Ceritasilat Novel Online

Gadis Tak Berkepala 4

Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala Bagian 4

Bilang tahun jang lampau, pada waktu djalan raja

ke barat melalui kota ini. padri-padri Buddis dari

Khotan telah mendirikannja. Kemu-dian mereka

meninggalkannja. Kuil itu mendjadi ditelantarkan,

tak ada orang jang merawatnja. Orang-orang

kampung didaerah ini mengambil pinta-pinta,

djendela-djendela dan lain-lain alat dari kajuPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

225

sebagai kaju bakar. Akan tetapi gambar-gambar

tembok buatan padri2 Buddis itu jang amat

indahnja. tidak diganggu. Aku telah menemukan

gambar-gambar tembok ini setjara kebetulan

sadja, ketika aku berketiaran diseluruh kota untuk

mentjari karya-karya seni dari kaum Buddis.

Seringkali aku mengundjungi kuil itu untuk meniru

gambar-gambar itu.

"Ter istimewa aku senang sekali akan sebuah

taman ketjil jang terdapat dibelakang kuil. Sering

kali aku mengundjunginja di waktu malam untuk

me-nikmati rembulan. Pada suatu malam. kira-kira

tiga minggu jang lampau, aku telah minum arak

banjak sekali. Aku memutuskan pergi kekuil

sekedar untuk mentjari inspirasi. Ketika aku duduk

di bangku batu, tiha-tiba seorang gadis masuk

ditaman". Bu Heng menundukkan kepalanja lehih

rendah lagi. Seluruh ruang sunji-senjap. Bu Heng

berdongak kembali dan meneruskan penuturannja

"Dimataku dia adalah Dewi Kwan Im sendiri jang

turun keatas bumi. Dia hanja memakai badju

pandjang jang tipis dan terbikin dari sutera putih.

Sebuah selendang dari sutera putih djuga me
ngerudungi kepalanja. Wadjahnja jang manis

menundjukkan sedihan jang tak terhingga, air
mata menetes dari pipinja jang halus laksana

mutiara jang indah dan murni. Demikian adalah

gambaran dari gadis dari kajangan itu jang terlukis

dalam sanu-bariku. Aku tak akan melupakannjaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

226

seumur hidupku !" Dia menutupi mukanja dengan

kedua tangannja.

Setelah dapat menguasai pula perasaannja, dia

melandjutkan "Aku menghampiri dia, menggagap
gagap entah kata-kata apa. Dia bertindak mundur

saking ketakutan dan berbisik : Djangan berbitjara

! Per-gilah ! Aku takut ! Aku berlutut dihadapannja

dan meminta-minta dengan sangat agar dia

pertjaja kepadaku. Djawabnja dengan suara

rendah : "Aku telah diantjam oleh pendjagaku

djangan sekali-kali berani meninggalkan rumah,

akan tetapi malam ini dengan diam-diam aku

keluar djuga. Sekarang aku harus pulang kembali,

.djikalau tidak aku mungkin dibunuh ! Djangan

mengatakan apapun kepada siapa djuga! Aku akan

datang kembali !" Kemudian rembulan ditutupi oleh

sekumpulan awan.

Dalarn suasana gelap aku hanja dapat dengar

tindakan-tindakannja jang tjepat. Pada malam itu

aku menjelidiki kuil dan tempat disekitarnja hingga

bilang djam. Akan tetapi aku tak dapat menemukan

be-kas-bekasnja sedikitpun." Bu Heng berdiam

sebentar. Hakim memberi perintah untuk

memberikan dia setjangkir teh panas. Bu Heng

menolaknja dengan tak sabar dan melandjutkan

"Sedjak peristiwa pada malam itu jang tak

terlupakan boleh di-katakan hampir saban malam

aku mengundjungi kuil itu. Akan tetapi dia takPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

227

pernah muntjul kembali. Sudah djelas bahwa dia

diperlakukan sebagai orang tangkapan. Sekarang

rahasianja tentang kundjungannja kekuil sudah

petjah, pasti si-pendjahat jang me-nangkap dia

akan membunahnja !" Kemudian dia menangis pula

tersedu-sedan.

"Sekarang kamu lihat betapa bahaja sikapmu

untuk tak melaporkan peristiwa itu setjepatnja"

kata Hakim. "Kami akan berbuat segala apa jang

mungkin, untuk mentjari gadis itu. Sementara itu

kuandjurkan agar engkau sebaiknja mengaku tjara

bagaimana engkau telah membunuh Djenderal

Tang !" Bu Heng herteriak : "Aka akan mengakui

apa sadja jang Tay-djin menghendaki ! Akan tetapi

tidak pada saat ini ! Hendaknja Tay-djin segera

memberi perintah kepada polisi untuk menolong

djiwanja gadis itu ! Mudah-mudahan rnasih belum

terlambat !" Pao Kong mengangkat pundaknja.

Atas perintahnja. dua orang polisi membawa

kembali Bu Heng ke pendjara. "Teng Siu-tjai", kata

Hakim, "ini adalah perkembangan jang tak

disangka-sangka. Djelas kiranja bahwa peristiwa

itu tak ada hubungannja. dengan pembunuhan atas

diri ajahmu. Djelas pula, bahwa dalam keadaannja

sekarang terdakwa tak dapat diperiksa lebih

landjut. Maka pemeriksaan perkara ini akan

kutunda dan akan kita landjutkan pada saat jang

tepat."PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

228

Hakim menutup sidang dengan ketukan palu

jang keras. lalu meninggalkan ruangan pengadilan.

Gerombolan penonton-penonton perlahan-lahan

berjalan keluar sambil membitjarakan kedjadian
kedjadian disidang pengadiIan dengan asjiknja.

Setelah Pao Kong mengenakan pakaian sehari-hari

dia panggil Sersan Hong dan Kopral Ong Liang

dikantornja. Thio Liong dan Tao Gan seperti biasa

berduduk dikursi pendek disamping medja hakim.

Setelah Kopral Ong. datang, Hakim berkata

"Kopral, apa jang terdjadi tadi pagi. kujakin ada

sesuatu jang amat mengedjutkan bagimu. Sungguh

mesti amat disajangi bahwa aku tak

memperlihatkan gambar itu terlebih dahulu

kepadamu, akan tetapi ba-gaimana aku bisa

menduga bahwa hal itu ada hubungannja dengan

putrimu. Setidak-tidaknja, sekarang kita suclah

mempunjai petun-djuk jang penting dimana kita

mesti mentjari putrimu." Sambil berkata dia

menulis tiga surat-perintah. "Sekarang engkau

kurnpulkan dua puluh orang polisi jang di
persendjatai dan pergilah segera kekuil tua itu",

Hakim melandjutkan, "Thio Liong dan Tao Gan akan

memberi petundjuk-pe-tundjuk jang perlu. Mereka

adalah dua pembantuku jang paling baik dan jang

mempunjai banjak pengalaman dalam pekerdjaan

demikian. Surat-surat-perintah ini memberi hak

penuh kepadamu untuk menjelidiki tiap-tiap rumah

diwilajah itu !"PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

229

Pao Kong membubuhi surat-surat-perintah itu

dengan segel besar dari pengadilan dan

menjerahkannja kepada Thio Liong. Thio Liong

menjiMpannja didalam tangan badjunja. kemudian

mereka bertiga tjepat-tjepat berdjalan pergi. Pao

Kong minum setjangkir teh, lalu berkata kepada

Sersan Hong "Aku girang achirnja Kopral Ong

mendapat sekadar ke-terangan tentang putrinja

jang terhilang. Setelah ternjata bahwa dialah jang

digambarkan Bu Heng di lukisannja, aku baru

menjadari bahwa memang ada sedikit-banjak

miripnja dengan Ong Liang empunja putri jang

kedua, Hek Lan. Seharusnja aku mengetahuinja

sedari dahulu!" "Satu-satunja jang telah melihat

persamaan itu" Tay-djin", djawab Sersan Hong,

"jalah pahlawan kita jang perkasa, Thio Liong !"

Hakim tersenjum simpul. "Ja". djawabnja, "rupanja

Thio Liong memandang Hek Lan dengan lebih

banjak perhatian dari pada engkau atau aku !"

Kemudian dia herkata dengan suara jang sungguh
sungguh ?Hanja Langit sadja jang ketahui dalam

keadaan bagaimana mere-ka akan ketemukan

gadis jang malang itu, andaikan mereka

menemukannja. Djikalau kita boleh terdjemahkan

penguraian jang berkelebih-lebihan dari sahabat

kita si-seniman itu, dalam bahasa sehari-hari,

sudah djelas bahwa sewaktu si-gadis itu

mengundjungi kuil, dia berpakaian badju tidur

biasa. Hal ini ada suatu pengundjukan, bahwa diaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

230

ditahan disebuah rumah jang tak djauh letaknja

dari kuil itu, oleh kaum badjingan jang rendah.

Bukan mustahil badjingan itu akan membunuh si
gadis itu djikalau dia tahu bahwa gadis Itu setjara

diam-diam telah meninggalkan rumah-nja. Aku tak

akan heran djikalau pada suatu hari orang akan

menemukan majatnja di sebuah sumur kering "

.,Sementara kata Sersan Hong. "Kita tak

inemperoleh sedikit kemadjuanpun dalam

pengusutan perkara pembunuhan Djenderal Teng.

Aku chawatir, mau tak mau, terpaksa kita harus

memeriksa pula Bu Heng dibawah siksaan." Hakim

tak begitu memperhatikan apa jang dikatakan

pembantunja, dia melandjutkan : "Aku telah

menjaksikan sesuatu jang menarik hati pada ketika

dalam sidang aku mengatakan tentang seorang

wanita. Bu Heng dan Teng Le kedua-duanja

mendjadi putjat ; malahan Teng Le djelas sekali

rupanja amat ketakutan. Akan tetapi setelah Teng

Le dengar bahwa wanita jang dimaksud-kan adalah

putrinja Kopral Ong, dia mendjadi reda pula. Hal ini

berarti bahwa ada seorang wanita lain berhubungan

dengan pembunuhan Djenderal tua itu.

Rupanja wanita kepada siapa Teng Ie Muda telah

menjadjikan sacljak-sadjaknja jang penuh asmara

itu." Pada saat itu ada seorang jang mengetuk pintu
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perlahan-lahan. Sersan Hong berbangkit dan

membuka pintu. Masuklah Hek Lan. Dia rnemberiPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

231

hormat kepada Hakim dan berkata "Aku tak dapat

mendjumpai ajahku terlebih dahulu, 'Tay-djin,

maka aku memberanikan diri untuk datang sendiri

untuk memper-sembahkan laporanku."

"Kedatanganmu tepat sekali, Nak !" djawab Hakim.

"Kebetulan kami sedang memperbintjangkan

perihal keluarga Teng. Bilanglah padaku, tahukah

engkau bahwa Tuan Muda Teng Le sering-sering

keluar rumah ?" Hek Lan menggeleng-gelengkan

kcpalanja dengan tegas. .,Tidak, Tay-djin",

djawabnja. "Bagaimana sikapnja, pada waktu aku

mengundjungi dia setjara tiba-tiba tadi pagi ?"

Hakim bertanja. "Kebetulan aku berada di kamar

Tuan Muda kdtika seorang pelajan

memberitahukan tentang kedatangan Tay-djin.

Tuan Muda rupanja senang sekali bahwa Tay-djin

datang kembali. Dia ber-kata kepada istrinja

Tidakkah aku telah bilang kepadamu bahwa

pengusutan pertama dikamar perpustakaan ajahku

dilakukanja agak tergesa-gesa ? Aku girang Hakim

datang kembali. Aku tahu benar bahwa banjak

pentundjuk-petundjuk belum diketemukan oleh

fihak polisi ! Kemudian dia tjepat-tjepat keluar

untuk menjambut kedatangan Tay-djin." Hakim

perlahan-lahan mengirup teh, lain dia berkata : aku

amat merasa puas akan pekerdjaan jang telah

engkau lakukan_ Engkau mempunjai mata dan

telinga jang tadjam sekali. Kini kukira tak perlu

engkau kembali lagi kerumah keluarga Teng.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

232

Tengah-hari ini kita menunggu keterangan tentang

kakakmu, dan ajahmu sendiri jang sedang

metijelidikinja. Sekarang hendaknja engkau pergi

kekamarmu dibelakang. Kuharap ajahmu akan

datang kembali dengan membawa chabar balk !"

"Sungguh aneh !" kata Sersan Hong. .,Rupanja

Teng Le tak sering-sering pergi keluar. Orang

mengira bahwa semestinja dia mempunjai suatu

tempat rahasia dimana dia mengadakan perte

muan dengan wanita jang ditjintainja.- Hakim

mengangguk. "Bagaimana dengan surat-surat jang

kuperintahkan Tao Gan untuk menjalinnja ? Apakah

dia dapat menemukan petundjuk-petundjuk

tentang wanita jang dimaksudkan T' "Tidak".

djawab Sersan Hong, "tapi Tao Gan tampaknja

senang sekali dengan pekerdjaannja itu ! Dia

menjalin surat-surat itu sebaik-baiknja, sambil

tertawa bertjekik-kikkan sepandjang hari." Pao

Kong tersenjum. Dia mentjari-tjari diantara

tumpukan naskah-naskah diatas medja-tulisnja

sehingga dia ketemukan salinan-salinan jang

dihuat Tao Gan. Sambil bersandar pada kursinja,

dia mulai membatjanja. Ke-mudian dia berkata :

"Rupanja Teng le Muda itupun telah mendjadi

korban dari tjinta-asmara. Seakan-akan sadjak tak

mem punjai tudjuan jang lebih mulia ! Dengarlah :

Dibelakang pinta jang terkuntji, dibelakang

kelambu jang tertutup rapat,PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

233

selimut tersulam adalah sarang asmara jang

nikmat sekali.

kakinja laksana kuntum teratai, bibirnja laksana

buah delima.

Pahanja jang bulat, buah-dadanja jang putih
bersih laksana saldju jang baru djatuh.

Siapa pertjaja BuIan Purnama kurang permai

karena noda2nja:'

Siapa memudji-mudji minjak-wangi dari Dunia

Barat jang djauh letaknja

Bau tubuhnja jang harum-semerbak laksana bau

bidadari jang baru turun dari kajangan.

Hanja seorang jang bodoh mau bepergian djauh

sedangkan

si-tjantik-djelita ada didepan matanja .

Pao Kong melemparkan sadjak itu dengan djemu

diatas medja. ,,Hm !" Dia berkata sambil

tersenjum-sindir. "sadjak jang buruk sekali bagi

seorang jang menjebut dirinja Siu-tjai !" Dia duduk

bersandar pada kursinja sambil perlahan-lahan

mengusap-usap djenggotnja jang pandjang. Tiha
tiba dia berduduk tegak, dikursinja. Dia

mendjemput pula sadjak itu jang tadi dia batja

keras-keras dan mengamat-amati tiap-tiap kalimatPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

234

dengan teliti. Sersan Hong tahu hahwa Hakim telah

mendapatkan sesuatu jang penting.

Dia berbangkit dari tempat duduknja dan

melongok-longok dari belakang pundak Hakim. Pao

Kong memukul medja dengan kepalannja. "Tjepat

ambil laporan dari pengurus-rumah, jang

diberikannja pada waktu pemeriksaan pertama

dirumah keluarga Teng !" dia memerintahkan.

Sersan Hong mengambil kotak kulit jang berisikan

dokumen-dokumen mengenai pembunuhan

Djenderal Teng. Dia menge-luarkan sebuah

dokumen jang disegel. Pao Kong membatjanja dari

mula sampai achir. Kemudian dia masukkan

kembali dokumen itu kedalam kotak. Dia

berbangkit dari kursinja dan berdjalan mondar
mandir dikantornja. "Sunggub tolol orang-orang

jang lerlibat dalam pertjintaan !" tiba-tiba dia

berseru. "Sekarang aku sudah memetjahkan

separuh dari rahasia pembunuhan Djenderal Teng.

Suatu kedjahatan jang hina dan mernalukan !"

BAB XVI.

THIO LIONG MENGADAKAN PENJELIDIKAN

DIRUMAH PELATJURAN ; DIA DI-IKUTSERTAKAN

DALAM SEBUAH KOMPLOTAN DJAHAT.

Djam malam pertama sudah dibunjikan ketika

Thio Liong. Tao Gan dan Kopral Ong berkumpul

dirumah djaga diwilajah kota sebelah timur. MerekaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

235

berduduk disekitar medja Tersegi, tampaknja letih

Mereka telah memeriksa tiap-tiap rumah diwilajah

tersebut, akan tetapi dengan sia-sia sadja. Thio

Liong telah membagi orang-orang polisi dalam tiga

rombongan. Satu rombongan dikepalai Tao Gan,

satu oleh Kopral Ong dan jang ketiga oleh Thio

Liong sendiri, tiap-tiap rombongan terdiri alas

tudjuh orang.

Mereka telah memasuki wilajah itu dengan diam
diam, dalam rombongan dari dua atau tiga orang.

Rombongan-rombongan ini telah mengadakan

penjelidikan ditoko-toko. gedung-gedung

perkumpulan dan rumah-rumah partikulir.

Rombongan Kopral Ong telah membubarkan suatu

rapat pen-tjuri-perrtjuri jang tersembunji. Thio

Liong menggerebek sekum-pulan pendjudi. dan

Tao Gan telah memergoki sepasang merpati

disebuah rumah pelatjuran gelap. Akan tetapi tak

ada bekas-bekas apapun dari Pek Lan mereka

dapat menemukan.

Tao Gan telah mengadakan pemeriksaan jang

teliti terhadap se-orang perernpuan tua jang

membuka rumah-pelatjuran. Dia tahu djikalau ada

seorang gadis jang ditjulik, lambat-laun perempuan

demikian mesti mengetahuinja. Akan tetapi setelah

memeriksa setengah djam lamanja, Tao Gan jakin

bahwa perempuan itu tak tahu-menahu tentang

Pek Lan ; melainkan dia dapat tahu satu dua halPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

236

jang tak begitu harum bagi nama-baik beberapa

warga kota jang terkemuka. Achirnja dengan

menggunakan surat-perintah pengadilan, setjara

terang-terangan mereka mengadakan penjelidikan

jang seksama ditiap-tiap rumah partikulir

memeriksa semua penghuni dengan menggunakan

daftar-penduduk jang ada pada lurah. Akan tetapi

kemudian mereka terpaksa mengakui bahwa

penjelidikan mereka itu sia-sia sadja.

Kata Tao Gan : "Hanja ada satu kemungkinan lagi

jalah, , Setelah diketahui bahwa gadis itu telah

mengundjungi kuil setjara rahasia, si-pentjuliknja

mendjadi takut dan memindahkan atau mendjual

dia kepada salah sebuah rumah-pelatjuran di lain

wilajah. Kopral Ong menggelengkan kepalanja

dengan tegas. ?Aku tak pertjaja, bahwa mereka

berani mendjual putriku ke-pada rumah-pelatjuran

jang mendapat idzin. Kami se-umur hidup berdiam

dikota ini, dan mereka akan menanggung risiko

kalau-kalau ada seorang tetamu jang mengenali dia

dan melaporkannja kepada kami. Lebih benar dia

didjual kepada sebuah rumah-pelatjuran gelap,

jang terbesar ditempat-tempat tersembunji

diseluruh kota. Untuk menjelidikinja akan meminta

waktu beberapa hari !"

"Djikalau aku tak salah dengar", kata Thio Liong,

"tempat pelatjuran jang disebut Kampung Utara

djarang sekali dikundjungi orang-orang Tionghoa."PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

237

Kopral Ong mengangguk. .,Benar". djawabnja.

"tapi tempat itu adalah tempat pelesir dari kelas

rendahan. Hanja dikundjungi oleh bangsa Uigur,

Turki dan lain-lain bangsa liar dari luar tapal-batas.

Perempuan-perempuan disana adalah dari

tingkatan rendah atau sisa-sisa dari zaman

makmur tempo dulu waktu kota ini banjak

dikundjungi kepala-kepala suku bangsa liar jang
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kaja.dan saudagar-saudagar dari negeri-negeri

taklukan didaerah barat.'

Thio Liong berbangkit dan mengikat kentjang
kentjang tali pinggangnja. "Aku akan pergi

kesana", dia berkata dengan pendek. "Untuk

menghindarkan ketjurigaan, aku akan pergi sendiri.

Aku akan mendjumpai kamu kembali malam ini

dikantor pengadilan !" "Saran jang baik sekali", dia

berkata sambil termenung, "memang paling baik

kita mengambil tindakan-tindakan dengan tjepat,

sebab besok penjelidikan kita akan tersiar diseluruh

kota. Aku akan pergi kekampung Selatan dan

omong-omong dengan pemilik-pemilik rumah

pelatjuran disana. Harapanku untuk mendapat hasil

sedikit sekali, namun kemungkinan seketjil inipun

tak dapat kita abaikan !" Kopral Ong mendesak

agar dia menjertai Thio Liong. "Sampah masjarakat

berkumpul di kampuing Utara itu", dia ber-kata,

"Pergi kesana seorang diri tak beda seperti

membunuh diri !"PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

238

"Djangan chawatir !" djawab Thio Liong. "Aku

tahu tjara bagaimana aku harus memperlakukan

buaja-buaja itu!" Dia melemparkan petnja kepada

Tao Gan dam mengikat ram-butnja dengan

sepotong kain jang kotor. Lalu dia selipkan udjung

badju kedalam ikat-pinggangnja"dan mcnggulung

tangan-badjunja. Dengan tidak menghiraukan

protes dari Kopral Ong, Thio Liong berdjalan keluar

menudju kedjalan raja. Didjalan raja banjak orang

masih berdjalan hilir-mudik. Akan tetapi Thio Liong

berdjalan dengan tjepatnja, dan semua orang

tjepat-tjepat membuka djalan ketika mereka lihat

seorang jang garang dan tinggi-besar itu mau

lewat.

Dia melintasi pasar dekat Menara Tambur dan

tiba diperkam-pungan orang-orang miskin.

Sepandjang djalan-djalan jang sem-pit terdapat

rumah-rumah petak jang rendah dan hampir

runtuh. Disana-sini tukang-dagang djalanan

memasang lampu pelitanja. Barang dagangannja

adalah kuwe-kuwe jang murah dan gegedoh arak.

Makin dia mendekati Kampung Utara,

pemandangan makin ramai. Banjak orang jang

berpakaian asing jang aneh-aneh ber-gelandangan

sekitar warung-warung arak, berbitjara dalam

bahasa asing jang agak kurang sedap dalam

pendengaran bangsa Tionghoa.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

239

Mereka tak menghiraukan Thio Liong sedikitpun.

Rupanja jang mesum dan hina ditempat ini ada

sesuatu jang biasa sadja. Setelah membelok

disuatu likungan dia melihat sedjadjar rumah
rumah jang setjara menjolok mate diterangkan

oleh lentera-lentera dari kertas minjak berwarna.

Dia dengar bunjinja gitar jang biasa , ditabuh oleh

bangsa liar dan dari tempat Jung agak djauh se
dikit suara sending jang dengan tadjamnja

menembusi udara. Tiba-tiba seorang jang kurus
kering dan berpakaian. tjompang-tjamping keluar

dari tempat gelap. Dia berkata dengan bahasa

Tionghoa jang buruk "Apa Tuan Besar suka

berkenalan dengan seorang Putri bangsa Uigur"

Thio Liong berhenti dan memandang orang itu

dari atas ke-bawah. Orang itu tertawa murung,

memperlihatkan giginja jang ompong. "Djikalau

aku menghantarn mukamu mendjadi bubur", kata

Thio Liong dengan masam. "Aku tak bisa membikin

engkau men-djadi lebih djelek lagi ! Pergilah tjepat

dan antarkan aku ke-tempat jang baik. Tapi jang

murah, kau mengerti ?" Sambil dia berbitjara, dia

mendorong orang itu kedepan dan menendangnja

dengan keras.

.,Haja! haja!" orang itu berteriak. Dengan tjepat

dia mem-bawa Thio Liong kesuatu djalan ketjil.

Kiri-kanan dari djalan itu tampak rumah-rumah

jang bertingkat satu. Dahulu bagian deparn dariPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

240

rumah-rumah itu telah dihiasi oleh ukiran-ukiran

timbul jang indah. Akan tetapi hudjan dan angin

telah mentjutji bersih warnanja dan tak ada orang

jang memperbaikinja. Tirai-tirai jang kotor dan

penuh tambalan digantungkan didepan pintu.

Ketika mereka tiba ditempat itu, perempuan
perempuan jang memakai pupur tebal-tebal clan

berpakaian jang menjolok-mata menjambut

mereka dan mengundang mereka masuk, dalam

bahasa Tionghoa dan Bahasa-Bahasa asing

ditjampur-adukkan.

Penundjuk djalan membawa Thio Liong kesebuah

rumah jang tampaknja sedikit lebih baik dari pada

jang lain. Dua lentera besar dari kertas berwarna

tergantung diatas pintu, "Disini, Tuan Besar !"

orang itu berkata. "Semua wanita-wanita disini

adalah Putri-putri Uigur jang asli !" Dia

menambahkan dengan suatu atau lain utjapan

tjabul dan menjodorkan tapak-tangannja jang

kotor. Thio Liong mentjekik tenggorokannja dan

menggentur-gentur-kan kepalanja pada pintu jang

bobrok. untuk mcmberitahukan tentang

kedatanganku !" dia berkata. "Upahmu sudah

engkau terima dari pemilik rumah ini. Djangan

mentjoba untuk mendapat upah dua kali, bangsat

!" Pinta dibuka lebar-lebar dan seorang jang tinggi

dengan dada telandjang tampil keluar. Kepalanja

digundulkan sama-sekali.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

241

Dia memandang Thio Liong dengan satu matanja

jang djahat. Matanja jang lain sudah pitjek, tampak

bekas luka jang merah dan djelek. .,Si kepala
andjing itu", Thio Liong, menggeram".mentjoba

untuk memeras upah extra dari aku !" "Pergilah",

orang itu mernbentak si-penundjuk djalan jang sial

itu. "Datang kembali belakangan untuk mengambil

upah mu !" Lain dia berkata kepada Thio Liong

"Silakan masuk, orang asing!" Bau sate lemak

kambing jang memualkan meliputi seluruh kamar.

Hawanja sangat panas. Ditengah lantai dari tanah

tampak perapian dari besi jang besar dengan arang

jang menjala-njala. Kira-kira setengah losin

tetamu-tetamu berduduk di-bangku-bangku

pendek disekitarnja. Mereka sedang memanggang

lemak kambing jang ditusukkan pada tusukan
tusukan -dari tembaga. Tiap orang diantara mereka

adalah orang laki-laki. Mereka hanja tak memakai

hadju ; tjahaja lentera herwarna menjinarkan

wadjah mereka jang penuh keringat.

Orang-orang wanita jang menjertai mereka

memakai rok berwarna merah dan hidjau jang

djarang dan djaket pendek tanpa tangan-badju.

Ram-butnja disanggul dan di-ikat dengan tali wol

merah. Djaketnja terbuka dan mempamerkan buah

dada mereka jang telandjang. Pendjaga pintu

memandang Thio Liong dengan tjuriga. .,Lima

puluh uang tembaga untuk sekali makan dan

seorang wanita, harus dibajar dimuka !" diaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

242

berkata. Thin Liong menggerutu dan mengambil

serentjeng uang tembaga dari dalam tangan

badjunja. Perlahan-lahan dia membuka ikatannja

dan menghitungkan lima uang tembaga diatas

medja jang kotor. Pendjaga pintu mau ambit uang

itu, akan tetapi tangannja dipegang oleh Thio Liong.

"Apakah tak disadjikan minuman dengan

santapan dia menggerutu. Orang itu meringis

kctika Thio Liong mengentjangkan pegangannja.

"Tidak !" Dia membentak. Thio Liong melepaskan

tangannja dan mendorong orang, itu ke-belakang.

Dia mengambil kembali uangnja sambil berkata :

"Tidak apa ! Masih ada lain tempat dari pada rumah

ini !" Orang itu memandang dengan serakah

kepada gundukan uang itu jang man disimpan

kembali. "Baiklah !" Dia berkata. "Engkau bisa

dapat segutji arak !" "Itu lebih betul !" djawah Thio

Liong.

Dia berpaling sekelilingnja dan mempersiapkan

diri untuk menjertai tetamu-tetamu lainja sekitar

perapian. Dengan menurut tjara jang lazim

dirumah-rumah demikian, pertama dia,

mengeluarkan tangan kanan-kemudian tangan

kirinja dari tangan hadju lalu me-ngikat tangan
hadjunja sekitar pinggangnja. Kemudian dia ber
duduk dibangku jang kosong. Tetamu-tetamu

lainnja memandang dengan penuh perhatian,

bentuk tubuhnja jang kasar dan jang penuh denganPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

243

bekas-bekas-luka. Thio Liong mengambil

setupumkan lemak kambing dari perapian. Dia ada

seorang jang gemar sekali akan makanan-makanan

jang ledzat. maka ban lemak kambing jang anjir

mernbuat pentjernaannja seakan-akan berputar
putar. Namun dia menggigitnja sepotong dan

memakannja.

Salah seorang Uigur tampak mabuk sekali. Dia

merangkul ping-gang si-wanita jang duduk

didekatnja dan menggojang-gojangkan-nja

perlahan-lahan sambil bersenandung suatu lagu

asing. Keringat mengalir dari kepala dan

pundaknja.? Dua orang Uigur lainnja tak kelihatan

mabuk. Tubuhnja kurus. akan tetapi Thio Liong

tahu bahwa otot-otot jang rata dan seperti kawat
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak boleh dipandang enteng. Mereka sibuk ber
tjakap-tjakap satu dengan lain dalam bahasanja

sendiri. Pemilik rumah menaruh sebuah gutji arak

jang ketjil didekat Thio Liong. Salah seorang

perempuan rnengambil sebuah gitar jang bertali
tiga dari lemari. Sambil bersandar pada tembok dia

bernjanji, mengiring njanjiannja sendiri dengan

gitar. Suaranja agak serak, tapi irama lagunja

tjukup menjenangkan. Thio Liong me-lihat bahwa

rok2 jang dipakai peretnpuan, itu demikian tipis-nja

sehingga hagian-bagian tuhuh didalamnja dapat

terlihal de-ngan djelasnja.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

244

Dari pintu belakang keluar seorang perempuan

jang ke-empat jang romannja agak menarik djuga.

Dia berkaki telandjang dan hanja memakai rok jang

longgar dari sutera jang sudah luntur. Bentuk

tubuhnja jang telandjang baik sekali, akan tetapi

dada dan lengannja hitam karena penuh dengan

djelaga. Rupanja dia telah membantu didapur.

Mukanja jang bundar bernes ketika dia berduduk

disebelah tetamunja jang baru datang. Thio Liong

berrninum seteguk arak jang keras dari gutji. Lalu

dia meludah diperapian dan bertanja: "Siapa

namamu, Manis ?" Perempuan hanja tersenjum dan

menggeleng-gelengkan kepa-lanja. Rupanja dia tak

faham bahasa Tionghoa. "Untung urusanku dengan

wanita ini tak memperlukan bertjakap-tjakapan".

kata Thio Liong kepada dun orang jang duduk di
seberangnja. Salah seorang jang bentuknja Iehih

besar dari pada ternannja, tertawa terbahak
bahak. Dia bertanja dalam bahasa Tionghoa jang

kasar "Apa namamu, orang asing ?" "Namaku Yung

Pao", djawab Thio Liong. "Dan namamu apa ?"

.,Aka disebut Si-Pemburu" kata orang Uigur itu.

"Dan perempuan itu bernama Tulbee.

Ada urusan apa engkau datang kesini ?"' Thio

Liong memandang dia dengan sorot mata jang

penuh arti, seakan-akan dia mau mengatakan

"Djangan pura-pura tidak tahu sedangkan

tangannja dia taruh pada paha si-perempuan itu

jang duduk sampingnja. "Djangan tjobaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

245

mempedajai kami Kamu, orang Tionghoa tak perlu

datang begitu djauh hanja untuk maksud itu sadja

!" Si-Pemburu berkata sambil mengedjek. Thio

Liong mendjadi marah sekali. -Dia berbangkit. Si
wanita mentjoba untuk menarik dia untuk berduduk

lagi, akan tetapi Thio Liong mendorong dia ke

belakang. Dia menghampiri si-pemburu dan

menarik tangannja. Sambil memutar-mutarkan

lengan itu dia menjentak: "Perlu apa engkau

menjampuri urusan-ku, Andjing !"

Si-Pemburu memandang kepada teman
temannja jang lain. Orang Uigur jang kedua

memusatkan perhatiannja kepada sepotong lemak

panggang. Pemilik rumah bersandar pada medja

pan-djang sambil mengorek-ngorek giginja. Tak

ada tanda-tanda bahwa mereka akan membantu

temannja. Kemudian Si-Pemburu berkata dengan

murung: "Djangan gusar. Yung Pao ! Aku hanja

menanja karena kamu, orang Tionghoa djarang

sekali datang kemari !" Thio Liong melepaskan dia

dan duduk kembali dibangkunja. Si-wanita

memeluk dia, dan mereka bertjumbu-tjumbuan

sebentaran. Lalu Thio Liong mengeringkan gutji

araknja dengan sekali teguk.

Sambil menjeka mulutnja dengan belakang
tangannja dia ber-kata : sekarang kita sudah

terlandjur berkumpul disini se-bagai sahabat
sahabat karib aku tak berkeberatan untuk mendja-PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

246

wab pertanjaanmu. Beberapa minggu jang lampau

aku ada sedikit pertengkaran setjara hebat dengan

salah-seorang anggota dari pos tentara jang

letaknja kira-kira tiga hari berdjalan kaki dari sini.

Aku mengetuk kepalanja, tapi kiranja terlalu keras,

sehingga batok kepalanja petjah. karena

pembesar-pembesar selalu salah-artikan peristiwa
peristiwa demikian, kupikir paling selamat djikalau

aku berdjalan-djalan sementara waktu. Dan

sekarang aku ada disini, dan kantong-uangku boleh

dikatakan sudah ham-pir kempis. Djikalau ada

suatu atau lain pekerdjaan jang me-nguntungkan,

aku bersedia untuk menjumbang tenagaku!" Si
pemburu tjepat-tjepat menterdjemahkan apa jang

dikatakan Thio Liong kepada temannja, seorang

gemuk dengan kepalanja agak londjong sebagai

peluru. Mereka memandang Thio Liong dengan

penuh perhatian, seakan-akan mau mentaksir

berapa djauh orang asing itu boleh dipertjaja.

"Sekarang kebetulan tak ada pekerdjaan apa-apa,

kawan !" Si-pemburu berkata hati-hati. "Sungguh

sajang !" kata Thio Liong. "Bagaimana untuk men
tjulik seorang gadis Tionghoa ? Barang itu biasanja

laris betul !! !" "Tidak dikota ini. kawan !" djawab

Si-Pemburu. _Semua rumah-rumah-pelesir sudah

mempunjai tjukup perempuan-perempuan,

malahan ada jang kelebihan. Lain halnja beberapa

tahun jang lampau, pada waktu lalu-lintas ke negeri

barat melalui kota ini. Pada waktu itu seorangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

247

perempuan jang lumajan sadja su-dah mendapat

harga baik sekali "Apa tak ada gadis-gadis Tionghoa

dikampung ini ?" 'Thio Liong bertanja. Si-pemburu

menggelengkan kepala. "Tak ada seorangpun djuga

!" djawabnja. "Tapi, apa kurangnja pada wanita

jang ada disampingmu itu ?" Thio Liong membuka

roknja perempuan itu. .,Tidak apa-apa" dia

berkata, "Aku sama-sekali tak tjerewet dalam hal

itu !" "Biasanja djustru kamu, orang-orang

Tionghoa jang dengan sombongnja memandang

rendah kepada perempuan Uigur !" kata orang itu

dengan bernapsu. Thio Liong pikir sebaiknja dia

djangan mentjari setori. Maka dia berkata : "Bukan

aku ! Aku merasa senang dengan perempuan
perempuan bangsamu seperti tampaknja

sekarang", oleh karena perempuan itu tak

mentjoba untuk tutup pula rok-nja, dia

menambahkan : "Dan mereka tidak berlagak atau

main kutjing !" "Itulah !" kata Si-Pemburu. "Kami

bangsa Uigur adalah suatu bangsa jang baik ! Djauh

lebih kuat dari pada bangsa Tionghoa. Pada suatu

hari kami akan menjerbu dari barat dan utara dan

menaklukkan seluruh negerimu !" ,-- "Tidak selama

ku hidup !" djawab Thio Liong dengan gembira. Si
pemburu memandang pula Thio Liong dengan

tadjamnja ke-mudian dia bertjakap-tjakap sekian

lama dengan kawannja. Orang itu meta-meta

menggelengkan kepala, kemudian rupanja dia

mufakat.- Si-Pemburu berbangkit dari tempat-PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

248

duduknja dan menghampiri Thio Liong. Dia desak

si-wanita kepinggir setjara kasar dan ber-duduk

disamping Thio Liong.

"Dengarlah. Saudara", dia berkata dengan

sungguh-sungguh, "mungkin kami ada pekerdjaan

baik dan menguntungkan bagimu! Apakah engkau

mahir dalam penggunaan sendjata-sendjata jang

dipakai oleh Tentara Keradjaan ?" Thio Liong pikir

ini adalah suatu pertanjaan jang agak aneh. Dia

djawab dengan gembira: "Aku telah mendjadi

pradjurit beberapa tahun lamanja, kawan ! Aku

tahu semua tentang hal itu !" Si-Pemburu

mengangguk dengan puas. "Beberapa hari lagi

mungkin akan terdjadi sedikit pertempuran ketjil",

dia berkata, "Bagi seorang pandai ada kesempatan

balk sekali untuk menambah rezeki !" Thio Liong

mengangsurkan tangannja jang terbuka. "Tidak",

kata Si-Pemburu, "tidak berupa uang kontan. Akan

tetapi djikalau kita mulai beberapa hari lagi, engkau

bisa dapat barang-barang dan uang sebanjak

engkau sendiri bisa merampas !" "Aku siap-sedia!"

Thio Liong berseru gembira. "Dimana aku harus

menjertai kamu?" Si-Pemburu hertjakap-tjakap lagi

dengan temannja. Lalu dia berhangkit dan berkata

"Mari, saudara, aku akan memperkenalkan engkau

kepada pemimpin kami !"

Thio Liong berlompat berdiri dan menaruh

badjunja diatas pundaknja. Din menepukPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

249

perempuan itu dengan ramah dan ber kata "Aku

akan datang lagi, Tulbee !" Mereka meninggalkan

rumah-pelesiran itu. Si-Pemburu berdjaIan

didepan. Dia membawa Thio Liong melalui dua

djalan jang gelap. kemudian tiba disebuah

pekarangan jang sudah rusak. Mereka berhenti

didepan pondok ketjil. Si-pemburu rnengetuk pintu.

Tak ada jang mendjawab. Dia mendorong pintu

dengan pundaknja dan memberi tanda kepada Thio

Liong untuk mengikutinja. Didalam rumah tak ada

seorangpun. Mereka berduduk dibang-ku ketjil jang

ditutupi kulit kambing. Kamar itu kosong,

melainkan tampak sebuah dipan pendek dari kaju.

"Madjikan kita tak lama lagi akan pulang", si
pemburu berkata. Demikian mereka menunggu

sekian lama. Tiba-tiba pintu dibuka dengan keras

dan seorang jang berpundak lebar berlari masuk

kedalam kamar. Dia berteriak-teriak dengan

gugupnja kepada Si-Pemburu. "Dia bilang apa ?"

Thio Liong bertanja. Si-Pemburu tampaknja
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketakutan sekali.

.,Dia mengatakan bahwa polisi telah

mengadakan pemeriksaan dikampung timur !" Thio

Liong dengan tjepat berbangkit dari tempat
duduknja. "Sudah tiba waktunja aku pergi !" Dia

berseru. "Djikalau mereka datang disini, aku tak

ketulungan. Aku akan kembali besok. Bagaimana

aku dapat mendjumpai kamu " "Tanja sadja

dimana tinggal Orolakchee!" Orang itu mendjawab.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

250

.,Sekarang aku pergi. Perempuan itu boleh

menunggu !" Lalu Thio Liong tjepat-tjepat berlalu.

Kembali ketempatnja Thio Liong mendjumpai

Pao Kong sedang duduk termenung seorang diri

dikantornja. Ketika dia masuk. Hakim berkata

dengan merengut : "Tao Gan bersama Kopral Ong

sudah pulang belum lama. Mereka melaporkan

bahwa penjelidikan mereka sia-sia sadja. Tao Gan

telah mengadakan penjelidikan diwilajah sebelah

selatan. akan tetapi rumah-rumah-pelatjuran

disana tak membeli perempuan-perempuan baru

sedjak setengah tahun jang lalu. Apakah engkau

me-nemukan suatu petundjuk tentang Pek Lan di

Kampung Utarar .,

Tak ada apapun jang mengenai gadis jang ditjulik

itu!" djawah Thio_ Liong. "Akan tetapi aku telah

dengar sesuatu jang aneh !" Lalu dia menuturkan

pengalamannja dengan Si-Pemburu dan Tulbee.

"Badjingan-badjingan itu mungkin mau mengadjak

engkau untuk merampok lain suku. Djikalau aku

djadi kamu, tak mau ikut mereka ketanah dataran

diseberang sungai !" Thio Liong menggelengkan

kepalanja, karena diapun ragu-ragu akan apa jang

dia akan berbuat, sementara itu Hakim melan
djutkan "Besok pagi aku ingin engkau menjertai

aku dan Sersan Hong untuk mengundjungi

perkebunan dari Gubernur Yo. Akan tetapi pada

malam harinja engkau boleh pergi lagi ke KampungPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

251

Utara dan mentjari tahu lebih banjak hal-ichwal

pemimpin dari bandit-bandit bangsa biadab itu."

BAB XVII

YO HU-DJ1N MENGUNDJUNGI PENGADILAIN

KEDUA KALINJA. PAO KONG MENGADAKAN

KUNDJUNGAN KE PERKEBUNAN GUBERNUR.

Pao Kong telah merentjanakan untuk berangkat

keperkebunan Gubernur diwaktu pagi. Akan tetapi

sewaktu dia hersantap pagi. Sersan Hong

memberitahukan bahwa Njonja Yo dan putranja. Yo

Shan sudah datang untuk mendjumpai Hakim,

sesuai dengan panggilan. Hakim mempersilakan

mereka masuk kekantor. Yo Shan berpotongan

tinggi-besar djuga, dibandingkan dengan usianja

jang masih muda. Wadjahnja memperlihatkan

kedjudjuran dan ketjerdasannja. dan sikapnja

menundjukkan kepertjajaan pada diri-sendiri.

Hakim senang sekali kepadanja. Dia

mempersilakan Yo-hudjin dan putranja duduk

didepan medja tulisnja, dan setelah saling memberi

hormat, Hakim ber-kata "Aku amat sesalkan bahwa

karena urusan-urusan lain jang mendesak aku tak

dapat memberikan waktu setjukupnja untuk

memperhatikan perkaramu, seperti kuinginkan.

Aku masih belum berhasil untuk memetjahkan

rahasia jang tersembunji digambar Gubernur , aku

rasa, apabila aku ketahui lebih banjak tentang

keadaan dirumah-tanggamu pada waktu GubernurPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

252

masih hidup, bagiku lebih mudah untuk

memetjahkan persoalan ini. Maka aku ingin

menanja kepadamu beberapa pertanjaan, sekadar

sebagai petundjuk-petundjuk bagiku."

Njonja Yo membungkukkan badannja.

"Pertama". kata Hakim, "Aku belum mempunjai

pandangan jang tegas tentang sikap Gubernur

terhadap putranja jang sulung, Yo Kie. Menurut

keteranganmu, Yo Kie adalah seorang jang kedjam.

Apakah Gubernur menjadari bahwa putranja itu

mempunjai watak jang buruk ?"

