Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala Bagian 3
itu. Halnja jalah bahwa sekarang putra-nja, jang
litjik dan penuh akal-busuk itu, telah mengotjeh
dimana-mana bahwa aku, putra dan Komandan Bu,
terkenal sebagai musuh Djenderal Teng jang paling
besar, mempunjai niatan untuk membunuh dia.
Teng Muda telah mengintai tempat ini dan
sekelilingnja lebih dari sebulan, mentjoba untuk
memantjing keterangan tentang diriku dan sekalian
menjebarkan pelbagai tjeritera jang bukan-bukan
untuk mentjemarkan nama baikku. Sudah harang
tentu Teng he sekarang telah menuduh aku se
bagai pembunuh ajahnja. Seorang pembesar jang
biasa hanja akan memerintahkan polisi untuk
segera menangkap aku. Akan tetapi Tay-djin
adalah seorang jang terlampau bidjaksana maka
terlebih dahulu ingin mengarnat-amati aku
dirumahku sendiri dan melihat orang matjam apa
aku ini sebenarnja." Sersan Hong jang berpendapat
bahwa si-pemuda ita sangat tak memakaiPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
151
peradatan terhadap Hakim, tak dapat menahan
amarah.
Dia bangun melompat dari tempat duduknja dan
berteriak : "Tay-djin, sikap kurang-adjar dari
kepala andjing ini tak dapat kita membiarkan
sadja!" Hakim mengangkat tangannja dan berkata
sambil tersenjum simpul "Tuan Bu dan aku saling
mengerti baik sekali, Ser-san ! Aku anggap sangat
menjegarkan untuk mendjumpai seorang pemuda
jang tjerdik seperti dia!" Setelah Sersan Hong
duduk kembali, Pao Kong melandjutkan : "Engkau
benar, sahabatku ! Dan sekarang akupun mau
berterus-terang seperti kamu sendiri : mengapa
engkau, putra dari se-orang anggota dari Dewan
Militer jang terkenal, berdiam seorang diri disuatu
tempat jang terpentjil seperti kota Lam Hong ini ?"
Bu Heng memandang Iukisan-lukisannja jang
digantungkan di-dinding. "Lima tahun jang
lampau". dia berkata. "aku lulus dalam udjian Siu
tjai. Walaupun aku amat mengetjewakan harapan
ajahku, aku telah mengachiri peladjaranku untuk
menempuh udjian jang lebih tinggi dan
mentjurahkan segenap perhatianku dibidang seni
lukis. Aku beladjar melukis ,dibawah pimpinan dua
orang ahli seni-lukis jang termashur akan tetapi
achirnja aku tak merasa puas dengan gaja mereka.
Dua tahun jang lampau aku mendjumpai seorang
rahib dari Khotan, sebuah negara taklukan jangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
152
letaknja djauh disebelah barat. Orang itu
menundjukkan aku tjaranja melukis jang sangat
hidup dan dengan memakai warna-warna jang
manggairah-kan. Aku menginsjafi bahwa seniman
seniman kita harus mem-peladjari tjara melukis itu
agar supaja dapat mernperbaharui ke-senian kita
sendiri. Kupikir aku ingin mendjadi pelopor dari gala
lukis jang baru ini, maka aku mengambil keputusan
untuk me-ngundjungi sendiri negara Khotan itu".
"Setjara pribadi", kata Hakim, "aku berpendapat
bahwa kesenian bangsa kita amat memuaskan,
maka ku tak dapat me-lihat apakah jang bangsa
asing jang liar dapat mengadjarkan kepada kita.
Tapi, aku tak dapat mengatakan aku adalah se
orang ahli-kesenian. Teruskan penuturanmu!"
"Demikianlah dengan segala daja-upaja aku
herhasil memperoleh sekadar ongkos djalan dari
ajahku". Bu Heng melandjutkan penguraiannja.
"Dia membiarkan aku berangkat dengan harap-an
aku tak akan betah untuk berdiam terlalu lama
diluar negeri, dan pada suatu hari aku akan pulang
kembali ketanah-air bersedia untuk mendjadi
pegawai negeri jang baik.
Hingga dua tahun jang lampau aku mengira
djalan raja kene?gara-negara barat melalui Kota
Lam Hong ini, demikian aku datang disini.
Kemudian aku menjatakan bahwa lalu-lintas utama
kearah barat sudah berpindah melalui kota-kotaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
153
diderah-daerah sebelah utara. Kini daerah-daerah
disebelah barat dari kota ini hanja didiami oleh
kelompok-kelompok suku Uigur jang berkelana,
waktu suku bangsa jang taraf kebudajaannja
rendah sekali." "Djikalau demikian halnja", Hakim
bertanja, "mengapa engkau tak segera
meninggalkan distrik ini dan melandjutkan
perdjalanan?mu melalui djalan raja disebelah utara
?"
Pemuda itu bersenjum. "Walaupun tak mudah,
aku akan mentjoba untuk mendjelas?kannja
kepada Tay-djin. Aku sebenarnja ada seorang
pemalas dan aku suka sekali menuruti perasaan
hati. Entah apa sebabnja, aku senang sekali dengan
kota ini, dan kupikir tak ada djahatnja ku: tinggal
disini untuk sementara dan berlatih. Lebih lagi, aku
betah tinggal dikamarku ini. Aku gemar minum
arak, dan dibawah ada warung arak jang paling
baik di seluruh kota. Itulah sebab?nja maka aku
masih berdiam disini."
Pao Kong tak memberi suatu komentar atas
pernjataan ini. Dia bertanja .,Kini kusampai pada
soal kedua. Dimana eng?kau berada tadi malam,
bilang sadja antara djam-malam kesatu dan ketiga
?"
"Disini !" si-pemuda mendjawah dengan lantas.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
154
"Engkau mempunjai saksi-saksi jang dapat
menetapkannja ?" "Tidak. Kebetulan aku tak tahu
bahwa djenderal tua akan dibunuh pada malam
itu!"
Pao Kong menghampiri tangga dan memanggil
pemilik-toko. Setelah mukanja jang bundar tampak
dibawah tangga. Hakim berteriak : "Hanja untuk
membereskan suatu selisih-faham di antara teman.
Apakah kebetulan engkau tahu, apa Tuan Bu pergi
keluar semalam ?"
Si pemilik toko garuk-garuk kepalanja,
mendjawab dengan me?ringis "Menjesal aku tak
dapat mengatakannja. Tadi malam aku sibuk benar
untuk melajani langganan-langgananku jang keluar
?masuk. sehingga sesungguh aku tak dapat
mengatakan apakah Tuan Bu pergi keluar atau
tidak !"
Hakim mengangguk, lalu berkata kepada Bu
Heng "Teng le melaporkan bahwa engkau telah
menjewa mata-mata untuk me?ngintai rumahnja
!"
Bu Heng tertawa "Itulah dusta amat menggelikan
hati ! Aku tak punja perhatian sedikitpun terhadap
djenderal tua jang palsu itu. Aku tak sudi
membuang uang sekeping pun untuk mengetahui
apa jang dia berbuat atau tidak berbuat !" "Apa
tuduhan ajahmu sebenarnja terhadap DjenderalPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
155
Teng ?" Hakim menanja. Wadjah si-pemuda itu
berobah mendjadi sungguh-sungguh. "Badjingan
tua itu," dia berkata dengan pahit-getir, "telah
mengorbankan satu bataljon dari Tentara
Keradjaan, tak kurang dari delapan ratus orang
sama-sekali, hanja untuk melepaskan dirinja
sendiri dari suatu keadaan jang sukar. Dia
membiarkan tiap-tiap orang dari pasukan dibawah
kekuasaannja, ditjingtjang pihak liar ! Djenderal
Teng sudah lama dipanggal batang-lehernja,
djikalau pada masa itu tak kebetulan terdapat rasa
ketidak-puasan jang besar dikalangan tentara. Oleh
karena itu maka Pemerintah tak menghendaki
perbuatan Djenderal Teng jang djahat itu di
ketahui oleh chalajak ramai. Dia hanja
diperintahkan untuk me-ngadjukan permohonan
berhenti."
Pao Kong tak mengatakan suatu apa. Dia
berdjalan sepandjang dinding dan mengamat
amati karja pelukis muda ha. Semua adalah lukisan
dari dewa-dewa dan orang-orang sutji dari kaum
Buddis. Dewi Kwan Im dilukis-kannja bagus sekali,
terkadang digarnbarkannja seorang diri, ter
kadang bersama dengan para dewa-dewa lainnja.
Hakim berpaling kepada Bu Heng dan berkata :
"Djikalau aku dapat mengachiri pertjakapan jang
djudjur dengan suatu pernjataan jang djudjur pula,
sesungguhnja aku tak herpendapat bahwa apa jang
engkau katakan baru baru itu ada suatu perbaikan.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
156
Mungkin aku memerlukan waktu jang lebih lama
agar dapat menilaikan-nja lebih djudjur. Kiranja
engkau dapat memberikan padaku se-buah lukisan
agar supaja aku dapat mempeladjarinja lebih baik
diwaktu senggang ?"
Bu Heng memandang Hakim dengan perasaan
ragu-ragu. Kemudian dia mengambil sebuah
lukisan jang besarnja sedang dari dinding, sebuah
gambar Kwan Im, diiring oleh empat dewi pem
bantunja. Dia membeberkan gambar itu diatas
medja, membubuhinja dengan tjap, kemudian
digulungnja dan dipersembahkannja kepada
Hakim.
"Aku akan ditangkap?" dia bertanja. "Rupanja
djiwa tertekan oleh suatu perasaan dosa, Hakim
rnenjindir, "tidak, engkau tidak kutangkap. Akan
tetapi hen-daknja engkau djangan meninggalkan
rumah ini hingga keputus-anku selandjutnja.
Selamat siang dan terima kasih atas pemberian
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lukisan itu !"
Pao Kong memberi tanda kepada Sersan Hong.
Mereka turun dari tangga. Bu Heng
membungkukkan badan untuk memberi selamat
djalan akan tetapi dia tak menghiraukan untuk
mengantar tetamunja sampai didepan pintu.
Sedangkan mereka berdjalan pulang, Sersan Hong
rnenjeletuk dengan marah-marah : "Si orang hutan
jang kurang adjar itu akan berbitjara lain djikalauPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
157
dia disiksa didepan medja pengadilan !" Hakim
tersenjum : "Bu Heng adalah seorang pemuda jang
amat tjerdik", dia berkata, "Akan tetapi dia sudah
berbuat kekeliruan besar jang pertama !" !
Tao Gan dan Thio Houw sedang menunggu
dikantor Hakim. Mereka telah menggunakan waktu
ditengah hari untuk mengumpulkan bukti-bukti
berhubung beberapa perkara pemerasan. Tao Gan
menjatakan hahwa pengakuan Lauw Hong
dipengadilan bahwa segala urusan diatur sendiri
oleh Tjin Mo, adalah benar : kedua penasihatnja tak
mempunjai suara sedikit djuapun, mereka hanja
menganggukkan sadja apa jang dikatakan
madjikannja.
Pao Kong mengirup teh jang disuguhi Sersan
Hong. Kemudian dia membuka gulungan lukisan
jang diterimakan dari Bu Heng dan berkata "Mari
sekarang kita mulai perbintjangan kita tentang
kesenian. Tao Gan. hendaknja engkau gantungkan
lukisan Bu Heng ini disamping gambar dari
Gubernur Yo !" Pao Kong duduk dengan enak
dikursinja dan memandang untuk beberapa waktu
kedua pigura itu. "Kedua lukisan ini", achirnja dia
berkata, "mengandung kuntji dari pada surat
wasiat Gubernur dan dari pembunuhan atas diri
Djendral Teng !"
Sersan Hong, Tao Gan dan Thio Houw
membalikkan bangkunja demikian rupa sehinggaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
158
mereka menghadapi lukisan-lukisan itu. Pada saat
itu Thio Liong masuk. Tampaknja dia agak heran,
melihat Hakim dan teman-teman sedjawatnja
berkumpul setjara luar biasa. "Silahkan duduk, Thio
Liong, Hakim memerintahkan, o hendaknja engkau
pun rnenjertai permusjawarahan dari ahli-ahli seni
ini !" Tao Gan bangun dan berdiri didepan gambar
Gubernur Yo, sambil kedua tangannja dikatupkan
dibelakang punggung. Sedje-nak kemudian dia
berpaling kepada hadirin dan berkata mengge
lengkan kepada "Semula aka mengira bahwa
mungkin ada huruf-huruf jang ketjil sekali
tersembunji diantara dedaunan atau di-pinggir
baru-baru karang. Akan tetapi aku tak dapat
ketemukan huruf-huruf apapun djuga !"
Pao Kong tampak sedang berpikir, sambil
mengusap-usap tjambangnja. Kemudian dia
berkata "Semalam aku duduk terpekur meneliti
gambar pegunungan ini hingga beberapa djam
lamanja, dan tadi, pagi-pagi hari aku mengamat
amatinja pula seintji-demi-se-intji. Aku mesti
mengakui, gambar itu amat membingungkan." Tao
Gan bertanja : "Tay-djin, apakah tak mungkin
sehelai kertas disembunjikan dibelakang gambar
itu. misalnja didalam kertas lapisannja ?" "Akupun
telah memikirkan tentang kemuingkinan itu",
djawab Hakim, "Maka aku periksa gambar itu
didepan tjahaja jang terang benar. Apabila terdapat
sehelai kertas diantara lapisannja, pasti aku akanPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
159
dapat melihat bajangannja". "Ketika aku berdiam di
Kang Tang" kata Tao Gan. "aku pernah beladjar
untuk menempel pigura-pigura. Bolehkah aku
mem-beset kertas lapisannja dan memeriksa
dibelakang bingkainja ? Sekalian aku dapat
menjelidiki apakah les pigura dibagian atas dan
bawah padat atau kosong. Bukan mustahil
Gubernur menjem-bunjikan segulung kertas
didalamnja." "Djikalau kemudian engkau dapat
memulihkan kembali pigura itu dalam bentuknja
jang semula, tjobalah sedapatnja", djawab Hakim.
"Sekalipun aku mengakui, tjara demikian untuk
menjem-bunjikan sesuatu adalah suatu tjara jang
agak kasar dan tak sesuai dengan otak Gubernur
Yo jang tjemerlang. Akan tetapi kita tak boleh
melalaikan suatu kemungkinan, betapa ketjilpun,
jang dapat membantu kita untuk memetjahkan
teka-teki ini. Gambar Kwam Im dari sahabat kita Bu
Heng ada lain soal lagi. Lukisan itu mengandung
kuntji jang djelas." Sersan Hong menanja dengan
heran "Bagaimana mungkin. Tay-djin ? Bu Heng
sendiri jang telah memilih gambar itu !" Pao Kong
tersenjum simpul. "Itu oleh karena Bu Heng tak
menginsjafi bahwa dia telah membuka rahasia
sendiri" djawab-nja.
