Ceritasilat Novel Online

Cahaya Perak Bukit Timur 3

Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng Bagian 3

kirinya memegang pundak kanan.

Siauw Bun Kun melihat dibawah terangnya matahari yang baru

terbit itu, bahwa pundak kanan Kie Thian Tai Seng keluar darah segar.

la menjadi sadar, dan hatinya menjadi lega.

"Seri, setali tiga uang!" ia berseru kegirangan.

Sekonyong-konyong, badan Kok Piauw bergerak, dan sekuntum

awan merah membumbung keudara dan lenyap keluar tembok pagar.

*

* *

Peristiwa inilah merupakan kekalahan baginya untuk pertama

kalinya seumur hidupnya.

Walaupun sesungguhnya pertandingan berakhir seri, namun dalam

anggapan hatinya itulah lain ! Jago, kelas satu dalam Rimba persilatan

seperti Kim Hwa Sam-cu, Beng Ceng Tai Su, Bu Tong Cie Yang Totiang

serta Cie Ie Sian-kauw semuanya telah keok dibawah tangannya. Tapi tak

dinyana malam ini sebaliknya ia dapat diimbangi oleh seorang nenek

yang tiada bernama? Bagaimana hatinya tidak merasa penasaran ?

Sekeluarnya dari tembok dusun, maka ia memperlambat

langkahnya. Selagi ia berjalan, tiba2 kelihatan sebayangan berkelebat!

Walaupun ia telah terluka tapi sedikitpun tiada berarti baginya. Tanpa

pikir panjang ia mencelat, laksana seekor burung elang yang lapar

menerkam.

Ternyata ilmu meringankan badan mangsanya itu masih rendah.

Melihat tak dapat menyingkir lagi, maka orang itu berhenti.

Kok Piauw terkejut "Oh, kiranya kau?!" serunya. Ternyata orang itu

bukan lain adalah sibocah yang ia temui siang tadi !

Kok Piauw mengetahui bahwa anak ini mempunyai hubungan erat89

dengan sinenek, maka ia bersikap ramah-tamah. Sebaliknya anak itu

demi melihat bayangan merah menubruk dari angkasa, menjadi terkejut

dan bentaknya keras: "Siapa kau ? Mengapa kau berani datang selagi

nenek-ku pergi?"

Kok Piauw pura2 terperanjat: "Siapa nenekmu itu?"

Anak itu mengedip2kan matanya, dengan bangga ia berseru: "See

San Seng Bu atau Wanita Mulia dari Gunung barat! Apa kau tidak tahu

Hm! Kalau begitu kau jangan merantau lagi di Sungai Telaga!"

Walaupun usianya masih sangat muda, tapi gayanya seperti orang

besar, membikin pemuda kita geli hatinya. "Oh kiranya dia, pantas

ilmunya tinggi sekali!"

See San Seng Bu adalah salah satu dari 5 orang terpandai dewasa

ini, tatkala masih berada diatas gunung Thian San, Ibunya sering

menyebut2 namanya dan tak dinyana bisa bertemu disini. Sering ia

mendengar penjelasan dari ibunya bahwa See San Seng Bu sangat

ramah-tamah dan murah hati seperti malam ini terhadap dirinya. Apakah

terhadap Siauw kek-cung tindakannya keterlaluan? Dengan gundah
gulana ia meninggalkan bocah itu.

Sepanjang jalan, tak jarang ia mendengar kabar2 yang mengenai

dirinya, seluruh Bulim agaknya gempar dibuatnya. Ia tidak mau

menyia2kan waktu ia ingin segera sampai di Bu-Tong San. !

Selama 3 bulan lamanya, akhirnya ia tiba juga digunung Moh Pok

San diperbatasan antara Kiang-Say dan Auwpak, lereng terakhir gunung

Moh Pok San. Dihadapan samar2 tampak sebuah dataran. hatinya terasa

lapang dan nyaman, la sudah tiba pada dataran Auwpak.

Perjalanan yang telah memakan beberapa bulan lamanya

membuatnya letih juga, selagi ia hendak menagsoh dibawah sebuah

pohon untuk melepaskan lelah, sekonyong2 udara dikejutkan olah suara

derap kuda dan kaki.

Kok Plauw menoleh. Tampak 2 penunggang kuda sedang

mendatangi dan setelah datang dekat ternyata sipenunggangnya adalah

sepasang muda-mudi.

Kam Keko !" berseru sipemudi, "Mengapa hatimu begitu tajam.!

Aaaah. aku takut terhadapmu !"Sigadis muda yang mengenakan baju

warna kuning yang mirip dengan warna baju Kok Piauw,:"Aku mengusir

mereka meninggalkan tempat ini adalah bermaksud baik! Jika ada orang

membunuh mereka, habis apa yang hendak kau katakan kelak ?"

Kok Piauw menjadi terkejud. Sjapakah mereka itu ?

Sementara itu kedua penunggang kuda sambil bercakap2 sudah

datang mendekati !

Sipemudi demi mnadengar jawaban orang, tiba2 menghentikan

kudanya.90

"Hm ! Bagaimana tak dikatakan kejam?, kau telah menceraikan

keluarganya! Hm, masih juga kau katakan tidak kejam?"

Pemuda baju kuning melirik kepada pemudi itu, air mukanya

menunjukkan perasaan yang dingin. Sambil menghentikan kudanya ia

berkata : "Siang-Moay, mengapa kau tidak dapat menyelami jiwaku?"

akupun mempuyai kesulitan !"

Sipemudi dengan gusar bertanya "Apa kesulitanmu itu ? Coba kau

terangkan kepadaku!"

Kok Piauw diam2 mengawasi. Pemuda itu mengenakan pakaian jars

serupa warnanya dengan dirinya, sedang usiapun sebaya dengan dia.

Perkataan orang ini tidak ada juntrungannya, jangan2 dia kurang

waras.

Ia menoleh pula, Sipemudi yang berjalan berbareng dengan

pemuda itu raut mukanya berpotongan daun sirih, alisnya melentik,

kulitnya putih bersih dan halus. Saat itu tampak mulutnya cemberut,

agaknya sedang jengkel.

Kok Piauw melihat pula sererotan orang berjalan berbaris. Semua

orang tawanan itu adalah kaum pria! Hati Kok Piauw bertekad !

Sipemudi tiba2 mengeprak kudanya dan berlalu tanpa

menghiraukan pemuda itu, sianak muda demi melihat kejaian itu, tidak

mau tinggal diam. Segera ia mengaburkan kudanya mengejar dan

menghalang sipemudi. Air mukanya menunjukkan rasa pedihnya dan

dengan meratap ia memohon : "Siang Moaymoay, kau dengarlah dulu.

Perbuatan ini sesungguhnya bukanlah kehendakku!

"Apa katamu ?" tanya sipemudi heran.Habis kehendak siapa ?"

Sipemuda tiba2 menoleh.

"Aaah, ada seorang lagi yang datang untuk menghantar jiwanya!"

ujarnya.

Seorang pemuda berbaju kuning sedang berjalan mendatang !

Orang itu bukan lain adalah Kok Piauw, sambil menundukkan kepalanya

ia berjalan. Terhadap sepasang muda-mudi dihadapannya, seperti juga

tidak melihat nya.

Sipemuda baju kuning mengeprak tunggangannya dan berteriak

menerjang : "Hay ! Apa kau tidak takut mati?"

Kok Piauw perlahan2 mendongak, dan dengan belaga bodoh ia

bertanya ; "Numpang tanya,didepan itu tempat apa?"

"Apa perlumu ?" sahut sianak muda dengan garang. Sambil

merapihkan pakaiannya, seperti juga tidak menaruh hati atas jawaban

orang, Kok Piauw " Aka menanyakan kau didepan itu tempat apa?"

Sianak muda yang duduk diatas punggung kuda tidak sabaran lagi.

Ia mengayunkan cambuknya.

"Kam Koko! Tahan! menjerit sipemudi dengan nyaring.

Pemuda itu terdiam, sedangkan sipemidi memandang dengan

sungguh2 pada Kok Piauw.91

Aaah ! Maksud kawanku sebenarnya baik, didepan itu benar2 tidak

boleh dijalani?"

Orang perempuan bagaimanapun tetap orang perempuan !'' pikir

Kok Piauw terharu. Tapi ia berpura2 seperti tidak akan terjadi sesuatu

terhadap dirinya, ia mesem.

Coba ku lihat!" ujarnya. la berjalan.

Pemuda itu menjadi bingung, dan buru2 membalikkan kudanya dan

berteriak : "Hay! Hay! Kami betul2 ber-maksud baik !"

Kok Piauw mengedip2kan matanya. "Terima kasih! Habis berkata,

tangannya menyisihkan kepala kuda kesamping, dan dengan wajar ia

berjalan pergi.

Keruan saja pemuda jadi murka, dengan bersungguh2 ia berteriak

:" Siang Moay, minggirlah ! Biar kuhajar dia sampai babak belur! Lebih

baik daripada dibunuh oleh Kie Thian Tai Seng !"

Mendengar disebutnya "Kie Thian Tai Seng. "Kok Piauw kembali

memalingkan mukanya. Dengan tawar ia berkata! "Aku sudah tahu!"

Kemudian ia berjalan kembali! Menampak Kok Piauw tidak tahu

sama sekali terhadap Kie Thian Tai Seng. Sipemuda heran. Tapi demi

melihat orang terancam bahaya, tak tegah hatinya kalau tidak

memberikan pertolongan ! Maka ia mengejar untuk menghalang2i. Tapi

baru saja mengeprak lesnya, atau kuda jempolannya roboh terkulai!

Pemudi itu terkejut bukan buatan! Mengapa kudanya mendadak

menjadi ngantuk. Buru2 ia lompat turun.

Sementara sipemuda berlari menghampiri.

"Mengapa ? Apa kudamu jatuh sakit! Ia merobah tubuh kuda itu

menjerit karna kagetnya.

"Mati ! Kudamu tidak bernapas lagi !"

Sipemudi menjadi pucat pias dan dengan tangannya gemeteran ia

bertanya: " Apa katamu ? Kudaku mati ?"

Ia meraba-raba badan kudanya. Hatinya berdebar2 keras. Ternyata

Si anak Naga yang menjadi kesayangan betul2 telah mati ! Dengan

bengong ia memandang kearah Kok Piauw dikejauhan dengan penuh

kecurigaan.

Sipemudi tidak kalah herannya. Kuda itu adalah kuda jempolan,

sedikitnya ia masih bisa hidup 10 tahun lagi. Mengapa hanya dielus saja,

tiba2 menjadi mati ? Ini hebat sekali !

Tiba2 ia menarik tangan sipemudi dan teriaknya: "Siauw-moay,

lekas! Tentu ini perbuatan orang itu!"

*

* *

Demi mendengar perkataan tersebut, sinona ada sadar. Dengan92

gusar ia mencemplak kuda kawannya dan bagaikan kilat berduaan

mereka mengejar. Tapi sipemuda baju kuning sudah jauh.

Mereka mengejar sampai disebuah kota, kok piauw sedang

bercakap-cakap dengan seorang perempuan dalam sebuah rumah makan,

perempuan itu agaknya yang punya rumah makan itu.

Mereka masuk kedalam rumah makan atu dengan muka merah

padam. Sipemudi yang merasa sedih atas kematian kuda kesayangannya,

dengan sekali gerakan sudah mencabut pedangnya ! Begitu pedang

menjadi telanjang diudara, dengan ganas ia menyerang Kok piauw !

Perbuatan sinona yang sangat cepat dan garang ini sungguh2 diluar

dugaan Kok Piauw.

Namun dasar kepandaiannya sangat tinggi, begitu ujung pedang

hampir mampir didadanya, ia berkelit bagaikan lindung, dan bersamaan

ia menolak dengan telapak tangannya.

Pemudi itu menjadi limbung dan hampir2 jatuh terpelanting!

Sipemuda she Kam yang menyaksikan menjadi terkejut. Cepat2 ia

menghunus pula pedangnya dan membentak : "Siapa kau sebenarnya''?

Kok Piataw memandang kepada mereka dan balas bertanya: "Apa

kalian pernah melihat Kie Thian Tai Seng?"

Kesunyian menggantung berat diudara.

"Walaupun aku belum pernah melihat tampang Kie Thian Tai Seng."

sahut pemuda She Kam itu dengan muka muram. "Tapi guruku telah

dibunuh olehnya digunung Thian Bok San dipropinsi Ciat-Kiang, dengan

terjadinya peristiwa ini maka hampir2 aku salah paham terhadap Khouw

Locianwpee Ciang-Bun-Jin dari Haw San Pay."

Ucapan itu sebenarnya ditujukan kepada sipemuda untuk

mnjelaskan atas tindak2annya yang selalu dicela. Karena merana atas

kematian gurunya, maka ia tidak ingin pula melihat orang lain ikut
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kehilangan suami atau Putranya, maka dengan demikian ia mengungsikan

semua orang lelaki agar selamat. Dialah Kam Lee.

Pada saat itu juga gemetarlah Kok Piauw. Setelah melihat

penderitaan orang banyak, sadarlah ia akan perbuatannya yang berdosa.

Perintah ibunya adalah salah!

Dengan hati penuh kemenyesalan ia berseru : "Saudara Kam

mohon kau umumkan kepada seluruh dunia, bahwa Kie Thian Tai Seng

sudah lama meninggal dunia-!"

Habis berkata iapun berjalan dengan tindakan berat.

Ia insyaf bahwa kini ia harus melanggar titah gurunya dan ibunya.

Tatkala ia baru saja melangkah 2 tindak, sekonyong-konyong angin

angin menyambar dipunggungnya.

Kam Lee berlari mengejarnya, dan dengan pedang ditudingkan ia

berteriak bengis :" "Hm, hm! Siapa kau sebenarnya ?" Jangan lari dulu !"

Kok Piauw tidak meladeni.

Sinona ikut memburu dan bentaknya halus: " Tak perduli siapa dia!93

Lee Koko, suruh dia mengganti Liong-jie ku!"

Kok Piauw dengan lirih mengelah napas dan menyahut penuh

kemenyesalan: ?Segala perbuatanku yang lampau bagaikan telah mati

kemarin, sedang perbuatanku di-kemudian hari, bagaikan baru lahir hari

ini Kam-heng, bila kau benar2 percaya bahwa Thian Tai Sang masih

hidup, maka sejak hari ini ia hanya akan membunuh orang2 jahat !"

Kam Lee dan sinona menjadi terkesiap.

"Kam koko, apa mungkin orang ini adalah Kie Thian Seng ?"

Kam Lee terkejut, tiba2 ia teringat khabar yang tersiar dikalangan

Kang-ouw, bahwa Kie Thian Tai Seng adalah seorang anak muda yang

berpakaian warna kuning. Dengan lantang ia berterjak: "Betul ! Betul

dia!"

Selagi orang ber-cakap2, Kok Piauw sudah berlalu keluar pintu.

Siang Moaymoay, dia .. . . dia ,,,, betul Kie Thian Tai Seng si Hantu

itu ! Sakit hatiku tak boleh dibiarkan begitu saja!" ===

Kam Lee segera meloncat dan memburu keluar pintu.

Kok Piauw berlare dengan tenang dan Kam Lee mengejar

dibelakangnya sambil berteriak-teriak: "Kie Thian Tai Seng, hayoh

kembalikan jiwa guruku!"

Kok Piauw menoleh kebelakang. Tampak beberapa orang sedang

ber-lari2 mengejarnya. Saat ini, ia bertekad untuk tidak mau

menjalankan perintah ibunya lagi, ma ia tidak ingin menimbulkan

keonaran. Tanpa pikir panjang ia mempercepat kakinya untuk berlalu

meninggalkan kota itu.

Kam Lee mana mau menyia2kan kesempatan ini, sekejapan

mereka sudah berada diluar kota dan ber-lari2 kejar2an.

Mereka melewati sebuah tempat yang sunyi.

Tiba2 Kok Piauw berhenti. Kam Lee memburu datang dan lantas

saja menyerang dengan pedangnya.

"Hutang jiwa harus dibayar dengan jiwa pula. Kau mau lari lagi ?"

Kam Lee menjerit.

Hati Kok Piauw terharu. Terpaksa ia mengulurkan tangannya

dengan dua buah jari ia menjepit pedang Kam Lee.

"Tenang, saudara Kam. Perkataanku tadi apakah kau tidak

mendengar?" tanyanya sambil mengelah napas.

Kam Lee terkejut! Tangan kanannya mendadak linu. Kelihayan Kie

Thian Tai Seng sungguh bukanlah omong kosong, namun tekad hati

untuk menuntut balas saat ini sedang menyala-nyala, maka tak sempat ia

memikirkan lagi apa akibatnya. Dengan sekuat tenaga ia meronta, tapi

sia2 belaka. Hatinya menjadi gugup dan dengan suara nyaring ia

berteriak : Katamu sejak hari ini kau hanya akan membunuh orang2

jahat ! Hm, dengan kata2mu yang manis ini apa kau kira bisa mengelabui

orang lain ?"

Kok Piauw terdiam. Ia tahu bahwa tak mudah untuk melenyapkan94

akibat kejahatannya.

Pada saat itu tampak sesosok bayangan orang ber-lari datang

dikejauhan. Tapi ketika sampai ditengah jalan tiba2 ia berhenti. la

berhenti dengan tongkatnya ia meng-gores2 diatas tanah, kemudian

berlalu pergi, bagaikan angin cepatnya.

Kok Piauw menjadi heran, tapi ia diam saja.

Kam Lce melihat wajah Kok Piauw yang menunjukkan perasaan

bimbang, menjadi legah hatinya.

"Apa kau berani datang ke Bu Tong San?" ia bertanya.

Kok Piauw tidak ingin menyahuti pertanyaannya itu, kedua jarinya

ia kendorkan.

"Saudara Kam, lekas kau lepaskan semua rakyat, Kie Thian Tai

Seng tidak akan mencelakakan mereka pula."

Kalimat yang terakhir ini ia ucapkan dengan penuh keyakinan,

kemudian ia melayang ketempat orang tadi berhenti. Dibawah sorot

matanya, tampak diatas tanah bergores kata2 "Kembalilah kepada asal

mulamu!"

Kok Piauw adalah seorang yang sangat cerdik, sekali melihat

goresan huruf itu, hatinya menjadi berdebar2.

Apakah orang tunjukkan kepada diriku? menggumam.

Orang itu adaiah seorang pengemis tua dengan pakaiannya

compang-camping.

Mengapa ia menulis kata2 ini ditanah? Agaknya kecuali Kok Piauw,

tiada seorang pun yang mengetahuinyal

Kok Piauw menjadi tertarik. Ia menoleh ketika Kam Lee berlari

menghampiri.

"Untuk apa kau menyusahkan hatimu mengikuti aku ! ia bertanya.

"Apa kau penjelmaan Kie Thiaa Tai Seng?" tanya Kam Lee dengan

napas memburu.

Kok Piauw meng-angguk2kan kepalanya dan menyahut dengan

sungguh2,

"Ya, tapi saudara boleh siarkan kepada semua orana, bahwa sejak

hari ini Kie Thian Tai Seng tidak lagi tidak membunuh orang baik2!"

Sehabis berkata karena khawatir Kam Lee tidak percaya akan

dirinya adlah Kie Thian Tai Seng, maka ia mengebutkan tanganyaa.

"Brak ! Segera sebuah pohon besar disampingnya roboh seketika

itu juga.

"Peristiwa di Thian Bok-San semuanya terjadi karena kesalah
fahaman. Aku minta kepada saudara suka mempercayai aku !"

Sehabis berkata, iapun berlalulah !

Malam gelap, angin berhembus sepoi2. Bintang2 bercemerlangan

menaburi angkasa raya, tampak Kok Piauw sedang asyiknya berlari2

seorang diri. Pikirannya senantiasa mendengar pesan ibunya :95

"Ingatlah anakku ! Bunuhlah semua orang pria di Kolong langit ini!"

Kok Piauw menghela napas dalam2. Kini ia telah menghianati pesan

ibunya, jika hal ini diketahui oleh ibunya, apa yang harus ia jelaskan?

Pikiran ini senantiasa mengganggu ketenangannya, sehingga lama

kelamaan menyiksa dirinya sendiri !

Bulan tergantung diangkasa biru. alam sunyi-sepi.

Kok Piauw berlari-lari tanpa berhenti, dan berselang tidak lama,

tampak sebuah gunung besar melintang dihadapan matanya.

Dia memperlambat langkahnya dan memasang mata mengawasi

kesekelilingnya. Tampak tidak jauh dari tempat dia ada sebuah goa,

maka ia berjalan menghampiri.

Jilid 4

Tatkala hampir dekat. ia berseru karna terperanjat. Ternyata

diambang mulut goa itu duduk bersila sipengemis tua yang meninggalkan

tulisan diatas tanah.

Pengemis tua itu sedang duduk memejamkan matanya. ketika Kok

Piauw mendekati ia berkata: "Thian kau kemarilah !"

Terperanjat Kok Piauw, ia menoleh kebelakang. Namun ia menjadi

tercengang, karena dibelakang tiada seorang manusiapun. Bercekadlah

hatinya.

"Apa orang ini memanggil aku ?"

Pengemis tua membuka mata yang sipit2, dan berseru pula : "Thian

Tie, kini tibalah saatnya bagimu untuk bertobat. Kembali keasal mulamu

!"

Kemudian ia bangun dan berjalan kedalam goa!

Kok Piauw berdiri dengan bengong. Pengemis tua itu telah lenyap

kedalam. Pelan2 ia memeriksa sekitar tempat itu. Tapi sungguh aneh,

kecuali dia seorang, tiada pula tampak orang lain. Maka pangilan

pengemis tua itu tak dapat disangsikan lagi tenta ditujukan kepadanya.

Angin gunnng berdesiran menjadarkan Kok Plauw. Dengan hati

berdebar-debar ia berajalan masuk ke-dalam goa itu !

Dalam goa itu sangat gelap. Berjalan tiada jauh samar2 tampak

cahaya sinar yang, sangat lemah. Jiwanya menjadi sangat tegang, tapi ia

pantang mundur. Ia berjalan terus.

Sesampainya disebuah tegalan dalam goa itu. terdapatlah sebuah

kamar batu. Kok Piauw mendongak, samar2 terlihat bekas2 tulisan. Ia

mengamat2ti. Diatas tertulis

"Tong Nio Tong Hu" atau " Istana Goa di Bukit Timur !"

Kok Piauw jadi tertarik, pikirnya tentu pengemis tua itu berada

didalam!96

Ia berjalan dengan perlahan2, dan batuk2. Tapi dari dalam tiada

terdengar reaksi apa2.

Walaupun ia berkepandaian tinnggi dan pemberani, tapi dalam

keadaan seperti ini, tak berani ia bersikap ceroboh !

"Apa didalam ada orang?" ia berteriak dari luar.

Tapi ia tetap tidak mendapat jawaban, perlahan2 ia dorong

pintunya! Hampir2 ia lompat mundur. Dibawah sorot matanya yang tajam

itu kelihatan tengkorak manusia yang berduduk sila diatas sebuah

ranjang batu. Kemana perginy. pengemis tua itu?

Kok Piauw menghirup napas dalam2, matanya menjalar kesekeliling

kamar batu itu. Pada dinding2 kamar itu tergambar bermacam2 teory ilmu

pedang ! Dan di-atasnya samar2 tertulis beberapa huruf. Pikirannya

bahwa orang ini setelah mengetahui dirinya tak dapat hidup lama lagi

diatas bumi, maka melukiskan kepandaian untuk diwariskan kepada

orang angkatan muda.

Walaupun kepandaian Kok Piauw boleh dikata sudah hampir

menyampai taraf kesempurnannya tapi penemuan yang sangat kebetulan

ini, tak berani ia memberikan suatu penilaian,

la berjalan mendekati dan membaca kalimat diatas!

"Aku bernama Hu Wie Beng, mempunyai 2 orang putera: yang sulung

bernama Thian Bin, sedang yang bungsu bernama Thian Tie . . . .

Membaca sampai disini, hati Kok Piauw tergerak.

Thian Bin ? Apa bukannya sianak muda yang pernah ia jumpai

diperjalanan ?"

Ia membaca kembali.

"Ketika Thian Tie dilahirkan, sedang dikurung oleh 8 orang jago

dari partai sesat. Akhirnya istriku yang tercinta binasa dan puteraku

terculik oleh mereka. Aku terluka parah, tapi aku yakin bahwa ilmu

pedang "Tong Nia Kiam Hoat yang mempunyai 18 jurus ini dapat

mengatasi semua ilmu stiat dari para partai Sesat itu. Kepada orang yang

mempelajari ilmu pedangku ini kuminta dengan sangat agar dapat

membalaskan sakit hatiku. Dari alam baka aku akan mengaturkan terima

kasih.

Dibawahnya terdapat tertanda tangan Tong Nia Kiam Kek atau

Pendekar pedang dari Bukit Timur!"

Sehabis membaca, Kok Piauw tertegun untuk beberapa saat

iamanya. la merasakan bahwa malapetaka yang dialami ahli-pedang ini

sungguh mengharukan sekali.
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Maka dengan perihatin ia memandang ke 18 jurus lukisan ilmu pedang

dari Bukit Timur.

Ilmu pedang Kok Piauw dapat dibilang sudah hampir sempurna, tapi

setelah setengah harian dengan dibantu olen sinar rembulan mempelajari

lukisan2 tersebut, ia terkejut bercampur girang. Ilmu pedang dari Bukit97

Timur sangat luar biasa ! Lebih lihay jika dibanding dengan ilmu

pedangnya sendiri.

ia segera keluar untuk berlatih dan terasa masak betul.

ia kembali pula kedalam kamar batu itu, dengan tangannya ia menghapus

gambar2 yang terlukis dinding2 itu ! Kemudian ia berlutut dan

menganggukkan kepalanya dua kali, kepada tengkorak manusia itu.

Dalam hatinya diam2 ia bersujud. ia pasti akan mencari musuh-besarnya

Tong Nia Kiam Kek !

Sungguh ajaib! Begitu ia berlutut dan menganggukkan kepalanya,

tengkorak yang tadinya bersikap duduk bersila, tiba2 roboh ketanah.

Mesti Kok Plauw tidak percaya akan tahayul, tapi demi melihat

kejadian ini, tak urung ia terkejut juga.

Segera ia maju untuk membereskan tengkorak itu kemudian

menguburnya ditegalan.

Baru saja ia selesai melakukan pekerjaan itu, sekonyong-konyong

terdengar suara suara orang datangnya dari arah jauh.

"Tong Nia Kiam-Hoat telah mendapat ahliwaris !

Ha-ha-ha! Dapat dibilang bahwa Tuhan sangat adil!"

Kok Piauw terkesiap, pikirnya dimalam hari buta seperti ini,

ternyata masih terdengar suara orang. Maka la buru2 mencelat dan

mcnubruk kearah dari mana suara itu datang!

Ternyata dibelakang goa ini masih terdapat sebuah jalan, setelah

berbelok2 beberapa kali, akhirnya sampai juga in dibalik gunung itu.

Kok Plauw mengawasi kesekeliiing tempat itu, tapi tidak tampak

ada bayangan orang!

Diam2 Kok Piauw mengasah otaknya.

"Diantara para orang pandai dewasa ini, Cie le Sian-koauw dan See

San Seng Bu adalah orang2 yang paling menyolok. tapi setelah mereka

bergebrak dengan dirinya, ternyata berkesudahan seri atau seimbang.

Apa mungkin ditempat seperti ini masih adalagi orang yang ketiga?"

la mencurigai sipengemis tua itu. Mendengar logat suaranya,

meskipun tidak mengandung maksud jahat, tapi mengapa sipengemia

tidak mau bertamu muka dengan dirinya?

XIII.

Sekali lagi ia mengadakan pemeriksaan, tapi tetap tidak

memperoleh apa2. Terpaksa ia melanjutkan pula perjalanannya.

Dengan adanya pengalaman seperti ini, maka perasaan hati Kok

Piauw mulai goncang. Semula ia hanya ingin membalas sakit hati ibunya,

tapi kini, pikirannya berubah 180 derajat.

la berjalan sambil bersiul-siul.98

Ada kala pikirannya itu masih dihinggapi bayangan wajah ibunya

yang dingin tiada berperasaan, tapi adakalanya juga terbayang kembali

pengalaman yang dialaminya dalam goa itu, dan mengenai sepasang

suami isteri muda itu, walaupun ia sangat bermurah hati terhadap

mereka, tapi hatinya selalu pedih seperti telah berbuat sesuatu keselahan

besar yang tiada terampunkan.

Selang 3 hari, sampailah ia pada kota bandar Cioe-Keik-Ho ditepi

danau Beng-ouw.

Pada waktu lobor, disepanjang jalan orang2 Kangouw berjalan

mundar mandir. Mereka berjalan sambil kiadang2 bercakap bisik2.

Ternyata mereka senantiasa mempercakapkan Kie Thian Tai Seng yang

muncul lagi dan telah menggemparkan dunia Kangouw.

Kok Piauw menjadi bersusah hati.

"Entah siapa gerangan yang menyampaikan berita begitu cepat ?'

Diam2 ia merasakan serba-salah, kini untuk menyembunyikan

dirinya rasanya tak mudah pula.

la takut kalau2 ada orang yang mengenali dirinya, setelah

memasuki kota bandar itu, ia berjalan perlahan2 menyusuri tepi danau

Beng-ouw. Ia ingin mencari sebuah penginapan yang tidak menarik

perhatian orang. Sementara itu, tiba2 tampak dari depan berlari2

mendatangi seorang.

"Dia benar2 telah datang juga !"

Kiranya orang ini bukan lain atialah sinona yang menyebutkan

dirinya sendiri Pek le Nio-nio.

Agaknya iapun telah melihat Kok Piauw pula, wajahnya lantas

sedikit berubah, dan hatinya diam2 berpikir juga:

"Hm, dia pun datang juga!"

Bagaimanapun ia tetap adalah kaum wanita, peristiwa malam itu

dimana ia telah melukai Kok Piauw, tak akan dapat terlupakan olehnya.

Setelah tertegun sebentar, wajahnya yang cantik memperlihatkan

perasaan penyesalannya.

Pada waktu ini sifat perangai Kok Piauw sudah berobah. la tertawa

sambil manggut.

Wajah Pek le Nio-nio menjadi ke-merah2an ia balas dengan sebuah

lirikan, Tapi mereka tidak berkata apa2, dan berlalu berpapasan kearah

tujuan masing2.

Kok Piauw merasa heran, tak tahu apa gerangan maksud sigadis

datang kemari. Mungkinkah sicantik hendak pergi ke Bu Tong San ?

Sementara itu. ia tiba dimuka sebuah warung makan.

la melangkah kakinya untuk masuki. .Didalam telah penuh tamu2 si Tuan

rumah datang menyambutnya dengan muka berseri2.

"Tuan, disana masih ada sebuah tempat kosong, mari silahkan

masuk !"

Kok Tiauw masern, lalu berjalan ketempat kosong itu.99

Dalam ruangan itu suausana sangat gaduh, Kok Piauw khawatir

dirinya dikenali orang. Buru2 ia mengganyang hidangannya, setelah

perut kenyang ia hendak lantas berlalu. Tiba2 kelihatan si Tuan rumah

sambil berpeluk pinggang berdiri dimulut pintu. Matanya dengan bengis

membelalak mengawasi keluar.

Tepat pada waktu itu, diluar kelihatan seorang tua aneh dengan

rambut awut2an berdiri dimuka pintu. Terdegar suara bentakan si Tuan

rumah: "Sudah tidak ada tempat kosong lagi, untuk apa kau langak
longok kedalam?"

Orang aneh itu menjulurkan lidahnya, mengejek.

"Aku tidak ingin masuk, gendut sial! Apa lihat2 saja kedalam juga

tidak boleh? mata anjing memandang rendah manusia, sebentar lagi

meskipun kau undang aku masuk, akupun tidak akan sudi !"

Suaranya nyaring seperti kaleng. Kokw Piauw diam2 menengasi.

Itulah seorang pengemis tua, pakaiannya compang camping tiada keruan,

mukanya kotor penuh daki, sedang tangannya memegang sebatang

pentung pemukul anjing atau Tahkauw-pang". Rupanya yang kotor kucal

itu, membuat orang muak melihatnya!

Kok Piauw tersirap darahnya. Orang ini bukan lain daripada

sipengemis yang ia lihat semalam itu.

Kembali terdengar tuan rumah memaki pula "Hm, melihat

tampangmu yang seperti anjing buduk, ada siapa yang kesudian untuk

mengundangmu ?"

Habis berkoar ia berdiri membalikkan badannya dengan bersungut
sungut.

Karena suara gaduh dalam ruangan ini, maka percakapan dengan

pengemis tua itu tidak begitu menimbulkan perhatian orang lain, hanya

terdengar percakapan tiga orang pendeta.

"Kurasa Cie Yang Totiang tentu sudah kembali ke Bu Tong San, bila

ia tidak mau menerangkan bagaimana tampang Kie Thian Tai Seng, Hm,

hm! Kita akan mengambil jalan kekerasan !"

"Benar!" seru kawannya "Bila tidak mau mengatakan,maka kita

akan menghancur-luluhkan Bu Tong San l"

Kok Piauw melirik dengan matanya. Ketiga pendata itu romannya

sangat keren, pada punggung masing2 tersisip sebuah pedang.

Kedua orang itu bicara sambil menunjukkan rasa yang kurang

senang, sebaliknya seorang pendera yang duduk disisi mereka, diam2

mengggeleng2kan kepalanya dan berkata: "Soal ini, kitit tidak boleh

berlaku semberono .."

Baru saja ia berkata sampai disitu, tiba2 air mukanya berubah karna

kagetnya. Mata tertuju pada sipengemis yang berdiri.

Semua orang serentak mengalihkan pandangannya, dan sementara

itu terdinagar suara bentakan si Tuan rumah: "Sudah kukatakan

kepadamu semua tempat sudah penuh,sudah penuh dan luber!"100

Tanpa ayal sipendcta bangkit berdiri dan memberi hormat kepada

sipengemis tua itu "Locianpwee datang juga? Maafkan Bonpwee yang

lalai tidak lekas menyambut!"

Sipengemis tua monyongkan mulutnya, lalu tertawa, Tah-kauw
pannya ia putarkan dan dengan keras memukul sipendeta.

Pendeta yang bernama Cie Ceng Siansu berkepandaian tidak

rendah, ketika pentung sipengemis menyambar turun, cepat2 ia berkelit.

Semua orang anggap ia akan terhindar dari pukulan sipengemis, tapi

sungguh aneh!

"Plak " terdengar suara yang nyaring ! Kepala yang gundul melos2

dengan telah menerima pentungan !

Para tamu dalam ruang makan adalah orang2 pandai, demi melihat

ke jadian itu, hati mereka menjadi terkesiap. Kalau si pengemis tua

memukulkan pentungannya dengan sungguh2, pasti batok kepala Cie

Ceng Siansu yang gundul akan hancur luluh !"

Semua hadirin terdiam ter-mangu2. Kedua pendeta lainnya tergesa
gesa menghampiri dan menjatuhkan diri berlutut.

"Mengapa kau orang tua bersenda-gurau dengan kami angkatan

muda?" mereka bertanya.

Suasana menjadi sunyi dan tegang.

Ketiga perdeta itu adalah tetua Tat-mo-?wan diari Siauw-Lim Sie

yang masing2 bernama Cie Ceng, Cie Gwat Siansu ? Mereka bukan

sembarang orang!

Pengemis tua itu sangat lucu, ia tertawa bergelak-gelak.

Aaah! Semuanya minta dermaan Aku si pengemis tak punya apa2

selain Tah Kauw-Pang. Mari aku derma pukulan !"

Tah-kauw-pangnya kembali bergerak. Cie Hoat dan Cie Gwat Siansu

tahu bahwa mereka tak mungkin bisa berkelit, maka mereka tetap

berlutut diatas tanah. Kepala mereka masing mendapat hadiah satu

pukulan.

"Plak ! Plak!"

Pengermis tua itu sungguh keterlaluan, ia tidak mau memukul

tempat lain, tapi sebalik nya memilih kepala botak mereka ! Usia tetua

Siauw Lim-Sie itu tidak kurang dibawah 69 tahun, tidak beda berapa jauh

dengen pengemis itu, tapi mereka menyebut sipengemis Cianpwee.

Siapakah sipengemis tua ini? Diantara hadirin seorangpun tiada

yang tahu, mereka keheran2an saling ber-pandang2an.

Walaupun Kok Piauw sedang makan, matanya terus mengawasi

gerak-gerik si pengemis tua.

Demi melihat sipengemis tua mendemonstrasikan kepandaiannya

yang hebat itu, si tuan rumah menjadi pucat. Buru2 ia maju dan dengan

tertawa dibuat-buat, ia berkata "Aku yang rendah tidak tahu bahwa kau

orang tua adalah teman beberapa Twa suhu ini maka telah berbuat

kekeliruan. Maaf, maaf ! masuk dan makan biar kenyang !"101

Si pengemis tua membelalakkan matanya dan memaki : "Hm. kau

monyet busuk! Kali ini aku mesti makan besar, sampai kau rudin!"

Dengan langkah besar ia melewati ketiga pendeta itu, dan duduk

ditengah2 ruangan. la menggeleng2kan kepalanya "Wah, celaka : Tidak
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ada daging babi, bagaimana aku bisa makan dengan puas! Hay, tuan

rumah Hayoh, hidanganmu yang lezat2!' ia berteriak.

Tiga tetua dari Siauw Lim Sie bamakit berdiri dan berdiri dibelakang

pengemis tua itu, tak berani mengambil tempat duduk.

Nama besar Siauw Lim Sie siapa yang tidak tahu? Lebih2 seperti Cie

Teng, Cie-Hoat dan Cie Gwat Siansu. Mereka sangat dihormati dan

disegani oleh orang2 dari kalangan Bulim, tapi sebaliknya mereka begitu

hormatnya terhadap seorang pengemis tua. Hal ini benar2 mengherankan

!

Situan rumah terbirit-birit menyuguhkan arak wanngi dan daging.

Ketika tetua Siauw-Lim Sie diam2 menonton sipengemis dengan

asyiknya mengganyang hidangannya seorang diri.

"apa Locianpwee ingin pergi ke Butong San ? " ber-tanyaa Cie Ceng

Siansu.

Sipengemis tua menoleh sambil meminum araknya.

"Apa?! Butong San ? Aku belum pernah dengar! Apa disana banyak

monyet ?"

Hadirin menjadi terkesiap!

Bu Tong Pay semenjak didirikan Thio Sam Hong, harum sekali

namanya, tak berani orang sembarangan menyebutnya.

Pengemis tua itu menghabiskan arak dan kemudian ia menepok2

perutnya yang gendut. Ia berteriak2: "Kenyang, Kenyang ! Aku sudah

kenyang!"

Ia bangun dari kursinya, dan tanpa menyapa orang ngeloyor keluar!

Semua orang menghantarnya dengan melongo. Setelah sipengemis

pergi jauh, barulah ada seorang yang bertanya: " Cie Ceng Siansu,

siapakah dia?"

Cie Ceng Siansu menggelengkan kepalanya: "Kecuali terjadi urusan

yang maha penting, orang tua ini tidak pernah muncul keluar dikalangan

Kangouw. Mungkin karena perbuatan Kie Thian Tai Seng benar2

melampaui batas, sehingga ia ikut2 turun tangan?"

"Sebenarnya siapakah dia?"

Rupanya orang yang bertanya itu mempunyai kedudukan yang

tidak rendah. Cie Ceng Siansu lantas menjawab: "Dialah Pak le Sin-Kay

atau Pengemis sakti dari Wilayah Utara. Seng Ceng le, apa Yao Taihiap

tidak mengenalinya?"

Air muka semua orang menjadi pucat. Pak Ie Sin Kay ! Nama yang

menggemparkan jagad. kebanyakan orang hanya mendengar namanya,

tapi belum pernah melihat orangnya. Kedudukannya sangat tinggi, para

Ciang-Bun-Jin dari semua partai dewasa ini kedudukannya masih separoh102

dibawahnya.

Sekonyong-konyong terdengar suara ejekan yang datangnya dari

meja sebelah, dan menyusul dua buah bayangan berkelebat keluar.

Semua orang kembali jadi kaget. Seorang pendekar berseru :

"Siapa mereka berdua?"

Baru saja lenyap pertanyaan itu, terdengar jawaban salah satu

diantara kedua orang itu yang sudah pergi jauh.

"Kami Leng San Siang Eng atau Sepasang pahlawan dari gunung

Leng San, mempunyai sedikit ganjalan dengan Pak Ie Sin Kay. Cie Ceng

Siansu, kamu dari Siauw-Lim Pay sebaiknya jangan ikut2 mengaduk diair

keruh ini!"

Kembali semua orang melongo !

Leng San Siang Eng bukan orang sembarangan, dengan pedang

Leng San Siang-Kiam dikolong jagat ini orang yang dapat menandinginya

tidak berapa banyak.

Tiga tetua dari Siauw-Lim Sie berdiam saja, suasana berubah sunyi. Pada

saat itu, tiba2 Cie Gwat Siansu berseru kaget: ' Eeeh, kemana anak muda

itu ?"

Kedua rekannya menoleh dengan heran.

"Anak muda yang mana ?"

Cie Gwat Siansu menuding kearah meja dimana Kok Piauw duduk.

Diatas meja terletak sepotong uang perak, sedangkan orangnya tak tahu

entah pergi kemana ?

Cie Gwat Siansu bangkit berdiri.

"Si Anak muda baju kuning!"

Kembali semua orang terperanjat!

Siauw-Lim Sam Ceng dan siorang yang dipanggil Yao Taihiap

berubah tegang. Siapa pemuda baju kuning itu? Apakah dia Kie Thian Tai

Seng?

Yao Taihip mendekati jendela. Dibawah jendela membentang

sebuah taman, dan disisi kanan taman tersebut adalah jalanan besar.

la memandang beberapa saat lamanya, lalu menguman.

"Jangan2 dia sudah pergi jauh. Hm, hm! Kuharap pemuda itu benar2

adalah Kie Thian Tai Seng. Malam ini kita boleh bertempur habis2an

dengan dia!"

Kita kembali kepada Kok Piauw yang diam2 berlalu tanpa diketahui

orang. Siapakah Pak le Sin-kay itu?

Berjalan beberapa lama, Leng San Siang Eng yang berada didepan

tiba2 hilang dari pandangan matanya.

Mereka berdua ingin mencari Pak Ie Sin Kay, lebih baik aku

membuntutinya."

la mempercepat langkahnya, dan baru saja melalui sebuah tikungan

kelihatan Lang San Siang Eng berdua sedang berdiri ditengah jalan103

dengan termangu2!

Sungguh ibarat cangcorang menerkam tonggeret tapi dibelakang

menanti kutilang! Leng San Siang Eng mimpi juga tidak, bahwa

dibelakang mereka mengintil Thian Tai Seng.

Leng San Siang Eng berdiri sambil mengawasi sesekitar tempat itu,

dan sedikitpun tidak tahu bahwa Kok Piauw diam2 membayangi mereka.

"Hm! Sungguh cepat pengemis bangkotan itu!" terdengar salah

seorang diantaranya menggerutu.

Rekannya yang lain tidak berkata apa2. tangannya men-cekal erat2

batang pedangnya. Orang berhilir mudik tak putus2nya dijalan itu, tapi

Pak Ie Sin Kay sudah tidak kelihatan mata hidungnya !

Kok Piauw tersenyum, lalu berkelebat pergi .

*

* *

Kok Piauw tenang2 berjalan menyusuri sebuah kali, ia bersiul-siul.

Angin bertiup sepoi2, perahu2 berderai sepanjang tepi. Pemuda kita

jarang sekaii melihat sungai, ia berdiri terpesona. Tertarik oleh keindahan

panorama disepenjang kali itu, maka berseri-seri wajahnya.

Para nelayan dengan rajinnya menaburkan jala. "Jikalau aku

menurunkan tangan jahatku terhadap semua kaum pria ini, bukankah

para nelayan perempuan ini akan menjadi janda? Bila mereka hidup

menjanda, bagaimana mereka bisa hidup menangkap ikan lagi?" ia

menggumam.

Kok Piauw kembali berjalan menyusuri kali. Entah berjalan berapa

jauhnya, kali itu tiba2 membelok kekanan dan kiri. Yang terpapar didepan

matanya adalah sebuah hutan hijau nan lebat.

Daerah tersebut sangat luas, kecuali sebuah kali yang melintang

didepannya, maka kelihatan bukit2 ini tidak tinggi tapi bentuknya indah2.

Selagi ia sedang menikmati keindahan alam, tiba2 seorang berjalan

mendatangi dengan tindakan limbung.

Kok Piauw menjadi kaget. Orang ini mengenakan pakaian serba

putih, itulah Pek Ie Nio Nio! Kelihatan sicantik seperti terluka parah!

Pek le Nio Nio berjalan sempoyongan hendak jatuh. Kok Piauw

buru2 memapah tubuh sigadis yang cantik.

Pek le Nio Nio melirik kepadanya dan jatuh juga dalam pelukan

pemuda kita.

Kok Piauw tak tahu apa yang harus ia perbuat. Pek le Nio Nio

adalah putri kesayangan Chui Hong Kiauw Kek Yap Siong Nian, yang

menjadi musuh besar perguruannya. la dapat ampuni orang lain, tapi Yap

Siong Nian bagaimanapun ia harus bunuh!

Namun jika ia tidak memberikan pertolongan pada sigadis,

kemungkinan besar jiwa sicantik akan melayang.104

Dengan risau Kok Piauw memandang sicantik. Wajahnya pucat pias.

nafasnya lemah memburu. Jiwa sigadis benar2 sedang terancam bahaya!

la mencekal pergelangan tangan yang putih. Terasa dingin !

Terperanjat ia memandang kesekitarnya. Tampak tidak jauh berdiri

sebuah kuil bercat merah. Buru2 ia membopong tubuh yang langsing dan

membawanya kedalam kuil itu.

Kuil itu sudah usang tidak terawat. Setelah ia membersihkan debu

diatas meja sembahyang, kemudian ia rebahkan tubuh yang menggiurkan

diatasnya.

Suasananya sangat sunyi. Dengan penuh kasih sayang Kok Piauw

mengusap-usap kepala sigadis, kemudian tak tahan lagi ia mengecap

bibir yang mungil.

Akhirnya dengan kemalu-maluan ia mengeluarkan obat pil dari

Thian San, dan menjejalkan 2 butir kedalam mulut sicantik.

Jantungnya ber-debar2 dan napasnya memburu seperti kuda.

Selang tak lama, terdengar keluhan yang lemah. Kok Piauw

bertanya perlahan: "Yap Siocia, apa kau merasa sakit?

Pek Ie Nio Nio membuka matanya, tatkala ia melihat Kok Piauw

berdiri disampingnya kembali ia berbisik. "Apa kau.. . murid Kie Thian Tia

Seng ?"

Kok Piauw menyeringai "Yap Siocia, tenanglah. Lukamu masih

belum sembuh betul."

Pek le Nio Nio menggeleng2kan kepalanya" Apa kau benci . . . .

kepadaku?"

Kok Piauw bermesem simpul

"Aku sudah lupakan segala yang telah terjadi, Yap Siocia, kini kau

istirahatlah! Hatiku tidak dapat membenci gadis cantik seperti kau.

Pek le Nio Nio menarik napas. "Aaah ! Kuharap kau bukanlah

muridnya Kie Thian Tai Seng !"

Gemetar suaranya. Cintakah nadanya ? Atau benci ! Kok Piauw tak

berani lagi memandang sigadis. Apakah juga ia jatuh cinta pada sigadis?

Bau tubuh yang harum masih melekat pada hidungnya.

Sang Bhatara Surya sudah condong keufuk Barat !

Malam mulai menutupi permukaan bumi. Sang bulan yang

berbentuk sabit berseri2 menampakkan wajahnya dengan ditemani oleh

bintang2 yang genit.

Suasana dalam kuil sangat sepi. Pek Te Nio Nio tidur pulas dengan

nyenyaknya. Kok Plauw perlahan2 berjalan kejendela dan memandang

keluar.

Tidak jauh tampak sebuah danau kecil dengan airnya yang jernih

bagaikan cermin.

Tiba2 pemuda kita lompat kesamping, bersembunyi digelap.

Beberapa sosok bayangan orang sedang mendatangi ! Dalam waktu

singkat ! mereka sudah berada didepan kuil.105

"Eh! Locianpwee mengapa belum juga datang2?"

Kok Piauw yang mendengarnya lantas mengenali bahwa itu adalah

suara Cie Ceng Siansu dari Siauw-Lim Sie.

Bercekadlah hatinya ! Apa maksudnya kepala2 gundul itu datang

kemari"?

"Orang tua itu seharusnya sudah datang. Apa jangan2 Leng San

Siang Eng mencari setori dengannya ?"

"Walaupun Leng San Siang Eng berkepandaian tinggi, tapi terhadap

Pak le Sin-Kay, rasanya mereka tak dapat banyak berbuat apa2!"

menyahut Cie Ceng Siansu tertawa.

Suasana diluar kembali tanang. Kok Piauw dengan ringannya

beekelebat keluar dan lompat keatas sebuah pohon besar. Tampak
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

olehnya, kecuali Siauw-Lim Sam-Ceng masih terdapat seorang pendekar

setengah umur. Orang ini pernah ia lihat dirumah makan, tentunya dialah

Ciang Bun Jin dari Kun-Lun Pay, Yao Kie Lun!

Sekonyong-konyong dari jauh kelihatan bayangan bergerak datang.

Gerakan orang ini sangat pesat ! Kok Piauw mengerutkan

keningnya.

Itulah Pak Ie Sin-Kay, sipengemis sakti !

Dalam waktu sekejapan, Pak le Sin-Kay tiba. Cie Ceng Siansu

berseru : "Selamat malam, Locianpwee!"

Kun Lun Ciang Bunjin dengan congkaknya berdiri tidak mau

memberi hormat !

Pak Ie Sin Kay menuding dengan pentung Tah- Kauw-Pang.

"Siapa orang ini?" ia berteriak gusar.

"Dialah Yao Kie Lun, Ciang-bun jin dari Kun Lun pay " Cie Cang

Siansu maju untuk memperkenalkan.

Pak lt Sin-Kay tertawa aneh. Pentungnya berkelebat dan pada detik

yang menyusul Yao Kie Lun jatuh terpelanting!

Muka Yao Kie Lun menjadi merah-padam, tatkala ia bangkit berdiri,

Ia hendak menghunus pedangnya, tapi Cie Ceng Siansu cepat

menengahi.

Yao Tayhiap, sabarlah!" katanya.

Sipengemis sakti sengaja menghukum kecongkakan Yao Kie Lun.

"Tuan tentunya datang untuk membalaskan sakit hati Suteemu

kepada Kie Thian Tai Seng, bukan "berkata Pak Ie Sin Kay dengan dingin

." Tooh ! Dengan kepandaianmu seperti ini, lebih baik kau pulang saja."

Yao Kie Lun makin pamas dadanya, ia mencabut pedangnya.

"Pengemis baul Jangan menghina aku?" teriaknya.

Pak Ie Sin-Kay membalas dengan senyuman, tidak menghiraukan

orang, dengan pandangan mata ia menyapu kesekelilingnya. "Eeh, mana

dia orangnya?" ia berseru.

Kok Piauw mengetahui, bahwa orang yang dimaksudkan pengemis

tua tentunya adalah Pek le Nio Nio.106

Pak le Sin-Kay menggeleng2kan kepalanya: Gadis itu benar2 sangat

teledor! Mengapa ia belum datang juga?''

"Locianpwee.." tanya Cie Ceng Siansu. "Kita tunggu siapa lagi ?"

Pak Ie Sin Kay melirik kepadanya dan menyahut "Gadis itu tidak

datang, biarlah ! Sekarang kita rundingkan urusan!

Jangan buang2 waktu lagi, mari kita bicarakan cara bagaimana cara

hadapi Kie Thian Tai Seng !" Yao Kie Lun mengusulkan.

Pak Ie Sin Kay mengetok-ngetok pentungnya. "Apa yang kalian

maksudkan itu si Kie Thian Tai Seng tua atau si Kie Thian Tai Seng muda?

Semua orang menjadi terperanjat. Cie Hoat Siansu maju satu

langkah:" Tak perduli yang tua atau yang muda, kami hanya

membicarakan dia yang telah menurunkan tangan jahatnya kepada

kawan2 Bulim dari gunung Thian Bok San." Pak le Sin Kay tersenyum.

"Oh, itu Kie Thian Tai Seng Muda. Sekarang dia sudah datang!

Kamu! Kamu juga sudah pernah melihatnya di Ciu Kek Ho !"

Dengan air muka pucat Cie Ceng Siansu bertanya : "Apa

Loocianpwee maksudkan sianak muda baju kuning itu. ?"

Pak Je Sin-Kay tertawa:" Tak salah ! Tahu kini apa dia sudah tahu

asal usul dirinya sendiri atau belum ?"

Kata2nya ini di tujukan kepada mereka yang berdiri dihadapannya,

tapi diam2 mengandung lain tujuan.

Hati Kok Piauw yang ikut mendengarnya, ber debar2. Sekujur

badannya seperti membeku darahnya. Hampir2 tak tahan dan meloncat

turun untuk bertanya kepada Pak le Sin Kay.

Pak Te Sin-Kay tertawa besar, lalu melesat pergi. Bagaikan angin.

Cie Ceng Siansu lantas berseru: "Locianpwee, kau belum habis

bicara, mengapa sudah pergi ?"

Menyusul terdengar suara jawaban orang dari kejauhan : "Aku

sudah berkata habis, Sampai ketemu lagi di Bu Tong San!. Ha-ha-ha !"

Mereka tercengang sekali. Mengapa Pak le Sin KaY tiba2 berlaku

pula? Tepat pada waktu itu, terdengar suara siulan panjang nyaring yang

menggemparkan jagad. Kie Thian Tai Seng datang! Tanpa ayal masing2

mempersiapkan senjatanya, dan mengambil sikap siap sedia untuk

berempur!

Begitu suara siulan itu berhenti, mendadak dihadapan mata mereka

muncul bayangan kuning. Bayangan kuning itu lantas mengejar Pak le Sin

Kay!

Keempat tokoh silat itu saling berpandangan dengan tegang.

Walaupun mereka tergolong jago2 kelas satu, tapi demi melihat

ilmu rnigan badan kedua orang itu yang saling kejar2 an dan dalam waktu

sekejap saja sudah melesat puluhan tombak lebih, hati mereka kagum

tidak kepalang.

Kiranya begitu Pak Ie Sin-Kay melesat pergi, Kok Piauw lantas

mengikutinya. Ia yakin dengan ilmu ringan tubuhnya yang sempurna, ia107

dapat menyandak(menyusul). Tapi sampai disebuah ternyata Pak Ie Sin

Kay sudah menghilang!

Kok Piauw diam2 meleletkan lidahnya. Benar diatas gunung ada

langit ! Pengemis tua itu dapat dikatakan lawan paling tangguh yang

pernah ia jumpai seumur hidupnya !

Ia berdiri terpaku bagaikan patung. Dengan kebencian yang

meluap-luap ia memandang bintang2 dilangit bebas yang sedang

berkelap-kelip menertawakan dirinya.Akhirnya ia mengelah nafas.

la bersiul pula dengan nyaringnya berkali-kali. Tapi tidak mendapat

jawaban. Dengan perasaan masgul, ia berjalan kembali.

Sementara itu keempat tokoh silat belum pergi! Begitu pemuda kita

menampakkan diri, Yao Kie Lun sudah menudingnya sambil berteriak

"Mari, gayang Kie Thian Tai Seng !"

Dengan tidak membuang waktu lagi, Yao Kie Lun menyerang

dengan pedangnya ! la menusuk Kok Plauw dengan bengisnya, Itulah

pukulan rahasia dari Kun Lun Pay !

Ketiga peserta dari Siauw-Lim Tie memburu secara serentak, maka

Kok Piauw terkurung oleh senjata2 tajam yang menyambar-nyambar

bagaikan halilintar.

"Tunggu sebentar aku hendak bicara! "Kok Piauw berteriak sambil

mengalunkan pedangnya.

Mana mereka mau menurut? Sebaliknya mereka memperhebat

serangannya, tiga batang toya dan sebilah pedang mengurung rapat2,

angin berkesiur dingin.

Kok Piauw menjadi naik-darah. Ia bersiul panjang, pedangnya

menggores udara! Dibawah terangnya bulan sabit dan bintang2,

berkeredepan batang pedang yang berpencaran seperti naga bermain

disamudra.

Yao Kie Lun membalikkan tangannya, dengan ujung pedang ia

memapas pundak kanan lawannya.

Sebagai Ciang-Ban-Jin dari Kun-lun Pay, kepandaiannya tentu

sempurna. Tapi heran ! Tikamannya memukul tempat kosong!

Siauw-Lim Ceng bekerja sama mempermainkan toya masing2

dengan gencer laksana seekor naga mengamuk dilaut teduh. Mereka

memukul ber-tubi2.

Kok Piauw tidak menjadi gentar sedikitpun. Pedangnya berkelebat

gesit bagaikan kilat dan dalam beherapa gebrak saja, ia menang diatas

angin.

Ke empat lawannya menjadi keder. masing2 mengeluarkan tipu2nya

yang mematikan, mereka mempertahankan kedudukannya secara gigih.

Walaupan Kok Piauw terkurung dari empat penjuru, namun

permainan pedangnya tidak menjadi kalut. Setiap tikaman adalah

tikaman geledek, itulah hebat sekali. Berselang 10 jurus, keempat

lawannya mulai keteter.108

Mereka bertempur mati2an, tidak mau mundur setapak juapun.

Diam2 Kok Piauw menjadi kagum, mendadak ia lihat serangan2 Cie Gwat

dan Yao Kie Lun agak menjadi lemah. la berteriak mengguntur dan

dengan pukulan Menaiki-naga Menyusul angin ia menerjang.

"Brebet !"

"Ujung baju Cei Gwat Siansu terpapas sobek !

Semangat Kok Piauw bertambah, dan tanpa menyia2 kan waktu ia

menusuk kekanan.

"Ces!" Pundak kiri Yao Kie Lun dilukai oleh pedangnya! Darah Yao

mengucur dengan deras. Hampir2 Kun - Lun - Pay kehilangan sebuah

lengannya!

Kedua orang lainnya, demi melihat gelagat kurang baik, buru2

mendesak kembali untuk mencegah serangan Kok Piauw lebih lanjut !

Ciang-Bun jin dari Kun-Lun-Pay menjejakkan kakinya dan meleset

tinggi keatas, kemudian berturut2 ia mengirimkan serangan Beng-Pok Kiu

Sian "atau Burung-garuda-bertempur melawan awan." Ia langsung

menikam 3 jurus jalan-darah yang terdapat ditubuh Kok Piauw !"

Siauw-Lim Sam-Ceng tidak mau ketinggalan, mereka hantamkan

toyanya kearah bagian bawah tubuh Kok Piauw !

Kok Piauw tersenyum dingin. la getarkan pedangnya dan membuat

lingkaran2 diudara. Sinar pedang berkilau2an keempat penjuru, ia

patahkan serangan2 musuh.

Mereka berempat terkejut. Kok Piauw tidak lagi dapat

mengendalikan nafsunya, gelora bertempur sudah merangsang dalam

tubuhnya. Ia menikam dan membabat, berkesiur-siiur angin pedangnya!

Kun Lun Ciang-Bun-Jin Yao Kie Lun berkelit. tapi usahanya sia2

belaka ! Selagi tubuhnya hendak turun ketanah, pedang Kok Piauw

menyapu kakinya! Ini berbahaya sekali!

Sebaliknya 3 tetua dari Siauw Lim Sie kaget bukan main. Yao Kie

Lun cepat2 mengempos semangatnya untuk menyelat keatas, pedangnya

menyapu kearah jalan darah besar Leng Tai Hiat! Jaan-darah kematian!

Ini hebat sekali ! Jika Kok Piauw dengan pedangnya hendak

mengutungkan kakt Yao Kie Lun, dirinya sendiri tak akan luput dari luka

berat.

Tipu- Kun Pay yang tiada tandingannya ini bernama Cie Cong Bu in

atau Menyelinap-tanpa membekas!

Kok Piauw terkesiap. Cepat2 ia menarik pulang pedangnya dan

menangkis toya Siauw- Lin Sam-Ceng, tapi pada detik yang menyusul ia

memapas pergelangan tangan Yao Kie Lun !

YaO Kie Lun berseru tertahan. Serangan itu cepat sekali la tidak

sempat lagi untuk berkelit !

Cie Ceng Siansu terperanjat, ia sampok pedang lawan hingga

menikam tempat kosong. Tapi Kok Piauw luar biasa Kiam-hoatnya,

pedangnya kembali menyambar Swan-Kie-hiat Yao Kie Lun!109

Yao Kie Lun kaget bukan kepalang, ia angkat pedangnya untuk

menangkis.

Kok Piauw tertawa dingin, ia menarik pedangnya dan kembali

menusuk jalan-darah Beng-bun-hiat.

Ber-turut2 Kok Piauw merubah serangannya. gerakannya luar biasa

sekali.

Yao Kie Lun lompat kesamping namun ujung pedang Kok Piauw

terus menyambar bagaikan bayangan maut!

Yao Kie Lun berteriak parau "Matilah aku !"

Siauw Lim Sam-Cong bermandikan peluh dingin, betul mereka

lompat menyusul, tapi terlambat ! Jiwa Ciang-Bun-Jin Kun-Lun Pay pasti

akan melayang dibawah ujung pedang Kie Thian Tai Seng !

Dalam keadaan yang sangat genting ini, sekonyong-konyong suara

orang yang keras berkumandung ditelinga masing2.

"Tahan pedangmu !"

Menyusul dengan suara itu, sebuah pentung anjing yang berwarna

hijau mengkilap menotok punggung Kok Piauw.
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

*

* *

XV

Totokan ini sangat tajam dan hebat ! Ia merasakan punggungnya

diserang, Kok Piauw terpaksa menarik pulang pedangnya dan membacok

kebelakang dengan tipu Peng-Swat Ceng-Lie atau Hujan salju ribuan-he.

Bila aku tidak memperlihatkan kelihayanku, mereka masih tidak

tahu diri !" pikir pemuda kita.

Orang yang menyerangnya itu bukan lain adalah Pak Ie Sin-Kay !

Begitu pedang Kok Piauw menyambar kebelakang, ia menarik

pulang pentung Tah kauw-pangnya. Ia mengulum senyumnya.

"Kembali keasal-usulmu! Saudara kccil, mengapa kau harus berbuat

kesalahan lagi?" ujarnya.

Badan Kok Piauw sedang meluncur diudara. tatkala pedangnya

mengenai tempat kosong, ia jumpalitan dengan indahnyaa.

Pek Ie Sin Kay buru2 lompat kesamping kuatir kena amukan

pedang.

Dengan ringan. Kok Piauw hinggap ditanah. Giranglah hatinya

ketika melihat sipengemis. Sebenarnya dia hendak bicara banyak, tapi

ketika melihat lawan2nya sedang mengawasi dirinya dengan melotot, ia

menjadi mendongkol.

"Apa yang hendak kau katakan iagi? Aku seorang she Kok tidak

punya kesabaran lagi ! Belum puas bertempur?"110

Yao Kie Lun merah mukanya. Belum pernah ia dihina demikian,

dalam seumur hidupnya.

"Hm, mau berkelahi? Sekarang belum waktunya ! berseru

sipengemis sambil menggelengkan kepalanya.

Kok Piauw melintangkan pedangnya. "Diatas bumi ini berdiri lima

gunung kenamaan, digunung utara adalah seorang pengemis sakti. Hari

ini aku dapat bertemu, benar2 jodoh. Bila locianpwee tidak keberatan,

marilah kita bertanding sebentar."

Pedang Kok Piauw menggores udara dengan kuatnya "Jurus

pertama !"

Sipengemis merandek, Tan-Kauw-Piang memukul batang pedang.

"Thian Tie, kembalilah keasal-mulamu!" ia membentak.

Kok Piauw tercengang. Kembali sipengemis memanggil dirinya

Thian Tie!

Thian Tie, bukankah nama orang yang pernah ia baca dalam goa itu

?

"Kau kata apa?" tanya Kok Plauw heran.

"Kembali keasal-usulmul" Pak le Sin Kay mengulangi seraya

menarik nafas berat." "Kau masih belum sadar!" Baiklah kita akan

bertemu lagi di Bun Tong San!"

Pada saat bersamaan ujung Pak Te Sin Kay menotol tanah dan

melesatlah tubuhnya melewati keempat orang yang berdiri ditempatnya.

Ia berlalu kearah lereng bukit!

Kok Piauw melongo. Thian Tie? Mana ia mau lepaskan orang

berlalu, tanpa pikir panjang ia mengejar.

Lari mereka pesat luar biasa, bagaikan terbangnya burung walet.

Kedua orang itu terus berlari kejar2an, tiba2 Kok Piauw teringat

akan Pek le Nio-nio yang ditinggalkan dalam kuil, ?Luka Pek Ie Nio nio

masih belum sembuh. Bila kutinggalkan seorang diri, amatlah berbahaya.

Maka ia berhenti. Pak Ie Sin-Kay seperti mengetahui isi hati Kok

Piauw, ia berhenti.

"Mari ! Mari kita bertempur. Tempat ini sepi, kalah atau menang

tiada orang lain yang tahu!"

Kok Piauw tersenyum. Ia menghampiri dengan berdebar-debar,

pedang pusaka ia pegang erat2.

Begitu Kok Piauw sampai, Pek Ie Sin Kay tiba2 menengadah keatas:

"Twako bila dialam baka mengetahui, seharusnya kau ikut bergirang hati

atas kemajuan Tie-jie!" ia menggumam dengan wajah seram.

Sikap sipengemis sungguh2 tidak seperti mula2 yang angat2an.

Kok Piauw mengerutkan keningnya. Ia mundur lagi. Apakah

sipengemis menjadi gila ?

Pak le Sin Kay melambai2kan tangannya "Jangan takut, aku tidak

gila."

Kok Piauw berdiri kesima. Apa mungkin aku ini adalah orang yang111

dikatakan Thian Tie dalam gua itu ? pikimya.

Tak mungkin ! Pasti sipengemis main tipu-daya! "Hm, kau hendak

mengelabui aku ? !"

Kok Piauw menikam saking sengitnya.

Pak le Sin Kay berkisar kesamping berkelit dengan mudahnya.

"Tie-jie, lekaslah kau kembali kepada asalmu!" ia barteriak pula.

Kok Piauw menjadi naik-darahnya.

Kau sedang bebicara dangan siapa? ia berteriak.

Disini kecuali kita berdua, tidak ada orang lain lagi."

Kok Piauw seperti orang linglung. Pek Ie Sin-Kay berkata pula

dengan jelas

"Kau she Hu dan bukan she Kok ! Iblis itu telah mengelabui kau

selama 20 tahun !"

"Apa, kau ngaco?" Kok Piauw berteriak dengan marah.

Sipengemis tidak menghiraukan kegusaran Kok Piauw, sambil

mengetok-ngetok Tah-kauw-pang ia berseru : Tong Nia Kiam Kek, Tong

Kiam Kek : Kau seharusnya dengan wajah Tong Nia Kiam Kek muncul di

kalangan Kangouw !

Kata2 ini membikin sekujur badan Kok Piauw gemetar.

"Siapa Tong Nia Kiam Kek?" ia tanya dengan parau.

"Celaka! Dia adalah ayah kandungmu ! Apakah kau belum tahu ?"

Perkataan itu, laksana halilintar disiang hari bolong.

Kok Piauw marasa kepalanya mendengung2. Badannya

sempoyongan, hampir ia jatuh ngusruk !

Sementara itu Pak le Sin Kay sendiri berlinang-linang airmatanya.

Kejadian 20 tahun yang lampau kembali ter-bayang2 dalam pikirannya.

Sekarang putera Hu Twake sudah menjadi dewasa, tapi justru dipiara

dan dibesarkan oleh musuhnya sendiri !

Kok Piauw menenangkan dirinya : "Kau berkata bahwa aku she Hu

bukan she Kok, sudah barang tentu kau mengetahui jelas riwayatku yang

sebenar2nya. Bagaimana perihal diriku dimasa lalu ? Jikalau kau malam

ini tidak mau menerangkan, maka aku akan bertarung dengan kau

sampai ada yang mati !"

Pak Ie Sin Kay termenung dengan sedihnya. Ia menarik napas:

"Perihal riwayatmu yang lampau sangat panjang untuk diceritakan. Cuma

aku sipengemis hendak mengatakan sesuatu. Jika kau adalah she Hu,

maka dijalan-darah Thian-tie-hiat didada kananmu terdapat sebutir tahi

lalat. Itulah mengapa Hu Twako memberikan nama kepadamu Thian Tie

.

KoK Piauw sudah tidak dapat mengendalikan dirinya lagi, dengan

mata berlinang2 ia berseru : "Kalau begini aku sabetulnya adalah Hu

Thian Tie dan bukan Kok Piauw!"

Pak Ie bersinar-sinar matanya karna girangnya. "Kalau begitu Thian

tie-hiat mu adalah tahi lalatnya ?'112

Kok Piauw manggut2. Sementara itu hatinya sangat ruwet, Tahi

lalat diatas "Thian tie hiatnya, kecuali ayah atau ibu kandungnya sendiri,

orang luar tentu tidak nanti dapat mengetahuinya. Kini Pak le Sin Kay

mengetahui keistimewaan yang melekat pada tubuhnya, bila bukannya

mempunyai hubungan erat dengan ayah atau ibu kandungnya sendiri, tak

mungkin dapat mengetahuinya dengan begitu jelas !

Pengalaman malam dalam goa kembali terbayang di-hadapan

matanya. Kalau begitu, ibunya itu ternyata adalah musuh-besarnya

sendiri ! Ia tak berani memikirkan lebih lanjut tiba ia berlutut dihadapan

Pak Ie Sin Kay dengan air mata bercucuran.

"Locianpwee, terimalah hormat Pit-jiemu Thiain Tie. !"

Pak Ie Sin Kay tak dapat mengendalikan dirinya lagi, hatinya

terharu bukan kepalang. Dengan air mata ber-linang-linang ia

mengangkat badan Thian Tie dan berkata dengan nada parau : "Tie-jie,

riwayat hidupmu seperti teka-teki. Apa yang kuketahui hanya sedikit

sekali. Tapi ketika Hu Twako hendak mangkat, pernah ia meninggalkan

pesan jika mau mengetahui dirimu sendiri lebih jelas, carilah dua orang

untuk memperoleh penjelasan."

Dengan air mata ber-linang2 Thian Tie bertanya : "Siapa mereka itu

?"

"Bu Tong Cie Totiang dan Ha San Tiat Kuy Lolo!"

Perkataan itu membuat hati Thian Tie melonjak2 dengan keras,

hampir2 ia menjerit, Pak le Sin Kay yang menyaksikan perubahan sianak

muda itu tahu apa sebabnya. lapun tertawa "Kau tak usah khawatir

tentang peristiwa di Kuil Hwa-Sie, mereka masih belum tahu bahwa kau

yang berbuat. Jika kelak kau bertemu dengan mereka,asalkan

beritahukan hal ini dengan jelas kepada mereka, tentu mereka tidak nanti

akan menyesalkan dirimu !"

Hati Thian Tie terasa lega, tapi ketika teringat, bahwa sekarang

banyak tokoh2 silat dari berbagai partai darn aliran sedang berduyun2

berangkat menuju Bu Tong San, untuk menanyakan kepada Cie Yang

Totang supaya dia mau menyingkap kedok Kie Thian Tai Seng, ia menjadi

gelisah.

Kedatangan tokoh2 ini bukankah hanya untuk menyulitkan Cie Yang

Totiang saja ?

Pak le Sin Kay tersenyum dan menghibur : "Hal ini tidak menjadi

soal, asal saja kau ceritakan pertemuamu dengan aku malam ini, Cie

Yang Totiang tentu mempunyai daya sendiri untuk mengatasi masalah

tersebut."

Thian Tie menjura dengan hormatnya. "Locianpwee sekarang

hendak kemana ? Bagaimana kalau Thian Mo Sin Lin atau si Putri Hantu

dari Kahyangan mengetahui bahwa Tit-jie telah berbalik keasal diriku,

hanya dengan tenaga Pit-jie seorang diri, aku khawatir tidak dapat

melawannya!"113

Pengemis itu berpikir sebentar, lalu menjawab "Kurasa dalam waktu

singkat ini mungkin dia tidak mengetahuinya. Baiklah, setengah tahun

nanti, kita bertemu lagi digunung Thai San untuk merundingkan cara2

untuk menghadapi pembunuh Thian Mo Sin Lie !"

Thian Tie menganggukkan kepalanya.

Pak Ie Sin Kay kembali menasehati "Kie Thian Tai Seng kini sudah

mati Tong Nia Kiam Kek sebaliknya sedang cemerlang namanya di-sungai

telaga. Tie-jie, kau ingatlah pesanku ini."

Habis berkata, iapun bersiul nyaring dan berlalu.

Thian Tie berdiri termangu2, perubahan yang mendadak, membuat

jiwanya menjadi tegang juga.

Tiba2 seperti ada sesuatu arus yang mengalir dibenaknya.

Ia teringat akan pertemuannya dengan suami-isteri muda itu !

Bukankah sianak muda itu she Hu ? Bukankah dia bernama Hu Thian Bin?

Thian Tie kembali termanggu. 1a gegetu mengapa ia rasakan wajah

anak muda itu begitu tidak asing baginya, jangan2 ia mempunyai

hubungan darah dengan Hu Thian Bin!

Ia harus mencari pemuda itu ! Ia memandang kesekeliling, akhirnya

mengambil keputusan untuk berangkat ke Bu Tong San, baru kemudian

ia mencari Hu Thian Bin di Kwan-gwe.

Begitu mendapat ketetapan, hatinya menjadi tenang. Ia berjalan

kembali.

Malam sunyi sepi. Sang dewi malam perlahan2 mendoyong kearah

barat. Seorang diri ia berjalan menuju kuil. Selagi hampir sampai, tampak

dari jauh berjalan mendatangi beberapa orang !

Mereka itu adalah tiga pendeta Siauw Lim Sie dan Yao Kie Lun !
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Buru2 Thian Tie menyembunjikan dirinya. Ketika mereka berlalu

didekatnya, teedcngar Cie Ceng Siansu berkata. " Yao Tayhiap, mari kita

pergi ke Bu Tong San. Perkembangan yang akan terjadi benar2 sukar

dibayangkan!"

Yao Kie Lun mengelah napas.

Sial ! Sial! Kie Thian Tai Seng ternyata adalah seorang anak-muda,

jika si tua bangka itu ikut keluar, maka dunia Kang-ouw akan hancur!"

Thian Tie mesem "Saat ini aku tak boleh bertemu dengan mereka.

Baiklah tunggu sampai bertemu di Bu Tong San saja!"

Mereka berlalu dengan perlahan2 , suasana kembali menjadi

tenang. Malam bertambah larut dan sunyi!.

Thian Tie kembali kedalam kuil. Ia menjerit tertahan. Pek le Nio nio

sudah tidak kelihatan lagi ! Tanpa ayal ia mengadakan pemeriksaan

secara seksama, tapi sia2 belaka!

"la terluka parah, kecuali ada obat yang mujarab, tak mungkin ia

bisa bergerak sendiri meninggalkan tempat ini."

Tapi sungguh aneh! Jika Pek Ie Nio nio tidak pergi keluar, maka

kemana perginya?114

Thian Tie selamanya selalu mempermainkan orang lain. tapi malam

ini, sebaliknya dirinya yang dipermainkan orang lain.

Dengan penasaran memandang keluar pintu kuil, lalu berlari-lari

bagaikan burung terbang.

Dipinggir hutan ia berhenti dan memandang kedepan. Tampak Cie

Ceng Siansu berempat sedang bergerak-gerak.

Mereka tidak mungkin menculik Pek Ie Nio nio, maka ia kembali

lagi. Hatinya gunda-gulana.

Selagi hampir sampai dimuka kuil itu. Tiba2 sesosok bayangan

berkelebat dan menghilang dikegelapan malam.

Thian Tie tidak mau menyia2kan waktu, tidak ayal ia mengejar!

Begitu sampai mulut pintu, matanya yang tajam melihat sesosok

bayangan putih. Bayangan itu sedang perlahan2 membuka baju Pek le Nio

nio !

"Jahanam, besar benar nyalimu! "berteriak Thian Tie dengan gusar

yang meluap-luap.

Orang itu berperawakan kurus tinggi, ia memakai baju putih perak,

mukanya memakai kedok hitam. Sepasang matanya bersinar-sinar.

Thian Tie menyerang dengan hebatnya. Orang itu mengangkat

tubuh Pek le Nio nio. Dengan tangan kanannya yang menyekal pedang ia

menyampok pedang Thian Tie.

Thian Tie mendesak terus bagaikan harimau. "Letakkan gadis itu!

Kita bertempur sebelah tangan dengan aku dalam 5 jurus pedangmu

akan terpental!"

Orang itu tertawa dingin menantang ! Kalau kau bisa melayani 5

jurus pedangku dengan sebelah tangan ini, kau sudah terhitung jagoan.

Hm, hm ! Kau keluar dari perguruan mana?"

Jika mereka bertemu beberapa hari yang lalu, Thian Tie tidak lagi

menanti orang itu berbicara, dia siang sudah menyerangnya! Tapi kini ia

menahan napasnya "Lekas kau letakkan gadis itu!" perintahnya dengan

angkek.

Orang itu tidak menuruti, kembali ia memperdengarkan ejekannya

dari suara dihidung !

"Hm ! Dengan mengekangi seorang gadis yang terluka. apa kau

masih bisa dibilang seorang Ksatria?" berseru Thian Tie manglet.

"Apa hubunganmu dengan gadis ini?"

"Menolong orang yang terluka itulah tujuan pendekar ! berseru

Thian Iie sambil mengibaskan pedangnya. "Hm tidak seperti kau ini yang

menyebut diri sebagai enghiong tapi diam2 mengganggu kesucian kaum

wanita yang terluka. Hm ! hari ini kau akan mampus, penjahat cabul!"

Mata orang itu memancarkan sinar yang aneh." Kudengar desas
desus, orang yang menyamar sebagai Kia Thian Tai Seng, adalah seorang

pemuda baju kuning. Orang ini besar benar mulutnya, jangan2 dia

momok itu."115

Sibaju putih perak sangat berpengalaman dan bermata tajam, tapi

karena Thian Tie membela keadilan, kecurigaannya menjadi lenyap.

"Menurit pendapatmu bagaimana kita akan selesaikan urusan

wanita ini" akhirnya ia bertanya.

Dengan dingin Thian Tie menjawab "Mulutmu sangat besar,

tentunya kau berkepandaian. Baiklah? sekarang begini saja. Bila kau yang

menang, wanita ini kau boleh bawa pergi, tapi kalau kau yang kalah, kau

harus serahkan padaku Bagaimana ?

Mendengar syaratyang diajukan itu, orang itu merasa geli, hampir2

ia tertawa. Pikirnya, mana ada orang yang mempertaruhkan jiwa putrinya

sendiri?.

Tapi ia ingin mencoba kelihayan anak muda itu, yang bersikap

sombong.

Baiklah Aku akan mengalah 3 jurus padamu!"

Thian Tie yang mendengarnya, hatinya bertambah mendongkol.

Apa kau kira pasti bisa mengalahkan aku ?" ia beseru lantang.

Orang itu dengan tersenyum meletakkan Pek le Nio nio ditanah,

kemudian ia mengangkat pedangnya tinggi2. Thian Tie tak sabar lagi dan

berseru : ?Hayo turun tangan!" Ini dadaku, mana dadamu!"

Orang itu menggeleng2kan kepalanya "Aku sudah berjanji akan

mengalah 3 jurus padamu!"

Thian Tie tersenyum dingin, lalu ia putarkan pedangnya dengan

gaya seng-heng Touw-coan, ujung pedang mengarah keatas dan

langsung menyodok tenggorkan lawan.

Orang itu menjadi sangat terkejut ia berteriak "Kie Thian Tai Seng!"

Entah mengapa, sekarang Thian Tie sebaliknya sangat jemu

mendengar julukan ini. Satu serangan luput, serangan2 berikutnya susul
menyusul seperti cahaya perak, Ah! la mempermainkan ilmu pedang yang

ia baru pelajari dalam goa itu, dan samar2 tampak huruf "Tong" atau

"Timur"

Tong Nia Kiam Kek!"

Orang itu mendapat kesempatan untuk balas menyerang, dia lantas

kewalahan! Tak berani ia bersikap angkuh lagi, begitu pedang Thian Tie

datang mendekat, ia hanya berkelit kesamping dan menyampok !

Walaupun sampokannya itu disertai tenaga-dalam. tapi Thian Tie

tiba2 membalikkan tangannya. Pedangnya turun meluncur bagaikan

layang2 menyambar diawan.

Orang itu membelalak- matanya, ia putar dengan getarkan

pedangnya keatas. Dalam tempo sekejapan berubah menjadi tiga jurus

berantai, yang menusuk jalan2-darah Pek-hay, Kie-sie dan Hoat-bun hiat !

Thian Tie berseru tertahan "Oh, kiranya kaulah Cui Hong Kiam Kek

Yap Sing Nian !"

Orang itu tidak menghiraukan, ia perhebat penyerangannya hingga

terdengar angin menderu-deru.116

Thian Tie hendak menghentikan pertempurannya, tapi orang itu

sebaliknya tidak ma memberikan kesempatan.

Sekonyong-konyong meluaplah darah mudanya.

"Dengan baik hati aku telah menolong jiwa putrimu.

Sebaliknya kau mempermainkan diriku. Hm, jangan sesalkan aku nanti !

pikirnya gusar.

Menyusul dengan jurus Thian-Hu To-Twa atau Cakrawala terbalik
diangkasa raja clart ilmu pedang Thian Mo Sin Lie yang telengas, ia

serang seluruh jalan darah ditubuh orang itu!

Siorang baju putih perak itu bersiul karna kagumnya:"Permainan

pedang yang bagus!"

Namun pedangnya juga bergaya dengan ilmu pedang Pengejar

Angin yang mempunyai 64 jurus. Sungguh hebat ! Walaupun ilmu pedang

Thian Tie jarang tandingannya, tapi terhadap Ilmu Pedang Pengejar

Angin, betul2 ketemu batunya!

Cai Hong Kiam-Hoat dari keluarga Yap sangat tersohor!

"Hm, apa kau sangka aku takut padamu ?" berseru Thian Tie

penasaran.

Sinar pedangnya berkerepan, menggulung dengan bengisnya, ia

balas menyerang!

Serang-menyerang silih berganti, sekejapan 10 jurus lebih sudah

berlalu!

Mereka bertempur dengan sekuat tenaga, sinar2 pedang berkilau
kilauan hingga kuil menjadi terang bendarang seperti bermandikan

cahaya rembulan.

Tepat pada waktu itu, tiba2 Pek Ie Nio Nio yang ber-baring ditanah

kelihatan mendusin.

Ayah, kau telah datang?" ia berseru terperanjat bercampur girang.

Mendengar teriakan itu, Yap Siong Nian menjadi sedikit lengah.

Pedang Thian Ie membeset udara dengan pukulan Hong-koah Can-in !

"Brebet!" ujung baju Yap Siong Nian terpapas sobek!

Keruan saja Yap Siong Nian menjadi murka, ia berteriak santar dan

laksana kilat cepatnya ia membabat tubuh Thian Ce !

Thian Tie tidak ingin bertarung lebih lanjut, pedangnya bergerak

menyampok. la mundur kebelakang. Cui Hong Kiam Kek sangat

memikirkan luka putrinya, iapun berhenti.

Tunggu bangsat ! Bila kau dapat lolos dari tanganku malam ini, aku

Yap Siong Nian berjanji tidak akan menginjak kakiku pula ditanah

Kangouw!"

Dan dengan langkah lebar ia berjalan mendekati Pek le Nio Nio !

Pek Ie Nio yang sudah siuman, berteriak dengan suara parau,

"Menurut Pek le Sin Kay . . . . dia bernama Hu Thian Tie!

Sebenarnya hati Thian Tie sangat mendongkol, tapi mendengar

suara sigadis cantik, ia seperti juga mendapat hadiah. Perlahan2 ia117

membalikkan tubuhnya "Bila aku ini Kie Thian Tai Seng, maka tak nanti

aku mau selesaikan perkara begini saja ujarnya.

Habis berkata, ia pun berlalu pergi !

Tapi se-konyong2 dibelakang punggunya terasa desiran angin ! Yap

Siong Nian menyerangnya pula ! Buru2 ia menyampok dengan

pedangnya!

Sampokannya ini disertai tenaga dalam hebat, Cui Hong Kiam Kek

tidak berani gegabah. Ia tarik serangannya : "Kalau kau Kie Thian Tai

Seng, habis bagaimana ?"

Alis Thian Tie menaik keatas karna mendongkolnya.

Aku akan bertanding sampai badanmu tak berkepala!" sahutnya

sengit.

Tiba2 Cui Hong Kiam Kek memperdengarkan siulan panjang,

napasnya barkobar-kobar. Berturut2 ia putarkan senjatanya menikam

tempat2 berbahaya ditubuh Thian Tie!

Thian Tie menjadi kagum. Cui Hong Kiam Hoat ternyata bukan

omong kosong!" pikirnya.

Tapi ia juga bukan sembarang ahli-pedang. Sambil tersenyum ia

mengeluarkan ilmu pedang Tong Nia Kiam Hoat. Pada detik itulah sesosok

bayangan putih berkelebat ketengah medan pertempuran ! Terperanjat

mereka mundur kebelakang, Cui Hong Kiam-Kek berseru! Cu-ji, mundur!

apa sudah gila!

"Ayah. kau salah menyerang orang !" berseu sinona dengan

nyaring," Bukan dia yang menyerang aku! Malahan dia yang menolong

putrimu !"

Yap Siong Nia menggeserkan pandangan matanya ke-arah putrinya

yang pucat pias, Siapa gerangan yang bernyali besar itu?"

Thian Tie bermesem-simpul. ia tahan senjatanya.

Leng San Siang Eng.

Thian Tie berubah wajahnya.

"Hm. besar benar nyali mereka berdua itu!" berkata Yap Siong Nian
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan murka.

Sehabis berkata, ia berpaling kepada Thian Tie.

"Kau telah menyamar sebagai Kie Thian Tai Seng untuk membuat

kehebohan, hm hm! Apa kau lupa bahwa di kangouw ini masih hidup

seorang she Yap ini ?

Thian Tie mendidih darahnya. Bila dihari2 yang lalu, pasti ia lak

dapat mengendalikan napsunya. Tapi sepasang mata bola mengawasi

dirinya dengan redup2 alang, seperti memohon sesuatu. Tergetarlah

hatinya dan lemah sendi-tulangnya. malahan sinar mata yang jernih ltu

bagaikan memaksa ia untuk menyimpan pedangnya.

Ia balik untuk berlalu.

Cui Hong Kiam Kek seumur hidupnya belum pernah dianggap sepi

oleh orang. Mana ia mau membiarkan Thian Tie pergi? Lagipula Thian Tie118

adalah Kie Thian Tai Seng!

"Cu-jie, pemuda ini sangat kejam, banyak tokoh2 bulim kenamaan

yang menjadi korbannya. Bila kali ini aku tidak habiskan nyawanya aku

kuawatir tidak akan ada orang lain yang mampu membereskannya."

Thian Tie yang baru berlalu 10 tindak lebih menjadi gila.

lapun berhenti lagi, tapi kata2 Pak le Sin Kay kembali

berkumandang ditelinganya. la menggores huruf "Tong" di tanah dengan

pedangnya.

Thian Tie mendongak keatas dan berseru : "Tong Nia Kiam Kek,

Tong Nia Kiam Kek . . . .

Tiba2 terdengar suara orang! "Apa hubungan dengan Tong Nia Kiam

Kek?!"

Thian Tie menoleh. Yap Siong Nian menuding dengan pedangnya.

Thian Tie mengayunkan pedangnya, ia membuat satu huruf Tong

yang besar, dan berseru dengan gusar : ''Yap Po-cu. aku sudah mengalah

terhadapmu, tapi jangan keterlaluan, Apa kau kira aku takut kepadamu ?"

Cui Hong Kiam-Kek tertawa dingin. "Aku sudah berkata, bila aku

melepaskan dirimu malam ini, maka aku berjanji tidak akan menginjak

kaki lagi di Kang ouw."

Thian Tie menyedot hawa murninya dalam2. mengumpulkan tenaga

dalamnya yang paling tinggi. "Apa kau betul2 hendak bertempur?"

Jangan banyak bicara! Ajalmu hampir tiba, jahanam !

Thian Tie tak dapat mengendalikan dirinya lagi, ia lompat

menyerang !: Baik, aku ingin minta pelajaranmu!" teriaknya lantang.

Permainan pedang mereka sangat cepat dan berbahaya sekali, tapi

baru saja mereka saling bergebrak, tiba2 sesosok tubuh melesat diudara.

Cepat2 Thian Tie dan Yap Song Nian menarik pedangnya, karena

hampir2 melukai orang itu.

Cu-jie, mengapakah kau pada hari ini ?" ujar Cui Hong Kiam Kek

mengelah napas. Tiba2 ia lompat untuk memapah tubuh putrinya yang

sempoyongan hendak jatuh.

Dengan suara gemetaran sigadis berkata : "Bila ayah hendak

bertempur juga, lebih baik bunuhlah aku dulu!"

Thian Tie terdiam dengan hati terharu. Ini hebat !

*

* *

Berpikir demikian. Thian Tie lantas berseru dengan nyaring: Yap

pocu, ingatlah bahwa Tong Nia Kiam Kek tidak akan melukai seorang baik

!"

Kemudian ia melesat pergi !

Thian Tie sangat menyesal. Pikirnya, aku tidak lagi melukai orang.

tapi orang lain justru memusuhi diriku! Ah, benar2 Thian tidak adil!119

Sekembalinya dirumah penginapan, karena kuatir Cai Hong Kiam

Kek menyusul, maka ia berkemas, lalu meninggalkan dusun Cu ke-po !

la melewati sungai Yo-Cu Ho, dan berselang 3 hari kemudian,

sampailah Thian Tie pada It-Lee po. Sebuah kampung ditepi danau Tiong
ouw !

Ternyata ia sudah datang lebih dulu dari Cie Ceng Siansu berempat.

Kampung lt Lee Po, sangat tenang-damai, dan indah.

Thian Tie diam2 berkata dalam hatinya : "Jikalau aku tidak berhenti

membuang2 waktu, maka dalam jangka waktu 6 sampai 7 hari aku akan

sampai di Bu Tong San! Aku harus menutupi semua mata orang, sehingga

mereka tidak mengetahui diriku!"

la mendongak memandang kearah jauh.

Kiranya jalan2 di It Lee Po terbagi atas jalan-depan dan jalan

belakang. Jalan-depan sangat ramai, karena merupakan tempat2

perdagangan. Orang2 banyak berhilir-mudik, sedang jalan belakang

hampir semuanya adalah rumah penduduk. Berbeda sekali, jalan ini

sangat sepi.

Thian Tie bermalam disebuah rumah penginapan. Menjelang

maghrib ia memesan beberapa macam hidangan, setelah bersantap, ia

menutup pintu kamar untuk beristirahat.

Entah lewat beberapa lama, tiba2 diatas atap rumah terdengar

suara berkeresakan seperti tindakan kaki orang, walaupun sangat

perlahan, namun Thian Tie yang sangat waspada itu sudah

menangkapnya. Dengan berdebar-debar ia turun dari pembaringan! Tepat

pada waktu itu terdengar suara orang berkata : " Twako, kudengar kabar

Yap Siong Nian ikut datang! Waspadalah."

Terdengar pula seorang menyahuti: "Hm, itulah kebetulan sekali,

kita justru ingin mencoba2 manusia yang hanya gede omong itu!"

Thian Tie mengerutkan keningnya. Suara mereka tidak asing!

"Apa kedua tamu malam ini adalah Leng San Siang Eng?"

Selagi ia berada dalam keadaan bimbang, kembali terdengar salah

seorang diantaranya berkata pula :" Unruk menjatuhkan dia tidaklah

sukar. Bukankah dengan demikian kita telah menyia2kan waktu untuk

mengejar pengemis bangkotan itu ?"

"Sebaiknya kita mendengar dulu nasehat Tung Lo Tau?"

Setelah itu, suasana kembali tenang pula !

Thian Tie sebenarnya tidak mau ikut mencampuri urusan orang iain,

tapi ketika ia mendengar bahwa Leng San Siang Eng hendak menyatroni

Pak le Sin Kay, hatinya menjadi gusar. Ditambah mereka telah melukai

Pek le Nio nio ! Gadis yang pernah ia cium dan dekap dengan hangatnya.

Perhitungan ini haruslah diselesaikan !

Tatkala mereka berlalu diam2, ia membuntuti dibelakang. Keng San

Siang Eng berlari2, dalam sekejapan saja sudah meluncur puluhan

tombak!120

Tapi Thian Tie terus membayangi dengan hati2 dan sebuah

senyuman dingin mekar diwajahnya.

Setiba diluar kampung, mereka berhenti. Mendadak mereka

berbalik kebelakang, Thian Tie menyelinap ke sebuah rumah ! la

menyembunyikan dirinya. Leng San Siang Eng menuju kesebuah gedung

besar.

Thian Tie diam2 mengelah napas lega.

Mereka ternyata sangat waspada dan teliti. Amboi, aku tak boleh

bertindak semberono."

Ia maju lagi dengan berindap-indap. Ketika ia memandang, tampak

rumah gedung itu sangat mentereng. Gelap, gelita! Cahaya Pelita samar2

keluar dari sebuah kamar diatas loteng!

Thian mengawasi dengan mata bersinar-sinar, kemudian perlahan2

ia memutar kebelakang gedung.

Dalam kamar kelihatan orang berjalan kian kemari, Thian Tie

mendekati loteng. itu. Terdengar suara seorang tua: "Bukannya aku

mengunggul2kan orang lain, sesungguhnya masalah yang kita hadapi

sekarang adalah berbahaya sekali.

Lebih baik kita membicarakan dulu soal cara bagaimana kita

membasmi Kie Thian Tai Seng ! Jiewie mengapa menyusahkan diri

mencari Pak Ie Sin-Kay?"

Leng San Siang Eng berdiam sebentar, namun akhirnya salah satu

diantaranya menyahut: "Kami menerima usul ini! Tapi bila kita

menghadapi pengemis itu. apa Tung Lo Enghiong mau memberi bantuan

kepada kami ?"

Orang tua itu berbatuk2 sebentar. "Oh, itu sudah tentu ! Besok

tengah hari Hian Hong Totiang. Gok Bian Mo cang dan beberapa sahabat

dari berbagai aliran akan datang kemari. Pada saatnya kita rundingkan

lagi!"

Len Sang Siong Eng tidak menyahut. Rupanya Mereka menyetujui.

Thian Tie tersenyum, lalu ia kembali pula kepenginapannya.

Keesokan hari ! Karena kalau mengenakan pakaian serbakuning

mudah menarik perhatian orang, maka Thian Tie mengganti dengan

serangkap pakaian warna biru laut model kaum pelajar. la bercermin

sambil merapikan bajunya. Dihadapannya berdiri seorang pemuda cakap

yang romantis. la tertawa geli. Aku kini bersalin menjadi seorang pelajar

yang tidak bertenaga sedikitpun !" Ha-ha-ha ! "

Thian Tie membuka pintu kamar. Dalam ruangan makan sudah

penah orang. Mereka itu hampir seluruhnya adalah kaum pandai silat.

Berpura2 seperti tidak tahu apa2 ia berjalan keluar :

Suasana kampung le Lee po yang tenang damai kini telah berubah!

Orang2 yang ia jumpai, hampir seluruhnya terdiri dari orang2 Kang ouw !

Sampai diujung jalan tampak gedung besar itu terbentang lebar2

pintunya. Orang2 'berduyun2 masuk kedalam .....121

Thian Tie ikut masuk pula, Karena masih sangat pagi, orang yang

datang masih belum banyak. Ia memilih sebuah tempat yang tidak

menyolok. Disampingnya berduduk 2 orang lain.

Demi meliahat Thian Tie, yang berdandan seperti kaum sastrawan,

begitu luwes-lemas, sedang pada punggungnya tergantung sebilah

pedang. meraka tersenyum mengedek. Mereka sedang hendak

merundingkan soal bagaimana untuk membunuh Kie Thian Tai Seng.

Untuk apa bangsa mahasiswa munculkan dirinya ?

Thian Tie tidak menghiraukan ejekan orang. Dengan asyiknya

perlahan2 ia mengunyah kwaci yang disuguhkan. Berselang tidak lama,

tamu2 sudah pada datang, maka ruangan kini berubah menjadi riuh
rendah !

Menjelang tengah hari diantara keriuhan itu terdengar suara orang

berteriak dengan nyaring: "Tiat San Taihiap (Pendekar kipas besi) Tung

Ling datang !"

Thian Tie menoleh. Orang tua semalam sedang berjalan keluar

dengan didampingi oleh San Siang Eng !

Tiat San Taihiap Tun Ling memberi hormat kepada para hadirin.

kemudian berseru dengan suara lantang "Hadirin harap menunggu

sebentar ! Setelah Hian Hong Totiang dan Giok Bian Moceng datang, kita

akan segera membuka pertemuan kita ini !"

Kata2nya disambut dengan keriuhan !

Ada orang yang berteriak : "Tung Taihiap, mengapa kau undang

dua orang momok itu?"

Tung Ling menoleh kepada orang yang berbicara itu.

,,Banyak yang Cie Taihiap tidak ketahui, bila jita mau memberantas

Kie Thian Tai Seng, maka siasat ini yang paling tepat. Dengan racun kita

gempur rancun!"

lni memang beralasan. Cie Taihiap mengangguk2kan kepalanya

tanda setuju "Oh, kiranya begitu! Maaf maaf."

Tapi diantaranya ada juga orang yang tidak puas, mereka saling

kasak-kusuk, tapi tiada seorang yang berani mengutarakan ketidak

puasan hatinya.

Thian Tie tidak tahu Hian Hang Totiang, dan Giok Bian Moceng itu

orang macam apa, maka ia bertanya kepada seorang tamu yang berada

didekatnya : Siapa Hiam Hong Totiang dan Giok Bian Mociang ini?"

Mlihat pemuda kita ke tolol2an seperti "Kutu buku" ia tertawa :"

Siangkong, kau tidak kenal Hian Hong Totiang dan Giok Bian Mociang?
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kau tunggu saja!"

Orang itu memanggil Thian Tie dengan kata "Siang-kong" atau

sebutanmu untuk kaum pelajar atau sastrawan. "Hal ini benar2

menyinggung perasaannya. Bukankah dalam pertemuan ini yang datang

seluruhnya ada orang2 kaum Sungai-telaga yang berkepandaian tinggi?122

Mana ada bangsa iangkong yang datang ketemput semacam ini?"

Tapi Thian Tie tidak menghiraukan. ia tersenyum manis duduk

kembali dengan tenang !

Meski ia tidak menghiraukan sikap orang yang duduk didekatnya

tertawa geli: Siangkong !" Ha-ha-ha : Enak kedengarannya panggilan ini

!"

Kata2 ini lantas tersiar, membikin semua hadirin ter-tawa

terpingkal2. Tiat San Taihiap dan Leng San Eng mengerutkan keningnya.

Thian Tie sebenarnya tak ingin dirinya menjadi perhatian orang,

maka ia cepat2 menundukaan kepalanya, perbuatannya itu lebih

membuat hadirin tertawa terpinggal2 .

Thian tie menjadi sangat kikuk. Bila hal ini terjadi beberapa hari

yang lalu, batuk kepala orang2 yang tertawa itu pasti sudah berpindah

tempat, Tapi kini lain keadaannya. ia hanya biga mengekang nafsunya

dan menganggap ejekan ini seperti juga suara desiran angin.

Untunglah, tiba2 terdengar Tung Ling berseu nyaring: "Hadirin

sekalian. Hian Hong Totiang datang!"

Pada saat itu juga terdengar suara tertawa panjang yang

menggeledek. Suara tertawa yang satu kasar dan yang lain halus, seperti

2 ekor burung yang membentangkan sayapnya berlomba terbang!

Semua hadirin terdiam. Tiba2 terdengar pula suara menggeledek:

"Maaf, maar, kami datang terlambat !"

Semua orang hanya merasakan kesiuran angin dan dalam ruangan

tiba2 sudah bertambah2 orang !

Thian Tie diam2 melirik. Yang satu adalah seorang Tosu yang beralis

lebat dan bermata besar, ia membawa sebuah Hudtin. Tampangnya

sangat garang menyeramkan. Sedang si Hwaesio kepalanya gundul,

mukanya putih laksana kumala!

Hian Hong Totiang dan Giok Bian Moceng!"

Sementara itu orang yang duduk didekat Thian menyentuh

tangannya dan berbisik: ''Siangkong, apa kau melihatnya ?"

Thian Tie diam saja. Seorang berlari lari menghampiri Giok Bian

Moceng dan Hian Hong Totiang dan memberi kisikan, air muka Hian Hong

Totiang berubah menjadi gusar.

"Kalau begitu Pinto ingin minta pelajarannya!" Teriaknya
menggeledek.

Selagi berkata, entah dengan gerakan apa, ia mencelat dan

menyerang Cie Taihiap dengan Hudtimnya.

"Bila aku tidak minta sedikit pelajaran dari orang pandai ini,

tanganku benar2 terasa sangat gatal !" serunya menantang.

Dengan gesit Cie Taihiap berkelit kesamping dan membentak :

"Hian Hong, apa kau patut untuk menjadi penegak keadilan kaum Bulim?"

Kemudian ia mencabut pedangnya dan menangkis tapi biar

gerakannya cepat, namun Hian Hong Totiang luar biasa cepatnya. Bulu2123

Hudtim membeset menggulung, dengan sekali membetot, pedang Cie

Taihiap tertarik Hudtim menyambar terus dan . . . .

"Ces! Ces !"

Disusul dengan teriakan orang Cie Taihiap yang mengerikan.

Badannya mental sejauh 7-8 tombak dan jatuh dilantai. Sekujur tubuhnya

ber-lobang2 dan darah bercucuran deras. Jiwanya sudah melayang !

Atas perbuatan Hian Hong Totiang yang tidak berperikemanusiaan

ini semua hadirin menjadi pucat.

Tosu telengas itu tertawa bangga, kemudian dengan suara dingin ia

berkata menantang: "Hm, siapa lagi yang ingin coba2?" Hayo, yang ingin

mampus lekas maju!"

Semua orang terdiam. Leng San Siang Eng merasa kurang senang

atas sikap orang itu. Baru saja mereka hendak keluar untuk menerima

tantangan, Tiat San Taihiap mencegahnya.

"Sabar. Kita barus bisa mengendalikan diri supaya urusan besar

tidak sia2!"

Leng San Siang Eng dapat terbujuk, tapi air mukanya tidak dapat

menutupi rasa ketidak senangannya.

Hian Hiang Totiang tersenyum puas, ia melangkah ketempat

duduknya seraya berseru : "Bila Kie Thian Tai Seng saat ini berada disini,

Pinto ingin benar dapat bertanding 300 jurus dengan dia !"

Suasana semakin bertambah sunyi:

Giok Bian Moceng menyeringai. "Hiam Hong Toyu, buat apa kita

banyak bicara dengan orang2 semacam begini ?"

Habis berkata, dengan sikap congkak ia berjalan menuju kursi

utama, dan dengan tidak menungggu pelayanan dari tuan rumah, ia

sudah mengganyang hidangannya!

Hian Hong Totiang masih panasaran. la memandang kesekeliling.

Tung Ling si tuan rumah karena takut akan timbul keonaran yang

lebih besar, buru2 berseru : "Hian Hong Totiang, silahkan duduk !"

Semua orang seolah2 tenggelam kedalam impian nyenyak. Tapi

tepat pula saat itu, terdengar suara orang menyeletuk memecah

kesunyian !

Saudara, permisi!"

Suaranya lemah. Semua orang menoleh kearah suara itu dengan

terkejut !

Kiranya orang ini adalah Thian Tie! Perlahan2 ia menyisihkan orang

yang sudah didekatnya seraya tertawa : Tamu yang datang hari ini

sangat banyak !" Eh-eh-eh ! Tanganku menjadi gatal."

Sendaa hadirin meajadi tegang dan hampir2 tidak berani bernapas !

Orang yang semula menertawai dirinya kesisi, dengaa mata

terbentang lebar berseru dengan kagetnya : "Siangkong hendak turun

gelanggang?"124

*

* *

Thian Tie tersenyum !

"Benar, Siangkong hendak turun gelanggang !" jawabnya jelas.

Habis berkata, iapun berjalan ketengah ruangan dan berdiri tegak

disana. Kemudian ia berteriak dengan nyaring : "Siapa Leng San Siang

Eng?"

Suasana menjadi gempar !

Karena begitu ia keluar, bukannya menantang Hian Hong Totiang

sebaliknya mencari Leng San Siang Eng. Ini penghinaan yang tak dapat

diterima oleh Hian Hong Totiang !

Hian Hong Totiang gusar bukan kepalang. Tapi melihat Thian Tie

adalah seorang sastrawan muda yang lemah tiada bertenaga, ia menekan

kegusarannya dan menjawab: "Eh Siangkong ! Pedang yang tergantung

pada punggungmu, apa buat menakuti bangsa kurcaci ?"

Hadirin tertawa !

Thian Tie tidak ambil perduli, dengan sikap sombong ia duduk

disebuah bangku dan bertanya ! Apa kau seorang dari Leng San Siang

Eng ?"

Semua orang tertawa riuh !"

Hian Hong Totiang menjadi merah padam, Dengan kedudukannya

yang tinggi ternyata masih ada orang yang berani mengolok2kan dimuka

umum. Hatinya panas tak dapat dikendalikan lagi !

Dengan gusar Hian Hong Totiong menghardik : "Heh bocah !

Apakah kau sudah bosan hidup ?"

Thian Tie melirik dan tertawa: "Kau ini benar2 aneh!

Pertanyaanku belum juga kau jawab, tapi malahan berbalik bertanya.

Jangan konyol, Tosu bau !"

Hian Hong Totiang berteriak dengan gusarnya. Hudtimnya

menyabat lengan kanan Thian Tie! Inilah hebat!

Tapi Thian Tie seperti tidak tahu bahwa ia diserang orang, dengan

malas2an ia mendorongkan sepasang sumpit yang dipegangnya : "Titiang,

apa kau lapar ? Nih ! Aku berikan sepotong daging ini kepadamu ! "Tuh,

makan biar kenyang!"

Tahu2 Hudtim, menggulung sepotong daging yang disuguhi Thian

Tie !125

Semua orang menjadi melongo, hilanglah sikap memandang enteng

terhadap pemuda pelajar itu. Malah ada orang berbisik : "Hian Hong

ketemu batunya ! Biar, dia mampus !"

Para tetamu bukanlah sembarang orang, sekali lihat mereka semua

tahu bahwa pemuda ini berkepandaian tinggi.

Bukan kepalang gusarnya Hian Frong Totiang, ia menyerang pula!

Serangan kali ini keras dan kejam. Semua orang mengira bahwa

Thian Tie tentu tidak mungkin bisa ber-kelit, tapi sebaliknya pemuda kita

berdiri dengan sikap wajar. Malahan ia tertawa : "Apa Totiang sedang

me-ngipas2i-ku ?"

Thian Tie mundur kebelakang, bulu2 Hudtim tepat lewat didepan

mukanya !

Hian Hong Totiang terperanjat, melihat kelihayan lawannya, benar2

ia tidak duga. Giok Bian Moceng sebaliknya maju kedepan : "Hian Hong

toyu biar aku saja yang membereskan bocah ini!" teriaknya.

Walaupun ia berkata demikian, namun semua orang tahu bahwa ia

hendak menolong Hian Hong Totiang.

Thian Tie memicingkan sebelah matanya dengan mengomel

seorang diri : "Huh ! Leng San Siang Eng seharusnya berjumlah

sepasang. Mengapa aku menyebut totiang ini "Siang Eng" atau sepasang

pahlawan ?"

Thian Tie gembar-gembor menyebut-nyebut Leng San Siang Eng,

hinga Leng San Siang Eng yang sebenarnya, tak dapat menahan dirinya.

Mereka berdiri serentak dan beteriak : "Bocah, kau mencari Leng San

Siang Eng mau apa?"

Thian Tie tertawa; "Apa kamu adalah Leng San Siang Eng?"

Pertanyaannya yang lucu ini, kembali membuat semua orang

berteriak-teriak dengan ramainya.

"Ha-ha-ha ! Ha-ha-ha !"

"Baik ! Tak perduli Leng San Siang Eng itu berdua atau berempat,

aku akan melayaninya semua. Ayoh, aku ganyang semuanya!"

Thian Tie menantang keempat orang itu, hingga semua orang

terkejut. Terutama Tiat San Tai hiap yang menjadi tuan rumah, lompat

dari kurai karna kagetnya. Dengan mata membelalak ia mengawasi,

namun ia tak tahu siapa gerangan anak muda tersebut ?

Thian Tie meloloskan pedangnya dan menggetarkannya diudara.

Sinar putih lantas berkilau-kilau amat indahnya. Samar2 tertulis sebuah

huruf besar "Tong".

"Tong Nia Kiam Kek memohon beberapa jurus kepada kalian

berempat !" ia berteriak dengan nyaring.

Suasana dalam ruangan itu menjadi sunyi. Hian Hong Totiang

berempat saling ber-pandang2an, dan dalam hati kecil masing2 bertanya :

'Maju atau tidak ?"126

Thian Tie memainkan terus padangnya, angin dingin berkesiur
kesiur laksana taufan. Terlukislah sebuah huruf "Nia" diudara.

"Aku hendak membersihkan sampah Bulim, apa hadirin setuju ?" ia

berteriak pula.

Gemparlah suasana, malahan ada orang yang berteriak ; "Ganyang

saja si Hweesio bau dan si Tosu busuk ! Ganyang juga Kie Thian Tai Seng

!"

Thian Tie menggeleng2kan kepalanya : "Kie Thian Tai Seng sudah

mati :" teriaknya.

Hian Hong Totiang berempat terperanjat, Hian Hong Totiang
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

putarkan Hudtimnya dengan lebih dahsyat hingga ribuan benang perak

berkembang mengarah jalan-darah disekujur tubuh pendekar muda kita.

Thian Tie mengangkat pedangnya, menahan tangkai Hudtim dan

berseru : "Apa hadirin ingin kupapas kutang kepalanya ?"

Gerakannya sungguh hebat, tiada seorangpun yang melihat

bagaimana ia mengirimkan serangannya hingga Hudtim tertahan diudara.

Wajah Hian Hong menjadi merah-padam, Huddtim-nya tidak dapat

bergerak! Sambil berteriak mengguntur Giok Bian Moceng lompat

menyerang, ia memukul dengan pukulan Angin-menderu Pasir
berterbangan!

Tapi dengan sebet Thian Tie berkelit, lalu menotok jalan-darah

"Mak-heng-hiat" si Hweesio berwajah kumala putih: "Kalian jangan

bertempur cara begini, sebaiknya semua maju serentak!" teriaknya.

Leng San Siang Eng yang menyaksikan dari samping, melihat Thian

Tie ber-turut2 mengeluarkan dua jurus yang gerakannya tidaklah asing

baginya, lantas mereka berteriak : "Kie Thian Tai Seng !"

Semua orang menjadi gempar. Mereka mengarahkan

pandangannya kepada Thian Tie yang bermuka tampan bersih, sedikitpun

tidak mirip seperti Kie Thian Tai Seng, simomok kejam yang tidak kenal

ampun. Ah, tidak mungkin ! Salah seorang. Berteriak: "Leng San Siang

Eng tahu dirinya akan kalah, maka ia memfitnah orang. Ha-ha-ha!"

Ucapannya ini mendapat sambutan riuh tanda setuju.

"Tenang, tenang aku adalah Tong Nia Kiam Kek!" menerangkan

Thian Tie memperkenalkan dirinya.

Kemudian ia melepaskan Hian Hong Totiang dan Giok Bian Mo ceng,

lalu Leng San Siang Eng.

Menghadapi Leng San Siang Eng, ia berkata: "Pak Ie Sin Kay adalah

orang yang berjiwa mulia, mengapa kamu berdua mencari setori

kepadanya ?" ia bertanya.

Setelah berhenti sebentar, ia berkata pula : "Sedang mengenai diri

Kie Thian Tai Seng, dia sudah lama mati !"

Keempat orang itu menjadi ciut nyalinya, mereka tak berani

berbuat apa2.

Thiat San Tay hiap demi melihat gelagat tidak menguntungkan,127

tahu bahwa ia mesti turun tangan juga. Maka ia maju kedepan : "Saudara

muda, harap sabar sedikit. Aku siorang tua hendak berkata sepatah dua

patah kata !"

Thian Tie mengibaskan tangannya : "Tak usah kau bicara ! Mereka

berempat bukanlah tandinganku; maka tak perlu mereka mencari Kie

Thian Tai Seng, atau Pak le Sin-kay !"

Thian Tie masukan pedangnya kedalam sarung dan berkata:

"Sampai berjumpa pula!"

Dan la pun berjalan keluar !

Tapi baru saja ia bergerak atau tiba2 terdengar suara bentakan

yang nyaring ; "Kau hendak lari kemana ? Rasanya tidak segampang itu,

bangsat !"

"Hutt ! Terasa angin dingin menyambar Thian Tie !

Thian Tie berjalan dengan tenang seperti tidak tahu bahwa dirinya

dibokong orang ! Suasana dalam ruangan menjadi riuh. Tiba2 Thian Tie

membalikkan sebelah tangannya, dan menyambar senjata orang.

"Permisi, aku harus pergi !" ujarnya nyaring.

Orang yang membokongnya itu bukan lain dari Hian Hong Totiang.

Kini Hudtimnya dipegang Thian Tie, maka terperanjat ia bukan kepalang.

Ia meronta-ronta, tapi sia2 belaka ! Barulah ia berpeluh dingin.

Thian Tie tertawa terbahak-bahak "Apa kau masih tidak mau

lepaskan tanganmu?" ia mengejek.

la membetot, badan Hian Hong lantas sempoyongan. Senjatanya

dirampas oleh Thian Tie.

Semua hadirin menjadi kagum. Mereka melihat Thian Tie berdiri

dengan sikap gagah perkasa, beda sekali dengan sikap yang ke-tolol2an

tadi !

Giok Bian Mo ceng dan Leng San Siang Eng bercekad hatinya,

walaupun mereka sudah tahu semua bukan tandingan Thian Tie, tapi

mereka tidak menyangka, bahwa hanya dalam satu jurus saja Hian Hong

Totiang sudah keok.

TAMAT128


Pendekar Bloon 12 Perjalanan Ke Alam Pendekar Slebor 11 Cermin Alam Gaib Misteri Kapal Layar Pancawarna Karya Gu

Cari Blog Ini