.,Demi kedjudjurran aku harus mengakui", kata

Njonja Yo, "bahwa sehingga ajahnja meninggal

dunia"tingkah-laku Yo Kie tak dapat ditjela. Aku tak

memimpi-mimpikan bahwa dia bisa ber-buat

demikian kedjamnja seperti ternjata belakangan.

Suamiku selalu bitjara baik tentang Yo Kie

kepadaku, dia selalu mengatakan Yo Kie adalah

seorang jang radjin dan banjak membantu dia

untuk mengurus harta-milik keluarga. Dan menurut

kesan-ku, Yo Kie adalah seorang putra jang

berharga didjadikan teladan, seorang putra jang

mentjoba untuk mendahului tiap-tiap keinginan

ajahnja."

"Kemudian, Hu-djin", Hakim melandjutkan,

"Aku ingin sekali engkau rnenjebutkan beberapa

nama dan teman-teman Gubernur dikota Lam Hong

ini." Njonja Yo tampaknja bersangsi, lalu diaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

253

mendjawab "Sua-miku tak mempunjai banjak

kenalan. Tay-djin. Menurut kebiasaannja, tiap pagi

hari dia mengurus pekerdjaan diperkebunan.

Diwaktu lohor dia pergi kekebun labirin dan

berdiam disana beberapa djam lamanja."

" "Apakah engkau sendiri pernah masuk

kedalamnja Hakim bertanja. Njonja Yo

menggelengkan kepalanja. "Tidak", djawahnja,

"Gubernur selalu mengatakan bahwa di-sana

terlalu lembab. Kemudian dia suka minum teh di

papiljun di belakang gedung. Djikalau dia tidak

membatja huku, dia melukis. Aku kenal seorang

wanita bernama Njonja Lee jang adalah seorang

pelukis amatir jang berbakat. Gubernur sering-kali

mengundang Njonja Lee dan aku untuk bersama

minum teh di papiljun sambil memperbintjangkan

tentang lukisan-lukisannja."

"Apakah Njonja Lee itu masih hidup ?" Hakim

bertanja. .,Kukira dia masih hidup. Dahulu dia

tinggal tak djauh dari rumah kami dikota. Sering
sering dia datang bertamu. Dia amat manis budi

dan dia tak beruntung sebab suaminja meninggal

dunia tak lama setelah mereka menikah. Pada

suatu hari, pada waktu aku belum menikah, aku

mendjumpai dia di sawah di dekat rumah orang tua

ku, rupanja dia suka sekali padaku. Setelah

Gubernur mengambil aku mendjadi istrinja, kamiPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

254

tetap mengadakan perhu-bungan persahabatan itu,

dan suamiku sendiri mengandjurkannja".

"Apakah Njonja Lee memutuskan

perhubungannja setelah suamimu meninggal dunia

?" Hakim bertanja. .,Tidak", djawahnja".adalah

sama-sekali salahku sendiri djika-lau aku tak

pernah mendjumpai dia lagi. Setelah Yo Kie

mengusir aku dari rumah besar, aku merasa malu

dan aku pulang ke-kampung halamanku.

Semendjak itu kami tak pernah saling ber-temu

lagi." Hakim melihat bahwa Njonja Ye amat terharu,

maka dia tjepat-tjepat membelokkan pertjakapan

pada hal lain. "Djikalau demikian, Gubernur sama
sekali tak mempunjai sahabat dikota ini ?"

Njonja Yo sudah dapat menguasai lagi

perasaannja. Dia mendjawab : "Suamiku lebih suka

bersendirian. Akan tetapi dia pernah mengatakan

kepadaku, bahwa disuatu atau lain ternpat di
gunung didekat kota ini dia mempunjai seorang

sahabat karib jang tinggal disitu." "Siapa orang itu

?" Pao Kong menanja dengan penuh perhatian.

"Gubernur tak pernah menjebut namanja, akin

tetapi aka mendapat kesan bahwa dia amat hormati

dan menjukai orang itu." Hakim tampaknja merasa

ketjewa.

"Ini ada sangat penting, Hu-djin ! Tjobalah pikir

baik-balk apa engkau masih ingat sesuatu lagi

tentang sahabat suamimu itu!" "Sekarang kuingat,PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

255

bahwa dia pernah mengundjungi Gubernur, karena

pada waktu itu terdjadi sesuatu jang mengesankan.

Suamiku biasa menerima petani-petani-penjewa

tanahnja sebulan sekali,: tiap-tiap orang jang ingin

mengadjukan keberatan atau ingin meminta

nasihat pada hari itu., diterimanja dengan senang

hati. Pada suatu hari seorang petani jang usianja

sudah landjut sekali, menunggu di halaman. Begitu

Gubernur melihat orang itti tjepat-tjepat dia

menghampirinja dan membungkukkan badannja

rendah-sekali untuk memberi hormat. Dia

mengadjak petani itu masuk ke kamar

perpustakaannja dan berdiam disitu beberapa djam

lamanja. Selama aku mendjadi istrinja tak pernah

aku melihat dia mengadjak orang masuk kekamar

perpustakaan. Kiranja petani itu sahabat balk dari

Gubernur, mungkin seorang pertapa. Tak pernah

aku menanjakan hal ini kepada dia."

Hakim mengusap-usap djenggotnja. "Mungkin

engkau menjimpan beberapa naskah jang ditulis

olch Gubernur ?" dia bertanja. Njonja Yo

menggelengkan kepada. "Ketika aku dinikah oleh

Gubernur", dia berkata dengan rendah-hati, "aku

sama-sekali buta-huruf. Dia sendiri jang menga
djar aku sekadar membatja dan menulis, akan

tetapi tak pernah aku memperoleh kemadjuan

demikian djauhnja sehingga kudapat menghargai
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tulisan-tulisan jang indah. Seharusnja ada

beberapa tjontoh dari tulisan suamiku di gedungPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

256

besar jang kini didiami Yo Kie. Hendaknja Tay-djin

menanjakan kepadanja."

Pao Kong berbangkit dari tempat-duduknja. -Aku

menghargai bahwa engkau telah memerlukan

datang kemari, Hu-djin. Aku memastikan bahwa

aku akan mengusaha-kan segala-sesuatu agar

dapat memetjahkan pesan jang tersembutnji dalam

lukisan Gubernur. Perkenankan aku untuk memberi

selamat akan putramu. Rupanja dia adalah seorang

pemuda jang tjerdik !" Yo Hu-cljin dan Yo Shan

berbangkit dan membungkukkan badannja.

Kemudian Sersan Hong mengantarkan mereka

keluar.

Setelah Sersan masuk kembali, dia berkata

"Rupanja sukar sekali untuk memperoleh tjontoh

dari tulisan Gubernur. Akan tetapi di Arsip

Keradjaan mesti masih disimpan beberapa laporan

jang dahulu ditulis Gubernur dan

dipersembahkannja kepada Baginda Kaisar.

Apakah tidak sebaiknja Tay-djin menulis Sekretaris

Agung untuk mengirimkannja sebuah ?"

"".Tjara ini meminta waktu beberapa minggu".

djawab Hakim. "Mungkin Njonja Lee mempunjai

sebuah lukisan dimana terdapat tulisan Gubernur.

Tjobalah engkau menjelidiki tempat-kediaman-nja,

Sersan. Keterangan tentang orang pertapa itu amat

samar-samar, sehingga aku tak mengharap kita

dapat menemukannja. Mungkin djuga dia sudahPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

257

mati." "Apakah Tay-djin ingin memeriksa lagi

perkara Teng Siu-tjai sore ini ?" Sersan Hong

menanja.

Malam kemarinnja Hakim tidak memberi

pendjelasan lebih Ian-djut mengenai apa jang dia

telah menemukan dalam sadjak Teng dan Sersan

Hong kepingin sekali mengetahuinja. Hakim tinggal

diam, kemudian dia bangun dan berkata "Se
sungguhnja, aku belum mengambil suatu

keputusan tentang hal itu. Tjoba kita lihat sadja

nanti, setelah kembali dari kundjungan kita ke

perkebunan Gubernur. Hendaknja engkau

menjuruh memper-siapkan djoliku, dan panggil

masuk Thio Liong !" Sersan Hong tahu bahwa tak

berguna untuk mendesak. Dia pergi keluar dan

menjiapkan djoli Hakim berikut enam orang tukang

pikulnja.- Hakim menaiki djoli itu, disertai Thio

Liong dan Sersan Hong jang naik kuda.

Mereka meninggalkan kota melalui pintu kota

sebelah timur dan mengambil djalan kampung

melalui sawah-sawah. Ketika mereka tiba didaerah

pegunungan. mereka menanja kepada se-orang

petani tentang djalan jang harus ditempuh.

Ditundjukkan-nja bahwa mereka harus mengambil

djalan pertama disebelah kanan. Djalan ketjil ini

rupanja sudah sekian lama ditelantarkan. Djalan itu

penuh dengan rumput-rumput liar dan semak
semak sehingga hanja sebagian ketjil ditengah-PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

258

tengah dapat digunakan untuk berdjalan kaki.

"Sebaiknja kita berdjalan kaki. Tay-djin". Thio Liong

berkata "Djoli tak bisa lewat disini". Pao Kong lalu

turun dari djoli sedangkan Sersan Hong da Thio

Liong mengikat kuda-tunggang mereka pada suatu

batang pohon.

Demikian mereka melandjutkan perdjalahannja,

jang satu di belakang jang lain, dengan Hakim

berdjalan dimuka. Setelah melalui beberapa

tikungan mereka sampai didepa scbuah rumah jang

pintunja besar sekali. Pintu jang berlapis dahulu di

tjat merah dengan memakai air-emas. akan tetapi

seka-rang hanja ketinggalan daun pintunja jang

sudah rusak. "Tiap-tiap orang bisa masuk-keluar

disini". kata Pao Kong dengan tertjenggang.

"Namun tak ada tempat jang lebih aman untuk

orang bersem-bunji diseluruh kota Lam Hong !"

kata Sersan Hong. .,Bahkan seorang perampok

jang gagah-berani tak berani melintasi lambang

pintu ini. Orang bilang, ditempat ini banjak setan !"

Hakim mendorong pintu sehingga terbuka dan

masuk disuatu. halaman jang dahulu rupanja.

adalah sebuah tarnan jang indah sekali. Sekarang

tempat itu sudah mendjadi hutan belukar. Akar dari

pohon-pohon aras jang tinggi telah merusak dan

menembusi ubin-ubin batu dan djalannja penuh

dengan semak-semak jang lebat. Tempat ini diliputi

suasana jang sunji-senjap. Bahkan burung-bu-rungPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

259

tak bernjanji. Djalan ketjil seakan-akan menghilang

kedalam sekelompok se-mak-semak jang lehat.

Thio Liong memisahkan daun-daun jang rimbun

dengan tombaknja supaja Hakim bisa lewat.

Mereka me-lihat sebuah gedung jang sudah rusak,

dikitari oleh teras jang agak tinggi dan lebar.

Gedung itu bertingkat-satu Jan besar sekali.

Dizaman lampau pasti sebuah bangunan jang

amat indahnja. Sekarang atapnja di-beberapa

tempat sudah berlubang, kaju-kaju ukiran dari

pintu-pintu dan tiang-tiangnja djuga sudah banjak

rusak. Thio Liong menaiki tangga teras jang sudah

bobrok, dan me-mandang disekitarnja. Tak ada

seorangpun tampak disek.eliling-nja. "Ada Tamu!"

Dia berteriak dengan suara keras. Gema suaranja

sendiri adalah djawaban satu-satunja. Mereka

masuk keruangan utama. Disini pelester tembok

sudah bergelantungan, dipodjok tampak beberapa

buah alat-rumah tangga jang sudah rusak. Thio

Liong berteriak pula. Djuga disini tak ada orang

jang mendjawabnja.

Pao Kong dengan hati-hati duduk disalah satu

kursi tua. Dia berkata : .,Kamu berdua sebaiknja

melihat-lihat disekitar tempat ini. Mungkin kamu

djumpai suami-istri itu jang mendjaga rumah ini

dikebun dibagian belakang." Dia sendiri tinggal

berduduk dikursi sambil memeluk-tangan. Dia

merasa heran akan suasana jang sunji-senjap jangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

260

meliputi tempat itu. Seakan-akan dia berada

ditengah-tengah tempat-pekuburan.

Tiba-tiba Thio Liong dsn Sersan Hong masuk

krdalam ruangan dengan nerlari-lari. "Tay-djin !"

Thio Liong berkata sambil bernapas terkapah
kapah, "kami telah menemukan majat dari kedua

suami-istri itu !" Wadjah Hakim tak berubah

sedikitpun. Seakan-akan dia sudah menehak

terlebih dahutu apa jang telah dilaporkan oleh

pembantunja. "Baik". dia berkata. sambil

berbangkit dari tempat-duduknja. "Setidak
tidaknia orang mati tak hisa menjelakai kita ! Mari

kita melihat !" Mereka mengantarkan Hakim

melalui sebuah gang jang agak gelap, dan tiba

disebuah kebun jang luas djuga dikitari oleh po
hon-pohon tjemara jang sudah tua. Ditengah
tengah kebun itu tampak sebuah papiljun jang

berbentuk segi-delapan.

Thio Liong menundjukkan kepada pohon

magnolia jang sedang berbunga jang terdapat

disalah-satu podjok. Diatas sebuah bale-hale

dibawah pohon Itu terletak majat dari suami-istri

itu, rupa-nja sudah berada disitu herhulan-hulan.

Tulang-tulangnja sudah menondjol dari pakaiannja

jang sudah rusak. Pada batok-ke-palanja masih

melekat beberapa lembar dahan. Mereka berbaring

berdampingan, kedua tangannja melintang diatas

dadanja. Pao Kong membungkuk dan memeriksaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

261

majat-majat itu dengan teliti. "Menurut

pendapatku". dia berkata, ,kedua orang tua ini mati

sewadjarnja. Kukira, ketika salah-seorang diantara

mati karena lemah dan sudah tua, jang lain

berbaring didampingnja sehingga diapun

meninggal-dunia. Kedua djenazah ini harus

diangkut ke-pengadilan untuk diperiksa, akan
tetapi aku tak mengharapkan se-suatu jang

menggemparkan !" Kemudian Hakim menudju

kepapiljun. Banjak bekas-bekas menundjukkan

bahwa papiljun itu dahulu indah sekali. Sekarang

hanja ketinggalan temboknja betaka dan sebuah

medja jang besar. .,Disini", kata Hakim. "rupanja

tempat Gubernur untuk melukis atau membatja.

Aku ingin tahu pintu dibelakang pagar itu me-nudju

kemana."

Mereka berlalu dari papiljun dan berdjalan

kepintu pagar. Thio Liong mendorong pintu itu

hingga terbuka. Mereka berada di-pekarangan jang

dipakaikan ubin batu. Di bagian depan diantara

dedaunan jang hidjau tampak pintu-gerbang jang

agak besar, terbikin dari batu. Atapnja jang me
lengkung ditutupi genteng pelapis katja jang

berwarna hitam. Dikiri-kanan terdapat dinding

terdiri alas semak-semak jang tebal dan pohon
pohon jang ditanam rapat-rapat. Hakim berdongak

untuk melihat sebuah batu jang terukir dengan

tulisan diatas pintu. Dia berpaling kepada

pemhantu-pembantunja dan berkata "Rupanja iniPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

262

adalah pintu-masuk dari Gubernur empunja kebun

labirin jang termashur. Lihatlah sadjak jang ditulis

diatas itu.
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sebuah djalan berliku-liku sehingga lebih dari

beratus-ratus mil ;

Akan tetapi djalan ke hati orang lebih pendek dari

seperibu intji."

Sersan Hong dan Thio Liong memandangnja

penuh perhatian_ Sadjak ini ditulis dengan huruf
huruf jang indah sekali. "Ini ada lukisan jang paling

indah jang kupernah kulihat" kata Hakim. "Sajang

sekali tanda-tangannja ditutupi lumut sehingga aka

hampir tak dapat membatjanja." Tak lama

kemudian dia berkata : inilah penjairnja 'Orang

Pertapa jang Berhadju Bulu Burung Bangau*.

Sungguh aneh nama ini !" Hakim berpikir sebentar,

lalu dia melandjutkan tak ingat pernah dengar

nama itu. "Tapi siapapun orang itu. dia ada-lah

seorang penulis indah jang pandai ! Melihat tulisan

demi-kian. teman-temanku, orang baru mengerti

mengapa leluhur kita memudji-mudji tulisan
tulisan indah jang termashur dengan mem
perhandingkannja dengan "ketegangan se-ekor

matjan tutul jang sedang mendekam dan dengan

tenaga jang tak tertahan dari se-ekor naga jang

sedang berrnain-main ditengah hudjan dan hali
lintar".PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

263

Sambil dia melompati pintu gerbang, dia masih

menggelengkan kepala saking kagumnja. Akan

tetapi Thio Liong, jang sama-sekali tak dapat

mengagumi tulisan indah itu, berbisik-bisik kepada

Sersan Hong: "Berikan sadja padaku tulisan jang

orang bisa batja!" Didepan mereka tampak sederet

pohon-pohon urns jang umur-nja sudah berabad
abad. Puntjaknja tinggi seakan-akan men-djadi

satu, sehingga menutupi tjahaja matahari. Djarak

diantara-nja penuh dengan batu-batu karang jang

besar dan ditanami semak-semak jang berduri.

Hawa udara dikotorkan oleh bau daun busuk.

Disebelah kanan tampak dua pohon tjemara

dikedua tepi djalan jang dengan puntjaknja saling

membelit seakan-akan merupakan pintu gerhang

jang dibuat oleh alam. Dibawah kaki dari salah-satu

pohon itu terdapat sebuah batu dengan tulisan

"Pinta Masuk".

Dibelakangnja tampak sebuah terowongan jang

agak pan-djang, kemudian menghilang disuatu

tikungan. Selagi dia melihat-lihat kedalam

terowongan jang hidjau itu, Pao Kong entah sebab

apa, tiba-tiba merasa takut. Perlahan-lahan dia

membelok. Disebelah kiri dia melihat pintu dari

sebuah te-rowongan lainnja. Djuga disini sekian

banjaknja batu-batu ka-rang jang besar-besar

ditumpukkan diantara pohon-pohon aras. Pada

sebuah batu karang dituliskan "Pintu Keluar". Thio

Liong dan Sersan Hong berdiri dibelakang Hakim.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

264

Mere-kapun merasakan suasana jang gaib dan

menakutkan dari tempat itu.

Terowongon itu seakan-akan menghisap arus

hawa-udara jang amat dingin, sehingga dirasakan

Pao Kong sampai didalam tulang. Namun tak ada

angin sama-sekali, bahkan tak ada daun selembar
pun jang bergerak. Dia mentjoba untuk

mengalihkan pemandangannja ke lain dju-rusan,

akan tetapi matanja seperti ada jang menarik

melihat ke-dalam terowongan jang gelap. Dia

merasa seakan-akan ada sesuatu jang mendorong

dia untuk madju terus kedalam terowongan itu. Dia

mengira bawa dia melihat perawakan jang tinggi

dari Gubernur Yo diantara warna hidjau jang suram

berdiri dekat tikungan, sambil melambai-lambaikan

tangan kepadanja.

Agar dapat mernbebaskan diri dari pada suasana

jang menakutkan itu, dia memaksakan untuk

melihat ke tanah, jang ditutupi lapisan dedaunan

busuk jang tebal. Tiba-tiba djantungnja berhenti

memukul. Ditengalt-tengah termpat jang betjek,

tepat didepannja, dia melihat bekas kaki jang ketjil

bentuknja. jang dengan udjungnja menundjukkan

kearah terowongan. "Penundjuk djalan" jang

menakutkan ini seakan-akan memerintahkan dia

untuk masuk kedalamnja. Pao Kong menarik napas

pandjang, lain sekonjong-konjong ber-balik ke

belakang, sambil berkata "Sebaiknja kita djanganPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

265

begitu berani masuk kedalam labirin ini tanpa

persiapan2 jang serba tjukup !" Dia berdjalan

keluar melewati pinto gerbang, melintasi

pekarangan jang berubin batu dan tiba kembali

ditaman bunga. Belum pernah sinar matahari jang

hangat dia merasakan demikian menjenangkannja.

Pao Kong berdongak dan memandang sebuah

pohon aras jan djauh lebih tinggi dari pada pohon
pohon tjemara disekitarnja Lalu dia mengatakan

kepada Thio Liong: .,Setidak-tidaknja aku ingin

sekali mengetahui sekadar tentang luas dan

bentuknja labirin ini. Untuk maksud. ini tak perlu

kita masuk kedalamnja. Djikalau engkau mandjat

dipohon aras itu, engkau akan mendapat suatu

pandangan jang baik tentang tempat ini dan

sekitarnja."

"Mudah sadja!" Thio Liong berseru. Dia membuka

badju luarnja, melompat dan menjergap dahan

pohon jang paling rendah. menarik dirinja keatas.

dan segera dia menghilang diantara dedaunan jang

tebal. Dibawah pohon Hakim. dan Sersan Hong

menunggu, tanpa mengatakan suatu apa. Tak lama

kemudian Thin Liong melompat kembali kebawah.

Dengan menjesal dia memandang badju dalamnja

jang disana-sini sudah sobek. .,Aku telah

memandjat hingga dahan jang paling tinggi. Tay
djin". dia berkata. "Dari tempat itu aku mendapat

pemandangan baik alas labirin ini. Bentuknja

bundar dan luasnja kira-kira empat ribu meterPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

266

persegi, sampai dikaki lereng gunung. Akan tetapi

aku tak dapat mengetahui tjoraknja. Semua

ditutupi oleh puntjak-puntjak pohon jang sambung
menjambung sehingga aku hanja melihat bagian
bagian ketjil sadja dari djalan labirin itu di-sana-sini

ditutupi tirai pedal jang tipis. Aku tak heran djikalau

di dalamnja terdapat sekian banjaknja kolam
kolam jang airnja mati." "Apakah engkau tak

melihat sesuatil jang mirip asap dari sebuah

papiljun atau rumah ketjil ?" Hakim bertanja.

"Tidak". djawab Thin Liong. "Aku hanja melihat

puntjak-puntjak pohon jang seakan-akan

merupakan lautan hidjau." "Sungguh aneh !" kata

Hakim. "Mengingat Gubernur Yo me-luangkan

banjak waktu dikebun labirin ini, orang mengira

semestinja dia mempunjai sebuah papiljun dan

perpustakaan ketjil atau ruang-kerdja didalamnja."

Kernudian Hakim berbangkit dan merapihkan

badjunja. "mari sekarang kita memeriksa

gedungnja dengan lebih teliti", dia berkata. Mereka

melewati pula papiljun dikebun bunga dan kedua

majat jang masih menggeletak dibawah pohon

magnolia. Kemudian mereka naik di teras dan

masuk ke dalam gedung. Mereka memeriksa sekian

banjaknja ruangan-ruangan ketjil dan besar jang

semua kosong. Kebanjakan bagian-bagian jang

dibuat dari kaju sudah bobrok, plesteran2 tembok

sudah banjak rusak, sehingga terlihat batunja.

Selagi mereka melalui gang jang agak getup, ThioPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

267

Liong jang berdjalan dimuka berseru "Disini ada

kamar jang dikuntji, Tay-djin !"

Pao Kong don Sersan Hong menghampirinja. Thio

Liong menundjukkan kepada pintu kamar jang agak

benar jang tampaknja baru diperbaiki, adalah pintu

pertama jang kita temukan dirumah ini jang dapat

dikuntji dengan baik !" kata Sersan Hong. Thio

Liong mendobrak pinto itu dengan mendorongnja

dengan pundaknja dan hampir-hampir dia djatuh

kedalam. Pintu itu ternjata mudah sekali terbuka

karena engsel-engselnja rupanja baru sadja

dipakaikan minjak. Hakim masuk kedalam kamar.

Ruangan itu hanja mempunjai sebuah djendela.

jang dipakaikan kisi-kisi besi. Ketjuali sebuah bale
bale dari bambu kamar itu kosong sama-sekali.

Lantainja disapu bersih benar. Sersan Hong dan

Thio Liong ikut masuk kedalam kamar. Hakim

mengusap-asap bale-bale itu dengan tangannja,

akan tetapi tak mendapati debu sedikitpun. Dia

berkata .,Kiranja ada seorang jang belum lama

berdiam disini !" ".Tempat bersembunji bagus

sekali hagi seorang pendjahat !" kata Sersan Hong.

"Bagi seorang pendjahat atau seorang tawanan",

kata Hakim sambil termenung. Dia memberi

perintah Sersan Hong un tuk menjegel pintunja.

Kemudian mereka melandjutkan pemeriksaannja

dikamar-kamar lainnja. akan tetapi mereka tak

menemukan sesuatu jang penting. Oleh karena

sudah hampir tengah-hari, Pao Kong danPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

268

pembantu-pembantunja berdjalan pulang kekantor

pengadilan.

Bersambung ke bagian 4

Pao kong

bagian - 4

Di tuturkan oleh:

Yang Lu
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sumber Pustaka : Gunawan AJ

Kontributor - Scanner : Awie Dermawan

OCR ? convert pdf Text : Tan Willy

DISCLAIMER

Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba

bagi para pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi,

berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk

melestarikan buku-buku yang sudah sulit

didapatkan dipasaran dari kpunahan, dengan cara

mengalih mediakan dalam bentuk digital.

Proses pemilihan buku yang dijadikan abjek alih

media diklasifikasikan berdasarkan kriteria

kelangkaan, usia,maupun kondisi fisik.

Sumber pustaka dan ketersediaan buku

diperoleh dari kontribusi para donatur dalamPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

269

bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan,

yang selanjutnya dikonversikan kedalam bentuk

teks dan dikompilasi dalam format digital sesua?

kebutuhan.

Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan

finansial dari buku-buku yang dialih mediakan

dalam bentuk digital ini.

Salam pustaka!

Team Kolektor Ebook

BAB XVIII

PAO KONG MEMUTUSKAN UNTUK NIENDJUMPAI

SEORANG PERTAPA ; TRIO LIONG MENANG-KAP

SEORANG. KEPALA-PEMBERONTAK DI "MENARA

TAMBUR".

Setibanja dikantor pengadilan, Pao Kong

memerintahkan Kopral Ong dan sepuluh orang

polisi lainnja berangkat kegedung perkebunan

untuk mengambil majat-majat pendjaga rumah

dan istrinja. Kemudian dia bersantap ,jang

dikantornja, sementara itu menjuruh Orang panggil

menghadap Kepala bagian Arsip. Setelah orang itu

datang, Hakim menanja ,,Apakah engkau ,pernah

dengar tentang seorang terpeladjar didaerah ini

jang men-dapat djulukan Orang Pertapa jang

berbadju bulu bangau" ? Kepala Arsip itu balik

menanja "Apakah jang Tay-djin maksudkan PekPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

270

Hok Sian-su ?" "Mungkin itulah orang Jung

kumaksudkan. Rumahnja mesti diluar kota."

"Benar", djawab Kepala Arsip. "Itulah Pek Hok Sian
su, se-perti orang panggil dia umumnja. Dia adalah

seorang pertapa jang tinggal dipegunungan diluar

kota selama kuingat. Tak ada jang tahu usianja."

"Aku ingin sekali bertemu dengan dia", kata Hakim.

Kepala Arsip tampak ragu-ragu. "Kukira hal itu

agak sukar. Tay-djin", djawabnja. "Guru tua itu tak

pernah meninggalkan rumahnja di gunung. dan dia

selalu menolak untuk menerima tetamu. Akupun

tak akan mengetahui apakah dia masih hidup,

djikalau tak kebetulan aku dengar dari dua tukang

mentjari kaju-bakar bahwa mereka belum berapa

lama berselang melihat dia bekerdja di kebunnja.

Dia adalah seorang jang arif dan terpeladjar, Tay
djin. Bahkan ada jang mengata-kan bahwa dia

telah menemukan Air Penghidupan, dan bahwa

segera dia akan meninggalkan dunia ini sehagai

seorang Dewa."

Hakim perlahan-lahan mengusap-usap

djenggotnja. "Aku sering dengar tjeritera-tjeritera

tentang orang-orang per-tapa jang katanja telah

menemukan rahasia untuk hidup kekal.

Kebanjakan diantaranja ternjata adalah orang
orang jang luar biasa malas dan bodoh. Namun,

aku telah melihat sebuah tjontoh dari tulisan orang

itu jang amat indahnja. Mungkin dia sesung-guhnja

adalah seorang jang istimewa. Bagaimana tentangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

271

ke-adaan djalan ketempat itu ?" "Sebagian besar

hanja dapat dilewati dengan djalan-kaki", dja-wab

Kepala Arsip. "Djalan pegunungan itu demikian

sempit dan tjuramnja, sehingga djoli ketjilpun tak

dapat melewatinja." Setelah Kepala Arsip meminta

diri, Thio Houw masuk kedalam. Tampaknja dia

amat letih. "Kuharap tak terdjadi sesuatu jang

kurang baik digedung Tjin Mo. Thio Houw ?" Hakim

menanja dengan rasa chawatir. Thio Houw

berduduk sambil memutar-mutar kumisnja jang

pendek. Lain dia, berkata "Tay-djin, dalam satu
dua hari belakangan ini kulihat suatu perubahan

dalam tingkah-laku pradjurit-pradjurit kita jang

agak mengchawatirkan. Aku telab membitjarakan

hal ini dengan Kopral Lim, dan diapun ternjata

mempunjai kesan jang sama.

Dia mengatakan kepadaku bahwa diantara

pradjurit-Pradjurit kita terdapat beberapa orang

jang memboroskan banjak uang, djauh lebih

banjak dari pada uang-sakunja jang mereka

menerima tiap hari. Kami tak habis memikirkan dari

mana datangnja kekajaan mereka jang tiba-tiba

itu." Pao Kong mendengarkannja dengan penuh

perhatian. "Ini kedengarannja serius sekali. Thio

Houw", dia berkata per-lahan-lahan. "Tjoba engkau

dengar tjeritera jang aneh tentang apa jang dialami

Thio Liong !" Thio Liong menuturkan pula

pengalamannja di Kampung Utara dan tjaraPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

272

bagaimana orang mentjoba menjuap dia untuk

ikut-serta dalam suatu komplotan jang djahat.

Thio Houw menggelengkan kepalanja. Aku

chawatir, ini berarti kerusuhan, Tay-djin ! Siasat

kita untuk menjiptakan sebuah resimen jang chajal

jang akan datang disini untuk mengadakan patroli

ditapal-batas ternjata membawa dua matjam

akibat. Disatu fihak siasat ini memungkinkan kita

untuk menggerebak Tjin Mo dengan tiba-tiba dan

menaklukkan anak-buahnja. Dilain fihak siasat ini

rupanja telah mejakinkan suku-suku bangsa liar

jang merentjanakan untuk menjerang kota itu,

bahwa mereka harus segera melakukan serangan

itu, sebe-lum Tentara Keradjaan tiba dikota ini,

atau mereka tak akan dapat melakukannja sama
sekali." ,,Tjelaka benar djikalau mereka melakukan

serangan pada saat ini", Hakim berseru dengan

gusar. "Seakan-akan kini kita tak sudah

menghadapi kesukaran-kesukaran jang lebih dari

tjukup ! Kusangka, bahwa si-tetamu rahasia jang

mengemudikan Tjin Mo itu berada dibelakang lajar

! Berapa orang kaukira kita boleh pertjaja ?" Thio

Houw berpikir beberapa saat lamanja, kemudian

dia ber-kata : "Aku tak berani memperhitungkan

lebih dari pada lima puluh orang sama-sekali, Tay
djin !" Semua berdiam. Tiba-tiba Pao Kong

memukul medja dengan kepalannja. "Namun

kurasa kini masih belum terlambat untuk

mengambil tindakan-tindakan jang perlu demiPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

273

keselamatan kita", dia berseru. "Utjapanmu bahwa

siasat kita membawa dua akibat, Thio Hou, telah

memberi padaku suatu pikiran. Thio Liong, kita

mesti dengan segera mentjari badjingan Uigur itu

jang kau djumpai kemaren malam. Dapatkah

kiranja kau menangkap dia tanpa menarik

perhatian chalajak ramai ?"

Thin Liong nampaknja senang sekali. Dia

inenaruh kedua tangannja jang besar diatas

dengkul dan berkata sambil tersenjum : Pada

tengah-hari bolong bukan waktu jang paling tepat

untuk melakukan tugas demikian, Tay-djin, akan

tetapi sudah barang tentu dapat sadja

kukerdjakannja." "Engkau dan Thio Houw

hendaknja pergi kesana dengan segera !" Hakim

memerintahkan. "Tapi ingatlah, penangkapan ini

harus dilakukan setjara rahasia. Djikalau kamu

mengira kamu tak dapat membekuk dia setjara

diam-diam, sebaiknja djangan kamu mentjobanja,

dan kembalilah kesini dengan segera !" Thio Liong

menganggukkan kepala dan memberi tanda kepada

Thin Houw untuk mengikutnja. Mereka pergi

ketempat-tinggal pengawal-pengawal dan

berduduk di podjok. Disana mereka berdamai

dengan bisik-bisik. Kemudian Thin Liong

meninggalkan kantor pengadilan seorang-diri dan

me-nudju kepintu kota sebelah Utara.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

274

Didepan sebuah rumah makan ketjil dia berhenti

sedjenak, lalu masuk kedalam. Rupanja dia sudah

sering mengundjungi restoran itu, pengurus rumah

makan menjambut kedatangannja dengan

menjebut nama-nja. "Aku ingin bersantap di

loteng", Thio Liong berkata sambil menaiki tangga.

Diatas loteng dia melihat sebuah kamar podjok jang

kosong. Selagi dia pesan makanan, Thio Houw

masuk, melalui pintu be-lakang. Dengan tjepat
tjepat Thio Liong membuka badju luar dan

kupiahnja. Selagi Thin Houw membungkus barang
barang itu mendjadi satu buntelan, Thio Liong

mengusutkan rambutnja dan mengikat sehelai kain

kotor sekitar kepalanja. Dia menjelipkan badju
dalamnja kedalam sabuk dan menggulung tangan

badjunja. Demikian dengan roman sebagai seorang

buaja-darat, dia mening-galkan rumah-makan

melalui djalan belakang. Diatas loteng Thio Houw

mulai menikmati santapan jang di-pesan Thio

Liong. Oleh karena dia melihat pakaian seragam
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pegawai-pegawai pengadilan jang dikenal, jakni

badju merah tua dan kupiahb lantjip herwarna

hitam, pelajan jang melajani Thio Houw tidak

menjadari bahwa tetamunja itu bukan orang jang

telah pesan makanan. Thio Houw merentjanakan

untuk meninggalkan restoran pada waktu pengurus

rumah makan sedang sibuknja, se-hingga dia tak

dapat dikenali bahwa dia bukan Thio Liong.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

275

Sementara itu Thio Liong berdjalan-djalan didekat

Menara Tambur.

Dia bergelandangan sebentar diantara tukang
tukang dagang dipinggir djalan, lain dia

menjeberang menudju ke menara. Djalan terus

dibawah menara agak gelap dan tak tampak

seorang pun disitu. Diwaktu musim hudjan

pedagang-pedagang keliling memakai tempat itu

untuk memamerkan dagangannja. akan tetapi

sekarang mereka lebih suka berdagang di sebelah

air di-bawah sinar matahari jang terang
benderang. Thio Liong menengok ke belakang

pundaknja. Ketika dia me-lihat bahwa tak ada

orang jang menaruh perhatian kepadanja. dia

tjepat-tjepat masuk kedalam. Dia menaiki sebuah

tangga Jang sempit jang membawa dia ke loteng

kedua. Loteng ini hanja se-buah ruangan jang

kosong dengan djendela-djendela lebar dike-empat

pendjuru. Dimusim panas, atjapkali orang datang

disitu untnk rnentjari angin. Disalah-satu podjok

terdapat sebuah pintu kaju jang tak dikuntji,

melainkan ditutup dengan sebuah gerendel besi

jang ditempelkan sehelai kertas dengan tjap

pengadilan jang berwarna merah. 'Thio Liong sohek

tjap itu dan membuka pintu. Dibelakang,nja ter
dapat tangga jang menudju ketingkat ketiga. Thio

Liong menaiki tangga itu ke loteng jang paling

atas. Ditengah-tengah lantai dari kaju terdapatPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

276

sebuah tambur jang besar sekali. Kulitnja ditutupi

oleh selapisan debu jang tebal.

Tambur itu hanja dipukul di-waktu-waktu

genting untuk memberitahukan warga kota akan

ada-nja bahaja. Rupanja sudah bertahun-tahun

tambur itu tak dipakai. Thio Liong mengangguk,

kemudian tjepat-tjepat dia Seberang kali. Setelah

melihat bahwa tak ada orang didjalan, dia

meninggalkan menara itu dan menudju ke

Kampung Utara. Dibawah sinar matahari kampung

itu tampak lebih menjedih-kan dari pada diwaktu

malam. Tak ada seorang pun di djalan. Rupanja

penghuni-penghuninja biasa tidur sampai tengah

hari-bolong, untuk melepaskan letih setelah

bergadang sepandjang malam. Thio Liong mundar
mandir beberapa waktu lamanja akan tetapi dia tak

berhasil mentjari rumah jang telah dikundjungi itu.

Achir-nja dia berhenti di depan salah-satu rumah

setjara untung-untungan, dan menendang pintunja

sehingga terbuka. Seorang perempuan jang

berpakaian tjompang-tjamping sedang rebah

disebuah bale bale dari kaju. Thio Liong menendang

bale-bale itu. Si-wanita bangun per lahan-lahan.

Dia memandang Thio Liong dengan masam dan

mulai menggaruk-garuk kepalanja.

Thio Liong berkata dengan keras : "Orolakchee

Tiba-tiba wanita itu djadi gesit. Dia berbangkit dari

bale-bale dengan tjepatnja dan menghilang kePAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

277

belakang sebuah sekosol. Dia keluar lagi sambil

inenjeret seorang anak botjah jang mesum sekali

tampaknja. Sambil menundjuk kepada Thio Liong

dia ber-bitjara dengan tjepat kepada anak itu. Lalu

dia mengatakan se-suatu kepada Thio Liong. jang

mengangguk-angguk, walaupun dia tak mengerti

sepatahpun jang dikatakannja. . Si anak itu

memberi tanda kepada Thio Liong dan tjepat-tjepat

berdjalan keluar. Thio Liong mengikutinja dari

belakang. Mereka melalui suatu gang jang

terlampau sempit diantara dua rumah-petak,

sehingga Thio Liong dengan badannja jang tinggi

besar hampir tak bisa lewat. Selagi dia berdjalan

dibawah sebuah djendela jang agak lebar, dia pikir,

kalau-kalau seorang dibelakang djendela memakai

kesempatan ini untuk menghantam kepalanja, dia

tak dapat berbuat suatu apa untuk membela diri.

Tiha-tiba dia dengar seorang denean suara

perlahan memanggil dia dari sebelah atas "Jung

Pao-! Jung Pao !" Dia berdongak. Dia melihat bahwa

jang memanggil adalah Tulbee jang tampak

dibelakang djendela tepat diatas kepalanja. "Apa

chabar, Manis ?" kata Thio Liong dengan muka

berseri-seri. Tulbee tampaknja amat gelisah. Dia

membisik-bisik beberapa kata-kata sambil

memandang dengan tetap kepada Thio Liong

dengan matanja jang besar. Thio Liong

menggelengkan kepalanja. ,,Aku tak tahu apa

kesukaranmu, akan tetapi kini aku amat sihuk. AkuPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

278

akan kembali nanti !" Thio Liong mau berdjalan

terus, akan tetapi Tulbee menjergap leher

badjunja. Dia menundjuk kearah si-anak ketjil itu,

me-nundjuk sambil menggelengkan kepalanja

dengan sungguh-sungguh. Lalu di memasang

telundjuknja didepan tenggorokannja. ja, mereka

itu tukang potong leher, aku tahu. Dia berkata

sambil tersenjum. "Tapi djangan chawatir, aku bisa

mem-bela diri !" tjepat-tjepat menarik dia

kedjendela. Pada suatu saat pipi mereka saling

menjentuh. Tubuh Tulbee sedikit berbau lemak

kambing, akan tetapi kali ini Thio Liong merasa bau

itu agak menjenangkan djuga. Kemudian dia

melepaskan diri dari pelukan si-wanita itu dan

meneruskan perdjalanannja.

Setelah dia keluar dari gang jang sempit itu. si

botjah itu tjepat-tjepat menghampiri dia. Dia

tampak amat gelisah, rupanja dia takut Thio Liong

menghilang. Mereka melewati setumpukan sampah

dengan susah-pajah. kemudian memandjati

tembok jang sudah rusak. Anak itu me-nundjukkan

sebuah rumah pondok jang letaknja agak terpentjil

dan jang dipelesteri dengan rapihnja. Lalu dia

kabur. Sekarang Thio Liong baru mengenali pondok

itu adalah jang dia pernah kundjungi diwaktu

malam bersama Si-Pemburu. Dia mengetuk pintu,

"Masuk !" suatu suara berteriak dari sebelah dalam.

Thio Liong membuka pintu. Dia berdiri diam seperti

pilar. Seorang tinggi dan kurus berdiri didepanPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

279

tembok diseberangnja. Ditangan kanan dia

memegang sebuah pisau paudjang jang amat

mengerikan dan jang sudah siap untuk

dilemparkannja. Selewatnja detik-detik jang

tegang itu, orang itu berkata engkau. Jung Pao !

Silakan duduk !" Dia masukkan pisaunja didalam

sarung "kat dan berduduk disebuah bangku jang

pendek. Thio Liong berbuat demikian djuga. .
,,Kemaren malam", Thio Liong berkata, "Si
Pemburu mengata-kan aku harus datang kesini,

dan " "Sudahlah !" Orang itu memotong

pembitjaraannja. "Djika Iau aku tak tahu tentang

dirimu, sekarang engkau sudah mati. Aku tak

pernah luput, djikalau aku melemparkan pisauku !"

Didalam hati Thio Liong pun berpendapat bahwa

utjapan itu benar Orang Uigur itu pandai sekali

berbitjara bahasa Tionghoa. Thio Liong sangka dia

adalah seorang kepala-suku dari tingkat rendah.

Thio Liong tersenjum untuk mengambil hati. "Aku

dengar bahwa engkau dapat memberikan kepadaku

pekerdjaan jang agak menguntungkan, Tuan !"

"Engkau sebenarnja seorang penghianat" djawab

orang itu dengan djemu. "Dan seorang penghianat

memang selalu memikirkan uang sadja. Namun

orang seperti engkau kadang-kadang ada gunanja

djuga. Akan tetapi sebelum aku memberi instruksi

kepada-mu aku ingin memberi peringatan se
djelas2nja demi kesehatan-mu sebaiknja engkau

djangan mentjoba untuk mempedajai aku. DjikalauPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

280

aku sedikit sadja mentjurigai gerak-gerikmu,

engkau akin merasai mata pisau ini dipunggungmu

!" "Sudah tentu, Tuan !" djawab Thio Liong tjepat
tjepat. "Engkau tahu. keadaanku jang sebenarnja.

Aku " "Tjukuplah !" Kata orang itu dengan tegas.

"Dengarkanlah baik-balk, aku tak pernah

mengulangi perintahku. Pada saat ini tiga suku

sedang berkumpul di tanah datar disebe-rang

sungai. Besok, pada waktu tengah-malam. mereka

akan serbu kota ini. Kami dapat menduduki kota ini

tiap saat jang di-kehendaki, akan tetapi sedapatnja

kami ingin menghindarkan pertumpahan darah

jang melewati batas. Pembesar-pembesarmu

adalah orang-orang jang tinggi-hati dan malas.

Djikalau tidak terpaksa mereka tak akan bergerak.

Lagi pula kota Lam Hong ini letaknja amat

terpentjil. Djikalau djatuhnja kota ini tidak menarik

terlalu banjak perhatian di kotaradja, pembesar
pembesar itu tidak akan terburu-buru mengirim

tentara kesini. Untung bagi kami djalan raja

kenegeri-negeri barat tak lagi melalui kota ini. Maka

pemerintah pusat tak chawatir upeti dari

keradjaan-keradjaan taklukan didaerah barat jang

tiap tahun diangkat ke-kotaradja akan dapat kami
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rampas ditengah djalan. Dan pada saat mereka

memutuskan untuk mengambil tindakan-tindakan

terhadap kami, suku-suku kami sudah mendirikan

keradjaan sendiri didaerah ini dan sudah sanggup

menangkis tiap-tiap serangan dari tentaraPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

281

Tiongkok. Soalnja jalah bahwa kita ingin

menduduki kota ini dengan tiba-tiba dan setjara

diam-diam. Segala sesuatu sudah disiapkan un-tuk

mengambil alih pernerintahan kota dan untuk

membunuh pem-besar dan orang-orangnja. Kini

hanja kami membutuhkan bantuan beberapa orang

Tionghoa lagi untuk melakukan pekerdjaan jang

sukar dilakukan oleh orang-orang kami, jakni untuk

menjisihkan pengawal-pengawal pintu kota setjara

diam-diam." "Ha !" Thio Liong berseru. "Untung

sekali ! Kebetulan aku mempunjai seorang teman

disini, orang jang djusteru engkau butuhkan. Dia

adalah bekas sersan dari tentara keradjaan, akan

tetapi karena mendapat perkara dengan pembesar

jang baru dikota ini, dia lari menjembunjikan diri.

Memang Pembesar Pao itu ada seorang jang djahat

sekali !"

"Kamu orang Tionghoa memang selalu takut

pada pembesar-pembesarmu !" Orang Uigur itu

mengedjek. "Aku tak takut pada mereka semua !

Beberapa tahun jang lampau aku telah menggorok

lehernja salah-seorang pembesar dengan tanganku

sendiri !" Thio Liong berpura-pura menjatakan

rasa-kagumnja akan per-buatan jang dahsjat itu.

"Sebaiknja Tuan sendiri dengan langsung

menghubungi kawan-ku Itu" dia berkata. "Kawanku

adalah seorang ahli-silat jang pandai sekali dan dia

mengetahui segala sesuatu tentang kode-kode

rahasia dan tjara-kerdja tentara sehari-hari."PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

282

"Dimana orang itu ?" Orang Uigur itu menanja

dengan bernafsu. "Tak djauh dari sini, Tuan", Thio

Liong mendjawab. "Kami telah berhasil untuk

mendapat tempat hersembunji jang baik bagi-nja.

Dia hanja keluar di waktu malam, pada siang hari

dia tidur ditingkat ketiga dari Menara Tambur".

Orang Uigur itu tertawa. .,Bukan pikiran jang

buruk" dia berkata, "Tak ada orang jang akan

mentjari dia disitu. Pergilah dan bawa dia kemari !"

Thio Liong tampak ragu-ragu. Dia berkata dengan

merengut "Seperti tadi kukatakan, dia tak. berani

mengambil risiko untuk keluar diwaktu siang hari.

Apakah tidak sebaiknja kita sadja jang pergi kesana

? Tempatnja tak terlalu djauh !" Orang Uigur itu

memandang Thio Liong dengan penuh ketjuriga"

Dia berpikir sedjenak. Lalu dia berbangkit sambil

me-ngambil pisaunja dari ikat-pinggang dan

rnenjimpannja didalarn tangan-badju. "Kuharap

demi keselamatanmu", dia berkata, "engkau tak

me-rentjanakan suatu atau lain akal bangsat,

hendaknja engkau berjalan dimuka. Djikalau sedikit

sadja gerak-gerikmu mentjurigakan, aku akan

lemparkan pisau ini ke punggungmu. dan tak ada

orang tahu dari mana datangnja !" Thio Liong

mengangkat pundaknja. "Tak perlu untuk memberi

peringatan-peringatan kepadaku", dia, berkata.

"Apakah Tuan tidak tahu bahwa keselamatan kami

ada ditaganmu sendiri ? 'Satu perkataan sadja

disampaikan kepada pengadilan, dan aku danPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

283

temanku tak dapat tertolong lagi !" "Balk, asal

kamu tak melupakan itu, sahabat", kata prang

Uigur itu.

Mereka menudju kedjalan raja, orang Uigur itu

mengikuti Thio Liong dari djarak jang agak djauh.

Setelah Thio Liong tiba di pasar dia melihat Thio

Houw ber-diri sambil bersandar pada sebuah tugu

peringatan, sedang me-ngawasi orang-orang jang

lewat hilir mudik. Kupiahnja jang lantjip, badjunja

jang merah tua dengan ikat pinggang jang hitam

menundjukkan dia sebagai seorang pegawai

pengadilan. Thio Liong berhenti scdjenak. Setelah

dia tahu pasti bahwa Thio Houw sudah dapat

mengenali dia, tjepat-tjepat dia bersembunji

dibawah Menara Tambur jang agak gelap. Tak lama

kemudian orang Uigur itu menjertai dia. "Apakah

engkau lihat bangsat itu jang bersandar pada tugu

per-ingatan". dia berbisik. Tampaknja seperti orang

jang ketakutan. itu adalah seorang perwira dari

pasukan polisi pengadilan !" "Aku tahu", djawab

Orang Uigur itu dengan pendek. "Tjepat-lah !" Thio

Liong naik tangga jang menudju ketingkat dua.

Disana dia menunggu sehingga si orang Uigur itu

tiba. Sambil menundjuk tjap pengadilan jang sudah

sobek dia berkata : "Lihatlah ! loteng diatas itu

adalah tempat sembunji kawanku !" Si orang Uigur

mentjahut pedang dari sarungnja, dan mentjoba
tjoba tadjamnja mata pisau dengan djempolnja.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

284

"Engkau naik dulu, dia memerintahkan. Thio

Liong mengangkat pundaknja. Perlahan-lahan dia

naik ditangga jang sempit, diikuti si-orang Uigur

dari belakang. Setelah kepalanja menondjol

dilubang lantai dari tingkat ketiga, dia berseru:.

"Wahai ! Si-andjing pemalas itu sedang tidur

njenjak Dia tjepat-tjepat naik ketingkat tiga dan

sambil menundjuk pada tambur dia berkata :

"Lihatlah orang itu !" Orang Uigur itu naik dengan

tjepat. Ketika kepalanja menondjol dilubang loteng

tiba-tiba Thio Liong menendang mukanja sekeras
kerasnja, sehingga dia djatuh terlentang dibawah

tangga. Dengan ketjepatan sebagai kilat Thio Liong

melompat kebawah. Berkat ketangkasannja dia

berhasil untuk mengelakkan diri dari tikaman pisau

lawannja jang dahsjat. Si-orang Uigur itu rebah

diatas lantai, sambil bersandar pada lengan kirinja.

Rupanja salah satu kakinja patah dan darah me
ngalir dari luka hebat dikepalanja jang gundul.

Akan tetapi sinar matanja ganas sekali dan

ditangannja dia mengepal pisau dengan kerasnja.

Thio Liong tak membuang-buang waktu. Dengan

tjepat dia berdiri di belakang lawannja itu dan

sebelum si-orang Uigur itu bisa membalikkan

badannja Thio Liong menendang, sekeras-kerasnja.

Kepala orang Uigur itu terbentur pada anak tangga.

Pisau djatuh dari tangannja. dia sendiri mendjadi

pingsan dan menggeletak di-lantai, tak berkutik

lagi. Thio Liong mendjumput pisaunja danPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

285

menjimpannja didalam ikat pinggangnja. Lalu dia

ikat kedua Langan orang Uigur itu dibelakang

punggung. Kakinja ternjata patah pada Iebih dari

satu tempat. Thio Liong turun dari Menara Tambur,

berdjalan luntang-lantung ditengah pasar

kemudian menudju ke tugu peringatan. Setelah dia

melewati logo, tiba-tiba Thio Houw, bertindak

kedepan.

"Berhenti !" Dia berseru lalu pegang lengan Thio

Liong. Thio Liong mengibas supaja lengannja

terlepas dan memandang Thio Houw dengan gusar.

"Djangan tjoba memegang aku, andjing !" Dia

menggeram. "Aku adalah pegawai pengadilan",

kata Thio Houw. "Kukira Jang Mulia Hakim Pao ingin

mrnanjakan kamu beberapa hal, sobat !" "Aku ""

Thio Liong berseru dengan marah-marah, "Aku

ada-lah seorang penduduk jang baik-baik. Aku tak

ada urusan apa-pun dengan pengadilan !"

Sementara itu sekumpulan orang-orang jang

luntang-lantung berkumpul disekitar mereka,

dengan asjiknja mengikuti peristiwa ini. .,Engkau

ikut aku dengan baik atau apakah aku mesti

memberi hadjaran kepadamu terlebih dahulu " kata

Thio Houw dengan menantang. .,Apakah kita mesti

membiarkan kita digonggong oleh andjing-andjing

pengadilan ini " Thio Liong menanja kepada orang

banjak" Dengan rasa puas dia melihat bahwa tak

ada seorangpun jang berbuat apa-apa. Dia

mengangkat pundaknja dan berkata "Baiklah !PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

286

Penga- dilan tak bisa berbuat apa-apa terhadap

diriku. Aku tak punja salah !" Thio Houw ikat kedua

tangan temannja dibelakang punggung. Thio Liong

melihat disekitarnja. "Dengarlah", dia berkata,

"Aku mempunjai seorang teman jang sakit. Biarlah

aku memberi beberapa uang tembaga kepada

tukang djual kuwe disini agar dia membawa sedikit

makanan kepada temanku itu. Dia tak bisa

bergerak." "Dimana orang itu ?" Thio Houw

menanja. Thio Liong tampak ragu-ragu untuk

beberapa saat, kemudia dia berkata dengan segan

"Baik. Bitjara terus terang, kemaren malam dia naik

ke Menara Tambur untuk mentjari angin. Dia djatuh

dari tangga dan kakinja patah. Kini dia

menggeletak di-lantai dari tingkat dua." Para

penonton tcrtawa terbahak-hahak. "Kupikir", Thio

Houw berkata, "bahwa Pengadilan ingin berkenalan

dengan pasienmu itu !" Dan sambil berpaling

kepada, orang banjak dia menambahkan

"Hendaknja beberapa orang diantaramu pergi ke

kantor kepala kampung dan minta dia datang disini

dengan empat orang, sehuah usungan dan

beberapa selimut !"

Tak lama kemudian kepala kampung datang

bersama empat orang jang membawa galah-galah

bambu. "Kepala Kampung, djaga bangsat ini!" Thio
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Houw memerintahkan. Dia mengadjak dua orang

untuk bersama pergi ke Menara Tambur. Thio Houw

naik ketingkat dua. Orang Uigur its ternjata ma-sihPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

287

pingsan. Thio Houw tjepat-tjepat menempelkan

sehelai kertas minjak pada mulutnja. Lain dia

gulung orang itu didalam selimut dan membungkus

pula kepala dan pundaknja dengan selimut lainnja

lalu dia memanggil kedua pembantunja naik ke

loteng untuk menggotong orang itu kebawah.

Orang Uigur itu diletakkan diatas usungan darurat

dan digotong kekantor pengadilan. Thio Houw

berdjalan di depan sambil me-njeret Thio Liong

jang membiarkan dirinja diperlakukan sebagai

persakitan. Mereka masuk dari pintu samping.

Setelah mereka berada di-dalam halaman

pengadilan, Thin Houw berkata kepada kepala

kampung dan pembantu-pembanturnja sadja

usungan itu disini. Kamu boleh pulang!"

Setelah mereka menguntji pintu. Thio Liong

meloloskan tangan-nja dari ikatan jang sudah

longgar, kemudian mereka berdua menggotong

usungan dengan orang Uigur itu kependjara lain

membaringkan orang itu diatas bale-bale disebuah

sel ketjil. Selagi Thio Liong membalut luka-luka

dikepala orang tawanan-nja. Thio Houw membalut

kakinja jang patah dengan sepotong kaju.

Kemudian Thio Liong pergi untuk memberi laporan

kepada-Hakim. Thio Houw menguntji pintu sel itu.

Kepada pendjaga pendjara jang sementara itu

sudah datang, dia mengatakan bahwa dia telah

menangkap seorang pendjahat jang berbahajaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

288

sekali, maka harus didjaga baik-baik. Kantor Hakim

kosong, tak ada orang ketjuali Tao Gan jang sedang

tidur dipodjok. Thio Liong menggojang-gojang dia

schingga dia bangun, lain menanja .,Dimana Tay
djin ?" Tao Gan meleki matanja. "Tay-djin bersama

Sersan Hong keluar, setelah kamu berangkat

pergi", dia berkata. "Mengapa kamu begitu gugup ?

Apakah kamu sudah dapat menangkap orang Uigur

itu ?" "Lebih dari pada itu !" kata Thio Liong dengan

sombongnja.

"Kami sudah menangkap pembunuh Kepala

Daerah jang dahulu!" .,Ha, karena itu malam ini

engkau harus mengundang aku ber-minum arak,

saudara !" kata Tao Gan dengan rasa-puas. "Ja.

Tay-djin telah memerintahkan aku untuk

mengundang Yo Kie datang ke pengadilan di waktu

lohor. Kukira Tay-djin ingin me-nanjakan dia

beberapa hal berhuhung dengan matinja pendjaga

rumah jang tua itu dengan istrinja. Sebaiknja aku

pergi sekarang !""

BAB XIX

SEORANG PERTAPA MEMPERBINTJANGKAN

MAKNA KEH1DUPAN JANG SEDJATI - PAO KONG

DIBERITAHUKAN TENTANG RAHASIA GUBERNUR .

Setelah Thio Liong dan Thio Houw berlalu untuk

melakukan tugasnja, Pao Kong mengambil

seberkas naskah dari medja-tulis-nja. DiaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

289

membatjanja sedjenak tapi tampaknja dia tak

dapat menjelami isinja. Sersan Hong tahu bahwa

madjikannja tjemas dan bingung. Hakim dengan

tak sabar melemparkan naskah itu diatas media,

dan berkata : "Aku bilang terus terang, Sersan.

djikalau Thio Hong dan Thio Houw gagal untuk

menangkap orang Uigur itu. keadaan kita akan

amat berbahaja!" "Mereka pernah melakukan tugas

jang lebih berat dari pada jang kini ditugaskannja

kepada mereka, Tay-djin !" djawab Ser-san Hong

dengan kejakinan. Hakim tak memberi komentar

suatu apa. Untuk setengah djam lamanja dia

memusatkan pikirannja pada pelhagai dokumen
do-kumen jang resmi. Achirnja dia menaruh

kembali alat-tulisnja. "Tak ada gunanja untuk

menunggu disini lebih lama", Dia ber-kata "mudah
mudahan Thio Liong dan Thio Houw berhasil

menangkap orang itu tanpa menarik perhatian

chalajak ramai. Tjuatja kebetulan balk sekali, marl

kita pergi keluar dan melihat apakah kita bisa

temukan Pek Hok Sian-su itu !"

Sersan Hong mengetahui berdasarkan

pengalamannja jang lama. bahwa aktivitas selalu

adalah obat jang paling tepat untuk me
nenteramkan Hakim, djikalau urat-sjarafnja

terganggu. Tjcpat-tjepat dia keluar dan memesan

untuk menjiapkan dua ekor kuda-tunggang.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

290

Demikian mereka peninggalkan kantor

pengadilan melalui pintu tengah dan menudju

kearah selatan. Mereka melintasi djembatan

marmer dan pergi keluar kota melalui pintu-kota

selatan.

Sekian lama mereka mengikuti djalan raja,

kemudian atas pe?tundjuk seorang petani mereka

melalui djalan ketjil jang menudju kedaerah

pegunungan, sehingga mereka tiba dibawah kaki

sebuah bukit jang agak tjuram.

Pao Kong dan pembantunja turun dari kuda.

Sersan Hong memberi beberapa uang tembaga

kepada seorang tukang mengum?pulkan kaju
bakar dan meminta kepadanja untuk mendjagai

kuda mereka untuk satu-dua djam lamanja. Lalu

mereka mulai men?daki bukit itu.

Dengan susah-pajah achirnja mereka tiba

dipuntjak gunung, di-mana tumbuh banjak pohon

tjemara. Ditempat ini Pao Kong beristirahat

sedjenak untuk melepaskan letih. Sambil

memandang kepada lembah jang hidjau dibawah

kakinja, dia mengangkat ke?dua tangannia dan

menikmati angin gunung jang sedjuk jang me?niup

kedalam tangan badjunja jang lebar.

Setelah Sersan Hong pun sudah tjukup

mengasoh, mereka me?landjutkan perdjalanannja

melalui djalan ketjil jang berliku-liku. SelagiPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

291

mereka turun kelembah. suasana mendjadi makin

sunji. Suara jang mengalir disebuah anak-sungai

adalah suara sato?satunja jang mereka dengar.

Sungai itu mereka sebrangi, melalui sebuah

djembatan batu jang sempit. Kemudian mereka

mengikuti djalan ketjil jang memba?wa mereka

kesebuah rumah atop jang sebagian kelihatan

diantara dedaunan jang hidjau-hidjau.

Setelah dengan susah-pajah mereka melewati

semak-semak jang lebat dan sebuah pintu jang

dibuat dari bambu dengan kasar. tiba?lah disebuah

kebun ketjil. Disepandjang pinggiran kebun itu

bertumbuhan pohon-pohon bongo setinggi orang.

Pao Kong pikir belum pernah dia melihat demikian

banjaknja bunga-bunga jang demikian indahnja.

Seluruh dinding dari rumah ketjil itu ditutupi oleh

tanaman jang

merambat. Dinding itu seakan-akan hampir mau

rubuh dibawah atap dari alang-alang jang berwarna

hidjau saking banjak lumut?nja. Sebuah tangga

kaju jang rejot menudju kesebuah pintu dari papan

jang tak ditjat sama-sekali. Pinto itu terbuka.

Hakim bermaksud untuk nnemanggil penghuni

rumah bahwa ada tetamu. akan tetapi entah

bagaimana, dia merasa segan untuk rnemetjahkan

suasana jang sunji-senjap. Lalu dia mendorong

kesamping beberapa tanaman jang tumbuh

dipinggir rumah.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

292

Dia melihat sebuah serambi jang sederhana,

dibuat dari bambu. Seorang tua jang usianja

rupanja sudah amat landjut, sedang menjiram

kembang. Badjunja tjompang-tjamping dan dia

memakai topi rumput. Bau semerbak dari bunga

anggrek meliputi suasana. Hakim menjingkirkan

pula beberapa tjabang dan berseru : "Apakah Pek

Hok Sian-su ada dirumah ?' Orang tua itu

menengok ke djurusan Hakim. Bagian bawah dari

wadjahnja tertutup oleh kumisnja jang tebal dan

djenggotnja jang putih dan pandjang, sedangkan

bagian sebelah atas tak terlihat sama-sekali karena

dihalangi oleh pinggiran topinja jang lebar.

Dia tak mendjawab, melainkan menundjukkan

dengan telundjuk-nja kearah rumah. Kemudian dia

menaruh penjiram kembang di-atas lantai dan

menghilang ke belakang rumah tanpa mengatakan

suatu apa. Pao Kong tampaknja tak begitu senang

atas penjambutan jang agak dingin itu. Dengan

pendek dia memerintahkan Sersan Hong untuk

menunggu diluar. Selagi Sersan Hong berduduk

diatas bangku dekat pintu pagar, Hakim menaiki

tangga dan masuk kedalam rumah. Dia berada

disebuah kamar jang besar tapi kosong. Tak ada

sehelai tikar pun diatas lantai jang terbuat dari

kaju, tak ada sebuah pigura menghiasi dindingnja.

Meiainkan di belakang sebuah djendela jang rendah

dan lebar terdapat sebuah medja kaju jang kasar

dan dua bangku jang rendah.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

293

Tampaknja seperti rumah seorang petani, akan

tetapi segala-sesuatu amat bersih. Sekian lama dia

berada di kamar itu tanpa ada tanda-tanda bahwa

tuan-rumah menghiraukan kedatangannja. Dia

merasa djengkel dan tersinggung dan mulai merasa
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjesal bahwa dari djauh dia datang ketempat ini.

Sambil menghela napas dia duduk disalah-satu

bangku dan me-lihat-lihat keluar djendela. Segera

perhatiannja tertarik oleh pemandangan jang amat

indahnja dari pohon-pohon bunga jang berdjadjar
djadjar tampak dirak-rak sepandjang serambi.

Pohon-pohon anggrek jang amat istimewa sedang

berbunga di pot-pot kembang dari perselen dan

dari tanah-liat ; baunja jang semerbak menembusi

seluruh suasana didalam kamar. Selagi dia

berduduk disitu, Pao Kong merasakan bahwa

suasana jang terlampau tenang dari tempat itu

perlahan-lahan menghilang-kan semua pikiran
pikirannja jang ruwet clan mendjengkelkan. Sambil

mendengarkan suara berdengungnja se-ekor lebah

jang tak kelihatan, dia merasa seakan-akan Sang

waktu berhenti.

Lenjaplah segala kemarahan dan kedjengkelan

hatinja. Dia menaruh kedua sikunja diatas medja

dan melihat-lihat dengan senangnja keadaan

disekitarnja. Diatas medja hambu, dia nampak

sepasang les dengan tulisan jang indah sekali jang

digantungkan ditembok. Iseng-iseng Hakim

membatja tulisan itu jang bunjinja .,Hanja ada duaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

294

djalan jang menudju ke Kehidupan jang kekal :

Atau seorang harus mengorok kepalanja kedalam

lumpur seperti se-ekor tjatjing. Atau. laksana ular
naga, dia terbang tinggi keangkasa raya." Hakim

pikir sadjak ini indah sekali, baik dipandang dari

sudut gaja-menulisnja, maupun ditindjau dari

sudut artinja jang amat mendalam. Sadjak itu

ditanda-tangani dan ditjap akan tetapi dari tempat

duduknja dia tak dapat membatja huruf-huruf jang

demikian ketjilnja. Pada saat itu tirai biru jang

warnanja sudah agak luntur di tarik kesamping dan

si-orang tua masuk kekamar. Dia sudah ganti

pakaiannja jang rombeng dengan djubah jang

berwarna merah tua sedangkan kepalanja jang tak

berkupiah mem-perlihatkan rambutnja jang sudah

putih sama-sekali. Ditangan-nja dia membawa se
ketel air panas.

Pao Kong tjepat-tjepat berbangkit dan

membungkukkan badan-nja dengan hikmat. Si
orang tua itu balas menganggukkan ke-palanja,

lalu berduduk dibangku lainnja. Setelah keragu
raguan sebentar, djuga Pao Kong berduduk

kembali. Wadjah si-tuan-rumah sudah keriput

seperti buah appel jang sudah busuk, akan tetapi

bibirnja merah seperti gintju. Selagi dia tunduk

sambil menuangkan air panas kedalam teko, alisnja

jang putih dan pandjang menutupi kedua matanja

seperti tirai, sehingga Hakim tak dapat melihatnja.

Hakim menunggu dengan chidmat dan sabarPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

295

sehingga tuan-ru-mahnja berbitjara terlebih

dahulu. Setelah dia mengisi tekoan dan menaruh

tutup tekoan pada tempatnja, si-tuan-rumah itu

me-masukan tangannja didalam tangan-badjunja

dan memandang kepada tetamunja. Dibawah

alisnja jang tebal tampak dua mata jang tadjam tak

beda seperti mata burung garuda. Dia berbitjara

dengan suara jang dalam dan njaring: ,,Maaf-kan

djikalau penjambutanku tidak seperti mestinja. Aku

djarang sekali menerima tetamu."

Selagi dia berbitjara, Hakim melihat bahwa

giginja rata dan putih seperti mutiara. "Aku mohon

beribu maaf atas kundjunganku jang tiba-tiba ini-,

dia berkata. "Namaku jang rendah adalah Pao Kong

alias Pao Bun Tjim. Kedatanganku adalah

herhubungan dengan suatu per-kara jang

bersangkutan dengan keluarga mendiang Gubernur

Yo "Ja, ja !" kata si-orang tua itu dengan

memotong pembitjaraan orang. "Sudah lama sekali

sedjak aku mendjumpai sahabatku Yo Su-tjian.

Tjoba lihat, kiranja sudah delapan tahun berselang

sedjak dia meninggal-dunia. Atau mungkin djuga

sudah sembilan tahun." Dia berhenti sebentar

untuk menuangkan teh. Kemudian dia

melandjutkan sahabatku Yo Su-tjian adalah

seorang jang bertjita-tjita besar sekali. Kukira, kini

sudah tudjuh puluh tahun berselang sedjak kami

beladjar bersama dikota-radja. la seorang bertjita
tjita terlampau besar. Dia mempunjai maksudPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

296

untuk membasmi semua kedjahatan didalam dunia.

Dia ingin mengada-kan perbaikan-perbaikan

diseluruh Keradjaan Perlahan-lahan suara si-orang

tua itu menghilang. Dia men-angguk beberapa kali

dan mengirup tehnja. Hakim berkata agak malu
malu : "Aku ingin sekali mengetahui tentang

kehidupan Gubernur Yo dikota ini". Akan tetapi si
tuan-rurnah rupanja tak dengar apa jang dikata
kan kepadanja. Dia perlahan-lahan terus

menghirup air-tehnja. Djuga Pao Kong ikut

meminum. Setelah menjitjip. dia tahu bau teh itu

adalah jang paling enak jang dia pernah rasakan.

Harum nja jang lembut seakan meresap keseluruh

tubuhnja. Tiba-tiba Pek Hok Sian-su . berkata

"Airnja kuambil dari anak-sungai jang berpantjur

dari batu-karang, kemaren malam aku menaruh

daun teh itu didalam kuntum bunga seruni. Tadi

pagi2- aku mengambilnja keluar selagi bunga itu

mekar dibawah sinar matahari. Daun-daun teh ini

telah menghisap sari-pati dari pada embun-pagi".

Lalu tanpa suatu peralihan, dia melandjutkan "Yo

Su-tjian segera memulai kchidupannja sebagai

pernbesar negeri dan aku mengembara diseluruh

Keradjaan. Dia mendjadi residen. kemudian

diangkat mendjadi gubernur. Namanja ber
dengung-dengung dengan njaringnja diruangan
ruangan marmer dari Istana Kaisar. Dia menguber
uber dan menghukum orang orang djahat, dia

melindungi dan memberi hati kepada onang-orangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

297

baik, dia sudah madju djauh sekali dalam usahanja

memperbaiki keradjaan. Kemudian, pada suatu

hari. pada waktu dia hampir dapat mewudjudkan

semua tjita-tjitanja. dia rnenginsjafi bahwa dia

telah menemukan kegagalan besar dalam usahanju

untuk memperbaiki puteranja sendiri. Hal ini

membikin dia malu dan patah-hati sehingga dia

merasa perlu untuk mengundurkan diri dari semua

djabatannja jang tinggi, dan tinggal dikota ini, me
nuntut kehidupan jang terpentjil namun jang

tenang dan damai dengan mengurus sawah dan

kebunnja.

Demikian kami berdua saling bertemu kembali,

setelah hidup berpisahan lebih dari lima puluh

tahun. Achirnja kami mentjapai tudjuan jang sama

dengan menempuh djalan jang berbeda-beda." Si
orang tua tiba-tiba tertawa ketjil seperti anak

botjah sambil dia melandjutkan .,Perbedaan satu
satunja jalah: djalan jang situ pandjang se-kali dan

berliku-liku, dan djalan jang lain pendek dan lurus

!" Dia berhenti sebentar, lalut berbitjara pula : "Tak

lama, sebe-lum dia meninggal dunia, dia dan aku

memperbintjangkan soal ini. Kemudian dia menulis

sadjak jang tergantung ditembok itu. Silah-kan

saksikan sendiri dan nikmatilah gaja-menulisnja

jang amat indah !" Pao Kong bangun dun melihat

dengan lebih teliti tulisan jang digantungkan

ditembok itn. Sekarahg dia bisa membatja denganPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

298

djelas tanda-tangannja "Ditulis oleh Yo Su-tjian dari

Papiljun nan Tenang dan Damai".

Hakim kini tahu benar bahwa surat-wasiat jang

dia temukan di dalam pigura Njonja Yo adalah

palsu. Tanda-tangan jang di-bubuhi dibawah surat
wasiat itu, bila dipandang sepintas lain tam-paknja

sama akan tetapi djelas sekali bukan ditulis oleh

tangan jang sama. Hakim perlahan-lahan

mengusap-usap djenggotnja. Banjak hal-hal kini

sudah mendjadi djelas baginja. Setelah dia

berduduk kembali dia berkata : "Djikalau aku boleh

mengatakan dengan segala hormat, tulisan

Gubernur Yo mcmang amat bagus, akan tetapi

tulisan Tuan sen-diri termasuk kelas jang paling

tinggi, seperti telah aku menjatakan sendiri diatas

pintu masuk dari kebun labirin jang dibuat oleh Gu
bernur " Si-orang tun rupanja lak mendengarkan

sama-sekali. Dia me-motong pembitjaraan

tetamunja dan berkata "Gubernur tua itu selalu

penuh dengan maksud-maksud jang luhur.

sekalipun seumur hidupnja dia mentjurahkan

tenaganja, masih belum tjukup untuk

mewudjudkannja. Bahkan setelah dia berpindah

kekota ini, masih dia bisa berhenti. Beberapa

diantara rentjananja malahan tak


Pendekar Hina Kelana 7 Majikan Gagak Hamukti Palapa Karya Langit Kresna Wiro Sableng 184 Dewi Dua Musim

Cari Blog Ini