"Bu Heng mungkin memandang rendah akan
pengertian ku tentang seni, akan tetapi aku telah
melihat sesuatu pada lukisannja. jang dia sendiriPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
160
tak melihatnja." Pao Kong menghirup seteguk the .
kemudian suruh memanggil Kopral Ong. Setelah
kopral Ong berdiri dihadapannja, dia berkata
dengan ramah "Putrimu Hek Lan baik sekali, istriku
melaporkan bahwa dia adalah pelajan jang radjin
dan tjerdas." Kopral Ong membungkukkan
badannja untuk menjatakan terima kasih.
"Sebenarnja aku amat segan" Hakim melandjutkan,
"untuk me-ngambil dia dari tempat-kerdjanja jang
sekarang, jang aman dan sentosa, lebih lebih lagi
oleh karena hingga kini kita belu men-dapat chabar
apapun tentang kakaknja, Pek Lan. Sebaliknja,
djustru Hek Lan adalah orang jang paling tepat
untuk mengum-pulkan pelbagai keterangan jang
kubutuhkan dari rumah-tangga keluarga Teng.
Mendjelang penguburan Djenderal Teng, pasti
mereka memerlukan pelajan tambahan. Djikalau
putrimu bisa dapat pekerdjaan disana sebagai
pembantu sementara, dia bisa mendapat banjak
sekali keterangan-keterangan tentang keluarga itu
dari pelajan-pelajan lainnja. Namun aku tak akan
mengam-bil suatu keputusan. sebelum mendapat
persetudjuanmu sebagai ajahnja;
"Tay-djin-. djawab Kopral Ong dengan chidmat,
kami sekeluarga mcnganggap diri kami sebagai
budak-budakmu. Malahan putriku jang bungsu itu
adalah seorang jang tjerdas clan sudah biasa berdiri
sendiri. Dia pasti senang sekali untuk
mendjalankan tu-gas demikian." Selama itu ThioPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
161
Liong jang sudah sekian lama menaruh hati" pada
gadis djelita ini, duduk dengan gelisah di kursinja.
tiba-tiba dia menjeletuk "Tay-djin, apakah
pekerdjaan demikian tak lebih tepat bagi Tao Gan '
Hakim memandang Thio Liong dengan tadjam.
lalu dia berkata : .,Tak ada sumber keterangan
tentang 'suatu rumah-tangga jang lebih baik dari
pada desas-desus dikalangan pelajan-pelajan.
Kopral Ong, beritahukan kepada putrimu untuk
pergi ke gedung keluarga Teng dengan segera!
Mengenai sahabat kita Bu Heng, kuingin dua orang
untuk mendjaganja. Engkau. Thio Liong,
hendaknja bertindak selaku pendjaga jang resmi.
Gerak-geriknui harus sedemikian rupa. sehingga Bu
Heng tahu bahwa engkau adalah seorang pegawai
penga-tdilan jang mendapat perintah untuk
mengintai dia. Sementara itu, berikanlah dia segala
kesempatan djikalau dia mau meninggalkan
rumahnja tanpa diketahui orang. Gunakanlah
segala kepandaian dan pengalamanmu untuk
melakukan tugas ini sebaik-baik-inja, sehingga Bu
Heng tidak tjuriga. Ingatlah, dia adalah seorang
pemuda jang luar biasa tjerdiknja ! Pengintaian
jang sesungguhnja harus dilakukan oleh 'Tao Gan.
Dia harus menjembunjikan diri baik-baik. Begitu Bu
Heng mengelakkan Thio Liong, Tao Gan harus
membuntutinja setjara rahasia dan harus mentjari
tahu kemana dia pergi dan apa dia berbuat.
Djikalau dia mentjoba untuk berlari keluar kota,PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
162
engkau boleh bertindak terang-terangan sebagai
pegawai pengadilan dan menangkap dia."
Tao Gan tampak girang sekali. Dia berkata :
"Thio Liong dan aku dahulu sudah pernah
melakukan tugas jang sama. Tay-djin ! Sekarang
terlebih dahulu aku membawa pulang pigura
Gubernur itu dan membasahinja demikian rupa,
sehingga malam ini djuga lapisannja akan terlepas.
Kemudian aku akan berangkat bersama Thio Liong
untuk mendjalankan perintah Tay-djin."
Setelah Tao Gan dan Thio Liong berangkat pergi,
Hakim berunding dengan Thio Houw tentang
urusan-urusan jang bertalian dengan gedung Tjin
Mo. Dia memutuskan bahwa istri-istri dan gundik
gunclik Tjin Mo holeh pulang kekampung-halaman
masing-masing. Semua pela-jan-pelajan
dibebaskan dari pada tugasnja, melainkan
pendjaga rumah sementara ditahan untuk diperiksa
lebih landjut. Thio Houw melaporkan bahwa dia
merasa sangat puas mengenai disiplin pradjurit
pradjurit. Tiap hari pagi dan sore mereka mendapat
latihan militer jang berat sekali. 'Dia menambahkan
bahwa pradjurit-pradjurit takut setengah mati pada
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kopral Lim. Setelah Thio Houw dan Kopral Ong
meninggalkan kantor pengadilan, Pao Kong duduk
seorang diri dikursinja. Dia merenung-kan bahwa
setelah bekerdja sama bertahun-tahun sedikit
sekali dia tahu tentang Thio Houw. Dia pernahPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
163
bersama Thio Liong mendjadi anggota dari "Rimba
Hidjau akan tetapi tentang peng-hidupannja
sebelumnja, ia tak tahu sama-sekali. Riwajat hidup
Thio Liong, dia sudah mendengar berkali-kali, akan
tetapi Thio Houw selalu tutup mulut mengenai asal
usulnja. Tampaknja ia senang sekali mendjalankan
tugasnja sebagai pradjurit, dan Hakim pikir apakah
tak mungkin bahwa Thio Houw dahulu pernah
mendjadi perwira. Dia berdjandji pada diri sendiri,
bahwa kelak begitu dia mempunjai kesempatan, dia
akan menjelidiki hal ini.
Sementara ini terdapat sekian banjaknja urusan
urusan jang lebih perlu diselesaikan terlebih
dahulu. Sambil menarik napas Pao Kong mulai
mempeladjari dokumen2 mengenai kedjahatan Tjin
Mo jang Tao Gan telah meletakkan dimedja tulisnja.
BAB XI
APA JANG DIALAMI TAO GAN DISEBUAH BIARA
TUA. THIO LIONG DAN BU HENG MEMPERLIHAT
KAN KEPANDAIANNJA SEBAGAI PEMINUM ARAK.
Thio Liong rasa tak perlu untuk menjamar. Dia
hanja tukar topi dinasnja sebagai perwira dengan
sebuah topi runtjing jang biasa dipakai oleh kaum
buruh. Tao Gan memakai kupiah ter-bikin dari kain
hitam jang dapat dilipat. Sebelum berangkat"
mereka berdua mengadakan perundingan terlebih
dahulu. "Bagiku tak sukar-, kata Thio Liong, "untukPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
164
menarik, perhatian Bu Heng dan membuat dia
mengira bahwa aku adalah seorang petugas
pengadilan untuk mendjaga agar dia tak
meninggalkan rumahnja. Akan tetapi bagaimana
reaksi. si badjingan itu, kita tak dapat mengetahui.
Bagaimana misalnja, djikalau dia pergi keluar
setjara tersembunji sehingga aku tak dapat
mengintai dia ?" "Djustru itulah jang kuharapkan",
djawah Tao Gan. "Djikalau dia berani meninggalkan
rumahnja, dengan tjara apapun djuga, aku
memberi djaminan, dia tak akan dapat melepaskan
diri dari pengintaianku !"
Kemudian mereka meninggalkan kantor
pengadilan. Thio Liong berdjalan didepan dan
beberapa puluh meter dibelakang, Tao Gan
mengikutinja. Karena sudah didjelaskan letaknja
oleh Sersan Hong terlebih dahulu, mereka
ketemukan toko arak "Musim Semi nan Abadi"
tanpa suatu kesukaran. Diruangan lain segala
sesuatu sudah diatur rapi sekali untuk menerima
para tetamu di waktu malam. Lantern berwarna
menjorotkan sinarnja pada etiket-etiket jang
ditempelkan pada gutji-gutji arak. Pemilik toko
sedang menakar arak, sedangkan dua orang
gelandangan berdiri bersandar pada medja
pandjang sambil menikmati ikan asin jang sengadja
disediakan untuk para-tetamu.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
165
Diseberang toko tampak sebuah rumah dari
kaum pertengahan. Thio Liong berdiri diserambinja
jang agak tinggi, dengan puanggungnja bersandar
pada pintunja jang ditjat hitam. Diatas Ioteng dari
toko arak itu beberapa batang lilin jang di-njalakan.
Thio Liong melihat suatu bajangan berdjalan
mundar-mandir dibelakang djendela-djendela. jang
ditutupi kertas. Rupa-nja Bu Heng sedang sibuk
bekerdja. Thio Liong bertindak kedepan sedikit clan
mengawasi djalan jang gelap. Tak ada tanda-tanda
bahwa Tao Gan ada disitu. dia menjeberang dan
menjertai dua orang gelandangan itu jang sedang
berminum didepan medja. Dia menaruh seraup
uang tembaga diatas medja dan berteriak "Lekas
bawakan aku se-gutji arak jang paling haik !"
Pemilik toko tjepat-tjceat madju kedepan. Dia
mengisi tjangkir-ojangkir arak hingga penuh dan
menaruh sepiring jang penuh dengan ikan kering
dan asin-asinan dihadapan para tamunja. Lalu dia
menanja "Rupanja Tuan dari luar kota, Tuan asal
dari mana ?" "Aku adalah kusir dari Tuan Ong,
saudagar teh dari Kotaradja. Kami tiba disini pada
petang hari dengan membawa tiga gerobak teh
untuk didjual didaerah tapal-batas. Madjikanku
telah mem-berikanku tiga potong perak dan
mengandjurkan agar aku berpele-siran. Maksudku
untuk mentjari seorang perempuan jang tjantik tapi
rupanja kudatang ditempat jang keliru !"PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
166
"Benar", djawab pemilik toko, "sesungguhnja
engkau djauh se-kali dari tempat tudjuanmu.
Perempuan-perempuan bangsa Uigur berkumpul di
Kampung Utara, kira-kira sedjam djalan-kaki dari
sini, dan perempuan-perempuan bangsa Tionghoa
berdiam dikampang Selatan, diseberang Telaga
Teratai." Kemudian, untuk menjenangkan tamunja,
dia menambahkan .:tapi kukira perempuan
perempuan disini tak begitu baik bagi Tuan-tuan
dari_Kotaradja jang terpeladjar dan sopan-santun
seperti engkau! Pekerdjaan Tuan kiranja amat
menarik hati. Mengapa tak masuk ke dalam dan
rnenjeriterakan sedikit tentang pengalamanmu
dalam perdjalanan ?" Selagi dia berbitjara
demikian, dia mendorng kembali uang tembaga
kepada Thio Liong dan berkata "Minuman jang per
lama adalah atas tanggungan toko !" Thio Liong dan
lebih-lebih lagi kedua peminum lainnja jang
mengharap berminum-minum prodeo, menjambut
tawaran ini dengan gembira. ,Seorang gagah
seperti engkau", kata salah-seorang kepada Thio
Liong, "pasti telah mengalahi banjak penjamun
penjamun dalam perdjalanan !" Kemudian mereka
bersama-sama masuk ke ruangan dalam dan
berduduk disekitar medja persegi. Thio Liong
memilih tempat jang menghadapi tangga loteng.
Pemilik toko ikut duduk bersama-sama dan segera
mereka ber-minum dengan asjiknja. Selagi Thio
Liong menjeriterakan pengalamannja jang dapatPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
167
membuat bulu-roma berdiri ia lihat Bu Heng turun
dari tangga. Si-pemuda berhenti ditengah-tengah
tangga dan memandang Thio Liong dengan
tadjamnja. "Sudikah engkau menjertai kita
berminum. Tuan Bu ?" pemilik toko bertanja. "Tuan
tetamu dari Kota-radja ini sedang menjeriterakan
pengalamannja jang amat menarik hati !"
"Kebetulan aku sedang amat sihuk", djawab Bu
Heng, "tapi sebentar malam aku turun kebawah.
Djangan Iupa untuk meninggalkan sedikit minuman
untukku !" Lalu dia naik kembali kekamarnja
diloteng.
"Hu adalah seorang tamu jang menumpang kata
pemilik rumah. "Dia seorang pemuda jang ramah
sekali. Kami sangat senang berbitjara dengan dia.
Hendaknja djangan pergi sebelum dia turun !"
Sambil berbitjara demikian dia mengisi arak
didalam tjangkir hingga penuh. Sementara itu Tao
Gan sangat sibuk. Begitu dia mengetahui bahwa
Thio Liong mengambil tempat di-seberang toko. dia
masuk kesebuah gang jang agak gelap. Tjepat
tjepat ia membuka badjunja untuk kemudian
memakainja terbalik. Karena badju itu dibuat untuk
maksud jang chusus. Bagian luar dibuat dari sutera
berwarna merah tua dan indah sekali kelihatannja.
Akan tetapi lapisannja disebelah dalam terbikin dari
kain kasar, pula penuh dengan noda-noda kotor
dan terdapat tambalan-tambalan. Tao Gan
menepuk kupiahnja mendjadi ge-peng sehinggaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
168
matjamnja mendjadi seperti kupiah jang dipakai
oleh kaum pengemis.
Dengan berpakaian seburuk ini dia masa
kedalam gang jang agak sempit jang mernisahkan
tembok belakang dari rumah-rumah petak jang
menghadapi djalan besar, antara mana toko arak
jang didiami Bu Heng, dengan rumah-rumah
diseberangnja. Gang itu gelap sekali. Tao Gan
harus memiiih djalan dengan hati-hati. Dia berhenti
disuatu tempat, disebelah belakang dari toko arak.
Sambil berdjingkat dia melihat dibelakang tembok.
, Halaman belakang dari toko arak agak gelap. Akan
tetapi di-loteng semua djendela terang-benderang.
Halaman belakang itu penuh dengan tempajan
tempajan arak jang kosong dan jang di-deretkan
dalam dua djadjar dengan rapihnja. Tak sangsi
sangsi lagi bahwa ini adalah halaman belakang dari
tempat tinggal Bu Heng. Tao Gan mentjari
sepandjang tembok sehingga dia temukan sebuah
tempajan jang rusak. Tempajan itu dibalikannja
dengan di pantatnja keatas. Sambil berdiri diatas
tempajan itu dengan leluasa dia dapat mengawasi
kcadaan dibelakang rumah. Sepandjang bagian
belakang dari kamar Bu Heng didirikan balkon jang
agak sempit, dimana terdapat sederek pot-pot
kembang. Dibawah balkon itu adalah tembok
belakang dari toko arak. it Sebuah pintu -jang
sempit tampak agak terbuka. Disebelahnja tampakPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
169
sebuah emper. jang Tao Gan anggap dipakai
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebagai dapur. Dia pikir, tak sukar bagi Bu Heng
untuk meninggalkan kamarnja dengan turun dari
balkon ini.
Tao Gan menunggu dengan sabar. Setengah
djam kemudian, salah-sebuah djendela dari kamar
Bu Heng terbuka perlahan-lahan. Bu Heng
tondjolkan kepalanja dan melihat-lihat keluar. Tao
Gan mengawasinja tak bergerak. Dia tahu bahwa
dia tak dapat dilihat Bu Heng oleh karena dia berdiri
ditempat gelap. Bu Heng keluar dari djendela. Dia
berdjalan hati-hati sepandjang balkon sehingga dia
berada diatas atap dapur. Seperti ku-tjing dia
merangkang diatas genteng dan lompat turun
kebawah. Dengan tjepatnja dia menudju kesebuah
gang jang memisahkan toko arak dengan rumah
disebelahnja. Tao Gan meninggalkan tempat
pengintaiannja. Dia berlari ke-luar dari gang
selekas-lekasnja. Hampir sadja kakinja patah
ketika dia menjandung sebuah peti kaju jang sudah
tua. Ketika dia membelok dipodjok gang, dia
bertabrakan dengan Bu Heng. Tao Gan
mengutjapkan kutukan jang kasar. Akan tetapi Bu
Heng tak menghiraukannja. Dengan tergesa-gesa
dia menudju kedjalan raja, tanpa menengok
kebelakang. Tao Gan membuntuti dia dari djarak
jang agak djauh. Didjalan banjak orang mundar
mandir, akan tetapi Bu Heng mudah sadja
dibuntutinja oleh karena serbannja jang modelPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
170
asing gampang sekali dikenali diantara kupiah
hitam jang dipakai oleh chalajak ramai. Bu Heng
terus menudju kearah selatan. Tiba-tiba dia mem
belok kesuatu djalan ketjil. Tao Gan terus
membuntutinja. Kini mereka berada disuatu wilajah
jang sepi. Tao Gan kira mereka tak djauh dari pada
tembok kota sebelah timur. Rupanja Bu Heng
mengenal balk daerah ini. Tak ragu-raga dia masuk
kedalam suatu gang buntu jang sempit.
Diudjungnja tampak gapura dari sebuah kuil Buddis
ketjil, jang rupanja sudah lama tak terurus, sebab
pintunja sudah rusak dan tak ada penerangan
didalamnja. Bu Heng berdjalan terus, lalu naik
ditangga batu jang sudah rusak menudju ke
gapura. Disini dia berhenti sebentar, dan menengok
kekiri-kanan, lalu menghilang kedalam kuil.
Tao Gan mengikutinja dari belakang. Diatas
gapura terdapat huruf-huruf terbikin dari porselen
berwarna jang sudah tak lagi dapat terbatja
"Tempat Pertapaan dari Tri-Tunggal jang Mulia".
Tao Gan naik ketangga dan masuk kekuil.
Kuil itu rupanja sudah bilangan tahun tak
dikundjungi orang. Tak ada alat rumah-tangga
sebuahpun dan tempat dimana hia-sanja ditaruh
medja-sembahjang djuga kosong. Disana-sini
gentengnja sudah hampir rubuh dan Tao Gan bisa
melihat bintang-bintang dilangit. Sambil berdjalan
berdjingkat dia memeriksa segala pelosok didalamPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
171
kuil itu, akan tetapi dia tak dapat ketemukan bekas
bekas Bu Heng. Achirnja dia buka pintu belakang
dan melongok keluar. Dengan tjepat dia mundur
kebelakang daun pintu. Dia lihat suatu kebun ketjil
jang dikelilingi oleh tembok dan ditengahnja
terdapat kolam ikan. Dipinggir kolam ada sebuah
bangku terbikin dari batu-batu tua. Disini Bu Hong
sedang duduk termenung seorang diri, sambil
bertopang dagu. "Rupanja ini adalah suatu tempat
pertemuan rahasia !" Tao Gan herkata didalam hati.
, Dia menemukan suatu tempat hersembunji
dibawah sebuah djen-dela dimana dia bisa duduk
sambil mengamat-amati Bu Heng dengan tenang
tanpa dilihat orang.
Dia duduk disitu sekian lama tanpa terdjadi suatu
apa" Kadang-kadang Bu Heng merobah sikap
duduknja. kali dia memungut batu-batu kerikil dan
menimpukkannja keda-lam kolam. Achirnja dia
bangun dan berdjalan mondar-mandir dikebun,
rupanja dia sedang herpikir keras sekali. Kembali
lewat setengah djam tanpa terdjadi suatu apa.
Lalu, tiba-tiba Bu Heng berdjalan keluar. Tao Gan
tjepat-tjepat bersembunji dibawah djendela,
memaparkan diri pada tembok jang lembab. -Bu
Heng berdjalan pulang dengan tjepat tanpa
menengok kekiri-kanan. Setibanja didekat toko
arak dia berhenti dipodjok djalan dan melihat-lihat
disekelilingnja. Rupanja dia ingin tahu apakah Thio
Liong ada di djalan. Kemudian tjepat-tjepat diaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
172
meneruskan per-djalanannja dan menghilang di
gang sempit diantara toko arak dan rumah
disebelahnja.
Di dalam toko orang-orang masih berminum
minum dengan gembira. Setelah Thio Liong
kehabisan tjeritera-tjeritera, adalah giliran pemilik
toko untuk menuturkan pengalamannja. Jang
paling gembira adalah kedua tetamu lainnja, jang
menepuk-nepuk tangan sehabisnja tiap tjerita,
Mereka bersedia mendengarkannja bilang djam
lagi, asal sadja arak mengalir terus ketjangkirnja.
Achirnja Bu Heng turun kebawah dan menjertai
mereka.
Thio Liong tak tahu lagi beberapa tjangkir arak
dia sudah minum. Akan tetapi dia adalah seorang
peminum jang amat ulung, maka pikirannja masih
tetap terang. Dia pikir djikalau dia bisa membuat
Bu Heng mendjadi mabuk. dia bisa dapat
keterangan-keterangan jang berguna dari si
pemuda itu. Maka dia menjambut kedatangan Bu
Heng dengan kegembiraan jang berkelebih-Iebihan
dan menjuguhi dia setjangkir arak. lnilah ada
permulaan dari suatu perlombaan berminum jang
mendjadi buah-tutur orang berbulan-bulan
kemudian. Bu Heng mengeluh bahwa dia sudah
ketinggalan djauh dari jang lain. Dia menghabiskan
setengah gutji arak putih jang pa ling keras dengan
memakai mangkuk nasi dan dia meminumnjaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
173
dalam sekali tegukan, tak beda seperti dia minum
air. Lalu dia mengadjak Thio Liong berminum
segutji arak lagi, sambil menjeriterakan tjeritera
tjeritera jang pandjang tapi amat menarik hati.
Thio Liong mulai merasakan pengaruh dari pada
arak itu. Dia memutar-mutar otaknja untuk
menjeriterakan kisah jang kasar. Dengan susah
pajah dia dapat mengachiri tjeriteranja itu. Bu Heng
menjatakan kepuasannja. Dia rnengeringkan pula
tiga tjangkir berturut-turut. Lalu dia menjentuh
sorbannja kebe-lakang dahinja, menaruh sikutnja
diatas medja dan melandJutkan pula
menjeriterakan pengalaman-pengalamannja di
Kota-radja. hanja berhenti sebentar untuk
menghirup arak. Dia bertjeritera dengan enaknja
sadja. sambil mengeringkan tjangkirnja dalam se
kali teguk. Thio Liong menemaninja dengan setia.
Dia pikir 'Bu Heng itu baik sekali didjadikan kawan.
Dia mengusulkan untuk minum lagi semangkuk.
Kedua orang gelandangan itu adalah jang pertama
jang meng-geletak dilantai. Dengan pertolongan
beberapa tetangga mereka digotong pulang
kerumahnja. Thio Liong merasakan bahwa dia
sudah mulai agak mabuk. Dia mentjoba untuk
menjeriterakan sebuah tjeritera jang agak nakal,
akan tetapi dia tak sanggup untuk mengachirinja.
Bu Heng minum pula semangkuk arak dan
menuturkan suatu lelutjon tjabul jang rnembuatPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
174
pemilik toko berteriak-teriak saking nikmatnja. Thio
Liong terlalu sinting untuk dapat menangkap
kelutjuannja, akan tetapi diapun ikut tertawa
terbahak-babak, kemudian dia menga-djak Bu
Heng minum lagi. Sementara itu wadjah Bu Heng
sudah mendjadi kemerah-me-rahan, dan keringat
mulai mengalir dari dahinja. Dia membuka
sorbannja dan melemparkannja kepodjok. Sedari
saat itu pertjakapan mendjadi katjau. Thio Liong
dan Bu Heng berbitjara berbarengan. Mereka hanja
berhenti sebentar untuk menepuk tangan, lalu
mulai minum kembali. Sang waktu sudah djauh
lewat tengah malam, ketika Bu Heng
memberitahukan bahwa dia hendak tidur. Dengan
susah-pajah dia berbangkit dari kursinja dan
berdjalan sempojongan hingga dibawah tangga
loteng sambil berkali-kali memastikan kepada Thio
Liong tentang persahabatan mereka jang kekal.
Selagi pemilik toko membantu Bu Heng naik
ketangga, Thio Liong pikir, toko arak ini sungguh
ada suatu tempat jang menje-nangkan sekali. Akan
tetapi diapun dengan diam-diam achirnja mendjadi
menggeletak diatas lantai dan tak lama kemudian
dia mulai mendengkur dengan kerasnja.
Pao kong
bagian - 3
Di tuturkan oleh:PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
175
Yang Lu
Sumber Pustaka : Gunawan AJ
Kontributor - Scanner : Awie Dermawan
OCR ? convert pdf Text : Tan Willy
DISCLAIMER
Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba
bagi para pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi,
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk
melestarikan buku-buku yang sudah sulit
didapatkan dipasaran dari kpunahan, dengan cara
mengalih mediakan dalam bentuk digital.
Proses pemilihan buku yang dijadikan abjek alih
media diklasifikasikan berdasarkan kriteria
kelangkaan, usia,maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku
diperoleh dari kontribusi para donatur dalam
bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan,
yang selanjutnya dikonversikan kedalam bentuk
teks dan dikompilasi dalam format digital sesua?
kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan
finansial dari buku-buku yang dialih mediakan
dalam bentuk digital ini.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
176
Salam pustaka!
Team Kolektor Ebook
BAB XII.
PAO KONG MEMPERBINTJANGKAN RAHASIA
DARi DUA LUKISAN & HEK LAN MENEMUKAN
SEKUMPULAN SURAT-SURAT PERTJINTAAN.
Pada esok harinja, ketika Tao Gan melalui
halaman utama dalam perdjalanannja kekantor
Hakim, dia melihat Thio Liong duduk membungkuk
diatas bangku dari batu, dengan kedua tangan
memegang kepalanja. Tao Gan berhenti, lain
bertanja : "Ada apa, kawan ?" Thio Liong
menggelengkan kepalanja dan tanpa berdongak dia
djawab dengan suara serak : "Pergilah, saudara,
aku sedang mengasoh. Kemaren malam aku
berminum-minum sedikit dengan Bu Heng, oleh
karena hari sudah djauh malam, aku menginap di
toko arak dengan harapan mendapat lebih banjak
keterangan tentang gerak-gerik Bu Heng. Aku baru
kembali setengah djam jang lalu."
Tao Gan mengawasi tentangnja dengan ragu
raga. Kemudian dia berkata dengan tak sabar :
"Mari, ikutlah ! Engkaupun harus mendengarkan
laporanku kepada Pao Tay-djin dan menjaksikan
apa jang kubawa kesini !" Samba bitjara dia
memperlihatkan Thio Liong sebuah bungkus-an
ketjil, terbungkus dalam kertas minjak. Thio Liong,PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
177
walaupun ogah-ogahan, bangun djuga dari tempat
duduknja. Mereka bersama pergi kekantor Hakim.
Pao Kong sedang sibuk mempeladjari pelbagai
dokumen di-belakang medja. Sersan Hong duduk di
podjok sambil mengirup teh pagi. Pao Kong
memandang kedua pembantunja jang baru masuk
dan bertanja "Apa kabar, teman-temanku ? Apa
pelukis kita pergi keluar kemaren malam ?" Thin
Liong menggosok-gosok dahinja. "Tay-djin", dia
berkata, kurasakan kepalaku seperti pecah dengan
batu. Tao Gan akan menjampaikan laporan kita
bersama Hakim memandang wadjah Thio Liong
jang agak putjat, Lalu dia berpaling kepada Tao Gan
untuk mendengarkan Iaporannja.
Tao Gan menuturkan pandjang-lebar bagaimana
dia telah mem-buntuti Bu Heng sampai dikuil
"Tempat Pertapaan dari Maha-dewa Tri-Tunggal",
dan tentang tingkah lakunja jang mengheran-kan
disana. Setelah dia selesai membawa laporannja,
Hakim tinggal diam beberapa waktu lamanja,
kemudian dia berseru "Ah, kalau begitu, gadis itu
tak muntjul !" Tao Gan dan Sersan Hong
memandang Hakim dengan rasa heran, bahkan
Thio Liong menundjukkan perhatiannja. Pao Kong
mengambil lukisan jang diberikan oleh Bu Heng dan
membentangkannja diatas medja. Kedua
udjungnja ditindihnja dengan penindih kertas, lalu
dia mengambil sehelai kertas tulis dan menutupi
gambar itu demikian rupa, sehingga hanja wadjahPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
178
Kwan Im sadja jang terlihat. "Perhatikanlah wadjah
ini baik-baik !" dia memerintahkan. Tao Gan dan
Sersan memperhatikan wadjah itu dengan penuh
perhatian. Thio Liong pun mentjoba untuk
berbangkit dan ternpat-duduknja, akan tetapi
segera berduduk kembali karena kepala-nja masih
sakit.
Tao Gan berkata perlahan-lahan "Wadjah ini
sesungguhnja agak luar biasa bagi seorang dewi,
Tay-djin ! Dewi-dewi Buddis biasanja dilukiskannja
dengan wadjah jang menundjukkan kemurnian dan
kesutjiannja, akan tetapi ini adalah potret dari
seorang gadis djelita jang masih hidup !" Hakim
tampaknja senang sekali. "Dernikianlah jang
sesungguhnja" dia berseru. "Kemaren ketika aku
melihat-lihat lukisan-lukisan jang dibuat oleh Bu
Heng telah menarik perhatianku, bahwa semua
gambar-gambar Kwan Im memperlihatkan wadjah
jang sama dari seorang wanita. Aku menarik
kesimpulan bahwa Bu Heng kini kiranja sangat
mentjintai seorang gadis, sehingga dia tak dapat
melupakannja sedetikpun. Maka tiap kali dia
melukis seorang dewi, dia memberikannja wadjah
dari gadis itu, mungkin tanpa dia sendiri meng
insjafinja. Oleh karena Bu Heng adalah seorang
seniman jang pandai, maka lukisannja itu pasti
adalah potret jang balk dari gadis jang tak dikenal
itu. Potret itu mesti menundjukkan kepribadian
jang Chas dari gadis itu. Aku jakin bahwa gadisPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
179
itulah jang mendjadi sebab, mengapa Bu Heng
tidak meninggalkan kota Lam Hong ini.
"Bukan mustahil djikalau dia merupakan
petundjuk bahwa ada hubungannja antara Bu Heng
dan pembunuhan atas diri Djenderal Teng !"
"Kiranja tak begitu sukar untuk mentjari gadis itu"
kata Sersan Hong. "Sebaiknja kita mengadakan
penjelidikan ditempat sekitar kuil Buddis itu."
"Saran jang balk sekali". djawab Hakim.
.,Hendaknja kamu bertiga mengingat baik-baik
potret dari gadis itu dalam kepala- mu!" '._
Thio Liong, bangun sambil merintih-rintih dan
memaksakan diri untuk melihat djuga potret itu
diatas medja. Kemudian dia merami matanja
sambil memegang kepalanja dengan kedua
tangannja. "Sahabat ku Si Gentong Arak itu
sebenarnja sakit apa ?" Tao Gan mengedjek. Thio
Liong membuka pula matanja, dan tanpa
menghiraukan edjekan kawannja, dia berkata
perlahan-lahan, seakan-akan berbitjara kepada diri
sendiri : "Aka tahu benar, aku pernah bertemu
dengan gadis itu. Entah bagaimana, kukira wadjah
itu kukenal baik. Tapi aka tak ingat, bila dan dimana
ku pernah meiihatnja!" Pao Kong menggulung pula
lukisan itu. "Kalau kepalamu sudah djernih kembali,
mungkin kau ingat kembali'', katanja.
"Dan sekarang, apa jang kau bawa kesini, Tao
Gan ?" Tao Gan membuka bungkusan jangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
180
dibawanja dengan hati-hati. Bungkusan itu
berisikan sepotong papan kaju, jang ditempelkan
10 helai kertas persegi diatasnja. Dia menaruhnja
didepan Hakim dan berkata : "Tay-djin, ber-hati
hatilah ! kertas tipis ini masih basah dan mudah
sekali men-djadi rohek. tadi pagi aku
menemukannja dibelakang kain lapisan dari pigura
jang dibuat oleh Gubernur itu. Ini adalah surat
wasiat dari Gubernur Yo !"
Pao Kong membungkukkan badannja diatas
kertas diatas medjanja itu dan rnengamat-amati
tulisannja jang ketjil dengan teliti. Kemudian
wadjahnja mendjadi muram. Dia bersandar pada
kursinja dan menarik-narik tjambangnja sambil
marah-marah. Tao Gan jang salah tafsirkan sebab2
kemarahan madjikannja mengangkat pundaknja
dan berkata "la, Tay-djin, roman jang
menjenangkan dan tingkah-laku jang sopan-santun
seringkali membuat salah-tafsiran tentang labiat
orang jang sebenarnja. Njonja Yo jang tjantik dan
lemah-lembut itu rupanja telah mentjoba untuk
mempedajai kita." Hakim dorong papan itu kepada
Tao Gan. "Batjalah keras-keras !" dia perintah
dengan singkat. Tao Gan membatja
"Aku. Yo Su-tjian, jang merasa bahwa segera aku
akan menutup mata untuk selama-lamanja,
dibawah ini menulis surat-wasiat dan keinginanku
jang penghabisan.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
181
Oleh karena Bwee-Sie, istriku jang kedua telah
melakukan perzinah., sehingga anak jang dia
lahirkan bukan dari darah-dagingnja sendiri, maka
semua harta-bendaku kuwaris-kan kepada putraku
jang sulung Yo Kie akan memelihara terus tradisi
keluarga Yo jang tua."
Tertanda-tangan dan ditjap oleh Yo Su-tjian.
Sesudah mengasoh sebentar, Tao Gan berkata
"Sudah barang tentu aku telah perbandingkan tjap
Gubernur dibawah dokumen ini dengan jang
tampak diatas lukisannja, dan kumenjatakan
kedua-dua tjap adalah sama." Untuk beberapa
detik suasana jang sunji-senjap meliputi kamar
hakim. Tak ada orang jang mengatakan suatu apa.
Kernudian Pao Kong memukul medja dengan
kepalannja. "Segala-galanja salah sama-sekali !"
dia berseru. Tao Gan dan Sersan saling
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memandang dengan sorot mata jang
menundjukkan keheranannja. Thio Liong
memandang Hakim dengan bidji rnatanja berputar
putar.
Achirnja Pao Kong mendjadi tenang kembali dan
berkata sambil menarik napas .,Aku akan
mendjelaskan kepadamu sekalian mengapa aku
tahu pasti bahwa testamen itu tak mungkin ada
testamen Gubernur jang sedjati. Aku mengakui,
testamen jang tadi dibatjakan Tao Gan itu
merupakan suatu bukti jang kuat bahwa Yo KiePAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
182
sesungguhnja berhak untuk menerima harta
peninggalan ajahnja seanteronja. Akan tetapi bukti
jang berbentuk benda semua bisa dipalsukan. Jang
tak dapat dipalsukan jalah kepribadian dan watak
orang. Kebetulan kukenal Yo Su-Tjian baik sekali
pada waktu aku melakukan dinas dikota-radja. Dia
adalah seorang jang bidjaksana dan
berpemandangan djauh. Pula sebagai pembesar,
dia adalah seorang jang amat tertib. Djikalau
sesungguhnja dia ingin Yo Kie diakui sebagai
achliwaris tunggal, pasti dia akan mem-perkuatkan
keinginannja jang terachir dengan membuat
sebuah surat-wasiat setjara terang-terangan. Lagi
pula, apa perlu dia meninggalkan sebuah lukisan
kepada djandanja dengan pesan sungguh-sungguh
untuk memperlihatkannja kepada tiap-tiap
pembesar jang bertugas dikota Lam Hong ini,
sehingga seorang di-antara dapat memetjahkan
rahasia jang tersembunji didalamnja ?"
Kata Tao Gan "Pesan itu, Tay-djin, mungkin dia
tak pernah berikan. Tentang hal itu kita hanja
mempunjai kesaksian dari Nj. Yo sendiri. Menurut
pendapatku, testamen ini mernbuktikan dengan
njata bahwa Yo Shan adalah anak jang tidak sah.
Agar mentjegah persetorian jang memalukan
dikalangan pamili sendiri, maka dia
menjembunjikan testamen itu didalam pigura. Dji
kalau seorang pembesar jang tjerdik kelakPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
183
menemukannja, dia dapat menolak tiap-tiap
gugatan jang mungkin diadjukan oleh Njonja Yo.
Hakim mendengarkan dengan penuh perhatian
jang dikemukakan Tao Gan. Lalu dia bertanja:
"Djikalau halnja demikian, tjara bagaimana engkau
mau menerangkan bahwa djustru Njonja Yo Kie
jang mempunjai keinginan keras untuk
memetjahkan teka-teki dari pigura itu "Orang
wanita". djawab Tao Gan, "sering menilaikan
setjara berlebih-lebihan pengaruhnja atas orang
orang laki jang mentjintai mereka. Menurut
pendapatku Njonja Yo mengharap bahwa Gubernur
telah menjembunjikan sebuah wesel atau satu atau
lain pe-tundjuk bagaimana menemukan harta jang
tersembunji sebagai penggantian kerugian dari
pada hal bahwa dia dan anaknja tak menerima
suatu apa dari harta-peninggalan suaminja.- Hakim
menggelengkan kepalanja. .,Jang kau katakan". dia
berkata. "agak logis djuga, akan tetapi keberatanku
jalah bahwa sikap demikian sekali-kali tak sesuai
dengan watak dari Gubernur tua itu. Aku jakin
bahwa surat-wasiat ini adalah suatu pemalsuan
jang dibuat Yo Kie. Menurut teoriku, Gubernur itu
telah menjembunjikan suatu atau lain dokumen
jang tak berarti untuk menjesatkan Yo Kie. Dan
disamping petundjuk jang palsu itu, lukisan ini
mesti mengandung pesan Gubernur jang
sebenarnja dan jang disembunjikan setjara jang
lebih tjerdik. Menurut Njonja Yo, Yo Kie telahPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
184
menahan lukisan ha lebih dari seminggu. Tjukup
waktu baginja untuk menemukan dokumen jang
sengadja disembunjikan Gubernur didalamnja
untuk diketemukan olehnja dan untuk
menggantikannja dengan surat-wasiat jang palsu,
sehingga dia merasa kepentingannja terdjamin,
apapun Njonja Yo berbuat dengan lukisan itu."
Tao Gan menganggukkan kepalanja dan berkata
"Aku me-ngakui, Tay-djin, bahwa teori itu amat
menarik hati. Tapi aku tetap menganggap teoriku
sendiri jang sederhana, maka lebih masuk di akal."
"Semestinja tak begitu sukar untuk mentjari
sebuah tjontoh dari tulisan Gubernur". kata Sersan
Hong. "Tapi sajang sekali dia menggunakan hurta
huruf kuno untuk tulisan pada lukisannja itu."
Djawab Hakim sambil termenung .,Aku memang
ada niatan untuk bertemu pada Yo Kie. Aku akan
pergi kesana sore ini djuga dan akan
mengusahakan untuk mendapati sebuah tjontoh
dari tulisan Gubernur dan dari tanda-tangannja.
Hendak segera engkau berangkat kesana, Sersan,
dan memberitahukan tentang kundjunganku".
Sersan dan kawan-kawannja bangun dan keluar
dari kantor. Selagi mereka menjeberangi kebun
pengadiian, Sersan Hong berkata .,Thio Liong, apa
jang engkau perlukan jalah se teko teh jang panas
dan pahit. Mari kita berduduk sebentar dirumah
djaga dan minum teh !" Thio Liong menjetudjui.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
185
Dirumah-djaga mereka nampak Kopral Ong sedang
berbitjara dengan putranja. Mereka dipersilahkan
duduk, dan Sersan Hong menjuruh seorang polisi
jang bertugas untuk mengambil se-teh-koan teh
pahit. "Ketika kamu masuk, aku sedang
memperbintjangkan dengan putraku, dimana kita
harus mentjari putriku jang sulung." Sersan Hong
rnengirup teh lalu berkata "Aku tak mau
menjinggung-njinggung sesuatu jang menjakiti hati
Kopral, akan tetapi kukira kita menjampingi
kemungkinan bahwa putrimu mempunjai patjar
setjara rahasia dan bahwa mereka telah berlari
bersama." Kopral Ong menggelengkan kepalanja
dengan tegas. "Gadis itu", dia berkata, dari pada
adiknja. Hek Lan amat bandel dan mempunjai
kemauan keras. Sedjak dia tak lebih tinggi dari
pada dengkulku dia sudah tahu benar apa jang dia
kehendaki dan umumnja tahu djuga tjara
bagaimana untuk memperolehnja. Seharusnja dia
mendjadi laki-laki. Akan tetapi Pek Lan, putriku
jang sulung tabiatnja lain sekali. Dia adalah
seorang gadis jang lemah-lembut dan amat
dengar-kata. Tak mungkin dia mempunjai patjar,
djangan kata berlari dengan patjarnja."
"Djikalau demikian halnja". kata Tao Gan "kita
harus slap untuk menghadapi kemungkinan jang
paling tjelaka. Bisa djadi dia telah ditjulik oleh salah
seorang badjingan dan didjualnja kepada sebuah
rumah-pelatjuran". Kopral Ong menganggukPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
186
dengan wadjah jang sedih. "Benar", dia berkata,
"akupun pikir demikian. Aka sudah mempunjai niat
untuk menjelidiki tempat-tempat pelatjuran jang
mendapat idzin resmi. Seperti kamu ketahui ada
dua tempat Jang satu disebut Kampung Utara,
letaknja disebelah barat-laut dari tembok kota.
Perempuan-perempuan disitu kebanjakan berasal
dari luar tapal-batas. Tempat itu menarik banjak
keuntungan pada waktu djalan raja kebarat masih
melalui kota Lam Hong. Sekarang sudah banjak
mundur, melainkan dikundjungi oleh sampah
masjarakat dari kota ini. Jang lain. dikenal sebagai
Kampung Selatan, terdiri atas rumah-rumah
pelatjuran kelas satu. Perempuan-perempuan
disitu semua bangsa Tionghoa. diantaranja
terdapat beberapa jang berpendidikan baik sekali.
Mereka dapat dipersamakan dengan bunga raja
kelas satu dikota-kota besar."
"Menurut pendapatku", kata Tao Gan, "sebaiknja
kita mulai dengan Kampung Utara. Dari apa jang
kau dengar, aku menarik kesimpulan bahwa
rumah-rumah pelatjuran di Kampung Selatan tak
berani mentjulik gadis-gadis. Rumah-rumah
pelatjuran dari tjabang alas seperti itu selalu
berhati-hati agar mereka tak melanggar hukum :
mereka membeli perempuan-perempuan jang
mereka perlukan setjara jang lazim." Thio Liong
menaruh tangannja jang kasar diatas bahunja
Kopral Ong. "Selekasnja Pao Tay-djin dapatPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
187
menjelesaikan perkara pembunuhan Djenderal
Teng", dia berkata, "aku akan memohon supaja
tugas untuk mentjari gadismu jang terhilang
dipertjajakan kepada Tao Gan dan aku. Djikalau
ada seorang jang dapat mentjarinja, orang itu
adalah Tao Gan jang penuh dengan tipu-muslihat
dan akal bangsat. Lebih-lebih lagi djikalau aku
mendampingi dia untuk melakukan pekerdjaan
jang kasar untuk dia!" Kopral Ong menjatakan rasa
terima-kasihnja dengan air-mata berlinang-linang.
Pada scat itu Hek Lan masuk kedalam,
berpakaian sederhana sebagai seorang pelajan.
"Bagairmana dengan pekerdjaanmu, Nak ?" Thio
Liong bertanja.
Hek Lan sedikitpun tak menghiraukannja. Dia
memberi hormat dcngan chidmat kepada ajahnja
dan berkata : "Aku ingin melaporkan sesuatu
kepada Pao Tay-djin, Ajahku! Sudi apakah Ajah
antar aku kesana ?" Ong Liang berbangkit dari
tempat duduknja meminta idzin kepada teman
temannja. Sersan Hong pergi keluar untuk
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjampaikan pesan Hakim kepada Yo Kie, dan
Kopral Ong me-lintasi kebun pengadilan, disertai
oleh putrinja.
