Ceritasilat Novel Online

Cahaya Perak Bukit Timur 2

Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng Bagian 2

yang sangat sedap kedengerannya, membuat hati sinenek mulai goyah,

hingga kecurigaannya agak luntur.

Selagi Tiat Kuy Lolo hendak menyahuti, tiba2 terdengar suara orang

menyapa:

?Nenek, kau datang juga ?"

Tiat Kuy Lolo terkejut. Ia heran bahwa ditempat asing ini ternyata

ada orang yang mengenali dirinya ! Ia menoleh. Tampak pada meja

diruang tengah, duduk duduk beberapa orang, dan diantaranya ada yang

ia kenal, ada pula yang tidak, sedang orang yang menyapa dia ternyata

adalah tokoh silat dari See-cong-pay. Sitelapak besi Tio It Jin!

Tiat Kuy Lolo menjadi girang.

Tio It Jien pun berada disini, dia adalah sahabat karibnya Cui Hong

Kiam Kek Yap Siong Lan, tapi apakah Yap Po-cu juga turut serta? Bila

demikian, maka ini sungguh kebetulan sekali!" pikirnya.

Semangat menjadi berkobar2, hingga hampir2 ia melupakan

sipemuda baju kuning ! Ketika ia teringat pula, ia menarik pemuda itu :

Mari kau turut aku!"

Pemuda baju kuning tersenyum.

Sesampainya ditengah ruang, orang2 yang sedang ber-duduk itu

serentak bangun. Sinenek menyapu dengan pandanganya. Kecuali Tiat
Ciang Tio It Jin, tampak dua orang lain, diantaranya si Bintang-pelintas

langit Ong Cin Peng dan Pan ln Liong si Naga-pengaduk-awan Thio Bun

Kang, dan yang lainnya ia tidak kenal.

Tio It Jin buru2 memperkenalkan kawan2nya kepada Tiat Kuy Lolo.

Ternyata mereka itupun orang2 yang telah mempunyai nama atau

kedudukan besar dalam dunia Kangouw.

Mereka itu adalah Seng Ciu Pek Wan Ciu Pit Si Kera Putih Tangan

sakti dari Tiang-Pek Pay, Cu Bu Cui Tang Wang dari Sucuan, sedang dua

orang lainnya yang masih muda adalah Lun Jauw Po dan Lim Yauw Goan

dari Go-Ble Pay.

Setelah selesai memperkenalkan orang2 Tio lt Jin berpaling pada

pemuda baju kuning.:

Siapa saudara muda ini ?"

Si pemuda tidak menanti Tiat Kuy Lolo menyahuti pertanyaan

orang, ia sudah mendahului.

"Boanpwee bernama Kok Piauw, anak murid Kiu Hwa Sie."

"Haaah!" berseru Tio lt Jin dengan gembira.

Ternyta kita bukan orang luar. kami menjenguk Kiu Hwa Sam Cu !"

Tiat Kuy Lolo terperanjat. Selagi ia hendak menceritakan segala apa

yang ia alami, Tio lt jin sudah menyuguhkan arak dan tidak memberikan

kesempatan.

Sinenek dapat bersabar, ia meneguk araknya.45

Kembali Tio It Jin bertanya.

Nenek, apa kau pun datang untuk menengok Kiu Hwa Sam Cu ?"

Sinenek mengetahui maksud kedatangan orang ketempat ini, maka

ia menggelengkan kepalanya, mengelah napas!

Pada hadirin yang menyaksikan menjadi heran, mereka insyaf tentu

telah terjadi sesuatu yang kurang beres. Wajah mereka berubah tegang !

Thio Bun Kang yang merasa berhutang budi kepada Kiu Hwa Sam

Cu, tak tahan lagi sudah bertanya :

"Apa yang telah terjadi pada diri mereka?"

Pertanyaan ini tiba2 mendapat jawaban:

Mereka telah mati dibunuh oleh Kie Thian Seng!"

Kata2 ini seperti keluar dari mulut Tiat Kuy Lolo. tapi kedengaran

seperti juga bukan, dengan kata lain, orang yang berbicara itu seperti

berada diantara mereka, tapi setelah diteliti, seperti juga buhan. Hal ini

benar2 bagaikan guntur disiang hari bolong membuat semua orang

terkejut bukan kepalang!

Tio It Jin menengok ke kiri dan kanan, tapi tak tahu dimana orang

yang berbicara tadi itu? Sedang Tiat Kuy Lolo demi melihat perubahan air

muka semua orang, menyangka bahwa mereka terkejut karena

mendengar berita kematian Kiu Hwa Sam Cu yang sangat tiba2 itu.

Sedikitpun ia tidak mencurigai peristiwa lain yang telah terjadi, maka

iapun menarik napas:

"Bukan saja Kiu Hwa Sam Cu tapi seluruh Kiu Hwa Sie telah

tertimpah malapetaka!"

Rasa terkejut mereka masih belum hilang, dan kini setelah

mendengar berita ini, mereka terpaku bagaikan patung.

Semua hadirin ber-debar2 hatinya, tapi tiada seorang pun

membuka mulut akan berbicara. Mereka bungkam seribu bahasa.

Lewat babarapa lamanya, sinenek dengan pandangan matanya

menyapu setiap orang.

"Kalian mendengar berita kematian Kiu Hwa Sam Cu sudah begitu

terkejutnya. Bagaimana mendengar pula berita kematiannya Siau-Lim

Beng Ceng Taisu, Kun-Lun Pek Beng Yam Taihiap, . . . .Lu Cie Beng?"

Semua orang menggigil bagaikan tersiram air es.

Sinenek kembali berkata pula dengan nada parau:

"Aaah ! Kecuali Cie Yang Totiang yang kehilangan sebuah

lengannya, maka hanya aku sinenek seorang saja yang hidup selamat.

Hal ini disebabkan karena Kie Thian Tai Seng itu bersemboyan tidak

membunuh kaum wanita. dengan alasan ini maka tertolong juga jiwa Cie

le Sian-kauw bersama putrinya."

Kembali setiap orang menjadi gelisah. Mereka tahu bahwa orang2

yang disebutkan sinenek itu kesemuanya berkepandaian tinggi. Lebih2

pula, Cie le Sian-kauw yang kepandaiannya sangat lihay. Bila ceritera ini

bukannya dituturkan sinenek yang telah menyaksikan sendiri, tentu tiada46

orang yang dapat percaya omongan itu.

Setiap orang berdebar-debar hatinya seolah2 pemandangan yang

dialami sineek, kini disampaikan kepada mereka, hingga masing2 merasa

seperti telah menyaksikannya dengan mata kepala sendiri.

Sementara itu Tio It Jin si Telapak Besi berkata dengan penuh

perasaan:

Aaah ! Sayang Yap Twako telah menutup pintu mengasingkan diri,

bila tidak, momok ini tidak berani berkeliaran berbuat se-wenang2."

Pada ketika itu tiba2 terdengar suara tertawa dingin.

Hmmmm !"

Suaranya begitu dingin laksana salju meleleh, dan tak asing lagi

kedengarannya bagai Tiat Kuy Lolo, maka melirik kepada Kok Piauw si

pemuda berbaju kuning itu. Tampak wajah pemuda itu mencerminkan

rasa kaget, hingga sinenek menjadi heran.

Suara tertawa itu terdengar dengan tiba2 dan menyeramkan sekali,

maka semua orang segera mengalihkan pandangannya kearah suara itu.

Sinenek mula2 mencurigai Kok Piauw tapi semua orang melihat

kebelakang pemuda itu! Tampak dibelakang Kok Piauw berduduk seorang

dara muda berpakaian serba putih sedang asyiknya makan hidangannya,

terhadap pandangan semua orang dicurahkan terhadap diri sigadis.

Semua orang kembali menjadi heran.

Tapi sinenek tetap pada pendiriannya bahwa suara tertawa itu tentu

bukannya perbuatan sidara muda baju putih itu, walaupun arahnya itu

sama. Itulah perbuatan Kok Piauw !

Karena suara tertawa ini hanya terdengar sepintas lalu maka

mereka tidak dapat mendengar dengan jelas. Jika kecurigaan ini

ditumpahkan kegadis itu, mereka agak bimbang. Alasannya karena wajah

gadis begitu cantik lemah gemulai, seperti orang yang tidak

berkepandaian sedikit pun, malah asal saja salah seorang diantara

mereka mendorongnya dengan sebuah telunjuk, dapat sigadis akan roboh

seketika itu juga!

Tiat Kuy Lolo yang kemudian bertanya: "Bilakah Yap Po cu menutup

dirinya? Mengapa aku tidak pernah dengar dari kawan2 mengenai dirinya

itu ?

Hal ini tentu Lolo tidak mengetahuinya !" sahut Tiat Ciang Tio lt Jin

sambil menggeleng2kan kepalanya "Bulan yang lalu, waktu aku pergi ke

Tap-Ke Po untuk menengokinya, dia tiba2 berkata kepadaku, bahwa

setengah bulan kemudian akan terjadi sesuatu. Betul saja, baru saja aku

berlalu, maka segera tersiar berita bahwa Yup Twako telah menutup pintu

mengasingkan diri.

Mendengar keterangan Tio It Jin, Senum orang semakin heran,

ternyata pengasingan diri Tiui Hong Kiam Kek itu. tidak lebih tidak kurang

tepat pada saat munculnya kembali Kie Thian Tai Seng !47

Ong Cin Peng si Bintang pelintas langit yang terkenal akan

kecerdikannya. sejak tadi diamsaja. pada setelah membahas seluruh

kejadian, maka iapun berkata :

"Aku yang rendah masih kurang jelas, aku mohon penjelasan !"

Semua orang tidak tahu ia sedang minta penjelasan kepada siapa?

Maka serentak mereka menyahuti "Penjelasan apa itu?"

Ong Cin Peng tiba2 mengalihkan pandangannya kepada Tiat Kuy

Lolo

"Seperti tadi telah Lolo katakan bahwa tokoh2 dari semua golongan

telah dibunuh oleh Kie Thian Tai Seng,entah apa kejadian itu Lolo

menyaksikannya dengan mata kepala sendiri?"

"Betul, kecuali tentang kematian Lu Cie Beng, yang lain2nya aku

melihatnya setelah terjadinya peristiwa itu!"

Tiat Kuy Lolo berdiam sebentar, lalu iapun menceriterakan dengan

jelas apa yang ia alami dua hari berturut2, hanya mengenai

pertemuannya dengan Kok Piauw, ia hanya mengatakan secara sepintas

lalu saja. Dia berbuat demikian ialah mengandung maksud supaya

mereka itu bersikap waspada terhadap pemuda itu dikemudian hari !

Ong Cin Peng yang mendengar dengan tekun. setelah menanti

orang selesai berkata, lalu tertawa kecil.

VII.

BAYANGAN MERAH

"Mengapa?" tanya sinenek.

"Itu gampang saja," jawab Ong Cin Peng tersenyum, "Orang yang

pernah bertempur dengan Kie Thian Tai Seng, kecuali yang sudah pada

mati, kini yang hidup hanya 3 orang. Lolo sendiri tidak melihat wajah

orang maka hanyalah Cie Yang Totiang bersama Cie le Sian-kauw berdua

sajalah yang pernah melihatnya. Menurut pendapatku yang tolol, maka

bila hendak mangetahui peristiwa ini dengan jelas, kecuali Cie le Sian
kauw, maka terpaksa kita harus kegunung Bu Tong San guna

menanyakan sendiri kepada Cie Yang Totiang !"

Kata2 Ong Cin Peng itu betul juga.48

Sementara itu, suasana kembali tenang pula. mereka saling ber
pandang2an, tapi tiada seorang yang membuka mulutnya.

Hari sudah lewat lohor, tamu2 lainnya sudah pada pergi. Kini hanya

tinggal si gadis baju putih yang masih duduk menikmati hidangannya.

mungkin karena mereka terlalu lama saling berpandang2an, maka tak

terasa lambat-laun mereka alihkan mata kepada sigadis.

Gadis baju putih itu cantik elok. Setiap orang diliputi perasaan

heran. Mengapa gadis selemah dia ini pergi seorang diri !

Sinona yang nampaknya sudah cukup bersantap, dengan tangan

kiri merapi2kan rambutnya yang halus.

"hay, pelayan, hitunglah !" ia berseru.

Suaranya merdu laksana mutiara yang jatuh dinenampan.

Setelah membayar rekeningnya, gadis itu menolehkan kepalanya

dan dengan sikap dingin menegur.

"Apa yang kamu lihat? Apakah mukaku tumbuh kembang?"

Muka semua orang terasa sangat panas, ternyata diantara mereka

kecuali Kok Piauw si pemuda baju kuning serta saudara dari keluarga Lim

dari Go Bie itu, semua sudah setengah abad lebih. Dilihat dari

kedudukannya, maka jika bukannya tetua salah satu partai tentu tokoh

yang mempunyai nama dikalangan Kangouw. Kini mereka disemprot oleh

seorang dara yang baru berusia 18 tahunan, bagaimana tidak membuat
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

air muka mereka menjadi merah padam.

Sinona tidak menghiraukan perubahan air muka orang. ia lantas

bangun dan berjalan keluar dengan gaya yang lemah gemulai!

Tapi keadaan ini hanya berlangsung sekejap saja setelah gadis itu

keluar pintu, Cu-Bu-Cui Hun Tang Wang tiba2 berseru:

"Mari kita ikuti dia !"

Tapi, gadis baju putih itu kini telah berlalu, walaupun ingin di kuntit,

siapa yang akan ditugaskan pekerjaan ini?

Kok Piauw yang mengetahui maksud orang, segera menawarkan

dirinya :

"Biar Boanpwee yang menjalankan tugas ini!"

Sinenek yang mendengarkannya, merasa syukur dan buru2 berkata

: "Baiklah. tapi kau harus ber-hati2!"

Popo jangan khawatir, hal ini Boanpwee sudah tahu!"

Sehabis berkata ia bangun merapihkan pakaiannya, kemudian

setelah memberi hormat, iapun berlalu.

Begitu ia berlalu, Ong Cin Peng tiba2 timbul rasa kecurigaannya.

Lolo, dari mana gerangan asal-usul pemuda itu!"

Tiat Kuy Lolo melihat Kok Piauw sudah berlalu jauh, barulah

berkata:

"Tak perlu kusembunyikan, tapi akupun tidak kenal dia!"

Itupun benar2 mengejutkan hadirin?49

"Bukankah ia datang bersama kau ?" Tiat Ciang Tio It Jin mendesak

.

Tiat Kuy Lolo dengan penuh kemenyesalan menyahut:

"Kami hanya bertemu ditengah jalan, tapi masing2 bersikap

waspada terhadap yang lain Baiklah kuterangkan kepada kalian, karena

tadi iapun berada disini, maka akupun tidak leluasa untuk bicara.

Dengan pengalaman selama dua hari ini, maka aku smenek yakin

bila benar2 Kie Thian Tai Seng muncul pula dikalangan Kangouw ini,

maka besar kemungkinannya bahwa pemuda itu adalah Kie Thian Tai

Seng!"

Maka iapun segera menuturkan cara bagaimana dia bertemu

dengan Kak Piauw dengan seterang2nya, kemudian ketika ia

menceriterakan bahwa Kok Piauw memainkan lagunya dengan nada sedih

serta bagaimana dirinya telah dapat melihat balik bajunya yang berwarna

merah.

Ong Cin Peng tak henti2nya mengangguk2kan kepalanya.

Seng Ciu Pek Wan Citt Pit menarik ujung baju Cu Bu Ctu Hun Tang

Wang "Tadi Tang-heng mengatakan supaya kita menguntit gadis baju

putih itu, tentunya Tang-heng mempunyai penglihatan lain?"

Tadi tatkala kalian bercakap2, aku selamanya tidak membuka mulut

!" sahut Tang Wang "Maka ketika terdengar suara tertawa itu, aku

seolah2 melihat bibir gadis itu bergerak2, maka aku jadi merasa curiga."

Ciu Pit mengeleng2kan kepalanya.

Semula aku mengira itu adalah perbuatan Kok Piauw, tapi

kemudian aku berpikir bahwa dia datang bersama dengan Tiat Kuy Lolo,

maka akupun tidak menaruh curiga apa2 terhadap dirinya, tapi sekarang

kelihatannya memang pemuda baju kuning ini sangat mencurigakan

sekali !"

Ong Cin Peng ikut pula mengutarakan pendapatnya.

"Apa yang diduga Ciu-heng memang benar, pemuda itu

kemungkinan besar memang Kie Thian Tai Seng, dan sekarang ia sedang

mengikuti gadis itu. Menurut pendapatku, malam ini agaknya akan terjadi

sesuatu peristiwa hebat. Sebaiknya kita meginap pula semalam, dan pada

saatnya mungkin kita dapat menyingkap tabir rahasia itu!"

Semua orang menyatakan setuju, setelah membayar harga

makanannya, mereka pun berlalu!

Dusun Cong Hoat Cun terletak dikaki gunung Thian Bok San, yang

merupakan tempat yang ramai.

*

* *

Kok Piauw sekeluarnya dari rumah makan, terus berjalan menyusuri

jalan raya. Setelah melalui beberapa tikungan sampailah ia didepan

sebuah rumah penginapan "Cong Liong kek Tiam" yang sangat besar. Si50

pelayan hotel ini demi melihat dandanannya yang sangat perlente, buru2

menyongsongnya.

Baru saja ia masuk kedalam kamarnya segera terdengar suara

gaduh diluar, Ternyata yang lain2 telah menumpang bermalam dirumah

penginapan itu juga. Terdengar mereka membagi2kan kelompok, yang

terdiri dari Tang Wang dan Kakak beradik saudara Lim menjadi

sekelompok. Thio Bun Kang, Ciu Pit dan Tio It Jin bertiga menjadi

sekelompok pula, sedang Ong Cun Peng dan Tiat Kuy Lolo kelompok ke
tiga.

Kok Piauw yang diam2 mendengarnya, hatinya menjadi geli.

Akhirnya ia mengerutkan keningnya. Yap Siong Lan tidak datang,

tapi putrinya sigadis baju putih sebaliknya sudah datang.

Sementara itu, hari sudah menjelang magrib. Kembali terdengar

Ong Cin Peng menyuruh pelayan untuk mempersiapkan hidangan malam.

Maka Kok Piauw menunggu mereka pergi.

Betul saja setelah selesai bersantap, mereka berjalan keluar satu

persatu, untuk melakukan tugasnya. Cong Hoat Cun merupakan kota

pegunungan, maka setelah keluar dusun itu, tampak suasananya sangat

sepi dan jarang sekali berjumpa orang jalan!

Begitu orang2 sudah pergi, Kok Piauw pun diam2 mengikutinya dari

belakang. Disuatu tempat diluar dusun ia . . . pakai pakaian merahnya

dan mengenakan kedok mukanya!

Dan selang sesaat terdengar Ong Cin Peng sayup2 berkata ditempat

jauh :

"Tidak perduli bagaimana jadinya, menjelang subuh kita sudah

harus kumpul semuanya ditemput ini !"

Kok Piauw tersenyum dan bagaikan kilat ia ber-lari2 kepuncak

gunung !

Kembali kepada Ong Cin Peng setelah memberikan tugas kepada

tamu2nya, kemudian berkata kepada Tiat Kuy Lolo :

"Malam ini kita mengadakan pengawasan, bila keadaannya tidak

terlalu mendesak, maka sebaiknya kita jangan turun tangan !"

Kuy Lolo mengangguk2an kepalanya.

"Ong Tay-hiap, bagaimana kau bisa memastikan bahwa malam ini

akan terjadi sesuatu?"

Pasti sih belum," sahut Ong Cin Peng tertawa.

Tiat Kuy Lolo agak kurang percaya, tapi iapun tidak leluasa untuk

mengutarakan isi hatinya itu. maka ia hanya mengarshkan pandangannya

kepada Thio Bun Kang dan kawan2 yang sudah berlalu.

Malam perlahan2 datang menutupi permukaan bumi, seluruh jagat

gelap gelita. Angin bertiupan sepoi2, suasana menjadi sunyi sepi.

Ong Cin Peng mengawasi keadaan sekehling, dan berbisik.

"Bagaimana kalau kita pergi lihat2 dulu ke atas ?"51

"Ong Taihiap, aku harap kau berlaku hati2. Musuh sangat kejam tak

kenal ampun, dia kata tidak akan mengganggu kaum wanita, tapi

terhadap kaum pria sebaliknya berlaku tidak sungkan2!"

Ong Cin Peng merasakan hatinya dingin, syukur saat itu sudah

gelap, bila tidak niscaya sinenek dapat melihat perubahan air mukanya

yang pucat pias. Seperti diketahui, bahwa Ong Cin Peng yang bergelar si

Bintang-pelitas-langit itu terkenal akan kecerdikannya, tapi mengenai

ilmu kepandainnya ternyata tidak seberapa. Itulah sebabnya mengapa ia

melihat sinenek sebagai teman se-kolompoknya, karena mengingat

kepandaian sinenek boleh di katakan adalah yang paling tinggi diantara

mereka semua. Kini demi mendengar peringatan itu, bagaimana hatinya

tidak menjadi ciut ?

Mereka berlaku sangat hati2, berjalan 5-6 lie, tiba2 Ong Ciu Peng

menjadi terkejut. Sinenek menghentikan langkahnya :

"He, darah !"

Dalam suasana yang sangat sepi ini, dengan tiba2 diketemukannya

darah, maka hal ini benar menakutkan sekali.

Ong Cin Peng dengan perasaan tegang mengadakan penyelidikan

darah itu masih belum membeku. Teranglah peristiwa itu belum lama

terjadi.

Tetesan2 darah itu menuju kearah puncak gunung!

Orang yang terluka itu masih bisa berlari keatas gunung, tampak

kepandaiannya tentu tidak lemah. Jikalau darah ini adalah keluar dari

tubuh diantara Thio Bun Kang bertiga, maka mengapa ia tidak kembali

turun ?"

Tiat Kuy Lolo tidak berkata apa2, sebaliknya ia berjalan mengikuti

tetesan darah itu!

Berjaan tidak jauh, tiba2 ia berhenti.

"Ong taihiap, orang ini berbelok menuju kehutan dikanan itu!"

Ong Cin Peng buru2 menyusul. Betul saja tampak tetesan darah itu

membelok kekanan kesebuah jalan kecil.

Ia mendongak mengawasi. Jalan kecil itu menuju kesebuah hutan

yang lebat.

Angin malam menghembus berdesiran menimbulkan suara yang

menyeramkan. Diam2 hati Bintang selintas langit menggigil.

"Orang ini mengapa berlari kedalam hutan?"

Mereka melanjutkan, pula perjalanannya.

Mendadak mereka merandek ! Ditengah jalan menggeletak sesosok

tubuh manusia

"Eeh, bukankah itu Ciu Pit?"

Ong Trin Peng beriari memburu, dan benar saja orang yang

menggeletak itu bukan lain adalah Ciu pit !

Oang Cin Peng dengan tangan gemetaran meraba dada orang.

Badan Ciu Pit sudah kaku dingin!52

"Sudah mati!" ia berteriak suara parau.

Tiat Kuy Lolo menyobek baju Seng Ciu Pek Wan dan tampaklah dua

jalan darah didadanya telah merah membengkak.

"Luka semacam ini sudah pernah kulihat! Kiu Hasan Sam Cu dan

yang lain2nya mati terluka semacam ini !"

Ong Cin Peng menarik napas dalam2:

"Apakah ini perbuatan Kie Thian Tai Seng ?"

Sinenek mengangukkan kepalanya. Kini telah mati satu orang, dan

masih ada pula yang lain.

Ong Cin Peng mengangkat mayat Ciu Pit, tapi selagi ia hendak

melangkahkan kakinya, tiba2 terdengar suara bentakan orang

ditelinganya "Jangan angkat dia!"

Ong Cin Peng menjadi terkejut, baru saja ia hendak berpaling, atau

tiba2 pinggangnya kesemutan. Ia roboh tanpa dapat melihat siapa yang

telah menyerangnya!

Orang yang menyerang itu adalah Kok Piauw! Kini ia telah bersalin

baju merahnya, dan mukanya tertutup olek kedok. Suaranya telah

berubah, maka kecuali potongan badannya yang tetap tiada berubah itu,

rasanya tiada seorang pun yang bisa mengenalinya lagi ! Dia mengawasi

sinenek yang sudah berjalan jauh, lalu berkelebat pula ketempat gelap.

Tiat Kuy Lolo dengan kaget menghampiri Ong Cin Peng, yang sudah

menggeletak ditanah tanpa berkutik lagi !

Tiat Kuy Lolo mengira bahwa temannya itu telah menemui ajalnya,

tapi ketika ia periksa, ternyata dada orang masih kempas-kempis

bernapas. Diam2 ia menjadi heran.

"Mungkinkah Kie Thian Tai Seng telah mengubah rencananya?

Mengapa ia mamberi pengecualian terhadap Ong Cin Peng ?"

Tak lama kemudian Ong Cin Peng perlahan2 sadar pula, dan begitu

melihat sinenek berdiri dthadapannya, maka iapun mengelah napas.
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aaah ! Kini aku menjadi manusia untuk keduakalinya!"

Tiat Kuy Lolo buru2 menanyakan apa yang telah terjadi?

"Aaah !" mengeluh pula Ong Cin Peng. Seumur hidup belum pernah

aku bertemu dengan orang berkepandaian setinggi itu! Walaupun aku

tertotok, tapi bagaimana tampang sipenyerang itu sedikitpun tampak

jelas. Lolo, sejak hari ini aku Ong Cin Peng akan mengasingkan diri dari

dunia Kangouw!

Mereka saling berpandang2an tanpa berkata apa2 dan diluar

kesadarannya pandangan matanya diarahkan kebawah gunung, dan tiba2

kelihatan bayangan putih ber-goyak2. Meski nampaknya sangat pelahan.

tapi dalam sekejapan saja, bayangan itu sudah berada dilereng gunung.

Gerakannya yang sangat cepat ini, benar2 membuat mereka

terkejut !

Ternyata bayangan ini bukan lain adalah sigadis baju putih, mereka

jumpai siang tadi dirumah makan.53

kini rambut si nona yang panjang teruntai dan diikat model ekor

kuda, sedang ditangannya terhunus sebilah pedang. Setibanya didepan

mereka, dengan mata yang lebar ia berseru:

"Mana Kie Thian Tai Seng?"

Mereka tidak tahu apa yang harus dijawab.

"Hm. tak malu kalian menganggap sebagai seorang Ciang Bun Jin

atau seorang tokoh Tangouw? Sudah setengah harian, tapi dimana Cie

Thian Tai Seng tidak mengetahuinya!

Muka mereka jadi merah padam karna malunya.

Sinona mendadak memperdengarkan siulan, suaranya sangat

nyaring, hingga Tiat Kuy Lolo dan Ong Cin Peng merasa telinga pekak.

Mareka berdua kagum sekali.

Sinona setelah mamperdengarkan siulannya ternyata masih tidak

mendapat reaksi apa2 segera ia berkata seorang diri :

"Kau masih belum mau keluar, apa kau ingin aku menginjak2 rata

gunung ini?"

Bulan yang berbentuk sabit memancarkan cahayanya kewajah,

ketubuh sinona baju putih. Sungguh tidak dapat dibedakan apa sang

bulan yang permai ataukah sigadis yang cantik ? Tiat Kuy Lolo bersama

Ong Cin Peng diam2 kagum atas kecantikannya. Benar2 laksana dewi

yang baru turun dari kayangan.

Suasana tenang kembali, kemudian terdengar pula sinona dengan

air muka kemerah2an karna gusar:

"Hm, kau benar2 tidak tahu diri !"

Ucapannya ini benar2 sangat aneh kedengarannya, tak tahu sedang

ditujukan kepada siapa ? Tapi sehabis berkata, tanpa memperlihatkan

gerakan apa2. badannya yang langsing ramping itu mencelat belasan

tombak jauhnya !

Gadis baju putih itu telah berlalu. Mereka berdua seperti orang yang

baru bangun dari mimpinya.

Mereka tak bernyali lagi untuk dapat masuk kedalam hutan. Dalam

hati kecil sinenek diliputi rasa malu dan penyesalan, ternyata dirinya yang

berkedudukan sebagai Ciang Bun Jin Hwa San Pay, tiada berharga lagi

seujung kuku !

Kembali sinenek mengelah napas, lalu berjalan pelahan2 turun

gunung.

Sekonyong2 matanya melihat sesosok bayangan merah berkelebat

dihadapannya !

Dan yang lebih mengherankan pula, bahwa saat itu tangan kanan

Bayangan merah menotok jalan-darah Beng Bun Hiat dibatok kepala Ong

Cin Peng! Namun mangsanya itu bagaikan tidak mengetahui bahwa

dirinya sedang diancam maut !

Sinenek terkejut, ia hendak berteriak, tapi ia khawatir bila ia

berbuat demikian, maka jiwa Ong Cin Peng akan segera melayang.54

Tapi sungguh aneh, Ong Cin Peng seperti sedang berpikir sesuatu,

terhadap perubahan muka sinenek yang begitu hebat, ternyata sedikit

pun ia tidak mengetahuinya!

Sekilas, sinenek dapat melihat bayangan merah yang berada

didepan matanya. Mukanya bertutupkan kedok, kecuali sepasang

matanya yang bersinar2, tiada dapat orang melihat tampangnya yang

asli. Tapi bila ditttik dari perawakan badannya, ia mirip betul dengan Kok

Piauw !

Tiat Kuy Lolo tak tahu lagi .

"Apa yang kau kehendaki?" ia berteriak.

Belum juga Bayangan merah itu menjawab sesuatu Ong Cin Peng

seperti sudah tahu gelagat, tapi baru saja ia hendak memutarkan

tubuhnya, jalan darah "Beng Bun Hiat" terasa ditekan ! Terdengar orang

yang berada dibelakang itu berseru:

"Sudah kukatakan tidak membunuh kaum wanita, apa kau tidak

tahu?"

Ong Cin Peng tak berani membantah, dengan suara bergemetaran

ia menyahut : "Aku tahu!"

"Hm," berkata pula orang itu dengan dingin, tapi ia tidak tahu apa

sebabnya Kie Thian Tai Seng tidak mencelakai dirinya itu, maka iapun

meng-geleng2kan kepalanya :

"Tentang ini aku benar2 tidak tahu !"

Si bayangan merah tertawa dingin, tertawanya ini mirip sekali

dengan yang pernah didengarnya dalam rumah siang tadi. Kedua orang

itu terpaku diam.

Bayangan merah kembali berkata pula :

"Hm! Tak dinyana kau Kwo Thian Seng Ong Cin Peng tidak bedanya

seperti anak kecil yang tidak tahu apa2?"

"Bayangan merah menekankan tangannya, Ong Cin Peng menjerit.

Tiat Kuy Lolo terperanjat, sesaat itu ia rasakan tangannya kaku

tiada bertenaga sedikitpun.

Bayangan merah melirik kepada smenek, dan tegurnya dengan

ramah tamah:

Penolong budiman mengapa kau masih belum mau pergi juga?"

Tiat Kuy Lolo melongo keheranan. Kapan aku telah melepas budi

terhadapmu? Tapi mendengar suara itu diucapkan dengan sungguh2,

maka ia berpikir:

"Mungkin ia tadak mau membunuh kaum, wanita, karena ia

mempunyai "Penolong" dari kaum wanita?

?VIII ?55

GADIS BAJU PUTIH

Hati Tiat Kuy Lolo terasa sangat kusut, tatkala ia mengingat

kejadian2 diatas gunung Thian Bok San. Timbullah rasa bencinya

terhadap pemuda baju merah itu. Ia hendak menyerang dan bertempur

mati2an ! Tapi ia mengharapkan keselamatan Ong Cin Peng.

Dengan erat2 ia menyekal tongkatnya bersikap siap sedia.

"Apa yang kau kehendaki? Sebaiknya katakan terus terang saja!"

Ong Cin Peng bertanya memberanikan diri.

Siapa pun akan merasa takut tatkala menghadapi kematian, tapi

ketika ia mengetahui bahwa kematiannya itu tidak mungkin dapat

dihindarkan pula, maka hatinya menjadi tabah.

"Bila ku tak tahu, baiklah kuterangkan kepadarau!" berkata Kie

Thian Tai Seng dengan dingin, tapi tangannya tidak terlepas dari batok

kepala orang.

Setelah berhenti sebentar, dangan mata berapi-api ia mengawasi

kearah dimana gadis baju putih itu lenyap.

"Aku mengetahui bahwa kau bukan saja sangat cerdik. lagi pula

sangat rajin sekali. Walaupun aku telah mengeluarkan tantangan

terhadap semua jago2 Kangouw, tapi hanya melalui beberapa gelintir

mulut orang saja. Aku ragu2 kalau berita ini tidak cepat tersiarnya. Maka

aku memperpanjang nyawamu untuk bisa hidup setahun lagi, dan soal

tantangan kau yang mengurusi !"

"Kau hendak menyuruh aku untuk mengabarkan keinginanmu itu

kepada seturuh tokoh persilatan !"

"Hm, sungguh pintar kau!"

"Tugas ini dapat aku siorang she Ong lakukan " berkata pula Ong

Ciu Peng mengangguk2kan kepalanya. Tapi aku ingin penjelasan

darimu?"

Kie Thian Tai Seng mengendorkan tangannya, tapi ia tidak

memberikan orang bisa menoleh kebelakang.

"Apa permintaanmu itu? Aku berjanji tidak akan mempersulitkan

dirimu !"

"Soalnya sih bukan apa2 !" berkata Ong Cin Peng ragu2" Aku hanya

ingin mengetahui bagaimana nasib kedua temanku yang berada diatas

itu?

Apa mereka telah menjadi mangsamu juga?"

"Ya!" jawab Kie Thian Tai Seng singkat.

Kembali kedua orang itu terperanjat. Kiranya suaranya itu tidaklah

asing lagi bagi mereka, dengan demikian, dugaan mereka bertambah

kuat bahwa Kie Thian Tai Seng si momok kejam yang berdiri

dihadapannya itu adalah si pemuda baju kuning Kok Piauw!

Ong Cin Peng mengelah napas berat.56

"Dan bagaimana mereka bertiga yang berada dibawah ?"

"Sudah mampus semua!"

Kembali terdengar jawaban orang dari belakang, suaranya dingin

membangunkan bulu roma.

Si nenek sudah tidak tahan pula mengekana nafsunya, ia berteriak

sambil menyapu dengan tongkatnya:

"Kok Piauw! Bagaimana kau berani mempermainkan aku si nenek ?"

Bayangan merah tertawa, lalu sekali berkelebat lenyap kedalam

semak2.

Ong Cin Peng merasa bersyukur, selang berapa lama barulah

terdengar ia berkata dengan berat :

"Tiat Kuy Lolo, marilah kita cari kawan2 !"

Habis berkata ia pun berlari mendului kedalam hutan itu!

Dan tidak seberapa jauh tampaklah sesosok mayat menggeletak

ditanah.

Itulah Thio Bun Kang si Naga pengaduk-awan ! Dia barsama Thio

Bun Kang dan Ciu Pit serta lain2nya adalah teman lama, maka tatkala

menyaksikan kedua teman lamanya menggeletak mati ditempat seperti

ini, airmatanya bercucuran.

Sinenek berkata dengan lirih:

"Inilah yang kedua !"

Ong Cin Peng menggeleng2kan kepalanya dan kembali berjalan

pula.

Kembali tampak Tio It Jin menggeletak ditanah tiada bernyawa lagi!

Ong Cin Peng berdiri terpaku.

"Ong Taihiap, mari kita turun kebawah. apa yang kau pikirkan lagi?"

Sinenek menghibur.

Ong Cin Peng teringat akan cerita si nenek, maka ia berbisik.

"20 langkah, ya 20 langkah! Hm, jarak antara mereka masing2

tepat 20 langkah

Kiranya tadi dengan sengaja ia telah menghitung langkahnya yang

ternyata jarak antara kedua mayat itu tepat 20 langkah.

"Coba kau periksa dada mereka!" ujar sinenek.

Ong Cin Peng membuka baju Tin It Jin. Betul saja kedua jalan
darahnya membengkak, lukahnya mirip seperti apa yang diderita Ciu Pit.

Tiat Kuy Lo10 bersenyum pahit. Kini kau tentu telah yakin, bukan?

Aaah, untuk apa kita menyia2kan waktu lagi, lekaslah kita kubur

mereka!"

Mereka segera menggali sebuah lobang besar, dan selagi hendak

mengubur mayat2 tersebut, sinenek tiba2 teringat sesuatu,
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kita datang berjumlah 8, dan kini yang 6 lainnya telah mati.

Baiktah kita kubur mereka bersama !"

Mengapa Tiat Kuy Lolo berpikir demikian. mungkin ia sendiripun

tidak tahu sebabnya ? la berdiri terpaku dengan mata mendelong.57

Agaknya ia teringat sesuatu?

Tapi peristiwa itu tiada sangkut-pautnya dengan kejadian2

sekarang ini!

Teringat olehnya peristiwa yang terjadi beberapa puluh tahun yang

lalu. Tatkala itu ia masih muda-remaja. Pada suatu hari selagi ia berjalan

diwilayah barat daya, tiba2 tampak dipinggir jalan yang sepi sunyi

menggeletak delapan buah mayat. Sungguh aneh ! Kedelapan mayat

kesemuanya adalah kaum wanita ! Laginula masing2 berparas cantik2,

hal mana benar2 membuat hatinya terkejut bukan kepalang.

la memeriksa satu persatu, tapi tidak melihat bekas luka atau

sesuatu yang mencurigakan,

Selagi ia hendak mengubur mereka, salah satu diantara mayat:

bergerak2. Ia segera memberikan pertolongannya, setelah sadar wanita

yang tertolong itu menghaturkan terima kasihnya. Kranudian setelah

menanyakan nama penolongnya wanita itu berlalu tanpa berkata apa2.

Peristiwa ini tepat terjadi 20 tahun yang lalu, karena ia merasakan

aneh, maka selamanya tidak pernah menceritakan kepada orang lain.

Tiat Kuy LoIo tiha2 teringat akan peristiwa yang menimpah diri ke 8

wanita muda itu, 7 diantaranya telah mati, maka sesaat itu jadi sangsi. Ia

sedang memikir2 apa mungkin bayangan merah yang manggil dirinya Pe
nolong Budiman itu mempunyai hubungan erat dengan peristiwa yang

telah lampau itu?

"Lolo. orang sudah mati, mengapa kau masih memikirkan lagi ?"

berkata Ong Cin Peng memecah kesepian, "Aku lihat sebaiknya kita kubur

mereka !"

Tiat Kuy Kolo mengelah napas, lalu ia menguruk tanah. Sesaat

kemudian dibawah sorotnya cahaya bulan, tampak tanah perkuburan

baru yang menonjol tinggi.

Tiat Kuy Lolo berkata kemudian.

?Mari kita turun untuk mengubur mereka yang lain. Ong Taihiap,

kitapun harus berpisah pula !

Ong Cin Peng menyelami perasaan si nenek.

"Lolo. soalku Tak usah kau khawatirkan. Cuma aku hanya ingin

tahu, setelah kau menutup pintu mengasingkan diri, maka berarti Hwa

San Pay sejak ini akan pula lenyap dalam dunia kangauw ?"

"Itulah soal lain yang bisa dibicarakan lagi kelak !" berkata si nenek

seraya memandang tongkat besinya yang senantiasa menemani dirirnya

malang melintang dikalangan kangauw, yang telah pula membantu

mengangkat namanya. Kemudian ia melanjutkan pula :

Saat ini aku tidak bisa berpikir apa2 lagi. marilah kita turun saja !

Setelah melontarkan pandangan terakhir kepada kuburan baru itu,

ia pun lari turun gunung.

Ong Cin Peng tahu bahwa antara sepasang muda-mudi baju merah58

dan putih itu, akan terjadi perempuran seru malam ini. Tapi dia sekarang

sudah tidak mempunyai selera untuk dapat menikmatinya, maka berlari

menyusul Tiat Kuy Lolo.

Setibanya dikaki gunung, ternyata tidak nampak mayat Tan Wang

dan kedua saudara Lim.

Dihadapan mereka terpapar sebuah daratan yang sangat luas dan

sunyi senyap. Mereka berjalan pula sedikit jauh, masih juga belum dapat

menemukan mayat2 mereka.

"Kita benar2 terlalu lengah. arah mana yang mereka tuju. mengapa

tadi kita tidak perhatikan?" berkata Ong Cin Peng.

Tiat Kuy Lolo berjalan terus kedepan, selang tidak lama, tiba2 ia

berhenti dan berseru:

"Ong Taihiap, coba kau lihat telapak2 kaki ini!

Ong Cin Peng dengan penuh semangat memburu kedepan,

nampaklah telapak2 kaki yang sangat kacau balau menuju kedepan.

la memeriksa sesaat, dan mendongakkan kepalanya samar2 jauh

didepan seperti ada segunduk tanah yang menyembul diatas permukaan

dan dibawah cahayanya sinar bulan, samar2 seperti ada batang pohon

yang bergerak2.

"Mari kita priksa tempat itu!"

Mereka ber-lari2 kearah yang ditujunya itu.

Tapi diluar tahunya, dibelakang mereka mengikut pula bayangan

merah!

Sesampai didekat bukit, hati mereka tiba2 terperanjat.

Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, kira2 sejauh lima tombak,

sesosok bayangan putih sedang berlari-lari mengitari beberapa pohon

besar.

Orang ini bukan lain adalah gadis baju putih atau Pek Ie Nio !

Mengapa ia datang pula kemari?

Kedua orang itu tidak mengerti, tapi bila melihat wajah orang,

ternyata ia tetap cantik seperti semula.

Hanya bila diteliti, pada wajah yang cantik ini samar2 mengandung

napsu akan membunuh orang!

Dalam waktu sekejapan, paras si nona itu bagaikan lebih tua 20

tahun.

Mereka yang menyaksikan menjadi terkejut keheran-heranan.

Mereka terpesona akan suasana dihadapan mereka itu, sehingga

mereka lupa bahwa mereka sedang mencari mayat Cu Bu Cui Hun Tang

Wang dan kedua kawannya.

Sinona dengan wajah gusar sedang ber-putar2an dalam hutan itu,

terhadap kedatangan mereka berdua seperti juga tidak mengetahuinya.

Gadis itu tiba2 membungkuk dan menyusul sebuah badan meluncur

menyambar mereka berdua !

Terkejut, mereka berkelit kesamping.59

Tangan mereka berbareng menyanggapi. Segera tangan menyentuh

sesuatu yang empuk. Mereka berteriak karna kagetnya. Tangan terlepas

dan benda itu jatuh diatas tanah.

Ong Cin Peng berteriak.

"Eeh bukankah inilah mayatnya Ciu Bun Cui Hun Tang Wang?"

Tapi begitu ia berteriak, sesosok bayangan putih berkelebat datang.

Ong Cin Peng kaget, tapi belum sempat ia membalikkan badannya, atau

hidungnya sudah mengendus bau harum. Sebuah tangan yang berbentuk

putih ramping menyengkeram lengannya! Ong Cin Peng hanya

merasakan tempat yang dicengkeram itu kesemutan dan ia lemah tak

berdaya.

Kiranya sipenyerang itu bukan lain ialah Pek le Nio Nio.

"Apa maksudmu gembar-gembor mengganggu nyonya-besarmu

yang sedang berpikir ?" sigadis berseru.

Walaupun ia masih sangat muda, tapi omongannya berlogat seperti

orang tua saja!

Ong Cin Peng yang sudah kawakan hidup malang melontang di

Telaga, tapi hari ini ia ditundukkan oleh sepasang muda mudi, dengan

tidak dapat balas menyerang. Seumur hidupnya baru ia alami sekali ini !

Badannya sedikitpun tidak bergerak, asal saja sinona sedikit

menggunakan tenaganya, maka mungkin ia akan menangis karna

kesakitan. Tiat Kuy Lolo tidak sampai hati untuk menyaksikan lebih

lanjut, sekali ia membentak, dengan tongkat besi ia menyerang.

Sinona sedikitpun tiada bergerak, ia hanya memperdengarkan

suara dari hidungnya. Kemudian dengan tangan kiri ia menyambut. Tipu

yang digunakan ini sangat sederhana sekali, tapi sungguh hebat ! Ia

berhasil mencengkeram tongkat sinenek !

Tiat Kuy Lolo terperanjat !

Gerakan ini persis seperti yang digunakan Huy jie kemarin dengan

pecutnya, hanya gerakan gadis baju putih ini lebih cepat.

Tiat Kuy Lolo membetot, tapi sia2 belaka. Sedikitpun tiada

bergeming !

Pek Ie Nio dengan kedua tangan masing2 menghadapi satu lawan,

tapi sikapnya masih tetap wajar. Hal ini benar2 membuat sinenek dan

Ong Cin Peng kehilangan pamornya.

Sinona melirik menghina kepada mereka berdua. kemudian ia

melepaskan tangannya. Dengan matanya yang bersorot tajam ia menatap

muka mereka dan mendesis :

"Apa kau pernah lihat Kie Thian Tai Seng ?"

Mendengar lagu suaranya, dia seperti menaruh dendam setinggi

langit pada Kie Thian Tai Seng itu. Tapi tak perduli bagaimana akibatnya

mereka berdua telah cukup digencet si momoh itu, maka dalam waktu

sekilas ini bibir mereka bergerak2 seperti hendak mengatakan sesuatu,60

tapi tiba2 mereka mengurunginya.

Sinona yang ternyata tajam matanya, dengan gusar membentak :

"Kasih tahu kepadaku, dimana ia berada ? "Lekas !"

Ong Ciang Peng tidak berkata apa2, ia hanya mengarahkan

pandangannya keatas gunung. Sinona melihat keatas, ia

menggeleng2kan kepalanya.

"Tak boleh jadi! Aku telah periksa seluruh puncak gunung itu ! "

Setiap kata2nya itu seperti juga selalu menganggap dirinyalah yang

betul, tapi kenyataannya. Tiat Kuy Lolo bersama Ong Ciu Peng terang2

telah melihat musuh dengan mata kepala sendiri. Melihat orang tidak

mau mempercayai, maka mereka pun sungkan untuk membantah.

"Apakah benar kamu menjumpainya diatas gunung itu ?"

Mengapa kami harus berdusta ?" berkata Ong Cin Peng tak dapat

pula menahan sabarnya.

Air muka sinona berubah. Sekonyong-konyong pada saat itu

terdengar suara kesiuran angin yang menyambar kearah punggung Ong

Cing Peng!

Ong Cing Peng terkejut ! Buru2 ia menangkis dengan tangannya,

tapi baru saja tangannya terangkat ,terdengar bentakan merdu! Pek le

Nio sudah mendahului. Entah dengan cara bagaimana senjata rahasia

yang menyerang Ong Cin Peng disampoknya mental.

Kemudian gadis itu lompat menyusul dengan tipu Hui Niauw Toh

Lim attau "Burung terbang menuju hutan" badannya laksana kilat

menubruk !

Gebrakkannya luar cepatnya. tapi tatkala ia tiba ditempat darimana

senjata rahasia itu ditimpukkan, ternyata tempat itu kosong melompong.

Tiada kelihatan bayangan seorangpun jua.

Pek Ie Nio Nio menjadi murka. Tiat Kuy Lolo dan Ong Cin Peng

berdua yang berada beberapa tombak jauhnya, dapat mendengar bunyi

napasnya yang memburu itu.

Gadis itu tidak tinggal diam saja disitu, ia mengadakan penyelidikan

seraya berteriak-teriak memaki !

"Jahanam ! Bila kau tidak mau keluar juga, maka aku akan

menunggu semalaman disini!"

Tapi teriakkannya itu tidak mendapat jawaban. mungkin orang yang

melepas senjata gelap itu sudah pergi jauh.

Ong Cin Peng mengelah napas.

"Pek Ie Nio Nio yang berkepandaian tinggipun ternyata masih kalah

setingkat dengan musuh !" ia menggumam.

Tiat Kuy Lolo berbisik menyesal : Ong Taihiap, bila aku tahu lebih

dulu. kita tak perlu lagi datang kemari !"

Ong Cin Peng mendekati sinenek, ia hendak mengatakan sesuatu,

tapi belum juga ia membuka mulutnya, tiba2 angin berdesir. Terdengar

suara bentakan yang sangat lirih: "Kau benar2 mau campur urusan orang61

lain ! Apa mau mati ?"

Suara itu walaupun sangat perlahan tapi mereka berdua dapat

mendengarnya orang jelas sekali, Tiat Kuy Lolo terperanjat.
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kaupun datang pula !" serunya mengelesir.

"Benar, aku datang pula, penolong Budiman, dengarlah kata2ku,

lekaslah kau pergi dari sini!"

Orang yang berkata itu adalah Kie Thian Tai Seng!

"Baiklah, kami akan menuruti" Ong Cie Pengh menyahuti, "Tapi

bagaimana mengenai nasib kawan2ku dan pek le Nio Nio?"

Bayangan merah nampaknya gusar. Karena ia mendesis.

"Itu bukan urusaimu!"

Pek In Nio Nio yang berada 10 tombak lebih jau agaknya telah

dapat mendengar suara itu.

Siapa yang sedang berbicara itu? ia berteriak.

Pada detik menyusul ia loncat menubruk.

Menampak sigadis kembali, Oag Peng diam2 girang Sinenek dengan

tongkatnya menunjuk kearah darimana ia mendengar suara tadi.

"Disitu!"

Kali ini Kie Thian Tai Seng tentu tak akan dapat melepaskan diri

lagi, tapi mendadak si nenek dihempas oleh tenaga dahsyat! Buru2

menjejakkan kakinga tapi terlambat ! Badannya terpentai menubruk Pek

le Nio Nio!

Tiat Kuy Lolo terperanjat, tanpa ayal ia menyodorkan tongkatnya

dian berteriak : Kauwoio, Iekas sambut !"

Bila sigadis tidak menyambuti tongkatnya, kemungkin mereka,

akan bertubrukan.

Tapi begitu tongkatnya diulurkan, gadis itu memperdengarkan

tertawa dinginnya: "Buat apa aku menyambuti?"

Suaranya halus empuk, dan sementara itu badannya berjumpalitan

beberapa kali diudara. Mereka tidak jadi bertubrukan.

Sinenek berseru lega, "Sungguh berbahaya."

Dan setelah hinggap kembali ia kaget bukan kepalang.

Karena tiba2 tubuh Ong Cin Peng terapung diudara seperti yang

baru ia alami itu. Lebih cepat daripada dirinya tadi. Dengan kecepatan

yang sangat dahsyat menubruk badan Pek le Nio Nio !

Tepat ketika badan Ong Cin Peng hampir menubruk tujuannya,

sigadis membalikkan tangan kirinya. Dengan sikap tenang ia menyambut

badan Ong Cin Peng.

"Sambutnya !"

Dan sekaii tangannya bergerak, badan Ong Cin Peng kembali

seperti sebuah bola besar meluncur kearah sinenek.

Gerakan sinona indah dan dan tak pernah dilihat oleh sinenek.

"Hm, ternyata anak2 muda sekarang berkepandaian sangat hebat.

Untuk apa lagi aku masih bercokol di sungai Telaga ?" ia berpikir.62

Setelah melontarkan tubuh Ong Cin Peng sigadis tidak menyia2kan

waktu lagi. Bagaikan burung dengan gerakan "Beng Poh Kin Siauw" atau

"Burung-garuda-menempur awan" ia menerjang kearah semak2.

"Brrr, Brrr !"

Terdengar berturut2 beberapa kali sabetan pedang? walaupun

gerakan yang digunakan itu sangat sederhana. tapi tenaga-dalam sigadis

hebat sekali!

Kedua orang itu meleletkan lidahnya karna kagum. Bila musuh

masih berada didalam semak2 tiu, niscaya tiada kesempatan pula untuk

bisa menghindarkan diri.

Sekonyong2 terdengar suara teriakan menggeledek, dan sebuah

Bayangan merah berkelebat keluar ! Sebilah pedang yang berkilat2

menikam kaki sigadis.

"Bagus !" berseru Pek le Nio Nio.

Dengan pedang itu ia membabat, kemudian ia menubruk.

laksana kilat. Serangannya ini sangat berbahaya!

Jilid 3

Tiba2 terdengar Kie Thian Tai Seng berseru dengan dingin "Bila aku tidak

menunggu engkau jejek berdiri ditanah, maka biarpun aku dapat

mengalahkan kau, orang2 dari Yap-ke-po tentu tidak mau mengerti !"

Benar saja Bayangan merah menunggu sampai sigadis berdiri

diatas tanah.

Mendengar ucapan Kie Thian Tai Seng, sinenek terkejut. Kini ia

baru tahu bahwa sinona baju putih ini kiranya adalah dari keluarga Yap

Ke Po, pantas kepandaiannya tinggi !

Dan tatkala ia mendengar lagu suara orang yang tidak asing pula

baginya, maka kini ia dapat pastikan bahwa dialah bukan lain daripada

Kok Piauw. Sipemuda baju kuning!

"Kok Piauw, bocah bau! Benar2 kaulah musuhku!

Penasaran ia menyapu dengan tongkat besinya.

Kie Thian Tasi.

Kie Thian Tai Seng memperdengarkan suara keluhannya, ia diam

saja tiada bergerak. Ia balas menyerang Kesempatan ini digunakan baik2

oleh Pek le Nio Nio, dengan pedangnya menusuk muka orang.

Hati Ong Cin Peng terasa berdebar dan ia yakin bahwa kedok Kie63

Thian Tai Seng segera akan tersontek hingga terlepas oleh ujung pedang

tersebut. Apa dia Kok Plaw atau bukan?

Ternyata kali ini serangan Pek le Nio Nio benar2 diluar dugaan Kie

Thian Tai Seng ! Namun dengan kegesitannya luar biasa ia berkelit, dan

dengan sorot mata yang tajam ia menyapu muka Tiat Kuy Lolo.

Penolong Budiman apa betul kau menghendaki aku untuk turun

tangan ?"

Bentakan ini benar2 berpengaruh! Hati sinenek me-lonjak2, belum

juga sempat ia menjawab, atau Pek Ie Nio Nio sudah menyerang !

Dengan bertubi2 pedang menikam dan menusuk tubuh Kie Thian Tai

Seng !

"Hm, ilmu pedang keluarga Yap ternyata biasa saja ?" mengejek Kie

Thian Tai Seng.

Agaknya ia memandang sepi saja terhadap Pek Ie Nio Nio. Tapi

mendengar lagu suaranya, kint Ong Cin Peng dapat memastikan sudah

bahwa Kie Thian Tai Seng yang berada dihadapan matanya itu bukau lain

adalah Kok Piauw. pemuda Baju Kuning yang pernah ia jumpai !

Tangan kanan Kie Thian Tai Seng menghantam kearah kiri dan

kanan, hingga pedang senantiasa memukul tempat kosong. Walaupun

permainan pedang Pek le Nio Nio sangat tinggi, tapi iapun tidak bisa

menarik keuntungan apa2.

Mereka yang menyaksikan jalannya pertarungan, berdebar-debar

hatinya. Mereka semula mengharapkan Pek le Nio Nio bisa mengalahkan

lawannya. kini setelah melihat gadis itu tidak bisa memperoleh

keuntungan apa2, maka mereka kembali merasa hampa, putus asa!

Permainan pedang sigadis sangat dahsyat, sehingga Tiat Kuy Lolo

dan Ong Cin Peng yang berdiri kira2 3 - 4 tombak jauhnya masih dapat

merasakan hawa dingin dari sambaran2 pedang.

"Nampaknya Bayangan merah itu tak salah pasti Kie Thian adanya,

tapi mengapa ia selalu memanggilku Penolong Budiman ? Aneh, sungguh

aneh !"

Hati sinenek diliputi rasa ragu2:

"Hm, bagaimanapun juga ia adalah musuh besar kita! Sebaiknya

aku menggunakan kesempatan baik untuk membunuh dia, supaya dunia

Kangouw terhindar dari malapetaka!"

Berpikir kemudian, maka tanpa memikirkan akibatnya sinenek

berseru ''Ong Taihiap, kita tak boleh berpeluk tangan saja ! Mari kita

serang dia, tak usah kita menunggu nunggu lagi !"

Seeera ia menyerang dengan tongkatnya!

Ong Cing Peng melihat sinenek sudah lompat kegelanggang

pertempuran, tanpa ayal turut menyerang.

Hm, siapa yang sudi menerima bantuan kamu berdua? Lekas

pergi!" bentak sinona yang ternyata kurang senang hatinya.

Sekali lagi Pek Ie Nio Nio menusuk dengan kalap, tak64

mengherankan pula apa yang akan terjadi.

Tapi sungguh aneh! Begitu pedang sinona menusuk, Kie Thian Tai

Seng se-olah tidak berjaga2.

"Sreeet!"

Ujung pedang berputar diatas kepalanya dan sekali diturunkan

dengan kebetulan sekali membeset kedok Kie Thian Tai Seag ! * * *

IX

Dengan demikian, bukan saja Tiat Kuy Lolo dun Ong Cin Peng

berdua sangat terperanjat, demikian juga gadis baju putih sendiri ikut

merasa heran.

Mereka bertiga mengetahui bahwa tebasan pedang sinona tidak

hebat, hanya meluncur kebawah dengan tidak disengaja, tapi ternyata

telah membawa hasil yang tak terduga. Dalam kagetnya ketiga orang itu

segera memandang wajah Kie Thian Tai Seng !

Tapi gerakan Kie Thian Tai Seng lebih cepat, tatkala kedoknya

hampir copot, tubuhnya meloncat jauh kelain tempat.

Kepandainnya meringankan tubuhnya hebat sekali. Dalam waktu

sekejap ia sudah menghilang ! Pek le Nio Nio setelah sadar kembali dari

rasa tercengangnya, segera memburu laksana kilat!

Tiat Kuy Lolo dan Ong Cin Peng berdua saling berpandang2an,

sedang sinenek menghampiri mayat yang menggeletak ditanah.

"Ong Taihiap, mayat ini kupasrahkan kau untuk mengurusinya!"

Kemudian ia berjalan perlahan2 meninggalkan tempat itu. Hatinya

terasa sangat hampa . . . . putus asa. Sejak hari itu nenek kita

mengasingkan dirinya untuk tidak lagi muncul di Sungai-telaga.

* *

*

Sang bulan yang berbentuk sabit terapung tinggi diudara. Malam

sunyi menemani bumi nan jernih tenang. Dalam suasana yang tenang,

sepi ini, keiihatan berjalan seorang yang hatinya sangat berat, risau.

Orang itu bukan lain adalah Kok Piauw.

Dia berlari2 sesaat, tak tahu sudah berapa jauh yang ia lalui,

kemudian barulah ia berhenti. Ketika ia memalingkan kepalanya

memandang kebelakang, tahulah ia bahwa Pek le Nio Nio tidak

mengejarnya, ia membalikkan pakainnya. lalu menengadah keatas "Oh.

ibu ! Khauw Locianpwee bagitu jahat terhadapku mengapa kau masih

menyuruhku untuk tidak membunuh orang perempuan ?"

Hatinya penasaran. Teringat akan Tiat Kuy Lolo mengeroyok

hendak membunuh dirinya. Diam2 ia menundukkan kapalanya.65

Akhirnya Kok Piauw merapikan baju kuningnya hendak kembali

kepenginapannya. Berjalan 2 tindak, tiba2 teringat pula kepada Ong Cin

Peng. Entah bagaimana dia sekarang ini? Berpikir demikitan, ia berbalik

kembali kejalan tadi.

Berjalan tidak jauh, tampak tidak jauh didepan, Pek Ie Nio Nio

laksana kilat cepatnya ber-lari2 mendatangi. Hatinya tergerak, maka ia

pura2 seperti orang yang sedang kehilangan akal berjalan sambil

menundukkan kepalanya!

Pek le Nio Nio melihat ada orang berjalan mendatangi, segera

berhenti dan bertanya lantaneg:

"Hay! Apa kau lihat seorang laki2 berbaju merah berjalan lewat

sini'?"

"Tidak."

Pak Ie Nio Nio memutar2kan matanya.

"Berapa lama kau sudah datang kemari?"

"Baru saja!" sahut pula Kok Piauw dengan senyum getir. Habis

berkata ia kembali berjalan kedepan. Pek le Nio Nio mendadak

menudingkan pedangnya.

"Kau jangan pergi dulu, tunggu setelah kau jawab pertanyaan2 ku!"

ia membentak.

"Entah apa yang hendak nona tanyakan?" berkata Kok Piauw

setelah berhenti. "Aku masih mempunjai urusan lain, tak bisa lama-lama
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menanti!"

Sinona melirik kepedang yang tersisip pada punggung Kok Piauw,

setelah berpikir sejenak laiu berkata: "Kau membawa pedang., tentunya

dari kalangan Rimba Persilatan juga, Aku minta pengajaranan beberapa

jurus!"

Kiranya meskipun muda belia, tapi Pek Ie Nio Nio sangat cerdik.

Setelah melihat potongan badtin sipemuda yang mirip sekali dengan Kie

Thian Tai Seng, maka timbullah merasa curiganya. Pedangnya yang

semula ditudingkan itu, kini telah meelintang!

"Kita tidak dendam, tiada bermusuhan, mengapa kita harus saling

bertempur ?" ujar Kok Piauw menggeleng gelengkan kepalanya.

"Ha!" Sinona tertawa mengejek, pedangnya berputar diudara.

Dengan ujungnya ia menuding hidung Kok Piauw. Si-pemuda tetap tidak

bergerak, hingga sinona kembali menarik pulang pedangnya:

"Aah! Kau tak mungkin Kie Thian Tai Seng simomok itu ! ujarnya.

Kie Thian Tai Seng terkenal akan kekejamannya, dalam anggapan

sinona, bila Kok Piauw itu adalah Kie Thian Tai Seng, maka tak mungkin

ia mah menerima hinaan dan membiarkan pedang orang berada didepan

hidungnya.

Kok Piauw tersenyum. "Kalau begitu, tentu nona melepaskan diriku

berlalu". Pek le Nio Nio memandang sepintas lalu wajahnya yang tampan

itu, dengan pedang dituding ia berkata : "Kawan-kawanmu disana, kau66

boleh pergi!"

Kok Piauw terpaksa tersenyum setelah menghaturkan terima kasih,

iapun melangkah pergi. Sinona melontarkan pandangannya kepada

punggung Kok Piauw yang sudah berlalu itu, semakin lihat tampak

potongan badannya mirip dengan bayangan merah!

Berhenti, aku masih ingin menanyakan kepadamu '" ia berseru.

Dalam sekejaban, air muka Kok Piauw berubah muram.

Entah apa yang hendak nona perbuat lagi!" ia bertanya.

Pek Ie Nio Nio mencelat datang.

Kau jangan bersandiwara lagi, dengan susah payah aku mencarimu,

mana boleh kau berlalu begitu saja ? Hm, kau sebenarnya Kie Thian Tai

Seng !

Wajah Kok Piauw tampak sangat jengkel, tapi tatkaJa ia berpaling

air mukanya kembali tenang pula?Aku tidak kenal dia?" sahutnya sambil

menggeleng-gelengkan kepalanya. la berbalik pula.

Begitu badan Kok Piauw bergerak, angin menyambar tengkuknya !

Ujung pedang Pek Ie Nio Nio menyentuh lehernya!

Hmm ! apa kau kira aku tak tahu bahwa Kie Thian Tai Seng asli

telah mati ? mengapa kau berani menyamarnya untuk menimbulkan

keonaran di Sungai Telaga?"

Wajah Kok Piauw tampak berubah, berjalan pula! Pek Ie Nio Nio

menjadi gusar, tiba-tiba ia menikam. "Blees!"

Pedangnya melukis Kok Piauw ! Sipemuda berpaling dengan wajah

sangat pucat ketakutkan !

"Apa banar-benar kau hendak bertarung?desisnya gemetar.

Darah segar mengucur dari lukanya, namun ia tidak menyusutnya,

sebaliknya dengan mata berapi-api ia menatap wajah sinona. Pek le Nio

Nio kesima! Kau terluka?" bisiknya.

Kata2nya itu mengandung kemesraan berbeda sekali dengan sifat

angkuh galak semula. Kok Piauw yang sejak kecil hidup dalam suasana

dingin, belum pernah melihat senyuman dan mendengar bisikan kasih

sayang yang di-ucapkan orang lain. Semuanya yang ia lihat adalah wajah

bengis dingin tiada berperasaan, dan mayat yang bergelimpangan yang

tiada terhitung jumlahnya. Maka bisikan sigadis bagaikan angin lalu saja.

Kok Piauw mengeluarkan obatnya dan mengoleskan pada lukanya,

kemudian ia berjalan pergi.

Pek le Nio Nio tercengang. la tak tahu apa yang harus dilakukan.

Berjalan tiga puluh tombak lebih, Kok Piauw menarik napas panjang, lalu

mengeluh: Yap Siong Lan ! Kau sendiri tak berani keluar, mengapa kau

sebaliknya menyuruh putrimu ?"

Dengan pikiran kusut ia berjalan pula. Ia tak mengerti mengapa

ibunya menyuruhnya bersifat lunak terhadap kaum wanita dan begitu tak

kenal ampun terhadap semua orang pula.

Malam, sepi kelam. Bukit menjulang jauh didepan. Sunyi senjap.67

Tiada seorangpun yang kelihatan. Kok Piauw berhenti, ia menggumam

seorang diri:

"Maseka sudah pergi semua!"

Walaupun dalam waktu semalaman ia berturut-turut telah

membunuh beberapa tokoh silat, namun hatinya tetap terasa hampa.

Dengan mata ia memandang lepas jauh2, dan dalam batas pandangan

mata yang dapat dicapainya, tampak sebuah kuburan baru yang

menjubul keatas tanah. Pemandangan semacam ini sering ia alami, ia

memalingkan pandangannya. Pek le Nio Nio sudah pergi. lapun kembali

kepenginapannya!

Keesokan harinya, ia melanjutkan perjalanannya kedaerah Ouwlam!

Berjalan tidak seberapa jauh, se-konyong2 tampak 3 orang

perantauan kang-ouw sedang berjalan didepan. Tatkala itu ketiga orang

yang berjalan didepan sudah sampai disebuah warung teh. Salah seorang

diantaranya tiba2 menoleh kebelakang. Ketika hendak masuk kedalam

warung itu dengan mata sekali menyapu. Kok Pianw melihat dengan jelas

bahwa orang itu adalah seorang pak tani berusia 40 tahun.

"Siapa gerangan mereka bertiga itu ?" dalam hati ia tak putus2

bertanya.

Karena pengaruh ibunya yang sangat dalam, maka bila mengetahui

ada orang memandangnya dengan sikap bermusuhan, maka bangkitlah

rasa bencinya! Walaupun mereka mungkin tidak bermaksud apa2

terhadap dirinya, iapun tidak akan gampang2 melepaskan mereka.

Ketiga orang itu melihat ia memasuki warung teh, menjadi gelisah.

Pak tani tadi mengutik kawannya yang berewokan, dan berbisik-bisik

ditelinganya. Si berewok meng-angguk2kan kepalanya.

Kok Piauw segera mengambil tempat duduk, dan minta secawan

teh. Terhadap gerak-gerik ketiga orang itu ia bersikap acuh tak acuh,

kemudian ia berlalu dengan meninggalkan uang.

Perbuatannya itu benar2 diluar dugaan mereka! Si Berewok berkata

ber-bisik2 :

"Twako, apa orang itu Kie Thian Tai Seng ?"

Ia melihat tingkah laku Kok Piauw yang bukan saja sangat halus,

lagi pula sikapnya sedikitpun tidak memperlihatkann kejahatan, maka

menjadi sangsi.

Si petani setengah tua itu termenung sejenak.

"Ong Cin Peng tidak salah lihat, kita sebaiknya mempercayai dari

pada tidak, orang itu agak mencurigakan, kelihatannya bukan orang baik

!"

Dan sehabis berkata, iapun berdiri sambil meraba senjata pecut

berbuku tujuh yang ia libatkan pada pinggangnya.

Tak perduli bagaimana, marilah kita kuntit dia!

Agaknya orang yang berkata itu berkedudukan sebagai pemimpin,

ia berjalan keluar dan salah seorang diantaranya pergi membayar.68

Tatkala mereka keluar, pemuda yang dicurigai sudah tiada

kelihatan lagi.

"Hm, sungguh cekatan ! berseru si berewok terkesiap. Sedang

kedua kawannya ikut terkejut.

Mereka meraba-raba senjata masing2 dengan sikap tegang

memandang lepas kejauhan.

Si Berewok mengejar, tapi sia2 belaka, karena mengingat

ketelengasan Kie Thian Tai Seng, ia tak berani ber-sikap ceroboh.

Sementara itu kedua temannya sudah menyusul datang, salah satu

diantaranya lantas menegor "Lo-san, apa yang kau ketemukan?"

Belum juga lenyap suaranya tiba2 angin dingin menyerang.

Terperanjat mereka berbareng membalikkan badan. Tampak oleh mereka

didepan berdiri menghadang seorang berbaju merah.

Mereka insyaf bahwa orang yang berdiri didepannya itu bukan lain

tentu adalah si momok yang ditakuti orang2.

"Ong Cin Peng memang tak salah, dia benar Kie Thian Tai Seng!"

berseru Berewok. la telah melihat bahwa perawakan si pemuda baju

kuning yang sedang mereka kejar itu, serupa sekali. Si Berewok tidak

maenyia2kan waktu lagi, Cit Ciat Pian laksana kilat menyerang musuh.

Pecut itu membabat kejalan darah Pek Hui Tai-hiat Bayangan merah itu!

Kie Thian Tai Seng yang terkenal sebagai momok yang sangat

kejam tak kenal ampun iru, tidak mengira bahwa serangan orang itu

kejam melebihi dirinya.

"Hm !"

la berputar dan mnggeliat kesamping tubuh kedua lawannya yang,

begitu tangannya menghantam, ia berteriak : "Roboh!"

Gerakannya bukan saja cepat. lagi pula luar biasa !

Namun ketiga lawannya bukan sembarang orang. Begitu gagal, si

Berewok membalikkan tangannyaa, dan kembali menyahat dengan

pecutnya! itulah hebat sekali !

Sedang si orang tani membacok Kie Thian Tai Seng dengan

kampaknya.

Kie Thian Tai Seng, tertawa dingin badannya menggeliat

kebelakang si orang tani. la menyerang dengan ganas! Tak keburu pula

untuk berkelit, pak tani merasa sekujur badannya linu kesemutan. la

menjerit dan roboh terkulai ditanah.

Kedua kawannya yang menyaksikan menjadi terperanjat. Si

berewok dengan kalap melontarkan serangannya bagaikan gila, tapi

waiaupun ia mengeluarkan seluruh kepandainnya namun sedikitpun

pecut tak bisa menyentuh baju lawannya.

Ternyata kepandaian Kie Thian Tai Seng benar2 sangat hebat ! Si

Berewok berteriak memperingati temannya yang lain, agar berhati-hati.

Kawannyat menyerangnya, menyerang dengan gaitannya, tapi Kie

Thian Tai Sang tidak menjadi gentar. Begitu tangan kirinya menyampok69

sepasang gaitan lawan, dengan tangan kanan ia mendorong! Itulah

pukulan Kek-san Pah-goe yang dahsyat !

Tak ampun lagi lawannya jatuh terpelanting.

Si Berewok tergetar hatinya menyaksikan kejadian itu, karena ia

insyaf bahwa diantara mereka bertiga, ialah yang berkepandaian paling

lemah. Kini kedua kawannya itu dengan mudah dirobohkan lawan. Maka

bagaimana hatinya tidak jadi keder?

Kie Thian Tai Seng setelah berhasil menjatuhkan kedua lawannya,

dengan sinar mata berkilat-kilat perlahan2 berjalan mendekati si Berewok

!

Si Berewok cukup keras hatinya, ia pegang pecutnya erat2,

bersikap siap untuk mengadu jiwa!

"Hm. ! Siapa namamu?" tanya Kie Thian Tai Seng tiba2.

Si Berewok melapangkan dadanya, dengan suara lantang ia

menyahuti.

"Samtwa-ya tidak pernah merubah nama, aku He Can Tat dari

Swat-Nia Sam-Kiat atau Tiga pendekar dari Bukit Salju !"

Kie Thian Tai Seng demi mendengar nama Swat-Nia Sain-Kiat

hatinya tergerak. Pikirannya : "Mereka bertiga ini mempunyai sedikit

nama di Wilajah Barat-daya, alangkah baiknya kusuruh ia untuk

menyampaikan berita?"

Berpikir demikian, maka kembali ia maju, He Can Tat mengira

bahwa orang hendak menyerang, tanpa ayal menyapu dengan pecut Cit

Ciat Piannya.

"Hm, kau cari mampus!?" Bentak Kie Thian Ta Seng seraya berkilat.

Dan dengan sekali bergerak, pecut terjepit diantara dua jari tangannya!

"Apa kau benar2 bosan hidup ?"
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kaki He Can Tat menjadi lemas. Begitu pecutnya dijepit lawan,

segera ia rasakan sebelah lengannya lemah tiada bertenaga. la

bergemetar, karena insyaf bahwa hari ini benar2 ia sedang menghadapi

kematian.

Kiranya kepandaian Swat Nia Sam Kiat tidak rendah. mereka bukan

saja mempunyai nama diwilayah Barat daya, dalam Rimba Persilatan juga

mereka mempunyai kedudukan yang tinggi. Namun kini mereka justru

bertemu dengan Momok nomor satu dalam kalangan Kangouw ! Begitu

bertempur, dua diantaranya lantas roboh. Tak dapat disesalkan bila He
Can Tiat cemas, tahu apa yang harus diperbuat!

"Kau mau bunuh? Bunuhlah ! Sam Tai-ya sedikitpun tiada jerih!"

berteriak He Can Tat penasaran.

"Hm, tak kunyana kau seorang laki2 sejati !" berseru Kie Thian Tai

Seng seraya tertawa.

Ia menarik He Can Tat kemuka, dan menekan Leng-Tay Hiat diatas

kepala mangsanya.

"Hayo, lekas kau turun tangan !" menantang He Can Tat tatkala70

mengetahui bahwa dirinya terancam maut.

Mata Kok Piauw memancarkan sinar gaib.

Tiba2 ia tersenyum.

"Aku tidak akan melukai kau!" bisiknya halus.

He Can Tat mmembelalak, ia heran terhadap putusan Kie Thian Tai

Seng telengas terhadap musuhnya.

Manusia, tetap merupakan makhluk Tuhan yang takut akan mati,

begitu pula He Lian Tat !

"Kau tidak ingin melukai aku ?" berseru He Can Tat denganl napas

legah "Tentunya kau mengandung maksud untuk menyuruhku

menyebarkan berita kepada kaum Bulim, bukan ?"

Kok Piamw kembali tersenyum, namun wajahnya tertutup oleh kain

kedoknya, sehingga He Can Tat tak dapat melihatnya.

"Kau sungguh cerdik !" terdengar suara dingin dari balik kedok." Hal

itu tak usah kau lakukan, aku hanya menginginkan kau untuk

menyampaikan kabar pada kaum Liok Lim diwilayah Barat-daya agar

mereka lantas datang ke Bu-tong San!"

He Can Tat terkejut! Ia tak mengerti apa maksud orang itu ?

Namun ia tak berani bertanya, dalam hatinya.

"Baiklah, akan kulakukan titahmu itu !"

"Bila kau telah mengetahui segalanya, itu lebih baik"Berseru Kok

Piauw tertawa!

Tapi ingatlah, bahwa jiwamu pun sama seperti Ong Cin Peng. Paling

lama kau akan hidup 1 tahun lagi.

"Asal saja aku dapat menyampaikan berita itu, "berkata He Can Tat,

"mereka akan datang untuk mengganyang kau! Pada waktu itu entah

siapa diantara kita yang akan melayang jiwanya. Dengan kata satu tahun

sehari pun sudah cukup!"

?Baik, kita lihat saja nanti !" Kok Piauw mengendorkan

cengkeramannya. Dan sekali berkelebat, ia sudah lenyap dalarm

gerombolan pohon lebat.

He Can Tat melihat orang sudah berlaiu, menggeleng- gelengkan

kepalanya.

"Bila Kie Thian Tai Seng tidak dibasmi, maka dunia Kangouw akan

terancam malapetaka untuk selama2nya!"

Akhirnya ia berlalu pula sambil membondong kedua mayat

kawannya.

*

* *

Sang Surya memancarkan sinarnya di-awang2. dibawah terik

sinarnya tampak seoang pemuda baju kuning ber-jalan dijalan raya

dengan penuh rasa kesepian. Pemuda itu tentunya bukan lain adalah Kok

Piauw. Setelah berhasil melumpuhkan Swat-Nia Sam-Kiat, iapun71

melanjutkan perjalanannya kearah dusun Siauw-Kek Cong.

Siauw-Kok Cong merupakan sebuah dusun diluar kota Ceng-hoat,

walaupun dusun itu tidak besar, namun penduduknya sangat padat.

Setibanya didusun Siauw-Kok Cong itu, Kok Piauw mencari sebuah

rumah makan dan ia memillih sebuah tempat duduk dekat jendela.

Selagi ia menanti hidangan yang ia pesan, tiba2 dari luar terdengar

suara kemerincingnya kelenengan. Dibawah pandangan matanya yang

sangat celi itu, tampak sepasang muda-mudi dengan tergesa-gesa

berjalan masuk kedalam rumah makan itu.

Mereka muda belia. Rupanya sepasang suami-isteri,sipemudi yang

baru berusia 17 tahun sedang mengandung.

?Wanita itu masih begini muda, tapi mengapa ia sudah

mengandung? Ah, tentunya mereka kawin muda !" guman Kok Piauw.

"Gaya baru ! Ha-ha-ha!"

Wanita muda itu agaknya masih bersifat ke-kanak2kan. ia

mengikuti dibelakang kawan prianya.

"Bin Koko, kita telah sampai di Siauw-kek Cong, tapi tak tahu apa

gedung Siauw Lo cianpwee malam ini akan terjadi sesuatu ?" ujarnya.

"Sekarang yang terpenting bagi kita ialah bersantap, sedang urusan

lain kita bicarakan lagi nanti?"

Mereka mengambil tempat duduk dimuka tempat duduk Kok Piauw

!

Siwanita muda melepaskan matanya kesekitar ruangan rumah

makan itu. Tiba2 matanya berbentrok dengan Kok Piauw yang berada

dimukanya, wajahnya lantas berubah. Buru2 ia memberi isyarat dengan

kedipan mata kepada kawannya. Laki2 muda ttu ternyata cukup

berpengalaman. Mula2 ia tidak memberikan reaksi apa2, berselang

beberapa lama barulah ia memalingkan kepalanya dengan acuh tak acuh.

Pada saat itu juga ia terperanjat.

Pemuda baju kuning itu mirip benar dengan dirinya! Seolah2 pernah

bertemu tapi tak tahu dimana ? Tapi kemudian ia berpikir pula, bahwa

dalam kalangan Kangouw kini sedang hangat2nya membicrakan tentang

pemuda baju kuning! ltulah dia Kie Thian Tai Seng!

Sementara itu, siwanita muda berbisik !

"Apakah kau dengar yang dikatakan oleh Ong Cin Peng?"

Laki2 muda menjawab dengan berbisik, dan wanita muda itu

kemudian menggeleng2kan kepalanya.

"Mana aku tega melepaskan dirimu ? Kalau ingin mati, biar kita

mati bersama!"

Laki2 muda itu tegang wajahnya, tapi ia berkata dengan sabar !

Lekas kau pergi ! Beritahu kepada Siauw Locianpwee! Surulah

mereka lekas2 bersiap-siaga!72

Pembicaraan antara mereka berdua itu walaupun perlahan, tapi.

Kok Piauw dapat mendengarnya dengan jelas sekali. Diam2 ia merasa

menyesal.

"Aku tidak mengandung maksud hendak membunuh suamimu!" ia

berpikir.

Akhirnya wanita muda itu bangun juga. Ia hendak pergi kepada si

orang yang dipanggil Siauw lojianpwee. Laki2 muda itu kembali membisik

ditelinganya, sedang siwanita muda ber-ulang2 menganggukkan

kepalanya. Kemudian setelah melontarkan lirikan kepada Kok Piauw,

iapun berlalu keluar. Seperginya wanita muda itu, Kok Pianw diam2

mengasah otaknya. Baginya tidaklah menjadi persoalan bila membunuh

sepasang suami-isteri muda itu ! Aah ! Sayang, titah ibu sukar dibantah,

tak dapat ia tinggal diam !

Ia mengalihkan pandangan keluar jendela. Siwanita muda sudah

pergi jauh, maka ia bangkit berdiri dan memanggil pelayan.

Melihat perbuatan Kok Plauw yang tergesa-gesa, laki2 muda yang

tampan itu terkesiap. Kuatir kalau2 istrinya yang tercinta akan

mengalami bahaya dari Kok Piauw. Cepat2 ia melontarkan sepotong

perak dan berlari meninggalkan rumah makan.

Kok Plauw bermesem mengikuti dengan pandangan mata. Dalam

hatinya perasaan aneh. Setelah menyelesaikan bonnya, dan tanya jalan

yang menuju Siauw Kek-Cong, kemudian iapun keluar.

Sementara itu sepasang suami-istri sudah tiada kelihatan dari

pandangan, maka Kok Piauw mempercepat langkahnya.

Berjalan kira2 1 lie lebila masih juga belum nampak bayangan2

mereka berdua.

"Pelayan itu terang2 menunjukkan jalan kearah Siauw kek cong,

apa mungkin mereka telah merobah tujuannya?"

Disekeliling tempat itu sunyi-sepi tiada manusia seorangpun. la

mempercepat langkahnya dan berlari-lari pesat laksana anak panah yang

lepas dari busurnya.

Ilmu-lari cepatnya rasanya dikolong jagad ini tiada orang lagi yang

dapat menandingi, dalam waktu sekejapan saja, ia sudah berhasil

melewati puluhan tombak jauhnya. Tiba2 ia mendongak. Dalam batas2

jarak pandangan matanya, tampak debu mengebul2 dan samar2 dua

penunggang kuda sedang mengaburkan tunggangannya. Cepat2 ia

mengejar!

Jarak antara mereka semakin mengecil, tatkala Kok Piauw

mengamati2, ternyata mereka bukan lain adalah sepasang suami-istri

muda itu ! Seraya tertawa nyaring, ia lompat kedalam semak-belukar,

Ketika ia kembali menampakkan dirinya pula, ia sudah bersalin muka

dengan mengenakan jubah merah dan mukanya tertutup kedok! Suami
istri muda yang berada dimuka, tak henti2 mengeprak kudanya.

Sebentar2 mereka menoleh kebelakang. Begitu dusun Siauw-Kek-Cong73

kelihatan dikejauhan, mereka menarik napas lega. Siwanita muda

menuding dengan pecutnya dan berseru: "Bin koko, kita akan segera

sampai !"

Sipemuda mengangguk. Tapi kegirangan mereka hanya sebentar.

Se-konyong2 sesosok bayangan merah muncul dari belakang. Bukan

kepalang kagetnya laki2 muda itu. la menyabat dengan pecutnya seraya

berseru : "Bedebah! Aku sudah tahu kau akan mengikuti kami !"

Wanita muda itu menjadi pucat. Ia balikkan kudanya untuk

melawan. Tapi karena sedang menganduag, maka gerakannya tidak

leluasa. Sang kuda meringkik2. Hampir2 ia jatuh tergelincir dari atas

pelana, la menjerit karna kagetnya! Sementara itu Bayangan merah

sudah datang memburu. Dengan tertawa dingin ia menyambar dengan

tangan kanannya!

"Roboh!" teriaknya nyaring.

Laki2 muda tampan itu khawatirkan keselamatan istrinya, maka

gerakannya agak terlambat. Dalam waktu sekejab mata itu, pecutnya

terampas mentah2 oleh Kok piauw! Laki2 muda itu menjerit dalam

paniknya:

"Siang-moay, lekas kau pergi. Biar kutahan dia ini!"

Kakinya mengempit keras kepungan kudanya. Tepat pada waktu

itu, tiba2 suara pecut menggeletar diangkasa, menyambar dengan

dahsyatnya!

Laki2 muda itu berseru tertahan. Buru2 ia betkelit dengan tipu

Piauw-Yok Bu-Im atau Kapas-bertebangan! Badannya berputar dan

menggeliat beberapa kali. Tapi tidak dinyana bahwa kepandaian Kok

Piauw sesungguhnya jauh lebih tinggi dari padanya. Meski bagaimanapun

ia berkelit tak urung ujung pecut itu senantiasa mengancam dirinya

bagaikan bayangan maut!

Dalam keadaan kaget hampir2 laki2 muda kehilngan

akalnya.Tatkala mendengar teriakan suaminya maka pikirannya menjadi

terang. Dengan sengit ia menyabat punggung Kok Piauw dengan

pecutnya.

Kok Piauw tertawa dingin. Tangannya tetap bergerak.

Tarr !" ujung pecutnya mampir ditubuh laki2 muda itu! Beruntung

Kok Pisuw masih memberi hati, jikalau ia mengikuti napsunya yang
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

biasanya terumbar itu, niscaya jiwa sipemuda itu sudah melayang.

la tidak berhenti sampai disitu saja, tangannya bergoyang dan

ujung pecut bergulung, bagaikan seolah2 tumbuh mata, sekali bergulung

melilit ujung pecut siwanita muda!

Siwanita menjadi pucat karna kagetnya! la meronta, namun tiada

berdaya apa2. "Jangan bergerak, aku selamanya tidak melukai kaum

wanita !" Kok Piauw mendesis.

"Hm!" ejek siwanita penasaran. "Jika kau hendak mencelakai Bin

Koko, kaupun bunuhlah aku sekalian!"74

Sehabis berkata, air-matanya mengalir keluar.

Hati Kok Piauw yang keras menjadi lemah sendirinya, tangan

menjadi kendor. Dengan kesima ia memandang muka laki2 muda yang

tampan itu. la tercengang.

"Hai ! Aku seperti pernah melihat orang ini ! Tapi entah dimana ?''

Berpikir demikian.kemudian diam2 ia merasa geli. Karena sedari ia

menampakkan diri dikalangan Kangouw dengan menggunakan julukkan

gurunya tiada banyak orang yang pernah bertemu dengannya. Namun tak

perduli apa yang terjadi, wajah laki2 muda itu mirip benar satu dengan

mukanya sendiri !

Selagi Kok Piauw termangu2,siwanita itu menjerit pula:

Hayo, lekas kau bunuh kami !"

Suaranya nyaring menusuk telinga, Kok Piauw melongo. Tangannya

yang sudah terangkat belum ditarik pulang. la memandang kearah wanita

muda itu, yang perutnya sudah membesar. Sekonyong-konyong tersirap

dalam benaknya keadaan ibunya dahulu, pada masa itu, kedudukan

ibunya tiada beda seberapa dengan sekarang ini. Bila bukannya Thiat Kay

lualo telah menolong ibunya, maka ia pun tidak akan hidup dipermukaan

bumi.

Berpikir demikian, tak terasa tangannya yang sudah terangkat itu,

lambat laun turun kebawah.

Pergilah kamu! " ia berseru.

Siwanita berseri-seri kegirangan.

"Kau melepaskan kami ?"

Kok Piauw hampir2 tidak berani memandang mata mereka, dia

berpaling ketempat lain. Tiba2 wajah ibunya yang dingin kembali

terbayang2 didepan matanya. la berpaling pula dengan tiba2 :

Tidak! Meskipan aku tidak melukai suamimu, tapi ia harus segera

meninggalkan Tionggoan untuk mengasingkan diri !"

Dengan muka muram laki2 muda itu mengela napas:

"Aku Hu Thian Bin hari ini telah dirobohkan, asal saja aku masih

bisa hidup di permukaan bumi ini 10 tahun kelak aku akan mencarimu

untuk menyelesaikan hutang-piutang!"

Kok Piauw terdiam, pikirnya seperti diliputi semacam perasaan

aneh.

"Kau sudah kalah. "ujarnya, "Lekas pergi!" Hu Thian Bin diam saja.

Tak perduli apa yang terjadi, asal saja jiwa suaminya dapat

tertolong, apapun ia akan menerimanya, maka buru2 siwanita menyahut:

"Ya, kami terima usulmu itu!"

Kok Piauw selamanya tidak pernah melepaskan seorang pria, Oey

Cin Peng dan Haw Can Tai berdua meski diampuni jiwanya. tapi mereka

harus melakukan sesuatu baginya.Tapi sekarang ia memberikan jalan

hidup kepada mangsanya ! Sekonyong-konyong terdengar kembali suara

ditelinganya:75

Ingatlah! Kau tak boleh melepaskan siapapun !"

Kok Piauw mengerutkan keningnya. Sipemuda yang berada

dihadapannya itu seperti juga saudara kandungnya sendiri ! la

menengada dan bersiul nyaring.

Ingatlah ! Selama 10 tahun ini, aku tak bolehkan kau menginjak

tanah Tionggoan,"

Apakah kau hendak memecah kami suami-istri ?" menjerit Thia Bin

memotong penasaran. Kiranya mereka baru kawin belum cukup satu

tahun. Kie Thian Tai Seng telah memaksakan dirinya sehingga mereka

harus hidup berpisahan.

Kok Piauw sudah pergi jauh,

"Hm. ! Kuingin lihat berapa lama lagi kau akan bisa malang
melintang? aku akan beritahukan kepada Siauw Locianpwee." mencaci

maki wanita muda itu kalang-kabut. Hu Thian Bin sangat kesal. Ia harus

berpisahan dengan istrinya yang cantik, yang ia kasihi itu. Tidaklah

sempat baginya untuk memikirkan urusan2 rumah itu, walaupun ia diam,

tapi pada wajahnya tak dapat ia menyembunyikan perasaan cemas itu !

Sang istri nan bijaksana dan cerdik itu, dapat membaca isi hati sang

suami dari pandangan matanya yang guram tertutup air mata.

"Koko tolol, mengapa kau cemas? Dia menyuruh kau mengasingkan

diri ke Kwan-gwa, namun ia tidak melarangku untuk turut serta!

Sekarang aku hendak laporkan kepada Siauw Lo-cianpwee, kau tunggu

saja didusun. Sebentar aku akan kembali !"

Hu Thian Bin menjadi girang.

"Baiklah, aku tunggu kau didepan sana!"

Sekali mengedut tali-kekang, binatang itu yang berbulu merah

marong berlari kabur! Percakapan mereka berdua, terdengar seluruhnya

oleh Kok Piauw. Setelah mereka iapun membalikkan badannya. Seumur

hidupnya ia baru pertama kali merasa risau seperti sekarang, selangkah

demi selangkah meninggalkan tempat itu!

Dia berjalan dengan perlahan2, kedoknya sudah dicopot,

bajunyapun sudah dibalik berubah warna kuning pula. Tiba2 wajah ibunya

yang dingin angker itu terbayang2 membesar dihadapan mukanya. Tak

terasa lagi ia menggigil.

Sambil jalan, tak putus2nya ia memeras otaknya. Pemuda yang

bernama Hu Thian Bin itu agaknya seperti mempunyai hubungan erat

dengan dirinya, tapi agaknya jauh pula. Tapi ia tak ingat pula dimana ia

pernah bertemu dengan pemuda itu?.

*

* *

Berpikir demikian. tiba2 ia membalikan badannya. Tapi entah76

mengapa, tatkala pandangan matanya terarah pada tempat dimana Hu

Thian Bin suami-istri berdiri tadi, hatinya kembali menjadi lemah pula.

"Hm . . . . " ia mengeluh, hari ini kuampuni jiwanya, 10 tahun

kemudian masa ia akan bisa lari kemana?"

Sang Surya sudah mulai condong kesebelah barat. Kok Piauw

berjalan perlahan2. Tak jauh dimuka tampak sebuah tembok bangunan

yang besar. Tentunya itulah dusun Siauw-kek cong!

Dari depan berjalan menyongsong seorang petani tua, maka buru2

ia bertanya dengan sikap hormat :

" Lojinkee: Apa didepan itu Siauw-kek-cong?".

Petani tua itu mengawasi bertanya, lalu tertawa berkakakan: "

Tentunya Kongcu baru datang kesini! Inilah Siauw-Kek-cong, tak tahu

kongcu hendak mencari siapa?"

Kok Piauw berpikir sebentar, tapi tak tahu ia siapa Lo-cianpwee

yang disebut2 siwanita muda itu ?

"Ah, aku hanya datang untuk menemui seorang kawan dari tempat

lain, yang menjanjikan untuk bertemu di Siauw-kek-cong sini!"

Petani tua itu tertawa, dengan sikap ramah-tamah ia berkata

seraya menunjuk dengan tangannya :

"Itulah dimukal"

Kok Piauw menghaturkan terima kasih, kemudian berlalu pergi.

Siauw-kek-cong merupakan dusun kecil, penduduknya hanya terdiri

beberapa keluarga saja, dan rumah2 berjejer2 menjadi suatu bangunan

besar. Diluar terkrung oleh sebuah tembok yang dikelilinginya oleh

sungai. Panorama ditempat ini sungguh2 indah mempersonakan.

Kok Piauw menoleh kesekitar tempat itu. takut kalau2 dirinya

berpapasan dengan wanita2 muda tadi. la berjalan menuju ketempat

yang agak sunyi.

Kok Piauw menjadi bingung. Jikalau malam aku tinggal disini,

dimana aku harus bermalam ? pikiranya.

Penghuni Siauw-kek-cong semuanya berhati ramah tamah, melihat

Kok Piauw tertarik.

Penduduk dusun begitu ramah-tamah, agaknya mereka hidup rukun

sentosa. la berjalan terus, didepan tampak sebuah bangunan rumah yang

terpencil sendirian. Seorang ibu tani yang lanjut usianya ditemani seorang

anak sedang mencuci pakaian ditepi kali.

Anak yang baru berusia 5 tahunan itu sangat lincah dan pun

pemberani, tatkala melihat Kok Piauw datang, ia menjerit kegirangan :

"Nenek, ada tamu datang !" Nenek itu mendongak dan perlahan2

berdiri bangun. Dengan tersenyum ia menyambut : "Tuan tamu datang

dari mana?"

Kok Piauw datang dengan mengandung maksud tertentu. maka77

mau tak mau ia harus bar-pura2. la ber-mesem-simpul.

"Aku yang rendah sedang menanti teman, Popo. Apa kau ada air

untuk aku minum?"

Ada, ada! Aah aku jadi lupa Tuan muda silahkan masuk untuk

minum teh. "katanya sambil memberi hormat mengundang tamunya

kedalam rumahnya. Begita ia memasuki pintu, segera pandangannya

tertumbak olen sebuah papan arwah, yang tertulis "Aku arwah putraku

Ho Kek Beng?" dengan Huruf berwarna merah.

Nenek tani itu mengenakan baju dari kain yang murah dan

sederhana, walaupun rumah tinggalnya tidak besar, namun terawat rapih.

Anak kecil itu lebih2 sangat menggelikan dan menyenangkan, demi

melihat Kok Piauw masyk, iapun mempersilahkan: " Sio-siok, silahkan

duduk: ?ujarnya seraya menggeser sebuah bangku.

Kok Piauw tersenyum mengalihkan pandangannya kepada abu itu,

hatinya berdebar tidak tenteram. Sinenek telah kematian seorang

puteranya, maka seharusnya ia membenci seantero kaum pria tetapi

mengapa begitu ramah-tamah terhadap dirinya?

Sinenek menoleh, dan melihat Kok Piauw sedang ter-mangu
mangu, maka ia berseru mengundang "Tuan muda silahkan duduk !

Popo, apa kau benci kepadaku ? "tanya Kok Piauw tiba2.

Nenek itu melongo karna terperanjatnya! "

"Tuan muda, aku seorang tua dengan kau belum pernah

berkenalan. Mengapa aku harus membencimu?''

Kalau begitu kau tidak benci aku, tapi seharusnya benci seluruh

kaum pria ujar pula Kok Piauw sambil memandang orang menanti

penjelasannya.

Wajah nenek tua itu sesaat terkilas sesuatu perasaan heran.

Dibawah pandangan matanya yang tajam, tampak pemuda yang duduk

dihidapannya itu berwajah suram, seakan2 sedang diliputi rasa

kebimbangan dan kegilaan!

Bercekadlah hatinya.

Benar! kau tentunya kerabat iblis perempuan itu, pantas kau

mempunyai pandangan hidup demikian: "pikirnya

"Kongcu, antara sesama manusia untuk apa kita harus saling

membenci? "nenek itu mengelah napas dan ber-kata se-olah2 ia belum

mengetahui.

Kok Prauw membelalak. ia berdaya mengasah otaknya, tapi semua

masalah yang terpendam dalam benaknya itu, tetap tiada memperoleh

penyelesaian. la heran, mengapa ibunya harus diasingkan oleh semua

orang2. Gurunya seorang pria, tapi mengapa ia harus membenci kaum

pria juga ?

Tatkala pikirannya tak dapat memecahkan segala masalah ini,

maka ia mengira bahwa nenek tua yang berada dihadapannya ini sangat

lemah.78

Kok Piauw duduk diatas bangku yang disediakan untuknya, dan
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan rasa penuh keragu2an ia mengawasi nenek itu.

"Prempuan itu adalah pelemah I "Agaknya ia teringat pula akan

kata2 seperti ini diucapkan dari mulut seorang gila ! Nenek tua itu diam2

merasa sayang. Pemuda baju kuning dihadapannya ini mempunyai

perawakan yang bagus, tapi sayang ia terpengaruh oleh pikiran sesat!

Sungguh sayang !

Ia menyuguhkan sepoci teh panas dan menuangkan secawan

kepada Kok Piauw.

"Kongcu, silahkan minum !"

Nenek tani kira2 berusia 60 tahun lebih, perangainya sangat ramah

dan sopan santun, kelihatannya seperti bukan kaum tani.

Kok Piauw meneguk tehnya dan berkata:

"Popo, kau sungguh baik hati !"

Sinenek mengelum senyumnya.

Didusun Siauw-kek-cong, persahabatan mesti dilakukan. "sahut

sinenek :

Sesungguhnya bila kita pandang dari kebiasaan, seorang tuan

rumah menyuguhi secawan air teh pada tamunya adalah sesuatu

perbuatan yang lumrah, tapi bagi Kok Piauw adalah lain halnya. Karena

semenjak kecil ia tinggal didaerah Pegunungan Thian San yang

selama2nya diliputi oleh es, bukan sada udaranya sangat dingin,

ditambah pula orang2 yang ia temui selalu adalah mereka yang bermuka

dingin tiada berperasaan.

Ia meneguk beberapa kali tehnya.

Tiba2 pada saat itu 2 penunggang kuda lewat dijalan sambil

mengaburkan kudanya. Mata Kok Piauw yang sangat jeli itu. segera dapat

melihat bahwa satu diantara penunggang itu adalah siwanita muda yang

pernah ia bertemu, sedang yang lainnya adalah seorang Busu, setengah

umur!

Tersenyum Kok Piauw mengeluarkan busur dan pedang lalu mulai

menggesek. Suara lagu itu merdu menawan hati, sienek bersender pada

tiang pintu, sambil memejamkan matanya karna asyiknya. Nampaknya

iapun mahir juga dalam ilmu syair. Sambil mendengar, tak henti2nya ia

mengangguk2kan kepalanya.

Daun nan gugur....

berterbangan menutupi danau,

indah permai menawan hati setiap pengunjung.

Sang Putri Malam menampakkan diri,

mengawasi seorang yang dirundung malang,

angin barat berhembus dingin membawa kembali kesan yang

lampau.79

Itulah sebuah lagu "Daun nan gugur" dari Cuan Cong. dari Ahala

Tang. Meski sinenek baru mengenal pemuda itu, namun dengan

mendengar lagu pentilan senar busur Kok Piauw yang tidak selaras

dengan musim panas ketika itu, maka samar2 ia dapat menerka

kerisauan hati yang diderita pemuda tersebut.

"Kong Cu. mengapa kau melagukan lagu yang sedih itu ?" tanya

sinenek tersenyum, '"Lagu itu memang menumpahkan duka lara yang

dideritakan sipenciptanya pada zaman itu, apa Kong Cu pun mempunyai

suatu kesukaran yang sukar diatasi ?"

Kata2 sinenek tepat benar mengenai isi hati Kok Piauw, tapi Kok

Piauw tidak menyahut, ia mendongak mengawasi atap rumah2 yang

bangun berjajaran, lalu kembali mementil senar busurnya.

Kali ini nadanya berubah, kedengarannya dingin angker dan

membuat setiap hati orang yang mendengarkannya mengkirik bulu

romanya.

Kok Piauw seolah2 tenggelam dalam nada lagunya, lama sekali

suara lagu itu bergema, barulah perlahan2 berubah tenang, dan

mendadak berubah menjadi nada gembira, riang penuh damai!

Sinenek meng-angguk2kan kepalanya dengan mata bersinar-sinar.

Perlahan2 Kok Piauw bangun dan berkata : "Popo. terima kasih atas

kebaikanmu. Tapi kini aku harus berlalu !"

Apa Kong cu tidak ingin duduk2 dulu ?

"Terima kasih!" Kok Piauw menggelengkan kepalanya.Bila kelak

Kong cu lewat disini, harap sudi mampir pula." Sinenek menawarkan.

Kok Piauw menolehkan pandangan matanya kepada sinenek,

hatinya tergerak. Agaknya ia seperti melihat sesuatu ! Sifat ramah-tamah

nenek itu terhadap dirinya mengandung sesuatu permintaan agar ia

mampir lagi dikemudian hari !

Namun sungguh aneh! Dari sorot mata sinenek itu, Kok Piauw

seperti melihat sesuatu permohonan lain, tapi saat itu ia sendiri tidak

dapat menyelaminya ! Tatkala ia meninggalkan nenek dan bocah itu,

dalam pikirannya timbul suatu perasaan yang sangat berat, perasaan

yang belum pernah ia alami terhadap siapapun, meski ibunya sendirinya!

Dengan jalan perlahan2 ia meninggalkan jauh dusan Siauw-kek

cong itu. Sungguh aneh, hatinya kembali cemas dan gelisah.

Kok Piauw menghentikan kakinya "10 tahun berselang," pikirnya,

tak pernah aku merasakan gelisah seperti ini. Mengapa setelah bertemu

dengan nenek itu dan ber-cakap2 sebentar, hatinya menjadi bimbang.

la berjalan kembali dengan hati gundah gulana.

Sang Surya sudah sembunyi nun dibalik gunung. Senja indah dan

tenang damai.

Kok Piauw berjalan. dalam hatinya ia telah mengambil keputusan :

Biar bagaimanapun malam itu ia harus pergi meninjau dusun Siauw kek80

Cong !

la mencari sebuah penginapan. Setelah dahar malam, iapun

menutup kamar untuk mengasoh. Sementara itu haripun sudah larut

malam. Hirukapikuk orang yang mudik menjadi berganti sunyi senyap.

Saat bertemu telah tiba! Ia membuka daun jendelanya dan longok keluar.

Sang bulan sedang memancarkan cahayanya yang putih perak

ditemani oleh bintang yang bertaburan indah menghiasi angkasa biru.

Suasana sunyi senyap.

la membalikkan jubahnya dan mengenakan kedoknya. Tiba2

dengan sekali mengenjot, tubuhnya meleset keatas wuwungan. Jalan

yang menuju dusun Siauw-Kek Cong sudah ia ketahui, maka dengan

tidak menyia2kan waktu lagi, ia ber-lari2 menuju dusun itu!

Ia tahu malam ini dusun tersebut tentunya dijaga keras, Maka ia

bersikap sangat waspada dan hati2.

Dusun Siauw-kek-Cong gelap-gulita. Tiada penerangan dari luar,

seolah2 suatu dusun mati. Kok Piauw tidak menghiraukan segala ini, ia

berlari-lari menyusuri hilir sungai pelindung dusun.

Akhirnya ia menemukan lubang pada tembok dusun. Tapi baru saja

ia hendak melangkah tiba2 sosok bayangan manusia berlari2 mendatangi.

Kok Piauw terkesiap, tanpa ayal ia lompat ketempat gelap. Dua

sosok bayangan itu sudah tiba!

Terdengar satu diantaranya berkata : "Lim heng, kau kan lihat Ceng

Cu begitu terledor sakali, sekali bila Kie Thian Tai Seng mengetahui

lobang ini, percuma kita memasang perangkap2 ditempat lain."

Kawan yang diajak bicara itu memandang kesekitar tempat itu,

setelah mengetahui tiada orang lain barulah menyahut.

Aah ! Ceng-Cu selalu manis budi terhadap siapapun. tak kunyana

Kie Thian Tai Seng malah datang mencari setori terhadapnya. Khabarnya

kepadaian si Hantu itu hebat tiada tandingannya! Biar kita memasang

perangkap pun tidak akan mempersulitkan apa2 terhadap dirinya!

Mungkinlah juga Ceng-Cu sengaja meninggalkan lobang ini untuk sesuatu

keperluan lain lain?"

"Tong. Tong," Terdengar bunyi kentongan. Kedua orang itu berjalan

perlahan2 kearah kanan.

Bunyi 2 kali kentongan itu kedengarannya sangat aneh seperti

bunyi kentongan tanda waktu, tapi bila diteliti kedua orang ini sama

sekali tidak mirip seperti tukang ronda.

Kembali terdengar suara orang yang semula.

Itu memang benar, untuk menghadapi si Hantu Kie Thian Tai Seng

ini masakkan musti menyutuh kita si tukang ronda menjagai lobang ini?"

"Tong, Tong,!" Kembali terdengar suara kentongan. Dua orang

tukang ronda itu berjalan kembali! Mereka bercakap2 sambil menuju

tembok yang semplak itu. Kok Piauw diam2 terperanjat.

la melihat gerakan kedua tukang ronda itu sangat cekatan dan beda81

sekali dengan tukang2 ronda umumnya. Bagaimana kepandaian

majikannya? Tak dapat dibayangkan! Tapi dasar ia berkepandaian tinggi

dan pemberani, pikiran semacam ini hanya sekejap terkilas dalam

benaknya. Tatkala kedua tukang ronda itu kembali menuju tembok

somplak itu, sekonyong2 ia lompat menerkam. Meskipun kedua tukang

ronda itupun tidak lemah, dalam waktu sekejapan mereka dirobohkan

semua!

Kedua tukang ronda itu rebah ditanah tanpa dapat berkutik lagi.

Kok Piauw menghela napas: Siapa suruh kamu menjadi kaum pria ?"

Pengaruh ibunya yang sesat kembali menyelimuti hatinya walaupun

ia sendiri tak tahu siapa gerangan simajikan dusun Siauw-Kek-Cong, tapi

ia telah mengambil keputusan: Siapapun yang ia temui malam ini asal

saja mereka orang laki2 ia akan bunuh !

la memandang kesekelilng. Didepan kalihatan 2 lentara warna

merah perlahan2 datang mendekati.

Kok Piauw bersiul perlahan. Itulah dua gadis berbaju merah yang

menentang lampu sambil berjalan egot2an. Buru2 ia memyembunyikan

dirinya, ia tak pernah turun tangan terhadap kaum wanita. la hendak

menanti orang berlalu. barulah melanjutkan pekerjaannya.

Kedua gadis baju merah itu berjalan sampai ditengah2 taman.

Tiba2 mereka berhenti, sedang salah satu diantaranya memperdengarkan

suara.

"hm!" menyusul secara otomatis mereka berkisar kesamping dan

berdiri tegak tiada berkutik !

Kok Piauw manjadi heran, tapi belum sempat ia herpikir lebih

lanjut, atau kembali tampak 2 sinar lampu lentera warna kuning yang

datangnya tidak jauh dari muka. Mengenai keadaan dalam taman itu ia

masih belum hafal. Ia melihat serta cahaya lampu maka diam2 ia

menghampiri. Tapi kembali ia mendapatkan 4 pasang, gadis cantikl

Sudah tentu ia tidak bisa turut terhadapnya, maka ia bergerak kearah

lampu kuning itu.

XI

Biarpun berkepandaian namun pengalaman Kok Piauw ternyata

masih kurang. Demi melihat suasana semacam ini, sesaat tak tahu ia apa

yang harus diperbuat.

Dari tempat gelap Kok Piauw mengawasi. Gadis2 berdiri tanpa

berkutik bagaikan patung. Hal ini mengherankan sekali ! mereka telah

mengetahui bahwa aku datang, maka telah menyembunyikan semua

orang2 prianya?" pikirnya.

Ternyata dugaannya itu betul juga,. Lewat sesaat kecuali kelima

pasang gadis baju itu, suasana dalam taman itu sunyi-sepi seperti

kuburan.82

Malam semakin larut. Kok Piauw sudah tak sabaran lagi menanti, ia

berkisar dipojokan dinding tembok. laksana seekor hewan liar yang lapar

sedang mencari mangsa, ia maju.

Sesampainya dibawah atap rumah, kakinya menggenjot.

la melayang keatas. Namun kamar itu gelap-gulita, seperti juga

dugaannya, kosong melompong tiada seorangpun.

"Pergi, semuanya sudah pergi!" ia mendumal. Ia menengadah dan

tiba2 bersiul panjang dan nyaring. Suaranya dingin membelah angkasa

malam. Bila benar2 ada orang lain, maka niscaya mereka akan

mendengarkannya dan keluar, dari tempat persembunyiannya.

Begitu suara siulan itu berhenti, ia bersiul pula untuk kedua kalinya.
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitulah suara siulan yang kedua berhenti, ia sudah berlari2 mengitari

dusun yang dikelilingi tembok itu!

Sungguh aneh ! Dusun itu tetap tenggelam dalam suasana

kesunyian. Tatkala ia kembali pula kedalam taman, kembali ia melihat

sinar lampu rumah yang ditentang gadis2 berbaju merah. Demi melihat

warna merah, hatinya berdenyut keras. Tanpa ayal ia mencelat

kehadapan kedua gadis itu dan membentak dingin "Sandiwara apa

gerangan yang kamu pertujukkan itu ?"

Dua gadis itu berdiri menjublak. walaupun air mukanya sedikit

berubah, namun mereka diam saja tidak menghiraukan teguran orang!

Kok Piauw menjadi jengkel, ia mengangkat tangan kanannya "Hm,

bila kau tidak menerangkan dimana orang2 lelaki bersembunyi, maka

malam ini terpaksa aku harus turun tangan terhadap kaum wanita.

Gadis2 itu menjadi pucat. Kekejaman Kie Thian Tai Seng yang

tersebar luas, siapakah yang tidak mengetahui?

Walaupun semua orang tau bahwa ia tidak akan menurunkan

tangan jahatnya terhadap kaum wanita tapi ia gusar?

Salah satu diantara gadis2 itu seperti hendak mengatakan sesuatu ,

tapi kawannya buru2 memperingati : "Ciu moaymoay. apa kau sudah

lupa pesan Ceng Cu kita ?"

Gadis itu menjadi terkejut dan kembali ia berdiri bagaikan patung.

Kok Piauw perlalhan2 menurunkan tangannya, dan selagi

tangannya hampir mengenai gadis yang mencegah kawannya itu, tiba2

dalam hatinya timbul pikiran lain! "Aaah!" Aku tak boleh melanggar pesan

ibu!

Api lilin dalam lentera hampir padam.

Gadis yang lebih muda itu meski ia berdiri menjublak, namun

gerakan Kok Piauw tiada luput juga dari pandangan matanya. Hatinya

menjadi lega dan tenterem.

Kok Piauw menanti pula beberapa saat sampai berbunyi

sikentongan yang keempat. Tak lama lagi haripun akan fajar. Dusun

Siaura Kek-Cong malan ini benar2 penuh diliputi kerahasiaan.

Kok Piauw tiada "henti2nya mengawasi api lilin yang berkelip283

memancarkan cahaya. Tiba 5 pasang api lilin dalam taman itu berturut2

padam.

Kok Piauw siap untuk membunuh? Tepat pada waktu api Illin sirap

tiba2 terdengar keluh sakan satu gadis baju merah.

"Cu Moaymoay, sampai kita bertemu lagi "

"Jun Coji, jika Ceng-Cu dan yang lain semua mati, kita pun tak

dapar hidup pula?aaah.... sampai bertemu!"

Air muka gadis itu nampak sangat pucat diselimuti rasa duka.

Sementara itu, tiba2 dari jauh tampak ber-lari2 mendatangi seseorang!

"Wah, celaka ! Ceng-Cu kita datang !" teriak salah seorang gadis

membawa lampu terperanjat.

Kok Piauw bagaikan kilat membalikkan tubuhnya. Seorang laki2

berperawakan sedang, berusia kira 50 tahun sedang berlari mendekati.

Tanpa ayal? Kok Piauw membentak :" Apa dalam dusun ini hanya

engkau yang lelaki ? Hai!, orang tua! Siapa kau!

Orang tua itu berhenti:" Mengapa kau gelisah? Aku pergi untuk

mengundang seorang pandai, dan barjanji untuk muncul pada saat lima

pasang lilin padam. Bila ia tidak muncul, maka aku akan menerima

kematian! "Aaah ! lnilah takdir! Silahkan kau turun tangan, aku Siauw

Bun Kun akan menerimanya dengan rela!"

Hati Kok Piauw mencelos, meski ia sebenarnya tiada mengandung

niat untuk menurunkan tangan-jahanya, namun perintah. Bila tidak, tentu

ia akan segera meninggalkan tempat ini!

Sementara itu, tamnan kembali tenggelam dalam kesepian. Sang

rembulan sudah mulai condong kesebelah barat. Tiba2 udara tertutup

oleh awan gelap yang menambah seram suasana diatas permukaan bumi

ini, Gelap-gulita! Pada saat itu, sesosok tubuh ber-lari2 pesat kearah

taman!

Kesepuluh gadis itu serentak berteriak girang; Seng Bu datang!

(Seng-bu ibu mulia)!"

Siauw Bun Kun terbangun dari lamunannya, dengan suara parau ia

barseru:" Terima kasih atas kedatangan Lo cianpwee untuk menolong

malapetaka yang mengancam kami penduduk dusun Siauw-Kek Cung.

Kata2nya baru keluar dari mulutnya, bayangan itu sudah tiba

dihadapan mereka !

Kok Piauw memapaki dan berseru lantang: "Lekas buka kedokmul"

Kiranya orang itu mengenakan pakaian serba hitam dan mukanya

tertutup sebuah kain hitam pula, badannya ramping kecil, kelihatannya

seperti seorang perempuan.

Orang itu tidak menghiraukan teguran Kok Piauw, dengan

pandangan mata yang tajam ia memandangi seorang tua she Siauw itu :

"Ceng-Cu dari dusun ini sangat murah budinya, walaupun aku sudah tidak

mau lagi mengurusi soal keduniawian, tapi soal sekarang ini terpaksa aku

menyingsing lengan baju."84

Mendengar logat suaranya, ternyata adalah seorang perempuan,

dan yang lebih2 mengherankan, Kok Piauw mserasa tidak asing

mendengar suara orang itu!

Suara orang itu seperti membawa pengaruh terhadap hati pemuda

kita yang keras dingin itu. Hatinya mulai goncang lunak, tapi pikir punya

pikir, masih tak berani mempercayai bahwa orang itu bukan lain adalah

sinenek tani, yang pernah ia temui siang tadi !

"Ceng-Cu tak usah banyak memberi hormat, aku juga masih belum

tahu apakah aku tandingan Kong-Cu?

Habis berkata, siperempuan baju hitam maju, ternyata selagi ia

berbicara tadi, Siauw Bun Kun telah berlutut dengan dirkuti oleh

kesepuluh gadis itu. la mengangkat bangun mereka satu persatu dan

berkata seraya mendongak : "Kong-Cu, harap sudi memandang maka

kepada aku siorang tua, ampunilah penghuni Siauw-Kek Cung sekali ini!"

Ucapan ini membuat hati Siauw Bua Kun maupun Kok Piauw

terkejut!

Perempuan baju hitam itu, sudah berturut2 menyebut Kong-Cu

kepada Kie Thian Tai Seng, inilah aneh.

Kie Thian Tai Seng telah mempunyai nama puluhan tahun yang lalu,

bila dilihat dari usia, kini sudah lewat 80 tahun, tapi mengapa sekarang ia

disebut dengan panggilan "Kong-Cu?. Seharusnya dipanggil "Loo-cian
pwee !"

Sedang dipihak Kok Piauw lain pula anggapannya, benar2 ia

tercengang. Tak salah lagi ! Perempuan serba hitam dan berkeduk itu,

bukan lain adalah sinenek tani yang ia jumpai siang tadi. Hanya yang

beda ialah, kali ini ia mengenakan pakaian ringan dan singkat, sedang

pada punggungnya terselip sebilah pedang panjang. Dia gagah sekali !

"Aku dapat mengalah terhadap Popo," akhirnya Kok Piauw berkata

:" Tapi semua orang lelaki adalah buruk, maafkan kekurang ajaranku l"

Perempuan baju hitam itu bergoyang-goyang badannya dan berkata

! Apa kata2 yang diucapkan ini pun termasuk pula diri Kong-Cu sendiri ?"

"Ya l" bcrseru Kok Piauw mengangguk. Perempuan baju hitam itu

mengadah seraya menghirup udara "Aku seorang tua, sekali lagi meminta

kepada Kong-Cu, mohon kau dapat mengampuni mereka semua !"

Percakapan mereka berdua membikin Siauw Bun Kun bersama 10

gadis itu menggigil bermandikan peluh dingin !

Pengaruh sang ibu kembali menyelimuti pikiran Kok Piauw yang

berdiam tanpa kata. Perlahan2 ia mencabut pedangnya, ia bersiap untuk

bertempur!

Keselamatan dusun Siauw-Kek Cung tergantung pada pertarungan

ini, meski Siauw Bun Kun sudah banyak memakan asam garam dunia

Kang-Ouw, namun dalam saat tegang seperti ini, mau tak mau napasnya

menjadi sesak.

Kok Piauw maju kedepan.85

Perempuan baju hitam itu menghunus pedangnya.

Sekonyong2 Siauw Bun Kun menjadi terkesiap. Dua sinar Perak

berkelebat diatas kepalanya! Dalam bingung-nya ia tak tahu apa yang

harus diperbuat, maka ia hanya memejamkan matanya menanti nasib !

Tapi sungguh diluar dugaannya, tepat pada ketika Siauw Bun Kun

memejamkan matanya, tiba2 terdengar bunyi "Trang!

Nyaring sekali suaranya ! Menyusul kedua bayangan hitam dan

merak berpindah kesamping.

Tatkala ia membuka matanya, Kok Piauw dan perempuan baju

hitam sedang berdiri dengan pedang ditangan.

Dalam sejurus tadi, Siauw Bun Kun terhindar jiwanya dari bahaya

maut. Tak terasa sekujur badannya menggigil bermadikan peluh dingin !

Tadi ujung pedang Kok Piauw mengarah Beng-Bun-Hiat dari Siauw

Bun Kun, tapi pedang siperempuan baju hitam itu keburu menyampok

hingga mental. Dengan sekali bergebrak mereka dapat mengetahui

kepandaian masing2. Mereka mundur kebelakang, dan masing2 merasa

bahwa dirinya sedang berhadapan dengan lawan ampuh yang belum

pernah dijumpai seumur hidupnya. Mereka bersiap untuk sekali lagi

bergebrak !

Semenjak Kok Piauw merantau kedalam Sungai Telaga baru sekali

ini ia merasakan berhadapan dengan lawan yang tangguh.

Pikirnya Siauw Bun Kun sudah berusia 50 - EO tahun, mengapa ia

membahasakan diri orang itu Lo cianpwee ? Kalau demikian maka paling

sedikit perempuan ini ber-usia 70 tahun ! Ditinjau begini, tenaga-dalam

lawannya hebat sekali!

Semenjak kecil Kok Piauw dirawat dan digembleng oleh ibunya

serta gurunya dan dalam cairan gumpalan salju yang dingin, maka

kepandaiannya dapat drendeng kan dengan mereka yang telah bertapa

setengah abad lamanya. Sedang seluruh kepandaiannya ia peroleh dari

gabungan antara ibu dan gurunya. namun begitu tadi sekali bergebrak

dengan perempuan itu, ia dapat memaklumi bahwa ternyata kepandaian

lawannya tidak berada dibawahnya.

Perempuan baju hitam itu perlahan2 mengulurkan tangannya, dan

mengusap punggung pedangnya seraya berkata dengan ramah: "Kongcu,

sudah puluhan tahun aku tidak pernah menggunakan senjata lagi ! Malam

ini demi keselamatan seluruh jiwa penduduk dusun Siauw-kek Cung

terpaksa sekali lagi aku harus turun tangan. Bila Kongcu menginginkan

aku untuk bicara, baiklah. Dusun Siauw-kek-cung ini sesungguhnya

penghimpunan para dermawan yang murah budi!"

Walaupun perempuan baju hitam itu mengenakan kedok, tapi dari

logat suaranya yang penuh kasih sayang itu, Kok Piauw sudah dapat

menduga bahwa dia bukan lain adalah sinenek yang peramah dan baik

budinya, yang dijumpainya siang tadi. Dia, nampaknya benar2 seperti

orang tidak pernah menggunakan senjata tajam. Pedang maut dalam86

tangannya tergenggam erat2.

"Popo, jika kau ingin aku melepaskan mereka itu tidaklah sulit. Tapi

kita harus saling mempertaruhkan sesuatu?"

Demi mendengar ucapan tersebut, si perempuan baju hitam dan

Siauw Bun Kun menjadi lega.

Siperempuan baju hitam tersenyum "Atas kemurahan hati Kongcu,

meski urusan lebih besarpun, kami akan dapat menyanggupinya! Tapi

entah apa yang hendak Kongcu pertaruhkan itu?"

Kok Piauw balas tersenyum !

Hal ini bukanlah soal yang sukar, kepandaian Popo sangat tinggi.

Boanpwee ingin memohon pelajaran 3 jurus dari Popo, bila dalam tiga

jurus ini popo dapat menang, maka Boanpwee akan melepas tangan

terhadap urusan ini!

"Bila aku yang kalah?" tanya perempuan itu dengan hati merendah.

Maka seluruh penduduk dusun ini harus menuruti apa kehendak

Boanpwee!
Cahaya Perak Bukit Timur Karya Kwee Oen Keng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keselamatan seluruh penghnii dusun Siauw-kek-cung tergantung

pada tiga jurus ini. Maka demi mendengar syarat yang diajukan Kok

Piauw itu, hati mereka yang sudah terasa lega kembali seperti tersumbat

oleh batu gunung!

Sang waktu berjalan dengan perlahan2, fajar menyingsing

disebelah umur, suasana dalam taman itu kembali tegang pula.

Perempuan baju hitam itu, bermesem-simpul dan serunya : "Jikalau

demikian, maka aku akan coba2!"

Kok Piauw menghisap napas dalam2, pedangnya bergetar diudara.

"Silahkan Popo mulai! "tantangnyaa nyaring.

Sinenek menggeleng2kan kepalanya dan menyahut : "Biar Kongcu

yang mulai dulu:"

la menanti dalam sikap tempur.

Ko Piauw tidak mau menyia2kan waktu lagi pedangnya menyambar

seperti ular.

"Maaf !" la merangsak maju.

Dalam sekejapan sebuah sinar perak berkelebat pesat kearah

perempuan baju hitam itu!

Tubuh perempuan itu bergerak, pedangnya lantas membuat

goresan dihadapannya, meski demikian, terasa angin hawa pedang itu

berserebatan menusuk tulang!

Kok Piauw menyerang dengan tipu Thian-Ho Tauw Hwa atau

Sungai-Sorga terbalik! Ujungg pedagnya menikam jalan-darah Hong-Bu
Kiat sinenek.

"Bagus!" memuji si nenek. Pedangnya berputar, mengikut

tubuhnya, ujung pedangnya menarik atas, dan dengan sengitnya

menusuk Kok piauw!

Begitu mereka saling bertanding, tampaklah permainan pedang87

yang sangat hebat luar biasa. Setiap gebrakan terpecah menjadi dua atau

tiga pukulan berantai.

Permainan pedang perempuan baju hitam sangat cepat, walaupun

Kok Piauw berdaya hendak menekan lawannya, namun setiap kali

menyerang ia gagal. Tapi ilmu pedangnya sendiri benar2 sangat hebat

dan telah mencapai puncak kesempurnaan.

Sinenek berseru nyaring, badannya gesit laksana ikan melitik, ia

mendesak maju dan menikam. Tapi serangannyapun mengenai tempat

kosong.

Kok Piauw tidak menyia2kan kesempatan ini, tanpa ayal ia

mempergunakan ilmu ringan tubuhnya yang tiada taranya dikolong langit

ini! Pedangnya meluncur bagaikan bianglala dan dalam sekejapan ia

sudah berturut2 5-6 kali menyerang.

Siauw Bun Kun dan yang lain2pun bukan sembarang orang, tapi

mana mereka pernah menyaksikan pertempuran adu pedang semacam ini

? Mereka berdiri menjublak karena asyiknya, sedang hatinya senantiasa

berdoa untuk kemenangan si nenek.

"Jurus yang kedua !" berseru sinenek dengan nyaring.

Pedangnya bergetar membuat lingkaran besar dan kecil diudara

malam, kemudian ia mengerjakan pedangnya seolah taufan. Aah ! Ia

telah menggunakan permainan pedang yang sangat langka dalam

kalangan Bu Lim. Itulah Han-Bwee Kay-hong atau Bunga Bwee

berkembang !

Siauw Bun Kun yang menyaksikan berseri-seri wajahnya. Ia

berpaling kepada seorang gadis.

Sudah puluhan tahun aku tidak pernah melihat jurus ini !"

Dengan lain kata, secara diam2 ia ingin berkata bahwa hari ini Kie

Thian Tai Seng tidak akan dapat memperoleh kemenangan !

Kok Piauw memperdengarkan tertawa dinginnya.

"Hm ! apakah anehnya ?"

Telunjuk tangannya bergerak kedepan, sedang pedang ditangan

kanannya menusuk, bayangan pedang bersilanga. Ternyata ia telah

menggunakan jurus Ben-Teng Kui-Lu ! Pukulan rahasia Kie Thian Tai

Seng yang pernah menggemparkan jagad, dimasa lampau!

Sinenek baju hitam itu bersiul panjang, semangatnya berkobar2.

Pedangnya berputar dengan sangan santar, angin menderu-deru

dengan dahsyatnya ! Ia mengeluarkan jurus Gin-Pok Ban-Cin atau Alu
perak-bercurahan !

Semua orang yang menyaksikan ber-kebat-kebit hatinya. Tampak

dalam kelebatannya cahaya pedang, kembali terdengar suara :" Trang ;

Nyaring seka!i !

Bayangan hitam dan merah berpencaran, dan mundur kebelakang.

Siauw Bun Kun terkesiap Tatkala ia membuka matanya

memandang, tampak kedua orang itu masing2 sedang memejamkan88

matanya mengatur napas, dan dalam waktu singkat tak tahu siapa

gerangan yang lebih unggul.

Ternyata dalam gebrakan yang terakhir ini, masing2 pihak telah

menggunakan kepandaianya yang paling istimewa dan yang paling

diandalkan.

Setelah mereka memejamkan matanya mengatur pernapasan,

kembali mereka telah membuka matanya. Dengan badan sempoyongan

sinenek berkata "Kongcu, sungguh hebat ilmu pedangmu! Aku terima

kalah !"

Begitu kata2 ini terucapkan, badan Siauw Bun Kun dan kesepuluh

gadis itu menggigil karna kagetnya. Mereka insyaf bahwa maut sedang

mengancam seluruh penduduk dusun Siauw-kek-cung. Napas mereka

terdengar memburu.

Popo, kau sangat merendahkan diri, kalau ada jodoh, Boanpwee

akan datang pula meminta pengajaran Popo" Habis berkata, tangan


Satria Gendeng 18 Siluman Bukit Pendekar Kembar 7 Gadis Penyebar Cinta Satria Gendeng 14 Tiga Pendekar Aneh

Cari Blog Ini