Ceritasilat Novel Online

Gadis Tak Berkepala 6

Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala Bagian 6

dengan rasa kagum. "Lihatlah ! Djikalau seorang

masuk pintu-masuk jang resmi, dan tiap kali

menemui djalan jang membiluk kekanan dia akan

tiba lagi dipintu-keluar, seakan berdjalan melalui

seluruh labirin. Dan sebaliknja, djikalau orang

masuk kedalam dan mengambil djalan dari dan dia

selalu membiluk ke kiri. diapun achirnja akan tiba

kembali ditempat, dari mana dia bertolak. Maka,

ketjuali dji-kalau orang tahu bagaimana untuk

memotong djalan. dia tak akan dapat ketemukan

papiljun jang tersembunji itu. Sebab dari pintu

manapun dia masuk, kearah manapun dia

membiluk, achir-achirnja dia berputar-putar

ditempat itu-itu djuga, atau sebagus-nja, dia

nampak dirinja sudah berada diluar labirin !" "Kita

harus minta idjin dari Njonja Yo, untuk

membersihkan Iabirin ini, Taydjin", kata Sersan

Hong. "kemudian tempat ini bisa didjadikan tempat

bertamasja jang baguss sekali, seperti Pagoda di

Telaga Teratai."

Pada saat itu Kopral Gan, masuk kedalam.

"Siapakah jang menguntijungi tempat ini sebelum

kedatangan kita, Tav-djin, dia berkata. "Kami

sudah menjelidiki disemua tempat, akan tetapi

karni tak dapat menemukan bekas-bekasnja se
dikit djuah." "Suruh orang-orangmu periksa lagi

dipohon-pohon jang besar dan terutama diantaraPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

373

tjabang-tjabaugnja jang lebat. Mungkin orang jang

tak dikenal itu bersembunji disitu. Setelah Kopral

Ong berdjalan keluar, Pao Kong memandang

kepada Tao Gan, jang sambil berdjungkuk diatas

bangku. sedang sibuk memeriksa lapisan debu, dan

kotoran tebal jang menutupi tempat duduk itu.

Sambil menggelengkan kepala. Tao Gan berkata

"Djikalau aku tak tahu benar, Tay-djin, kukira

bahwa tanda-tanda hitam ini mirip sekali dengan

bekas-bekas darah."

Hakim merasa djantungnja tertjekat. Dia tjepat
tjepat madju kedepan dan menggosok telundjuknja

pada noda jang ditundjukkan Tao Gan. Dia

berdjalan kedjendela dan mengamat-amati

telundjuknja itu dibawah sinar matahari. Dia

rnelihat noda itu berwarna merah tua. Sambil

menengok kebelakang dia perintah Thio Liong

dengan pendek "Lihatlah dibawah bangku marmer

!" Thio Liong menusuk-nusuk dengan tombaknja

dikolong bangku jang gelap. Se-ekor katak besar

melompat keluar. Sambil ber-djongkok dia

mengawasi di bawah bangku. . "Tak ada apa-apa

melainkan sarang laba-laba dan kotoran !"

melaporkan.

Sementara di bawah bangku. Dia kepada teriak

dengan wadjah jang putjat. . "Ada tubuh Manusia

dibelakang bangku itu!" dia berkata dengan suara

tergetar. Thio Liong lompat keatas bangku.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

374

Bersama Tao Gan dia mengangkat tubuh seorang

gadis jang telandjang-bulat jang penuh dengan

bekas darah kering dan Lumpur, dan jang kepalanja

telah dikutungkan. Mereka meletakkan

penemuannja jang menakutkan itu diatas bangku.

Thio Liong menutupi tubuh polos itu dengan badju

luar-nja. Lalu dia mundur setindak, matanja

melotot saking ngerinja. Sambil membungkukkan

badan, Pao Kong memeriksa majat si gadis itu, jang

pada masa hidupnja mestinja adalah seorang

perempuan jang tjantik sekali. Dia melihat luka
luka besar di-sebabkan oleh tusukan pisau dibawah

buah-dadanja disebelah kiri dan beberapa bekas

luka jang rupanja sukar disembuhkan, dibagian

lengannja.

Perlahan-lahan dia membalikkan djernazah itu.

Dibagian pundak dan pantatnja tampak bekas
bekas rangketan. Dia bitjara dengan suara jang

tegang ini baru dibunuh Setelah dia berdiri pula,

matanja menjala-njala saking marahnja. kemaren

Tubuhnja sudah agak kaku akan tetapi belum

mendjadi busuk." "Bagaimana dia ada disini ?" Thio

Liong bertanja dengan terperandjat. "Mestinja dia

sudah telandjang-bulat pada waktu dia melalui

djalan-djalan ketjil didalam labirin ini ! Lihatlah

duri-duri telah menggores pahanja, dan kakinja

penuh dengan lumpur dari kolam. Kiranja gadis

inilah jang telah djatuh terpeleset disalah-satu

batu-lontjatan dan jang dalam usaha untukPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

375

menegakkan diri telah mematahkan tjabang pohon

itu!" "Hal jang terpenting jalah siapa jang

membawa dia kesini !" kata Hakim dengan pendek.

"Panggil Kopral Ong !" Setelah Kopral masuk. dia

memerintahkan: "Bungkuslah majat ini dengan

badjumu, Kopral. Suruh beberapa orang polisi

mem-buat tandu darurat dengan tjabang-tjabang

pohon !" Kopral Ong membuka badju luarnja dan

membungkukkan badan diatas bangku. Tiba-tiba

dia melepaskan djeritan jang serak. Dengan bidji

mata jang melotot-lotot dia mengawasi majat jang

tak berkepala itu. "Dia adalah Pek Lan !" Kopral

berkata dengan suara tertahan-tahan. Semua

orang berteriak dengan serentak.

Pao Kong mengangkat tangannja. "Apakah

engkau tahu benar Kopral ?" dia bertanja dengan

sabar. "ada suatu hari, ketika dia masih berusia

tudjuh tahun", Kopral herkata sambil tersedu
sedan,' "Dia djatuh karena kesandung sebuah ketel

jang terisi air masak bergolak-golak, lihatlah bekas
bekasnja masih ada pada lengannja jang kiri.

Apakah kamu mengira aku tak kenali bekas-bekas

kebakar itu ?" Dia menundjukkan pada sebuah

tanda-putih jang merusak ke-tjantikan dari pada

lengan kiri putrinja jang berbentuk bagus sekali.

Lalu dia memeluk majat putrinja sambil menangis

tersedu-sedan, seakan-akan hatinja hantjur.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

376

Pao Kong menakupkan tangannja didalam

lengan-badjunja jang Sambil mengerutkan alisnja,

dia bealiam termenung beberapa saat. Tiba-tiha dia

bertanja kepada Sersan Hong "Sersan. apakah

engkau sudah ketemukan tempat-tinggal Njonja

Lee ?" Sersan Hong menundjuk kepada Kopral Ong

jang masih ber-djongkok dihadapan majat putrinja.

Hakim menaruh tangannja diatas pundak

pembantunja itu, dan rnenanja dengan suara

tegang "Dimana rumah Njonja Lee ?" Tanpa

menengok, Kopral Ong mendjawab : "Tadi pagi aku

suruh Hek Lan untuk menjelidikinja." Hakim

memandang kesekitarnja setjepat kilat. Dia

menarik Thio Liong sedekat-dekatnja dan

membisikkan sesuatu ditelinga-nja. Thio Liong

berlari-lari keluar dari papiljun tanpa mengatakan

suatu apa.

BAB XXIV

HEK LAN NIENIGUNDJUNGI SEORANG SENIWATI

JANG TERMASHUR; SEORANG PENDJAHAT TER
TANGKAP DISUATU TEMPAT JANG TAK DISANGKA
SANGK A.

Pada hari itu djuga, pagi-pagi sekali, Hek Lan

sudah meninggalkan kantor pengadilan untuk

mentjari Lee Hu-djin, sesuai dengan perintah

ajahnja. Dia berdjalan dengan tjepatnja

sepandjang djalan raja jang menudju kepintu-kota

sebelah timur. Sudah beberapa hari pikirannjaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

377

amat ruwet karena memikirkan nasib kakaknja dan

dia mengharap perdjalanannja ini akan mcmbantu

mendjernihkan pikirannja. Sambil lalu, untuk

setengah djam lamanja dia memperhatikan

warung-warung ketjil dipirtgir djalan jang dia

lewati, kemudian dia menudju kepusat perniagaan

jang letaknja dekat pintu kola sebelah timur.

Ajahnja telah mengatakan bahwa Lee Hu-djin

adalah seorang pelukis, maka Hek Lan masuk

disebuah toko kertas dan alat-alat mclukis jang

pertama dia lihat. Pemilik toko kenal baik Lee Hu
djin. Dia mengatakan bahwa bertahun-tahun

pelukis tersebut adalah salah-seorang

langganannja jang rutin.

Dia masih hidup dan usianja ditaksir kira-kira

limapuluh tahun. Pemilik toko itu menambahkan

bahwa Hek Lan tak usah menjusahkan diri untuk

pergi kerumah Lee Hu-djin, oleh karena sedjak

sebulan jang lalu dia sudah tak menerima lagi

murid-murid baru. Hek Lan djawah bahwa dia hanja

ingin berkundjung pada Lee Hu-djin untuk

mcndjumpai seorang pamili jang djauh. Pemilik

toko menerangkan dimana letaknja rumah

.seniwati itu, tidak djauh dari tokonja. Hek Lan

memikirkan untuk pulang kembali kekantor

pengadilan dan memberi laporan kepada ajahnja.

Akan tetapi tjuatja terang-benderang, dia merasa

segan untuk, pulang tjepat-tjepat. Dia

memutuskan untuk pergi kealamat jangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

378

ditundjukkannja dan melihat-lihat dirumah Lee Hu
djin.

Rumah itu letaknja disehuah kampung jang

didiami oleh kaum pertengahan. Semua rumah
rumah jang tampak disitu terawat balk dengan

pintu-depannja ditjat dengan lak hitam dan ukir
ukiran jang amat indahnja. Pada daun pintu salah
sebuah rumah itu jang besarnja sedan. `terukir
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan huruf indah name "LEE". Hek Lan

menghampirinja dun setelah mengetuk-ngetuknja

se-kian lama, pintu itu dibuka. Seorang wanita

setengah tua jang berpakaian sederhana clan

menjangga dirinja dengan sebuah tong-kat jang

bagian atasnja dilapis perak. Dia memandang Hek

Lan dari atas kebawah, lalu menanja dengan suara

jang keras : .Me-ngapa kau mengetuk pintu

rumahku, perempuan muda ?". Dari pakaiannja

dan gerak-geriknja Hek Lan mengetahui bahwa

wanita itu pasti adalah Lee Hu-djin sendiri. Dia

memberi hormat dan berkata dengan penuh hidmat

: "Namaku Hek Lan dan aku adalah putri dari Ong

Liang, si-pandai besi. Sudah sekian lama aku

mentjari guru jang sudi memberi bimbingan

kepadaku untuk mendjadi pelukis, dan seorang

pemilik toko kertas telah menundjukkan aku

kemari. Aku telah memhe-ranikan diri untuk datang

kemari dan menghaturkan rasa hormat-ku sebesar
besarnja kepadamu, njonja, walaupun akuPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

379

diberitahukan bahwa Njonja kini tak lagi menerima

murid baru.

Si-wanita tua itu mengamat-amati Hek Lan

dengan penuh per-hatian. Tiba-tiba dia tersenjum

dan berkata : "Benar sekali aku tak terima lagi

murid-murid baru. Akan tetapi, setelah engkau

memusingkan diri untuk mengundjungi aku disini,

silahkan masuk dan minum setjangkir teh !" Hek

Lan membungkukkan badannja. Dia mengikuti Njo
nja Lee jang berdjalan agak pintjang melewati

taman bunga ketjil, tapi terawat baik menudju ke

sebuah kamar di halaman dalam. Sedangkan

Njonja rumah mengambil air masak, Hek Lan me
lihat-lihat disekitarnja sambil mengagumi tempat

jang indah itu. Kamarnja tidak besar tapi amat

bersih tampaknja, dan lengkapi dengan perahot

rumah-tangga jang bagus sekali.

Bangku dimana Hek Lan dipersilahkan duduk

terbikin dari kaju mawar jang mahal, ditutupi oleh

bantal-bantal sutera jang tersulam. Didinding

diseberangnja tergantung sebuah pigura jang

melukiskan burung-burung dan bunga-bunga

dengan amat indahnja. Lee Hu-djin datang kembali

dengan membawa sebuah ketel dark kuninean. Dia

menuangkan air panas kedalam teko dark porse
len, lalu berduduk dibangku bersama tetamunja.

Sambil menikmati setjangkir teh jang harum,

mereka bertjakap-tjakapan dengan ramah danPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

380

sopan-santun tentang hal-hal sehari-hari. Hek Lan

mendapat kesan, bahwa, walaupun Lee Ha-djin

djalan-nja agak pintjang. dimasa mudanja dia

adalah seorang wanita jang tjantik sekali.

.Tampaknja dia senang sekali berbitjara dengan

gadis ha. Hek Lan merasa amat bangga bahwa dia

diterima demnikian ramahnja oleh seorang seniwati

jang termashur seperti Lee Hu-djin. Namun

dirasakannja agak aneh, bahwa dirumah jang

demikian mewahnja. tak terlihat pelajan

seorangpun. Ketika dia mena-njakannja kepada

Lee Ha-djin, ia mendapat djawaban : "Rumahku tak

begitu besar, maka tjukup hanja memakai seorang

perempuan sebagai pelajan jang mengercljakan

pekerdja-an-pekerdjaan kasar. Kini dia menderita

suatu penjakit, maka aku pulangkan dia

kekampungnja, sampai dia mendjadi sembuh

kembali. Karenanja aku tinggal seorang diri, aku

tidak merasa perlu untuk mentjari penggantinja."

Hek Lan tjepat-tjepat meminta maaf atas

kelantjangannja untuk datang bertemu.

Dia berhangkit dari tempat duduknja untuk minta

diri. Akan tetapi Lee Hu-djin segera menahannja.

Dia memastikan dia senang sekali untuk ditemani

Hek Lan dan dengan tjepat me-nuangkan pub

setjangkir teh untuk tamunja itu. Kemudian Lee

Hudjin mengadjak Hek Lan keruang-kerdjanja jang

letaknja, dihalaman belakang. Hampir seluruh

ruangan itu dipakai untuk menempatkan sebuahPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

381

medja jang besar sekali dan jang ditjat lak merah.

Di rak-rak sepandjang dinding terdapat tabung
tabung bambu berisikan alat-alat menggambar dari

pelbagai djenis dan ukuran, dan gutji-gutji ketjil

dengan matjam-ma-tjam Oat. Sebuah gutji

porsclen jang agak besar berisikan gulu-ngan
gulungan kertas dan sutera untuk membuat

gambar. Dari djendela terlihat taman bunga jang

rnungil dan jang penuh dengan pohon-pohon

kembang jang indah-indah. Lee Hu-djin

mempersilahkan Hek Lan duduk dibangku ketjil

disamping medja, lalu mulai mernperlihatkan

lukisan-lukisan jang telah dibuatnja. Selagi Njonja

Lee rnembuka guIungan-guIungan pigura itu satu

demi satu, sekalipun ,orang seperti Hek Lan, jang

pengertiannja tentang seni-Iukis dangkaI sekali,

tak bisa tidak mesti mengakui bahwa dia adalah

seorang seniwati jang amat pandai. Karjanja

melainkan terdiri atas lukisan-lukisan bunga, buah
buahan dan burung2, akan tetapi segala sesuatu

dilukiskannja amat teliti dan halus dengan

menggunakan warna-warna setjara mengagum
kan.

Didalam hati Hek Lan merasa main akan sikap

Lee Hu-djin jang amat ramah itu. Dia

mcmpertimbangkan apakah tidak se-baiknja dia

menjeriterakan terus-terang bahwa kedatangannja

itu sebenarnja hanja atas perintah kantor

pengadilan. Kemudian dia pikir bahwa dia sekali-PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

382

kali tak tahu Hakim ingin rahasiakan tu-gas jang

diberikan kepadanja atau tidak. Maka dia

rnemutuskan lebih baik untuk meneruskan

peranannja dan pulang kembali ke-kantor

Pengadilan, begitu ada kesempatan jang baik.

Ketika Lee Hu-djin gulung kembali piguranja, Hek

Lan me-lihat-lihat keluar djendela. Tanpa suatu

maksud jang tertentu, dia mengatakan sesuatu

tentang beberapa pohon kembang jang rupa-nja

telah diindjak-indjak orang. "itu adalah perbuatan

katjung-katjung jang tak tahu adat dari Kantor

pengadilan ketika mereka pada suatu hari

melakukan pemeriksaan ditempat ini !" djawab

Lee-hudjin dengan suara jang mengandung penal

rasa kebentjian, schingga Hek Lan mengangkat

kepalanja memandang njonja rumah dengan

tertjenggang.

Akan tetapi wadjah Lee Hu-djin tetap tenang

seperti biasa. Hek Lan membungkukkan badannja

dan mulai mengutjapkan perkataan jang

menjatakan rasa terima kasihnja. Lee Hu-djin

bersandar pada pinggiran djendela dan

memandang matahari jang mulai tjondong kelangit

sebelah timur. "0, o !" ia berseru, "siapa kira bahwa

kini sudah djauh lewat tengah hari ! Dan aku

sekarang harus masak nasi. Aku bentji benar

pekerdjaan itu ! Engkau tampaknja seperti seorang

gadis jang amat pandai. Apakah tidak terlalu tak

tahu adat, djikalau aku minta engkau djanganPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

383

pulang dulu agar dapat menolong aku memasak

nasi ?" Hek Lan merasa sukar untuk menolak

permohonan ini tanpa menjinggung perasaan

Njonja Lee. Dalam pada itu dia pikir tak djahatnja

djikalau dia bantu membikin barang santapan jang

led-zat untuk njonja rumah jang balk hall itu,

sekadar untuk memba-las budi. Maka dia

mendjawabnja dengan segera "Aku jang amat

bodoh. ini dalam mengurus rumah-tangga, akan

merasa sjukur sekali djikalau Hudijin

memperkenankan aku untuk menjalakan api-dapur

untukmu Lee Hu-djin tampak gembira sekaii. Dia

mengadjak Hek Lan kedapur melalui halaman

belakang. Si-gadis itu membuka badju-luarnja.

Menggulung tangan-badjunja. Kemudian dia

membikin api Mari heberapa potong arang jang

masih menjala. Njonja Lee duduk disebelah bangku

dapur" jang 'pendek dan memulai bertjerita

pandjang-lebar tentang suami-nja jang meninggal

dunia tak lama setelah mereka menikah. Se
mentara itu Hek Lan memasak beberapa matjam

barang santapan dengan memakai bahan-bahan

jang ada. Tak lama kemudian ban jang

membangkitkan nafsu makan meliputi dapur jang

kctjil itu. Njonja Lee mengambil mangkok, sumpit

clan sepiring asinan, lalu mereka duduk dibangku

dapur untuk bersantap. Hek Lan ternjata

mempunjai nafsu makan jang agak besar akan

tetapi Lee Hu-djin makan sedikit sekali. DiaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

384

ineletakkan mang-kuknja jang masih separuh.

penuh diatas medja, lalu menaruh ta-ngannja

diatas lutut gadis itu. Sewaktu Hek Lan herdongak

dari mangkuk-nasinja, dia melihat hahwa Njonja

Lee sedang meman-dung dia jang membikin dia

merasa malu, seakan-akan seorang laki2 jang tak

dikenal mengawas-awasi dia setjara jang tidak

sopan.

Dia mengatakan dalam hatinja bahwa adalah

menggelikan sekali untuk merasa malu terhadap

sesama wanita. Akan tetapi, karena suatu atau lain
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebab, dia merasa amat tidak enak. Dia mengalih

sedikit kepodjok agar tak duduk terlalu dekat

dengan Njonja Lee. Lee Hu-djin berbangkit dari

tempat duduknja dan mengambil segutji arak dan

tjangkir ketjil. _Marilah kita minim setjangkir untuk

Bantu menghantjurkan makanan", dia berkata

sambil tersenjum. Hek Lan tak lagi merasa aman.

Seumur-hidupnja dia belum pernah mengitjipi

rasanja arak. Dia pikir tak ada apapun jang

melarang seorang wanita minum arak. Lain dia

menghirup setjang-kir. Benar djuga arak itu enak

sekali dan harum baunja. Namanja "Embun

Mawar", demikian Njonja Lee menerangkan. Harus

diminumnja dingin dan djauh lebih keras dari pada

arak kuning jang biasa dan jang selalu orang

minum panas-panas. Setelah minum beberapa

tjangkir, Hek Lan merasa "amat bahagia". NjonjaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

385

Lee membantu dia, memakai pula badju luarnja,

kemudian diadjaknja kernbali ke ruang-tetamu.

Dia mempersilahkan Hek Lan, duduk

didampingnja di sebuah dipan, kemu-dian dia

meneruskan riwajat pernikabannja jang tidak

bahagia.' Sambil setengah memeluk pinggangnja

Hek Lan jang langsing, dia menerangkan bahwa

penghidupan sebagai suami-istri sebenarnja tak

membawa bahagia apapun bagi seorang wanita.

Orang laki umumnja kasar dan sedikitpun tak

mempunjai pengertian terhadap seorang wanita,

kata Njonja Lee. Orang tak bisa berbitjara dengan

kaum laki-laki setjara mesra dun intim seperti

halnja di-antara sesama wanita.

Hek Lan pikir, apa jang dikatakan Lee Hu-djin

banjak benar-nja. Didalam hati dia merasa bangga

bahwa seorang tua seperti Lee Hu-djin telah

mempertjajakan isi-hatinja kepadanja. Tak lama

kemudian Njonja Lee berbangkit dari tempat

duduk-nja. "Ah, sungguh terlalu!" Dia berseru. "Aku

telah menjuruh engkau bekerdja didapur dan

sekarang pasti engkau amat letih, mengapa tak

mengaso sedjenak di kamar tidurku, selagi aku

menjelesaikan lukisanku ?" Hek Lan ingin sekali

pulang, akan tetapi memang Benar dia merasa letih

dan agak sinting. Pula dia ingin sekali mengetahui

bagaimana matjamnja kamar-tidur dari seorang

wanita jang tjantik dan ternama seperti Lee Hu-PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

386

djin, Sedangkan dia pura-pura menolak, dia

membiarkan Njonja Lee menuntun dia kesebuah

kamar dibagian belakang.

Kamar tidur Lee Hu-djin bentuknja diluar dugaan

Hek Lan. Ditengah-tengah kamar tergantung

sebuah pendupaan jang bundar dan jang

mengeluarkan wangi-wangian jang semerbak.

Sebuah medja toilet terbikin dari kaju arang dihiasi

oleh katja bundar jang dipasang di sebuah standard

dari kaju tjendana jang terukir. Diatas medja

tampak lebih dari sepuluh kotak-kotak ketjil dari

porselen berwarna merah jang indah sekali.

Didepannja terdapat sebuah bangku toilet terbikin

dari kaju arang jang dihiasi dengan rnatjam
matjam ukiran dan ditatah dengan kulit mutiara.

Kelambu pembaringannja terbikin dari kain

dengan garis putih halus dengan tjorak-tjorak jang

ditenun dengan benang mas. Njonja Lee menarik

sebuah sekosol kesamping. Dibelakang-nja

terdapat kamar mandi terbikin dari batu marmer.

Sambil berpaling kepada Hek Lan, Njonja Lee

berkata "Ang-gaplah seperti dirumahmu sendiri,

Berbuatlah se-enakmu! Setelah engkau

beristirahat, kita akan minum teh diruang-kerdja
ku."

Kemudian dia berlalu sambii menutup pintu. Hek

Lan membuka badju-Iuarnja dan berduduk

dibangku di-depan medja toilet. Dia memandangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

387

dengan rasa kagum kotak-kotak jang indah jang

ada diatas medja dan jang berisikan pelbagai

matjam pupur dan lain-lain alat-ketjantikan jang

akan me-nimbulkan iri-hati tiap wanita. Karena dia

merasa agak gerah, dia turun ke kamar mandi. Di
sana terdapat sebuah tong kosong dan sebuah

ember ketjil. dan dipodjok tampak dua tahang

berisikan air dingin dan air panas.

Didinding kamar mandi terdapat djendela jang

memakai kisi-kisi dan jang ditempelkan kertas

minjak jang warnanja suram. Sinar matahari

membuat bajangan pohon bambu jang tumbuh di
kebun diatas kertas itu, sehingga djendela itu

tampaknja seperti sebuah lukisan tinta jang halus

dari daun-daun bambu jang ber-lambai-lambai.

Hek Lan mengangkat tutup tahang jang berisi air

panas. Air-nja masih tjukup panas, dan rumput
rumput wangi mengambang diatasnja. Dengan

tjepat dia melutjuti semua pakaiannja. lalu

menuang be-berapa ember air panas kedalam tong.

Ketika dia sedang me-nambahkannja dengan air
dingin, tiba-tiba dia dengar suara di-belakangnja.

Gadis itu tjepat berdongak.

Lee Hu-djin berdiri dipintu kamar sambil

bersandar pada tong-katnja. Dia berkata sambil

tersenjurn ,,Djangan takut, Nak ! Hanja aku sendiri

! Kupikir sebaiknja aku djuga rebah-rebahan

sedjenak. Baik sekali bagimu, untuk mandi terlebihPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

388

dahulu ! Engkau akan tidur lebih njenjak !" Selagi

dia berbitjara, dia memandang Hek Lan dengan

sorot-mata jang menundjukkan penuh nafsu birahi.

Tiba-tiba Hek Lan merasa amat takut. Dia

menginsjafi bahwa Njonja Lee bukan wanita biasa.

Tjepat-tjepat dia berdjongkok mengambil

pakaiannja jang terletak dilantai. Sementara itu Lee

Hu-djin madju kedepan dan merampas pakaian dari

tangan Hek Lan. "Bukankah engkau hendak mandi

?" Dia bertanja dengan suara tegang. Hek Lan

dalam kebingungan, minta dimaafkan. Tiba-tiba

Njonja Lee menarik tangannja, dan setelah gadis

itu berdiri dekat sekali dari padanja. dia berkata

dengan suara halus : "Engkau tak usah malu-malu,

anak manis ! Engkau sungguh tjantik sekali !"

Hek Lan merasa dadanja mendjadi sesak saking

kesal. Dengan sekuat tenaga dia dorong Njonja Lee

kebelakang. Wanita ini hampir djatuh, akan tetapi

segera dia dapat menegakkan diri pula. Matanja

beringas dan wadjahnja merah saking marah.

Selagi Hek Lan berdiri gemetar disitu dan tak tahu

apa jang dia harus lakukan, tiba-tiba Njonja Lee

mengangkat tongkatnja dan memukul gadis itu

pada bagian pahanja. Saking kesakitan Hek Lan

melupakan rasa takutnja. Dia ber-djongkok dengan

tjepatnja dan mengambil ember ketjil itu dengan

maksud untuk melemparkannja ke kepala Lee Hu
djin. Akan te-tapi dia tak memperhitungkan

ketangkasan Njonja Lee untuk menggunakanPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

389

tongkatnja. Sebelum Hek Lan sempat untuk

menjentuh ember itu, Njonja Lee sudah berhasil

pula untuk inemberi pukulan jang dahsjat pada

bagian pantatnja, sehingga gadis itu lompat

kesamping sambil men-djerit-djerit karena

kesakitan.

Njonja Lee tertawa seperti iblis. "Djangan tjoba
tjoba mempedajai aku, anak manis", dia ber-kata

perlahan-lahan. "tjamkanlah, bahwa dengan

tongkat ini aku bisa menikam maupun memberi

pukulan ! Engkau rupanja lebih bandel dari pada

kakakmu Pek Lan. Akan tetapi engkaupun segera

kuakan adjar adat !"

Penundjukan jang tak diduga-duga pada

kakaknja membuat Hek Lan lupa rasa sakilnja.

"Dimana kakakku ?" dia berteriak. "Maukah engkau

melihat dia ?" Lee Hu-djin hertanja sambil

memandang mangsanja dengan sorot-mata jang

djahat. Tanpa menunggu djawaban, segera dia

masuk kekamar tidur. Hek Lan tak bisa bergerak

saking takutnja. Dia mendengar Njonja Lee tertawa

ketjil dibelakang sekosol. Kemudian sekosol itu

dikesampingkan dengan tangan kirinja, sedangkan

tangan kanannja nnemegang sebilah pedang jang

pan-djang den tadjam. "Lihatlah !" Dia berkata

dengan garangnja, sambil menun-djukkan dengan

pedangnja pada medja toilet dikamar tidur. Hek Lan

mendjerit saking ngerinja. Didepan katja tarnpakPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

390

kepala kakaknja jang sudah terputus. Njonja Lee

tjepat-tjepat masuk ke kamar mandi sambil

mengudji ketadjaman pedangnja pada djempolnja.

"Engkau tak suka padaku, gadis tolol !" Dia berkata

dengan tadjamnja. "Oleh karena itu engkau akan

kubunuh seperti ku telah bunuh kakakmu!"

Hek Lan berpaling kesana-sini dan mendjerit
djerit minta per-tolongan. Dia mempunjai ingatan

samar-samar untuk menghantjurkan djendela dan

berlari ke kebun. Dia mundur beberapa tindak

ketika dia melihat suatu bajangan besar

menggelapkan djendela. Kisi djendela itu ditjabut

setjara paksa dari bingkainja, kemudian seorang

jang berbentuk tinggi-besar melompat kedalam.

Orang itu memandang kepada kedua wanita, lalu

lompat ke-tempat dimana Njonja Lee berdiri.

Dengan ketjepatan seperti kilat dia mengelakkan
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tusukan pedang, menjergap pergelangan tangan

Njonja Lee dan memutar-mutarnja. Dengan suara

njaring pedang itu djatuh kelantai. Dalam sekedjap

mata dia telah mengikat kedua tangan Njonja Lee

kebelakang punggungnja dengan menggunakan

ikatan ping-gang.

"Thio Liong !" Hek Lan berteriak, "Dialah jang

membunuh kakakku!" "Tutupilah tubuhmu gadis

bengal" dia mengeram. "Aka sudah tahu bahwa

perempuan inilah pembunuh kakakmu !" Wadjah

Hek Lan mendjadi bersemu merah saking malu.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

391

Selagi Thio Liong menjeret Njonja Lee kekamar

tidur. Hek Lan tjepat-tjepat memakai pakaiannja,

merebahkan Njonja Lee diatas bangku setelah dia

ikat tangannja baik-baik. Selagi dia masukkan

kepala Pek Lan jang terputus kedalam ke randjang,

dia berkata : "Pergilah keluar dan buka pinto !

Orang-orang polisi segera akan tiba, aku

Mendahuluinja menunggang-kuda."

"Aku tak sudi terima perintah dri kamu, laki-laki

tak tahu adat !" Hek Lan menghentak dengan

ketusnja. Thio Liong tertawa terbahak-bahak. Hek

Lan tjepat-tjepat meninggalkan rumah itu.

Pada malam itu Pao Kong dan pembantu
pembantunja berkumpul dikantornja pribadi. Bu

Heng masuk dan memberi salam kepada Hakim.

"Tubuh Pek Lan telah disimpan di tangsi pasukan

pengawal" dia berkata dengan suara serak.

"Kepalanja pun sudah didjahit pula pada tuhuhnja

itu. Kemudian aku telah pesan sebuah peti-mati

dari kaju jang paling kuat."

"Bagaimana keadaan ajahnja, Kopral Ong Hakim

menanja. "Sedjak dia tahu apa telah terdjadi

dengan Pek Lan". djawab Bu Heng. "dia tampak

lebih tenang. Hek Lan selalu mendampingi

ajahnja." Kemudian Bu Heng membungkuk dan

meninggalkan kantor hakim. "Pemuda ita sudah

djauh lebih tenang dan sabar dari pada dahulu."

kata Pao Kong. "Aku tak mengerti mengapa orangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

392

itu masih keluar-masuk di-sini !" Thio Liong berkata

dengan rasa djengkel. "Menurut pendapatku,

kiranja dia merasa ikut bertanggung-djawab atas

nasib Pek Lan jang menjedihkan itu" djawab Pao

Kong.

"Kiranja pada detik-detik terachir gadis jang sial

itu merasakan scperti hidup dalam neraka, ketika

dia berada dalam tjengkeraman Njonja Lee.

Lihatkah kamu luka-luka bekas aniajaan pada

tuhuhnja.

"Aku masih belum mengerti" kata Sersan

Hong".bagaimana, sewaktu kita berada dikebun

labirin, Tay-djin telah menemukan bahwa pasti ada

hubungan antara Pek Lan dan Njonja Lee". Hakim

duduk bersandar dikursinja, dan sambil mengusap
usap djenggotnja dia herkata : "Sesungguhnja tak

banjak pilihan untuk menundjukkan siapa jang

mungkin membunuh gadis itu. Pilihan itu hanja

terbatas nada orang-orang jang tabu djalan jang

menudju kepapiljun ditengah-tengah kebun lahirin

itu. Gubernur tua amat merahasiakan djalan itu,

bahkan Yo Kie, putranja ataupun istrinja jang muda

tidak mengetahuinja. Akan tetapi Gubernur sendiri

telah meninggalkan sebuah peta rahasia jang

menundjukkan djalan jang tersembunji kepapiljun

itu. Peta itu adalah lukisan pegunungan jang indah

dan jang diwariskan kepada putranja jang bungsu.

Siapa jang bisa membatja tanda-tanda rahasia jangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

393

tersembunji dalam lukisan itu, dialah jang

mengetahui djalan rahasia kepapiljun, maka

kemungkinan besar bahwa orang itu adalah

pembunuh Pek Lan. Diantara kenalan-kenalan dan

orang-orang jang hidup berdekatan dengan bekas

Gubernur itu, hanja satu orang, jakni Njonja Lee

jang kuanggap mempunjai tjukup ketjerdasan

untuk membatja tanda-tanda rahasia dilukisan itu,

oleh karena dia sendiri adalah seorang pelukis dan

seniwati jang kenamaan. Kita tahu hahwa Njonja

Lee kerapkali berminum teh dipapiljun dikebun

bunga dengan Gubernur dan istrinja jang muda

sambil memperbintjangkan hal-hal mengenai seni

lukis. Menurut pendapatku, amat mungkin pada

suatu hari, setjara kebetulan. Njonja Lee telah

mendjumpai Gubernur dipapiljun itu, selagi dia

asjik mengerdjakan gambar pegunungan itu.

Sebagai seorang pelukis jang mahir, njonja Lee

mempunjai mata maka kiranja tak sukar baginja

untuk menetapkan bahwa gambar jang sedang

dibuat Gubernur itu, bukan hanja sebuah lukisan

pemandangan dipegunungan semata-mata. Lebih
lebih lagi oleh karena diapun mengetahui benar

keadaan di depan pintu kebun labirin itu, tentu

segera dia telah dapat menebak akan arti dan

maksud jang sebenarnja dari pada lukisan itu,

tanpa Gubernur menjadarinja".

"Amat mungkin Njonja Lee telah menjaksikan

lukisan itu pada waktu masih merupakan sketsaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

394

jang kasar-kasar", kata Tao Gan, "ketika hanja

pohon-pohon tjemara jang dimaksudkan sebagai

petundjuk djalan, diberi tanda-tanda. Bagian
bagian lain dari pada lukisan itu rupanja

diselesaikan belakangan." Pao Kong mengangguk,

lalu melandjutkan pendjelasannja "Orang mungkin

menanja : apa manfaatnja hagi Njonja Lee untuk

mengetahui djalan rahasia jang menudju ke

papiljun dikebun labirin itu ? Djawabku : benar

manfaatnja. Seperti kita ketahui, Njonja Lee adalah

seorang wanita jang mempunjai kebiasaan aneh,

nafsu birahinja hanja dapat dibangunkan oleh

sesama orang wanita. Untuk melampiaskan

nafsunja jang luar-biasa itu, dia terpaksa setjara

halus atau kasar memikat anak-anak gadis, suatu

perbuatan kedjahatan jang dapat menjeretnja ke

pengadilan. Maka pada saat-saat jang genting,

apabila rahasianja petjah, dia mengharap dengan

melalui djalan rahasia itu. dia dapat menjelamatkan

diri-nja dipapiljun jang tersembunji itu. Dengan

suatu atau lain tjara dia berhasil untuk membudjuk

Pek Lan ikut dia kerumahnja. Gadis ini mempunjai

tabiat jang halus dan lembut, maka kiranja tak

sukar bagi Njonja Lee untuk menundukkannja.

Kundjungan Pek Lan ke kuil tua tentu telah

membuat Njonja Lee mendjadi amat chawatir dan

gelisah, maka dia segera menjembunjikan gadis

jang malang itu di rumah perkebunan Gubernur.

Oleh karena itu, maka pada waktu polisi melakukanPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

395

penggrebekan di wilajah ini, dan antara lain

mengadakan pemeriksaan djuga dirumahnja

Njonja Lee, mereka tak mendapatkan Pek Lan.

Akan tetapi ternjata penggrebekan polisi itu djustru

telah rnengakibatkan kematian gadis jang sedang

ditjari. Njonja Lee mendjadi demikian takutnja

sehingga mengambil keputusan jang nekad untuk

membunuh gadis itu. Dimana ada tempat jang lebih

aman untuk melakukan pembunuhan dari pada

papiljun gubernur jang tersembunji itu ?"

Kata Tao Gan "Djikalau kita meninggalkan

kantor penga-dilan sedjam terlehih dahuiu pada

waktu kita mengundjungi kebun gubernur untuk

pertama kali, pasti kita akan dapat menghindarkan

pembunuhan itu. Bukti-bukti ntemberi kesan

bahwa pembunuhan itu dilakukan tak berapa lama

sebelum kedatangan kita!" "Memang Sang Nasib

rupanja telah menentuan bahwa djustru pada pagi

itu aku mendapat kundjungan dari Yo-Hudjin,

sehingga keberangkatan kita mendjadi tertunda

beberapa djam lamanja." djawab Pao Kong dengan

sedih hati.

".Kemudian. ketika kita sedang memeriksa pintu

masuk dari kebun labirin, aku melihat beberapa

djedjak kaki, entah dari Njonja Lee atau dari Pek

Lan. Namun aku tak mengatakan suatu apa, oleh

karena ketika aku berdiri ditempat itu sambil

memandang djalan sempit jang masuk kedalamPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

396

labirin, tiba-tiba aku dihinggapi oleh rasa takut,

entah apa sebabnja. Bukan mustahil djikalau roh

dari gadis jang malang dan jang baru mati terbunuh

setengah djam sebelumnja, masih bergelandangan

di hadapanku. Djuga aku mempunjai perasaan

seakan-akan roh dari gubernur Yo memanggil
manggit aku dari tempat jang gelap " Suara hakim

perlahan-lahan lenjap. Dia menggetar ketika dia

ingat pada saat-saat jang mengerikan itu. Untuk

sedjenak, tak ada seorangpun jang mengatakan

suatu apa.

Kemudian Pao Kong dapat menguasai segala

perasaannja dan berkata dengan bersemangat :

"Nah demikianlah halnja! Untung sekali Thio Liong

telah tiba pada waktu jang tepat untuk

menghindarkan pembunuhan kedjam jang kedua.

Dan sekarang, marilah kita sama-sama bersantap

malam. Kemudian sebaiknja kamu ber-istirahat

untuk beberapa djam lamanja. Kita semua

mengetahui bahwa kita harus siap siaga untuk

menghadapi segala kemungkinan pada malam ini,

karena agak sukar bagi kita untuk meramalkan
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tindakan apa akan diambil oleh suku Uigur, setelah

komplotannja jang pertama telah kita gagalkan !"

Pada waktu tengah-hari Thio Houw diam-diam telah

mengatur pertahanan kota dengan baiknja.

Pasukan jang terbaik ditempatkannja didekat

Menara Air, selebihnja diberi tugas untuk mendjaga

bagian-bagian jang tertentu dari benteng, kota.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

397

Dengan perantaraan kepala-kepala kampung dia

memperingati seluruh warga kota, bahwa pada

malam itu mungkin suku-bangsa liar akan me
njerbu.

Semua orang jang tak sakit atau bertjatjad

dikerahkan untuk mengumpulkan batu-batu besar

dan kaju-kaju kering diatas benteng dan untuk

membuat bambu runtjing dan anak panah jang

berudjung besi. Tiga djam sebelum tengah malam

mereka harus menempati masing-masing

tempatnja diatas benteng, tiap-tiap lima orang

dibawah pimpinan seorang anggota tentara

keradjaan. Dua orang pradjurit diberi tugas diatas

Menara Tambur. Begitu bangsa Uigur mendekati

sungai, rnereka harus pukul tambur besar itu

sekeras-kerasnja. Bunjinja tambur itu adalah suatu

tanda bahwa obor-obor diatas benteng harus

dinjalakan. Apabila musuh mentjoba untuk

memandjati benteng, mereka akan disambut oleh

batu-batu besar dan kaju-kaju kering jang berapi.

Pao Kong telah bersantap malam ditempat
tinggalnja sendiri, kemudian dia tidur beberapa

djam lamanja diatas dipan dikamar perpustakaan.

Sedjam sebelum tengah-malam Thio Liong dengan

berpakaian perang lengkap datang untuk

mendjemput tuannja. Djuga Pao Kong mengenakan

pakaian kebesarannja serba lengkap dan

mengambil sebuah pedang jang pandjang dariPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

398

kakeknja jang digan-tungkan didinding didekat

tempat buku-buku. Kemudian dipakainja kupiah

kebesarannja selaku kepala-daerah, dan mengikuti

Thio Liong keluar. Dengan menunggang kuda

mereka berangkat ke Pintu Air.

Disana Thio Houw sudah menungau kedatangan

mereka. Dia melaporkan bahwa Sersan Hong, Tao

Gan dan empat pradjurit telah diberi tugas untuk

mendjaga gedung Tjin Mo.

Pao Kong mengangguk, lalu naik keatas benteng.

Dikiri-kanan ia didampingi oleh seorang pradjurit

jang memegang bendera keradjaan dan Thio Liong

sendiri jang rnembawa sebatang tongkat jang

pandjang dengan lambang kebesaran Pao Kong

sebagai panglima perang. Pao Kong pikir bahwa ini

adalah untuk pertama kali is menge-palai tentara

untuk mempertahankan tapal-batas keradjaan

terhadap serangan bangsa asing. Selagi

memandang bendera keradjaan berkibar-kibar

ditiup angin malam, didalam hatinja dia merasa

amat bangga akan kesempatan jang diberikan

kepadanja untuk berbuat djasa besar terhadap

kaisar dari negerinja.

Sambil memegang pedangnja jang pandjang

dengan kedua tangannja, ia mengawasi dataran

jang letaknja diantara kaki benteng hingga ditepi

sungai. Akan tetapi oleh karena tjuatja jang gelap,

dia tak dapat melihat apapun djuga. Pada waktuPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

399

hari hampir mendekati tengah-malam Hakim Pao

menundjuk ke suatu tempat dikaki langit. Disana

mereka melihat api berkelap-kelip. Bangsa Uigur

sedang mempersiapkan diri untuk memulai

serangannja. Sinar api itu makin lama makin

mendekat, kemudian pada suatu saat tak bergerak

lagi. Rupanja barisan berkuda dari bangsa liar itu

telah berhenti. sambil menunggu isjarat api jang

akan di-njalakan diatas menara dari gedung Tjin

Mo, seperti jang diren-tjanakan oleh penghianat ini

dengan Pangeran Ooljin. Pao Kong dan kedua

pengawalnja lebih dari sedjam mengamat-amati

gerak-gerik musuh dari atas benteng. Kernudian,

tiba-tiba sinar api itu bergerak lagi akan tetapi kali

ini menudju kearah sungai. Api itu makin lama

makin ketjil sehingga achirnja sama-sekali lenjap

dalam kegelapan. Setelah menunggu dengan sia
sia isjarat api seperti telah direntjanakan, bangsa

Uigur rnembatalkan maksudnja untuk menjerbu

kedalam kota, dan pulang kembali kekampung

halamannja.

BAB XXV

DUA PENDJAHAT MENDJALANKAN HUKUMAN

MATI ; PAO KONG MENEMUKAN ARTI RAHASIA

JANG MENDALAM DARI SEBUAH SADJAK.

Pada keesokan harinja pengadilan mengadakan

sidang untuk memeriksa perkara Lee Hu-djin.

Dengan rela dia mengakui segala kedjahatannja.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

400

Pada suatu hari, demikian pengakuannja, tak

berapa lama sebelum Gubernur Yo meningal-dunia,

dia dan Yo Hu-djin ber-sama minum teh dipapiljun

dikebun bunga, sambil menantikan kedatangan

Gubernur. Lee Hudjin telah rnelihat-lihat beberapa

buah lukisan jang telah dibuat Gubernur, dan dia

menemukan gambar sketsa dari sebuah

pemandangan pegunungan, jang me-nurut tjatatan

dibawahnja, sebenarnja adalah sematjam peta ter
sembunji jang menundjukkan djalan jang terdekat

kekebun labirin. Njonja Lee merasa amat tertarik

oleh Yo Hu-djin. akan tetapi selama Gubernur

masih hidup dia tak berani mengutarakan perasaan

hatinja kepada wanita jang ditjintainja itu. Setelah

Gu-bernur Yo meninegal-dunia, Hu-djin

mengundjungi rumah diperkebunan itu, akan tetapi

dia hanja mendjumpai pendjaga-kebun dengan

istrinja jang ternjata tak tahu kemana Njonja Yo

telah pergi setelah diusir oleh Yo Kie.

Njonja Lee kemudian me-lakukan penjelidikan

dikampung-kampung disekitarnja, akan tetapi sia
sia sadja, sebab rupanja Yo Hu-djin telah pesan

kepada petani-petani dan penghuni-penghuni

kampung lainnja agar djangan memberitahukan

siapapun dimana dia dan puteranja telah me
njembunjikan diri.

Kemudian, beberapa minggu jang lampau, Lee

Hu-djin me-ngundjungi rumah besar diperkebunanPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

401

ketika dia kebetulan berkundjung dikampung itu.

Setelah dia ketemukan majat-majat dari sepasang

suami-istri tua itu, seorang diri dia mentjari "djaIan

pendek" jang menudju ke labirin, sesuai dengan

petundjuk-pe-tundjuk jang dia pernah batja

dibawah gambar pegunungan buatan Gubernur.

dan dia menjatakan bahl,va petundjuk-petundjuk

itu tepat sekali. Kemudian Njonja Lee bertemu

dengan Pek Lan dipasar, dan tertarik oleh

ketjantikannja. Dia membudjuk gadis itu untuk

menjertainja kerumahnja. Sekali berada disana, dia

menakut-nakuti gadis itu jang memang wataknja

amat halus dan pemaluan dan mendjadikan dia

korban dari hawa-nafsunja jang aneh. Dia

memperlakukan Pek Lan sebagai budak-belian jang

harus melakukan segala pekerdjaan dirumah jang

berat-berat, dan djikalau si-gadis itu sedikit sadja

memberi alasan, dia dirangket dengan ke-djamnja.

Ketika Njonja Lee mengetahui bahwa Pek Lan

dengan diam-diam telah mengundjungi kuil tua dan

disana bertemu dengan seorang laki-laki jang tak

dikenal, dia mendjadi murka sekali. Dia menjeret

gadis jang ketakutan itu kesebuah gudang kosong,

jang temboknja menjerap suara. Gadis itu

ditelandjanginja, dan dipukulinja setengah-mati.

Lalu Njonja Lee mulai mengempos mangsanja,

menanjakan berulangkali pertanjaan jang sama :

apakah Pek Lan memberitahukan tempat
kediamannja kepada laki-laki jang tak dikenal itu ?PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

402

? Tiap kali gadis itu menjangkalnja, Njonja Lee

dengan ganas me-rangketnja dengan sebatang

rotan jang tipis sambil mengutarakan antjaman
antjaman jang menakutkan. Pek Lan mendjerit
djerit saking kesakitan dan memohon belas
kasihan, akan tetapi hal ini membuat Njonja Lee

memukulinja dengan lebih ganas dan lebih

dahsjatnja lagi, sehingga tangannja mendjadi Ietih

sendirinja. S-mentara itu Pek Lan hampir pingsan

saking sakitnja dan ketakutan, namun dia tetap

menjatakan bahwa dia tak berdosa. Akan tetapi

Lee Hudjin chawatir bahwa rahasianja mendjadi

botjor, pada keesokan harinja dia suruh Pek Lan

berpakaian sebagai seorang padri wanita lalu

memindahan gadis itu kegedung Gubernur jang

kosong. Dia menguntjikan mangsanja

dibekaskamar pendjaga-kebun setelah membuka

dan membawa pergi semua pakaiannja untuk

menghindarkan setiap pertjobaan untuk

rneloloskan diri.

Njonja Lee mengundjungi Pek Lan selang sehari

dengan membawa segutji air dan sebakul katjang

goreng dan roti bungkil. Maksudnja jalah untuk

membawa kembali gadis itu pulang ke rumahnja

begitu lekas ternjata bahwa kundjungan Pek Lan

tak membawa akibat-akibat jang rnembahajakan.

Kernudian, sekian banjaknja orang2 polisi datang
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mentjari gadis jang terhilang itu diwilajhh kota

sebelah Tirnur. Njonja Lee mendjadi ketakutan.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

403

Pada esok-harinja, diwaktu pagi-pagi sekali tjepat
tjepat dia pergi kegedung Gubernur, mengeluarkan

Pek Lan dari kamar tahanannja, lalu menggiring

gadis itu kepapiljun jang tersembunji dengan

mengikuti djalan rahasia jang ditandai oleh pohon
pohon tjemara jang terdapat disana-sini.

Setelah tiba di papiljun, dia letakkan Pek Lan

diatas bangku marmer, lalu menikam gadis itu

sehingga mati. Terdorong oleh hawa-nafsu jang

djahat, dia penggal kepala mangsanja jang sudah

mati itu, se-dangkan majatnja jang tak berkepala

itu dilemparkan ke pinggir bangku. Kepala jang

sudah terputus itu dibawanja didalam ke-randjang,

akan tetapi karena bekerdja tergesa-gesa dia tak

mem-perhatikan sebuah kotak jang berisi surat
wasiat Gubernur dan jang terletak diatas mcdja.

Lee-Hudjin telah menuturkan tentang hal ini tanpa

suatu paksaan.

Pao Kong menjatakan bahwa wanita itu

tampaknja senang sekali untuk menjeriterakan

segala sesuatu, dan bahwa dia amat merasa puas

atas perbuatan-perbuatannja jang kedjam itu.

Dcmikianpun dengan rela dia memberi keterangan

bahwa tiga puluh tahun jang lampau dia

membunuh suaminja dengan me-njampuri ratjun

dalam araknja. Pao Kong merasa amat djemu akan

wanita jang sudah hilang moralnja itu. Dia merasa

lega ketiga Njonja Lee bersedia mem-bubuhiPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

404

pengakuannja dengan tjap djempolnja, dan

kemudian membawanja kependjara.

Dalam sidang itu djuga Pao Tay-djin memeriksa

perkara ketiga tukang warung jang telah mendjadi

kaki-tangan kaum pemberontak. Dalam

pemeriksaan itu terbukti bahwa mereka sebenarnja

tidak menginsjafi benar akan maksud jang

sebenarnja dari komplotan dalam mana mereka

telah terlibat. Mereka mengira bahwa maksudnja

hanja untuk menimbulkan keributan kemudian

melakukan penggedoran di beberapa toko dengan

menggunakan keadaan jang katjau-balau. Hakim

Pao memberi mereka hukuman lima puluh kali

rangketan dengan sepotong bambu dan rnasuk

dalam pendjara sebulan lamanja.

Pada hari itu diwaktu lohor pendjaga rumah

keluarga Teng datang tergesa-gesa kepengadilan.

Dia melaporkan bahwa Teng Siu-tjai telah

menggantung-diri dan bahwa istri jang ke-empat

dari Djenderal Teng telah minum ratjun. Tak ada

keterangan apa-pun tentang perbuatan jang nekad

itu. thalajak ramai berpen-dapat bahwa mereka

mendjadi putus-asa atas kematian ajah dan

suaminja jang mcnjedihkan itu. Perempuan jang

bunuh-diri itu amat dipudji oleh orang-orang dari

kaum kolot, jang menganggap-nja sebagai bukti

kesetiaan jang paling baik, djikalau seorang istri

mengikuti dengan sukarela suaminja ke lobangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

405

kubur. Mereka mengumpulkan uang untuk

membangun sebuah batu peringatan untuk

mengabdikan "istri jang setia" itu.

Selama sepuluh hari selandjutnja Pao Kong

mentjurahkan se-genap waktunja untuk

menjelesaikan perkara Tjin Mo dan Yo Kie.

Beberapa hukuman enteng didjatuhkan kepada

kedua penasihat Tjin Mo dan mereka diantara anak
buahnja jang telah melakukan pemerasan. Njonja

Yo telah diberitahukan tentang isinja surat-wasiat

Gubernur jang asli. Sersan Hong mengharapkan

bahwa Pao Kong tak lagi bekerdja begitu keras,

setelah dia berhasil memetjahkan ketiga perkara

ke-djahatan dan telah menghantjurkan komplotan

jang mengantjam keselamatan kota. Akan tetapi

dengan rasa ketjewa dia nampak, bahwa Pao Kong

masih sangat gelisah tentang sesuatu.

Seringkali marah-marah, kadang-kadang

merobah suatu keputusan jang di-ambilnja dahulu,

hal mans amat luar-biasa bagi seorang sebagai dia.

Sersan Hong tak dapat menebak sebab-musabab

dari kecha-watiran madjikannja itu, sedangkan Pao

Kong sendiri sedikitpun tak merasa perlu untuk

memberi suatu pendjelasan. Pada suatu hari suara

kaki-kuda dan gong jang njaring bergema

disepandjang djalan-raja. Dua ratus serdadu dari

Tentara Keradjaan masuk kekota Lam Hong

dengan- pandji-pandji jang ber- lambai-lambai.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

406

Inilah tentara jang didatangkan atas permohonan

itu Hakim sendiri.

Komandannja adalah seorang perwira jang

pernah berperang dengan bangsa liar di Utara.

seorang pemuda jang tjerdas. tentang siapa Pao

Kong mendapat kesan jang balk sekali. Dia menjam

paikan sebuah surat resmi dari Kementerian

Peperangan jang memberikan Pao Kong kekuasaan

penuh atas semua urusan ketentaraan didaerahnja.

Pasukan tersebut ditempatkan di gedung keluarga

Tjin, dan Thio Houw dan anak-buahnja pulang

kembali kekantor pemerintah. Kedatangan pasukan

pendudukan meredakan sedikit kechawatiran

Hakim. Akan tetapi segera tingkah lakunja tampak

gelisah pula.

Sehari-hari dia rnengurus pekerdjaan hingga

djauh malarn, dan djarang sekali dia keluar. Sekali
kalinja dia meninggalkan kantor jalah pada maktu

dia menghadiri pemakaman Pek Lan. Bu Heng

telah menjelenggarakan upatjara pemakaman jang

amat mewah. Dia mendesak agar semua biaja

dibajar olehnja sen-diri. Pengalamannja jang pahit
getir rupanja telah merobah wataknja sama-sekali.

Dari seorang pemabokan jang terkenal. kini dia

telah bersumpah tak akan minum arak setetes

djuapun. Ke-putusannja itu amat mengetjewakan

tukang warung-arak jang hilang langganan dan

oleh teman-temannja penggemar arak jangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

407

menganggap perubahan ini sebagai berachirnja

suatu persahabatan jang indah.

Bu Heng mendjual semua lukisannja dan

menjewa sebuah kamar ketjil di dekat Klenteng

Khong-tju. Dia amat giat Mempeladjari Kitab-kitab

Klassik, hanja kadang-kadang keluar untuk

mengundjungi Kopral Ong Liang dikantor

pemerintah. Bu Heng dan Kopral Ong itu telah

mendjadi sahabat karib. Mereka biasa bertjakap
tjakap sampai djauh malam dirumah gardu

pengawal. Pada suatu hari Pao Kong menerima

seputjuk surat dari Kota-radja. Dengan tak sabar

dia membuka segelnja, lalu memba-tjanja dengan

seksama. Berkali-kali dia mengangguk-angguk

dengan perasaan puas, kemudian. sambil

menundjuk kepada surat itu dia berkata kepada

Sersan Hong Tjiang. : "lnilah keputusan resmi

mengenai penghianatan Yo Kie, pembunuh

Djenderal Teng dn mengenai Njonja Lee,

pembunuh Pek Lan. Dan mungkin kamu ingin tahu

djuga bahwa komplotan suku-suku Uigur telah

diselesaikan ditingkat atas antara Kemen-terian

Urusan suku-suku bangsa liar dan Radja dari

bangsa Uigur sendiri. Selandjutnja kota Lam Hong

ini bebas dari penjerbuan bangsa liar. Besok aku

akan buka perkara ini, kemudian aku akan

mendjadi orang bebas.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

408

Sersan Hong tak begitu mengerti apa jang

dimaksudkan Hakim dengan utjapannja jang

terachir itu. Akan tetapi Pao Kong tak memberi dia

kesempatan untuk mengadjukan pertanjaan
pertanjaan. Segera dia memberi perintah untuk

persiapan-persiapan sidang pengadilan jang akan

datang. Pada esok-paginja. dua djam sebelum

subuh, petugas-petugas. pengadilan sudah mulai

mengadakan persiapan-persiapan. Sekian

banjaknja obor-ohor dinjalakan dihaluman didepan

ruang pengadilan, dimana agen-agen-polisi sedang

sibuk menjediakan sebuah gerobak untuk

mengangkut orang-orang hukuman kelapangan di
luar pinto kota selatan, dimana mereka akan

mendjalankan hukuman mati. Walaupun hari masih

pagi, banjak wargakota berkumpul didepan kantor

pengadilan untuk menjaksikan persiapan-persiapan

itu dengan penuh perhatian. Sepasukan pradjurit

berkuda, dipersendjatai dengan tombak jang

pandjang, dikerahkan dari markas besar tentara

untuk mengawal gerobak persakitan ketempat

hukuman.

Sedjam sebelum fadjar, gong kantor pengadilan

dibunjikan tiga kali, pintu kantor pengadilan jang

berlapis dua dibuka selebar-lebarnja, kemudian

para-penonton diperkenankan setjara teratur

memasuki ruang pengadilan jang diterangi lilin-lilin

jang besar. Dengan penuh chidmat mereka

menunggu saat pembesar jang tertinggi tampilPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

409

dipanggung dan menempati kursi hakim dibelakang

medja. Pao Kong mengenakan pakaian

kebesarannja serba lengkap, jang terbikin dari

brokat hidjau tersulam emas, jang berkilau-kilau
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di-bawah sinar lilin. Pundaknja ditutupi mantel

ungu, suatu tanda bahwa dia akan mendjatuhkan

hukuman mati.

Yo Kie adalah persakitan jang pertama jang

dihadapkan ke pada hakim. Selagi dia berlutut

didepan medja pengadilan, panitera utama

meletakkan sebuah naskah dimuka hakim, jang

mem-batja dengan suara lantang dan sungguh
sungguh "Persakitan Yo Kie telah terbukti

kesalahannja sebagai peng-hianat negeri.

Seharusnja dia disiksa perlahan-lahan dengan me
njingtjang tubuhnja hidup-hidup. sehingga mati.

Akan tetapi, mengingat ajahnja, bekas Gubernur Yo

Su Tjian, telah berdjasa besar terhadap negeri dan

bangsa, dan mengingat pula bahwa sesudah

meninggal dia mengadjukan permohonan agar

putranja jang, durhaka itu dikasihani, maka

hukumannja diringankan mendjadi hukuman mati,

kemudian majatnja baru ditjingtjang. Pula, untuk

menghormati peringatan terhadap bekas Gubernur

Yo, maka kepala puteranja tak akan ditontonkan

dipintu kota sedang harta-bendanja tak disita."

Pao Kong berhenti sebentar, lalu menjerahkan

surat keputusan pengadilan itu kepada Kopral Ong.PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

410

"Persakitan dinerkenankan untuk membatja

permohonan arnpun dari mendiang ajahnja", dia

berkata. Selama itu Yo Kie mendengarkan vonisnja

dengan wadjah jang tak berobah sedikitpun. Akan

tetapi setelah dia membatja surat ajahnja, dia

menangis sedu-sedan setjara memilukan hati. Dua

orang polisi mengikat tangan Yo Kie dibelakang

panggungnja. kemudian diantara ikatannja

diselipkan sebuah papan putih jang sudah

disediakan terlebih dahulu, dimana ditulis dengan

huruf-huruf besar nama persakitan, kedjahatannja

dan hukuman jang didjatuhkan kepadanja.

Setelah Yo Kie dibawa pergi, Pao Kong berkata

"Pemerintah Keradjaan mcmpermaklumkan bahwa

Radja suku-bangsa Uigur telah mengirim perutusan

istimewa ke kotaradja jang dipimpin oleh putra

sulungnja sendiri. Maksudnja jalah untuk

menjampaikan maaf alas pertjobaan

pemberontakan jang telah direntjanakan Pangeran

Ooljin dan mengadjukan permohorian agar diberi

kesempatan untuk memperbaharui sumpah
setianja terhadap Seri Baginda Kaisar. Pemerintah

Keradjaan telah menerima pernjataan itu dengan

senang hati dan telah menjerahkan Pengeran Ooljin

bersama empat anak-buahnja kepada perutusan

tersebut sambil memasrahkan kepada Radja Uigur

sendiri untuk.mengarnbil tindakan-tindakan jang

sesuai. Thio Liong bisik-bisik kepada Thio Houw

"Diterdjemahkan dalarn bahasa kita. tindakan-PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

411

tindakan jang sesuai berarti bahwa radja dan suku

Uigur akan membesek kulit Ooljin hidup-hidup,

merebusnja didalam minjak mendidih dan

memotong dagingnja jang ketinggalan mendjadi

keping jang ketjil-ketjil. Radja Uigur tidak menjukai

orang-orang jang mengatjaukan rentjananja !"

"Putra Radja Uigur", kata Pao Kong selandjutnja,

telah di-undang untuk memperpandjang kun
djungannja dikotaradja sebagai tamu kehormatan

dari Pemerintah Keradjaan !" Para hadirin bersorak
sorai. Mereka ketahui bahwa selama putra

sulungnja ditahan sebagai tawanan "kehormatan"

dikota-ra-dja, Radja Uigur terpaksa untuk mentaati

djandjinja. ?Diam !" Hakim berteriak. Atas

perintahnja. Yo Hudjin dan Yo Shan, putranja,

diantar ke depan hakim. "Njonja Yo", dia berkata,

"Engkau sudah memaklumi isi dari pada testamen

Gubernur jang asli dan jang diketemukan di kebun

labirin. Kini engkau akan memiliki semua harta
peninggalan mendiang suamimu, djuga atas nama

putramu jang belum dewasa. Aku jakin bahwa

dibawah bimbinganmu jang bidjaksana. dia akan

mengikuti djedjak ajahnja jang bidjaksana, dan

sebagai orang dewasa kelak dia membuktikan

bahwa dia berharga untuk memakai nama keluarga

Yo jang harum dan besar !"

Njonja Yo dan putranja beberapa kali

membentur-benturkan kepalanja diatas lantaiPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

412

untuk menjatakan rasa terimakasihnja. Setelah

mereka mengundurkan diri, panitera pengadilan

meletakkan pula sebuah naskah lainnja diatas

medja hakim. "Sekarang aku akan batjakan

keputusan resmi tentang perkara pembunuhan atas

Djenderal Teng", Pao Kong berkata. kemudian dia

membatja perlahan-lahan "Pengadilan dikota-radja

telah memperhatikan hal-ichwal kematian

djenderal Teng Houw-Ko. Pengadilan berpendapat

bahwa terukirnja suatu nama pada alat-tulisnja

dimana terdapat suatu scndjata tersembunji, belum

berarti bahwa orang itu djuga jang mengubah alat
tulis itu mendjadi alat pembunuhan, ataupun

bahwa alat itu sengadja dibikin untuk membunuh

djenderal Teng. Oleh karena itu, Pengadilan

memutuskan bahwa matinja Djenderal Tong

disebabkan oleh ketjelakaan". "Suatu tjontoh dari

tjara mengadili jang tragis sekali !" Sersan Hong

berbisik ditelinga Pao Kong, selagi dia mengetahui

naskah tersebut. Pao Kong mengangguk sedikit dan

mendjawab dengan suara rendah "Djelas sekali

bahwa mereka ingin melindungi nama baik

Gubernur dalam perkara ini !" Kemudian dia

memerintahkan untuk mengambil Njonja Lee dari

pendjara.

Selama dia menunggu keputusan di pendjara,

lambat laun perasaan takut terhadap kematian jang

ada di depan mata menguasai wanita jang kedjam

itu. Sikapnja jang menantang dan mengagung-kanPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

413

diri jang dipertontonkannja ketika dia mengakui

perbuatan-perbuatannja jang seram, sudah hilang

sama-sekali. Mukanja putjat dan letih, dengan

mata melotot dia memandang mantel ungu jang

menutupi pundak Hakim dan seorang tinggi-besar

jang berdiri di pinggir sambil memegang pedang

terhunus, sedangkan di-belakangnja terdapat pula

dua orang jang sama bengisnja dengan alat-alat

algodjo lainnja seperti pisau, gergadji dan

gulungan-gulungan tali.

Ketika Njonja Lee menginsjafi bahwa orang
orang adalah algodjo bersama pembantu
pembatunja, dia tak bisa berdiri diatas kakinja,

sehingga dua orang polisi harus membantu agar dia

berlutut dihadapan hakim. Pao Kong membatja

"Persakitan Lee, terlahir Oey dianggap bersalah

telah men-tjulik gadis-gadis, dengan maksud
maksud jang mesum dan pula telah melakukan

pembunuhan jang telah direntjanakan terlebih

dahulu. Dia akan dihukum rangket, kemudian

dipenggal batang lehernja. Kepalanja akan

dipertontonkan tiga hari berturut dipintu-kota

sedangkan harta-bendanja akan dibagikan diantara

pamili dari Para-korban." Njonja Lee mulai

mendjerit, akan tetapi seorang polisi segera

menutup mulutnnja dengan segulung kertas
minjak, sedangkan kedua tangannja di-ikat

dibelakang punggungnja. Achirnja sebuah papan

dimana ditjatat nama kedjahatan dan hukumannjaPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

414

digantungkan pada lehernja. Kemudian Pao Kong

minta perhatian untuk membatjakan nama-nama

dari petugas-petugas sementara dari kantor

pengadilan. Pertama-tama dia berpaling pada

Kopral Ong dan anak-anak-buahnja dan berkata

"Kopral Ong, engkau dan orang-orang jang berada

dibawah perintahmu telah dipekerdjakan dalam ke
adaan darurat, akan tetapi kamu semua telah

mengabdi kepada negara dengan setia. Mengingat

kini keadaan normal sudah dapat dipulihkan lagi,

aku membebaskan kamu semua dari pada tugas
mu dengan pengertian bahwa apabila diantaramu

ada jang ingin tetap mendjadi pegawai negeri, akan

aku menjambutnja dengan senang hati." "Kami

semua", djawah Kopral Ong dengan penuh

chidmat, "merasa banjak berhutang hudi kepada

Jang Mulia, dan aku sendiri dari siapapun djuga.

Pasti aku akan memohon agar Jang Mulia sudi

menetapkan aku dalam djabatanku jang sekarang,

djikalau aku tak mempunjai kewadjiban terhadap

putriku untuk meninggalkan kota ini, dimana dia

tetap akan mengenangkan tragedi jang

menjedihkan jang dialami oleh keluarga kami".

Bu Heng telah menawarkanku pekerdjaan

sebagai pengurus rumah dari salah-seorang

sahabatnja dikotaradja, dan aku terlebih pula

tjenderung untuk menerima balk tawaran jang

murah-hati ini setelah aku diberitahukan oleh

seorang perantara bahwa Bu Heng memptinjaiPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

415

minat untuk menikah dengan putriku jang kedua

Hek Lan, begitu lekas dia lulus dari udjian negeri

tingkat kedua."

"Sungguh gadis itu tak kenal budi !" Thio Liong

menggerutu kepada This Houw. ",Akulah jang telah

menjelamatkan djiwanja pada waktu dia ada dalam

bahaja. Dan apa jang lebih panting lagi, aku telah
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melihat dia dalam keadaan, seperti hanja suaminja

jang berhak untuk melihatnja !" "Tutup mulut",

temannja membentak. "Engkau sudah begitu

beruntung, mendapat pemandangan jang nikmat

sekali atas tubuh-nja gadis itu, kukira, satu hadiah

tjukup besar untuk djasa-djasa-mu!"

Atas permohonan ajahnja, putra sulung Kopral

Ong, diperkenankan bekerdja terus sebagai

anggota polisi pengadilan, demikian pun

kebanjakan anak-buah bekas kepala penjamun itu

menjatakan keinginannja untuk tetap mendjadi

pegawai negeri. Melainkan Kopral Ong dan tiga

orang polisi lainnja jang ingin melandjutkan

pekerdjaannja jang dahulu, diperkenankan untuk

rneletakkan djabatannja. Kemudian, sidang

ditutup, dan Hakim Pao serta para-pegawai

pengadilan lainnja siap untuk berangkat kepintu

kota selatan, dimana persakitan-persakitan itu

akan mendjalankan hukuman mati.

Diluar pintu kantor pengadilan sudah tampak

orang berdjubel-djubel. Yo Kie dan Lee Hudjin telahPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

416

dimasukkan ke gerohak pesakitan, jang

diternpelkan plakat dimana tertjatat nama dan

kedjahatan mereka, dengan djelasnja dapat dibatja

oleh orang banjak. Tak lama kemudian pintu

gerbang dibuka, djoli Hakim digotong keluar

dengan dikawal oleh sepuluh orang polisi. Thio

Hong dan Thio Houw menunggang kuda disebelah

kiri. Tao Gan dan Sersan Hong disebelah kanan.

Empat orang dengan membawa plakat-plakat

dimana tertulis "PEMBESAR KOTA LAM HONG".

berdjalan dibagian depan. Demikian, diiring

dengan, suara tambur dan gembreng jang riuh
rendah, rombongan itu menudju kearah selatan.

Lapangan hukuman mati terletak diluar pintu

kota: sebidang tanah kosong jang dikelilingi papan.

Kedatangan Hakim disambut oleh komandan

pasukan, jang segera mempersilahkan Hakim

duduk diatas panggung dam, jang sengadja

dibangun malam kemarinnja. Kepala algodjo

menantjapkan pedangnja ditanah, lalu membuka

badju luarnja. Pada tubuhnja jang telandjang

terlihat otot-otot jang besar dan kuat. Kedua

pembantunja menurunkan kedua persakitan dari

gerohak dan membawanja ketengah-tengah

lapangan. Mereka membuka tali jang mengikat

tangan Yo Kie lalu menjeretnja kesebuah tiang,

jang kiri-kanannja diapit oleh dua palang kaju.

Leher Yo Kie lalu d-ikat pada tiang itu, se-dangkanPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

417

kedua tangannja dan kakinja di-ikatkan pada

palang-palang kaju itu.

Sementara itu kepala algodjo memilih sebuah

golok jang pandjang dan tipis dun berdiri dihadapan

Yo Kie. Lalu dia memandang kepada Hakim. Hakim

memberi tanda. kemudian algodjo dengan

ketjepatan se-perti kilat menusukkan golok itu

tepat didalam hati Yo Kie. Dia mati tanpa

mengeluarkan suara sedikit djuapun, lalu tubuhnja

di-potong mendjadi potongan ketjil-ketjii.

Njonja Lee djatuh pingsan ketika melihat mereka

melaksanakan hukuman jang mengerikan itu, dan

beberapa penonton menutupi mukanja dengan

tangan badjunja. Achirnja algodjo -menjerahkan

kepala Yo Kie kepada Hakim jang menandai dahinja

dengan tinta merah. Kemudian kepala dan sisa-sisa

tubuh nja dilemparkan kedalam sebuah

kerandjang. Njonja Lee telah disadarkan pula dari

pingsannja. Dua orang polisi menjeret dia ke depan

panggung dan memaksakan dia berlutut. Ketika dia

melihat algodjo menghampiri dia dengan sebuah

petjut ditangannja, dia mendjerit-djerit sekeras
kcrasnja, minta di-ampuni. Akan tetapi algodjo dan

pembantunja tak menghiraukan-nja sedikitpun,

mereka sudah biasa menghadapi keadaan

demikian, maka mereka melakukan tugasnja

dengan tenang. Salah-seorang pembantu

menguraikan rambut persakitan itu, lalu di-PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

418

djambretnja dan kepalanja didorong kedepan.

pembantu lainnja membuka badju persakitan dan

mengikat kedua tangannja dibela-kang punggung.

Algodjo memeriksa petjutnja dengan seksama. Alas

jang me-nakutkan ini terbikin dari kulit jang

diperlengkapi kaitan-kaitan besi. Alas ini hanja

digunakan terhadap orang jang dapat hukuman

mati, karena tak ada seorang bisa hidup lebih lama,

setelah mendapat rangketan dengan alas demikian.

Ketika Hakim memberi tanda, algodjo mulai

mengangkat pe-tjutnja, lalu merangket punggung

persakitan jang telandjang. Suara petjut sadja

sudah membikin bulu roma orang berdiri, dan tiap

rangketan menjobek-njobek daging persakitan dari

leher hingga dibagian pinggang. Njonja Lee

mendjerit-djerit setengah-mati, akan tetapi algodjo

tak menghiraukannja bahkan memukulnja

berulangkali. Setelah rangketan ke-enam kalinja

daging punggung Njonja Lee boleh dikatakan sudah

hantjur, darah jang berkutjuran dari daging jang

petjah membasahkan tanah disekitarnja. Njonja

Lee mendjadi pingsan. Hakim memberi tanda

kepada algodjo untuk berhenti merang-ket

sehingga persakitan sadar kembali. Kemudian

algodjo menga-jun-ajunkan pedangnja dan

menabas batang leher persakitan dengan sekali

batjokan. Kepala jang sudah kutung itu ditandai

Hakim oleh tinta merah, lalu dilemparkannja ke

dalam kerandjang. Kepala itu akan di-gantungkanPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

419

didepan pintu-kota dan dipertontonkan kepada

chalajak-ramai tiga hari berturut-turut.

Kemudian Pao Kong turun dari punggung dan

naik pula ke-dalam djoli. Selagi djoli diangkat oleh

para-penggotongnja. mata-hari mementjarkan

sinarnja jang pertama diatas topi badja pra-djurit
pradjurit. Setibanja digedung pengadilan, Pao Kong

segera masuk kekantornja. Setelah minum

setjangkir teh, dia memperkenankan Sersan Hong

untuk mengundurkan diri dan makan pagi.

Kemudian, pada hari itu djuga mereka akan

bersama merentjanakan laporan tentang

pelaksanaan hukuman mati kepada pembesar
pembesar jang lebih tinggi.

Sersan Hong berajalan keluar dan mendapati

Thio Liong, Thio Houw dan Tao Gan sedang

bertjakap-tjakap disuatu podjok dari halaman

utama. Tampaknja Thio Liong masih teruss

menggerutu tentang apa jang dia anggap

perbuatan jang "tidak setia" dari Hek. Lan. "Aku

selalu pandang Hek Lan sebagai bakal istriku", dia

ber-kate dengan make asam".dia hampir menusuk

aku dengan pisaunja pada waktu pembegalan di

daerah pegunungan. Sesungguh-nja aku suka

benar padanja!" _Kau boleh memberi selamat

kepada dirimu sendiri bahwa kau tak usah kawin

dengan wanita itu", kata Thio Homy dalam usaha

untuk menghibur temannja. "Perempuan ituPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

420

lidahnja tadjam benar ! Kukira, sebagai suaminja,

kau akan terus-menerus dirongrong olehnja!"

Thio Liong tiba-tiba menepuk-nepuk dahinja.

"Ah, itu mengingatkan aku pada sesuatu" Ia

berseru. "Aku akan mengatakan kepadamu apa

jang kuakan berbuat. Aku akan membeli si Tulbee

untuk merawati aku. Dia adalah seorang wanita

berbentuk besar, tepat sekali bagiku. Kutahu dia

suka sekali padaku, dan dia tak bisa bitjara bahasa

Tionghoa se-patah djuapun. Tidakkah, didampingi

Tulbee dirumah-tanggaku akan tenang dan

tenteram ?"

Tao Gan menggeleng-gelengkan kepala. Mukanja

jang pandjang tampak lebih sungguh2 lagi dari

pada biasa ketika dia berkata dengan muram :

"Djangan engkau melamun. sahabatku! Aku be
rani bertaruh bahwa dalam satu-dua minggu

perempuan itu akan sanggup bikin kepalamu

mendjadi pusing dengan otjehannja, malahan

dalam bahasa Tionghoa jang paling lantjar !" Akan

tetapi Thio Liong sedikitpun tak ketjil hati. "Aku

akan pergi kesana malam ini", dia berkata, "Siapa

jang mau turut, kuadjak dengan senang hati. Kamu

akan mendjumpai perempuan-perempuan jang

tjantik disana dan jang sama sekali tak merasa

butuh untuk menjembunjikan kemolekan tubuhnja.

Thio Houw mengentjangkan tali-punggungnja. Dia

berteriak dengan tak sabar ,,Apakah kamu orangPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

421

tak bisa membitjarakan saat lain dari pada tentang

perempuan ? Mari kita bersama bersantap pagi !

Tak ada jang terlebih baik bagi perut kosong dari

pada beberapa tjangkir arak panas!" Demikian ke
empat pembantu Pao Kong jang setia Thio Liong,

Thio Houw, Hong Tjiang dan Tao Gan, untuk

pertama kali sedjak mereka mendjalankan tugas

dikota Lam Hong, bersama keluar dari kantor

pemerintah, dengan fikiran tenang dan hati lega,

setelah mereka membantu madjikannja untuk

memetjahkan tiga perkara-pembunuhan jang

terlampau gelap.

Sementara itu Pao Kong telah bersalin pakaian
Pao Kong Dalam Gadis Tak Berkepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang pemburu. Dia perintah salah-seorang

pegawai untuk mengambil kuda kesajangannja dari

kandang. Leher mantelnja dia tarik ke-alas untuk

menutupi mulut dan hidungnja, agar dia tak

dikenali orang. Kemudian dia naiki kudanja dan

menudju kedjalan raja. Sepandjang djalan tampak

kelompok-kelompok orang jang dengan asjiknja

merundingkan hukuman mati jang telah

didjatuhkan kepada kedua pendjahat. Mereka

sedikitpun tak menaruh perhatian kepada si
penunggang-kuda jang sendirian Setelah melewati

pintu-kota selatan Pao Kong melarikan kuda-nja

lebih tjepat.

Dilapangan hukuman mati beberapa agen-polisi

masih sibuk melakukan pembersihan danPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

422

menimbuni bekas-bekas darah dengan pasir jang

bersih. Segera dia berada diluar kota. Dia menahan

berlarinja kuda dan menghirup hawa-udara pagi

jang segar sambil menikmati pemandangan jang

indah dan tenang disekitarnja, Sekalipun dalam

suasana jang menjenangkan ini, fikirannja

sebaliknja dari pada tenang dan tenteram. Sedjak

pertemuannja dengan Pek Hok Sian Su, dia

mempunjat keinginan untuk mengundurkan diri

selaku pegawai negeri. Dan setelah herhasil

menjelesaikan perkara pernbunuhan:, jang

terachir, hasratnja itu mendjadi makin keras. Pao

Kong pikir, usia-nja baru empat puluh tahun, belum

terlambat untuk memulai penghidupan baru

sebagai petani ketjil dikampung halamannja.

Adakah sesuatu jamg lebih menjenangkan dari

pada penghidupan sebagai seorang pegawai

pensiunan jang rnemiliki beberapa petak sawah

sekedar tjukup untuk mendjamin nafkahnja, akan

tetapi sehari-hari bisa membatja ataupun membuat

karangan sambil mendidik anak-anaknja ? Apa

gunanja untuk menjapaikan hati menjelidiki segala

matjam kedjahatan sedangkan terdapat banjak

kemungkinan untuk menuntut kehidupan jang lebih

indah dan menjenangkan ? Akan tetapi beberapa

saat kemudian Pao Kong amat meragu-ragukan

apakah sikap demikian adalah sikap jang

bidjaksana. Sebagai putra dari Keradjaan Tiongkok

jang terbesar dia mempunjai tjita-tjita jang luhurPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

423

tentang ,,Tugas jang luhur, jakni untuk

mementjarkan kebudajaan Tionghoa jang gemilang

diantara bangsa-bangsa jang masih berada dalam

kegelapan untuk bersama menjiptakan dunia jang

damai, bahagia dan makmur. Apa akan terdjadi

dengan tanah-air dan tjita-tjita jang luhur itu,

djikalau semua pegawai-negeri, seperti dia sendiri,

ingin mengedjar kesenangan pribadi '? Pao Kong

bertanja didalam hati.

Bagaimana dia dapat menjumbangkan tenaganja

untuk mentjapai tjita-tjita jang luhur itu, djikalau

dia ingin menuntut penghidupan jang tenang dan

tersembunji dikampung halamannja jang terpentjil

? Sambil memetjut kudanja, Pao Kong

menggeleng-gelengkan kepalanja. Dia tak tahu

djalan penghidupan mana akan dia tempuh. Tiba
tiba dia ingat pada sebuah sadjak jang dia pernah

batja ketika dia berkundjung ke gubuk Pek Hok

Sian-soe si orang-pertapa jang berbadju bulu

burung djendjang putih itu. Sedjak itu merupakan

sebuah tulisan indah jang menghiasi dinding gubuk

itu. dan bunjinja 'selalu berdesing didalam

kepalanja "Hanja ada dua djalan jang menudju ke

Penghidupan Kekal dan Abadi ; Atau orang

mengebor kepalanja kedalam lumpur sebagai

seekor tjatjing, atau, laksana ular naga, dia terbang

setinggi-tingginja ke angkasa raya."PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

424

Pao Kong menarik napas. Dia mengambil

keputusan untuk mengundjungi Guru tua itu dan

meminta kepadanja, untuk memberi petundjuk,

djalan mana sebaiknja dia tempuh. Setelah dia tiba

dikaki gunung, dia turun dari kudanja. Dia meminta

kepada seorang tani jang sedang mengerdjakan

sawah untuk tolong mendjagai kudanja. I Baru

sadja dia mau mendaki lereng gunung, ketika dua

orang tua jang menggendong seberkas kaju-bakar

dipunggungnja turun kebawah. Rupanja mereka

sepasang suami-istri tukang mengumpulkan kaju

dihutan, jang berada dalam perdjalanan pulang.

Usianja sudah landjut benar, wadjahnja kisut dan

kedua tangan-nja penuh dengan bonggol-bonggol

seperti kaju-kering jang digendongnja.

Mereka berhenti sebentar dan meletakkan ikatan

kajunja di-tanah. Sambil menggosok keringat dari

dahinja, si-orang tua laki-laki memandang Pao

Kong dan bertanja dengan sopan-santun ,,Tay-djin

hendak kemana ?" "Aku ingin bertemu dengan Pek

Hok Sian-su jang berdiam di-atas gunung", djawab

Pao Kong dengan pendek. Si-orang tua itu

menggelengkan kepalanja. "Tay-djin tak akan

mendjumpai dia", djawabnja",empat hari berselang

kami mendapati gubuknja sudah kosong. Pintunja

jang sudah lontjer bergojang-gojang tertiup angin,

sedang sang hudjan telah merusaki semua pohon

bunganja. Kini aku dan istriku telah menggunakan

gubuk itu untuk menjimpan kaju."PAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

425

Pao Kong tak mengatakan suatu apa. Rasa duka

dan kesunjian meliputi dirinja. "Sebaiknja Tay-djin

membatalkan niatan untuk naik gunung. Tay-djin

hanja akan membuang waktu dengan pertjuma

sadja." "Apa terdjadi dengan guru tua itu ? Apakah

kamu telah menemukan majatnja ?" Pao Kong

bertanja. Si-orang-tua itu tersenjum simpul dan

menggelengkan kepalanja. "Manusia seperti Pek

Hok Sian-su tak akan mati seperti kita", dia

berkata. "Pertama-tama mereka bukan dari dunia

ini. Pada suatu hari mereka akan terbang dan

menghilang kelangit biru, tak meninggalkan bekas
bekas apapun dibelakangnja, hanja kekosongan

belaka!"

Kemudian orang itu dan istrinja menggendong

kaju jang sementara ditaruh ditanah itu dan

berdjalan pergi. Akan tetapi, tak disangka-sangka,

kata-kata jang diutjapkan si-orang tua itu seakan
akan telah membuka pikiran Pao Kong tiha-tiba dia

dapat menjelami arti jang sedjati dari pada sadjak

jang gelap dan mendalam itu. Kiranja utjapan itulah

ada djawahan jang dia telah mentjari-tjari sekian

lama ! Dengan senjuman lebar dia berkata :

"Baiklah ! Aku dengan segenap djiwa-ragaku,

merasa ada-lah sebagian dari dunia jang fana ini.

Dan laksana se-ekor tjatjing aku akan terus

mengebor kepalaku kedalam lumpur !" Dengan hati

jang tenteram dan kejakinan sepenuh-penuhnja

akan tugasnja jang dia masih harus lakukan diPAO KONG | KOLEKTOR E-BOOK

426

dunia ini, Pao Kong naiki pula kuda-tunggangnja

dan berdjalan puiang kembali ke kota Lam Hong.

TAMAT


Kisah Kisah Sufi Karya Idries Shah Kitab Mudjidjad Lanjutan Bocah Sakti Pendekar Slebor 60 Pembunuh Dari Jepang

Cari Blog Ini