Mereka nampak Pao Kong sedang duduk
terpekur seorang diri dikantornja. Ketika dia
berdongak dan melihat Ong Liang dan putrinja,
wadjahnja mendjadi terang. Dia mendjawabPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
188
pemberian hormat dengan menganggukkan
kepalanja dan berkata dengan ramah .,Djangan
tergesa-gesa, Nak ! Dan tjeriterakanlah
pengalamanmu dirumah tangga keluarga Teng
dengan teliti !" "Tak bisa disangsikan lagi, Tay
djin", Hek Lan mulai laporan-nja, "bahwa si
Djenderal tua itu selalu berada dalam ketakutan
akan djiwanja. Pelajan"! wanita menjeriterakan
kepadaku bahwa barang hidangan untuknja,
terlebih dahulu dikasih makan kepada andjing
untuk membuktikan makanan itu tak mengandung
ratjun. Pintu gerbang depan dan jang disamping
siang, dan malam selalu dikuntji, hal mana amat
rnenjibukkan pelajan-pelajan jang harus membuka
dan menguntjinja lagi tiap kali ada tetamu masuk
dan keluar.
Pelajan-pelajan tak suka bekerdja di sana,
masing-masing mendapat giliran untuk ditjurigai
oleh Djenderal dan untuk diperiksa oleh Tuan Muda.
Umumnja mereka hanja tahan bekerdja disana
untuk beberapa bulan." "Bagaimana kesan
kesanmu tentang anggota-anggota keluarga itu ?"
Istri Djenderal jang pertama sudah meninggal
beberapa tahun jang lampau, dan sekarang istrinja
jang kedua jang mengatur rumah-tangga. selalu
ketakutan istri-istri Djenderal jang lain-nja tidak
mengindahi dia seharusnja. Tabiatnja agak
tjerewet. Istri Djendral jang ketiga adalah seorang
wanita jang buta huruf, gemuk dan malas, tapi takPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
189
begitu sukar untuk melajani dia. Istri-nja jang ke
empat masih muda sekali Djenderal tua mengambil
dia sebagai istri pada waktu dia baru berpindah ke
kota Lam Hong ini. Kukira dia adalah seorang
wanita jang kaum lelaki anggap tjantik sekali. Akan
tetapi sewaktu dia sedang berhias tadi pagi aku
melihat sebuah tahi-lalat jang djelek pada buah
dadanja sebelah kiri. Sehari-hari kebanjakan dia
melewati waktu didepan katja kalau tidak dia
kebetulan mentjoba untuk memaksakan Njonja
rumah jang kedua memberi dia sedikit uang.
Tuan Muda tinggal bersama istrinja di sebuah
pekarangan ketjil jang terpisah. Mereka tak
mempunjai anak. Istrinja tak begitu tjantik dan
usianja beberapa tahun lebih tua dari pada
suaminja. Orang bilang dia seorang wanita jang
terpeladjar dan pandai dan gemar sekali membatja
buku. Tuan Muda kadang-kadang mentjoba untuk
mendapat persetudjuannja untuk mengambil istri
ke-dua, akan tetapi dia tak akan
rnemperkenankannja. Sekarang !,suaminja
mentjoba untuk mengganggu pelajan-pelajan
perem-puan jang muda-muda, akan tetapi
umumnja dia tak berhasil. Tahi dada orang jang
suka bekerdja dirumah-tangganja dan pelajan
wanita-wanita tak menghiraukan apakah mereka
menjakiti hati madjikannja jang muda itu atau
tidak. Tadi pagi, ketika aku membersihkan kamarPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
190
Tuan Muda, aku telah menemukan sekumpulan
surat-surat pribadi."
"Aku tak pernah memberi perintah demikian !"
kata Pao Kong. Ong Liang memandang putrinja
dengan gusar. Muka Hek Lan mendjadi kemerah
merahan dan tjepat-tjepat dia melandjutkan "Aku
menemukan dibelakang latji sebungkusan sadjak
sadjak dan surat-surat jang ditulis oleh Tuan Muda.
Gaja-bahasanja terlalu sukar bagiku, akan tetapi
dari beberapa kalimat jang kudapat tangkap artinja
kukira isinja adalah luar biasa. Ku-bawa bungkusan
ini agar Tay-djin dapat memeriksanja." Sambil
berbitjara dia mengambil sekumpulan surat-surat
dari dalam tangan badjunja, dan
mempersembahkannja dengan horrnat kepada
Hakim.
Sambil melirik kepada Kopral Ong jang marah
marah. dia terirnakan surat-surat itu lalu tjepat
tjepat mernbatjanja. Kemudian dia menaruh surat
surat itu diatas medja lain berkata -Sadjak-sadjak
ini menguraikan tentang hal pertjintaan jang
terlarang dan bahasanja demikian
menggairahkannja, sehingga baik sekali djikalau
engkau tak dapat menangkap artinja. Surat-surat
itu isinja sama djuga dan semua dibubuhi tanda
tangan "Budak-mu Teng".
Rupanja Teng menulisnja hanja untuk
melampiaskan tjinta-asmaranja, akan tetapi takPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
191
pernah dikirimnja kepada wanita jang ditjintainja."
"Tuan Muda tak mungkin menulis hal-hal demikian
kepada se orang wanita jang djelek sebagai istrinja
sendiri. !" kata Hek Lan. Ajahnja tempeleng putrinja
sarnbil membentak "Djangan bu-ka mulutmu
djikalau tidak ditanja, anak kurang adjar !" Sambil
berpaling kepada Hakim dia menambahkan
meminta maaf : "ltu semua karena istriku tak ada
lagi untuk memberi pendidikan ke-padanja, Tay
djin !"
Pao Kong bersenjum, lalu berkata "Djikalau kita
sudah me-njelesaikan perkara pembunuhan ini,
Kopral, aku akan mengatur pernikahan jang tepat
bagi putrimu. Tak ada sesuatu jang lebih baik untuk
seorang gadis jang bandel dari pada rnengurus
rumah-tangga sendiri sehari-hari." Ong Liang
menghaturkan terima kasih kepada Hakim. Hek Lan
tampaknja marah benar akan tetapi, tak berani
mengatakan suatu apa. Sambil mengetuk-ngetuk
bungkusan dengan telundjuknja, Hakim berkata :
"Surat-surat dan sadjak-sadjak ini segera akan ku
suruh salin. Sore ini engkau harus taruh kembali
aslinja ditempat dimana engkau telah
menemukannja. Engkau telah melakukan tugasmu
baik sekali. Nak ! Pasang telinga dan matamu
terang-terang, dan hati-hati, djangan mengaduk
aduk latji atau lemari orang jang terkuntji.
Hendaknia besok engkau datang lagi untuk
memberi laporan !"PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
192
Setelah Kopral Ong clan putrinja meninggalkan
kantor, Pao Kong panggil masuk Tao Gan. "Disini
ada sekumpulan sadjak dan surat-surat". dia
berkata, .,Salinlah semua dengan teliti dan tjobalah
menjimpulkan dari pada pengutaraan-pengutaraan
jang penuh kegairahan dan asmara ini, suatu atau
lain petundjuk tentang wanita kepada siapa sadjak
dan surat-surat itu ditudjukan." Tao Gan terima
perintah, kemudian Hakim melandjutkan
pekerdjaannja seorang diri di kantornja jang sunji
senjap.
BAB XIII
YO KIE MENERIMA KEDATANGAN SEORANG
TETAMU AGUNG ;
PAO KONG MENGUNDJUNGI PERPUSTAKAAN
DJENDERAL TENG UNTUK KEDUA KALINJA.
Pao Kong pergi kegedung Yo Kie hanja disertai
Sersan Hong dan empat orang polisi. Selagi djolinja
melintasi djembatan jang dibangun dari haul mar
mer. dia memandang dengan penghargaan sebuah
pagoda jang ber-tingkat sembilan jang dibangun
ditengah-tengah Telaga Teratai. Kemudian mereka
membelok kebarat dan mengikuti djalan se
pandjang sungai sehingga mereka tiba di bagian
kota sebelah barat-daja jang agak sepi.
Gedung Yo Kie berdiri terpisah disebidang tanah
tandus jang luas. Hakim melihat bahwa gedung ituPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
193
dikeliling tembok jang kuat sekali. Dia ingat tempat
ini letaknja dekat Pintu Air. tak djauh dari tapal
batas. Maka penduduk di wilajah ini menghendaki
rumah-rumah jang kuat berhubung kemungkinan
penjerbuan bangsa liar dari seberang sungai.
Sersan mengetuk-ngetuk pintu tengah, kemudian
pintu jang berlapis dua itu dibuka lebar-lebar dan
dua orang pendjaga pintu membungkukkan badan
untuk memberi hormat selagi djoli Hakim digotong
masuk kehalaman utama. Selagi hakim turun dari
djoli, seorang jang berbadan gemuk tjepat-tjepat
turun dari tangga ruang tetamu. Mukanja lebar dan
bundar, kumisnja pendek dan lantjip. Matanja ketjil
dan bidji matanja berlompat-lompat bolak-balik
dari kiri kekanan dibawah sepasang alis jang tipis,
seakan-akan berlomba dengan gerak-geriknja jang
tjepat dan tjaranja berbitjara jang tergesa-gesa.
Sambil membalikkan hadannja untuk memberi
hormat, dia berkata "Aku jang amat rendah adalah
Yo Kie pemilik tanah. Kundjungan Tay-djin jang
mulia adalah suatu kehormatan besar bagi pondok
ku jang hina. ini. Sudi kiranja Tay-djin masuk
kedalam !" Yo Kie mengantar Hakim masuk
keruang tetamu. Dia mem-, persilahkan tetamunja
duduk dikursi kehormatan jang menghadapi
sebuah medja besar .jang rnirip dengan medja
abu. Hakim melihat dengan sekali pandang bahwa
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ruangan itu di-perlengkapi dengan alat-alai rumah
tangga jang sederhana akan tetapi halus sekaliPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
194
buatannja. Dia anggap bahwa kursi-kursi dan
medja-medja kuno itu serta pigura-pigura jang
indah jang meng-hiasi temhok adalah dari koleksi
Gubernur Yo jang tua. Selagi seorang pelajan
menuangkan teh kedalarn tjangkir-tjangkir terbikin
dari porselen kuno, Pao Kong berkata ."Adalah
kebiasaanku untuk mengundjungi warga-warga
kota jang terkemuka di-mana sadja aku diangkat
mendjadi pembesar. Dan kundjungan ku pada hari
ini iebih lehih menjenangkan lagi oleh karena aku
ingin sekali bertemu dengan putra dari seorang
negarawan jang termashur sebagai mendiang
Gubernur Yo Su-tjian."
Yo Kie berbangkit dari tempat duduknja dan
membungkukkan badan tiga kali berturut-turut
dihadapan Hakim. Setelah dia duduk kembali dia
berbitjara dengan tjepatnja : "Beribu-ribu terima
kasih atas pudjian Tay-djin jang mulia ! Se
sungguhnja, mendiang ajahku adalah seorang jang
amat luar-biasa, ;,sungguh luar biasa! Tapi, sajang
benar, diriku jang bodoh adalah putra jang amat
tak berharga bagi seorang ajah jang demikian
agungnja ! Bakat jang sedjati adalah anugerah
Tuhan jang Maha Kuasa. Bakat itu dapat
diperkembangkan dengan beladjar dengan radjin
dan tekun. Akan tetapi, djikalau dalam hal diriku,
bakat itu tak ada sama-sekali, walaupun beladjar
slang dan malam tak berguna. Akan tetapi setidak
tidaknja kudapat mengatakan bahwa aku sendiriPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
195
menginsjafi akan kebodohanku. Maka aku tak
pernah berani memikirkan untuk memangku suatu
djabatan jang tinggi. Aku merasa puas dengan
melewati penghidupanku se-hari2 dengan tenang,
sambil mengurus rumah-rumah dan tanahku ini !"
Dia tersenjum dengan rasa-puas sambil
menggosok-gosok tangannja jang gemuk. Hakim
membuka mulut untuk berbitjara, akan tetapi Yo
Kie sudah mendahuluinja dan melandjutkan pem
bitjaraannja "Aku malu sekali karena aku merasa
tak berharga untuk bertjakap-tjakap dengan
seorang terpeladjar seperti Tay-djin. Lebih-lebih
lagi oleh karena aku merasa mendapat kehormatan
jang terlampau besar bahwa seorang pembesar
jang demikian termashur berkenan untuk
mengundjungi tempat kediamanku jang hina!
Dengan segala rendah hati aku memberi selamat
berhubung dengan penangkapan si-badjingan Tjin
Mo itu jang dilakukan demikian tjepatnja. Suatu
hasil jang gemilang ! Pembesar-pembesar jang
dahulu disini semua tunduk kepada Tjin Mo.
Menjedihkan sekali ! Kuingat bahwa mendiang
ajahku jang kumuliakan seringkali mengetjam
deradjat moral jang rendah dari pembesar
pembesar jang muda. Ahem, sudah barang tentu
Tay-djin sendiri terketjuali Kumaksudkan, seperti
diketa-hui "PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
196
Hakim tjepat-tjepat memotong pembitjaraannja
"Mendiang ajahmu tentu telah meninggalkan
banjak harta-benda." .,Benar", djawab Yo Kie. "Dan
sungguh malang sekali bahwa aku amat bodoh !
Seluruh waktu kuhabiskan untuk mengurus tanah
dan pembukuannja. Penjewa-penjewa tanah
mungkin orang djudjur, akan tetapi selalu mereka
menunggak ! Dan pelajan-pelajan disini. Tay-djin,
betapa bedanja dengan orang-orang dari kota
radja ! Selalu aku mengatakan "
"Menurut keterangan", kata Hakim dengan
tegas, "engkau mem-punjai sebuah perkebunan
jang indah diluar pintu kota timur ?" "Benar",
djawab Yo Kie, "sebidang tanah-perkebunan jang
balk sekali." Kemudian, kali ini, dia berhenti
berbitjara atas kehendaknja sendiri.
"Pada suatu hari". kata Pao Kong, "aku ingin
sekali untuk melihat-lihat kebun labirin jang
termashur jang telah dibangun oleh mendiang
ajahmu disana." "Satu kehormatan besar ! Satu
kehormatan besar !" Yo Kie ,berseru dengan gugup.
"Sajang sekali tempat itu tidak dirawat baik. Aku
sebenarnja mempunjai minat untuk memperbaiki
pula gedung diperkebunan itu, akan tetapi
mendiang ajahku jang mulia , amat senang dengan
bentuknja jang tua itu, malahan telah
meninggalkan pesan bahwa tak boleh diadakan
perubahan apapun disana. Ja, Tay-djin. aku adaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
197
seorang bodoh, namun aku tak mau orang
mengatakan aku kurang berbakti terhadap orang
tua. Ajah ku telah mengangkat sepasang suami
istri jang sudah tua sebagai pendjaga kebun,
budjang-budjang jang setia, akan tetapi mereka
tak sanggup untuk mengurus kebun itu"
""Aku terutama mempunjai perhatian besar
terhadap kebun labirin itu" kata Hakim dengan
sabar. "Kudengar bentuknja sangat luar biasa. Apa
kau sendiri pernah masuk ke dalamnja ?"
Yo Kie berkedip-kedip dengan matanja jang
ketjil. Tampaknja pertanjaan Hakim membuat dia
agak bingung dan gelisah. " "Tidak . eh,
kumaksudkan belum, aku belum pernah !"
"Kukira", kata Hakim, "bahwa djanda dari
mendiang ajahku mengetahui tentang rahasia
kebun labirin itu '?" "Menjesal sekali !" Yo Kie
berseru, "lbuku sudah meninggal dunia pada waktu
aku masih ketjil, sesudah menderita sakit sekian
lama." ?' .,Sebenarnja", kata hakim, "jang
kumaksudkan jalah istri kedua dari Guhernur, ibu
tirimu."
Yo Kie melompat dari kursinja, berdjalan
mondar-mandir dihadapan Hakim dan berseru :
"Suatu urusan jang amat mendjemukan ! Sudah
sajang kita terpaksa harus membitjarakan hal itu.
Tay-djin kiranja pun menginsjafi betapa sedihnjaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
198
seorang putra jang berbakti untuk mengakui
bahwa ajahnja telah berbuat suatu kcsalahan.
Suatu kesalahan jang djamak bagi seorang
manusia, mesti diakui. dan kesalahan jang
disebabkan oleh wataknja jang luhur dun berbudi. .
0 Haja, Tay-djin. ajahku telah membiarkan dirinja
dipedajai oleh seorang wanita jang pintar-busuk.
Berkat tipu-muslihatnja, ajah merasa kasihan
kepadanja dan mengambil dia sebagai istri. Akan
tetapi dari pada merasa berterima-kasih, dia telah
melakukan perzinahan dengan salah-seorang
pemuda djahanam, dengan siapa hanja Thian jang
tahu !
"Ajahku tahu tentang hal itu, akan tetapi dia
menderita diam-diam. Dia tak pernah
mengatakannja kepada siapapun, bahkan tidak
kepadaku, putranja sendiri. hanja di randjang
kematian, dalam pesannja jang terachir, baru dia
menjeriterakannja kepadaku tentang, perbuatan
jang hina ini !" Hakim ingin berkata sesuatu, akan
tetapi Yo Kie sudah melandjutkan .,Aku tahu Tay
djin mau mengatakan Kenapa tidak mendak-wa
perempuan itu dihadapan pengadilan ? Sungguh
aku tak sampai hati untuk mengadjukan urusan
prihadi ajahku kehadapan pengadilan, disaksikan
oleh orang banjak jang hina. Sungguh aku tak
berani mengambil tindakan jang akan
mentjemarkan nama baik keluarga ajahku dimataPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
199
chalajak ramai !" Yo Kie menutup muka dengan
kedua tangannja.
"Amat menjcsal", kata Pao Kong, "urusan ini
harus diperiksa oleh pengadilan. Ibu-tirimu telah
mengadjukan dakwaan terhadap dirimu, dia
membantah peninggalan jang dilakukan setjara
lisan dan rnenuntut separuh dari harta-henda
ajahmu." "Orang jang tak berbudi !" Yo Kie
berteriak, "Perempuan jang amat buruk ! Kiranja
dia adalah siluman rase. "Tay-djin ! Tidak ada
manusia jang demikian rendahnja !" Lalu dia
menangis tersedu-sedu.
Hakim perlahan-lahan mengeringkan tjangkir
tehnja. Dia menunggu sehingga Yo Kie duduk
kembali dan dapat menguasai kembali
perasaannja. Lalu dia berkata dengan tenang "Aku
selalu menjesalkan bahwa aku tak mcmpunjai
kesempatan untuk mendjumpai mendiang ajahmu.
Akan tetapi sjukurlah ke-pribadian dan djiwa
seseorang kita dapat mengenal djuga dari tulisan
tulisannja. Djikalau tidal terlalu menjusahi kamu,
aku ingin sekali melihat beberapa tjontoh dari
tulisan-tulisan ajahmu. Aku tahu bahwa mendiang
Gubernur amat termashur karena tulisan-tulisannja
jang indah."
"Ah !" Yo Kie berseru. "Sajang sekali dan amat
memalukan bahwa aku tak dapat memenuhi
keinginan Tay-djin. Ini adalah akihat salah-satuPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
200
sifat jang tak terduga dari mendiang ajahku. Mau
lebih benar: suatu bukti dari kerendahan-hatinja.
Ketika dia merasa bahwa saat terachirnja sudah
tiba, dia telah meninggalkan pesan jang djelas
bahwa semua tulisannja harus dibakar. Dia
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengatakan bahwa tak ada sebuahpun dari tulisan
tulisannja jang berharga untuk disimpan untuk
anak-tjutjunja! Sungguh suatu tabiat jang amat
luhur dan sempurna!"
Hakim kemak-kemik suatu atau lain komentar
untuk rnengutarakan penghargaannja, lalu dia
menanja "Mengingat Gubernur adalah seorang
pembesar jang termashur, kukira pasti banjak pen
duduk kota Lam Hong ini memelihara perhubungan
persahabatan dengan dia ?" Yo Kie tersenjum
dengan sombong. "Dikota tapat-batas ini", dia
berkata, "tak ada seorangpun jang berharga untuk
mendjadi teman balk oleh ajahku, ketjuali, sudah
barang tentu, Tay-djin sendiri. Djikalau ajahku
masih hidup pasti dia senang sekali untuk
berkenalan dengan Tay-djin. Dia selalu mempunjai
perhatian besar terhadap urusan-urusan mengenai
pemerintahan negeri Tidak. ajahku menggunakan
segenap waktunja untuk mempeladjari karja-karja
dari para sastrawan dan pudjangga-pudjangga jang
termashur, dan waktunja jang terluang dia pakai
untuk mengawasi pekerdjaan petani-petani
diperkebunannja. Itulah sebabnja mengapa si
perempuan djahat, putri salah-seorang petaninja,PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
201
mendapat kesempatan untuk berkenalan dengan
ajahku dan mengambil hatinja oh, ah,
pemhitjaraanku mulai melantur !" Yo Kie menepuk
tangan dan menjuruh salah-seorang pelajan untuk
membawa air teh lagi.
Hakim perlahan-lahan mengusap-usap
djenggotnja. Dia pikir Yo Kie itu benar seorang jang
tjerdik. Dia banjak berbitjara, padahal tak
mengatakan suatu apa. Selagi si tuan-rumah
mengotjeh terus tentang iklim kota Lam Hong dan
sebagainja, tiba-tiba Hakim memotong
pembitjaraan-nja dan bertanja "Dimana ajahmu
membuat lukisan-lukisan-nja ?" Yo Kie memandang
tetamunja dengan bingung. Untuk bebe-rapa detik
dia tak mendjawab. Dia menggaruk-garuk dagunja,
kemudian dia berkata : "Ja , karena aku sendiri
bukan se-orang seniman Tjoba kupikir sebentar .
Ja, kuingat ajah-mu membuat lukisan-lukisannja
disebuah papilun dibelakang ge-dungnja di
perkebunan. Suatu tempat jang bagus sekali, tak
djauh dari pintu kebun labirin. Kukira, medja besar
jang digunakan ajahku kini masih ada ditempat itu.
Setidak-tidaknja, djikalau si-pendjaga kebun jang
tua itu telah merawatnja dengan baik. Tay-djin
tahu, pelajan-pelajan tua itu " Pao Kong berbangkit
dari tempat duduknja. Yo Kie mendesak agar dia
tinggal lebih lama dan memulai lagi dengan sebuah
tjeritcra jang tak karuan.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
202
Pao Kong jang tak mau menjinggung perasaan
tuan rumahnja, duduk kembali untuk beberapa
lama, dan achirnja dia berhasil untuk meminta diri
dari Yo Kie. Sersan Hong sudah menunggu
madjikannja sekian lama dirurnah-djaga. Mereka
bersama kembali kekantor pengadilan. Setelah Pao
Kong duduk dibelakang medja-tulisnja, dia menarik
napas pandjang dan berkata kepada Sersan Hong :
.,Menghadapi seorang sebagai Yo Kie, sungguh
melelahkan !" "Apakah Tay-djin menemukan fakta
fakta jang baru ?" Sersan ,Hong bertanja. "Tidak"
djawab Hakim. "Akan tetapi Yo Kie telah
mengatakan suatu-dua hal jang mungkin
merupakan petundjuk*2 jang penting djuga. Aku
tak berhasil mendapat tjontoh dari tulisan
Gubernur. Katanja tulisan-tulisan itu semua dibakar
atas perintah ajahnja. Kukira beberapa teman
Gubernur disini memilikinja. akan tetapi Yo Kie
bilang ajahnja tak mempunjai teman dikota ini,
seorang djuapun. Dan engkau sendiri, kesan apa
kau dapat dari gedung keluarga Yo itu ?" "Ketika
aku sedang menunggu dirumah-djaga", djawab
Sersan Hong, "aku bertjakap-tjakap dengan dua
orang pendjaga pintu. Mereka anggap tabiat
madjikannja sedikit aneh, seperti djuga mendiang
ajahnja, akan tetapi dia tak mempunjai otak jang
tjemerlang seperti ajahnja. Walaupun Yo Kie sendiri
sebaliknja dari pada seorang atlit, dia gemar sekali
akan ilmu silat. Kebanjakan pelajan-pelajannja diaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
203
pilih diantara orang-orang jang kuat dan pandai
bersilat. Dia senang sekali menjaksikan mereka
berlatih. Sebuah halaman ketjil dibelakang rumah
di rubahnja mendjadi sematjam arena, . dimana dia
bisa berduduk bilang djam sambil berteriak-teriak
memberi semangat kepada mereka jang sedang
berlatih dan memberi hadiah kepada jang
menang." Hakim menganggukkan kepalanja.
"Orang-orang jang berbadan lemah", dia berkata,
"seringkali mengagumi berlebih-lebihan tubuh
tubuh jang kuat." "Pelajan-pelajannja
mengatakan", Sersan Hong melandjutkan. "bahwa
Yo Kie kiranja selalu ketakutan bahwa tiap waktu
mungkin bangsa liar melakukan penjerbuan ke
dalarn kota. Inilah sebabnja, rnengapa dia
menuntut agar pelajan-pelajannja semua harus
pandai bersilat. Malahan dia pernah menjewa dua
orang ahli silat bangsa Uigur dari seberang sungai
untuk mengadjar ilmu silat bangsa Uigur kepada
pelajan-pelajannja !"
"Apakah pelajan-pelajan itu pernah mengatakan
sesuatu mengenai sikap Gubernur terhadap
putranja" Hakim bertanja. "Yo Kie rupanja
ketakutan setengah-mati terhadap ajah-nja"
djawab Sersan Hong. .,Bahkan setelah ajahnja
meninggal-dunia, sifatnja tak berubah. Setelab
Gubernur dimakamkan, Yo Kie memberhentikan
semua pelajan-pelajan ajahnja, sebab katanja
mereka terlalu mengingatkan dia pada kehadiranPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
204
Gubernur jang menakutkan. Demikian Yo Kie tak
pernah mengundjungi rumah-perkebunan
Gubernur jang indah itu, sedjak ajahnja meninggal
dunia. Menurut pelajannja, wadjahnja sudah
mendjadi muram djikalau ada orang mengingatkan
dia pada tempat itu !"
Hakim mengusap-usap djenggotnja. .,Pada suatu
hari", dia berkata sambil termenung, "aku ingin :
mengundjungi rumah diperkebunan itu, dan
melihat-lihat kebun ' labirin jang termashur itu.
Dalam pada itu hendaknja engkau tjari tahu
dimana rumahnja Njonja Yo dan putranja dan
meng-undang mereka datang disini mendjumpai
aku. Mungkin Njonja Yo mempunjai tulisan-tulisan
dari mendiang suaminja. Sekalian aku bisa
menanjakan benarkah Gubernur tak mempunjai
seorang temanpun dikota Lam Hong ini. Mengenai
pembunuhan atas Li Ti-koan, Pembesar jang
dahulu, aku belum putus harapan untuk
memperoleh keterangan tentang Tjin Mo empunja
teman rahasia. Aku memerintahkan kepada Thio
Houw untuk memeriksa semua bekas penguwal
pengawal Tjin Mo. dan Kopral Ong akan menanjai
penasihatnju jang kedua jang kini masih ada
didalam pendjara. Akupun niempertimbangkan
untuk menjuruh Thio Liong menjelidiki tempat
tempat dimana kaum pendjahat-pendjahat dan
buaja-buaja-darat biasa berkumpul. Kujakin,
apabila benar si-tetamu rahasia itu jang telahPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
205
membunuh Li Ti-koan, pasti dia mesti mempunjai
kaki-tangannja di-dalam kota ini."
""Dan berbarengan dengan ini, Tay-djin", kata
Sersan Hong, "Thio Liong mungkin memakai
kesempatan ini untuk menjelidiki tentang Pek Lan,
putri Kopral Ong jang sulung. Kami telah mem
bitjarakan perihal ini dengan Kopral Ong, dan dia
mengakui bahwa bukan mustahil djikalau putrinja
itu telah ditjulik orang dan didjual pada salah-satu
rumah-pelatjuran". ' Hakim djawab sambil menarik
napas "Betul. akupun chawatir bahwa itulah jang
terdjadi dengan gadis jang malang itu." Kemudian
dia mengatakan : "Hingga kini kita tak mendapat
kemadjuan sedikitpun dalarn penjelidikan atas
pembunuhan Djenderal Teng. Aku akan menjuruh
Tao Gan untuk pergi ke "Kuil dari Maha-Dewa Tri
Tung-gal" malam ini dan melihat-lihat apakah si
pemuda Bu Heng atau gadis jang tak dikenal itu,
jang dia begitu gemar untuk melukiskannja,
muntjul disana."
Hakim lalu mengambil scbuah dokumen jang
dibawa Tao Gan ketika dia sedang keluar. Akan
tetapi Sersan Hong rupanja agak segan untuk
pergi. Tampaknja seperti orang jang bimbang, tapi
achirnja dia berkata "Tay-djin, aku tak bisa
menjisihkan pikiran, bahwa dikamar per-pustakaan
Djenderal Teng ada sesuatu jang penting, jang kita
tidak lihat. Lebih lama aku memikirkan, lebih besarPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
206
kejakinanku bah-wa djawaban alas teka-teki
pembunuhan itu, tak bisa tidak, mesti diketemukan
disana !"
Hakim menaruh kembali dokurnen ditempatnja
dan memandang pembantunja dengan sorot mata
jang tadjam. Dia membuka se-buah kotak ketjil dan
mengambil sebuah model dari pisau ketjil jang Tao
Gan telah membuat untuk dia. Sedangkan barang
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu diletakkan di dalam telapakan tangannja, dia
berkata perlahan-lahan "Sersan, engkau tahu. aku
tak mempunjai rahasia apapun bagi-mu. Walaupun
aku mempunjai beberapa teori jang samar-samar
tentang latar belakang dari pembunuhan Djenderal
Teng, aku mesti mengakui terus-terang bahwa aku
tak dapat mengerti sedikit djuapun tjara bagaimana
pisau ini dipakainja atau tjara bagaimana si
pembunuh bisa masuk kedalam kamar dan
melarikan diri !** Kedua-duanja berdiam untuk
sementara waktu. Tiba-tiba Pao Kong mengambil
suatu keputusan. .,Besok pagi, Sersan", dia
berkata. "kita akan mengundjungi lagi Gedung
Keluarga Teng dan mengadakan pula penjelidikan
di-kamar-perpustakaan. Mungkin engkau benar
djuga bahwa djustru disana kita harus mentjari
pemetjahan dari kedjahatan ini !"
BAB XIV.
SUATU PETUNDJUK JANG ANEH TELAH
DIKETEMUKAN DIPERPUSTAKAAN ?PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
207
HAKIM PAO KONG MEMERINTAHKAN UNTUK
MENANGKAP SE-ORANG PELUKIS.
Pada esok harinja tjuatja baik sekali. Orang
mengharap udara akan terang-benderang
sepandjang hari. bersantap pagi, Pao Kong
mengadjak Sersan Hong dan Tao Gan pergi
kerumah keluarga Teng. Dengan sengadja dia tak
memberitahukan Teng Siu-tjai tentang
kedatangannja terlebih dahulu. Mereka nampak
seluruh keluarga Tong sedang sihuk
mempersiapkan pemakarnan Djenderal tua.
Pengurus rumah mengantarkan Hakim dan kedua
pembantunja ke kamar samping. Ruang utama
dirobah mendjadi kamar mati, , dimana djenazah
djenderal tua itu dibaringkan didalam sebuah peti
mati dari kaju jang indah dan jang di tjat dengan
lak. Dua belas pendeta Buddis sedang membatja
mantra dengan suara nja-ring. Njanjian mereka
jang membosankan dan ketukan gong kaju
bergema diseluruh kamar. Hawa udara didalam
kamar penuh dengan bau dupa jang membikin
djalan napas mendjadi sesak. Teng Siu-tjai,
berpakaian berkabung dari kain belatju tergesa
gesa mendjumpai Hakim, sambil meminta maaf
atas keadaan jang katjau-balau di rumah
tangganja.
Hakim segera memotong pembitjaraannja dan
berkata : "Besok atau !Lusa perkaramu akanPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
208
kuperiksa dipengadilan. Oleh karena masih ada dua
- tiga hal jang kuingin selidiki, kumemutus-kan
untuk mengadakan kundjungan lagi setjara tak
resmi. Sekarang aku akan pergi langsung
keperpustakaan ajahmu. Engkau tak usah
menjusahkan diri untuk mengantarkan kami
kesana." Mereka nampak dua orang polisi jang
sedang mendjaga di gang jang gelap jang menudju
keperpustakaan. Kedua petugas itu me-laporkan
bahwa tak ada seorangpun jang mendekati kamar
itu. Pao Kong menjobek segelnja dan membuka
pintu kamar. Akan tetapi pada saat itu djuga dia
mundur kembali beberapa tindak sambil menutupi
mukanja dengan tangan badjunja jang pandjang.
Hidungnja mentjium bau jang amat busuk. "Mesti
ada bangkai disana", dia berkata, "Tao Gan, tjepat
pergi kekamar mati dan minta kepada pendeta
pendeta beberapa batang hio wangi !" Tao Gan
tjepat-tjepat berlalu, dan tak lama kemudian
datang kembali dengan membawa tiga batang dupa
ditiap tangannja. Dupa itu mengeluarkan asap jang
tebal dengan bau semerbak jang keras sekali.
Hakim mengambil batang-batang hio itu dari Tao
Gan, lalu masuk kembali kekamar perpustakaan
sambil menggojang-gojang-kan batang hio ito
sehingga seakan-akan dia diselimuti oteh asap
tebal jang warnanja ke biru-biruan. Sersan Hong
dan Tao Gan menunggu diluar kamar. Tak lama
kemudian Hakim keluar. Dia membawa sebatangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
209
tongkat pandjang jang udjungnja bertjagak dua,
jang biasa dipakai untuk menggantungkan pigura
pigura ditembok. Diudjung tongkat itu terdapat
bangkai tikus jang hampir busuk. Dia serahkan
tongkat itu kepada Tao Gan dan memberi perintah
"Suruh agen polisi simpan bangkai tikus itu didalam
kotak jang disegel!" Hakim tinggal berdiri didepan
pintu. Batang-batang hio jang masih menjala dia
taruh didalam vaas tempat simpan pensil-pensil.
Asap hio mengeput-ngepul keluar dari kamar.
Sedangkan mereka menunggu sehingga bau busuk
hilang sama-sekali, Sersan Hong mengatakan
sambil tersenjum "Binatang ketjil itu mengagetkan
sekali, Tay-djin !" Djawab Hakim dengan air muka
jang tak berubah "Engkau tak akan tertawa.
Sersan, djikalau engkau masuk ke-dalam kamar.
Suasana disana amat seram dan mengerikan."
Setelah Tao Gan balik kembali, mereka bertiga
masuk kekamar perpustakaan. Pao Kong
mentjudjukkan sebuah kotak ketjil dari kardus jang
terletak dilantai. "Pada hari itu", dia herkata, "aku
meletakkan kotak ini dimedja tulis. itu adalah kotak
dengan manisan buah prum jang kita ketemukan
didalam tangan-badju Djenderal Teng. Se-ekor
tikus telah mentjium bau,nja. Lihatlah, bekas
bekas kakinja jang ketjil masih terlihat d debu jang
terdapat diatas medja tulis." Pao Kong
membungkuk, dan mentjumput kotak itu dengan
dua djari-tangannja. lalu menaruhnja diatas medja.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
210
Mereka melihat bahwa salah-satu udjung kotak itu
telah habis digigit tikus. Hakim membuka kotak itu.
Sebuah dari antara sembilan buah prum ternjata
hilang. "Ini adalah si-pembunuh empunja sendjata
kedua", kata Hakim dengan suara jang sungguh
sungguh. "Buah prum ini mengandung ratjun I"
Lalu dia memerintahkan kepada Tao Gan : "Tjari
buah jang terhilang itu diatas lantai, tapi djangan
pep-mg!" Tao Gan menjelidiki seluruh lantai sambil
berlutut. Aehirnja dia ketemukan buah prum itu,
sudah setengah habis dimakan, dibawah salah-satu
rak buku. Pao Kong mengambil sebatang tusukan
gigi dari dalam tangan-badjunja, dan
menusukkannja pada buah prum itu. Dia
menaruhnjai didalarn kotak, jang lalu ditutupnja.
"Bungkuslah kotak ini dengan kertas minjak, dia
berkata pada Sersan Hong. "Kita akan
membawanja kekantor pengadilan un?tuk diselidiki
lebih landjut."
Dia melihat-lihat sekelilingnja, dan
menggelengkan kepala. "Marilah kita kembali
kekantor", dia berkata. "Tao Gan harus menjegel
lagi pinto ini, dan kedua orang polisi tetap harus
men?djaga diluar." Kemudian mereka berdjalan
pulang dengan diam-diam.
Begitu lekas mereka tiba dikantor pengadilan,
Hakim memerin?tahkan Sersan Hong untuk
mcmanggil petugas jang periksa Mayat. SambilPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
211
menantikan kedatangan petugas itu, Hakim
mengata?kan kepada Tao Gan :
"Perkara pembunuhan ini makin lama makin
rumit. Sebelurn kita sanggup menetapkan tjara
bagaimana si-pembunuh melaku?kan
kedjahatannja, kita menjatakan bahwa dia
menjediakan djuga suatu alat-pembunuhan kedua,
jakni sekotak buah-buah prum beratjun. kalau
kalau siasatnja jang pertama gagal. Baru sadja kita
mengetahui bahwa Bu Hang, si-terdakwa rupanja
mempuinjai patjar, kita pun menjatakan bahwa
Teng le, putra Djenderal Teng mempunjai perhu
bungan pertjintaan rahasia !"
"Apakah tak mungkin. Tay-djin", kata Tao Gan
dengan ?ragu-ragu. "bahwa mereka berdua
menjintai wanita jang sama ? Djikalau Bu dan Teng
adalah dua saingan dalam pertjin?taan, hal ini
dapat memberi penerangan baru mengenai
dakwaan Teng terhadap saingannja itu."
Pao Kong tampak senang sekali. "Suatu
pendapat jang amat menarik hati !" dia berkata.
Kemudian Tao Gan melandjutkan "Aku masih tak
mengerti mengapa si-pembunuh itu telah berhasil
untuk membuat Djenderal Teng menerima kotak
herisi prum beratjun itu ! Si-pembunuh kiranja
telah memberikannja sendiri kepada Djenderal.
Apabila dia memherikannja melalui
petugas?petugas jang menerima hadiah-hadiahPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
212
ulang-tahun, dia tak dapat mendjamin bahwa
buah-buah beratjun itu benar-benar dimakan oleh
Djenderal Teng. Mungkin lain-lain anggota keluarga
Teng jang memakannja."
"Lagi pula," kata Sersan Hong, "ada lagi satu
persoalan me?ngapa si-pembunuh itu, setelah
berhasil untuk menghabiskan djiwa mangsanja, tak
mengambil kembali kotak itu dari dalam tangan?
badju mangsanja ? Mengapa membiarkannja kotak
itu didjadikan barang bukti ?"
Tao Gan menggelengkan kepalanja dengan
bingungnja. Kemudian dia berkata lagi : .,Djarang
sekali kita dihadapkan pada demikian banjaknja
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
persoalan jang rumit dengan serentak. Selainnja
perkara pembu-nuhan ini masih ada lagi soal pesan
jang tersembunji dalam pigura jang dibuat
Gubernur. Dan hingga kini Tjin Mo empunja tetamu
rahasia masih bergelandangan dengan bebas
ditempat ini, siapa tahu dia sedang merentjanakan
kedjahatan apa lagi. Apakah tak ada petundjuk
petundjuk dengan orang itu sedikit djuapun ?" Pao
Kong hanja tersenjum simpul. "Sama sekali tak
ada", dia berkata. "Kemaren malam Thio Houw
melaporkan bahwa dia tak berhasil memperoleh
keterangan apapun dari bekas pengawal-pengawal
dan penasihat-penasihat Tjin Mo. Tetamu rahasia
itu selalu datang di waktu malam buta dan bentuk
tubuhnja tak ada orang tahu karena sama sekaliPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
213
ditutupi oleh badjunja jang pandjang, Topinja jang
lebar dan leher-badju-nja jang tinggi menutupi
wadjahnja sehingga dia tak dikenali orang. Bahkan
dia tak pernah memperlihatkan tangannja, jang dia
selalu menjembunjikan didalam tangan-badjunja!"
Sementara itu pemeriksa majatl sudah datang.
Pao Kong memandang dia dengan tadjam dan
berkata : .,Disini ada sekotak manisan buah prum,
sebuah telah dimakan se-ekor tikus jang mendjadi
mati karenanja, hendaknja engkau periksa buah
buah prum ini disini dan mentjoha untuk menetap
kan ratjun apa jang dikandungnja. Djikalau perlu.
engkau boleh periksa djuga bangkai tikus itu."
Hakim menjerahkan kotak kardus itu kepada
pemeriksa majat. Si petugas tua itu membuka
bungkusan ketjil dan mengambil sebuah dompet
lipat jang berisikan seperangkat pisau-pisau ketjil
dengan tangkai jang pandjang-pandjang. Dia
mernilih salah satu pisau jang paling tadjam. Lalu
dia mengambil sehelai kertas putih dari dalam
tangan-ba-djunja dan meletakkannja diudjung
medja-tulis. Dengan pinset dia djumput buah prum
jang dimakan tikus dan menaruhnja diatas kertas
putih itu. Dengan kepandaian jang luar biasa dia
mengiris sepotong buah pruim setipis kertas jang
paling tipis. Pao Kong dengan kedua pembantunja
mengikuti gerak-geriknja dengan penuh perhatian.
Pemeriksa majat minta semangkuk air masak,PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
214
sebuah pensil jang belum dipakai dan sebatang
lilin. Setelah barang-barang itu tersedia. dia
membasahi potongan buah prum jang tipis itu
dengan pensil, lalu membeberkan sehelai kertas
minjak jang tehal diatas nja dan menekannja hati
hati dengan tapak tangannja. Kemudian lilin
dinjalakan. Lalu kertas minjak itu diangkatnja dan
diperlihatkannja kepada Hakim. Kertas itu
mcnundjukkan tjetakan , jang masih basah dari
irisan buah pruim itu. Pemeriksa majat
memegangnja diatas api lilin sehingga mendjadi
kering betul, ke-mudian dia mempersembahkannja
kepada Hakim dan berkata "Aku mohon
melaporkan bahwa buah pruim ini mengandung
sematjam tjat beratjun jang disebut .,gamboots".
Hakim mengerutkan alisnja. Lalu dia menanja
"Apakah engkau tidak keliru ? Dan bagaimana
engkau dapat membuktikannja ?" .,Dari
penjelidikan jang tadi kulakukan", djawab
pemeriksa majat dengan tersenjum, ,,sudah
dikenal dibidang pengobatan be-ratus-ratus tahun.
Lagi Pula .,gamboots" itu mudah sekali di
perolehnja, dan banjak sekali digunakan oleh para
pelukis sebagai tjat kuning jang istimewa. Dengan
tjara penjelidikan jang sederhana itu orang jang
ahli dalam ilmu obat-obatan dengan mudah dapat
mengenalinja." "Baik sekali !" djawab Hakim. "Dan
sekarang kuminta engkau selidiki pula buah-buah
prum jang lainnja." Selagi pemeriksa majatPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
215
melakukan penjelidikan, Pao Kong se-tjara main
main melihat-lihat bagian dalam dari kotak jang
kosong itu. Alasnja ditutupi dengan sehelai kertas
putih jang dilipat dua. Saking iseng kertas itu
diloloskannja dari alasnja dan dilihatnja bolak-balik.
Tiba-tiba perhatian Hakim tertarik oleh suatu tanda
merah jang tak begitu njata tampak diudjung
kertas ai !" Dia berseru. "Sungguh gegabah sekali
!" Sersan Hong dan Tao Gan dengan terperandjat
berbangkit dari tempat duduknja dan mengamat
amati kertas itu. Hakim menun-djukkan pada tanda
merah jang telah menarik perhatiannja itu. "Ini
adalah Bu Heng empunja tjap !" Sersan Hong
berseru. "Sama dengan tjap jang dia gunakan
untuk mentjap lukisan jang diberikannja kepada
kita !" "Begitulah tampaknja !" kata Pao Kong.
"Sekarang ada dua kenjataan, jang menundjukkan
langsung kepada pelukis kita itu. bahwa ratjun jang
dipakainja. "Gamboots" itu digunakan oleh para
pelukis sebagai tjat kuning, dan mereka semua
memaklumi bahwa tjat itu mengandung ratjun jang
berbahaja. Kedua kertas jang digunakan sebagai
alas kotak. Kukira kertas itu djuga telah dipakai Bu
Heng sebagai kertas-alas untuk men-tjap salah
sebuah lukisannja ; tanpa dia menginsjafi, mungkin
karena ditekannja terlalu keras, tjetakan dari pada
tjap itu mendjadi menembus pada kertas-alasan
dibawahnja." "Inilah bukti-bukti jang kita
memerlukan !" Tao Gan berseru dengan gembira.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
216
Pao Kong tak mengatakan suatu apa. Dia
menunggu dengan sabar sehingga pemeriksa majat
menjelesaikan penjelidikannja. Achirnja petugas itu
melaporkan : "Buah-buah pruim ini semua
mengandung ratjun "gamboots" demikian
banjaknja, sehingga siapa jang makan buah itu, dia
mesti mati !" Setelah dia menetapkan kesaksiannja
dalam sebuah laporan tertulis. Hakim
memperkenankan dia untuk mengundurkan diri,
kemudian Hakim memberi perintah kepada Kopral
Ong : .,Bawa empat orang polisi dan tangkaplah
pelukis Bu Heng !"
BAB XV
BU HENG NIENIKUKA RAHASIA DIDEPAN
PENGADILAN PAO KONG MEMERINTAHKAN UNTUK
MENG-ADAKAN PENJELIDIKAN DIWILAJAH KOTA
SEBELAH TIMUR.
Tiga kali pukulan gong bergema diseluruh ruang
pengadilan menandakan bahwa sidang pengadilan
pada sore-hari segera akan dibuka. Didalam ruang
sidang berkumpul banjak djuga para penindjau oleh
karena Djenderal Teng jang tua itu adalah seorang
warga kota Lam Hong jang terkenal. Pao Kong
menempati kursi kebesarannja dan memerintahkan
agar Teng Siu-tjai tampil kernuka. Setelah Teng le
berlutut dihadapan medja hakim, Pao Kong
berkata: "Dahulu engkau datang dihadapan
pengadilan ini dan menuduh Bu Heng telahPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
217
membunuh ajahmu. Aku telah menandakan
penjelidikan jang seksama dan telah dapat
mengumpulkan bukti-bukti jang memberi hak
kepadaku untuk menangkap Bu Heng. Namun
masih terdapat beberapa soal jang mernerlukan
keterangan lebih landjut. Sebentar aku akan
dengar kesaksian terdakwa. Djikalau ada sesuatu
jang dikemukakannja tentang hal mana engkau
dapat memberi keterangan lebih djelas. hendaknja
djangan engkau lalai atau ragu-ragu untuk
berbitjara !"
Kemudian Hakim memerintahkan untuk
mengambil Bu Heng dari pendjara. Selagi terdakwa
itu menghampiri medja hakim, Pao Kong melihat
bahwa sikapnja tenang-tenang sadja. Dia berlutut
dan menantikan dengan chidmat hingga Hakim
bitjara kepadanja. "Sebutkan nama dan
pekerdjaanmu ! kata Pao Kong dengan pendek.
"Nama orang jang amat rendah ini", djawab
terdakwa .,adalah Bu Heng. Aku sebenarnja adalah
sardjana muda dalam ilmu sastera, akan tetapi
mendjadi pelukis atas kehendak sendiri." "Engkau
dituduh telah membunuh Djenderal Teng Houw Ko.
Bitjara terus terang!"
"Tay-djin", djawab Bu Heng, "Aku dengan tandas
menjangkal tuduhan itu. Memang kukenal nama
sang korban dan aku tahu mengapa dia telah
dikeluarkan dari dinas militer oleh karena ku-seringPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
218
dengar ajahku mentjeriterakan tentang peristiwa
jang memalukan itu. Akan tetapi aku memastikan
bahwa sekalipun aku belum pernah bertemu muka
dengan djenderal itu, bahkan aku tak tahu bahwa
dia berdiam dikota Lam Hong ini sebelumnja
putranja sendiri menjiarkan desas-desus jang
djahat tentang diri-ku. Desas-desus itu sama-sekali
aku tak menghiraukan sebab ku-anggap terlalu
gila, sehingga kurasa tak perlu untuk menjangkal
nja."
"Djikalau benar demikian", kata Hakim,
"mengapa Djenderal itu selalu ketakutan terhadap
kamu ? Mengapa siang-malam dia suruh menguntji
pintu-pintu dirumahnja, dan menjembunjikan diri
dikamar perpustakaannja jang terkuntji ? Dan
apabila engkau tak mempunjai maksud-maksud
djahat terhadap Djenderal tua itu, memgnapa
engkau menjewa buaja-buaja-darat untuk
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengintai rumahnja?"
"Mengenai pertanjaan Tay-djin jang pertama",
djawab Bu Heng "Hal itu adalah urusan dalam dari
keluarga Teng sendiri, aku tak mempunjai
pendapat apapun. Tentang pertanjaan terachir aku
sangkal bahwa ku pernah menjewa siapapun untuk
mengintai keluarga Teng. Aku menantang agar
pendakwa inenundjukkan se-orang sadja diantara
orang-orang jang katanja adalah orang-sewaanku
dan menghadapkannja kepadaku disini !"PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
219
"Djangan engkau sembarangan bitjara", kata
Hakim dengan keras. "Salah-seorang dari
badjingan-badjingan itu ku sudah tangkap. Aku
akan menghadapkannja kepadamu pada waktu
jang tepat !" Bu Heng berseru dengan marah
"Djikalau demikian halnja, pasti orang itu telah
disuap oleh si-badjingan Teng untuk memberikan
keterangan palsu !" Dengan rasa puas Hakim
menjatakan bahwa achirnja Bu Heng tak dapat
menguasai lagi dirinja. Dia pikir ini adalah saat jang
baik untuk membikin terdakwa mendjadi lebih
bingung lagi. Sambil duduk bersandar kedepan, dia
berkata dengan tadjam : "Aku, Hakim dan
pembesar dari kota Lam Hong ini, akan
mendjelaskan mengapa engkau begitu membentji
keluarga Teng. Bukan karena pertjidraan antara
ajahmu dengan Djenderal Teng. Bukan karena itu,
akan tetapi karena engkau mempunjai alasan jang
bersifat pribadi dan amat hina ! Lihat wanita ini !"
Selasai dia berbitjara, dia mengambil sebuah
gambar jang dipotong dari lukisan Bu Heng dan
jang hanja memperlihatkan wadjah dari Dewi Kwan
Im. Sambil dia kasih gambar itu kepada Kopral Ong
untuk diterus-kan kepada Bu Heng, dia mengamat
arnati benar gerak-gerik dan sikap dari terdakwa
dan Teng Siu-tjai. Dia melihat bahwa begitu dia
menjebut-njebut tentang seorang wanita, kedua
pernuda itu mendjadi putjat. Bahkan mata Teng
Siu-tjai mendelik saking ke-takutan. Tiba-tiba PaoPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
220
Kong mendengar djeritan jang tertahan
disampingnja. Kopral Ong masih berdiri
ditempatnja dengan gambar ditangannja.
Wadjahnja putjat sekali, tampaknja seakan-akan
dia melihat setan. "Tay-djin" dia berteriak. "ini
adalah Pek Lan, putriku jang terhilang !"
Suara ribut-ribut terdengar dari para-penonton
atas pernjataan jang tak diduga-duga itu. "Diam !"
Hakim berteriak dengan suara jang keras sckali,
kemudian dia berkata dengan tenang: "Kopral,
kasih gambar itu kepada terdakwa !" Hakim
memperhatikan bahwa reaksi dari Teng Le dan Bu
Heng torhadap pengakuan Kopral Ong Liang itu
amat berbeda. Sedangkan Bu Heng tampaknja
terkedjut benar ketika mendengar pernjataan Ong
Liang itu, sebaliknja Teng Siu-tjai tampaknja
mendjadi lega-dada.
Dia menarik napas pandjang dan air-muka-nja
pun mendjadi terang kembali. Bu Heng
memandang gambar itu sekian lama tanpa
mengatakan suatu apa. "Bitjaralah !" Hakim
membentak, "Apa hubunganmu dengan gadis itu ?"
Wadjah Bu Heng putjat sebagai majat. Akan tetapi
dengan suara jang tetap dan tegas dia berkata "Aku
tak mau men-djawabnja !" Pao Kong bersandar
pula pada kursinja. Lalu dia berkata dengan keras
"Terdakwa rupanja lupa bahwa dia ada dihadapan
pengadilan. Aku perintah kepadamu untukPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
221
mendjawab pertanjaanku!" "Tay-djin boleh siksa
aku sampai mati !" djawab Bu Heng dengan suara
njaring". "Akan tetapi Tay Jin tak dapat memaksa
aku mendjawab pertanjaan itu!"
Hakim menarik napas. Dia berkata : "Engkau
bersalah karena engkau menghina pengadilan !"
Atas perintah Hakim, dua orang polisi menjobek
badju Bu Heng. Dua orang polisi lainnja membuat
dia tengkurup diatas lantai. Kemudian mereka
memandang Kopral Ong jang herdiri didekatnja
dengan tjambuk besar ditangannja. Kopral Ong
memandang kepada Hakim dengan air-muka se
orang jang djiwanja tersiksa. Pao Kong segera
mengarti sikap pembantunja itu. Ong Liang ada
seorang jang djudjur dan bidjaksana, sekali pun dia
hanja seorang pandai-besi jang sederhana. Dia
amat chawatir djikalau dialah jang, akan merangket
Bu Heng, mungkin dia akan merangketnja sampai
mati.
Pao Kong menundjuk seorang polisi lainnja untuk
menggantikan tugas Kopral itu. Agen polisi itu
menerima tjambuk dari Kopralnja. Dia angkat
tangannja jang kasar dan mentjambuki punggung
Hu Hung jang telandjang sekeras-kerasnja. Bu
Heng merintih-rintih tiap kali tjamhuk itu membuat
bekas-bekas jang matang-biru di dagingnja.
Setelah ditjambuki sepuluh kali, darah mengalir
dari daging punggungnja jang tjobak-tjabik.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
222
Namun dia tak memberi tanda bahwa dia mau
hitjara. Setelah di-tjambuk dua puluh kali, tubuhnja
mendjadi lemas, dia meringkuk dilantai seperti
karung guni. Dia sudah pingsan. Atas perintah
Hakim, dua orang polisi mengangkat Bu Heng
sehingga dia berlutut.
Mereka membakar moster dibawah lubang
hidungnja sehingga dia sadar kembali. "Lihat pada
Pembesarmu !" Hakim perintah. Seorang polisi
djambret rambut Bu Heng dan membuat dia
berdongak. Hakim menjandar kedepan dan
memandang dengan penah perhatian pada wadjah
terdakwa jang meringis-ringis, saking kesakitan.
Bibirnja berkedjang-kedjang. Achirnja dia berkata
de-ngan suara jang hampir tak terdengar "Aku tak
akan berbitja-ra!" Polisi jang memegang tjambuk
mau mentjambuk pula mukanja Bu Heng, akan
tetapi Pao Kong melarangnja. Dia berkata kepada
Bu Heng dengan ramah .,Bu Heng, engkau adalah
seorang pemuda jang tjerdik. Engkau harus
menginsjafi betapa tololnja sikapmu itu. Ketahuilah
oleh-mu, aku tahu lebih banjak tentang
perhubunganmu dengan gadis jang malang dan
tertipu itu dari pada engkau mengira !" Bu Heng
melainkan menggelengkan kepalanja. "Aku tahu",
Hakim melandjutkan dengan tenang. "tentang per
temuan-pertemuanmu dengan Pek Lan dikuil Maha
dewa Trii tunggal, dekat pintu kota timur, dan "PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
223
Tiba-tiba Bu Heng melompat. Dia berdiri
sempojongan diatas kakinja dan seorang polisi
harus memegang lengannja agar dia tak djatuh. Bu
Heng tak menghiraukannja. Dia mengangkat
lengan-kanannja jang berdarah dan
mengatjungkan kepalanja kepada Hakim sambil
berteriak sekeras-kerasnja "Sekarang tjelakalah
dia! Dan engkau, pembesar andjing jang
membunuh dia !" Teriakan-teriakan jang ramai
terdengar dari para-penonton. Kopral Ong madju
kemuka, dia hendak menanjakan sesuatu akan
tetapi saking gugupnja tak dapat mengutarakan
suatu apa. Agen-agen polisi lainnja tak tahu,
mereka harus berbuat apa. Pao Kong mengetuk
ngetuk palunja diatas medja. Dia berseru dengan
suara keras : "Diam dan tertib !" Perlahan-lahan
ketertiban pulih kembali. "Djikalau aku mesti
memberi peringatan lagi". dia berkata dengan
suara keras, "aku akan usir kamu semua keluar !
Tiap-tiap orang hendaknja berdiri dengan tenang di
masing-rnasing ternpat-nja !"
Bu Heng sudah djatuh diatas lantai. Dia
menangis tersedu-sedan, sehingga tubuhnja
berkedjutan. Kopral Ong berdiri tegak sebagai pilar,
sambil menggigit bibirnja sehingga mengeluarkan
darah. Pao Kong perlahan-lahan mengusap-usap
djenggotnja. "Bu Heng", dia berkata dengan suara
jang dalam, "Engkau harus menjadari bahwa tak
ada lain djalan bagimu dari pada menu-turkan terusPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK
224
terang apa jang kau ketahui. Djikalau, seperti
tuduhanmu. aku telah membahajakan djiwa Pek
Lan karena aku telah mcngatakan tentang
pertemuanmu dengan gadis itu dikuil itu,
sebenarnja engkau lah jang bertanggung-djawab
djikalau terdjadi sesuatu jang tjelaka pada gadis
itu. Engkau mempunjai tjukup kesempatan untuk
memperingatkan aku akan bahaja itu."
Atas perintah Hakim, seorang polisi memberi
setjangkir teh panas pada Bu Heng. Dia minumnja
dengan sekali teguk, lalu dia berkata dengan suara
jang sedih dan putus-asa: .,Rahasianja sekarang
sudah terbuka. Dia tak dapat ditolong lagi !"
Djawab Pao Kong dengan tadjam : "Ada urusan
pengadilan untuk menetapkan apakah dia masih
dapat ditolong atau tidak ! Aku mengulangi lagi :
tjeriterakanlah riwajatmu !"
Bu Heng mentjoba untuk menguasai pula
perasaannja. Lalu dia herkata : "Dekat pintu kota
sebelah timer ada sebuah kuil buddis jang ber
nama "Tempat Pertapaan Maha-Dewa Tri-Tunggal".
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pendekar Gila 16 Istana Berdarah Bayangan Darah Karya Pho Wiro Sableng 102 Bola Bola Iblis
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama