Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T Bagian 9
Shiang Yauw Nio manggut.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
663
"Bukan lama2, bentjana malah akan segera
datang," kata ia. "Sajang nasibku buruk, aku tidak
punja tempat mondok, hingga terpaksa aku mesti
lewati hari disana"
"Lihat itu rembulan terang di-atas langit, entjie!"
kata Thian Kie. "Harap entjie tidak lupakan bahwa
masih ada seorang lain jang sama sulit
kedudukannja sebagaimana entjie. Thian telah
bikin kita bertemu disinl, maka Thian tentu akan
atur djuga tempat kita lebih djauh. Entjie telah
djelaskan adanja antjaman bahaja, dari itu tak
dapat aku idjinkan entjie pulang sendiri Lain dari
itu, entjie pun belum tahu asalnja itu kertas lukisan
jang dikirimkan kepada Kioe-tjoe Kwie Bouw.
Djikalau entjie sudah ketahui, baharu entjie lebih
pertjaja kedjudjuranku."
"Apakah benar adikku tahu itu?" si nona tanja.
Thian Kie bersenjum.
"Pulangku kemari djusteru ada n hubungannja
sama surat terlukis gambar itu," ia menjahut. "Lima
gambar dalam kertas itu ada mewakilkan lima
lootjianpwee pihak kita, dan jang kelima, gambar
pat-kwa, ada tanda dari guruku, Tian Lam Tay
hiap. Kioe-tjoe-Kwie Bouw ada tekebur. ia suka
pandang enteng Siauw Lim dan Boe Tong kedua
golongan, dan sekarang ia djadi hangat, ia berniat
berontak melawan pemerintah, maka itu iaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
664
menjebabkan muntjulnja beberapa lootjianpwee
itu, jang telah berkeputusan akan satrukan
padanja. Karena sampul itu telah dikirim, aku
pertjaja pertempuran bakal lekas terdjadi, hingga
aku pikir, tak lama lagi guruku-pun bakal datang
kemari. Aku nanti bunuh musuh ajahku, untuk aku
bisa perlihatkan diri dimuka umum, supaja aku tak
usah terus main umpatkan diri. Aku girang bisa
bertemu sama kau entjie, dengan begini aku djadi
dapat tambah satu kawan! Bagaimana aku bisa
antap kau kembali ke mulut harimau? Lain dari itu
kita"
"Tjukup!" memegat Shiang Yauw Nio sambil
tertawa. "Sekarang aku mengerti semua. Saatnja
belum sampai, kau benar masih belum boleh mutjul
di muka umum, sebagaimana aku tak bisa tidak
segera kembali ke Pit Mo Gay. Aku mesti berlaku
waspada, agar aku bisa luputkan diri dari antjaman
bentjana. Kau mesti hati2 dengan niatmu
membunuh sendiri pada musuh ajalimu, si bangsat
tua Pouw Louw ada sangat gagah, ia tak boleh
dipandang enteng. Umpama kita berdua kepung
dia, kepastian masih belum boleh diharap.
Mengenai ini, baik kau minta putusan Kat Tayhiap.
Aku pikir malam ini aku kembali sadja, besuk aku
nanti datang pula, untuk kau antar aku menemui
loo-thaythay. Bagaimana kau pikir?"
"Baiklah," kata ia.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
665
Maka berdua mereka berlalu dari peseban,
sama2 turun dari bukit itu, untuk berpisahan.
Thian Kie kembali dengan tidak mau ganggu
ibunja, tetapi waktu ia mendekati djendela, ia
terkedjut. Di situ ada ditempel sepotong kertas
dengan bunji sebagai berikut:
"Sekarang ini kawanan pendjabat lagi ganggu
pada Keluarga Bhok, lagi beberapa hari, akan
ketahuan kesudahann|a. Dlsinl eda dekat sama
sarang pendjahat, kauorang mesti hati2 dengan
gerak-gerikmu."
Tanda-tangan dari surat itu ada satu huruf "Tek."
Thian Kie torperandjat bukan kepalang. Ia kenali
suratnja Thie Tek Seng. Ia pun mengerti, dengan
"kauorang" dimaksudkan ia dan Shiang Yauw Nio.
Djadi orang pandai itu telah pergoki mereka
Oleh karena itu, besuknja Thian Kie tuturkan
pada ibunja hal pertempuran sama Shiang Yauw .
Hong alias Yauw Nio, bahwa si nona ingin ketemui
ibu ini. Ia pudji nona itu jang gagah.
Ho Loo-thaythay girang.
"Apakah iapunja roman berubah atau tidak?" ibu
ini tanja.
"Di luar dugaan, Kioe-tjoe Kwie Bouw telah didik
satu orang bagaikan bunga sadja!" sang anak dPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
666
jawab dengan menjimpang. "Kalau sebentar malam
ibu lihat dia, ibu tentu akan ketahui sendiri"
Njonja itu bersenjum, ia tak kala apa2, karena
sebagai ibu, ia mengerti hatinja iapunja putera itu.
XXVII
Malam itu, baharu sadja djam satu lewat, selagi
lainorang sudah masuk tidur, Ho Loo-thaythay
sebaliknja ada gembira sekali. Didalam kamarnja ia
duduk hadapi lilin. Ia lagi tunggui datangnja iapunja
tetamu. Iapunja anak, jang lagaknja seperti semut
diatas kwali panas, sudah pergi kepeseban dibukit,
akan menjambut Shiang Yauw Nio. Untuk itu, ia
mesti menunggui. Maka bisa dimengerti iapunja tak
sabaran ketika sudah djam dua si nona masih
belum sampai. Ia djalan mutar sampai beberapa
kali, putarkan peseban.
Hebat rasanja Thian Kie mesti menunggu, hatinja
segera mendjadi lega kapan matanja lihat satu
bajangan muntjul, ber-lari2 kearah bukit. Disaat ia
hendak lari menjambut. ia tampak bajangan itu
gerak-geraki tangan, buat mentjegah ia datang
meng'hampirkan. Ia heran, ia berdiam.
Shiang Yauw Nio sedang mulai menandjak
tatkala dari sebuah pohon pek jang besar, didekatPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
667
djalanan naik, ada terdengar satu suara
berkeresekan, jang disusul sama melajangnja satu
bajangan hitam, jang lontjat turun, tepat
didepannja si nona, hingga pemudi ini djadi
terpegat.
Thian Kie lihat itu bajangan, ia terkedjut, hingga
ia mengawasi. Ia lihat satu tubuh dengan pakaian
biru, tubuh kurus-ketjil, mirip dengan tubuhnja
seekor monjet. Dibebokongnja orang itu ada
menggemblok sematjam sendjata aneh.
Shiang Yauw Nio berhenti berlari dengan tiba2 ia
agaknja terperandjat melihat orang itu, sebab ia
sampai terbitkan seruan tertahan. Tapi, setelah itu.
ia terus menuding.
"Eh. kenapa kau datang kemari? Kau muntjul
dengan sekonjong2, sampai aku kaget!" begitu ia
menegur.
Bajangan itu tertawa bukannja tertawa, ia
mengedjek, kemudian dengan mendadakan, ia
putar tubuhnja dan menundjuk pada Ho Thian Kie.
"Yauw-kouw!" kata ia, ketika ia menoleh pula
pada si nona, suaranja keras. "Aku tahu kau
biasanja tak kenal orang luar, maka, siapa dia itu?
Apa diapitnja she dan nama dan hubung apa jang
ada diantara kau dan ianja? Kenapa kauorang bikin
pertemuan diwaktu malam? Kau mesti omong
terus-terang padaku, supaja kita bisa berdamai,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
668
djikalau tidak ? tak usah sampai kauorang
dihadapi kepada ibuku ? aku boleh djelaskan,
djangan kauorang harap bisa lolos dari tanganku!"
Sikapnja bajangan itu ada garang sekali.
Tapi si nona bersikap tenang, ia tertawa dengan
anteng.
"Anak muda tak tahu urusan," kata ia dengan
sabar. "Kenapa kau gelisah tidak keruan? Apakah
sikapmu tidak akan bikin orang tertawai padamu?"
Kemudian, dengan suara lebih keras, ia landjuti:
"Orang bilang Siauw say Pouw Bin Seng ada
melebihi diapunja ajah dan engkong, bahwa
sekalipun usianja masih muda sekali, ia ada terlebih
tjerdik daripada orang tua, tetapi sekarang
terbukti, kau bukannja tjerdik"
Dan ia gojang tangannja berulang. Tentu sadja
ini ada tanda untuk Thian Kie.
Pouw Bin Seng ? demikian itu bajangan ?
benar2 tjerdik luar biasa. Ia tak gubris orang punja
perkataan, malah ia segera membentak.
"Diam bukti sudah ada, apakah kau masih
hendak membantah? Aku tanja kau, siapa orang
itu? Ada urusan apa kauorang bikin pertemuan
sampai dua malam disini? Apa maksud kau?" Tapi
Shiang Yauw Nio tetap hendak menjangkal, biar ia
tidak senang, ia berlaku sabar.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
669
"Tidak ada halangannja untuk aku kasi tahu!"
sahut ia sambil tertawa. "Ia ada temanku sedjak
masih ketjil. Aku telah ditugaskan membikin
penjelidikan. Sesampainja aku di Sam-hiang-tjee
kemarin setjara kebetulan aku ketemu sama
sahabat ini. Sudah banjak tahun kita tak bertemu,
aku tadinja sangka dia ada musuh. hingga kita
bertempur sekian lama, la tak sanggup lawan aku,
dengan antjnman pedang, aku tanjakan iapunja
asal-usul. Dari situ ternjata ia ada sahabatku, maka
itu, kita terus pasang omong dari hal2 sedjak
kitaorang berpisah. Kitaorang telah berdjandji
untuk bertemu pula malam ini, aku berniat adjak
dia menemui kau dan Loo-thay. Dia datang ke Tek
wan-tjoen untuk tjari ibuku, tetapi ia tak dapat
menemuinja. Aku harap kau suka omong hal dia
pada Loothay, sekarang kita djusteru perlu pakai
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang, barangkali Loothay suka terima ia. Kenapa
kau djusteru menduga jang bukan2? Kau pandang
aku ini orang apa?"
Suara jang belakang ini keras dan romaunja si
nona pun mendjadi berubah, tandanja, ia tidak
senang.
Pouw Bin Seng dongak, ia tertawa berkakakan.
"Perempuan mulut tadjam!" kata ia. "Kau tjerdik
sekali! Bagus benar kau atur kedustaanmu! Apakah
kau tahu, sifatnja pertemuan kau kemarin dan ini
ma| lam ada beda sekali? Kenapa dua tauwbakku,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
670
jang aku kirim untuk intip kau, kauorang telah bikin
mendjadi seperti patung? Sukur aku keburu datang
dan bisa tolong pula pada mereka! Kemarin malam
aku datang terlambat, aku tidak lihat dan tidak
dengar sendiri pembitjaraan kauorang berdua,
meski begitu, sebelum mereka dibikin tidak
berdaja, mereka sudah dengar separuh dari
pembitjaraan kauorang Sudah terang kauorang ada
punja hubungan sama si perempuan tua slie Ho
disini! Ibuku pandai menduga sebagai malaikat,
begitu lekas kau berangkat, ia sudah lantas kata
padaku: ?Yauw Nio harus ditilik! Dalam lain hal aku
tidak sangsi, tapi mengenai si perempuan tua dari
Sam-hiaaig-tjee, diapunja ibu ada kenal baik
perempuan tua itu, aku kuatir. Maka kau pergi
perintah orang intip padanja!? Sekalipun ibu tidak
bilang demikian, aku sendiri ada bersangsi tetapi
aku ada punja maksud lain lagi. Kepergian kau ini
ada ketikanja jang baik untuk aku, aku ingin
bertemu kau untuk mendapat keputusan. Kau
sudah besar, kau mestinja sudah mengerti. Ibuku
pandang kau bagaikan anak sendiri, kau dirawat
dan dididik, mustahil kau hendak balas budi dengan
kedjahatan? Apa bisa djadi, kau hendak
bersekongkol sama botja ini, untuk berchianat
terhadap pihak Ah-bie? Pikiran begitu berarti
pikiran tjari mampus sendiri! Tapi kau ada tjerdik,
aku pertjaja kau tidak sampai memikir demikian
matjam. Mari kita ringkaskan urusan. Kau tahuPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
671
hatiku, kau baik omong terus-terang, apabila kau
suka turut aku, setelah selesai urusanku disini, kita
pulang samasama, untuk beritahukan urusan kita
pada ibuku. Ibu tentu girang, karena ia tahu hatiku.
Tentang sikap kau kemarin, aku tak nanti sebut
suatu apa pada ibu. Maka sekarang hajo kau
putuskan, pilihlah, djalan hidup atau djalan mati!"
Thian Kie telah dengar itu semua, sebelum Yauw
Nio berikan djawabannja, ia sudah gusar terlebih
dahulu. Pantas kemarin si nona menangis, tidak
tahun aada gangguan dari ini bajangan, jang njata
ada anak dari musuh besarnja. Maka ia segera
hunus Leng-kim-kiam seraja terus membentak :
"Anak djahanam. djangan perhinakan orang
perempuan! Lekas kau pergi, atau aku nanti bikin
kau mampus !"
Pouw Bin Seng gusar tetapi ia tertawa bergelak
gelak.
"Nah, apa kau hendak bilang sekarang?" ia tanja
seraja tuding Yauw Nio. "Kau tunggu aku tjintjang
ini binatang, kemudian baharu aku bikin
perhitungan sama kau!"
Ia mengawasi dengan mendelik, lalu ia putar
tubuhnja dan mentjelat djauhnja satu tumbak
lebih, naik ketandjakan, akan hampirkan pemuda
kita. Ia bergerak laksana gesitnja burung.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
672
Thian Kie lihat gerakan musuh itu, karena mana,
ia djadi tak berani memandang enteng. Ia lontjat
mundur, untuk bersiap, selagi orang mendatangi,
ia mengawasi, hingga ia dapat lihat tegas orang
punja tubuh kurus seperti tubuh kunjuk, djidatnja
djantuk, matanja bundar, bidji matanja bersinar
bengis, sedang tangannja sudah hunus sepasang
sendjata aneh terbuat dari besi seluruhnja.
pandjangnja kurang lebih tiga kaki, udjungnja
delapan dim.
Lantjip bagaikan batjot bebekip dan dibahagian
bawahnja ada terbuka dua tjabang kiri dan kanan
pandjangnja lima dim, jang berudjuug lantjip dan
tadjam. Itu ada sendjata istimewa bagi kaum . Ngo
Bie Pay, namanja Im-yang Sam-tjay-toat atau Tjie
thian Watee, dipakainja bisa untuk menikam dan
menggaet gegaman musuh. Siapa terluka sendjata
itu sukar untuk diobati.
Selagi pihak lawan waspada. Pouw Bin Seng
madju dengan tjepat, sedikit djua ia tak djerih
terhadap musuh ini, begitu sudah dekat, ia
menuding.
"Binatang, bilang, kau she dan nama apa?"
demikian suaranja jang ketus. "Kau kenal Yauw Nio
baharu atau lama? Kau omong terus-terang,
kaupunja tuan ketjil masih bisa kasi ampun
padamu, djikalau kau mendusta, djangan kau
sesalkan tuan ketjilmu kedjam!"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
673
Thian Kie pun sedang gusar. orang punja
perkataan itu bikin darahnja meluap.
"Anak djahanam!" ia balik mendamprat. "Kau
ketahui, kau ajah dan anak, kedjahatanmu sudah
luber dari takerannja Sekalipun kau tidak tjari aku,
aku memang hendak tjari padamu! Aku ada satu
laki2, tak nanti aku ubah she dan namaku Kau dan
ajahmu adalah akupunja musuh besar Maka
kauorang mesti mati dengan mata merem Aku ada"
Baharu Thian Kie mengutjap sampai disitu,
mendadakan ada bajangan jang menerdjang Pouw
Bin Seng dari arah belakangnja si Singa Ketjil
seraja bajangan itumembentak: "Djahanam tjilik
lihat pedang !"
Dan udjung pedang menjamber anaknja Say-ong
Pouw Louw.
Pouw Bin Seng tidak kaget, malah ia bersiap. Ia
putar tubuhnja sambil dengan tangan kiri
menangkis, tangan kanan nenjerang, untuk
bikin,terbang orang punja sendjata. Tapi pihak
penjerang Itu telah siap untuk ini matjam
perlawanan, sedang djuga, maksud
penjerangannja itu ada untuk tjegah Thian Kie
perkenalkan diri. Ia tarik pulang pedangnja seraja
terus berdiri diam.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
674
Kapan Pouw Bin Seng kenali penjerangnja itu,
jalah Yauw Nio, gusarnja ada bukan alang
kepalang, hingga ia kertak giginja.
"Oh. perempuan hina-dina tak tahu malu!" ia
berseru. "Aku tidak sangka kau begini tidak tahu
diri, sudah lupai budi orang dan berchianat djuga
Baiklah Malam ini, apabila aku tak bisa bunuh
kauorang berdua, lelaki dan perempuan andjing,
aku sumpah tak mau pulang!"
Thian Kie tak tunggu orang tutup mulut, ia
lompat madju.
"Djangan bergerak, entjieYauw. lihat adikmu
bikin dia mampus !" la berseru, saking iapunja
darah meluap.
Tapi Yauw Nio lontjal madju kedepan si anak
muda, untuk tjegah dia madju. kemudian ia putar
tubuh, untuk hadapi Siauw Say.
"Orang matjam kau tidak kenal kesesatan atau
pri-kebenaran!" kata ia dengan njaring, "meskipun
demikian, aku hendak bitjara pada kau. Pergi kau
tolong beritahukan pada ibumu bahwa mara-bahaja
sudah mengantjam didepan mata, kauorang harus
segera tukar haluan, bersumpah untuk djadi
orangbaik, barangkali perubahan sikap itu bisa
mendatangkan belas-kasihan dari Thian, hingga
bentjana bisa diubah mendjadi keselamatan. Ini
ada maksud baik dari aku, Shiang Yauw Nio,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
675
terhadap ibumu, jang telah rawat dan didik aku.
Umpama kau kukuh, tak bisa kau ubah sifatmu, aku
tak ada daja lain. Aku telah terima budi tapi tak hisa
aku djadi kumala jang musna ber-sama2 batu
kerikil, jang sesudah mampusnja, masih diupat
tjatji oleh berlaksaan manusia Aku telah bitjara,
terserah pada kau, kau suka dengar atau tidak!
Ingat, kau sekarang ada bersendirian, dan kau
masih muda !" Ia terus tundjuk lio Thian Kie seraja
berkata pula: "Baik kau kenal siapa pemuda ini! Dia
ada muridnja Tian Lam Tay-hiap Kat Kian Soen dan
diapunja pedang mustika ini ada terlebih tadjam
daripada kupunja Leng-tiekiam ini! Apakah jang
kaupunja Im-yang-toat bisa berbuat terhadap
pedang mustika ini? Aku bermaksud baik, aku tak
ingin kau binasa diudjung pedang, selama ada aku
disini, djiwamu masih bisa diluputkan dari bahaja."
Dalam murkanja jang sangat, Pouw Bin Seng
lupa segala apa. Ia berseru, ia lontjat, sggera ia
serang Yauw Nio tangan kirinja mengantjam.
tangan kanannja arah iga.
Yauw Nio tidak menangkis, ia lontjat mundur,
pedangnja dipasang didepan dadanja.
Bin Seng bentji Thian Kie, ia pun turut sifatnja
orang Biauw, jang anggap membinasakan saingan
ada satu kemenangan besar.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
676
maka itu. kendati ia bentji si nona, melihat orang
mundur, ia teruskan serangannja terhadap iapunja
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saingan. Ia terdjang si anak muda dengan tipu silat
"Beng kee toat siok" atau "Ajam djago merebut
gaba".
Selama Yauw Nio mengadang didepan ia, Thian
Kie sudah siap, maka itu, menampak orang
menjerang si nona dan kemudian ia sendiri, ia djadi
panas hatinja.
"Djahanam. kenalilah tuanmu jang muda!" ia
berseru seraja lompat njamping, akan terus
mcnjabet selagi sendjata musuh njasar ketempat
kosong.
Pouw Bin Seng lompat rnadju, ak2n menjingkir
dari serangan jtu, kemudian ia balas menjerang. Ia
bisa bergerak dengan sangat gesit. Maka itu,
berdua mereka merupakan satu tandingan jang
setimpal.
Mereka bertempur dengan seru, kira! tiga-puluh
djurus sudah lantas dikasi lewat. Bin Seng dapati
musuh ada liehay, tapi ia terus mendesak. Untuk
serangan pedang, ia undjuk kesebatan dan
kelitjinannja. Thian Kie sebaliknja sukar bisa babat
orang punja gaetan itu, untuk mana ia pun ragu2
karena melihat tebalnja sendjata musuh.
Yauw Nio djadi ibuk karena pertempuran jang
berdjalan lama itu. Ia berkualir untuk Thian Kie,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
677
jang masih hidjau, sedang buat membantu, ia
kuatir djuga si anak muda tidak senang. Tapi
setindak demi setindak ia mendekati, karena ia
lihat. Thian Kie sedang mulai dirangsek oleh si Anak
Singa, matanja dipasang dengan tadjam.
Segera djuga datanglah saat jang berbahaja.
Dengan tipu silat "Ya ma hoen tjhong" atau "Kuda
liar memetjah suri", ia madju mengantjam, lalu
dengan putar tubuh, tangan kanannja menjerang
dengan tipu "Thay peng thian tjie" atau "Garuda
pentang sajap". Ia menjerang iga kiri.
Thian Kie kenal itu dua matjam serangan jang
berbahaja. beruntun ia gunai "To kian tjoe liam"
atau "Menggulung kere" dan "Kim liong yauw tjoe"
atau "Naga emas melilit tiang" untuk meloloskan
diri. Diluar dugaan, musuh bisa bergerak sangat
tjepat. Baharu tangan kanan lolos, atau tangan
kirinja menjusul bagaikan angin puju.
Mau atau tidak, Thian Kie terkedjut. Benar! ia
sangat terdesak. Ada sukar untuk ia berkelit. Tidak
ada djalan lain daripada tangkis serangan itu, dan
ini ia lakukan. Untuk ini ia masih punjakan
kesempatan, karena ia tak bingung, ia ada tjukup
gesit. Hanja, ia sebenarnja sangsi, akan adu
sendjata.
Bin Seng lakukan serangannja dengan tak
sangsi2, ia seperti melupai jang pedang lawan adaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
678
pedang mustika. Ia ingin, kalau kedua sendjata
beradu, ia bisa membetot, untuk lepaskan sendjata
musuh dari tjekalannja. Tapi, ia salah duga!
Kedua sendjata telah beradu, suara keras
terdengar, keduanja mendjadi kaget, tapi achirnja,
kalau Bin Seng terkedjut dan hatinja gontjang,
Thian Kie kesima untuk djadi bergirang, hingga
semangatnja lelah terbangun. Gaetan musuh telah
terpapas kutung, ia punja pedang sendiri utuh. Dan
sekarang, dengan Leng-kim-kiam. ia segera
mendesak.
SI Anak Singa sekarang berbalik kena didesak, ia
mundur setindak dengan setindak. Ia djadi ngeri
karena sebelah sendjatanja telah hilang
kegunaannja. la sekarang mesti lindungi
sendjatanja jang satu lagi.
Si penonton, Yauw Nio, mendjadi lega hatinja. ia
mendjadi girang menampak itu kesudahan. Ia
kagumi Leng-kim-kiam, ia tak berkuatir pula untuk
si anak muda sahabatnja itu. Hanja ia tetap pasang
mata pada Siauw Say, napas siapa sudah mulai
mengorong, keringat sudah mulai melele turun.
Selagi sepasang gaetannja mulai kalut, tiba2 Bin
Seng berseru dan tubuhnja mentjelat mundur
enam atau tudjuh tindak, sendjata kanannja
dikempitkan pada bahu kiri, tangan kanan itu
segera merabah kantong piaw Papie long.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
679
"Adik Kie, hati2!" Yauw Nio mendjerit. "Awas
piauw berajun!"
Sebenarnja Thian Kie hendak susul musuh itu, ia
merandek atas itu pemberian ingat, kendati
demikian, ia tak dapat ketika untuk "beristirahat",
sebab dua batang piauw segera samber ia, disusul
sama jang ketiga. Ia diserang ditiga djurusan, atas
dan bawah dan tengah. Ia luputkan diri sambil
lompat kesamping.
"Ha-ha-ha-ha" ia tertawa.
"Bangsat, kata ada punja kepandaian apa lagi?"
ia menantang.
Utjapan Ini belum berhenti atau si Anak Singa
telah madju satu tindak, tangannja meraba
kepinggang, ketika ia putar tubuhnja, tangan itu
turut terajun.
"Tuan ketjilmu ada punja djimat ? rasailah!" ia
berseru.
Thian Kie lihat barang berkeredepan, seperti
sepasang sajap terbang, dan sendjata rahasia itu
bukan menudju langsung kepadanja, hanja seperti
menudju kepada Yauw Nio. Adalah kemudian, itu
sendjata mendjurus kepadanja kearah kiri.
"Djarum Ngo-bie Hoei-tin!" berseru Yauw Nio,
setelah ia dapat lihat sendjata rahasia itu "Awas
kanan lekas mundur!"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
680
Thian Kie heran. Bagaimana sendjata mendjurus
kekiri, ia diperingati kanan maka ia pasang
matanja. Tiba?, disebelah kanan, ada menjamber
sendjata serupa, jang ladju lebih pesat daripada
jang kiri. Sendjata ini bertjahaja putih. Sekarang
baharulah ia terperandjat, karena ia tak kenal
sendjata itu dan tidak tahu tjara menangkisnja,
atau untuk menghindarkan diri.
Dalam keadaan jang sangat berbahaja itu,
mendadakan terdengan suara dari samping.
"Iblis tjilik berrambut kuning, jang bau susunja
belum lenjap!" demikian suara itu. "Tjara
bagaimana kau berani pertontonkan
kepandaianmu!"
Menjusul teguran itu. sendjata rahasia dikiri dan
kanan, jang mendjurus pada Thian Kie, bersuara
dengan mendadakan dan dua-nja lantas djatuh
ketanah sedjarak tiga atau empat kaki djauhnja
dari si anak muda.
Menampak demikian, Thian Kie segera menoleh
kesamping, dimana lantas terlihat satu bajangan
mendatangi tjepatnja seperti terbang, bajangau
mana berhenti didepannja Pouw Bin Seng, hingga
sekarang kelihatan, dia ada seorang dengan djiiba
pandjang dan memakai kopiah sebagai anak se
kolah. Meskipun masih samar2 pemuda ini segeraPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
681
kenalkan Thie Tek Seng, djago tersembunji dari
Kee Tek Ouw!
Pouw Bin Seng pun terperandjat. Djadi benar
katanja Shiang Yauw Nio, ditempat itu ada berdiam
banjak orang koseu. sebagaimana ini orang
sematjam sioetjay jang bisa punahkan iapunja
senjata rahasia istimewa, jang dipunjakan tjuma
oleh Ngo Bie Pay.
"Entah ia gunai sendjata apa?" ia telah pikir
"KeILhatannja salatan ada kurang baik.... Maka
baiklah aku lekas menjingkir, akan kembali pada
ibuku" Siauw Say masih muda akan tetapi ia ada
tjerdik dan litjin luar biasa, tak kalah dengan
iapunja ibu jang kesohor, ia anggap segera angkat
kaki ada paling baik, tak usah ia ambil pulang
iapunja Hoei-houg-tin. tak usah sampai tanja lagi
orang punja she dan nama. Demikian ia
membentak:
"Kiranja kauorang telah alur tipu-daja untuk
tempur bergantian pada kauorang punja tuan ketjil!
Baik, besok malam pada ini waktu, aku nanti
datang pula kemari guna mengambil putusan siapa
lelaki siapa perempuan hanja aku kuatir kauorang
tak punjakan njali.... Sekarang tuan ketjil kauorang
memohon maaf sadja, ia tak bisa menemani lebih
lama"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
682
Belum iapunja suara berhenti, tubuhnja Pouw Bin
Seng sudah mentjelat kesamping, akan lari
kebawah bukit, kedjalanan samping.
Thian Kie hendak mengedjar, tetapi Thie Tek
Seng gojangan tangan.
"Ia djandji besuk malam akan datang pula, biar
ia pergi" kata ini orang gagah sambil ia tertawa
besar. "Kita pun akan serbu diaorang punja sarang,
kenapa kita mesti kualirkan dia nanti kabur keatas
langit"
Suara itu ada keras, Bin Seng masih bisa dengar,
karena mana, ia djadi lari semakin keras, tapi selagi
ia ngiprit, mendadakan disebelah depan ia muntjul
dua orang jang berbareng membentak ia: "Bangsat
ketjil, kau hendak kabur kemana?" Dua orang itu,
dengan masing2 bersendjatakan golok dan
kongtjee, lantas menghalang didepannja.
Menduga orang lelah atur bayhok dengan tak
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melihat lagi roman orang, Bin Seng endjot
tubuhnja, buat lontjat tinggi, akan lewati dua orang
itu. Ia berhasil djumpalitan, lalu selelah indjak
tanah, ia kabur terus kebawah bukit itu.
Thian Kie telah lantas kenali dua orang itu, jalah
Ah Pa dan Hwee Poet-kok, sebagaimana mereka ini
djuga telah lihat itu madjikan muda, jang selain ada
bersama satu tetamu perempuan pun masih
punjakan satu tetamu lain jang berroman sebagaiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
683
sioetjay, tangannja ia ini kosong dua2, hanja orang
itu lagi berdongko, lagi pungut suatu apa. Mereka
tidak kenal Thie Tek Seng, mereka tjuma kenal
Long Lie Tjoan. Sebab ketika Thie Tek Seng datang
menemui Ho Loo-thaythay, ia menjingkir dari lain
orang.
"Naytek tak sabaran menunggui siauwya terlalu
lama, ia perintah kita datang melihat," kata Hwee
Poet-kok. "Naytek djuga pesan, umpama siauwya
telah ketemu sama Nona Shiang supaja si nona
lantas diantar kedalam. Rupanja inilah si nona" ia
tambahkan sambil ia terus mendjura pada Yauw
Nio.
Yauw Nio manggut.
Sebelum mereka sempat bitjara, Thie Tek Seng
telah kembali, kedua tanganmja membawa
sendjata musuh serta iapunja piauw sendiri.
Sendjata musuh itu njata ada piauw djuga.
"Tjianpwee ini adalah madjikan dari sahabat
kauorang, Long Lie Tjoan," Thian Kie perkenalkan
dua hambanja pada iapunja penolong itu. "Lekas
memberi hormat."
Hwee Poet-kok dan Ah Pa menurut, keduanja
lantas berlutut.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
684
"Silahkan bangun," kata Thie Tek Seng. "Pergi
kasi kabar pada loo-hoedjin kita akan lantas
datang."
Mendengar demikian, dua hamba itu lantas sadja
lari pulang.
Seperginja dua orang itu. Thian Kie perkenalkan
Yauw Nio pada Thie Tek Seng sambil ia tuturkan
djuga siapa adanja si nona.
Yauw Nio memberi hormat.
"Bagus, nona Shiang," kata Thie Tek Seng. "Kau
ada seumpama bunga teratai jang keluar dari
dalam lumpur. Dulu pun aku kenal kaupunja ibu
almarhum, aku tidak sangka, kau telah djadi begini
besar."
Yauw Nio membalas hormat pula, sekarang ia
memanggil ciesiok.
Setelah itu, Thian Kie menghaturkan terima kasih
buat pertolongan sahabat dari gurunja itu sambil ia
terus tanjakan tentang piauw musuh, jang begitu
liehay.
Thie Tek Seng bersenjum, dari sakunja ia
keluarkan sepotong piauw, jang ia serahkan pada
itu anak muda.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
685
"Nona telah terdidik sempurna oleh Kioe-tjoc
Kwie Bouw, kau tentunja pandai djuga gunai
Hoeihong-tin ini?" ia tanja nona Shiang.
Yauw Nio gojang kepala, alisnja mengkerut.
"Kioe-tjoe Kwie Bouw ada kedjam dan litjin
sekali, sie-siok." sahut ia. "Benar tit-lie terbenam
disarang pendjahat dan jakinkan djuga ilmu silat
Ngo Bie Pay akan tetapi tentang Hoei-hong-tin ini
siauwtit melainkan dengar dari beberapa kawan,
jang bitjarakan itu setjara diam2. Tentang ini
sendjata rahasia, Kioe-tjoe Kwie Bouw belum
pernah omong dan siauwtit belum pernah lihat ia
berlatih dengan itu. Siauwtit tak tahu sama sekali,
bagaimana tjaranja Pouw Bin Seng pandai gunai
itu. Rupanja ia peladjarkan itu seljara rahasia.
Barusan djuga tit-lie tidak engah sampai ia telah
gunai dua bidji, jang menjamber dari kiri dan
kanan. Sukur sie-siok telah datang menolong.
Dengan begini, tit-lie pun djadi dapat lihat
kepandaian mengagumkan dari sie-siok."
Sembari kata begitu, Yauw Nio dekati Thian Kie,
disamping siapa ia berdiri untuk sama2 periksa
Hoei-hong-tin. Itu ada sendjata mirip dua potong
sajap tjetjapung, terbuat dari badja, kelihatannja
mirip sebagai permainan anak ketjil, lebarnja
delapan hoen, pandjangnja empat tjoen, kedua
pinggirannja tadjam luar biasa, udjungnja punPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
686
lantjip dan tadjam sekali. Diwaktu tidak digunai,
kedua potong itu terangkap mendjadi satu.
"Soehoe pernah omong tentang ouw-tiap-piauw
dan yan-bweepiauw, semua itu tentu ada sebangsa
hoei-hong-tln ini." kata Thian Kie kemudian.
"Tapi hoei-hong-tin ada djauh terlebih liehay, ini
ada sendjatd rahasia jang dlpunjai oleh Ngo Bie Pay
sendiri," terangkan Thic Tek Seng sambil
bebrsenjum. "Sekarang ini tjuma Kloe-tjoe Kwie
Bouw dan gurunja, Pek Lok Tjindjin, jang pandai
gunai sendjatn ini. Karena ada sangat sedikit orang,
jang bisa lawan ini sendjata rahasia, maka djuga
Tok Tiang Tjeng tidak undang lain orang dari Boe
Tong Pay hanja Shiang Tjie Ong. Kioe-tjoe Kwie
Bouw harap dengan ini bisa rubuhkan Siauw Lim
Pay, ia tak sangka masih ada Shiang Tjie Ong,
malah ini djago tinggal sama-sama didalam satu
propinsi. Ada orang jang bisa kelit dari hoeihong
tin tapi tak ada jang bisa memuliakan sebagai
Shiang Tjie Ong. Ini hoei-hong-tln dari si iblis tjilik
tidak ada artinja, kau sendiri bisa punakan itu, asal
kau suka berlaku tenang. Sekarang kau telah
saksikan sendiri, lain kali, kau bisa waspada. Nah,
mari kita pergi pada Loo-thaythay, ia sudah
menantikan terlalu lama, aku perlu bitjara sama
kanorang."
"Persilahkan," kata Thian Kie jang terus
bertindak.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
687
Ya U w Nio lantas meugintll dibelakangnja
pemuda itu.
Mereka ini menudju langsung ke pintu, dan disitu
ada beberapa tauwbak jang datang menjamhut,
karena Ah Pa dan Hwee Poet-kok sudah
beritahukan iaorang. Tentang Thian Kie tak disebut
suatu apa.
Sesudah mengasi kabar pada loo-hoedjin. Ah Pa
berdua keluar pula. Mereka menjambut sambil
bawa obor, lantas mereka memimpin kedalam
dimana, dibawah lauwteng, Ho Loo-thaythay
menjambut. Setelah undjuk hormat pada Thie Tek
Seng, njonja agung ini terus tarik tangannja Yauw
Nio, akan pandang si nona dari atas kebawali seraja
ia perdengarkan pudjiannja.
"Siiahkan masuk!" kemudian njonja ini
mengundang.
Maka didalam mereka lantas berduduk.
Yauw Nio berlutut, untuk memberi hormat, tapi
si njonja tjegah ia, angkat ia bangun.
"Aku tidak sangka kltaorang bisa bertemu pula,
aku girang 1" kata njonja ini. "Kau tjantik dan
gagah, sajang ibumu telah menutup mata, tapi
didunia baka, ia tentu bersenjum. Kau pun
duduklah, sebentar aku hendak bitjara sama kau."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
688
Yauw Nio senang melihat si njonja ada ramah
tamah, maka ia djadi ingat ibunja.
Ho Loo-thaythay sudah lantas haturkan teruna
kasih pada Thie Tek Seng, jang telah banjak bantu
ia, dan Thie Tek Seng merendahkan diri.
"Kau tentu telah lihat suratku kemarin malam,"
kemudian kata Thie Tek Seng pada Thian Kie.
"Benar sadja, barusan si iblis tjiUk telah kuntit
kauorang".
Mukanja Thian Kie bersemu merah.
"Harap tjiangpwee maafkan aku, kemarin aku
telah tidak sambut tjiangpwee," ia kata.
"Kemarin aku ada punja urusan,
kebetulan sadja aku lewat disini, aku lantas
tengok kau, siapa tahu, aku lihat dua pendjahat lagi
intip , kauorang, maka aku lantas lotok mereka.
Malam ini aku sengadja perlukan datang, benar
sadja, aku lihat kau tempur iblis tjilik itu." Ho Loo
thaythay tidak tahu apa jang barusan terdjadi, ia
minta keterangan, maka Yauw Nio, hampir berbisik,
tuturkan pertempuran tadi sampai datangnja Thie
Tek Seng.
"Oh-mie too-hoed!" njonja itu memudji.
"Djangan kuatir," Thie Tek Seng menghibur. "Aku
telah perintah Long Lie Tjoan dan Soei Siang PiauwPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
689
segera memberi kisikan pada Tok Tiang Tjeng dan
saudara Kat. Di Koen-beng akan terdjadi suatu apa
dalam ini beberapa hari, saudara Kat tentu bakal
datang kemari. Hanja, kalau nanti si iblis ketjil
pulang kesarangnja, dia pasti akan hasut Kioe-tjoe
Kwie Bouw, tjuma iblis tua ini tak bisa datang
kemari, sebelum ia terima kabar dari Say-ong Pouw
Louw, dan ia pun belum pasti akan datang sendiri.
Meski begitu, tidak ada halangan akan kita
waspada, untuk ber-djaga2. Dan kau, hiantit," ia
tambahkan pada Thian Kie, "kau telah pulang,
sedikit banjak, kau akan terbitkan ke-ragu2an
diantara semua orang kau disini, maka aku pikir,
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
besok baik kau kumpulkan semua orang, untuk
perkenalkan diri, supaja tenaga mereka bisa
sekalian dikerahkan. Dan kau, nona Shiang, kau
boleh tinggal disini sebagai anak-angkat dari Loo
thaythay, kau boleh bantu membikin pendjagaan.
Aku sendiri akan berdiam disini, untuk tunggui
saudara Kat. Aku pertjaja kita semua akan sanggup
mengatasi segala kesulitan"
Ho Loo-thaythay manggut. ia membilang terima
kasih.
Thian Kie dan Shiang Yauw Nio pun girang.
Thie Tek Seng tegaskan untuk mereka djangan
pandang enteng pada musuh.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
690
"Asal saudara Kat datang, kita bisa berdamai
lebih djauh," ia kata.
Ah Pa dan Hwee Poet-kok sudah sediakan
pembaringan untuk Thie Tek Seng, maka setelah
pertemuan, Thian Kie temani tetamunja itu tidur,
sedang Yauw Nio tidur sama Ho Loo-thaythay.
Malam itu lewat dengan aman. Besoknja pagi,
menuruti usul Thie Tek Seng, Ho Loo-thaythay
lantas himpunkan semua tauwbak jang diandali,
pada mereka ia tuturkan halnja Ho Thian Kie
sebagai siauw-touwsoe, bahwa sekarang
siauwtouwsoe itu sudah kembali Ia lantas
perkenalkan anaknja Itu.
Njata semua tauwbak ada setia, dengan
patahkan anak panah, mereka sumpah akan
bersetia pada ini pemimpin muda, untuk belai .
Sam-hiang-tjee. Maka setelah itu, bersamaa Yauw
Nio, Thian Kie lantas atur pendjagaan. Thie Tek
Seng pun bantu memberikan pengundjukan jang
perlu. Kemudian beberapa tauwbak jang tjerdik
dikirim ke Ah-bie-tjioe, untnk serep-serepi kabar.
Pada itu sore djuga, mata2 pulang dengan
beruntun. Menurut penjelidikan mereka, di
touwsoehoe di Ah-bie-tjioe kelihatan mundar
mandir banjak orang dengan pakaian seragam dan
sendjata, kepalanja ada Siauw-say Pouw Bin Seng,
bahwa katanja mereka itu niat serang Sam-hiang-PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
691
tjee, buat mana, Kioe-tjoe Kwie Bouw sendiri ada
membantu dengan beberapa orangnja jang liehay.
Penduduk nampaknja berkuatir tapi pihak Ho
Loo-thaythay mend.iaga dengan tetap.
Malamnja ada datang orang dari Koen-beng,
tadinja Thian Kie sangka Kat Kian Soen sendiri,
kemudian ternjata mereka adaLong Lie Tjoan dan
Soei Siang Piauw. Mereka ini bawa warta dari Kat
Kian Soen bahwa Tian Lam Tayhiap dan Boe Tjoe
Siansoe hendak datang ke Sam-hiang-tjee tapi
mereka hendak pergi dulu ke Kokkong-hoe jang
terantjam bahaja, djadi mereka datang terlambat.
Thie Tek Seng kerutkan alis, tapi ia tidak bilang
apa2, ia hanja pesan akan orang waspada. Mata2
pun tetap dikirim ke Ah-bie-tjioe.
Sang waktu berdjalan terus, sampai djam tiga,
tidak ada terdjadi apa2, kemudian pada djam
empat, datang mata2 dengan kabarannja jang
penting. Menurut kabar itu, di touwsoe-hoe di
Ahbie-tjioe telah terdjadi kegentingan begitu lekas
ada datang beberapa penunggang kuda, rupanja
detangnja dari Koen-beng, terutama sebab utusan
jang menunggang kuda segera dikirim ke Pit Mo
Gay. Hanja pendjelasannja sadja jang tidak
didapat.
Kabar ini mengherankan sekalipun Thie Tek
Seng.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
692
Orang tetap menunggu dan berdjaga2, sampai
djam lima lewat, sampai fadjar menjingsing, dan
sampai itu waktu, didepan maupun dibelakang,
tidak pernah tertampak musuh, tidak djuga
walaupun bajangannja sadja. Maka djuga. setelah
terang tanah, semua orang keluarkan elahan napas
lega. Tidak disangka, sang malam bisa lewat
dengan tenang. Hingga orang heran, kenapa Siauw
Say, si Singa Muda, tidak muntjul.......
Selagi orang ramai berunding, men-duga2,
datanglah kabaran menjusul bahwa sedjumlah
besar pendjahat, didarat dan diair, telah pada
kembali dari Koen-beng, dalam keadaan "long
pwee" ketika mereka memasuki pintu kota Ah-bie
shia, ada digotong beberapa gotongan jang ditutup
rapat2, mestinja itu ada majat atau oranga jang
terluka hebat, bahwa kota lantas djadi sibuk,
bahwa beberapa tauwbak, dengan menunggang
kuda, segera kabur pula kearah Liok Siauw San.
Mendengar kabar ini. Thie Tek Seng manggut2.
"Rupanja mereka dapat labrakan di Koen-beng
dan mereka pulang dengan kerusakan besar,"
Thian Kie utarakan dugaannja. "Tadi malam Pouw
Bin Seng telah dapat kabar pertama dan karena itu,
ia bakal datang kemari."
"Itulah Jang diharap," njatakan Shiang Yauw Nio.
"Tapi Kioe-tjoe Kwie -Bouw ada kepala besar, iaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
693
bisa djadi kalap, karena mana pendjagaan kita
disini mesti diperkeras. Pehbo dan lootjiangpwee
belum tidur sama sekali, sekarang silahkan pergi
beristirahat, aku sendiri ber sama2 saudara Thian
Kie nanti menunggui datangnja Kat Tay-hiap."
Thie Tek Seng manggut. ia bersenjum.
"Kita disini tidak usah kuatir apa2," ia kata. "Tok
Tiang Tjeng dan Shiang Tjoe Ong pasti sudah atur
segala apa. Umpama kawanan pendjahat gagal di
Koenbeng, terang mereka semakin sukar untuk
datang kemari. Saudara Kat belum djuga datang,
dia mestinja singgah lamaan di Kokkong-hoe, dia
tentu akan sampai disini sebentar lohor. Maka
sekarang loo-thaythay dan nona Shiang boleh
beristirahat, dan semua tauwbak dan liauwlo pun
boleh dititahkan mengaso bergantian, supaja
sebentar malam, mereka tetap bersemangat."
Perkataan ini diturut, maka perintah dikeluarkan,
setelah mana, Thie Tek Seng sendiri ngelojor
keluar, entah kemana ia pergi.
Sampai Iohor, Kat Kian Soen masih belum
datang, dan kabar dari Ah-bie-tjioe pun sepi, selagi
Ho Loo-thaythay menantikan ber-sama2 Thian Kie
dan Yauw Nio. Thie Tek Seng muntjul dengan
sikapnja jang tenang. Lantas ia ditanja, kemana ia
sudah pergi, ia bertemu sama Kat Kian Soen atauPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
694
tidak, dan apa jang ia dengar dari hal kawanan dari
Ahbie-tjioe.
"Tenanglah, tjoe-wie. kita disini akan bebas dari
antjaman," sabut orang pandai itu sambil tertawa.
Hanja malam ini barangkali ada malam jang
memutuskan diantara kita dan Kioe-tjoe Kwie
Bouw"
Thian Kie semua merasa heran, tetapi mereka
diam sadja, mereka mengawasi, untuk mengharap
keterangan.
Thie Tek Seng ambil tempat duduknja.
"Aku telah bertemu sama gurumu dan djuga Boe
Tjoe Siansoe," berkata ia, tetap sambil tertawa.
"Mereka telah bertemu sama Long Lie Tjoan dan
Soei Siang Piauw, hingga mereka ketahui keadaan
disini. Sedjak tadi malam djam tiga, mereka
berangkat dari Koen-beng, sampai tadi lohor,
mereka telah memasuki Ah-bietjioe, akan tetapi
ditengah djalan. mereka dapati tanda2 rahasia dari
Tok Tiang Tjeng, maka, mengikuti tanda2 itu,
mereka telah bertemu sama Tok Tiang Tjeng dan
Shiang Tjoe Ong. Inilah sebabnja kenapa mereka
batal datang kemari. Aku pun telah dapati tanda
rahasia mereka disebelah kiri Sam-hiang-tjee,
maka itu, tadi aku telah tjari mereka, hingga aku
dapat tahu bahwa tadi malam Say-ong Pouw Louw
sudah mengatjau di Kokkonghoe."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
695
Sampai disini. Thie Tek Seng tuturkan perihal
pertempuran mati-hidup di Kokkong-hoe.
"Say Oug telah terkena pukulan Tny-lek Kim
kong Tiong-tjhioehoat dari saudara Kat, ia
barangkali tak dapat hidup lebih lama," Thie Tek
Seng melandjuti, "maka diantara orang2 jang
digotong pulang, barangkali ada dia punja majat"
Mendengar itu, tak tunggu sampai Thie Tek Seng
omong terlebih djauh. Thian Kie sudah berseru:
"Oh, bangsat tua, toh telah datang ini hari! Sajang
aku tidak mampu membunuh dia dengan tanganku
sendiri, hingga dlduuia baka, tak dapat aku
hiburkan ajahku!" ia bitjara dengan sengit.
"Anakku," Ho Loo-thaythay kata pada anaknja.
"Kat Tayhiap ketahui hal kita, ia tidak nanti
sembarang gunai tangan kematiannja, ia tentu
akan kasi tinggal hidup pada bangsat itu untuk
nanti kau jang turun tangan sendiri, kalau sekarang
ia binasakan itu pendjahat, ini pasti disebabkan
sangat terpaksa, karena kekedjamamnja pendjahat
itu. Biar bagaimana, ia telah balaskan sakit hati
kita. Ia ada guru sangat berbudi, iapunja kebaikan
itu tak boleh dilupai..."
"Loo-thaythay," kata Thie Tek Seng, "di mana
sakit hati telah terbalas ini ada saatnja untuk
bersukur dan bergirang, maka harap kau bisa
legakan hati. Kita pun sekarang lagi menghadapiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
696
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perkara besar, mari kita pikirkan keselamatannja
Sam-hiangtjee."
Ho Loo-thaythay tanja, tindakan apa harus
diambil.
"Menurut pesan dari saudara Kat," kata Thie Tek
Seng, "sebentar malam djam satu aku mesti
berangkat dari sini dengan adjak Thian Kie Hiantit
dan nona Siang, untuk pergi ke Plt Mo Gay, Liok
Siauw San, guna bantu Tok Tiang Tjeng dan Shiang
Tjoe Ong, karena kita mesti memasuki sarang
pendjahat. Kita mengandel bantuannja nona
Shiang, jang kenal baik keadaan dilembah sana.
Disini akan ditinggalkan Long Lie Tjoan berdua Soei
Siang Plauw, buat bantu Hwee Poet-kok dan Ah Pa
membikin pemdjagaan. Sekarang pasti pendjahat
tak dapat kesempatan akan petjah tenaga mereka,
hingga Sam-hiang-tjee tidak usah kuatir apa2. Kita
tjuma membantu meramaikan sadja, sebab sekali
ini, tanggung djawab terserah pada saudara Kat
sendiri ber-sama2 Tok Tiang Tjeng dan Sam-hiang
tjee, untuk berdjaga menambah pengalaman dan
penglihatan"
Keterangan ini sudah tjukup, maka Thian Kie
lantas keluar, untuk kasikan segala titah guna
sebentar malam orang melindungi Sam-hiang-tjee,
untuk bersiaga sadja. Kemudian semua orang
beristirahat, guna tunggul datangnja sang malam.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
697
XXVIII
Malam itu Ho Thian Kie dan Shiang Yauw Nio
telah dandan dari siang2, mereka singsatkan
pakaian dan bekal sendjata. Thie Tek Seng
sebaliknja, tetap dandan sebagai satu sioetjay jang
lemah-lembut gerak-geriknja, ketjuali suling besi,
jang tidak pernah terpisah dari pinggangnja. Pada
djam satu, bertiga mereka pamitan dari Ho Loo
thaythay dan keluar dari Sam-hiang-tjee dengan
dlam2. Tudjuan mereka adalah langsung ke Liok
Siauw San. Shiang Yauw Nlo djalan dimuka,
sebagai penundjuk djalan. Nona ini pilih djalanan
paling dekat dan paling aman pula. Selama
ditengah djalan, ketiganja bungkam. Mereka lintasi
luar kota Ah-bie-shia, mereka putari Pek-sit-tjee,
mereka lalui beberapa tempat penting dari
pendjahat, lantas mereka satnpai dibatas Liok
Siauw San.
Sampai disini sesudah djalan lamanja dua djam,
mereka memasuki gunung musuh, jang
djalanannja sukar dan berbahaja. Sekarang mereka
perlu dengan tjahajanja si Puteri Malam dan
bintang2 dilangit. Mereka merandek atau ajalkan
tindakan setiap kali mereka tampak tjahaja api
didepan mereka, dibukit atau didalam rimba.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
698
"Itulah puntjak pertama dari Liok Siauw San."
kata Yauw Nio, jang menundjuki kedua kawannja,
tangannja menundjuk. "Lembah Pit Mo Gay berada
dlbelakangnja puntjak itu djalanan masih beberapa
lie. Djalanan ada sukar, beberapa tempat ada
didjaga, tapi jang penting, djangan kita sampai
kebentrok dengan monjet hoei-hoei atau
rombongannja. Binatang itu tjerdik dan liehay,
semuanja ada terdidik baik"
Baharu Yauw Nio tutup mulutI nja atau mereka
dengar suara angin disebuah pohon disamping
mereka, mereka lihat satu bajangan lontjat turun,
sebelum mereka dapat melihat tegas, mereka su1
dah lantas dengar: "Mari ikuti aku!" Lantas
bajangan itu mentjelat kedepan. djauhnja belasan
tumbak. gerakannja sangat gesit dan enteng.
Yauw Nio dan Thian Kie tertjengang, mereka
tidak bisa lantas kenali suara itu.
"Lekas ikuti gurumu!" Thie Tek Seng berbisik
pada Thian Kie seraja ia mendahului lontjat
kedepan.
Dua anak muda itu djadi sedikit bingung, tetapi
mereka segera menjusul.
Bajangan didepan lenjap dengan tjepat,
bajangannja Thie Tek Seng masih tertampak, maka
adalah bajangannja ia ini, jang disusul, diikuti. Tapi
disatu tikungan kiri, bajangannja Thie Tek Seng punPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
699
lenjap seketika, dan tempo mereka ini sampai
ditikungan, merbka dapati hanja sebuah rimba
tjemara, tjabang dan daun lebat, djalanan tidak
ada.
"Mari ikut aku!" kata Yauw Nio, setelah ia seperti
ingat apa2. Dan ia madju, kcarah rimba.
Thian Kie turut dengan tidak kata apa2. Ia mesti
lontjat kanan dan lontjat kiri, lewati tempat jang
tinggi dan rendah, sampat mereka bisa lewati rimba
tjemara itu, hingga mereka hadapkan sebuah
lembah jang tinggi dikiri dan kanannja, didaiam
selat terdengar suara air, tjahaja rembulan memain
dimuka air itu. Itu ada sebuah kali ketjil, atau
solokan besar, jang menembusi rimba.
Dimuka lembah, Thian Kie berdiri diam, agaknja
ia bersangsi.
"Disini ada sebuah djalanan jang bisa memutari
beberapa mulut pendjagaan Pit Mo Gay," Yauw Nio
bilang. "Tjuma orang2 kepertjajaannja Kioe-tjoe
Kwie Bouw jang ketahui djalanan ini, jang pun ada
rahasianja. Kat dan Thie Djiewie Lootjianpwee ada
orang2 luar biasa, entah dari mana mereka ketahui
djalanan rahasia ini. Mereka tahu aku ada orang
dldampingnja Kioe-tjoe Kwie Bouw, maka dengan
hati besar, mereka tinggalkan kita berdua djalan
belakangan, Sekarang kita harua waspada, tidak
perdull djiewie lootjianpwee berada didepan kita.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
700
Kioe-tjoe Kwie Bouw ada liehay dan litjik, dia tentu
ada alur pendjngaan disini, tidak terang, pasti
setjara menggelap. Mari kau Ikuti aku, sebelum kita
tjandak djiewie lootjianpwee, djangan kita
perlihatkan diri kepada musuh, ketjuali kalau
sangat terpaksa."
Thian Kie tahu ia ada orang asing untuk tempat
itu, ia melainkan bisa turuti si nona, la djalan
disebelah belakang, mata dan kupingnja dipasang
tadjam-tadjam. Mereka mesti lalui djalan jang
sukar, karena itu, pedang mereka telah dihunus,
tangan mereka jang lain saban2 mengenai kantong
piauw mereka.
Satu kali, selagi lontjat naik keatas batu
disebelah atas, mendadakan kedua anak muda ini
dengar satu suara njaring, jang disusul sama
lontjatnja, atau djatuhnja satu benda besar dan
hitam dari atasan mereka.
"Awas!" berseru Yauw Nio, jang lontjat
kesamping, meujamber satu tjabang pohon
tjemara, hingga ia bergelantungan ditjabang itu.
Ketika ia menoleh ia dapati Thian Kie pun sudah
lontjat dan sedang berpegangan pada ojot rotan,
maka hatinja djadi lega. Ia terus memandang
kebawah, hingga mereka lihat satu tubuh besar,
seperti tubuh manusia, rebah tidak berkutik.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
701
Sampai disitu, berdua mereka lontjat turun, akan
dekati tubuh itu.
Itu ada tubuhnja seekor hoei2, bulunja riap2an
mukanja bengis, sebab mulutnja penuh gigi tadjam
dan bertjaling, bulunja warna kuning emas, tapi
dadanja berlobang dan mengeluarkan darah
darahnja ngumpiang diantara tubuhnja itu.
Diam2 Thian Kie terkedjut, sebab baharu
sekarang, untuk pertama kali, ia lihat monjet luar
biasa itu, jang kepalanja mirip andjing, lehernja
berbulu pandjang.
"Inilah hoeia pendjaga disini menurut titahnja
Kioe-tjoe Kwie Bouw," kata Yauw Nio sambil
manggut2. "Entah lootjianpwee jang mana telah
tcmbusi dia punja dada ini. Pendjaga sematjam ini
bukannja satu, mari kita lekas naik!"
Thian Kie benarkan perkataannja kawan itu.
"Mari!" kata ia.
Kedua-nja segera madju pula.
Djalan ditempat asing itu, Thian Kie berbareng
ada menaruh perhatian, ia insaf akan tempat jang
berbahaja.
"Kenapa djiewie lootjianpwee belum kelihatan?"
kata ia kemudian.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
702
"Tentu sadja tidak!" sahut Yauw Nio sambil
tertawa. "Binatang tadi mensiasiakan banjak tempo
kita sedang kedua lootjianpwee ada gesit luar
biasa."
Mereka madju terus, sampai mereka ketemui
satu bangkai hoeilain, jang pun mandi darah,
separuh tubuhnja tergantung dlbatu. Yauw Nio
tidak perhatikan ini ia tahu, itu ada hasil pekerdjaan
pihaknja.
Berdua mereka lewati tempat djagaan, jang
sudah kosong itu.
Djalanan terus ada sukar dan berbahaja, karena
itu pun sebenarnja bukan djalanan.
Dua anak muda ini merandek didepan sebuah
kali ketjil, jang iebarnja belasan tumbak, jang
airnja mengalir keras, sampai menerbitkan suara
berisik. Disitu tidak ada djembatan untuk orang
menjeberang. Iaorang mesti mengawasi kali dan
sekelilingnja, un, tuk pikirkah daja buat bisa lewat
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
disitu.
Thian Kie kebetulan menoleh kesamping ketika ia
terperandjat, sampai ia keluarkan seruan tertahan,
berbareng dengan mana, tubuhnja mentjelat
setumbak lebih, sambil berbual demikian, tubuhnja
pun mutar, tangan kanannja bergerak, maka dua
batang piauw lantas melesat menjamber,
ijahajanja berkilauan.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
703
Shiang Yauw Nio pun terperandjat dan telah
segera menoleh.
Njala di sebelah belakang mereka. di kedua tepi
mulut djalanan jang berbatu, ada berdiri masing2
seekor hoei2 jang besar dan bengis romannja, jang
berdiri bagaikan manusia sadja, di bebokongnja
ada tergendol kantong kulit jang memuat
tempuling beratjun, sedang kedua tangannja
masing2 ada menggenggam tumbak pandjangnja
tudjuh atau delapan tumbak. Ianja dua binatang itu
berdiri tegak, tak bergeming.
Bahna kaget, si nona pun Iontjat melesat djauh.
Dua piauw dari Thian Kie telah mengenai dada
sasarannja dengan djitu, akan tetapi dua monjet
hutan itu tetap diam sadja.
Yauw Nio djadi heran, ia sangka kulit mereka
terlalu tebal atau tenaga Thian Kie kurang, ia pun
segera keluarkan sendjata rahasianja, akan turut
menjerang.
Sendjata rahasia dari Nona Shiang ada paku
Song-boon Pek houw-teng, ini ada sendjata rahasia
dari pihak Ngo Bie Pay, jang tidak diwariskan pada
sembarang murid, pandjang tak lebih daripada
empat tjoen, matjamnja mirip bidji buah toh.
delapan pendjurunja tadjam, ditengahnja ada
lobang peranti simpan obat berratjun, maka siapa
terkena paku ini dan berdarah, dia mesti tjelaka.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
704
Dua potong paku itu masing2 menjamber mata
kiri dan pipi kanan dari kedua binatang liar itu,
apamau kesudahannja letap ada mengherankan,
karena itu dua binatang tetap diam sadja, tidak
mengeluarkan suara, tidak bergerak2.
Dua2 Thian Kie dan si nona djadi heran, malah
Thian Kie penasaran, dengan tidak kata apa, ia
lompat madju, akan menikam. Ia berhasil membuat
Leng-kioekiam lembusi dadanja seekor hoei2,
setelah itu, ia tjabut pedangnja seraja lontjat
mundur. Akan tetapi, binatang itu tetap berdiri
diam.
"Ach!" berseru Thian Kie, jang lantas madju
mendekati, akan mengawasi. Iapunja perbuatan ini
diturut oleh Yauw Nio, jang tidak kurang herannja.
Setelah ini, dua2nja keluarkan elahan napas lega,
air muka mereka berubah sendirinja.
Sekarang ternjata, mereka lagi berhadapan
sama bangkai binatang, jang tubuhnja diikat,
hingga keduaaija bisa berdiri tetap, tetap berdiri
sekalipun diserang dengan sendjata rahasia dan
pedang. Djadi sia-sia sadja mereka gunai tenaga
dan buang tempo.
"Terang salah satu lootjianpwee mainan dengan
kita!" achirnja kat Yauw Nio sambil tertawa. "Tapi
inipun ada mengandung maksud, sebab ini dua
binatang bisa kelabui musuh, jang tentuPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
705
menjangka, pendjagaan mereka disini tidak
terganggu dan tidak berubah. Kedua lootjianpwee
ada sangat tjerdik kitalah jang kena didjual"
Thian Kie benarkan dugaannja si nona, achirnja
ia bersenjum. Ia lekas ambil pulang iapunja piauw,
demikianpun si nona. Kemudian mereka tjari daja
untuk menjeberang.
"Mari," kata Shiang Yauw Nio, jang adjak
kawannja turun kepinggir air. "Disini ada dajanjn,
sekarang baharu aku ingat."
"Apakah itu?" tanja Thian Kie seraja mengikuti.
"Dulu satu kali pernah aku saksikan Kioe-tjoe
Kwie Bouw Iontjat mundar-mandir diatas ini kali
ketjil," kata si nona, ia bisa bergerak dengan
leluasa. Aku menjangka ia gunai salah satu ilmu
Teng-peng tomv-soei atau Pat-pou Kan-siam.
Belakangan, setjara kebetulan, aku-lihat Lo Sat Lie
dan Hek Bouw Tan bersendau-gurau, mereka main
uberan, larPan dan ter-putar2 diatas kali ini,
achirnja sambil bergandengan tangan, mereka
mendarat dan pergi. Aku djadi heran, aku saksikan
kepandaian mereka sudah setingkat sama
kepandaian Kioe-tjoe Kwie Bouw, karena itu diam2
aku mentjari tahu. Pertjobaanku tidak sia-sia. Tidak
tahunja, didalam air jang deres ini ada dipasang
pelatok batu, jang terdjangka dengan sempurna,
jang tinggi sebatas muka air sebab air ngalir sangatPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
706
deres. pelatok itu hampir tidak kelihatan. Djadinja,
mereka telah lari pergi-datang dengan taruh kaki
diatas pelatok2 itu. Apa jang berbahaja, karena
sudah tenggelam lama, pelatok itu djadi lumutan
dan litjin. Memang, disini ada dibutuhkan
kepandaian entengi tubuh dan kegesitan. Dahulu
aku belum pernah mentjoba, tapi sekarang, mari
kita djadjal"
Sembari kata begitu, Yauw Nio mengawasi
kemuka air setelah mana ia endjot tubuhnja, lontjat
kekali. Ketika sebelah kakinja mengindjak air, ia
djustru berdiri dimuka air itu, sebelah kakinja jang
lain, terangkat naik. Setelah ini, ia Iontjat lebih
djauh, kearah tengah, kekiri dan kanan, akan dilain
saat, ia sudah mendarat dilain tepi.
Thian Kie girang dan kagumDalam
kegembiraannja, ia pun lantas Iontjat kekali, turuti
djedjaknja si nona, maka sebentar kemudian, ia
pun telah dapat susul nona itu. Ia ada girang luar
biasa, karena njata ia tidak lakukan kegagalan. Si
nona pun puas melihat iapunja hasil ini.
Setelah itu Yauw Nio, jang telah perhatikan
keadaan tempat, madju pula dimuka. Mereka
djalan disepandjang rimba tjemara, sampai mereka
tiba dikaki bukit itu. Disini muntjul satu djalanan
ketjil, jang mutar beberapa kali, membawa mereka
kedalam lembah bundar bagaikan hujung.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
707
Nampaknja itu ada lembah buntu, disitu terdengar
suara angin diantara pepohonan.
Selagi Thian Kie merasa aneh dengan tempat itu,
Yauw Nio ma dju terus, udjung pedangnja saban2
dipakai menjingkap atau menjingkirkan ojot rotan,
hingga sebentar sadja, didepan mereka tertampak
sebuah gua atau terowongan. Sambil menoleh,
nona itu memggape, lantas ia bertindak masuk
kedalam gua itu.
Dengan tidak kata apa2, Thian Kie mengikuti,
benar ketika ia mulai bertindak masuk, tiba2 si
nona lontjat keiuar, akan terus berbisik
dikupingnja, sesudah mana, keduanja lontjat
berpisahan, si nona sembunji dibelakang pohon
sebelah kiri, si pemuda mendekam disebelah
kanan, tubuhnja dialingi dengan ojot.
Sesaat kemudian, dari dalam gua muntjul dua
orang, tindakan kakinja terdengar terlebih dahulu.
Jang didepan, jang dibebokongnja nantjap dua
batang golok Lianggin Soat-hoa-too, menjekal satu
hong-teng, jalah lentera angin, sedang jang
belakangan bersendjatakan toja Long-gee-pang.
Dua2 mereka berroman bengis. Sesampainja
diluar, mereka lantas raenjului ke-empat pendjuru.
"Benar2 kurang adjar!" achirnja kata jang satu,
lagu suaranja menghina. "Siapa begitu bernjali
besar berani langgar titahnja Loothay? Kenapa iniPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
708
ojot disingkirkan dari mulut gua? Bagaimana kalau
sebentar Loo-thay memeriksa dan ia dapati alingan
guanja terganggu? Ini bisa mentjelakai kita......"
"Rupanja disini ada penjakitnja," kala iapunja
kawan. "Tidak seberapa orang jang ketahui ini
djalanan rahasia, sedang Loo-thay dan beberapa
lainnja sekarang tidak ada dirumah. Beberapa hoei?
jang mendjaga disini, karena besarnja tubuh
mereka, tidak bisa memasuki lobang gua ini,
hingga buat masuk kedalam, mereka mesti djalan
mutar. Mari kita periksa lebih djauh."
Kawan itu terperandjat mendengar katas
sahabatnja.
"Kau benar!" berseru ia. "Mari kita lekas periksa!"
Tapi dia berseru dengan tertahan, sebab
mendadakan, suatu barang menjamber kearah
kepala mereka, hingga keduanja kaget sekali dan
berseru, sedang jang didepan, jang pegang lentera,
segera lontjat menjingkir, adalah jang dibelakang,
kena ketungkrup dau terlibat, karena barang itu
adalah rotan, la berontak dengan siasia, selagi ia
berkutetan, tahu? udjung pedang menikam ia,
maka dengan satu djeritan, ia rubuh binasa.
Ho Thian Kie telah turun tangan sebelum orang
melakukan penggeledahan, ia gunai ojot rotan,
lantas ia lontjat dan menikam.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
709
Orang jang satunja menjingkir kekiri, ia lolos dari
libatan rotan, tapi disini, sebatang paku menjamber
ia, ia masih mentjoba akan berkelit, tidak urung,
pilingannja kena tertantjap, sambil mendjerit,
tubuhnja sempojongan, sebelum ia tahu apa2,
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yauw Nio punja pedang telah menikam ia, karena
si nona segera lontjat keluar dari tempafcnja
sembunji dan segera turun tangan. Nona ini samber
orang punja leniera. setelah itu, ia tarik pedangnja
seraja sebelah kakinja mendupak, maka tubuhnja
si pendjahat rubuh dengan segera, terbanting
keras, napasnja berhenti berdjalan.
Habis itu, Yauw Nio hampirkan Thian Kie, akan
sulukan muka kurbannja si anak muda.
"Ah, kiranja dia ini!" kata nona ini. "Inilah dua
Iblis "
"Siapa mereka?" Thian Kie tanja.
"Dia ini ada Boe Siang Kwie." djawab si nona. "Itu
satu aku telah kenali dengan lantas, dia ada Toh
Kiap Kwie. Mereka ada dua dari sembilan Iblis dari
Liok Siauw San, mereka ada sangat djahat, malam
ini rupanja telah luber kedjahatan mereka, maka
mereka terbinasa dltangan kita. Mereka tidak boleh
dipandang enteng, melulu karena terbokong,
mereka dapat dirubuhkan dengan gampang, kalau
tidak, kitaorang mesti lakukan satu pertarungan
hebat."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
710
Sebelum si nona bitjara habis, dari dalam gua
ada suara angin menjamber, maka keduanja
terperandjat dan segera menoleh, untuk bersiap.
Tapi, setelah muntjul satu bajangan, dia ternjata
ada Thie Tek Seng, hingga keduanja djadi berhati
lega.
"Lekas padamkan api!" Thie Tek Seng berkata.
"Kauorang terlalu sembarangan!"
Yauw Nio menurut, dengan satu kali tiup, ia bikin
lentera padam, sesudah mana, hongteng itu ia
belesaki diantara batu.
"Kenapa lootjianpwee keluar pula?" ia tanja. "Apa
lootjianpwee hendak sambut kita?"
Thie Tek Seng tidak mendjawab, hanja ia
membungkuk, akan angkat tubuhnja Boe Siang
Kwie, jang ia lemparkan djauh tiga atau empat
tumbak, kedalam rimba lebat.
"Semasuknja terowongan ini, kita telah berada
dipusat pendjahat," kemudian kata orang pandai ini
"Disini djumlah kita jang sedikit mesti lawan
mereka jang banjak, karena itu, kita mesti
menggunal akal, supaja kita bisa berada dialas
angin. Guru kauorang bersama-sama Tok Tiang
TJeng, Shiang Tjoe Ong daai Boe Tjoe Siansoe telah
dapat tahu si perempuan tua-bangka, untuk satu
urusan, telah pergi keluar, dari itu, pihak kita djuga
harus segera merubah siasat, ini sebabnja. akuPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
711
datang menjambut kauorang. Aku dapat lihat dua
pendjahat ini, aku kuatir kauorang kepergok
mereka, maka sukur jang kauorang bisa bikin
mereka tidak berdaja. Sekarang, mari masuk. Tapi
ingat, selandjutnja, kauorang tidak boleh lantjang
ambil tindakan sendiri, tidak boleh kauorang
sembarang perlihatkan diri, tak perduli ada
kedjadian bagaimana aneh! Kapan sudah waktunja,
kauorang akan ketahui sendiri, atau kauorang nanti
diberitahukan!"
Habis berkata begitu, tak membuang tempo lagi,
Thie Tek Seng masuk pula kedalam.
Thian Kie dan Yauw Nio heran, tapi mereka tidak
berani banjak omong, mereka lantas menjusul
masuk.
Terowongan ada gelap, djalanan pun tinggi dan
rendah, rada mudun, tetapi sebentar kemudian,
mereka sudah keluar dilain bahagian, jang tak lagi
gelap. Mereka lihat tembok gunung, jang
menghalangi mereka memandang keempat
pendjuru. Disitu. suars angin ada keras.
"Terowongan barusan ada bahagian belakang
dari Pit Mo Gay," Yauw Nio berbisik pada Thian Kie,
didamping siapa ia berdiri. "Setelah lewati tembok
gunung ini, kita akan bisa lihat seluruh 'arang
pendjahat. Kita mesti umpatkan diri seperti
dipesan."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
712
Thian Kie menjahuti bahwa ia mengerti.
Sekarang keduanja simpan pedang masing2.
Yauw Nio madju didepan. Ia djalan kekanan baharu
beberapa tindak, mendadakan ia berhenti dan
berdjongkok, akan lahu2 ia lontjat naik ketinggi
lima atau enam kaki, akan taruh kaki dibatu
gunung.
Tanpa berajal atau bersangsl, Thian Kie turut dan
susul si nona.
Sesampainja diatas, pemuda kita merasai ia
berada ditempat terbuka, tidak lagi didaiam
lembah.
"Pendjahat tidak akan sangka kiia masuk dari
sini," Yauw Nio kata pula pada kawannja. dengan
pelahan. "Sebentar kita akan sampai ditempat
sembunji kita"
Ia terus lontjat kekanan, dimana ada sebuah
pohon tjemara jang besar luar biasa, maka
sebentar kemudian, mereka sudah berada di
tjabang2 pohon, melapa.v bagaikan badjing sadja.
Ketika Thian Kie memandang kebawah, ia terkedjut
djuga. Sebab tjabang merojot kebawah, dan
tempat tingginja ada kira2 dua-puluh tumbak,
umpama mereka terlepas dan djauh, tubuh mereka
tentu remuk. Ia tidak mau perhatikan itu, ia terus
ikuti si nona.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
713
Yauw Nio bergerak tjepat dan gesit, dari tjabang
tjemara, ia pindah keojot rotan, dengan
perantaraan ojot ini, ia turun kebawah akan indjak
batu gunung jang datar. Dari sini, mereka bisa
melihat kebawah sedang ojot pohon membikin
mereka kealingan.
Hanja tempat itu ada sempit sekali, hingga
mereka mesti berdampingan rapat satu dengan
lain.
Pasti sekali, musuh djuga tidak akan menjangka,
disitu ada dua orang lagi umpatkan diri dan
memasang mata.
"Asal kita ber-hati2, tak nanti musuh pergoki
kita," Yauw Nio bisiki kawannja. "Tjoba kau singkap
itu ojot didepan kau, kau akan lihat djelas keadaan
musuh."
Thian Kie menurut, ia geraki tangannja, setelah
menjingkap segumpal ojot. ia memandang
kebawah, tingginja, atau dalamnja, kira2 sepuluh
tumbak. Ia tampak sebuah lauwteng, jang
djendelanja tertutup rapat. Djauhnja lauwteng
dengan mereka, ada kira2 dua tumbak, saking
tingginja lauwteng itu, jang romannja mirip dengan
istana orang Han. rtu adalah pusat atau kemahnja
Kioe-tjoe Kwie Bouw, tempat dikeluarkan segala
titahnja si-ibu Iblis. Siapa berani ajun tubuhPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
714
diantara ojot. ia bisa lompat njeberang ke lauwteng
itu.
Di tiga pendjuru tembok gunung? apa jang aneh
? ada tumbuh pohon2 tjemara pendek, jang
tjabang2nja merojot. ketanah, mirip dengan ribuan
ular.
Dikiri dan kanan lauwteng ada berdiri rumah2
jang kedudukannja mirip sarang tawon. Di tengah2
ada satu tanah lapang lebar sekali jang di
tengahnja ada djalanan, terus sampai di muka
lauwteng. Pandjangnja djalanan ini barangkali ada
setengah lie.
Rupanja, udjung djalanan itu adalah mulutnja
lembah, tempat orang keluar dan masuk.
Di kedua tepi djalanan, djauhnja seiap dua atau
tiga-puluh tindak, ada diberdirikan tiang batu atau
pilar, di mana saban ada dipasang gelang besi, di
mana pun ada obor jang besar dan tinggi. hingga
nampaknja sebagai naga api sadja.
Disaat itu tidak ada kelihatan barang satu orang,
melainkan terdengar suara berisik dari tambur
ditjampur sama suara teriakan.
Sesudah mengawasi sekian lama, dengan tidak
mengerti, Thian Kie menoleh, niatnja akan minta
keterangan dari Yauw Nio, siapa tahu, si nona pun
sedang mengawasi sebagai ia dengan kepalanjaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
715
ditjenderongkan melewati pundaknja, hingga sekali
ia bergerak, ia kena langgar nona itu.
"Djangan bergerak!" si nona peringati. "Djangan
bersuara! Lihat!"
Mau atau tidak, Thian Kie urungi kehendaknja
dan ia pasang mata pula kedepan.
Diantara suara berisik dari tambur, sekarang
pemuda ini lihat tjahaja dari banjak obor lagi
mendatangi dari arah luar, kemudian tertampaklah
serombongan orang2 Biauw, djumlah dua atau
tigapuluh orang, semua membekal tumbak
pandjang. Mereka terpetjah2 dalam dua barisan.
Sesudah rombongan ini sampai didalam, suara
tambur berhenti dengan tiba2, lantas digantikan
oleh suara terompet tanduk, disusul sama
masuknja satu orang dengan dada dan lengan
telandjang, dengan kepala digubat tjita belang.
tangannja memegang sebatang gala pandjang
setumbak lebih, dlatasnja dipantjer bendera
pandjang warna hitam dan putih, udjungnja
bendera ada runtjenja jang memain antara
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sampokan angin, suaranja berisik, rupanja disitu
ada digantungi banjak kelenengan ketjil atau
kerintjingan.
Dibelakang bendera itu ada terlihat serombongan
perempuan, atau dukun, jang romannja mirip
hantu sadja, rambutnja riap2an. mukanjaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
716
ditjompreng, atasan tubuhnja tanpa pakaian,
lengannja pakai gelang besi, dilehernja ada kalung
tengkorak. Dibahagian bawah tubuhnja, pakai
sarung kembang warna hidjau. Ditangannja tjekal
sematjam alat tetabuan luar biasaSembari masuk
kedalam. mereka lontjat berdjingkrakan, mulutnja
perdengarkan njanjian, alat tetabuhannja ditabu
terus.
Sesampainja didalam, pembawa bendera lari
ketengah kalangan, untuk tantjap bendeiranja,
setelah mana, kawanan dukun kitari bendera itu,
berlari2, bernjanji terus, berlontjatan, menari,
kadang2 lontjat sampai tinggi setumbak lebih,
tempo mereka mendjerit keras, mirip dengan orang
edan. Mereka lari keluar, lantas lari masuk pula.
Sekarang semua tambur dan terompet dibunjikan
dengan riuh, hingga suasana berisiknja bukan
kepalang.
Kemudian ada digotong masuk sebuah djoli atau
tandu, mirip dengan tandu gunung, tukang
gotongnja ada belasan, semua ada orang2 Biauw
jang tubuhnja tinggi dan besar. Djoli itu dihias
dengan daun siong dan pek dan rupa2 bunga,
hingga djadi mirip dengan djoli toapehkong.
Didalam djoli ada duduk satu orang, jang
tubuhnja ketutupan rumput atau bunga2, jang
kelihatan melainkan kepalanja. Dari tempat djauh,
Thian Kie tidak mampu melihat tegas.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
717
Dibelakang djoli ada sebaris pengiring orang
Biauw dengan sendjatanja tumbak dan golok,
barisannja pandjang. Djoli diberhentikan dibawah
bendera, berbareng dengan mana, siraplah semua
tetabuan, hingga lembah djadi sunji-senjap.
Sedjumlah orang lalu nampak bergerak2,
mereka membawa banjak balok, jang mereka terus
atur dibelakang bendera, untuk dirikan sebuah
panggung, keatas mana djoli dlkasi naik. Habis itu,
rombongan dukun mulai ber-putarputar,
berdjingkrakan mengitarkan panggung itu.
Rombongan pengiring djoli, djumlahnja dua ?
atau tigaratus orang Biauw jang bersendjata,
sebagai laskar, lantas turut perdengarkan suara
mereka jang sangat berisik.
"Barangkali mereka hendak lakukan upatjara
pembakaran majat," kata Thian Kie pada Yauw Nio
sesudah ia mengawasi sekian lama. "Tiat Loo
tjianpwee benar waktu dia bilang, Say Ong Pouw
Louw jang djahat telah teruna adjalnja karena
luka^nja jang hebat. Diatas djoli itu tentu ada dia
punja majat. Aku tidak bisa bunuh sendiri musuh
itu, tetapi sekarang aku saksikan pembakaran
majatnja, aku puas djuga!"
"Memang mereka hendak lakukan upatjara
pembakaran majat," Shiang Yauw Nio djawab
kawannja, "hanja, menurut penglihatanku,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
718
disebelah itu, mereka ada kandung maksud lain.
Rupanja Kioetjoe Kwie Bouw sendiri jang sambut
dan anter majatnja Pouw Louw. ia jang atur
upatjara, hanja herannja, kenapa Ia tidak turut
muntjul sekalian? Kemana perginja Lo Sat Lie dan
Hek Bouw Tan dan Hoci Thian Ho? Mana dia Pouw
Bin Seng, itu siuga tjilik? Apa mereka bukannja
sedang mengatur daja lain, jang hebat? Kioe-tjoe
Kwie Bouw ada seorang jang sangat tjerdik dan
litjik. Aku kuatir, meskipun mereka bernjali besar,
mesti ada salah satu lootjianpwee jang telah kena
dipergoki atau terhambat, sampai rombongan
Biauw ini bisa mendahului masuk kemari, hingga
kita pun bisa mendahulukan sembunji disini.
Kenapa Thie Loo-tjianpwee pun tetap tidak
tertampak? Disini, ketjuali ini tembok gunung, tidak
ada tempat lainnja dimana orang bisa umpatkan
diri. Ada mustahil semua lootjianpwee sudi
sembunji djauh2?"
Selagi dua orang itu bitjara, dilembah suara
berisik telah berhenti dengan tiba2, sebagai
gantinja, dari luar ada lari masuk dua orang dengan
roman bengis. Mereka ini lari keudjung lapangan,
akan angkat dua terompet jang bertjahaja perak,
jang mereka terus tiup, atas mana, dari dalam
rombongan, muntjul beberapa laskar seraja hunus
golok mereka dengan apa mereka menundjtik ke
timur menuding ke barat, mulut mereka djuga
perdengarkan seruan, sesudah mana itu dua atauPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
719
tigaratus laskar, bagaikan semut sadja, lantas pergi
ke kedua rumah samping jang mirip sarang tawon.
Menjusul ini, dari luar, ada nerobos masuk
beberapa puluh laskar jang ber sendjalakan panah,
mereka petjah dlrl dalam dua barisan, mereka lari
ke kedua rumah samping itu, keatas mana mereka
lontjat man djat, akan pernakan diri sambil
mendekam, untuk bersembunji hingga didalam
kalangan itu tinggal si kawanan dukun serta kira
duapuluh tauwbak semua berdiri dibelakang
bendera.
Thian Kie mengawasi dengan hati berdebaran, ia
tidak mengerti orang punja maksud, hingga ia tak
tahu, itu ada tanda dari bentjana atau keselamatan.
Segera djuga, di antara tjahaja obor, ada muntjul
lagi serombongan istimewa, jang dimulai oleh dua
tauwbak tinggi-besar. jang membawa masing?
sebuah obor besar. Itu ada rombongan dari monjet
hoei-hoei jang semuanja tinggi dan besar sekali,
seluruh tubuknja berbulu kuning-emas dan lehernja
riap2an, semua berdjalan sambil berdiri sebagai
manusia sadja, lengan mereka jang berbulu
diangkat naik, sebab mereka ada menggotong
sebuah kursi jang dipalang dengan dua batang
bambu besar, jang mereka gotong kedalam. Diatas
kursi itu ada duduk seorang perempuan tua dengan
pakaian mentereng, kulitnja kering.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
720
Sesampainja di bawah bendera, djoli istemewa
itu diputar balik, terus dikasi turun, lantas dua
golongan bambunja, sesudah mana semua monjet,
jang djadi tukang2 gotongnja. pada mendekam di
tanah.
Perempuan tua di atas kursi itu ulur tangannia
jang kurus kering, jang mirip dengun tjakar
burung2, untuk dikibaskan, atas mana semua
monjet lompat berbangkit. Sambil berdjingkrakan,
mereka pergi keluar. Sebagai gantinja, itu dua
puluh tauwbak lantas berbaris di kiri dan kanannja
si perempuan tua. untuk mengiringi atau menanti
titah.
"Itulah dia Kioe-tjoe Kwio Bouw," Yauw Nio bisiki
iapunja kawan.
Thian Kie diam sadja tapi ia terus awasi
perempuan tua itu. Ibu Iblis dari Pit Mo Gay atau
Liok Siauw San.
Tiba2 si perempuan tua menuding keluar, dari
mulutnja keluar suara tertawa jang luar biasa, jang
sangat tak sedap bagi pendengaran, jang bikin
orang bergidik atau bulu pada bangun ...
Suara tertawa itu belum berhenti atau dari luar
masuk pula serombongan besar jang istimewa,
jang kelihatan njata di antara obor, mereka ada
lelaki dan perempuan, djangkung dan kate, djelek
dan bagus romannja. Tapi, jang paling aneh, diPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
721
antara mereka itu ada menjelip beberapa orang
dengan djuba imam, dengan djuba pendeta,
dengan dandanan pak tani. Mereka ini nampaknia
diiringi.
Melihat mereka itu, hatinja Thian Kie gontjang,
berdebaran, dengan tidak merasa lagi, ia keluarkan
seruan tertahan: "Eh. itu toh guruku bersama Phoe
Tjoe Soepeh beramai"
Suara ini belum berhenti alan daun djendela
lauwteng, jang letaknja paling dekat dengan
tempat sembunjinja pemuda dan pemudi itu,
tertolak terbuka, hingga dua anak muda ini djadi
terkejut, hingga mereka tarik tubuh mereka. Dari
djendela itu segera muntjul satu tubuh dengan
kedua tangannja digerak-geraki ke arah mereka.
Thian Kie dan Yauw Nio kembali heran bukan
main. Mereka kenali, orang itu ada Thie Teit Seng,
jang terus geraki tangannja, jang ada suatu tanda
jang mereka tidak dapat tebak artinja.
Thie Tek Seng menundjuk ke pohon tjemara dan
rotan, kedalam lauwteng tempat dia semlmnji. Dia
seperti tidak perdulikan orang mengerti atau tidak,
ia lakukan gerakannja lebih djauh, jalah dengan
selembar rotan, ia mentjelat keluar djendela, dari
mana, ia segera kembali kedjendela.
Baharu sekarang Thian Kie dan Yauw Nio
mengerti, Thie Tek Seng mengasi tanda untukPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
722
gunai ojot. Maka itu, mereka lantas mengawasi
terlebih djauh.
Se&embalinja kedjendela, Thie Tek Seng angkat
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keluar serupa barang besar dan hitam-gelap, jang
diletaki dinauka djendela. diikat kepada rotan.
Baharu sekarang Thian Kie dapat bade orang
punja maksud, ialah dengan gunai ajunan rotan itu,
Thie Tek Seng hendak angkut benda hitam itu, jang
sianak muda belum tahu apa adanja. Meski begitu,
ia lantas bertindak, untuk turuti titahnja Thie Tek
Seng. Ia terus merajap turun disntara ojot rotan,
akan pergi kelempat jang Thie Tek Seng undjuki
dimana ia pernakan diri. Disitu ia djadi berhadap.
Thie Tek Seng tunggu sampai orang sudah siap,
terus ia berseru dengan pelahan:"Sambutilah!"
berbareng dengan mana, benda hitam itu ia dorong
dengan keras, hingga melajamg, terajun sampai
diseberang, hingga Thian Kie, jang ulur kedua
tangannja bisa menjambuti. Baharu sekarang
sianak muda dapat tahu, itu benda adalah tubuhnja
satu orang, jang terikat rapi.
Thie Tek Seng pun berkata pula:"Lekas bawa dia
keatas! Dia ada seorang penting untuk kita! Taruh
ia diatas, sesudah itu. kauorang boleh masuk
kesini. Lekas!"
Thian Kie menurut dengan tidak kata apa2, ia
kempit orang itu, ia melapay naik.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
723
Yauw Nio saksikan itu semua, tak tunggu sampai
diminta pertolongannja, ia menjambuti, akan bantu
sipemuda angkat naik orang tawanan itu, maka
dengan bekerdja berdua, tidak terlalu sukar untuk
mereka naik keatas, dimana tubuh itu diletaki
ditempat jang datar. Kemudian kedunnja, dengan
gunai ojot itu, berajun turun kelauwteng, masuk
didjendela, hingga mereka dapati sebuah kamar
gelap, tidak berlampu
Yauw Nio tahu kamar lauwteng ini, jang memang
tidak adn jang tinggali, karena itu ada kamar
peranti memudja malaikat atau dewanja orang
Biauw, dari itu. ia djadi tidak kuatir suatu apa, terus
ia dan Thian Kie ketemui Thie Tek Seng.
Seperti berbisik, Thie Tek Seng biljara sama itu
dua anak muda, sesudah mana, Yauw Nio adjak
mereka masuk kesebuah kamar samping, jang
djendelanja ditutup. Disini mereka mengintip
keluar. Njata, dari sini, mereka bisa melihat tegas
kelapangan.
Kioe-tjoe Kwie Bouw masih bertjokol diatas
kursinja. Iapunja kepala dibtmgkus dengan pelangi
tersalut emas dan tertabui dengan mutiara pada
seputarnja. hingga tjahajanja djadi terang
bergemerlap. menjinarkan djuga djubanja jang
beraneka-warna. Ditnbuhnja, ia pun pakai segala
matjam barang perhiasan mentereng.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
724
Sekarang tertampak njata muka dari ini wanita
djantan jang telah berusia landjut, alisnja kuning,
matanja merah, bibir doble, hidung melesak,
hingga ia beroman lebih menakuti daripada kunjuk
hoei-hoei itu.
Dikiri dan kanannja Ibu Iblis ini ada berkumpul
iapunja orang2 penting, antaranja kelihatan Lo Sat
Lie dan Hek Bouw Tan dan sisa mati dari Sembilan
Iblis, lainnja ada segala tauwsoe atau kepala
rombongan suku2 Biauw Hanja. sebegitu djauh
jang Yauw Nio lihat, di situ tidak ada Siauw Say
Pouw Bin Seng, si Singa Muda, dan Hoei-thian-ho
Goli Pit Kwee si Rase Terbang.
Ketika itu, Kioe-tjoe Kwie Bouw sedang bitjara
dalam kemurkaan, kedua tangannja ber-gerak2
tjepat, entah apa jang ia utamakan dlhadapan
semua empat telamunja. Sepasang antingemas
jang besar dl kupingnja turut ber-gerak2 sebab
gerakannja iapunja kepala. Anting? itu pun
dipakaikan runtje benang emas.
XXIX
Empat tetamunja Kioe-tjoe Kwie Bouw berdiri
berendeng di depannjn Ibu Iblis ini Tidak ada satuPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
725
di antaranja, jang Yauw Nio kenal. Malah Thian Kie
djuga me lainkan kenal separuhnja. Maka itu, Thie
Tek Seng kasi tahu mereka berdua, siapa adanja
iaorang itu.
Mulai dari kanan, jang pertama, jang tubuhnja
tinggi-besar, jang mukanja merah seperti buah
angtjo, jang didadanja ada berdebar kumis
djenggot ubanan jang pandjang, jang kepalanja
gundul tetapi ada delapan titik-sutjinja, di puudak
siapa ada sendjatanja Hong-pian-san pandjang
tudjuh atau delapan kaki, dengan djuba pendeta
dan sepatu rumput ada hong-thio, pendeta kepala,
dari Tay Kak Sie di Oey Goe Kiap, jalah Boc Tjoe
Siansoe, siapa ada soeheng dari Tian Lam Tay-hiap
Kat Kian Soen atau soepeh dari Ho Thian Kie.
Orang jang kedua pun ada orang sutji, dandan
sebagai lauwto, rambutnja jang pendek teriap
sampai dipundaknja, rambut itu sudah mulai
ubanan, kepalanja d1 libat dengan gelang Djit-goat
Kim-kouw, mukanja lebar dan montok, mala dan
mulutnja besar dan lebar djuga, berewoknja kaku,
djubanja djuba putih sampai dilutut, pinggangnja
dilibat ongkin jang diganduli tjupu2 merah tua,
betisnja dibungkus, sepatung sepatu rumput,
kedua tanganuja menjekal sebatang thie-koay,
atau lungkat besi jang luar-biasa, jeng hitam
mengkilap. Tjoba ia pintjang sebelah, ia miripPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
726
dengan Tiat Koay Lie dari Pat Sian, Delapan Dewa.
Dia adalah Siauw
Lim Tjiang-boen toa-soeheng, murid pertama
jang mengepalai Siauw Lim Pay. jalah Tok Tiang
Tjeng, si Pendeta Tungkat Tunggal.
Orang jang ketiga adalah satu imam jang alim,
jang romannja sehat-walafiat seperti anak ketjil
sadja, atau sebagai dewa, ikat kepalanja ada ikat
kepala Hoa-yangkin. djubanja abu2, sepatunja
sepatu mote, dibebokongnja ada tergendol pedang
sepasang. Ia adalah orang kenamaan dari Boe Tong
Pay jaitu Shiang Tjoe Ong.
Dibawahan ketua dari Boe Tong Pay ini, atau
orang jang ke-empat, ada Thian Lam Tay-hiap jang
namanja menggetarkan suku-suku bangsa Boan,
jang sepak-terdjangnja ada luar biasa selalu. Ia
dandan dengan sengadja sebagai seorang tani jang
tua dan tolol, kepalanja ditutup dengan tudung
butut, tudungnja mendengak kebelakang, hingga
separuh batok kepalanja kelihatan njata. Disebelah
itu ia tapinja ada punja kulit jang halus dan putih
bagaikan saldju, sepasang alisnja ketjil, matanja
ketjil djuga, sedang tampang mukanja senantiasa
bersenjum, berseri2. Ia adalah jang sedang lajani
Kioe-tjoe Kwie Bouw bitjara, ia bawa tingkah
tenang dan djenaka utjapannja sederhana tetapi
bisa membangkitkan orang punja
kemendongkolan. Ini jang menjebabkan si Ibu IblisPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
727
se perti pada berdiri rambutnja, air mukanja
merah-padam, tangannja bergerak2 tak
berhentinja. Kadang2, selagi bitjara, djago dari
Inlam Selatan ini djuga dongak, memandang
kelauwteng.
Sesudah sekarang la ketahui siapa adanja empat
orang itu, Thian Kie hanja heran, kenapa mereka
bukannja terdjang Kioetjoe Kwie Bouw hanja
djusteru berkumpul dengan si Ibu Iblis. Sajang ia
tidak dapat dengar njata apa jang mereka itu
bitjarakan, hingga ia melainkan duga Kat Tay-hiap,
jang mewakilkan pihaknja, lagi kasi nasehat pada
Kioe-tjoe Kwie Bouw, siapa sebaliknja tidak sudi
terima itu dan mendjadi gusar karenanja.
Dengan sebenarnja, Kioe-tjoe Kwie Bouw tidak
makan utjapan.
"Kenapa kau usilan?" begitu ia balik tegor Kat
Tay-hiap. "Kenapa kau binasakan suamiku. Say
ong Pouw Louw? Sekarang kauorang telah masuk
kedalam lembahku, djangan kauorang harap bisa
keluar pula! Menjingkir dari Pit Mo Gay ada sama
sukarnja dengan orang mandjat langit!"
Diachirnja, Tok Tiang Tjeng lelah djadi habis
sabar. Ia madju sambil angkat tungkat tunggnlnja,
untuk menuding.
"Kau memang ada terlalu kepala besar, sama
sekali kau tidak pandang mata pada pihak SiauwPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
728
Lim dan Boe Tong," kata ini ketua dari Siauw Lim
Pay. "Sekarang kitaorang sudah bitjara tjukup,
karena kau tidak dapat dikasi mengerti, baik
kitaorang djangan ngobrol terlebih djauh. Memang
kitaorang datang kemari untuk beladjar kenal
dengan kaupunja boegee jang liehay. Umpama
kata kitaorang mesti menjerah kalah, bukan sadja
kita tidak akan tjampur pula urusan ini, malah djiwa
tua jang tidak berharga dari kita tentulah bakal
terkubur sama2 disini!"
Sebelum pendeta ini tutup mulutnja, Kioe-tjoe
Kwie Bouw sudah mentjelat turun dari kursinja,
gerakannja itu dibarengi sama iapunja suara
tertawa jang aneh dan menjeramkan.
"Ja. aku nanti bikin kauorang mampus supaja
kauorang tunduk betul!" ia berseru sambil,
menuding. "Datangnja kauorang pun ada kebetulan
karena djumlah kauorang ada empat, hingga dia
bisa saksikan bagaimana kauorang satu per satu
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bakal dibikin mampus!"
Perkataan "dia" itu dimaksudkan majatnja Pouw
Louw, jang lagi menghadapi saat pembakaran.
Selagi berkata2 demikian, alisnja Kioe-tjoe Kwie
Bouw berdiri, matanja mendelik, giginja
bertjatrukan, sedang tangannja terus dipakai
menundjuk kearah majatnja iapunja suami.
Iapunja roman djadi bengis luar biasa.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
729
Thian Kie dan Yauw Nio sangka si Ibu Iblis akan
turun tangan, guna tempur Tok Tiang Tieng, tidak
tahunja, dugaan itu meleset.
Ketika Kioe-tjoe Kwie Bouw menuding2 semua
pengiringnja undurkan diri, kemudian ia bertindak
kebendera, berdiri dibelakang, didekat tumpukan
kaju.
Kawanan dukun rupanja mengerti ini matjam
tanda, mereka lantas sadja mulai dengan mereka
punja berdjingkrakan sambil ber-putarseraja
perdengarkan djuga njanjian mereka jang berisik.
Semua laskar tetap berbaris, sikap mereka
seperti atjuh tak atjuh terhadap empat tetamu
mereka, jang semua berdiri diam dengan tenang,
sedang sebenarnja mereka diam2 ada waspada.
Sedangnja dua anak muda itu mengawasi
dengan perhatian sangat ketarik, mendadakan ada
suara membeletok pelahan, jang djatuh dari luar
djendela dan kepapan lauwteng. Itu ada sepotong
batu ketjil, jang Thie Tek Seng djumput sambil
membungkuk, setelah mana, menghampirkan
djendela, si Suling Besi geraki tangannja, akan
menjambit keluar.
Untuk keheranannja kedua anak muda, mereka
lihat Kat Tay-hiap angkat tangan, seperti
menanggapi batu ketjil itu seraja terus manggut
dengan pelahan kearah djendela lauwteng,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
730
perbuatan mana tidak diketahui oleh siapa djuga,
ketjuali itu sepasang anak muda, jang diam2 djadi
sangat kagum.
Terang itu ada tanda dari Thie Tek Seng bahwa
segala apa sudah selesai dan siap.
Dengan diam2, Kat Kian Soen beri tanda pada
tiga kawannja.
Ketika itu, Kioe-tjoe Kwie Bouw telah ambil
lindnkannja terlebih djauh, sambil berdiri dengan
tegak, ia angkat kedua tangannja jang mirip
dengan tjakar ajam, ia hadapkan majatnja Pouw
Louw, dari mulutnja segera terdengar suara seperti
djampean atau sembahjang, ketika ia punja tangan
itu ia gojang, ia mendjerit dengan keras.
Taat pada itu djeritan, semua laskar lantas
berlompat, masing? menghunus sendjatanja, jang
mereka angkat naik, diatjungkan keudara, sambil
mereka djuga turut berpekik, sebagai djuga
mereka lagi kesurupan, kemudian mereka susul
Kioe-tjoe Kwie Bouw lari kebawah bendera.
Kat Kian Soen tahu apa maksudnja itu gerakan,
jalah upatiara menuntut balas dari suku bangsa
Kolo, umpama mereka berhasil membinasakan
musuh, majat musuh akan diletaki dikaki majat Say
Ong untuk dibakar bersama2, dengan begitu,
tertjapailah tuntutan mereka dan mereka akanPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
731
merasa puas, nama mereka harum untuk turun
menurun.
Menampak demikian Tian Lam Tay-hiap diam2
tertawa didalam hatinja, ia terus pasang mata
dengan tenang.
Sehabisnja iapunja aksi itu, Kioe-tjoe Kwie Bouw,
jang pun bersikap tenteram, tjuma dengan matanja
jang tadjam mengawasi kearah musuh, kemudian
kembali pada kursinja, akan duduk pula. Dengan
tidak terdengar njata, ia utjapkan kata2 pada dua
baris orangnja dikiri dan kanannja, sesudah mana
muntjullah masing2 satu orang lelaki dan seorang
perempuan. Djikalau jang perempuan
menghampirkan Kat Kian Soen, jang lelaki, jang
kurus tetapi gesit, terus lari seperti terbang kearah
lauwteng.
Shiang Yauw Nio kenali, orang kurus dan gesit ini
adalah Iblis jang ke-sembilan, jalah Yoe-hoen Pouw
Djie, si Roh Bergelandangan, Iblis jang per-tama2
muntjul di Kokkong-hoe di Koen-beng, untuk
memgatjau. Hanja entah untuk maksud apa, Iblis
ini lari kelauwteng.
Thie Tek Seng, jang lihat orang mendatangi,
lantas kisiki dua anak muda:"Inilah berbahaja,
rupanja orang telah mulai tjuriga. Kauorang
tunggu, djangan bergerak, aku akan pergi untuk
lekeas kembali."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
732
Dan sekedjab sadja, ia undurkan diri, lenjap
ditempat jang gelap. Rupanja ia sudah turun
kebawah tangga. Orang peremuan, jang
menghampirkan Kat Tay-hiap berempat, adalah Lo
Sat Lie, murid atau anak angkatnja Kioe-tjoe Kwie
Bouw jang paling disajang, akan tetapi, Kat Kian
Soen bukan ada orang jang menjambuti bitjara
padanja hanja Shiang Tjoe Ong dari Boe Tong Pay.
Lo Sat Lie ada satu nona gesit dan tjerdik,
romannja pun tjantik, umurnja baharu tudjuh-belas
tahun. Rupanja segala matjam sifat keindahan dari
orang perempuan berkumpul mendjadi satu dalam
dirinja nona ini. Melainkan pada gerakan alis dan
matanja ada tjahaja dari ketjentilan. Ketika ia
berhadapan sama empat tetamu, atau musuhnja
itu, ia tidak lantas membuka mulut, nanja ia berdiri
mengawasi dengan tadjam pada mereka masing2,
dongan bergantian, iapunja sinar mata ada
sewadjarnja sadja. Dan ketika achirnja ia bitjara,
dalam bahasa Han, iapunja suara ada tedas dan
merdu.
"Tjoe-wie telah lihat apa jang dilakukan oleh Loo
thay kita barusan," demikian kalanja, "sebagai
orangjang luas pemandangan dan pengetahuannja,
tjoe-wie nistjaja sudah ketahui, apa maksudnja itu,
dan karena maksud Kedatangan tjoe-wie pun telah
didjelaskan, maka kita baiklah djangan bitjarakan
itu terlebih djauh. Sekarang tjoe-wie telah beradaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
733
didalam kedung naga dan goa harimau. Itu artinja
tjoe-wie sudah berada dalam genggaman tangan
kita, djadi seharusnja, tidak usahlah kitaorang
terlalu banjak gunai tangan dan kaki lagi. Akan
tetapi barusan Loothay dengar tjee-wie bemiat
beladjar kenal dengan boegeo dari Ngo Bie Pay kita,
itu ada pikiran jang dapat disetudjui Loo-thay.
hingga ia pun ingin men-tjoba2 sama achliwaris2
dari Siauw Lim dan Boe Tong Pay. Ketika ini ada
baiknja ini berarti, sekali bergerak dua hasil
didapati berbareng. Pertjobaan sekali ini tak dapat
disamakan dengan pertandingan dikalangan kang
ouw jang umum, djuga tidaklah seorang
berhadapan dengan seorang atau lebih tegas,
barusan Loo-thay kita sudah bersumpah didepan
rohnja Say Ong untuk membalas dendam, dari itu
pihak kita tidak ingin ber-surak2 atau mengepung
beramai-ramai, hanja Loo-thay ingin dia sendirian
sadja melawan tjoe-wie berempat, untuk mentjari
keputusan siapa adalah djagonja.
Tentu sadja tjoe-wie ada merdeka ingin madju
berbareng atau satu per satu sadja bergantian. Ini
hari adalah hari jang memutuskan. Demikian
kehendaknja Loo-thay, jang telah minta aku
sampaikan kepada tjoe-wie, djikalau tjoe-wie
hendak bitjara, silahkan lekas utarakan itu, agar
aku bisa sampaikan kepada Loothay kita."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
734
Utjapan jang terachir ini Losat Lie keluarkan
dengan suara diubah, tekukannja ada tadjam dan
sifatnja mengedjek. Meski begitu, empat tetamu itu
tidak gusar, sebaliknja. empat2nja bersenjum.
Kat Tay-hiap hendak bitjara, apamau Shiang
Tjoe Ong telah dului ia sambil bertindak madju
kepada sl nona, kedua matanja bersinar ketika ia
awasi nona itu.
"Memang kita berempat datang untuk antarkan
djiwa," kala ia sambil tertawa. "Dan kita akan
terima kematian tjara apa djuga! Tjuma, sebelum
pertandingan dimulai, aku hendak bitjara sedikit.
Umpama kedjadian kita, dalam satu atau setengah
djam tidak binasa, scbalikuja Loo-thay kau, karena
kurang hati2, djadi mati tidak dan hidup pun tidak,
bagaimana kesudahannja? Kau harus ketahui, baik
kepalan maupun golok dan pedang, semuanja tidak
mengenal kasihan. Maka nona, hal ini harus
diperhatikan. Sebenar nja, tak usahlah Loo-thay
kau bertjape-hati, sebab kita toh, sebentar lagi,
semua bakal djadi pengisi peti-mati, kita bakal
djadi majat diantara ratjikan banjak golok"
Lo Sal Lie dengar itu, ia djebihkan bibirnja, lantas
dengan tak kata apa2, ia putar tubuhnja.akan
kembali pada ketuanja, jamg duduk tetap sebagai
dato, pada siapa ia bitjara dalam bahasa Ko-lo, jang
ia telah pahamkan sedari ketjil, hingga semua
laskar dengar itu sekedjab sadja, mereka djadi riuh,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
735
mereka pada pale kepalan, seperti mereka hendak
mendahulukan madju menjerang.
Kioe-tjoe Kwie Bouw memandang kelilingan,
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tangannja diangkat, atas mana suara berisik sirap
seketika djuga, maka setelah itu, ia berbangku,
setelah endjot tubuhnja seraja terus terbang
menjamber. Ia lontjat djauhnja dua tumbak,
hingga ia berdiri dimuka empat tetamunja sekali,
mengawasi dengan mata mentjilak, merah
bagaikan mata kutjlng maling, kemudian ia
tertawa, dengan suaranja laksana burung hantu.
Ketika kemudian ia bitjara, ia pakai bahasa Han
jang peleat-peleot, sedang sebelah tangannja jang
kurus dan pandjang ia pakai menuding.
"Selang beberapa hari jang lalu dimulut goaku
ada kedapatan selembar surat tak karuan, itu pasti
ada perbuatan kauorang!" kata ia dengan bengis.
"Didalam surat itu ada ditulis, kauorang berdjumlah
berlima, sekarang kenapa kauorang ada hanja
berempat? Apakah jang satu lagi masih ditinggal di
Bhok Kokkonghoe untuk mendjaga disana? Biariah
dia hidup terlebih lama satu hari, achirnja toh aku
tidak kuatir ia nanti terlolos dari tanganku!" Ia
berhenti dengan tiba2.
Kat Thay-hiap tertawa dingin atas itu teguran.
"Kita memang ada berlima!" mendjawab dengan
sabar "Kitaorang sudah berdjandji akan datang danPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
736
berkumpul disini, tidak nanti kita gagal, karena
djandji kita ada djandji dari kematian, tentang itu
tidak usah kau ambil perduli. Itu satu kawanku
segera bakal sampai"
Kioe-tjoe Kwie Bouw ada berdongkol sekali, air
mukanja berubah dengan tjepat, tetapi, berbareng
dengan Itu, tak dapat ia lenjapkan kesangsiannja.
"Bagus!" dia berseru kemudian. "Baiklah dia
datang, supaja aku tidak usah sia2kan ketika lagi
akan tjari padanja! Kauorang anggap diri sebagai
ketua2 dari Siauw Lim dan Boe Tong Pay, kauorang
djadi berkepala besar, kauorang hendak
mendjagoi, dimana sadja kauorang usil perbuatan
kita kaum kang-ouw. Tetapi sekarang kauorang
datang padaku, kauorang punja njonja besar, itu
namanja tjari mampus sendiri! Apakah kauorang
kira aku tidak tahu bagaimana kauorang mentjoba
masuk setjara diam2? Kauorang tentu tidak puas
djikalau njonja besarmu tidak kasi rasa
keliehayannja kepada kamuorang semua!
Sekarang mari aku anter pulang pada kauorang
berempat terlebih dahulu!"
Habis kata begitu, ia buka iapunja badju luar jang
tertabur emas hingga nampaknja bergemerlapan,
sedang Hek Bouw Tan sudah lantas madju, akan
sambuti badju jang indah dan mahal itu. Maka
sekarang kelihatanlah iapunja dandanan, jang
istimewa. Ia pakai badju merah tangan pendek,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
737
didadanja ada sulaman naga2an emas dengan lima
tjakarnja, lubuhnja naga ditabur batu permata
seluruhnja, hingga tjahajanja berkilau-kilau.
Dibahagian bawah, ia pakai penutup tubuh, tjelana
bukan, sarung pun bukan, paudjangnja sampai
dilutut, bahannja seperti dari kulit, warnanja hitam
mengkilap. Ia pakai sepatu kulit. Iapunja ikat
pinggang pun ada tersulam dan tertabur. Pada ikat
pinggang itu ada tertjantel dua kantong piauw.
Karena tangan badjunja pendek, dilengannja
kelihatan bulunja. Ia sama sekali tidak tjekal
sendjata. Setelah buka badjunja, ia kasi tanda
untuk Hek Bouw Tan dan Lo Sat Lie undurkan diri,
kemudian ia hadapkan pula empat tetamunja.
"Sekarang aku hendak kasi ketika pada
kauorang!" berkata ia dengan njaring. "Diantara
kau orang berempat, tidak perduli siapa-siapa
sadja jang mampu loloskan diri dari tanganku,
anggaplah itu karena kepandaianku belum
sempurna dan ia ada merdeka akan lolos keluar
dari lembah Pit Mo Gay ini, terhadap dia aku tidak
akan turunkan tangan djahat lagi! Demikian
perkataanku, sekarang segera kauorang siap untuk
terima binasa!"
Ia bersenjum menghina, sikapnja sangat
djumawa. Tjoba dia berhadapan sama lain orang,
orang tentu telah naik darah, tidak demikian
dengan empat tetamunja, jang masih sadja tenangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
738
luar biasa, karena mereka semua ada orang2 jang
sudah berpengalaman dan pandai mengendalikan
diri. Hanja mereka pasang mata dan waspada
untuk orang punja gerak2an. Sebab mereka tahu,
mereka berhadapan sama seorang jang sifat atau
romannja. Tiga bahagian manusia, tudjuh bahagian
iblis. Mereka mesti ber-hati2 untuk itu dua buah
tangan pandjang jang berbulu dan kuruskering.
Karena perempuan tua ini pasti sudah
sempurnakan diri dengan ilmu silat "noei" dan
"nge", atau keras dan lemah, hingga dia tak dapat
dipandang ringan.
Di antara empat tetamu itu adalah Boe Tjoe
Siansoe jang rnadju paling dulu, akan tetapi,
baharu ia geraki sendjatanja dan hendak bertindak,
Kat Kian Soen segera tjegah padanja
"Tunggu, soeheng," kata saudara muda ini.
"Kasilah siauwtee jang tjoba terlebih dahulu
kepadanja, untuk ketahui sampai djmana adanja
iapunja kepandaian."
"Saudara Kat, hati2lah untuk tjakarnja itu".
Kat Kian Soen m anggut, ia tekan iapunja topi,
lantas ia bertindak madju. Iapun ada bertangan
kosong. Ia berhenti di depan Kioe-tjoe Kwie Bouw
di djarak tudjuh atau delapan tindak.
"Aku adalah orang pertama jang mengerti djiwa,"
kata ia dengan manis, sambil bersenjum. Ia belumPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
739
tutup mulutnja, atau ia sudah disambut setjara
bengis oleh si perempuan tua.
Dengan tiba2, kedua matanja Kioetjoe Kwie
Bouw djadi terbuka lebar dan bertjahaja tadjam
luar biasa, air mukanja pun turut berubah.
"Orang she Kat, hari ini kau tak akan lolos dari
keadilan!" dia berseru.
Memang Kat Tay-hiap ada orang paling dibentji
oleh "ratu" dari Pit Mo Gay ini, sebab dialah jang
bantu Kokkong-hoe dan telah rusaki segala ichtiar
dari si Ibu Iblis.
Tulang2nja Kioe-tjoe Kwie Bouw perdengarkan
suara ketika ia kumpul tenaganja selagi -ia berseru,
hingga urat2 besarnja pada terbangun, dan tempo
ia geraki kepalanja pelangi pembungkus kepalamja
pun tjopot, hingga rambutnja kelihatan seperti
pada bangun, berdiri Habis itu, ia mulai bertindak,
setiap kakinja ada meninggalkan tapak jang dalam.
Ini pun menandakan iapunja kekuatan di kaki.
Sesuatu musuh sembarangan menghadapi si Ibu
Iblis, bakai djadi djerih semdirinja, tidak demikian
dengan Kat Kian Soen, jang bisa kendalikan diri,
sekalipun di dalam hati, ia terkesiap sedikit melihat
orang punja khlekang jang liehay itu.
Di atas lauwteng, Ho Thian Kie dan Shiang Yauw
Nio ada berhati kedat-kedut, karena biarPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
740
bagaimana, mereka kuatirkan keselamatannja Tian
Lam-hiap. Sedang di sekitar lembah penuh dengan
laskar suku Biauw, jang berdiri ber-lapis2. Berdua
mereka pikirkan, apa dajanja empat orang berilmu
itu.
Kat Kian Soen mundur setindak ketika Kioe-tjoe
Kwie Bouw mendekati ia, nampaknja ia djerih,
sebenarnja, ia hendak sambut kedjumawaan dan
ketangkasan dari musuh. Ia mundur sampai lima
atau enam tindak, ketika si njonja tua terus madju
dengan tindakannja jang tetap.
"Tjelaka" pikir Thian Kie dan Yauw Nio si pemuda
berkuatir, sedang si pemudi tahu liehaynja diapunja
guru atau ibu-angkat.
Se-konjong2 Kioe-tjoe Kwie Bouw berseru :
"Kemana kau hendak pergi?"
Seruan ini dibarengi sama satu gerakan madju
jang pesat seraja kedua tangan digeraki kedepan,
hingga dua tangan itu mirip dengan tjakar besi atau
badja, menjamber kearah dada. Belum lagi tangan
sampai, anginnja sudah menjamber terlebih
dahulu.
Kat Kian Soen kenali Ngo Bie Pay punja serangan
jang berbahaja itu, Ngo-tok Pie-pee-tjhioe atau
Tangan Pie-pee Beratjun Lima jang ada lebih liehay
daripada Tiat-see-tjlang, Tangan Besi, atau Tong
long-djiauw, Tjangkre-PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
741
man Tjentjorang, kalau jang lainnja dimulai
dengan tangan kiri, ilmu ini memakai dua tangan
berbareng. Siapa kena terserang dadanja tentu
berlobang. Kioe-tjoe Kwie Bouw hendak membalas
dendam, segera sadja ia gunai ilmu pukulannja ini.
Segera Kat Kian Soen kumpul iapunja semamgat
Koen-goan It khie-kang, jang ia telah latih kira2
tiga-puluh tahun Iamanja, akan bikin tubuhnja
djadi kuat dan ulet. Ia tidak mau tangkis serangan
itu hanja tjepat laksana kilat, ia geser kakinja dan
egos tubuhnja, ke samping kiri musuh, kapan
serangan musuh lewat ia terus membalas, akan
sabet orang punja iga. Ia gunai tipunja Pek-hoo
Liang-teng, atau Burung Hoo Pentang Sajap.
Kioe-tjoe Kwie Bouw tidak sangka musuh bisa
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berlaku demikian tenang dan sebat, berbareng
merasa heran, ia lekas putar tubuhnja ke kiri,
tangan kirinja ditarik pulang, untuk melindungi
iganja, tangan kanannja dimadjui. untuk
menjerang pula, sekarang dengan sebelah tangan.
Ia tetap gunai Ngo-tok Pie-pee-tjhioe. Sekali ini, ia
arah orang punja pundak.
Kat Kian Soen sudah ambil putusan untuk tidak
adu tenaga, kembali ia mengegos, hanja ini kali,
mulai dari samping, terus ke belakang musuh.
Lagi2 ia undjuk iapunja kegesitan. Dari sini, dengan
tangan kanan, ia menotok orang punja bebokong
bahagian pinggang. Ia telah gunai Kimliong Touw-PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
742
siat. atau Naga Emas Leletkan lidah. Ini pun ada
totokan jang meminta djiwa.
Kioe-tjoe Kwie Bouw benar2 liehay.
"Hm !" ia perdengarkan suara menghina. Ia tidak
lontjat berkelit karena totokan itu. ia malah kasi
badjunja kena ditotok sampai robek, hanja
berbareng sama robeknja iapunja badju,
mendadakan ia putar tubuh dan mentjelat sedikit
sambil kedua tangannja terangkat naik, untuk
dikasi turun ke arah batok kepala.
Kat Kian Soen lontjat mundur, akan loloskan diri
dari hadjaran itu. Sedjak itu, ia terus gunai iapunja
kegesitan atau keentengan tubuh, akan lajani
lawan jang liehay ini, pukulan siapa sesuatunja ada
pukulan dari kematian.
Sampai disitu, pertempuran ada seru terus. Kioe
tjoe Kwie Bouw ada pihak pendesak, tapi djuga Kat
Kian Soen, sembari didesak, sembari membalas
dengan tak kurang berbahajanja Tian Lam Tay-hiap
berlaku tenang tapi gesit, ia sanggup lajani orang
punja kesehatan. Maka itu, mereka seperti sedang
putarkan.
"Iblis ini benar2 liehay," pikir Kat Kian Soen, jang
sukar mentjari lowongan diantara tubuh musuh.
Sebaliknja ia tahu, asal ia meleng atau berlambat
sedikit, ia bisa rubuh sebagai mangsa. Karena itu ia
pun ber-sungguh2. Ia gunai Thian-sian Seng-kong-PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
743
koen, jang gabungi kekerasan dan kelemasan,
untuk timpali Ngo-tok Piepee-tjhioe.
Kioe-tjoe Kwie Bouw tertawa menjindir kapan ia
dapatkan perubahan tjara bersilat dari musuh ia
terus empos semangatnja, ia terus mendesak.
Hingga mereka djadi berimbang dan sebanding.
Belasan djurus telah dikasi lewat, dua2nja
nampaknja sebagai bergulung saking rapatnja
desakan mereka masing2.
Thian Kie dan Yauw Nio menonton dengan mata
mereka ampir berkunangan, hati mereka pun
gontjang karena mereka kuatirkan Tian Lam Tay
hiap nanti keteter. Sebab itu adalah berbahaja dan
sangat menguntungi Kioetjoe Kwie Bouw.
Keadaan jang seimbang menjebabkan Kioe-tjoe
Kwie Bouw penasaran, mendadakan, diantara
seruannja jang seram, ia mentjelat mundur,
djauhnja ampir dua tumbak, sembari lontjat, ia pun
teriaki orangnja : "Tumbak mari!" atas mana, suara
djawaban terdengar dari bawah bendera, dari mana
muntjul dua tauwbak jang membawa sepotong
tumbak Aptjwie Thian-kong-tjhio, jang mereka
pikul di pundak mereka. Tumbak itu pandjang
ampir dua tumbak, maka bisa dimengerti beratnja.
Kelihatannja Kioe-tjoe Kwie Bouw tidak puas
jang dua orangnja itu lambat gerakannja, untuk
menjambuti sendjatanja itu, ia lontjatPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
744
menghampirkan, tangannja terus menjamber.
Njata ia telah pakai tenaganja, sebab tempo ia
angkat itu tumbak, dua orangnja kena terdorong,
sampai mereka sempojongan dan terdjungkel. Tapi
si Ibu Iblis tak perhatikan dua orangnja itu, ia hanja
madju kepada Kat Kian Soen.
Di mana dengan Ngo-tok Piepee-tjhioe ia tak
berhasil, dalam penasarannja, dalam sengitnja,
ratu dari Pit Mo Gay hendak gunai sendjata ltdjam
dan iapunja tambak ini ada salah satu gegamannja
jang liehay.
Kat Kian Soen mengerti jang orang ada
penasaran, ia tidak takut, sekalipun benar, sesudah
berkelahi sekian lama, ia merasa mulai letih, dari
batok kepalanja pun ia merasakan hawa
menghembus, tanda keringat mulai keluar. Ia lihat
orang gunai tumbak, ia siap akan melawan dengan
tangan kosong.
Dalam itu saat jang genting, dari belakang, Kat
Kian Soen dengar orang panggil ia, katanja :
"Soetee, silahkan beristirahat, nanti saudaramu
jang lajani dia!"
Itu ada suaranja Boe Tjoe Siansoe, siapa sudah
lantas bertindak madju dengan Hong-pian-san di
tangannja.
Kat Kian Soen bersenjum melihat soeheng itu
hendak tjoba kepandaiannja. Ia pertjaja kanda imiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
745
sanggup bikin perlawanan, karena meskipun sudah
berusia landjut. Boe Tjoe pandai ilmu Tong-tjoe
kang dan sendjatanja itu bukan sendjata biasa.
"Baik, soeheng," kata ia. "asal kau ber-hati2!" Ia
manggut, lalu ia undurkan diri.
Boe Tjoe Siansoe madju sambil tertawa, tetapi
iapunja madju ini menjebabkan Kioe-tjoe Kwie
Bouw tertjengang dan ketjewa, dari ketjewa, si Ibu
Iblis djadi mendongkol.
"Aku kenal kau!" berteriak Kioe-tjoe Kwie Bouw
sambil menuding matanja mendelik, giginja ia telah
kertak. "Aku dengar kau ada Boe Tjoe, hong-thio
dari Tay Kak Sie di Oey Goe Kiap. Di Bhok Kong
hoe kaulah jang malang-melintang bagus, kau ada
musuhku, maka djangan kau harap kau nanti bisa
lolos dari sini! Tjuma sekarang belum datang giliran
kau, baik kau suruh si orang she Kat jang terus
lajani aku djikalau malam ini aku tidak mampu bikin
orang she Kat itu mampus didepan djenazah
suamiku, aku sumpah tak mau jadi manusia!"
Boe Tjoe Siansoe bersikap sabar, ia tertawa
sambil urut kimis dan djenggotnja jang pandjang.
"Kau terkebur!" ia kata. "Sudah setengah harian
kau lawan si orang she Kat, dia masih sadja hidup
segar-bugar Aku lihat, kau tidak punja daja untuk
bikin mampus si orang she Kat itu, maka itu, ia
ditukar dengan aku, si pendeta tua. Aku sudah tuaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
746
dan tenagaku berkurang, aku akan ada terlebih
gampang dibinasakan daripada si orang she Kat itu.
Laginja, di antara kita berempat, siapa sadja
mampus duluan, sama sadja, maka kenapa kau
mesti pilih siapa mesti terlebih dahulu? Asal kau
ada punja kepandaian menikam mampus padaku
sekali sadja, mustahil si orang she Kat nanti mampu
lolos dari tanganmu?"
Kioe-tjoe Kwie Bouw murka bukan kepalang,
tanpa apa2 lagi, ia geraki tumbaknja, diputar
dengan hebat, tjahajanja berkilauan, suara
anginnja men-deru , melihat mana Boe Tjoe
Rajawali Emas 14 Tapak Asmara Pendekar Rajawali Sakti 115 Pusaka Pendekar Hina Kelana 23 Satria Pedang
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama