Ceritasilat Novel Online

Gadis Tak Berkepala 1

Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala Bagian 1

PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

1

Pao kong

Di tuturkan oleh:

Yang Lu

Sumber Pustaka : Gunawan AJ

Kontributor - Scanner : Awie Dermawan

OCR ? convert pdf Text : Tan WillyPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

2

DISCLAIMER

Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba bagi para

pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi

pengetahuan dan pengalaman.

Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk

melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan

dipasaran dari kpunahan, dengan cara mengalih mediakan

dalam bentuk digital.

Proses pemilihan buku yang dijadikan abjek alih media

diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan,

usia,maupun kondisi fisik.

Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari

kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek

buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan

kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital

sesua? kebutuhan.

Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari

buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.

Salam pustaka!

Team Kolektor EbookPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

3

SEKEDAR PENDJELASAN

Tjeritera detektip Tionghoa ini jang disadjikan

kepada para pcm-batja adalah saduran bebas dari

sebuah bukudetektip dalam bahasa Inggeris jang

berdjudul "THE .CHINESE MAZE MURDERS",

karangan ROBERT VAN GULIK. Tjeritera ini

sebetulnja terdiri atas tiga kissah Tionghoa kuno

jang tak ada sangkut-pautnja satu dengan lain,

jakni : 1. Kissah Gadis jang tak berkepala 2. Kissah

Pembunuhan dikamar jang terkuntji dan 3. Kissah

suratwasiat jang tersembunji. Kctiga kissah ini

telah diolah lagi oleh pengarang buku ini dan diubah

demikian rupa sehingga mendjadi sebuah tjeritera

detektip modern jang amat menarik hati, tanpa

menghilangkan suasana dan tjiri-tjiri ke-Tionghoa
an jang terdapat didalam kissah-kissah jang asli.

Didalam buku (Inggeris) jang ash, detektip disebut

"JUDGE DEE". "Judge Dee" itu adalah Tek Djin-kiat,

seorang negarawan ke-namaan dizaman kaisar Tay

Tjang (Lie Si Bin), dan jang, seperti Pao Kong,

djuga termashur namanja sebagai seorang hakim

jang bengis tapi udil dan arif bidjaksana.

Pengarangnja mendjelaskan bahwa dahulu dia

pernah menter-djemahkan sekumpulan tjeritera

detektip Tionghoa dengan "Judge Dee" sebagai

pemegang peranan jang terpenting sehingga nama

itu sedikit-banjak sudah dikenal oleh para-PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

4

pembatjanja (bangsa barat). Maka nama itupun

dipertahankannja dalam buah-kara-ngannja

selandjutnja, sekalipun, sebenarnja, "Judge Dee"

itu tak ada sangkut-pautnja dan tjeritera-tjeritera

(asli) jang dikisahkannja. Datum tjeritera detektip

jang disadjikan ini, penjadur meng-agibil

kebehasan untuk mengubah "Tek Djin-kiat"

mendjadi "Pao Kong," mengingat Pao Kong, dengan

kedua pembantunja, Thio Liong dan Thio Houw,

djauh lebih terkenal dikalangan pembatja di

Indonesia dari pada Tek Djin-kiat. Lagi pula, setjara

amat kebetulan, salah sate "perkara kedjahatan"

jang dikisahkan dalam tjeritera ini, jakni "Kisah

Surat-wasiat jang tersembunji", menurut tijeritera

kuno jang asli djustru mengisahkan riwajat Pao

Kong sebagai hakim dan detektip, sehingga

perubalian nama ini dapat dipertanggung

djawabkan sepcnuhnja.

Penjadur.

C) "Dee Goung three murder saes, salved by

Judge Der.

RyPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

5

BAB I

DALAM PERDJALANAN KE LAM HONG, PAO KONG

DISERANG BEGAL

Empat buah kereta-berkuda beriring-iringan

melalui daerah pegunungan disebelah timur kota

Lam Hong, sebuah kota tapal bhatas dibarat-laut

keradjaan Tiongkok. Djalan-djalan dipegunungan

itu sempit dan buruk sekali. penuh dengan lubang
lubang, sedangkan sepandjang djalan tersebar

batu-batu ketjil dun besar, sehingga kendaraan
kendaraan hanja dapat berdjalan perlahan-lahan

dan sepandjang djalan berkintjah-kintjah seperti

perahu dipukul ombak.

Didalam kereta pertama, seorang jang bertubuh

tinggi-besar dan keren sekali tampaknja, mentjoba

untuk duduk se-enak-enaknja diatas segulung

kasur jang empuk sambil bersandar pada sebuah

bungkusan besar berisi buku-buku. Dengan kulit
mukanja jang hitam seperti pantat-kuali, dahinja

jang lebar, sorot-matanja jang tadjam dan

djenggotnja jang agak pandjang, gagah dan angker

benar tampang-mukanja orang itu ! Dia adalah Pao

Bun Tjim atau lebih dikenal dengan nama Pao Kong

atau Hakim Pao, jang dikemudian hari namanja

termashur sebagai negarawan dan hakim jang

terpandai di zaman keradjaan Song.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

6

Pada permulaan tjeritera ini dia masih mendjadi

pegawai Pamong pradja jang belum begitu terkenal

dan baru sadja dipindahkan dari kota Pok Yang ke

daerah Lam Hong dan dia berada dalam

perdjalanan ketempat-djabatannja jang baru. Hong

Tjiang, pembantunja jang setia jang usianja sudah

agak landjut, duduk dihadapannja diatas karung

berisi pakaian, hal mana memberi dia sekedar

perlindungan terhadap benturan-benturan kereta

jang tak henti-hentinja.

Pao Kong dan pembantunja merasa amat letih

sebab sudah Iebih dari setengah hari mereka

berada dalam perdjalanan jang djauh dan amat

sukar ini. Kereta mereka diikuti oleh sebuah

kendaraan besar jang dipakaikan tenda dan jang

tertutup dengan tirai sutera. Didalamnja terdapat

keluarga Pao Kong jang terdiri atas isteri dan anak
anaknja dan beberapa pelajan wanita. Mereka

mentjoba untuk tidur sedjenak sambil meringkuk

dibawah bantal-bantal dan selimut terlapis kapas.

Kendaraan lainnja dimuati penuh dengan

barang-barang bagasi jang tersusun tinggi.

Beberapa orang pelajan laki-laki duduk diatasnja

sambil mengusahakan untuk mempertahankan

keseimbangan badannja. Beherapa pelajan lainnja

berdjalan-kaki disamping kuda-kuda jang dengan

djerih pajah dan mandi keringat menarik

kendaraan-kendaraan jang terlampau berat itu.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

7

Pada hari itu, sebelum fadjar, mereka sudah

meninggalkan dusun jang terachir, kemudian

sepandjang hari mereka melalui daerah

pegunungan jang sunji-senjap tanpa mendjumpai

apapun ketjuali beberapa orang-orang desa jang

mengumpulkan kaju dihutan. Mendjelang lohor

mereka terlambat kira-kira dua djam karena ada

sebuah roda jang patah. Pada waktu magrib

mereka masih berada ditengah hutan-rimba

sedangkan tjuatja sudah makin gelap sehingga

gunung2 jang mereka masih harus lalui tampak

lebih menakutkan lagi.

Rombongan itu dikepalai oleh dua orang berkuda

jang menjandang pedang. Pada udjung kelana

masing-masing di-ikatkan sebuah busur,

sedangkan anak-panah mengertak-ngertak

didalam bumbungnja. Kedua orang itu adalah Thio

Liong dan Thio Houw, dua letnan Pao Kong jang

setia dan perkasa dan jang bertindak sebagai

pengawal bersendjata. Seorang pembantu lainnja,

Tao Gan, jang berbadan kurus dan agak bungkuk,

bersama seorang bekas pengurus rumah-tangga

Pao Kong, ditugaskan untuk menjelamatkan bagian

belakang dari rombongan itu. Setelah tiba

dipuntjak gunung, Thio Liong menahan kudanja.

Didepannja nampak suatu djalan jang menurun

kelembah jang ditutupi oleh hutan-rimba. Sebuah

gunung lainnja jang tjuram mendjulang

diseberangnja.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

8

Dari atas kuda Thio Liong memandang tempat

disekitarnja lalu membentak tukang-kereta

"Sedjam jang lampau engkau mengatakan

bahwa kita hampir tiba dikota Lam Hong, andjing !

Dan disini kulihat ada pula sebuah gunung jang kita

harus lalui I"

Si-tukang kereta itu menggerutu tentang "orang
orang kota jang selalu tergopoh-gopoh", lalu

mendjawab sambil murang-maring "Djangan

chawatir ! Sabarlah ! Dari puntjak gunung jang beri

kutnja kalian akan melihat kota Lam Hong terletak

dibawahnja."

,Sudah berulang kali aku mendengar si-andjing

itu bitjara tentang puntjak gunung jang berikutnja",

Thio Liong berkata, dan sambil berpaling kepada
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thio Houw dia melandjutkan : "Djanggal benar

bahwa kita akan tiba dikota Lam Hong pada waktu

jang demikian larutnja. Pembesar kota jang akan

pergi kiranja sudah menantikan kedatangan kita

sedjak tengah hari. Dan bagaimana tentang

petugas-petugas pemerintahan kota lainnja ? Dan

apa terdjadi dengan perdjamuan jang kukira pasti

mereka siapkan untuk memberi selamat datang ?

Tentu perdjamuan itu ditunda atau dihatalkan sama

sekali, sehingga perut mereka kukira, sama

kosongnja dengan perutku sendiri !" ,Belum lagi

mengatakan tentang leher jang kering !" djawab

Thio Houw jang terkenal sebagai scorang jangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

9

dojan minum. Dia membelokkan kudanja dan

menghampiri kereta Pao Kong dan pembantunja.

"Masih ada satu lembah jang kita harus lintasi, Tay
djin", dia melaporkan, "kemudian barn kita tiba

dikota Lam Hong".

Hong Tjiang, si pembantu jang tua itu, menarik

nafas pandjang. "Sungguh sajang", dia berkata,

"bahwa kita harus meninggalkan kota Pok Yang

begitu lekas. Ketjuali dua perkara kedjahatan jang

terdjadi pada waktu kita baru melakukan tugas di

sana, kuanggap kota itu agak menjenangkan

djuga." Pao Kong bersenjum getir dan mentjoba

agar dapat bersandar lebih enak pada bungkusan

buku. Kebetulan diapun didalam hati sedang

merenungkan dua kedjahatan jang disinggung

Hong Tjiang itu. Selaku Ti-koan dari kota Pok Yang

dia telah melakukan pembersihan terhadap suatu

biara buddis jang ternjata telah disalah-gunakan

sebagai sarang penjamun dan tempat per-zinahan

gelap.

Perkara kedua mengenai pembongkaran rahasia

perdagangan gelap setjara besar-besaran oleh

beberapa saudagar dari Kanton, jang telah

berlangsung bertahun-tahun berkat bantuan

beberapa pegawai negeri jang korup, sehingga

penghasilan negeri dirugikan tak terbilang

banjaknja. Dia djustru sedang memikir-kan apakah

antara dua perkara ini dan pemindahannja dariPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

10

Pok-Yang jang tiba-tiba itu, tidak terdapat suatu

hubungan jang erat. "Rupanja", dia berkata, "sisa
sisa dari kaum buddis dan sau-dagar-saudagar

Kanton itu dikota-radja telah mengadakan

komplotan dan achirnja telah berhasil

mengusahakan kepindahanku, lama sebelum

berachirnja masa-tugasku di Pok Yang. Namun,

untuk menambah pengalaman, kukira banjak

manfaatnja untuk mendjadi pembesar disuatu

distrik jang letaknja demikian terpentjil seperti Lam

Hong. Pasti disana kita akan mendjumpai masalah
masalah istimewa jang menarik hati, jang orang tak

dapat mendjumpainja dikota-kota besar

didaerahdaerah pusat."

Hong Tjiang mengangguk-anggukkan kepalanja

seakan-akan dia menjetudjuinja, walaupun dari

wadjahnja jang muram bisa dilihat bahwa didalam

hati sekali-kali dia tak sependapat dengan madji
kannja itu. Usianja sudah lebih dari 60 tahun, dan

kesukaran2 jang dialaminja selama perdjalanan

jang djauh itu telah membikin diri-nja mendjadi

amat lelah. Sedjak masa-kanak-kanak dia sudah

mengikuti keluarga Pao. Sedjak Pao Bun Tum

mendjadi pembesar-negeri, dia telah mendjadi

orang kepertjajaannja jang utama, dan dimana

sadja madjikannja mendjalankan tugas, dia

diangkat sebagai sersan dari pasukan polisi
pengadilan.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

11

Sementara itu kusir-kusir mentjambuk kudanja,

dan rombongan kereta-kereta segera melintasi

puntjak-gunung dan turun ke lembah dengan

mengikuti suatu djalan jang sempit dan berliku
liku. Tak lama kemudian mereka berada didalam

lembah, dimana djalan mendjadi makin gelap,

karena sepandjangnja terdapat pohon-po-hon aras

jang tinggi-tinggi jang mendjulang keatas dan

hutan-belukar jang bertumbuhan dikiri-kanan.

Pao Kong baru sadja mau menitahkan orang
orangnja untuk menjalakan obor, ketika dari arah

depan dan belakang rombongan, dia dengar

teriakan-teriakan jang riuh-rendah. Segerombolan

orang-orang jang mukanja ditutupi kain hitam tiba
tiba muntjul dari hutan. Dua diantaranja

memegang kaki-kanan Thio Liong dan menjeretnja

dari kudanja, sebelum perwira ini mendapat

kesempatan untuk menghunus pedangnja. Scorang

penjerang lainnja melompat keatas kuda Thio

Houw, mentjekik dia dari belakang dan menarik
nariknja, sehingga Thio Houw dan penjerangnja

djatuh ketanah.

Tao Gan dan si-pengurus rumah jang mendjaga

bagian belakang djuga diserang oleh dua orang

penjamun. Semua tukang-tukang kereta melompat

turun dari masing-masing kendaraannja dan

Menghilang kedalam hutan, sedangkan pelajan
pelajan Pao Kong berlarian tunggang-langgangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

12

kemana sadja mereka dibawa oleh kakinja. Dua

muka bertopeng muntjul didepan djendela Pao

Kong.

Hong Tjiang jang kurang waspada, dipentung

kepalanja sehingga pingsan, sedangkan Pao Kong

sendiri hampir sadja kena dirinja tertusuk oleh

sebuah tumbak jang ditusukkan kedalam dari

djendela. Dengan ketjepatan seperti kilat dia

menjembat gagang tumbak itu dengan kedua

tangannja. Si-penjerang rnenarik-nariknja dari luar

untuk melepaskannja. Mula-mula Pao Kong

memegang tumbak itu sekeras-kerasnja, kemudian

tiba-tiba. dengan sekeras tenaga dia

menumbukkannja keluar, sehingga si-penjerangnja

terdjungkel kebelakang. Seketika itu dia rampas

tumbak dari tangan musuh-nja lain dia melompat

keluar dari djendela. Walaupun dia seorang

pembesar sipil, dimasa-muda diapun beladjar dan

pandai bersilat. Dengan memutar-mutarkan

tumbak disekitarnja din berhasil untuk

mendjauhkan diri dari pada kedua penjerangnja itu.

Jang satu, jang telah memukul Hong Tjiang hingga

pingsan, memegang pentungan besar ditangannja.

sedangkan jang lain?karena tumbaknja telah

dirampas Pao Kong, kini mempersendjatai diri

dengan sebuah pedang jang pandjang.

Kedua penjamun itu dengan ganasnja rnenjerang

Hakim Pao, jang merasakan bahwa dia-satu IawanPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

13

dua-tak dapat bertahan lama untuk melajani kedua

musuhnja jang kuat itu. Thio Liong, jang djatuh dari

kuda dan menggeletak ditanah, njaris kepalanja

ditabas oleh kedua penjerangnja. Tapi, untung

sekali, Thio Liong adalah djago berkelahi dan ahli
silat jang mahir, lagi pula belum berapa tahun jang

lampau dia sendiri adalah se-orang penjamun jang

terkenal. Adapun sebelum mereka mendjumpai Pao

Kong jang telah berhasil untuk menginsjaf mereka

dan merobah tjara-kehidupannja jang tersesat Thio

Liong dan Thio Houw, dua saudara-angkat, adalah

anggota dari suatu persekutuan penjamun
penjamun jang amat disegani dan jang terkenal

sebagai "Persaudaraan dari Rimba Hidjati",

sehingga sedikit sekali mengenai siasat berkelahi

jang biasa digunakan kawanan penjamun selagi

mendjalankan perakteknja "sepandjang djalan",

jang mereka tidak kenal. Dari pada mentjoba untuk

berdiri, maka Thio Liong ting-gal tengkurup

beberapa lama, lalu mengguling-gulingkan dirinja

ditanah, dan kemudian. dengan tiba-tiba,

menjergap mata-kaki salah-seorang penjerang,

jang dirintak-rintak dengan kerasnja. se-hingga dia

berdiri sempojongan karena hilang keseimbangan

badannja. Seketika itu juga dia tendang lutut

penjerangnja jang lain, sekuat tenaga. Kedua

gerakan ini jang tak diduga-duga dan dilakukannja

dengan serentak, membuat penjerangnja mendjadi

gelagapan, dan kesempatan ini dipakai Thio LiongPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

14

untuk berbang-kit. Sambil berdiri, dia hantam

kepala orang jang sedang berdiri sempojongan itu

dengan tindjunja jang sekeras besi, sehingga dia

djatuh. Setjepat kilat Pao Kong lalu membalikkan

badannja dan membikin perhitungan- dengan

penjerangnja jang lain. Orang itu, jang sedang

mengusap-asap lututnja jang hampir remuk di
tendang mukanja, sehingga kepalanja terpental

kebelakang dan lehernja hampir putus. Kemudian,

dengan pedang terhunus ditangannja" dia berlari

untuk memberi pertolongan kepada Thio Houw jang

masih menggeletak ditanah dan sedang bergulat

mati-matian dengan seorang jang menjengkam

punggungnja.

Dua penjamun lainnja berdiri di-dekatnja, tiap

saat siap-sedia untuk menikam Thio Houw dengan

pisaunja jang pandjang, akan tetapi oleh karena

dahsjatnja pergulatan itu, tubuh kedua pelawan itu

seakan-akan menggulung mendjadi satu, maka

mereka tak berani berbuat suatu apa, karena

chawatir melukai temannja sendiri. Sementara itu
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thio Liong berlari sekeras-kerasnja dan menabrak

salah-seorang penjamun itu sambil menantjapkan

pedang pada dadanja. dan pada saat itu djuga dia

tendang bagian bawah perut penjamun jang lain,

jang saking kesakitan, segera meringkuk ditanah

dengan tubuhnja se-akan-akan terlipat dua.

Pisaunja jang djatuh dari tangannja, di-pungut Thio

Liong dan ditusukkan dibawah pundak kiri dariPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

15

orang jang sedang bergulat dengan Thio Houw.

Baru sadja Thio Liong mau menolong temannja

bangun, ketika dia mendengar teriakan Pao Kong :

"A-w-a-s !" Dia berkelit, dan sebuah pentung, jang

rupanja ditudjukan pada kepalanja, mendjadi

meleset dan terkena pundak kirinja, sehingga

pahlawan jang perkasa ini, sambil mengutuk
ngutuk, rubuh ditanah. Apa ter-djadi ? Orang jang

bersendjata pentung itu, jang sedang menge-rojok

Pao Kong, pada waktu dia melihat temannja berada

dalam bahaja, meninggalkan Pao Kong untuk

memberi pertolongan dengan mentjoba

menghantam kepala Thio Liong dengan pentung
nja. Walaupun maksudnja gagal, namun lawannja

sudah rubuh ditanah, maka dia mengangkat pula

pentungnja untuk menghantam kepala Thio Houw.

Akan tetapi sementara itu Thio Houw sudah

mempunjai kesempatan untuk mentjabut pisaunja.

Setjepat kilat dia merangkul musuhnja dibagian

sebelah bawah ketiaknja dengan demikian

berlindung dibawah lengan sipenjerang jang

diangkatkan untuk melontarkan pentung, lalu dia

tantjapkan pisaunja tepat pada djantung orang itu.

Dalam pada itu, setelah Pao Kong herhadapan

dengan satu orang musuh sadja, dia dapat

mendjatuhkan musuh itu dengan tjepatnja. Dia

pura-pura mau melontarkan tumbaknja pada mu
suhnja jang mengangkat pedangnja untuk

menangkis. Kemudian dia rnenggunakan suatu tipuPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

16

silat jang disebut "Tiang Bendera jang rubuh". Dia

menjesatkan perhatian musuhnja dengan

rnemutar-mutarkan tumbak diudara akan tetapi

dengan tiba-tiba dia hantam kepala musuhnja

dengan gagang dari pada tumbak itu sehingga

rubuh.

Setelah menjerahkan tugas untuk mengikat

rampok-rampok jang sudah dikalahkan itu kepada

Thio Houw, Hakim Pao berlari kebelakang

rombongan untuk melihat kereta-kereta jang muat

barang. Disini dia melihat sesuatu jang agak

mengheran-kan. Seorang perampok berguling
guling ditanah sambil meme-gang keras-keras

lehernja, seakan-akan dia mau mentjekik dirinja

sendiri. Seorang lain jang berdiri didekatnja dengan

sebatang tongkat ditangannja berdjongkok

disebelah kendaraan, rupanja se-dang menjelidiki

sesuatu dibawah kendaraan itu. Tanpa memikir
mikir lagi, Pao Kong mengetuk kepala orang itu

dengan gagang tumbaknja, sehingga dia djatuh

pingsan.

Dengan merajap keluar dari bawah kereta

dengan se-utas tali diitangannja. "Apa terdjadi

disini ?" Pao Kong menanja. Djawab Tao Gan

sambil meringis : ,,Salah-seorang dari badjingan
badjingan ketjil ini telah memukul djatuh pengurus

rumah. 'Temannja telah memberi pentungan pada

kepalaku jang agak keras, akan tetapi belum tjukupPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

17

keras untuk membuatku mendjadi pingsan benar
benar. Namun, aku Pura-pura djatuh dan bernafas

terkapah-kapah dan aku tinggal tidur telentang, tak

bergerak sedikit djuapun. Mereka mengira aku

sudah tak berdaja, maka tanpa menghiraukan aku,

mereka mulai untuk membongkar barang-barang

bagasi.

Selagi mereka dengan asjiknja melakukan

pentjurian itu, dengan diam-diam aku mendekati

mereka dari belakang, lain mendjirat leher dari

salah-seorang diantaranja jang berdiri ter-dekat.

Kemudian aku berlari dan bersembunji dibawah

kereta, sambil menarik tambang sekeras-kerasnja.

Kawannja, jang me-megang sebuah pentung, tak

dapat mengedjar aku sampai disini karena

andaikan dia berani tondjolkan kepalanja dibawah

kereta ini, dengan mudah aku bisa menjergap dia

tanpa dia mempunjai ke-sempatan untuk mendjaga

diri. Sedangkan pentungnja pun dia tak dapat

gunakan selama aku ada dibawah kereta.

Kiranja dia sedang berpikir dalam hatinja sendiri

apa jang dia baru berbuat, ketika Tay-djin dengan

sekali ketukan jang tepat telah tolong

memetjahkan persoalannja itu." Pao Kong

tersenjum, kemudian segara menudju ketempat

dimana terdengar suara Thio Liong jang masih

sadja mengutuk-ngutuk dengan kerasnja. Tao Gan

mcngeluarkan se-utas tali dari tangan-badjunjaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

18

dan mengikat dengan erat kaki dan tangan kedua

bandit itu. Lain tali jang mendjirat leher salah

seorang itu dibukanja. Kedua penjamun itu

sebenarnja terpedaja oleh matjamnja Tao Gan jang

kelihatannja "djinak" sekali. Selainnja dia

sudah,setengah tua, pula badannja kurus dan agak

bungkuk, sama-sekali bukan matjamnja seorang

jang pandai-silat. Akan tetapi orang tidak tahu

bahwa dia ada seorang jang litjik dan litjin, bahkan

bilang tahun dia menuntut penghidupan sebagai

tukang-tipu jang ulung.

Pada suatu hari Pao Kong jang amat tjerdik dan

pandai melihat tabiat orang, telah mernbebaskan

Tao Gan dari suatu ke-adaan jang sulit, kemudian

mengangkat dia sehagai pembantu. Sungguh

tindakan jang agak aneh dari seorang hakim akan

tetapi jang ternjata amat bidjaksana. Sebab berkat

pengertiannja jang mendalam tentang seluk-beluk

didunia kedjahatan, Tao Gan telah membuat banjak

djasa dengan rnengintai orang-orang djahat dan

mengumpulkan bukti-bukti jang diperlukan oleh

pengadilan. Dan seperti dialami oleh si-penjamun

jang terdjirat lehernja, Tao Gan penuh dengan tipu
muslihat jang tak disangka-sangka.

Didepan rombongan, Pao Kong melihat Thio

Houw sedang mengadu-tindju dengan seorang

penjamun jang kepalanja telah dihantam Thio Liong

akan tetapi kini rupanja sudah bangun kembali.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

19

Thio Liong sendiri merangkang ditanah. Sebagai

akibat pentungan pada pundaknja, tangan kirinja

tak dapat dipergunakan, akan tetapi dengan tangan

kanannja dia mentjoba untuk menangkis serangan

se-orang penjamun jang tubuhnja agak ketjil dan

jang dengan lintjah-nja melompat2 kian-kemari

sambil mengebat-ngebitkan sebilah golok pendek.

. Pao Kong baru sadja mau angkat tumbaknja untuk

memberi pertolongan, ketika pada saat itu Thio

Liong berhasil untuk menjergap pergelangan

tangan penjerangnja, jang di-putar-putarkannja

dengan keras, sehingga si bandit tjilik itu ter-paksa

melepaskan goloknja. Thio Liong membaringkan

dia ditanah. lalu menekan perut sibandit itu dengan

lututnja. Si-bandit tjilik itu berteriak-teriak karena

kesakitan, sehingga orang jang mendengarnja bisa

merasa kasihan. Selagi Thio Liong dengan susah
pajah mentjoba untuk berdiri, tawanannja itu me
mukul-mukul kepala dan pundaknja dengan

tangannja jang bebas. jang mana sedikitpun tak

dihiraukan Thio Liong. Dengan nafas terkapah
kapah dia berkata kepada Pao Kong: ,,Sudikah Tay
djin rnembuka keduknja ?" Hakim Pao lalu tarik

kain hitam jang menutupi muka si-penjerang itu.

Thio Liong berteriak "Astaga! Seorang perem-puan

!" Mereka nampak seorang gadis jang sorot

matanja bernjala-njala. Thio Liong memandangnja

dengan melongo dan melepaskan lengan si-gadis

itu dengan penuh keheranan. Akan tetapi Pao KongPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

20

segera menjergap pula lengan gadis itu dan

dipegangnja dibelakang punggungnja. Lalu dia

berkata dengan geramnja : "Kenapa ? Memang

kadang-kadang orang dapat mendjumpai djuga

seorang perempuan jang terlantar diantara

gerombolan begal. Tak ada alasan untuk

memperlakukan dia setjara istimewa ! Hajo, ikat

dia seperti jang lain !" Thio Liong jang rupanja

segan untuk melakukan perintah ini. memanggil

Thio Houw jang sedang mengikat lawannja jang

telah dia pedjundangi.

Kemudian dia ikat kedua tangan gadis itu dibe
lakang punggungnja, sedangkan Thio Liong

memandangnja dengan tertjengang, sambil

menggaruk-garuk kepalanja. Wanita itu tak

berbitjara sepatah djuapun. Pao Kong mendekati

kereta jang bertenda dimana berada kaum wanita.

Isterinja sedang melongok-longok dari djendela

dengan memegang sebilah pisau ditangannja.

Wanita-wanita lainnja pada meringkuk didalam

selimut karena ketakutan setengah mati. Pao Kong

memberitahukan bahwa pertempuran sudah

berachir.

Pelajan-pelajan dan kusir-kusir muntjul kembali

dari tempat sembunjinja. Dengan tergesa-gesa
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka menjalakan obor. Dibawah penerangan

jang kelap-kelip itu, Pao Kong memeriksa hasil
hasil dari pada pertempuran tadi. KekalahanPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

21

difhaknja sendiri tidak berapa besar. Sersan Hong

sudah sadar dari pingsannja, dan kepalanja sudah

dibalut oleh Tao Gan. Si-pengurus rumahpun

ternjata tak kurang suatu apa. dia lebih menderita

karena ketakutan dari pada akibat pukulan dari

penjerangnja. Thio Liong duduk diatas sebuah

tunggul, tidak memakai badju. Pundaknja sebelah

kiri berwarna biru dan bengkak, dan Thio Houw

sedang mengurut-urutnja dengan minjak obat.

Dari fhak gerombolan, dua orang telah dibunuh

Thio Liong, dan satu mati ditangan Thio Houw.

Enam penjamun lain-nja, walaupun tampaknja tak

keruan matjam, hanja mendapat luka-luka ringan.

Melainkan si-gadis itu tak kurang suatu apa. Pao

Kong memerintahkan supaja orang-orang

tangkapan itu di-ikat disalah-sebuah kereta barang,

dan agar majat-majat dimuat-kan dikereta barang

lainnja. Gadis itu diharuskan berdjalan-kaki.

Tao Gan mengambil sebuah kerandjang jang

berlapis kapas ber-isi sebuah teko jang besar. Pao

Kong dan pembantunja minum setjangkir teh jang

masih panas. Thio Liong didalam hati, memberi

penilaian atas pembegalan tadi "setjara ahli" dan

rupanja hasilnja agak kurang memuaskan. Dia

minum pula seteguk teh untuk mentjutji mulut, lalu

meludah-kannja setjara menghina sambil berkata

kepada Thio Houw : "Ditindjau dalam

keseluruhannja, pembegalan tadi hanja dilakukanPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

22

oleh orang-orang amatir sadja. Mereka tak

menundjuk-kan keahlian sedikit djuapun. Aku tidak

pertjaja bahwa mereka adalah penjamun
penjamun jang ulung, amat mungkin mereka bukan

penjamun sama-sekali !" "Akupun berpendapat

demikian", djawab Thio Houw. "Dengan sepuluh

orang mereka harus dapat melakukan

pekerdjaannja lebih balk." "Mereka telah

melakukannja tjukup baik menurut perasaanku",

Pao Kong menjeletuk dengan tawar. Mereka

meminum pula setjangkir teh, tanpa mengatakan

suatu apa.

Semua orang merasa amat letih, dan tak ada

orang jang mau banjak bitjara, Melainkan orang

dengar suara bisik-bisik dari pelajan-pelajan dan

suara rintihan dari penjamun-penjamun jang luka.

Setelah beristirahat sebentar, iring-iringan kereta

melandjutkan pula perdjalanannja. Dua orang

pelajan jang membawa obor berdjalan didepan.

Mereka memerlukan sedjam untuk melintasi

puntjak gunung jang terachir. Tak lama kemudian

mereka berada didjalan-raja dan dari djauh mereka

sudah dapat melihat dengan samar-samar tembok

dari pintu-kota Lam Hong sebelah utara jang

membajang pada langit dimalam hari.

BAB KE IIPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

23

HAKIM PAO MEMBUKA SIDANG PENGADILAN

JANG PERTAMA ? DIDALAM ARSIP DITEMUKAN

SUATU PERKARA LAMA JANG BELUM DIADILI

Thio Houw memandang dengan kagum dan agak

heran pintu kota jang dahsjat itu jang diatasnja

terdapat sebuah menara tinggi. Kemudian ia baru

ingat bahwa kota Lam Hong itu letaknja ditapal
batas, jang tiap saat bisa diserang oleh kelompok
kelompok suku-bangsa biadab, jang berdiam

ditanah-datar disebelah barat.

Ia mengetuk-ngetuk pintu jang berlapis besi itu

dengan gagang pedangnja. Sesudah sekian lama,

baru sebuah djendela ketjil dari menara terbuka

dan suatu suara berteriak dan atas dengan galaknja

. ,Pintukota ditutup diwaktu malam ! Datang

kembali sadja besok pagi !" Thin Houw tak

menghiraukannja. Dia mengetuk-ngetuk pintu lebih

keras lagi sambil mendjerit : "Tjepat buka pintu !

Pembesar sudah datang !" "Pembesar mana ?"

Suara dari atas itu menanja. "jang Mulia Pao Bun

Tjim, Ti-koan dari Lam Hong jang baru, Lekas buka
pintu, tolol, atau kamu akan menjesal seumur

hidup !" Daun djendela ditutupkan lagi dengan

kerasnja. Sementara itu Thio Liong menghampiri

Thio Houw dan menanja: "Ada apa ? Mengapa pintu

belum dibuka ?" "Andjing-andjing jang malas itu

pada tidur !" Djawab Thio Houw dengan rasa bentji.

Sambil mengetuk-ngetuk pula pintu-kota denganPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

24

gagang pedangnja. Achirnja mereka mendengar

suara rantai berkelentangan, kemudian pintu-kota

jang berat itu terbuka sedikit.

Thio Houw paksakan kudanja menerobos

diantara tjela pintu jang sempit itu dan hampir

sadja mengindjak dua orang pradjurit jang

berpakaian tjompang-tjamping dan memakai topi

badja jang sudah karatan. "Buka pintu, andjing
andjing malas !" Thio Houw menjalaki pradjurit
pradjurit itu. Mereka memandang kedua perwira

berkuda itu dengan sorot-mata jang kurang-adjar.

Jang satu mau buka mulut besar, akan tetapi

setelah melihat tampang-muka Thio Houw jang

bengis dan galak, dia batalkan maksudnja.

Bersama temannja dia membuka pintu-kota

selebar-lebarnja. Iring-iringan kereta Ti-koan lalu

masuk kedalam kota, kemudian mengikuti suatu

djalan jang menudju kearah selatan. Djalan raja

gelap benar, pula seluruh kota memberi

pemandangan jang sunji-senjap. Walaupun djam
malam pertama belum dibunjikan, toko-toko sudah

ditutup, dan pintu-pintu dipakaikan palang-palang
pintu jang kuat. Disana-sini tampak beberapa

orang jang berkumpul sekitar lampulampu ketjil

dari tukang-tukang-dagang dipinggir djalan.

Sedikitpun mereka tak mengatjuhkan iringan

kereta jang lewat disitu. Mereka memandangnja

sedjenak, lalu memusatkan pula perhatiannja pada

mangkuk bakmi jang mereka sedang nikmati.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

25

Tak ada seorang pun jang memberi hormat atau

menghaturkan selamat datang kepada pembesar

kota tertinggi jang baru tiba itu. Kereta2 melalui

sebuah gapura jang amat indah dan jang

melingkupi selebar djalan. Kemudian djalan raja

terpetjah dua, jang satu menjimpang kekiri, jang

lain kekanan, sepandjang tembok jang tinggi. Thio

Liong dan Thio Houw mengira bahwa tembok itu

Wahl!' dinding belakang dari kompleks Kantor

Pengadilan negeri. Mereka rnembelok kearah timur,

mengikuti djalan sepandjang tembok hingga

mereka tiba didepan sebuah pintu-gerbang jang

agak besar. Diatasnja tergantung sehelai papan
kaju jang sudah lapuk dimana terukir suratan

PENGADILAN NEGERI KOTA LAM HONG .

Thio Houw turun dari kuda dan mengetuk-ngetuk

pintu-gerbang sekeras-kerasnja. Seorang kate
gemuk jang memakai badju penuh dengan

tambalan membuka pintu. Djenggotnja kusut dan

kotor, matanja djuling, sehingga orang itu memberi

kesan jang buruk sekali. Sambil mengangkat

sebuah lentera kertas, ia memandang Thio Houw

beberapa waktu lamanja, lalu ia membentak :

"Tidak tahukah engkau bahwa diwaktu malam

pengadilan ditutup. pradjurit ?" Sambutan jang

kurang-adjar ini menimbulkan amarah Thio Houw.

Dengan tak bitjara sepata apa ia djamhret

djenggot orang itu, lalu kepalanja dibentur-PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

26

benturkan pada daunpintu sekeras-keras-nja. la

tidak berhenti sebelum orang itu berteriak-teriak

minta diampuni.

"Jang mulia, Pao Tay-djin sudah datang" kata

Thio Houw, "Tjepat buka pintu dan panggil semua

pegawai-negeri supaja berkumpul digedung

pengadilan." Orang itu membuka pintu-gerbang

dengan tjepatnja, iringan kereta memasuki

halaman kantor pengadilan dan berhenti didepan

ruang tamu jang besar.

Pao Kong turun dari kereta dan memandang

disekitarnja. Enam lapis pintu tinggi-tinggi jang

menudju keruang tamu, semua dipalangi dan

terkuntji. Diseberangnja terdapat kantor-kantor

hakim jang djendela-djendelanja tertutup rapat.

Segala sesuatu nampaknja gelap dan amat

ditelantarkan. Sambil mengatupkan kedua tangan

didalam tangan-badju, Pao Kong memberi perintah

kepada Thio Houw untuk memanggil si-pendjaga

pintu.

Leher-badju orang itu didjambretnja dan

diseretnja kedepan hakim. Segera si-kate itu

berlutut didepan Pao Kong, jang menanjakan

dengan pendek "Siapa engkau, dan dimana Ti-koan

jang dahulu ?" "Orang jang amat rendah ini",

djawabnja, "adalah sipir pen-djara. Jang Mulia Kang

Ti-koan tadi pagi sudah meninggalkan kota Lam

Hong dengan mengambil djalan dari pintu-kotaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

27

selatan." "Dimana tjap-tjap-djabatan ?"

"Semestinja ada dikantoran Hakim", djawah sipir

itu dengan suara gemetar.

Kesabaran Pao Kong sudah sampai pada
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

batasnja. Dia me-ngentak-ngentakkan kakinja

ditanah, lalu berkata dengan keras-nja "Dimana

pengawal ? Dimana polisi-pengadilan ? Dimana

panitera, dimana djuru-tulis, dimana semua

pegawai pengadilan jang terkutuk ini"

"Kepala polisi-pengadilan telah berhenti sebulan

jang lampau. Panitera jang pertama mendapat tjuti

karena sakit, tiga minggu berselang, dlan " "Djadi

tak ada orang, selainnja engkau sendiri ?" Pao Kong

memotong pembitjaraan orang, sambil berpaling

kepada Thin Houw, dia berkata "Masukkan sipir ini

kedalam pendjara. Aku akan menjelidiki sendiri apa

jang terdjadi disini !"

Sipir baru mau buka mulut untuk memprotes,

tetapi dia di-tempeleng Thio Houw dan kedua

tangannja di-ikat kebelakang punggung. Lalu,

sambil menendang si-sipir jang sial itu, Thio Houw

membentak : "Hajo, djalan ! Antar kami

kependjara-mu !" Disajap-kiri dari kompleks

kantor-kantor itu, dibelakang rumah-rumah

pengawal jang kosong, mereka nampak sebuah

pendjara, terdiri atas sekian banjaknja sel-sel, jang

kelihatannja sudah lama sekali tak pernah dipakai.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

28

Akan tetapi pintunja tampak tjukup kuat dan

djendela-djendelanja memakai djerudji besi.

Sipir itu dimasukkan disalah-sebuah sel jang

ketjil, lalu pintunja ditutup. "Mari sekarang kita

melihat ruangan pengadilan dan kantoran-kantoran

hakim !" Pao Kong berkata. Thio Houw berdjalan

didepan dengan sebuah lentera kertas di
tangannja. Dengan mudah mereka temukan pintu

dari ruang-pengadilan jang berlapis dua. Ketika

Thio Houw mendorongnja, pintu-pintu itu terbuka,

engselnja mengertak-ngertak karena sudah

karatan.

Lalu Thio Houw mengangkat lentera agak tinggi

agar dapat melihat-lihat di ruangan pengadilan.

Mereka melihat sebuah ruangan jang besar dan

kosong. Selapisan debu dan kotoran jang rebut

menutupi lantai dan sarang laba-laba pada

bergelantungan dari tembok-tembok. Pao Kong

meng-hampiri mimbar pengadilan dan melihat

bahwa kain merah jang melapisi kursi hakim sudah

luntur dan robek. Se-ekor tikus besar berlari

dengan tjepatnja.

Pao Kong memberi tanda kepacla Thio Houw, lalu

naik kemimbar. Dia menarik tirai jang menutupi

sebuah pinto jang ternjata menghubungkan ruang
pengadilan dengan kantoran hakim. Sedang dia

melalui pintu itu, dia dihudjani debu jang djatuh

dari atas dan berterbangan kian-kemari. KantorPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

29

hakim nampaknja kosong, melainkan terdapat

sebuah medja-tulis jang bobrok, sebuah kursi jang

sandarannja sudah patah dan tiga buah bangku
kaki dari kaju. Pada dinding diseberangnja terdapat

pula sebuah pintu jang menudju keruang arsip.

Ketika dibuka oleh Thio Houw, bau laming sedap

tertjium oleh mereka. Disepandjang dinding dari

ruang-arsip itu dipasangkan rak-rak jang penuh

dengan peti-peti dokumen, terbikin dari kulit.

Warnanja sudah hidjau, kiranja karena bulukan.

Pao Kong menggeleng-gelengkan kepalanja.

"Bagus benar arsip ini !" la menggerutu. Lalu ia

meninggalkan kantoran ini, dan melalui suatu gang

ia dan pembantunja balik kembali

kepelatarandalam. tanpa mengatakan suatu apa.

Sementara itu Thio Liong don Tao Gan masukkan

orang-orang tawananaja kedalam pendjara. Tiga

majat dari penjamun-penjamun itu jang tewas

dalam pertempuran ditaruh dikamar kosong.

Pelajan-pelajan dengan sibuknja membongkar

bagasi dibawah pengawasan pengurus-rumah.

Setelah pekerdjaannja selesai, si-pengurus rumah

memberitahukan kepada Pao Kong, bahwa kamar
kamar jang diperuntukkan kepala distrik dan

keluarganja, jang letaknja dibagian belakang dari

kompleks itu, ditinggalkan oleh penghunija jang

dahulu dalam keadaan baik sekali. Kamar-kamar

sudah disapu, perabot rumah tangga baruPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

30

dibersihkan dan jang rusak sudah diperbaiki.

Segala-sesuatu tampak rapih sekali. Didapur, koki

sedang membuat api. Hakim Pao menarik nafas

lega ; setidak-tidaknja keluarganja mempunjai

tempat untuk meneduh.

Ia perintah Thio Liong dan Hong Tjiang,

sersannja jang tua itu, untuk mengundurkan diri.

Mereka diperkenankan untuk menggelar

kasurnja disebuah kamar di samping dari tempat
kediaman Ti-koan. Kemudian Pao Kong memberi

tanda kepada Thio Houw dan Tao Gan untuk ikut

dia kekantor hakim jang amat tak terawat itu. Tao

Gan memasang dua batang lilin jang, ditaruhnja

diatas medja-tulis. Dengan amat hati-hati Pao Kong

duduk dikursi hakim jang sudah rejot. Kedua

letnannja meniup debu dari bangku-kaki, kemudian

duduklah mereka. Pao Kong mengatupkan kedua

tangannja diatas media ; beberapa waktu lamanja

tak ada jang berbitjara.

Sewaktu mereka berkumpul disekitar medja itu,

mereka merupakan suatu pemandangan jang agak

aneh. Ketiga orang itu masih berpakaian pelantjong

jang berwarna tjoklat dan jang sudah robek, pula

di-kotorkan oleh Lumpur. Dibawah sinar api-lilin

jang samar-samar, wadjah mereka tampak lelah

dan penat sekali. Kemudian Hakim Pao berkata

,Ternan-temanku, waktu sudah djauh malam, dan

kita sudah merasa amat lelah dan lapar. NamunPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

31

aku ingin sekali sekedar bertukar fkiran dengan

kamu tentang keadaan jang aneh jang tampak

disini." Tao Gan dan Thio Houw hanja mengangguk
anggukan kepala, tanpa mengatakan suatu apa.

,,Kota ini", demikian Pao Kong melandjutkan

pembitjaraannja, "membuat aku sama-sekali

mendjadi bingung. Ti-koan jang dahulu telah

mendjalankan tugasnja disini tiga tahun lamanja,

dan meskipun selama itu kamarkamarnja

terpelihara dengan baik suatu bukti bahwa

kehidupannja disini agak tenteram dan tenang,

namun rupanja dia tak rnelakukan tugasnja selaku

pembesar distrik jang tertinggi. Sebab tidak sadja

ruangan pengadilan sekian lama tak digunakan,

malahan pegawai-pegawai-pengadilanpun disuruh

pergi. Pasti dia sudah tahu terlebih dahulu akan

kedatanganku jang direntjanakan pada tengah hari

ini, namun dia telah berangkat pergi tergesa-gesa

tanpa meninggalkan pesan apapun. Tjap-tjap

djabatan jang demikian pentingnja ditinggalkannja

pada sipir badjingan itu. Dan petugas-petugas

lainnja dari pemerintah-distrik dengan serentak

menganggap sepi kedatangan kita. Bagaimana

kamu dapat menerangkan gedjala-gedjala ini ?"

"Apakah tidak mungkin", Thio Houw bertanja,

"bahwa rakjat disini sengadja melakukan sabotase

atau sedang merentjanakan pemberontakan

terhadap pemerintah ?"PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

32

Pao Kong menggelengkan kepalanja. "Memang

benar", djawabnja, "bahwa djalan-djalan didalam

kota amat sepi dan bahwa toko-toko sudah ditutup

sebelum waktunja. Akan tetapi aku tak dapat

melihat tanda-tanda bahwa rakjat gelisah, pula kita

tak nampak rintangan-rintangan-djalan ataupun

persiapan-persiapan militer lainnja. Rakjat didjalan

tidak bersikap bermusuhan melainkan atjuh-tak
atjuh." Tao Gan berdiam. Rupanja dia sedang

rnemikirkan sesuatu, sambil menarik-narik tiga

lembar rambut pandjang dari tahi-laler-nja dipipi

kiri. Kemudian dia berkata : "Tadinja kukira bahwa

kota ini mungkin dihinggapi penjakit pes atau

penjakit menular lainnja" ia berkata, "akan tetapi

perkiraan ini tak sesuai dengan kenjataan, karena

tak ada tanda-tanda bahwa rakjat berada dalam

kebingungan, lagi pula djikalau ada penjakit

menular, rakjat pasti tak berani membeli makanan

dipinggir djalan."

Dengan djari-djarinja. Pao Kong membersihkan

djenggotnja jang pandjang disebelah kiri dari pada

beberapa daun kering jang tersangkut didalamnja,

kemudian dia berkata "Sebenarnja sipir-pendjara

itu harus tahu lebih banjak tentang seluk-beluk

dikota ini, akan tetapi aku tak mau menanjakan

suatu apa kepadanja. Orang itu mempunjai semua

tjiri-tjiri dari suatu badjingan besar." Pada saat itu

pengurus-rumah masuk di-ikuti oleh dua orang

pelajan. Jang satu membawa baki dengan beberapaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

33

mangkok nasi dan sop, jang lain membawa sebuah

teko besar berisi teh panas. Hakim menjuruh

orang-orangnja membawa nasi kependjara untuk

orang-orang tawanan, kemudian mereka bersantap

tanpa berbitjara. Sesudah makan dan minum

setjangkir teh panas, Thio Houw duduk termenung

sebentar, sambil mengurut-urut kumisnja jang

pendek, lalu is berkata "Aku sependapat dengan

Thio Liong, ketika dipegunungan dia mengatakan

bahwa gerombolan jang telah menjerang kita

bukan kawanan penjamun jang sebenarnja.
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bagaimana djikalau kita menanjakan kepada

orang-orang tawanan itu tentang apa jang terdjadi

dikota ini ?"

"Saran jang baik sekali !" Pao Kong berseru.

"Selidiki siapa pemimpinnja dan bawa orang itu

kesini !" Beberapa waktu kemudian Thio Houw

datang kembali dengan menggiring seorang jang

tangan-kakinja dirantai dan jang ternjata bukan

lain dari pada orang jang telah menjerang Pao Kong

dengan tumbak. Hakim Pao memandang orang itu

dengan tadjamnja ; perawakannja tegap dan kuat,

air-mukanja biasa sadja dan menundjukkan suatu

tabiat jang terus-terang'. Setelah dia berlutut

didepan medja hakim, Pao Kong menanja dengan

pendek "Siapa engkau, dan apa pekerdjaanmu ?"

Orang itu mendjawab dengan penuh chidmat : "Aku

bernama Ong Liang. Hingga beberapa waktu jang

larnpau aku adalah seorang pandai-besi dikota LamPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

34

Hong ini, dimana keluargaku sudah berdiam turun
temurun." "Apa sebab maka engkau jang

melakukan suatu pekerdjaan jang tua dan

terhormat telah memilih penghidupan sebagai

penjamun jang hina-dina?" tanja Pao Kong.

Ong Liang inenundukkan kepalanja, lalu

mendjawab dengan suara jang sedih : "Aku

berdosa karena telah melakukan serangan dengan

maksud membunuh. Aku menginsjaf sepenuhnja

bahwa aku harus dihukum mati. Aku mengakui

kedosaanku terus-terang. Untuk apa Tay-djin mau

ambil pusing untuk menanjakan lagi ini dan itu ?"

Kata-kata itu membuktikan bahwa orang jang

mengatakannja sudah putus-asa. Maka Pao Kong

tidak merasa tersinggung, dan berkata dengan

sabar, "Tak pernah sedjak aku mendjadi hakim, aku

menghukum seorang jang bersalah tanpa

mendengarkan terlebih dahulu riwajat hidupnja.

Bitjaralah, dan djawab pertanjaan-ku terusterang

!" "Aku ini", Ong Liang mulai menuturkan

riwajatnja, "sudah mendjadi pandai-besi lebih dari

30 tahun. Aku telah mendapat kepandaian ini dari

ajahku sendiri. Aku bersama istriku, seorang putra

dan dua putri adalah orang-orang jang berbadan

kuat data sehat. Penghasilan kami tidak besar,

namun sekedar tjukup.untuk mendjamin sandang
pangan sekeluarga kami sehari-hari, bahkan sekali
sekali ada djuga kelebihan untuk membeli daging

babi. Aku anggap diriku sebagai seorang jangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

35

berbahagia. Kemudian, pada suatu hari na'as

orang-orang Tjin Mo melihat bahwa putraku adalah

seorang pemuda jang berbadan tegap dan kuat,

dan mereka memaksakannja untuk bekerdja pada

mereka."

"Siapa Tjin Mo, dan pekerdjaan apa dia lakukan

?" "Lebih tepat untuk menanja pekerdjaan apa jang

dia tidak lakukan", djawab Ong Liang dengan pahit
getir. "Lebih dari delapan tahun dia tetah

merampas segala kekuasaan didistrik ini. Separuh

dari sawah-sawah dan seperempat dari toko-toko

dan rumah-rumah dikota ini adalah miliknja. Dia

adalah kepala distrik, hakim, komandan militer,

pendek kata semua kekuasaan-kekuasaan itu

berada didalam tangannja. Pada waktu-waktu jang

tertentu dia mengirimkan barang2 berharga untuk

menjogok pembesar, jang berpengaruh di-ibukota

keresidenan, jang djauhnja lima hari perdjalanan

berkuda dari kota ini. Dia berhasil untuk mejakin
kan pembesar-' keresidenan itu bahwa, djikalau

bukan karena dia, kota Lam Hong sudah lama

diserbu oleh orang-orang biadab dari daerah tapal
batas."

"Apakah Ti-koan jang dahulu membiarkan sadja

keadaan jang gandjil ini ?" Pao Kong bertanja. Ong

Liang mengangkat pundaknja, kemudian

mendjawab "Mereka jang diangkat sebagai kepala
distrik didaerah ini, merasa bahwa lebih baik danPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

36

lebih selamat untuk menerima keadaan jang njata.

Mcreka bersedia untuk menjerahkan segala

kekuasaan jang sebenarnja kepada Tjin Mo dan

untuk dirinja mereka merasa puas dengan

sematjam kekuasaan kosong. Sebegitu lama

mereka ber-sedia untuk mendjadi bonekanja. Tiap

bulan Tjin Mo menghadiahkannja matjam-matjam

bingkisan jang mahal-mahal dan indah. Demikian

mereka hidup dalam damai dan dalam ketjukupan.

Orang orang jang menderita adalah rakjat djelata,

seperti kami.'

"Riwajatmu", kata Pao Kong dengan

adem".bagiku tak masuk diakal. Aku tahu bahwa

memang benar kadangkadang seorang lalim dapat

merampas kekuasaan setempat. Dan lebih

menjedih-kan lagi bahwa kadang-kadang pula

terdapat pembesar-pembesar jang lembek dan

korup jang membiarkan sadja keadaan jang

melanggar hukum ini. Akan tetapi engkau tak dapat

mejakinkan aku bahwa selama delapan tahun tiap
tiap pembesar jang diangkat didistrik ini menjerah

dengan mentah-mentah kepada Tjin Mo."

Djawab Ong Liang agak mengedjek "Bila

demikian melainkan kami penduduk kota Lam Hong

ini jang rupanja mempunjai nasib jang sial-dangkal

! Hanja ada satu orang pembesar kira-kira empat

tahun jang lampau telah mentjoba untuk melawan

Tjin Mo. Selewatnja dua minggu, majatnjaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

37

diketemukan ditepi sungai, leher-nja dipotong dari

kuping ke-kuping."

Pao Kong tiba-tiba tjenderung kedepan dan

menanja "Apakah nama pembesar itu : Pan Tjiao ?"

Ong Liang menganggukkan kepalanja. "Menurut

laporan jang dikirim kekota-radja", kata Pao Kong,

"Pan Ti-koan telah tewas dalam pertempuran

dengan sekelompok suku-bangsa Uigur jang

mentjoba untuk menjerbu. Pada waktu itu, aku

sendiri masih berada di-kota-radja. Aku ingat

bahwa la-jonnja dikirim kesana dengan

kehormatan militer, dan setelah meninggal-dunia

Baginda Kaisar telah menaikkan pangkatnja

sebagai residen". "Itulah apa jang dilaporkan oleh

Tjin Mo untuk menutupi perbuatannja," Ong Liang

berkata dengan atjuh-tak-atjuh. "Aku tahu hal-hal

jang sebenarnja, karena aku sendiri telah melihat

majatnja ketika masih menggeletak dipinggir

sungai. Pada waktu itu ku- tahu benar tak ada

usaha penjerbuan jang dilakukan oleh kaum Uigur".

"Landjutkan penuturanmu !" Pao Kong perintah.

"Demikianlah", Ong Liang melandjutkan

penuturannja, "putraku satu-satunja telah

dipaksakan untuk menggabungkan diri dengan

gerombolan badjingan itu jang dikepalai Tjin Mo,

sebagai anggota pasukan pengawal pribadinja, dan

aku tak pernah mendjumpai dia lagi. Kemudian,

seorang perempuan tua jang kedji, jang biasaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

38

bertindak sebagai mak peropot untuk Tjin Mo,

datang dirumah-ku. Dia mengatakan. Tjin Mo

menawarkan sepuluh tail perak untuk Pek Lan jang

akan didjadikan salah-satu selirnja. Aku me
nolaknja. Tiga hari kemudian putriku pergi kepasar,

dan hingga kini dia belum pulang kembali. Aku tahu

bahwa dia telah ditjulik oleh orang-orang Tjin Mo.

Berulang-kali aku telah pergi ke-gedung orang lalim

itu dengan memohon agar dapat mendjumpai

putriku, akan tetapi setiap kali aku dipukuli dan di
usir keluar." ,Setelah kehilangan putranja satu
satunja, sedangkan putrinja jang sulung ditjulik

orang, istriku djatuh sakit. Dia meninggal-dunia

dua minggu jang lampau. Aku mengambil pedang

ajahku dan dalam angkara-murka aku pergi

kegedung Tjin Mo untuk membikin pembalasan

tanpa menghiraukan bahwa aku seorang diri tak

berdaja terhadap pendjahat itu jang banjak kaki
tangannja. Aku dipegat oleh -pengawal
pengawalnja jang bersendjata lengkap, dan

menghudjani tubuhku dengan pentungan
pentungan, kemudian membiarkan aku

menggeletak didjalan seperti sudah mati. seminggu

jang lalu, bandit-bandit itu telah membakar rumah
dan kedaiku. Bersama putriku jang bungsu, Hek

Lan jang djuga telah tertangkap oleh orang-orang

Tay-djin tadi malam, aku meninggalkan kota Lam

Hong dan rnenggabungkan diri dengan

segerombolan orang-orang senasib aku, jang djugaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

39

adalah korbankorban dari kelaliman Tjin Mo dan

lantaran putus-asa, telah mengungsi dan

berkeliaran dipegunungan, sambil menunggu

kesempatan jang balk untuk membalas dendam.

Pada malam tadi, untuk pertama kali kami telah

melakukan pertjobaan untuk merampok kaum

pelantjong, dan apa tjelaka, mangsaku jang

pertama adalah rombongan tay-djin sendiri."

Setelah Ong Liang mengachiri penuturannja, untuk

beberapa ketika lamanja keadaan dikantor hakim

mendjadi sunji-senjap. Tak ada orang mengatakan

suatu apa. Pao Kong hendak ber-sandar pada

kursinja, tapi tiha-tiba dia ingat bahwa sandaran

kursi itu patah, lalu dia menaruh Pula sikunja diatas

medja. "Riwajatmu bagi-telingaku tak asing lagi",
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia berkata. "Riwajat demikian aku sudah

mendengarnja berulangkali. Tiap kali djikalau

sekawanan pendjahat tertangkap basah dan

dihadapkan kepada hakim, mereka mengarang

tjeritera-tjeritera demikian jang menawan hati

tentang kesengsaraan dan nasib mereka jang

malang, tenting ftnahan2 atas dirinja jang

menjebabkan mereka berbuat kedjahatan.

Keteranganmu akan aku selidiki dengan saksama.

Djikalau engkau berdjusta, kepalamu segera akan

menggelinding dilapangan hukuman-mati. Djikalau

ternjata engkau telah bitjara sebenarnja, aku akan

menunda keputusanku."PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

40

"Bagiku sama sadja, tindakan apapun Tay-djin

mengambilnja". si pandai-besi itu berkata dengan

masgul dan sedih. "Aku tak mengharap apa-apa

lagi. Andaikata Tay-djin tidak memanggal

kepalaku. Tjin Mo lah jang akan membunuh aku.

Dan nasib jang sama akan dialami djuga oleh

teman-temanku, jang semua adalah korban dari

penindasan Tjin Mo jang ganas dan kedji." Pao

Kong memberi tanda kepada Thio Houw. lalu

letnannja itu berbangkit dari tempat-duduknja dan

mengantarkan pula Ong Liang kependjara.

Pao Kong pun bangkit dari kursinja dan herdjalan

mondar-mandir. Setelah Thio Houw kembali, hakim

itu herdiri diam dan berkata dengan suara jang

sungguh-sungguh "Djelas sekali bahwa tawanan itu

telah bitjara sebenarnja. Kota Lam Hong kini

berada dibawah seorang lalim jang mendjagoi

ditempat ini. Pembesarpembesar-negeri disini tak

lain dari pada boneka-boneka jang tak mempunjai

pengaruh suatu apa. Demikian sikap aneh dari

penduduk kola ini mendjadi djelas bagiku." Thio

Houw menumhuk-numbukkan tindjunja jang besar

pada lututnja sendiri.

"Apakah kitapun", ia berseru dengan gusarnja.

"harus tunduk terhadap si badjingan Tjin Mo itu""

Hakim Pao bersenjum simpul. "Hari sudah djauh

malam" dia berkata, "Sebaiknja kamu berdua

mengundurkan diri dan mentjoba untuk tidur.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

41

Besok aku mem-punjai banjak pekerdjaan untuk

kamu orang. Aku ingin tinggal disini barang sedjam

untuk melihat-lihat arsip tua itu." Tao Gan dan Thio

Houw menawarkan untuk mernbantu hakim, akan

tetapi tawaran ini ditolaknja dengan getas. Begitu

rnereka pergi, Pao Kong mengambil salah
sebatanglJilin dari atas medja dan masuk kekamar

disebelah. Dengan tangan-badjunja jang sudah

kotor ia membersihkan etiket-etiket dari peti-peti

dokumen itu dari pada debunja. la mendapatkan

bahwa peti-tanda-tanda jang paling baru tertanggal

delapan tahun ber-selang. la membawanja

kekantor dan mernbeberkan isinja diatas medja.

Sebagai seorang hakim jang berpengalaman,

dengan sepandang-mata dia sudah dapat

menjatakan bahwa kebanjakan dari pada

dokumen-dokumen itu mengenai urusan-urusan

jang biasa disele saikan oleh tiap-tiap kantor
pemerintah. Akan tetapi dibawah peti dia

menemukan sebuah berkas dimana tertulis

"Perkara Yo vs Yo" jang menarik perhatiannja.

Berkas itu dibukanja dan dibatja-nja sepintas-lalu.

Ternjata bahwa perkara ini mengenai suatu

dakwaan dan gugatan warisan jang ditinggalkan

oleh Yo Su Tjian, diwaktu hidupnja seorang

gubernur jang kenamaan dan jang sembilan tahun

berselang sebagai pegawai-pensiunan telah

meninggal-dunia dikota Lam Hong. Pao Kong

meramkan matanja dan mengenangkan sesuatuPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

42

jang telah terdjadi lima belas tahun jang lampau

pada ketika dia masih mendjabat pangkat panitera

rendahan disuatu kantor-pemerintah dikotakota.

Pada waktu itu nama Yo Su Tjian sudah termashur

diseluruh keradjaan, sebagai seorang pembesar

jang murah-hati. adil dan arif-bidjaksana.

Sebagai penghargaan atas djasa-djasanja

terhadap negara dan bangsa, dia di-anugerahi

pangkat jang agung, jakni sebagai Sekertaris

Keradjaan Utama. Akan tetapi, tak di-sangka
sangka, Yo So Tjian meletakkan semua djabatannja

serta-merta dengan mengemukakan alasan usianja

jang sudah landjut dan kesehatannja jang

terganggu, kemudian dia mengasingkan diri

kesuatu daerah ditapal-batas. Baginda Kaisar

sendiri telah mendesaknja agar dia tindjau pula

keputusannja, akan tetapi Yo tetap menolaknja.

Pao Kong masih ingat betapa besar kegemparan

dikota-radja jang ditimbulkan oleh perletakan

djabatan jang tiba-tiba dan tak disangkasangka itu.

Djikalau demikian, kata Pao Kong didalam-hati,

kota Lam Hong adalah tempat jang telah di-pilih Yo

Su Tjian lima belas tahun jang lampau untuk

melewatkan hari-tuanja. Kemudian Hakim Pao

Kong membatja pula dengan teliti semua dokumen
dokumen jang bersangkutan dari mula sampai

achir, demikian sedikit-demi-sedikit ia mendapat

pandangan jang djelas tentang sebab-musababPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

43

perkara ini. Pada waktu ia pensiun, Yo Su Tjian

adalah seorang duda jang berusia 60 tahun, dan

mempunjai seorang putra jang sudah dewasa,

bernama Yo Kin. Tak lama setelah menetap dikota

Lam Hong bekas-gubernur itu telah menikah lagi.

Istrinja adalah seorang gadisdesa dari keturunan

baik-baik jang pada waktu itu belum berusia 18

tahun. Dari pernikahan ini dia memperoleh pula

seorang putra kedua, jang diberi narna Yo Shan.

Beberapa tahun kemudian Yo Su Tjian djatuh sakit

dan dia merasakan bahwa hari-tuanja sudah tiba.

Dia memanggil Yo Kin serta Bwee Sie, istrinja jang

muda dan anaknja jang bungsu kerandjang
kematian untuk memberi pesan jang terachir.

Kepada istrinja dan anaknja jang bungsu itu

ternjata dia hanja mewariskan sehelai gambar

dinding jang amat indahnja, jang telah dilukisnja

sendiri ; semua sisa harta-benda lainnja

diwariskannja kepada Yo Kin, putra sulung-nja.

Kepada Yo Kin. dia pesan pula dengan sungguh
sungguh supaja mengurus pelaksanaan warisan ini

sebaikbaiknja dan se-djudjurnja. sehingga hak dan

adik-tirinja atas bagian mereka tak ada orang jang

mengganggugugat. Kemudian bekas-gubernur itu

menarik nafasnja jang penghabisan. Pao Kong

memeriksa pula penanggalan dari pada dokumen
dokumen itu dan memperhitungkan bahwa Yo Kie

kini tentu sudah herusia 40 tahun, Bwee Sie, djanda

muda itu, hampir 30 tahun dan Yo Shan kurang-PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

44

lebih 12 tahun. Dan surat pengaduan ternjata pula

bahwa, setelah ajahnja dimakamkan, Yo Kie telah

me-ngusir ibu-dan adik tirinja datri rumahnja

dengan alasan bahwa dari utjapan-utjapan ajahnja

terachir, baginja sudah djelas bahwa Yo Shan

bukan putra ajahnja jang sah, melainkan seorang

anak-haram, dan bahwa oleh karenanja Yo Kie

tidak merasa terikat untuk berbuat sesuatu demi

kepentingan saudara tirinja dan ibu-tirinja jang

telah berdjinah itu. Maka djanda muda itu telah

mengadjukan dakwaan kepada pengadilan untuk

membantah testamen jang hanja diberikan setjara

lisan itu dan untuk menggugat separuh daripada

harta-peninggalan Yo Su Tjian untuk putranja.

berdasarkan hukum jang Pada waktu dakwaan itu

diadjukan, Tjin Mo baru sadja berhasil merebut

kekuasaan pemerintah di Lam Hong dan rupanja

pengadilan tak pernah berbuat apapun untuk

menjelesaikan perkara-dakwaan ini.

Pao Kong masukan pula berkas itu kedalam peti.

Didalam hati dia mengatakan bahwa perkara

dakwaan djanda itu sama-sekali tidak kuat.

Mengingat ketidak-seimbangan usia antara bekas
gubernur itu dan istrinja jang kedua, pula dari hal

harta-peninggalannja sama-sekali dia wariskan

kepada putranja jang sulung, bukan mustahil

bahwa Yo Su Tjian telah mengetahui, se-tidak
tidaknja mentjurigai istrinja telah berdjinah dan

bahwa Yo Shan itu bukan anaknja jang sah.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

45

Sebaliknja, kata Pao Kong di-dalam hati, sungguh

aneh, bahwa seorang jang sedemikian luhur budi
pekertinja, telah memilih suatu tjara jang demikian

gandjil-nja untuk mempermaklumkan kepada

chalajak-ramai bahwa Yo Shan bukan putranja

jang sah. Djikalau sesungguhnja dia mempunjai

kejakinan bahwa istrinja berlaku tjurang, djalan

jang lazim dan selajaknja ialah untuk

mentjeraikannja dengan diam-diam, dengan

demikian dia dapat melindungi kernuliaan dirinja

dan nama keluarganja jang termashur diseluruh

keradjaan. Dan apakah maksudnja untuk

mewariskan sebuah lukisan kepada anaknja jang

bungsu ? Ada pula sesuatu jang menarik perhatian

Pao Kong. Mengapa Yo Su Tjian hanja

memberitahukan keinginannja jang terachir setjara

lisan ? Mengapa dia tidak membuat testamen jang

tertulis ? Sebagai seorang pembesar jang terkenal

amat tertib, sejogjanja dia menetapkan
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keinginannja jang terachir dalam sebuah testamen

jang tertulis, oleh karena seharusnja dia

mengetahui bahwa pembagian warisan setjara lisan

dapat mengakibatkan pertengkaran jang dahsjat

didalam keluarga sendiri. Pao Kong berpendapat

bahwa perkara "Yo vs. Yo" ini mempunjai beberapa

sudut jang patut diselidiki dengan seksama. Bukan

mustahil djikalau didalamnja pula terdapat kuntji

dari pada rahasia perletakan djabatan dari Yo Su

Tjian jang tiba-tiba itu lima belas tahun jangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

46

lampau. Ia periksa dokumen jang berada didalam

peti dengan seksama, dengan harapan mungkin

dapat menemukan bahan-bahan jang berhubungan

dengan perkara "Yo vs. Yo" itu, ataupun sesuatu

jang dapat dia gunakan terhadap Tjin Mo. Setelah

tak dapat menemukan apa-apa lagi jang penting,

dia masukkan pula dokumen-dokumen itu didalam

peti, kemudian sekian lama ia duduk terpekur. la

memusatkan perhatiannja pada persoalan
persoalan sekitar Tjin Mo, akan tetapi tiap kali

pikirannja tertarik pula kepada bekas-gubernur itu

dengan warisannja jang terlampau aneh.

Sementara itu salah-sebatang liln sudah padam

sendiri, kemudian, sambil menarik napas pandjang,

Pao Kong mengambil lilin jang lainnja dan menudju

ke-kamar tidurnja.

BAB III

HAKIM PAO MENJAKSIKAN SUATU

PERTENGKARAN DIPASAR ? SEORANG PEMUDA

MERAMALKAN BAHWA AJAHNJA AKAN DIBUNUH.

Pada keesokan-harinja Pao Kong bangun agak

terlambat. Dengan tergesa-gesa ia bersantap pagi,

kemudian segera pergi ke-kantor. Ia melihat

kamar-kerdjanja sudah dibersihkan sama-sekali.

Kursinja jang rusak ternjata sudah diperbaiki,

sedangkan medja telah digosok hingga mengkilap.

Diatas medja terdapat alat-alat-tulis kesajangannja

jang ditaruhnja dengan rapi dan teratur. Ia tahuPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

47

bahwa semua pekerdjaan itu dilakukan oleh sersan

Hong Tjiang. Sersan tersebut dan Tao Gan pada

waktu itu sedang membersih-kan ruang arsip.

Djendeladjendela dibukanja lebar-lebar, sehingga

hawa segar masuk kedalam kamar. Hakim Pao

memandang pembantupembantunja dengan penuh

penghargaan dan rasa puas. Ia duduk dibelakang

medja-tulisnja, kemudian menitah Tao Gan untuk

memanggil Thio Liong dan Thio Houw. Seperti

biasa, tiap pagi dia mulai tugasnja dengan

mengadakan musjawarah dengan ke-empat

pembantu-pembantunja jang setia itu.

Thio Liong melaporkan bahwa pada pagi-pagi
hari dia dan Thio Houw telah memeriksa gudang

sendjata dari pengadilan dan bahwa mereka telah

menemukan sekian banjaknja sendjata-sendjata

seperti tombak, pedang, topi badja, badju dari kulit

dan sebagainja, akan tetapi semua alat2 itu

ternjata sudah tua dan kotor dan perlu sckali

diperbaiki dan dibersihkan. Rupanja sudah bilang

tahun tidak dipergunakan. Hakim Pao berkata :

"Apa jang ditjeriterakan Ong Liang kemarin malam

kiranja dapat memberi pendjelasan bagi keadaan

jang aneh jang tampak di kota ini. Andaikan apa

jang dikatakan-nja sungguh benar, kita harus

mengambil tindakan-tindakan dengan segera dan

tjepat, scbelum Tjin Mo dapat mengetahui bahwa

kita akan melawan dia. Kita harus menjerang

sebelum dia tahu apa jang terdjadi. Seperti sebuahPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

48

pepatah kuno mengatakan "Se-ekor andjing galak

menggigit tanpa niemperlihatkan giginja terlebih

dahulu !"

"Apa jang kita harus berbuat terhadap sipir itu ?"

Hong Tjiang menanja. "Sementara ini biarkan sadja

dia berada dikamar tahanan", djawab Hakim Pao,

"Baik sekali kita tahan badjingan itu. Sudah pasti

bahwa dia adalah salah seorang anak-buah Tjin Mo.

Apa-bila dia tidak kita masukkan dikamar-tahanan,

tentu dia berlari kemadjikannja dan melaporkan

kepadanja tentang hal kita." Thio Liong membuka

mulutnja untuk menanjakan sesuatu, akan tetapi

Pao Kong angkat tangannja dan melandjutkan

pembitjara-annja. Kata Hakim itu, "Tao Gan,

sekarang sebaiknja engkau pergi keluar dan kum
pulkan segala keterangan-keterangan jang engkau

bisa dapat ten-tang Tjin Mo dan anak-buahnja.

Dalam pada itu engkau harus menjelidiki tentang

seorang warga-kota jang hartawan, bernama Yo

Kie. Dia adalah putra dari gubernur Yo Su Tjian jang

ter-mashur dan jang telah meninggal-dunia dikota

ini delapan tahun jang lampau. Aku sendiri bersama

Thin Hong akan pergi djalan-djalan didalam kota

agar mendapat kesan-kesan pada umumnja

mengenai kota Lam Hong ini. Sersan Hong Tjiang

dan Thio Houw harus men-djaga kantor pengadilan

ini. Semua pintu harus dikuntji dan selama aku

tidak ada, seorangpun tidak boleh keluar-masuk,

ke-tjuali pengurus-rumahku untuk membeli bahan-PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

49

bahan makanan. Diwaktu tengah hari kita harus

berkumpul lagi disini !" Hakim Pao berbangkit, lalu

memakai kupiahnja jang ketjil dan berwarna hitam.

Dengan badjunja jang sederhana dan berwarna

biru ia nampaknja sebagai seorang peladjar jang

mempunjai banjak waktu terluang.

la meninggaikan kantor-pengadilan ber-sama

Thio -Liong. Pertama mereka herdjalan-djalan

kearah selatan dan melihat-iihat pagoda kota Lam

Hong jang termashur, dan jang didirikan disebuah

pulau ketjil ditengah-tengah telaga teratai.

Disepandjang pantai pohon-pohon tjemara

melambai-lambaikan daunnja jang halus diwaktu

angin pagi. Pao Kong dan pengawalnja menudju

kearah utara, kemudian menjatukan diri dengan

rakjat djelata jang makin banjak tampak didjalan.

Agak banjak djuga orang-orang jang berbelandja

dikedai-kedai sepandjang djalan, akan tetapi jang

terutama menarik perhatian Hakim Pao jalah

bahwa rakjat tak nampak gembira sama sekali.

Sedikit sekali terdengar orang tertawa atau

bersenda-gurau, orang berbitjara dengan tjepat

menengok kekanan atau ke-kiri sebelum bitjara,

seakan-akan mereka takut pertjakapannja

didengar orang. Ketika mereka tiba di pintu

gerbang sebelah utara, Pao Kong dan Thio Liong

membiluk kekiri dan menudju kepasar jang letak
nja didekat Menara Tambur. Pasar ini memberiPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

50

pemandangan jang menarik hati. Sekian banjaknja

pedagangpedagang dari daerah-daerah tapal
batas, berpakaian jang beraneka-warna dan aneh
aneh dengan suara keras menawarkan barang2
dagangannja, sedang-kan disana-sini tampak

seorang pendeta bangsa Hindu jang menjodor
njodorkan mangkuk-pengemisnja. Segerombolan

orang-orang gelandangan berkerumun disekitar

seorang pendjual ikan basah jang tampak sedang

bertjektjokan dengan seorang pemuda jang

berpakaian rapih.

Rupanja si-pemuda itu rnerasa dirinja "diketuk"

oleh si-tukang ikan jang meminta harga jang

bukan-bukan. Dia melemparkan sekepal uang

tembaga kedalam hakul si tukang ikan itu sambil

berteriak-teriak dengan marah "Terlalu ! Djikalau

kota ini berada dibawah pemerintahan jang adil,

pasti engkau tidak berani mempedajai orang

ditengah-hari bolong !" Tiba-tiba seorang jang

tinggi-besar madju kedepan. Dia men-djambret

badju si-pemuda itu dan memukulnja dibagian

mulut-nja. "Ini adalah suatu hadjaran bagimu,

karena engkau begitu berani menghina Tuan Tjin

jang mulia !" dia menderam dengan galaknja. 'Thio

Liong hendak tjampur-tangan, akan tetapi Hakim

Pao memegang tangannja. Sementara itu

penonton-penonton itu pada bubaran dengan

tergesagesa. Si-pemuda tidak mengatakan se
suatu apa. Dia membersihkan darah dari mulutnja,PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

51

lalu melan-djutkan perdjalanannja. Pao Kong

memberi tanda kepada Thio Liong. Bersama-sama

mereka membuntuti pemuda itu. Disuatu djalan

ketjil jang agak sunji mereka dapat menjusulnja.

Lalu Hakim Pao berkata "Maafkan aku mengganggu

Tuan. Kebetulan aku melihat si badjingan itu

menganiaja Tuan. Kenapa engkau tak melaporkan

kepada pengadilan ?" Si pemuda itu berdiri diam.

Dia memandang Hakim Pao dan bengawalnja

dengan rasa tjuriga. Djikalau kamu kaki-tangan

Tjin Mo", kemudian dia berkata dengan dingin,

"kamu bisa menunggu lama sekali sebelum aku

mau mendjirat leher sendiri. Hakim Pao melihat

kekiri-kanan.

Tak ada lain orang tampak didjalan itu. "Engkau

membuat kekeliruan besar, anak muda !" kata dia

dengan sabar, "Aku adalah Pao Bun Tjim, pembesar

jang baru dari distrik ini." Wadjah si-pemuda

berobah mendjadi putjat, seakan-akan dia melihat

Iblis. Kemudian dia mengusap-usap keningnja dan

mentjoba untuk mengendalikan perasaannja. Lalu

dia menarik nafas pan-djang dan bersenjum lebar.
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia membungkukkan badannja dan berkata dengan

chidmat "Aku jang amat rendah adalah Teng Ie

seorang siu-tjay dan putra djenderal Teng Houw Ko

dari kota-radja. Nama Jang Mulia bukan asing lagi

bagiku. Achirnja daerah jang terpentjil ini

mendapat seorang pembesar jang bidjaksana!"

Hakim Pao menganggukkan kepalanja sedikitPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

52

sebagai tanda dia menghargakan pudjian itu.

Setjara samar-samar dia ingat pula bahwa banjak

tahun jang lampau telah terdjadi sesuatu jang

kurang baik terhadap dirinja djenderal Teng. Pada

waktu itu dia baru mendapat kemenangan jang

tjemerlang dalam peperangan terhadap suatu

suku-bangsa liar ditapal batas utara. Akan tetapi

setelah dia kembali dikota radja, tak disangka
sangka, dia dipaksa untuk meletakkan djabatannja.

Pao Kong merasa heran bagaimana puteranja

mendjadi berdiam ditempat sedjauh ini. "Ada

sesuatu jang amat tidak baik dikota ini", dia berkata

ke-pada si-pemuda itu, "Aku ingin sekali engkau

memberi keterangan lebih banjak tentang keadaan

disini." Teng Siu-tjai tidak segera mendjawabnja.

Dia berpikir sebentar, kemudian dia berkata

"Sebaiknja kita djangan membitja-rakan hal ini

ditempat ramai. Bolehkah aku mendapat

kehormatan untuk menjuguhkan Tuan-tuan

setjangkir teh ?" Hakim Pao menjetudjuinja.

Mereka bersama mengundjungi sebuah warung-teh

diudjung djalan, lalu memilih medja jang letaknja

agak terpisah dari para-tamu lainnja. Setelah

seorang membawakan teh jang dipesan, Teng In

berkata dengan baik-baik "Seorang lalim bernama

Tjin Mo telah merampas kekuasaan dikota ini. Tak

ada seorangpun disini jang berani menentangnja.

Tjin Mo rnemelihara kirakira seratus badjingan

dirumahnja. Pekerdjaan mereka tak lain melainkanPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

53

kelujuran dikota dan menggertakgertak rakjat

djelata."

"Tjara bagaimana mereka dipersendjatainja ?"

"Didjalanan mereka hanja membawa pentung dan

pedang, akan tetapi aku tak heran djikalau dirumah

Tjin Mo terdapat segudang penuh dengan sendjata
sendjata tadjam." Hakim Pao lain bertanja ,,Apakah

engkau sering melihat suku-bangsa liar dari tapal
batas dikota ini ?" Teng Siutjai menggelengkan

kepalanja dengan kejakinan. "Tak pernah aku

melihat seorang Uigur disini," djawabnja. Pao Kong

berpaling kepada Thio Liong dan berkata :

"Serangan-serangan bangsa liar jang telah

dilaporkan Tjin Mo kepada pemerintah pusat djelas

sekali hanja isapan-djempol belaka, untuk

mejakinkan pembesar-pembesar dikota-radja

bahwa dia dan anak-anak-buahnja disini amat

diperlukan." Thio Liong bertanja : "Apakah engkau

pernah masuk kegedung Tjin Mo ?"

"Terima kasih banjak". Teng le berteriak dengan

kagetnja, "djusteru selalu aku mengelakkan tempat

itu dan sekitarnja. Sangat herbahaja untuk

mendekatinja. Pula gedung Tjin Mo dikitari oleh

tembok berlapis, dan dikeempat pendjuru terdapat

menara-menara-pendjagaan." ,,Tjara bagaimana

dia telah herhasil untuk merampas kekuasaan disini

?" Hakim Pao bertanja. "Dia telah mewariskan

kekajaan besar dari ajahnja", Teng IePAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

54

menerangkan, "akan tetapi tak satupun dari sifat
sifatnja jang baik. Ajahnja adalah seorang warga
kota jang djudjur dan radjin dan jang telah

mendjadi kaja sebagai saudagar teh. Tjin Mo

sebenarnja adalah seorang jang tjerdik dan tabah,

jang kiranja mudah sekali memperoleh pangkat

jang tinggi andaikan dia mau bekerdja pada tentara

keradjaan. Akan tetapi dia tidak mau terima

perintah dari siapapun djuga, dan dia berhasrat

untuk memerintah distrik ini sebagai jang dipertuan

dengan kekuasaan semutlak-mutlaknja, tak

bertanggung-djawab kepada siapapun di
keradjaan. Maka dia mengumpulkan segerombolan

buaja darat dan badjingan dan pada suatu hari

mempermaklumkan dirinja sebagai pembesar jang

tertinggi dari kota ini." "Suatu keadaan jang buruk

sekali", Pao Kong berkata. Dia keringkan

tjangkirnja, lalu berbangkit dari kursinja untuk

berdjaIan keluar.

Teng Siu-tjhai dengan tergesa-gesa mentjegah

dan memohon dengan sangat agar Hakim Pao suka

tinggal sedikit lebih lama. Pao Kong ragu-ragu,

akan tetapi si-pemuda nampaknja demikian

bersusah-hati, sehingga achirnja dia duduk

kembali. Teng Ie lalu dengan tjepatnja

menuangkan pula the ditjangkir jang sudah

kosong. Rupanja dia agak bingung tjara bagaimana

dia harus mulai. "Djikalau ada sesuatu didalam

hatimu", kata Hakim Pao, "dja-ngan ragu-raguPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

55

untuk mentjeriterakannja padaku." "Djikalau aku

boleh bitjara terus terang kepada Jang Mulia"

achirnja Teng le berkata, "memang ada sesuatu

jang amat menekan djiwaku. Tak ada sangkut
pautnja dengan Tjin Mo, si-orang lalim itu. Hal ini

bersangkutan dengan keluargaku sendiri." Sampai

disini dia berhenti sebentar, kemudian

melandjutkan pengutaraannja: "Jang Mulia, ajahku

akan dibunuh orang!" Hakim Pao mengerutkan

alisnja. "Djikalau engkau ketahui halnja terlebih

dahulu" ia berkata, "Kiranja tak sukar untuk

mentjegahnja!" Si-pemuda rnenggelengkan

kepalanja, kemudian dia berkata "Perkenankan aku

mentjeriterakan riwajat ini seluruhnja. Mungkin

Jang Mulia pernah dengar bahwa ajahku telah

diftnah oleh salah-seorang sebawahannja, jakni

Komandan Bu jang djahat. Dia amat iri-hati

terhadap kemenangan ajahku dimedan-perang

didaerah utara, maka dia telah melontarkan

tuduhan-tuduhan jang terhina terhadap

kebidjaksanaan ajahku selaku panglima tertinggi.

Tak pernah dia sanggup membuktikan tuduhan
tuduhannja itu, namun Dewan

Perang Tertinggi telah memerintahkan ajahku

untuk meletakkan djabatannja". "Benar. kuingat

perkara ini", kata Hakim Pao, "Apakah ajahmu kini

berdiam dikota ini ?"PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

56

"Ajahku datang kekota jang terpentjil ini",

'djawab Teng Ie, "sebagian karena almarhum ibuku

adalah warga dari kota ini dan sebagian lagi karena

dia sengadja ingin mendjauhkan diri dari kota-kota

besar, dimana berdiam sekian banjaknja bekas

rekan-rekan-nja. Dapat dimengerti bahwa dia

merasa malu untuk mendjumpai mereka. Kami

mengira bahwa dikota ini setidak-tidaknja kami

bisa hidup dengan tenang dan damai. Apa mau

dikata, kira-kira sebulan jang lampau ada orang
orang jang nampaknja mentjurigai, sering-sering

mondar-mandir didekat tempat kediaman kami.

Seminggu jang lalu dengan sembunji aku

membuntuti salah-seorang diantara mereka. Dia

pergi kesebuah warung-arak ketjil dikota sebelah

barat-laut, warung arak jang dinamakan "Musim

Semi nan Abadi". Betapa kagetnja tak dapat

kulukiskan, tatkala kudengar bahwa Bu Heng,

putera sulung dari Komandan itu menjewa sebuah

kamar diatas warung arak itu !"

Pao Kong tampaknja seperti kurang pertjaja.

"Mengapa", ia menanja, "Komandan Bu mengutus

puteranja kemari untuk mengganggu ajahmu ? Dia

sudah berhasil untuk menghantjurkan penghidupan

ajahmu. Sesuatu perbuatan djail se-landjutnja,

hanja akan mengakibatkan kesukaran baginja

sendiri." "Aku tahu apa rentjananja !" Teng Siu
tjhai berteriak karena marahnja. "Komandan Bu

mengetahui bahwa teman-teman ajahku dikota-PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

57

radja telah mendapatkan bukti-bukti bahwa

tuduhan-tuduhannja terhadap ajahku hanja ftnah

belaka. Dia menitah puteranja datang kemari untuk

membunuh ajahku, agar dapat menjelamatkan

penghidupannja sendiri jang tjelaka ! Jang Mulia tak

kenal orang apa Bu Heng itu. Dia adalah seorang

pemabuk kelas satu, seorang jang amat nakal dan

buruk tabiatnja, tak segan-segan untuk

menganiaja dan memperkosa orang. Dia telah

menjewa sekian banjaknja buaja-buaja-darat

untuk mengintai kami dan hanja menunggu saat

jang tepat untuk membunuh ajahku."

"Sekalipun demikian halnja," kata Hakim Pao,

"Aku tak tahu tjara bagaimana untuk

mentjegahnja. Aku hanja dapat memberi nasihat

agar kamu mengamat-amati benar gerak-gerik Bu

Heng itu, sekalian mengambil tindakan2 seperlunja

untuk men-djaga keselamatan dirumahmu sendiri.

Adakah tanda-tanda bahwa Bu Heng mempunjai

perhubungan dengan Tjin Mo ?" "Tidak," djawab

si pemuda. ,Rupanja Bu Heng tidak mengichtiarkan

untuk mendapat bantuan Tjin Mo dalam melak
sanakan maksudnja jang kedji. Bitjara tentang

pendjagaan keselamatan, ajahku telah menerima

surat-surat antjaman sedjak dia meletakkan

djabatannja. Djarang sekali dia keluar dari rumah,
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan pintu-pintu dari tempat-kediaman kami

dikuntji dan diperkuat dengan palang pintu siang

dan malam. Bahkan ajahku telah membuat tembokPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

58

pada semua pintu dan djendela dari kamar-per
pustakaannja, ketjuali satu. Pintu itu hanja

mempunjai sebuah kuntji, jang selalu dibawa oleh

ajah sendiri. Djikalau dia berada dikamar, pintunja

dipakaikan palang jang kuat. Kebanjakan ajahku

berada dikamar perpustakaan, dimana dia sedang

menjusun sedjarah peperangan-peperangan

ditapal-batas."

Hakim Pao menitah Thio Liong untuk mentjatat

alamat rumah dari keluarga Tang. Letaknja tidak

djauh dari warung-teh, di-sebelah luar dari Menara

Tambur. Sambil berbangkit, Hakim Pao berkata

"Hendaknja kamu djangan lalai untuk melaporkan

kepada pengadilan djikalau ada terdapat

perkembangan baru. Sekarang aku harus pergi,

kamu harus menginsjaf bahwa djuga kedudukanku

dikota ini tidak terlalu enak. Begitu lekas aku dapat

menjelesaikan urusan-urusan dengan Tjin Mo, aku

akan memahami lebih landjut persoalanmu." Teng

Siu-tjhai menghaturkan terima kasih dan

mengantarkan tetamu-tetamunja hingga didepan

pintu warung-teh. Disana dia meminta diri dengan

membungkukkan badannja. Hakim Pao dan Thio

Liong berdjalan pulang melalui djalan raja.

"Si-pemuda itu", kata Thio Liong, mengingatkan

kita kepada seorang jang memaksakan diri untuk

memakai topi badja siang dan malam karena selalu

dia berada dalam ketakutan seakan-akan setiapPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

59

saat Langit akan djatuh hingga hantjur diatas

kepala-nja." Hakim Pao menggeleng-gelengkan

kepalanja. "Perkara jang amat aneh", dia berkata

dengan sungguh-sung-guh. . .Aku tidak

menjukainja sama sekali."

BAB IV

TOA GAN MENEMUKAN SEBUAH GEDUNG JANG

PENUH DENGAN RAHASIA?PAO KONG MULAI

MENDJALANKAN SIASAT UNTUK MENANGKAP

GEROMBOLAN PENDJAHAT.

Thio Liong tampak agak tertjenggang, karena tak

dapat menangkap maksud kata-kata madjikannja.

Namun Hakim Pao tidak memberi pendjelasan lebih

landjut. Dengan tak mengatakan suatu apa,

mereka berdjalan pulang kekantor pengadilan.

Thio Houw membuka pintu-gerbang dan

memberitahukan bahwa Tao Gan sudah lama

menunggu dikantor-hakim. Hakim Pao menitah

untuk memanggil sersan Hong Tjiang. Setelah dia

dan ke-empat pembantunja berkumpul di kantor
hakim, Pao Kong me-nuturkan dengan singkat

tentang pertemuannja dengan Teng Siu-tjhai.

Kemudian dia mempersilahkan Tao Gan untuk

memberi laporan. Tao Gan kelihatannja sungguh
sungguh ketika dia mulai dengan laporannja.

"Keadaan tampaknja tak begitu baik bagi kita, Jang

Mulia. Kedudukan Si-lalim Tjin Mo itu dikota ini

ternjata kuat sekali. Benar dia telah berhasil untukPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

60

mnghisap semua kekajaan didaerah ini, namun dia

begitu tjerdik dan hati-hati untuk tidak

mcngganggu anggota-anggota keluarga jang

berpengaruh jang berasal dari kota-radja, agar

supaja mereka tidak melaporkan sesuatu jang

buruk tentang dirinja kepada pembesar-pembesar

di pemerintah-pusat. Misalnja dia memelihara

hubungan jang baik dengan djenderal Teng,

dengan putera siapa Tay-djin baru beladjar kenal

dan dengan Yo Kie putera sulung dari Gubernur Yo

Su Tjian. Tjin Mo djuga tjukup ijerdik untuk tidak

melakukan pemerasan setjara keterlaluan. Dia

hanja mengambil sekian persen dari penghasilan

pedagang-pedagang didaerah, akan tetapi dia

membiarkan saudagar-saudagar mendapat

keuntungan jang lajak. Dengan tjaranja sendiri

dapat dikatakan bahwa dia bantu mendjamin

ketertiban dan keamanan didalam kota. Misalnja,

djikalau ada seorang jang "tertangkap basah"

selagi dia mentjuri atau mengatjaukan

ketenteraman umum, orang itu dipukuli

setengahmati oleh anak-buahnja. Benar mereka

bermakan-minum direstoran2 se-enaknja, tanpa

membajar sekeping djuga, sebaliknja Tjin Mo

sendiri menghamburkan uang tak sedikit untuk

berbelandja pada banjak toko-toko, dia dan anak
buahnja jang berdjumlah beberapa ratus itu,

mendjadi langganan jang menguntungkan, jang

mendjadi korban kelalimannja ialah terutamaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

61

warung-warung ketjil dan rakjat djelata pada

umumnja, jang haknja sebagai warga-kota

sedikitpun tak di-indahkan." "Apakah anak-buah

Tjin Mo setia terhadap madjikannja ?" "Mengapa

tidak ? Badjingan-badjingan itu pekerdjaannja tak

lain makan-minum dan berdjudi sehari-hari.

Sebagian dari me-reka Tjin Mo mengambilnja dari

sampah masjarakat, sebagian lagi terdiri atas

bekas tentara jang buron. Dan gedung jang

ditinggali Tjin Mo tak beda seperti benteng.

Letaknja dekat pintukota sebelah barat. Temboknja

tinggi dan dipasangi paku-paku jang tadjam

diatasnja. Siang-malam didjaga oleh empat anak
buahnja jang dipersendjatai lengkap.

Hakim Pao tinggal diam untuk beberapa lama. la

mengusap-usap tjambangnja perlahan-lahan, lalu

ia menanja "Apa jang engkau dapat selidiki tentang

Yo Kie ?" Djawab Tao Gan : "Yo Kie tinggal dekat

Pintu-Air. Rupanja dia bukan seorang jang ramah,

dia lebih suka hidup menjendiri. Tentang ajahnja.

gubernur Yo Su Tjian almarhum, banjak obrolan

dan desas-desus tersiar didalam kota. Konon dia

adalah seorang tua jang mempunjai kehiasaan jang

agak aneh. Kebanjakan dia berdiam ditanah
perkebunan diluar kota sebelah timur. Disana dia

memiliki sebuah gedung besar jang sudah tua dan

dikitari oleh kebun jang luas. Sepandjang warta

gedung itu sudah dibangun lebih dari dua abad jang

lampau. Dibagian belakang Gubernur Yo telahPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

62

membentuk sebuah kebun labirin *), jang luasnja

lebih dari satu bau.

Kebun itu dibatasi oleh semak belukar jang tebal

dan batu-batu-karang raksasa, jang merupakan

dinding jang tak dapat ditembusi. Kata orang,

kebun labirin itu penuh dengan ular-ular dan

binatang-binatang berbisa lainnja. Ada pula jang

mengatakan, sepandjang djalan dipasang

perangkap untuk men-djebak sjaitan atau siluman.

Pendek kata kebun labirin itu dibuat-nja demikian

sempurna, sehingga, ketjuali Gubernur sendiri, tak

ada seorang jang berani memasukinja. Gubernur

Yo mengundjunginja tiap hari dan biasa berdiam

disana bilangan djam seorang diri."

Pao Kong mendengarkan penuturan Tao Gan

dengan penuh perhatian. "Sungguh aneh", ia

berkata, "Dan Yo Kie, apakah dia djuga suka

mengundjungi rumah itu ?" Tao Gan

menggelengkan kepalanja. "Tidak", djawabnja, "

Yo Kie meninggalkan tempat itu begitu ajahnja

meninggal. Gedung itu kosong, melainkan didiami

oleh seorang tua dengan isteri-nja. Orang kata,

tempat itu sering dikundjungi hantu dan bahwa roh

dari gubernur jang meninggal-dunia itu diwaktu

malam sering kelihatan disana. Orang-orang

kampung disekitarnja tak berani mendekati rumah

itu, sekalipun pada tengah hari bolong. Setelah

Gubernur meninggal-dunia, rumah-tinggalnjaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

63

didalam kota pun didjual oleh Yo Kie, lalu dia

membeli rumah jang sekarang dia diami, didekat

pintu-kota sebelah barat, tak djauh dari tepi sungai.

Aku tak ada waktu untuk menjaksikannja sendiri,

akan tetapi orang bilang, gedung itu amat

mentereng tampaknja dan di-kelilingi oleh dinding

jang tinggi."

Hakim Pao berbangkit dari kursinja dan berdjalan

mondar-mandir, kemudian dia berkata "Sebagai

kepaladaerah pertama-tama aku harus

rnemulihkan kekuasaan jang sah didaerah ini

dengan menghantjurkan pengaruh Tjin Mo. Akan

tetapi sebagai hakim perhatianku lebih tertarik oleh

dua persoalan lainnja, jakni perihal surat wasiat

atau testamen dari bekas-gubernur Yo jang

merupakan suatu teka-teki, dan kedua tentang

pembunuhan atas dirinja Djenderal Teng jang

belum terdjadi, akan tetapi sudah di-ramalkan

terlebih dahulu oleh puteranja sendiri. Aku ingin

sekali memusatkan segenap fkiranku untuk

memetjahkan kedua per
1) Kebun labirin sebuah kebun jang agak tuns

jang dibentuk demikian rupa dengan djalan2 jang

bertingkat, dan bertjagak. sehingga seorang

pengundjung jang tak mengetahui seluk-beluknja.

pasti akan kesasar, bisa masuk tak bisa keluar,

karena dia berputar-putaran disitu-situ djuga. LihatPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

64

gambar (planegrond) labirin disampul bagian dalam

dari bab ini (peel.)
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Soalan itu, akan tetapi, mau tak mau, terlebih

dahulu terpaksa aku harus singkirkan si-djahanam

Tjin Mo itu. Sungguh amat men-djengkelkan !"

Saking djengkelnja, dia menarik-narik djenggotnja,

kemudian berkata pula "Apa boleh buat" tapi

sebaiknja sekarang kita bersantap siang terlebih

dahulu, kemudian aku akan buka sidang pengadilan

jang pertama."

Pao Kong meninggalkan kantornja. sedangkan

ke-empat letnan-nja menudju ketempat-kediaman

pengawal jang kosong dimana pengurus-rumah

sudah menjediakan makanan sederhana untuk

mereka" Dalam pada itu, Thio Houw memberi

isjarat ke-pada Thio Liong, lalu kedua teman
sedjawat itu berdiri sebentar didepan rumah

pengawal. Thio Houw berbisik kepada temannja

.,Kuchawatir kali ini madjikan kita menganggap

terlalu remeh persoalan-persoalan jang kita hadapi.

Kita berdua, sebagai anggota tentara jang sudah

berpengalaman harus mengetahui bahwa djika-lau

keras-lawan-keras, sedikitpun kita tak mempunjai

kesempatan n untuk melawan Tjin Mo. Si
pendjahat itu mempunjai lebih dari seratus orang

jang terlatih baik, dan dipersendjatai Iengkap,

sedangkan di fhak kita jang pandai silat hanja Pao

Tay-djin dan kita berdua. Pos tentara KeradjaanPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

65

jang paling dekat letaknja tiga hari perdjalanan

berkuda dari sini. Tidak baikkah djikalau kita

memperingati madjikan kita agar djangan

mengambil tindakan-tindakan jang sembrono ?"

Thio Liong memutar-mutarkan kumisnja jang

pendek, rupanja dia memerlukan waktu untuk

memikirkan bagaimana mendjawab pertanjaan

temannja setjara paling tepat. "Madjikan kita",

achir-nja dia berkata. "djuga tahu apa jang kita

tahu. Bukan kali ini sadja dia menghadapi masalah
masalah jang sulit. Kukira, dia sudah mempunjai

suatu atau lain siasat untuk mengatasi keadaan."

Djawab Thio Houw "Siasat apapun tak berguna,

djikalau musuh berlipat-lipat kali lebih kuat dan

djumlahnja berpuluh kali i lebih besar dari pada

kita. Kita hanja terdiri atas 5 orang sadja, apa jang

kita bisa berbuat terhadap lebih dari seratus

badjingan-hadjingan jang buas dan ganas, dan pula

dipersendjatai lengkap ? Aku tak memikirkan apa

jang mungkin terdjadi dengan kita sendiri, akan

tetapi jang kuchawatirkan jalah nasib dari istri dan

anak-anak Pao Tay-djin jang masih ketjil-ketjil. Tjin

Mo pasti tak akan mengasihani mereka. Kukira

baik sekali djikalau kita mengusulkan kepada Pao

Tay-djin untuk terlebih dahulu pura-pura menjerah,

kemudian baru merentjanakan suatu atau lain

siasatl untuk menghantjurkan kekuatan mereka.

Dalam satu-dua minggu bala bantuan sudah bisa

tiba disini."PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

66

Thio Liong menggelengkan kepalanja. "Nasihat

jang tak diminta, tak akan dihargai", kata dia,

"Djikalau Pao Taydjin memerlukan nasehat orang
sebawahannja, dia sendiri akan meminta-nja.

Selama itu sebaiknja kita menunggu dan

mengamat-amati perkembangan selandjutnja."

Lalu mereka masuk kekamar pengawal dan

bersantap dengan nafsunja. Kemudian Tao Gan

berkata "Aku sudah bekerdja pada Pao Tay-djin

lebih dari enam tahun, dan kukira aku kenal dan

mengerti dia tjukup balk. Akan tetapi kini aku

sungguh inendjadi bingung, mengapa Pao Tay-djin

mau menghebohkan perkara sebuah testamen dari

delapan tahun jang lampau dan perihal

kemungkinan seorang djenderal akan dibunuh,

jang mana sama-sekali belum tentu akan terdjadi,

pada saat kita menghadapi masaalah jang demikian

sulit dan dahsjatnja seperti hal mema-tahkan

kekuasaan Tjin Mo. Kamu jang sudah kenal Pao

Tay-djin djauh lebih lama dari aku sendiri,

bagaimanakah pendapatmu ?"

Sersan Hong Tjiang, jang baru sadja

menghabiskan semangkuk sajur mendjawab

dengan tersenjum "Aku kenal Pao Tay-djin sedjak

dia masih botjah, dan aku mengabdi kepadanja

sedari dia mendjadi pembesar-negeri. Mengenai

tabiat dan tjara-kerdjanja, aku hanja menarik satu

peladjaran : sebaliknja djangan mentjoba untuk

mengetahui apa jang dia sedang berbuat atauPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

67

memikirkan, oleh karena akan pertjuma sadja."

Semua hadirin tertawa, berbangkit dari medja

makan, lalu kembali kekantor hakim.

Selagi Sersan Hong rnenolong Pao Kong

memakai pakaian kebesarannja, pembesar ini

berkata : "Karena sementara ini aku tak mempunjai

petugas-petugas pengadilan jang chusus, maka

untuk hari ini kamu orang jang harus menggantikan

tugas mereka." Sambil berbitjara, ia mengambil

tempat dikursi hakim. la perintah Hong Tjiang dan

Tao Gan berdiri disampingnja selaku panitera,

sedangkan Thio Liong dan Thio Houw diwadjibkan

djalankan tugas sebagai polisi-pengadilan. Ke
empat pembantu Pao Kong saling memandang

dengan rasa heran dan didalam hati mereka

bertanja mengapa madjikannja memakai segala

tata tjara pengadilan, sedangkan ruang pengadilan

kosong-melompong, se-ekor tikus pun tak tampak.

Tak beda seperti mereka main sandiwara !

Sementara itu Pao Kong mengetuk palu diatas

medja dan ber-seru dengan suara jang sungguh
sungguh "Aku, pembesar tertinggi dan hakim dari

kota Lam Hong, atas nama Baginda Kaisar

membuka sidang pertama dari pengadilan ini ! Tao

Gan, bawa- fah persakitan-persakitan

kehadapanku !" Segera ke enam persakitan dan

siwanita dihadapkannja. Mereka di-ikat bersama

dengan suatu rantai besi jang pandjang. SambilPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

68

berlutut dihadapan medja hakim, tampaknja

mereka agak tertjengang, melihat Hakim

berpakaian kebesaran dibelakang sebuah medja

jang sudah rejot didalam ruang pengadilan jang

kosong.

Dengan tenang, Pao Tay-djin memerintah Tao

Gan untuk men-tjatat nama dan pekerdjaan

persakitan, kemudian dia berkata :"Kamu semua

telah melakukan kedjahatan, chususnja melakukan

pembegalan dengan maksud membunuh di djalan

raja. Menurut undang-undang jang berlaku, harta
bendamu harus disita, kepala-mu dipanggel dan

ditontonkan dipintu-kota tiga hari lamanja. Namun

mengingat bahwa diantara orang-orang kami tak

ada jang mati ataupun luka-parah sebagai akibat

pembegalan ini, Pula mengingat ada sebab-sebab

jang chusus jang telah mendorong kamu kedjurang

kedjahatan ini, maka aku, pembesar tertinggi dan

hakim dari kota Lam Hong ini, memutuskan untuk

mengutamakan belas-kasihan dari pada keadilan.

Aku akan membebaskan kamu semua dari

hukuman dengan satu sjarat jakni kamu semua

akan ku-pekerdjakan untuk waktu jang tak dibatasi

sebagai anggota polisi-pengadilan dibawah

pimpinan Ong Liang, pemimpinmu sendiri.

Demikian kamu mendapat kesernpatan untuk

menebus dosamu dengan mengabdi kepada negara

dan rakjat dengan setia, hingga aku membebaskan

kamu dari pada tugasmu."PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

69

Orang-orang persakitan itu tampak seperti bisu

dan memandang satu pada lain dengan rnelongo'2,

saking heran akan keputusan Hakim jang tak

disangka-sangka itu. Kemudian Ong Liang si bekas

kepala penjamun itu berkata "Tay-djin jang mulia,

kami, orang-orang jang berdosa mengutjap beribu

sjukur atas kemurahan hati jang ditundjukkan

kepada kami. Tapi, sajang sekali, keputusan Tay
djin jang bidjaksana itu tak akan menghindarkan

kami dari kematian. Kiranja Tay-djin belum

mengetahui betapa besar kekuasaan Tjin Mo dikota

ini dan berapa besar dendam-hatinja terhadap

kami, dan " Pao Kong, dengan mata rnendelik,

mengetuk palu diatas medja sekeras-kerasnja, lalu

membentak dengan suara jang njaring "Angkat

kepalamu dan pandanglah aku, hakim dan

pembesarmu jang tertinggi ! Lihatkah engkau

lentjana dan lambang-larnbang kebesaran jang

tampak pada diriku? Ketahuilah, bahwa tepat pada

hari ini, pada djam ini djuga, diseluruh negeri

Tiongkok, ber-ratus-ratus petugas negara, jang

memakai lentjana dan lambang sebagai aku,

sedang mendjalankan keadilan atas nama Baginda

Kaisar dari keradjaan Tay Song Tiauw jang maha

besar ! Sedjak zaman purbakala, lentjana-lentjana

inilah jang merupakan lambang ketertiban

masjarakat seperti jang telah ditetapkan oleh

kakek-mojangmu jang bidjaksana, diperkekal oleh

Firman Langit dan oleh keinginan bebas dari rakjatPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

70

kita jang berdjuta-djuta. Tidakkah kamu pernah

melihat sebatang tongkat jang ditanam orang

ditengah arus sungai jang mengalir dengan

derasnja ? Mungkin tongkat demikian bisa berdiri

tegak beberapa lama, akan tetapi achirnja ia akan
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibawa hanjut oleh arus jang maha dahsjat.

Demikian kadang-kadang ada seorang djahat

tampil kemuka dan tampaknja sementara herhasil

untuk merobah tjorak masjarakat kita. akan tetapi,

belum djelaskah bagimu, bahwa usaha demikian

tak bisa tidak, achirnja mesti menemukan

kegagalan karena disapu bersih oleh gelombang

kemurkaan dari masjarakat kita jang sutji ? Maka,

djangan kau tak pertjaja pada lentjana-lentjana ini

dan terutama djangan hilang kepertjajaan pada diri

sendiri. Dan sekarang, berdirilah kamu sekalian,

dan bebaskanlah dirimu dari pada ikatan rantai
besi itu !"

Orang-orang persakitan tak dapat menangkap

arti jang dalam dari kata-kata Hakim itu, akan

tetapi mereka amat terpengaruh oleh

kedjudjurannja dan oleh kepertjajaannja atas diri

sendiri jang terlampau besar. Sebaliknja keempat

pembantu Pao Kong telah menjelami benar kata
kata madjikannja sedalam-dalamnja, dan mereka

mengerti bahwa kata-kata itu tak hanja ditudjukan

kepada orang-orang persakitan akan tetapi djuga

kepada mereka sendiri !PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

71

Thio Liong dan Thio Houw menundukkan

kepalanja dan segera membuka rantai jang

mengikat persakitanpersakitannja. Kemudian Pao

Kong berkata pula kepada bekas penjamun
penjamun itu : "Selandjutnja tiap-tiap orang harus

melaporkan kepada Sersan Hong dan Tao Gan

tentang penderitaan mereka masing-masing

sebagai akibat perbuatan Tjin Mo jang lalim. Tiap
tiap perkara akan diperiksa dipengadilan pada

waktu jang tepat, akan tetapi kini masih banjak

urusan-urusan lain jang lebih mendesak. Maka

sebaiknja, kamu berenam-orang, segera

melakukan tugasmu, membersihkan sendjata dan

memperbaiki pakaian-pakaian dinas. Thio Liong

dan Thio Houw akan mengadjar kamu baris dan

lain-lain latihan sebagai anggota tentara. Dan Ong

Liang, puterimu segera harus melaporkan diri

kepada pengurus-rumahku dan sementara ini

bekerdja sebagai pelajan. Dengan ini, sidang

pertama dari pengadilan ditutup !" Hakim

berbangkit dari kursi-kebesaran dan masuk

kembali kekantor pribadi. Segera ia menukar

pakaian kebesaran dengan pakaian sehari-hari.

Selagi ia memeriksa dokumen-dokumen, Ong

Liang masuk kedalam dan setelah memberi hormat,

berkata dengan chidmat "Diseberang lembah,

dimana telah terdjadi pembegalan, terdapat sebuah

perkampungan buatan sendiri, tempat kediaman

kira-kira tiga puluh penjamun seperti aku, semuaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

72

orang-orang pelarian dari kota dan korban dari

kedjahatan Tjin Mo. Aku kenal mereka semua. lima

atau enam diantaranja memang sedari da-hulu

menuntut penghidupan jang tidak senonoh, akan

tetapi jang lainnja adalah orang-orang baik, dan

djudjur. Andaikan Tay-djin menjetudjui, pada suatu

hari aku akan mengundjungi mereka dan memilih

diantaranja jang terbaik untuk memperkuat

pasukan polisi pengadilan." "Saran jang baik

sekali", djawab Hakim,

.Ambillah se-ekor kuda dan pergilah kesana

sekarang djuga. Pilihlah diantara mereka jang

engkau anggap paling tjotjok. Akan tetapi agar

djangan menarik perhatian, biarlah mereka masuk

kedalam kota dalam rombongan terdiri alas dua
tiga orang sadja dan masing-masing rombongan

mengambil djalan jang berlainan." Kopral Ong

menerima perintah dan mendjalankan tugasnja

demikian tjepatnja, sehingga pada waktu lohor ia

sudah kembali. Kemudian halaman kantor

pengadilan seakan-akan berobah mendjadi tangsi

tentara. Sepuluh orang jang, bertopi badja dan ber
badju hitam dengan ikat-pinggang merah (pakaian

seragam dari pasukan polisi pengadilan) sedang

asjik beladjar baris dibawah pimpinan Ong Liang.

Sepuluh orang lainnja sedang dilatih Thio

Houw tjara bagaimana menggunakan tombak,

dan sepuluh orang lagi beladjar berkelahi denganPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

73

pedang dibawah pimpinan Thio Liong. Semua

mereka memakai badju jang berlapis badja,

sedangkan topi badja mereka berkilau-kilau

dibawah sinar matahari jang mulai silam.

Pada malam itu, Pao Kong memerintahkan agar

mereka semua berkumpul di ruang pengadilan.

Dibawah tjahaja sebatang lilin ia memberi

instruksi-instruksi, kemudian memberi pesanan

jang sungguh-sungguh, agar segala-sesuatu

dirahasiakan sebaik-baiknja. Lalu lilin ia padamkan

dan ia pergi kekamar-tidurnja. Tao Gan

meninggalkan ruang-pengadilan dan dengan hanja

di-terangi oleh sebuah lentera ketjil, ia menudju

kependjara. la membuka pintu dari salah-sebuah

kamar dimana si-pendjaga bui ditahan. Rantai besi

jang mengikat orang tahanan itu pada dinding,

dibukanja, lalu dia berkata dengan galaknja "Pao

Tay- djin telah memutuskan untuk rnemetjat

engkau dari djabatanmu "' dan mengusir engkau

dari kantor pengadilan. Dalam hari-hari jang

mendatang Kekuasaan Pemerintah jang sakit akan

dipulihkan kembali dan pendjahat jang pertama

jang akan diseret dihadapan pengadilan adalah Tjin

Mo, si badjingan besar jang menganggap dirinja

paling berkuasa dikota ini !"

Si-sipir bui jang dipetjat itu tak mengatakan

suatu apa, melainkan tarik muka asam. Tao Gan

mengantarkannja sampai didepan pintu, laluPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

74

mendorongnja keluar. "Pergilah engkau !" ia mem
bentak, .,Djangan berani menondjolkan lagi

tjetjongoranmu jang djelek ditempat ini !" Sipir bui

jang dipetjat itu memandang Tao Gan dengan sorot

mata jang penuh kebentjian. Kata dia "Aku akan

kembali di-sini lebih tjepat dari kau kira, andjing !"

Kemudian dia menghilang didjalan jang gelap
gulita.

BAB V.

DUA PULUH PENDJAHAT MELAKUKAN

PENJERANGAN DITENGAH-MALAM ? PAO KONG

MENGADAKAN EKSEKUSI JANG BERBAHAJA.

Tak lama setelah lewat tengah malam, suara
suara keras mengganggu kesunjian dikantor

pengadilan. Suarasuara serak berteriak-teriak

memberi perintah, suara sendjata berkerintjingan.

Sebuah balok besar dipakai untuk menggempur

pintu-depan, suara tumbukanja bergema dalam

suasana malam jang sunji-senjap. Dari sebelah

dalam kantor pengadilan tak terdengar apapun

djuga. Achirnja daun pintu depan dapat ditobloskan

djuga, papan pintu jang tebal berantakan ditanah.

Dua puluh badjingan, sambil mengajun2kan

pentung dan melambai2kan tumbak dan pedang

terhunus menerobos kedalam. Seorang jang tinggi
besar, dengan sebuah obor jang menjala-njala

ditangannja. membuka djalan. .,Mana itu pembesarPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

75

andjing? Mana itu hakim jang terkutuk ?" demikian

mereka berteriak-teriak. Namun mereka tak berani

madju terus, oleh karena seluruh halaman

pengadilan berada dalam keadaan gelapgelita.

"tiba-tiba ke-enam pintu dari ruang tetamu terbuka

dengan serentak. Halaman kantor pengadilan

mendjadi terang benderang seperti siang hari,

dibawah tjahaja ber-puluh-puluh obor, lilin dan

lentera jang diatur dalam dua baris didalam

ruangan. Kam penjerbu jang mendjadi silau,

melihat pradjurit-pradjurit jang berbaris dikiri
kanan, dipersendjatai lengkap dengan tumbak dan

pedang, sedangkan topi dan badjunja jang berlapis

badja berkilau-kilatian dibawah sonar api lentera.

Dibawah tangga kantor, pasukan polisi berbaris

dengan teratur dan dengan pedang terhunus

ditangannja. Ditangga jang paling atas berdiri

seorang jang tampaknja angker sekali. Dia

memakai badju kebesaran terbikin dari brokat atas

jang berkilau-kilau, dan kupiah hakim jang

bersajap menghiasi bagian kepalanja. Dikiri-kanan

dia didampingi dua orang jang bertubuh besar,

berpakaian seragam dari kapten pasukan berkuda.

Bagian dada dan lengannja dilindungi oleh pelat

badja sedangkan sebuah djambul berwarna jang

indah meng-hiasi topi mereka.

Salah-seorang memegang sebuah busur jang

besar, siap-sedia untuk melepaskan anak-PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

76

panahnja. Hakim Pao, demikian orang itu, berteriak

dengan suara seperti gemuruh "Pembesar tertinggi

dari kota Lam Hong ada disini ! Serahkan

sendjatamu !" Si badjingan jang berbadan besar


Pendekar Pulau Neraka 01 Geger Rimba Membunuh Itu Gampang Murder Is Easy Pendekar Hina Kelana 15 Badai Selat

Cari Blog Ini