Ceritasilat Novel Online

Kabut Di Telaga See Ouw 1

Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara Bagian 1

12

KABUT DI TELAGA SEE-OUW

( Lanjutan Prahara Di Gurun Gobi )

*

* *

Hasil Karya

B A T A R A

Pelukis

Soebagio & Antonius S.

*

* *

Percetakan & Penerbit

U.P. DHIANANDA

P.O. Box 174

SOLO-571013

KOLEKSI KOLEKTOR EBOOK4

DISCLAIMER

Kolektor E-Book adalah sebuah wadah

nirlaba bagi para pecinta Ebook untuk belajar,

berdiskusi, berbagi pengetahuan dan

pengalaman.

Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya

untuk melestarikan buku-buku yang sudah sulit

didapatkan dipasaran dari kpunahan, dengan cara

mengalih mediakan dalam bentuk digital.

Proses pemilihan buku yang dijadikan

abjek alih media diklasifikasikan berdasarkan

kriteria kelangkaan, usia,maupun kondisi fisik.

Sumber pustaka dan ketersediaan buku

diperoleh dari kontribusi para donatur dalam

bentuk image/citra objek buku yang

bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan

kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam

format digital sesua? kebutuhan.

Tidak ada upaya untuk meraih

keuntungan finansial dari buku-buku yang dialih

mediakan dalam bentuk digital ini.

Salam pustaka!

Team Kolektor Ebook5

Buih dan gelombang bergolak mendidih

riak kecipak kuhantam menepi

garang menerjang tak kurasa pedih

badai dan kilat kuanggap sepi

Gempur kulebur jagad seisi

tamak menghentak membakar hati

lupa segala ku tak ingat lagi

taufan menghempas sadarkan diriI

(Diambil dari kitab pusaka Bu-beng Sian-su)

Code Km-sg- 1145-0111906

---oo0oo--
Dipersembahkan buat para pembaca di

manapun Anda berada!

---oo0oo--
KABUT DI TELAGA SEE OUW

(Lanjutan kisah dari Prahara Di Gurun Gobi)

Karya BATARA

Credit:

Sumber buku Awie Dermawan

Edit OCR Yons

First In Share Kolektor Ebook7

"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"

( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )

Karya Batara

Jilid I

*

* *

HAMPARAN air biru di telaga luas itu

amatlah mentakjubkan. Sinar mentari pagi

yang tak malu-malu menerangi bumi,

menyiratkan cahayanya di permukaan air

telaga bagaikan sapuan lembut perawan desa

di jerami jingga. Cahaya biru kuning memantul

di sini, bercampur warna perak menyatu

membentuk benang-benang cahaya yang amat

indah, indah dan penuh pesona. Dan ketika

angin bergerak sepoi-sepoi basah menerpa

permukaan telaga dengan masih malu-malu,

pagi itu semuanya baru bangun dari tidur maka

telaga bergerak dan permukaan airnya8

mengeriput kecil bagai lipatan-lipatan kain

panjang di tubuh bumi. Indah, namun penuh

pesona!

Tiga meliwis putih tiba-tiba

mengelepakkan sayap dari utara, gembira,

menyusur permukaan telaga lalu tiba-tiba

menukik pendek. Lalu ketika secepat kilat

paruh dibuka menangkap seekor mujair hitam,

melonjak dan terbang ke atas maka makanan

pagi yang segar didapat. Ah,perburuan sudah

dimulai!

Angin tiba-tiba bertiup lebih dingin dan

lebih kencang. Dua perahu di tepi telaga

berguncang, permukaan air sudah tidak lagi

mengeriput melainkan berombak, buih-buih

kecil mulai saling tampar. Lalu ketika dua orang

menggeliat bangun dari perahu itu, di sana

ayam hutan berkokok memberi tanda maka

permukaan telaga bergerak lebih besar dan

kemudian bergelombang.

"Aduh, kesiangan. Kita terlambat

pulang!"9

"Benar, dan aku masih mengantuk,Ban
suheng. Aih, nikmatnya tiduran di sini dibelai

angin telaga!"

Dua laki-laki tegap meloncat dan

menyambar dayung masing-masing. Mereka

saling berseru tapi laki-laki kedua bernada lain,

ia masih ingin mendengkur dan tiduran lagi.

Semalam rupanya mereka sudah ada di situ,

sekeranjang ikan di buritan belakang. Tapi

ketika sang suheng (kakak seperguruan)

mendamprat dan membentaknya cemas, tak

boleh mereka kesiangan maka dua orang ini

sudah menggerakkan dayung mereka dan

cepat bagai dikejar setan keduanya buru-buru

menembus sisa kabut ke tengah telaga,

menyeberang.

"Cepat, ja?gan sampai diketahui hu
pangcu (wakil ketua). Atau nanti kita kena

hukuman dan ini semua gara-gara dirimu!"

"Ah, aku mengajakmu tidur sejenak

saja, suheng. Hasil tangkapan kita sudah

cukup. Kalau kau menolak tentu semalam kita

tak tidur di sini".10

"Sudahlah, kau selamanya pandai

berkilah dan hati-hati menembus kabut

itu.Heiii.... rupanya ada saudara-saudara kita

datang.

Awas.... braakkk!" perahu tiba-tiba

membentur perahu lain dan berteriaklah pria

di depan dengan kaget sekali. la diajak omong

saudaranya dan kurang memperhatikan ke

depan, kabut di tengah telaga masih ada yang

tebal dan ketika sebuah perahu lain tiba-tiba

muncul begitu saja maka tabrakan tak dapat

dihindari lagi. Lelaki itu menyangka temannya

yang lain, Saudara-saudara mereka yang

mecari mereka karena terlambat pulang. Tapi

ketika dia terpelanting dan kekeh tawa

terdengar di depan, dingin, ia berteriak

mempertahankan perahu maka perahu di

depan itu terus meluncur dan menabrak

perahu, sutenya (adik seperguruan) yang juga

kaget setengah mati. Samar-samar di tengah

kabut itu seorang kakek bongkok

mengemudikan perahu dengan sebatang

tongkat.

"Heiiii. bresss!"11

Perahu kedua itupun tertusuk dan

terbalik. Penghuninya tentu saja terlempar

tapi berjungkir balik di perahu. Sang suheng

yang bergoyang-goyang. Perahu itu hampir

terbalik namun dapat diselamatkan susah

payah. Dun-duanya melotot. Dan ketika

mereka memaki karena penabrak bukanlah

teman sendiri, mereka adalah orang-orang

See-ouw-pang (Perkumpulan Telaga See-ouw)

maka kakek itu, si bongkok yang terkekeh tak

memperdulikan dan terus meluncur ke depan.

Dan saat itu dari arah seberang terdengar

teriakan dan bentakan.

"Cegat kakek itu, hadang! la masuk

dapur perkumpulan!"

Ban-suheng, orang pertama terkejut.

Dari depan meluncur tujuh perahu mengejar

kakek ini, kiranya kakek itu pelarian dan pantas

saja muncul dan menabrak mereka secara tiba
tiba. Dan karena mereka mengenal suara
suara di tujuh perahu itu, itulah saudara
saudara mereka dari See-ouw-pang. maka

Ban-suheng ini menendang ujung perahunya12

hingga melesat ke depan, sekeranjang ikan di

buritan perahu lagi-lagi terlempar.

"Heii, kakek busuk. Berhenti dan

serahkan dirimu. Kau mengacau See -Ouw
pang!"

Kakek itu terkekeh. la sudah jauh

namun karena dikejar dan tujuh perahu

didayung para laki-laki muda, kuat dan mereka

itulah murid-murid See-ouw-pang maka kakek

ini terkejar juga atau mungkin dia sengaja

melambatkan larinya perahu. Ban-suheng dan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sutenya itu lebih dulu di depan.

"Ha-ha, kalian mau menangkap aku?

Kalian mau minta pelajaran dari si bongkok?

Bagus, majulah, anak-anak, majulah dan

sayang ketua kalian Cheng-liong-pian Ning Po

tak ada di rumah. Ayo.... ayo maju dan biar

sejenak kita main-main di sini!"

Kakek itu mendadak berhenti dan

memutar perahunya, begitu tiba-tiba dan

cepat hingga si Ban-suheng maupun sutenya

tak mampu menahan diri. Mereka

menumpang satu perahu dan sama-sama

mendayung cepat, bermaksud mendahului13

saudara-saudara yang lain karena mereka juga

ingin menangkap kakek ini. Tadi perahu

mereka ditabrak dan terbalik. Maka ketika si

kakek mendadak berhenti dan memutar

perahu, saat itu mereka juga mendayung dan

menggerakkan perahu dengan cepat maka

tanpa ampun lagi perahu mereka itulah yang

menabrak dan tepat si kakek tertawa bergelak

saat itu juga ujung perahu mereka

menghantam lambung atau perut perahu

lawan.

"Braakkk!"

Perahu mereka terpental dan terbalik.

Si kakek menggerakkan tongkatnya dan tadi

secepat kilat menahan dinding perahu Ban
suheng, perahu terdorong dan bagai

disentakkan saja, kuat dan mereka berdua tak

mampu menahan. Dan ketika keduanya

mencelat dan jatuh ke telaga, si kakek

terkekeh-kekeh maka keduanya basah kuyup

dan kakek itu memutar perahunya lagi dan

melanjutkan larinya.

"Ha-ha, murid-murid See-ouw-pang tak

mungkin menandingi aku, Cheng-liong pian14

(Cambuk Naga Hijau). Kau sendiri harus maju

tapi sayang tak ada di rumah. Ha-ha, biarlah

aku mendaratkan perahu di sana dan main
main dengan murid-muridmu yang lain!"

Tujuh perahu mengejar dan sempat

memperpendek jarak. Tabrakan yang terjadi di

antara Ban-suheng dan kakek itu tadi

membuat mereka berteriak-teriak tapi sayang

si kakek tak berlama-lama. Justeru saudara

mereka yang berjungkalan masuk telaga. Tapi

ketika mereka menolong dan mengejar lagi,

Ban-suheng dan sutenya diangkat dari air

maka kakek itu ternyata menepati janji

menunggu dl tepi. Ia telah tiba di seberang dan

Menancapkan tongkatnya, perahunya

bergoyang naik turun mengikuti gelombang

air, terkekeh-kekeh.

"Ha-ha, ayo ayo maju dan main-main

sebentar. Tubuhku juga dingin setelah

semalam tak menemukan apa-apa di tempat

kalian. Hayo, cepat, anak-anak. Pijati tubuhku

biar hangat. Sayang ketua kallan Cheng-liong
pian Ning Po tak ada di rumah!"15

Tujuh perahu sudah datang mendekat.

Mereka adalah murid-murid See-ouw-pang

yang jumlahnya sekitar lima puluh orang,

berpakaian hijau ketat dan masing-masing

adalah pria-pria muda bertubuh kuat, tegap

dan berisi. Maka ketika kakek itu menunggu

dan terang-terangan mengejek mereka, tak

takut dan bahkan merendahkan maka yang

paling depan mencabut senjata dan langsung

menerjang. Pagi itu mereka baru tahu bahwa si

kakek bongkok keluar masuk seenaknya di See
ouw-pang.

"Tua bangka keparat, menyerahlah.

Mencari apa di tempat kami hingga semalam

berkeliaran!"

"Ha-ha, mencari ketua kalian," si kakek

mengelak dan semua senjata luput. "Apakah

kalian kira aku mencari kalian kecoa-kecoa tak

berguna ini, anak-anak. Hayo serang lebih

cepat dan gebuki tubuhku biar terasa hangat ...

bak-bik-buk!" pedang dan golok akhirnya

diterima kakek ini, mendarat dan terpental

bagai membacok sebongkah karet. Mereka

yang ada di belakang dan sudah maju sampai16

berteriak tertahan. Namun ketika mereka

maju dan membentak lagi, menusuk dan

membacok maka punuk di belakang kakek itu

menjadi sasaran.

"Ting-tak!" Si kakek terkekeh-kekeh.

Punuk itu bahkan lebih dari sekedar karet,

keras seperti logam dan pedang yang

menyambar patah-patah. Dan ketika

pemiliknya terkejut dan berseru keras,

terpelanting maka kakek itu menggulung

lengan bajunya dan sekali dia berseru

memhalas maka lima orang itu teriempar dan

masuk telaga.

"Byur-byur-byuuurrrr !"

Jerit dan pekik ramai terjadi di sini lima

puluh murid See-ouw-pang itu tumpang tindih,

air memuncrat tinggi dan sejenak menelan

tubuh-tubuh itu. Tapi ketika mereka

mengambang dan sudah menjadl mayat, muka

kebiruan sementara urat leher putus maka

kakek itu terkekeh dan mencabut tongkatnya

lagi, tongkatnya itu memang ditancapkan di

tanah, setelah itu dia meloncat dari perahu.17

"Heh-heh, anak-anak murid See-ouw
pang memang meneari penyakit. Hm, salah

mereka sendiri, Cheng-liong-pian, jangan

salahkan aku. Sekarang aku pergi dan selamat

tinggal, heh-heh !"

Namun dari tengah telaga meluncur

puluhan perahu-perahu baru. Kabut yang

menguap dan mulal hilang menunjukkan

bayang-bayang jelas dari para pendatang ini.

Mereka berteriak dan membentak bentak.

Lalu ketika kakek itu tertegun, dan menoleh,

empat bayangan hijau menyambar dan

meluncur di permukaan air, hanya

mengandalkan gerak lincah dari sebuah ilmu

meringankan tubuh maka empat bayangan itu

membentak dan mencegah kakek ini pergi.

"Ban-tok Wi Lo, berhenti! Serahkan

nyawamu dan tunggu kami kalau kau berani!"

"Heh-heh, hu-pangcu Sai-kim-mouw So

Hak. Bagus, aku jadi berhenti mendengar kata
katamu, So Hak. Siapa kira aku takut hingga

harus lari terbirit-birit. Bagus ini aku dan kau

mau apa!"18

"Aku membunuhmu!" bayangan hijau

paling depan sudah melempar tubuh

berjungkir balik. la telah meninggalkan telaga

dengan menjejakkan kedua kakinya kuat-kuat.

Jarak masih ada tiga puluh meter tapi hebat

sekali laki-laki ini telah turun di depan si kakek

bongkok. Dia ternyata adalah wakil ketua See
ouw-pang, namanya So Hak sementara

julukannya adalah Sai kim-mouw (Bulu Emas

Singa). Dan ketika ia turun di depan kakek ini

sementara tangannya sudah memegang

sebuah kebutan bulu singa, kuning keemasan

dan sinar itu berkeredep menyambar si kakek

bongkok maka Ban-tok Wi Lo alias si Selaksa

Racun tertawa aneh menggoyangkan

kepalanya ke kiri, mengelak tapi dikejar dan

kini bulu kebutan itu pecah menjadi ratusan,

semunnya mendadak kaku dan menotok atau

menusuk bagai paku-paku panjang, bercuit

dan tentu saja amat berbahaya apalagi ketika

menyambar mata! Dan ketika kakek itu

terpaksa menangkis menggerakkan ujung

tongkatnya, cepat bagai kilat maka sinar

kuning berpijar dan bunga-bunga api19

memuncrat ketika tongkat bertemu ratusan

bulu halus itu, bulu yang sudah terisi sinkang

(hawa sakti) hingga berobah menjadi semacam

tombak pendek. "Crang-cranggggg!"

Si kakek tergetar sementara lawannya

terpental berjungkir balik. Hu-pangcu atau

wakil ketua See-ouw-pang itu ternyata kalah,

ia tak kuat menerima tangkisan tongkat tapi

sudah mematahkan tenaga si kakek dengan

berjungkir balik ke atas, tinggi dan meluncur

turun dengan wajah memerah, sinar matanya

bagai api. Lalu ketika tiga yang lain berturut
turut juga sudah datang, membentak dan

menyerang kakek itu maka Ban-tok Wi Lo

terkekeh dan berkelebat menjauhkan diri.

" Ha-ha, apakah siap main keroyok.

Aehhh.... kalian bertiga tak mungkin menang

mengeroyok aku, Sam-cheng-houw (Tiga

Harimau Hijau). Ketua kalianpun juga tidak.

Bagus, maju dan kerubutlah aku cring-takk!"

tongkat menyambar dan akhirnya menangkis

kejaran pedang, bergerak dan meliuk dan sang

hu-pangcu So Hak sudah maju menerjang lagi.

Pria tegap gagah dari See-ouw-pang ini20

memberi seruan panjang, melesat dan

menyerang kakek ini lagi setelah tadi

terpental. Lalu ketika si kakek menangkis dan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengelak sana-sini, para murid sudah

mendekat dan menepikan perahu-perahu

mereka maka kakek itu sudah dikeroyok empat

di mana bayangan hijau naik turun

menyambar-nyambar sementara kebutan

bulu, singa bercuitan dan menjeletar-jeletar.

"Heh-heh, ayo maju, maju semua ayo

main-main dengan Ban-tok Wi Lo dan awas

siapa kena tongkatku ...wirrr ..!"

Tongkat menyambar dan akhirnya

mengenai satu di antara Sam-cheng-houw,

menyelinap dengan amat lihai setelah

menangkis tiga serangan utama. Dan ketika

terdengar teriakan dan satu di antara Tiga

Harimau itu terpelanting, tongkat

menghantam mengenai punggungnya maka

laki-laki itu roboh dan satu lawan tersungkur.

"Ha-ha, salah sendiri, sudah

kuperingatkan. Bodoh, sutemu tak hati-hati,

Sai-kim-mouw. Awas kau sendiri dan jaga agar

tidak menjadi korban!"21

Sang hu-pangcu marah bukan main. Ia

telah mengeroyok bersama tiga sutenya akan

tetapi si kakek terlalu lihai. Semalam kakek ini

datang dan pergi pulang se enaknya, yang

dicari adalah ketuanya tapi kebetulan sang

ketua sedang pergi saat itu. Ia menerima

laporan setelah menjelang pagi, dapur

diobrak-abrik dan entah apa yang dicari Ban
tok Wi Lo ini, selain ketua. Maka ketika sutenya

roboh dan Sam-cheng-houw tinggal dua, kini

mereka hanya bertiga maka ia membentak dan

kebetulan saat itu seluruh murid sudah

berdatangan. "Ban-tok Wi Lo, jangan

sombong. Biarpun Ning-suheng tak ada di sini

tapi menghadapi sekian banyak orang jangan

harap kau lolos. Lihatlah, kematianmu sudah di

ambang mata!"

"Ha-ha, kaulah yang sombong. Tua

bangka macam aku tak gampang mati, Sai-kim
mouw, daging dan uratku alot. Kau salah besar

kalau mengira dengan banyak orang dapat

merobohkan aku.... tak-cringgg!" tongkat

bertemu kebutan dan secepat kilat bulu-bulu

menyambar berhamburan, gagang dibalik dan22

dengan amat luar biasa menyodok ulu hati.

Gerakan itu adalah gerakan sulit yang hanya

mampu dilakukan tokoh nomor dua See-ouw
pang ini, namanya jurus Memutar Ekor

Menghantarn Jantung, sebenarnya menuju

dada kiri lawan tapi diubah menusuk ulu hati.

Sekali kena tentu kakek itu celaka, jalan

pernapasannya bisa terhenti. Tapi ketika si

kakek memilin tongkatnya dan dengan tak

kalah lihai membenturkan bawah tongkat

dengan gagang kebutan, hu-pangcu terpental

dan gagal serangannya maka kakek itu

terkekeh-kekeh namun para murid sudah

berdatangan dan membentak serta

menyerang. Dua di antara Tiga Harimau juga

menerjang dan menggerakkan pedang dengan

cepat.

"Heh-heh, rupanya harus berkeringat

lebih banyak. Bagus, suruh semua anak

buahmu maju, Sai-kim-mouw. Dan lihat

kelihaian Ban-tok Wi Lo ..cet-cet!" si kakek

tiba-tiba meliuk dan memencet batang

tongkat. Dari ujung senjatanya tiba-tiba

menyambar tujuh jarum halus yang tak23

tampak mata, melesat dan menyambar tujuh

anak murid pertama. Lalu ketika mereka

menjerit dan roboh, senjata tak jadi

menyerang maka yang lain terkejut dan tak

mengerti, hanya hu-pangcu yang melihat dan

mengetahui sambaran jarum-jarum halus itu.

"Curang, keparat jahanam! Awas, anak
anak, si bongkok ini mempergunakan jarum

beracun!"

Mundurlah para murid See-ouw-pang.

Mereka menjadi pucat dan otomatis , gentar,

apalagi ketika tujuh teman yang sudah roboh

itu kehitaman mukanya, mendelik dan jelas

kena racun jahat. Lalu ketika semuanya

mundur dan tinggallah hu-pangcu dan dua

Harimau Hijau, kakek itu terkekeh-kekeh maka

ia mengejek memutar tongkatnya lagi,

menghalau dan membalas secara biasa. "Heh
heh, tajam matamu, orang she So, tapi licik

anak-anak muridmu itu. Beraninya hanya

mengeroyok. Ayo, maju dan tak usah takut!"

Sang wakil menjadi gusar. la menyuruh

dua saudaranya berhati-hati dan membentak

para murid untuk maju lagi, mereka boleh24

menyerang dari belakang. Lalu ketika mereka

bergerak lagi dan menyerang dari belakang,

hujan senjata menyambar kakek ini maka Ban
tok Wi Lo terkekeh panjang dan tiba-tiba

melesat tinggi ke atas.

"Ha-ha, dari belakang, siapa takut! Aku

tak gentar dan awas kalian tikus-tikus busuk

cet-cett!" belasan sinar menyambar lagi

namun hanya sang wakil yang melihat,

membentak dan memutar bulu kebutannya

hingga belasan bulu kuning emas melesat.

Sinar bulu ini terang menyilaukan mata dan

terdengarlah denting belasan kali ketika bulu
bulu kebutan itu menyambar jarum-jarum

halus, runtuh dan tak jadi mengenai murid
murid See-ouw-pang. Dan ketika semua

terkejut dan baru melihat itu, asap terbakar

ketika jarum runtuh ke tanah maka si kakek

berseru kagum memuji hu-pangcu itu,

melayang turun.

"Bagus, kau menyelamatkan murid
muridmu, So Hak, tapi hanya sebentar saja

Lihat kalau mereka menerima ini ... wushh!"

asap menyembur dan dari ujung tongkat25

sekonyong-konyong keluar bau busuk seperti

kentut, pekat dan menyambar hu-pangcu itu

serta yang lain. Dan ketika sang hu-pangcu

berteriak dan membanting tubuh bergulingan,

tak berani menerima asap dan bau busuk itu

maka para murid yang bengong dan masih

terpana oleh runtuhnya jarum menjadi

korban. Mereka ini terlambat dan kena

sembur, uap hitam itu menyambar cepat. Dan

ketika mereka menjerit dan bergulingan

roboh, berteriak mencakari wajah sendiri

maka tampaklah betapa wajah para murid itu

terbakar dan menyala, berkobar!

"Mundur...mundur semua. Jangan

dekati kakek jahanam ini"

Ban-tok Wi Lo tertawa tergelak-gelak.

Sai-kim-mouw So Hak tak menyangka bahwa

dari dalam tongkatnya itu bisa bermunculan

benda-benda berbahaya, pertama adalah

jarum sekarang uap panas. Uap itu akan

berkobar dan berubah menjadi api kalau

menyentuh kulit. Belasan murid yang terkena

itu dijilat uap berbahanya, seperti uap

belerang atau asap kimia yang beracun. Dan26

karena asap itu bukan hanya membakar

melainkan juga menyemburkan racun, kulit

yang terkena bakal beset dan terkelupas maka

para murid yang terkena itu melolong-lolong

bagai anjing masuk tungku. Mereka mencakari

dan membeset kulit sendiri, roboh dan

bergulingan untuk akhirnya berhenti

menggelepar-gelepar. Tak ada yang bisa

menolong kalau sudah begitu. Dan ketika hu
pangcu terbeliak dan meloncat bangun di sana,

mendidih maka wakil ketua itu tiba-tiba

mengebutkan bulti-bulu emasnya dan "cep
cep-cep", para murid itu tak bergerak-gerak

lagi karena jidat mereka, tembus dilubangi

senjata-senjata maut itu. Bulu-bulu kebutan

telah menyelesaikan penderitaan merekn,

bagai bor atau paku tajam!

"Heh-heh, kau membunuh murid
murid, sendiri. Kejam, kau kejam, Sai-kim

mouw So Hak. Kau tak berperasaan!"

"Jahanam!" wakil ketua itu membentak

dan menerjang. maju lagi. "Aku membunuh

mereka karena tak tahan melihat

penderitaannya, Ban-tok Wi Lo. Kaulah,27

biangnya dan kaulah yang kejam. Kubunuh

kau!"

Si kakek berkelit dan tertawa lagi. la

terkekeh menangkis gagang kebutan ketika

dikejar, membalas dan membuat lawan

terpental tapi sang wakil ketua maju lagi. Sai
kim-mouw So Hak ini tak takut mati lagi, la

mata gelap. Dan ketika, dua dari Sam-cheng
houw juga bergerai dan mengertakkan gigi,

mereka ngeri tapi membuang semua rasa

gentar maka kakek itu dikeroyok sementara

para murid, disuruh berjaga.

"jangan ada yang mendekat, biar kami

yang mengadu jiwa. Minggir dan berjaga-jaga

saja, anak-anak, jangan sampai kakek ini

lolos!"
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si bongkok tertawa nyaring. Dibentak

dan diserang gencar ia malah geli, tadi saja tak

takut apalagi sekarang, hanya di keroyok

bertiga. Maka mengelak dan menggerakkan

tongkat menangkis sana-sini, dua Harau

kembali terpelanting maka kakek itu

menujukan serangannya kepada Sai-kim
mouw, wakil See-ouw-pang.28

"Cukup, sekarang kau mampus, orang

she So. Dan beberapa hari lagi aku datang

mencari ketuamu.. wuttt!" tongkat

menyambar dari bawah ke atas, meliuk dan

menyodok dan tahu-tahu sudah di dagu lawan.

Lalu ketika Sai-kim-mouw berteriak melempar

tubuh kakek itu mendahului dengan gerakan

kakinya

"Dess!" Sang wakil terbanting dan

bergulingan. Kakek itu terkekeh dan

berkelebat mengejar, dua Harimau terbelalak

dan meloncat bangun, baru saja terpelanting

oleh tangkisan si kakek. Dan melihat bahaya

mengancam pimpinan mereka, Yang di kiri

berteriak melemparkan pedangnya maka si

kakek bongkok menerima serangan berbahaya

kalau tetap mengejar sang wakil ketua.

"Hm!" kakek itu membalik dan

mendengus. Untuk sejenak ia menahan

serangannya kepada hu-pangcu, tongkat tak

jadi menyambar ke depan melainkan

belakang, memukul pedang itu. Lalu ketika

terdengar suara keras dan pedang terpental29

kembali, membalik dan menyambar tuannya

maka So Hak sang wakil pimpinan berteriak.

"Awas!"

Terlambat. Pukulan si kakek amatlah

kuatnya dan pedang meluncur dua kali lebih

cepat, ini karena daya dorong tongkat si kakek

ditambah kekuatan pedang itu sendiri, ketika

dilontar tuannya. Maka ketika ujung pedang

tahu-tahu menyambar dan menuju

pemiliknya, orang kedua, dari Sam-cheng
houw ini tak mampu berkelit maka ujung

pedangnya menusuk sampai tembus belakang.

"Augh-cepp!" .

Laki-laki itu roboh dan tewas seketika.

Ia jatuh di mana pedangnya menahan di

belakang, kepala tak sampai menyentuh bumi.

Tapi ketika pedang itu patah tak kuat menahan

beban, tokoh See-ouw-pang ini terjengkang

mandi darah maka sang wakil ketua sadar dan

melengking tinggi, menerjang lagi.

"Ban-tok Wi Lo, kau berhutang sebuah

jiwa lagi!"

"Ha-ha, akan diberesi. Aku akan

menambah hutangku, So Hak, dan kali ini kau..30

tranggg!" bulu kebutan bertemu ujung

tongkat, berpijar dan menyerang lagi tapi si

kakek mengelak. Kini ratusan bulu emas itu

berdiri bagai jarum-jarum panjang, menusuk

dan menikam dan hebat bukan main sepak

terjang si wakil See-ouw-pang. Tapi karena si

kakek le-bih lihai dan tangkisan demi tangkisan

membuat lawan selalu tergetar, di sana Sam
cheng-houw yang tinggal seorang gemetar dan

marah bukan main maka kakek ini diterjang

dan dikeroyok lagi, dua.

"Kau membunuh saudaraku, keparat.

Kau akan kubunuh tua bangka jahanam, kau

akan kubunuh!" laki-laki itu kalap dan

menggerakkan pedang membabi-buta,

merangsek dan menerjang tapi si kakek

tertawa-tawa. Semakin orang kalap semakin ia

gembira. Maka ketika ia mengibas dan tongkat

menghantam gagang pedang, mencelat dan

terlepas maka kakek itu berseru menusukkan

tongkat.

"Kalau begitu giliranmu dulu. Bagus,

susullah saudaramu, Cheng-houw, dan

selamat jalan ke akherat!"31

Namun saat itu berkelebat sebuah

bayangan putih berkembang. Bentakan lirih

disusul bau harum menyambar mengejutkan si

bongkok, tongkatnya tertangkis segumpal

rambut. Lalu ketika rambut itu membelit dan

menyentak kuat, ia terbawa ke depan maka

Ban-tok Wi Lo berseru keras dengan muka

berubah.

"Heiii-wuuttt-plak-plakk!"

Pundak kakek itu terkena tamparan

tangan halus. Ia mempertahankan tongkatnya

dan akibatnya terpelanting. Tongkat akhirnya

terlepas tapi pundak menerima pukulan

pedas, Ban-tok Wi Lo bergulingan. Dan ketika

ia meloncat bangun sementara samar-samar di

sana bayangan seorang wanita berjungkir balik

di atas sebuah pohon, menolong dan telah

menyelamatkan dua tokoh See-ouw-pang

maka kakek ini kelihatan marah namun tiba
tiba berkelebat memutar tubuh, melarikan

diri.

"Siang-mouw Sian-li (Dewi Rambut

harum), kau selalu usil mencampuri urusan32

orang lain. Baiklah aku pergi tapi hati-hati lain

kali!"

"Hm!" dengus merdu terdengar di situ.

"Kalau kau tidak lancang membunuh-bunuhi

orang tentu aku tak usil mencampuri

urusanmu, Ban-tok Wi Lo. Tapi karena kau

mengganggu See-ouw-pang maka aku tak

dapat tinggal diam!"

"Benar, kau kekasih gelap Cheng-liong

pang Ning Po. Ah, kau betina liar yang tak tahu

malu!"

"Tutup mulutmu!" bayangan wanita itu

tiba-tiba menyambar, rambutnya meledak

"Kuhajar mulutmu yang busuk, Ban-tok Wi Lo.

Terima ini dan berhentilah,"

Kakek itu terkekeh. la tak berhenti

ketika diserang dan tahu beberapa rambut

halus menyambar punggungnya. Rambut itu

adalah benda-benda berbahaya yang lepas

dari kepala Siang-mouw Sian-li, sekali kena

dapat menancap tembus. Tapi karena ia

mempunyai tongkat dan tongkat itu bergerak

ke belakang, dipencet dan beberapa jarum

hitam menyambut belasan rambut panjang ini33

maka "tak-tik-tak-tik" suara nyaring membuat

dua macam senjata aneh itu runtuh dan sama
sama patah. Akan tetapi kakek ini tidak tahu

gerakan tangan kiri wanita itu, yang

menyambar tanpa suara tertutup oleh suara

beradunya jarum dan rambut hitam. Maka

ketika kakek itu terkekeh melanjutkan larinya,

Siang-mouw Sian-li sudah cepat

menggerakkan tangan kirinya ini maka leher

kakek itu tepat menerima tamparan dan Ban
tok Wi Lo menjerit berteriak mengaduh. Ia

terkena Siang-mouw-kang.

"Aduh!"

Ban-tok Wi Lo bergulingan.

Kesempatan itu tak disia-siakan wakil ketua

See-ouw-pang yang secepat harimau

menyambar ke depan. Bulu kebutannya yang

kaku lurus itu menusuk. Dan ketika Ban-tok Wi

Lo kembali menjerit oleh tusukan bulu-bulu

singa itu, bulu kebutan yeng sudah berubah

seperti jarum-jarum panjang maka anak murid

juga bergerak hendak maju menangkap. Akan

tetapi kakek bongkok itu bukanlah manusia

biasa. Hanya terhadap Siang-mouw-kang34

(Pukulan Harum) ia agak berhati-hati, terhadap

anak murid dan Sai-kim-mouw sendiri ia tak

takut. Maka ketika ia tergetar dan sedikit sesak

napas, bangun dan meloncat ditusuk belasan

bulu-bulu kebutan kakek itupun terkekeh dan

"cet-cet", jarum-jarum hitam berhamburan

dari ujung tongkatnya, menyambar anak murid

See-ouw-pang dan sang wakil ketua.

"Awas...!" Sang hu-pangcu

menggerakkan bulu kebutannya mementalkan

jarum-jarum hitam itu. la sendiri dapat melihat

namun anak-anak murid tidak. Maka ketika

mereka berteriak dan roboh berpelantingan,

jarum mengenai mata atau bagian tubuh lain

maka kakek itu tertawa bergelak dan

melarikan diri lagi.

"Siang-mouw Sian-li, kau licik

mengandalkan keroyokan. Lihat lain keli aku

menandingimu dan boleh kita bertempur

seribu jurus!"

Sai-kim-mouw So Hak terbelalak. Ia

menggeram mengutuk kakek itu namun tak

berani mengejar. Bayangan Siang-mouw Sian
li lenyap entah ke mana. Dan karena anak-anak35

murid jatuh oleh jarum jarum beracun, tak

mungkin ia meninggalkan telaga maka

pimpinan See-ouw-pang ini mengumpat dan

menolong murid-murid yang lain, mengertak

gigi dan melihat tak kurang dari tujuh puluh

anggauta menjadi korban. Bukan main

gusarnya hu-pangcu See-ouw-pang itu. Tapi
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

karena ia harus bekerja dan menunggu

pulangnya ketua, apalagi dua dari Sam-cheng
houw juga telah tewas maka pimpinan See
ouw-pang ini menahan kemarahannya dan

pagi itu See-ouw-pang berkabung. Tiga meliwis

putih tiba-tiba datang lagi, menyusur dan

terbang di permukaan air telaga. Tapi ketika

tak ada ikan di-dapat dan mereka jemu,

berputaran dan terbang lagi maka peristiwa di

See-ouw-pang itu akhirnya tinggal cerita yang

menjalar dari mulut ke mulut.

***

Sin-hong-pang (Perkumpulan Burung

Hong Sakti). Perkumpulan ini terletak seratus li

dari telaga See-ouw, sebelah timur laut di36

mana seluruh penghuni perkumpulan ini

adalah wanita. Dan karena ketuanya adalah

Siang-mouw Sian-li, Dewi Rambut Harum maka

tak ada pria-pria kurang ajar yang berani

begitu saja mengganggu penghuni Sin-hong
pang ini. Sudah terkenal di antara orang-orang

persilatan bahwa penghuni Sin-hong-pang ini

adalah wanita-wanita lihai yang memiliki

kepandaian tinggi. Ilmu meringankan tubuh

mereka Sin-hong Ginkang dan permainan

rambut mereka yang mengandalkan tenaga

Siang-mouw-kang cukup dikenal di dunia kang
ouw. Siang-mouw Sian-li sendiri

mempergunakan dua ilmu andalan itu untuk

menghadapi musuh-musuhnya yang tangguh.

Maka ketika sore itu seorang kakek tahu-tahu

berkelebat dan memasuki pintu gerbang

perkumpulan ini, diteriaki namun sudah

berada di ruang dalam maka Sin-hong-pang

sedikit terkejut menerima tamu asing ini.,.

Sudah menjadi larangan bagi mereka

bahwa tak boleh tamu begitu saja memasuki

markas, apalagi laki-laki. Maka ketika dua

penjaga wanita berteriak dan mengejar kakek37

ini, yang lain mendengar dan Sin-hong-pang

bergerak dengan cepat maka kakek itu tak

dapat maju lagi karena di depannya sudah

berdiri seorang wanita cantik yang rambutnya

disanggul tinggi, di lehernya berjuntai dua

macam kalung yang indah berbentuk hati,

kalung paling bawah dibanduli sebuah batu

giok yang kehijau-hijauan, terang

mengagumkan mata.

"Berhenti, siapa kau, kakek busuk. Ada

apa lancang memasuki Sin-hong-pang dan

berani benar kau mencari penyakit!"

"Heh-heh.. " Ban-tok Wi Lo, kakek ini

terkekeh dan menggoyang-goyangkan tongkat

di tangan,kagum kepada wanita-wanita cantik

yang cepat menyebar dan mengelilinginya itu.

"Aku mencari ketua kalian, nona-nona.

Mana Siang-mouw Sian li dan katakan bahwa

Bantok Wi Lo ngin bertemu!"

"Kau... Ban-tok Wi Lo?" wanita

berkalung terkejut dan undur selangkah, yang

lain juga surut namun sudah maju lagi. "Hm,

kau kiranya iblis tua bangka itu, Ban-tok Wi Lo.

Kami penghuni Sin-hong-pang rasanya tak3839

pernah berurusan denganmu, termasuk ketua.

Beliau tak ada di sini dan pergilah karena tak

boleh kau masuk secara sembarangan!"

Ban-tok Wi Lo terkekeh. Dia sendiri

tentu saja sudah mendengar bahwa Sin-hong
pang memang tak boleh dimasuki orang asing,

apalagi laki-laki. Biasanya mereka dibunuh dan

langsung dilempar keluar mayatnya. Maka

melihat wanita cantik itu mempersilakannya

keluar dan tidak melakukan kebiasaan yang

menjadi ciri Sin-hong-pang ini, membunuh dan

melempar mayat laki-laki maka kakek itu

terkekeh dan maklum bahwa dia masih di

pandang mata, tak berani diremehkan.

"Aku datang untuk urusan penting,

masa disuruh pergi lagi. Heh-heh, kalau begitu

biar kutunggu ketuamu, nona. Aku beristirahat

di ruang tamu dan kalian mundurlah!" berkata

begini kakek itu menodongkan tongkat

menyuruh minggir. Ia mengangkat tongkatnya

biasa-biasa saja tapi dari gerakan itu tiba-tiba

menyambar angin kuat. Wi Lo sebenarnya tahu

bahwa Siang-mouw Sian-li tak ada di situ, ia

datang karena ingin mengganggu, membalas40

kemarahannya ketika di See-ouw-pang ia

ditandingi. Maka ketika tongkat digerakkan

dan ia mengerahkan sin-kangnya, wanita

berkalung itu terkejut menepis tangan maka

tentu saja ia menolak dan memukul tongkat

kakek itu.

"Plakk!" Wi Lo tergetar dan wanita itu

terhuyung. Nyata dari gebrakan ini bahwa si

cantik itu bukan sembarangan, ia dapat

membuatnya terdorong sedikit. Maka bersinar

dan tertawa mengejek mendadak kakek ini

meloncat dan terbang melewati kepala tiga

orang wanita itu.

"Bagus, kau lihai juga, nona. Tapi aku

sudah kepalang basah. Aku ingin di ruang

tunggu dan siapa mengejar boleh menyusul!"

Kakek itu terkekeh-kekeh. Ia berjungkir

balik melewati tiga wanita ini tapi si cantik itu

membentak. la adalah sumoi dari Siang-mouw

Sian-li, Hong Cu namanya. Maka ketika si kakek

lewat dan terbang di atas kepala, bergerak dan

meluncur menuju ruang dalam maklumh

wanita itu bahwa kakek ini memang mencari

setori.41

"Ban-tok Wi Lo, kau makanlah jarum
jarum halus ini!"

Di belakang si kakek menyambar

puluhan jarum merah. Itu adalah ang-ciam

atau senjata rahasia jarum yang berbahaya,

tidak beracun tapi sekali mengenai kulit dapat

membuat bengkak. Jarum itu adalah jarum api.

Tapi ketika Wi Lo terbahak dan di tengah udara

ia memutar tongkatnya, memencet dan

mengeluarkan jarum-jarum hitamnya maka

menyambarlah jarum-jarum beracun itu

menyambut jarum merah.

"Ha-ha, aku tak mengenal siapa kalian

nona, tapi kepandaianmu lumayan juga. Aiih,

kau pandai bermain jarum ,, aku masih lebih

pandai... "trik-trak!" jarum mental dan

menyambar sana-sini, tidak runtuh melainkan

menyambar lawannya, juga dua gadis lain yang

mengejar dan ikut membentak. Tapi ketika

Hong Cu mengibaskan rambut dan semua

jarum runtuh, kini tak ada yang menyambar

lagi maka kakek ini melayang turun karena dari

ruang dalam muncul belasan wanita lain yang

menghadang dan mencabut pedang!42

"Heh-heh, bagus..Kalau begitu di sini

saja aku beristirahat. Biar aku menunggu

ketuamu. Eh, aku tak ingin bertengkar, nona
nona. Aku datang membawa urusan baik-baik

dan jangan menyerang!"

"Keluarlah!" Hong Cu melengking dan

berkelebat di depan kakek ini, berapi-api. "Tak

ada perintah untuk menyambutmu, Ban-tok

Wi lo, dan kau juga bukan orang baik-baik yang

layak bersahabat dengan Sin-hong-pang.

Keluarlah atau aku akan membunuhmu!"

Kakek itu tertawa. Akhirnya ia dikurung

rapat dan tak mungkin keluar lagi. Tapi karena

sengaja mencari setori dan ingin menguji

kepandaian wanita-wanita Sin-hong-pang,

terutama gadis cantik ini maka ia terkekeh

menancapkan tongkat dan ketika semua orang

terkejut tongkatnya amblas membenam lantai

kakek itu sudah meloncat dan berdiri di atas

satu kaki.

"Ha-ha, baiklah, di sini juga boleh. Aku

menunggu ketua kalian tapi siapa yang ingin

mengusir boleh mencabut tongkatku dan

melemparku dari sini!"43

Semua terbelalak. Tongkat yang

menancap dan menembus lantai sudah

menunjukkan sinkang yang amat luar biasa

dari kakek bongkok ini, apalagi ketika ia

berputar dan berlari-lari kecil di atas

tongkatnya, ganti berganti dengan kaki yang

lain dan itulah ilmu meringankan tubuh

sebagai demonstrasinya. Kakek ini hendak

unjuk gigi. Tapi karena Hong Cu adalah

pimpinan di situ dan ia menggantikan ketua

yang sedang tiada di ruman, tentu saja marah

dan merasa ditantang, tiba-tiba bergerak dan

dengan satu tendangan berputar ia

menghantam perut kakek itu.

"Bagus, kau mencari penyakit!"

Ban-tok Wi Lo terkekeh. Ia memang

hendak menguji kepandaian orang-orang Sin
hong-pang, ketuanya sudah diketahui

kehebatannya dan kalau dulu tidak dikeroyok

oleh orang-orang See-ouw-pang mungkin dia

tak akan lari. Sai-kim-mouw So Hak di sana itu

cukup lihai. Maka melihat gerakan wanita ini
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan betapa sambil berputar mampu

menendang perutnya yang tinggi di udara, ia44

maklum betapa berbahayanya tendangan itu

maka kakek ini menghentikan gerakannya dan

membungkuk ke bawah, menampar sekaligus

mengerahkan sinkang.

"Plak!" Ujung tumit kecil itu

tertangkap. Wi Lo tidak sekedar menangkis

melainkan juga menangkap, ia ingin

menggoda. Tapi ketika gadis itu terkejut dan

ditarik ke depan, si kakek hendak kurang ajar

mendadak rambutnya berkelebat dan sekali

kibas rambut peecah menyembar wajah kakek

itu.

"Plak-plakk!" Ban-tok Wi Lo terkekeh

dan terpaksa melepaskan tumit yang indah

kecil itu. Ia tentu saja tak mau membiarkan

wajahnya dihajar rambut dan menangkis,

terpental karena berada di atas tongkat tapi

lawan tergetar dan terhuyung mundur. Dan

ketika kakek itu berjungkir balik dan turun di

atas tongkatnya tadi, dengan satu kaki maka ia

terkekeh dan diam-diam kagum akan tenaga,

yang dimiliki gadis cantik itu.45

"Bagus, kau lihai. Tapi sebutkan siapa

namamu dan apakah kau murid Siang-mouw

Sian-li!"

"Aku Hong Cu, sumoinya. Kau keparat

tak tahu malu, Ban-tok Wi Lo. Kau telah

menentukan kematianmu di sini. Awas terima

pukulanku lagi dan turun atau kau mampus!"

Hong Cu, gadis itu menerjang dan berkelebat

lagi. Tubuhnya tiba-tiba menyambar ke atas

dan Sin-hong Ginkang dikeluarkan, persis

burung terbang dan tahu-tahu rambut di

kepala mengibas bagai sayap rajawali betina,

menyambar dan menotok bertubi-tubi bagian

depan tubuh kakek itu. Kalau Wi Lo tak turun

dari tongkatnya tentu ia kerepotan, lawan

menyerangnya beringas dengan lecutan
lecutan rambut yang amat ganas, rambut itu

dapat kaku dan lemas berubah-ubah, itulah

berkat pengerahan Siang mouw-kang yang luar

biasa. Dan ketika kakek ini harus melompat

turun dan tahu adanya bahaya, dia terkejut

karena lawan adalah sumoi atau adik

seperguruan Siang mouw Sian-li maka kakek

ini tak berani main-main dan secepat kilat ia46

mencabut tongkatnya menangkis hujan

rambut yang amat luar biasa itu. "Plak-plak
plak!" dan liong Cu terpental lalu terdorong.

Gadis itu ternyata masih kalah dalam hal

sinkang namun ini bukan berarti kalah

segalanya, ia melengking dan terbang

menyambar dengan Sin-hong Gin-kangnya itu.

Lalu ketika ia berkelebat dan lenyap

beterbangan mengelilingi kakek itu, rambut

menyambar dari kiri kanan dan depan maka

Ban-tok Wi Lo tak berani main-main lagi dan

kakek itu berseru keras meloncat dan terbang

mengimbangi lawannya pula, bergerak naik

turun dan terjadilah adu cepat yang amat

mendebarkan. Tapi karena kakek itu selalu

menangkis dan membuat lawan terpental, ke

manapun rambut bergerak ke situ pula tongkat

menangkis dan menghalau pergi maka Hong

Cu tak dapat mendesak lawan dan ketika kakek

itu mulai menggerakkan tangan kiri melepas

pukulan-pukulan Ban-tok-kang maka Hong Cu

terdesak dan kalah kuat.

"Ha-ha, kau tak dapat mengalahkan

aku. Sudah kubilang dari tadi, Hong Cu.47

Menyerahlah dan kita berbaik saja!" "Keparat,

tua bangka jahanam. Kau atau aku yang

mampus, Ban-tok Wi Lo. Jangan sombong!"

"Aku tidak sombong, tapi kenyataan.

Ha-ha, kalau begitu aku akan merobohkanmu,

Hong Cu, dan kau harus menerima pelajaran

dariku.. plak-dess!" tongkat menyambar dan

bertemu rambut, menolak dan mementalkan

rambut dan saat itu tangan kiri kakek ini

menghantam pundak. Hong Cu terkejut tak

sempat berkelit, pundaknya tergetar dan tiba
tiba terasa panas. Dan ketika ia terhuyung dan

mulai gelap pandang matanya berkunang oleh

pukulan Ban-tok-kang tadi maka gadis ini tak

dapat bergerak dengan sempurna lagi ketika

tongkat ganti menyambar-nyambar dan

membingungkan dirinya. Sin-hong Gin-kang

yang dimiliki juga goyah dan sekali lagi Ban
tok-kang mengenai lehernya, gadis ini

mengeluh. Lalu ketika ia terhuyung dan roboh

oleh tendangan lawan, kakek bongkok

terkekeh menyambar tubuhnya maka sumoi

dari ketua Sin-hong-pang itu tertangkap, dan

para murid baru tersentak, kaget.48

"Heii, lepaskan enci Hong Cu, kakek

jahanam. Lepaskan dia!"

Akan tetapi kakek ini sudah

menyambar dan memondong gadis itu. Wi Lo

tertarik dan kagum dan tiba-tiba timbul

gairahnya. Sebenarnya ia hanya hendak

mengacau dan membuat keributan kecil saja,

sekedar membalas marahnya pada Siang
mouw Tapi melihat betapa sumoi dari ketua

Sin-hong-pang itu cukup lihai dan

kecantikannya juga cukup menonjol, tubuh

yang langsing padat itu juga terasa cukup

menggairahkan maka timbullah niat jahat

kakek ini untuk mempermainkan lawan. Ia tak

ingat dan perduli lagi akan hal-hal lain, yang

ada pada saat itu adalah nafsunya yang

bergolak. Getar berahinya terbakar oleh

kegagahan dan kecantikan sumoi Sin-hong
pang ini. Maka ketika ia menyambar dan

merobohkan lawan, ujung kakinya membuat

lutut gadis itu tertekuk maka si kakek bongkok

sudah terkekeh dan melompat pergi. Niat

jahatnya ditangkap murid-murid Sin-hong
pang di situ, yang tentu saja marah. Maka49

ketika mereka membentak dan menyerang

berbareng, baru Saat itu mereka sadar untuk

menolong Hong Cu maka pedang dan rambut

menyambar kakek ini. Namun Ban-tok Wi Lo

adalah seorang kakek lihai. Sebenarnya kakek

ini adalah suheng dari mendiang Coa-ong yang

tewas dalam pertempuran dahsyat di Hek-see
hwa (baca: Prahara Di Gurun Gobi). Kakek ini

adalah seorang yang suka merantau dan

berpindah-pindah tempat, karena itu jarang

bertemu sutenya dan kematian Coa-ong

didengar terlambat. Maka ketika ia termenung

dan tentu saja menaruh sakit hati atas

kematian sutenya itu, mendengar bahwa

banyak orang-orang kang-ouw yang terlibat

maka kakek ini berhati-hati menelusuri siapa

saja orang-orang yang terlibat itu. Peng Houw,

Si Naga Gurun Gobi adalah penyebab

utamanya. Namun karena pemuda itu

didengarnya memiliki kepandaiaa luar biasa,

pewaris Hok-te Sin-kang yang amat dahsyat

maka dia tak berani begitu saja mencari

pemuda sakti ini. Sudah didengarnya tentang

kehebatan pemuda itu, pemuda yang amat50

luar biasa dan murid terakhir mendiang Ji Leng

Hwesio, dedengkot atau sesepuh Go-bi. Dan

karena dikeroyok berapa saja pemuda itu

dapat mengalahkan musuh-musuhnya,

sutenya Coa-ong adalah satu dari Tujuh

Siluman Langit maka kakek ini mula-mula

hendak membalaskan sakit hatinya pada

orang-orang yang dinilainya dapat dihadapi

dulu. Dan orang pertama yang dicari adalah

Cheng-liong-pian Ning Pu, ketua See-ouw
pang. Ketua ini adalah suheng dari (Cambuk

Naga Emas), seorang sahabat Go-bi yang dulu

juga memusuhi Tujuh Siluman Langit, Coa-ong

dan kawan-kawannya. Dan karena apapun

yang berbau Go-bi bakal dimusuhi si bongkok

ini, Ban-tok Wi Lo membalas dendamnya maka

dia mencari ketua See-ouw-pang itu akan

tetapi sayang Cheng-liong-pian Ning Po tak ada

di rumah. Kakek ini lalu berkeliaran dan

diketahui anak-anak murid See-ouw-pang,

dikejar dan akhirnya terjadi pertempuran

seperti yang telah di ceritakan di depan. Dan

ketika Siang-mouw Sian-li muncul membantu

anak-anak murid See-ouw-pang, wanita itu51

adalah kekasih Cheng-liong-pian maka Ban-tok

Wi Lo menjadi marah dan hari itu mendatangi

Sin-hong-pang untuk melepas rasa marah. Dan

yang ditemui adalah su-moi dari Sian-mouw

yang cantik dan gagah ini. Ia mula-mula

mengira sebagai murid utama Siang-mouw

Sian-li dan terkejut, heran. Tapi ketika lawan

adalah adik seperguruan wanita itu dan

kebetulan Siang-utouw Sian-li adalah sahabat

See-ouw-pang, padahal ketua See-ouw-pang

adalah suheng dari Kim-liong-pian si Cambuk

Emas maka kakek inl merasa kebetulan dan

nafsu jahat yang timbul di hatinya untuk
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempermainkan gadis itu tak dapat

dibendung lagi. Kakek ini tertawa diserbu

murid-murid Sin-hong-pang, memencet ujung

tongkatnya dan berhamburanlah jarum-jarum

halus menyambar para wanita-wunita muda

itu. Lalu ketika dia meloncat dan

menyemburkan asap hitamnya, juga dari ujung

tongkat maka anak-anak murid menyibak dan

dengan mudah kakek ini keluar dari Sin-hong
pang. Asap hitam itu cukup pekat dan tebal,

apalagi mereka yang terkena sedikit sudah52

menjerit dan melempar tubuh bergulingan,

muka terbakar.

"Ha-ha, beri tahu pangcu kalian bahwa

hari ini aku datang membalas perbuatannya.

Kalau kalian mau mengejar dan menyusul aku

silahkan, siapa ingin mencari kematian!" Kakek

itu lolos dengan mudah. Ia memang telah

memperhitungkan semuanya itu dan tak takut

kalau hanya menghadapi murid-murid Sin
hong-pang saja. Kalau ketuanya barulah dia tak

main-main. Maka ketika sore itu ia membawa

lari gadis ini dan langsung memasuki hutan,

mencari tempat persembunyian dan

mendapatkan guha yang terlindung rapat

maka kakek ini melempar Hong Cu dan

terkekeh-kekeh, berahinya sudah tak dapat

ditahan lagi.

"Hah-hah, heh-heh..kau cantik dan

menggairahkan, Hong Cu. Kau telah berani

mati menyerang aku. Aku mengampunimu

kalau kau menyerah baik-baik, nah, bagaimana

dan apakah kau mau melayani aku. Aku cinta

padamu.... cup-ngok!" si kakek mencium dan

membuang tongkatnya di sudut, tertawa dan53

memeluk gadis ini dan Hong Cu menjerit. Gadis

itu merasa muak dan marah serta benci sekali

kepada kakek bongkok ini. Liurnya yang

memuncrat sana-sini membuat ia jijik, hampir

muntah-muntah. Dan ketika kakek itu

menggerayangi tubuhnya dan meremas
remas, gadis ini meronta maka Hong Cu yang

dapat memaki-maki dan mengutuk serta

menyumpah-serapah itu mengeluarkan semua

kemarahannya.

"Terkutuk, bedebah jahanam.

Lepaskan aku, Ban-tok Wi Lo. Lepaskan aku!

Pergi..pergi dari sini .... !"

"Hah-hah, heh-heh aku akan pergi

kalau kau sudah memenuhi permintaanku,

Hong Cu. Terimalah cintaku baik-baik dan aihh

mulus sekali kulltmu, cup!" kakek itu mencium

dan kini mendaratkan bibirnya yang kering ke

tengkuk. Hong Cu serasa pingsan dan gadis itu

menjerit-jerit, teriakannya bergema

menggetaran hutan. Dan ketika kakek itu

berkerut dan khawatir ada orang datang, gadis

ini membuatnya tak senang maka ia

menampar dan menotok urat gagu gadis itu.54

"Diamlah, tenanglah. Di sini hanya ada

kita berdua dan kau tak usah berteriak-teriak."

Hong Cu mendelik. Kakek itu telah

melepas pakaiannya sementara pakaian di

tubuhnya sendiri telah dirobek. Tengkuk dan

bagian kulit pundaknya terbuka. Lalu ketika si

kakek terkekeh dan merobek leher ke bawah

lagi, dada dan perut gadis terbuka mulus maka

Ban-tok Wi Lo tak sabar dan langsung

menerkam.

"Heh-heh, indah sekali, Hong Cu. Perut

dan pinggangmu indah sekali. kau membuatku

mengilar!"

Hong Cu tak dapat berbuat apa-apa

selain menangis dan mengguguk. la tak dapat

meronta lagi setelah ditotok, juga tak dapat

menjerit karena urat gagunya disumbat. Tapi

ketika si kakek merobek celananya dan siap

bertindak lebih jauh lagi, Ban-tok Wi Lo

telanjang melepas celananya sendiri

mendadak terdengar bentakan dan teguran

lirih.

"Tua bangka, kau mengacaukan

samadhiku. Jangan ganggu gadis itu dan55

pergilah!" Kakek ini terbang terbawa angin

kuat. Ban-tok . Wi Lo kaget bukan main karena

bersamaan dengan suara itu serangkum angin

dahsyat mendorongnya dari belakang. Ia

menoleh dan sempat melihat wajah seorang

pemuda samar-samar di sudut guha, berbaju

putih dan tampan gagah dengan sepasang

mata yang mencorong di malam gelap. Ia tak

tahu bahwa di dalam guha ternyata ada

penghuninya, nafsu membuatnya mabok dan

tidak waspada lagi. la tersentak, kaget bukan

main. Maka ketika ia mencelat dan terbang

keluar guha, sudah menahan dan

mengerahkan sinkang namun masih juga

terlempar keluar maka kakek itu berteriak

keras bergulingan di luar.

"Bressss!"

Ban-tok Wi Lo berubah dan pucat

bukan main. Ia menyambar tongkatnya

menggaet pakaian, sambil bergulingan ia

menutupi bagian bawah tubuhnya yang

terbuka. Dan ketika ia meloncat bangun dan

mendelik ke dalam, tak tahu siapa pemuda

baju putih itu dan bagaimana tahu-tahu ada di56

dalam maka kakek itu memekik dan menerjang

maju lagi, kini siap dengan tongkat di tangan.

"Keparat, siapa kau, anak muda. Berani benar

kau menyerang aku. Keluarlah, terima

kematianmu!" Kakek ini menyambar dan

menusuk ke dalam. la telah dapat mengira
ngira di mana pemuda baju putih itu duduk, ia

menusukkan tongkatnya dengan amat kuat,

tangan kiri juga bergetar siap dengan pukulan

Ban-tok-kang. Tapi ketika ia menusuk ke

tempat itu dan jelas tongkatnya mengenai

dada lawan tiba-tiba kakek ini terkejut karena

dari dada itu keluar semacam tenaga karet

yang membuat tongkatnya membalik. Ia sudah

menyerang dengan sekuat tenaga dan kini

tiba-tiba didorong sekuat tenaga pula, pemuda

itu hanya bertahan dan tenaganya itulah yang

membalik. Maka ketika kakek ini menjerit dan

terbang keluar oleh daya pukulannya sendiri,

untuk kedua kali mencelat dan terlempar maka

Ban-tok Wi Lo terbanting dan babak belur oleh

tolakan lawan yang amat dahsyat itu.

"Aiihhhhhh " Kakek ini mengeluarkan

lengking seperti gorila menjerit. Ia terhempas57

dan bergulingan menabrak pohon, berhenti

setelah kepalanya menghantam bagian pohon

yang keras. Dan ketika kakek itu merasa pening

dan nanar sejenak, kaget dan pucat maka

wajahnya berubah dan ia seakan menghadapi

seorang pemuda siluman, bangun terhuyung

dan tongkat menggigil di tangan.

"Bocah, siapa kau. Sebutkan namamu

atau aku tak mau sudah!"

"Hm, nama tak ada artinya bagimu,

orang tua. Pergi dan perbaikilah watakmu yang

jahat ini. Aku masih hendak melanjutkan

samadhiku dan jangan ganggu lagi."

Kakek ini penasaran. "Kau memangnya

siluman? Baik, aku akan menyerangmu sekali

lagi, anak muda. Kalau kali ini aku kalah dan

roboh biarlah aku angkat kaki!" Ban-tok Wi Lo

menerjang dan melepas kemarahannya. Ia tak

percaya bahwa serangannya tak mampu

merobohkan lawan. Kalau tongkatnya dapat

ditahan maka jarum-jarum berbisa di ujung

tongkat itu tidak. la akan mengeluarkannya!

Maka ketika kakek itu membentak dan masuk

lagi, menyambar dan memencet ujung tongkat58

maka sebelum serangan itu tiba jarum-jarum

haluspun berhamburan menyambar lawan,

dan kakek ini masih menambahinya lagi

dengan pukulan Ban-tok-kang di tangan kiri.

"Mampuslah!"

Pemuda baju putih itu tak tampak

mengelak. Ia duduk tenang namun sepasang

matanya tiba-tiba lebih mencorong

menunjukkan ketidak senangannya. Ia diam

saja sampai serangan itu datang, begitu juga

jarum-jarum halus yang tak mungkin kelihatan

di tempat gelap itu. Di tempat terang saja

tidak, apalagi di tempat gelap. Tapi ketika

jarum dan tongkat menghantam ke depan,

Ban-tok-kang juga tepat mengenai perut

pemuda itu maka si kakek bongkok menjerit

karena baju pemuda. itu tiba-tiba

menggelembung dan semua jarum-jarum yang

dihamburkan ke depan tahu-tahu membalik

berikut pukulan Ban-tok-kangnya, tongkat

terpental dan menghantam kepala kakek ini,

benjut.

"Aduh, crep-crep-desss !"59

Ban-tok Wi Lo terbanting dan terguling
guling di luar. Ia kaget setengah mati karena

semua jarum-jarumnya menancap di tubuh.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendiri, jarum itu tertolak oleh tenaga sakti

yang membuat baju lawan menggelembung.

Lalu ketika Ban-tok-kangnya juga membalik

dan tongkat menghajar kepala sendiri, kakek

ini jatuh bangun maka sadarlah si bongkok

bahwa ia memang berhadapan dengan

seorang pemuda sakti. Namun Ban-tok Wi Lo

bukanlah manusia baik-baik, ia adalah suheng

mendiang Coa-ong. Maka ketika ia meloncat

bangun dan cepat menelan obat penawar tiba
tiba kakek ini meloncat lagi ke mulut guha dan

memencet gagang tongkatnya mengeluarkan

asap beracun.

"Pemuda siluman, kau hebat, aku

mengaku kalah. Tapi biarlah kau mampus

bersama gadis siluman itu ...wushhh!"

Asap atau senjata berbahaya ini

menghembus ke dalam guha, kuat dan

menyebar dan Hong Cu terbelalak. Ia sudah

merasa hawa panas yang membakar kulit

mukanya, bau busuk juga membuat ia hampir60

muntah-muntah. Tapi ketika pemuda di sudut

itu mendengus dan menggerakkan ujung

bajunya, angin yang kuat menyambar balik

mendadak semua asap berbahaya itu keluar

guha dan menyambar Ban-tok Wi Lo sendiri.

"Aughhh...!. si kakek berteriak dan

melempar tubuh bergulingan. Wajahnya

terbakar dan mengelupas, si kakek kaget

bukan main. Tapi ketika ia mengambil bubuk

obatnya dan sambil bergulingan

menyembuhkan luka bakar, kakek bongkok ini

benar-benar gentar, akhirnya kakek itu

melengking dan lari tunggang-langgang. la

bertemu batunya.

"Tobaat aduh, tobaatt . Keparat kau,

anak muda. Kau pemuda iblis!"

Hong Cu kagum bukan main. la

meremang oleh teriakan Han-tok Wi Lo itu

karena dapat menduga betapa menderitanya

kakek Itu. Asap dan jarum-jerum beracun

menyambar tubuhnya sendiri. Tapi ketika la

sadar merasa sesuatu membebaskan jalan

darahnya, angin dingin menyelinap dan

menotok punggung maka gadis atau sumoi61

dari Dewi Rambut Harum ini meloncat bangun,

matanya bersinar-sinar dan kini dapat melihat

di tempat gelap itu seorang pemuda berwajah

tampan menolongnya.

"Inkong..inkong telah menolongku.

Terima kasih atas bantuannya..Ah, tak tahu

harus kubalas bagaimana semua budi baikmu

ini, inkong. Dan bolehkah aku tahu siapa

inkong yang mulia!"

"Jangan membuatku kikuk dengan

sebutan Itu. Pulang dan kembalilah ke tempat

asalmu, cici. Anggap tak ada apa-apa dl sini dan

lupakanlah semuanya itu. Aku ingin

melanjutkan samadhiku."

Hong Cu tertegun. "Maaf, aku.... aku

tak boleh mengetahui nama penolongku yang

mulia? Apakah aku tak cukup berharga di

depan inkong?"

"Hm, cici tak usah berlebihan. Kau

gagah dan berkepandaian tinggi, cici, tapi

kakek itu lebih tinggi lagi. Entah bagaimana kau

sampai dibawa ke sini dan pulanglah segera,

bawa bajuku ini!"62

Pemuda itu melepas bajunya dan

melemparkannya kepada Hong Cu, tepat

menutupi tubuh dan Hong Cu dan. Ia tak ingat

bahwa bagian tubuh atasnya telanjang, ia

merah padam. Tapi ketika la menangis tak

boleh mengetahui nama penolongnya,

betapapun aib itu hampir menimpa maka gadis

ini mengguguk dan tiba-tiba tersedu.

"Inkong (tuan penolong), aku Hong Cu

dari Sin-hong-pang tak biasa menerima budi

orang lain. Hari ini kau menolongku,

membebaskanku dari aib yang tak bakal ku

lupakan seumur hidup. Apakah aku demikian

rendah tak boleh mengetahui nama

penolongku? Apakah aku demikian hina hingga

tak boleh mengingat-ingat namamu? Kalau

begitu baik aku mati, inkong. Biar kubayar

semua budimu dengan nyawa ini!" Pemuda

baju putih terkejut. Hong Cu tiba-tiba

meloncat dan menumbukkan kepalanya ke

dinding guha, gadis itu demikian kecewa. Tapi

ketika pemuda itu menggerakkan tangannya

dan angin kuat menahan gadis ini di tengah63

jalan, Hong Cu terpelanting maka pemuda itu

menghela napas berkata perlahan.

"Baiklah, kusebut namaku, cici Hong

Cu, tapi setelah itu kau harus pergi dan jangan

ceritakan keberadaanku di sini ke pada orang

lain. Aku Peng Houw."

"Apa?" gadis itu meloncat bangun,

wajahnya memancarkan kegembiraan yang

sangat. "Peng Houw? Jadi.... jadi taihiap ini

adalah Si Naga Gurun Gobi Peng Houw?"

"Hm, jangan berlebih-lebihan. Aku

memang murid Go-bi, enci Hong Cu, tapi

bukan Naga atau apa saja. Sudahlah kau

pulang dan ingat kata-kataku tadi."

"Tapi.... tapi, ah!" gadis ini terbata
bata, kekaguman dan kegembiraannya

memuncak. "Kau jauh-jauh ke sini mau apa,

Peng-taihiap, tentu ada sesuatu yang bersifat

penting. Aku barangkali dapat membantu dan

biarkanlah membantumu!"

"Hm, tak ada apa-apa. Pergi dan

keluarlah, enci Hong Cu, inget bahwa aku

masih hendak melanjutkan samadhiku!" Kini

gadis itu tertahan dan mendengar suara yang64

kuat. Suara dan kata-kata itu demikian

berwibawa hingga gadis Sin-hong-pang ini tak

berani membuka mulut, ia termangu. Tapi

mengangguk dan menarik napas dalam tiba
tiba gadis ini bergerak dan meloncat keluar.

"Baiklah, aku gembira bertemu dengan

mu, Peng-taihiap. Aku tak akan

mengganggumu dan lanjutkanlah

samadhimu!"

Peng Houw tersenyum. Ia memang

benar adalah Si Naga Gurun Gobi itu, murid

dedengkot Ji Leng Hwesio. Dan ketika Hong Cu

berkelebat dan keluar guha maka pemuda

inipun memejamkan mata dan melanjutkan

samadhinya. Tapi benarkah Hong Cu gadis Sin
hong-pang itu meninggalkan tempat? Ternyata

tidak. Gadis ini memang benar meninggalkan

guha dan melompat ke luar, tapi bukan

kembali ke Sin-hong-pang melainkan duduk

dan melamun di luar guha. Dan ketika Peng

Houw melanjutkan samadhinya gadis inipun

duduk bersila dan memejamkan mata. Tapi

berat bagi gadis ini untuk mengosongkan

pikiran. Bagaimana tidak berat kalau tiba-tiba65

ia merasa jatuh cinta kepada pemuda itu.

Benar, Hong Cu telah terkena panah asmara

dan kesaktian serta kehebatan Peng Houw tak

lupa diingatnya seumur hidup. Dan ketika

gadis itu teringat betapa Peng Houw

memberikan bajunya, kini baju itu melekat dan

menempel di tubuhnya maka gadis ini tak

dapat tidur atau minum yang enak. Baju

pemberian Peng Houw itu serasa

mengeluarkan getar-getar nikmat yang

membuatnya mabok. Baju itu seolah Peng

Houw sendiri, yang memeluk dan

melindunginya dari hawa dingin. Dan ketlka

gadis itu tersenyum dan berkembang-kempis

sendiri, bau keringat Peng Houw yang

menempel di situ terasa harum dan

memabokkan maka sumoi dari Siang-mouw

Sian-li ini tergila-gila dan berjaga semalam

suntuk tanpa dapat tidur atau meram. Dan

Hong Cu merasa betapa bahagianya saat itu.

Wajah Peng Houw selalu terbayang-bayang.

Kegagahan dan budi baik pemuda ini selalu

membetotnya. Dan ketika tak terasa tiga hari

tiga malam ia duduk di situ, tetap berjaga dan66

tidak beranjak ke mana-mana maka Peng

Houwlah yang repot dan kelabakan! Getar

atau perasaan kasih seorang wanita amatlah

tajam. Peng Houw tak menyangka bahwa gadis

Sin-hong-pang itu masih di situ, berjaga dan

tersenyum-senyum serta berseri sendiri. Dan

ketika malam itu Peng Houw membuka mata

terusik bayangan Hong Cu, entah kenapa

samadhinya buyar oleh bayangan gadis Sin
hong-pang ini maka nertepatan dengan itu ia

mendengar desah dan napas Panjang seorang

wanita. Napas Hong Cu!

"Ah, kau. di situ, Hong Cu?" tak terasa

lagi Peng Houw memanggil dan berseru.

Sebagai seorang berkepandaian tinggi tentu

saja telinganya yang tajam mendengar desah

itu , betapapun lembutnya.

Dan ketika seseorang bergerak dan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

muncul di situ, di mulut guha maka Hong Cu

tersipu malu dan menegur, ganti bertanya.

***67

"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"

( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )

Karya Batara

Jilid II

*

* *

"TAIHIAP memanggilku? Taihiap butuh

pertolonganku?"

"Ah! " Peng Houw tertegun, sinar bulan

menerobos masuk dan menyinari wajah gadis

itu, wajah yang agak sembab de?gan rambut

yang sedikit kusut, wajah yang memelas dan

penuh iba. Wajah orang jatuh cinta! Lalu ketika

pemuda itu tertegun dan membelalakkan

mata, sama sekali tak disangkanya gadis Sin
pang ini berada di sini maka Hong Cu masuk

dan berjalan sedikit tersipu, wajah itu

memerah namun sinar matanya berseri-Seri

hangat!

"Maaf, taihiap, aku menjagamu agar

tak ada orang lain masuk. Aku khawatir kakek

bongkok itu datang mengganggu lagi. Aku ingin68

kau tenteram dan tenang. Lanjutkanlah

samadhimu!"

"Tidak!" Peng Houw tiba-tiba

melompat turun, menggeleng dan tergetar,

sikap dan kata-kata itu jelas membuatnya

takut sekali. "Kau tak boleh di sini, Hong Cu,

kau jelas mengganggu samadhi-ku. Mana

mungkin bersamadhi kalau bayangan

wajahmu mengusik aku!"

"Ah, taihiap teringat aku? Jadi.... jadi

taihiap juga selalu terbayang seperti aku tak

dapat melupakan taihiap?"

"Hong Cu !"

"Terima kasih! Ooh, aku... aku juga tak

dapat melupakanmu, taihiap. Aku juga selalu

terbayang-bayang dirimu. Aku tak dapat

meninggalkan tempat ini!" dan Hong Cu yang

menubruk dan tersedu gembira tiba-tiba saja

memeluk dan menangis di dada Peng Houw,

salah mengerti dan mengira Peng Houw

terbayang-bayang seperti dirinya, menyambut

dan membalas cintanya padahal yang

dimaksud pemuda itu adalah sebaliknya. Peng

Houw terganggu justeru oleh bayangan gadis69

ini, gadis yang kuat mengeluarkan getaran

cintanya itu hingga samadhinya kacau! Maka

ketika ditubruk dan gadis ini malah tersedu
sedu gembira, memeluk dan mendekapnya

begitu ketat maka Peng Houw kebingungan

dan panas dingin oleh tubuh yang lunak hangat

itu, memandang dan saat itu Hong Cu

mendongakkan kepala, bibir yang bergerak
gerak basah itu bahkan semakin salah

mengerti. Pipi yang sembab oleh air mata itu

tiba-tiba malah berkilau di dalam guha yang

remang-remang. Dan ketika Peng Houw masih

berada di antara bingung dan jengah, sejenak

ia tak dapat melakukan apa-apa maka gadis

Sin-hong-pang yang jatuh cinta berat untuk

pertama kalinya ini tak dapat menahan diri

dan.... cup, mencium pipi Peng Houw.

"Ah!" Peng Houw serentak berseru dan

kaget bagai dipagut ular berbisa. Ciuman panas

yang penuh cinta kasih dan disangka

mendapat sambutan itu hampir saja disusul

oleh ciuman lain. Hong Cu begitu gembira

menyangka disambut cintanya. Siapa tidak

bangga dan bahagia sebagai kekasih Naga70

Gurun Gobi! Tapi ketika Peng Houw

memberontak kuat dan gadis itu terpelanting

menjerit, Hong Cu kaget bukan main maka

pemuda itu berseru bahwa mereka tak boleh

berbuat begitu.

"Tidak, tak boleh. Aku, ah.... aku tak

menyambut cintamu, Hong Cu. Aku terbayang

justeru terganggu. Kau.... pikiranmu, ah

getaran pikiranmu mengganggu aku, Hong Cu,

mengacau konsentrasiku. Kau harus pergi dan

jangan di sini. Keluarlah!"

Gadis itu terpekik. Sikap dan kata-kata

Peng Houw yang seperti itu bagaikan sembilu

merobek-robek hatinya. Ia berdarah, luka! Lalu

ketika ia terhuyung bangun dan Peng Houw

menyuruhnya keluar, telunjuk pemuda itu

menggigil ke depan maka Hong Cu bagai

ditampar saja.

"Hong Cu, aku.... aku sudah beristeri.

Aku juga sudah mempunyai anak. Keluarlah

dan lupakan semua ini. Biarkanlah aku

sendiri!"

Jerit dan luka pedih terdengar dari

mulut gadis itu. Hong Cu semakin robek dan71

tersayat-sayat, kata demi kata yang keluar dari

mulut Peng Houw seakan palu godam yang

bertubi-tubi menghantam perasaannya. Lalu

ketika ia melengking dan berkelebat keluar,

Peng Houw mengusirnya maka gadis ini

tersedu dan mengguguk di sana. Cinta yang

ditolak mentah-mentah tiba-tiba berbalik

menjadi benci yang meluap-luap, berkobar,

mendidih!

"Peng Houw, kau.... kau laki-laki

jahanam. Kau mempermainkan aku. Kau

menusuk-nusuk hatiku setelah semula manis

dan lembut. Ooh, biar aku mati, manusia

keparat. Biar aku mati... dukk!"

Peng Houw terkejut meloncat keluar.

Gadis Sin-hong-pang itu ternyata

menumbukkan kepalanya di sebatang pohon,

gagal dan menumbukkan lagi namun untuk

yang ketiga kali Peng Houw berkelebat

menyambar. Pemuda ini menampar hingga

Hong Cu terbanting dan mengeluh. Peng Houw

tak ingin gadis itu bunuh diri. Tapi ketika Hong

Cu mengguguk dan meloncat bangun lagi,72

beringas, mendadak gadis itu berteriak dan....

menumbukkan kepalanya di perut Peng Houw.

"Kalau begitu biar aku mati di tangan

mu.... mati di tanganmu !"

Peng Houw berkelit dan menotok

pundak itu. Baginya mudah saja mengelak

serangan ini dan melumpuhkan. Tapi ketika

Hong Cu berteriak-teriak dan roboh di tangan

Peng Houw, pemuda itu bingung menghadapi

sikap histeris ini maka gadis itu memaki-maki

dan meludahi Peng Houw. Tak ada jalan lain

bagi pemuda ini kecuali menotoknya pingsan,

gadis itu harus dItenangkan dulu. Dan ketika

Hong Cu roboh dan tidak bergerak-gerak lagi,

semua caci-maki dan keributan lenyap maka

Naga Gurun Gobi ini mengusap keringat yang

terasa dingin! Murid mendiang Ji Leng Hwesio

ini bingung. Mau diapakan gadis Sin-hong
pang ini? Dilempar dan dibuang keluar hutan?

Rasanya tak berperikemanusiaan. Lalu

diapakan? Biar di situ dan sadar untuk

kemudian mengamuk dan mencaci-maki lagi?

Dia yang tak tahan! Dan ketika Peng Houw

tepekur dan duduk serba salah, samadhinya73

benar-benar kacau maka berkelebat banyak

bayangan dan tahu-tahu belasan wanita
wanita cantik mengepungnya.

"Ini enci Hong Cu. Keparat, ia ditawan

musuh!"

"Ah, dan rupanya pemuda ini jai-hwa
cat (penjahat pemerkosa wanita). Jahanam,

bunuh dan rampas enci Hong Cu!"

Peng Houw terkejut. Ia baru saja duduk

dan tepekur memandang gadis Sin-hong-pang

itu ketika tiba-tiba saja gadis-gadis atau

wanita-wanita muda ini muncul. Mereka

cantik-cantik namun berwajah beringas, tentu

karena melihat Hong Cu itu. Dan belum ia

meloncat bangun tahu-tahu mereka itu sudah

menyerang dan membentaknya. "Jai-hwa-cat,

kau kiranya penculik enci Hong Cu. Setelah

dibawa Ban-tok Wi Lo kau kiranya

membawanya ke sini. Ah, mana tua bangka

Ban-tok Wi Lo itu dan kau tentu temannya!"

Peng Houw sudah diserang dan pedang

serta serangan lain menyerbunya ganas sekali.

Mereka ini ternyata adalah wanita-wanita Sin
hong-pang dan mereka kini menemukannya di74

situ. Tadi jerit dan teriakan Hong Cu terdengar,

gadis-gadis Sin-hong-pang itu memang

mencarinya karena selama tiga hari ini Hong

Cu tak pernah pulang. Gadis yang sedang

kasmaran (tergila-gila) kepada Peng Houw itu

dicari dengan sibuk, para sumoinya tentu saja

khawatir. Dan ketika mereka mendapatkan

Hong Cu di situ sementara Peng Houw duduk

tepekur seolah berjaga, dugaan apalagi kalau

bukan yang buruk maka para murid Sin-hong
pang ini menjadi marah dan langsung

menyerang Peng Houw dengan beringas. Hal

ini mengejutkan Peng Houw namun dengan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cepat pemuda itu mengelak dan menangkis,

berseru menghalau semua senjata dan cepat

meloncat bangun. Pedang para wanita itu

terpental. Tapi ketika mereka melengking dan

marah menyerang lagi, Peng Houw dimaki
maki maka pemuda itu terbelalak dan tiba-tiba

mengibaskan ujung lengan bajunya,

membentak.

"Nona-nona, tunggu. Aku bukan jai
hwa-cat. Hong Cu kutolong dari kekejian Ban
tok Wi Lo dan tahan semua senjata kalian!"75

Para gadis menjerit. Pedang mereka

mencelat ketika kali ini dikibas pemuda baju

putih itu, semua berteriak dan terpelanting.

Dan ketika Peng Houw bergerak dan menotok

mereka, cepat sekali maka semuanya roboh

dan tak satupun dapat bangkit berdiri.

"Maaf, ini buktinya. Kalau aku berniat

jahat tentu kalian tak sekedar kurobohkan,

tentu kubunuh. Nah, aku bukan jai-hwa-cat

dan justeru kebetulan kalian berada di sini.

Hong Cu kuselamatkan dari kakek bongkok itu,

Ban-tok Wi Lo sudah pergi. Dan karena kalian

ada di sini sekarang bawalah gadis itu dan

kembalilah ke Sin-hong-pang!"

Peng Houw membebaskan lagi

totokannya dan belasan gadis itu tertegun.

Mereka seakan tak percaya akan kelihaian

pemuda ini karena begitu mudahnya pemuda

itu merobohkan mereka. Sekejap tadi pundak

mereka seakan disentuh ujung jari yang

mengeluarkan getaran listrik, menyengat dan

mereka tahu-tahu lumpuh. Tapi begitu

dibebaskan lagi dan semuanya berlompatan76

bangun, ragu dan takjub menjadi satu. Tiba
tiba seorang di antaranya berseru,

"Sobat, kalau begitu kenapa kami tadi

mendengar jeritan dan makian enci Hong Cu.

Kalau ia tak kau ganggu tak mungkin berteriak
teriak sampai kami dengar. Nah, jawablah

kenapa begitu dan kenapa pula enci Hong Cu

sekarang pingsan!"

"Hm! Peng Houw terkejut, mukanya

merah, tentu saja. tak mungkin memberi tahu

itu karena ini persoalan pribadi. Hong Cu

marah-marah karena ia menolak cintanya, tak

mungkin ia memberi tahu karena selain tak

gampang dipercaya juga bakal mencoreng

arang di wajah gadis itu sendiri. Betapapun ia

harus menjaga muka, itu rahasia Hong Cu. Tapi

karena sekarang ia dituntut menjawab

sementara jawaban tak segera datang maka

wajah pemuda ini yang menimbulkan curiga

gadis-gadis itu menjadikan mereka marah dan

merasa ditipu. Wajah Peng Houw yang

memerah dianggap sedang mencari alasan dan

hendak menyembunyikan pikiran kotor.77

"Kalau begitu kau bohong!" bentakan

itu meleedak lagi. "Kau mencari-cari dan

hendak mengada-ada, sobat. Betapapun

lihainya kau namun kami dari Sin-hong-pang

tak boleh kau permainkan. Serbu, bunuh

pemuda ini!"

Peng Houw gugup dan bingung sekali.

Gadis yang membentak itu sudah mengajak

teman-temannya dan mereka mengangguk.

Apa yang dilihat dan dirasa memang benar,

mereka curiga kembali kepada Peng Houw.

Maka begitu membentak dan maju menyerang

Peng Houw, gadis-gadis Sin-hong-pang itu

marah lagi maka merekapun menyerang dan

Peng Houw berkelit dan berseru mengangkat

tangannya.

"Heii, nanti dulu. Dengar dulu

omonganku. Aku tidak mengada-ada atau

menipu. Tahan, biarkan aku bicara lagi..plak
plak-plak!" dan Peng Houw yang menangkis

dan menghalau semua senjata akhirnya

kembali membuat gadis-gedis itu terkejut

namun kekaguman dan keterkejutan mereka

berbalik menjadi rasa guSar. Pemuda selihai ini78

ternyata hendak berbuat kotor, menipu dan

mencari-cari alasan untuk mengelabuhi

mereka. Maka ketika membentak dan

menerjang kembali, gadis-gadis itu kalap maka

Peng Houw merasa tak ada jalan lain kecuall

membalas dan merobohkan mereka. Pemuda

ini berteriak sia-sia sementara hujan senjata

masih terus menyambar. Namun ketika dia

membentak dan mengibaskan lengannya,

pedang kembali mencelat maka Peng Houw

menggerakkan ujung jari dan sekali dia

menotok maka belasan gadis itu roboh

serentak.

"Baik, aku tak dapat membujuk kalian.

Robohlah dan biarkan aku bicara!"

Para gadis mengeluh tertahan. Pedang

yang terlepas dari tangan membuat ma-sing
masing terkejut, namun belum hilang kagetnya

tiba-tiba pundakpun tertotok lumpuh. Satu

demi satu terjerembab dan berdirilah Peng

Houw mengusap keringat. la bukan takut

menghadapi lawan-lawannya ini melainkan

oleh kesalahpahaman itu. Urusan bisa

merembet panjang. Maka ketika semua roboh79

dan ia berdiri dengan muka bingung, merah,

berkatalah Peng Houw dengan suara lantang

bahwa ia tak menipu.

"Kalian menyulitkan aku, tapi boleh

percaya boleh tidak. Aku tak mengganggu

gadis ini dan, kalian ambil kalau kalian mau.

Bukti bahwa aku tak mencelakai kalian sudah

lebih dari cukup, selanjutnya kalian tanya

sendiri enci kalian Hong Cu itu dan jangan

menuduh aku macam-macam!"

Peng Houw membebaskan Hong Cu

dan merase bahwa inilah satu-satunya jalan. Ia

harus meyakinkan gadis-gadis Sin-hong-pang

itu dan kebimbangan kembali membayang.

Sikap Peng Houw yang sungguh-sungguh

membuat para gadis itu percaya lagi, meskipun

setengah. Dan ketika Peng Houw mengurut

leher gadis itu dan membebaskan alam

kesadarannya, seorang di antara gadis Sin
hong-pang itu berseru agar mereka

dibebaskan juga, tak akan menyerang kalau

Hong Cu dibebaskan maka Peng Houw

mengangguk dan membebaskan lagi gadis
gadis itu.80

"Baik, tapi janji harus dipegang teguh.

Siapa melanggar akan kulempar sampai keluar

hutan!"

" Kami tak akan menyerangmu kalau

kau benar. Kalau enci Hong Cu sudah bicara

dan membenarkan kata-katamu kami tak akan

membuta, sobat. Tapi kalau kau bohong

biarpun harus mati kami juga tak akan

menyerah!"

Peng Houw bersungut. Sekarang

semua gadis-gadis itu dibebaskannya kembali

termasuk Hong Cu. Gadis yang pingsan dan kini

diurut itu membuka matanya, siuman. Tapi

begitu Hong Cu meloncat bangun tiba-tiba ia

berteriak, matanya bertemu Peng Houw.

"Orang she Peng, kau boleh

membunuh aku. Biar aku mati di tanganmu

atau kau yang mampus di tanganku!"

Peng Houw terkejut. Ia sudah merasa

khawatir kalau gadis Sin-hong-pang ini kalap. la

justeru sedang diuji oleh gadis-gadis Sin-hong
pang yang lain. Maka begitu Hong Cu

menyerangnya dan tak melihat saudara-sauda

yang lain di situ, rupanya kebencian dan81

kemarahannya begitu meledak maka ia

menyerang dan ini membuat alis murid-murid

Sin-hong-pang berkerut. Peng Houw bisa

dianggap bohong!

Akan tetapi Peng Houw tentu saja

dengan mudah menghindari serangan ini. Ia

berseru memperingatkan lawannya agar tidak

menyerang, di situ terdapat murid-murid Sin
hong-pang yang lain. Dan ketika Hong Cu

menoleh dan baru sadar bahwa di tempat itu

ada teman-temannya yang lain, terkejut maka

gedis ini malah menyerang lebih hebat dan

membentak teman-temannya itu agar

membantu dia membunuh Peng Houw.

"Bagus, kalian di sini rupanya. Bantu

aku, Siok Hoa, robohkan dan bunuh jahanam

ini!"

Siok Hoa, gadis yang tadi menyudutkan

Peng Houw mendadak menyambar pedangnya

lagi. Gadis ini jadi terkejut bahwa Hong Cu

kalap menyerang Peng Hou. Ini diartikan

sebagai pemuda baju putih itu tak benar. Ia

telah dibohongi. Tapi ketika gadis itu hendak

bergerak dan semua yang lain juga hendak82

menerjang maka, Peng Houw tentu saja marah

maka pemuda ini membentak gadis-gadis itu

agar bertanya dulu pada Hong Cu.

"Berhenti, jangan menyerang. Tanya
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dulu saudara kalian ini nona-nona. Apakah

benar aku mengganggunya!"

Siok Hoa tertegun. Kemarahan yang

sudah berkobar jadi surut lagi, bentakan atau

suara Peng Houw itu sungguh-sungguh. Dan

ketika yang lain juga terkejut dan tertegun,

kebimbangan kembali mengganggu maka Siok

Hoa berseru pada Hong Cu apakah Peng Houw

telah mengganggunya.

"Maaf, benarkah pemuda ini bukan jai
hwa-cat. Kami jadi bingung melihat sikapnya,

enci Hong Cu. Bagaimana kau marah-marah

kepadanya sementara dia berkata telah.

menolongmu dari tangan Ban-tok Wi Lo?"

"Jangan dengarkan ocehannya. la telah

menghina dan mempermalukan aku,Siok Hoa .

Serang dan robohkan pemuda ini. Bunuh!"

"Apakah dia telah memperkosamu!"

"Keparat, jangan tanya macam-macam

Siok Hha. Kau harus dapat mengartikan sendiri83

kemarahanku. Maju dan cepat bantu aku atau

biar aku mampus di tangannya...plak-dess!"

Hong Cu terbanting dan menjerit

bergulingan, roboh ditampar Peng Houw dan

gadis itu tidak menunggu Waktu lagi. Siok Hoa

membentak dan menyerang Peng Houw, dan

ketika yang lain juga berseru dan menerjang

pemuda itu maka Peng Houw terbelalak

karena sudah dikeroyok belasan gadis-gadis

Sin-Hong pang ini, masing-masing memekik

dan lebih percaya Hong Cu.

"kau menyembunyikan persoalan.

Baik. kau membuatku marah, Hong Cu. Aku

akan menghajarmu dan yang lain-lain ini.

Pergilah, aku tak mau bicara lagi!" dan Peng

Houw yang gusar tak mampu menahan diri lagi

akhirnya membentak dan berkelebat

mengibaskan kedua lengan bajunya. Disambar

sebelah lengan baju saja gadis-gadis Sin-hong
pang itu sudah menjerit, apalagi dua lengan

baju sekaligus Maka ketika mereka terlempar

dan berteriak dengan pekik tinggi, melambung

melampaui pohon-pohon besar maka Hong Cu

dan teman-temannya ini tak ayal lagi mencelat84

dan tertiup bagai disapu angin kencang. Peng

Houw telah habis sabar dan terhembuslah

gadis-gadis itu menjauhi guha. Mereka

melayang dan jatuh di luar hutan, puluhan

meter dari tempat itu ?i mana semuanya tentu

saja berteriak ngeri. Dan ketika masing-masing

berdebuk dan menjerit kesakitan, untung Peng

Houw tidak mengerahkan semua tenaganya

maka hanya Hong Cu yang terbanting dan

pingsan di sana. Gadis itu memang mendapat

hajaran paling keras dibanding yang lain-lain,

Peng Houw jengkel sekali kepada gadis

yang satu ini. Maka ketika gadis itu terlempar

dan terbanting di sana, di luar hutan maka

gadis-gadis Sin-hong-pang yang lain menjadi

ngeri dan gentar sekali berhadapan dengan

pemuda baju putih itu.

Mereka tak tahu bahwa yang dihadapi

adalah Naga Gurun Gobi, tentu saja bukan

tandingan mereka. Dan ketika kesaktian itu

cukup membuat gentar, Siok Hoa terbanting di

sebelah Hong Cu maka gadis yang mengeluh

namun dapat terhuyung bangun ini

menyambar temannya. la melihat Hong Cu85

masih hidup, teman-teman yang lain juga

masih hidup dan mereka berloncatan bangun,

jatuh dan bangun lagi dan akhirnya terhuyung
huyung pucat memandang ke dalam hutan,

gentar terhadap lawan yang demikian hebat

itu.

Dan ketika Siok Hoa tertegun karena ini

bukti kemurahan pemuda baju putih itu,

mereka semua selamat kecuali Hong Cu yang

pingsan maka gadis ini tiba-tiba berseru agar

mereka mundur dan kembali ke Sin-hong
pang. Kebimbangan dan kebingungan melanda

hati gadis ini.

"Mundur, kita pergi. Menjauh dari sini

dan kita bawa enci Hong Cu. Lapor kepada

ketua!"

Semua mengangguk dan pucat. Ajakan

itu tentu saja disambut baik dan bergeraklah

murid-murid Sin-hong-pang itu meninggalkan

hutan. Mereka tak akan lupa seumur hidup

terhadap lawan mereka itu, lawan yang tak

mereka kenal. Dan ketika semua melarikan ?iri

jatuh bangun,tak ada lagi yang menoleh ke

hutan maka di sana Peng Houw menerik napas86

dalam-dalam dan gemas serta menyesal Sekali

akan semua kejadian in?. Dan diapun

mengutuk kakek bongkok Ban-tok Wi Lo yang

menjadi gara-gara itu. Kenapa kakek itu harus

datang ke guhanya? Dan lebih sial lagi, kenapa

membawa Hong Cu hingga gadis itu malah

jatuh hati kepadanya? Dan tak sedap

membayangkan kenekatan Hong Cu, gadis

yang patah hati itu bisa seperti orang yang

tidak waras maka timbul keinginan Peng Houw

untuk pergi dan meninggalkan guha mencari

tempat lain.Dia masih belum mendapatkan

titik petunjuk dari usahanya

bersamadhi.belum menemukan titik-titik

cahaya itu.

Tapi ketika ia bergerak dan ingat

wejangan mendiang gurunya maka pemuda itu

tertegun dan tak jadi pergi.Dulu gurunya

pernah berkata bahwa di manapun orang

bertapa tak mungkin terlepas dari gangguan.

Itulah yang namanya cobaan. Biar di ujung

dunia sekalipun pasti tak bakal lolos, gangguan

atau godaan pasti selalu ada. Maka urung dan

tak jadi mencari guha baru pemuda inipun87

masuk lagi dan. duduk bertapa,mengusir

semua kenangan-kenangan buruk dan tak

sadar bahwa dari peristiwa ini bakal berekor

panjang yang mengguncang nama baiknya.

***

"Katakanlah, siapa yang

mengganggumu dan akan kucari orang itu

sampai dapat. Heh, hentikan tangismu, Hong

Cu. Aku sudah datang dan tak akan

membiarkan nama baik Sin-hong-pang

tercemar!"

Seorang wanita gagah berusia empat

puluhan tahun berdiri tegak di depan Hong Cu.

Wanita ini menyanggul rambutnya tinggi di

atas kepala dan sepasang matanya yang berapi

dan bersinar-sinar itu tampak membakar

wajah Hong Cu. Dia bukan lain adalah Siang
mouw Sian-li si Dewi Rambut Harum, ketua

atau pimpinan Sin-hong-pang. Dan karena pagi

itu Hong Cu masih menangis terus sampai

matanya sembab, cerita demi cerita dari anak

murid yang lain menjadikan Wanita ini marah88

maka Siang-mouw Sin-li seperti yang lainnya

telah menduga bahwa Hong Cu telah digagahi

seorang pemuda, setelah sebelumnya dibawa

dan diculik Ban-tok Wi Lo.

"Katakanlah," wanita itu sekali lagi

menbentak. "Siapa pemuda itu, Hong Cu. Dan

bagaimana cerita sesungguhnya bahWa ia

katanya menolongmu dari tangan Ban-tok Wi

Lo. Apakah dia pemuda berbulu domba yang

hatinya srigala. Dan apakah kau telah diganggu

pula oleh jahanam Ban-tok Wi Lo itu!"

Hong Cu tersedu-sedu. Sebenarnya,

Sejak timbul kebenciannya ditolak Peng Houw

ia menjadi sakit hati sekali. Cinta yang begitu

diagungkan dan indah meninabobokkan tiba
tiba hancur dan lebur mendapat jawaban Peng

Houw. Ia terhina, dipermainkan. Dan karena

Peng Houw mula-mula diam saja dipeluk dan

mendapat ciumannya, ini yang bakal

membuatnya malu seumur hidup maka Hong

Cu menganggap Peng Houw tak bertanggung

jawab. Kalau memang tak cinta kenapa harus

menunggu dipeluk dan diciumi dulu?

Bukankah Peng Houw sengaja89

mempermainkan dan mempermalukannya?

Kalau memang tak suka seharusnya

mendorong dan tak menunggu sampai ia

mencium. Ah, betapa malunya teringat itu. la,

gadis baik-baik Sin-hong-pang dan sumoi

Siang-mouw Sian-li sampai memeluk dan

menciumi lelaki. Kalau saja ia tahu Peng Houw

tak menerima cintanya tentu tak sudi itu ia

lakukan. Entahlah kenapa Ia sampai begitu

tergila-gila kepada Peng Houw. Mungkin di

samping aib yang telah diselamatkan pemuda

itu juga karena Peng Houw adalah si Naga

Gurun Go-bi. Pemuda itu terkenal di seluruh

penjuru dunia kang-ouw karena mendiang

gurunya Ji Leng Hwesio, juga karena pemuda

itu telah menjadi benteng bagi Go-bi, partai

yang dulu diserbu dan diserang orang-orang

jahat. Dan karena mereka itu dipukul mundur

pemuda ini, Peng Houw menggantikan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedudukan gurunya yang telah meninggal

maka kesaktian dan kehebatan pemuda itu

menjadi buah bibir. Dan Ban-tok Wi Lo juga

begitu mudahnya dikalahkan pemuda ini.90

Hong Cu benar-benar menaruh

kekaguman dan rasa kagum itu ternyata

berobah menjadi rasa cinta yang hebat. la

begitu tergila-gila. Tapi begitu Peng Houw

menolak cintanya dan ia sampai didorong

terjengkang, bukan main sakit hatinya teringat

itu maka kemarahan dan kebencianlah yang

sekarang membakar hatinya.

Dan dua hari ini ia menangis terus
teruan, sampai akhirnya suci (kakak

seperguruan perempuan) dan juga ketua Sin
hong-pang itu muncul.

"Hmh, kau jangan membiarkan semua

ini berlarut-larut. Jawab dan katakan

kepadaku, Hong Cu, atau kau kubunuh

membuat malu Sin-hong-pang!"

Hong Cu terkejut. Ia masih tak dapat

bicara ketika du? kali pertanyaan itu diajukan.

Tapi begitu sang ketua mengancamnya dan

naik darah, ini yang ketiga kalinya ia dibentak

maka Hong Cu mengangkat mukanya dan

menubruk kaki ketuanya itu, mengguguk.

"Ooh, aku.. . ah! Apa yang harus

kulakukan , suci? Dapatkah kau menangkap91

dan membawa jahanam itu ke mari? Ia

terlampau lihai, terlampau hebat. Kau tak

mungkin dapat menanding?nya biarpun bukan

maksudku merendahkan dirimu. Aku merasa

sia-sia!"

"Tar....!" rambut itu meledak,

menyambar sisi kepala Hong Cu. "Jangan

mengecilkan hati sebelum kutemui pemuda

itu, Hong Cu. Siapa dia dan sebutkan, jangan

kira aku takut".

" Dia... dia, ah...apakah suci percaya?

Aku khawatir kau kaget mendengarnya, suci.

Aku juga tak menyangka bahwa ia ada di sini!"

"Tak usah berpanjang mulut. Katakan

siapa pemuda itu dan di mana dia sekarang!"

Hong Cu tersedu-sedu. Ia melepaskan

kaki ketuanya dan membuka wajahnya. Tadi ia

menutupi wajah itu dengan telapak tangan,

selain malu juga karena menutup sedih. Ia

terluka tapi sungguhnya masih kagum kepada

Peng Houw. Namun ketika Sucinya

mencengkeramnya dan mengangkatnya

berdiri, Dewi Rambut Harum berapi-api maka

dia mendengar desis yang membuat bulu92

kuduknya meremang. Sang ketua mencabut

pedang dan menodongkan itu ke dadanya.

"Hong Cu, ini yang terakhir kali aku

bicara. Berita tentang Ban-tok Wi Lo sudah

membuatku geram. Kakek bongkok itu tak

tahu malu menyerang di saat aku tak ada, kini

ditambah pemuda yang katanya

memperma?nkanmu itu. Nah, jawab dan

terangkan siapa dia, Hong Cu. Atau enyahlah

ke akherat sebagai tumbal Sin-hong-pang!"

"Dia...dia.. " gadis itu mengguguk pecah

lagi tangisnya. "Dia Naga Gurun Go-bi Peng

Houw, suci. Dia pemuda yang

mempermainkan aku itu. Dialah orangnya!"

"Peng Houw? Naga Gurun Go-bi?"

ketua Sin-hong-pang tersentak dan mundur,

wajah seketika berubah hebat. pemuda itu,

Hong Cu? Kau tidak salah?"

"Sumpah tak akan salah, suci. Para

murid lain menjadi saksi. Benar, dialah yang

kumaksud, Peng Houw, si jahanam keparat!"

Pedang di tangan ketua tiba-tiba

terlepas. Siang-mouw Sian-li terbelalak dan

mengeluarkan Seruan tertahan. Tapi ketika93

berkelebat bayangan dan seorang laki-laki

gagah muncul, berseru dan minta maaf maka

ketua dan sumoinya itu terkejut.

"Aku sudah mendengar nama ini. Maaf

aku datang mencampuri, Sian-li, kebetulan kita

ada persoalan yang sama!'

Hong Cu dan Sian-mouw Sian-li

membalik. Ketua Sin-hong-pang itu hampir

saja marah dan memaki namun segera

bersemu dadu melihat pria gagah ini. Mata

yang tadi bersinar-sinar dan marah sekonyong
konyong lenyap. Ketua Sin-hong-pang itu

menyambut dengan Seruan girang. Dan ketika

pria gagah itu tersenyum dan mengangguk

sedikit, Hong Cu tertegun maka ketuanya

berseru gembira.

"Aih, Ning-pangcu (ketua Ning) kiranya.

Bagus kau datang, pangcu. Sin-hong-pang

sedang dihina seseorang dan sumoiku

menangis terus-menerus!"

"Maaf, aku sudah dengar. Naga Gurun

Go-bi Peng Houw juga membuatku tak senang,

Sian-li, dan sekarang menambah ketidak

senanganku dengan persoalan di sini !"94

" Hm, sombong dia, rupanya terlalu

mengagulkan kepandaian sendiri hingga

memandang rendah orang lain. Mari kita cari

dan tak perlu takut kepadanya!"

Ketua S?n-hong-pang ini meloncat.

Tidak seperti biasanya di mana tamu laki-laki

bakal diusir dan malah dibunuh adalah pria

gagah yang membawa cambuk itu disambut

hangat. la bukan lain adalah ketua See-ouw
pang Ning Po, Cambuk Naga Hijau yang dulu

dicari Ban-tok Wi Lo tapi tidak ketemu. Maka

ketika ia tiba-tiba berada di sini dan langsung

mencampuri urusan, Siang-mouw Sian-li tak

marah dan bahkan menyambutnya hangat

maka Hong Cu diam diam menggigit bibir dan

merasa pedih karena teringat keadaan sendiri.

Tidak aneh ketuanya menyambut tamu

itu dengan kegembiraan dan mata berseri-seri

karena sesungguhnya di antara dua orang ini

memang terlibat cinta asmara. Hanya orang
orang tertentu saja yang tahu itu termasuk

Hong Cu. Maka ketika ketua See-ouw-pang

tiba-tiba muncul dan ketuanya menyambut

hangat, kasih dan sayang di antara keduanya95

tak dapat disembunyikan di balik sinar mata

berseri-seri maka Hong Cu justeru tertusuk dan

merasa pedih. la merasa pedih akan cintanya

yang gagal terhadap Peng Houw!

"Hm, bagaimana pangcu berkata

seperti, itu. Apa yang dilakukan Peng Houw

hingga membuatmu tak senang,

pangcu.,Kesombongan apa yang dia lakukan!"

"Anak muda itu mengganggu pamanku

di Kwang-tung. Ia mengejek dan mematahkan

sebelah lengannya. Peng Houw sekarang

sombong dan kurang ajar!"

"Ah, jadi kau pergi ke Kwang-tung? Kau

meninggalkan See-ouw-pang untuk menengok

pamanmu?"

"Benar, Sian-li, dan aku jadi menaruh

dendam. Naga Gurun Gobi itu sudah tidak

seperti dulu. Wataknya seperti penjahat! Dan

ia rupanya mengganggu adik Hong Cu pula,

hm, harus kita hajar dan cari dia. Hong Cu, di

mana pemuda itu dan biarkan aku

membantumu. Aku juga mempunyai persoalan

dengan pamanku di Kwang-tung. Ingin kulihat

kepandaian anak muda itu dan sanggupkah dia96

menerima Cheng-liong-pianku!" sang ketua

melepas cambuk yang melilit pinggang dan

tiba-tiba menggerakkannya ke atas. Tidak

terdengar suara menjeletar namun tembok

tiba-tiba berlubang. Dan ketika sang ketua

menyabetkannya lagi ke arah lantai, berlubang

dan mengeluar asap maka Hong Cu terkejut

karena kembali tak terdengar ledakan. Hasil

cambuk tahu-tahu telah memakan korbannya.

"Nah, maaf kalau aku

mencampuri,Hong Cu. Tapi Peng Houw juga

harus berurusan denganku atas ulahnya di

Kwang tung!"

Gadis ini terbelalak. la sudah mengenal

pria gagah itu namun bukan kepandaiannya.

Hubungan mereka yang baik tak

mengharuskan mereka unjuk "gigi". Maka kini

melihat hasil cambukan itu dan tembok serta

lantai berlubang, cambuk tak mengeluarkan

ledakan maka Hong Cu menarik napas dalam

namun diam-diam masih menyangsikan

kehebatan ketua See-Ouw-pang ini terhadap

Peng Houw.97

"la di sebuah guha di hutan selatan

tempat in?. Aku dapat mengantarkan dan

mudah-mudahan ia masih di sana."

"Bagus, kalau begitu mari berangkat

sekarang, Hong Cu. Dan Sian-li rupanya tidak

keberatan!"

"Aku. tak keberatan, mari berangkat.

Justeru aku ingin bertemu anak muda itu dan

merasai kehebatannya!"

Akan tetapi ketika dua orang itu
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergerak tiba-tiba Hong Cu berseru

memanggil.

"Nanti dulu. Aku... aku tak ingin

bertemu dengan Peng Houw kalau tiba di Sana.

Kuharap pangcu dan suci berurusan sendiri

saja, balaskan sakit hatiku!"

"Hm, kenapa begitu, Hong Cu.

Bukankah bertiga lebih kuat!"

"Tak apa," Siang-mouw Sian-li tiba-tiba

berseru. "Hong Cu rupanya masih terpukul

oleh kejadian yang menimpanya, pangcu.

Daripada nanti menjadi ejekan Peng Houw

biarlah dia bersembunyi dan kita yang

menghadapi!"98

Ketua See-ouw-pang mengangguk.

Akhirnya pria ini juga menyangka begitu dan

setuju, memang lebih baik Hong Cu

bersembunyi saja, daripada mendapat malu.

Dan ketika mereka bergerak lagi, tak tahu

bahwa sesungguhnya Hong Cu malu bukan

untuk itu maka gadis inipun bergerak dan anak

murid Sin-hong-pang terkejut karena tahu
tahu ada seorang pria telah memasuki tempat

mereka, tanpa diketahui.

"Ah, siapa pria itu!"

"Benar, kita tak tahu kedatangannya!"

"Sst, itu Ning-pangcu dari See-ouw
pang, teman-teman. Jangan berisik. Mereka

rupanya hendak membalas sakit hati!"

Murid Sin-hong-pang akhirnya

menahan mulut. Mereka kagum dan juga

heran akan adanya pria di situ. Tapi itu

diketahui bahwa itulah ketua See-ouw pang,

sahabat pangcu mereka maka semua diam dan

melihat kepergian tiga Orang itu dengan mata

penuh harap. Adanya Hong Cu di situ membuat

mereka dapat menduga bahwa pimpinan

tentu hendak mencari pemuda baju putih itu.99

Mereka masih tak tahu bahwa pemuda itu

adalah si Naga Gurun Go-bi Peng Houw,

entahlah bagaimana perasaan mereka kalau

tahu. Dan ketika tiga orang itu lenyap

meninggalkan Sin-hong-pang, lewat belakang

maka Peng Houw tentu saja terkejut ketika

samadhinya tahu-tahu kembali diganggu.

Hari itu, di kala sinar petunjuk akan

datang mendadak dua bayangan berkelebat

masuk. Bau harum menyambar guha namun

Peng Houw tak bergeming, maklum, ia khusuk

dalam samadhinya. Namun ketika bentakan

dan ujung rambut menyengat kulitnya,

samadhi seketika buyar maka pemuda ini

terkejut membuka mata.

"Peng Houw, kau sombong dan telah

menghina sumoiku. Keluarlah, aku Siang
mouw Sian-li yang akan menuntut tanggung

jawab!"

"Dan aku Ning Po ketua See-ouw-pang.

Kau telah menghina pamanku di Kwang-tung,

Peng Houw. Keluarlah dan selesaikan urusan

ini.. wut! Sebatang cambuk dilepas dan

menyambar sisi telinganya. Tak terdengar100

ledakan tapi dinding guha tahu-tahu tergetar

rontok dan berlubang. Dan ketika Peng Houw

terkejut membelalakkan matanya, kembali

datang maka ia melihat dua laki-laki dan

wanita gagah berdiri di depannya. Guha serasa

terbakar dan mendidih oleh pandang mata

mereka yang berapi.

"Hm, dari mana ji-wi (kalian berdua)

mengetahui aku di sini,"

Peng Houw meloncat turun, betapapun

menjadi tak senang.

"Aku dan kalian rasanya tak pernah

bermusuhan, Ning-pangcu. Meski See-ouw
pang pernah kudengar kegagahannya namun

justeru tak pernah kita berkenalan!

"Bohong, omong kosong! Kau telah

menghina pamanku di Kwang-tung, Peng

Houw, dan tak kusangka dirimu yang segagah

ini berani sehina itu, mengganggu orang tua.

Nah, aku sudah di sini dan kebetulan kita

bertemu. Keluarlah dan kita selesaikan di

luar!"

" Dan aku mewakili sumoiku Hong Cu.

Keluar dan pertanggungjawabkan101

perbuatanmu, Peng Houw. Atau kami

membunuhmu di sini dan jangan tanya dosa!"

Peng Houw terkejut. Lelap dalam

samadhi dan tahu-tahu kini didatangi dua

orang yang memaki-maki membuat dia

berkerut kening, terkejut dan terbelalak

memandang Ning-pangcu yang katanya

menuntut tanggung jawabnya di Kwang-tung.

Apa-apaan ini! Tapi karena dua orang itu

berkelebat keluar dan menantangnya di sana,

ia menahan napas mendengar urusan Hong Cu

maka apa boleh buat Peng Houw berkelebat

dan tahu-tahu telah nenyusul lawannya itu. (

Gerakannya nyaris tak bersuara mirip hantu

dibelakang Siang-mouw Sian-li maupun ketua

See-ouw-Pang ).

"Hm, aku tak pernah ke Kwang-tung,

tak merasa menghina pamanmu. Kalau kau

datang untuk urusan itu aku justeru heran,

Ning-pangcu. Sedang Siang-mouw Sian-li ini

tak layak membela Hong Cu yang salah. Kalian

keluar dari kebenaran!"102

"Keparat!" Siang-mouw Sian-li

meledakkan rambut, diam-diam terkejut oleh

gerakan Peng Houw yang tanpa suara.

"Maling berteriak maling adalah biasa,

Peng Houw, orang gagah menjadi pengecut

adalah tidak biasa. Kau mengelak dari

tanggung jawabmu, malah menyalahkan kami.

Coba terimalah ini dan sampai di mana nama

besarmu sebagai Naga Gurun Go-bi!" rambut

menyambar dan meledak ke muka Peng Houw,

cepat mengejutkan dan tidak kompromi lagi.

Tapi ketika Peng Houw mengelak dan begitu

mudahnya enghindar, Serangan luput

mengenai angin kosong maka wanita itu

melengking tinggi mengejar Peng Houw.

"Jangan mengelak, terimalah!"

Peng Houw menjadi marah. Rambut itu

mengejar apalagi setelah pemiliknya bergerak,

ke manapun ia menghindar tentu tak bakalan

lolos. Maka membentak dan mengebutkan

ujung lengan bajunya pemuda inipun sudah

menangkis, berseru,

"Sian-li, kau pongah. Siapa takut

rambutmu dan pergilah.... plak!"103

Wanita itu terpental dan berteriak

kaget. Peng Houw tidak mengeluarkan Semua

tenaganya karena menjaga muka lawan. Ketua

Sin-hong-pang itu tentu bakal terpelanting

kalau dia menambah tenaganya sedikit,

apalagi Hok-te Sin-kang. Tapi ketika Siang
mouw Sian-li justeru penasaran dan memekik

lagi, berkelebat dan meledakkan rambutnya

maka dua tangannya juga menghantam dan

melepas, pukulan sinkang.

"Naga Gurun Go-bi, coba terimalah

sekali lagi pukulan ini. Awas!"

Peng Houw mengerutkan kening.

Melihat pukulan menyambar dari dua lengan

itu segera dia maklum bahwa ketua Sin-hong
pang ini cukup hebat. Pohon di belakang

bergoyang disambar angin pukulan itu dan bisa

roboh kalau terkena langsung. Dari sini dapat

dilihat bahwa Dewi Rambut Harum ini

memang hebat. Akan tetapi karena dia ingin

memberi pelajaran dan apa boleh buat harus

merobohkan wanita ini maka Peng Houw

mengibas dan Soan-hoan-ciang atau Angin

topan menangkis.104

"Dess!" dan wanita itu menjerit. Siang

mouw Sian-li terbanting dan terlempar dan

bergulingan dan Ning Po ketua See-ouw-pang

terkejut. Temannya itu terguling-guling dan

mengeluh, berhenti dan menabrak pohon di

sana seperti kelengar.tapi ketika pria ini

berkelebat dan menolong temannya, yang juga

sekaligus kekasihnya ini maka Siang-mouw

Sian-li pucat terhuyung bangun, dipapah pria

gagah ini,

"Dia, ah.. . bocah itu hebat

sekali.Dadaku sesak, .. aku hampir tak dapat

bernapas".

"ada aku di sini. Biar aku mengurut

pungungmu, Sian-li, dan kita hadapi anak itu

berdua!"

Siang-mouw Sian-li gemetar. Ia

membiarkan punggungnya ?iurut lalu ditotok,

dadapun lega kembali dan iapun dapat

bernapas seperti biasa. Dan ketika ia membalik

terbelalak memandang Peng Houw, sinar

matanya penuh api maka ketua See-ouw-pang

membentak menjeletarkan cambuknya. Kali ini105

cambuk itu meledak menggetarkan hutan,

suaranya bagai petir.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Naga Gurun Go-bi, jangan kira dengan

gertakanmu sekali ini kami akan takut. Kami

tak akan mundur. Bersiaplah dan akupun akan

mencoba kepandaianmu!"

Peng Houw sudah menduga. Orang
orang kang-ouw seperti mereka ini tak akan

sudah kalau belum dibuat jatuh bangun. Tak

akan menyerah kalau belum roboh. Maka

mendengar bentakan dan melihat gerakan

ketua See-ouw-pang itu ia pun menarik napas

dalam dan maklum bahwa orang-orang ini

harus dirobohkannya, atau ia bakal dikejar
kejar dan Menemui kesulitan.

"Hm, kalian tak tahu diri, kalian

membabi-buta. Untuk ceritamu di Kwang tung

aku betul-betul tak tahu, Ning-pangcu, dan

jangan anggap ini sebagai pengelakan

tanggung jawab. Apa yang harus

kupertangjawabkan kalau betul-betul aku tak

pernah melakukannya. Majulah, aku siap

menerima kemarahanmu tapi harus segera106

pergi begitu roboh. Aku tak ingin main-main

lagi!"

Ucapan Peng Houw disambut seruan

geram. Ketua See-ouw-pang itu merasa

direndahkan seolah ia begitu yakin

dirobohkan. Kata-kata Peng Houw dirasa

terlalu tekebur, ia naik darah. Maka begitu

membentak dan menggerakkan cambuknya,

Cheng-liong-pian menyambar leher Peng

Houw maka Peng Houwpun tak mengelit dan

menggerakkan tangan kanannya menampar

"Plak!"

Ketua See-ouw-pang terpelanting. la,

berteriak kaget seakan tak percaya tapi

bergulingan meloncat bangun, di Sana Siang
mouw Sian-li juga terbelalak dan melihat nasib

temannya itu. Tapi ketika pria gagah ini

membentak dan menyerang lagi, Siang-mouw

Sian-li juga tak tinggal diam maka wanita itu

melengking dan menjeletarlah rambutnya

menyerang Peng Houw.

"Hm, kalian ketua-ketua yang

berpikiran sempit. Kalian orang-orang yang tak

mau mendengar cerita brang lain. Baiklah kita107

selesaikan urusan ini, jiwi-pangcu (ketua

berdua), tapi setelah itu kalian harus mundur

dan jangan menggangguku lagi!"

Peng Houw bergerak dan mengelak

serta menangkis, Rambut dan cambuk segera

meledak susul-menyusul dan hebat sekali

senjata dua orang itu. Bau harum rambut

Siang-mouw Sian-li menusuk hidung

sementara cambuk Naga Hijau di tangan ketua

See-ouw-pang berbau amis. Setelah menderu

dan menyambar-nyambar maka cambuk di

tangan pria gagah ini mengeluarkan baunya

yang khas, amis tapi juga agak wangi seperti

tulang ikan direndam arak. Hal ini tidak aneh

karena konon cambuk di tangan ketua See
ouw-pang itu adalah cambuk istimewa,

terbuat dari tulang rawan dan kulit naga, kuat

dibacok senjata tajam dan tak putus dibabat

pedang pusaka. Dan ketika Peng Houw juga

membuktikan liatnya cambuk itu yang

dicengkeram dan tidak putus maka pemuda ini

kagum dan segera mengelak maju mundur

oleh serangan di belakang dan kiri kanan.108

Tapi Peng Houw tak mau diganggu. la

hampir selesai menjalankan tapanya ketika

tiba-tiba dua orang ini datang membatalkan.

Sinar cahaya yang hampir masuk mendadak

hilang lagi, ia gemas. Dan ketika ia melihat

bahwa rambut dan cambuk adalah yang paling

berbahaya, pukulan-pukulan tangan kiri atau

kanan hanya mengecoh saja maka dengan

Soan-hoan-ciang yang diisi tenaga Hok-te Sin
kang,dia membuat rambut dan cambuk itu

selalu terpental. Peng Houw masih selalu

mengatur tenaganya.

"Jiwi-pangcu, cukup dua puluh jurus

saja kita main-main. Setelah itu kalian pergi

dan jangan ganggu aku lagi!"

"Keparat," Siang-mouw Sian-li

melengking, "Kau seakan pasti akan

kemenanganmu, Peng Houw, padahal senjata

atau pukulan-pukulan kami masih selalu kau

kelit. Jangan sombong atau kami menyerah

kalau kau dapat merobohkan kami!"

"Benar, dan cambuk masih di tanganku,

Peng Houw. Kalau kau dapat merampas109

cambuk ini dan merobohkan aku maka aku

menyerah!"

"Hm, aku berkata karena yakin akan

kemenanganku. Baiklah tiga jurus lagi semua

akan selesai!"

Dua orang itu membentak. Memang

pertandingan sudah berjalan tujuh belas jurus

dan Peng Houw selalu berkelit dan menangkis.

Meskipun cambuk dan rambut selalu terpental

namun posisi pemuda itu mereka selalu

menyerang. Maka ketika Peng Houw dirasa

bicara sombong dan amat merendahkan

mereka, padahal mereka adalah ketua-ketua

Sin-hong-pang dan See-ouw-pang maka dua

orang ini menjadi marah dan gusar sekali. Peng

Houw berkata bahwa tiga jurus lagi mereka

roboh, baik boleh pemuda itu buktikan. Dan

ketika keduanya membentak dan menyerang

dahsyat, rambut meledak.

Sementara tangan kiri Siang-mouw

Sian-li bergerak menampar dengan pukulan

panas maka Ning-pangcu juga tak mau kalah

dan cambuknya meledak dan mematuk dari

udara menyambar ubun-ubun Peng Houw.110

"Hm, ini yang terakhir," Peng Houw

berseru , "Bersiap-siaplah mempertahankan

senjata, Ning-pangcu. Tepatilah janjimu kalau

kau roboh!"

Ketua See-ouw-pang itu melotot. la

melihat cambuknya tak mungki dihindari Peng

Houw, ubun-ubun kepala pemuda itu bakal

pecah dipatuk Cheng-liong-piannya.

Dan ketika di sana Siang-mouw Sian-li

juga melengking dan menggerakkan rambut,

rambut berputar dan membelit leher Peng

Houw maka tamparan tangan kiri wanita itu

juga menyambar dan menyerang pundak.

Angin panas sudah menyertai semua itu. Akan

tetapi Peng Houw benar-benar melakukan

sesuatu yang mengejutkan. Pemuda itu tak

mengelak dan sengaja menerima, baik rambut

maupun cambuk dibiarkan,begitu pula

tamparan tangan kiri. Tapi begitu rambut

membelit dan menarik leher pemuda ini,

cambuk juga meledak di atas kepala maka dua

senjata itu melekat dan tak dapat dilepas

pemiliknya.

"Aiiihhhh.. .."111

Siang-mouw Sian-li menjerit. Dari leher

Peng Houw tiba-tiba muncul semacam tenaga

sedot, rambut tak dapat ditarik malah dia yang

tertarik. Dan ketika ia maju ke depan dan

pukulan mendarat di pundak pemuda itu

amblas bertemu semacam kapas lunak maka

wanita inipun kaget tengah mati karena semua

serangannya tak mendapatkan hasil seperti

yang diharapkan. Dan saat itu Ning-pangcu

dari See-ouw-pang juga berubah mukanya.

Ketua ini, seperti juga temannya merasa girang

ketika ujung cambuk meledak di ubun-ubun

kepala Peng Houw. Tapi begitu melekat dan

tak dapat ditarik, ia tertegun maka jari Peng

Houw menusuk ketiaknya disusul seruan agar

cambuk dilepas. Ketua See-ouw-pang ini

terkejut dan berkelit, kalah cepat dan dia

menerima totokan di ketiak. Lalu ketika di sana

Siang-mouw Sian-li terpekik dan terbanting

Peng Houw menggelembungkan leher maka

daya tolak yang besar membuat wanita itu

terlempar dan rambutnya berodol sebagian.

"Nah," Peng Houw telah berdiri dengan

cambuk di tangan, cambuk rampasan.112

"Aku telah menepati kata-kataku, ji-wi
pangcu. Kalian roboh dan Cheng-liong pian di

tanganku. Sekarang bagaimana dan masihkah

kalian tak tahu diri!"

Dua orang itu pucat. Mereka tak tahu

bahwa Peng Houw mengerahkan Hok-te Sin
kang melindungi diri, membuat tubuh kebal

dari kepala sampai kaki. Maka k?tika dia

menerima belitan rambut sekaligus

menahannya, kekuatan ini seakan menyedot

tenaga lawan maka Siang-mouw Sian-li tak

dapat mempertahankan diri ketika didorong

dan dikembalikan pukulannya. Peng Houw

menggelembungkan leher dan keluarlah daya

tolak besar mendorong wanita itu. Dan ketika

Siang-mouw Sian-li menjerit dan terlempar,

saat itulah dia menusuk ketiak Ning-pangcu

yang tertegun tak dapat menarik senjatanya,
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maka dua orang ini dirobohkan dengan mudah

dan masing-masing seakan mimpi melihat hasil

akhir dari pertandingan ini. Maklum, tadi Peng

Houw berada di pihak yang terdesak yang

selalu menerima serangan-serangan cepat.113

"Hm, aku mengaku kalah," Ning-pang
cu meringis dan menahan sakit di ketiaknya,

terhuyung bangun, "Kau telah merampas

senjataku, Peng Houw, berarti nyawaku tak

berharga lagi. Bunuhlah aku dan rampas

sekalian hidupku ini!"

"Benar Siang-mouw Sian-li tiba-tiba

juga terisak. "Kau telah mengalahkan ka-mi

berdua, Naga Gurun Go-bi. Dari pada

menderita malu lebih baik kau bunuh kami

berdua!"

Dua orang itu meloncat dan menubruk

Peng Houw. Mereka menyerahkan kepala

untuk dipukul tapi Peng Houw tentu saja tak

berwatak sekeji itu. Pemuda ini mengelak. Lalu

ketika dua orang itu jatuh dan terjembab di

sana, Peng Houw menarik napas dalam, maka

pemuda inl melempar cambuk Cheng-liong
pian kepada pemiliknya, berseru,

"Ning-pangcu, orang gagah tak ingin

mati secara bunuh diri, pengecut itu. Aku tak

ingin membunuh siapapun karena aku bukan

pembunuh. Nah, terimalah senjatamu dan

pulanglah ke tempat kalian masing-masing.114

Jangan khawatir aku berpanjang mulut

menyebarkan kekalahan kalian. Kalah menang

adalah hal biasa, bukan sesuatu yang istimewa.

Sadarlah dan bangkitlah secara gagah dan

ingat bahwa kalian adalah ketua-ketua partai

yang terhormat!"

Dua orang itu tertegun. Ning-pangcu

seakan tak percaya tapi Peng Houw bersikap

sungguh-sungguh. Tak ada ejekan atau sikap

jumawa di situ, Naga Gurun Gobi ini wajar
wajar saja. Dan ketika ia bangkit menyambar

cambuknya, menggigit bibir maka ia tertunduk

lesu dengan kata-kata lirih,


San Pek Eng Tay Romantika Emansipasi Joko Sableng 13 Titah Dari Liang Lahat Suling Pualam Dan Rajawali Terbang

Cari Blog Ini