang lagi sambil membawakan roti panggang bermentega setumpuk besar serta sepiring kue krem yang enak
"Aduh takkan mungkin aku menghabiskan roti sebanyak ini." kata Eunice.
"Memang tidak usah __.karena setengahnya adalah bagianku," kata Fatty.
"Kau kan sedang diet." kata Eunice.
"Masa kemauanmu begitu lemah, sehingga ikut makan separuh dari hidangan roti panggang serta kue kue ini'"
"Aduh kenapa sih. aku selalu saja lupa bahwa aku sedang berusaha melangsingkan tubuh?" keluh Fatty sambil memandang kedua piring yang penuh dengan makanan yang enak enak itu.
Ia sudah ingin Sekali mencicipinya.
Ia sekarang benar benar terjepit, karena ucapan Eunice tadi!
Memang karena ia sekarang sudah ingat lagi bahwa ia sedang diet, maka kalau ikut makan berarti tekadnya sama sekali tidak ada .Tapi di pihak lain tidak tahan rasanya hanya duduk saja di situ sambil memperhatikan Eunice menyikat habis makanan itu.
Dan itu pasti akan terjadi.
Pasukan Mau Tahu 13 Misteri Penyamar Ulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dasar anak rakus!
Kemudian Fatty melihat Pip dan Bets lewat di depan restoran.
Dengan gembira ia melesat lari ke pintu.
"Pipi Bets! Ayo, masuk. kalian kutraktir. Cepat!" _
Pip kaget, tapi sekaligus juga gembira mendengar ajakan yang tak terduga duga itu.
Ia masuk ke restoran, diikuti oleh Bets.
"Eunice juga ada. tapi anggap saja ia tidak ada." kata Fatty.
"Pokoknya. makan saja sekenyang kenyangnya!"
Kedua anak itu tidak menunggu ditawari dua kali dulu.
Mereka langsung makan dengan lahap.
Eunice melihatnya dengan sebal.
"Kau tidak makan?" tanya Bets heran. ketika melihat piring Fatty yang kosong
"Tidak! Tekadku kuat. hendak melangsingkan tubuh," jawab Fatty.
Ia nyengir melihat wajah Eunice yang cemberut
"Aku tadi ke Pameran Kumbang, bersama Eunice. Pak Goon juga ada di sana -ia berusaha mencegah aku masuk."
"Kau melihat si itu di situ?" tanya Bets dengan suara pelan.
Tapi pendengaran Eunice ternyata sangat tajam.
"Siapa itu -si Itu?" tanyanya dengan mulut penuh roti panggang.
"Aku tidak bisa memahami kata katamu. Jika kau berbicara dengan mulut penuh." kata Fatty mengecam.
Eunice mendengus.
Tapi dihabiskannya dulu makanan yang ada di mulut
"Aku tahu. kalian menyembunyikan sesuatu," katanya kemudian.
"Suatu rahasia. yang tidak ingin kalian ceritakan padaku. Aku berani bertaruh. urusannya pasti tentang sesuatu yang sepele saja. Tapi tidak pantas berbicara tentang rahasia, kalau aku ada bersama kalian."
"Kami tidak merahasiakan apa apa." kata Pip, sambil meraih sepotong kue.
"Baiklah kalau begitu .siapa itu si Itu?" tanya Eunice.
"Wah, sayang kami tidak boleh mengatakan nya," balas Fatty.
"ini sebenarnya merupakan rahasia kepolisian, yang kebetulan saja kami ketahui."
"Uhh, omong kosong!" kata Eunice dengan nada tidak percaya.
"Rahasia kepolisian! Aku tidak percaya"
"Syukurlah kalau begitu," kata Fatty dengan santai.
"Kau tidak usah percaya. Bagi kami malah lebih baik begitu."
Air muka Eunice menjadi merah padam
"Kau jahat! Tidak tahu adat!" katanya marah marah.
"Awas aku pasti berhasil mengorek rahasia kalian yang konyol itu lalu akan
kuceritakan pada semua orang!"
"Barangkali itulah sebabnya kenapa kami tidak bisa menceritakannya padamu." kata Fatty dengan sopan.
"Karena begitu kau tahu, kau lantas mengoceh mengenainya pada siapa saja. Pokoknya, terima kasih atas peringatanmu."
Eunice cepat-cepat bangkit lalu bergegas keluar sampai orang-orang yang ada di situ terheran heran melihatnya.
Fatty memandang Pip dan Bets sambil nyengir.
"Sebelum pergi, ia masih sempat menyikat cukup banyak hidangan." katanya.
"Masih mau
kue lagi? Ayo, ambillah! Aku juga ingin memakan
sepotong. Tadi tidak berani selama Eunice masih ada di sini -karena aku nanti disangkanya tidak punya tekad. Tapi melangsingkan tubuh kan tidak harus berarti menderita kelaparan!"
Ia memesan kue kue satu piring penuh lagi, lalu mengamat-amatinya dengan tekun.
"Kau mau yang mana, Bets?" tanyanya.
Bets tertawa mendengar pertanyaan itu
"Aku tidak peduli yang mana -tapi aku tahu yang mana kauingini!" katanya, lalu mengambil sepotong kue coklat dan sepotong ton bundar dengan krem. Ditaruhnya kedua potong kue itu ke piring Fatty, yang memperhatikan sambil nyengir.
"Kau selalu bisa menebak pikiranku, Bets,
" katanya.
Bets tersenyum senang.
Ya, Fatty memang anak yang baik hati.
Apa sebabnya Eunice bersikap begitu kasar terhadap anak sebaik itu?
Kemudian Fatty bercerita tentang pengalamannya di rapat para penggemar kumbang, serta pertanyaan yang diajukannya pada Pak Goon saat Bu Fangio wanita tua dari Pasar Malam itu -ada di dekat mereka.
"Aku cuma ingin melihat apakah Bu Fangio kaget atau ketakutan ketika mendengar aku bertanya pada Pak Goon tentang laki laki yang ada bekas luka di atas bibirnya,
" katanya
"Lalu, apa yang terjadi?" tanya Pip.
"Ketika mendengar aku bertanya, mula mula Bu Fangio seperti terpaku di tempatnya,
" kata Fatty.
"Kemudian ia berpaling. Dari air mukanya tampak ia sangat heran -tapi setelah itu aku ditatapnya
dengan sengit! Wah kalau tatapan mata bisa membunuh. aku pasti sudah mati terkapar di depannya saat itu juga!"
"Jangan suka ngomong begitu, ah," kata Bets.
"Kenapa kau ditatapnya dengan begitu marah?"
Saat itu ada orang masuk, lalu duduk di meja sebelah.
"Jangan bicara lagi mengenainya" kata Fatty.
"Lebih baik kita teruskan di rumah Larry." ia memanggil pelayan, lalu mengatakan hendak membayar.
Banyak juga yang harus dibayarnya
Untuk kesekian kalinya Pip dan Bets kagum melihat betapa banyaknya uang yang ada di dalam kantung Fatty
"Seperti orang dewasa saja" kata Bets dalam hati. sementara Fatty membayar dan memberi tip pada pelayan
Setelah itu mereka pergi ke rumah Larry.
Tidak lama kemudian Fatty sudah duduk bersama keempat sahabatnya di rumah peranginan yang ada di kebun.
Buster yang dijemput dalam perjalanan ke Situ ada di tengah tengah mereka. Fatty bercerita lagi tentang pengalamannya siang itu
"Bu Fangio. wanita tua ibu Lucita dan Pasar Malam itu, mendapat pekerjaan sebagai petugas kebersihan di Balai Kota selama seminggu ini." katanya._
"Dan kurasa ketika kemudian terjadi kesulitan karena kotak kotak kumbang pecah. ia menyarankan agar meminjam kotak kotak tempat pertunjukan kutu dari Lucita .Tentu saja untuk itu ia
menerima uang sewa .Mungkin itu yang menyebabkan Lucita bersikap begitu kesal padanya kemarin _karena mungkin kedua kotak itu diambil begitu saja oleh Bu Fangio. tanpa memberi tahu Lucita terlebih dulu "
"Ya. itu mungkin saja," kata Larry
"Ceritakan pada Larry dan Daisy apa yang terjadi ketika kau bertanya pada Pak Goon tentang laki laki dengan bekas luka itu." kata Bets.
Fatty menceritakan kejadian itu.
"Jadi kini jelas bahwa bukan Lucita saja yang
tahu tentang laki laki berbekas luka itu. tapi juga ibunya." kata Fatty
"Mungkin saja mereka malah menyembunyikan orang itu." .
"Aku bahkan yakin sekali tentang itu_" kata Larry
"Atau setidak tidaknya mereka tahu di mana ia bersembunyi. Aku ingin tahu, apa pertalian penjahat itu dengan mereka. Dari fotonya. orang itu mirip dengan Josef dan juga dengan Lucita sehingga ia pasti masih berkerabat dengan mereka. Tapi di pihak lain, menurutmu Lucita mengatakan bahwa keluarganya tinggal Josef dan dia sendiri, serta ibu mereka. Kalau aku jadi kau, Fatty, kutanyakan soal ini pada Pak Komisaris."
"Kurasa itulah yang akan kulakukan." kata Fatty.
"Dan jika mungkin, kurasa malam ini aku akan menyelinap ke luar, pergi ke Lapangan Barker, lalu berusaha melakukan penyelidikan tentang keluarga Fangio di situ. Akan kukenakan samaran gelandanganku .Eunice pasti kaget setengah mati jika melihat aku lagi nanti!"
Setelah mengobrol sebentar sesudah itu.
Fatty pergi bersama Buster.
Sesaat ia ragu mana yang lebih baik menelepon Pak Komisaris dari rumah, atau dari rumah telepon. Kalau dari rumah. ada kemungkinan Eunice ada di dekatnya. Tapi ketika ia mendatangi rumah telepon, ternyata pesawat itu sedang dipakai orang lain. Jadi ia terpaksa langsung pulang.
Di rumah diyakinkannya dulu bahwa Eunice tidak ada. Setelah itu barulah diputarnya nomor telepon Komisaris Jenks.
"Di sini Fredenck Trotteviile, Pak,
" katanya.
' Sejauh ini belum banyak yang berhasil saya capai tentang kasus itu -tapi apakah Anda bisa memberikan keterangan pada saya, Pak? Soalnya mengenai laki-laki yang ada bekas luka di atas bibirnya. Saya menemukan dua orang yang mirip sekali dengan orang itu. Dua orang kembar, seorang pemuda dan seorang gadis. Nama keluarga mereka Fangio. Tapi menurut mereka tidak ada lagi keluarga mereka kecuali mereka berdua Serta ibu mereka yang sudah tua. Mungkinkah orang yang dicari itu sepupu atau salah seorang kerabat mereka, Pak?"
"Kurasa tidak," jawab Pak Komisaris.
"Penjahat yang kami cari itu nampaknya hidup sebatang kara, seperti yang bisa kausimak dari catatan yang kuberikan padamu waktu itu. Nama keluarganya Harris-_ atau setidak tidaknya begitulah namanya menurut pengakuannya sendiri .Kurasa cuma kebetulan saja tampang kedua orang kembar itu mirip dengannya."
"Wah. kalau begitu petunjuk itu tak ada gunanya," kata Fatty sambil meletakkan gagang telepon.
***** PENGALAMAN PAK GOON DAN EUNlCE
BARU saja Fatty selesai menelepon. ketika ia mendengar bunyi gemerisik dalam serambi.
Rupanya ada yang mendengarkan pembicaraannya tadi!
Fatty mencari cari.
Tapi orang itu rupanya sudah cepat cepat naik ke tingkat atas.
"Pasti itu tadi Eunice!" kata Fatty dalam hati.
"Brengsek! Sama sekali tak kusangka bahwa ia akan benar benar mengintip intip aku. Walau begitu aku harus berhati hati kalau keluar menyamar sebagai gelandangan tua nanti malam!"
Fatty memandang Eunice dengan tajam ketika ia masuk ke kamar makan pukul tujuh untuk makan malam.
Eunice membalas pandangannya dengan sikap polos.
Terlalu polos!
Fatty merasa yakin bahwa anak itu tadi ikut menguping ketika ia menelepon Pak Jenks.
Tapi _apa keuntungan yang dicapainya dengan perbuatan itu?
Paling paling bahwa Fatty mencari-cari Seorang laki-laki yang di mukanya ada bekas luka -dan bertampang mirip kedua orang kembar dengan nama keluarga Fangio.
Takkan banyak yang bisa diperbuatnya dengan pengetahuan itu!
Tiba tiba Fatty mendapat akal ia nyengir. sementara tangannya menyendok sup.
"Ada yang lucu. Frederick?" tanya Bu Trotteville.
Fatty buru-buru mencari sesuatu kejadian lucu yang bisa diceritakan pada ibunya.
"Anu, Bu baru saja terbayang kembali air muka Pak Goon tadi siang, ketika aku bertanya padanya apakah ia sudah melihat Kumbang Helm Berbintik Tujuh dari Ollaby Oon di Grootenburgenstein," kata Fatty.
Pak Tolling mendengarnya
Ia meletakkan sendok supnya, lalu memandang ke arah Fatty dengan penuh minat.
"Kumbang Helm Berbintik Tujuh." kata ayah Eunice.
"Aku harus melihatnya besok karena tadi tak berhasil kutemukan. Akan kuminta pada polisi yang menjaga di sana tadi untuk menunjukan tempatnya "
"Ya, betul tanyakan saja padanya. Pak." kata Fatty.
"Ia pasti tertarik jika mendengarnya lagi."
"Frederick!" kata ibunya dengan nada memperingatkan.
Bu Trotteville merasa bahwa itu pasti karangan Fatty saja. khusus untuk mengganggu Pak Goon yang juga memakai helm helm polisi.
"Ya, Bu?" kata Fatty.
Ditatapnya ibunya dengan pandangan tak bersalah.
Bu Trotteville hanya menggelengkan kepala. Tapi Pak Tolling belum puas ia masih berbicara terus tentang kumbang kumbang yang berhelm selama beberapa saat.
Fatty tercengang ketika mendengar bahwa kumbang seperti itu memang benar benar ada. dan Pak
Tolling mengenal setiap jenisnya.
Semua sampai bosan sekali mendengar ceritanya.
"Bagaimana kalau kita main catur lagi Sekarang?" kata Eunice pada Fatty. ketika makan malam berakhir dengan pembicaraan yang masih sekitar kumbang kumbang
"Tidak saja deh." kata Fatty dengan tegas.
"Malam ini aku harus latihan lari lintas alam lagi. Sehari ini aku belum berlatih, dan cuaca sekarang sedang cerah. Lain kali saja, Eunice "
"Aku ikut." kata Eunice.
"Bagiku ada baiknya pula berlatih sedikit Enak. lari malam malam begini Aku sering melakukannya di rumah."
Huh -menyebalkan sekali anak itu!
Tidak sadarkah dia bahwa Fatty tidak ingin ditemani olehnya?
Baiklah Fatty akan mengejutkannya!
"Aku cepat-cepat saja berganti gaun, lalu menunggumu di sini," kata Eunice.
Ia bertekad takkan memberi kesempatan pada Fatty untuk pergi tanpa dia. Jika Fatty berniat hendak pergi ke rumah Larry atau Pip, Eunice sudah bertekad untuk ikut pula ia tidak mau tidak diberi kesempatan turut serta dalam kejadian asyik yang mana pun juga.
Fatty diam saja.
Ia cepat cepat pergi ke gudangnya, lalu bergegas mengenakan samarannya sebagai gelandangan lagi.
Ia merias mukanya memasang alis palsu yang tebal, menyelipkan gigi palsu yang tersembul ke depan dan sebagai pelengkap. ia menggambar bekas luka yang menyeramkan pada satu sisi pipinya.
"Laki laki dengan bekas luka!" katanya sambil terkekeh sendiri.
"Awas. Eunice -ia datang sekarang!"
Fatty keluar dari gudang.
Dikuncinya pintu, lalu ia pergi mengendap-endap lewat kebun menuju ke rumah. Ia tahu bahwa orang tuanya sudah pergi bersama Pak Tolling untuk bermain bridge di rumah teman.
Hanya Eunice sendiri yang ada di ruang duduk menunggu ia datang lagi.
Buster dikurung di kamar tidur Fatty, di tingkat atas. Anjing kecil itu mendengking-dengking karena sedih ditinggal sendiri.
Ia tahu Fatty hendak pergi tanpa mengajaknya.
Eunice mendengar dengkingan Buster. Disangkanya Fatty juga ada di atas.
Ia duduk dengan sabar di ruang duduk.
Ia memasang telinga, kalau kalau terdengar bunyi langkah menyelinap.
Siapa tahu bisa saja Fatty berusaha lari tanpa mengajaknya
Tidak lama kemudian Eunice mendengar bunyi yang ditunggu tunggunya.
Ia mendengar bunyi langkah menyelinap.
Dari mana datangnya bunyi itu?
Jelas dari balik jendela _di luar!
Eunice berjingkat jingkat menghampiri jendela lalu mengintip ke luar.
Ia kaget sekali, karena melihat seorang gelandangan!
Orang itu berdiri di tengah semak sambil memandang ke arahnya.
Itulah orang yang dilihatnya dalam gudang Fatty!
Tapi kini di pipinya nampak bekas luka yang mengerikan!
Sesaat Eunice menatap tanpa bisa berbuat apa apa karena ngeri.
'Tolong!" teriaknya kemudian.
"Gelandangan itu muncul lagi' Tolong! Di mana kau, Frederick? Gelandangan yang waktu itu datang lagi! Frederick'"
Jane. pembantu Bu Trottevllle yang bertugas di dalam rumah datang berlari lari.
"Ada apa?" serunya.
Tapi sementara itu Fatty sudah meninggalkan semak tempatnya berada selama itu.
Ia tahu bahwa Jane pasti akan mengenali dirinya, karena mata gadis itu sangat awas.
Jane sudah terlalu sering melihat Fatty menyamar sebagai gelandangan!
Eunice menuding ke arah semak. di mana ia tadi melihat Fatty.
"Ia datang lagi! Gelandangan itu datang lagi!" katanya.
"Bagaimana kita sekarang? Semua sedang pergi! Mana Frederick? Tidak adakah ia di kamar tidurnya?"
"Sebentar kulihat ke atas,
" kata Jane sambil bergegas ke tingkat atas.
Tapi yang ditemuinya di kamar tidur Fatty hanya Buster. Anjing kecil itu melesat lari menurui tangga begitu pintu kamar dibuka oleh Jane.
"Frederick tidak ada di kamarnya," kata Jane setelah turun lagi.
"Rupanya ia sudah pergi tanpa mengajakmu."
"Aduh! Kalau begitu sebaiknya kutelepon polisi saja," kata Eunice.
"Ya, itulah yang harus kulakukan. Seseorang harus datang untuk memeriksa kemari. Jangan jangan rumah ini akan dirampok malam ini."
Eunice memutar nomor telepon polisi desa.
Dengan segera dldengarnya suara Pak Goon menjawab.
"Di sini polisi. Siapa di sana?"
"Di sini Eunice Tolling, gadis yang menginap di rumah keluarga Trotteville." kata Eunice.
"Saya hendak melaporkan bahwa saya baru saja melihat gelandangan menyeramkan seperti yang saya lihat hari Minggu yang lalu."
Pak Goon mengerutkan keningnya.
Apa apaan ini?
Ia masih ingat siapa Eunice itu -tapi secara kebetulan juga sudah tahu bahwa gelandangan yang hari Minggu itu sebenarnya bukan gelandangan. Dan ia tidak ingin sekali lagi sibuk mengejar ngejar gelandangan -tidak peduli siapa pun yang meminta!
"Baiklah, akan kucatat," katanya.
"Sayang aku tidak bisa datang, karena di sini ada urusan yang harus kuselesaikan."
"Anda harus datang!" kata Eunice mendesak
"Sungguh, orangnya yang itu juga! Saya sempat memperhatikannya dengan lebih cermat kali ini di mukanya ada bekas luka yang mengerikan kelihatannya"
Pak Goon terkejut.
"Bekas luka?" katanya.
"Kau yakin?"
"Ya, aku yakin sekali. Cepatlah datang kemari!" kata Eunice dengan cemas.
"Mungkin Anda nanti berhasil membekuknya. Buster sudah lari ke kebun mestinya hendak mencari orang itu."
Keterangan itu diterima oleh Pak Goon dengan perasaan tidak enak.
Ia tidak suka bila Buster ada di dekatnya dalam keadaan bebas.
Tapi orang dengan bekas luka di mukanya!
Pak Goon sangat tertarik mendengar hal itu.
Siapa tahu,mungkin dia itulah narapidana yang melarikan diri!
Pak Goon pasti akan mendapat pujian kalau sampai berhasil membekuk orang itu -apalagi di kebun Fatty, anak brengsek itu!
"Frederick sendiri ke mana?" tanya Pak Goon.
"Sedang berlatih lari lintas alam." jawab Eunice.
"Bagus!" kata Pak Goon dalam hati.
"Dengan begitu ia tidak bisa mengganggu. Yah sebaiknya sekarang saja aku berangkat ke sana."
Pak Goon mengayuh sepedanya. menuju rumah
keluarga Trotteville. Sepedanya ditinggal di luar pagar .Sedang ia sendiri berjalan sambil mengendap-endap menuju pintu samping rumah, lalu masuk ke dalam.
Ia menyapa dengan suara pelan. Tapi walau begitu Eunice dan Jane masih terpekik juga karena kaget.
Pertemuan Di Kotaraja 3 Detektif Stop Serangan Dari Antariksa Api Di Bukit Menoreh 32
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama