Ceritasilat Novel Online

Ancaman Bencana Di Perbatasan 8

Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T Bagian 8

sarangnja, guna balaskan sakit hatinja semua

orang kita! Dan kau, Kim Touwsoe, bagaimana

dengan orang2mu sendiri? Apa mereka termasuk

dalam ini tjatatan?"

"Dari pihakku tjuma dua anggauta terluka

enteng, tidak ada artinja," sahut Touwsoe itu

sambil mendjurah. "Nama mereka tidak termasuk

dalam tjatatan itu. Hanja dua tauwbak, jang boleh

diandali, telah tewas djiwanja. Mulanja dua

tauwbak itu kena ditjulik pendjahat, lantas mereka

dibawa ke istana di mana mereka kedapatan binasa

setjara hebat"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

581

Belum lagi Klm Touwsoe tutup mulutnja, atau

Liong Touwsoe mendadakan lontjat bangun, ia

berdjingkrak, kedua matanja dibuka lebar,

sepasang alisnja berdiri. romannja ada sangat

gusar, karena ia sampai melupai di dalam kamar itu

ada orang lagi sakit dan tidur. Ia djambret

tangannja Kim Touwsoe seraja berkata dengan

njaring.

"Aku tak mengerti perkataan kau?" demikian

seruannja "Kalau tadinja ada tauwbak jang ditjulik

pendjahat kenapa ketika aku pulang ke tangsi,

tidak ada orang jang sebut-sebut, dan sekarang

tahu2 mereka telah terbinasa di depan istana ini?

Bagaimana itu sebenarnja? Lekas kau kasi

keterangan!"

Bukan tjuma touwsoe ini, djuga jang lain2,

berikut Bhok Kongya sendiri, ada tidak mengerti,

maka semua mata sudah lantas ditudjukan kepada

Klm Touwsoe.

Air mukanja Kim Tjie Peng djadi sangat guram,

satu tanda ia ada sangat berduka. Ia memandang

In Hay Tjhang-liong sebelumnja ia menjahati.

"Dua tauwbak itu," kemudian ia menjahut,

"adalah itu dua tauwbak jang berangkat bersama
sama Thio Tjongsoe Thio Kiat muridnja Tjoh

Loosoehoe. Terang, selagi mereka pergi bikin

penjelidikam, rahasia mereka terbuka, merekaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

582

sudah ditawan orang djahat, tetapi karena

pendjahat ada kedjam, mereka telah dibawa ke

mari, buat djalankan akal diaorang itu, jalah

mereka dimadjukan di muka, didjadikan tameng

akan tangkis serangan panah. Hal ini dapat

diketahui, karena tangan dan kaki mereka telah

dibelenggu, dan mulut mereka disumpel bidji moa
hek-toh, hingga mereka tidak mampu berkutik atau

bersuara, hingga hidup2 mereka binasa di bawah

hudjan anak panah"

Air mukanja Siangkoan Hiok mendjadi putjat

sebelumnja Kim Touwsoe bitjara habis, ia tak

tertahan akan tidak keluarkan djeritan "Ajo!" akan

kemudian ia mengeluh: "Tentulah, djuga Thio Kiat

jang harus dikasihani telah turut habis njawanja"

Habis mengeluh demikian, djago tua ini

berlompat bangun, akan lari ke pintu, akan tetapi

berbareng dengan itu, moeilie tersingkap, diantara

satu djeritan tertahan, satu tubuh rubuh ke dalam,

hingga orang djadi heran, apapula akan segera

kenali, itu ada tubuhnja Ang-hay-djie Tjoh Koen,

siapa disusul oleh Djiekongtjoe Bhok Thian Lan.

Hanja, selagi orang bingung, djiekongtjoe sudah

lantas pondong bangun tubuhnja iapunja saudara

seperguruan itu.

Tjoh Koen pun lontjat bangun, akan terus tubruk

dan peluk In Ilay Tjhong-liong.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

583

"Pehhoe!" berkata ia, sambil menangis, "pehlioe,

bagaimana? Siauwtit telah dengar semua! Rupa
rupanja Thio Soeko djuga telah tak berada lagi

didalam dunia..." Siangkoan Hiok berdiam dengan

tertjengang.

Bhok Kongya ada bingung, ia sampai buat main

iapunja kedua tangan sadja.

Tapi Liong Touwsoe ada gusar, giginja sampai

bertjatrukan.

Boe Tjoe Siansoe, jang sabar, memudji beberapa

kali, "Ohmie too-hoed"

Kim Tjie Peug samperi Tjoh Koen, dengan

gerakan tangan, dengan kedipan mata dan

pelengoskan mulut, ia memberi tanda ke arah

kamar sebelah, lalu dengan peiahan, ia kata:

"Tubuhnja Thio Tjongsoe pun sudah diurus di kamar

depan sana. Dengan sebenarnja, ia telah mon

dapat beutjana bersama-sama kedua tauwbak.

karena bertiga mereka sudah djadi kurbannja anak

panah... Tapi ini malapetaka tak boleh

diberitahukan kepada Tjoh Loosoehoe, djikalau

tidak, ia pasti bakal djadi sangat gusar, tentu

kegusaran itu akan membahajai iapunja luka"

Boe Tjoe Siansoe lantas berbangkit,

meughampirkan In Hay Tjhong-liong.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

584

"Loo-lan-wat, apa jang si Peng bilang aua benar,"

ia kata pada itu djago tua. "Ini adalah jang dibilang

takdir. Siapa sudah meninggal dunia, dia tidak

bakal hidup pula Pada ini pintjeng dan pintjeng

empunja Kat Soetee ada turut bertanggung
djawab. Menurut rentjananja Kat Soetee,. ia

hendak datang ke mari pada^ djam tiga, untuk

berikan bantuannja, apamau, takdir tak bisa

dilawan. Di luar dugaan, Thie Tek Seng telah kirim

wakilnja malam2, memberitahukan bahwa pada Ho

Thian Kie di Sam-hiangi tjee, Wie-mo, sudah

terdjadi onar dan Thie Tck Seng seorang diri tidak

dapat menolong, maka ild, dia minta pintjeng dan

Kat Soetee segera berangkat untuk memi berikan

pertolongan. Di sini, saat jang berbahaja sudah ada

di depan mata, wartanja Thie Tek Seng itu ada

menjukarkan kita, maka setelah bersangsi sekian

lama, kita ambil putusan, kita akan datang ke mari

dahulu, untuk melihat keadaan, umpama disinl

serbuan pendjahat bisa dipertahankan, kita mau

berangkat ke Sam hiang-tjee. Itu adalah kedjadian

jnng melambatkan kita, karena ketika achir
achirnja kita sampai di sini, pendjahat sudah

menjerbu, malah mereka telah berhasil merangsek

ke dalam. Antjamau bahaja sjukur bisa dirintangi

oleh Tjoh Loosoehoe, karena seorang diri, ia pegat

kepala pendjahat, hingga Say-ong Pouw Louw jang

kedjam tak dapat turun tangan sendiri, hingga

pintjeng bisa membantu sedikit untuk bikin redahPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

585

keadaan. Tjoba tidak ada rintangan dari Tjoh

Loosoehoe, entah dapat dibajangkan, apa jang

bakal terdjadi di sini karena kelambatan

kedatangannja kita berduaHarus diterangkan,

seumur hidup kita, pintjeng dan Tjoh Loosoehoe

belum pernah kenal satu pada lain, walaupun

demikian, pintjeng bisa duga apa jang Tjoli

Loosoehoe pikir. Ia tentu mengerti antjaman

bahaja, ia insjaf bahwa ia sendiri bukan tandingan

musuh, tetapi untuk membalas budi dan

penghargaan Kongya atas dirinja, ia bersedia akan

berkurban. Begitulah, sendirian ia madju ke depan,

ia pegat kepala pendjahat menjerbu ke dalam,

sendirian ia lawan pendjahat jang liehay itu, dan ia

berhasil mentjegah malapetaka terlebih hebat

Pintjeng harus kagumi Tjoh Loosoehoe buat iapunja

keberanian dan 'kesetiaan. Pasti Tjoh Loosoehoe

menjangka kita bakal datang, siapa tahu, kita

terlambat, maka kedjadiannja, ia mesti bertempur

mati-matian dengan musuhnja jang liehay itu,

sampai ia terluka, sampai istana mendapat

kerusakan hebat. Oleh karena ini, maiu pintjeng

akan bertemu sama Tjoh Loosoehoe"

Boe Tjoe Siansoe telah tolong beber isi-perut dari

Tjoh Kham Tjioe, hingga karenanja, baik Bhok

Kokkong, maupun Liong Tjiangkoen, mereka djadi

turut sangat kagumi Kouw Bak Giamlo, untuk dia

ini punja kedjudjuran dan kegagahan, hinggaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

586

mereka insjaf. apabila tidak ada orang she Tjoh itu,

benaristana ada terantjam bahaja kemusnaan.

Siangkoan Iliok sebenarnja ada sedikit merasa

tidak puas karena lambatnja datang pertolongan,

sampai sahabatnja mendapat luka, tapi sekarang,

setelah mendengar Boe Tjoe Siansoe, ia pun

mengerti bahwa orang .benarhendak membantu

hanja halangan menjebabkan bantuan terlambat.

Tjoh Koen telah berpikir beberapa kali, untuk

tengok majatnja iapunja soeko Thio Kiat, ia berniat

adjak Siangkoan Hiok, akan tetapi karena iapunja

ajah sendiri masih "tidur njenjak", tak perduli

barusan orang telah bikin banjak berisik, terpaksa

ia pertahankan bati maka ia diam sadja.

Djuga In Hay Tjhong-liong ada berpikir seperti

anak muda ini, akan tetapi, ia pun bisa sabarkan

diri.

Tapi orang boleh tak usah menantikan terlebih

lama pula. Tidak lama dari itu, Bhok Tjiong dan

Bhok Yok datang, akan dengan seperti berbisik

memberitahukan orang banjak bahwa "Tjoh

Loosoehoe sudah mendusin."

Mendengar itu, lupa akan Boe Tjoe Siansoe, jang

harus ditemankan, Bhok Kongya sudah lantas

berbangkit, tetapi pada kedua pelujannja, ia masih

ingat akan pesan: "Lekas sediakan som-thung

untuk Tjoh Loosoehoe!"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

587
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kedua pelajan itu djawab ini orang agung.

Segera djuga Bhok Kongya bertindak ke

kamarnja Tjoh Kham Tjioe. ia diturut oleh Liong

Tjlangkoen, sedang Tjoh Kocn dan Bhok Thian Lan,

keduanja telah mendahului In Hay Tjhongliong

menjusul sambil ia bersama Kim Tjie Peng kawani

Boe Tjoe Siansoe.

Di dalam kamar, duduk di atas pembaringan, ada

Kouw Bak Gram-Io Tjoh Kham Tjioe, jang kepalanja

bahagian muka masih dibalut dengan kain putih,

kain mana telah rembas dengan darah. Apa jang

bisa terlihat adalah iapunja djidat atas dan hiduug

dan mulut. Iapunja kulit masih putjat. Ia dengar

suara tindakan kaki, ia rupanja bisa duga siapa jang

datang. maka ia geraki tubuhnja, berniat akan

turun dari pembaringan. Tapi:

"Djangan, djangan!" Bhok Kongya mentjegah

seraja ia memburu, akan tjekal lengannja orang

gagah itu. "Oh, Loosoehoe, bagaimana kau telah

berkurban untuk keluargaku! Bagaimana poen-tjiak

nanti bisa balas kaupunja budi jang sangat besar?

Poen-tjiak doakan kepada Thian. mudah-mudahan

kau dilindungi dan nanti lekas sembuh, agar itu bisa

dipakai mengentengi kedosaanku.. Poen-tjiak

menjesal jang Loosoehoe mesti bersendirian sadja

melajani musuh, ketjewa jang di sini ada banjak

pahlawan tetapi tidak ada di antaranja jang datang

membantu tjoba tidak, tidak nanti LoosoehoePIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

588

mendapat lukamu ini.. Loosoehoe, bagaimana

sekarang kau merasa? Sebenarnja Loosoehoe

dapat luka dibagian mana? Tapi.. Loosoehoe a

sebenarnja mesti beristirahat, baik kau djangan

omong banjak. nanti sadja, setelah kau sembuh.

kitaorang bitjara terlebih djauh..."

Kouw Bak Giam-lo punja tubuh bergerak sedikit,

ia mengelah napas.

"Kongya," berkata ia dengan pelahan, "meskipun

sekarang pendjahat mestinja telah kabur, tetapi

istana telah dibikin katjauI balau, maka djusteru ini

waktu sudah djauh malam, buat apa Kongya

datang sendiri ke mari? Aku telah terima Kongya

punja kebaikan, untuk itu. biar tubuhj ku hantjur
lebur, aku mesti membalasnja. Kongya, selama aku

mendjadi hamba polisi, senantiasa hamba

bermusuh dengan orang2 djahat, dalam

kewadjiban itu, entah berapa banjak pendjahat

jang aku telah kena binasakan. sedang selama itu,

aku sering' menjamar sebagai seorang buta untuk

selidiki musuh, hingga karenanja, aku telah dapat

djulukanku Kouw Bak Giam-lo. Gelaran itu tidak

pantasnja diterima olehku, maka ini malam,

pendjahat telah setang aku djusteru pada kedua

bidji mataku... Inilah rupanja ada apa jang

dinamakan pembalasan Masih sjukur untukku,

dalam keadaanku jang sangat berbahaja itu. Kat

Tayhiap telah datang dengan pertolongannja jangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

589

berharga dan ia telah bawa aku ke Siauw-hong-lay,

malah ia pun telah bagikan obat padaku, untuk

menolong djiwaku. Hanja selama itu, aku telah

keluarkan darah terlalu banjak, barangkali ada

sukar untuk aku dapatkan pulang kesehatanku

sebagaimana biasa. Aku pun bersjukur, meskipun

Say-ong Pouw Louw bisa lukai aku. aku sebaliknja

telah bisa hadjar padanja, hingga aku pertjaja,

tidak sampai lewat tiga hari, ia bakal hilang

djiwanja karena luka2nja itu, hingga selandjutnja

tersingkirlah satu manusia sangat djahat.

Lenjapnja pendjahat itu berarti keberuntungannja

penduduk Inlam! Kongya, aku pun puas, sekalipun

musuh datang setjara besar-besaran, dengan

rcntjauanja jang sempurna, tetapi ia sudah tidak

berhasil dengan penjerbuannja, maka karenanja,

kendati djuga aku mesti binasa, aku senang, aku

tak penasaran..."

Berkata sampai di situ, uapasnja djago tua itu

lantas memburu, satu tanda jang ia telah bitjara

terlalu banjak.

Itu waktu, Tjoh Koen dan Thian Lan lompat ke

depan pembaringan, jang satu memanggil ajab,

jang lain, guru, kemudian keduanja menangis

tersedu-sedu.

Siangkoan Hiok punja air mata berlinang-linang,

dengan keras ia pegangi tangan sahabatnja itu. IaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

590

merasa tangan sahabatnja bergemetar, tanda

bahwa sahabat itu sangat bersedih.

"Lauwko, djangan bersusah hati," kemudian

Kouw Bak Giamlo kata. "Djiwa manusia ada di

tangan Thian. Upama aku tidak beruntung,

tolonglah kau tilik si Koen"

Tjoh Koen mendjerit mendengar perkataan

ajahnja itu.

"Eh, Koen, kaupunja Thio Soeko sudah kembali

atau belum?" Tjoh Kham Tjioe tanja puteranja.

"Thio Soeko sudah!" sahut Tjoh Kpen, perkataan

siapa tertahan karena Siangkoan Hiok tolak

lubuhnja.

"Sudah pulang!" In Hay Tjhong liong sambuti itu

anak."Ia sekarang ada di depan, lagi bantui

Toakongtjoe benahkan segala apa. Kalau lauwtee

perlu ia boleh dipanggil"

"Tidak usah," sabut Kouw Bak Giam-lo. "Bagus

jang ia sudah pulang, aku tadinja berkuatir sangat

untuk keselamatannja"

"Ia tidak kurang suatu apa," sahut Liong

Touwsoe dan Kim Tjie Peng hampir berbareng.

"Sekarang ini, Boe Tjoe Loosiansoe pun ada di sini,

karena Kongya minta ia djangan berangkat dahulu.

Ia mau tengok kau, Loosoehoe"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

591

Mendengar itu, Kouw Bak GLam-lo agaknja djadi

bersemangat. Ia angkat kedua tangannja.

"Maaf, Loosoehoe," berkata ia, "karena aku tak

bisa melihat dan tubuhku lemah, aku tak bisa

berbangkit untuk hundjuk hormatku. Aku ada

sangat bersjukur jang Loosiansoe sudah sudi

datang membantu kami, budi ini aku tak nanti bisa

lupai. Aku harap Loosiansoe sudi membantu lebih

djauh kepada kami."

"Djangan mengutjap demikian, Tjoh Loosoehoe,"

berkata pendeta itu. "Sudah lama aku dengar nama

kau jang aku kagumi. Kita toh ada sama2 orang

kang-ouw. Maka pintjeng harap Loosoehoe djangan

seedjie. Orang jang baik akan dapat berkahnja

Thian. Harap Loosoehoe rawat dirimu baik-baik."

"Terima kasih. Loosiansoe," kata Tjoh Kham Tjioe

pula.

Ketika itu Bhok Tjiong dan Bhok Yok datang

dengan semangkok som-thung, jang kental, Bhok

Kongya sambuti itu, untuk ia sendiri jang suguhkan

pada Kouw Bak Giam-Lo.

Djago tua ini punja napas ada sedikit memburu,

ia agaknja mulai letih, maka itu, somthung itu ada

baiknja untuk ia. Ia minum sambil menghaturkan

terima kasih, habis itu, tidak berselang lama, ia

telah djadi segar pula, hingga ia bisa menutur

tentang ujalannja pertempuran ? pertempuranPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

592

mati-hidup ? di antara ia dan Say-ong Pouw Louw,

si kepala pendjahat.

XXV

Di saat pertama kawanan pendjahat berikan

mereka punja tanda api di tiga pendjuru, Kouw Bak

Giam-lo telah dapat lihat itu, ia pun lihat Siangkoam

Hiok segera pergi ke sebelah kanan, maka ia sendiri

lantas menudju ke sebelah kiri. Di sini ia saksikan

kawanan pendjahat sajap kiri telah gunai beberapa

serdadu ronda Kokkonghoe sebagai tameng,

sehingga nampak demikian, ia djadi tjuriga.

"Djangan kena tertipu musuh !" ia berteriak

sambil madju mendekati. "Lepas panah!" ia terus

memberi perintah.

Selagi Kouw Bak Giam-lo perhatikan musuh di

kiri itu, tiba2 ia dengar suara tertawa menjindir

djauh di sebelah belakangnja, maka gesit sekali, ia

putar tubuh.

Tinggi di udjung genteng, ia tampak satu tubuh

djangkung dan besar, orangnja berewokan,

pakaian malamnja warna abu2.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

593

Itulah Say-ong Pouw Louw, si Radja Singa, jang

pimpin penjerangan itu. Pendjahat liehay ini telah

menilik ke kiri dan kanan, pada Hong Lioe Kwie dan

Boe Siang Kwie, kemudian ia madju lebih djauh.

Dengan iapunja kepandaian lontjat tinggi dan lari

tjepat di atas genteng, ia bisa malang-melintang.

Dan ia hendak menjerbu ke dalam, akan turun

tangan terhadap bakal mangsanja, ketika dengan

tiba2, ia tampak muntjulnja Kouw Bak Giam lo,

jang sedang mengasi perintah pada barisan tukang

panah. Ia sama sekali tidak djierih sekalipun ia tahu

jang ia lagi hadapi Kokkong-hoe punja pahlawan

paling tangguh. Ia malah perdengarkan suara

tertawanja menjindir, untuk mendjengeki...

Djaraknja antara kedua pihak ada dua tumbak

kurang-lebih.

"He, tua-bangka she Tjoh!" demikian membentak

kepala penjdjahat itu jang njalinja besar luar biasa.

"Bukankah kau ketahui dengan baik bahwa antara
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

poen touwsoe dan Keluarga Bhok ada permusuhan

besar, untuk mana kita tak bisa hidup sama2 dalam

dunia ini?" ia sengadja bahasakan dirinja "poen
touwsoe" ? "Bukankah kau mirip dengan api

kunang kunang? Bukankah dej ngan sepak
terdjangmu ini, kau bagaikan menerdjang api,

untuk membakar diri sendiri? Poen1 touwsoe tak

berselisih, tak bermu' suh dengan kau, aku suka

bukai djalan hidup bagimu, siapa tahu, kauPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

594

sebaliknja sudah bosan hidup! Kenapa, tidak

keruan, kau hendak djual djiwa tuamu kepada

Keluarga Bhok ini? Nah, machluk bangkotan mau

mampus, pergi kau pulang ke rumah nenek
mojangmu!"

Sambil berteriak demikian, dengan tubuh diam

laksana patung, Say Ong geraki iapunja tangan

kanan, maka dari tempat djauhnja kira2 dua

tumbak itu, tiga sinar terang berkeredepan lantas

menjamber ke arah Kouw Bak Giam-lo. Tiga buah

sendjata rahasia itu menjamber ke tiga djurusan,

atas, bawah dan tengah.

Kouw Bak Giam-lo lihat orang telah gunai tangan

djahat. Itu ada serangan Honghong Samtiam-tauw,

atau "Burung hong manggut tiga kali". Sendjata

rahasia itu ada djarum mirip dengan djarum Bwee
hoa-tjiam. Ia tidak mau menangkis, ia hanja

berkelit. Ia tidak egos tubuh banja endjot kedua

kakinja, untuk mentjelat ke atas, akan madju,

hingga selagi tiga batang djarum lewati, sasaran,

tubuhnja djadi datang terlebih dekat pada musuh,

terpisah tjuma dengan satu tjim-tjhee.

"Tua-bangka!" Say Ong membentak pula,

"rupanja kau belum puas kalau kau belum sampai

di sungai Hong Hoo! Ini berarti kau tjari mampusmu

sendiri! Tuabangka, poen-touwsoe akan iringi

kehendakmu! Mari, mari, mari, ke tempat jang

lebar! Asal kau ada punja boegee liehay, hingga kauPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

595

bisa bikin aku tunduk, aku nanti adjak anak2ku

segera angkat kaki dari sini! Aku pun akan bikin

habis permusuhan dengan Keluarga Bhok! Tua
bangka, apakah kau berani?"

Kouw Bak Giam-lo tidak djerih sekalipun ia tahu,

musuh ada sangat liehay. Tantangan musuh djuga

ada mentjotjoki iapunja pengharapan. Ia memang

ingin lekas2 si Radja Singa djauhkan diri dari istana

itu. Maka ia mendjawab dengan tjepat.

"Baiklah!" djawab ia. "Kata-'nja satu taytianghoe

ada bagaikan tjat putih! ? Silahkan, loohoe nanti

iringi kau!"

Say-ong Pouw Louw perdengarkan suara dari

hidung, ia puas tetapi ia menghina pula, kemudian

ia putar tubuhnja ke kanan, kapan ia geraki kedua

kakinja. tjepat luar biasa, ia telah berlalu dari situ.

Ia tidak menerbitkan suara di genteng, hanja suara

angin. Sebentar sadja, ia telah berada djauh lima

atau enam kaki.

Tjoh Kham Tjioe mangguts, diam2 ia kagumi

orang punja kegesitan. Tapi ia pun tidak mau

berajal, maka ia keluarkan iapunja kepandaian

lontjat atau lari "Tjeng-kang Tee-tjiong-soet", akan

susul musuh itu.

Say Ong menudju ke tembok kanan, kapan ia

telah indjak tembok pekarangan, ia menoleh kePIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

596

belakang dan tangansnja menggape, setelah mana,

tubuhnja lontjat turun ke sebelah luar.

Kouw Bak Giam-lo kenali, itu ada tempat di mana

dahulu ia kedjar I-Iek Bouw Tan dan bertemu sama

Siangkoan Hiok, sahabatnja.

Sesampainja di bawah, Pouw Louw masih berlari
lari terus. Ia menudju ke udjung di mana ada

banjak pepohonan jang lebat, kemudian, dengan

membelakangi rimba itu, ia berdiri menantikan.

Selagi Kouw Bak Giam-lo berniat

menghampirkan, ia lihat di sebelah depan ia ada

suatu apa jang hitam bergelumbuk, karena sinar

rembulan kealingan tembok tinggi, ia sukar untuk

melihat njata, dari itu, ia menjangka pada musuh

jang bersembunji. Ia lekas mendjumput batu dan

menimpuk, dengan keras, tapi ia tidak dengar

suatu apa, maka saking penasaran, ia lontjat

mendekati. Setelah datang dekat ia djadt terkedjut.

Itulah ada beberapa majat, jang saling-susun, jang

tubuhnja telandjang semua! Djadi itu adalah

orang2nja Kokkonghoe. jang djadi kurbannja

pcndjahat ? mereka dibinasakan, pakaian mereka

dirampas, untuk dipakai menjamar! Inilah

rombongan pendjahat, jang bisa akali In Hay

Tjhong-liong!PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

597

"Sungguh kedjam!" pikir djago tua ini, jang

hatinja djadi panas. Ia kertak gigi. Ia lontjat

mendekati musuh.

"Perbuatan kauorang menghina Thian!" ia

berseru sambil menuding. "Kauorang tak dapat

diterima oleh wet Tuhan!"

Tapi Say Ong sambut itu dengan tertawa

terbahak-bahak.

"Aku tidak sangka hatimu ada begini sutji
murni!" si Radja Singa berkata dengan sikapnja

jang menghina. "Kau ? tukang tjelakai djiwanja

orang2 Kang-ouw! Kau ? kepala polisi Soe-tjoan

jang didjuluki Kouw Bak Giam-lo! Inilah aneh! ?

Tapi," ia segera menambahkan, "djangan kau

banjak omong lagi, mari kau terima binasa!"

Kouw Bak Giam-lo madju sambil melihat ke kiri

dan kanan. Ia telah berada di bilangan dari 'kuil

keluarga. Itu ada suatu tempat jang sunji. Say Ong

berdiri menantikan di tempat jang paling

lega. Pendjahat ini, dengan tubuh! tinggi-besar

dan roman bengis nampaknja ada angker sekali.

Dia ada punja djidat djantuk dan hidung

melengkung. Dibebokongnja ada njelip suatu

bungkusan pandjang djuga. rupanja itu ada

sendjata tadjam. Dipinggangnja ada tergantung

satu kantong piauw terbuat dani kulit, rupanja

disitu ia simpan djarumnja jang liehay.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

598

Oleh karena iapunja maksud utama ada untuk

tjegah kepala pendjahat itu mengatjau di dalami

istana, biarnja ia sangat gusar, Kouw Bak Giam-lo

bisa kendalikan diri, maka di lain saat, ia djadi

sabar pula. Ia sekarang ingat jang ia mesti menang

tempo, untuk mana, ia mesti bikin musuh ini

"terlibat" olehnja. Di lain pihak. ia harapi benar2

bantuannja rombongan dari Kat Tay-hiap.

Dengan pikiran, "Aku mesti ajal-ajalan," Kouw

Bak Giam-lo hadapkan musuhnja. Ia rangkap

kedua tangannja untuk memberi hormat.

"DI sini aku ada mendjadi tetamu," demikian ia

kata, dengan sabar, "aku tidak berselisih atau

bermusuh dengan kau. Kenapa sekarang kau serbu

Kokkong-hoe? Bhok Kongya ada seorang

bangsawan, ia mendjadi pembesar tertinggi di sini,

sudah seharusnja ia mendjalankan tugasnja, maka

ada permusuhan apa di antara dia dan kauorang

maka kau sekarang satrukan dia begini rupa? Kau

harus ingat, umpama terdjadi, kedjahatan tak

dapat mengalahkan keadilan, apa kau bukan men,

dapat kesukaran dau ketjelakaan? Djanganlah kau

sampai menjesal di belakang hari"

"Tutup batjotmu!" Say Ong membentak, la

memotong, karena ia ada sangat mendongkol.

"Buat apa kau ngotje sadja? Lekas keluarkan

sendjatamu! Kau hendak tunggu apa lagi? Aku suka

berbuat baik padamu, aku tidak mau gunaiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

599

sendjataku, aku akan pakai sadja akupunja

sepasang tangan besi untuk rampas kaupunja djiwa

andjing!".

Di mana Kouw Bak Giam-lo sudah bertekad akan

berlaku sabar, ia tak dapat diganggu oleh itu kataa

kasar dan tadjam, sebaliknja daripada gusar, ia

bisa bersenjum, ia bisa tertawa.

"Sajang naseha,t baik tak masuk ke dalam

kupingmu!" ia kata. "Baiklah, dengan tubuhku jang

kurus-kering ini aku nanti tjoba melajani Say Ong

empunjs tangan besi jang telah kesohor di seluruh

Inlam Selatan"

Kouw Bak Giam-lo belum tutup mulutnja atau ia

telah dengar bentakan musuh.

"Baiklah!" berseru si Radja Singa. "Kau sambut!"

Sungguh liehay ini kepala pendjahat Belum habis

iapunja utjapan atau tubuhnja sudah sampai di

depan musuh dan kedua tangannja gergerak

dengan sama sebatnja. Ia telah gunai ilmu pukulan

"Tjap hoa yang hong", atau "Menantjap bunga

mensiarkan sinar merah". Ia punja kedua lengan

djadi kaku laksana besi, begitupun telapakan

tangan atau djari-djarinja, karena ia pandai "Tiat
tjiang", ilmu membikin tangan keras sebagai besi.

Menghadapi gerakan "mge" (keras) dari musuh,

Kouw Bak Giamlo jang telah berpengalaman lantasPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

600

ambil sikap "noei" (lembek). Ia tidak menangkis, ia

hanja berkelit ke samping, ketika musuh

menjerang terus, ia egos pula tubuhnja, ia geser

kakinja. Dan ini tjara mengalah ia landjuti tatkala

Say Ong desak itu dengan serangan berulangAncaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ulang. Ia pun tidak keluarkan iapunja sendjata.

Setelah belasan rangsakan jang siasia belaka,

Say-ong Pouw Louw lantas mengerti jang musuh

lajani ia dengan "Bian-tjiang kanghoe", ilmu

pukulhn "Tangan kapas". Ini ada ilmu lemas untuk

lawan keras. Tapi ia tidak takut, ia malah tertawa

berkakakan. Sekonjong-konjong tubuhnja

mentjelat mundur, sampai satu tumbak lebih.

"Eh, tua-bangka, kau hendak main petak sama

aku?" ia menegur dengan bentakannja. "Apa

dengan tjaramu ini kau hendak loloskan djiwamu

dari bahaja? Djangan kau mimpi! Poentouwsoe

sengadja berbuat begini, untuk udji si kepala polisi

kesohor dari Soe-tjoan! Poentouwsoe ada punja

urusan penting, dia tak bisa lajani kau lama2! Tua
bangka, mari serahkan djiwamu!"

Utjapan ini disusul sama gerakan tubuh jang

mentjelat ke depan. Untuk ke-dua kalinja, Say Ong

mulai dengan iapunja serangan. Ia sekarang gunai

Ngo Bie Pay punja "Tjay-tjhioe-hoat", ilmu

memotong jang ada punja delapan-belas rupa

pukulan. Ilmu ini ada genggam nge dan noei

dengan berbareng, keras dan lembek dan gesit.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

601

Diam2 Kouw Bak Giam-lo terperandjat. Pantas

Say-ong Pouw Louw ada liehay, sekarang ia

saksikan sendiri orang punja kepandaian. Ia djadi

semakin batis. Ia mempunjai pengalaman

pertempuran dua-puluh tahun, ia bisa tabahkan

hati. Ia lontjat mundur dengan gerakan "Tjit-tjhee
pou" atau "Tindakan tudjuh bintang" dan mendjaga

tubuh dengan gerakan kedua tangan "Twie tjhong

bong goat" atau "menolak djendela untuk

memandang si puteri malam". Ia mundur enam

atau tudjuh tindak, hingga ia lolos dari tangan besi

musuh. Akan tetapi musuh madju terus, sebelah

tangannja diulur, mau atau tidak, ia gunai tangan

kirinja, untuk menangkis. Begitu kedua tangan

beradu, diamia berdjengit. Ia sebenarnja kebentur

tak keras tetapi ia merasakan sakit bukan main.

Maka ia merasa, ia tak boleh berajal lebih lama.

Dengan kedua tangannja, ia buka tjangkelannja

iapunja Sian-koetpian, jang ia libat di pinggang,

lantas, sebet luar biasa, ia balas menjerang.

Kedua matanja Say-ong Pouw Louw terbuka

lebar apabila ia lihat musuh mengeluarkan

sendjata, sambil perdengarkan suara, "Hm! hm!" ia

mundur untuk sabetan pertama, setelah itu, ia

merangsek pula. Kedua belah tangannja berbunji

keretakan ketika ia geraki itu, akan menjerang.

Kedua tangan ini bergerak mengikuti tjambuk

istimewa, iapunja tubuh mengimbangi.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

602

Dengan bersendjata, seharusnja Kouw Bak

Giam-lo menang diatas angin, siapa sangka,

kenjataan ada lainPouw Louw masih bisa

mendesak, tjuma tidak seseru permula kali.

Iapunja kedua tangan ? djeridjinja ? sekarang

memain menurut gerakan "Tiam Hiat Kang-hoe",

ilmu menotok.

Pertempuran ini meminta tempo jang lama, tapi

lama2, Kouw Bak Giam-lo ibuk sendirinja. Sia-sia

sadja ia mentjoba, akan rubuhkan musuh, atau

kena menjabet sadja orang punja tubuh. Pouw

Louw ada terlalu gesit, atau dengan lengan besinja,

si Radja Singa berani menangkis tjambuk tulang

itu. Ia sebenarnja ada ulat, tetapi sekarang, setelah

gunai terlalu banjak tenaga, keringatnja mulai

keluar.

"Satu kali tenagaku habis, habislah harapanku,"

pikir Tjoh Kham Tjioe. Selagi segar ia sudah tidak

berdaja, apapula sesudah lelah nanti. Ia pun tidak

tahu, bagaimana keadaan di dalam istana, sedang

bala-bantuan, tidak ada. Maka aehirnja ia pikir:

"Apakah ini hari ada hari penghabisan dari aku?"

Putus daja, Kouw Bak Giam-lo djadi nekat. Ia

jang dahulu sukar dapat tandingan, sekarang djadi

tidak berdaja. Mengeluarkan keringat berarti

keletihan, ini ia ketahui dengan baik, sedang

tubuhnja ada kalah kasar dibanding dengan

musuhnja itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

603

Selagi si Giam Lo Ong Buta memikir demikian,

adalah Sayong Pouw Louw sudah mulai pula dengan

desakannja. Orang liehay ini tidak sudi mengasi

ketika. Dengan tangan kiri ia bersihkan rintangan,

lalu tangan kanannja menjamber, kearah alis.

Kouw Bak Giam-lo terperandjat, dengan tergesa
gesa ia lontjat ke kiri, tangan kanannja, dengan

tjambuknja, terus menjabet, dari kiri ke kanan. Ini

adalah gerakan "Koay bong tiauw bwee", atau "Ular

besar menggojang ekor".

Liehay adalah Say Ong, gesit gerakkannja,

enteng tubuhnja. Dengan tidak kalah sebat, ia

ondjot tubuhnja, sampai tinggi tudjuh atau delapan

kaki, untuk loloskan diri dari sabetan itu, kemudian

ia djumpalitan, hingga ketika ia turun pula, ia djadi

berada di belakang musuh selagi musuh baharu

sadja tetapkan tubuh dan menarik pulang

tjambuknja. Membarangi turunnja itu, ia terus

tondjok orang punja pinggang bahagian belakang.

Lagi2 Tjoh Kham Tjioe terperandjat, sampai di

dalam hatinja, ia berteriak "Tjelaka!" Ia telah

menduga begitu lekas ia dapati musuh djumpalitan.

Ia memang sangsikan musuh berani turun di depan

ia sebab dengan begitu, ia bisa mengulangi

menjabet pula. Sekarang, terpaksa ia membungkuk

ke depan, akan kelit serangan itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

604

Say Ong tak berhenti dengan tondjokannja jang

tidak memberi hasil itu, ia angkat sebelah kakinja,

untuk mendupak.

Sembari membungkuk, Tjoh Kham Tjioe telah

geser kaki kirinja kedepan, sambil miring,

kepalanja menoleh kebelakang, berbareng sama

dugaannja, ia lihat orang punja gerakan kaki. Untuk

tolong diri, sebat sekali, ia menjabet kebelakang. Ia

lakukan ini sambil putar tubuh. Siankoet-pian turun

dari atas kebawah.

Pouw Louw berdiri menghadapi musuh, ia bisa

lihat orang punja gerakan itu. Ia tidak lontjat

mundur, hanja sambil tarik pulang kakinja, ia

angkat tangan kanan, akan tamggapi tjambuk,

untuk dikasi njerosot turun dilengannja, disebelah

itu, tangan kirinja turut bekerdja. Dengan "Wan

khauw hian ko", atau "Orang hutan menjuguhkam

buah", ia menjerang kearah dada. Tapi ini adalah

serangan gertakan belaka, sebab hampir berbareng

dengan itu, tangan kanannja turut menjamber,

mengarah alis!.

Lagi2 Kouw Bak Giam-lo menghadapi bahaja. Ia

berkelit kekiri, tangan kananmja dipakai menjabet

pula, ia harap dengan begini, ia bisa loloskan diri

sambil berbareng merubuhkan musuh. Akan tetapi

Pouw Louw ada liehay luar biasa. Djuga

serangannja ke alis ada gertakan. Ia telah

menduga, musuh bakal berkelit kekiri. Tapi ia punPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

605

bersiaga untuk Sian-koetpian. Maka ia berkelit

dengan mendak dan kaki kanannja digeser

kekanan, lengan kirinja diangkat, dengan diputar,

buat dipakai menjanggapi tjambuk, jang dengan

berani ia papakl Setjara demikian, serangan

tjambuk itu djadi kurangan bahajanja. Kemudian,

sambil pindjam tenaga musuh, ia tjoba betot

tjambuk itu.

"Tjelaka!" Tjoh Kham Tjioe berseru didalam

hatinja, sebab itu betotan bikin iapunja tubuh kena

tertarik, karena ia pun tak hendak lepaskan

tjambuknja itu. Ia sudah lantas tjoba untuk segera

perbaiki diri.

Karena jang satu mempertahankan tjambuknja

dan jang lain menjekal keras, kedua musuh ini djadi

berkutet. Dalam keadaan sebagai itu, tjepat luar

biasa, tangan kanan dari Say Ong bergerak dengan

tipunja "Lie liong tam tjoe" atau "Naga hitam

menjamber mata". Dengan hanja dua djari, tangan

itu menudju kemala.

Kouw Bak Giam-lo kaget bukan main kapan ia

lihat tangan musuh menjamber kearah matanja,

dua djarinja dipemtang. Maka ia mentjoba akan

pelengoskan muka. Dilain pihak, ia pun menarik

keras iapunja tjambuk sambil sebelah kakinja

diangkat naik, untuk mendupak orang punja

bawahan perut selagi tubuh musuh dibetot!.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

606

Ini adalah pertempuran mati dan hidup.

Keduanja bergerak hampir berbareng. Pouw Louw

ada sangat bernapsu, sebab ia anggap musuh

sudah letih dan terdesak, gerakannja ajal, dan ia

pertjaja liehaynja iapunja dua djari. Dan Kouw Bak

Giam-lo andalkan betul iapunja kaki.

Segera djuga terdengar satu djeritam hebat,

djeritan dari Kouw Bak Giam-lo Tjoh Kham Tjioe,

jang mana disusul dengan terlemparnja tubuh jang

besar dari Sayong Pouw Louw, tubuh siapa djusteru

rubuh menimpah sebuah pohon besar

dibelakangnja, sedang Sian-koet-pian, jang

tertjekal dari tangannja ? tjambuk mana lolos dari

tangannja musuh ? terlepas dan terpental,

njangkut disetjabang pohon.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena terbanting atas bongkot pohon, tubuhnja

Pouw Louw terpental balik. Tapi dalam keadaan

sebagai itu, ia masih sadar, ia masih punjakan

kelebihan tenaga, maka dengan satu gerakan

tubuh, ia bisa pertahankan tubuhnja untuk tidak

sampai rubuh terus ketanah, hanja sekarang,

mukanja meringis, kedua tangannja pegangi

iapunja perut, tubuhnja sedikit bungkuk. Dengan

mata mendelik, ia angkat kepalanja, akan pandang

iapunja musuh.

Berdiri diam bagaikan patung ada tubuhnja Kouw

Bak Giam-lo, muka siapa mandi darah, karenaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

607

darah keluar dari sepasang mata-| nja, jang sudah

tidak bisa melihat.

Setelah mengawasi, Pouw Louw angkat

tangannja jang kanan, hingga ia lihat djeridjinja

telah berlepotan darah hidup, melihat mana, ia

perlihatkan senjum iblis, kemudian sambil

memandang Kouw Bak Giam-lo, ia tertawa besar.

"Tua-bangka she Tjoh, sekarang ini ada sangat

gampang untuk aku ambil kaupunja djiwa, tetapi

karena aku masih punjakan urusan penting, maaf,

aku mesti pamitan dari kau, aku tak bisa temani

kau lebih lama pula!"

Bukan main puasnja si Radja Singa, ia putar

tubuhnja, untuk bertindak pergi. Tapi djusteru ia

sedang berbalik, diatasan kepala, ia dengar tertawa

menjindir jang disusul dengan perkataan tadjam

ini: "Hm, pendjahat kedjam! Kau harus ketahui,

siapa berhutang uang, ia mesti bajar dengan uang,

siapa bunuh orang, ia mesti membajar dengan

djiwa djuga Baik kau tolong aku tinggalkan

kaupunja kepala andjing, habis itu kau boleh pergi,

masih belum kasep!"

Sebelum Pouw Louw tahu apa2, dari atas pohon,

diatasan kepala ia, ada melajang turun aatu

bajangan hitam bagaikan burung garuda

menjamber, turun tepat kearah kepalanja. Ia

kaget, ia putar tubuhnja, untuk berkelit, akan tetapiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

608

sebelum ia dapat tampak orang punja roman, ia

rasai kepalanja kena tertimpa suatu barang berat

sekali, sampai ia tak sanggup berdiri lebih lama,

kepalanja pusing, dengan sempojongain, tubuhnja

rubuh, terus ia tidak sedar akan dirinja.

Menjusul itu, belasan bajangan muntjul dari

tembok taman, jang satu, jang dimuka, jang

bersendjata Sam-tjiat-koen, madju sambil berseru:

"Awas, Liok Siauw Kioe-kwie ada disini!" la adalah

Hong Lioe Kwie, si Iblis Gentajangan. Tapi ia kaget

dan melengak ketika ia lihat pemimpinnja rebah

bagaikan majat, sedang didekatnja ada berdiri

seorang dengan dandanan sebagai petani,

kepalanja tunduk, kedua tangannja saling susun

dibelakang. Orang itu pun ada pakai tudung jang

menutupi kepala sebatas djidat, badju dan

tjelananja ada tjita berkembang, betisnja dilibat [

putih, sepatunja ada sepatu rum1 put. Ia sedar

dengan tjepat, terus ia ajun rujung bersambungnja,

akan serang itu orang tidak dikenal.

Orang tani itu ada sabar luar biasa, ia tidak kata

apa2 atas sikap musuh, ketika ia diserang, ia

angkat kepala sambil geser tubuh kesamping,

tangan kirinja diangkat, guna punahkan serangan

itu, dilain pihak, kaki kanannja terus diangkat.

"Pergilah!" demikian ia berseru.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

609

Hong Lioe Kwie ada liehay, akan tetapi terhadap

tendangan ini, ia tak berdaja sama sekali, sekalipun

ia lihat gerakan kaki orang dan berniat berkelit.

Sambil keluarkan djeritan, tubuhnja terlempar

terpental sampai djauhnja dua tumbak lebih,

hingga ia djatuh terbanting hingga menerbitkan

suara keras, ditanah tubuhnja rebah untuk tidak

berbangkit lagi, kaki-tangannja berkutik sedikit,

lantas diam, memdjadi majat. Iapunja sendjata

terpental djauh.

Boe Siang Kwie dan beberapa tauwbak kontjonja

djadi melengak. Itu adalah kedjadian, jang mereka

tidak sangka sama seli. Mereka tak mau sudah jang

pemimpin mereka dibikin rubuh, tapi mereka pun

tidak berdaja.

Selagi mereka ini berdiri diam, si orang tani

menggape-gape.

"Mari, kauorang kemari" dia itu memanggil.

"Kauorang bukannja tandinganku dan aku pun

tidak mau ganggu kauorang! Sekarang lekas

angkut ini dua orang dan bawa pulang kesarang

kauorang"

Habis kata begitu, terus sadja orang tani itu

bertindak kearah Kouw Bak Giam-lo.

Tjoh Kham Tjioe telah keluarkan banjak darah

dan lelah, ia rubuh sendirinja, hingga ia mirip

dengan satu majat. Orang tani itu menghampirkan,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

610

ia mengelah napas. Ia djongkok disampingnja dari

sakunja ia keluarkan sebutir obat, jang dengan

paksa ia kasi masuk kedalam mulut orang, setelah

mana ia angkat itu tubuh jang pingsan, buat

dipanggul, buat lantas dibawa pergi, dengan ambil

djalan lontjat melewati tembok taman, dibawa ke

Siauw-hemglay.

Dilain pihak, setelah orang tani itu berlalu, Boe

Siang Kwie adjak kawan2nja pergi tolongi mereka

punja pemimpin dan kawan, jang mereka gotong

atau panggul, buat dibawa pergi. Inilah sebabnja

kenapa kemudian, ketika dilakukan penilikan atau

pemeriksaan, sisa pendjahat jang masih hidup tak

dapat diketemui seorang djua.

Demikian ada kedjadian atas dirinja Kouw Bak

Giam-lo, jang diachirnja telah dapat pertolongannja

Kat Kian Soen, jang dandan sebagai orang tani,

jang telah pergi pula dengan tjepat sesudah

pernakan ini djago.

"Aku tersedar ketika aku merasa ada orang tepuk

bebokongku," kemudian Kouw Bak Giam-lo

menutur terlebih djauli. "Aku segera dengar pesan

dikupingku, katanja: ?Tjoh Loosianseng, tetapkan

hatimu. Aku telah kasi kau makan sebutir obat

Kouw-goan Po-beng-wan, obat mandjur dari Siauw

Lim Pay. Untuk lukamu, aku akan borehkan obat

bubuk. Disini aku pun bekali kau obat, untuk

perobatan lebih djauh. Sebentar, sesudah kauPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

611

mendusin, antjaman bahaja sudah lewat. Benar2,

habis berkata begitu, ia obati dan bungkus lukaku.

Sembari bekerdja, ia kata pula, 'Kau telah

keluarkan terlalu banjak tenaga dan darah, itu ada

berbahaja, maka perlu kau rawat diri baik2. Malam

ini kau bertindak melewati tenaga kau sendiri,

sendirian sadja kau lajani kepala pendjahat, tapi ini

pun menundjuki kaupunja keberanian. Sajang aku

si orang she Kat telah terlambat sedikit, hingga kau

nampak benIjana. Kelambatanku ada sebabnja,

tentang ini, dibelakang hari kau akan dapat

ketahui. Tentang musuhmu itu, Say-ong Pouw

Louw, ketjuali ia telah terluka didalam karena

tendanganmu, aku pun sudah hadjar ia dengan

pukulan Kim-kongtjiang pada embun2nannja. Aku

terpaksa berlaku bengis menghadjar ia, karena ia

ada sangat kedjam. Ia telah terluka dikepala dan

anggauta2 dalam tubuhnja, tidak lewat tiga hari, ia

bakal binasa. Aku djuga telah tendang mati satu

Iblis dari Liok Siauw San, jalah Iblis jang ketudjuh.

Perihal pendjahat lainnja, biar mereka sudah

menjerbu kedalam, kau djangan kuatir, karena ada

soehengku, Boe Tjoe Siansoe, jang akan

lumpuhkan mereka. Sekarang kau boleh rawat

dirimu, aku mesti segera kembali ke Ah-bie-tjioe,

disana urusan ada sepuluh lipat lebih penting

daripada antjaman bagi istana ini.' Berbareng sama

habisnja itu utjapan, Kat Tay-hiap pun sudah

selesai membalut lukaku. Aku sadar, aku inginPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

612

bltjara, tapi perkataan sukar keluar dari mulutku.

Aku baru bisa memanggil ?Kat Tay-hiap!? ketika

orang sudah sampai dipintu. Kat Tay-hiap dengar

aku, ia merandak dan tanja. aku perlu apa. ?Benars

aku mesti segera pergi!? ia tegaskan padaku.

'Tunggu sebentar, Tay-hiap.? aku kata. ?Aku tak

berdaja sekarang, aku harap, dengan memandang

padaku, tolong kau nanti didik Bhok Kongtjoe Thian

Lan. Ia ada punja bakat baik sekali, aku telah didik

dia, aku mohon Tay-hiap nanti bikin ia sempurna...

.? Rupanja Kat Tayhiap bersangsi, tapi kemudian

aku dengar djawabannja: ?Baiklah, hitung2 aku

menebus dosa sudah datang terlambat....? Begitu

Kat Tayhiap pergi, sampai kemudian Liong

Tjiangkoen datang. Sekarang aku benar2 tidak

berdaja, aku hidup berkat pertolongannja Kat Tay
hiap"

Kouw Bak Giam-lo berhenti sebentar, agaknja ia

lelah. Kemudian ia angkat tangan kearah Boe Tjoe

Siansoe.

"Kau telah datang, Loosiansoe, aku sangat

bersukur," ia kata. "Kat Tay-hiap telah berdjandji

suka sempurnakan Bhok Kongtjoe, mengenai

urusan itu, dibeIakang hari, tolong Loosiansoe jang

atur terlebih djauh. Tentu sadja, aku pun harap

Loosiansoe suka membantu mendidik. Bhok
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kongtjoe ada turunan orang peperangan, biar ia

ada punja kepandaian agar dibelakang hari ia bisaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

613

wakilkan Kongya membela negara, agar ia bisa

lindungi keluarganja, sebab keluarganja mesti ada

punja banjak musuh. Dengan ini djalan aku harap

bisa membalas sedikit budinja Kongya kepadaku."

Tubuhnja djago itu menggetar, hingga Tjoh Koen

dan Djie-kongtjoe mesti pepajang padanja. Anak

dan murid ini telah mengutjur deras air matanja.

Semua orang turut terharu, tak terketjuali Bhok

Kongya sendiri, air mata siapa berlinang-linang.

Pangeran ini terutama bersukur untuk orang punja

kebaikan hati, sedang buat pertolongannja, ia ada

sangat berterima kasih. Tjoba tak ada Kouw Bak

Giam-lo, entah apa jang Sayong Pouw Louw sudah

lakukan didalam istana. Siapa bisa lawan kepala

pendjahat itu selagi si Giam Lo Ong Buta sendiri dia

dapat lumpuhkan? Sudah begini, Kouw Bak Giam
lo masih ingat Thian Lan, siapa diingat melebihi

kepentingan anaknja sendiri.

Dengan air mata masih berlinang, dengan hati

giris, Bhok Kongya lantas mendjura pada Boe Tjoe

Siansoe.

"Aku kuatir sangat untuk Tjoh Loosoehoe, maka

harap Loosiansoe tolong padanja," ia minta.

Boe Tjoe Siansoe terperandjat, ia lontjat bangun,

akan membalas hormat.

"Djangan kuatir, Kongya," kata ia dengan tjepat.

"Tjoh Looenghiong sudah lewat, saat berbahajanja,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

614

meski benar ia telah terluka, dalam tempo seratus

hari, ia akan sembuh pula. Apa jang perlu adalah

rawatan jang teliti. Pintjeng pertjaja, Thian akan

lindungi machluknja jang baik hatinja. Kita pun tak

boleh berkumpul terlalu lama disini, hawa panas
mengkedus ada kurang baik untuk kesehatannja."

Kemudian ia landjuti pada Kim Tjie Peng: "Urusan

di Ah-bie-tjioe mestinja ada sangat penting,

kaupunja Kat Soe-siok-tjouw sudah pergi kesann,

aku perlu menjusul Kau sendiri diam disini. kau

bantui Liong Tjiangkoen merawat Tjoh Loo
enghiong. Djangan kuatir, antjaman bahaja disini

sudah lewat."

Lantas pendeta ini pamitan dari Bhok Kongya.

"Tapi, Loosiansoe," kata ia. "Lihat, langit bakal

segera terang, baik kau tunggu sebentar lagi"

Boe Tjoe bersenjum.

"Kongya belum tahu sifatnja pendjahat," kata ia

dengan sabar. "Pendjahat telah meninggalkan

banjak kurban, mana Kioe-tjoe Kwie Bouw mau

mengerti? Maka kita harus mendahului menerdjang

diapunja sarang, agar ia tak sempat lakukan lain2

tindakan jang berbahaja. Dengan begitu, tindakan

kita pun berarti keselamatan disini. Pintjeng sudah

berdjandji sama Kat Soetee untuk segera pergi ke

Ah-bie-tjioe, ini maiam djuga, maka, idjinkanlah

pintjeng berangkatIa dekati Kouw Bak Giam-loPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

615

didepan siapa ia manggut, kemudian sambil

mengelah napas, ia kata dengan pelahan:"Tjoh

Loosoehoe, tetapkan hatimu. Takdir memang telah

ditetapkan. Loosoehoe ada gagah dan setia, semua

orang hargai kau, sampaipun soeteeku, jang

tabeatnja luar biasa, suka berikan djandjinja

padamu. Sekarang pintjeng hendak berangkat,

harap Loosoehoe rawat diri baik2"

Lantas, dengan tidak tunggu djawaban lagi, Boe

Tjoe memberi hormat pada Bhok Kongya dan

semua orang, ia bertindak keluar, akan sesaat

kemudian, ia sudah lenjap dari matanja orang

banjak, hingga Kongya beramai, jang mau

mengantar keluar, djadi kebogehan.

"Barusan ada satu bajangan berkelebatan keatas

genteng," kata Bhok Tjiong dan Bhok Yok, jang

baharu sadja masuk. "Ketika kee-tjiang kita

menegur, bajangan itu memberi djawaban, ?Tjoe
wie, maafkan, pintjeng Tolong sampaikan pada

Kongya, tak usah Kongya mengantar, nanti sadja

kitaorang bertemu pula !? Habis itu, bajangan itu

lenjap dengan segera."

Bhok Kongya beramai melengak didepan pintu.

"Baharu sekarang aku ketahui bagaimana diluar

ada tersembunji banjak orang gagah," kata Bhok

Kongya sambil mengelah napas. "Aku tidak sanka,

sebagai satu pangeran diperbatasan, jang berkuasaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

616

atas balatentara besar disaat berbahaja, aku mesti

mengandal kepada tenaganja beberapa orang

sadja jang tadinja tak ada hubungannja sama aku.

Sungguh aku malu"

"Tjay Thian pun berpikiran sama dengan

Kongya," Liong Tjiangkoen aku. Panglima ini turut

mengelah napas. "Hanja sebaliknja Kongya baik

ingat, djusteru karena Kongya empunja kesetiaan

dan kebidjaksanaan, maka sekarang datang orang2

luar biasa ini membantu Kongya. Tjoba sebaliknja,

siapa kesudlan datang untuk berbuat kebaikan

sebagai mereka itu?"

"Itulah belum tentu..." sahut Bhok Kongya

sambil bersenjum. "Aku pertjaja, ini sudah terdjadi

lebih banjak disebabkan adanja Tjoh Loosoehoe

disini, karena orang hargai iapunja persahabatan,

kehormatan dan kesetiaan kepada negara. Maka

aku harap, Loosoehoe nanti tak kurang suatu apa

dan matanja akan sembuh seperti sebagaimana

biasa"

Bhok Kongya hendak kembali kekamarnja Tjoh

Kham Tjioe, tapi In Hay Tjhong-liong papaki ia

dipintu, sambil mendjura.

"Tjoh Lauwtee sedang tidur," berkata Siangkoan

Hiok. "Kongya sudah terganggu dan terletih

seantero malam, sekarang silahkan KongyaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

617

beristirahat, tentang saudaraku itu, nanti aku jang

djaga."

"Ja, Siangkoan Loo-tat-khoa benar," berkata

Liong Touwsoe. "Tjoh Loosoehoe perlu mengaso,

besuk pasti keadaannja akan mendingan, maka

baiklah Kongya pun masuk untuk beristirahat. Bhok

Tjiong, Bhok Yok, pergi kauorang lajani Kongya!"

kata ini panglima pada orang punja dua pelajan itu.

Bhok Kongya mengelah napas, tanda sukurnja

hati.

"Baiklah, aku turut kauorang, tjoe-wie," kata ia.

"Tjoh Loosoehoe sudah tidur, biar ia mengaso,

hanja, mengenai lukanja itu, disebelah obatnja Kat

Tay-hiap, aku pikir, baik ia dapat rawatan thabib

djuga. Sebenarnja aku masih ingin bitjara sama

Loo-soehoe tapi biarlah sampai nanti"

Habis kata begitu, Bhok Kongya lantas undurkan

diri bersama dua pelajamnja, maka In Hay Tjhong
liong lantas kembali kekamar sahabatnja, sedang

LiongTouwsoe terus pergi lakukan penilikan pula

dan kemudian turut beristirahat.

Maka sekarang marilah kita lrielihat lain pihak,

akan ikuti Boe Tjoe Siansoe, atau lebih benar, Kat

Kian Soen dan Ho Thian Kie ?akan ikuti Ho Thian

Kie sedjak dia ini berpisah dari Boe Tjoe Siansoe

dan Siangkoan Hiok dikaki gunung Liang Ong San.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

618

Dengan menjamar, pemuda ini telah berhasil

pulang kerumahnja di Sam-hiang-tjee, Wie
motjioe, Inlam Selatan. Seperti kita sudah ketahui,

ia bisa akali pendjahat hingga orang tak ketahui

iapunja pulang itu. Diwaktu siang, ia tidak berani

terus pulang kerumahnja, hanja ia tunggu sampai

sudah malam. Pulang setjara rahasia begini, ia

sudah lakukan satu-dua kali, hingga ia tahu, selama

jang belakangan ini, dimana ibunja tidur diwaktu

malam, jalah diundakan rumah paling belakang,

diatas lauwteng. Pelajannja ada dua budak

perempuan, sedang dibawah, ada dua tauw-bak

tua kepertjajaan, jang telah bekerdja sedjak

ujahnja. Jang lainnja semua dilarang memasuki

ruangan dalam ini ketjuali ada panggilan.

Dengan hati-hati Thian Kie samperi lauwteng

ibunja itu, jang gelap dan sunji Ketika itu,

kentongan baharu dipalu lima kali. Selama jang

paling belakang, sudah hampirsatu tahun ia tak

pernah tengok ibunja. Tiba2 ia ingat sakit hati

ajahnja, air matanja lantas mengembeng. Maka ia

berdiri diam, mengawasi djendela.

Tiba2 dari bahagian belakang, dimana ada

pepohonan lebat, ada mensorot sinar terang,

disusul sama suara tindakan kaki, rupanja dari dua

orang. Terperandjat dan heran, Thian Kie lontjat

kebelakang sebuah pohon, akan umpati diri

berbareng memasang mata.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

619

Tatkala suara tindakan kaki mendekati udjung

tembok, sinar terang padam dengan sekedjab.

sebagai gantinja, dua bajangan tubuh manusia ada

tertampak, bajangan mana bertindak ketembok

dekat Thian Kie sembunji. Disitu, mereka itu

berhenti.

"Kenapa sih kau bernjali begini ketjil?" satu suara

lantas terdengar. "Diwaktu begini, si perempuan

tua bangka tentu sedang mimpi! Umpama dia

pergoki Kita, takut apa? Apa artinja seorang

perempuan bagi kita?"
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thian Kie kaget, tapi ia lekas menahan napas. Ia

pasang kupingnja lebih djauh.

"Djangan memandang sangat enteng,

sahabatku!" kata satu suara lain. "Didalam gedung

ini, masih bukan sedikit orang2 jang bersetia

kepada perempuan tua itu. Untuk tak sebut jang

lain2, lihat sadja itu dua tua-bangka jang

bertempat dibawah lauwteng, mereka benar sudah

tua, tapi mereka tjukup liehay dan mereka punjai

djuga tok-yohpiauw. Mereka ada sangat setia,

maka untuk turun tangan terhadap si perempuan

tua, kita mesti lebih dahulu singkirkan dua machluk

itu. Kita masih punjakan tempo beberapa hari,

biarlah mereka merasai: Tumbak terang

gampang dikelit, panah gelap sukar didjaga....

Mustahil mereka bisa loloskan diri!"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

620

Thian Kie kaget berbareng gusar, sampai ia ingin

lontjat keluar, akan bekuk dua orang itu, untuk

kompes keterangannja, tapi ia mesti batalkan itu

niatan, karena ia segera lihat sepotong bajangan

muntjul ditembok, dengan tak kata apa2, tangan

kanannja bajangan itu terajun, kedjurusan si dua

bajangan, menjusul berkeredepannja satu sinar,

salah satu dari dua bajangan itu mendjerit,

tubuhnja selojongan, lantas rubuh dengan

bergulingan.

Bajangan jang satu kaget, ia menoleh ketembok

dari mana bajangan penjerang itu telah muntjul

anteronja, malah dia ini terus lontjat turun untuk

menjerang.

Bajangan dibawah ini ada gesit, ia berkelit

mundur, tangannja segera menghunus golok dari

pinggangnja.

"Siapa?" ia menegur.

Bajangan dari tembok itu tidak mendjawab,

kembali sebelah tangannja terajun, hingga satu

sinar berkilauan menjamber pula pada bajangan

dibawah itu, tapi dia ini mendak, hingga piauw

menjamber tembok dan berbunji Melihat ini,

bajangan dari tembok itu lantas tjabut golok

dibebokongnja dan lontjat membatjok.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

621

Bajangan dibawah itu berani, ia bikin

perlawanan, hanja sekarang, ia bungkam, seperti

bajangan dari tembok itu.

Pertempuran berdjalan seru, tapi tidak lama,

karena bajangan dari tembok itu lantas sadja

terdesak mundur, permainan goloknja mulai kalut.

Selama itu, Thian Kie sudah lantas kenali

bajangan dari tembok itu jalah Hwee Poet-ko, salah

satu tauwbak tua jang dipertjaja. Bajangan jang

lain ia tak kenal. Melihat keteternja tauwbak itu, ia

hendak turun tangan, untuk membantu. Sebelum

ia lontjat keluar, dari belakang tembok

mendadakan muntjul satu bajangan lagi, malah dia

ini terus ajun tangannja sambil berseru: "Hajo

rebah!".

Bajangan tidak dikenal itu dengar kala sekali,

goloknja terlepas dengan segera, tubuhnja

menjusul terguling, ia tidak bersuara, ia tak

berkutik lagi. Karena ini, Thian Kie djadi berdiam,

untuk mengawasi terlebih djauh.

Luar biasa ada sikapnja Hwee Poet-ko, ia tidak

kaget atas itu bantuan diam2, ia terus hampirkan

musuhnja, untuk ringkus dengan tambang jang ia

keluarkan dari pinggangnja. Ia ringkus orang pu|

nja kaki-tangan berikut tubuh.

Bajangan penolong itu lantas menghampirkan,

tindakannja tenang.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

622

"Kurban kaupunja piauw telah keratjunan dan

binasa," berkata ia sambil tertawa. "Ini satu

terkena akupunja paku Tjoe-ngo-teng, ia

melainkan pingsan, ia masih bisa ditolong."

Hwee Poet-ko kertak gigi.

"Dia mampus, itu tandanja dia terima

hukumannja!" ia kata dengan sengit, "Untuk

chianatnja itu, aku sebenarnja ingin tjingtjang

tubuhnja. Ini satu djusteru ada kontjonja Hoei

Thian Ho jang djahat, bangsa begitu mesti datang

satu dibunuh satu, maka kenapa ia mesti ditolongi

lagi?"

"Kau tidak tahu," kata bajangan ketiga itu,

kembali sambil tertawa. "Ketika aku hendak

berangkat kemari, madjikanku bilang, tuanmu jang

muda bakal pulang, kalau tidak ini malam tentu

besuk, maka itu biarlah dia hidup terus, untuk nanti

tuanmu jang dengar keterangannja."

Mendengar demikian, tauwbak tua itu mengelah

napas.

"Nay-tek kita benar2 ada wanita sedjati!" ia

memudji, saking kagum. "Sekalipun aku, ia bisa

kelabui. Kita memang tahu, touwsoe kita ada punja

satu putera tapi putera itu telah lenjap sedjak

masih ketjil, kita tadinja sangka, dia telah binasa

djuga ditangan musuh, siapa tahu, Naytek telah

bisa sembunjikan dia dan dia ada satu pemudaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

623

gagah. Aku girang sekali ketika aku dengar

keterangan kau. Hanja, kalau benar siauw-touwsoe

kita bakal pulang, aku berkuatir. Bagaimana djika

musuh ketahui dia pulang? Apa musuh tak djadi

semakin panas hatinja?"

"Tentang itu, kau djangan takut. Tuan mudamu

pulang atas titahnja Kat Tay-hiap, iapunja guru. Ia

tak bakal menghadapi bahaja."

"Barangkali kau benar," kata Hwee Poet-ko.

"Harap sadja Thian pajungi ia !"

Mendengari sampai disitu, Thian Kie sudah tak

sabar lagi. Ia pun pertjaja, bajangan ketiga ada

kawan sendiri, meskipun ia tak kenal orang itu,

siapa sebaliknja ketahui tentang dirinja. Maka ia

terus lontjat keluar dari tempatnja sembunji.

"Hwee Poet-ko, kau tentu masih kenali aku?" ia

berseru.

Dua orang itu.ferperandjat, tapi si tauwbak tua

segera menghampirkan, akan mengawasi dengan

mendelong, akan achirnja, ia tertawa berkakakan,

ia pentang kedua tangannja, akan madju

merangkul pemuda itu.

"Oh, siauwya" kata ia, jang air matanja terus

mengutjur turun. "Ja, siauwya, aku masih kenali

romanmu"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

624

Thian Kie turut terharu, tapi ia insaf akan

keadaannja.

"Diam !" ia mengasi ingat. "Djangan berisik,

nanti rahasia kita botjor....."

Hwee Poet-ko insaf, ia lantas berhenti menangis.

"Siapa tuan ini?" Thian Kie tanja si penolong itu.

Ia lantas memberi hormat, akan tetapi orang itu

menjingkir.

"Djangan, siauw-touwsoe, djangan pakai adat
peradatan," ia mentiegah. "Aku ada Long Lie Tjoan,

atas titahnja madjikanku, Thie Tek Seng, aku

datang kemari untuk melindungi loo-hoedjip, guna

menjambut siauwtouwsoe."

"Ja, toako ini baharu kemarin dulu datang kepada

kita," si tauwbak mendjelaskan. "Ia sudah bertemu

sama Nay-tek, setelah itu, ia bantu kita mendjaga

disini. Sedjak kemarin, ber-sama2 Lauw Pa, kita

melakukan ronda, terutama untuk awasi sepak
terdjangnja ini dua orang."

Thian Kie merasa bersukur dan puas.

"Aku pernah bertemu sama madjikan kau, ia ada

orang gagah," ia kata. "Kau sendiri ada punja paku

jang liehay. Benar sekali, dibawah panglima gagah

tak ada serdadu lemah !"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

625

"Siauw-touwsoe tjuma memudji!" kata Long Lie

Tjoan sambil tertawa. "Paku ini, asal mengenai

tempat berbabaja, akan meminta djiwa dalam

tempo duapuluh empat djari. Namanja adalah

Twie-hoen Tjoe-ngo-teng. Dulu paku ini kesohor,

setelah madjikan undurkan diri, lantas tak

sembarangan diwariskan, karena sifatnja Jang

kedjam. Meski begitu, asal belum kasep, sesuatu

kurban masih bisa ditolong dengan obat kita. Aku

sendiri tak punja guna, aku telah mentjuri

mempeladjari, ini hari kebetulan sadja, aku bisa

menimpuk denean djitu. Sekarang majat ini harus

disingkirkan lekas2."

"Tunggu dulu, aku nanti pergi ambil pekakas,"

kata Hwee Poetko. Dan ia lontjati tembok, akan

masuk kedalam, dari mana ia keluar pula bersama

satu orang jang membawa patjul seperti ia sendiri.

Dengan dibantu oleh Long Lie Tjoan, Hwee Poet
ko gotong majatnja si pendjahat, untuk dibawa

kerimba dimana orang mulai gali lobang, tapi itu

orang, jang bawa patjul, tiba2 lempar patjulnja dan

ia berlutut didepannja Ho Thian Kie.

"Apakah siauwya masih kenali aku, Ah Pa?" tanja

ia. "Kasihan Nay-tek untuk tjape-lelahnja, karena

lenjapnja siauwya. Sebenarnja aku pun sangsi,

tjuma terhadap Hwee Poet-ko, aku tutup mulut,

karena aku tahu, ia bertabeat keras. Barusan sadja

Hwee Poet-Ko sadarkah aku dari tidur, katanja iaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

626

telah binasakan orang djaj hat, kemudian ia sebut2

siauwya. Sebenarnja aku tetap sangsL Pantas
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemarin Nay-tek bisa tertawa dan kata, meskipun

Sam-hiang-tjee terantjam bahaja, matahari toh

bakal segera kelihatan. Ba haru sekarang aku

mengerti utjapan Nay-tek itu!"

Tauwbak setia itu berbangkit lengan air mata

berlinang, saking girangnja.

"Tapi, siauwya, kenapa kau tidak lekas masuk

kedalam menemui Nay-tek?" kemudiau hamba ini

tanja.

"Aku akan menghadap Nay-tek tapi ingat,

kauorang berdua mesti bisa simpan rahasia," Ho

Thian Kie pesan. "Benar sekarang aku telah

kembali, untuk sementara ini, aku belum boleh

sembarangan perlihatkan diri."

Ah Pa manggut2.

"Baik, siauwya," sahut ia. "Sekarang biarkan

mereka berdua pendam majat, mari aku antar kau

kedalam."

Thian Kie manggut.

"Pendjahat ini mesti dibawa kedalam, aku

hendak dengar keterangannja," kata ia sambil

tundjuk kontjonja Hoei Thian Ho, kemudian ia

membungkuk, akan samber tubuhnja pendjahatPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

627

itu, lalu dilain saat, ia lontjat ketembok, masuk

kesebelah dalam.

Ah Pa tertjengang melihat kekuatannja madjikan

muda itu, ia mangguta bahna kegirangan,

kemudian dengan bawa patjulnja, ia turut lontjat

masuk.

"Siauwya," kata ia dengan pelahan, selagi

mereka dekati lauwteng, "kasi pendjahat itu

padaku, akn nanti djaga dia, siauwya sendiri boleh

masuk kedalam. Naytek ada dikamarnja. Tolong

djaga agar orang disamping tidak tahu siauwya

pulang."

Thian Kie menurut, ia serahkan si pendjahat pada

tauwbak itu, ia sendiri terus lontjat naik

keIauwteng. Didjendela kamar, ibunja ia pasang

kuping, baharu sadja ia dengar suatu suara sangat

pelahan, atau ia dengar suara ibunja: "Kau diluar,

Kie-djie?" Maka ia djadi sangat girang.

"Ja, ibu!" ia mendjawab.

Menjusul djawaban anak ini, daun djendela

segera terpentang. Ho Loo-hoedjin geser tubuhnja

ke samping dan anaknja segera lontjat masuk,

untuk segera berlutut, kemudian, dengan pelahan,

anak itu beritahukan kedjadian barusan diluar

tembok pekarangan.

Ibu itu tidak kaget tetapi ia mengelah napas.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

628

"Pasti kau belum tahu keadaan disini, anak," kata

ia kemudian. "Ibumu berada dimulut matjan, tapi

sukur Kat Loo-soe senantiasa lindungi aku, sedang

sahabat baik dari Kat Loo-soe, Thie Tek Seng,

pernah datang menemui aku, antaranja ia

beritahukan jang kau akan pulang, maka didalam

sini, terus aku melek menunggui kau. Tadi aku tahu

Hwee Poet-ko lontjat keluar, aku dengar suara

sendjata beradu, aku dengar suara bitjara berisik,

aku lihat bajangan berkelebat, maka aku lantas

duga kau. Kebenaran sekali, anak, djusteru kau

pulang, kau pergoki orang djahat menjatroni

kemari. Sekarang kau harus hati0, dari dua

budakku perempuan, mereka pun setia, tapi

mereka tolol sekali, bisa kedjadian jang nanti

mereka buka rahasia dengan tak disengadja.

Mereka tidur dikamar sebelah sana. Untuk kau, baik

kau pakai kamar diranggon atas sana, jang dulu

ajahmu pakai peranti membikin pengawasan,

kamar ada ketjil tetapi tangguh, pintu'nja tidak ada,

untuk masuk kesana, mesti dari satu lobang, dan

djalanannja pun mesti dari lelangit kamar ibumu

ini. Sekarang tak ada api, kau tak bisa lihat lobang

itu. Kau boleh berdiam disana diwaktu siang, nanti

malam, baharu kau bertemu sama aku. jalah

sesudah dua budakku masuk tidur..."

Selagi mereka bitjara, djendela ada jang ketok

dengan pelahan, suara mana disusul dengan

pemberitahuan : "Siauwya, diluar sudah beres.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

629

Pendjahat itu sudah dibikin sadar oleh Long Lie

Tjoan, tinggal siauwya dan Nay-tek pergi periksa

padanja."

Loohoedjin kenali suaranja Ah Pa.

"Tjukup !" ia pegat hamba itu. "Aku akan segera

datang !"

Ah Pa bungkam.

"Nah, mari kita turun," kata loohoedjin pada

anaknja.

Dengan tak kata apaa, Thian Kie menurut. Ia

pimpin ibunja itu.

Gedung touwsoe ini ada berbentuk rumah2 orang

Biauw aseli, maka itu, dibawah ada tembok, dari

batu tersusun, dan diatas, terbuat dari kaju.

Dibawah lauwteng, Hwee Poet-ko sudah

menantikan, untuk antar ibu dan anak

keruangan rumah sebelahkiri Ruangan terang oleh

tjahaja lilin, jang tjiaktaynja ada tinggi sependirian

orang. Kamar itu tidak terperabot lengkap, sebab

ini ada kamarnja Hwee Poetko dan Ah Pa berdua,

hanja ditembok ada tergantung tjambuk, golok,

busur dan panah.

Hwee Poet-ko sediakan dua buah kursi, untuk

madjikannja, tapi jang duduk hanja loo-hoedjin,

sebab Thian Kie berdiri dibelakang ibunja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

630

Selagi Thian Kie tanja, mana si pendjahat, atau

Ah Pa muntjul bersama Long Lie Tjoan dengan

gotong si pendjahat, jang teringkus kaki dan

tangan, sesudah gabruki pendjahat itu, keduanja

memberi hormat pada njonja touwsoe itu, siapa

sebaliknja pudji orangnja Thie Tek Seng.

Thian Kie lihat pendjahat itu dibelebat mata

berikut kupingnja, ia tahu maksudnja itu, untuk

bikin si pendjahat tak tahu ia berada dimana, tak

kenali ia berhadapan dengan siapa.

Ah Pa kuntji pintu, kemudian ia samperi tuan

mudanja, akan bisiki, disitu tuan ini boleh

memeriksa dengan merdeka, karena kamar ada

djauh dari sana-sini dan pun tertutup rapat.

Thian Kie hampirkan pendjahat itu, disamping

siapa ia djongkok, ia hanja bersangsi sebentar,

lantas ia tolak orang punja tubuh.

"Sahabat, kau siapa?" ia tanja dengan pelahan,

suaranja ramah tamah. Ia bitjara dengan lida In
lam Selatan. "Kenapa kau terdjatuh kedalam

tangannja mereka ini? Ada urusan apa diantara

kaul dan mereka? Lekas kau bitjara, tuturkan

padaku semua, kalau sebentar mereka kembali,

aku tak berdaja untuk tolongi kau."

Kamar itu ada sunji, semua orang berdiam.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

631

Pendjahat itu baharu sadja tersedar, setelah tadi

Long Lie Tjoan tjekoki ia obat penawar. Ia merasai

matanja gelap. Ia tjoba geraki tubuhnja, tapi siasia

sadja. karena kaki-tangannja tidak merdeka. Maka

lantas ia insaf bahwa ia adalah tawanan musuh.

Sekarang ia dengar suaranja Thian Kie, itu

bukannja lagu-suara musuh, karena ia ingin sangat

lolos, ia tak berpikir lagi.

"Aku ada orangnja Hoei-thianho Goh Touwsoe,"

demikian ia djawab. "Barusan aku datang bersama

tauwbak jang dipanggil Tjoan San Kah. Sajang aku

kena dipanah setjara membokong, hingga aku

tertawan. Kalau kau bisa tolong aku lolos dari sini,

aku nanti ingat budimu, pasti aku akan balas itu."

Thian Kie undjuk sikap kaget.

"Tjoan San Kah itu ada kanda kandungku !" ia

berseru. "Kenapa dia tak terlihat? Kenapa kau kena

tertawan? Lekas kau kasi keterangan, nanti aku

tolong kau!"

Pendjahat itu pertjaja ini otjehan.

"Aku ada Koay-twie Han Soe," la terangkan, "aku

ada sahabat kekal dari kandamu itu. Aku diutus

kemari untuk tjari tahu kea adaan Sam-hiang-tjee.

Selama ini tak berhenti-hentinja Pouw Loo, thay

Kioe-tjoe Kwie Bouw mengutus berbagai orang. Ia

hendak mendjagoi di Inlam Selatan, ia hendak

rampas ibu-kota propinsi, untuk itu, ia mestiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

632

mendahului duduki Sam-hiang-tjee, jang diri jaga

hanja oleh satu njonja touwsoe tua. Goh Touwsoe

kita, n sedjak Bhok Kongya rampas kedudukannja,

tak punja tempat kediaman jang tentu, maka ia

minta supaja bisa dapati Sam-hiang-tjee. Tadinja

Kioe-tjoe Kwie Bouw tak gubris permintaaan itu,

sampai beberapa hari jang lalu Goh Touwsoe

kembali dari tapal batas, ketika ia ulangi

permohonannja, sekali ini permohonan itu telah

diterima. Katanja, asal Say Ong sudah kembali dari

ibu-kota propinsi, kembali a dengan berhasil, tak

melainkan Sam-hiang-tjee, djuga seluruh Wie-mo
tjioe akan djadi kepunjaannja Goh Touwsoe! Maka

Goh Touwsoe djadi girang luar biasa, ia tak sabaran

menantikan pulangnja Say Ong, ia mendahului

menitah aku pergi selidiki keadaan gerak-geriknja

naytek disini. Baharu beberapa hari aku sampai

disini. Kebetulan sekali aku bertemu sama Tjoan

San Kah, kandamu itu. Njata ia suka bantu

aku,untuk bunuh naytek disini. Aku telah pulang,
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

buat kasi tahu pada Goh Touwsoe. Touwsoe

mupakat dan perintah kita bekerdja. Baharu tadi

siang aku kembali kemari, siapa tahu, dua setannja

naytek ada liehay, sahabatku itu rubuh dan aku

tertawan. Tempat ini tempat apa? Kemana perginja

si tua-bangka itu? Dasar untung bagus dari

Touwsoe kita, kau datang kemari, sahabat! Lekas

merdekakan aku, aku nanti balas budimu. Aku tahu

bagaimana harus lolos dari sini...."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

633

Thian Kie pertjaja orang bltjara sebenarnja, ia

menoleh pada ibunja, pada Long Lie Tjoan bertiga.

Mereka itu semua bersenjum dan manggut2,

tandanja mereka kagumi ini pemuda tjerdik.

Hwee Poet-ko tundjuk si pendjahat, ia menoleh

pada Ho Loothaythay, ia gerak-geraki tangannja,

sebagai tanda untuk habiskan djiwanja pendjahat

itu.

Njonja touwsoe itu njata setudju, ia manggut.

Melihat putusan ibunja, Thian Kie lantas gunai

djeridji tangannja, akan menusuk orang punja ulu
hati, menjusul mana, pendjahat itu kasi dengar

djeritan, kakitanganmja berkeledjat, tubuhnja

terus diam. Maka Ah Pa dan Hwee Poet-ko lantas

gotong majat itu, untuk dibawa pergi, buat

dipendam sama Tjoan San Kah.

"Anak, kau masih belum mengetahui djelas,"

kemudian kata Ho Loo-thaythay pada anaknja,

setelah mereka berada bertiga dengan Long Lie

Tjoan. "Kemarin dulu malam Thie Tay-hiap Tek

Seng telah datang kemari, memberitahukan aku

jang musuh kita, si pendjahat besar si Pouw,

hendak datang membinasakan kita serumah
tangga, sebab berbareng dengan itu, pemberontak

hendak rampas seluruh Inlam Selatan. Selagi kita

tak bisa lupai musuh kita, siapa tahu, musuh pun

djusteru musuhkan terus pada kita.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

634

Tay-hiap tilang, peladjaranmu sudah sempurna,

segera bakal datang saatnja pembalasan, maka ia

suru kau pulang, tapi ia pesan, untuk sementara,

d,iangan kau perlihatkan diri dimuka umum, bila

saat itu sudah sampai, Tay-hiap akan mewartakan

pula. Tay-hiap pesan untuk berdjaga diri dari Goh

Pit Kwee, dikuatir dia tak sabaran dan nanti

mendahului datang kemari. Karena Tay-hiap kuatir

tenaganja Hwee Poet-ko dan Ah Pa tidak tjukup, ia

kirim ini tjongsoe kemari untuk bantu kita. Maka,

anak djangan kau lupai budinja Tay-hiap terhadap

keluarga kita."

Thian Kie manggut2.

"Aku nanti ingat, ibu," kata ia.

"Siauw-touwsoe sudah kembali, Loo-thaythay

tak usah kuatirkan apa lagi," kata Long Lie Tjoan.

"Sekarang aku mohon Loothaythay idjinkan aku

pulang, karena perlu aku memberi laporan kepada

madjikanku. Aku pertjaja, tak lama lagi,

madjikanku dan Kat Tayhiap bakal datang kemari.

Jang penting sekarang ini adalah agar Siauw
touwsoe waspada, aku kuatir Goh Pit Kwee tjuriga

sebab orangnja tidak kembali dan ia nanti bertindak

lain."

Habis kata begitu, tidak tunggu djawaban lagi,

Long Lie Tjoan memberi hormat pada itu ibu danPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

635

anak, terus ia putar tubuhnja dan bertindak keluar,

hingga orang tidak sempat kata apaa pula.

Tidak lama, Ah Pa dan Hwee Poet-ko telah

kembali, berempat mereka lantas berdamai.

Thian Kie Ingin menjusul ke Ah-bie-tjioe tapi

ibunja mentjegah, maka itu, selandjutnja ia

berdiam dirumahnja, siang ia keram diri diatas

ranggom, malam ia keluar akan menemui ibunja

dan dua tauwbak, guna lindungi ibunja itu.

Penilikan djuga dilakukan pada semua tauwbak

lainnja, dikuatirkan nanti ada tauwbak berhati

serong seperti Tjoan San Kah.

Buat beberapa hari, suasana ada tenang, tetapi

dilain hari dari Thie Tek Seng atau gurunja Thian

Kie tidak dengar suatu apa, hingga ia djadi tidak

sabaran, hingga ia berniat pula untuk per-gi ke Ah
bie-tjioe. Tjoba ia tidak kuatirkan ibunja, ia tentu

sudah berangkat pergi.

Demikian, lagi beberapa hari telah lewat.

Pada suatu malam, selagi remJ bulan ada djernih

dan indah, karena awan tidak tertampak sama

sekali, Thian Kie duduk didalami kamarnja sambil

gosoki iapunjal pedang jang ia sajang. Sendjata ini,

badannja sadja, ada empat tjio delapan tjoen

pandjangnja, tubuhnja ada berkilauan dan bersisik,

gagangnja dari kuningan, runtjenja dari benang

emas. Pedang itu berbunji njaring ketikal udjungnjaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

636

ditekan dan gagangnja ditekuk hingga tubuhnja

djadi melengkung dan dilepaskan dengan dikageti.

Pedang itu bisa. melengkung bagaikan rembulan

sisir. Ini adalah Leng-kim-kiam, pemberian dari

gurunja, Tian Lam Tay-hiap Kat Kian Soen, siapa

telah bikin itu sendiri dari bahan2 pilihan, dibikin

sempurna untuk banjak hari dan bulan Thian Kie

dapati pedang ini karena dianggap peladjarannja

sudah sempurna, hingga ia hanja membutuhkan

pengalaman terlebih banjak. Ia berlatih keras

dengan pedang ini, jang hampir tak pernah

berpisah dari tubuhnja, karena dengan ini sendjata,

ia hendak menuntut balas kepada musuh ajahnja.

Setiap malam ia gosok dulu Leng-kim-kiam,

sesudah itu baharu Ia gendol dibebokongnia dan

baharu ia keluar, untuk meronda. Tapi paling

dahulu, ia tengok ibunja sudah tidur atau belum.

Demikian itu malam, setelah dapati ibunja sudah

tidur, ia mulai dengan perondaannja seperti biasa.

Ia naik kewuwungan rumah, t ia pergi ketiap

ruangan, ia tengok setiap pekarangan dalam.

Selagi ia mendekati gedung depan, tiba2 tampak

olehnja satu bajangan djauh didepan ia, gesit luar

biasa, bajangan itu mentjelat keudjung dari

ranggon pintu benteng, terus menudju kesebelah

dalam. Ia heran untuk orang punja kegesitan. Ia

pun lihat orang [ punja tubuh ketjil. maka ia bisa

duga, dia itu bukan Hoei Thian Ho.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

637

"Siapa dia? Dia bukan orang sembarangan. Dia

tentu bermaksud tidak baik, terutama untuk ibuku

Baiknja dia datang sendirian, baik aku pegat

padanja, supaja ia tak sampai mengatjau didalam."

Setelah pikir demikian, dengan siapkan

pedangnja, Thian Kie lantas. bertindak.

Digedungnja sendiri, ia bisa bergerak dengan

leluasa. Ia sembunji ketika ia lihat orang berdiri

diwuwungan sebelah depan. Dalam terang bulan, ia

sekarang dapati satu tubuh perempuan, ketjil dan

langsing, pakniannja serba hidjau, dibelakangnja

ada pedang dengan rumtje memain diantara

sampokan angin.

Untuk dapat kepastian, siapa perempuan itu dan

apa kehendaknja, Thian Kie wudjudkan niatnja

untuk merintangi Ia keluar dari tempalnja

sembunji, ia lari ked urusan si nona, selagi

mendekati, tiba2 ia lontjat melesat, hingga ia

berdiri terpisah setumbak lebih dari nona itu.

Nona itu agaknja terkedjut tetapi tubuhnja tak

bergerak, ia hanja mengawasi.

Sekarang Thian Kie bisa lihat satu muka

potongan telur gangsa, rambutnja dibungkus

dengan saputangan merah sebatas alis, dilengah2

djidat, pada bungkusan itu, ada sebutir mutiara

sebesar katjamg, tjahajanja terang. Njata nona ituPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

638

tidak pakai pupur tapi mukanja bersih, sepasang

matanja djernih. Dia mengawasi dengan tadjam.

Sebenarnja Thian Kie sedikit likat, saking

terpaksa ia menegur: "Siapa kau? Apa perlunja

malam2 kau datangi Sam-hiangtjee? Lekas kau

kasi keterangan, kalau tidak, menjesal aku tak bisa

berlaku sungkanlagi"

Tapi ini anak muda berhenti dengan tiba2,

karena ia ingat, dengan tegurannja itu, djustru ia

sendiri jang terbitkan suara berisik.

"Hm !" nona itu tertawa dingin. "Kau tanja aku?

Aku telah datang kemari, pasti aku akan

perkenalkan diriku dan akan djelaskan, apa

maksudku. Tapi kau ? kau siapa? Aku tahu, disini

bia sanja tak ada orang sematjam kau. Aku tak

perlu dengan keteranganmu. Umpama kata kau tak

punja hubungan sama penghuni rumah ini, hingga

kita bertemu setjara kebetulan sadja, aku nasr-hati

untuk kau djangan tjampur urusan lain orang!"

Biar ia bitjara manis, toh sikap st nona ada

gagab, suaranja tetap. Ia tak bergerak, ia tak rabah

pedangnja, hanja tangan kirinja ada dikantong

piauw.

"Lekas bitjara!" ia mengulangi. Thian Kie heran

melihat orang punja keberanian.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

639

"Dia ini aneh, aku tak bisa bunuh dia sebelum

aku dapat keterangannja," pikirnja. "Disini ada

banjak orang, baik aku adjak ia keluar tembok."

Lantas ia rangkap kedua tangannja. "Kalau begitu,

umpama kata kau ada punja njali mari turut aku

keluar tembok!" katanja. "Umpama kita mesti
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertanding, diluar sana ada tempat jang lega"

"Hm!" sahut si nona, bibirnja memain. "Aku

memang sudah duga, kau bukannja orang sini! Kau

mesti ada salah satu kontjo dari Hoei Thian Ho itu

siluman aneh! Maka sekarang, tak perduli kau

siapa, aku ingin tjoba2 pedang dibebokongmu itu!

Nah, hajolah!" ia tutup perkataannja dengan

njaring. Dan sebelum mulutnja tertutup rapat,

tubuhnja sudah mentjelat, djauh lebih tinggi

daripada lontjatnja Thian Kie barusan. Ia gunakan

ilmu mentjelat Jt ho tjiong siauw", atau "Seekor

burung ho serbu langit ', la lontjat ketembok

dikanan, dari aksinja itu, njata ia hendak saingi si

anak muda.

Thian Kie kagum melihat orang punja kegesitan

tubuh itu, tanda dari kesempurnaan kepandaian

melonljat tinggi dan djauh. Ia djadi bingung, karena

ia tak tahu, si nona ada kawan atau satru. Tapi,

sudah terlandjur, ia segera menjusul.

Maka dilain saat, merekh sudah berada diluar

tembok, dirimba dimana ada satu tandjakan

bagaikan bukit batjil, dimana Thian Kie tahu adaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

640

sebuah peseban seperti gubuk. Penduduk Sam
hiang-tjee panggil itu bukit Kie Poan San,

dipeseban itu ada sebldang tanah datar jang luas.

Si nona, jang sampai lebih dahulu, telah berdiri

didalam paseban, sikapnja tenang seperti ia lagi

gadangi si puteri malam....

"Siapa duga baharu aku keluar dari perguruan,

aku mesti hadapi nona ini " pikir Thian Kie. "Ia

rupanja ada seorang musuh tangguh dan djuga

seorang wanita ... Andaikata aku tak sanggup lajani

dia ini, sungguh aku mesti malu akan kembali pada

soe-hoe.."

Selagi memikir begitu, Thian Kie sudah sampai

dibawah peseban.

Melihat orang telah susul ia, dengan sabar nona

itu bertindak keluar dari peseban, air mukanja

tersungging dengan senjuman.

"Kau lihat," katanja dengan 2 manis, "dibawah

sinar indah dari rembulan, disini ada ini tempat jang

bagus, maka pertemuan kita ini ada sangat

kebetulan. Sekarang, tak perduli kita ada sahabat

atau musuh, sebab kita ada sama2 punjai pedang,

mari kita tjoba dahulu pedang kita, untuk beberapa

djurus sadja"

Thian Kie mengawasi dengan tadjam, ia rangkap

kedua tangannja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

641

"Aku ada bawa pedang, tentu sadja itu tidak

untuk dipertontonkan," kata la dengan sabar tetapi

suaranja tetap dan keras, "hanja kita tidak kenal

satu pada lain, kitaorang tak bermusuhan, maka

itu, sebelumnja kitaorang bitjara djelas, buat apa

kita adu sendjata? Aku lihat kau bukannja orang

sembarangan, nona. Kau bawa sendjata, dengan

malam buta-rata kau datang kemari, mestinja kau

ada kandung suatu maksud. Umpama kata kau ada

punja hubungan sama guruku, aku mesti sambut

kau setjara baik, tetapi andainja kau ada utusan

musuh, tak usah kau minta lagi, aku bersedia akan

lajani kau. Kau lihat sendiri, sendjataku sudah siap,

sebab sekarang ini aku lagi meronda, lagi

menantikan datangnja mereka jang berniat busuk

terhadap Sam hiang-tjee Sudah banjak hari. selagi

tak ada musuh jang datang kemari, ini malam aku

bertemu sama nona, satu lie-enghiong. Gerak
gerikmu ada luar biasa, tjara nja kau bitjara pun

bersifat lain, oleh karenanja, aku tak berani

bertindak sembrono. Demikian sebabnja kenapa

aku undang kau kemari, untuk kita bitjara dengan

djelas. Sebenarnja, untuk apa lie-enghiong datang

kemari? Maukah kau beritahukan aku kau punja

she dan nama jang harum? Aku tak ingin terbit

salah mengerti diantara kita."

"Ah, heran!" kata si nona, jang agaknja

terperandjat. "Aku tahu benar, disini tidak ada

orang sematjam kau. Tjiok-hee, apakah kau adaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

642

orang undangan untuk lindungi Sam-hiang-tjee?

Kau toh ada orang Han, kau ada punja hubtmgan

apa sama pihak Sam-hiang-tjee ini, hingga

nampaknja kau hendak membela mati? Siapa kau

sebenarnja? Aku minta kau lekas kasi

keterangan,supaja tak terdjadi seperti katamu

barusan, jalah terbit salah mengerti diantara kita"

Thian Kie pun heran, la pun bersanksi atas orang

punja pertanjaan. Ia lagi sembunjikan diri, Tjara

bagaimana ia bisa buka rahasia? Kalau ia tutup

mulut, apa ia tak malu terhadap ini nona? Dengan

tak merasa, ia banting kaki, ia mengelah napas.

Nona itu mengawasi dengan tadjam dengan

matanja jang djeli.

"Kau seperti ada umpati apa2 hingga kau sukar

bitjara," berkata ia kemudian. "Tapi, selagi kau

tidak mau perkenalkan diri, apa perlunja kau pun

tanja she dan namaku? Itulah tidak adil! Aku lihat,

baik kita tak usah bitjara satu pada lain, hanja mari

kita mentjoba2, barangkali pedangmu itu bisa

mewakilkan kau bitjara !"

Ini ada desakan halus tetapi hebat, itu adalah

antjaman tersembunji, maka, mendengar itu, Thian

Kie djadi mendongkol, hingga ia pikir, baiklah ia

tjoba, akan tutup mulut besar dari si nona.

"Baiklah," kata ia achirnja, "apabila nona

memaksa hendak bertanding, aku bersedia untukPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

643

mengiringi, hanja karena pedang bukannja besi

sembarangan, apabila ada terdjadi kekeliruan

gerakan tangan, harap lie-enghiong djangan ketjil

hati"

Djuga utjapan ini ada punja arti keras, si nona

mengerti, ia bersenjum.

"Ah. maaf, maafkan aku, kata ia. "Kiranja, selain

tjiok-hee berkepandaian tinggi, kau djuga ada

punja pedang istimewa. Pasti pedangmu itu ada

sebangsa Khiantjiang atau Bok-ya. Ini djusteru

menjebabkan aku semakin ingin beladjar kenal."

Sebelumtutup mulutnja, nona itu mundur

beberapa tindak, tubuhnja membungkuk sedikit,

ketika ia geraki tangannja, segera ia hunus

sebatang pedang jang putih berkeredepan,

suaranja berbunji njaring, maka melihat demikian,

Thian Kie sedikit terkedjut, karena ia mengerti,

djuga pedang si nona bukan pedang pasaran. Ia

lantas geraki pedangnja kedepan, tangan kirinja

dibawa kebelakang, diangkat naik, kedua kakinja

memasang kuda-, udjung pedang menudju

kebawah.

Nona itu mengawasi kapan ia lihat si anak muda

punja sikap bersedia atau menantang itu.

"Maaf, maaf, tjiok-hee kiranja ada dari pihak

Siauw Lim!"katanja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

644

Thian Kie mengawasi itu nona, jang masih belum

bersiap, tapi djustru itu, ia dengar orang punja

suara njaring:"Tjongsoe, awas aku hendak berlaku

kurang hormat pada kau !" Dan belum suara itu

berhenti, tubuhnja si nona sudah mentjelat madju,

tjepat laksana angin, ketika tangan kirinja

dimadjukan kedepan, tangan kanannja ?

pedangnja ? terus mengikuti, membabat pinggang

Itu ada gerakan "Tjioe Soei heng tjioe" atau

"Perahu melintang diair bening". Nona itu lontjat

kekanan si anak muda, sambil pedangnja

menjabet.

Thian Kie lihat orang punja geJ rakan, ia tahu itu

ada udjian belaka, untuk gertgk ia, tetapi ia tak

berani sembrono, maka ia geraki kaki kirinja, untuk

lontjat berkelit, kapan kaki itu sudah indjak tanah,

selagi pedang lewat, ia lontjat dengan kaki kanan

kedepan, buat geraki tangan kanan,i untuk balas

menjerang. Ia perllhatkan "Tat Mo Ngo-heng
kiamhoat" bahagian "Sin liong tiauw bwee" atau

"Naga malaikat menggojang ekor" jang disusul

sama "Tok bong touw sin" atau 'Ular berbisah

muntahkan ratjunnja".

Nona itu benar liehay dan gesit. Iapun berkelit

dengan segera. Sebab dengan "Tjioe soei heng

tjioe" ia tak berhasil, ia menjerang pula dengan

"Giok tay wie yauw" atau "Melibat pinggang dengan

angkin kumala". Iapunja pedang menjambarPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

645

bagaikan bianglala. Ia berkelit kekirinja si anak

muda, dari situ pedangnja menudju ketengah

tubuh lawan.

"Sungguh sebat!" memudji Thian Kie didalam

hati. Dilain pihak, ia masih belum bisa kenali orang

punja asal-usul ilmu pedang itu, hingga untuk

mendapat tahu, terpaksa ia mesti gunai akal, la

tunggu sampai pedang mendekati. , libas ia

berputar kekanan, pe1 dangnja gunai tipu "Yoe

hong bie loei atau "Tawon permainkan Pusuh

kembang". Ia tidak mau berlaku kedjam, tapi

serangannja ini ada berbalinja. Ia mau terus desak

sampai ia tahu, musuh ada dari golongan mana.

"Bagus!" berseru si nona, jang saksikan orang

punja permainan, tubuhnja mentjelat mundur,

akan manjingkir dari tikaman.

Maka itu, selandjutnja, mereka bertempur terus,
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

satu madju, satu mundur, jang lain menikam, jang

lain menangkis. Kalau si pemuda ada mendesak, si

nona tidak mau mengalah dan saban? balas

mendesak pula.

Didepan peseban, tandingan ini ada seperti ber
putar2. Kedua pihak ada sama gesitnja, tak ada

satu jang ingin Kasi pedangnja kebentrok pada jang

lain, mereka selamanja main berkelit, lompat

mundur atau njamping atau egos tubuh. Beberapa

kali Thian Kie gunakan ilmu tikaman atau tabasanPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

646

iang berbahaja, saban? tempat kosong adalah

sasarannja. Demikian djuga dengan si nona, jang

tak mampu lumpuhkan si anak muda. Adalah

sesudah Lengkim-kiam menjerang ber-ulang?,

Thian Kie kenalkan si pemudi bersilat dengan ilmu

pedang golongan Wat Lie Kiam dan Wan Kong

Kiam, jang tergabung mendjadi satu, hingga tidak

heran, si nona djadi liehay sekali.

Kedua pihak merasa kagum, mereka saling

kagumi, karena mereka ada sebanding sekali.

"Dia tetap ada orang perempuan, aku nanti ulur

tempo, akan ketahui sampai dimana dia punja

keulatan," kemudian Thian Kie pikir. Dan ia

benar2 mulai bersilat dengan lebih

banjak undjuki kegesitan daripada serangan.

"Hm !" si nona tertawa dalam hatinja, "pikiranmu

ada pikiran totol, karena tjara bagaimana kau

hendak samakan aku dengan orang perempuan

kebanjakan! Kau telah terpeladjar baik akan

tetapi kau masih memerlukan latihan lebih berat

lagi, aku tidak pikir buat tentukan siapa menang

dan kalah, aku hendak udji kau, maka siapa tahu,

kau hendak udji aku. Baiklah, kau nanti kenalkan

liehaynja kaupunja nona!"

Habis pikir begitu, pemudi ini lantas sadja

bergerak gesit, terputar2 djuga, akan lajani si

pemuda, gerakan kaki dan pedangnja djuga, djadiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

647

sebat dan menjadi luar biasa, seperti ia ada sangat

penasaran dan tergesa-gesa menghendaki

keputusan, sebagai ia takut untuk berkelahi lama2.

Thian Kie baharu keluar dari perguruan, ia

kurang pengalaman, ia lantas sadja menduga orang

punja hati. Ini djusteru ada iapunja keinginan.

Dalam kegirangan ia pertjaja, lekas si nona akan

djadi lelah, dan lekas ia akan mengadjar adat.

Belum lama atau semua gerakannja si nona

mulai mendjadi lambat, selain ada terdengar

iapunja napas mengorong, gerakan pedangnja pun

mulai rantju. Thian Kie lihat itu, ia girang bukan

main.

"Inilah saatku," ia pikir. Ia segera mulai dengan

desakannja.

Nona itu lihat ia diserang hebat, ia mengerti jang

iapunja tipu sudah memakan, akan tetapi, dilain

pihak, ia pun kagum atas orang punja berbagai

tusukan dan sabatan, jang mana, agaknja dengan

susah-pajah, ia bisa luputkan. Ia bersilat dengan

turuti kejakinan, dengan ketjerdikan melawan

tenaga, dengan kelembekan melawan kekerasan.

Thian Kie heran ketika ia sudah menjerang

beberapa kali dengan tidak peroleh hasil, sedang ia

telah menjangka, pihak lawan sudah lelah, tinggal

dirubuhkan sadja. Djadi sia2 sadja iapunja tipu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

648

Dan ia djadi semakin heran ke tika segera ia

merasa bahwa orang mulai berbalik mendesak,

Satu kali, hampir sadja pedangnja tersampok

terpental untung ia waspada dan menjekal keras,

Dengan tiba2 ia insaf, ia djusteru jang kena

dipedajakan Djadi si nona ada gagah luar biasa dam

tjerdik djuga !

"Ia dari kalangan apa? Apa maksudnja ia datang

kemari?" ia memikir ber-ulang2, ia menduga2.

Hingga karenanja, perhatiamija djadi terpetjah,

hingga ia tak lagi bertempur dengan hebat.

Si nona tertawa tersengsam ketika ia lihat orang

punja perubahan sikap itu, berbareng ia lontjat

mundur, pedaaignja dilintangi didepan dadanja.

"Tunggu dulu!" kata si nona, sambil tertawa.

"Aku ingin bitjara !"

Ini adalah pengharapannja si anak muda, maka

tak bersangsi sesaat djuga, ia menunda

sendjatanja, dengan tantjap pedangnja ditanah. ia

terus memberi hormat.

"Lie-enghiong empunja ilmu pedang ada liehay,

aku malu jang aku tak dapat menandinginja." ia

kata. "Aku kagum!"

Si nona fertawa pula, dengan tindakan elok, ia

madju sedikit. Ia awasi pemuda itu agaknja ia tidak

likat sama sekali. Lagi2 ia bersenjum.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

649

"Aku minta tjiokhee tidak berlaku seedjie,"

katanja. "Kitaorang telah bertempur. Untuk apakah

itu? Djikalau aku dari pihak musuh. habis kau

berlaku begini sungkan terhadap aku, apukah

artinja itu?"

Thian Kie melongoh. Itu ada kata jang ia tidak

pernah harap. la djadi djengah sendirinja, sampai

ia tak mampu segera mendjawab.

Mereka berdiri dekat sekali satu pada lain.

"Apa jang aku kagumi adalah boegee kau, lie
enghiong," kata si pemuda kemudian. Ia bitjara

dengan pelahan. "Aku tidak ketahui asal-usul kau,

aku pun tidak tahu, kau ada musuh atau kawanku,

hanja, melihat sikap dan suara kau, kau mestinja

bukan dari pihak satru"

Tiba2 lenjap air muka ber-seri2 dari si nona, ia

madju satu tindak, tampangnja mendjadi sungguh2

hingga ia nampaknja keren.

"Dan umpama kata aku ada dari pihak musuh

habis?" ia tanja.

Thian Kie terkedjut, sepasang alisnja bangun, ia

awasi si nona dengan tadjam, kemudian sambil

gedruk kakinja, ia tjabut iapunja pedang, akan

terus mundur satu tindak.

"Apakah benar kau ada utusannja Hoei Thian

Ho?" ia tegur. "Apakah kau hendak serang aku?"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

650

baharu ia utjapkan itu perkataan ?aku?, atau ia

merasa bahwa ia terlalu terburu napsu. Maka

lekas2, ia ubah perkataannja : "Aku maksudkan,

apakah kau hendak bunuh naytek disini?"

Nona itu berdiri dengan tak bergerak sedikit

djuga, ia bersenjum pula.

"Apakah jang kau katakan itu, benar dan djuga

tidak benar... " ia djawab

"Apa kau maksudkan?" Thian Kie tanja, saking

heran.

"Gampang untuk kau mengerti," sahut pula si

nona, la bitjara dengan sabar sekail "Dengan

sebenarnja, aku datang dari pihak musuh kau, akan

tetapi aku datang kemari, untuk tugas lain ? sama

sekali aku tidak punja sangkutan suatu apa sama

kaupuanja naytek Itu. Hoei Thian Ho, kau orang

punja musuh itu, tidak berhak untuk memerintah

aku, dan aku seratus kali djuga tak nanti dang mata

padanja Ini sebabnja kenapa kau boleh bilang

bahwa aku djuga bukannja musuh kau...

Sekarang kita kesampingkan urusan itu, mari

aku bitjara terus-terang pada kau. Tidak keruan

aku minta bertanding sama kau, itu disebabkan aku

ingin saksikan sendiri kepandaiannja orang2 dari

golongan kau. Kau benar ada orang jang

mewariskan peladjaran dari Siauw Lim Pay, l

kaupumja serangan dan tangkisan jang terachir ?PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

651

beberapa gerakan ? benarada buah-peladjarannja

Kat Tayhiap dari Ay Lauw San, maka kau mesti ada

murid terpandai dari Kat Tay-hiap dan kau

dititahkan Kat Tay-hiap unj tuk melindungi naytek

dari keluarga Ho disini. Baik aku omong terus
terang, diantara kita, meskipun ada perbedaannja,

asal boegee kita ada satu. Tidak heran kau tak bisa

tangkap aku asal dari golongan mana, karena

peladjaranku tertjampur dan teraling oleh

peladjaran dari Ngo Bie Pay. Sebenarnja, tugasku

hampir tak beda dengan tugas kau, Itulah

sebaliknja daripada dugaan kau barusan. Kau tentu

akan tjurigai aku. tetapi aku mesti berlaku hati2.

Perlu bagiku akan ketahui kaupunja she dan nama,

disebelahnja perhubungan guru dan murid diantara

kau dan Kat Tayhiap, aku ingin tahu djuga,

hubungan apa kau ada punja dengan keluarga Ho

ini. Kalau kau bitjara, perkataan kau hanja masuk

kedalam kupingku, kau djangan kuatir nanti botjor!

Kau harus insaf, malam2 aku datang kemari itulah

ada urusannja jang sangat penting. Ada kabar

penting sekali, jang aku mesti sampaikan pada Kat

Tay-hiap, gurumu itu! Sekarang sudah hampir

habis tempo, aku ada punja lain urusan penting,

lekas kau kasi keterangan padaku!"

Habis bitjara begitu, ia terus mengawasi dengan

tadjam dengan matanja jang djeli dan bersinar itu,

kelihatannja ia bitjara dengan sungguh2.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

652

Thian Kie tetap bersangsi, meskipun ia merasa si

nona telah omong dengan djudjur. Iapunja rahasia

ada terlalu besar akan sembarangan dibuka

didepan seorang jang tidak dikenal. Tapi si nona
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendesak.

"Satu laki2 mesti lekas mengambil putusan!"

kata pemudi Itu. "Melihat roman kau, tidak

seharusnja kau bersangsi2. Apakah kau tak dapat

bertanggung-djawab?. Kalau begitu, terpaksa aku

mesti pergi sendiri pada naytek !"

"Tahan !" ia berseru. "Aku nanti kasi

keteranganku!"

Nona itu merandek, ia mengawasi.

"Sebenarnja bagiku ada apa2 jang sukar untuk

aku djelaskan," kata Thian Kie kemudian.

"Urusanku pun ada sangat penting....

Menurut pesan dari guruku, apabila belum

sampai saatnja, aku tidak boleh bertjerita. Lie
enghiong pasti tidak ketahui kesukaranku Ini. Inilah

sebabnja kenapa aku bersangsi untuk bitjara,

meskipun, dengan melihat roman kau, kau"

Pemuda ini berhenti dengan tiba2, kembali ia

bersangsi

"Landjutkan!" kata si nona, jang tapinja terus

tunduk.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

653

"Aku merasa bahwa kau bukannja dari pihak

musuh," melandjuti si anak muda. "Sekarang aku

akan bitjara terus-terang. Aku ada Ho Thian Kie,

murid dari Kat Tayhiap, aku ada anak satu2nja dari

naytek di sini"

Si nona angkat kepalanja dengan tjepat, ia

mengawasi dengan tadjam. Agaknja ia terkedjut.

"Oh, aku mengerti sekarang!" katanja. "Tjiok
hee rupanja ada Ho Siauw-touwsoe, jang dahulu

dikatakan lenjap tak ketahuan, tapi sekarang ? di

saat mengantjam seperti ini ? telah pulang dengan

tiba2, malah sebagai muridnja Kat Tay-hiap!" ia

tambahkan.

Thian Kie manggut. Setelah perkenalkan diri, ia

anggap tak perlu tutup rahasia terlebih djauh. Maka

ia tuturkan hal kesengsaraan ibunja, jang

sembunjikan ia, bagaimana ia dididik oleh Kak Kian

Soen, hingga sekarang ia diidjinkan pulang buat

bantu lindungi ibunja.

"Sakit hatiku belum terbalas, ini sebabnja, aku

terpaksa mesti sembunjikan diri," ia terangkan

achirnja.

Mendengar demikian, air mukanja si nona djadi

terang dengan tiba2, la mangguts. Lantas sadja ia

masuki pedangnja kedalam sarung, akan gendol itu

seperti bermula. Ia ulur iapunja tangan, seperti iaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

654

hendak djambret tangannja si pemuda, atau ia

batalkan itu.

"Ho Sie-heng, kau tahu tidak siapa aku ini?"

kemudian ia kata, dengan pelahan. "Ingatkah kau,

ketika kau masih ketjil dan suka main kuda2an,

kau ada punja satu kawan she Shiang jang

dipanggil Yauw Hong?"

Mendengar nama ini, Thian Kie segera ingat

kedjadian samar2 waktu ia berumur enam atau

tudjuh tahun, tempo ibunja adjak ia pergi kedesa

Tiok-wan-tjoen dibelakang rumahnja dimana ada

satu dukun perempuan jang bernama Shiang Loo
loo, siapa ada punja botjah umur pantarannja jang

pandai main dangsu. Dukun itu ada dipudja oleh

penduduk bangsa Biauw, saking pandainja ia,

sebab dengan kaki telandjang, ia bisa djalan diatas

tangga udjung golok dengan kaki tidak terluka,

sedang dipuntjak tangga, si nona tjilik pandai

indjak dan djumpalitan diudjung golok. Hingga

Shiang Loo-loo dianggap ada punja ilmu mudjidjad

sebab dibantu oleh iblis jang memasuki tubuhnja.

Si nona adalah Shiang Yauw Hong, jang sangat

disajang oleh Shiang Loo-loo. Thian Kie biasa

memain sama nona itu.

Adalah setelah iapunja ajah menutup mata,

Shiang Loo-loo dan anaknja itu lenjap entah

kemana, terus sampai sekarang baharu ia ketemuPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

655

pula, hingga ia saling tidak mengenali satu pada

lain.

Lantas ini anak muda awasi itu bekhs kawan,

siapa tadinja ada tjantik dan manis, tapi sekarang,

setelah berumur dewasa, ada eilok dan

menggiurkan, rupanja telah beda banjak dengan

masa ketjilnja.

Shiang Yauw Hong bersenjum memandang

pemuda itu.

"Aku tidak sangka bisa bertemu kau disini!" kata,

pemudi ini kemudian. "Rupa2nja kau teringat masa

kanak2 kita, ketika kita suka sama2 memain. Tapi

sekarang bukan saatnja untuk kenang-kenangi

kedjadian dahulu itu. Didalam paseban ada batu,

mari kita duduk disana, aku perlu bitjara sama

kau."

Ia terus mendahului bertindak kepaseban.

Thian Kie masukkan pedangnja kedalam sarung,

ia mengikuti, ia malah kebuti batu.

"Duduklah," ia undang si nona, sedang ia sendiri

duduk didepannja.

Shiang Yauw Hong duduk, buat terus bitjara,

"Kalau tidak salah, kau ada terlebih muda dua

tahun daripada aku," ia berkata. "Kau tentu tidak

tahu, kenapa dahulu ibuku dan aku sukaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

656

berkundjung kerumah kau. Dimasa ibu muda, ia

dan ajahku ada orang2 kenamaan dari dunia Rimba

Hidjau, lebih2 ibuku, jang dikenal sebagai Yan Tjie

Houw. si Harimau Betina. Kita ada orang Biauw asal

Wie-mo-tjioe. Ajah terbinasa ditangan tentera

negeri, ibu menjingkirkan diri. Ketika itu, ibu lagi

mengandung tiga bulan. Belum ada dua bulan, ibu

berhasil membinasakan punggawa negeri jang

binasakan ajah. Setelah itu, kau sembunji didalam

gunung Tjap-djie Lan Kan San di Leekang-hoe,

disana ia diperlakukan baik sekali oleh Kioe-tjoe

Kwie Bouw. Akupun terlahir disana. Tempo aku

berumur lima atau enam tahun, ibu adjak aku

kembali ke Tiok-wan-tjoen dimana ibu hidup

sebagai dukun. Itu waktu, sudah sirap tindakan

pembesar negeri jang mentjari ibu. Pun roman ibu

telah berubah banjak. Kita hidup dengan

pekerdjaan ibu sebagai dukun, sedang sebenarnja,

kepandaiannja ada kepandaian sedjati, bukannja

ilmu gaib. Diluar dugaan kita, ajahmu dapat lihat

kepandaian ibu, maka ajahmu perintah ibu kau

undang kita berdiam digedung kau dimana kita

tinggal sampai satu tabun lebih. Kita telah

diperlakukan sangat baik. Kemudian datang

saatnja ajahmu. terbinasa ditangannja Say-ong

Pouw Louw. Ibu ingin menuntut balas untuk

ajahmu. diam2 ia angkat kaki, tapi malamnja ia

masuk kegedungmu dengan diam2, akan tinggali

surat padamu, bunjinja ringkas sadja, memesanPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

657

ibumu akan rawat kau dengan baik, sebab katanja

kau ada berbakat, harus beladjar silat. Rupanja

pesan dari ibu itu diperhatikan oleh ibu kau.

Ibu adjak aku merantau, sampai dengan

kebetulan, kita bertemu pula dengan Kioe-tjoe Kwie

Bouw. Ta adjak kita tinggal pula padanja. Sajang

ibu mendapat sakit dan tak bisa sembuh pula, maka

sebagai anak jatim-piatu, aku dirawat oleh Kioe
tjoe Kwie Bouw dan dididik. Aku telah diangkat

djadi anak-pungutnja jang ketiga. Kioetjoe Kwie

Bouw ada punja tiga anak angkat, jang besar Lo Sat

Lie, jang kedua Hek Kouw, Si Nona Hitam, jang

sekarang kesohor sebagai Hek Bouw-tan. Namaku

Yauw Hong tapi lalu diubah mendjadi Yauw Nio.

Bertiga kita dididik ilmu silat kaum Ngo Bie Pay,

sampai kemudian Koei-tjoe Kwie Bouw adjak kita

pindah ke Kwie-bouw-tong di Pit Mo Gay. Disini

Kioe-tjoe Kwie Bouw terima sembilan murid lelaki

ialah Liok Siauw Kioe Kwie, sembilan Iblis dari Liok

Siauw San. Tidak lama kemudian. Kioe-tjoe Kwie

Bouw menikah sama Say-ong Pouw Louw. Turut

pantas, aku mesti ingat budinja Kioe-tjoe Kwie

Bouw, tapi iapunja sepak terdjang, semua

perbuatannja, aku sangat tidak setudjui. Ia ada

sangat kedjam, terutama Pouw Louw. Dilain pihak,

aku pun ingat sakit hati ajah kau. Jang paling

mendjemukan adalah Pouw Bin Seng, anaknja

Pouw Louw jang didjuluki Siauw Say, si Singa Muda.

Dia ini djauh lebih muda daripada aku tetapiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

658

timgkahnja sangat tengik, ia ada sangat litjik dan

djahat, tetapi ia disajang sebagai mustika oleh

Kioe-tjoe Kwie Bouw. Aku ngeri buat singa tjilik itu.

Sekarang aku datang kemari dengan diam2,

sebabnja sebagian besar ada mengenai urusan

dengan si Singa Muda..."

Thian Kie heran dan ketarik hati, sedari tadi ia

mendengari dengan diam sadja, sekarang si nona

berdiam, ia hendak bitjara. Tapi nona ilu telah dului

ia. Ketika bitjara pula, nona ini djadi semakin

sengit.

"Dengar," demikian si nona. "Sebelum aku

mendjelaskan tentang aku, kau tentu tetap tidak

mengerti. Tapi sekarang sudah tidak keburu, aku

tak punja ksempatan akan bitjara banjak. Kita

tunda dulu halnja sl iblis tjilik itu, kita bitjara lain

urusan, jang sangat penting"

Thian Kie heran.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yiauw Nio...."kata ia, suaranja sedikit keras.

"Diam!" si nona memegat, tangannja pun

digojang-gojang, sedang sepasang matanja

mengawasi dengan dalam. "Djangan berisik,

dengar aku. Selama beberapa hari. ini, Kioe-tjoe

Kwie Bouw harapi sangat berhasilnja Say-ong Pouw

Louw mengambil djiwanja seluruh keluarga Bhok,

sesudah itu ia hendak mulai dengan gerakannja

merampas Inlam Selatan. Unluk itu. ia sudah aturPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

659

rentjana, umpama siapa2 jang rampas tempat

penting. Untuk duduki Wie mo-tjioe, ia telah

tetapkan Hoei thian-ho Goh Pit Kwee. Kau tentu

tahu siapa itu Goh Pit Kwee. Dia ini tahu benar

keadaan di Wie-mo-tjioe, terutama ia tahu betul,

Sam-hiang-tjee dikepalai oleh seorang perempuan.

Sebenarnja ia ingin mendahului turun tangan,

bagusnja ia masih djerihkan Kioe-tjoe Kwie Bouw,

maka itu, ia terpaksa kirim sadja orangnja, untuk

njelundup masuk kemari, guna membunuh naytek

dengan tjara menggelap. Ia ingin, asal naytek telah

binasa, Kioetjoe Kwie Bouw nanti segera perintah

ia rampas kekuasaan disini Apamau, perubahan

telah terdjadi, jalah ia dikirim keperbatasan Inlam

? Kwietjioe, guna berserikat sama suku2 Biauw

disana. Beruntung sekali, pemberontakan disana

telah dapat ditindas oleh tentera negeri, hingga

Bhok Kongya bisa pulang dengan kemenangan.

Selagi Pouw Louw bakal bekerdja di Koen-beng,

Goh Pit Kwee akan turun tangan di Sam-hiang-tjee,

sebab ia bakal kembali dengan segera ke Ah
bietjioe. Inilah sebab2nja kegentingan. Baharu

kemarin dulu aku diperintah oleh Kioe-tjoe Kwie

Bouw untuk wakilkan Pouw Louw mendjaga

Touwsoe-hoe di Ah-bie-tjioe Si berbareng sekalian

selidiki apakah ada mata musuh atau tidak dalam

kalangan kita. Sekarang ini, mulut djalanan masuk

ke Pit Mo Gay sudah didjaga kuat laksana tahang

besi. Ada alasannja kena pa Kioe-tjoe Kwie BouwPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

660

perkeras jpendjagaan disarangnja. Jalah pada

suatu malam kedapatan binasanja sepasang loo
hoet-hoet jang djaga mulut djalanan, binasanja

karena pukulan hebat dari ilmu Tay-lek Kim-kong,

dan disitu ditinggali sesampul-surat tak ada

suratnja hanja selembar kertas dilukiskan lima

matjam benda jaitu kesatu serupa tungkat aneh,

kedua sepasang pedang Tjiehiong-kiam, ketiga

sebatang suling besi, keempat sepasang tjetjer

kuningan, dan kelima gam bar pat-kwa. Rupanja

Kioe-tjoe Kwie Bouw mengerti maksudnja sampul

itu, karena ia sudah tertawa berkakakan dan kata:

'Aku memang tahu, itu beberapa siluman tua

hendak datang menindih aku! Bagus, mereka boleh

sekalian antarkan djiwa mereka, supaja aku tak

usah berabeh lagi!' Lantas kertas gambar itu ia

robek hantjur. Dihari kedua, ia terus perintah kita

djaga semua tempat djagaan, dan dengan tjara

kilat, ia perintah orang susul akan tarik pulang Hek

Bouw-tan, jang telah diutus ke Koen-beng.

Aku sendiri dikirim ke Wie-raotjioe, diam2 aku

bersukur. Begitu berangkat dari Pit Mo Gay, aku

paling dulu pikir untuk datang kemari, akan tengok

loo-thaythay, ibumu, buat kisiki agar ia waspa da

terhadap Hoei Thian Ho. Siapa tahu, kita djusteru

bertemu satu pada lain. Aku girang loo-thaythay

bisa rawat dan didik kau hingga mendjadi satu

siauw-touwsoe gagah, njata Thian tak sia-siakan

orang berhati baik Aku pertjaja ibuku didunia bakaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

661

pun akan bersenjum. Ttaggal aku, jang sekarang

berada didalam kalangan jang berbahaja"

Berkata begitu. Shiang Yauw Nio tunduk, air

matanja mengembeng. Ia memang berada

ditempat berbahaja.

"Djangan berduka, entjie Yauw." Thian Kie lantas

menghibur. "Aku bersukur terhadap ibumu dan kau

sendiri djuga, terutama untuk kaupunja kabar

penting ini. Aku pun girang sekali atas pertemuan

kita ini. Kau tumpangi diri di Pit Mo Gay, aku

sembunjikan diri di sini, nasib kita agaknja sama,

maka sudah seharusnja kalau kita saling bela.

Tuturkan kesulitan entjie, kita nanti damaikan itu,

aku bersedia akan bantu kau."

Yauw Nio keluarkan saputangannja dan, tepas

iapunja air mata.

"Adik Kie, aku lebih tua, idjinkan aku panggil adik

padamu," katanja. "Sudah lama kita berpisah,

siapa tahu, kau tetap baik hati seperti dulu.

Memang aku pun girang atas pertemuan kita ini.

Aku tersedih karena aku teringat kepada ibuku, ia

menderita dan aku hidup sebatang-kara"

Thian Kie terharu. Keduanja berdiam, hingga

suasana djadi sangat sunji, ketjuali suara ahgin.

Malampun tetap terang dan d jernih. Mereka

baharu terperandjat, ketika ada gowak terbang

karena kaget, entah karena apa. Yamv Nio lebihPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

662

kaget, sebab ia segera merasa Thian Kie tjekal

sebelah tangannja dan matanja disusuti dengan

saputangannja sendiri, sedang tangan kirinja ada

dipundaknja itu pemuda. Ia berbangkit dengan

mendadakan.

"Adik Kie!" ia berkata.

Thian Kie pun berbangkit, saputangannja si nona

ia masuki kedalam sakunja sendiri.

"Ada apa, entjie?" tanja ini anak muda.

Yauw Nio bertindak keluar, tangannja menundjuk

rembulan, kemudian ketanah.

Thian Kie mengerti, ia ada tanda bahwa waktu

bukannja malam lagi, bahwa si nona berniat pergi.

Maka ia lantas lontjat, akan memegat.

"Tunggu, entjie !" kata ia. "Aku hendak bitjara

tentang urusan penting !"

"Apa itu?" tanja si nona.

"Entjie tentu ketahui baik sepak-terdjangnja

Kioe-tjoe Kwie Bouw, maka kalau entjie tetap

berada ber-sama2 dia, lama2 akan terdjadi, batu

dan kumala akan terbakar musna sama2," kata ini

pemuda. "Bukankah ini jang entjie buat kuatir?"


Tuan Tanah Kedawung Karya Ganes Th Fear Street Klub Horor Thrill Club Winnetou Kepala Suku Apache Karya Dr

Cari Blog Ini