Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T Bagian 10
terperandjat karena ia kenali, itu ada permulaan
dari ilmu tumbak Kieboen Patkwa-tjhio jang liehay.
dari delapan bisa bergerak djadi enampuluh empat
kali. Putaran jang liehay bisa menjebabkan tubuh
tidak kelihatan.
Dengan hati, Boe Tjoe Siansoe terus mengawasi,
melihat orang putarkan tubuh dengan tumbaknja,
makin lama musuh datang makin dekat, akan di
achirnja, Kioe-ljoe Kwie Bouw tahu2 menerdjang
dengan tikaman Tjauw-am Pektjoa, atau Rumput
Menutupi Ular Pulih. D jago betina itu lompat madju
hampir tak ketahuan lagi, tumbaknja bukan
menudju ke atas atau tubuh, hanja ke bawah.
Boe Tjoe sudah pasang mata, ia lihat arah
tikaman, terus sadja ia angkat iapunja kaki kanan,
untuk menjingkir dari bahaja, di lain pihak,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
747
berbareng geraki Hong-pian-san. iapunja sendjata
jang mirip arit atau sekop, jang gagangnja
pandjang tidak ada satu tumbak, nampaknja tidak
ta djam tapi terbuatnja dari badja tulen, besarnja
pun melebihi jang umum, dan gagangnja dililit
dengan rotan tua, sedang di udjungnja ditambah
serupa gaetan mirip rembulan bengkok.
Kioe-tjoe Kwie Bouw lekas tarik pulang
tumbaknja, jang ia pakai untuk menggertak sadja,
buat tjari tahu sifatnja sendjata lawan, di sebelah
itu, ia berlaku sangat gesit, selagi orang menangkis
ia, ia teruskan menjerang pula. Sekali ini, ia djudju
dada. Ini ada tipu tumbak "Ban-hong hie-loei" atau
"Berlaksa tawon permainkan bunga."
Boe Tjoe mundur, ia tahu liehaynja ilmu
serangan itu, tapi iapunja tjara berkelit ini tjuma2
menumpuk penasarannja si Ibu Iblis dari Pit Mo
Gay. Maka, sambil kertak gigi. Iblis itu merangsek
pula, tusukannja saling susul, seperti "Keprak
rumput untuk tjari ular" dan "Semut menutup
lobangnja".
Diserang setjara demikian Boe Tjoe Siansoe
melainkan mendjaga, sambil berkelit atau mundur.
"Bagus!" berseru pendeta ini, ketika ia tangkis
serangan terachir. Ia ambil sikap "Mengikuti aliran
air terdjun ke sumur", sesudah mana baharulah ia
tjoba balik mendesak, dengan gerakan "MadjukanPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
748
perahu melawan air". Ia bikin udjung tumbak
kebentrok dengan udjung sendjalanja, siapa jang
terlebih lemah, tangannja bisa gemetaran.
"Bagus!" Kioe-tjoe Kwie Bouw berseru dengan ia
tak terganggu oleh itu matjam serangan terhadap
tumbaknja. Ia tidak mundur, ia malah madju sambil
gunai dua tangannja, akan dengan tumbaknja tjoba
balik keprak gegaman musuh. Hingga kedua
sendjata djadi kebentrok, buat kedua kalinja.
Boe Tjoe tidak mampu singkirkan itu gempuran,
di saat sendjatanja kena dikeprak, lantas kedua
tangannja tergentar, hingga hampir ia lepaskan
sendjatanja itu, sukur ia bisa gunai saat, jalali
selagi sendjatanja tersampok, ia mengikuti putar
sendjata itu. Tapi ia telah menghadapi bahaja, mau
atau tidak, ia terkedjut sekali.
Kat Kian Soen bertiga, jang memasang mata,
djuga terperandjat, karena iaorang dapat lihat
liehaynja si perempuan tua.
(akan disambung)PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
749
PIAN SAY HONG IN
Jilid : 05
Dituturkan Oleh : O.K.T
//facebook.com/groups/Kolektorebook/
__________________________________
Boe Tjoe Siansoe mendjadi gusar karenanja, ia
madju sambil berseru, ia menjcrang dengan gunai
kepandaiannja, "San ikoen hoa hap", gabungan dari
Hong-piansan dan tojl. Dengan ini, ia tjoba kurung
Kioe-tjoe Kwie Bouw punia Kie-boen Pat-kwatjhio.
Djikalau orang main tikam, adalah ia main
membabat. Sekali ini, keduanja djadi setimpal
sekali.
Shiang Tjoe Ong, Tok Tiang Tjeng dan Kat Kian
Soen menjaksikan dengan seksama, mereka mesti
akui, kepandaiannja si Ibu Iblis sudah sampai di
batasnja kesempurnaan. Mereka insaf, sekalipun
Boe Tjoe tidak bakalan kalah, sebaliknja untuk
merebut kemenangan, ada sukar, sedang di
sebelah itu, tumbak adalah radjanja alat-sendjata.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
750
Tok Tiang Tjeng tidak ingin kawannja menempuh
bentjana, sambil putar tumgkalnja, ia terus lompat
madju, sambil berseru : "Soetee, mundur dahulu
Mari kau kasikan aku jang ambil djiwa andjing dari
ini tua-bangka!"
Sekalipun Boe Tjoe sudah ubanan dan Tok Tiang
Tjeng ada terlebih muda usianja, akan tetapi, di
dalam hal tingkatan, ia ada terlebih rendah, maka
itu, ia dipanggil soetee. Karena ini, ia taati
saudaranja itu, sedang ia sendiri, kalau bisa, ingin
tunda pertempuran itu. Hanja, untuk mundur
dengan begitu sadja, inilah sukar, lantaran tumbak
musuh tak mau berhenti menjerang ia.
Kioe-tjoe Kwie Bouw dengar orang punja suara
dan lihat orang madju, ia bersenjum ewah, terus ia
lontjat mundur sampai satu tumbak lebih, dengan
tidak gubris pada Boe Tjoe, ia putar tubuh kcarah
laskarnja, ke djurusan siapa ia lemparkan iapunja
tumbak sambil ia berseru: "Mari tungkaiku! Ini hari
njonja besarmu hendak bikin mereka ketahui
keliehayanku!"
Nampaknja laskar Pit Mo Gay kaget tetapi satu
orang perempuan madju, akan tanggapi tumbak,
sedang seorang perempuan lain lompat hekalangan
sambil membawa sepotong tungkat. Njata mereka
ada Lo Sat Lie dan Hek Bouw Tan, kedua murid jang
liehay. Sementara tungkat jang dibawa adalah
Liong-tauw Koaythung, tungkat jang biasa dipakaiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
751
oleh kebanjakan kakek2, hanja ini ada terbuat dari
besi dan badja, pandjangnja ada lima kaki,
banagian atasnja kasar, udjungnja lantjip, dan
dlgagamgnja ada ukiran kepalanja sembilan burung
dengan batjotnja tadjam, pesegi tiga. Itu ada
tungkat istimewa dari si Ibu Iblis, jang namakan itu
"Ngo-bie Kioe" atau Burung-darah Ngo Bie, sedang
laskarnja namakan "Kwie Bouw Koay", jalah
Tungkat Ibu Iblis.
Kioe-tjoe Kwie Bouw sambuti dengan tjepat
sendjatanja itu, akan dengan tjepat djuga ia putar
tubuhnja, akan kembali kekalangan guna papaki
iapunja lawan, jalah Boe Tjoe, jang tidak segera
undurkan diri selagi musuh tukar sendjata, hanja ia
menantikan sambil mengawasi, karena tadi ia tidak
niat mengedjar.
"Sekarang ini njonja tuamu hendak siasiakan
temjponja jang berharga," kata Iblis tua ini dengan
djumawa, "aku hendak berikan adjaran pada
kauorang satu per satu, agar kauorang ketahui
bahwa didalam dunia ini, masih ada lain kaum jang
djauh terlebih liehay daripada dua kaummu Siauw
Lim dan Boe Tong Kau bukannja tandingan dari
aku, maka suruhlah itu tauwtoo jang madju, untuk
terima binasa !..." Tapi, ia belum tutup mulutnja,
atau Tok Tiang Tjeng sudah dekati ia.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
752
"Tua-bangka perempuan, djangan terkebur!"
imam ini membentak. "Mari kau tjobai aku punja
tungkat!"
Utjapan ini dibarengi sama serangan, imam itu
agaknja tak sudi banjak omong lagi
Tungkat dari Tok Tiang Tjeng ada terlebih kasar
sedikit tetapi pun sedikit lebih pendek daripada
Kwie-bouw-koay, seluruhnja diukir dengan roman
naga, dengan tanduk satu, udjungnja lantjip,
sedang dari mulutnja ada keluar lida bertjabang
pamdjang tiga tjoen dan tadjam sekali, sebab lida
ini ada peranti petjahkan berbagai ilmu kedot.
Tungkat Hong-liong-thung ini, alah Tungkat Naga,
jang sudah angkat namanja si imam selama
beberapa puluh tahun. Ini pun sebabnja, ia 'djadi
dipanggil Tok Tiang Tjeng, si tauwto Tungkat
Tunggal.
XXX
Kioe-tjoe Kwie Bouw ingin tjoba orang punja
tenaga, ia tidak menjingkir dari serangan, ia
djusteru angkat tungkatnja, untuk menangkis
dengan keras. Tapi segera ternjata, ia kena
dipermainkan. Tok Tiang Tjeng menjerang untukPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
753
gertakan sadja, selagi orang tangkis ia, la tarik
pulang sendjatanja, untuk teruskan menjerang
pula, kebawah! Dan ini tidak disangka sama sekali
oleh si Ibu Iblis.
Oleh karena tangkisamnja tidak mengenai Hong
liong-thung, sedang ia telah gunai ketika sedang
tubuhnja dojong, ia geraki kedua kakinja, akan
terus berlontjat tinggi, hingga ia bebas dari se
rangan lawan. Karena ini, ia djadi datang terlebih
dekat pada lawan itu, sebelum kakinja turun
ketanah, ia pakai tungkatnja untuK menjampok,
saking kerasnja, angin sampai mengaung. Iapunja
tudjuan ada bebokong musuh.
Tok Tiang Tjeng lihat orang berkelit seraja terus
menjerang ia, ia pun berkelit, sambil berbuat
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
demikian, ia memangkis.
Sekali ini, kedua sendjata benterok satu pada
lain, hanja aneh, keduanja saling membentur untuk
terus nempel, hingga lubuhnja Kioe-tjoe Kwie Bouw
djadi kena tertahan, tidak membal naik pula, tidak
turun ketanah.
Tok Tiang Tjeng mengawasi dengan mata
mendelik, ia berseru, ia terus bertindak, akan
berputar. Diudjung tungkatnja. karena tungkatnja
sendiri masih menempel, tubuhnja Kioe-tjoe Kwie
Bouw turut terbawa terputar.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
754
Bahna kagum, semua tuan rumah telah
bertampik-surak riuh.
Kat Kian Soen, Shiang Tjoe Ong dan Boe Tjoe
Siansoe menonton dengan kekaguman, mereka
manggut2. Mereka insaf jang Tok Tiang Tjeng
sedang udji tenaga ? tenaga musuh dan tenaganja
sendiri, mereka sedang tjoba khiekang mereka,
jang ternjata ada berimbang, karena tungkat
mereka bisa persatukan diri. Dimatanja kaum ahli
silat, kedudukannja Kioe-tjoe Kwie Bouw ada
diatasan Tok Tiang Tjeng bertindak dengan
tindakannja menerbitkan suara, setiap tindakannja
ada meninggalkan tapak kaki jang dalam beberapa
dim, kesatu sebab ia memang gunai tenaganja,
kedua ia pakai tenaga lebih, sebab ia mesti tahan
tubuh jang berat dari lawannja, siapa menekan ia.
Selagi si tauwto pertahankan diri, tubuhnja Kioe
tjoe Kwie Bouw dengan pelahan turun, sampai
kakinya mengindjak tanah. Selama itu, tungkat
mereka masih nempel satu pada lain. Nampaknja
mereka bukan sedang adu kepandaian atau tenaga.
Kat Kian Soen mengeluarkan Keringat
dikepalanja, saking tegang hatinja, karena ia
kuatirkan Tok Tiang Tjeng nanti kalah tenaga. Asal
tubuhnja si tauwto kena terangkat naik, tinggi
seperti tubuhnja sl Ibu Iblis, itu berarti, tauwto ini
sudah kalah.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
755
Sementara itu, perubahan segera terdjadi. Tok
Tiang Tjeng telah perdengarkan suaranja, sedang
dipihaknja Kioe-tjoe Kwie Bouw, dia ini punja gigi
telah berkerekatan, oleh karena dia paksa
kendalikan tenaganja, akan achirnja ia tegakkan
tubuhnja, lepaskan nempelnja sendjata mereka,
sesudah mana, ia segera menjerang.
Tok Tiang Tjeng egos tubuh dari serangan
musuh, setelah itu, ia pun balas menjerang. Maka
selandjutnja, kedua pihak lantas saling terdjang.
Dua2 telah perlihatkan mereka punja kepandaian
mainkan tungkat. Ber-ulang2 suara anginnja kedua
sendjata mengaung diantara mereka.
Batjotnja sembilan kepala burung dari Kwie
bouw-koay saban2 mentjarl djalan2 darah jang
berbahaja diantara tiga-puluh enam djalan darah
kematian, dilain pihak, lidanja naga dari Hong
liongthung tidak kalah hebatnja akan tjari bahagian
berbahaja dari musuh.
Diempat pendjuru, laskar Pit Mo Gay
menjaksikan dengan tidak bersuara atau berkutik,
saking kagumnja mereka melihat pertempuran
jang sangat setimpal dan hebat itu, jang sangat
menarik hati. Sekalipun Kat Kian Soen bertiga,
turut mendjadi kagum, karena ini adalah
pertarungan paling hebat satu2nja jang mereka
pernah saksikan. Mau atau tidak, mereka
merasakan kuatir djuga bagi kawan mereka.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
756
Sekarang mereka insaf benar2 liehaynja musuh,
walaupun dia itu ada seorang perempuan tua. Asal
tauwto ini gagal, rentjana mereka bisa bujar dan
mereka tentunja sukar lolos dari lembah itu.
Sampai sebegitu djauh, tidak ada satu pihak jang
berani menduga, bagaimana nanti kesudahannja
pertandingan itu. Kedua pihak sama gagahnja,
sama gesitnja dua2 saling tjari kematian musuh
tetapi sabana mereka gagal Sebab dua2 mereka
awas dan gesit.
Peraduan, kepandaian itu berdjalan terus,
sampai sekian lama, sampai kemudian, dengan se
konjong2, terdengar seman aneh dari Kioe-tjoe
Kwie Bouw, menjusul mana, bagaikan lajangan
putus, iapunja tubuh mentjelat tinggi hampir dua
tumbak, kaki diatas, tubuh dibawah, melajang
kearah bendera, dimana tubuh Itu turun.
Semua orang heran, karena mereka tak lihat
bagaimana bergeraknya sendjata. Duduknja hal
jang benar adalah si Ibu Iblis hampir2 serahkan
djiwanja.
Sesudah bertarung sekian lama Tok Tiang Tjeng,
jamg senantiasa mentjari lowongan, telah dapatkan
itu. Ia lihat pinggang jang kosong, dengan
kesebatan luar biasa, ia membabat. Djikalau
iapunja maksud berhasil, pinggang musuh mesti
patah tulangnja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
757
Kioe-tjoe Kwie Bouw dapatkan dirinja terantjam
Uentjana, dimana daja lain tidak ada untuk
selamatkan diri, terpaksa ia endjot tubuhnja, akan
lontjat ? lontjat berdjumpalitan. Dalam bahaja, ia
masih bisa berlaku tjerdik dan sebat. Ia berlontjat
berbareng selagi tungkat musuh mulai nempel
dipinggamgnja, benar ia kena tertolak tetapi tidak
terpukul kaget, hanja ia kena terdorong tinggi dan
djauh. Iapunja tubuh turun dibawah bendera. Ia
hendak pegang pamurnja didepan rakjatnja, ia
telah mendapat luka didalam, akan tetapi ia gigit
gigi, buat menahan sakit. Iapunja kaki mendahului
turun ditanak ketika tubuhnja terpisah lagi tudjuh
atau delapan kaki.
Menampak demikian, laskar di dekat bendera
lantas datang berkerumun, akan kurung ibu hantu
itu, mereka perdengarkan suara jang berisik.
Kioe-tjoe Kwie Bouw berdiri dengan tubuh tegak,
akan tetapi rambulnja pada bangun, matanja
mendelik seperti mau lontjat, mukanja djadi
bengis, hingga ia djadi beroman sangat menakuti.
Ketika ia lihat orang2nja datang bergerumutan, ia
gerakdua tangannja setjara kalut, sambil la
berseru: "Mundur! Siapkan tambang! Aku mesti
turun tangan!"
Lantas kedua tanganmja merabah iapunja dua
kantong piauw, jang dari samping, ia geser ke
depan, lalu dengan taingan dimasuki ke dalamPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
758
kantong, ia bertindak madju menghampirkan Tok
Tiang Tjeng. Hanja sekarang, di matanja achli.
kelihatan ia punja tindakan tidak lagi tetap dan
gesit seperti tadi. Ini adalah tanda bahwa ia telah
mendapat luka didalam jang tidak enteng.
Tok Tiang Tjeng tetap berdiri diam dan
mengawasi dengan tadjam pada lawannja di saat
tubuh lawan itu terlempar tinggi karena babatan
tungkatnja. Ia lihat orang punja keadaan, ia
perhatikan orang punja sikap, tidak tempo lagi ?
sebelum orang dekati ia ? ia putar tubuhnja, akan
menggapekan pada Shiang Tjoe Ong.
Djago dari Boe Tong Pay itu, jang senantiasa
pasang mata dan siap-sedia, lihat itu panggilan dari
kawannja, tanpa menjahuti lagi, ia geraki kedua
tangannja, jang berlengan badju gerombongan,
untuk tjabut iapunja sepasang pedang Tjie-hiong
kiam jang menggemblok di bebokongnja, ketika ia
pentang kedua tangannja, pedangnja itu bertjahaja
berkilauan, habis itu, dengan satu lontjatan, ia
madju di sampingnoa Tok Tiang Tjeng.
Menjusul gerakannja ketua dari Boe Tong Pay ini,
Boe Tjoe Siansoe serahkan iapunja Hongpian-san
kepada Kat Kian Soen, akan dari dalam sakunja, ia
tarik keluar sepasang Tay-tong-poat atau tjetjer
kuningan, jang diikat dengan sutera kuning, tempo
dua helai tjetjer itu dipisahkan, terlihatlah simarnja
jang berkeredepan saking mengkiiapnja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
759
Kat Kian Soen sendiri djuga segera bertindak
madju, akan hampirksan kawan2nja, maka dalam
tempo jang pendek, mereka sudah berdiri rapi, satu
sama lain berpisahan beberapa tumbak. Maka ber
sama2 Kioe-tjoe Kwie Bouw, iaorang djadi berdiri
berpesegi tiga.
Kioe-tjoe Kwie Bouw lihat empat lawarnya pada
bergerak, ia menjangka mereka itu mau
mengepung padanja dengan berbareng, ia djadi
sangat mendongkol, maka ia terus sadja berteriak
: "Dengan sekali bergerak sadja, njonja besarmu
nanti bikin mampus pada kauorang dengan
tulangmu hantjur-remuk!"
Utjapan itu belum habis dikeluarkan, atau Kedua
tangannja sudah ditjabut dari kantong kulit sambil
kedua tangan itu dipakai menimpuk berbareng
kekiri dan kanan, lantas dari kedua tangan itu
terlihat menjambernja dua benda jang bersajap
mirip dengan burung walet, hanja ada terlebih
ketjil, dan sambil menjamber, dua benda itu
perdengarkan suara seperti suitan. Tudjuannja dua
rupa barang itu ada padn Shiang Tjoe Ong dan Boe
Tjoe Siansoe.
Menjusul itu, semua laskar jang berdiam di atas
rumah pada kasi seruana mereka jang njaring
seperti guntur, rupanja mereka sengadja berbuat
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
demikian, guna bantu pengaruh pada pemimpin
mereka, sedang di bawah bendera, semua orangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
760
lelaki dan perempuan, segera hunus pedang
mereka, mereka terus madju, akan berdiri di
belakangnja Kioe-tjoe Kwie Bouw. Semua mereka
mengawasi empat musuh, mata mereka dibuka
lebar2, akan saksikan bagaimana dia orang itu
terbinasa diudjung sendjata rahasia ketua mereka.
Sendjata rahasia dari Kioe-tjoe Kwie Bouw itu
adalah jang dinamakan "Hoei-hong-tjiam" atau
"Djarum Balang San-git" atau "Hoei-hong-tin" alah
"Barisan Balang Sangit". Itu ada sendjata rahasia
jang dipakaikan ratjun jang djahat, siapa terkena
itu, sukar djiwanja luput dari kebinasaan. Sudah
sendjata bisa dilepas saling susul, tidak hanja dua
atau tiga kali, djuga menjambernja ada tidak
langsung, hingga ada sukar untuk menduganja.
Obat untuk ilu pun melainkan dibikin oleh Kioe-tjoe
Kwie Bouw sendiri. Sekarang si Ibu Iblis gunai
sendjatanja ilu, saking ia sangat mendongkol dan
gusar.
Shiang Tjoe Ong dan Boe Tjoe Siansoe sudah
siap dengan sendjata mereka masing2, sedang dl
belakang mereka, Tok Tiang Tjemg dan Kat Kian
Soen pun telah siap-sedia.
Hoei-liong-tjiam benar aneh, setelah berputar
sambil perdengarkan suara mengaungnja,
meneladakan terdengar pula suara mendjepratnja
seraja terus menjamber itu empat musuh.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
761
Shiang Tjoe Ong lihat sendjata rahasia itu
datang, ia segera menangkis, ketika terdengar
suara sendjata tersampok, lantas sendjata rahasia
itu sirap, rupanja lepental djatuh ketanah.
Djarum jang menjamber Boe Tjoe Siansoe
disambut bagus oleh pendeta ini siapa, sambil egos
tubuh ke samping, dengan sebelah kaki mundur
setindak, angkat tangan kiri, untuk melindungi
dada dan tangan kanan, disiapkan, tetapi begitu
lekas sendjata rahasia itu mengenai tjetjer, tjetjer
jang kanan dipakai menungkrup dengan segera,
hingga djarum itu djadi terbenam dalam takupan
kedua tjetjer.
Bentjana tidak berhenti mengantjam sampai di
situ, setelah dua djarum jang pertama punah, lagi
dua telah menjusul menjamber, sebab Kioe-tjoe
Kwie Bouw punja kedua tangan terus memasuki
kantong kuiitnja dan terus dipakai menjambit pula,
dengan be-runtun2, ia tidak mendjudju lagi, ia
melulu mendjaga2 sadja. Hanja kedua tangan itu,
sebentar tinggi, sebentar rendah. Oleh karena itu,
suara seperti bunjinja suitan pun djadi tidak
putus2nja.
Tok Tiang Tjeng dan Kat Kian Soen ada
berpengalaman dalam pertempuran akan tetapi
melajani hudjan djarum beratjun sebagai ini, inilah
baharu pertama kali, maka sukur bagi mereka,
mereka ada orang2 tabah dan liehay, setelahPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
762
tadinja sudah bersiap, mereka bisa hindarkan diri
dari sesuatu djarum, dengan tungkatnja dan Hong
pian-san, mereka bela diri mereka.
Shiang Tjoe Ong punja Tjiehiong-kiam ada
pedang wasiat, sudah itu, iapunja ilmu pun liehay,
dengan mainkan Boe Tong Pay punja Ilong-loei
kiam, jang terdiri dari seratus delapan gerakan,
hingga sinar pedang djadi bundar, warnanja mirip
dengan bianglala, ia lindungi dirinja. Iapunja
tjahaja pedang itu dengan sendirinja meliputi Tok
Tiang Tjeng, jang berada di sebelah belakang ia.
Tok Tiang Tjeng tahu liehaynja Hoeijhong-tjiam
dari Kioe-tjoe Kwie Bouw, untuk persiapan, ia telah
undang Shiang Tjoe Ong, karena ia tahu, melainkan
Hongloei-kiam jang bisa punahkan djarum itu,
sekarang telah berbukti faedahnja iapunja
persiapan itu, sia2 sadja si Ibu Iblis ngamuk dengan
sendjata rahasianja itu.
Boe Tjoe Siansoe punja ilmu menggunai tjetjer
pun ada liehay, malah kalau perlu, tjetjer itu bisa
dipakai menimpuk, didalam djarak seratus tindak,
belum pernah ia nampak kegagalan, akan tetapi
sekarang, menghadapi Hoei-hongtjiam, ia repot
djuga Sebab ia melainkan bisa membela diri, ia
tidak mampu petjahkan orang punja djarum itu. Di
belakang ia ada Kat Kian Soen, ia ini bisa bela diri,
tetapi serangan ada terlalu hebat.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
763
Shiang Tjoe Ong jang waspada dan matanja tjeli,
dapat lihat iapunja kawan repot, untuk membantu
kawan itu, ia lompat ke depan, pedangnja diputar
makin keras. Di dalam hal itu, Tok Tiang Tjeng pun
telah bantu ia.
Kioe-tjoe Kwie Bouw dan orang2nja meudjadi
gegetun apabila mereka saksikan ketangguhan
musuh. Si Ibu Iblis, di samping herannja itu, ada
mendongkol dan gusar. Siasia sadja ia telah
menurunkan hudjan djarum. Tidak pernah ia
sangka jang tidak ada sepotong djarumnja, jang
mengenai bakal mangsanja. Kemurkaannja meluap
apabila kemudian ia dapat kenjataan, iapunja
djarum rahasia telah dipakai habis Ini ada satu
pukulan hebat bagi ia, akan tetapi ia tidak mau
mengerti. Memang demikian sifatnja orang Biauw,
jang bandel dan tidak kenal takut.
Dalam murkanja, Kioe-tjoe Kwie Bouw tarik
keluar sebatang bendera ketjil dari dalam sakunja.
