Ceritasilat Novel Online

Misteri Penyamar Ulung 3

Pasukan Mau Tahu 13 Misteri Penyamar Ulung Bagian 3


"Ah. Anda rupanya," kata Jane, setelah melihat siapa yang masuk.
"Kenapa Anda muncul dengan menyelinap seperti itu?"
"Aku tidak ingin kedatanganku diketahui orang itu," jawab Pak Goon.
"Nah -kau tadi melihat
orang itu di semak yang mana? Dan eh, mana anjing itu?"
"Mestinya masih ada di kebun," kata Jane.
Pak Goon merasa gugup mendengar jawaban itu.
"Kalian berdua ikut denganku. memeriksa seluruh kebun," katanya.
"Dan jika anjing itu nanti muncul. panggil dia. Jangan jangan ia menyangka aku ini gelandangan itu. lalu menyerangku."
Sesaat kemudian mereka sudah sibuk memeriksa di kebun.
Setiap semak disibakkan.
Buster tidak kelihatan.
Hal itu melegakan perasaan Pak Goon.
Setelah satu jam. akhirnya Pak Goon berhenti mencari.
"Gelandangan itu sudah pergi lagi." katanya.
"Aku ingin tahu ke mana perginya! Aku saat ini sedang mencari seseorang yang di mukanya ada bekas luka. Aku akan berjasa jika sampai berhasil membekuknya .Bekas luka yang kaulihat itu di bagian mana dari mukanya?'Di atas bibir. ya?"
"Bukan -pada pipinya. sampai ke rahang." kata Eunice dengan nada heran.
"Kenapa Anda menyangka di atas bibir?"
Pak Goon menatap Eunice, dengan perasaan kecewa dan benar-benar marah.
"Tapi kusangka kau ---yah, tadi kusangka kau takkan tahu di mana seharusnya letak bekas luka itu. Uhh, sial! -rupanya ia bukan orang yang kuduga. Rupanya-_ aduh! ya, pasti anak bengal itu lagi yang menyamar. Padahal kau tadi mengatakan ia pergi berlatih lari! Apa maksudmu, mengatakan yang bukan bukan!"
Eunice memandang polisi yang marah marah itu dengan perasaan kecut.
"Saya tidak mengerti maksud Anda," katanya.
"Dan saya juga tidak senang dikata katai dengan cara begitu. Saya hendak tidur sekarang"
Eunice pergi meninggalkan Pak Goon, dengan dagu terangkat tinggi tinggi.
Seenaknya saja polisi itu. berbicara sembarangan terhadapnya!
Jane tertawa.
"Nah, nah _dia marah sekarang!" katanya
"Anda kelihatannya gelisah sekali, Pak Goon. Yuk, kita ke dapur. Nanti Anda kubuatkan teh panas. ditambah dengan biskuit buatan juru masak. Bisa saja Eunice tadi sebetulnya tidak melihat siapa siapa cuma bayangan saja!"
Pak Goon membuka _topi helmnya, lalu mengusap kepalanya yang berkeringat.
Ajakan Jane diterimanya dengan perasaan lega. Ia menikmati kesempatan beristirahat di dapur, sambil bercerita pada Jane tentang keberaniannya. serta sekian banyak penangkapan yang telah dilakukan olehnya.
Ia sama sekali tidak mendengar langkah menyelinap yang menghampiri jendela dapur. Tidak dilihatnya muka dengan bekas luka yang mengintip ke dalam. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa Fatty datang lagi, masih dengan pakaian samarannya sebagai gelandangan.
Setelah mengintip sebentar, Fatty pergi ke gudangnya untuk berganti pakaian.
Pak Goon kaget ketika melihat waktu pada jam dapur.
"Wah! Sudah larut rupanya! Aku harus pergi. Mana topiku?" katanya
"Cepat sekali waktu berlalu. Nah. selamat malam _dan terima kasih."
Pak Goon keluar. lalu berjalan menuju ke tempat di mana ia tadi menaruh sepedanya.
Bukan main kagetnya ketika melihat bahwa sepedanya tidak ada lagi di situ
"Aku tahu pasti. aku tadi menaruhnya di sini' Sekarang hilang! Pasti dicuri orang!" katanya.
"Dan ini disebabkan oleh gadis goblok tadi _ memanggil aku yang sedang sibuk bekerja. untuk mencari orang yang kusangka orang yang ada bekas lukanya. Hahh! Sekarang aku terpaksa pulang berjalan kaki."
Pak Goon berjalan kaki pulang.
Begitu ia masuk ke rumahnya. didengarnya deringan pesawat telepon.
Siapa lagi yang meneleponnya malam malam begini?
Jika itu laporan tentang gelandangan lagi, awas!
Tapi yang menelepon ternyata Fatty.
"Andakah itu. Pak Goon?" kata Fatty dengan nada mantap.
"Aku hendak melaporkan bahwa ada sepeda tersandar di dekat pintu dapur kami. Aku tidak tahu siapa pemiliknya tapi mungkin ada yang melaporkan bahwa sepedanya hilang dicuri orang."
"Kau -kau. Brengsek!" teriak Pak Goon lewat hubungan telepon.
"Kau yang menemukan sepedaku di dekat pintu pagar depan rumahmu. Mengaku sajalah! Lalu kau menyembunyikannya sampai aku sudah pergi -dan sekarang katamu. sepedaku itu ada di dekat pintu dapur. Nah siapa ' yang menaruhnya di situ? Itulah yang ingin kuketahui. Siapa?"
Fatty tidak menjawab.
Anak itu hanya terkekeh saja, lalu memutuskan hubungan.
Pak Goon mengerang.
Sekarang ia harus berjalan kaki lagi kembali!
untuk mengambil sepedanya!
Baiklah, Tuan Trotteville!
Tunggu saja pembalasan Pak Goon!
***** FATTY TERKEJUT
FATTY mengalami saat saat yang mengasyikkan. ketika Pak Goon dengan ditemani Eunice dan Jane sedang sibuk mencari-cari gelandangan tua yang menurut Eunice dilihatnya di kebun.
Fatty cepat cepat keluar lewat pintu pagar kebun sebelah belakang, begitu ia mendengar Pak Goon datang naik sepeda. Dari belakang kebun ia menuju ke sungai.
"Lapangan Barker terletak di dekat pertanian Pak Barker," katanya dalam hati.
"Jika nanti ada orang yang menjumpai aku dalam samaranku sekarang ini, akan kutanyakan apakah ada lumbung tua di sekitar sini di mana aku bisa tidur malam ini. Wah benar benar nyaring jeritan Eunice tadi, ketika ia melihat aku mengintip ke dalam lewat jendela. Mudah mudahan ia bersama Pak Goon asyik mencari-cari di kebun!"
Setiap kali berpapasan dengan orang.
Fatty langsung berjalan ter-pincang pincang. Kemudian timbul gagasannya untuk membuat tongkat dari dahan semak yang tumbuh di pinggir jalan.
Siapa tahu, barangkali saja akan ada gunanya, bila di
perkampungan karavan nanti ada anjing anjing berkeliaran
Setelah memotong sebatang dahan dengan pisau yang dibawa dan merapikannya menjadi tongkat.
Fatty meneruskan langkah.
Akhirnya ia sampai di perkampungan karavan. Sesaat ia berdiri di pinggir lapangan. sambil memperhatikan karavan-karavan yang ada di situ.
Di manakah karavan keluarga Fangio?
Dilihatnya ada sekitar dua puluh buah disitu. Ada yang berbentuk modern, dan ada pula yang kuno. Pada kebanyakan karavan itu nampak lampu menyala di dalamnya.
Kelihatannya tidak ada orang di luar.
Karenanya Fatty memberanikan diri.
Ia mengintip ke dalam karavan yang terletak paling dekat. sambil berdiri di atas roda. agar bisa menjenguk ke dalam lewat jendela.
Tirai di dalam menutupi jendela. tapi tidak rapat. Masih ada celah sedikit lewat mana Fatty bisa memandang ke dalam.
Dilihatnya dua orang di situ.
Seorang wanita yang sedang menjahit, serta seorang laki laki yang asyik membaca.
Mungkin keduanya suami istri Kelihatannya orang baik baik
Dihampirinya karavan yang berikut.
Karavan itu sangat modern bentuknya. Ketika ia mendekat, langsung terdengar suara anjing menggonggong.
Fatty tidak jadi mendatangi karavan itu.
Ia melintasi lapangan dan sampai di sebuah karavan tua yang sudah bobrok. Sementara itu malam sudah gelap. fatty mengeluarkan senter yang dibawa. Di
karavan itu tidak nampak lampu menyala .
Barangkali tidak ada orang di dalamnya!
Fatty mencoba membuka pintu karavan itu.
Tidak dikunci.
Ia buru buru menutup pintu kembali, setelah tercium bau pengap sekilas. Rupanya karavan itu memang tidak dihuni orang.
Huh -baunya bukan main!
Ia menuruni tangga rumah beroda itu, lalu memandang berkeliling lagi .
Dengan cara begini, takkan banyak hasil yang bisa diperolehnya!
Saat ia menghampiri sebuah karavan lain, tahu tahu ada orang keluar dari situ.
Orang itu melihatnya dalam gelap.
"Siapa itu?" seru orang itu.
Dari suaranya, orang itu laki laki.
"ini aku, seseorang yang mencari tempat bermalam." kata Fatty dengan suara tinggi dan sember.
"Anda mungkin tahu, apakah di dekat dekat sini ada tumpukan jerami?"
"Mampirlah dulu, nanti kau kami beri minuman teh panas," kata orang yang tidak kelihatan itu
"Petani pemilik lapangan ini tidak suka pada gelandangan. Ia pasti akan menyuruh anjingnya menyergapmu, kalau kau memasuki tanahnya. Kemarilah, aku ingin 'melihat tampangmu."
Fatty menaiki jenjang karavan itu dengan langkah terpincang pincang.
Karavan itu sudah tua.
Tapi bagian dalamnya cukup bersih, walau tidak bisa dibilang nyaman. Orang yang menyapanya tadi ternyata sudah agak berumur.
Parasnya ramah. Dan di dalam masih ada seorang laki laki tua lagi.
"Abangku," kata laki laki yang pertama.
"Mata-_ nya buta! Kami membuat keranjang dan pasak untuk dijual. Hasilnya tidak seberapa tapi kami masih bisa menyuguhkan teh pada tamu. Betul kan, Steve?"
"Ya," kata laki laki tua tunanetra yang diajak bicara, lalu menggerak gerakkan tangannya untuk menyingkirkan potongan potongan rotan serta keranjang keranjang yang belum selesai, yang berserakan di sekitarnya.
"Silakan duduk"
Tidak lama kemudian Fatty sudah duduk sambil menikmati hidangan teh yang sangat kental
"Aku ini mencari keluarga Fangio," katanya membuka percakapan.
"Kalian kenal mereka? Kabarnya mereka menaruh karavan mereka di sini."
"O ya," kata laki laki yang pertama
"Karavan mereka letaknya di sebelah sana."
"Mereka berdua," kata laki laki yang tunanetra
"Dua orang kembar, laki laki dan perempuan."
"Tidak, sekarang mereka bertiga," kata saudara nya.
"Seorang wanita tua, ibu mereka. Wanita itu benar-benar ulet. dan kuat sekali. Membelah kayu, dan tidak kalah dibandingkan dengan laki-laki kalau soal mengangkut air dalam ember! Anaknya yang perempuan, Lucita, selalu masam tampangnya. Tapi yang laki laki lumayan."
"Ya Josef memang orang baik hati,
" kata laki laki yang tunanetra.
"Ia menjajakan keranjang
keranjangku ke Pasar Malam, jika kebetulan ada yang mampir di sini -atau kalau tidak, ke pasar yang biasa. Ia anak yang baik hati. Mereka masih keluargamu?"
"Sebenarnya bukan," kata Fatty.
"Mereka takkan mengenali aku lagi sekarang. Aku sudah sangat berubah. sejak terakhir kalinya mereka melihatku dulu. Ah, teh ini sedap sekali -aku paling suka teh kental!"
"Kami punya roti dan mentega, jika kau ingin makan," kata laki laki yang tunanetra.
"Tolong potongkan untuknya, Bill."
"Wah, tidak usah -terima kasih." kata Fatty cepat-cepat.
Ia terharu menghadapi kemurahan hati kedua laki laki yang hidup serba kekurangan itu.
Bill membesarkan nyala lampu minyak sedikit, lalu memperhatikan Fatty dengan pandangan menyelidik
"Kalau mau, kau bisa tidur di gerobak kami," katanya setelah beberapa saat
"Terima kasih -tapi kurasa lebih baik aku meneruskan perjalanan saja," kata Fatty.
"Teh tadi itu menyegarkan tubuhku!"
"Aneh kelihatannya bekas luka di pipimu itu." kata Bill.
"Bentuknya seperti ular! Bagaimana sampai bisa begitu?"
"Aduh -aku lupa menghapus bekas luka yang kugambar tadi," kata Fatty dalam hati.
Ia menjawab sambil tertawa,
"Ah, ini bukan apa apa .Tak mungkin orang tak pernah luka. Ya kan, Bill?"
Saat itu terdengar bunyi pelan di luar.
Laki laki yang tunanetra mendongakkan kepala, memperhatikan bunyi itu.
"Ah, kucing tua itu rupanya," katanya
"Biarkan dia masuk, Bill."
Bill membukakan pintu.
Seekor kucing kurus berbulu belang belang dan dengan telinga robek robek bekas gigitan melangkah masuk
"Kucing kalian. ya?" tanya Fatty.
"Kelihatannya lapar."
"Tidak, ia bukan kucing kami," kata Bill sambil menuangkan susu sedikit ke sebuah tatakan cangkir.
"Pemiliknya keluarga Fangio tapi kurasa mereka tidak pernah memberinya makan."
Sambil memperhatikan kucing kurus itu minum susu, Fatty mendapat akal
"Kuantarkan dia pulang, jika kautunjukkan yang mana karavan keluarga Fangio." katanya pada Bill.
Fatty menjunjung kucing itu. setelah binatang itu selesai minum.
Akan ada kesempatan baik untuk meneliti keadaan dalam karavan keluarga Fangio. jika ia mengantarkan kucing mereka ke sana!
Kedua Orang tua abang adik itu mengucapkan selamat jalan pada Fatty sambil menunjukkan letak karavan yang hendak dituju.
Karavan itu lumayan besarnya, dan dapat dibilang modern. Sementara Bill menutup pintu kembali, Fatty bergegas mendatangi karavan itu.
Ketika ia sudah hampir sampai di situ, tiba tiba pintu terbuka dan terdengar suara seseorang memanggil manggil.
"Pus! Pus! Ayo, masuk'"
"Nah, itu dia!" kata Fatty dalam hati.
"Bagus ! itu kedengarannya suara Josef "
Dilihatnya seseorang menuruni jenjang karavan. sambil memanggil manggil terus.
"Ini kucingmu -kuantarkan pulang!" seru Fatty dari tempat gelap.
Tahu tahu ada orang menghampirinya.
Fatty tidak bisa melihat siapa orang itu. yang mengulurkan tangan untuk mengambil kucing.
Fatty menyalakan senter.
Ternyata orang yang menghampirinya itu Bu Fangio, bukan Josef
"Kau diusir Jo dan Lucita. Pus? Anak-anak nakal,
" kata Bu Fangio.
"Ia tadi datang ke karavan Bill." kata Fatty
"Ia diberi susu di situ."
Bu Fangio mengelus elus kucing kurus itu.
Fatty berdiri sambil menunggu diajak masuk ke dalam karavan. ia sangat ingin melihat lihat keadaan di dalam. karena ingin tahu apakah di situ ada orang lain kecuali Josef dan Lucita. Tapi Bu Fangio tidak mengajaknya masuk. Wanita tua itu berpaling lalu masuk lagi. tanpa mengatakan apa apa.
Fatty menyalakan senternya lagi, untuk menerangi tangga yang dinaiki Bu Fangio.
Wanita tua itu nampak sangat dekil dan tak terawat .Fatty tersenyum ketika melihat sandal besar yang dipakai wanita itu. Begitu sudah berada dalam karavan, Bu Fangio langsung menutup pintu kembali.
Fatty menunggu sebentar dalam gelap.
Kemudian ia menyelinap, menghampiri karavan .Maksudnya hendak mengintip ke dalam, lewat salah satu jendela. Jika ada celah sedikit saja untuk memandang ke dalam. mungkin nanti ia bisa melihat sesuatu yang menarik.
Mungkin seseorang lagi -dengan bekas luka di mukanya!
Tapi tirai-tirai jendela semua tertutup rapat .Sama sekali tidak ada celah, lewat mana Fatty bisa mengintip ke dalam. Ia sangat kecewa menghadapi kenyataan itu. Ia berdiri di atas roda besar karavan.
Ketika hendak turun lagi, tahu tahu ia mendengar suara orang.
Orang itu marah marah.
Datangnya dari dalam karavan!
Fatty memasang telinga.
Tapi jendela jendela tertutup semua, sehingga ia tidak bisa mendengar dengan jelas.
Sialan' Tapi tiba-tiba Fatty terkejut
Ia menahan napas.
Didengarnya suara seorang wanita.
Pasti itu Lucita.
Atau mungkin juga Bu Fangio.
Namun ia juga mendengar suara laki-laki -dua orang!
Yang satu berteriak, menyerukan sesuatu. Sebelum orang itu menyelesaikan kalimatnya, sudah terdengar suara laki laki yang lain membalas. Kedua laki laki itu sedang bertengkar. Mungkinkah salah satu dari kedua laki laki itu orang yang ada bekas luka di atas bibirnya? Fatty ingin bisa mengintip ke dalam untuk melihat!
Tiba tiba ia terkejut, karena ada seseorang datang melintasi lapangan dan langsung menuju ke karavan keluarga Fangio.
Orang itu mengetuk pintu.
Fatty bingung.
Ia tidak berani meloncat turun dari atas roda tempatnya berpijak selama itu
karena takut dilihat orang yang baru datang itu .
Akhirnya ia tetap berada di situ
Pintu dibuka dari dalam.
"Siapa itu?" tanya orang yang membukakan pintu.
Dari suaranya Fatty tahu bahwa orang itu Lucita
"Aku _Fred. Tolong tanyakan pada Josef apakah ia mau ikut dengan kami. main lempar lemparan panah di kedai minum "
"Jo -kau dicari Fred," seru Lucita ke dalam, lalu berkata pada Fred.
"Aku ikut .Aku sudah bosan. mengurung diri terus dalam karavan."
Fred pergi lagi bersama Josef dan Lucita. sementara Fatty masih tetap berdiri di atas roda karavan .
Nah! pikirnya. sekarang dalam karavan tinggal wanita tua itu -serta laki laki yang terdengar suaranya tadi.
Bagaimana caranya supaya bisa mengintip ke dalam?
Dengan hati hati sekali Fatty turun dari atas roda.
Baru saja ia hendak menghampiri pintu untuk melihat apakah mungkin tidak ditutup lagi dengan baik. ketika tiba-tiba ada orang muncul dari dalam lalu menuruni tangga.
Fatty cepat cepat mundur bersembunyi di tempat gelap
Siapakah orang yang keluar itu?
Bu Fangio?
Atau laki laki yang satu lagi?
Fatty tidak bisa melihatnya dengan jelas.
Orang yang keluar itu bergegas pergi menghilang dalam kegelapan malam.
Fatty berusaha menyusul.
Tapi setelah beberapa langkah. ia berhenti.
Tidak! Lebih baik ia mengintip saja ke dalam karavan. untuk melihat siapa yang masih ada di situ. Jika nanti ada
orang melihatnya. ia terpaksa cepat cepat lari. Pokoknya ia sudah bertekad. harus berhasil melihat ke dalam!
Dengan cepat dinaikinya jenjang karavan .
Pintunya tertutup.
Tapi Fatty menduga bahwa pintu itu tak terkunci sebab tadi tidak didengarnya bunyi anak kunci diputar. Dijamahnya pegangan pintu. lalu ditekannya pelan pelan ke bawah.
Dengan hati hati didorongnya pintu.
Ia tidak mendengar suara apa apa di dalam. Fatty sudah bersiap siap untuk meloncat turun lalu lari secepat cepatnya, begitu terdengar suara apa pun Juga!
Pintu sudah setengah terbuka.
Dan dalam karavan masih tetap belum terdengar apa apa.
Akhirnya Fatty mendorong pintu sehingga terpentang lebar.
Maksudnya hendak cepat cepat melihat. Siapa yang ada di daiam. lalu melarikan diri.
Fatty buru buru memandang ke dalam karavan yang kelihatan berantakan isinya.
Di Situ ada dua tempat tidur yang bertumpuk. Serta selembar kasur usang dalam keadaan tergulung.
Kasur itu diletakkan di atas pembaringan sebelah bawah Kecuali itu masih ada pula sebuah meja lipat, dua buah kursi, serta sebuah tungku minyak. Sebuah lampu minyak tergantung di langit-langit ruangan .Nyala lampu itu lumayan terangnya.
Tapi didalam karavan itu tidak ada sapa siapa!
Fatty berdiri di atas jenjang, sambil mencari-cari dengan perasaan heran.
Di dalam karavan nampaknya sama sekali tidak ada tempat untuk
bersembunyi.
Kalau begitu siapa laki-laki yang satu lagi tadi yang terdengar suaranya marah marah?
Fany begitu terkejut menghadapi kenyataan itu, sampai lupa bahwa ia bisa dilihat dengan Jelas dari luar, karena berdiri di ambang pintu dan diterangi cahaya lampu yang ada di dalam.
Tahu-tahu terdengar suara orang berseru.
"He! Siapa itu di karavan Fangio? He, kau! Apa yang kaulakukan di situ?"
***** FATTY BERCERITA
Nyaris saja Fatty terjebak.
Ia cepat cepat meloncat turun lalu lari pontang-panting, sesaat sebelum kedua orang dari karavan sebelah datang menyergapnya. Ia lari melintasi lapangan. menuju pintu keluar di pagar.
Kedua orang tadi mengejar sambil berteriak teriak.
Tiba tiba Fatty jatuh terjerembab, karena kakinya tersangkut sesuatu. Kedua orang yang mengejar datang dengan cepat. Seorang di antaranya menyorotkan senter ke muka Fatty, saat anak itu berdiri lagi. '
"Cepat _tangkap dia!" seru orang itu.
Tapi sebelum ada yang sempat memegang Fatty tahu tahu ada sesuatu menerpa dari tempat gelap sesuatu yang kecil dan galak
Itu Buster!
Anjing kecil itu menyusul Fatty .
Kini ia ikut campur dalam pergulatan. sambil menggeram geram dengan galak. Gigitannya menyebabkan kedua orang yang mengejar mundur ketakutan
Fatty lari lagi diikuti oleh Buster yang sekali sekali menengok ke belakang, ke arah kedua laki laki tadi .Mereka marah marah, tapi tidak berusaha mengejar Fatty
"Ia hendak merampok karavan keluarga Fangio." kata seorang dari mereka
"Sebaiknya kita laporkan kejadian ini pada polisg. Kau melihat tampangnya tadi? Menyeramkan!"
"Ya' Aku melihatnya dengan jelas." kata temannya


Pasukan Mau Tahu 13 Misteri Penyamar Ulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Di mukanya ada bekas luka .Kaulihat tidak? Kalau berjumpa lagi. aku pasti bisa mengenalinya kembali."
Ketika sudah jauh dari Lapangan Barker. barulah Fatty berhenti berlari.
Ia menjatuhkan diri di sebuah bangku di tepi jalan.
Napasnya tersengal sengal.
Sambil duduk dibelainya Buster yang kesenangan karenanya.
"Kau tadi datang pada saat yang benar benar tepat." kata Fatty.
"Keadaanku tadi benar benar
gawat. Buster. Kedua orang itu pasti sudah menyeretku ke Pak Goon. Untung saja kau muncul! Huahh! Nyaris saja kakiku patah ketika terjerembab tadi. Besok pasti ada bekas memar yang besar. Yuk. Buster -kau tadi benar benar hebat. begitu baik membuntuti aku. Terima kasih!"
Fatty berjalan lambat lambat karena kakinya terasa sangat nyeri.
Untung ia memiliki tongkat yang dibuatnya tadi!
Langkah pincangnya yang tadi dibikin bikin kini berubah menjadi benar tenar pincang.
Sambil berjalan Fatty berbicara pada Buster.
"Pengalaman malam ini benar benar mengasyikkan. Buster -tapi aku kini bingung. Aku yakin bahwa lakilaki dengan bekas luka itu disembunyikan oleh keluarga Fangio. Tapi di
mana? Aku merasa pasti. karena tadi mendengar suara laki laki lain dalam karavan. Atau mungkin kah aku keliru? Tidak ! kurasa aku tidak keliru"
"Guk." gonggong Buster penuh pengertian.
"Guk. guk'"
"Menurut perasaanku. seluruh keluarga Fangio terlibat di dalam kasus ini," kata Fatty lagi.
"Dan firasatku mengatakan bahwa karena salah satu sebab, mereka marah karenanya .Mungkinkah mereka sebenarnya tidak mau menyembunyikan penjahat yang minggat itu? Kalau itu benar. lalu kenapa mereka melakukannya? Karena dibayar? Mungkin laki laki berbekas luka di muka itu dipenjarakan karena mencuri, dan uang yang dicuri sempat disembunyikan olehnya sebelum ia tertangkap. Mungkin setelah minggat dari penjara, ia kini berharap akan bisa mengambil uang itu jika keadaan sudah aman _dan ia tidak mau mengatakan di mana uang itu disembunyikan? Tapi ia sendiri di manakah ia bersembunyi?"
Akhirnya Fatty sampai di gudangnya.
Dibersihkannya mukanya dan dilepaskannya pakaian samarannya.
Setelah itu ia masuk ke rumah. Ia merasa lega ketika melihat bahwa Eunice sudah tidur. Sedang orang tuanya serta Pak Tolling belum pulang.
Sehabis mandi, Fatty naik ke tempat tidurnya .Buster berbaring di dalam keranjangnya. yang terletak di samping pembaringan Fatty.
"Kau sahabat sejati. Buster," kata Fatty dengar suara mengantuk.
"Selamat tidur. Aku sebenarnya
masih ingin memikirkan beberapa hal. tapi aku sudah capek sekali sekarang. Otakku rasanya tidak mampu bekerja lagi. Akan kupanggil teman teman untuk rapat besok. Biar mereka saja yang berpikir."
Tapi anak anak ternyata tidak lebih baik daripada Fatty dalam usaha menguraikan kekusutan yang dihadapi mereka!
Ketika mendengar bahwa Eunice pagi itu diajak pergi oleh Bu Trotteville, Fatty lantas Cepat-cepat menelepon Larry dan Pip, untuk mengatakan bahwa pukul sepuluh tepat akan ada rapat di gudangnya.
Anak anak datang pukul sepuluh tepat.
Semua sangat ingin mengetahui apa yang terjadi. Fatty sudah menyiapkan hidangan limun dan biskuit .
Anak anak duduk
Semua sudah siap mendengarkan kisah Fatty.
"Nah," kata Fatty.
"kalian tahu, aku kemarin berniat ke Lapangan Barker untuk mengumpulkan keterangan di situ. Dan memang cukup banyak informasi yang berhasil kuperoleh -tapi sayangnya itu malah membuat aku bingung. Jadi kini kita semua harus memutar otak, mengusut apa sebenarnya yang terjadi."
"Kalau begitu mulai sajalah," kata Larry.
"Kami takkan memotong."
Fatty membuka kisah, diawali dengan bagaima na ia menakuti nakuti Eunice ketika ia muncul lagi dengan pakaian gelandangan, ditambah dengan samaran bekas luka di muka!
Gelak tertawa anak-anak meledak ketika mendengar betapa
Eunice menelepon Pak Goon, sehingga polisi desa itu kemudian bergegas datang naik sepeda .
Fatty meneruskan ceritanya.
"Setelah itu aku pergi ke lapangan itu. Pertama tama kudatangi sebuah karavan yang dihuni dua orang laki laki tua yang ramah .Mereka menyuguhi aku teh, dan mengatakan di mana letak
karavan keluarga Fangio. Dan dasar sedang mujur
ketika aku masih duduk duduk di dalam karavan mereka. tahu tahu kucing keluarga Fangio datang mengeong ngeong minta susu'"
'Wah lalu kau memakai kesempatan baik itu
untuk mengantarkannya pulang ke karavan keluarga Fangio?" tanya Pip.
"BetuL" kata Fatty
"Aku ke sana sambil membawa kucing itu. Ketika sudah dekat, kudengar suara seseorang memanggil-manggilnya.
kusangka orang itu Josef, tapi ternyata Bu Fangio! kuserahkan kucing padanya, dengan harapan aku diajak masuk ke karavan. Tapi ia masuk kembali tanpa mengajakku. Kunyalakan senter untuk menerangi jenjang ketika wanita tua itu naik lagi. Tapi ia sama sekali tidak mengucapkan apa-apa -bilang terima kasih saja pun tidak! Penampilannya benar benar luar biasa dengan selendang dekil menyelubungi kepala serta kaki beralas sandal yang terlalu besar. Tapi pokoknya ia masuk. lalu membanting pintu. Habis perkara!"
"Lalu apa yang terjadi setelah itu?" tanya Bets dengan penuh minat.
Fatty sangat pandai bercerita. kata anak itu dalam hati.
"Yah. aku lantas memperoleh gagasan untuk mengintip ke dalam sambil berdiri di atas roda karavan," kata Fatty melanjutkan.
"Maksudku hendak melihat apakah ada orang lain lagi di dalam dan jika ternyata ada. apakah di mukanya ada bekas luka melengkung atau tidak! Aku mencoba mengintip. tapi .tidak bisa -karena tirai tirai Jendela tertutup rapat sekali. Ketika aku hendak turun lagi, kudengar suara beberapa orang bertengkar di dalam. Kudengar suara wanita tua itu atau mungkin juga itu suara Lucita. Selain itu aku_ juga mendengar suara laki laki. Suara dua or-ang laki laki!"
"Wah!" kata Pip bersemangat
Matanya bersinar sinar.
"Kau benar benar mendengarnya? Lalu siapa laki laki yang satu lagi itu?"
"Aku tidak tahu. Pokoknya mereka ribut sekali bertengkar," kata Fatty.
"Ketika sedang ramai ramainya, ada orang datang lalu mengetuk pintu. Aku sudah setengah mati ketakutan. Tapi yang datang itu ternyata seseorang bernama Fred. yang hendak mengajak Josef main panah panahan di kedai minum. Pertengkaran langsung berhenti, dan Josef pergi dengan Fred. Lucita juga ikut dengan mereka."
"Jadi wanita tua serta laki laki yang satu lagi itu masih tinggal dalam karavan?" kata Daisy.
"Betul! Nah, beberapa saat kemudian aku turun dari atas roda dan tepat waktu itu seseorang keluar dari karavan."
"Siapa dia?" tanya anak anak serempak
"Itulah yang menjengkelkan -aku tidak bisa mengenalinya dalam gelap." kata Fatty
"Tentu saja aku tidak berani menyalakan senter saat itu. Tapi yang jelas, orang itu kalau bukan Bu Fangio. mestinya laki laku yang satu lagi itu. Kemudian kuberanikan diri. Akan kubuka pintu karavan lalu cepat-cepat menjenguk ke dalam untuk melihat siapa yang masih tinggal di dalam. Mungkin saja laki laki yang ada bekas luka di atas bibirnya!"
"Wah, ini benar benar asyik!" desah Larry.
"Lalu apa yang terjadi kemudian?"
"Pintu berhasil kubuka." kata Fatty,
"dan aku juga sempat melayangkan pandangan ke dalam karavan' Percaya atau tidak, tapi kenyataannya tidak ada siapa siapa didalam. Karavan itu kosong. Dan aku yakin di situ tidak ada tempat bersembunyi sama sekali!"
Anak anak yang mendengar melongo
'Tapi kau pasti keliru mengenai salah satu hal, Fatty," kata Larry setelah beberapa saat.
"Maksudku kalau dalam karavan semula masih ada Bu Fangio dan laki laki yang satu lagi, lalu setelah itu hanya seseorang saja yang keluar, maka mestinya kan masih ada seorang lagi di dalam."
"Aku tahu!" kata Pip.
"Kau menyangka melihat hanya seorang saja yang keluar setelah Josef pergi bersama Lucita _ tapi sebenarnya ada dua orang cuma kau tidak melihat yang satu lagi dalam gelap. Mereka pasti pergi menyelinap, karena tidak ingin dilihat orang lain."
Fatty ragu sesaat
"Rasanya memang itu sajalah jawaban yang masuk akal," katanya kemudian
"Tapi aku yakin bahwa cuma tiga orang yang pergi meninggalkan tempat itu. Walau begitu. orang yang keempat tahu tahu juga lenyap. Sungguh. aku sampai bingung memikirkan hal itu kemarin malam "
"Apa yang kaulakukan sesudah itu?" tanya Bets
"Ada orang melihat sosok tubuhku yang berdiri di ambang pintu. diterangi cahaya lampu di dalam. Orang itu mengira aku pencuri_ lalu ia datang mengejar bersama seseorang lagi. Tentu saja aku tidak menunggu lagi. tapi langsung lari' Eh. tahu tahu-kakiku tersangkut sesuatu sehingga aku terjerembab ke tanah. Kakiku memar sekarang Lihatlah!"
Anak anak berseru kaget melihat memar yang ditunjukkan oleh Fatty dengan bangga pada mereka.
"Tapi kau kan tidak sampai tertangkap?" tanya Bets cemas
"Tidak, tapi nyaris," kata Fatty.
"Untung saat itu Buster muncul dan langsung menyerang kedua orang yang mengejar. Mereka mundur ketakutan, sehingga aku bisa berdiri lagi lalu lari secepat cepatnya! Wah, kalian mesti mendengar Buster menggeram-geram tadi malam. Suaranya tidak kalah dengan anjing herder!"
"Hebat Buster!" kata Bets sambil menepuk nepuk anjing kecil itu.
"Untung saja ia muncul. Ia masih membuntutimu sampai ke sana, Fatty."
"Memang kurasa pasti ia dikeluarkan dari kamar tidurku oleh Eunice," kata Fatty.
"Untung saja itu terjadi! Bayangkan kalau tidak. Pasti saat ini aku sudah terkurung dalam sel di kantor polisi!"
Fatty memandang teman temannya. lalu bertanya,
"Nah bagaimana pendapat kalian tentang kejadian ini? Ada yang punya gagasan tertentu?'_'
Semua membungkam selama satu dua menit, karena sibuk memikirkan kisah Fatty itu
Kejadian itu memang aneh'
'Aku masih tetap berpendapat bahwa pasti dua orang yang pergi meninggalkan karavan keluarga Fangio_ setelah Josef dan Lucita." kata Pip kemudian.
"Dan menurutku laki laki yang satu lagi
yang suaranya kaudengar sedang bertengkar -mungkin sekali penjahat yang minggat itu."
"ya menurutku kemungkinan itu memang benar ' kata Larry.
Bets dan Daisy mengangguk, tanda sependapat.
'Baiklah! Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Fatty.
Sebelum ada yang sempat menjawab, tahu tahu Buster menggonggong dengan nyaring lalu lari ke pintu.
"Ada orang di luar," kata Pip.
"Pasti itu Eunice!"
Dugaannya ternyata tepat.
Orang yang di luar itu memang Eunice.
Dan ia marah marah.
'Kenapa tidak kaukatakan bahwa kalian mengadakan rapat di sini, Frederick?" tukasnya.
' Kenapa aku selalu saja tidak kauikutkan? Masa aku tidak boleh ikut dengan kesibukan kalian kan cuma untuk beberapa hari saja?! Kemarin
malam gelandangan tua yang brengsek itu muncul lagi dan kemudian Pak Goon datang .Ia bersikap kasar terhadapku!"
"Maaflah kalau begitu, Eunice," kata Fatty
"Yuk, ikut duduk-duduk di sini bersama kami sambil menikmati limun dan biskuit!"
Anak anak yang lain berpandang pandangan.
Mungkinkah Eunice tadi sempat mendengar kisah Fatty?
Ah. kalau mendengar pun. ia takkan mungkin bisa mengerti.
Anak anak memandang ke arah Fatty yang sedang menuangkan limun untuk Eunice
Apakah yang akan dilakukannya?
Misteri yang dihadapi nampaknya sangat kusut!
****** PAK GOON MENYEBALKAN
KEMUDIAN Eunice mulai bercerita tentang kekagetannya yang disebabkan oleh datangnya gelandangan itu ke rumah malam sebelumnya .Diceritakan bagaimana seramnya tampang orang itu dengan bekas luka yang mengerikan di pipi
Anak-anak mendengarkan tanpa mengatakan apa-apa.
Tapi dalam hati mereka ingin tertawa karena tahu bahwa yang disebut gelandangan itu sebenarnya Fatty yang menyamar .Ketika Eunice sedang asyik bercerita.
Jane datang mengetuk pintu.
"Frederick," kata Jane dari balik pintu gudang
"Pak Goon ada di depan. Katanya ingin bertemu sebentar denganmu."
"Jangan kaubiarkan polisi itu mengasari aku lagi ya, Frederick?" kata Eunice.
"Akan kujaga agar ia memperlakukan dirimu dengan sehormat hormatnya." kata Fatty tegas
"Tapi kau sendiri juga jangan mau, jika ia berbuat seolah-olah gelandangan itu cuma ada dalam khayalanmu belaka."
"Sayang Jane juga tidak melihatnya kemarin."
kata Eunice
"Nah itu Pak Goon."
Pak Goon berdiri sambil menunggu dijalan kecil yang menuju ke rumah .
Sikapnya waspada.
Fatty takkan dibiarkannya lari dengan diam-diam.
Tidak. itu tidak boleh sampai terjadi karena pagi itu ia datang dengan kabar penting. Kabar itu bertalian dengan gelandangan tua dengan bekas luka di pipi. yang menurut anak perempuan bernama Eunice itu dilihatnya dalam kebun .
Sementara itu pikiran Pak Goon sudah berubah .Ia tidak lagi menyangka bahwa gelandangan itu Fatty. Tapi ia masih hendak meyakinkan hal itu dulu.
Ia sebenarnya ingin berbicara sebentar dengan Fatty seorang diri. Karena itu ia jengkel. ketika melihat anak itu datang bersama Eunice serta anak anak yang lain
"Eh bisakah aku bicara sebentar denganmu, Frederick?" kata Pak Goon.
"Sendiri?"
'Bicara tentang Soal apa?" kata Fatty
"Jika tentang gelandangan yang tadi malam. Anda harus bertanya pada Eunice ini karena dia yang melihat orang itu"
"Ya, aku memang benar benar melihatnya." kata Eunice
"Dan kecuali itu, seperti sudah kukatakan pada Anda tadi malam, Pak Polisi, Frederick saat itu sedang berlatih lari lintas alam. Ia tidak bisa mengatakan apa-apa tentang gelandangan itu, karena ia tidak ada di sini."
"Ya. ya -aku mengerti." kata Pak Goon
"Jadi kau waktu itu sedang berlatih lari di luar. Frederick? Kau tidak sedang di rumah?"
"Wah. tidak, Pak Goon," kata Fatty dengan
sikap seolah olah heran.
"Saat itu aku jauh sekali dari sini. "
"Nah _itulah satu hal yang ingin kuketahui" kata Pak Goon.
"Soalnya aku semula sedikit banyak menduga bahwa kaulah gelandangan tua yang dilihat Eunice ini."
"Keterlaluan!" tukas Eunice marah
"Anda kira aku ini begitu dungu, tidak bisa membedakan apakah seorang gelandangan benar-benar gelandangan. atau Frederick Trotteville? Sekali lagi kukatakan, Pak Goon, orang itu sungguh-sungguh seorang gelandangan! Tampangnya menakutkan. Mirip sekali dengan yang kulihat hari Minggu yang lewat cuma yang ini ada bekas luka."
"Ah itu juga yang ingin kuketahui." kata Palu Goon sambil mengeluarkan buku catatannya
"Nah sempatkah kau perhatikan berapa besar bekas luka itu, dan di mana letaknya?"
"Aku tidak keluar lalu memegang dagu gelandangan itu sambil mengamati amati bekas lukanya atau mengambil penggaris untuk mengukur panjangnya jika itu yang Anda maksudkan" tukas Eunice.
"Aku saat itu sangat takut, jadi hanya bisa tahu bahwa pada muka orang itu ada bekas luka."
"Pokoknya kau melihat bahwa mukanya cacat' kata Pak Goon.
"Kemarin malam ada laporan lagi yang masuk .Laporan itu mengatakan bahwa ada seorang gelandangan berusaha memasuki suatu tempat dengan niat mencuri -dan gelandangan itu mukanya juga ditandai bekas luka! Nah.
sekarang kau tentu mengerti apa sebabnya aku senang bahwa kau sempat mengenali bahwa gelandanganmu juga ada bekas luka di mukanya!"
"Jangan bilang ia gelandanganku'" tukas Eunice dengan jengkel. lalu melanjutkan,
"Wah. bayangkan orang itu datang ke tempat lain untuk mencuri. Pasti orangnya yang itu juga -karena gelandangan yang kulihat. jelas sekali bekas luka di mukanya."
Fatty sangat tertarik.
Mungkinkah gelandangan dengan bekas luka. yang dilaporkan hendak memasuki suatu tempat itu ia sendiri -yang dilaporkan oleh kedua laki laki yang melihatnya membuka pintu karavan keluarga Fangio?
Atau orang lain dengn bekas luka yang benar dan barangkali penjahat yang minggat itu?
"Pak Goon," kata Fatty.
"tempat manakah yang hendak dimasuki orang yang dilaporkan itu??
"Itu bukan urusanmu," tukas Pak Goon.
"Tapi dari yang kudengar. gelandangan itu jelas orang yang kami cari. Buktinya bekas luka itu. Ia sebenarnya pasti bisa ditangkap orang-orang yang kemudian melaporkannya, kalau tidak ada anjing yang tahu tahu muncul lalu menyerang mereka."
"Aha!" kata Fatty dalam hati.
"Itu pasti Buster! Jadi ternyata akulah gelandangan yang dilaporkan . Ternyata Pak Goon belum berhasil menemukan orang yang sesungguhnya Untunglah! Tapi tanpa mengetahuinya. ia sebenarnya telah berada pada jejak yang benar -karena aku yakin sekali bahwa laki laki berbekas luka yang dicari-cari polisi.
saat ini disembunyikan keluarga Fangio di salah satu tempat. di perkampungan karavan. Sayang kedua laki laki kemarin itu melaporkan diriku karena kini Pak Goon pasti akan memeriksa perkampungan itu. Dan karena ia polisi. ia akan bisa melakukannya dengan lebih baik. dibandingkan dengan aku kemarin malam!"
' Masih ada lagi pertanyaan Anda padaku?" tanya Eunice.
Ia sudah bosan melihat Pak Goon menulis terus dalam buku catatannya.
"tidak terima kasih." kata Pak Goon.
"Kurasa kau telah mengarahkan aku ke jejak yang benar .
Aku pergi saja sekarang. Sepedaku ada di depan tapi ngomong ngomong tentang sepeda
bagaimana mungkin sepedaku itu pergi sendiri dari
depan kemarin malam. lalu tahu tahu ada di dekat pintu dapur. Frederick?"
'Nantilah kupikirkan soal itu. jika ada waktu " kata Fatty dengan air muka polos seakan akan tidak'bersalah.
"Mungkin karena ingin menyusul Anda di dapur!'
"Hahh!" dengus Pak Goon.
"Kau sangat pintar bersilat lidah awas, kapan kapan kau pasti terpeleset!"
Setelah itu ia pergi ke depan .
Dalam hati ia berharap mudah mudahan saja sepedanya tidak lenyap lagi
"Menurutmu, apa yang akan dilakukan Pak Goon sekarang?" tanya Pip.
"Kurasa ia akan minta surat izin penggeledahan pada Komisaris Jenks. beserta beberapa orang
polisi sebagai bantuan lalu pergi menggeledah perkampungan karavan di Lapangan Barker." kata Fatty.
Nada suaranya suram
"Dan karena menurut keyakinanku laki laki berbekas luka yang dicari itu pasti ada di salah satu tempat di situ. besar kemungkinannya Pak Goon nanti akan berhasil membekuknya. Dan itu karena aku mengarahkannya ke sana, karena bersikap begitu dungu sehingga nyaris saja ditangkap kedua laki laki itu kemarin malam!"
"Apa apaan sih, ini?" tanya Eunice.
Ia tidak mengerti, apa sebenarnya yang sedang dibicarakan.
"Wah -aku sampai lupa bahwa kau juga ada. Eunice,
" kata Fatty kaget
"Yah -kurasa kami harus bercerita sedikit padamu tentang apa yang sedang terjadi. karena kalau tidak kau pasti merongrong terus "
"Itu memang sudah pasti." kata Eunice
"Terus-terang saja ya, menurutku kau sangat jahat karena tidak mau menceritakan apa apa. Apalagi karena gelandangan yang kulihat itu ada hubungannya dengan rahasia kalian. Kalau kau tetap tidak mau bercerita. kuceritakan nanti pada ibumu."
"Pengadu." gumam Pip.
Eunice menatapnya dengan sengit
"Ayo ceritakan dong. Frederick." kata Eunice.
'Nanti kubantu. jika ternyata bisa. Kalian kelihatan nya sedang melakukan penyelidikan mengenai sesuatu -dan aku juga bisa."
Fatty mengeluh.
"Apa sih yang tidak bisa kaulakukan. Eunice?" katanya.
"Tapi sekarang dengar saja dulu baik-baik. Singkatnya, beginilah duduk perkaranya saat ini. Ada seorang penjahat minggat dari penjara dan kabarnya lari ke daerah sini. Ada yang melihatnya Orang itu di mukanya ada bekas luka Kami ikut mencarinya, tapi selama ini belum berhasil. Kami disuruh mencarinya di tengah keramaian manusia, di mana ia mungkin membaurkan diri agar tidak ketahuan. Jadi misalnya saja di Pasar Malam --atau bahwa di tengah rapat para penggemar kumbang. karena "antara lain ia juga menaruh minat pada kehidupan serangga."
"Ih jadi mungkin saja aku pernah duduk di sebelahnya." kata Eunice ketakutan.
"Seperti apakah tampangnya? Kalau soal bekas luka di muka, itu sudah kumengerti."
"Tatapan matanya tajam," kata Pip.
"Bibirnya tipis,"
"Dan rambutnya lebat, berwarna gelap" sambung Larry.
"Sedang tingginya biasa biasa saja "
"Lalu tangannya -tulang tulangnya bertonjolan." kata Daisy.
"Dan..."
"Dan menurut dugaan kami, keluarga Fangio -itu, yang memiliki Sirkus Kutu di Pasar Malam. dan yang kecuali itu juga menyelenggarakan permainan ketangkasan menembak mungkin menyembunyikannya," kata Fatty.
"Soalnya, tingkah mereka langsung aneh begitu kami menyebut
orang dengan bekas luka di mukanya! Bahkan wanita tua yang bertugas menjaga kebersihan di Pameran Kumbang yang juga termasuk keluarga Fangio. tampak sangat terkejut ketika aku berbicara tentang laki laki dengan bekas luka di mukanya."
"Begitu," kata Eunice.
"Ya. aku ingat wanita tua itu. Di manakah tempat tinggalnya? Di Pasar Malam?"
"Bukan, bukan di Pasar Malam. Keluarga Fangio memiliki sebuah karavan. yang ditaruh di Lapangan Barker," jawab Fatty.
"Dan kami kini khawatir. jangan jangan Pak Goon sedang mengikuti jejak yang sama seperti kami walau dengan alasan yang berbeda. Tapi jika ia sampai menggeledah tempat itu. ada kemungkinan ia akan menemukan orang itu lalu membekuknya. Jika itu terjadi. dialah yang akan mendapat pujian "
"Aku tidak suka pada polisi itu," kata Eunice.
"Aku memihak pada kalian. Aku ingin membantu. Frederick. Bagaimana rencanamu sekarang?"
"Kita kembali saja dulu ke gudang," kata Fatty.
"Kurasa kita belum punya rencana yang jelas saat ini."
Eunice ikut kembali ke gudang, dengan tekad bulat untuk memperlihatkan bahwa ia pun memiliki kemampuan yang baik sebagai penyelidik.
Ternyata menyusun rencana yang baik tidak gampang!
Tapi akhirnya diambil keputusan.
Jika Pak Goon berhasil mendapat izin untuk menggeledah perkampungan karavan, maka mereka pun harus ada di sana saat polisi desa itu melakukannya.
Setidak tidaknya mereka akan ikut hadir kalau Pak Goon berhasil menang nanti!
"Pukul berapa sekarang? "kata Fatty setelah selesai berunding.
"Aduh sudah hampir tengah hari' Sekarang dengar dulu. Pak Goon pasti baru siang nanti bisa mendapat izin melakukan penggeledahan. Selama itu salah seorang dari kita harus selalu berjaga jaga di Lapangan Barker .Katakanlah mulai dari pukul dua nanti. Dengar begitu bila Pak Goon muncul di sana bersama beberapa orang rekannya, kita bisa segera tahu "
"Ya. itu ide yang baik." kata Pip.
"Kita bisa menjaga di sana berdua dua sehingga kalau ada apa apa. satu bisa pergi memberi tahu yang lain lain. Aku akan menjaga bersama Bets. Kita bisa pura pura piknik di sana."
"Dan aku menjaga bersama larry," kata Daisy
"Aku dengan kau, Frederick." kata Eunice
"Kau tidak bisa ikut," kata Fatty,
"karena kau harus menghadiri rapat perkumpulan ayahmu. Selama kau di sana. tolong awasi wanita tua itu, ya Maksudku. Bu Fangio."
"Aku lebih suka ikut denganmu, daripada menghadiri rapat itu," kata Eunice.
"Tapi apa boleh buat! Siapakah yang akan kausuruh memberi tahu teman teman nanti Frederick. jika terjadi sesuatu saat kau sedang menjaga?"
"Buster yang akan kusuruh," jawab Fatty
"Aku bisa menulis surat lalu menyelipkannya ke kalung lehernya. Kalau kukatakan padanya, 'Pergi
Larry'. ia pasti akan langsung mencari Larry. Lalu Larry bisa menelepon Pip"
"Ya -kurasa itu memang bisa." kata Eunice.
"Yah nanti akan kuusahakan agar bisa ikut menjaga denganmu setelah minum teh. Frederick! supaya kau tidak sendirian saja .Wah ini mengasyikkan juga. ya?"
"Menurutku. tidak." kata Fatty.
"Mengalami kemacetan setelah menemukan beberapa petunjuk menarik sudah cukup payah apalagi kalau Pak Goon sampai bisa menang secara kebetulan!"
"Aku pukul dua nanti akan sudah ada di lapangan. bersama Bets." kata Pip.
"Larry, kau menggantikan kami pukul empat.Kau minum teh di lapangan saja. Bawa bekal! Lalu setelah saat minum teh, giliran Fatty bersama Eunice.'
"Baiklah, kalau begitu sampai nanti." kata Fatty.
Rapat selesai.
Fatty memperhatikan teman temannya, sementara mereka meninggalkan gudang
"Keasyikan sudah berakhir." katanya dalam hati.
"Tali kendali urusan ini berada di tangan Pak Goon walau ia sendiri belum menyadarinya!"
***** MENGAMATI SAMBIL MENUNGGU
SIANGNYA Eunice pergi menghadiri rapat koleoptens, bersama ayahnya. Pak Tolling sangat kecewa , ketika Fatty tidak mau ikut.
Tapi Fatty menolak dengan tegas.
"Saya harus melakukan beberapa hal untuk lbu." katanya.
Sebenarnya ia sudah tidak sanggup lagi mendengar pembicaraan panjang lebar tentang kumbang. Saat makan siang Pak Tolling terus bercerita tentang kebiasaan hidup aneh dari famili Kumbang Teguk yang hidup di Ruahua, . Selandia Baru, Ayah Eunice baru berhenti mengoceh ketika terdengar bunyi aneh. itu bunyi dari tenggorokan Fatty yang meneguk neguk. Trotteville merasa cemas mendengarnya.


Pasukan Mau Tahu 13 Misteri Penyamar Ulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau salah telan tadi, Frederick?" tanyanya dengan cemas.
Ia sudah hendak bangkit
"Bukan tersedak, Bu _ tapi mendengar cerita tentang Kumbang Teguk, aku pun tahu tahu terteguk teguk,
" kata Fatty dengan suara lemah.
Eunice terpekik karena geli.
Tapi Pak Tolling tidak melihat di mana letak kelucuannya.
Sedang Fatty berhenti meneguk neguk, karena ibunya menatap dengan marah.
Ia benar-benar lega ketika
akhirnya Pak Tolling berangkat ke Balai Kota dengan ditemani Eunice.
"Akan kuamat amati wanita itu nanti!" bisik Eunice pada Fatty ketika ia keluar bersama ,ayahnya. Pak Tolling memandang anaknya lengan heran. Ia tidak memahami maksud kalimat Eunice.
Wanita yang mana?
Dan apa sebabnya Eunice tampak begitu bersemangat?
Anak itu ekarang sudah mulai ketularan Frederick rupanya!
Sebelum pukul dua Siang, Pip dan Bets sudah sampai di Lapangan Barker. Mereka membawa buku bacaan tentang bunga bunga yang tumbuh liar. karena mereka bermaksud hendak mencari bunga bunga di lapangan. sebagai alasan kehadiran mereka di situ.
Nanti kalau sudah lumayan jumlahnya yang berhasil dikumpulkan, barangkali mereka akan duduk duduk di dekat karavan keluarga Fangio. Dengan begitu kalau Pak Goon muncul nanti. mereka akan bisa melihatnya. Tidak ada yang mengacuhkan mereka, dan tidak ada kejadian menarik. Bets dan Pip duduk tidak jauh dari karavan keluarga Fangio, sambil pura-pura memperhatikan gambar gambar bunga dalam buku bacaan yang dibawa.
Pintu karavan tertutup .
Nampaknya tidak ada siapa siapa di dalam
"Kurasa Lucita saat ini pasti sedang sibuk mengadakan pertunjukan kutu dalam sirkusnya di pasar Malam," kata Pip.
"Sedang saudara :kembarnya _siapa sih namanya _o ya, Josef ia menjaga di tenda tempat menembak."
"Dan Bu Fangio menjaga kebersihan di Rapat Kumbang," kata Bets.
"Sekarang ini merupakan saat yang baik bagi Pak Goon untuk memeriksa karavan mereka. Aku ingin tahu apakah ada orang bersembunyi di dalamnya sekarang'
"Kalau ada, orang itu tenang sekali," kata Pip.
Pukul empat Larry datang bersama Daisy, untuk menggantikan Pip dan Bets menjaga di situ .Selanjutnya giliran kedua anak itu pun tidak terjadi apa apa ditempat itu.
Keduanya menikmati bekal makan yang dibawa.
Mereka juga mengobrol dengan seorang anak kecil yang datang sebentar. serta membaca buku. Sementara itu mereka terus memperhatikan karavan keluarga Fangio. Tapi tidak ada orang yang datang. atau keluar dari tempat itu. Pak Goon pun tidak muncul. Pokoknya keadaan selama itu bisa dibilang membosankan. Larry dan Daisy merasa lega ketika akhirnya Fatty datang menggantikan, bersama Eunice.
"Tidak ada yang perlu dilaporkan." kata Larry.
"Pip tadi juga sama saja. Berapa lama kau menjaga di sini nanti. Fatty? Kapan saatnya Pak Goon muncul menurut perkiraanmu jika ia mungkin masih akan datang?"
"Aku tidak tahu. Tapi jika sampai pukul tujuh belum datang juga. akan kutelepon Pak Komisaris untuk menanyakan apakah Pak Goon menghubunginya untuk meminta surat izin penggeledahan," kata Fatty
"Ada gunanya jika hal itu ketahui."
"Betul." kata Larry.
"Nah. semoga kalian lebih berhasil .Jika kau nanti ingin agar aku kemari lagi untuk menjaga sehabis makan malam, telepon saja ke rumah."
"Baiklah." kata Fatty.
"Wah ini benar benar asyik," kata Eunice. sambil duduk di rumput dekat Fatty.
Tapi Fatty tidak menjawab .
Perasaannya sedang suram.
Karavan keluarga Fangio masih tetap tertutup rapat.
Sepi sekali tempat itu.
Rupanya tidak ada siapa-siapa di situ.
Fatty mulai sangsi.
Jangan jangan ia salah menarik kesimpulan.
Betulkah dugaannya, bahwa laki laki dengan bekas luka di atas bibir itu disembunyikan oleh keluarga Fangio?
"Bagaimanapun. satu satunya petunjuk yang kongkret adalah kenyataan bahwa Josef dan Lucita mirip dengan foto laki-laki yang berbekas luka di mukanya," pikir Fatty.
"Dan Lucita 'tampaknya kaget dan marah ketika aku berbicara tentang seorang laki laki yang ada bekas luka di mukanya. Ibunya juga menunjukkan sikap serupa. Tapi sebetulnya cuma itu saja alasannya, kenapa aku sampai beranggapan bahwa mereka menyembunyikan orang itu. Penarikan kesimpulan itu sebenarnya terlalu gegabah."
Tidak lama kemudian Eunice mulai bosan duduk-duduk saja di samping Fatty
"Bosan rasanya duduk di sini terus," katanya ambil berdiri
"Aku ingin berjalan jalan sebentar berkeliling perkampungan karavan ini, sambil telihat-lihat. "
"Jangan," larang Fatty.
"Kalau kau melakukannya, nanti perhatian orang malah tertarik pada kita. Duduklah lagi. Ceritakan bagaimana rapat tadi siang."
"Tidak banyak yang bisa kuceritakan." kata Eunice agak merajuk.
"Aku melihat wanita tua itu. Kuperhatikan terus, untuk melihat apakah ia melakukan sesuatu yang mencurigakan."
"Jangan konyol! Mana mungkin ia melakukan sesuatu yang mencurigakan." kata Fatty.
"Ah, kenapa tidak mungkin? Kau kan menyuruhku mengamat amatinya." bantah Eunice
"Dan itu sudah kulakukan tadi. Ketika aku memandang ke arahnya. ia membalas memandang
pula. Kami berpandang-pandangan terus. Aku tidak suka pada perempuan itu."
"Eh, lihatlah! itu dia datang!" kata Fatty dengan tiba tiba.
"Jangan kaupandang karena siapa tahu, mungkin ia mengenalimu nanti. Jangan pandang, kataku!"
Tapi Eunice tetap saja memandang.
Bu Fangio datang melintasi lapangan, dengan kepala diselubungi selendang. Mukanya yang keriput berwarna sawo matang. Ketika sudah hampir sampai karavannya. wanita tua itu melihat Eunice.
"Nah! Kau ada di sini rupanya!" kata Bu Fangio
"Kenapa tadi siang kau memandang aku terus hah? Aku melihatmu tadi anak kurang ajar"
"Jangan berani bicara begitu terhadapku," kata Eunice dengan angkuh.
"Aku bicara semauku." kata Bu Fangio.
Nampaknya ia sedang kesal.
"Sekarang pergi dan sini' Ini tempat perkampungan karavan, tak ada urusanmu di sini! Begitu pula anak laki laki itu. Kalian berdua, pergi dari sini!"
"Kami takkan pergi." kata Eunice.
"Berani beraninya Anda bicara begitu terhadapku!"
"Awas ya!" sergah Bu Fangio. Dengan cepat ia mendatangi tempat di mana Eunice duduk. Fatty bergegas bangkit, karena takut wanita tua itu akan memukul Eunice. Ditangkapnya tangan Bu Fangio yang sudah terangkat.
"Eh, eh, nanti..."
Tapi Fatty tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, karena wanita tua yang sedang marah itu memukulnya. Tepat kena dagu Patty, sehingga ia langsung roboh menimpa Eunice,
Anak perempuan itu menjerit.
Bu Fangio tertawa.
Suaranya serak
Aneh sekali kedengarannya.
Kemudian ia berpaling, menaiki jenjang karavan, lalu membuka pintu dengan anak kunci.
"Aduh, Frederick --sesak napasku kautindih!" seru Eunice.
"Ayo. cepat bangun' Kenapa sih, kau ini?"
Fatty cepat-cepat menggeserkan tubuhnya. sehingga tidak lagi menindih Eunice yang marah marah.
Ia tercengang
Untung dia yang kena pukulan tadi, dan bukan Eunice. Dirabanya dagunya dengan hati-hati
Huhh _ pemarah sekali wanita tua itu!
Fatty mendengar suara orang tertawa. Dilihatnya beberapa orang anak di dekat situ. Mereka menuding nuding dirinya.
"Kau kena dihajarnya?" kata seorang anak laki-laki yang masih kecil.
"Dan kau langsung roboh!"
"Buk!" sambung seorang anak perempuan yang juga masih kecil.
"Yuh. Eunice kita pergi dari sini." kata Fatty .
Ia malu sekali.
Sama sekali tak disangkanya tadi bahwa wanita tua itu akan memukulnya.
Bayangkan sekali pukul saja, ia langsung roboh. Mudah mudahan saja Eunice tidak bercerita pada siapa siapa
"Aku pulang sekarang," kata Eunice.
"Aku tidak mau lagi. Perempuan jahat! Bisa jadi ia nanti mengerahkan anak anaknya pula untuk menghajar kita_ jika mereka sudah kembali. ldemu ini konyol Frederick.? _
"Baiklah. kita pulang sekarang," kata Fatty yang masih belum pulih dari rasa terkejut.
Mereka lewat di dekat anak anak yang terpingkal pingkal menertawakan. Eunice kepingin memarahi mereka.
Tapi dilarang Fatty.
"Sekarang kaututup mulutmu itu," katanya
"Kalau bukan karena kau tadi memandang terus ke arah wanita tua itu, walau sudah kukatakan jangan itu tadi takkan terjadi."
"Kau menyakiti aku ketika kau menindih badanku tadi," keluh Eunice
"Maksudmu kau jatuh karena dipukul wanita tua konyol itu. Keterlaluan!"
"Kebetulan saja pukulannya tepat. sementara aku sama sekali tidak menduga." kata Fatty
"Sekarang diamlah. Eunice! Aku ingin berpikir sebentar."
Begitu sampai di rumah.
Fatty langsung menelepon Komisaris Jenks
"Di sini Frederick Trotteville. Pak. Anu saya ingin tahu. apakah Pak Goon menghubungi Anda baru baru ini. mengenai urusan narapidana yang lari dari penjara itu Soalnya, sementara ini terjadi beberapa hal, dan. "
"Ya, aku tahu. Dan Pak Goon meminta surat izin untuk menggeledah suatu perkampungan karavan." kata Pak Komisaris
"Kukatakan padanya bahwa surat itu bisa didapatnya besok. Kau menemukan jejak baru, Frederick?"
"Wah _ tidak, Pak," balas Fatty.
"Maksud saya saya saat ini memiliki beberapa petunjuk, tapi semuanya seperti tidak ada artinya. Saya punya firasat bahwa satu satunya yang harus dilakukan ialah memeriksa perkampungan karavan itu."
"Baiklah kalau begitu," kata Pak Komisaris dengan sikap lugas.
"Aku ikut menyesal, Frederick, jika kau semula berharap akan bisa mengusut kasus ini. Tapi kita kan tidak bisa selalu berhasil! Nah, sampai lain kali."
Kasihan Fatty perasaannya sangat suram saat makan malam, ia membisu terus.
Tidak ada yang berhasil mengajaknya berbicara.
Sehabis makan.
Eunice mengajaknya main catur.
"Malas, ah," kata Fatty.
Ia yakin, malam itu Eunice pasti bisa mengalahkannya.
"Aku ingin lekas-lekas tidur malam ini."
"Wah!" kata Eunice dengan heran.
"Ngomong ngomong. bagaimana keadaan dagumu?"
Anak itu tercekikik.
Fatty sebal mendengarnya.
"Kalau kau benar benar ingin tahu, daguku sakit sekali," kata Fatty dengan sengit.
"Keadaannya memar! Dan jangan cekikikan terus!"
"Aduh -baru dipukul wanita tua yang tak berdaya saja sudah begitu," kata Eunice mencemoohkan.
"Sudahlah. jangan murung terus! Kau benar-benar hendak lekas tidur. Frederick? Bukan hendak menyelinap ke luar untuk melakukan sesuatu yang mengasyikkan lagi? "
"Kalau begitu pun, takkan kukatakan padamu' tukas Fatty.
Ia bergegas naik ke atas bersama Buster meninggalkan Eunice.
Anak perempuan itu berpikir pikir.
Jangan jangan Fatty memang berniat untuk menyelinap ke luar lagi.
Yah ia akan berjaga jaga!
Kalau Fatty nanti ternyata keluar lagi ia akan membuntutinya.
Biar tahu rasa anak itu berani bersikap kasar padanya!
Fatty memang bermaksud hendak keluar lagi dengan diam-diam.
Hari itu ia sama sekali melupakan niatnya hendak melangsingkan tubuh dan sebagai akibatnya ia terlalu banyak makan. Karena itu ia memutuskan akan mengenakan celana olahraganya. lalu pergi lagi ke perkampungan karavan untuk melihat lihat di sana. Untuk
terakhir kalinya dan dengan harapan akan mengalami nasib mujur.
"ini kesempatanku yang penghabisan." katanya dalam hati
"Besok Pak Goon akan ke sana dengan membawa surat izin menggeledah dan jika disana ada sesuatu yang perlu ditemukan. ia pasti akan menemukannya! Sial! Sial SlAL!"
****** FATTY DALAM KESULITAN
SEKITAR pukul setengah sepuluh malam.
Fatty menyelinap turun dengan baju singlet serta celana pendek untuk olahraga. Menurut perkiraannya tidak ada yang mendengar ketika dengan diam diam ia menyelinap ke luar lewat pintu samping.
Tapi Eunice yang sejak tadi sudah berjaga-jaga bukan hanya mendengarnya saja melainkan melihatnya pula. Anak perempuan itu berada dalam kamarnya yang pintunya dibiarkan terbuka sedikit.
Ia melihat Fatty lewat sambil berjingkat jingkat. Eunice sudah bersiap siap dengan rok pendek dan baju hangat. serta sepatu bersol karet.
Jantungnya berdebar keras.
Fatty mungkin marah nanti _ tapi ia ingin membuktikan bahwa ia pun mampu lari di samping tidak kalah akal!
Eunice menyelinap seperti bayangan, keluar lewat pintu samping. Didengarnya bunyi pintu pagar samping ditutup, lantas bergegas-gegas ke situ.
Ia pergi ke jalan
Ya itu Frederick, lari dengan Cepat.
Seketika itu juga Eunice menyusul .
Dengan segera ia menyadari bahwa Fatty ternyata menuju ke perkampungan karavan .Karenanya dengan mudah saja ia mengikutinya
dari belakang tanpa perlu terlalu mendekati.
Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di lapangan luas itu di mana karavan karavan yang sudah sunyi terdapat di sana-sini.
Nampak lampu menyala pada beberapa di antaranya. Tapi ada Juga yang gelap.
Fatty menghampiri _karavan keluarga Fangio yang nampak terang.
Eunice mengikuti dengan diam diam. Dilihatnya Fatty menyuruk masuk ke bawah kolong karavan. ia sendiri berdiri sambil menunggu di bawah bayangan sebatang pohon.
Apakah yang akan dilakukan Fatty di situ?
Tiba tiba pintu karavan terbuka.
Ada sesuatu melayang ke luar dan jatuh dekat Eunice. Ia kaget ketika merasa ada sesuatu yang lembut dan hangat menyentuh menggeser kakinya.
Seekor kucing'
"Binatang jorok!" seru seseorang dari dalam karavan.
"Awas. kalau berani masuk lagi!"
Pintu ditutup lagi dengan keras.
Kucing tadi mengeong ngeong ketakutan.
Eunice membungkuk lalu mengelus-elus binatang yang malang itu.
Kemudian terjadi lagi sesuatu.
Pintu karavan terbuka lagi dan seseorang melangkah ke luar dan menuruni tangga.
"Pus! Pus!" seru orang yang keluar itu.
"Kucing malang! Di mana kau, Pus? Kau ditendang mereka lalu dilempar ke luar. ya? Pus! Sini. Pus!"
Kucing itu meninggalkan Eunice lalu pergi mendatangi orang yang sementara itu sudah mendekat. Eunice tidak berani berkutik sedikit pun.
Ia khawatir memikirkan fatty.
Mudah mudahan
anak itu berhati hati di bawah karavan .Jika yang datang itu Bu Fangio, ia pasti takkan senang jika tahu bahwa Fatty dan Eunice ada di situ!
Fatty masih meringkuk di bawah karavan. Ia juga mendengar kejadian yang terjadi di luar. Ia meringkuk dengan diam-diam, nyaris tidak berani bernapas. Keluarga Fangio tidak boleh sampai tahu bahwa ia ada di situ. Didengarnya langkah orang menuruni tangga sambil berseru-seru memanggil kucing.
"Pasti itu Bu Fangio, yang mencari kucingnya lagi," kata Fatty dalam hati.
Bukan main kagetnya ketika tahu tahu terasa kucing itu menyenggol tubuhnya.
Wah, gawat!
Jika kucing itu sampai mengeong, wanita tua itu pasti akan menggapai gapai ke bawah karavan untuk mengambilnya
"Pus, Pus aduh, kau bersembunyi lagi ke bawah karavan rupanya," kata orang yang memanggil manggil itu.
"Pus! Sini, Pus!"
Fatty kaget dan takut sekali, ketika tahu tahu Bu Fangio menunduk --lalu merangkak ke kolong karavan
Fatty masih berusaha merangkak mundur untuk menjauhi wanita itu. Tapi Bu Fangio mendengar geraknya .Seketika itu juga ia sudah berhasil mencengkeram lengan Fatty.
"Siapa ini? Siapa ini?" seru Bu Fangio lalu berteriak memanggil dengan suara lantang
"Josef! Lucita! Cepat -kemari!"
Sebelum kedua orang yang dipanggil itu muncul.
Fatty sudah diseret Bu Fangio keluar dan bawah kolong.
Ia ditempeleng.
Keras sekali tempelengan
itu, sampai Fatty jatuh ke samping.
Fatty tidak berani memukul kembali, atau meronta terlalu keras -karena Fatty tidak sampai hati memukul wanita. apalagi yang sudah tua.
Sesaat kemudian ia sudah diringkus oleh Josef. sementara Lucita datang membawa senter. Sedang kucing yang menjadi penyebab kesialan itu mengeong ketakutan. lalu cepat cepat lari
"Ah. anak laki-laki itu rupanya tadi pun ia sudah ada di sini!" desis Bu Fangio seakan akan takut suaranya didengar orang orang di karavan karavan yang berdekatan.
"Kenapa dia mengintip intip kita? Josef -bawa dia ke karavan kita yang satu lagi. lalu kurung dia di sana. sebelumnya sumpal dulu mulutnya. Nih pakai selendangku!"
Selendang dekil itu dilibatkan erat erat membungkus muka Fatty yang malang, sementara tangannya diikat ke belakang.
Fatty meronta ronta.
Tapi sia sia belaka.
Ia diseret-seret ke karavan tua berbau pengap, yang malam sebelumnya sudah diintip sebelah dalamnya oleh Fatty.
Ia didorong masuk, lalu pintu dikunci dari luar.
Fatty sangat marah pada dirinya sendiri.
Begitu gampang ia tertangkap!
Tapi tak disangkanya wanita tua itu begitu galak dan kuat.
Telinganya terasa pedas bekas kena tempeleng tadi.
Jahat Sekali wanita tua itu!
Padahal sikapnya terhadap kucingnya sangat lembut, penuh kasih sayang!
Fatty berbaring tanpa bergerak dalam karavan tua itu.
Ia berusaha mengatur napas yang terasa sesak.
Uhh, bau tempat itu memuakkan!
Sambil berbaring otaknya berputar dengan cepat .
Apakah yang harus dilakukannya sekarang?
Mau berteriak tidak bisa karena mulutnya tersumbat. Ia juga tidak bisa membuka pintu. karena tangannya terikat dibelakang punggung. Bagaimana jika ia menendang nendang pintu. supaya ada orang lain mendengar lalu datang menolong?
Tidak! yang datang paling paling para penghuni perkampungan karavan. Kalau itu yang terjadi. keadaannya mungkin malah akan bertambah gawat apalagi jika keluarga Fangio ikut datang!
Sementara ia masih sibuk berpikir. terdengar suara seseorang memanggil manggil dengan suara pelan dan cemas di luar.
"Frederick! Kau tidak apa apa. kan?"
Astaga! itu suara Eunice!
Fatty benar benar terperanjat.
Eunice! Rupanya anak itu tadi membuntutinya sampai ke situ.
Tapi _untung saja hal itu terjadi.
Mungkin Eunice bisa menolongnya membebaskan diri dari keadaan sulit itu.
Fatty menghentak hentakkan tumitnya ke lantai karayan yang terbuat dari kayu untuk memberi tahu Eunice bahwa ia tidak apa apa. Didengarnya bunyi pegangan pintu diguncang guncang dari luar .Tapi pintu dikunci Josef tadi, sedang anak kuncinya dibawa.
Kemudian terdengar Eunice memanjat roda karavan lalu berdiri di atasnya. Pasti anak itu bermaksud hendak memandang ke dalam lewat jendela.
Kaca jendela itu sudah tidak ada lagi. Tapi
ukuran bingkainya terlalu sempit .
Tidak mungkin Eunice bisa masuk lewat situ.
"He. Frederick! ini aku Eunice." seru anak perempuan itu dengan suara pelan.
Fatty tidak bisa mengatakan apa apa karena mulutnya tidak bisa digerakkan.
Selendang Bu Fangio dibebatkan erat erat menutupi mulutnya. Tapi Fatty menghentak hentakkan tumitnya lagi ke lantai. Eunice menyorotkan senter yang dibawanya ke dalam.
Terdengar suaranya tersentak ketika ia melihat Fatty meringkuk dalam keadaan terikat
"Dengar. Frederick!" kata Eunice
"Akan kukatakan sekarang apa yang menurutku sebaiknya kulakukan .Hentakkan kakimu beberapa kali jika kau setuju tapi cukup satu kali Jika tidak ' '
Fatty menghentakkan tumitnya beberapa kali kelantai .
Pintar juga Eunice. pikirnya
Sekarang apakah rencananya juga baik?
"Pintu tidak bisa kubuka. karena terkunci -dan aku tidak bisa masuk lewat jendela." kata Eunice.
"Aku takut minta tolong pada orang-orang itu karena nanti tahu tahu keluarga Fangio muncul. lalu aku pun ikut tertangkap. Jadi lebih baik aku pulang dengan segera untuk memanggil bantuan dari sana. Bagaimana setuju?"
Fatty menghentak hentakkan tumitnya ke lantai.
Ya itu gagasan yang sangat bagus!
Untung Eunice tidak menyarankan akan pergi mendatangi Pak Goon.
"Akan kuceritakan pada ayahmu apa yang terjadi di sini. dan selanjutnya terserah padanya apa
yang akan dilakukan." kata Eunice lagi.
"Nah kalau begitu aku pergi saja sekarang --walau sebetulnya hatiku tidak enak meninggalkan dirimu di sini dalam keadaan begini. Tapi aku akan lari Jadi sebentar lagi pasti akan sudah datang bantuan."
Fatty menghentak hentakkan tumitnya lagi beberapa kali.
Ia mengucap syukur dalam hati bahwa Eunice tadi membuntutinya.
Didengarnya bunyi kaki Eunice, ketika anak perempuan itu meloncat turun dari roda di mana ia selama itu berdiri.
Fatty berbaring diam diam.
Otaknya mulai bekerja lagi memikirkan misteri yang dihadapi .Keluarga Fangio _ benarkah mereka menyembunyikan penjahat yang melarikan diri itu?
Dan apakah penjahat itu laki laki yang satu lagi yang suaranya terdengar ketika ada pertengkaran dalam karavan keluarga Fangio?
Jangan jangan di bawah lantai tempat itu ada lantai lagi dan penjahat itu bersembunyi di situ.
Selama itu Fatty tidak memikirkan kemungkinan itu.
" Kalau dugaanku itu benar. Pak Goon pasti akan menemukannya besok pagi," kata Fatty pada dirinya sendiri.
"Akhirnya ia berhasil memecahkan misteri, mendului aku!"
Fatty berusaha menduga-duga, sudah seberapa jauh Eunice saat itu. Jika ia berlari, pasti dengan segera ia akan sudah sampai di rumah lalu memberi tahu Pak Trotteville. Lalu kemungkinannya Pak Trotteville akan menelepon Komisaris Jenks. Pak Komisaris pasti takkan senang mendengarnya!


Pasukan Mau Tahu 13 Misteri Penyamar Ulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara itu Eunice melesat lari melintasi lapangan, menuju gerbang keluar. Ia berhati hati. jangan sampai ada yang melihat. Malam itu sangat gelap, dan kabut mulai merayap naik dari sungai Eunice lari terus. Sesampai di suatu tikungan ia berhenti.
Ia menatap kabut. yang sementara itu sudah menyelubungi daerah situ .Tidak ada lagi tanda-tanda pengenal yang nampak!
"Sialan kabut ini menyulitkan keadaan." kata Eunice dalam hati
"Yah kurasa aku harus membelok di sini."
Tanpa menyadarinya, ia mengambil jalan yang keliru .
Eunice berlari terus sambil mencari cari tikungan tertentu.
Tapi ia tidak pernah sampai di tikungan itu.
Akhirnya ia berhenti lagi, lalu memandang berkeliling dengan perasaan cemas.
Di manakah ia sekarang?
"Aduh _jangan jangan aku tersesat!" keluh anak itu.
"Sebaiknya kutanyakan saja jalan, kalau nanti ada rumah. Sialan kabut ini!"
Tapi ia sama sekali tidak menjumpai rumah.
Eunice mengambil jalan yang menuju ke sungai . Dan hanya ladang ladang saja yang ada sepanjang jalan. Akhirnya ia sampai di jalan yang menyusur tepi sungai.
Ia berdiri di situ.
Ia mendengar bunyi air mengalir, tidak jauh dari tempatnya.
ia berjalan beberapa langkah, meninggalkan jalan.
Tiba tiba ia tersentak. dan ia pun langsung berhenti lagi.
Ya ia kini berada di pinggir sungai!
"Wah sekarang aku sungguh sungguh tersesat!" keluh Eunice.
"Aku tidak tahu lagi.
apakah harus maju atau mundur atau berbelok ke kanan. Yang pasti bukan ke kiri. karena bila itu kulakukan, aku akan terjerumus masuk sungai! Coba kabut ini terangkat sedikit saja. supaya aku bisa melihat jalan!"
Ia mencoba berjalan ke arah kanan .Tapi tidak lama kemudian berhenti, lalu kembali lagi ke jalan yang semula. Soalnya, ia sampai di suatu lapangan yang ditumbuhi rumput panjang.
"Sebaiknya kutelusuri' saja jalan ini," katanya memutuskan.
"Dengan begitu aku pasti akan sampai di salah satu tempat!"
Eunice berjalan lagi, sambil menyorotkan senter ke depan .Ia tidak sadar bahwa saat itu ia menuju ke Marlow dan bukan ke Peterswood.
Eunice sudah hampir menangis.
Panjang sekali rasanya jalan yang ditempuh!
"Kenapa justru sekarang hal ini terjadi, saat aku harus cepat cepat mencari bantuan!" pikirnya sambil berjalan terus.
Kemudian disadarinya bahwa sinar senternya mulai redup. Baterainya pasti sangat lemah, dan sebentar lagi habis.
Eunice sudah sangat ketakutan.
Jika tidak ada lagi cahaya senter yang menerangi jalan di depannya, dengan gampang ia akan terjerumus masuk sungai.
Tiba tiba ia berseru karena kaget.
"Apa ini? Wah tempat penyimpanan perahu! Mudah mudahan saja aku bisa masuk dan menunggu disitu sampai hari sudah pagi. Aku tidak berani terus, karena sebentar lagi senterku pasti
akan sudah habis baterainya."
Ternyata ia bisa dengan mudah masuk ke dalam rumah perahu yang sudah tua dan bobrok itu .
Di dalamnya ada sebuah perahu tua .
Dengan perasaan lega. Eunice cepat cepat masuk ke dalamnya. Ia mengambil beberapa lembar karung serta terpal yang sudah lapuk, dan dijadikannya alas serta selimut.
"Sekarang aku harus menunggu di sini, sampai hari sudah terang," pikirnya.
"Tidak ada kemungkinan lagi bagiku, kecuali itu! Aduh kenapa aku harus tersesat sekarang? Padahal aku harus cepat-cepat mencari pertolongan. untuk Frederick!"
Ia yakin bahwa ia takkan bisa tidur.
Tapi kenyataannya. tidak sampai lima menit kemudian ia sudah terlelap. Ketika bangun lagi, dilihatnya sinar matahari memancar masuk lewat jendela yang kotor. Sesaat Eunice bingung, karena tidak tahu di mana ia berada.
Tapi dengan segera ia ingat lagi.
Ia cepat cepat berdiri.
Tubuhnya terasa pegal dan kedinginan.
"Aduh kenapa aku bisa sampai begitu pulas. ya? Pukul berapa sekarang? Astaga sudah pukul setengah delapan! Kasihan Frederick -pasti ia bingung sekali!"
Eunice keluar dari rumah perahu.
Ia melihat jalan, yang dari tempat itu melintasi lapangan yang ada di depan.
"Itulah jalan yang harus kuambil," katanya dengan lega, lalu mulai menyusur jalan itu. Tidak lama kemudian ia sudah sampai di pinggiran
Peterswood.
Dimasukinya suatu jalan yang sudah pernah dilewatinya. Tidak jauh di depannya nampak seorang anak laki laki duduk berayun ayun di pintu pagar bersama seorang anak perempuan. Kedua nya menunggu tukang pos lewat.
"Eh -itu kan Pip!" kata Eunice dengan lega.
"Dan itu Bets! Sebaiknya kuceritakan pada mereka apa yang terjadi!"
Pip melongo, ketika melihat Eunice berjalan menghampiri, karena anak perempuan itu nampak kotor, capek dan acak acakan.
"Pagi benar kau sudah ke luar rumah!" kata Pip.
Tapi Eunice langsung memotong.
"Fatty sedang dalam kesulitan. Pip! Ia terkapar dalam keadaan terikat dalam sebuah karavan, di Lapangan Barker. Aku tadi malam lari dari sana untuk mencari bantuan, tapi kemudian tersesat di tengah kabut .Saat ini aku hendak pulang ke rumah Fatty!"
"Astaga!" seru Pip.
"Kalau begitu lebih baik aku cepat cepat menelepon Larry, lalu setelah itu dengan segera kita beramai ramai pergi ke Lapangan Barker. Sedang kau ke rumah Fatty, lalu memberi tahu orang di sana. Apakah yang sebenarnya terjadi? Cepat ceritakan!"
Eunice menceritakan kejadian malam sebelumnya secara singkat. Setelah itu ia meneruskan perjalanan dengan perasaan kecut, sementara Pip dan Bets bergegas masuk ke rumah untuk
menelepon Larry.
****** LAKI LAKI DENGAN BEKAS LUKA
LARRY sangat kaget ketika diberi tahu Pip.
Ia juga cemas sekali.
"Kurasa tidak ada jalan lain bagi kita, kecuali mendatangi Pak Goon dan mengajaknya untuk membebaskan Fatty." katanya dengan nada murung
"Ih. menyebalkan! Pak Goon pasti merasa senang sekali nanti "
"Ya dan pagi ini ia akan menggeledah perkampungan karavan itu. mencari laki laki yang ada bekas luka di mukanya," kata Pip.
"Jika orang itu sampai ditemukan olehnya, ia pasti akan lebih senang lagi. Dan kemungkinannya, ia akan membangga banggakan kemenangannya di depan kita! Ah, sudahlah. Ambil saja sepedamu. lalu cepat cepat berangkat Kita bertemu di tempat Pak Goon."
Empat menit kemudian kedua anak itu sudah tiba di rumah Pak Goon.
Mereka mengetuk pintu .
Bu Boggs wanita yang bekerja sebagai pembantu di situ membukakannya. Ia tercengang melihat anak anak begitu pagi sudah datang
"Kalian mencari Pak Goon? Wah. sayang," kata Bu Boggs
"Ia tadi pergi ke perkampungan karat. .
orang orang Pasar Malam bersama dua orang polisi lagi Katanya hendak melakukan pemeriksaan di sana. Cuma itu saja yang kuketahui. Jika kalian ada perlu dengan dia, kalian harus ke sana."
"Terima kasih. Bu," kata Larry.
Ia merasa kecewa
Tapi ketika berpaling hendak pergi, tiba tiba ia mendapat gagasan baru.
"Kurasa sebaiknya kutelepon saja Pak Komisaris, Pip," katanya.
"Kau tahu kan, watak Pak Goon yang jail. Ada kemungkinan Fatty dibiarkannya saja lama lama terkurung dalam karavan -dan jika anak kuncinya tidak ada, kita sendiri takkan bisa membebaskannya dari sini."
Bu Boggs mengizinkannya meminjam telepon sebentar, walau ia sebenarnya kurang senang. ia tetap berdiri di dekat Larry, sementara anak itu menelepon. Pak Jenks tidak bisa dihubungi, karena sedang tidak ada di kantor. Karenanya Larry meninggalkan pesan untuk komisaris polisi itu.
Kemudian ia berangkat bersama Pip ke Lapangan Barker. Keduanya mengayuh sepeda mereka cepat cepat.
Sesampai di lapangan ini ternyata Bets sudah menunggu bersama Daisy.
"Pak Goon sudah ada di sini. jika kalian ingin bicara dengan dia." kata Daisy buru buru.
"Di karavan mana Fatty terkurung, Larry?"
"Entah, aku juga tidak tahu,' kata Larry.
Dipandanginya kumpulan karavan yang nampak terserak di seluruh lapangan.
"Yuk. Pip! Kita memberi tahu keadaan Fatty pada Pak Goon. Kita
minta padanya agar memaksa keluarga Fangio menyerahkan anak kunci karavan itu."
Para penghuni perkampungan karavan semua nampak tersinggung karena adanya penggeledahan itu .
Tapi mereka juga ingin tahu apa sebenarnya yang dicari. Pak Goon tidak setengah setengah tingkahnya. Orang-orang disuruhnya mundur disuruh maju atau tetap tinggal di tempat. Bersama kedua polisi yang menemani, Pak Goon sementara itu sudah memasuki beberapa karavan dan melakukan pemeriksaan dengan seksama.
Larry menghampiri Pak Goon.
"Pak Goon," sapanya,
"kami memerlukan bantuan Anda. Fatty terkurung di dalam salah satu karavan di sini kami tidak tahu karavan yang mana dan kami ingin minta tolong agar Anda menyuruh buka karavan itu lalu membebaskannya."
Pak Goon tercengang.
Apa? Anak gendut itu terkurung dalam salah satu karavan?
Tapi kenapa hal itu sampai bisa terjadi?
Dan siapa yang mengurungnya? ia sudah hendak mengajukan pertanyaan pertanyaan itu pada Larry, tapi tidak jadi.
Tidak! Biar saja anak brengsek itu terkurung di dalam karavan selama mungkin sampai ia, Pak Goon sudah menemukan laki laki yang dicari.
Setelah itu barulah ia akan membebaskan Fatty supaya anak itu ikut melihat Pak Goon puas dengan kemenangannya.
Hah! Sekali ini Pak Goon yang unggul sedang Fatty sama sekali tidak berdaya!
"Pelaksanaan tugasku lebih penting." katanya pada Larry dengan Sikap angkuh.
"Kalau sudah selesai, akan kuurus soal kawanmu yang gendut itu. Sekarang pergi!"
Larry sangat marah mendengar jawaban yang begitu.
"Yuk. Pip." katanya
"Kita cari saja sendiri karavan itu, lalu berusaha membebaskan Fatty dari situ "
Mereka bergegas meneliti karavan demi karavan. disertai oleh Bets dan Daisy .Para penghuni karavan saat itu berada di luar tempat mereka. Sambil berdiri mengobrol, mereka memperhatikan Pak Goon yang sibuk memeriksa bersama kedua rekannya.
Karena itu anak anak dengan gampang bisa mengetahui letak beberapa karavan di mana Fatty mungkin terkurung. karena pintu karavan karavan itu tertutup.
"ini dia." seru Pip, sambil berdiri di atas roda salah satu karavan itu. ia menjenguk ke dalam lewat sebuah jendela kecil yang sudah pecah kacanya.
"Aku bisa melihat Fatty. Ia terbaring di lantai dalam keadaan terikat. dan dengan mulut tersumbat .Fatty! Kasihan -sebentar lagi kami pasti akan sudah berhasil membebaskan dirimu."
Anak anak memperhatikan pintu karavan itu. Kelihatannya sudah lapuk karena tuanya. Pip dan Larry merasa mampu mendobraknya.
"Yuk bersama sama!" kata Larry.
Dengan sekali tabrak saja pintu itu sudah terlepas dari engselnya.
Larry melangkah masuk lalu
membuka selendang yang dibungkuskan ke muka Fatty. Setelah itu dilepaskannya tali yang mengikat tangan Fatty ke belakang punggung.
Fatty menegakkan badannya.
Kelihatannya capek sekali.
Lengannya digerak-gerakkan. untuk menghilangkan rasa pegal.
"Apa saja yang terjadi selama ini?" tanyanya.
Pip dan Larry bercerita tentang Eunice yang tersesat di tengah kabut. dan ketika hari sudah pagi baru melihat Pip ketika ia dalam perjalanan pulang
"Dan Pak Goon yang jail itu sudah mendapat surat izin penggeledahan. dan saat ini sedang sibuk memeriksa karavan karavan." kata Pip mengakhiri cerita
Fatty mendesah kecewa
"Uhh menyebalkan!" tukasnya.
"Jika orang yang dicari itu ada di sini. Pak Goon pasti akan berhasil menemukannya lalu pasti ia akan menyombongkan keberhasilannya di depan kita'
"Kau masih ingin menunggu di sini. untuk melihat tampang orang itu?" tanya Larry.
Saat itu Bets mendengar suara ramai dari seberang lapangan. Ia keluar dari karavan, untuk melihat apa yang menyebabkan orang orang menjadi begitu ribut.
"He!" serunya ke dalam
"Kurasa itu Pak KomiSaris. Ia datang bersama dua orang anak buahnya."
"Kenapa ia harus datang?" tukas Fatty dengan sebal.
"Sekarang ia akan melihat kita dikalahkan oleh Pak Goon!"
"Yah aku meneleponnya tadi." kata Larry dengan sikap tidak enak-__
"Huhh! Kau ini benar-benar goblok!" tukas Fatty.
"Dialah orang yang paling tidak ingin kulihat ada di sini sekarang! Kurasa sebaiknya aku pergi saja dengan diam diam tanpa dilihat olehnya. Perasaanku tidak enak. Lagi pula keadaanku dekil sekali"
"Janganlah begitu. Fatty." kata Bets ketika melihat sikap Fatty yang loyo
"Biasanya kau tidak begini!"
"Baiklah. aku takkan terlalu sedih " kata Fatty tertawa nyengir ke arah Bets.
Tapi tertawanya kelihatan lesu
"Yuk kita pergi"
Mereka menuruni tangga karavan.
Fatty merasa lututnya goyah
"Lihatlah' Pak Goon masuk ke karavan keluarga Fangio," kata Daisy dengan penuh minat
"Wah. Fatty menurutmu mungkinkah mereka akan menemukan seseorang bersembunyi di situ mungkin menggulung diri dalam kasur atau begitu?"
Josef. Lucita. dan Bu Fangio disuruh berdiri di luar sementara karavan mereka digeledah.
Josef turun dengan marah.
Lucita tampaknya ketakutan.
Sedang Bu Fangio keluar sambil menggendong kucingnya. Ia meneriakkan umpatan dengan suaranya yang sember
Saat itu Komisaris Jenks tiba di tempat itu pula.
Pak Goon nampak kaget sekali melihat Pak Komisaris .
Dalam hati Pak Goon menyesal. kenapa
tadi tidak cepat-cepat membebaskan Fatty dari dalam karavan.
"Belum ada hasil, Pak." kata Pak Goon sambil memberi hormat
"Mungkin saja laki-laki dengan bekas luka di muka yang dilaporkan ada di situ kemarin. sekarang sudah lari."
Kemudian Pak Goon memberi isyarat pada kedua rekannya. untuk memulai penggeledahan dalam karavan keluarga Fangio.
"Apa apaan ini?" tukas Bu Fangio.
"Kami kan tidak berbuat apa apa!"
Fatty berdiri sambil memperhatikan.
Keningnya berkerut .
Ia teringat pada pertengkaran dalam karavan itu.
Ia tahu pasti, saat itu ada dua orang laki laki di dalam. Dan Lucita serta Bu Fangio juga ada. Tapi kemudian, ketika tiga orang pergi. ternyata tidak ada siapa-siapa lagi di dalamnya. Orang yang keempat seakan akan lenyap dengan begitu saja. Akan berhasilkah kedua polisi itu menemukan tempat persembunyiannya jika ia memang bersembunyi di situ?
Sementara Fatty memandang dengan penuh perhatian. kedua polisi tadi keluar lagi.
Mereka menggeleng.
"Tidak ada siapa siapa di dalam." kata mereka melaporkan.
"Baik," kata Pak Goon.
Ia berpaling, memandang ketiga Fangio.
"Kalian boleh masuk lagi sekarang," katanya.
Ketiga orang itu masuk lagi ke karavan mereka, sembil menggerutu.
Saat itu seakan akan ada sesuatu yang meledak dalam benak Fatty. Seluruh teka teki menjadi jelas
sekarang! Laki laki dengan bekas luka di atas bibir?
Ya -tentu saja Fatty tahu siapa orang itu!
Kenapa ia seakan-akan buta selama itu?
Fatty terpekik karena kaget sendiri.
Pak Goon dan Komisaris Jenks berpaling ke arahnya dengan sikap heran.
"Eh! Kau ada di sini pula rupanya, Frederick." kata Pak Komisaris.
"Bagaimana kau bi -"
Ia terhenti, karena Fatty menyambar lengannya.
"Pak! Bisa saya tunjukkan yang mana penjahat yang melarikan diri itu .laki laki yang dicari, yang ada bekas luka di atas bibirnya!" katanya setengah berteriak.
"Ada apa ini?" tanya Pak Jenks dengan heran.
"Apa maksudmu? Di mana dia?"
"Akan saya tunjukkan dengan segera!" seru Fatty.
Didorongnya Pak Goon ke tepi, lalu ia bergegas naik tangga karavan keluarga Fangio.
Josef dan Lucita sudah masuk ke dalam.
Tapi Bu Fangio masih berdiri di atas tangga, sambil menggendong kucing.
Ia memperhatikan kerumunan yang ada di lapangan.
Sikapnya seperti mencemooh.
Mukanya yang keriput dikernyitkan.
Fatty menyambar lengan Bu Fangio. lalu mencengkeramnya kuat kuat.
Tangannya yang satu lagi menarik selendang yang membungkus kepala Bu Fangio sehingga terlepas dari kepala.
Kemudian disentakkannya rambut yang putih dekil __ menampakkan rambut lebat berwarna coklat tua di bawahnya!
"Rambut palsu!" seru Fatty.
"Coba bersihkan mukanya untuk menghilangkan kerut merut yang dibuat dengan bahan rias. Anda pasti akan melihat bekas luka di atas bibir!"
Tahu tahu tangan Fatty bergerak dengan cepat. Digosoknya kulit Bu Fangio di antara hidung dan bibir atas dengan selendang, sebelum orang itu sempat mengelak .
Fatty berseru menang
"ini dia -bekas lukanya! Ini orang yang Anda cari, Pak Komisaris! ini..."
Orang yang kaget dan marah itu tahu-tahu mengayunkan kepalan tinjunya.
Fatty dipukulnya sehingga_terjungkir jatuh dari atas tangga. Kemudian orang itu meloncat ke tengah tengah kerumunan orang banyak.
Orang-orang itu bertemperasar menepi. sementara ia sendiri lari sambil menjunjung tepi gaunnya tinggi tinggi.
Bu Fangio ternyata laki laki yang menyamar.
Seorang laki-laki yang kuat dan galak!
Tapi salah seorang anak buah Komisaris Jenks langsung mengejar.
Dengan gampang saja laki laki yang melarikan diri itu disusul lalu diringkus. Penjahat yang minggat itu digiring ke mobil hitam panjang yang ditaruh di tepi lapangan.
Semua tercengang menyaksikan aksi Fatty yang berlangsung dengan begitu tiba tiba, sehingga keadaan sunyi sesaat .
Tapi setelah itu gempar!
Bets benar benar ketakutan saat itu.
"Yuk, Bets cilik,
" kata Pak Komisaris.
Dijunjungnya anak itu dan didudukkan di atas bahunya
"Tempat ini tidak baik untukmu. Goon
bubarkan orang orang itu, bersama rekan rekan Anda .Sampaikan laporan nanti padaku. Bawa pula kedua Fangio bersaudara itu, untuk diperiksa."
Lucita berkeluh kesah
"Kami tidak bersalah! Ia yang memaksa kami membantunya. Ia sepupu kami dan kami berhutang padanya -tapi kami sebenarnya tidak mau membantunya! Ya kan, Josef?"
"Ia memang jahat!" seru Josef.
"Dari dulu ia sudah begitu. Janganlah kami dibawa, karena kami tidak bersalah!"
Sementara Pak Goon masih tetap melongo. kedua polisi yang dibawa serta olehnya menyuruh Lucita dan Josef turun dari karavan.
Kedua orang bersaudara kembar itu digiring ke mobil polisi, diikuti orang banyak.
Anak anak juga ikut, sementara Bets masih dipanggul Pak Komisaris.
Penjahat yang minggat duduk dalam mobil polisi yang besar dan berwarna hitam.
Ia menyerukan sesuatu sambil menjulurkan kepalanya ke luar jendela.
"Apa katanya?" kata Pak Komisaris dengan sikap bingung.
"Rasanya seperti sesuatu tentang kucing!"
"Memang," kata Fatty.
"Ia berseru, 'Tolong uruskan kucing itu, tolong uruskan kucing itu!? ia tidak tahu bahwa sebenarnya kucing itulah yang membocorkan rahasianya!"
"Aku nanti perlu berbicara denganmu. Frederick," kata Pak Komisaris.
"Aksimu tadi benar
benar menggemparkan tapi perlukah hal itu kaulakukan? Tidak bisakah kau menyampaikannya saja padaku secara tenang?"
"Tidak bisa, Pak," jawab Fatty.
"Soalnya, saya pun baru saat itu tadi menyadarinya. Tahu tahu saja datang! Bagaimana jika Anda ikut pulang bersama kami. lalu di rumah nanti saya menyampaikan laporan selengkapnya?"
"Kurasa sebaiknya memang begitu." kata Pak Komisaris.
"Wah. kau tadi menyebabkan Pak Goon terkejut setengah mati_ ketika kasus ini kaututup dengan cara yang begitu ramai. Nyaris saja ia pingsan. karena kaget!"
Fatty menoleh ke belakang .
Dilihatnya Pak Goon memandang terus ke arahnya dengan mulut ternganga serta topi helm terpasang miring.
"Kalau melihat sikapnya. pasti ia mendengus sekarang," kata Bets.
"Kasihan Pak Goon nyaris saja ia berhasil lebih dulu menyibakkan misteri ini "
"Eh itu Eunice datang, bersama Buster," kata Fatty tiba tiba.
"Astaga dan ayah serta ibuku juga! Mudah mudahan Eunice tadi tidak terlalu mengagetkan mereka dengan cerita bahwa aku terkurung dalam karavan!"
"Apa arti semuanya itu. Frederick?" seru Pak Trotteville ketika sudah dekat.
Wajahnya nampak cemas.
"Eunice tadi begitu sampai di rumah langsung ribut bercerita ah, selamat pagi, Pak Komisaris! Anda juga ada di sini rupanya! Apakah yang terjadi di sini?" _
"Kalau saya boleh ikut pulang bersama Anda semua, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan pada Frederick," kata Pak Jenks dengan sopan.
"Saya sendiri pun tidak tahu apa-apa."
"Ya. ya tentu saja bisa." kata Bu Trotteville.
"Kau sudah sarapan, Frederick?"
"Belum. Belum ada yang sempat sarapan," kata Fatty dengan gembira sambil menepuk nepuk Buster.
"Kecuali Pak Komisaris, barangkali. Anda tentunya sudah sarapan tadi. ya Pak?"
"Memang sudah," kata Pak Jenks.
"Ah Anda datang dengan mobil rupanya. Baguslah_ kalau begitu. Bisakah kita semua muat di dalamnya?"
"Kami tadi naik sepeda " kata Larry.
"Kami akan secepat cepatnya ke sana .Sampai nanti!"
*****

Pasukan Mau Tahu 13 Misteri Penyamar Ulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

BAGUS, FATTY!
JANE tercengang melihat begitu banyak yang datang untuk sarapan pagi di rumah. Bersama juru masak ia bergegas gegas menggoreng telur dengan daging asap, serta memanggang roti.
Ketika sesaat sedang sendiri saja dengan Fatty, Eunice menyapanya.
Anak perempuan itu kelihatannya sangat sedih dan menyesal
"Maaf ya, Frederick tapi tadi malam aku tersesat," katanya.
"Jauh sekali aku berjalan di tengah kabut tebal."
"Ah. sudahlah itu kan tidak apa apa," kata Fatty sambil nyengir.
"Anggap saja gerak badan, melangsingkan tubuh!"
Ketika sarapan sudah dihidangkan dan semua sudah duduk mengelilingi meja, Komisaris Jenks membuka pembicaraan.
"Nah, Frederick! Coba kauceritakan sekarang, apa yang mendorongmu untuk melakukan tindakan yang menggemparkan tadi," katanya sambil duduk.
Dikeluarkannya buku catatan.
"Mulailah sejak aku memberi tahu tentang laki laki yang berbekas luka di atas bibirnya, dengan permintaan!
agar kalian membuka mata kalau-kalau melihatnya di sekitar sini."
"Yah kami menemukan sejumlah besar petunjuk yang aneh aneh tapi semuanya seakan akan tidak bersesuaian," kata Fatty.
"Maksud saya, kami melihat adanya kemiripan antara kedua kembar Fangio dengan foto orang berbekas luka itu tapi Anda kemudian mengatakan mereka tidak berhubungan keluarga dengan orang itu -sedang mereka sendiri mengatakan bahwa kecuali mereka berdua. tinggal ibu mereka saja yang masih ada..."
"Ya padahal orang itu sepupu mereka," kata Pak Komisaris.
"Kalian tadi tentunya juga mendengar ucapan kedua Fangio bersaudara. Seorang sepupu yang memalukan mereka dan mereka takuti. Itulah sebabnya kenapa mereka mirip dengan dia dan kau berhasil melihatnya."
"Ya dari itulah awal dari segala galanya," kata Fatty.
"Nah, setelah itu banyak sekali kami temukan hal-hal yang nampaknya merupakan petunjuk. Maksud saya serangga serangga. seperti kutu serta kumbang Bu Fangio berurusan dengan kedua jenis hewan itu, jadi saya lantas menyangka bahwa keluarganya memang menyukai serangga. Satu petunjuk lain ialah bahwa mereka bersikap aneh sekali. ketika saya tanyakan apakah mereka kenal dengan orang yang ada bekas luka di mukanya. Itu yang menimbulkan gagasan dalam diri saya untuk mendatangi
perkampungan karavan tempat tinggal mereka. untuk melakukan penyelidikan di situ "
"Gagasan yang sangat baik." kata Pak Komisaris mengomentari
"Teruskan!"
"Lalu masih ada pula petunjuk-petunjuk lain. Pak ! yang tidak langsung saya sadari arti pentingnya," sambung Fatty
"Misalnya saja sandal berukuran besar! Saya melihat Bu Fanglo memakainya. tapi tak terbayang saat itu bahwa alas kaki itu kepunyaannya sendiri. Saya sangka ia meminjamnya dari Josef. Saya sama sekali tidak menduga bahwa sandal itu membungkus kaki yang memang besar. Kaki laki-laki, dan bukan wanita! Lalu pertengkaran dalam karavan. saat mana saya mendengar suara dua orang laki-laki padahal kemudian ternyata hanya ada seorang laki laki saja di dalam! Saya saat itu tidak mampu menarik kesimpulan bahwa suara itu berasal dari orang yang ada di situ. Saya tidak bisa mengerti waktu itu. kenapa cuma ada tiga orang di dalam _padahal mestinya ada empat! Tentu saja suara laki laki yang satu lagi berasal dari Bu Fangio -yang berbicara dengan suaranya yang asli saat bertengkar itu! Biasanya ia berbicara dengan menirukan suara wanita tua!"
"Memang, rumit sekali kedengarannya!" kata Pak Komisaris.
"Bisa kubayangkan, betapa bingungnya kalian menghadapi semuanya itu. Lalu -masih ada lagi?"
"Ya kucing itu," kata Fatty dengan nada menyesali diri
"Saya lupa. laki laki berbekas luka
di muka itu kan suka pada kucing. Saya anggap wajar saja jika seorang wanita tua seperti Bu Fangio menyayangi kucing itu, apalagi karena yang lain-lain bersikap kasar terhadap binatang itu' Segala petunjuk itu sudah saya ketahui-tapi saya tidak mampu menarik kesimpulan yang tepat!"
"Tangannya pun benjol benjol -tulang tulangnya bertonjolan," sela Bets.
"Kita waktu itu bahkan membicarakannya!"
"Dan tidak saya ingat pula bahwa kerut merut di muka bisa dibuat dengan gampang untuk menyembunyikan bekas luka," keluh Fatty.
"Sekarang saya sadari bahwa Bu Fangio maksud saya penjahat yang minggat itu sangat pandai menyamar. Kecuali itu ia selalu mengernyitkan muka, sehingga tidak bisa dilihat dengan jelas mana kerut yang asli dan mana yang palsu."
"Ia memang terkenal pintar menyamarkan diri." kata Pak Komisans
"Mungkin itu bisa agak menghibur dirimu."
"Ya, sedikit," kata Fatty.
"Tapi kemampuan saya sendiri dalam Soal menyamar kan juga lumayan. Jadi seharusnya saya bisa mengetahui Siasat Itu."
"Apa yang menyebabkan kau secara tiba tiba menyadari bahwa Bu Fangio itu sebenarnya orang yang dicari cari?" tanya pip.
"Maksudku tadi kau mulanya masih lesu sekali, lalu saat berikutnya kau berteriak teriak seperti orang gila, sambil melesat naik tangga!"
"Entahlah aku sendiri juga tidak tahu," kata Fatty.
"Rasanya segala petunjuk yang campuraduk dalam benakku, tentang kutu, kumbang, sandal, suara suara orang bertengkar. kucing, dan kulit keriput serta tangan yang nampak jelas tulang tulangnya secara seketika itu juga saling berpautan dan membentuk gambaran yang jelas.eh, betul juga -masih ada satu hal lagi. Pak! Ya. tentu saja itulah sebenarnya yang menyebabkan saya benar-benar tahu!"
"Apa itu?" tanya semua yang hadir di situ dengan penuh minat
"Yah _ Bu Fangio. atau laki laki yang kusangka Bu Fangio dua hari yang lalu menyebabkan aku roboh kena pukulannya," kata Fatty.
"Mulanya kusangka itu hanya karena kebetulan saja. Tapi tadi malam aku ditempeleng olehnya. ini Pak lihatlah, kan bengkak sekarang! ini bekas tempelengan laki laki, bukan wanita. Saya ingat bahwa saya memikirkannya saat itu -tapi tanpa menyadari bahwa itu pukulan seorang laki laki! Tapi tadi pagi ketika saya sedang memandang ketiga Fangio yang berdiri di atas tangga karavan mereka, telinga saya mulai mendesing dan itulah yang menyebabkan segala-galanya menjadi jelas. Saya saat itu berpikir,
"Tangan laki laki yang menyebabkan telingaku bengkak seperti ini' Saat itu juga saya sadari bahwa hal itu benar dan dengan seketika segala teka teki sudah terjawab."
"Kasihan, Frederick," kata Bu Trotteville prihatin.
"Mari. kukompres telingamu." _
"Jangan repot repot. Bu," kata Fatty.
"Aku malah bangga karenanya. Nah begitulah semuanya, Pak Komisaris' Tapi saya semula sudah menyangka bahwa kali ini Pak Goon pasti menang. Untung saya masih bisa cepat cepat beraksi pada saat terakhir."
"Selamat. Frederick.' kata Pak Komisaris.
Ia berdiri
"Seperti kurasa sudah pernah kukatakan sebelum ini. kutunggu saatnya kau masuk menjadi anggota stafku pada masa depan nanti! Dan saat itu apabila telingamu bengkak lagi, maka itu karena aku yang menyebabkannya -dan bukan Bu Fangio!"
Pak Komisaris Jenks melangkah ke luar diantar oleh anak anak -dan Buster.
"Aku masih ingin sarapan lagi. " kata Fatty saat kembali ke ruang makan. setelah Pak Komisaris berangkat.
"Aduh. Frederick!" kata EuniCe.
"Kau lupa lagi ya. bahwa kau hendak melangsingkan tubuh'
Fatty mendengus.
"Hari ini perlu kita rayakan. Eunice manis " katanya,
"Nanti pukul sebelas. dengan roti bundar bermentega. limun, serta es krim. Lalu siangnya hidangan yang sedap. Saat minum teh kita nikmati di restoran yang menjual kue kue yang paling enak di Peterswood eh. ngomong-ngomong. bagiamana dengan kucing itu?"
"Kucing yang mana?" tanya Eunice.
"Kucing Bu Fangio!" seru Bets.
"Aduh benar juga. Lucita dan Josef kan tidak suka padanya,
Kasihan -binatang tak bersalah. Kita ambil dia nanti, Fatty."
"Ia sudah selayaknya menikmati hidupnya, karena telah membantu kita membongkar Misteri Penyamar Ulung!" kata Fatty.
"Bagaimana pendapatmu mengenainya, Buster?"
"Guk!" gonggong Buster, sambil mengibas ngibaskan ekor dengan bersemangat
"Guk!"
Apa artinya?
Entah Ebook dipersembahkan oleh Group Fb Kolektor E-Book
https://m.facebook.com/groups/1394177657302863
dan Situs Baca Online Cerita Silat dan Novel
http://ceritasilat-novel.blogspot.com
Sampai jumpa di lain kisah ya !!!
Situbondo,22 September 2018
Terimakasih
TAMAT Matahari Terbit 2 Pendekar Naga Putih 62 Penculik Penculik Misterius Pelangi Dilangit Singosari 6

Cari Blog Ini