Ceritasilat Novel Online

Ancaman Bencana Di Perbatasan 1

Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T Bagian 1



PIAN SAY HONG IN

[Antjaman Bentjana

Di perbatasan]

TAMAT [01 ? 05]

Penerbitan Keng Po

Dituturkan oleh:

O.K.T

//facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya

Kontributor - Scanner : Awie Dermawan

OCR ? editing pdf Text : Andy MullPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

7

DISCLAIMER

Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba bagi para

pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi

pengetahuan dan pengalaman.

Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk

melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan

dipasaran dari kpunahan, dengan cara mengalih mediakan

dalam bentuk digital.

Proses pemilihan buku yang dijadikan abjek alih media

diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan,

usia,maupun kondisi fisik.

Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari

kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek

buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan

kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital

sesua? kebutuhan.

Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari

buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.

Salam pustaka!

Team Kolektor EbookPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

8

PIAN SAY HONG IN

Jilid : 01

Dituturkan Oleh : O.K.T

//facebook.com/groups/Kolektorebook/

__________________________________

Didalam Khim Kok-kong-hoe, istana dari Hertog

Bhok Kee Goan, orang sedang sangat sibuk dan

berkuatir, karena satu ketjelakaan sudah

menimpah diri putera kedua dari orang bangsawan

itu. Orang terutama bingung, karena Bhok Kok
kong sendiri kebetulan tidak ada dirumah, ia

sedang memimpin suatu angkatan perang ditapal

batas.

Bhok Kee Goan mendjadi orang bangsawan

turun-menurun, karena djasa besar sekali dari

leluhurnja, Bhok Eng. Kedudukan agung ini boleh

dipunjakan terus oleh anak tjutju keluarga Bhok,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

9

jang ditugaskan mendjaga wilajah propinsi In-lam.

Untuk ini, sedjumlah tentara telah disiapkan dan

boleh digunakan kapan sadja perlu. Istana Khim
kok-kong terletak di Pek-keehong, dalam kota

Koen-beng, ibukota In-lam. Disitu antaranja

terdapat limaratus keetjiang, tentara istana.

Karena kokkong, jalah hertog, sedang pergi

berperang, wakil tuan rumah adalah Bhok Thian Po,

putera pertama, jang sudah dewasa, dan telah

menikah. Hanja putera sulung in, dalam ilmu surat

dan silat, ada lumajan sadja.

Disebelah Thian Po ada adiknja, putera kedua

Thian Lan. Dalam umur sembilan tahun sadja

putera ini sudah terlihat tjakap, romannja gagah

dan tjerdik. Putera kedua inilah jang mengalami

bentjana. Dibelakang istana ada taman jang luas

dan indah ? indah djuga segala ranggon dan

pasebannja. Disitu, antaranja ada sebuah empang

atau kali ketjil, jang dinamakan Giok-taykee, jang

banjak tikungannja^jang airnja djernih.

Dikedua tepi ada banjak pepohonannja,

terutama yanglioe. Dan didalam air ada beberapa

perahu ketjil peranti'pesiar.

Hari itu, bersama beberapa babu, Thian Lan pergi

ketaman. Ia bernjali besar, diluar tahunja sekalian

babu, ia naik sebuah perahu dan mengajuh

ketempat jang lebat dengan gelaga, hingga orang

tak dapat lihat padanja. Ia gembira, teristimewaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

10

karena indah dan harumnja bunga teratai. Tapi

apamau selagi mengajuh, disebelah depan ia bikin

kaget seekor lindung besar ? sebesar lengan ?

jang tubuhnja berwarna kuning emas. Binatang itu

lagi memain dibawah pohon teratai, ia kaget

melihat perahu dan dalam kagetnja lompat

mentjelat kedalam perahu.

Thian Lan kaget, ia tak bisa menangkis atau

berkelit, ia ketabrak dan rubuh. Sukur ia rubuh

kedalam perahu dan tubuhnja kena tindih lindung

itu, maka itu binatang ekornja melilit, mulutnja

hendak menggigit. Dalam keadaan sebagai itu, tak

perduli perahu mendjadi limbung, Thian Lan

membikin perlawanan, malah ia gunai giginja untuk

menggigit. Kebetulan sekali, ia kena gigit kepala

lindung !

Sekedjab sadja, lindung itu tak bisa berkutik lagi,

djiwanja melajang ! Tapi Thian Lan, jang ingin

bernapas, sudah kena irup darah binatang itu. Ia

masih kaget, ia menjangkauja ular, ia telah pakai

tenaga melebihi batas, berbareng sama binasanja

lindung, ia pun rebah, tak sadar akan dirinja.

Kendaraan air lalu terumbangambing sendiri.

Dipihak lain, kawanan babu kaget mendapati

kongtjoenja tak ada, dengan kekuatiran besar

mereka mentjari kesana kemari. Sukur buat

mereka, dengan lekas mereka dapatkan madjikanPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

11

muda itu rebah diperahunja, pingsan dan tubuh

berlumuran darah. Untuk kelegahan hati mereka,

kongtjoe itu tidak terluka, napasnja belum

berhenti. Maka lekasmadjikan ini diangkat naik,

dibawa pulang kedalam istana.

Thian Po sudah lantas dikabarkan, ia pun kaget

dan berkuatir, teristimewa karena ia tahu adiknja

itu sangat disajang oleh ajahnja. Ia kuatir adik ini

kena makan darah jang berratjun, sebab selang

satu malam tubuhnja Thian Lan lantas djadi panas,

bengkak dan berwarna merah. Thabib terkenal

dikota Koen-beng lantas diundang, akan tetapi tak

seorang jang mampu menolong"

Kota djadi gempar karena kabar hal sakitnja

kongtjoe ini.

Benar mendekati tengah-hari lagi, ke kokkong
hoe ada datang satu pendjual obat, jang biasa

bunjikan kelenengan, jang bilang bahwa ia sanggup

obati anak bangsawan itu.

Thian Po tak bisa pilih thabib lagi.

"Idjinkan dia masuk!" ia kasih titah.

Sebentar sadja, kedalam istana masuk satu

thabib pelantjongan. Ia djalan dibelakangnja satu

budak, jang memegangi tongkat pandjang, udjung

lain tongkat itu dipegang dengan tangan kanannja

si thabib, tangan kiri siapa ada pegangiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

12

kelenengannja, dan dibebokongnja ada tergendol

peti kaju jang muat obat2annja. Thabib ini djalan

dengan pelahan, tindak demi tindak karena

matahja buta

Thian Po awasi orang punja tubuh kurus-kering

dan muka putjat, seperti tidak ada darahnja. Kumis

thabib itu sudah bersemu kuning. Hawa udara

panas, tetapi ia memakai djuba kapas jang tebal,

kepalanja ditutup dengan kopia kuning, kakinja

memakai sepasang sepatu butut. Ia dandan

sebagai seorang imam.

"Kau buta, apakah benar kau pandai

mengobati?" Thian Po bertanja dengan kesangsian.

Thabib itu membalikkan dua bidji matanja jang

putih, ia bersenjum.

"Banjak thabib jang matanja melek, tetapi buta

hatinja," ia menjahut dengan sabar. "Sebaliknja

aku mataku buta, hatiku melek. Adalah

kebiasaanku mengobati rupapenjakit jang sukar

disembuhkan."

Mau tak mau, toa-kongtjoe mesti , pertjaja

thabib ini.

"Mari ikut aku !" ia kata.

Thabib ini diadjak kedalam, sampai dikamarnja

djie-kongtjoej ia dihundjuki pembaringan dan tu:

buhnja kongtjoe itu. Ia dikasi kursi akan dudukPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

13

didepan pembaringan. ' Setelah meletakkan

tongkat dan kelenengannja serta peti obaUannja

sesudah gulung tangan badju, ia mulai bekerdja. Ia

buka pakaiannja djie-kongtjoe dan mulai

memeriksa seluruh tubuh jang ia usut:.

Thian Po kagum melihat kuku orang, dari sepuluh

djari semuanja melingkar pandjangnja barangkali

setengah kaki. "Berapa usia kongtjoe ini ?" tiba2 si

thabib menanja.

Thian Po berikan djawabannja.

"Apakah bangkai lindung masih ada? Tolong

ambil, untuk aku periksa."

Toa-kongtjoe perintah orang ambil bangkai

lindung jang luar biasa besar itu.

Sambil berdiri, thabib itu memegang kepala

lindung dengan tangan kiri, tangan kanannja

dipakai mengusut dari kepala sampai ekor.

Pandjangnja binatang itu kira2 tiga kaki. Sambil

memeriksa, kelihatan mata putihnja si thabib
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memain.

"Kau orang mempunjai mata, kau tentu bisa lihat

lindung ini" berkata thabib itu kemudian.

"Bukankah dibebokong lindung ini ada tiga garis

kuning emas bagaikan benang, dari kepala terus

keekornja?"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

14

Pertanjaan ini didjawab "benar" oleh beberapa

budak.

Thabib itu manggut, sambil ia berkata seorang

diri: "Aku tidak sangka djie-kongtjoe berredjeki

begini besar "

"Binatang ini bikin orang kaget sampai pingsan,

bagaimana kau bisa bitjara tentang redjeki besar?"

bertanja Thian Po.

Thabib itu tidak mendjawab, ia melemparkan

bangkai lindung itu, ia kembali kepembaringan. Ia

bersikap sebagai djuga tidak buta. Dengan dua

tangannja, ia mengangkat tubuh djie-kongtjoe, ia

naik keatas pembaringan dan bertjokol, tubuh itu ia

letaki dipangkuannja. Setelah itu, ia mulai meng
urut-urut.

Sebentar kemudian, lenjap bengkak pada tubuh

djie-kongtjoe dan mukanja mulai bersemu merah,

tjuma ia masih merami kedua matanja dan tidak

sadar.

Thian Po bingung mengawasi thabib itu dan

adiknja dengan bergantian.

"Kau benar pandai, sinshe," ia berkata. "Kalau

adikku sadar dan ketolongan, kau akan dapat

persen besar!"

"Untuk sadarkan djie-kongtjoe gampang sekali,"

menjahut thabib itu sambil bersenjum. "Aku bisaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

15

melakukan itu dengan sekedjab. Tetapi aku

memikirkan keselamatannja jang kekal, aku ingin

ia sadar dengan pelahan2."

Thian Po heran dan tjuriga, ia menjangka thabib

ini mau main gila untuk bisa memeras upah besar.

"Harap sinshe tolong agar adikku bisa lekas

sadar," ia berkata. Difihak lain, ia memerintahkan

orangnja mengambil uang seratus tail perak dan

tjita dua kaju.

Budak jang diperintah baru mau pergi, atau

thabib jang mata putihnja memain pula, mendadak

mentjegahnja,

"Tak usah, tak usah," ia berkata. Toa-kongtjoe

menjajangi adik, pantas kau ingin adikmu lekas

sembuh, tetapi tentang persenan, harap toa
kongtjoe djangan sebut2. Aku datang untuk

menolong Djie-kongtjoe, aku datang atas kehendak

sendiri. Tjoba orang jang aku tak ingin tolong, biar

ia bajar sepuluh lipat, aku tidak memperdulikan!

Laginja, djie-kongtjoe sebenarnja tidak sakit, maka

apa perlimja aku minta upah?"

Thian Po djadi bertambah heran.

"Aku kagumi kau, sinshe, hanja aku tak mengerti

tentang adikku," ia bilang. "Terang ia sakit, sampai

ia pingsan, tjara bagaimana sinshe bilang ia tidak

sakit?"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

16

Thabib itu tertawa.

"Lindung itu tak berratjun, itulah sebabnja," ia

berkata. "Ia pun tidak ketjebur kedalam air. Ia

melulu kaget dan djadi lupa segalanja. Ia pingsan

lama karena ia kaget dan berbareng lelah."

Thian Po berdiam, ia mau pertjaja alasan ini.

"Kita beruntung jang kita ketemu kau, sinshe,"

achirnja ia kata. "Untuk bitjara terus terang, ajah

mempunjai melainkan kami dua anak dan adikku ini

jang tjerdik sangat disajang oleh ajah. Aku djadi

sibuk karena sekarang ajah djusteru lagi pergi

berperang, hingga aku mesti bertanggungdjawab.

Bagaimana bila adikku ini kurang suatu apa atau

bertjatjat ? Semua thabib di Koen-beng telah tidak

berdaja, sampai mereka tak mampu mengasi obat.

Kalau

nanti ajah pulang, ajah pun tentu akan sangat

bersjukur terhadap sinshe. Aku mengharap sinshe

berdiam lama sama kita disini "

Thabib buta itu tidak mendjawab, hanja lagi

sekali ia periksa djie-kongtjoe, embun siapa ia

rabah dan nadinja ia tekan, kemudian ia duduk

disamping pembaringan. Benar selagi ia mau

bitjara, seorang budak perempuan datang dengan

nenampan terisi dua tjangkir thee wangi.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

17

"Barangkali toa-kongtjoe puas, bila aku berikan

sedikit keterangan," kemudian ia berkata. "Djie
kongtjoe pingsan, sebab ia kaget dan lelah, karena

ia keluarkan tenaga terlalu besar waktu ia melawan

lindung itu. Lindung ini pun ada lindung luar biasa,

lihat besarnja dan tiga garis emas dibebo kongnja

itu. Adalah sangat sukar untuk menemui lindung

lain sematjam ini. Djie-kongtjoe kena minum darah

lindung ini, itupun menjebabkan ia pingsan lebih

lama daripada biasanja. Darah ini tak berratjun,

sebaliknja, ia merupakan obat kuat, penambah

tenaga. Ini adalah radja lindung, jang dipanggil

Kim-sian Sian-ong, umurnja tentu diatas seratus

tahun. Tulangnja pun merupakan barang berharga,

sebab dengan disambungsambung, tulang itu akan

mendjadi sematjam sendjata bagaikan mustika.

Untuk penjambung itu mesti dipakai rambut orang

dan benang emas jang dilara kuat, dengan begitu

sendjata itu bisa dilihat dipinggang. Itulah jang

dipanggil tjambuk Sian-koet-pian, tjambuk jang

tidak takut pedang mustika. Jang kebetulan bagi

Djie-kongtjoe, jang tentunja tak kenal lindung ini,

ia djusteru kena gigit kepalanja, hingga lindung

lantas binasa dan darahnja kena kehisap. Kongtjoe

ada dari keluarga militer kesohor dan punja boegee

lihay, kalau nanti djie-kongtjoe dapat didikan

sempurna, ia akan djadi seorang gagah. Aku

bukannja memudji-, rupanja keluarga toa-kongtjoe

ada budiman, maka sekarang bisa mendapatPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

18

turunan luar biasa ini. Jang sajang adalah sebagian

besar darah telah terhambur-terbuang. Sukur

dagingnja masih bisa diambil, sesudah disesel dari

tulangnja, daging itu bisa didjadikan bahan obat

jang mustadjab. Aku menjesal, jang aku telah tidak

datang kemari pada hari kedjadian"

Lantas thabib pengumbara ini mengelah napas.

Thian Po benar2 merasa puas, ia pertjaja thabib

ini benar2 seorang pandai, ia tak berkuatir lagi.

"Kalau sinshe merasa demikian pasti, aku

bersukur," ia berkata kemudian. "Mendengar suara

sinshe, sinshe rupanja bukan penduduk sini.

Sebenarnja sinshe ini asal mana dan apakah she

dan nama sinshe jang mulia?"

Thabib itu tertawa.

"Buat duapuluh tahun aku bersembunji di Inlam

Selatan, lantas sekarang aku tak punja

rumahtangga," ia menjahut. "Maka itu, aku pun

sudah tak membutuhkan she dan nama lagi.

Sekarang aku hidup sebatang-kara, mundar
mandir diantara Koeitjioe, Kwiesay, SoetjoaA dan

Inlam, dengan sedikit kepandaian kethabiban ini

aku bukannja sedang mengamal, aku hanja lagi

pasiar, aku pergi keinana hatiku menitah

Djie-kongtjoe dalam bahaja, lagi delapanbelas

djam ia akan sadar, sebab waktu itu semua darah

dalam tubuhnja akan sudah mengalir dan hidupPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

19

seperti sediakala, hingga ia tak perlu obat lainnja

lagi. Disini aku sudah tak perlu lagi, aku mohon

pamitan "

Ia berbangkit, mendjemput peti obatnja untuk

berlalu.

"Djangan sinshe," mentjegah Thian Po, jang

tjekal orang punja peti obat. "Sinshe memang

merdeka, tapi kalau sekarang aku idjinkan sinshe

pergi setjara begini. itulah keterlaluan dari aku.

Lain dari itu, akupun telah kirim keetjiang pergi

ke tapal batas kepada ajahku, untuk minta

pertimbangan ajah, maka ajah tentu bakal kirim

balasan kabar. Bilamana sinshe pergi, apa aku

mesti bilang pada ajah ? Sinshe, kita adalah dari

keluarga orang peperangan, tetapi ajah adalah

pembesar sipil, meski begitu dibawah perintahnja

berada hanjak panglima gagah. Ajah pun sedang

mentjari gurusilat jang pandai, untuk mendidik

adikku. Ajah ada diperbatasan, hatinja sebagai ada

dirumah. Ia ingin adikku boen boe tjoan tjay. Ajah

terpisah beberapa ratus lie dari sini, kabaruja akan

datang dengan tjepat, maka itu harap sinshe

bersabar dan suka menunggu. Aku pertjaja, tak

lama lagi kabar itu akan datang dengan lantas"

Bhok Thian Po bitjara dari hal jang benar, belum

sampai si sinshe buka kata apa, dari luar istana

sudah terdengar suara jang berisik, jang segeraPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

20

disusul dengan suara papan in-poan, dengan suara

banjak tindakan kaki.

"Kongya pulang!" achirnja datang suara

pemberitahuan, hingga Thian Po sendiri mendjadi

terperandjat.

"Lihat, ajah sendiri pulang, sinshe!" ia kata,

seraja berbangkit. "Harap sinshe tunggu sebentar,

aku hendak sambut ajah."
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tak tunggu djawaban lagi, toakongtjoe lantas

bertindak keluar, lalu dilain saat ia kembali dengan

mendampingi seorang setengah tua dengan milka

toapan dan kuping lebar, jang djenggotnja bersemu

abu, jang sikapnja agung, karena ia adalah Khim
kokkong Bhok Kee Goan, tuan rumah, siapa ada

diiring lebih djauh oleh empat punggawa dengan

pakaian perang dan pedang dipinggang. Hertog itu

sendiri pakai djubah tersulam ular naga.

Semua budak perempuan berlutut berbaris dan

memanggil "Kongya!"

Melainkan si thabib buta, jang tjuma dapat

mendengar tapi tak bisa melihat, jang tetap duduk

dibangku ditepi pembaringan, sebelah tangannja

menjekal tongkatnja.

Begitu Bhok Kee Goan masuk kedalam kamar, ia

tjuma lirik si thabib, lantas ia hampirkan

pembaringan anaknja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

21

"Anakku, Lan!" ia berseru. "Dengan segera aku

berangkat pulang, kenapa sekarang kau masih

begini? ""

Hertog ini tak bisa berkata lebih djauh, air

matanja lantas melele turun.

"Djangan kuatir, hoetjin," berkata Thian Po, jang

terus mendampingi ajahnja. "Menurut sinshe jang

pandai ini, adik sudah lewat dari saat berbahajanja

"

Bhok kokkong menoleh pada anaknja jang

sulung, matanja dibuka lebar.

"Apakah aku pesan ketika aku hendak

berangkat?" ia menegor, suaranja keras. "Setelah

ibumu menutup mata, dengan adikmu masih

berusia muda, kaulah jang bertanggung-djawab

disini. Belum lama aku pergi, kenapa sekarang

terdjadi malapetaka ini? Bagaimana kalau adikmu

tak ketolongan? Awas kepalamu sendiri! Sekarang

aku mau bitjara sama sinshe ini, maka kau,

machluk tak berguna, djangan kau berada

dihadapanku!"

Thian Po diam, ia mundur, tetapi ia tak pergi

keluar, disitu ia menantikan.

Bhok kokkong lantas menghadapi si buta, ia

memberi hormat.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

22

"Sinshe, aku Bhok Kee Goan, aku mengutjap

terima kasih atas pertolongan kau," ia berkata.

"Aku tidak ada dirumah, njata pengadjaran rumah
tanggaku kurang keras, maka telah kedjadian

ketjelakaan ini. Sukur puteraku kedua ini bisa

ketolongan. Aku pun girang akan mengetahui,

menurut sinshe, bahwa anakku ini berbakat baik.

Hanja, sinshe, meskipun bengkaknja anak ini sudah

lenjap, mengapa sampai begini waktu ia belum

djuga sedar?"

Ketika si buta mendengar suara orang, lekas2 ia

berbangkit, tongkatnja ia lepaskan, gerakannja

seperti orang melek sadja, lalu ia mendjura sampai

dalam.

"Aku jang rendah adalah orang bertjatjat, harap

kongya maafkan," ia berkata.

Kongya itu gojang tangannja, meskipun orang

tidak lihat itu.

"Djangan mengutjap demikian, sinshe," la

berkata. "Kau adalah seorang pandai, meskipun

matamu bertjatjat. Silahkan duduk, mari kita

bitjara lebih djauh."

Thian Po madju, akan pimpin si buta berduduk,

tapi lebih dahulu daripada itu, thabib ini

menghaturkan terima kasihnjarPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

23

"Harap kongya maafkan aku," ia berkata. "Aku

tak punja guna, tetapi toh aku berani lantjang

pudjikan diri sendiri. Rupanja Djie-kongtjoe dan

aku berdjodo, apamau telah terdjadi ketjelakaan

ini. Tentu sadja ini adalah ketjelakaan jang

mempunjai arti lain. Kongtjoe telah mendapati

mustika, kuatir orang tidak tahu, maka itu aku telah

datang kemari. Disana ada itu lindung luar biasa "

Sambil kata begitu, si buta menundjuk kedjubin

dimana bangkai lindung masih belum diangkat.

Tadi Bhok Kokkong tak perhatikan lindung itu,

sekarang ia melihatnja, ia mendjadi kagum.

Mengenai ketika ini, Thian Po mengulangi

keterangan si buta tadi perihal lindung itu, tentang

kegunaan dari tulang dan daging kulitnja.

Diam2, Bhok Kongya manggufc. Ia memang

pernah dengar tjerita diantara beberapa

panglimanja, perihal darah dan daging lindung

sematjam itu, siapa tahu, sekarang ia dapat

buktinja sendiri.

"Sungguh kebetulan bagi anakku," pikir ia. "Dan

thabib ini, biar ia buta, ia bukannja orang kang-ouw

jang kebanjakan. Siapa tahu ia ada orang pandai

jang lagi sembunjikan diri? Aku tak boleh siasiakan

ketika ini, djusteru sekarang kesedjahteraan lagi

sangat terganggu. Malah diantara touwsoe sendiri

ada mereka jang plkirannja sudah berubah. BaiklahPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

24

aku ber-hatiJ, akan ketahui djelas, thabib ini ada

dari golongan apa "

Selagi kongya mau bitjara sama tetamunja, ia

lihat tetamu ini me-rabah2 kepala dan nadinja

Thian Lan, maka ia tunda niatannja itu.

"Maaf, aku buta, aku tak dapat melihat

matahari," ia kata, "maka tolong, siapa sadja,

sekarang ini sudah djam berapa?"

"Sekarang ada diantara achir siang dan

permulaan tengahhari," Thian Po djawab dengan

lekas.

Thabib itu putar tubuh ke arah tuan rumah, ia

angkat kedua tangannja.

"Harap Kongya tidak berkuatir, pada tengah-hari

tepat, kongtjoe akan sadar seperti biasa," ia kasi

tahu.

Bhok Kee Goan bersenjum, ia pertjaja thabib ini.

"Dalam segala hal, aku mengandal kepada

sinshe," ia kata. "Sinshe ada seorang luar biasa,

aku tidak berani balas budi kau dengan uang dan

tjita, aku hanja akan ukir itu dalam hatiku. Tapi

satu hal aku hendak mohon dari sinshe dan harap

sinshe sudilah memandang kepadaku dan tak

menolak"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

25

Mata putih dari si tetamu kembali terbalik, ia

tertawa.

"Kongya ada tiang negara, harap kongya tak

omong begini padaku, seorang rakjat djelata," kata

la. "Apa sadja jang aku bisa, aku akan lakukan

untuk kongya. Apakah jang kongya kehendaki dari

seorang bertjatjat sebagai aku?"

Hertog itu tertawa.

"Aku harap sinshe tidak terlalu merendah,"

berkata ia. "Aku telah terima budi negara, maka itu,

tubuh-ragaku adalah kepunjaan negara djuga.

Karena ini, aku djadi tak dapat ketika akan

berbareng mengurus rumah-tangga. Selagi pergi

berperang, aku mesti serahkan rum ah tanggaku

kepada anakku jang sulung, ia ini tidak bisa peroleh

kemadjuan, aku maka itu letaki pengharapanku

kepada anakku jang ke-dua. Aku tak bisa didik

sendiri anak ini, guru sekolah surat akau gampang

dapat, tapi guru silat, inilah lain. Sinshe telah tolong

anakku, biar sinshe ada djadi thabib belaka, aku

pertjaja sinshe ada punja kepandaian tinggi, dari

itu, sekarang aku minta sinshe sudi tolong didik

anakku itu Bukan perkara kebetulan sadja jang

anakku telah bertempur sama lindung luar biasa itu

dan djadi ketemu sinshe."

Habis kata begitu, dengan tak tunggu djawaban

lagi, Bhok Kongya perintah orangnja lekasPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

26

bersihkan sebuah kamar guna ini orang buta,

begitupun untuk siapkan medja santapan.

Sinshe itu, dengan tjekal tungkatnja, berbangldt.

"Kongya, terima kasih atas penghargaanmu

kepadaku," kata ia sambil bersenjum. "Tapi aku

sudah tidak bermata, tubuhku tinggal masuk ke

lobang peti sadja, bagaimana aku bisa penuhkan

pengharapan kongya? Djangan kata aku tak

berkepandaian, taruh kata aku mengerti ilmu silat,

apa nanti kata orang banjak kalau kongtjoe ada

punja guru buta? Aku pun sajangi kongtjoe, maka

bila sebentar ia sudah sadar, aku akan djaga

kesehatannja supaja ia tak djadi bertjatjat. Untuk

beberapa hari, biar aku tinggal disinl, akan

adjarkan dasars silat kepada kongtjoe, untuk

tunggu sampai nanti la dapati guru jang pandai."

Lebih djauh, sinshe ini minta daging dan tulang

lindung diurus, daging dan kulitnja untuk bikin

obat, tulangnja buat diolah didjadikan sendjata

tjambuk dari Bhok Kongtjoe itu.

"Memang aku tahu sinshe ada berilmu tinggi!" ia

kata. "Aku mesti kembali ke medan perang, dengan

ada sinshe, aku akan bisa tinggalkan rumah dengan

hati legah. Sinshe, kita sudah bitjara pasti! Maka

hajo kita orang bersantap!"

Dengan tak perduli orang menampik, Bok

Kongya lantas adjak thabib ini duduk bersantap.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

27

Thian Po adalah jang pimpin thabib ini kekursinja,
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian ia bergantian lajani ajahnja dan si thabib.

Kongya lebih dulu telah salin pakaian, ia duduk

berhadapan sama thabib itu. Sembari dahar dan

minum, tuan rumah dan tetamu pasang omong,

antaranja tentang ilmu silat, kesudahannja, kongya

kagumi tetamunja itu, pemandangan siapa ada luas

sekali. Di lain pihak, ia pun kagum melihat orang

angkat tjawan dan sumpit seperti djuga bukan

orang buta.

Sambil bersantap orang pun tunggul lewatnja

sang waktu, maka kapan datang pemberitahuan

sudah tengah-hari tepat, kongya berbangkit dan

bersama puteranja jang sulung la hampirkan

puteranja jang Kedua.

Thian Lan telah mandi keringat, keringat di

kepalanja malah sampai menetes, tubuhnja panas,

matanja tetap rapat, kaki dan tangannja tak

berkutik.

"Sinshe, lihat!" kata kongya, jang mendjadi sibuk

djuga. "Sekarang sudah tengah-hari, ini anak

mandi keringat dan panas, apakah itu tak

berbahaja?"

Sinshe itu duduk tetap dikursinja, ia tertawa.

"Kongya minta aku tengok kongtjoe, itulah aku

tak mampu lakukan," menjahut ia. "Harap kongyaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

28

sabar, sesaat lagi, aku nanti kembalikan kepada

kau satu anak jang sehat dan segar luar biasa.

Sekarang segala apanja kongtjoe telah kembali, ia

tinggal tunggu buka matanja dan geraki tubuh

sadja. Ia akan lantas bisa bitjara!"

Bhok Kongya berdiam, tetapi matanja

mengawasi puteranja jang bungsu. Ia tak usah

menantikan lama, akan dengar suara gerijukan dari

dalam perutnja Thian Lan, bulu mata siapa pun

bergerak dengan pelahan2, disusul sama gerakan

kulit mata, lalu bibir berkutik, menjusul mana, dia

mengeluarkan napas pelahan. Dan kapan alisnja

bergerak, sepasang matanja jang djeli sudah lantas

terbuka dan kelihatan. Tapi ia meram pula, ia

keluarkan djeritan tertahan.

Hampir kongya tubruk anaknja.

"Anakku Lan, djangan takut!" ia berseru.

"ajahmu ada bersama kaul"

Thian Lan buka pula matanja, ia awasi ia punja

ajah, agaknja ia heran.

"Oh, ajah!" ia berseru. "Kapan ajah pulang?

Kenapa aku ada diatas pembaringan?" Ia buka

matanja lebari, ia tarik ajahnja itu. "Oh, ja, aku

ingat sekarang. Aku sedang memain di Giok-tay
kee, disana aku ketemu satu binatang luar biasa

sebagai ular, ia lontjat menerdjang aku! Oh,

sungguh hebat, hebat! Kenapa sekarang aku adaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

29

disini? Apa aku mimpi?" Ia dongak, ia lihat

sekitamja. Ia pun lihat medja per d jamuan dimana

ada duduk satu orang tak dikenal. Ketika ia awasi,

ia tampak seorang dengan pakaian butut dan

matanja buta. Saking heran, ia djadi bengong. Ia

kemudian pandang ajahnja, agaknja ia tak

mengerti dan mengharap keterangan.

Bhok Kongya suru anaknja rebah pula.

"Kau bingung, anak," ia kata. "Sinshe itu adalah

kau punja tuan penolong." Ia lantas tuturkan

duduknja hal. "Aku dapat kabar, aku lantas pulang,

maka sukur, sinshe ini sudah tolong padamu.

Bukankah kau gemar ilmu silat? Itu sinshe akan

djadi gurumu"."

Thian Lan heran berbareng girang, tahu2 ia

sudah lontjat turun dari pembaringan.

"Koko!" ia berseru seraja ia tarik tangan

engkonja.

Thian Po kaget, tubuhnja terbetot sampai ia

hampir tubruk adiknja, tangan siapa lalu tahan

tubuhnja itu.

"Lepas tanganku, adikku!" sang engko berseru.

"Kenapa tanganmu begini keras?"

Engko ini merasa kesakitan berbareng heran,

tenaganja sang adik djadi luar biasa.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

30

Thlan Lan heran, tapi ia lepaskan tangannja, atas

mana, Thian Po pegangi tangannja jang bekas

ditjekal itu, rupanja ia masih merasakan sakit.

Kongya saksikan itu engko dan adik, ia heran

berbareng kagum. Njata si sinshe benar, tenaganja

Thian Lan bertambah dengan segera. Tidak

biasanja Thian Po ditjekal dan mendjerit kesakitan.

"Thian Lan, mari!" memanggil sang ajah.

Anak itu menghampirkan. "Kau lihat, itulah itu

lindung raksasa," Kongya kasi tahu. Dan ia tuturkan

kefaedahan dari tulang, kulit dan dagingnja

binatang air itu.

Thian Lan awasi itu binatang, ia kagum. Ia pun

girang buat itu penuturan.

"Sekarang, anak, mari kau hormati gurumu,"

kata kongya kemudian, seraja ia tarik tangan

anaknja, untuk dibawa kehadapan si thabib buta.

Thian Lan baru berumur sembilan tahun tapi ia

sudah mengerti, terus sadja ia sodja gurunja dan

berlutut seraja ia memanggil "Soehoe!"

Sang guru pun, tjepat luar biasa. sudah

berbangkit, akan membalas hormat.

"Kongtjoe, djangan kau djalankan adat
kehormatan besar," ia mentjegah.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

31

"Ini bukan upatjara, sinshe," kata kongya. "Ini

ada perkenalan sadja, supaja anakku kenal

gurunja, agar ia mengutjap terima kasih buat

pertolongan kau. Buat upatjara, lain kali sadja."

II

Didesak setjara begitu, sinshe buta itu suka

mengalah.

"Satu hal tapinja aku mohon perhatian kongya,"

ia kata.

"Apakah itu, sinshe?" tanja Bhok Kokkong.

"Kamar ini ada sempit, mari kita orang pindah ke

peseban Soe-bong-teng di gunung-gunungan Ouw

San di tepinja pengempang Giok-tay-kee. Besok

aku mesti kembali ke tangsi, mari malam ini aku

temankan sinshe! Aku pun Ingin bitjara lebih

djauh!"

Perkataannja hertog ini pun merupakan satu

titah, maka di lain pihak, orang sudah lantas

bersiap didalam taman. Maka di lain saat, setelah

diterima warta, tuan rumah lantas adjak tetamunja

pergi ke pesebannja. Ia djalan berendeng sama

orang buta itu, jang djalan dengan minta

pertolongan tungkatnja. ia punja peti obat-obatan

dan kelenengan, orang telah simpan. Thian PoPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

32

mengiringi, djuga Thian Lan, jang telah dapatkan

kesehatan atau kesegerannja seperti sediakala.

Tuan rumah dan tetamu djalan sambil bitjara dan

tertawa2, hanja sajang tetamu itu tak dapat

menikmati keindahan dari itu taman, demikian pikir

pihak tuan rumah, hingga ia dengar sadja

njanjiannja burung atau membaui harumnja bunga.

Peseban Soe-bong-teng menghadapi air di tiga

pendjuru, itu ada tempat jang indah di seputarnja,

dari pemandangan pepohonan dan air.

Kongya undang tetamunja berduduk, kedua

puteranja menemani di samping. Di sebelah

belakang ada orang-nja itu hertog, jang melajani

menuang thee.

Sembari minum, keduanja masih sadja bitjara

dengan asik, sampai tiba2 tuan rumah utarakan

keheranannja untuk tetamunja. Lain orang buta

dan tak leluasa tetapi sinshe ini bisa bergerak

dengan merdeka.

"Aku kagum!" kata kongya.

"Sebenarnja aku pun merasa tidak merdeka,

maka itu, aku perlu dapat bantuannja ini tungkat,"

kata si sinshe, jang tertawa. Ia angkat tungkatnja.

"Dengan tak ada tungkat ini, tentulah aku telah

antarkan djiwaku di pegunungan berbahaja di

Koeitjioe dan Soetjoan "PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

33

Kongya tertawa.

"Kita orang baru bertemu tetapi sudah djadi

sebagai sahabat lama, dari itu, harap sinshe tak

merendahkan diri terlebih djauh," Ia kata. "Tjuma

sebentaran akan tetapi aku telah lihat tegas siapa

adanja sinshe. Sinshe telah geraki sumpit dan

sendok seperti orang biasa dan barusan, tindakan

sinshe pun ada tegap sekali, sekalipun di

djembatan, sinshe djalan tanpa bantuannja

tungkat. Mestinja sinshe ada punja perjakinan

istimewa maka sinshe buta tetapi bisa bergerak

melebihi orang melek. Apakah sinshe pun bisa

lontjat djauh dan tinggi sebagaimana orang tak

bertjatjat?"

Kongya telah menduga tetapi toh ia sengadja

menanja. Tetapi ia punja pertanjaan djusteru

membangkitkan "kegatalan" dari si thabib buta itu.

Memangnja, thabib ini paling tak puas bila orang

omongi ia punja mata jang tak mampu melihat itu.

Melulu karena la berhadapan sama satu hertog, ia

masih bisa kendalikan napsu-hatinja.

Didepan mereka ada sebuah pohon gouwtong,

diatas itu ada bertjowetan beberapa ekor burung

geredja. Si sinshe tak dapat lihat itu burung akan
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tetapi ia dengar njata suaranja. Maka ia lantas

menundjuk:PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

34

"Memang, kongya," ia berkata, "siapa pandai,

kalau kedua matanja hilang penglihatannja, ia djadi

tak berdaja. Kongya dengar itu burung geredja.

Tjoba aku ada punja mata, aku bisa lihat itu dan

panah padanja, rubuhkan dia dengan peluru"

"Tapi, sinshe," Thian Lan njeletuk dengan tiba2,

sambil tertawa, "aku dengar, siapa pandai kie
kang, ia bisa tangkap burung di udara, benarkah

itu? Apakah dengan demikian orang seperti terbang

tanpa sajap?"

Thabib itu tertawa, ia manggutmanggut.

"Didepan kongya, djusteru sekarang kita orang

lagi bergembira, biar aku berikan satu

pertundjukan," berkata ia. "Ini ada untuk main2

sadja dan harap kongya, djuga kedua kongtjoe,

tidak mentjelanja apabila pertundjukanku tak

menarik hati, maklum aku orang bertjatjat

Kongya, maaf!"

Ia berbangkit seraja kedua tangannja menekan

medja.

"Kongtjoe, aku nanti tangkapi kau beberapa ekor

burung geredja!" kata ia pada Thian Lan sambil ia

tertawa. Dan tubuhnja tahu2 sudah melesat, lontjat

ke luar peseban.

Kongya dan kedua puteranja djadi terperandjat,

mereka pun berbangkit dan memburu keluar.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

35

Diluar peseban, sedjumlah keetjiang telah

membikin banjak berisik dengan seruan mereka:

"Bagus! Bagus!"

Njata sinshe buta itu sudah berdiri dia tas

puntjak gununggunungan, udjung badjunja

berkibar2 di antara sampokannja sang angin,

nampaknja mirip dengan satu dewa.

Bhok Kee Goan bersenjum sendirinja. ia punja

kilikan telah berhasil.

"Ia telah perlihatkan rupanja jang aseli! Siapa

njana ia ada begini liehay?" pikir ini orang agung.

"Anehnja, ia toh buta dua2 matanja

Beruntung Thian Lan ia bisa mendapatkan guru

sepandai ini, aku pertjaja, di belakang hari, ia akan

peroleh kemadjuan."

Kemudian ia awasi lebih djauh sinshe itu.

"Loo-soehoe!" ia berkata dengan njaring. "Loo
soehoe, sekarang mataku telah terbuka ! Hawa ada

begini panas, silahkan loosoehoe turun"

"Baik, kongya!" ada suaranja sithabib, jang

lantas endjot kedua kakinja, maka dilain saat,

dengan lontjat-an, ia sudah turun gunung-an itu. di

paling bawah, ia telah djumpalitan. Ia hampirkan

Thian Lan sambil tertawa.

"Ambil ini, kongtjoe!" ia kata pada djie-kongtjoe

seraja ia sodorkan tangannja dlmana ada tertjekalPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

36

dua ekor burung geredja, entah kapan ia

tangkapnja itu.

Semua orang djadi heran dan tertjengang.

"Djangan2 ini ada ilmu sihir," pikir Thian Lan. Ia

ulur tangannja, akan sambuti itu burung, tapi di

waktu si thabib buka djari2 tangannja, kedua ekor

burung itu lantas "Ber!" terbang sendirinja

"Sajang, sajang," kata botjah ini.

"Kalau nanti kongtjoe sudah beladjar sempurna,

kongtjoe bisa bekuk harimau," kata si buta. "Ini

burung geredja tak djahat, kasian dia, biar diaorang

pergi"."

Kongya, jang manggut2, lantas menggape.

"Loo-soehoe, mari!" ia berkata. "Kau sungguh

liehay Mari kita duduk pula dldalam peseban."

Thabib itu mengutjap terima kasih, ia

menghampirkan. Maka dilain waktu, mereka sudah

berduduk pula.

"Minum ini, loo-soehoe, kemudian aku hendak

bitjara," berkata Bhok Kokkong.

"Terima kasih, kongya," kata si thabib, jang terus

keringi tjawannja dengan tidak sungkan2 lagi.

"Silahkan kongya bitjara, aku bersedia akan

mendengari, malah dimana jang bisa, aku pun

bersedia dengan tenagaku."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

37

"Trima kasih," kata Hertog Bhok, jang kembali

menjuguhi satu tjawan arak.

Lagi sekali, si buta pun irup kering tjawan itu.

Kemudian, tuan rumah lantas mengelah napas.

Ia urut djenggotnja.

"Keluargaku telah terima budi besar dari

negara," berkata ia. "Kedudukan keluargagu disini

sudah lebih daripada dua-ratus tahun, maka Itu,

aku dan negara tak dapat dipisah. Sedjak

djamannja Thay Tjouw. keradjaan Beng telah

ngalami banjak rintangan, akan tetapi, keadaan tak

gontjang sebagai sekarang ini, semua ini

disebabkan orang kebiri bisa kangk&ngi kekuasaan

atas pemerintahan dan diluar, kawanan berandal

mengatjau kesedjahteraan. Tjelakanja, beberapa

panglima setia, telah djadi kurbannja doma. Hebat

adalah tanggung-djawab dari aku, jang mesti

lindungi daerali tapal batas ini. Disini aku mesti

berurusan sama banjak suku bangsa Biauw, jang

sifat^nja ada istimewa, malah ada jang masih

separuh liar. Sudah begitu, sekalian pembesar

tinggi disini, tak ada jang bisa diadjak berunding

atau bermupakatan, karena mereka mirip dengan

boneka sadja, hingga terpaksa, aku mesti ikat

perhubungan baik sama sekalian touwsoe. Untuk

ini, sebagian aku mengandel pada nama baik dan

pengaruh dari kokkong almarhum. Apa jang aku tak

tahu adalah hal kelak dikemudian hari, sebabPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

38

suasana ada keruh. Aku telah wariskan kedudukan

mendiang ajahku tapi aku tak mengerti boegee,

sedang Thian Po, anakku sulung, kepalang

tanggung peladjarannja. Maka itu, aku letaki

pengharapan atas pundak anakku ke-dua. Aku

harap Thian Lan memperoleh guru jang pandai,

agar kemudian ia bisa wakilkan aku memerintah di

sini. Maka itu djuga, bukan main kagetku, akan

dengar malapetaka, jang menimpah Thian Lan.

Maka sukur, ia sekarang telah lolos dari bahaja

maut. Loosoehoe, satu kali kau telah tolong Thian

Lan, sekarang aku mau minta kau tolong ia lebih

djauli. dengan didik ia. Biarlah kelak ia

mewudjudkan pengharapanku! Besuk aku mesti

berangkat, sekarang tolong loosoehoe terima ia

sebagai muridmu. Dengan begini, aku pun djadi

bisa pergi dengan hati legah. Lan, anakku, lekas

kau kasi hormat pada gurumu!"

Thian Lan dengan kata2 terachir dari ajahnja,

terus ia berlutut didepannja si thabib buta seraja ia

memanggil "Soehoe!"

Thabib itu geraki tubuhnja, ia pimpin bangun itu

anak muda.

"Terima kasih, kongya, jang kongya begini

menjajangi aku," ia berkata "Dengan sebenarnja,

kongtjoe ada berbakat bagus, apapula sekarang,

setelah ia irup darah lindung. Hanja sajang adalah

pihakku, ketjuali sudah tua, aku pun bertjatjat,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

39

hingga aku kuatir, aku tak nanti mampu didik

kongtjoe sampai sempurna. Sekarang aku

melainkan bisa djandji, akan didik kongtjoe

sebisaku, nanti dibelakang hari, biar ia peroleh guru

jang lipat sepuluh kebisaanku. Kongya harus

dajakan ini dengan sungguhi agar nanti tak

menggagalkan hari depan dari kongtjoe. Disebelah

itu, kongtjoe pun mesti dapatkan satu guru sekolah

jang pandai, agar ia peroleh kepandaian ilmu surat

berbareng sama silatnja. Aku pertjaja, dengan

terdidik baik, tak usah sampai sepuluh tahun,

kongtjoe akan djadi seorang pemuda jang

sempurna. Lain hal lagi, jang aku monon perhatian

kongya, adalah pendidikan silat dari kongtjoe.

Peladjaran surat dan silat dilakukan berbareng

tetapi dengan berlainan waktu, dan selebihnja

waktu beladjar surat, kongtjoe mesti selalu berada

dibawah penilikanku, baik diwaktu dahar dan tidur,

baik diwaktu pagi dan malam, dan selama itu,

sekalipun kongya, harap kongya djangan tjampur

tahu. Apakah kongya setudju dengan usulku ini?"

Bhok Kokkong tertawa berkakakan.

"Loosoehoe omong dari hal jang benar, aku pasti

sukur 1" ia djawab dengan tjepat. "Malah disebelah

ini, berhubung dengan keberangkatanku besuk,

tidak sadja Thian Lan, djuga rumahtanggaku ini,

aku peserah dibawah penilikan dan pendjagaan

soehoe."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

40

Habis kata begitu, hertog ini mendjura pada guru

anaknja itu.

Seperti jang bisa membedakan gerakan tubuh,

thabib buta itu buru2 mendjura, akan balas itu

kehormatan.

Lantas kongya perintah Thian Po pergi kepalai

beberapa budak, akan pergi ke taman belakang,

akan bersihkan dan peraboti lengkap paviljoen

Siauw-honglay jang letaknja di tepi pengempang,

untuk pondokannja guru silat ini serta muridnja,

jalah djie-kongtjoe. Disitu ada tiga kamar jang
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terawat baik, tempatnja njaman dan tenang.

Didepan sekali ada lapangan jang luas tiga atau

empat bahu, jang terkurung dan di beberapa

bahagiannja, ditanami bunga aneka-warna. Untuk

ini guru pun disediakan budak atau pelajan.

Demikian sedjak itu, thabib buta ini berdiam di

Siauw-honglay bersama djie-kongtjoe, selama

waktunja senggang, ia bersihkan tulang2 lindung,

untuk diperbagus dan di-sambung2, buat

didjadikan sematjam djoan-pian jang kuat dan ulat.

Sedang Bhok Kokkong, seperti katanja, sudah

berangkat di hari besukannja.

Sedjak itu, thabib buta ini ada dapat nama baik

di antara Keluarga Bhok. Ia tidak bertingkah dan

memetah. Orang pun kagumi ia punja kepandaian.

Hanja sekalian kee-tjiang ada herankan ia punjaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

41

asal-usul, jang tetap gelap, sedang boegeenja pun

tak ketahuan ada asal tjabang atau golongan mana.

Orang tidak bisa lihat atau intip kalau Thian Lan lagi

berlatih, ke-satu Siauwhong-lay ada tertutup, ke
dua si guru silat sendiri ada keluarkan larangan dan

larangan itu tak ada jang berani langgar. Malah si

katjung pelajan sendiri, dl waktu latihan, diperintah

pergi keluar pintu! Sedang djam beladjarnja adalah

selewatnja djam dua malam.

Selama itu, sang tempo berdjalan lewat, lantas

pada suatu musim ke-empat, Bhok Kongya pulang

dari tapal batas, dari medan perang, dan semua

tenteranja telah diatur kembali ke masing?

tempatnja, malah, berdjasa atau tidak, semua

touwsoe djuga diperintah pada pulang. Jang turut

hertog ini pulang ke Koen-beng melainkan ia punja

orang sendiri, djumlahnja lima atau enam ratus

djiwa, dan tiga atau empat-ratus serdadu bangsa

Biauw dari Kim-to-tjee, Tjio-pin, dibawah pimpinan

ketuanja sendiri jalah Liong Touwsoe.

Liong Touwsoe ini, djulukannja Tok-kak Liong

Ong, atau si Naga Tanduk Tunggal, bekerdja

sebagai sebawahan, akan tetapi ia adalah tangan

kanan berbareng sahabat kekal dari Bhok Kokkong,

dari Itu, ia ada dapat perlakuan istimewa, ia ada

dipertjaja sangat, sebagaimana ia pun ada sangat

setia kepada seatasannja ini. Demikian, dalam

laporannja kepada Pemerintah agung, BhokPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

42

Kokkong tulis djasanja touwsoe itu sebagai jang

nomor satu. Lain? touwsoe terus pulang ke masing?

tempatnja tapi Liong Touwsoe anter pemimpin itu

sampai di Koen-beng. Sekalipun ditengah

perdjalanan pulang kemenangan perang, ia masih

kuatirkan keselamatannja Bhok Kokkong.

Inlam adalah propinsi jang berbatas kedalam

dengan Kwiesay, Koeitjioe, Soetjoan dan See-kong,

dan keluar dengan Annam dan Burma,

penduduknja ada rupa? suku bangsa Biauw,

umpama Lotjit, Pay-ie, Mo-sia, See-hoan, Kouw
tjong, dan Louwtjoe. Didjaman kaisar Tjong TJeng

dari ahala Beng, sudah ada orang? Biauw jang

berbahasa Tionghoa dan turut segala adat
peradatannja, sampaipun tjara dandannja dan

aturan negaranja. Tatkala itu, pembesar bangsa

Biauw itu, atau jang disebut ketuanja, dinamakan

touw-soe, kedudukan mana mirip sama dengan ko
kan atau khan, dari penduduk asli bahagian Utara.

Karena touwsoe menurut aturan Tionghoa, mereka

ada punja kantor, tjap kebesaran, pembesar?

sebawahan dan tentera. Mereka diangkat oleh

Pemerintah, mereka dari itu setia kepada radja.

Didjamartnja Baginda Tjong Tjeng, ada delapan

touwsoe jang paling berpengaruh, dan mereka

djusteru ada hubungannja sama tjeritera kita ini.

Mereka itu adalah: 1. Touw-soe Liong Tjay Thian

dari Kim-to-tjee, Tjio-pin. 2. Touwsoe Khim BengPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

43

dari Hoeima-tjee, Sin-peng, 2. Touwsoe Pouw Bin

Seng dari Pek-sit-tjee, Ah-bie, 4. Touwsoe Lok

Hong dari Po-hie-tjee, Hoa-leng, 5. Touwsoe Goh

Pit Kwree dari Ay-kauw-tjee, Gok-kee, 6. Touwsoe

Lee Soe Tjin dari Liong-kie-tjee, Bie-lek, 'J.

Touwsoe See Teng Sioe dari Lioahoa-tjee, Bong
hoa, dan 8. Touwsoe Hoo Thian Kie dari Samhiang
tjee, Wie-ma.

Dan Touwsoe Liong Tjay Thian itu, sebenarnja

berkedudukan di pasanggrahannja, Kim-totjee, dari

puntjak Kim-to-hong, pernahnja ditepi telaga Ek

Liong Ouw di Tjio-pi, Inlam Selatan. Dan Kim-to
hong ini ada salah 16 satu puntjak dari pegunungan

Ay Lauw San. Luasnja daerah Kimto-tjee ini ada

lima-sampal enampuluh lie pesegi, semua

penduduknja ada dari suku she Liong, jang berarti

"naga,"

Kim-to-tjee ini ada daerah jang bagus, penting

dan makmur, karena hasil tanahnja.

Tjap-tjhio-gam adalah lembah jang dalam, jang

tembokan djurangnja tinggi umpama kata nempel

sama batas langit. Dari tengahlembah, atau selat

ini, ada meluntjur turun sebuah air tumpah, jang

sesampainja dibawah, lalu mengalir ke dua-puluh

delapan solokan atau kali ketjil, jang sendirinja

kemudian mengalir djadi satu ke dalam telaga Ek

Liong Ouw dibelakang Kim-tohong. Dua-puluh

delapan kali ketjil itu adalah djalanan air dariPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

44

bangsa Biauw suku Liong ini atau itu adalah sumber

kekajaan dari ini golongan penduduk Biauw.

Didalam puluhan tjabang kali itu, jang sebagai

melingkarz, ada tersimpan pasir emas, jang bisa

terang bergemirlapan kapan matahari lohor sedang

mentjorong. Dan pasir emas itu, turunnja adalah

dari air tumpa tersebut, jang merupakan tjurug

parit emas.

Pada mulanja penduduk suku Biauw ini, tua dan

muda, ngubeu dikail sadja, sampai ah kali djadi

butek dan pasirnja pun mulai singet, adalah

belakangan, sesudah dengan diam2 mereka

undang achli orang Han, akan bantu mereka, pasir

emas itu bisa dipertahankan, karena dilain pihak,

achli ini pimpin mereka untuk tjari parit emasnja,

hingga kemudian, mereka djadi suku jg terkaja dan

kuat. Hingga lain2 suku mendjadi mengilar, hingga

lalu sering terdjadi pertempuran mempergulatd

sumber2 harta itu.

Pada permulaan kaisar Tjong Tjeng itu. Liong

Tjay Thian adalah jang mendjadi touw-soe. Ia ada

beroman gagah dan pandai boegee, ia pernah

bantu Kokkong Bhok Kee Goan, turunan dari Khim
kok-kong Bhok Eng, menindas huru-hara ditapal

batas, maka itu, berdua mereka djadi sahabat,

meskipun kedudukan mereka ada kepala dan

sebawahan. Demikianpun sekarang.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

45

Liong Tjay Thian ada tinggi dan besar, kumisnja

merah, bidji matanja biru, tindakannja te gap. Jang

bikin ia dapatkan gelarannja, Tok-Kak Liong-ong,

adalah tumbuhnja sepotong daging lebih

didjidatnja, daging mana, jang berwarna hitam

bagaikan tai-laler, mirip dengan sebuah tanduk.

Hingga di Inlam Selatan, orang djulukin ia si radja

naga tanduk tunggal.

Bangsa Biauw adalah bangsa tubuh kuat dan

berani, dan suku Liong ini, dibawah pimpinan Liong

Tjay Thian, merupakan sepasukan tentara jang

tangguh. Djumlah penduduk Kim-to-tjee ini, lelaki

dan perempuan, tua dan muda, ada kira dua laksa

djiwa, dan semua mereka, tentu ada punja masing

sepasang golok atau tumbak. Diantar a mereka,

jang termasuk serdadu, oleh Liong Tjay Thian pun

ditempatkan di berbagai daerah atau djalanan jang

penting, untuk maksud pertahanan, setiap kepala

rombongan adalah ia punja orang kepertjajaan.

Dalam tindakannja ini. Liong Tjay Thian ada

dapat bantuan besar dari ia punja isterl, Lok Eng

Hong, siapa ada adik perempuan dari Touwsoe Lok

Hong dari Po hie-tjee, Hoa-leng. 8ebab njonja ini,

disebelah ketjantlkannja, ada mengarti silat, dan

disebelah sendjatanja, golok Jang pandjongnja tiga

kaki, ada hoei-piauw, jang ia bisa timpuk dengan

djitu. Saking gagah dan pandainja ini isteriPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

46

membantu, Long Tjay Thian djadi sangat

menghormati dan biasa menurut sadja.

Oleh karena ketangguhannja dan kekajaannja

djuga, mau atau bidak, suami-isteri ini ada rada

djumawa, ketjuali kepada Khimkokkong, Long Tjay

Thian ada menghormat dan menurut. Dilain pihak

ada pembesar2 jang tunduk kepada mereka

dengan harapan nanti bisa peroleh emas hadiahan

dari suku bangsa itu.

Dengan bersahabat sama Khim-kokkong, Liong

Tjay Thian pun peroleh pengaruh, karena ia dimalui

ke-satu oleh karena ketangguhannja sendiri, ke
dua sebab orang sungkan terhadap itu hertog.

Dalam umurnja lima-puluh tahun lebih, Liong

Tjay Thian dan isteri baharu peroleh satu anak

perempuan, jang dikasi nama Soan Kouw, jang

baharu beladjar bltjara, tidak heran djika mereka

mengharap benar anak lelaki, untuk mendjadi

achliwaris. Maka keduanja bergirang ketika

kemudian didapat kenjataan, Lok Eng Hong telah

mengandung pula.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada suatu hari, dengan adjak sedjumlah

punggawa dan tentara, Liong Tjay Thian pergi

berburu ke dalam hutan dalam daerah

pegunungannja itu. Seekor matjan tutul kena

dikepung, takut sama suara berisik dan tumbak dan

anak panah, binatang itu kabur dan achimja mogokPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

47

diatas sebuah pohon; ia mendekam dan tak mau

turun, matanja mengawasi dengan bengis dan

ekomja digojang pergi-datang.

Liong Tjay Thian dapat susul radja hutan itu, ia

lihat orang mogok, ia tertawa berkakakan, lalu ia

turun dari kudanja, akan siapkan ia punja dua

batang piauw beratjun, guna hadjar itu binatang.

Disaat ia mendjudju, tiba ada terdengar suara

berisik dan saling-susul dari tambur riuh, sambil

suara itu berkumandang didalam lembah. Semua

orang terperandjat, itu ada tanda bahaja atau

urusan sangat penting.

Tadinja Liong Tjay Thian hendak suru mentjari

tahu ada terdjadi apa, mendadakan satu

penunggang kuda datang kedjurusannja, suara

kelenengannja berbunji njaring, ketika orang itu

sampai dia lontjat turun dari kudanja, sambil

angkat kedua tangan, dia berlutut didepan ketua

itu.

"Ada apa?" tanja Liong Tjay Thian kepada orang

itu, satu tauwbak kepertjajaan.

Tauwbak itu mandi keringat, napasnja memburu.

"Hoedjin melahirkan satu kongtjoe," berkata ia,

jang terus minta ketua ini pulang. Dia pun kasi

tahu, tambur telah dibunjikan dimana2, maka tentu

akan ada banjak orang datang untuk memberi

selamat.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

48

Bukan main girangnja Liong Touwsoe akan

terima kabar ini. ia punja pengharapan telah

terkabul. Ketika ia menoleh ke pohon, ia lihat si

matjan tutul masih mendekam sadja. Ia niat serang

itu binatang, tapi mendadakan ia batalkan itu. Ia

telah dapat satu pikiran baru. Ia lempar kedua

piauwnja sampai nantjap ditanah, ia pandang

binatang Uar itu dan tertawa.

"Dengan memandang puteraku, ini hari aku kasi

ampun padamu!" ia kata. "Tunggu lagi beberapa

tahun, sampai anakku sudah besar, aku nanti adjak

ia untuk tjari kau, untuk dia jang binasakan

padamu! "

Lantas touwsoe ini berhentikan pemburuan dan

adjak barisannja pulang. Ketika ia sampai

dikantornja, jang lebar, ia lihat sudah ada banjafc

tauwbak besar dan ketjil berkumpul, ketjuali

memberi selamat, mereka pun menghadlahkan

badja, hingga dipaseban telah berkumpul logam

itu.

Gedung dari Liong Tjay Thian, atau touwsoe-hoe,

ada besar dan bersusun lima, tingkat terachir tak

ada djendelanja. Disitu ada dipasang sebuah

tambur besar, jang dinamakan "Tiang-kouw," dan

gembreng timpalannja, jang disebut "Tjian-lo".

Semua ini ada tanda untuk berperang, sedang

untuk kumpuli punggawa, ada tambur dan

gembreng lain, jang terlebih ketjil. Gembreng danPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

49

tambur itu ada terdengar djauh dan akan disusul
sambung oleh berbagai pusat, hingga seluruh Kim
to-tjee bisa dengar suara atau panggilan.

Kantor berada ditingkat pertama. Disini orang

bisa berkumpul dan bermupakatan. Disini semua

orang berkumpul. Sebagai touwsoe, Liong Tjay

Thian mirip dengan radja, maka itu, ia dapat putera

sebagai djuga putera mahkota. Maka upatjara

"Toantoo-lee" mesti didjalankan. Itu ada upatjara

peninggalan leluhur, untuk muliakan golok, sebab

bagi orang Biauw, golok ada djiwanja jang ke-dua,

setiap satu anak terlahir, sang ajah-bunaa lantas

siapkan badja pilihan, guna bikin golok guna anak

itu. Sekarang, Liong Tjay Thian pun tak mendjadi

ketjuali. Hanja, beda dengan rakjat djelata, ia

dapat banjak sekali badja, semua pilihan istimewa.

Golok bangsa Biauw kesohor paling tadjam.

sebab Inlam bertetangga sama Burma, golok itu

pun bisa dipanggil Ang-mo Pootoo.

Didalam kantor Liong Tjay Thian terima

pemberian hormat dari semua tetamu, setelah

mengutjap terima kasih, ia segera masuk kedalam,

akan lihat isterinja, akan tengok puteranja. Ia

dengar suara baji jang njaring, ia lihat potongan

jang bagus, ia girang sekali. Ia pun girang

mendapat isterinja segar dan sehat, meskipun isteri

ini baharu melahirkan.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

50

Lok Eng Hong pun girang lihat suaminja pulang.

"Begitu terlahir, matanja ini anak lantas terang
tjemerlang," kata isteri ini sambil bersenjum,

"maka aku pertjaja, ia akan djadi satu anak jang

luar biasa. Karena ia bakal djadi harapan kita,

kemudian kau mesti didik baik2 padanja!"

"Itulah tentu!" sahut sang suami. "Ia mesti

ditjarikan guru sekolah jang pandai dan dididik ilmu

silat sempurna, agar ia djadi turunan kita Jang

berharga!"

"Buat tjari guru ada soal belakangan, jang

penting sekarang adalah ia punja nama!" sang isteri

peringati. "Nama apa kau hendak pilih?"

Ditanja begitu, Liong Tjay

Thian lantas berpikir. Apamau, ia ingat matjan

tutul tadi, jang ia batal timpa dengan piauw.

Dengan tiba, ia tepuk tangannja, sampai bersuara

njaring.

Njonja Liong lekas tekap kedua kuping bajinja,

"Ati2, kau nanti bikin kaget anak kita!" ia

peringati, tetapi ia tertawa.

Liong Tjay Thian terperandjat, ia mundur, tapi

pada isterinja, ia pun tertawa.

"Aku lupa!" kata ia, jang sekarang menghampiri

sambil berindap2, hingga ia ditertawakan isterinja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

51

"Aku hendak namakan Hoei Pa pada anak kita,"

kata ia kemudian. "Itu berarti, matjan tutul

terbang. Apakah kau akui?"

Lok Eng Hong manggut, maka itu nama djadi

ditetapkan.

Apamau kemudian, nama itu orang teruskan

mendjadl Liong Hoei Pa-tjoe.

Kemudian, dalam umur delapan atau sembilan

tahun, Liong Hoei Pa-tjoe bertubuh ketjil dan kurus
kering, akan tetapi ia punja tenaga ada besar dan

ia pandai lompat tinggi dan djauh, gerakannja

sangat gesit.

Soan Kouw, jang berumur sepuluh tahun, pun

telah djadi satu anak dara jang eilok dan manis,

sampai dikalangan penduduk Han pun sukar ditjari

tandingannja, dan ia punja otak terang, hingga ia

dan adiknja, mendjadi mustika ajah-bunda mereka.

Untuk adjarkan surat pada kedua anak itu, Liong

Tjay Thian undang seorang Han terpeladjar dari

Koen-beng, dan tyiat guru silat, kemudian ia minta

bantuannja ia punja satu saudara angkat.

Dari begitu banjak tauwbak, ada tiga-puluh enam

jang berdiam di Touwsoe-hoe, jang seperti tak bisa

berpisah dari Liong Tjay Thian. Mereka ada pilihan

semua. Tapi diantara mereka ini, ada lagi satu jangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

52

istimewa, seorang baru dan dia inilah jang dipilih

djadi gurunja Liong Hoei Pa-tjoe.

Dia ini bukan orang she Liong, malah tak

ketahuan djuga ia ada keturunan Han atau Biauw,

sedang she dan namanja, ia sendiri tak tahu, tetapi

sebab ia dikenal sebagai Kim Tjie Peng, jang berarti

"garuda sajap emas," huruf Kim itu didjadikan

sebagai ia punja she.

Ada luar biasa jang Liong Tjay Thian pakai

tauwbak jang tak terang asal-usulnja, malah ia

pandang dia itu sebagai saudara angkat dan

pertjajakan puteranja kepadanja. Sebaba dari ini

ada pandjang dan ada berhubung sama lkutnja dia

dalam pasukan perang dari Khim-kokkong Bhok

Kee Goan.

Untuk mengetahui ini, mari kita mundur sedikit,

kepada saat sebelumnja Bhok Kokkong berangkat

pulang ke Koen-beng.

Setelah pertempuran, atau penindasan huruhara

selesai, Bhok Kokkong pusatkan kedudukannja dl

Kiok-tjeng-tjioe, disini ia mulai membereskan

segala apa, untuk persiapan pulang, diantaranja

soal orangtawanan. Untuk mengambil putusan,

menghukum atau memerdekakan, ia mau periksa

semua orang tawanan dengan hatl2, sebab

diantara mereka, ketjuali perusuh dan bandit, pun

ada okpa, ada tukang tadah, ada djuga rakjat jangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

53

terfitnah. Djumlah mereka ada kira2 tigaratus

orang. Kepala perang ini tak ingin menghukum

orang jang tak bersalah-dosa, terutama ia ingin

mengumpul djasa baik untuk kedua puteranja.

Pemeriksaan dilakukan setiap hari, menurut

gilirannja sesuatu tawanan. Selama itu, Liong

Touwsoe tentu turut hadlir. Djusteru karena

pemeriksaan ini, waktu berangkat pulang djadi

sedikit terhambat.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada suatu malam, sehabis adjak Liong Touwsoe

minum arak Siong-hoa-tjioe keluaran Inlam jang

kesohor, Bhok Kongya perintah siapkan

pemeriksaan. Ruangan terang dengan banjak lilin,

serdadu2 pengawal kelihatan keren. Bhok Kongya

pakai djuba jang dalamnja terlapis badju badja. Ia

nampaknja gagah dan agung. DIbelakang ia berdiri

Liong Touwsoe dengan pakaian perangnja, tangan

kanannja memegang lengtjliie, tangan kirinja

memeluk golok, nampaknja ia angker sekali.

Per-tama2 dihadapkan dua-puluh orang

tawanan, ketika mereka muntjul, berisiklah suara

rantai belengguan mereka. Semua mereka lantas

tekuk lutut dimuka medja, sedikit djauh djaraknja.

Beberapa orang, jang tadinja membantah, tetap

berdiri, dipaksa dengan tjambukan.

Bhok Kongya bikin pemeriksaan dengan per
tama2 tanja she dan nama, umur dan tempat asal,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

54

asal-usul atau kerdjaan, kemudian sebabnja orang

djadi perusuh atau pendjahat. Ia berlaku teliti.

Kapan ia sudah periksa sembilan orang, ia mengaso

dengan kerutkan alis, ia mengelah napas. Inilah

sebab ia dapati semua orang itu berroman bengis,

kasar dan kedjam, sebagai djuga mereka telah

ditakdirkan hukuman mati.

Menuruti daftar, kemudian dihadapkan tawanan

jang bernama Ang Hay Djie. Nama ini ada aneh,

sampai kongya perhatikan orangnja. Dan ia merasa

lebih aneh kapan ia sudah pandang orang itu, satu

botja umur kira2 tudjuh-belas tahun, jang berani

memandang ia tak berdjeri hati.

Dia bermuka kotor, rambutnja kusut, tetapi

terang dia bermuka bersih dan tjakap. Ia berdiri

dengan tegak.

"Kau masih begini muda, apa benar kau

tjampurkan diri sama orang2 djahat?" kengya

tanja. "Kalau kau terbudjuk dan tersesat, kau

masih bisa dapat keampunan. Tjoba kau omong

terus-terang, aku suka berlaka murah terhadap

kau. Kenapa kau pakai nama Ang Hay Djie ? Kau

tentu ada punja nama benar. Kau pun mirip dengan

orang Han. Apa kau masih punja orang-tua ? Siapa

mereka dan apa pekerdjaannja ? Ingat, satu kali

kau diangkut ke ibu-kota, disana tak ada

keampunan lagi bagi kau !"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

55

Habis kata begitu, kongya mengawasi dengan

tadjam, dengan bengis. Tapi botja itu tetap tak

gentar.

"Kongya ada sangat budiman, aku mengerti itu,"

demikian ia menjahut, snaranja terang dan lantjar.

"Tapi aku punja rahasia, jang berat untuk dibeber

disini. Kongya boleh pertjaja, aku tak mendjusta,

aku sumpah, aku bukannja orang djahat, malah

ajahku, dia bukannja orang biasa sadja. Karena

keganasannja musuh, aku sekarang lagi tjari

padanja, sampai aku terpaksa bertjampuran sama

orang2 djahat Apa latjur, aku pun kena turut

tertawan, sedang dilain pihak, pendjahat itu,

musuh besarku, djusteru bisa lolos, hingga aku

penasaran, kalau mesti binasa, aku tak puas!"

Anak muda ini bitjara dengan sengit, alisnja

berdiri, matanja terbuka lebar, giginja dikertak.

Bhok Kongya mengawasi dengan keheranan. Ia

tampak orang ada bersikap gagah. Dimatanja, anak

ini berbanding benar sama Thian Lan, puteranja

jang kedua. Maka ia djadi ingat puteranja itu. Maka

lantas timbul keinginan, akan tolong botja ini. Ia

lantas kisiki satu hamba kepertjajaannja, atas

mana, itu botja lantas dibawa pergi.

Kemudian pemeriksaan dilandjutkan terhadap

lain2 tawanan, sampai datang gilirannia seorang,

jang pakai nama Kim Tjie Peng. Ini pun bukan namaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

56

benar, itu ada djulukan, dan orangnja pun, ada

beda. Dia ada kurus tapi romannja tjakap, umumja

kuranglebih dua-puluh tahun. Ia pakai ikat kepala

butut, badjunja banjak tambelannja, sebab

badjunja tipis, ia seperti kedinginan sampai

hidungnja merah. Ia mirip dengan satu sioetjay

rudin, atau satu tukang tenung dikuil bobrok.

"Heran, ienapa orang begini bertjampuran sama

pendjahat?" pikir orang bangsawan ini. "Dia pun,

rupanja, belum bertjampuran lama, melihat

matjam pakaiannja ini jang butut sekali"

"Apakah kau jang dipanggil Kim Tjie Peng?" ia

tanja dengan keren.

Orang tangkapan itu mendjurah sampai dalam.

"Hak-seng benar ada Kim Tjie Peng," ia

menjahut, dengan sabar, tapi suaranja ada njaring

sekali, hingga orang heran, sedang dia ada kurus
kering. Dan itu pun ada djawaban semengga2nja.

Tidak terketjuali, Bhok Kongya pun turut

mendjadi heran, buat itu suara, buat itu nama

aneh, buat itu sebutan diri sendiri, "hak-seng."

"Orang she Kira ada banjak, tapi ini nama Tjie

Peng, sajap garuda ?" Tapi ia tak usil nama itu. Ia

terus tanja "Kau bahasai diri hakseng, kau tentu

pernah bersekolah. Kau mengerti undangi, kenapa

kau djustevu langgar itu? Kenapa kau djadi orangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

57

djahat? Kau tahu aku ada budiman, tapi terhadap

pendjahat, aku tak kenal kasihan! Lekas tuturkan

hal pekerdjaanmu, asal tempatmu dan sebabnja

kenapa kau djadi orang djahat. Lekas."

Antjamaa ada hebat tetapi pemuda itu tenang

sebagaimana biasa.

"Hakseng ada asal Koei-tjioe di Soe-tjoan," ia

menjahut. "Sedjak masih ketjil, hakseng telah

ditinggal mati oleh ajah dan ibuku, maka itu,

hakseng djadi hidup sengsara, hingga sekarang,

menuruti kesukaanku, hakseng keluar merantau.

Untuk memperoleh sedikit uang, hakseng bekerdja

sebagai tukang tenung. Baharu sedikit hari jang

lalu hakseng sampai didaerah Seng-keng-kwan,

ditapal batas Inlam dan Koei Tjioe, disitu hakseng

tinggal dikuil Giok Hong Kok di Toh-hoatong. Itu

ada satu tempat jang ramai dan penduduk situ pun

tolong hakseng dengan bilang, nudjum hakseng

ada tepat. Pada suatu hari datanglah sebab, jang

mengakibatkan sekarang hakseng mesti

menghadap disini. Itu hari ada datang tiga

punggawa, jang satunja sedang sinting dan ia

memaksa minta hakseng hitung2j peruntungannja.

Tjara bekerdja hakseng ada beda daripada lain2

orang, hakseng sediakan kertas gulungan dimana

orang boleh tulis huruf sesukanja, nanti baharu

hakseng djelaskan artinja, setjara djudjur. Mereka

itu tak mengerti surat, mereka tjuma tahu shenjaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

58

sadja. Njata jang satu ada orang she Khim, gunung

ketjil. Hakseng adalah jang tuliskan huruf itu.

Karena bersangsi, hakseng menulis pelahanz.

Punggawa itu lagi sinting, ia tak sabaran, tiba?ia

geprak medja dengan kepak"nnja seraja ia

membentak. Semua orang kaget, tidak terketjuali

hakseng sendiri. Medja djadi bergerak, malah

tangan hakseng pun hampir melepaskan pit,

sampai pit bekerdja sendirinja. Apamau, huruf

Khim itu kena terkurung guratan, hipgga huruf

bukan huruf lagi hanja merupakan lukisan kura.

Kalau kongya kurang pertjaja, tjoba lihat"

Lupa ia berhadapan sama siapa, Kim Tjie Peng

geraki tangannja, dengan niatau menulis huruf itu,

apamau, tangannja terbelenggu, ketika ia angkat

itu, ia menerbitkan suara njuring, tangannja pun

tak leluasa bergerak. Ia melongoh. Djusteru ia lagi

berdiam, Bhok Kokkeng keprak medja seraja

berseru: "Tjotjok!"

Suaranja djenderal itu bikin semua orang djadi

kaget dan heran, ketjuali Liong Toywsoe, jang

berdiri dibelakangnja, malah dia ini bersenjum.

Sebab dia ini lihat, diam2 kongya menulis huruf

"Khim" itu dan dikurung, lantas mirip dengan kuras!

Dan ini sebabnta seruan dari itu kepala perang.

Kini Tjie Peng sedar dengan lekas, ia lalu

meneruskan keterangannja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

59

"Tuan tentu tanjakan urusan orang perempuan,

bukan?" demikian hakseng tanja punggawa itu.

"Dia kaget, ia kemplang medja pula, sampai

hakseng pun menjangka apa hakseng salah

meramalkau. Tapi dia terus berseru pula "Kurang

adjar ! Sunggu tepat! Ja, urusan orang perempuan!

Habis bagaimana?"

"Hakseng kaget tetapi toh hakseng tertawa.

Lantas hakseng djawab, sebab hakseng biasa

berterus-terang, hakseng sangsi untuk

mendjelaskannja. Hanja hakseng tundjuk, kertas

tadi sudah mendjelaskan terang. Ia lihat tulisan itu,

ia bungkam, lantas ia ngelojor pergi. Beberapa

orang lain lihat itu surat, mereka rupanja mengerti,

mereka lantas tertawa! Nah, ini tjelakanja!

Punggawa itu suaah pergi bersama kawannja,

mendengar suara tertawa, ia berbalik, ia mendelik,

ia lompat kepadaku, dan tjuma dengan satu

dupakan, ia bikin medjaku terbalik dan perabotan

tulisku terbang berhamburan, bak dan bakhie

antjur. Beberapa orang lelaki dan perempuan kena

terlanggar, mereka mendjerit dan menangis, tapi
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beberapa jang lain, tertawa pula! Lantas suara ter?

tawa itu ketjampuran tjatjlannja si punggawa ini.

Hakseng telah lompat mundur, hakseng tidak

terluka, lianja sajang, habislah perabotanku, modal

hidupku itu, sedang hakseng ada orang perantauan

dan tak punja banjak uang. Karena ini, habislahPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

60

kesabaran liakseng, apapula, punggawa itu kembali

tjatji hakseng, katanja "Anak andjing! He, orang

tulang melulu, kau berani permainkan aku? Lekas

gojang ekormu dan pergi, nanti aku hadjar kau!

Awas kau punja djiwa andjing!" Kemudian ia pergi,

karena dua kawannja menarik dan membudjuki.

Tapi, hakseng lantas bentak padanja.

"Kenapa kau rusaki barang2ku?" hakseng

berseru. "Kenapa kau ganggu dan lukai aku punja

beberapa langganan? Toh kau sendiri jang minta

diramalkan? Djawab, ramalanku tjotjok atau

tidak?"

"Punggawa itu mendelik, ia deliki hakseng.

"Kalau tepat, bagaimana?" dia tanja. "Segala surat

djimatmu apa bisa tjegah orang perempuan baika

tak tjuri orang lelaki? Aku bukannja sebangsa

kura2!"

ia punja utjapan ini telah bikin dua kawannja

tertawa besar. Tapi itu djusteru bikin darahnja

meluap. "Kau mau mampus!" la bentak hakseng,

terus ia menendang. Itu tendangan ada hebat,

kalau mengenai, tjelakalah hakseng. Kakinja

mendjudju ulu-hati.

Sebagai orang kang-ouw, hakseng mengerti

djuga sedikit ilmu mendjaga diri. Hakseng berkelit

ke samping, tangan kanan hakseng terangkat

tanpa merasa,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

61

membentur ia punja kaki itu. Diluar dugaan, ia

jang bertubuh besar dan kekar, tubuhnja enteng

bagaikan kertas. Tubuhnja itu terpelanting mundur,

rubuh ke tanah, terbanting keras, lantas ia pingsan!

Inilah puntjaknja kehebatan!"

IV

"Orang banjak kaget dan mendjerit. Dua

kawannja punggawa itu mendjadi gusar, mereka

damprat hakseng, mereka hunus golok mereka dan

madju menjerang dengan berbareng dari kiri dan

kanan! Hakseng tunggu sampai sendjata

mendekati, tiba hakseng lontjat mundur. Kedua

penjerang ada sengit, mereka tak sanggup tahan

tubuh mereka, karena mereka menikam tempat

kosong, mereka djadi saling tubruk, kepala

keduanja, pusing. Sukur sendjata mereka masih

bisa diegoskan. Mereka djadi tambah gusar, lantas

mereka putar tubuh dan madju pula, akan

menjerang. Hakseng tahu mereka tak punja guna,

hakseng sambut mereka sambil mendekam,

dengan sapu kaki mereka, hingga keduanja rubuh

terbanting malang-melintang!

Sukur itu waktu datang beberapa imam dari Giok

Hong Kok, mereka ini membudjuki dua orang itu

berikut djuga si punggawa she Khim itu, denganPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

62

susah-pajah dapat mereka diminta pergi tetapi

sesudah mereka tjutji habis pada hakseng dan

disepandjang djalan masih terus mendumel.

Seperginja tiga "mustika" itu, baru orang banjak

berani bitjara satu pada lain, dari suara mereka

temjata, mereka bertiga ada orang? sebawahannja

Touwsoe Khim Beng dari Hoei-ma-tjee, Sin-peng.

Touwsoe itu ada turut dalam angkatan perang

Khongya. Katanja, mereka memang biasa

mengatjau rakjat, lebih djahat daripada orang

djahat. Punggawa jang minta diramalkan itu ada

punja kekasih dikaki gunung Toh Hoa Tong, kekasih

itu nanti mau dibawa pulang ke Sin-peng, apamau

kemudian ternjata, kekasih itu ditempel oleh satu

punggawa lain, hingga ia djadi panas, hingga si

lelaki tjulik itu ditjari, hendak dihadjar. Dan itu hari,

dibawah pengaruh air kata, ia mentjari sampai di

Giok Hong Kok. Apamau, ia ketemu hakseng dan

rahasianja terbuka. Sebab ia benar ada satu kura
kura!

Imam dari Giong Hong Kok takuti perkara

berbuntut, ia nasehati hakseng akan djangan lajani

mereka dan pergi menjingkir sadja. Terpaksa

hakseng benahkan sisa perabotan dan berangkat.

Ketika itu masih siang. Hakseng menudju ke Peng
ie, buat pergi ke Kiok-tjeng, akan lewati Ma-liong

dan Sibng-beng, untuk terus pergi ke Koen-beng.

Djalan belum ada dua lie, hakseng dikedjar olehPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

63

belasan penunggang kuda, diantaranja ada tiga

punggawa jang tadi. Ada gampang untuk hakseng

menjingkir, tetapi hatiku panas. Mereka ada

keterlaluan, mereka pun djahat. Tapi, disebelah itu,

hakseng lantas ingat' Khim Touwsoe dan Kongya

djuga. Perbuatan mereka itu tentu tak dapat

diketahui seatasannja. Pun, kalau sampai terbit

perkara d jiwa, ada. hebat dan pandjang ekornja.

Selagi hakseng ambil putusan, sebagian

pengedjar sudah sampai, mereka lontjat turun dari

kuda mereka, satu diantaranja membawa tambang.

Terang mereka hendak bekuk dan belenggu pada

hakseng. Melihat kuda kosong, hakseng lantas

dapat pikiran baru. Maka hakseng tunggu sampai

orang datang dekat, dengan tiba2 hakseng lontjat

dan lari ke kuda mereka, satu antaranja hakseng

terus lontjati naik, hingga dilain detik, hakseng

sudah kabur bersama kuda itu. Hakseng menudju

terus ke arah Peng-ie.

"Mereka itu kaget, mereka pun mengedjar,

bersama sebagian lagi kawan mereka. Hakseng

kaburkan kuda rampasan itu. Sukur ini kuda kuat

lari. Sesudah lari belasan lie, hakseng masih tetap

dikedjar. Disitu ada djalanan jang dikiri dan kanan

ada sawah dan bukit, bukitnja lebat. Untuk bisa

lekas loloskan diri, hakseng lontjat turun, akan lari

ke arah rimba, kuda itu, hakseng keprak lari. Disitu

hakseng sembunji dan dengari mereka itu kaburPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

64

terus melewati hakseng. Tidak lama mereka itu

balik sama kuda tadi. Mereka mendongkol,

antaranja ada jang usulkan akan bakar habis sadja

rimba itu. Mereka menduga hakseng sembunji

didalam rimba. Dari pembitjaraan mereka, hakseng

dapat tahu Kongya berada di Kiok-tjeng, sedang

kongya ada adil dan menjintai rakjat, dan umumnja

semua touwsoe malui kongya. Hakseng lalu

memikir akan pergi ke Kioktjeng, disini hakseng tak

usah takuti pembalasannja tiga punggawa itu.

Demikian, selang dua hari dan dua malam, hakseng

telah sampai disini. Hakseng terus masuk kedalam

kota, sembari dahar, hakseng tjoba mentjari

keterangan hal tangsi Kongya, hal tenteranja Khim

Touwsoe.

"Kebetulan sekali, disini hakseng ketemu satu

punggawa dari Liong Touwsoe. Ia itu ketahui itu

kedjadian di Giok Hong Kok. Ia pun pernah minta

hakseng ramalkan tentang djalannja peperangan,

jang bakal berhenti dengan kemenangan pihak

negara. Ia tanja hakseng mau pergi kemana dan

hakseng djawab niat tjari djalan keselamatan. Ia

ada baik, ia suka menolong, dengan usulnja. Jalah

ia suru hakseng serahkan diri, biar ditangkap,

nanti, kalau Kongya periksa hakseng, tentu perkara

akan djadi terang dan hakseng ketolongan.

Hakseng setudjui itu usul, hakseng lantas berbuat.

Hanja, dengan begini, hakseng mesti menderita

dirantai dan ditahan. Karena ada bantuannja ituPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

65

punggawa, hakseng tak sampai dapat perlakuan

buruk. Sampai ini hari, sudah belasan hari jang

hakseng berada dalam tahanan. Maka sekarang,

hakseng mohon keadilan Kongya, agar hakseng

dimerdekakan"

Bhok Kokltong urut kumisnja, ia manggut. Ia

tadinja mau bitjara, tapi Liong Touwsoe

dibelakangnja sudah lantas bisiki ia: "Ini orang

pasti ada punja kepandaian luar biasa, ia tentu

tidak mendjusta, maka apa Kongya suka berbuat

baik dengan serahkan ia kepadaku, untuk aku bawa

pulang, guna periksa ia dengan teliti?"

Djendral itu setudju, ia manggut.

"Aku ada menjajangi rakjat, aku tak ingin bikin

orang tjelaka," ia lalu kata pada Kim Tjie Peng.

"Meski begitu, aku tak bisa dengar satu pihak sadja.

Sekarang kau boleh mundur, aku nanti berikan

putusanku jang adil."

Atas satu titah, Kim Tjie Peng dibawa mundur,

tetapi diluar, ia disambuti oleh orangnja Liong

Touwsoe, jang bawa dia ke tangsinja touwsoe itu.

Liong Touwsoe sendiri terus tunggui Bhok

Kokkong melandjuti memeriksa lain2 tawanan,

sesudah itu, ia pulang dengan lekas. Ia perintah

orang segera hadapkan Kim Tjie Peng kepadanja.

Lebih dulu dari itu, ia punja satu pegawai telah

berlutut didepannja dan kata: "Kim Tjie Peng iniPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

66

bukannja pendjahat atau matas, ketika kita

melewati Pengie, ia sudah berada di Giok Hong Kok.

Ia bekerdja sebagai tukang tenung."

Pegawai ini, satu tauwbak, adalah orang jang
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mau tolong Kim Tjio Peng dengan usulnja.

Liong Touwsoe tertawa.

"Bawa ia menghadap, aku tahu bagaimana harus

bertindak," ia berkata.

Kim Tjie Peng lantas di iring masuk oleh dua

serdadu bangsa Blauw.

,Bukakan belengguannja!" menitah touwsoe itu,

jang perintahnja diturut dengan segera.

Ia duduk dikursi dengan lapis kulit harimau,

didepannja ada mendekam seekor biruang putih

jang di'isi kapuk tapi mulutnja, matjamnja,

bengis seperti biruang hidup. Diatas medja ada

perabot tulis dan tjiaktay, jang api lilinnja

menjalah, lilinnja ada sebesar lengan, hingga

ruangan djadi terang sekali. Disamping pun ada

perapian, jang apinja marong.

"Kau duduk disitu," kata Liong Touwsoe pada si

orang tawanan seraja ia tundjuk bangku didepan

medja.

Kim Tjie Peng tak tahu orang punja kehendak, ia

mendjura. ia tidak terus duduk. Ia pandangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

67

touwsoe itu, jang keren. Kemudian ia madju seraja

berkata: "Hakseng tak berani duduk "

Tapi utjapan ini disambut sama tertawa

berkakakan.

"Sioetjay palsu sebagai kau harusnja sudah

lantas dikutungi batang lehernja!" kata panglima

ini. "Kau boleh djustakan lain orang, tidak aku!

Duduklah! Aku hendak tanja kau!"

Mau atau tidak, Kim Tjie Peng lantas berduduk.

Ia berdiam, Liong Touwsoe tidak lantas mulai

dengan pertamaannja, atau pemeriksaannja, hanja

lebih dahulu ia berikan perintah pada satu tauwbak,

entah perintah apa, atas mana tauwbak itu pergi ke

belakang. Adalah setelah itu, ia tarik selembar

kertas dari atas medjanja dan sodorkan itu pada si

orang tawanan, jang ia perlakukan setjara

istimewa.

"Kau lihat ini!" demikian ada utjapannja, Jang

ringkas.

Kim Tjie Peng sambuti itu aurat, membatja

mana, hatinja memukul, keringat dingin mengutjur

dibebokongnja. Sebab itu ada surat dinas dari Khim

Touwsoe dari Toh Hoa Tong. Seng-kengkwan,

dikirimnja setjara kilat, bunjinja seoagai berikut:

"Telah kenjataan ada satu mata' bernama Kim

Tjie Peng, dia pandai boegee, dia njelunnup masukPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

68

kepedalaman dengan menjamar djadi tukang

tenung. Untuk banjak hari, dia berdiam di Giok

Hong Kok. Dia mau ditangkap tapi dia mendahului

kabur. Dia tentu tak bisa menjingkir ke luar

perbatasan, boleh djadi ia masuk ke Kioktjeng.

Hatilah untuk penjerangan gelap. Kalau dia

tertangkap, dia mesti segera dihukum mati."

Dibawah itu ada lukisan roman muka, potongan

tubuh dan dandanan.

Sekarang Kim Tjie Peng mengerti kenapa ia

ditinggalkan oleh rombongan pengedjarnja. tidak

tahunja mereka telah madjukan laporan palsu dan

Khim Touwsoe lantas kirim itu surat dinas

"Liong Touwsoe ada liehay, entah tindakan apa

ia hendak ambil atas diriku. Sajang aku telah

serahkan diri kemari. Sekarang biar aku peserah

pada nasib sadja"

Habis pikir begitu, ia angsurkan surat itu dengan

kedua tangannja. Ia pikir untuk berikan

keterangan. Tapi, sebelum ia bitjara, ia lihat orang

datang bawa barang makanan, jang tenis diatur

diatas medja. Didepannja

sendiri pun diletaki sebuah tjangkir, jang terus

diisikan.

Dengan satu tanda. Liong Touwsoe bikin semua

orangr.ja undurkan diri, hingga disitu tinggalPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

69

mereka berdua. Kemudian, sambil mengawasi

dengan tadjnm. panglima ini tertawa.

"Kau minumlah!" demikian katanja, jang

mempersilahkan

Kim Tjie Peng heran, samoai ia tak bisa buka

mulutnja, Karena ia tak tahu, ia mesti bilang apa.

Liong Touwsoe tertawa akan menjaksikan orang

punja keadaan. Kembali ia tertawa, ber-gelaks.

"Lauw-hia, kau minum, minumlah dengan

merdeka!" ia berkata, suaranja manis, sikapr.ja

ramah-tamah. "Khim Touwsoe telah umbar orang!

sebawahannja, mereka ini lakukan segala apa sc
mauuja, mereka mirio dengan kawanan pendjahat

sendiri, djadi apa jang dia tulis, o alu m tentu benar

adanja. Apakah Kongya kita bisa pertjaja

sepcuuhnja kepadanja? Tjuma sadja, di saat

genting sebagai sekarang, di-mana2 biasa muntjul

atau ? sembunji oranga djahat, adalah selajaknja

djikalau kita orang berlaku waspada dan bersiaga.

Lauwhia, dengan kepandaianmu, kau bisa keluar
masuk dalam kalangan orangs djahat, untuk kau

sudahlah tjukup asal dalam dirimu, kau merasa tak

bersalah. Kongya pasti tak bisa dengarkan satu

pihak sadja. Aku pun sajangi kau, maka itu,

didepan Kongya, aku berani tanggung kau, dan

disebelah itu, sekarang aku djamu padamu."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

70

Hatinja Kim Tjie Peng mendjadi lega. Ia pertjaja

ini kepala perang, ia merasa beruntung, sedang

tadinja ia pertjaja, ia lagi menghadapi bentjana.

Dengan hati tergerak, ia lantas berlutut didepan

touwsoe ini, air matanja melele turun, saking

terharu.

"Tjiangkoen " ia kata. Tapi Liong Touwsoe

telah dului ia, memimpin ia bangun, menolak ia

pada kursinja, setelah mana, ia ini pun duduk

dikursinja sendiri.

"Djangan kau bersusah hati," berkata pula

touwsoe ini. "Kau tjeritakan semua. Urusan

bagaimana sukar djuga, aku nanti selesaikan ! Mari

keringkan dahulu tiga tjawan, untuk menolak hawa

dingin "

Dan ia lantas mendahului tjegluk araknja sendiri,

sesudah mana, ia angkat potji arak.

"Hajo kau minum!" ia desak pula tetamunja.

Kim Tjie Peng tahu orang ada djudjur dan polos,

bahwa ia tak boleh seedjie lagi, atau orang nanti

mendjadi tidak senang, maka ia. pun lantas

keringkan ia punja tjawan. Untuk itu, ia

menghaturkan terima kasih.

Liong Touwsoe isi pula tjawan2 mereka, tapi Kim

Tjie Peng lantas ambil potji arak, untuk ialah jang

mengisikan itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

71

Beberapa tjawan air kata sudah lantas lewat

ditenggorokan mereka, inilah ada baiknja. Si

tetamu djadi tabah hatinja, ia djadi bisa bertjerita,

dan si touwsoe djadi senang, ia suka mendengari

dengan gembira. Dengan begitu, dua-puluh kati

susu matjan sudah lantas ditenggak habis.

"Apa jang kail tuturkan, aku pertjaja bukan

djusta adanja," kemudian berkata Liong Touwsoe,

sembari tertawa. "Turut penglihatanku, kau punja

kepandaian silat mestinja ada dari kalangan Lwee
kee. Kau punja nama Kim Tjie Peng tentu ada

djulukan sadja, itu bukannja kau punja she dan

nama sedjati. Kau mesti ada simpan rahasia, atau

kau ada punja suatu kesukaran, jang sulit bagi kau

untuk menuturkannja"

Kim Tjie Peng mengelah napas.

"Tjiangkoen ada begini baik budi, terhadap kau,

aku tidak punja rahasia suatu apa," ia berkata.

"Sebenarnja, aku adalah seorang jang sangat tidak

beruntung. Baiklah aku menutur dengan

sebenarnja. Sedjak masih ketjii, oleh ajah
bundaku, aku telah didjual kepada satu keluarga

pembesar negeri, aku telah didjual untuk

dieljadikan budak. Aku tak tahu she dan namaku.

Apa jang aku tahu aku ada mer,djadi katjungnja

putera satu pembesar di Koei-tjioe, Soe-tjoan. Buat

tudjuh atau delapan tahun, aku temani siauwya itu

bersekolah di bawah pimpinan satu guru jangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

72

terpeladjar. Tapi siauwya itu namanja sadja

bersekolah, ia abaikan peladjarannja. Dilain pihak,

karena mendengari sadja, aku djadi kenal banjak

mata surat. Dalam umurku lima-atau enambelas

tahun, aku turut keluarga siauwya itu pergi ke

tempat djabatannja. Untuk itu, kita orang mesti

naik perahu. Tatkala kita sampai dlselat Koe-tong
kiap, kita dibadjak habis, keluarganja siauwya itu

binasa semua, sebab belakangan ternjata,

pembadjakan itu disebabkan terutama pembalasan

sakit hati. Si kepala badjak ada Hoei Thian Oouw
kong, si Kala Terbang. Ia ketarik sama aku, aku

dibawa pergi, ke gunung, disarangnja, aku dipaksa

didjadikan anak pungut, aku diadjarkan silat.

Demikian dalam sarang berandal. aku mesti

mengeram kira-kira dua tahun. Pada suatu malam,

malapetaka datang Tahu-tahu, tentara negeri

datang menjerbu, untuk membasmi. Kawanan

berandal tidak sanggup melawan, mereka kabur,

ketjuali jang binasa, terluka dan tertawan. Aku

dibawa lari oleh Hoei Thian Gouw-kong, untuk Itu,

ia ikat dan libat aku pada tubuhnja. Ia bekal banjak
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

uang dan barang berharga. Dengan gagah ia buka

djalan darah diantara tentara pengepungnja. Ia

bersendjata sepasang Oet-tie Kimpian, jang

beratnja empat-puluh kati. Ia lari siang dan malam,

ia menjingkir terus, sampai di Patong, dalam

daerah propinsie Ouwpak. Disini kita ketemu

soepeh dari ajah-pungutku itu Dia itu ada Boe TjoePIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

73

Siansoe, satu pendeta, kepala dari kuil Tay Kak Sie

diselat Oey-goe-kiap. Katanja pendeta ini ada

berilmu silat tinggi dan pandai surat djuga, bahwa

asalnja dia ada hiapto, pendjahat-mulia di Soe
tjoan, tapi kemudian ia tjutji tangan dan sutjikan

diri. Sudah belasan tahun, pendeta ini kesohor

alim, akan tetapi tak ada orang jang ketahui asal
usulnja Jang benar. Tatkala itu, usianja Boe Tjoe

Siansoe sudah enam-puluh kira2, kumis dan

djenggotnja, jang pandjang sampai didada, sudah

ubanan. Dari sikapnja, Hoei Thian Gouwkong

sangat hormat dan takuti ia punja soepeh itu, jang

terus adjak kita ke kuilnja."

Liong Touwsoe nampaknja ketarik, dengan

tenang, ia dengari orang bertjerita.

Kim Tjie Peng melandjuti penuturan atau

keteraneannja itu. Ia kata:

"Sesudah berdiam beberapa hari di Tay Kak Sie,

Boe r.ioe berikan seputjuk surat kepada ajahku itu,

jang diperintah bawa itu ke gunung Ay Louw San di

In-lam, untuk diserahkan pada Tian Lam Tay-hiap

Kat Kian Soen. Ajah berangkat dengan tak adjak

aku, tapi ia pesan soepehnja untuk soepeh itu

adjarkan aku ilmu silat.

Boe Tjoe ada mendjadi aku punja soe-tjouw, tapi

segera djuga ia pun berbareng mendjadi guruku,

karena ia penuhi pengharapannja ajahku danPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

74

berikan didikan padaku. Ia ada satu pendeta asli, ia

menjajangl aku. ia didik padaku dua dalam ilmu

urat dan silat, hingga aku peroleh kemadjuan. Ia

tak andjurkan aku mendjadi pendeta sebagai

dianja. Ia kata, aku bukannja berdarah orang alim.

Buat tiga atau empat tahun aku berdiam di Tay

Kak Sie, tak merasa, usiaku sudah kurang-lebih

dua-puluh tahun. Tapi, sedjak itu, aku tak pernah

bertemu pula sama ajah-angkatku, Hoei Thian

Gouwkong. Aku ingat ajah itu, aku suka tanjakan

soe-tjouw tapi soe-tjouw tak suka memberikan

keterangan, saban aku tanjakan, ia gojang kepala

dan mengelah napas. Terang soe-tjouw tahu hal

ajah tapi ia tak sudi memberitahukannja.

Kemudian soe-tjouw dapat keinginan untuk

merantau, pada sebelumnja berangkat, pada suatu

hari ia panggil aku menghadap dikamarnja. Dengan

tiba2, soe-tjouw kata padaku: "Hoei Thian

Gouwkong ada seorang dengan adat keras dan

sembarangan, ia suka berbuat sekehendak hatinja,

meskipun demikian, ia ada djudjur, hatinja baik,

hingga kebaikannja bisa menebus ia punja dosa.

Dan kau ia sajang bukan main. Ia pandang kau

sebagai anak sendn-i, ia harap kemadjuanmu.

Selama ini, sudah beberapa kali ia menulis surat

padaku, atau ia kirim omongan sadja, kau

senantiasa ditanjakan. Njata, kau dan dia ada

berdjodo. Tapi sekarang telah datang saatnja untukPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

75

berpisah. Kau telah peroleh kemadjuan lumajan,

usiamu sudah mulai meningkat, sudah waktunja

buat kau merantau, akan tjari pengalaman.

Disebelah itu, ada satu urusan penting, jang kau

mesti lakukan. Tapi, umpama kata kau tidak suka

pergi atau tak sudi kerdjakan itu, aku tak akan

paksa padamu."

Utjapan soe-tjouw ini bikin aku bingung. Tapi aku

lantas njatakan, kalau soe-tjouw bikin perdjalanan,

ia membutuhkan satu pelajan, dari itu, aku

bersedia akan ikuti padanja.

Mendengar pengutaraanku, soe-tjouw urut

kumis-djenggot nja, ia mengelah napas.

"Ah, anak, kau belum tahu apa2, demikian

katanja ,Di dalam dunia tak semua hal bisa terdjadi

sekehendak kita. Sudah beberapa tahun kau ikuti

aku, apa selama itu kau tak pernah ingat ajah
pungutmu?"

Ditanja begitu, hatiku djadi tergerak.

"Djikalau soe-tjouw tak perkenankan aku ikut,

sebab aku tak punja lain sanak, baik, biarlah aku

tjari ajahku," aku kemudian njatakan.

Soe-tjouw mengelah napas pula. Ia lantas

keluarkan beberapa lembar surat, jang ia

peserahkan padaku, untuk aku batja. Aku sambuti

dan lihat tiga putjuk surat, malah aku kenalkan, ituPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

76

ada surat tulisan tangan ajah sendiri, Tempat dari

mana surat dikirim, tanggalnja djuga, semua ada

berlainan. Surat pertama ada surat di achir tahun

pertama aku tinggal di Tay Kak Sie. Surat itu

berbunji:

"Atas titah soepeh, aku telah tjari Tiun Lam Tay
hiap Kat Soesiok di Ay Lauw San, In-lam Selatan.

Sajang soe-siok kebetulan berangkat ke Utara. Aku

telah bertemu satu sahabat lama dari Koe-tong, ia

adjak aku menumpang diiempatnja Pouw Touw-soe

di Pek-sit-tjee di Ah-bie-tjioe. Harap kemudian aku

bisa menulis pula. Tolong soepeh kasihani dan didik

anakku."

Surat jang kedua datang dari Ang-hoa-pouw di

Tjie-tjioe, Kang-pak, tanggalnja ada di musim

Tjoen tahun ke-tiga. Ajahku menulis :

"Kat Soe-siok masih sadja belum kembali. Di

Touwsoe-hoe aku tak bisa menumpang terlebih

lama pula. Di tahun ke-dua, di musim Tjoen, karena

ada urusan, aku meninggalkan Ah-bie-tjioe, dari

Kwie-say, dengan ambil djalan laut, aku pergi djauh

ke Taywan, lalu dari Tay-wan, berlajar pula, ke

pesisir Shoatang. Disini aku mendarat. Untuk satu

tahun lebih aku hidup dalam perantauan. Atas

adjakannja satu sahabat, aku buka piauw-kiok di

Tjietjioe, namanja Seng Wan Piauw Kiok, daerah

pekerdjaannja, di perairan Tiang Kang hilir dan

udik, di darat di sekitar Hoay-lam dan Hoay-pak.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

77

Sampai sekarang ini, perusahaan berdjalan dengan

baik. Bersama sahabatku jang bawa surat ini, aku

ada bekalkan seratus tail perak dan serentjeng

mutiara, harap soepeh sudi terima. Apakah ilmu

silat anakku ada peroleh kemadjuan? Aku

senantiasa ingat padanja"

Surat jang ke-tiga dikirim tjuma djangka tudjuh

bulan kemudian dan itu dikirim baru setengah bulan

jang lalu, dibawanja oleh seorang dari piauwkiok

dari Ang-hoa-pouw. Sekali ini, hurufnja tertulis

sangat djelek, hampir sukar dikenali. Ajah menulis:

"Sekajang ini aku sedang antar piauw ke udik

Tiang-kang. Aku sudah pikir, setelah selesai

serahkan piauw, aku niat kundjungi soepeh. Apa

latjur, ditengah djalan aku ketemu musuh dan aku

terluka parah. Kawanku sekerdja telah tolong bawa

aki pulang ke piauwkiok, tapi lukaku tak dapat

disembuhkan. Djikalau sakit hati ini tak terbalas,

sukar buat aku mati dengan merami mata. Aku ada

punja satu benda mustika, jang didalam dunia tak

ada ke-duanja, dan uang simpanan, jang aku telah

kumpul selama hidupku jang aku sembunjikan di

kelenteng Poan Djiak Am di puntjak Kim Houw

Hong"

Huruf2 lainnja jang lebih halus jang ketjipratan

bak, tak dapat dibatja. Rupanja ajah tulis suratnja

itu di saat-saat dari napas achirnja. Aku djadi

sangat kaget dan berduka, tubuhku bergemetar, airPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

78

mataku turun bertjutjuran. Aku benars bertjelaka,

sudah dari ketjil mendjadi budak, djadi anak jatim
piatu, malah sebagai anak-angkat, aku pun mesti

djadi piatu pula. Aku ingat budi kebaikannja aku

punja ajah-angkat itu. Ia senantiasa ingat aku dan

akuh, aku sebagai achliwarisnja. Aku djadinja

dipandang sebagai anak kandung.

Oleh karena ini, aku tanja soe-tjouw, kenapa

surati itu, terutama surat jang paling belakang,

baharu sekarang diserahkan padaku. Dengan

begitu, djadi tak ada orang jang kabungi ajahku itu.

Aku pun tanja, malah desak soe-tjouw, akan

beritahukan aku, she dan nama dari musuhnja

ajah. Aku ingin membalas dendam, terutama untuk

memenuhi keinginan ajahku itu. Aku bersumpah

tak mau djadi manusia kalau aku tak mampu

mentjari balas.

"Kau ada begini berbakti, orang sebagai kau

sukarlah ditjari," berkata soe-tjouw padaku.

Tidaklah perjuma jang Hoei Thian Gouwkong telah

dapatkan kau. Kau djangan heran kalau baharu

sekarang aku serahkan surat ini pada kau. Kau

ketahui sendiri, tiara bagaimana aku telah adjarkan

silat padamu dan kemadjuan apa kau telah peroleh.

Tapi kesempurnaan adalah bergantung kepada kau

sendiri. Kau tahu, selama ini setengah bulan, aku

sedang siapkan kau punja peladjaran Siauw-lim

Pian-hoat, supaja kau bisa gunai siang-pianPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

79

sebagaimana ajah-pungut kau. Aku telah gunai

tempo siang dan malam, akan rampungkan
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengadjaran itu. Satu hal aku hendak terangkan,

kepandaianmu sekarang melainkan baru bisa

dipakai untuk mendjaga diri, untuk membalas sakit

hati, itulah masih djauh sekali. Adalah niatanku,

akan didik kau lagi beberapa tahun, itu waktu

baharu aku mau beritahukan kau hal kematiannja

ajahmu, akan tetapi, apamau, segala apa ada

kuasa Thian, kita manusia tak berdaja terhadap

tachdir. Demikian, selang beberapa hari jang lalu,

kepadaku pun telah muntjul urusan jang djauh

terlebih penting daripada urusanmu sendiri. Maka,

tidak ada lain djalan, aku pun mesti mengatur lain.

Demikian aku kasi tahu hal ichwal ajahmu ini.

Sekarang simpan baik2 tiga putjuk surat ini."

Aku berdiam sadja selama soetjouw bitjara, akan

tetapi aku ada sangat perhatikan Itu.

"Kau hendak bikin pembalasan, kau perlu ketahui

she dan nama musuhmu," guruku itu kata pula.

"Kau pun mesti berdaja akan dapatkan itu benda

mustika dan uang simpanan dari ajahmu. Untuk itu,

peladjaran kau masih terlalu rendah, pengalaman

kau belum punja dan satu kali kau sembrono,

djiwamu akan terantjam bahaja! Baik kau ketahui,

musuh ajahmu itu ada liehay sekali, ia ada banjak

kambratnja karena ia ada satu pemimpin

pendjahat. Itu benda mustika adalah sebab utamaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

80

dari kebinasaan dari ajahmu Bintang ajahmu telali

bertjahaja, ia punja uang simpanan pasti ada

berdjumlah besar sekali. Sajang ia tak berredjeki

dan berumur pandjang. Untuk wariskan itu semua,

kau djuga harus bergantung sama kau punja

kepandaian dan redieki Aku telah bitjara tjusup,

besuk pagi kita orang akan berpisahan. Tapi kau tak

punja sanak, kau tak punja kadang, kau tak punja

andelan, tentu sadja aku tak bisa antap kau dan

siasiakan padamu. Lebih dahulu daripada ini, aku

telah kirim pesanan pada aku punja soetee Tian

Lam Tay-hiap Kat Kian Soen agar di sembarang

waktu dia perhatikan padamu"

Aku kaget mendengar kata soehoe, tetapi aku

berdiam. Soehoe masih bitjara terus, aku

mendengari.

"Aku punja soetee ini ada murid jang diangkat

mendjadi murid-kepala dari Teng In Siangdjin,

tjouwsoe dari Siauw Lim Sie bahagian Selatan. Ia

djuga ada djadi tiang dari Siauw Lim Pay.

Sebenarnja aku malu untuk bitjara Aku ada

mendjadi soehoe, akan tetapi bltjara tentang

kepandaian, kepandaianku tak ada per sepuluh

daripada kepandaiannja soeteeku itu. Adalah aku

punja soetee ini, jang pada bulan jang lalu telah

datang kepadaku, akan sampaikan berita dari

Tjouwsoe. Ia datang pada tengah malam. Dari

soetee itu aku dapat tahu tentang ajah pungut kau.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

81

"Pada empat tahun berselang, demikian

keterangannja soeteeku, kau punja ajah-pungut itu

telah malang-melintang diselat Koetong-kiap, ia

sampai berani membunuh dengan tak ada

"alasannja, hingga soetee djadi tidak puas. Maka

tempo ajah-pungut itu menjingkir ke Inlam, kepada

soeteeku, Kat Soetee sudah tolak padanja. Kat

Soetee ada mendjadi tay-hiap, ia tak sudi

tjemarkan namanja dengan terima berlindungnja

ajah-pungutmu itu. Tapi dilain pihak, ia tahu

tentang kau, ia perhatikan dirimu. Maka itu

sekarang, buat kepergian kau, aku hendak bekali

kau seputjuk surat jang bunjinja djelas. Dalam

perdjalanan ke Inlam ini, kau boleh sekalian

berpesiar, djalan sadja pelahana. Djikalau kau ada

ketemu murid2 dari kalangan Siauw Lim Pay, kau

harus bertindak dengan turuti pesanan atau

adjaranku, asal kau djundjung tinggi undangi Siauw

Lim Pay. Dilain pihak, apabila kau terus jakln

sendiri, kau akan dapatkan tambahan kemadjuan.

Disini ada seratus tail perak uang kiriman ajah
pungutmu, kau boleh pakai itu buat ongkos

belandja diperdjalanan. Aku pun akan serahkan

kepada kau serentjeng dari seratus delapan butir

mutiara. Ajah-pungutmu serahkan Itu mutiara

kepadaku, untuk aku bikinkan kalung, tapi aku ada

satu tjoe-kee-djin, mana aku bisa pakai mutiara itu,

jang masinga besarnja seperti bidji katjang dan

indah sekali. Dengan punjai mutiara itu, terangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

82

bagaimana mewah hidupnja ajah-pungutmu, tak

heran bila Kat Soetee tak sudi ketumpangan dianja.

Kau boleh bawa mutiara itu, untuk disimpan,

sebagai peringatan dari ajah-pungutmu. Tapi ingat,

ditengah djalan, djangan kau sembarang

pertontonkan itu, atau kau akan nampak bentjana

jang kau tak harap2.

Bersama kau, kau boleh bawa slangpian

peninggalan kau punja ajah-pungut, untuk

didjadikan sendjata pelindung diri. Aku telah

adjarkan kau Hian Hek-houw Tjie-hiong-pian, jang

terdiri dari tiga-puluh enam gerakan. Kau djangan

pandang enteng itu djurus jang sedikit, sebaliknja,

kau mesti peladjarkan dengan sungguh-. Kalau

nanti kau masuk ke Inlam dan ketemu sama kau

punja Soesioktjouw, kau boleh minta ia tolong

pimpin kau terlebih djauh. Dari tigapuluh enam

djalan, siangpian itu bisa berubah mendjadi

enampuluh empat. Kau jakin sadja dengan

sungguh2, nanti kau insaf kefaedahannja."

Habis kata begitu, soe-tjouw lantas serahkan

siangpian, mutiara, uang dan suratnja,

demikianpun lain-lain barang, jang aku butuhkan

untuk perdjalanan merantau ini. Biar aku merasa

berat, aku mesti terima perpisahan ini, aku tak bisa

bilang suatu apa, ketjuali aku bersukur pada

soetjouw. Aku pun bisa bersiap dengan lantas.

Perpisahan terdjadi besuknja, tapi soetjouw masihPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

83

pesan padaku, tentang segala sesuatu dalam

kalangan kang-ouw dimana banjak orang kesohor

karena djulukannja sadja, hingga nama sendiri

djadi seperti dipendam.

"Dan kau!" kata soetjouw, "karena kau tak punja

she dan nama, kau boleh pakai nama Kim Tjie Peng.

Nanti, sesudah kau dapat tjari musuh ajah-pungut

kau, baharu kau mengerti kenapa aku pilih nama

ini, jang bukan ada djulukan belaka. Aku bakal bikin

perdjalanan djauh, ke Hong Hoo Utara, tapi aku

akan lewat di Ang-hoan-pouw, Tjietjioe. Kau d

jangan pikirkan tentang ajah-pungutmu, nanti aku

tolongi urus, aku pun akan sekalian selidiki halnja

terlebih djauh. Kemudian, aku pun mau pergi ke

Inlam, maka, dibelakang hari, kita orang bakal

bertemu pula! Ingat, djangan kau tersesat, djangan

berbuat kekeliruan karena andali kepandaianmu,

apabila kau berbuat demikian, kau bakal disatrukan

oleh kaum Siauw Lim Pay. Mereka ini taat pada

aturan kita dan aku tak akan bisa lindungi kau!"

Aku bergidik akan dengar keterangan soehoe,

tapi aku segera berlutut didepannja Aku terima

pesanan itu sambil menangis. Setelah itu, soehoe

djadi sabar pula seperti biasa. Ia pimpin bangun

padaku dan kata dengan manis, "Anak, aku tahu

kelakuan kau, kau tak akan sia siakan ketjapean

hatiku terhadap kau, tapi ingat, dikalangan kang
ouw ada terlebih banjak orang djahat daripadaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

84

orang baik, kau senantiasa mesti berhati-hati.

Habis itu, soehoe lantas berangkat."

V

"Sedjak itu, aku merantau di kedua propinsi

Koei-tjioe dan In-j lam, sampai dua atau tiga tahun

lamanja," Kim Tjie Peng landjuti penuturannja.

"Selama itu, belum pernah aku dapat tjari Kat

Soesiok-tjouw. Tentang musuh ajah-pungutku,

pun sukar untuk aku selidikinja. Malah tentang aku

punja soetjouw atau soehoe Boe Tjoe Siansoe, aku

pun seperti kehilangan, sampai aku tak tahu apa ia

masih berdiam di Tay Kak Sie atau tidak, karena

sia-sia sadja aku tjoba tjari tahu hal ianja. Aku

sering pikir untuk kembali sendiri ke Tay Kak Sie,

saban2 aku batalkan itu, sebab aku malu sendiri.

Demikian aku merantau, sampai achirnja uangku

habis dan aku djadi melarat begini rupa. Untuk

berbuat tersesat, sedikitpun aku tak berani. Paling

belakang, aku sampai didaerah Seng-keng-wan.

Untuk dapati uang, kemudian aku tjoba mendjadi

tukang tenung di Giok Hong Kok. Aku mengerti

sedikit ilmu ini, jang aku peladjari dari Boe Tjoe

Siansoe. Ini ada nudjuman Sian Thian Sin-souw.

Malah dengan ini djalan, aku mentjoba tjari tahu

hal musuhku. Aneh adalah hasilnja ramalanku. AkuPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

85

tak dapat keterangan lalnnja bahwa aku bakal

dapat bantuannja satu koei-djin. Sekarang, setelah

aku bertemu Tjiangkoen, baharu aku insaf

penundjukan dari ramalan itu."

Liong Touwsoe ketarik akan dengar orang punja

tjerita itu. Ia pun girang akan dapat kenjataan, jang

ia punja penglihatan tak keliru.

"Tjoba kau djelaskan tentang ilmu ramalanmu

itu," ia minta.

"Sebenarnja ilmu ramalan dari guruku ini ada

warisan dari Tat Mo Tjouwsoe," Kim Tje Peng
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

djawab itu pertanjaan, "tetapi tjouwsoe tak berani

sebut nama Tat Mo, ia lantas pakai sadja Sian Thian

Sin-souw." Ia tjelup sebatang sumpitnja ke dalam

arak, dengan itu ia menulis dua hurUf "San Sam"

atau "tiga tiga" diatas medja. Ia lantas tundjuk satu

huruf sambil menerangkan: "Ini jang dipanggil

Kian-kwa. Kian berarti Thian, masuk hitungan

Yang. Ini jang disebelah bawah," ia tundjuk huruf

satunja lagi, "ada Soen-kwa. Soen artinja Hong,

masuk Im. Diatas Kian, dibawah Soen, djadinja Im

ketemu sama Yang. Menurut ramalan, itu berarti

Houw, dan Houw ini bermaksud bertemu
berangkap. Atau artinja lebih djelas, itu berarti yoe

lie kian tay djin ? baik bertemu sama orang besar.

Dalam Tjioe Ya bukankah terang2 ada ditulis, 'Kian

Liong Tjay Thian, Lie Kian Tay Djin" ? Melihat naga

disawah, berhasil bertemu orang besar. TjobaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

86

Tjiangkoen pikir, apa sekarang aku bukannja

beruntung telah bertemu sama Tjiangkoen? Apa itu

bukannja ramalan telah menundjuk njata?" Liong

Touwsoe ada begitu gembira hingga ia tepuk?

tangan.

"Aneh, benar aneh!" kata ia dengan seruannja.

"Bukan melainkan she, hanja namaku pun ada

ternudjum terang!"

Kim Tjie Peng tertjengang, ia melongoh.

"Oh, maaf, Tjiangkoen, maaf," kata ia kemudian,

seraja berbangkit, akan mendjura berulang?.

"Dengan sebenarnja aku tidak tahu nama

Tjiangkoen dan aku telah lantjang sebut? itu "

Tapi itu djendral ketawa terus. "Sudah, djangan

pakai banjak adat-peradatan!" ia kata. "Kau duduk,

duduklah! Djangan kata kau, orang djauh,

sekalipun penauauk In Lam, boleh djadi djarang

jang ketahui namaku itu, Tjay Thian. Disini orang

kenal aku sebagai Tok Kak Liong-ong sadja. Tapi,

ramalan kau ada tjotjok. Ramalan kau tentang si

punggawa pun bikin aku tertawa, sebab tepat dan

lutjunja. Djadi sedjak itu, kau djadi tukang

meramalkan?"

"Benar Tjiangkoen."

Kim Tjie Peng menjahuti sambil bersenjum.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

87

"Djuga Kongya kita pertjaja ramalan, untuk

keluar perang atau lainnja, ia sering rundingkan hal

itu sama sekalian penasehatnja, sering-sering ia

berhasil. Sekarang aku ketahui hal-ichwalmu. Tian

Lam Tay-hiap jang kau sebutkan djusteru ada

orang jang aku paling kagumkan, sajang aku tak

berdjodo akan bertemu sama dianja. Mengenai

sakit hati kau, dimana aku bisa, aku nanti bantu

kau. Sedjak ini, baik kau tunda perantauan kau,

kau turut aku kembali ke Kim-to-tjee di Kim To

Hong, Tjio-pin, untuk kita tinggal sama2, sedikitnja

buat sekian waktu. Kim To Hong dekat dengan Ay

Lauw San tempat keaiamannja Tian Lam Tay-hiap,

nanti pelahan2 kita tjari tahu tentang tayhiap itu.

Halnja surat dinas dari Khim Touwsoe, kau tak usah

kuatirkan, aku nanti berdaja, akan loloskan kau dan

hubungannja. Nah, kau duduk, minum dan makan,

aku hendak pergi sebentar pada Kongya, buat

sekalian bereskan urusan kau ini. Disana masih ada

Ang Hay Djie. Djangan kau pandang ia sebagai satu

botja belaka, ia tentu ada punja suatu rahasia lain.

Kongya senang pada botja itu, aku hendak bantu

Kongya menjelesaikannja."

Habis kata begitu, dengan adjak beberapa

tauwbak, Liong Touwsoe undurkan diri dari medja

perdjamuan itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

88

Kim Tjie Peng legahkan hati, dengan dilajani

beberapa serdadu, ia terus dahar dan minum

sendirian.

Liong Touwsoe pun berlalu dengan hati girang. Ia

ada seorang Biauw tapi ia terpeladjar dan bisa

hidup sebagai orang Han. Ia puas jang ia bisa

hormati orang pandai, apapula orang jang pandai

silat. Ia bertindak dengan tjepat kekemah dari Bhok

Kongya. Sebagai orang kepertjajaan, ia bisa masuk

langsung tanpa pemberitahuan lagi. Selagi

mendekati, ia dengar suara bidji tiokie, suatu tanda

sehabis bersantap dan minum thee, hertog itu

sedang hiburkan diri dengan main tjatur sama

orangsebawahannja jang dipertjaja.

Ketika itu Bhok Kongya berpakaian biasa, api lilin

ada terang, ia lihat panglimanja lagi mendatangi,

sambil tertawa, ia menundjuk.

"Bagus kau datang Tjay Thian!" ia kata. "Aku

memang niat panggil kau! Aku djusteru perintah

orang akan hadapkan pula itu orang tawanan, jang

dipanggil Ang Hay Djie, untuk periksa pula dengan

terang padanja. Ia ada suatu anak luar biasa,

omongannja seperti kandung rahasia, aku tak ingin

ia terhukum binasa sebelum ketahui keadaannja

dengan djelas. Bukankah begitu kau pikir?"

"Kongya benar," sahut Liong Touwsoe. "Duga

Kim Tjie Peng bukan orang sembarangan, setelahPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

89

aku undurkan semua orang dan aku periksa ia

sendiri, ia telah aku siapa dirinja."

Dan panglima ini tuturkan halnja murid atau

tjutju-murid dari Boe Tjoe Siansoe.

"Aku ingin pakai ia sebagai tauwbak, maka itu

aku harap Kongya suka kasi kebebasan padanja,"

kata ia achirnja.

Bhok Kongya tertawa.

"Djadi dia, ketjuali ilmu surat dan silat, mengerti

djuga ilmu tenung," kata radja muda ini. "Baik, kau

boleh pakai ia, untuk ia bantu padamu. Untuk

sementara, angkat dia mendjadi touwsoe. Kalau

nanti aku senggang, aku ingin kau adjak ia datang

padaku, barangkali aku ada perlunja dengan ia"

Liong Touwsoe girang, ia mengutjap terima

kasih. Ia djandjl akan satu waktu bawa Kim Tjie

Peng datang menghadap.

Itu waktu ada terdengar suara rantai beradus,

lantas tertampak beberapa serdadu iringkan Ang

Hay Djie, siapa terus berlutut didepan kongya,

siapa sebaliknja lantas duduk dengan tegak dengan

diapit oleh Liong Touwsoe dan beberapa

penasehatnja. Sesudah mengawasi sekian lama

dengan tadjam, Bhok Kongya buka mulutnja.

"Tadi siang kau bersumpah bahwa kau bukannja

orang djahat, bahwa sebaliknja, orang djahatPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

90

adalah musuh kau. Kau begini muda tapi kau

bernjali besar, orang sebagai kau, sukar ada ke
duanja. Tapi, meski begitu, kau tidak mau omong

dengan terus terang, inilah sukar. Meskipun aku

ingin menolong, aku tak bisa lakukan itu, aku tak

boleh sembarang ambil putusan. Kau djangan

kuatir, kau boleh bitjara disini, rahasiamu tak akan

botjor. Semua jang berada disini ada oranga

kepertjajaanku. Asal kau bitjara dengan alasan,


Rajawali Emas 14 Tapak Asmara Pendekar Hina Kelana 23 Satria Pedang Jodoh Rajawali 03 Ratu Kembang Mayat

Cari Blog Ini