Itu ada bendera dengan dua warna, merah dan
kuning. Sambil kibarkan itu, ia endjot tubuhnia,
untuk lontjat sampai satu tumbak, ketika ia sudah
turun dan lontjat terlebih djauh, ia lompat naik ke
atas rumah, akan dari situ lontjat lebih djauh lagi
ke samping lauwteng di mana ia hampirkan pilar di
atas mana ada gelang besi di mana pun ada
sebatang obor besar, jang sedang menjala. Di
antara tjahaja api, muka warna hidjau dariPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
764
perempuan tua ini menjebabkan dia merupakan
sebagai hantu gunung. Ia berdiri di atas pilar itu,
akan di situ ia kibarkan itu bendera ketjil.
Kawanan laskar di dekat bendera sudah lantas
dikepalai oleh Lo Sat Lie dan Hek Bouw Tan, jang
adjak mereka lari ke tangga lorak lauwteng di mana
mereka berdiri berbaris, sedang laskar lainnja, jang
di atas genteng dan di lapangan, segera siapkan
panah mereka dan menghunus golok, bersiap
sambil mereka ber-teriak2 riuh.
Sambutan datang dalam rupa terompet dari
mulut guha di mana ada laskar sembunji mereka
itu lantas muntjul, maka kelihatanlah sendjumlah
laskar panah dan tumbak, jang berbaris menutupi
djalanan keluar.
Kemudian lagi, tidak usah sampai datang
perintah, barisan panah di depan dan di atas
genteng, sudah lantas bekerdja, jalah mereka
pasang anak panah dan siapkan busur, maka
djikalau meresa sudah melepaskan tjekalan
mereka pada gagang panah, hudjnn panah akan
menimpah itu empat tetamu atau musuh besar.
Di dalam itu saat jang sangat berbahaja, se
konjong2 Tian Lam Tay-hiap Kat Kian Socn
perdengarkan satu seruan atau djeritan njarimg
jang pandjang, begitu njaring sampaiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
765
berkumandang di dalam lembah, terdengar tegas
disekitar situ.
Semua orang Biauw terperandjat bahna heran
dan kaget, sebab belum pernah mereka dengar
suara sematjam itu, malah Kioetjoe Kwie Bouw
sendiri, tidak terketjuali, turut terkedjut, samnai ia
tertjengang. Adalah djusteru begitu memdadakan
ratu dari Pit Mo Gay ini keluarkan djeritan hebat,
bendera terlepas dari tangannja, dengan tangan
dan kaki di-geraki, tubuhnja rubuh terdjungkal dari
atas pilar itu, terus rubuh ke bawah. Sebelum tubuh
itu terbanting ke tanah, djendela di atas lauwteng
mendadakan terpentang dua2nja, sampai
menerbitkan suara njaring, menjusul mana, di
muka djendela muntiul dua orang, setiap orangnja
ada mengempit satu orang tubuh siapa mirip
dengan majat hidup, kemudian mereka ini berdiri
diam di muka seroh.
"Orang2 Pit Mo Gay, dengar!" salah satu dari
mereka itu berteriak, dengan suara jang njaring
sekali. "Pemimpin kauorang jalah Kioe-tjoe Kwie
Bouw sudah terkena aku punja djarum Tjo Ngo
Touw-koet-tjiam jang beratjun, jang kekuatan
ratjunnja memakai djam, atau lebih tegas, tanpa
obat pembebasan kita, dalam dua-belas djam, dia
tak akan tertolong lagi, dia bakal binasa lain dari itu
kauorang punja pemimpin muda, Siauw-say Pouw
Bin Seng dan Yoe-hoen Pouw Djie, si IblisPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
766
Gelandangan, djuga telah rubuh di tangan kita,
mereka sudah tidak berdaja! Maka ingat kauorang,
asal kauorang melepaskan anak panah atau
tempuling, sebatang sadja, lihat paling dahulu aku
akan bikin habis djiwanja mereka berdua ini!
Kemudian baharulah aku akan bikin perhitungan
dengan kauorang semua!"
Semua kontjo pendjahat heran dan kaget, akan
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapati pemimpin mereka rubuh terdjungkal tidak
ke-ruan2 dan rebah tidak berkutik lagi, bagaikan
majat sadja. Maka sekarang, melihat muntjulnja
orang di djendela lauwteng, mereka djadi bingung.
Kebanjakan antara mereka mengerti bahasa Han,
suarunja orang di lauwteng itu bikin mereka
bimbang dan kuatir. Sekarang mereka mengerti
duduknja hal.
Lo Sat Lie dan Hek Bouw Tan djuga turut
bingung, akan tetapi, dalam keadaan seperti itu,
mereka mesti ambil tindakan. Maka dengan gunai
sendjata untuk melindungi diri, mereka lontjat akan
hampirkan ketua mereka, untuk periksa orang
punja tubuh atau luka. Di sebelah mereka itu, ada
oranga jang mengawasi ke lauwteng dan djuga ada
diaorang jang terus memasang mata terhadap
empat lawan.
Dua orang jang berdiri di atas lauwteng ada
orang1 jang berlainan sifatnja. Jang pertama ada
searang bermuka pulih dengan sedikit kumis-PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
767
djenggot, jang dandani sebagai satu sasterawan,
dan jang ke-dua ada satu anak muda jang
romannja tjakap dan gagah. Berdua mereka berdiri
berendeng, tangan kanan menjekal sendjata
tadjam, tangan kiri mengempit kurban2 mereka,
jang terikat kaki-tangannja, jang ditutupi mtikanja
dengan tjita hitam.
Beberapa pendjahat jang sembrono djadi
mendongkol, tidak insaf pada bahaja, mereka siap
untuk menjerang, kepada dua orang itu, sembari
berbuat demikian, mereka berteriak : "Djangan
djumawa Lihat, aku bereskan kauorang!" Lalu dua
batang piauw dan sebatang tempuling, menjamber
keatas.
Dua orang itu tidak gentar karena itu antjaman
dan serangan. Si anak muda madju setindak,
tangannja dipakai angkat tubuh jang ia kempit,
tubuh itu dipaitai sebagai tameng. Si sasterawan
menurut berbuat. Maka ketiga batang sendjata
tadjam itu nantjap di antara dua tubuh tidak
bergeming itu.
Si anak muda tertawa bersakan, dengan tangan
kiri ia angkat tubuh itu, dengan udjung pedangnja
ia singkap kaki penutup muka, kemudian hampir
berbareng dengan dilepaskannja iapunja tjekalan,
ia angkat sebelah kakinja, untuk mendupak itu
tubuh. Maka sekedjab sadja, dari lauwteng jang
tinggi, tubuh itu terlempar ke bawah, menimpahPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
768
kepalanja satu pendjahat, akan tetapi di antar anja,
satu pendjahat jang tubuhnja besar segera
menjambuli, hlnggi tubuh itu tidak sampai djatuh
terbanting. Hanja ketika ia mentjoba mengasi
berdiri, tubuh itu lemas. Dan tempo ia sudah tengok
orang punja muka, ia berseru sebagai orang
dipagut ular: "Ha, Loo Kioe terbinasa!"
Memang benar, kurban itu ada Yoe-hoen Pouw
Djie, jang tadi diperintah naik ke lauwteng, tetapi
di muka tangga, la dipapaki oleh Thie Tek Seng,
jang sambut ia dengan totokan Tiam-hiat-hoat,
hingga ia rubuh tanpa berdaja, hingga ia kena
ditawan, dibawa naik ke atas, diserahkan pada
Thian Kie, untuk diringkus. Habis itu, Thie Tek Seng
dan dua kawannja terus saksikan pertempuran
sambil mereka tetap siapsedia, akan tunggu waktu,
untuk turun tangan. Melihat pertempuran telah
dimulai, Thie Tek Seng lantas ambil orang
tawanannja jang pertama, untuk dikumpul sama
Pouw Djie.
Thian Kie dan Yauw Nio nonton sambil bitjara,
bitjara tentang pertempuran.
Kemudian datanglah seruan istimewa dari Kat
Tay-hiap, sebagaimana itu telah didjandjikan
kepada Thie Tek Seng, maka Tek Seng dan Thian
Ide segera angkat masing2 seorang tawanan,
untuk lontjat keluar, sedang Yauw Nio tolak
djendela sampai mendjeblak dan bersuara keras.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
769
Apa jang kebetulan sudah terdjadi, jaitu
sebelumnja itu, apamau Kioe-tjoe Kwie Bouw
lontjat naik ke pilar dimana ia berdiri dengan
membelakangi djendela, tatkala Thie Tek Seng lihat
itu djago betina, ia dapat satu pikiran. Ia tidak mau
sia-siakan ketika. Sambil mentjegah aksinja Yauw
Nio dan Thian Kie, ia keluarkan tiga batang djarum
rahasiauja, jaitu "Tok-boen Twie Hoen Tjoe-Ngo
tjiam", begitu siap, lantas ia menjerang kepada ratu
dari Pit Mo Gay, jang ia arah tulang punggungnja
dan kiri dan kanan kempungan bahagian belakang.
Ia kuatir Kioe-tjoe Kwie Bouw bertubuh ulat, ia
sengadja pakai antero tenaganja, ia menjerang
beruntun tiga kali, menurut ilmu "Sam-goan Lian
tee".
Kioe-tjoe Kwie Bouw ada liehay luar biasa, tetapi
ia tidak pernah sangka di lauwteng ada
bersembunji musuh, ia pun tidak terpisah terlalu
djauh dari djendela lauwteng, maka datangnja
sendjata pun ia tidak ketahui, dari itu, begitu kena
diserang, terus ia rubuh, ia tjuma mendjerit satu
kali, lantas ia pingsan. Hingga ia tidak tahu, siapa
penjeramgnja.
Kedjadian itu pun ada di luar dugaan dari Kat
Kian Soen berempat, hingga mereka djadi girang
sekali, hati mereka lega bukan main.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
770
Adalah setelah itu, Thie Tek Seng dan Thian Kie
munfjul bersama2 tameng hidupnja seraja terus
perdengarkan anljaman mereka.
Thie Tek Seng tidak berajal akan djuga singkap
tutup muka dari tubuh jang ia tengteng, hingga
tertampaklah mukanja dia ini, hingga semua
pendjahat djadi terkesiap hartinja, karena mereka
kenali mereka punja pemimpin muda, Siauw-say
Pouw Bin Seng!
Lo Sat Lie dan Hek Bouw Tan dapati, selainnja
diringkus, Pouw Bin Seng pun teklok sebagai majat,
dari itu mereka segera dapat tahu, pemimpin muda
itu sudah kena totokan urat atau djalan darah.
Semua pendjahat berdiam bahna kaget dan
heran, hingga lembah djadi sangat sunji. Mereka
bingung akan menghadapi itu kesudahan. Majatnja
Say Ong tinggal dibakar sadja. Tubuhnja Kioetjoe
Kwie Bouw tetap rebah, entah sudah binasa atau
masih hidup. Nasibnja Siauw Say djuga masih
belum ketahuan. Dan Pouw Djie rebah sebagai
majat jang terluka. Bagaimana sekarang? Apa
mereka masih punja harapan sedamg semua
pemimpin sudah tidak berdaja.
Thie Tek Seng mengawasi pihak tuan rumah,
sampai ia anggap sudah tiba waktunja akan bitjara.
"Djikalau kauorang hendak andalkan djumlah
jang banjak dan masih hendak lakukanPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
771
perlawanan, tidak ada halanganni untuk men
tjoba2!" demikian suaranja, jang mengantjam.
"Baiklah, aku nanti lebih dahulu bunuh kauorang
punja pemimpin muda ini, baharu kitaorang bitjara
pula!" Setelah kata begitu, si Suling Besi angkat
pedangnja.
"Tahan dulu !" teriak sedjumlah pendjahat.
"Kitaorang ingin bitjara!"
Thie Tek Seng tunda pedangnja, ia awasi mereka
itu, kemudian ia menuding ke empat pendjuru.
"Djikalau kauorang suka mengaku kalah, lekas
perintah mereka itu letaki sendjata mereka !" ia
kata. "Dengan begitu baharu kitaorang bisa
bitjara!"
Semua pendjahat itu putus asa, maka itu, Lo Sat
Lie dan Hek Bouw Tan djadi sangat mendongkol dan
penasaran, hingga alis mereka berdiri, air muka
mereka merah-padam.
"Baiklah !" Lo Sat Lie kemudian berseru. "Aku
nanti turuti kehendakmu !"
Ia lontjat, akan djumput bendera pesegi tiga,
jang mana ia kibarkan ke empat pendjuru sambil ia
perdengarkan suara dalam bahasa Biauw, atas
mana dalam sekedjab, lembah mendjadi sangat
berisik, karena semua laskar Biauw perdengarkan
suara marah mereka, hamja setelan itu, merekaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
772
lantas letaki sendjata mereka, dan jang berada
diatas genteng pun tidak terketjuali. Semua
sendjata sudah lantas dilempar-lemparkan ke
tengah lapangan, suatu tanda mereka sudah
menjerah.
Tinggallah Lo Sat Lie dan Hek Bouw Tan serta
sedjumlah tauwbak di antaranja, jang masih
menjantel golok dan pedang di pinggang mereka,
dan mereka tetap berdiri berkumpul dekat tubuhnja
Kioe-tjoe Kwie Bouw.
Sampai di situ, Shiang Tjoe Ong berempat lantas
bertindak madju. Mereka anggap tugas mereka
sudah selesai dam tidak ada kekuatiran apa2 lagi.
Tapi selagi mereka mendekati lauwteng, tiba2
mereka dengar berisiknja suara tjongklangnja
banjak kuda jang lagi mendatangi, jang terus
berhenti dimulut lembah di mana suaranja sirap
dengan segera. Tidak ada orang Jang lari masuk
tetapi berisik sekali suara mereka itu bitjara satu
dengan lain. Hanja berselang sedikit saat, dua
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
laskar kelihatan lari masuk, terus menghampirkan
Lo Sat Lie, akan bitjara, dalam bahasa mereka
sendiri.
Lo Sat Lie lantas serahkan bendera pada Hek
Bouw Tan. setelah itu ia turut kedua laskar itu pergi
ke luar. Selagi ia lewat di sampingnja Kat Kian Soen
berempat, ia merandek, sepasang alisnja berdiri,
matanja bertjahaja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
773
"Harap tjoe-wie tunggu sebentar," berkata ia. "Di
luar ada datang beberapa pemimpin serta
laskarnja, karena aku kuatir mereka tidak ketahui
duduknja hal dl sini dan nanti kita kebenterok pula,
aku hendak ketemui mereka, untuk mentjegah itu."
Ia tidak tunggui djawaban lagi, terus ia adjak kedua
laskar itu keluar.
Kat Kian Soen awasi si nona jang liehay itu.
"Ini anak mendjadi besar di sarang pendjahat, ia
djadi tidak kenal takut," kata Shiang Tjoe Ong.
Tian Lam Tay-hiap manggut, tetapi ia bilang:
"Jang datang itu mesti ada Hoei Thian Ho dan
rombongannja, dengan keluarnja Lo Sat Lie ini,
untuk menemui mereka, sukar ditjegah jang
mereka nanti tidak gunai ketjerdikan mereka"
Shiang Tjoe Ong manggut, sambil mengelah
napas.
Empat kawan ini dengan diam2 ada menaruh
perhatian. Mereka lihat, laskar Biauw telah djadi
tinggal belasan, sebab jang lainnja telah turut Lo
Sat Lie keluar dengan diam2. Maka itu, iaorang
nanti kena dipedajakan, Kat Kian Soen dongak ke
atas lauwteng seraja terus berikan tanda
gerak2kan tangan pada Thie Tek Seng.
Si SuLing Besi mengerti tanda itu. Ia pun
memangnja sudah mengatur tindakan. Yauw NioPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
774
telah tidak dikasi perlihatkan diri dahulu. Thian Kie
sudah masuk ke dalam, untuk adjak si nona
bekerdja sama2.
Sekarang tingal Thie Tek Seng di muka djendela.
Ia djuga sudah lantas bertindak. Ia kempit Pouw
Bin Seng dengan lengan kiri, terus ia lontjat,
bukannja untuk turun kebawah lauwteng, hanja ia
pergi ke pilar pertama, terus ke pilar ke-dua.
lapunja tubuh enteng bagaikan tjetjapung, ia
lontjat dan "mentjlok" setjara merdeka. Dengan
ambil djalan ini, tjepat sekali, ia telah sampai pada
Kat Kian Soen berempat, hinga mereka berkumpul
berlima.
Kat Kian Soen sambuti orang tawanan, untuk
ditaruh di pundaknja, kemudian menghadapi sisa
laskar, ia kata pada mereka: "Hari sudah larut,
sebentar ajam2 djago bakal berbunji, dari itu
kitaorang mesti berlaku tjepat untuk tolongi ini
kauorang punja ketua muda. Maka kauorang, siapa
jang bernjali besar, mari turut kita"
Tidak tungu sampai dapat djawaban, Shiang Tjoe
Ong dengan sepasang pedangnja dan Tok Tiang
Tjeng dengan tungkatnja berukir naga, lantas
bertindak madju kearah mulut lembah. Kat Kian
Soen segera bertindak di belakangnja itu dua
kawan, sedang di belakang ia, Boe Tjoe Siansoe
dan Thie Tek Seng mendjadi pelindungnja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
775
Semua laskar mendjadi kaget dan bingung.
Mereka benar2 tidak ketahui maksudnja itu lima
tetamu, sedang ketua muda berada di tangan
diaorang itu.
Hek Bouw Tan lantas bertindak, dengan satu
tanda dari ia, ia adjak belasan laskar itu madju. Pun
dengan kibarkan bendera tiga pesegi, ia perintah
laskar jang sembunji di atas genteng pada turun,
untuk ikuti ia. Hanja beberapa laskar di tinggal,
guna gotong tubuhnja Kioe-tjoe Kwie Bouw ke
bawah lauwteng, untuk dilindungi. Ia masih
mengharap bisa menolong si Ibu Iblis, dengan
dapati obat mustadjab dari tangan musuh. Hanja ia
heran, kenapa Lo Sat Lie pergi begitu lafna dan
tidak lekas kembali. Ia djuga masih sangsikan,
musuh benar datang hanja berlima atau masih ada
punja banjak kawan lainnja. Dalam keadaan
sebagai itu, pintar dan tjerdik ia ada, nona ini, si
Bunga Bouwtan Hitam, tidak mampu pakai otaknja
jang djernih.
Kat Kian Soen berlima hendak nerobos keluar
dari lembah jang berbahaja itu, mereka berdjalan
dengan tjepat, tidak pernah mereka menoleh ke
belakang sekalipun mereka tahu, di belakang
mereka ada meujusul banjak musuh.
Di mulut pintu ada sebaris laskar pendjaga akan
tetapi mereka ini tidak menghalangi oleh karena
mereka lihat Hek Bouwtan beramai turut keluarPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
776
dengan sikapnja sebagai pihak tuan rumah jang
lagi anter tetamu2nja. Mereka lihat mereka punja
ketua muda tetapi toh mereka buka djalan dengan
berpentjar, berbaris di kiri dan kanan.
Lembah Pit Mo Gay, ketjuali letak dan
keadaannja jang berb.ahaja, djuga mempunjai lima
lapis pintu, sedang di waklu malam, ketjuali
pendjagaan biasa, Kioetjoe Kwie Bouw tambah
dengan pendjagaan terdiri sedjumlah kunjuk hoei
hoei, jang terpentjar di sana-sini, di djurang dan
dalam rimba. Maka adalah luar biasa, malam itu,
orang telah bisa datangi lembah tanpa rintangan.
"Malam Ini kita bisa singkirkan bahaja tetapi
baliaja belum terlenjap seanteronja," kata Kat Kian
Soen sembari djalan. "Mereka ada laksana binatang
dengan seratus kaki. Lihat, di sepandjang djalan
sini, tak ada satu djua musuh. Apakah ini bukannja
tanda jang Lo Sat Lie lagi atur tipu-daja? Kenapa
dia bawa semua orangnja? Apa ia ada punja lain
sarang? Rasa2nja benar demikian. Maka kita harus
waspada."
Shiamg Tjoe Ong mengelah napas.
"Untuk banjak tahun aku telah sembunjikan diri,
siapa tahu ini malam aku telah mesti tanam
permusuhan dengan mereka ini," ia kata. "Apabila
dia benar bisa lolos, di belakang hari kitaorangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
777
mesti banjak berabeh. Kau benar, saudara Thie.
Entah bagaimana aebirnja urusan kita ini"
Mendengar itu, Kat Kian Soen tertawa.
"Urusan di belakang boleh ditinggal dibelakang"
ia kata. "Lihat sikapnja mereka jang lagi kedjar
kita, nampaknja tidak gampang untuk usir mereka
itu"
Shiaug Tjoe Ong berempat menoleh ke belakang,
di dalam gelap, mereka lihat suatu rombongan
bajangan besar sedang mendatangi dengan lekas.
Itu waktu mereka masih berada di djalanan
berbahaja darl Pit Mo Gay.
"Mereka ada punja Banjak laskar di Ah-bie dan
Pek-sit," kata Thie Tek Seng kemudian, "tadi Lo Sat
Lie lolos, barangkali dia pergi minta bantuan ke
kedua tempnt ttu. Pek-sit-tjee terletak tak djauh
dan sini, ketika tadi Lo Sat Lie pergi, djangan2 ia
sudah mengatur tipu dengan Hek Bouw Tan. Siapa
tabu mereka mau kurung dan kepung kita di sini?
Boleh djadi mereka niat bertindak apabila mereka
sudah berhasil menolongi Pouw Bin Seng"
"Tidak apa, apabila kita dikepung disini," Kat Kian
Soen bilang. "Tempat ini aku telah periksa, ketjuali
rimba pohon tjoh didepan ada sebuah bukit jang
djadi djaianan penting ke Ah-bie dan Pek-sit-tjee.
Umpama kita tak dapat lewati bukit itu, kita bolehPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
778
nerobos dari rimba disampingnja, disepandjang
pinggiran rimba, untuk nembus ke Tjoei Bie San,
dengan putari gunung ini, kita akan sampai di
dusun Tiokwan-tjoen dekat Sam-hiang-tjee. Kita
boleh terus pulang ke Samhiang-tjee, kita tak usah
kualirkan Thian Kie dan Yauw Nio, mereka pasti bisa
pulang sendiri."
Setelah itu, Kat Kian Soen adjak kawan2nja
singgah dahulu, diluar rimba.
Dari kedjauhan kelihatan njaia terangnja api obor
sedang mendatangi, kemudian tertampak Hek
Bouw Tan menjusul bersama rombongannja, nona
itu sendiri membawa iapunja sepasang gaetan
Wan-yho-kauw. Selagi mereka itu berada didjarak
sepanahan, Kat Kian Soen telah mengerti bahwa
orang hendak memegat dengan djalan mutar. Ia
berlaku tenang, ia mau saksikan, bagaimana
kawanan itu nanti bertindak.
Djusteru pada saat itu, dengan se-konjong2, dari
Pit Mo Gay kelihatan api berkobar naik, asapnja
menghembus tinggi keudara, didalam malam jang
gelap, sinar api tertampak njata, malah lekas
sekali, api itu seperti melulahan kedepan dan
kebelakang.
Ketika api berkobar, Hek Bouw Tan dan
rombongannja djusteru sedang mulai dapat lihat
Kat Kian Soen berlima lagi singgah. Ia sudah pikir,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
779
bagaimana ia mesti bitjara dengan mereka itu. Ia
terkedjut tidak kepalang melihat api itu, sedang
laskarnja sampai berdjingkrakan, karena sarang
mereka mendjadi lautan api mereka lalu bikin
banjak berisik.
"Pasti ini ada perbuatannja musuh!" menduga si
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nona jang pintar, sebab itu waktu pun ia lihat lima
musuh sedang bitjara sambil tertawaa, tangannja
memindjuk kearah api didalam lembah. Ia
mendjadi bingung. Kalau ia kembali, ia tak dapat
tolong Siauw Say, si ketua muda, dan kalau ia tidak
kembali, ia takut Kioe-tjoe Kwie Bouw habis
tertambus.
Sedangnja si nona bersangsi, dari depan ia, ada
datang dua bajangan jang lari keras sekali, apabila
mereka sudah datang dekat, ia kenali mereka
sebagai dua tauwbak dari Pek-sit-tjee. Kedua
tauwbak itu segera berkata: "Nona Lo Sat Lie minta
nona utamakan perlajanan terhadap musuh, guna
tolong ketua muda, katanja, apa djuga jang musuh
bilang, terima sadja. Sekarang-ini nona Lo Sat Lie
dan Goh Touwsoe Hoei Thian Ho ada disebelah
depan, lagi menantikan, untuk pegat musuh. Asal
ketua muda ketolongan, djangan kuatir musuh
nanti kabur keatas langit. Tentang bahaja api di Pit
Mo Gay, nona Lo Sat Lie sudah kirim orang untuk
memeriksa dan memadamkannja, nona tidak usah
buat kuatir." Sehabis berkata begitu, keduaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
780
tauwbak itu lantas pergi pula. Hatinja Hek Bouw
Tan lega apabila ia telah terima itu kabar, hanja
ketika ia memandang kedepan, ia tidak dapat lihat
lima tetamu atau musuhnja, maka segera ia
mengedjar, sampai ia tidak sempat adjak iapunja
rombongan. Sesampainja ia di pohon tjoh, lima
orang itu benara telah menghilang, siasia sadja ia
memandang mentjari ke sekitarnja, sampai
rombongannja telah susul ia. Hanja, ketika api obor
telah menerangi pepohonan, di sebuah pohon
kelihatan babakannja telah dikeset dan disitu ada
huruf2 jang berupa nasihat, jalah :
"Kauorang harus ambil Say Ong dan Kioe-tjoe
Kwie Bouw sebagiI tjontoh, lekas kauorang
bubarkan rombonganmu dan hidup selandjutnja
dengan lurus. Pouw Bin Seng pun djahat,
seharusnja dia dihukum tetapi kita suka bebaskan
dia, asal dibelakang hari dia bisa ubah tingkah
lakunja. Kita akan mengadakan penilikan, maka
hatilah kauorang, djangan sampai kauorang
menjesa! sesudah kasep"
Semua laskar ilu tidak mengerti bahasa
Tionghoa, maka itu melainkan Hek Bouw Tan
seorang jang bisa batja itu. Teranglah sudah,
hidupuja pula dari Kioe-tjoe Kwie Bouw tidak dapat
diharap pula. Hanja, kemana perginja Siauw Say,
jang katanja dimerdekakan.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
781
Hek Bouw Tan lantas tilahkan rombongannja
berpentjaran, mentjari di sekitar rimba itu. Mereka
berhasil dengan tjepat. Dibawahnja satu pohon, Bin
Seng diketemukan sedang rebah dengan napas
empas-empis, disebabkan sudah terlalu lama ia
ditotok, kakitamgannja tidak ditelikung lagi.
"Angkat ia," Hek Bouw Tan perintahkan.
Maka itu ketua muda lantas digotong, dibawa ke
kaki bukit tidak djauh dari situ. Ketika disinl Hek
Bouw Tan memberi tanda dengan suitan, tanda itu
disambut oleh pihaknja jang sembunji di dalam
rimba, akan tetapi mereka ini terangkan bahwa
tidak pernah mereka lihat kelima musuh.
"Gagal!" berseru Hek Bouw Tan seraja
membanting kaki "Sia-sia sadja daja kita untuk
menawan mereka"
"Tidak apa," kata satu tauwbak, jang baharu
muntjul. "Nona Lo Sat Lie telah duga tindakan
musuh dan ia telah atur bayliok di Tjoei Bie San. Ia
mohooi diberi kabar begitu lekas ternjata ketua
muda kita sudah ketolongan. Sekarang Hek Kouw
Nio diminta segera kembali dahulu ke Pit Mo Gay di
mana katanja masih banjak urusan."
Mendemgar demikian, dengan apa boleh buat,
Hek Bouw Tan adjak rombongannja kembali.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
782
Kat Kian Soen berlima memang sengadja
bebaskan Siauw Say Pouw Bin Seng, si Singa Muda.
Di saat terachir, mereka lepaskan rentjana mereka
akan basmi habis kawanan dari Pit Mo Gay itu.
Mereka merasa puas setelah kebinasaannja Kioe
tjoe Kwie Bouw dan Say Omg Pouw Louw. Setelah
tinggalkan Bin Seng, mereka ambil djalanan ketjil
untuk balik ke Samhiang-tjee.
Ketika Hek Bouw Tam dan rombongannja sampai
di sarang mereka, mereka dapatkan lauwteng telah
musna, majatnja Kioe-tjoe Kwie Bouw dan
beberapa laskar habis ketambus. Majatnja Pouw
Louw ketolongan, majat itu masih didjaga oleh
dukuna dan sedjumlah laskar, jang tadinja
ketakutan dan bingung tak keruan. Di tubuhnja
Pouw Louw kedapatan sepotong suratnja Lo Sat Lie
dalam mana nona ini terangkan halnja kabar djelek
didapat dari Iloei Thian Ho, jang baharu pulang,
hanja sajang, si Rase Terbang kembali di saat Kioe
tjoe Kwie Bouw dan Siauw Say dalam bentjana,
hingga dia tidak berani muntjul di muka musuh dam
lantas atur persiapan bayhok. Tapi menjesal,
bayhok ini djuga gagal. Di achirnja, setelah
utarakan kegusaran dan kemenjesalannja, Lo Sat
Lie tulis bahwa dia sudah berangkat untuk
singkirkan diri tanpa terangkan kemana dia hendak
pergi.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
783
Hek Bouw Tan heran dan menjesal apabila ia
telah batja suratnja Lo Sat Lie itu. Ia tahu, Lo Sat
Lie ada gagah dan tjerdik, tetapi mustahil dia kuntit
musuh. Kemana perginja itu saudara
seperguruan?.
"Tidak, aku mesti susul dan tjari padanja,"
demikian ia ambil putusan.
Maka, sebagai tindakan pertama, Hek Bouw Tan
lantas angkat harta dari Pit Mo Gay, setjara diam2
itu dibawa ke Pek-sit-tjee di mana Pouw Bin Seng
kemudian tetap mendjadi touwsoe, sedang Ah-bie
tjioe untuk sementara diserahkan pada See Teng
Sioe. Selelah itu. ia sendiri pun berangkat, untuk
wudjudkan iapunja putusan.
Di pihaknja Kat Kian Soen berlima, ketika
achirnja lambat setelah fadjar mereka sampai di
Samhiang-tjee, di sana Ho Thian Kie dam Shiang
Yauw Nio sudah menantikan mereka. Iaorang ini,
berdua, sudah pulang terlebih dahulu sehabisnja
mereka melepas api membakar lauwteng. Iaorang
menjambul ber-sama2 Long Lie Tjoan, Soei Siang
Piauw, Hwee Poet-kok dan Ah Pa.
Ho Loo-thaythay pun menjambut di muka
tangga, unluk sekalian haturkan terima kasihnja.
Thian Kie dan Yauw Nio terutama memberi
hormat pada Shiang Tjoe Ong dan Tok Tiang Tjen
g, jang mereka belum kenal.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
784
"Kauorang berdua telah mendanului kita!" kata
Kat Kian Soen sambil tertawa.
Pemuda dan pemudi itu bersenjum.
"Bagaimana tjaranja kauorang lepas api?" tanja
Thie Tek Seng.
"Setelah terima petundjuk lootjianpwee, kita
lantas bekerdja," sahut Thian Kie. "Seperginja
lootjianpwee berlima dan Hek Bouw Tan adjak
semua kawannja mengikuti, lembah djadi seperti
kosong. Adalah nona Shiang, jang ambil api di
ruangan hoedtong. Api gampang berkobar karena
lauwteng terbuat dari bambu dan kaju. Ada
beberapa laskar mentjoba naik, untuk padamkan
api, kita rubuhkan mereka semua. Nona Shiang
telah gunai iapunja paku Song-boen Pek-houw
teng jang liehay. Habis itu, kita angkat kaki,
menuruti djalan jang diambil diwaktu perginja. Kita
sampai di sini dengan tidak kurang suatu apa. Kita
pun sampai belum lama. Kita hanja puas dengan ini
kesudahan."
"Bagus," memudji Thie Tek Seng.
Tok Tiang Tjeng dan Shiang Tjoe Ong nwasi Thian
Kie dan Yauw Nio bergantian, kemudian mereka
tertawa.
Kedua anak muda itu mendjadi likat, mereka
tunduk.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
785
Boe Tjoe Siansoe, jang duduk dibawahan Shiang
Tjoe Ong, tertawa dengan tiba.
"Tetapi, Thian Kie Hiantit," berkata ia, "kauorang
tentu belum tahu kedjadian seanteronja. Ketika
tadi malam kita mulai memasuki Ah-bie-tjioe,
kebetulan sekali kita lihat Kioe-tjioe Kwie Bouw
pergi sambut majat suamiuja, dan kita pun dengar,
clia bakal segera kembali, maka pada itu saat itu
djuga, kita tukar siasat, jalah kita tunggui
kembalinja, terus kita papaki ia dimulut lembah, di
djembatan Kwie Bouw Kio. Dengan terus-terang
kita utarakan maksud kundjungan kita. Kioetjoe
Kwie Bouw ketahui kebiasaan dalam kalangan
kang-ouw, ia terima kita dengan baik dan undang
kita masuk kedalam lembah. Tentu sadja, dilain
pihak, ia kandung maksud membinasakan kita.
Siapa tahu, ia telah tjari kematiannja sendiri. Ia
telah lontjat naik kepilar hingga Thie Lootjianpwee
berikan ia presen djarum Tjoe-ngo-tjiam, hingga ia
binasa dengdn segera dan kemudian kauorang bisa
bakar lauwtengnja, diapunja sarang.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kebinasaannja Kioe-tjoe Kwie Bouw ada diluar
sangkaan kita, sebenarnja kita ingin tawan
padanja, untuk diberikan nasehat. Kita pun
sengadja ringkus Pouw Bin Seng untuk
pengaruhkan padanja. Tapi segala apa sudah
terdjadi, tidak bisa lain. Dalam perdjalanan pulang,
dibetulan Tjoei Bie San, Kita sudah ngalami
rintangan. Seperti kita sudah duga, Lo Sat Lie danPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
786
Hoei Thian Ho telah pegat dan bokong kita, mereka
terutama gunai anak panah dan tempuling. Sukur
bagi kita, kita bisa lindungi diri. Mereka menjerang
sambil umpatkan diri, tetapi dengan rubuhkan
beberapa kurban, kita bisa bujarkan dan usir
mereka. Saudara Kat berhasil mendekati Hoei Thian
Ho, dia telah bikin perlalawanan hebat, akan tetapi,
diachirnja, ia mesti djadi kurbannja gegaman dari
saudara Kat. Sajang dia telah binasa setjara
demikian, hingga baik Kim Tjie Peng maupun Tjoh
Koen tidak dapat ketika untuk turun tangan sendiri
terhadap dia itu. Lo Sat Lie bisa dibikin tidak
berdaja tetapi Tok Tiang Tjeng Loosoehoe telah bisa
menginsafkan kepadanja, hingga ia dapatkan
kebebasannja. Perkara telah selesai sekarang,
sekalipun demikian, kau tidak boleh alpa karena
terlalu bergirang. Kioe-tjoe Kwie Bouw masih
punjakan sisa kambrat, sedang permusuhan ada
begini besar. Siapa tahu apabila lelakon akan
berekor pandjang? Dirnana Sam-hiang-tjee
terletak dekat dengan Ah-bie-tjioe, kau mesti
senantiasa waspada dan djaga diri baik2. Kau mesti
perkuati kaupunja daerah ini. Tentu sadja,
disebelah itu, kauorang tidak usah berkuatir. Aku
tahu, untuk keselamatan kau, kaupunja guru sudah
atur daja."
Thian Kie toh terperandjat. Memang benar
keterangannja Boe Tjoe Siansoe, permusuhan adaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
787
hebat. Ho Loo-thaythay turut merasa tidak
tenteram.
Tapi Tian Lam Tay-hiap tertawa.
"Pembilangan soepeh kau ada benar," ia kata
pada muridnja. "Hanja, dalam satu atau dua tahun
ini, pasti musuh belum bisa berbuat apa?. Selama
itu, kau harus bisa perkuatl diri, agar musuh tak
dapat memandang enteng. Shiang Kouw-nio ada
disini, ia bisa djadi pembantu jang berharga untuk
kau. Soepeh kau barusan telah pikir, untuk atur
suatu apa mengenai kauorang. Itu adalah maksud
untuk rangkap djodo kau dengan djodo si nona. Ini
akan terdjadi asal Loo-thaythay setudju dan Siang
Kouw-nio sendiri akur" Kat Kian Soen tertawa pula,
terus ia pandang njonja rumah dan tanja:
"Bagaimana pikiran Loo-thaythay?"
Ho Loo-thaythay kegirangan, sampai ia tak
sempat memberi hormat.
"Tentu sadja aku setudju," Ia djawab dengan
tjepat. "Aku memang telah pikir itu akan tetapi aku
belum sempat mengutarakannja. Sekarang tjoe
wie sudi tolong recoki djodo mereka, aku girang
sekali!"
Yauw Nio dan Thian Kie mendjadi merah
mukanja, mereka diam sadja sambil tunduk, tetapi
didalam hati, mereka sangat setudju, mereka ada
girang bukan main.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
788
Kat Kian Soen berlima djadi sangat girang.
"Bagus!" mereka memudji. "Kita akan segera
minum arak kemamtin!"
"Bagus tindakan kau, saudara Kat," Shiang Tjoe
Ong dan Tok Tiang Tjeng memudji. "Dengan begini,
tidak sadja muridmu mendapat djodonja, dengan
adanja Shiang Kouwnio disini, Sam-hiangtjee djadi
terlindung lebih sempurna. Sam-hiang-tjee ada
bagaikan tenggorokan, dengan Samhiang-tjee
diperkuat, Ah-bie-tjioe djadi tidak merdeka. Sam
hiangtjee mesti bekerdja sama2 Kim-to-tjee dan
Po-hie-tjee, untuk keselamatannja seluruh Inlam
Selatan, agar diantara kedua suku bangsa Biauw
dan Han tidak ada gandjelan lagi."
Selagi mereka itu bitjara, Hwee Poet-kok dan Ah
Pa muntjul bersama satu anak muda jang romannja
gagal, melihat siapa, Kat Kian Soen Dianggut2 dan
bersenjum, sedang Boe Tjoe Siansoe lantas geraki
tubuhnja.
"Eh, Peng-djie!" pendeta ini berseru. "Ada urusan
apa kau datang kemari? Apa ada terdjadi pula
kesulitan di Kokkong-hoe?"
Pemuda itu memberi hormat pada semua, akan
achirnja berlutut didepan Boe Tjoe.
"Tidak ada kesulitan apa2 di Kokkong-hoe,"
sahut ia. "Touwsoe datang kemari atas titahPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
789
Kongkongya untuk menemui soepehtjouw dan
soesioktjouw."
Boe Tjoe Siansoe tertawa.
"Itu dia kaupunja soesioktjouw," kata ia seraja
tundjuk Kat Kian Soen.
Pemuda itu jalah Kim Tjie Peng, jang telah
diangkat djadi touwsoe dalam Kokkong-hoe,
hampirkan Kat Kian Soen didepan siapa ia memberi
hormat sambil berlutut. Ia kata bahwa ia baharu
pernah ketemu paman tua ini. Kat Kian Soen
tertawa ketika ia memimpin bangun pemuda itu.
"Kau begini muda, kenapa kau sangat
pelupaan?" kata ia sambil tertawa. "Apa benar ini
ada pertemuan kita jang pertama? Kenapa kau
lupai kedjadian baharu beberapa hari sadja?"
Tiba2 Kim Tjie Peng ingat kedjadian di Pek Bong
San. Maka lagi sekali ia memberi hormat. Terus ia
njatakan, ia tidak tahu bahwa penolong itu adalah
ini soesiok-tjouw. Ia mohon maaf.
"Itulah kedjadian jang sudah lewat," kemudian
kata Kat Kian Socn. "Mari aku adjar kau kenal sama
beberapa loo-tjian-pwee."
Kim Tjie Peng mengutjapkan terima kasih, lantas
ia diperkenalkan pada Tok Tiang Tjeng, Shiang Tjoe
Ong dan Thle Tek Seng, kepada siapa semua iaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
790
memberi hormat. Setelah itu ia ditanjakan maksud
kedatangannja.
"Sebenarnja touwsoo ada membawa surat dari
|?ong-ya," kata ia, jang terus keluarkan suratnja
Bhok Kongya.
Kat Kian Soen terima itu surat, jang ditulis oleh
Bhok Kongya sendiri. Orang bangsawan itu
menjatakan penghargaannja, ia menghaturkan
terima kasih atas bantuannja Tian Lam Tay-hiap
beramai, setelah itu, ia utarakan keinginannja
untuk bikin pertemuan, sedang ia djuga ingin djago
dari Inlam Selatan itu tolong obati Kouw Bak Giam
lo. Bhok Kongya pun sebutBoe Tjoe Siansoe.
Setelah membatja, Kat Kian Soen manggut2,
kemudian surat itu ia serahkan pada Boe Tjoe
Siansoe, siapa sebaliknja beber Itu, untuk dibatja
ber-sama2 Tok Tiang Tjeng, Shiang Tjoe Ong dan
Thie Tek Seng.
"Njala Bhok Kongya ada orang bangsawan jang
luar biasa," kata Tok Tiang Tjeng. "Sajang lukanja
Kouw Bak Giam-lo ada terlalu hebat. hinga ia sukar
ditolong lagi."
"Luka di matanja itu memang tak dapat ditolong
pula," kata Kat Kian Soen, "tapi aku telah djandji
akan ambil murid pada DJie-kong-tjoe Thian Lan,
aku tak boleh salah djandji. Aku pikir untuk pergi
pula kesana." Kemudian ia menoleh pada Boe TjoePIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
791
Siansoe, akan terusi berkata: "Bhok Kongya ada
sebut1 soeheng, mari kita berangkat ber-samaa
Kim Tjie Peng Sepulangnja dari Koen-beng, aku
ingin soeheng mampir padaku di Ay Lauw San
untuk beberapa hari, disana, walaupun pedusunan,
aku ada punja arak jang tak kalah dengan arak di
Tjoei Pat Sian!"
Atas ini, Boe Tjoe Siansoe dan jang lain1 tertawa.
Mereka memang tahu halnja soeheng dan soetee
ini bertemu Siangkoan Hiok dan Hoei Thian Ho, jang
kena mereka goda.
Boe Tjoe Siansoe njatakan setudju sama
soeteenja itu, maka ditetapkan, besuk iaorang akan
berangkat Tapi Tok Tiang Tjeng, Shiang Tjoe Ong
dan Thie Tek Seng tidak mau ikut, maka ketika
besukannja mereka berangkat, mereka berpetjah
djurusan.
Ho Loo-thaythay bersama anaknja dan Shiang
Yauw Nio kasi selamat djalan pada semua orang
luar biasa itu.
Sedjak itu, Sam-hiang-tjee djadi aman dan
teratur rapi, sedang Kat Kian Soen dan kawanan a
itu, kadanga suka datang meniliki.
Tak usah didjelaskan pula halnja Djie-kongtjoe
Thian Lan telah djadi muridnja Tian Lam Tay-hiap
Kat Kian Soen, begitupun Anghaydjie Tjoh Koen,
siapa sementara itu telah mesti rawnt ajahnja jangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
792
buta, jang telah tetap dihormati dan dirawat oleh
Bhok Kongya.
TAMAT.
Isau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Animorphs 24 Perang Melawan Helmacron Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama